makalah osteoartritis rm
Post on 03-Jan-2016
904 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
DAFTAR ISI
Daftar Isi…………………………………………………………………… 1
Pendahuluan………………………………………………………………... 2
Laporan Kasus……………………………………………………………… 3
Studi Kasus…................................................................................................. 7
Tinjauan Pustaka……………………………………………………………. 15
Kesimpulan…………………………………………………………………. 22
Daftar Pustaka……………………………………………………………… 23
1
BAB I
PENDAHULUAN
Masalah pada lutut merupakan masalah yang umum terjadi pada orang-orang dari
segala usia. Lutut adalah sendi yang menghubungkan femur dan tibia. Pada manusia
lutut menyokong hampir seluruh berat tubuh, oleh karenanya lutut sangat rentan baik
terhadap cedera akut maupun timbulnya penyakit radang sendi seperti osteoarthritis.
Osteoartritis adalah suatu penyakit sendi menahun yang ditandai dengan adanya
kemunduran pada tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang di dekatnya, yang bisa
menyebabkan nyeri sendi dan kekakuan. Pada umumnya osteoarthritis terjadi pada
wanita usia lanjut. Gejala biasanya timbul secara bertahap dan pada awalnya hanya
mengenai satu atau sedikit sendi. Sendi yang sering terkena adalah sendi jari tangan,
pangkal ibu jari, leher, punggung sebelah bawah, jari kaki yang besar, panggul dan
lutut. Nyeri biasanya akan bertambah buruk jika melakukan aktivitas dalam waktu
yang lama. Kekakuan pada sendi juga terjadi ketika bangun tidur atau pada kegiatan
non-aktif lainnya, tetapi kekakuan ini biasanya menghilang dalam waktu 30 menit
setelah mereka kembali menggerakkan sendinya. Kerusakan karena orteoartritis
semakin memburuk, sehingga sendi menjadi sukar digerakkan dan pada akhirnya
akan terhenti pada posisi tertekuk.
Pertumbuhan baru dari tulang, tulang rawan dan jaringan lainnya bisa
menyebabkan membesarnya sendi, dan tulang rawan yang kasar menyebabkan
terdengarnya suara gemeretak pada saat sendi digerakkan.
2
BAB II
LAPORAN KASUS
Seorang wanita usia 67 tahun, datang ke tempat praktek anda sebagai dokter umum,
mengeluh nyeri pada ke dua lutut, terutama pada lutut kanan.
Nama : Ny. Minah
Usia : 67 tahun
Pekerjaan : Pensiunan PNS Golongan 1
Perkawinan : Janda, 4 anak, 8 cucu
Alamat : Jl. Pala, Jakarta Selatan
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengeluh nyeri dirasakan sejak 6 bulan terakhir. Keluhan nyeri meningkat jika
berjalan lama, atau saat berubah posisi dari duduk ke berdiri. Nyeri berkurang saat
istirahat berbaring. Jika tidak sanggup menahan nyeri, penderita minum obat anti
nyeri yang dijual bebas di warung. Sejak 7 hari yang lalu, lutut kanan mulai
membengkak dan kemerahan. Penderita mengaku menerima pesanan catering untuk
100 orang 7 hari yang lalu, sehingga banyak berdiri dan berjalan. Pasien juga
mengeluh kaku lutut pada pagi hari selama 10 menit saat bangun tidur, setelah itu rasa
kaku berangsur berkurang setelah aktivitas. Pasien mengaku berat badan meningkat
10 kg selama 3 bulan terakhir.
Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien menyangkal adanya riwayat: jatuh, bengkak sendi, demam lama, kencing
manis, darah tinggi, dan penyakit jantung.
3
Riwayat Sosial-Ekonomi
Pasien adalah pensiunan tenaga Administrasi di SMA Negeri, tinggal bersama anak
pertama yang memiliki 2 orang anak. Pasien tinggal di lantai dasar. Rumah yang
ditempati memilki kloset jongkok. Pasien memiliki Asuransi Kesehatan Pegawai
Negri Sipil.
