lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah ...kc.umn.ac.id/5079/4/lampiran.pdf75 mengikat...
Post on 04-Aug-2019
220 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Team project ©2017 Dony Pratidana S. Hum | Bima Agus Setyawan S. IIP
Hak cipta dan penggunaan kembali:
Lisensi ini mengizinkan setiap orang untuk menggubah, memperbaiki, dan membuat ciptaan turunan bukan untuk kepentingan komersial, selama anda mencantumkan nama penulis dan melisensikan ciptaan turunan dengan syarat yang serupa dengan ciptaan asli.
Copyright and reuse:
This license lets you remix, tweak, and build upon work non-commercially, as long as you credit the origin creator and license it on your new creations under the identical terms.
74
LAMPIRAN
Transkrip Wawancara yang Telah di Olah
Fauzan Fadli Mulyawan Pia
Arinaiskandar
Clarenza
Adela
Zakiah
Wulandari
Partisipasi Ia
berpartisipasi
sebagai
kontributor
Hipwee
secara
sukarela
berdasarkan
ketertarikan
terhadap
konten di
Hipwee dan
hobi menulis.
Sebagai
kontributor
yang secara
sukarela maka
tidak adanya
hak dan
kewajiban
yang
Partisipasi
yang
dilakukan
adalah
dengan
bergabung
menjadi
kontributor
yang bersedia
menulis
konten secara
sukarela.
Ia
berpartisipasi
di Hipwee
bermula
ketika
mendapat
kesempatan
untuk magang
di Hipwee
sebagai
moderator.
Karena hal
itu, ia menjadi
tertarik
sebagai
kontributor di
Hipwee
secara
sukarela.
Ia
berpartisipasi
sebagai
kontributor
Hipwee
bermula
ketika ia
tertarik
dengan salah
satu artikel di
Hipwee
dengan gaya
bahasa yang
menarik dan
berbeda
dengan
artikel
sejenis. Ia
memilih
untuk
menjadi
Partisipasi
yang
dilakukannya
adalah dengan
menjadi
kontributor
Hipwee yang
secara
sukarela
untuk
membuat
konten.
Partisipasi
yang
dilakukannya
juga
berdasarkan
karena ia
melihat
bahwa
Hipwee hadir
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
75
mengikat
terhadap
dirinya
sebagai
penulis
konten.
kontributor
secara
sukarela
karena
sebagai
wadah agar
ia bisa
berkreasi
dalam
menulis
konten.
sebagai
wadah untuk
bisa menulis
dan
menuangkan
pikirannya.
Cara
Bergabung
Untuk dapat
berpartisipasi
sebagai
kontributor
Hipwee, ia
harus
melewati
segala proses
untuk dapat
bergabung.
Berawal dari
melakukan
log in melalui
akun
Facebook atau
Email dan
memilih
Tidak ada
persyaratan
khusus untuk
menjadi
kontributor
Hipwee,
hanya dengan
mengikuti
langkah-
langkah yang
ditawarkan
Hipwee.
Proses yang
dilakukan
sesuai dengan
petunjuk
langkah-
langkah yang
di berikan
oleh Hipwee.
Kemudian
akan
diundang
pada grup
kontributor.
Untuk dapat
bergabung
dengan
Hipwee
hanya tinggal
mengikuti
langkah-
langkah yang
diberikan di
situs
Hipwee.com.
Untuk bisa
menjadi
kontributor
Hipwee hanya
perlu
melakukan
register atau
pendaftaran di
situs
Hipwee.com
dan setelah itu
kontributor
sudah bisa
membuat
konten dan
mengirimkann
ya ke Hipwee.
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
76
kategori
tulisan yang
akan dibuat,
selanjutnya
tinggal
menulis
konten dan
melakukan
submit.
Proses
Produksi
Alur
produksinya
dimulai dari
pemikiran ide
sesuai dengan
apa yang
dipikirkan,
lalu
menuangkan
ide tersebut ke
dalam sebuah
tulisan dan
melakukan
submit ke
Hipwee.
Proses
selanjutnya
adalah
moderasi
Proses
berawal dari
penentuan
ide yang
dapat dilihat
dari
kehidupan
sehari-hari.
Jika ide
sudah
ditentukan,
langsung
dituangkan
ke dalam
bentuk
tulisan dan
setelah itu
mengirimkan
nya ke
Proses
produksi yang
dilakukan
dengan cara
membuka
website
Hipwee lalu
terdapat
kolom untuk
menulis di
forum
Hipwee
Community,
setelah itu
kontributor
perlu
melakukan
submit untuk
kemudian
Bermula dari
penentuan
topik yang
dekat dengan
diri kita,
setelah itu
menuangkan
tulisan kita
ke dalam
dashboard
(kolom
penulisan)
dan submit
artikel ke
Hipwee.
Akan ada
pemberitahua
n jika tulisan
yang dibuat
Proses yang
dilaluinya
hanya fokus
untuk menulis
konten yang
diinginkannya
dan
melengkapiny
a dengan data
pelengkap
seperti foto,
dan
mengirimkann
ya serta
menunggu
kabar apakah
tulisannya di
muat atau
tidak di kolom
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
77
yang
dilakukan
oleh Hipwee
hingga tulisan
kita dapat
dimuat.
Hipwee
untuk dapat
di publish.
dimoderasi
oleh Hipwee
untuk dapat
diterbitkan.
telah
diterbitkan
oleh Hipwee.
Hipwee
Community.
Timbal
Balik
Timbal balik
yang
dilakukan
Hipwee
adalah selain
memberikan
achievement
sebagai
kontributor
terbaik di tiap
bulan, Hipwee
sering
mengundang
untuk ikut
serta dalam
setiap
workshop atau
pelatihan
yang
diadakan.
Hipwee tidak
pernah
memberikan
apa-apa
selama ia
menjadi
kontributor,
karena
Hipwee
benar-benar
menjadi
wadah untuk
menulis saja
dan secara
sukarela. Dan
selama
mendapatkan
achievement
sebagai
kontributor
terbaik,
Hipwee
Timbal balik
yang
diberikan
adalah
memberikan
apresiasi
kepada
kontributor
terbaik di tiap
bulan dalam
bentuk
merchandise
dan di update
pada akun
media sosial
Hipwee.
