peluang meningatkan kinerja dan daya saing unit …
Post on 24-Nov-2021
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-50
PELUANG MENINGATKAN KINERJA DAN DAYA SAING UNIT
USAHA SYARIAH (UUS) MELALUI SPIN OFF MENJADI BANK
UMUM SYARIAH (BUS) DI INDONESIA
Rukmana rukmana_alan@yahoo.com
STIE Ekuitas Bandung
Abstrak
Penelitian yang menganalisis potensi, preferensi dan perilaku masyarakat terhadap bank syariah, dapat
dihasilkan peta pengembangan bank syariah di seluruh kabupaten/kota di Indonesia, Perlu Adanya Peningkatan
Pelayanan, Promosi dan Sosialisasi edukasi perlu di tingkatkan. Untuk meningkatkan daya saing unit usaha
syariahnya adalah dengan memberikan keleluasaan untuk mengatur strategi bisnisnya dan lebih fokus melalui
spin off. Tahun 2015 jumlah bus sebanyak 12 dapat mengelola aset Rp.213.413 milyar tumbuh pesat,
sementara uus yang berjumlah 22 hanya mengelola Rp.82.839 Atau kinerja BUS selama 5 tahun terakhir aset
tumbuh rata-rata 301%, sementara UUS dengan waktu yang sama aset tumbuh rata 32%. unit usaha syariah
yang melaksanakan spin off mengalami pekembangan yang cukup pesat yaitu BRI Syariah spin off tahun 2009,
BNI Syariah dan BJB Syariah spin off tahun 2010, selama menjadi uus kurang lebih 10 tahun aset tumbuh
rata-rata per tahun Rp.100 milyar akan tetapi setelah menjadi BUS total aset Rp.6.445 juta atau kurang lebih
tumbuh rata Rp.1 tri per tahun. Mekanisme dan proses Proses spin off terstandar.
Kata kunci : Spin off, Kinerja UUS, Kinerja BUS.
1. Pendahuluan
Perkembangan bank syariah yang sangat pesat
menunjukkan keberadaan bank syariah dapat
diterima dan disambut dengan baik oleh masyarakat
dan menunjukkan besarnya permintaan masyarakat
terhadap bank syariah. Namun muncul pandangan
lain yang menyatakan bahwa tingginya pertumbuhan
bank syariah selama ini lebih karena bank ini masih
baru, jika dibandingkan dengan sejarah perbankan
konvensional, periode perkembangan bank syariah
masih sangat pendek. Seberapa besar pasar yang
tersedia sebenarnya belum diketahui. Apakah bank
syariah mampu menjadi lembaga perbankan yang
besar dan kuat berdampingan dengan bank
konvensional masih menjadi tanda tanya. Pandangan
ini didasarkan pada porsi kinerja bank syariah yang
baru mencapai angka sebesar 4,83 persen dari
kinerja perbankan nasional, setelah kurang lebih 23
tahun berdiri (1992-2015). Penelitian yang
menganalisis potensi, preferensi dan perilaku
masyarakat terhadap bank syariah telah dilaksanakan
oleh Bank Indonesia dengan bekerja sama dengan
berbagai perguruan tinggi dan lembaga penelitian,
Dalam kurun waktu tahun 2000-2004, penelitian
yang menganalisis potensi, preferensi dan perilaku
masyarakat terhadap bank syariah setidaknya telah
dilakukan di 10 provinsi, yaitu di Jawa Barat, Jawa
Tengah dan DIY, Jawa Timur, Jakarta-Bogor-
Tangerang-Bekasi (Jabotabek), Sumatera Utara,
Jambi, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,
Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan.
Penelitian-penelitian ini telah memberikan gambaran
terhadap potensi pengembangan bank syariah dan
perilaku masyarakat (secara individual) terhadap
bank syariah di masing-masing provinsi, namun
masih bersifat parsial.
Dengan memanfaatkan hasil-hasil penelitian
tersebut sehingga dapat dihasilkan peta
pengembangan bank syariah di seluruh
kabupaten/kota di Indonesia.
Sementara hasil survey potensi pasar dan prilaku
nasabah bank syariah yang dilakukan di 31
kabupaten/kota Jawa Timur pada Agustus 20121
melibatkan 620 responden yang diwawancarai
dengan panduan kuisioner serta FGD di 4 kota
(Jember, malang, kendiri dan Surabaya) dengan
tujuan untuk; 1). Mendapat gambaran tentang
Potensi Pasar, Karakter dan Perilaku Nasabah, serta
Lokasi dan Potensi Wilayah untuk pelayanan
syariah, dan 2).Data dan informasi pendukung yang
dapat memperluas aspek kajian dan analisis
penyusunan blue print dan road map spin off.
Hasil penelitian menunjukan bahwa;
Nasabah mendukung adanya Bank Syariah, Adanya
Potensi untuk meraih nasabah, Tingginya
1 Survey dilakukan oleh PT. Bataza Tazkia, Agustus
2012 di Jawa Timur
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-51
pengetahuan nasabah atas keberadaan bank syariah
tidak diimbangi dengan pemahaman atas produk-
produk bank syariah. Perlu Adanya Peningkatan
Pelayanan, Promosi dan Sosialisasi edukasi perlu di
tingkatkan, Perlu peningkatan pemahaman produk
syariah kepada pegawai uus.
Perubahan preferensi masyarakat ini harus
diimbangi dengan inovasi bank syariah untuk
menyesuaikan dengan perubahan kebutuhan dan
kondisi ekonomi masyarakat. Salah satu upaya Bank
konvensional yang mempunyai unit usaha syariah
untuk meningkatkan daya saing unit usaha
syariahnya adalah dengan memberikan keleluasaan
untuk mengatur strategi bisnisnya dan lebih fokus,
sehingga pertumbuhan volume usahanya lebih
meningkat dibanding saat ini
Jumlah bank umum yang telah membuka Unit
Usaha Syariah (UUS) per Desember 2015 sebanyak
22 bank. Sedangkan Bank Umum Syariah (BUS)
yang telah hadir berjumlah 12 bank. Jumlah UUS
mengalami penurunan dibandingkan tahun
sebelumnya. Hal ini sebagai konsekuensi dari
konversi 2 UUS & spin off 2 UUS yang menjadi
BUS baru.
Pemisahan atau Spin off UUS menjadi BUS
dapat ditempuh melalui dua alternatif yaitu: 1)
mendirikan BUS baru dan memindahkan aset, 2)
melakukan akuisisi BUK dan mengkonversinya
menjadi BUS baru hak dan kewajiban UUS kepada
BUS yang bersangkutan, atau 3) mengkonversi
langsung dari konvensional menjadi syariah (yang
berubah adalah kegiatan usahanya)2. Masing-masing
cara mempunyai kelebihan dan kekurangannya,
sehingga untuk memilih yang tepat sangat
bergantung pada kondisi masing-masing UUS dan
Bank induknya.
