modul sosiologi
Post on 23-Jan-2016
290 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
1
BAB I
KONSEP SOSIOLOGI
1.1 Pengertian Sosiologi
Seorang awam yang baru pertama kali mempelajari
sosiologi, sesungguhnya secara tidak sadar telah mengetahui sedikit
tentang sosiologi. Selama hidupnya dia menjadi anggota masyarakat
dan sudah mempunyai pengalaman-pengalaman dalam hubungan
sosial atau hubungan antar manusia. Namun demikian, belum berarti
bahwa dia adalah seorang ahlii sosiologi. Pasti dia belum mengetahui
dengan sesungguhnya apakah ilmu sosiologi itu, dan oleh karena itu
perlu dipahamkan lebih dahulu pengertian dasar tentang sosiologi
tersebut.
Terdapat beberapa definisi sosiologi, namun dalam
pembahasan kali inii akan dikemukakan beberapa definisi sosiologi,
yaitu:
Emile Durkheim menyatakan bahwa sosiologi merupakan ilmu
yang mempelajari fakta sosial, yaitu fakta-fakta yang berisikan
cara bertindak, berfikir dan merasakan yang mengendalikan
individu.
Pitirim A. Sorokin mengemukakan bahwa sosiologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang:
1. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara aneka macam
gejala-gejala sosial ( misalnya, antara gejala ekonomi dengan
agama, gejala ekonomi dengan hukum, dan sebagainya)
2. Hubungan dan pengaruh timbal balik antara gejala sosial
dengan gejala non sosial (misalnya, gejala geografis,
demografis, biologis dan sebagainya).
3. Ciri-ciri umum semua jenis gejala-gejala sosial.
2
Selo Soemardjan dan Soelaeman Soemardi mengatakan bahwa
sosiologi adalah ilmu yang mempelajari struktur sosial dan
proses-proses sosial, termasuk perubahan-perubahan sosial.
Struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur-unsur
sosial yang pokok yaitu kaidah-kaidah sosial (norma-norma
sosial), lembaga-lembaga sosial, kelompok-kelompok serta
lapisan-lapisan sosial. Proses sosial adalah pengaruh timbal balim
antara berbagai segi kehidupan bersama, umpamanya pengaruh
timbal balik antara kehidupan ekonomi dengan kehiduipan politik,
kehidupan hukum dengan kehidupan agama dan sebagainya.
Apabila sosiologi ditelaah dari sudut sifat hakikatnya, maka
akan dijumpai beberapa petunjuk yang akan membantu untuk
menetapkan ilmu pengetahuan macam apakah sosiologi itu. Sifat-
sifat hakikat yang dimaksud mencakup:
Sosiologi termasuk ilmu sosial;
Sosilogi bukan merupakan disiplin normatif akan tetapi
merupakan disiplin yang kategoris, artinya, sosiologi membatasi
diri pada apa yang terjadi dewasa ini dan bukan mengenai apa
yang seharusnya terjadi. Sebagai ilmu pengetahuan, sosiologi
membatasi diri pada persoalan penilaian. Artinya sosiologi tidak
menetapkan kearah mana sesuatu seharusnya berkembang
dalam arti memberikan petunjuk-petunjuk yang menyangkut
kebijaksanaan kemasyarakatan dari proses kehidupan bersama
tersebut;
Sosiologi merupakan ilmu murni (pure science) dan bukan
merupakan ilmu pengrtahuan terapan (applied science);
Sosiologi adalah ilmu pengetahuan yang abstrak. Artinya bahwa
yang diperhatikan adalah bentuk dan pola-pola peristiwa dalam
masyarakat tetapi bukan wujudnya yang konkrit;
3
Sosiologi bertujuan menghasilkan pengertian-pengertian dan
pola-pola umum. Sosiologi meneliti dan mencari apa yang
menjadi prinsip atau hukum-hukum umum dari interaksi antar
manusia dan juga perihal sifat hakikat, bentuk, isi dan struktur
masyarakat manusia;
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang empiris dan
rasional;
Sosiologi merupakan ilmu pengetahuan yang umum. Artinya,
sosiologi memepelajari gejala yang umum pada setiap interaksi
antar manusia.
1.2 Obyek Sosiologi
Sebagaimana halnya ilmu sosial lainnya, obyek sosiologi
adalah masyarakat yang dilihat dari sudut hubugan antar manusia,
dan proses yang timbul dari hubungan manusia dalam masyarakat.
Beberapa orang sarjana telah mencoba untuk memberikan definisi
tentang masyarakat (society) seperti misalnya;
Mac iver dan Page yang mengatakan bahwa masyarakat ialah
sistem dari kebiasaan dan tata cara, dari wewenang dan
kerjasama antara berbagai kelompok dan penggolongan, dari
pengawasan tingkah laku serta kebebasan-kebebasan manusia.
Keseluruhan yang selalu berubah ini dinamakan masyarakat.
Masyarakat merupakan jalinan hubungan sosial dan selalu
brubah.
Ralph Linton. Masyarakat merupakan setiap kelompok menusia
yang telah hidup dan bekerja bersama cukup lama sehingga
mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka
sebagai suatu kesatuan sosial dengan batas-batas yang
dirumuskan jelas.
4
Selo Soemardjan menyatakan bahwa masyarakat adalah orang-
orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan.