Timbal balik
yang Hipwee
berikan
adalah dalam
setiap bulan
Hipwee
selalu
memberikan
apresiasi
kepada lima
kontributor
terbaik
dengan
memberikan
bingkisan.
Timbal balik
yang ia
dapatkan
berupa
bingkisan
menarik
sebagai
apresiasi
karena telah
menjadi
kontributor
terbaik.
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
78
hanya
memberikan
merchandise.
Hak Cipta Menjadi hak
cipta Hipwee.
Karena
konten yang
telah di
publish di
Hipwee,
kontributor
tidak boleh
mengunggahn
ya di platform
lain.
Ia
menjelaskan,
bahwa karena
tidak adanya
perjanjian,
sepertinya
hak cipta
tetap dimiliki
oleh pembuat
konten.
Hak cipta
menjadi milik
Hipwee
sehingga
kontributor
tidak dapat
mengunggah
kembali di
media online
lain.
Hak cipta
tetap menjadi
hak penulis
sebagai
pembuat
konten.
Tetap menjadi
hak cipta
penulis dan
boleh di share
ke blog
pribadi.
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
79
LAMPIRAN
Transkrip Wawancara Mentah
Informan 1
Nama : Angga Arief Hidayatullah
Pekerjaan : Head of Marketing Communication
Apa itu Hipwee?
“Hipwee itu sebenarnya adalah media Lifestyle Companies, jadi kita selalu
menyebut Hipwee itu lifestyle companies, karena kita itu bukan cuma mau deket ke
pembaca sebatas media gitu tapi ikut berkontribusi di hidup anak muda di Indonesia.
Hipwee itu berdiri di tahun 2014 di inisiasi oleh ekspatriat dari Estonia namanya
Laori. Ide awal Laori ini, dia ingin punya media dan di tahun 2014 itu belum ada
media yang jualan dengan konten yang tidak hard sell adanya soft sell. Dan di tahun
itu baru ada media seperti liputan 6 dan media-media lainnya yang sejenis. Dan itu
kalo jualan ya review, pokoknya literally jualan deh. Mungkin dia (Laori) melihat
bahwa pola konsumsi dan informasi itu berubah, makanya setelah itu dia menggagas
kita bikin media yang berjualan dengan cara soft sell gitu jadi lebih related sama anak
muda sih. Trus akhirnya berkembang sampai sekarang dan sekarang dia sudah
hengkang dari Hipwee, dan tinggal co-foundernya aja sekarang Rendra Rengganis.
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
80
Awalnya Hipwee berada di bawah naungan PT Hipwee Media Solution trus ganti
nama jadi PT Konten Baik Indonesia.”
Mengapa segmentasi Hipwee anak muda?
“Sebenarnya kenapa segmentasi Hipwee ke anak muda, karena pertama voice
tone-nya Hipwee kan positif ya, anak muda itu kan cenderung lebih kritis lebih
mudah terbawa informasi kan. Karena kebanyakan media-media memandang sesuatu
secara negatif dan kita ingin menanamkan pikiran anak muda Indonesia dengan sudut
pandang positif salam segala hal.”
Apa visi dan misi Hipwee?
“Visi Hipwee itu sebenarnya ingin jadi teman bagi anak muda Indonesia,
makanya kita punya slogan Menemani Langkahmu, karena kita ingin jadi perusahaan
yang bukan cuma, ketika kamu baca itu ketika usia mu sudah lewat kamu berhenti
baca Hipwee gitu, karena Hipwee mau mengikuti perkembangan mu gitu.”
Kenapa membentuk Hipwee Community? Apa alasannya?
“Untuk awalnya Hipwee Community itu dibentuk sebagai engagement awal
kepada usher. Karena kalo cuma sebagai media aja, deketnya itu ya cuma di layar
gadget aja gitu, nah makanya kita turun ke real life dan membentuk komunitas di
kota-kota besar Jakarta, Bandung, Solo, Jogja, Malang dan Surabaya. Setelah itu kita
bikin komunitas awalnya bukan spesifik untuk nulis ya, tapi kumpulan anak muda
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
81
yang mau bikin perubahan. Komunitas anak muda positif yang ingin bergerak
membuat kegiatan-kegiatan positif dan kita support, contohnya misalnya temen-
temen komunitas itu suka nulis, kita kasih mereka traning tentang penulisan, jadi
waktu itu temen-temen bikin campaign kado untuk pahlawan, waktu itu hari
pahlawan 2016, nah itu komunitas Hipwee di seluruh kota menggalang dana untuk
ngasih kado untuk pahlawan-pahlawan yang gak kelihatan, ada yang kasih kado ke
tukang sampah dan itu kan orang-orang yang ga kelihatan tapi kan berjasa di hidup
kita dan tidak pernah ter-ekspose. Trus ada yang kasih kado untuk ibu yang punya
panti asuhan yang dibuat dan diinisiasi sendiri bersama masyarakat sekitarnya untuk
menampung anak-anak dengan kebutuhan khusus. Semakin kesini Hipwee merasa
kalau komunitasnya seperti itu saja, kurang pas sama bentuk Hipwee sendiri waktu
itu, sebenarnya kita masih mendukung apapun kegiatan komunitas, akhirnya secara
nyata kita kasih pelatihannya lebih ke penulisan karena bagaimanapun Hipwee kan
lebih ke media dan penulisan kan. Akhirnya semua teman-teman yang menulis di
Hipwee kita jadikan sebagai member komunitas aja, bukan cuma teman-teman yang
daftar di enam kota itu, tapi juga teman-teman di Indonesia bisa jadi bagian di
Hipwee Community.”
Apa syarat untuk bergabung sebagai kontributor? Atau ada ketentuan
khususnya?
“Sebenarnya ketentuan khusus itu ga ada, untuk gabung sebagai kontributor
Hipwee itu secara teknis tinggal daftar di website www.Hipwee.com terus nanti di
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
82
sebelah kanan ada icon tulis artikelmu itu di klik aja nanti bisa daftar dan log in via
Facebook atau email dan ini sifatnya sukarela.”
Bagaimana ajakan yang Hipwee lakukan untuk mengajak anak muda
Indonesia bergabung di Hipwee?