Status generalis
Kesadaran compos mentis, tampak kesakitan saat berjalan sehingga agak pincang
(antalgic gait), tidak tampak pucat.
Tekanan darah : 130/80 mmHg
Nadi : 90x/menit
Suhu : 36 derajat Celcius
Pernafasan : 20x/menit
BB : 75 kg
TB : 150 cm
Status lokalis lutut
4
Look : kedua lutut membesar, tampak deformitas valgus pada ke dua lutut, pada
lutut kanan tampak kemerahan dan oedem.
Feel : didapatkan nyeri tekan pada lutut kanan, saat dilakukan pengukuran
didapatkan diameter lutut kanan 42 cm, sedangkan lutut kiri 40 cm. Pada
pemeriksaan “ballotemen” ditemukan adanya efusi pada sendi lutut kanan.
Pemeriksaan uji valgus dan varus didapatkan kesan sendi lutut tidak stabil
terutama pada pemeriksaan uji varus.
Move : lingkup gerak sendi aktif ke dua lutut normal, tetapi terdapat suara krepitasi
saat digerakkan, kekuatan otot normal.
Hasil Pemeriksaan Penunjang
Dari gambaran radiologi didapatkan hasil sebagai berikut :
Anterior-Posterior Lateral
Dari Aspirasi cairan sendi didapatkan;
- Makroskopis : jernih, kekuningan, viscositas kental
- Mikroskopis : leukosit <2000/ μL, eritrosit (-), differential <25% pmn, culture
(-)
5
Laboratorium darah rutin
Leukosit : N
Eritrosit : N
LED : N
Rheumatoid factor : (-)
C-reactive protein : (-)
Asam urat : 4
6
BAB III
STUDI KASUS
Daftar Masalah Hipotesis dan Analisis
Wanita, 67 tahun (usia lanjut) Osteoporosis
Osteoarthritis
Nyeri pada kedua lutut, terutama lutut
kanan
Fraktur os patella
Dislokasi articulatio genu
Kelelahan otot/ muscle fatigue
Osteoarthritis
Gout arthritis
Rheumatoid arthritis
Bengkak dan kemerahan pada lutut kanan
7 hari yang lalu (7 hari yang lalu, ia
menerima pesanan catering untuk 100
orang sehingga banyak berdiri dan
berjalan)
Osteoarthritis yang diperberat dengan
aktivitas
Kelelahan otot karena overuse
Kaku sendi di pagi hari selama 10 menit,
berangsur berkurang setelah beraktivitas
Rheumatoid arthritis
Osteoarthritis
7
BB meningkat 10 kg selama 3 bulan
terakhir
Menambah berat beban pada articulatio
genu
Nyeri tekan pada lutut kanan Adanya inflamasi pada osteoarthritis,
Iritasi ujung saraf oleh osteofit pada
sinovium pada osteoarthritis
Berjalan agak pincang Karena adanya nyeri saat berjalan
Sendi lutut tidak stabil, terutama pada
pemeriksaan varus
Destruksi tulang rawan
Efusi pada sendi lutut kanan Adanya peradangan pada sinovium
(sinovitis)
Suara krepitasi saat lutut digerakkan -Pergeseran fragmen fraktur pada fraktur
os patella
-Ciri khas dari osteoarthritis
Dari beberapa keterangan diatas bias ditambahkan beberapa anamnesis
tambahan yang mungkin diperlukan seperti :
Apakah sebelumnya pernah terjatuh atau lutut pasien terbentur benda
keras?
Sejak kapan nyeri terjadi?
Apakah nyeri bertambah atau berkurang pada saat istirahat?
Apakah nyeri bertambah jika disertai dengan gerakan?
8
Apakah nyeri timbul setelah duduk di kursi dalam waktu yang cukup
lama?
Apakah nyeri terjadi setelah bangun tidur di pagi hari?
Apakah ada rasa gemertak (kadang-kadang dapat didengar) pada sendi
yang sakit?
Bagaimana posisi kerja pasien ketika sedang bekerja?
