makalah tbc kelompok 5 oleh ardianto
Post on 31-Jul-2015
169 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Kata pengantar
Puji syukur kita panjatkan khadirat tuhan yang maha kuasa yang telah menganugrahkan
nikmatnya berupa akal, kesehatan, kesempatan, dan segala sesuatunya yang dapat
mengsukseskan dalam pembuatan makalah yang berjudul “Tuberkulosis (TBC)“ ini tepat pada
waktunya.
Makalah ini ditulis dan disusun berdasarkan ilmu ilmu pengetahuan yang dimiliki oleh
penulis dan adanya referensi dari dari buku ataupun internet, penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran untuk
menyusun makalah selanjutnya. Amin…
Penulis mengharapkan makalah ini berguna dan memiliki banyak manfaat,
terutama bagi penulis.
Pare-Pare, 26 April 2012
Penulis
Kelompok 5
Tuberculosis (TBC) Page 1
Daftar isi
Daftar isi............................................................................................................................................................................
Kata pengantar..................................................................................................................................................................
Bab I pendahuluan
A .latar belakang.................................................................................................................................................
Masalah dunia.....................................................................................................................................
Masalah indonesia.............................................................................................................................
B .rumusan masalah.........................................................................................................................................
C .tujuan penulisan...........................................................................................................................................
Bab II pembahasan
A .Tinjauan teori
1. Pengertian.......................................................................................................................................
2. Etiologi............................................................................................................................................
3. Patogenesis.....................................................................................................................................
4. Manisfestasi klinis...........................................................................................................................
5. Tesdiagnostik..................................................................................................................................
6. Pencegahan......................................................................................................................................
7. Pengobatan......................................................................................................................................
B .Konsep Dasar Keperawatan
1. Pengkajian........................................................................................................................................
2. Diagnosa keperawatan....................................................................................................................
3. Intervensi..........................................................................................................................................
4. Implementasi.....................................................................................................................................
5. Evaluasi...............................................................................................................................................
Tuberculosis (TBC) Page 2
Bab III penutup
Kesimpulan........................................................................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia yang merupakan salah satu segi
kualitas kehidupan manusia yang paling bermakna. Tanpa tubuh yang sehat maka kebutuhan
dan aktivitas yang lain akan terganggu, setiap individu memiliki hak yang sama untuk
memperoleh derajat kesehatan yang berkualitas.
tujuan pembangunan kesehatan adalah tercapainya hidup sehat bagi penduduk agar dapat
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum
dari tujuan nasional
Kita ketahui salah satu masalah kesehatan yang dihadapi oleh seluruh dunia adalah
penyakit Tuberkulosis yang telah diupayakan pemberantasanya diberbagai negara termasuk
Indonesia. Jadi perlu diketahui bahwa Penyakit TBC ( Tuberkulosis ) itu adalah penyakit
infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya ditularkan
dari orang ke orang melalui nuclei droplet lewat udara, penyakit ini biasanya penderita akan
mengalami keadaan seperti batuk, demam, nyeri dada, sesak nafas, malaise.
Penyakit TBC dapat menyerang siapa saja (tua, muda, laki-laki, perempuan,
miskin, atau kaya) dan dimana saja karena penyakit TBC merupakan penyakit menular yang
ditularkan dari orang ke orang melalui sistem pernafasan. Setiap tahunnya, Indonesia
bertambah dengan seperempat juta kasus baru TBC dan sekitar 140.000 kematian terjadi
setiap tahunnya disebabkan oleh TBC.
Jumlah penderita TBC paru dari tahun ke tahun di Indonesia terus meningkat. Saat
ini setiap menit muncul satu penderita baru TBC paru, dan setiap dua menit muncul satu
penderita baru TBC paru yang menular. Bahkan setiap empat menit sekali satu orang
meninggal akibat TBC di Indonesia.
Insidensi TBC dilaporkan meningkat secara drastis pada dekade terakhir ini di
seluruh dunia. Demikian pula di Indonesia, Tuberkulosis / TBC merupakan masalah
kesehatan, baik dari sisi angka kematian (mortalitas), angka kejadian penyakit (morbiditas),
maupun diagnosis dan terapinya. Dengan penduduk lebih dari 200 juta orang,
Tuberculosis (TBC) Page 3
Indonesiamenempati urutan ketiga setelah India dan China dalam hal jumlah penderita di
antara 22 negara dengan masalah TBC terbesar di dunia.(http://www.kompas.com)
Masalah Dunia
mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi 1/3 penduduk dunia
pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TBC, pada
sebagian besar negara dunia penyakit TBC tidak terkendali, ini disebabkan banyaknya
penderita yang tidak berhasil disembuhkan (BTA positif) munculnya epidemi HIV/AIDS
di dunia lebih banyak diperkirakan penderita TBC
kematian wanita karena TBC lebih banyak dari pada kematian karena kehamilan,
persalinan dan nifas (WHO).
Masalah Indonesia
Pada tahun 1995, hasil survei kesehatan rumah tangga (SKRT), menunjukkan bahwa
penyakit TBC merupakan penyebab kematian nomor 3 setelah penyakit cardiovasskular dan
saluran pernapasan pada semua kelompok usia dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi.
B. Rumusan masalah
1). Apakah yang dimaksud dengan TBC ?
2). Apa etiologi terjadinya TBC ?
3). Bagaimana proses terjadinya penyakit TBC?
4). Apa tanda dan gejala terjadinya TBC?
5). Tes diagnostik apa yang dilakukan pada penderita TBC?
6). Bagaimana cara pencegahan dan pengobatan TBC?
Tuberculosis (TBC) Page 4
7). Bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien TBC?
C. Tujuan
A. Mengetahui apa yang dimaksud dengan TBC!
B. Mengetahua etiologi TBC!
C. Mengetahui proses terjadinya TBC!
D. Mengetahui tanda dan gejala TBC!
E. Mengetahui tes diagnostik yang dilakukan pada penderita TBC!
F. Mengetahui cara pencegahan dan pengobtan TBC!
G. Mengetahui cara melakukan asuhan keperawatan pada pasien TBC!
Tuberculosis (TBC) Page 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. TINJAUAN TEORI
1. Pengertian.
a. Tuberkulosisadalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium
tuberkulosa. Bakteri ini merupakan bakteri basil yang sangat kuat sehingga memerlukan
waktu lama untuk mengobatinya. Bakteri ini lebih sering menginfeksi organ paru-paru
dibandingkan bagian lain tubuh manusia.