“Kalau untuk ajakan menjadi kontributor itu, mostly lebih melalui social media
sih tapi ada juga acara-acara yang kita adakan di kota besar dan terbuka untuk umum,
selain kita berbagi ilmu tentang penulisan kita juga mengajak mereka untuk gabung
di Hipwee Community, karena memang kita percaya bahwa setiap orang punya cerita
yang ingin disampaikan. Hipwee Community kan juga punya slogan Ceritamu Selalu
Layak Dibagi, makanya kita percaya bahwa setiap orang itu punya cerita tapi
terkadang orang itu malu buat ceritanya, mereka berpikiran ah siapa sih yang mau
baca tulisan gue.”
Bagaimana term of use sebagai kontributor?
“Kalo secara spesifik kita tidak membatasi konten yang di submit ke
Hipwee.com, tapi memang ada beberapa konten yang memang harus kita kembalikan
dengan alasan biasanya artikel itu mengandung sara, mengandung unsur promosi
kayak dia jualan sesuatu gitu dan itu ga kita terbitkan, trus hate speech kadang juga
ada yang nulis dia benci sama artis misalnya waktu itu pernah ada yang nulis tentang
Ayu Ting-Ting dan dia itu benci banget sama Ayu Ting-Ting karena itu kontennya
jelas negatif dan bisa mempengaruhi orang lain untuk membenci juga.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
83
Apa yang dimaksuda listicle, opinion, quizzez, dan narasi pada sub kanal di
website Hipwee?
“Untuk jenis-jenis artikel di Hipwee itu ada empat, listicle, quizzes, opinion
sama narasi. Untuk narasi dan opini sebenarnya tidak ada perbedaan yang signifikan,
kalau narasi itu mostly dipakai sama teman-teman itu untuk nulis soal tentang
cerita, cerpen. Kalau opini itu biasanya opini-opini yang bersifat menanggapi isu
sosial, dan itu bentuknya sama-sama teks panjang dengan satu gambar utama. Trus
Listicle itu bentuk artikel dengan poin-poin, misalnya artikel dengan judul delapan
hal yang perlu kamu hindari kalau kamu punya maag gitu, dan itu kan ada poin-poin
nomor gitu kan dan nanti ada gambarnya, jadi Listicle itu artikel dengan gambar. Lalu
Quizzes itu sama kayak yang lain, tapi isinya lebih ke pertanyaan ke orang lain,
semacam kuisoner dalam bentuk gambar gt sih.
Bagaimana proses moderasi yang dilakukan Hipwee?
“Untuk proses moderasinya itu kita kasih waktu satu sampai dua minggu,
tergantung tim kita bisa cepet atau engga tergantung banyak data yang masuk. Itu
prosesnya, kita punya tim sendiri namanya moderator, mereka moderasi untuk
melihat kesalahan penulisan, kayak typo, melihat kontennya apakah layak terbit atau
tidak, tapi kadang secara tema udah masuk tapi penulisannya ada yang disingkat-
singkat kita panjangan biar sesuai bahasa Indonesia yang benar, terus kalau gambar
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
84
utamanya pecah biasanya kita ganti dengan gambar yang lebih related, judulnya juga
kita ubah biar lebih menarik lagi dan enak dibaca.”
Bagaimana pola hubungan yang terbentuk antara kontributor dan Hipwee?
“Untuk pola hubungan itu kita lebih ke take and give yaa, maksudnya teman-
teman kontributor dapat wadah untuk bercerita dan Hipwee dapat konten untuk
website. Dan kontributor dapat ilmu tentang penulisan yang selalu kita kasih baik itu
untuk di media online atau offline. Jadi lebih ke mutual relationship ya, jadi ada
hubungan timbal balik, jadi kita kasih ke mereka bukan dalam bentuk materil tapi
perhatian lebih ke event-event yang kita buat dan mereka mendapat undangan
khusus.”
Bagaimana ketentuan yang dilakukan oleh Hipwee untuk menentukan
kontributor terbaik di tiap bulan?
“Untuk kontributor terbaik, itu sebenarnya bentuk apresiasi Hipwee untuk
teman-teman kontributor yang sudah setia membagikan ceritanya di bulan itu. Jadi
kalau sudah ada yang submit dan terbit kita pilih kepada teman-teman yang aktif,
terus juga dengan jumlah share terbanyak.”
Dari aspek mana saja Hipwee mendapatkan pendapatan?
“Kalau soal ini agaknya confidential ya mas, jadi mungkin engga bisa aku
jawab dulu.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
85
Apakah Hipwee menjalankan monetisasi konten?
“Tentu kita menjalankan monetisasi konten, kan kita juga ada penulis inhouse
nah jadi kita monetize-nya dari konten-konten penulis inhouse.”
Apakah Hipwee melakukan kerjasama dengan pihak lain?
“Kalau kerja sama pasti ada, tapi aku engga bisa jelasin detail tapi yang pasti
Hipwee juga bekerja sama dalam hal media partner, tapi kalau media partner banyak
banget ya sampe aku lupa hehe. Mulai dari event musik, Kepencet Festival waktu itu
di Jakarta, terus event-event lokal kayak event kampus, kita support jadi media
partner. Terus event yang kita buat sendiri juga ada, partnership sama Bukalapak
waktu itu, trus Bukalapak jadi sponsor utamanya. Kita juga bikin event-event
eksklusif kayak Ruang Belajar tapi tidak pakai sponsor, sama waktu itu bikin
influencer gathering dan sponsornya MacOver produk make up gitu jadi kalau ada
event yang kerja sama dengan kita, maka acaranya bakal kita liput dan kita bantu
promosi di media sosial kita.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
86
Informan 2
Nama : Fauzan Fadli
Usia : 28 Tahun
Pekerjaan : Corparate Communication PP Urban
Domisili : Depok
Apa yang Anda pahami tentang Hipwee Community?
“Seinget saya dulu sih belum ada Hipwee Community ya. Sekitar dua sampai
tiga tahun lalu ketika saya tergabung di Hipwee, tiba-tiba saya di invite lah ke Hipwee
Community, saya pikir sama kayak Hipwee Homepage-nya. Ternyata saya baru sadar
kalau tulisan-tulisan dari publik itu dimasukan dulu ke Hipwee Community, dan kalo
memang tulisan itu bagus baru di publish di Hipwee-nya. Jadi, menurut saya sih
Hipwee Community itu mungkin buat kontributor-kontributor yang secara aktif suka
menulis kali yaa.”
Bagaimana Anda tertarik untuk menulis dan menjadi kontributor di Hipwee?
