pemenuhan hak dan kewajiban istri perspektif fiqih...
Post on 18-Jul-2020
21 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI
PERSPEKTIF FIQIH (KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Wasiyatul Khasanah
Nim 211-14-006
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
i
PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI
PERSPEKTIF FIQIH (KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Wasiyatul Khasanah
Nim 211-14-006
JURUSAN HUKUM KELUARGA ISLAM
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
ii
iii
iv
v
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Wasiyatul Khasanah
NIM : 21114006
Jurusan : Hukum Keluarga Islam
Fakultas : Syari’ah
Judul Skripsi :PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI
PERSPEKTIF FIQIH (KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM)
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri,
bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Naskah skripsi ini diperkenankan untuk di publikasikan pada e-repository IAIN
SALATIGA.
Salatiga, 21 Agustus 2018
Yang menyatakan
Wasiyatul khasanah
NIM: 21114006
vi
MOTTO
ثغى هللا انش ح انش حى
الحال ال قاح ال ثب هلل انعه انعظى
Yakin!
Insyallah bisa!
Allah adalah pemilik segala kehendak. cukup percaya padanya
dan lakukan yang terbaik. Jangan lupa untuk berharap akan
ridhonya agar mimpi dan cita-cita dapat terwujudkan.
Believe, and do it more.
vii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada :
Jurusan Hukum Keluarga Islam Fakultas Syariah Institutut Agama Islam Negeri
Salatiga
Orang tua Bapak Afif Hidayat (Alm) dan Ibu Nur Sidah (Almh)
Kakak-kakak di rumah, Mas Najmudin, Mas Ghozali, Mas Subhan, Mbak Rowi,
Mb Aroh, Mz Ishak dan Adikku Sri Zaidah
Ibu Firyal Fatimah
Abah Ummi Pengasuh Asrama Balai Yatim Kalibeber
viii
KATA PENGANTAR
ثغى هللا ا نش ح انش حى انحذ هلل انش ة انعبن
Puji syukur, dan terimakasih penulis sampaikan kepada Allah yang telah
melimpahkan rahmat dan kasih sayangnnya telah menuntun penulis sehingga bisa
menyelesaikan skripsi sesuai dengan yang diharapkan. Sholawat dan salam
semoga senantiasa terpanjatkan kepada baginda Rasulallah SAW yang menuntun
umat manusia dari zaman yang gelap jahiliyah kepada zaman yang terang
islamiah. Semoga kita senantiasa mendapatkan syafaatnya di dunia maupun di
akhirat nanti.
Skripsi dengan judul “Pemenuhan Hak dan Kewajiban Istri Perspektif
Fiqih (Kajian Sosiologi Hukum) ini ditulis sebagai tugas untuk memenuhi salah
satu syarat guna mendapatkan gelar Sarjana Hukum di jurusan S1 Hukum
Keluarga Islam Fakultas Syariah Institutut Agama Islam Negeri Salatiga.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini tidak akan
diselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan
ketulusan dan segala kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih dan
penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Pemerintah negara indonesia yang melalui program beasiswa bidik misinya
sehingga penulis bisa bertahan hingga semester akhir di IAIN Salatiga.
2. Bapak Dr. Rahmat hariyadi, M.Pd selaku rektor IAIN Salatiga
ix
3. Ibu Dr. Siti Zumrotun, M.Ag selaku dekan Fakultas Syariah dan jajaranya,
beliau sekaligus dosen pembimbing akademik yang sudah membimbing
penulis dalam perkuliahan di Jurusan Hukum Keluarga Islam
4. Bapak Sukron Mamun, selaku ketua jurusan dan Bapak Yusuf Khummaini
selaku sekretaris jurusan Hukum Keluarga Islam IAIN Salatiga.
5. Bapak Dr. Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si. selaku dosen pembimbing skripsi yang
dengan kesabaran dan kebesaran hatinya, sangat tekun dan teliti memberikan
arahan serta bimbingannya dalam penyelesaian skripsi ini.
6. Segenap dosen pengajar fakultas syariah, atas kuliah-kuliah dan nasehat
ilmunya yang telah diberikan.
7. Karyawan TU fakultas syariah IAIN salatiga yang dengan sabar melayani
penulis mengurus administrasi akademik.
8. Orang tua Bapak Afif Hidayat (Alm) dan Ibu Nur Sidah (Almh), Mas
Najmudin, Mas Ghozali, Mas Subhan, Mbak Rowi, Mb Aroh, Mz Ishak dan
dan adik Sri Zaidah yang telah memberikan segenap dukunganya baik materi
maupun immateril
9. Pengasuh mahad Putri IAIN Salatiga Bapak Ali Zamroni dan Ibu Imafaza
yang sudah berhasil membuat penulis betah di salatiga, dek Sultan dan kak
Aliya. Semoga bisa bertemu lagi di lain waktu.
10. Teman-teman yang sudah selalu saya repotkan, Kuni Africhani, Siti Aisyah,
Desi Wijianti, Iis Ari Sujiyanti, Siti Mubarillah Sarry. Terimakasih untuk
waktunya, semoga Allah membalas kebaikan kalian.
11. Dedek-dedek alumni Mahad Putri IAIN Salatiga, Wafa, Siska, Intan, Hamna,
Fitri, Eka, Ulil, Ika, Si Tiara, Nisak, Isna, Cepin Baiti, semuanya yang sudah
x
mendukung dan menemani penulis kuliah di sini. Semoga mendapatkan
balasan kebaikan dari Allah, lancar kuliyahnya dan segera terkabul cita-
citanya.
12. Teman-teman angkatan 2014 yang telah bersama-sama berjuang. Mari
berproses dan sukses bersama.
13. Semua pihak yang munkin tidak dapat disebutkan atas bantuanya baik moriil
maupun materil yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam
penyelesaian skripsi ini.
Sangat di sadari bahwa dalam menyusun skripsi ini masih jauh dari kata
sempurna. Sehingga saran dan masukan senantiasa penulis nantikan. Semoga
skiprsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
xi
ABSTRAK
Khasanah, Wasiyatul. 2018. Pemenuhan Hak dan Kewajiban Istri Perspektif
Fiqih (Kajian Sosiologi Hukum). Skripsi. Fakultas Syariah. Jurusan
Hukum Keluarga Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing Dr. Ilya Muhsin, S.H.I., M.Si.
Kata kunci : Hak dan Kewajiban, Fiqih.
Peneletian ini digunakan untuk mengetahui pandangan fiqih mengenai
pemenuhan hak dan kewajban suami istri di Desa Pacarmulyo Kec. Leksono Kab.
Wonosobo. Fokus penelitian ini ada dua. Pertama, mengetahui faktor yang
menyebabkan istri menjadi TKW di desa Pacarmulyo kec. Leksono kab.
Wonosobo. Kedua, mengetahui tinjauan fiqih terhadap pemenuhan hak dan
kewajiban suami istri keluarga TKW di desa Pacarmulyo kec. Leksono kab.
Wonosobo dengan kajian sosiologi hukum. Metode penelitian ini menggunakan
jenis penelitian kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif. Subjek penelitian
adalah empat keluarga TKW di desa pacarmulyo kec. Leksono kab. Wonosobo.
Tekhnik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan
dokumentasi terkait buku nikah.
Berdasarkan hasil penelitian ini penulis berkesimpulan bahwa faktor
yang menyebabkan istri menjadi TKW di desa pacarmulyo kec. Leksono kab.
Wonosobo ada lima yaitu, budaya masyarakat, terbatasnya lapangan pekerjaan,
terinspirasi kesuksesan pendahulu TKW, gaya hidup, dan peluang pekerjaan yang
tersedia di rumah tangga. Menurut perspektif fiqih pemenuhan hak dan kewajiban
suami istri keluarga TKW di desa Pacarmulyo kec. Leksono kab. Wonosobo
tersebut tidak bisa terlaksana sepenuhnya karena ketidakhadiran istri disamping
suami dengan menjadi TKW. Kepergian istri ke luar negeri tidak baik bagi
keluarga dan kepergianya bukan merupakan suatu keadaan yang memaksa atau
darurat sehingga menjadikan hukum kepergian istri menjadi TKW tersebut
menjadi makruh karena meski ia telah mendapatkan ijin dari suami ia tetap
meninggalkan kewajibanya sebagai seorang istri
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
HALAMAN LOGO ................................................................................................ ii
NOTA PEMBIMBING .......................................................................................... iii
PENGESAHAN ..................................................................................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN .................................................................................. v
HALAMAN MOTTO ............................................................................................ vi
HALAMAN PERSEMBAHAN ........................................................................... vii
KATA PENGANTAR ........................................................................................ viii
ABSTRAK ............................................................................................................ xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ............................................................................. 5
D. Manfaat ............................................................................................ 6
E. Penegasan Istilah ............................................................................. 6
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................. 7
G. Metode Penelitian .......................................................................... 11
1. Jenis Penelitian dan Pendekatan penelitian ............................ 11
xiii
2. Lokasi dan Subjek Penelitian ................................................. 12
3. Sumber Data ........................................................................... 13
4. Teknik Pengumpulan Data ..................................................... 13
5. Analisis Data .......................................................................... 16
6. Sistematika Penulisan ............................................................. 17
BAB II HAK DAN KEWAJIBAN SUAMI ISTRI PERSPEKTIF FIQIH DAN
SOSIOLOGI HUKUM
A. Hak dan kewajiban perspektif fiqih ............................................... 19
1. Pengertian Perkawinan ............................................................. 19
2. Hukum Perkawinan .................................................................. 20
3. Rukun dan Syarat Perkawinan ................................................. 23
4. Hak dan Kewajiban Perkawinan .............................................. 25
B. Sosiologi hukum ............................................................................ 37
BAB III PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI DI DESA
PACARMULYO KEC. LEKSONO KAB. WONOSOBO
A. Profil Desa Pacarmulyo Kec. Leksono Kab. Wonosobo ............... 40
B. Profil dan Keadaan Keluarga TKW di Desa Pacarmulyo Kec.
Leksono Kab. Wonosobo .............................................................. 44
C. Faktor yang Menyebabkan Istri menjadi TKW di Desa Pacarmulyo
Kec. Leksono Kab. Wonosobo ...................................................... 50
1. Budaya masyarakat ................................................................. 50
xiv
2. Semitnya lapangan pekerjaan .................................................. 52
3. Terinspirasi kesuksesan pendahulu TKW ............................... 53
4. Gaya hidup .............................................................................. 53
5. Peluang pekerjaan rumah tangga ................................................ 54
D. Pemenuhan Hak dan Kewajiban Istri Keluarga TKW di Desa
Pacarmulyo Kec. Leksono Kab. Wonosobo ................................. 55
1. Pemenuhan Hak dan Kewajiban Bersama .............................. 55
2. Pemenuhan Hak Istri terhadap Suami ...................................... 56
3. Pemenuhan Kewajiban Istri terhadap Hak Suami ..................... 60
BAB IV PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI DALAM
PERSPEKTIF FIQIH DAN SOSIOLOGI HUKUM
A. Pemenuhan Hak dan Kewajiban Istri Perspektif Fiqih ................. 63
B. Sosiologi Hukum ........................................................................... 75
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................... 77
B. Saran ............................................................................................... 78
LAMPIRAN-LAMPIRAN
A. Dokumentasi penelitian .................................................................. 81
B. Biodata penulis .............................................................................. 84
xv
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 85
DAFTAR TABEL
A. Tabel 1.1 Subjek Penelitian Keluarga TKW .................................. 13
B. Tabel 1.2 informan penelitian ........................................................ 15
C. Tabel 4.3 Hak dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Fiqih........... 63
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia sebagai mahluk ciptaanya yang paling sempurna adalah
wajib percaya dan beriman kepada allah. Sebagai bentuk manifestasi
keimanan tersebut hendaklah manusia taat dan menjalankan segala bentuk
perintah dan menjauhi semua laranganya. Perintah Allah kepada manusia
sebagai mahluknya adalah agar manusia beribadah kepada Allah, tolong
menolong, dan saling mengasihi antara yang satu dengan yang lain. Salah satu
bentuk kasih dan tolong menolong yang paling sempurna antara laki-laki dan
perempuan adalah melalui persatuan melalui ikatan pernikahan yang
merupakan ikatan suci paling sah menurut hukum positif maupun hukum
islam. Melalui pernikahan antara laki-laki dan perempuan dipersatukan dalam
sebuah ikatan suci yang halal dan berkah sebagai bentuk ibadah yang paling
lama yaitu sepanjang hidup.
Melalui pernikahan Allah bermaksud mengajarkan kepada manusia
bagaimana mewujudkan kedamaian dan ketentraman hidup serta
menumbuhkan rasa kasih sayang antara suami dan istri melalui firman-
firmanya dan pesan yang disampaikan oleh nabinya. Seperti yang
terfirmankan dalam Q.S. Ar-Rum ayat 21 yang artinya :
سح ح د كى ي خعم ث ب ا إن اخب نزغك فغكى أص ا خهق نكى ي أ آبر ي خ
Artinya, dan diantara tanda-tada kekuasaan-nya ialah dia menciptakan
pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan
2
merasa tentra kepadanya, dan dia menjadikan diantaramu rasa kasih dn
sayang.
Allah memerintahkan hambanya untuk berbuat baik kepada sesama
manusia. Untuk itu, sebagai pasangan suami dan istri harus saling mengasihi,
berbagi, tolong menolong dan saling membantu dalam duka dan berbagi
dalam suka. Dengan saling percaya dan penuh kesadaran diri di antara suami
dan istri tersebut maka diharapkan dapat terwujudkan kelurga yang ideal.
Suami dan istri memiliki tanggungjawab bersama untuk membentuk
keluarga ideal, meski suami dan istri memiliki kedudukan dan kewajiban yang
berbeda. Sesuai dengan kodrat laki-laki sebagai pemimpin, suami menjadi
pemegang hak pemimpinn bagi keluarganya, yaitu istri dan anak-anaknya.
dalam firman Allah Q.S. An-Nisa ayat 34 yaitu:
م هللا ثعضى عهى ب فض عه انغبء ث اي خبل ق ى ثعض انش ان اي اي فق با ث
بحفظ هللا ت ث هحذ قزذ نهغ فبنص
Artinya, laki-laki suami itu pelindung bagi perempuan istri, karena Allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan) dan karena mereka (laki-laki)telah memberikan nafkah dari
hartanya. Maka perempuan-perempuan yang shaleh adalah mereka yang
taat(kepada Allah) dan menjaga diri ketika suami tidak ada, karena Allah
telah menjaga merka.
Kaum laki-laki menjadi pemimpin bagi perempuan karena hakikatnya
kaum laki-laki mempunyai kelebihan atas kaum perempuan serta adanya
kewajiban laki-laki untuk memberi nafkah untuk keperluan keluarganya.
Suami memiliki beban dan tanggungjawab yang besar terhadap keluarganya,
sehingga sepatutnya seorang istri harus berlaku taat dan patuh kepada suami.
3
Kepatuhan seorang istri kepada suaminya merupakan sebuah hak suami.
Sehingga seorang istri tidak boleh membangkang dan harus senantiasa taat
dan patuh, sesuai dengan perintah sabda Rasulallah yaitu :
ا غدذ ن ل الحذ يشد احذكى ا شأح ا عظى حق رغدذ يشد ان خب ي ب.نض عه
Artinya, andaikata aku menyuruh seseorang sujud kepada orang lain,
niscaya aku perintahkan perempuan bersujud kepada suaminya, karena
begitu besar haknya kepadanya (HR Abu Dawud, Tirmidzi Ibnu Madjah, dan
Ibnu Hubban).
Kewajiban taat kepada suami hanya dalam hal-hal yang dibenarkan
agama, bukan dalam hal kemaksiatan kepada Allah swt. Ketaatan dalam
beribadah dan yang makruf harus diikuti. Jika suami memerintahkan istri
untuk berbuat maksiat, maka ia harus menolaknya.
Seorang suami harus bersikap dan berperilaku yang santun kepada
istrinya, bahkan seorang suami harus bisa menjadi tauladan. Berperilaku yang
baik dan mengajarkan kepada hal-hal yang baik. Dengan perilaku tersebut
maka seorang istri akan menjadi lebih mudah untuk mengikuti suami dan taat
kepadanya. Dengan sikap yang santun dan lembut, menjadikan hati istri
tenang dan nyaman berada dekat dan mengikuti perintah suaminya. perilaku
suami yang lembut dan santun juga terdapat sesuai dengan firman Allah
dalam Q.S. An-Nisa ayat 19 yaitu:
عش ثبن ف عبشش
Artinya, dan bergaullah dengan mereka (istri) secara patut.