(http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm).
b. TuberkolosisatauTBC adalah infeksi karena bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang
dapat merusak paru-paru tapi dapat juga mengenai sistem saraf sentral (meningitis,
sistem lymphatic, sistem sirkulasi (miliary TB), sistem genitourinary, tulang dan sendi.
(http://www. google.co.id/search?
hl=id&q=defenisi+penyakit+TBC&btnG=Telusuri&meta=)
c. Tuberkulosis adalah contoh lain infeksi saluran nafas bawah , penyakit ini disebabkan
oleh mikroorganisme mikobakterium tuberculosis, yang biasanya ditularkan melalui
inhalasi percikan ludah ( droplet ), orang ke orang dan mengkolonisasi bronkiolus atau
alveolus. ( Elisabeth J. Corwin, hal 414 ).
d. TBC adalah penyakit akibat kuman Mycobakterium tuberkculosis sistemis sehingga
dapat mengenai semua organ tubuh dengan lokasi terbanyak di paru paru yang
biasanya merupakan lokasi infeksi primer (Arif Mansjoer, 2000).
e. Tuberkulosis paru adalah penyakit infeksius yang terutama menyerang parenkim
paru. Tuberculosis dapat juga ditularkan ke bagian tubuh lainnya, terutama meningen,
ginjal, tulang, dan nodus limfe (Suzanne dan Brenda, 2001).
2. Etiologi.
Tuberculosis (TBC) Page 6
Penyebab tuberkulosis adalah mycobacterium Tuberculosis, sejenis / kuman berbentuk
batang dengan ukuran panjang 1 – 4 / Um dan tebal 0,3 – 0,6 /Um.
Yang tergolong dalam kuman mycobacterium tuberculosis complexadalah :
a. M. Tuberculosae.
b. Varian asian.
c. Varian african I
d. Varian african II
e. M. Bovis.
Pembagian tersebut adalah berdasarkan perbedaan secara epidemiologi. Kelompok
kuman M. Tuberculosis dan mycobacterium Other Than Tb ( MOTT, atypical adalah :
a. M. Kansasi.
b. M. Avium
c. M. Intra cellulare
d. M. Scrofulaceum.
e. M. Malmacerse
f. M. Xenopi
\
Gambar.2 BakteriMikobakterium
( tuberkulosahttp://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm )
Tuberculosis (TBC) Page 7
Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak lipid, kemudian peptidoglikan dan
arabinomanan. Lipid inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam ( asam
alkohol )sehingga disebut bakteri asam ( BTA ) dan ia juga lebih tahan terhadap gangguan
kimia dan fisis. Kuman dapat tahanHidup pada udara kering maupun dalam keadaan dingin
( dapat tahan bertahun – tahun dalam lemari es ). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam
sifat Dormant. Dari sifat dormant ini kuman bisa bangkit kembali dan menjadikan
tuberkulosis aktif lagi.Didalam jaringan. Kuman hidup sebagai parasit intraseluler yakni
dalam sitoplasma makrofag. Makrofaq yang semua memfagositasi malah kemudian
disenanginya karena banyak mengandung lipid.
Sifat lain kuman ini adalah aerob. Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih
menyenangi jaringan yang tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan oksigen pada
bagian apikal paru - paru lebih tinggi dari bagian lain, sehingga bagian apikal ini merupakan
tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Pada sebagian orang dengan sistem imun yang baik, bentuk ini akan tetap dormant
sepanjang hidupnya. Sedangkan pada orang-orang dengan sistem kekebalan tubuh yang
kurang, bakteri ini akan mengalami perkembangbiakan sehingga tuberkel bertambah
banyak. Tuberkel yang banyak ini membentuk sebuah ruang di dalam paru-paru. Ruang
inilah yang nantinya menjadi sumber produksi sputum(dahak). Seseorang yang telah
memproduksi sputum dapat diperkirakan sedang mengalami pertumbuhan tuberkel
berlebih dan positif terinfeksi TBC.
Meningkatnya penularan infeksi yang telah dilaporkan saat ini, banyak dihubungkan
dengan beberapa keadaan, antara lain memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum
optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang
tidak mempunyai tempat tinggal dan adanya epidemi dari infeksi HIV. Disamping itu daya
tahan tubuh yang lemah/menurun, virulensi dan jumlah kuman merupakan faktor yang
memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TBC.
Tuberculosis (TBC) Page 8
3. Patogenesis.
Gambar 3. Penyebaran Penyakit TBC
Sumber:http://i524.photobucket.com/albums/cc325/undun_06/organ%20tubuh/
PenyakitTBC.jpg
Tempat masuk kuman M. Tuberkulosis adalah saluran pernapasan, saluran
pencernaan, dan luka terbuka pada kulit. Kebanyakan infeksi tuberkulosis terjadi melalui
udara ( airborne ), yaitu melalui inhalasi droplet yang mengandung kuman – kuman basil
tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi. Saluran pencernaan merupakan tempat
Tuberculosis (TBC) Page 9
masuk utama bagi jenis bovin, yang penyebarannya melalui susu yang terkontaminasi,
tuberkulosis bovin ini jarang terjadi.
Tuberkulosis adalah penyakit yang dikendalikan oleh respon imunitas perantara sel.
Sel efektornya adalah makrofaq, sedangkan imfosit ( biasanya sel T ) adalah sel
imunoresponsifnya. Tipe imunitas seperti ini biasanya lokal, melibatkan makropaq yang
diaktifkan di tempat infeksi oleh limfosit dan limfokinya. Respon ini disebut sebagai rekasi
hipersensitivitas.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya diinhalasi sebagai suatu
unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil ; gumpalan basil yang lebih besar cenderung
bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan penyakit
( Dannenberg, 1981 ), setelah berada di ruang alveolus biasanya dibagian bawah lobus atas
paru – paru atau dibagian atas lobus bawah – basil tuberkel ini mengbangkitkan reaksi
peradangan. Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan mengfagosit
bakteria namun tidak membunuh organisme tersebut. Sesudah hari – hari pertama maka
leukosit diganti oleh makrofaq.
Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala peneumonia
akut. Pneumonia selular ini dapat sembuh dengan sendirinya, sehingga tidak ada yang sisa
yang tertinggal, atau proses dapat juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau
berkembang biak didalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke kelenjer
getah bening regional. Makrofaq yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan
sebagian bersatu sehingga membentuk sel tuberkel epiteloid, yang dikelilingi oleh limfosit/
reaksi ini biasanya membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.
Nekrosis bagian sentral lesi memberikan gambaran yang relatif padat dan seperti keju,
lesi nekrosis ini disebut nekrosis kaseosa. Daerah yang mengalami nekrosis kaseosa, daerah
yang mengalami nekrosis nekrosis kaseosa dan jaringan granulasi di sekitarnya yang terdiri
dari sel epiteloid dan fibroblas, menimbulkan menjadi lebih fibrosa, membentuk jaringan
parut yang akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang menggelilingi tuberkel.
Lesi primer paru – paru dinamakan fokus ghon dan gabungan terserangnya kelenjer
getah bening regional dan lesi primer dinamakan kompleks ghon. Kompleks ghon yang
mengalami perkapuran ini dapat dilihat pada orang sehat yang kebetulan menjalani
Tuberculosis (TBC) Page 10
pemeriksaan radio gram rutin.Respon lain yang dapat terjadi pada daerah nekrosis adalah
pencarian, dimana bahan cair limpa ke dalam bronkus dan menimbulkan kavitas. Materi
tuberkular yang dilepaskan dari dinding kavitas akan masuk ke dalam percabangan
trakeobronkil. Proses ini dapat akan berulang kembali dibagian lain di paru – paru, atau basil
dapat terbawa sampai ke laring, telinga tengah dan usus.
Kavitas kecil yang dapat menutup sekalipun tanpa pengobatan dan meninggalkan
jaringan parut fibrosa. Bila peradangan mereka lumen bronkus dapat menyempit dan tertutup
oleh jaringan parut yang terdapat dengan perbatasan bronkus rongga. Bahan perkijuan dapat
mengental sehingga tidak dapat mengalir melalui saluran penghubung, sehingga kavitas
penuh dengan bahan pengkijauan, dan lesi mirip dengan lesi berkapsul yang tidak terlepas.
Keadaan ini dapat tidak menimbulkan gejala dalam waktu lama atau membentuk lagi
hubungan dengan bronkus dan menjadi tempat peradangan aktif.
Penyakit dapat menyebar melalui getah bening atau pembuluh darah. Organisme yang
lolos dari kelenjer getah bening akan mencapai aliran darah dalam jumlah kecil, yang kadang
– kadang dapat menimbulkan lesi pada berbagai organ lain. Jenis penyebaran ini dikenal
sebagai penyebaran limfohematogen, yang biasanya sembuh sendiri. Penyebaran hematogen
merupakan suatu fenomena akut yang biasanya menyebabkan tuberkulosis millier. Ini terjadi
apabila fokus nekrotik merusak pembuluh darah sehingga banyak organisme masuk ke dalam
sistem vaskuler dan tersebar ke organ – organ tubuh.
4. Manifestasi klinis
Keluhan yang dirasakan oleh penderita tuberkulosis dapat bermacam-macam atau malah
banyak pasien ditemukan TBC paru tanpa keluhan sama sekali dalam pemeriksaan kesehatan.
Adapun keluhan yang terbanyak adalah :
a. Batuk
Gejala ini banyak ditemukan. Batuk terus menerus lebih dari 3 minggu dianjurkan untuk
memeriksakan sputum terhadap tuberkulosis. Batuk terjadi karena adanya iritasi pada
bronkus. Sifat batuk dimulai dari batuk kering (non-produktif) setelah timbul peradangan
menjadi produktif (menghasilkan sputum). Keadaan lebih lanjut adalah berupa batuk
Tuberculosis (TBC) Page 11
darah karena terdapat pembuluh darah yang pecah, kebanyakan batuk darah pada
tuberkulosis terjadi pada kavitas tetapi dapat juga terjadi pada ulkus dinding bronkus.
b. Demam
Biasanya subfebril menyerupai demam influenza. Tetapi kadang-kadang panas badan
dapat mencapai 40 – 41 0c. Serangan demam pertama dapat sembuh sebentar, tetapi
kemudian dapat timbul kembali.
c. Nyeri dada
Gejala ini agak jarang ditemukan. Nyeri dada timbul bila infiltrasi radang sudah sampai
ke pleura sehingga menimbulkan pleuritis. Terjadi gesekan kedua pleura sewaktu pasien
menarik / melepaskan nafasnya.
d. Sesak nafas
Pada penyakit yang ringan (baru tumbuh) belum dirasakan sesak nafas. Sesak nafas akan
ditemukan pada penyakit yang sudah lanjut, yanginfiltrasinya sudah meliputi setengah
bagian paru-paru.
e. Malaise
Gejala malaise sering ditemukan berupa anoreksia, berat badan menurun, sakit kepala,
meriang lebih dari sebulan, badan lemas, berkeringat pada malam hari walaupun tidak
melakukan kegiatan. Gejala malaise ini makin lama makin berat dan terjadi hilang timbul
secara tidak teratur.(Ilmu Penyakit Dalam, Slamet Suyono, 2001 ; 823-824)
5. Test Diagnostik
a. Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan radiologist dada merupakan cara yang praktis untuk menemukan
lesi tuberkulosis. Lokasi lesi tuberkulosis umumnya di daerah apeks paru tetapi dapat
juga mengenai lobus inferior atau di daerah hilus menyerupai tumor paru. Pada awal
penyakit saat lesimasih merupakan sarang-sarang pneumonia, gambaran radiologist
berupa bercak-bercak seperti awan dan dengan batas-batas yang tidak tegas, bila lesi
Tuberculosis (TBC) Page 12
sudah Diliputi jaringan ikat maka bayangan terlihat berupa balutan dengan katas yang
tegas. Lesi ini dikenal sebagai tuberkuloma. Gambaran tuberkulosis mellier terlihat
berupa bercak-bercak halus yang umumnya tersebar merata pada seluruh lapang paru.
Pemeriksaan khusus yang kadang juga diperlukan oleh Bronkography, magnetic
resonance imaging (MRI) dan Ct Scan (Computed Tomography Scanning).
b. Pemeriksaan laboraturium
1). Sputum.