“Lupa sih sebenarnya alasannya apa, yang pasti gaya bahasanya sama karena
dari awal itu kan judul-judulnya click bait banget kemudian pas saya baca segala
macem udah cocok sama gaya bahasanya, sama tulisannya, sama kontennya ternyata
saya bisa nulis juga nih di Hipwee. Yasudah saya coba nulis, dan itu yang bikin
tertarik karena Listicle (kanal di Hipwee) sih, karena Listicle kontennya beda sama
yang lain dan itu yang bikin saya tertarik.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
87
Selain menulis di Hipwee, pernah menulis di platform apa saja? Lalu apa
kegiatan atau pekerjaan Anda lainnya?
“Saya nulis di Culturenesia, sekarang juga masih aktif nulis di beberapa media
nasional juga sebagai kontributor juga tapi profesional dan di Hipwee juga nulis tapi
sebagai kontributor lepas. Dan untuk pekerjaan utama sekarang di PP Urban ini”.
Kapan biasanya Anda menulis di Hipwee? Apakah di waktu senggang atau
bagaimana?
“Karena sekarang udah kerja yaa paling di hari libur aja sih, karena emang udah lama
juga ga nulis. Terakhir itu kalau ga salah dua atau tiga bulan yang lalu.”
Apa persyaratan untuk bisa menjadi kontributor Hipwee? Apakah terdapat
surat perjanjian kerjasama dan sebagainya?
“Engga ada persyaratan apa-apa, bahkan kalo kamu bikin akun sendiri juga
bisa langsung nulis, cuma mungkin moderasinya mungkin ya. Sistem moderasi di
sana yang mengaplikasikan ranking dan sebagainya. Tapi ga ada syarat khusus sih
setau saya.”
Bagaimana alur produksi konten yang Anda lalui hingga tulisan Anda dimuat
oleh Hipwee? Ada editing ga sih dari pihak Hipwee?
“Alur produksinya sih, dimulai dari pemikiran ide. Hipwee pun membebaskan
kontributornya untuk menulis tema apa saja yang mereka mau. Setelah penentuan ide,
langsung dituangkan dalam tulisan. Lalu langsung kita kirim ke Hipwee. Disini butuh
proses yang lumayan lama, tergantung dari pihak Hipweenya bisa seminggu ataupun
lebih. Kalo memang tulisan kita layak naik, akan segera di publish oleh Hipwee. Dan
setau saya sih tidak ada editing naskah lagi oleh Hipwee.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
88
Apakah Hipwee memiliki standar produksi penulisan untuk tulisan yang Anda
buat?
“Selama ini sih ga ada standar yang saya tahu, tapi yaa saya nulisnya sebisa
mungkin enak untuk dibacanya.”
Tema / konten apa yang Anda sematkan dalam setiap artikel yang anda buat?
Sudah berapa artikel yang Anda buat?
“Lebih ke kehidupan di sekitar aja sih, kayak motivasi, atau lebih ke isu yang
disekitar aja.”
Sudah berapa banyak tulisan yang Anda buat?
“Sejauh ini ada sekitar 56 tulisan dan untuk ranking dari seluruh kontributor
itu saya di peringkat 43. Sempat dapat ranking pertama juga tapi itu udah lama
banget.”
Berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi Anda hingga tulisan dapat di
publish?
“Kalo dulu sih langsung dan langsung ada link-nya. Tapi kalo sekarang engga
dan harus di moderasi dulu oleh Hipwee. Dan sekarang lumayan lama sih nunggunya
sekitar seminggu lebih. Bahkan dulu saya sampai message via Facebook “Kok tulisan
saya belum naik ya” “Oh iya judulnya apa ya” Dan baru di publish.”
Bagaimana tanggapan / saran dari pembaca terhadap artikel anda?
“Tanggapannya bisa di bilang biasa sih ga ada tanggapan yang bener-bener
deep gitu. Lebih seperti “wah bagus banget nih” atau “ini related banget sama gue”.
Kayak gitu sih biasanya. Kalo untuk saran yang specific sih ga pernah ada.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
89
Apa hak dan kewajiban Anda sebagai kontributor Hipwee?
“Tidak ada hal seperti itu sih sebagai kontributor. Karena bagaimapun kita
disini kan secara sukarela. Jadi yaa beneran turun langsung untuk menulis. Dan kita
juga ga dapat apa-apa dari Hipwee.”
Apakah Anda memiliki pengalaman sebelumnya dalam menulis? Bagaimana
Anda belajar untuk membuat tulisan?
“Untuk nulis yang serius sih mulai SMA, nulis-nulis yang ada plot dan ada
kontennya. Awal mulai karena banyak baca sih dan dengan baca tulisan orang lain
jadi semacam referensi untuk nulis-nulis ke depannya.”
Apakah Hipwee memberikan pelatihan penulisan kepada setiap
kontributornya? Pernah ikut workshop oleh Hipwee ga?
“Seinget saya rutin, tapi di kota-kota kayak Jogja dan Malang, karena disana
mereka punya komunitas-komunitas kontributor kan. Misalkan pelatihan dengan
kontributor ini atau dengan siapa gitu. Tapi saya ga pernah ikut pelatihannya, karena
ga pas juga sama waktunya”.
Ada tidak komunitas kontributor Hipwee di daerah Anda?
“Ada, tapi setau saya jarang aktif. Waktu itu pernah ada event Hipwee
International Summit itu kalo tidak salah di tahun 2015. Tujuannya itu buat
ngumpulin komunitas tiap daerah di Jakarta. Pembahasannya juga tentang konten
development, current issues, dan lain-lain.”
Apakah ada wadah di media sosial bagi tiap kontibutor untuk saling bertukar
ide, seperti What’s App dan lainnya?
“Ada tapi saya sudah leave hehehe. Karena ramai bangett jadi saya leave.
Biasanya di grup itu pembahasannya ga jauh-jauh dari konten. Atau ada juga yang
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
90
nanya soal tulisan yang belum di publish Hipwee. Kenapa share-nya jadi berubahh,
karena bagaimanapun kita sebagai penulis pasti bangga dong dengan share yang
tinggi, tapi karena ada maintenance dan lain-lain share-nya jadi turun. Dan lebih
banyak pembahasan tentang complainment sih karena di grup itu juga ada perwakilan
dari Hipwee juga yang mengontrol kita semua.”