Islam sebagai agama rahmatal lilalamin, rahmat bagi seluruh alam
memang memiliki petunjuk dan pedoman hidup yang sangat besar bagi setiap
4
manusia, mulai dari yang terkecil hingga yang terbesar. Sehingga kembali
kepada setiap manusia sendiri, untuk mengikuti petunjuk dari firmanya
tersebut atau ingkar dan meninggalkanya. Pedoman untuk merintis hidup
yang bahagia, keluarga yang ideal sudah ditunjukkan dalam firmanya Al-
Quran.
Manusia seringkali terbentur masalah dunia sehingga banyak yang
berpaling, dan memilih jalanya sendiri yang dianggap lebih baik dan lebih
mudah. Seperti pemilihan dalam peran keluarga. Seorang suami yang
seharusnya menjadi pemimpin dan bertanggungjawab dalam nafkah keluarga,
harus mengalah dengan keadaan dan menukar tanggungjawab tersebut dengan
istri yang seharusnya menerima nafkah. Hal demikian seringkali merupakan
pilihan istri sendiri. Kepergian istri tersebut bukan semata tanpa izin tapi
berdasarkan keputusan yang disetujui bersama keluarga dan suami pada
khususnya. Dari kepergianya tersebut mungkin tidak akan bisa pulang untuk
beberapa tahun, entah dua tahun ataupun puluhan tahun dengan meninggalkan
keluarga dirumah. Suami harus mengurus sendiri rumah tangganya dan
membesarkan serta mengasuh anak-anak.
Dengan kepergian istri yang meninggalkan suami dan keluarga
dirumah, kemudian menjadikan kedudukan dan tanggungjawab suami istri
yang tertukar. Tanggungjawab dan kedudukan suami istri yang seharunya
menimbulkan hak dan kewajiban bagi suami istri tersebut kemudian menjadi
tidak bisa terealisasi dengan baik karena terpisah oleh jarak dan watu.
5
Berdasarkan permasalahan diatas, menjadi penting bagi penulis untuk
melakukan penelitian mengenai bagaimana pandangan fiqih terhadap
fenomena banyaknya istri yang menjadi TKW di Desa Pacarmulyo Kec.
Leksono Kab. Wonosobo dan menyebabkan para istri harus pergi
meninggalkan rumah. Untuk itulah, kemudian penulis bermaksud melakukan
penelitian skripsi dengan judul Pemenuhan Hak Dan Kewajiban Istri
Perspektif Fiqih (Kajian Sosiologi Hukum).
B. Rumusan Masalah
1. Apakah faktor yang menyebabkan istri menjadi TKW di desa Pacarmulyo
kec. Leksono kab. Wonosobo?
2. Bagaimana tinjauan Fiqih terhadap pemenuhan hak dan kewajiban istri di
desa Pacarmulyo kec. Leksono kab. Wonosobo?
C. Tujuan
1. Mengetahui faktor yang menyebabkan istri menjadi TKW di desa
Pacarmulyo kec. Leksono kab. Wonosobo.
2. Mengetahui tinjauan Fiqih terhadap pemenuhan hak dan kewajiban istri di
desa Pacarmulyo kec. Leksono kab. Wonosobo.
D. Manfaat
Secara umum skripsi ini diharapkan dapat digunakan dan bermanfaat
bagi para pembaca antara lain yaitu:
1. Manfaat teoretis
6
Secara teoretis skripsi ini diharapkan bisa dimanfaatkan sebagai
sumber pengetahuan dan wawasan keilmuan mengenai kehidupan
keluarga istri TKW serta pemenuhan hak dan kewajibanya di kalangan
mahasiswa khususnya dan masyarakat pada umumya.
2. Manfaat praktis
Skripsi diharapkan dapat bermanfaat secara praktis di kalangan
masyarakat, untuk dapat dijadikan sebagai instrumen rujukan bagi upaya
pendukung usaha pemberdayaan masyarakat keluarga TKW khususnya
dan masyarakat pada umumnya. Skripsi ini juga dapat dimanfaatkan
untuk memperluas cakrawala dan pemikiran masyarakat, sehingga bisa
mengolah cara berpikir masyarakat dan mencegah penyimpangan-
penyimpangan pada kehidupan keluarga.
E. Penegsan Istilah
Untuk memberikan batasan teori terhadap penyusunan skripsi ini,
maka penulis memberikan batasan istilah/penegasan istilah berikut ini:
1. TKW
TKW adalah kependekan dari tenaga kerja wanita yang identik
dengan bekerja di luar negeri. TKW adalah Tenaga Kerja Indonesia
(TKI) yang berjenis kelamin perempuan. UU no 13 tahun 2004
menyebutkan bahwa TKI adalah setiap warga negara Indonesia yang
memenuhi syarat untuk bekerja di luar negeri dalam hubungan kerja
untuk jangka waktu tertentu dengan menerima upah. Sehingga TKW yang
7
dimaksud disini adalah tenaga kerja indonesia yang bekerja di luar negeri
dan berjenis kelamin perempuan dan sudah menikah.
2. Fiqih
Arti kata fiqih menurut bahasa arab adalah paham atau pengertian.
Menurut istilah, fiqih adalah ilmu untuk mengetahui hukum-hukum syara’
yang pada perbuatan anggota, diambil dari dali-dalilnya yang tafsili
(terinci). Fiqih diambil dari Al-Qur’an, sunnah, ijma dan qias (Sulaiman
Rasyid, 2012:12).
Yang dimaksud fiqih disini adalah ilmu fikih yang berkaitan
dengan hukum keluarga yaitu fikih munakahat
F. Tinjauan Pustaka
Beberapa penelitian terdahulu yang memiliki keterkaitan dengan
penelitian penulis ini diantaranya adalah Skripsi yang ditulis oleh Asri dari
Universitas Islam Negeri Sultan Sarif Kasim Riau. Skripsi tersebut berjudul
Pelaksanaan Nafkah Suami yang Merantau dan Dampaknya Terhadap
Keutuhan Rumah Tangga Menurut Hokum Islam (Studi di Desa Tanjung
Kecamatan XIII Koto Kampar). Penelitian ini menggunakan tiga fokus
permasalahan. Fokus yang pertama yaitu, untuk mengetahui pelaksanaan
nafkah suami yang merantau. kedua, dampak suami yang merantau terhadap
keutuhan rumah tangga dan yang terakhir untuk mengetahui bagaimana
pandangan hukum Islam terhadap pelaksanaan nafkah suami yang merantau
di Desa Tanjung Kecamatan XIII Koto kampar/ Koto Kampar Hulu.
8
Pelaksanaan nafkah suami yang merantau dan dampaknya terhadap
keutuhan rumah menurut hukum Islam yaitu nafkah tetap bisa dilaksanakan
oleh suami. Suami yang merantau bisa berdampak terhadap keutuhan rumah
tangga seperti istri yang ditelantarkan, dan rawan terjadinya perceraian. Selain
dampak negatif tersebut diatas kepergian suami merantau juga memiliki sisi
yang positif diantaranya ekonomi keluarga menjadi mapan, dan menambah
devisa Negara.
Oleh karena itu dengan melihat dampak yang ditimbulkan diatas,
maka suami yang merantau ke Malaysia seyogyanya harus izin istri dan
ridhonya, menjaga komunikasi yang lancar dengan keluarga sehingga istri
tidak terlantar, bisa mencegah terjadinya perceraian, serta kedudukan suami
sebagai pemimpin dalam keluarga tidak akan terabaikan. Kalau tidak
demikian suami hukumnya haram merantau ke Malaysia.
Penelitian tersebut memiliki ketarkaitan dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu tentang kepada pelaksanaan nafkah, yang merupakan
hak dan kewajiban suami. Namun penelitian ini masih memiliki perbedaan
dengan penelitian yang penulis lakukan karena fokus dari penelitian ini adalah
pelaksanaan nafkah suami yang merantau dengan didasarkan kepada hukum
islam, sehingga sangat berbeda dengan penelitian yang penulis lakukan
karena fokus penelitian penulis kali ini lebih luas yaitu berfokus kepada hak
serta kewajiban suami istri yang tidak hanya didasarkan kepada hukum islam
tetapi juga perundang-undangan di Indonesia, yaitu KHI dan UU No 01
Tahun 1974.
9
Selanjutnya, peneletian yang berkaitan dengan skripsi penulis adalah
penelitian yang dilakukan oleh Irfandhi Aripuddin dari IAIN Kendari dengan
judul Pemenuhan Nafkah Istri yang Suaminya di Penjara dan Implikasinya
terhadap Keharmonisan Rumah Tangga di Kota Kendari. Penelitian ini
merupakan penelitian kualitatif. Fokus permasalahan penelitian ini ada dua
yaitu, gambaran pemenuhan nafkah istri yang suaminya dipenjara di Rutan
Kelas IIA Kendari. Dan yang kedua, implikasi istri yang suaminya di penjara
terhadap keharmonisan rumah tangga di kota Kendari.
Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa Gambaran
pemenuhan nafkah istri yang suaminya dipenjara di kota Kendari dapat
terpenuhi nafkah lahirnya, akan tetapi tidak sepenuhnya dari suami karena
istri masih bekerja dengan dibantu oleh keluarganya sedangkan nafkah batin
terpenuhi, namun tidak sepenuhnya terlaksana karena masih ada beberapa
yang tidak dapat dipenuhi seperti kebutuhan biaya, pakaian, dan biologis.
Suami tidak dapat bekerja sehingga tidak memenuhi nafkah tersebut.
Kemudian pihak Rutan tidak memberikan fasilitas ruangan khusus untuk
kebutuhan biologis, sebab akan menimbulkan kesan yang buruk, baik dari
rutan maupun pandangan masyarakat. Kedua, bahwa implikasi istri yang
suaminya di penjara terhadap keharmonisan rumah tangga di kota Kendari
masih tetap terjalin dengan baik dan harmonis. Dikarenakan pada saat istri
mereka datang berkunjung atau membesuk suaminya, mereka saling
berpelukan, cipika-cipiki, bahkan suami mencium kening istrinya. Selain itu
adanya rasa percaya, setia dan sayang, serta saling memberikan dukungan dan
10
motivasi bahkan menasehati adalah bentuk cintanya istri terhadap suaminya,
sehingga rumah tangga mereka tetap utuh, bahagia dan harmonis.
Penelitian tersebut memiliki ketarkaitan dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu tentang kepada pelaksanaan nafkah, yang merupakan
hak dan kewajiban suami. Namun penelitian ini masih memiliki perbedaan
dengan penelitian yang penulis lakukan karena fokus dari penelitian ini adalah
pemenuhan nafkah istri yang suaminya dipenjara dan bagaimana implikasinya
terhadap keharmonisan rumah tangga di kota kendari. Dengan rumusan
masalah tersebut, maka penelitian ini berbeda dengan penelitian yang akan
penulis lakukan karena fokus dari penelitian penulis adalah bukan suami yang
meninggalkan rumah akan tetapi kepada istri yang meninggalkan rumah yaitu
menjadi TKW.
Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Siti Alvin Nuril Bariroh
pada tahun 2015 dengan judul Pembentukan Keluarga Sakinah oleh
Pasangan Suami Istri dalam Hubungan Jarak Jauh di Desa Sukosari
Kunir Lumajang dari UIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian tersebut
berfokus kepada dua hal yaitu, pertama proses pembentuk keluarga sakinah
oleh pasangan suami istri dalam hubungan jarak jauh di desa Sukosari Kunir
Lumajang dan Nilai-nilai islam yang diterapkan oleh pasangan suami istri
dalam membentuk keluarga sakinah. Berdasarkan penelitian tersebut
diperoleh data bahwa pembentukan keluarga sakinah dimulai dari sebelum
pernikahan dengan melihat aspek spiritual dan aspek sosial. Aspek spiritual
yakni memilih calon pasangan, melaksanakan rukun dan syarat sah
11
pernikahan serta memenuhi hak dan kewajiban dalam keluarga. Sedangkan
untuk aspek sosial yakni menjaga komunikasi, memegang komitmen, adanya
rasa saling percaya, keterbukaan, toleransi dan waspada serta memberikan
kejutan-kejutan kecil pada pasangan. Dalam penelitian tersebut nilai-nilai
islam yang diterapkan untuk membentuk keluarga sakinah yakni saling
menghormati dan menghargai antar pasangan, kejujuran, selalu bersyukur dan
bersabar, adanya musyawarah dalam penyelasian problem dan diterapkannya
keteladanan dalam keluarga.
Penelitian tersebut memiliki sedikit ketarkaitan dengan penelitian yang
penulis lakukan yaitu tentang pembentuk keluarga sakinah. Namun penelitian
ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang penulis lakukan karena
penelitian ini masih sangat global, sehingga tidak hanya berfokus kepada
pemenuhan nafkah seperti yang penulis lakukan.
G. Metode Penelitian
1. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian kualitatif.
Penelitian dilakukan dengan datang langsung ke masyarakat dan melihat
secara langsung apa yang terjadi di lapangan. Melakukan interaksi, dekat
dengan informan, dan mengenal secara dekat dunia kehidupan mereka,
serta mengamati dan mengikuti alur kehidupan informan secara apa
adanya (wajar).
Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan yuridis normatif.
Pendekatan yuridis yaitu penelitian dengan melakukan pendekatan
12
terhadap masalah yang diteliti dengan menggunakan aturan perundang-
undangan, yurisprudensi, dan aturan-aturan lain yang berlaku di indonesia
sebagai hukum positif. Sedangkan pendekatan normatif berarti
pendekatan terhadap masalah yang diteliti dengan berdasar kepada
norma-norma yang terkandung di dalam hukum islam yang relevan
dengan permasalahan tersebut.
2. Lokasi dan Subjek Penelitian
a. Lokasi penelitian
Tema dari penelitian penulis adalah keluarga TKW, sehingga
penulis memilih Lokasi penelitian yang berada di desa Pacarmulyo
kecamatan Leksono kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah.
Penulis memilih tempat ini karena di desa ini adalah desa yang
mayoritas warga masyarakatnya adalah buruh migran atau TKW.
b. Subjek Penelitian
Subjek dari penelitian skripsi ini adalah keluarga yang istrinya
menjadi TKW. Keluarga TKW yang peneliti ambil untuk wawancara
ada empat KK dan beberapa masyarakat sekitar yang mengetahui
keluarga subjek serta peranangkat desa setempat. Berikut data
narasumber dari penelitian ini:
Tabel 1.1 Subjek Penelitian Keluarga TKW
No
Nama Jumlah Anak Menjadi TKW
1 Murniasih dan Syafaat 1 6 tahun
13
2 Dakwan dan Sundiyah 4 1 tahun
3 Tumini dan Romlan 2 2 tahun
4 Subanan dan Alwiyah 1 12 tahun
3. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh. Penulis
menggunakan dua sumber data yaitu sumber data primer dan sekunder.
Sumber data primer yaitu sumber data yang diperoleh langsung dari
lapangan tempat lokasi penelitian tentang informasi dari subjek
penelitian. Sedangkan sumber data sekunder yaitu sumber data yang
diperoleh oleh dari orang lain sebagai data pendukung untuk melengkapi
data yang penulis lakukan dari lapangan, sumber data tersebut anatara lain
didapat dari buku-buku atau hasil penelitian yang terkait dengan
penelitian ini.
4. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang peneliti lakukan menggunakan
tiga metode, diantaranya yaitu :
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan dan penelitian yang sistematis
terhadap gejala yang diteliti (Sugiyono, 2012:145). Orang yang
melakukan observasi dan disebut sebagai observer bertugas melihat
objek dan kepekaan untuk mengungkap serta membaca permasalahan
dalam momen-momen tertentu dengan memisahkan antara yang
diperlukan dan yang tidak dipelukan (Joko Subagyo, 2004:63).
14
Observasi dilakukan dengan observasi terbuka. Kehadiran peneliti
dalam menjalankan tugasnya di tengah-tengah kejadian narasumber
diketahui secara terbuka, sehingga antara informan dengan peneliti
terjadi hubungan atau interaksi yang wajar.
Observasi yang penulis lakukan adalah dengan mendatangi
langsung keluarga TKW dengan terlebih dahulu bertanya dan
mengumpulkan informasi dari para tetangga yang mengetahui tentang
kondisi keluarga TKW. Penulis melakukan pengamatan dan
mendalami karakter dari para keluarga tersebut sehingga penulis bisa
mengetahui dan mendalami karakter langsung dari para TKW
tersebut.
b. Wawancara
Wawancara adalah bentuk komunikasi anatara dua orang,
melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari orang
lainya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaaan, berdasarkan
tujuan tertentu (Maslikhah, 2013 : 321). Untuk mendapatkan
informasi yang valid, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
dengan wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur
yaitu wawancara yang tidak dibatasi oleh waktu dan daftar urutan
pertanyaan, namun masih berpegang kepada pokok permasalahan
penelitian sehingga peneliti akan mendapat informasi yang
dibutuhkan untuk menyelsaikan penelitian.
