makalah mikrobiologi ani
Post on 11-Aug-2015
154 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak memiliki pertahanan yang kuat, akan mudah mendapatkan perlawanan baik dari dalam maupun dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur. Begitupun halnya tubuh kita. Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya tubuh kita akan jatuh sakit dan mungkin akan berujung kepada kematian. Dibutuhkan sistem kekebalan tubuh untuk menjaga agar tubuh kita bisa melawan serangan apapun baik dari dalam maupun dari luar.
Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri.
Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru.
Sistem limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan kelenjar yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan kelenjar limfe sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh.
1
2
B. Ruang Lingkup Bahasan
Mengenal dan mengetahui imunologi
Mempelajari jenis-jenis penyakit ang berhubungan dengan sistem imun.
C. Tujuan
Agar pembaca dapat mengetahui tentang pentingnya sistem imun
Mahasiswa mampu mempelajari dan lebih mengerti arti dari imunologi dalam
kehidupan.
2
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Imunologi
Imunologi adalah suatu cabang yang luas dari ilmu biomedis yang mencakup
kajian mengenai semua aspek sistem imun (kekebalan) pada semua organisme.
Imunologi antara lain mempelajari peranan fisiologis sistem imum baik dalam
keadaan sehat maupun sakit; malfungsi sistem imun pada gangguan imunologi
(penyakit autoimun, hipersensitivitas, defisiensi imun, penolakan allograft);
karakteristik fisik, kimiawi, dan fisiologis komponen-komponen sistem imun in
vitro, in situ, dan in vivo. Imunologi memiliki berbagai penerapan pada berbagai
disiplin ilmu dan karenanya dipecah menjadi beberapa subdisiplin.
B. Tahap-tahap dalam imunologi
o Tahap empiric
Mithridates Eupatoris VI seorang raja dari pontis yunani yang hidup antara
tahun 132-63.S.M Mungkin dapat dianggap sebagai seorang ahli imunologi
pertama di dunia, karena beliau telah menemukan cara agar seseorang kebal
terhadap racun. Cara yang dipakai tidak lain dasar-dasar imunologi yang pada
saat ini tidak dipakai.Bahkan dalam tahun 430 S.M oleh sejarawan yunani :
Thucydides telah mengamati adanya fenomena dalam wabah penyakit sampar
dieropa pada waktu itu, yaitu mereka yang sembuh dari penyakit sampar akan
terhindar dari kejangkitan penyakit tersebut dikemudian hari. Perlu diketahui
bahwa pada jaman itu belum terungkap bahwa penyakit dapat disebabkan oleh
mikroorganisme, sehingga azas-azas imunologi telah diamati sebelum
mikrobiologi lahir.
Dalam abad ke-12, bangsa cina telah mengetahui dari pengalamannya
bagaimana caranya umtuk menanggulangi seorang agar tidak terjangkit cacar
yang pada jaman itu merupahkan wabah yang mengerikan sama seperti wabah
sampar di eropa. Mereka dengan senggaja menggunakan cairan atau kerak
yang berasal dari penderita cacar yang tidak begitu parah, untuk dioleskan
3
4
pada kulit orang lain yang masih sehat agar diharapkan nantinya terlindung
dari seranggan penyakit cacar.
Menyusul peristiwa ditimur tengah yang dilanda wabah cacar pada abad ke-
18. Para orang tua khawatir gadis-gadisnya akan cacat pada kulit wajahnya
oleh penyakit cacar, dengan senggaja mereka menggores kulit gadisnya
membubuhkan bubuk yang bersal dari penderita cacar yang tidak parah. Cara
yang dipakai oleh kedua bangsa untuk mencegah terjangkitnya penyakit
dinamakan variolasi. Sebenarnya cara demikian sangat berbahaya, karena
kadang-kadang dapat menyebabkan kematian orang tersebut. Cara ini sempat
pula meluas ditanah inggris, oleh karena diperkenalkan oleh Lady mary
Wortley Montagu(1721) istri duta besar inggris di turki saat itu.
Untunglah di inggris kemudian ditemukan cara yang lebih aman dan efektif
untung penanggulangan penyakit cacar. Berbeda dengan cara yang digunakan
di cina atau timur tengah, jenner menggunakan bibit penyakit cacar dari sapi
untuk ditularkan kepada manusia. Cara jenner tersebut didasarkan pada
pengamatannya bahwa gadis-gadis memeras susu yang terjangkit cacar sapi
melalui tangannya di samping tidak menderita cacar yang parah juga terbebas
dari serangan penyakit cacar manusia yang gans itu.
o Tahap ilmiah
Pendekatan melalui penggalaman dikembangkan menjadi pendekatan ilmia
barulah seabat kemudian berkat kepeloporan Louis Pasteur (1822-1895) dan
kawan-kawan sekerjanya dalam meneliti kemungkinan pencegahan seseorang
terhadap terjangkitnya oleh penyakit infeksi dengan cara vaksinasi.
Pendekatan ilmia bearti melakukan percobaan-percobaan di laboratorium.