Sebelum proses spin off UUS setiap bank
konvensional, perlu dilakukan kajian agar keputusan
spin off ini dapat dipertanggung jawabkan serta
dilaksanakan dengan proses dan prosedur yang
benar. Selain melihat kelayakan, kajian atas spin off
juga diperlukan untuk memastikan proses spin off
yang akan dilakukan dapat mengantisipasi dan
terhindar dari beberapa kemungkinan risiko dan
konsekuensi atas spin off seperti: (a) captive market
lebih kecil; (b) BEP lebih lama sebagai akibat
adanya tambahan investasi & restrukturisasi bisnis;
(c) rendahnya kesiapan SDM & infrastruktur; (d)
rendahnya pendayagunaan sumberdaya Bank; (e)
semakin sulitnya pembukaan jaringan co-location;
(f) semakin kecilnya dukungan langsung divisi
terkait dari Bank; (g) rendahnya sinergi dengan
Bank; (h) fungsi organisasi support harus dibangun
dari nol dan (i) menurunnya CAR serta BMPK
Bank.
.
Tujuan Kajian
Secara umum, tujuan kajian ini adalah untuk
memberikan gambaran kepada pihak-pihak yang
berkepentingan tentang arah pengembangan UUS
setelah dilakukan pemisahan menjadi BUS dan
prospek bisnisnya. yang lebih inovatif dan variatif
dibanding ketika menjadi UUS, sehingga dapat
dijadikan acuan dalam mengembangkan kinerja dan
penetapan strategi bisnis usahanya yang lebih focus.
Cakupan Kajian
Untuk menjawab tujuan kajian, cakupan kajian ini
meliputi implementasi Strategi dan Skenario Spin off
meliputi Strategi Pra Spin off, Pelaksanaan Spin off,
Proses Konversi (bila spin off dilakukan melalui
akuisisi BUK), Pengadaan dan Pelatihan SDM,
Penyusunan Corporate Identity dan lainnya.
2. TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Ekonomi Syariah
Ekonomi dalam terminologi syariah termasuk ke
dalam kelompok muamalah, dan muamalah
termasuk pada bagian syariat yang terkait erat
dengan aqidah dan akhlaq (surat Ibrahim: 24-26):
Kekhususan ekonomi Islam atau ekonomi syariah
terletak pada karakteristik dan wataknya yang sangat
berbeda dengan individualisme dan kapitalisme serta
berbeda pula dengan sosialisme-komunisme. Secara
umum, ekonomi Islam atau ekonomi syariah
dibangun atas empat landasan filosofis yaitu: (1)
Tauhid (Ilahiyah), (2) keadilan, (3) kebebasan, dan
(4) pertanggungjawaban (akhlaq).
Pengertian Bank Syariah
Pengembangan perbankan yang didasarkan kepada
konsep dan prinsip ekonomi Islam merupakan suatu
inovasi dalam sistem perbankan internasional.
Menurut batasan dalam Peraturan Bank Indonesia
nomor 2/8/PBI/2000 pasal 1, Bank Syariah adalah
“Bank umum sebagaimana yang dimaksud dalam
Undang-undang nomor 7 tahun 1992 tentang
Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
undang-undang nomor 10 tahun 1998, yang
melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip
syariah, termasuk unit usaha syariah dan kantor
cabang bank asing yang melakukan kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah”. Adapun unit usaha
syariah adalah unit kerja di kantor pusat bank
konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk
dari kantor cabang syariah.
Menurut UU No.21 tahun 2008 tentang perbankan
syariah, ” Bahwa Bank Syariah adalah Bank yang
menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan
Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah.
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-52
Ada beberapa perbedaan mendasar antara bank
konvensional dengan bank syariah (Antonio, 2001).
Pertama, dari segi akad dan aspek legalitas. Akad
yang dilakukan di bank syariah memiliki
konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang
dilakukan berdasarkan hukum Islam. Kedua, dari
sisi struktur organisasi, Bank Syariah dapat memiliki
struktur yang sama dengan bank konvensional,
namun unsur yang membedakannya adalah
keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang
bertugas mengawasi operasional bank dan produk-
produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.
Ketiga, berkenaan dengan bisnis dan usaha yang
dibiayai. Bisnis dan usaha yang dijalankan oleh
para peminjam tidak terlepas dari hukum Islam.
Kehalalan usaha merupakan prasyarat penting agar
suatu bidang usaha boleh dibiayai oleh perbankan
Islam.
Keempat, berkaitan dengan lingkungan kerja dan
budaya perusahaan (corporate culture). Dalam hal
etika, sifat amanah dan shiddiq harus melandasi
setiap pribadi karyawan, sehingga tercipta
profesionalisme yang berdasarkan Islam. Dalam hal
reward and punishment yang berlaku dalam
perusahaan diperlukan prinsip keadilan yang sesuai
dengan syariah.
Perbankan syariah beroperasi atas dasar prinsip-
prinsip syariah. Prinsip syariah merupakan aturan
dasar atau aturan pokok yang berdasarkan hukum
Islam. Adapun untuk prinsip-prinsip operasional
lain, dapat digunakan oleh bank syariah dalam
kegiatan usaha sepanjang tidak bertentangan dengan
prinsip syariah dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta mendapat persetujuan Bank
Indonesia dan atau OJK dan Dewan Syariah
Nasional.
Prinsip dan Produk Perbankan Syariah
Secara umum dikenal dua bentuk utama dalam
operasional perbankan syariah, yaitu penghimpunan
dana dan penyaluran dana. Tiap bentuk tersebut
dapat diuraikan lagi berdasarkan prinsip-prinsip
yang mendasarinya.
a. Penghimpunan Dana
Prinsip operasional syariah yang telah diterapkan
secara luas dalam penghimpunan dana masyarakat
selama ini adalah prinsip Wadi’ah dan Mudharabah.
Penyaluran Dana
Dalam menyalurkan dana kepada nasabah, secara
garis besar terdapat 4 (empat) kelompok prinsip
operasional syariah, yaitu prinsip jual beli (bai’),
sewa beli (ijarah), bagi hasil (syirkah), dan
pembiayaan lainnya.
a. Prinsip Jual Beli (Bai’)
Prinsip jual beli meliputi murabahah, salam, dan
istishna’. Prinsip murabahah umumnya diterapkan
dalam pembiayaan pengadaan barang investasi.
Salam adalah pembelian barang yang ditangguhkan
dengan pembayaran di muka.
Istishna’ menyerupai salam, namun istishna’
pembayarannya dapat dimuka, dicicil atau
dibelakang. Skim isthisna’ dalam bank syariah
umumnya diaplikasikan pada pembiayaan
manufaktur, industri kecil-menengah, dan
konstruksi.
b. Prinsip Sewa Beli (Ijarah Wa Iqtina atau Ijarah
Muntahiyyah Bittamlik)
Ijarah wa iqtina atau ijarah muntahiyyah bittamlik
adalah akad sewa menyewa suatu barang antara
bank dengan nasabah, dimana nasabah diberi
kesempatan untuk membeli obyek sewa pada akhir
akad.
c. Prinsip Bagi Hasil (Syirkah)
Beberapa bentuk produk yang menggunakan prinsip
bagi hasil adalah musyarakah, mudharabah
mutlaqah, dan mudharabah muqayyadah.
Pengaplikasian musyarakah dalam perbankan
umumnya untuk pembiayaan usaha dimana nasabah
dan bank sama-sama menyediakan dana untuk
membiayai proyek tersebut. Semua modal dicampur
untuk dijadikan modal usaha, dan manajemennya
pun dikelola bersama-sama.