Sudah berapa lama pasien meminum obat yang dia beli di warung?
Obat apa yang pasien minum?
Pada anamnesis tentang riwayat penyakit dahulu, pasien menyangkal adanya
riwayat jatuh sehingga hipotesis fraktur os patella dan dislokasi articulatio genu pun
bisa dihilangkan. Sedangkan pada pemeriksaan laboratorium darah yang akan
dijelaskan pada pembahasan selanjutnya, didapatkan asam urat : 4 yang merupakan
angka normal untuk kadar asam urat di dalam darah, sehingga hipotesis yang
menyatakan pasien menderita gout arthritis bisa diabaikan. Selain itu, biasanya gout
arthritis terjadi pada sendi-sendi kecil seperti di ibu jari kaki dan
metacarpophalangeal, jarang terjadi pada sendi besar seperti di lutut. Di dalam cairan
sendi pasien pun tidak ditemukan adanya kristal asam urat. Untuk diagnosis
rheumatoid arthritis, dibutuhkan beberapa kriteria tambahan seperti arthritis pada tiga
daerah sendi atau lebih, arthritis pada sendi tangan, arthritis yang simetris bilateral,
serta adanya faktor rheumatoid yang tidak ditemukan pada pasien ini, sehingga
hipotesis rheumatoid arthritis pun bisa diabaikan. Sedangkan pada pemeriksaan fisik
lainnya, didapatkan kekuatan otot normal sehingga hipotesis kelelahan otot juga bisa
dicoret.
Dari anamnesis, pemeriksaan fisik dan laboratorium yang didapat, diagnosis
lebih mengarah kepada osteoarthritis pada sendi lutut. Hal ini didukung dengan
9
adanya nyeri lutut, krepitasi, kaku sendi dan faktor usia yang lebih dari 50 tahun,
karena osteoarthritis termasuk penyakit degeneratif mekanik yang disebabkan oleh
berkurangnya cairan sendi sebagai pelumas sehingga lebih sering terjadi friksi. Hal itu
diperparah dengan pergerakan sendi yang sering dan beban yang berat, seperti pada
kasus ini di mana pasien yang kelebihan berat badan akan semakin memperberat
beban pada sendi lututnya sebagai sendi penumpu tubuh, ditambah lagi aktivitas yang
banyak berjalan dan berdiri membuat pergerakan sendi semakin sering dan terjadi
friksi terus-menerus. Selain itu, menurut penelitian, osteoarthritis lebih sering terjadi
pada wanita lanjut usia daripada pada laki-laki, dengan perbandingan 4 : 1.
Pembahasan tentang gambaran laboratorium dan radiologis dari osteoarthritis akan
dijelaskan pada bagian selanjutnya.
GAMBARAN RADIOLOGI
Pada gambaran radiologis didapatkan penyempitan sela sendi pada bagian
medial articulatio genu dextra medial dan pelebaran pada articulation genu dextra
lateral. Ada juga sejumlah osteofit dan kista subkondral besar dimana kemungkinan
sudah terjadi friksi antara satu tulang dengan tulang lainnya.
DIAGNOSIS KERJA
Untuk menentukan diagnosis OA lutut pada pasien ini dapat digunakan
kriteria Altman sebagai pedoman diagnosis OA lutut.(1,9)
1. Bila hanya ditemukan nyeri lutut, maka untuk diagnosis OA harus ada 3
dari 5 kriteria yaitu :
Umur > 50 tahun
10
Kaku sendi pagi hari < 30 menit
Adanya nyeri tekan
Pembesaran tulang
Perabaan sendi tidak panas
2. Bila ada gambaran osteofit pada radiologi, maka dibutuhkan 1 dari 3
kriteria tambahan, yaitu :
Umur > 50 tahun
Kaku sendi < 30 menit
Krepitasi
Dari kriteria diatas dan hasil pemeriksaan fisik dan penunjang yang didapat,
maka kelompok kami setuju bahwa diagnosis untuk pasien ini adalah Osteoarthritis
Primer pada Articulatio Genu Dextra Derajat 4. Hal ini dikarenakan adanya gejala
klinis dan gambaran radiologis yang merujuk ke osteoarthritis derajat 4 yang
dikelompokkan oleh Kellgren dan Lawrence(2) seperti penyempitan celah sendi yang
berat, adanya osteofit yang cukup besar, terjadinya deformitas, dan adanya sclerosis
serta kista subkondral. Serta osteoarthritis yang muncul bukanlah penyebab dari
penyakit lain sebelumnya sehingga kami menyimpulkan pasien ini menderita
osteoarthritis primer.
PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan OA bertujuan untuk menghilangkan keluhan,
mengoptimalkan fungsi sendi, mengurangi ketergantungan dan meningkatkan kualitas
hidup, menghambat progresivitas penyakit dan mencegah komplikasi. Ada dua
prinsip terapi yaitu non medika mentosa (edukasi, terapi fisik, diet, penurunan berat
11
badan), medika mentosa (analgetik, kortikosteroid lokal, sistemik, kondroprotektif
dan biologik), dan pembedahan.
Terapi non Medika Mentosa :
1. Edukasi sangat penting bagi semua pasien OA. Dua hal yang menjadi tujuan
edukasi adalah bagaimana mengatasi nyeri dan disabilitas. Pemberian edukasi
pada penderita ini sangat penting karena dengan edukasi diharapkan
pengetahuan penderita mengenai penyakit OA menjadi meningkat dan
pengobatan menjadi lebih mudah serta dapat diajak bersama-sama untuk
mencegah kerusakan organ sendi lebih lanjut.3 Edukasi yang kami berikan
pada penderita ini yaitu memberikan pengertian bahwa OA adalah penyakit
yang kronik, sehingga perlu dipahami bahwa mungkin dalam derajat tertentu
akan tetap ada rasa nyeri, kaku dan keterbatasan gerak serta fungsi. Selain itu
juga kami memberi pemahaman bahwa hal tersebut perlu dipahami dan
disadari sebagai bagian dari realitas kehidupannya. Kami juga menyarankan
agar rasa nyeri dapat berkurang, maka pasien sedianya mengurangi
aktivitas/pekerjaannya sehingga tidak terlalu banyak menggunakan sendi lutut
dan lebih banyak beristirahat. Pasien juga kami sarankan untuk kontrol
kembali sehingga dapat diketahui apakah penyakitnya sudah membaik atau
ternyata ada efek samping akibat obat yang diberikan(3)
2. Terapi fisik dan rehabilitasi, terapi ini untuk melatih pasien agar
persendiannya tetap dapat digunakan dan melatih pasien untuk melindungi
sendi yang sakit.(4)
12
3. Diet untuk menurunkan berat badan pasien OA yang gemuk harus menjadi
program utama pasien OA. Dengan penurunan berat badan maka beban yang
ditopang oleh sendi akan berkurang sehingga dapat mengurangi friksi antar
tulang(5)
4. Memperbaiki abnormalitas sendi lutut yang membengkok dengan brace atau
patellar taping atau lapisan dalam sepatu (shoe insert) jika tidak membaik
dengan terapi medis lainnya
Terapi Medika Mentosa :
a. Analgesik oral non opiat, pada umumnya pasien telah mencoba untuk
mengobati sendiri penyakitnya, terutama dalam hal mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit. Banyak sekali obat-obatan yang dijual bebas yang
mampu mengurangi rasa sakit.
b. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS), obat golongan ini selain memiliki
efek analgetik juga memiliki efek anti inflamasi. Oleh karena pasien OA
kebanyakan usia lanjut, maka pemberian obat-obatan jenis ini harus sangat
berhati-hati. Jadi pilihlah obat yang efek sampingnya minimal dan dengan cara
pemakaian yang sederhana, di samping itu pengawasan terhadap kemungkinan
timbulnya efek samping selalu harus dilakukan.
