pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi, hasil pembahasan, kesimpulan dan saran, daftar pustaka
Post on 24-Oct-2015
347 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Broiler atau dikenal juga dengan ayam niaga pedaging merupakan jenis ras
unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya
produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Pemeliharaan
broiler hanya membutuhkan waktu yang singkat. Broiler mampu memproduksi
daging secara optimal dengan hanya mengkonsumsi ransum dalam jumlah relatif
sedikit.
Ransum merupakan gabungan dari beberapa bahan yang disusun
sedemikian rupa dengan formulasi tertentu untuk memenuhi kebutuhan ternak
selama satu hari dan tidak mengganggu kesehatan ternak. Ransum dapat
dinyatakan berkualitas baik apabila mampu memberikan seluruh kebutuhan
nutrien secara tepat, baik jenis, jumlah, serta imbangan nutrien tersebut bagi
ternak. Faktor penting yang harus diperhatikan dalam formulasi ransum broiler
adalah kebutuhan protein, energi, serat kasar, Ca dan P. Komponen nutrient
tersebut sangat berpengaruh terhadap produksi broiler terutama untuk
pertumbuhan dan produksi daging. Selain itu diperlukan tambahan feed additive
kedalam ransum untuk meningkatkan pertumbuhan dan daya tahan tubuh broiler.
Feed additive adalah pakan tambahan yang berasal dari zat non gizi. Feed
additive yang ditambahkan pada umumnya menggunakan antibiotik. Fungsi feed
additive adalah untuk menambah vitamin-vitamin, mineral, dan antibiotic dalam
ransum, menjaga dan mempertahankan kesehatan tubuh terhadap serangan
penyakit dan pengaruh stress, merangsang pertumbuhan badan (pertumbuhan
daging menjadi baik) dan menambah nafsu makan , meningkatkan nafsu
meningkatkan produsi daging maupun telur. Penggunaan antibiotik sebagai feed
additive menghasilkan residu dalam karkas broiler. Apabila daging ayam
dikonsumsi dikhawatirkan akan menjadi resistensi terhadap antibiotik. Maka
diperlukan feed additive yang bukan antibiotik.
Salah satu feed additive alami yang berpotensi untuk menggantikan feed
additive komersial adalah daun katuk (Sauropus androgynus). Berdasarkan hasil
penelitian, daun katuk kaya akan β- karotin yaitu sebanyak 10.020 µg. Ini berarti
pemberian daun katuk dan ekstraknya dapat meningkatkan kadar pigmen terutama
β-karotin dalam karkas broiler. Selain itu, β-karotin sebagai provitamin A dapat
diubah menjadi vitamin A. Jadi pemberian tepung daun katuk dapat meningkatkan
kadar β- karotin dan vitamin A dalam karkas broiler. Sementara itu, kunyit juga
telah lama dikenal sebagai bumbu masak yang mampu menurunkan bau amis dan
anyir pada produk hewan. Senyawa aktif dalam kunyit yang berpotensi untuk
menurunkan lemak sekaligus sebagai zat antibakteri serta zat antioksidan adalah
curcumin beserta turunannya
Permasalahan
Penggunaan antibiotik sebagai feed additive selama ini memberikan
dampak atau pengaruh yang negatif diantaranya adanya residu dan resistensi
bakteri sehingga akan membahayakan ternak atau manusia yang mengkonsumsi
produk peternakan. Oleh karena itu, diperlukan bahan-bahan alternatif yang aman,
alami dan mudah didapat serta ekonomis sebagai pengganti fungsi feed additive .
Penambahan tepung daun katuk dan rimpang kunyit merupakan salah satu upaya
yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut. Daun katuk mengandung
2
antioksidan dan kunyit mengandung curcumin dapat memperbaiki kecernaan dan
penyerapan zat-zat makanan yang diperlukan untuk pertumbuhan broiler.
Diharapkan dengan penambahan tepung daun katuk dan tepung rimpang kunyit
dapat memperbaiki penampilan bagian-bagian karkas dan organ dalam broiler.
Hipotesis
Diduga dengan penambahan tepung daun katuk dan tepung rimpang kanyit
dalam ransum dapat berpengaruh terhadap persentase berat bagian-bagian karkas
dan organ dalam pada ayam broiler.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan tepung
daun katuk dan kunyit dalam ransum terhadap persentase berat bagian-bagian
karkas dan organ dalam ayam broiler.
Kegunaan penelitian ini adalah sebagai sumber informasi bagi masyarakat
tentang penambahan tepung daun katuk dan kunyit sebagai feed additive dalam
ransum terhadap persentase berat bagian-bagian karkas dan organ dalam ayam
broiler.
3
TINJAUAN PUSTAKA
Gambaran Umum Broiler
Broiler adalah ayam jantan atau betina yang umumnya dipanen pada
umur 5-6 minggu dengan tujuan sebagi penghasil daging (Kartasudjana dan
Suprijatna, 2006). Broiler telah dikenal masyarakat dengan berbagai
kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen (Rasyaf, 1996).
Menurut Indro (2004), broiler merupakan hasil rekayasa genetika dihasilkan
dengan cara menyilangkan sanak saudara. Kebanyakan induknya diambil dari
Amerika prosesnya sendiri diawali dengan mengawinkan sekelompok ayam
dalam satu keluarga, kemudian dipilihlah turunannya yang tumbuh paling cepat.
Diantara mereka disilangkan kembali. Keturunannya diseleksi lagi, yang cepat
tumbuh kemudian dikawinkan dengan sesamanya. Demikian seterusnya hingga
diperoleh ayam yang paling cepat tumbuh disebut ayam broiler. Ayam ini mampu
membentuk 1 kg daging atau lebih dalam tempo 30 hari, dan bisa mencapai 1,5 kg
dalam waktu 40 hari.
