makalah pend. agama islam
Post on 13-Dec-2015
254 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
MAKALAHUMAT ISLAM DAN TATANAN
DUNIA GLOBAL MENUJU
MASYARAKAT MADANI
Kelompok V
Disusun Oleh:
Ahmad Husain H12114018
Adi Gemilang H12114021
Lintang Wulandari H1211401
PRODI STATISTIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
2014
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Alhamdulillah, dengan mengucapkan syukur kepada Allah SWT yang
telah memberikan rahmatnya kepada kami, Tidak lupa juga kami mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman dan dosen pembimbing mata Kuliah Pendidikan
agama Islam atas dukungannya, akhirnya kami dapat menyelesaikan makalah
kami ini yang bertemakan Umat Islam dan Tatanan Dunia Global Menjadi
Masyarakat Madani sebagaimana waktu yang telah ditentukan.
Sesuai tema makalah yang kami bawakan yaitu Umat Islam dan
Masyarakat Madani, maka dari itu kami akan konsep masyarakat madani,
karakteristik masyarakat madani, peranan umat Islam dalam mewujudkan
masyarakat madani serta etos kerja dalam islam. Itulah yang kami coba jelaskan
dalam makalah ini. Kami sadar dalam makalah ini masih banyak terdapat
kekurangan, maka dari itu kami meminta dari pembaca baik Dosen atau teman-
teman sekalian, untuk memberikan kritik dan saran pada makalah yang telah kami
susun bersama ini. Begitu kami selaku mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran ini, untuk kami mohon bantuannya. Sekian dan terima kasih.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Makassar, 17 November 2014
Penyusun
| DAFTAR PUSTAKA 2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN....................................................................................................3
A. Konsep Masyarakat Madani.....................................................................................3
1. Pengertian Masayarakat Madani..........................................................................4
2. Masyarakat Madani dalam Sejarah......................................................................4
B. Karakteristik Masyarakat Madani............................................................................5
C. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani...................................9
BAB III KESIMPULAN...................................................................................................12
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................14
| DAFTAR PUSTAKA 3
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat madani, konsep ini merupakan penerjemahan istilah dari konsep
civil society yang pertama kali digulirkan oleh Dato Seri Anwar Ibrahim dalam
ceramahnya pada simposium Nasional dalam rangka forum ilmiah pada acara
festival istiqlal, 26 September 1995 di Jakarta. Konsep yang diajukan oleh Anwar
Ibrahim ini hendak menunjukkan bahwa masyarakat yang ideal adalah kelompok
masyarakat yang memiliki peradaban maju. Lebih jelas Anwar Ibrahim
menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan masyarakat madani adalah sistem
sosial yang subur yang diasaskan kepada prinsip moral yang menjamin
keseimbangan antara kebebasan perorangan dengan kestabilan masyarakat.
Menurut Quraish Shibab, masyarakat Muslim awal disebut umat terbaik
karena sifat-sifat yang menghiasi diri mereka, yaitu tidak bosan-bosan menyeru
kepada hal-hal yang dianggap baik oleh masyarakat selama sejalan dengan nilai-
nilai Allah (al-ma’ruf) dan mencegah kemunkaran. Selanjutnya Shihab
menjelaskan, kaum Muslim awal menjadi “khairu ummah” karena mereka
menjalankan amar ma’ruf sejalan dengan tuntunan Allah dan rasul-Nya (Quraish
Shihab, 2000, vol.2: 185).
Perujukan terhadap masyarakat Madinah sebagai tipikal masyarakat ideal
bukan pada peniruan struktur masyarakatnya, tapi pada sifat-sifat yang menghiasi
masyarakat ideal ini. Seperti, pelaksanaan amar ma’ruf nahi munkar yang sejalan
dengan petunjuk Ilahi, maupun persatuan yang kesatuan yang ditunjuk oleh ayat
sebelumnya (lihat, QS. Ali Imran [3]: 105). Adapun cara pelaksanaan amar ma’ruf
nahi mungkar yang direstui Ilahi adalah dengan hikmah, nasehat, dan tutur kata
yang baik sebagaimana yang tercermin dalam QS an-Nahl [16]: 125. Dalam
rangka membangun “masyarakat madani modern”, meneladani Nabi bukan hanya
penampilan fisik belaka, tapi sikap yang beliau peragakan saat berhubungan
dengan sesama umat Islam ataupun dengan umat lain, seperti menjaga persatuan
| DAFTAR PUSTAKA 4
umat Islam, menghormati dan tidak meremehkan kelompok lain, berlaku adil
kepada siapa saja, tidak melakukan pemaksaan agama, dan sifat-sifat luhur
lainnya.
