menjadi kristen baru: studi katekisasi khusus di gereja ... · bagaimana gereja kristen indonesia...
Post on 07-Nov-2020
14 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MENJADI KRISTEN BARU: Studi Katekisasi Khusus di
Gereja Kristen Indonesia Kayu Putih Pulo Gadung
Jakarta Timur
Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Agama (S.Ag)
Oleh :
RAYYAN ADILLA ANWAR
NIM : 1113032100019
JURUSAN STUDI AGAMA-AGAMA
FAKULTAS USHULUDDIN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2017 M
iv
ABSTRAK
Rayyan Adilla Anwar
Judul Skripsi : Menjadi Kristen Baru: Studi Katekisasi Khusus di Gereja Kristen Indonesia
Pulo Gadung Jakarta Timur.
Setiap lembaga keagamaan yang dibentuk oleh umat beragama mempunyai maksud
dan tujuannya yaitu memajukan suatu kepentingan hidup beragama yang ada didalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, dalam hal ini kita membicarakan
bagaimana peran salah satu lembaga keagamaan tersebut dalam menindak lanjuti kasus
konversi agama.
Seperti hal nya kajian pokok penelitian ini adalah menjelaskan bagaimana peran
Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kayu Putih dalam memberikan pembinaan iman dalam
Katekisasi khusus bagi pelaku konversi agama yang menyatakan kesaksiannya di GKI Kayu
Putih. Katekisasi adalah bentuk pelayanan yang diberikan gereja berupa pendidikan dan
pembinaan tentang ajaran agama Kristen untuk para pengikut yang percaya bahwa Yesus
Kristus sebagai Juru Penyelamatnya.
Selain itu salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan informasi
bagaimana pendidikan Katekisasi ini mempengaruhi seseorang dalam mencapai kedewasaan
dalam beriman bagi pesertanya. Dalam hal ini yang menjadi fokus subjek kajian adalah
bagaimana Gereja Kristen Indonesia Kayu Putih memberikan pelayanannya terhadap
program katekisasi, sedangkan objek kajiannya adalah pengaruh pendidikan katekisasi
terhadap pelaku konversi agama dalam memantapkan keimanannya menggunakan metode
kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Responden yang diteliti sebanyak sembilan
orang yang mana tiga orang pengajar katekisasi dan enam orang peserta katekisasi dari latar
belakang yang berbeda.
Berdasarkan hasil penelitian, penulis menyimpulkan bahwa pendidikan Katekisasi ini
mempunyai andil yang cukup besar sebagai pengantar bagi pengikutnya dalam mencapai
kedewasaan dalam beragama khususnya bagi peserta latar belakang konversi agama yang
baru mengenal tentang kekristenan dengan beberapa metode yang telah disediakan.
Pendidikan Katekisasi ini menjadi andalan di sepanjang sejarah dalam regenerasi
keKristenan.
Kata Kunci : Katekisasi, Sekolah Bina Iman, Majelis Jemaat, GKI Kayu Putih, Pengajaran
Agama Kristen (PAK).
v
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirabbil ‘alamin puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT atas segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya begitupun hingga skripsi ini dengan
judul “Menjadi Kristen Baru: Studi Tentang Katekisasi Khusus di Gereja Kristen
Indonesia Kayu Putih Pulo Gadung Jakarta Timur” dapat terselesaikan. Shalawat
serta salam selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW semoga setiap dari kita
kelak mendapat syafaat darinya.
Penulis menyadari bahwa skripsi yang jauh dari sempurna ini tidak akan dapat
selesai tanpa adanya dukungan dari banyak pihak baik secara materil maupun moril.
Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terimakasih
kepada pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini, terutama kepada
yang terhormat:
1. Drs. Muh Nuh HS, M.Ag dan Dra. Marzuqoh, M. A selaku Dosen
Pembimbing Skripsi, atas kesabaran dan ketelitian dalam membimbing
Penulis. Beliau yang telah banyak meluangkan waktu, tenaga, fikiran dan
memberikan arahan, motivasi serta bimbingan kepada penulis sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Dr. Media Zainul Bahri, M.A, selaku Ketua Jurusan Studi Agama-Agama dan
Dra. Halimah Mahmudy M.A, selaku sekretaris Jurusan Studi Agama-Agama
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang selalu memberikan pelayanan kepada
mahasiswanya dengan baik.
vi
3. Drs. Ismatu Ropi, M.A, Ph. D selaku Penasehat Akademik yang memberikan
arahan dan motivasi kepeda penulis untuk menyelesaikan dengan baik.
4. Rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A atas
kesempatan belajar dan fasilitas yang diberikan pada Fakultas Ushuluddin dan
Filsafat.
5. Bapak Dekan Fakultas Ushuluddin dan Filsafat Prof. Dr. Masri Mansoer,
M.A, selaku Dekan Fakultas Ushuluddin UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Prof. Dr. Ikhsan Tanggok, M.A, selaku Wadek I bidang Administrasi Fakultas
Ushuluddin. Dr. Bustamin, M.A, selaku Wadek II bidang Administrasi
Umum. Dr. M. Suryadinata, M.A, selaku Wadek III bidang Kemahasiswaan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
7. Seluruh Dosen Fakultas Ushuluddin, para Staff Akademik Fakultas
Ushuluddin, para Staff Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan para Staff
Perpustakaan Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
8. Ayahanda dan Ibunda tercinta Drs. H. Wahyuddin Anwar dan Dra. Hj.
Kholilah Junaidi, adik-adikku Rifqo Yasser Anwar dan Kemal Ja’far Shadiq
as my always support system! Ini persembahan untuk mereka.
9. Kepada seluruh Staff Gereja Kristen Indonesia Kayu Putih Jakarta Timur atas
dukungan dan bantuannya terhadap penelitian ini, khususnya kepada Pendeta
Natan Kristianto dan Pendeta Nataniel Setiadi.
10. Para Narasumber yang telah membantu penulis dalam mengumpulkan
informasi terkait dengan penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat
terselesaikan.
vii
11. Sahabat-sahabat sebagai salah satu sumber keceriaan terampuh bagi penulis:
Rizky Dwi Putri, Amaliah, Nafi Aisyah, Adinda Khairani, Muthya Kariema
Fajrin, Siti Aisyah, Siti Rohmawati, Yoshiko Muthia Hanifa dan Rifani Sektie
Hanafi.
12. Untuk Almamater penulis MMI Daar El- Qolam yang berperan besar dalam
membentuk karakter penulis, mengajarkan banyak pelajaran berharga yang
semoga dapat selalu penulis amalkan dengan baik.
13. Pelatih Marching Band Kak Rahwono Ray, Kak Ahmad Arianto dan Kak
Dijaya, beliau-beliau banyak memberikan support dan pesan moral yang
berarti bagi penulis.
14. Teman-teman seperjuangan Tri Indah Annisa, Annisa Rizky Amalia, Nur
Samsiyah dan Mawaddah mereka adalah salah satu alasan penulis semangat
menyelesaikan skripsi ini.
15. Teman-teman seperjuangan Studi Agama-Agama angkatan 2013 yang semoga
diberikan kemudahan dalam menyelesaikan tugas akhir.
16. Teman-teman KKN Saga4 atas kerjasamanya menyelesaikan tugas-tugas
KKN dengan baik.
17. Teman-teman seperjuangan Link Ciputat Qaffa, Leha, Nurul, Nafi, Elis,
Ummu dll yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namun tidak
mengurangi rasa hormat saya.
18. Teman-teman IKPA Bazis Jakarta Timur, teman-teman Marching Band Bhina
Caraka, Komunitas NET. Good People atas pengalaman-pengalaman selama
bergabung.
viii
19. Dan kepada semua orang yang saya kenal maupun yang mengenal saya,
terimakasih atas ilmu dan pengalaman yang diberikan.
Berdasarkan peran-peran beliau semua semoga mendapatkan balasan dan
dilimpahi rahmat Allah SWT. Menyadari atas banyaknya kekurangan dalam
skripsi ini, oleh sebab itu penulis berharap kiranya skripsi ini dapat dikembangkan
dikemudian hari dengan lebih baik.
Jakarta, 26 Oktober 2017
Rayyan Adilla Anwar
ix
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING i
LEMBAR PENGESAHAN PANITIA SIDANG ii
LEMBAR PERNYATAAN iii
ABSTRAK iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI ix
DAFTAR LAMPIRAN xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan dan Batasan Masalah....................................................................8
C. Tujuan Teoritis dan Akademis Penelitian....................................................9
D. Metodologi Penelitian ...............................................................................10
E. Kajian Pustaka 12
F. Sumber Penelitian......................................................................................14
G. Sistematika Penulisan 16
BAB II MEMAHAMI KONVERSI AGAMA DAN KATEKISASI
A. Konversi Agama 18
1. Pengertian dan Ciri-ciri Konversi Agama............................................18
2. Proses Terjadinya Konversi Agama.....................................................21
3. Faktor Penyebab Terjadinya Konversi Agama ...................................24
B. Katekisasi 25
1. Hakikat dan Peranan Katekisasi 25
2. Metode dan Sistematika Pelaksanan Katekisasi..................................30
3. Katekisasi dan Sejarah Perkembangannya 32
4. Jenis-jenis Katekisasi .36
x
BAB III GKI KAYU PUTIH DAN PROGRAM KATEKISASI
A. Profil GKI Kayu Putih 40
1. Latar Belakang GKI Kayu Putih 40
2. Pokok-pokok Ajaran GKI Kayu Putih.................................................43
3. Struktur Kepengurusan GKI Kayu Putih ............................................46
4. Kegiatan GKI Kayu Putih ...................................................................46
B. Klasifikasi dan Pelaksana Katekisasi Di GKI Kayu Putih 47
C. Sistematika Katekisasi 53
1. Pra Katekisasi .....................................................................................53
2. Pasca Katekisasi 59
D. Metode Pembinaan GKI Kayu Putih Untuk Kebutuhan Peserta
Pelaku Konversi Iman................................................................................61
BAB IV PENGARUH KATEKISASI DALAM PEMANTAPAN IMAN
KRISTEN
A. Pengalaman Empirik Konversi Agama ....................................................66
B. Katekisasi Memperkaya Iman Kristen.......................................................75
C. Katekisasi Sebagai Edukasi Perantara.......................................................79
1. Menyadarkan Untuk Bergereja dan Mengembangkan Gereja 79
2. Mengajarkan Etika Dalam Bermasyarakat dan Bernegara..................82
BAB V KESIMPULAN........................................................................................84
DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................86
LAMPIRAN 90
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Surat Bukti Penelitian 90
Lampiran 2
Pertanyaan Wawancara 92
Lampiran 3
Hasil Wawancara Pembina Katekisasi ..................................................................95
Hasil Wawancara Peserta Katekisasi ………………………….……………….102
Lampiran 4
Tanda Bukti Wawancara 120
Lampiran 5
Dokumentasi Kegiatan Lapangan .......................................................................131
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi yang identik dengan perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi seperti saat ini banyak merubah dan membawa pengaruh bagi
kehidupan beragama masyarakat. Nuansa berteknologi yang membawa dan
menciptakan sikap sekular bagi masyarakat dari yang dekat dengan nilai-nilai
berbau agama hingga membentuknya menjadi masyarakat yang semakin modern.
Sebuah pernyataan yang relevan dari seorang tokoh Teolog yaitu Thomas Clark
Oden 1931-2016 tentang zaman modernisme dimana suatu periode yang
mengafirmasi keeksistensian dan kemungkinan mengetahui kebenaran dengan
hanya menggunakan penalaran manusia yang mana dalam arti simbolik penalaran
tersebut dapat menggantikan posisi Tuhan, naturalisme menggantikan posisi
supernatural.1
Namun premis ini tidak selalu benar, karena tidak sedikit pula masyarakat
yang hidup ditengah arus globalisasi dengan perkembangan teknologi yang kian
pesat tetapi masih mengedepankan kehidupan keagamaannya dengan baik. Terjadi
demikian, karena memang pada dasarnya manusia adalah makhluk beragama
1Tom Jacob, SJ, Paham Allah: Dalam Filsafat, Agama-Agama, dan Teologi (Yogyakarta:
Penerbit Kanisius, 2003), h. 72.
2
(homo religius) yang diciptakan memiliki potensi keagamaan sejak kelahirannya
dan terbagi menjadi dua unsur yang ada di dalam dirinya yaitu: unsur jasmaniah
dan unsur rohaniah, atau bisa disebut unsur jasmani dan rohani.
Disamping itu, manusia juga dianugerahkan seperangkat kemampuan
dasar yang memiliki kecenderungan berkembang yang sering disebut fitrah2,
artinya suatu netral di dalam jiwa yang tidak terikat oleh keinginan dan keperluan
duniawi, mempunyai satu tujuan yaitu kembali kepada Sang Penciptanya. Fitrah
membentuk sebuah keimanan melalui pemikiran dan diserap melalui perasaan dan
dilaksanakan dalam bentuk tindakan, perkataan dan cara bersikap, juga dapat
membimbing dan menjadikan sebuah pengalaman seseorang kearah kebaikan dan
kebenaran.3 Maka dengan adanya fitrah ini membentuk manusia untuk beragama.
Dalam kehidupan beragamanya, dikatakan bahwa manusia memiliki
dinamika emosional keberagamaan yang sesaat dapat berubah, terlebih jika
dialami oleh seorang yang mempunyai potensi kepribadian displatis (terpecah).4
Seperti halnya dalam kenyataan hidup sehari-hari tak jarang dijumpai oleh adanya
sikap keagamaan yang menyimpang. Sikap keagamaan yang menyimpang ini
terjadi jika sikap seseorang mengalami perubahan terhadap kepercayaan dan
2Heny Narendrany, Andri Yudiantoro, Psikologi Agama (Jakarta : Lembaga Penelitian
UIN Jakarta, UIN Jakarta Press, 2007), h. 69. 3Heny Narendrany, Psikologi Agama, h. 64.
4Displastis adalah salah satu jenis sifat kepribadian dalam keagamaan yang mana sifat ini
mudah terombang-ambing oleh situasi sekelilingnya. Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta :
Kalam Mulia, 2002), h. 126.
3
keyakinannya. Sehingga seseorang tersebut melakukan konversi agama, dimana
terjadi suatu perubahan emosi, seperti tiba-tiba merasa telah mendapat hidayah5
secara mendadak yang sangat dalam atau dangkal dan terjadi secara
berangsur-angsur.6
Proses Konversi Agama melalui beberapa pertimbangan yakni proses dari
munculnya persoalan hingga tercapainya suatu keseimbangan yang terdiri dari
beberapa fase:
1. Munculnya persoalan yang dihadapi;
2. Munculnya beberapa pengertian yang harus dipilih;
3. Mengambil keputusan berdasarkan salah-satu pengertian yang dipilih;
4. Terjadi keseimbangan.7
Konversi Agama dapat terjadi pada orang per-orang (dalam diri individu)
dan juga pada kelompok atau masyarakat, banyak diantaranya pelaku konversi
agama mengaku bahwa perubahan pandangan dalam keyakinannya tersebut
merupakan hidayah yang didatangkan kepadanya dari sang Pencipta.8 Banyak
diantaranya menemukan ketenangan jiwa yang sesungguhnya setelah melakukan
konversi agama.
5Hidayah dalam istilah agama Kristen disebut dengan „di hampiri oleh Roh Kudus‟ atau
„mengalami perjumpaan dengan Roh Kudus‟ 6Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : Bulan Bintang, 2010), h. 160.
7Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1994), h. 35. 8Akmal Hawi, Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : Rajawali Pers, 2014), h. 56.
4
Dalam hal ini pelaku konversi sangat membutuhkan bimbingan (follow up)
untuk mengarahkan kejalan hidup yang dicari, yaitu berupa bimbingan dari sosok
tokoh/pemuka agama yang berkompeten, berpengalaman dan profesional dibawah
naungan lembaga keagamaan seperti Gereja, Masjid, Pura, Vihara,dll yang
masing-masing mempunyai pendidikan dan pembinaan keagamaannya, karena
banyak diantara beberapa lembaga keagamaan yang menangani penerimaan
pengikut baru hanya sebatas pengesahannya saja, tanpa di tindak lanjut (follow
up9), maka dipastikan dari setiap kelembagaan masing-masing agama tersebut
mempunyai sistem pendidikan dalam konteks agamanya masing-masing.
Berkaitan dengan hal ini tentunya dibutuhkan konsistensi dari tiap-tiap
instansi atau lembaga agama dalam menindaklanjuti para pengikut yang baru
masuk kedalam agama tersebut. Dalam konteks kristen permasalahan ini
merupakan tugas gereja yang mana harus memiliki tindakan nyata dalam
memperkenalkan diri bahwa gereja siap menyambut orang yang baru
mengenalnya, beberapa hal yang harus gereja lakukan dalam rangka menyambut
pengikut barunya tersebut seperti:
1. Mempunyai sign atau identitas, visi dan misi, serta prinsip yang jelas
sehingga orang yang baru tersebut dapat menikmati pelayanan gereja
dan mempunyai tujuan yang sama;
9H. Hestiawati, Konversi Agama Mantan Katolik (Studi Kasus Irena Handono dan Insan
Latief Syaukani Mokoginta, Skripsi Jurusan Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah (Jakarta : 2009), h. 18.
5
2. Memberikan totalitas pelayanan yang baik dalam penyambutan orang
baru misalnya dengan diperkenalkan dan memperkenalkannya dengan
seluruh anggota gereja;
3. Memperkenalkan beberapa kegiatan liturgis dan format ibadah di gereja
tersebut dengan menjelaskan makna didalamnya;
4. Memperkenalkan dan memberitakan isi Alkitab;
5. Dengan adanya kemajuan teknologi saat ini seharusnya gereja
meresponnya dengan membuat sejumlah website atau sejumlah media
sosial sehingga gereja dapat memberikan pelayanannya secara online
sehingga para jemaatnya dapat mengakses informasi yang bersangkutan
di gereja dengan praktis dan up to date;10
6. Setiap lembaga atau instansi agama mempunyai tugas menyiarkan
agamanya yaitu mengajarkan kepada pengikutya tentang sistem
ketuhanan beserta ajaran-ajaran yang ada didalamnya. Seperti halnya
dalam konteks Kristen yang mana setelah seseorang ditahbiskan
menjadi anggota penuh dari persekutuan agama kristen tersebut maka ia
wajib mendapatkan pelatihan baik dari teori dan praktik agamanya yang
dianjurkan sejak dini.11
10
Strategi Pelayanan Gereja Kota diambil dari Website Resmi Gereja Kemah Injil
Indonesia https://kemah-injil.org/2016/12/12/strategi-pelayanan-gereja-kota-2. Diakses Pada
Tanggal 14 September 2017 pukul 01.33 WIB 11
E. G. Homrighausen, I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta : BPK Gunung
6
Pelatihan dan pengajaran ini dahulu terkenal dalam istilah kristen sebagai
Pengajaran Agama Kristen (PAK) yang diperuntukkan kepada umat Tuhan seperti
yang ada di dalam kitab Perjanjian Lama, dimana tersimpan kesaksian mengenai
perkara-perkara yang maha agung yang telah di saksikan umat Kristus di bawah
pimpinan-Nya sepanjang sejarah. Banyak hal hebat yang dilakukan Tuhan Yesus
dan perlu disampaikan dan dijelaskan kepada tiap-tiap keturunan yang baru dan
dijadikan pendidikan tersendiri dalam agama Kristen. Saat ini Pengajaran Agama
tersebut sering dikenal dengan Katekisasi.
Arti dari katekisasi adalah pengajaran iman, pembinaan iman,
komunikasi iman, pengakaran iman dan pengembangan iman jemaat yang
menyebut dirinya sebagai murid Kristus.12
Pada pendidikan katekisasi gereja
wajib membentangkan di hadapan mereka kebenaran dan keindahan iman Kristen,
serta menginsafkan mereka tentang panggilan Tuhan, ialah supaya mereka
memilih Kristus sebagai satu-satunya tujuan hidup yang benar.13
Oleh sebab itu
katekisasi merupakan titik berat dari segenap pengajaran gereja.
Berkenaan dengan pendidikan Katekisasi ini yang mana inti tujuan
utamanya ialah pengajaran mengenai jalan keselamatan yang benar dan panggilan
untuk orang Kristen dalam tugasnya untuk gereja dan masyarakat, juga untuk
Mulia, 2007), h. 1. 12
Marinus Telambanua, Ilmu Kateketik: Hakekat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi
(Jakarta : Obor, 1999), h. 3. 13
Homrighausen, E. G dan Enklaar, I. H, Pendidikan Agama Kristen, h. 109.
7
menghendaki calon anggota gereja agar mempunyai pengetahuan yang dalam dan
luas mengenai segala hal ihwal kepercayaan dan gerejanya.14
Menjadi tuntutan
dalam agama Kristen terhadap orang-orang yang baru bersaksi menyatakan
dirinya menjadi pengikut Kristus tentu saja diwajibkan mempelajari pokok-pokok
kepercayaan dan ajaran agama barunya terlebih dahulu.
Terdapat beberapa istilah tahapan untuk menjadi anggota gereja yang
utuh yang digunakan dalam konteks kristen yaitu Pembaptisan, Katekisasi dan
setelah itu Peneguhan Sidi. Pertama yang harus dilakukan adalah pembaptisan
yakni sebuah upacara sakral yang dilaksanakan sebagai tanda bukti bahwa
seseorang sudah masuk ke dalam persekutuan dengan Kristus, mereka sudah
menjadi anggota dari Tubuh Tuhan itu. Umumnya, seseorang sudah dianjurkan
untuk di baptis pada waktu kecil, setelah dewasa nanti melakukan pembaptisan
ulang sebagai orang dewasa. Selanjutnya yang kedua pendidikan katekisasi yaitu
sebagai pengajaran agama atau pembinaan iman yang menggunakan katekismus
sebagai pedoman, diakhiri dengan semacam sidi yang diadakan oleh pembina dan
disaksikan oleh anggota jemaat gereja lainnya, pendidikan ini umumnya sudah
diwajibkan kepada anak sejak usia dua belas tahun.
Setelah seseorang melakukan katekisasi maka ia akan melewati tahap
yang ketiga yaitu Peneguhan Sidi yang tujuannya untuk menyempurnakan
baptisan dan pendidikan mereka. Setelah melaksanakan tahap ini ia sudah dilantik
14Homrighausen, E. G dan Enklaar,I. H, Pendidikan Agama Kristen., h. 108.
8
sebagai anggota gereja dalam arti penuh. Mulai saat itu ia bertanggung jawab
sendiri atas imannya, boleh ikut serta dalam Perjamuan Kudus dan mempunyai
hak dalam rangka pemilihan pejabat gereja.15
Menyikapi penjelasan diatas, membuat penulis merasa tertari untuk
mengkaji dan menganalisis lebih dalam bagaimana pelaksanaan pendidikan
Katekisasi ini dan pengaruhnya bagi para jemaat dan penulis memilih Gereja
Kristen Indonesia Kayu Putih Jakarta Timur sebagai objek lapangan penelitian. Di
dalam susunan program GKI Kayu Putih ini terdapat pelayanan Katekisasi.
Demikian yang akan menjadi fokus penelitian ini adalah tentang
Katekisasi kategori Khusus yang diperuntukkan bagi jemaat yang baru
menyatakan kesaksian rohani/konversi dan membutuhkan pembinaan iman di
GKI Kayu Putih.
Berdasarkan uraian diatas, maka dalam penulisan skripsi ini penulis
mengambil judul : “Menjadi Kristen Baru, Studi Katekisasi Khusus di Gereja
Kristen Indonesia Kayu Putih Pulo Gadung Jakarta Timur”.
B. Batasan dan Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis menetapkan batasan masalah
yang bertujuan untuk mengidentifikasi faktor persoalan mana saja yang termasuk
dan mana saja yang tidak termasuk dalam ruang lingkup masalah penelitian.
