pemberdayaan ekonomi anggota koperasi melalui...
Post on 09-Apr-2019
238 Views
Preview:
TRANSCRIPT
PEMBERDAYAAN EKONOMI ANGGOTA KOPERASI
MELALUI KSPPS (KOPERASI SIMPAN PINJAM DAN
PEMBIAYAAN SYARI’AH) USAHA MULYA DI MASJID
RAYA PONDOK INDAH – JAKARTA SELATAN
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi sebagai salah
satu syarat untuk mendapatkan Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh :
Rafi Fajrin Azhari
1113054000034
JURUSAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1440 H/2019 M
i
ABSTRAK
Rafi Fajrin Azhari
Pemberdayaan Ekonomi Anggota Koperasi Melalui Koperasi
Simpan Pinjam dan Pembiayaan Syari’ah Usaha Mulya di
Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan
Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu
kegiatan yang efektif dalam rangka memandirikan dan
memberdayakan masyarakat. Kegiatan tersebut dapat dilakukan
kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Pada dasarnya kegiatan
pemberdayaan masyarakat ditujukan untuk kalangan yang kurang
mampu dalam hal ekonomi dan belum mandiri. Sebagai Negara
yang mayoritas penduduknya agama Islam, maka salah satu
tempat strategis dalam upaya pemberdayaan adalah masjid.
Masjid diharapkan juga bisa menjadi mitra lembaga pendidikan
formal (sekolah) yang memiliki kepedulian terhadap masa depan
generasi yang akan datang.
Melalui koperasi, pemuda yang seharusnya mempelopori gerakan
pengembangan kewirausahaan bangsa Indonesia agar setiap
masyarakat memiliki keterampilan berwirausaha. Keterampilan
berwirausaha itu yang pada akhirnya diharapkan membebaskan
bangsa Indonesia dari belenggu kemiskinan
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu pengamatan
dan wawancara guna untuk melihat sejauh mana keberhasilan
yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syariah Usaha Mulya dalam memberdayakan perekonomian
umat dan anggota khususnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Koperasi Simpan Pinjam
dan Pembiayaan Syariah (KSPPS) Usaha Mulya memiliki peran
yang sangat besar dalam turut serta mendukung dalam
pengembangan dan pembangunan ekonomi anggota khususnya.
Program pembiayaan yang di berikan koperasi kepada anggota
mampu membantu mereka mengembangkan usahanya. Melalui
sistem jemput bola yang diterapkan pengurus kepada para
anggotanya mampu membuat para anggota nyaman dan tetap
bergabung hingga saat ini.
ii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur ke hadirat Ilahi Rabbi, Allah Ar-Rahman Ar-Rahim, yang
telah menghujamkan kekuatan dalam hati dan diri penulis. Dengan segala
Hidayah, Rahmat, dan Karunia-Nya, sehingga dalam waktu yang tepat
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Shalawat serta salam selalu tercurahkan kepada teladan ummat
sepanjang masa. Pemimpin keluarga, sahabat terpercaya, yang mengajarkan
arti cinta, yang kepada ummatnya mengajarkan untuk berbagi kebahagiaan.
Beliau adalah Muhammad Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam.
Penulisan karya ilmiah dalam bentuk skripsi merupakan salah satu
persyaratan untuk menyelesaikan studi strata satu (S1) guna memperoleh
gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta. Kebahagiaan yang tidak ternilai bagi penulis
secara pribadi adalah dapat mempersembahkan hasil yang terbaik kepada
kedua orang tua, seluruh keluarga dan pihak-pihak yang telah ikut andil
dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.
Sebagai bentuk penghargaan penulis sampaikan ucapan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, M.A., sebagai Dekan Fakultas Ilmu
Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Suparto, M.Ed., Ph.D., sebagai Wakil Dekan Bidang
Akademik Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
iii
3. Ibu Dr. Hj. Roudhonah, M.Ag., sebagai Wakil Dekan Bidang
Administrasi Keuangan Mahasiswa Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
4. Dr. Suhaimi, M.Si., sebagai Wakil Dekan Bidang Kemahasiswaan
Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.
5. Ibu Wati Nilamsari, M.Si, sebagai Ketua Jurusan Pengembangan
Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi.
6. Bapak Muhammad Hudri S.Ag., M.Pd, sebagai Sekertaris Jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu
Komunikasi.
7. Bapak Dr. Tantan Hermansah, M. Si, sebagai Dosen Pembimbing
yang telah meluangkan waktunya memberikan bimbingan dan
pengarahan dalam proses penyelesaian tugas akhir ini, penulis
ucapkan terima kasih sebesar-besarnya. Jazakumullah Khairan
Katsiiran.
8. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi
khususnya dosen Jurusan Pengembangan Masyarakat Islam, yang
senantiasa memberikan ilmu, membimbing dan memberikan
pengarahan selama perkuliahan.
9. Orang tua tercinta, ayahanda Saefudin Zuhri, S.Ag. dan Ibu
Rostiawati. Terimakasih atas segala perhatian, kasih sayang,
semangat, motivasi, do’a, dukungan moril dan materil terhadap
penulisan dalam studi, skripsi ini adalah buah persembahan dari
anakmu tercinta. Adik satu-satunya penulis, Zidan Muhammad
Azhari, yang selalu turut serta mendo’akan penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini. Tanpa pengorbanan, kasih sayang, serta
motivasi kalian, manalah mungkin skripsi ini terselesaikan.
iv
10. Segenap Karyawan KSPPS Usaha Mulya Masjid Raya Pondok
Indah, Bapak Warja, Ibu Siti Lutfiyah, Ibu Atikah dan segenap
pengurus KSPPS Usaha Mulya.
11. Teman-teman seperjuangan angkatan 2013 Vikron Fahreza, Ade
Fauzan, Irsyadi Farhan, Abidin, Nur Muhaimin, Aan Sujana, Abdul
Rahman, Fadly Rahman, Musyafa Ahmad, Zaenal Arifin, Chairul
Bahri, Fahmi Nurdin, Mughni Labib, M. Fahmi, Aditya, Suryo
Widodo, Rosa Juni, Dimas Pratio, Sarah Fauziah Audina, Fauzia
Nurul, Jamilah, Mir’atun Nisa, Nurul Andani, Dauatus Saidah,
Ajeng Dwi, Nur Syamsiah, Aulia Ulfa, yang selalu memberikan
semangat dan dukungannya kepada penulis.
12. Teman-teman penyemangat Imam Ramadhan, Zuyin Arwani, M.
Firdaos, Anam, Musthofa Hamdi, M Dzul Azmi, M Wildan Chair
yang terus mengingatkan penulis agar cepat terselesaikan.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk pembaca pada
umumnya dan penulis pada khususnya, terimakasih kepada berbagai
pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb
Jakarta, 10 Januari 2019
Rafi Fajrin Azhari
1113054000034
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK....................................................................................................i
KATA PENGANTAR.................................................................................ii
DAFTAR ISI................................................................................................v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Fokus Masalah dan Perumusan Masalah...........................................8
C. Tujuan dan Manfaat...........................................................................9
D. Metodologi Penelitian.......................................................................11
E. Tinjauan Pustaka...............................................................................22
F. Sistematika Penulisan.......................................................................24
BAB II TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan...................................................................................26
B. Koperasi............................................................................................31
BAB III GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat BMT Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah.....54
B. Tujuan, Visi, dan Misi.......................................................................55
C. Identitas Lembaga..............................................................................57
D. Struktur Organisasi............................................................................57
E. Jaringan Kerja Lembaga....................................................................58
F. Layanan BMT Usaha Mulya.............................................................58
G. Gambaran Layanan............................................................................59
H. Produk Simpanan Syari’ah................................................................60
I. Produk Pembiayaan Syari’ah.............................................................62
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
vi
A. Proses Pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi Anggota
Koperasi Yang Dilakukan Oleh Koperasi Simpan Pinjam Usaha
Mulya.................................................................................................67
B. Hasil dari Koperasi Simpan Pinjam Usaha Mulya............................78
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan........................................................................................87
B. Saran..................................................................................................88
LAMPIRAN
Trankip Wawancara
Surat Izin Penelitian
Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah Rahmatan Lil ‘Alamin (Rahmat bagi
seluruh alam). Islam adalah agama sempurna yang
diturunkan oleh Allah SWT kepada Nabi Muhammad
SAW. Islam juga merupakan satu-satunya Agama yang
memberikan panduan yang lugas dan dinamis terhadap
semua aspek kehidupan kapan saja dan dari berbagai
situasi. Selain itu, juga dapat menjawab semua tantangan
pada setiap zaman.1
Islam mengajarkan kita tentang muammalah (jual
beli) secara menyeluruh, hal ini dikarenakan di dalam
kehidupan manusia persoalan ekonomi merupakan salah
satu persoalan yang penting dan sering diperdebatkan.
Pada hakikatnya, semua manusia memiliki kebutuhan
pokok seperti pangan, sandang, dan papan. Semua
kebutuhan tersebut tidak dapat diperoleh secara gratis,
namun haruslah dengan usaha dan kerja keras yang benar,
karena sudah merupakan fitrah manusia untuk bekerja keras
agar dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya. Selain
itu, dengan fitrahnya manusia juga dituntut untuk bisa
hidup mandiri dan peduli terhadap sesama.
1 Muhammad Syafi’I Antonio, “Bank Syariah, dari Teori ke Praktek”,
(Jakarta, Gema Insani Press, 2003), h.4.
2
Indonesia merupakan salah satu Negara yang
memiliki penduduk mayoritas Islam. Berdasarkan sensus
penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia
mencapai 237.641.326 jiwa.2 Dari sekian banyaknya jiwa
dengan kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi salah
satunya adalah kemiskinan. Kemiskinan di Indonesia bukan
lagi karena faktor struktur dan budaya masyarakat tetapi
lebih karena kurangnya akses dan faktor permodalan (faktor
produksi), yang membuat masyarakat Indonesia khususnya
umat Islam tidak dapat hidup mandiri untuk bisa memenuhi
kebutuhan hidupnya. Gambaran ini mengisyaratkan bahwa
masyarakat perlu mendapatkan akses serta permodalan
yang memadai demi tercapainya pemerataan, kemandirian,
kemakmuran, dan kesejahteraan di seluruh Indonesia. 3
Kemiskinan sebagai suatu kondisi serba kurang dalam
pemenuhan kebutuhan ekonomi yang berimplikasi pada
kehidupan seorang atau suatu masyarakat. Oleh karena itu,
kegiatan pembangunan yang diselenggarakan di berbagai
Negara pada hakikatnya dimaksudkan antara lain untuk
mengentaskan masyarakatnya dari kemiskinan. Dengan
Pembangunan Jangka panjang Pertama (PJPI) Indonesia
telah berhasil menaikan pendapatan perkapita menjadi U$
650, meskipun masih terdapat kurang lebih 27 juta jiwa
masyarakat yang hidup di bawah Garis Kemiskinan
2 http://--www.bps.go.id/tab_sub/view/, “Data sensus penduduk
Indonesia, tahun 2010”, Artikel diakses pada 10 November 2017. 3 Muhammad Syafi’I Antonio, “Bank Syariah, dari Teori ke
Praktek”, (Jakarta, Gema Insani Press, 2003), h.5.
3
(Poverty Line). Hal ini berarti pembangunan pada masa-
masa yang akan datang juga mengemban misi
mengentaskan 27 juta jiwa masyarakat Indonesia dari
kemiskinan.4
Kemiskinan adalah kondisi sosial ekonomi seseorang
atau sekelompok orang yang tidak terpenuhi hak-hak
dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan
kehidupan yang bermartabat dan kemiskinan juga
merupakan fenomena sosial yang tidak hanya dihadapi oleh
Negara-negara berkembang seperti Indonesia, tetapi juga
oleh Negara-negara kaya di dunia. Menyikapi fenomena
tersebut, Indonesia menyatakan komitmennya untuk
memperkecil angka kemiskinan. Komitmen tersebut secara
jelas tercantum dalam UUD 1945 pasal 34. Sebagai
manifestasi komitmen tersebut Indonesia melalui
pemerintah, swasta, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM),
Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM),
Program Penanggulangan Kemiskinan Perkotaan (P2KP),
Program Keluarga Harapan (PKH), Program Pemberdayaan
Masyarakat melalui KUBE, Koperasi, dan lain-lain
berusaha mengentaskan kemiskinan guna meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
Di era global ini, kemandirian atau hidup mandiri
adalah sebuah trend terbaru. Bangsa yang mandiri adalah
bangsa yang mampu membuat rakyatnya mandiri dan
4 Qardhawi Yusuf, Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan (Jakarta:
Gema Insani Press, 1995)
4
sejahtera, tentu dalam mewujudkan kemandirian itu
dibutuhkan proses yang panjang. Sebuah proses merujuk
kepada serangkaian langkah-langkah maupun tindakan
yang dilakukan secara sistematis dan mencerminkan sebuah
tahapan upaya dalam mengubah masyarakat yang belum
mandiri menjadi mandiri dan yang belum berdaya menjadi
terberdayakan. Dengan memandirikan masyarakat, berarti
kita juga telah memberdayakan masyarakat. Dengan
memberdayakan masyarakat, secara tidak langsung kita
telah memberikan akses agar masyarakat dapat memenuhi
segala kebutuhan hidupnya untuk kehidupan yang lebih
sejahtera.
Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah
satu kegiatan yang efektif dalam rangka memandirikan dan
memberdayakan masyarakat. Kegiatan tersebut dapat
dilakukan kapanpun, dimanapun dan oleh siapapun. Pada
dasarnya kegiatan pemberdayaan masyarakat ditujukan
untuk kalangan yang kurang mampu dalam hal ekonomi
dan belum mandiri. Kegiatan ini diharapkan dapat membuat
mereka menjadi lebih mandiri sehingga hidupnya menjadi
lebih baik.
Sebagai Negara yang mayoritas penduduknya agama
Islam, maka salah satu tempat strategis dalam upaya
pemberdayaan adalah masjid. Masjid adalah salah satu pilar
peretas kebangkitan umat selain pesantren dan kampus.
Keberadaan masjid merupakan poros aktifitas keagamaan
di masyarakat. Oleh karena itu, bukanlah hal yang mustahil
5
untuk melakukan pemberdayaan masyarakat dengan
berbasis masjid. Masjid diharapkan juga bisa menjadi mitra
lembaga pendidikan formal (sekolah) yang memiliki
kepedulian terhadap masa depan generasi yang akan
datang.5
Untuk mendirikan atau menjalankan usaha diperlukan
modal (uang) dan tenaga (keahlian). Modal dalam bentuk
uang diperlukan untuk membiayai segala keperluan usaha,
mulai dari biaya prainvestasi, pengurusan perizinan, biaya
investasi untuk pembelian aktiva tetap, sampai dengan
modal kerja. Sedangkan modal tenaga adalah keahlian dan
kemampuan seseorang untuk mengelola atau menjalankan
usahanya.
Menurut Kasmir, pada dasarnya, kebutuhan modal
untuk melakukan usaha terdiri dari dua jenis, yaitu:
1. Modal investasi; yaitu modal yang digunakan untuk
jangka panjang dan dapat digunakan berulang-ulang.
Penggunaan modal investasi jangka panjang adalah
untuk membeli aktiva tetap, seperti: tanah, tempat usaha,
peralatan, kendaraan, dan inventaris lainnya.
2. Modal kerja; yaitu modal yang digunakan untuk jangka
pendek dan beberapa kali pakai dalam satu proses
produksi. Modal kerja bisa juga disebut modal
operasional. Modal kerja digunakan untuk keperluan,
5 Ali Nurdin, Qur’anic Society: Menelusuri Masyarakat Ideal dalam
Al-Qur’an, (Jakarta: Erlangga, 2006), h. 128.
6
seperti: membeli barang, membayar gaji karyawan, dan
biaya pemeliharaan lainnya.6
Modal dapat dibagi menjadi modal sendiri dan modal
pinjaman. Modal sendiri adalah modal dari pemilik usaha,
sedangkan modal pinjaman adalah modal yang didapat oleh
pemilik usaha dari luar, seperti bank atau koperasi. Seperti
kita ketahui, bank merupakan lembaga keuangan yang lebih
condong kepada kapitalisme. Sedangkan koperasi lebih
mendukung usaha-usaha kerakyatan. Kita mengetahui
bahwa pasar bebas dan liberalisasi ekonomi sulit dibendung
lagi. Salah satu cara yang bisa mengembalikan ciri
perekonomian Indonesia menjadi sistem ekonomi
kerakyatan adalah dengan cara membangkitkan semangat
masyarakat untuk produktif ke dalam sebuah wadah yang
dinamakan koperasi.
Ciri ekonomi kerakyatan yang cenderung kooperatif
harus dikembangkan agar mampu menomorduakan sistem
kapitalisme yang cenderung individualistis. Kapitalisme
pun cenderung membuat para pemilik modal (kapitalis)
merasa arogan dan berhak mengatur orang-orang yang
“tidak bermodal” atau modalnya lebih rendah. Melalui
koperasi, rakyat diajak untuk senantiasa bekerjasama dan
bergotong royong. Kerjasama dan gotong royong itulah
karakter bangsa Indonesia, bukan individualisme.
6 Kasmir, Kewirausahaan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006), h.
84-86.
7
Kemudian, proses kerjasama dan gotong royong ini
dalam berwirausaha membangun perekonomian rakyat atau
ekonomi kerakyatan harus dipelopori dan diprakarsai oleh
pemuda selaku pewaris negeri ini. Melalui koperasi,
pemudalah yang seharusnya mempelopori gerakan
pengembangan kewirausahaan bangsa Indonesia agar setiap
masyarakat memiliki keterampilan berwirausaha.
Keterampilan berwirausaha itu yang pada akhirnya akan
membebaskan bangsa Indonesia dari belenggu kemiskinan.
Namun, kita perlu prihatin dengan rendahnya minat
berwirausaha dikalangan pemuda dan mahasiswa selaku
agen perubahan. Untuk mengubah mental dan motivasi
yang sudah demikian melekat tertanam di setiap insan
Indonesia bukanlah hal mudah.7
Menurut UU No. 25 tahun 1992, koperasi adalah
badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi, dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasarkan atas azas kekeluargaan.8
Dalam UU No. 25 tahun 1992 tentang perkoperasian
pasal 3 disebutkan bahwa, koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat
pada umumnya, serta ikut membangun tatanan
perekonomian nasional, dalam rangka mewujudkan
7 Kasmir, Kewirausahaan (Jakarta: raja Grafindo Persada, 2006), h. 3-
9. 8 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik
(Jakarta: Erlangga, 2001), h. 18
8
masyarakat yang maju, adil, dan makmur berlandaskan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.9
Berdasarkan hal itu pula Koperasi Simpan Pinjam
Usaha Mulya yang terletak di Jl. Sultan Iskandar Muda No.
1 Pondok Indah Jakarta Selatan mempunyai strategi untuk
membangun ataupun mempertahankan citra positifnya
dimata publik dengan melakukan kegiatan sosial melalui
program pemberdayaan ekonomi ummat melalui koperasi
simpan pinjam di Masjid Raya Pondok Indah. Koperasi
mempunyai program memberdayakan dan mengembangkan
perekonomian ummat. Program tersebut merupakan wujud
dari dedikasi dan kepedulian koperasi terhadap masyarakat
sekitar. Koperasi Simpan Pinjam Usaha Mulya Masjid
Raya Pondok Indah sudah lama memiliki dampak dari
pemberdayaan yang telah dirasakan oleh masyarakat di
sekitar masjid. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk
melakukan penelitian tentang “Pemberdayaan Ekonomi
Anggota Koperasi Melalui KSPPS (Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syari’ah) Usaha Mulya di
Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan”.
B. Fokus Masalah dan Perumusan Masalah
1. Fokus Masalah
Untuk lebih memfokuskan masalah dalam karya
ilmiah ini maka penulis membatasi serta menitik
beratkan permasalahan ini pada ”Pemberdayaan
9 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, Koperasi: Teori dan Praktik
(Jakarta: Erlangga, 2001), h. 19
9
Ekonomi Anggota Koperasi Melalui Koperasi Simpan
Pinjam dan Pembiayaan Syari’ah Usaha Mulya di
Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan”.
2. Perumusan Masalah
Dari pembatasan masalah yang telah
dikemukakan, maka perlu adanya penyusunan suatu
rumusan masalah dalam penelitian ini, rumusan
masalahnya adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana proses pelaksanaan program
pemberdayaan ekonomi anggota koperasi yang
dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam Usaha
Mulya ?
b. Apa saja hasil yang didapat anggota dari hadirnya
program pemberdayaan yang dilakukan oleh
Koperasi Simpan Pinjam Usaha Mulya?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Penulisan skripsi ini memiliki tujuan dan manfaat sebagai
berikut:
1. Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui proses pelaksanaan program
pemberdayaan ekonomi yang dilakukan oleh
koperasi simpan pinjam usaha mulya.
b. Untuk mengetahui hasil dari pelaksanaan program
pemberdayaan ekonomi anggota koperasi yang
dilakukan oleh koperasi simpan pinjam usaha
mulya.