Meskipun pendefinisian tentang masyarakat cukup
beragam, namun pada dasarnya sama, yaitu mencakup beberapa
unsur:
Manusia yang hidup bersama. Di dalam lmu sosial tak ada ukuran
mutlak ataupun angka pasti untuk menentukan berapa jumlah
manusia yang harus ada. Akan tetapi secara teoritis angka
minimnya adalah dua orang yang hidup bersama;
Bercampur untuk waktu yang cukup lama. Kumpulan dari
manusia tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati.
Oleh karena itu berkumpulnya manusia, akan timbul manusia-
manusia baru, timbullah sistem komunikasi dan timbullah
peraturan-peraturan yang mengatur hubungan antar manusia
dalam kelompok;
Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan;
Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem
kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan oleh karena setiap
angota kelompok merasa dirinya terkait satu dengan lainnya.
Sedangkan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan yang ciri-ciri
utama sebagai berikut:
sosiologi bersifat empiris yang berarti bahwa ilmu pengetahuan
tersebut didasarkan pada observasi terhadap kenyataan dan akal
sehat serta hasilnya tidak bersifat spekulatif;
sosiologi bersifat teoritis, yaitu ilmu pengetahuan yang selalu
berusaha untuk menyusun abstraksi dari hasil-hasil observasi.
Abstraksi tersebut merupakan kerangka unsur-unsur yang
tersusun secara logis serta bertujuan untuk menjelaskan
hubungan-hubungan sebab akibat, sehingga menjadi teori.
5
sosiologi bersifat kumulatif, yang berarti bahwa teori-teori
sosiologi dibentuk atas dasar teori-teori yang sudah ada, dalam
arti memperbaiki, memperluas serta memperhalus teori-teori
lama.
bersifat non etis, yakni yang dipersoalkan bukanlah baik buruknya
fakta tertentu, akan tetapi tujuannya adalah untuk menjelaskan
fakta tersebut secara analitis.
1.3. Pembagian Sosiologi
Ahli sosiologi yang membuat pembagian sosiologi ke dalam
tiga jenjang adalah Genhard Lenski. Menurutnya terdapat tiga
jenjang analisis dalam sosiologi yaitu : sosiologi mikro, sosiologi
meso dan sosiologi makro. Jenjang sosiologi mikro melihat dampak
sistem sosial dan kelompok primer pada individu; para ahli sosiologi
meso tertarik pada institusi-institusi khas dalam masyarakat mereka;
sedangkan para ahli sosiologi makro mempelajari ciri-ciri masyarakat
secara menyeluruh serta sistem masyarakat dunia.
Sedangkan menurut Randall Collins, berdasarkan pada
dimensi ruang dan waktu, sosiologi dibagi menjadi sosiologi mikro
dan sosiologi makro. Sosiologi mikro melibatkan analisis terinci
mengenai apa yang dilakukan, dipikirkan manusia dalam jangka
waktu pendek (detik, menit, jam) dan pusat perhatiannya pada
individu dan kelompok kecil. Sosiologi makro membahas tentang
analisis proses-proses sosial berskala besar dan berjangka waktu
panjang. Pusat perhatiannya pada masyarakat lokal, regional dan
sebagainya.
6
BAB II
PROSES SOSIAL DAN INTERAKSI SOSIAL
2.1. Pendahuluan
Pembahasan mengenai proses sosial yang mencakup ruang
lingkup yang luas merupakan serangkaian studi sosiologi. Proses sosial
didefinisikan sebagai cara-cara hubungan yang dilihat apabila orang
perorang dan kelompok-kelompok sosial saling bertemu dan
menentukan sistem serta bentuk-bentuk hubungan tersebut, atau apa
yang akan terjadi apabila ada perubahan-perubahan yang
menyebabkan goyahnya pola-pola kehidupan yang telah ada. Dengan
kata lain, proses sosial diartikan sebagai pengaruh timbal balik antara
pelbagai segi kehidupan bersama seperti politik dengan ekonomi,
ekonomi dengan hukum.
Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial, oleh
karena interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-
aktivitas sosial. Interaksi sosial merupakan hubungan-hubungan sosial
yang dinamis yang menyangkut hubungan antara individu dengan
individu, hubungan antara individu dengan kelompok manusia,
maupun antara kelompok dengan kelompok manusia. Interaksi sosial
adalalh kunci dari semua kehidupan sosial, oleh karena tanpa interaksi
sosial, tak akan ada kehidupan bersama.
Berlangsungnya suatu proses interaksi didasarkan pada
pelbagai faktor, antara lain, faktor imitasi, sugesti, identifikasi dan
simpati. Faktkor-faktor tersebut dapat bergerak sendiri-sendiri secara
terpisah maupun dalam keadaan tergabung.
Imitasi merujuk pada pengertian tentang aktivitas seseorang
untuk meniru perilaku orang lain. Faktor sugesti berlangsung apabila
seseorang memberi suatu pandangan atau suatu sikap yang berasal
7
dari dirinya yang kemudian diterima oleh pihak lain. Faktor identifikasi
sebenarnya merupakan kecenderungan atau keinginan-keinginan
dalam diri seseorang untuk menjadi sama dengan pihak lain; sifatnya
lebih mendalam dari pada imitasi oleh karena kepribadian seseorang
dapat terbentuk atas dasar proses ini. Sedangkan proses simpati
sebenarnya merupakan suatu proses dimana seseorang merasa
tertarik pada pihak lain. Di dalam proses ini perasaan memegang
peranan yang sangat penting. Walaupun dorongan utama pada
simpati adalah keinginan memahami pihak lain dan untuk bekerja
sama dengannya. Disinilah lerbedaan utamanya dengan identifikasi
yang didorong oleh keinginan untuk belajar dari pihak lain yang
dianggap kedudukannya lebih tinggi dan harus dihormati, karena
mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu yang patut dijadikan contoh.