Untuk itu, penulis membatasi penelitian ini dengan batasan Katekisasi di Gereja
15Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme? (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008), h. 236.
9
Kristen Indonesia Kayu Putih Jakarta Timur. Untuk memfokuskan kajian
penilitian ini maka penulis menyusun rumusan masalah yaitu: Bagaimana
pengaruh pendidikan Katekisasi Khusus Gereja Kristen Indonesia terhadap
peserta didiknya dalam membangun identitas keimanan?
C. Tujuan Teoritis dan Akademis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penulisan mempunyai
tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini yaitu:
1. Tujuan Teoritis;
Untuk mengungkap dan memperjelas bagaimana pelayanan Katekisasi
Khusus di GKI Kayu Putih untuk menindak lanjuti (follow up) para
jemaat setelah menyatakan kesaksiannya, dan menganalisis bagaimana
pengaruh dari hasil pendidikan Katekisasi Khusus di GKI Kayu Putih
dalam upaya menumbuh kembangkan dan memperkokoh kualitas
imannya.
2. Tujuan Akademis;
Sebagai menjadi pemenuh dari persyaratan di akhir pembelajaran
dalam bentuk tulisan karya ilmiah/skripsi juga dalam rangka
memperoleh gelar Sarjana Agama (S. Ag) di UIN Syarif Hidayatullah
pada jurusan Studi Agama Fakultas Ushuluddin.
10
D. Metodologi Penelitian
1. Jenis dan Metode Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian Kualitatif adalah sebuah
penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan suatu gejala sosial, politik,
ekonomi dan budaya, yang mana dalam penelitian ini penulis berusaha untuk
mengungkapkan bagaimana peranan GKI Kayu Putih dalam pelayanan Katekisasi
Khusus menggunakan metodologi penelitian deskriptif analitik.16
2. Pengumpulan Data
Sedangkan untuk pengumpulan sebuah data dalam melakukan penelitian
ini, peneliti menggunakan dua cara yaitu :
a. Studi Kepustakaan (Library research)
Literatur kepustakaan adalah mengumpulkan data dengan cara mencari
buku-buku yang sesuai dengan tema yang kita buat dengan tujuan sebagai dasar
untuk mendapatkan data-data baik itu data primer maupun data sekunder. Sumber
studi kepustakaan ini di dapatkan dari buku, majalah, artikel, jurnal,dll.17
b. Penelitian Lapangan (Field research)
Metode penelitian lapangan ini yang mengadakan penelitian lapangan
terhadap prosesi Katekisasi Khusus di GKI Kayu Putih dengan pendekatan
16
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama : Teori dan Praktik (Jakarta : PT. Grafindo
Persada, 2006), h. 29. 17
Sumardi Suryabrata, Metodologi Penelitian (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada,
1998), h.18.
11
kualitatif. Yang mana dibagi menjadi dua cara yaitu:
1) Observasi
Observasi atau pengamatan langsung dilakukan untuk memperoleh fakta
nyata tentang prosesi pelayanan Katekisasi Khusus di GKI Kayu Putih dan hal-hal
yang berkaitan kemudian melakukan pencatatan.
Metode ini dilakukan dengan cara terjun langsung ke lapangan untuk
melakukan pengamatan tentang prosesi pelayanan Katekisasi yang meliputi
Pendidikan Kristiani, Kelas Evaluasi, Kelas pengokohan iman, dll. Agar terpenuhi
standard ilmiah maka peneliti harus mampu masuk di dalamnya untuk berperan
serta ada dalam proses Katekisasi di tempat. 18
2) Wawancara Mendalam (In-depth Interview)
Wawancara mendalam adalah metode pengumpulan data yang dilakukan
dengan berpedoman pada panduan atau petunjuk wawancara yang berisi
pokok-pokok yang ditanyakan dalam proses wawancara dengan maksud agar
pokok-pokok yang direncanakan tersebut tercakup seluruhnya dengan melakukan
dialog antar dua pihak (pewawancara dan informan) terkait dengan tema
penelitian.19
Metode ini dimaksudkan untuk memperoleh data primer, karena data
ini diperoleh langsung melalui wawancara dengan peserta Katekisasi Khusus.
18
Suwardi Endraswara, Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta : Gajah Mada
University Press, 2006), h. 169. 19
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya,
2007), h. 159.
12
Dalam hal ini peneliti juga akan menggunakan alat bantu lain seperti alat perekam
suara, selanjutnya hasil wawancara dituangkan dalam catatan data lapangan.20
3. Pendekatan Penelitian
Dalam melakukan penelitian jenis analitif deskriptif ini ini penulis
menggunakan pendekatan Psikologis. Melalui pendekatan psikologis ini penulis
bermaksud mencari hubungan atau pengaruh agama terhadap kejiwaan pemeluk
agama atau sebaliknya pengaruh kejiwaan pemeluk agama terhadap keyakinan
keagamaannya. 21
E. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dalam penelitian ini merujuk pada penelitian-penelitian
terdahulu dari buku-buku, makalah ilmiah serta artikel yang membahas tentang
Konversi Agama dan Pelayanan Katekisasi, bermaksud untuk mengetahui
keorisinilitasan judul yang ingin diteliti, dan diisi lain untuk mengetahui sarjana
siapa saja yang sebelumnya sudah terlebih dahulu mengkaji tentang persoalan
konversi agama dan pelayanan katekisasi Adapun penelitian-penelitian terdahulu
yang menjadikan sumber rujukan adalah:
Pertama, dari Tesis karya H. Firmanto, mahasiswa Universitas Kristen
Satya Wacana tahun 2012 dengan judul Konversi Agama: Studi Kasus tentang
20
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung : Penerbit
Alfabeta, 2013), h. 326. 21
Peter Conoly (ed), Aneka Pendekatan Studi Agama, (Yogyakarta: PT. LkiS Printing
Cemerlang, 2002), h. 271.
13
faktor-faktor penyebab dan dampak sosial perpindahan agama dari Hindu ke
Kristen di Bukit Sari Bali yang di dalamnya menggunakan metode analisis
deskriptif menjelaskan apa faktor penyebab beberapa kepala keluarga di daerah
Bukit Sari melakukan Konversi Agama dan bagaimana dampak sosial dalam
menanggapi pelaku konversi (beberapa kepala keluarga) tersebut.
Kedua, skripsi karya Sinta mahasiswa dari Universitas Kristen Duta
Wacana tahun 2010 yang berjudul Katekisasi Sebagai Pembangun Identitas Bagi
Pelaku Konversi Iman di Gereja Kristen Indonesia Gunung Sahari. Dalam
skripsinya, Sinta membahas bagaimana peranan GKI Gunung Sahari dalam
rangka membangun identitas iman bagi pelaku Konversi iman. Dalam skripsi ini
Sinta menggunakan metode penelitian deskriptif analitik, melakukan penelitian
lapangan dengan menyebar kusioner, hal ini dilakukan untuk menentukan metode
katekisasi apa yang cocok digunakan GKI Gunung Sahari untuk kebutuhan pelaku
Konversi Iman.
Ketiga, dari sebuah artikel karya Desya Natascha yang berjudul Konflik
Intrapersonal dalam Memeluk Agama Pada Remaja dengan Orang Tua Yang
Berbeda Agama. Dalam Jurnalnya, Desya menjelaskan tetang bagaimana konflik
intrapersonal anak remaja kepada orang tuanya yang berbeda keyakinan. Dengan
menggunakan metode kualitatif pendekatan fenomenologis, sedangkan tema yang
penulis bahas adalah Pelayanan Katekisasi Khusus untuk para jemaat sebelum
14
Konversi Agama di Gereja Kristen Indonesia Kayu Putih Jakarta Timur dengan
menggunakan metode analisis deskriptif yang di kombinasikan dalam model
pendekatan psikologis yang didalam konteksnya mengarah untuk mengetahui
bagaimana peranan GKI Kayu Putih dalam melayani Katekisasi Khusus untuk
para jemaat setelah konversi agama dan mengetahui secara langsung bagaimana
pengaruh dari peserta Katekisasi Khusus dalam membangun identitas
keimanannya dengan pendekatan psikologis ini. Dimana konteks ini penulis dapat
pastikan belum ada penelitian ilmiah yang membahas detil.
F. Sumber Penelitian
Sumber penelitian ialah dari mana kita mendapatkan sebuah data tersebut,
dalam hal ini peneliti mempunyai tiga sumber data, yaitu: Sumber data primer,
sumber data sekunder dan sumber data komplementer.
1. Sumber Primer
a. Buku-buku terkait dengan judul skripsi ini yaitu tentang
Pendidikan Katekisasi seperti:
1) R. J. Porter, Katekisasi Masa Kini, Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih 2015;
2) Marinus Telambanua, Ilmu Kateketik, Jakarta: Obor 1999;
3) Marbun Tumpal, Buku Katekisasi Sidi di Gereja Krisen
Protestan Indonesia, Jakarta: Permatangsiantar Koborpotase
15
2013.
b. In-depth interview (wawancara mendalam) yaitu penulis
mengumpulkan data dengan cara tanya jawab dan bertatap muka
langsung dengan peserta katekisasi khusus yang ada di GKI
Kayu Putih;
c. Observasi, penulis mendatangi langsung GKI Kayu Putih, guna
memperoleh data yang konkrit tentang hal-hal yang
menjadiobjek penelitian.
2. Sumber Sekunder
a. E.G. Homrighausen dan I.H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen,
Jakarta: BPK Gunung Mulia 2007;
b. Boschma, Ringkasan Pengajaran Alkitab, Jakarta: Gunung
Mulia 1986;
c. Harun Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta: Gunung Mulia 1990;
d. Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme?, Jakarta: Gunung Mulia
2008.
3. Sumber Komplementer, yaitu data pelengkap dari data primer yang
didapat dari website.
16
G. Sistematika Penulisan
Agar mempermudah dalam pembahasan maka dari itu disusun sistematika
penulisan bab per bab.
BAB I Pendahuluan yaitu gambaran secara keseluruhan meliputi: latar
belakang masalah, rumusan dan batasan masalah, tujuan teoritis dan akademis
penelitian, metodologi penelitian, kajian pustaka, sumber data dan sistematika
penulisan.
BAB II Memahami Konversi Agama dan Katekisasi yang terbagi dari
dua sub besar yaitu: pertama, konversi agama yang juga terbagi dalam dua sub
kecil yaitu: pengertian dan ciri-ciri konversi agama, proses terjadinya konversi
agama dan faktor penyebab terjadinya konversi agama sedangkan sub besar kedua
yaitu: Katekisasi yang terbagi tiga sub kecil yaitu: Hakikat dan Peranan Katekisasi;
Metode dan Sistematika Pelayanan Katekisasi, katekisasi dalam Sejarah
Perkembangannya dan jenis-jenis katekisasi.
BAB III Gereja Kristen Indonesia Kayu Putih Dan Program
Katekisasi terdiri dari empat sub besar pertama Profil GKI Kayu Putih yang
terbagi pada empat sub kecil yaitu latar belakang GKI Kayu Putih, pokok-pokok
ajaran GKI Kayu Putih, Struktur Kepengurusan GKI Kayu Putih dan Kegiatan
GKI Kayu Putih; kedua klasifikasi dan Peran Pelaksana dalam katekisasi di GKI
Kayu Putih, ketiga sistematika katekisasi khusus di GKI Kayu Putih deskripsi
17
katekisasi khusus yang terbagi lagi menjadi dua point: Pra Katekisasi dan Pasca
Katekisasi dan keempat Metode Pembinaan GKI Kayu Putih Untuk Kebutuhan
Peserta Pelaku Konversi Iman.
BAB IV Pengaruh Katekisasi Dalam Pemantapan Iman Kristen
terbagi dalam dua sub yaitu pertama Pengalaman Empirik Konversi Agama,
kedua Katekisasi Memperkaya Iman Kristen; ketiga Katekisasi Sebagai Edukasi
Perantara: Menyadarkan untuk Bergereja dan Mengembangkan Gereja dan
Mengajarkan Etika dalam Bermasyarakat dan Bernegara.
BAB V Kesimpulan menjawab inti dari persoalan pada penelitian.
18
BAB II
MEMAHAMI KONVERSI AGAMA DAN KATEKISASI
A. Konversi Agama
Kehidupan sebuah masyarakat pada umumnya akan mengalami perubahan
di setiap zaman, baik perubahan positif atau negatif. Dalam ilmu sosiologi hal ini
dapat disebut dengan perubahan sosial, dimana terjadi perubahan dalam
berkebudayaan di kehidupan masyarakat sampai perubahan berkeagamaan.
Demikian setiap individu juga akan mengalami perubahan dalam dirinya,
baik perubahan jasmani maupun rohani. Hal yang wajar terjadi karena manusia
dalam hidupnya mengalami perkembangan. Berbeda jika dilihat dalam konteks
ilmu psikologi, bagian ini akan penulis uraikan pengertian konversi agama dan
proses terjadinya konversi agama dan faktor penyebab terjadinya konversi
agama.1
1. Pengertian dan Ciri-ciri Konversi Agama
Menurut etimologi konversi berasal dari kata latin „conversio‟ yang berarti:
tobat, pindah, berubah (agama). Lalu dipakai kedalam bahasa Inggris „conversion‟
yang artinya: berubah dari suatu keadaan, atau dari suatu agama keagama lain
(change from one state, or from one religion, to another).
Sedangkan pengertian konversi agama menurut terminologi yang
dikemukakan Max Heirich bahwa konversi agama adalah suatu tindakan dimana
1Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 80.
19
seseorang atau sekelompok orang masuk atau berpindah kesuatu sistem
kepercayaan atau perilaku yang berlawanan dengan kepercayaan sebelumnya.2
Walter Houston Clark dalam bukunya, The Psychology of Religion
memberikan definisi konversi agama adalah sebagai suatu macam pertumbuhan
atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah yang cukup berarti,
dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama.3
Dapat disimpulkan bahwa konversi agama adalah konversi agama
mengandung pengertian: bertobat, berubah agama, berbalik pendirian terhadap
ajaran agama atau masuk ke dalam agama (menjadi paderi).
Menurut Jalaludin dalam bukunya, konversi agama diuraikan dalam
beberapa pengertian diatas memuat beberapa ciri-ciri yang diantaranya:
a. Adanya perubahan arah pandangan dan keyakinan seseorang terhadap
agama dan kepercayaan yang dianutnya;
b. Perubahan yang terjadi dipengaruhi kondisi kejiwaan sehingga
perubahan tersebut dapat terjadi secara berproses atau secara mendadak;
c. Perubahan tersebut bukan hanya berlaku bagi perpindahan kepercayaan
dari suatu agama ke agama lain, tetapi juga termasuk perubahan
pandangan terhadap agama yang dianutnya sendiri;
d. Selain faktor kejiwaan dan kondisi lingkungan maka perubahan itu pun
2Ramayulis, Psikologi Agama, h. 80.
3Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama (Jakarta: Bulan Bintang, 2010), h. 160.
20
disebabkan faktor petunjuk dari Yang Maha Kuasa.4
Sebelum terjadi konversi segala bentuk kehidupan batin seseorang semula
mempunyai pola tersendiri berdasarkan pandangan hidup yang dianutnya (agama),
maka ketika terjadi konversi agama pada dirinya kemungkinan apa yang
dipercaya sebelumnya secara spontan akan ditinggalkan.
Segala bentuk perasaan batin terhadap kepercayaan lama, seperti harapan,
rasa bahagia, keselamatan, kemantapan, berubah menjadi berlawanan arah. Lalu
timbullah gejala-gejala baru berupa: perasaan serba tidak lengkap dan tidak
sempurna. Gejala ini menimbulkan proses kejiwaan dalam bentuk merenung,
timbulnya tekanan batin, penyesalan diri rasa berdosa, cemas terhadap masa
depan, perasaan susah yang ditimbulkan oleh kebimbangan.5
M. T. L Perindo dalam buku psikologi agama berpendapat bahwa konversi
agama mengandung dua unsur yaitu:
a. Unsur dari dalam diri (endogenos origin), yaitu proses perubahan
yang terjadi dalam diri seseorang atau kelompok. Konversi yang
terjadi dalam batin ini membentuk suatu kesadaran untuk mengadakan
suatu tranformasi disebabkan oleh krisis yang terjadi dan keputusan
yang diambil seseorang berdasarkan pertimbangan pribadi.
Proses ini terjadi menurut gejala psikologis yang bereaksi dalam
4Jalaludin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan
Prinsip-prinsip Psikologi (Jakarta: Rajawali Pers, 2015) , h. 329. 5Ramayulis, Psikologi Agama, h. 85.
21
bentuk hancurnya struktur psikologis yang lama dan seiring dengan
proses tersebut muncul pula struktur psikologis baru yang dipilih;
b. Unsur dari luar (exogenos origin), yaitu proses perubahan yang
berasal dari luar atau kelompok sehingga mampu menguasai
kesadaran orang atau kelompok yang bersangkutan. Kekuatan yang
datang dari luar ini kemudian menekan pengaruhnya terhadap
kesadaran mungkin berupa tekanan batin, sehingga memerlukan
penyelesaian oleh yang bersangkutan. 6
Kedua unsur diatas terlihat adanya pengaruh motivasi dari unsur tersebut
terhadap batin. Jika pemilihan tersebut sudah serasi dengan kehendak batin maka
akan terciptalah suatu ketenangan tersendiri. Seiringan dengan timbulnya
ketenangan batin tersebut terjadilah semacam perubahan total dalam struktur
psikologis sehingga struktur lama dan tergantikan dengan struktur baru sehingga
hasil pilihan yang dianggap baik dan benar.
2. Proses Terjadinya Konversi Agama
H. Carrier mengungkapkan kerangka proses terjadinya konversi agama
dengan beberapa tahapan yaitu:
1. Terjadi disintegrasi sintesis kognitif dan motivasi sebagai akibat dari
krisis yang dialami;
6
Jalaludin, Psikologi Agama: Memahami Perilaku dengan Mengaplikasikan
Prinsip-prinsip Psikologi, h. 334
22
2. Reintegrasi kepribadian berdasarkan konversi agama yang baru.
Dengan adanya reintegrasi ini maka terciptalah kepribadian baru yang
berlawanan dengan struktur lama;
3. Tumbuh sikap menerima konsepsi agama baru serta peranan yang
dituntut oleh ajarannya;
4. Timbul kesadaran bahwa keadaan yang baru itu merupakan panggilan
petunjuk dari Tuhan.7
Dr. Zakiah Daradjat memberikan pendapatnya tentang proses perubahan
pada kejiwaan melalui lima tahap, yaitu:
1. Masa Tenang;
Kondisi jiwa seseorang di masa ini berada dalam keadaan tenang,
karena masalah agama belum mempengaruhi sikapnya. Terjadi
semacam sikap apriori terhadap agama. Keadaan yang demikian
dengan sendirinya tidak akan mengganggu keseimbangan batinnya,
hingga ia berada dalam keadaan tenang dan tentram;8
2. Masa ketidaktenangan;
Pada tahap ini agama telah mempengaruhi kebatinannya yang
disebabkan oleh krisis atau musibah yang dialaminya, lalu
menimbulkan kegoncangan yang berkecamuk dalam bentuk
7Ramayulis, Psikologi Agama, h. 87.
8Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama, h. 161-162.
23
kegelisahan, putus asa, bimbang, ragu sehingga membuat seseorang
menjadi lebih sensitif dan sugestibel. Pada tahap ini terjadi proses
pencarian ide atau kepercayaan baru untuk mengatasi konflik
batinnya.;
3. Masa Konversi;
Dari tahap ini konflik batin seseorang mulai mereda, karena
kemantapan batin telah terpenuhi, seseorang telah menentukan
keputusan untuk memilih jalan yang dipilih untuk mengatasi persoalan
batinnya.9 Maka terjadilah konversi agama karena sikap keagamaan
baru yang dipilihnya bertentangan dengan sikap keagamaan
sebelumnya;
4. Masa Tenang dan Tentram;
Di tahap ketenangan dan ketentraman disini seseorang merasakan
kepuasaan atas jalan keagamaan baru yang dipilihnya yang timbul
karena telah mampu membawa suasana batin menjadi mantap sebagai
pernyataan menerima konsep baru;
5. Masa Ekspresi Konversi
Masa ekspresi konversi yang diungkapkan melalui sikap tunduk
terhadap sikap keagamaan barunya, sikap hidupnya diselaraskan
dengan ajaran dan peraturan agama yang dipilihnya. Seseorang yang
9Ramayulis, Psikologi Agama, h. 87-88.
24
sedang mengalami fase ini mempunyai tingkat sadar untuk beribadah
yang lebih tinggi, seorang tersebut akan berusaha menambah
pengetahuan tentang agamanya yang baru sehingga ia menjadi lebih
giat dan taat untuk beribadah. Biasanya seseorang yang baru ini
mempunyai rasa kepemilikan atau sense of belonging yang tinggi
terhadap agama barunya tersebut.10
3. Faktor Penyebab Terjadinya Konversi Agama
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab terjadinya konversi agama
yaitu:
a. Pertentangan batin (konflik jiwa) yang membuat seseorang menjadi
tidak berdaya dan mudah mengalami konversi agama;
b. Pengaruh hubungan dengan tradisi agama, pengalaman dari pertemuan
keagamaan yang dilakukan dengan rutin hingga menjadi terbiasa;
c. Ajakan/seruan dan sugesti, terutama yang dimiliki oleh seseorang yang
diplatis (sifat yang mudah tergombang-ambing) ajakan/sugesti tersebut
di propagandakan dari orang terdekat;
d. Faktor keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Keretakan keluarga,
ketidakserasian, kurang bersosialisasi, dsb. Memungkinkan seseorang
melakukan konversi demi menemukan kehidupan idealnya;
e. Faktor ekonomi dan politik, kebanyakan terjadi pada masyarakat awam
10Ramayulis, Psikologi Agama, h. 88-89.
25
yang miskin secara mendesak memeluk agama yang menjanjikan
kehidupan dunia yang lebih baik. Juga ketika seseorang sedang
terobsesi dengan kehidupan politik bisa saja ia nekat melakukan
konversi agama demi mendapat status atau kedudukan tertentu;
f. Kemauan, peristiwa konversi ini terjadi sebagai hasil dari perjuangan
batin seseorang yang memutuskan untuk konversi agama.11
Faktor-faktor tersebut boleh jadi merupakan pengaruh besar bagaimana
iman atau keyakinan seseorang dapat tergoyah sehingga termotivasi melakukan
konversi agama.
B. Katekisasi
1. Hakikat dan Peranan Katekisasi
Secara etimologis kata katekese berasal dari bahasa Yunani „katekhein‟
yang berarti „memberitahukan, menjelaskan, memberi pengajaran‟. Dalam
Alkitab disebutkan bahwa katekese mempunyai arti „diajarkan‟ (Luk 1:4);
„pengajaran dalam jalan Tuhan‟ Kisah 18:25; „mengajar‟ Kis 21:21; „diajar‟ (Rm
2:18).
Demikian kesimpulan makna dari katekisasi dapat diartikan sebagai
pengajaran, pendalaman dan pendidikan iman agar seorang Kristen mempunyai
kedewasaan dalam keimanannya. Katekese merupakan bentuk pendidikan
kristiani yang berupa penyampaian ajaran iman, pewartaan Kristus, pendidikan,
11Heny Narendrany Hidayati dan Andri Yudiantoro, Psikologi Agama, h. 141.
26
pengukuhan serta pendewasaan yang diberikan oleh gereja kepada jemaatnya
yang sudah di baptis.12
Pengertian Katekese yang sama juga ditegaskan oleh Sri Paus Yohanes
Paulus II menegaskan dalam anjuran apostolik13
Catechesi Tradendae bahwa
katekese ialah pembinaan iman untuk anak-anak, kaum muda, dan orang-orang
dewasa, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran Kristen dan pada
umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar
pada pendengar memasuki kepenuhan kehidupan Kristen. Jika diibaratkan mereka
yang telah melakukan katekisasi berarti telah menjadi anggota Kristus secara utuh
atau kristen yang baru, karena katekisasi adalah bentuk perkenalan yang murni
tentang ajaran Kristen.14
Pada hakikatnya, katekisasi mempunyai peranan yang saling berkaitan
dengan ketiga aspek relasi hidup manusia, yaitu relasi dengan Tuhan, relasi
dengan sesama dan relasi dengan lingkungan.
