pengaruh air kelapa ( cocos nucifera l. ) terhadap ...digilib.unila.ac.id/26652/2/skripsi tanpa bab...
Post on 03-Mar-2019
230 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENGARUH AIR KELAPA ( Cocos nucifera L. ) TERHADAP
PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN KECAMBAH BIJI KAKAO
( Theobroma cacao L. )
Skripsi
Oleh
Winda Jayanti
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
ii
ABSTRAK
PENGARUH AIR KELAPA ( Cocos nucifera L. ) TERHADAP
PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN KECAMBAH BIJI KAKAO
( Theobroma cacao L. )
Oleh
Winda Jayanti
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan tanaman yang memiliki banyak manfaat,
dapat digunakan untuk pembuatan produk kecantikan dan produk makanan.
Kakao merupakan komuditas ekspor yang cukup potensial sebagai penghasil
devisa negara, ekspor kakao menempati posisi ketiga setalah karet dan minyak
sawit. Budidaya kakao harus diiringi dengan penyediaan bibit yang cepat dan
unggul guna memenuhi kebutuhan program budidaya. Air kelapa diketahui
banyak mengandung hormon pertumbuhan yang diperlukan untuk proses
pertumbuhan suatu tanaman untuk mengupayakan penyediaan bibit kakao yang
unggul dan cepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh air kelapa
terhadap perkecambahan dan pertumbuhan kecambah kakao. Dilaksanakan dari
bulan november sampai desember 2016 di Laboratorium Botani Jurusan Biologi
FMIPA Universitas Lampung menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
dengan faktor tunggal konsentrasi air kelapa 0% v/v, 15% v/v, 30% v/v, 45% v/v,
dan 60% v/v. Variabel yang diukur adalah persentase daya kecambah, tinggi
tanaman, berat segar, berat kering, dan kandungan klorofil. Data perkecambahan
diukur berdasarkan persentase biji berkecambah. Data pertumbuhan kecambah
diuji homogenitasnya dengan uji Levene apa bila data homogen di lanjutkan
Analisis Ragam (Anara) dengan α 5%. Jika terdapat perbedaan pada perlakuan,
maka dilanjutkan uji lanjut menggunakan BNT α 5% untuk mengetahui perbedaan
antar perlakuan. Hasil penelitian ini menunjukkan perkecambahan dan
pertumbuhan kecambah kakao yang paling baik adalah pada perlakuan air kelapa
30%.
Kata kunci : Kakao (Theobroma cacao L), air kelapa, perkecambahan dan
pertumbuhan.
iii
PENGARUH AIR KELAPA ( Cocos nucifera L. ) TERHADAP
PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN KECAMBAH BIJI KAKAO
( Theobroma cacao L. )
Oleh
Winda Jayanti
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
SARJANA SAINS
Pada
Jurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2017
iv
PERNGESAHAN
v
vi
RIWAYAT HIDUP
Winda Jayanti adalah anak kedua dari empat bersaudara
oleh pasangan bapak Muhammad Yakub dan Ibu Siti
Maisaroh yang lahir di Metro pada tanggal 20 Januari
1995. Penulis mengawali pendidikan di Taman Kanak-
kanak (TK) Hangtuah 4, prokimal kotabumi. Penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Dasar di SDN 2
Wonomarto pada tahun 2001, Sekolah Menengah
Pertama di SMP Negeri 6 Kotabumi Lampung Utara pada tahun 2007, dan
Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 2 Kotabumi Lampung Utara pada tahun
2010. Pada tahun 2013 penulis terdaftar sebagai mahasiswa di Program Studi
Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung
melalui Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
Selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi asisten dosen dalam
Praktikum Biologi Umum, Biologi Gulma, dan Ekofisiolohi Tumbuhan. Selain itu
penulis juga aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Biologi (HIMBIO)
sebagai anggota Biro Dana dan Usaha, Bendaraha Biro Kesekretariatan dan
Logistik, serta menjabat sebagai Bendahara Pelaksana kegiatan Pekan Konservasi
Sumber Daya Alam (PKSDA) XX.
vii
Pada tahun 2016 penulis melaksanakan Kerja Praktik di Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Tanaman Pangan dan Hortikultura (BPSB-TPH) Provinsi
Lampung dengan Judul “PERSENTASE DAYA BERKECAMBAH KOOL
(Brassica oleracea L.) VARIETAS GRAND PADA BERBAGAI MACAM
MEDIA. Pada awal tahun 2017 penulis melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
di Desa Payung Mulya, Kecamatan Pubian, Kabupaten Lampung Tengah selama
40 hari.
viii
PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan rasa puji syukur kepada Allah SWT
yang telah memberikan nikmat kesehatan, kekuatan,
kesabaran untukku dalam menyelesaikan skripsi ini.
Kupersembahkan karya ini kepada :
Bapak dan ibu yang menjadi penyemangat hidupku, yang
selalu memanjatkan doa disetiap sujudnya untuk
keberhasilanku serta kasih sayang yang selalu diberikan.
Mba dan adik-adikku serta seluruh keluargaku tersayang
yang senantiasa mendo’akan dan mengharapkan
keberhasilanku atas kasih sayang, perhatian dan dorongan
semangatnya yang tidak akan aku lupa.
Bapak dan ibu dosen utamanya pembimbingku yang tak
pernah lelah dan selalu sabar dalam membimbing dan
memberikan ilmu.
Teman-temanku
Atas pengalaman, dukungan, dan bantuannya selama masa
studi
Serta Almamaterku tercinta
Universitas Lampung
ix
Motto
Berpikir dan bertindaklah secara positif, maka kau akan menuai hasil yag positif
pula (Winda)
Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahn (Al-Insyirah : 6)
Saya dilahirkan di dunia dengan menangis disaat orang-orang di sekitar
bergembira, dan saya akan meninggalkan dunia dengan tersenyum gembira disaat
orang-orang di sekitar menangis karena kebaikan-kebaikan yang telah saya
tinggalkan. (Pepatah)
Barangsiapa menghendaki kebahagiaan hidup di dunia, maka harus ditempuh
dengan ilmu dan barangsiapa menghendaki kebahagiaan hidup di akhirat
hendaklah ditempuh dengan ilmu, dan barangsiapa menghendaki kebahagiaan
kedua-duanya maka hendaklah ditempuh dengan ilmu. (Hadits Nabi
Muhammad)
Kebanggaan terbesar adalah bukan karena tidak pernah gagal, tetapi karena
mampu bangkit setiap kali kita terjatuh(Confisius)
x
SANWACANA
Dengan mengucap Alhamdulillah, puji syukur Penulis panjatkan kepada Allah
SWT yang telah memberikan rahmat dan ridho-Nya sehingga Penulis dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul “PENGARUH AIR KELAPA (Cocos
nucifera L.) TERHADAP PERKECAMBAHAN DAN PERTUMBUHAN
KECAMBAH BIJI KAKAO (Theobroma cacao L.)”.
Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak sekali bantuan
yang penulis dapatkan dari berbagai pihak. Dengan terselesaikannya skripsi ini,
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada :
1. Ibu Dra. Tundjung T. Handayani, M.S. selaku pembimbing I sekaligus
Pembimbing Akademik yang telah memberikan bimbingan dan memberi
arahan dalam melakukan penelitian hingga menyelasaikan skripsi ini.
2. Bapak Ir. Zulkifli, M.Sc., selaku pembimbing II yang telah memberi nasehat,
saran, dan bimbingan selama penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak Dr. Bambang Irawan, M.Sc.,selaku pembahas yang telah banyak
memberikan kritik dan koreksi pada penulis serta membimbing penulis dalam
menempuh pendidikan di jurusan Biologi.
4. Ibu Dra. Nuning Nurcahyani, M.Sc., selaku Ketua Jurusan Biologi FMIPA
Universitas Lampung.
xi
5. Bapak Prof. Warsito, S.Si., D.E.A., Ph.D sekalu Dekan FMIPA Universitas
Lampung.
