makalah toksikan
Post on 26-Dec-2015
88 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Toksikologi adalah ilmu yang menetapkan batas aman dari bahan kimia
(Casarett and Doulls, 1995). Selain itu toksikologi juga mempelajari jelas/kerusakan/
cedera pada organisme (hewan, tumbuhan, manusia) yang diakibatkan oleh suatu
materi substansi/energi, mempelajari racun, tidak saja efeknya, tetapi juga mekanisme
terjadinya efek tersebut pada organisme dan mempelajari kerja kimia yang merugikan
terhadap organisme. Banyak sekali peran toksikologi dalam kehidupan sehari-hari
tetapi bila dikaitkan dengan lingkungan dikenal istilah toksikologi lingkungan dan
ekotoksikologi.
Dua kata toksikologi lingkungan dengan ekotoksikologi yang hampir sama
maknanya ini sering sekali menjadi perdebatan. Toksikologi lingkungan adalah ilmu
yang mempelajari racun kimia dan fisik yang dihasilkan dari suatu kegiatan dan
menimbulkan pencemaran lingkungan (Cassaret, 2000) dan Ekotoksikologi adalah
ilmu yang mempelajari racun kimia dan fisik pada mahluk hidup, khususnya populasi
dan komunitas termasuk ekosistem, termasuk jalan masuknya agen dan interaksi
dengan lingkungan (Butler, 1978). Dengan demikian ekotoksikologi merupakan
bagian dari toksikologi lingkungan.
Kebutuhan akan toksikologi lingkungan meningkat ditinjau dari :
Proses Modernisasi yang akan menaikan konsumsi sehingga produksi juga
harus meningkat, dengan demikian industrialisasi dan penggunaan energi akan
meningkat yang tentunya akan meningkatkan resiko toksikologis.
Proses industrialisasi akan memanfaatkan bahan baku kimia, fisika, biologi
yang akan menghasilkan buangan dalam bentuk gas, cair, dan padat yang meningkat.
Buangan ini tentunya akan menimbulkan perubahan kualitas lingkungan yang
mengakibatkan resiko pencemaran, sehingga resiko toksikologi juga akan meningkat.
Klasifikasi Toksikan Page 1
BAB 2
TOKSIKOLOGI
1.1. Pengertian Toksikologi
Toksikologi adalah studi mengenai efek-efek yang tidak diinginkan dari zat-zat
kimia terhadap organisme hidup. Toksikologi juga membahas tentang penilaian
secara kuantitatif tentang organ-organ tubuh yang sering terpajang serta efek yang di
timbulkannya.
Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan
dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk
biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi
dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama
yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan
(pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh,
jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Pemaparan bahan-bahan kimia terhadap binatang percobaan biasanya dibagi
dalam empat kategori: akut, subakut, subkronik, dan kronik. Untuk manusia
pemaparan akut biasanya terjadi karena suatu kecelakaan atau disengaja, dan
pemaparan kronik dialami oleh para pekerja terutama di lingkungan industri-industri
kimia.
Interaksi bahan kimia dapat terjadi melalui sejumlah mekanisme dan efek dari
dua atau lebih bahan kimia yang diberikan secara bersamaan akan menghasilkan
suatu respons yang mungkin bersifat aditif, sinergis, potensiasi, dan antagonistik.
Karakteristik pemaparan membentuk spektrum efek secara bersamaan membentuk
hubungan korelasi yang dikenal dengan hubungan dosis-respons.
1.2. Karakteristik Toksikologi
Efek merugikan/ toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia
yang mengalami biotransformasi dan dosis serta susunannya cocok untuk
menimbulkan keadaan toksik.
Klasifikasi Toksikan Page 2
Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain tergantung kepada sifat fisik
dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis, sehingga bila ingin
mengklasifiksikan toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam efek yang timbul
dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan sasarannya.
Perbandingan dosis lethal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari
paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat
diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan
polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat
diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena memberi reaksi
cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat
diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk kulit dengan
dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih rendah
maka, dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu bahan
polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis tinggi.
1. Efek toksik didalam tubuh tergantung pada:
A. Reaksi alergi
Alergi adalah reaksi yang merugikan yang disebabkan oleh bahan kimia
atau toksikan karena peka terhadap bahan tersebut. Kondisi alergi sering
disebut sebagai “ hipersensitif “, sedangkan reaksi alergi atau reaksi
kepekaannya dapat dipakai untuk menjelaskan paparan bahan polutan yang
menghasilkan efek toksik. Reaksi alergi timbul pada dosis yang rendah
sehingga kurve dosis responnya jarang ditemukan.
