pendahuluan a. latar belakangetd.repository.ugm.ac.id/downloadfile/93340/potongan/s1-2016... ·...
Post on 15-Mar-2019
253 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahun 2016, masyarakat ASEAN tidak terkecuali Indonesia
dihadapkan oleh pasar bebas ASEAN atau yang biasa disebut MEA
(Masyarakat Ekonomi ASEAN). Dengan bebasnya persaingan, maka
industri farmasi nasional tidak hanya akan bersaing dengan sesamanya
namun, juga akan bersaing dengan industri lain darinegara anggota
ASEAN.Untuk menghadapi hal tersebut, Industri-industri farmasi nasional
dituntut untuk berupaya melakukan pelayanan yang terbaik khususnya
dalam penyediaan obat-obatan (Anggrainy, 2014).
Selain itu, masalah efisiensi juga harus diperhatikan. Menurut
pendapat Jusuf Kalla dalam sebuah artikel, MEA menyebabkan persaingan
lebih ketat. Beliau mengatakan bahwa pelaksanaan MEA memang tidak
akan membuat negara-negara ASEAN memiliki pergerakan yang sama
karena ada yang tidak efisien (Sucipto, 2015). Maka dari itu, efisiensi
terhadap pengendalian persediaan dibutuhkan demi kelancaran
berlangsungnya proses produksi serta tercapainya kepuasan pelanggan
khususnya dalam hal penyediaan obat.
Kelangsungan proses produksi suatu perusahaan tidak akan
terganggu apabila perusahaan mampu mengendalikan persediaan bahan
baku. Bahan baku merupakan salah satu faktor yang sangat vital
2
bagiberlangsungnya suatu proses produksi dan persediaan adalah salah
satu aset termahal dari perusahaan yang mencerminkan sebesar 50% dari
total modal yang diinvestasikan (Heizer dan Render, 2015). Pengendalian
pada persediaan bahan baku akan berpengaruh pada biaya persediaan dan
jumlah keuntungan yang akan diterima oleh suatu perusahaan.
Kebutuhan akan sistem pengendalian persediaan pada dasarnya
muncul karena adanya permasalahan yang mungkin dihadapi oleh
perusahaan berupa terjadinya kelebihan atau kekurangan persediaan
(Sutarman, 2003). Persediaan bahan baku yang melebihi kebutuhan akan
menimbulkan biaya ekstra berupa biaya penyimpanan yang
tinggi,sedangkan jumlah persediaan yang terlalu sedikit akan
menimbulkan kerugianyaitu terganggunya proses produksi dan juga
berakibat hilangnya kesempatanuntuk memperoleh keuntungan apabila
ternyata permintaan pada kondisi yangsebenarnya melebihi permintaan
yang diperkirakan (Setyorini, 2008).
Berdasarkan proses manufaktur yang dijalani, persediaan dapat
dibagi menjadi empat kategori yaitu persediaan bahan baku, persediaan
penolong, persediaan bahan setengah jadi dan persediaan bahan jadi
(Ristono, 2009). Fluktuasilead time dari pemasok bahan baku, terutama
untuk bahan baku impor, dapat mempengaruhi kelancaran proses produksi.
Oleh karena itu, Penelitian tentang manajemen pengendalian persediaan
bahan baku sangat diperlukan.
3
Pengendalian persediaan yang baik dapat mengefisiensikan dan
meminimalisasi biaya persediaan. Salah satu parameter efisiensi biaya
adalah tingkat perputaran persediaan. Perputaran persediaan menunjukkan
berapa kali persediaan barang dijual dan diganti selama satu periode
(Soemarso, 2004). Peningkatan perputaran persediaan berpengaruh pada
penurunan biaya persediaan yang secara langsung dapat meningkatkan
laba perusahaan.
PT. Kimia Farma (persero) Tbk. adalah salah satu perusahaan
BUMN Farmasi terbesar di Indonesia yang saat ini memiliki 700 apotek
dan 40 cabang distributor yang siap melayani konsumen di seluruh
Indonesia. Namun, secara realita masih terjadi stock out dalam melayani
permintaan konsumen (Triwartini, 2009).
Berdasar pada alasan tersebut, PT. Kimia Farma (persero) Tbk.
memerlukan suatu sistem manajemen persediaan yang efektif dan efisien
guna memenuhi permintaan pelanggan tepat pada waktunya,
meningkatkan perputaran persediaan serta meminimalkan biaya
persediaan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, permasalahan yang dihadapiperusahaan
saat ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana pengendalian persediaan bahan baku yang harus
dilakukan olehPT. KimiaFarma (persero) Tbk.Plant Jakarta
4
sehingga dapat mengefisiensikan dan meminimalkanbiaya
persediaan?
2. Apakah metode peramalan perusahaan sudah mendekati realita,
sehingga economic order quantity, reorder point, dan safety stock
bahan baku menunjukkan nilai yang mendekati realita serta
menghasilkan nilai perputaran persediaan yang baik?
C. Batasan Masalah
Pembatasan masalah dalam penelitian perlu dilakukan agar hasil penelitian
dapat lebih terarah, spesifik, dan tidak menyimpang dari tujuan yang ingin dicapai
batasan masalahmeliputi:
1. Data yang digunakan yaitu Januari 2014 sampai dengan Desember2014
2. Obyek penelitian adalah persediaan bahan baku di PT.
KimiaFarma(persero)Tbk. Plant Jakarta
3. Penelitian terbatas hanya pada bahan baku 3 produk obat teratas kelas A
berdasarkan analisis ABC
D. Tujuan Penelitian
Mengacu pada perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan
penelitian ini adalah untuk :
1. Mengetahui bagaimana pengendalian persediaan bahan baku yang harus
dilakukan olehPT. KimiaFarma (persero) Tbk.Plant Jakarta sehingga dapat
mengefisiensikan dan meminimalkanbiaya persediaan
5
2. Mengetahui apakah metode peramalan perusahaan sudah mendekati
realita, sehingga economic order quantity, reorder point, dan safety stock
bahan baku menunjukkan nilai yang mendekati realita serta menghasilkan
nilai perputaran persediaan yang baik.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Perusahaan:
Sebagai masukan dan evaluasi dalam upaya peningkatan sistem
manajemen persediaan bahan baku di perusahaan
2. Bagi pihak lain:
a. Memperkaya data dan informasi tentang sistem manajemen persediaan
bahan baku di industri farmasi
b. Sebagai acuan dalam pengembangan sistem manajemen persedian
bahan baku yang efektif dan efisien
3. Bagi peneliti:
Meningkatkan pengetahuan akan manajemen pengelolaan persediaan
bahan baku sekaligus sebagai sarana untuk mengaplikasikan dan
mengembangkan ilmu yang diperoleh selama kuliah di Fakultas Farmasi
UGM.
6
F. Tinjauan Pustaka
1. Manajemen Persediaan
Persediaan adalah salah satu aset termahal dari perusahaan yang
mencerminkan sebanyak 50% dari total modal yang diinvestasikan (Heizer
dan Render, 2015).Di satu sisi, sebuah perusahaan dapat mengurangi biaya
dengan mengurangi persediaan namun, di sisi lain produksi dapat berhenti
dan pelanggan merasa tidak puas ketika suatu barang tidak tersedia. Maka
dari itu, dengan adanya manajemen pengendalian persedian, kita dapat
menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dan pelayanan
terhadap pelanggan.
2. Persediaan
A. Definisi
Persediaan adalah suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik
perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatuperiode usaha tertentu
atau persediaan barang-barang yang masih dalam proses produksi ataupun
menunggu penggunaannya dalamproses produksi (Alexandri, 2009).
Persediaan juga dapat diartikan sebagai suatu aset yang akan dijual dalam
kegiatan normal perusahaan atau aset yang dimasukkan secara langsung atau
tidak langsung ke dalam barang yang akan diproduksi dan kemudian dijual
(Stice, Stice dan Skousen, 2011).
Persediaan adalah stock barang. Secara umum, persediaan dapat diartikan
sebagai sebuah sumber daya yang berhenti tetapi memiliki nilai ekonomis
7
(Smith, 1989). Selain itu, persediaan adalah sejumlah sumber daya yang
digunakan dalam sebuah organisasi (Chase et al., 2001).
B. Fungsi dan Tujuan Persediaan
Persedian pada hakikatnya bertujuan untuk mempertahankan kontinuitas
eksistensi suatu perusahaan dengan cara menyediakan jumlah material yang
tepat, lead time yang tepat dan biaya yang rendah (Yamit, 2008).
Adapun fungsi persediaan menurut Rangkuti (2004) adalah sebagai
berikut:
1. Fungsi batch stock atau lot size inventory merupakan fungsi
penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan
pertimbangan adanya potongan harga pada hargapembelian,
efisiensi produksi karena proses produksi yang lama, danadanya
penghematan di biaya angkutan.
2. Fungsi decoupling merupakan fungsi perusahaan untuk
mengadakan persediaan decouple atau pengelompokan
operasionalsecara terpisah-pisah.
3. Fungsi antisipasi merupakan fungsi penyimpanan persediaan
untuk penyelamatan jika sampai terjadi keterlambatan
datangnyapesanan bahan dari pemasok agar proses produksi tetap
berjalan dengan lancar.
8
C. Jenis Persediaan
Guna menjalankan fungsi-fungsi persediaan, perusahaan harus dapat
memelihara empat jenis persediaan, Keempat jenis persediaan menurut
Heizer dan Render (2015) adalah:
1. Persediaan bahan mentah meliputi persediaan bahan-bahan yang
biasanya dibeli, tetapi belum diproduksi. Persediaan ini dapat
digunakan untuk menyaring pemasok dari proses produksi.
2. Persediaan barang dalam proses adalah persediaan dalam bentuk
produk atau komponen atau bahan mentah yang telah melewati
beberapa proses perubahan, tetapi belum selesai. Persediaan untuk
barang ini ada karena untuk membuat suatu produk diperlukan waktu.
3. Persediaan pemeliharaan adalah persediaan yang disediakan untuk
perlengkapan pemeliharaan yang dibutuhkan untuk menjaga agar
mesin dan proses tetap produktif. Persediaan ini ada karena kebutuhan
dan waktu untuk pemeliharaan dan perbaikan dari beberapa peralatan
tidak dapat diketahui.
4. Persediaan barang jadi adalah persediaan dari produk yang telah
selesai dan tinggal menunggu pengiriman dan pendistribusian. Barang
jadi dapat dimasukkan ke persediaan karena permintaan pelanggan
pada masa mendatang tidak diketahui.
D. Biaya Persediaan
Inventory (persediaan) adalah biaya. Terdapat lima kategori biaya yang
dikaitkan dengan keputusan perediaan menurut Priyambodo (2007), yaitu:
9
1. Biaya pemesanan adalah biaya yang dikaitkan dengan usaha untuk
mendapatkan bahan dari luar. Biaya pemesanan dapat berupa: biaya
penulisan pemesanan, biaya proses pemesanan, biaya materai, biaya
pengawasan dan biaya transportasi. Sifat biaya ini adalah semakin
besar frekuensi pembelian maka semakin besar biaya pemesanannya.
2. Biaya penyimpanan terdiri dari tiga komponen utama, yaitu biaya
modal yang diinvestasikan dalam persediaan, gedung, dan peralatan
yang diperlukan untuk mengadakan dan memelihara persediaan, biaya
simpan yang meliputi biaya sewa gudang, perawatan dan perbaikan
bangunan, listrik, gaji, dan lainnya, serta biaya risiko yang meliputi
biaya asuransi persediaan, biaya susut secara fisik, dan risiko
kehilangan. Sifat biaya ini adalah semakin besar frekuensi pembelian
bahan, semakin kecil nilainya.