6. Kedua orang tua penulis Bapak(Muhammad Yakub) dan Ibu( Siti Maisaroh),
Mba (Laeli Mukarromah, S.P.) serta adik-adik (Dita Nurjanah, dan Nafisa
Maharani) yang selalu memberikan doa, semangat, kasih sayang, serta
dorongan moril dan materil yang tiada henti dalam menggapai cita-cita.
7. Bapak ibu Dosen jurusan Biologi FMIPA Universitas Lampung terimakasih
atas bimbingan dan ilmu yang sudah diberikan selama penulis melaksanakan
studi di Jurusan Biologi, karyawan dan staff serta laboran di Jurusan Biologi
yang telah membantu menyelesaikan skripsi ini.
8. Teman terbaik dan terkasih Bachtiar Efendi yang selalu memberi semangat,
dorongan moril maupun materil, kasih dan sayang, serta selalu mendoakan
yang terbaik selama penyelesaian skripsi ini.
9. Sahabat-sahabat tersayang Dea Putri Andeska dan Lina Linda Wati
terimakasih atas saran, masukan, do’a, dukungan serta nasihat-nasihat yang
selalu diberikan.
10. Teman-teman tersayang Retno Kh Rofiqoh, Fhora Candra Sari, Sarah Niati,
Nungki Nuari Dewi, Dewi Setyawati, Tommi Maulama Muhammad yang
selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.
11. Teman-teman “KosanHitz-31” Renitago, Mbak Ana, Noe, Bude Iska, Juplek,
mbak ema, dan lain-lain terimakasih atas bantuan-bantuan yang selalu
diberikan dalam menyelesaikan skripsi ini.
12. Teman-teman seperjuangan Biologi angkatan 2013, khususnya “Bio-B 2013”
terimakasih atas rasa kekeluargaan serta kebersamaan yang telah terjalim.
xii
13. Kakak tingkat serta adik tingkat terimakasih atas bantuan, keceriaan, dan
dorongan semangat yang diberikan.
14. Seluruh keluarga besar HIMBIO yang telah memberikan semangat yang tidak
dapat disebutkan satu persatu.
15. Almamater tercinta Universitas Lampung.
Semoga Allah SWT membalas semua kebaikan mereka dan semoga laporan akhir
kerja praktik ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca. Amin
Bandar Lampung, 02 Mei 2017
Penulis,
Winda Jayanti
xiii
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DEPAN .................................................................................... i
ABSTRAK ............................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL DALAM .............................................................. iii
HALAMAN PERSETUJUAN .............................................................. iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................. v
RIWAYAT HIDUP ................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................... viii
MOTTO .................................................................................................. ix
SANWACANA ........................................................................................ x
DAFTAR ISI ......................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................. xv
DAFTAR GAMBAR .......................................................................... xviii
I. PENDAHULUAN ........................................................................ 1
A. Latar Belakang dan Masalah ................................................... 1
B. Tujuan Penelitian ..................................................................... 5
C. Manfaat penelitian ................................................................... 5
D. Hipotesis .................................................................................. 5
E. Kerangka Pemikiran ................................................................ 6
II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 9
A. Botani Tanaman Kakao .......................................................... 9
1. Klasifikasi Tanaman .......................................................... 9
2. Morfologi Tanaman ........................................................... 9
B. Perkecambahan Kakao ......................................................... 14
xiv
C. Pertumbuhan Kakao ............................................................. 16
D. Tanaman Kelapa ................................................................... 18
1. Klasifikasi Kelapa ........................................................... 18
2. Morfologi Tanaman Kelapa ............................................ 18
3. Manfaat Tanaman Kelapa ................................................ 19
4. Air Kelapa ....................................................................... 20
III. METODE PENELITIAN ......................................................... 24
A. Waktu dan tempat................................................................. 24
B. Alat dan Bahan ..................................................................... 24
C. Rancangan Percobaan .......................................................... 25
1. Tata Letak perkecambahan .......................................... 25
2. Tata Letak pertumbuhan .............................................. 25
D. Variabel dan Parameter ........................................................ 26
E. Pelaksanaan .......................................................................... 27
1. Persiapan Buah Kakao ..................................................... 27
2. Penentuan Konsentrasi Air Kelapa .................................. 27
3. Perkecambahan Biji Kakao ............................................. 28
4. Pertumbuhan Kecambah Kakao ...................................... 28
F. Analisi Data .......................................................................... 31
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 32
A. HASIL ................................................................................... 32
1. Daya Berkecambah ......................................................... 32
2. Tinggi Tanaman .............................................................. 34
3. Berat Segar Tanaman ...................................................... 35
4. Berat Kering Tanaman .................................................... 37
5. Kandungan Klorofil a ...................................................... 38
6. Kandungan Klorofil b ...................................................... 40
7. Kandungan Klorofil Total ............................................... 42
B. PEMBAHASAN ................................................................... 44
V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 49
A. KESIMPULAN ..................................................................... 49
B. SARAN ................................................................................. 49
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................ 50
LAMPIRAN ........................................................................................... 54
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Komposisi vitamin, mineral, serta sukrosa pada air kelapa ...... 21
Tabel 2. Komposisi zpt pada air kelapa muda ................................. ...... 21
Tabel 3. Penentuan konsentrasi air kelapa sebagai perlakuan ......... ...... 27
Tabel 4. Persentase biji kakao yang berkecambah pada hari ke-7
setelah perlakuan dengan perendaman air kelapa .............. ...... 32
Tabel 5. Rata-rata tinggi tanaman kakao pada umur 4 minggu
setelah tanam .......................................................... ...... 34
Tabel 6. Rata-rata berat segar tanaman kakao pada umur 4 minggu
setelah tanam .......................................................... ...... 36
Tabel 7. Rata-rata berat kering tanaman kakao pada umur 4 minggu
setelah tanam .......................................................... ...... 37
Tabel 8. Rata-rata klorofil a tanaman kakao pada umur 4 minggu
setelah tanam .......................................................... ...... 39
Tabel 9. Hasil uji BNT pengaruh air kelapa terhadap kandungan
klorofil b tanaman kakao pada umur 4 minggu
setelah tanam .......................................................... ...... 40
Tabel 10. Hasil uji BNT pengaruh air kelapa terhadap kandungan
klorofil total tanaman kakao pada umur 4 minggu
setelah tanam .......................................................... ...... 42
xvi
Tabel 11. Rata-rata standar deviasi, ragam, standar eror
dan koefisiensi keragaman tinggi tanaman kakao .................... 55
Tabel 12. Uji homogenitas ragam dengan menggunakan uji levene
Absolute of residual tinggi tanaman kakao ............................... 55
Tabel 13. Analisis ragam tinggi tanaman kakao ..................................... 56
Tabel 14 Rata-rata standar deviasi, ragam, standar eror dan
koefisiensi keragaman berat segar tanaman kakao ................... 57
Tabel 15. Uji homogenitas ragam dengan menggunakan uji levene
Absolute of residual berat segar ................................................ 57