10
2. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penulisan penelitian ini
diharapkan memiliki manfaat baik secara akademis,
khusus maupun umum:
a. Manfaat akademis yakni diharapkan penelitian ini
dapat menjadi referensi atau bahan studi penelitian
selanjutnya, serta menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai program pemberdayaan
ekonomi masyarakat melalui koperasi simpan
pinjam.
b. Manfaat khusus yakni diharapkan penelitian ini
dapat menjadi bahan evaluasi bagi koperasi simpan
pinjam usaha mulya di Masjid Raya Pondok Indah
Jakarta Selatan agar lebih optimal lagi dalam
menjalankan program pemberdayaan ekonomi
ummat.
c. Manfaat umum yakni diharapkan penelitian ini
bisa menjadi sumber informasi dan pengetahuan
bagi masyarakat luas bahwa program
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang
dilakukan oleh koperasi simpan pinjam usaha
mulya di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta
Selatan merupakan salah satu wujud nyata
kepedulian dalam rangka bertanggung jawab
terhadap pemberdayaan umat.
11
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan mengguanakan
metode penelitian kualitatif, yaitu penelitian yang
dilakukan melalui pengamatan, wawancara, atau
penelaahan dokumen.10 Penelitian yang dengan
prosedur menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata
tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang
dapat diamati.
2. Pendekatan Penelitian
Dijelaskan dalam Zuriah (2007) bahwa penelitian
kualitatif merupakan penelitian yang memerlukan
ketajaman analisis, objektifitas, sistematis dan
sistematik sehingga diperoleh ketepatan dalam
interpretasi, sebab hakikat dari suatu fenomena atau
gejala bagi penganut penelitian kualitatif adalah
totalitas atau Gestalt.11
Untuk metode pendekatan penelitianya,
penelitian kualitatif ini secara spesifik lebih diarahkan
pada penggunaan metode studi kasus. Penelitian yang
mendalam dan mendetail tentang segala sesuatu yang
berhubungan dengan subjek penelitian, dimana
penelitian dilakukan secara detail dan mendalam
mengenai program kegiatan Pemberdayaan Ekonomi
10Lexy J. Meleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT
Remaja Rosdakarya, 2008), Cet. Ke-25, h. 9-10. 11Nurul Zuriyah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-
Aplikasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), Cet. Ke-2, h.92.
12
Masyarakat Melalui Koperasi Simpan Pinjam dan
Pembiayaan Syari’ah Usaha Mulya di Masjid Raya
Pondok Indah Jakarta Selatan.
3. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Koperasi
Simpan Pinjam Usaha Mulya Masjid Raya Pondok
Indah, Jakarta Selatan. Lokasi ini dipilih karena dekat
dengan tempat tinggal penulis dan penulis menganggap
dapat memberikan informasi yang mampu mewakili
banyaknya koperasi yang ada di Jakarta. Sedangkan
penelitian ini berlangsung selama 5 bulan yaitu Juli
hingga November 2018.
4. Macam dan Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi dua macam, yaitu data primer dan data
sekunder.
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh
langsung oleh pengumpul data dari responden atau
objek penelitian. Data primer ini dapat diperoleh
melalui wawancara dan observasi terhadap orang-
orang yang bersentuhan langsung dengan program
pemberdayaan ekonomi masyarakat yang
dilakukan oleh koperasi tersebut, kepada pihak
pengurus atau pimpinan Koperasi Simpan Pinjam
Usaha Mulya Jakarta Selatan, serta kepada
pemanfaat program dan kepada orang-orang yang
13
terlibat langsung dalam pelaksanaan program.
Untuk mendapatkan data, peneliti melakukan
wawancara kepada 10 orang yang terkait langsung
dengan program tersebut.
b. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh
secara tidak langsung dari objek yang diteliti. Data
sekunder juga bisa disebut sebagai data tambahan.
Data sekunder yang penulis dapatkan berasal dari
buku, majalah, tinjauan pustaka, internet dan
mading serta arsip-arsip yang berhubungan dengan
program pemberdayaan ekonomi ummat melalui
Koperasi Usaha Mulya.
Adapun data sekundernya adalah berupa
berita ataupun liputan-liputan mengenai kegiatan
serta profil umum dari Koperasi usaha Mulya yang
peneliti dapat dari internet dan brosur, serta
pampflet juga selebaran kertas yang peneliti
dapatkan di mading Masjid Raya Pondok Indah
Jakarta Selatan. Selain itu juga beberapa buku
yang terkait langsung dengan penelitian ini.
Seperti buku-buku teori pemberdayaan, arsip-arsip,
skripsi-skripsi, serta outline hasil seminar yang
terkait dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data, penulis menggunakan
teknik pengumpulan data kualitatif, yaitu berupa
14
pengumpulan data dalam bentuk kata, kalimat,
pernyataan dan gambar.12 Dalam penelitian penulis
melakukan teknik pengumpulan data melalui:
a. Observasi
Observasi yaitu pengamatan langsung
dengan menggunakan seluruh panca indera dan
pencatatan secara sistematis gejala-gejala yang
terjadi di lapangan.13 Observasi atau pengamatan
adalah kegiatan yang dilakukan dengan
menggunakan pancaindra mata sebagai alat indra
utamanya. Selain alat indra mata, pengamatan juga
bisa menggunakan pancaindra lainnya seperti
telinga, penciuman, mulut, dan kulit. Maka dari itu
observasi merupakan kemampuan seseorang
menggunakan pengamatannya melalui hasil kerja
pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra
lainnya. Peneliti yang melakukan pengamatan
tidak hanya menggunakan mata saja, tetapi
mengaitkan apa yang dilihatnya dengan apa yang
dihasilkan dari pancaindra lainnya, seperti apa
yang didengar, apa yang dirasakan dari sentuhan,
12 Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif :Penelitian
Lapangan, (FISIP:UI, 2001), h. 40 13 Indriati Yulistiani, Ragam Penelitian Kualitatif :Penelitian
Lapangan, (FISIP:UI, 2001), h.16.
15
apa yang dicium dari penciumannya, apa yang
dicicipi.14
b. Wawancara
Wawancara merupakan suatu alat
pengumpulan informasi langsung tentang beberapa
jenis data.15 Wawancara menurut Stewart dan Cash
adalah interaksi yang di dalamnya terdapat
pertukaran atau berbagai aturan, tanggung jawab,
perasaan, kepercayaan, motif dan informasi.
Wawancara bukanlah suatu kegiatan dengan
kondisi satu orang melakukan/memulai
pembicaraan sementara yang lain mendengarkan.
Dalam wawancara juga terjadi pergantian peran,
artinya selama proses wawancara berlangsung,
terjadi pergantian peran antara pewawancara dan
terwawancara atau antara peneliti dengan subjek
penelitian.14
Wawancara, berdasarkan tingkat
formalitasnya dibedakan menjadi (1) wawancara
tidak terstruktur (unstructured interview), (2)
wawancara semi terstruktur, dan (3) wawancara
14 M. Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif: Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya, (Jakarta: KENCANA, 2007), h.
118. 15 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, (Jogjakarta: Andi Off Set,
1983), h. 49. 14 Haris Herdiansyah. Metodelogi Penelitian kualitatif: untuk Ilmu-
Ilmu Sosial. (Jakarta: Salemba Humanika, 2012). Cet: 3. Hal. 118-119.
16
terstruktur (structured interview).15 Dalam
penelitian ini, wawancara dilakukan terhadap
beberapa informan.
c. Studi Literatur
Studi literatur yakni peneliti mengumpulkan,
membaca dan mempelajari berbagai macam
bentuk data tertulis yang ada di lapangan serta
data-data lain di perpustakaan yang dapat dijadikan
bahan analisa untuk hasil dalam penelitian ini.
seperti foto-foto, arsip-arsip, dan lain-lain.
Studi literatur adalah salah satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang ada. Studi
literatur merupakan salah satu cara yang dapat
dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan
gambaran dari sudut pandang subjek yang diteliti
melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya
yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang
bersangkutan. 19
Dokumen merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam
penelitian kualitatif. Dokumen adalah catatan
tertulis yang isinya merupakan pernyataan tertulis
yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk
15 Suwartono. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. (Yogyakarta:
Penerbit Andi, 2014) Hal 48-49. 19 Haris Hardiansyah. Metodelogi Penelitian Kualitatif: untuk Ilmu-
Ilmu Sosial. (Jakarta: Salemba Humanika, 2012). Cet.3. H. 143.
17
keperluan pengujian suatu peristiwa atau
menyajikan akunting, dan berguna sebagai sumber
data, bukti, informasi kealamiahan yang sukar
diperoleh, sukar ditemukan dan membuka
kesempatan untuk lebih memperluas tumbuhnya
pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Catatan dapat berupa secarik kertas yang berisi
tulisan mengenai kenyataan, bukti ataupun
informasi, dapat pula berupa foto, pita-kaset, slide,
mikro film dan film.20
Dalam penelitian ini dokumen yang penulis
gunakan ialah berupa foto, brosur dan beberapa
buku yang berhubungan dengan koperasi dan
peningkatan ekonomi melalui sistem syariah
tersebut.
d. Catatan Lapangan
Catatan lapangan sangat diperlukan dalam
penelitian kualitatif, sebab catatan lapangan
merupakan gambaran yang orisinil dari hasil
penelitian. Pengertian dan kegunaan catatan
lapangan ini menurut Bogdan dan Biklen dalam
Maleong adalah bahwa catatan yang tertulis
merupakan sesuatu yang didengar, dilihat, dialami,
dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data
dan refleksi terhadap data dalam penelitian
20 Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. Metodologi Penelitian.
(Bandung: CV Mandar Maju, 2011) hal 48
18
kualitatif. Kegunaannya adalah untuk memperoleh
gambaran konkrit tentang kejadian di lapangan.
Catatan lapangan dapat digunakan untuk
membawa pembaca hasil penelitian atau peneliti
seolah-olah berada dalam lingkungan ditempat
dimana penelitian berlangsung. Bentuk dan model
catatan lapangan dapat berupa tulisan, gambar
maupun peta atau gambar letak yang
mengutarakan kondisi tempat penelitian
berlangsung. Dalam penelitian ini catatan lapangan
yang digunakan ialah transkrip wawancara yang
telah dilakukan.
e. Studi Dokumentasi
Studi Dokumentasi adalah salah satu metode
pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh
subjek sendiri atau oleh orang lain tentang subjek.
Studi dokumentasi merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukan peneliti kualitatif untuk
mendapatkan gambaran dari sudut pandang subjek
melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya
yang ditulis atau dibuat langsung oleh subjek
bersangkutan. 16
Dokumen merupakan salah satu alat yang
digunakan untuk mengumpulkan data dalam
16 Haris Hardiansyah. Metodelogi PenelitianKualitatif: untuk Ilmu-
Ilmu Sosial. (Jakarta: Salemba Humanika, 2012). Cet.3. H. 143.
19
penelitian kualitatif. Dokumen adalah catatan
tertulis yang isinya merupakan setiap pernyataan
tertulis yang disusun oleh seseorang atau lembaga
untuk keperluan pengujian suatu peristiwa atau
menyajikan akunting, dan berguna bagi sumber
data, bukti, informasi kealamiahan yang sukar
diperoleh, sukar ditemukan dan membuka
kesempatan untuk lebih memperluas tumbuhnya
pengetahuan terhadap sesuatu yang diselidiki.
Catatan dapat berupa secarik kertas yang berisi
tulisan mengenai kenyataan, bukti ataupun
informasi, dapat pula berupa foto, pita-kaset, slide,
mikro film dan film.17
6. Teknik Analisis Data
Teknik analisa yang digunakan dalam penelitian
ini adalah analisis deskriptif, yakni menelaah seluruh
data yang tersedia dari berbagai sumber dengan hasil
yang diperoleh melalui pengamatan peneliti di
lapangan. Adapun analisis data adalah proses
mengorganisasikan dan mengurutkan data data ke
dalam pola, kategori dan satuan uraian dasar sehingga
dapat menentukan tema dan dapat merumuskan
hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.18
17Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat.Metodologi Penelitian.
(Bandung: CV Mandar Maju, 2011) hal 48
18 Adang Rukhiyat, dkk, Panduan Penelitian Bagi Remaja, (Jakarta:
CV. Tumaritis, 2003), Edisi 3, h. 55.
20
7. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Untuk menjaga keabsahan dan validitas data
dalam rangkaian penelitian, tentunya diperlukan teknik
pemeriksaan data guna menjaga keabsahan data dan
validitas data. Burhan Bungin dalam bukunya
penelitian kualitatif mengatakan bahwa dalam
melakukan penelitian kualitatif seringkali menghadapi
persoalan dalam pengujian keabsahan hasil penelitian.
Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan
keberadaanya karena beberapa hal: (1) Subjektifitas
peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian
kualitatif, (2) alat penelitian yang diandalkan adalah
wawancara dan observasi (adapun bentuknya)
mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan
secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, (3) sumber
data kualitatif yang kurang credible mempengaruhi
hasil akurasi penelitian.22 Oleh sebab itu, hendaknya
seperti yang dijelaskan oleh Lexy J. Moleong dalam
bukunya Metodelogi Kualitatif, dalam menentukan
keabsahan data adalah dengan melakukan Triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain, di luar data
itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data. Teknik trigulasi yang
22 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif Komunikasi, Ekonomi,
Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya. (Jakarta: Kencana, 2009). Cet ke-
3. Hal 253.
21
paling banyak digunakan ialah melalui sumber lainnya.
Trigulasi dengan sumber berarti membandingkan dan
mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam penelitian kualitatif.23 Hal itu dapat dicapai
dengan jalan:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan
hasil wawancara, misalnya peneliti
membandingkan hasil wawancara penelitian
dengan hasil temuan pengamatan lapangan tentang
Pemberdayaan Ekonomi Anggota Koperasi
Melalui Koperasi Simpan Pinjam Usaha Mulya di
Masjid Raya Pondok Indah Jakarta Selatan.
b. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang
dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
lain, misalnya peneliti membandingkan jawaban
yang diberikan oleh karyawan koperasi dan
anggota koperasi dengan jawaban pengelola
koperasi tersebut.
c. Membandingkan hasil wawancara dengan hasil
dokumen yang berkaitan dengan masalah yang
diteliti. Wawancara tersebut untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
data tersebut.
23 Lexy j. Moleong. Metodelogi Penelitian Kualitatif edisi revisi.Cet
Ke-32. Hal 330-331.
22
8. Teknik Penulisan Skripsi
Teknik penulisan skripsi ini, mengacu kepada
Buku Hamid Nasuhi, dkk, Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah (skripsi, tesis dan disertasi, (Ceqda UIN Jakarta,
2007) cet ke-1.
E. Tinjauan Pustaka
Ada dua karya ilmiah (skripsi) yang penulis jadikan
sebagai bahan peninjauan pustaka, yang berhubungan
dengan permasalahan yang akan penulis angkat, yakni
diantaranya:
1. Skripsi tahun 2009 yang disusun oleh Budi Astoni.
Mahasiswa jurusan Pengembangan Masyarakat Islam,
yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat Melalui
Dana Bergulir Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Ar-
Ridho, Pisangan Ciputat”.
Dalam pembahasannya, ia menjelaskan tentang
pemanfaatan dana bergulir dari BMT Ar-Ridho untuk
pedagang kecil di sekitar kampung Pisangan dan
Ciputat, Iip juga membahas tentang dampak dari
program dana bergulir tersebut terhadap kualitas
perekonomian pedagang-pedagang kecil di kampung
Pisangan, Ciputat. Warga didorong untuk rajin
menabung dan dana tersebut akan digulirkan ke setiap
anggota BMT, yang nantinya akan ada sistem bagi
hasil pada setiap akhir bulannya. Dengan kegiatan
tersebut, masyarakat dapat menggunakan dana
23
bergulir sebagai modal usaha dalam rangka
mengembangkan usaha kecil mereka.
Perbedaan skripsi tersebut dengan skripsi yang
ingin peneilti kemukakan yaitu skripsi tersebut hanya
fokus terhadap lembaga masjid saja, sedangkan dalam
skripsi ini akan memfokuskan pada pemberdayaan
ekonomi ummat yang dilakukan oleh Koperasi Usaha
Mulya yang berada di Masjid Raya Pondok Indah.
Objek skripsi tersebut memfokuskan penelitian
kepada para pedagang kecil di sekitar kampung
Pisangan dimana mereka merupakan penerima
manfaat dari dana BMT tersebut, sedangkan objek
skripsi ini akan memfokuskan penelitian pada
jama’ah masjid, masyarakat sekitar masjid serta
masyarakat umum.
2. Skripsi tahun 2015 yang disusun oleh Ahmad Rifa’i.
Mahasiswa Jurusan Pengembangan Masyarakat
Islam, yang berjudul “Pemberdayaan Masyarakat
Berbasis Masjid-Studi Kasus di Masjid Al-Ikhlas
Jatipadang, Pasar Minggu, Jakarta Selatan”.
Dalam pembahasannya, ia menjelaskan tentang
Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid, dalam
hal ini Masjid Al-Ikhlas Jati Padang yang mempunyai
program Pemberdayaan Ekonomi Pendidikan,
Pemberdayaan Perempuan dan juga program Bantuan
Sosial. Dalam skripsi tersebut disebutkan bahwa
dengan adanya program pemberdayaan berbasis
24
masjid yang dilakukan oleh DKM Masjid Al-Ikhlas
Jatipadang, jama’ah masjid, masyarakat sekitar
masjid dan juga umat Islam pada umumnya, dapat
merasakan dampak positif dari kegiatan tersebut.
Pasalnya, kegiatan Pemberdayaan yang dilakukan
oleh Masjid Al-Ikhlas Jatipadang dilakukan oleh
semua aspek, terutama aspek yang dapat mendirikan,
pemberdayaan serta yang dapat merubah dan atau
masyarakat disekitar masjid ke arah yang lebih baik.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan, penulis membuat
kerangka penulisan dengan sistematis yang mana terdiri
dari 5 bab dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bab,
yakni sebagai berikut:
BAB I Pendahuluan, yang meliputi Latar
Belakang; Pembatasan dan Perumusan
Masalah; Tujuan dan Manfaat Penelitian;
Metodologi Penelitian; Tinjauan Pustaka;
dan Sistematika Penulisan.
BAB II Landasan Teoritis, dalam bab ini peneliti
akan membahas mengenai Proses
Pemberdayaan; Pemberdayaan Ekonomi;
Koperasi; dan Teori.
BAB III Gambaran Umum Wilayah, menjelaskan
tentang latar belakang Koperasi Usaha
Mulya Masjid Raya Pondok Indah di Jl.
25
Sultan Iskandar Muda No. 1 Pondok Indah,
Jakarta Selatan.
BAB IV Temuan dan Analisa Data Lapangan,
yaitu meliputi proses pelaksanaan program
pemberdayaan, hasil pemberdayaan
ekonomi masyarakat.
BAB V Penutup, berisi Kesimpulan dan Saran
mengenai proses pemberdayaan untuk
meningkatkan perekonomian anggota
koperasi dan kesejahteraan serta
bagaimana bakat dan kreativitas dapat
merubah pola pikir masyarakat menjadi
lebih maju.
26
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Pemberdayaan
1. Definisi Pemberdayaan
Manusia dilahirkan ke dunia untuk mencari
kehidupan yang lebih baik. Allah SWT menegaskan
dalam Al-Qur’an bahwa setiap manusia sebagai
makhluk sosial seharusnya dapat bekerja sama, saling
menguntungkan dan saling memanusiakan.
Sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Ali
Imran ayat 110:
ة أخرجت للناس تأمرون بٱلمعروف وتنهون عن كنتم خير أم
نهم ب لكان خيرا لهم م ولو ءامن أهل ٱلكت ٱلمنكر وتؤمنون بٱلل
سقون ٱلمؤمنون وأكثرهم ٱلف
Artinya: “Kamu adalah umat yang terbaik
yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya
Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi
mereka, di antara mereka ada yang beriman,
dan kebanyakan mereka adalah orang-orang
yang fasik.” 1
Ayat tersebut merupakan landasan teologis
bahwa pemberdayaan juga dilaksanakan dalam ajaran
agama Islam. Dalam pandangan agama Islam,
1 Q.S Ali-Imran 110
27
pemberdayaan harus dilakukan secara terus-
menerus. Indonesia yang merupakan negara
berpenduduk mayoritas Islam dituntut untuk
melakukan upaya-upaya pemberdayaan yang sistematis
untuk melahirkan masyarakat yang berkualitas.2
Secara konseptual, pemberdayaan atau
pemerkuasaan (empowerment) berasal dari kata power
(kekuasaan atau keberdayaan). Karenanya ide utama
pemberdayaan bersentuhan dengan suatu kemampuan
dengan tujuan untuk membuat orang lain melakukan
apa yang kita inginkan, terlepas dari keinginan dan
minat mereka.3 Pemberdayaan masyarakat secara lugas
dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan
dengan tujuan untuk membangun manusia atau
masyarakat, termasuk individu-individu yang
mengalami masalah kemiskinan. Selain itu sebagai
tujuan, pemberdayaan merujuk pada keadaan atau hasil
yang ingin dicapai oleh sebuah perubahan sosial yaitu,
masyarakat yang berdaya, memiliki kekuasaan atau
mempunyai kemampuan dan pengetahuan dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya agar lebih baik.4
2Nanih Machendrawity, Pengembangan Masyarakat Islam, (Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 29 3Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial,
(Bandung: PT Refika Aditama, 2005), h. 57 4Edi Suharto, Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat: Kajian
Strategis Pembangunan Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan Sosial. h. 57
28
Dari teori diatas, penelitian ini dilakukan untuk
mengetahui suatu perubahan yang merujuk pada
perubahan sosial. Perubahan sosial yang dimaksud
adalah perubahan dari masyarakat yang belum berdaya
menjadi masyarakat yang berdaya, serta melihat
kemampuan yang sebelumnya tidak dapat memenuhi
kebutuhan hidup menjadi masyarakat yang dapat
memenuhi kebutuhan hidup. Kemampuan-kemampuan
tersebut merupakan kemampuan yang bersifat fisik,
ekonomi maupun sosial seperti memiliki kepercayaan
diri, maupun menyampaikan aspirasi, mempunyai mata
pencaharian, berpartisipasi dalam kegiatan sosial dan
mandiri dalam melaksanakan tugas-tugas
kehidupannya.
