laporan limnologi
Post on 26-Jun-2015
6.911 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Limnologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
sifat dan struktur dari perairan daratan yang meliputi mata air, sungai, danau,
kolam dan rawa-rawa; baik yang berupa air tawar maupun air payau. Selain itu,
dikenal oseanologi yang mempelajari tentang ekosistem laut. Limnologi dan
oskonologi yang mempelajari tentang ekosistem laut. Limnologi dan oksenologi
merupakan cabang ilmu ekologi yang khusus mempelajari tentang sistem
perairan yang terdapat dipermukaan bumi (Barus, 2001).
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup zat, energi, atau
komponen lain di dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa
parameter, yaitu parameter fisika (suhu, kekeruhan, padatan terlarut, dan
sebagainya) dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri dan sebaainya
(Effendi, 2003).
(1.2 Maksud dan Tujuan
Maksud dari praktikum limnologi adalah untuk mengetahui dan mengerti
tentang jenis-jenis parameter kualitas air suatu perairan.
Tujuan dari praktikum limnologi adalah untuk mengenal komponen dari
sistem-sistem perairan, dan untuk dapat mengerti tentang fungsinya dalam
dinamika seprosedur keseluruhan.
1.3 Waktu dan Tempat
Praktikum limnologi dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 27 November
2010, pukul 06.00 – 13.00 WIB di Waduk Karangkates, Kabupaten Malang. Dan
2
pada hari Selasa tanggal 30 November 2010 pukul 10.00 WIB – 14.00 WIB di
laboratorium reproduksi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Brawijaya, Malang.
3
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Limnologi
Limnologi merupakan cabang ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang
sifat dan struktur perairan daratan yang meliputi mata air, sungai, danau, kolam
dan rawa-rawa, baik yang berupa air tawar maupun air payau. Selain itu, dikenal
oseanologi yang mempelajari tentang ekosistem laut. Limnologi dan oseanologi
merupakan cabang ilmu ekologi yang khusus mempelajari tentang sistem
perairan yang terdapat di permukaan bumi (Barus, 2001).
Limnologi dari bahasa Inggris. Limnology dari bahasa Yunani = lymne
“danau” dan logos “pengetahuan” merupakan pedalaman bagi biologi perairan
darat terutama perairan tawar. Lingkup kajiannya kadang-kadang mencakup juga
perairan payau (estuary). Limnologi merupakan bagian menyeluruh mengenai
kehidupan di perairan darat, sehingga di golongkan sehingga bagian dari ekologi.
Dalam bidang perikanan, limnologi dipelajari sebagai dasar bagi budiaya perairan
(akulture) darat (Luarhadson, 2010).
2.2 Parameter Fisika
2.2.1 Suhu
a. Pengertian
Suhu merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mengatur
proses kehidupan dan penyerapan organisme. Proses kehidupan vital yang
sering disebut proses metabolisme hanya berfungsi dalam kisaran suhu yang
relatif sempit biasanya 0°C – 40°C (Nybakken 1992 dalam Sembiring, 2008).
4
Menurut Hardjojo dan Djokosetianto (2005) dalam irawan (2009), suhu air
normal adalah suhu air yang memungkinkan makhluk hidup dapat melakukan
metabolisme dan berkembang biak. Suhu merupakan faktor fisik yang sangat
penting di air.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti
intensitas cahaya matahari, pertukaran panas antara air dengan udara
sekelilingnya, ketinggian geografis dan juga oleh faktor kanopi (penutup oleh
vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi (Brehm & Meifering, 1990 dalam
Barus, 2001). Disamping itu pola temperatur perairan dapat dipengaruhi oleh
faktor-faktor anthropogen (faktor yang diakibatkan oleh aktifitas manusia) seperti
limbah panas yang berasal dari pendinginan pabrik, pengetahuan DAS yang
menyebabkan hilangnya perlindungan sehingga badan air terkena cahaya
matahari secara langsung. Hal ini terutama akan menyebabkan peningkatan
temperatur suatu sistem perairan (Barus, 2001).
Faktor-faktor mempengaruhi distribusi suhu dan salinitas di perairan ini
adalah penyerapan panas chear fluy, curah hujan (resi protein) aliran sungai
(flux) dan pula sirkulasi arus (Hadiksumah, 2008).
2.2.2 Kecepatan Arus
a. Pengertian
Menurut Barus (2001), arus air adalh faktor yang mempunyai peranan
yang sangat penting baik pada perairan lotik maupu pada perairan lentik. Hal
ini berhubungan dengan penyebaran organisme, gas-gas terkait dan mineral
yang terdapat dalam air. Kecepatan aliran air akan bervariasi secara vertikal.
Arus air pada perairan lotik, umumnya bersifat tuberlen, yaitu arus air
5
bererak ke segala arah sehingga air akan terdistribusi ke seluruh bagian dari
perairan tersebut.
Menurut Hutabarat dan Stewart (2008), arus merupakan gerakan air
yang sangat luas terjadi pada seluruh larutan di dunia. Arus-arus ini
mempunyai arti yang sangat penting dalam menentukan arah pelayanan
bagi kapal-kapal.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Barus (2001), pada ekosistem lentic arus dipengaruhi oleh
kekuatan angin, semakin kuat tiupan angin akan menyebabkan arus semakin
kuat dan semakin dalam mempengaruhi lapisan air, pada perairan lotic
umumnya kecepatan arus berkisar antara 3 m/detik. Meskipun demikian
sangat sulit untuk membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus, karena
arus di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari waktu ke waktu tergantung
dari flukutasi debit dan aliran air dan kondisi substrat yang ada.
Kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kesuburan, kadar
sungai, kedalaman dan keleburan sungai, sehingga kecepatan arus di
sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan
mempengaruhi substrat sungai (Odim, 1993 dalam suliati, 2006).
2.2.3 Kecerahan
a. Pengertian
Kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan dalam air dan
dinyatakan dengan persen (%), dari beberapa panjang gelombang di daerah
spektrum yang terlihat cahaya yang melalui lapisan sekitar satu meter, jatuh
agak lurus pada permukaan air (Kordi dan Tancung, 2007).
6
Kecerahan air berkisar antara 40-85 cm, tidak melanjutkan perbedaan
yang besar. Kecerahan air pada musim kemarau (Juli – September 2000)
adalah 40-85 cm, dan pada musim hujan (November dan Desember 2000)
antara 60-80 cm. Kecerahan air di bawah 100 cm, tergolong tingkat
kecerahan rendah (Alimi dan Subroto, 2002).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Menurut Effendi (2003), kecerahan air tergantung pada warna dan
kekeruhan. Kecerahan merupakan ukuran transparansi perairan yang
ditentukan secara visual dnegan menggunakan secchidisk. Kekeruhan pada
perairan yang tergenang (lentik), misalnya danau, lebih banyak disebabkan
oleh bahan tersuspensi yang berupa koloid dan partikel-partikel halus
sedangkan kekeruhan pada sungai yang sedang banjir lebih banyak
disebabkan oleh bahan-bahan tersuspensi yang berukuran lebih besar yang
berupa lapisan permukaan tanah yang terletak oleh aliran air pada saat hujan.
Kejernihan sangat ditentukan oleh partikel-partikel terlarut dan lumpur.
Semakin banyak partikel atau bahan organik terlarut maka kekeruhan akan
meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam perairan
akan menurunkan efisiensi makan dari organisme (Sembiring, 2008).
2.2.4 Kedalaman Perairan
a. Pengertian
Kedalaman air merupakan parameter yang penting dalam memecahkan
masalah tertentu berbagai pesisir seperti erosi, pertambakan, stabilitas garis
pantai, pelabuhan dan konsekuensi pelabuhan dan konsekuensi pelabuhan,
evaluasi penyimpanan pasang surut, pengerukan, pemeliharaan dan lain-lain.
Ivte navigasi (Pourawala, et al, 2010).
7
Batimeteri (dari bahasa Yunani, berarti kedalaman, dan ukuran) adalah
ilmu yang mempelajari kedalaman di bawah air dan studi tentang tiga dimensi
lantai samudra atau danau sebuah peta batimetri umumnya menampilkan
reliet lantai atau dataran dengan garis-garis kontur (counter line) yang disebut
kountur kedalaman (dept countours atau sobath Avidianto 2010).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Ariana (2002), basimeteri adalah ukuran tinggi rendahnya
dasar laut. Perubahan kondisi hidrografi di wilayah perairan laut dan pantai
disamping disebabkan oleh fenomena perubahan penggunaan lahan di
wilayah sungai. Terbawanya berbagai material partikel dan kandungan oleh
aliran sungai semakin mempercepat proses pendangkalan di perairan.
Kedalaman perairan sangat berpengaruh terhadap kualitas air pada
lokasi yang dangkal akan lebih mudah terjadi pengadukan dasar akibat dari
pengaruh gelombang yang pada akhirnya kedalaman perairan lebih dari 3 m
dari dasar jaring (Setiawan, 2010).
2.2.5 Warna Perairan
a. Pengertian
Menurut Marindro (2008), kriteria warna air tambak yang dapat di
jadikan acuan standart dalam pengelolaan kualitas air adalah seperti di bawah
ini :
1. warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominasi
chlorophyceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan
dan cuaca karena mempunyai waktu mortalitas yang relatif panjang.
2. warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominasi
diatome.
8
3. warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominasi
yang terjadi merupakan perpaduan antara chlorophyceae.
Warna air merupakan salah satu unsur dari parameter fisika terhadap
gelombang cahaya sejumlah material yang berada dalam air yang tertangkap
oleh material-material dalam air dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS)
(Pamuji dan Anthonius, 2010).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid
bermuatan negatif, sehingga penghilangan warna di perairan dapat dilakukan
dengan penambahan koagulan yang bermuatan positif. Misalnya aluminium
dan besi (Sawyer dan Melarty, 1978). Warna perairan juga dapat disebabkan
oleh peledakan (blooming) Fitoplankton (algae) (Effend, 2003).
Warna air pada kolom dan tambak, baik sistem tradisional semi intensif
maupun intensif bermacam- macam. Adanya warna air tersebut disebabkan
oleh beberapa faktor, antara lain hadirnya beberapa jenis plankton, baik
fitoplankton maupun zooplanktory larutan tersuspensi. Dekompensasi bahan
organik, mineral ataupun bahan-bahan lain yang terlarut dalam air (Kordi,
2009).
2.2.6 Substrat
a. Pengertian
Menurut Hamid (2010), bahan tak hidup yaitu komponen fisik dan kimia
yang terdiri dari tanah, air, udara, sinar matahari. Bahan lalu hidup merupakan
medium atau substrat tempat berlangsungnya kehidupan atau lingkungan
tepat hidup.
