nurul hidayati-fkik
Post on 18-Jan-2016
85 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ii
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Skripsi, 13 Desember 2010
Nurul Hidayati, NIM : 106101003718
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan Tahun
2010
xxii + 138 halaman, 30 tabel, 2 bagan, 6 lampiran
ABSTRAK
Partisipasi masyarakat adalah suatu bentuk keterlibatan secara aktif dari
masyarakat dalam segala bidang kehidupan. Dalam bidang kesehatan, salah satu
partisipasi masyarakat adalah memantau pertumbuhan berat badan balita di Pos
Pelayanan Terpadu (Posyandu), dengan tolak ukur melihat jumlah balita yang
ditimbang dibandingkan jumlah balita seluruhnya (D/S). Hasil laporan Puskesmas
Ciputat Timur tahun 2009, angka D/S paling rendah terdapat di Kelurahan Rempoa
yaitu 34,24%. Angka tersebut masih jauh dibawah target Nasional yaitu sebesar 80%.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan
dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010, yang dilaksanakan pada bulan April -
November dengan menggunakan desain penelitian studi cross sectional. Sampel
penelitian ini berjumlah 222 ibu balita. Analisis data dalam penelitian ini terdiri dari
analisis univariat untuk mengetahui distribusi frekuensi dari masing-masing variabel,
analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan
dependen dengan menggunakan uji statistik chi-square serta analisis multivariat
untuk mengetahui faktor yang paling dominan berhubungan dengan partisipasi ibu
balita ke Posyandu dengan menggunakan uji regresi logistik berganda.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu balita berpartisipasi
tidak aktif ke Posyandu (63,5%). Berdasarkan analisis bivariat diketahui bahwa umur
ibu, pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, status bekerja ibu,
pendapatan keluarga, perilaku kader dan perilaku petugas kesehatan tidak memiliki
hubungan yang bermakna dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan
Rempoa. Sedangkan kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat memiliki
hubungan yang bermakna dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan
Rempoa pada tahun 2010. Selanjutnya, berdasarkan analisis multivariat diketahui
iii
bahwa kepemilikan KMS merupakan faktor yang paling dominan berhubungan
dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa pada tahun 2010.
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan adalah untuk para ibu
balita supaya menggunakan semaksimal mungkin sarana yang tersedia di Posyandu
untuk memantau perkembangan dan pertumbuhan balitanya. Untuk Puskesmas
Ciputat Timur disarankan agar segera mengganti Kartu Menuju Sehat (KMS) yang
hilang, memberi penyuluhan kepada ibu tentang kegunaan KMS, serta
mensosialisasikan untuk menjaga KMS dengan baik dan disiplin membawanya pada
saat kegiatan Posyandu. Untuk Dinas Kesehatan Tangerang Selatan disarankan dapat
memberikan pembinaan kepada pihak Puskesmas tentang kegiatan Posyandu.
Daftar Bacaan: 53 ( 1989 - 2010)
iv
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE
PUBLIC HEALTH STUDY PROGRAM
Undergraduate Thesis, 13 Desember 2010
Nurul Hidayati, NIM : 106101003718
Factors that are Related with the Participation of Toddler Mother to Posyandu
in Rempoa Village Ciputat Timur Subdistrict of Tangerang Selatan City at 2010
xxii + 138 pages, 30 tables, 2 charts, 6 attachments
ABSTRACT
Public participation is a form of active society involvement in all aspects of
life. In the health sector, one of the public participation is monitoring weight gain of
children under five in "Pos Pelayanan Terpadu" (Posyandu), by considering the ratio
of the number of toddler measured to the total number of toddler (D / S). Ciputat
Timur Medical Center reported in 2009 that the lowest D / S ratio is in Sub Rempoa
which is 34.24%. The number is still far below the national target which is 80%.
The aim of this research is to determine the factors that are related with the
participation of mothers in the village Rempoa Ciputat Timur district of Tangerang
Selatan City in 2010, which was held in April-November by using cross sectional
research design. The samples of this research are 222 mothers. The data analysis
which were used in this research consists of univariate analysis to determine the
frequency distribution of each variable, bivariate analysis to determine the
relationship between independent and dependent variables using chi-square statistical
test and multivariate analysis to determine the most dominant factor that are related
with mothers' participation to Posyandu by using multiple logistic regression.
The results show that most of the mothers do not participate actively in
Posyandu (63.5%). Bivariate analysis shows that maternal age, maternal education,
maternal knowledge, attitude of mothers, mothers working status, household income,
attitude and behavior of cadres of health workers do not have a significant
relationship with the participation of mothers in the Rempoa district. However, the
ownership of KMS and the behavior of public figures have a significant impact to the
participation of mothers in the Rempoa district in 2010. Furthermore, it was shown
by multivariate analysis that the ownership of KMS is the most dominant factor that
are related with the participation of mothers in the Rempoa district's Posyandu in
2010.
v
Based on the results of this research, the mothers are advised to use the
available tools obtimaly to monitor growth of and the development their children.
Community Health Center of Ciputat Timur should replace the missing Kartu Menuju
Sehat (KMS) immediately, inform the mothers about the uses of KMS, and also
socialize them to keep KMS well and bring it regularly to the Posyandu's activities.
Tangerang Selatan Health Department is recommended to provide guidance to the
health center on integrated health activities.
Reading list: 53 (1989 - 2010)
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadhirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas
limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang
berjudul “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita Ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang
Selatan Tahun 2010”. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Rosul
tercinta yang telah membawa kebenaran yaitu Islam dan telah menjadi suri tauladan
bagi kita umatnya.
Dengan bekal pengetahuan, pengarahan serta bimbingan yang diperoleh
selama perkuliahan penulis mencoba menyusun skripsi ini. Dalam penyusunan skripsi
ini, penulis menyadari dengan sepenuh hati bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan
terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan
ini penulis bermaksud menyampaikan rasa terima kasih yang setulusnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. (HC) dr. MK Tadjuddin, Sp. And, selaku dekan Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan
Masyarakat Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ayah dan Bunda tersayang, serta abang dan adik-adik tercinta (b’ichsan,
d’rahmat, d’maman, d’husnul dan d’intan) yang nan jauh disana yang telah
memberikan kasih sayang, perhatian serta dorongan semangat kepada ananda,
x
semoga Allah memberikan yang terbaik kepada mereka dan mengampuni segala
dosanya.
4. Ibu Febrianti, M.Si selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi yang telah
banyak memberikan arahan, saran dan bimbingan sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes selaku pembimbing II yang telah
memberikan bimbingan, nasihat, motivasi, saran-saran, dan do’a yang sangat
berarti sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak/Ibu dosen Program Studi Kesehatan Masyarakat yang telah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat dan semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan
penulis.
7. Kepala Puskesmas dan Kepala Kelurahan Rempoa yang telah memberikan izin
bagi peneliti untuk melakukan penelitian di wilayah kerja Puskesmas.
8. Staff gizi dan bidan kelurahan Rempoa yang telah membantu penulis dalam
mendapatkan data penelitian.
9. Ibu-ibu kader Posyandu se-Kelurahan Rempoa yang banyak membantu penulis
dalam memberikan informasi terkait dengan kegiatan Posyandu, sehingga dengan
bantuan beliau-beliau lah pengumpulan data bisa lebih cepat selesai.
10. Pengurus Mahasiswa Beasiswa Santri Departemen Agama (CSS MoRA) yang
telah memberikan motivasi baik moril maupun materil hingga akhirnya penulis
dapat menyelesaikan pendidikaan S1.
xi
11. Teman-teman CSS MoRa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya angkatan
2006, teman-teman 3G Kesmas 2006, teman-teman kosan Buzul (Zume, Liya,
Reni, Ida, Kaha, Arie, Eni, Mayang, Intan, Huda, Nisa, Yeni dan Liah) yang
selalu memberikan motivasi bagi penulis, Barakallah…
12. Ade-ade tercinta dari dayah Jeumala Amal yang seperjuangan terutama de Ainul,
Zakiah, Cut Meurah, Zikriah, Reka, Ema dan Mirza yang telah memberikan
semangat dan dukungan kepada penulis. Jazakumullah. Tetap jaga ukhuwah-nya.
13. Bapak dan Ibu Zul selaku ibu kos yang baik bagi penulis, yang telah memberikan
banyak saran kepada penulis sejak awal tinggal di Ciputat sampai terakhir.
14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak
membantu.
Penulis menyadari bahwa skripsi atau laporan penelitian ini masih sangat jauh
dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun agar di masa mendatang penulis dapat menyusun laporan penelitian yang
lebih baik lagi.
Semoga dengan disusunnya skripsi ini akan memberikan manfaat bagi banyak
pihak, khususnya bagi penulis serta bagi pembaca.
Ciputat, 25 Desember 2010
Penulis
xii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ...................................................................................... i
ABSTRAK ................................................................................................................. ii
ABSTRACT ............................................................................................................... iv
LEMBAR PERSETUJUAN ..................................................................................... vi
LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................... vii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................. viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................... ix
DAFTAR ISI .............................................................................................................. xii
DAFTAR TABEL ..................................................................................................... xviii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................................... xxi
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................. xxii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 6
1.3 Pertanyaan Penelitian ............................................................................. 7
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................... 11
1.4.1 Tujuan Umum .............................................................................. 11
1.4.2 Tujuan Khusus ............................................................................. 11
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................. 14
xiii
1.5.1 Bagi Masyarakat .......................................................................... 14
1.5.2 Bagi Puskesmas Ciputat Timur ................................................... 14
1.5.3 Bagi Penelitian ............................................................................. 15
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ...................................................................... 15
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 16
2.1 Partisipasi Masyarakat ........................................................................... 16
2.1.1 Pengertian .................................................................................... 16
2.1.2 Dasar-Dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat .............................. 18
2.1.3 Tahap-Tahap Partisipasi .............................................................. 19
2.2 Posyandu ................................................................................................ 20
2.2.1 Konsep Dasar Posyandu .............................................................. 20
2.2.2 Tujuan Penyelenggara Posyandu ................................................. 21
2.2.3 Sasaran Posyandu ........................................................................ 21
2.2.4 Penyelenggaraan Posyandu ......................................................... 22
2.2.5 Kegiatan Posyandu ...................................................................... 22
2.2.6 Cakupan Penimbangan Balita ...................................................... 25
2.2.7 Perkembangan Posyandu ............................................................. 26
2.3 Perilaku Kesehatan ................................................................................. 28
2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita ke
Posyandu ................................................................................................ 32
2.4.1 Umur Ibu ...................................................................................... 32
2.4.2 Pendidikan Ibu ............................................................................. 33
xiv
2.4.3 Tingkat Pengetahuan Ibu ............................................................. 35
2.4.4 Sikap Ibu ....................................................................................... 37
2.4.5 Status Bekerja Ibu ......................................................................... 39
2.4.6 Pendapatan Keluarga ................................................................... 40
2.4.7 Jarak Tempuh dari Rumah Ke Posyandu .................................... 42
2.4.8 Kepemilikan KMS ....................................................................... 43
2.4.9 Perilaku Kader ............................................................................. 44
2.4.10 Perilaku Petugas Kesehatan ......................................................... 45
2.4.11 Perilaku Tokoh Masyarakat ......................................................... 46
2.5 Kerangka Teori ...................................................................................... 48
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL .................. 50
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................... 50
3.2 Definisi Operasional .............................................................................. 52
3.3 Hipotesis ................................................................................................ 55
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ............................................................... 57
4.1 Desain Penelitian ................................................................................... 57
4.2 Lokasi dan waktu Penelitian .................................................................. 57
4.3 Populasi dan Sampel .............................................................................. 58
4.3.1 Populasi ....................................................................................... 58
4.3.2 Sampel ......................................................................................... 58
4.4 Instrumen Penelitian .............................................................................. 60
xv
4.5 Pengumpulan Data ................................................................................. 66
4.6 Pengolahan Data .................................................................................... 66
4.7 Analisa Data ........................................................................................... 67
4.7.1 Analisis Univariat ........................................................................ 67
4.7.2 Analisis Bivariat .......................................................................... 67
4.7.3 Analisis Multivariat ..................................................................... 69
BAB V HASIL ........................................................................................................... 72
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ....................................................... 72
5.1.1 Keadaan Geografis ...................................................................... 72
5.1.2 Keadaan Demografi ..................................................................... 73
5.2 Analisis Univariat .................................................................................... 75
5.2.1 Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu ............................................. 75
5.2.2 Umur Ibu .................................................................................... 76
5.2.3 Pendidikan Ibu ........................................................................... 76
5.2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Posyandu ............................... 78
5.2.5 Sikap Ibu .................................................................................... 78
5.2.6 Status Bekerja Ibu ...................................................................... 79
5.2.7 Pendapatan Keluarga .................................................................. 80
5.2.8 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu .................................... 80
5.2.9 Kepemilikan KMS ..................................................................... 81
5.2.10 Perilaku Kader ............................................................................ 82
xvi
5.2.11 Perilaku Petugas Kesehatan ....................................................... 82
5.2.12 Perilaku Tokoh Masyarakat ....................................................... 83
5.3 Analisis Bivariat ...................................................................................... 84
5.3.1 Hubungan antara Umur Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu .... 84
5.3.2 Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi
ke Posyandu ............................................................................... 85
5.3.3 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Partisipasi
ke Posyandu ............................................................................... 86
5.3.4 Hubungan antara Sikap Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu .... 87
5.3.5 Hubungan antara Status Bekerja Ibu dengan Partisipasi
ke Posyandu ............................................................................... 88
5.3.6 Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Partisipasi Ibu
ke Posyandu ............................................................................... 89
5.3.7 Hubungan antara Kepemilikan KMS dengan Partisipasi Ibu
ke Posyandu ............................................................................... 90
5.3.8 Hubungan antara Perilaku Kader dengan Partisipasi Ibu
ke Posyandu ............................................................................... 92
5.3.9 Hubungan antara Perilaku Petugas Kesehatan dengan Partisipasi
Ibu ke Posyandu ......................................................................... 93
5.3.10 Hubungan antara Perilaku Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi
Ibu ke Posyandu ......................................................................... 94
5.4 Analisis Multivariat ................................................................................. 95
BAB VI PEMBAHASAN .......................................................................................... 103
6.1 Keterbatasan Penelitian .......................................................................... 103
6.2 Gambaran Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ... 103
xvii
6.3 Umur Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu
di Kelurahan Rempoa ............................................................................ 106
6.4 Pendidikan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu
di Kelurahan Rempoa ............................................................................ 108
6.5 Tingkat Pengetahuan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ....................................................... 109
6.6 Sikap Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu
di Kelurahan Rempoa ............................................................................ 112
6.7 Status Bekerja Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu
di Kelurahan Rempoa ............................................................................ 114
6.8 Pendapatan Keluarga dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ....................................................... 117
6.9 Kepemilikan KMS dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ....................................................... 118
6.10 Perilaku Kader dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ....................................................... 120
6.11 Perilaku Petugas Kesehatan dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu
Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ............................................ 123
6.12 Perilaku Tokoh Masyarakat dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu
Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa ............................................ 125
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN ....................................................................... 129
7.1 Simpulan ................................................................................................ 129
7.2 Saran ..................................................................................................... 132
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 134
LAMPIRAN
xviii
DAFTAR TABEL
Nomor Tabel Halaman
3.1 Definisi Operasional Variabel Penelitian ........................... 52
5.1 Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kelurahan
Rempoa ……………………………………………………. 73
5.2 Distribusi Penduduk Kelurahan Rempoa Berdasarkan
Tingkat Pendidikan Tahun 2006 ………………………….. 74
5.3 Distribusi Penduduk Kelurahan Rempoa Berdasarkan Jenis
Pekerjaan Tahun 2006 ……………………………………… 74
5.4 Distribusi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010 …………………………………………………. 75
5.5 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010 …………………………………………………. 76
5.6 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010 …………………………………………………. 77
5.7 Distribusi Pendidikan Ibu Balita Berdasarkan Kategori
“Rendah” dan “Tinggi” di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 …….. 77
5.8 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Tingkat Pengetahuan di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 …………………………… 78
5.9 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Sikap di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010 …………………………………………………. 79
5.10 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Status Bekerja di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
79
xix
Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………………………
5.11 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pendapatan Keluarga di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 …………………………….. 80
5.12 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Jarak Tempuh dari Rumah
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………….. 81
5.13 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Kepemilikan KMS di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 …………………………… 81
5.14 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Kader di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 …………………………… 82
5.15 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Petugas
Kesehatan di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun
2010………………………………………………………… 83
5.16 Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Tokoh
Masyarakat di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun
2010………………………………………………………….. 83
5.17 Hubungan antara Umur Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu
di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 …………….......................... 84
5.18 Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………................ 85
5.19 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan
Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ………. 86
5.20 Hubungan antara Sikap Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu
di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 …………….......................
87
xx
5.21 Hubungan antara Status Bekerja Ibu dengan Partisipasi ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………................ 88
5.22 Hubungan antara Pendapatan Keluarga Ibu dengan
Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ………. 89
5.23 Hubungan antara Kepemilikan KMS dengan Partisipasi ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 …………….................. 91
5.24 Hubungan antara Perilaku Kader dengan Partisipasi Ibu ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ……………................ 92
5.25 Hubungan antara Perilaku Petugas Kesehatan dengan
Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ………. 93
5.26 Hubungan antara Perilaku Tokoh Masyarakat dengan
Partisipasi ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 ………. 94
5.27 Pemilihan Kandidat Variabel Independen yang akan Masuk
Model Multivariat …………………………………………... 96
5.28 Hasil Pemodelan Prediksi Partisipasi Ibu ke Posyandu …... 98
5.29 Model Prediksi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 …………………………… 101
xxi
DAFTAR BAGAN
Nomor Bagan Halaman
2.1 Kerangka Teori Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu......................................... 49
3.1 Kerangka Konsep Penelitian ............................................... 51
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian dari Jurusan
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian dari Kelurahan
Lampiran 3 Kuesioner
Lampiran 4 Analisis Univariat, Bivariat dan Multivariat
Lampiran 5 Perubahan Nilai OR pada Uji Multivariat
Lampiran 6 Peta Wilayah Kelurahan Rempoa
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI IBU
BALITA KE POSYANDU DI KELURAHAN REMPOA KECAMATAN
CIPUTAT TIMUR KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN 2010
SKRIPSI
Diajukan sebagai Persyaratan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM)
Oleh :
NURUL HIDAYATI
106101003718
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1431 H/2010 M
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam penjelasan umum Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009,
disebutkan bahwa salah satu prinsip dasar dalam pelaksanaan setiap kegiatan
untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya adalah
partisipasi masyarakat. Salah satu partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan
adalah kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu). Menurut Depkes RI (2009),
Posyandu merupakan suatu bentuk pemberdayaan masyarakat melalui Upaya
Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dibentuk, dikelola dan
diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam
penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan
kesehatan dasar.
Posyandu memiliki beberapa kegiatan, salah satu kegiatan bulanan
(kegiatan rutin) yang dilakukan yaitu memantau pertumbuhan berat badan balita
dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS). Pemantauan pertumbuhan
balita dilakukan karena kelompok umur balita menunjukkan pertumbuhan badan
yang pesat, serta merupakan kelompok yang paling sering menderita akibat
kekurangan gizi (Soediaoetama, 2006). Ibu yang tidak menimbang balitanya ke
Posyandu secara rutin dapat menyebabkan tidak terpantaunya pertumbuhan dan
2
perkembangan balita, sehingga berisiko terjadinya gangguan pertumbuhan dan
mengalami gizi buruk (Depkes RI, 2006).
Setelah mengetahui kekurangan gizi pada anak-anak yang menyebabkan
mereka tidak bisa tumbuh optimal dan di masa depannya kemungkinan tidak bisa
bersaing, maka untuk itu perlu diperhatikan peringatan dari Allah SWT
sebagaimana tersurat dalam Al-Qur’an surat An-Nisa’ ayat 9, yang berbunyi:
Artinya: “Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang
seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang
mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah
mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan
yang benar”. (QS. An-Nisa: 9).
Banyaknya anak berstatus gizi kurang mencerminkan masalah yang besar
pada sumber daya manusia di Indonesia. Pada periode 1989 – 2003 Pemerintah
Indonesia hanya dapat mengurangi kondisi malnutrisi <1% per tahun (Depkes,
2005 dalam khomsan, et al, 2007). Pada tahun 2007 prevalensi nasional gizi
buruk–kurang mencapai 18,4% (gizi buruk 5,4% dan gizi kurang 13%).
Walaupun angka tersebut sudah mencapai target MDGs untuk Indonesia yaitu
sebesar 18,5%, namun berdasarkan prevalensi tersebut gizi buruk-kurang masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat (>15%) dan dalam hal gizi kurang
3
masih dalam situasi kritis (10-14,9%) (Depkes, 2007). Berdasarkan hasil Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, kejadian gizi buruk di Banten sebanyak
4,4% dan gizi kurang 12,2%, angka ini hampir mendekati dengan angka nasional
(Depkes RI, 2008).
Menurut hasil pemantauan status gizi balita yang dilakukan di wilayah
Kota Tangerang Selatan didapatkan data gizi buruk sebesar 1%, gizi kurang
sebesar 9,43%, gizi baik sebesar 85,74% dan gizi lebih sebesar 3,83%. Untuk
prevalensi gizi buruk sebesar 1% dan gizi kurang 9,43%. Dari angka ini terlihat
bahwa balita dengan kurang gizi sebesar 10,43% (Dinkes Tangsel, 2009). Angka
tersebut melebihi dari batasan WHO yaitu sebesar 10%, sehingga bisa dikatakan
banyak balita mengalami gizi kurang (Depkes RI, 2009). Selanjutnya,
berdasarkan data Puskesmas Ciputat Timur, angka prevalensi gizi buruk di
wilayah tersebut sebesar 1,67%, gizi kurang sebesar 15,50%. Hal ini
menunjukkan masalah yang serius terhadap nasib generasi muda di masa
mendatang.
Peran serta masyarakat menjadi begitu penting sejak dikembangkannya
Posyandu sebagai sarana pendidikan dan pelayanan gizi kepada para ibu agar
lebih sadar gizi, karena dengan adanya partisipasi masyarakat akan berpengaruh
besar terhadap peningkatan status gizi balita.
Untuk meningkatkan status gizi balita, maka diperlukan peran serta
masyarakat dalam mengelola dan memanfaatkan Posyandu, yaitu dengan cara
memantau pertumbuhan balita. Menurut Depkes RI (2009), perubahan berat
4
badan merupakan indikator yang sangat sensitif untuk memantau pertumbuhan
anak balita. Jadi, untuk memantau berat badan seluruh balita di suatu wilayah
maka diperlukan tolak ukur balita yang dipantau berat badannya, yaitu dengan
melihat cakupan penimbangan atau jumlah balita yang ditimbang dibandingkan
dengan jumlah balita seluruhnya (D/S).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Indonesia tahun
2007, balita yang pernah ditimbang di Posyandu dalam 6 bulan terakhir adalah
74,5% serta balita yang memiliki KMS sebesar 65%, kedua angka ini masih
berada dibawah standar nasional yang ditetapkan yaitu (80%). Menurut laporan
tahunan program perbaikan gizi masyarakat Dinkes Provinsi Banten tahun 2002,
menunjukkan bahwa cakupan penimbangan balita di Posyandu sebesar 64,34%,
angka ini masih dibawah target karena adanya penurunan partisipasi dari
masyarakat (Sambas, 2002).
Rendahnya partisipasi masyarakat dalam upaya kesehatan tersebut, salah
satunya dapat dilihat dari pemanfaatan Posyandu oleh keluarga yang mempunyai
anak balita (partisipasi keluarga membawa anak balita ke Posyandu) proporsinya
masih rendah.
Berdasarkan laporan dari Dinkes Tangerang Selatan tahun 2009, angka
cakupan D/S di Tangerang Selatan sekitar 55,99%, dari 10 puskesmas yang
terdapat di Tangerang Selatan angka D/S yang paling rendah terdapat di daerah
Ciputat Timur yaitu 42,05%, artinya angka ini masih jauh dari target yang sudah
5
ditetapkan Dinkes Tangerang Selatan yaitu 72%, sedangkan angka yang paling
tinggi terdapat di daerah Pondok Aren yaitu 81,70%.
Menurut laporan tahunan Puskesmas Ciputat Timur tahun 2009, angka
cakupan D/S dari 6 kelurahan yang terdapat di Ciputat Timur, yang merupakan
wujud partisipasi ibu yang memiliki anak balita ke Posyandu yang paling rendah
terdapat di daerah Rempoa yaitu 34,24%, artinya angka ini masih jauh dibawah
standar Dinas Kesehatan Tangerang Selatan. Padahal kedatangan mereka ke
Posyandu sangat penting dalam rangka pemantauan pertumbuhan anak melalui
penimbangan bulanan di Posyandu dengan menggunakan Kartu Menuju Sehat
(KMS), agar dapat mengetahui keadaan kesehatan serta memberikan pelayanan
kesehatan lainnya pada balita. (Depkes RI, 2003).
Banyak faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke Posyandu. Hal
ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Sambas (2002), bahwa
tingkat pendidikan dan pekerjaan ibu berhubungan dengan partisipasi ibu ke
Posyandu yaitu ibu yang berpendidikan rendah yang partisipasinya kurang ke
Posyandu sebanyak 50% dan ibu yang berpendidikan tinggi yang partisipasinya
kurang ke Posyandu sekitar 33,6%, sedangkan ibu yang berpendidikan rendah
yang partisipasinya baik ke Posyandu yaitu sekitar 50% dan ibu yang
berpendidikan tinggi yang partisipasinya baik ke Posyandu sekitar 66,4%.
Selanjutnya, ibu yang bekerja yang partisipasinya kurang ke Posyandu sekitar
30,6% dan ibu yang tidak bekerja yang partisipasinya kurang ke Posyandu ada
45,4%, sedangkan ibu yang bekerja yang partisipasinya baik ke Posyandu ada
6
69,4% dan ibu yang tidak bekerja yang partisipasinya baik ke Posyandu ada
54,6%.
Dalam penelitian Maharsi (2007) ditemukan bahwa pengetahuan juga
berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu. Selanjutnya, hasil
penelitian Sambas (2002) juga ditemukan, bahwa kepemilikan KMS berhubungan
dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu, hal ini karena KMS dapat menjadi
motivasi bagi ibu untuk hadir ke Posyandu. Serta masih terdapat beberapa faktor
lagi yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu, yaitu sikap ibu,
jarak dari rumah ibu ke Posyandu, pendapatan keluarga, perilaku kader, perilaku
petugas kesehatan serta perilaku tokoh masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan bahwa banyak faktor-faktor
yang berhubungan dengan partisipasi ibu ke Posyandu. Oleh karena itu, peneliti
merasa tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “faktor-faktor yang
berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010”.
1.2 Rumusan Masalah
Posyandu adalah salah satu tempat untuk mendeteksi gangguan kesehatan
masyarakat, seperti melakukan pemantauan pertumbuhan dan perkembangan
balita setiap bulan. Pemantauan pertumbuhan yang dilakukan secara terus
menerus tersebut dapat digunakan untuk melihat adanya gangguan keseimbangan
gizi secara dini. Dengan diketahuinya gangguan gizi tersebut maka tindakan
7
penanggulangannya dapat dilakukan dengan segera, sehingga keadaan gizi yang
memburuk dapat dicegah.
Angka rata-rata jumlah balita yang ditimbang dibandingkan dengan
jumlah balita seluruhnya (D/S) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur
masih rendah yaitu 34,24%, artinya angka tersebut masih berada dibawah standar
Dinas Kesehatan Tangerang Selatan yaitu 72%. Hal ini dapat menyebabkan tidak
terpantaunya pertumbuhan dan perkembangan balita, sehingga berisiko
mengalami gizi buruk dan terjadinya gangguan pertumbuhan yang merupakan
salah satu masalah yang serius dalam kesehatan masyarakat.
Berdasarkan masalah tersebut dan belum pernah ada penelitian terhadap
partisipasi ibu balita ke Posyandu di wilayah ini sebelumnya, maka penelitian ini
dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi
ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Tahun
2010.
