makalah geologi laut kebencanaan...2020/10/19 · makalah geologi laut kebencanaan oleh : iwan dwi...
Post on 30-Jul-2021
27 Views
Preview:
TRANSCRIPT
MAKALAH GEOLOGI LAUT
KEBENCANAAN
Oleh :
IWAN DWI SETIAWAN (1610716210008)
MIRNA SARI (G1F115023)
M. AFRIZAL TEGAR N. (G1F115208)
RIMA ANNISA (1610716120007)
RIZKY SUHAINI (1610716210016)
SICILIA VERA Y. (1610716320008)
PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2018
KEBENCANAAN
I. Sebaran Potensi Bencana Geologi Laut
Menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian
peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan
masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam
maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia,
kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Bencana
geologi laut merupakan salah satu jenis bencana alam. Bencana alam adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang
disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus,
banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
Bencana yang disebabkan oleh proses-proses geologi disebut dengan
bencana geologi. Bahaya geologi yang berada di muka bumi pada hakikatnya
merupakan hasil dari proses-proses geologi, baik yang bersifat endogenik maupun
eksogenik dimana proses proses tersebut tidak bisa dikendalikan oleh manusia.
Dalam beberapa kasus, tingkat kerusakan relatif terhadap jumlah korban dan
kerugian harta benda dapat dipakai sebagai pembanding antara skala bencana dan
resiko bencana yang terjadi di suatu wilayah. Manusia dapat juga menjadi faktor
penyebab yang merubah bahaya geologi menjadi bencana geologi serta menjadi
faktor penentu dari tingkat kerusakan suatu bencana, seperti misalnya
pertumbuhan penduduk yang tinggi, kemiskinan, degradasi lingkungan, dan
kurangnya informasi. Meskipun beberapa faktor tersebut dianggap sebagai faktor
yang saling berpengaruh satu dan lainnya serta faktor-faktor tersebut sulit
dipisahkan mana yang paling dominan berpengaruh terhadap tingkat kerusakan
suatu bencana (Noor, 2012).
Daerah yang berpotensi dalam bencana geologi laut merupakan daerah
yang termasuk dalam kawasan Cincin Api Pasifik. Cincin Api
Pasifik atau Lingkaran Api Pasifik (Ring of Fire) adalah daerah yang sering
mengalami gempa bumi dan letusan gunung berapi yang mengelilingi
cekungan Samudra Pasifik. Daerah ini berbentuk seperti tapal kuda dan mencakup
wilayah sepanjang 40.000 km. Daerah ini juga sering disebut sebagai sabuk
gempa Pasifik. Sekitar 90% dari gempa bumi yang terjadi dan 81% dari gempa
bumi terbesar terjadi di sepanjang di kawasan Cincin Api ini. Daerah gempa
berikutnya (5-6% dari seluruh gempa dan 17% dari gempa terbesar) adalah sabuk
Alpide yang membentang dari Jawa ke Sumatra, Himalaya, Mediterania hingga
ke Atlantika. Negara-negara yang termasuk dalam kawasan Cincin Api antara lain
yaitu Selandia Baru, Indonesia, Malaysia, Filipina, Jepang, Alaska, Colombia,
California, Meksiko, Guatemala dan Nikaragua.
Gambar 1. Peta Daerah Kawasan Cincin Api Pasifik
Indonesia berada di jalur gempa teraktif di dunia karena merupakan salah
satu negara yang berada pada kawasan Cincin Api Pasifik dan berada di atas tiga
tumbukan lempeng benua, yakni, Indo-Australia dari sebelah selatan, Eurasia dari
utara dan Pasifik dari timur. Kondisi geografis ini di satu sisi menjadikan
Indonesia sebagai wilayah yang rawan bencana letusan gunung api, gempa, dan
tsunami namun di sisi lain menjadikan Indonesia sebagai wilayah subur dan kaya
secara hayati.
