laporan sosialisasi pangan lokal di sdn sumbersari 3
Post on 20-Oct-2015
95 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
LAPORAN
SOSIALISASI PANGAN LOKAL DAN DIVERSIFIKASI PANGAN
DI SD NEGERI SUMBERSARI 3 JEMBER
TEKNOLOGI PENGOLAHAN PANGAN LOKAL
Dosen Pembimbing:
Nurud Diniyah, S.TP., MP.
Oleh:
Kelompok 2
1. Farid Firaldi A 121710101090
2. Fatkhur Rohman 121710101086
3. Mila Damanik A. 121710101063
4. Riang Putut 121710101078
5. Nirmala Yulisningati 121710101064
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSIITAS JEMBER
2014
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pangan adalah salah satu kebutuhan dasar (basic need) manusia. Manusia tidak
dapat mempertahankan hidupnya tanpa adanya pangan, karena itu kebutuhan atas pangan
merupakan hak asasi manusia yang paling dasar. Artinya selain kebutuhan dasar, pangan
juga merupakan hak dasar (basic right) manusia. Pemenuhannya diatur dalam Undang-
undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Produk pangan lokal Indonesia sangat melimpah. Biasanya, produk
pangan lokal ini berkaitan erat dengan budaya masyarakat setempat. Oleh karena
itu, produk-produk ini kerap kali juga menyandang nama daerah, sebagai misal ;
dodol garut, jenang kudus, gudek jogja, dan lain-lain.
Beraneka ragam dan jumlah yang sangat besar dari produk pangan lokal
tersebut, tentu sangat potensi dalam mewujudkan kemandirian pangan nasional.
Terwujudnya kemandirian pangan suatu daerah atau negara, dengan sendirinya
akan mempercepat tercapainya ketahanan pangan nasional. Namun karena
lunturnya kegemaran masnyarakat mengkonsumsi pangan tradisional khususnya
pangan lokal, Indonesia yang kurang awasembada pangan sehingga terus
melakukan impor, dan kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya
mengknsumsi pangan lokal memngakibatkan ketahanan pangan di Indonesia
belum tercapai. Oleh karena itu kita melakukan sosialisasi kepada masyarakat luas
akan pentingnya mengkonsumsi pangan lokal dan mengenalkan produk-produk
pangan lokal.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dilakukan sosialisasi tentang pangan lokal adalah sebagai berikut:
1) Mensosialisasikan pangan lokal dan diversifikasi pangan dari pangan lokal
2) Mengenalkan produk lokal kepada siswa-siswi SDN Sumbersari 3
3) Meningkatkan pangan lokal yang ada di SDN Sumbersari 3
1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari kegiatan sosialisasi yang kami lakukan adalah sebagai
berikut:
1) Terjalinnya kerjasama antara masyarakat luas khususnya SD Sumbersari 3
dengan mahasiswa FTP Jurusan THP UNEJ
2) Memberikan pengetahuan tentang teknologi pengolahan pangan lokal
3) Siswa-siswi khususnya SD Sumbersari 3 dapat mengenal produk lokal.
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pangan Lokal
Pangan sebagai sumber zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, vitamin,
mineral dan air) menjadi landasan utama manusia untuk mencapai kesehatan dan
kesejahteraan sepanjang siklus kehidupan (Baliwati,dkk, 2004). Menurut UU No.
18 Tahun 2012, pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan
air , baik yang diolah maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan
atau minuman bagi konsumsi manusia.
Pangan lokal merupakan produk pangan yang telah lama diproduksi,
berkembangdan dikonsumsi di suatu daerah atau suatu kelompok masyarakat
lokal tertentu.Umumnya produk pangan lokal diolah dari bahan baku lokal,
teknologi lokal, danpengetahuan lokal pula. Di samping itu, produk pangan lokal
biasanya dikembangkansesuai dengan preferensi konsumen lokal pula. Sehingga
produk pangan lokal iniberkaitan erat dengan budaya lokal setempat (Hariyadi,
2010). Pangan lokal menurut UU No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan adalah
makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan
kearifan lokal.