1.3 Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan
Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
2. Bagaimana gambaran umur ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
3. Bagaimana gambaran pendidikan ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
8
4. Bagaimana gambaran tingkat pengetahuan ibu balita tentang Posyandu di
Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010?
5. Bagaimana gambaran sikap ibu balita di Kelurahan Rempoa, Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
6. Bagaimana gambaran status bekerja ibu balita di Kelurahan Rempoa,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
7. Bagaimana gambaran pendapatan keluarga ibu balita di Kelurahan Rempoa,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
8. Bagaimana gambaran jarak tempuh ibu balita dari rumah ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010?
9. Bagaimana gambaran kepemilikan KMS ibu balita di Kelurahan Rempoa,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
10. Bagaimana gambaran perilaku kader terhadap kegiatan Posyandu di
Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010?
11. Bagaimana gambaran perilaku petugas kesehatan terhadap kegiatan Posyandu
di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010?
9
12. Bagaimana gambaran perilaku tokoh masyarakat terhadap kegiatan Posyandu
di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010?
13. Apakah ada hubungan antara umur ibu balita dengan partisipasinya ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan Tahun 2010?
14. Apakah ada hubungan antara pendidikan ibu balita dengan partisipasinya ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan Tahun 2010?
15. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita terhadap
Posyandu dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
16. Apakah ada hubungan antara sikap ibu balita dengan partisipasinya ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan Tahun 2010?
17. Apakah ada hubungan antara status bekerja ibu balita dengan partisipasinya
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010?
18. Apakah ada hubungan antara pendapatan keluarga ibu balita dengan
partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
10
19. Apakah ada hubungan antara jarak tempuh ibu balita dari rumah ke Posyandu
dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
20. Apakah ada hubungan antara kepemilikan KMS ibu balita dengan
partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
21. Apakah ada hubungan antara perilaku kader dengan partisipasi ibu balita ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan Tahun 2010?
22. Apakah ada hubungan antara perilaku petugas kesehatan dengan partisipasi
ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
23. Apakah ada hubungan antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi
ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010?
24. Apakah faktor paling dominan yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010?
11
1.4 Tujuan Penelitian
1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu
balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya gambaran partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun
2010.
2. Diketahuinya gambaran umur ibu balita di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
3. Diketahuinya gambaran pendidikan ibu balita di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
4. Diketahuinya gambaran tingkat pengetahuan ibu balita tentang
Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010.
5. Diketahuinya gambaran sikap ibu balita di Kelurahan Rempoa,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
6. Diketahuinya gambaran status bekerja ibu balita di Kelurahan Rempoa,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
12
7. Diketahuinya gambaran pendapatan keluarga ibu balita di Kelurahan
Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun
2010.
8. Diketahuinya gambaran jarak tempuh dari rumah ibu balita ke Posyandu
di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan Tahun 2010.
9. Diketahuinya gambaran kepemilikan KMS di Kelurahan Rempoa,
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
10. Diketahuinya gambaran perilaku kader terhadap kegiatan Posyandu di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010.
11. Diketahuinya gambaran perilaku petugas kesehatan terhadap kegiatan
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010.
12. Diketahuinya gambaran perilaku tokoh masyarakat terhadap kegiatan
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010.
13. Diketahuinya hubungan antara umur ibu balita dengan partisipasinya ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010.
13
14. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu balita dengan
partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
15. Diketahuinya hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang
Posyandu dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
16. Diketahuinya hubungan antara sikap ibu balita dengan partisipasinya ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010.
17. Diketahuinya hubungan antara status bekerja ibu balita dengan
partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
18. Diketahuinya hubungan antara pendapatan keluarga ibu balita dengan
partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
19. Diketahuinya hubungan antara jarak tempuh ke Posyandu dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
20. Diketahuinya hubungan antara kepemilikan KMS ibu balita dengan
partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
14
21. Diketahuinya hubungan antara perilaku kader dengan partisipasi ibu
balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
22. Diketahuinya hubungan antara perilaku petugas kesehatan dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
23. Diketahuinya hubungan antara perilaku tokoh masyarakat dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
24. Diketahuinya faktor paling dominan yang berhubungan dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
1.5 Manfaat Penelitian
1.5.1 Bagi Masyarakat
Untuk para ibu yang memiliki anak balita dapat lebih termotivasi dalam
memahami pentingnya membawa anak balita ke Posyandu dan
melaksanakan kegiatan Posyandu setiap sebulan sekali.
1.5.2 Bagi Puskesmas Ciputat Timur
Memberikan informasi kepada pihak Puskesmas tentang keterkaitan antara
faktor-faktor yang diduga berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke
15
Posyandu. Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan
dalam perencanaan program-program kesehatan terkait dengan Posyandu.
1.5.3 Bagi Penelitian
Untuk menambah wawasan dan pengalaman yang tak ternilai dalam
melakukan penelitian dan sebagai aplikasi ilmu yang telah didapat selama
kuliah serta dapat mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa. Selain itu dapat
dijadikan sebagai bahan penelitian lanjutan oleh peneliti lain dalam topik
yang sama yaitu terkait dengan partisipasi ibu ke Posyandu.
1.6 Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi
ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan. Penelitian dilakukan oleh mahasiswa Peminatan Gizi Program
Studi Kesehatan Masyarakat FKIK UIN Syarif Hidayatullah pada bulan April -
November tahun 2010. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif
dengan desain studi cross sectional yang menggunakan kuesioner dan wawancara
kepada ibu yang memiliki balita.
Penelitian ini dilakukan mengingat masih rendahnya partisipasi ibu yang
membawa anaknya ke Posyandu untuk di timbang dibandingkan dengan jumlah
balita seluruhnya di wilayah Rempoa (D/S) yaitu hanya 34,24%, artinya angka
tersebut masih berada dibawah target Dinas Kesehatan Tangerang Selatan (72%).
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Partisipasi Masyarakat
2.1.1 Pengertian
Secara umum partisipasi masyarakat merupakan suatu bentuk
keterlibatan secara aktif dari masyarakat dalam segala bidang kehidupan.
Hal ini berkaitan dengan pengertian partisipasi yang dikemukakan dalam
kamus besar Bahasa Indonesia tahun 2005 yang menyatakan partisipasi
sebagai hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan (Pusat Bahasa,
Depdiknas 2005).
Menurut Notoatmodjo (2007), partisipasi masyakat adalah ikut
sertanya seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan permasalahan-
permasalahan masyarakat tersebut. Partisipasi masyarakat dalam bidang
kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam
memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi sendiri baik masalah
keluarga ataupun masyarakat itu sendiri.
Partisipasi masyarakat umumnya dipandang sebagai suatu bentuk
perilaku. Salah satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita
dalam program Posyandu, yang diwujudkan dengan membawa anak
mereka untuk ditimbang berat badannya ke Posyandu secara teratur setiap
17
bulan, karena perilaku keluarga sadar gizi (keluarga yang mampu
mengenal, mencegah dan mengatasi masalah gizi setiap anggotanya) salah
satunya dapat dilihat dari indikator menimbang berat badan balita secara
teratur ke Posyandu. Penimbangan balita dikatakan baik apabila minimal
ada empat kali anak balita ditimbang ke Posyandu secara berturut-turut
dalam enam bulan dan dikatakan tidak baik apabila kurang dari empat kali
secara berturut-turut ke Posyandu dalam enam bulan (Depkes RI, 2007).
Posyandu adalah wadah yang paling tepat untuk peran serta
masyarakat tersebut, karena dengan adanya peran serta dari masyarakat
secara teratur dan berkesinambungan maka akan terciptanya kesehatan
yang optimal bagi masyarakat. Posyandu dapat dikatakan sebagai sarana
partisipasi atau peran serta masyarakat dalam usaha peningkatan
kesehatan masyarakat (Sembiring, 2004).
Didalam partisipasi, setiap anggota masyarakat dituntut suatu
kontribusi dan sumbangan. Kontribusi tersebut bukan hanya terbatas pada
dana dan finansial saja, tetapi dapat berbentuk daya (tenaga), dan ide
(pemikiran). Dalam hal ini dapat diwujudkan didalam 4 M, yakni
manpower (tenaga), money (uang), material (benda-benda lain seperti
kayu, bambu, beras, batu dan sebagainya), mind (idea atau gagasan)
(Notoatmodjo, 2007).
Mengingat pentingnya partisipasi masyarakat atau peran serta
masyarakat sehingga diatur dalam UU nomor 36 2009 Bab XVI,
18
dicantumkan tentang peran serta masyarakat dan salah satu pasalnya yaitu
pasal 174 ayat (1) yang menyatakan bahwa masyarakat memiliki
kesempatan untuk berperan serta dalam rangka membantu mempercepat
pencapaian derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, artinya
peran serta masyarakat atau partisipasi masyarakat khususnya dalam
pembangunan dilindungi oleh undang-undang.
2.1.2 Dasar-Dasar Filosofi Partisipasi Masyarakat
Dalam hubungannya dengan fasilitas dan tenaga kesehatan,
partisipasi masyarakat dapat diarahkan untuk mencukupi kelangkaan
tersebut. Dengan kata lain, partisipasi masyarakat dapat menciptakan
fasilitas dan tenaga kesehatan. Pelayanan kesehatan yang diciptakan
dengan adanya partisipasi masyarakat didasarkan kepada idealisme
(Notoatmodjo, 2007):
1) Community felt need
Apabila pelayanan itu diciptakan oleh masyarakat sendiri, ini berarti
bahwa masyarakat itu memerlukan pelayanan tersebut. Sehingga
adanya pelayanan kesehatan bukan karena diturunkan dari atas, yang
belum dirasakan perlunya, tetapi tumbuh dari bawah yang diperlukan
masyarakat dan untuk masyarakat.
2) Organisasi pelayanan kesehatan masyarakat yang berdasarkan
partisipasi masyarakat adalah salah satu bentuk pengorganisasian
19
masyarakat. Hal ini berarti bahwa fasilitas pelayanan kesehatan itu
timbul dari masyarakat sendiri.
3) Pelayanan kesehatan tersebut akan dikerjakan oleh masyarakat sendiri.
Artinya tenaganya dan penyelenggaraannya akan ditangani oleh
anggota masyarakat itu sendiri yang dasarnya sukarela.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa filosofi partisipasi
masyarakat dalam pelayanan kesehatan masyarakat adalah terciptanya
suatu pelayanan untuk masyarakat, dari masyarakat dan oleh masyarakat.
2.1.3 Tahap-Tahap Partisipasi
Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengajak atau
menumbuhkan partisipasi masyarakat, yaitu dengan dua cara
(Notoatmodjo, 2007):
1) Partisipasi dengan paksaan
Artinya memaksa masyarakat untuk kontribusi dalam suatu program,
baik melalui perundang-undangan, peraturan-peraturan maupun
dengan perintah lisan saja. Cara ini akan lebih cepat hasilnya dan
mudah. Tetapi masyarakat akan takut, merasa dipaksa dan kaget
karena dasarnya bukan kesadaran tetapi ketakutan. Akibatnya
masyarakat tidak akan mempunyai rasa memiliki terhadap program.
20
2) Partisipasi dengan persuasi dan edukasi
Yakni suatu partisipasi yang didasari pada kesadaran, sukar
ditumbuhkan dan akan memakan waktu yang lama. Tetapi bila
tercapai hasilnya akan mempunyai rasa memiliki dan rasa memelihara.
Partisipasi ini dimulai dengan penerangan, pendidikan dan sebagainya,
baik secara langsung maupun tidak langsung.
2.2 Posyandu
2.2.1 Konsep Dasar Posyandu
Posyandu merupakan salah satu bentuk upaya kesehatan
bersumber daya masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan
dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh
pelayanan kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian
ibu dan bayi (Depkes RI, 2006).
UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk
atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama
masyarakat, dengan bimbingan dari petugas puskesmas, lintas sektor dan
lembaga terkait lainnya (Depkes RI, 2006).
Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang
bersifat non-instruktif, guna meningkatkan pengetahuan dan kemampuan
21
masyarakat, agar mampu mengidentifikasi masalah yang dihadapi, potensi
yang dimiliki, merencanakan dan melakukan pemecahannya dengan
memanfaatkan potensi setempat (Depkes RI, 2006).
2.2.2 Tujuan Penyelenggara Posyandu
Posyandu diselenggarakan dengan tujuan sebagai berikut
(Sembiring, 2004):
1. Mempercepat penurunan angka kematian bayi, anak balita dan angka
kelahiran.
2. Mempercepat penerimaan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan
Sejahtera (NKKBS), sebagai salah satu upaya mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal yang merupakan salah satu unsur
kesejahteraan umum dari tujuan nasional.
3. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang sesuai
dengan kebutuhan.
2.2.3 Sasaran Posyandu
Posyandu merupakan program pemerintah dibidang kesehatan,
sehingga semua anggota masyarakat dapat memanfaatkan Pos Pelayanan
Terpadu (Posyandu) terutama (Depkes RI, 2006) :
a. Bayi (dibawah satu tahun)
b. Balita (dibawah lima tahun)
22
c. Ibu hamil, ibu melahirkan, ibu nifas dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia Subur (PUS)
Program Posyandu ini ditujukan untuk memperbaiki kualitas
pertumbuhan dan kesehatan anak dan Ibu.
2.2.4 Penyelenggaraan Posyandu
Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan diminati oleh kader
Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sektor terkait,
jumlah minimal kader untuk setiap Posyandu adalah 5 orang, jumlah ini
sesuai dengan jumlah kegiatan utama yang dilaksanakan oleh Posyandu,
yakni yang mengacu pada pada sistem 5 meja (Depkes RI, 2006).
Yang bertindak sebagai pelaksanaan Posyandu adalah kader, kader
Posyandu dipilih oleh pengurus dari anggota masyarakat yang tersedia,
mampu dan memiliki waktu untuk menyelenggarakan kegiatan Posyandu.
2.2.5 Kegiatan Posyandu
Menurut Depkes RI (2006), kegiatan Posyandu terdiri dari
kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Kegiatan utama
Posyandu dapat dilihat sebagai berikut :
1. Kegiatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :
23
a) Penimbangan berat badan dan pemberian tablet besi yang
dilakukan kader kesehatan.
b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu
diselenggarakan kelompok ibu hamil pada setiap hari buka
Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.
b. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup yaitu: penyuluhan kesehatan meliputi (KB, ASI, dan gizi,
ibu nifas, perawatan kebersihan jalan lahir), pemberian viatamin A
dan tablet besi, perawatan payudara dan senam ibu nifas.
c. Bayi dan Anak Balita
Pelayanan Posyandu untuk balita harus dilaksanakan secara
menyenangkan dan memacu kreatifitas tumbuh kembang anak. Jika
ruang pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan,
anak balita sebaiknya tidak digendong melainkan dilepas bermain
sesama balita dengan pengawasan orang tua dibawah bimbingan
kader. Oleh karena itu, perlu disediakan sarana permainan yang
sesuai dengan umur balita. Jenis pelayanan yang diselenggarakan
Posyandu untuk balita mencakup :
a) Penimbangan berat badan
b) Penentuan status pertumbuhan
c) Penyuluhan
24
d) Jika ada tenaga kesehatan puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila
ditemukan kelainan segera dirujuk ke puskesmas.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diselenggarakan oleh kader
adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan apabila ada
petugas puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan
program, baik terhadap bayi dan balita maupun terhadap ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Sasaranya adalah
bayi, balita, ibu hamil dan WUS. Jenis pelayanan yang diberikan
meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian IMT, pemberian vitamin A
dan pemberian sirup Fe.
5. Pencegahan dan Penanggulangan diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Sedangkan penanggulangan diare
dapat dengan memberikan penyuluhan, pemberian larutan gula garam
yang dapat dibuat sendiri oleh masyarakat atau pemberian Oralit yang
disediakan.
25
Beberapa kegiatan pengembangan/tambahan Posyandu yang telah
diselenggarakan antara lain ;
a) Bina Keluarga Balita (BKG)
b) Kelompok Peminat Kesehatan Ibu dan Anak (KP-KIA)
c) Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa
(KLB), misalnya: ISPA, DBD, gizi buruk, polio, campak, difteri,
pertusis, tatanus neonatorum.
d) Pengembangan Anak Usia Dini (PAUD)
e) Usaha Kesehatan Gizi Masyarakat Desa (UKGMD)
f) Penyediaan Air Bersih dan Penyehatan Lingkungan Pemukiman (PAB-
PLP)
g) Program diversifikasi tanaman pangan dan pemanfaatan pekarangan,
melalui Tanaman Obat Keluarga (TOGA)
h) Desa siaga
i) Pos Malaria Desa (Posmaldes)
j) Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam
k) Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas)
2.2.6 Cakupan Penimbangan Balita
Dalam pelaksanaan Posyandu terdapat dua hal penting yang
menjadi sasaran. Pertama adalah perilaku masyarakat untuk membawakan
26
anaknya ke Posyandu dan yang kedua adalah perhatian daerah termasuk
perangkat desa. Dengan demikian perilaku antara warga masyarakat
merupakan hasil langsung dari pelaksanaan Posyandu. Ukuran perilaku
masyarakat ini dapat dilihat dari hasil cakupan, yang salah satunya adalah
cakupan penimbangan balita (Mamdy, 1989 dalam Juarsa tahun 2004).
Pencapaian hasil kegiatan di Posyandu dapat dilihat melalui balok
SKDN (S = jumlah anak balita yang ada di wilayah kerja Posyandu
tertentu, K = jumlah anak balita yang memiliki KMS, D = jumlah anak
balita yang datang ditimbang berat badannya, N = jumlah anak balita yang
menunjukkan kenaikan berat badannya). Cakupan penimbangan balita
(D/S) adalah jumlah balita yang datang untuk ditimbang (D) dibandingkan
dengan jumlah balita yang ada di wilayah kerja Posyandu pada periode
waktu yang sama (S). Cakupan penimbangan balita (D/S) merupakan
indikator yang digunakan untuk menilai tingkat partisipasi masyarakat
dalam upaya memanfaatkan Posyandu sebagai sarana pemeliharaan
kesehatan, khususnya anak balita (Depkes RI, 1996 dalam Juarsa, 2004).
2.2.7 Perkembangan Posyandu
Perkembangan masing-masing Posyandu tidak sama. Dengan
demikian pembinaan yang dilakukan untuk masing-masing Posyandu juga
berbeda. Posyandu dibedakan menjadi 5 tingkatan (Depkes RI, 2006 dan
Majalah Gemari Edisi 62, 2006) yaitu:
27
1) Posyandu Tingkat Pratama
Merupakan Posyandu yang kegiatannya masih belum optimal dan
belum bisa melaksanakan kegiatan rutinnya setiap bulan serta jumlah
kader sangat terbatas yaitu kurang dari lima orang. Intervensi yang
dapat dilakukan dengan memotivasi masyarakat serta menambah
jumlah kader.
2) Posyandu Tingkat Madya
Merupakan Posyandu yang sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih
dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader 5 orang atau lebih,
tetapi cakupan program utamanya masih rendah yaitu kurang dari
50%. Intervensi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan cakupan
dengan mengikutsertakan tokoh masyarakat sebagai motivator serta
lebih menggiatkan kader dalam mengelola kegiatan Posyandu.
3) Posyandu Tingkat Purnama
Merupakan Posyandu yang frekuensi pelaksanaannya lebih dari 8 kali
per tahun, rata-rata jumlah kader yang bertugas 5 orang atau lebih,
cakupan program utamanya lebih dari 50% sudah dilaksanakan, serta
sudah ada program tambahan dana sehat yang dikelola oleh masyarakat
yang pesertanya masih terbatas.
4) Posyandu Tingkat Mandiri
Merupakan Posyandu yang sudah bisa melaksanakan programnya
secara mandiri, cakupan program utamanya sudah bagus serta sudah
28
ada program tambahan Dana Sehat dan telah menjangkau lebih dari
50% Kepala Keluarga (KK).
5) Posyandu Plus
Merupakan kegiatan terkait pembangunan manusia. Karena
menyangkut manusia berarti terkait pula dengan masalah potensi
sumber daya manusia (SDM). Posyandu ini tidak hanya sebagai tempat
perawatan kesehatan, tetapi juga menjadi sarana pengembangan
kecerdasan bagi anak.
2.3 Perilaku Kesehatan
Perilaku kesehatan adalah semua aktivitas atau kegiatan seseorang, baik
yang dapat diamati maupun yang tidak dapat diamati, yang berkaitan dengan
pemeliharaan dan peningkatan kesehatan. Pemeliharaan kesehatan ini mencakup
mencegah atau melindungi diri dari penyakit dan masalah kesehatan lain,
meningkatkan kesehatan dan mencari penyembuhan apabila sakit atau terkena
masalah kesehatan (Notoatmodjo, 2005). Salah satu bentuk perilaku kesehatan
disini adalah partisipasi ibu balita dalam program Posyandu, yang diwujudkan
dengan membawa anak balita mereka untuk ditimbang berat badannya ke
Posyandu secara teratur setiap bulan.
Perilaku manusia adalah sangat kompleks, dilihat dari berbagai sudut
pandang. Perilaku seseorang atau subjek dipengaruhi atau ditentukan oleh faktor-
faktor baik dari dalam maupun dari luar subjek. (Notoatmodjo, 2005).
29
Menurut teori Lawrence Green (1980) yang dikutip dalam Notoatmodjo
(2005), dalam mendiagnosa perilaku kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga
faktor utama, yaitu:
1. Faktor predisposisi (predisposing faktors)
Faktor yang mendahului terhadap perilaku yang menjadi dasar atau
motivasi perilaku, juga sebagai faktor yang mempermudah terjadinya
perilaku seseorang antara lain: pengetahuan, sikap, keyakinan, kepercayaan,
nila-nilai, budaya dan lain-lain berkenaan dengan motivasi seseorang atau
kelompok untuk bertindak. Misalnya, seorang ibu mau membawa anaknya ke
Posyandu, karena tahu bahwa di Posyandu anaknya akan dilakukan
penimbangan anak untuk mengetahui pertumbuhannya. Tanpa adanya
pengetahuan ini, ibu tersebut mungkin tidak akan membawa anaknya ke
Posyandu.
Dalam arti umum, dapat dikatakan faktor predisposisi sebagai
preferensi (pribadi) yang dibawa seseorang atau kelompok kedalam suatu
pengalaman belajar. Preferensi ini mungkin mendukung atau menghambat
perilaku sehat, dan dalam setiap kasus faktor ini mempunyai pengaruh.
Meskipun berbagai faktor demografis seperti umur, jenis kelamin, juga
sangat penting sebagai faktor predisposisi.
2. Faktor Pemungkin (Enabling faktors)
Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas
(yang memfasilitasi terjadinya perilaku seseorang atau masyarakat).
30
Pengetahuan dan sikap saja tidak menjamin terjadinya perilaku, maka masih
diperlukan sarana atau fasilitas untuk memungkinkan atau mendukung
perilaku tersebut. Dari segi kesehatan masyarakat, agar masyarakat
mempunyai perilaku sehat harus terakses (terjangkau) sarana dan prasarana
atau fasilitas pelayanan kesehatan. Misalnya seorang ibu mau membawa
anaknya ke Posyandu tidak hanya karena ia tahu dan sadar akan manfaat
melainkan juga ibu tersebut dapat dengan mudah memperoleh sarana dan
fasilitas, misalnya KMS dan gedung Posyandu. Fasilitas ini hakikatnya
mendukung atau memungkinkan terwujudnya perilaku kesehatan, maka
faktor-faktor ini disebut faktor pendukung atau faktor pemungkin.
3. Faktor Penguat (Reinforcing faktors)
Untuk berperilaku sehat, terkadang masyarakat tidak hanya
memerlukan pengetahuan dan sikap positif serta dukungan fasilitas saja,
melainkan juga diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para petugas terlebih
lagi petugas kesehatan, kader dan tokoh masyarakat. Faktor penguat adalah
faktor yang medorong atau memperkuat terjadinya perilaku, juga sebagai
faktor yang menentukan apakah tindakan kesehatan memperoleh dukungan
atau tidak. Faktor yang termasuk disini yaitu faktor sikap dan perilaku para
petugas termasuk petugas kesehatan, kader dan tokoh masyarakat.
Disamping itu undang-undang, peraturan-peraturan, baik dari pusat maupun
pemerintah daerah, yang terkait dengan kesehatan juga diperlukan untuk
memperkuat perilaku masyarakat tersebut.
31
Selanjutnya, tim kerja kesehatan dari WHO merumuskan determinan
perilaku ini sangat sederhana. Mereka mengatakan bahwa mengapa seseorang
berperilaku, karena adanya beberapa alasan pokok (determinan) yaitu
(Notoatmodjo, 2005):
1. Pemikiran dan perasaan
Hasil pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan seseorang, atau lebih tepat
diartikan pertimbangan-pertimbangan pribadi terhadap objek atau stimulus,
merupakan modal awal untuk bertindak atau berperilaku. Misalnya,
seseorang ibu akan membawa anaknya ke Puskesmas untuk memperoleh
imunisasi, akan didasarkan pertimbangan untung ruginya, manfaatnya, dan
sumber daya atau uang yang tersedia dan sebagainya.
2. Adanya acuan atau referensi dari seseorang atau pribadi yang dipercayai
(personal references), yang pada umumnya adalah para tokoh masyarakat
setempat.
3. Sumber daya yang tersedia merupakan pendukung untuk terjadinya perilaku
seseorang atau masyarakat. Kalau dibandingkan dengan teori Green, sumber
daya ini adalah sama dengan faktor enabling (sarana dan prasarana atau
fasilitas).
4. Sosio budaya setempat biasanya sangat berpengaruh terhadap terbentuknya
perilaku seseorang. Telah diuraikan terdahulu bahwa faktor sosio budaya
merupakan faktor eksternal untuk terbentuknya perilaku seseorang. Hal ini
dapat dilihat dari perilaku tiap-tiap etnis di Indonesia yang berbeda-beda
32
karena memang masing-masing etnis mempunyai budaya yang berbeda yang
khas.
2.4 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita ke
Posyandu
2.4.1 Umur Ibu
Menurut Pusat Bahasa, Depdiknas 2005, umur adalah lama waktu
hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).
Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena
kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dapat diperoleh melalui
pengalaman sehari-hari selain faktor pendidikannya (Budiyanto, 2000
dalam Ningsih, 2008). Orang tua muda terutama ibu, cenderung kurang
memiliki pengetahuan dan pengalaman dalam mengasuh anak sehingga
umumnya mereka mengasuh anak hanya berdasarkan pengalaman orang
tuanya terdahulu. Selain itu, faktor usia yang muda juga cenderung
menjadikan ibu untuk mendahulukan kepentingan sendiri daripada
kepentingan anaknya sehingga kuantitas dan kualitas pengasuhan kurang
terpenuhi (Hurlock, 1999 dalam Gabriel, 2008).
Sunyoto (1991) dalam Arinta (2010) mengatakan adanya
pengalaman bahwa seseorang yang sudah lanjut usia maka penerimaan
terhadap hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang termasuk
dalam golongan tua memiliki kecenderungan selalu bertahan dengan nilai-
33
nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya
baru.
Berdasarkan hasil Susenas (1986) dalam Alibbirwin (2001)
menunjukkan adanya hubungan bermakna antara ibu dengan status gizi
balita. Dari hasil Susenas ini diketahui bahwa balita yang ibunya berumur
20-29 tahun adalah balita yang berstatus gizi baik.
2.4.2 Pendidikan Ibu
Pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan/materi
pendidikan oleh pendidik kepada sasaran pendidikan (anak didik) guna
mencapai perubahan tingkat lalu (Notoatmodjo, 1993 dalam Arinta,
2010).
Tingkat pendidikan seseorang dapat dilihat berdasarkan lamanya
atau jenis pendidikan yang dialami seseorang (Khomsan et al, 2007).
Pendidikan dapat berfungsi sebagai dasar seseorang untuk berperilaku
sesuai dengan tingkatan dan jenis pendidikan yang diikutinya. Pendidikan
orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh
kembang anak, karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan
anak yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya
dan sebagainya (Soetjiningsih (1995) dalam Khalimah (2007).
