makalah acute herpetic gingivostomatitis dan perikoronitis
Post on 26-Dec-2015
155 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
Acute Herpetic Gingivostomatitis
Merupakan penyakit infeksi yang biasa terjadi pada rongga mulut disebabkan oleh virus
Herpes Simplex Virus tipe 1 (HSV-1). Penyakit ini sering ditemukan pada bayi dan anak-
anak di bawah usia 6 tahun, namun dapat juga terjadi pada remaja, dewasa, dan pasien
imunokompromis, jarang ditemukan pada bayi yang berusia kurang dari 6 bulan karena
masih memiliki antibodi dari ibunya.
Tanda klinis oral. Acute herpetic gingivostomatitis tampak difus, eritema, gingival
licin/berkilau, dan mukosa oral yang berdekatan, dengan derajat edema dan pendarahan
gingival yang bermacam-macam. Pada tahap inisial, ciri khasnya terdapat diskret dan vesikel
spherikal keabuan, pada gingival, mukosa labial dan bukal, palatum lunak, faring, mukosa
sublingual, dan lidah. Setelah kira-kira 24 jam, vesikel akan pecah membentuk ulser kecil
dengan pinggiran kemerahan, meninggi, halo margin, dan pada bagian tengahnya berwarna
kekuningan sampai keabuan. Rangkaian penyakit ini terjadi selama 7-10 hari dan tidak
meninggalkan bekas luka.
Gejala oral. Mulut terasa sakit ketika makan, minum dan menelan. Vesikel yang pecah
merupakan bagian focal rasa nyeri dan pada umumnya sensitif terhadap sentuhan, perubahan
panas, dan makanan yang kasar. Gejala pada bayi biasanya iritabilitas dan menolak makanan.
Tanda dan gejala sistemik ekstraoral. Servikal adenitis, demam tinggi antara 101°F sampai
105°F (38,3°-40,6° C), dan biasanya terjadi malaise.
Perawatan. Terapi paliatif dan terapi antiviral. Jika onset penyakit dalam 3 hari, berikan
acyclovir 15 mg/kg 5 kali sehari selama 7 hari serta terapi paliatif seperti menghilangkan plak
dan debris. Pada pasien imunokompeten pemberian acyclovir harus dibatasi. NSAID (seperti
ibuprofen) dapat diberikan secara sistemik untuk mengurangi demam dan nyeri. Aplikasi
antibiotik secara lokal atau sistemik dapat digunakan untuk mencegah infeksi oportunistik
pada ulserasi.
Perikoronitis
Perikoronitis merupakan inflamasi gingiva di sekitar mahkota gigi yang erupsi sebagian.
Sering terjadi pada area molar ketiga mandibula. Perikoronitis terjadi akibat penumpukan
bakteri, plak, dan sisa makanan pada rongga operkulum gingiva dan gigi yang erupsi
sebagian. Sedangkan beberapa peneliti mengatakan bahwa perikoronitis merupakan suatu
proses infeksi. Pada gigi yang erupsi sebagian, mahkota gigi ditutupi oleh jaringan lunak
yang disebut dengan operkulum. Operkulum tidak dapat dibersihkan dengan sempurna
sehingga sering mengalami infeksi (Keys and Bartold, 2000). Perikoronitis dapat terjadi
secara akut, subakut, atau kronis.
Perikoronitis Akut. Perikoronitis akut diawali dengan rasa sakit yang terlokalisir dan
kemerahan pada gingiva. Rasa sakit dapat menyebar ke leher, telinga, dan dasar mulut. Pada
pemeriksaan klinis pada daerah yang terinfeksi, dapat terlihat gingiva yang kemerahan dan
bengkak, disertai eksudat, dan terasa sakit bila ditekan. Gejala meliputi limfadenitis pada
kelenjar limfe submandibularis, dan kelenjar limfe yang dalam, pembengkakan wajah, dan
eritema, edema dan terasa keras selama palpasi pada operkulum gigi molar, malaise, bau
mulut, eksudat yang purulen selama palpasi. Demam akan terjadi apabila tidak diobati.
Umumnya serangan akut dapat menyebabkan demam dibawah 38.5°C, selulitis, dan
ketidaknyamanan. Pada inspeksi biasanya ditemukan akumulasi plak dan debris akibat
pembersihan yang sulit dilakukan pada pseudopoket sekitar gigi yang erupsi sebagian.
Trismus dapat terjadi pada perikoronitis akut. (Shepherd and Brickley, 1994).
Perikoronitis Subakut. Perikoronitis subakut ditandai dengan timbulnya rasa kemeng/nyeri
terus menerus pada operkulum tetapi tidak ada trismus ataupun gangguan sistemik. (Shepherd
and Brickley,1994).
Perikoronitis Kronis. Perikoronitis kronis ditandai dengan rasa tidak enak yang timbul secara
berkala. Rasa tidak nyaman dapat timbul apabila operkulum ditekan. Tidak ada gejala klinis
yang khas yang menyertai perikoronitis kronis. Pada gambaran radiologi bisa didapatkan
resorpsi tulang alveolar sehingga ruang folikel melebar, tulang interdental di antara gigi
molar kedua dan molar ketiga menjadi atrisi dan menghasilkan poket periodontal pada distal
gigi molar kedua (Laine et al,2003).
Tanda klinis. Tampak eritema, edema, lesi supuratif yang lunak dengan rasa nyeri yang
menjalar ke telinga, tenggorokan, dan dasar mulut. Pasien merasa sangat tidak nyaman
karena adanya foul taste dan tidak dapat menutup rahangnya. Terdapat edema di pipi pada
bagian angulus rahang dan limfadenitis. Dapat terjadi trismus. Adanya komplikasi sistemik
seperti demam, leukositosis, dan malaise.
Perawatan. Perawatan perikoronitis tergantung pada derajat keparahan inflamasinya,
komplikasi sistemik yang ditimbulkan, dan pertimbangan apakah gigi yang terlibat nantinya
akan dicabut atau dipertahankan. Terapi bedah meliputi operkulektomi dan odontektomi yang
dilakukan setelah fase akut reda, tergantung dari derajat impaksi gigi (Blakey, White,
Ofenbacher, 1996). Prognosis dari perikoronitis baik apabila penderita dapat menjaga
kebersihan rongga mulutnya.
Perawatan akut perikoronitis meliputi:
Bilas area operkulum dengan air hangat untuk menghilangkan debris dan eksudat
Operkulum diangkat dari gigi dengan menggunakan scaller
Debris di bawah operkulum dibersihkan dengan air hangat. Pada kondisi akut, sebelum
dilakukan pembersihan debris dapat diberikan anestesi topikal
Instruksikan pasien agar berkumur-kumur tiap 1 jam, banyak istirahat dan menjaga
kebersihan mulut
Pemberian antibiotik dapat diberikan
Jika operkulum membengkak dan terdapat fluktuasi, lakukan insisi untuk mendapatkan
drainase
Ketika gigi molar ketiga impaksi ke arah permukaan distal maka dapat beresiko terjadi bone
loss pada permukaan distal gigi molar kedua. Untuk mengurangi resiko tersebut, gigi molar
ketiga yang impaksi sebagian atau seluruhnya harus segera diekstraksi. Jika memilih untuk
mempertahankan giginya maka pericoronal flap dikurangi dengan pembedahan. Hilangkan
jaringan pada bagian distal gigi sekaligus dengan flap pada bagian oklusal. Rekurensi akut
perikoronitis dapat terjadi jika insisi dilakukan hanya pada bagian oklusal sehingga
meninggalkan poket distal yang dalam.
top related