B. Reaksi ideosinkrasi
Merupakan reaksi abnormal secara genetis akibat adanya bahan kimia atau
bahan polutan.
Klasifikasi Toksikan Page 3
C. Toksisitas cepat dan lambat
Toksisitas cepat merupakan manifestasi yang segera timbul setelah
pemberian bahan kimia atau polutan. Sedangkan toksisitas lambat merupakan
manifestasi yang timbul akibat bahan kimia atau toksikan selang beberapa
waktu dari waktu timbul pemberian.
D. Toksisitas setempat dan sistemik
Perbedaan efek toksik dapat didasarkan pada lokasi manifestasinya. Efek
setempat didasarkan pada tempat terjadinya yaitu pada lokasi kontak yang
pertama kali antara sistem biologi dan bahan toksikan. Efek sistemik terjadi
pada jalan masuk toksikan kemudian bahan toksikan diserap, dan didistribusi
hingga tiba pada beberapa tempat. Target utama efek toksisitas sistemik
adalah sistem syaraf pusat kemudian sistem sirkulasi dan sistem hematopoitik,
organ viseral dan kulit, sedangkan otot dan tulang merupakan target yang
paling belakangan.
2. Respon toksik tergantung pada :
A. Sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut
B. Situasi pemaparan
C. Kerentanan sistem biologis dari subyek
3. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas adalah :
A. Jalur masuk ke dalam tubuh
Jalur masuk ke dalam tubuh suatu polutan yang toksik, umumnya melalui
saluran pencernaan makanan, saluran pernafasan, kulit, dan jalur lainnya.
Jalur lain tersebut diantaranya daalah intra muskuler, intra dermal, dan sub
kutan. Jalan masuk yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan
polutan. Bahan paparan yang berasal dari industri biasanya masuk ke dalam
Klasifikasi Toksikan Page 4
tubuh melalui kulit dan terhirup, sedangkan kejadian “keracunan” biasanya
melalui proses tertelan.
B. Jangka waktu dan frekuensi paparan
a) Akut: pemaparan bahan kimia selama kurang dari 24 jam
b) Sub akut: pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk
jangka waktu 1 bulan atau kurang
c) Subkronik: pemaparan berulang terhadap suatu bahan kimia untuk
jangka waktu 3 bulan
d) Kronik: pemaparan berulang terhadap bahan kimia untuk jangka
waktu lebih dari 3 bulan
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama
sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan
ulangannya. Bahan polutan benzena pada peran pertama akan merusak sistem syaraf
pusat sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan
apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan
menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separohnya maka
efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang
diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik
yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda
saja tetapi mungkun juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat
terjadi apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada
kondisi kronis bersifat irreversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak
mempunyai cukup waktu untuk pulih akibat paparan terus-menerus dari bahan toksi.
Klasifikasi Toksikan Page 5
BAB 3
TOKSIKAN
3.1. Klasifikasi Toksikan
Bahan toksik dapat diklasifikasi berdasarkan:
1. organ tujuan/sasaran, misalnya ginjal, hati, dan sistem hematopoetik
2. penggunaan, misalnya pestisida, pelarut, dan food additive
3. sumber, misalnya tumbuhan atau hewan
4. efek yang ditimbulkan, misalnya kanker dan mutasi
5. bentuk fisik, misalnya gas, cair, dan debu
6. label kegunaan, misalnya bahan peledak dan oksidator
7. susunan kimia, misalnya amino aromatis, halogen, dan hidrokarbon
8. potensi racun, misalnya organofosfat lebih toksik dari pada karbamat
Untuk dapat diterima dalam spektrum agen toksik, suatu bahan tidak hanya
ditinjau dari satu macam klasifikasi saja, tetapi dapat pula ditinjau dari beberapa
kombinasi dan beberapa faktor lain. Klasifikasi bahan toksik dapat dibagi secara
kimiawi, biologi, dan karakteristik paparan yang bermanfaat untuk usaha
pengendalian.