9
Menurut Odum 1971 dalam Sahri et al 2000, substrat dasar yang berupa
bantuan merupakan habitat yang paling baik dibandingkan substat pasir dan
kerikil. Substrat pasir dan kerikil mudah sekali terbawa oleh arus air,
sedangkan substrat batuan tidak mudah terbawa oleh air.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kandungan bahan organik menggambarkan tipe substrat dan
kandungan bahan nutrisi di perairan. Tipe substrat berbeda-beda sepreti
pasir, lumpur dan tanah liat (Sembiring, 2008).
Menurut Suciati (2006), kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh
kemiringan, kekasaran kadar sungai, kedalaman, dan kelebaran sungai,
sehingga kecepatan arus di sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda
selanjutnya akan mempengaruhi jenis substrat dasar sungai.
2.3 Parameter Kimia
2.3.1 pH
a. Pengertian
Menurut Kordi dan tanjung (2007), derajat keasaman lebih dikenal
dengan istilah pH. pH (singkatan dari puissane negatif de H), yaitu logaritma
dari kepekaan ion-ion H (hidrogen) yang terlepas dalam satu cairan. Derajat
keasaman atau pH air menunjukkan aktivitas ion hidrogen dalam larutan
tersebut dan dinyatakan sebagai konsentrasi ion hidrogen (dalam nol per liter)
pada suhu tertentu atau dapat ditulis.
pH = -log (H+) (Kordi dan Tancung, 2007).
Suatu ukuran yang menunjukkan apakah air bersifat asam atau dasar
dikenal sebagai pH. lelah tepatnya, pH menunjukkan konsentrasi ion hidrogen
dalam air dan didefinisikan sebagai logaritma negatif dari konsentrasi ion
hidrogen molar (-log (H+). Air dianggap asam bila pH dibawah 7 dan dasar
10
ketika pH di atas 7. Sebagai besar nilai pH ditemui jatuh antara O sampai 17.
pH yang baik adalah budidaya adalah 6,5-90 (Wurts, 1992).
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Peningkatan keasaman air (pH rendah) umumnya disebabkan limbah
yang mengandung asam-asam mineral bebas dan asam karbonat. Keasaman
tinggi (pH rendah) juga dapat disebabkan adanya FeS2 dalam air akan
membentuk H2SO4 dan ion Fe2y (larut dalam air) (Manik, 2003).
Perairan laut maupun pesisir memiliki pH relatif stabil dan berada dalam
kisaran yang sempat. Biasanya berkisar antara 7,7-8,4. pH mempengaruhi
oleh kapasitas penyangga (buffer) yaitu adanya garam-garam karbonat dan
bikarbonat yang dikandungnya (Boyd, 1982, Nybakken 1992 dalam Irawan et.
al, 2009).
2.3.2 DO
a. Pengertian
Oksigen terlarut (Dissolved oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad
hidup untuk pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang
kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Di
samping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi dan anorganik dalam
proses aerobik (Salmin, 2005).
Oksigen terlarut merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam
ekosistem akuatik, terutama sekali dibutuhkan untuk proses respirasi bagi
sebagian besar organisme (Juin, 2002 dalam sembiring, 2008).
11
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Kecepatan difusi oksigen dari udara, tergantung dari beberapa faktor,
sepreti kekeruhan air, suhu, slainitas, pergerakan massa air dan udara, seprti
arus, gelombang dan pasang surut (Salmin, 2005).
Oksigen terlarut dapat berasal dari proses fotosintesis tumbuhan air dan
proses fotosintesis tumbuhan air dan dari udara yang masuk ke dalam air.
Konsentrasi DO dalam air tergantung pada suhu dan tekanan udara. Pada
suhu 20° C tekanan udara satu atmosfer konsentrasi DO dalam keadaan
jenuh 9,2 ppm dan pada suhu 50° C (tekanan udara sama) konsentrasi DO
adalah 5,6 ppm (Manik, 2000).
2.3.3.CO2
a. Pengertian
Menurut Kordi dan Tancung (2007), karbondioksida (CO2) atau disebut
asam arang sangat mudah larut dalam suatu larutan. Pada umumnya perairan
alami mengandung karbondioksida sebesar 2 mg/L. karbondioksida (CO2)
merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik maupun
tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis.
Atmosfir kami mengandung karbondioksida dengan persentase yang
relatif kecil, yakni sekitar 0,033%. Akan tetapi, dari tahun ke tahun, kadar
karbondioksida memperlihatkan kecenderungan peningkatan, sebagai hasil
dari penggundulan hutan dan pembakaran bahan bakar fosil, misalnya minyak
bumi dan batu bara. Sekitar setengah dari karbondioksida yang merupakan
hasil pembakaran ini berada di atmosfir dan setengahnya lagi tersimpan di
laut akan digunakan dalam proses fotosintesis oleh diatom dan algae laut lain.
Small (1972) dalam Cole (1988) mengemukakan bahwa 88% hasil fotosintesis
di bumi ini merupakan sumbangan dari algae di lautan (Effendi, 2003).
12
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Adanya arus dan angin diduga menyebabkan bergeraknya massa CO2
terlarut ini. Selain faktor cuaca seperti kecepatan angin, arah angin dan curah
hujan, salinitas dan pH juga mempengaruhi konsentrasi karbondioksida
terlarut (CO2 terlarut Bakker et al 1996 dalam Suratno dan Bayu, 2010).
Menurut Affandi (2009), karbondioksida yang terdapat di perairan
berasal dari berbagai sumber, yaitu sebagai berikut :
1. Difusi dan atmosfer
2. Air hujan
3. Air yang melewati tanah organik
4. Respirasi tumbuhan, hewan dan bakteri aerob.
2.3.4 Alkalinitas
a. Pengertian
Alkalinitas atau yang lebih dikenal total alkalinitas adalah konsentrasi
total dari unsur basa-basa yang terkandung dalam air dan biasa dinyatakan
dalam mg/L atau setara dengan kalsium karbonat (CaCo3). Dalam air, basa-
basa yang terkandung biasanya dalam bentuk ion karbonat dan bikarbonat
(Kordi dan Tancung, 2007).
Alkalinitas adalah jumlah asam (ion hidrogen) air yang dapat menyerap
(buffer) sebelum mencapai pH yang diinginkan. Total alkalinitas diungkapkan
sebagai miligram per liter atau bagian per juta kalsium karbonat (mg/L atau
ppm CaCO3. Alkalinitas total 20 mg/l atau lebih banyak diperlukan untuk
tambak yang bereproduksi tinggi.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Menurut Kordi (2009), konsentrasi total alkalinitas sangat erat
hubungannya dengan konsentrasi total kesadahan air. Di lahan, umumnya
13
tota alkalinitas mempunyai konsentrasi yang sama dengan total kesadahan
air. Hal ini disebabkan kesadahan atau yang disebut juga dengan konsentrasi
ion-ion logam bervalensi 2, seperti Ca2+ dan Mg2x dipasak dalam jumlah yang
sama dari lapisan tanah dengan HCO3 dan CO32 yang merupakan unsur
pembentuk total alkalinitas.
Di lautan, alkalinitas total akan berubah karena adanya konsentrasi I on
Na+ dan ion Ci- dan lainnya (Eris et al. 2003). Selain itu yang dapat
mempengaruhi perubahan alkalinitas total adalah adanya proses biogeokimia
seperti pengendapan kalsium karbonat atau adanya produksi partikel
senyawa organik oleh mikroalga (Wolf. Gladrow et al, 2007 dalam Suratno
dan Bayu, 2010).
2.3.5 TOM
a. Pengertian
Menurut Effendi (2003), kalian permanganat (KmnOu) telah lama
dipakai sebagai oksidator pada penentuan konsumsi oksigen untuk
mengoksidasi bahan organik, yang dikenal sebagai parameter nilai
permanganat atau sering disebut sebagai kandungan bahan organik total atau
TOM (Total Organik Matter). Akan tetapi, tergantung pada senyawa-senyawa
yang terkandung dalam air.
Menurut Mulia (2002), bahan organik dibagi atas dua bagian, yaitu :
- Bahan organik terlarut yang berukuran < 0,5 m.
- Bahan organik yang tidak terlarut yang berukuran > 0,5 m.
Bahan organik terlarut (BOT) atau total organik Mattler (TOM)
menggambarkan kandungan bahan organik, total suatu perairan yang terdiri
dari bahan organik terlarut, tersuspensi (Particulate) dan koloid (Syafiuddin,
2004).
14
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Menurut Koesbiono (1985) dalam Syaifuddin (2004) terdapat empat
macam sumber penghasil bahan organik pelarut dalam air laut yaitu (1)
berasal dari daratan (2) proses pembusukan organisme yang telah mati (3)
perubahan metabolik-metabolik ekstraseluler oleh algae, terutama fitoplankton
dan (4) ekskresi zooplankton dan hewan-hewan lainnya.
Hampir seluruh organik karbon terlarut dalam air laut berasal dari
karbondioksida yang dihasilkan oleh fitoplankton. Konsentrasinya tergantung
pada keseimbangan antara rata-rata organik karbnon, rata-rata organik,
karbon terlarut yang dibentuk oleh hasil pembusukan, ekskresi dan rata-rata
hasil penguraian atas pemanfaatannya (Mulia, 2003).
2.3.6 Orthopospat
a. Pengertian
Orthofospat merupakan bentuk yang dapat dimanfaatkan secara
langsung oleh tumbuh akuatik. Sedangkan poliposfat harus mengalami
hidroisis membentuk orthofosfat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan
sebagai sumber fosfor. Setelah masuk ke dalam tumbuhan, misalnya
fitoplankton, fosfat organik mengalami perubahan menjadi orgarofosfat
(Effendi, 2003).
Ortofosfat merupakan nutrisi yang paling penting dalam menentukan
produktivitas perairan. Keberadaan fosfat di perairan dengan segera dapat
diserap oleh bakteri, phytoplankton dan makrofita (Sembiring, 2008).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Ketersediaan unsur untuk tanaman sangat ditentukan oleh pH tanah.
Pada tanah masam P diikat oleh Al dengan Fe sehingga tidak dapat
digunakan tanaman. Pemberian P pada tanaman sebaliknya tidak disebar,
15
tetapi diberikan dalam tarikan agar kontrak denan Al dengan Fe dapat ditekan
(Manik, 2009).
Menurut Fansuri (2009), distribusi bentuk yang beragam dari fosfat di air
laut dipengaruhi oleh proses biologi dan fisik. Di permukaan air, fosfat
diangkut oleh fitoplankton sejak proses fotosintesis. Konsentrasi fosfat di atas
0,3 mm akan menyebabkan kecepatan pertumbuhan pada banyak spesies
fitoplankton.