Menurut Gumawan Sumohadiningrat,
pemberdayaan adalah upaya membangun daya yang
dimiliki dhu’afa dengan mendorong, memberikan
motivasi, dan meningkatkan kesadaran tentang potensi
yang dimiliki mereka serta berupaya untuk
mengembangkannya.5 Pengembangan masyarakat
adalah komitmen dalam memberdayakan masyarakat
lapis bawah sehingga mereka memiliki berbagai
pilihan nyata menyangkut masa depannya. Masyarakat
lapis bawah umumnya terdiri atas orang-orang lemah,
tidak berdaya dan miskin karena tidak memiliki sumber
5Gunawan Sumohadiningrat, Pembangunan Daerah Dan
Pengembangan Masyarakat, (Jakarta: Bina Rena Pariwara, 1997), h. 165.
29
daya atau tidak memiliki kemampuan untuk
mengontrol sarana produksi. Mereka umumnya terdiri
atas buruh, petani, penggarap, petani berlahan kecil,
para nelayan, masyarakat hutan, kalangan
pengangguran, orang cacat, dan orang-orang yang
dibuat marginal karena usia, keadaan, gender, ras, dan
etnis.6
2. Pemberdayaan Oleh Lembaga
Pengembangan kelembagaan menjadi sangat
penting dalam pengembangan usaha-usaha ekonomi
produktif karena sampai sejauh ini pengembangan
tersebut memerlukan transaction cost yang tinggi.
Pengembangan kelembangaan sosial tersebut salah satu
alternatifnya dapat dikembangkan dengan pendekatan
jejaring kelembangaan olaboratif mulai dari tingkat
komunitas sampai dengan tingkat lokalitas,
menunjukkan bahwa implementasi prinsip-prisip
kesetaraan, lebih bersifat informal, partisipatif, adanya
komitmen yang kuat, dan mensinegrikan kekuatan-
kekuatan yang ada sangat membantu memecahkan
permasalahan dan menemukan solusi dan upaya
pengembangan usaha-usaha produktif di tingkat
komunitas.7
6 Zubaedi, Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik (Jakarta:
Kencana, 2013), h. 4. 7Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat.(Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2015). Hal. 206
30
Konsep kelembangaan sosial (social institution)
bukan yang dimaksud dengan istilah “kelembangaan”
(yang berasal dari kata institute) yang digunakan dalam
percakapan sehari-hari. Istilah “kelembagaan” biasanya
merujuk kepada suatu badan, seperti organisasi ilmiah,
organisasi ekonomi, dan berbagai bentuk organisasi
yang memiliki beragam tujuan. Dengan demikian,
dalam sosiologi, yang dimaksud dengan kelembangaan
sosial atau social institution adalah suatu kelompok
atau sistem peraturan-peraturan adat istiadat yang
mempertahankan nilai-nilai yang penting.
Kelembangaan itu memiliki tujuan untuk mengatur
antara hubungan yang diadakan untuk memenuhi
kebutuhan manusia yang paling penting.
Kelembagaan sosial pada dasarnya menyangkut
seperangkat norma atau tata laku. Konsisten dengan
itu, maka fungsi kelembagaan sosial menurut Van
Doorn dan Lammers (1959) adalah: (1) Memberi
pedoman berperilaku pada individu/masyarakat,
bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap
di dalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-
kebutuhan; (2) Menjaga keutuhan, dengan adanya
pedoman yang diterima bersama, maka kesatuan dalam
masyarakat dapat dipelihara; (3) Memberi pasangan
kepada masyarakat untuk mengadakan kontrol sosial
(social control). Artinya, sistem pengawasan
31
masyarakat terhadap tingkah laku anggotanya; dan (4)
Memenuhi kebutuhan pokok manusia/masyarakat.
Fungsi-fungsi di atas menyatakan bahwa apabila
seseorang hendak mempelajari kebudayaan dan
masyarakat tertentu maka harus pula diperhatikan
dengan teliti kelembagaan-kelembagaan sosial di
masyarakat yang bersangkutan.8
B. Koperasi
1. Pengertian Koperasi
Koperasi mengandung makna “kerja sama”.
Koperasi (Cooperative) bersumber dari kata co-
operation yang artinya kerja sama. Ada juga yang yang
mengartikan koperasi dalam makna lain. Enriques
dalam karya Arifin Sitio dan Halomoan Tamba
memberikan pengertian koperasi yaitu menolong satu
sama lain (to help one another) atau saling
bergandengan tangan hand in hand.
Arti kerja sama bisa berbeda-beda, tergantung
dari cabang ilmunya.
a. Ilmu Ekonomi Terapan. Bentuk “Kerja sama”
dalam ekonomi yang diatur sedemikianrupa
sehingga dapat membantu peserta kerjasaa tersebut.
b. Ilmu Sosial. “Kerja sama” adalam suatu organisasi
yang merupakan salahsatu unsur dinamika
kehidupan bermasyarakat.
8Fredian Tonny Nasdian, Pengembangan Masyarakat.(Jakarta: Yayasan
Pustaka Obor Indonesia, 2015). Hal. 208.
32
c. Aspek Hukum. “Kerja sama” adalah suatu badan
hukum yang mempunyai hak-hak dan kewajiban-
kewajiban.
d. Pandangan Anthropologi. “Kerja sama” adalah
salah satu bentuk kegiatan yang dilakukan untuk
memelihara kelangsungan hidup suatu masyarakat.9
Selanjutnya menurut “Bapak Koperasi
Indonesia” Moh. Hatta dalam karya Arifin Sitio dan
Halomoan Tamba definisi koperasi yakni :10
“Koperasi adalah usaha bersama untuk
memperbaiki nasib penghidupan ekonomi
berdasarkan tolong menolong. Semangat tolong
menolong tersebut didorong oleh keinginan
memberi jasa kepada kawan berdasarkan ‘seorang
buat semua dan semua bua seorang’. ”
2. Sejarah Koperasi
a. Sejarah Lahirnya Koperasi
Koperasi modern yang berkembang dewasa
ini lahir pertama kali di Inggris, yaitu di kota
Rochdale pada tahun 1844. Koperasi timbul pada
masa perkembangan kapitalisme sebagai akibat
revolusi industry. Pada awalnya, Koperasi
Rochdale berdiri dengan usaha penyediaan barang-
barang konsumsi untuk kebutuhan sehari-hari.
9 Arifin Sitio, Halomoan Tamba, KOPERASI Teori dan Praktik ( Jakarta:
Erlangga, 2001). Hal. 13. 10 Arifin Sitio, Halomoan Tamba, KOPERASI Teori dan Praktik. Hal 17.
33
Akan tetapi seiring dengan terjadinya pemupukan
modal koperasi, koperasi mulai merintis untuk
memproduksi sendiri barang yang akan di jual.
Kegiatan ini menimbulkan kesempatan kerja bagi
anggota yang belum bekerja dan menambah
pendapatan bagi mereka yang sudah bekerja. Pada
tahun 1851, koperasi tersebut akhirnya dapat
mendirikan sebuah pabrik dan mendirikan
perumahan bagi anggota-anggotanya yang belum
mempunyai rumah.
Perkembangan koperasi di Rochadle sangat
mempengaruhi perkembangan gerakan koperasi di
Inggris maupun di luar Inggris. Pada tahun 1852,
jumlah koperasi di Inggris sudah mencapai 100
unit. Pada tahun 1862, di bentuklah Pusat Koperasi
Pembelian dengan nama The Cooperative Whole
Sale Society (CWS). Pada tahun 1945, CWS
berhasil mempunyai lebih kurang 200 pabrik
dengan 9.000 orang pekerja. Melihat
perkembangan usaha koperasi baik di sektor
produksi maupun di sektor perdagangan, pimpinan
CWS kemudian membuka perwakilan-perwakilan
di luar negeri seperti di New York, Kopenhagen,
Hamburg, dan lain-lain.
Pada tahun 1876, koperasi ini telah
melakukan ekspansi usaha di bidang transportasi,
perbankan, dan asuransi,. Pada tahun 1870,
34
koperasi tersebut juga membuka usaha di bidang
penerbitan, berupa surat kabar yang terbit dengan
nama Cooperative News.
The Women’s Cooperative Guild yang
dibentuk pada tahun 1833, besar pengaruhnya
terhadap perkembangan gerakan koperasi, di
samping memperjuangkan hak-hak kaum wanita
sebagai ibu rumah tangga, warga Negara, dan
sebagai konsumen. Beberapa tahun kemudian,
koperasi memulai kegiatan di bidang pendidikan
dengan menyediakan tempat membaca surat kabar
dan perpustakaan. Perpustakaan koperasi
merupakan perpustakaan bebas pertama di Inggris,
sekaligus digunakan untuk tempat berbagai kursus
dan pemberantasan buta huruf. Kemudian Women
Skill Guild Youth Organization membentuk
sebuah pusat yaitu Cooperative Union. Pada tahun
1919, didirikanlah Cooperative College di
Manchester yang merupakan lembaga pendidikan
tinggi koperasi pertama.
Revolusi industri di Perancis juga
mendorong berdirinya koperasi. Untuk mampu
menghadapi serangan industri Inggris, Perancis
berusaha mengganti mesin-mesin yang digunakan
dengan mesin-mesin modern yang berakibat pada
peningkatan pengangguran. Kondisi inilah yang
mendorong munculnya pelopor-pelopor koperasi
35
di Perancis seperti Charles Fouries dan Louis
Blanc.
Charles Fourier (1772-1837) menyusun
suatu gagasan untuk memperbaiki hidup
masyarakat dengan membentuk fakanteres, suatu
perkumpulan yang terdiri dari 300 sampai 400
keluarga yang bersifat komunal. Fakanteres
dibangun di atas tanah seluas lebih kurang 3 mil
yang akan digunakan sebagai tempat tinggal
bersama, dan dikelilingi oleh tanah pertanian
seluas lebih kurang 150 hektar. Di dalamnya
terdapat juga usaha-usaha kerajinan dan usaha lain
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Pengurus
perkampungan ini dipilih dari para anggotanya.
Cita-cita Fourier tidak berhasil dilaksanakan
karena pengaruh liberalism yang sangat besar pada
waktu itu.
Louis Blanc (1811-1880) dalam bukunya
Organization Labour menyusun gagasannya lebih
konkrit, dengan mengatakan bahwa persaingan
merupakan sumber keburukan ekonomi,
kemiskinan, kemerosotan moral, kejahatan, krisis
industri, dan pertentangan nasional. Untuk
mengatasinya, perlu didirikan social work-shop.
Dalam perkumpulan ini, para produsen perorangan
yang mempunyai usaha yang sama disatukan.
Dengan demikian, perkumpulan ini mirip dengan
36
koperasi produsen. Pada tahun 1884, kaum buruh
di Perancis menuntut pemerintah untuk
melaksanakan gagasan Louis Blanc untuk
mendirikan koperasi, tetapi koperasi ini kemudian
bangkrut.
Di samping negara-negara tersebut, koperasi
juga berkembang di Jerman yang dipelopori
Ferdinan Lasalle, Friedrich W. Raiffesen (1818-
1888), dan herman Schulze (1808-1883) di
Denmark dan sebagainya.
Dalam perjalanan sejarah, koperasi tumbuh
dan berkembang ke seluruh dunia di samping
badan usaha lainnya. Setengah abad setelah
pendirian Koperasi Rochdale, seiring dengan
berkembangnya koperasi di berbagai negara, para
pelopor koperasi sepakat untuk membentuk
International Cooperative Alliance (ICA-
Persekutuan Koperasi Internasional) dalam
Kongres Koperasi Internasional yang pertama pada
tahun 1896, di London. Dengan terbentuknya ICA,
maka koperasi telah menjadi suatu gerakan
internasional.11
b. Sejarah Perkembangan Koperasi di Indonesia
Sukuco, dalam bukunya “Seratus Tahun
Koperasi di Indonesia”, badan hukum koperasi
11 Arifin Sitio dan Halomoan Tamba, KOPERASI Teori dan Praktik (
Jakarta: Erlangga, 2001). Hal. 7.
37
pertama di Indonesia adalah sebuah koperasi di
Leuwiliang, yang didirikan pada tanggal 16
Desember 1895.
Pada hari itu, Raden Ngabei
Ariawiriaatmadja, patih Purwokerto, bersama
kawan-kawan, telah mendirikan Bank Simpan-
Pinjam untuk menolong sejawatnya para pegawai
negeri pribumi melepaskan diri dari cengkraman
pelepas uang, yang di kala itu merajalela. Bank
Simpan-Pinjam tersebut, semacam bank tabungan
jika dipakai istilah UU No. 14 Tahun 1967 tentang
pokok-pokok perbankan, diberi nama “DE
Poerwokertosche Hulp-en Spaarbank der
Inlandsche Hoofden”. Dalam bahasa Indonesia,
artinya kurang lebih sama dengan Bank Simpan
Pinjam para “priyayi” Purwokerto. Dalam bahasa
Inggris (bagi generasi pasca bahasa Belanda) sama
dengan “the Purwokerto Mutual Loan and Savings
Bank for Native Civil Servants”. Para pegawai
(punggawa atau ambtenaar) pemerintah kolonial
Belanda biasa disebut “priyayi”, sehingga banknya
disebut sebagai “Bank Priyayi”. “Gebrakan” Patih
Wiriaatmadja ini mendapat dukungan penuh
Asisten Residen Purwokerto E. Sieburg, atasan
sang Patih.
Tidak lama kemudian, E. Sieburg diganti
oleh WPD de Wolf van Westerode yang baru
38
datang dari negeri Belanda, dan ingin mewujudkan
cita-citanya menyediakan kredit bagi petani
melalui konsep koperasi Raiffeisen. Koperasi
tersebut adalah koperasi kredit pertanian yang
dicetuskan Friedrich Wilhelm Raiffeisen, jerman,
dan dipelajari de Wolf van Westerrode selama ia
cuti di negeri itu. De Wolf van Westerrode
memperluas lingkup dan jangkauan “De
Poerwokertosche Hulp en Spaarbank der
Inlandsche Hoofden” sampai ke desa-desa dan
mencakup pula kredit pertanian, sehingga pada
tahun 1896 berdirilah “De Poerwokertosche hulp,
Spaar en Landbouw Creditbank” atau Bank
Simpan Pinjam dan Kredit Pertanian Purwokerto.
Dalam rangka pelaksanaan Bank Simpan Pinjam
dan Kredit Pertanian tersebut dan sekaligus
sebagai perwujudan gagasan membangun koperasi,
maka didirikanlah Lumbung-Lumbung Desa di
pedesaan Purwokerto. Lumbung Desa adalah
lembaga simpan pinjam para petani dalam bentuk
bukan uang, namun in-natura (simpan padi,
pinjam uang).
Perlu diingat bahwa Indonesia baru
mengenal perundang-undangan koperasi pada
tahun 1915, yaitu dengan diterbitkannya
“Verordening op de Cooperative Vereninging”,
Kononklijk besluit 7 April 1915, Indisch
39
Staatsblad No. 431. Peraturan tersebut tidak ada
bedanya dengan Undang-Undang Koperasi Negeri
Belanda menurut Staatsblad tahun 1876 No. 277.
Jadi, karena perundang-undangan koperasi baru
ada pada tahun 1915, maka pada tahun 1895 badan
hukum koperasi belum dikenal di Indonesia.
Pada tahun 1920, diadakan Cooperative
Commisie yang diketuai oleh Dr. JH.Boeke
sebagai Adviseur voor Volks-credietwezen. Komisi
ini diberi tugas untuk menyelidiki, apakah koperasi
bermanfaat di Indonesia. Hasilnya diserahkan
kepada pemerintah pada bulan September 1921,
dengan kesimpulan bahwa koperasi dibutuhkan
untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Seiring
dengan perkembangan jaman dan tuntutan
lingkungan strategis, maka pada tahun 1927
dikeluarkanlah Regeling Inlandsche Cooperative
Vereenigngen (sebuah peraturan tentang koperasi
yang khusus berlaku bagi golongan bumi putra).
Untuk menggiatkan pergerakan koperasi yang
diatur menurut Peraturan Koperasi 1927, pada
akhir tahun 1930 didirikanlah Jawatan Koperasi.
Jawwatan Koperasi waktu itu dipimpin oleh Prof.
J.H. Boeke. Sejak lahirnya, Jawatan Koperasi
(1930-1934) masuk dalam lingkungan Departemen
BB (Departemen Dalam Negeri). Kemudian pada
40
tahun 1935, Jawatan Koperasi dipindahkan ke
Departemen EZ. (Departemen Kehakiman).
Pada tanggal 12 Juli 1947, diselenggarakan
kongres gerakan koperasi se-Jawa yang pertama di
Tasikmalaya. Dalam kongres tersebut, diputuskan
terbentuknya Sentral Organisasi Koperasi Rakyat
Indonesia yang disingkat SOKRI, menjadikan
tanggal 12 Juli sebagai Hari Koperasi, serta
menganjurkan diadakannya pendidikan koperasi di
kalangan pengurus, pegawai dan masyarakat.
Dalam proses perjuangan gerakan koperasi,
pada tahun 1951 di Jawa Barat dan Sumatera Utara
didirikan badan-badan koordinasi yang merupakan
badan penghubung cita-cita antar koperasi serta
merupakan sumber penerangan dan pendidikan
bagi anggota koperasi. Di Jawa Barat, didirikan
Bank Propinsi Jawa Barat yang dimaksudkan
untuk mengadakan pemusatan usaha dalam jasa
keuangan bagi gerakan koperasi di Jawa Barat.
Pada tahun 1960, pemerintah mengeluarkan
peraturan pemerintah No. 140 tentang penyaluran
bahan pokok dan menugaskan koperasi sebagai
pelaksananya. Kemudian pada tahun 1962,
diselenggarakan Musyawarah Nasional Koperasi I
(Munaskop I) di Surabaya untuk melaksanakan
prinsip demokrasi terpimpin dan ekonomi
41
terpimpim. Sejak saat itu, langkah-langkah
mempolitikkan koperasi mulai tampak.
Pada tahun 1965, pemerintah mengeluarkan
undang-undang No. 14 tahun 1965, dimana prinsip
NASAKOM diterapkan pada koperasi. Pada tahun
itu juga dilaksanakan Munaskop II di Jakarta, yang
merupakan pengambilalihan koperasi oleh
kekuatan-kekuatan politik sebagai pelaksanaan UU
baru. Perlu diketahui bahwa pada tahun yang sama
pula terjadi pemberontakan Gerakan Tiga Puluh
September yang digerakaan Partai Komunis
Indonesia (G 30 S/PKI), yang berpengaruh besar
terhadap perkembangan koperasi.
Kemudian pada tahun 1967, pemerintah
mengeluarkan undang-undang No. 12 tahun 1967
tentang pokok-pokok perkoperasian yang mulai
berlaku tanggal 18 Desember 1967. Dengan
berlakunya UU ini, semua koperasi wajib
menyesuaikan diri dan dilakukan penertiban
organisasi koperasi. Keharusan menyesuaikan diri
dengan UU tersebut mengakibatkan penurunan
jumlah koperasi, dari sebesar 6.4000 unit (45.000
unit diantaranya telah berbadan hukum) tinggal
menjadi 15.000 unit, selebihnya tidak dapat
menyesuaikan diri. Pada tahun 1992, UU No. 12
Tahun 1967 tersebut disempurnakan dan diganti
42
menjadi UU.No. 25 tahun 1992 tentang
perkoperasian.
Disamping UU No. 25 tersebut, pemerintah
juga mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PP) No
9 tahun 1995 tentang Kegiatan Usaha Simpan
Pinjam oleh Koperasi. Peraturan pemerintah
tersebut juga sekaligus memperjelas kedudukan
koperasi dalam usaha jasa keuangan, yang
membedakan koperasi yang bergerak di sektor
moneter dan sektor riil.