Ada pula sumber lain yang mengklasifikasikan toksik sebagai berikut :
1. Klasifikasi atas dasar sumber
a. Sumber alamiah/buatan : klasifikasi ini membedakan racun asli yang
berasalkan fauna dan flora, dan kontaminasi organisme dengan berbagai
racun berasalkan lingkungan seperti bahan baku industri yang beracun
ataupun buangan beracun dan bahan sintetis beracun.
b. Sumber berbentuk titik, area, dan bergerak. Klasifikasi ini biasanya
digunakan untuk orang yang berminat dalam melakukan pengendalian.
Tentunya sumber titik lebih mudah dikendalikan daripada sumber area
yang bergerak.
Klasifikasi Toksikan Page 6
c. Sumber domestik, komersial, dan industri, yang lokasi sumbernya. Sifat,
dan jenisnya berbeda, kecuali terkontaminasi oleh buangan insektisida,
sisa obat, dll.
2. Klasifikasi atas dasar wujud
Klasifikasi atas dasar wujud sangat bermanfaat dalam memahami efek
yang mungkin terjadi serta pengendaliannya:
a. Wujud pencemar dapat bersifat padat, cair, dan gas. Racun dapat
dibedakan atas dasar wujudnya ini terutama karena efeknya yang berbeda.
Gas dapat berdifusi, sehingga menyebar lebih cepat daripada cairan dan
zat padat. Efek terhadap masyarakat tentunya akan sangat berbeda. Gasa
dan padatan yang sangat halus akan cepat menimbulkan efek, dan apabila
konsentrasi masyarakat di tempat tersebut padat, maka efeknya akan
menjadi sangat drastis.
b. Ukuran pencemar bentuk, densitas, serta komposisi kimiawi dan fisika
sangat erat hubungannya dengan wujud. Hal ini akan memberikan
petunjuk mudah tidaknya sesuatu pencemar memasuki tubuh host dan
cepat tidaknya menimbulkan efek dan sampai seberapa jauh efeknya.
Padatan halus dengan sifat-sifat tersebut dapat berbentuk sangat
aerodinamis, sehingga mudah masuk ke dalam paru-paru, sekalipun
ukurannya sangat relatif besar
3. Klasifikasi atas dasar sifat kimia-fisika
Klasifikasi ini sering digunakan untuk bahan beracun (B3), dan
pengelompokan xenobiotik tersebut adalah sebagai B3 yang:
a. Korosif
b. Radioaktif
c. Evaporatif
d. Eksplosif
Klasifikasi Toksikan Page 7
e. Reaktif; semua ini menghendaki penanganan, transportasi, dan
pembuangan yang berbeda, karena bahaya yang mungkin ditimbulkan
akan berbeda.
4. Klasifikasi atas dasar terbentuknya pencemar/xenobiotik
Pencemar yang terbentuk dan keluar dari sumber disebut pencemar
primer. Selanjutnya, setelah transformasi pertama di lingkungan, ia akan
disebut pencemar sekunder, dan kemudian dapat menjadi pencemar tersier,
dan seterusnya. Klasifikasi ini menjadi penting jika kita melakukan
pengukuran ataupun pemantuan pencemar. Lokasi, jarak, dari sumber, dan
sifat reaktifitasnya dengan zat yang ada di media lingkungan akan
menentukan terjadinya perubahan sifat kimia pencemar. Pencemar sekunder,
dan seterusnya tentu akan bersifat berbeda dari sifat primer.
5. Klasifikasi atas dasar efek kesehatan
Klasifikasi atas dasar efek kesehatan atau lebih tepat atas dasar gejala
yang timbul mengelompokkan pencemar sebagai penyebab gejala:
a. Fibrosis atau terbentuknya jaringan ikat secara berlebih
b. Granuloma atau didapatnya jaringan radang yang kronis
c. Demam atau temperatur badan melebihi normal
d. Asfiksia atau keadaan kekurangan oksigen
e. Alergi atau sensitivitas yang berlebih
f. Kanker atau tumor ganas
g. Mutan adalah generasi yang secar genetik berbeda dari induknya
h. Cacat bawaan akibat teratogen
i. Keracunan sistemik, yakni keracunan yang menyerang seluruh anggota
tubuh.
Klasifikasi Toksikan Page 8
6. Klasifikasi atas dasar kerusakan/organ target
Racun dapat dikelompokkan atas dasar organ yang diserangnya.
Klasifikasi ini digunakan oleh para ahli superspesialis organ target tersebut.