Gambar 2. Peta Letak Lempeng Benua di Indonesia
Gambar 3. Peta Sebaran Gunung Api di Indonesia
Gambar 4. Peta Sebaran Gempa Bumi di Indonesia
Berdasarkan dari gambar 3 terlihat bahwa sebaran gunung berapi di
Indonesia banyak terletak di daerah Sumatra bagian barat, Jawa, Bali, Nusa
Tenggaraa, Halmahera bagian barat dan Sulawesi bagian Utara. Untuk sebaran
gempa bumi dapat terlihat dari gambar 4, hampir 2/3 dari negara Indonesia rawan
bencana gempa bumi kecuali daerah Kalimantan, Sumatra bagian Timur dan
bagian selatan Pulau Papua. Secara garis besar, dampak dari tatanan tektonik di
Indonesia antara lain sebagai berikut:
1. Dampak positif yang meliputi adanya tanah subur, pemandangan yang indah,
cekungan hidrokarbon, jalur mineralisasi, dan potensi energi terbarukan (panas
bumi, biomassa, nuklir dan sebagainya). Dampak positif ini mendorong adanya
eksplorasi dan eksploitasi yang berbasis penelitian multidisiplin untuk
kesejahteraan masyarakat dan ketahanan negara (pangan & energi).
2. Dampak negatif yang mencakup bencana-bencana geologi, antara lain
gempabumi, tsunami, letusan gunung berapi, tanah longsor dan sebagainya.
Hal tersebut mendorong adanya mitigasi bencana geologi yang berbasis
penelitian multidisplin untuk mengurangi resiko bencana yang ditimbulkan
(Surono, 2014).
II. Tsunami
Tsunami berasal dari bahasa Jepang yaitu tsu yang berarti pelabuhan dan
namiyang berarti gelombang. Jadi tsunami berarti pasang laut besar dipelabuhan.
Dalam ilmu kebumian terminologi ini dikenal dan baku secara umum. Secara
singkat tsunami dapat dideskripsikan sebagai gelombang laut dengan periode
panjang yang ditimbulkan oleh suatu gangguan impulsif yang terjadi pada
medium laut, seperti gempa bumi, erupsi vulkanik atau longsoran.
Gambar 5. Ilustrasi Bencana Tsunami
Gelombang tsunami merupakan jenis gelombang yang dapat bergerak ke segala
arah hingga mencapai jarak ribuan kilometer. Daya kerusakan yang diakibatkan
gelombang ini akan semakin kuat apabila berada di daratan yang dekat dengan
pusat gangguan. Apabila masih di lautan tinggi gelombang tsunami ini tidak
terlalu tinggi, hanya berkisar 1 meter. Meski demikian, kecepatan yang dimiliki
oleh gelombang ini bisa mencapai 500 hingga 1000 kilometer per jam, sehingga
kapal yang berada di lautan sampai tidak terasa akan kehadiran gelombang ini.
Sebaliknya, semakin mendekati ekosistem pantai, kecepatan gelombang ini
semakin menurun, hanya sekitar 35 hingga 50 kilometer per jam. Namun,
tingginya gelombang akan semakin naik, hingga mencapai 20 meter. Dengan
ketinggian yang sedemikian ini, maka gelombang tsunami dapat masuk ke daratan
hingga jarak puluhan kilometer. Periode tsunami ini berkisar antara 10-60 menit.
Gelombang tsunami mempunyai panjang gelombang yang besar sampai mencapai
100 km. Kecepatan penjalaran tsunami ini sangat tergantung dari kedalaman laut
dan penjalarannya dapat berlangsung mencapai ribuan kilometer. Jarak horizontal
rayapan tsunami ke daratan yang disebut juga dengan inundasi sangat ditentukan
oleh morfologi pantai. Pada pantai dengan morfologi terjal, maka tsunami tidak
akan jauh mencapai daratan, sedangkan di pantai yang landai tsunami dapat
menerjang sampai ratusan meter masuk ke daratan.