Broiler memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dagingnya
empuk, ukuran badan besar, bentuk dada lebar, padat dan berisi, efisiensi terhadap
pakan cukup tinggi, sebagian besar dari pakan diubah menjadi daging dan
pertambahan bobot badan sangat cepat. Sedangkan kelemahannya adalah
memerlukan pemeliharaan secara intensif dan cermat, relatif lebih peka terhadap
suatu infeksi penyakit dan sulit beradaptasi (Murtidjo, 1987). Pertumbuhan yang
paling cepat terjadi sejak menetas sampai umur 4-6 minggu, kemudian mengalami
penurunan dan terhenti sampai mencapai dewasa (Kartasudjana dan Suprijatna,
2006).
Daun Katuk
Katuk (Sauropus androgynus) merupakan salah satu jenis tanaman semak
yang tergolong dalam suku jarak-jarakan (Euphorbiaceae), dengan ketinggian
mencapai 2-3 m. Katuk dapat tumbuh pada ketinggian 0-1500 m diatas
permukaan laut. Toksonomi tanaman Katuk dapat diklasifikasikan sebagai berikut
(Anonima, 2011) :
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Malpighiales
Famili : Phyllanthaceae
Genus : Sauropus
Spesies : Sauropus androgynus
Ciri-ciri tanaman katuk adalah cabang-cabang agak lunak, daun tersusun
selang-seling pada satu tangkai, berbentuk lonjong sampai bundar dengan panjang
2,5 cm, dan lebar 1,25-3 cm (Anonimb, 2008). Katuk (Sauropus androgynus)
merupakan tanaman obat-obatan tradisionil yang mempunyai zat gizi tinggi,
sebagai antibakteri, dan mengandung beta karoten sebagai zat aktif warna karkas.
Senyawa fitokimia yang terkandung di dalamnya adalah : saponin, flavonoid, dan
tanin, isoflavonoid yang menyerupai estrogen ternyata mampu memperlambat
berkurangnya massa tulang (osteomalasia), sedangkan saponin terbukti berkhasiat
5
sebagai antikanker, antimikroba,dan meningkatkan sistem imun dalam tubuh
(Santoso, 2009).
Menurut Santoso, dkk (2008), Daun katuk kaya akan besi, provitamin A
dalam bentuk β-carotene, vitamin C, minyak sayur, protein dan mineral lainnya.
Daun katuk tua terkandung air 10,8%, lemak 20,8%, protein kasar, 15.0%, serat
kasar 31,2%, abu 12,7%, dan BETN 10.2%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dalam tepung daun katuk mengandung air 12%, abu 8,91%, lemak 26,32%,
protein 23,13%, karbohidrat 29,64%, β-carotene (mg/100 g) 165,05 dan energi
(kal) 134,10. Sedangkan menurut Rahayu dan Lenawati (2005), Kandungan
Nutrisi daun katuk per 100 g mempunyai komposisi protein 4,8 g, lemak 1 g,
karbohidrat 11 g, kalsium 204 mg, fosfor 83 mg, besi 2,7 mg, vitamin A 10370 SI,
vitamin B1 0,1 mg, vitamin C 239 mg, air 81 g. Daun katuk mengandung
khlorofil yang cukup tinggi, daun tua 65,8 spa d/mm2, daun muda 41,6 spa
d/mm2 dapat digunakan sebagai pewarna alami memberi warna hijau.
Selain zat-zat gizi tersebut di atas, daun katuk juga mengandung senyawa
metabolik sekunder yaitu monomrthyl succinate dan cis-2-methyl cyclopentanol
asetat (ester), asam benzoat dan asam fenil malonat (asam karboksilat), 2-
pyrolodinon dan methyl pyroglutamate (alkaloid), saponin, flavonoid dan tanin.
Senyawa-senyawa tersebut sangat penting dalam metabolisme lemak, karbohidrat
dan protein dalam tubuh. Tannin menyebabkan gangguan pada proses pencernaan
dalam saluran pencernaan sehingga menurunkan pertumbuhan. Selain itu, saponin
meningkatkan permeabilitas sel mukosa usus halus, yang berakibat penghambatan
transport nutrisi aktif dan menyebabkan pengambilan/penyerapan zat-zat gizi
6
dalam saluran pencernaan menjadi terganggu. Unggas lebih sensitif terhadap
saponin daripada ternak monogastrik lainnya. Hal ini menyebabkan turunnya
pertambahan berat badan. (Santoso, dkk., 2004).
Pemberian ekstrak daun katuk juga mampu meningkatkan warna kuning
pada kaki dan kulit karkas ayam broiler. Hal ini sangat wajar karena ekstrak daun
katuk ini kaya akan beta-carotene. Pemberian ekstrak daun katuk ternyata mampu
meningkatkan rasa daging. Peningkatan rasa daging dipengaruhi oleh beberapa zat
kimia. Pada daging broiler, inosinin monofosfat (IMP), K+ dan asam glutamat
sangat berperan dalam penentuan rasa daging ayam. Perubahan ATP menjadi IMP
sangat menentukan rasa daging. Ekstrak daun katuk kaya akan mineral kalium dan
metilpiroglutamat yang dalam tubuh dapat diubah menjadi asam glutamat. Kalium
dan asam glutamat merupakan senyawa utama penyebab rasa enak pada daging
ayam broiler. Selain itu, ekstrak daun katuk juga mampu menurunkan susut
masak daging ayam. Daging dengan susut masak yang rendah mempunyai
kualitas daging yang lebih baik, karena kehilangan nutrisi selama pemasakan akan
lebih sedikit. Semakin rendahnya susut masak oleh ekstrak daun katuk mungkin
disebabkan oleh meningkatnya protein daging. Semakin meningkatnya protein
daging maka kemampuannya untuk mengikat air akan meningkat sehingga cairan
yang keluar selama pemasakan akan terhambat. Peningkatan protein daging oleh
pemberian ekstrak daun katuk sangat mungkin karena ekstrak tersebut kaya akan
protein (Santoso, 2009).
Rimpang Kunyit
Kunyit merupakan tanaman herbal dan tingginya dapat mencapai 100 cm.
