laporan khusus pentingnya penggunaan …... · tenaga kerja kurang memahami tentang arti pentingnya...
Post on 06-Feb-2018
253 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN KHUSUS
PENTINGNYA PENGGUNAAN ALAT PELINDUNG DIRI SEBAGAI
UPAYA DALAM PENCEGAHAN KECELAKAAN KERJA
TERHADAP POTENSI BAHAYA PADA PROSES
PRODUKSI DI PUSDIKLAT MIGAS CEPU
Oleh :
Endrasti Kiswandari
NIM.R0007122
PROGRAM D.III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ii
iii
iv
ABSTRAK
Endrasti Kiswandari, 2010. PENTINGNYA PENGGUNAAN ALAT
PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA DALAM PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA TERHADAP POTENSI BAHAYA PADA
PROSES PRODUKSI DI PUSDIKLAT MIGAS, CEPU. Program
Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana perusahaan
melindungi tenaga kerja dari potensi bahaya yang ada di perusahaan dan
mencegah kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan rasa tidak aman bekerja bagi
tenaga kerja, dengan upaya yang dilakukan adalah penyediaan Alat Pelindung
Diri (APD) serta pemakaian APD dengan potensi bahaya yang ada dan
pengawasan yang mewajibkan tenaga kerja untuk memakai APD.
Kerangka pemikiran ini adalah di dalam lingkungan kerja terdapat faktor
dan potensi bahaya yang dapat timbul dari cara kerja bahan, peralatan atau mesin,
manusia dan lingkungan itu sendiri. Sehingga perlu dilakukan pengamatan dan
kesesuian APD terhadap faktor dan potensi bahaya yang terdapat pada masing-
masing proses produksi agar tidak menimbulkan kecelakaan kerja. Kebijakan
Pusdiklat Migas, Cepu menyediaan APD yang sesuai pada masing-masing proses
produksi. Pemakaian APD oleh tenaga kerja didukung oleh peraturan dari
perusahaan mengenai kewajiban memakai APD sehingga pada masing-masing
proses keselamatan kerja dapat tercapai.
Jenis penelitian ini diaksanakan dengan metode deskriptif, yaitu dengan
memberikan gambaran yang sejelas-jelasnya terhadap obyek penelitian yaitu
tenaga kerja selaku pemakai APD ditempat kerja yang terpapar bahaya-bahaya
potensial. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dan dibandingkan dengan
standar serta peraturan yang ada.
Dari hasil penelitian yang dilakukan didapat hasil bahwa penyediaan APD
di Pusdiklat Migas, Cepu cukup dan memenuhi standart tetapi ada sebagian
tenaga kerja kurang memahami tentang arti pentingnya APD yang disediakan
sehingga masih didapati tenaga kerja yang tidak memakai APD yang diwajibkan
oleh perusahaan. Hal ini bisa diatasi dengan diadakan training kepada tenaga kerja
untuk meningkatkan kesadaran pentingnya pemakaian APD dalam bekerja.
Kata kunci : Alat Pelindung Diri, Pencegahan Kecelakaan Kerja
Kepustakaan :07, 1989 - 2010
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah yang Maha Esa atas
segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan
khusus pada program Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pusdiklat Migas Cepu
dengan lancar tanpa ada suatu halangan apapun.
Program PKL ini dilakukan untuk memenuhi salah satu persyaratan
kelulusan pendidikan yang penulis tempuh di jurusan D.III Hiperkes dan
Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Sesuai dengan pendidikan yang penulis tempuh maka penulis mengambil judul
“Pentingnya Penggunaan Alat Pelindung Diri Sebagai Upaya Dalam Pencegahan
Kecelakaan Kerja Terhadap Potensi Bahaya pada Proses Produksi di Pusdiklat
Migas, Cepu ”.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini tidak akan berhasil tanpa bantuan dari
semua pihak. Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. A. A. Subijanto, dr. MS. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Putu Suriyasa, dr, MS. SKK. SpOk, selaku ketua program D.III
Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas
Maret, Surakarta.