Pemeriksaan ini kurang mendapat perhatian karena hasilnya kadang – kadang
meragukan. Pada saat tuberkulosis paru mulai aktifakan didapatkan jumlah leukosit
yang sedikit meninggi, jumlah
Limfosit masih dibawah normal, laju endap darah ( LED ) mulai
meningkat. Pemeriksaan serologis yang banyak juga dipakai yakni peroksidase anti
peroksidase ( PAP – T6 ). Prinsip dasar uji PAP – T6 ini adalah menentukan adanya
antibody IgG ( Imunoglobulin G ) yang spesifik terhadap antigen Mycobakterium
tuberkulosae. Uji serologis lain terhadap TBC adalah uji mycodot yang memakai
antigen LAM ( Lipoara – binomonnan ) yang diletakkan pada suatu alat berbentuk
sisir plastik.
2). Tes tuberkulin.
Pemeriksaan ini banyak dipakai untuk membantu menegakkan diagnosis
tuberkulosis terutama pada anak – anak (balita). Tes tuberkulin hanya mengatakan
apakah seseorang individu sedang atau pernah mengalami infeksi mycobakterium
bovis, vaksinasi BCG dan mycobakterium pathogen lainnya. Tes tuberculin terbagi.
6. Pencegahan
Cara terbaik untuk mencegah tuberkulosis adalah :
a. Menjalankan pola hidup sehat, dengan cara :
1). Meningkatkan daya tahan tubuh, antara lain dengan makan makanan bergizi.
2). Tidur dan istirahat yang cukup
3). Tidak merokok dan tidak minum-minuman yang mengandung alkohol
4). Bayi agar diberi imunisasi BCG
Tuberculosis (TBC) Page 13
5). Membuka jendela dan mengusahakan sinar matahari masuk ke ruang tidur dan
ruang-ruangan lain.
b. Segera memeriksakan diri bila timbul batuk dari 3 minggu
Bagi penderita TBC agar tidak menularkan penyakitnya ke orang lain maka
diharuskan :
1). Menutup mulut pada waktu batuk dan bersin dengan sapu tangan atau tissue
2). Tidur terpisah dari keluarga terutama pada 2 minggu pertama pengobatan.
3). Tidak meludah di sembarangan tempat tetapi di wadah yang diberi air sabun atau
lysol kemudian dibuang dalam lubang dan ditimbun dengan tanah.
4). Menjemur alat tidur secara teratur pada pagi hari
5). Membuka jendela pada pagi hari agar rumah mendapat udara bersih cahaya
matahari yang cukup sehingga kuman TBC yang tertinggal di rumah mati.
7. Pengobatan
Tuberkulosis paru diobati terutama dengan agens kemoterapi (agens antituberkulosis)
selama periode 6 sampai 12 bulan. Lima indikasi yang digunakan adalah : isoniasid (INH),
rifampisin (RIF), etambutol (EMB) dan pirazinamide (PZA). Pengobatan yang
direkomendasikan bagi kasus tuberkulosis paru yang baru didiagnosa adalah regimen
pengobatan beragam, termasuk INH, RIF dan PZA selama 4 bulan, dengan INH dan RIF
dilanjutkan untuk tambahan 2 bulan (totalnya 6 bulan). Pada awalnya, EMB dan SM mungkin
disertakan dalam terapi awal sampai pemeriksaan resisten obat didapatkan. Resimen
pengobatan, bagaimanapun tetap di lanjutkan selama 12 bulan.
Isoniasid (INH) mungkin digunakan sebagai tindakan preventif bagi mereka yang
diketahui beresiko terhadap penyakit signifikan. Untuk meminimalkan efek samping, dapat
diberikan pirodoksin (vitamin B6). Hasil pemeriksaan sputum dipantau terhadap basil tahan
asam (BTA) untuk mengevaluasi efektifitas pengobatan dan kepatuhan pasien terhadap terapi.
Tuberculosis (TBC) Page 14
B. Konsep Dsasar Keperawatan
Proses keperawatan merupakan suatu modalitas pemecahan
masalah yang didasari oleh metode ilmiah, yang memerlukan
pemeriksaan secara sistematis serta identifikasi masalah dengan
pengembangan strategi untuk memberikan hasil yang diinginkan. Proses
keperawatan mengandung unsur – unsur yang bermanfaat bagi perawat
dan klien karena melalui dokumentasi pengkajian, perawat dapat
mengidentifikasi dengan jelas kekuatan dan kelemahan klien melalui
dokumentasi diagnosa keperawatan, mengembangkan rencana yang
holistik melalui dokumentasi rencana keperawatan, melaksanakan
rencana asuhan keperawatan melalui dokumentasi intervensi
keperawatan, dan menilai keefektifan rencana asuhan keperawatan
melalui dokumentasi evaluasi (A.Aziz Alimul Hidayat,2002).
a. Langkah – langkah dalam proses keperawatan yaitu :
1. Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dalam tahapan proses
keperawatan dan merupakan suatu proses yang sistematis yang
dilaksanakan untuk mengumpulkan infomasi dari pasien. Membuat data
dasar tentang klien dan membuat catatan tentang respons kesehatan
klien dilakukan secara komprehensif (A.Aziz Alimul Hidayat,2002), dimana
dalam tahapan pengkajian ini terdiri dari tiga bagian, yakni :
Pengumpulan data, Pengelompokan data, Analisa data.
Tuberculosis (TBC) Page 15
Uraian pengkajian yang dilakukan sesuai dengan kasus klien adalah :
a. Pengumpulan data.
Pengumpulan data merupakan kegiatan untuk mengumpulkan data – data atau informasi
dari klien yang meliputi Bio, Psiko, Sosial, Spritual yang komprehensif dengan
wawancara, observasi dan pemeriksaan fisik yang meliputi data – data sebagai berikut :
1). Biodata
a ). Identitas klien meliputi :
Nama : harlianty
umur, : 20 tahun
jenis kelamin : perempuan
kawin / belum kawin, agama, suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, dan alamat.
b ). Identitas penanggung : Nama penanggung, umur, jenis kelamin,
suku/bangsa, pendidikan, pekerjaan, agama, hubungan dengan klien, dan
alamat.
2). Riwayat kesehatan.
a ). Keluhan utama.
Alasan atau masalah – masalah yang dialami klien yang merupakan faktor pencetus
klien masuk rumah sakit
b ). Riwayat keluhan utama.