Batang kunyit semu, tegak, bulat, membentuk rimpang dan berwarna hijau
7
kekuningan. Kunyit berdaun tunggal, berbentuk lanset memanjang, helai daun
berjumlah 3-8, ujung dan pangkal daun runcing, tepi daun rata, pertulangan
menyirip dan berwarna hijau pucat. Keseluruhan rimpang membentuk rumpun
rapat, berwarna orange, dan tunas mudanya berwarna putih. Akar serabut
berwarna cokelat muda. Bagian tanaman yang digunakan adalah rimpang atau
akarnya. Rimpang kunyit mengandung minyak atsiri dan mengandung kurkumin.
(Mahendra, 2005).
Kunyit memiliki klasifikasi taksonomi sebagai berikut (Anonimc, 2011):
Kerajaan : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Zingiberales
Famili : Zingiberaceae
Genus : Curcuma
Species : Curcuma domestica
Rimpang kunyit yang matang mengandung beberapa komponen antara lain
minyak volatil, campuran minyak (lemak), zat pahit, resin, protein, selulosa, dan
pati. Komponen utamanya adalah pati dengan jumlah berkisar antara 40-50% dari
berat kering. Kunyit mempunyai rasa dan bau yang khas, yaitu pahit dan getir
serta barbau langu. Kunyit berwarna kuning atau jingga pada bagian dalamnya
dan berwarna kecoklatan serta bersisik pada bagian luarnya serta mempunyai
tekstur yang keras tetapi rapuh (Yongki, 2009).
Kunyit merupakan jenis temu-temuan yang mengandung zat aktif seperti
minyak atsiri dan senyawa kurkumin. Kandungan bahan kimia yang sangat
8
berguna adalah curcumin yaitu diarilhatanoid yang memberi warna kuning. Selain
itu kandungan kimianya adalah tumeron, zingiberen yang berfungsi sebagai anti-
bakteria, anti-oksidan dan anti-inflamasi (anti-radang) serta minyak pati yang
terdiri dari turmerol, fellandren, kanfer, curcumon dan lain-lain. Komposisi kimia
kunyit Kadar Air 6,0%, Protein 8,0 Karbohidrat 57,0 Serat Kasar 7,0%, Bahan
mineral 6,8% Minyak volatile 3,0% Kurkuma 3,2% Bahan non volatil 9,0%
(Bintang dan Nataamijaya, 2005).
Kandungan kunyit yaitu minyak atsiri (3-5%) terdiri dari senyawa
dialfapelandren 1%, disabeneli 0,6%, cineol 1%, borneol 0,5%, zingiberen 25%
tirmeron 58%, seskuiterpen alcohol 5,8%, alfatlanton dan gamma atlanton, pati
berkisar 40-50%, kurkumin 2,5-6% (Agustina dan Sri, 2009).
Menurut Riyadi (2009), rimpang tanaman kunyit bermanfaat sebagai anti
inflamasi, anti oksidan, anti mikroba dan kunyit dapat meningkatkan kerja organ
pencernaan unggas adalah untuk merangsang dinding kantong empedu
mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang
mengandung enzim amylase, lipase dan protease yang berguna untuk
meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti karbohidrat, lemak, dan protein.
Disamping itu minyak atsiri yang dikandung kunyit dapat mempercepat
pengosongan isi lambung.
Fungsi dan kegunaan kunyit memberi aroma harum dan rasa, bersifat
bakterisidal terhadap bakteri golongan Bacillus cereuss, Bacillus subtitis, dan
Bacillus megaterium. Selain itu dapat menghambat pertumbuhan sel vegetatif
Bacillus dan menghambat pertumbuhan sporanya. Warna kuning orange pada
9
rimpang dan memberi karakter kepedasan yang lembut, antibakteri, antiradang,
anti-inflamasi, memperlancar pengeluaran empedu (Agustina dan Sri, 2009)
Bagian-bagian Karkas Broiler
Karkas ayam adalah bobot tubuh ayam setelah dipotong dikurangi kepala,
kaki, darah, bulu serta organ dalam (Abubakar dkk, 1991). Karkas ayam
dibedakan menjadi karkas kosong yaitu ayam yang telah disembelih dan dikurangi
dengan darah, alat tubuh bagian dalam, kepala dan kaki. Karkas ini yaitu karkas
kosong segarnyang diisi dengan hati, jantung dan rempela yang telah dibersihkan.
Persentase karkan sering digunakan untuk menilai produksi ternak daging
(Priyatno, 2003).
Murtidjo (1987) menyatakan, bahwa rata-rata berat karkas ayam berkisar
antara 65-75% dari berat hidup pada waktu siap potong. Selanjutnya North
(1972) menyatakan, persentase karkas pada ayam umur 7 minggu sekitar 65,7%
untuk ayam betina dan 6,5% untuk ayam jantan.
Menurut Zaenab, dkk (2005), persentase bagian-bagian karkas adalah
persentase karkas dada sekitar 23,45 -25,5% dan dada merupakan bagian yang
banyak mengandung daging, persentase karkas paha sekitar 21,80%, persentase
karkas punggung sekitar 20%, dan persentase karkas sayap 8,6%.
Soeparno (1992), menyatakan faktor yang mempengaruhi karkas adalah
bangsa, jenis kelamin, umur, berat tubuh, hormone dan makanan. Umur
berpengaruh terhadap berat karkas yang disebabkan oleh adanya perubahan alat-
alat tubuh terutama penambahan dari lemak karkas.
Menurut Murtidjo (2003), menyatakan, bahwa ada beberapa faktor yang
mempengaruhi persentase karkas yaitu sebagai berikut :
10
a. Pengaruh rasa dan aroma
Pengaruh terhadap rasa dan aroma berkaitan dengan komposisi bahan baku
makanan yang dikonsumsi selama pemeliharaan. Penggunaan bahan baku
gandum, menghasilkan jaringan daging yang kering. Bahan baku jagung akan
menghasilkan susunan jaringan daging yang lembut, serta aroma terbaik.