3. Bapak Hardjanto, dr., MS, Sp.Ok. Selaku Pembimbing pertama yang banyak
membantu.
vi
4. Bapak Agus Widiyatmo, SE. Selaku Pembimbing kedua yang banyak
memberikan pengarahan.
5. Bapak Putut Prasetyo, selaku kepala LK3 dan sebagai pembimbing lapangan.
6. Bapak Wahyudi sebagai pembimbing praktek lapangan.
7. Bapak Kastur, selaku kepala HRD Pusdiklat migas Cepu.
8. Bapak Adi, Bapak Joko, Bapak Saiful dan semua pihak dari Pusdiklat Migas
Cepu yang banyak membantu.
9. Bapak, Ibu, keponakan serta keluarga besar tercinta yang selalu memberikan
motivasi, dukungan dan doanya kepada ananda.
10. Teman-teman satu angkatan D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja yang
saling memberi semangat.
11. Sahabat-Sahabat (Asepti, Nindy, Sari) yang selalu memberi motivasi dan
bersemangat bersama.
12. Semua teman-teman dan orang-orang yang memberikan doa dan masukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini masih jauh dari
sempurna, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat
membangun dari semua pihak demi kesempurnaan laporan ini. Besar harapan
penulis semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Surakarta, April 2010
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN PERUSAHAAN .................................. iii
ABSTRAK ........................................................................................ iv
KATA PENGANTAR ...................................................................... v
DAFTAR ISI ..................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR ........................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................... x
BAB I. PENDAHULUAN ................................................................ 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................. 1
B. Perumusan Masalah ........................................................ 3
C. Tujuan Penelitian ............................................................ 4
D. Manfaat Penelitian .......................................................... 4
BAB II. LANDASAN TEORI .......................................................... 6
A. Tinjauan Pustaka ............................................................. 6
B. Kerangka Pemikiran ........................................................ 43
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN ........................................ 44
A. Jenis Penelitian ................................................................ 44
B. Lokasi Penelitian ............................................................. 44
C. Obyek Penelitian ............................................................. 44
viii
D. Cara Pengambilan Data ................................................... 44
E. Analisa Data .................................................................... 45
BAB IV. HASIL PENELITIAN ....................................................... 48
A. Potensi Bahaya dan Faktor Bahaya ................................. 48
B. Pengendalian Potensi Bahaya ......................................... 60
C. Penyediaan Alat Pelindung Diri ...................................... 61
D. Pemakaian Alat Pelindung Diri ....................................... 65
E. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri .................................. 65
BAB V. PEMBAHASAN ................................................................. 66
A. Potensi Bahaya dan Faktor Bahaya ................................. 66
B. Pengendalian Potensi Bahaya ......................................... 70
C. Penyediaan Alat Pelindung Diri ...................................... 71
D. Pemakaian Alat Pelindung Diri ....................................... 76
E. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri .................................. 77
BAB VI. PENUTUP ......................................................................... 79
A. Kesimpulan ..................................................................... 79
B. Saran ................................................................................ 80
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran ............................................. 43
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Fungsi Tugas dan Tanggung Jawab LK3
Lampiran 2. Laporan Kegiatan Operasi Keselamatan Kerja LK3
Lampiran 3. Check List Pengelasan Diarea Kilang
Lampiran 4. Surat Keterangan Penyisihan
Lampiran 5. Surat Permohonan Ijin Kerja
Lampiran 6. Formulir Kecelakaan Kerja
Lampiran 7. Laporan Kecelakaan Kerja
Lampiran 8. Form Ijin Kerja Masuk
Lampiran 9. Form Ijin Kerja Radiasi
Lampiran 10. Form Ijin Kerja Dingin
Lampiran 11. Form Ijin Kerja Panas
Lampiran 12. Form Ijin Kerja Listrik
Lampiran 13. Form Ijin Kerja Galian
Lampiran 14. Flow Diagram Wax Plant
Lampiran 15. Layout Bak Sludge Kilang
Lampiran 16. Struktur Organisasi Pusdiklat Migas Cepu
Lampiran 17. Struktur Organisasi LK3 Pusdiklat Migas Cepu
Lampiran 18. Struktur Organisasi Wax Plant Pusdiklat Migas Cepu
Lampiran 19. Peta Pusdiklat Migas Cepu.