c. Chondroprotective agent, adalah obat-obatan yang dapat menjaga atau
merangsang perbaikan (repair) tulang rawan sendi pada pasien OA. Yang
termasuk obat kelompok ini adalah: tetrasiklin, asam hialuronat, kendroitin
sulfat, glikosaminoglikan, vitamin-C, superoxide desmutase dan sebagainya.(5)
Terapi Bedah :
13
Terapi ini diberikan apabila terapi medikamentosa tidak berhasil untuk
mengurangi rasa sakit dan juga untuk melakukan koreksi apabila terjadi deformitas
sendi yang mengganggu aktivitas sehari-hari.(5)
PROGNOSIS
Ad vitam : Ad bonam
Menunjuk pada pengaruh penyakit pada proses kehidupan apakah penyakit
cenderung menuju kepada proses kematian atau akan kembali sehat seperti
semula. Pada pasien dengan osteoarthritis, radang sendi ini tidak
menyebabkan kematian.
Ad sanationam : Dubia Ad malam
Menunjuk pada penyakit yang dapat hilang 100% sehingga pasien kembali ke
keadaan semula atau penyakit akan menetap dan menimbulkan kecacatan.
Osteoartritis merupakan penyakit degenerasi yang terjadi seiring
bertambahnya umur seseorang. Oleh karena itu prognosis pada pasien ini
menunjukkan bahwa ada kemungkinan osteoarthritis dapat terjadi kembali jika
berat badan tidak dijaga dan aktivitas sendi lutut terlalu berlebihan.
Ad functionam : Dubia Ad bonam
Menunjuk pada pengaruh penyakit terhadap fungsi organ dan fungsi manusia
dalam menjalankan tugasnya. Pada pasien ini kemungkinan fungsi lutut akan
membaik jika penatalaksanaannya baik seperti melakukan penurunan berat
badan, fisoterapi, dan lain-lain.
14
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI OSTEOARTHRITIS
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi dan
patogenesis yang belum jelas serta mengenai populasi luas. Pada umumnya penderita
OA berusia di atas 40 tahun dan populasi bertambah berdasarkan peningkatan usia.
Osteoartritis merupakan gangguan yang disebabkan oleh multifaktorial antara lain
usia, mekanik, genetik, humoral dan faktor kebudayaan.(6) Osteoartritis merupakan
suatu penyakit dengan perkembangan slow progressive, ditandai adanya perubahan
metabolik, biokimia, struktur rawan sendi serta jaringan sekitarnya, sehingga
menyebabkan gangguan fungsi sendi. Kelainan utama pada OA adalah kerusakan
rawan sendi yang dapat diikuti dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan
osteofit, kerusakan ligamen dan peradangan ringan pada sinovium, sehingga sendi
yang bersangkutan membentuk efusi.(7) Osteoarthritis dapat terjadi di vertebra,
articulatio genu, articulation coxae, dan sebagian kecil di interphalang.
Osteoartritis diklasifikasikan menjadi 2 kelompok, yaitu OA primer dan OA
sekunder. Osteoartritis primer disebut idiopatik, disebabkan faktor genetik, yaitu
adanya abnormalitas kolagen sehingga mudah rusak. Sedangkan OA sekunder adalah
OA yang didasari kelainan endokrin, inflamasi, metabolik, pertumbuhan, mikro dan
15
makro trauma, imobilitas yang terlalu lama serta faktor risiko lainnya, seperti obesitas
dan sebagainya.(8)
PATOFISIOLOGI OSTEOARTHRITIS
Pada osteoartritis (primer maupun sekunder), proses perjalanan atau
patofisiologi penyakit dapat dibagi dan diterangkan sebagai berikut :
a. Degradasi rawan.