Dalam pengimplementasian produk mudharabah
mutlaqah, jumlah modal yang bersama. Hasil dari
pengelolaan modal pembiayaan mudharabah
diperhitungkan dengan cara perhitungan dari
pendapatan proyek (revenue sharing) dan dari
perhitungan keuntungan proyek (profit sharing).
Karakteristik mudharabah muqayyadah pada
dasarnya sama dengan persyaratan mudharabah
mutlaqah.
Studi Terdahulu
Berikut dipaparkan hasil penelitian tentang
perkembangan dan permasalahan pengembangan
perbankan Islam, serta khususnya berkenaan dengan
faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi
masyarakat dalam penggunaan bank Islam. Dalam
hal preferensi terhadap perbankan syariah, motivasi
keagamaan merupakan landasan utama interaksi
nasabah dari golongan muslim, di atas pertimbangan
tingkat jasa yang dapat ditawarkan.
Hasil penelitian (Eryanto, 2000)3
menunjukkan bahwa persepsi nasabah merupakan
hal yang perlu untuk diperhatikan, karena persepsi
masyarakat merupakan suatu faktor penentu dalam
memilih bank. Persepsi nasabah terhadap suatu
bank sebenarnya merupakan penilaian relatif
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-53
nasabah yang meliputi beberapa atribut bank
tersebut dibandingkan dengan bank yang lain. Dari
hasil analisis diatas dapat disimpulkan bahwa
persepsi nasabah mendukung kepentingan nasabah
dalam memilih bank. Oleh sebab itu, untuk masa
yang akan datang, bank perlu mengetahui faktor-
faktor utama yang mempengaruhi nasabah dalam
memilih bank sehingga pihak bank sendiri dapat
memperbaiki strategi pemasaran mereka.
Pembahasan
A. Perkembangan Industri Perbankan Syariah
UU No. 21 tahun 2008 tentang Perbankan Syariah
merupakan penyempurnaan atas undang-undang
yang ada khusus mengenai perbankan syariah,
dengan demikian bank yang beroperasi
menggunakan sitem bagi hasil tambah leluasa,
walaupun sebelum keluar undang-undang ini,
kegiatan operasional bank syariah ada dalam
Peraturan Pemerintah No. 72 tahun 1992 tentang
Bank Berdasarkan Prinsip Bagi Hasil. Setelah
diberlakukannya uu No.21 tahun 2008, industri
perbankan syariah berkembang sangat pesat. Dari
sisi kelembagaan, pada tahun 2008 jaringan
perbankan syariah mengalami peningkatan selama 8
tahun terakhir sebesar 16,06% yaitu dari tahun 2008
sebanyak 5 BUS menjadi 12 BUS, namun uus
mengalami penurunan sebesar (2,69%) sebagai
konsekwensi berdirinya BUS. Secara rinci terlihat
pada tabel 2
Tabel 1. Perkembangan Jaringan Kantor &
Kinera Perbankan Syariah
dilihat dari kinerja UUS lebih lambat di bandingkan
dengan BUS tahun 2011 dengan 11 bus dapat
mengelola aset sebesar Rp.11.693 milyar sementara
uus dengan 24 bus mengelola aset sebesar
Rp.28.536 milyar, namun seiring perkembangan
waktu di tahun 2015 bus yang 12 dapat mengelola
aset Rp.213.413 milyar tumbuh pesat, sementara
uus yang berjumlah 22 hanya mengelola Rp.82.839
Atau kinerja BUS selama 5 tahun terakhir aset
tumbuh rata-rata 301%, sementara UUS dengan
waktu yang sama aset tumbuh rata 32%
Apabila memperhatikan unit usaha syariah yang
melaksanakan spin off mengalami pekemnbangan
yang cukup pesat, BNI syariah ketika menjadi uus
total aset selama 8-9 tahun (selama menjadi uus)
aset yang terkumpul sebesar Rp.3.989.05 juta
sedangkan setelah memisahkan diri selama 6 tahun
aset sdh mencapai Rp.23.017,67 juta, Begitupun
yang dialami BRI Syariah selama menjadi uus total
aset sebesar Rp.3.178,39 juta sementara setelah
menjadi BUS terkumpul sebesar Rp.20.568,27 Juta
dan Bank Jabar Banten Syariah selama menjadi
UUS sebesar Rp.1.051,57 juta selama 10 tahun atau
rata-rata per tahun Rp.100 milyar akan tetapi setelah
menjadi BUS total aset Rp.6.445 juta atau kurang
lebih Rp.1 tri per tahun
B. Proyeksi Industri Perbankan syariah
1. Asumsi-asumsi Penting
Asumsi penting yang dibuat dalam penyusunan
proyeksi bisnis Bank Umum Syariah baru adalah:
Bank menempatkan modal awal minimal sesuai
ketentuan (di sarankan ada pada buku 2)
termasuk yang ada dan telah disisihkan di Unit
Usaha Syariah, bahwa setelah tahun kelima
modal BUS harus mencapai Rp.1 Triliun.
Penambahan modal dapat dilakukan melalui IPO
atau dengan menggandeng partner strategis
(Strategic Partner)
Bank memberikan peluang bagi Bank umum
Syariah untuk membuka kantor layanan syariah
di setiap outlet Bank.
Bank umum Syariah menggunakan tenaga
outsource untuk tenaga non core banking.
Bank umum Syariah menggunakan Core
Banking System (CBS) dari pihak ketiga
(outsource)
2. Inventasi dan belanja modal
(disesuaikan dengan keperluan diantara biaya
konsultan penyusunan setudy kelayakan, dan lain-
lain)
3. Volume Usaha
(dana pihak ketiga, oleh Bank Umum Syariah pada
tahun pertama diproyeksikan sampai tahun kelima
dengan menyesuaikan antara kekuatan pasar dan
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-54
target minimal harus dicapai Pembiayaan Pada
awal, komposisi pembiayaan lebih banyak pada akad
Murabahah. Sejalan dengan pemahaman syariah
yang semakin baik disertai dengan saling
kepercayaan antara nasabah dan Bank umum
Syariah maka komposisi mudharabah dan
musyarakah semakin besar. Dengan target mencapai
FDR & ROA yang sehat & Aset Dengan kinerja
tersebut, maka aset Bank Umum Syariah sudah
dapat tergambarkan.
4. Proyeksi keuangan ( Pendapatan & Beban, Bank
menetapkan tingkat ekspektasi margin dan bagi hasil
per tahun, sesuai dengan perhitungan yang
menguntungkan selain fee base income Sementara
beban yang harus ditanggung oleh Bank Umum
Syariah terdiri dari beban dari investasi tidak
mengikat dan mengikat)
5. Proyeksi Ratio Keungann (ditargetkan memenuhi
ratio sehat sekalipun bertahap).
C. Faktor-faktor Kunci Keberhasilan yang meliputi
Komitmen Manajemen: Permodalan, Sumber Daya
Manusia, Teknologi dan informasi, dan Sinergi
Jaringan.
1. Permodalan dan Keuangan
Dana tunai sebagai penyertaan Bank Induk ke Bank
umum Syariah dilakukan dengan cara mengalihkan
modal yang disisihkan oleh Bank Induk kepada UUS
baik dalam bentuk aktiva tetap yang ada maupun
setoran tunai sebagaimana PBI No.11/10/PBI/2009.