2.3.7 Nitrat Nitrogen
a. Pengertian
Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrien utama bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat
nitrogen sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini
dihasilkan dari proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan.
Nitrifikasi yang merupakan proses yang penting dalam siklus nitrogen dan
berlangsung aerob (Effendi, 2003).
Nitrat adalah salah satu jenis senyawa kimia yang sering ditemukan di
alam, seperti dalam tanaman dan air. Senyawa ini terdapat dalam tiga bentuk,
yaitu ion nitrat (ion NO3). Ketiga bentuk senyawa nitrat ini menyebabkan efek
yang sama terhadap senyawa nitrat ini menyebabkan efek yang sama
terhadap ternak meskipun pada konsentrasi yang berbeda (Stohenow dan
Lardy, 1998; Cassel dan Barao 2000 dalam Yuningsih, 2007).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Dalam kondisi dimana konsentrasi oksigen terlarut sangat rendah dapat
terjadi proses kebalikan dari nitrifikasi yaitu proses denitrifikasi dimana nitrat
melalui nitrit akan menghantarkan nitrogen bebas yang akhirnya akan lemas
16
ke udara atau dapat juga kembali membentuk amonium/amniak melalui
proses amnonifikasi nitrat (Barus, 2001).
Di perairan alami, nitrat (NO2) biasanya ditemukan dalam jumlah sangat
sedikit, lebih sedikit dari pada nitrat, karena bersifat tidak stabil dengan
keberadaan oksigen (Effendi, 2003).
2.3.8 BOD
a. Pengertian
Menurut Effendi (2003), segera tidak langsung BOD merupakan gambar
kadar garam organik, yaitu jumlah oksigen yang dibutuhkan oleh mikroba oleh
mikroba aerob untuk mengoksidasi bahan organik menjadi karbondioksida
dan air (Davis dan Cornwell, 1991). Dengan kata lain, BOD menunjukkan
jumlah oksigen yang dikonsumsi oleh proses respirasi mikroba aerob yang
terdapat dalam botol BOD yang diinkubasi pada suhu sekitar 20° C selama
lima hari, dalam keadaan tanpa cahaya.
BOD atau Biochemical Oksigen Demand adlaah suatu karakteristik yang
menunjukkan jumlah oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme
(biasanya bakteri) untuk mengurai atau mendekomposisi bahan organik dalam
kondisi aerobik (Umaly dan Luvin 1988, Met calt & Eddy 1991 dalam Hariyadi,
2004).
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi
Selama pemeriksaan BOD, contoh yang diperiksa harus bebas dari udara
luar mencegah kontaminasi dari oksigen yang ada di udara bebas.
Konsentrasi air buangan/sampel tersebut yang harus berada pada suatu
tingkat pencemaran tertentu, hal ini untuk menjaga supaya oksigen terlarut
selalu ada selama pemeriksaan. Hal ii penting diperhatikan meningkat
17
kelarutan oksigen dalam air terbatas dan hanya berkisar = 9 ppm pada suhu
20° C (Salmin, 2005).
Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik
yang diuraikan, tersedianya mikroorganisme aerob dan tersedianya sejumlah
oksigen yang dibutuhkan dalam proses penguraian tersebut (Barus, 1990
dalam Sembiring, 2008).
2.4 Proses Nitrifikasi
(Gambar 1.) Menurut Yuningsih (2007), proses nitrifiksi sebagai berikut :
Amonium dan amoniak yang merupakan produk penguraian protein yang
sudah dibahas sebelumnya masuk ke dalam badan sungai akan semakin
berkurang bila semakin jauh dari titik pembuangan yang disebabkan adanya
aktivitas mikroorganisme di dalam air. Mikroorganisme tersebut akan
mengoksidasi amonium menjadi nitrit dan akhirnya menjadi nitrat. Penguraian ini
dikenal sebagai proses nitrifikasi (Borneff, 1982, Schwoerbel 1987 & 1994),
Hufler 1990 dalam Barus, 2001).
Dalam tubuh ternak
NO3 direduksi NO2 masuk darah Hb
Met Hb masu k ke dalam rumen dengan adanya bakteri
Pupuk nitrogenKotoran ternak
Diserap oleh tanaman
NO3
Permukaan tanah
NH3 amonia
Bakteri BakteriNO2
Nitrit
Proses nitrifikasi
18
2.5 Pembagian Makanan Menurut Tingkat Kesuburan
Pengertian trofitrofikasi mengacu kepada kandungan zat hara yang didapat
dalam suatu ekosistem danau dengan nilai produktivitas suatu danau yang
bersifat digotropik (miskin zat hara) akan mempunyai nilai produktivitas rendah.
Peningkatan akumulasi zat biota dalam danau dapat mengubah kondisi
oligotropik menjadi kondisi eutropik dan itu juga berarti terjadi peningkatan
produktivitas (Barus, 2001).
Menurut Effendi (2003), berdasarkan tingkat kesuburan (tropic status
perairan tergenang, khususnya danau, dapat diklasifikasikan menjadi lima
sebagai berikut :
a. Oligotropik (miskin unsur hara dan produktivitasnya rendah) yaitu perairan
dengan produktivitas primer dan biomasa yang rendah.
b. Mesotropik (unsur hara dan produktivitasnya sedang) yaitu perairan dengan
produktivitas primer dan biasanya sedang.
c. Eutropik (kaya unsur hara dan produktivitas tinggi) yaitu perairan dengan
kadar unsur hara dan tingkat produktivitas primer tinggi.
d. Hyper eutrofik yaitu perairan dengan kadar unsur hara dan produktivitas yang
primer sangat tinggi
e. Distofik, yaitu jenis perairan yang banyak mengandung bahan organik
(misalnya asam humus dan puluik).
19
3 METODE KERJA
3.1 Alat dan Bahan
3.1.1 Alat dan Fungsi
Alat-alat yang digunakan pada praktikum limnologi adalah
A. Parameter Fisika
1. Suhu
Alat yang digunakan untuk mengukur suhu perairan antara lain :
- Termometer Hg: Sebagai pengukur suhu satu perairan dengan
satuan O°C
2. Kecepatan Arus
Alat untuk mengukur kecepatan arus perairan antara lain :
- 2 botol air mineral 600 mL : sebagai pelampung dan pemberat
- Stopwatch : sebagai alat pengukur waktu lama
kecepatan arus
- Tali rafia : untuk menghubungkan 2 botol kosong.
3. Kecerahan
Alat untuk mengukur kecerahan perairan antara lain
- Secchi disk :Sebagai alat untuk mengukur kecerahan
suatu perairan
- Tongkat skala 2,5 M: untuk mengukur D1 dan D2
4. Kedalaman air
Alat untuk mengukur dalaman air antara lain
- Tongkat skala 2,5 meter : untuk mengukur kedalaman air
5. Warna Perairan
Alat yang digunakan untuk mengukur warna perairan antara lain yaitu :
- Kamera digital : Sebagai alat untuk mengambil gambar warna perairan.
20
6. Substrat
Alat untuk mengukur warna perairan antara lain :
- Kamera digital : untuk mengambil foto substrat
B. Parameter Kimia
1. pH
Alat untuk mengukur pH antara lain :
- Kotak standart pH : untuk mencocokkan perubahan warna pH paper
2. DO (Oksigen terlarut)
Alat-alat yang digunakan untuk mengukur DO antara lain :
- Botol DO : sebagai tempat air sampel yang akan diukur
kandungan DOnya
- Pipet tetes 1 ml : untuk mengambil larutan dalam jumlah
sedikit
- Buret : sebagai tempat larutan titran dan titrasi
- Statif : sebagai alat penyangga buret
- Corong : untuk merapatkan memasukkan larutan titran ke
dalam buret
- Klem : untuk merapatkan buret pada statif
3. CO2 (karbondioksida)
Alat-alat yang digunakan untuk mengukur karbondioksida
- Erlenmeyer 250 ml : sebagai tepat larutan yang akan dititrasi atau
sebagai tempat sampel yang akan diuji
- Pipet tetes 1 ml : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
- Gelas ukur 25 ml : untuk mengukur volume air sampel
- Buret : sebagai tempat larutan titran dan untuk titrasi
apabila air sampel mengandung CO2
21
- Statif : sebagai penyangga buret
- Corong : untuk membantu memasukkan larutan titrasi ke
dalam buret
- Klem : Untuk merapatkan bullet pada statif
4. Alkalinitas
Alat untuk mengukur alkalinitas antara lain :
Erlenmeyer 250 ml : sebagai tempat larutan yang akan dititrasi
Kotak standard pH : untuk mencocokkan perubahan warna piper
- pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
- buret : sebagai tempat larutan titran dan titrasi
- statif : sebagai alat penyangga buret
- corong : untuk memasukkan larutan titran pada buret
- kelm : untuk merapatkan statif pada buret
5. TOM (Total Bahan Organik)
- Erlenmeyer 250 ml : sebagai tempat larutan yang akan dititrasi
- Buret : sebagai tempat larutan titran dan titrasi
- Termometer Hg : untuk mengukur suhu larutan dan alkohol
- Statif : sebagai alat penyangga buret
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
- Hotplate : alat untuk memasukkan larutan dan aquadest
- Klem : untuk merapatkan buret pada statif
6. Orthopospat
- Beaker glass 100 ml : untuk menampung sementara larutan yang akan
digunakan dan untuk mengukur volume larutan.
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
22
- Spektofotometer : untuk mengukur panjang gelombang dan untuk
mengukur kandungan suatu larutan
- Gelas ukur ; sebagai alat untuk mengukur volume larutan.
7. Nitrat Nitrogen
- Cuvet : sebagai alat atau tempat air sampel yang akan
diukur panjang gelombangnya pada
spektofotometer
- Hot plate : alat untuk memanaskan larutan
- Spatula : alat untuk mengaduk larutan
- Beaker glass 100 ml : untuk menampung sementara larutan yang
akan digunakan
- Gelas ukur : sebagai alat untuk mengukur volume larutan
- Spektofotometer : alat yang digunakan untuk menghitung panjang
gelombang suatu larutan
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
- Washing bottle : sebagai tempat aquadest
8. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
- Botol DO : sebagai tempat air sampel yang akan digunakan
untuk mengukur BODnya
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
- Buret : Sebagai tempat larutan titrasi
- Statif : sebagai alat penyangga buret
- corong : untuk memasukkan larutan titran
- klem : untuk merapatkan statif pada buret
23
9. Amonia
- Beaker glass 100 ml : untuk menampung sementara larutan yang akan
digunakan
- Pipet tetes : untuk mengambil larutan dalam jumlah sedikit
- Cuvet : sebagai tempat larutan yang akan diukur
panjang gelombangnya pada spektofotometer
- Spektofotometer : alat yang digunakan untuk mengukur panjang
gelombang suatu larutan
- Kertas saring : untuk menyaring larutan
- Gelas ukur : sebagai alat untuk mengukur volume larutan
10. Turbiditas
- Spektofotometer : alat untuk menghitung panjang gelombang
- Cuvet : sebagai tempat larutan yang akan diukur
panjang gelombangnya.