Tabel 16. Analisis ragam berat segar kakao............................................ 58
Tabel 17. Rata-rata standar deviasi, ragam, standar eror dan
koefisiensi keragaman berat kering tanaman kakao ............... 59
Tabel 18. Uji homogenitas ragam dengan menggunakan uji levene
Absolute of residual berat kering tanaman kakao ..................... 59
Tabel 19. Analisis ragam berat kering kakao .......................................... 60
Tabel 20. Rata-rata standar deviasi, ragam, standar eror dan
koefisiensi keragaman klorofil a tanaman kaakao .................. 61
Tabel 21. Uji homogenitas ragam dengan menggunakan uji levene
Absolute of residual klorofil a tanaman kakao ......................... 61
Tabel 22. Analisis ragam klorofil a kakao .............................................. 62
Tabel 23. Rata-rata standar deviasi, ragam, standar eror dan
koefisiensi keragaman klorofil b tanaman kakao ................... 63
Tabel 24. Uji homogenitas ragam dengan menggunakan uji levene
Absolute of residual klorofil b tanaman kakao ......................... 63
Tabel 25. Analisis ragam klorofil b kakao .............................................. 64
Tabel 26. Uji BNT Klorofil b Pada Taraf Nyata 5% ............................. 65
Tabel 27. Rata-rata standar deviasi, ragam, standar eror dan
koefisiensi keragaman klorofil total tanaman kakao .............. 65
xvii
Tabel 28. Uji homogenitas ragam dengan menggunakan uji levene
Absolute of residual klorofil total tanaman kakao.................. 65
Tabel 29. Analisis ragam klorofil total kakao ......................................... 66
Tabel 30. Uji BNT Klorofil total Pada Taraf Nyata 5% ......................... 67
xviii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Pohon Tanaman Kakao ......................................................... 10
Gambar 2. Daun tanaman kakao ............................................................. 11
Gambar 3. Akar Tanaman Kakao............................................................ 12
Gambar 4. Susunan biji kakao yang telah matang .................................. 13
Gambar 5. Morfologi Buah Kakao matang ............................................. 13
Gambar 6. Bentuk biji kakao .................................................................. 14
Gambar 7. Grafik daya berkecambah biji kakao pada umur 7 hari setelah
pemberian perlakuan dengan perendaman air kelapa .......... 33
Gambar 8. Grafik rata-rata tinggi tanaman kakao pada umur 4 minggu
setelah tanam ................................................................. 35
Gambar 9. Grafik rata-rata berat segar tanaman kakao 4 minggu
setelah tanam ................................................................. 36
Gambar 10. Grafik rata-rata berat kering tanaman kakao 4 minggu
setelah tanam ................................................................. 38
Gambar 11. Grafik rata-rata klorofil a tanaman kakao 4 minggu
setelah tanam ........................................................................ 39
Gambar 12. Grafik kandungan klorofil b tanaman kakao 4 minggu
setelah tanam ................................................................. 41
xix
Gambar 13. Grafik klorofil total tanaman kakao 4 minggu
setelah tanam ................................................................. 43
Gambar 14. Seleksi biji kakao ................................................................ 68
Gambar 15. Persiapan alat-alat perkecambahan biji kakao .................... 68
Gambar 16. Proses penaburan biji kakao (perkecambahan) ................... 68
Gambar 17. Tata letak perkecambahan biji kakao .................................. 69
Gambar 18. Jumlah biji berkecambah pada konsentrasi 0% ................... 69
Gambar 19. Jumlah biji berkecambah pada konsentrasi 15% ................. 69
Gambar 20. Jumlah biji berkecambah pada konsentrasi 30% ................. 70
Gambar 21. Jumlah biji berkecambah pada konsentrasi 45% ................. 70
Gambar 22. Jumlah biji berkecambah pada konsentrasi 60% ................. 70
Gambar 23. Persiapan media tanam kecambah kakao ............................ 71
Gambar 24. Pertumbuhan kecambah kakao minggu kesatu ................... 71
Gambar 25. Kondisi pertumbuhan tanaman kakao pada
minggu kedua ....................................................................... 72
Gambar 26. Kondisi pertumbuhan tanaman kakao pada
minggu keempat ................................................................. 72
Gambar 27. Proses penanenan tanaman kakao pada
minggu keempat ................................................................. 73
Gambar 28. Pengukuran kandungan klorofil tanaman kakao ................. 73
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Masalah
Kakao (Theobroma cacao L.) merupakan tumbuhan tahunan (perennial)
berbentuk pohon dan dapat tumbuh mencapai ketinggian 10m. Di Indonesia
tanaman kakao baru dikenal sejak tahun 1960 dan saat ini merupakan salah
satu komuditas perkebunan yang perannya cukup penting bagi perekonomian
nasional. Sebab biji kakao atau coklat yang mengandung lemak 50-60 % dari
berat biji, bisa dimanfaatkan untuk pembuatan sabun, parfum, obat-obatan
dan bahan dasar pembuatan kosmetik dan juga dapat dibuat berbagai macam
produk makanan, seperti bubuk coklat, coklat pasta, pewarna makanan
beraroma coklat, dan coklat batangan (Susanto, 1994).
Kakao merupakan salah satu komoditas ekspor yang cukup potensial sebagai
penghasil devisa negara, kakao memberikan sumbangan devisa terbesar ke
tiga pada sub sektor perkebunan setelah karet dan minyak sawit (Wahyudi,
2008). Sehingga tanaman kakao juga dapat berperan sebagai penyedia
lapangan pekarjaan baik dalam skala industri besar maupun industri skala
kecil (Ningsih, 2009). Oleh karena itu budidaya tanaman kakao perlu untuk
2
terus dikembangkan dan ditingkatkan agar dapat menghasilkan produksi
kakao yang maksimal dan berkualiatas.
Untuk menjawab persoalan tersebut maka perlu dilakukan suatu terobosan
mengenai bagaimana upaya menyediakan bibit kakao yang unggul dengan
cara yang cepat dan tepat. Sehingga roda perekonomian dari hasil kakao ini
dapat ditingkatkan dan dipertahankan. Hal ini dipertegas dengan pendapat
Prawoto, dkk (1990) yang menyatakan bahwa, keberhasilan program
budidaya kakao bukan hanya ditentukan oleh tersedianya bibit kakao yang
unggul, tetapi kecepatan penyedian bibit kakao yang unggul juga harus
diperhatikanan.
Menurut Kartasapoetra (2003), bibit yang unggul dapat dihasilkan dari biji
yang berkualitas, karena biji yang berkualitas memiliki daya perkecambahan
yang tinggi, yang dapat diukur dari persentase perkecambahan dan kecepatan
pertumbuhannya. Disamping itu kecambahnya juga memiliki kemampuan
tumbuh yang baik, yang dapat diukur dari pertumbuhan radikula, epikotil,
hipokotil, dan jumlah daun yang tumbuh, serta kandungan klorofil dari bibit
kakao tersebut. Biji kakao yang berkualitas diperoleh dari buah kakao yang
masak secara fisiologis. Dengan ciri-ciri buah kakao tersebut berwarna
kuning orange dan didalam buah kakao tersebut sudah terdapat biji-biji kakao
yang terlepas dari plasenta daging buahnya, sehingga jika buah tersebut
digoncangkan akan menimbulkan bunyi (Sunanto, 1992).
3
Untuk mempercepat proses perkecambahan biji kakao dan pertumbuhannya,
perlu dilakukan suatu terobosan dengan menggunakan senyawa alami yang
terdapat pada air kelapa pada media perkecambahan dan pertumbuhannya.
Menurut Suryanto (2009), air kelapa selain mengandung hormon alami
sitokinin dan auksin yang dapat membantu proses pembelahan sel,
pemanjangan sel, induksi akar, dan induksi tunas juga mengandung vitamin,
sukrosa, dan mineral yang dibutuhkan untuk membantu proses pertumbuhan
tunas dan akar. Hal ini dipertegas dengan pendapat Minorsky (2008) bahwa,
hormon auksin dan sitokinin berperan dalam proses perkecambahan, dimana
auksin berfungsi merangsang pemanjangan sel dan sitokinin berfungsi
merangsang pembelahan sel.
Beberapa penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan air kelapa
yaitu, pada percobaan Budiono (2004), pemberian air kelapa dengan
konsentrasi 20% dapat menghasilkan pertambahan jumlah daun lebih banyak
pada tunas bawang merah (Allium ascalonicum L) pada minggu kedua sampai
minggu keempat setelah perlakuan. Pengaplikasian air kelapa dengan
konsentrasi 20% juga memberikan hasil penambahan panjang tunas dan
jumlah daun pada induksi tunas temulawak (Kristina & Syahid, 2012).
Sedangkan pada percobaan yang dilakukan Bhey, dkk (2006) air kelapa pada
konsentrasi 250 ml/l dapat memberikan pengaruh terhadap proses
perkecambahan dan pertumbuhan kecambah. Serta mampu menghasilkan
pembentukan daun dan akar lebih cepat pada kultur in vitro biji anggrek
bulan ( Phalaenopsis amabilis).