Terjadinya OA tidak lepas dari banyak persendian yang ada di dalam tubuh
manusia. Sebanyak 230 sendi menghubungkan 206 tulang yang memungkinkan
terjadinya gesekan. Untuk melindungi tulang dari gesekan, di dalam tubuh ada
tulang rawan. Namun karena berbagai faktor risiko yang ada, maka terjadi erosi
pada tulang rawan dan berkurangnya cairan pada sendi. Tulang rawan sendiri
berfungsi untuk meredam getar antar tulang. Tulang rawan terdiri atas jaringan
lunak kolagen yang berfungsi untuk menguatkan sendi, proteoglikan yang
membuat jaringan tersebut elastis dan air (70% bagian) yang menjadi bantalan,
pelumas dan pemberi nutrisi.(10) Kondrosit adalah sel yang tugasnya membentuk
proteoglikan dan kolagen pada rawan sendi. Osteoartritis terjadi akibat kondrosit
gagal mensintesis matriks yang berkualitas dan memelihara keseimbangan antara
degradasi dan sintesis matriks ekstraseluler, termasuk produksi kolagen tipe I, III,
VI dan X yang berlebihan dan sintesis proteoglikan yang pendek. Hal tersebut
menyebabkan terjadi perubahan pada diameter dan orientasi dari serat kolagen
yang mengubah biomekanik dari tulang rawan, sehingga tulang rawan sendi
kehilangan sifat kompresibilitasnya yang unik.(11)
Proses degradasi timbul sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara
regenerasi (reparasi) dengan degenerasi rawan sendi melalui beberapa tahap yaitu
16
fibrilasi, pelunakan, perpecahan dan pengelupasan lapisan rawan sendi. Proses ini
dapat berlangsung cepat atau lambat. Yang cepat dalam waktu 10 – 15 tahun,
sedang yang lambat 20 – 30 tahun. Akhirnya permukaan sendi menjadi botak tanpa
lapisan rawan sendi.
b. Osteofit.
Bersama timbulnya dengan degenerasi rawan, timbul reparasi. Reparasi tersebut
berupa pembentukan osteofit di tulang subkondral, yang berasal dari proses
kalsifikasi.
c. Sklerosis subkondral.
Pada tulang subkondral terjadi reparasi berupa sclerosis (pemadatan/ penguatan
tulang tepat di bawah lapisan rawan yang mulai rusak).
d. Sinovitis.
Sinovitis adalah inflamasi dari sinovium dan terjadi akibat proses sekunder
degenerasi dan fragmentasi. Matriks rawan sendi yang putus terdiri dari kondrosit
yang menyimpan proteoglycan yang bersifat immunogenik dan dapat mengaktivasi
leukosit. Sinovitis dapat meningkatkan cairan sendi. Cairan lutut yang
mengandung bermacam-macam enzim akan tertekan ke dalam celah-celah rawan.
Ini mempercepat proses pengerusakan rawan. Pada tahap lanjut terjadi tekanan
tinggi dari cairan sendi terhadap permukaan sendi yang botak. Cairan ini akan
didesak ke dalam celah-celah tulang subkondral dan akan menimbulkan kantong
yang disebut kista subkondral.(12)
17
GEJALA KLINIS OSTEOARTHRITIS
Pada umumnya, gambaran klinis osteoartritis berupa nyeri sendi, terutama bila
sendi bergerak atau menanggung beban, yang akan berkurang bila penderita
beristirahat. Nyeri dapat timbul akibat beberapa hal, termasuk dari periostenum yang
tidak terlindungi lagi,mikrofaktur subkondral, iritasi ujung-ujung saraf di dalam
sinovium oleh osteofit, spasme otot periartikular, penurunan aliran darah di dalam
tulang dan peningkatan tekanan intraoseus dan sinovitis yang diikuti pelepasan
prostaglandin, leukotrien dan berbagai sitokin.
Selain nyeri, dapat pula terjadi kekakuan sendi setelah sendi tidak digerakkan
beberapa lama (gel phenomenon), tetapi kekakuan ini akan hilang setelah sendi
digerakkan. Jika terjadi kekakuan pada pagi hari, biasanya hanya berlangsung selama
beberapa menit ( tidak lebih dari 30 menit ).