Gambar 6. Proses terjadinya Tsunami
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Perencanaan Umum Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Rawan
Tsunami ada beberapa pengertian terkait tsunami antara lain sebagai berikut :
Gempa berpotensi tsunami (tsunamigenic earthquake) adalah gempa dengan
karakteristik tertentu, yaitu (a) pusat gempa terletak di dasar laut, (b) tergolong
gempa dangkal dengan kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, (c)
mempunyai besaran (magnitudo) gempa lebih dari 6,0 skala richter dan (d)
mempunyai jenis sesar naik atau sesar turun.
Gempa tsunami (tsunami earthquake) adalah gempa yang karakteristiknya
berbeda dengan tsunamigenic earthquake, tetapi dapat menimbulkan tsunami
besar dengan amplitudo yang jauh lebih besar daripada besarnya magnitudo
gempa.
Tsunami lokal (regional) adalah tsunami dengan sumber tsunami dengan jarak
1000 km dari daerah pantai yang ditinjau. Tsunami lokal atau berareal di
sekitarnya mempunyai waktu tempuh sangat pendek (30 menit atau kurang)
dan gelombang tsunami berareal sedang atau regional mempunyai waktu
tempuh dalam orde 30 menit sampai 2 jam.
Tsunami berjarak adalah jenis tsunami yang paling umum terjadi di pantai-
pantai yang bertemu langsung dengan Samudera Pasifik. Jenis tsunami ini
memiliki sumber penyebab yang jauh dari bibir pantai sehingga kekuatan
gelombang yang dihasilkan tidak sebesar tsunami lokal. Waktu tempuh pada
saat gempa sampai terjadinya tsunami di daratan berkisar antara 5,5 jam
sampai 18 jam.
Faktor-faktor yang menyebabkan tsunami adalah sebagai berikut:
1. Gempa Bumi bawah laut
Gambar 7. Gempa Bawah Laut yang Menyebabkan Tsunami
Gempa bumi merupakan hal yang paling umum yang dapat menyebabkan
terjadinya tsunami. Gempa bumi yang dimaksud tentu adalah gempa bumi bawah
laut. Gempa bumi bawah laut menimbulkan banyak getaran yang akan mendorong
timbulnya gelombang tsunami. Gempa bumi bawah laut merupakan penyebab
mayoritas terjadinya tsunami di dunia. Hampir 90 persen kejadian tsunami di
dunia ini disebabkan oleh gempa bumi yang terjadi di bawah laut. Gempa bumi
yang terjadi dibawah laut ini merupakan jenis gempa bumi tektonik yang timbul
akibat adanya pertemuan atau tubrukan lempeng tektonik. Meski gempa bumi
bawah laut merupakan penyebab utama terjadinya tsunami, namun tidak berarti
bahwa semua gempa bumi bawah laut dapat menimbulkan tsunami. Gempa bumi
bawah laut akan menimbulkan tsunami apabila memenuhi beberapa syarat antara
lain adalah sebagai berikut:
Pusat gempa terletak di kedalaman kurang dari 10 kilometer dibawah
permukaan air laut
Gempa bumi bawah laut yang berpotensi menimbulkan tsunami adalah
apabila pusat gempa berada di kedalaman kurang dari 10 kilometer di bawah
permukaan air laut. Semakin dangkal pusat gempa, maka akan semakin besar
kesempatan untuk terjadi tsunami. Dengan kata lain semakin dangkal pusat gempa
bumi, maka peluang terjadinya tsunami juga semakin besar. Hal ini karena getaran
yang dirasakan juga semakin besar dan semakin kuat, sehinnga peluang terjadinya
tsunami pun juga semakin kuat.
Gempa yang terjadi berskala di atas 6 skala richter
Kriteria yang selanjutnya adalah gempa bumi yang terjadi harus
mempunyai kekuatan di atas 6 skala richter. Jadi misalnya ada gempa dangkal,
namun gempanya kecil, hal itu kemungkinan tidak akan memberikan peluang
terjadinya tsunami. Gempa yang terjadi dengan kekuatan minimal 6 skala richter
dianggap sudah mampu untuk mempengaruhi gelombang air laut, yang pada
akhirnya akan menyebabkan terjadinya tsunami. Pengalaman bencana yang terjadi
di Aceh pada tahun 2004 silam, gempa yang terjadi memiliki kekuatan sekitar 9
skala richter. Untuk mengetahui besar gempa digunakan alat pengukur getaran
gempa bumi.