2.2 Ketahanan Pangan
2.2.1 Pengertian
Menurut UU No. 18 Tahun 2012, ketahanan pangan adalah kondisi
terpenuhinya Pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin
dari tersedianya Pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan agama,
keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif
secara berkelanjutan. Ketahanan pangan merupakan suatu kondisi ketersediaan
pangan yang cukup bagi setiap orang pada setiap saat dan setiap individu yang
mempunyai akses untuk memperolehnya baik secara fisik maupun ekonomi
(Salim, 2003).
2.2.2 Kebijakan
Substansi kebijakan umum ketahanan pangan yang terdiri dari 15 elemen
penting yang diharapkan menjadi panduan bagi pemerintah, swasta dan elemen
masyarakat untuk bersama-sama mewujudkan ketahanan pangan di tingkat rumah
tangga, tingkat wilayah dan tingka nasional. Adapun menurut Kebijakan Umum
Ketahanan Pangan 2010-2014 berisi antara lain:
1) Menjamin ketersediaan pangan
2) Menata pertahanan tata ruang dan wilayah
3) Melakukan antisipasi, adaptasi, dan mitigasi perubahan iklim
4) Menjamin cadangan pangan pemerintah dan masyarakat
5) Mengembangkan system distribusi pangan yang adil dan efisien
6) Meningkatkan aksebilitas rumah tangga terhadap pangan
7) Menjaga stabilitas harga panen
8) Mencegah dan menangani keadaan rawan pangan dan gizi
9) Melakukan diversifikasi pangan
10) Meningkatkan keamanan dan mutu pangan
11) Memfasilitasi penelitian dan pengembangan
12) Melaksanakan kerja sama internasional
13) Meningkatkan peran serta masyarakat
14) Mengembangkan sumberdaya manusia
15) Melaksanakan kebijakan makro dan perdagangan yang kondusif.
2.2.3 Hambatan dan Tantangan
Permasalahan utama yang dihadapi saat ini dalam mewujudkan ketahanan
pangan di Indonesia adalah bahwa pertumbuhan permintaan pangan yang
lebihcepat dari pertumbuhan penyediaan.Permintaan yang meningkat
merupakanakibat dari peningkatan jumlah penduduk, pertumbuhan ekonomi,
peningkatan daya beli masyarakat, dan perubahan selera. Sementara
itu,pertumbuhan kapasitas produksi pangan nasional cukup lambat dan
stagnan,karena adanya kompetisi dalam pemanfaatan sumberdaya lahan dan air,
sertastagnansi pertumbuhan produktivitas lahan dan tenaga kerja pertanian.
Ketidakseimbangan pertumbuhan permintaan dan pertumbuhan
kapasitasproduksi nasional mengakibatkan kecenderungan pangan nasional dari
impormeningkat, dan kondisi ini diterjemahkan sebagai ketidak mandirian
penyediaanpangan nasional.Untuk itu, sektor pertanian menghadapi
tantanganyang cukup kompleks.Tantangan ini juga terus berkembang secara
dinamis seiring dengan perkembangan sosial, budaya, ekonomi dan politik.
2.2.4 Strategi Peningkatan Ketahanan Pangan
Program peningkatan ketahanan pangan merupakan fasilitasi bagi
terjaminnya masyarakat untuk memperoleh pangan yang cukup setiap saat, sehat
dan halal.pangan. Kegiatan utama Program Peningkatan Ketahanan Pangan
meliputi: peningkatan produksi dan ketersediaan pangan, pengembangan
diversifikasi produksi dan konsumsi pangan yang bertumpu pada sumberdaya
lokal, penyusunan kebijakan dan pengendalian harga pangan, penyusunan dan
penerapan standar kualitas dan keamanan pangan, dan penanggulangan
kasus/kejadian kerawanan pangan.