Dalam klasifikasi ini, racun dinyatakan sebagai racun yang:
a. Hepatotoksik atau beracun bagi hepar/hati
b. Nefrotoksik atau beracun bagi nefron/ginjal
c. Neurotoksik atau beracun bagi neuron/saraf
d. Hermatotoksik atau beracun bagi darah/sistem pembentukan sel darah
e. Pneumotoksik atau beracun bagi pneumon/paru-paru
Klasifikasi atas dasar organ target ini sering digunakan karena sifat
kimia-fisika racun yang berbeda dengan racun biologis ataupun kuman
patogen.
7. Klasifikasi atas dasar hidup/matinya racun
Klasifikasi atas dasar hidup/motinya racun atau yang bersifat biotis dan
abiotis dibuat, karena bahaya yang terjadi akan beda. Zat yang hidup dapat
berkembang biak bila lingkungannya mengizinkan, sedangkan yang abiotis
dapat berubah menjadi berbagai senyawa. Dengan demikian, pengendaliannya
akan berbeda pula.
3.2. Karakteristik Toksikan
Efek merugikan/toksik pada sistem biologis dapat disebabkan oleh bahan kimia
yang mengalami biotransformasi dan dosis serta suasananya cocok untuk
menimbulkan keadaan toksik. Respon terhadap bahan toksik tersebut antara lain
tergantung kepada sifat fisik dan kimia, situasi paparan, kerentanan sistem biologis,
sehingga bila ingin mengklasifikasi toksisitas suatu bahan harus mengetahui macam
efek yang timbul dan dosis yang dibutuhkan serta keterangan mengenai paparan dan
sasarannya. Faktor utama yang berkaitan dengan toksisitas dan situasi paparan adalah
cara atau jalan masuknya serta durasi dan frekuensi paparan.
Klasifikasi Toksikan Page 9
Jalan masuk ke dalam tubuh suatu bahan polutan yang toksik, umumnya melalui
saluran penceraan makanan, saluran pernapasan, kulit dan jalur lain. Jalur lain
tersebut diantaranya adalah intra muskuler, intra dermal, dan sub kutan. Jalan masuk
yang berbeda ini akan mempengaruhi toksisitas bahan polutan. Bahan paparan yang
berasal dari industri biasanya masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan terhirup,
sedangkan kejadian keracunan biasanya melalui proses tertelan.
Perbandingan dosis letal suatu bahan polutan dan perbedaan jalan masuk dari
paparan sangat bermanfaat berkaitan dengan absorbsinya. Suatu bahan polutan dapat
diberikan dalam dosis yang sama tetapi cara masuknya berbeda. Misalnya bahan
polutan pertama melalui intravena, sedangkan bahan lainnya melalui oral, maka dapat
diperkirakan bahwa bahan polutan yang masuk melalui intravena, memberi reaksi
cepat dan segera. Sebaliknya bila dosis yang diberikan berbeda maka dapat
diperkirakan absorbsinya berbeda pula, misalnya suatu bahan masuk melalui kulit
dengan dosis lebih tinggi sedangkan lainnya melalui mulut dengan dosis yang lebih
rendah, maka dapat diperkirakan kulit lebih tahan terhadap racun sehingga suatu
bahan polutan untuk dapat diserap melalui kulit diperlukan dosis yang tinggi.
Durasi dan frekuensi paparan bahan polutan dapat diterangkan dengan
percobaan binatang. Pada percobaan binatang ahli toksikologi membagi paparan
akibat bahan polutan menjadi 4 kategori, yaitu akut, sub akut, sub kronis, dan kronis.
Paparan akut apabila suatu paparan terjadi kurang dari 24 jam dan jalan masuknya
dapat melalui intravena dan injeksi subkutan. Paparan sub akut terjadi apabila
paparan terulang untuk waktu satu bulan atau kurang, paparan sub kronis bila paparan
terulang antara 1 sampai 3 bulan, dan paparan kronis apabila terulang lebih dari 3
bulan.
Pada beberapa bahan polutan, efek toksik yang timbul dari paparan pertama
sangat berbeda bila dibandingkan dengan efek toksik yang dihasilkan oleh paparan
ulangannya. Bahan polutan benzena pada pertama akan merusak sistem saraf pusat
sedangkan paparan ulangannya akan dapat menyebabkan leukemia.