Terjadi pergerakan lempeng bumi jenis sesar naik turun
Kriteria lainnya yang juga mendukung terjadinya gelombang tsunami
adalah mengenai jenis sesar. Persesaran gempa yang dapat menimbulkan
gelombang tsunami adalah jenis persesaran naik turun. Adanya persesaran naik
turun ini akan dapat menimbulkan gelombang baru yang mana jika bergerak ke
daratan, maka bisa menghasilkan tsunami. Hal ini akan diperparah apabila terjadi
patahan di dasar laut, sehingga akan menyebabkan air laut turun secara mendadak
dan menjadi cikal bakal terjadinya tsunami.
Gambar 8. Ilustrasi Sesar yang Menyebabkan Terjadinya Tsunami
2. Letusan gunung berapi bawah laut
Gambar 9. Letusan gunung berapi bawah laut.
Penyebab terjadinya tsunami yang selanjutnya adalah terjadinya letusan
gunung api yang ada di bawah laut. Lautan yang memenuhi dua per tiga dari
permukaan bumi ini menyimpan banyak sekali rahasia. Kita tidak tau banyak
mengenai rupa penampakan di bawah laut, bahwa sebenarnya tidak hanya daratan
saja yang mempuyai gunung aktif, namun juga bawah laut mempunyai banyak
gunung aktif. Beberapa gunung aktif yang ada di bawah laut bisa berpotensi
meledak atau erupsi sewaktu- waktu. Akibat adanya letusan yang besar atau kuat
dari gunung berapi bawah laut ini, maka menyebabkan terjadinya tsunami.
Salah satu peristiwa besar yang menggambarkan kejadian tsunami
diakibatkan oleh letusan gunung berapi adalah di Indonesia, tepatnya di sebelah
barat pulau Jawa yaitu Gunung Krakatau meletus pada tahun 1883. Peristiwa ini
menimbulkan gelombang tsunami yang dasyat sehingga menyapu bersih area di
sekitar Selat Sunda. Selain peristiwa gunung Krakatau, di Indonesia juga terjadi
letusan gunung Tambora pada tahun 1815 yang berada di Nusa Tenggara Timur
hingga megakibatkan terjadinya kepulauan Maluku. Indonesia merupakan negara
yang mempunyai banyak gunung api yang termasuk daerah Ring of Fire. Hal ini
membuat Indonesia harus selalu waspada karena letusan gunung berapi bisa
terjadi sewaktu- waktu.
3. Terjadiya longsor bawah laut
Penyebab gelombang tsunami selanjutnya adalah terjadinya longsor di
bawah laut. Tsunami yang disebabkan karena adanya longsor di bawah laut
dinamakan Tsunamic Submarine Landslide. Ternyata longsor tidak hanya terjadi
di daratan saja. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bentuk permukaan
bawah laut menyerupai daratan. Apabila di daratan kita menemukan bukit dan
jurang, maka di dalam lautan pun juga demikian, sehingga ada potensi terjadi
longsir. Longsor bawah laut ini pada umunya disebabkan oleh adanya gempa
bumi tektonik atau letusan gunung bawah laut. Getaran kuat yang ditimbulkan
oleh longsor inilah yang bisa menyebabkan terjadinya tsunami. Selain gempa
bumi tektonik dan letusan gunung berapi, tabrakan lempeng yang ada di bawah
laut juga bisa menyebabkan terjadinya longsor. Pada tahun 2008 dilakukan
penelitian di Samudera Hindia yang menyebutkan adanya palung laut yang
membentang dari pulau Siberut hingga ke pesisir Pantai Bengkulu yang mana
apabila palung tersebut longsor maka akan terjadi tsunami di pantai barat
Sumatra.