4
Pancaningtias (2014) mengatakan bahwa pada dasarnya benih kakao tidak
memerlukan perlakuan khusus dalam proses perkecambahannya sebab
secara alami biji kakao tidak mengalami masa dormansi. Perkecambahan
ditandai dengan munculnya radikula menembus kulit biji. Menurut Saleh
(2004), kakao mempunyai tipe perkecambahan epigeal dan sangat
dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam media perkecambahannya. Air akan
diabsorbsi oleh biji melalui suatu proses imbibisi dan digunakan untuk
memicu aktivitas enzim-enzim yang akan menghidrolisis cadangan
makanan yang disimpan di dalam kotiledon. Enzim yang berperan dalam
hidrolisis cadangan makanan adalah enzim α-amilase, β-amilase dan
protease (Bawley, 1997).
Menurut Satriono (2009), imbibisi adalah proses masuknya air kedalam
pori-pori biji dan menyebabkan biji menggembung dan kulit biji menjadi
lunak, yang akan memudahkan radikula menembus kulit biji. Sedangkan
menurut Kuswanto (1996), imbibisi adalah proses masuknya air kedalam
pori-pori biji karena adanya perbedaan potensial air yang lebih rendah di
dalam biji dan akan memudahkan proses perombakan cadangan makanan,
yang dimanfaatkan oleh embrio untuk melanjutkan pertumbuhannya
menjadi kecambah dan selanjutnya menjadi bibit tanaman.
Menurut teori, Perendaman benih merupakan salah satu metode untuk
mempercepat proses perkecambahan biji melalui proses imbibisi
(Matsushima & Sakagami,2013). Metode perendaman pada tanaman padi
5
dapat meningkatkan kecepatan daya kecambah serta kecepatan pertumbuhan
tunas (Farooq dkk, 2006).
B. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengaruh air kelapa terhadap perkecambahan dan
pertumbuhan kecambah biji kakao.
2. Untuk mengetahui konsentrasi air kelapa yang efektif pada proses
perkecambahan dan pertumbuhan kecambah biji kakao.
C. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada
masyarakat khususnya petani kakao tentang manfaat air kelapa yang dapat
digunakan untuk membantu mempercepat proses perkecambahan biji kakao
dan pertumbuhan kecambah kakao dalam rangka menyediakan bibit kakao
yang unggul dengan cara yang cepat dan tepat.
D. Hipotesis
1. Air kelapa memberikan pengaruh terhadap proses perkecambahan dan
pertumbuhan kecambah biji kakao.
2. Terdapat konsentrasi air kelapa yang efektif pada proses perkecambahan
dan pertumbuhan kecambah biji kakao.
6
E. Kerangka Pemikiran
Kakao adalah tanaman yang banyak dibudidayakan di Indonesia dan
mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Saat ini kakao merupakan komuditi
ekspor terbesar ketiga setelah hasil perkebunan karet dan kelapa sawit.
Karena tanaman ini terutama bijinya memiliki beberapa manfaat
diantaranya untuk pembuatan sabun, parfum, obat-obatan dan bahan dasar
pembuatan kosmetik. Juga dapat dibuat berbagai macam produk makanan
beraroma coklat, seperti bubuk coklat, coklat pasta, pewarna makanan
beraroma coklat, dan coklat batangan.
Karena perannya yang cukup penting bagi perekonomian maka yang perlu
diperhatikan adalah program budidaya tanamana kakao tersebut yang harus
terus dikembangkan dan ditingkatkan, sehingga roda perekonomian dari
hasil budidaya kakao ini dapat terus ditingkatkan dan dipertahankan. Salah
satu cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan program
budidaya tersebut adalah dengan menyediakan bibit kakao yang unggul
dengan cara yang cepat dan tepat.
Untuk menjawab persoalan tersebut diatas perlu dilakukan suatu uji coba
mengecambahkan dan menumbuhkan biji kakao dengan menggunakan
senyawa alami yang terdapat di dalam air kelapa pada media
perkecambahan dan pertumbuhannya untuk mempercepat proses
perkecambahan biji kakao dan pertumbuhan kecambah kakao, dengan
7
harapan dapat lebih cepat untuk menyediakan bibit tanaman kakao yang
unggul.
Dalam hal budidaya biji yang dipilih/digunakan adalah biji yang berkualitas
karena biji yang berkualitas tersebut akan menghasilkan bibit unggul yang
dapat diukur dari persentase perkecambahan dan kecepatan
perkecambahannya. Selain itu, air kelapa muda merupakan bagian dari
tanaman kelapa yang masih muda (degan), yang mana didalamnya banyak
terkandung hormon yang dibutuhkan oleh tanaman untuk membantu proses
perkecamban dan pertumbuhan. Antara lain yaitu hormon sitokinin dan
auksin yang dapat membantu proses pembelahan sel, pemanjangan sel,
induksi akar, serta induksi tunas. Tidak hanya hormon sitokinin dan auksin,
didalam air kelapa muda juga terdapat vitamin, sukrosa, dan mineral yang
dibutuhkan untuk membantu proses pertumbuhan tunas serta akar tanaman.
Pemberian air kelapa dengan konsentrasi 20% dapat menghasilkan
pertambahan jumlah daun lebih banyak pada tunas bawang merah (Allium
ascalonicum L) pada minggu kedua sampai minggu keempat setelah
perlakuan. Selain itu pengaplikasian air kelapa dengan konsentrasi 20% juga
memberikan hasil penambahan panjang tunas dan jumlah daun pada induksi
tunas temulawak.
Mengingat dalam air kelapa terdapat berbagai kandungan vitamin, mineral
yang mengandung unsur hara makro dan mikro, sukrosa, dan juga zat
8
pengatur tumbuh alami yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel,
induksi tunas, memperkuat akar tanaman serta mempercepat proses
pertumbuhan dari biji. Oleh sebab itu dilakukan penelitian mengenai
pengaruh air kelapa dengan berbagai taraf konsentrasi (0% v/v, 15% v/v,
30% v/v, 45% v/v, 60%v/v) pada proses perkecambahan dan pertumbuhan
kecambah kakao sebagai upaya untuk menyediakan bibit yang unggul
dengan cara yang cepat dan tepat.
9
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Botani Tanaman Kakao.
1. Klasifikasi Tanaman.
Klasifikasi tanaman kakao menurut Tjitrosoepomo (1988) adalah
sebagai berikut :
Regnum : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledonae
Ordo : Malvales
Familia : Sterculiaceae
Genus : Theobroma
Spesies : Theobroma cacao L.
2. Morfologi Tanaman.
Kakao merupakan tumbuhan tahunan (perennial) berbentuk pohon
yang berasal dari lereng timur bawah pegunungan Andes, Amerika
Selatan. Di alam dapat tumbuh mencapai ketinggian 8-10 m. Pohon
kakao dapat tumbuh pada daerah-daerah yang berada pada titik 100C
10
LS, dengan curah hujan 1-5 L/mm2 per tahun, dengan temperatur 18-
320C (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonsia, 2008).
Gambar 1. Pohon Tanaman Kakao Sumber : (Dokumen Pribadi, 2016)
Tanaman kakao memilki kecenderungan tumbuh lebih pendek bila
ditanam tanpa pohon pelindung (Gambar 1). Pada awal
pertumbuhannya tanaman kakao yang diperbanyak memalui biji akan
menumbuhkan cabang-cabang primer. Letak cabang primer yang
tumbuh tersebut disebut jorquette, yang mencapai ketinggian 1-2
meter dari permukaan tanah. ketinggian jorquette yang ideal yaitu 1,2-
1,5 meter agar tanaman dapat menghasilkan tajuk yang baik dan
seimbang. Permukaan batang utama pada tanaman kako kasar dan
memiliki alur yang tegas (Susanto, 1992).