Klasifikasi Toksikan Page 10
Penurunan dosis akan mengurangi efek yang timbul. Suatu bahan polutan
apabila diberikan beberapa jam atau beberapa hari dengan dosis penuh akan
menghasilkan beberapa efek. Apabila dosis yang diberikan hanya separuhnya maka
efek yang terjadi juga akan menurun setengahnya, terlebih lagi apabila dosis yang
diberikan hanya sepersepuluhnya maka tidak akan menimbulkan efek. Efek toksik
yang timbul tidak hanya tergantung pada frekuensi pemberian dengan dosis berbeda
saja tetapi mungkin juga tergantung pada durasi paparannya. Efek kronis dapat terjadi
apabila bahan kimia terakumulasi dalam sistem biologi. Efek toksik pada kondisi
kronis bersifat ireversibel. Hal tersebut terjadi karena sistem biologi tidak mempunyai
cukup waktu untuk mencapai kondisi menjadi pulih akibat paparan terus menerus dari
bahan toksik.
3.3. Sumber Bahan Toksik
Dari penelitian yang dilakukan terdapat 9 kelompok besar sumber bahan toksik
dari industri penghasil limbah B3 di Indonesia, yaitu:
1. Industri tekstil dan kulit
Sumber utama bahan toksik pada industri tekstil ialah penggunaan zat
warna, sedangkan pada industri batik penggunaan senyawa naftol yang sangat
berbahaya. Selain itu juga digunakan hidrogen peroksida yang sangat reaktif
dan HClO yang toksik. Pada proses penyamakan dan pengolahan kulit
digunakan asam sulfat dan zat warna yang mengandung krom.
2. Pabrik kertas dan percetakan
Dalam proses produksi kertas, dihasilkan residu yang toksik. Setelah
dilakukan pengolahan limbah, dari residu tersebut dihasilkan konsentrat lumpur
yang lebih toksik. Sedangkan dari proses pencetakan, dihasilkan limbah cair
sebagai hasil samping pada pencucian rol film, pemrosesan film, dan
Klasifikasi Toksikan Page 11
pembersihan mesin. Setelah limbah diolah, akan dihasilkan konsentrat lumpur
sebanyak 1-4 % dari volume limbah cair.
3. Industri kimia dasar
Dalam kelompok ini termasuk pabrik pembuat mesin, pengawet kayu, cat,
tinta, pestisida, pigmen, sabun dan pabrik gas. Setelah limbah diolah, pabrik
mesin akan menghasilkan konsentrat lumpur yang toksik sebanyak 1-5 % dari
volume limbah cairnya. Pembuatan cat akan menghasilkan lumpur yang toksik,
baik dari bahan yang terlarut dalam air maupun dalam pelarut lainnya.
Demikian juga pabrik tinta, akan menghasilkan limbah cair maupun lumpur
yang pekat. Sedangkan limbah beracun dari pabrik pestisida akan tergantung
pada kegiatannya, yaitu memproduksi pestisida atau hanya kegiatan proses
formulasi.
4. Industri farmasi
Kelompok industri farmasi meliputi pembuatan bahan baku obat formulasi
dan pengemasan obat. Di Indonesia, industri farmasi umumnya merupakan
kegiatan formulasi dan pengemasan obat, hanya beberapa pabrik yang
melakukan kegiatan proses pembuatan bahan baku. Limbah industri farmasi
berasal dari obat-obat yang tidak terjual dan/atau kadaluarsa serta pencucian
peralatan produksi. Limbah pabrik farmasi yang memproses obat golongan
antibiotika memiliki toksisitas yang tinggi.
5. Industri logam dasar
Limbah industri logam dasar non-besi, setelah diolah akan menghasilkan
konsentrat lumpur sebanyak 3 % dari limbah abut dihasilkan konsentrat lumpur
yang lebih toksik. Sedangkan dari proses pencetakan, dihasilkan limbah cair
yang merupakan hasil samping proses pengecoran, pencetakan dan pelapisan.
Klasifikasi Toksikan Page 12
Selain itu juga menghasilkan limbah cair yang toksik dari proses pembersihan
bahan baku dan peralatan produksi.
6. Industri perakitan kendaraan bermotor
Kegiatan industri perakitan kendaraan bermotor menghasilkan limbah B3
dari kegiatan proses penyiapan logam dan pengecatan yang mengandung logam
berat Zn dan Cr.