Proses simpati akan dapat berkembang didalam suatu keadaan
dimana faktor saling mengerti terjamin.
Faktor-faktor tersebut diatas merupakan persyaratan minimal
yang menjadi dasar bagi berlangsungnya proses interaksi sosial,
walaupun dalam kenyataannya proses tadi memang sangat kompleks
sehingga terkadang sulit mengadakan pembedaan tegas antara
faktor-faktor tersebut. Akan tetapi dapat dikatakan bahwa imitasi dan
sugesti terjadi lebih cepat, walau pengaruhnya kurang mendalam bila
dibandingkan dengan identifikasi dan simpati yang secara relatif agak
lebih lambat proses berlangusungnya.
2.2 Syarat-Syarat Terjadi Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidak mungkin terjadi apabila tidak
memenuhi dua syarat, yaitu: adanya kontak sosial dan adanya
komunikasi. Kontak sosial dapat berlangsung dalam tiga bentuk, yaitu
antara orang per-orang, antara individu dengan kelompok manusia
dan antara suatu kelompok manusia dengan kelompok manusia
8
lainnya. Kontak sosial dapat bersifat positif atau negatif. Yang positif
mengarah pada suatu kerja sama, sedangkan yang bersifat negatif
mengarah suatu pertentangan.
Sedangkan komunikasi memungkinkan kerja sama, akan tetapi
tidak selalu komunikasi menghasilkan kerja sama bahkan suatu
pertikaian mungkin akan terjadi sebagai akibat salah faham atau
karena masing-masing tidak mau mengalah.
2.3 Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerjasama
(cooperation), persaingan (competition), pertentangan dan
akomodasi. Meskipun demikian, kalau dikelompokkan berdasarkan
pokok-pokoknya saja. Proses-proses interaksi meliputi :
Proses-Proses Asosiatif
a. Kerja sama (Cooperation)
Bentuk dan pola-pola kerjasama dapat dijumpai pada
kelompok manusia. Kebiasaan-kebiasaan demikian dimulai sejak
masa kanak-kanak di dalam kehidupan keluarga atau kelompok-
kelompok kekerabatan. Atas dasar itu anak tersebut akan
menggambarkan bermacam-macam pola kerjasama setelah ia
menjadi dewasa. Bentuk kerjasama tersebut berkembang apabila
orang dapat digerakkan untuk mencapai suatu tujuan bersama
dan harus ada kesadaran tujuan tersebut dikemudian hari
mempunyai manfaat bagi semua.
Kerja sama timbul karena orientasi orang perorangan
terhadap kelompoknya (in-group-nya) dan kelompok lain (yang
merupakan out-group-nya). Menurut Charles H. Cooley, kerja
sama timbul apabila orang menyadari bahwa mereka mempunyai
kepentingan-kepentingan yang sama dan pada saat yang
bersamaaan mempunyai cukup pengetahuan dan pengendalian
9
terhadap diri sendiri untuk memenuhi kepentingan-kepentingan
tersebut, kesadaran akan adanya kepentingan-kepentingan yang
sama dan adanya organisasi merupakan fakta-fakta yang penting
dalam kerja sama yang berguna.
Dalam hubungannya dengan kebudayaan masyarakat
maka kebudayaan itulah yang mengarahkan dan mendorong
terjadinya kerjasama. Dalam teori-teori sosiologi akan dapat
dijumpai beberapa bentuk kerjasama (cooperation), yaitu:
kerjasama spontan (spontaneous cooperation), kerjasama
langsung (directed cooperation), kerjasama kontrak (contractual
cooperation), dan kerja sama tradisional (traditional
cooperation). Yang pertama adalah kerjasama yang serta merta
muncul tanpa ada perencanaan terlebuih dahulu, yang kedua
merupakan hasil dari perintah atasan atau penguasa, yang ketiga
kerjasama atas dasar tertentu, dan yang keempat merupakan
bentuk kerjasama sebagai bagian dari sistem sosial.
Sehubungan dengan pelaksanaan kerjasama, ada lima
bentuk kerjasama, yaitu:
Kerkunan yang mencakup gotong royong dan tolong
menolong;
Bargaining, yaitu pelaksanaan perjanjian mengenai
pertukaran barang-barang dan jasa-jasa antara dua
organisasi atau lebih;
Ko-optasi (co-optation), yaitu suatu proses penerimaan
unsur-unsur baru dalam kepeminpinan atau pelaksanaan
politik dalam organisasi, sebagai salah satu cara untuk
menghindari terjadinya kegoncangan dalam stabilitas
organisasi yang bersangkutan;
10
Koalisi (coalition), yakni kombinasi antara dua organisasi atau
lebih yang mempunyai tujuan-tujuan yang sama. Koalisi
dapat menghasilkan keadaan yang tidak stabil untuk
sementara waktu karena dua organisasi atau lebih tersebut
kemungkinannya mempunyai struktur yang berbeda;
Join-venture, yaitu kerja sama dalam pengerjaan proyek-
proyek tertentu.