Indonesia sendiri menempati urutan ketiga di dunia negara yang paling
rawan terjadi bencana tsunami. Peringkat pertama adalah Jepang dan peringkat
kedua adalah Amerika Serikat. Daerah-daerah di Indonesia yang paling rawan
terkena bencana yaitu sebelah barat Pulau Sumatera, sebelah selatan Pulau Jawa,
Nusa Tenggara, sebelah utara Papua, Maluku, Sulawesi dan sebelah timur
Kalimantan (Zaitunah, 2012).
Gambar 10. Peta Sebaran Tsunami di Indonesia
Gambar 11. Peta Wilayah yang Pernah Terkena Bencana Tsunami
Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6/PRT/M/2009 tentang
Pedoman Perencanaan Umum Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Rawan
Tsunami kecepatan tsunami di lautan dalam (samudera) dengan gelombang cukup
panjang dibandingkan dengan kedalaman laut (> 25 kali kedalaman laut), dapat
diperkirakan dengan persamaan sebagai berikut:
c = √gh
Keterangan :
c = kecepatan rambat (m/s)
g = gravitasi (9,8 m/s2)
h = kedalaman laut (m)
Pada lautan dalam kecepatan tsunami tidak terpengaruh oleh panjang
gelombang. Namun, setelah mendekati daratan, panjang gelombang tsunami
semakin memendek dibandingkan dengan kedalaman laut (1/2 L sampai 1/25 L),
sehingga kecepatan gelombang semakin berkurang walaupun amplitudonya
semakin tinggi. Perhitungan kecepatan gelombang (rambat tsunami) harus
dilakukan dengan menggunakan persamaan yang lebih tepat dan memasukkan
pengaruh panjang gelombang, sebagai berikut :
c = √(gL/2π)(tanh2π/L)
Keterangan :
c = kecepatan rambat (m/s)
g = gravitasi (9,8 m/s2)
h = kedalaman laut (m)
L = panjang gelombang (m)
Gambar 12. Ilustrasi Hubungan Antara Kedalaman, Kecepatan dan Panjang
Gelombang
Teknologi dalam prediksi datangnya gelombang tsunami sudah mulai
banyak dikembangkan di dunia, termasuk di Indonesia. Salah satu alat yang
digunkan di Indonesia adalah ITEWS (Indonesia Tsunami Early Warning
System). Salah satu komponen dari sistem peringatan dini tsunami Indonesia
(Indonesia Tsunami Early Warning System) adalah buoy tsunami berupa surface
buoy yang dioperasikan di beberapa lokasi di perairan Indonesia yang rawan
tsunami, misalnya di daerah Samudera Hindia. Surface buoy ini selama beroperasi
di laut akan menerima beban akibat gelombang, arus, dan angin. Beban yang
diakibatkan oleh arus dan angin bersifat statis dan relatif kecil, sedangkan beban
yang diakibatkan oleh gelombang relatif besar, bersifat dinamis dan acak. Beban
dari gelombang inilah yang akan diterima sebagai sinyal oleh alat ini untuk
memprediksi adanya tsunami. Untuk di daerah yang terpencil seperti di pulau-
pulau kecil di daerah terluar NKRI biasanya masyarakat diberi perangkat telepon
satelit untuk pemberitahuan atau pemberitahuan dini sebelum terjadinya bencana.
III. Dampak Bencana Tsunami
Dampak dari bencana tsunami secara garis besar hanya berupa dampak
berupa dampak negatif. Kecil sekali kemungkinan bencana tsunami untuk
memiliki dampak positif. Salah satu yang bukan merupakan dampak negatif dari
tsunami adalah adanya perubahan morfologi di sebagian daerah yang terkena
dampak dari tsunami, seperti adanya daerah yang sebelumnya kering menjadi
daerah yang terendam air atau sebaliknya serta terbawanya sebagian dari sedimen
yang ada di laut ke daratan. Beberapa dampak negatif dari tsunami antara lain
adalah sebagai berikut:
1. Terjadi kerusakan dimana-mana
Dampak terjadinya tsunami yang pertama adalah terjadinya kerusakan
dimana-mana. Kerusakan yang dimaksud adalah kerusakan fisik baik bangunan
dan non bangunan. Gelombang besar yang timbul karena tsunami ini dapat
menyapu area daratan, baik daerah pantai maupun daerah-daerah di sekitarnya.