3. Landasan, Asas, dan Tujuan Koperasi
Dalam Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992
tentang Perkoperasian Pasal 2 dikatakan bahwa
koperasi berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 serta berdasar atas asas kekeluargaan.
Sedangkan tujuan koperasi yang tercantum dalam
Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 Bab II Pasal 3
adalah koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan perekonomian
nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat yang
maju, adil, dan makmur berlandaskan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945.
4. Fungsi, Prinsip, dan Peran Koperasi
Pada Bab III Bagian Pertama Pasal 4 UU RI No.
25 Tahun 1992 fungsi dan peran koperasi adalah:
43
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya, untuk meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya.
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya
mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat.
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar
kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional
dengan koperasi sebagai sokogurunya.
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional yang merupakan usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.
Sedangkan pada Bab III Bagian Kedua Pasal 5
UU RI No. 25 Tahun 1992 Koperasi melaksanakan
prinsip koperasi sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela dan terbuka;
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis;
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil
sebanding dengan besarnya jasa usaha masing-
masing anggota;
d. Pemberian balas jasa yang terbatas terhadap
modal;
e. Kemandirian.
44
Dalam mengembangkan Koperasi, maka
Koperasi melaksanakan pula prinsip Koperasi sebagai
berikut:
a. Pendidikan perkoperasian;
b. Kerjasama antarkoperasi.
5. Bentuk dan Jenis Koperasi
a. Bentuk Koperasi
Ketentuan yang terdapat pada Pasal 15 UU
No. 25 tahun 1992 menyatakan bahwa koperasi
dapat berbentuk koperasi primer atau koperasi
sekunder. Koperasi primer adalah koperasi yang
didirikan oleh dan beranggotakan orang seorang.
Koperasi ini dibentuk sekurang-kurangnya 20
orang. Sedangkan koperasi sekunder adalah
koperasi yang didirikan oleh dan beranggotakan
koperasi. Pengertian koperasi sekunder meliputi
semua koperasi yang didirikan dan beranggotakan
koperasi primer dan/atau koperasi sekunder.
Pemusatan koperasi dalam beberapa
tingkatan dalam kesatuan yang tidak terpisahkan
mempunyai beberapa keuntungan yaitu:
1) Menekan atau menghindari kemungkinan
persaingan yang tidak sehat diantara koperasi-
koperasi yang ada.
2) Ada hubungan yang saling melengkapi dalam
suasana asas kekeluargaan diantara koperasi-
koperasi tersebut, antara lain biaya dapat
45
dikurangi dan harga dapat ditekan serendah-
rendahnya.
3) Kerjasama yang baik dan bertanggung jawab
akan dapat menjamin sehatnya sektor koperasi
dari sudut kehidupan organisasi dan usaha.
Koperasi primer atau salah satu tingkat
organisasi yang kuat dapat terus maju dengan
kekuatannya sendiri dan menjadi dasar yang sehat
bagi tingkat organisasi di atasnya, sedangkan yang
lemah dibantu oleh tingkat organisasi di atasnya
baik permodalan, administrasi, dan manajemen.
Masalah-masalah dalam koperasi dapat diatasi
dalam lingkungan kerjasamanya sendiri dan ini
berarti berkurangnya atau hilangnya
ketergantungan pada perusahaan atau badan lain
yang di luarnya atau bahkan di sektor lain.
b. Jenis Koperasi
Dalam ketentuan pasal 16 UU No. 25 Tahun
1992 beserta penjelasannya dinyatakan bahwa
jenis koperasi didasarkan pada kesamaan kegiatan
dan kepentingan ekonomi anggotanya. Dasar untuk
menentukan jenis koperasi adalah kesamaan
aktivitas, kepentingan dan kebutuhan ekonomi
anggotanya, antara lain seperti Koperasi Simpan
Pinjam (KSP), Koperasi Konsumen, Koperasi
Produsen, Koperasi Pemasaran, dan Koperasi Jasa.
46
Penjelasan koperasi dapat ditinjau dari
berbagai sudut pendekatan, antara lain:
1) Berdasarkan pada kebutuhan dan efisiensi
dalam ekonomi sesuai dengan sejarah
timbulnya gerakan koperasi, maka dikenal
jenis-jenis koperasi sebagai berikut:
a) Koperasi Konsumsi
b) Koperasi Kredit
c) Koperasi Produksi
d) Koperasi Jasa
e) Koperasi Distribusi
2) Berdasarkan golongan fungsional maka
dikenal jenis-jenis koperasi sebagai berikut:
a) Koperasi Pegawai Negeri (KPN)
b) Koperasi Angkatan Darat (KOPAD)
c) Koperasi Angkatan Udara (KOPAD)
d) Koperasi Angkatan Kepolisian
(KOPPOL)
e) Koperasi Pensiunan Angkatan Darat
f) Koperasi Pensiunan
g) Koperasi Karyawan (KOPKAR)
h) Koperasi Mahasiswa (KOPMA)
3) Berdasar lapangan usaha, maka dikenal jenis-
jenis koperasi sebagai berikut:
a) Koperasi Desa
b) Koperasi Konsumsi
c) Koperasi Pertanian
47
d) Koperasi Peternakan
e) Koperasi Perikanan
f) Koperasi Kerajinan/Industri
g) Koperasi Simpan Pinjam
h) Koperasi Asuransi
i) Koperasi Unit Desa (KUD)
Dalam perkembangan terakhir sejak
diberlakukannya Inpres No. 14 tahun 1998, maka
berbagai macam/jenis koperasi bermunculan sesuai
dengan aspirasi masyarakat, antara lain:
1) Koperasi Tani (KOPTAN)
2) Koperasi Pondok Pesantren (KOPONTREN)
3) Koperasi Wanita
4) Koperasi Agribisnis
5) Koperasi Pedagang Pasar
6) Koperasi Industri
7) Koperasi Syari’ah
8) Koperasi Serba Usaha
9) Koperasi Kredit
10) Koperasi dikalangan profesi (akuntan, arsitek,
pengacara, dokter, dll)
11) Koperasi Kelompok Masyarakat (POKMAS)
6. Perbedaan Jenis Koperasi
Berdasarkan apa yang telah dipaparkan tentang
sejarah, pengertian, bentuk sampai jenis-jenisnya.
Ternyata ada beberapa perbedaan jenisnya koperasi,
biasanya dibagi menjadi 5 bagian seperti kelompok
48
yang dilayani, kelompok penghasil, menurut komoditi,
menurut fungsinya, dan menurut tingkatan organisasi.12
1. Koperasi yang berbeda berdasarkan kelompok
yang dilayani
Pembagian koperasi didasarkan atas
kebutuhan yang mendesak yang harus diatasi
dalam pengembangan perekonomian masyarakat.
Oleh karenanya koperasi merupakan suatu
lembaga yang fleksibel dalam menempati tata dan
ruang sosial.
Oleh sebab demikian ruang sosial yang
ditempati oleh koperasi ini dibedakan atas hal:
a) Koperasi Pemakai
Koperasi Pemakai atau biasa disebut sebagai
Koperasi Konsumen dibentuk oleh konsumen
barang maupun jasa. Dengan demikian tujuan
koperasi ini adalah meyediakan barang-barang
atas jasa kebutuhan anggotanya dengan mudah
dan murah.
b) Koperasi Kelompok Kerja
Koperasi Kelompok Kerja atau biasanya
disebut Koperasi Fungsional. Kelompok kerja
diartikan sebagai orang-orang yang bekerja
dalam membentuk koperasi, seperti pegawai
12 Juliana Lumbatobing, Elvis F Purba, Ridhon Simangusong, Ekonomi
Koperasi, (Medan; Universita HKBN Nommensen Fakultas Ekonomi, 2002).
h.20-25
49
negeri, pegawai swasta, tentara polisi, dan
lain-lain.
c) Koperasi Kelompok Pemuda/Pelajar
Koperasi Sekolah yang beranggotakan siswa
atau pelajar. Misalnya adalah Koperasi
Pramuka, Koperasi Mahasiswa, Koperasi
Karang Taruna, dan lain-lain.
d) Koperasi Kelompok Strategis
Koperasi Kelompok Strategis adalah koperasi
yang berkembang di Indonesia diantaranya
Koperasi Wanita, Koperasi Transmigrasi, dan
lain-lain.
7. Koperasi Yang Berbeda Berdasarkan Kelompok
Penghasil
Berdasarkan kelompok penghasil ini adalah
mereproduksi komoditi, diantaranya dibidang
pertanian, bidang industri dan bidang jasa. Dibidang
pertanian bertujuan untuk pupuk, benih dan obat-
obatan yang sangat dibutuhkan oleh petani. Namun
adakalanya para petani membentuk koperasi penghasil
ini sebagai pasar untuk memenuhi kebutuhan-
kebutuhan barang petanian dan menggalang kekuatan
dikalangan petani dalam menghadapi persaingan harga.
Sedangkan koperasi penghasil yang bergerak
dibidang industri, dibentuk oleh para pekerja atau
pengusaha guna bersatu dalam menghasilkan suatu
produk. Koperasi dibidang Industri banyak sekali
50
ditemukan di Indonesia seperti koperasi kerajinan
tangan, koperasi indutri sepatu, koperasi sepatu,
koperasi penghasil laut, koperasi perikanan, koperasi
batik dan lain sebagainya. Termasuk koperasi ini juga
koperasi perbengkelan, koperasi penarik becak,
koperasi supir dan lain-lain.
8. Koperasi Yang Berbeda Berdasarkan Komoditi
Koperasi yang dibentuk berdasarkan komoditi
sebenarnya hampir sama dengan koperasi pertanian,
yang menghasilkan suatu produk tertentu atau
didasarkan kepada komoditi yang diusahakan. Sebagai
contoh koperasi kopra, koperasi karet, koperasi teh,
koperasi perikanan, dan lainnya.
Dan perbedaannya koperasi ini biasanya
melakukan kegiatan yang lebih multifungsional yakni
mereproduksi dan mengolah, memasarkan, pengontrol
mutu, pergudangan, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
9. Koperasi Yang Berbeda Berdasarkan Fungsi
Pembagian koperasi berdasarkan fungsi dibagi
atas tiga kelompok dalam bidang perekonomian yaitu
koperasi pembelian, koperasi produksi, dan koperasi
penjualan.
a. Koperasi Pembelian
Koperasi pembelian didirikan oleh orang-orang
yang membutuhkan barang yang akan digunakan
untuk produksi dan kebutuhan konsumsi. Oleh
51
Karena itu, koperasi ini dapat mengusahakan
pembelian kebutuhan pokok sehari-hari.
b. Koperasi Produsen
Koperasi produsen dibentuk oleh para produsen
yang menghasilkan barang-barang yang kemudian
menjualnya kepada koperasi usaha milik mereka.
c. Koperasi Penjualan
Tujuan utama koperasi penjualan mencegah
persaingan diantara para produsen. Dengan bersatu
dan bekerjasama dalam sebuah koperasi penjualan,
produsen dapat mempertahankan harga yang layak
untuk barang-barang hasil produksi mereka.
Seperti, para pengrajin menjual produksinya
kepada toko koperasi yang dibentuk.
10. Koperasi Yang Berbeda Berdasarkan Tingkat
Organisasi
Menurut peraturan pemerintah No. 60 tahun 1959
jenis koperasi di Indonesia berdasarkan tingkatnya
dibagi atas koperasi desa, koperasi pertanian, koperasi
simpan pinjam dan koperasi konsumsi. Lain dari hal
itu, dinyatakan juga tingkatan-tingkatan koperasi yang
disesuaikan dengan tingkat administratif pemerintah
yaitu:
a. Tigkat primer meliputi desa
b. Tingkat pusat dan kabupaten
c. Tingkat gabungan meliputi provinsi
d. Tingkat induk nasional (seluruh Indonesia).
52
Penjelasan koperasi di Indonesia menurut UU
no.12 tahun 1967 pasal 17 didasarkan kepada:
a. Kebutuhan dari suatu golongan dalam masyarakat
yang homogen karena kesamaan
aktivitas/kepentingan ekonominya.
b. Efesiensi kerja untuk mencapai tujuan bersama
dari pada anggotanya.
11. Koperasi Syari’ah
a. Pengertian
Berdasarkan putusan Menteri Negara
Koperasi dan UKM Republik Indonesia No.
91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tentang Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa dan
keuangan Syari’ah (KJKS) sebagai payung hukum
pengelolaan KJKS sebagai berikut:
1) Koperasi adalah badan usaha yang
beranggotakan orang atau badan hukum
koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip koperasi sekaligus
gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas
asas kekeluargaan.
2) Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah selanjutnya
disebut KJKS adalah koperasi yang kegiatan
usahanya bergerak di bidang pembiayaan,
investasi, produksi, perdagangan, dan
simpanan sesuai dengan pola layanan syari’ah.
53
3) Unit Jasa Keuangan Syari’ah selanjutnya
disebut dengan UJKS adalah unit koperasi
yang bergerak di bidang usaha pembiayaan,
investasi, dan simpanan dengan pola bagi hasil
(syari’ah) sebagai bahan dari kegiatan
koperasi yang bersangkutan.
Koperasi dalam fiqh Islam dikenal dengan
Syirkah atau semakna dengan kata Al-Syirkah atau
semakna dengan Al-Ikhtilat yaitu suatu
perserikatan atau perkongsian. Adapun dari segi
istilah, koperasi adalah akad antara orang-orang
untuk berserikat modal keuntungan.
Al-Syirkah atau al-Musyarakah adalah
kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha
tertentu dimana masing-masing pihak memberikan
kontribusi dana (amal) dengan kesepakatan bahwa
keuntungan dan resiko akan ditanggung bersama
sesuai dengan kesepakatan.
54
BAB III
GAMBARAN UMUM
A. Sejarah Singkat BMT Usaha Mulya Masjid Raya
Pondok Indah
BMT Usaha Mulya berdiri pada tanggal 01 Agustus
2002 adalah Lembaga Keuangan Mikro berbasis Syari’ah,
berfungsi sebagai sarana memberdayakan perekonomian
ummat melalui kerjasama antar pihak BMT dengan
masyarakat yang menjadi anggota atau nasabah dalam
bentuk pembiayaan usaha produktif, layanan konsumtif,
simpanan atau tabungan ataupun transaksi produk-produk
syari’ah lainnya. Semua transaksi muamalat yang dilakukan
menggunakan beberapa mekanisme yang sesuai dengan
standar mualamat syariah seperti bagi hasil sesuai dengan
nisbah yang disepakati, keuntungan selisih harga jual dan
ujrah atau upah. Sumber dana yang dikelola BMT berasal
dari modal BMT, dana pihak ketiga, dan ZIS produktif. 1
BMT berupaya menghasilkan produk-produk yang
praktis, kompetitif serta kemudahan dalam bertransaksi
dengan harapan dapat memenuhi setiap kebutuhan anggota
atau nasabah untuk bermuamalat secara aman, nyaman,
penuh berkah, dan terhindar dari praktik ribawi.
BMT Usaha Mulya berupaya untuk fokus pada
pemberdayaan serta pengembangan kegiatan usaha
produktif atau investasi di kalangan masyarakat bawah dan
1BMT Usaha Mulya, Sejarah Berdirinya BMT Usaha Mulya Masjid
Raya Pondok Indah, (Jakarta: BMT Usaha Mulya, 2002), h. 1
55
menengah, dalam bentuk permodalan atau
pengelolaan usaha baik secara finansial maupun non
finansial dengan memadukan fungsi Baitul Maal (dalam
penghimpunan dana) dan Baitut Tamwiil (dalam
pengembangan usaha).
Dengan kehadiran BMT Usaha Mulya ditengah
hingar bingar metropolitan Pondok Indah dapat menjadi
solusi terbaik dan meraih kepercayaan para wirausaha
masyarakat bawah menengah melalui sinergi amanah
sehingga masyarakat dapat meningkatkan taraf
perekonomian sejahtera ke arah yang lebih baik melalui
mekanisme muamalah yang sesuai dengan tuntunan
syari’ah Islam.2
B. Tujuan, Visi, dan Misi
1. Tujuan
Melalui konsep syari’ah, mengembangkan
perekonomian ummat adalah metode yang selama ini
diemban oleh BMT Usaha Mulya, kemunculan BMT
Usaha Mulya yang berada dilingkungan Masjid Raya
Pondok Indah diharapkan mampu memotivasi
peningkatan roda perekonomian ummat khususnya di
lingkungan sekitar Masjid raya Pondok Indah dan
umumnya ummat muslim yang memiliki kelayakan
usaha di wilayah Jakarta Selatan. Pihak pengelola
BMT sangat bersyukur karena pada akhirnya
2 BMT Usaha Mulya, Sejarah Berdirinya BMT Usaha Mulya Masjid
Pondok Indah, (Jakarta: BMT Usaha Mulya, 2002), h. 1
56
perkembangan Lembaga Keuangan Mikro Syari’ah
belakangan ini telah menempatkan eksistensinya
sebagai lembaga yang memiliki masa depan cukup baik
khususnya dalam melayani serta mengembangkan
usaha sektor bawah menengah, kondisi ini memberi
isyarat bahwa respon masyarakat atau kemitraan usaha
yang dilakukan oleh pihak BMT telah mendapat
penilaian positif dalam upaya meningkatkan dan
memberdayakan taraf perekonomian masyarakat kecil.
2. Visi
Menjadi lembaga keuangan berbasis syari’ah
terdepan serta terpercaya dalam mensosialisasikan dan
mengembangkan sistem keuangan sebagai solusi
efektif untuk meningkatkan perekonomian,
produktifitas dan kesejahteraan masyarakat bawah
menengah.
3. Misi
a. Mengaplikasikan mekanisme bermuamalah
menurut tuntunan syariah Islam.
b. Memudahkan akses permodalan dan pengelolaan
kegiatan usaha bagi masyarakat bawah menengah
secara finansial maupun non finansial.
c. Mengembangkan potensi ummat untuk dapat
berkiprah membangun perekonomian dan
mengentaskan kemiskinan.
57
d. Membangun budaya usaha yang amanah,
bermartabat dan adil. 3
C. Identitas Lembaga
Nama Lembaga : Koperasi Usaha Mulya Baitul
Maal Wat Tamwiil Usaha Mulya
Alamat Kantor : Jl. Sultan Iskandar Muda No. 1
Pondok Indah Jakarta Selatan
12310 Telp./ Fax 021 75905868
Tanggal Berdiri : 01 Agustus 2002
Badan Hukum : 467/BH/MENEG. 1/2006
SIUP : 0685/1. 824.271
NPWP : 02.503.943.9-013.000
TDP : 09.03.2.51.01043.4
D. Struktur Organisasi
3 BMT Usaha Mulya, Sejarah Berdirinya BMT Usaha Mulya Masjid
Pondok Indah, (Jakarta: BMT Usaha Mulya, 2002). 4 Lembaga Keuangan Mikro Syariah, Profil BMT Usaha Mulya Masjid
Pondok Indah (Jl. Sultan Iskandar Muda No. 1 Pondok Indah Jakarta Selatan
12310).
58
1. Pengawas Syariah : Prof. Dr. H. Achmad
Sukardja, SH, MA
2. Pengawas Manajemen
a. Ketua : Samsul Marlin, M. Ag.
b. Anggota : H. Purwanto, SH.
H. Mukhlis, AK
3. Pengurus
a. Ketua : H. Ika Achmad Furqon,
LC.
b. Sekretaris : Warja, SE.
c. Bendahara : Nur Baiti, Amd.5
E. Jaringan Kerja Lembaga
Untuk mendukung usaha di bidang pelayanan jasa
keuangan, BMT Usaha Mulya telah menjalin kerjasama
dengan sejumlah lembaga antara lain:
1. PT. Asuransi Takaful
2. Bank Permata Syariah
3. Bank Muamalat Indonesia
4. Asosiasi BMT Korwil Jakarta6
F. Layanan BMT Usaha Mulya
BMT Usaha Mu lya adalah lembaga keuangan mikro
berbasis syariah berfungsi sebagai sarana memberdayakan
perekonomian ummat dengan memberikan pelayanan jasa
5 BMT Usaha Mulya Pondok Indah, Produk dan Struktur Organisasi
(Jakarta: BMT Usaha Mulya, 2002). 6BMT Usaha Mulya Pondok Indah, Produk dan Struktur Organisasi
(Jakarta: BMT Usaha Mulya, 2002).
59
keuangan dalam bentuk pembiayaan usaha produktif,
layanan konsumtif, layanan jasa pembayaran seperti listrik,
telepon, dan lain-lain, penghimpunan dana dalam bentuk
simpanan atau tabungan atau deposito ataupun transaksi
produk-produk syariah lainnya.
G. Gambaran Layanan
1. Penghimpunan Dana (Funding)
Penghimpunan dana yang dikelola oleh Lembaga
BMT Usaha Mulya diperoleh dari tiga unsur:
a) Penyertaan modal dari Yayasan Pondok Mulya,
b) Penghimpunan dana dari ZIS produktif bersinergi
dengan Masjid Raya Pondok Indah yang segmen
pengelolaannya diperuntukan bagi usaha kaum
dhuafa atau para mustahik zakat,
c) Himpunan dana masyarakat dalam bentuk
simpanan atau deposito.