Marinus Telaumbanua dalam bukunya, Ilmu Kateketik mengatakan bahwa
tiga peranan dasar katekisasi tersebut adalah:
12
Marinus Telaumbanua, Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi,
h.4. 13
Apolostik adalah „rasuli‟ sebagai pedoman bahwa berpegang pada Gereja para rasul
sebagai norma imannya. Albertus Sujoko, Praktek Sakramen Pertobatan: Tinjauan Historis,
dogmatis dan Patoral (Yogyakarta: Penerbit Kansius, 2008), h. 19. 14
R.J. Porter, Katekisasi Masa Kini: Upaya Gereja membina murid-muridnya menjadi
Kristen yang bertanggung Jawab dan kratif (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015), h.
177.
27
a. Katekisasi memberitakan firman Allah, mewartakan Kristus
Selain pelayanan firman Allah, katekisasi dipandang sebagai media utama
yang efisien untuk mengurangi adanya ketidakseragaman prinsip teologis atas
wahyu Allah yang didalamnya juga menjelaskan bagaimana hubungan antara injil
dan kebudayaan. Melalui katekisasi berfungsi sebagai pewartaan kabar gembira
yakni menyapa manusia menyampaikan kabar keselamatan dan pembebasan.
Karena sabda Allah adalah „evangelium‟ atau kabar gembira yang menjalin
korelasi antara firman Allah dan eksistensi manusia. Katekisasi membuahkan
dialog antara Allah dan manusia, maka katekisasi menjadi cara yang istimewa
dalam bentuk pengajaran, ajaran, pewartaan,tugas, doa, dalam kesaksian hidup.
b. Katekisasi mendidik untuk beriman
Sejak era katekese kerigmatis (sesudah Perang Dunia II), katekese
dimengerti sebagai media yang memberi pelayanan iman, seiring perkembangan
zaman banyak terbitan kateketis yang juga memberikan pengistilahannya sebagai
pendidikan dalam iman, bina iman, pengajaran iman atau langkah-langkah iman,
juga beberapa dokumen gereja mengartikan katekisasi sebagai pendidikan iman
secara sistematis dan terus berkembang untuk mencapai kedewasaan iman.15
Dari sudut pandang teologis kristen, terutama pandangan biblis,
dinamisme iman dapat digambarkan sebagai suatu proses yang berawal dari
15
Marinus Telaumbanua, Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi,
h. 49.
28
pertobatan dan berkembang menuju pertumbuhan kearah kepenuhan eskatologis.
Titik yang dicapai oleh pertumbuhan iman adalah mencapai kedewasaan penuh
dalam iman dan kesempurnaan iman.
Pribadi yang mencapainya adalah orang sempurna yang telah mencapai
kepenuhan dalam Kristus (Ef 4:13).
c. Katekisasi mengembangkan Gereja
Katekisasi bisa disebut sebagai media untuk perkembangan gereja juga
sebagai faktor pembaru dan menjadi dorongan untuk pemurnian dan
perkembangan dirinya, karena sabda Allah hadir dalam gereja, oleh karena itu
katekisasi mengambil bagian atas caranya sendiri untuk melaksanakan fungsi
profetis dan kritisnya. Gereja hidup dan di dirikan ketika firman Kristus berdiam
dengan segala kekayaannya ditengah jemaat. Pertumbuhan gereja merupakan
peelipatgandaan firman (bdk. Kis. 6:7 “Firman Allah makin tersebar”; Kis 12:24
“Maka firman Tuhan makin tersebar, makin banyak didengar orang”; Kis 19:20:
“Dengan jalan ini makin tersiarlah firman Tuhan dan makin berkuasa”).
Dalam konteks ini, gereja mempunyai tugas menerima pewartaan Injil
secara terus menerus, hal ini dikarenakan pewartaan firman Kristus/katekisasi
merupakan landasan dalam mengadili, memurnikan dan memperbaharui gereja. 16
Peran dan tujuan katekisasi juga diungkapkan Johanes Lewar dalam
16
Marinus Telaumbanua, Ilmu Kateketik: Hakikat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi,
h. 72.
29
bukunya Patoral Katekese Kategorial yaitu:
a. Membantu peserta untuk membangun relasi batin dengan Tuhan dan
selalu terbuka pada bimbingan Roh Kudus sehingga mampu membaca
tanda-tanda zaman;
b. Membantu peserta untuk merenung dan menghayati Sabda Allah dan
menjadikannya sebagai sumber kekuatan dan inspirasi hidup dalam
tugas panggilannya;
c. Membantu peserta dalam upaya penyadaran diri untuk pembaruan
hidup menuju pertobatan sejati;
d. Membantu peserta agar selalu terbuka berdialog dan bekerja sama
dengan sesama dalam berbagai kegiatan Gerejani dan kemasyarakatan;
e. Membantu peserta agar selalu menghargai kehidupan dan berupaya
melestarikan lingkungan alam sekitarnya;
f. Menolong peserta agar selalu memiliki kesadaran hidup menggereja
terutama berpartisipasi aktif dalam kegiatan liturgis gereja dan kegiatan
sosal karitatif;
g. Membantu peserta untuk membangun dialog ekumenis dengan umat
beragama lain dalam rangka membina kerukunan hidup dan toleransi di
antara umat beragama.17
17
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial, Panduan Cerdas
Pendalaman Iman Kristen (Atambua: Prestasi Pustaka Kasih, 2008), h. 6.
30
2. Metode dan Sistematika Pelaksanaan Katekisasi
Metode-metode yang ditawarkan dalam pelaksanaan katekisasi pada
umumnya yaitu:
a. Metode Observasi: Dilakukan oleh pendeta, dimana pendeta melakukan
pendekatan secara langsung untuk mengetahui bagaimana kondisi
keimanan calon peserta dan dapat merumuskan materi sesuai dengan
kebutuhan peserta;
b. Metode Naratif: Yaitu penyajian ceritera pengalaman yang bisa disertai
petunjuk gambar agar mudah dimengerti yang diambil dari teks kitab
suci, sanjak, lagu, ceritera pengalaman pribadi, ceritera film dan drama
lalu dibuat pendalaman dengan tanya jawab, diskusi dan penjelasan;
c. Metode Ceramah: Diperuntukkan bagi peserta yang berpendidikan
tinggi, disertai tanya-jawab, diskusi dan penjelasan;
d. Metode Dramatisasi (role playing): Untuk umum (Semua Usia);
e. Metode CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif): Peserta membaca, merenung
dan menuliskan isi perenungan, menggambar dan menjelaskannya,
membawakan lagu, menulis dan membawakan puisi dan berceritera;
f. Metode Sharing Tujuh Langkah (SOTARKAE)18
: Mengajak peserta
melihat kenyataan hidup, mendalami pengalaman tersebut dengan
18SOTARKAE adalah singkatan dari S (Situasi) O (Objektif) T (Tema) A (Analisa) R
(Refleksi) K (Kitab suci) A (Aksi) E (Evaluasi). Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese
Kategorial: Panduan Cerdas Pendalaman Iman Kristen, h. 16.
31
pertanyaan yang objektif, menganalisa akar permasalahan, mencari
refleksi atas nilai-nilai iman dari pengalaman tersebut yang disesuaikan
dengan teks suci, lalu penyimpulan dalam aksi dan evaluasi.
Demikian sistematika dalam pelaksanaan katekisasi adalah sebagai berikut:
a. Pengantar Singkat: Berupa ceramah pembuka dan penentuan tema
maksud pertemuan;
b. Doa Pembuka;
c. Presentasi Materi: Pendalaman dokumen atau ceritera pengalaman agar
peserta merefleksikan lebih dalam nilai-nilai kristiani dari materi
tersebut;
d. Pewartaan Teks Kitab Suci: Membaca, memahami dan memperdalam
sabda Tuhan agar meresap ke dalam hati peserta dan menemukan
kandungan nilai kristiani yang ada didalamnya;
e. Niat dan Aksi: Merupakan tanggapan langsung para peserta dengan
membuat aksi konkrit sebagai bentuk ekspresi dari pengalaman
imannya atas sabda Tuhan;
f. Doa Penutup.19
Adapun materi yang akan diberikan untuk para peserta bersumber dari
Kitab suci (sumber pokok) yang teksnya dipilih menyesuaikan dengan kebutuhan
19
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas
Pendalaman Iman Kristen, h. 18.
32
peserta; dokumen penting gereja seperti ajaran moral, iman dan liturgi gereja;
pengalaman dan kesaksian iman anggota gereja; kejadian dan peristiwa-peristiwa
alam semesta, relasi manusia dengan alam lingkungannya; direktirium gereja
universal dan direktirium gereja lokal yang berisi tentang prinsip-prinsip ajaran
teologi, pastoral dan katekesis; buku katekismus gereja lokal; buku agama
pegangan guru dan murid atau buku pegangan umat yang diterbitkan oleh KWI
(Konferensi Waligereja Indonesia) atau keuskupan tertentu.
Demikian halnya, jika dilihat dari uraian metode dan sistematika diatas
menggambarkan bahwa tugas katekisasi bukan saja mengupayakan agar seseorang
beriman, tetapi juga membantu seseorang untuk mencapai kedewasaan dalam
pertumbuhan imannya. Katekisasi juga akan menjadi media pertobatan bagi
seseorang yang mempunyai permasalahan di masa lampaunya yang juga berkaitan
dengan pernyataan kesaksian iman/konversi, katekisasi membuahkan struktur
keimanan baru, yaitu kehidupan seseorang yang berpusat penuh pada Kristus.20
3. Katekisasi dan Sejarah Perkembangannya
Dalam latar belakang sejarahnya, katekisasi bermula ketika Yesus Kristus
berumur dua belas tahun untuk pertama kalinya mengikuti orangtua-Nya ke Bait
Allah di Yerusalem. Dari ajakan orang tua-Nya ke Bait Allah tersebut Yesus
Kristus memiliki kecerdasan yang lebih daripada Yusuf dan Maria.
20
R.J. Porter, Katekisasi Masa Kini: Upaya Gereja membina murid-muridnya menjadi
Kristen yang bertanggung Jawab dan kratif, h. 165.
33
“Yesus pada umur dua belas tahun dalam Bait Allah : 41 „Tiap-tiap tahun orang
tua Yesus pergi ke Yerusalem pada hari raya Paskah; 42 „Ketika Yesus telah berumur dua
belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti yang lazimpada hari raya itu‟; 47 „Dan
semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala jawab
yang diberikan-Nya‟” (Luk psl 2:41,42, 47)
Dari kecerdasan yang dimiliki-Nya Yesus Kristus dianggap sudah mempunyai
tanggung jawab-Nya sendiri terhadap hubungan-Nya dengan Sang Bapa dalam sorga.
Oleh karena itu, Yesus tidak lagi bergantung lagi kepada orang lain dalam persoalan
kemantapan rohani-Nya.21
Disamping itu, didalam kitab Perjanjian Lama juga terdapat
kesaksian tentang perkara-perkara yang maha agung dan dialami umat Kristus dibawah
pimpinan-Nya, yang mana banyak hal hebat yang di lakukan Tuhan Yesus dan perlu
disampaikan, diberitakan ataupun dijelaskan kepada tiap-tiap keturunan yang baru.22
Demikian pula halnya di dalam kitab Perjanjian Baru, terdapat anjuran untuk
mengajarkan kepada umat Kristus tentang pernyatan Allah dalam Yesus Kristus dan
pengaruhnya bagi hidup manusia dengan tujuan memperkokoh iman umat Kristus
tersebut juga memperdalam pengetahuan tentang juru selamatnya.
Menurut Abineno, sejarah katekisasi dibagi ke dalam 6 zaman yaitu:
a. Pada zaman Perjanjian Baru, saat itu perkembangan katekisasi gereja sangat
sederhana, unsur pengakuan iman tidak lebih panjang dari pengakuan bahwa
Yesus adalah Tuhan;
b. Pada abad pertama, di masa ini katekismus sudah menjadi pedoman
katekisasi (Katekismus Didakhe);23
21
E. G Homrighausen dan I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, h. 105. 22
E. G Homrighausen dan I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, h. 2. 23
Katekismus Didakhe adalah ajaran kedua belas rasul yang berasal dari lingkungan
orang-orang Kristen Yahudi dan ditulis sekitar tahun 100 M, katekismus ini berisi tentang kedua
jalan atau hukum, peraturan, petunjuk liturgis untuk pelayanan baptisan dan perjamuan malam dan
34
c. Abad kedua, pada masa ini katekisasi makin berkembang dan memperoleh
bentuk tertentu katekumenat yang terdiri dari dua tingkatan yaitu peserta
katekisasi dan calon baptisan;
d. Abad Pertengahan, pada abad pertengahan ini katekisasi mengalami
pendangkalan karena hanya diperuntukkan kepada orang-orang non kristen
yang ingin menyatakan kesaksian iman/konversi agama yang dipersiapkan
menjadi anggota gereja;
e. Pada abad ke delapan dan sembilan ketika injil disampaikan kepada bangsa
German, sampai ketika Eropa di Kristenkan, pengajaran katekisasi pada
masa ini juga hanya sebatas pengakuan iman dan doa, pengenalan sakramen
dan pengakuan dosa.
f. Zaman Reformasi yang merupakan zaman keemasan dalam sejarah
perkembangan katekisasi karena Alkitab sepenuhnya menjadi pedoman
katekisasi setelah buku katekismus, pada zaman ini gereja mempercayakan
sekolah/lembaga pendidikan untuk ikut serta membantu pelaksanaan
katekisasi, tokoh yang berpengaruh pada zaman ini adalah Calvin (Yohanes
Calvin) dan Luther (Martin Luther) sebagai reformator.24
Berkaitan dengan hal ini, telah disinggung sebelumnya bahwa terdapat beberapa
nasihat yang bersifat eskatologis. H Ten Napel, Kamus Teologi Inggris-Indonesia (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2010), h. 98. 24
Calvin Y, Institutio, Pengajaran Agama Kristen: Sumber-sumber Sejarah Gereja I
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983), h. 65-82.
35
sakramen yang harus dilewati anggota muda gereja pada akhir abad pertengahan
khususnya gereja yang menganut paham Calvinis yang pada saat itu sepakat untuk
memberikan perhatian khusus dalam persoalan pendidikan iman untuk menjadikan
keturunan mudanya menjadi anggota gereja dalam arti penuh. Maka pada abad ke-13
majelis gereja membuat susunan ketetapan mengenai persyaratan untuk para anggota
muda wajib mengikuti sakramen yaitu ketika mereka menginjak umur 7 sampai 12 tahun.
Ritual pertama adalah upacara pembaptisan ulang ketika seseorang dianggap
dewasa dan siap bertanggung jawab atas kesaksiannya terhadap Tuhan Kristus. Upacara
pembaptisan ulang disini terdiri dari tindakan liturgis yaitu penyelaman sebanyak tiga kali
yang melambangkan pembersihan dari dosa dan pengurapan dengan minyak yang
dioleskan di dahi, dilanjutkan dengan penumpangan tangan yang di tandai dengan salib
sebagai lambang pemberian Roh Kudus kepada anggota baptis tersebut.25
Ritual kedua selanjutnya anak-anak peserta tersebut dipersiapkan untuk
menerima tahap pendidikan dasariah yaitu pengajaran iman atau kelas katekisasi dengan
menggunakan katekismus sebagai pedoman dan diwajibkan menghafal beberapa doa dan
pengakuan iman rasuli, pendidikan katekisasi ini berlangsung kurang lebih dua tahun.
Setelah materi tersebut tersampaikan, akan ada pengesahan yang dipimpin oleh pendeta
di depan para jemaat gereja sebagai lambang telah lulus peserta tersebut menjalani
pendidikan katekisasi yakni dengan menjawab beberapa pertanyaan mengenai apa yang
25
Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme? (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008), h. 236.
36
telah diajarkan.26
Setelah seseorang sudah mendapat pengakuan bahwa ia lulus dalam pendidikan
katekisasi tersebut berhak menjalani ritual ketiga yaitu peneguhan sidi yang mana mulai
saat itu ia bertanggung jawab atas keimananya, lalu ditahbiskan menjadi anggota gereja
sepenuhnya. Pada tahap ini seseorang sudah mempunyai hak mengikuti perjamuan
kudus27
dan juga ikut serta dalam pengambilan keputusan, terutama dalam rangka
pemilihan para pejabat gereja.28
Di Indonesia sendiri perkembangan katekisasi merupakan tugas yang ada
dibawah pengawasan gereja dan sebagian diserahkan kepada guru-guru sekolah setelah
ibadah di hari minggu. Oleh karena itu majelis gereja melakukan penyeleksian para guru
agar mendapat sertifikasi kelayakan untuk mengajar katekisasi tersebut.
4. Jenis-jenis Katekisasi
Menurut seorang pendeta dari Gereja Masehi Injili di Timor Johannes Ludwig
Abineno yang juga penganut aliran calvinis mengatakan secara garis besar katekisasi
terbagi menjadi tiga kategori yaitu:
1. Katekisasi Keluarga
Keluarga adalah pendidikan pertama untuk anak sejak dini, tentu yang
26
Yohanes Calvin, Pengajaran Agama Kristen: Sumber-sumber Gereja No. 1 (Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2005), h. 183. 27
Perjamuan Kudus yaitu sebuah sakramen yang dilakukan oleh pastor kepada sang
penerima yang sudah dianggap berhak terlbat dalam kegiatan Gereja, sakramen ini mempunyai
simbolisasi pemberian air, anggur atau minyak yang sudah diberkati. E. G. Homrighausen dan I. H.
Enklaar, Pendidikan Agama Kristen, h.115. 28
Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme? , h. 240.
37
seharusnya berperan secara langsung adalah orang tua, yang mana orang tua
pertama kali memperkenalkan pengetahuan yang baru dikenal anaknya terutama
pengetahuan tentang keagamaan yaitu pemberitaan tentang perbuatan-perbuatan
Allah Yang Besar, setidaknya seorang anak dibentuk agar menjadi orang kristen
yang taat akan ketetapan-ketetapan-Nya sejak ia masih kecil. Pendidikan pertama
dalam keluarga sangat penting diterapkan untuk para calon-calon pengikut setia
Kristus, sampai saat ini hasilnya juga sangat berpengaruh untuk pertumbuhan
karakter anak.29
Karena menurut Calvin orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar atas
pendidikan agama anak-anak mereka, orang tua mengemban tugas untuk
memperkenalkan Tuhan kepada anak sejak dini.
2. Katekisasi Sekolah
Katekisasi sekolah mulanya terinspirasi dari tradisi orang Yahudi yang mana
memberikan pengajaran Torah dan mewajibkan untuk anak-anak yang berusia
enam sampai tujuh tahun menghafal nas Torah kegiatan ini dikenal dengan
sebutan bet-ha-sefer, demikian pengajaran menyesuaikan dengan usia tersebut.
Pendidikan ini baru di contoh oleh para pengikut Calvin pada abad pertengahan
yang mana sekolah-sekolah memuat katekisasi dalam kurikulumnya. Dimana
murid-murid harus menghafal Credo, Dekalog, Pater Noster30
dan ketujuh
29
Yohanes Calvin, Pengajaran Agama Kristen: Sumber-sumber Gereja No. 1, h. 70-73. 30
Credo berasal dari Bahasa Latin artinya sebuah pengakuan atau pernyataan iman;
38
Mazmur sebuah pengakuan dosa. Katekisasi sekolah ini merupakan kegiatan
yang dibuat pada masa reformasi, dengan menggunakan Alkitab dan buku
katekismus sebagai sumber pedoman dalam pengajarannya.
Menanggapi kegiatan katekisasi sekolah ini Calvin berpendapat bahwa
Menurut Calvin katakese sekolah berfungsi untuk mendidik orang-orang
muda supaya mereka dapat bertindak secara bertanggungjawab menurut
Firman Tuhan, untuk itu harus ada guru-guru yang baik dan beriman.31
Dalam konteks masa kini pendidikan katekisasi sekolah semakin
berkembang secara sistematis, beragam metode pengajaran telah
disediakan bedanya saat ini dalam kurikulum istilah „katekisasi sekolah‟
diganti menjadi „Pengajaran Agama Kristen‟ namun tidak mengubah
esensi yang ada didalamnya. 32
3. Katekisasi Gereja
Pada zaman reformasi katekisasi gereja merupakan lembaga
pengajaran independen yang diberikan kepada kaum pemuda, terutama
pewartaan isi alkitab di setiap peribadatan yang dianggap paling ampuh
mendidik anak-anak muda tentang firman Allah dalam kerohanian mereka
Dekalog berasal dari Bahasa Yunani yang berarti Sepuluh Perintah Allah atau Sepuluh Firman
Allah yang juga dikenal dengan Ten Commandments sedangkan Pater Noster yang berasal dari
Bahasa Latin artinya Doa Bapa Kami. Soedarmo, R., Kamus Istilah Theologia (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2010), h. 68 31
Yohanes Calvin, Pengajaran Agama Kristen: Sumber-sumber Gereja No. I., h. 74-76. 32
Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natanael Setiadi (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada tanggal 29 Maret 2017.
39
setelah mengalami perkembangan yang terjadi saat ini pendidikan
katekisasi adalah yang paling efektif diikuti oleh para murid karena selain
bisa dilaksanakan dengan intensif juga pendidikan ini diajar langsung oleh
para pembina yang sudah pasti terpercaya.33
Model dan metode katekisasi akan terus berkembang sepanjang
sejarah yang akan datang, pendidikan seperti ini akan terus berperan
bahkan katekisasi dianggap penentu masa depan agama kristen
kedepannya, walaupun dalam konteks Indonesia saat ini pendidikan
katekisasi hanya dilayani di Gereja.
33
Yohanes Calvin, Pengajaran Agama Kristen: Sumber-sumber Gereja No. 1, h. 77-79
40
BAB III
PROFIL GEREJA KRISTEN INDONESIA KAYU PUTIH
DAN PROGRAM KATEKISASI
A. Profil Gereja
1. Latar belakang Gereja Kristen Indonesia Kayu Putih
Secara geografis Gereja Kristen Indonesia (GKI) Kayu Putih saat ini
terletak di Jl. Kayu Putih I Blok. B Kav. 1 RT. 10/RW. 7 Pulo Gadung, Jakarta
Timur dengan luas ±800 meter ini didirikan pada tanggal 08 Oktober 1980 oleh
beberapa jemaat yang tergabung, dahulu dikenal sebagai jemaat Gereja Kristen
Indonesia A. Yani sebagai jemaat ke-45 dari Sinode GKI Wilayah Jawa Barat
yang mana setiap hari minggu jemaat ini melaksanakan ibadah minggu, pada saat
itu kegiatan peribadatan bertempat di Jl. Jenderal Ahmad Yani No.71, Cempaka
Putih yaitu di ruangan dari sebuah wisma yaitu “Pondok Sentosa”.1 Pada saat itu
jumlah anggota jemaat berjumlah 85 orang yang dilayani oleh pendeta yang
berjumlah 23 orang. Sedangkan secara sosial anggota jemaat GKI A. Yani datang
dari berbagai suku dan etnis seperti Manado, Batak, Jawa dan Tiong Hoa, akan
tetapi mayoritas anggota gereja dari 2 etnis Tionghoa, Batak dan Jawa.2
Sampai ketika di tahun 1984 kegiatan ibadah di wisma Pondok Sentosa ini
1Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natanael Setiadi (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
2
Sejarah GKI Kayu Putih (Sumber: Website Resmi GKI Kayu Putih Jakarta)
http://www.gkikayuputih.or.id/ diakses pada 11 Juni 2017 Pukul 13.30 WIB.