Penggunaan bahan baku tepung ikan akan menghasilkan daging dengan rasa dan
aroma ikan. Penggunaan susu bubuk dalam penyusunan pakan akan memperbaiki
rasa dan aroma daging, karena susu bubuk membantu menghasilkan lemak
dibawah permukaan kulit.
b. Cacat karkas
Cacat karkas berkaitan dengan cara penangkapan yang kasar, keranjang
tempat ayam yang terlalu padat, sehingga menyebabkan tulang mudah patah
maupun memar. Darah pada jaringan yang terkena benturan akan teroksidasi,
selanjutnya mengalami perubahan warna menjadi merah dan biru. Karkas broiler
yang demikian berkualitas rendah, karena akan lebih mudah tercemar
mikroorganisme, dan mudah membusuk. Begitu juga halnya penanganan yang
kasar selama pengolahan, yang menyebabkan kulit tersobek, mengurangi rasa dan
aroma daging. Disamping itu secara hieginis daging kurang terjamin.
c. Cara pemeliharaan
Cara pemeliharaan juga mempunyai kaitan dengan kualitas persentase
karkas broiler. Ayam broiler yang dipelihara dalam kandang lantai yang
11
beralaskan litter akan memiliki karkas yang baik. Sebaliknya jika dipelihara di
atas lantai (tanpa alas) sering menderita memar dada sehingga kualitasnya
berkurang.
d. Cara pemotongan
Cara pemotongan ayam broiler yang kurang baik juga berpengaruh terhadap
kualitas karkas. Karkas broiler yang berkulit kemerah-merahan menandakan
masih terdapat darah tersisa didalamnya. Padahal pada pemotongan yang
sempurna, darah harus dikeluarkan tuntas. Dengan demikian bisa diharapkan
karkas memiliki lepas potong.
e. Penanganan lepas potong
Setelah dipotong, daging diawetkan dengan dimasukkan pada alat
pendingin. Pendingin yang tidak baik akan mempercepat proses pembusukan
karkas. Pengawetan daging dengan proses pembekuan yang paling baik adalah
pembekuan dengan suhu minus 40oC selama 6 jam. Pada suhu ini seluruh partikel
daging membeku, dan bagian luar seakan-akan membeku menjadi lapisan es.
Bagian Organ Dalam Broiler
Menurut Branion (1963) dalam Nugroho (2010), Viscera adalah bagian
organ dalam atau jeroan dari ternak ayam setelah dipisahkan dari tubuh dan
sebelum dibersihkan giblet (hati, empedal, jantung), serta timbunan lemak pada
empedal. Bobot viscera dipengaruhi oleh jumlah pakan, tekstur pakan, kandungan
serat pakan, dan pakan tambahan berupa grit yang mempengaruhi besar empedal,
sehingga bobot viscera pun meningkat. Menurut Cole dan Ronning (1974) dalam
12
Nugroho (2010), Proporsi viscera pada ayam broiler yang dipanen pada umur 8
minggu adalah 14, 3%-15,9%
Menurut Ensiminger (1998), persentase bagian yang dipisahkan sebelum
menjadi karkas adalah hati/jantung 1,50%, rempela 1,50%, paru-paru 0,90%, usus
8%, leher/kepala 5,60%, darah 3,50%, kaki 3,90%, bulu 6%, karkas 60,10% serta
air 9%.
Hati merupakan organ yang berperan dalam sekresi empedu, metabolisme
lemak, karbohidrat, zat besi, fungsi dedoktofikasi serta berperan dalam
metabolisme dan penyerapan vitamin (Ressang, 1984).
Pankreas terletak diatara lengkungan duodenum pada usus halus yang
bertanggung jawab pada sekresi enzim pencernaan dan sekresi hormon. Pankreas
berfungsi mensekresikan enzim amylase, lipase, protease, enzim proteolitik, dan
sodium bikarbonat untuk membantu pencernaan karbohidrat, protein, dan lemak
(Putnam, 1991).
Menurut Ressang (1984), jantung mempunyai daya besar dalam
menyesuaikan diri pada perubahan dalam tubuhnya, besar jantung sangat
dipengaruhi oleh jenis, umur, besar dan aktivitas hewan. Unggas umumnya
memiliki ukuran jantung dan bervariasi, berat jantung rata-rata adalah 0,5 – 1,42%
dari berat hidup.
Rempela memiliki dua pasang otot yang sangat kuat sehingga ayam
mampu menggunakan tenaga yang kuat. Mukosa permukaan gizzard sangat tebal.
Partikel makanan yang berukuran besar akan cepat dipecah menjadi partikel yang
sangat kecil (secara mekanik) sehingga bisa masuk ke saluran pencernaan. Pada
rempela juga mengandung bahan-bahan yang mudah terkikis seperti pasir, karang
13
dan kerikil. Fungsi rempela adalah menggiling dan menghancurkan makanan
menjadi partikel-partikel yang lebih kecil yang biasanya dibatu oleh grit. Berat
rempela adalah 1,6 -2,3% dari berat hidup (Suprijatna, dkk., 2005).
14
MATERI DAN METODE PENELITIAN
Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan April-Mei 2011. Penelitian
Penambahan Tepung Daun Katuk dan Tepung Rimpang Kunyit dalam Ransum
bertempat di Laboratorium Industri dan Teknologi Pengolahan Pakan dan analisis
kandungan daun katuk dan kunyit dilaksanakan di Laboratorium Kimia Makanan
Ternak Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Materi Penelitian
Meteri yang digunakan pada penelitian ini adalah Day Old Chick (DOC)
sebanyak 64 ekor, konsentrat, jagung kuning, dedak padi, tepung daun katuk,
tepung rimpang kunyit, viterna, vaksin gumboro, Vaksin NDB1 dan vaksin ND
lasota.