Rencana tindak program meliputi: peningkatan produksi panganpokok,
koordinasi kebijakan ketersediaan dan distribusi pangan, pengembangan sumber
pangan alternatif berbasis sumberdaya lokal, koordinasi penyusunan kebijakan
harga pangan, koordinasi pengendalian harga pangan, koordinasi penetapan
standar kualitas dan keamanan pangan, pengawasan lalu lintas pertanian dan
hewan serta penerapan GAP dan HACCP produk pangan, dan koordinasi
penanggulangan kasus/kejadian kerawanan pangan.
2.3 Diversifikasi Pangan
Dalam Keppres No. 68 tentang Ketahanan Pangan pasal 9 disebutkan
bahwa diversifikasi pangan diselenggarakan untuk meningkatkan ketahanan
pangan dengan memperhatikan sumberdaya, kelembagaan dan budaya
lokal.Menurut Hanafie (2010) diversifikasi pangan diartikan sebagai pengurangan
konsumsi beras yang dikompensasi oleh penambahan konsumsi bahan pangan
non-beras diiringi dengan ditambahnya makanan pendamping. Diversifikasi
konsumsi pangan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah jenis makanan yang
dikonsumsi, sehingga semakin banyak jenis makanan yang dikonsumsi akan
semakin beranekaragam.
2.3.1 Kebijakan Pemerintah dalam Diversifikasi Pangan
Program diversifikasi pangan dapat diusahakan secara simultan di tingkat
nasional, regional (daerah) maupun keluarga. Upaya tersebut sebetulnya sudah
dirintis sejak awal dasawarsa 60-an, dimana pemerintah telah menyadari
pentingnya dilakukan diversifikasi tersebut (Rahardjo, 1993). Saat itu pemerintah
mulai menganjurkan konsumsi bahan-bahan pangan pokok selain beras. Yang
menonjol adalah anjuran untuk mengkombinasikan beras dengan jagung, sehingga
pernah populer istilah”berasjagung”. Ada dua arti dari istilah itu, yaitu 1)
campuran beras dengan jagung, dan 2) penggantian konsumsi beras pada waktu-
waktu tertentu dengan jagung.
Kebijakan ini ditempuh sebagai reaksi terhadap krisis pangan yang terjadi
saat itu. Kemudian di akhir Pelita I (1974), secara eksplisit pemerintah
mencanangkan kebijaksanaan diversifikasi pangan melalui Instruksi Presiden
(Inpres) No. 14 tahun 1974 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat (UPMMR),
dan disempurnakan melalui Inpres No.20 tahun 1979. Maksud dari instruksi
tersebut adalah untuk lebih menganekaragamkan jenis pangan dan meningkatkan
mutu gizi makanan rakyat baik secara kualitas maupun kuantitas sebagai usaha
untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia. Namun dalam perjalanannya,
tujuan diversifikasi konsumsi pangan lebih ditekankan sebagai usaha untuk
menurunkan tingkat konsumsi beras, dan diversifikasi konsumsi pangan hanya
diartikan pada penganekaragaman pangan pokok, tidak pada keanakeragaman
pangan secara keseluruhan. Sehingga banyak bermunculan berbagai pameran dan
demo masak-memasak yang menggunakan bahan baku nonberas seperti dari sagu,
jagung, ubikayu atau ubijalar, dengan harapan masyarakat akan beralih pada
pangan nonberas.
Setelah sekian lama tidak terdengar gemanya, secara eksplisit baru pada
tahun 1991/1992 pemerintah melalui Departemen Pertanian mulai menggarap
diversifikasi konsumsi melalui Program Diversifikasi Pangan dan Gizi (DPG).
Berbeda dengan kondisi dasa warsa 60-an yang semata-mata karena terjadi krisis
pangan, DPG dilakukan tatkala Indonesia sudah pernah mencapai swasembada
beras, dan masyarakat tergantung pada beras.
Pada tahun anggaran 1998/1999 dilakukan revitalisasi program DPG untuk
memberikan respon yang lebih baik dalam rangka meningkatkan diversifikasi
pangan pokok. Upaya ini dilaksanakan dengan perubahan orientasi dari
pendekatan sempit (pemanfaatan pekarangan untuk menyediakan aneka ragam
kebutuhan pangan) ke arah yang lebih luas yaitu pemanfaatan pekarangan/kebun
sekitar rumah guna pengembangan pangan lokal alternatif.