Alasan klien masuk Rumah sakit dan keadaan keluhan yang dirasakan dapat dinilai
dengan PQRST ( P; provokatif, Q; Qualitatif, R; Radiasi / regin, S : skala, T : time).
(1). Provokatif : - Apa yang menyebabkan masalah?
- Apa saja yang dapat mengurangi atau memperberatnya?
(2). Qualitas : - Bagaimana gejala dirasakan, nampak atau terdengar ?
- Sejauh mana dirasakan ?
(3). Regional : - Dimana gejala dirasakan ?
- Apakah menyebar ?
(4). Skala : - Seberapakah keparahan dirasa kan ?
Tuberculosis (TBC) Page 16
(5). Time : - Kapan gejala mulai timbul ?
- Seberapa sering gejala terasa ?
- Apakah tiba–tiba atau bertahap ?
c ). Riwayat kesehatan masa lalu.
Untuk mengetahui keadaan klien masa lalu apakah pernah dirawat di Rumah sakit, dan
dioperasi dan apakah pernah menderitapenyakit yang sama sebelumnya dan kejadian
berulang.
d ). Riwayat kesehatan keluarga.
Memberikan informasi ada tidaknya anggota keluarga yang menderita penyakit yang
sama dengan klien.
3). Riwayat psikososial.
a ). Pola konsep diri : Pandangan klien terhadap keadaannya.
b ). Pola kognitif : Pengetahuan klien dengan penyakit yang dideritanya.
c ). Pola koping : Meyangkut hal – hal yang dilakukan klien atau
keluarga dalam mengatasi masalahnya.
d ). Pola interaksi : Mengambarkan hubungan klien dengan keluarga,
orang lain, perawat dan tenaga kesehatan lainnya.
4).Riwayat spritual
Mengambarkan bagaimana ketaatan klien dalam menjalankan ibadah sesuai
dengan keyakinannya, bagaimana dukungan keluarga, ritual atau acara keagamaan yang
biasa dijalankan klien.
5). Pemeriksaan fisik.
Pendekatan pengkajian pemeriksaan fisik yang dilakukan yaitu Headto Toedengan teknis
yang dipergunakan dalam pemeriksaan fisik ada 4 yaitu:
a ). Inspeksi, merupakan proses observasi dengan menggunakan mata,
inspeksi dilakukan untuk mendeteksi tanda-tanda fisik yang
berhubungan status fisik.
b ). Palpasi, dilakukan menggunakan sentuhan atau rabaan. Metode ini
dikerjakan untuk mendeterminasi jaringan atau organ.
Tuberculosis (TBC) Page 17
c ). Perkusi adalah metode pemeriksaan dengan cara mengetuk, tujuan
perkusi adalah untuk menentukan batas – batas organ atau bagian
tubuh.
d ). Auskultasi merupakan metode pengkajian yang menggunakan
stetoskop untuk menjelaskan pendengaran terhadap bunyi jantung,
paru – paru, bunyi usus.
Pendekatan pengkajian fisik yang dilakukan yaitu Head to Toeyang terdiri dari :
a ). Keadaan umum klien, diantaranya :
(1). Keadaan klien : Apakah keadaan klien lemah atausedang.
(2). Kesadaran :Apakah keadaan klien dalam keadaan compos mentis, apatis, sopor
atau coma.
(3). Tanda–tanda vital :Tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan
b ). Keadaan kulit.
(1). Bagaimana keadaan turgor kulit, warna kulit.
(2). Apakah ada nyeri tekan atau teraba ada massa.
(3). Bagaimana keadaan tekstur kulit.
(4). Apakah teraba adanya lesi
c ). Kepala
Inspeksi
(1).Apakah penyebaran rambut merata.
(2).Bagaimana kebersihan rambut.
Palpasi.
(1).Apakah ada nyeri tekan atau teraba ada massa.
d ). Wajah / muka
inspeksi
(1).Apakah bentuk wajah simetris.
(2).Bagaimana keadaan ekspresi wajah.
(3).Apakah ada tanda – tanda peradangan atau pergerakan abnormal.
Palpasi
(1).Apakah teraba benjolan atau nyeri tekan.
e ). Mata
Tuberculosis (TBC) Page 18
Inspeksi
(2).Apakah bentuk mata simetris kiri dan kanan.
(3).Bagaimana keadaan sklera, konjungtiva.
(4).Bagaimana keadaan pupil.
Palpasi
(1).Apakah ada nyeri tekan.
(2).Bagaimana pergerakan mata
(3).Bagaimana ketajaman penglihatan
f ). Hidung
inspeksi
(4).Apakah hidung simetris kiri dan kanan.
(5).Apakah ada tanda – tanda peradangan.
Palpasi
(1).Apakah ada nyeri tekan atau teraba ada massa.
g ). Telinga
Inspeksi
(1).Bagaimana keadaan hidung.
(2).Apakah ada tanda – tanda peradangan.
Palpasi
(1).Apakah ada nyeri tekan atau teraba ada massa.
h ). Mulut
Inspeksi
(1).Bagaimana keadaan mulut, gigi, bibir dan lidah.
(2).Apakah ada tanda – tanda peradangan.
Palpasi
(1).Apakah ada nyeri tekan.
i ). Leher.
Inspeksi
(1).Apakah ada pembesaran pada kelenjer limfe dan vena jugularis.
Palpasi
(1).Apakah teraba pembesaran pada kelenjar limfe dan vena jugularis
Tuberculosis (TBC) Page 19
j ). Thorax
Inspeksi
(1).Bagaimana bentuk, irama, frekuensi pernapasan.
Palpasi
(1).Apakah ada nyeri tekan atau teraba ada massa.
Auskultasi
(1).Apakah terdengar bunyi nafas tambahan.
k ). Jantung
Inspeksi
(1).Bagaimana keadaan ictuscordis.
Palpasi
(1).Apakah ada nyeri tekan.
Auskultasi
(1).Apakah ada bunyi jantung tambahan.
Perkusi
(1).Apakah jantung pada batas – batas normal.
l ). Abdomen
inspeksi
(1).Apakah ada pembesaran abdomen.
Palpasi
(1).Apakah ada nyeri tekan atau teraba ada massa.
Auskultasi
(1).Bagaimana bunyi peristaltik.
m ). Genetalia dan anus.
Inspeksi
(1).Bagaimana keadaan genetalia dan anus.