Walaupun pada jaman itu orang sudah berasil menerapkan imunologi untuk
mencegah penjangkitan suatu penyakit, namun orang belum jelas benar
bagaimana mekanismenya. Elie Metchnikoff ( 1845-1916 ) mecoba
4
5
mengungkapkan bagaimana mekanisme efektor bekerja dalam tubuh terhadap
benda asing. Ia mengamati peran sel-sel yang dapat bergerak-gerak dalam
seekor binatang laut terhadap serangan dari luar.
Teori imunitas seluler dari Metchnikoff yang bekerja di institute Pasteur mulai
tahun 1887, pada saat itu dapat diterima oleh masyarakat ilmuan dengan
sangat antusias. Namun oleh beberapa ilmuan lain, teori Metchnikoff
ditentang, terutama oleh mereka yang dalam penelitiannya tidak melihat
sendiri adanya sel-sel yang terlibat dalam imunitas. Hal tersebut tentu saja
mempunyai alasannya sendiri.
Fodor dealam tahun 1886 merupakan seorang ilmuan pertama yang
mengamati pengaruh langsung dari serum imun terhadap mikroba tanpa
campuran tangannya komponen seluler. Penemuan ini dikukuhkan oleh
Behring dan Kitasato (1890) yang menunjukan bahwa serum dapat
menetralkan aktifitas tetanus dan difeteri. Lebih mencengangkan lagi
penemuan seorang ilmuan muda bangsa Belgi, Jules Bordet (1870-1961)
bahwa untuk lisis diperlukan 2 komponen yang terdapat dalam serum imun.
Sebuah diantaranya bersifat termostabil yang dikemudian hari ternyata adalah
antibody, sedang komponen lainnya bersifat termolabil yang dinamakan
komplemen.
Dalam periode perkembangan inilah diperkenalkan istilah anti gen untuk
memberikan nama bagi semua substansi yang dapat menimbulkan reaksi
dalam tubuh terhadapnya. Sekaligus diperkenalkan pula istilah antibody untuk
substansi dalam serum yang mempunyai aktifitas menanggulangi terhadap
antigen yang masuk tubuh.
Dua teori mekanisme efektor-teori humoral dan teori seluler-nampaknya
saling bertentangan walaupun masing-masing mempunyai segi kebenarannya
sendiri. Pada saat itu bahan yang diduga dikandung dalam serum dinamakan
opsonin dan peristiwanya sendiri dinamakan opsonisasi.
5
6
Pada awal PD II, oleh Felton ditemukan fenomena lain dalam imunologi yang
banyak dalam tubuh yang mungkin dapat timbul tidak adanya respons imun
terhadap suatu substansi atau antigen tertentu. Fdenomena Felton ini sekarang
disebut Toleransi Imunologik.
o Tahap modern
Periode perkembangan imunologi sebagai suatu disiplin ilmu sebenarnya
dimulai beberapa saat sebelum pecahnya perang dunia II. Hal tersebut ditandai
oleh munculnya begitu banyak data baru mengenai imunologi. Suatu tonggak
lain yang menandai dengan jelas kepesatan kemajuan bidang ilmu ini telah
dipancagkan oleh J.F.A.P. Miller di London dengan diungkapnya peran sentral
kelenjar Timus yang sebelumnya diabaikan begitu saja atau keliru memahami
fungsinya. Tonggak itu pula dan bersama tonggak-tonggak lainnya
memberikan arah perkembangan imunologi dan selanjutnya memungkinkan
munculnya cabang-cabang baru ilmu imunologi seperti : imunopatologi,
imunogenetika, imunologi tumor, imunologi transplantasi, imunokimia dan
pengetahuan yang secara lkhusus mempelajari penyimpangan-penyimpangan
system imun seperti alergi dan otoimunitas. Bahkan sekitar tahun 1980 Dr.
Robert Ader dari universitas Rochester mempelopori suatu cabang terbaru
yang disebut Psikoneroimunologi.
C. Mekanisme Sistem Kekebalan Tubuh
Tubuh diibaratkan sebagai sebuah negara. Jika negara itu tidak memiliki
pertahanan yang kuat, akan mudah mendapatkan perlawanan baik dari dalam maupun
dari luar, sehingga lambat laun negara itu akan hancur. Begitupun halnya tubuh kita.
Jika kita tidak memiliki pertahanan tubuh yang tinggi pada akhirnya tubuh kita akan
jatuh sakit dan mungkin akan berujung kepada kematian. Dibutuhkan sistem kekebalan
tubuh untuk menjaga agar tubuh kita bisa melawan serangan apapun baik dari dalam
maupun dari luar.
6
7
Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri
sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing
yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka
terjadilah proses pertahanan diri.
Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral
dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin)
dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll).
Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil
beredar di dalam tubuh kita.
Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari berbagai
macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang) beserta sistem
limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh
yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru.
Sistem limfatik baru akan dikatakan mengalami gangguan jika muncul tonjolan kelenjar
yang membesar dibandingkan pada umumnya. Hal ini dikarenakan kelenjar limfe
sedang berperang melawan kuman yang masuk ke dalam tubuh.
Organ limfoid seperti thymus sendiri mempunyai tanggung jawab dalam pembentukan
sel T dan penting bagi para bayi baru lahir, karena tanpa thymus, bayi yang baru lahir
akan mempunyai sistem imun yang buruk. Leukosit (sel darah putih) dihasilkan oleh
Thymus, lien dan sumsum tulang. Leukosit bersirkulasi di dalam badan antara organ
tubuh melalui pembuluh limfe dan pembuluh darah. Dengan begitu, sistem imun
bekerja terkoordinasi baik memonitor tubuh dari kuman ataupun substansi lain yang
bisa menyebabkan problem bagi tubuh.