2.3.2 Produk Diversifikasi Pangan
Ada berbagai macam sumber daya yang dapat dimanfaatkan sebagai produk
pangan lain yang lebih bergizi dan bermutu tinggi antara lain sebagai berikut.
1) Kelapa
Industri kecil kelapa dengan penggunaan teknologi tepat guna pemarutan
dan pengeringan akan dihasilkan kelapa parut kering. Dengan pengepresan
yang tepat akan diperoleh minyak kelapa yang berkualitas baik.
Contoh produk: geplak, serundeng.
2) Singkong
Singkong sebagai salah satu jenis bahan makanan sumber karbohidrat
yang dapat tumbuh subur di Indonesia dan relatif murah harganya.
Keberadaan singkong yang melimpah dan harga yang murah di pedesaan
dapat ditingkatkan menjadi bahan makanan yang bernilai tinggi. Melalui
pengeringan sederhana misalnya dengan diparut kasar, dicuci dikeringkan dan
kemudian digiling yang selanjutnyadapat dibuat beraneka macam produk
makanan basah maupun kering .Contoh produk: criping, lanthing, pathilo,
gethuk, gatot, tiwul, tepung mocaf, beras cerdas, kripik.
3) Labu kuning
Ditinjau dari aspek gizi, labu kuning memiliki kandungan gizi yang cukup
baik, disamping kadar karbohidrat yang tinggi juga kaya akan provitamin A
yang merupakan keistimewaan buah labu kuning yang berguna bagi
kesehatan kita. Contoh produk: puding, kue lapis, cake, pie, nogosari, arem-
arem, nasi kuning, minuman, mie labu kuning.
4) Jagung
Jagung merupakan palawija sumber karbohidrat yang memegang peranan
penting kedua setelah beras. Jagung juga mengandung unsur gii lain yang
diperlukan manusia yaitu kalori, dan protein. Dengan mengkonsumsi aneka
macam produk olahan jagung, berarti telah melaksanakan program
diversifikasi pangan non beras.Contoh produk: emping jagung, aneka cake,
talam, muffin, tepung jagung, jagung instan nixtamalisasi, beras jagung
instan, bassang.
5) Lamtoro dan kacang tunggak
Lamtoro dan kacang tungga termasuk dalam tanaman koro-koroan yang
kaya akan protein. Hal ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan pengganti
kedelai dalam pembuatan tempe dan produk olahan tempe lainnya. Contoh
produk: sebagai pengganti kedelai dalam pembuatan tempe.
BAB 3. METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu Pelaksanaan
Sosialisasi tentang pangan lokal dan diversifikasi pangan dilakukan pada:
Hari : Sabtu
Tanggal : 22 Februari 2014
Pukul : 08.00 – 09.20 WIB
Tempat : SDN Sumbersari 03 Jember
3.2 Cara Pelaksanaan
Metode yang digunakan dalam acara sosialisasi adalah: ice breaking,
ceramah, tanya jawab, dan permainan.
BAB 4. PEMBAHASAN
Sosialisasi merupakan suatu tindakan yang dilakukan untuk
mensosialisasikan apa yang mereka ketahui serta mentransfer ilmunya dan apa
yang kita bisa kepada orang lain. Berhubungan dengan tugas mata kuliah Pangan
Lokal kami melakukan sosialisasi di SDN Sumbersari 3. Kami memutuskan untuk
bersosialisasi disana karena melihat masih kurangnya pengetahuan siswa-siswa
tentang pangan lokal yang ada disekitar mereka sehingga dengan adanya
sosialisasi ini kita dapat menambah wawasan dan mengenalkan pangan lokal dan
difersivikasi pangan sejak dini terhadap siswa yang ada disana.
