laporan kunjungan kewirausahaan
Post on 17-Jan-2017
94 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KUNJUNGAN KEWIRAUSAHAAN
COKLAT MONGGO DAN HANDICRAFT “RAGIL”Laporan ini dibuat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kewirausahaan
Dosen Pengampu : Dr. H. Abdul Mujib, M.Ag
Disusun Oleh:
Idrookuttafkiroh (13610023)
PROGRAM STUDI MATEMATIKA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA
2016
A. Pendahuluan
B. Profil Usaha
“COKLAT MONGGO”
Sejarah berdirinya coklat monggo bermula pada sekitar tahun 2001, seorang
wisatawan asing yang berasal dari Belgia datang ke Indonesia untuk sekedar jalan-
jalan menikmati keindahan panorama indonesia dan tanpa memiliki sebuah rencana,
wisatawan itu bernama Thierry Detournay. Dalam perjalanannya beliau menikmati
coklat asal indonesia namun beliau kecewa dengan kurangnya kualitas cokelat yang
tersedia di toko - toko di Indonesia sebagai negara ketiga terbesar penghasil kakao,
sehingga akhirnya beliau memutuskan untuk tinggal lebih lama di Indonesia untuk
mencoba membuat beberapa produk cokelat dengan cita rasa Belgia sendiri dengan
sumber daya yang terbatas. Coklat yang pertama ia buat diberikan kepada teman –
temannya yang berasal dari Indonesia asli, awalnya mereka kurang suka karena
mereka merasa asing dengan coklat buatan pak Thierry, namun pada akhirnya mereka
merasakan nikmatnya coklat tersebut, dan menantang pak Thierry untuk membuatnya
lagi.
Beliau membuat cokelat lebih banyak lagi untuk dipasarkan, dengan
mengendarai Vespa tua berwarna pink, yang disulap menjadi sebuah tempat
berjualan. Setiap Minggu pagi beliau berjualan di daerah UGM dan di daerah luar
Gereja Kota Baru. Tujuannya hanya untuk kesenangan serta mencari minat dan reaksi
dari masyarakat, bukan semata – mata untuk mencari keuntungan. Selain itu beliau
juga memiliki kesibukan sebagai staf mengajar prancis yang berada di Sagan. Beliau
juga dijadikan sebagai Pembuat cokelat pertama di Yogyakarta.
Untuk mewujudkan impiannya, maka beliau menggabungkan sumber daya
yang terbatas dengan modal yang ada. Ide pertama muncul untuk membuat sebuah
toko, namun hal itu gagal dan tidak di lanjutkan. Namun demikian, beliau tetap
melanjutkan rencananya, dengan pembukaan sebuah perusahaan Anugerah Mulia,
pada tahun 2005. Perusahaan tersebut memiliki tim kecil yang penuh kreasi dan
akhirnya meluncurkan produknya yang pertama dengan nama Cacaomania yang
berupa cokelat praline yang ditujukan bagi kawula muda. Namun nama tersebut
akhirnya ditinggalkan karena nama tersebut sudah ada yang menggunakan
sebelumnya.
Sejarah dari pemilihan kata “Monggo” sendiri berawal dari suatu sore yang
panas di Yogyakarta. Tim Anugerah Mulia berkumpul untuk mencari inspirasi, yaitu
Edo sebagai direktur, Burhan sebagi staf kreatif, dan Thierry sebagai pembuat cokelat.
Mereka berusaha menemukan nama untuk cokelat tersebut yang memiliki tipikal khas
Yogyakarta. Nama tersebut harus mudah di dengar, mudah diingat dan unik. Suatu
kata dalam bahasa Jawa. Beberapa istilah muncul dalam diskusinya dan tiba tiba salah
seorang dari mereka mengucapkan “Monggo”…Yes! Yes! Eureka!
Monggo adalah sebuah kata dalam bahasa Jawa yang berarti “silahkan” yang
selalu digunakan oleh orang – orang Yogya sambil mengacungkan ibu jari, ataupun
ketika kita lewat di depan orang, serta pada saat kita mengundang orang masuk ke
rumah.
Namun demikian banyak orang menggunakan kata “Monggo” dan juga orang
yang bukan berasal dari Yogya. Nama tersebut sangat menggambarkan budaya Jawa,
kota Yogyakarta, serta nama yang tepat untuk cokelat kami.Sejak kami memulainya
tahun 2005, Cokelat Monggo sekarang telah berkembang dengan hampir 150 staf
yang bekerja di kantor kami di Yogyakarta, Jakarta, Surabaya. Produksi utama
dilakukan di pabrik kami di Kotagede,Yogyakarta, di mana ditangan kami kelezatan
diciptakan.