Ada dua tipe leukosit pada umumnya, yaitu fagosit yang bertugas memakan organisme
yang masuk ke dalam tubuh dan limfosit yang bertugas mengingat dan mengenali yang
masuk ke dalam tubuh serta membantu tubuh menghancurkan mereka. Sedangkan sel
lainnya adalah netrofil, yang bertugas melawan bakteri. Jika kadar netrofil meningkat,
7
8
maka bisa jadi ada suatu infeksi bakteri di dalamnya.
Limfosit sendiri terdiri dari dua tipe yaitu limfosit B dan limfosit T. Limfosit dihasilkan
oleh sumsum tulang, tinggal di dalamnya dan jika matang menjadi limfosit sel B, atau
meninggalkan sumsum tulang ke kelenjar thymus dan menjadi limfosit sel T. Limfosit
B dan T mempunyai fungsi yang berbeda dimana limfost B berfungsi untuk mencari
target dan mengirimkan tentara untuk mengunci keberadaan mereka. Sedangkan sel T
merupakan tentara yang bisa menghancurkan ketika sel B sudah mengidentifikasi
keberadaan mereka.
Jika terdapat antigen (benda asing yang masuk ke dalam tubuh) terdeteksi, maka
beberapa tipe sel bekerjasama untuk mencari tahu siapa mereka dan memberikan
respons. Sel-sel ini memicu limfosit B untuk memproduksi antibodi, suatu protein
khusus yang mengarahkan kepada suatu antigen spesifik. Antibodi sendiri bisa
menetralisir toksin yang diproduksi dari berbagai macam organisme, dan juga antibodi
bisa mengaktivasi kelompok protein yang disebut komplemen yang merupakan bagian
dari sistem imun dan membantu menghancurkan bakteri, virus, ataupun sel yang
terinfeksi.
D. Gambaran Singkat Sistem Imun
Sistem Limfoid (Imun)
Sistem limfoid terdiri dari berbagai sel, jaringan dan organ yang merupakan tempat
prekursor dan turunan limfosit berasal, berdiferensiasi, mengalami pematangan dan
tersangkut. Semua sel darah berasal dari prekursor bersama, yaitu sel bakal
pluripotensial. Sel bakal pluripotensial adalah sel-sel embrionik yang dapat membentuk
bermacam-macam sel hematopoetik dan dapat membelah diri. Sel-sel ini ditemukan
dalam sumsum tulang dan jaringan hematopoetik lain serta menghasilkan semua
komponen darah (misalnya, eritrosit, trombosit, granulosit, monosit dan limfosit).
Organ Limfoid Primer
Walaupun terdapat di semua bagian tubuh, namun limfoid cenderung terkonsentrasi
di beberapa organ limfoid, termasuk sumsum tulang, timus, limpa, kelenjar getah
bening dan jaringan limfoid terkait organ. Sumsum tulang dan timus dianggap sebagai
organ limfoid primer.8
9
Organ Limfoid Sekunder
Organ limfoid sekunder mencakup limpa, kelenjar getah bening dan jaringan tidak
berkapsul. Contoh-contoh jaringan tidak berkapsul adalah tonsil, adenoid dan bercak-
bercak jaringan limfoid di lamina propria (jaringan ikat fibrosa yang terletak tepat di
bawah epitel permukaan selaput lendir) dan di sub mukosa saluran cerna.
Imunitas Selular
Peran sel T dapat dibagi menjadi dua fungsi utama : fungsi regulator dan fungsi
efektor. Fungsi regulator terutama dilakukan oleh salah satu subset sel T, sel T
penolong (CD4). Sel-sel CD4 mengeluarkan molekul yang dikenal dengan nama sitokin
(protein berberat molekul rendah yang disekresikan oleh sel-sel sistem imun) untuk
melaksanakan fungsi regulatornya. Sitokin dari sel CD4 mengendalikan proses imun
seperti pembentukan imunoglobulin oleh sel B, pengaktivan sel T lain dan pengaktifan
makrofag. Fungsi efektor dilakukan oleh sel T sitotoksik (sel CD8). Sel-sel CD8 ini
mampu mematikan sel yang terinfeksi oleh virus, sel tumor dan jaringan transplantasi
dengan menyuntikkan zat kimia yang disebut perforin ke dalam sasaran ”asing”. Baik
sel CD4 dan CD8 menjalani pendidikan timus di kelenjar timus untuk belajar mengenal
fungsi
E. Fungsi utama imunitas selular adalah :
› Sel T CD8 memiliki fungsi sitotoksik.
› Sel T juga menyebabkan reaksi hipersensitivitas tipe lambat saat menghasilkan
berbagai limfokin yang menyebabkan peradangan.
› Sel T memiliki kemampuan untuk mengingat.
› Sel T juga memiliki peran penting dalam regulasi atau pengendalian sel.