3. Biaya kekurangan persediaan (stock out) adalah biaya yang terjadi
apabila persediaan tidak tersedia di gudang ketika dibutuhkan untuk
produksi atau ketika pelanggan memintanya. Biaya yang dikaitkan
dengan stock out meliputi: biaya penjualan yang hilang, biaya
pemesanan kembali, penanganan khusus, biaya penjadwalan kembali
produksi, biaya penundaan, dan biaya bahan pengganti.
4. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas. Biaya ini terjadi karena
perubahan kapasitas produksi dalam memenuhi fluktuasi permintaan
pasar. Biaya yang dikaitkan dengan kapasitas dapat berupa biaya
10
kerja lembur, biaya pelatihan tenaga kerja baru, dan biaya perputaran
tenaga kerja.
5. Biaya bahan adalah biaya yang harus dibayar atas item yang dibeli.
Biaya ini akan dipengaruhi oleh besarnya diskon yang diberikan oleh
pemasok. Oleh karena itu, biaya bahan bermanfaat dalam menentukan
apakah perusahaan tersebut sebaiknya menggunakan harga diskon
atau tidak.
3. Persediaan Bahan Baku
Persediaan bahan baku di dalam perusahaan merupakan hal yang harus
dikendalikan dengan baik. Setiap perusahaan manufaktur akan memerlukan
persediaan bahan baku untuk menunjang jalannya proses produksi agar
berjalan seefisien mungkin.
Selain itu, menurut Ahyari (1986) terdapat beberapa hal yang
menyebabkan sebuah perusahaan harus menyelenggarakan persediaan bahan
baku antara lain:
1. Bahan baku yang akan dipergunakan tidak dapat dibeli atau
didatangkan secara satu persatu dalam jumlah unit yang diperlukan
serta pada saat bahan akan dipergunakan saat itu juga untuk proses
produksi. Bahan baku tersebut umumnya dibeli dalam suatu jumlah
unit tertentu yang dapat dipergunakan untuk menunjang pelaksanaan
proses produksi dalam beberapa waktu tertentu pula. Dengan keadaan
semacam ini, maka bahan baku yang sudah dibeli namun belum
dipergunakan akan masuk sebagai persediaan bahan baku serta
11
perusahaan harus menanggung risiko-risiko karena adanya persediaan
bahan baku tersebut.
2. Bahan baku yang diperlukan tidak ada di dalam perusahaan
sedangkan bahan baku yang dipesan belum datang maka pelaksanaan
kegiatan proses produksi dalam perusahaan tersebut akan terganggu.
3. Persediaan bahan baku yang terlalu banyak akan membawa berbagai
macam akibat yang akan merugikan perusahaan. Persediaan bahan
baku dalam jumlah yang cukup besar mengakibatkan biaya
penyimpanan bahan menjadi besar pula. Hal ini dapat mengurangi
keuntungan yang seharusnya dapat dicapai oleh perusahaan.
Disamping itu risiko kerusakan bahan juga akan menjadi semakin
tinggi.
4. EOQ (Economic Order Quantity)
Model kuantitas ekonomi dasar atau EOQ adalah salah satu teknik
pengendalian persediaan yang meminimalkan total biaya pemesanan dan
penyimpanan (Heizer dan Render, 2015). Teknik ini relatif mudah dan paling
sering digunakan, tetapi didasarkan pada beberapa asumsi sebagai berikut:
1. Jumlah permintaan diketahui, cukup konstan, dan independen.
2. Waktu tunggu telah diketahui dan bersifat konstan.
3. Persediaan segera diterima dan selesai seluruhnya. Dengan kata lain,
persediaan yang dipesan tiba dalam satu kelompok dalam suatu waktu.
4. Tidak tersedia diskon kuantitas.
K
5. Biay
dalam
6. Keha
dilak
Denga
tertentu
Pada
persedia
kali per
Proses i
Econ
pesanan
penyim
Keterangan:
ya variabel h
m waktu tert
abisan pers
kukan pada w
an asumsi-a
u memiliki be
Gam
a gambar ter
aan menuru
rsediaan dit
ini akan teru
nomic Order
n persediaan
mpanan. Nilai
hanya biaya
tentu.
sediaan dap
waktuyang te
sumsi ini,
entuk gigi ge
mbar 1. Grafi
Waktu Tert
rsebut, Perm
un dengan ti
terima, tingk
us berlanjut d
r Quantity
n yang dapat
i EOQ dapat
a untuk mem
pat sepenuh
epat.
grafik peng
ergaji sepert
k Penggunaa
tentu (Sibara
mintaan bers
ngkat yang
kat persedia
di sepanjang
(EOQ) berf
t meminimu
t ditentukan
………
mesan dan m
hnya dihind
ggunaan per
ti pada gamb
an Persediaa
ani et al., 201
sifat konstan
sama di sep
aan melomp
g waktu (Riy
fungsi untuk
umkan biaya
melalui pers
…………….
menyimpan
dari jika p
rsediaan dal
bar 1 berikut
an dalam
13)
n di sepanja
panjang wak
pat lagi ke
yanto, 2010).
k menentuk
a pemesanan
samaan berik
(1.1)
12
persediaan
pemesanan
lam waktu
t:
ang waktu,
ktu. Setiap
titik awal.
kan jumlah
n dan biaya
kut:
13
Q* = nilai EOQ (unit)
C = biaya pemesanan per pesanan
R = permintaan per tahun (unit)
h = biaya penyimpanan
5. Persediaan Pengaman (Safety Stock)
Pada umumnya untuk menanggulangi adanya keadaan kehabisan bahan
baku dalam perusahaan maka perusahaan yang bersangkutan akan
mengadakan persediaan pengaman.
Safety stock atau persediaan pengaman merupakan persediaan tambahan
yang berfungsi sebagai penyangga apabila terdapat kemungkinkan terjadinya
perbedaan permintaan selama waktu tunggu. (Heizer dan Render, 2015).