11
Kakao memiliki ujung daun yang meruncing, dengan permukaan yang
kasar. Menurut Nassarudin (2004), warna daun muda tanaman kakao
sangat bervariasi bergantung pada tipe varietas tanaman mulai dari
hijau pucat atau kemerah-merahan sampai merah tua. Sementara daun
dewasa selalu berwarna hijau, dapat mencapai panjang 30 cm dan
lebar 7,5 cm. Tepi daun tanaman kakao bergelombang kasar
(Satriono,2009). Tangkai daun dan permukaan daun kakao diselimuti
oleh bulu-bulu yang berwarna kuning kehijauan. Tanaman kakao
memiliki pertulangan daun yang jelas dengan anak tulang daun yang
menyirip dan berkas duduk daun pada cabang yang jelas (gambar 2)
Gambar 2. Daun tanaman kakao. Sumber : (Dokumen Pribadi, 2016)
Akar kakao adalah akar tunggang (radix primaria). Pertumbuhan akar
kakao dapat mencapai 8 meter ke arah samping dan 15 meter ke arah
bawah. Tanaman kakao yang diperbanyak secara vegetatif pada awal
pertumbuhannya tidak menimbulkan akar tunggang, melainkan akar-
Ujung daun
(meruncing)
Tepi daun
(bergelombang)
Tulang daun (menyirip)
12
akar serabut. Saat tanaman tersebut tumbuh dewasa baru akan
membentuk akar tunggang (Siregar, 2000).
Menurut Nasruddin (2004), akar kecambah tanaman kakao yang telah
berumur 1-2 minggu biasanya akan menumbuhkan akar-akar cabang
(radix lateralis). Dari akar cabang tersebut akan tumbuh akar rambut
(Fibrillia) yang jumlahnya sangat banyak. Pada bagian ujung akar itu
terdapat tudung akar (Calyptra) yang akan melindungi titik tumbuh
dari akar tanaman kakao tersebut. Selain itu pada akar tanaman kakao
ini terdapat juga bulu-bulu akar yang berfungsi untuk menghisap
larutan garam-garam tanah (gambar 3).
Gambar 3. Akar Tanaman Kakao. Sumber : (Siregar, 2000)
Buah kakao merupakan buah buni yang memiliki daging biji yang
sangat lunak. Kulit buah kakao memiliki alur dengan ketebalan 1-2
cm. Buah kakao disebut pod atau tongkol, warnanya macam-macam
dengan ukuran 10-30 cm. Buah yang sudah masak umumnya
berwarna kuning orange. Buah kakao masak setelah 5-6 bulan dari
Akar Primer
(tunggang)
Akar
sekunder
13
proses penyerbukan. Kematangan buah tersebut dapat ditunjukkan
dengan ciri-ciri biji kakao yang terdapat didalam buah terlepas dari
plasenta daging buahnya (gambar 4), sehingga jika buah tersebut
digoncangkan akan menimbulkan bunyi (Sunanto, 1992).
Gambar 4. Susunan biji kakao yang telah matang
Sumber : (Dokumen Pribadi, 2016)
Gambar 5. Morfologi Buah Kakao matang
Sumber : (Dokumen Pribadi, 2016)
Biji kakao tersusun dalam lima baris mengelilingi poros buah.
Jumlahnya beragam, yaitu 20 – 50 butir per buah. Jika dipotong
melintang, tampak bahwa biji disusun oleh dua kotiledon yang saling
melipat dan bagian pangkalnya menempel pada poros lembag (embryo
14
axis). Biji kakao (Gambar 6) berbentuk lonjong, pipih, dan keping
bijinya berwarna ungu gelap. Warna kotiledon biji kakao dominan
putih, namun terdapat beberapa biji yang berwarna ungu muda
(Sunanto, 1992).
Gambar 6. Bentuk biji kakao
Sumber : (Dokumen Pribadi, 2016)
B. Perkecambahan Kakao.
Perkecambahan adalah proses terbentuknya kecambah (plantula).
Kecambah sendiri didefinisikan sebagai tumbuhan kecil yang baru muncul
dari biji dan hidupnya masih tergantung pada persediaan makanan yang
terdapat dalam biji (Tjitrosoepomo, 1988). Kecambah tersebut akan
tumbuh dan berkembang menjadi semaian, yang pada tahap selanjutnya
akan tumbuh menjadi tumbuhan dewasa.
Perkecambahan ditandai dengan munculnya radikula menembus kulit biji
dan sangat dipengaruhi oleh ketersediaan air dalam medium pertumbuhan.
Air akan diabsorbsi oleh biji melalui suatu proses imbibisi dan digunakan
untuk memicu aktivitas enzim-enzim yang akan menghidrolisis cadangan
15
makanan yang disimpan di dalam kotiledon. Enzim yang berperan dalam
hidrolisis cadangan makanan adalah enzim α-amilase, β-amilase dan
protease (Bawley, 1997).
Faktor lingkungan tempat penyemaian dapat berpengaruh terhadap proses
perkecambahan. Dari pengamatan yang dilakukan terhadap biji-biji yang
tidak berkecambah, umumnya mereka rusak karena biji-biji tersebut
hancur berbentuk bubuk menyerupai tepung. Dua faktor yang
mempengaruh perkecambahan benih., yaitu :
1. kondisi benih yang meliputi : kemasakan biji, kerusakan mekanik dan
fisik, serta kadar air biji.
2. faktor luar benih, yang meliputi : suhu, cahaya, oksigen, kelembaban
serta komposisi udara di sekitar biji.
Kehadiran jamur patogen yang mengkontaminasi biji juga dapat
menurunkan viabilitas biji serta menurunkan daya kecambah benih
tersebut.
Biji kakao memiliki tipe perkecambahan epigeal yakni perkecambahan
yang menghasilkan kecambah dengan kotiledon terangkat ke atas
permukaan tanah. Dalam proses perkecambahan, setelah radikula
menembus kulit benih, hipokotil memanjang melengkung menembus ke
atas permukaan tanah. Setelah hipokotil menembus permukaan tanah,
kemudian hipokotil meluruskan diri dan dengan cara demikian kotiledon
yang masih tertangkup tertarik ke atas permukaan tanah juga. Kulit benih
16
akan tertinggal di permukaan tanah, dan selanjutnya kotiledon membuka
dan daun pertama (plumula) muncul ke udara. Beberapa saat kemudian,
kotiledon meluruh dan jatuh ke tanah ( Saleh, 2004).
Menurut Wahyudi, et al. (2008), biji kakao dilindungi oleh daging buah
atau pulpa yang berwarna putih. Ketebalan daging buah bervariasi, ada
yang tebal dan ada yang tipis. Rasa buah kakao cenderung asam manis dan
mengandung zat penghambat perkecambahan. Di sebelah dalam daging
buah terdapat kulit biji atau testa yang membungkus dua kotiledon dan
embrio axis. Biji kakao bersifat rekalsitran dan tidak memiliki masa
dorman. Walaupun daging buah mengandung zat penghambat
perkecambahan, terkadang biji bisa berkecambah, yakni bila pada buah
yang terlambat dipanen daging buahnya telah mengering.
C. Pertumbuhan Kakao.
Pertumbuhan merupakan proses penambahan ukuran dari suatu tubuh
tumbuhan. Adapun pengertian pertumbuhan menurut para ahli Rustam
Adrian, 2004. Pertumbuhan adalah peristiwa perubahan perubahan
biologis yang terjadi pada makhluk hidup. Menurut Istamar Syamsuri
(2004) mengemukakan bahwa pertumbuhan diartikan sebagai pertambahan
jumlah sel suatu organisme dan bersifat tidak dapat kembali. Pertumbuhan
pada suatu makhluk hidup atau organisme dapat diartikan sebagai proses
pertambahan biomassa atau ukuran (berat, volume, atau jumlah) yang
17
sifatnya tetap dan irreversible (tidak dapat balik ke kondisi semula ). Jadi,
pertumbuhan merupakan suatu konsep kuantitatif yang berkaitan dengan
pertambahan massa suatu organisme.
Kakao merupakan tanaman yang cocok tumbuh pada daerah tropis.
Sehingga ada faktor yang akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman
kakao tersebut. Antara lain :
1. Iklim
Ditinjau dari wilayah penanamannya, kakao ditanam pada daerah-
daerah yang berada pada 10o LU-10
o LS. Hal ini erat kaitannya
dengan distribusi curah hujan dan jumlah penyinaran matahari
sepanjang tahun. Kakao juga masih toleran pada daerah 20o LU-20
o
LS. Sehingga Indonesia yang berada pada 5o LU-10
o LS masih sesuai
untuk pertanaman kakao. Ketinggian tempat di Indonesia yang ideal
untuk penanaman kakao adalah < 800 m dari permukaan laut.