b. Akomodasi (Accomodation)
Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti yaitu,
untuk menunjuk pada suatu keadaan dan untuk menunjuk pada
suatu proses. Menunjuk pada keadaan berarti adanya
keseimbangan dalam interaksi antara orang perorangan atau
kelompok-kelompok manusia dalam kaitannya dengan norma-
norma sosial dan nilai-nilai sosial yang berlaku di dalam
masyarakat. Sebagai suatu proses, akomodasi menunjuk pada
usaha-usaha manusia untuk meredakan pertentangan yaitu
usaha-usaha mencapai kestabilan. Tujuan akomodasi dapat
berbeda-beda sesuai dengan situasi yang dihadapi, yaitu: untuk
mengurangi pertentangan, mencegah timbulnya pertentangan
untuk sementara waktu, memungkinkan terjadinya kerja sama
dan mengusahakan peleburan antara kelompok-kelompok sosial
yang terpisah. Adapun bentuk-bentuk akomodasi antara lain :
Coercion adalah bentuk akomodasi yang prosesnya
dilaksanakan oleh karena adanya paksaan. Dalam hal ini ada
pihak yang berada pada posisi kuat dibandingkan dengan
pihak lawan.
Compromise adalah bentuk akomodasi dimana pihak-pihak
yang terlibat saling mengurangi tuntutannya, agar tercapai
penyelesaian terhadap perselisihan yang ada. Sikap dasar
11
untuk dapat melaksanakan kompromise adalah bahwa salah
satu pihak bersedia untuk merasakan dan memahami
keadaan pihak lain dan begitu pula sebaliknya.
Arbitration, merupakan suatu cara untuk mencapai kompromi
apabila pihak-pihak yang berhadapan tidak sanggup
mencapainya sendiri.
Mediation, hampir menyerupai arbitration. Pada mediasi
diundanglah pihak ketiga yang netral dalam soal perselisihan
yang ada. Pihak ketiga tersebut bertugas untuk
menyelesaikan masalah secara damai.
Conciliation adalah suatu usaha untuk mempertemukan
keinginan-keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi
tercapainya persetujuan bersama.
Toleransi, merupakan suatu bentuk akomodasi tanpa
persetujuan yang bersifat formal. Kadang-kadang hal ini
muncul secara tidak sadar tanpa direncanakan, hal mana
disebabkan karena adanya watak orang perorang atau
kelompk-kelompok manusia untuk sedapat mungkin
menhindarkan diri dari suatu perselisihan.
Proses Disosiatif
Proses-proses disosiatif sering disebut dengan oppositional
processes, persis halnya dengan kerjasama, dapat ditemukan pada
setiap masyarakat, walaupun bentuk dan arahnya ditentukan oleh
kebudayaan dan sistem sosial masyarakat bersangkutan.
Untuk kepentingan analisis ilmu pengetahuan, proses-proses
yang disosiatif dibedakan dalam tiga bentuk, yaitu :
a. Persaingan
Persaingan dapat diartikan sebagai suatu proses sosial,
dimana individu atau kelompok yang bersaing mencari
12
keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada suatu
saat tertentu menjadi pusat perhatian umum dengan cara
mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan
ancaman atau kekerasan.
Persaingan mempunyai dua tipe umum, yakni brsifat
pribadi dan tidak pribadi. Yang bersifat pribadi misalnya adalah
memperoleh kedudukan dalam organisasi. Sedangkan yang
bersifat tidak pribadi, yang langsung bersaing adalah keliompok.
Persaingan misalnya dapat terjadi antara dua perusahaan besar
yang bersaing untuk mendapatkan monopoli di suatu wilayah
tertentu.
Tipe-tipe tersebut diatas menghasilkan beberapa bentuk
persaingan, yaitu antara laian:
Persainagan ekonomi. Persaingan di bidang ekonomi timbul
karena terbatasnya persediaan apabila dibandingkan dengan
jumlah konsumen. Persaingan merupakan salah satu cara
untuk memilih produsen-produsen yang baik. Bagi
masyarakat secara keseluruhan hal demikian dianggap
menguntungkan, karena produsen yang terbaik akan
memenangkan persaingannya dengan cara memproduksi
barang dan jasa yang lebih baik dengan harga yang rendah.
Persaingan kebudayaan. Persaingan dalam bidang
kebudayaan terjadi ketika para pedagang barang dari Cina
berdagang di pelabuhan Indonesia. Persaingan dalam bidang
kebudayaan bisa menyangkut bidang pendidikan dan
sebagainya.
Persaingan kedudukan dan peranan. Dalam diri seseorang
maupun di dalam kelompok terdapat keinginan-keinginan
untuk diakui sebagai orang atau kelompok yang mempunyai
13
kedudukan serta peranan yang terpandang. Keinginan
tersebut dapat terarah pada suatu persamaan derajat dengan
kedudukan serta peranan pihak lain, atau bahkan lebih tinggi
dari itu.
Persainga ras. Sebenarnya merupakan juga persaingan
dibidang kebudayaan. Perbedaan ras baik karena perbedaan
warna kulit, bentuk tubuh, maupun corak rambut dan
sebagainya hanya merupakan suatu perlambang kesadaran
dan sikap atas perbedaan-perbedaan dalam kebudayaan.
Dalam batas-batas tertentu persaingan dapat
mempunyai beberapa fungsi, yaitu:
Menyalurkan keiginan-keinginan individu atau kelompok yang
bersifat kompetitif;
Sebagai jalan dimana keinginan, kepentingan serta nilai-nilai
yang pada suatu masa menjadi pusat perhatian, tersalurkan
dengan baik oleh mereka yang bersaing;
Merupakan alat untuk mengadakan seleksi atas dasar seks
dan sosial. Persaingan berfungsi mendudukkan individu pada
kedudukan serta peranan yang sesuai dengan
kemampuannya.