Dengan adanya persediaan pengaman ini maka proses produksi di
dalamperusahaan yang bersangkutan akan dapat berjalan tanpa adanya
gangguan ketiadaan bahan baku, walaupun bahan baku yang dibeli atau yang
dipesan oleh perusahaan tersebut terlambat dari waktu yang telah
diperhitungkan. Persediaan pengaman ini akan disediakan dalam suatu
jumlah tertentu, dimana jumlah ini merupakan suatu jumlah tetap di dalam
suatu periode yang telah ditentukan sebelumnya.
Dalam hal persediaan pengaman untuk bahan baku di perusahaan, maka
perlu diketahui bahwa jumlah yang tetap dari persediaan ini hanyalah di
dalam nilainya saja. Dengan demikian secara fisik persediaan pengaman
tersebut dapat segera dipergunakan untuk kelangsungan proses produksi.
Namun di dalam gudang, bahan baku tersebut akan ditukar dengan bahan
G
baku y
berubah
ditentuk
Kete
Z = j
σDlt =
6. Titik P
Di d
untuk p
pembeli
mengad
(Ahyari
ROP
persedia
telah m
seperti t
Gambar 2. G
yang baru,
h di dalam k
kan melalui p
S
erangan:
jumlah stand
= standar dev
emesanan K
dalam pelaks
proses produ
ian saja.
dakan pemb
i, 1986).
P (Reorder P
aan yang tet
mencapai jum
terlihat pada
Grafik Titik P
sehingga ju
keadaan nor
persamaan b
S = ZσdLT……
dar deviasi n
viasi dari pe
Kembali (Re
sanaan oper
uksi tidak ak
Dengan de
belian kemb
Point) atau t
tap setiap ka
mlah tertentu
a gambar 2 b
Pemesanan K
umlah perse
rmal (Ahyar
berikut:
………………. (1
normal
ermintaan sel
eorder Point
rasi perusah
kan cukup ap
emikian se
ali terhadap
titik pemesa
ali melakuka
u, maka pem
berikut:
Kembali Sua
ediaan peng
ri, 1986). N
1.2)
lama waktu
t)
aan, bahan
pabila dilak
cara berka
p bahan bak
anan kembal
an pemesana
mesanan kem
atu Bahan (Ik
gaman ini t
Nilai safety s
tunggu
baku yang
ksanakan den
la perusaha
ku yang dip
i menghend
an. Apabila
mbali harus
khwan, 2012)
14
tetap tidak
stock dapat
diperlukan
ngan sekali
aan harus
pergunakan
daki jumlah
persediaan
dilakukan,
)
15
Gambar diatas menunjukkan bahwa ROP dilakukan apabila persediaan
cukup untuk memenuhi kebutuhan selama lead time (waktu tunggu).Jumlah
yang harus dipesan berdasar pada Economic Order Quantity (EOQ) (Ikhwan,
2012). Pendekatan ROP juga menghendaki pengecekan secara fisik ataupun
penggunaan kartu catatan stock secara teratur untuk menentukan apakah
pemesanan kembali harus dilakukan (Priyambodo, 2007). Nilai reorder point
dapat ditentukan melalui persamaan berikut:
ROP= đ x L + SS = ZσdLT………… (1.3)
Keterangan:
ROP = nilai reorder point
đ = pemakaian rata-rata dalam periode tertentu
L = lead time
Z = jumlah standar deviasi normal
σDlt = standar deviasi dari permintaan selama waktu tunggu
7. Analisis ABC
Analisis ABC merupakan suatu metode untuk membagi persediaan ke
dalam tigakelompok berdasarkan volume tahunan dalam jumlah uang. Untuk
menentukan volume uang tahunan dalam analisis ABC, Kita mengukur
permintaan tahunan dari setiap barang persediaan dikalikan biaya per unit
(Heizer dan Render, 2015).
Menurut sistem ABC, semua obat dalam persediaan digolongkan menjadi
salah satu dari ketiga kategori sebagai berikut:
1. Kelompok A: mewakili 20% obat dalam persediaan dan 70% total
penjualan
16
2. Kelompok B: mewakili 30% obat dalam persediaan dan 20% total
penjualan
3. Kelompok C: mewakili 50% obat dalam persediaan dan 10% total
penjualan
Kelompok A merupakan kelompok obat yang tertinggi permintaannya dan
termasuk obat yang mahal sedangkan kelompok B dan C merupakan
kelompok obat yang perputarannya termasuk lambat karena rendahnya
permintaan terhadap obat kelompok ini. Maka dari itu, kelompok A
seharusnya lebih dimonitor dengan hati-hati persediaannya dibanding
kelompok B dan C (Seto et al., 2012).
Keuntungan membagi barang-barang persediaan ke dalam kelas-kelas
adalah berbagai kebijakan dan pengendalian dapat ditetapkan pada setiap
kelas. Kebijakan-kebijakan yang dapat didasarkan pada analisis ABC
menurut Seto et al. (2012) mencakup hal-hal di bawah ini:
1. Membeli sumber daya yang ditujukan pada pengembangan
pemasok harus jauh lebihtinggi untuk barang-barang A
dibandingkan dengan barang-barang C.
2. Barang-barang A harus memilikipengendalian persediaan fisik
yang lebih ketat; barang-barang tersebut ditempatkan di bagian
yang lebih aman, dan keakuratan catatan persediaannyauntuk
barang-barang A harus lebih sering diverifikasi.
3. Meramalkan barang-barang A memerlukan perhatian lebih
dibandingkan barang-barang lainnya.
17
Peramalan, pengendalian fisik, keandalan pemasok dan pengurangan
persediaan pengaman yang lebih baik dapat dihasilkan dari sistem-sistem
klasifikasi persediaan seperti analisis ABC (Heizer dan Render, 2015).