7. Industri perakitan listrik dan elektronika
Hasil limbah yang paling dominan dalam kelompok industri ini ialah limbah
padat yang dapat didaur ulang. Sedangkan limbah cair merupakan hasil samping
proses pelapisan dan pengecatan termasuk juga ke dalam golongan limbah B3.
Lumpur konsentrat hasil pengolahan limbah cair sangat toksik. limbah dari
proses elektroplating sangat toksik dan bersifat asam, sering mengandung Cr,
Zn, Cu, Ni, Sn dan Cd. Industri elektronika terbagi atas kegiatan asembling
dengan limbah yang tidak banyak dan kegiatan produksi dari bahan baku
menjadi barang jadi dengan limbah cair yang sangat toksik, meskipun tidak
banyak.
8. Industri baterai kering dan Aki
Dari industri baterai kering akan dihasilkan limbah padat berbahaya dari
proses filtrasi dan limbah cair dari proses penyegelan. Sedangkan dari industri
aki akan dihasilkan limbah cair beracun karena menggunakan asam sulfat
sebagai cairan elektrolit.
9. Rumah sakit
Rumah sakit tidak hanya menghasilkan limbah padat dan cair, tapi juga
limbah gas, bakteri, dan virus. Limbah padat yang berbahaya berupa sisa obat-
obatan, bekas pembalut, pembungkus obat dan bahan kimia. Sedangkan limbah
Klasifikasi Toksikan Page 13
cair berasal dari pencucian peralatan dan perlengkapan, sisa obat-obatan, dan
bahan kimia laboratorium.
Berbagai barang dalam lingkungan rumah tangga, ternyata banyak yang
mengandung bahan yang berbahaya dan potensial dapat menjadi racun.
10. Makanan
Makanan dapat menyebabkan keracunan makanan (food intoxication) yang
disebabkan oleh makanan yang mengandung toksin, makanan dari tumbuhan
dan hewan yang mengandung racun, makanan yang tercemar bahan kimia
berbahaya, selain juga infeksi karena makanan yang mengandung
mikrorganisme patogen (food infection).
11. Kosmetika
Keracunan yang tidak disengaja juga dapat terjadi karena penggunaan
kosmetika seperti cologne, lipstik, parfum, krim dan lotion kecantikan,
pelembab kulit, after shave lotion, dan depilatory. Hal ini tidak berhubungan
langsung dengan efek samping yang tidak dikehendaki, tapi dipengaruhi oleh
perhitungan indeks risiko, yaitu jumlah unit kosmetika yang menyebabkan
timbulnya suatu efek samping. Sebagai contoh sediaan kosmetika perias mata,
meskipun mempunyai insidensi efek samping yang tinggi, tapi tingkat
kemungkinan terjadi keracunan sedang. Sedangkan sediaan kosmetika
depilatori, meskipun insidensi efek sampingnya rendah, tingkat kemungkinan
terjadi keracunan tinggi. Kemungkinan keracunan atau toksisitas sediaan
kosmetika dapat dilihat pda tabel berikut:
Toksisitas Sediaan kosmetika
Tinggi Penetral permanent wave, penghapus cat kuku, dan depilatori
Sedang Cat kuku, zat warna rambut metal, lotion permanent wave, bath oil,
shaving lotion, tonik rambut yang mengandung alkohol, cologne,
Klasifikasi Toksikan Page 14
dan toiletries
Rendah Parfum, deodoran, dan bath salt
Relatif tidak toksik
Hand lotion dan krim, cleansing cream, zat warna rambut dari
tumbuh-tumbuhan, pengatur rambut yang tidak mengandung
alkohol, dan lipstik
12. Desinfektan
Desinfektan yang biasa digunakan umumnya mengandung fenol, kresol atau
diklorometoksilenol. Jika terjadi keracunan yang tidak disengaja, biasanya tidak
menimbulkan masalah karena jumlahnya sedikit. Akan tetapi jika keracunan
terjadi karena disengaja atau suatu usaha untuk bunuh diri, terutama dengan
desinfektan yang mengandung fenol atau kresol, apalagi dengan larutan
pembersih pipa saluran buangan yang biasanya mengandung Na-hidroksida,
dapat berakibat kematian karena efek korosif pada saluran cerna bagian atas dan
juga efek sistemik yang dapat terjadi.