3.1.2 Bahan dan fungsi
Bahan-bahan yang digunakan pada praktikum Limnologi antara lain :
a. Parameter fisika
1. Suhu
- air sampel : sebagai objek pengukuran suhu suatu perairan
2. Kecepatan arus
- air sampel : sebagai objek pengukuran kecepatan arus suatu
perairan
24
3. Kecerahan
Air sampel : sebagai objek pengukuran kecerahan suatu
perairan
4. Kedalaman air
- Perairan : sebagai objek pengukuran kedalaman air suatu
perairan
5. Warna perairan
- Perairan : sebagai objek yang dilihat warna airnya
6. Substrat
- Dasar perairan tawar : sebagai objek pengukuran substrat perairan
b. Parameter Kimia
1. pH
- air sampel : sebagai objek pengukuran pH perairan
- pH paper : sebagai bahan untuk mengukur pH
2. DO (oksigen terlarut)
- Air sampel : sebagai bahan yang akan diukur DOnya
- Larutan MnSO4 : untuk mengikat O2
- Larutan NaOH+KI : untuk membentuk endapan coklat dan melepas
iodida
- Larutan H2SO4 : untuk melarutkan endapan coklat dan sebagai
indikator suasana asam
- Amilum : sebagai indikator warna ungu dan suasana basa
- Na-thiosulfat : sebagai larutan titran dan untuk membentuk
larutan bening.
25
3. Karbondioksida (DO2)
- Air sampel : sebagai bahan untuk diukur kadar
karbondioksidanya
- Indikator PP : sebagai indikator waktu pink dan untuk suasana
bas
- Na2CO3 : sebagai larutan titran dan untuk mengikat O2
4. Karbondioksida (CO2)
- Air sampel : sebagai bahan yang akan diuji alkalinitas
- pH paper : untuk mengukur air sampel
- Indikator PP : sebagai indikator warna ungu/pink dan sebagai
suasana basa
- Indikator MO : sebagai indikator warna orange dan
pengkondisian suasana asam
- Larutan HCI : sebagai larutan titran dan penyuplai ion H+
5. TOM (Total Bahan Organik)
- air sampel : sebagai bahan yang akan diuji TOM
- larutan KMNO4 : sebagai bahan untuk titran dan sebagai oksidator
- larutan H2SO4 : untuk mempercepat reaksi dan pengkondisian
asam
- Na oxalat : sebagai pereduksi
6. Orthopospat
- Larutan omonium : molybdate – asam sulfat : untuk mengikat fosfat
- Larutan SnCI2 : sebagai indikator suasana basa dan indikator
warna biru
- Air sampel : sebagai bahan yang diuji orthopospatnya
26
- Aquadest : sebagai kalibrasi agar alat tidak terkontaminasi
dengan larutan sebelumnya dan untuk
mengencerkan larutan.
7. Nitrat nitrogen
- Air sampel: sebagai bahan yang akan diuji
- Larutan asam fenol disulfonik : untuk melarutkan kerak
- Aquadest : sebagai bahan kalibrasi agar terkontaminasi
dengan larutan sebelumnya dan pengencer
larutan
- Larutan NH4OH : sebagai pengkondisian suasana basa
- Tissue : untuk mengelap
8. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
- Larutan MnSO4 : untuk mengikat oksigen
- NaOH+KI : membuat endapan coklat dan mengikat iodida
- Amilum : sebagai indikator warna ungu dan sebagai
indikator basa
- H2SO4 : sebagai indikator suasa asam dan melarutkan
endapan coklat
- Air sampel : sebagai bahan yang akan diuji BODnya
- kertas koran : untuk membungkus botol DO
- Nathiosulfat : sebagai larutan titran dan membentuk larutan
bening
- plastik hitam : untuk membungkus botol DO
- Tissue : untuk membersihkan alat
27
9. Amonia
- Air sampel : sebagai bahan yang akan diukur kadar
amoniaknya
- Nestler : untuk mengikat kandungan amonia
- Aquadest : sebagai kalibrasi agar tidak terkontaminasi
dengan larutan dan untuk mengencerkan larutan
- Kerta ssaring : untuk menyaring larutan
10.Turbiditas
- Air sampel : sebagai bahan yang diukur turbiditasnya
3.2.2 Skema kerja
1. Suhu
2. Kecepatan arus
Termometer Hg
Hasil
- disiapkan- dimasukkan ke dalam perairan sekitar 10 cm dan
membelakangi matahari- ditunggu sampai berhenti di skala tertentu- dibaca nilai suhu pada skala pada saat termometer
masih di dalam air
Talirafia
Hasil
- dihubungkan dengan botol air mineral, botol 1 diisi air 1 kosong
- dihanyutkan mengikuti aliran air hingga tali rafia meregang
- dicatat waktu yang dibutuhkan dengan stopwatch- dihitung nilai kecepatan arus dengan rumus
- dicatat dengan satuan m/s
28
3. Kecerahan
4. Kedalaman air
5. Warna perairan
6. Substrat
b. Parameter kimia
1. pH
Secchi disk
Hasil
- dimasukkan perlahan dalam perairan sampai tidak tampak pertama kali
- ditandai batas perukaan air- dicatat sebagai- dimasukkan lagi sampai tidak terlihat- ditarik secara perlahan hingga nampak pertama kali- ditandai sebagai d2
- dihitung dengan rumus Tongkat skala 2 – 5 meter
Hasil
- dimasukkan dalam perairan- dicatat kedalaman hingga batas air permukaan dari
dasar perairan
Substrat
Hasil
- diambil dari dasar- diamati- dicatat
Warna perairan
Hasil
- diamati- dicatat jenis plankton yang tumbuh berdasarkan
warna perairan
pH paper
Hasil
- dimasukkan ke dalam kolam- ditunggu ± 10 menit- diambil dan dibandingkan dengan kotak PH standart- dicatat
29
2. DO (oksigen terlarut)
3. Karbondioksida
Botol DO
Air sampel dalam botol DO
- diukur dan dicatat volumenya- dimasukkan ke dalam perairan dengan sudut 45°
sampai tidak ada gelombang- ditutup di dalam air
- ditambahkan 2 ml MnSO4 dan 2 ml NaOH + KI- dibolak-balik- dibiarkan ± 30 menit- dibuang bagian air yang bening
Endapan coklat
- ditambahkan 2 ml H2SO4
- ditambah 3 – 4 tetes amilum- dihomogenkan- artitrasi dengan Na – thiosulfat hingga bening pertama kali- dihitung dengan rumus = DO (mg/l) =
- dicatat hasil
Hasil
Air sampel
Hasil
- diukur 25 ml- dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml- ditambah 1-2 tetes indikator PPBila berwarna pink, tidak terdapat CO2
Bila bening, dititrasi dengan Na2CO3
- dititrasi dengan Na2CO3 0,0454 N sampai berwarna pertama kali
- dihitung dengan rumus
- dicatat hasil
30
4. Alkalinitas
5. TOM (Total Bahan Organik)
Air sampel
Hasil
- diukur 50 ml dengan gelas ukur- dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml- diukur pH dengan pH paper- ditambahkan indikator 3 tetes sampai berubah warna jika pH <
8,3- ditambah indikator PP 2 – 3 tetes dengan indikator MO 3 tetes
jika pH > 8,5- ditunggu hingga berubah warna- dicatat V- dititrasi dengan HC (0,02 N sampai berubah warna)- dihitung alkalinitas
Alkalinitas total (mg/l) =
- dicatat hasil
Air sampel
Hasil
- diukur air sampel 50 ml- dimasukkan dalam Erlenmeyer 250 ml- ditambahkan 10 ml H2SO4 (1 : 4)- dipanaskan pada suhu 70-80° C- diangkat- ditambahkan 2 ml Na – oxalat 0,01 IV suhu 60 – 70°C- dititrasi KmnO4 hingga berwarna merah muda V titran dicatat
sebagai x ml- disiapkan 50 ml aquadest dan dilakukan prosedur yang sama
dengan air sampel. Dicatat volume KmnO4 yang digunakan sebagai y ml.
- dihitungTOM (mg/l) =
- dicatat hasilnya
31
6. Orthofosfat
7. Nitrat nitrogen
Air sampel
Spektofotometer
- dimasukkan ke dalam gelas ukur hingga 50 ml- dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml- ditambahkan 5 tetes larutan SnCI2 lalu dikocok sampai berubah
warna biru 10 – 12 menit sesuai kadar fosfornya- ditambahkan 44 tetes (2 ml) amonium molybate dan dikocok- diukur di spektofotometer dengan panjang gelombang 50 m- diambil cuvet dari spektofotometer- diberi aquadest sebanyak 10 ml
- ditekan tombol power- dimasukkan panjang gelombang- ditekan tombol need- dienter- dimasukkan cuvet yang berisi aquadest- ditutup- ditekan zero- dibuang aquadest- dimasukkan air sampel 10 ml dalam cuvet- ditekan enter- dilihat hasil
Hasil
Air sampel
- dituangkan air sampel dalam cawan porselen- dipanaskan sampai timbul kerak- didinginkan- ditambah 5 tetes asam fenol disulfonik- dihomogenkan- diencerkan dengan aquadest 1 ml- ditambahkan larutan NH4OH (1 : 1)- ditunggu sampai terbentuk warna- dipindahkan ke tabung nesler- ditambahkan aquadest 10 ml
Spektrofotometer
- ditekan power- ditunggu hingga “method”- dimasukkan nilai bahannya- dienter- diputar sesuai panjang gelombang- dimasukkan cuvet yang berisi aquadest- ditekan zero- dimasukkan air sampel dalam cuvet- dimasukkan 10 ml sampel- dienter- dicatat hasil
Hasil
32
8. BOD (Biochemical Oxygen Demand)
- disiapkan air sampel dalam botol DO gelap dan terang- diukur O2 terlarut pada botol terang pengambilan sampel - dicatat sebagai DO 1- diukur O2 terlarut pada botol gelap yang telah diinkubasi selama
7 hari- dicatat sebagai DO 2- dihitung BOD dengan rumus :
BOD = ( DO 1-DO2 )
9.Amonia
- diukur air sampel sebanyak 25 ml- dimasukkan dalam beaker glass- diendapkan ( ditunggu sampai mengendap )- diambil larutan bening- diukur panjang gelombang
- Ditekan power- Ditunggu hingga “method”- Ditekan panjang gelombang dan disesuaikan dengan bahan- Dienter- Dimasukkan aquadest 10 ml- Ditekan zero sampai 0,0- Diisi dengan larutan amonia- Dienter
Sampel
Hasil
Air sampel
spektofotometer
Hasil
33
10. Turbiditas
- Dihitung panjang gelombang dengan spektofotometer
- Dihitung spektofotometer- Ditekan power- Ditunggu hingga “method”- Ditentukan apa yang akan dicari- Ditekan angka yang diketahui- Diambil cuvet dari spektofotometer- Dikalibrasi dengan aquadest- Itekan “zero”- Dibuang aquadest- Dituang larutan sampel- Ditekan enter- Ditunggu beberapa saat
Air Sampel
Spektofotometer
Hasil
34
2.2.3 Analisa Prosedur
2.2.3.1 Parameter Fisika
a. Suhu
Dalam pengamatan suhu, langkah pertama yang harus dilakukan
adalah disiapkan alat dan bahan. Lalu disiapkan termometer Hg yang
berfungsi untuk mengetahui suhu perairan. Pertama-tama posisikan tubuh
membelakangi cahaya matahari agar tidak mempengaruhi suhu pada
termometer, lalu termometer dimasukkan dalam perairan dan ditunggu 2
– 3 menit. Setelah itu dilihat skalanya di dalam perairan dan dicatat
hasilnya.