Penelitian ini menggunakan alat-alat seperti timbangan, kandang koloni
(colony cage) yang terbuat dari kayu yang beralaskan ran kawat dan berukuran
berukuran 4m x 2m yang dibagi menjadi 16 petak dan tiap petak berukuran 1m x
0,5m, tiap petak masing-masing dilengkapi dengan tempat makan dan minum,
balon pijar 40 watt serta peralatan lain seperti timbangan, cutter, pisau, oven,
kompor, panci, gilingan sampel.
Metode Penelitian
Rancangan Percobaan
Penelitian ini dirancang dengan menggunakan rancangan acak lengkap
(RAL) (Gazper, 1991) yang terdiri dari 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah tepung daun katuk dan tepung
rimpang kunyit dimana,
P0 : ransum dasar (Kontrol)
P1 : Ransum Dasar + 1% Tepung Daun Katuk
P2 : Ransum Dasar + 1% Tepung Rimpang Kunyit
P3 : Ransum Dasar + 0,5% Tepung Daun Katuk + 0,5% Tepung Rimpang Kunyit
Tabel 1. Komposisi Zat-Zat Makanan Setiap Bahan Pakan (%) yang digunakan Selama Penelitian
No. Jenis pakan PK (%)EM
(Kkal/kg)LK(%) SK(%) Ca(%) P(%)
1. Konsentrat ** 38,00 2298 6,62 8,67 3,22 2,212. Dedak Padi * 12,00 1630 7,90 8,20 0,12 0,503. Jagung Kuning * 9,00 3430 3,80 2,50 0,02 0,10
4.Tepung Daun Katuk**
27,87 1834 6,09 14,72 3,28 0,95
5. Minyak kelapa** - 8900 100 - - -
6.Tepung Rimpang Kunyit**
8,39 2828 13,67 12,77 - -
Sumber : * = Anggorodi (1985) ** = Analisa Laboratorium Kimia Makanan Ternak 2011
Tabel 2. Kandungan Nutrisi Ransum yang digunakan Tiap Perlakuan
JENIS PAKANPERLAKUAN
P0 P1 P2 P3
Konsentrat (%) 35 35 35 35Dedak Padi (%) 12 12 12 12Jagung Kuning (%) 50 50 50 50Minyak Kelapa (%) 3 3 3 3Total (%) 100 100 100 100Tepung Daun Katuk (%) 0 1 0 0,5Tepung Rimpang Kunyit (%) 0 0 1 0,5Kandungan Nutrisi PakanPK (%) 19,24 19,52 19,32 19,42EM (Kkal/kg) 2981,9 3000,24 3010,18 3005,21LK (%) 8,16 5,22 8,30 8,26SK (%) 5,28 5,41 5,39 5,40Ca (%) 1,15 1,18 1,15 1,17P (%) 0,88 0,89 0,88 0,89
Keterangan : Hasil Perhitungan Berdasarkan Komposisi Zat-zat Makanan Bahan Pakan dari Tabel 1.
16
Pembuatan Tepung Daun Katuk dan Tepung Rimpang Kunyit
Penelitian ini dimulai dengan pembuatan tepung daun katuk dengan
metode daun katuk keringan dalam oven. Setelah kering daun katuk ditumbuk
menjadi tepung. Tepung yang diperoleh kemudian direndam air selama 30 menit
dimana perbandingan daun katuk dengan air adalah 1:5. Setelah itu, disaring. Hasil
saringan kemudian dikeringkan pada suhu 50˚C selama 36 jam. Sedangkan untuk
pembuatan tepung rimpang yaitu rimpang kunyit segar dijemur di bawah sinar
matahari sampai kering (kadar air sekitar 10%). Kunyit kering kemudian digiling
sampai menjadi tepung. Berikut diagram alur pembuatan tepung daun katuk dan
tepung rimpang kunyit
Gambar 1. Diagram Alur Pembuatan Tepung Daun Katuk.
17
Pengeringan dalam oven bersuhu 50˚-60˚C selama 3 hari
Vartikel diperkecil
Daun katuk direndam air 1:5 selama 30 menit (Santoso, 2010)
Tepung daun katuk siap pakai
Dihaluskan dengan menggunakan
gilingan sampel
Pengeringan dalam oven bersuhu 50˚-60˚C selama 3 hari
Daun Katuk Segar
Gambar 2. Diagram Alur Pembuatan Tepung Rimpang Kunyit
Pemeliharaan Broiler
Day Old Chick (DOC) strain SR 707 adalah hasil persilangan antara ayam
Cornish dan Playmouth Rock yang memang dikhususkan untuk memproduksi
daging, DOC ini ditetaskan di Hatchery Maros DOC yang digunakan berjumlah
64 ekor. Pada saat chick in DOC diberi air gula pasir untuk memenuhi kebutuhan
energi yang hilang dalam perjalanan dan empat jam kemudian DOC diberi pakan
berupa butiran. DOC ditempatkan dalam kandang panggung yang diberi 4 macam
perlakuan, tiap perlakuan terdiri atas 4 petak kandang, tiap petak diisi 5 ekor
broiler yang dilengkapi dengan tempat makan dan minum serta balon lampu pijar
masing-masing 1 buah.
Pemeliharaan broiler melalui 2 tahap pemeliharaan, pertama broiler
diberikan ransum butiran selama 21 hari dan pemeliharaan ke 2 yaitu umur 22
18
Kunyit segar
Dikuliti dan dipotong-potong
Pengeringan dalam oven selama 3 hari
dihaluskan dengan menggunakan gilingan sampel
Tepung kunyit siap pakai
sampai 42 hari diberikan perlakuan daun katuk dan kunyit. Sebelum diberi
perlakuan, broiler ditimbang untuk mendapat berat homogeni sebanyak 64 ekor
dan secara acak dimasukkan ke dalam petak kandang
Pencegahan penyakit ND, maka dilakukan vaksinasi dengan
menggunakan vaksin strain NDBI melalui tetes mata pada umur 3 hari. Vaksin
gumboro diberikan pada umur 14 hari dan vaksin ND lasota diberikan pada umur
21 hari melalui injeksi (suntik). Air minum dan ransum diberikan secara ad
libitum.