Lampiran 20. Memo Intern Magang
Lampiran 21. Surat Keterangan Magang
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada zaman globalisasi sekarang pertumbuhan industrialisasi semakin pesat
dan terus menerus berkembang setiap tahunnya karena persaingan industi yang
semakin ketat. Sehingga, pemakaian bermacam-macam peralatan kerja dan
penggunaan mesin-mesin dengan teknologi tinggi dilakukan pada proses produksi
untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi hasil produksi. Hal tersebut di samping
memberikan kemudahan bagi suatu proses produksi, tentunya efek samping yang
tidak dapat dielakkan adalah bertambahnya jumlah dan ragam sumber bahaya bagi
pengguna teknologi itu sendiri. Di samping itu, faktor lingkungan kerja yang tidak
memenuhi syarat keselamatan dan kesehatan kerja, proses kerja tidak aman, dan
sistem kerja yang semakin komplek dan modern dapat menjadi ancaman tersendiri
bagi keselamatan dan kesehatan pekerja. (Tarwaka, 2008)
Suatu pekerjaan biasanya dilakukan dalam suatu lingkungan atau situasi yang
berakibat dapat memberikan beban tambahan pada jasmani atau rohani tenaga
kerja.faktor-faktor penyebab bebab tambahan yang dimaksud diantaranya faktor-
faktor seperti kontruksi mesin, sikap kerja, dan cara kerja. (Suma’mur, 1989)
Setiap jenis-jenis pekerjaan yang merupakan suatu aktifitas pasti melibatkan
faktor manusia, peralatan, lingkungan dan proses produksi dalam setiap tahapan
kerja, sehingga harus diupayakan prosedur kerja yang aman. Pekerjaan yang
2
bermacam-macam juga memiliki tingkat resiko bahaya yang berbeda-beda dan
memungkinkan terjadinya suatu kecelakaan. Kecelakaan kerja merupakan suatu
kejadian yang jelas tidak dikehendaki dan sering kali tidak terduga semula yang dapat
menimbulkan kerugian baik waktu, harta benda atau properti maupun korban jiwa
yang terjadi di dalam suatu proses kerja industri atau yang berkaitan dengannya.
Keselamatan Kerja adalah keselamatan yang berkaitan dengan mesin,
pesawat, alat kerja, bahan dan proses pengolahan, landasan kerja dan lingkungan
kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses produksi. Dengan demikian
jelas bahwa, keselamatan kerja merupakan sarana utama untuk mencegah terjadinya
kecelakaan kerja yang dapat menimbulkan kerugian yang berupa luka atau cidera,
cacat atau kematian, kerugian harta benda dan kerusakan peralatan atau mesin dan
lingkungan secara luas.
Kesehatan Kerja merupakan kegiatan dan upaya kesehatan dalam
masyarakat pekerja guna mewujudkan kondisi pekerja yang sehat, efektif, efisien dan
produktif sesuai dengan jenis pekerjannya.
(Tarwaka, 2008)
Bahaya-bahaya lingkungan kerja perlu dikendalikan sedemikian rupa
sehingga tercipta suatu lingkungan kerja yang sehat, aman dan nyaman. Berbagai cara
pengendalian dapat dilakukan untuk menanggulangi bahaya-bahaya lingkungan kerja.
Sarana pengaman diri adalah pilihan terakhir yang dapat di lakukan untuk mencegah
bahaya dengan pekerja. Akan tetapi, penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
bukanlah pengendali dari sumber-sumber bahaya. Penggunaan Alat Pelindung Diri
3
disarankan hanya digunakan bersamaan dengan penerapan pengendalian risiko di
tempat kerja. Dengan demikian perlindungan keamanan dan kesehatan personel akan
lebih efektif.