Gambaran lainnya adalah keterbatasan dalam bergerak, nyeri tekan lokal,
pembesaran tulang di sekitar sendi, efusi sendi dan krepitasi. Keterbatasan gerak
biasanya berhubungan dengan pembentukan osteofit, permukaan sendi yang tidak rata
akibat kehilangan rawan sendi yang berat atau spasme dan kontraktur otot
periartikular. Nyeri pada pergerakan dapat timbul akibat iritasi kapsul sendi,
periostitis dan spasme otot periartikular.(11)
18
DERAJAT OSTEOARTHRITIS
Menurut kriteria Kellgren and Lawrence perubahan radiologis pada OA terjadi
dalam 5 stadium/derajat:
Derajat 0 : Normal
Derajat 1 : Osteoarthritis meragukan, dengan gambaran sendi normal, tetapi
terdapat osteofit minimal
Derajat 2 : osteoartritis minimal dengan osteofit pada 2 tempat, tidak terdapat
sklerosis dan kista subkondral, serta celah sendi baik
Derajat 3 : osteoartritis moderat dengan osteofit moderat, deformitas ujung
tulang, dancelah sendi sempit
Derajat 4 : osteoarthritis berat dengan osteofit besar, deformitas tulang, celah
sendi hilang serta adanya sclerosis dan kista subkondral(2)
FAKTOR-FAKTOR RISIKO OSTEOARTRITIS
Umur
Prevalensi dan beratnya OA semakin meningkat dengan bertambahnya umur.
Umumnya, penderita OA berumur di atas 60 tahun. Namun, OA juga dapat
terjadi pada orang yang berusia di bawah 40 tahun yang diakibatkan oleh
faktor lainnya.
Jenis kelamin
Di bawah usia 45 tahun, frekuensi OA pada pria dan wanita kurang lebih
sama. Tetapi di atas 50 tahun (setelah menopause) frekuensi OA lebih banyak
pada wanita daripada pria dengan perbandingan wanita : pria = 4 : 1.
Suku bangsa
19
OA paha lebih jarang di antara orang-orang kulit hitam dan Asia daripada
Kaukasia. OA lebih sering dijumpai pada orang-orang Amerika asli (Indian)
daripada orang-orang kulit putih. Hal ini mungkin berkaitan dengan perbedaan
cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan kongenital dan
pertumbuhan.
Genetik
Adanya mutasi dalam gen prokolagen II atau gen-gen structural lain untuk
unsur-unsur tulang rawan sendi seperti kolagen tipe IX dan XII, protein
pengikat atau proteoglikan dikatakan berperan dalam timbulnya
kecenderungan familia pada OA tertentu (terutama OA banyak sendi).
Kegemukan
Berat badan berlebih akan meningkatkan beban mekanis yang harus ditopang
tubuh.
Cedera sendi, pekerjaan, dan olah raga
Beban benturan yang berulang dapat menjadi suatu faktor penentu lokasi pada
orang-orang yang mempunyai predisposisi OA dan dapat berkaitan dengan
perkembangan dan beratnya OA.
Kelainan pertumbuhan
Kelainan kongenital dan pertumbuhan paha (misalnya penyakit Perthes dan
dislokasi kongenital paha) dikaitkan dengan timbulnya OA paha pada usia
muda.
Kepadatan tulang
20
Tulang yang lebih padat (keras) tak membantu mengurangi benturan beban
yang diterima oleh tulang rawan sendi. Akibatnya tulang rawan sendi menjadi
lebih mudah robek.(5)
KOMPLIKASI
Osteoartritis merupakan penyakit degeneratif yang akan terus berlangsung
seiring bertambahnya usia. OA menyebabkan rasa nyeri pada sendi yang terkena saat
digerakan disertai penurunan rentang gerak karena telah terjadi kalsifikasi juga
deformitas. Nyeri sendi dan kekakuan dapat menyebabkan seseorang sulit untuk
melakukan aktivitas. Bahkan beberapa orang tidak lagi mampu bekerja.
Nyeri yang diderita dapat membuat pasien takut untuk menggerakan kakinya.