2. Sasaran Keuangan
Salah satu tujuan didirikannya anak perusahaan
adalah untuk meningkatkan laba perusahaan. Modal
yang disetorkan oleh Bank Induk kepada anak
perusahaan (Bank umum Syariah) harus
memberikan tingkat pengembalian (return) yang
menarik, minimal mendekati apa yang telah dicapai
dan ditargetkan oleh Bank Induk selama ini.
3. Marketing, Jaringan dan Komunikasi
Untuk menjangkau pasar yang seluas mungkin,
kegiatan marketing diawali dengan kegiatan riset
marketing secara periodik untuk mengeksplorasi
kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap produk-
produk perbankan syariah, merancang produk yang
tepat, melakukan uji coba dan menyusun jaringan
yang memungkinkan masyarakat untuk menjadi
nasabah atau mitra usaha Bank umum Syariah.
3. SDI dan Struktur Organisasi
Sebagai bank umum hasil spin off dari UUS Bank
Induk, SDI diutamakan berasal dari SDI yang
selama ini mengelola UUS Bank Induk dengan
syarat lulus seleksi.
Struktur organisasi dirancang agar dapat
mengoptimalkan seluruh potensi SDI yang ada serta
dapat menyesuaikan atau beradaptasi dengan
perubahan kebutuhan bisnis.
4. Sistem Teknologi Informasi
Saat ini UUS Bank Induk menggunakan CBS
sebagaimana Bank Induk. Setelah spin off, Bank
umum Syariah melakukan outsources pada pihak
ketiga, dengan pertimbangan : (1.Dapat disesuaikan,
2.leluasa & Lebih focus, 3.biaya terkendali,
4.mengikuti trend dan pleksibel)
5. Sarana dan Prasarana
Salah satu kebijakan strategis dari Bank Induk
terkait dengan sarana dan prasarana adalah dengan
cara memanfaatkan sarana dan prasarana atau aset-
aset Bank Induk yang belum dioptimalkan.
D. Implementasi Strategi dan Skenario Spin off
meliputi Strategi Pra Spin off, Pelaksanaan Spin off,
Proses Konversi (bila spin off dilakukan melalui
akuisisi BUK), Pengadaan dan Pelatihan SDM,
Penyusunan Corporate Identity dan lainnya.
1. Strategi Pra Spin off
Agar proses spin off berjalan efektif dan efisien
sesuai dengan sasaran yang ditetapkan, perlu
dilakukan langkah-langkah sebagai berikut ; (a).
Pembentukan tim spin off, b). Penunjukkan
konsultan & atau advisor c). Membuat kajian
kelayakan spin off, d). Menghitung cost leverage, e).
Mengidentifikasi pemenuhan peraturan dll, f).
Merancang transfer aset & Liabilities g). Membuat
proyeksi bisnis dan keuangan dan h). Rekomendasi
hal-hal strategis.
2. Pelaksanaa Spin off
Spin off merupakan proses pendirian bank baru,
tahapan untuk menjadi bank baru perlu memperoleh
ijin sebagaimana ketentuan yang ada yaitu;
(1).penyertaan modal, 2). Ijin prinsip, 3). Ijin
pendirian PT (bagi yang belum) Fit & propertest
pengurus bus dan 4). Ijin usaha
3. Pelaksanaan Spin off ( Pengadaan & Pelatihan
SDI/M penyususunan Corporate Identity dan
lainnya • Persiapan Pemisahan
• Penyusunan Kebijakan & Prosedur Pemisahan
• Assesment Test Bagi Karyawan Bank Induk Yang
Akan Migrasi
• Pemasangan Iklan Pengumuman Ringkasan
Rancangan Pemisahan di Media Massa
• Sosialisasi Kepada Nasabah terkait Pemisahan dan
Migrasi Transfer Aset
• Penerbitan Pernyataan Tidak Ada Keberatan dari
Kreditur dan Pihak Ketiga
• Pelaksanaan RUPS di 2 Bank Terkait Persetujuan
Melakukan & Menerima Pemisahan
• Penandatanganan Akta Pemisahan dan Akta
Persetujuan Melakukan Pemisahan dan Akta
Persetujuan Menerima Pemisahan
• Sosialisasi kepada Jajaran UUS terkait Kebijakan
Migrasi SDM
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Berdasarkan uraian tersebut di atas, berkaitan
dengan tujuan kajian ini rencana pemisahan atau
spin off Unit Usaha Syariah menjadi Bank Umum
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-55
Syariah dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:
a. Dengan melakukan pemisahan dari unit usaha
syariah menjadi bank umum syariah
membuktikan bahwa Potensi pengembangan
perbankan syariah masih sangat luas, terutama
untuk memenuhi kebutuhan lembaga-lembaga
keuangan mikro sebagai salah jaringan yang
dapat dimanfaatkan Bank umum Syariah untuk
menjangkau pasar.
b. Mekanisme dan proses Spin off terstandar dan
terukur, walau dalam prosesnya tetap harus
ditangani dengan lebih focus
c. Setelah masuk dalam RBB bank Induk, maka
komitmen dari bank induk kepada bank umum
Syariah harus jelas antara lain; permodalam,
SDI, Jaringan dan ti
d. Rencana pemisahan UUS menjadi bank umum
syariah ini hars mendapatkan dukungan penuh
dari Bank Induk dalam permodalan dengan
menempatkan dana sesuai dengan ketentuan
minimal yang ditetapkan oleh Bank Indonesia
dan sisanya dari pihak lain sebagai pendamping
pendirian BUS.
e. Pada umumnya, sumber daya insani (SDI) yang
saat ini mengelola unit usaha syariah sangat
berminat dan mendukung atas rencana spin off
dan siap untuk beralih status dari pegawai Bank
Induk menjadi pegawai Bank umum Syariah
Daftar Pustaka
Adiwarman A Karim, 2004. Sejarah Pemikiran
Ekonomi Islam, PT. Raja Grafindo Persada.
2004
Adiwarman A Karim, 2010. Bank Islam, Analisis
Fiqih dan Keuangan, PT. Raja Grafindo
Persada. 2010
Ahmad Ibrahim Abu Sinn, Manajemen Syariah ;
Sebuah kajian Historis dan kontemporer
Amir Machmud dan Rukmana., 2010. Bank Syariah
: Teori, Kebijakan dan Studi Empiris di
Indonesia, Jakarta: Erlangga , Cet. Pertama.
Hermawan Kertajaya, Muhammad Suakir Sula,
2006, Syariah Marketing, Mizan 2006
Ikhwan Abidin Basri, 2008, MA Menguak Pemikiran
Ekonomi Ulama Klasik, Aqwam
Jaih Mubarok, 2004, Perkembangan Fatwa
Ekonomi Syariah di Indonesia, Pustaka bani
quraisy
Muhamad, 2004, Operasional Bank Syariah , UII
Press
Muhammad,2005, bank syariah ; problem dan
prospek perkembangan, Yogyakarta: Graha
ilmu,
Muhammad Alim, 2007, Pengantar Ilmu Ekonomi,
Penerbit Pustaka.
Muhammad Syafii Antonio, Bank Syariah Suatu
Pengenalan Umum, Tazkia Intite
Muhammad., Manajamen Bank Syariah, UPP
AMPYKPN, Yogyakarta
Muhammad Syakir Sula, 2004, Asuransi Syariah,
Gema Insani 2004
M. Umer Champra, 2008, Regulasi & Pengawasan
Bank Syariah, Bumi Aksara
Sofyan S Harahap, Wiroso, Muhammad Yusuf,
2005, Akuntansi Perbankan Syaria, LPFE
SPS bank Indonesia & Sistem Informasi OJK,
Roadmap 2015-2019 Bank Indonesia
Undang-undang perbankan syariah no. 21/2008 &
berbagai PBI serta SEBI yang menyangkut
dengan syariah.