13. Bahan pemutih
Bahan pemutih kain atau disebut juga bahan pengelantang, biasanya
mengandung Na-hipoklorit atau hidrogen peroksida. Meskipun bahan-bahan
tersebut bersifat korosif, tapi jika terjadi keracunan yang tidak disengaja,
biasanya tidak menimbulkan masalah serius karena jumlahnya hanya sedikit.
14. Hasil destilasi minyak bumi
Bensin, minyak tanah dan parafin, merupakan hasil destilasi bertingkat
minyak bumi yang sering menjadi penyebab keracunan. Karena keracunan
biasanya terjadi melalui mulut dan tidak disengaja, maka akibat yang timbul
ringan dan mungkin hanya menyebabkan muntah dan diare.
15. Bahan yang mengandung senyawa kimia yang mudah menguap
Klasifikasi Toksikan Page 15
Beberapa barang keperluan rumah tangga mengandung bahan pelarut atau
senyawa kimia lain yang meudah menguap. Jika menghirup barang atau bahan
yang mudah menguap, efeknya hampir sama dengan gejala keracunan alkohol
atau etanol melalui mulut, tapi timbul dan hilangnya berlangung cepat. Gejala
yang timbul antara lain kepala pusing, ataksia, disartria, perilaku lepas kendali,
mengantuk, dan mungkin juga halusinasi. Jika menghirup terus menerus akan
mengakibatkan depresi pernapasan dan kesadaran yang dapat berakibat fatal,
terutama jika terjadi konvulsi atau muntahan masuk ke dalam saluran napas.
Barang/bahan Kandungan zat kimia
Lem Toluen, benzen, xilen, aseton, n-heksan
Larutan pembersihTrikloroetilen, tetrakloroetilen, 1-1-1
trikloroetan, karbon tetraklorida, dan toluene
Bensin Pb-tetraetil
Bahan bakar pemantik api Butan sebagai bahan bakar
Cat akrilik Toluen
Cat, pernis, dan lak Trikloroetilen, metilenklorida, dan toluene
3.4. Masuknya Toksikan dalam Tubuh
1. Absorbsi, bahan kimia masuk ke dalam tubuh melalui:
a. Saluran pernafasan (terhirup). Ex: gas (CO,NOx,), Uap (benzene, CCl4),
bahan mudah larut (Kloroform), debu (partikel ukuran 1-10 u ,ditimbun
di paru-paru.
b. Saluran pencernaan (tertelan). Biasanya karena kecelakaan, lambung
kosong mempercepat penyerapannya.
c. Kulit (zat-zat yang toksik, zat yg larut dalam lemak, insektisida, organik
solvent (efek sistemik).
d. Suntikan intravena, intra muskular, sub kutan dll.
2. Distribusi
Klasifikasi Toksikan Page 16
a. Bahan kimia organik (methyl merkuri) dapat menembus organ (otak)
b. Bahan Kima anorganik (merkuri) tidak dapat menembus otak tapi
tertimbun dalam ginjal
c. Hati dan ginjal memiliki kapasitas mengikat bahan kimia yang tinggi
dibanding organ lain, karena fungsi sebagai organ yang
memetabolisirdan membuang bahan kimia berbahaya.
d. Bahan yang mudah larut dalam lemak, maka jaringan lemak merupakan
tempat penimbunan bahan yang mudah larut dalam lemak (ex. DDT,
Diedrin, Polychlorinated biphenyls (PCB)
3. Ekskresi
a. Bahan kimia diekskresikan dapat dalam bentuk bahan asal maupun
metabolitnya
b. Ekskresi utama melalui ginjal (hampir semua kimia berbahaya) bahan-
bahan tertentu lewat hati dan paru-paru
c. Ekskresi melalui ginjal terutama bahan yang larut dalam air
d. Ekskresi melalui paru-paru, untuk bahan yang pada suhu tubuh masih
berbentuk gas (ex. CO)
DAFTAR PUSTAKA
Frank C. Lu. 1995. Toksikologi Dasar. Jakarta: Universitas Indonesia Press.
Klasifikasi Toksikan Page 17
H.J. Mukono. 2002. Epidemiologi Lingkungan. Surabaya: Airlangga
University Press.
J. H. Koeman. 1987. Pengantar Umum Toksikologi. Terjemahan oleh R.H.
Yudono Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Sartono. 2002. Racun dan Keracunan. Jakarta: Penerbit Widya Medika
Klasifikasi Toksikan Page 18
top related