15
Berikut daftar informan penelitian skripsi yang penulis
lakukan antara lain:
Tabel 1.2 informan penelitian
c. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan rekam jejak penelitian yang
dilakukan, sehingga dapat membuktikan bahwa penelitian tersebut
benar-benar terjadi di lapangan. Sebagian besar data yang ditemukan
adalah berbentuk surat-surat, laporan, peraturan, catatan harian,
biografi, simbol dan data lain yang tersmpan (Rully Indrawan,
2014:139)
No Nama Usia Ket
1 Murniasih 32 Mantan TKW
2 Dakwan 36 Suami TKW
3 Tumini 38 Mantan TKW
4 Subanan 51 Suami TKW
5 Tukiyem 46 Mantan TKW
6 Istikharoh 34 Tetangga
7 Isrowiyatun 32 Tetangga
8
Bambang
sulistiyo
65 Kepala desa
9 Selawati 18 Anak TKW
10 Sundusiyah 35 Mantan TKW
16
Adapun dokumen-dokumen yang penulis peroleh dari
peneletian ini atara lain buku nikah, foto-foto kegiatan wawancara
dan foto keluarga TKW.
5. Analisis Data
Peneliti menggunakan analisis data model Miles and Huberman
yaitu model interaktif. Analisis data tersebut dilakukan pada saat
pengumpulan data berlangsung dan setelah selesai pengumpulan data
(Sugiyono, 2015:246) secara interaktif dan berlangsung secara terus
menerus sampai tuntas, sehingga diperoleh data sudah jenuh dan tidak
bisa lagi diolah. Dalam analisis ini terdapat tiga proses yaitu data
reduction (reduksi data), data display (penyajian data), dan conclusion
drawing/verification (penarikan kesimpulan/verifikasi).
Reduksi data (data reduction) yaitu proses pemilihan, pemusatan
pada penyederhanaan, abstraksi dan transformasi data kasar yang
diperoleh di lapangan. Penyajian data (Data display) yaitu deskripsi
kumpulan informasi tersusun yang memungkinkan untuk melakukan
penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penarikan kesimpulan
atau verifikasi (conclusion drawing/verification) dari permulaan
pengumpulan data untuk mencari makna dari setiap gejala yang diperoleh
di lapangan mencatat keteraturan atau pola penjelasan dan konfigurasi
yang mungkin ada, alur aksualitas, dan proposisi (Salim, 2006:23).
6. Sistematika penulisan
17
Dengan menyertakan sistematika penelitian, diharapkan pembaca
bisa memahami dengan mudah penelitian ini. Berikut penjelasannya :
Bab pertama adalah pendahuluan. Pendahuluan berisi tentang
gambaran umum dari pembahasan penelitian ini, yaitu terdiri dari latar
belakang, rumusan masalah, tujuan, manfaat penelitian, penegasan istilah,
tinjauan pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan.
Bab kedua berisi tentang kajian teori-teori sebelumnya yang
mempunyai relasi dengan penelitian ini, yaitu hak dan kewajiban suami
istri. Teori tersebut ditinjau dari hukum islam yang bersumber kepada Al-
Quran maupun Hadits.
Bab ketiga berisi tetang pemaparan data yang ditemukan peneliti
di lapangan. Pemaparan data tersebut meliputi Profil desa Pacarmulyo
kec. Leksono kab. Wonosobo, Profil keluarga TKW, dan faktor yang
menyebabkan istri menjadi TKW di desa Pacarmulyo kec. Leksono kab.
Wonosobo.
Bab keempat ini berisi tentang analisis data terhadap temuan data
dilapangan yang kemudian dikomparasikan dan dibandingkan dengan
teori yang seharusnya tentang hak dan kewajiban suami istri sehingga
dapat diketahui kedudukan hukum kepergian istri menjadi TKW.
Bab kelima adalah penutup yang berisi kesimpulan mengenai
faktor yang menjadi pendorong istri menjadi TKW di desa Pacarmulyo
kec. Leksono kab. Wonosobo dan analisis terhadap hukum islam serta
saran mengenai penelitian skripsi ini.
18
BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI PERSPEKTIF FIQIH DAN SOSIOLOGI
HUKUM
A. Hak dan Kewajiban Istri pespektif fiqih
1. Pengertian Perkawinan
Nikah adalah salah satu asas pokok hidup yang paling utama
dalam pergaulan atau masyarakat yang sempurna. Karena pernikahan
bukan saja merupakan satu jalan yang amat mulia untuk mengatur
kehidupan rumah tangga dan keturunan, tetapi juga dapat dipandang
sebagai satu jalan menuju pintu perkenalan antara suatu kaum dengan
kaum yang lain, yang perkenakan itu akan menjadi jalan untuk
menyampaikan pertolongan antara satu dengan yang lainya (Sulaiman
Rasjid, 2014 : 375). Pernikahaan merupakan suatu cara yang dipilih oleh
Allah swt, sebagai jalan bagi makhluknya untuk berkembang biak dan
melestarikan hidupnya (Slamet Abidin dan Aminudin, 1999 : 9).
Nikah menurut bahasa berarti al-jam‟u dan al-dhamu yang artinya
kumpul (Sulaiman Almufarraj, 2003 : 5). Makna nikah (zawaj) bisa
diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah. Juga bisa
diartikan (wath‟u al-zaujah) bermakna menyetubuhi istri. Menurut rahmat
hakim, kata nikah berasal dari bahasa arab “nikahun” yang merupakan
masdar atau asal kata dari kata kerja (fi‟il madhi) “nakaha”, sinonimnya
19
tazawwaja yang dalam bahasa indonesia diartikan sebagai perkawinan
(Rahmat Hakim, 2000: 11)
Makna nikah adalah akad atau ikatan, karena dalam suatu proses
pernikahan terdapat ijab (pernyataan penyerahan dari pihak perempuan)
dan kabul (pernyataan penerimaan dari pihak lelaki) (Tihami dan Sohari
Sahrani, 2014:7). Ta‟rif pernikahan yaitu akad yang menghalalkan
pergaulan dan membatasi hak dan kewajiban serta tolong menolong
antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang bukan mahram
(Sulaiman Rasjid, 2014 : 374). Para ahli fikih berkata zawwaj atau nikah
adalah akad yang secara keseluruhan di dalamnya mengandung kata inkah
atau tazwij. Sesuai dengan ungkaan yang ditulis oleh zakiyah darajat dan
kawan-kawan tentang definisi pernikahan berikut ini ;
ثبحخ طئ ثهفظ انكبذ أ انزضح أيعببإعقذ زض
Faedah terbesar dari pernikahan adalah untuk menjaga dan
memelihara perempuan yang bersifat lemah itu dari kebinasaan, sebab
seorang perempuan apabila ia sudah menikah, maka nafkahnya (biaya
hidupnya) wajib ditanggung oleh suaminya (Sulaiman Rasjid, 2014 :
375).
2. Hukum Perkawinan
Hukum perkawinan memiliki kedudukan amat penting dalam
islam sebab hukum perkawinan mengatur tata cara kehidupan keluarga
yang merupakan inti kehidupan masyarakat sejalan dengan kedudukan
20
manusia sebagai mahluk yang berkehormatan melebihi mahluk-mahluk
lainya (Ahmad Azhar Basyir, 2007:1).
Perkawinan merupakan kodrat hidup yang tujuanya antara lain
adalah untuk memperoleh keturunan, guna melangsungkan jenis. Seperti
yang tercantum dalam Q.S. An Nisa ayat 1 :
ا سثكى ب انبط ارق ن ا أ احذح فظ ثث زي خهقكى ي خب ب ص ب خهق ي ي
ا هللا ان س ارق غبء شا ال خبال كث ث زي رغبءن جب سحبو إ كى سق عه هللا كب
Artinya, hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan
isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-
laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang
dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama
lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu.
Dari ayat diatas dapat diambil pengajaran bahwa manusia
diciptakan dari seorang diri (Adam) dan darinya diciptakan istrinya dan
dari mereka berdua kemudian Allah mengembangbiakan manusia, laki-
laki dan perempuan (Ahmad Azhar Basyir, 2007:2). Allah bermaksud
mengajarkan kepada manusia bagaimana mewujudkan kedamaian dan
ketentraman hidup serta menumbuhkan rasa kasih sayang antara suami
dan istri, demikian juga kepada keluarga yang lebih luas, bahkan juga
dalam kehidupan umat manusia pada umumnya. Seperti yang terfirman
dalam Q.S. Ar-Rum ayat 21 yaitu,
21
كى ي خعم ث ب ا إن اخب نزغك فغكى أص ا خهق نكى ي أ آبر ي خ إ سح ح د
نك ل ر ف ش و زفك بد نق
Artinya, Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia
menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu
cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya
diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian
itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.
Ayat tersebut Allah mengajarkan kepada kita bahwa diantara
tanda-tanda keagungan dan kekuasaanya ialah Allah menciptakan istri-
istri bagi kaum laki-laki dari jenis manusia yang sama, guna
menyelenggarakan kehidupan yang damai dan tentram, serta menim
bulkan rasa kasih sayang antara suami dan istri khususnya dan manusia
pada umumnya (Ahmad Azhar Basyir, 2007:2). Asal perkawinan adalah
mubah, namun dapat berubah menurut ahkamul khomzah (hukum yang
lima) yaitu :
a. Nikah menjadi wajib, yaitu apabila orang yang telah mampu yang
akan menamah takwa. Nikah juga wajib bagi yang telah mampu, yang
akan menjaga jiwa dan menyelamatkanya dari perbuatan
haram.kewajiban ini tidak akan terlaksana kecuali dengan nikah.
b. Nikah menjadi haram, yaitu apabila orang tahu bahwa dirinya tidak
mampu melaksanakan hidup berumah tangga melaksanakan
kewajiban lahir seperti memberi nafkah, pakaian, tempat tinggal, dan
kewajiban batin seperti mencampuri istri.
22
c. Nikah menjadi sunnah, yaitu apabila orang-orang yang sudah mampu
tetapi ia masih sanggup mengendalikan dirinya dari perbuatan haram,
dalam hal seperti ini maka nikah lebih baik daripada membujang
karena membujang tidak diajarkan oleh islam.
d. Nikah menjadi mubah, yaitu apabila orang yang tidak berhalangan
untuk nikah dan dorongan untuk nikah belum membahayakan dirinya
(Alhamdani, 2002:8).
3. Rukun dan Syarat Perkawinan
Rukun yaitu sesuatu yang mesti ada yang menentukan sah atau
tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) dan sesuatu itu termasuk dalam
rangkaian pekerjaan itu. Syarat yaitu sesuatu yang mesti ada yang
menentukan sah atau tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu itu
tidak termasuk dalam rangkaian itu. Sedangkan sah yaitu sesuatu
pekerjaan (ibadah) yang memenuhi rukun dan syarat (Abdul Rahman
Ghazaly, 2003: 45).
Adapaun rukun nikah tersebut adalah:
a. Mempelai laki-laki
b. Mempelai perempuan
c. Wali
d. Dua orang saksi
e. Shighot ijab qobul
Syarat-syarat suami yaitu:
a. Bukan mahrom dari calon istri
23
b. Tidak terpaksa atas kemauan sendiri
c. Orangnya tertentu, jelas orangnya
d. Tidak sedang ihram
Syarat-syarat istri yaitu:
a. Tidak ada halangan syarak, yaitu tida bersuami, mahram, tidak dalam
masa iddah
b. Merdeka, atas kemauan sendiri
c. Jelas orangnya
d. Tidak sedang berihram
Syarat-syarat wali
a. Laki-laki
b. Baligh
c. Waras akalnya
d. Tidak dipaksa
e. Adil
f. Tidak sedang ihram
Syarat-syarat saksi
a. Laki-laki
b. Baligh
c. Waras akalnya
d. Adil
e. Dapat mendengar dan melihat
f. Bebas tidak dipaksa
24
g. Tidak sedang mengerjakan ihram
h. Memahami bahasa yang digunakan untuk ijab qabul
Akad nikah atau perkawinan yang tidak dapat memenuhi persyaratan dan
rukunya menjadikan perkawinan tersebut tidak sah menurut hukum.
4. Hak dan Kewajiban suami isrtri
Apabila akad nikah telah berlangsung dan memenuhi syarat
rukunya, maka akan menimbulkan akibat hukum yaitu terjalin hubungan
suami istri dalam keluarga dan timbul hak serta kewajiban masing-
masing, diantaranya adalah hak bersama, hak istri yang menjadi
kewajiban suami, dan hak suami yang menjadi kewajiban istri.
a. Hak dan kewajiban bersama suami istri
Jika suami sama-sama menjalankan tanggung jawabnya
masing-masing, maka akan terwujudlah ketentraman dan ketenangan
hati sehingga sempurnalah kebahagiaan hidup berumah tangga.
Sehingga, terwujudlah hidup berkeluarga yang sesuai dengan
tuntunan agama yaitu, sakinah mawaddah dan warrohmah.
Antara suami dan istri memiliki hak dan tanggung jawab
secara bersama yang merupakan hak bersama suami istri yaitu,
1) Suami dan istri dihalalkan mengadakan hubungan seksual.
Perbuatan ini merupakan kebutuhan suami istri yang dihalalkan
secara timbal balik, dan merupakan hak bagi suami istri yang
dilakukan secara bersamaan.
25
2) Haram melakukan pernikahan, artinya baik suami maupun istri
tidak boleh melakukan pernikahan dengan saudaranya masing-
masing
3) Dengan adanya ikatan pernikahan, kedua belah pihak saling
mewarisi apabila salah seorang diantara keduanya telah
meninggal meskipun belum bersetubuh.
4) Anak mempunyai nasab yang jelas.
5) Kedua belah pihak wajib bertingkah laku dengan baik sehingga
dapat melahirkan kemesraan dalam kedamaian hidup (Slamet
Abidin dan Aminudin, 1999:157-158).
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam Q.S. An-Nisa ayat
19 yaitu:
عش ثبن ف عبشش
Artinya, dan bergaullah dengan mereka (istri) secara patut.
Seorang suami dituntut untuk melakukan adab –adab (etika)
dalam menggauli istrinya antara lain Seorang suami dianjurkan
berlaku lembut kepada istrinya. Seorang suami juga harus berperilaku
yang santun kepada istrinya, bahkan harus bisa menjadi tauladan.
Tidak boleh menyakitinya, baik dengan kekerasan badan maupun
lisanya. Seorang suami istri harus saling hormat menghormati dan
saling kasih mengasihi. Saling bantu membantu, take and give
(memberi dan menerima) saling pengertian dan tidak boleh egoistis
atau menang sendiri.
26
Dalam hidupnya, manusia tidak bisa lepas dari adanya
kebutuhan-kebutuhan, baik itu kebutuhan yang bersifat jasmaniah
untuk melangsungkan hidupnya maupun kebutuhan yang bersifat
rohaniah untuk mencapai kesempurnaan nilai kemanusiaanya.
Meskipun semua orang memiliki kebutuhan, tidak berarti kebutuhan
yang dimiliki oleh setiap orang juga sama persis dan tidak berbeda.
Sebagaimana cita-cita dan harapan masing-masing juga tidak sama
(Samsul Munir Amin dan Haryanto Al-Fandi, 2007 : 7).
b. Kewajiban istri terhadap suami
Kewajiban istri yang wajib dipenuhi oleh istri merupakan
kewajiban yang bukan kebendaan sebab menurut hukum islam istri
tidak dibebani kewajiban kebendaan yang diperlukan untuk
mencukupkan kebutuhan hidup keluarga. Istri hendaknya dapat
mencurahkan perhatianya untuk melaksanakan kewajiban membina
keluarga yang sehat dan saleh (Ahmad Azhar Basyir, 2007:61).
Kewajiban istri merupakan hak suami yang harus dilakukan
oleh itsri, kewajiban tersebut diantaranya adalah:
1) Taat kepada suami
Istri-istri yang shaleh adalah yang patuh kepada Allah dan
kepada suami-suami mereka serta memelihara harta benda dan
hak-hak suami, meskipun suami-suami mereka dalam keadaan
tidak hadir, sebagai hasil pemeliharaan Allah serta taufiknya
27
kepada istri-istri itu. Disebutkan dalam firman Allah Q.S. An-
Nisa ayat 34 yaitu:
م هللا ث ب فض عه انغبء ث اي خبل ق بانش ث اأ عضى عهى ثعض فق ي
ى فبنص ان بحفظ هللا حبفظخ د بز بد ق بنح باي ت ث نهغ
Artinya, laki-laki suami itu pelindung bagi perempuan istri,
karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas
sebagian yang lain (perempuan) dan karena mereka (laki-
laki)telah memberikan nafkah dari hartanya. Maka perempuan-
perempuan yang shaleh adalah mereka yang taat(kepada Allah)
dan menjaga diri ketika suami tidak ada, karena Allah telah
menjaga merka.