b. Kecepatan arus
Dalam pengamatan kecepatan, langkah pertama adalah disiapkan
alat dan bahan. Selanjutnya botol aqua diikat dengan tali rafia dengan
jarak 30 cm antar botol aqua yang lainnya. lalu dihubungkan dengan tali
rafia lain yang panjangnya 2 m. langkah selanjutnya salah satu botol
aqua diisi dengan air lokal untuk menyamakan berat jenisnya. Setelah itu
botol agua yang sudah diisi air dimasukkan dalam perairan dengan
dihitung waktunya mulai awal botol aqua dimasukkan sampai tali rafinya
meregang dan dihitung waktunya sebagai t. selanjutnya dihitung
kecepatan arusnya dengan digunakan rumus v = dengan
V = Kecepatan
S = panjang tali
T = waktu
Kemudian dicatat hasilnya.
35
c. Kecerahan
Dalam pengamatan kecerahan, langkah pertama yang harus
dilakukan adalah disiapkan alat dan bahan. Selannytnya, sechi disk
dimasukkan ke dalam perairan hingga tidak terlihat pertama kali dan
nilainya dicatat sebagai D1, lalu secchi disk diturunkan hingga tampak
sama sekali. Setelah itu dinaikkan secchi disk sampai terlihat pertama
kali dan ditandai sebagai d2. selanjutnya dihitung masing-masing yang
sudah ditandai dengan menggunakan penggaris kemudian dihitung nilai
kecerahan dengan rumus ; D lalu dicatat hasilnya.
d. Kedalaman air
Dalam pengamatan kedalaman air, langkah pertama yang
dilakukan yaitu dimasukkan tongkat skala sepanjang 2 – 2 meter ke
dalam perairan sampai menyentuh dasar, lalu dilihat batas air permukaan
dari dasar perairan pada tongkat skala kemudian dicatat nilai yang
didapat.
e. Warna air
Dalam pengamatan warna air, langkah-langkah yang dilakukan
yaitu diamati warna perairan secara seksama. Kemudian dicatat jenis
plankton yang tumbuh diperairan tersebut berdasarkan warna perairan
yang diamati.
36
2.2.3.2 Parameter kimia
a. pH
Langkah pertama yang dilakukan dalam pengamatan pH yaitu
dimasukkan ke dalam air kemudian ditunggu selama ± 10 menit, setelah
itu diangkat dan dikibas-kibas sampai setengah kering agar airnya
terserap ke dalam pH paper selanjutnya dibandingkan dengan letak pH
standar. Dan dicatat hasilnya.
b. DO
Dalam pengamatan DO, langkah awal yang dilakukan yaitu diukur
volume botol DO, dan dicatat volumenya. Kemudian botol DO
dimasukkan ke dalam perairan dengan sudut 45° sampai tidak ada
gelombang, karena gelombang udara menandakan adanya O2 masuk
dari udara sehingga dapat mempengaruhi nilai DO, selanjutnya ditutup
botol DO di dalam air.
Lalu dari sampel di dalam botol DO ditambahkan 2 mL MnSO4
yang berfungsi mengikat oksigen dan 2 mL NaoH + KI untuk membuat
endapan coklat dan melepas I2. dibolak-balik botol DO agar merata.
Didiamkan ± 30 menit untuk menunggu terjadi endapan coklat pada dasar
botol DO. Setelah terjadi endapan coklat, dibuang bagina air yang bening
karena bagian air yang bening tidak mengandung oksigen.
Selanjutnya endapan coklat ditambahkan 2 mL H2SO4 yang
berfungsi untuk mengondisan asa dan melarutkan endapan coklat, serta
dikocok agar endapan coklat larut. Lalu ditambah 3-4 tetes amilum yang
berfungsi sebagai indikato0r warna ungu dan pengondisian basa serta
dihomogenkan. Setelah itu dihiasai dengan Na thiosulfat hingga bening
37
pertama kali dan dihitung dengan rumus DO (mg/2) =
Dimana V titran yaitu banyaknya Na. thiosufat yang digunakan N
titran adalah normalitas larutan titran (0.025 N), V botol DO sebagai
volume botol DO yang digunakan 4 diasumsikan banyaknya sampai air
yang tumpah. 8 adalah Mr dan H2O. dan 1000 adalah konvensi dari Ml ke
liter, dicatat hasil yang didapat.
c. CO2
Hal pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan
lalu diambil air sampai sebanyak 25 mL dan dimasukkan dalam
Erlenmayor 250 mL dan ditambahkan 1 – 2 tetes indikator PP yang
bertujuan sebagai indikator warna pink dan membentuk warna pink serta
dihomogenkan dan jika air berubah warna pink maka air tersebut tidak
terdapat CO2. jika sudah ditambahkan indikator PP, air tidak berubayh
pink maka ditritrasi dengan Na CO3 sebanyak 0.0454 N sampai berubah
warna pink dan dihitung kadar CO2 dengan rumus CO2 =
Dimana Vtitran adalah banyaknya Na CO2 yang digunakan N titran
adalah normalitas larutan titran (0.054 N) 22 adalah Mr dari CO2. 1000
adalah konveksi dari Ml ke liter, Ml sampel adalah banyaknya air sampel
yang digunakan dan dicatat hasilnya.
d. Alkalinitas
38
Langkah pertama yang dilakukan yaitu diukur air sampel 50 ml
dengan gelas ukur, kemudian dimasukkan ke dalam Erlenmeyer ukuran
250 ml dan diukur pH larutan dengan pH paper. ;lalu dimasukkan
indikator 2 tetes sampai berubah warna jika pH < 8.3 lalu ditambah
indictor 2 – 3 tetes oksigen indikator Mo = 3 tetes jika pH > 8.5
selanjutnya ditunggu hingga berubah warna,. Dicatat volumenya lalu
dititrasi dengan Hci 0.02 N sampai berubah warna. dihitung alkanilitias
dengan rumus alkanilitas total (mg/s) =
Dan dicatat hasilnya.
e. TOM (Total Bahan Organik)
Air sampel di ukur sebanyak 15 ml dan dimasukkan kedalam
Erlenmeyer ukuran 250 mL. ditambahkan 9.5 mL KMnO4 dari bunet an
ditambahkan 10 mL H2SO4 (1:4) kemudian dipanaskan pada suhu 70° -
80° (diatas hot plate dan diangkat apabila sudah mencapai suhu 70° - 80°
ditambahkan 1 Ml No. oxalate 0.01 N suhu 60° - 70° (lalu dititasi dengan
KMN O4 hingga berwarna merah muda V titran disaat sebagai X mL
selanjutnya disiapkan 50 mL aquadest dan dilakukan prosedur yang sama
dengan air sampel. Dicatat volume KMn O4 yang digunakan sebagai y Ml
dihitung dengan rumus TOM (mg/L)
Dicatat hasilnya
f. Orthofasfat
39
Langkah awal yang dilakukan yaitu dimasukkan ke dalam gelas
ukur hingga 50 mL dan dimasukkan ke dalakm Erlenmeyer 250 mL. lalu
ditambahkan 5 tetes larutan SnCL2 lalu dikocok sampai berubah warna
biru 10 – 12 menit sesuai kadar fosfonya kemudian ditambahkan 40 tetes
(2 mL) amonium dan dikocok agar merata selanjutnya diukur di
spektrofotometer dengan panjang gelombang 50 m diambil awet dan
spektrofotometer dan diberi aquades sebanyak 10 mL sebagai
pengkalibrasi cara menggnakan spoktrofotometer ditelan tombol power
untuk menghidupkan spektrofotometer lalu dimasukkan panjang
gelombang yang akan diukur setelah itu di enter selanjutnya dimasukkan
cuvet yang berisi aquadest dan ditutup juga ditekan tombol zero agar
angka pada layar kembali 0.0 setelah itu dibuang aquadest dan
dimasukkan air sampel 10 ml dalam cuvet ditekan enter dan didapat
hasilnya.
g. Nitrat nitrogen
Langkah pertama yang dilakukan adalah dituangkan air sampel
dalam beaker glass dipanaskan sampai timbul kerak pada dasar beaker
glass dengan menggunakan hot plate. Lalu didinginkan dan ditetes 0.2 ml
atau 4 tetes asam fenol dissulfonik sebagai indikator warna kuningan
melarutkan lemak dan diaduk dengan spatula/ kemudian diencerkan
dengan 1 mL aquadest, kemudian ditambahkan NH4OH(1:1) sebagai
indikator basa sampai terbentuk warna, kemudian dipindahkan ke dalam
tabung nester dan diencerkan dengan aquadest sampai 10 mL kemudian
diukur kadar nitrogen dgan menggunakan spectrometer. Cara
menggunakan spectrometer adalah ditekan tombol power untuk
menghidupkan spectrometer dan ditunggu hingga “method” kemudian di
40
tekan panjang gelombang dan disesuaikan dengan bahan lalu dienter
dan dimasukkan aquadest 10 mL sebagai engkelibrasi. Selanjutnya
ditekan zero sampai 0.0 pada layar. Lalu diisi dengan larutan nitrat
nitrogen selanjutnya dienter dan didapatkan hasilnya.
h. BOD
Dalam praktikum limnologi materi pengukuran BOD, langkah
pertama adalah disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan lalu
disiapkan air sampel dalam botol DO gelap dan terang. Kemudian diukur
O2 terlarut pada botol terang dan dicatat sebagai DO2 dan botol DO gelap
yang sudah dinkubasi selama 7 hari dibuka ditambahkan MnSO4
sebanyak 2 mL untuk mengikat O2 dan NaOH + KI untuk melepas I2 dan
membentuk endapan coklat. Botol DO dikocok secara perlahan untuk
menghomogenkan larutan dan ditunggu ± 30 menit. Lalu dibuang larutan
bening karena tidak mengandung O2. selanjutnya endapan l coklat
ditambahkan H2 SO4 sebagai pengondisi an asma dan melarutkan
endapan coklat sebanyak 2 mL juga ditambahkan amilum sebanyak 3 – 4
tetes sebagai indikator warna ungu. Dan dititrasi dengan larutan Na-
thiosulfat sebagai larutan titran. Dan dihitung DO dengan rumus:
DO ( mg/ 2)
Dimana V titran adalah volume titran yang digunakan N titran
adalah normalitas nathio sulfat 0.025 N. 1.000 konveksi dan Ml ke liter 8
adalah Mr. H2O V botol DO adalah volume botol DO yang digunakan 4
adalah diasumsikan air sampel yang tumpah setelah di dapat hasil
dihitung BOD dengan rumus:
BOD = (DO1 – DO2) dan didapat hasilnya.