Parameter yang Diukur
1. Persentase Berat Bagian Karkas
Pengukuran persentase berat bagian-bagian karkas menurut Zaenab dkk (2005) :
pesentasebagian karkas=berat bagian−bagiankarkas(g)
Berat karkas(g)x 100 %
2. Persentase Berat Organ dalam
Pengukuran berat organ dalam diperoleh dari pembagian antara bobot organ
dalam (hati, pancreas, jantung, rempela) dengan bobot hidup broiler dikalikan
dengan 100% setelah disisihkan lemak yang melekat (Auza, 2010).
Persentaseberat∨gan dalam=berat organ dalam broilerberat hidup broiler
x100 %
Pengolahan Data
Data yang diperoleh di analisis dengan menggunakan analisis ragam
sesuai dengan rancangan Acak Lengkap (RAL) dan perlakuan yang memberi
pengaruh nyata di Uji Kontras Ortogonal (Steel dan Torrie. 1989).
19
Adapun model matematikanya yaitu :
Yij = µ + τί + εij
Keterangan :
Yij = Hasil pengamatan dari perubah pada penggunaan tepung daun katuk dan Kunyit ke-I dengan ulangan ke-j.
µ = Rata-rata pengamatan
τί = Pengaruh perlakuan i
εij = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan ke-i dan ulangan ke-j
i = 1, 2, 3 dan 4
J = 1, 2, 3 dan 4
20
HASIL DAN PEMBAHASAN
Persentase Berat Bagian-Bagian Karkas Broiler
Rata-rata persentase berat bagian-bagian karkas broiler masing-masing
perlakuan dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rata-rata Persentase Bagian-bagian Karkas Broiler.
Parameter yang diukurPerlakuan
P0 P1 P2 P3
Persentase karkas dada(%) 33,67 34,09 33,52 32,26
Persentase karkas paha (%) 30,96 30,44 33,45 34,54
Persentase karkas punggung (%) 23,77 23,48 22,38 20,72
Persentase karkas sayap (%) 11,49 11,81 11,23 12,98
Sumber : Data Primer, 2011.
Persentase Berat Bagian-Bagian Karkas
Sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung daun katuk, tepung
rimpang kunyit serta kombinasinya tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap
persentase berat bagian-bagian karkas, baik pada karkas dada, paha, punggung
maupun sayap. Rata-rata persentase berat bagian-bagian karkas secara biologis
tiap perlakuan P0, P1, P2, P3, tertera pada Tabel 3. Tidak adanya pengaruh secara
statistik mungkin disebabkan karena kandungan feed additive yang berupa
antibiotic zinc bacitracin dalam konsentrat yang diberikan dalam ransum lebih
berpengaruh dibanding dengan zat bioaktif dalam daun katuk dan kunyit.
Yamin (2008) menyatakan bahwa Penggunaan antibiotik sebagai feed
additive dalam pakan broiler sangat berperan dalam memicu pertumbuhan dan
meningkatkan efisiensi pakan. Flavomycin dan Bacitracin dapat digunakan
sebagai feed additive dalam ransum broiler. Dalam daun katuk terdapat senyawa
flavonoid. Kegunaan flavonoid sebagai antioksidan telah banyak diteliti, dimana
flavonoid memiliki kemampuan untuk merubah atau mereduksi radikal bebas dan
juga sebagai anti radikal bebas (Rukmana, 2003). Sedangkan senyawa aktif utama
dalam kunyit adalah curcumin, suatu antioksidan kuat dan turmerin suatu
antioksidan peptida. Senyawa aktif dalam kunyit yang berpotensi sebagai zat
antibakteri serta zat antioksidan adalah curcumin (Sundaryno, 2005).
Persentase karkas dada secara biologis paling tinggi diperoleh pada
perlakuan P1 (33,67%) dan paling rendah pada perlakuan P3 (32,26%). Persentase
bagian karkas paha paling tinggi diperoleh pada perlakuan P3 (34,54%) dan paling
rendah pada perlakuan P1 (30,44%). Persentase karkas punggung paling tinggi
diperoleh pada perlakuan P0 (23,77%) dan paling rendah pada perlakuan P3
(20,72%). Sedangkan pada persentase bagian karkas sayap paling tinggi
diperoleh pada perlakuan P3 (12,98%) dan paling rendah pada perlakuan P2
(11,23%).
Penelitian sebelummnya yang dilaksnakan oleh Asriani (2009) yaitu rata-
rata persentase bagian karkas dada broiler antara 32,08% - 33,40%, paha 29,69%
- 32,08%, punggung 23,11% - 25,95%, sayap 11,83% - 13,7% dimana
penelitiannya menggunakan penambahan ragi tape sebagai sumber probiotik
dalam ransum. Sedangkan menurut Sams (2001) persentase bagian karkas dada
25%, paha 33%, sayap 14%, punggung 17%, dan jeroan 11%.
22
Persentase Berat Organ Dalam Broiler
Rata-rata persentase berat organ dalam broiler masing-masing perlakuan
dapat dilihat pada tabel 4.
Tabel 4. Rata-rata Persentase Berat Organ Dalam Broiler.
Parameter yang diukurPerlakuan
P0 P1 P2 P3
Persentase Rempela (%) 1,12 1,24 1,16 1,31
Persentase Hati (%) 1,62 1,54 1,73 1,60
Persentase Jantung (%) 0,44 0,46 0,42 0,43
Persentase Pankreas (%) 0,16 0,16 0,17 0,15
Sumber : Data Primer, 2011.
Persentase Organ Dalam Broiler
Sidik ragam menunjukkan bahwa penambahan tepung daun katuk, tepung
rimpang kunyit serta kombinasinya tidak berpengaruh (P>0,05) terhadap
persentase berat berat organ dalam broiler, baik pada rempela, hati, jantung
maupun pagkreas. Rata-rata persentase berat organ dlam broiler secara biologis
tiap perlakuan P0, P1, P2, P3, tertera pada tabel 4. Tidak adanya pengaruh secara
statistik mungkin disebabkan karena kandungan feed additive yang berupa
antibiotic zinc bacitracin dalam konsentrat yang diberikan dalam ransum lebih
berpengaruh dibanding dengan zat bioaktif dalam daun katuk dan kunyit.