Kami kemudian mendistribusikan ke kota-kota di seluruh Jawa dan Bali dan
berencana untuk memperluas ke pulau-pulau lain di seluruh Indonesia dalam waktu
tidak terlalu lama. Kami terus bekerja untuk mengembangkan produk – produk kami
dengan menghargai yang ditawarkan Indonesia untuk kami. Pada akhirnya kami
berharap dapat memperkenalkan cokelat khas Indonesia kami di luar negeri.
Biji kakao yang dipakai sendiri berasal dari Indonesia asli yaitu dari Sulawesi
dan Sumatra, selain itu dari Kulon Progo juga ada.
Varian rasa yang ditawarkan Coklat Monggo antara lain : Pralin - Krim
Kacang Mete, Caramello - Krim Karamel, Stroberi, Durian, Red Chili, Kacang Mete
Organik, Orange Peel, Macadamia, Jahe,dll sedangkan yang banyak peminatnya
adalah rendang, green tea, red chili, dan jahe
“HANDICRAFT RAGIL”
Handicraft “RAGIL” bertempat di desa wisata Krebet terletak di Dusun
Krebet, Desa Sendangsari, Kecamatan Pajangan, Bantul, Yogyakarta. Perjalanan ke
Desa Wisata Krebet dapat dilakukan dengan melewati Jalan Bantul menuju arah
selatan melewati Desa Wisata Kasongan.
Sebelum membuka usaha kerajinan kayu masyarakat Krebet mengandalkan
pertanian sebagai sumber mata pencaharian. Tetapi karena kegiatan pertanian hanya
berlangsung musiman dan mengandalkan pengairan tadah hujan serta keadaan
tanahnya yang tandus, dan untuk pemasarannya pun susah, mereka harus berjalan
kaki ke pasar Bantul sejauh 7 Km, akhirnya pada sekitaran tahun 1970 masyarakat
Krebet mulai beralih untuk membuat barang-barang kerajinan dari kayu yang dibatik.
Namun pada saat itu belum banyak masyarakat yang membuat kerajinan ini,tapi untuk
saat ini, Krebet menjadi sentra kerajinan batik kayu yang terkenal di Yogyakarta.
Pada awal tahun 1970 ini mereka baru membuat aneka patung kemudian
berkembang ke jenis lain, seperti topeng, dan awalnya hanya dengan mengecat dan
disungging. Pada tahun 1983 mulai berkembang metode lain yaitu batik, jika batik
yang kita kenal digambar di atas kain, maka batik yang dihasilkan oleh warga Dusun
Krebet adalah di atas kayu. Warga Krebet memanfaatkan kayu sebagai media untuk
membatik hingga mampu menghasilkan karya-karya cantik bernilai tinggi yang
banyak diminati oleh wisatawan domestik maupun manca negara.
Pada tahun 1995 metode disungging sudah mulai kalah dengan metode batik,
sampai sekarang hanya tinggal + 5% yang masih menggunakan metode disungging.
Proses membatik dengan media kayu tentu akan membutuhkan keterampilan
tersendiri,namun manurut bapak pamilik gallery handicraft “RAGIL” pembatiknya
tidak harus yang memiliki keahlian khusus, cukup mamiliki kemauan, semangat, dan
bakat, semua bisa melakukan.
Berbeda dengan membatik di atas kain. Karena polanya dibuat secara manual,
bukan dicetak, maka membatik dengan media kayu membutuhkan tingkat ketelitian
yang tinggi. jenis kayu yang digunakan juga sangat beragam dengan hasil yang
berbeda juga. Biasanya kayu yang sering digunakan sebagai bahan dasar adalah kayu
lunak seperti sengon, pule dan mahoni, karena hasil yang didapatkan lebih bagus dan
warnanya lebih indah daripada memakai bahan dasar kayu yang keras seperti kayu
jati. Kayu yang mereka gunakan juga hasil dari hutan atau kebun dari daerah mereka
sendiri, sehingga biaya produksi yang mereka keluarkan juga bisa mereka pangkas
untuk keperluan lainya.
Permintaan Pasar paling banyak yang diminati pembeli adalah topeng, wayang
dan gantungan kunci, gantungan kunci biasa di jadikan sebagai souvenir pada acara-
acara seperti pernikahan dll. Perbulannya handicraft “RAGIL” dapat mencapai
7000pcs, mayoritas pasarnya adalah di Bali dan Jakarta.
Harga yang ditawarkan juga beranekaragam sesuai dengan tingkat
kesulitannya, dari yang termurah 2500 sampai yang termahal mencapai 2 jutaan,
namun utuk wisatawan lokal dan mancanegara dibedakan harga jualnya,
perbedaannya sekitar 15-20%, Keuntungan yang di dapat kurang lebih 25% dari
setiap barangnya.