Kita juga harus meneladani sikap kaum Muslim awal yang tidak
mendikotomikan antara kehidupan dunia dan akhirat. Mereka tidak meninggalkan
dunia untuk akhiratnya dan tidak meninggalkan akhirat untuk dunianya. Mereka
bersikap seimbang (tawassuth) dalam mengejar kebahagiaan dunia dan akhirat.
Jika sikap yang melekat pada masyarakat Madinah mampu diteladani umat Islam
saat ini, maka kebangkitan Islam hanya menunggu waktu saja.
Konsep masyarakat madani adalah sebuah gagasan yang menggambarkan
masyarakat beradab yang mengacu pada nila-inilai kebajikan dengan
mengembangkan dan menerapkan prinsip-prinsip interaksi sosial yang kondusif
bagi peneiptaan tatanan demokratis dalam kehidupan bermasyarakat dan
bernegara.
| DAFTAR PUSTAKA 5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Konsep Masyarakat MadaniKonsep “masyarakat madani” merupakan penerjemahan atau
pengislaman konsep “civil society”. Orang yang pertama kali
mengungkapkan istilah ini adalah Anwar Ibrahim dan dikembangkan di
Indonesia oleh Nurcholish Madjid. Pemaknaan civil society sebagai
masyarakat madani merujuk pada konsep dan bentuk masyarakat Madinah
yang dibangun Nabi Muhammad SAW. Masyarakat Madinah dianggap
sebagai legitimasi historis ketidakbersalahan pembentukan civil society dalam
masyarakat muslim modern.
Makna Civil Society “Masyarakat sipil” adalah terjemahan dari civil
society. Konsep civil society lahir dan berkembang dari sejarah pergumulan
masyarakat. Cicero adalah orang Barat yang pertama kali menggunakan kata
“societies civilis” dalam filsafat politiknya. Konsep civil society pertama kali
dipahami sebagai negara (state). Secara historis, istilah civil society berakar
dari pemikir Montesque, JJ. Rousseau, John Locke, dan Hubbes. Ketiga
orang ini mulai menata suatu bangunan masyarakat sipil yang mampu
mencairkan otoritarian kekuasaan monarchi-absolut dan ortodoksi gereja
(Larry Diamond, 2003: 278).
Antara Masyarakat Madani dan Civil Society sebagaimana yang telah
dikemukakan di atas, masyarakat madani adalah istilah yang dilahirkan untuk
menerjemahkan konsep di luar menjadi “Islami”. Menilik dari subtansi civil
society lalu membandingkannya dengan tatanan masyarakat Madinah yang
dijadikan pembenaran atas pembentukan civil society di masyarakat Muslim
modern akan ditemukan persamaan sekaligus perbedaan di antara keduanya.
Perbedaan lain antara civil society dan masyarakat madani adalah civil
society merupakan buah modernitas, sedangkan modernitas adalah buah dari
gerakan Renaisans; gerakan masyarakat sekuler yang meminggirkan Tuhan.
| DAFTAR PUSTAKA 6
Sehingga civil society mempunyai moral-transendental yang rapuh karena
meninggalkan Tuhan. Sedangkan masyarakat madani lahir dari dalam buaian
dan asuhan petunjuk Tuhan. Dari alasan ini Maarif mendefinisikan
masyarakat madani sebagai sebuah masyarakat yang terbuka, egalitar, dan
toleran atas landasan nilai-nilai etik-moral transendental yang bersumber dari
wahyu Allah (A. Syafii Maarif, 2004: 84).
Masyarakat madani merupakan konsep yang berwayuh wajah: memiliki
banyak arti atau sering diartikan dengan makna yang beda-beda. Bila merujuk
kepada Bahasa Inggris, ia berasal dari kata civil society atau masyarakat sipil,
sebuah kontraposisi dari masyarakat militer. Menurut Blakeley dan Suggate
(1997), masyarakat madani sering digunakan untuk menjelaskan “the sphere
of voluntary activity which takes place outside of government and the
market.” Merujuk pada Bahmueller (1997).