Rata-rata berat rempela yang diperolehbpada penelitian ini adalah antara
1,2% - 1,31%, berat rempela yang diperoleh berada dibawa kisaran normal, bobot
rempela adalah 1,6 – 2,3% dari bobot hidup (Sturkie, 2000). Hal ini mungkin
disebabkan karena perbedaan bobot hidup ayam pada penelitian ini lebih tinggi
23
dari pada bobot hidup ayam pada penelitian Sturkie. Rempela yang lebih berat
kerjanya lebih berat terhadap makanan yang diberikan seperti dikemukakan oleh
Auza (2010), bahwa rempela dengan bobot yang lebih berat menandakan kerja
rempela lebih berat pada bahan makanan yang diberikan.
Rata-rata persentase berat hati tiap perlakuan antara 1,54% -1,73%, berat
hati pada tiap perlakuan berada dibawah kisaran normal kecuali pada P2 yaitu
1,73. Putnam (1991), menyatakan bahwa persentase hati ayam berkisar antara
1,7% - 2,8%. Persentase berat hati pada perlakuan dengan penambahan kunyit
lebih tinggi dibanding tanpa penambahan kunyit.Hal ini disebabkan karena
adanya senyawa kurkumin yang terdapat dalam tepung kunyit yang mempercepat
kerja hati untuk mensekresikan cairan empedu (Ressang, 1984). Penggunaan
tepung kunyit hingga 0,75% dalam pakan ayam pedaging dapat mempertahankan
beberapa enzim yang bekerja pada hati seperti Serum glutamic oxaloacetic
transaminase (SGOT), serum glutamic pyruvic transaminase (SGPT), alkaline
phospathase (ALP), dan lactic dehidrogenase (LDH) yang secara langsung
maupun tidak langsung mencerminkan kesehatan hati (Ernadi dan Kermanshahi,
2007).
Persentase berat jantung tiap perlakuan antara 0,42%-0,46%. Rata-rata
berat jantung tiap perlakuan berada dibawah kisaran normal. Bobot jantung rata-
rata adalah 0,5%-1,42% dari bobot hidup (Nickle, 1977). Hal ini mungkin oleh
karena jantung mampunyai daya untuk menyesuaikan diri dalam tubuhnya, besar
jantung dipengaruhi oleh jenis, umur, besar dan aktifitas hewan (Ressang, 1984).
Rata-rata persentase berat pangkreas tiap perlakuan antara 0,15%-0,17%.
Berat pangkreas berada dibawah kisaran normal. Bobot pankreas yang msaih
24
berada dalam kisran normal sekitar 0,25%-0,40% dari bobot hidup atau 2,5 – 4,0
g (Sturkie, 2000). Hal ini mungkin disebabkan karena bobot organ dalam
bervariasi dan dapat dipengaruhi oleh, jenis, umur, besar dan aktifitaas hewan
(Ressang, 1984). Data pada tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan dengan
penambahan kunyit lebih tinggi dibandingkan dengan perlakuan tanpa
penambahan kunyit. Hal ini disebabkan oleh kemampuan kunyit merangsang
keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amylase, lipase dan protease
yang berguna untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti karbohidrat,
lemak, dan protein (Riyadi, 2009). Dan kunyit juga mengandung minyak atsiri
yang berfungsi untuk mempercepat pengosongan lambung sehingga ayam selalu
mau makan.
25
KESIMPULAN DAN SARAN
Keimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan bahwa penambahan tepung daun
katuk dan tepung rimpang kunyit dan kombinasinya dalam ransum. Tidak
berpengaruh secara statistik terhadap persentase bagian-bagian karkas dan organ-
organ dalam.
Saran
Penambahan tepung daun katuk, rimpang kunyit, dan kombinasinya
masih perlu penelitian lebih lanjut dengan penggunaan level 1 % dalam ransum
sebaiknya tidak menggunakan konsentrat yang tidak mengandung antibiotic
sintetik sehingga kerja zat bioaktif dalam daun katuk dan rimpang kunyit dapat
terlihat secara nyata
26
DAFTAR PUSTAKA
Abubakar, Triyantini, dan H. Setianto. 1991. Kualitas Fisik Karkas Broiler (Studi Kasusdi Empat Ibukota Propisi Pulau Jawa). Prosiding Seminar Pengembangan Peternakan dalam Menunjang Pembangunan Ekonomi Nasional. Fakultas Pertanian Universitas Jenderal Soedirman Purwekerto. Hlm. 31-35.
Agustina, Laily dan Sri Purwanti. Ilmu Nutrisi Unggas. Lembaga Pengembangan Sumberdaya Peternakan (IDICUS), Makassar.
Anggorodi, R. 1985. Ilmu Makanan Ternak Unggas. Universitas Indonesia, Jakarta.
Anonima.2011. Katuk. http://id.wikipedia.org/wiki/Katuk. akses 16 Februari 2011
Anonimb. 2008. Daun Katuk Jaga Mutu Sperma. http://daun_katuk_jaga_mutu_sperma.html akses 16 Februari 2011.
______c. 2011. Manfaat Daun Katuk. http://Kumpulantips.blogspot.com. akses 16 Februari 2011
______d. 2011. Kunyit. http://id.wikipedia.org/wiki/Kunyit. akses 16 Februari 2011
Asriani. 2009. Pengaruh Penambahan Ragi Tape Sebagai Sumber Probiotik dalam Ransum Terhadap Persentase Berat Bagian-bagian Karkas dan Income Over Feed and Chick Cost Broiler Fase Finisher. Skripsi. Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, Makassar.
Auza, Astuti F. 2010. Efektifitas Pemberian serbuk Kunyit, Bawang Putih dan Mineral Zink Terhadap Kadar Kolestrol Darah dan Bobot Organ Dalam pada Broiler. Tesis. Program Studi Sistem-sistem Pertanian Konsentrasi Peternakan Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makassar.