Undang-undang No. 40/2007 tentang perseroan
terbatas
Veithzal Rivai, dan Arviyan Arifin, 2010, Islamic
Banking, Bumi Aksara
Zainul Arifin, 2005, Dasar-dasar Manajemen Bank
Syariah, pustaka Alvabet
Lampiran
1) SEBI No. 9/32/DPNP tanggal 12 Desember 2007
tentang Kepemilikan Tunggal pada Perbankan
Indonesia.
2) PBI No. 9/16/PBI/2007 tanggal 3 Desember
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia No. 7/15/PBI/2005 tentang Jumlah
Modal Inti Minimum Bank Umum.
3) PBI No. 9/13/PBI/2007 tanggal 1 November
2007 tentang Kewajiban Penyediaan Modal
Minimum Bank Umum dengan
Memperhitungkan Risiko Pasar.
4) SEBI No. 9/24/DPbS tanggal 30 Oktober 2007
tentang Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah.
5) PBI No. 9/12/PBI/2007 tanggal 21 September
2007 tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia No. 8/17/PBI/2006 tentang Insentif
Dalam Rangka Konsolidasi Perbankan.
6) PBI No. 9/9/PBI/2007 tanggal 18 Juni 2007
tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia No. 8/21/PBI/2006 tentang Penilaian
Kualitas Aktiva Bank Umum Yang
Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan
Prinsip Syariah.
7) SEBI No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007
tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum.
8) PBI No. 9/7/PBI/2007 tanggal 4 Mei 2007
tentang Perubahan Atas Peraturan Bank
Indonesia No. 8/3/PBI/2006 tentang Perubahan
Kegiatan Usaha Bank Umum Konvensional
Menjadi Bank Umum Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah dan
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-56
Pembukaan Kantor Bank Yang Melaksanakan
Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah
oleh Bank Umum Konvensional.
9) SEBI No. 9/11/DPNP tanggal 30 April 2007
tentang Perubahan Atas Surat Edaran No.
7/54/DPNP tanggal 29 November 2005 tentang
Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank
Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing.
10) SEBI No. 8/27/DPNP tanggal 27 November
2006 tentang Prinsip Kehati-hatian dan Laporan
dalam rangka Penerapan Manajemen Risiko
Secara Konsolidasi bagi Bank yang Melakukan
Pengendalian terhadap Perusahaan Anak.
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-57
PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
(studi kasus pada SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI (STIE) EKUITAS BANDUNG)
Sudi Rahayu, Risnawati
sudi_rahayu@ekuitas.ac.id risnawati@ekuitas.ac.id
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kepemimpinan dan lingkungan kerja secara
simultan terhadap kinerja pegawai pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung. Penelitian ini
dilakukan pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Bandung, objek penelitian dibatasi hanya terhadap
variabel kepemimpinan, variabel lingkungan kerja dan variabel kinerja pegawai. Penarikan sampel ini dilakukan
dengan metode sensus yaitu dengan menggunakan seluruh anggota populasi sebagai objek yang akan diteliti.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengaruh kepemimpinan, lingkungan kerja secara simultan memberikan
pengaruh yang kuat terhadap kinerja pegawai sebesar 49,1%. Sedangkan secara parsial, pengaruh kepemimpinan
terhadap kinerja pegawai sebesar 41,2% dan pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai sebesar
26,4%. Variabel yang paling besar pengaruhnya terhadap kinerja pegawai pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
(STIE) Ekuitas Bandung yaitu variabel kepemimpinan.
Kata Kunci : Kepemimpinan, Lingkungan Kerja dan Kinerja Pegawai.
PENDAHULUAN
Organisasi yang selalu berkembang
merupakan dambaan baik pemerintah maupun
swasta mengharapkan organisasinya tumbuh dan
berkembang dengan baik. Dengan perkembangan
tersebut diharapkan organisasi mampu bersaing dan
berakselerasi dengan kemajuan zaman. Kenyataan
menunjukan bahwa organisasi yang tidak mampu
berakselerasi dengan kemajuan zaman akan
tertinggal untuk kemudian tenggelam tertelan
zaman. Tingkat keberhasilan suatu organisasi dapat
dilihat dari bagaimana organisasi tersebut
mengelola sumber daya yang dimiliki. Organisasi
dengan kinerja yang baik, mempunyai efektivitas
dalam menangani sumber daya manusianya,
menentukan sasaran yang harus dicapai baik secara
individu maupun organisasinya. Dalam hal ini
kinerja yang dimaksud adalah hasil kerja seseorang
atau sekelompok orang yang dapat dilihat secara
kualitas dan kuantitas, ketika pegawai menjalankan
tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang
diberikan kepadanya dalam rangka mencapai tujuan
perusahaan.
Pada dasarnya kinerja adalah sesuatu yang
dilakukan atau tidak dilakukan pegawai, yang dapat
mempengaruhi berapa banyak pegawai tersebut
memberi kontribusi kepada perusahaan. Kinerja
dapat diukur dengan mempertimbangkan faktor
kuantitas (jumlah pekerjaan yang harus diselesaikan
atau dicapai), faktor kualitas (mutu pekerjaan yang
dihasilkan), dan ketepatan waktu (kesesuaian
dengan waktu yang telah direncanakan). Kinerja
merupakan hasil kerja yang telah dihasilkan oleh
pegawai atau perilaku nyata yang ditampilkan
sesuai dengan perannya dalam perusahaan.
Faktor yang mempengaruhi kinerja
diantaranya adanya pengaruh kepemimpinan seperti
peran pemimpin dalam membina pegawainya.
Namun dalam penerapannya, kemampuan seorang
pemimpin untuk memberi keputusan dengan baik
tidak hanya dipengaruhi oleh tuntutan dalam
dirinya dengan segala potensi yang dimilikinya tapi
juga ada beberapa faktor eksternal yang juga akan
mengganggu seorang pemimpin dalam memberi
keputusan yang tepat di saat yang tepat. Selain
faktor kepemimpinan kondisi lingkungan kerjapun
akan sangat mempengaruhi kinerja pegawai,
dengan lingkungan kerja yang nyaman jelas akan
membuat pegawai merasa tenang dan nyaman
dalam bekerja sehingga dapat menyelesaikan
tugasnya tepat waktu. Lingkungan kerja yang baik
akan membantu pegawai dalam mengatasi
kejenuhan dan kebosanan dalam bekerja, sehingga
diharapkan dapat meningkatkan kinerja pegawai.
Lingkungan kerja adalah suatu tempat yang
diisi oleh orang-orang yang berbeda karakter
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-58
dengan satu tujuan dan memiliki suatu target
tertentu dalam mencapai kepentingan tertentu pula
Dengan adanya uraian kondisi inilah, peneliti
tertarik untuk melaksanakan penelitian dengan
mengangkat judul “judul “PENGARUH
KEPEMIMPINAN DAN LINGKUNGAN
KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI
PADA SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI
(STIE) EKUITAS BANDUNG”.