41
dihentikan karena telah mencapai batas akhir penyewaan gedung dan pada saat itu
juga anggota jemaat berupaya mencari gedung pengganti yang akhirnya mereka
dapatkan di Jl. Cempaka Putih Timur XI/10 tidak jauh dari lokasi Wisma Pondok
Sentosa.3 Gedung ini adalah pemberian dari jemaat GKPS (Gereja Kristen
Protestan Simalungun) yang diberikan kepada GKI A. Yani setelah melakukan
beberapa kesepakatan diantara kedua belah pihak, setelah itu jemaat GKI A. Yani
memutuskan untuk mendirikan rumah ibadah baru lalu diawal bulan April tahun
1984 bertepatan dengan hari Paskah pihak GKI A. Yani mengadakan peletakan
batu pertama sebagai simbolisasi peresmian dalam proses pembangunan gereja
dan peresmian nama gereja yang menjadi GKI Kayu Putih.4
Menurut data keanggotaan GKI Kayu Putih pada saat itu mengalami
peningkatan jumlah anggota gereja menjadi 115 orang anggota yang juga ikut
andil dalam biaya pembangunan gereja, demikian dengan jumlah anggota yang
terbilang cukup banyak ini sekiranya belum dapat menutupi biaya pembangunan
gereja, karena Majelis Jemaat GKI Kayu Putih dan panitia pembangunan
memutuskan bahwa biaya pembangunan gereja murni dari biaya pribadi para
anggota jemaat tanpa meminta bantuan dari pihak manapun. Salah satu dari
majelis jemaat dan panitia pembangunan mengatakan bahwa:
3Sejarah GKI Kayu Putih http://www.gkikayuputih.or.id/ diakses pada tanggal 11 Juni
2017 pukul 13.49 WIB. 4Sejarah GKI Kayu Putih http://www.gkikayuputih.or.id/ diakses pada tanggal 11 Juni
2017 pukul 13.49 WIB.
42
“Tuhan pasti akan mencukupi semua kebutuhan yang diperlukan.
Disinilah mulai terlihat indahnya perjuangan dan kebersamaan, secara
bahu-membahu kami membangun rumah ibadah yang diidamkan. Terbukti dalam
proses pembangunan gereja pemasukan biaya berjalan lancar, tidak sedikit baik
anggota ataupun diluar anggota gereja yang menyumbangkan uangnya sebagai
persembahan untuk pembangunan gereja dan terbukti, bahwa apa yang semula
tampaknya tidak mungkin dengan berkat yang Tuhan beri semua menjadi
mungkin.”5
Pada bulan Agustus 1986 di tempat yang baru GKI Kayu Putih diresmikan
dengan kapasitas muatan jemaat hingga 500 orang, dibawah sistem kepengurusan
mejelis GKI Kayu Putih dengan visi misi:
“Menjadi perwakilan-Nya menyampaikan berita dan melaksanakan
misi-Nya dan terbuka bagi siapa saja yang hendak berjuang demi keadilan,,
kebenaran dan keutuhan seluruh ciptaan. Berupaya terus memperbarui diri
sesuai dengan firman Tuhan agar kasih Kristus dapat dirasakan oleh seluruh
makhluk bumi ini”
Demikian berbicara tentang identitas gereja, secara historis GKI Kayu
Putih mengklaim bahwa latar belakang gereja tersebut adalah sebagai GKI yang
merupakan salah satu gereja dengan Teologi Ekumenikal dengan denominasi
Calvinis yaitu Protestan (reformasi) yang mana mempunyai visi misi memiliki
kehidupan gerejawi dan mengawasi kemurnian iman melalui sistemasi disiplin
dan menyesuaikan adat dan budaya kegerejaan di Indonesia.6
GKI Kayu Putih ini adalah sebagai wujud kesatuan dari Gereja Kristen
Indonesia Jawa Timur, Gereja Kristen Indonesia Jawa Barat, Gereja Kristen
Indonesia Jawa Tengah dan Gereja Kristen Indonesia (GKI) dalam persekutuan
5Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natanael Setiadi (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017. 6 Christian de Jonge, Apa itu Calvinisme? (Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2008), h. 8
43
kasih yang akrab dan karya keselamatan Allah Bapa, Anak, dan Roh Kudus, hidup
dan berkarya di tengah kekayaan dan kepelbagaian warisan sejarah, budaya, dan
lingkungan alam, baik di dalam tubuhnya sendiri, maupun di tengah masyarakat
Indonesia.7
2. Pokok-pokok Ajaran Gereja Kristen Indonesia Kayu Putih
Berkaitan dengan latar belakang GKI Kayu Putih melakukan sebuah
pengikraran konfensi sebagai penegasan iman yang konstekstual dan formal oleh
Gereja Kristen Indonesia (GKI) pada tanggal 26 Agustus 1988 yang sampai saat
ini diimani dan dihayati sebagai prinsip pokok ajaran GKI Kayu Putih dan
menerima Katekismus Heidelberg pada tahun 2014 sebagai pedoman dalam
katekisasi.8 Berikut 18 Konfensi Pengakuan iman Gereja Kristen Indonesia:
1. Dalam persekutuan kasih yang akrab serta anugerah penciptaan,
pemeliharaan, penyelamatan dan pembaruan oleh Allah Bapa Anak
dan Roh Kudus, kami sebagai Gereja Kristen Indonesia hidup dan
berkarya di tengah kekayaan dan kepelbagaian warisan sejarah,
7
Sejarah GKI Kayu Putih (Sumber: Website Resmi GKI Kayu Putih Jakarta)
http://www.gkikayuputih.or.id/ diakses pada 11 Juni 2017 Pukul 15.17 WIB. 8Konfesi GKI merupakan sebuah ekspresi dari pengakuan iman yang diakui dan dihayati
oleh GKI. Dalam praktiknya GKI mengakui Pengakuan Iman Rasuli, Pengakuan Iman Nicea
Konstantinopel, dan Pengakuan Iman Athanasius. Ketiga Pengakuan Iman tersebut merupakan
pengakuan iman yang bersumber dari Alkitab dan diterima, serta dimiliki oleh gereja secara
ekumenis. Jadi, di satu sisi, dengan mengakui ketiga pengakuan iman tersebut, GKI mengikatkan
diri pada persekutuan ekumenis dalam gereja yang universal. Di sisi lain, dengan merumuskan
konfesinya, GKI mengikatkan diri pada persekutuan kasih, baik dalam tubuh GKI maupun dalam
konteks hidup GKI di tengah kekayaan dan kepelbagaian lingkungan alam, budaya dan agama di
Indonesia. Sumber: Website Resmi GKI Kayu Putih (Sejarah GKI Kayu Putih)
http://www.gkikayuputih.or.id/ di akses pada 11 Juni 2017 Pukul 14.59 WIB.
44
budaya, dan lingkungan alam Indonesia;
2. Kami percaya kepada Allah yang dipanggil Bapa oleh Yesus Kristus;
3. Yang di dalam kasih dan kuasa-Nya menciptakan semesta alam;
4. Yang memelihara dan mengelola dengan baik lingkungan alam seperti
pemilik taman;
5. Yang merawat dan menjaga anak-anak-Nya, seperti ibu dan bapa;
6. Yang mengundang dan memanggil kami untuk berperan serta dalam
pekerjaan-pekerjaan-Nya yang baik.
7. Kami percaya kepada Yesus Kristus;
8. Anak Allah yang dikandung oleh Roh Kudus dan dilahirkan dari
rahim perawan Maria;
9. Yang diurus untuk menegakkan Kerajaan Allah bagi seluruh ciptaan;
10. Yang mengampuni semua orang tanpa diskriminasi, menegakkan
keadilan dan perdamaian tanpa kekerasan, memberkati setiap pribadi,
keluarga dan anak-anak, memberdayakan orang miskin, memulihkan
orang sakit, membebaskan orang tertindas dan menjadi sahabat bagi
orang yang diasingkan;9
11. Yang menyelamatkan dunia dengan menempuh jalan penderitaan
hingga mati di kayu salib dan pada hari yang ketiga dibangkitkan dari
9Warta Jemaat GKI Kayu Putih (Jakarta, Sekertariat GKI Kayu Putih, 2017), Edisi VIII
Januari 2017.
45
kematian, agar kami bebas dari kuasa dosa dan maut menyatakankasih
yang melenyapkan ketakutan dan melampaui kejahatan, serta beroleh
kebangkitan menyatakan kasih dan hidup yang abadi;
12. Yang naik ke surga agar kami memberikan Injil-Nya kepada segala
makhluk;
13. Yang akan datang kembali untuk menghakimi dan membarui segala
sesuatu agar kami mampu merayakan kehidupan dan menyambut
kematian di dunia ini dalam iman, pengharapan dan kasih;
14. Kami percaya kepada Roh Kudus;
15. Sumber kehidupan yang menolong kami untuk mengaku percaya ke
surga bahwa Yesus adalah Tuhan dan untuk menghidupi firman Allah;
16. Sumber karunia yang menghimpun kami sebagai satu Gereja yang
kudus, am dan rasuli;
17. Sumber kekuatan yang melibatkan kami dalam misi Kerajaan Allah;
18. Kemuliaan bagi Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus yang tidak pernah
memisahkan kami dari kasih-Nya sekarang dan selama-lamanya.10
10
Warta Jemaat GKI Kayu Putih..., Edisi 8 bulan Januari 2017.
46
3. Struktur Kepengurusan Gereja Kristen Indonesia Kayu Putih
4. Kegiatan Gereja Kristen Indonesia Kayu Putih
GKI Kayu Putih mempunyai agenda kegiatan yang cukup banyak dalam
kesehariannya, bukan hanya melayani peribadatan per-minggu dan hari-hari besar
kristen tetapi juga menyediakan kegiatan sosial, hiburan, musik, bahkan
konsultasi hukum, segala bentu jadwal kebaktian, kegiatan atau pengumuman
47
akan dikabarkan melalui warta jemaat yang diterbitkan setiap bulannya, kegiatan
tambahan tersebut menyesuaikan dengan kebeutuhan anggota gereja
per-minggunya, berikut contoh agenda dalam sepekan bulan september ini:
B. Klasifikasi dan Pelaksana Katekisasi Di GKI Kayu Putih
Katekisasi adalah salah satu bentuk pelayanan GKI Kayu Putih bagi
48
jemaat yang bersedia mengikuti pewartaan sabda Allah dan memberikan
pembinaan iman yaitu Pendidikan Agama Kristen agar dapat menjadi anggota
gereja atau pengikut Kristus yang memahami dan melaksanakan tugas
panggilannya secara utuh. Seperti yang sudah penulis jelaskan di bab sebelumnya
bahwa GKI Kayu Putih mempunyai tiga klasifikasi dalam program katekisasi,
terbagi menjadi tiga kategori yaitu:
1. Katekisasi remaja (Untuk usia 14-18 tahun);
2. Katekisasi dewasa (Untuk usia 19 tahun keatas);
3. Katekisasi khusus (Untuk jemaat yang baru saja menyatakan kesaksian
iman dan diwajibkan oleh majelis jemaat mendapatkan pembinaan
ajaran iman).11
Dalam aturan Tata Gereja dan Tata Pelaksanaan Gereja Kristen Indonesia
(GKI) oleh Badan Pekerja Majelis Sinode GKI pasal 8 menjelaskan bahwa
pendidikan katekisasi dilakukan bagi anggota yang telah menerima baptisan, baik
baptisan kudus anak maupun baptisan kudus dewasa yang diselenggarakan oleh
Majelis Jemaat GKI Kayu Putih, persyaratan yang sama bagi calon katekisasi
kategori (konversi).
Persyaratan berbeda bagi calon peserta katekisasi yang latar belakangnya
dari pindahan gereja lain dan ingin menjadi anggota gereja GKI Kayu Putih.
Maka ia harus membuat surat atesasi yaitu keterangan perpindahan dari majelis
11Warta Jemaat GKI Kayu Putih..., Edisi 8, Januari 2017.
49
jemaat gereja asalnya untuk menyatakan bahwa seseorang tersebut berpindah
menjadi anggota GKI Kayu Putih. Peserta pindahan tersebut biasanya berasal dari
gereja Katolik, Pentakostal, Karismatik atau dari gereja persukuan seperti HKBP
(Huria Kristen Batak Protestan), GKJW (Gereja Kristen Jawi Wetan), GKP
(Gereja Kristen Pasundan), dll.12
Seperti diketahui bahwa kegiatan katekisasi ini dipimpin oleh Majelis
Jemaat, oleh karena itu agar kegiatan katekisasi berlangsung efektif maka peserta
katekisasi dibagi kedalam beberapa kelompok, pembagian kelompok tersebut
dilakukan secara fleksibel dengan memperhatikan jumlah, tingkat kebutuhan dan
masalah keimanan peserta.
Terkait dengan pembagian kategori peserta tersebut majelis jemaat
melakukan pengamatan yang dilakukan secara langsung kepada para calon peserta
dengan melakukan beberapa pendekatan untuk melihat, mendengar, memahami,
merasakan apa yang sedang terjadi dan dialami oleh peserta sekaligus mengukur
sejauh mana penghayatan iman calon peserta katekisasi, terutama bagi peserta
katekisasi khusus yang baru saja melakukan kesaksian iman dan di baptis yang
harus dipastikan mendapat bimbingan khusus dari pendeta.13
Program katekisasi yang kita ketahui sebagai sebuah upaya pembinaan
iman yang dilakukan sepanjang sejarah oleh gereja-gereja dunia, begitu pula
12Warta Jemaat GKI Kayu Putih..., Edisi 14, September 2017.
13Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial, Panduan Cerdas
Pendalaman Iman Kristen (Atambua: Prestasi Pustaka Kasih, 2008, h. 12.
50
dalam keberlangsungan program katekisasi di Gereja Kristen Indonesia (GKI)
Kayu Putih ini membutuhkan keterlibatan dari beberapa pihak yaitu:
1. Pembina Katekisasi
Tugas pembina katekisasi adalah yang paling banyak dibahas kali ini
dimana para pembina paling banyak berperan secara langsung dalam
pelayanan katekisasi, karena pada umumnya para pembina juga sebagai
majelis jemaat yang mana mereka mengurus secara langsung berbagai
kegiatan seperti ibadah minggu, ibadah keluarga, ibadah peneguhan,
ibadah pemberkatan nikah hingga ibadah pemakaman, dll. Dalam hal
katekisasi tugas pembina diantara lain adalah:
a. Menyusun rencana katekisasi tahunan (yang ditugaskan oleh majelis
jemaat kepadanya), menentukan tujuan yang akan dicapai, bahan
pengajaran, sumber katekisasi, metode atau cara yang dipakai,
jadwal pertemuan, kontrak berupa peraturan dan kewajiban dalam
melaksanakan katekisasi;14
b. Mengadakan evaluasi untuk memastikan apakah program katekisasi
berjalan sesuai dengan rencana dengan para anggota katekisan, orang
tua anggota dan majelis gereja;
c. Mengadakan percakapan secara personal dengan para anggota secara
14
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas
Pendalaman Iman Kristen...., h. 21-23.
51
bergilir baik dilakukan melalui kunjungan ke tempat tinggal anggota
ataupun di dalam gereja sesuai kesepakatan dll;15
2. Orang Tua
Pada saat pembaptisan anak yang pertama orang tua menyatakan janji
bahwa mereka akan mendidik anak-anak mereka dalam beriman kepada
Tuhan Yesus Kristus dan membina mereka dalam ibadah dan
pengajaran gereja sejak dini hingga pada saat anak berumur dua belas
mengikuti katekisasi.
Dalam katekisasi peranan orang tua adalah mengadakan evaluasi secara
rutin baik dengan pembina untuk menanyakan perkembangan
anak-anaknya selama proses katekisasi mapun dengan anak mereka
masing-masing untuk mengetahui sejauh mana anak tersebut mengikuti
katekisasi dengan baik dan berdampak untuk pertumbuhan iman anak.
3. Peserta Katekisasi
Peserta katekisasi datang dari berbagai macam perbedaan umur,
motivasi, karakter dan latar belakang pendidikan, oleh karena itu tidak
mudah bagi pembina untuk menghdapi perbedaan tersebut, satu-satunya
cara ampuh adalah dari pendekatan emosional yang diberikan dari pra
pembina. Tugas peserta dalam program katekisasi tidak banyak, hanya
15
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas
Pendalaman Iman Kristen..., h. 24-26.
52
saja mereka harus rutin menghadiri kelas katekisasi dari peraturan yang
ada di GKI Kayu Putih akan menjadi masalah untuk kelulusan apabila
ia tidak hadir lebih dari tiga kali pertemuan, selain itu setiap peserta
diharapkan menunjukkan kemauan untuk belajar dan bersedia terbuka
dengan pembina.16
4. Majelis Jemaat
Katekisasi adalah program yang menjadi tanggung jawab majelis
jemaat, majelis jemaat dalam hal ini berperan:
a. Mengumpulkan suara untuk menentukan pembina katekisasi;
b. Membuat sebuah warta setiap bulannya sebagai laporan yang akan
diumumkan oleh para orang tua dan jemaat gereja lainnya;
c. Mengawasi proses pelaksanaan katekisasi, mengadakan evaluasi
dengan para orang tua dan pembina;
d. Menentukan jadwal pertemuan, rapat kelulusan peserta sesudah itu
mengumumkan kapan pelaksanaan peneguhan sidi kepada jemaat
gereja secara keseluruhan.17
Peran-peran dan dukungan seperti yang disebutkan diatas dianggap
penting dalam berjalannya proses pendidikan katekisasi ini mengingat sebuah
16
Wawancara pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017. 17
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas
Pendalaman Iman Kristen, h. 27-28.
53
tujuan katekisasi yang merupakan bekal dan pembentukan seseorang kristen
dalam keberagamaannya.
C. Sistematika Katekisasi
Pra Katekisasi
Pada dasarnya tidak ada perbedaan secara signifikan antara metode
pelayanan katekisasi kategori khusus dengan kategori katekisasi remaja dan
dewasa di GKI Kayu Putih, materi dan kelas akan diberikan secara bersamaan
hanya saja perbedaannya peserta katekisasi khusus yang baru saja melakukan
kesaksiannya tersebut mendapat bimbingan intensif dari majelis gereja, tergantung
sejauh mana penghayatan iman peserta katekisasi khusus tersebut. Oleh sebab itu
pembimbing katekisasi melakukan tahap-tahap sebagai berikut agar metode
pelayanan berjalan dengan kondusif dan disiplin:18
1. Tahap Observasi;
Observasi dilakukan oleh pembimbing katekisasi yaitu melakukan
pendekatan psikologis dengan calon peserta secara personal dengan
tujuan menganalisis untuk mengetahui corak pemikiran dan
penghayatan keimanan peserta juga permasalahan yang sedang
dialami dalam kehidupan peserta, setelah itu pembimbing katekisasi
dapat menyimpulkan perumusan masalah lalu mengkategorikan
18
Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
54
peserta katkisasi berdasarkan latar belakang usia dan penghayatan
keimanan peserta tersebut.19
2. Penyusunan Metode Katekisasi;
Setelah melakukan tahap analisis secara personal lalu menyimpulkan
permasalahan peserta pihak majelis gereja menyusun metode katekisasi,
tahap ini adalah penentuan silabus tema dan sub tema yang sesuai
dengan inti permasalahan dan kebutuhan peserta.
3. Merumuskan Tujuan Katekisasi;
Terdapat dua macam tujuan yang bisa ditetapkan sebagai persiapan
dalam mencapai sasaran kegiaan katekisasi yaitu:Tujuan
Instruksional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus.
a. Tujuan Instruksional Umum;
Merupakan tujuan sasaran yang ditargetkan secara umum,
rumusan dalam tujuan ini adalah „membantu‟ atau „menolong‟ agar
peserta dapat mengenal, memahami, menghayati dan mengamalkan
sabda Tuhan kedalam hidupnya.
b. Tujuan Instruksional Khusus;
Sedangkan tujuan ini merupakan rincian yang lebih spesifik dari
tujuan instruksional umum yang mana tujuan ini adalah menganalisis
19
Zakharias Ursinus dan Caspar Olevianus, Pengajaran Agama Kristen: Katekismus
Heidelberg (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), h. 13.
55
kepribadian peserta agar dipahami baik intelektualitas, emosional,
harapan, permasalahan yang dihadapi, penyesalan apa saja yang ada
dalam hidupnya, terutama untuk peserta katekisasi khusus konversi
agama yang seringkali ditemukan mempunyai permasalahan
psikologis dalam dirinya.20
4. Menentukan Sumber Materi Katekisasi;
Dalam menentukan materi yang sesuai untuk katekisasi diambil dari
beberapa sumber-sumber yang relevan dalam pengkajian iman
sebagai berikut:
a. Alkitab adalah sumber utama katekisasi yaitu dengan memilih
teks yang sesuai dengan tema atau kebutuhan peserta;
b. Buku panduan katekismus;
c. Dokumen-dokumen penting gereja, seperti ajaran iman, ajaran
moral dan liturgi gereja;
d. Pengalaman dan kesaksian iman anggota gereja yang dapat
diambil untuk dijadikan pelajaran untuk peserta;
e. Kejadian dan peristiwa-peristiwa alam semesta, relasi manusia
dengan alam lingkungannya;
f. Direktirium gereja universal dan direktirium gereja lokal yang
20
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas
Pendalaman Iman Kristen..., h. 13.
56
berisi tentang prinsip-prinsip ajaran teologi, pastoral dan katekis;
g. Buku pegangan guru dan murid atau buku pegangan umat yang
diterbitkan oleh keuskupan tertentu.21
5. Metode Katekisasi
Perlu diketahui bahwa tidak semua peserta mempunyai cara belajar
yang sama, maka setidaknya pembimbing katekisasi menawarkan
metode yang bervariasi agar proses katekisasi tidak terasa monoton
dan membosankan seperti berikut ini:
a. Metode tanya jawab dan diskusi mengenai penjelasan mendalam
tentang ajaran-ajaran Kristen;22
b. Metode naratif yaitu menceritakan pengalaman yang dibuat narasi
lalu digambarkan melalui ilustrasi dan dijadikan drama (role
playing), sumber cerita dapat diambil dari teks Alkitab, lagu, film,
atau pengalaman seseorang;
c. Metode ceramah yang dilakukan pendeta memberitakan tentang
sabda Tuhan dan ajaran kekristenan;23
d. Outing Class dengan melakukan studi banding yaitu kunjungan ke
21
E. G. Homrighausen, I. H. Enklaar, Pendidikan Agama Kristen (Jakarta : BPK Gunung
Mulia, 2007), h. 105. 22
Yohanes Calvin dan J.S.Aritonang, Instutio: Pengajaran Agama Kristen,
Sumber-sumber Sejarah Gereja No. 1, h. 183. 23
Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
57
gereja sekutu ataupun gereja aliran lain juga lintas agama dan
mengadakan diskusi didalamnya.
6. Penentuan Tempat dan Waktu
Setelah membuat susunan rangkaian acara dan materi katekisasi
hendaknya pembimbing membuat jadwal katekisasi yang juga
disesuaikan dengan masing-masing peserta lalu program inti katekisasi
dapat dilaksanakan.