Apakah setiap artikel yang telah Anda tulis dan di unggah di Hipwee tetap
menjadi hak cipta Anda atau sudah menjadi Hak Hipwee?
“Setau saya sih jadi milik Hipwee, karena kalau udah dipublish kita ga bisa
kirim tulisan kita ke media manapun.”
Timbal balik apa yang diberikan Hipwee kepada setiap kontributornya atas
tulisan / konten yang telah dibuat selain achievement sebagai kontributor
terbaik?
“Engga ada, paling mereka suka mengundang kita ke acara di luar kota gitu,
tapi saya bisa apa itu jauh dan saya kan juga ada kesibukan lain. Pernah ada juga kalo
tidak salah Hipwee Camp atau apa gitu selama dua kali seingat saya. Acaranya itu
lebih seperti bounding selama dua atau tiga hari bareng-bareng kontributor lain dan
itu free.”
Bagaimana jika Hipwee mendapatkan keuntungan dari aspek trafik pembaca,
like dan sebagainya dari tulisan-tulisan Anda?
“Bagi saya saya sih tidak masalah, selama tulisan-tulisan saya tidak di embel-
embeli sama advertisement dan editing yang komersial saya tidak ada masalah.”
Tapi apakah hal itu adil bagi Anda? Anda tidak merasa dirugikan?
“Engga pernah merasa dirugikan sih, karena kan tujuan saya nulis di Hipwee
ya pertama karena saya suka nulis yaa lebih ke mencurahkan apa yang lagi dipikirin
sih. Kecuali kalau saya nulis di akun Facebook pribadi dan tiba-tiba tulisan saya
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
91
dipake untuk tujuan komersil sama pihak lain baru saya disitu merasa dirugikan.
Karena bagaimanapun Hipwee dari awal udah ngebangun dirinya sebagai wadah
menulis untuk anak muda.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
92
Informan 3
Nama : Mulyawan
Pekerjaan : Mahasiswa Sampoerna University
Usia : 21 Tahun
Domisili : Jakarta
Apa yang Anda pahami tentang Hipwee Community?
“Yang gue pahami, Hipwee Community itu sebagai platform media yang
menampung anak-anak muda yang memiliki bakat nulis tapi mereka kayak masih
belum tau gimana caranya, belum tau how should they do, akhirmya terbentuklah
Hipwee Community dan jadi tempat buat anak-anak muda yang suka nulis dan di
publish di Hipwee”.
Bagaimana Anda tertarik untuk menulis dan menjadi kontributor di Hipwee?
“Kenapa bisa tertarik itu, dari zaman SMA sering banget disuruh buat nulis esai
yang banyak banget gitu. Nah gue mikir, gue udah berkali-kali nulis esai tapi tulisan
gue cuma mentok di akademik doang gitu loh dan ga pernah menghasilkan artikel di
luar akademik. Akhirnya dari situ mulai tertarik untuk nulis. Pertama sih nulisnya di
Tumblr, tapi karena merasa masih kurang deh dan gw mau coba lebih. Trus tau deh
tentang Hipwee yang punya channel buat nulis dan menyampaikan ide kita secara
langsung dan makanya gue tertarik untuk nulis”.
Selain menulis di Hipwee, apa kegiatan atau pekerjaan Anda lainnya?
“Belum kerja sih yaa masih pendidikan dan fokus kuliah dan skripsi dulu.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
93
Berarti untuk menulis di Hipwee di waktu luang ya?
“Iyaa kalo lagi senggang baru coba untuk nulis lagi, tapi kadang kalo lagi ada
ide tiba-tiba ya langsung coba nulis lagi biar ga lupa.”
Pernah atau ada ga sih nulis konten di platform lain selain Hipwee?
“Waktu itu sih pernah nyoba nulis di IDN Times tapi ga diterima artikelnya
makanya ga di publish jadi ga lanjut lagi.”
Apa persyaratan untuk bisa menjadi kontributor Hipwee? Apakah terdapat
surat perjanjian kerjasama dan sebagainya?
“Sejauh ini sih Hipwee ga pernah kasih persyaratan khusus untuk kontributor
harus minial apa segala macem sih engga. Tapi kalo kamu ingin nulis yaa tinggal
nulis aja ga pernah ada persyaratan yang ribet-ribet gitu. Di hipwee lebih sukarela
sih”.
Berapa lama waktu yang dibutuhkan bagi Anda hingga tulisan dapat di
publish?
“Ga tentu sih yaa, bisa seminggu bahkan pernah lebih ya tergantung sih
sebenarnya”.
Apakah Anda pernah mengikuti pelatihan oleh Hipwee?
“Pernah, Waktu aku gabung sama Hipwee Community Jakarta, itu pernah dikasih
sedikit training gimana sih nge-generated content yang menarik dan bisa viral, trus
tips-tips nulis itu kayak gimana, dan nulis koten yang disukai sama masyarakat itu
konten yang seperti apa. Lebih ke artikel motivasi, tips-tips, intinya lebih ke info ke
masyarakat gitu”.
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
94
Apakah Anda memiliki pengalaman sebelumnya dalam menulis? Bagaimana
Anda belajar untuk membuat tulisan?
“Ya itu tadi waktu SMA, semenjak punya keinginan buat nulis ga sekedar untuk
akademik doang jadi semangat buat nulis artikel di platform”.
Ada tidak sih standar penulisan yang di patok oleh Hipwee?
“Secara teknis sih standar yaa, standar penulisan pada umumnya ga ada typo dan
kalo bikin narasi sekitar 200 kata minimalnya”.
Apakah Hipwee menerapkan gatekeeping terhadap artikel yang dibuat oleh
kontributor?
“Jadi kalo di Hipwee Community ada sistem dimana ketika artikel masuk dari
kontributor itu ga langsung di publish. Jadi ada posisi editor dan moderator, nah
moderator ini yang memilah artikel-artikel mana saja yang bisa terbit baru habis itu
editor yang akan mengedit artikel dari kontributor kayak typo dan semacamnya”.
Bagaimana proses yang Anda lalui dari mulai praproduksi hingga
pascaproduksi?