IDENTIFIKASI MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah, dapat
kita ketahui bahwa permasalahan sumber daya
manusia dalam instansi Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Ekuitas adalah sebagai berikut:
1. Capaian kinerja pegawai belum mencapai
target
2. Kurangnya motivasi pegawai dalam
bekerja
3. Lingkungan kerja yang kurang kondusif.
4. Kurangnya komunikasi antara pimpinan
dengan pegawai.
5. Kurang tegasnya pimpinan dalam
memberikan sanksi.
6. Tidak adanya aturan tentang reward dan
punishment.
RUMUSAN MASALAH
Dari penjelasan latar belakang dan
identifikasi masalah diatas, maka dapat dirumuskan
masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kepemimpinan yang diterapkan
pada Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE)
Ekuitas.
2. Bagaimana lingkungan kerja pada Sekolah
Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas.
3. Bagaimana kinerja pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Ekuitas.
4. Seberapa besar pengaruh kepemimpinan dan
lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas,
baik secara parsial maupun simultan.
TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan Rumusan Masalah Penelitian
ini, bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis
bagaimana :
1. Kepemimpinan pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Ekuitas.
2. Lingkungan kerja pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Ekuitas.
3. Bagaimana kinerja pada Sekolah Tinggi Ilmu
Ekonomi (STIE) Ekuitas.
4. Besarnya pengaruh kepemimpinan dan
lingkungan kerja terhadap kinerja Pegawai pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas,
baik secara parsial maupun simultan.
KEGUNAAN PENELITIAN
Kegunaan penelitian yang diharapkan oleh
penulis sebagai berikut :
Kegunaan Teoritis
Penelitian ini sebagai pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya ilmu Manajemen
Sumber Daya Manusia dalam rangka
menambah wawasan, pengalaman, terutama
tentang pengaruh kepemimpinan dan
lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai.
KAJIAN PUSTAKA
Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah proses pencapaian tujuan
organisasi melalui mendapatkan, memeprtahankan,
memberhentikan, mengembangkan dan
menggunakan/memanfaatkan sumber daya manusia
dalam suatu organisasi dengan sebaik-baiknya.
(Moekijat, 2010 :4). Manajemen Sumber Daya
Manusia adalah ilmu dan seni mengatur hubungan
dan peranan tenaga kerja agar efektif dan efisien
membantu terwujudnya tujuan perusahaan,
pegawai, dan masyarakat (Malayu S.P. Hasibuan,
2010 : 10 ). Manajemen Sumber Daya Manusia
merupakan perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengendalian dari pengadaan,
pengembangan, kompensasi, pengintegrasian,
pemeliharaan dan pemberhentian pegawai dengan
maksud terwujudnya tujuan perusahaan, individu,
pegawai dan masyarakat. (T. Hani Handoko, 2011
: 3)
1. Pengertian Kepemimpinan
Ada beberapa pendapat yang berbeda mengenai
definisi kepemimpinan dari beberapa ahli,
diantaranya adalah:
Menurut Veithzal Rivai (2009:64), kepemimpinan
adalah:
“Kepemimpinan adalah kemampuan seorang
pemimpin untuk mempengaruhi orang lain
dengan cara memancing tumbuhnya perasaan
yang positif dalam diri orang-orang yang
dipimpinnya untuk mencapai tujuan yang
diinginkan”.
2. Pengertian Lingkungan Kerja
lingkungan kerja merupakan suatu kondisi dimana
para pegawai bekerja, baik menyangkut aspek fisik,
maupun yang menyangkut aspek sosial dalam suatu
perusahan atau organisasi yang dapat
mempengaruhi pegawai dalam menjalankan tugas
dan pekerjaannya sehari – hari.
Menurut Sedarmayati (2001:1) Lingkungan
kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan
bahan yang dihadapi, lingkungan sekitarnya di
mana seseorang bekerja, metode kerjanya, serta
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-59
pengaturan kerjanya baik sebagai perseorangan
maupun sebagai kelompok.
3. Pengertian Kinerja
Kinerja pegawai adalah kemampuan yang dicapai
dan diinginkan dari perilaku pegawai dalam
melaksanakan dan menyelesaikan tugas-tugas
pekerjaan yang menjadi tanggung jawab secara
individu atau kelompok.
Menurut Mangkunegara ( 2005:9 ), bahwa :
“Kinerja pegawai adalah hasil kerja secara
kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang
pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai
dengan tanggung jawab yang diberikan
kepadanya.”
POPULASI DAN SAMPEL
Sugiyono (2010:72) mengatakan populasi
adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek
atau subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Sedangkan jumlah populasi pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas
Bandung sebanyak 63 pegawai.
UJI VALIDITAS
Pengujian validitas dari setiap butir digunakan
analisis item yaitu mengkorelasikann skor tiap butir
dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor
butir. Item yang mempunyai korelasi positif dengan
skor total serta korelasi yang tinggi menunjukkan
bahwa item tersebut memiliki validitas yang tinggi
pula.
Syarat minimum yang dianggap memenuhi
syarat adalah kalau kurang dari 0.3 maka butir
dalam instrument tersebut dinyatakan tidak valid.
(Sugiyono, 2010:109). Untuk mencari nilai korelasi
digunakan rumus Pearson Product Moment. Uji
validitas ini menggunakan rumus sebagai berikut :
𝑟 = 𝑛 (∑ 𝑋1 𝑋𝑡𝑜𝑡) − (∑ 𝑋1 )(∑ 𝑋𝑡𝑜𝑡)
√((𝑛 ∑ 𝑋1² − (∑ 𝑋1)²(𝑛 ∑ 𝑋𝑡𝑜𝑡²) − (∑ 𝑋𝑡𝑜𝑡)²))
(Sugiyono, 2010 :109)
Dimana :
r = Koefesien korelasi
n = Jumlah Sampel
∑ X = Jumlah skor item
∑ Y =Jumlah skor total (seluruh item)
X1 = Item pertanyaan 1
Xtot = Total skor Variabel X
UJI RELIABILITAS
Uji reliabilitasnya digunakan metode (Split Half).
Item tersebut dibagi menjadi dua kelompok yaitu
item ganjil dan kelompok item genap, kemudian
masing-masing kelompok skor tiap itemnya
dijumlahkan sehingga menghasilkan skor total.
Sebelum uji reliabilitas, terlebih dahulu dicari
koefesien korelasi dengan rumus :
𝑟 = 𝑛 ∑ 𝐴𝐵 − ∑𝐴∑𝐵
√[𝑛(∑ 𝐴2) − (∑ 𝐴)²][𝑛(∑ 𝐵²) − (∑ 𝐵)²]
Dimana :
A = Variabel nomor ganjil
B = Variabel nomor genap(Sugiyono, 2010:110)
Setelah koefesien korelasi diketahui, uji reliabilitas
dengan menggunakan rumus Spearman Brown
sebagai berikut :
𝑟𝑖 = 2𝑟𝑏
1 + 𝑟𝑏
(Sugiyono, 2009)
Dimana :
ri = Reabilitas internal seluruh instrument
rb = Koefesien korelasi pearson product
moment antara belahan pertama dan kedua.
Batas reliabilitas minimal 0.7.
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
Analisis regresi linier berganda merupakan
analisis yang digunakan untuk mengetahui ada atau
tidaknya antara variabel X1 (Kepemimpinan), X2
(Lingkungan Kerja) terhadap Y (Kinerja Pegawai).