1. Pengertian Masayarakat Madani
Masyarakat madani adalah masyarakat yang beradab, menjunjung
tinggi nilai-nilai kemanusiaan, yang maju dalam penguasaan ilmu
pengetahuan, dan teknologi.
Allah SWT memberikan gambaran dari masyarakat madani dengan
firman-Nya dalam Q.S. Saba’ ayat 15:
“Sesungguhnya bagi kaum Saba’ ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat
kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.
(kepada mereka dikatakan): “Makanlah olehmu dari rezki yang
(dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu)
adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan yang Maha
Pengampun”.
2. Masyarakat Madani dalam Sejarah
Ada dua masyarakat madani dalam sejarah yang terdokumentasi
sebagai masyarakat madani, yaitu:
1) Masyarakat Saba’, yaitu masyarakat di masa Nabi Sulaiman.
| DAFTAR PUSTAKA 7
2) Masyarakat Madinah setelah terjadi traktat, perjanjjian Madinah
antara Rasullullah SAW beserta umat Islam dengan penduduk
Madinah yang beragama Yahudi dan beragama Watsani dari kaum
Aus dan Khazraj. Perjanjian Madinah berisi kesepakatan ketiga
unsur masyarakat untuk saling menolong, menciptakan kedamaian
dalam kehidupan sosial, menjadikan Al-Qur’an sebagai konstitusi,
menjadikan Rasullullah SAW sebagai pemimpin dengan ketaatan
penuh terhadap keputusan-keputusannya, dan memberikan
kebebasan bagi penduduknya untuk memeluk agama serta beribadah
sesuai dengan ajaran agama yang dianutnya.
B. Karakteristik Masyarakat Madani
Adapun karakteristik masyarakat madani:
1) Free public sphere (ruang publik yang bebas), yaitu masyarakat
memiliki akses penuh terhadap setiap kegiatan publik, yaitu berhak
dalam menyampaikan pendapat, berserikat, berkumpul, serta
mempublikasikan informasikan kepada publik. Sebagai sebuah
prasayarat, maka untuk mengembangkan dan mewujudkan masyarakat
madani dalam sebuah tatan masyarakat, maka free public sphere
menjadi salah satu bagian yang harus dipenuhi, karena akan
memungkinkan terjadinya pembungkaman kebebasan warga Negara
dalam menyalurkan aspirasinya.
2) Demokratisasi, yaitu proses dimana para anggotanya menyadari akan
hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan
mewujudkan kepentingan-kepentingannya. Demokrasi merupakan
prasyarat yang banyak dikemukakan oleh para pakar. Dan demokrasi
merupakan salah satu syarat mutlak bagi penegakan masyarakat
madani. Penekanan demokratis disini dapat mencakup bentuk aspek
kehidupan, seperti social, budaya, politik, ekonomi, dan sebagainya.
| DAFTAR PUSTAKA 8
3) Toleransi, yaitu sikap saling menghargai dan menghormati pendapat
serta aktivitas yang dilakukan oleh orang/kelompok lain. Toleransi
memungkinkan adanya kesadaran untuk menghargai serta menghormati
pendapat yang dikemukakan oleh kelompok lainnya yang berbeda.
Azyumardi juga menyebutkan bahwa masyarakat madani bukan hanya
sekedar gerakan-gerakan pro demokrasi. Masyarakat ini mengacu juga
pada yang berkualitas dan civility.civilitas yakni kesediaan induvidu –
individu untuk menerima pandangan – pandangan politik dan sikap
social yang berbeda – beda.
4) Pluralisme, yaitu sikap mengakui dan menerima kenyataan mayarakat
yang majemuk disertai dengan sikap tulus. Menurut Nurcholis Madjid,
konsep ini merupakan prasyarat bagi tegaknya masyarakat madani.
Menurutnya pluralism yaitu pertalian sejati kebhinekaan dalam ikatan –
ikatan keadaban (genuine engagement ofdiversities within the bonds of
civility). Bahkan juga suatu keharusan bagi keselamatan umat manusia
antara lain melalui mekanisme pengawasan dan pengimbangan (check
and balance).
5) Keadilan sosial (social justice), yaitu keseimbangan dan pembagian
antara hak dan kewajiban, serta tanggung jawab individu terhadap
lingkungannya. Keadilan dimaksud untuk menyebutkan keseimbangan
dan pembagian yang proposional terhadap hak dan kewajiban setiap
warga Negara. Secara esensial, masyarakat memiliki hak yang sama
dalm memperoleh kebijakan – kebijakan yang ditetapkan oleh penguasa
( pemerintah).