41
i. Amnonia
Dalam praktikum limnologi materi pengukuran amnonia langkah
pertama adalah disiapkan alat dan bahan langkah selanjutnya dukur air
sampel sebanyak 25 mL dan dimasukkan ke dalam beaker glass,
kemudian diendapkan (ditunggu sampai mengendap)kemudian diambil
larutan bening dan diukur panjang gelombang dengan spektrofotometer.
Cara menggunakan spektrofotometer adalah ditekan power pada
spektrofotometer untuk menghidupkan dan ditunggu hingga “method” dan
ditekan panjang gelombang dan disesuaikan dengan bahan dan dienter,
kemudian dimasukkan aquadest 10 ml dan ditekan zero sampai 0.0 dan
diisi dengan larutan amonia dan kemudian dienter maka didapat hasilnya.
j. Turbiditas
Pada pengukuran turbiditas pertama – tama dinyalakan
spektofotometer dan ditunggu sampai ada tulisan “METHOD” lalu
ditentukan apa yang akan dicari kemudian ditekan angka yng akan
diketahui, selanjutnya dikalibrasi cuvet dengan menggunakan aquadest
yang bertujuan agar cuvet tidak terkonkontaminasi larutan lain,kemudian
aquadest dibuang dan di ganti dengan air sampel yang akan di uji
turbiditasnya ,selanjutnya cuvet yang berisi air sampel dimasukkan
kedalam spektofotometer ditutup dan ditekan enter kemudian ditunggu
beberapa saat dan dicatat hasilnya.
42
4 PEMBAHASAN
4.1. Data Hasil Praktikum dan Perhitungan.
Panom
eter
Fisika
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Suhu 370C 290c 300C 300C 290C 290C 310C 300C 290C 310C
Kecepa
tan arus
0,024
m/s
0,02
m/s
0,02
m/s
0,025
m/s
0,0085
m/s
0,00278
m/s
0,000
625
m/s
0,097
m/s
0,0085
m/s
0,03
m/s
Kecera
han
58 cm 51 cm 41 cm 79,5
cm
129 cm 76,5 cm 82,5
cm
74 cm 42,5
cm
67 cm
Kedala
man air
93 cm 100
cm
80 cm 102
cm
145 cm 148 cm 175
cm
171 cm 133,5
cm
100
cm
Warna
peraira
n
Kehija
uan
Coklat
kehija
uan
Coklat
kehija
uan
Hijau Hijau Hijau
kekunin
gan
Coklat Hijau
kekunin
gan
Hijau
kecokla
tan
kehija
uan
Substra
t
Liat
bepasi
r
Liat
berpas
ir
Paris
berbat
u
Liat
berpa
sir
Pasir
berlemp
ung
Liat
berbatu
Lump
ur
Lumpur
berbatu
Lempu
ng
berpasi
r
Lumpu
ra
berbat
u
43
Panometer
Kimia
Kelompok
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
pH 8 8 7 8 7 7,5 8 8 8 8
DO (Mg/l) 9,27 8,69 29,67 16.423 12,586 13,65 13,3 14,308 20,89 10,975
Karbohidrat
(CO2)
Tidak
ada
CO2
bebas
Tidak
ada
CO2
bebas
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
Tidak
ada
TOM 2,7176 0,5056 1,453 2,53 2,528 2,022 2,528 0,2528 1,45
Orthofosfat 0,021 0,14 0,028 0,002 0,003 0,025 0,002 0,001 0,014 0,001
Nitrat nitrogen 0,01 0,01 0,02 0,02 0,02 0,03 0,01 0,02 0,010 0,01
BOD 4,51 2,1 21,3 3,659 4,68 9,035 7,72 9,43 9,1 3,686
Turbiditas
(mg/l)
8 8 9 31 8 4 11 49 7 5
Amonia (mg/l) 0,32 0,26 0,22 51,6 0,11 0,78 0,24 0,015 0,14 0,28
Perhitungan Parameter Fisikaa. Kecerahan
Diketahui : D1 = 52D2 = 64
Ditanya : Kecerahan perairan ?Jawaban :
44
b. Kecepatan ArusDiketahi : Panjang tali (s)= 2 cm
Waktu (t) = 82 detikDitanya : Kecepatan Arus?Jawaban :
Parameter Kimiaa. DO
Diktahui : V awal = 15,3V akhir = 1,3V titrasi = 15,3-1,3 = 14,3
Ditanya : DO?Jawaban :
b. AlkalinitasDiketahui : V HCl = 6,4 – 4,4 = 2 ml
V MO =
Ditanya : Alkalinitas?Jawaban:
45
c. TOM
d. BOD
46
4.2 Analisa Data Tiap Parameter
4.2.1 Parameter Fisika
a) Suhu
Suhu yang didapatkan oleh kelompok 1 adalah sebesar 310C.
faktor-faktor yang mempengaruhi suhu antara lain musim, cuaca, waktu,
kedalaman perairan dan kegiatan perairan manusia (Nybakken, 1992
dalam Syaifudin, 2004).
Berdasarkan data yang didapatkan bila dibandingkan dengan
literatur terdapat hubungan kesesuaian. Karena pada waktu pengukuran
suhu dilakukan pada siang hari yang akan menyebabkan suhu perairan
menjadi tinggi.
b) Kecepatan Arus
Pada pengukuran kecepatan arus , pada kelompok 1 didapatkan
hasil 0,024 m/s. Menurut Hutabarat dan Steward (2008), arus merupakan
gerakan air sangat luas terjadi pada seluruh lautan di seluruh dunia. Arus-
arus mempengaruhi air yang sangat penting dalam menentukan arah
pelayaranbagi kapal-kapal. Berdasarkan data hasil dari kelompok 1
tentang pengukuran kecepatan arus dibandingkan dengan data literature
yang didapatkan terdapat kesesuaian.
Kecepatan arus sangat dipengaruhi oleh kemiringan,kesuburan,
badan sungai, kedalaman dan kelebaran sungai sehingga kecepatan arus
sepanjang aliran sungai dapat berbeda-beda yang selanjutnya akan
mempengaruhi jenis subtract sungai (Odum, 1993 dalam Suliati, 2006).
c) Kecerahan
47
Pada pengukuran kecerahan, didapatkan nilai pada kelompok 1
adalah 58 cm. Menurut Akimi dan Subroto, (2002), kecerahan air berkisar
antara 40-85 cm, tidak melanjutkan perbedaan yang besar. Kecerahan air
pada misim kemarau (Juli-September, 2000) adalah 40-85 cm dan pada
musim hujan (November-Desember, 2000) antara 60-80. Kecerahan air di
bawah 100 cm tergolong tingkat kecerahan rendah. Menurut Sembiring
(2008), kejernihan sangat ditentukan oleh pertikel terlarut dan lumpur.
Semakin banyak atau bahan organic terlarut maka kekeruhan akan
meningkat. Kekeruhan atau konsentrasi bahan tersuspensi dalam
perairan akan menurunkan efisiensi makan dari organisme.
Berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok 1 tentang
pungukuran kecerahan jika dibandingkan dengan literature yang
didapatkan derdapat kesesuaian yaitu besarnya nilia kecerahan sebesar
58 cm.
d) Kedalaman Air
Pada pengukuran kedalaman air di daerah inlet, didapatkan hasil
pada kelompok 1 adalah 93 cm atau 0,93 m. Menurut Hutabarat dan
Evans (2000) dalam Syaiuddin (2004), bahwa kedalaman mempunyai
hubungan yang erat terhadap stratifikasi suhu vertikal, penetrasi cahaya,
densitas dan kandungan oksigen serta zat-zat hara. Menurut Nybakken
(1992) dalam Syaiuddin (2004) menambahkan bahwa kedalaman air
mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap biota. Hal ini
berhubungan dengan tekanan yang diterima biota dalam air, sebab
tekanan dalam air bertambah seiring dengan bertambahnya kedalaman.
48
Berdasarkan data yang didapatkan dari kelompok 1 tentang
pengukuran kedalaman air bila dibandingkan dengan literature yang di
dapatkan terdapat kesesuaian data.
e) Warna Perairan
Warna perairan yang terlihat di kawasan inlet adalah warna kehijauan.
Menurut Marindo (2008), kriteria warna tambak yang terdapat dijadikan
sebagai acuan standar dalam pengelolaan kualitas air. Warna perairan
tambak kehijauan tua yang berarti menunjukkan adanya dominansi
chorophyceae dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan
cuaca karena mempunyai waktu mortalitas yang relatif panjang.
Warna perairan pada umumnya disebabkan oleh partikel koloid
bermuatan negatif Sehingga penghilangan warna di perairan dapat dilakukan
dengan penambahan koagulasi yang bermuatan positif, misalnya alumunium
dan besi (Sowyer dan Mclary, 1978).