(Sugiyono, 2010:132).
Rumus yang digunakan adalah :
𝑌 = 𝑎 + 𝑏1𝑋1 + 𝑏2𝑋2
(Sugiyono, 2010 :132)
Dimana :
Y = Variabel terikat (Kinerja Pegawai)
a = bilangan konstanta
b1b2 = Koefesien regresi
X1 = variabel bebas (Kepemimpinan)
X2 = variabel bebas ( Lingkungan Kerja)
Untuk regresi linier dengan dua variabel
bebas X1 (Kepemimpinan) dan X2 (Lingkungan
Kerja) menggunakan kuadrat terkecil memberikan
hasil bahwa koefesien-koefesien a, b1, dan b2 dapat
dihitung dengan menggunakan rumus :
∑𝑌 = 𝑛𝑎 + 𝑏1∑ 𝑋1 + 𝑏2∑𝑋2
∑𝑋1𝑌 = 𝑎∑𝑋1 + 𝑏1∑ 𝑋1² + 𝑏2∑𝑋1𝑋2
∑𝑋2𝑌 = 𝑎∑𝑋2 + 𝑏1∑ 𝑋2 + 𝑏2∑𝑋2²
Setelah a, b1, b2 didapat, maka akan diperoleh
persamaan Y.
ANALISIS KOEFESIEN DETERMINASI
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-60
Koefesien determinasi digunakan untuk
melihat berapa persentase (%) besarnya pengaruh
variabel X1, X2 terhadap Y, yang dinyatakan dalam
persentase.
Adapun rumus koefesien determinasi adalah
sebagai berikut :
Kd = R2x 100 % Dimana :
Kd = Koefesien Determinasi
R² = Kuadrat koefesien korelasi
Kriteria untuk analisis koefesien determinasi adalah
:
1. Jika Kd mendekati nol (0), berarti pengaruh
variabel indipenden terhadap variabel dependen
yaitu lemah.
2. Jika Kd mendekati satu (1), berarti pengaruh
variabel indipenden terhadap variabel dependen
yaitu kuat.
HASIL UJI VALIDITAS DAN
RELIABILITAS
Sebelum data di olah dengan analisis data
yang digunakan, maka data terlebih dahulu di uji
kesahihan dan keandalannya yaitu dengan
melakukan pengujian validitas dan reliabilitas.
1. UJI VALIDITAS
Suatu test atau instrument pengukur dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila
alat tersebut menjalankan fungsi uurnya yang
sesuai dengan maksud dilakukannya pengukuran
tersebut. Validitas setiap item pernyataan
ditunjukkan dengan nilai koefesien validitas yang
dihitung dengan menggunakan korelasi antara item
dengan total skor variabel.
Berikut ini adalah tabel hasil uji validitas
untuk variabel penelitian dengan menggunakan
program SPSS sebagai berikut :
Tabel 4.1.
Hasil Uji Validitas
Variabel Item Korelasi Keterangan
X1 (kepemimpinan)
1 0,53 Valid
2 0,45 Valid
3 0,63 Valid
4 0,44 Valid
5 0,47 Valid
6 0,43 Valid
X2 (lingkungan kerja)
7 0,46 Valid
8 0,55 Valid
9 0,53 Valid
10 0,35 Valid
11 0,45 Valid
12 0,55 Valid
13 0,54 Valid
14 0,49 Valid
15 0,49 Valid
16 0,46 Valid
17 0,51 Valid
18 0,52 Valid
19 0,51 Valid
20 0,52 Valid
Variabel Item Korelasi Keterangan
Y (kinerja)
21 0,50 Valid
22 0,55 Valid
23 0,50 Valid
24 0,50 Valid
25 0,50 Valid
26 0,53 Valid
27 0,49 Valid
28 0,53 Valid
29 0,51 Valid
Sumber : data di olah tahun 2014
Untuk menentukan item valid atau tidak
digunakan ketentuan jika nilai korelasi di atas 0.3,
maka dapat dikatakan bahwa item tersebut
memberikan tingkat kevalidan yang cukup dan
sebaliknya jika nilai korelasi dibawah 0.3 maka
dikatakan item tersebut kurang valid.
UJI RELIABILITAS
Setelah mendapatkan item-item pernyataan
dari kuesioner yang valid, selanjutnya dilakukan uji
reliabilitas. Uji reliabilitas untuk mengetahui
apakah alat pengumpulan data pada dasarnya
menunjukkan tingkat ketepatan, keakuratan,
kestabilan atau konsistensi alat tersebut dalam
mengungkapkan gejala tertentu dari sekelompok
individu, dan hasil pengukuran tetap konsisten bila
dilakukan pengukuran kembali terhadap gejala
yang sama. Uji reliabiltas yang dipakai
menggunakan teknik Spearman-Brown dengan
ketentuan pernyataan tersebut reliabel adalah jika
koefesien reliabilitas positif dan memiliki nilai
diatas 0.7.
Hasil uji reliabilitas dengan menggunakan
program SPSS dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.2.
Hasil Reliabilitas Variabel r hitung r tabel Keterangan
Kepemimpinan (X1) 0,813 0,7 Reliabel
Lingkungan Kerja
(X2)
0,765 0,7 Reliabel
Kinerja (Y) 0,865 0,7 Reliabel
Sumber : data di olah tahun 2014
Dengan demikian, data tersebut dinyatakan
valid dan reliabel apabila digunakan sebagai alat
dalam penelitian ini karena telah memenuhi
persyaratan yang telah dtentukan.
ANALISIS REGRESI LINIER BERGANDA
Berdasarkan hasil dalam Tabel 4.38 diatas,
maka diperoleh suatu persamaan regresi sebagai
berikut :
Y = -0.453 + 0.721 X1 + 0.605 X2
Dari model regresi yang diperoleh (a)
sebesar -0.453 bahwa jika variable kepemimpinan
dan lingkungan kerja sama dengan nol atau konstan
maka kinerja pegawai menurun sebesar 0,453.
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-61
Koefesien regresi X1 bernilai positif
sebesar 0,721 berarti bahwa peningkatan
kepemimpinan sebesar satu satuan dan variable lain
sama dengan nol atau konstan maka variable
kinerja akan meningkat sebesar 0,721.
Koefesien regresi X2 bernilai positif
sebesar 0.605. Dapat dijelaskan artinya setiap
peningkatan lingkungan kerja sebesar satu satuan
dan variabel lain konstan, maka variabel kinerja
pegawai akan meningkat sebesar 0,605. Jadi
semakin baik lingkungan kerja maka akan semakin
baik pula kinerja dari para karyawan.
KOEFESIEN DETERMINASI (R2)
Koefesien determinasi dapat ditentukan dengan
rumus :
Kd = r2 x 100%.
Kd = 0.7012 x 100%
Kd = 49,1%
Dari hasil perhitungan bahwa koefesien
determinasi (R2) sebesar 49,1 %. Ini berarti variabel
X1 (kepemimpinan), variabel X2 (lingkungan kerja)
memberikan pengaruh yang kuat terhadap variabel
Y (kinerja) sebesar 49,1% sedangkan sisanya
sebesar 50,9% dipengaruhi oleh faktor lainnya
yang diabaikan atau tidak diteliti oleh peneliti.