8. Tingkat Perputaran Persediaan (Inventory Turnover Ratio)
Suatu ukuran yang dapat digunakan untuk menilai pengelolaan persediaan
barang dalam suatu perusahaan adalah dengan melihat tingkat perputaran
persediaannya (Novriyadi dan Wahyuni, 2012).Perputaran persediaan adalah
suatu ukuran yang menunjukkan berapa kali persediaan terjual atau terpakai
dan digantikan kembali oleh persediaan baru selama periode setahun
(Gerrison dan Noreen, 2001).Perputaran persediaan merupakan aktivitas
perusahaan yang jelas diperlukan dan diperhitungkan, karena dapat
mengetahui efisiensi biaya, juga berguna untuk memperoleh laba yang besar
(Novriyadi dan Wahyuni, 2012).
Semakin tinggi nilai InventoryTurnover Ratio (ITOR)menandakansemakin
cepat perputarannya, yang berartisemakin pendek waktu terkaitnya modal
dalam inventory sehingga untuk memenuhi kebutuhan produksi, besarnya
persediaan bahan baku harus direncanakandengan tepat agar tidak terjadi
over stock. Suatu perusahaan yang memiliki sistem manajemen persediaan
yang baik umumnya mengalami delapan kali perputaran dalam setahun
(Pasaribu, 2010).
Perhitungan perputaran persediaan bahan baku dilakukan dengan cara
membagi harga pokok barang yang terjual dalam waktu satu tahun dengan
rata-rata nilai persediaan bahan baku sehingga didapatkan nilai ITOR nya.
18
Dimana nilai persediaan rata-rata bahan baku tersebut didapat dari persediaan
bahan baku awal ditambah persediaan bahan baku akhir lalu dirata-rata.
Sebagaimana ditunjukkan dalam persamaan berikut ini:
ITOR =
………………. (1.4)
9. Peramalan (Forecasting)
A. Teori Peramalan
Setiap periode tertentu, perusahaan membuat keputusan tanpa mengetahui
apa yang akan terjadi di masa mendatang. Perusahaan memesan persediaan tanpa
mengetahui apa yang akan terjadi pada penjualan dan permintaan produk.
Perusahaan juga selalu berupaya untuk membuat estimasi akan apa yang terjadi di
masa mendatang dengan lebih baik. Membuat estimasi yang baik merupakan
tujuan utama dari peramalan.
Peramalan adalah suatu seni dan ilmu pengetahuan dalam memprediksi
peristiwa pada masa mendatang yang melibatkan pengambilan data historis
penjualan dan atau data permintaan produk dari konsumen (Schroeder,
2008).Peramalan juga merupakan aktivitas fungsi bisnis yang memperkirakan
penjualan dan penggunaan produk sehingga produk-produk tersebut dapat dibuat
dalam kuantitas yang tepat. Peramalan merupakan dugaan terhadap permintaan
yang akan datang berdasarkan pada beberapa variabel, seringkali berdasarkan data
deret waktu historis (Heizer dan Render, 2015).
Peramalan diklasifikasikan berdasarkan future time horizon yang terbagi
dalam tiga kategori (Heizer dan Render, 2015), yaitu:
19
1. Peramalan jangka pendek
Tipe peramalan ini memiliki rentang waktu sampai dengan 1 tahun, tetapi
umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan jangka pendek biasanya
digunakan untuk perencanaan pembelian, penjadwalan pekerjaan, dan
penugasan pekerjaan
2. Peramalan jangka menengah
Tipe ini memiliki rentang waktu dari 3 bulan hingga 3 tahun dan
digunakan dalam perencanaan penjualan, perencanaan produksi dan
penganggaran.
3. Peramalan jangka panjang
Peramalan tipe ini memiliki rentang waktu 3 tahun atau lebih dan
digunakan dalam perencanaan untuk produk baru, pengeluaran modal,
perluasan perusahaan, dan penelitian serta pengembangan.
B.Metode Peramalan
Metode peramalan memiliki dua pendekatan umum, yaitu metode
kuantitatif dan metode kualitatif. Metode kuantitatif dapat dibagi menjadi metode
time series dan metode kausal, metode time series adalah metode yang
menguraikan data tahun-tahun yang lalu ke dalam komponen, dan kemudian
memproyeksikan data tersebut untuk masa mendatang. Sedangkan metode
kualitatif adalah metode yang menggabungkan beberapa faktor misalnya intuisi
yang berasal dari pengalaman pribadi, emosi dan sistem nilai dalam mencapai
peramalan (Heizer dan Render, 2015). Beberapa perusahaan menggunakan salah
20
satu dari dua pendekatan ini namun ada juga yang menggunakan kombinasi dari
keduanya.
Terdapat 3 cara peramalan dalam model time seriesdan 1 cara peramalan dalam
model kausal diantaranya adalah:
1. Simple moving average
Simple moving average (pergerakan rata-rata) adalah sebuah metode
peramalan yang menggunakan rata-rata dari periode yang terkini terhadap
data untuk meramal periode selanjutnya. Peramalan ini menggunakan
sejumlah nilai data aktual hitoris dan bermanfaat jika kita dapat
mengasumsikan bahwa permintaan pasar akan tetap selama bertahun-
tahun. Secara matematis, pergerakan rata-rata dapat dirumuskan sebagai
berikut:
……. (1.5)
Dimana n adalah jumlah periode dalam pergerakan rata-rata.
Namun pergerakan rata-rata memiliki kelemahan yaitu tidak dapat
mengambil kecendrungan dengan baik karena akan selalu tetap ada di
dalam level sebelumnya dan tidak dapat memprediksi perubahan pada
level yang lebih tinggi atau lebih rendah (Heizer dan Render, 2015).
2. Weighted moving average
21
Weighted moving average merupakan perbaikan dari simple moving
average. Penambahan bobot tertentu dilakukan untuk menempatkan
penekanan lebih pada nilai saat ini. Pergerakan rata-rata dengan bobot
membuat teknik peramalan menjadi lebih responsif pada perubahan karena
periode yang lebih baru akan lebih banyak tertimbang (Heizer dan Render,
2015). Tidak terdapat rumus apapun dalam hal menentukan bobot.