Ayat tersebut mengajarkan bahwa kaum laki-laki
berkewajiban memimpin perempuan karena laki-laki mempunyai
kelebihan atas kaum perempuan dan adanya kewajiban laki-laki
untuk memberi nafkah untuk keperluan keluarganya. Pengertian
taat disini diantaranya adalah:
a) Istri supaya bertempat tinggal bersama suami di rumah yang
telah disediakan.
Firman allah dalam Q.S. Al Ahzab ayat 33 berbunyi :
ث ف قش خ ال ه ج اندب رجش خ الرجش نىرك
Artinya, dan hendaklah kamu menetap dirumahmu, dan
janganlah kamu berhias (bertingkah laku) seperti orang-
orang jahiliyah dahulu.
b) Taat kepada perintah-perintah suami, kecuali apabila
melanggar larangan Allah.
28
Rasulullah bersabda tentang hak suami atas istri
tersebut yakni:
ا غدذ ن شأح ا ل الحذ يشد احذكى ا يشد ان خب ي رغدذ نض
ب عه عظى حق
Artinya, andaikata aku menyuruh seseorang sujud kepaa
orang lain, niscaya aku perintahkan perempuan bersujud
kepada suaminya, karena besar haknya kepadanya (HR Abu
Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Dan Ibnu Hubban).
Kewajiban taat kepada suami hanya dalam hal-hal
yang dibenarkan agama, bukan dalam hal kemaksiatan
kepada Allah swt. Jika suami memerintahkan istri untuk
berbuat maksiat, maka ia harus menolaknya. Di antara
ketaatan istri kepada suami adalah tidak keluar rumah kecuali
dengan izinya. seorang istri harus bisa menjaga dirnya, baik
ketika berada didepan maupun dibelakang suaminya. yaitu
tidak berbuat khianat keadanya, baik mengenai diri maupun
harta bendanya (Tihami dan Sohari Sahrani, 2014:160). Hal
ini merupakan kewajiban tertinggi bagi seorang istri terhadap
suami (Slamet Abidin dan Aminudin, 1999:162). Sesuai
dengan firman Allah berikut dalam Q.S. An-Nisa ayat 34
yaitu :
29
هحذ قز بحفظ هللا فبنص ت ث ذ نهغ
Artinya, sebab itu maka wanita yang soleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak
ada, oleh karena Allah telah memeliharanya.
c) Berdiam dirumah, tidak keluar kecuali dengan izin suami.
Firman allah dalam Q.S. Al Ahzab ayat 33 berbunyi :
قش نى هخ ال ج اندب رجش خ الرجش رك ث ف
Artinya, dan hendaklah kamu menetap dirumahmu, dan
janganlah kamu berhias (bertingkah laku) seperti orang-orang
jahiliyah dahulu.
Hadis Rasullullah SAW yang dibawakan oleh Anas
r.a:“ Siapa saja istri yang keluar dari rumahnya tanpa ijin
suaminya, maka ia berada dalam kemurkaan Allah sampai ia
pulang atau merelakannya”(HR. Khatib). Seorang istri yang
baik akan menemukan ketentraman batin dan kepuasan
rohaniah jika mengikuti ajaran islam.
Sungguh alah telah mengizinkan kalian (para wanita)
untuk keluar (rumah) jika ada keperluan kalian (yang
diperbolehkan syariat)
d) Tidak menerima masuknya seseorang tanpa izin suami,
kecuali mahramnya (Ahmad Azhar Basyir, 2007:55)
ذ اال ثأ ر ا شب خب ذ ص ث شأح ف ان ال رأر
Artinya,“Tidak halal seorang wanita mengijinkan seorang
pun untuk masuk kerumah suaminya sedangkan suaminya
tidak ada melainkan dengan izin suaminya”.
30
2) Istri menjaga dirinya sendiri dan harta suami
Firman Allah berikut ini dalam Q.S. An-Nisa ayat 34 :
بحفظ هللا ت ث هحذ قزذ نهغ فبنص
Artinya, sebab itu maka wanita yang soleh, ialah yang taat
kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada,
oleh karena Allah telah memeliharanya..
Dari hadis yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Salam ra,
Rasullullah SAW Bersabda: “Sebaik-baik istri yaitu yang
menyenangkanmu ketika kamu lihat, taat kepadamu ketika kamu
suruh, menjaga dirinya dan hartamu ketika kamu pergi” (HR.
Thabarani ).
3) Menjauhkan diri dari mencampuri sesuatu yang dapat
menyusahkan suami.
Dari hadis yang diriwayatkan oleh Mu’Adz Bin Jabal Ra,
rasulallah saw bersabda bersabda : “Jangan seorang istri
menyakiti suaminya didunia ini, karena bidadari dari surga
berkata kepadanya: „Janganlah engkau sakiti dia, semoga Allah
membinasakanmu. Sebab dia (Suamimu) hanya sebentar di
sisimu. Ia segera akan berpisah darimu untuk pergi kepada kami.
„ “ (HR.Tirmidzi).
4) Tidak bermuka masam dihadapan suami
Dari Abu Sa’id ra, Nabi SAW bersabda: “ Sesungguhnya
seorang suami melihat istrinya (Dengan kasih sayang) dan
istrinya pun melihatnya (Dengan kasih sayang pula), Maka Allah
31
melihat keduannya dengan pandangan kasih sayang, Dan bila
suami memegang telapak tangan istrinya, maka dosa-dosa mereka
keluar dari celah jari-jari tangan mereka”(HR. Rafi’I).
5) Tidak menunjukan keadaan yang tidak disenangi suami.
Hadis rasulallah saw yaitu :
ش قبل انز عهى اي اغبء خ ل هللا صهى هللا عه م نشع ارا ظش ق رغش
ب كش يب نب ث ال رخب نف ف فغب ع ارا ايش رط
Artinya, Pernah ditanyakan kepada rasulallah saw “siapakah
wanita yang paling baik?” jawab beliau “yaitu yang paling
menyenangkan jika dilihat suaminya, mentaati suami jika
diperintah dan tidak menyelisihi suami pada diri dan hartanya
sehingga membuat suami benci (H.R.Nasai no 3231 dan ahmad
2:251).
6) Bimbingan suami
Apabila terjadi kekhawatiran suami bahwa istrinya
bersifat membangkang (nusyuz), hendaklah diberi nasihat baik-
baik. Apabila dengan nasihat, pihak istri belum juga mau taat,
hendaklah ia berpisah tidur dengan istri. Apabila masih juga
belum kembali taat, suami dibenarkan memberikan pelajaran
dengan jalan memukul (yang tidak melukai, dan tidak pada
bagian muka). Al-quran membolehkan suami memberikan
pelajaran dengan jalan memukul itu hanya apabila istri itu tidak
mudah diberi pelajaran dengan cara yang halus (Ahmad Azhar
Basyir, 2007:64). Seperti firman allah dalam Q.S. an nisa 34:
32
ان ظب خع فى ان دش ا فعظ ص ش رخبف ز اضشث
شا عهب كج هللا كب ل ا عج ا عه اطعكى فل رجغ فب
Artinya, Wanita-wanita yang kamu khawatirkan akan durhaka
padamu, maka nasihatilah mereka. Dan pisahkanlah dari tempat
tidur mereka (jangan disetubuhi) dan pukullah mereka.
Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu
bersikap curang. Sesugguhnya allah itu maha tinggi lagi maha
besar.
c. Hak istri
Kewajiban suami terhadap istri merupakan hak-hak bagi istri.
Kewajiban suami tersebut mencakup kewajiban materi berupa
kebendaan seperti mahar (maskawin) dan nafkah serta kewajiban
nonmateri yang bukan merupakan kebendaan seperti berbuat adil
diantara para istri (dalam perkawinan poligami), tidak berbuat yang
merugikan para istri dan sebagainya.
1) Hak-hak kebendaan
a) Mahar (maskawin)
Disebutkan dalam firman Allah Q.S. An-Nisa ayat 24:
ال خبذ ع ضخ فش س أخ فبر ي زعزى ث ب اعز ب ف كى ف ه
ضخ ثعذ انفش ي زى ث رشاض
Artinya, Maka isteri-isteri yang telah kamu nikmati
(campuri) di antara mereka, berikanlah kepada mereka
maharnya (dengan sempurna), sebagai suatu kewajiban;
dan tiadalah mengapa bagi kamu terhadap sesuatu yang
kamu telah saling merelakannya, sesudah menentukan
mahar itu.
33
Maskawin adalah pemberian wajib dari suami kepada
istri, dan merupakan hak penuh bagi istri yang tidak boleh
diganggu oleh suami, suami hanya dibenarkan ikut makan
maskawin apabila diberikan oleh istri dengan sukarela.
Seorang istri berhak atas mahar penuh apabila telah
dicampuri. Mahar tersebut merupakan simbol kesanggupan
suami untuk memikul kewajiban-kewajiban sebagai suami
dalam hidup perkawinan yang akan mendatangkan
kemantapan ketentraman hati istri. Dalam sebuah hadis
dikatakan bahwa agar seorang istri jangan menuntut mahar
yang memberatkan suami, dan ujud mahar tidak mesti berupa
benda berharga, tetapi dapat pula berupa uang atau jasa
(Ahmad Azhar Basyir, 2007:54).
b) Nafkah
Yang dimaksud dengan nafkah adalah mencukupi
segala keperluan istri, meliputi makanan, pakaian, tempat
tinggal, pembantu rumah tangga, dan pengobatan, meskipun
istri tergolong kaya. Kewajiban nafkah suami tersebut dalam
firman Allah Q.S. Al-Baqoroh ayat 233 :
ف عش ثبن ر كغ د ن سصق ن عهى ان
Artinya, dan ayah berkewajiban mencukupkan kebutuhan
makanan dan pakaian untuk para ibu anak-anak, dengan cara
yang makruf (Q.S. Al-Baqoroh ayat 233).
34
Pada ayat yang lain menjelaskan bahwa Allah tidak
akan membebankan suatu kaum melebihi kemampuanya,
tersebut dalam firman dalam Q.S Ath-Thalaq ayat 7 :
ب ارب هللا الكهف فق ي سصق فه قذس عه ي ععز ععخ ي فق ر ن
ثعذ عغش غشا هللا ربب عدعم إال يبا هللا فغب
Artinya, orang yang mampu hendaklah memberi nafkah
menurut kemampuanya, dan orang yang kurang mampu pun
supaya memberi nafkah dari harta pemberian Allah
kepadanya, Allah tidak akan membani kewajiban kepada
seseorang melebihi pemberian Allah kepadanya.
Besar nafkah yang wajib diberikan oleh suami kepada
istri adalah dapat mencukupi secara wajar, meliputi keperluan
makan, pakaian, perumahan dan sebagainya. Secara wajar
berarti sedang, tengah-tengah tidak kurang dari kebutuhan
tetapi tidak pula berlebihan, sesuai tinkat hidup dan keadaan
istri dan kemampuan suami (Ahmad Azhar Basyir, 2007:55)
2) Hak-hak bukan kebendaan
Hak-hak bukan kebendaan yang wajib ditunaikan
suami terhadap istri adalah tentang perasaan dan kehormatan,
hal ini terdapat dalam firman Allah Q.S. An-Nisa ayat 19
yaitu:
35
ب انز ا ال حم نكى أ بأ ا اي الرعضه كشب انغبء رشث ا نززج
أ إال أ ز خ ثجعض يب ار ثفبحشخ يج ,ر ف فإ عش ثبن عبشش
ز ا ش كش ركش شا ئب فعغى أ شا كث خ دعم هللا ف
Artinya, Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu
mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu
menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali
sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya,
terkecuali bila mereka melakukan pekerjaan keji yang nyata.
Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila
kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena
mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
Melalui ayat diatas, dapat diambil pelajaran agar para
suami dapat menggauli istrinya dengan makruf dan bersabar
terhadap hal-hal yang tidak disenangi yang terdapat pada istri.
Hal tersebut mencakup :
(1) Sikap menghargai, menghormati, dan perlakuan-perlakuan
yang baik serta meningkatkan taraf hidupnya dalam
bidang-bidang agama, akhlak dan ilmu pengetahuan yang
diperlukan.
Hadis nabi dalam sebuah riwayat mengajarkan
“orang mukmin laki-laki jangan membenci orang mukmin
perempuan. Apabila ia tidak senang pada sebagian sifat-
sifatnya, hendaklah diingat ia punya sifat lain yang
menyenangkanya. Seorang suami hendaknya jangan
memperlakukan tidak pantas kepada istri, hanya karena
istri tidak mempunyai sifat-sifat yang tidak berkenaan
36
dihatinya. Termasuk perlakuan baik yang menjadi hak istri
adalah hendaknya suami selalu berusaha agar istri
mengalami peningkatan hidup keagamaanya, budi
pekertinya, dan bertambah pula ilmu pengetahuanya.
(2) Melindungi dan menjaga nama baik istri
Suami berkewajiban melindungi istri serta menjaga
nama baiknya. Namun tidak berarti suami harus menutup-
nutupi kesalahan yang memang terdapat pada istri. Jika
istri melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
ketentuan-ketentuan ajaran islam, suami wajib
memperingatkanya terutama yang menyangkut pergaulan
dengan orang lain.
Termasuk hak istri yang harus diperhatikan adalah
apabila istri ikut bekerja untuk mencukupkan kebutuhan
keluarga suami tidak boleh bersikap acuh-tak acuh
terhdapa pekerjaan istri. Suami harus berusaha mengetahui
apakah suami bekerja secara jujur atau melakukan
kecurangan, apakah istri bekerja yang menghasilkan
ataukah justru mengakibatkan kerugian-kerugian dan
sebagainya.
37
B. Sosiologi Hukum
1. Pengertian
Sosiologi hukum seringkali disamakan dengan ilmu hukum
sosiologis, padahal keduanya memiliki perbedaan yang mendasar. Ilmu
hukum sisiologis adalah aliran ilmu dalam ilmu hukum, yang kajianya
bertolak dari kaidah-kaidah hukum yang abstrak, tetapi menerima dan
mengakui adanya pengaruh unsur-unsur sosial dalam kaidah hukum.
Adapun sosiologi hukum adalah cabang kajian sosiologi yakni ilmu yang
mempelajari hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam
gejala sosial, antara gejala sosial dan non gejala sosial dan ciri-ciri umum
semua jenis gejala sosial (Soerjono Soekamto, 1982:17).
Sebagai cabang dari sosiologi, pusat perhatian sosiologi hukum
terletak pada ihwal hukum, sebagaimana terwujud dari pengalaman
kehidupan sehari-hari. Sosilogi hukum tidak mempelajari hukum dalam
taraf norma-norma yang abstrak melainkan persoalan yang menyangkut
interaksi hukum dengan dunia kenyataan, misalnya ;
a. Beroperasinya hukum di masyarakat (ius operatum) atau law in
action dan pengaruh timbal balik antara hukum dan masyarakat.
b. Dari segi statiknya (struktur), kaidah sosial, lembaga sosial,
kelompok sosial dan lapisan sosial.
c. Dari segi dinamikanya (proses sosial), interaksi dan perubahan sosial.
2. Teori gerakan sosial
Gerakan sosial didefinisikan dengan kondisi sebagai berikut :
38
a. Kolektifitas orang yang bertindak sama
b. Tujuan bersama tindakanya merupakan perubahan tertentu dalam
masyarakat mereka yang ditetapkan partisipan menurut cara yang
sama
c. Kolektifisme relatif tersebar namun lebih rendah derajatnya daripada
organisasi formal
d. Tindakanya memiliki derajat spontanitas relatif tinggi namun tak
terlembaga dan bentuknya tidak konvensional.
Teori gerakan sosial menyatakan adanya ketidakpuasan terhadap bidang-
bidang kehidupan sehingga tertentu menimbulkan kehidupan tidak tentram yang
menimbulkan adanya gerakan-gerakan untuk mengadakan perubahan-perubahan
(piotr sztomka, 2004:325). Apa yang diinginkan dari suatu perubahan tidak lain
adalah pemulihan pada keadaan yang lebih baik, bukan sebaliknya.