2. Pembiayaan (Landing)
BMT Usaha Mulya menyediakan jasa pembiayaan
untuk berbagai jenis usaha dan perniagaan. Usaha
yang dibiayai diantaranya dalam bentuk perdagangan,
industri kerajinan atau home industry serta usaha
yang bersifat jasa seperti pendidikan dan jasa
transportasi. Pada sisi lain BMT usaha Mulya juga
melayani pembiayaan konsumtif dengan prinsip jual
60
beli serta kerjasama usaha dengan pihak kedua
melalui skema Musyakarah dan Mudharabah.7
H. Produk Simpanan Syari’ah
1. Simpanan Mudharabah
Simpanan Mudharabah adalah simpanan
dengan konsep mudharabah, simpanan anggota atau
nasabah yang disetorkan akan dikelola oleh BMT,
anggota atau nasabah akan mendapatkan keuntungan
dari pengelolaan simpanan tersebut. Keuntungan
lainnya saldo simpanan dapat dijadikan jaminan
pembiayaan atau pinjaman, setoran awal minimal Rp.
10.000,-.
2. Simpanan Pendidikan
Simpanan untuk biaya pendidikan mulai jenjang
sekolah Taman Kanak (TK) sampai Perguruan
Tinggi. Simpanan dapat diambil sesuai dengan
tahapan periode pendidikan (sepekan sebelum tahun
ajaran baru, semester dan akhir tahun), bentuk
simpanan tahapan pendidikan tersebut juga
mendapatkan bagi hasil atas pengelolaannya. Setoran
awal minimal Rp. 10.000,-.
3. Simpanan Idul Fitri
Simpanan bagi pemenuhan segala kebutuhan
hari Raya Idul Fitri. Penarikan simpanannya
7 BMT Usaha Mulya Pondok Indah, Layanan Lembaga (Jakarta: BMT
Usaha Mulya, 2002).
61
dilakukan menjelang hari Raya Idul Fitri. Setoran
awal minimal Rp. 10.000,-.
4. Simpanan Idul Qurban
Merupakan simpanan bagi pembeli hewan
qurban, membantu penabung dalam menyalurkan
hewan qurban pada para mustahik serta membuka
kesempatan bagi siapa saja untuk melaksanakan
ibadah qurban. Penarikan simpanannya dilakukan
mejelang hari Raya Idul Adha. Setoran awal minimal
Rp. 50.000,-.
5. Simpanan Walimah
Simpanan untuk memenuhi kebutuhan biaya
pernikahan serta penyelenggaraan resepsi. Penarikan
simpanan dilakukan menjelang acara pernikahan.
Setoran awal minimal Rp. 50.000,-
6. Simpanan Haji
Simpanan ini dikhususkan bagi nasabah yang
berminat melaksanakan ibadah haji, penarikannya
dapat dilakukan menjelang keberangkatan ibadah
haji. Insya Allah melalui simpanan haji ini, niat anda
beribadah ke tanah suci dapat terwujud. Setoran awal
minimal Rp. 500.000,-.
7. Simpanan Berjangka
Simpanan ini adalah investasi syari’ah yang
penarikannya berdasarkan jangka waktu tertentu (1, 3,
6, dan 12 bulan) setelah jatuh tempo atau perjanjian
dengan BMT. Nisbah bagi hasil yang akan diberikan
62
BMT kepada nasabah sesuai dengan kesepakatan
kedua belah pihak. Minimal simpanan Rp. 500.000,-.8
Perhitungan Nisbah Simpanan Berjangka:
a. 1 bulan nisbah 65% (BMT)
35% untuk pemilik dana
b. 3 bulan nisbah 60% (BMT)
40% untuk pemilik dana
c. 6 bulan nisbah 55% (BMT)
45% untuk pemilik dana
d. 12 bulan nisbah 50% (BMT)
50% untuk pemilik dana.9
I. Produk Pembiayaan Syari’ah
1. Pembiayaan Murabahah
a. Murabahah dengan pembiayaan jatuh tempo
adalah pembiayaan untuk investasi, usaha,
konsumtif melalui mekansime akad jual beli.
Pembayaran dilakukan secara tunai dan sekaligus
pada saat jatuh tempo dengan tenggang waktu
maksimal 3 bulan. BMT Usaha Mulya mendapat
selisih atau marjin dari harga jual.
b. Murabahah dengan pembiayaan berangsur
adalah pembiayaan untuk investasi, usaha,
konsumtif, melalui mekanisme akad jual beli.
Pembayaran dilakukan secara angsur (harian,
8 Data dari Riset di KSPPS Usaha Mulya Masjid Raya Pondok Indah
Jakarta Selatan pada Selasa, 6 Maret 2018 pukul 10,00 WIB. 9Wawancara pribadi dengan Ibu Atikah selaku pengurus harian KSPPS
Usaha Mulya pada tanggal 6 Maret 2018 pukul 10.30 WIB.
63
mingguan, atau bulanan) dengan jangka waktu
pembayaran mulai dari 4 bulan atau lebih. BMT
Usaha Mulya mendapat selisih atau marjin dari
harga jual.
2. Pembiayaan Ijarah
a. Ijarah Multi Jasa
Adalah pemindahan hak guna dan jasa. Pemohon
atau nasabah dan BMT melakukan kontrak ijarah
dalam bentuk sewa jasa, seperti jasa pendidikan,
kesehatan, dll. BMT mendapat ujrah atau upah
dari pemohon yang mengacu pada kesepakatan
kontrak ijarah yang dilakukan.
b. Ijarah Muntahiah Bit-tamlik
Adalah pemindahan hak guna dan jasa. Pemohon
atau nasabah dan BMT melakukan kontrak ijarah
dalam sewa barang dengan jangka waktu sesuai
kesepakatan kedua belah pihak. BMT mendapat
ujrah atau upah dan hasil sewa sesuai
kesepakatan dalam akad. Pada akad persewaan
yang berkahir dengan kepemilikan, nasabah atau
pemohon dapat memiliki barang yang disewa bila
dapat memenuhi ketentuan yang telah disepakati
oleh kedua belah pihak.
3. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan ini dalam bentuk penyertaan modal
antara BMT dan nasabah untuk menggarap suatu
usaha. Tiap-tiap pihak menyertakan modal dalam
64
jumlah yang sama atau berbeda sesuai kesepakatan.
Mekanisme bagi hasil dan keuntungan disesuaikan
dengan jumlah nisbah yang disepakati kedua belah
pihak.
4. Pembiayaan Mudharabah
Bentuk pembiayaan dari BMT untuk modal
kerja atau investasi sampai 100%, penerima
pembiayaan adalah nasabah atau pemohon yang
memiliki kemampuan. Skill yang layak dan
bertanggung jawab dalam mengelola usaha tersebut.
Pembangian keuntungan dibagi hasilkan sesuai
nisbah yang disepakati antara BMT dan pengelola.
5. Pembiayaan Dana Bergulir Dhuafa
Merupakan bentuk pembiayaan yang diperoleh
dari dana sosial dan ZIS yang dipergunakan untuk
usaha kaum dhuafa.
6. Melayani Jasa Pembayaran
a. Pembayaran Rekening PLN
b. Pembayaran Rekening Telepon
c. Pembayaran Rekening PDAM
d. Isi Ulang Pulsa Handphone
7. Teknologi
Untuk mendukung efektifitas, akurasi serta
kualitas layanan maka sistem kerja BMT Usaha
Mulya dioperasikan mengacu pada sistem standarisasi
65
lembaga keuangan melalui perangkat teknologi
informasi dan komputerisasi.10
10Wawancara Pribadi dengan Ibu Atikah selaku pengurus harian KSPPS
Usaha Mulya pada tanggal 6 Maret 2018 pukul 13.00 WIB.
66
BAB IV
TEMUAN DAN ANALISIS DATA
Koperasi adalah suatu kumpulan orang-orang untuk
bekerjasama demi kesejahteraan bersama dan bekerjasama untuk
mencapai suatu tujuan. Berdasarkan undang-undang nomor 12
tahun 1967, Koperasi Indonesia adalah organisasi ekonomi rakyat
yang berwatak sosial dan beranggotakan orang-orang, badan-
badan hukum koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi
sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan. Menurut
UU No. 25 tahun 1992, Koperasi Indonesia didefinisikan sebagai
“badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan
hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan
prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi
rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan”.
Salah satu upaya yang ditempuh dalam mengatasi
kemiskinan ialah dengan memberdayakan perekonomian rakyat.
Salah satunya dengan hadirnya BMT maupun koperasi di
lingkungan masyarakat. Hadirnya koperasi maupun BMT di
lingkungan masyarakat dapat memberdayakan perekonomian
masyarakat yang menjadi anggota di koperasi maupun BMT
tersebut. Kegiatan pemberdayaan masyarakat merupakan salah
satu kegiatan yang efektif dalam rangka memandirikan dan
memberdayakan masyarakat.
Menurut Gumawan Sumohadiningrat, pemberdayaan
adalah upaya membangun daya yang dimiliki dhu’afa dengan
mendorong, memberikan motivasi, dan meningkatkan kesadaran
67
tentang potensi yang dimiliki mereka serta berupaya untuk
mengembangkannya. Masyarakat lapis bawah umumnya terdiri
atas orang-orang lemah, tidak berdaya dan miskin karena tidak
memiliki sumber daya atau tidak memiliki kemampuan untuk
mengontrol sarana produksi.
Sedangkan menurut Van Doorn dan Lammers (1959) fungsi
kelembagan sosial adalah: (1) Memberi pedoman berperilaku
pada individu/masyarakat, bagaimana mereka harus bertingkah
laku atau bersikap didalam menghadapi masalah-masalah dalam
masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan-kebutuhan;
(2) Menjaga keutuhan, dengan adanya pedoman yang diterima
bersama, maka kesatuan dalam masyarakat dapat dipelihara; (3)
Memberi pasangan kepada masyarakat untuk mengadakan
kontrol sosial (social control); (4) Memenuhi kebutuhan pokok
manusia/masyarakat. Berikut ini peneliti akan membahas secara
lengkap dan jelas mengenai hasil temuan data yang ada di
lapangan.
A. Proses Pelaksanaan Program Pemberdayaan Ekonomi
Anggota Koperasi Yang Dilakukan Oleh Koperasi
Simpan Pinjam Usaha Mulya
Proses yang dilakukan oleh Koperasi Simpan Pinjam
Usaha Mulya dalam memberdayakan ekonomi anggotanya
ialah sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Van Doorn
dan Lammers.
Masyarakat yang bergabung di Koperasi Usaha
Mulya ini ialah masyarakat yang berada di sekitar masjid,
ada beberapa masyarakat yang berasal dari wilayah Parung.
68
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan pengurus
koperasi :
“Selama ini kita masih untuk wilayah selatan
terutama jamaah Masjid Pondok Indah, Pondok
Pinang, Kebayoran Baru, Radio Dalam, pokoknya
daerah selatan, terus untuk Tangerang Selatan ya
sampe ke Parung”.1
Sementara itu menurut Van Doorn dan Lammers
fungsi kelembagaan sosial ialah:
1. Memberi pedoman berperilaku pada individu/
masyarakat
Fungsi kelembagaan sosial dalam hal ini koperasi
menurut Van Doorn Lammers ialah bagaimana
memberi pedoman berperilaku pada
individu/masyarakat, tentang bagaimana mereka harus
bertingkah laku atau bersikap didalam menghadapi
masalah-masalah dalam masyarakat, terutama yang
menyangkut kebutuhan-kebutuhan kehidupan mereka.
Koperasi Simpan Pinjam Usaha Mulya salah satu
kelembagaan sosial yang mampu memberdayakan
masyarakat melalui program-program yang mereka
berikan kepada masyarakat. Program koperasi yang
memberdayakan masyarakat ialah malalui program
produk simpanan syari’ah dan produk pembiayaan
syari’ah, yang di tujukkan untuk anggota koperasi
1 Wawancara pribadi dengan Bapak Warjah pengurus koperasi. Jakarta,
27 September 2018. Pada Pukul 10.00
69
masjid dengan harapan dapat memenuhi setiap
kebutuhan anggota/calon anggota untuk bermuamalah
secara aman, nyaman, penuh berkah, dan terhindar dari
prakter riba.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
bapak Warja yang merupakan pengurus koperasi :
“Awalnya tahun 2001 Masjid Raya Pondok Indah
memberikan tantangan kepada kita bagaimana
kalo masjid ini bukan hanya sekedar untuk
beribadah saja tetapi juga bisa memberdayakan
ekonomi umat di sekitar masjid. Tadinya kita
ditantang untuk mendirikan usaha mikro
akhirnya mendirikan lah kita BMT Usaha Mulya
ini yang sekarang sudah berubah menjadi
koperasi. Dengan cara memberikan pinjaman
kepada usaha kecil berupa modal usaha. Seiring
berjalanya waktu ada peraturan pemerintah kita
disuruh milih mau badan hukumnya dibawah
kementerian koperasi atau apa ya saya lupa
akhirnya kita memilih koperasi dan nama BMT
itu harus di ubah menjadi Koperasi Simpan
Pinjam”.2
Sasaran program Koperasi Simpan Pinjam Dan
Pembiayaan Syari’ah (KSPPS Usaha Mulya) adalah
masyarakat sekitar Masjid Pondok Indah yang memang
2 Wawancara pribadi dengan Bapak Warjah pengurus koperasi. Jakarta,
27 September 2018. Pada Pukul 10.00
70
kekurangan modal untuk memulai usaha mereka atau
mengembangkan usaha mereka, serta masyarakat yang
ingin menyimpan uang mereka tanpa menimbulkan
riba seperti pada bank-bank konvensional yang ada.
KSPPS Usaha Mulya merupakan koperasi
simpan pinjam dan pembiayaan berbasis syariah, yang
berfungsi sebagai sarana memberdayakan
perekonomian umat melalui kerjasama antara pihak
KSPPS dengan masyarakat yang menjadi
anggota/calon anggota baik dalam bentuk pembiayaan
usaha produktif, layanan konsumtif, simpanan atau
tabungan dan transaksi produk-produk syari’ah
lainnya.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh
bapak Warjah tentang anggota KSPPS Usaha Mulya :
“Selama ini kita masih untuk wilayah selatan
terutama jamaah Masjid Pondok Indah, Pondok
Pinang, Kebayoran Baru radio dalam, pokoknya
daerah selatan, terus untuk Tangerang Selatan ya
sampe ke Parung.”3
Pernyataan ini juga sesuai dengan yang
diungkapkan oleh salah satu karyawan koperasi :
“Selama ini anggotanya masih sekitar wilayah
selatan terutama jamaah Masjid Pondok Indah,
Pondok Pinang, Kebayoran Baru radio dalam ada
3 Wawancara pribadi dengan Bapak Warjah pengurus koperasi. Jakarta,
27 September 2018. Pada Pukul 10.00
71
juga si beberapa yang di daerah Tangsel, dan
Parung”.4
Sementara itu untuk mengikuti program-program
yang ada di koperasi ini ada syarat-syarat yang harus di
ikuti oleh para anggota maupun calon anggota sesuai
dengan program apa yang mereka ikuti. Seperti
program simpanan, ada jumlah minimal yang harus
mereka setorkan di awal dengan jumlah yang sesuai
dengan jenis simpanan yang mereka inginkan.
Sedangkan untuk program pembiayaan ada beberapa
syarat yang harus mereka lengkapi diantaranya foto
copy KTP suami dan istri, kartu keluarga, NPWP, dan
lain sebagainya.
Seperti yang diungkapkan oleh ibu Iyem yang
merupakan angota koperasi:
“Prosesnya si tidak begitu susah ya de. Selain
harus memenuhi syarat-syarat yang ada paling
ada pertanyaan seputar agama de, ya kaya
sholatnya gimana atau selama ini kita sholat atau
engga. Ya namanya juga koperasi masjid jadi
menurut saya si wajar-wajar saja pertanyaan
seperti ini. Lagi kan membantu kita juga untuk
lebih rajin sholatnya”.5
4 Wawancara pribadi dengan ibu Siti Lutfiyah pengurus koperasi.
Jakarta, 27 September 2018. Pada pukul 11.00 5 Wawancara pribadi dengan ibu Iyem anggota koperasi. Jakarta, 2
Oktober 2018. Pada pukul 11.00
72
Ini juga diungkapkan oleh anggota lainnya yaitu ibu
Endang :
“Kalau proses pengajuannya sih buat saya tidak
begitu rumit ya mas, asal syarat-syaratnya
lengkap dan kita bisa milih mau ikut program
pembiayaan apa tabungan”.6
Program-program KSPPS Usaha Mulya
merupakan program pemberdayaan ekonomi umat
yang dilakukan oleh koperasi masjid yang hadir
sebagai wadah untuk membantu persoalan masyarakat
yang ada di sekitar wilayah masjid serta dapat memberi
pegangan kepada masyarakat tetang norma dan pola
hubungan yang ada didalam masyarakat karena
kelembagaan merupakan suatu miniatur dari
masyarakat dan kebudayaan.
Menurut masyarakat program KSPPS Usaha
Mulya sangat membantu mereka khususnya dari segi
ekonomi mereka. Programnya pun dapat menyentuh
masyarakat-masyarakat dari berbagai kalangan
masyarakat. Syarat yang ditetapkan untuk bergabung
dalam KSPPS Usaha Mulya pun tidak begitu sulit.
Meskipun untuk beberapa anggota menganggap syarat
tersebut terlalu sulit.
6 Wawancara pribadi dengan ibu Endang anggota koperasi. Jakarta, 2
Oktober 2018. Pada pukul 14.00
73
2. Menjaga Semangat Keberdayaan
Menjaga keutuhan masyarakat yang
bersangkutan. Lembaga sosial bermaksud untuk
menghimpun dan mempersatukan anggota-anggotanya
agar tercipta integrasi dalam masyarakat. sama halnya
dengan koperasi. Koperasi hadir untuk mengatur
rangkaian tata cara dan prosedur dalam melakukan
hubungan antar manusia saat mereka menjalani
kehidupan bermasyarakat dengan tujuan mendapatkan
keteraturan hidup. Dengan adanya pedoman yang
diterima bersama, maka kesatuan dalam masyarakat
dapat dipelihara.
Peranan koperasi dalam menjaga keutuhan
masyarakat tidak perlu diragukan lagi kemampuannya,
dengan hadirnya koperasi di tengah masyarakat ia telah
turut andil dalam meningkatkan kesejahteraan hidup
masyarakat. Sedangkan perannya sebagai lembaga
sosial jelas koperasi melaksanakan prinsip tidak
mendiskriminasikan anggota, perlakuan yang adil
terhadap anggota, adanya wadah/forum yang
menampung aspirasi anggota dan adanya aturan yang
jelas untuk medukung keberhasilan demokrasi.
Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan bapak
Warjah yang merupakan pengurus koperasi KSPPS
Usaha Mulya:
“Selama ini si kita ketika ada pedagang kecil
yang membutuhkan tambahan modal untuk
74
usahanya yaa itu yang kita berikan, kita berikan
pinjaman modal. Karena kan saat ini banyak
pedagang kecil yang tidak tersentuh oleh bank-
bank konvensional atau merasa syarat
administrasinya cukup rumit jadi mereka mikir
ulang dan dateng kesini. Di samping itu kita juga
mengarahkan mereka sedikit pembelajaran
kejujuran kepada mereka agar aktivitas mereka
seimbang dengan sisi agama. Kita mah cuma
ingin kejujuran mereka di awal”.7
Selain itu koperasi memiliki peran penting guna
mempersatukan berbagai persepsi di masyarakat.
Koperasi dapat berperan sebagai lembaga non formal
yang turut dapat membantu meningkatkan kemampuan
sumberdaya manusia dan peningkatkan pembangunan
ekonomi melalui program-program pemberdayaan
yang dimiliki.
Seperti yang diungkapkan oleh ibu Siti Lutfiyah:
“Menurut saya si penting sekali ya mengenalkan
program pemberdayaan ekonomi umat ini ke
masyarakat, setidaknya kita sudah membantu
mereka manjauhi riba, mereka gak harus
meminjam uang ke lintah darat karenanya yang
deket banget sama masyarakat itu lintah darat di
7 Wawancara pribadi dengan Bapak Warjah pengurus koperasi. Jakarta,
27 September 2018. Pada Pukul 10.00
75
banding bank-bank syariah atau KSPPS seperti
kita ini”.8
Manfaat lain selain meningkatkan ekonomi
masyarakat, koperasi juga berperan sebagai wadah
untuk mempersatukan masyarakat dan menampung
aspirasi anggota dengan adanya aturan yang jelas untuk
medukung keberhasilan demokrasi.
3. Memberi Pandangan Kepada Masyarakat Untuk
Kontrol Sosial
Memberi pandangan kepada masyarakat untuk
mengadakan kontrol sosial (social control). Artinya,
sistem pengawasan masyarakat terhadap tingkah laku
anggotanya dalam hal ini ialah KSPPS Usaha Mulya.