Demikian susunan acara kelas katekisasi:
a. Pembukaan acara
Kelas katekisasi dibuka oleh pembina katekisasi, didalam rangkaian
pembuka acara ini pembina katekisasi memberikan penjelasan terlebih
dahulu mengenai silabus atau tema yang akan diberikan dihari tersebut;24
b. Doa Pembuka
Pembina membimbing para peserta menyanyikan beberapa lagu
pujaan diselingi doa sebagai permohonan agar pelaksanaan acara diberkati
Tuhan;
c. Presentasi Materi
Memasuki inti acara yaitu pembina memberikan presentasi tentang
ajaran agama Kristen, sejarah agama Kristen dan pendalaman dokumen
24
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas
Pendalaman Iman Kristen, h. 17
58
yaitu menceritakan pengalaman kisah nyata yang terdapat nilai-nilai iman
Kristiani didalamnya;
d. Pendalaman Teks Kitab Suci
Dalam rangkaian ini peserta diperintah untuk membaca teks/ayat yang
sudah ditentukan oleh pembina, setelah membaca masing-masing peserta
diberi waktu untuk membacanya berulang-ulang agar dapat menghayati
dan mendalami arti dari teks kitab suci tersebut.25
e. Review Materi
Yaitu mengulang kembali materi untuk memastikan apakah materi
yang diberikan di pertemuan tersebut benar-benar diterima peserta dan
diamalkan dengan baik;
f. Doa Penutup
Pelaksanaan katekisasi khusus di GKI Kayu Putih berlangsung selama
9 bulan, setelah program katekisasi berjalan pembina mengadakan evaluasi
agar dapat menyimpulkan apakah pelaksanaan katekisasi ini sesuai dengan
yang ditargetkan pembina, melalui pengamatan dan penilaian kepada
masing-masing peserta.26
Proses evaluasi yang dilakukan adalah
mengujikan materi katekisasi baik secara lisan, tulisan dan praktek.
25
Johanes Lewar dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial: Panduan Cerdas
Pendalaman Iman Kristen, h. 17. 26
Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
59
Setelah evaluasi berlangsung maka pembina mengadakan rapat
pertimbangan bersama pihak majelis gereja untuk menentukan kelulusan
peserta, lalu peserta berhak melakukan peneguhan sidi dan penobatan
sebagai anggota gereja yang memenuhi panggilan-Nya secara utuh
didepan jemaat gereja secara kesleuruhan.27
Pasca Katekisasi
Sakramen Kebaktian Sidi Kelulusan Katekisasi
Demikian seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa prosesi
upacara kelulusan katekisasi dihadiri jemaat gereja secara keseluruhan, terutama
keluarga dari peserta katekisasi yang bersangkutan agar dapat menyaksikan secara
langsung kebaktian sidi putra/puterinya yang telah melewati program katekisasi
sebagai persyaratan menjadi anggota gereja yang memenuhi panggilan-Nya secara
utuh.28
Rangkaian acara sidi kelulusan katekisasi di GKI Kayu Putih:
1. Ceramah Pembukaan;
Ceramah dan salam pembukaan diberikan oleh ketua majelis jemaat
GKI Kayu Putih kepada jemaat yang menghadiri acara sidi tersebut.
2. Nyanyian Pujian dan Doa;
27
Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 2 9 Maret 2017. 28
Marinus Telambanua, Ilmu Kateketik: Hakekat, Metode dan Peserta Katekese Gerejawi
(Jakarta : Obor, 1999), h. 15.
60
Yaitu bentuk persembahan untuk Tuhan Yesus Kristus juga
sebagai ungkapan rasa syukur dipandukan paduan suara Sentosa.
3. Peresmian Kelulusan Peserta Katekisasi;
Sampai pada acara inti, peserta dinyatakan telah lulus program
katekisasi dan setiap dari mereka adalah anggota gereja yang mulai
saat itu mempunyai hak dalam kegiatan kepengurusan gereja, satu
persatu peserta yang disebutkan namanya akan diperkenankan maju
untuk mendapat surat tugas anggota gereja dan beberapa dokumen
kelulusan katekisasi lainnya;
4. Ouikumene Mendoakan Peserta, Pembacaan Sabda Tuhan dan
Pengakuan Sidi;
Pada bagian acara kali ini ketua majelis jemaat melakukan perayaan
ouikumene bersama para jemaat yaitu mendoakan peserta agar ilmu
katekisasi yang telah mereka dapat menjadi penghayatan iman yang
jauh lebih kokoh, setelah itu peserta melakukan pengakuan sidi
sebagai janji peserta yang akan melaksanakan tugas dan tanggung
jawab sebagai anggota gereja seutuhnya.29
5. Doa Penutup.
29
Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
61
Majelis Jemaat memberikan piagam Sakramen Baptisan Kudus atau
Peneguhan Sidi, Alkitab, serta kartu anggota GKI Kayu Putih kepada
peserta yang dibaptiskan/disidi.
D. Metode Pembinaan GKI Kayu Putih Untuk Kebutuhan Peserta Pelaku
Konversi Iman
Pada pembahasan ini adalah membicarakan tentang bagaimana hubungan
antara metode pembinaan katekisasi dengan fenomena konversi/kesaksian iman di
GKI Kayu Putih mengingat bahwa kedua hal yang saling berkaitan tersebut adalah
akar persoalan dalam penelitian ini. Telah dibahas pada bab sebelumnya bahwa
katekisasi adalah bentuk pelayanan gereja dalam memberikan pendidikan dan
pembinaan tentang kekristenan, pendidikan dan pembinaan ini dilakukan jika
seseorang telah mendapatkan baptisan yang diberikan secara langsung oleh pihak
gereja khususnya GKI Kayu Putih, pembaptisan sebagai simbol bahwa seseorang
telah masuk ke dalam persekutuan dan mengimani Kristus sebagai juru selamat.30
Berkaitan dengan hal tersebut tidak dapat dipungkiri bahwa peserta katekisasi
adalah mereka yang datang dari berbagai perbedan latar belakang, yang mencakup
perbedaan umur, sosial ekonomi, pendidikan, motivasi dan hal ini juga berlaku
pada peserta pelaku konversi iman yang sebelumnya mempunyai latar belakang
30
Porter, R. J, Katekisasi Masa Kini: Upaya Gereja membina murid-muridnya menjadi
Kristen yang bertanggung Jawab dan kratif (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015), h.
187.
62
iman yang berbeda, namun titik fokus pembahasan kali ini hanya seputar peserta
katekisasi dengan latar belakang iman berbeda atau bisa disebut pelaku konversi
iman.
Berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan penelitian peserta
katekisasi dari latar belakang perbedaan iman terbagi menjadi dua kategori yang
pertama peserta yang berasal dari keluarga Kristen yang telah mengenal dan
mengetahui tentang iman Kristen dan yang kedua berasal dari keluarga yang bukan
Kristen dimana keyakinan tentang kristen yang masih terbilang awam.31
Dua latar
belakang peserta ini memiliki kebutuhan yang berbeda, jika peserta kategori
pertama hanya membutuhkan bimbingan agar dapat meneguhkan iman Kristennya
secara utuh, maka peserta dari latar belakang konversi atau yang kedua
memerlukan bimbingan dan pengajaran khusus untuk merubah iman lamanya
menjadi iman Kristen.
Kita ketahui, berpindah keyakinan yang telah lama dianut merupakan
tindakan yang tidak mudah dilakukan, ibarat membongkar bangunan lama untuk
mendirikan bangunan baru di atasnya, butuh proses yang lumayan lama untuk
memastikan bahwa pilihan barunya tersebut adalah yang terbaik dan memang
dibutuhkan. Terutama jika tindakan ini dilakukan oleh pelaku konversi dewasa,
31
Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
63
maka dalam hal ini GKI Kayu Putih mempunyai peran dalam membantu seseorang
tersebut dalam upaya mengokohkan iman kristennya.
Salah satu peran GKI Kayu Putih adalah melalui metode pendekatan
pendidikan dan perkembangan spiritual yang berfokus pada pengembangan tiap
pribadi (person) yang diarahkan untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan,
sehingga dapat membantu setiap calon peserta katekisasi pelaku konversi untuk
memperkembangkan inner life atau bisa dibilang kehidupan sejati. 32
Oleh karena itu, perkembangan inner life ini kemudian akan dilakukan
dengan cara berkomunikasi dengan sesama atau tokoh agama bahkan dengan alam
semesta, proses tersebut dapat dinikmati pelakunya sehingga ia berjumpa dengan
Tuhan atau merasakan adanya Tuhan secara pribadi sehingga seseorang tersebut
akan memberikan respon untuk terus menerus menggali dan mempelajari
sumber-sumber iman kristen sehingga meningkatkan penghayatan Kristennya.
Berdasarkan wawancara dengan Pendeta Natan Kristiyanto mengenai
penggunaan metode pendekatan yang dilakukan GKI Kayu Putih ini merupakan
penerapan dari teori tentang pendidikan Kristiani yang dikemukakan oleh Jack L
Seymour seorang ahli Pendidikan Kristen yang dalam bukunya Seymour
32
Jack L Seymour, Memetakan Pendidikan Kristiani: Pendekatan-pendekatan Menuju
Pembelajaran Jemaat ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), h. 24.
64
menjelaskan terdapat empat pendekatan yang masing-masing mempunyai ciri dan
fokus penekanan berbeda:33
1. Pendekatan religius instruksional yang bertujuan memampukan
naradidik mendasarkan kehidupannya pada ajaran‐ajaran Alkitab dan
membangun antara isi dan ajaran‐ajaran tersebut dengan kehidupan;
2. Pendekatan pertumbuhan spiritualitas yang bertujuan membantu
naradidik meningkatkan kehidupan diri mereka dan meresponnya
dengan tindakan terhadap sesama dan dunia;
3. Pendekatan komunitas iman yang bertujuan untuk membangun
komunitas yang memperlihatkan perkembangan manusia yang otentik
dan membangun komunitas;
4. Pendekatan transformasi yang bertujuan membantu nara didik dan
komunitas untuk menunjukkan adanya perubahan sosial. 34
Setiap model pendekatan dalam pendidikan Kristiani mempunyai arah dan
tujuan masing-masing berdasarkan peekanan pada peran guru, peran naradidik,
proses pembelajaran, konteks implikasinya bagi pelayanan, maka pendekatan
yang disediakan diatas disesuaikan dengan kebutuhan peserta naradidik terutama
33
Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017. 34
Jack L Seymour, Memetakan Pendidikan Kristiani: Pendekatan-pendekatan Menuju
Pembelajaran Jemaat ( Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010), h. 21.
65
bagi peserta pelaku konversi sehingga tujuan dasar katekisasi sebagai
penghayatan dan pengakuan iman Kristen ini dapat terlaksana dengan semestinya.
66
BAB IV
PENGARUH KATEKISASI DALAM PEMANTAPAN IMAN KRISTEN
A. Pengalaman Empirik Konversi Agama
Pada bab ini Penulis akan menjelaskan hasil analisis penelitian berupa
dinamika perkembangan peserta katekisasi khusus di GKI Kayu Putih dan
pengaruh katekisasi dalam pemantapan iman kristen yang juga merupakan salah
satu inti yang akan diungkapkan dari skripsi ini. Berkenaan mengenai
perkembangan peserta katekisasi khusus berdasarkan data yang penulis dapat dari
kesekertariatan GKI Kayu Putih terdapat jumlah peserta yang berbeda di setiap
tahun terhitung dari tahun 2014 sampai tahun 2017 sekarang ini, berikut grafik
peserta katekisasi khusus yang tercatat di GKI Kayu Putih:
0
2
4
6
8
10
12
14
16
2014 2015 2016 2017
Jumlah Peserta
Katekisasi
Khusus
Dapat disimpulkan bahwa terjadi penurunan jumlah peserta katekisasi
khusus selama tiga tahun terakhir. Hal ini terjadi karena sebagian dari peserta
katekisasi khusus tersebut yang tidak dinyatakan lulus sidi oleh majelis gereja dan
jemaat. Pendeta Yessie Irawan selaku sekertaris GKI Kayu Putih memberi
67
keterangan bahwa tidak jarang terdapat peserta katekisasi yang belum memenuhi
syarat kelulusan karena ketidak konsistennya dalam mengikuti pendidikan
katekisasi ini. Sehingga majelis jemaat menyarankan peserta tersebut harus
mendapat pembinaan lebih intensif lagi dari pembina katekisasi maupun majelis
jemaat, sampai peserta yang bersangkutan memenuhi persyaratan untuk lulus dan
siap melaksanakan sidi.
Selain itu faktor penurunan disebabkan karena memang pada dasarnya
peserta katekisasi kategori remaja dan katekisasi dewasa lebih banyak
dibandingkan peserta katekisasi kategori khusus (konversi). Latar belakang
peserta katekisasi khusus (konversi) adalah mereka yang datang dari agama Islam,
Buddha, Hindu, Konghucu dan bahkan Kristen Katolik.1
Dalam penelitian ini penulis menggunakan model pendekatan psikologis
dan berdasarkan hasil penelitan juga wawancara mendalam yang telah penulis
lakukan maka untuk mendapatkan informasi yang cukup jelas dan akurat untuk
materi ini. Penulis telah mewawancarai pihak yang berkaitan langsung di dalam
praktek katekisasi ini yaitu tiga orang dari Majelis Jemaat GKI Kayu Putih
sebagai pembina katekisasi: Pdt. Natan Kristiyanto, Pdt. Natanael Setiadi dan Pdt.
Yessie Irawan dan enam orang anggota katekisan sebagai responden yaitu Medina
Anggita, Novita Suprapto, Zara Amanda Putri, Feby Bernadette, Adisa Irawati
1Wawancara Pribadi dengan Yessie Irawan (Kesekertariatan GKI Kayu Putih Jakarta
Timur) Pada Tanggal 4 Mei 2017, lihat lampiran 5.
68
Larosa dan Adelina Samadhi.
Hasil penelitian ini akan penulis deskripsikan dalam beberapa golongan
yang relevan dengan sub bab Pengaruh Katekisasi Dalam Pemantapan Iman
Kristen yang kiranya perlu ditunjang dari pengetahuan, pengamalan dan fanatisme
beribadah, keimanan, etika, komitmen terhadap agama dan hubungan sosial pasca
katekisasi, berikut penulis mengambil dua sampel dari enam orang responden:
A. Responden Pertama
Responden pertama yaitu Medina Anggita umur 31 tahun adalah
lulusan katekisan GKI Kayu Putih angkatan 2014, saat ini Medina
berprofesi sebagai guru di sekolah Taman Kanak-kanak (TKK)
Kristen swasta BPK Penabur 1 Kelapa Gading.2
Lahir dari
keturunan Jawa, Medina semula beragama Islam dan memutuskan
untuk konversi juga menyatakan kesaksian imannya di GKI Kayu
Putih tahun 2012.
Proses konversi agama terjadi pada tahun 2010 dimana pada
waktu itu ia sedang mendapat beberapa persoalan yaitu tidak
mendapat persetujuan dari orang tua perihal kedekatan dengan
kekasihnya yang berbeda keyakinan. Suatu ketika kekasihnya
tersebut meminta Medina menemaninya untuk beribadah di hari
2Wawancara Pribadi dengan Medina Anggita (Anggota Katekisan GKI Kayu Putih) Pada
Tanggal 23 Juli 2017, lihat lampiran 5.
69
minggu, lalu memperkenalkan kepada beberapa jemaat satu gereja
dan saling bertukar cerita.
Lambat laun Medina mempunyai rasa ketertarikan untuk
mencari tahu dan menjadi sering ikut menemani kekasihnya tersebut
ibadah sampai ketika Medina ini merasakan sesuatu yang berbeda
dalam dirinya, ia mengaku setelah beberapa kali mengikuti
peribadatan di GKI Kayu Putih dan membuatnya menjadi lebih
percaya diri karena ia merasa banyak orang yang peduli dan mengerti
keadaannya ketika berada diantara para jemaat gereja tersebut, suatu
hal yang tidak lagi ia dapatkan sejak keluarganya tidak mendukung
hubungannya dengan sang kekasih yang tidak membuatnya ragu
untuk tetap memilih hidup dan menikah dengan orang pilihannya.
Sampai ketika ia memutuskan untuk konversi di GKI Kayu
Putih dan berani mengambil resiko menjauh dari keluarga dengan
pindah di daerah Kelapa Gading kediaman suaminya.3
Butuh dua tahun Medina belajar tentang keyakinan barunya dan
melakukan baptis di GKI Kayu Putih tahun 2013 akhir lalu ia
mendaftarkan diri sebagai peserta katekisasi khusus yang mana pada
saat itu jumlah jemaat baptisan yang mendaftar katekisasi khusus
3Wawancara Pribadi dengan Medina Anggita (Anggota Katekisan GKI Kayu Putih) Pada
Tanggal 23 Juli 2017, lihat lampiran 5.
70
sebanyak lima belas orang konversan yang tidak berlatar belakang
dari agama Islam saja tetapi dari Hindu, Buddha dan Konghucu.
Setelah sembilan bulan akhirnya ia lulus dari pendidikan
katekisasi dan melakukan sidi, hal yang menjadi kesan pertama yang
ia ingat dari kelas katekisasi tersebut adalah pendalaman isi alkitab
dan kelas sharing yaitu berbagi pengalaman baik dengan sesama
peserta, dengan adanya metode sharing ini membuatnya semakin
menimbulkan rasa kepemilikan dan kekeluargaan yang erat antar
sesama peserta.4
Sehingga ia menjadi semakin termotivasi menjalani kegiatan ini
dan Medina mengakui katekisasi membawa pengaruh besar dalam
perubahannya menjadi seseorang yang lebih baik dari sebelumnya,
perubahan dari segi:
a. Pengetahuan;
Perubahan dalam pengetahuan yang Medina alami pasca
katekisasi adalah ia menjadi lebih banyak tahu tentang ajaran
agamanya dan membuka wawasan lebih jauh terutama dari
pendalaman isi alkitab dan khotbah yang ia akui memberi solusi
yang tepat untuk persoalan hidupnya.
4Wawancara Pribadi dengan Medina Anggita (Anggota Katekisan GKI Kayu Putih) Pada
Tanggal 23 Juli 2017, lihat lampiran 5.
71
b. Keimanan;
Medina mengatakan bahwa melalui katekisasi ia merasa lebih
mengenal Tuhannya lebih dekat, dan peristiwa ini sangat
mempengaruhi bagi pertumbuhan keimanannya, walaupun
membutuhkan proses dua tahun pasca katekisasi sampai ia
benar-benar mengalami Tuhan secara pribadi dan meyakini
sepenuhnya bahwa jalan yang ia pilih saat ini adalah yang
terbaik.
c. Pengamalan Ibadah dan komitmen terhadap agama;
Katekisasi membuka wawasan sehingga Medina merasakan
panggilan dalam dirinya yang mempunyai tugas dan tanggung
jawab terhadap gereja.
d. Hubungan Sosial dan dalam beretika
Perbedaan yang cukup signifikan pasca katekisasi terjadi pada
Medina yaitu ia menjadi pribadi yang lebih ekstrovert dan gemar
bersosial ketimbang sebelum mengikuti katekisasi yang mana ia
adalah seorang yang tertutup atau introvert. Hubungan degan
keluarganya juga menjadi semakin membaik.
B. Responden Kedua
Responden kedua yaitu Feby Bernadette usia 25 tahun,
72
lulusan katekisan GKI Kayu Putih Tahun 2016 setelah satu tahun menjadi
jemaat GKI Kayu Putih. Lulus dari jurusan seni dan musik di Universitas
Negeri Jakarta membuatnya berprofesi sebagai penyanyi seriosa, Feby
lahir dan besar dari keturunan Hindu Bali, namun sayangnya ia
merupakan remaja broken home.5
Dalam kehidupannya yang sepi membuatnya ingin melampiaskan
untuk merantau jauh dengan mendaftarkan diri ke salah satu Universitas
di Jakarta dan ini menjadi alasan untuk melakukan kesaksian
iman/konversi di GKI Kayu Putih. Singkat ceritanya sewaktu ia menjadi
mahasiswa seni dan musik di UNJ, Feby ini mempunyai banyak
persamaan dengan teman-temannya yang kebetulan juga merupakan
anggota paduan suara di GKI Kayu Putih.
Mereka berteman sangat akrab hingga pada saat itu temannya
tersebut memintanya untuk menunggu latihan paduan suara untuk
kebaktian minggu di gereja, lalu diperkenalkannya dengan anggota
paduan suara dan beberapa anggota gereja lainnya, ternyata dari
perkenalannya dengan anggota gereja tersebut membuatnya terkesan
hingga ia merasa ketagihan untuk datang menemani temannya berlatih
paduan suara, bahkan sering kali ia ikut serta peribadatan (bernyanyi)
5Wawancara Pribadi dengan Feby Bernadette (Anggota Katekisan GKI Kayu Putih) Pada
Tanggal 15 Mei 2017, lihat lampiran 5.
73
didalamnya.
Sampai ketika ia menyadari bahwa telah banyak mendapat sesuatu
yang tidak ia dapat dari agama asalnya ia merasa justru lebih mengenal
dekat dengan agama yang di anut orang lain ketimbang agamanya sendiri
dan menurutnya ia lebih nyaman ketika mengunjungi GKI Kayu Putih
jika dibanding selama ini ia ibadah di Pura Aditya Jaya Rawamangun.6
Bukan sekedar mengikuti beberapa peribadatan tetapi ia juga
mengerti dan mulai memahami dibalik yang ia lakukan itu mempunyai
arti dan bahkan ia mengaku ajaran di GKI Kayu Putih lebih mudah
dimengerti sampai akhirnya ia memutuskan untuk menyatakan
kesaksiannya di GKI Kayu Putih di tahun 2015 dan melaksanakan
baptisan setelahnya.
Majelis jemaat menyarankan agar ia mendaftar katekisasi agar
mendapat pembinaan yang intensif agar semakin mengenal agama
barunya.7
Pada saat itu pembina katekisasi adalah Pendeta Natan Kristiyanto
yang mana didalamnya terdapat sebelas orang peserta katekisasi khusus
dan juga mempunyai kepentingan sama, hal yang membuatnya terkesan
6Wawancara Pribadi dengan Feby Bernadette (Anggota Katekisan GKI Kayu Putih) Pada
Tanggal 15 Mei 2017, lihat lampiran 5. 7Wawancara Pribadi dengan Feby Bernadette (Anggota Katekisan GKI Kayu Putih) Pada
Tanggal 15 Mei 2017, lihat lampiran 5.
74
dari kegiatan katekisasi ini adalah nuansa kekeluargaannya, ia merasa
„tidak sendiri lagi‟ ketika bersama diantara peserta dan anggota gereja
dan menyadari bahwa katekisasi juga memberi inspirasi yang signifikan
terhadap hidupnya yang baru ini. Perubahan dari segi:
a. Pengetahuan;
Pengetahuan tentang ajaran Kristen yang diperkenalkan lebih
mudah dimengerti terlebih setelah ia mendapat materi-materi
yang diberikan pada saat katekisasi, Feby mengatakan “kalau
sekarang saya lebih paham, ternyata dari setiap ibadah yang
saya ikuti mempunyai makna, bukan membandingkan dengan
masa lalu ku, tetapi memang itu yang saya rasakan.”
b. Keimanan;
Berdasarkan pengalamannya Feby menjelaskan bahwa ia
mengalami pertolongan Tuhan ketika ia mengalami musibah
kecelakaan yang cukup parah sewaktu ia sedang dalam
perjalanan liburan, dirinya sangat bersyukur masih diberikan
kesempatan untuk hidup padahal menurut logikanya dengan
kejadian kecelakaan tersebut harusnya ia tidak akan bisa selamat.
c. Pengamalan dan Komitmen terhadap Agama;
Feby mengatakan ibadah merupakan kebutuhannya, mempunyai
75
tugas dalam gereja adalah suatu amanat yang harus ia laksanakan
dengan baik, semampunya. Sejauh ini Feby adalah salah satu
pengurus di bidang musik di GKI Kayu Putih.
d. Hubungan Sosial dan dalam beretika.
Sama halnya dengan responden pertama mengenai hubungan
sosial pasca katekisasi jauh lebih baik mempengaruhi cara
bersosialnya. Satu hal yang ia rasakan manfaat dari katekisasi
adalah sekarang ia menjadi lebih peduli dengan lingkungan sosial,
saat ini ia sudah mempunyai lima belas murid paduan suara yang
merupakan anak-anak pengamen jalanan.