39
BAB III
PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI DI DESA PACARMULYO
KEC. LEKSONO KAB. WONOSOBO
A. Profil Desa Pacarmulyo Kec. Leksono Kab. Wonosobo
Berdasarkan data dari RPJM Desa Pacarmulyo tahun 2011 – 2015
yang penulis dapatkan dari kantor Desa Pacarmulyo, didapatkan data
mengenai gambaran profil tersebut berikut ini:
1. Kondisi desa
Desa Pacarmulyo terletak pada ketinggian + 700 M diatas
pemukaan laut. Sedangkan kondisi topografinya dataran sedang, dengan
jenis tanah tanah regosol. Daerah dengan kemiringan antara 2 – 15 %
seluas 210,67 Ha. Dalam satu desa terdiri dari 2 (dua) dusun yaitu dusun
Jetis dan Dusun Gendol terbagi dalam 36 RT dan 9 RW jarak desa dengan
ibu kota Kecamatan + 9 KM dan dari Ibu Kota Kabupaten + 5 KM. Luas
Wilayah Desa Pacarmulyo + 210,670 Ha terdiri dari :
a. Tanah Pemukiman : 18,611 Ha
b. Tanah Sawah : 86,386 Ha
c. Tanah ladang : 81,588 Ha
d. Kolam : 9,057 Ha
e. Lain-lain : 15,028 Ha
Batas wilayah Desa Pacarmulyo adalah sebagai berikut :
a. Sebelah Utara Berbatasan dengan Desa Gondang Kec. Watumalang
40
b. Sebelah Timur Berbatasan dengan Kelurahan Mlipak Kec. Wonosobo
c. Sebelah Selatan Berbatasan dengan Desa Timbang Kec. Leksono
d. Sebelah Barat Berbatasn dengan Desa Durensawit Kec. Leksono
Desa Pacarmulyo merupakan bagian dari gambaran wilayah kabupaten
wonosobo yang memiliki berbagai potensi. Letak yang strategis dengan sebagian
besar areal persawahan, menjadikanya sebagai desa dengan komoditas utama
padi. Disamping itu desa Pacarmulyo merupakan desa penghasil sayuran dan
palawija terutama cabe, tomat, dan terong serta memiliki banyak sumber mata air.
Jumlah Penduduk Desa Pacarmulyo sebanyak 3.566 jiwa dan 855 KK
yang terdiri dari Laki-laki 1.811 Jiwa dan Perempuan 1.755 Jiwa. Dari 855 KK
tersebut yang mempunyai rumah hanya 805 KK atau 805 Rumah.
2. Pendidikan
Pembangunan pendidikan pada dasarnya ditujukan untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia agar mampu menghadapi setiap perubahan dan
diharapkan dapat membentuk manusia seutuhnya yaitu beriman dan bertaqwa
kepada Tuhan YME, berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan
ketrampilan, sehat jasmani dan rohani, mandiri, bertanggungjawab dan memiliki
etos kerja yang tinggi. Sedangkan sarana pendidikan yang ada di desa Pacarmulyo
khususnya sekolah di semua jenjang pendidikan (dasar dan menengah) sejumlah 5
gedung sekolah yang terdiri dari TK, SD, SMP. Sedangkan Pendidikan Non
Formal terdiri dari TPQ 11 Unit dan Madrasah Diniyah 1 Unit Pondok Pesantren
2 Unit. Tingkat Pendidikan desa pacarmulyo diantaranya :
41
a. Perguruan Tinggi :78 Orang
b. SLTA : 270 Orang
c. SLTP : 420 Orang
d. SD : 1.480 Orang
e. TK : 105 Orang
f. Belum sekolah : 367 Orang
g. Tidak tamat SD : 846 Orang
3. Ekonomi
Desa Pacarmulyo mempunyai luas wilayah 210,67 Ha, dan
sebagian besar wilayahnya adalah areal persawahan. Penduduknya
mayoritas buruh tani. Oleh karena itu produk utama yang dihasilkan dari
Desa Pacarmulyo adalah Padi. Akan tetapi sesuai dengan perkembangan
jaman, akhir akhir ini petani di Desa Pacarmulyo mulai beralih ke
Komoditas Hortikultura, komoditas yang paling menonjol adalah Cabe
keriting yang sudah dipasarkan sampai ke luar kota.
Perekonomian desa didukung adanya fasilitas jalan penghubung
dengan kota kabupaten dengan jarak + 5 KM dan jarak dengan Kota
Kecamatan + 9 KM, jalan penghubung antar desa dan antar kecamatan.
Selain mayoritas penghasilan penduduk dari pertanian ada pula yang
berprofesi sebagai pedagang, jasa transportasi, pertukangan, kerajinan
rumah tangga seperti pembuatan mebeler yang sudah menmbus pasaran di
Kota Wonosobo, pembuatan makanan ringan, tempe kedelai, jipang dan
sebagainya.
42
Mata Pencaharian:
a. Karyawan / PNS : 26 Orang
b. Wiraswasta : 3 Orang
c. Pertukangan : 112 Orang
d. Tani : 426 Orang
e. Buruh Harian Lepas: 261 Orang
f. Pensiunan : 38 Orang
Salah satu modal dasar penting dalam pelaksanaan pembangunan
adalah tenaga kerja, lebih-lebih tenaga kerja yang berkualitas. Namun
demikian tenaga kerja juga dapat menjadi masalah tersendiri dalam
pembangunan, khususnya jika terjadi ledakan angkatan kerja dan
rendahnya kualitas tenaga kerja yang tersedia. Perkembangan angkatan
kerja sangat pesat karena laju pertumbuhan penduduk, sehingga
mengakibatkan banyaknya pengangguran dan menimbulkan masalah
sosial antara lain kenakalan remaja dan tramtibmas. Kurangnya
profesionalisme tenaga kerja berakibat keteragantungan terhadap proyek
di kota serta kerja ke luar Negeri hanya sebagai pembantu rumah tangga.
4. Sosial Agama dan Budaya
Desa Pacarmulyo dibagi menjadi dua wilayah yaitu Dusun Jetis
dan Dusun Gendol. Mata pencaharian mayoritas penduduk Dusun Jetis
adalah bidang pertanian, ada juga yang pedagang, pertukangan,
perbengkelan. Dalam bidang agama dusun ini 100% beragama Islam ala
NU.
43
Dalam bidang profesi masyarakat Dusun Gendol mayoritas sama
dengan masyarakat dusun jetis yang juga berprofesi di bidang Pertanian.
Dalam bidang agama penduduk dusun ini memeluk islam. Bedanya
dengan Dusun Jetis adalah masyarakat Dusun Gendol masih sangat
menggemari kesenian seperti kuda lumping, Lengger atau seni tayub
(RPJM Desa Pacarmulyo tahun 2011 – 2015).
B. Profil dan Keadaan Keluarga Istri TKW di Desa Pacarmulyo Kec. Leksono
Kab. Wonosobo.
Desa Pacarmulyo merupakan salah satu kawasan desa imigran, yang
sebagian besar penduduknya adalah perantau para buruh migran. Di antara
sebagian besar masyarakat tersebut yang merupakan tenaga kerja indonesia
adalah TKW yaitu tenaga kerja wanita. Dengan meninggalkan keluarga dan
suami, para buruh migran ini pergi merantau dan menetap diluar negeri untuk
minimal dua tahun. Berangkat dari bermacam-macam latar belakang, para
perantau ini memiliki tujuan yang berbeda dan dan harapan masing-masing
yang ingin dicapai dengan kepergianya tersebut. Diantara para buruh migran
tersebut, banyak diantara mereka yang sudah kembali dari perantaunya dan
tinggal dirumah dan juga masih banyak yang pergi merantau tanpa pulang
bertahun-tahun meninggalkan anak dan keluarganya hingga anaknya tumbuh
dewasa.
Berikut ini bebrapa keluarga yang berhasil penulis berhasil wawancara
dan lakukan penelitian diantaranya adalah:
44
1. Murniasih dan syafaat
Murniasih lahir di Wonosobo pada tanggal 15 Mei 1986 telah
menikah secara sah pada tanggal 06 Maret 2005 dengan akta nikah No
115//03/III/2005 dengan suaminya Syafaat yang lahir di Wonosobo pada
tanggal 23 Oktober 1982. Dari hasil pernikahanya tersebut, telah
dikarunai seorang putra bernama Ahmad Gani yang sekarang sudah
berusia 12 tahun dan saat ini duduk di bangku sekolah. Sejak
pernikahanya tersebut, suami sudah mengajak istrinya murniasih untuk
tinggal dirumah miliknya sendiri sebagai keluarga kecilnya, bersama anak
yang saat itu masih berusia satu tahun. Rumah tersebut termasuk masih
tergolong rumah sederhana, tidak begitu besar dengan bangunan semi
permanen dan hasil dari kerjasama suami istri.
Setelah kurang lebih empat tahun dari pernikahanya yaitu pada
tahun 2009, Murniasih memutuskan untuk pergi keluar negeri dengan
meninggalkan anaknya yang saat itu masih balita empat tahun. Dengan
bekal izin dari suami serta keluarga, dia memilih Taiwan sebagai tempat
tujuannya karena dianggap lebih aman dan nyaman dengan tempat lainya,
berdasarkan cerita dari tetangga dan orang-orang disekitarnya. Serta
kesuksesan yang dialami oleh tetangga sekitarnya yang mampu membuat
rumah dan merenovasinya dengan baik. Pekerjaanya sebagai TKW adalah
menjaga orang tua sakit, sehingga Murniasih merasa tidak kesulitan
dengan tugasnya. Karena dianggapnya ringan dan bukan pekerjaan yang
45
berat itulah, sehingga membuatnya semakin betah dan nyaman untuk
tinggal bekerja sebagai TKW diluar negeri.
Sejak kepergianya keluar negeri pada tahun 2009 tersebut, ia
sudah berangkat dan pulang lagi selama tiga kali. Pulang pada tahun 2011
dan kembali ke indonesia untuk memperpanjang kontraknya dan
berangkat lagi keluar negeri hingga terakhir kepulanganya pada tahun
2015. Sejak saat itu, Murniasih tinggal dirumah dan tidak lagi berangkat
ke luar negeri.
2. Sundiyah dan Dakwan
Sundiyah lahir di Wonosobo, 10 Desember 1975 yang menikah
secara sah pada tanggal 13 Agustus 2014 dengan akta nikah No
0469/39/VIII/2014 dengan suaminya Dakwan yang lahir di Wonosobo
pada tanggal 12 Februari 1982. Suami (Dakwan) adalah seorang duda
yang sudah pernah menikah dua kali, dan membawa satu anak
perempuan berusia 15 tahun dari hasil pernikahan pertamanaya dan dua
orang anak laki-laki dari pernikahanya yang kedua. Dari hasil
pernikahanya dengan Sundiyah tersebut, ia sudah dikaruniai seorang anak
balita bernama ahmad asif berusia yang sekarang sudah dua tahun
Setelah menikah hampir empat tahun, sejak tahun kemarin 2017
Sundiyah memilih untuk bekerja keluar negeri yaitu Taiwan
meninggalkan anaknya dirumah bersama suaminya, untuk dirawat suami
sendiri bersama anak-anaknya. Bersama dengan anak pertama dari suami
yang sekarang sudah berusia 15 tahun terebut lah anak-anak tumbuh dan
46
dirawat bersama ayahnya. Anak-anak pergi kesekolah sendiri dan
kebutuhan memasak dilakukan oleh anak pertama untuk seluruh anggota
keluarga yaitu ayah dan adik-adiknya.
Selama kurang lebih satu tahun sudah merantau di Taiwan,
Sundiyah sang istri belum pernah pulang kerumah, karena terikat kontrak
dengan perusahaan yang mana tidak boleh pulang sebelum kontrak dua
tahun itu habis. Meski tidak bisa pulang namun keduanya tetap menjaga
komunikasi dengan keluarganya terutama anaknya yang masih balita,
melalui pesan singkat whatsapp.
Melalui komunikasi antara suami dan istri tersebut, hubungan
antara keduanya tetap terjaga. Sehingga hubungan keluarga tetap
harmonis, dan anak-anak dirumah merasa nyaman dan bahagia dengan
saling tolong-menolong antar kakak dan adik tanpa berdebat atau iri
kasih.
3. Romlan dan Tumini
Romlan lahir di Wonosobo 25 September 1975 yang menikah
secara sah pada tanggal 04 April 1999 dengan akta nikah No
06/06/IV/1999 dengan istrinya Tumini yang lahir di Wonosobo pada
tanggal 17 September 1980. Dari pernikahanya tersebut mereka
dikaruniai seorang anak perempuan bernama Siti Maryam yang saat ini
berusia 18 tahun dan seorang anak laki-laki bernama Hannan Maulana
yang sekarang berusia 14 tahun. Bertempat disebuah rumah kecil, dan
47
sederhana. Bangunan yang semi permanen, namun milik sendiri.
Ditempat itulah keluarga kecil itu tinggal.
Setalah hidup bersama, dan dikaruniai seorang anak, yang saat itu
masih berusia sekitar 16 bulan. Sekitar tahun 2000 Tumini pergi merantau
dan mengadu nasib di negeri seberang Malaysia selama dua tahun.
Meninggalkan anak balita yang saat itu masih menyusui, yaitu Siti
maryam dan menitipkanya kepada keluarga serta suami, sehingga anak
tidak bisa mendapatkan pengawasan dan bimbingan langsung ibunya.
Keputusan itu dibuat oleh Tumini sendiri dengan tekad bulat, sehingga
keluarga tidak bisa menolak kepergian istri tersebut, karena keputusan itu
merupakan pilihanya sendiri. Sehingga keluarga hanya bisa mendoakan,
dan berharap semoga istri baik-baik saja di luar negeri, dan suami siap
untuk mengambil peran istri sebagai pembimbing dan pengasuh anaknya.
Tumini memilih negara malaysia sebagai tujuan bekerja, karena
berharap dengan harapan dan keinginan untuk tetap dekat dengan
keluarga, sehingga mudah berkomunikasi dan berhubungan mengingat
waktu itu belum ada tekhnologi handphone yang menjamur seperti
sekrang ini yaitu masih pada zaman surat. Meskipun ada telephone itu
hanya melalui warung telekomunikasi atau wartel yang harus memakai
biaya yang tidak cukup murah.
4. Subanan dan Alwiyah
Subanan lahir di Wonosobo 21 Januari 1967 yang menikah secara
sah pada tanggal 28 April 1991 dengan akta nikah No 293/4//IV/91
48
dengan istrinya Alwiyah yang lahir di Wonosobo pada 27 April 1968.
Dari pernikahanya tersebut mereka dikaruniai seorang anak bernnama
Indi Pangestika yang lahir 02 Februari 1997. Saat ini anak tersebut
berusia 22 tahun, dan sudah melanjutkan sekolah ke jenjang perguruan
tinggi di Wonosobo yaitu UNSIQ.
Bertempat disebuah rumah kecil, dan sederhana semi permanen,
dan milik sendiri. Disitu keluarga kecil itu tinggal dan berkumpul
bersama satu kelluarga. Setalah anak sudah cukup besar, kemudian pada
tahun 2007 istri memutuskan untuk pergi keluar negeri, membantu suami
mencari nafkah hingga sampai hari ini kurang lebih 13 tahun lamanya.
Sejak kepergian istri yang pertamanya , istri pernah pulang kerumah pada
kontrak yang pertama yaitu tahun 2009. Namun, istri tersebut pamit untuk
berangkat lagi keluar negeri dan belum pernah pulang lagi kerumah sejak
kepulangan yang pertamanya. Meski suami pernah memintanya untuk
pulang kerumah indonesia, namun istri hanya mengatakan bahwa ia
belum ingin untuk kembali pulang. Sehingga suami pun tidak bisa lagi
berbuat banyak dan hanya bisa menunggu kemauan istri untuk pulang
kembali ke rumah.
C. Faktor yang Menyebabkan Istri menjadi TKW di Desa Pacarmulyo Kec.
Leksono Kab. Wonosobo.
49
Setelah melakukan observasi dan wawancara di desa Pacarmulyo Kec.
Leksono Kab. Wonosobo, penulis mendapatkan informasi bahwa faktor-
faktor yang menyebabkan para istri menjadi TKW antara lain :
1. Budaya masyarakat
Masyarakat desa pacarmulyo terbiasa untuk bekerja, mereka tidak
bisa hanya diam diri dirumah. Selalu ada keinginan untuk bererak dan
menghasilkan sesuatu yang manfaat. Meski hanya dirumah mereka
banyak yang membuka toko terutama bagi yang sudah memiliki cukup
modal, sehingga dalam satu wilayah RT pun bisa terdapat tiga warung
kecil yang berdekatan. Selain membuka warung banyak juga diantara
para istri yang bekerja sebagai rewang atau PRT baik di lingkungan
rumahnya ataupun keluar daerah bahkan menjadi tkw. Bagi yang masih
memiliki anak kecil biasanya tidak tega meninggalkan jauh anaknya
sehinga hanya menjadi rewang di daerah rumahnya tersebut. Meski
penghaslilanya tidak besar, tapi itu dipilihnya sebagai pilihan yang lebih
baik dari pada hanya berdiam diri dirumah dan tidak melakukan apa-apa.