Imunitas Humoral
Sel B memiliki dua fungsi esensial : berdiferensiasi menjadi sel plasma yang
menghasilkan imunoglobulin dan merupakan salah satu kelompok APC. Sel B mengalami
pematangan dalam dua tahap, tetapi tidak seperti sel T, tidak matang di timus. Fase
pertama pematangan sel B bersifat independen-antigen. Dan fase kedua adalah fase
9
10
dependen – antigen, sel B berinteraksi dengan suatu imunogen, menjadi aktif dan
membentuk sel plasma yang mampu mengeluarkan antibodi.
Imunoglobulin
Imunoglobulin (antibodi) , yang membentuk sekitar 20% dari semua protein dalam plasma
darah, adalah produk utama sel plasma. Selain di plasma darah, imunoglobulin juga
ditemukan di dalam air mata, air liur, sekresi mukosa saluran napas, cerna dan kemih-
kelamin, serta kolostrum.
Fungsi imunoglobulin adalah :
Menyebabkan sitotoksisitas yang diperantarai oleh sel yang dependen antibodi.
Memungkinkan terjadinya imunisasi pasif
Meningkatkan opsonisasi (pengendapan komplemen pada suatu antigen sehingga
kontak
lekat dengan sel fagositik menjadi lebih stabil).
Mengaktifkan komplemen (kumpulan glikoprotein serum)
Menyebabkan anafilaksis.
Imunitas : Alami Dan Didapat
Ada dua tipe umum imunitas, yaitu : alami (natural) dan didapat (akuisita). Imunitas alami
yang merupakan kekebalan non spesifik sudah ditemukan pada saat lahir. Sedangkan
imunitas di dapat atau imunitas spesifik terbentuk sesudah lahir.
Imunitas alami akan memberikan respon nonspesifik terhadap setiap penyerang asing
tanpa memperhatikan komposisi penyerang tersebut. Dasar pertahanan alami semata-mata
berupa kemampuan untuk membedakan antara sahabat dan musuh atau antara ”diri
sendiri” dan ”bukan diri sendiri”. Mekanisme alami semacam ini mencakup sawar (barier)
fisik dan kimia, kerja sel-sel darah putih dan respon inflamasi.
Imunitas di dapat biasanya terjadi setelah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan
imunisasi yang menghasilkan respon imun yang bersifat protektif. Beberapa minggu atau 10
11
bulan sesudah seseorang terjangkit penyakit atau mendapatkan imunisasi akan timbul
respon imun yang cukup kuat untuk mencegah terjadinya penyakit atau jangkitan ulang.
Ada dua tipe imunitas yang di dapat, yaitu aktif dan pasif.
Pada imunitas yang didapat aktif, pertahanan imunologi akan dibentuk oleh tubuh orang
yang dilindungi oleh imunitas tersebut. Imunitas ini umumnya berlangsung selama
bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup.
Imunitas didapat yang pasif merupakan imunitas temporer yang ditransmisikan dari
sumber lain yang sudah memiliki kekebalan setelah menderita sakit atau menjalani
imunisasi.
Mekanisme Eliminasi Antigen
Fungsi akhir dari sistim imun adalah mengeliminir bahan asing. Hal ini dilakukan melalui
berbagai jalan:
1) Sel Tc dapat menghancurkan antigen asing seperti sel kanker dan sel yang mengandung
virus secara langsung melalui penglepasan sitotoksin.
2) Antibodi berfungsi dalam respons imun melalui beberapajalan
a)Neutralisasi toksin
Antibodi yang spesifik (IgG, IgA) untuk toksin bakteri atau bisa serangga/ular dapat
mengikat antigen dan menginaktif-kannya. Kompleks ikatan tersebut selanjutnya
akan dieliminir oleh sistim fagosit makrofag.
b)Neutralisasi virus Antibodi yang spesifik (IgG, IgA) ter-hadap epitop pada
permukaan virus akan mencegah ikatan virus dengan sel mukosa sehingga mencegah
infeksi, Sel NK dapat menghancurkati sel yang diinfeksi virus.
c) Opsonisasi bakteri
Antibodi (IgG, IgM) dapat menyelimuti permukaan bakteri sehingga memudahkan
eliminasi oleh fagosit (yang memiliki reseptor untuk Fc dari Ig). Ikatan dengan
makrofag tersebut memudahkan fagositosis (opsonin).
d)Aktivasi komplemen
Beberdpa kelas antibodi (IgG, IgM, IgA) dapat mengaktif-kan komplemeti. Bila
epitop ada pada permukaan sel misalnya bakteri, maka komplemen yang diaktifkan
11
12
dapat menghancurkan sel tersebu melalui efek enzim. Beberapa komponen kom-
plemen (C3b, C4b) juga memiliki sifat opsonin. Opsonin terse-but berikatan dengan
kompleks antigen- antibodi dan akhirnya dengan·reseptor pada permukaan makrofag
sehingga memu- dahkan fagositosis. Ada komponen komplemen yang berupa
kemotaktik (C3a, C5a) untuk neutrofil dan ada yang mengaktif-kan mastositdan basofil
(anafilatoksin) untuk melepas histamin.
