laporan sperma
Post on 10-Aug-2015
70 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1. Spermatogenesis abnormal dan fertilisasi pria
Epitel tubulus seminiferus dapat dihancurkan oleh sejumlah penyakit. Sebagai
contoh, orkitis bilateral yang disebabkan oleh Mumps menyebabkan sterilitas dalam
persentase yang besar pada banyak pria yang terkena. Juga, banyak bayi pria lahir
dengan epitel tubulus yang berdegenerasi sebagai akibat striktur dalam duktus genitalia
atau sebagai akibat abnormalitas genetik. Akhirnya, penyebab sterilitas, yang biasanya
temporer, adalah suhu yang berlebihan pada testis, sebagai berikut (Guyton & Hall) :
a. Pengaruh suhu pada spermatogenesis
Peningkatan suhu pada testis dapat mencegah spermatogenesis dengan
menyebabkan degenerasi sebagian besar sel-sel tubulus seminiferus di samping
spermatogonia. Hal ini sering dikatakan bahwa alasan testis terletak di dalam
kantung skrotum adalah untuk mempertahankan suhu kelenjar ini di bawah suhu
tubuh, walaupun biasanya hanya kira-kira 2oC di bawah suhu bagian dalam tubuh.
Pada hari yang dingin, refleks skrotum menyebabkan otot-otot skrotum
berkontraksi, menarik testis dekat tubuh, sementara di hari yang hangat otot-otot
testis menjadi hampi relaksasi total sehingga testis tergantung agak jauh dari
tubuh. Jadi, skrotum secara teoritis bekerja sebagai suatu mekanisme pendingin
bagi testis (tetapi sebagai suatu pengatur pendingin), yang tanpanya
spermatogenesis dikatakan menjadi berkurang selama cuaca panas (Guyton &
Hall).
b. Pengaruh jumlah sperma terhadap sterilitas
Jumlah semen yang biasanya diejakulasikan pada setiap koitus rata-rata
adalah 3,5 mL dan setiap mL semen mengandung rata-rata 120 juta sperma,
walaupun bahkan pada orang ”normal” jumlah ini dapat bervariasi dari 35 sampai
200 juta. Hal ini berarti bahwa rata-rata total dari 400 juta sperma biasanya
terdapat dalam setiap ejakulasi. Ketika jumlah sperma dalam setiap mL turun kira-
kira di bawah 20 juta, orang tersebut sepertinya hampir mengalami infertilitas.
Sehingga, walaupun hanya satu sperma yang diperlukan untuk membuahi ovum,
dengan alasan yang belum dimengerti benar ejakulasi biasanya harus
mengandung jumah sperma yang amat banyak untuk paling tidak satu di
antaranya membuahi ovum (Guyton & Hall).
c. Pengaruh morfologi dan motilitas sperma terhadap fertilitas
Kadang-kadang orang memiliki jumlah sperma yang normal tetapi tetap
infertil. Bila hal ini terjadi, sering ditemui hampir separuh dari jumlah spermanya
memiliki kelainan fisik, seperti memiliki dua kepala, bentuk kepala yang tidak
normal, atau ekor yang tidak normal. Disaat yang lain, sperma terlihat normal
secara struktual, tetapi dengan alasan yang tidak dimengerti, sperma tersebut
seluruhnya tidak motil atau relatif tidak motil. Bilamana sebagian besar sperma
secara morfologis mengalami kelainan atau ditemukan tidak motil, maka orang
tersebut hampir infertil, walaupun sisa sperma lainnya terlihat normal (Guyton &
Hall).
2. Spermatozoon Kepala
Spermatozoon matang mempunyai kepala yang terdiri dari nukleus terkondensasi,
yang mengandung semua trait genetik yang dapat diberikan seorang bapak pada
keturunannya dan ekor yang memberikan motilitas perlu transport sperma ke daerah
fertilisasi dan meyakinkan bahwa kepala untuk penetrasi lapisan ovum. Ukuran dan
bentuk kepala sperma bervariasi pada spesies mamalia berbeda. Pada manusia, kepala
sperma berbentuk ovoid pada pandangan frontal dan piriformis bila terlihat dari tepi,
menebal dekat basal dan kebagian ujungnya meruncing. Panjang 4-5µm dan lebar 2,5-
3,5 µm. Nukleus membentuk bagian kepala yang lebih besar. Terbungkus pada dua
pertiga anterior oleh akrosom yaitu suatu organel yang menyerupai cap terbatas
membran yang mengandung enzim yang memperpendek jalur melalui zona pelusida
ovum selama penetrasi sperma. Enzim yang telah diidentifikasi pada akrosom meliputi
hialuronidase, neuraminidase, aril sulfatase dan protease yang disebut dengan akrosin
yang hampir terkait dengan tripsin (Bloom).
Leher
Daerah ini merupakan bagian yang genting dan mengndung sentriol depan dan bagian
depan filament poros.
Badan
Bagian badan dari sperma mengandung filament poros mitochondria dan sentriol
belakang berbentuk cincin, sehingga sering disebut bagian badan ini sebagai tenaga pusat
sperma karena mitokondria memiliki enzim yang menggerakkan asam trikakboksilat dan
transport electron serta fosfolirasi oksidatif, yang menghasilkan energi dalam bentuk ATP.
Ekor
Ekor sperma memeiliki 2 bagian : bagian utama dan bagian ujung. Ekor ini
mengandung banyak sekali filament poros / flagellum tetapi sedikit mengandung
sitoplasma.terdapat 2 sentriol terletak di bagian tengah dari. Fibril-fibril yang seperti cilia
tersebar dalam ekor dan dikelilingi oleh cincin yang terdiri dari 9 pasangan fibril perifer.
Fibril ini berfungsi menimbulkan gerakan ekor sperma.
Berikut adalah penjelasan mengenai jalur sperma yang telah matang : Dari testis kiri
dan kanan, sperma bergerak ke dalam epididimis (suatu saluran berbentuk gulungan yang
terletak di puncak testis menuju ke testis belakang bagian bawah) dan disimpan di dalam
epididimis sampai saat terjadinya ejakulasi .Jadi epididimis ini agar sperma menjadi matang /
mature sehingga siap bergerak ke vas deferens .Dari epididimis, sperma bergerak ke vas
deferens dan duktus ejakulatorius. Di dalam duktus ejakulatorius, cairan yang dihasilkan oleh
vesikula seminalis , kelenjar prostata dan bulbo uretra ditambahkan pada sperma sehinngga
sperma dinamai dengan semen ( benih), yang kemudian mengalir menuju ke uretra dan
dikeluarkanketikaejakulasi.
Kriteria morfologi sperma disebut normal bila
Kepala : berbentuk oval, akrosom menutupi 1/3nya, panjang 3-5 mikron,
lebar ½ s/d 2/3 panjangnya.
Midpiece : langsing (< ½ lebar kepala), panjang 2x panjang kepala, dan
berada dalam satu garis lengan sumbu panjang kepala.
Ekor : batas tegas, berupa garis panjang 9 x panjang kepala.
Adapun faktor yang mempengaruhi daripada perubahan morfologi adalah :
Fungsi testis, makin banyak kepala normal berarti fungsi tesis baik.
Gangguan pada epididymis, misalnya : radang, varikokel, dll akan terlihat
banyak sel-sel immature.
Abstinentia seksualisnya kurang lama atau sering ejakulasi.
top related