Terlebih lagi bisa membagi waktu antara rumah tangganya sendiri dengan
peerjaan karena jaraknya dengan tempat bekerja tidaklah terlalu jauh.
Berbeda dengan masyarakat dalam hal ini keluarga diatas, para
istri yang tidak suka bekerja lamban dan terbiasa keluar rumah akan
memilih bekerja di luar negeri sebagai TKW. Istri tersebut memilih pergi
50
ke luar negeri karena merasa bahwa destinasi bekerja ke luar negeri lebih
berkesan dan menjanjikan.
Melihat kemampuan tetangga yang merantau meningkat, mampu
membangun rumah dan merenovasinya dengan baik menjadikan inspirasi
yang paling kuat untuk membuat orang-orang disekitarnya mengikutinya
menjadi TKW. Perlahan kebiasaan tersebut menjadi trend, yang tidak
hanya untuk uji coba tetapi juga tantangan buat dirinya masing-masing.
Dakwan (36 tahun) yang belum lama menikah, namun tidak melarang
istrinya menjadi TKW mengatakan “mau bagaimana lagi, karena memang
sudah kemaunya istriku jadi TKW. Menjadi TKW bukan hal yang luar
biasa mb karena sudah umummnya orang di sini merantau”.
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala desa dikatakan
bahwa perempuan yang menjadi TKW di desa Pacarmulyo hampir
mencapai 100 lebih. Data pasti mengenai jumlah TKW dari desa tersebut
tidak dapat diketahui karena administrasi yang tidak stabil antara TKW
yang ijin dengan surat resmi dan yang tidak memakai surat resmi dari
desa. Menurut Istikharoh salah satu tetangga TKW mengatakan bahwa di
desa tersebut hampir setiap keluarga ada yang anggotanya pernah ke luar
negeri. Di RW 3 miliknya ada dua puluh satu orang yang pernah menjadi
TKW, baik sebelum ataupun sesudah menikah.
Banyaknya orang yang meninggalkan desa dan menjadi TKW
menjadi dorongan tersendiri bagi keluarga besar untuk menjadikan salah
satu keluarganya untuk menjadi TKW agar seperti tetangga yang lain.
51
Salah seorang informan yang merupakan tetangga keluarga TKW
mengatakan “sudah umumnya istri menjadi TKW untuk memabantu
suami. Bahkan, ada mertua yang bilang kalau tidak menjadi TKW maka
akan kesulitan untuk bisa membangun rumah”.
2. Sempitnya lapangan pekerjaan
Keterbatasan skill yang dimiliki oleh suami membuatnya tidak
bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Suami para TKW hanya bekerja
menurut kemampuan yang bisa mereka lakukan. Meski hanya sebagai
supir truk, tukang batu ataupun bertani menggarap ladangnya, para suami
tersebut tetap bertahan pada profesinya masing-masing. Dari situlah para
suami mendapatkan penghasilanya. Penghasilan yang berkisar antara Rp.
50000 sampai Rp.75.000 perhari belum bisa mencukupi segala kebutuhan
rumah tangga.
Sadar dengan berbagai keterbatasan tersebut, serta keinginan
untuk memiliki kehidupan yang lebih baik. Membuat para istri bertekad
untuk keluar negeri dengan harapan bisa merubah nasib keluarga. Melalui
gaji yang diperolehnya diharapkan dapat menambah modal untuk
membangun rumah menjadi lebih baik, dan memenuhi kebutuhan
keluarga yang lainya. Sehingga dapat meningkatkan status sosial dan
ekonomi keluarga.
52
3. Terinspirasi kesuksesan pendahulu TKW
Banyak tetangga dan msyarakat yang sudah lebih dulu merasakan
dunia bekerja di luar negeri pulang dan sukses kemudian bisa menjadikan
insiprasi dan motifasi tersendiri untuk mengikuti jejak mereka. Sehingga
dengan demikian, para istri tersebut bisa mendapatkan dan merasakan apa
yang sudah didapatkan oleh pendahulu-pendahulu TKW mereka.
Seperti yang dirasakan oleh Murniasih (32 tahun) mantan TKW,
yang saat masih pengantin muda. Meski sudah dikaruni seorang anak
balita, namun jiwa muda dan semngatnya tetap tinggal. Murniasih tidak
suka hanya tinggal dirumah, dan ingin bekerja. Kebiasaanya usil
(melakukan sesuatu) membuatnya mencari destinasi pekerjaan yang lebih
menjanjikan. Ketika ditanya kenapa memilih menjadi TKW ia menjawab
“biar yang jauh sekalian mb, bisa segera menambah modal. Berkerja di
luar negeri lebih menjajikan, dan sudah banyak yang merasakanya jadi
tidak perlu takut lagi”. Dalam diri Ibu Murniasih tidak ada rasa ketakutan
akan kehidupan di luar negeri, ia sangat yakin akan keberhasilan dirinya.
4. Gaya hidup
Gaya hidup masyarakat desa yang berbeda dengan lingkungan di
luar negeri seringkali menyebabkan para TKW ketagihan untuk kembali
lagi ke luar negeri. Kebiasaan istri dan perilaku sehari-hari sudah terlanjur
menyatu dengan budaya dan lingkungan di luar sehingga membuat TKW
yang sempat pulang ke rumah pergi lagi berangkat ke luar negeri. Bahkan
ada TKW yang sudah bertahun-tahun di luar negeri dan enggan untuk
53
pulang, seperti yang diceritakan oleh Bapak Subanan (51 tahun) suami
TKW kenapa istrinya tidak pulang kerumah setelah hampir 10 tahun
apakah ia tidak rindu dan ia menjawab “ya begitu mb. Anak-anak yang
sering berkomunikasi. Seringkali meminta ibunya pulang, namun
dijawab belum ingin pulang katanya”.
5. Peluang pekerjaan yang tersedia adalah rumah tangga
Keterbatasan skill masyarakat, keluarga TKW khususnya hanya
terbatas pada urusan rumah tangga. Berbanding lurus dengan kesempatan
kerja yang tersedia bagi tenaga kerja yang ingin bekerja di luar negeri,
kesempatan yang ditawarkan dan koneksi yang didapatkan masyarakat
berkisar kepada lapangan pekerjaan rumah tangga. Sehingga mayoritas
masyarakat yang keluar negeri adalah wanita yang memang sudah
terbiasa dengan tersebut.
Ibu Murniasih yang sudah merambah luar negeri untuk ketiga
kalinya mengatakan kenapa menjadi TKW “menjadi TKW ya karena
yang bisa dilakukan hanya itu, mengurusi rumah, mengasuh dll”. Senada
dengan yang diungkapkan oleh Bapak Subanan kenapa istrinya yang
berangkat menjadi TKW yaitu “ya karena yang bisa bekerja di sana
istrinya, tidak ada pekerjaan yang bisa dilakukan oleh pria di sana”.
54
D. Pemenuhan Hak dan Kewajiban Suami Istri Keluarga TKW di Desa
Pacarmulyo Kec. Leksono Kab. Wonosobo
1. Hak dan Kewajiban bersama Suami Istri
a. Hubungan biologis
Sebagai pasangan pernikahan yang sah, suami dan istri
memiliki hak biologis yang merupakan sifat dan nafsu alami manusia.
Hal ini tidak bisa dilakukan kecuali dengan bertemu langsung. Suami
dan istri harus menahan keinginan tersebut hingga saat pertemuan
keduanya itu terjadi. Pertemuan yang hanya mungkin terjadi setiap
dua tahun sekali sesuai dengan kontrak kerja. Sekedar rasa rindu yang
cukup bisa terobati melalui media yang tersedia sekarang seperti
handphone, digunakan untuk komunikasi. Bagi para suami sudah
tidak masalah lagi hidup dalam kesendirian, karena jika pun ia
kangen kepada istrinya kemudian cukup dengan melihat anaknya bisa
mewakili rasa rindunya kepada istrinya.
b. Menjaga perilaku yang baik antara suami dan istri
Suami istri yang sah memiliki kewajiban agar berperilaku
yang baik. Perilaku yang baik ini mencakup keseharian suami, dan
istri ditempatnya masing-masing. Suami yang ditinggal istri dirumah,
harus mampu menjaga kepercayaan istri sehingga tercipta rasa
kepedulian dan kepercayaan diantara keduanya. Keluarga TKW di
zaman sekarang biasa melakukanya dengan cara menjaga komunikasi
yang baik. Komunikasi dilakukan oleh para suami TKW meski tidak
55
secara rutin, karena terkadang juga anak-anak yang berkomunikasi
jika suami sedang sibuk atau punya urusan yang lain. Melalui
komunikasi tersebut, kepercayaan antara suami dan istri bisa menjadi
lebih kuat sehingga suami atau istri termotivasi untuk bertanggung
jawab terhadap pilihannya.
c. Mengasuh dan memelihara anak
Seorang suami tidak bisa melepas kewajibanya terhadap anak.
Karena seorang anak memiliki hak untuk di asuh dan dilindungi oleh
orag tuanya. Karena kepergian istri ke luar negeri menjadikan anak
kehilangan sosok dan kasih sayang ibunya, sehingga seorang ayah
(suami) harus berperan sebagai ayah sekaligus ibu untuk merawat
anak-anak seorang diri. Dengan kemampuan dan keterbatasanya
suami tetap merawat anak-anaknya, tidak lantas kemudian
melimpahkan taggung jawab tersebut kepada keluarga besarnya. Bagi
keluarga dakwan pengasuhan tersebut terbantu dengan kehadiran
anak pertamanya yang sudah cukup dewasa sehingga bisa membantu
mengurus keperluan adik-adiknya.
2. Hak Istri
a. Hak kebendaan
1) Nafkah
Suami wajib memberikan nafkah kepada istri dan anak-
anaknya serta memenuhi segala keperluan rumah tangga. Meski
istri sudah bekerja di luar negeri dengan penghasilan yang
56
menjanjikan, tidak membuat para suami di rumah lengah, dan
bermalas-malasan. Dengan skill dan kemampuanya, ia wajib
berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan
keluarganya.
Seperti pada para suami TKW ini, Bapak Subanan masih
tetap pergi ke sawah untuk menggarap ladangnya. Dari hasil
ladang tersebut bisa berupa sayuran, dan padi yang kemudian
digunakanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, meski tidak
setiap hari terkadang dari ladang tersebut bisa diperoleh
penghasilan berkisar Rp. 50000. pada keluarga Syafaat dan
Dakwan, meski usianya masih terbilang muda juga tetap bekerja
sebagai supir truk. Seagai supir tidak bisa setiap hari bekerja,
iahanya bekerja setiap tiga atau empat hari dengan penghasilanya
sebesar Rp. 75000 perhari. Begitupun yang dialami pak Romlan,
meski hanya berprofesi sebagai tukang batu ia tetap berusaha
melaksanakan kewajibanya mencari nafkah. Penghasilan Rp.
70000 perhari. Penghasilan tersebut ditambah dengan gaji istri
yang dikirim kerumah berkisar Rp. 30000000 hingga Rp.
5000000 perbulan yang digunakan untuk memenuhi berbagai
kebutuhan keluarga.
Kebutuhan keluarga cukup terpenuhi dengan penghasilan
istri tersebut, meski belum bisa memenuhi keinginan yang lain.
Biaya sekolah anak terjamin, dan kebutuhan konsumsi keluarga
57
terpenuhi serta belanja pakaian anak. Murniasih yang sudah enam
tahun menjadi TKW sudah mampu membangun rumahnya
dengan cukup mewah, jauh lebih bagus dari tetangga sekitarnya.
2) Tempat kediaman
Suami bertanggungjawab untuk menyediakan tempat
tinggal bagi keluarganya. Dengan kemampuanya para suami
TKW ini, mereka dapat membangun rumah meski hanya
sederhana yang penting bisa digunakan untu berteduh dan
berumah tangga. Berbekekal dari warisan keluarga dan sebagian
harta yang dimiliki suami dan istri, keluarga TKW bertempat
tinggal di rumahnya sendiri. Rumah tersebut terbatas pada
kemampuan suami untuk menyediakan tempat tinggal tersebut.
Dengan kepergian istri ke luar negeri, sebagian besar dari
gaji yang didapatkanya dikirimkan kerumah dan digunakan untuk
membeli material pembangunan rumah sehingga ketika material
sudah dirasa cukup keluarga TKW mampu membangun kembali
rumahnya, sangat bereda dengan rumah yang dulu ditinggalkanya
pada saat pergi ke luar negeri. Rumah yang sekarang jauh lebih
bagus dan nyaman dibandingkan dengan rumah-rumah yang ada
disekitar rumah TKW ini. Seperti yang di lakukan oleh keluarga
Murniasih, yang berhasil merenovasi kembali rumahnya menjadi
lebih bagus. Rumah yang berlantai dua dan berlantaikan ubin
jauh sehingga rumah terasa lebih bersih dan rapih.
58
b. Hak bukan kebendaan
1) Dibimbing
Kepergian istri menjadi TKW menjadikan suami tidak
bisa berinterkasi dan berhubungan selayaknya keluarga pada
umumnya. Seringkali ketika ada masalah atau kelalaian hingga
kesalahpahaman suami istri tidak bisa diselesaikan dengan
mudah, hal tersebut kemudian menimbulkan suudzon yang
berkepanjangan. Padahal, suami harus bisa membimbing istrinya.
Seperti pada keluarga bapak subanan yang sudah ditinggal
pergi istrinya selama dua belas tahun. Meski istrinya belum
pernah kembali sejak sepuluh tahun yang lalu, beliau tidak bisa
melakukan apa-apa. Komunikasi jarang ia lakukan, karena yang
lebih sering berkomunikasi adalah anak-anaknya. Dalam kurun
waktu yang lama tersebut, secara tidak langsung suami istri
tumbuh dan menjadi mandiri tanpa kehadiran masing-masing
pihak.
2) Dilindungi
Dengan komunikasi, banyak hal manfaat yang bisa
didapatkan. Dengan komunikasi juga suami bisa menjaga dan
melindungi istrinya. Saling mencurahkan setiap perasaan dan kish
masing-masing, mulai dari hal yang penting tentang diskusi
masalah keluarga ataupun sekedar bertanya kabar dan bercerita
hal-hal yang tidak penting. Dari situ, suami dan istri bisa saling
59
mengetahui tentang kabar dan kondisi masing-masing, sehingga
rasa kasih dan sayang terjaga agar kepercayaan dan kepedulian
dianatara keduanya tetap tumbuh. Dengan kepercayaan dan
kepedulian tersebut, membuat suami dan istri untuk senantiasa
mawas diri dimanapun berada. Sehingga istri tetap bisa
terlindungi dalam pengawasan suami.
3. Kewajiban Istri
a. Bertempat tinggal di rumah yang disediakan suami
Sebagai TKW yang bekerja di luar negeri, tentu istri tidak bisa
sekehendak hati pulang pergi kerumah. Karena tuntunan kontrak
kerja tersebut, sehingga istri harus tinggal di luar ngegeri selama
kurun waktu tertentu. Istri tidak bisa tinggal dan menetap di rumah
yang sudah disediakan oleh suami sehingga hanya suami dan anak-
anak yang tinggal dirumah, suami mengurus segala keperluan rumah
tangganya sendiri, seperti memasak, bersih-bersih rumah, mencuci
pakaian dan mengasuh anak.
b. Mentaati suami
Suami sebagai kepala keluarga memiliki hak untuk ditaati
oleh istri selama perintah itu merupakan perintah yang baik. karena
jarak yang memisahkan antara suami dan istri sebagai TKW maka
sudah pasti akan muncul benih rindu. Namun, karena tuntutan kerja
sebagai TKW adalah minimal dua tahun kerja maka sebelum itu istri
belum bisa kembali kerumah. Dalam keadaan yang seperti itu, suami
60
pun harus memaklumi dan tidak boleh semena-mena meminta istri
pulang yang bukan pada jadwalnya. Oleh karena itu, ketika sudah
menjadi jadwal pulang karena kontraknya sudah habis sebaiknya istri
pulang. Tidak seperti yang dialami oleh bapak subanan, meski ia
sudah meminta istrinya untuk pulang kerumah namun istri belum
berkenan untuk pulang. Padahal waktu yang sudah dihabiskan sudah
cukup lama, dan sudah melebihi kontrak.