Berdasarkan data yang diperoleh dari kelompok 1 tentang penetapan
warna perairan bila di bandingkan dengan literatur yang telah di dapat,
terdapat kesesuaian yaitu warna perairan yang didapatkan adalah kehijauan,
diduga warna kehijauan didapatkan oleh kelimpahan fitoplankton.
f) Subtrat
Jenis subtrat yang ditemukan pada kawasan inlet adalah jenis subtrat
liat berpasir . Menurut Sembiring (2008), menyatakan bahwa kandungan
bahan organic menggambarkan 6 tipe subtrat dan kandungan nutrisi di dalam
perairan tipe subtrat berbeda-beda seperti pasir, lumpur, dan tanah liat.
Selanjutnya menurut Suciati (2006), menyatakan bahwa kecepatan arus
49
sungai dipengaruhi oleh kemiringan, kekerasan kadar sungai, kedalaman dan
kelebaran sungai sehingga kecepatan arus disepanjang aliran sungai dapat
berdeda-beda yang selanjutnya akan dipengaruhi oleh subtrat dasar sungai.
Berdasarkan data dari pengukuran tentang subtrat pada kelompok 1 bila
dibandingkan dengan literatur yang didapatkan terdapat kesesuaian yaitu
jenis subtrat liat berpasir.
4.2.2 Parameter Kimia
a) pH
Hasil pengamatan pH pada kelompok 1 adalah sebesar 8, menurut
Soulisa (2009) menyatakan bahwa jika pH antara 1 dan 7 ini merupakan
kisaran asam dan kisaran alkalin adalah ph 7-14. Air permukaan biasanya
berkisar antara 6,0-9,0. Menurut Parkins (1974) dalam Syafiuddin (2004)
menyatakan bahwa nilai pH dapat dipengaruhi oleh aktivitas fotosintesa,
suhu, serta buangan industry dan rumah tangga. Berdasarkan data yang
didapat tentang pengukuran ph diperairan bila dibandingkan dengan dengan
literatur yang didapatkan terdapat kesesuaian yaitu nilai ph berkisar antara
06-9,0.
b) DO (Dissolved Oxygen)
Pada praktikum pengukuran DO di dapatkan hasil sebesar 9,27 mg/l .
menurut Warsoyo (1975) dalam Syafiuddin (2004) menyatakan bahwa
oksigen terlarut atau Dissolved Oxygen )DO) adalah sebagai parameter
hirobiologis dianggap sangat pentingkarena keberadaannya menentukan
hidup matinya organism. Kadar oksigen terlarut dalam suatu perairan
berbeda-beda sesuai dengan kedalamannya potensi cahaya, tingkat
kecerahan, jeniscdan jumlah tumbuhan hijau.
50
Menurut Soulisa (2009), menyatakan bahwa oksigen terlarut
merupakan parameter kualitas air yang sangat umum di gunakan. Kelarutan
oksigen atmosfer dalam air tawar atau segar berkisar antara 14,6 mg/l pada
temperature 0oC hingga 7,1 mg/l pada temperature 350C pada tekanan
atmosfer.
Berdasarkan dari data yang didapatkan tentang pengukuran
kandungan DO diperairan bila dibandingkan dengan literatur yang didapatkan
terdapat kesesuaian kandungan DO berkisar antara 7,1-14,6 mg/l.
c) Karbon dioksida
Pada praktikum pengukuran kadar karbon dioksida, didapatkan pada
kelompok 1 adalah tidak terdapat kandungan karbon dioksida. Adanya arus
dan angin di duga menyebabkan bergerakknya massa CO2 telarut ini, selain
faktor cuaca seperti kecepatan angin, curah hujan, salinitas dan ph juga
dapat mempengaruhi konsentrasi karbondioksida terlarut (CO2 laut)
(Bakker.et.al (1996) dalam Sufatho dan Bayu, 2010). Berdasarkan data yang
didapatkan tentang pengukuran kandungan karbondioksida bila dibandingkan
dengan literatur yang didapatkan tidak sesuai.
d) Alkalinitas
Pada pengukuran alkalinitas pada kelompok 1 didapatkan hasil 42,8
mg/l . Konsentrasi total akan berubah karena adanya konsentrasi ion Na+ dan
ion Cl- dan lainnya. (Eris et.al, 2002). Serta yang mempengaruhi alkalinitas
total adalah proses geokimia seperti pengendapan kalsium karbonat atau
adanya produksi partikel senyawa organic oleh mikro alga. (Wolf.
Bladrowe.al, 2002 dalam Sunarto dan Bayu, 2010). Berdasarkan data yang
di peroleh dari hasil pengukuran alkalinitas bila dibandingkan dengan
literature terdapat kesesuaian.
51
e) TOM
Pada pengukuran kualitas air TOM yang didapatkan pada kelompok 1
adalah 2,7176 mg/l. menurut Koerbiono (1985) dalam Syafiuddin (2004),
menyatakan terdapat empat macam sumber penghasil bahan organic terlarut
dalam air yaitu (1) berasal dari daratan (2) proses pembentukan organism
yang telah mati (3) perubahan metabolik-metabolik elektro seluler oleh algae
terutama fitoplankton dan (4) ekspresi zooplankton dan hewan-hewan
lainnya. Berdasarkan data yang diperoleh tentang pengukuran kandungan
TOM dibandingkan dengan literatur yang didapatkan, terdapat kesesuaian.
f) Orthoposphat
Pada pengukuran kualitas air tentang pengukuran orthoposphat
yang didapatkan oleh kelompok 1 adalah 0,021 mg/l. orthoposphat
merupakan bentuk phosphor yang dapat dimanfaankan secara langsung
oleh tumbuhan akuatik. Sedangkan polifosfor harus mengalami hidrolisis
membentuk orthofosfhat terlebih dahulu sebelum dapat dimanfaatkan
sebagai sumber fosfor. Setelah masuk ke dalam tumbuhan, misalnya
fitoplankton, fosfat anorganik mengalami perubahan menjadi organofosfat
(Effendi, 2003). Berdasarkan dari data hasil pada kelompok 1
dibandingkan dengan literatur terdapat kesesuaian.
g) Nitrat dan Nitrogen
Pada pengukuran nitrat dan nitrogen didapatkan nilai sebesar 21
mg/l. Nitrat (NO3) adalah bentuk utama nitrogen di perairan alami dan
merupakan nutrient bagi pertumbuhan tanaman dan algae. Nitrat nitrogen
52
sangat mudah larut dalam air dan bersifat stabil. Senyawa ini dihasilkan
oleh proses oksidasi sempurna senyawa nitrogen di perairan nitrifikasi
yang merupakan proses oksidasi ammonia menjadi nirit dan nitrat adalah
proses yang penting dalam siklus nitrogen dan berlangsung aerob.
(Effendi, 2003) berdasarkan data kelompok 1 tentang pengukuran nitrat
dan nitrogen dibandingkan dengan literatur yang didapatkan kesesuaian.
h) BOD
Pada pengukuran BOD didapatkan nilai 4,51 mg/l. BOD sebagai
suatu ukuran jumlah oksigen yang digunakan oleh populasi mikroba yang
terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan
organik yang dapat diurai. (Ways, 1996). Berdasarkan data hasil yang
diperoleh pada kelompok 1 tentang pengukuran kandungan BOD
dibandingkan dengan literatur yang didapatkan terdapat kesesuaian.
Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa
organik yang diuraikan ketersediaannya. Mikroorganisme aerob dan
tersedianya sejumlah oksigen yang dibutuhkan dalam proses tersebut.
(Barus, 1990, dalam Sembiring 2008).
4.3. Hubungan Antar Parameter Kualitas Air.
4.3.1. Hubungan pH dengan CO2 dan Alkalinitas.
Menurut Modereth et al dalam Effendi ( 2003 ), bahwa pH juga
berkaitan erat dengan karbondioksida dan alkalinitas, pada pH < 5
alkalinitas dapat mencapai “ nol “. Semakin tinggi nilai pH, semakin tinggi
pula nilai alkalinitas dan semakin rendah kadar karbondioksida bebas
terlarut yang bersifat asam ( pH rendah ) bersifat korosif.
4.3.2. Hubungan pH dengan senyawa amonia
53
Menurut Effendi ( 2003 ), berpendapat bahwa senyawa amonium
yang dapat berionisasi banyak ditemukan pada perairan yang memiliki pH
rendah. Amonium bersifat tidak toksik, namun pada suasana alkalis ( pH
tinggi ) lebih berionisasi dan bersifat toksik.
4.3.3. Hubungan DO dengan suhu dan Salinitas
Hubungan antar kadar oksigen terlarut jenuh dan suhu
menggambarkan bahwa semakin tinggi suhu, maka kelarutan oksigen
akan semakin berkurang kelarutan oksigen cenderung lebih rendah
daripada kadar oksigen di perairan air tawar ( Effendi, 2003 ).
4.3.4. Hubungan Orthophospat dengan Suhu dan pH
Semua poliphospat mengalami hidrolisis membentuk orthophospat
perubahan ini tergantung pada suhu yang mendekati titik didih.
Perubahan poliphosphat terjadi orthophospat pada air limbah yang
mengandung bakteri lebih cepat dibandingkan dengan perubahan yang
terjadi pada air bersih ( Effendi, 2003 ).
4.3.5. Hubungan Kecerahan dengan Padatan tersuspensi.
Padatan tersuspensi berkolerasi positif dengan kekeruhan
semakin tinggi. Akan tetapi tingginya padatan terlarut tidak selalu diikuti
dengan tingginya kekeruhan misalnya air memiliki nilai kepadatan terlalu
tinggi, tapi tidak berarti memiliki kekeruhan yang tinggi ( Effendi, 2003 ).
4.3.6. Hubungan nitrat nitrogen dengan DO dan Suhu.
Proses oksidasi tersebut akan menyebabkan konsentrasi oksigen
terlarut semakin berkurang terutama pada musim kemarau. Saat curah
hujan sangat sedikit dimana volume aliran air di sungai menjadi rendah.
54
Diiringi dengan tingginya temperatur dan apabila volume limbah tidak
berkurang akan menyebabkan laju oksidasi tersebut meningkat tajam.
Keadaan ini menyebabkan konsentrasi oksigen menjadi sangat rendah.
Sehingga menimbulkan kondisi yang kritis bagi organisme air.( Barus,
2001 ),
4.3.7. Hubungan Amonia dengan pH
Semakin tinggi nilai pH akan menyebabkan keseimbangan antara
amonium dengan amonia. Semakin bergeser kearah amonia berarti
kenaikan pH akan meningkatkan konsentrasi amonia yang diketahui
bersifat sangat toksik bagi organisme air ( Barus, 2007 ).
4.3.8. Hubungan Karbondioksida dengan pH.
Sebagian kecil karbondioksida yang terdapat di atmosfer larut
kedalam uap air membentuk asam karbonat, selanjutnya jatuh menjadi
hujan. Air hujan bersifat asam dengan pH 5,6 didalam perairan berbentuk
ion H+, sehingga pH perairan menurun ( Effendi, 2003 ).