Palpasi
(1).Apakah ada nyeri tekan atau teraba ada massa.
n ). Ekstremitas
Inspeksi
(1).Bagaimana kekuatan otot ekstremitas atas dan bawah.
Tuberculosis (TBC) Page 20
(2).Bagaimana ROM (Range of Motion) ekstremitas atas dan bawah.
Palpasi
(1).Apakah ada nyeri tekan.
o ). Status neurologis
(1).Bagaimana fungsi saraf – saraf cranial.
(2).Bagaimana keadaan mentasi klien.
(3).Bagaimana refleks – refleks klien.
(4).Bagaimana keadaan sensasi klien.
6). Aktivitas sehari – hari.
Menyangkut perubahan pola yang berhubungan dengan penyimpangan atau
terganggunya kebutuhan dasar klien yang meliputi.Menyangkut perubahan pola yang
berhubungan dengan penyimpangan atau terganggunya kebutuhan dasar klien yang meliputi
a. Kebutuhan nutrisi meliputi , nafsu makan, frekuensi makan, menu makan, dan
kesulitan yang dialami klien sebelum sakit dan selama sakit.
b. Kebutuhan cairan meliputi frekuensi minum, kebutuhan cairan, jenis minuman
sebelum dan selama sakit.
c. Kebutuhan eliminasi diantaranya keadaan buang air besar ( frekuensi, warna,
konsistensi, kesulitan ) dan buang air kecil ( frekuensi, warna, jumlah, bau )
sebelum dan selama sakit.
d. Kebutuhan istirahat tidur meliputi jumlah tidur waktu siang dan malam, dan
kesulitan yang dialami klien sebelum dan selama sakit.
e. Kebutuhan personal hygiene meliputi, mandi, gosok gigi, cuci rambut, ganti
pakaian sebelum dan selama sakit.
f. Kebutuhan mobilitas fisik meliputi kegiatan yang dijalani klien sebelum dan selama
sakit.
g. Olah raga meliputi kebiasaan olah raga sebelum dan selama sakit.
h. Rekreasi meliputi kebiasaan rekreasi yang dilakukan klien sebelum sakit.
i. Rokok, alkohol, dan obat – obatan meliputi kebiasaan klien menggunakan obat –
obat terlarang dan rokokPemeriksaan laboratorium digunakan untuk
mendiagnosa penyakit, sementara yang lainnya sangat berguna
Tuberculosis (TBC) Page 21
dalam mengikuti perjalanan atau penyesuaian terapi (Marilyn E.
Doengoes,2000).
b. Pengelompokan data
Setelah mengkaji status kesehatan klien, maka data dikumpulkan secara akurat dan
sistimatis yang diklasifikasikan menjadi 2 macam :
1). Data subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dari klien dan keluarga yang
menunjukkan laporan terhadap kondisi atau kejadian yang dialami klien ( Marilyn
E. Doenges,2000)
2). Data objektif
Data objektif adalah data yang menunjukkan kondisi pasien dan
kemendesakan situasi melalui inspeksi, palpasi, perkusi dan
auskultasi Melalui inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
(Marilyn E. Doenges,2000)
c. Analisa data
Setelah data dikelompokkan menurut subjektifitas dan objektifitas maka
dilakukan pengidentifikasian masalah klien dan merumuskannya dalam analisa data.
Umumnya sejumlah masalah klien saling berhubungan dan dapat digambarkan dengan
jelas melalui analisa data yang terdiri dari 3 kelompok yaitu :
1). Data meliputi data subjektif dan data objektif.
2). Etiologi penyebab meliputi perjalanan penyakit sampai menimbulkan
penyimpanan kebutuhan dasar klien.
3). Masalah ( Problem ) meliputi masalah – masalah keperawatan yang muncul dan
mempengaruhi keadaan klien.
Tuberculosis (TBC) Page 22
2. Diagnosa keperawatan.
Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai respon
seseorang akibat dari masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan memberikan dasar pemilihan
intervensi yang menjadi tanggung gugat perawat (A. Aziz Alimul
Hidayat,2001)
Adapun diagnosa keperawatan yang lazim muncul pada kasus
Tuberkulosis(Marylin E. Doenges,2000) adalah sebagai berikut:
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi
sekret.
b. Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi sekret dijalan
nafas.
c. Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake in adekuat.
d. Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi paru – paru.
e. Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan batuk.
f. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
g. Anxietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses
penyakitnya.
3. Perencanaan keperawatan (Intervensi) .
Adalah desain spesifik intervensi untuk membantu klien dalam mencapai kriteria hasil.
Rencana tindakan dilaksanakan berdasarkan komponen penyebab dari diagnosa keperawatan,
oleh karena itu rencana mendefinisikan suatu aktifitas yang diperlukan untuk membatasi
Tuberculosis (TBC) Page 23
faktor-faktor pendukung terhadap suatu permasahan.(Proses dan Dokumentasi Keperawata,
Nursalam, 2001 : 57
Dalam perencanaan terdiri dari tujuan ,intervensi, dan rasional
a.Tujuan
Tujuan harus berdasarkan masalah atau diagnosa keperawatan yang telah
dirumuskan, yang merupakan hasil intervensi keperawatan dan respon-respon pasien
yang dapat dicapai,diinginkan oleh pasien dan atau pemberi asuhan,dan dapat dicapai
dalam periode waktu yang telah ditentukan,situasi dan sumber-sumber tertentu yang ada.
Dalam tujuan memiliki beberapa sistematika pelaksanaan,yaitu:
a) Spesifik
b) Realistik
c) Dapat diukur
d) Menunjukkan kerangka waktu pencapaian yang pasti
e) Mempertimbangkan keinginan dan sumber pasien
b. Rencana tindakan /intervensi
Rencana tindakan / intervensi adalah preskripsi atau perilaku spesifik yang
diharapkan dari pasien dan atau tindakan yang harus dilakukan oleh perawat.Intervensi
keperawatan dipilih untuk membantu
Pasien dalam mencapai hasil yang diharapkan dan tujuan pemulangan.Harapannya
adalah bahwa perilaku yang dipreskripsikan akan menguntungkan pasien dan keluarga
dalam cara yang dapat diprediksi,yang berhubungan dengan masalah yang diidentifikasi
dantujuan yang telah dipilih. Yang perlu diperhatikan dalam menuliskan rencana tindakan
yaitu :
1). Harus berupa kalimat instruksi
2). Berfungsi untuk menjelaskan asuhan keperawatan yang dilakukan
3). Kalimatnya dibuat secara singkat dan jelas
4). Rencana keperawatan disusun sacara singkat dan jelas
5). Rencana keperawatan disusun secara sistematika dimulai dari tindakan mandiri
(independen),tindakan terapeutik, penyuluhan, dan kolaboratif (interdependen).
c. Rasional
Tuberculosis (TBC) Page 24
Rasional ini disertakan untuk membantu peserta didik dan perawatpelaksana dalam
menghubungkan prinsip patofisiologi dan atau psikologi dengan intervensi keperawatan
yang dipilih.