34
Begitu juga, Gunarsa dan Gunarsa (1995) mengatakan bahwa
tingkat pendidikan mempengaruhi penerimaan seseorang terhadap suatu
hal baru. Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan
seseorang dalam menyerap informasi dan mengimplementasikannya
dalam kehidupan sehari-hari, termasuk dalam hal kesehatan dan gizi.
Terkait dengan hal ini, pendidikan ibu sangat erat kaitannya dengan
kesehatan anak. Hal ini dikarenakan, ibu adalah pendidik pertama bagi
anaknya dan sekaligus menjadi pengasuh utama bagi anak. Oleh karena
itu, seseorang ibu hendaknya dibekali dengan berbagai pengetahuan dan
keterampilan dalam merawat anak, terutama dalam masalah tumbuh
kembang anak. Tingkat pendidikan ini juga mempengaruhi terjadinya
perubahan sikap dan perilaku hidup sehat. Tingkat pendidikan, khususnya
tingkat pendidikan wanita mempengaruhi derajat kesehatan (Atmarita dan
Fallah, 2004).
Menurut Phenix dalam Harianto (1992) bahwa pendidikan adalah
suatu proses di mana manusia membina perkembangan manusia lain
secara sadar dan berencana. Sebagaimana di kemukakan oleh Spencer
1859 dalam Harianto (1992), orang tua yang berpendidikan rendah akan
sulit beradaptasi dengan situasi dan kondisi dari kegiatan yang
dilaksanakan sehingga dapat mempengaruhi dalam kegiatan pelaksanaan
Posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Harianto (1992) yang
35
menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pendidikan
responden dengan partisipasi masyarakat (D/S).
2.4.3 Tingkat Pengetahuan Ibu
Menurut Engel, Blakcwell dan Miniard (1995) dalam Khomsan et
al (2009), pengetahuan adalah informasi yang disimpan dalam ingatan dan
menjadi penentu utama perilaku seseorang. Selanjutnya Winkel (1984)
dalam Khomsan mengemukakan bahwa tingkat pengetahuan seseorang
dapat dipengaruhi oleh kemampuan intelektualnya. Tingkat pengetahuan
akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku seseorang karena
berhubungan dengan daya nalar, pengalaman dan kejelasan konsep
mengenai objek tertentu, karena dari pengalaman dan penelitian ternyata
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada
perilaku tidak didasari oleh pengetahuan. Cahyaningsih (1999) dalam
Khomsan et al (2007) juga mengatakan bahwa seseorang dengan
pendidikan relatif tinggi cenderung memiliki pengetahuan yang lebih baik
dibandingkan dengan yang berpendidikan lebih rendah.
Pengetahuan gizi adalah segala bentuk informasi yang berkaitan
dengan pangan dan gizi. Seseorang dapat memperoleh pengetahuan gizi
melalui berbagai sumber seperti buku-buku pustaka, majalah, televise,
radio, surat kabar dan orang lain (suami, teman, tetangga, ahli gizi, dokter
36
dan lain-lain) (Khomsan et al, 2009). Dalam penelitian Maharsi (2007),
pengetahuan ibu berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu.
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang. Penelitian Rogers (1974) dalam
Notoatmodjo (2003) disebutkan bahwa sebelum orang mengadopsi
perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses
yang berurutan, yaitu:
1. Awareness (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti
mengetahui terlebih dahulu terhadap stimulus (objek).
2. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulus atau objek tersebut. Di sini
sikap subjek sudah mulai timbul.
3. Evaluation (menimbang-nimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus
tersebut bagi dirinya. Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik
lagi.
4. Trial, dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu sesuai dengan
apa yang dikehendaki oleh stimulus.
5. Adoption, dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan
pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers
menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-
tahap tersebut diatas. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi
perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan,
37
kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat
langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh pengetahuan
dan kesadaran tidak berlangsung lama.
2.4.4 Sikap Ibu
Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup terhadap
suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu perbuatan
(action), tetapi dari sikap dapat diramalkan perbuatannya. Sikap
merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk
berkelakuan dengan pola-pola tertentu, terhadap suatu objek akibat
pendirian dan perasaan terhadap objek tersebut (Koentjaraningrat (1983)
dalam Maulana (2009).
Sikap tidak dibawa seseorang semenjak lahir tapi mengalami
proses dan dipengaruhi lingkungan. Oleh karena itu, lingkungan
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan dan perubahan sikap. Hal
ini sesuai dengan pernyataan Madihah (2002) bahwa sikap lebih banyak
diperoleh dari belajar daripada proses pematangan.
Sikap tidak sama dengan perilaku dan perilaku tidak selalu
mencerminkan sikap seseorang. Individu sering kali memperlihatkan
tindakan bertentangan dengan sikapnya (Sarwono, 1997 dalam Maulana,
2009). Akan tetapi, sikap dapat menimbulkan pola-pola cara berfikir
tertentu dalam masyarakat dan sebaliknya, pola-pola cara berfikir ini
38
mempengaruhi tindakan dan kelakuan masyarakat, baik dalam kehidupan
sehari-hari maupun dalam hal membuat keputusan yang penting dalam
hidup (Koentjaraningrat, 1983 dalam Maulana, 2009).
Sikap terbentuk karena ada faktor pengalaman pribadi, pengaruh
orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa,
lembaga pendidikan dan lembaga agama, serta pengaruh faktor emosional
(Azwar, 2003). Hal ini sesuai dengan pendapat Sarwono (1997) dalam
Maulana (2009) bahwa sikap seseorang dapat berubah dengan
diperolehnya tambahan informasi tentang objek tertentu, melalui persuasi
serta tekanan dari kelompok sosialnya. Sikap dapat terbentuk dari adanya
interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi disini tidak hanya berupa
kontak sosial dan hubungan antarpribadi sebagai anggota kelompok sosial,
tetapi meliputi juga hubungan dengan lingkungan fisik maupun
lingkungan psikologis serta dapat berubah jika ada pengalaman luar biasa.
Menurut Pranadji (1988) perubahan sikap dan kepercayaan dapat
dipengaruhi oleh adanya suatu pendidikan, baik formal maupun informal.
Salah satu cara untuk dapat mengukur atau menilai sikap
seseorang dapat menggunakan skala atau kuesioner. Skala penilaian sikap
mengandung serangkaian pertanyaan tentang permasalahan tertentu.
Responden yang akan mengisi diharapkan menentukan sikap setuju
terhadap pertanyaan tertentu. Skala pengukuran sikap oleh Likert dibuat
dengan pilihan jawaban sangat setuju terhadap sesuatu pertanyaan, setuju,
39
tidak setuju dan sangat tidak setuju (Sarlito (2000) dalam Khalimah
(2007). Dalam penelitian Maharsi (2007) menyebutkan bahwa terdapat
hubungan antara sikap ibu dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu.
2.4.5 Status Bekerja Ibu
Menurut Pandji Anoraga (1998) dalam Khalimah (2007), kerja
merupakan sesuatu yang dibutuhkan oleh manusia. Kebutuhan itu bisa
bermacam-macam, berkembang dan berubah, bahkan seringkali tidak
disadari oleh pelakunya. Seseorang bekerja karena ada sesuatu yang
hendak dicapainya dan orang berharap bahwa aktivitas kerja yang
dilakukannya akan membawanya kepada sesuatu keadaan yang lebih
memuaskan dari pada keadaan sebelumnya.
Suatu jenis pekerjaan dari seseorang akan memberikan
pengalaman belajar terhadap yang bersangkutan baik yang menyenangkan
maupun yang tidak menyenangkan, baik secara financial maupun
psikologis. Peristiwa yang manis maupun yang pahit itu akan berperan
terhadap perilaku seseorang. Kejadian seperti itu adalah suatu kenyataan
bahwa ada korelasi yang penting antara jenis-jenis pekerjaan yang
dilakukan dengan berbagai tekanan psikologis didalamnya (Siagian,1983
dalam Hasan, 2005).
Pekerjaan memiliki hubungan dengan pendidikan dan pendapatan
serta berperan penting dalam kehidupan sosial ekonomi dan memiliki
40
keterkaitan dengan faktor lain seperti kesehatan (Sukarni, 1994 dalam
Gabriel, 2008). Hal ini sesuai menurut Khomsan et al (2007) bahwa
pekerjaan termasuk ke dalam salah satu sumber pendapatan dalam
keluarga. Dengan adanya pekerjaan tetap dalam suatu keluarga, maka
keluarga tersebut relatif terjamin pendapatannya setiap bulan. Jika
keluarga tidak memiliki pekerjaan tetap, maka pendapatan keluarga setiap
bulannya juga tidak dapat dipastikan.
Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu yang cukup
padat akan mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan Posyandu.
Pada umumnya orang tua tidak mempunyai waktu luang, sehingga
semakin tinggi aktivitas pekerjaan orang tua semakin sulit datang ke
Posyandu. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sambas (2002) yang
menyatakan bahwa ibu balita yang tidak bekerja berpeluang baik untuk
berkunjung ke Posyandu dibandingkan dengan ibu yang bekerja. Hasil
penelitian kualitatif di Kota Denpasar yang dilakukan Widiastuti juga
ditemukan bahwa ibu yang bekerja menyebabkan tidak membawa
anaknya ke Posyandu untuk ditimbang.
2.4.6 Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga/rumah tangga adalah harta yang diterima oleh
sebuah rumah tangga sebagai hasil dari seluruh usaha semua warganya
(Depdiknas, 2005). Pendapatan keluarga juga merupakan seluruh
41
penghasilan/penerimaan anggota keluarga yang diperoleh baik berupa
gaji, upah, pendapatan dari usaha rumah tangga, pendapatan lainnya
maupun pendapatan transfer (sisa antara penerimaan dan
sumbangan/kiriman dan pemberian sumbangan.kiriman) (BPS, 1987
dalam Tuti, 1989).
Menurut BPS yang dimaksud dengan anggota keluarga adalah
semua orang yang biasanya bertempat tinggal dalam satu rumah tangga.
Anggota keluarga yang bepergian selama enam bulan atau lebih atau yang
bepergian dengan tujuan pindah atau meninggalkan rumah enam bulan
atau lebih tidak termasuk anggota keluarga. Tamu yang telah tinggal
kurang dari 6 bulan tetapi bermaksud tinggal 6 bulan atau lebih dianggap
anggota rumah tangga.
Pendapatan yang lebih tinggi akan memberikan kemungkinan yang
lebih besar bagi seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan
bahkan kesempatan untuk memilih atau menentukan jenis pelayanan
sesuai dengan keinginannya. Hal ini dihubungkan dengan tersedianya
biaya baik untuk pengobatan, pemeliharaan kesehatan, maupun
pencegahan penyakit. Dapat pula dihubungkan dengan kemampuan untuk
mendapatkan informasi tentang tersedianya fasilitas pelayanan yang
modern (Tuti, 1989). Hal ini sesuai dengan penelitian Ascobat Gani dalam
Tuti (1989) mengemukakan bahwa ada hubungan antara pendapatan
keluarga dengan kebutuhan pelayanan kesehatan. Namun berbeda menurut
42
penelitian Tuti (1989) menyatakan bahwa tidak adanya hubungan yang
bermakna antara pendapatan keluarga dengan kunjungan ibu balita ke
Posyandu.
2.4.7 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu
Yang dimaksud dengan jarak disini adalah ukuran jauh dekatnya
dari rumah atau tempat tinggal seseorang ke Posyandu dimana adanya
kegiatan pelayanan kesehatan bagi masyarakat di wilayahnya. Menurut
Departemen Pendidikan Nasional (2002) dalam Khalimah (2007), jarak
adalah ruang sela (panjang atau jauh) antara dua benda atau tempat yaitu
jarak antara rumah dengan tempat Posyandu.
Menurut Effendy (1997) dalam Khalimah (2007), letak Posyandu
sebaiknya berada di tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat,
ditentukan lokal sendiri, atau dapat dilaksanakan di rumah penduduk,
balai rakyat, pos RT atau RW atau pos lainnya. Hal ini agar jarak
Posyandu tidak terlalu jauh sehingga tidak menyulitkan masyarakat untuk
menimbangkan anaknya.
Dari beberapa hasil penelitian bahwa faktor jarak ternyata
memberikan kontribusi terhadap seseorang dalam melakukan suatu
tindakan, seperti yang dikemukakan dalam hasil penelitian Sambas (2002)
bahwa responden yang jarak tempuhnya dekat dari rumah ke Posyandu
43
(<10 menit) berpeluang baik untuk berkunjung ke Posyandu dibandingkan
yang jarak tempuhnya jauh (> 10 menit).
2.4.8 Kepemilikan KMS
Menurut Mahdi (2001) dalam Maharsi (2007), KMS merupakan
alat untuk memotivasi ibu dalam upaya memberikan sesuatu yang terbaik
untuk anaknya agar perkembangan anak akan lebih normal, dengan
demikian dikemudian hari anak menjadi lebih cerdas. Hal ini sesuai
dengan penelitian dari Sambas (2002), bahwa terdapat hubungan antara
kepemilikan KMS ibu balita dengan partisipasi mereka ke Posyandu.
Menurut Depkes RI (2000), Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah
alat sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk memantau
kesehatan dan pertumbuhan anak. Selanjutnya, kurva perkembangan anak
yang dipersiapkan itu tidak sulit untuk dimengerti, baik oleh ibu maupun
oleh petugas formal ataupun informal, serta sangat relevan dengan
program pemerintah dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Menurut Sukarni (1994) dalam Khomsan et al (2007), KMS adalah
alat yang memungkinkan dilakukannya pengamatan yang terarah dengan
cara yang sederhana terhadap masalah kesehatan anak dari segala segi.
Untuk itu, KMS balita dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu
dan keluarga untuk memantau tumbuh kembang anak agar tidak terjadi
44
kesalahan atau ketidakseimbangan pemberian makan pada anak (Depkes,
2000).
2.4.9 Perilaku Kader
Menurut Depkes RI (2005), kader adalah anggota masyarakat yang
dipilih untuk menangani masalah kesehatan, baik perseorangan maupun
masyarakat, serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan
tempat pelayanan kesehatan dasar. Jadi, kader Posyandu sebagai
penyelenggara utama kegiatan Posyandu mempunyai tugas dan tanggung
jawab terhadap pelaksanaan kegiatan Posyandu.
Tugas kader pada hari buka Posyandu, antara lain yaitu
melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke
Posyandu, mencatat hasil penimbangan di KMS atau buku KIA dan
mengisi buku register Posyandu, melaksanakan kegiatan penyuluhan
kesehatan dan gizi sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan
PMT dan lain-lain. Sedangkan tugas kader diluar hari buka Posyandu
antara lain; melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang datang dan
memerlukan penyuluhan lanjutan, memberitahukan agar sasaran
berkunjung saat hari buka Posyandu, melakukan kunjungan tatap muka
kepada tokoh masyarakat dan menghadiri pertemuan kelompok rutin,
kelompok masyarakat atau orgaisasi keagamaan dan lain-lain. Tugas kader
selain di Posyandu melakukan kunjungan rumah didampingi oleh tenaga
45
kesehatan atau tokoh masyarakat untuk mendata dan mencari tahu tentang
sebab ketidak hadiran pengguna Posyandu, pendataan bayi, anak Balita,
ibu hamil, ibu menyusui dan keluarga miskin (GAKIN) (Depkes RI,
2006).
Ketrampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam
sistem pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang
terampil akan mendapat respon positif dari ibu-ibu yang mempunyai
balita, sehingga terkesan ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal
ini mendorong para ibu rajin berkunjung ke Posyandu (Azwar, 1996
dalam Khalimah, 2007).
Berdasarkan hasil penelitian Eddy (2000) menyatakan bahwa
kemampuan ataupun ketrampilan kader mempunyai hubungan paling kuat
dengan cakupan penimbangan balita. Penelitian Sambas (2002) juga
ditemukan terdapat hubungan yang bermakna antara pembinaan dari kader
dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu.
2.4.10 Perilaku Petugas Kesehatan
Dalam kegiatan Posyandu petugas kesehatan menjadi acuan bagi
masyarakat. Petugas yang berperilaku baik seperti akrab dengan
masyarakat, menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan
mampu mendekati para tokoh masyarakat merupakan salah satu cara yang
46
dapat menarik simpatik masyarakat, sehingga masyarakat mau ke
Posyandu (Widiastuti, 2007).
Hal ini sesuai dengan penelitian Sambas (2002) yang menyatakan
bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara bimbingan petugas
kesehatan dengan kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu yang
menunjukkan nila p<0,05. Begitu juga dengan penelitian Hutagulung
(1992) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan bermakna antara
bimbingan petugas kesehatan kepada responden dengan perilaku ibu
menimbangkan anaknya.
2.4.11 Perilaku Tokoh Masyarakat
Keluarga merupakan bagian dari masyarakat sehingga perilaku
keluarga tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat di sekitarnya.
Jika dalam kegiatan yang diselenggarakan masyarakat melihat bahwa
tokoh-tokoh masyarakat yang disegani ikut serta maka mereka akan
tertarik juga untuk berpartisipasi. Hal ini sesuai dengan Notoatmodjo
(2005) yang menyatakan bahwa tokoh masyarakat adalah jembatan antara
sektor kesehatan dengan masyarakat.
Keterlibatan pemimpin informal dan partisipasi masyarakat akan
berpengaruh terhadap keberhasilan program Posyandu. Kegiatan
47
Posyandu dilaksanakan oleh masyarakat dan untuk masyarakat sendiri.
Oleh karena itu, jika tokoh masyarakat setempat tidak
berpartisipasi/terlibat dalam kegiatan Posyandu, ada kemungkinan bahwa
masyarakat setempat tidak akan menggunakan Posyandu (Sitohang, 1989
dalam Juarsa, 2004). Dalam Al-Qur’an Allah Ta’ala juga berfirman, yang
berbunyi:
Artinya: “Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya
itu adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha
Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (Q.S. Al-
Ankabut: 6).
Ayat diatas menegaskan bahwa “dan barang siapa yang berjihad”
yakni mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan amal shaleh
hingga ia bagaikan berlomba dalam kebajikan, maka seseungguhnya
manfaat dan kebaikan jihadnya adalah untuk dirinya sendiri. Seseorang
yang beriman dan beramal shaleh maka Allah akan menghapuskan dosa-
dosa mereka dan Allah akan memberi ganjaran yang lebih baik dari apa
yang mereka senantiasa kerjakan. Ayat tersebut jika dikaitkan dengan
penelitian ini, maka dapat dijelaskan apabila tokoh masyarakat
berperilaku positif terhadap kegiatan Posyandu dan mereka mau
menggunakan kemampuannya dalam memberikan pelayanan kesehatan
48
yang baik kepada ibu-ibu balita di Posyandu, maka Allah juga akan
membalas amal kebajikan mereka dengan yang lebih baik dari apa yang
dikerjakannya.
Hasil penelitian Soedarti (1988) dalam Juarsa (2004) di Tangerang
ditemukan bahwa partisipasi aktif dari tokoh masyarakat menghasilkan
kemajuan kegiatan Posyandu. Begitu juga menurut hasil penelitian
Sambas (2002) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang
bermakna antara dorongan dari tokoh masyarakat dengan kunjungan ibu-
ibu anak balita ke Posyandu.
2.5 Kerangka Teori
Kerangka teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah modifikasi
teori Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005) tentang faktor predisposisi, faktor
pemungkin, dan faktor penguat yang mempengaruhi perilaku seseorang.
Kerangka teori tersebut dapat dilihat pada bagan dibawah ini.
49
Bagan 2.1
Kerangka Teori
Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu
2.6
Sumber: Modifikasi Teori Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2005).
Enabling faktors
- Jarak tempuh dari
rumah ke Posyandu
- Kepemilikan KMS
- Status Pekerjaan
- Pendapatan keluarga
Reinforcing faktors
- Perilaku kader
- Perilaku petugas
kesehatan
- Perilaku tokoh
masyarakat
- Peraturan yang terkait
dengan Posyandu
Partisipasi Ibu
Balita Ke Posyandu
Predisposing faktors
- Pengetahuan
- Sikap
- Nilai/Kepercayaan
- Budaya
- Umur
- Jenis Kelamin
- Pendidikan
50
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 KERANGKA KONSEP
Berdasarkan modifikasi teori Lawrence Green (1980) yang dikutip dalam
Notoatmodjo (2005), ada 3 faktor yang mempengaruhi partisipasi ibu balita ke
Posyandu yaitu faktor predisposisi seperti (pengetahuan, sikap,
nilai/kepercayaan, budaya, umur, jenis kelamin, pendidikan), faktor pemungkin
yaitu sarana, prasarana atau fasilitas pelayanan kesehatan lainnya seperti jarak
dari rumah ke Posyandu, kepemilikan KMS, status bekerja dan pendapatan
keluarga serta faktor penguat seperti perilaku kader, perilaku petugas kesehatan,
perilaku tokoh masyarakat dan peraturan yang terkait dengan Posyandu.
Penelitian ini berdasarkan pada teori yang dikemukan diatas, tetapi tidak
semua variabel yang ada dalam kerangka teori menjadi variabel penelitian.
Variabel nilai atau kepercayaan yang diyakini seseorang dianggap telah terwakili
oleh variabel sikap, dimana kepercayaan seseorang terhadap sesuatu merupakan
salah satu komponen pembentuk sikap (Allport, 1954 dalam Notoatmodjo,
2005). Variabel budaya tidak diteliti karena telah terwakili juga oleh variabel
sikap, dimana sikap seseorang dapat terbentuk karena pengaruh kebudayaan
(Azwar, 2003). Variabel jenis kelamin tidak diteliti karena bersifat homogen
yaitu semua sampel seluruhnya perempuan.
51
Berdasarkan kerangka teori diatas dengan segala keterbatasannya, maka
peneliti merumuskan kerangka konsep penelitian yang akan menjadi acuan
dalam melakukan penelitian seperti dibawah ini.
Bagan 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Dari bagan tersebut dapat dijelaskan bahwa partisipasi ibu balita ke
Posyandu sebagai variabel dependen berhubungan dengan faktor umur ibu,
pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu, sikap ibu, status bekerja ibu,
pendapatan keluarga, jarak tempuh dari rumah ke Posyandu, kepemilikan KMS,
perilaku kader, perilaku petugas kesehatan dan perilaku tokoh masyarakat
sebagai variabel independen.
Partisipasi Ibu Balita Ke
Posyandu
Faktor Predisposisi
- Umur Ibu
- Pendidikan Ibu
- Tingkat pengetahuan Ibu
- Sikap Ibu
Faktor Pemungkin
- Status Bekerja Ibu
- Pendapatan Keluarga
- Jarak tempuh dari rumah ke
Posyandu
- Kepemilikan KMS
Faktor Penguat
- Perilaku Kader
- Perilaku Petugas Kesehatan
- Perilaku Tokoh Masyarakat
52
3.2 DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1
Definisi Operasional Variabel Penelitian
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
1 Partisipasi
Ibu Balita ke
Posyandu
Peran serta ibu dalam
membawa anak balita (usia 12-
59 bulan) secara teratur setiap
bulan ke Posyandu untuk
ditimbang berat badannya
dalam 6 bulan terakhir
Wawancara Kuesioner 0 = Tidak Aktif, jika < 4 kali
berturut-turut.
1 = Aktif, jika > 4 kali berturut-
turut
(Depkes RI, 2007)
Ordinal
2 Umur Ibu Bilangan usia ibu saat
dilakukan penelitian dihitung
berdasarkan tanggal lahir
Wawancara Kuesioner 0 = Berisiko, jika umur ibu < 20
tahun atau > 29 tahun
1 = Tidak berisiko, jika umur ibu
20 - 29 tahun
(Alibirwin, 2001)
Ordinal
3 Pendidikan
Ibu
Jenjang pendidikan terakhir
yang pernah ditempuh oleh ibu
Wawancara Kuesioner 0 = Rendah, jika responden tamat
SMP atau lebih rendah
1 = Tinggi, jika responden tamat
SMA atau lebih tinggi
(Sambas, 2002)
Ordinal
4 Tingkat
pengetahuan
Ibu
Penguasaan responden
mengenai Posyandu yaitu
frekuensi pelaksanaan kegiatan,
program, manfaat dan sasaran
kegiatan Posyandu
Wawancara
Kuesioner 0 = Kurang, jika total skor <
median
1 = Baik, jika total skor > median
(Sambas, 2002)
Ordinal
53
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
5 Sikap Ibu Respon ibu balita terhadap
stimulus dari luar yang terlihat
dari perilaku mereka
Wawancara
Kuesioner 0 = Tidak Baik, jika total skor <
median
1 = Baik, jika total skor > median
(Sambas, 2002)
Ordinal
6 Status
Bekerja Ibu
Keadaan ibu bekerja atau tidak
untuk mendapatkan
penghasilan (uang)
Wawancara
Kuesioner 0 = Bekerja, jika ibu memiliki
kegiatan rutin untuk
menghasilkan uang
1 = Tidak bekerja, jika ibu tidak
memiliki kegiatan rutin untuk
menghasilkan uang
(Depkes RI, 2008)
Ordinal
7 Pendapatan
Keluarga
Penghasilan (uang) keluarga
yang diperoleh ayah dan atau
ibu selama satu bulan
Wawancara
Kuesioner 0 = Cukup, jika pendapatan
keluarga > Rp. 1.117.245
1 = Kurang, jika pendapatan
keluarga < Rp. 1.117.245
(UMK Tangerang, 2010)
Ordinal
8 Jarak tempuh
dari rumah
ke Posyandu
Penilaian ibu balita mengenai
jarak dari rumahnya ke
Posyandu berdasarkan waktu
yang dipakai
Wawancara
Kuesioner 0 = Jauh, jika > 10 menit
1 = Dekat, jika < 10 menit
(Sambas, 2002)
Ordinal
9 Kepemilikan
KMS
KMS balita yang harus diisi
pada setiap penimbangan /
datang ke Posyandu.
Wawancara
Kuesioner 0 = Tidak ada
1 = Ada
(Sambas, 2002)
Ordinal
54
No Variabel Definisi Operasional Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
10 Perilaku
Kader
Tindakan kader dalam
melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan di
Posyandu berdasarkan
penilaian ibu balita terhadap
kader
Wawancara Kuesioner 0 = Tidak Baik, jika total skor <
median
1 = Baik, jika total skor > median
(Sambas, 2002)
Ordinal
11 Perilaku
Petugas
Kesehatan
Tindakan petugas kesehatan
dalam melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan di
Posyandu berdasarkan
penilaian ibu balita terhadap
petugas kesehatan
Wawancara Kuesioner 0 = Tidak Baik, jika total skor <
median
1 = Baik, jika total skor > median
(Sambas, 2002)
Ordinal
12 Perilaku
Tokoh
Masyarakat
Tindakan ibu RT/RW dalam
melaksanakan kegiatan
pelayanan kesehatan di
Posyandu berdasarkan
penilaian ibu balita terhadap
ibu RT/RW
Wawancara Kuesioner 0 = Tidak Baik, jika total skor <
median
1 = Baik, jika total skor > median
(Sambas, 2002)
Ordinal
55
3.3 HIPOTESIS
1. Ada hubungan antara umur ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010.
2. Ada hubungan antara pendidikan ibu balita dengan partisipasinya ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan Tahun 2010.
3. Ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu balita tentang Posyandu
dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
4. Ada hubungan antara sikap ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010.
5. Ada hubungan antara status bekerja ibu balita dengan partisipasinya ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan Tahun 2010.
6. Ada hubungan antara pendapatan keluarga ibu balita dengan partisipasinya
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010.
7. Ada hubungan antara jarak tempuh dari rumah ibu balita ke Posyandu
dengan partisipasinya ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan
Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010.
56
8. Ada hubungan antara kepemilikan KMS ibu balita dengan partisipasinya ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan Tahun 2010.
9. Ada hubungan antara perilaku kader dengan partisipasi ibu balita ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang
Selatan Tahun 2010.
10. Ada hubungan antara perilaku petugas kesehatan dengan partisipasi ibu balita
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010.
11. Ada hubungan antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu balita
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010.