Merupakan alat untuk menyaring calon pekerja agar
menghasilkan pembagian kerja yang efektif.
Akibat-akibat persaingan mungkin saja bersifat asosiatif
atau disosiatif. Hasil suatu persaingan terkait erat dengan
berbagai faktor, antara lain:
Kepribadian seseorang. Menurut Charles H.Cooley, bilamana
persaingan dilakukan secara jujur, maka ia akan
mengembangkan rasa sosial dalam diri seseorang.
14
Kemajuan. Persaingan akan mendorong seseorang untuk
bekerja keras supaya dapat memberikan sahamnya bagi
pembangunan masyarakat. Dengan menimbulkan kegairahan
tersebut, usaha-usaha per individu lazimnya akan mengalami
kemajuan-kemajuan.
Solidaritas kelompok. Selama persaingan dilakukan secara
jujur, solidaritas kelompok tak akan goyah. Persaingan yang
jujur akan menyebabkan individu akan saling menyesuaikan
diri dalam hubungan-hubungan sosialnya sehingga tercapai
keserasian.
Disorganisasi. Perubahan yang terjadi terlalu cepat dalam
masyarakat akan mengakibatkan disorganisasi pada struktur
sosial. Perubahan yang terlalu cepat bisa dipicu oleh adanya
persaingan dalam masyarakat tersebut.
b. Kontraversion
Kontraversion pada hakekatnya merupakan suatu
proses sosial yang berada antara persaingan dengan
pertentangan. Kontraversion terutama ditandai oleh gejala-gejala
adanya ketidak pastian mengenai diri seseorang dan perasaan
tidak suka yang disembunyikan, kebencian atau keraguan
terhadap kepribadian seseorang. Betuk kontravensi menurut
Leopold Von Wiese, dan Howard Becker, ada lima, yaitu:
Yang umum meliputi perbuatan-perbuatan seperti penolakan,
keengganan, perlawanan, perbuatan menghalang-halangi,
protes dan mengacaukan rencana pihak lain.
Yang sederhana seperti menyangkal pernyataan orang lain
dimuka umum, memfitnah, mencerca dan sebagainya.
Yang intensif mencakup penghasutan, menyebarkan desas-
desus, mengecewakan pihak lain dan seterusnya.
15
Yang taktis, misalnya mengejutkan lawan, mengganggu atau
membingungkan pihak lain umpamanya kampanye dalam
partai politik pada saat pemilu.
c. Pertentangan
Merupakan suatu proses sosial dimana individu atau
kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan
menentang pihak lawan yang disertai dengan ancaman dan/atau
kekerasan. Sebab musabab atau akar-akar dari pertentangan
antara lain: perbedaan antara individu-individu, perbedaan
kebudayaaan, perbedaan kepentingan dan perubahan sosial.
Apakah pertentangan membawa akibat-akibat positif
atau negatif, tergantung dari persoalan yang dipertentangkan
dan juga struktur sosial dimana pertentangan yang menyangkut
suatu tujuan, nilai, atau kepentingan. Sepanjang pertentangan
tidak berlawanan dengan pola-pola hubungan sosial di dalam
struktur sosial tertentu, maka pertentangan-pertentangan
tersebut bersifat positif. Oleh karena hal itu mempunyai
kecenderungan untuk memungkinkan adanya penyesuian
kembali norma-norma dan hubungan-hubungan sosial dalam
kelompok bersangkutan sesuai dengan kebutuhan individu
maupun bagian-bagian kelompok. Salah satu faktor yang dapat
membatasi akibat negatif dari pertentangan adalah sikap
toleransi yang sudah institutionalized (tercernakan).
Pertentangan mempunyai beberapa bentuik khusus:
Pertentangan pribadi. Tidak jarang terjadi dua orang sejak
mulai berkenalan sudah saling tidak menyuikai. Apabila
kondisi awal yang buruk ini dikembangkan maka timbul rasa
saling membenci. Masing-masing pihak berupaya
memusnahkan pihak lawannya.
16
Pertentangan rasial. Biasanya disebabkan oleh perbedaan ciri-
ciri badaniah seperti warna kulit.
Pertentangan antar kelas-kelas sosial. Pada umunya
disebabkan oleh perbedaan kepentingan, misalnya perbedaan
kepentingan antara majikan dengan buruh.
Pertentangan politik. Biasanya pertentangan ini menyangkut
baik antara golongan-golongan dalam suatau masyarakat,
maupun antara negara-negara yang berdaulat.
Akibat-akibat yang ditimbulkan dari pertentangan:
Meningkatnya solidaritas in group. Apabila suatu kelompok
bertentangan dengan kelompok lain maka solidaritas antara
warga-waga kelompok biasanya akan bertambah erat.
Mereka bahkan bersedia berkorban demi keutuhan kelompok.
Melemahnya solidaritas internal kelompok. Bilamana
pertentangan terjadi antara individu-individu dalam kelompok
tersebut, maka solidaritas internalnya akan melemah.
Perubahan kepribadian individu. Pada diri individu yang tidak
terbiasa menghadapi pertentangan kondisi pertantangan
akan menyebabkan merasa tertekan secara psikologis.