“Kalo proses sih dari awal itu penentuan ide, nah penentuan ide ini yang agak
susah karena kadang kita paksain mikir tapi malah ga kepikiran tapi malah ketika kita
lagi duduk santai tiba-tiba jadi kepikiran. Dan kalo aku penentuan ide itu dilihat dari
kehidupan sehari-hari aja sih. Kalo idenya udah ketemu baru deh saya tuangkan ke
dalam word sesuai dengan apa yang ada dipikiran saya. Selebihnya kalo artikel kita
udah jadi langsung kita kirim aja ke Hipwee Community dan nunggu sampe artikel
kita di publish”.
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
95
Tema apa saja yang sering Anda sematkan dalam tiap artikel yang dibuat?
“Gue pernah buat tema hubungan, motivasi, bikin tema cinta juga pernah sama
tips”.
Sampai saat ini sudah berapa artikel yang Anda buat?
“Sekarang sih udah 15 artikel”.
Jumlah share dan rankingnya?
“Terakhir ngecek sih udah 10.900 dan kalo ranking sekitar 700-an”.
Bagaimana saran dan tanggapan dari pembaca artikel Anda?
“Waktu itu gue ga ngerti apakah itu saran atau bukan. Dulu pernah bikin artikel
tentang pernikahan Raisa sama Hamizh dan itu di publish di Fanpage Hipwee
Community di Facebook, dan ada yang bilang ‘wahh lucu ya artikelnya bagus juga’,
tapi justru ada yang komen ‘ngapain sih ngurusin hidup orang’. Bermacam-macam
lah tanggapannya”.
Sebelumnya apakah Anda tahu tentang syarat bagaimana bisa mendapatkan
achievement sebagai kontributor terbaik?
“Waktu itu pernah nanya ke pihak Hipwee, katanya sih ya kalo ngirim artikelnya
rajin, artikelnya berbobot, trus jumlah share-nya juga banyak”.
Timbal balik apa yang Anda dapatkan selama menjadi kontributor Hipwee?
“Sampe sekarang Hipwee itu ga pernah ngasih apa-apa, ga pernah ngasih uang
juga ke kontributor, bener-bener pure sebagai wadah kita untuk nulis gitu. Dan
biasanya kalo nulis di media lain kan bisa dapat honor tapi di Hipwee engga dan
secara sukarela aja kita nulis. Dan yang gue tau Hipwee memposisikan dirinya
sebagai wadah buat penulis untuk mencurahkan ekspresi, pikiran, berkreasi dan
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
96
berkarya. Dan selama mendapatkan achievement sebagai kontributor terbaik, Hipwee
itu cuma memberikan merchandise”.
Apakah tulisan yang telah di publish Hipwee tetap menjadi hak milik
kontributor atau Hipwee?
“Nah karena ga ada perjanjian, kayaknya sih tetap jadi hak milik gue deh. Dan ga
ada peraturan soal boleh tidaknya artikel kita di publish di media lain juga”.
Bagaimana jika Hipwee mendapatkan keuntungan dari aspek trafik pembaca,
like dan sebagainya dari tulisan-tulisan Anda?
“Secara jujur ya gue tidak merasa kalau dieksploitasi, ya kalau mereka
mendapatkan keuntungan it’s fine. Karena disini gue cuma menyalurkan apa yang
gue pikirkan sih”.
Apakah ada wadah di media sosial bagi tiap kontibutor untuk saling bertukar
ide, seperti What’s App dan lainnya?
“Ada, tapi gue belum dimasukin sampe sekarang hehe. Tapi pernah nanya sih
waktu itu ke pihak Hipweenya biasanya sih ngomongin soal konten, dan ngasih tau
kalo aku udah ngirim artikel dan sebagainya sih. Intinya lebih banyak nanya-nanya
gitu”.
Ada tidak komunitas kontributor Hipwee di daerah Anda?
“Ada, tapi sudah lama tidak aktif. Awal 2017 itu sudah ga aktif, karena orang-
orangnya antara niat dan ga niat sebenernya”.
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
97
Informan 4 (Wawancara melalui email)
Nama : Pia Arinaiskandar
Pekerjaan : Swasta
Usia : 25 Tahun
Domisili : Tasikmalaya
Apa yang anda pahami tentang Hipwee Community?
“Wadah untuk para warga net yg punya hobi menulis atau pembaca hipwee yg
juga ingin menuangkan tulisannya dan dibaca oleh para pembaca hipwee.”
Bagaimana Anda tertarik untuk menulis dan menjadi kontributor di Hipwee?
“Memang senang menulis tapi genrenya cerpen. Suatu ketika , dapat kesempatan
magang di hipwee jadi moderator. Dan diberikan kesempatan menulis dihipwee
community. Dan berakhir ketagihan untuk menulis “gaya” artikelhipwee.”
Selain menulis di Hipwee, apa kegiatan atau pekerjaan Anda lainnya?
“Staff administrasi yayasan & menulis di blog pribadi.”
Apa persyaratan untuk bisa menjadi kontributor Hipwee? Apakah terdapat
surat perjanjian kerjasama dan sebagainya?
“Tidak ada, hanya menulis saja langsung dengan petunjuk yg hipwee arahkan,
lalu kemudian di undang pada grup kontibutor.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
98
Apakah Anda memiliki pengalaman sebelumnya dalam menulis? Bagaimana
Anda belajar untuk membuat tulisan?
“Sudah senang memulis cerita dari SD, lanjut sampai SMA masih menulis
sastra pop yakni cerpen. Sempat menjadi content writer di website. Otodidak, banyak
menulis saja.”
Apakah Hipwee memberikan pelatihan penulisan kepada setiap
kontributornya?
“Setahu saya sering ada event tentang kepenulisan tapi tidak hanya untuk
kontributor, tapi untuk umum”
Apakah Anda pernah mengikuti event / workshop dariHipwee?
“Ya pernah.
Apakah Hipwee memiliki standar produksi penulisan untuk tulisan yang Anda
buat? Seperti tulisan harus sesuai dengan EYD atau yang lainnya?
“Lebih bisa bersahabat untuk dibaca dalam artian tidak terlalu EYD tapi masih
dalam kaidah penulisan seperti menulis kanimbuhan yg benar. Tidak mengandung isu
sara, unsure promosi dan tidak mengandung unsure plagiasi.”
Bagaimana alur produksi konten yang Anda lalui hingga tulisan Anda dimuat
oleh Hipwee?
“Caranya membuka website hipwee lalu terdapat kolom untuk menulis di forum
community, kemudian disubmit untuk dimoderasi oleh moderator untuk diterbitkan.”