6) Partisipasi sosial, yaitu partisipasi masyarakat yang benar-benar bersih
dari rekayasa, intimidasi, ataupun intervensi penguasa/pihak lain.
7) Supremasi hukum, yaitu upaya untuk memberikan jaminan terciptanya
keadilan.
8) Sebagai pengembangan masyarakat melalui upaya peningkatan
pendapatan dan pendidikan.
| DAFTAR PUSTAKA 9
9) Sebagai advokasi bagi masyarakat yang teraniaya dan tidak berdaya
membela hak-hak dan kepentingan.
10) Menjadi kelompok kepentingan atau kelompok penekan.
11) Pilar Penegak Masyarakat Madani, Pilar penegak masyarakat madani
adalah institusi-institusi yang menjadi bagian dari social control yang
berfungsi mengkritisi kebijakan-kebijakan penguasa yang diskriminatif
serta mampu memperjuangkan aspirasi masyarakat yang tertindas.
Dalam penegakan masyarakat madani, pilar-pilar tersebut menjadi
prasyarat mutlak bagi terwujudnya kekuatan masyarakat madani. Pilar-
pilar tersebut yaitu Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), Pers,
Supremasi Hukum, Perguruan Tinggi dan Partai Politik.
Dari beberapa ciri tersebut, kiranya dapat dikatakan bahwa masyarakat
madani adalah sebuah masyarakat demokratis dimana para anggotanya
menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam menyuarakan pendapat dan
mewujudkan kepentingan-kepentingannya, dimana pemerintahannya
memberikan peluang yang seluas-luasnya bagi kreativitas warga negara untuk
mewujudkan program-program pembangunan di wilayahnya. Namun
demikian, masyarakat madani bukanlah masyarakat yang sekali jadi, yang
hampa udara, taken for granted. Masyarakat madani adalah onsep yang cair
yang dibentuk dari poses sejarah yang panjang dan perjuangan yang terus
menerus. Bila kita kaji, masyarakat di negara-negara maju yang sudah dapat
dikatakan sebagai masyarakat madani, maka ada beberapa prasyarat yang
harus dipenuhi untuk menjadi masyarakat madani, yakni adanya democratic
governance (pemerintahan demokratis) yang dipilih dan berkuasa secara
demokratis dan democratic civilian (masyarakat sipil yang sanggup
menjunjung nilai-nilai civil security; civil responsibility dan civil resilience).
Apabila diurai, dua kriteria tersebut menjadi tujuh prasyarat masyarakat
madani sbb:
1. Terpenuhinya kebutuhan dasar individu, keluarga, dan kelompok dalam
masyarakat.
| DAFTAR PUSTAKA 10
2. Berkembangnya modal manusia (human capital) dan modal sosial (socail
capital) yang kondusif bagi terbentuknya kemampuan melaksanakan
tugas-tugas kehidupan dan terjalinya kepercayaan dan relasi sosial antar
kelompok.
3. Tidak adanya diskriminasi dalam berbagai bidang pembangunan; dengan
kata lain terbukanya akses terhadap berbagai pelayanan sosial.
4. Adanya hak, kemampuan dan kesempatan bagi masyarakat dan lembaga-
lembaga swadayauntuk terlibat dalam berbagai forum dimana isu-isu
kepentingan bersama dan kebijakan publik dapat dikembangkan.
5. Adanya kohesifitas antar kelompok dalam masyarakat serta tumbuhnya
sikap saling menghargai perbedaan antar budaya dan kepercayaan.
6. Terselenggaranya sistem pemerintahan yang memungkinkan lembaga-
lembaga ekonomi, hukum, dan sosial berjalan secara produktif dan
berkeadilan sosial.
7. Adanya jaminan, kepastian dan kepercayaan antara jaringan-jaringan
kemasyarakatan yang memungkinkan terjalinnya hubungan dan
komunikasi antar mereka secara teratur, terbuka dan terpercaya.
Tanpa prasyarat tesebut maka masyarakat madani hanya akan berhenti
pada jargon. Masyarakat madani akan terjerumus pada masyarakat
“sipilisme” yang sempit yang tidak ubahnya dengan faham militerisme yang
anti demokrasi dan sering melanggar hak azasi manusia. Dengan kata lain,
ada beberapa rambu-rambu yang perlu diwaspadai dalam proses mewujudkan
masyarakat madani (lihat DuBois dan Milley, 1992).