Koperasi sebagai lembaga sosial ekonomi dapat
membentuk struktur maupun kultur dalam masyarakat.
Dalam dimensi sosial koperasi dapat membangun
ikatan dengan setiap anggotanya serta memberikan
manfaat bagi masyarakat sekitarnya.
Ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh pengurus
KSPPS Usaha Mulya tentang perubahan yang terjadi
setelah bergabung di KSPPS yaitu ibu Siti lutfiyah
yang mengatakan bahwa:
“Perubahan ya Alhamdulillah sudah mulai sadar
akan penting agama walaupun ada urusan dunia
yang penting. Sholat mulai rajin.”9
8 Wawancara pribadi dengan ibu Siti Lutfiyah pengurus koperasi.
Jakarta, 27 September 2018. Pada pukul 11.00
76
Dengan adanya syarat yang digunakan oleh
KSPPS Usaha Mulya di awal pendaftaran anggota
setidaknya KSPPS Usaha mulya ikut berperan aktif
kepada masyarakat khususnya anggota koperasi
tentang tingkah laku sosial para anggotanya. Anggota
KSPPS Usaha Mulya ini mulai sadar akan pentingnya
agama, mereka mulai berubah sedikit demi sedikit dan
sadar akan kewajibannya sebagai umat muslim.
4. Memenuhi Kebutuhan Pokok Masyarakat
Koperasi sebagai lembaga ekonomi yang di
bentuk dari, oleh, dan untuk anggota diharapkan dapat
memberikan peluang pengembangan usaha para
anggota pada khususnya dan masyarakat sekitar pada
umumnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan
ekonomi dan sosial, sehingga koperasi dapat
bermanfaat bagi masyarakat. pemberdayaan ekonomi
yang dilakukan oleh koperasi dapat dilakukan dengan
meningkatkan pelayanan koperasi sehingga koperasi
benar-benar berperan dalam tujuannya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi anggota dan
masyarakat.
Seperti yang diungkapkan oleh anggota koperasi ibu
Iyem yang mengikuti program pembiayaan :
9 Wawancara pribadi dengan ibu Siti Lutfiyah pengurus koperasi.
Jakarta, 27 September 2018. Pada pukul 11.00
77
“Ya kalau buat Ibu pribadi dari bantuan
pembiayaan di koperasi ini si ada ya de. Usaha
saya jadi lebih berkembang, masih bisa muterin
keuntungannya buat usaha lagi, sekarang Ibu
juga ikut program simpanannya. Jadi keuntungan
lebih yang di dapat Ibu simpan juga disini”.10
Hal ini juga di uangkapkan oleh anggota
lainnya yaitu bapak Ijal:
“Kondisi ekonomi saya ya sama aja si Cuma ada
peningkatan lah. Sekrang sudah mampu jual
lebih banyak karena mampu produksi lebih
banyak”.11
Hal ini juga tidak jauh berbeda dengan anggota
koperasi lainnya yaitu ibu Roni yang mengatakan:
“Ya gak signifikan banget si de kalau untuk saya.
Ya tapi adalah peningkatan Cuma masih biasa-
biasa aja tidak terlalu yang berlebihan
signifikan”12.
Walaupun dampak hadirnya KSPPS Usaha
Mulya tidak begitu signifikan dirasakan oleh
beberapa anggotanya, tetapi KSPPS Usaha Mulya
dapat dikatakan sudah mampu memenuhi
kebutuhan pokok perekonomian anggota
10 Wawancara pribadi dengan ibu Iyem anggota koperasi. Jakarta, 2
Oktober 2018. Pada pukul 11.00 11 Wawancara pribadi dengan bapak Ijal anggota koperasi . Jakarta, 7
Oktober 2018. Pada pukul 13.00 12 Wawancara pribadi dengan ibu Roni angota Koperasi. Jakarta, 5
Oktober 2018. Pada pukul 14.00
78
khususnya. Selain itu, secara langsung para
anggota sudah saling membantu mensejahterakan
perekonomian anggota yang lain, melalui uang
tabungan yang mereka masukan.
Dengan demikian KSPPS Usaha Mulya ini
memiliki potensi yang sangat besar dalam turut
serta mendukung dan berperan dalam
pengembangan dan pembangunan ekonomi.
B. Hasil dari Koperasi Simpan Pinjam Usaha Mulya
Sesuai dengan tujuan koperasi yang tercantum dalam
Undang-Undang RI No. 25 Tahun 1992 Bab II Pasal 3
adalah koperasi bertujuan memajukan kesejahteraan
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan perekonomian nasional
dalam rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan
makmur berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar
1945.
Untuk mendapatkan hasil atau manfaat dari hadirnya
koperasi maka koperasi tersebut harus bekerja sesuai
dengan fungsinya. Seperti pada Bab III Bagian Pertama
Pasal 4 UU RI No. 25 Tahun 1992 fungsi dan peran
koperasi adalah:
1. Membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan ekonomi.
Membangun dan mengembangkan potensi dan
kemampuan ekonomi anggota pada khususnya dan
masyarakat pada umumnya untuk meningkatkan
79
kesejahteraan ekonomi dan sosialnya. Potensi dan
kemampuan ekonomi para anggota koperasi pada
umumnya relatif kecil. Melalui koperasi, potensi dan
kemampuan ekonomi yang kecil itu dihimpun sebagai
satu kesatuan, sehingga dapat membentuk kekuatan
yang lebih besar.
Seperti yang diungkapkan oleh anggota koperasi
ibu Yuti:
“Gimana ya a, dampak yang signifikan banget si
belum terlalu terlihat ya. Tapi adalah, saya jadi
lebih mampu nyetok dagangan agak banyakan,
bisa benerin gerobak ya masih gini-gini aja si
a”13
Hal ini juga diungkapkan oleh anggota koperasi
lainnya yaitu ibu Iyem:
“Ya Alhamdulillah sekarang sudah bisa lebih
berkembang usahanya, lebih banyak nyetok
bahan-bahannya jadi omsetnya lebih banyak. Jadi
bisa nyisihin uang juga buat muter usahanya”.14
Hadirnya KSPPS Usaha Mulya di Masjid
Pondok Indah ini telah mampu membantu anggotanya
untuk merubah perekonomian mereka menjadi lebih
maju. Dengan program pembiayaan yang diberikan
koperasi kepada mereka mampu membantu mereka
13 Wawancara pribadi dengan ibu Yuti anggota koperasi. Jakarta, 3
Oktober 2018. Pada pukul 15.00 14 Wawancara pribadi dengan ibu Iyem anggota koperasi. Jakarta, 2
Oktober 2018. Pada pukul 11.00
80
mengembangkan usahanya. Walaupun ada dapat yang
signifikan belum terlihat tetapi koperasi ini sudah
membawa dampak yang positif untuk perekonomian
masyarakat khususnya anggota.
Dengan demikian koperasi akan memiliki
peluang yang lebih besar dalam meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial anggota koperasi
pada khususnya dan masyarakat pada umumnya.
2. Berperan serta secara aktif dalam upaya
mempertinggi kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat
Turut serta secara aktif dalam upaya
meningkatkan kualitas kehidupan manusia dan
masyarakat. Peningkatan kualitas kehidupan hanya bisa
dicapai koperasi jika ia dapat mengembangkan
kemampuannya dalam membangun dan meningkatkan
kesejahteraan ekonomi anggota-anggotanya serta
masyarakat di sekitarnya.
Kualitas kehidupan masyarakat bisa ditingkatkan
melalu pelatihan-pelatihan dan monitoring yang
dilakukan oleh lembaga-lembaga sosial yang ada di
masyarakat, seperti hal nya koperasi. Koperasi bisa
menjadi wadah para anggota untuk mengembangkan
kapasitas diri mereka baik dari segi skill dan
perekonomian mereka agar terjadi peningkatan yang
seimbang antara kualitas SDM dengan
perekonomiannya.
81
Tetapi sayang sekali tidak semua koperasi
memiliki program pelatihan-pelatihan dan monitoring.
Kebanyakan dari mereka hanya mencari laba atau
meminjamkan modal tanpa memberika pelatihan-
pelatihan skill terhadap anggotanya.
Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan ibu
Endang yang juga merupakan anggota koperasi :
“Gimana ya mas kalo optimalisasi program si
saya gak ngerti ya mas, tapi kalau kita mau ikut
program pembiayaan kita harus lengkapin
persyaratan yang ada, yang pasti si harus ada
jaminannya ya. Kaya saya jaminannya bpkb
motor. Kalau di koperasi ini tidak ada pelatihan-
pelatihan dan monitoring kaya gitu si mas,
mereka cuma ngasih aja dan paling di kontrol
kemajuan usahanya”.15
Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu Yuti:
“Kalau mau ikut program pembiayaan ya paling
harus di penuhin syarat-syaratnya. Harus ada
jaminan juga kaya saya pakai jaminan BPKB a.
Kalau buat pelatihan-pelatihan, bimbingan di
koperasi ini mah engga ada. Yang penting mah
kita menuhin semua syarat-syaratnya.”16
15 Wawancara pribadi dengan ibu Endang anggota koperasi. Jakarta, 2
Oktober 2018. Pada pukul 14.00 16 Wawancara pribadi dengan ibu Yuti anggota koperasi. Jakarta, 3
Oktober 2018. Pada pukul 15.00
82
Berdasarkan data wawancara yang dilakukan
peneliti program-program KSPPS Usaha Mulya ini
belum memasukan program-program pelatihan dan
monitoring di dalamnya. Sangat di sayangkan jika
mengingat anggota KSPPS Usaha Mulya ini sudah
begitu banyak tetapi mereka belum menerapkan
program pelatihan didalamnya.
Program-program tersebut akan lebih baik jika
dilakukan program pelatihan peningkatan SDM itu
sendiri dan monitoring dari hasil pelatihan peningkatan
SDM agar mereka tidak hanya memberikan modal
tetapi akan lebih seimbang jika diberikan pelatihan dan
monitoring didalamnya.
3. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar
kekuatan dan ketahanan perekonomian nasional
dengan koperasi sebagai sokogurunya
Koperasi adalah satu-satunya bentuk perusahaan
yang dikelola secara demokratis. Berdasarkan sifat
seperti itu maka koperasi diharapkan dapat memainkan
peranannya dalam menggalang dan memperkokoh
perekonomian rakyat. Oleh karena itu, koperasi harus
berusaha sekuat tenaga agar memiliki kinerja usaha
yang tangguh dan efisien.
Agar koperasi mampu bersaing dengan bank-
bank konvensional, bank-bank keliling serta lintah
darat, koperasi harus memiliki cara tersendiri agar tetap
eksis di tengah-tengah masyarakat. sehingga anggota
83
masyarakat masih terus bergabung di koperasi tersebut
dan menarik perhatian para calon angotanya.
Seperti halnya usaha yang di lakukan oleh
KSPPS Usaha Mulya ini. Mereka memiliki cara
tersendiri untuk memanjakan para anggota dan calon
anggotanya agar mereka tetap bergabung dalam
KSPSS Usaha Mulya ini.
Hal ini diungkapkan oleh bapak Warjah :
“Karena mereka nyaman bergabung di sini
dengan kita. Karena di sini kita pake sistem
jemput bola. Kita datengin mereka karena kita di
sini ada sistem marketingnya sendiri, jadi kita
datengin mau nyimpen mau nabung jadi kita
punya marketing yang siap setiap hari untuk
kedaerah ini, daerah ini dibagi-bagi. Mungkin itu
yang membuat anggota merasa ada ikatan moral
merasa nyaman didatengin gitu ya akhirnya
masih tetap bergabung di KSPPS ini.”17
Ini juga sesuai dengan apa yang diungkapkan
pengurus koperasi lainnya:
“Mungkin karena mereka nyaman dengan sistem
jemput bola yang diterapkan di sini. Jadi kalo ada
angota yang mau nabung marketing kita siap
17 Wawancara pribadi dengan Bapak Warjah pengurus koperasi.
Jakarta, 27 September 2018. Pada Pukul 10.00
84
dateng jadi anggota gak harus dateng ke sini
untuk menabung”.18
Selain sistem jemput bola yang mereka terapkan
di KSPPS Usaha Mulya ini, para anggota yang
mengikuti program pembiayaan pun dibuat nyaman
dengan sistem pengajuannya yang menurut mereka
tidak begitu rumit. Ini sesuai dengan apa yang
diungkapkan oleh bapak Rido selaku anggota KSPPS
Usaha Mulya:
“Kalau proses pengajuannya si buat saya tidak
begitu rumit ya mas, asal syarat-syaratnya
lengkap dan kita bisa milih mau ikut program
pembiayaan apa tabungan. Kalau mau ikut dua
duanya lebih baik berarti. Yang penting program
pembiayaanya kebayar semuanya”.19
Dengan sistem-sistem yang diterapkan oleh
koperasi usaha mulya ini mampu membuat para
anggota mereka terus aktif dan bertahan hingga saat
ini. Ini jugalah yang mampu membuat KSPPS Usaha
Mulya maju dan berkembang baik dari segi anggota
dan program-programnya.
18 Wawancara pribadi dengan ibu Siti Lutfiyah pengurus koperasi.
Jakarta, 27 September 2018. Pada pukul 11.00 19 Wawancara pribadi dengan Bapak RIdo anggota koperasi. Jakarta, 3
September 2018. Pada Pukul 10.00
85
4. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan
perekonomian nasional yang merupakan usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi
Koperasi yang berdiri berdasarkan asas
kekeluargaan sudah seharusnya mampu
mengembangan perekonomian nasional dalam rangka
memberdayakan masyarakat.
Sama halnya dengan badan usaha lain, untuk
menjalankan kegiatan usahanya koperasi memerlukan
modal, baik modal sendiri, maupun modal pinjaman.
Modal sendiri didapat dari simpanan anggota koperasi ,
dana cadangan maupun hibah.
Seperti KSPPS Usaha Mulya ini yang tidak
bermitra dengan perusahaan manapun untuk program
yang mereka jalankan, mereka hanya bermitra untuk
kelancaran aktivitas keuangan mereka saja. KSPPS
Usaha Mulya lebih memilih menjalankan program-
programnya dengan modal mereka sendiri. Hal ini
sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh bapak
Warjah:
“Selama ini si belum ya . Karena modal kita dari
pengurus masjid cukup kuat jadi kita tidak
bermitra, mitra kita ya paling sesama anggota
KPPS itu sendiri paling kita bermitra untuk
kelancaran aktivitas keuangan kaya simpan
uangnya di Bank Muamalat. Sedangkan untuk
86
asuransi pembayaran kita kerja sama sama
Takaful dan JMA.”20
Hal ini di perjelas oleh pengurus yang lain:
“Modal kita untuk sekarang si masih dari
pengurus masjid jadi mitra kita ya paling sesama
anggota KPPS itu sendiri ya untuk kelancaran
aktivitas keuangan kita aja. Kaya simpan
uangnya di Bank Muamalat, untuk asuransi
pembayaran kita kerja sama dengan Takaful dan
JMA ya itu doang si mitra kita.”21
Dengan menggunakan sistem pembiayaan dari
anggota untuk anggota sendiri, para anggota sendiri
sebenarnya sudah membantu satu sama lain untuk
meningkatkan perekonomian anggota lain.
20 Wawancara pribadi dengan Bapak Warjah pengurus koperasi.
Jakarta, 27 September 2018. Pada Pukul 10.00 21 Wawancara pribadi dengan ibu Siti Lutfiyah pengurus koperasi.
Jakarta, 27 September 2018. Pada pukul 11.00
87
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah saya lakukan
dilapangan maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. KSPPS Usaha Mulya merupakan koperasi simpan
pinjam dan pembiayaan berbasis syari’ah, yang
berfungsi sebagai sarana memberdayakan
perekonomian ummat. Hal ini dilakukan melalui
kerjasama antara pihak KSPPS dengan masyarakat yang
menjadi anggota / calon anggota baik dalam bentuk
pembiayaan usaha produktif, layanan konsumtif,
simpanan atau tabungan dan transaksi produk-produk
syari’ah lainnya.
2. KSPPS Usaha Mulya ini memiliki peran yang sangat
besar dalam turut serta mendukung dalam
pengembangan dan pembangunan ekonomi anggota
khususnya.
3. Program pembiayaan yang diberikan koperasi kepada
anggota mampu membantu mereka mengembangkan
usahanya, sehingga KSPPS Usaha Mulya memiliki
peluang yang lebih besar dalam meningkatkan
kesejahteraan ekonomi dan sosial anggota koperasi pada
khususnya dan masyarakat pada umumnya.
4. Melalui sistem jemput bola yang diterapkan pengurus
kepada para anggotanya mampu membuat para anggota
nyaman dan tetap bergabung hingga saat ini.
88
B. SARAN
Adapun saran yang diberikan oleh penulis terkait
dengan Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat (Anggota
Koperasi) Melalui Koperasi Simpan Pinjam dan Pembiayaan
Syari’ah Usaha Mulya Di Masjid Raya Pondok Indah Jakarta
Selatan sebagai berikut :
1. Mempermudah syarat pengajuan untuk program
pembiayaan bagi anggota yang perekonomiannya
menengah kebawah.
2. Akan lebih baik jika diadakan program pelatihan dan
monitoring bagi para anggota khususnya untu program
pembiayaan.
3. Mengadakan pertemuan rutin antara pengurus dan
anggota agar silaturahmi tetap terjaga.
89
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Buku:
Antonio, Muhammad Syafi’I. 2003. Bank Syariah, dari Teori ke
Praktek. Jakarta: Gema Insani Press.
BMT Usaha Mulya. 2002. Sejarah Berdirinya BMT Usaha Mulya
Masjid Raya Pondok Indah. Jakarta: BMT Usaha Mulya.
Bungin, M. Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif: Komunikasi,
Ekonomi, Kebijakan Publik, dan Ilmu Sosial Lainnya.
Jakarta: KENCANA.
Hadi, Sutrisno. 1983. Metodologi Research. Jogjakarta: Andi Off
Set.
Herdiansyah, Haris. 2012. Metodelogi Penelitian kualitatif: untuk
Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Salemba Humanika.
Kasmir. 2006. Kewirausahaan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Lumbatobing, Juliana Elvis F Purba, Ridhon Simangusong. 2002.
Ekonomi Koperasi. Medan; Universita HKBN
Nommensen Fakultas Ekonomi.
Machendrawity, Nanih. 2001. Pengembangan Masyarakat Islam.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Meleong, Lexy J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Nasdian, Fredian Tonny. 2015. Pengembangan Masyarakat.
Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Nurdin, Ali. 2006. Qur’anic Society: Menelusuri Masyarakat Ideal
dalam Al-Qur’an. Jakarta: Erlangga.
Rukhiyat, Adang dkk. 2003. Panduan Penelitian Bagi Remaja.
Jakarta: CV. Tumaritis.
90
Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat. 2011. Metodologi
Penelitian. Bandung: CV Mandar Maju.
Suharto, Edi. 2005. Membangun Masyarakat Memberdayakan
Rakyat: Kajian Strategis Pembangunan Kesejahteraan
Sosial dan Pekerjaan Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.
Sumohadiningrat, Gunawan. 1997. Pembangunan Daerah Dan
Pengembangan Masyarakat. Jakarta: Bina Rena Pariwara.
Sitio, Arifin dan Halomoan Tamba. 2001. Koperasi: Teori dan
Praktik. Jakarta: Erlangga.
Suwartono. 2014. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian.
Yogyakarta: Penerbit Andi.
Yulistiani, Indriati. 2001. Ragam Penelitian Kualitatif :Penelitian
Lapangan. FISIP:UI.
Yusuf, Qardhawi. 1995. Kiat Islam Mengentaskan Kemiskinan.
Jakarta: Gema Insani Press.
Zubaedi. 2013. Pengembangan Masyarakat Wacana dan Praktik.
Jakarta: Kencana.
Zuriyah, Nurul. 2007. Metodologi Penelitian Sosial dan
Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumber Skripsi:
Astoni, Budi. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Dana Bergulir
Baitul Maal Wa Tamwil (BMT) Ar-Ridho, Pisangan
Ciputat .Skripsi S1 Program Studi oleh Mahasiswa jurusan
Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu Dakwah
dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2009.
Rifa’i, Ahmad. Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Masjid-Studi
Kasus di Masjid Al-Ikhlas Jatipadang, Pasar Minggu,
Jakarta Selatan. Skripsi S1 Program Studi oleh Mahasiswa
jurusan Pengembangan Masyarakat Islam Fakultas Ilmu
Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta,
2015.
91
Sumber Web:
http://--www.bps.go.id/tab_sub/view/, “Data sensus penduduk
Indonesia, tahun 2010”, Artikel diakses pada 10
November 2017.
Sumber Wawancara:
Wawancara pribadi dengan Ibu Atikah selaku pengurus harian
KSPPS Usaha Mulya. Jakarta, 6 Maret 2018.
Wawancara pribadi dengan Ibu Siti Lutfiyah pengurus koperasi.
Jakarta, 27 September 2018.