Weighted moving average dapat dirumuskan sebagai berikut:
……. (1.6)
Bobot yang diberikan semakin berat terhadap data yang semakin baru,
terutama pada data terakhir.
3. Exponential smoothing
Penghalusan eksponensial (exponential smoothing) adalah suatu metode
peramalan dimana poin-poin data ditimbang oleh sebuah fungsi
eksponensial. Keuntungan dari metode ini adalah hanya melibatkan sedikit
data historis masa sebelumnya dan mudah untuk digunakan (Heizer dan
Render, 2015). Penghalusan eksponensial dapat dirumuskan sebagai
berikut:
…….. (1.7)
X = peramalan periode sebelumnya
Y= permintaan aktual periode sebelumnya
α = penghalusan (atau bobot) konstan (0 ≤ α ≤ 1)
4. Trend projection
22
Trend projection (proyeksi kecenderungan) adalah sebuah metode
peramalan kausal yang mencocokkan sebuah garis kecenderungan untuk
urutan data historis dan kemudian diproyeksikan dalam bentuk garis untuk
peramalan pada masa mendatang (Heizer dan Render, 2015).
Proyeksi kecenderungan dapat dirumuskan sebagai berikut:
y = a + bx ……………. (1.8)
b =
…… (1.9)
a = – b ………….. (1.10)
y = harga terhitung dari variabel pada forecast
a = titik persilangan sumbu y
b = kemiringan garis regresi
x = nilai variable bebas diketahui
y = nilai variable terikat diketahui
n = jumlah data
= rata-rata dari nilai x
= rata-rata dari nilai y
C. Pengukuran Keakuratan Hasil Peramalan
Keakuratan dari model peramalan dapat ditentukan dengan
membandingkan nilai-nilai yang diramalkan dengan nilai-nilai aktual. Kesalahan
peramalan adalah selisih dari nilai forecast dengan nilai sebenarnya. Maka untuk
dapat memberikan gambaran tentang kemungkinan adanya tingkat kesalahan
23
dalam peramalan, terdapat 3 cara perhitungan diantaranya: (Heizer dan Render,
2015).
1. MAD
MAD (Mean Absolute Deviation) adalah metode pengukuran pertama atas
keseluruhan kesalahan dalam model peramalan. Nilai MAD dihitung
dengan mengambil jumlah deviasi dan membaginya dengan jumlah
periode data (n) seperti yang terlihat pada rumus berikut:
MAD | |
…….. (1.11)
2. MSE
MSE (Mean Squared Error) merupakan cara lain untuk mengukur
kesalahan pada peramalan. MSE adalah rata-rata perbedaan kuadrat antara
nilai peramalan dan pengamatan (Heizer dan Render, 2015). MSE dapat
dirumuskan sebagai berikut:
MSE | |
…….. (1.12)
3. MAPE
MAPE (Mean Absolute Percent Error) adalah cara untuk mengukur
kesalahan peramalan barang terutama untuk barang yang berjumlah
ribuan. Nilai MAPE dapat ditentukan dengan menghitung rata-rata dari
perbedaan absolut antara nilai peramalan dan aktual yang diekspresikan
dalam bentuk persentase nilai yang aktual. MAPE dapat dirumuskan
sebagai berikut:
MAPE
…….. (1.13)
24
Metode peramalan yang paling sesuai umumnya adalah metode yang
memiliki nilai MAD dan MSE terkecil.
10. Profil PT. Kimia Farma (persero)Tbk.
A. Visi dan Misi
PT. Kimia Farma (persero) Tbk. sebagai salah satu perusahaan BUMN
Farmasi terbesar di Indonesia memiliki visi dan misi sebagai berikut:
1.VISI
Menjadi korporasi bidang kesehatan terintegrasi dan mampu
menghasilkan pertumbuhan nilai yang berkesinambungan melalui
konfigurasi dan koordinasi bisnis yang sinergis.
2. MISI
Menghasilkan pertumbuhan nilai korporasi melalui usaha di
bidang-bidang:
1. Industri kimia dan farmasi dengan basis penelitian dan
pengembangan produk yang inovatif.
2. Perdagangan dan jaringan distribusi.
3. Pelayanan kesehatan yang berbasis jaringan ritel farmasi dan
jaringan pelayanan kesehatan lainnya.
4. Pengelolaan aset-aset yang dikaitkan dengan pengembangan
usaha perusahaan
B. Sejarah
Kimia Farma adalah perusahaan industri farmasi pertama di Indonesia
yang didirikan oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1817. Nama
25
perusahaan ini pada awalnya adalah NV Chemicalien Handle Rathkamp &
Co. Pada tahun 1958, Pemerintah Republik Indonesia melakukan peleburan
sejumlah perusahaan farmasi menjadi PNF (Perusahaan Negara Farmasi)
Bhinneka Kimia Farma. Kemudian pada tanggal 16 Agustus 1971, bentuk
badan hukum PNF diubah menjadi Perseroan Terbatas (PT), sehingga nama
perusahaan berubah menjadi PT Kimia Farma (Persero). Pada tanggal 4 Juli
2001, PT Kimia Farma (Persero) kembali mengubah statusnya menjadi
perusahaan publik, PT Kimia Farma (Persero) Tbk (Anonim, 2015).
C. Struktur Organisasi
PT Kimia Farma (Persero) Tbk mempunyai lima orang dewan komisaris,
meliputi komisaris utama, komisaris dan komisaris independen yang masing-
masing dijabat oleh dua orang, serta dipimpin oleh lima orang direksi,
meliputi Direktur Utama, Direktur Keuangan, Direktur Pengembangan
Bisnis, Direktur Operasi dan Supply Chain dan Direktur Umum Human
Capital (Anonim, 2015).