B. Katekisasi Memperkaya Iman Kristen
Dalam konteks tujuan dan peranan katekisasi akan sangat luas berkaitan
dari berbagai segi kehidupan orang kristen sehingga jika merumuskan maknanya
akan terlihat sangat sempit terkait dimensi ritual praktek keagamaan, dimensi
perasaan atau pengalaman psikologis keagamaan yang dinyatakan dalam prilaku
riil/konkrit setiap hari. Kegiatan ini saling berkaitan dengan segala aspek
kekristenan, mengingat hakikat pendidikan katekisasi adalah usaha gereja
memperkaya iman kristen bagi pengikutnya dan mengupayakan agar setiap
pengikutnya melakukan kehendak Allah memperoleh pemantapan iman yang
tumbuh dan berbuah hingga dapat dirasakan dalam pertobatan yang sejati
76
demikian tercapailah pembaruan dalam hidup manusia.8
Sedangkan pertumbuhan keimanan tidak semata-mata tumbuh secara
instan, maka membutuhkan proses perkembangan yang mana dalam konteks
katekisasi terdapat tiga komponen yang berperan yakni komponen kognitif,
komponen afektif dan komponen operatif 9, ketiga komponen ini merupakan
peranan katekisasi dalam rangka membentuk keimanan seseorang menjadi
mantap.10
Katekisasi merupakan sebuah proses pembimbingan dan pengajaran kepada
peserta katekisasi untuk mempersiapkan mereka menjadi anggota gereja
yang memahami dan melaksanakan tugas panggilannya dalam kehidupan secara
utuh, mengarahkan setiap muridnya agar giat dan rajin mempraktekkan kehidupan
agamanya, rajin beribadah, berdoa serta mempunyai kesadaran mengabdikan
dirinya untuk segala liturgis gereja seperti yang akan penulis bahas dalam point
selanjutnya.
8J. L. Ch. Abibeno, Sekitar Katekese Gerejawi Pedoman Guru (Jakarta: BPK. Gunung
Mulia, 2001), h. 61. 9Komponen Kognitif yang dimaksud adalah dalam berkatekisasi disajikan pemahaman
agar orang semakin yakin dan dapat bertanggung jawab atas iman atau agamanya dan yang
dimaksud dengan komponen Afektif yaitu dalam menjalani katekisasi membutuhkan penghayatan
yang dibangkitkan sehingga umat semakin mencintai agamanya, berbakti kepada Allah dan
menjalani hidup berdasarkan kehendak Allah, sedangkan yang dimaksud dengan komponen
operatif yaitu dalam katekisasi mengajak umatnya merealisasikan iman yang sudah mantap dalam
kehidupan sehari-hari untuk itu dibutuhkan pendekatan psikologis yang tepat dalam tahap ini,
Abineno, Unsur-unsur Liturgia Yang di Pakai oleh Gereja-gereja di Indonesia (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2008), h. 77-81. 10
Hardawiryana R, Zaman Teknologi Menantang Pewartaan Iman: ‘Katekese’ Tradisi
Bagi Hidup Umat Sehari-hari (Yogyakarta: Kansius, 1999), h. 81.
77
Konsep yang cukup umum diterima oleh para katekisan menunjukkan
bahwa katekisasi mencakup proses pengajaran, pendalaman dan pendidikan yang
mengarah pada pembentukan manusia dewasa dalam beriman, oleh karena itu
melakukan pengajaran menurut pedoman katekhein bukan hanya menyangkut
kepentingan intelektualistas tetapi juga menekankan kepada arti praktis, yaitu
mengajar atau membimbing seseorang agar ia mengamalkan apa yang didapat
dalam kehidupan seharinya, disinilah fungsi dari berbagai metode katekisasi mulai
berperan yang mana terdiri dari berbagi pengalaman, pendekatan psikologis, serta
penghayatan dan penerapan kitab suci yang membentuk pendalaman iman
seseorang agar mempunyai tujuan hidup yang suci melalui asimilasi proses
pertobatan dan pendewasaan iman.11
Berbicara tentang pendewasaan iman menurut Pendeta Natan Kristianto
selaku penatua GKI Kayu Putih dalam wawancara ia mengatakan bahwa proses
tumbuh menjadi dewasa tidak ada yang terbrntuk otomatis, tanpa adanya
komitmen. Komitmen yang ia maksud adalah bagaimana seseorang konsisten
menerapkan teori keagamaan yang didapat kedalam keseharian dan segala bentuk
pembaharuan hidup yang nyata, ia mengatakan bahwa, “kita perlu mengalami
Tuhan secara pribadi, pengalaman persekutuan satu dengan yang lain dan juga
pengalaman penginjilan. Dengan demikian kita bukan hanya dibangun secara
11
Robert R. Boehlke, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek Pendidikan Agama
Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006), h. 413.
78
intelektual, tetapi juga hati, sehingga kita benar-benar menjadi orang kristen yang
dewasa secara rohani.”12
Pernyataan yang sama juga dinyatakan beberapa alumni katekisan yang
menjadi narasumber dalam penelitian ini seperti salah satunya Mbak Medina
Anggita alumni katekisasi khusus tahun 2014 (konversi dari Islam-Protestan)
menyimpulkan bahwa yang paling berkesan dan berperan besar dalam mengubah
pola pikir dari berbagai kegelisahan batinnya adalah pendekatan secara personal
dari Pendeta Adi selaku pembimbing katekisasi yang mana terdapat sesi saling
berbagi pengalaman selain memperdalam alkitab, sampai ketika ia benar-benar
merasakan Tuhan secara pribadi yang artinya Mbak Medina telah mempunyai
keimanan yang mantap walaupun ia sendiri mengatakan butuh proses yang cukup
lama, butuh waktu empat tahun untuk benar-benar merasakan pertumbuhan iman
yang kuat tersebut.13
Begitupun hampir rata-rata dari enam narasumber menyatakan hal yang
sama bahwa katekisasi memberikan inspirasi bagi mereka terutama dalam
penjiwaan dan pertumbuhan iman, katekisasi membuat mereka lebih mengenal
dekat dengan Tuhan Kristus dan kitab suci, kesan-kesan yang diterima oleh para
peserta memberi acuan untuk kehidupan mereka dikemudian hari seperti contoh
12
Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 4 April 2017. 13
Wawancara Pribadi dengan Medina Anggita (Narasumber dan Alumni Katekisasi
Khusus Tahun 2014 di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 23 Juli 2017.
79
memotivasi dalam karir, jodoh ataupun persoalan rumah tangga sampai
permasalahan hidup yang dialaminya sehingga mereka dapat mengamalkan
nilai-nilai keyakinan dan kepercayaannya dalam segala aspek kehidupan
kedepannya juga menambah keyakinan bahwa pilihan ini adalah jalan yang
memang mereka butuhkan selama ini. Dalam hal ini tentu merupakan peran gereja
dan pembina katekisasi dalam memberitakan kebenaran dan keindahan iman
kristen dalam pengajarannya, membawa pengikutnya untuk menyatakan keinsafan
atau kesaksiannya dalam panggilan Tuhan Kristus.
C. Katekisasi Sebagai Edukasi Perantara
1. Menyadarkan Untuk Bergereja dan Mengembangkan Gereja
Katekisasi merupakan salah satu pelayanan tertua dan yang paling banyak
digunakan oleh hampir kebanyakan gereja-gereja di Indonesia, demikian hal
tersebut dalam salah satu rangkaian materi secara keseluruhan dari Pendidikan
Agama Kristen (PAK) juga terdapat dalam silabus pendidikan katekisasi yang
mana keduanya mempunyai tujuan sama yaitu pemupukan akal orang-orang
pengikut Yesus Kristus dengan Firman Allah dibawah bimbingan Roh Kudus
melalui sejumlah pengalaman belajar yang dilaksanakan gereja sehingga dalam
diri mereka dihasilkan pertumbuhan rohani yang berkesinambungan yang
diejawantahkan semakin mendalam melalui pengabdian diri kepada Allah Bapa
80
Tuhan Yesus Kristus berupa tindakan kasih terhadap sesama.14
Seperti yang telah penulis bahas sebelumnya bahwa tujuan katekisasi
selain membangun relasi batin dengan Tuhan dalam upaya penyadaran diri untuk
pembaruan hidup menuju pertobatan sejati, katekisasi juga bertujuan untuk
membentuk kesadaran peserta akan tugas mereka di dalam gereja terutama
berpartisipasi dalam kegiatan liturgis gereja dan kegiatan sosial lainnya.
Selain diarahkan agar memahami isi alkitab anggota katekisan juga
dituntut untuk mengetahui dan memahami garis besar tentang ajaran gereja yang
diberitakan dari alkitab agar mereka menyadari akan tugas mereka dalam gereja
yang ditempatkan sebagai saksi dan pelayan Kristus, oleh karena itu Kristus
sebagai juru selamat mereka, tanpa adanya pengakuan dasar ini mereka tidak
dapat menunaikan tugas mereka sesuai yang gereja harapkan.15
Peserta yang lulus dalam pendidikan katekisasi ini adalah orang-orang
pilihan dengan diberikan hak suara dalam majelis gereja mengingat kebutuhan
memelihara kesatuan gereja, peserta katekisasi harus mempunyai kesadaran akan
pentingnya partisipasi mereka dalam pelayanan sabda dalam gereja.16
Namun
terdapat batasan bagi lulusan katekisan yang dapat menjadi pelayan gereja dan
terpilih menjadi majelis gereja yang mana dapat terlihat dari bagaimana cara
14J. L. Ch. Abibeno, Ibadah Djemaat Di Timur dan Di Barat, Jakarta: Percetakan Pustaka
Rakyat, 2009, h.75. 15
J. L. Ch. Abibeno, Sekitar Katekese Gerejawi Pedoman Guru, h. 90. 16
J. L. Ch. Abibeno, Penatua Jabatan dan Pekerjaan (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992),
h. 53.
81
seseorang tersebut teguh terhadap penghayatannya terhadap kitab suci sebagai
sabda Allah, demikian katekisasi dapat berperan mengembangkan gereja,
bermacam kegiatan ataupun usaha untuk mengukuhkan persaudaraan gerejawi
juga termasuk tugas katekisasi. Perkembangan suatu gereja menjadi salah satu
tanggung jawab katekisasi sebagai usaha menyebarkan sabda penyelamatan Allah
kepada manusia, melalui katekisasi gereja akan selalu berkembang dan semakin
diperbarui dan memberi penilaian kritis terhadap keberadaan gereja dalam
menghadapi tantangan zaman.
Berdasarkan hasil analisis yang relevan dengan pembahasan ini penulis
mengamati benar kenyataannya bahwa kegiatan katekisasi mempengaruhi
terjalinnya hubungan antara jemaat dan majelis gereja, mendorong peserta
katekisan agar semakin rajin beribadah dan mengikuti kegiatan liturgis gereja
berdasarkan kesadaran dan panggilan hatinya selain sudah menjadi kewajiban
sebagai anggota gereja yang telah di „sidi‟ atau diteguhkan.
Pernyataan yang sama juga dari narasumber yaitu Mbak Novita Suprapto
salah satu alumni katekisasi khusus (konversi) menyatakan bahwa ia menjadi
lebih semakin rajin beribadah setelah mengikuti kelas katekisasi, menurutnya
kelas katekisasi adalah sesuatu yang ditunggu setiap minggunya karena ia dapat
berbagi pengalaman ataupun permasalahan baik dengan pembina ataupun dengan
sesama anggota katekisan, mbak Novita mengatakan bahwa kekeluargaan yang
82
ada dalam kegiatan katekisasi memberikan banyak dukungan sebagai motivasi
dalam hidupnya.17
2. Mengajarkan Etika dalam Bermasyarakat dan Bernegara
Bukan saja menangani masalah yang berhubungan dengan pengajaran
(dogmatis, biblis, moral dan liturgis) yang tujuannya adalah sebagai proses
pendewasaan umat beriman, tetapi juga termasuk tugas umat beriman dalam
keseharian mereka seperti berdoa, menerima sakramen, memprioritaskan
kepentingan umum serta melibatkan diri dalam tuga-tugas sosial kemasyarakatan.
Katekisasi memberi penilaian kritis atas teori-teori yang ada dengan
memperhatikan situasi sosial, kultural dan psikologis subjek katekisasi.18
Sebagaimana materi yang terdapat dalam pendidikan katekisasi di GKI
Kayu Putih mengenai hubungan gereja dalam bermasyarakat dan bernegara yang
mana menekankan bahwa pemerintahan sipil merupakan karunia pemberian Allah
kepada manusia, termasuk orang kristen untuk memelihara keadilan, kedamaian
dan kesejahteraan masyarakat. Pembina katekisasi di GKI Kayu Putih perlu
memberitahu tentang etika dalam bermasyarakat dan bernegara yakni setiap dari
pengikut Kristus harus taat kepada pemerintah, bahkan harus menghormatinya
17
Wawancara Pribadi dengan Novita Suprapto (Alumni Katekisasi Khusus GKI Kayu
Putih Jakarta Timur Tahun 2014). 18
Wawancara Pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
83
sebagai hamba Allah.19
Dalam hal ini katekisasi sebagai edukasi memberikan persepsi bagi
pesertanya dalam menerima dan bersikap terbuka terhadap pemeluk agama lain,
mengedepankan sikap nasionalisme serta dapat mempraktikkan nilai-nilai
pancasila dalam kesehariannya, mempunyai rasa peduli terhadap lingkungan
sekitar terutama situasi perkembangan sosial sebelum menghadapi dan mengatasi
problematika yang ada di lingkungan sekitar maka dari setiap katekisan harus
sanggup menilai dan mengefesiensikan atas apa yang didapat dalam pendidikan
katekisasi tersebut.20
19
J. L. Ch. Abineno, Sekitar Katekese Gerejawi, h. 54-55 20
Wawancara pribadi dengan Pendeta Natan Kristiyanto (Majelis Jemaat dan Pembina
Katekisasi di GKI Kayu Putih Jakarta Timur) Pada Tanggal 29 Maret 2017.
84
BAB V
KESIMPULAN
Katekisasi menjelaskan tentang suatu hal yang perlu diketahui oleh setiap
pemeluk Kristen yaitu pengetahuan yang murni tentang Allah, firman dan
ajaran-Nya, memperkenalkan kepada mereka tentang kekristenan yang tuntas.
Pengetahuan dan pengalaman yang telah mereka dapat tersebut menjadi
penunjang pertumbuhan spiritualitas peserta dari sisi fanatisme keagamaan, etika,
ritual, hubungan sosial dan komitmen dalam beragama. Selain itu katekisasi juga
sebagai bentuk investasi gereja dalam membentuk penerus kepemimpinan gereja
dimasa yang akan datang.
Setelah melakukan beberapa analisa dari penelitian ini, penulis dapat
menyatakan bahwa benar, kegiatan katekisasi ini mempunyai andil yang cukup
besar membantu pesertanya membangun identitas keimanan kristen yang sejati.
Hal ini dibuktikan dari adanya metode pendukung seperti metode pendekatan
emosional, perkembangan spiritualitas dimana katekisasi juga memperhatikan
komponen kognitif dan afektif yang tersistem dengan matang dan penulis melihat
bahwa hal tersebut telah diterapkan dengan cukup baik oleh GKI Kayu Putih.
Katekisasi menjadikan seorang kristen yang awam menjadi
berpengetahuan, menjadikan seorang kristen yang jauh dari agama menjadi dekat
dan taat. Pengaruh katekisasi dapat dilihat dari beberapa perubahan pada
pesertanya terlihat ada perubahan sebelum dan sesudah mengikuti kegiatan
85
katekisasi, hal ini sebagai analisa atas pengakuan dari enam orang responden
lulusan katekisasi, beberapa perubahan dilihat dari segi; Pengetahuan; katekisasi
telah memberi banyak wawasan tentang doktrin kristen secara tuntas, sehingga
peserta dapat mengenal dan mengapresiasi agama yang mereka yakini. Keimanan;
berdasarkan analisis yang ada, katekisasi membawa pengaruh bagi keimanan
pesertanya dari yang sebelumnya beragama dan memeluk agama kristen secara
‘sekedar’ menjadi ‘utuh’. Pengamalan beribadah; katekisasi bukan hanya
membentuk keintelektualitasan seseorang menjadi kuat tentang kekristenan,
namun mendorong agar mereka melaksanakan panggilan Tuhan secara utuh,
informasi yang didapat dari narasumber bahwa perbedaan setelah mengikuti
katekisasi adalah mereka telah sadar bahwa beribadah adalah kebutuhan sehingga
lebih rajin untuk beregereja dan melaksanakan tanggung jawabnya terhadap gereja.
Hubungan sosial; katekisasi mengajarkan tentang etika, terutama tentang
hubungan sosial dalam bermasyarakat. Orang Kristen yang beriman adalah
mereka yang dengan keadaan lingkungannya, menjalin hubungan baik dengan
sesama maupun dengan alam semesta, peserta katekisasi yang mengakui
katekisasi telah membuka cara pandang mereka terhadap hidup bermasyarakat,
dari yang sebelumnya hidup individual, menjadi lebih peka secara sosial. Seperti
contoh GKI Kayu Putih setiap tahun memberikan bentuk partisipasinya di Hari
Raya Idul Adha dengan menyumbang hewan Kurban kepada Masjid disekitar dan
kegiatan sosial lainnya.
86
Daftar Pustaka
Abineno, J. L. Ch, Sekitar Katekese Gerejawi Pedoman Guru (Jakarta:
BPK. Gunung Mulia, 2001)
Abineno, Unsur-unsur Liturgia Yang di Pakai oleh Gereja-gereja di
Indonesia (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008)
Abineno, J. L. Ch., Ibadah Djemaat Di Timur dan Di Barat, (Jakarta:
Percetakan Pustaka Rakyat, 2009)
Abineno, J. L. Ch., Penatua Jabatan dan Pekerjaan (Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 1992)
Calvin Y, Institutio, Pengajaran Agama Kristen: Sumber-sumber Sejarah
Gereja I (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983)
Calvin, Yohanes, Pengajaran Agama Kristen: Sumber-sumber Gereja No.
1 (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005)
Connolly, Peter (ed). Aneka Pendekatan Studi Agama (Yogyakarta : PT
LkiS Printing Cemerlang, 2002)
Daradjat, Zakiah. Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : Bulan Bintang, 2010)
Endraswara, Suwardi. Metodologi Penelitian Kebudayaan (Yogyakarta :
Gajah yMada University Press. 2006)
Elizabeth K. Nottingham, Agama dan Masyarakat (Jakarta : PT. Raja
Grafindo Persada, 1994)
Hawi, Akmal. Seluk Beluk Ilmu Jiwa Agama (Jakarta : Rajawali Pers,
2014)
Hardawiryana R, Zaman Teknologi Menantang Pewartaan Iman:
‘Katekese’ Tradisi Bagi Hidup Umat Sehari-hari (Yogyakarta:
Kansius, 1999)
87
Homrighausen, E. G dan I. H. Enklaar. Pendidikan Agama Kristen
(Jakarta : BPK Gunung Mulia, 2007)
Hestiawati, Konversi Agama Mantan Katolik (Studi Kasus Irena
Handono dan Insan Latief Syaukani Mokoginta. Skripsi Jurusan
Perbandingan Agama Fakultas Ushuluddin UIN Syarif
Hidayatullah. Jakarta : 2009
Hastings, James. Ensyclopedia of Religion and Ethics (United States : T
& T Clark, 1908)
Jalaluddin, Psikologi Agama : Memahami Perilaku dengan
mengaplikasikan Prinsip-prinsip Psikologi (Jakarta : Rajawali
Press, 2015)
Jonge, Christian, Apa itu Calvinisme? (Jakarta : BPK Gunung Mulia,
2008)
Lewar, Johanes dan John Wolor, Pastoral Katekese Kategorial, Panduan
Cerdas Pendalaman Iman Kristen (Atambua: Prestasi Pustaka
Kasih, 2008)
Moleong, Lexy, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung : PT. Remaja
Rosdakarya, 2006)
Mastuhu, Metodologi Penelitian Agama : Teori dan Praktik (Jakarta : PT.
Grafindo Persada. 2006)
Narendrany, Heny, Andri Yudiantoro, Psikologi Agama (Jakarta :
Lembaga Penelitian UIN Jakarta. UIN Jakarta Press, 2007)
Napel, H Ten, Kamus Teologi Inggris-Indonesia (Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 2010)
Porter, R. J, Katekisasi Masa Kini: Upaya Gereja membina
murid-muridnya menjadi Kristen yang bertanggung Jawab dan
88
kratif (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2015)
R. Boehlke, Robert, Sejarah Perkembangan Pikiran dan Praktek
Pendidikan Agama Kristen (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006)
Ramayulis, Psikologi Agama (Jakarta : Kalam Mulia, 2002)
Seymour, Jack L, Memetakan Pendidikan Kristiani:
Pendekatan-pendekatan Menuju Pembelajaran Jemaat ( Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2010)
Soedarmo, R., Kamus Istilah Theologia (Jakarta: BPK Gunung Mulia,
2010)
Sujoko, Albertus, Praktek Sakramen Pertobatan: Tinjauan Historis,
dogmatis dan Patoral (Yogyakarta: Penerbit Kansius, 2008)
Suryabrata, Sumardi, Metodologi Penelitian (Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 1998)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D (Bandung :
Penerbit Alfabeta, 2013)
Telaumbanua, Marinus. Ilmu Kateketik : Hakekat, Metode dan Peserta
Katekese Gerejawi ( Jakarta : Obor, 1999)
Ursinus, Zakharias dan Caspar Olevianus, Pengajaran Agama Kristen:
Katekismus Heidelberg (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008)
Warta Jemaat GKI Kayu Putih (Jakarta, Sekertariat GKI Kayu Putih,
2017), Edisi 8, Januari 2017
Warta Jemaat GKI Kayu Putih (Jakarta, Sekertariat GKI Kayu Putih,
2017), Edisi 16, September 2017
89
WEBSITE
http://www.gkikayuputih.or.id/ diakses pada tanggal 11 Juni 2017, Pukul
14.59 WIB.
https://kemah-injil.org/2016/12/12/strategi-pelayanan-gereja-kota-2.
Di akses pada tanggal 14 September 2017, Pukul 01.33 WIB
90
Lampiran 1
Surat Bukti Penelitian
91
Lampiran 1.1
92
Lampiran 2
Pertanyaan Wawancara
1. SEJARAH DAN LATAR BELAKANG GKI KAYU PUTIH
A. Sejarah Perkembangan GKI Kayu Putih
- Jelaskan bagaimana sejarah GKI Kayu Putih beserta perkembangan
jemaat selama gereja ini berdiri?
B. Latar Belakang Ajaran GKI Kayu Putih
- Apa yang di anut GKI Kayu Putih sebagai latar belakang ajarannya?
C. Latar Belakang Jemaat GKI Kayu Putih
- Datang dari kalangan suku/etnis mana saja jemaat GKI Kayu Putih
mayoritas?
2. KATEKISASI
A. Kategori Katekisasi yang dilayani GKI Kayu Putih
- Berapa banyak kategori kelas katekisasi yang dilayani GKI Kayu
Putih?
B. Grafik Perkembangan Peserta Katekisasi
- Bagaimana grafik perkembangan anggota katekisasi dari tahun ke
tahun?
C. Persyaratan yang Harus dipenuhi Calon Peserta Katekisasi
- Apakah ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi setiap calon
anggota katekisasi, baik secara birokrasi ataupun ritual? Apakah ada
perbedaan dalam pelayanan untuk anggota katekisasi khusus
(konversi)?
D. Jadwal Pelaksanaan Katekisasi
- Kapan katekisasi dilaksanakan dalam satu tahun?Berapa lama
pelaksanaan katekisasi tersebut dan jelaskan jadwal pelaksanaan
katekisasi.
E. Latar Belakang Peserta Katekisasi Khusus
93
- Datang dari kalangan suku/etnis mana saja peserta katekisasi khusus
mayoritas?