57
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan desain
studi cross sectional karena pengambilan data variabel independen dan variabel
dependen dilakukan dalam waktu bersamaan. Desain ini digunakan karena
rancangan penelitian ini mudah dilaksanakan, sederhana, ekonomis dalam hal
waktu, dan hasilnya dapat diperoleh dengan cepat (Notoatmodjo, 2005). Desain
dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui dan mempelajari hubungan
antara variabel independen yaitu umur ibu, pendidikan ibu, tingkat pengetahuan
ibu, sikap ibu, status bekerja ibu, pendapatan keluarga, jarak tempuh dari rumah
ke posyandu, kepemilikan KMS, perilaku kader, perilaku petugas kesehatan dan
perilaku tokoh masyarakat dengan variabel dependen yaitu partisipasi ibu balita
ke Posyandu.
4.2 Lokasi dan waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada bulan April - November tahun 2010 di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.
58
4.3 Populasi dan Sampel
4.3.1 Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari unit didalam pengamatan yang
akan dilakukan (Sabri, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh
ibu yang memiliki anak balita (usia 12-59 bulan) yang tinggal di
Kelurahan Rempoa, Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
yang berjumlah 1653 anak balita.
4.3.2 Sampel
Sebagian dari populasi yang nilai/karakteristiknya diukur dan yang
nantinya dipakai untuk menduga karakteristik dari populasi (Sabri, 2008).
Sampel pada penelitian ini adalah ibu yang memiliki anak balita yang
bertempat tinggal di Kelurahan Rempoa dan pernah datang ke Posyandu
yang berjumlah 222 ibu balita. Jumlah sampel pada penelitian ini
diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi
(Ariawan, 1998), yaitu:
2
21
2
221112/1
)(
)1()1()1(2
PP
PPPPzPPzn
59
Keterangan :
n = Jumlah sampel yang dibutuhkan
21
= Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α/2 atau derajat kepercayaan
α pada uji dua sisi (two tail), yaitu sebesar 10% = 1,64.
1 = Nilai Z pada kekuatan uji 1-β, yaitu 80 % = 0,84
P = Proporsi rata-rata = (P1+ P2)/2 = 41,8%
1P = Proporsi partisipasi kurang ke Posyandu berdasarkan pendidikan
ibu yang rendah yaitu 50%.
2P = Proporsi partisipasi kurang ke Posyandu berdasarkan pendidikan
ibu yang tinggi yaitu 33,6%
( Nilai P1 dan P2 diperoleh dari penelitian Sambas, 2002).
Dari hasil perhitungan diatas diperoleh jumlah sampel sebanyak
111 sampel yang kemudian dikalikan dua menjadi 222 orang.
Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan
metode simple random sampling (sampel acak sederhana), dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Menyusun frame sampling (kerangka sampel) yang berisi daftar nama
seluruh ibu dari keluarga balita berusia 12-59 bulan yang terdaftar di
buku format 3 Posyandu di Kelurahan Rempoa.
2. Melakukan pengambilan secara acak (pengundian) sampel terhadap
beberapa ibu dari keluarga balita sebagaimana terdaftar dalam
60
kerangka sampel sampai terambil 222 ibu balita. Nama-nama ibu
balita yang terambil merupakan sampel dalam penelitian ini. Apabila
ada ibu yang mempunyai 2 balita, maka yang dijadikan sampel adalah
balita yang usianya lebih muda.
4.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat-alat yang akan digunakan untuk
pengumpulan data (Notoadmodjo, 2005). Instrument penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah kuesioner yang berisi tentang umur ibu, pendidikan
ibu anak balita, tingkat pengetahuan, sikap, status bekerja, pendapatan keluarga,
jarak tempuh dari rumah ke posyandu, kepemilikan KMS, perilaku kader,
perilaku petugas kesehatan dan perilaku tokoh masyarakat untuk mengetahui
partisipasi ibu balita ke Posyandu. Berikut kuesioner yang akan dipakai dalam
penelitian ini:
a. Partisipasi ibu balita ke Posyandu
Untuk mengetahui partisipasi ibu balita ke Posyandu, peneliti
menggunakan pertanyaan bagian I yang terdapat pada kuesioner. Variabel ini
diukur melalui satu pertanyaan tentang partisipasi ibu balita ke Posyandu
dalam 6 bulan terakhir, variabel ini di kategorikan menjadi dua berdasarkan
Depkes RI (2007) yaitu “tidak aktif” jika responden berpartisipasi ke
Posyandu < 4 kali berturut-turut dan “aktif” jika responden berpartisipasi ke
Posyandu > 4 kali berturut-turut.
61
b. Umur
Umur ibu dapat diketahui dari point pertanyaa “A2”. Pada penelitian
ini umur dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan Alibbirwin (2001) yaitu
“berisiko” jika ibu berumur < 20 atau > 29 tahun dan “tidak berisiko” jika
ibu berumur antara 20 - 29 tahun.
c. Pendidikan
Pendidikan ibu dapat diketahui dari point pertanyaan ”B”. Pada
penelitian ini, pendidikan ibu dikategorikan menjadi lima macam
berdasarkan kriteria dari Diknas (2003) yaitu jika tidak sekolah simbolnya
”1”, jika tamat SD simbolnya ”2”, jika tamat SMP simbolnya ”3”, jika tamat
SMA simbolnya ”4” dan jika tamat Perguruan Tinggi simbolnya ”5”. Untuk
kepentingan analisis, pendidikan ibu dikategorikan lagi menjadi “rendah”
jika pendidikan hanya sampai tamat SMP atau lebih rendah dan “tinggi” jika
pendidikan hanya sampai tamat SMA atau lebih tinggi.
d. Status Bekerja Ibu
Status bekerja ibu dapat diketahui dari point pertanyaan “C”. Pada
penelitian ini, status bekerja ibu dikategorikan berdasarkan Depkes (2008),
yaitu “bekerja” jika ibu mempunyai kegiatan rutin untuk menghasilkan uang
dan “tidak bekerja” jika ibu tidak memiliki kegiatan rutin untuk
menghasilkan uang.
62
e. Tingkat pengetahuan Ibu
Dalam penelitian ini, terdapat 10 pertanyaan yang mewakili
pengetahuan ibu tentang Posyandu pada point “D”. Setiap point pertanyaan
diberi nilai “1” jika responden mampu menjawab dengan benar. Untuk setiap
pertanyaan diberikan bobot nilai yang sama, dengan asumsi setiap
pertanyaan sama pentingnya. Untuk pertanyaan dengan jawabannya lebih
dari 1 pilihan, jika responden mampu menjawab 3 pilihan maka responden
mendapat nilai “1” dan sebaliknya jika responden hanya mampu menjawab 2
pilihan maka responden mendapat nilai “0”. Dalam penelitian ini,
pengetahuan ibu dikategorikan menurut Sambas (2002) yaitu “kurang” jika
nilai total skor seluruh pertanyaan pengetahuan tentang Posyandu < median
dan “baik” jika nilai total skor seluruh pertanyaan pengetahuan tentang
Posyandu > median.
f. Pendapatan Keluarga
Pendapatan keluarga dapat diketahui dari point pertanyaan “E”. Pada
penelitian ini, pendapatan keluarga di kategorikan menjadi dua berdasarkan
UMK Tangerang (2010) karena lembaga terkait Dewan Pengupahan Kota
Tangsel yang menangani UMK Kota Tangsel belum terbentuk, sehingga
masih mengacu kepada UMK Tangerang yaitu “Cukup” jika pendapatan
keluarga > Rp. 1.117.245/bln dan “kurang” jika pendapatan keluarga < Rp.
1.117.245/bln.
63
g. Sikap Ibu
Dalam penelitian ini, terdapat 10 pertanyaan yang bersifat tertutup
berkaitan dengan sikap responden mengenai posyandu yang terdapat pada
point “F”. Untuk setiap pertanyaan diberikan bobot nilai yang berbeda-beda
tergantung kodenya. Pengukuran sikap ibu menggunakan skala Likert yang
dikategorikan dengan 4 kategori yaitu; untuk pertanyaan yang positif jika
jawaban responden “Sangat Setuju” maka nilainya 4, jika “Setuju” maka
nilainya 3, jika “Tidak Setuju” maka nilainya 2, jika jawaban responden
“Sangat Tidak Setuju” maka nilainya 1. Akan tetapi jika pernyataannya
negatif maka point-nya berbalik dengan pernyataan yang positif. Untuk
kepentingan analisis, variabel sikap ini dikategorikan menjadi dua yaitu
“tidak baik” jika nilai total skornya < median dan “baik” jika nilai total
skornya > median.
h. Jarak tempuh dari rumah ke posyandu
Jarak tempuh dari rumah ke posyandu dapat diketahui dari point
pertanyaan “G”. Pada penelitian ini, variabel jarak tempuh dari rumah
responden ke posyandu dikategorikan menjadi dua berdasarkan Sambas
(2002) yaitu “jauh” jika > 10 menit dan “dekat” jika < 10 menit.
i. Kepemilikan KMS
Dalam penelitian ini, pertanyaan untuk variabel kepemilikan KMS
dapat dilihat pada point “H”. Variabel ini dikategorikan menjadi dua
64
berdasarkan Sambas (2002) yaitu “tidak” jika responden tidak memiliki
KMS anaknya dan “ya” jika responden memiliki KMS anaknya.
j. Perilaku Kader
Dalam penelitian ini, terdapat 6 pertanyaan yang bersifat tertutup
pada bagian “J” dari masing-masing variabel yaitu perilaku kader terhadap
ibu balita di Posyandu. Untuk setiap pertanyaan diberikan bobot nilai yang
berbeda-beda tergantung kodenya. Pengukuran perilaku kader menggunakan
skala Likert yang dikategorikan dengan 4 kategori yaitu; untuk pertanyaan
yang positif jika jawaban responden “Sangat Setuju” maka nilainya 4, jika
“Setuju” maka nilainya 3, jika “Tidak Setuju” maka nilainya 2, jika jawaban
responden “Sangat Tidak Setuju” maka nilainya 1. Akan tetapi jika
pernyataannya negatif maka point-nya berbalik dengan pernyataan yang
positif. Untuk kepentingan analisis, variabel perilaku kader ini dikategorikan
menjadi dua yaitu “tidak baik” jika nilai total skornya < median dan “baik”
jika nilai total skornya > median.
k. Perilaku Petugas Kesehatan
Dalam penelitian ini, terdapat 6 pertanyaan yang bersifat tertutup
pada bagian “K” dari masing-masing variabel yaitu perilaku petugas
kesehatan terhadap ibu balita di Posyandu. Untuk setiap pertanyaan diberikan
bobot nilai yang berbeda-beda tergantung kodenya. Pengukuran perilaku
petugas kesehatan menggunakan skala Likert yang dikategorikan dengan 4
65
kategori yaitu; untuk pertanyaan yang positif jika jawaban responden “Sangat
Setuju” maka nilainya 4, jika “Setuju” maka nilainya 3, jika “Tidak Setuju”
maka nilainya 2, jika jawaban responden “Sangat Tidak Setuju” maka
nilainya 1. Akan tetapi jika pernyataannya negatif maka point-nya berbalik
dengan pernyataan yang positif. Untuk kepentingan analisis, variabel
perilaku petugas kesehatan ini dikategorikan menjadi dua yaitu “tidak baik”
jika nilai total skornya < median dan “baik” jika nilai total skornya > median.
l. Perilaku Tokoh Masyarakat
Dalam penelitian ini, terdapat 6 pertanyaan yang bersifat tertutup
pada bagian “L” dari masing-masing variabel yaitu perilaku tokoh
masyarakat terhadap ibu balita di Posyandu. Untuk setiap pertanyaan
diberikan bobot nilai yang berbeda-beda tergantung kodenya. Pengukuran
perilaku tokoh masyarakat menggunakan skala Likert yang dikategorikan
dengan 4 kategori yaitu; untuk pertanyaan yang positif jika jawaban
responden “Sangat Setuju” maka nilainya 4, jika “Setuju” maka nilainya 3,
jika “Tidak Setuju” maka nilainya 2, jika jawaban responden “Sangat Tidak
Setuju” maka nilainya 1. Akan tetapi jika pernyataannya negatif maka point-
nya berbalik dengan pernyataan yang positif. Untuk kepentingan analisis,
variabel perilaku tokoh masyarakat ini dikategorikan menjadi dua yaitu
“tidak baik” jika nilai total skornya < median dan “baik” jika nilai total
skornya > median.
66
4.5 Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan suatu usaha mendapatkan data
untuk keperluan penelitian dan untuk pengujian hipotesis karena pengujian
hipotesis dilakukan berdasarkan data yang tersedia.
Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari
responden dengan menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tertutup
tentang variabel independen dan dependen yang diteliti. Kuesioner yang
digunakan pada penelitian ini sebelumnya telah dilakukan uji coba kuesioner
untuk mengetahui tingkat validitas dan reabilitas dari instrument penelitian yang
dilakukan di tempat berbeda terhadap 16 ibu balita. Pengumpulan data dilakukan
dengan cara mendatangi ibu balita yang terpilih menjadi sampel penelitian.
4.6 Pengolahan Data
Proses pengolahan data dilakukan sebagai berikut :
a. Editing (penyuntingan data)
Dilakukan sebelum proses data entry, dilakukan agar data yang salah atau
meragukan dapat ditelusuri kembali kepada responden. Editing ini dilakukan
dengan cara meneliti setiap daftar pertanyaan yang telah diisi. Untuk kegiatan
editing ini, peneliti langsung memeriksa kuesioner pada hari itu juga,
sehingga apabila terdapat keraguan dapat dilakukan pengecekan kepada
responden pada saat itu juga.
67
b. Coding (mengkode data)
Data coding adalah kegiatan mengklasifikasi data dan memberi kode pada
jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuesioner.
c. Data Entry (memasukkan data)
Proses memasukkan data yang diperoleh ke komputer untuk analisis lebih
lanjut.
d. Data Cleaning (Membersihkan Data)
Proses untuk menguji kebenaran data (data yang masuk kedalam komputer
sudah benar-benar bebas dari kesalahan). Untuk analisa data lebih lanjut
menggunakan perangkat lunak pengolah data.
4.7 Analisa Data
Analisa data dilakukan dengan tiga kali tahapan yaitu analisis univariat,
bivariat dan multivariat.
4.7.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat digunakan untuk mendeskripsikan karakteristik
dari variabel independen dan dependen. Keseluruhan data yang ada dalam
kuesioner diolah dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
4.7.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk melihat kemungkinan hubungan
antara variabel independen dan variabel dependen. Pada analisis ini, uji
statistik yang digunakan adalah uji chi-square dengan rumus:
68
E
EOX
2
2
dF = (k - 1)(b - 1)
Keterangan:
X2 = Chi square
O = Nilai observasi
E = Nilai ekspektasi
k = Jumlah kolom
b = Jumlah baris
Melalui uji statistik chi square akan diperoleh nilai p, dimana
dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,1. Penelitian
antara dua variabel dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p < 0,1 yang
berarti Ho ditolak dan Ha diterima dan dikatakan tidak bermakna jika
mempunyai nilai p > 0,1 yang berarti Ho diterima dan Ha ditolak.
Jika variabel independen terdiri dari dua kategori dan dijumpai
nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari fisher exact. Jika tidak dijumpai
nilai E<5, maka nilai p dapat dilihat dari continuity correction.
Selanjutnya untuk kepentingan pembahasan dilakukan uji interaksi antar
sesame variabel independen.
Untuk melihat kekuatan hubungan antara variabel dependen dan
independen maka dilihat nilai Odds Ratio (OR). Bila nilai OR = 1 artinya
tidak ada hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
69
Jika nilai OR < 1 artinya variabel independen merupakan faktor protektif
terhadap variabel dependen dan jika nilai OR >1 artinya variabel
independen merupakan faktor resiko terhadap variabel dependen.
4.7.3 Analisis Multivariat
Analisis Multivariat digunakan untuk mengetahui faktor yang paling
dominan yang berhubungan dengan variabel dependennya. Analisis
multivariat pada penelitian ini menggunakan uji regresi logistik berganda
karena variabel independen dan dependen dalam penelitian ini berbentuk data
kategorik. Uji regresi logistik berganda pada penelitian ini menggunakan
model prediksi dengan tujuan untuk memperoleh model yang terdiri dari
beberapa variabel independen yang dianggap terbaik memprediksi kejadian
variabel dependen. Pada model ini semua variabel independennya dianggap
sama pentingnya. Maka proses estimasi dapat dilakukan dengan beberapa
koefisien regresi logistik sekaligus. Langkah-langkah dalam melakukan
analisis multivariat (Riyanto, 2009), yaitu:
a. Seleksi kandidat model multivariat. Melakukan analisis bivariat antara
masing-masing variabel independen dengan variabel dependennya. Bila
hasil uji bivariat mempunyai nilai p< 0,25, maka variabel tersebut dapat
masuk ke dalam model multivariat. Namun, bisa saja variabel dengan nilai
p>0,25 tetap ikut ke model multivariat bila variabel tersebut secara
substansi berhubungan.
70
b. Pemodelan multivariat. Pada tahap ini variabel yang masuk ke dalam
kandidat model multivariat dianalisis secara bersamaan. Variabel yang
valid dalam model multivariat adalah variabel yang mempunyai nilai
p<0,1. Jika dalam model terdapat nilai p>0,1, maka variabel tersebut harus
dikeluarkan dari model. Pengeluaran model dilakukan secara bertahap satu
persatu dimulai dari variabel yang nilai p terbesar. Akan tetapi, bila
variabel yang dikeluarkan mengakibatkan perubahan besar koefisien (nilai
OR) >10%, maka variabel tersebut dimasukkan kembali dalam model.
Rumus untuk mencari perbedaan OR adalah:
Perbedaan OR = %100XORadjust
ORadjustORcrude
OR crude : OR variabel dengan tidak masuknya ke dalam
model kovariat yang diuji
OR adjust : OR variabel dengan tidak masuknya ke dalam
model kovariat yang akan diuji
c. Melakukan uji interaksi sesama variabel independen, apabila secara
substansi diduga terjadi interaksi antara variabel independen. Penentuan
variabel interaksi sebaiknya melalui pertimbangan logika substantif.
Pengujian interaksi dilihat dari kemaknaan uji statistik (p value≤0.05). Bila
variabel mempunyai nilai bermakna, maka variabel interaksi penting
dimasukkan dalam model.
71
d. Setelah dilakukan uji interaksi, maka didapatkan model fit (akhir) dari
setiap variabel independen yang berpengaruh besar terhadap variabel
dependen. Setelah semua langkah tersebut selesai dan berdasarkan hasil
analisis multivariat secara keseluruhan, maka persamaan regresi yang
diperoleh yaitu :
Y = a + b1X1 + b2X2
Y merupakan variabel dependen, sedangkan X merupakan variabel
independen. Berdasarkan persamaan tersebut, maka Y dapat diperkirakan
dengan X1 dan X2.
72
BAB V
HASIL
5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian
5.1.1 Keadaan Geografis
Kelurahan Rempoa merupakan salah satu kelurahan di
Kecamatan Ciputat Timur dengan luas wilayah 219,50 Ha. Kelurahan
Rempoa terdiri dari 12 RW dan 72 RT dan 7.185 Kepala Keluarga (KK).
Adapun batas-batas wilayah Kelurahan Rempoa adalah sebagai
berikut:
Utara = Berbatasan dengan Kelurahan Bintaro DKI Jakarta dan Tol
Jakarta Merak dan sebagian Kelurahan Rengas Kabupaten
Tangerang
Timur = Berbatasan dengan Kelurahan Bintaro DKI Jakarta
Selatan = Berbatasan dengan Kelurahan Cirendeu dan Kelurahan
Sawah Lama Kabupaten Tangerang
Barat = Berbatasan dengan Kelurahan Ssawah Lama dan Kelurahan
Rengas Kabupaten Tangerang
73
5.1.2 Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Kelurahan Rempoa tahun 2006 sebanyak
27.585 penduduk. Adapun distribusi penduduk berdasarkan umur di
Kelurahan Rempoa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.1
Distribusi Penduduk Berdasarkan Umur di Kelurahan Rempoa
Usia Jumlah Persentase
0-12 bulan 567 2.1
1-5 tahun 1.496 5.4
6-10 tahun 2.449 8.9
11-19 tahun 5.689 20.6
20-29 tahun 5.668 20.5
30-50 tahun 8.058 29.2
> 50 tahun 3.658 13.3
Total 27.585 100 Sumber:Profil Kelurahan Rempoa Tahun 2006
Berdasarkan tabel 5.1, diketahui bahwa sebagian besar penduduk
berada pada rentang umur 30-50 tahun yaitu sebesar 29,2% jiwa.
Mayoritas agama yang dianut oleh penduduk Kelurahan Rempoa adalah
Islam. Adapun tingkat pendidikan penduduk Kelurahan Rempoa sebagian
besar adalah belum sekolah yaitu sebesar 26,3% penduduk, sebagaimana
terlihat pada tabel berikut ini:
74
Tabel 5.2
Distribusi Penduduk Kelurahan Rempoa Berdasarkan Tingkat
Pendidikan Tahun 2006
Pendidikan Jumlah Persentase
Belum sekolah 2832 26.3
Tidak Tamat SD 275 2.6
Tamat SD 2719 25.3
Tamat SLTP/Sederajat 2664 24.8
Tamat SLTA/Sederajat 1598 14.8
Perguruan Tinggi 675 6.3
Jumlah 10.763 100 Sumber: Profil Kelurahan Rempoa Tahun 2006
Adapun gambaran mata pencaharian penduduk Kelurahan
Rempoa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.3
Distribusi Penduduk Kelurahan Rempoa Berdasarkan Jenis
Pekerjaan Tahun 2006
Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase
Buruh/swasta 2500 46.8
Pegawai negeri 602 11.3
Pedagang 670 12.5
Penjahit 52 1.0
Tukang Batu 320 6.0
Tukang Kayu 175 3.3
Montir 261 4.9
Dokter 25 0.5
Sopir 200 3.7
Pengemudi Bajaj 10 0.2
Pengemudi becak 150 2.8
TNI/polri 350 6.5
Pengusaha 30 0.6
Jumlah 5.345 100 Sumber: Profil Kelurahan Rempoa Tahun 2006
Berdasarkan tabel 5.3, diketahui bahwa jenis pekerjaan
penduduk Kelurahan Rempoa paling banyak adalah buruh yaitu sebesar
75
46,8% penduduk dan jenis pekerjaan penduduk Kelurahan Rempoa paling
sedikit adalah pengemudi bajaj yaitu sebesar 0,2% penduduk.
5.2 Analisis Univariat
Pada analisis univariat ini akan digambarkan distribusi frekuensi dari
masing-masing variabel yang diteliti, baik variabel independen maupun variabel
dependen.
5.2.1 Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu
Distribusi partisipasi ibu balita ke posyandu di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.4
Distribusi Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Aktif (<4 kali berturut-turut) 141 63,5
Aktif (>4 kali berturut-turut) 81 36,5
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.4 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar partisipasi ibu balita ke Posyandu tidak aktif (<4 kali
berturut-turut) yaitu sebesar 63,5% dan yang berpartisipasi aktif (>4 kali
berturut-turut) sebesar 36,5%.
76
5.2.2 Umur Ibu
Distribusi ibu balita berdasarkan umur di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.5
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Umur di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010
Umur Ibu Jumlah (n) Persentase (%)
< 20 atau > 29 tahun 124 55,9
20 - 29 81 44,1
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.5 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar berumur <20 atau >29 tahun yaitu sebesar 55,9% dan yang
berumur 20 – 29 tahun sebesar 44,1%.
5.2.3 Pendidikan Ibu
Distribusi ibu balita berdasarkan pendidikan di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
77
Tabel 5.6
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pendidikan di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Pendidikan Ibu Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Sekolah 2 0,9
Tamat SD 29 12,2
Tamat SMP 50 22,5
Tamat SMA 124 55,9
Tamat PT 19 8,6
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.6 diketahui bahwa dari 222 ibu balita, ibu
balita yang tidak pernah sekolah hanya ada 2 orang (0,9%), yang hanya
tamat SD ada 29 orang (12,2%), yang tamat SMP ada 50 orang (22,5%),
yang tamat SMA ada 124 orang (55,9%) dan ibu balita yang tamat
perguruan tinggi hanya ada 19 orang (8,6%).
Sedangkan distribusi pendidikan ibu balita berdasarkan kategori
“rendah” dan “tinggi” dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.7
Distribusi Pendidikan Ibu Balita Berdasarkan Kategori “Rendah”
dan “Tinggi” di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010
Pendidikan Ibu Jumlah (n) Persentase (%)
Rendah 79 35.6
Tinggi 143 64.4
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.7 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar berpendidikan tinggi yaitu sebesar 64,4% dan yang
berpendidikan rendah sebesar 35,6%.
78
5.2.4 Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Posyandu
Distribusi ibu balita berdasarkan tingkat pengetahuan tentang
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.8
Distribusi Ibu Balita BerdasarkanTingkat Pengetahuan tentang
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Tingkat Pengetahuan Ibu Jumlah (n) Persentase (%)
Kurang 65 29,3
Baik 157 70,7
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.8 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar tingkat pengetahuan ibu tentang Posyandu adalah baik
yaitu sebesar 70,7% sedangkan yang tingkat pengetahuannya kurang
sebesar 29,3%.
5.2.5 Sikap Ibu
Distribusi ibu balita berdasarkan sikap di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat
dilihat pada tabel berikut ini:
79
Tabel 5.9
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Sikap di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Sikap Ibu Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Baik 106 47.7
Baik 116 52.3
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.9 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar memiliki sikap yang baik terhadap Posyandu yaitu sebesar
52,3% sedangkan yang tidak memiliki sikap baik terhadap Posyandu
sebesar 47,7%.
5.2.6 Status Bekerja Ibu
Distribusi ibu balita berdasarkan status pekerjaan ibu di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.10
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Status Bekerja
di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Status Bekerja Ibu Jumlah (n) Persentase (%)
Bekerja 40 18
Tidak Bekerja (IRT) 182 82
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.10 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar memiliki status tidak bekerja yaitu sebesar 82% dan yang
memiliki status bekerja sebesar hanya 18%.
80
5.2.7 Pendapatan Keluarga
Distribusi ibu balita berdasarkan pendapatan keluarga di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.11
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Pendapatan Keluarga di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Pendapatan Keluarga Jumlah (n) Persentase (%)
Cukup 123 55,4
Kurang 99 44,6
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.11 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar memiliki pendapatan keluarga yang cukup yaitu sebesar
55,4% sedangkan yang memiliki pendapatan keluarga kurang sebesar
44,6%.
5.2.8 Jarak Tempuh dari Rumah ke Posyandu
Distribusi ibu balita berdasarkan jarak tempuh dari rumah ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
81
Tabel 5.12
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Jarak Tempuh dari Rumah ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota
Tangerang Selatan Tahun 2010
Jarak Tempuh dari Rumah ke
Posyandu
Jumlah (n) Persentase
(%)
Jauh 8 3,6
Dekat 214 96,4
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.12 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar jarak tempuh dari rumah ke Posyandu tergolong dekat
yaitu sebesar 96,4% dan jarak tempuh yang jauh sebesar 3,6%.
5.2.9 Kepemilikan KMS
Distribusi ibu balita berdasarkan kepemilikan KMS di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.13
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Kepemilikan KMS
di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Kepemilikan KMS Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Ada 34 15,3
Ada 180 84,7
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.13 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar yang memiliki KMS anaknya yaitu sebesar 84,7% dan
yang tidak memiliki KMS anaknya sebesar 15,3%.
82
5.2.10 Perilaku Kader
Distribusi ibu balita berdasarkan perilaku kader di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.14
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Kader di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010
Perilaku Kader Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Baik 108 48,6
Baik 114 51,4
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.14 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar berpendapat bahwa perilaku kader terhadap kegiatan
Posyandu tergolong baik yaitu sebesar 51,4% dan yang berpendapat tidak
baik sebesar 48,6%.
5.2.11 Perilaku Petugas Kesehatan
Distribusi ibu balita berdasarkan perilaku petugas kesehatan di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
83
Tabel 5.15
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Petugas Kesehatan
di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Perilaku Petugas Kesehatan Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Baik 51 23
Baik 171 77
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.15 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar berpendapat bahwa perilaku petugas kesehatan terhadap
kegiatan Posyandu tergolong baik yaitu sebesar 77% dan yang
berpendapat tidak baik sebesar 23%.