D. Paradigma Baru
1. Pabrik Manufaktur
Kegiatan usaha manufaktur dikelola oleh perusahaan induk yang
memproduksi obat jadi dan obat herbal, yodium, kina serta produk-produk
turunannya dan minyak nabati. Terdapat lima fasilitas produksi (Plant) yang
tersebar di beberapa kota di Indonesia, yaitu:
1. Plant Jakarta merupakan pabrik untuk memproduksi
obat golongan narkotika dan ARV (Anti Retro Viral).
26
Plant Jakarta telah memperoleh sertifikat Cara
Pembuatan Obat yang Baik (CPOB) untuk semua jenis
sediaan yang diproduksi, serta telah menerapkan
sistem manajemen mutu ISO-9001:2008.
2. Plant Bandung memproduksi bahan baku kina dan
turunannya, serta Alat Kontrasepsi Dalam Rahim
(AKDR). Plant Bandung telah memperoleh sertifikat
CPOB untuk produksi tablet, tablet salut, sirup, serbuk,
Pil KB serta bahan baku kina & turunannya, serta telah
menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001:2008.
3. Plant Semarang dikhususkan untuk memproduksi
minyak jarak, minyak nabati, dan kosmetika. Saat ini,
Plant Semarang telah menerapkan sistem manajemen
mutu ISO-9001:2008 dan mendapatkan sertifikat Cara
Pembuatan Kosmetika yang Baik (CPKB).
4. Plant Watudakon merupakan satu-satunya pabrik
pengolah tambang yodium di Indonesia. Selain itu
Plant Watudakon juga memproduksi bahan baku ferro
sulfat sebagai bahan utama pembuatan tablet besi
untuk obat penambah darah. Plant Watudakon telah
menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001:2008
dan ISO-14001 serta mendapatkan sertifikat CPOB
27
dalam memproduksi sediaan kapsul lunak, tablet,
tablet salut, salep dan cairan obat luar.
5. Plant Medan memproduksi obat dalam sediaan tablet,
krim dan kapsul. Plant Medan telah mendapatkan
sertifikat Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB)
untuk seluruh jenis sediaan yang diproduksi serta
menerapkan sistem manajemen mutu ISO-9001:2008.
2.Pemasaran
PT Kimia Farma (Persero) Tbktidak hanya memasarkan produk di
dalam negeri saja, namun juga melakukan ekspor guna memenuhi permintaan
obat-obatan di negara-negara Asia, Eropa, dan Afrika. Kegiatan pemasaran
didukung oleh sekitar 453 field forces untuk seluruh lini yang tersebar di
wilayah Indonesia, terdiri dari Product Manager, Regional Sales Manager
dan Area Supervisor. Pada tahun 2012, PT Kimia Farma (Persero) Tbk
berhasil menjaring lebih dari 13.497 orang dokter dan 1.304 buah rumah sakit
serta ikut mensukseskan gerakan pemerintah dalam pelayanan obat BPJS
melalui program e-catalogue (Anonim, 2015).
3. Distribusi
Kegiatan distribusi dilaksanakan PT Kimia Farma Trading &
Distribution (KFTD), anak perusahaan yang berperan penting dalam upaya
peningkatan penjualan produk-produk perseroan. PT Kimia Farma Trading &
Distribution memiliki jaringan sebanyak 45 cabang dan tenaga salesman
sejumlah 338 orang untuk melayani 18.672 outlet terdaftar di seluruh wilayah
28
Indonesia. Di samping mendistribusikan produk-produk perusahaan, KFTD
juga bertindak sebagai distributor untuk produk-produk principal dari dalam
dan luar negeri
4. Ritel Farmasi
1. Apotek
Melalui anak perusahaannya yaitu PT Kimia Farma Apotek (KFA),
perseroan menjadi pemimpin di pasar ritel farmasi dengan jumlah apotek
lebih dari500 apotek. Penambahan outlet apotek menjadi salah satu
strategi KFA untuk meningkatkan penetrasi pasar, diantaranya melalui
program franchise. Di tahun 2012, KFA berhasil membuka 29 apotek
baru, di mana 5 apotek diantaranya merupakan apotek franchise sehingga
keseluruhan apotek franchiseKFA adalah sebanyak 10 apotek.
2. Klinik Kesehatan
Sebagai perwujudan visi menjadi korporasi di bidang kesehatan
terintegrasi, perseroan mengembangkan produk layanan klinik kesehatan
terintegrasi dengan apotek dan laboratorium klinik. Unit usaha yang sejak
Maret 2009 dikelola oleh KFA ini menyediakan jasa pengobatan kuratif,
penanganan gawat darurat tingkat pertama, bedah minor, pelayanan
imunisasi, pemeriksaan kesehatan berkala, tumbuh kembang dan
pemeriksaan kehamilan, keluarga berencana, deteksi dini, rehabilitasi
medik terbatas, penyuluhan kesehatan, pelayanan K3 tingkat primer,
kunjungan ke rumah (home care service) dan rujukan. Pada tahun 2012
29
terdapat 64 klinik yang tersebar di seluruh Indonesia dalam bentuk klinik
pratama dan utama.
3. Laboratorium Klinik
Laboratorium klinik yang dibangun untuk melengkapi portofolio
bisnis perseroan ini, bergerak dalam bidang jasa layanan pemeriksaan
kesehatan (medical check up). Sejak Januari 2010 pengelolaannya telah
diserahkan kepada KFA dalam bentuk anak perusahaan bernama PT
Kimia Farma Diagnostika (KFD). Pada tahun 2012 KFD memiliki 33
cabang yang terdiri dari 2 laboratorium kelas utama dan 31 laboratorium
kelas madya yang tersebar di beberapa kota di Indonesia.
5. Perdagangan Internasional
PT. Kimia Farma juga telah melakukan ekspansi bisnisnya tidak
hanya di tingkat nasional tapi juga mulai memasuki tingkat perdagangan
internasional sesuai dengan visi dan misi perusahaan ke depan menjadi
pemain di tingkat global.