Basoeki, B.D.A. 1983. Pengaruh Tingkat Pemberian Ampas Tahu dalam Ransum Tehadap Potongan Komersial Karkas Ayam Broiler Betina Strain Hybro Umur Enam Minggu. Skripsi. Fakultas Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Bintang, I.A.k dan A.G Nataamijaya. 2005. Pengaruh penambahan tepung kunyit (Curcuma Domestica val) dalam ransum broiler. http://balitnak.litbang.deptan.go.id/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=129 . akses tanggal
Ensiminger.1998. Poultry Science. The Interstate Printer and Publiser, Denvile. p. 10-11.
Gaspersz, V. 1991. Teknik Analisis dalam Penelitian Percobaan. Tarsito. Bandung.
Indro. 2004. Serba-serbi Ayam Broiler. www.Republik on Line
Kartasujana, R. dan E. Suprijatna. 2006. Manajemen Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Mahendra, B. 2005. 13 Jenis Tanaman Obat Ampuh. Cetakan 1. Penebar Swadaya, Jakarta.
Murtidjo, B.A. 1987. Pedoman Beternak Ayam Broiler. Cetakan pertama. Kanisius,Yogyakarta.
____________. 2003. Pemotongan, Penanganan, dan Pengolahan Daging Ayam. Kasinus, Yogyakarta.
Nickel, R.A., Scummer., E. Seiferle., W.G. Siller., and P.H.L. Wight. 1977. Anatomi of Domestic bird. Verlag Paul Parey, Berlin.
North, M.O. 1972. Commercial chicken production manual. 5rd edition. Company Publishing. Inc. Websport, Connecticut.
Nugroho, A. 2010. Ayam Broiler, Jurnal, Kumis Kucing, Peternakan, Sejarah Ayam,Tanin. http://anungsaptonugroho.wordpress.com/category/jurnal/ akses tanggal 16 Februari 2010.
Priyatno. M. A. 2003. Mendirikan Usaha Pemotongan Ayam. Penebar Swadaya, Jakarta.
Putnam, P. W. 1991. Handbook of Animal Science. CAB Internasional
Rahayu dan Lenawaty Limantara, 2005. Studi Lapangan Kandungan Khlorofil IN Vivo Beberapa Spesies Tumbuhan Hijau di Salatiga dan Sekitarnya. Seminar Nasional MIPA 2005
Rasyaf, M. 1996. Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.
Ressang, A. A. 1984. Patologi Khusus Veteriner. Edisi ke-2. Percetakan Bali, Bali.
Riyadi, S. 2009. Kunyit dan Jahe Baik untuk Ayam Broiler.http://slamet-riyadi03.blogspot.com/2009/04/kunyit-dan-jahe-baik-untuk-ayam-broiler.html. akses pada tanggal 16 Februari 2011
Rukmana, R dan Indra M.H. 2003. Katuk, Potensi dan Manfaatnya. Kanisius. Yogyakarta.
28
Sams, Alan. 2001. PoultryMeat Processing. Departement Of Poultry Saince Texas A&M University.
Santoso. U. Kususiah. Y. Fenita. S. Wanarsih dan A. Martono. 2010. Pengaruh Suplementasi Ekstrak Daun Katuk Plus Kunyit pada Pakan Berlemak Tinggi Terhadap Kualitas Karkas. http://uripsantoso.wordpress.com/2010/12/15 / JURNAL URIP SANTOSO.html. Akses pada tanggal 16 Februari 2011.
__________. 2009. Manfaat Daun Katuk Bagi Kesehatan Manusia dan Produktivitas Ternak. http://uripsantoso.wordpress.com/2009/08/24/ manfaat-daun-katuk-bagi-kesehatan-manusia-dan-produktivitas-ternak/. Akses pada tanggal 16 Februari 2011
_________. Y. Fenita dan Kususiyah. 2008. Penggunaan Ekstrak Air Daun Katuk sebagai Pengganti Feed additive Komersial untuk Memproduksi Meat Designers yang Efisien. Laporan Riset Unggulan Universitas. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
__________________ dan W. Piliang. 2004. Penggunaan Ekstrak Daun Katuk sebagai Feed Additive untuk Memproduksi Meat Designer. Laporan Penelitian Hibah Pekerti. Universitas Bengkulu. Bengkulu.
Soeparno. 1992. Tekhnologi Pengawasan Daging. Institute Pertanian Bogor
Steel, R.G.D and J.H.Torrie. 1989. Prinsip dan Prosedur Statistika. Edisi ke-1. Alihbahasa oleh B. Sumantri. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sundaryono, A. 2005. Penentuan Mekanisme Reaksi Kurkumin oleh Larutan Natrium Metanolat. Exacta, 3 (1): 21-27.
Suprijatna, E., U. Atmomarsono., dan R. Kartasudjana. 2005. Ilmu Dasar Ternak Unggas. Penebar Swadaya, Jakarta.
Sturkie, P.D. 2000. Avian Psiology. Edisi ke-15. Spinger-Verlag, New York
Yamin, Abdul Alim. 2008. Pengunaan Antibiotik dalam Ransum Broiler. http://Abdul_Alim_Yamin_Penggunaan_Antibiotik_dalam_Ransum_Broiler.htm
Yongki. 2009. Cabai Merah, Bawang Putih, Kunyit, Lengkuas dan Jahe. http://yongkikastanyaluthana.wordpress.com/2009/01/31/ cabai - merah bawang -putih-kunyit-lengkuas-dan-jahe/. Diakses pada tanggal 3 maret 2011
Zaenab A, B. Bakrie, T. Ramadhan, dan Nasrullah. 2005. Pengaruh Pmberian Jamu Ayam Terhadap Kualitas Karkas Ayam Buras Potong. Balai Pengkajian Tekhnologi Pertanian DKI Jakarta, Jakarta.
29
top related