Adapun besar pengaruh masing-masing
variabel bebas dalam model regresi dapat dilihat
dari perkalian Nilai Beta dengan nilai korelasi Zero
Order. Hasil perhitungan pengaruh parsial untuk
masing-masing variabel sebagai berikut:
ryx1 = 0.666 x 0.618 x 100%
= 41,2%
ryx2 = 0.468 x 0.565 x 100%
= 26,4%
Dapat diketahui pengaruh parsial
kepemimpinan terhadap kinerja pegawai sebesar
41,2%. Dan pengaruh lingkungan kerja terhadap
kinerja pegawai sebesar 26,4%.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan mengenai pengaruh kepemimpinan dan
lingkungan kerja terhadap kinerja pegawai pada
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas
Bandung, melalui serangkaian observasi,
wawancara dan penyebaran kuesioner, maka
penulis dapat menarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut :
1. Kepemimpinan di STIE Ekuitas oleh responden
dinilai sudah baik., hal ini dilihat dari skor total
penilaian responden mengenai kepemimpinan
yang berada pada interval sebesar 2,7 – 3,4
yang kesemuanya berada pada katagori baik.
2. Lingkungan kerja pegawai pada di STIE Ekuitas
dinilai sudah baik. Hal ini dilihat dari skor total
penilaian responden mengenai lingkungan
kerja pegawai yang berada pada interval sebesar
3,0 – 3,8 yang kesemuanya berada pada katagori
baik.
3. Kinerja pegawai di STIE Ekuitas dinilai sudah
baik. Hal ini di lihat dari skor total penilaian
responden mengenai kinerja pegawai yang
berada pada interval sebesar 3,0 – 3,5 yang
berada pada katagori baik.
4. Koefesien determinasi (R2) sebesar 49,1%. Ini
berarti variabel X1 (kepemimpinan), variabel X2
(lingkungan kerja) memberikan pengaruh yang
kuat terhadap variabel Y (kinerja), sedangkan
sisanya sebesar 50,9% dipengaruhi oleh faktor
lainnya yang diabaikan atau tidak diteliti oleh
peneliti. Secara parsial kepemimpinan
mempunyai pengaruh terhadap kinerja pegawai
sebesar 41,2% dan pengaruh lingkungan kerja
terhadap kinerja pegawai sebesar 26,4%.
Artinya kepemimpinan mempunyai pengaruh
lebih besar terhadap kinerja dibandingkan
dengan lingkungan kerja
SARAN
Terdapat beberapa saran yang dapat
penulis kemukakan berkaitan dengan hasil
peneliitan dan pembahasan yang telah disampaikan,
diantaranya :
1. Sebaiknya pimpinan lebih meningkatkan
kepedulian kepada seluruh pegawai, agar
pegawai merasa diperlakukan sama dalam hal
pekerjaan dan dalam hal lainnya. Sehingga rasa
kebersamaan dan rasa memiliki
lembaga/instansi akan tercipta, yang pada
akhirnya akan meningkatkan kinerja.
2. Sebaiknya pimpinan dapat meningkatkan
kemampuan berkomunikasi dengan
pegawainya, dan lebih tanggap dalam
menghadapi keluhan yang disampaikan oleh
pegawai. Sehingga hubungan kerja antara
pegawai dan pimpinan akan terrjalin dengan
baik, diharapkan pula dapat mendekatkan
hubungan emosional positif antara pimpinan
dengan pegawainya, sehingga kinerja dapat
3. Sanksi harus diberikan dengan lebih tegas
apabila ada pegawai yang kurang bertanggung
jawab terhadap pekerjaannya, sehingga dapat
tercipta suasana lingkungan kerja yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
A Anwar Prabu Mangkunegara. 2006. Evaluasi
Kinerja Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Refika Aditama.
Dubrin, Andrew J. 2005. Leadership Terjemahan
Tri Wibowo. 2006.. Edisi Kedua. Prenada
Media. Jakarta.
Prosiding SENTIA 2016 – Politeknik Negeri Malang Volume 8 – ISSN: 2085-2347
H-62
Edwin B. Flippo, 2002. Personel Management
(Manajemen Personalia), Edisi VII Jilid II,
Terjemahan Handoko, T. Tani, 2004.
Manajemen Personalia dan Sumber Daya
Manusia,Edisi kedua, Cetakan Keempat
belas, Yogyakarta.
Gibson, James L, John M. Ivancevich dan James H.
Donnelly Jr, 2000. Organizations:
Behaviour, Structure and Process, McGraw-
Hill Companies Inc, Boston. Dalam
Moekijat,2010. Perilaku Karyawan di
Perusahaan. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka
Utama.
Hasibuan, Malayu SP, 2005. Manajemen Sumber
Daya Manusia, Edisi revisi, Bumi Aksara,
Jakarta.
Kartini, Kartono, 2006. Pemimpin dan
Kepemimpinan, PT. Rajagrafindo Persada,
Jakarta
Mathis, dan Jackson, 2006, Manajemen Sumber
Daya Manusia, Edisi pertama, Cetakan
Pertama, Yogyakarta : Salemba Empat
Robbins, Stephen P. 2007. Perilaku Organisasi
Jilid 2. Edisi 9. Harbani Pasolong &
Sedarmayanti Penerjemah Tim Indeks.
Jakarta : PT. Indeks, Gramedia Grup.
Sedarmayanti. 2006. Perilaku Organisasi. Jakarta :
PT. Indeks, Gramedia Grup.
Seltzer & Bass, B.M. and Avolio, B.J. (1990),
“Transformational leadership: a response
tocritiques”, in
Sugiyono, 2002. Metode Penelitian Kuantitatif
Kualitatif dan R & D, Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2005. Metode Penelitian Bisnis,
Alfabeta, Bandung.
Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis, Cetakan
Ketujuh, Alfabeta, Bandung.
Yukl Gary,2002. Kepemimpinan dalam organisasi.
Jakarta : indie Ks Kkelompok Gramedia.
Andiyan Junialdi, 2013, penelitian, Pengaruh
Deskripsi Pekerjaan dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai di Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional
(LAPAN) Bandung.
Dea Yuanita Farida, 2011, penelitian . Pengaruh
Kepemimpinan dan Lingkungan Kerja
terhadap Kinerja Pegawai Pada Dinas
Pertanian Tanaman Pangan Provinsi Jawa
Barat.
Hartanto,2008, Penelitian. Pengaruh
Kepemimpinan Terhadap Kinerja Karyawan
di PT. Air Mancur Wonogiri.
Ragil Permanasari, 2013, Pengaruh Motivasi dan
Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja PT
Augrah Raharjo Semarang.journal unnes vol
2.
Siti Rachmawati, 2011, Pengaruh Kepemimpinan
dan Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja
Pegawai Pada Dinas Perkebunan Provinsi
Jawa Tengah.Jurnal-sosioekotekno.org vol 1
Utari Handayani 2008, penelitian, Pengaruh
Disiplin kerja dan Lingkungan Kerja
Terhadap Kinerja Pegawai Pada Divisi
Kenegaraan Khusus PT PINDAD (Persero)
Bandung
Zwandhika Fernanda, 2013, Pengaruh Lingkungan
Kerja dan Program Kesejahteraan terhadap
Semangat Kerja Pegawai Pada Hotel Puncak
Pass Resort Kabupaten Cianjur
top related