Awal mula persiapan kami yaitu mendata beberapa tempat dan sekolah
yang akan kita tuju untuk melakukan sosialisasi. Setelah kita melakukan observasi
di beberapa sekolah kami memutuskan untuk memilih SDN Sumbersari 3. Selain
tempat yang sangat mudah untuk di akses di tempat itu pula siswa disana juga
masih mempunyai pola pikir yang salah terhadap pangan lokal. Berdasarkan
beberapa faktor tersebut kita mempunyai obsesi untuk mengubah pola pikir siswa
yang ada disana bahwa pangan lokal juga memiliki manfaat yang sangat banyak
apabila dimanfaatkan dengan baik dan benar.
Seiring dengan berjalannya waktu kami mulai mempersiapkan diri untuk
sosialisasi yaitu seperti pesiapan surat ijin, ppt yang berisi materi yang akan
dipaparkan, konsumsi, serta persiapan-persiapan lain yang dapat membantu serta
mensukseskan sosialisasi kelompok kami.
Sabtu yaitu tepat pada tanggal 22 Februari 2014 tepatnya pukul 07.00
kami bersiap-siap untuk menghampiri SDN Sumbersari 3. Kelompok kami
langsung menuju ketempat dan menemui kepala sekolah untuk meminta ijin dan
mengantarkan surat ijin yang telah kita bawa. Sasaran peserta yang akan
mengikuti sosialisasi adalah siswa kelas 6. Sosialisasi pangan local dilakukan di
SDN Sumbersari 3 dengan peserta yang mengikuti adalah siswa kelas 6. Pada
sosialisasi ini terdapat beberapa tahap dan metode yang dilakukan. Tahap awal
acara yang dilaksanakan yaitu Ice Breaking, dengan pengenalan masing-masing
dari kami untuk lebih mengenal dan dekat dengan siswa yang ada disana. Pada
saat yang bersamaan kita juga melakukan absensi terhadap semua siswa yang ada
disana untuk mengetahui jumlah siswa yang mengikuti sosialisasi pagi itu. Tahap
selanjutnya yang dilakukan adalah gerakan tong-tong tong-tong. Hal ini dilakukan
untuk memberikan semangat dengan gerakan yang membuat siswa disana tertawa
dan bergembira. Para siswa menyambut dengan sangat senang dan mau mengikuti
gerakan-gerakan yang kita ajarkan kepada mereka. Suasana kelaspun pada saat itu
gaduh dan penuh dengan canda tawa Setelah tahap awal bersenang-senang,
bercanda, saling mengenal dan mulai akrab satu sama lain selesai situasi mulai
serius kembali karena akan dilakukan pemaparan materi pangan local dan
difersivikasi pangan.
Pemaparan materi dilakukan dengan menjelaskan secara singkat apa yang
dimaksut dengan pangan local dan diversifikasi pangan. Pada setiap slide yang
kita paparkan selalu ditambahkan dengan gambar-gambar pangan local untuk
mempermudah para siswa mengerti dan memahami secara langsung mana yang
termasuk pangan local dan diversifikasi pangan. Kita juga menampilkan beberapa
game dibeberapa slide,yaitu dengan meminta para siswa memilih makanan
manakah yang merupakan pangan local. Metode pemaparan yang seperti itulah
yang kita sampaikan agar para siswa disana lebih mudah untuk mengerti
makanan-makanan local yang ada disekeliling mereka. Dengan cara pemaparan
yang seperti itu para siswa lebih semangat untuk menjawab dan menambah rasa
penasaran mereka terhadap pangan local. Pada saat pemaparan materi kita juga
menambahkan video salah satu pangan local yang sangat terkenal yaitu klepon.
Penyampaian materi dengan memaparkan video diharapkan agar siswa lebih
paham dan jelas bagaimana pembuatan salah satu produk local secara langsung.