Rambu-rambu tersebut dapat menjadi jebakan yang menggiring
masyarakat menjadi sebuah entitas yang bertolak belakang dengan semangat
negara-bangsa:
1. Sentralisme versus lokalisme. Masyarakat pada mulanya ingin mengganti
prototipe pemerintahan yang sentralisme dengan desentralisme. Namun
yang terjadi kemudian malah terjebak ke dalam faham lokalisme yang
mengagungkan mitos-mitos kedaerahan tanpa memperhatikan prinsip
nasionalisme, meritokrasi dan keadilan sosial.
| DAFTAR PUSTAKA 11
2. Pluralisme versus rasisme. Pluralisme menunjuk pada saling penghormatan
antara berbagai kelompok dalam masyarakat dan penghormatan kaum
mayoritas terhadap minoritas dan sebaliknya, yang memungkinkan mereka
mengekspresikan kebudayaan mereka tanpa prasangka dan permusuhan.
Ketimbang berupaya untuk mengeliminasi karakter etnis, pluralisme
budaya berjuang untuk memelihara integritas budaya. Pluralisme
menghindari penyeragaman. Karena, seperti kata Kleden (2000:5), “…
penyeragaman adalah kekerasan terhadap perbedaan, pemerkosaan
terhadap bakat dan terhadap potensi manusia.” Sebaliknya, rasisme
merupakan sebuah ideologi yang membenarkan dominasi satu kelompok
ras tertentu terhadap kelompok lainnya. Rasisme sering diberi legitimasi
oleh suatu klaim bahwa suatu ras minoritas secara genetik dan budaya
lebih inferior dari ras yang dominan. Diskriminasi ras memiliki tiga
tingkatan: individual, organisasional, dan struktural. Pada tingkat individu,
diskriminasi ras berwujud sikap dan perilaku prasangka. Pada tingkat
organisasi, diskriminasi ras terlihat manakala kebijakan, aturan dan
perundang-undangan hanya menguntungkan kelompok tertentu saja.
Secara struktural, diskriminasi ras dapat dilacak manakala satu lembaga
sosial memberikan pembatasan-pembatasan dan larangan-larangan
terhadap lembaga lainnya.
3. Elitisme dan communalisme. Elitisme merujuk pada pemujaan yang
berlebihan terhadap strata atau kelas sosial berdasarkan kekayaan,
kekuasaan dan prestise. Seseorang atau sekelompok orang yang memiliki
kelas sosial tinggi kemudian dianggap berhak menentukan potensi-potensi
orang lain dalam menjangkau sumber-sumber atau mencapai kesempatan-
kesempatan yang ada dalam masyarakat.
C. Peran Umat Islam dalam Mewujudkan Masyarakat Madani
Dalam sejarah Islam, realisasi keunggulan normatif atau potensial
umat Islam terjadi pada masa Abbassiyah. Pada masa itu umat Islam
menunjukkan kemajuan di bidang kehidupan seperti ilmu pengetahuan dan
| DAFTAR PUSTAKA 12
teknologi, militer, ekonomi, politik dan kemajuan bidang-bidang lainnya.
Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama
ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ubnu Rusyd,
Imam al-Ghazali, al-Farabi, dan yang lain.
Hal yang perlu kita ketahui kualitas sumber daya manusia umat Islam,
sebagaimana dijelaskan dalam Q.S. Ali Imran ayat 110
Artinya:
Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh
kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada
Allah. sekiranya ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di
antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-
orang yang fasik.
Dari ayat tersebut sudah jelas bahwa Allah menyatakan bahwa umat
Islam adalah umat yang terbaik dari semua kelompok manusia yang Allah
ciptakan. Di antara aspek kebaikan umat Islam itu adalah keunggulan kualitas
SDMnyadibanding umat non Islam. Keunggulan kualitas umat Islam yang
dimaksud dalam Al-Qur’an itu sifatnya normatif, potensial, bukan riil.