2. Tanah
Tanaman kakao akan tumbuh baik pada tanah yang subur, gembur,
dan banyak mengandung bahan organik (humus). Pertumbuhan bibit
kakao juga dipengaruhi jenis tanah yang digunakan sebagai media
(Syamsulbahri, 1996). Tanaman kakao dapat tumbuh dengan baik
pada tanah yang memiliki pH 6-7,5 (Pusat Penelitian Kopi dan Kakao
Indonesia, 2008)
18
D. Tanaman Kelapa.
1. Klasifikasi Kelapa.
Kelapa merupakan komoditas strategis yang memiliki peran sosial,
budaya, dan ekonomi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Hampir
dari semua bagian dari tanaman kelapa dapat dimanfaatkan sehingga
dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya bagi masyarakat
pesisir. Hasil kelapa yang diperdagangkan sejak zaman dahulu adalah
minyak kelapa, yang sejak abad ke 17 telah dimasukkan ke Eropa dari
Asia.
Klasifikasi tanaman kelapa menurut plantamor 2016 :
Regnum : Plantae
Divisio : Magnoliophyta
Classis : Liliopsida
Ordo : Arecales
Familia : Arecaceae
Genus : Cocos
Spesies : Cocos nucifera L.
2. Morfologi Tanaman Kelapa.
Tanaman kelapa terdiri atas akar, batang, daun, bunga, dan buah.
Pohon kelapa tidak memiliki akar tunggang, tetapi akar serabut sangat
banyak sekitar 4000-7000 helai pada pohon yang telah dewasa.
19
Banyak sedikitnya perakaran bergantung pada keadaan pertumbuhan
tanaman dan kesuburan tanah. Pertumbuhan batang pohon kelapa
selalu mengarah keaatas dan tidak bercabang. Hal ini disebabkan
karena pohon kelapa hanya memiliki satu titik tumbuh yang terletak
pada ujung batangnya. Ketinggian batang pohon kelapa mampu
mencapai 30 meter dengan diameter batang antara 30-40 cm.dibagian
ujung pohon kelapa berturut-turut akan tumbuh daun-daun yang
berukuran besar dan lebar. Duduk daun melingkari batang dengan
pangkal daun mengumpul pada ujung batang. Bagian-bagian daun
terdiri atas tangkai/pelepah daun yang bagian pangkalnya melebar dan
tulang/poros daun serta helai daun menyirip berjumlah 100-130 lembar
(Setyamidjaja, 2008).
3. Manfaat Tanaman Kelapa.
Hampir dari semua bagian tanaman kelapa dimanfaatkan oleh
masyarakat Indonesia dapat berupa serabut kelapa dapat dimanfaatkan
menjadi keset, tempurung dapat dibuat berbagai macam kerajinan dan
alat rumah tangga, lidi yang berasal dari tulang daun kelapa
dimanfaatkan untuk membuat sapu dan daun kelapa untuk hiasan
rumah tangga (Cholifah, 2012).
Daun kelapa dimanfaatkan oleh masyarakat Denpasar dan Bandung
sebanyak 23% yang dimanfaatkan sebagai atap rumah. Sedangkan
20
akar kelapa dimanfaatkan sebanyak 2% oleh masyarakat Denpasar dan
Bandung untuk bahan kerajinan. Batang kelapa tua dapat dijadikan
bahan bangunan, jembatan darurat, kerangka perahu dan kayu bakar.
(Pratiwi dkk, 2010).
4. Air Kelapa
Air kelapa merupakan salah satu bagian tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan pertumbuhan tanaman. Air
kelapa yang sering dibuang oleh masyarakat karena diasumsikan tidak
ada manfaatnya selain dijadikan minuman. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan vitamin, mineral. Disamping
kaya mineral, dalam air kelapa juga terdapat 2 hormon alami yaitu
auksin dan sitokinin yang berperan sebagai pendukung pembelahan sel
(Sutyanto, 2009).
Menurut Grardner (1991), pada air kelapa yang masih muda banyak
mengandung hormon auksin dan sitokinin. Sebab auksin dan sitokinin
diproduksi pada jaringan meristematik yang aktif membelah.
Pernyataan tersebut diperkuat dengan pendapat Vigliar (2006) yang
mengatakan bahwa, kandungan mineral, vitamin, sukrosa, dan zat
pengatur tumbuh yang terinduksi pada air kelapa akan menurun
seirirng dengan bertambahnya umur dari kelapa tersebut (Tabel 1 dan
Tabel 2)
21
Tabel 1. Komposisi vitamin, mineral, serta sukrosa pada air kelapa
Air kelapa muda
(mg/100 ml)
air kelapa tua
(mg/100ml)
Vitamin
Vitamin C 8,59 4,50
Riboflavin 0,26 0,25
Vitamin B5 0,60 0,62
Inositol 2,30 2,21
Biotin 20,52 21,50
Piridoksin 0,03 -
Thiamin 0,02 -
Mineral
N 43,00 -
P 13,17 12,50
K 14,11 15,37
Mg 9,11 7,52
Fe 0,25 0,32
Na 21,07 20,55
Mn Tidak terdeteksi Tidak terdeteksi
Zn 1,05 3,18
Ca 24,67 26,50
Sukrosa 4,89 3,45
Air 95,50 91,50
Sumber : (Kristina & Syahid, 2012)
Tabel 2. Komposisi zpt pada air kelapa muda
konsentrasi zpt alami (mg/l)
Sitokinin Auksin
5,8 0,07
Sumber : (Bey, dkk 2006)
Menurunnya kandungan senyawa-senyawa air kelapa karena senyawa-
senyawa tersebut digunakan untuk pembentukan endosperm dari
tektur yang lunak (kelapa muda) menjadi endosperm yang teksturnya
lebih keras (kelapa tua). Pendapat tersebut sama dengan yang
dikemukakan oleh Kristina dkk (2012) bahwa kelapa yang tua
komposisi
22
memiliki teksur endosperm yang keras sedangkan kelapa yang muda
memiliki tekstur endosperm sangat lunak berwarna putih serupa
dengan susu kental dan memiliki kandungan sitokinin dan auksin yang
tinggi.
Kandungan auksin dan sitokinin yang terdapat dalam air kelapa
mempunyai peranan penting dalam proses pembelahan sel sehingga
membantu pembentukan tunas dan pemanjangan batang. Auksin akan
memacu sel untuk membelah secara cepat dan berkembang menjadi
tunas dan batang (Pamungkas dkk. 2009).
Pemberian air kelapa pada tanaman sawi memberikan pengaruh yang
sangat nyata terhadap tinggi tanaman. Dari keempat perlakuan, yang
menunjukan hasil terbaik untuk tinggi tanaman pada tiap minggu
pengamatan adalah perlakuan A4 = volume air kelapa 250 ml. Ini
disebabkan karena pada volume air kelapa 250 ml terdapat cadangan
auksin dan sitokinin yang sesuai untuk menginduksi tinggi tanaman
(Narayaman, 2010).
Air kelapa dapat digunakan untuk membatu mempercepat proses
perkecambahan biji dan pertumbuhan kecambah dari suatu biji.
Dibuktikan dengan pengujian yang telah dilakukan oleh Bey, dkk
(2006), perlakuan air kelapa secara tunggal pada konsetrasi 250ml/l
mampu menghasilkan pembentukan daun dan akar lebih cepat pada
kultur in vitro anggrek ( Phalaenopsis amabilis Bl).
23
Menurut Budiono (2003), pemberian air kelapa dengan konsentrasi
20% dapat menghasilkan pertambahan jumlah daun lebih tinggi pada
tunas bawang merah (Allium ascalonicum L.). Serta pengaplikasian air
kelapa dengan konsentrasi 20 % juga memberikan hasil penambahan
panjang tunas dan jumlah daun pada induksi tunas temulawak
(Kristina & Syahid, 2012).