Apakah ada hak dan kewajiban Anda sebagai kontributor Hipwee?
“Tidak ada hal-hal seperti itu.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
99
Tema / konten apa yang Anda sematkan dalam setiap artikel yang anda buat?
Sudah berapa artikel yang Andabuat?
“Hiburan, style dan motivasi. Lebih dari 10 artikel.”
Bagaimana tanggapan / saran dari pembaca terhadap artikel anda?
“Menyukai artikel teraebut dan membagikannya di sosial media.
Untuk menjadi kontributor terbaik, kriteria apa yang diberikan oleh Hipwee
agar kontributor bisa meraih achievement semacamitu?
“Setahu saya yg pernah magang di hipwee, jumlah page view dan seringnya
artikel tsb di baca.”
Timbal balik apa yang diberikan Hipwee kepada setiap kontributornya atas
tulisan / konten yang telah dibuat?
“Apresiasi dalam bentuk merchandise dan di update pada akun instagram
siapa saja yg menjadi kontributor terbaik pada setiap bulannya.”
Apakah setiap artikel yang telah Anda tulis dan di unggah di Hipwee tetap
menjadi hak cipta Anda atau sudah menjadi Hak Hipwee?
“Hak hipwee sehingga kami tidak dapat mengunggahnya kembali di media
online lain.”
Bagaimana jika Hipwee mendapatkan keuntungan dari aspek trafik pembaca,
like dan sebagainya dari tulisan-tulisan Anda?
“Tidak masalah, karena sebelumnya saya sudah mengetahui kalau Hipwee
sebagai wadah untuk menulis setidaknya tulisan saya dibaca dan disukai orang lain.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
100
Tapi apakah hal itu adil bagi Anda? Anda tidak merasa dirugikan?
“Tidak merasa dirugikan asal setiap tulisan yang saya buat tercantum nama saya
sebagai penulis aslinya.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
101
Informan 5 (Wawancara melalui email)
Nama : Clarenza Adela
Pendidikan : SMA Kristen Petra 4 Sidoarjo
Usia : 17 Tahun
Domisili : Sidoarjo
Apa yang anda pahami tentang Hipwee Community?
“Hipwee community itu sebuah komunitas yang tersebar di beberapa kota
besar seperti Jakarta, Surabaya, Jogja, Solo, dan Malang yang bertujuan untuk
mewadahi anak muda yang suka komunitas, kegiatan kreatif, dan dunia kepenulisan.”
Bagaimana Anda tertarik untuk menulis dan menjadi kontributor di Hipwee?
“Awal mula saya tertarik menulis di Hipwee karena membaca salah satu
artikel disana yang bahasanya sangat menarik dan berbeda dengan artikel-artikel
sejenisnya.”
Apakah Anda memiliki pengalaman sebelumnya dalam menulis konten?
Bagaimana proses Anda belajar menulis?
“Tidak ada. Menulis di Hipwee adalah pertama kalinya saya menulis konten di
platform online. Prosesnya, sih panjang hehe.. Suka menulis sudah sejak SD tetapi
setiap menulis selalu mandek dan stuck. Tapi terus saja berlatih dengan banyak
menulis dan membaca tulisan-tulisan orang lain.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
102
Selain sebagai kontributor Hipwee, apa kegiatan atau pekerjaan Anda lainnya?
“Saat ini saya masih berstatus pelajar SMA tingkat akhir dan di sela-sela waktu
saya bekerja part time menjadi freelance writer.”
Pernah menulis di platform lain selain Hipwee? Di website apa?
“Good News From Indonesia, Kompasiana, IDpelago, dan lain-lain.”
Apa persyaratan untuk bisa menjadi kontributor Hipwee? Apakah terdapat
surat perjanjian kerjasama dan sebagainya?
“Untuk menjadi kontributor Hipwee tidak ada syarat atau perjanjian khusus.
Cukup siapkan niat, ide, laptop, dan jaringan internet.”
Apakah Hipwee memberikan pelatihan penulisan kepada setiap
kontributornya? Pernah ikut workshop oleh Hipwee ga? Alasannya?
“Pelatihan penulisan Hipwee, sih saya belum pernah ikut. Tapi Hipwee sering
mengadakan semacam workshop di kota-kota besar tentang kepenulisan dan tak
jarang mengadakan pelatihan secara online.”
Apakah Hipwee memiliki standar produksi penulisan untuk konten yang Anda
buat? Seperti harus menggunakan EYD dan sebagainya?
“Seharusnya setiap konten yang hendak di publish, sih EYD nya harus bagus
dan tepat. By the way, artikel pertama saya di Hipwee EYD nya masih berantakan
banget. Tapi don’t worry karena sekarang setiap artikel yang masuk akan di check
oleh tim hipwee.”
Bagaimana penentuan topik / ide yang Anda lakukan?
“Pilih topik yang dekat dengan diri kita.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
103
Tema / konten apa yang Anda sematkan dalam setiap artikel yang anda buat?
Sudah berapa artikel yang Anda buat?
“Saya suka dan sering menulis konten inspirasi dan keluarga di hipwee. Berapa
ya.. 10 lebih rasanya.”
Bagaimana alur produksi konten yang Anda lalui hingga tulisan Anda dimuat
oleh Hipwee?
“Setelah menulis lengkap di dashboard hipwee, submit artikel kamu. Kamu akan
mendapat email pemberitahuan bila artikel buatanmu sudah terbit di hipwee. Hipwee
tidak langsung menerbitkan artikel yang telah dibuat. Biasanya dua sampai empat
hari baru terbit. Punya saya pernah tiga bulan kemudian baru diterbitkan, karena
adanya moderasi yang dilakukan Hipwee”
Apa hak dan kewajiban Anda sebagai kontributor Hipwee?
“Kalau hak sepertinya berhak menulis konten apa saja dan mendapat kejelasan
soal artikel yang belum diterbitkan. Kewajibanya harus mematuhi aturan-aturan di
hipwee seperti hak cipta.”
Bagaimana tanggapan / saran dari pembaca terhadap artikel anda?
“Sejauh ini pembaca cukup terhibur dan merasa bahwa artikel yang saya tulis
cocok dengan mereka. Dulu ketika awal menulis juga pernah ada pembaca yang
memberi saran soal EYD yang masih berantakan.”
Hingga saat ini sudah berapa jumlah tulisan Anda yang dimuat Hipwee? Dan
saat ini berapa ranking Anda di Hipwee?