3. SISTEMTIKA PELAKSANAAN KATEKISASI
A. Persiapan Sebelum Pelaksanaan Katekisasi
- Persiapan seperti apa yang dilakukan GKI Kayu Putih sebelum
pendidikan ini dimulai?
B. Sistematika Dan Metode Katekisasi
- Jelaskan sistematika pelaksanaan dan metode apa saja yang
ditawarkan GKI Kayu Putih dalam pendidikan katekisasi ini? Apakah
ada perbedaan metode mengajar untuk peserta katekisasi khusus
(konversi)?
C. Materi Katekisasi
- Jelaskan silabus atau materi yang diajarkan di kelas katekisasi?
D. Standar Kelulusan Peserta Katekisasi
- Standarisasi seperti apa yang harus dipenuhi peserta untuk dapat lulus
katekisasi? Bagaimana rangkaian acara kelulusannya?
4. PENGARUH KATEKISASI DALAM PEMANTAPAN IMAN
KRISTEN
A. Pengaruh Katekisasi Terhadap Pertumbuhan Iman Peserta
- Apakah katekisasi mempengaruhi pertumbuhan keimanan yang
dewasa bagi peserta selain menyadarkan untuk rajin bergereja?
B. Pengaruh Katekisasi Terhadap Hubungan Sosial
- Apakah tujuan katekisasi dalam membentuk agar seseorang patuh
terhadap pemerintah dan menjalin hubungan baik dengan masyarakat
lain dapat terealisasi?
C. Kegiatan Pasca Kelulusan Katekisasi
- Kegiatan apa yang diadakan majelis jemaat setelah acara kelulusan
94
peserta katekisasi?
1. WAKTU PENDAFTARAN SEBAGAI PESERTA KATEKISASI
- Kapan anda memutuskan untuk mendaftarkan diri sebagai peserta
Katekisasi?
2. MOTIVASI MENJADI ANGGOTA GKI KAYU PUTIH DAN
MENGIKUTI KATEKISASI
- Apa yang menjadi motivasi anda mendaftarkan diri mengikuti
program Katekisasi? Apakah ada seseorang yang menganjurkan?
Apakah mendapat dukungan dari keluarga anda?
- Apakah anda mempunyai alasan mengapa memutuskan menjadi
jemaat GKI Kayu Putih dan melaksanakan katekisasi di gereja
tersebut? Sejak kapan anda beribadah di GKI Kayu Putih?
3. PERSYARATAN UNTUK MENJADI PESERTA KATEKISASI
- Apakah terdapat prosedur sebelum pelaksanaan katekisasi tersebut?
Apakah ada persyaratan tertentu dari Gereja yang harus dipenuhi
anda sebelum mengikuti program ini?
4. PEMBINA KATEKISASI DAN JADWAL KEGIATAN
- Siapa yang membimbing anda dalam program katekisasi ini?
- Jelaskan jadwal kelas katekisasi anda? Apakah terdapat pelaksanaan
ataupun waktu yang dilaksanakan secara terpisah dengan peserta
katekisasi kategori lainnya?
5. MATERI YANG DIBERIKAN DALAM KATEKISASI
- Materi apa saja yang diberikan pendeta dalam kelas katekisasi
tersebut?
6. PENGARUH KATEKISASI
- Jika dilihat kesimpulan dari program katekisasi yang anda ikuti, apa
manfaat katekisasi yang anda dapatkan untuk keimanan anda?
95
Apakah melalui katekisasi membawa perubahan anda dalam
kedewasaan beriman? Bagi kehidupan anda?
- Bagaimana hubungan sosial anda dengan gereja ataupun dengan
jemaat lain setelah melaksanakan katekisasi?
- Bagaimana kesan dan pesan anda terhadap pelayanan yang diberikan
GKI Kayu Putih dalam program katekisasi ini? Adakah pengalaman
yang membuat anda terkesan selama mengikuti program katekisasi
ini?
Lampiran 3
Hasil Wawancara Pembina:
1. Data Pribadi
a. Nama : Pdt. Natanael Setiadi
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 42 Tahun
d. Alamat : Jl. Pemuda 3 No. 20 RT.20/6 Komplek Berdikari
e. Profesi : Dosen, Pembina Katekisasi GKI Kayu Putih
f. Tanggal Wawancara : 29 Maret 2017
g. Tempat Wawancara : GKI Kayu Putih Jakarta Timur
h. Waktu Wawancara : 14.00 WIB
2. Wawancara dan Hasil Wawancara
- Pewawancara: Jelaskan bagaimana sejarah GKI Kayu Putih beserta
perkembangan jemaat selama gereja ini berdiri?
- Narasumber : Awalnya gereja ini dikenal sebagai GKI Ahmad Yani
yang bertempat di satu wisma sewaan bernama Pondok Sentosa di tahun
1980-an, pada saat itu anggota jemaatnya masih sekitar 85 orang dengan
tenaga pelayan sebanyak 23 orang, suatu ketika waktu sewa gereja
tersebut habis dan kita para jemaat kebingungan mencari tempat
96
pengganti juga menginginkan tempat yang permanen untuk ibadah, lalu
setelah usaha beberapa bulan mencari tanah kosong akhirnya kami
dapatkan bangunan kosong berkat bantuan dari relasi GKPS (Gereja
Kristen Protestan Simalungun) yang mana bangunan tersebut dulunya
juga sebagai gereja GKPS tersebut lalu setelah melakukan kesepakatan
akhirnya gereja tersebut beralih kepemilikan atas nama GKI Ahmad Yani
namun kami antara anggota jemaat dan pelayan menyepakati bahwa kami
akan menempati tempat ibadah dengan bangunan baru dan juga kami
sepakat bahwa nama gereja ini kami ubah menjadi GKI Kayu Putih sesuai
dengan alamat resmi gereja kami saat ini, pada saat itu kami sepakat
membangun gereja atas dasar pribadi tanpa bantuan instansi manapun
dengan segala upaya. Akhirnya tahun 1986 GKI Kayu Putih ini berdiri
dan diresmikan diatas tanah seluas 800 meter dengan muatan jemaat
hingga 500 orang.
- Pewawancara: Apa yang di anut sebagai latar belakang ajarannya? Ajaran
Pokok yang menjadi dasar iman GKI Kayu Putih.
- Narasumber : Gereja Kristen Indonesia Kayu Putih sebagai gereja
Protestan yang bersekutu dengan GKI Jawa Timur, GKI Jawa Barat, kami
mengklaim sebagai anggota gereja reformasi berdasarkan ajaran Calvinis,
untuk dasar ajaran pokok yang kami imani adalah Trinitas juga kami
sebagai anggota dari persekutuan Gereja Kristen Indonesia menyatakan
18 Konfensi Pengakuan Iman Gereja Kristen Indonesia tersebut.
- Pewawancara: Datang dari kalangan suku/etnis mana saja jemaat GKI
Kayu Putih mayoritas?
- Narasumber : Mayoritas jemaat GKI Kayu Putih saat ini datang dari
etnis Jawa dan Tionghoa tetapi banyak pula datang dari batak juga asli
Jakarta.
97
Lampiran 3.1
1. Data Pribadi
a. Nama : Pdt. Yessie Irawan
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 33 Tahun
d. Alamat : Jl. Pulomas Timur RT. 13/11 Pasadenia
Residence
e. Profesi : Guru TK, Pembina Katekisasi GKI Kayu
Putih
f. Tanggal Wawancara : 19 April 2017
g. Tempat Wawancara : SD Santo Fransiskus
h. Waktu Wawancara : 10.00 WIB
2. Wawancara dan Hasil Wawancara
- Pewawancara : Sebutkan berapa banyak kategori katekisasi yang GKI
Kayu Putih layani?
- Narasumber : Kami mengkategorikan katekisasi ke dalam tiga jenis
yaitu katekisasi remaja, katekisasi dewasa dan katekisasi khusus. Katekisasi
remaja diperuntukkan bagi remaja usia 14 sampai dengan 18 tahun, untuk
katekisasi dewasa umur 19 tahun keatas, sedangkan katekisasi khusus
adalah pembinaan iman bagi barang siapa yang baru mengenal tentang
kekristenan yang notabenenya adalah pelaku konversi agama.
- Pewawancara : Bagaimana grafik perkembangan anggota katekisasi
dari tahun ke tahun?
- Narasumber : Mengingat bahwa pendidikan katekisasi sudah
menjadi suatu hal yang wajib dilaksanakan anak-anak didik kami setelah
mendapat baptisan dari gereja ini, maka sudah dipastikan dari tahun ke
tahun jumlah katekisasi kategori remaja dan dewasa akan lebih banyak
ketimbang peserta katekisasi kategori khusus yang kami tidak bisa pastikan
98
dan jumlah pesertanya pun jauh lebih sedikit jika dibandingkan dengan dua
katekisasi kategori tersebut.
- Pewawancara : Apakah ada persyaratan tertentu yang harus dipenuhi
setiap calon anggota katekisasi, baik secara birokrasi ataupun ritual? Apakah
ada perbedaan dalam pelayanan untuk anggota katekisasi khusus
(konversi)?
- Narasumber : Tentu ada, namun persyaratan yang paling utama
adalah tiap-tiap calon peserta katekisasi semua kategori harus dipastikan
mendapat baptisan dari GKI Kayu Putih, mengantarkan surat rujukan
perpindahan dari gereja asal bagi peserta pindahan dari gereja lain baru
setelah majelis jemaat memproses keanggotaan peserta tersebut dan juga
diwartakan kepada seluruh jemaat GKI Kayu Putih.
- Pewawancara : Kapan katekisasi dilaksanakan dalam satu
tahun?Berapa lama pelaksanaan katekisasi tersebut dan jelaskan jadwal
pelaksanaan katekisasi.
- Narasumber : Pendaftaran katekisasi dibuka di awal tahun biasanya
bulan februari lalu persiapan majelis jemaat sekitar satu bulan baru
setelahnya pelaksanaan dilaksanakan di bulan april sampai dengan desember,
katekisasi berjalan sembilan bulan untuk jadwal pelaksanaannya pada hari
kerja seperti hari selasa, rabu, kamis, jum’at dimulai biasanya jam empat
sore sampai jam enam atau setelah maghrib, selain itu kami juga melayani
kelas katekisasi di hari minggu setelah kebaktian minggu.
- Pewawancara : Datang dari kalangan suku,etnis dan agama mana saja
peserta katekisasi khusus mayoritas?
- Narasumber : Peserta katekisasi dewasa dan remaja dipastikan
Kristen walaupun dari aliran berbeda sedangkan peserta katekisasi khusus di
GKI Kayu Putih merupakan konversan dari berbagai agama seperti agama
Islam, Konghucu, Hindu dan Buddha.
99
Lampiran 3.2
1. Data Pribadi
a. Nama : Pdt. Natan Kristiyanto
b. Jenis Kelamin : Laki-laki
c. Umur : 51 Tahun
d. Alamat : Jl. Kayu Mas Raya RT. 12/10
e. Profesi : Wiraswasta; Pembina Katekisasi GKI Kayu
Putih
f. Tanggal Wawancara : 29 Maret 2017
g. Tempat Wawancara : GKI Kayu Putih Jakarta Timur
h. Waktu Wawancara : 17.00 WIB
2. Wawancara dan Hasil Wawancara
- Pewawancara : Persiapan seperti apa saja yang dilakukan GKI Kayu
Putih sebelum pendidikan ini dimulai?
- Narasumber : Persiapan yang kami lakukan adalah merancang
silabus, tema, metode, agenda bersama Majelis Jemaat dan Penatua, setelah
seluruh rancangan tadi terbentuk dan disepakati kami para majelis jemaat
melakukan observasi atau beberapa pendekatan dengan peserta untuk dapat
mengkomplekskan seberapa jauh yang diketahui peserta tentang ajaran
kristen juga sekaligus membangun emosional agar pembina dapat
menyesuaikan dengan karakter peserta, biasanya kami juga mengadakan
pertemuan antara orangtua peserta bahkan mengunjungi rumah peserta
secara bergilir.
- Pewawancara : Jelaskan sistematika pelaksanaan dan metode apa saja
yang ditawarkan GKI Kayu Putih dalam pendidikan katekisasi ini? Apakah
ada perbedaan metode mengajar untuk peserta katekisasi khusus
(konversi)?
- Narasumber : Rangkaian acara di kelas katekisasi dibuka dengan
100
salam pembukaan yang disampaikan pembina biasanya untuk menanyakan
kabar peserta setelah itu pembina memberitahu kepada peserta materi apa
saja yang akan dibahas pada pertemuan hari itu, selanjutnya kami
melakukan nyanyian pujian sebagai doa pembuka kurang lebihnya dua lagu
pujian setelah melakukan pujian kita memulai pada inti kelas yaitu
penyampaian materi, materi diberikan sesuai silabus untuk pertemuan hari
itu, setelah itu biasanya pembina meminta agar peserta membaca teks kitab
suci dan menghayatinya atau didiskusikan agar peserta dapat mengambil
intisari dari tek kitab suci dan mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari.
Untuk metode kami menyiapkan bermacam-macam metode, tujuannya agar
kelas katekisasi ini tidak terasa membosankan dan monoton seperti metode
tanya jawab, metode naratif yaitu menceritakan pengalaman melalui sebuah
narasi dan dijadikan drama yang terselip pesan moral disana juga kami
menyediakan outing class setiap bulannya dengan mengunjungi tempat
ibadah lain juga mengadakan diskusi setelahnya.
Tidak ada perbedaan perihal metode pengajaran melainkan kami
membedakannya melalui personal dengan sering mengajak dialog untuk
mengetahui sejauh mana katekisasi berpengaruh pada keimanannya sebagai
kristen baru.
- Pewawancara : Jelaskan silabus atau materi yang diajarkan di kelas
katekisasi?
- Narasumber : Yang kami ajarkan bersumber dari alkitab dan buku
katekismus sebagai pedoman, materinya seperti mengkaji teks kitab suci,
menceritakan sejarah, menjelaskan tentang kegerejaan atau khotbah
menyampaikan suatu nilai agar dijadikan pelajaran.
- Pewawancara : Standarisasi seperti apa yang harus dipenuhi peserta
untuk dapat lulus katekisasi? Bagaimana rangkaian acara kelulusannya?
101
- Narasumber : Kami memberi kepercayaan kepada peserta dilihat
dari ujian lisan dan praktek peserta yang artinya peserta tersebut cukup
menguasai inti dari katekisasi yang telah kami berikan dan melalui hasil
pengamatan pembina sejauh mana mereka mengamalkan dalam
kesehariannya selain itu kami juga ada standarisasi bagi peserta yang tidak
hadir lebih dari empat kali pertemuan maka kami belum bisa
meluluskannya.
- Pewawancara :Menurut anda apakah katekisasi mempengaruhi
pertumbuhan keimanan yang dewasa bagi peserta selain menyadarkan untuk
rajin bergereja?
- Narasumber : Sejauh yang saya amati selama menjadi pembina
bahwa pendidikan katekisasi ini cukup berpengaruh untuk peserta walaupun
pengaruh katekisasi terhadap keimanan peserta pasti berbeda-beda
mengingat pertumbuhan iman akan terjadi melalui beberapa proses jauga
dalam pengamalannya, maka setidaknya katekisasi ini membuka wawasan
tentang kekristenan bahwa bukan tanpa alasan Tuhan memberikan anugrah
kristen pada mereka dan karena katekisasi mengajarkan bagaimana cara
beretika yang baik seseuai perintah Tuhan.
- Pewawancara : Mengapa gereja perlu mempraktikkan Katekisasi?
- Narasumber : Salah satu misi katekisasi yang kita ketahui adalah
untuk menyelaraskan apapun yang menjadi prinsip kita sebagai umat Tuhan
Yesus dan lebih spesifiknya anggota GKI Kayu Putih ini, tetapi disamping
itu ada beberapa point mendalam maksud gereja mempraktikkan katekisasi
mengingat bahwa pertumbuhan rohani dan keselamatan ditentukan oleh
pengenalan yang benar tentang Allah kita dan kesatuan gereja yang sejati
adalah kesatuan iman dengan pengetahuan yang benar tentang anak Allah,
selain yang telah kita ketahui bahwa ada ancaman bahaya ajaran sesat yang
selalu mengantui geeja Tuhan di sepanjang zaman, ada tiga alasan lain
102
mengapa gereja perlu mempraktikkan katekisasi, alasan yang pertama
adalah karena ada begitu banyak kecenderungan sekarang ini terhadap
spiritisme dan emosionalisme, yang saya maksud adalah banyak gereja
hanya menawarkan pemuasan dan manipulasi secara emosi didalam ibadah
mereka yang ditanamkan adalah emosi sehingga jemaat tidak mendapat
kesempatan untuk berpikir kritis dan mencari pengetahuan yang benar
tentang Alkitab, gejala spiritisme tentang perjalanan neraka dan surga yang
tidak bisa di verifikasi karena berada di dalam dunia roh, yang kedua karena
sebagian orang kristen cenderung memutar balikkan hal-hal yang mereka
belum tuntas memahaminya dengan itu justru membawa mereka kepada
kehancuran mereka sendiri, yang ketiga katekisasi diperlukan karena
sekarang banyak orang yang memikirkan hal-hal yang tidak penting. Kita
belajar dalam katekisasi bukan belajar hal-hal yang ingin kita ketahui tetapi
hal-hal yang perlu kita ketahui dalam mendapatkan keselamatan yang sejati
sehingga saya sangat mendorong setiap gereja lokal dan setiap untuk
mengikuti katekisasi karena ini akan membuat kita memiliki kerohanian
sejati bukan hanya secara emosi tetapi juga secara pengetahuan.
- Pewawancara : Kegiatan apa yang diadakan majelis jemaat setelah
acara kelulusan peserta katekisasi?
- Narasumber : Para pemuda lulusan katn.mekisan akan kami ikut
sertakan kedalam acara kebaktian karena tiap lulusan sudah melaksanakan
sidi maka mereka sudah mempunyai hak dan kewajiban dalam kegerejaan
ini.
Lampiran 3.3
Hasil Wawancara Peserta:
1. Data Pribadi
a. Nama : Medina Anggita
103
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 31 Tahun
d. Alamat : Jl. Kelapa Cengkir Barat IV Blok FL No. 8
e. Profesi : Swasta (Guru TK Penabur)
f. Tanggal Wawancara : Sabtu, 23 Juli 2017
g. Tempat Wawancara : Mall Kelapa Gading
h. Waktu Wawancara : 14.59 WIB
2. Wawancara dan Hasil Wawancara
- Pewawancara : Kapan anda memutuskan untuk mendaftarkan diri
sebagai peserta katekisasi?
- Narasumber : Bulan Februari tahun 2015 mendaftar melalui
Pendeta Natanael Setiadi.
- Pewawancara : Apa yang menjadi motivasi anda mendaftarkan
diri mengikuti program katekisasi? Apakah ada seseorang yang
menganjurkan? Apakah mendapat dukungan dari keluarga anda?
- Narasumber : Motivasi dari diri sendiri, sebenarnya pilihan atas
dasar panggilan dari diri sendiri karena saya kepingin tahu, tetapi juga
dapat dukungan dari teman dekat saya dan pendeta Natanael Setiadi.
Sebenarnya ini sensitif buat saya, tapi gak apa-apa terus terang saya
tidak didukung bahkan sebaliknya saya mendapat pertentangan dari
keluarga saya oleh karena itu sampai sekarang saya tinggal secara
berpisah dengan keluarga.
- Pewawancara : Apakah anda mempunyai alasan mengapa
memutuskan menjadi jemaat GKI Kayu Putih dan melaksanakan
katekisasi di gereja tersebut? Sejak kapan anda beribadah di GKI Kayu
Putih?
- Narasumber : Sebenarnya sebelum saya singgah ke GKI Kayu
Putih saya sudah sering ikut persekutuan jemaat di gereja HKBP
104
Rawamangun tetapi tidak terlalu sering, sampai ketika saya kenal
seseorang tahun 2013 yaitu teman kerja saya dan dia mengajak saya
mengikuti kebaktian di GKI Kayu Putih lalu saya merasa cocok dengan
khotbah yang diberikan disana juga kebetulan lokasinya dekat dengan
kost-kostan saya di Kelapa Gading.
- Pewawancara : Apakah terdapat prosedur sebelum pelaksanaan
katekisasi tersebut? Apakah ada persyaratan tertentu dari gereja yang
harus dipenuhi anda sebelum mengikuti program ini?
- Narasumber : Nggak ada sih Cuma waktu itu saya ditanya sudah
baptis atau belum saya bilang sudah tahun 2013 walaupun memang tidak
tidak langsung mendaftar katekisasi karena waktu itu saya ketinggalan
informasi dan saya mendaftar ditahun 2015.
- Pewawancara : Siapa yang membimbing anda dalam program
katekisasi ini? Ada berapa jumlah peserta pada saat itu?
- Narasumber : Pembina katekisasi pada saat itu Pendeta Natanael
Setiadi, Pendeta Natan Kristiyanto dan Pendeta Ardi Pratama, tetapi saya
lebih sering konsultasi dengan Pendeta Natanael Setiadi. Pada saat itu
anggota katekisasi kalau tidak salah sekitar 20 orang ya pokoknya gak
sampai tiga puluh orang yang saya ingat kategori pindahan (Kategori
Konversi) ada 11 orang sisanya katekisasi kelas lain.
- Pewawancara : Jelaskan jadwal kelas katekisasi anda. Apakah
terdapat pelaksanaan ataupun waktu yang dilaksanakan secara terpisah
dengan peserta katekisasi kategori lainnya?
- Narasumber : Jadwalnya hari kerja di jam sore tetapi juga ada hari
minggu, pelaksanaannya sih sepertinya sama karena materinya juga sama,
paling di sesi curhatnya saja yang berbeda, karena menyesuaikan dengan
pendeta.
- Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kelas
105
katekisasi tersebut?
- Narasumber : Khotbah, pendalaman isi kitab suci, diskusi dan
banyak lagi sesuai tema yang ditentukan pembina disetiap pertemuan
karena pasti beda.
- Pewawancara : Jika dilihat dari kesimpulan dari program
katekisasi yang anda ikuti, apa manfaat katekisasi yang anda dapatkan
untuk keimanan anda? Apakah melalui katekisasi membawa perubahan
anda dalam kedewasaan beriman? Bagi kehidupan anda?
- Narasumber : Manfaatnya banyak ya tentunya, karena saya merasa
lebih mencintai pilihan saya ini secara utuh karena katekisasi memberi
insipirasi agar saya menjadi pribadi yang lebih baik. Kalau pengaruh
untuk keimanan sebenarnya butuh proses tidak secara langsung sekitar
dua tahun-an sampai saya benar-benar meyakini piihan saya sekarang.
- Pewawancara : Bagaimana hubungan sosial anda baik dengan
sesama jemaat gereja dan masyarakat sekitar anda setelah melaksanakan
katekisasi?
- Narasumber : Yang saya rasakan pengaruh katekisasi adalah
merubah saya yang dulunya tertutup menjadi mudah bergaul, kalau
dengan jemaat gereja memang sejak awal saya datang saya sudah
diperlakukan seperti anak disana jadi baik-baik saja.
- Pewawancara : Bagaimana kesan dan pesan anda terhadap
pelayanan yang diberikan GKI Kayu Putih dalam program katekisasi ini?
Adakah pengalaman yang membuat anda terkesan selama mengikuti
program katekisasi ini?
- Narasumber : Kesan saya katekisasi memberikan inspirasi untuk
kehidupan saya yang saya ingat sampai sekarang kekompakkan dan
kekeluargaan sesama peserta.
106
Lampiran 3.4
1. Data Pribadi
a. Nama : Novita Suprapto
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 29 Tahun
d. Alamat : Pulomas Residence Rw. 16 No 36 G Kayu
Putih
e. Profesi : Swasta (Karyawan Prudential)
f. Tanggal Wawancara : Selasa, 11 Juli 2017
g. Tempat Wawancara : Kantor Prudential Unit Klender
h. Waktu Wawancara : 14.00 WIB
2. Wawancara dan Hasil Wawancara
- Pewawancara : Kapan anda memutuskan untuk mendaftarkan diri
sebagai peserta katekisasi?