5.2.12 Perilaku Tokoh Masyarakat
Distribusi ibu balita berdasarkan Perilaku tokoh masyarakat di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010 dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.16
Distribusi Ibu Balita Berdasarkan Perilaku Tokoh Masyarakat
di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Perilaku Tokoh Masyarakat Jumlah (n) Persentase (%)
Tidak Baik 101 45,5
Baik 121 54,5
Total 222 100
Berdasarkan tabel 5.16 diketahui bahwa dari 222 ibu balita,
sebagian besar berpendapat bahwa perilaku tokoh masyarakat terhadap
84
kegiatan Posyandu tergolong baik yaitu sebesar 54,5% dan yang
berpendapat tidak baik sebesar 45,5%.
5.3 Analisis Bivariat
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
independen dengan dependen yang dianalisis melalui uji Chi Square. Dikatakan
bermakna jika nilai p <0,1 dan tidak bermakna jika mempunyai nila p > 0,1.
5.3.1 Hubungan Antara Umur Ibu Dengan Partisipasi Ke Posyandu
Hasil analisis bivariat antara umur ibu dengan partisipasi ke
Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.17 berikut ini:
Tabel 5.17
Hubungan antara Umur Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu
di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Umur Ibu
Partisipasi Ibu Ke
Posyandu Total OR
(90% CI)
P.
Value Tidak Aktif Aktif
n % n % n %
<20 atau >29 tahun 82 66,1 42 33,9 124 100 1,291
(0,745 – 2,236)
0,441
20 – 29 tahun 59 60,2 39 39,8 98 100
Total 141 63,5 81 36,5 222 100
Berdasarkan tabel 5.17, diketahui bahwa ibu yang berumur <20
atau >29 tahun yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 66,1%,
sedangkan ibu yang berumur 20-29 tahun yang berpartisipasi tidak aktif
ke Posyandu sebesar 60,2%.
85
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,441 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara umur ibu dengan partisipasi ke
Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh
OR = 1,291 (0,745 – 2,236), artinya ibu yang berumur <20 atau >29
tahun mempunyai peluang 1,291 (1 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif
ke Posyandu dibandingkan ibu yang berumur 20 – 29 tahun.
5.3.2 Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu
Hasil analisis bivariat antara pendidikan ibu dengan partisipasi ke
Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.18 berikut ini:
Tabel 5.18
Hubungan antara Pendidikan Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu
di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Pendidikan
Ibu
Partisipasi Ibu Ke
Posyandu Total OR
(90% CI)
P.
Value Tidak Aktif Aktif
n % n % n %
Rendah 47 59,5 32 40,5 79 100 0,766
(0,434 – 1,349)
0,436
Tinggi 94 65,7 49 34,3 143 100
Total 141 63,5 81 36,5 222 100
Berdasarkan tabel 5.18, diketahui bahwa ibu yang berpendidikan
rendah yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 59,5%,
sedangkan ibu yang berpendidikan tinggi yang berpartisipasi tidak aktif
ke Posyandu sebesar 65,7%.
86
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,436 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu dengan partisipasi ke
Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh
OR = 0,766 (0,434 – 1,349), artinya ibu yang berpendidikan rendah
mempunyai peluang 0,766 kali untuk berpartisipasi tidak aktif ke
Posyandu dibandingkan ibu yang berpendidikan tinggi.
5.3.3 Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Partisipasi ke
Posyandu
Hasil analisis bivariat antara tingkat pengetahuan ibu dengan
partisipasi ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.19 berikut ini:
Tabel 5.19
Hubungan antara Tingkat Pengetahuan Ibu dengan Partisipasi ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Tingkat
Pengetahuan
Partisipasi Ibu Ke
Posyandu Total OR
(90% CI)
P.
Value Tidak Aktif Aktif
n % n % n %
Kurang 43 66,2 22 33,8 65 100 1,177
(0,641 – 2,159)
0,709
Baik 98 62,4 59 37,6 157 100
Total 141 63,5 81 36,5 222 100
Berdasarkan tabel 5.19, diketahui bahwa ibu yang berpengetahuan
kurang yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 66,2%,
sedangkan ibu yang berpengetahuan baik yang berpartisipasi tidak aktif
ke Posyandu sebesar 62,4%.
87
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,709 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan ibu dengan
partisipasi ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk
estimate diperoleh OR = 1,177 (0,641 – 2,159), artinya ibu yang
berpengetahuan kurang mempunyai peluang 1,177 (1 kali) untuk
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang
berpengetahun baik.
5.3.4 Hubungan antara Sikap Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu
Hasil analisis bivariat antara sikap ibu dengan partisipasi ke
Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.20 berikut ini:
Tabel 5.20
Hubungan antara Sikap Ibu dengan Partisipasi ke Posyandu
Di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Sikap Ibu
Partisipasi Ibu Ke
Posyandu Total OR
(90% CI)
P.
Value Tidak Aktif Aktif
n % n % n %
Tidak Baik 72 67,9 34 32,1 106 100 1,442
(0,831 – 2,503)
0,244
Baik 69 59,9 47 40,5 116 100
Total 141 63,5 81 36,5 222 100
Berdasarkan tabel 5.20, diketahui bahwa ibu yang memiliki sikap
tidak baik yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 67,9%,
88
sedangkan ibu yang memiliki sikap tidak baik yang berpartisipasi tidak
aktif ke Posyandu sebesar 59,9%.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,244 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara sikap ibu dengan partisipasi ke
Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh
OR= 1,442 (0,831 – 2,503), artinya ibu yang memiliki sikap tidak baik
terhadap Posyandu mempunyai peluang 1,442 (1 kali) untuk
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang memiliki
sikap baik terhadap Posyandu.
5.3.5 Hubungan antara Status Bekerja Ibu dengan Partisipasi ke
Posyandu
Hasil analisis bivariat antara status bekerja ibu dengan partisipasi
ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.21 berikut ini:
Tabel 5.21
Hubungan antara Status Bekerja Ibu dengan Partisipasi ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Status
Bekerja
Partisipasi Ibu Ke
Posyandu Total OR
(90% CI)
P.
Value Tidak Aktif Aktif
n % n % n %
Bekerja 29 72,5 11 27,5 40 100 1,648
(0,774 – 3,508)
0,262
Tidak Bekerja 112 61,5 70 38,5 182 100
Total 141 63,5 81 36,5 222 100
89
Berdasarkan tabel 5.21, diketahui bahwa ibu yang memiliki status
bekerja yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 72,5%,
sedangkan ibu yang tidak memiliki status bekerja yang berpartisipasi
tidak aktif ke Posyandu sebesar 61,5%.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,262 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara status pekerjaan ibu dengan partisipasi
ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh
OR = 1,648 (0,774 – 3,508), artinya ibu yang memiliki status bekerja
mempunyai peluang 1,648 (2 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke
Posyandu dibandingkan ibu yang memiliki status tidak bekerja.
5.3.6 Hubungan antara Pendapatan Keluarga dengan Partisipasi Ibu ke
Posyandu
Hasil analisis bivariat antara pendapatan keluarga dengan
partisipasi ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.22 berikut ini:
Tabel 5.22
Hubungan antara Pendapatan Keluarga Ibu dengan Partisipasi ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Pendapatan
Keluarga
Partisipasi Ibu Ke
Posyandu Total OR
(90% CI)
P.
Value Tidak Aktif Aktif
n % n % n %
Cukup 79 64,2 44 35,8 123 100 1,071
(0,619 – 1,856)
0,915
Kurang 62 62,6 37 37,4 99 100
Total 141 63,5 81 36,5 222 100
90
Berdasarkan tabel 5.22, diketahui bahwa ibu yang memiliki
pendapatan keluarga cukup yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu
sebesar 64,2%, sedangkan ibu yang memiliki pendapatan keluarga kurang
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 62,6%.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,915 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan partisipasi
ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh
OR= 1,071 (0,619 – 1,856), artinya ibu yang memiliki pendapatan
keluarga cukup mempunyai peluang 1,071 (1 kali) untuk berpartisipasi
tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang memiliki pendapatan
keluarga rendah.
5.3.7 Hubungan antara Kepemilikan KMS dengan Partisipasi Ibu ke
Posyandu
Hasil analisis bivariat antara kepemilikan KMS dengan partisipasi
ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.23 berikut ini:
91
Tabel 5.23
Hubungan antara Kepemilikan KMS dengan Partisipasi ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Kepemilikan
KMS
Partisipasi Ibu Ke
Posyandu Total OR
(90% CI)
P.
Value Tidak Aktif Aktif
n % n % n %
Tidak Ada 27 79,4 7 20,6 34 100 2,504
(1,037 – 6,044)
0,058
Ada 114 60,6 74 39,4 188 100
Total 141 63,5 81 36,5 222 100
Berdasarkan tabel 5.23, diketahui bahwa ibu yang tidak memiliki
KMS yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 79,4%,
sedangkan ibu yang memiliki KMS yang berpartisipasi tidak aktif ke
Posyandu sebesar 60,6%.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,058 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% terdapat hubungan
yang signifikan antara kepemilikan KMS dengan partisipasi ibu ke
Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh
OR= 2,504 (1,037 – 6,044), artinya ibu yang tidak memiliki KMS
mempunyai peluang 2,504 (3 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke
Posyandu dibandingkan ibu yang memiliki KMS.
92
5.3.8 Hubungan antara Perilaku Kader dengan Partisipasi Ibu ke
Posyandu
Hasil analisis bivariat antara perilaku kader terhadap Posyandu
dengan partisipasi ibu ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.24 berikut
ini:
Tabel 5.24
Hubungan antara Perilaku Kader dengan Partisipasi Ibu ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Perilaku
Kader
Partisipasi Ibu Ke
Posyandu Total OR
(90% CI)
P.
Value Tidak Aktif Aktif
n % n % n %
Tidak Baik 71 65,7 37 34,3 108 100 1,206
(0,697 – 2,086)
0,595
Baik 70 61,4 44 38,6 114 100
Total 141 63,5 81 36,5 222 100
Berdasarkan tabel 5.24, diketahui bahwa ibu yang melihat perilaku
kader tidak baik terhadap kegiatan Posyandu yang berpartisipasi tidak
aktif ke Posyandu sebesar 65,7%, sedangkan ibu yang melihat perilaku
kader baik terhadap kegiatan Posyandu yang berpartisipasi tidak aktif ke
Posyandu sebesar 61,4%.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,595 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara perilaku kader dengan partisipasi ibu ke
Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh
OR= 1,206 (0,697 – 2,086), artinya ibu yang melihat perilaku kader tidak
93
baik terhadap kegiatan Posyandu mempunyai peluang 1,206 (1 kali)
untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang
melihat perilaku kader baik terhadap Posyadu.
5.3.9 Hubungan antara Perilaku Petugas Kesehatan dengan Partisipasi
Ibu ke Posyandu
Hasil analisis bivariat antara perilaku petugas kesehatan terhadap
Posyandu dengan partisipasi ibu ke Posyandu dapat dilihat pada tabel
5.25 berikut ini:
Tabel 5.25
Hubungan antara Perilaku Petugas Kesehatan dengan Partisipasi ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Perilaku
Petugas
Kesehatan
Partisipasi Ibu Ke
Posyandu Total OR
(90% CI)
P.
Value Tidak Aktif Aktif
n % n % n %
Tidak Baik 36 70,6 15 29,4 51 100 1,509
(0,767 – 2,967)
0,303
Baik 105 61,4 66 38,6 171 100
Total 141 63,5 81 36,5 222 100
Berdasarkan tabel 5.25, diketahui bahwa ibu yang melihat perilaku
petugas kesehatan tidak baik terhadap kegiatan Posyandu yang
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 70,6%, sedangkan ibu yang
melihat perilaku petugas kesehatan baik terhadap kegiatan Posyandu yang
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu sebesar 61,4%.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,303 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% tidak terdapat
94
hubungan yang signifikan antara perilaku petugas kesehatan dengan
partisipasi ibu ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk
estimate diperoleh OR= 1,509 (0,767 – 2,967), artinya ibu yang melihat
perilaku petugas kesehatan tidak baik terhadap Posyandu mempunyai
peluang 1,509 (2 kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu
dibandingkan ibu yang melihat perilaku petugas kesehatan baik terhadap
Posyandu.
5.3.10 Hubungan antara Perilaku Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi
Ibu ke Posyandu
Hasil analisis bivariat antara perilaku tokoh masyarakat dengan
partisipasi ibu ke Posyandu dapat dilihat pada tabel 5.26 berikut ini:
Tabel 5.26
Hubungan antara Perilaku Tokoh Masyarakat dengan Partisipasi ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur,
Kota Tangerang Selatan Tahun 2010
Perilaku
Tokoh
Masyarakat
Partisipasi Ibu Ke
Posyandu Total OR
(90% CI)
P.
Value Tidak Aktif Aktif
n % n % n %
Tidak Baik 73 73,3 27 26,7 101 100 2,209
(1,252 – 3,898)
0,009
Baik 67 55,4 54 44,6 121 100
Total 141 63,5 81 36,5 222 100
Berdasarkan tabel 5.26, diketahui bahwa ibu yang melihat perilaku
tokoh masyarakat tidak baik terhadap Posyandu yang berpartisipasi tidak
aktif ke Posyandu sebesar 73,3%, sedangkan ibu yang melihat perilaku
95
tokoh masyarakat baik terhadap Posyandu yang berpartisipasi tidak aktif
ke Posyandu sebesar 55,4%.
Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai probabilitas sebesar
0,009 sehingga dapat diartikan bahwa pada α= 10% terdapat hubungan
yang signifikan antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi ibu
ke Posyandu. Sedangkan berdasarkan perhitungan risk estimate diperoleh
OR= 2,209 (1,252 – 3,898), artinya ibu yang melihat perilaku tokoh
masyarakat tidak baik terhadap Posyandu mempunyai peluang 2,209 (2
kali) untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan ibu yang
melihat perilaku tokoh masyarakat baik terhadap Posyandu.
5.4 Analisis Multivariat
Analisis multivariat dilakukan untuk mengetahui variabel yang paling
dominan yang berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.
Analisis yang digunakan yaitu uji regresi logistik berganda dengan model
prediksi yaitu dengan cara menseleksi variabel independennya. Tahapan yang
dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Seleksi Kandidat Model Multivariat
Seleksi kandidat model multivariat dilakukan dengan cara
melakukan analisis bivariat terlebih dahulu antara variabel independen
dengan variabel dependen. Hasil analisis bivariat yang menunjukkan nilai p
96
≤ 0,25 dapat masuk ke dalam kandidat model multivariat. Akan tetapi, jika
terdapat variabel yang memiliki nilai p >0,25 dan secara substansi variabel
tersebut penting, maka variabel tersebut tetap dimasukkan ke dalam kandidat
model multivariat. Hasil pemilihan kandidat model dapat dilihat pada tabel
5.27 berikut ini:
Tabel 5.27
Pemilihan Kandidat Variabel Independen yang akan Masuk Model
Multivariat
No Variabel P-Value
1 Umur 0.441
2 Pendidikan 0.436
3 Tingkat Pengetahuan 0.709
4 Sikap ibu 0.244*
5 Status Bekerja 0.262*
6 Pendapatan Keluarga 0.915
7 Kepemilikan KMS 0.058*
8 Perilaku Kader 0.595
9 Perilaku Petugas Kesehatan 0.303
10 Perilaku Tokoh Masyarakat 0.009*
Berdasarkan tabel 5.27 diketahui bahwa dari 10 variabel yang
dilakukan analisis bivariat, terdapat 4 variabel yang memiliki nilai p<
0,25 dan secara teori variabel-variabel tersebut berpengaruh terhadap
partisipasi ibu balita ke Posyandu. Selain empat variabel tersebut, enam
variabel lainnya tetap dimasukkan ke dalam model multivariat karena
secara substansi ke-enam variabel tersebut berpengaruh terhadap
partisipasi ibu balita ke Posyandu. Dengan demikian, variabel yang
masuk ke dalam kandidat model yaitu semua variabel yang dilakukan
97
analisis bivariat antara lain umur ibu, pendidikan ibu, tingkat
pengetahuan ibu, sikap ibu, status bekerja ibu, pendapatan keluarga,
kepemilikan KMS, perilaku kader, perilaku petugas kesehatan dan
perilaku tokoh masyarakat.
2. Pembuatan Model Prediksi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu
Dalam pemodelan ini semua variabel kandidat dicobakan secara
bersama-sama. Variabel independen dimasukkan ke dalam model,
kemudian variabel yang nilai Pwald-nya tidak signifikan (p >0,1)
dikeluarkan dari model secara berurutan dimulai dari variabel dengan
nilai Pwald-nya yang terbesar. Bila variabel yang dikeluarkan tersebut
mengakibatkan perubahan besar koefisien (nilai OR) variabel-variabel
yang masih ada (berubah >10%), maka variabel tersebut dimasukkan
kembali ke dalam model. Hasil pembuatan model dapat dilihat pada
tabel 5.28 sebagai berikut:
98
Tabel 5.28
Hasil Pemodelan Prediksi Partisipasi Ibu ke Posyandu
Variabel
Pvalue
Model
1
Model
2
Model
3
Model
4
Model
5
Model
6
Model
7
Model
8
Model
9
Umur 0,332 0,333 0,335 0,367 0,346 0,386 - - -
Pendidikan 0,612 0,596 0,554 0,537 - - - - -
Tingkat Pengetahuan 0,664 0,661 0,649 - - - - - -
Sikap ibu 0,125 0,123 0,125 0,140 0,149 0,203 0,190 - -
Status Bekerja 0,191 0,190 0,186 0,188 0,134 0,131 0,153 0,181 -
Pendapatan Keluarga 0,841 0,844 - - - - - - -
Kepemilikan KMS 0,043 0,041 0,042 0,045 0,047 0,048 0,039 0,043 0.047
Perilaku Kader 0,495 0,498 0,497 0,479 0,459 - - - -
Perilaku Petugas
Kesehatan 0,921 - - - - - - - -
Perilaku Tokoh
Masyarakat 0,009 0,007 0,007 0,007 0,007 0,009 0,009 0.008 0.007
Sumber : Data Primer
99
Berdasarkan tabel 5.28 diperoleh bahwa pada analisis pemodelan
prediksi dihasilkan sembilan model. Model pertama menunjukkan
bahwa terdapat dua variabel yang memiliki nilai p< 0,1 yaitu variabel
kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat. Sedangkan delapan
variabel lainnya memiliki nilai p >0,1 dan variabel perilaku petugas
kesehatan memiliki nilai p paling besar, sehingga pada model
selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel perilaku petugas kesehatan.
Pada model kedua, hasil analisisnya menunjukkan bahwa tujuh variabel
memiliki nilai p>0,1 dan variabel pendapatan keluarga yang memiliki
nilai p paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak
mengikutsertakan variabel pendapatan keluarga. Pada model ketiga,
hasil analisis menunjukkan bahwa enam variabel memiliki nilai p>0,1
dan variabel tingkat pengetahuan ibu yang memiliki nilai p paling besar,
sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel
tersebut.
Selanjutnya pada model keempat, hasil analisisnya menunjukkan
bahwa lima variabel memiliki nilai p > 0,1 dan variabel pendidikan ibu
yang memiliki nilai p paling besar, sehingga pada model selanjutnya
tidak mengikutsertakan variabel tersebut. Pada model kelima, hasil
analisisnya menunjukkan bahwa empat variabel memiliki nilai p>0,1
dan variabel perilaku kader yang memiliki nilai p paling besar, sehingga
pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan variabel tersebut.
100
Pada model keenam, hasil analisisnya menunjukkan bahwa tiga
variabel memiliki nilai p>0,1 dan variabel umur ibu yang memiliki nilai
p paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak mengikutsertakan
variabel tersebut. Pada model ketujuh hasil analisis menunjukkan bahwa
dua variabel memiliki nilai p>0,1 dan variabel sikap ibu yang memiliki
nilai p paling besar, sehingga pada model selanjutnya tidak
mengikutsertakan variabel tersebut. Pada model kedelapan hasil analisis
menunjukkan bahwa satu variabel memiliki nilai p>0,1 yaitu variabel
status bekerja ibu, sehingga pada model selanjutnya tidak
mengikutsertakan variabel status bekerja ibu. Selanjutnya pada model
sembilan ternyata tidak terdapat variabel yang memiliki nilai p>0,1,
sehingga didapatkan model akhir dua variabel yaitu kepemilikan KMS
dan perilaku tokoh masyarakat dengan nilai Pvalue berturut-turut
sebesar 0,047 dan 0,007. Hal ini menunjukkan bahwa variabel
kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat diduga memiliki
hubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan
Rempoa tahun 2010.
Pada setiap analisis dilakukan perbandingan nilai OR, apabila
tidak ada perubahan nilai OR yang >10% maka variabel yang memiliki
nilai Pvalue paling besar akan tetap dikeluarkan dari setiap analisis yang
dilakukan. Perubahan nilai OR pada setiap analisis model prediksi
partisipasi ibu balita ke Posyandu dapat dilihat pada lampiran.
101
3. Penyusunan Model Akhir
Setelah dilakukan analisis, diperoleh hasil bahwa kepemilikan
KMS dan perilaku tokoh masyarakat merupakan faktor risiko utama
yang mempengaruhi partisipasi ibu balita ke Posyandu, maka modelnya
dapat dilihat pada tabel 5.29 sebagai berikut:
Tabel 5.29
Model Prediksi Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan
Rempoa Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Tahun 2010
Variabel B Wald Pwald OR 90% CI
Kepemilikan KMS 0,904 3,940 0,047 2,470 1,168 – 5,223
Perilaku tokoh masyarakat 0,785 7,205 0,007 2,192 1,355 – 3,547
Constant -1,788 14,750
Negelkerke R Square = 0,073 Pvalue = 0,000
Berdasarkan tabel 5.29, diketahui variabel kepemilikan KMS dan
perilaku tokoh masyarakat terbukti berhubungan signifikan dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu.
Dari hasil analisis juga diperoleh nilai OR untuk setiap variabel.
Variabel kepemilikan KMS memiliki nilai OR 2,470 dan perilaku tokoh
masyarakat memiliki nilai OR 2,192. Dari analisa diatas juga diketahui
bahwa variabel kepemilikan KMS memiliki nilai OR paling besar yaitu
2,470. Sehingga dapat diasumsikan bahwa variabel kepemilikan KMS
paling besar pengaruhnya terhadap partisipasi ibu balita ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa pada tahun 2010. Semakin besar nilai OR, maka
semakin besar pula pengaruhnya terhadap variabel dependen.
102
Dari hasil analisis multivariat secara keseluruhan, maka
persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Logit Partisipasi ibu balita ke Posyandu = -1,788 + (0,904*
kepemilikan KMS) + (0,785* perilaku tokoh masyarakat)
Dengan model persamaan diatas, maka dapat memperkirakan
partisipasi ibu balita dengan variabel kepemilikan KMS dan perilaku
tokoh masyarakat. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa partisipasi
ibu balita ke Posyandu akan berubah menjadi partisipasi tidak aktif
sebesar 0,904 jika ibu balita tidak memiliki KMS dan partisipasi ibu
balita ke Posyandu akan berubah menjadi partisipasi tidak aktif sebesar
0,785 kali jika ibu melihat perilaku tokoh masyarakatnya tidak baik
terhadap kegiatan Posyandu. Semakin besar nilai beta (B) maka semakin
besar hubungannya dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu.
Berdasarkan analisis yang dilakukan, diketahui bahwa koefisien
determinan (R square) menunjukkan nilai 0,073, artinya bahwa model
regresi yang diperoleh dapat menjelaskan 7,3% variasi variabel
dependen partisipasi ibu balita ke Posyandu. Dengan demikian, variabel
kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat hanya dapat
menjelaskan variasi variabel partisipasi ibu balita ke Posyandu sebesar
7,3%. Sedangkan 92,7% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak
diteliti (hasil terlampir).
103
BAB VI
PEMBAHASAN
6.1 Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat mempengaruhi
hasil penelitian, yaitu:
a. Penelitian ini hanya sebatas melihat ada tidaknya hubungan, tidak sampai
pada tahap untuk mencari hubungan sebab akibat antar variabel dependen
dengan independen karena kedua variabel diteliti pada saat bersamaan.
b. Sampel ibu balita yang diambil sebagai responden dalam penelitian ini
hanya pada ibu balita yang pernah hadir ke Posyandu dalam 6 bulan
terakhir, sehingga gambaran karakteristik ibu balita tidak dapat terlihat
secara keseluruhan.
6.2 Gambaran Partisipasi Ibu Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa
Partisipasi masyakat adalah ikut sertanya seluruh anggota masyarakat
dalam memecahkan permasalahan-permasalahan masyarakat. Partisipasi
masyarakat dalam bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota
masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan yang mereka hadapi sendiri
baik masalah keluarga ataupun masyarakat itu sendiri (Notoatmodjo, 2007).
Partisipasi masyarakat umumnya dipandang sebagai suatu bentuk perilaku.
Salah satu bentuk perilaku kesehatan adalah partisipasi ibu balita dalam
104
program Posyandu, yang diwujudkan dengan membawa anaknya untuk
ditimbang berat badan ke Posyandu secara teratur setiap bulan. Target yang
ingin dicapai oleh Nasional adalah 80% dapat berpartisipasi dengan aktif ke
Posyandu.
Pada hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ibu balita yang
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak dibandingkan dengan ibu
balita yang berpartisipasi aktif ke Posyandu. Ibu balita yang berpartisipasi aktif
ke Posyandu di Kelurahan Rempoa hanya sebesar 36,5%, angka ini belum
mencapai target yang sudah ditetapkan Nasional yaitu 80%. Hal ini
menunjukkan masih rendahnya tingkat partisipasi masyarakat untuk membawa
anak balitanya datang ke Posyandu. Padahal, menurut Khomsan (2007),
kunjungan balita secara rutin ke Posyandu sangat dianjurkan karena di
Posyandu setiap balita akan dimonitor berat badannya melalui penimbangan,
sehingga akan diperoleh trend berat badan dari bulan ke bulan. Apabila terjadi
trend yang menurun atau berat badan balita dibawah garis merah, maka
Posyandu diharapkan dapat memberikan nasihat gizi atau memberikan
makanan tambahan, sehingga trend berat badan yang menurun dapat dicegah.
Angka partisipasi yang aktif ke Posyandu di Kelurahan Rempoa masih
rendah bila dibandingkan dengan hasil penelitian Sambas (2002) di Kelurahan
Bojongherang Kabupaten Cianjur yaitu didapatkan 57,7% ibu balita yang
berpartisipasi aktif ke Posyandu dan penelitian Soeryoto (2001) di Kecamatan
Jurai Kabupaten Pesisir Selatan mendapatkan proporsi ke Posyandu dengan
105
cakupan sedikit lebih tinggi daripada Kelurahan Rempoa yaitu sebesar 48,1%.
Keadaan ini menunjukkan bahwa meskipun lokasi penelitian berbeda, tingkat
partisipasi masyarakat dalam menimbangkan anak balita ke Posyandu tidak
berbeda jauh dan masih tetap dibawah target nasional yaitu sebesar 80%.
Partisipasi ibu balita ke Posyandu dapat dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya adalah umur ibu, pendidikan ibu, tingkat pengetahuan ibu,
sikap ibu, status bekerja ibu, pendapatan keluarga, jarak tempuh dari rumah ke
Posyandu, kepemilikan KMS, perilaku kader, perilaku petugas kesehatan dan
perilaku tokoh masyarakat. Berdasarkan hasil analisa data, pada hasil penelitian
ini menunjukkan beberapa faktor yang berhubungan dengan partisipasi ibu
balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa, yaitu variabel kepemilikan KMS,
dan perilaku tokoh masyarakat. Selanjutnya pada tahap analisis multivariat
diketahui bahwa koefisien determinan menunjukkan nilai 0,073, yang artinya
bahwa variabel kepemilikan KMS dan perilaku tokoh masyarakat hanya dapat
menjelaskan variasi variabel partisipasi ibu balita ke Posyandu sebesar 7,3%.