Beberapa bakteri seperti E. coil dan S. aureus dapat mengaktif-kan komplemen
langsung melalui jalur alternatif. Respons me-lalui komplemen sangat kompleks dan
penting dalam inflamasi yang juga merupakan mekanisme pertahanan. Sistim enzim
lain yang berperanan pada inflamasi ialah sistim kinin, clotting dan fibrinolitik.
e) ADCC
Antibodi utama IgG dapat diikat Killer cell (sel K) (atau sel lain seperti eosinofil,
neutrofil, yang memiliki reseptor untuk Fc dari IgG). Sel yang dipersenjatai olch IgG t
ersebut dapat mengikat sel sasaran (bakteri, sel tumor, penolakan transplan,penyakit
autoimun dan parasit) dan membunuhnya. Beda sel K dari sel Tc ialah karena sel K
tidak memiliki petanda CD8 dan memerlukan antibodi dalam fungsinya.
3) Inflamasi dan hipersensitivitas lambat (Delayed Type Hypersensitivity, DTH)
Menyusul presentasi antigen oleh sel APC, sel Th melepas limfokin yang mengerahkan
dan mengaktilkan makrofag dan menimbulkan reaksi inflamasi. Respons inflamasi ini
disebut.
lambat atau hiperreaktivitas lambat oleh karena memerlukan 24-28 jam sedang respons
inflamasi yang terjadi melalui antibodi terjadi dalam beberapa menit-jam. Kedua respons
inflamasi tersebut juga berbeda dalam jenis sel yang dikerahkan: pada respons lambat sel
mononuklear dan pada inflamasi antibodi-komplemen, terutama sel polimorfonuklear.
Inflamasi mempunyai efek baik dan buruk oleh karena di samping eliminasi bahan asing,
juga dapat menimbulkan kerusakan jaringan.
4)Eliminasi protozoa
Baik imunitas humoral maupun selular (makrofag dan sel T yang diaktifkan) berperanan
pada eliminasi P. carinii, Giardia dan T
5). Eliminasi jamur
12
13
Respons imun terhadap jamur adalah kompleks; yang penting antara lain mekanisme
selular clan efek toksik melalui neutrofil. Dinding sel jamur dapat mengaktifkan
komplemen (jalur alternatif) yang menghasilkan opsonin dan memudahkan fagositosis.
Kekebalan Dan Hipersensitivitas
Hubungan Antara Keduanya
Dahulu, reaksi hipersensitivitas yang diperan-tarai oleh imunoglobulin kadang-kadang
disebut sebagai reaksi hipersensitivitas tipe cepat, sedangkan yang diperantarai oleh
mekanisme kekebalan seluler dinamakan reaksi hipersensitivitas tipe lambat. (kadang-
kadang reaksi yang terakhir ini juga disebut sebagai reaksi hipersensitivitas tipe
tuberkulin atau reaksi hipersensitivitas bakteri, karena contoh-contoh prototipe).
Meskipun istilah ini kadang-kadang masih digunakan akan tetapi oleh karena banyak
sekali reaksi yang kecepatannya saling bertumpang tindih maka istilah ini menjadi kurang
cepat. Suatu klasifikasi kelainan-kelainan imunologis yang lebih berguna telah diusulkan
oleh Gell dan Coombs.
F. Jenis Penyakit
a.Lupus
Penyakit lupus ini memiliki tiga bentuk, yaitu:
Cutaneus Lupus
Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
Drug Induced Lupus (DIL). Cutaneus Lupus sering disebut discoid.
Penyakit lupus ini mempengaruhi kulit. Systemic Lupus Erythematosus (SLE)
menginfeksi organ tubuh seperti kulit, persendian, paru-paru, darah, pembuluh
darah,ginjal, jantung, hati, otak, dan syaraf. Drug Induced Lupus (DIL) terjadi
karena penggunaan obat-obatan tertentu.Penderita penyakit lupus sering disebut
odipus (orang hidup dengan lupus). Para penderita penyakit lupus akan
menghidari hal-hal yang mengakibatkan penyakitnya kambuh. Berikut ini hal-hal
yang dihindari para odipus.
13
14
Menjaga tubuh agar tidak terkena matahari secara langsung.
Mengurangi beban kerja.
Menghindari penggunaan obat tertentu.
Para penderita penyakit lupus dapat memeriksakaan diri ke dokter-dokter
pemerhati penyakit lupus. Khususnya, dokter spesialis penyakit hematologi,
rheumatologi, ginjal, hipertensi, alergi imunologi. Penyakit lupus dapat di
tanggulangi dengan berobat dengan secara teratur dan minum obat teratur yang
diberikan oleh dokter (biasanya, obat diminum seumur hidup) sehingga odipus dapat
hidup layaknya orang normal.
Gejala Penyakit Lupus
Gejala-gejala penyakit lupus dikenal sebagai Lupus Eritomatosus Sistemik
(LES) alias Lupus. Eritomatosus artinya kemerahan, sedangkan sistemik bermakna
menyebar luas keberbagai organ tubuh. Istilahnya disebut LES atau Lupus. Gejala-
gejala penyakit lupus yang umum dijumpai adalah:
1. Kulit yang mudah gosong akibat sinar matahari serta timbulnya gangguan
pencernaan.
2. Gejala umum penyakit lupus penderita sering merasa lemah, kelelahan yang
berlebihan, demam dan pegal-pegal. Gejala ini terutama didapatkan pada masa aktif,
sedangkan pada masa remisi (nonaktif) menghilang.