Sebagai pekerja TKW juga mengharuskan istri meninggalkan
rumah, sehingga istri tidak bisa menetap dirumah dan melayani serta
membantu kebutuhan suami sehingga suami harus mengurus dirinya
sendiri dirumah dan anak-anaknya. Suami hanya bisa berjumpa dalam
kurun waktu minimal dua tahun, sehingga ketidak hadiran istri pada
waktu tersebut sangat menyusahkan bagi suami baik secara fisik
maupun psikis. Seperti rindu dan beban yang harus ditanggung oleh
suami sendiri.
c. Berbakti lahir dan batin
Seorang istri harus berbakti kepada suami, melayani suami
dengan baik dan mentaati perintahnya. Karena jarak yang
memisahkan sebagai TKW, sehingga istri tidak bisa melayani suami
dengan baik. Begitupun sebaliknya, suami tidak bisa mendapatkan
bantuan atau pelayanan dari istri. Suami cenderung melayani
kebutuhanya sendiri, seperti memasak dan mengurus rumah tangga.
Seharusnya mengatur dan mengurus rumah tangga dan merupakan
61
tanggung jawab istri. Dakwan, sudah memiliki empat anak dan yang
ketiganya adalah masih anak-anak. Ia mengurus anak-anak sendiri,
dengan dibantu anak oleh anak sulungnya dewiarti. Dewiarti yang
membantu memasak, dan membersihkan rumah karena sudah putus
sekolah.
Meskipun terpisah oleh jarak sehingga tidak bisa berjumpa
secara langsung, istri harus mampu menciptakan suasana yang baik,
agar suami tetap merasa bahagia kepada istri. Istri tidak boleh
menunjukan rasa atau nada bahasa komunikasi yang tidak baik
kepada suami. Hal itu bisa ditunjukan melalui video call dan nada
bahasa yang santun sehingga bisa membuat hati suami bahagia.
62
BAB IV
PEMENUHAN HAK DAN KEWAJIBAN ISTRI DALAM PERSPEKTIF FIQIH
DAN KAJIAN SOSIOLOGI HUKUM
A. Pandangan Fiqih
Berikut ini tabel hak dan kewajiban istri dalam perspektif fiqih dan
implementasinya:
Tabel 4.1 Hak dan Kewajiban Suami Istri Perspektif Fiqih
Kewajiban No Fiqih Pemenuhan Keterangan
Hak dan
kewajiban
bersama
1
Kewajiban
biologis
Tidak
terpenuhi
Suami dan istri tidak bisa bertemu,
karena terhalang oleh jarak dan
waktu
2
Bertingkah
laku dengan
baik
Tidak
terpenuhi
Suami dan istri bisa menjaga
perilaku dan tingkah lakunya dengan
saling berkomunikasi. Namun, masih
ada keluarga TKW yang kurang
dapat terkontrol karena tidak
berjumpa dalam waktu yang sangat
lama
Hak istri 1 Nafkah Terpenuhi
Suami sudah bekerja sesuai dengan
kemampuanya namun kurang
63
memenuhi kebutuhan keluarga
karena penghasilan suami tidak
cukup
2 Mahar Terpenuhi
Mahar istri sudah diberikan oleh
suami secara lunas pada saat
pernikahan berlangsung antara
keduanya sehingga tidak ada
tanggungan ataupun hutang mahar
bagi suami kepada istri
3
Dihargai dan
diperlakukan
dengan baik
oleh suami
Terpenuhi
Dengan komunikasi bisa menjaga
keercayaan suami dan istri serta
meminimalisir kesalahpahaman,
meski karena komunikasi tidak bisa
dilaksanakan secara intens
menyebabkan suami dan istri
berkurang rasa kepedulian diantara
keduaya. Suami juga tidak semena-
mena dengan memanfaatkan istri
yang bekerja namun ia tetap
berusaha sendiri
4
Melindungi
dan menjaga
nama baik
Tidak
terpenuhi
Dengan komunikasi, suami dan istri
tetap bisa saling menjaga dan
bercerita tentang kondisi dan
64
istri keadaan masing-masing. Namun,
karena suami dan istri terpisah tidak
dan hidup bersama sehingga
pengawasan dan kontrol suami
terbatas
Kewajiban
Istri
1
Taat kepada
suami
Tidak
terpenuhi
Istri bisa menjaga sikapnya kepada
suami agar taat kepada suami dengan
menjaga hubungan yang baik dan
silaturahmi yang rutin namun karena
waktu dan jarak istri yang tinggal
jauh dari suami bisa membuat suami
tidak bisa mengontrol istri, dan istri
bisa bersikap semaunya
2
Tidak
menyusahkan
suami
Tidak
terpenuhi
Kepergian istri menjadi TKW bisa
membantu suami memenuhi
kebutuhan keluarga, namun
kepergianya tersebut juga
menjadikan suami kerepotan di
rumah dan tidak ada yang bisa
melayaninya dengan baik
3
Menjaga
dirinya
sendiri dan
Tidak
terpenuhi
Karena keberadaan istri yang
meninggalkan rumah sehingga ia
tidak bisa menjaga harta suami dan
65
harta suami apa yang telah ditinggalkanya
dirumah
4
Tidak
bermuka
masam
dihadapan
suami
Tidak
terpenuhi
Suami dan istri tidak bisa berjumpa
secara langsung, sehingga yang dapat
dilakukan hanyalah sebatas
komunikasi lewat telephone dengan
waktu yang sangat terbatas dan
kesibukan masing-masing sehingga
istri sulit menampilkan wajah
bahagia dan menyenangkan di depan
suami.
Tabel diatas menunjukan bahwa pemenuhan hak dan kewajiban suami
istri keluarga TKW perspektif fiqih di desa pacarmulyo ada yang terpenuhi
dan tidak terpenuhi sepenuhnya. Fakta tersebut dapat dianalisis lebih lanjut
melalui pembahasan di bawah ini:
1. Pemenuhan hak dan kewajiban bersama suami istri
Manusia tidak bisa lepas dari adanya kebutuhan-kebutuhan, baik
itu kebutuhan yang bersifat jasmaniah untuk melangsungkan hidupnya
maupun kebutuhan yang bersifat rohaniah untuk mencapai kesempurnaan
nilai kemanusiaanya. Suami istri yang sah dihalalkan untuk melakukan
hubungan seksual dengan baik. Dalam melakukan hubungan tersebut
suami harus berperilaku dengan sopan dan santun, dan tidak boleh
66
memaksa. Pada keluarga TKW, hubungan ini tidak dapat terlaksana
sepenuhnya karena istri dan suami yang terpisah. Hubungan seksual
berarti dilakukan dalam satu ruang, namun dalam keluarga TKW suami
istri terhalang oleh jarak antara TKW yang di luar negeri dan suami
dirumah. istri tidak bisa kembali dan meninggalkan pekerjaan
sekehendaknya karena terikat kontrak kerja yang cukup lama yaitu dua
tahun, dan jarak yang memisahkan suami isti tersebut cukup jauh. . Hal
ini semakin menjadi masalah bagi suami ketika istri enggan untuk pulang
meski sudah habis masa kontrak kerja dua tahunya, seperti yang terjadi
ada bapak Subanan yang istrinya belum pernah pulang selama sepuluh
tahun belakangan.
Pasangan suami istri harus menjaga tingkah laku dengan baik,
sehingga ketentraman dan kedamaian hidup dalam rumah tangga dapat
terwujud. Allah berfirman dalam Q.S. An-Nisa ayat 19 yaitu:
عش ثبن ف عبشش
Artinya, dan bergaullah dengan mereka (istri) secara patut
Untuk dapat menjaga tingkah laku dengan baik antara suami istri
mereka harus mempunyai hubungan yang baik. Pada keluarga TKW yang
terpisah, hubungan suami istri sangat terbatas sehingga tingkah dan
perilaku suami istri kurang terkontrol. Hal itu disebabkan oleh pekerjaan
istri yang menuntut banyak waktu sehingga tidak memberikan banyak
kesempatan untuk bisa berhubungan dengan keluarga. Jarak juga menjadi
67
pembatas hubungan antara suami istri untuk bisa berjumpa. Suami istri
tidak bisa mengetahui kegiatan dan perilaku masing-masing keculai
hanya melalui komunikasi dengan telephone. Melalui telephone, suami
istri bisa berkomunikasi dan menjaga sikap dalam tutur kata yang sopan
meski tidak dilakukan secara rutin. Komunikasi tersebut tidak mesti
dilakukan oleh suami, karena anak-anak juga sering melakukan
komunikasi dengan ibunya.
2. Pemenuhan hak istri
Salah satu hak yang bisa harus dipenuhi suami adalah nafkah. Istri
berhak meminta nafkah kepada suaminya, dan suami tidak boleh
mengabaikan hal ini. Sesuai dengan firman allah dalam Q.S. Al-Baqoroh
ayat 233 disebutkan :
د ن سصق ن عهى ان ف عش ثبن ر كغ
Artinya, dan ayah berkewajiban mencukupkan kebutuhan makanan dan
pakaian untuk para ibu anak-anak, dengan cara yang makruf (Q.S. Al-
Baqoroh:233).
Nafkah merupakan pemberian suami kepada istri. Nafkah ini
meliputi semua kebutuhan keluarga yang harus dipenuhi suami meliputi
makanan, pakaian, tempat tinggal, dan pengobatan meski istri tergolong
kaya. Bagaimana pun kondisi istri, ia tetap berhak menerima nafkah dari
suami. sehingga istri harus mencukupinya sesuai dengan kemampuanya.
Ia tidak boleh mengabaikan kewajian ini, meski istri sendiri pun sudah
mampu. Begitupun sebaliknya, istri harus menghargai kedudukan dan
kondisi suami. seberapapun pendapatan yang diperoleh oleh suami, istri
68
tidak boleh menolak dan harus menerima dan bersyukur atas rizki yang
diperoleh suaminya tersebut. Firman Allah dalam Q.S Ath-Thalaq ayat 7 :
ب ارب هللا الكهف فق ي سصق فه قذس عه ي ععز ععخ ي فق ر هللا فغب إال ن
ثعذ عغش غشا هللا ربب عدعم يبا
Artinya, orang yang mampu hendaklah memberi nafkah menurut
kemampuanya, dan orang yang kurang mampu pun supaya memberi
nafkah dari harta pemberian allah kepadanya, allah tidak akan membani
kewajiban kepada seseorang melebihi pemberian allah kepadanya.
Karena keterbatasan skill suami dan lapangan pekerjaan yang
tersedia, membuat suami tidak bisa mendapatkan penghasilan yang besar
untuk memenuhi semua kebutuhan keluarga, namun hal itu tidak
membuat suami enggan untuk memenuhi kewajibanya memberikan
nafkah keluarga. Dengan keterampilan yang dimilikinya suami para istri
TKW tetap berekerja meski istri telah mendaptkan penghasilan yang jauh
lebih besar. Dengan kemampuan dan usahanya tersebut masing-masing
suami bekerja sesuai dengan keahliannya. Bapak subanan dengan
menggarap ladangnya bisa mendapatkan sekitar Rp. 50.000 sebagai
petani, Bapak Syafaat dan bapak Dakwan yang menyupir truk bisa
mendapatkan Rp. 75.000 sehari dan Bapak romlan dengan penghasilanya
dari mengolah batu bisa mendapatkan Rp. 50.000.
Dengan penghasilan yang demikian membuat banyak kebutuhan
rumah tangga belum terpenuhi. Seperti keinginan agar seperti keluarga
yang lain merenovasi rumah dan membeli kebutuhan keluarga lainya.
69
Namun suami tidak bisa menghasilkan gaji yang lebih besar dari yang
biasanya sehingga membuat istri turut bekerja dan mencari penghasilan
dengan menjadi TKW. Dari penghasilan rata-rata menjadi TKW yaitu Rp.
5000000 hingga Rp. 7000000 perbulan, sebagian besarnya dikirim ke
rumah dan digunakanya untuk membelanjakan kebutuhan rumah.
Penghasilan yang demikian membuat istri sebagai TKW memiliki modal
yang jauh lebih besar dari suaminya.
Suami harus bisa menghargai, menghormati, dan memperlakukan
istri dengan baik. suami tidak boleh memperlakukan istrinya dengan
memaksa, ia juga harus bersabar terhadap istrinya jika memang ada sifat
yang tidak disukai dala dirinya. suami tidak boleh melakukan sesuatu
yang tidak pantas kepada istrinya, hanya karena istri tidak memiliki sifat-
sifat yang tidak berkenan di hatinya. Sehingga suami dan istri tetap bisa
terjaga keharmonisanya. Disebutkan dalam Firman allah Q.S. An-Nisa
ayat 19 yaitu:
ب انز ا ال حم نكى أ بأ ا اي الرعضه كشب انغبء رشث ا ثجعض يب نززج
خ ثفبحشخ يج أر إال أ ز ,ار ز كش ف فإ عش ثبن فعغى عبشش
ا ش ركش شا ئب أ شا كث خ دعم هللا ف
Artinya, hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu
mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu
menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari
apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka
melakukan pekerjaan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka
secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka
bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal
allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.
70
Suami harus menghargai serta menghormati istrinya. Dengan
keberadaan istri yang jauh diseberang, dan membuat suami istri terpisah
tidak memuat suami TKW lantas bermalas-malasan dirumah sehingga
mereka tetap menunaikan kewajibanya sebagai pencari nafkah. Hal ini
merupakan penghargaan kepada usaha istri yang tidak serta merta suami
hanya mengandalkan istri. Pada keluarga TKW, kepergian istri keluar
negeri bukan semata keinginan pribadiya untuk memperbaiki diri tapi
lebih untuk meningkatkan taraf hidup keluarga. Sehingga, meski suami
dan istri hidup terpisah, mereka tidak boleh melepaskan kepercayaan
masing-masing untuk melaksanakan kewajibanya dan konsequen
terhadap pilihanya. Suami tidak boleh memaksa istri untuk melakukan hal
yang berbahaya seperti melanggar kontrak kerja agar istri diperbolehkan
pulang sebelum waktunya. Begitupun sebaliknya, ketika masa kontrak
sudah berakhir istri harus bergegas untuk kembali kerumah meski
kemudian ingin berangkat ke luar negeri seperti murniasih yang sudah
tiga kali pulang pergi bekerja di luar negeri. Berbeda dengan keluarga
subanan, setelah diijinkan suami untuk menjadi TKW ia justru tenggan
untuk kembali kerumah meski sudah diminta oleh suami sendiri.
71
Suami berkewajiban melindungi dan menjaga nama baik istrinya.
Perintah allah agar suami melindungi istrinya terdapat pada Q.S. An-Nisa
ayat 34 yaitu:
م هللا ث ب فض عه انغبء ث اي خبل ق بانش ث اأ عضى عهى ثعض ى فق ان اي ي
Artinya, laki-laki suami itu pelindung bagi perempuan istri, karena allah
telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain
(perempuan) dan karena mereka (laki-laki)telah memberikan nafkah dari
hartanya.
Jika istri melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ketentuan-
ketentuan ajaran islam, suami wajib memperingatkanya terutama yang
menyangkut terhadap pergaulan orang lain. Kewajiban suami untuk
melindungi istrinya kurang terpenuhi karena suami dan istri terpisah dan
tidak hidup bersama. Kondisi tersebut membuat pengawasan dan kontrol
suami terbatas. Meski suami dan istri saling melakukakn komunikasi
namun komukasi tersebut tidak cukup untuk menciptakan rasa aman dan
melindunginya dari rasa cemas yang bisa mucul setiap saat, lelah atau
ancaman yang bisa terjadi karena resiko perkerjaanya. Karena keberadaan
istri yang jauh dari suami dan kesibukan yang dimilikinya, membuat
komunikasi antara suami dan istri terbatas. Suami tidak bisa mengontrol
keadaan istri setiap saat, sehingga membuat istri harus lebih
bertanggungjawab untuk melindungi dirinya sendiri.
3. Pemenuhan kewajiban istri
72
Seorang istri harus taat kepada suaminya selama dalam perintah
yang baik. kewajibann ini merupakan kewajiban tertinggi seorang istri
kepada suami. Hal ini sesuai dengan firman Allah Q.S. An-Nisa ayat 34 :
بحفظ هللا حبفظخ د بز بد ق بنح بفبنص ت ث نهغ Artinya, sebab itu maka wanita yang soleh, ialah yang taat kepada allah
lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada, oleh karena allah telah
memeliharanya.
Ketaatan seorang istri kepada suaminya sangat penting
kedudukanya dalam sebuah hubungan pernikahan. Hal itu ditegaskan
dalam sabda Rasulallah yaitu:
ا غدذ ن ل الحذ يشد احذكى ا شأح ا عظى حق رغدذ يشد ان خب ي ب.نض عه
Artinya, andaikata aku menyuruh seseorang sujud kepaa orang lain,
niscaya aku perintahkan perempuan bersujud kepada suaminya, karena
besar haknya kepadanya (Hr Abu Dawud, Tirmidzi, Ibnu Majah, Dan
Ibnu Hubban).