4.4 Kelayakan kualitas air terhadap budidaya dan Usaha Recovery
Menurut Asmawi (1986), kualitas perairan memberikan pengaruh
yang cukup besar terhadap survival dan pertumbuhan makhluk-makhluk
yang hidup yang baik tumbuh-tumbuhan renik yang mempu berasimilasi.
Agar tumbuh-tumbuhan renik dapat berasimilasi air harus:
Mempunyai suhu yang optimum untuk mendorong proses hidup
Menerima cahaya matahari yang cukup
Mengandung gas karbondioksida yang cukup
Mengandung mineral-mineral yang cukup
55
Suhu air yang optimal untuk selera makan ikan adalah 250C-270C
perairan yang mengandung 5 mg/l. oksigen pada suhu 20-300C masih
dipandang sebagai air yang cukup baik untuk kehidupan ikan kadar
amoniak yang baik untuk kehidupan ikan dan organisme perairan lainnya
adalah kurang dari 1 ppm.
Menurut Andayadi (2005) pH antara 7-9 sangat memadai bagi
kehidupan air tambak. Dalam keadaan normal pH air terletak antara 7-10
karena air laut merupakan buffer yang baik. namun pada keadaan
tertentu dimana tanah dasar tambak memiliki potensi kemasaman, pH air
tambah dapat turun mencapai 4.
4.5 Aplikasi Limnologi dalam Usaha Budidaya Ikan
Menurut Yudha (2005), suhu yang sesuai untuk kehidupan udang
berkisar antara 28-320. jika suhu terlalu tinggi udang akan mengalami
kram (kejang). Jika suhu dibawah 200C udang bersifat pasif (diam) dan
tidak mau makan. Alkalinitas diperlukan sebagai buffer terhadap
pengaruh pengasaman atau pencegahan terjadinya fluktuasi pH yang
besar.
Menurut Andayani (2005), hewan jarang mati oleh ammonia pada
sistem budidaya. Tetapi yang pasti ammonia adalah faktor penting dalam
mengatur kesehatan dan pertumbuhan hewan air dalam sistem kultur
semi intensif. Meade (1985) dalam Andayani (2005) menyatakan level
amoniak 0,012 mg/ l untuk budidaya ikan.
56
5 PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Pada praktikum Limnologi didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
Limnologi adalah ilmu yang mempelajari air tawar berdasarkan
parameter fisika, kimia, dan biologi.
Parameter fisika yang diukur dan diamati pada praktikum limnologi
adalah suhu, kecepatan arus, kecerahan, kedalaman air warna perairan,
dan substrat. Sedangkan parameter kimia yang diukur adapah pH, DO,
karbondioksida, alkalinitas TOM, orthofosfat, nitrat nitrogen BOD,
ammonia dan Turbiditas
Faktor-Faktor yang mempengaruhi suhu diantaranya adalah intensitas
cahaya matahari, pertukatan panas antara air dengan udara dan
ketinggian geografis
Faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan arus diantaranya kekuatan
angin, kemiringan, kedalaman dan keleburan sungai
Faktor-Faktor yang mempengaruhi kecerahan diantaranya adalah
partikel terlarut, bahan organik terlarut dan warna perairan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kedalaman perairan adalah tinggi
rendahnya dasar laut dan pengendapan di bagian dasar
Faktor-faktor yang mempengaruhi warna perairan adalah partikel koloid
dan peledakan (blooming) algae
Faktor-faktor yang mempengaruhi substrat adalah kandungan bahan
organik di dalam perairan, kedalaman dan kelebaran perairan,
Faktor-faktor yang mempengaruhi pH adalah limbah yang mengandung
asam-asam mineral
Faktor-faktor yang mempengaruhi DO adalah kekeruhan air, suhu,
salinitas, pergerakan massa air dan udara
Faktor-faktor yang mempengaruhi CO2 adalah arus dan arah angin
57
Faktor-faktor yang mempengaruhi TOM adalah berasal dari kandungan
CO2 dari fitoplankton
Faktor-faktor yang mempengaruhi Orthofosfat adalah arah aliran sungai
dan pengendapan
Faktor-faktor yang mempengaruhi nitrat nitrogen adalah maonia yang
terkandung dalam air
Faktor-faktor yang mempengaruhi BOD adalah jumlah senyawa organik
yang diuraikan
Proses nitrifikasi adalah proses perubahan nitrit menjadi nitrat oleh
bakteri nitrobacter dan nitrosemonas
Pembagian perairan menurut kesuburan perairan yaitu digotropik,
mesotropik, eutrofik, hiper eutrofik dan distropik
Data pengukuran parameter fisika dan kimia
Parameter Fisika Parameter Kimia
Suhu 310C pH 7
Kecepatan arus 0,027 m/s DO 8,27 mg/l
Kecerahan 58 cm CO2 -
Kedalaman air 93 cm Alkalinitas 94,8 mg/l
Warna perairan Kehijauan TOM 0,5056 mg/l
Substrat Liat berpasir Orhtofosfat 0,014
Nitrat nitrogen 0,01
BOD 4,51
Turbiditas 8
Amonia 0,32
5.2 Saran
58
Pada praktikum limnologi saat berada di laboratorium diharapkan
dibagi menjadi shift per shift, agar pada setiap materi tidak terlalu banyak
praktikum, sehingga praktikan dapat menyimak dengan baik materi yang
diberikan oleh asisten.
DAFTAR PUSTAKA
Affandi. 2009. Pengaruh CO2 (Karbondioksida) Murni terhadap Pertumbuhan Mikroorganisme pada Produk. Diambil dari www.repository.usu.ac.id pada 27 November 2010.
Akrimi, dan Subroto. 2002. Engantar Limnologi. Gramedia, Jakarta.
Andayani, Sri. 2005. Manajemen Kualitas Air untuk Budidaya Perairan fakultas Perikanan Universitas Brawijaya, Malang.
Aridianto. 2010. Kecepatan Arus di Perairan. Diambil dari www.aridianto.blogspot.com pada 28 November 2010.
Ariana. 2002. Pemetaan Batimetri dan Karakteristik Dasar Perairan dangkal di Perairan Pulau dasar. Diambil dari www.irc.ipb.ac.id pada 13 November 2010.
Asmawi, S. 1986. Pemeliharaan Ikan dalam Karamba. PT. Gramedia, Jakarta.
Barus. 2001. Pengantar Limnologi. . Swadaya Cipta, Jakarta
Darmayanto. 2009. Penggunaan Serbuk Tulang Ayam sebagai Penurun Intensitas Warna Air Gambut. Diambil dari www.repository.ac.id pada 27 November 2010.
59
Effendie, 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius, Yogyakarta.
Fansuri. 2009. Fosfat. Diambil dari www.aosanyustory.blogspot.com pada 4 November 2010.
Ghufron, dan Kordi. 2005. Budidaya Ikan laut di karamba. Rineka Cipta, Jakarta.
Hamid. 2010. Sistem Koordinasi Organisme. Diambil dari www.zaifbio.wordpress.com pada 25 November 2010.
Hadikusumah. 2008. Pengantar oceanografi. UI Press, Jakarta.
Hariyadi. 2004. BOD dan COD sebagai Parameter Pencemaran Air dan baku Mutu Air Limbah. Diambil dari www.rudget.com pada 28 November 2010.
Hutabarat, dan Stewart. 2008. Pengantar Oceanografi. UI Press, Jakarta.
Irawan. 2009. Faktor-Faktor Penting dalam Proses Pembesaran Ikan di fasilitas Nursery dan Pembesaran. Diambil dari www.sith.ipb.ac.id pada 28 November 2010, pukul 17.00 WIB.
Irianto. 2005. Patologi Ikan Telestoi. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Kordi, M.G.; dan Andi T. 2002. Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya Perairan. Rineka Cipta, Jakarta.
Ivanhadgson. 2010. Laporan Praktikum Limnologi. Diambil dari www.ivanhadgson. Diakses pada 2 Desember 2010 pukul 21.00 WIB.
Mahmudioto.wordpress.com pada 28 November 2010.
60
Manik. 2003. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Djambatan, Jakarta.
Marindro. 2008. Karakterisitik Perairan. Diambil dari www.marindro.wordpress.com pada 22 November 2010.
Mulia. 2002. Bahan Organik Terlarutdan Tidak Terlarut. Diambil dari www.reository.usu.ac.id pada 18 November 2010.
Pamuji, dan Anthonacas. 2010. Ketika Kelimutu Berubah Warna. Diambil dari www.lipi.go.id pada 28 November 2010.
Ponawala, et.al. 2010. Bahan Organik dalam Organik dalam Perairan. Diambil dari www.punawala.wordpress.com pada 20 November 2010.
Roonawale, et. al. Studi Kualitas air. Diambil dari www.e-journal. blogspot.com pada 22 November 2010.
Sahri, et. al. 2000. Keragaman makrobentos pada Berbagai Substrat Buatan di Sungai Cilagak Cilacap. Diambil dari www.scribde.com pada 28 November 2010.
Salmin. 2005. Oksigen Terlarut dan Kebutuhan Oksigen untuk Penentuan Kualitas Perairan. Diambil dari www.images.ouox.content.com pada 28 November 2010.
Sembiring.2008. Keanekaragaman dan Kelimpahan Ikan serta Kaitannya dengan faktor Fisik Kimia. Diambil dari www.repository.usu.ac.id pada 28 November 2010.
Setiawan. 2010. Pemetaan laju Perubahan Arus Lahan Huatn Mongrove di sebagian Taman nasional Bali Barat. Diambil dari www.firmman08.wordpress.com pada 28 November 2010.
Suciati. 2006. Pengaruh Suhu Air terhadap Kecepatan Regenerasi Cacing Planaria di Aliran Sungai Semirang Kabupaten Semarang. Diambil dari www.digiblib.ub.ac.id pada 28 November 2010.
61
Suratno dan Bayu. 2010. Distribusi Temporal Karbon Organik di Perairan Gugus Pulau Pari. Diambil dari www.limnologi.lipi.go.id pada 28 November 2010.
Syaifuddin. 2004. Kandungan Hara, Telaah Kualitas air. Diambil dari www.upi.ac.id pada 23 November 2010.
Yudha. 2005. Aplikasi Sistem Sirkulasi terhadap Peng elolaan Kualitas Air Tambak. Diambil dari www.lipi.go.id pada 28 November 2010.
Yuningsih. 2007. Keracunan Nitrat-Nitrat pada Ternak Ruminaria dan Upaya Pencegahannya. Diambil dari www.pustaka.litbang-deptan.go.id pada 28 November 2010.
top related