- Narasumber : Saya mendaftar katekisasi tahun 2015 tepatnya di
bulan Desember 2014.
- Pewawancara : Apa yang menjadi motivasi anda mendaftarkan
diri mengikuti program katekisasi? Apakah ada seseorang yang
menganjurkan? Apakah mendapat dukungan dari keluarga anda?
- Narasumber : Saya mendaftar katekisasi atas dasar kesadaran
saya, setelah saya tahu bahwa katekisasi adalah kewajiban saya
disamping keinginan untuk mengenal Tuhan lebih dekat tetapi itu semua
juga berkat motivasi dari Kak Adi (Pendeta Natanael Setiadi), sejauh ini
saya tidak mendapat larangan juga dukungan karena kebetulan orang tua
sudah lama meninggal.
- Pewawancara : Apakah anda mempunyai alasan mengapa
memutuskan menjadi jemaat GKI Kayu Putih dan melaksanakan
107
katekisasi di gereja tersebut? Sejak kapan anda beribadah di GKI Kayu
Putih?
- Narasumber : Alasannya karena GKI Kayu Putih dekat dengan
tempat tinggal saya dan kebetulan sudah kenal dengan Kak Adi (Pendeta
Natanael Setiadi) dan juga ada beberapa teman saya ditempat yang sama.
Saya beribadah di gereja ini sejak tahun 2013 bulan September sudah
beribadah disana setelah saya menyatakan kesaksian dan melakukan
baptisan, alasan melakukan katekisasi disana adalah sekaligus untuk
menjadi anggota GKI Kayu Putih karena guna katekisasi kan juga untuk
menyatukan tujuan yang sama.
- Pewawancara : Apakah terdapat prosedur sebelum pelaksanaan
katekisasi tersebut? Apakah ada persyaratan tertentu dari gereja yang
harus dipenuhi anda sebelum mengikuti program ini?
- Narasumber : Persyaratan dari segi ritual setau saya sih setiap orang
harus melakukan baptisan yang diberikan oleh GKI Kayu Putih tetapi
dari segi birokrasi saya hanya mendaftarkan diri di sekertariat gereja
yang sebelumnya juga dibimbing dari Kak Adi, tapi mungkin beda lagi
ya sama peserta yang pindahan dari gereja yang alirannya
beda,sepertinya prosedurnya lebih panjang dari saya (Kategori Konversi).
- Pewawancara : Siapa yang membimbing anda dalam program
katekisasi ini? Ada berapa jumlah peserta pada saat itu?
- Narasumber : Pendeta Natanael Setiadi dan Pendeta Natan
Kristiyanto, pada saat itu angkatan saya sekitar 35 orang seingat saya 15
orang kategori pindahan seperti saya dan 20 orang lagi peserta katekisasi
dewasa dan remaja.
- Pewawancara : Kapan jadwal kelas katekisasi anda? Apakah
terdapat pelaksanaan ataupun waktu yang dilaksanakan secara terpisah
dengan peserta katekisasi kategori lainnya?
108
- Narasumber : Jadwal kelas bina iman itu hari selasa, rabu, kamis,
jum’at dan minggu. Jadwal kelas sih sebenarnya dipisah waktunya sesuai
dengan kategori katekisasi tetapi diperbolehkan bergabung di kelas lain
kalau waktu kita ada yang bentrok jadi menyesuaikan, akan tetapi hari
yang mana peserta wajib datang secara lengkap itu hari minggu,
materinya sama sih yang membedakan hanya di sesi curhat (Konsultasi)
karena kan masalah masing-masing tiap orang pasti berbeda.
- Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kelas
katekisasi tersebut?
- Narasumber : Materinya mendalami teks kitab suci seperti
ditafsirkan dan diambil maknanya agar dapat kita amalkan di kehidupan,
terus sesi tanya jawab, mendengarkan khotbah, diskusi dan
kadang-kadang membuat kelompok drama.
- Pewawancara : Jika dilihat dari kesimpulan dari program
katekisasi yang anda ikuti, apa manfaat katekisasi yang anda dapatkan
untuk keimanan anda? Apakah melalui katekisasi membawa perubahan
anda dalam kedewasaan beriman? Bagi kehidupan anda?
- Narasumber : Kalau membicarakan pengaruh katekisasi untuk
keimanan sebenarnya sebelum melakukan katekisasi saya sudah
meyakini (kekristenan) walaupun memang masih belum mengalami
mu’jizat secara langsung namun suatu hari setelah kelulusan saya di
kelas katekisasi akhirnya saya merasakan mu’jiza Tuhan yang datang saat
itu ketika sedang mengalami masalah besar tetapi melalui katekisasi
membuka wawasan saya tentang Pengajaran Agama Kristen (PAK).
- Pewawancara : Bagaimana hubungan sosial anda baik dengan
sesama jemaat gereja dan masyarakat sekitar anda setelah melaksanakan
katekisasi?
- Narasumber : Saya merasakan ilmu katekisasi saya bermanfaat
109
untuk hubungan sosial saya yang membawa perubahan terhadap sifat
saya yang tadinya lumayan sulit beradaptasi, tetapi kalau dengan sesama
anggota gereja saya sudah saya anggap seperti keluarga sendiri karena
disana kekeluargaannya sangat kuat.
- Pewawancara : Bagaimana kesan dan pesan anda terhadap
pelayanan yang diberikan GKI Kayu Putih dalam program katekisasi ini?
Adakah pengalaman yang membuat anda terkesan selama mengikuti
program katekisasi ini?
- Narasumber : Saya sangat terkesan dengan bimbingan yang
diberikan pembina ‘sabar banget’ mereka membimbing sampai kami
benar-benar paham selain itu angkatan saya juga kompak jadi seru
menjalaninya. Kalau pesan sih sepertinya pembina yang melayani
katekisasi harus ditambah deh, karena terkadang saya merasa kasihan
pendeta menangani orang sebanyak itu karena tugas mereka bukan
melayani kami saja tetapi keseluruhan agenda gereja ini.
Lampiran 3.5
1. Data Pribadi
a. Nama : Zara Amanda Putri
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 28 Tahun
d. Alamat : Jl. Raya Boulevard Utara Kelapa Gading
5/3
e. Profesi : Karyawan Swasta
f. Tanggal Wawancara : 29 April 2017
g. Tempat Wawancara : Thai Alley, Kelapa Gading
h. Waktu Wawancara : 15.00 WIB
110
2. Wawancara dan Hasil Wawancara
- Pewawancara : Kapan anda memutuskan untuk mendaftarkan diri
sebagai peserta katekisasi?
- Narasumber : Mendaftarkan diri tahun 2015 bulan Januari.
- Pewancara : Apa yang menjadi motivasi anda mendaftarkan
diri mengikuti program katekisasi? Apakah ada seseorang yang
menganjurkan? Apakah mendapat dukungan dari keluarga anda?
- Narasumber : Mendaftar atas dasar kesadaran sendiri disamping
itu juga dianjurkan oleh majelis jemaat, saya tahu info dari warta jemaat.
Tidak ada penolakan apapun dari keluarga saya.
- Pewawancara : Apakah anda mempunyai alasan mengapa
memutuskan menjadi jemaat GKI Kayu Putih dan melaksanakan
katekisasi di gereja tersebut? Sejak kapan anda beribadah di GKI Kayu
Putih?
- Narasumber : Waktu itu saya merasa cocok dengan khotbah
yang diberikan di gereja tersebut, lalu pelayanan yang diberikan juga
ramah dan terbuka dan kebetulan gereja ini dekat dengan tempat tinggal
saya.
- Pewawancara : Apakah terdapat prosedur sebelum pelaksanaan
katekisasi tersebut? Apakah ada persyaratan tertentu dari gereja yang
harus dipenuhi anda sebelum mengikuti program ini?
- Narasumber : Tidak ada, karena saya sudah mendapat baptisan
setelah itu mengurus pendaftaran di majelis jemaat dan di
kesekertariatan gereja.
- Pewawancara : Siapa yang membimbing anda dalam program
katekisasi ini? Ada berapa jumlah peserta pada saat itu?
- Narasumber : Pendeta Natan Kristiyanto. Saya tidak ingat tetapi
111
sekitar-an 20 orang.
- Pewawancara : Jelaskan jadwal kelas katekisasi anda. Apakah
terdapat pelaksanaan ataupun waktu yang dilaksanakan secara terpisah
dengan peserta katekisasi kategori lainnya?
- Narasumber : Jadwal kelas itu hari kerja ada, hari minggu juga
ada tetapi harus lengkap. Setiap kategori katekisasi dilaksanakan
terpisah kecuali hari minggu.
- Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kelas
katekisasi tersebut?
- Narasumber : Penghayatan ayat suci, ceramah, diskusi, tanya
jawab dan kadang-kadang ada narasi juga kunjungan-kunjungan ke
tempat ibadah lain diadakan dialog.
- Pewawancara : Jika dilihat dari kesimpulan dari program
katekisasi yang anda ikuti, apa manfaat katekisasi yang anda dapatkan
untuk keimanan anda? Apakah melalui katekisasi membawa perubahan
anda dalam kedewasaan beriman? Bagi kehidupan anda?
- Narasumber : Manfaatnya pasti ada dari pengetahuan terutama,
karena menurut saya ketika saya tahu kesadaran untuk beribadah
muncul dengan sendirinya, sejauh ini saya sudah meyakini jalan saya
pilih, mungkin untuk kedewasaan beragama masih dalam proses.
- Pewawancara : Bagaimana hubungan sosial anda baik dengan
sesama jemaat gereja dan masyarakat sekitar anda setelah
melaksanakan katekisasi?
- Narasumber : Pengaruhnya saya lebih sering membantu
kegiatan gereja, setidaknya melaksanakan amanat sebagai tugas saya
sebagai anggota gereja.
- Pewawancara : Bagaimana kesan dan pesan anda terhadap
pelayanan yang diberikan GKI Kayu Putih dalam program katekisasi ini?
112
Adakah pengalaman yang membuat anda terkesan selama mengikuti
program katekisasi ini?
- Narasumber : Kesan yang saya ingat sampai sekarang adalah
keseruan belajar, kebersamaan sesama peserta. Pesan saya semoga
katekisasi dapat lebih efektif dan pengamalanya diterapkan dengan
baik dalam kehidupan sehari-hari.
Lampiran 3.6
1. Data Pribadi
a. Nama : Adelina Samadhi
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 32 Tahun
d. Alamat : Jl. Kayu Putih Raya
e. Profesi : PT. Telkom
f. Tanggal Wawancara : 16 April 2017
g. Tempat Wawancara : GKI Kayu Putih
h. Waktu Wawancara : 14.00 WIB
2. Wawancara dan Hasil Wawancara
- Pewawancara : Kapan anda memutuskan untuk mendaftarkan diri
sebagai peserta katekisasi?
- Narasumber : Tahun 2016 saya mendaftar di awal tahun melalui
pendeta Yessie Irawan.
- Pewawancara : Apa yang menjadi motivasi anda mendaftarkan
diri mengikuti program katekisasi? Apakah ada seseorang yang
menganjurkan? Apakah mendapat dukungan dari keluarga anda?
- Narasumber : Niatan sendiri, mendapat anjuran dari sepupu saya,
kalau di keluarga saya sudah biasa dengan peristiwa pindah keyakinan
karena hidup setelah dewasa diatur masing-masing.
113
- Pewawancara : Apakah anda mempunyai alasan mengapa
memutuskan menjadi jemaat GKI Kayu Putih dan melaksanakan
katekisasi di gereja tersebut? Sejak kapan anda beribadah di GKI Kayu
Putih?
- Narasumber : Alasannya karena sudah terlanjur punya barengan
disini, tetapi lama kelamaan saya cocok dengan materi yang ada di
gereja tersebut. Saya mulai disini ibadah tahun 2015 waktu itu tahun
pembaptisan saya.
- Pewawancara : Apakah terdapat prosedur sebelum pelaksanaan
katekisasi tersebut? Apakah ada persyaratan tertentu dari gereja yang
harus dipenuhi anda sebelum mengikuti program ini?
- Narasumber : Tidak ada karena saya baptisan di GKI Kayu Putih,
hanya waktu itu saya mendapat info dari warta gereja lalu konsultasi ke
Majelis Jemaat.
- Pewawancara : Siapa yang membimbing anda dalam program
katekisasi ini? Ada berapa jumlah peserta pada saat itu?
- Narasumber : Pembina kelas saya Pendeta Natanael Setiadi,
waktu itu teman-teman angkatan saya ada sekitar delapan orang dari
katekisasi khusus dan lima belas orang kalau tidk salah dari katekisasi
biasa.
- Pewawancara : Jelaskan jadwal kelas katekisasi anda. Apakah
terdapat pelaksanaan ataupun waktu yang dilaksanakan secara terpisah
dengan peserta katekisasi kategori lainnya?
- Narasumber : Hari kerja aja waktunya sore sepulang kerja, tapi
hari minggu juga ada sih pagi jam sepuluh atau sekitarnya. Kelasnya
terpisah kalau minggu digabung dengan katekisasi biasa lainnya.
- Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kelas
katekisasi tersebut?
114
- Narasumber : Materinya seperti baca Alkitab lalu kita tafsirkan
maknanya, ada ceramah juga macam-macam materinya tentang
kekristenan.
- Pewawancara : Jika dilihat dari kesimpulan dari program
katekisasi yang anda ikuti, apa manfaat katekisasi yang anda dapatkan
untuk keimanan anda? Apakah melalui katekisasi membawa perubahan
anda dalam kedewasaan beriman? Bagi kehidupan anda?
- Narasumber : Bagus, manfaatnya banyak banget membuka
wawasan tentang kristen, sejarahnya dan lain-lain, kalau untuk
keimanan saya pikir katekisasi memperkenalkan identitas pada diri
sendiri walaupun butuh proses untuk bisa percaya dan menjadi teladan.
- Pewawancara : Bagaimana hubungan sosial anda baik dengan
gereja, sesama jemaat gereja dan masyarakat sekitar anda setelah
melaksanakan katekisasi?
- Narasumber : Dengan sesama anggota gereja sejak saya ikut
katekisasi jadi semakin akrab karena sering bertemu dengan masyarakat
lain baik juga kok tidak ada masalah.
- Pewawancara : Bagaimana kesan dan pesan anda terhadap
pelayanan yang diberikan GKI Kayu Putih dalam program katekisasi ini?
Adakah pengalaman yang membuat anda terkesan selama mengikuti
program katekisasi ini?
- Narasumber : Kesan saya dalam katekisasi adalah
kekeluargaannya semoga pengajarnya makin banyak dan metodenya
makin modern.
Lampiran 3.7
1. Data Pribadi
a. Nama : Adisa Irawati Larosa
b. Jenis Kelamin : Perempuan
115
c. Umur : 32 Tahun
d. Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan No. 134
e. Profesi : Ibu Rumah Tangga
f. Tanggal Wawancara : 4 Mei 2017
g. Tempat Wawancara : Kediaman Adisa Irawati Larosa
h. Waktu Wawancara : 17.00 WIB
2. Wawancara dan Hasil Wawancara
- Pewawancara : Kapan anda memutuskan untuk mendaftarkan diri
sebagai peserta katekisasi?
- Narasumber : Saya angkatan tahun 2016 daftar waktu itu awal
bulan Maret 2016.
- Pewawancara : Apa yang menjadi motivasi anda mendaftarkan
diri mengikuti program katekisasi? Apakah ada seseorang yang
menganjurkan? Apakah mendapat dukungan dari keluarga anda?
- Narasumber : Motivasi dari kesadaran diri sendiri saja karena itu
merupakan kewajiban, mengikuti katekisasi dianjurkan suami saya.
- Pewawancara : Apakah anda mempunyai alasan mengapa
memutuskan menjadi jemaat GKI Kayu Putih dan melaksanakan
katekisasi di gereja tersebut? Sejak kapan anda beribadah di GKI Kayu
Putih?
- Narasumber : Menjadi anggota GKI Kayu Putih karena suami
saya adalah anggota disana juga dimana saya kenal dengan pilihan saya
dan menyatakan kesaksian. Sejak 2015 akhir saya beribadah disana.
- Pewawancara : Apakah terdapat prosedur sebelum pelaksanaan
katekisasi tersebut? Apakah ada persyaratan tertentu dari gereja yang
harus dipenuhi anda sebelum mengikuti program ini?
- Narasumber : Tidak ada, setahu saya prosedur atau
persyaratannya hanya baptis dan mengurus surat kepindahan itupun
116
untuk pendaftar kategori kelas lain.
- Pewawancara : Siapa yang membimbing anda dalam program
katekisasi ini? Ada berapa jumlah peserta pada saat itu?
- Narasumber : Pendeta Natanael Setiadi dan Natan Kristiyanto
pesertanya tidak lebih dari dua puluh orang-an.
- Pewawancara : Jelaskan jadwal kelas katekisasi anda. Apakah
terdapat pelaksanaan ataupun waktu yang dilaksanakan secara terpisah
dengan peserta katekisasi kategori lainnya?
- Narasumber : Jadwalnya mulai hari selasa sampai jum’at lalu
hari minggu kelas bersama. Kelasnya dipisah tetapi bebas juga.
- Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kelas
katekisasi tersebut?
- Narasumber : Materinya ceramah, diskusi, tanya jawab dan
membaca Alkitab yang setelahnya dipahami ada juga sesi curhat atau
menceritkan pengalaman kepada sesama peserta atau secara privasi
dengan pendeta.
- Pewawancara : Jika dilihat dari kesimpulan dari program
katekisasi yang anda ikuti, apa manfaat katekisasi yang anda dapatkan
untuk keimanan anda? Apakah melalui katekisasi membawa perubahan
anda dalam kedewasaan beriman? Bagi kehidupan anda?
- Narasumber : Pengaruh untuk kehidupan saya saat ini saya lebih
enggan untuk melakukan yang tidak ada manfaatnya, kalau untuk
keimanan sejauh ini masih jauh dari sempurna tetapi yang pasti saya
meyakininya.
- Pewawancara : Bagaimana hubungan sosial anda baik dengan
gereja, sesama jemaat gereja dan masyarakat sekitar anda setelah
melaksanakan katekisasi?
- Narasumber : Dengan gereja mungkin karena saya sudah
117
mendapatkan sense of belonging ya, jadi ya sudah seperti keluarga
sendiri saja.
- Pewawancara : Bagaimana kesan dan pesan anda terhadap
pelayanan yang diberikan GKI Kayu Putih dalam program katekisasi ini?
Adakah pengalaman yang membuat anda terkesan selama mengikuti
program katekisasi ini?
- Narasumber : Kesan saya GKI Kayu Putih sudah memberikan
pelayanan terbaiknya, pengalaman favorit saya dalam katekisasi adalah
ketika mempelajari isi Alkitab karena banyak sangkut pautnya dengan
kehidupan saya. Berharap kedepannya saya dapat membantu program
ini.
Lampiran 3.8
1. Data Pribadi
a. Nama : Feby Bernadette
b. Jenis Kelamin : Perempuan
c. Umur : 28 Tahun
d. Alamat : Jl. Pemuda No. 4 RT.5/3
e. Profesi : Pengajar privat musik
f. Tanggal Wawancara : 15 Mei 2017
g. Tempat Wawancara : Unversitas Negeri Jakarta
h. Waktu Wawancara : 13.00 WIB
2. Wawancara dan Hasil Wawancara
- Pewawancara : Kapan anda memutuskan untuk mendaftarkan diri
sebagai peserta katekisasi?
- Narasumber : Saya mendaftarkan diri peserta katekisasi
angkatan 2016 daftar di bulan Februari.
- Pewawancara : Apa yang menjadi motivasi anda mendaftarkan
118
diri mengikuti program katekisasi? Apakah ada seseorang yang
menganjurkan? Apakah mendapat dukungan dari keluarga anda?
- Narasumber : Alasannya sih karena teman saya sering meminta
saya membantunya latihan paduan suara gak lama menyatakan
kesaksian disana, mungkin awalnya karena sering ikutan teman tetapi
lama kelamaan ya dari hati sendiri.
- Pewawancara : Apakah anda mempunyai alasan mengapa
memutuskan menjadi jemaat GKI Kayu Putih dan melaksanakan
katekisasi di gereja tersebut? Sejak kapan anda beribadah di GKI Kayu
Putih?
- Narasumber : Tidak ada alasan sih hanya kebetulan saya kenal teman
dan sering diajak ke gereja ini saja, tetapi juga lumayan dekat dengan
kost-kostan di belakang kampus (Universitas Negeri Jakarta).
- Pewawancara : Apakah terdapat prosedur sebelum pelaksanaan
katekisasi tersebut? Apakah ada persyaratan tertentu dari gereja yang
harus dipenuhi anda sebelum mengikuti program ini?
- Narasumber : Saya datang ke pendeta Yessie, untuk persyaratan
tidak ada karena saya sudah mendapat baptisan.
- Pewawancara : Siapa yang membimbing anda dalam program
katekisasi ini? Ada berapa jumlah peserta pada saat itu?
- Narasumber : Pendeta Natanael Setiadi, Pendeta Linna Gunawan dan
Pendeta Natan Kristiyanto. Jumlah peserta waktu itu sekitaran dua puluh
orang seingat saya.
- Pewawancara : Jelaskan jadwal kelas katekisasi anda. Apakah
terdapat pelaksanaan ataupun waktu yang dilaksanakan secara terpisah
dengan peserta katekisasi kategori lainnya?
- Narasumber : Jadwal kegiatannya weekday selasa, rabu, kamis,
jum’at dan dilanjut hari minggu yang mana kegiatan katekisasi bersama.
119
- Pewawancara : Materi apa saja yang diberikan dalam kelas
katekisasi tersebut?
- Narasumber : Sejarah Kristen, gereja, membaca isi alkitab, diskusi,
tanya jawab dengan pendeta tetapi lebih sering khotbah.
- Pewawancara : Jika dilihat dari kesimpulan dari program
katekisasi yang anda ikuti, apa manfaat katekisasi yang anda dapatkan
untuk keimanan anda? Apakah melalui katekisasi membawa perubahan
anda dalam kedewasaan beriman? Bagi kehidupan anda?
- Narasumber : Kalau disimpulkan dalam keseluruhan kehidupan saya
berubah drastis sejak saya memilih jalan ini lalu mengenai pengaruhnya
untuk keimanan saya merasa rohani saya ini lebih ‘terisi’ jika dibanding
dengan sebelumnya.
- Pewawancara : Bagaimana hubungan sosial anda baik dengan
gereja, sesama jemaat gereja dan masyarakat sekitar anda setelah
melaksanakan katekisasi?
- Narasumber : Tidak ada masalah, saat ini setidaknya saya dapat
mengabdi untuk gereja semampu saya dengan cara saya (Melatih Paduan
Suara).
- Pewawancara : Bagaimana kesan dan pesan anda terhadap
pelayanan yang diberikan GKI Kayu Putih dalam program katekisasi ini?
Adakah pengalaman yang membuat anda terkesan selama mengikuti
program katekisasi ini?
- Narasumber : Pelayanan yang diberikan gereja sangat baik dan
friendly, terkadang malah ka;au dipikir kembali merasa ketagihan saja
karena kekeluargaan di kelas sangat terasa.
120
Lampiran 4
Tanda Bukti Wawancara
121
Lampiran 4.1
122
Lampiran 4.2
123
Lampiran 4.3
124
Lampiran 4.4
125
Lampiran 4.5
126
Lampiran 4.6
127
Lampiran 4.7
128
Lampiran 4.8
129
Lampiran 4.9
130
Lampiran 4.10
131
Lampiran 5
Dokumentasi Kegiatan Lapangan
132
133
134
135
top related