24
III. METODE PENELITIAN
A. Waktu dan Tempat.
Penelitian ini dilaksanakan dari bulan November sampai Desember 2016 di
Laboratorium Botani Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Universitas Lampung.
B. Alat dan Bahan.
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah kertas merang, gelas plastik
tempat media tanam, spektrofotometer untuk mengukur kandungan klorofil
daun kakao, mortal, botol semprot, neraca digital, oven, kertas label alat tulis,
kamera, beakerglass, tabung reaksi, dan penggaris.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji kakao yang diperoleh
dari perkebunan Kakao Desa Tanjung Sari Kecamatan Kotabumi., air kelapa,
tanah kompos etanol, dan aquades.
25
C. Rancangan Percobaan
1. Tata Letak Perkecambahan.
Penelitian ini menggunkan teknik kertas merang gulung yang diletakkan
dalam beakerglass. Masing-masing beakerglass berisi 100 biji yang
terpisah dalam 10 gulungan kecil. Dengan pemberian air kelapa sebanyak
5 taraf konsentrasi sebagai perlakuan (0% v/v, 15% v/v, 30% v/v, 45%
v/v, 60% v/v). Tata letak satuan percobaan (Perkecambahan) dalam
beakerglass adalah sebagai berikut :
Keterangan :
P = Perlakuan
K1-K5 = konsentrasi air kelapa
2. Tata letak Pertumbuhan.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Rancangan Acak
Lengkap (RAL) dengan faktor tunggal yaitu air kelapa dengan 5 taraf
konsentrasi sebagai perlakuan (0% v/v, 15% v/v, 30% v/v, 45% v/v, 60%
P-K1 P-K2 P-K3
P-K4 P-K5
26
v/v). Yang masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali. Maka
diperoleh 5x5= 25 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan adalah 1
wadah gelas plastik yang berisi kompos dengan 1 kecambah yang sudah
terpilih sebagai objek penelitian. Tata letak satuan percobaan
(Pertumbuhan) dengan metode RAL 5 perlakuan dengan 5 ulangan adalah
sebagai berikut :
Keterangan :
P0-P4 = Konsentrasi Air Kelapa
U1-U5 = Ulangan
D. Variabel dan Parameter
Veriabel bebas dalam penelitian ini adalah konsentrasi air kelapa (Cocos
nucifera L.), sedangkan variabel terikat (tidak bebas) dalam penelitian ini
adalah persentase daya berkecambah biji sebagai variabel proses
perkecambahan biji. Serta variabel pertumbuhan kecambah kakao adalah
P2U1 P3U5 P4U4
P4U3 P2U3
P1U3
P0U2
P3U2 P1U2 P0U3 P4U2
P3U1
P0U4 P4U1 P3U3 P1U1 P2U5
P2U4
P0U5
P1U4 P2U2
P3U4
P4U5
P1U5
P0U1
27
tinggi tanaman, berat segar kecambah, berat kering kecambah, dan
kandungan klorofil a, klorofil b, dan klorofil total.
E. Pelaksanaan
1. Persiapan buah kakao
Buah kakao diambil dari perkebunan terpilih, kemudian buah dibelah
untuk diambil bagian biji yang paling baik yang akan digunakan untuk
perkecambahan dan pertumbuhan.
2. Penentuan Konsentrasi air kelapa
Air kelapa yang digunakan adalah air kelapa muda. Untuk memperoleh
konsentrasi air kelapa yang dibutuhkan sebagai perlakuan, maka
dilakukan pengenceran seperti pada tabel 3.
Tabel 3. Penentuan konsentrasi air kelapa sebagai perlakuan
Nomor
perlakuan
Konsentrasi
Air
Kelapa
Pengenceran
Volume
Air
Kelapa
(ml)
Volume
Aquades
(ml)
P0 0% 0 100
P1 15% 15 85
P2 30% 30 70
P3 45% 45 55
P4 60% 60 40
28
3. Perkecambahan Biji Kakao
Seleksi biji dilakukan dengan meremdam biji dalam air selama 5 menit.
Pilih biji yang bersih dan tenggelam dalam air, karena biji bernas
(memiliki cadangan makanan yang penuh) adalah biji yang tenggelam
saat diremdam. Pilih sebanyak 500 biji yang bernas. Biji yang terpilih
direndam masing-masing 100 biji pada tiap perlakuan air kelapa (0% v/v,
15% v/v,30% v/v, 45% v/v, dan 60% v/v) selama 30 menit.
Lalu biji disusun diatas kertas merang dengan jarak 2 cm dengan jumlah
10 biji untuk satu gulungan. Kemudian kertas merang digulung dan diikat
menggunakan karet gelang. Kertas merang yang telah digulung disusun
berdiri dalam beakerglass yang diberi air kelapa sebanyak 50 ml sesuai
kensentrasi perlakuan. Perhitungan persentase daya berkecambah kakao
dilakukan 7 hari setelah tanam. Menurut ISTA (2006), persentase daya
berkecambah biji dihitung dengan rumus :
Daya berkecambah =
4. Pertumbuhan Kecambah Kakao.
Dipilih kecambah paling baik (normal) yang diperoleh dari proses
perkecambahan biji kakao. Kemudian kecambah ditanam dalam wadah
gelas plastik yang berisi tanah kompos dan dilabel sesuai dengan
konsentrasi perlakuan (1 wadah 1 kecambah). Kelembaban media dijaga
setiap hari dengan disiram setiap hari menggunakan air kran dipagi hari
29
dan air kelapa pada sore hari sebanyak 50 ml setiap 2 hari sekali.
Pertumbuhan kecambah kakao dilakukan selama 4 minggu sejak
kecambah ditanam kedalam media kompos.
Pada minggu keempat di lakukan pengukuran variabel pertumbuhan yang
telah ditentukan (saat kecambah telah menjadi bibit kakao), Sebagai
berikut :
4.1 Tinggi.
Tinggi tanaman kakao diukur dari leher batang sampai ujung bagian
titik tumbuh pada setiap bibit kakao dengan menggunakan penggaris
dinyatakan dalam satuan cm..
4.2 Berat Segar.
Berat segar tanaman kakao diukur dengan timbangan digital
dinyatakan dalam satuan gram.
4.3 Berat Kering.
Berat kering diukur dari tanaman kakao setelah dikeringkan
menggunakan oven dengan suhu 130 0C selama 2 jam dinyatakan
dalam satuan gram.
4.4 Kandungan klorofil
Pengukuran kandungan klorofil dihitung berdasarkan metode
Winterman dan De Mots (1965). Langkah-langkah pengukuran
30
kandungan klorofil yaitu 0,1 gr daun kakao kemudian dilakukan
destruksi dengan 10 ml alkohol 95% dalam erlenmayer kemudian
larutan dimasukkan dalam tabung reaksi.
Ekstrak klorofil diukur absorbansinya dengan menggunakan
spekrofotometer UV-VIS Double Bean masing-masing pada panjang
gelombang 649 nm dan 665 nm. Kandungan klorofil dinyatakan
dalam satuan mg klorofil per gram jaringan yang diekstraksi dan
dihitung berdasarkan persamaaan berikut:
Chla = 13,7.A665 – 5,76.A649 (v/1000.w)
Chlb = 25,8.A649 – 7,60.A665 (v/1000.w)
Chltotal = 20,0.A649 + 6,10.A665 (v/1000.w)
Keterangan:
Chla = Klorofil a
Chlb = Klorofil b
Chltotal = Klorofil total
A649 = Absorbansi pada panjang gelombang 649 nm
A665 = Absorbansi pada panjang gelombang 665 nm
v = Volume alkohol
w = Berat daun
31
F. Analisis Data
Data daya berkecambah biji ditentukan berdasarkan jumlah persentase biji
yang berkecambah. Data hasil pengukura (variabel) pertumbuhan kecambah
biji kakao yang diperoleh diuji homogenitasnya dengan uji Levene, Analisis
Ragam (Anara) dengan α 5%, dan BNT α 5% untuk mengetahui perbedaan
antar perlakuan.