Hal ini apabila berlangsung lama dapat meyebabkan sedentary life style
yaitu kegiatan menetap termasuk duduk, membaca, menonton televisi dan
menggunakan komputer untuk banyak hari dengan sedikit atau tidak ada latihan fisik
yang kuat. Sebuah gaya hidup yang dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular,
depresi dan obesitas. Bahkan apabila pasien tidak mau untuk menggerakan kakinya
dalam waktu yang lama dapat terjadi atrofi otot.(13,14)
21
BAB IV
KESIMPULAN
Osteoartritis (OA) adalah penyakit sendi degeneratif dengan etiologi dan
patogenesis belum jelas, yang ditandai dengan kehilangan tulang rawan sendi secara
bertingkat. Kelainan utama pada OA adalah kerusakan rawan sendi, dapat diikuti
dengan penebalan tulang subkondral, pertumbuhan osteofit, kerusakan ligamen dan
peradangan ringan sinovium, sehingga sendi bersangkutan membentuk efusi.
Osteoartritis umumnya menyerang penderita berusia lanjut pada sendi-sendi penopang
berat badan, seperti sendi lutut, panggul (koksa), lumbal dan servikal. Lutut
merupakan sendi yang paling sering dijumpai terserang OA dari sekian banyak sendi
yang dapat terserang OA. Osteoartritis lutut merupakan penyebab utama rasa sakit
danketidakmampuan dibandingkan OA pada bagian sendi lainnya.
Terapi utama untuk kasus ini adalah terapi simptomatis dengan
menghilangkan nyeri dan juga diet untuk penurunan berat badan agar beban pada
sendi yang terkena osteoarthritis dapat lebih ringan dan tidak memperberat penyakit
tersebut.
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Rumawas RT. 1995. Osteoartritis Dari Segi Neurologi. Cermin Dunia
Kedokteran. 104; p. 35-6
2. Milne AD, Evans NA, Stanish WD. Nonoperative Management of Knee
Osteoarthritis. In: Hartono IM. Studi komparasi antara WOMAC index dengan
Kellgren-Lawrence grading system pada penderita osteoarthritis genu [PPDS1
thesis]. Semarang: Medical Faculty Diponegoro University; 2007. p. 12
3. Cailliet R. 1980. Knee Pain and Disability. Philadelphia : F.A Davis; p.130
4. Hutton CW. 1990. Treatment, Pain, and Epidimiology of Osteoarthritis.
Current Opinion In Rheumatology. 2nd Ed. p.7659
5. Sudoyo AW, Setiyohadi B. Et al. 2010. Ilmu Penyakit Dalam Jilid 3. 5th ed.
Jakarta; p. 2546-8
6. Poole A.R. 2001. Cartilage in Health and Disease. In : Arthritis and Allied
Conditions. Text Book of Rheumatology. 4th Ed. Philadelphia, p. 226-84
7. Setiyohadi Bambang. 2003. Osteoartritis Selayang Pandang. Dalam Temu
Ilmiah Reumatologi. Jakarta : p. 27 – 31
8. Darmojo R. Boedhi, Martono H. Hadi. 1999. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia
Lanjut). Jakarta : Balai Penerbit FK – UI : p. 1 – 7
9. Altman R.D. 1991. Criteria for the Classification of Osteoarthritis. Journal of
Rheumatology. 27 (suppl) : p. 10 – 12
10. Felson D.T, Zhang Y., Hannan M.T., et al. 1995. The Incidence and Natural
History of Knee Osteoarthritis in the Elderly : The Framingham Osteoarthritis
Study. Arthritis Rheumatology; 38 : p.1500-05.
11. Price Sylvia A., Wilson Lorraine M. 1995. Patofisiologi, Konsep Klinis
Prosesproses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; p.
1218-22
23
12. Mayo clinic staff . Osteoarthritis. Available at :
http://www.mayoclinic.com/health/osteoarthritis/DS00019/DSECTION=comp
lications. Accesed on: 19 October 2011. Updated on: 2 August 2011
13. Corwin EJ. 2009. Buku Saku Patofisiologi. 3th ed. (Diterjemahkan oleh :
Subekti NB). EGC: Jakarta. P.332-46
24
top related