Sedangkan 92,7% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak diteliti dalam
penelitian ini, misalnya variabel jumlah anak, status menikah, persepsi
responden terhadap kelengkapan Posyandu, persepsi ibu terhadap pelayanan
Posyandu, dan lain sebagainya.
106
6.3 Umur Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa
Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena
kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari-hari di
luar faktor pendidikannya (Sedioetama, 2006). Menurut Kresno (1997) dalam
Dharmawati (2010) umur adalah salah satu aspek sosial yang berpengaruh
terhadap perilaku.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu balita di Kelurahan Rempoa
lebih banyak pada kelompok umur <20 atau >29 tahun. Berdasarkan hasil
penelitian juga diketahui bahwa persentase ibu balita yang berpartisipasi tidak
aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang berumur <20 atau >29
tahun dibanding dengan ibu yang berumur 20-29 tahun. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Hurlock dalam Gabriel (2008) bahwa faktor usia muda cenderung
menjadikan ibu untuk mendahulukan kepentingan sendiri daripada kepentingan
anaknya. Begitu juga Sunyoto dalam Arinta (2010) mengatakan adanya
pengalaman bahwa seseorang yang sudah lanjut usia maka penerimaan terhadap
hal baru semakin rendah dikarenakan mereka memiliki kecenderungan selalu
bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal
yang sifatnya baru. Dengan demikian, ibu yang memiliki kedua umur tersebut
cenderung akan mempengaruhi perilaku mereka yaitu dengan berpartisipasi
tidak aktif ke Posyandu.
107
Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara umur ibu balita dengan partisipasi ke
Posyandu dengan nilai p= 0,441 (p >0,1). Hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan penelitian Susenas (1986) dalam Alibbirwin (2001) yang menyebutkan
bahwa terdapat hubungan antara umur ibu dengan status gizi balita. Dimana ibu
yang berumur antara 20-29 tahun memiliki kecenderungan untuk memiliki
balita dengan status gizi baik yang salah satu faktor mendukungnya adalah
berpartisipasi aktif ke Posyandu.
Tidak adanya hubungan antara umur ibu dengan partisipasi ibu ke
Posyandu kemungkinan dipengaruhi oleh faktor lain, seperti pengetahuan yang
dimiliki ibu balita. Berdasarkan hasil uji interaksi antara umur ibu dengan
pengetahuan ibu diketahui bahwa ibu balita yang memiliki umur berisiko (<20
atau >29 tahun) cenderung memiliki pengetahuan yang kurang dibanding
dengan ibu balita yang berumur tidak berisiko (20-29 tahun). Dengan
pengetahuan kurang yang dimiliki ibu balita mengenai Posyandu, maka ada
kecenderungan berpengaruh terhadap terbentuknya perilakunya yaitu ibu balita
tidak berpartisipasi aktif ke Posyandu. Sebagaimana Notoatmodjo (2003)
mengatakan bahwa pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk
terbentuknya perilaku seseorang, karena dengan perilaku yang tidak didasari
pengetahuan akan sulit dipertahankan kelanggengannya.
108
6.4 Pendidikan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam
tumbuh kembang anak karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak
yang baik, bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan
sebagainya (Soetjiningsih (1995) dalam Khalimah (2007).
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
berpendidikan tinggi dibanding dengan ibu balita yang berpendidikan rendah.
Berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan tidak terdapat hubungan yang
signifikan antara pendidikan ibu balita dengan partisipasinya ke Posyandu
dengan nilai p= 0,436 (p>0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Eddy (2000) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna
antara tingkat pendidikan ibu balita dengan partisipasi ke Posyandu. Namun
hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil penelitian Harianto (1992) yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara pendidikan responden dengan
partisipasi mereka ke Posyandu.
Penelitian ini tidak berhubungan karena ibu yang memiliki pendidikan
tinggi kemungkinan akan mempunyai pekerjaan di luar rumah sehingga akan
mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan Posyandu secara rutin.
Berdasarkan hasil uji interaksi antara pendidikan dengan pekerjaan ibu
109
diketahui bahwa ibu yang memiliki pendidikan tinggi cenderung untuk
memiliki pekerjaan, sehingga kemungkinan dapat menyebabkan partisipasi ibu
balita ke Posyandu menurun. Sebagaimana hal tersebut diperkuat oleh Marsigit
(2004) yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan memberi peluang kepada
ibu rumah tangga untuk mendapatkan pekerjaan sehingga waktunya di dalam
rumah akan semakin sedikit dan berdampak negatif pada pemeliharaan
kesehatan anak dan keluarga.
6.5 Tingkat Pengetahuan Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa
Green (1980) dalam Notoatmodjo (2007) menempatkan pengetahuan
sebagai faktor predisposisi, yaitu faktor yang mempermudah atau
mempredisposisikan terjadinya perilaku sesorang. Pengetahuan seseorang
tentang suatu program kesehatan akan mendorong orang tersebut mau
berpartisipasi didalamnya.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
memiliki pengetahuan kurang dibanding dengan ibu balita yang memiliki
pengetahuan baik. Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak
terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan ibu balita dengan
partisipasi ke Posyandu dengan nilai p= 0,709 (p >0,1).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tuti (1989) bahwa
pengetahuan ibu tidak berhubungan secara bermakna dengan kehadiran ibu
110
balita ke Posyandu. Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian Maharsi
(2007), Hutagulung (1992) dan Juarsa (2004) yang mengatakan bahwa ada
hubungan bermakna antara pengetahuan ibu balita dengan partisipasi ke
Posyandu.
Pengetahuan ibu tidak berhubungan dengan partisipasi ke Posyandu
kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendidikan ibu. Berdasarkan hasil uji
interaksi antara variabel pengetahuan dengan pendidikan ibu diketahui bahwa
ibu yang memiliki pengetahuan kurang cenderung karena memiliki pendidikan
yang rendah, sehingga hal tersebut akan mempengaruhi terhadap perilaku
seseorang. Sebagaimana Cahyaningsih dalam Khomsan et al (2007)
mengatakan bahwa seseorang dengan pendidikan relatif tinggi cenderung
memiliki pengetahuan yang lebih baik dibandingkan dengan yang
berpendidikan lebih rendah.
Selanjutnya, menurut pendapat Soetjiningsih dalam Khalimah (2007)
bahwa pendidikan dapat berfungsi sebagai dasar seseorang untuk berperilaku
sesuai dengan tingkatan dan jenis pendidikan yang diikutinya. Pendidikan
orang tua merupakan salah satu faktor yang penting dalam tumbuh kembang
anak, karena dengan pendidikan yang baik orang tua dapat menerima segala
informasi dari luar terutama tentang cara pengasuhan anak yang baik,
bagaimana menjaga kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya. Jadi,
bilamana seseorang memiliki pendidikan yang rendah maka ada kecendrungan
akan berpengaruh terhadap perilaku orang tersebut, dalam hal ini berpengaruh
111
terhadap partisipasinya yang tidak aktif ke Posyandu untuk menimbang
anaknya.
Asumsi lain tidak adanya hubungan kemungkinan dipengaruhi oleh
faktor kepemilikan KMS. Berdasarkan hasil uji interaksi antara pengetahuan
ibu dengan kepemilikan KMS didapatkan bahwa ibu yang berpengetahuan
kurang cenderung tidak memiliki KMS anaknya. Sebagaimana teori Green
mengatakan bahwa pengetahuan saja tidak menjamin terjadinya perilaku
seseorang, sehingga masih diperlukan faktor yang mendukung perilaku
tersebut. Dalam hal ini, kepemilikan KMS adalah salah satu faktor yang
mendukung terjadinya suatu perilaku. Bilamana seorang ibu balita tidak
memiliki KMS anaknya maka ada kecendrungan ibu balita tersebut untuk
berperilaku yang kurang baik pula, yaitu perilaku untuk menimbang anaknya di
Posyandu tidak aktif.
Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa pengetahuan seseorang memiliki
5 tingkatan, tingkatan terendah adalah tahu (know) yang diartikan sekedar dapat
menyebutkan, tingkatan kedua dan ketiga yaitu memahami dan
mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut. Bila dikaitkan dengan
pendapat Notoatmodjo tersebut, maka pengetahuan ibu balita di Kelurahan
Rempoa hanya baru pada tingkatan pengetahuan paling rendah yaitu ibu balita
hanya tahu saja tetapi belum dipahami secara mendalam serta belum
diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari apa yang diketahui tersebut.
112
6.6 Sikap Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa
Sikap belum merupakan suatu perbuatan, tetapi dari sikap dapat
diramalkan perbuatannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Pranadji (1988)
bahwa sikap akan sangat berguna bagi seseorang, sebab sikap akan
mengarahkan perilaku secara langsung.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
memiliki sikap tidak baik terhadap Posyandu dibanding dengan ibu balita yang
memiliki sikap baik terhadap Posyandu. Berdasarkan hasil uji statistik juga
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara sikap ibu balita
dengan partisipasinya ke Posyandu dengan p= 0,244 (p >0,1).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sambas (2002) bahwa
tidak ada hubungan bermakna antara sikap ibu dengan kunjungan ibu-ibu balita
ke Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian Maharsi
(2007) dan Thaha (1990) di Kotamadya Ujung Pandang bahwa terdapat
hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan partisipasi ibu balita ke
Posyandu. Ibu balita yang memiliki sikap tidak baik mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu daripada ibu balita yang
memiliki sikap yang baik.
Variabel sikap ibu tidak berhubungan kemungkinan disebabkan oleh
masih adanya anggapan bahwa Posyandu hanya milik masyarakat yang tidak
113
mempunyai pilihan dalam pelayanan kesehatan dalam artian hanya milik orang-
orang miskin, sehingga ada yang tidak mau berpartisipasi dengan baik ke
Posyandu. Ada kemungkinan juga karena dipengaruhi oleh faktor lain seperti
pengetahuan yang dimiliki ibu. Berdasarkan hasil uji interaksi antara variabel
sikap ibu dengan pengetahuan ibu didapatkan bahwa ibu balita yang memiliki
sikap tidak baik cenderung karena memiliki pengetahuan yang kurang. Hal ini
sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2005) yang menyatakan bahwa
komponen pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menentukan sikap.
Seseorang yang berpengetahuan gizi baik cenderung untuk memiliki sikap gizi
yang baik pula, hal ini jika dilakukan penyuluhan untuk mendukung sikapnya.
Begitu pula dalam penelitian ini, ibu balita yang memiliki pengetahuan gizi
kurang cenderung untuk memiliki sikap gizi yang tidak baik pula.
Asumsi lain kemungkinan karena dipengaruhi oleh pendidikan ibu.
Berdasarkan hasil uji interaksi antara variabel sikap ibu dengan pendidikan ibu
didapatkan bahwa ibu balita yang memiliki sikap tidak baik cenderung karena
ibu memiliki pendidikan yang rendah. Hasil ini sesuai dengan pernyataan
Pranadji (1988) bahwa perubahan sikap dan kepercayaan seseorang dapat
dipengaruhi oleh adanya suatu pendidikan baik formal maupun informal.
Begitu juga, hal tersebut sependapat dengan Atmarita dan Fallah (2004) yaitu
bahwa tingkat pendidikan juga mempengaruhi terjadinya perubahan sikap dan
perilaku hidup sehat seseorang. Apabila seseorang berpendidikan rendah maka
sikap orang tersebut terhadap suatu hal cenderung tidak baik pula, sehingga hal
114
ini akan berpengaruh terhadap perilaku ibu yaitu partisipasi ke Posyandu juga
rendah.
Asumsi lainnya tidak berhubungan yaitu ibu balita yang memiliki
sikap tidak baik terhadap Posyandu kemungkinan dipengaruhi oleh lingkungan
disekitar mereka seperti adanya tokoh masyarakat, petugas kesehatan dan juga
kadernya. Berdasarkan uji interaksi antara variabel sikap ibu dengan sikap
kader, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat didapatkan bahwa apabila
kader, petugas kesehatan dan tokoh masyarakat memiliki sikap yang tidak baik
terhadap Posyandu menurut pandangan ibu, maka kecendrungan ibu balita
untuk bersikap yang tidak baik pula terhadap Posyandu. Hal tersebut sesuai
dengan pendapat Sarwono dalam Maulana (2009) bahwa sikap dapat terbentuk
dari adanya interaksi sosial yang dialami individu. Interaksi disini tidak hanya
berupa kontak sosial dan hubungan antarpribadi sebagai anggota kelompok
sosial, tetapi meliputi juga hubungan dengan lingkungan fisik maupun
lingkungan psikologis serta dapat berubah jika ada pengalaman luar biasa. Jika
pendapat tersebut dikaitkan dengan penelitian ini, maka lingkungan mempunyai
pengaruh besar dalam pembentukan dan perubahan sikap seseorang.
6.7 Status Bekerja Ibu dan Hubungannya dengan Partisipasi ke Posyandu di
Kelurahan Rempoa
Salah satu penyebab seseorang tidak berpartisipasi baik ke Posyandu
adalah karena pekerjaan. Seseorang yang mempunyai pekerjaan dengan waktu
115
yang cukup padat akan mempengaruhi ketidak hadiran dalam pelaksanaan
Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
bekerja dibanding dengan ibu balita yang tidak bekerja. Hasil penelitian ini
didukung oleh hasil penelitian Sambas (2002) yang menyatakan bahwa ibu
balita yang bekerja tidak mempunyai peluang baik untuk berkunjung ke
Posyandu dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.
Berdasarkan hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara pekerjaan ibu balita dengan partisipasi ke
Posyandu dengan nilai p= 0,262 (p >0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Sambas (2002) di Kelurahan Bojongherang bahwa
tidak terdapat hubungan yang bermakna antara variabel pekerjaan dengan
kunjungan ibu-ibu anak balita ke Posyandu. Namun, hal ini berbeda dengan
hasil penelitian Hidayat yang dikutip dalam penelitian Sambas (2002) yang
menyatakan adanya hubungan bermakna antara pekerjaan ibu dengan perilaku
responden ke Posyandu.
Tidak adanya hubungan kemungkinan disebabkan oleh ibu balita yang
bekerja tidak mempunyai waktu luang sehingga semakin tinggi aktivitas
pekerjaan ibu maka semakin sulit ibu datang ke Posyandu. Asumsi lain
kemungkinan karena Posyandu diselenggarakan pada hari kerja dan jam kerja
yaitu diselenggarakan mulai jam 09.00 hingga 12.00 WIB pada hari kerja
116
sehingga ibu yang bekerja tidak dapat membawa anaknya ke Posyandu.
Pendapat ini didukung oleh hasil penelitian Widiastuti (2006) yang menyatakan
bahwa ibu yang bekerja menyebabkan tidak membawa anaknya ke Posyandu
untuk ditimbang karena faktor pekerjaan ibu balita merupakan salah satu faktor
penghambat ibu balita memanfaatkan penimbangan anak balitanya di
Posyandu.
Asumsi lainnya kemungkinan dipengaruhi oleh faktor pendapatan
keluarga. Seseorang yang bekerja cenderung untuk memiliki pendapatan
keluarga yang cukup. Berdasarkan hasil uji interaksi antara variabel pekerjaan
dengan pendapatan keluarga didapatkan bahwa ibu yang bekerja cenderung
untuk memiliki pendapatan yang cukup pula. Sehingga hal tersebut dapat
menyebabkan partisipasi ibu balita ke Posyandu mengalami penurunan karena
ada kemungkinan mereka yang memiliki pendapatan yang cukup akan lebih
memilih pelayanan kesehatan yang lain dibanding ke Posyandu. Sebagaimana
dikatakan oleh Tuti (1989) bahwa pendapatan yang lebih tinggi akan
memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi seseorang untuk mendapatkan
pelayanan kesehatan bahkan kesempatan untuk memilih atau menentukan jenis
pelayanan sesuai dengan keinginannya. Hal ini dihubungkan dengan
tersedianya biaya baik untuk pengobatan, pemeliharaan kesehatan, maupun
pencegahan penyakit. Dapat pula dihubungkan dengan kemampuan untuk
mendapatkan informasi tentang tersedianya fasilitas pelayanan yang modern.
117
6.8 Pendapatan Keluarga dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa
Pendapatan keluarga/rumah tangga adalah harta yang diterima oleh
sebuah rumah tangga sebagai hasil dari seluruh usaha semua warganya
(Depdiknas, 2005). Dalam penelitian ini pendapatan keluarga yang dimaksud
adalah pendapatan ibu dan ayah.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
memiliki pendapatan keluarga cukup dibanding dengan ibu balita yang
memiliki pendapatan keluarga kurang. Hasil uji statistik juga menunjukkan
tidak terdapat hubungan yang signifikan antara pendapatan keluarga dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan nilai 1,000 (p >0,1). Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian Tuti (1989) menyatakan bahwa tidak adanya
hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan kunjungan ibu
balita ke Posyandu. Namun, penelitian ini berbeda dengan penelitian Ascobat
Gani yang dikutip Tuti (1989) bahwa ada hubungan antara pendapatan keluarga
dengan kebutuhan pelayanan kesehatan.
Pendapatan keluarga tidak berhubungan kemungkinan karena dengan
pendapatan yang cukup seseorang akan mencari fasilitas pelayanan kesehatan
lainnya seperti Puskesmas, dokter atau bidan praktek. Sehingga hal tersebut
akan berpengaruh terhadap perilaku ibu untuk berpartisipasi ke Posyandu.
Sebagaimana diperkuat oleh pendapat Tuti (1989) bahwa dengan pendapatan
118
yang lebih tinggi akan memberikan kemungkinan yang lebih besar bagi
seseorang untuk mendapatkan pelayanan kesehatan bahkan kesempatan untuk
memilih atau menentukan jenis pelayanan yang lain sesuai dengan
keinginannya.
Asumsi lainnya pendapatan keluarga tidak berhubungan kemungkinan
dipengaruhi oleh status bekerja ibu. Ibu balita yang memiliki pendapatan cukup
cenderung karena dia memiliki pekerjaan, sehingga mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu daripada ibu balita yang
tidak bekerja. Berdasarkan uji interaksi antara variabel pendapatan keluarga
dengan status bekerja ibu didapatkan bahwa ibu yang memiliki pendapatan
keluarga cukup itu cenderung karena dia bekerja, sehingga orang yang bekerja
umumnya tidak mempunyai waktu luang, sehingga semakin tinggi aktivitas
pekerjaan maka semakin sulit untuk datang ke Posyandu. Hal ini diperkuat oleh
Widiastuti (2006) yang menyatakan bahwa ibu yang bekerja menyebabkan
tidak membawa anaknya ke Posyandu untuk ditimbang karena faktor pekerjaan
ibu balita merupakan salah satu faktor penghambat ibu balita memanfaatkan
penimbangan anak balitanya di Posyandu.
6.9 Kepemilikan KMS dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa
Menurut Depkes RI (2000), Kartu Menuju Sehat (KMS) adalah alat
sederhana dan murah yang dapat digunakan untuk memantau kesehatan dan
pertumbuhan anak. Bagi semua ibu yang memiliki anak balita dan terdaftar di
119
Posyandu perlu memiliki KMS anak balitanya, karena hal ini sangat penting
dalam pemantauan kesehatan anak balitanya pada waktu mengunjungi
Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
tidak memiliki KMS dibanding dengan ibu balita yang memiliki KMS. Hasil uji
statistik juga menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara
kepemilikan KMS dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan nilai p=
0,058 (p <0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan Sambas (2002) bahwa
terdapat hubungan yang bermakna antara kepemilikan KMS dengan kunjungan
ibu balita ke Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
penelitian Thaha (1990) yang menyatakan bahwa pandangan responden
terhadap ketersediaan sarana (kepemilikan KMS) tidak menunjukkan perbedaan
yang bermakna.
Dalam penelitian ini, ibu balita yang tidak memiliki KMS anaknya
dikarenakan ibu mengaku bahwa KMS anaknya sudah hilang sehingga belum
dapat gantinya. Hal inilah yang dapat mempengaruhi partisipasi mereka ke
Posyandu berkurang, karena KMS merupakan salah satu sarana untuk
seseorang berperilaku. Sebagaimana pendapat Soekidjo Notoatmodjo dalam
bukunya Pengantar Ilmu Perilaku bahwa ternyata sarana-sarana fisik
mempengaruhi seseorang untuk berperilaku. Berdasarkan Depkes (2000) bahwa
KMS balita dapat menjadi alat yang sangat bermanfaat bagi ibu dan keluarga
120
untuk memantau tumbuh kembang anak agar tidak terjadi kesalahan atau
ketidakseimbangan pemberian makan pada anak. Dengan adanya KMS dapat
memberi motivasi bagi ibu balita untuk mengunjungi kegiatan Posyandu.
Berdasarkan hasil uji multivariat pada penelitian ini, variabel
kepemilikan KMS merupakan faktor yang diduga paling dominan berhubungan
dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur. Berdasarkan hasil analisis juga diperoleh nilai OR= 2,470
(1,168 – 5,223), artinya ibu balita yang tidak memiliki KMS mempunyai
peluang 2,470 kali untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu dibandingkan
ibu balita yang memiliki KMS. Semakin besar nilai OR maka semakin besar
hubungan faktor tersebut dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu.
Apabila ibu balita memiliki KMS anaknya maka mereka akan lebih
terangsang untuk mengunjungi Posyandu karena mereka relatif lebih
termotivasi bila melihat/memiliki KMS anaknya. Pendapat ini didukung oleh
teori Mahdi dalam Maharsi (2007), bahwa KMS merupakan alat untuk
memotivasi ibu dalam upaya memberikan sesuatu yang terbaik untuk anaknya
agar perkembangan anak akan lebih normal, dengan demikian dikemudian hari
anak menjadi lebih cerdas.
6.10 Perilaku Kader dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu Balita ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa
Ibu balita yang mendapat pembinaan dari kader akan berpartisipasi
dengan baik ke Posyandu, karena mereka akan merasa diakui dan diperhatikan
121
keberadaannya oleh pengelola Posyandu sehingga rutin datang ke Posyandu
(Sambas, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
melihat perilaku kader tidak baik terhadap kegiatan Posyandu dibanding dengan
ibu balita yang melihat perilaku kader baik terhadap kegiatan Posyandu. Hasil
uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara
perilaku kader dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu dengan nilai p= 0,595
(p >0,1). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Tuti (1989) bahwa tidak
terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku kader dengan kunjungan ibu
balita ke Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berbeda dengan hasil
Hutagulung (1992), Eddy (2000) dan Sambas (2002) bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara pembinaan dari kader dengan partisipasi masyarakat
dalam menimbang anak balitanya ke Posyandu
Tidak adanya hubungan kemungkinan dipengaruhi oleh ketrampilan
kader itu sendiri. Kader Posyandu sebagai penyelenggara utama kegiatan
Posyandu mempunyai tugas dan tanggung jawab terhadap pelaksanaan kegiatan
Posyandu. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan diketahui bahwa sebagian
ibu balita melihat perilaku kader kurang baik terhadap kegiatan Posyandu,
kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh masih kurangnya ketrampilan kader
dalam memberikan pelayanan kepada ibu-ibu balita yang ke Posyandu,
sehingga hal ini akan berpengaruh terhadap kehadiran ibu balita ke Posyandu.
122
Sebagaimana teori Azwar dalam Khalimah (2007) mengatakan bahwa
ketrampilan kader merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam sistem
pelayanan di Posyandu, karena dengan pelayanan kader yang terampil akan
mendapat respon positif dari ibu-ibu yang mempunyai balita, sehingga terkesan
ramah dan baik serta pelayanannya teratur. Hal ini mendorong para ibu balita
rajin berkunjung ke Posyandu.
Dalam Islam juga dikatakan bahwa individu dan lingkungannya harus
saling menyokong dalam hal penghambaan diri pada Allah, sehingga yang
muncul adalah lingkaran kebajikan yang saling mendukung dalam kesalehan
(Sumantri, 2010). Sebagaimana dalam Al-Qur’an Surat Al-Maidah ayat 2 yang
berbunyi:
Artinya: “... Dan tolong menolonglah kamu dalam (mengerjakan kebajikan dan
taqwa, dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran ...
(Q.S. Al-Maidah: 2).
Ayat tersebut jika dikaitkan dengan perilaku kader disini adalah, kader
Posyandu sebagai penyelenggara utama kegiatan Posyandu, mereka memiliki
tugas dan tanggung jawab untuk membantu orang-orang di Posyandu dengan
123
segala kemampuan yang dimilikinya, karena dalam persaudaraan diharuskan
dapat saling tolong menolong sehingga dapat meningkatkan kesalehan.
Selanjutnya, asumsi lain kemungkinan karena kader sendiri kurang
mendapatkan pelatihan secara berkala, sehingga pengetahuan dan keterampilan
kader dalam hal kegiatan Posyandu masih kurang atau kemungkinan
disebabkan oleh hanya sebagian kader yang hadir ketika kegiatan Posyandu
berlangsung. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan didapatkan bahwa
dalam setahun pelatihan yang diadakan terhadap kader hanya sekali
kemungkinan karena kader mempunyai kesibukan masing-masing. Dalam hal
ini, perilaku positif atau negatif pada kader turut berperan dalam mempengaruhi
keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan Posyandu. Sebagaimana pendapat
Judd dalam Juarsa (2004) yang menyatakan bahwa keaktifan kader
berhubungan dengan lama dan metode pelatihan yang didapat, dukungan
masyarakat dan pembinaan kepala desa. Hal ini menunjukkan bahwa melalui
pelatihan yang baik dan tepat dapat meningkatkan kemampuan kader dalam
mengelola Posyandu sehingga berdampak positif terhadap partisipasi ibu dalam
penimbangan balita di Posyandu.
6.11 Perilaku Petugas Kesehatan dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu
Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa
Ibu balita yang memperoleh bimbingan dari petugas kesehatan relatif
lebih sering mengunjungi Posyandu untuk menimbang dan memeriksa anaknya.
Petugas kesehatan yang berperilaku baik terhadap ibu balita merupakan hal
124
yang sangat penting karena dengan perilaku petugas yang baik maka ibu balita
akan termotivasi untuk melakukan sesuatu perbuatan termasuk membawa anak
mereka ke Posyandu (Sambas, 2002).
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
melihat perilaku petugas kesehatan tidak baik terhadap kegiatan Posyandu
dibanding dengan ibu balita yang melihat perilaku petugas kesehatan baik
terhadap kegiatan Posyandu. Hasil uji statistik juga menunjukkan tidak terdapat
hubungan yang signifikan antara perilaku petugas kesehatan dengan partisipasi
ibu balita ke Posyandu dengan nilai p= 0,303 (p >0,1).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Juarsa (2004) bahwa
tidak terdapat hubungan bermakna antara bimbingan petugas kesehatan dengan
cakupan penimbangan balita di Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berbeda
dengan hasil Hutagulung (1992) dan Sambas (2002) bahwa terdapat hubungan
yang bermakna antara bimbingan dari petugas kesehatan dengan kunjungan ibu
balita ke Posyandu.
Tidak adanya hubungan antara perilaku petugas kesehatan dengan
partisipasi ibu balita ke Posyandu kemungkinan karena sebagian ibu balita yang
menggunakan Posyandu melihat bahwa kualitas petugas kesehatan yang ada di
Posyandu belum maksimal. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan petugas
yang hadir kadang-kadang belum terlalu menunjukkan perhatian mereka kepada
ibu balita. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh karena kontak petugas dengan
125
ibu-ibu balita relatif kurang bila dibandingkan dengan kader, karena kader
bertempat tinggal diantara ibu-ibu balita sehingga kesempatan untuk bertemu
dan mengajak ibu ke Posyandu lebih banyak dibandingkan dengan petugas
yang pada umumnya hanya sebulan sekali bertemu.