“Tepat 30 artikel dan saya berada di ranking 112.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
104
Untuk menjadi kontributor terbaik, kriteria apa yang diberikan oleh Hipwee
agar kontributor bisa meraih achievement semacam itu?
“Jumlah pageviews, shares, dan keaktifan menulis di hipwee.”
Timbal balik apa yang diberikan Hipwee kepada setiap kontributornya atas
tulisan / konten yang telah dibuat?
“Tiap bulan hipwee selalu memberikan apresiasi kepada 5 kontributor terbaik
dengan memberikan bingkisan.”
Apakah setiap artikel yang telah Anda tulis dan di unggah di Hipwee tetap
menjadi hak cipta Anda atau sudah menjadi Hak Hipwee?
“Menjadi hak cipta saya sebagai penulis.”
Ada tidak komunitas kontributor Hipwee di daerah Anda? Apakah Anda
tergabung ke dalamnya? Berapa jumlah anggotanya?
“Di kota saya tidak ada tetapi di kota sebelah yaitu Surabaya ada tetapi saya tidak
bergabung.”
Kegiatan / event apa saja yang dilakukan oleh komunitas kontributor tersebut?
“Setahu saya bakti social, workshop, sharing, dan event-event kreatif lainya.”
Bagaimana jika Hipwee mendapatkan keuntungan dari tulisan-tulisan Anda?
Tapi apakah hal itu adil bagi Anda? Anda tidak merasa dirugikan?
“Kalau ditanya adil tidaknya, saya merasa ini adil, karena saya tidak punya
wadah untuk menulis dan Hipwee memberikan kesempatan itu. Jadi sebagai timbal
balik dari saya yaa tidak apa-apa kalau Hipwee mendapat keuntungan.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
105
Informan 6 (Wawancara melalui email)
Nama : ZakiahWulandari
Pekerjaan : Wiraswasta
Domisili : Surakarta
Apa yang anda pahami tentang Hipwee Community?
“Wadah bagi warga net yang ingin mengirimkan tulisan/artikelnya ke media
online.”
Bagaimana Anda tertarik untuk menulis dan menjadi kontributor di Hipwee?
“Karena Hipwee menjadi tempat untuk saya bisa menulis dan menuangkan
pikirannya.”
Apakah Anda memiliki pengalaman sebelumnya dalam menulis konten?
Bagaimana proses Anda belajar menulis?
“Sebelumnya Saya menulis di blog pribadi saja. proses belajar sambil
berjalan.”
Selain sebagai kontributor Hipwee, apa kegiatan atau pekerjaan Anda lainnya?
“Wiraswasta.”
Pernah menulis di platform lain selain Hipwee? Di website apa?
“Blog pribadi.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
106
Apa persyaratan untuk bisa menjadi kontributor Hipwee? Apakah terdapat
surat perjanjian kerjasama dan sebagainya?
Jadi kontributor Hipwee, register di Hipwee dan sudah bisa mengirim tulisan.
Tidak ada perjanjian kerjasama.”
Apakah Hipwee memberikan pelatihan penulisan kepada setiap
kontributornya? Pernah ikut workshop oleh Hipwee ga? Alasannya?
“Pernah ikut workshop oleh Hipwee yang diadakan Kumpulan Emak Blogger
Soloraya. Alasannya untuk mengetahui cara menulis di media online seperti Hipwee.
Dan belajar tentang gaya tulisan yang kekinian.”
Apakah Hipwee memiliki standar produksi penulisan untuk konten yang Anda
buat? Seperti harus menggunakan EYD dan sebagainya?
“Hipwee mempunyai editor untuk mengoreksi tulisan. Saya menulis saja dan
editor yang menyeleksi.”
Bagaimana penentuan topik / ide yang Anda lakukan?
“Berdasarkan pengalaman dan keinginan sendiri.”
Tema / konten apa yang Anda sematkan dalam setiap artikel yang anda buat?
Sudah berapa artikel yang Anda buat?
“Biasanya lebih cenderung ke parenting, pernikahan dan gayahidup.”
Bagaimana alur produksi konten yang Anda lalui hingga tulisan Anda dimuat
oleh Hipwee?
“Hanya menulis dan melengkapinya dengan foto yang menarik. Lalu kirim
tulisan dan menanti kabar apakah dimuat Hipwee melalui email.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
107
Apa hak dan kewajiban Anda sebagai kontributor Hipwee?
“Gak ada hak dan kewajiban. Bebas.”
Bagaimana tanggapan / saran dari pembaca terhadap artikel anda?
“Saya tidak tahu, jarang melihatnya.”
Hingga saat ini sudah berapa jumlah tulisan Anda yang dimuat Hipwee? Dan
saat ini berapa ranking Anda di Hipwee?
“Saya tidak tahu infonya.”
Untuk menjadi kontributor terbaik, kriteria apa yang diberikan oleh Hipwee
agar kontributor bisa meraih achievement semacam itu?
“Setau saya dari jumlah tulisan yang dimuat dan dibaca orang lain.”
Timbal balik apa yang diberikan Hipwee kepada setiap kontributornya atas
tulisan / konten yang telah dibuat?
“Bingkisan menarik.”
Apakah setiap artikel yang telah Anda tulis dan di unggah di Hipwee tetap
menjadi hak cipta Anda atau sudah menjadi Hak Hipwee?
“Boleh di share ke blog pribadi.”
Ada tidak komunitas kontributor Hipwee di daerahAnda? Apakah Anda
tergabung kedalamnya? Berapa jumlah anggotanya?
“Belum tau infonya.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
108
Kegiatan / event apa saja yang dilakukan oleh komunitas kontributor tersebut?
Apakah Anda pernah mengikutinya?
“Belumpernah.”
Bagaimana jika Hipwee mendapatkan keuntungan financial dari tulisan-tulisan
Anda? Anda tidak merasa dirugikan?
“Saya tidak pernah merasa dirugikan selama menulis di Hipwee. Kalau
Hipwee mendapat keuntungan itu sudah menjadi haknya.”
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
109
Foto narasumber Angga (Hipwee)
melalui What’s App Voice Call
Foto narasumber Fauzan Fadli
Foto narasumber Mulyawan
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
Budaya Partisipatoris Dalam..., Albertus Jodi Kristianto, FIKOM, 2018
top related