Pada masalah Tuberkulosis perencanaan disusun sesuai dengan beberapa diagnosa
keperawatan yang diuraikan sebelumnya (MarylinEdoenges,2000).
Adapun rencana tindakan keperawatan pada pasien tuberkulosis adalah :
a. Diagnosa I
Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
Tujuan : Klien akan menunjukkan bersihan jalan nafas kembali efektif
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji fungsi pernafasan seperti bunyi
nafas dan kecepatan pernafasan.
2. Catat kemampuan untuk
mengeluarkan mukosa / batuk
efektif seperti karak.
3. Berikan posisi semi powler dan
ajarkan teknik batuk efektif.
4. Bersihkan sekret dari mulut dan
1. Mengetahui adanya kelainan
pernafasan, ronchi menunjukkan
adanya akumulasi sekret /
ketidakmampuan untuk
membersihkan jalan nafas yang
dapat menimbulkan peningkatan
kerja pernafasan.
2. Pengeluaran sulit bila sekret sangat
tebal (misal : efek infeksi dan / atau
tidak adekuat hidrasi). Sputum
berdarah kental diakibatkan oleh
kerusakan (kavitas) paru atau luka
brongkhial dan memerlukan
intervensi lanjut.
3. Posisi semi powler membantu
memaksimalkan ekspansi paru dan
menurunkan upaya pernafasan
4. Mencegah
Tuberculosis (TBC) Page 25
trakea : penghisapan dilakukan
sesuai keperluan.
5. Anjurkan kepada klien untuk
pertahankan masukan cairan hangat.
6. Kolaborasi pemberian agen
mukolitik.
obstruksi/aspirasi.Pengisapan dapat
diperlukan bila pasien tak mampu
mengeluarkan sekret
5. Pemasukan cairan hangat membantu
untuk mengencerkan sekret sehingga
mudah dikeluarkan.
6.Agen mukolitik
menurunkakekentalan dan perlengketan
sekret sehingga mudah dikeluarkan.
b. Diagnosa II
Risiko gangguan pertukaran gas berhubungan dengan akumulasi secret di jalan nafas.
Tujuan : Gangguan pertukaran gas tidak terjadi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji dispnea, takipnea tak normal /
menurun bunyi napas,peningkatan
upaya pernapasan terbatasnya
ekspansi dinding dada, dan
kelemahan.
2. Evaluasi perubahan pada tingkat
kesadaran. Catat cianosis dan atau
perubahan warna kulit, termasuk
membran mukosa / kuku.
3. Tingkatkan tirah baring / batasi
aktifitas perawatan diri sesuai
dengan kebutuhan.
1. Tuberkulosis paru menyebabkan
efek luas pada paru dari bagian
kecil broncopneumonia sampai
inflamasi difus luas, nekrosis, effuse
pleura dan fibrosis luas. Efek
pernafasan dapat dari ringan sampai
dispnea berat sampai sistem
pernafasan.
2. Akumulasi sekret/pengaruh jalan
nafas dapat mengganggu oksigenasi
organ vital dan jaringan.
3. Menurunkan konsumsi oksigen /
kebutuhan selama periode
penurunan pernafasan dapat
menurungkan beratnya gejala.
Tuberculosis (TBC) Page 26
4. Kolaborasi pemberian oksigen
tambahan sesuai dengan kebutuhan.
4. Pemberian oksigen tambahan
membantu mengurangi gangguan
pertukaran gas / hipoksia.
Diagnosa III
Perubahan status nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake in
adekuat.
Tujuan : Klien akan menunjukkan kebutuhan nutrisi terpenuhi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji status nutrisi klien, turgor
kulit, riwayat mual dan muntah.
2. Pastikan pola diet biasa klien yang
disukai / tidak disukai.
3. Anjurkan klien untuk makan
dalam porsi sedikir tapi sering.
4. Anjurkan kepada klien untuk
melakukan perawatan mulut
sebelum dan sesudah tindakan
1. Memberikan gambaran mengenai
status nutrisi klien sehingga
membantu dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Membantu dalam mengidentifikasi
kebutuhan khusus. Pertimbangan
keinginan individu dapat
memperbaiki masukan diet.
3. Memaksimalkan masukan nutrisi
tanpa kelemahan yang tidak perlu /
kebutuhan energi dari makan
makanan banyak dan menurunkan
iritasi gaster.
4. Menurunkan rasa tidak enak pada
mulut karena sisa sputum atau obat
untuk pengobatan respirasi yang
Tuberculosis (TBC) Page 27
Diagnosa IV.
Peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan infeksi paru-paru.
Tujuan : Klien akan menunjukkan suhu tubuh kembali normal.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji peningkatan suhu tubuh klien.
2. Beri kompres air hangat.
3. Observasi tanda – tanda vital.
4. Anjurkan kepada klien untuk
minum yang banyak.
5. Kolaborasi pemberian obat anti
infeksi.
1. Peningkatan suhu tubuh berbagai
respon fisiologi tubuh terhadap
infeksi dan merupakan indikator
untuk menentukan intervensi
selanjutnya.
2. Menyebabkan vasodilatasi pembuluh
darah sehingga mempercepat
penguapan.
3. Perubahan tanda-tanda vital
memberikan gambaran tentang respon
tubuh terhadap proses penyakit.
4. Menganti pengeluaran cairan melalui
evaporasi karena peningkatan suhu
tubuh.
5. Agen anti infeki membantu
menurunkan respon inflamasi.
c. Diagnosa V.
Gangguan istirahat tidur berhubungan dengan batuk.
Tujuan : Klien akan menunjukkan gangguan istirahat tidur teratasi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kebiasaan tidur klien sebelum
dan setelah sakit.