3. Pada kulit, akan muncul ruam merah yang membentang di kedua pipi, mirip kupu-
kupu. Kadang disebut (butterfly rash). Namun ruam merah menyerupai cakram bisa
muncul di kulit seluruh tubuh, menonjol dan kadang-kadang bersisik. Melihat
banyaknya gejala penyakit lupus, maka wanita yang sudah terserang dua atau lebih
gejala saja, harus dicurigai mengidap Penyakit Lupus.
4. Anemia yang diakibatkan oleh sel-sel darah merah yang dihancurkan oleh penyakit
lupus ini
5. Rambut yang sering rontok dan rasa lelah yang berlebihan
14
15
Penyakit Lupus bisa dicegah dengan cara :
Mengurangi kontak dengan sinar matahari
Menerapkan hidup sehat dan menghindarkan diri dari stres
Tidak merokok
Berolahraga secara teratur
Melakukan diet nutrisi
Penyebab Penyakit Lupus lainnya
Hingga saat ini penyebab Penyakit Lupus belum diketahui secara pasti. Ada beberapa
kemungkinan penyebab penyakit lupus yaitu :
Faktor lingkungan. Misalnya : infeksi, cahaya ultraviolet (matahari), stres dll.
Faktor genetik. Kemungkinan penyakit lupus diturunkan sangatlah kecil.
Faktor hormon. Belum diketahui jenis hormon penyebab penyakit lupus pada
perempuan, tetapi risiko timbulnya penyakit lupus pada perempuan dewasa usia subur
adalah delapan kali lebih tinggi dibanding laki-laki dewasa.
Faktor sinar matahari. Diperkirakan sinar matahari yang memancarkan sinar
ultraviolet dapat merangsang peningkatan hormon estrogen sehingga mempermudah
terjadiya reaksi autoimmun. Teriknya sinar matahari merupakan salah satu faktor
pencetus penyakit lupus.
B. Asma Bronkial
Masalah utama asma adalah sering tak terdiagnosis atau pengobatan tak adekuat.
Pasien mengobati sendiri, pemahaman dan pengetahuan mengenai asma yang kurang
serta beberapa mitos atau salah persepsi mengenai asma.
Tak jarang dijumpai rasa sesak disangka penyakit jantung, atau batuk-batuk kronis
yang disebabkan penyakit bronkitis atau sukar tidur karena insomnia. Keluhan batuk
15
16
mengi atau sesak saja bukan monopoli penyakit asma. Beberapa penyakit atau
keadaan dapat menyerupai asma, seperti Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
bronkitis kronik dan emfisema; infeksi paru; sinusitis paranasal; tuberkulosis; refluks
gastroesofageal dan penyakit jantung seperti gagal jantung. Diagnosis tepat
mengarahkan pengobatan yang tepat.
Dalam praktiknya sering dijumpai pasien mengobati dirinya sendiri. Mereka
menggunakan obat semprot pelega (inhaler) untuk mengatasi gejala asmanya. Dalam
jangka panjang, kondisi ini justru akan memperburuk gejala asma dan akan makin
sering mendapat serangan asma.
Hal yang perlu dilakukan adalah dengan memberikan penderita obat anti
inflamasi,menghindari faktor pencetus serangan, dan mendapatkan edukasi. Edukasi
bertujuan agar pemahaman dan pengetahuan pasien mengenai asma dan penyebabnya
menjadi lebih baik. Pengetahuan inilah yang akan mempermudah komunikasi dengan
dokter, dan memahami mitos-mitos yang berkembang di masyarakat.
Beberapa mitos yang dijumpai di masyarakat, diantaranya, obat semprot berbahaya
untuk jantung, dan hanya dipakai untuk asma yang berat. Pemakaian obat asma secara
teratur akan menyebabkan kecanduan (adiksi). Mitos-mitos itu tidak benar.
Apakah asma bisa sembuh? Sejujurnya, tak ada obat yang dapat menyembuhkan
asma. Dengan diagnosis dan pengobatan yang tepat penderita asma dapat menjalani
hidup dengan normal (pasien harus mematuhi instruksi, dan kontrol dokter. Ia pun
wajib memakai obat pengontrol secara teratur. Jangan pergi ke dokter saat asma
menyerang saja).
Mitos lainnya yang juga tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya adalah:
mengobati asma jika muncul gejala saja. Asma akan hilang dengan sendirinya
menjelang dewasa. Penderita asma masih boleh merokok. Stress penyebab asma.
Penderita asma tak boleh berolah raga, dan lain-lain.
Layaknya penyakit hipertensi, atau diabetes tak dapat disembuhkan, manajemen
penyakit asma saat ini berdasarkan Kontrol Asma. Panduan manajemen asma
internasional berdasarkan Global Initiative for Asthma (GINA) menekankan
16
17
pentingnya kontrol asma. Sekali asma terkontrol, kecil kemungkinan untuk mendapat
serangan asma, apalagi sampai memerlukan perawatan rumah sakit. Meskipun pandu-
an GINA tersebut telah diedarkan secara luas, kenyataannya, sebagian besar pasien
asma belum atau bahkan tidak terkontrol. Oleh karenanya peran dokter yang
mengobati asma sangat penting dalam memberikan edukasi kepada pasien. Tak hanya
itu. Dokter pun memberikan pengobatan yang profesional sehingga pasien dapat
secara optimal menikmati hidupnya.