49
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Pemberian air kelapa pada konsentrasi berbeda tidak memberikan efek
tambahan terhadap pertumbuhan tinggi tanaman, berat segar, berat
kering dan kandungan klorofil a tanaman kakao.
2. Konsentrasi air kelapa 30% v/v efektif dan efesien dalam
meningkatkan persentase daya berkecambah biji kakao sebesar 89%
serta meningkatkan kandungan klorofi b dan klorofi total.
B. SARAN
Perlu dilakukan penelitian tanaman kakao (Theobroma cacao L.) lebih
lanjut dengan waktu pengamatan setiap minggu sehingga dapat terlihat
perbedaan di awal perumbuhannya.
50
DAFTAR PUSTAKA
Andrian, R. 2004. Pola Pertumbuhan Tanaman Kakao. Jurnal Hortikultura.
Bey, Y., W. Syafii dan Sutrisna. 2006. Pengaruh pemberian giberelin dan air
kelapa terhadap perkecambahan anggrek bulan. (Phalaenopsis
amabilis BL) secara in vitro J. Biogenesis. 2(2): 41-46
Biber, P.D. 2007. Evaluating a Chlorophyll Content Meter on Three Coastal
Wetland Plant Species. Journal of Agricultural, Food and
Environmental Sciences. Volume 1, Issue 2.
Bewley, J.D. & M. Black (1985). Seed Physiology of Development and
Germination. Plenum Press, New York.
Budiono, D. P. 2004. Multiplikasi In Vitro Tunas Bawang Merah (Allium
ascalonicum L) pada Berbagai Taraf Konsentrasi Air Kelapa. Jurnal
Agronomi.
Cholifah. 2012. Manfaat Tanaman Kelapa.Penebar Swadaya. Jakarta.
Devlin, Robert M. 1975. Plant Physiology Third Edition. New York : D. Van
Nostrand.
Farooq, M; S.M.A. Basra; I. Afzal & A. Khaliq (2006). Optimization of
hydropriming techniques for rice seed invigoration. Seed Science and
Technology, 34, 507–512.
Gardner, F.P., R.B. Pearce, and R.L. Mitchell. 1991. Fisiologi tanaman budidaya.
Terjemahan oleh H. Susilo. Universitas Indonesia (UI Press). Jakarta.
428 hlm.
Himanen, K.; E. Boucheron; S. Vannesse; J. de Almeida-Engler; D. Inze & T.
Beeckman (2002). Auxin-mediated cell cycle activation during early
root initiation. Plant Cell. 14, 2339-2352.
Kartasapoetra, A.G. (2003). Teknologi Benih. Penerbit Rineka Cipta. Jakarta.
51
Kristina, N.N. dan Syahid, S.F. 2012. Pengaruh air kelapa terhadap multiplikasi
tunas in vitro, produksi rimpang, dan kandungan xanthorrhizol
temulawak di lapangan. Jurnal Littri18 (3): Hlm 125-134.
Lingga, P dan Marsono. 2002. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya,
Jakarta. Hal 86-87
Maria, B dan Nio, S.A. 2010. Peranan Air Dalam Perkecambahan Biji. Jurnal
Ilmiah Vol 10 (2): Hlm 191-195.
Matsushima, K.I. & J.I. Sakagami (2013). Effect of seed hydropriming on
germination and seedling vigor during emergence of rice under
different soil moisture conditions. American Journal of Plant
Sciences, 4, 1584–1593.
Minorsky, Peter V. 2012. Bentuk dan Fungsi Tumbuhan. Dalam Biologi Edisi 8
Jilid 2 Neil A Cambell & Jane B. Reece. Diterjemahkan oleh
Wulandari, D.T. Jakarta : Erlangga Hlm.315-409.
Narayaman, S. 2010. Pengaruh penggunaan air kelapa (cocos nucifera) terhadap
pertumbuhan tanaman sawi (brassica juncea l.)
Nasarudin. 2004. Budidaya Kakao dan Beberapa Aspek Fisiologisnya. Fakultas
Pertanian Universitas Hasanudin. Jurusan Budidaya Pertanian.
Makassar.
Ningsih, O.L. 2009. Identifikasi Beberapa Penyakit pada Tanaman Kakao
(Theobroma cacao L) di Desa Bayur Kecamatan Samarinda Utara.
Penelitian FMIPA Universitas Mulawarman.
Pamungkas, F. T., Darmanti, S., dan Raharjo, B. 2009. Pengaruh Kosentrasi dan
Lama Perendaman Dalam Supernatan Kultur Bacilus Sp.2 DUCCBR-
KI. 3 Terhadap Petumbuhan Stek Horizontal Batang Jarak Pagar
(Jatropha curcas L.).
Pancaningtyas, S. 2014. Studi Perkecambahan Benih Kakao Melalui Metode
Perendaman. Jurnal Pelita Perkebunan 30(3): Hlm 190-197.
Plantamor, 2016. Morfologi kakao. http://plantamor.com (diakses pada 22 Juli
2016 pada pukul 22.40 Wib).
Pratiwi, F.M. dan Sutara, P.K. 2013. Etnobotani Kelapa (Cocos Nucifera L.) Di
Wilayah Denpasar Dan Badung. Jurnal Simbiosis I (2) : 102- 111
Prawoto, A.A.; W. Soerodikoesoemo; S. Sastriowinoto & H. Hartiko (1990).
Kajian okulasi pada tanaman kakao (Theobroma cacao L.) V.
52
Pengaruh batang bawah terhadap daya hasil batang atas. Pelita
Perkebunan, 6, 13–20.
Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia. 2008. Budidaya Kakao. Agromedia
Pustaka. Jakarta
Riyadi, I. 2014. Media Tumbuh : Penggunaan Zat Pengatur Tumbuh dan Bahan-
bahan Lain. Materi disampaikan pada Pelatihan Kultur Jaringan
Tanaman Perkebunan. BPBPI Bogor 19 – 23 Mei 2014.
Saleh, S.M. (2004). Pematahan dormansi benih aren secara fisik pada berbagai
lama ekstraksi buah. Agrosains, 6, 78–83.
Setyamidjaja. 2008. Morfologi tanaman Kelapa. Kanisius. Yogyakarta.
Siregar, T,H,S. S, Riyadi. L, Nuraeni. 2000. Budidaya Pengolahan dan Pemasaran
Coklat. Penebar Swadaya. Jakarta
Sudjadi, B dan Laila, S. 2007. Biologi Sains dalam Kehidupan 2A Semester
Pertama. Surabaya : Yudhistira.
Sunanto H. 1992. Coklat, Budidaya dan Pengolahan Hasil. Yogyakarta: Kanisius.
Suryanto, E. 2009. Air Kelapa Dalam Media Kultur Anggrek. Erlangga.
Susanto FX. 1994. Tanaman Kakao-Budidaya dan Pengolahan Hasil.
Yogyakarta: Kanisius.
Sutopo, L. (2002). Teknologi Benih. Raja Grafindo Persada, Jakarta.
Syamsulbahri, 1996, Bercocok Tanam Perkebunan Tahunan. UGM Press.
Yogyakarta.
Taiz, L, and E. Zeiger. 1998. Plant Physiology2nd ed. Sinaeur Asociaes, Inc. Pub.
Sunderland.
Tjitrosoepomo, Gembong, 1988, Taksonomi Tumbuhan (Sperma thopyta),
Yogyakarta : Universitas Gadjah Mada.
Vigliar, R., V.L. Sdepanian, and U. Fagundes-neto. 2006. Biochemical profile of
coconut water from coconut palms planted in an inland region. J. de
Pediatria. 82(4): 308-312.
Wahyudi. 2008. Kakao. Penebar Swadaya, Bogor.
Weier, T. E. 1982. Botany. Jhon Willey and Sons Publishing.Canada.
53
Wintermans, J.F.G.M and De Mots, A. 1965. Spectrophotometric charat\cteristics
of Chlorophylls a and b and their pheophytins in etanol. Biochimia
Biophysica Acta, 109: 448-453.
top related