17
BAB III
KELOMPOK-KELOMPOK SOSIAL DAN KEHIDUPAN
MASYARAKAT
3.1. Pendahuluan
Pada dasarnya manusia tidak bisa melakukan aktivitas untuk
memenuhi kehidupannya secara mandiri tanpa melakukan interaksi
dengan manusia lainnya. Kondisi inilah kemudian yang menimbulkan
kelompok-kelompok sosial. Kelompok-kelompok sosial tersebut
merupakan himpunan atau kesatuan-kesatuan manusia yang hidup
bersama. Ada beberapa persyaratan tertentu untuk disebut sebagai
kelompok sosial, yaitu :
Setiap anggota kelompok harus sadar bahwa dia merupakan
sebagian dari kelompok yang bersangkutan;
Ada hubungan timbal balik antara anggota yang satu dengan
anggota yang lain;
Ada suatu faktor yang dimiliki bersama, sehingga hubungan antara
mereka bertambah erat;
Berstruktur, berkaidah dan mempunyai pola perilaku.
Bersistem dan berposes.
3.2. Tipe-Tipe Kelompok Sosial
1. Solidaritas Mekanis dan Solidaritas Organisasi
Menurut Durkheim, kelompok yang didasarkan pada
solidaritas mekanis merupakan ciri yang menandai masyarakat yang
masih sederhana. Dalam masyarakat demikian kelompok-kelompok
manusia tinggal secara tersebar dan hidup terpisah satu dengan
yang lain. Masing-masing kelompok dapat memenuhi kebutuhan
mereka masing-masing dan pada anggotanya belum ada
18
pembagian kerja serta yang diutamakan adalah persamaan perilaku
dan sikap.
Solidaritas organis merupakan bentuk solidaritas yang
mengikat masyarakat yang telah mengenal pembagian kerja yang
rinci dan dipersatukan oleh saling ketergantungan antar bagian.
Ikatan utama yang mempersatukan masyarakat adalah
kesepakatan-kesepakatan yang terjalin diantara berbagai kelompok
profesi.
2. In-group dan Out-group
Menurut Summer, pada in-group biasanya terbentuk atas
dasar faktor simpati dan selalu mempunyai peranan dekat dengan
anggota. Sedangkan pada out-group, selalu ditandai dengan suatu
kelainan yang berwujud antagonisme atau antipati.
3. Kelompok Primer dan Kelompok Sekunder
Menurut Cooley, kelompok primer adalah kelompok-
kelompok yang ditandai ciri-ciri kenal mengenal antara anggota-
anggotanya serta kerja sama yang erat yang bersifat pribadi.
Sebagai salah satu hasil hubungan yang erat dan bersifat pribadi
tadi adalah peleburan individu-individu kedalam kelompok-
kelompok, sehingga tujuan individu menjadi juga tujuan kelompok.
Syarat-syarat kelompok primer adalah sebagi berikut :
Secara fisik anggota-anggota kelompok berdekatan;
Merupakan kelompok kecil;
Adanya kelanggengan hubungan.
Sedangkan sifat hubungannya adalah pribadi dalam arti
bahwa hubungan tersebut melekat berpusat pada kepribadian
seseorang dan tak dapat diganti oleh orang lain. Disamping itu juga
bersifat inklusif; artinya apabila seseorang mengadakan hubungan
primer dengan orang lain, maka maksudnya adalah orang tersebut
19
dengan segala sesuatu yang menyangkut dia, misalnya
perasaannya, kepribadiaannya, temperamennya dan lain-lain.
Adapun kelompok sekunder adalah kelompok-kelompok
besar yang terdiri dari banyak orang, tidak perlu kenal mengenal
secara pribadi dan sifat hubungannya tidak begitu langgeng.
4. Gemeinschaft (Paguyuban) dan Gesellschaft (Patembayan)
Paguyuban adalah suatu bentuk kehidupan bersama dimana
anggota-anggotanya diikat oleh hubungan batin yang murni dan
bersifat alamiah serta bersifat kekal. Dasar hubungan tersebut
adalah rasa cinta dan rasa kesatuan batin yang memang telah
dikodratkan. Kehidupan tersebut dinamakan juga bersifat nyata dan
organis.
Sebaliknya, patembayan merupakan ikatan lahir yang bersifat
pokok untuk jangka waktu pendek, bersifat sebagai suatu bentuk
yang eksis dalam alam pikiran belaka (imaginary) serta strukturnya
bersifat mekanis sebagaimana dapat diumpamakan dengan mesin.
Menurut Ferdinand Tonnies, gemeinschaft (peguyuban)
mempunyai bebera ciri pokok, yaitu :
Intimate, hubungan menyeluruh yang mesra;
Private, hubungan yang bersifat pribadi, yaitu khusus untuk
beberapa orang sakja;
Eksklusive, hubungan tersebut hanyalah untuk "kita" saja dan
tidak untuk orang-oran lain di luar kita.
Labih lanjut Tonies mengungkapkan bahwa di dalam setiap
masyarakat selalu dapat dijumpai salah satu diantara tiga tipe
paguyuban, yakni:
Paguyuban karena ikatan darah (Gemeinschaft by Blood).
Paguyuban yang merupakan ikatan berdasarkan pada ikatan
darah atau keturunan, contoh keluarga.
20
Paguyuban karena tempat (Gemeinschaft of Place). Paguyuban
yang terdiri dari orang-orang yang berdekatan tempat tinggal,
sehingga dapat saling tolong-menolong, contoh RT, RW dan
lain-lain.
Paguyuban karena jiwa-pikiran (Gemeinschaft of mind).
Paguyuban yang terdiri dari orang-orang yang walaupun tak
mempunyai hubungan darah ataupun tempat tinggalnya tidak
berdekatan, akan tetapi mereka mempunyai jiwa dan pikiran
yang sama, ideologi yang sama.