SDM umat Islam saat ini belum mampu menunjukkan kualitas yang
unggul. Karena itu dalam percaturan global, baik dalam bidang politik,
ekonomi, militer, dan ilmu pengetahuan dan teknologi, belum mampu
menunjukkan perannya yang signifikan. Di Indonesia, jumlah umat Islam
lebih dari 85%, tetapi karena kualitas SDM nya masih rendah, juga belum
mampu memberikan peran yang proporsional. Hukum positif yang berlaku di
negeri ini bukan hukum Islam. Sistem sosial politik dan ekonomi juga belum
dijiwai oleh nilai-nilai Islam, bahkan tokoh-tokoh Islam belum
mencerminkan akhlak Islam.
Dalam sejarah umat Islam, realitas keunggulan normative atau potensi
umat Islam terjadi pada masa Abbasiyah. Pada masa itu umat Islam
menunjukkan kemajuan di berbagai bidang kehidupan : ilmu pengetahuan dan
teknologi, militer, ekonomi, politik, dan kemajuan bidang-bidang lainnya.
Umat Islam menjadi kelompok umat terdepan dan terunggul. Nama-nama
| DAFTAR PUSTAKA 13
ilmuwan besar dunia lahir pada masa itu, seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd,
Imam al-Ghazali, Al-Farabi, dan lain-lain. Kemunduran umat Islam terjadi
pada pertengahan abad ke-13 setelah Dinasti Bani Abbas dijatuhkan oleh
Hulagu Khan, cucu Jengis Khan.
| DAFTAR PUSTAKA 14
BAB III
KESIMPULAN
Untuk mewujudkan masyarakat madani dan agar terciptanya kesejahteraan
umat maka kita sebagai generasi penerus supaya dapat membuat suatu perubahan
yang signifikan. Selain itu, kita juga harus dapat menyesuaikan diri dengan apa
yang sedang terjadi di masyarakat sekarang ini. Agar di dalam kehidupan
bermasyarakat kita tidak ketinggalan berita. Adapun beberapa kesimpulan yang
dapat saya ambil dari pembahasan materi yang ada di bab II ialah bahwa di dalam
mewujudkan masyarakat madani dan kesejahteraan umat haruslah berpacu pada
Al-Qur’an dan As-Sunnah yang diamanatkan oleh Rasullullah kepada kita sebagai
umat akhir zaman. Sebelumnya kita harus mengetahui dulu apa yang dimaksud
dengan masyarakat madani itu dan bagaimana cara menciptakan suasana pada
masyarakat madani tersebut, serta ciri-ciri apa saja yang terdapat pada masyarakat
madani sebelum kita yakni pada zaman Rasullullah. Selain memahami apa itu
masyarakat madani kita juga harus melihat pada potensi manusia yang ada di
masyarakat, khususnya di Indonesia. Potensi yang ada di dalam diri manusia
sangat mendukung kita untuk mewujudkan masyarakat madani. Karena semakin
besar potensi yang dimiliki oleh seseorang dalam membangun agama Islam maka
akan semakin baik pula hasilnya. Begitu pula sebaliknya, apabila seseorang
memiliki potensi yang kurang di dalam membangun agamanya maka hasilnya pun
tidak akan memuaskan. Oleh karena itu, marilah kita berlomba-lomba dalam
meningkatkan potensi diri melalui latihan-latihan spiritual dan praktek-praktek di
masyarakat. Maka diharapkan kepada kita semua baik yang tua maupun yang
muda agar dapat mewujudkan masyarakat madani di negeri kita yang tercinta ini
yaitu Indonesia. Yakni melalui peningkatan kualitas sumber daya manusia,
potensi, perbaikan sistem ekonomi. Insya Allah dengan menjalankan syariat Islam
dengan baik dan teratur kita dapat memperbaiki kehidupan bangsa ini secara
perlahan. Demikianlah makalah rangkuman materi yang dapat kami sampaikan
| DAFTAR PUSTAKA 15
pada kesempatan kali ini semoga di dalam penulisan ini dapat dimengerti kata-
katanya sehingga tidak menimbulkan kesalahpahaman di masa yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
| DAFTAR PUSTAKA 16
http://bloginfo.heck.in/. (2013, April 30). Retrieved November 17, 2014, from mengenal-konsep-masyarakat-madani.xhtml.
http://nabillahabsyiah.blogspot.com/. (2012, Maret 16). Retrieved November 17, 2014, from 2012/03/karakteristik-masyarakat-madani.html.
https://kholidarifin.wordpress.com/. (2013, Desember 26). Retrieved November 17, 2014, from 2013/12/26/peranan-umat-islam-dalam-mewujudkan-masyarakat-madani/.
| DAFTAR PUSTAKA 17
top related