Wawancara pribadi dengan Bapak Warjah pengurus koperasi.
Jakarta, 27 September 2018.
Wawancara pribadi dengan ibu Endang anggota koperasi. Jakarta,
2 Oktober 2018.
Wawancara pribadi dengan Ibu Iyem anggota koperasi. Jakarta, 2
Oktober 2018.
Wawancara pribadi dengan Ibu Yuti anggota koperasi. Jakarta, 3
Oktober 2018
Wawancara pribadi dengan ibu Roni angota Koperasi. Jakarta, 5
Oktober 2018
Nama : Warjah
Jabatan : Bagian Pembiayaan
1. Apa ide awal membentuk BMT?
Awalnya tahun 2001 masjid Raya Pondok Indah
memberikan tantangan kepada kita bagaimana kalo masjid ini
bukan hanya sekedar untuk beribadah saja tetapi juga bisa
memberdayakan ekonomi umat disekitar masjid. Tadinya kita
ditantang untuk mendirikan usaha mikro akhirnya mendirikan
lah kita BMT Usaha Mulya ini yang sekarang sudah berubah
menjadi koperasi. Dengan cara memberikan pinjaman” kepada
usaha kecil berupa modal usaha. Seiring berjalanya waktu ada
peraturan pemerintah kita disuruh milih mau badan hukumnya
dibawah kementrian koperasi atau apa ya saya lupa akhirnya
kita memilih koperasi dan nama BMT itu harus di ubah
menjadi Koperasi simpan pinjam.
2. Apakah KSPPS ini memiliki mitra dalam menjalankan
program-programnya ?
Selama ini si belum ya, karena modal kita dari
pengurus masjid cukup kuat jadi kita tidak bermitra, mitra kita
ya paling sesama anggota KSPPS itu sendiri paling kita
bermitra untuk kelancaran aktivitas keuangan kaya simpan
uangnya di bank Muamalat. Sedangkan untuk asuransi
pembayaran kita kerja sama sama Takaful dan JMA.
3. Tata cara pemberdayaan ekomonomi anggota KPPS ini ?
Selama ini si kita ketika ada pedagang kecil yang
membutuhkan tambahan modal untuk usahanya yaa itu yang
kita berikan, kita berikan pinjaman modal. Karena kan saat ini
banyak pedagangan kecil yang tidak tersentuh oleh bank-bank
konvensional atau merasa syarat administrasinya cukup rumit
jadi mereka mikir ulang dan dateng kesini. Di samping itu kita
juga mengarahkan mereka sedikit pembelajaran kejujuran
kepada mereka agar aktivitas mereka seimbang dengan sisi
agama. Kita mah cuma ingin kejujuran mereka di awal.
4. Siapa saja pesertanya ?
Selama ini kita masih untuk wilayah selatan terutama
jamaah masjid pondok indah, pondok pinang, kebayoran baru
radio dalam, pokoknya daerah selatan, terus untuk tangerang
selatan ya sampe ke parung.
5. Tantangan dan hambatan ?
Mungkin kita dulu tantangannya sosialisasi kepada
calon nasabah mereka kan tidak mengerti BMT dan mereka
gak bisa bedain sistemnya dan mengangap sama aja dong
sama bank konvensional. Kalo di islam kan beda ada akad,
terus kejujurannya , keterbukaan, selama ini kan mereka
bilang wah sama aja dong bunga-bunga juga. Kalo kita kan
juga melihat peruntukannya untuk apa tidak langsung di
berikan begitu saja. Ada juga nasabah yang nakal ya cuma 1
atau 2 atau ada juga marketing yang nakal .
6. Adakah target atau waktu pembayaran pinjaman dan
bagaimana jika tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan ?
Kita memang ketika mereka melakukan pengajuan
pembiayaan atau tambahan modal kita udah kasih batas
waktu artinya kalo kita liat dari sisi konsep interen kita
ada analisa mereka. Seperti di bank konvensional kan
memakai sitem 5c (caracter, capital, capacity,) dan
misalnya peminjaman di atas 1.500 kita harus ada
jaminan, dan kita sesuaikan juga dengan kapasitas
pendapatan mereka. Kalo misalkan pendapatanya sehari
10.000 kita kasih cicilan sehari 20.000 ya bisa menjadi
antisipasi kita juga. Kemudian kita arahkan juga untu
menghindari mereka nantinya ada kendala kemacetan,
terlambat pembayaran kita terapkan ke anggota selain
mencicil juga untu menyimpan uangnya. Misalnya cicilan
10.000 ya sisihkan lah 2000 per pembayaran untuk
simpanan mereka. Kalau ada kendala kita liat, kita analisis
kenapa mereka terlambat, sengaja atau karena musibah
kita ada toleransi kita mundurkan pembayarannya .
7. Bagaimana menentukan skala prioritas ?
Disini ketika mereka melakukan pengajuan ada syarat
administratif yang harus mereka lengkapi seperti ktp, kk,
kartu keluarga
8. Berapa banyak partisipan atau anggota dalam KPPS ini ?
Ya kira-kira 3000 an anggotanya sampe saat ini.
9. Berapa banyak jumah anggota KPPS yang aktif ?
Kalau untuk anggota yang aktif ya sekitar 2000 an.
kategori aktif kan ada 2, ada yang aktif nabung ada yang
aktif pembiayaan
10. Apa saja yang menyebabkan mereka tetap aktif di KPPS
ini hingga saat ini ?
Karena mereka nyaman bergabung disini dengan kita.
Karena disini kita pake sistem jemput bola. Kita datengin
mereka karena kita disini ada sistem marketingnya
sendiri, jadi kita datengin mau nyimpen mau nabung jadi
kita punya marketing yang siap setiap hari untuk kedaerah
ini, daerah ini di bagi-bagi. Mungkin itu yang membuat
anggota merasa ada ikatan moral merasa nyaman di
datengin gitu ya akhirnya masih tetap bergabung di kspps
ini.
11. Apa yang dilakukan partisipan dan pihak lembaga KPPS
jika mengalami kendala ?
Kendala ya ada aja baik dari pihak intern dan ekstern
12. Perubahan apa yang paling menonjol dilakukan oleh
anggota setelah bergabung di KPPS ini ?
Perubahan ya Alhamdulillah sudah mulai sadar kaya kalo
denger azan mereka berenti dulu sholat
13. Jika perubahan terjadi pada peningkatan ekonomi
bagaimana cara angota mengelolanya , dan jika perubahan
terjadi pada segi karater perubahan apa yang paling
menonjol ?
Kalo dari segi ekonomi kaya kita liat barang dagangan
mereka sudah mulai banyak. Terus kita bisa lihat juga
misalnya yang tadinya Cuma bayar cicilan sekarang sudah
mulai bisa nabung juga. Kalo karakter yang paling
menonjol ya itu misalnya mereka lagi berjualan denger
azan mereka berenti dulu sholat.
14. Seberapa penting program pemberdayaan ekonomi untuk
umat ini dilakukan ?
Menurut saya sangat penting karena kan masyarkat
ekonomi kebawah lebih kesentuh karena selama ini kan
yang menyentuh konvensional, kaya rentenir dan mereka
jadi ikut riba, dan setelah mereka bergabung mereka jadi
berubah menjauhi riba. Ada juga yang setelah itu bener-
bener menjauhi riba dengan gak mau lagi di bank
konvensional.
Nama : Siti Lutfiyah
Jabatan : Karyawan KSPPS Usaha Mulya
1. Apa ide awal membentuk BMT?
Awalnya taun 2001 Tadinya ditantang untuk mendirikan
usaha mikro akhirnya mendirikan lah kita BMT usaha Mulya
ini yang sekarang sudah berubah menjadi koprasi. Seiring
berjalanya waktu ada peraturan pemerintah kita disuruh milih
mau badan hukumnya dibawah kementrian koperasi atau apa
ya saya lupa akhirnya kita memilih koperasi dan nama BMT
itu harus di ubah menjadi Koperasi simpan pinjam yaudah
akhirnya kita berubah nama menjadi KSPPS tetapi sistemnya
masih sama seperti BMT hanya namanya saja yang berganti
2. Apakah KSPPS ini memiliki mitra dalam menjalankan
program-programnya ?
modal kita untuk sekarang si masih dari pengurus masjid
jadi mitra kita ya paling sesama anggota KPPS itu sendiri ya
untuk kelancaran aktivitas keuangan kita aja. kaya simpan
uangnya di bank Muamalat, untuk asuransi pembayaran kita
kerja sama sama Takaful dan JMA ya itu doang si mitra kita.
3. Tata cara pemberdayaan ekomonomi anggota KSPPS ini ?
Tata caranya selain melengkapi persyaratan administrasi kita
juga mengarahkan mereka sedikit pembelajaran kejujuran
kepada mereka itu aja si intinya mah disini.
4. Siapa saja pesertanya ?
Selama ini anggotanya masih sekitar wilayah selatan
terutama jamaah masjid pondok indah, pondok pinang,
kebayoran baru radio dalam ada juga si beberapa yang di
daerah tangsel, dan parung.
5. Tantangan dan hambatan ?
Paling tantangannya ngejelasin ke masyarakat atau nasabah-
nasabah baru yang mau begabung apa itu KSPPS, bedanya
apa sama bank-bank biasa. Karena gak semua mengertikan
apa itu KSPPS kalo yang udah paham si gampang jelasinnya
mas.
6. Adakah target atau waktu pembayaran pinjaman dan
bagaimana jika tidak sesuai dengan waktu yang telah
ditentukan ?
Kalo kita, kita lihat dulu peminjaman di atas 1.500 ya harus
ada jaminannya, dan di sesuaikan juga dengan kemampuan
mereka. Teruskita usahakan mereka ada simpanan di kita jadi
saat mereka ada tunggakan kita bisa ambil dari kelebihan
pembayaran untuk tabungan itu. Kalau pun ada kendala kita
liat lagi, kita analisis kenapa mereka terlambat, sengajakah
atau karena mereka terkena musibah kita ada toleransi kita
mundurkan pembayarannya itu juga dengan kesepakatan
kedua belah pihak.
7. Bagaimana menentukan skala prioritas ?
Disini ketika mereka melakukan pengajuan ada syarat
administratif yang harus mereka lengkapi seperti ktp, kk,
kartu keluarga kalo yang di atas 1,5 kita minta jaminan. Kita
juga liat mana yang memang kira-kira butuh dana lebih
penting itu yang kita prioritasin sih.
8. Berapa banyak partisipan atau anggota dalam KSPPS ini ?
Sampai saat ini si udah ribuan ya, ya kira-kira 3000 an
anggota yang sudah bergabung di KSPPS ini dari awal masih
BMT sampai saat ini.
9. Berapa banyak jumah anggota KPPS yang aktif ?
Kalau untuk anggota yang aktif ya sekitar 2000 an angota
yang aktif baik di tabungan dan pembiayaan ya.
10. Apa saja yang menyebabkan mereka tetap aktif di KPPS ini
hingga saat ini ?
Mungkin karena mereka nyaman dengan sistem jemput bola
yang diterapkan disini. Jadi kalo ada angota yang mau
nabung marketing kita siap dateng jadi anggota gak harus
dateng ke sini untuk menabung.
11. Apa yang dilakukan partisipan dan pihak lembaga KSPPS
jika mengalami kendala ?
Kendala ya ada aja baik dari pihak intern dan ekstern. Ya
kaya marketing yang nakal atau anggota yang kabur setelah
permohonan pembiayaannya keluar. Ya ada lah 1 atau 2
orang.
12. Perubahan apa yang paling menonjol dilakukan oleh anggota
setelah bergabung di KPPS ini ?
Perubahan ya Alhamdulillah sudah mulai sadar akan penting
agama walaupun ada urusan dunia yang penting. Sholat
mulai rajin.
13. Jika perubahan terjadi pada peningkatan ekonomi bagaimana
cara angota mengelolanya , dan jika perubahan terjadi pada
segi karakter perubahan apa yang paling menonjol ?
Dari nilai ekonominya ya kita liat kaya pembayaran mereka
lancar, jenis dagangannya makin banyak, dan mereka masih
bisa menyisihkan untuk menabung . Kalo karakter yang
paling menonjol ya itu misalnya mereka lagi berjualan
denger azan mereka berenti dulu sholat.
14. Seberapa penting program pemberdayaan ekonomi untuk
umat ini dilakukan ?
Menurut saya si penting sekali ya mengenalkan program
pemberdayaan ekonomi umat ini ke masyarakat, setidaknya
kita sudah membantu mereka manjauhi riba, mereka gak
harus meminjam uang ke lintah darat karenanya yang deket
banget sama masyarakat itu lintah darat di banding bank-
bank syariah atau KSPPS seperti kita ini.
Nama : Ibu Iyem
Jabatan : Anggota
1. Siapa nama penerima program ?
Nama ibu iyem de
2. Bagaimana kondisi perekonomian sebelum menerima
program ?
Ya gimana ya de, kondisinya si masih belum seperti sekarang
ya. Usahanya belum seperti sekarang juga masih kecil-
kecilan aja. Ekonomi juga masih biasa-biasa aja si untung
kecil asal bisa terus lancar usahanya.
3. Bagaimana kondisi sesudah menerima program dari koperasi
?
Ya alhamdulillah sekarang sudah bisa lebih berkembang
usahanya, lebih banyak nyetok bahan-bahannya jadi
omsetnya lebih banyak. Jadi bisa nyisihin uang juga buat
muter usahanya.
4. Adakah dampak yang signifikan yang diterima bagi
penerima bantuan dari koperasi ?
Ya kalau buat ibu pribadi dari bantuan pembiayaan di
koperasi ini si ada ya de. Usaha saya jadi lebih berkembang,
masih bisa muterin keuntungannya buat usaha lagi, sekarang
ibu juga ikut program simpanannya. Jadi keuntungan lebih
yang di dapat ibu simpan juga disini.
5. Apa bentuk realisasi program bantuan dari koperasi yang
sedang dijalankan ?
Kalau ibu si dulu Cuma ikut program pembiayaan nya aja,
tapi beberapa taun terakhir sudah bisa ikut program
simpanannya juga.
6. Bagaimana proses dalam mengembangkan usaha ? adakah
kendala ataupun halangan dalam mengembangkan usaha ?
Kalo ngembangin usaha pasti engga semudah yang di
bayangin de. Pasti adalah kendala dan halangannya. Kalo
buat usaha ini si ya paling kendalanya kalo usahanya lagi
sepi, belum lagi harus bayar cicilan pembiayaan di koperasi.
7. Bagaimana penerima bantuan dalam pengoptimalan realisasi
program, apakah seutuhnya diberikan bantuan tanpa
pelatihan dan monitoring atau diberikan pelatihan serta
dibimbing dan di monitoring ?
Di koperasi ini si gak ada pelatihan apa-apa ya de, jadi kita
ngajuin pake syarat-syarat yang ada. Kaya saya ya pakai
jaminan BPKB motor. Paling usaha kita Cuma di monitoring
sama orang marketingnya sekalian mereka ngambilin iuran
pembayaran mereka juga liat sejuah mana usaha kita
berkembang. Gitu doang si paling de gak ada bimbingan ata
pelatihan.
8. Adakah yang diberikan bantuan oleh BMT koperasi adalah
sebagaian dari anggota saja atau bagaimana ?
Wah kalau itu saya si kurang tau ya, yang saya tau ya paling
orang-orang sekitar masjid aja si de. Tapi anggota disini juga
udah banyak.
9. Sejauh ini menurut bapak/ibu apakah realisasi pemberian
bantuan ini tepat sasaran ?
Menurut ibu si ya alhamdulillah sampe sekarang si udah
tepat sasaran, membantu usaha-usaha kecil buat ngembangin
usahanya lagi, dengan cicilan yang lebih ringan dari pada di
bank-bank konvensional.
10. Bagaimana proses yang di jalankan oleh koperasi usaha
mulya ?
Prosesnya si tidak begitu susah ya de. Selain harus
memenuhi syarat-syarat yang ada paling ada pertanyaan
seputar agama de, ya kaya sholatnya gimana, atau selama ini
kita sholat atau engga. Ya namanya juga koperasi masjid jadi
menurut saya si wajar-wajar saja pertanyaan seperti ini. Lagi
kan membantu kita juga untuk lebih rajin sholatnya.
Nama : Ibu Yuti
Jabatan : Anggota (Pedagang Soto)
1. Siapa nama penerima program ?
Nama saya ibu yuti a
2. Bagaimana kondisi perekonomian sebelum menerima
program ?
Kondisi ekonomi saya sebelum gabung di koperasi si ada aja
a, Cuma kan usaha masih kecil, dagang nya belum bisa
sebanyak sekarang. Masih mikir-mikir buat kedepannya
usaha masih bisa muter apa engga
3. Bagaimana kondisi sesudah menerima program dari koperasi
?
Kondisi ekonomi saya si begini-begini aja ya a, buat saya si
yang penting masih bisa muter usaha ini a. Gak apa-apa
untung sedikit asal usaha masih bisa jalan, cicilan koperasi
terbayarkan, dan masih bisa buat makan dan jajan anak
sekolah.
4. Adakah dampak yang signifikan yang diterima bagi
penerima bantuan dari koperasi ?
Gimana ya, dampak yang signifikan banget si belum terlalu
terlihat ya. Tapi adalah, saya jadi lebih mampu nyetok
dagangan agak banyakan, bisa benerin gerobak ya masih
gini-gini aja si a.
5. Apa bentuk realisasi program bantuan dari koperasi yang
sedang dijalankan ?
Kalau program bantuan koperasi yang saya ikutin ya Cuma
program pembiayaan aja si a. Belum ikut program-program
simpanan.
6. Bagaimana proses dalam mengembangkan usaha ? adakah
kendala ataupun halangan dalam mengembangkan usaha ?
Yang pasti si ada atuh a kendala dan hambatannya. Namanya
usaha kalau lagi rame ya makin lancar usahanya, kalau lagi
sepi kan itu yang jadi pikiran pedagang. Tapi saya
alhamdulillah si de sesepi-sepinya masih bisa buat usaha
besok lagi, masih cukup bayar cicilan juga.
7. Bagaimana penerima bantuan dalam pengoptimalan realisasi
program, apakah seutuhnya diberikan bantuan tanpa
pelatihan dan monitoring atau diberikan pelatihan serta
dibimbing dan di monitoring ?
Kalau mau ikut program pembiayaan ya paling harus di
penuhin syarat-syaratnya. Harus ada jaminan juga kaya saya
pakai jaminan BPKB a. Kalau buat pelatihan-pelatihan,
bimbingan di koperasi ini mah engga ada. Yang penting mah
kita menuhin semua syarat-syaratnya.
8. Adakah yang diberikan bantuan oleh BMT koperasi adalah
sebagaian dari anggota saja atau bagaimana ?
Kayaknya mah masih sebagian anggota dan warga sekitar
sini aja si a.
9. Sejauh ini menurut bapak/ibu apakah realisasi pemberian
bantuan ini tepat sasaran ?
Kalau menurut ibu si sudah tepat ya a, mungkin hanya perlu
di luaskan jaringan pinjamannya biar banyak masyarakat
yang jauh dari sini juga bisa ikutan program pemberdayaan
di koperasi ini.
10. Bagaimana proses yang di jalankan oleh koperasi usaha
mulya ?
Prosesnya si buat saya masih bisa lah untuk ikutan program
pembiayaan ini si mudah ya dan tidak memberatkan
anggotanya.
Nama : Ibu Roni
Jabatan : Anggota (penjual sate)
1. Siapa nama penerima program ?
Saya ibu Roni
2. Bagaimana kondisi perekonomian sebelum menerima
program ?
Ya begitu lah de yang penting cukup buat makan, jajan anak
sama nyisihin buat usaha hari besoknya aja udah cukup
3. Bagaimana kondisi sesudah menerima program dari koperasi
?
Ya begini aja si de, alhamdulillah ada peningkatan terutama
dari segi ekonominya ya, usaha masih bisa berjalan, sekolah
dan jajan anak cukup, dapur masih bisa ngebul.
4. Adakah dampak yang signifikan yang diterima bagi
penerima bantuan dari koperasi ?
Ya gak signifikan banget si de kalau untuk saya. Ya tapi
adalah peningkatan Cuma masih biasa-biasa aja tidak terlalu
yang berlebihan signifikan.
5. Apa bentuk realisasi program bantuan dari koperasi yang
sedang dijalankan ?
Saya Cuma ikut program pembiayaan aja de, Cuma sekarang
sudah gak ikut lagi.
6. Bagaimana proses dalam mengembangkan usaha ? adakah
kendala ataupun halangan dalam mengembangkan usaha ?
Namanya usaha pasti ada aja hambatannya ya, kalau lancar-
lancar aja mah boong namanya. Kalau saya si
ngembanginnya ya tetep pertahanin rasanya, harganya jangan
terlalu mahal, harus sesuai lah antara harga dan rasanya.
Kendala ya paling usaha sepi. Masih harus mikir gimana cara
muter modal untuk usaha besok.