Produk-produk Kimia Farma yang mencakup produk obat jadi dan
sediaan farmasi serta bahan baku obat seperti Iodine dan Quinine telah
memasuki pasar dinegara: Eropa, India, Jepang, Taiwan dan Selandia
Baru. Produk Jadi dan Kosmetik telah dipasarkan ke Yaman, Korea
Selatan, Singapura, Malaysia, Vietnam, Sudan, dan Papua Nugini.
Demikian juga untuk produk-produk herbal yang berasal dari bahan alami
juga telah dipersiapkan proses registrasinya untuk memasuki pasar baru
30
seperti: Filipina, Myanmar, Pakistan, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain
dan Bangladesh.
Produk herbal merupakan target utama korporasi untuk periode
mendatang mengingat banyaknya peminat dan pembeli potensial yang
telah menunjukkan minat untuk melakukan hubungan bisnis dengan
perusahaan.
E. Anak Perusahaan
PT. Kimia Farma (persero)Tbk. memiliki enam anak perusahaan yaitu:
1. PT Kimia Farma Trading and Distribution
PT Kimia Farma Trading & Distribution (KFTD) adalah anak perusahaan
perseroan yang didirikan pada tanggal 4 Januari 2003, bergerak di bidang
layanan distribusi dan perdagangan produk kesehatan dan memiliki
wilayah layanan yang luas mencakup 34 propinsi dan 511 kabupaten atau
kota.
2. PT Kimia Farma Apotek
PT Kimia Farma Apotek (KFA) adalah anak perusahaan perseroan yang
didirikan berdasarkan akta pendirian tanggal 4 Januari 2003.Sejak tahun
2011. KFA menyediakan layanan kesehatan yang terintegrasi meliputi
layanan farmasi (apotek), klinik kesehatan, laboratorium klinik dan optik,
dengan konsep One Stop Health Care Solution (OSHCS)
3. PT Sinkona Indonesia Lestari
PT Sinkona Indonesia Lestari adalah perusahaan yang memproduksi kina
garam dan turunannya bagi banyak industriterutama obat-obatan,
31
minuman, dan industri kimia. PT. SIL didirikan pada 25 Oktober 1986 dan
sebagai satu-satunya perusahaan di Indonesia yang memproduksi kina.
4. PT Kimia Farma Diagnostika (KFD)
PT Kimia Farma Diagnostika (KFD) dibentuk sejak tahun 2008 dan mulai
beroperasi secara mandiri pada awal tahun 2010. Ruang lingkup bisnis
usaha KFD meliputi pengelolaan dan pengembangan laboratorium klinik.
5. KF Averroes
Perseroan bekerja sama dengan Averroes Pharmaceutical, Sdn, Bhd.
mendirikan Apotek KF-Averroes di Malaysia. Apotek Kimia Farma-
Averroes sudah beroperasi sejak 4 Juli 2013.
6. PT Asuransi InHealth
PT Asuransi InHealth memiliki usaha di bidang asuransi dan membagi
bidang usahanya menjadi tiga bagian yaitu Asuransi Kesehatan InHealth,
Managed Care, Asuransi Kesehatan InHealth Indemnnitydan Asuransi
Jiwa.
F.Sistem Manajemen Persediaan
Production Planning and Inventory Control (PPIC) adalah suatu
departemen yang menangani masalah persediaan dan produksi di PT. Kimia
Farma (persero)Tbk. Plant Jakarta, departemen tersebut dipimpin oleh
seorang manajer, dua asisten manajer, dan enam supervisor. Manajer PPIC
mempertanggungjawabkan kegiatannya langsung kepada manajer plant.
Struktur Organisasi PPIC Plant Jakarta adalah sebagai berikut:
32
Gambar 3. Struktur Organisasi Sub Unit Perencanaan Produksi & Pengendalian Inventori
PT. Kimia Farma (persero) Tbk Plant Jakarta(Anonim, 2014 a)
G. Keterangan Empiris
Penelitian dilakukan untuk mengetahui efisiensi sistem manajemen
persediaan di PT. Kimia Farma (persero) Tbk. Plant Jakarta
berdasarkanevaluasi perbandingan hasil peramalan perusahaan dan hasil
peramalan teoritis terhadap data realita, sehingga parameter pengendalian
persediaan sepertieconomic order quantity, reorder point, dan safety stock
bahan baku menunjukkan nilai yang mendekati realita serta menghasilkan
nilai perputaran persediaan yang baik.
SUB UNIT PERENCANAAN
PRODUKSI & PENGENDALIAN
INVENTORI
SUB BAGIAN
EVALUASI DATA &
PELAPORAN
BAGIAN PERENCANAAN & PENGENDALIAN BAHAN & PROSES
PRODUKSI
SUB BAGIAN PERENCANAAN BAHAN & PROSES
PRODUKSI
SUB BAGIAN PENGENDALIAN
BAHAN & PROSES
PRODUKSI
BAGIAN
PENYIMPANAN
SUB BAGIAN
GUDANG
BAHAN BAKU
SUB BAGIAN GUDANG BAHAN
PENGEMAS
SUB BAGIAN PENIMBANGAN
SENTRAL
33
H. Kerangka Konsep
Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian
Data produk jadi tahun 2014
Analisis ABC data produk jadi tahun 2014
Data forecasting produk jadi
perusahaan th 2014
Breakdown bahan baku 3 produk jadi teratas
kelas A
Data realita pemakaian bahan
baku th 2014
Data forecasting produk jadi secara
teoritis
Penentuan Economic Order Quantity (EOQ)
yang sesuai
Penentuan Reorder Point (ROP) yang
tepat
Pengendalian jumlah Safety
Stock (SS)
Nilai Inventory Turnover Ratio (ITOR) tinggi
Efisiensi biaya persediaan
top related