Sedangkan geselllschaft (patembayan) terdapat public life
yang artinya bahwa:
Hubungannya bersifat untuk semua orang; batas-batas antara
kami dengan bukan kami kabur. Pertentangan-pertentangan
yang terkaiti antara anggota dapat dibatasi pada bidang-bidang
tertentu, sehingga suatu persoalan bisa dilokalisir.
Mengacu pada hubungan persahabatan yang disebabkan karena
adanya persamaan keahlian, pekerjaan atau pandangan yang
mendorong orang untuk berhubungan secara teratur. Adapun
gesellschaft dilukiskan sebagai kehidupan publik, sebagai orang-
orang yang kebetulan hadir bersama tetapi masing-masing tetap
mandiri, bersifat sementara dan semu.
5. Membership Group dan Reference Group
Menurut Robert K. Merton membership group merupakan
kelompok dimana setiap orang secara fisik menjadi anggota
kelompok tersebut. Sedangkan reference group adalah kelompok
sosial yang menjadi ukuran seseorang (bukan anggota kelompok
tersebut) untuk membentuk pribadi dan perilakunya.
3.3. Kelompok-Kelompok Sosial yang Tidak Teratur.
21
Pada dasarnya kelompok-kelompok sosial yang tidak
teratur dapat dikelompokkan menjadi dua golongan besar yaitu:
kerumunan dan publik. Kerumunan. Ukuran utama adanya
kerumunan adalah kehadliran orang-orag secara fisik. Sedikit
banyaknya batasan kerumunan adalah sejauh mata dapat melihat
dan selama telinga dapat mendengarkannya. Kerumunan tersebut
segera mati, setelah orang-oranmg bubar dan karena itu kerumunan
merupakan kelompok sosial yang bersifat sementara.
Kerumunan jelas tidak terorganisir. Ia dapat mempunyai
pimpinan akan tetapi tidak mempunyai sistem pembagian kerja
maupun sistem pelapisan sosial. Artinya interaksi di dalamnya
bersifat spontan dan tidak terduga, serta orang-orang yang hadlir
dan berkumpul mempunyai kedudukan yang sama Identitas sosial
seseorang biasanya tenggelam apabila orang yang bersangkutan ikut
serta dalam suatau kerumunan.
Publik. Publik lebih merupakan kelompok yang tidak
merupakan kesatuan. Intearksi terjadi secara tidak langsung melalui
alat-alat komunikasi. Adanya alat penghubung semacam itu lebih
memungkinkan publik mempunyai pengikut-pengikut yang lebih luas
dan lebih besar. Akan tetapi karena jumlahnya yang sangat besar,
maka tidak ada pusat perhatian yang tajam dan karena itu kesatuan
juga tidak ada.
MASYARAKAT PEDESAAN (RURAL COMMUNITY) DAN
MASYARAKAT PERKOTAAN (URBAN COMMUNITY).
Dalam masyarakat modern sering dibedakan antara
masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan. Perbedaan
antara keduanya pada hakikatnya bersifat gradual. Agak sulit untuk
memberikan batasan apa yang dimaksudkan dengan perkotaan, oleh
22
karena adanya hubungan antara konsentrasi penduduk dengan gejala-
gejala sosial yang dinamakan urbanisme.
Warga masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang
lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan
warga masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupan biasanya
berkelompok atas dasar sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakar
pedesaan pada umumnya hidup dari pertanian, walaupun terlihat
adanya pekerjaan tukang kayu, tukang genteng dan bata, namun inti
pekerjaan mereka adalah pertanian. Meskipun hidup di pertanian,
tidak semuanya memiliki tanah sendiri. Di Jawa misalnya, dikenal
adanya empat macam sistem pemilikan tanah, yaitu:
Sistem milik umum atau milik komunal dengan pemakaian beralih-
alih;
Sistem milik komunal dengan pemakaian bergiliran;
Sistem komunal dengan pemakaian tetap;
Sistem milik individu.
Sedangkan di luar Jawa, misalnya di Sumatra, di samping pertanian
penduduk pedesaan juga berkebun, misalnya kebun karet, lada,
kelapa sawit dan sebagainya.
Secara umum penduduk pedesaan di Indonesia memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
Kehidupannya sangat tergantung dan terikat dengan tanah (earth-
bound)
Cara bertani sangat tradisional dan tidak efisien, karena belum
dikenalnya mekanisasi dalam pertanian,
Golongan orang-orang tua memegang peranan penting,
Hubungan antara penguasa dengan rakyat berlangsung secara
tidak resmi
23
Sedangkan masyarakat perkotaan adalah masyarakat kota
yang tidak tentu jumlah penduduknya. Ada beberapa ciri menonjol
pada masyarakat kota, yaitu:
Kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan
kehidupan keagaam di pedesaan;
Cenderung individualistis;
Pembagian kerja juga lebih tegas dan punya batas-batas nyata;
Jalan pikirannya lebih rasional;
Penghargaan terhadap waktu lebih menonjol;
Perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di kota-kota.
24
BAB IV
INSTITUSI DAN PENGENDALIAN SOSIAL
4.1 Pendahuluan
Institusi sosial atau pranata sosial menunjuk pada adanya
unsur-unsur yang mengatur perilaku warga masyarakat. Menurut
Koentjaraningrat, pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan
dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk
memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan
masyarakat.