7. Bagaimana penerima bantuan dalam pengoptimalan realisasi
program, apakah seutuhnya diberikan bantuan tanpa
pelatihan dan monitoring atau diberikan pelatihan serta
dibimbing dan di monitoring ?
Di koperasi ini si yang penting mah ikutin syarat-syaratnya
aja. Dan harus ada jaminan juga, kaya saya sekarang
meskipun udah gak ikut program pembiayaan lagi tapi surat
tanah saya masih di koperasi de.
8. Adakah yang diberikan bantuan oleh BMT koperasi adalah
sebagaian dari anggota saja atau bagaimana ?
Wah saya kurang tau si itu. Kayaknya sebagian anggota dan
warga sekitar sini aja deh.
9. Sejauh ini menurut bapak/ibu apakah realisasi pemberian
bantuan ini tepat sasaran ?
Sudah si de, Cuma lebih baik syarat-syaratnya di permudah
lagi ya, kan tidak semua anggota pembiayaan punya surat-
surat untuk jaminan ya. Itu aja si menurut saya agar syarat
pembiayaannya di permudah
10. Bagaimana proses yang di jalankan oleh koperasi usaha
mulya ?
Prosesnya si tidak begitu sulit ya. Cukup lengkapin
persyaratanya aja kita udah bisa menjadi anggota tinggal
pilih mau ikut perogram pembiayaan atau program simpanan.
Nama : Ibu Endang
Jabatan : Anggota (pedagang klontong)
1. Siapa nama penerima program ?
Saya ibu Endang mas, tapi kalo yang ikut program
pembiayaan ini mah suami saya mas bapak Deni namanya.
2. Bagaimana kondisi perekonomian sebelum menerima
program ?
Gimana ya mas, ekonomi mah cukup-cukup aja sebenernya,
Cuma usaha saya masih kecil kecilan belum kaya gini. Jenis
dagangannya juga belum sebanyak ini.
3. Bagaimana kondisi sesudah menerima program dari koperasi
?
Alhamdulillah si meningkat walaupun gak banyak tapi ada
lah peningkatan. Mungkin karena modal nya bertambah jadi
bisa lebih banyak macem dagangannya.
4. Adakah dampak yang signifikan yang diterima bagi
penerima bantuan dari koperasi ?
Yang signifikan banget si belum ada ya, ya palimg itu karena
modal bertambah, jenis dagangannya bertambah jadi
keuntungan juga bertambah. Masih bisa muter buat modal
selanjutnya aja udah cukup banget.
5. Apa bentuk realisasi program bantuan dari koperasi yang
sedang dijalankan ?
Program realisasi dari koperasi yang saya ikutin si baru
program pembiayaan aja ya mas.
6. Bagaimana proses dalam mengembangkan usaha ? adakah
kendala ataupun halangan dalam mengembangkan usaha ?
Kendala dalam usaha kelontong ini si ya paling kalo sepi aja
si ya, namanya usaha kan gak setiap hari rame. Tapi
alhamdulillah si gak ada kendala yang besar banget ya,
semuanya masih bisa ketutup lah buat muter usaha ini.
7. Bagaimana penerima bantuan dalam pengoptimalan realisasi
program, apakah seutuhnya diberikan bantuan tanpa
pelatihan dan monitoring atau diberikan pelatihan serta
dibimbing dan di monitoring ?
Gimana ya mas kalo optimalisasi program si saya gak ngerti
ya mas, tapi kalau kita mau ikut program pembiayaan kita
harus lengkapin persyaratan yang ada, yang pasti si harus ada
jaminannya ya. Kaya saya jaminannya bpkb motor. Kalau di
koperasi ini tidak ada pelatihan-pelatihan dan monitoring
kaya gitu si mas, mereka cuma ngasih aja dan paling di
kontrol kemajuan usahanya.
8. Adakah yang diberikan bantuan oleh BMT koperasi adalah
sebagaian dari anggota saja atau bagaimana ?
Sepertinya si masyarakat umum tapi yang udah menjadi
anggota ya mas, selebihnya saya kurang tau si.
9. Sejauh ini menurut bapak/ibu apakah realisasi pemberian
bantuan ini tepat sasaran ?
Sudah si mas,
10. Bagaimana proses yang di jalankan oleh koperasi usaha
mulya ?
Kalau proses pengajuannya si buat saya tidak begitu rumit ya
mas, asal syarat-syaratnya lengkap dan kita bisa milih mau
ikut program pembiayaan apa tabungan.
Nama : Bapak Rido
Jabatan : Anggota (pedagang makanan)
1. Siapa nama penerima program ?
Bapak Rido
2. Bagaimana kondisi perekonomian sebelum menerima
program ?
Ya gini gini aja si de, paling usaha aja masih kecil, Cuma
kalo ekonomi mah cukup-cukup aja ko
3. Bagaimana kondisi sesudah menerima program dari koperasi
?
Ada peningkatan si de. Bisa nambah kuantiti daganganya
jadi untung bertambah, saya juga jadi punya tabungan
4. Adakah dampak yang signifikan yang diterima bagi
penerima bantuan dari koperasi ?
Yang paling signifikan si keuangan untuk usaha meningkat
ya.
5. Apa bentuk realisasi program bantuan dari koperasi yang
sedang dijalankan ?
Program di Koperasi ini yang saya ikutin si program
pembiayaan dan simpanan ya de. Jadi setenganya saya bayar
untuk pembiayaan sisanya di tabung.
6. Bagaimana proses dalam mengembangkan usaha ? adakah
kendala ataupun halangan dalam mengembangkan usaha ?
Ya kalau usaha mah kendalanya gitu-gitu aja si de. Kalau
lagi sepi, kalau ada usaha yang sejenis bikin di deket kita.
Tapi ya pinter-pinter kita aja. Kalau buat saya yang penting
harga dan rasa tuh harus sebanding jadi gak ada penyesalan
buat yang beli.
7. Bagaimana penerima bantuan dalam pengoptimalan realisasi
program, apakah seutuhnya diberikan bantuan tanpa
pelatihan dan monitoring atau diberikan pelatihan serta
dibimbing dan di monitoring ?
Ya digunakan sebaik-baiknya si modal yang kita dapet, kita
harus bener-bener digunain buat usaha kita supaya lebih
berkembang. Tapi kalau untuk pelatihan dan monitoring si
tidak ada ya.
8. Adakah yang diberikan bantuan oleh BMT koperasi adalah
sebagaian dari anggota saja atau bagaimana ?
Masyarakat umum aja de yang udah menjadi anggota
9. Sejauh ini menurut bapak/ibu apakah realisasi pemberian
bantuan ini tepat sasaran ?
Sudah si de,
10. Bagaimana proses yang di jalankan oleh koperasi usaha
mulya ?
Kalau proses pengajuannya si buat saya tidak begitu rumit ya
mas, asal syarat-syaratnya lengkap dan kita bisa milih mau
ikut program pembiayaan apa tabungan. Kalau mau ikut dua
duanya lebih baik berarti. Yang penting program
pembiayaanya kebayar semuanya.
Nama : Ibu Wulan
Jabatan : Anggota (pedagang sate)
1. Siapa nama penerima program ?
Nama saya Wulan de
2. Bagaimana kondisi perekonomian sebelum menerima
program ?
Ya begitu-begitu aja si de, cukup lah buat makan dan dagang
Cuma pas-pasan aja.
3. Bagaimana kondisi sesudah menerima program dari koperasi
?
Ya alhamdulillah sekarang usaha saya berkembang de sedikit
demi sedikit, makin banyak yang bisa di jual, ya makin maju
lah de.
4. Adakah dampak yang signifikan yang diterima bagi
penerima bantuan dari koperasi ?
Kalau untuk ibu sendiri si program koperasi ini membawa
dampak yang signifikan ya. Usaha ibu jadi bisa lebih
berkembang, lebih maju, bisa nambahin kuantiti barang yang
di jual ya.
5. Apa bentuk realisasi program bantuan dari koperasi yang
sedang dijalankan ?
Kalau ibu si lagi ikut program pembiayaan dan program
simpanan si de, jadi kalau suatu saat ada apa-apa kan ibu
punya simpanan juga. Namanya juga usaha kan de gak
selamanya maju.
6. Bagaimana proses dalam mengembangkan usaha ? adakah
kendala ataupun halangan dalam mengembangkan usaha ?
Hambatan atau kendala dalam menjalankan usaha pasti ada
ya de gak mungkin mulus-mulus aja. Ya namanya usaha si
kendala paling besarnya ya kalau lagi sepi pembeli, atau
cuaca lagi jelek, atau bahan satenya naek atau kekurangan
modal tapi ya alhamdulillah si ibu masih bisa dagang sampe
sekarang. Paling kalau misalkan daging lagi naek saya
kurangin beli dagingnya.
7. Bagaimana penerima bantuan dalam pengoptimalan realisasi
program, apakah seutuhnya diberikan bantuan tanpa
pelatihan dan monitoring atau diberikan pelatihan serta
dibimbing dan di monitoring ?
Di koperasi ini si gak ada pelatihan apa-apa ya de, jadi kita
ngajuin pake syarat-syarat yang ada. Kaya saya ya pakai
jaminan BPKB motor. Paling usaha kita Cuma di monitoring
sama orang marketingnya sekalian mereka ngambilin iuran
pembayaran aja, emang lebih bagus si kalau di adain
pelatihan juga ya.
8. Apakah yang diberikan bantuan oleh BMT koperasi adalah
sebagaian dari anggota saja atau bagaimana ?
Ya anggota saja si ya de yang umumnya masyarakat sekitar
masjid paling.
9. Sejauh ini menurut bapak/ibu apakah realisasi pemberian
bantuan ini tepat sasaran ?
Menurut ibu si ya alhamdulillah sampe sekarang si udah
tepat sasaran, membantu usaha-usaha kecil buat ngembangin
usahanya program pembayarannya juga tidak memberatkan
anggotanya.
10. Bagaimana proses yang di jalankan oleh koperasi usaha
mulya ?
Prosesnya si tidak begitu rumit ya de, sesuai lah dengan
syariat islam tidak memberatkan anggotanya.
Nama : Bapak Dani
Jabatan : Anggota (Toko Klontong
1. Siapa nama penerima program ?
Bapak Dani
2. Bagaimana kondisi perekonomian sebelum menerima
program ?
Dulu sebelum bergabung di koperasi barang dagangannya
belum banyak macemnya. Ya paling baru makanan ringan,
kopi, roti
3. Bagaimana kondisi sesudah menerima program dari koperasi
?
Kalau sekarang si alhamdulillah yah udah makin banyak
jenis dagangan yang di jual, semua kebutuhan rumah tangga
ada, alat tulis, ya makin banyak lah mas.
4. Adakah dampak yang signifikan yang diterima bagi
penerima bantuan dari koperasi ?
Kalau buat saya pribadi si ya berdampak banget ya mas,
tadinya cuma bisa jual beberapa jenis dagangan aja, sekarang
alhamdulillah makin banyak jenisnya. Dari modal yang saya
pinjam di koperasi saya bisa buat ngembangin usaha saya ini
jadi lebih berkembang.
5. Apa bentuk realisasi program bantuan dari koperasi yang
sedang dijalankan ?
Kalau saya sekarang ikut dua program mas, program
simpanan dan pinjaman. Jadi dari keuntungan saya bagi-bagi,
untuk bayar cicilan, untuk muter modalnya, untuk tabungan
juga.
6. Bagaimana proses dalam mengembangkan usaha ? adakah
kendala ataupun halangan dalam mengembangkan usaha ?
Kalau saya si alhamdulillah ya mas gak nemuin halangan
yang besar banget. Tapi, ya namanya usaha pasti ada pasang
surutnya ada aja hambatannya tapi alhamdulillah usaha saya
bisa berekembang sampe saat ini, bisa menghidupi
kebutuhan keluarga saya. Yang penting mah selalu bersyukur
atas rezeki yang Allah kasih.
7. Bagaimana penerima bantuan dalam pengoptimalan realisasi
program, apakah seutuhnya diberikan bantuan tanpa
pelatihan dan monitoring atau diberikan pelatihan serta
dibimbing dan di monitoring ?
Kalau di koperasi sendiri si gak ada program pelatihan ya
mas apa lagi bimbingan. Paling monitoring itu juga seadanya
aja, ya kaya dia dateng sekalian nagihin pembayaran. Kalau
saya ngajuin program pembiayaan ini menggunakan BPKB
motor saya mas.
8. Adakah yang diberikan bantuan oleh BMT koperasi adalah
sebagaian dari anggota saja atau bagaimana ?
Yang saya tau si mas, semua yang nerima bantuan si rata-rata
anggota semua ya.
9. Sejauh ini menurut bapak/ibu apakah realisasi pemberian
bantuan ini tepat sasaran ?
Menurut saya si sudah tepat sasaran ya, karena program ini
mempermudah rakyat kecil seperti kita untuk mendapatkan
tambahan modal untuk usaha.
10. Bagaimana proses yang di jalankan oleh koperasi usaha
mulya ?
Untuk prosesnya sendiri si tidak begitu susah mas asal semua
syaratnya lengkap insya Allah prosesnya juga mudah dan
cepat.
Nama : Bapak Ijal
Jabatan : Anggota (Pedagang Bakso)
1. Siapa nama penerima program ?
Nama bapak Ijal de
2. Bagaimana kondisi perekonomian sebelum menerima
program ?
Kondisi ekonomi keluarga saya sebelum gabung di koperasi
si cukup-cukup aja de. Cuma mungkin belum bisa untuk
modal usaha sebanyak ini, misalnya dulu Cuma bisa jual 25
sekarang bisa jual 50-70 mangkok.
3. Bagaimana kondisi sesudah menerima program dari koperasi
?
Kondisi ekonomi saya ya sama aja si Cuma ada peningkatan
lah. Sekrang sudah mampu jual lebih banyak karena mampu
produksi lebih banyak.
4. Adakah dampak yang signifikan yang diterima bagi
penerima bantuan dari koperasi ?
Dampak signifikan yang saya pribadi rasakan ya itu si de,
saya bisa jual lebih banyak bakso karena kan dapet tambahan
modal dari koperasi.
5. Apa bentuk realisasi program bantuan dari koperasi yang
sedang dijalankan ?
Saya si ikut program pembiayaan sama simpanan untuk anak
sekolah de. Ya namanya saya cuma jualan bakso gini kan
kadang naik kadang turun jadi harus siap-siap tabungan buat
pendidikan anak.
6. Bagaimana proses dalam mengembangkan usaha ? adakah
kendala ataupun halangan dalam mengembangkan usaha ?
Yang pasti si ada aja hambatannya namanya usaha kalau lagi
rame ya makin lancar usahanya, kalau lagi sepi belum kalau
harga daging lagi naik-naiknya, harus pinter-pinter gimana
cara jualnya biar harga sama tidak naik.
7. Bagaimana penerima bantuan dalam pengoptimalan realisasi
program, apakah seutuhnya diberikan bantuan tanpa
pelatihan dan monitoring atau diberikan pelatihan serta
dibimbing dan di monitoring ?
Untuk ikut program pinjaman ini si ya paling lengkapin
semua syarat-syaratnya, kalau udah komplit semua lengkap
segera deh ajuin ke koperasi. Kalau untuk pelatihan dan
monitoring si tidak ada ya. Mungkin kalau ada bakal lebih
bagus lagi.
8. Adakah yang diberikan bantuan oleh BMT koperasi adalah
sebagaian dari anggota saja atau bagaimana ?
Wah bapak kurang tau de kalau itu.
9. Sejauh ini menurut bapak/ibu apakah realisasi pemberian
bantuan ini tepat sasaran ?
Menurut saya si program ini sudah tepat sasaran ya, baik
untuk program pinjaman maupun simpanannya, apalagi
untuk kalangan masyarakat seperti saya.
10. Bagaimana proses yang di jalankan oleh koperasi usaha
mulya ?
Prosesnya si untuk saya tidak begitu rumit ya de, masih bisa
di ikuti oleh masyarakat yang ekonominya menengah
kebawah seperti saya.
Nama : Ibu Isah
Jabatan : Anggota (warung kopi)
1. Siapa nama penerima program ?
Nama ibu Isah de
2. Bagaimana kondisi perekonomian sebelum menerima
program ?
Ya alhamdulillah cukup buat makan, buat usaha juga
meskipun sedikit-sedikit.
3. Bagaimana kondisi sesudah menerima program dari koperasi
?
Ya gini-gini aja, sekarang alhamdulillah ada peningkatan
terutama dari segi ekonominya, usaha saya masih bisa
berjalan, sekolah dan jajan anak cukup.
4. Adakah dampak yang signifikan yang diterima bagi
penerima bantuan dari koperasi ?
Ya pastinya si usaha saya jadi lebih berkembang ya, karena
modal tambahan dari koperasi.
5. Apa bentuk realisasi program bantuan dari koperasi yang
sedang dijalankan ?
Ibu si baru ikut program pembiayaan aja de
6. Bagaimana proses dalam mengembangkan usaha ? adakah
kendala ataupun halangan dalam mengembangkan usaha ?
Namanya usaha pasti ada aja hambatannya ya, apalagi
warung kopi kaya saya gini kan sekarang udah banyak
dimana-mana, Cuma ya pinter-pinter kitanya aja biar
usahanya makin berkembang, kaya harganya jangan mahal-
mahal, makin banyak variasi dagangannya.
7. Bagaimana penerima bantuan dalam pengoptimalan realisasi
program, apakah seutuhnya diberikan bantuan tanpa
pelatihan dan monitoring atau diberikan pelatihan serta
dibimbing dan di monitoring ?
koperasi ini mah yang penting kita udah mengikuti semua
persyaratan yang ada, tapi kalau untuk pelatihan dan
monitoring yang bener-bener mah tidak ada ya de.
8. Adakah yang diberikan bantuan oleh BMT koperasi adalah
sebagaian dari anggota saja atau bagaimana ?
Wah saya kurang tau si itu. Kayaknya sebagian anggota dan
warga sekitar sini aja deh.
9. Sejauh ini menurut bapak/ibu apakah realisasi pemberian
bantuan ini tepat sasaran ?
Alhamdulillah kalau menurut ibu mah sudah tepat sasaran,
syarat-syaratnya juga gak begitu mudah masih bisa dipenuhi
untuk masyarakat yang ekonominya sepererti saya yang mau
mengembangkan usahanya.
10. Bagaimana proses yang di jalankan oleh koperasi usaha
mulya ?
Prosesnya si tidak begitu sulit ya. Cukup lengkapin
persyaratanya aja kita udah bisa menjadi anggota tinggal
pilih mau ikut perogram pembiayaan atau program simpanan
atau mau ikut kedua nya juga tidak apa-apa.
Nama : Bapak Dadan
Jabatan : Anggota (pedagang bubur ayam)
1. Siapa nama penerima program ?
Bapak Dadan de
2. Bagaimana kondisi perekonomian sebelum menerima
program ?
Kalau perekonomian mah alhamdulillah sebelum ikut
program cukup aja, tapi untuk usahanya alhamdulillah jadi
lebih berkembang dengan modal pinjaman yang saya ikuti di
koperasi.
3. Bagaimana kondisi sesudah menerima program dari koperasi
?
Alhamdulillah ada peningkatan terutama dari segi
ekonominya ya, apalagi untuk usaha saya juga makin
berkembang
4. Adakah dampak yang signifikan yang diterima bagi
penerima bantuan dari koperasi ?
Yang signifikan ya usahanya de, saya bisa produksi dan jual
lebih banyak bubur nya.
5. Apa bentuk realisasi program bantuan dari koperasi yang
sedang dijalankan ?
Kalau saya ikut program pembiayaan saja de
6. Bagaimana proses dalam mengembangkan usaha ? adakah
kendala ataupun halangan dalam mengembangkan usaha ?
Kalau saya si ngembanginnya ya tetep pertahanin rasanya,
harganya jangan terlalu mahal, harus sesuai lah antara harga
dan rasanya. Kendala ya paling kalau dagangan lagi sepi
7. Bagaimana penerima bantuan dalam pengoptimalan realisasi
program, apakah seutuhnya diberikan bantuan tanpa
pelatihan dan monitoring atau diberikan pelatihan serta
dibimbing dan di monitoring ?
Untuk mengikuti program ini ya paling syarat pentingnya ada
jaminan ya de, kaya BPKB atau Surat tanah. Tapi untuk
pelatihan, bimbingan atau apa itu monitoring kayaknya gak
ada ya de.
8. Adakah yang diberikan bantuan oleh BMT koperasi adalah
sebagaian dari anggota saja atau bagaimana ?
Sepertinya si hanya anggota koperasi saja yang bisa
mengikuti program-program yang ada. Karena dengan kita
mengikuti salah satu program yang ada itu artinya kita
bergabung juga menjadi anggota koperasi
9. Sejauh ini menurut bapak/ibu apakah realisasi pemberian
bantuan ini tepat sasaran ?
Alhamdulillah si menurut ibu pribadi sudah tepat sasaran
semuanya.
10. Bagaimana proses yang di jalankan oleh koperasi usaha
mulya ?
Prosesnya si tidak begitu sulit ya cukup lengkapin
persyaratan yang ada.
DOKUMENTASI
top related