Cara pembuatan Batik Kayu juga masih menggunakan metode tradisional
dengan alat-alat tradisional juga, sehingga hasil yang didapatkan sangat naturalis dan
sangat khas. Alat modern yang mereka gunakan hanya alat pemotong kayu dan alat
penghalus kayu. Berbagai produk kerajinan yang dihasilkan oleh warga Krebet
adalah seperti topeng, wayang, almari, asesoris rumah tangga, patung kayu, kotak
perhiasan, dan hiasan batik kayu lainnya dengan kisaran harga mulai dari yang murah
hingga jutaan. Untuk pemasarannya pun tidak hanya di dalam negeri, tetapi telah
merambah pasar manca negara.
Harapan kedepannya perekonomian di Desa Krebet semakin meningkat dan
semakin Maju, Desa Krebet semakin terkenal baik di dalm negeri maupun diluar
Negeri.
C. Pelajaran yang bisa diambil
Pelajaran yang bisa di ambil dari kunjungan ke Coklat Monggo dan Gallery
Handicraft “RAGIL” adalah peran para pemilik usaha dalam memanfaatkan keadaan
sekitar, Coklat Monggo yang memanfaatkan negara Indonesia sebagai salah satu
penghasil kakao terbesar, maupun Kerajinan kayu yang menggunakan hasil kayu dari
daerah mereka sendiri.
Pemanfaatan hasil sekitar inilah yang perlu di jadikan sebagai contoh,
sehingga kita tidak perlu untuk mendatangkan bahan-bahan dari luar, karena di daerah
kita sendiri banyak yang bisa dimanfaatkan, selain itu juga dengan mengambil dari
daerah sendiri kita juga bisa mempromosikan daerah kita ke masyarakat luas, baik di
dalam negeri maupun diluar negeri.
Selain itu pelajaran yang bisa di ambil adalah bertambahnya pengetahuan kita
tentang macam-macam usaha dan pengalaman-pangalaman yang mereka alami mulai
dari merintisnya hingga berkembang seperti sekarang ini.
Banyak sekali pelajaran yang bisa kita ambil dari kunjungan ini, sehingga saya
pun berkeinginan untuk membuka usaha yang dalam usahanya memperdulikan daerah
di sekitar kita, sehingga bisa bermanfaat untuk kita sendiri maupun untuk masyarakat
di sekitar kita, selain itu juga dapat membuka banyak lapangan kerja untuk
masyarakat sekitar.
D. Kritik dan Saran
Kritik
Coklat Monggo
- Akses menuju ke lokasi Coklat Monggo sulit di jangkau karna lokasinya yang
terletak di dalm kampung sehingga cukup menyulitkan para pengunjung.
- Tempat Produksi Coklat Monggo yang masih kecil sehingga untuk kunjungan
dengan kapasitas pengunjung yang banyak tidak dapat tertampung.
Gallery Handicraft “RAGIL”
- Tempat parkir untuk mobil-mobil besar masih susah sehingga kurang mendukung
untuk di jadikan tempat kunjungan
Saran
Coklat Monggo
- Dengan varian rasa yang bervariasi, untuk bentuknya juga dibuat yang bervariasi,
bisa di seduaikan dengan bentuk sesuai rasa, atau di buat bentuk yang bisa
mencirikhaskan kota yogya.
- Pendistribusian Coklat Monggo lebih di perluas.
- Memperbanyak cabang, terutama di tempet-tempat wisata yang lebih banyak
wisatawannya
Gallery Handicraft “RAGIL”
- Lebih giat dalam mempromosikannya, baik melalui media massa, ataupun media
sosial.
- Lebih sering mengikuti pameran-pameran.
- Memperbanyak variasi hasil produksi misal bentuknya.
E. Kesimpulan
Coklat Monggo di distribusikan ke kota-kota di seluruh Jawa dan Bali dan
berencana untuk memperluas ke pulau-pulau lain di seluruh Indonesia dalam waktu
tidak terlalu lama. Kami terus bekerja untuk mengembangkan produk – produk kami
dengan menghargai yang ditawarkan Indonesia untuk kami. Pada akhirnya kami
berharap dapat memperkenalkan cokelat khas Indonesia kami di luar negeri.
Untuk Gallery Handicraft memiliki harapan kedepan yaitu perekonomian di
Desa Krebet semakin meningkat dan semakin Maju, Desa Krebet semakin terkenal
baik di dalm negeri maupun diluar Negeri.
F. Lampiran
Jadwal Perjalanan
Waktu Acara07.00 Berangkat ke lokasi09.00-11.30 Kunjungan di Coklat Monggo11.30-13.30 Perjalanan Monggo-Krebet13.30-15.30 Kunjungan di Krebet15.30 Perjalanan Pulang
COKLAT MONGGO
GALLERY HANDICRAFT “RAGIL”
top related