Sebagaimana menurut Thaha (1990) mengatakan bahwa ibu balita
yang menggunakan jasa pelayanan Posyandu untuk kepentingan merawat
kesehatan anaknya lebih ditentukan oleh pandangan mereka terhadap seberapa
jauh kualitas pelayanan yang ada di Posyandu ataupun yang ada di lembaga
pelayanan kesehatan lainnya. Begitu juga, menurut pendapat Widiastuti (2007)
juga mengatakan bahwa petugas yang berperilaku baik seperti akrab dengan
masyarakat, menunjukkan perhatian pada kegiatan masyarakat dan mampu
mendekati para tokoh masyarakat merupakan salah satu cara yang dapat
menarik simpatik masyarakat, sehingga masyarakat mau ke Posyandu. Karena
dalam kegiatan Posyandu petugas kesehatan itu menjadi acuan bagi
masyarakat. Jadi, apabila ibu balita melihat perilaku dari petugas kesehatan
tidak baik terhadap kegiatan Posyandu maka hal tersebut cenderung akan
berpengaruh terhadap perilaku, dalam hal ini adalah ibu balita cenderung akan
berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu.
6.12 Perilaku Tokoh Masyarakat dan Hubungannya dengan Partisipasi Ibu
Balita ke Posyandu di Kelurahan Rempoa
Keluarga merupakan bagian dari masyarakat sehingga perilaku
keluarga tidak dapat dipisahkan dari perilaku masyarakat di sekitarnya.
126
Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa tokoh masyarakat adalah jembatan antara
sector kesehatan kesehatan dengan masyarakat. Jadi tokoh masyarakat sangat
berpengaruh terhadap perilaku seseorang dalam berpartisipasi ke Posyandu.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa persentase ibu balita
yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu lebih banyak pada ibu balita yang
melihat perilaku tokoh masyarakat tidak baik terhadap kegiatan Posyandu
dibanding dengan ibu balita yang melihat perilaku tokoh masyarakat baik
terhadap kegiatan Posyandu. Hasil uji statistik juga menunjukkan terdapat
hubungan yang signifikan antara perilaku tokoh masyarakat dengan partisipasi
ibu balita ke Posyandu dengan nilai p= 0,009. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian Sambas (2002) bahwa terdapat hubungan yang bermakna
antara dorongan dari tokoh masyarakat dengan kunjungan ibu balita ke
Posyandu. Namun, hasil penelitian ini berlawanan dengan penelitian
Hutagulung (1992) bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara
partisipasi tokoh masyarakat dengan perilaku menimbangkan anaknya ke
Posyandu.
Tokoh masyarakat yang dimaksud dalam penelitian ini adalah ibu
RT/RW. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan dan informasi dari
beberapa ibu balita diketahui bahwa ketika di waktu pagi setiap bulan tepatnya
pada hari H pelaksanaan kegiatan Posyandu, ibu RT/RW akan mengumumkan
kegiatan Posyandu dengan pengeras suara dari mesjid atau musholla untuk
memberitahukan bahwa pada hari itu ada kegiatan Posyandu yang dilakukan
127
seperti biasanya. Terkadang ibu RT/RW juga mendatangi rumah para ibu balita
dengan sukarela pada hari sebelum pelaksanan Posyandu untuk
memberitahukan kegiatan Posyandu sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan, sehingga ibu balita yang tidak datang ke Posyandu merasa tidak
enak kepada ibu RT/RW yang mengundang mereka.
Sebagaimana Soedarti (1988) dalam Juarsa (2004) juga menemukan
dalam penelitiannya bahwa partisipasi aktif dari tokoh masyarakat
menghasilkan kemajuan kegiatan Posyandu. Kegiatan Posyandu dilaksanakan
oleh masyarakat dan untuk masyarakat sendiri. Oleh karena itu, jika tokoh
masyarakat setempat tidak berpartisipasi/terlibat dalam kegiatan Posyandu, ada
kemungkinan bahwa masyarakat setempat tidak akan menggunakan Posyandu.
Seseorang yang mengerjakan suatu perbuatan dengan ikhlas, maka
Allah akan membalasnya dengan kebaikan, sebagaimana Firman Allah Ta’ala
dalam Al-Qur’an, yang berbunyi:
Artinya : “Dan barangsiapa yang berjihad, maka sesungguhnya jihadnya itu
adalah untuk dirinya sendiri. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”. (Q.S. Al-Ankabut: 6).
Ayat diatas menegaskan bahwa “dan barang siapa yang berjihad”
yakni mencurahkan kemampuannya untuk melaksanakan amal shaleh hingga ia
bagaikan berlomba dalam kebajikan, maka seseungguhnya manfaat dan
128
kebaikan jihadnya adalah untuk dirinya sendiri. Jika maksud dari ayat tersebut
dikaitkan dengan penelitian ini, maka dapat dijelaskan bahwa apabila tokoh
masyarakat memiliki perilaku yang baik terhadap kegiatan Posyandu, sehingga
mereka mau menggunakan kemampuannya untuk melaksanakan amal shaleh
yaitu dengan memberikan pelayanan kesehatan yang baik kepada ibu-ibu balita
di Posyandu, maka Allah akan membalas segala kebaikan tokoh masyarakat
tersebut dengan yang lebih baik dari apa yang dikerjakannya.
Berdasarkan hasil uji multivariat pada penelitian ini, perilaku tokoh
masyarakat diperoleh nilai OR= 2,192 (1,355-3,547), artinya ibu balita yang
melihat perilaku tokoh masyarakatnya tidak baik terhadap kegiatan Posyandu
mempunyai peluang 2,192 kali untuk berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu
dibandingkan ibu balita yang melihat perilaku tokoh masyarakatnya baik
terhadap kegiatan Posyandu.
Menurut Notoatmodjo (2005) bahwa untuk berperilaku sehat,
masyarakat kadang-kadang bukan hanya perlu pengetahuan dan sikap positif
dan dukungan fasilitas saja, melainkan perlu perilaku contoh para tokoh
masyarakat, tokoh adat dan petugas kesehatan. Jadi, apabila kegiatan yang
diselenggarakan masyarakat melihat bahwa tokoh-tokoh masyarakatnya yang
disegani ikut serta dalam kegiatan tersebut maka mereka akan tertarik juga
untuk berpartisipasi didalamnya.
129
129
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
7.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada BAB sebelumnya,
maka dapat ditarik beberapa simpulan sebagai berikut:
1. Proporsi ibu balita yang berpartisipasi tidak aktif ke Posyandu (63,5%) lebih
banyak dibandingkan dengan ibu balita yang berpartisipasi aktif (36,5%).
2. Proporsi ibu balita yang berumur <20 atau >29 tahun (55,9%) lebih banyak
dibandingkan ibu yang berumur 20-29 tahun (44,1%).
3. Proporsi ibu balita yang memiliki pendidikan tinggi (64,4%) lebih banyak
dibandingkan ibu yang memiliki pendidikan rendah (35,6%).
4. Proporsi ibu balita yang memiliki pengetahuan baik (70,7%) lebih banyak
dibandingkan ibu yang memiliki pengetahuan kurang (29,3%).
5. Proporsi ibu balita yang memiliki sikap baik (52,3%) lebih banyak
dibandingkan ibu yang memiliki sikap tidak baik (47,7%).
6. Proporsi ibu balita yang tidak bekerja atau ibu rumah tangga (82%) lebih
banyak dibandingkan ibu yang bekerja (18%).
7. Proporsi ibu balita yang memiliki pendapatan keluarga cukup (55,4%) lebih
banyak dibandingkan ibu yang memiliki pendapatan keluarga kurang
(44,6%).
130
8. Proporsi ibu balita yang memiliki jarak tempuh yang dekat dari rumahnya ke
Posyandu (96,4%) lebih banyak dibandingkan ibu yang memiliki jarak yang
jauh (3,6%).
9. Proporsi ibu balita yang memiliki KMS (84,7%) lebih banyak dibandingkan
ibu yang tidak memiliki KMS (15,3%).
10. Proporsi ibu yang melihat perilaku kader baik terhadap kegiatan Posyandu
(51,4%) lebih banyak dibandingkan ibu yang melihat perilaku kader tidak
baik terhadap Posyandu (48,6%).
11. Proporsi ibu yang melihat perilaku petugas kesehatan baik terhadap kegiatan
Posyandu (77%) lebih banyak dibandingkan ibu yang melihat perilaku
petugas kesehatan tidak baik terhadap Posyandu (23%).
12. Proporsi ibu yang melihat perilaku tokoh masyarakat baik terhadap kegiatan
Posyandu (54,5%) lebih banyak dibandingkan ibu yang melihat perilaku
tokoh masyarakat tidak baik terhadap Posyandu (45,5%).
13. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara umur ibu dengan partisipasi
ke Posyandu (p= 0,441) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur
tahun 2010.
14. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan
partisipasi ke Posyandu (p= 0,436) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur tahun 2010.
131
15. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan ibu
dengan partisipasi ke Posyandu (p= 0,709) di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur tahun 2010.
16. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara sikap ibu dengan partisipasi
ke Posyandu (p= 0,244) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur
tahun 2010.
17. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan
partisipasi ke Posyandu (p= 0,262) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur tahun 2010.
18. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendapatan keluarga dengan
partisipasi ibu ke Posyandu (p= 0,915) di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur tahun 2010.
19. Terdapat hubungan yang bermakna antara kepemilikan KMS dengan
partisipasi ke Posyandu (p= 0,058) di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur tahun 2010.
20. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku kader dengan
partisipasi ibu ke Posyandu (p= 0,595) di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur tahun 2010.
21. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku petugas kesehatan
dengan partisipasi ibu ke Posyandu (p=0,303) di Kelurahan Rempoa
Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010.
132
22. Terdapat hubungan yang bermakna antara perilaku tokoh masyarakat dengan
partisipasi ibu ke Posyandu (p= 0,009) di Kelurahan Rempoa Kecamatan
Ciputat Timur tahun 2010.
23. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke
Posyandu di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat Timur tahun 2010
adalah kepemilikan KMS.
7.2 Saran
1. Bagi Masyarakat
a. Disarankan untuk seluruh masyarakat terutama bagi ibu balita untuk
menggunakan semaksimal mungkin sarana yang tersedia di Posyandu,
salah satunya menimbang anak balitanya setiap bulan supaya
perkembangan dan pertumbuhannya dapat dipantau secara teratur.
2. Bagi Puskesmas Ciputat Timur
a. Disarankan agar segera memberikan Kartu Menuju sehat (KMS) kepada
ibu-ibu balita yang KMS-nya hilang, memberi penyuluhan kepada ibu-ibu
tersebut tentang kegunaan KMS, serta mensosialisasikan untuk menjaga
KMS dengan baik dan disiplin membawanya pada saat kegiatan
Posyandu.
b. Disarankan untuk mengadakan sebuah program sosialisasi bahwa
Posyandu adalah milik semua masyarakat, jadi hubungan tokoh
masyarakat terutama ibu RT/RW dengan semua ibu balita perlu dijaga
133
dengan lebih baik lagi, misalnya dengan diadakannya majlis ta’lim atau
arisan ibu-ibu di Posyandu, sehingga dengan adanya kegiatan tersebut
dapat membantu dalam kelancaran program di Posyandu.
3. Bagi Dinas Kesehatan Tangerang Selatan
a. Disarankan dapat memberikan pembinaan kepada pihak Puskesmas
tentang kegiatan-kegiatan Posyandu sehingga semua kegiatan tersebut
diharapkan dapat berjalan dengan baik.
4. Bagi Peneliti lain
a. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat melaksanakan penelitian dengan
wilayah dan populasi yang lebih besar misalnya satu kecamatan sehingga
dapat memberikan gambaran partisipasi masyarakat ke Posyandu pada
wilayah yang lebih luas dengan sampel yang lebih besar.
b. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat mengikutsertakan variabel-variabel
lain yang diduga berhubungan dengan partisipasi ibu balita ke Posyandu,
yang tidak dapat diteliti pada penelitian ini misalnya variabel jumlah
anak, status menikah, persepsi responden terhadap kelengkapan
Posyandu, persepsi ibu terhadap pelayanan Posyandu, dan lain
sebagainya.
134
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan Terjemahannya. 2002. Semarang: Penerbit CV. Asy-Syifa
Arinta, Fitriyah Rahayu 2010. Partisipasi Ibu dan Kader Dalam Program Pemberian
Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Kaitannya dengan Tingkat
Kepatuhan Ibu Balita. Skripsi. Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas
Ekologi Manusia. IPB
Ariawan Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel Pada Penelitian Kesehatan. Jurusan
Biostatistik dan Kependudukan. FKM UI
Birwin, Alib. 2001. Karakteristik Keluarga yang Berhubungan dengan Status Gizi
Kurang pada Balita yang Berkunjung ke Posyandu di Desa Bojong Baru
Kecamatan Bojong Gede Kabupaten Bogor Jawa Barat Tahun 2001. Tesis.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI
BPS. 2006. Integrasi Indikator Gizi dalam Susesnas Tahun 2005. Jakarta: BPS
Atmarita, Fallah, 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyarakat didalam
Prosiding Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi VIII; 17-24 Mei 2004.
Jakarta
Azwar, Saifudin. 2003. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya Edisi ke 2.
Yogjakarta: Pustaka Belajar
Depkes RI. 2000. Buku Kader UPGK. Depkes RI. Jakarta
________. 2006. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta
________. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun
2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Depkes RI
_______. 2008. Profil Kesehatan Indonesia 2007. Jakarta
_______. 2009. Buku Saku Gizi. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Depkes RI
Dirjen Bina Kesehatan Masyarakat. 2003. Pemantauan Pertumbuhan Balita. Jakarta:
Depkes RI
135
________. 2007. Pedoman Operasional Keluarga Sadar Gizi Di Desa Siaga.
Departemen Kesehatan RI
Dinkes Tangsel. 2009. Laporan Bulanan SKDN di Wilayah Dinas Kesehatan
Tangerang Selatan. Jakarta
Eddy. 2000. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan Penimbangan Balita
di Posyandu Kabupaten Aceh Timur Tahun 1999. Tesis. Program Studi Ilmu
Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI
Forum Koordinasi Jaringan Informasi Pangan dan Gizi. 2009. Kader Posyandu,
Mewujudkan Keluarga Sehat. Jakarta. Direktorat Bina Gizi Masyarakat.
Ditjen Bina Kesehatan Masyarakat. Depkes RIGabriel Angelica. 2008.
Perilaku Keluarga Sadar Gizi (KADARZI) Serta Hidup Bersih dan Sehat
Ibu Kaitannya dengan Status Gizi dan Kesehatan Balita di Desa
Cikarawang Bogor. Skripsi. Prodi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya
Keluarga IPB. Bogor
Gunarsa SD, Gunarsa YSD. 1995. Psikologi Praktis: Anak, Remaja dan Keluarga.
Jakarta: Gunung Mulia
Harianto, Bambang. 1992. Hubungan Karakteristik Ibu Balita dan Lingkungan
Posyandu dengan Partisipasi Masyarakat dalam Program UPGK. Tesis.
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI
Hartono, Bambang. 2006. Modul dan Materi Promosi Kesehatan Untuk
Politeknik/D3 Kesehatan. Pusat Promosi Kesehatan-Depkes RI
Hasan, Abdul Gani. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ibu-
ibu yang Memiliki Anak Balita ke Posyandu di Kabupaten Bogor Tahun
2005. Skripsi. FKM UI
Hela. 2008. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Konsumsi Serat Mahasiswa
Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun
2008. Skripsi. Prodi Kesmas FKIK UIN
Juarsa, Kodiat. 2004. Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Cakupan
Penimbangan Balita di Posyandu Wilayah I Kabupaten Pandenglang Tahun
2004. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI
Khalimah Umi. 2007. Hubungan antara Karakteristik dan Sikap Ibu Batita dengan
Praktek Imunisasi Campak di Wilayah Kerja Puskesmas Sekaran
Gunungpati Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang
136
Khomsan Ali. 2000. Tehnik Pengukuran Pengetahuan Gizi. Jurusan Gizi Msyarakat
dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian IPB Bogor
Khomsan, Ali et al. 2007. Studi Implementasi Program Gizi: Pemanfaatan, Cakupan,
Keefektifan dan dampak Terhadap Status Gizi. Departemen Gizi
Masyarakat. IPB
____________. 2009. Studi Peningkatan Pengetahuan Gizi Ibu dan Kader Posyandu
Serta Perbaikan Gizi Balita. Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas
Ekologi Manusia. IPB
Maharsi, Retno. 2007. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Ibu Balita
Datang ke Posyandu Di Wilayah Kecamatan Bekasi Utara Kota Bekasi
Tahun 2007. Tesis. FKM UI
Marsigit, Wuri. 2004. Inventerisasi Jenis Taaman Sumber Zat Gizi yang
Dibudidayakan Petani dan Kontribusinya terhada Konsumsi Gizi Keluarga.
Jurnal Akta Agrosia Vol 7 No. 1, 23 Jan-Juni 2004
Maulana Heri D.J. 2009. Promosi Kesehatan. Jakarta: EGC
Moersintowati, et al. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta: IDAI
Ningsih Rena. 2008. Analisis Perilaku Sadar Gizi serta Hubungannya dengan
Konsumsi Pangan dan Status Gizi Balita di Desa Babakan Kecamatan
Dramaga Kabupaten Bogor. Skripsi. Prodi Gizi Masyarakat dan
Sumberdaya Keluarga IPB. Bogor
Notoatmodjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta:
Rhineka Cipta
_________. 2005. Promosi Kesehatan, Teori dan Aplikasi. Jakarta: Rhineka Cipta
_______. 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rhineka
Cipta
_________. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rhineka Cipta
Pusat Bahasa, Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga.
Jakarta. Balai Pustaka
Puskesmas Ciputat Timur. 2009. Laporan Tahunan SKDN di Kecamatan Ciputat
Timur. Tangerang Selatan
137
Pradianto, Tuti. 1989. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ketidakhadiran Ibu Balita
dalam Penggunaan Posyandu di Kecamatan Bogor Barat Pada Tahun
1989. Tesis. Pasca Sarjana UI
Reportase Majalah Gemari Edisi 62/VII/2006. Posyandu Plus Tempat Awal
Pembentukan SDM Unggul. Diakses dari
http://www.damandiri.or.id/file/buku/bukuharyonoposdayabab2d.pdf, pada
tanggal 21 Januari 2011 pukul 22.01 WIB.
Riyanto, Agus. 2009. Penerapan Analisis Multivariat dalam Penelitian Kesehatan.
Cimahi: Niftra Media Press.
Sabri Luknis, dkk. 2008. Statistik Kesehatan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada
Sambas, Gun-gun. 2002. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kunjungan Ibu-
ibu Anak Balita ke Posyandu di Kelurahan Bojongherang Kabupaten
Cianjur. Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana
UI
Sembiring Nasab. 2004. Posyandu Sebagai Saran Peran Serta Masyarakat dalam
Usaha Peningkatan Kesehatan Masyarakat. Bagian Kependudukan dan
Biostatistik FKM USU
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-
Qur’an. Jakarta: Lentera Hati
Soediaoetama, Achmad Djaeni. 2006. Ilmu Gizi untuk mahasiswa dan profesi Jilid I.
Jakarta: Dian Rakyat
Sumantri, Arif. 2010. Kesehatan Lingkungan dan Perspektif Islam. Jakarta: Kencana
Thaha, Ridwan M. 1990. Hubungan Pengetahuan, Sikap dengan Praktek
Penggunaan Posyandu oleh Ibu Balita di Kotamadya Ujung Pandang.
Tesis. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Pasca Sarjana UI
Torik. 2005. Peranan Kader Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam
Pembangunan Kesehatan Masyarakat (Studi Kasus Di Kelurahan Sekaran
Kecamatan Gunungpati Kota Semarang). Skripsi. Fakultas Ilmu Pendidikan
Universitas Negeri Semarang
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36. 2009. Kesehatan. Jakarta. Diakses
dari www.google.com pada tanggal 01 Juli 2009, pukul 13.32 WIB
138
Widiastuti, I Gusti AAM. 2006. Pemanfaatan Pelayanan Posyandu di Kota
Denpasar, Program Magister Kebijakan dan Manajemen Pelayanan
Kesehatan. Universitas Gadjah Mada.Yogjakarta
Widiastuti, Atin 2007. Faktor – faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Kader
dalam Kegiatan Posyandu di Kelurahan Gubug Kecamatan Gubug
Kabupaten Grobogan Tahun 2006. Skripsi. Jurusan Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Diakses dari www.libraryunes.com pada tanggal 22 April
2010, pukul 14.21 WIB
Wijaya Awi Mulyadi. 2009. MDG 4, Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian
Balita. Diakses dari www.infodokterku.com, pada tanggal 10 juni 2010
pukul 22.36 WIB.
viii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
PERSONAL DATA
Nama : Nurul Hidayati
Jenis Kelamin : Perempuan
Tempat Tanggal Lahir : Jeunieb, 04 Agustus 1988
Status : Belum Menikah
Agama : Islam
Alamat : Desa Blang Mee Timu, Jln. Banda Aceh – Medan,
KM. 190, Kec. Jeunieb, Kab. Bireuen, Prov. Aceh,
24263
Email : nurul_phgizi@yahoo.co.id
Nomor HP : 085260612318
PENDIDIKAN FORMAL
1992 - 1994 : TK Jeunieb
1994 - 2000 : MIN Jeunieb
2000 - 2003 : MTsN Jeunieb
2003 - 2006 : MAS Jeumala Amal
2006 – 2010 : UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Fakultas Kedokteran
dan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan
Masyarakat.
LAMPIRAN 2
KUESIONER PENELITIAN
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Saya “Nurul Hidayati” mahasiswa Program Studi Kesehatan Masyarakat,
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang
melakukan penelitian tentang “Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Partisipasi Ibu Balita Ke Posyandu Di Kelurahan Rempoa Kecamatan Ciputat
Timur Kota Tangerang Selatan Tahun 2010”. Untuk itu saya memohon kesediaan
ibu untuk mengisi kuesioner ini. Kejujuran ibu dalam menjawab pertanyaan sangat
saya harapkan. Identitas dan jawaban ibu akan saya rahasiakan.
Atas perhatian dan kerja sama ibu, saya ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
No. Responden :
Tanggal Wawancara :
A. Identitas Responden
1. Nama Ibu :
2. Umur ibu :
3. Nama Anak :
4. Umur Anak :
5. Alamat :
6. No. telp/Hp :
B. PENDIDIKAN
NO PERTANYAAN Kode
(Diisi Peneliti)
1 Apa pendidikan Ibu terakhir?
a. Tidak sekolah d. Tamat SMA
b. Tamat SD e. Tamat Perguruan Tinggi
c. Tamat SMP
[ ] B1
C. STATUS BEKERJA
NO PERTANYAAN Kode
(Diisi Peneliti)
1 Apa pekerjaan Ibu ?
a. Guru c. Ibu Rumah Tangga
b. Dagang d. Lainnya, sebutkan………
[ ] C1
D. PENGETAHUAN
Pilihlah Salah Satu Jawaban Dibawah Ini yang Menurut Anda Benar!
1 Kepanjangan dari POSYANDU adalah……
a. Pos pelayanan kesehatan ibu dan balita
b. Pos pelayanan terpadu
[ ] D1
2 Manfaat dari kegiatan di Posyandu adalah……..
a. Memberi pelayanan kesehatan kepada ibu dan balita
b. Hanya untuk melakukan penimbangan anak balita
[ ] D2
3 Biasanya anak balita rutin di timbang di posyandu adalah…..
a. Seminggu sekali
b. Sebulan sekali
[ ] D3
4 Menurut Ibu, kegiatan apa saja yang dilaksanakan di posyandu?
(Jawaban boleh lebih dari 1)
a. Penimbangan balita c. Imunisasi
b. Pemberian Vitamin A d. Pemeriksaan ibu hamil
c. Pelayanan KB
[ ] D4
5 Menurut ibu, anak umur berapakah yang perlu ditimbang?
a. Anak umur 0-5 tahun
b. Bayi saja umur (0-1 tahun)
c. Semua anak
[ ] D5
6 Apa tujuan ibu datang ke posyandu selain menimbang berat badan
dan imunisasi anak?
a. Memeriksa kesehatan anak
b. Bertemu dengan para ibu balita yang lain
[ ] D6
7 Bila anak balita ibu terlihat sudah sehat dan gemuk, apakah masih
perlu ditimbang di posyandu?
a. Ya
b. Tidak
[ ] D7
8 Menurut Ibu, program apa yang sebaiknya dilakukan di Posyandu
agar anak balita tidak mudah sakit?
a. Menimbang berat badan anak balita secara rutin
b. Imunisasi
[ ] D8
9 Menurut Ibu, kapan sebaiknya anak pertama kali ditimbang?
a. Sejak lahir
b. Kapan saja
[ ] D9
10 Apa tujuan utama pemberian makanan tambahan bagi anak balita
di posyandu?
a. Agar anak tidak rewel
b. Mencukupi kebutuhan gizi anak
[ ] D10
E. PENDAPATAN KELUARGA
1 Berapa penghasilan keluarga (penghasilan ayah dan atau ibu)
dalam sebulan?
a. Penghasilan keluarga kurang dari Rp. 1.117.245/bln
b. Penghasilan keluarga lebih dari Rp. 1.117.245/bln
[ ] E1
F. SIKAP IBU
Petunjuk Pengisian Jawaban Berikut:
SS artinya Anda Sangat Setuju dengan pernyataan
S artinya Anda Setuju dengan pernyataan
TS artinya Anda Tidak Setuju dengan pernyataan
STS artinya Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
Isilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan sebagai
berikut:
No PERYATAAN SS S TS STS Kode
(Diisi Peneliti)
1 Saya tidak membawa anak saya ke
Posyandu karena sibuk bekerja
[ ] F2
2 Anak balita saya harusnya secara rutin
dibawa ke posyandu
[ ] F4
3 Saya ke posyandu ketika ada pemberian
vitamin A secara gratis dari kader
[ ] F5
4 Saya ke posyandu ketika ada pemberian
makanan tambahan secara gratis dari kader
[ ] F6
5 Menurut saya, Posyandu adalah salah satu
tempat yang cocok bagi masyarakat untuk
mengetahui pertumbuhan dan
perkembangan anak balita
[ ] F7
6 Saya jarang ke Posyandu karena takut anak
saya akan demam atau sakit setelah di
imunisasi
[ ] F8
7 Menurut saya, kegiatan yang ada di
Posyandu dapat membantu ibu dan balita
dalam memelihara kesehatannya
[ ] F9
8 Saya hanya ke posyandu ketika ada teman
yang mengajak
[ ] F10
Sumber: Modifikasi dari penelitian Sambas (2002) dan peneliti.
G. JARAK DARI RUMAH KE POSYANDU
NO PERTANYAAN Kode
(Diisi Peneliti)
1 Menurut Ibu, jauhkah jarak dari rumah Ibu ke Posyandu?
a. Dekat
b. Jauh
[ ] G1
2 Berapa menit kira-kira perjalanan dari rumah ibu ke Posyandu?
a. Kurang dari 10 menit
b. Lebih dari 10 menit
[ ] G2
3 Biasanya Ibu datang ke Posyandu, menggunakan apa?
a. Berjalan kaki
b. Memakai Kenderaan
[ ] G3
H. KEPEMILIKAN KARTU MENUJU SEHAT (KMS)
1 Apakah anak balita Ibu memiliki KMS?
a. Ya
b. Tidak, alasannya……..