2. Diskusikan kemungkinan
1. Untuk mengetahi kebiasaan tidur klien
serta gangguan yang dirasakan dan
membantu dalam menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Mengetahui penyebab gangguan tidur
Tuberculosis (TBC) Page 28
penyebab gangguan tidur.
3. Beri posisi yang nyaman.
4. Anjurkan kepada klien untuk
mengkonsumsi makanan /
minuman tinggi protein sebelum
waktu tidur, misalnya susu atau
keju.
5. Anjrukan kepada keluarga klien
untuk menciptakan lingkungan
yang tenang dan nyaman.
sehingga mempermudah intervensi.
3. Posisi yang nyaman dapat
meningkatkan relaksasi sehingga
menstimulasi untuk tidur.
4. Protein menghasilkan triptofan yang
mempunyai efek sedatif.
5. Lingkungan yang tenang dapat
memberikan rasa nyaman sehingga
menstimulasi klien untuk tidur.
d. Diagnosa VI.
Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kelemahan fisik,
Tujuan : Klien akan menunjukkan kemampuan aktifitas gerak secara optimal.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji kemampuan klien dalam
beraktifitas.
2. Evaluasi respon klien terhadap
aktifitas : catat adanya ispnue,
perubahan vital sign sebelum dan
sesudah beraktivitas.
3. Bantu klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
4. HE tentang penyebab kelemahan
dan manfaat tindakan.
1. Untuk mengetahui sejauh mana
kemampuan klien dalam beraktivitas.
2. Menetapkan kemampuan dan
kebutuhan klien serta memudahkan
pilihan intervensi.
3. Meminimalisasikan terjadinya
kelemahan fisik yang lebih lanjut.
4. Meningkatkan pengetahuan klien dan
diharapkan dapat bekerjasama dengan
perawat dalam melakukan tindakan.
Tuberculosis (TBC) Page 29
e. Diagnosa VII
Anxietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang proses penyakitnya.
Tujuan : Kecemasan klien akan teratasi.
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji tingkat kecemasan klien.
2. Bina hubungan yang baik antara
perawat dengan klien.
3. Beri kesepatan kepada klien untuk
mengungkapkan perasaannya.
4. Beri dorongan spritual.
5. HE tentang penyakit yang diderita..
1. Mengetahui sejauh mana
kekhawatiran / kecemasan klien dan
pemahaman klien mengenai
penyakitnya.
2. Hubungan yang baik dapat
mempermudah proses keperawatan.
3. Mengurangi beban perasaan klien dan
meningkatkan hubungan therapeutik
antara perawat dan pasien.
4. Membantu klien lebih mendekatkan
diri kepada Allah SWT dan menerima
penyakitnya sebagai cobaan dari allah
SWT.
5. dengan informasi yang baik dapat
menurunkan kecemasan.
5. Pelaksanaan tindakan keperawatan ( implementasi ).
a. Pengertian
Adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan yang spesifik. ( Proses dan
dokumentasi keperawatan Nursalam, 2001 : 63 ).
b. Fokus tahap tindakan keperawatan adalah kegiatan pelaksanaan tindakan dari
perencanaan yang meliputi :
a. Independen (tindakan mandiri)
b. Tindakan teraupetik
c. Penyuluhan
d. Interdependen (kolaboratif)
e. Dependen (rujukan)
Tuberculosis (TBC) Page 30
Pada klien dengan kasus Tuberkulosis, rencana tindakan pada tahap palaksanaan
mencakup :
a. Melakukan anamnese dan pemeriksaan fisik
b. Mengobservasi tanda-tanda vital
c. Mengobservasi tanda-tanda infeksi
d. Mengkaji faktor yang memperberat dan meringankan masalah yang dihadapi pasien
e. Membantu memenuhi kebutuhan klien
f. Mengkaji kemampuan aktivitas klien
g. Memberikan informasi tentang proses penyakit, penularan, dan prosedur tindakan
yang diberikan
h. Melaksanakan kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi pengobatan
6. Evaluasi
a. Evalusi merupakan langkah akhir dari proses keperawatan, dan
berasal dari hasil yang ditetapkan dalam rencana perawatan
(Patricia W.Lyer,2005).
b. Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan. Evaluasi
menyediakan nilai informasi mengenai pengaruh intervensi yang
telah direncanakan dan merupakan perbandingan dari hasil yang
diamati dengan kriteria hasil yang telahdibuat pada tahap
perencanaan. Pernyataan evaluasi terdiri dari dua komponen yaitu
data yang tercatat yang menyatakan status kesehatan seseorang
dan pernyataan konklusi yang menyatakan efek dari tindakan yang
diberikan pada pasien (A. Aziz Alimul Hidayat 2001).
Tuberculosis (TBC) Page 31
Bab III
penutup
kesimpulan
Tuberculosis (TBC) Page 32
DAFTAR PUSTAKA
http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
http://www. google.co.id/search?hl=id&q=defenisi+penyakit+TBC&btnG=Telusuri&meta=
http://www.medicastore.com/tbc/penyakit_tbc.htm
http://i524.photobucket.com/albums/cc325/undun_06/organ%20tubuh/PenyakitTBC.jpg
Arif M, Mansjoer, 1999. Kapita selekta kedokteran edisi ketiga jilid 1. Jakarta : Media
Aesculapius.
Tuberculosis (TBC) Page 33
Penyimpangan KDM
Mycobakterium tuberculosis
↓
Inhalasi droplet
↓
Infeksi paru-paru
Kerja silia
menurun
↓
Produksi sekret
meningkat
↓
Jumlah sekret
Meningkat
↓
Kemampuan batuk efetif
menurun
akumulasi secret dijalan nafas
Bersihan jalan nafas tidak efektif
Tuberculosis (TBC) Page 81
Reaksi antigen / anti bodi
↓Leukosit / LED
meningkat↓
Metabolisme meningkat
↓Peningkatan suhu tubuh
Kurang informasi tentang
penyakitnya↓
stressot meningkat
↓Kecemasan
Stimulasi batuk↓
mengaktivasi pusat muntah
↓anoreksia
↓intake in adekuat
↓Pemenuhan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh
Batuk ↓
Simulasi RAS↓
REM menurun↓
Klien terjaga↓
Gangguan istirahat tidur
top related