Kerusakan yang terjadi ini adalah di daerah yang terkena sapuan ombak.
Gelombang ombak yang berkekuatan tinggi ini dalam sekejap bisa meluluh
lantakkan bangunan, menyapu pasir atau tanah, merusak perkebunan dan
persawahan masyarakat, merusak tambak dan lahan perikanan dan lain
sebagainya. Kerusakan yang terjadi ini akan menimbulkan banyak kerugian,
terutama kerugian berupa material.
Gambar 13. Dampak Tsunami di Aceh.
2. Menghambat kegiatan perekonomian
Kerusakan dan kehilangan yang terjadi akibat gelombang tsunami akan
melumpuhkan kegiatan perekonomian sampai beberapa waktu. Tidak hanya itu
saja, namun kerugian yang disebabkan oleh tsunami mungkin akan menggantikan
kegiatan produksi dan perdagangan dalam waktu tertentu.
3. Kerugian material
Semua bencana alam dapat menimbulkan kerugian yang bersifat materiil,
termasuk juga gelombang tsunami. Kerugian material diantaranya karena
robohnya bangunan, rusak lahan pertanian dan perikanan, dan kehilangan harta
bendanya.
4. Kerugian spiritual
Selain kerugian yang bersifat material atau yang dapat diukur dengan uang,
bencana tsunami juga dapat menimbulkan kerugian spiritual. Yang dimaksud
dengan kerugian spiritual adalah kerugian yang tidak berupa harta benda, namun
lebih ke jiwa. Bagaimana seorang anak kecil akan tabah setelah mengalami
bencana alam yang besar, apalagi apabila ia kehilangan anggota keluarganya,
maka hal itu akan menimbulkan trauma di jiwa anak kecil. Akibatnya anak
tersebut harus menjalani beberapa terapi agar terbebas dari traumanya itu. Bahkan
hal seperti ini hanya dialami oleh anak kecil saja, namun juga orang dewasa dan
bahkan lanjut usia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2017. Bencana Tsunami – Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Tanda-
tanda. Online. https://ilmugeografi.com/bencana-alam/bencana-
tsunami/amp. (diakses tanggal 20 Februari 2018)
Noor. D. 2012. Pengantar Mitigasi Bencana Geologi. Universitas Pakuan. Bogor.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 6/PRT/M/2009 tentang Pedoman
Perencanaan Umum Pembangunan Infrastruktur di Kawasan Rawan
Tsunami.
Puspito N. T. 2010. Kontribusi Seismologi Pada Riset dan Mitigasi Bencana
Gempa dan Tsunami. Majelis Guru Besar Institut Teknologi Bandung.
Surono dan Meilano I. 2014. Pentingnya Sebaran Manajemen Bencana dan Sistem
Mitigasi Bencana di Daerah Bandung dan Sekitarnya. Institut Teknologi
Bandung. Bandung.
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Penanggulangan Bencana.
Wikipedia. 2017. Cincin Api Pasifik. Online.
https://id.wikipedia.org/wiki/Cincin_Api_Pasifik. (diakses tanggal 20
Februari 2018).
Yustiawan A dan Suastika K. 2012. Prediksi Umur Kelelahan Struktur Keel Buoy
Tsunami dengan Metode Spectral Fatigue Analysis. Jurnal Teknik ITS
Vol. 1.
Zaitunah A. 2012. Pemodelan Spasial Kerawanan Kerusakan Akibat Tsunami
Pantai Ciamis Jawa Barat. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
top related