C. Rinitis Alergi
Rinitis alergi merupakan salah satu bentuk rinitis yang mekanismenya secara umum
melalui sistem imun, atau IgE secara khusus. Prevalensinya berkisar antara 10-15% dari
masyarakat. Penderitanya pun beragam, mulai dari usia anak hingga dewasa. Gejalanya
dapat berupa rinorea, hidung gatal, bersin dan hidung tersumbat. Terkadang disertai rasa
gatal di mata. Akibatnya, mengganggu kualitas hidup penderitanya. Seperti, gangguan
tidur, gangguan aktivitas, hingga absen dari sekolah atau pekerjaan. Berdasarkan lama
dan seringnya gejala rinitis dapat diklasifikasikan sebagai rinitis alergi intermiten atau
persisten. Dikatakan rinitis intermiten bila gejala berlangsung kurang dari empat hari per
minggu dan lamanya kurang dari empat minggu. Sedangkan rinitis persisten gejala
berlangsung lebih dari empat hari/ minggu dan lamanya lebih dari empat minggu.
Derajatnya dikatakan sedang atau berat bila gejalanya menggangu kualitas hidup
penderitanya. Yang perlu diwaspadai adalah komplikasi terjadinya sinusitis, polip hidung,
dan gangguan pendengaran.
Rinitis alergi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya asma. Sering pasien baru
datang ke dokter jika telah terjadi komplikasi. Dengan pengobatan yang baik, gejala
rinitis dapat terkontrol. Sehingga kualitas hidup penderitanya meningkat kembali dan
menjalani hidup layaknya orang normal.
17
18
C. Alergi Obat
Seiring pertumbuhan obat-obat baru untuk tujuan diagnosis, terapi, dan pencegahan
penyakit maka terjadinya reaksi simpang obat pun meningkat. Reaksi simpang obat
didefinisikan sebagai respons yang tidak diinginkan pada pemberian obat dalam dosis
terapi, diagnosis, dan profilaksis. Reaksi alergi obat adalah reaksi simpang obat yang
mekanismenya melalui reaksi imunologis. Kejadian reaksi alergi obat diperkirakan 6-10%
dari reaksi simpang obat. Dalam praktek tidak mudah menentukan sistem imun terlibat.
Banyak kejadian yang gejalanya mirip atau serupa dengan gejala alergi, tetapi
mekanismenya bukan alergi seperti sesak napas atau angioderma karena aspirin atau anti
inflamasi non steroid (AINS), maka diperkenalkan istilah hipersensitivitas obat.
Alergi obat perlu dipahami oleh tenaga kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan
pemberian obat. Hal ini terkait dengan masalah mediko-legal, terutama bila kejadiannya
dianggap merugikan pasien, sehingga pasien atau keluarganya dapat menuntut dokter,
petugas kesehatan lain atau rumah sakit.
Gejala alergi obat sangat bervariasi. Gejala paling sering adalah gejala kulit, mulai dari
eritema, urtikaria, pruritus, angioedema, vesikula, bula hingga kulit melepuh. Gejala lain
yang lebih jarang, misalnya sesak nafas, pusing hingga pingsan, seperti pada anafilaksis.
Dapat juga terjadi anemia, gangguan fungsi hati atau ginjal.
Komplikasi alergi obat yang paling berbahaya adalah anafilaksis, disusul dengan Steven
Johnson Syndrome, nekrosis epidermal toksik, dan Drug Rash Eosinophilia and Systemic
Symptoms (DRESS).
Klinik Alergi RS Medistra memberikan pelayanan penyuluhan bagi pasien untuk
menghindari terjadinya reaksi alergi obat di masa mendatang, mengobati reaksi alergi
obat yang terjadi, dan uji diagnosis alergi obat.
Tes Kulit. Sebenarnya hanya sedikit jenis obat yang dapat dipakai untuk tes kulit. Hal ini
dikarenakan obat setelah masuk ke dalam tubuh akan mengalami metabolisme. Hasil
18
19
metabolisme atau metabolit umumnya belum diketahui kecuali penisilin. Selanjutnya
metabolit akan berikatan dengan protein tubuh, untuk kemudian menimbulkan reaksi
alergi.
Tes kulit obat-obat lainnya belum pernah divalidasi, sehingga hasilnya kurang dapat
dipercaya. Sebagai contoh, hasil tes kulit terhadap cefalosporin negatif tetapi sewaktu
diberikan, pasien mengalami anafilaksis. Ada dua jenis tes kulit untuk alergi obat, yaitu
tes tusuk, dan intra kutan untuk reaksi alergi obat fase cepat dan tes tempel untuk reaksi
alergi obat fase lambat. Tetapi kembali lagi kedua tes di atas tidak dapat dipercaya
sepenuhnya.
Tes Provokasi Obat. Tes ini merupakan baku emas untuk menentukan adanya reaksi alergi
obat. Karena dapat menyebabkan reaksi yang serius, tes ini hanya boleh dilakukan oleh
dokter yang ahli dalam bidang ini dan dilakukan di rumah sakit.