[ ] H1
I. PARTISIPASI KE POSYANDU
1 Berapa kali anak Ibu dibawa ke Posyandu dalam 6 bulan terakhir
ini ?
a. 1-3 kali berturut-turut
b. 4-6 kali berturut-turut
[ ] I1
J. PERILAKU KADER
Petunjuk Pengisian Jawaban Berikut:
SS artinya Anda Sangat Setuju dengan pernyataan
S artinya Anda Setuju dengan pernyataan
TS artinya Anda Tidak Setuju dengan pernyataan
STS artinya Anda Sangat Tidak Setuju dengan pernyataan
Isilah pernyataan berikut dengan memberikan tanda silang (X) pada pilihan sebagai
berikut:
No PERYATAAN SS S TS STS Kode
(Diisi Peneliti)
1 Menurut saya, kader bersikap
ramah/senyum hanya pada kelompok ibu
tertentu di posyandu
[ ] J1
2 Kader selalu mengajak ibu balita ke
posyandu untuk menimbang balita
[ ] J2
3 Menurut saya, tidak semua kader ikut dalam
kegiatan di posyandu
[ ] J3
4 Kader sering menanyakan ketidak hadiran
ibu balita dalam kegiatan posyandu
[ ] J4
5 Kader bersikap ramah ketika memberikan
penyuluhan kepada ibu-ibu di Posyandu
[ ] J5
6 Kader tidak peduli ketika ada anak balita
yang berat badannya tidak naik dari bulan
yang lalu
[ ] J6
K. PERILAKU PETUGAS KESEHATAN SS S TS STS Kode
(Diisi Peneliti)
1 Menurut saya, petugas kesehatan selalu
hadir ketika kegiatan Posyandu berlangsung
[ ] K1
2 Menurut saya, petugas kesehatan tidak
menanyakan alasan mengapa ibu balita
tidak hadir ke Posyandu
[ ] K2
No PERYATAAN SS S TS STS Kode
(Diisi Peneliti)
4 Menurut saya, petugas kesehatan bersikap
ramah ketika memberikan pelayanan
kesehatan
[ ] K4
5 Menurut saya, petugas kesehatan yang
datang ke posyandu selalu perhatian dengan
semua ibu balita
[ ] K5
6 Menurut saya, petugas kesehatan yang
datang ke posyandu kurang akrab dengan
semua ibu balita
[ ] K6
L. PERILAKU TOKOH MASYARAKAT SS S TS STS Kode
(Diisi Peneliti)
1 Menurut saya, ibu RT/RW jarang mengajak
ibu balita ke posyandu
[ ] L1
2 Menurut saya, ibu RT/RW sering
menanyakan sebab ketidakhadiran ibu balita
ke Posyandu
[ ] L2
3 Menurut saya, ibu RT/RW selalu
ramah/senyum pada semua ibu balita di
Posyandu
[ ] L3
4 Menurut saya, ibu RT/RW kurang
menjelaskan manfaat dari kegiatan di
Posyandu
[ ] L4
5 Menurut saya, ibu RT/RW tidak peduli
dengan kegiatan Posyandu yang ada
[ ] L5
6 Menurut saya, ibu RT/RW selalu ikut hadir
ketika ada kegiatan Posyandu
[ ] L6
TERIMAKASIH ATAS KERJASAMANYA…..!
LAMPIRAN 3
ANALISIS UNIVARIAT
PartisipasiIbu
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak aktif 141 63.5 63.5 63.5
Aktif 81 36.5 36.5 100.0
Total 222 100.0 100.0
Umur_New
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid <20 atau >29 t ahun
124 55.9 55.9 55.9
20-29 tahun 98 44.1 44.1 100.0
Total 222 100.0 100.0
Pendidikan_New
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Rendah 79 35.6 35.6 35.6
Tinggi 143 64.4 64.4 100.0
Total 222 100.0 100.0
Peng_New
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Kurang 65 29.3 29.3 29.3
Baik 157 70.7 70.7 100.0
Total 222 100.0 100.0
SikapIbu_New
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 106 47.7 47.7 47.7
Baik 116 52.3 52.3 100.0
Total 222 100.0 100.0
Pekrjaan_New
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Bekerja 40 18.0 18.0 18.0
Tidak Bekerja 182 82.0 82.0 100.0
Total 222 100.0 100.0
Petugas_new2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 51 23.0 23.0 23.0
Baik 171 77.0 77.0 100.0
Total 222 100.0 100.0
Pndpatan_New
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Cukup 123 55.4 55.4 55.4
Kurang 99 44.6 44.6 100.0
Total 222 100.0 100.0
Jarak_New
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Jauh 8 3.6 3.6 3.6
Dekat 214 96.4 96.4 100.0
Total 222 100.0 100.0
KpmlknKMS_New
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Ada 34 15.3 15.3 15.3
Ada 188 84.7 84.7 100.0
Total 222 100.0 100.0
perilakuKader_New
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 108 48.6 48.6 48.6
Baik 114 51.4 51.4 100.0
Total 222 100.0 100.0
tokoh_new2
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Tidak Baik 101 45.5 45.5 45.5
Baik 121 54.5 54.5 100.0
Total 222 100.0 100.0
ANALISIS BIVARIAT
Umur_New * PartisipasiIbu Crosstab
PartisipasiIbu
Total Tidak aktif Aktif
Umur_New <20 atau >29 t ahun Count 82 42 124
% within Umur_New 66.1% 33.9% 100.0%
20-29 tahun Count 59 39 98
% within Umur_New 60.2% 39.8% 100.0%
Total Count 141 81 222
% within Umur_New 63.5% 36.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .829a 1 .363
Continuity Correctionb .593 1 .441
Likelihood Ratio .828 1 .363
Fisher's Exact Test .401 .220
Linear-by-Linear Association .825 1 .364
N of Valid Casesb 222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 35.76.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Umur_New (<20 atau >29 t ahun / 20-29 tahun)
1.291 .745 2.236
For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif 1.098 .895 1.348
For cohort PartisipasiIbu = Aktif .851 .602 1.203
N of Valid Cases 222
Pendidikan_New * PartisipasiIbu Crosstab
PartisipasiIbu
Total Tidak aktif Aktif
Pendidikan_New Rendah Count 47 32 79
% within Pendidikan_New 59.5% 40.5% 100.0%
Tinggi Count 94 49 143
% within Pendidikan_New 65.7% 34.3% 100.0%
Total Count 141 81 222
% within Pendidikan_New 63.5% 36.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .855a 1 .355
Continuity Correctionb .607 1 .436
Likelihood Ratio .850 1 .357
Fisher's Exact Test .384 .218
Linear-by-Linear Association .851 1 .356
N of Valid Casesb 222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 28.82.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pendidikan_New (Rendah / Tinggi) .766 .434 1.349
For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif .905 .728 1.124
For cohort PartisipasiIbu = Aktif 1.182 .832 1.679
N of Valid Cases 222
Peng_New * PartisipasiIbu
Crosstab
PartisipasiIbu
Total Tidak aktif Aktif
Peng_New Kurang Count 43 22 65
% within Peng_New 66.2% 33.8% 100.0%
Baik Count 98 59 157
% within Peng_New 62.4% 37.6% 100.0%
Total Count 141 81 222
% within Peng_New 63.5% 36.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .276a 1 .599
Continuity Correctionb .139 1 .709
Likelihood Ratio .278 1 .598
Fisher's Exact Test .648 .357
Linear-by-Linear Association .275 1 .600
N of Valid Casesb 222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 23.72.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Peng_New (Kurang / Baik)
1.177 .641 2.159
For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif
1.060 .857 1.310
For cohort PartisipasiIbu = Aktif
.901 .607 1.337
N of Valid Cases 222
SikapIbu_New * PartisipasiIbu
Crosstab
PartisipasiIbu
Total Tidak aktif Aktif
SikapIbu_New Tidak Baik Count 72 34 106
% within SikapIbu_New 67.9% 32.1% 100.0%
Baik Count 69 47 116
% within SikapIbu_New 59.5% 40.5% 100.0%
Total Count 141 81 222
% within SikapIbu_New 63.5% 36.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.703a 1 .192
Continuity Correctionb 1.358 1 .244
Likelihood Ratio 1.709 1 .191
Fisher's Exact Test .211 .122
Linear-by-Linear Association 1.696 1 .193
N of Valid Casesb 222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 38.68.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for SikapIbu_New (Tidak Baik / Baik)
1.442 .831 2.503
For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif
1.142 .936 1.394
For cohort PartisipasiIbu = Aktif .792 .556 1.128
N of Valid Cases 222
Pekrjaan_New * PartisipasiIbu Crosstab
PartisipasiIbu
Total Tidak aktif Aktif
Pekrjaan_New Bekerja Count 29 11 40
% within Pekrjaan_New 72.5% 27.5% 100.0%
Tidak Bekerja Count 112 70 182
% within Pekrjaan_New 61.5% 38.5% 100.0%
Total Count 141 81 222
% within Pekrjaan_New 63.5% 36.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.700a 1 .192
Continuity Correctionb 1.260 1 .262
Likelihood Ratio 1.759 1 .185
Fisher's Exact Test .210 .130
Linear-by-Linear Association 1.693 1 .193
N of Valid Casesb 222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 14.59.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pekrjaan_New (Bekerja / Tidak Bekerja)
1.648 .774 3.508
For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif
1.178 .943 1.472
For cohort PartisipasiIbu = Aktif .715 .418 1.222
N of Valid Cases 222
Pndpatan_New * PartisipasiIbu Crosstab
PartisipasiIbu
Total Tidak aktif Aktif
Pndpatan_New Cukup Count 79 44 123
% within Pndpatan_New 64.2% 35.8% 100.0%
Kurang Count 62 37 99
% within Pndpatan_New 62.6% 37.4% 100.0%
Total Count 141 81 222
% within Pndpatan_New 63.5% 36.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .061a 1 .805
Continuity Correctionb .011 1 .915
Likelihood Ratio .061 1 .805
Fisher's Exact Test .889 .457
Linear-by-Linear Association .060 1 .806
N of Valid Casesb 222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 36.12.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Pndpatan_New (Cukup / Kurang)
1.071 .619 1.856
For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif
1.026 .839 1.254
For cohort PartisipasiIbu = Aktif .957 .676 1.356
N of Valid Cases 222
KepemilikanKMS_New* PartisipasiIbu
Crosstab
PartisipasiIbu
Total Tidak aktif Aktif
KpmlknKMS_New
Tidak Ada Count 27 7 34
% within KpmlknKMS_New 79.4% 20.6% 100.0%
Ada Count 114 74 188
% within KpmlknKMS_New 60.6% 39.4% 100.0%
Total Count 141 81 222
% within KpmlknKMS_New 63.5% 36.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 4.379a 1 .036
Continuity Correctionb 3.606 1 .058
Likelihood Ratio 4.716 1 .030
Fisher's Exact Test .052 .026
Linear-by-Linear Association 4.359 1 .037
N of Valid Casesb 222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.41.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for KpmlknKMS_New (Tidak Ada / Ada)
2.504 1.037 6.044
For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif
1.310 1.065 1.610
For cohort PartisipasiIbu = Aktif .523 .264 1.036
N of Valid Cases 222
PerilakuKader_New * PartisipasiIbu
Crosstab
PartisipasiIbu
Total Tidak aktif Aktif
PerilakuKader_New Tidak Baik Count 71 37 108
% within SikapKader_New 65.7% 34.3% 100.0%
Baik Count 70 44 114
% within SikapKader_New 61.4% 38.6% 100.0%
Total Count 141 81 222
% within SikapKader_New 63.5% 36.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square .450a 1 .502
Continuity Correctionb .282 1 .595
Likelihood Ratio .451 1 .502
Fisher's Exact Test .577 .298
Linear-by-Linear Association .448 1 .503
N of Valid Casesb 222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 39.41.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for PerilakuKader_New (Tidak Baik / Baik)
1.206 .697 2.086
For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif
1.071 .877 1.307
For cohort PartisipasiIbu = Aktif .888 .626 1.258
N of Valid Cases 222
Ptugas_new2 * PartisipasiIbu
Crosstab
PartisipasiIbu
Total Tidak aktif Aktif
Ptugas_new2 Tidak Baik Count 36 15 51
% within Ptugas_new2 70.6% 29.4% 100.0%
Baik Count 105 66 171
% within Ptugas_new2 61.4% 38.6% 100.0%
Total Count 141 81 222
% within Ptugas_new2 63.5% 36.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Pearson Chi-Square 1.430a 1 .232
Continuity Correctionb 1.061 1 .303
Likelihood Ratio 1.464 1 .226
Fisher's Exact Test .251 .151
Linear-by-Linear Association 1.424 1 .233
N of Valid Casesb 222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.61.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for Ptugas_new2 (Tidak Baik / Baik)
1.509 .767 2.967
For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif
1.150 .929 1.423
For cohort PartisipasiIbu = Aktif .762 .479 1.214
N of Valid Cases 222
tokoh_new2 * PartisipasiIbu
Crosstab
PartisipasiIbu
Total Tidak aktif Aktif
tokoh_new2 Tidak Baik Count 74 27 101
% within tokoh_new2 73.3% 26.7% 100.0%
Baik Count 67 54 121
% within tokoh_new2 55.4% 44.6% 100.0%
Total Count 141 81 222
% within tokoh_new2 63.5% 36.5% 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig.
(2-sided)
Exact Sig.
(2-sided)
Exact Sig. (1-
sided)
Pearson Chi-Square 7.607a 1 .006
Continuity Correctionb 6.855 1 .009
Likelihood Ratio 7.718 1 .005
Fisher's Exact Test .008 .004
Linear-by-Linear Association 7.573 1 .006
N of Valid Casesb 222
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 36.85.
b. Computed only for a 2x2 table
Risk Estimate
Value
95% Confidence Interval
Lower Upper
Odds Ratio for tokoh_new2 (Tidak Baik / Baik)
2.209 1.252 3.898
For cohort PartisipasiIbu = Tidak aktif
1.323 1.085 1.614
For cohort PartisipasiIbu = Aktif .599 .410 .875
N of Valid Cases 222
ANALISIS MULTIVARIAT
Logistic Regression Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 222 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 222 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 222 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak aktif 0
Aktif 1
Block 0: Beginning Block
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
PartisipasiIbu
Percentage Correct Tidak aktif Aktif
Step 0 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.554 .139 15.807 1 .000 .574
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Umur_New .829 1 .363
Pendidikan_New .855 1 .355
Peng_New .276 1 .599
SikapIbu_New 1.703 1 .192
Pekrjaan_New 1.700 1 .192
Pndpatan_New .061 1 .805
KpmlknKMS_New 4.379 1 .036
PerilakuKader_New .450 1 .502
Ptugas_new2 1.430 1 .232
tokoh_new2 7.607 1 .006
Overall Statistics 16.622 10 .083
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 17.685 10 .061
Block 17.685 10 .061
Model 17.685 10 .061
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R Square
Nagelkerke R Square
1 273.652a .077 .105
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 1 PartisipasiIbu Tidak aktif 125 16 88.7
Aktif 60 21 25.9
Overall Percentage 65.8
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
90.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Umur_New .293 .302 .943 1 .332 1.341 .816 2.203
Pendidikan_New -.165 .324 .258 1 .612 .848 .497 1.446
Peng_New -.150 .344 .189 1 .664 .861 .489 1.517
SikapIbu_New .488 .319 2.348 1 .125 1.630 .965 2.752
Pekrjaan_New .540 .413 1.710 1 .191 1.717 .870 3.387
Pndpatan_New .062 .307 .040 1 .841 1.064 .642 1.762
KpmlknKMS_New .951 .469 4.106 1 .043 2.589 1.196 5.604
PerilakuKaderNew -.230 .337 .466 1 .495 .794 .456 1.384
Ptugas_new2 .039 .390 .010 1 .921 1.040 .547 1.976
tokoh_new2 .856 .326 6.881 1 .009 2.353 1.376 4.023
Constant -2.438 .767 10.102 1 .001 .087
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, Pendidikan_New, Peng_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, Pndpatan_New, KpmlknKMS_New, SikapKader_New, Ptugas_new2, tokoh_new2.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 222 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 222 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 222 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak aktif 0
Aktif 1
Block 0: Beginning Block
Classification Table
a,b
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 0 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.554 .139 15.807 1 .000 .574
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Umur_New .829 1 .363
Pendidikan_New .855 1 .355
Peng_New .276 1 .599
SikapIbu_New 1.703 1 .192
Pekrjaan_New 1.700 1 .192
Pndpatan_New .061 1 .805
KpmlknKMS_New 4.379 1 .036
PerilakuKader_New .450 1 .502
tokoh_new2 7.607 1 .006
Overall Statistics 16.610 9 .055
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 17.675 9 .039
Block 17.675 9 .039
Model 17.675 9 .039
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 273.662a .077 .105
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 1 PartisipasiIbu Tidak aktif 124 17 87.9
Aktif 60 21 25.9
Overall Percentage 65.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
90.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Umur_New .293 .302 .939 1 .333 1.340 .815 2.201
Pendidikan_New -.170 .320 .281 1 .596 .844 .498 1.429
Peng_New -.151 .344 .192 1 .661 .860 .488 1.515
SikapIbu_New .490 .318 2.376 1 .123 1.633 .968 2.755
Pekrjaan_New .542 .413 1.718 1 .190 1.719 .871 3.391
Pndpatan_New .060 .306 .039 1 .844 1.062 .642 1.758
KpmlknKMS_New .955 .468 4.164 1 .041 2.599 1.203 5.611
PerilakuKader_New
-.223 .329 .458 1 .498 .800 .466 1.375
tokoh_new2 .863 .319 7.325 1 .007 2.369 1.403 4.002
Constant -2.416 .734 10.847 1 .001 .089
Classification Tablea
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 1 PartisipasiIbu Tidak aktif 124 17 87.9
Aktif 60 21 25.9
Overall Percentage 65.3
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, Pendidikan_New, Peng_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, Pndpatan_New, KpmlknKMS_New, SikapKader_New, tokoh_new2.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 222 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 222 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 222 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable
Encoding
Original Value Internal Value
Tidak aktif 0
Aktif 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 0 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.554 .139 15.807 1 .000 .574
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Umur_New .829 1 .363
Pendidikan_New .855 1 .355
Peng_New .276 1 .599
SikapIbu_New 1.703 1 .192
Pekrjaan_New 1.700 1 .192
KpmlknKMS_New 4.379 1 .036
PerilakuKader_New .450 1 .502
tokoh_new2 7.607 1 .006
Overall Statistics 16.583 8 .035
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 17.637 8 .024
Block 17.637 8 .024
Model 17.637 8 .024
Model Summary
Step -2 Log likelihood
Cox & Snell R
Square
Nagelkerke R
Square
1 273.701a .076 .105
a. Estimation terminated at iteration number 4 because
parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 1 PartisipasiIbu Tidak aktif 125 16 88.7
Aktif 60 21 25.9
Overall Percentage 65.8
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
90.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Umur_New .291 .302 .928 1 .335 1.337 .814 2.196
Pendidikan_New -.184 .312 .351 1 .554 .832 .498 1.388
Peng_New -.156 .343 .207 1 .649 .855 .487 1.504
SikapIbu_New .487 .318 2.352 1 .125 1.628 .965 2.745
Pekrjaan_New .546 .413 1.750 1 .186 1.726 .876 3.402
KpmlknKMS_New .947 .466 4.130 1 .042 2.578 1.198 5.550
PerilakuKaderNew -.224 .329 .462 1 .497 .800 .465 1.374
tokoh_new2 .864 .319 7.362 1 .007 2.374 1.405 4.008
Constant -2.371 .696 11.612 1 .001 .093
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, Pendidikan_New, Peng_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, SikapKader_New, tokoh_new2.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 222 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 222 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 222 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
Tidak aktif 0
Aktif 1
Block 0: Beginning Block
Classification Table
a,b
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 0 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.554 .139 15.807 1 .000 .574
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Umur_New .829 1 .363
Pendidikan_New .855 1 .355
SikapIbu_New 1.703 1 .192
Pekrjaan_New 1.700 1 .192
KpmlknKMS_New 4.379 1 .036
PerilakuKader_New .450 1 .502
tokoh_new2 7.607 1 .006
Overall Statistics 16.395 7 .022
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 17.430 7 .015
Block 17.430 7 .015
Model 17.430 7 .015
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 273.908a .076 .103
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 1 PartisipasiIbu Tidak aktif 126 15 89.4
Aktif 62 19 23.5
Overall Percentage 65.3
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
90.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Umur_New .268 .297 .815 1 .367 1.308 .802 2.133
Pendidikan_New -.192 .311 .382 1 .537 .825 .495 1.376
SikapIbu_New .460 .312 2.180 1 .140 1.584 .949 2.645
Pekrjaan_New .543 .412 1.734 1 .188 1.721 .873 3.391
KpmlknKMS_New .930 .464 4.017 1 .045 2.536 1.182 5.442
PerilakuKaderNew -.232 .328 .501 1 .479 .793 .462 1.360
tokoh_new2 .844 .315 7.189 1 .007 2.326 1.386 3.903
Constant -2.420 .688 12.357 1 .000 .089
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, Pendidikan_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, SikapKader_New, tokoh_new2.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 222 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 222 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 222 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable
Encoding
Original Value Internal Value
Tidak aktif 0
Aktif 1
Block 0: Beginning Block
Classification Table
a,b
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 0 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.554 .139 15.807 1 .000 .574
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Umur_New .829 1 .363
SikapIbu_New 1.703 1 .192
Pekrjaan_New 1.700 1 .192
KpmlknKMS_New 4.379 1 .036
PerilakuKader_New .450 1 .502
tokoh_new2 7.607 1 .006
Overall Statistics 16.041 6 .014
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 17.049 6 .009
Block 17.049 6 .009
Model 17.049 6 .009
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 274.288a .074 .101
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 1 PartisipasiIbu Tidak aktif 125 16 88.7
Aktif 63 18 22.2
Overall Percentage 64.4
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
90.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Umur_New .280 .297 .888 1 .346 1.322 .812 2.154
SikapIbu_New .449 .311 2.084 1 .149 1.566 .939 2.612
Pekrjaan_New .601 .402 2.240 1 .134 1.824 .942 3.532
KpmlknKMS_New .918 .463 3.932 1 .047 2.504 1.169 5.363
PerilakuKaderNew -.243 .328 .549 1 .459 .784 .457 1.345
tokoh_new2 .853 .315 7.349 1 .007 2.348 1.399 3.940
Constant -2.578 .641 16.193 1 .000 .076
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, SikapKader_New, tokoh_new2.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 222 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 222 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 222 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable
Encoding
Original Value Internal Value
Tidak aktif 0
Aktif 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 0 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.554 .139 15.807 1 .000 .574
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Umur_New .829 1 .363
SikapIbu_New 1.703 1 .192
Pekrjaan_New 1.700 1 .192
KpmlknKMS_New 4.379 1 .036
tokoh_new2 7.607 1 .006
Overall Statistics 15.575 5 .008
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 16.497 5 .006
Block 16.497 5 .006
Model 16.497 5 .006
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 274.841a .072 .098
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 1 PartisipasiIbu Tidak aktif 125 16 88.7
Aktif 53 28 34.6
Overall Percentage 68.9
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
90.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Umur_New .255 .294 .750 1 .386 1.290 .795 2.093
SikapIbu_New .373 .292 1.622 1 .203 1.451 .897 2.348
Pekrjaan_New .604 .400 2.282 1 .131 1.829 .948 3.531
KpmlknKMS_New .913 .463 3.893 1 .048 2.492 1.164 5.333
tokoh_new2 .776 .296 6.885 1 .009 2.173 1.336 3.534
Constant -2.606 .637 16.717 1 .000 .074
a. Variable(s) entered on step 1: Umur_New, SikapIbu_New, Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, tokoh_new2.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 222 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 222 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 222 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable
Encoding
Original Value Internal Value
Tidak aktif 0
Aktif 1
Block 0: Beginning Block Classification Table
a,b
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 0 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.554 .139 15.807 1 .000 .574
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables SikapIbu_New 1.703 1 .192
Pekrjaan_New 1.700 1 .192
KpmlknKMS_New 4.379 1 .036
tokoh_new2 7.607 1 .006
Overall Statistics 14.856 4 .005
Block 1: Method = Enter Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 15.746 4 .003
Block 15.746 4 .003
Model 15.746 4 .003
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 275.591a .068 .094
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Table
a
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 1 PartisipasiIbu Tidak aktif 125 16 88.7
Aktif 53 28 34.6
Overall Percentage 68.9
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
90.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a SikapIbu_New .383 .292 1.720 1 .190 1.466 .907 2.368
Pekrjaan_New .567 .397 2.042 1 .153 1.763 .918 3.388
KpmlknKMS_New .951 .460 4.270 1 .039 2.588 1.214 5.517
tokoh_new2 .766 .295 6.748 1 .009 2.152 1.325 3.495
Constant -2.494 .622 16.095 1 .000 .083
a. Variable(s) entered on step 1: SikapIbu_New, Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, tokoh_new2.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 222 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 222 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 222 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable
Encoding
Original Value Internal Value
Tidak aktif 0
Aktif 1
Classification Tablea,b
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 0 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.554 .139 15.807 1 .000 .574
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables Pekrjaan_New 1.700 1 .192
KpmlknKMS_New 4.379 1 .036
tokoh_new2 7.607 1 .006
Overall Statistics 13.322 3 .004
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 14.013 3 .003
Block 14.013 3 .003
Model 14.013 3 .003
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 277.324a .061 .084
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 1 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
90.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a Pekrjaan_New .527 .394 1.788 1 .181 1.694 .886 3.240
KpmlknKMS_New .925 .457 4.103 1 .043 2.522 1.190 5.344
tokoh_new2 .782 .294 7.085 1 .008 2.185 1.348 3.541
Constant -2.241 .582 14.824 1 .000 .106
a. Variable(s) entered on step 1: Pekrjaan_New, KpmlknKMS_New, tokoh_new2.
Logistic Regression
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases Included in Analysis 222 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 222 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 222 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable
Encoding
Original Value Internal Value
Tidak aktif 0
Aktif 1
Block 0: Beginning Block
Classification Table
a,b
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 0 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Step 0 Constant -.554 .139 15.807 1 .000 .574
Variables not in the Equation
Score df Sig.
Step 0 Variables KpmlknKMS_New 4.379 1 .036
tokoh_new2 7.607 1 .006
Overall Statistics 11.559 2 .003
Block 1: Method = Enter
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square df Sig.
Step 1 Step 12.142 2 .002
Block 12.142 2 .002
Model 12.142 2 .002
Model Summary
Step -2 Log likelihood Cox & Snell R
Square Nagelkerke R
Square
1 279.195a .053 .073
a. Estimation terminated at iteration number 4 because parameter estimates changed by less than .001.
Classification Tablea
Observed
Predicted
PartisipasiIbu Percentage
Correct Tidak aktif Aktif
Step 1 PartisipasiIbu Tidak aktif 141 0 100.0
Aktif 81 0 .0
Overall Percentage 63.5
a. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
90.0% C.I.for EXP(B)
Lower Upper
Step 1a KpmlknKMS_New .904 .455 3.940 1 .047 2.470 1.168 5.223
tokoh_new2 .785 .292 7.205 1 .007 2.192 1.355 3.547
Constant -1.788 .465 14.750 1 .000 .167
a. Variable(s) entered on step 1: KpmlknKMS_New, tokoh_new2.
LAMPIRAN 4
PERUBAHAN NILAI OR PADA UJI MULTIVARIAT
model1 model2 OR model3 OR model4 OR model5 OR model6 OR model7 OR model8 OR model9 OR
Umur 1.341 1.34 -0.06 1.337 -0.25 1.308 -2.43 1.322 -1.353 1.29 -3.76 - - - - - -
Pendidikn 0.848 0.844 -0.51 0.832 -1.96 0.825 -2.7 - - - - - - - - - -
Pengetahun 0.861 0.86 -0.12 0.855 -0.65 - - - - - - - - - - - -
Sikap ibu 1.63 1.633 0.199 1.628 -0.1 1.584 -2.78 1.566 -3.876 1.451 -10.9 1.466 -10 - - - -
Pekerjaan 1.717 1.719 0.123 1.726 0.549 1.721 0.254 1.824 6.28 1.829 6.567 1.763 2.725 1.694 -1.307 - -
Pendapatan 1.064 1.062 -0.16 - - - - - - - - - - - - - -
KMS 2.589 2.599 0.367 2.578 -0.41 2.536 -2.06 2.504 -3.275 2.492 -3.77 2.588 -0.04 2.522 -2.602 2.47 -4.617
Kader 0.794 0.8 0.748 0.8 0.664 0.793 -0.21 0.784 -1.272 - - - - - - - -
Petugas 1.04 - - - - - - - - - - - - - - - -
Tokoh 2.353 2.369 0.701 2.374 0.881 2.326 -1.15 2.348 -0.226 2.173 -7.65 2.152 -8.55 2.185 -7.138 2.192 -6.816
top related