Institusi sosial yang bertujuan memenuhi kebutuhan-
kebutuhan pokok manusia pada dasarnya mempunyai beberapa
fungsi, yaitu:
Memberikan pedoman pada anggota masyarakat, bagaimana
mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi
masalah, utamanya menyangkut kebutuhan-kebutuhan;
Menjaga keutuhan masyarakat;
Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan
sistem pengendalian sosial. Artinya sistem pengawasan
masyarakat terhadap tingkah laku anggota-anggotanya.
Fungsi-fungdi di atas menyatakan bahwa apabila seseorang hendak
mempelajari kebudayaan dan masyarakat tertentu maka harus pula
memperhatikan secara teliti lembaga-lembaga kemasyarakatan di
masyarakat yang bersangkutan.
Proses Pertumbuhan Institusi Sosial
1. Norma-norma masyarakat
Supaya hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat
berjalan sebagaimana diharapkan, maka dirumuskanlah norma-
norma masyarakat. Mula-mula norma terbentuk secara tidak
25
sengaja. Namun lama kelamaan norma-norma tersebut dibuat
secara sadar.
Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat morma-norma
tersebut, secara sosiologis dikenal adanya empat macam
pengertian,yaitu:
Cara (usage) menunjukan pada suatu bentuk perbuatan. Norma
ini mempunyai kekuatan yang sangat lemah. Cara (usage) lebih
menonjol di dalam hubungan antar individu dalam masyarakat.
Suatu penyimpangan terhadapnya tak akan mengakibatkan
hukuman yang berat, akan tetapi hanya sekedar celaan dari
individu yang dihubunginya.
Kebiasaan (folkways), mempunyai kekuatan mengikat yang
lebih kuat dibandingkan dengan cara. Kebiasaan diartikan
sebagai perbuatan yang diulang-ulang dalam bentuk yang
sama, merupakan bukti bahwa orang banyak menyukai
perbuatan tersebut. Menurut Mac Iver dan Page, kebiasaan
merupakan perilaku yang diakui dan diterima oleh masyarakat.
Tata kelakuan (mores), mencerminkan sifat-sifat yang hidup
dari kelompok menusia yang dilakukan sebagai alat pengawas,
secara sadar maupun tidak sadar, oleh masyarakat terhadap
anggota masyarakat yang lain. Tata kelakuan di satu pihak
memaksakan suatu perbuatan dan dilain pihak melarangnya,
sehingga secara langsung merupakan alat agar anggota
masyarakat menyesuaikan perbuatan dengan tata kelakuan
tersebut.
Adat istiadat (custom), merupakan tata kelakuan yang kekal
serta kuat integrasinya dengan pola-pola perilaku masyarakat.
Anggota masyarakat yang melanggar adat istiadat akan
26
menderita sanksi yang keras yang terkadang pemberlakuannya
secara tidak langsung.
Agar norma-norma yang ada di masyarakat bisa diterima dan
dijadikan pegangan bagi masyarakat dalam menciptakan tertib
sosial, maka perlu adanya pelembagaan norma yang ada. Suatu
norma dikatakan telah melembaga (institutionalized), apablia norma
tersebut: diketahui; dipahami, atau dimengerti; ditaati; dan dihargai
Sistem Pengendalian Sosial
Pengertian engendalian sosial menurut Barger adalah
berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan
anggotanya yang membangkang. Sedangkan menurut Joseph S.
Roucek, pengendalian sosial adalah segala proses baik yang
direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau
bahkan memaksa warga masyarakat untuk mematuhi kaidah-kaidah
dan nilai-nilai sosial yang berlaku. Jadi pengendalian sosial bisa
dilakukan oleh individu terhadap individu, atau individu terhadap
kelompok, suatau kelompok terhadap kelompok lainnya.
Tujuan pengendalian sosial adalah untuk mencapai
keserasian antara stabilitas dengan perubahan-perubahan dalam
masyarakat.
Cara Pengendalian Sosial
Persuasif. Cara ini biasanya dilakukan melalui jalan damai dengan
meyakinkan masyarakat tentang perlunya mentaati suatu norma,
kaidah dan nilai sosial, biasanya dilakukan dalam ruang lingkup
terbatas.
Paksaan. Lebih sering diperlukan pada masyarakat yang berubah,
karena di dalam keadaan seperti itu, pengendalian sosial juga
berfungsi untuk membentuk kaidah-kaidah baru yang
menggantikan kaidah-kaidah lama yang telah goyah. Cara ini
27
biasanya dipilih sebagai alternatif-alternatif terakhir ketika berbagai
cara sudah tidak efektif lagi.
Sifat Pengendalian Sosial
Preventif. Merupakan usaha pencegahan terhadap terjadinya
gangguan-gangguan pada keserasian antara kepastian dengan
keadilan. Contoh: Pendidikan formal dan informal.
Represif. Bertujuan untuk mengembalikan keserasian yang pernah
mengalami gangguan. Contoh: Penjatuhan sanksi pada pelanggar
hukum.
Gabungan keduanya
Pola Pengendalian Sosial
Individu terhadap individu
Individu terhadap kelompok sosial atau sebaliknya.
Kelompok sosial terhadap kelompok sosial.
Wujud Pengendalian Sosial
Pemidanaan. Standard pemidanaan merupakan suatu larangan
yang apabila dilanggar akan mengakibatkan penderitaan bagi
pelanggarnya.
Kompensasi. Patokannya adalah kewajiban dimana inisiatif untuk
memprosesnya berada pada pihak yang dirugikan.
28
top related