Selanjutnya dilanjutkan dengan sesi tanya jawab materi-materi yang telah
disampaikan. Kami meminta untuk para siswa bertanya segala sesuatu yang masih
belum dipahami dan dimengerti, selain itu kita juga memberikan pertanyaan
kepada mereka untuk mengetahui apakah mereka dapat menerima materi yang
telah kita sampaikan. Untuk memberikan semangat kita memberikan aprsiasi
terhadap siswa yang berani bertanya dan menjawab pertanyaan yang kita
sampaikan. Hampir semua berantusias untuk bertanta dan menjawab pertanyaan
yang disampaikan. Setelah serius dalam pemaparan materi tahap akhir yaitu kita
mengajak para siswa bermain game bisik-bisik. Pada game ini kita mengajak para
siswa untuk lebih cepat mengingat dan menghafal kalimat yang kita berikan.
Kalimat yang diberikan untuk bermain game juga masih ada hubungannya dengan
materi yang disampaikan yaitu pangan local dan diversifikasi pangan. Semua
siswa ikut aktif dan bersemangat dalam game ini. Ada siswa yang dapat dengan
cepat menghafal kalimat yang diberikan dan ada pula yang susah untuk
memahami kalimat yang diberikan. Untuk memberikan semangat bahwa semua
siswa disana tidak ada yang tidak bisa maka kita memutuskan pemenang dari
game ini adalah semua siswa di kelas tersebut. Selanjutnya kita memberikan
sedikit makanan dan minuman yang kita bawa kepada semua siswa yang ada
disana. Makanan yang kita berikan tidak jauh dari materi yang disampaikan yaitu
gethuk lindri. Sambil para siswa menikmati makanan yang telah diberikan, kita
juga berpamitan kepada mereka dan mengakhiri acara sosialisasi. Disana mereka
berpesan kepada kita agar sewaktu-waktu bermain dan memberikan pembelajaran
kembali kepada mereka. Karena belajar dengan kakak-kakak UNEJ sangat
menyenangkan. Seperti itulah alur cerita pengalaman sosialisasi yang kita akukan
di SDN Sumbersari 3 yang sangat berkesan dan tidak akan pernah terlupakan.
BAB 5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum ini adalah:
a. istilah pangan lokal dan diversifikasi pangan masih awam di kalangan anak-
anak SD;
b. anak-anak SD mengetahui contoh dari pangan lokal dan diversifikasi pangan
di daerahnya;
c. anak-anak SD banyak yang menyukai pangan lokal dan diversifikasi pangan
dari pangan lokal.
5.2 Saran
Perlu pengenalan lebih dini mengenai pangan lokal dan diversifikasi
pangan agar para penerus bangsa bisa menghargai keanekaragaman sumber daya
alam Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Aminah, S. 2005. Gambaran Konsumsi Makanan dan Status Gizi Baduta (0-24 bulan) di Kelurahan Tanjung Leidong Kecamatan Kualah Leidong Kabupaten Labuhan Batu Propinsi Sumatera Utara. Skripsi, FKMUSU.
Ariani, M. 2004. Analisis Perkembangan Konsumsi Pangan dan Gizi. ICASERD Working Paper No. 67.
Baliwati,dkk , 2004 Pengantar Pangan dan Gizi, Cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya. Hal. 89
Hanafie.Briawan. 2010. Penilaian dan Perencanaan Konsumsi Pangan. Bogor. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga.Institut Pertanian Bogor.
Hariyadi, P. 2010. Penguatan Industri Penghasil Nilai Tambah Berbasis Potensi Lokal (Peranan Teknologi Pangan untuk Kemandirian Pangan).Jurnal PANGAN, Vol. 19 No. 4. Jakarta
Rahardjo, M. Dawam. 1993. Perekonomian Indonesia Pertumbuhan dan Krisis. Jakarta: LP3ES
Salim, H.P., S. Mardiyanto dan P. Simatupang. 2003. Perkembangan dan Prospek Kemandirian Pangan Nasional. Analisis Kebijakan Pertanian I(2) :123 – 142. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sosial EkonomiPertanian. Badan Litbang Departemen Pertanian
LAMPIRAN
Pemaparan materi Suasana saat Pemaparan Materi
Suasana saat Pemutaran vidio
Suasana saat jargon bersama
top related