Keberadaan istri di luar negeri tidak membuat kewajiban seorang
istri untuk mentaati suaminya gugur. Ia harus mematuhi dan menuruti
perintah suami selama perintah itu baik dan benar. Istri yang bekerja di
luar negeri selalu menyempatkan untuk kembali ke rumah setelah kontrak
dua tahun habis, meski akhirnya kembali lagi bekerja di luar negeri.
Karena pada hakekatnya seorang istri harus tinggal dan menetap di rumah
seperti Firman allah dalam Q.S. Al Ahzab ayat 33 berbunyi :
ث ف قش خ ال ه ج اندب رجش خ الرجش نىرك
Artinya, dan hendaklah kamu menetap dirumahmu, dan janganlah kamu
berhias (bertingkah laku) seperti orang-orang jahiliyah dahulu.
73
Istri menjadi tidak taat kepada suami ketika suami menyuruhnya
pulang dalam kurun waktu yang telah disesuaikan dengan kontrak kerja
istri namun istri menolak dan enggan untuk kembali. Seperti yang terjadi
kepada bapak subanan, istrinya menolak untuk kembali ke rumah.
Kepergianya sudah cukup lama, namun ia selalu memperpanjang kontrak
kerja tersebut hingga mencapai sepuluh tahun sekarang. Suami punya
alasan yang benar untuk menyuruh istri pulang. Sebagai pasangan suami
istri yang sah, dan telah terpisah begitu lama pasti ada rasa rindu dan
kangen yang terbendung cukup lama. Setelah menahan nafsu tersebut
selama kurun waktu minimal dua tahun menjadi TKW pasti berat bagi
keduanya. Sehingga tidak benar jika istri berlama-lama di luar negeri dan
tidak kunjung kembali kerumah ketika ada keluarga dan suami yang
menunggu.
Istri hendaknya menjauhkan diri dari hal yang dapat menyusahkan
suami. Suami dan istri memilik tanggung jawab dan peran masing-
masing. Istri harusnya taat dan berbakti kepada suami. Rasulallah SAW
bersabda : “Jangan seorang istri menyakiti suaminya didunia ini, karena
bidadari dari surga berkata kepadanya: „Janganlah engkau sakiti dia,
semoga Allah membinasakanmu. Sebab dia (Suamimu) hanya sebentar di
sisimu. Ia segera akan berpisah darimu untuk pergi kepada kami
(HR.Tirmidzi). Pada keluarga TKW, hal ini kurang dapat terpenuhi
74
karena kepergian istri meninggalkan rumah dan menetap di luar negeri
untuk bekerja tersebut menyebabkan suami kewalahan mengurus rumah
dan tidak ada yang bisa melayaninya. Karena suami juga harus pergi
bekerja sehingga rumah seringkali tidak terurus. Pada keluarga Dakwan,
meski anak-anak masih kecil ia beruntung karena sudah memiliki anak
yang cukup dewasa sehingga dapat membantunya mengurusi urusan
rumah tangga dan membantu untuk menyiapkan kebutuhan adik-adiknya.
Begitu pula keluarga bapak subanan yang sudah cukup lama ditinggal
istrinya, sekarang anaknya sudah cukup dewasa sehingga bisa membantu
mengurusi urusan rumah tangga. Berbeda dengan bapak romlan dan bapa
syafaat yang saat itu baru memiliki satu anak dan istrinya pergi dengan
meninggalkan anak yang masih balita sehingga ia mengurusi kebutuhan
anak tersebut sendirian.
Berdasarkan hasil dari penelitian penulis, praktek masyarakat desa
pacarmulyo menunjukan bahwa pemenuhan hak dan kewajiban istri di
desa tersebut tidak bisa terlaksana sepenuhnya karena kepergian istri
untuk bekerja di luar negeri sebagai sebagai TKW. Kepergian istri ke luar
negeri telah menciptakan jarak yang cukup jauh sehingga menghalangi
istri dan keluarganya untkuk bisa bertemu, kesibukan yang dimiliki istri
di luar negeri juga tidak memungkinkan untuk keduanya melakukan
komunikasi yang rutin dan intens sehingga hubungan dan silatuhrahmi
istri terhadap keluarganya sangat terbatas.
75
Kepergian istri bukanlah sesuatu yang memaksanya untuk
meninggalkan rumah dalam jarak yang sangat membatasi hubungan
suami istri tersebut, serta keberadaan istri yang jauh di luar negeri
menjadikanya mengabaikan nilai-nilai fiqih yang mewajibkan istri untuk
melaksanakan kedudukanya sebagai ibu rumah tangga sehingga hak dan
kewajibanya tersebut tidak dapat terlaksana sepenuhnya. Oleh karena itu,
kepergian istri ke luar negeri menjadi tidak sepatutnya di lakukan oleh
istri di desa pacarmulyo kec. Leksono kab. Wonosobo karena suami
masih mampu bekerja dan mendapatkan cukup penghasilan sehingga istri
seharusnya tetap tinggal di rumah ataupun berada dalam jarak yang masih
bisa diraih oleh perlindungan dan pengawasan suaminya.
Hukum kepergian istri tersebut menjadi makruh karena meski
telah mendapatkan izin dari suami ia telah meninggalkan kewajibanya
sebagai seorang istri yang memiliki suami. meskipun ia telah berdosa
karena telah meninggalkan kewajibanya namun suami telah ridho terlebih
dahulu dengan mengizinkan istrinya menjadi TKW di luar negeri. Hal ini
didasarkan kepada kaidah fiqih yang harus menghilangkan kemudharatan:
شسضال ا نض
Artinya, Kemudharatan itu harus dihilangkan.
Kaidah ini menjelaskan karena kepergian istri ke luar negeri
dalam kurun waktu yang lama justru tidak baik bagi keluarga.
Kepergianya membuatnya tidak isa memenuhi kewajibanya sebagai
seorang istri untuk taat kepadanya, dan suami juga masih mampu untuk
76
memenuhi kebutuhan keluarga. Alangkah baiknya jika istri tetap tinggal
dirumah dan biarkan suami yang keluar untuk menunaikan kewajibanya
memenuhi nafkah keluarga dan kebutuhan lainya.
B. Kajian sosiologi hukum
Kepergian istri ke luar negeri didasari oleh berbagai macam
kondisi yang pada umumnya adalah karena perasaan pribadi yang kurang
puas terhadap keadaan dan kondisi keluarga. Hal ini didominasi oleh
kekuatan dari pengaruh sosial keberadaan tetangga yang terlihat lebih
mampu dari keluarga TKW sendiri setalah keprgianya menjadi TKW
sehingga memotivasi para istri untuk pergi keluar negeri dan mengkuti
jejaknya. Kepergian istri ke luar negeri ini kemudian menyebabkan
terabaikanya norma-norma agama seperti nilai-nilai fiqih yang berlaku
sebagai warga muslim sehingga menjadikanya berdosa karena telah
mengabaikan kewajibanya kepada suami. Kepergian istri tersebut bukan
suatu hal yang memaksa istri untuk meninggalkan rumah, karena tanpa
kepergiannya sebenarnya kebutuhan rumah tangga sudah bisa terpenuhi
oleh penghasilan suami. Alangkah baiknya jika istri tetap tinggal dirumah
dan melaksanakan kewajibanya sebagai seorang istri dan mengizinkan
suami sendiri yang bekerja sesuai dengan kedudukan dan kewajibanya.
77
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil kajian dan analisis penulis terhadap pemenuhan hak
dan kewajiban suami istri di desa Pacarmulyo, penulis mengambil kesimpulan
bahwa
1. Faktor yang menyebabkan istri menjadi TKW ada lima. Pertama, yaitu
karena budaya masyarakat desa Pacarmulyo yang terbiasa untuk bekerja,
mereka tidak bisa hanya diam diri dirumah. Dengan pergi ke luar negeri
karena merasa bahwa destinasi bekerja ke luar negeri lebih berkesan dan
menjanjikan. Kedua, karena lemahnya ekonomi, yaitu kemiskinan dan
sempitnya lapangan pekerjaan. Ketiga, Terinspirasi kesuksesan pendahulu
TKW yang sudah lebih dulu bekerja di luar negeri pulang dan sukses.
Keermpat, Gaya hidup kebiasaan masyarakat desa yang berbeda dengan
lingkungan di luar negeri shingga menyebabkan para TKW ketagihan
kembali ke luar negeri. Kelima, Peluang pekerjaan rumah tangga yaitu
karena keterbatasan skill masyarakat keluarga TKW terbatas pada urusan
rumah tangga.
2. Pemenuhan hak dan kewajiban istri di desa Pacarmulyo kec. Leksono kab.
Wonosobo tersebut tidak bisa terlaksana sepenuhnya karena
ketidakhadiran istri disamping suami dengan menjadi TKW. Kepergian
78
istri ke luar negeri telah menciptakan jarak dan batas antara suami dan
istri sehingga, istri tidak bisa memenuhi kewajibanya terhadap suami dan
keluarga. Kepergian istri ke luar negeri menjadi tidak sepatutnya di
lakukan karena suami masih mampu bekerja dan mendapatkan cukup
penghasilan. Kepergian istri ke luar negeri justru tidak baik bagi keluarga
karena kepergianya bukan merupakan suatu keadaan yang memaksa atau
darurat melainkan karena motivasi lingkungan sosial dan ekomoni yang
membuatnya pergi menjadi TKW. Faktor tersebut menjadikan hukum
kepergian istri menjadi TKW menjadi makruh karena meski ia telah
mendapatkan ijin dari suami ia tetap meninggalkan kewajibanya sebagai
seorang istri. Berdasarkan kepada kaidah fiqih yaitu :
شسضال ا نض
Yang artinya “Kemudharatan itu harus dihilangkan”.
Istri seharusnya tetap tinggal di rumah ataupun berada dalam jarak yang
masih bisa diraih oleh perlindungan dan pengawasan suaminya. Sehingga
alangkah baiknya jika istri tetap tinggal dirumah dan biarkan suami yang keluar
untuk menunaikan kewajibanya memenuhi nafkah keluarga dan kebutuhan lainya.
B. Saran
Untuk menciptakan keluarga yang ideal, yaitu sakinah, mawaddah dan
warrohmah sesuai dengan tujuann pernikahan maka alangkah baiknya jika
pasangan suami dan istri bisa menghargai dan menghormati kedudukan
masing-masing. Istri sebagai ibu rumah tangga seharusnya bisa menghargai
79
dan menghormati kedudukan suami sebagai kepala rumah tangga, begitupun
sebaliknya. Istri hendaknya bisa menghargai penghasilan suami seberapapun
besarnya, meraasa cukup dengan penghasilan yang suami dapatkan meski
penghasilan tersebut tidak banyak dan belum bisa memenuhi semua
keinginannya. Istri tidak seharunya pergi ke luar negeri dalam kurun waktu
yang cukup lama tersebut karena bisa menciptakan jarak dengan suami dan
keluarganya. Meskipun istri harus bekerja hendaknya tidak jauh dari
jangkauan suami dan tidak terlalu lama meninggalkan rumah sehingga suami
tetap memiliki kontrol terhadap dirinya.
Meskipun istri berada jauh di luar negeri hendaknya suami dan istri
tetap melakukan komunikasi setiap ada kesempatan sehingga hubungan
keluarga tetap terjaga. dalam komunikasi hendaknya digunakan bahasa yang
baik dan sopan sehingga bisa menciptakan rasa damai dan tentram bagi
masing-masing pihak. meski waktu yang dimiliki tiak banyak untuk
berkomunikasi hendaknya waktu tersebut dimanfaatkan untuk saling bercerita
dan memahami keadaan masing-masing sehingga suami istri tetap bisa
mengetahui keadaan masing-masing dan terjaga hubungan lahir batin suami
istri.
Meski pendapatan istri jauh lebih besar dari suami, hendaknya istri
tetap menghormati suami dan tidak boleh sombong apalagi mengganggap
sepele suami hingga meremehkanya. Sebaliknya, suami yang dirumah tidak
boleh bersantai dengan mengandalkan istri yang sudah memiliki gaji lebih
besar sehingga ia tidak mau lagi bekerja. Alangkah baiknya jika uang dari gaji
80
istri tersebut digunakan dengan baik, diambil seperlunya dan selebihnya
ditabung dan digunakan untuk modal masa depan.
Untuk menjaga agar hak dan kewajiban suami istri tetap terpenuhi
dengan baik alangkah baiknya jika istri yang tetap tinggal dirumah, sehingga
ia tetap terlindungi dan jika harus pergi ke luar negeri bisa diwakili oleh
suaminya saja.
81
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Slamet dan Aminudin, 1999. Fiqh Munakaht 1. Bandung : Pustaka Setia
Alhamdani, 2002. Risalah Nikah. Jakarta :Pustaka Amani.
Basyir, Ahmad Azhar. 2007. Hukum Perkawinan Islam. Yogyakarta: UII Press.
Ghazaly, Abdul Rahman. 2003. Fiqih Munakahat. Jakarta : Prenada Media.
https://id.scribd.com/document/327454815/Pengertian-Hak-Adalah.
Joko Subagyo. 2004. Metode Penelitian Dalam Teori Dan Praktek.
Jakarta:Rineka Cipta.
Kompilasi Hukum Islam.
Mashuri Kartubi. 2007. Baiti Jannati Menuju Pinti Surga Dalam Rumah Tangga.
Jakarta: Yayasan Fajar Indonesia.
Maslikhah. 2013. Melejitkan Kemahiran Menulis Karya Ilmiah Bagi Mahasiswa.
Yogyakarta : Trust Media.
Penelitian. 2015. Bariroh, dan Siti Alvin Nuril. Pembentukan Keluarga Sakinah
oleh Pasangan Suami Istri dalam Hubungan Jarak Jauh di Desa
Sukosari Kunir Lumajang dari UIN Sunan Ampel Surabaya.
Rahmat Hakim, 2000. Hukum Perkawinan Islam. Bandung : Pustaka Setia.
Rasjid, Sulaiman. 2014. Fiqh Islam. Bandung : Sinar Baru Algesindo.
RPJM Desa Pacarmulyo tahun 2011 – 2015
82
Rully Indrawan Dan Poppy Yuniawati, 2014. Metode Penelitian. Bandung:Refika
Aditama.
Salim, Agus. 2006. Teori dan paradigma penelitian sosial. Jogjakarta:tiara
wacana.
Samsul Munir Amin Dan Haryanto Al-Fandi, 2007. Kenapa Harus Stress, Terapi
Stress Ala Islam. Jakarta : Amzah.
Asri. Universitas Islam Negeri Sultan Sarif Kasim Riau. Pelaksanaan Nafkah
Suami yang Merantau dan Dampaknya Terhadap Keutuhan Rumah
Tangga Menurut Hokum Islam (Studi di Desa Tanjung Kecamatan XIII
Koto Kampar).
Irfandhi, Aripuddin. Pemenuhan Nafkah Istri yang Suaminya di Penjara dan
Implikasinya terhadap Keharmonisan Rumah Tangga di Kota Kendar.
IAIN Kendari.
Subhan, Zaitunnah. 2001. Membina Keluarga Sakinah. Yogyakarta:Pustaka
Pesantren.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
83
Sulaiman Almufarraj. 2003. Bekal Pernikahan : Hukum, Tradisi, Hikmah, Kisah,
Syair, Wasiat, Kata Mutiara. Jakarta : Qisthii Press.
Sztomka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial. Jakarta : Prenada.
Tihami dan Sohari Sahrani. 2014. Fikih Munakahat. Jakarta : Rajawali Press.
Undang-Undang No 01 Tahun 1974 Tentang Perkawinan.
84
LAMPIRAN – LAMPIRAN
85
Lampiran 1
Dokumentasi Wawancara dan Akta Nikah
1. Wawancara bersama Kepala Desa
2. Wawancara bersama Bapak Subanan
86
3. Wawancara bersama Ibu Murniasih
87
4. Wawancara bersama Bapak Dakwan
88
5. Wawancara bersama Ibu Tumini
89
Lampiran 2
Biodata
Nama : Wasiyatul Khasanah
TTL : Wonosobo, 12 Agustus 1994
Alamat : Sojokerto 01/10 Leksono Wonosobo
Hobi : Badminton
Riwayat Pendidikan :
MI Maarif Kalibeber
SMP Takhassus Al-Quran
MA Negeri Kalibeber
Kontak :
NO HP : 085643725036
Email : Wasiyatulkhasanah@Gamil.Com
top related