Tes Laboratorium. Sampai sejauh ini baru dalam tahap penelitian dan hanya terhadap obat
yang terbatas. Seperti halnya tes lain, tes invitro ini lebih spesifik tetapi tidak sensitif.
Sehingga banyak negatif palsu. Yang paling penting dalam reaksi alergi obat adalah
pencegahan. Jadi dalam memberikan obat indikasi pemberian harus tepat, kemudian
dipastikan tidak pernah mengalami reaksi alergi obat yang akan diberikan. Selanjutnya
selalu waspada dan siap bertindak bila terjadi alergi obat.
D. Urtikaria dan Angioderma
Urtikaria ditandai kelainan kulit berupa bentol, kemerahan, dan gatal. Dikatakan urtikaria
akut jika gejala berlangsung kurang dari enam minggu dan sebabnya jelas. Sedangkan
urtikaria kronik jika gejala berlangsung lebih dari enam minggu, bahkan bisa sampai 20
tahun. Umumnya pasien yang datang ke poli alergi adalah urtikaria kronik.
Umumnya pasien telah lama berobat ke berbagai dokter baik umum maupun spesialis,
sehingga pasien merasa jengkel karena urtikarianya tidak sembuh-sembuh. Sebagian besar
urtikaria kronik penyebabnya tidak diketahui sehingga pengobatan bisa berlangsung lama.
19
20
Bila sebabnya diketahui, mungkin gejalanya dapat dihilangkan. Angioderma menyerupai
urtikaria, tetapi mengenai jaringan kulit yang lebih dalam. Gejala sering tidak gatal tetapi
terasa sakit. Umumnya mengenai mukosa mata, bibir atau kemaluan. Bila mengenai
daerah trakea atau bronkus, seperti pada reaksi anafilaksis dapat membahayakan nyawa
pasien.
E. Lupus Eritematosus Sistemik (LES)
LES merupakan salah satu penyakit autoimun. Karena bersifat sistemik, auto-antibodi
menyerang beberapa organ, baik secara bersamaan atau berurutan. Radang sendi
merupakan gejala yang tersering, tetapi demam yang berkepanjangan juga merupakan
salah satu gejala lupus. Gejala seperti kemerahan di wajah, sariawan, anemia, lekopeni
atau trambositopeni merupakan petunjuk ke arah LES. Proteinuria dan hematuria sampai
kepada efusi pleura atau perikard tidak jarang dijumpai. Kelainan neorologi atau psikitrik
dapat disebabkan LES. Makin dini diagnosis, dan makin cepat diobati, diharapkan
komplikasi yang serius dapat dihindari.
F. Penyakit Imunodefisiensi
Penyakit imunodefisiensi bisa didapat sejak lahir, atau setelah dewasa. Berbagai penyakit
atau keadaan seperti pemakaian obat dapat menyebabkan imunodefisiensi. Infeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan salah satu penyebab imunodefisiensi yang
dikenal dengan AIDS. Umumnya pasien datang dalam keadaan sudah lanjut karena infeksi
oportunistik, padahal semakin awal penyakit diketahui dan diobati semakin baik
prognosisnya. Penyakit-penyakit kronis lainnya seperti diabetes mellitus, gagal ginjal
kronis, sirosis hati, dan PPOK dapat menurunkan daya tahan tubuh. Oleh karena itu,
meningkatkan daya tahan tubuh sangat diperlukan, agar terhindar dari bahaya penyakit
infeksi.
20
21
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Ada satu hal yang harus diingat bahwa sistem imun sangatlah penting dalam tubuh manusia. Sistem imunitas yang sehat adalah jika dalam tubuh bisa membedakan antara diri sendiri dan benda asing yang masuk ke dalam tubuh. Biasanya ketika ada benda asing yang yang memicu respons imun masuk ke dalam tubuh (antigen) dikenali maka terjadilah proses pertahanan diri.
Secara garis besar, sistem imun menurut sel tubuh dibagi menjadi sistem imun humoral dan sistem imun seluler. Sistem imun humoral terdiri atas antibody (Imunoglobulin) dan sekret tubuh (saliva, air mata, serumen, keringat, asam lambung, pepsin, dll). Sedangkan sistem imun dalam bentuk seluler berupa makrofag, limfosit, neutrofil beredar di dalam tubuh kita.
Tubuh kita mempunyai banyak sekali mekanisme pertahanan yang terdiri dari berbagai macam sistem imun yaitu organ limfoid (thymus, lien, sumsum tulang) beserta sistem limfatiknya. Organ tubuh kita yang juga termasuk dalam mekanisme pertahanan tubuh yaitu jantung, hati, ginjal dan paru-paru.
B.Saran
Setelah mambaca makalah ini kami mengharapkan kita sebagai calon tenaga
kesehatan dapat memahami betul tentang sistem imunologi dan jenis penyakit yang dapat
menyerang tubuh manusia
DAFTAR PUSTAKA
21
22
Radji Maksun.DR.2010.Imunologi dan virologi.Penerbit PT ISFI. Jakarta.
Sears w.Benjamin.20-6.Intisari mikrobiologi dan imunologi.penerbit:EGC.hal 71-78.
Jawetz, Melnick, dan Adelberg (2008), Mikrobiologi Kedokteran Edisi 23 hal. 121-146. Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta
22
top related