(Rudi Suwardi, 2005)
Dari berbagai faktor dan potensi bahaya yang ada di Pusdiklat Migas Cepu.
Maka penulis mencoba memberikan gambaran mengenai Alat Pelindung Diri di
Pusdiklat Migas Cepu dalam usaha menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(K3) dengan mengambil judul ”PENTINGNYA PENGGUNAAN ALAT
PELINDUNG DIRI SEBAGAI UPAYA DALAM PENCEGAHAN
KECELAKAAN KERJA TERHADAP POTENSI BAHAYA PADA PROSES
PRODUKSI DI PUSDIKLAT MIGAS CEPU”.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang seperti yang diuraikan penulis diatas maka dapat
disusun rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah faktor potensi bahaya dilakukan pengendalian dengan pemakaian alat
pelindung diri?
2. Apakah penyediaan alat pelindung diri yang digunakan oleh tenaga kerja sudah
sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja?
3. Apakah tenaga kerja sudah memakai alat pelindung diri sesuai dengan tempat
kerja masing-masing?
4. Apakah pemeliharaan alat pelindung diri dilakukan dengan baik dan benar?
4
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai penulis berkaitan dengan penelitian yang dilakukan
di Pusdiklat Migas Cepu, adalah :
1. Untuk mengetahui kesesuaian alat pelindung diri dengan potensi bahaya yang ada
di proses produksi Pusdiklat Migas Cepu.
2. Untuk mengetahui penyediaan dan perawatan terhadap alat pelindung diri serta
mengetahui apakah tenaga kerja memiliki kesadaran dalam pemakaian alat
pelindung diri.
3. Untuk mengetahui potensi bahaya yang terpapar di bagian proses produksi
Pusdiklat Migas Cepu.
D. Manfaat Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat bermanfaat, bagi :
1. Perusahaan
a. Membantu mengetahui kesesuaian alat pelindung diri yang digunakan dengan
potensi bahaya yang ada di tempat kerja.
b. Membantu tenaga kerja dalam memakai alat pelindung diri sesuai dengan tempat
kerja masing-masing.
c. Dapat menjadi evaluasi penerapan keselamatan kerja melalui penggunaan alat
pelindung diri, sehingga dapat mencegah terjadinya kecelakaan kerja.
5
2. Pembaca
Dapat menambah referensi dan pengetahuan tentang pemakaian alat
pelindung diri serta kegunaannya sebagai upaya dalam pencegahan kecelakaan kerja
pada segala industri.
3. Penulis
Sebagai sarana untuk menambah dan memperdalam pengetahuan tentang
alat pelindung diri, serta dapat menerapkan ilmu yang telah didapat mengenai
program penyelenggaraan alat pelindung diri sesuai dengan potensi bahaya tersebut.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Tinjauan Pustaka
1. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Keselamatan kerja adalah keselamatan yang bertalian dengan mesin
pesawat, alat kerja dan proses pengolahannya, landasan tempat kerja dan
lingkungannya serta cara-cara melakukan pekerjaan.
Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dari ilmu kesehatan atau kedokteran
beserta prakteknya yang bertujuan agar pekerja atau masyarakat pekerja memperoleh
derajat kesehatan kerja setinggi-tingginya baik fisik, mental, sosial dengan usaha
preventif dan kuratif terhadap penyakit atau gangguan-gangguan kesehatan yang
diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan lingkungan kerja serta terhadap penyakit
umum.
Dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1970 mengenai keselamatan kerja
dijelaskan bahwa setiap tenaga kerja berhak medapat perlindungan atas
keselamatannya dalam melakukan pekerjaan dan setiap orang lain yang berada di
tempat kerja perlu terjamin pula keselamatannya serta setiap sumber produsi perlu
dipakai dan dipergunakan secara aman dan efisien sehingga proses produkai berjalan
lancar.
Tenaga kerja yang bekerja dalam suatu perusahaan perlu mendapat suatu
perlindungan. Perlindungan tenaga kerja meliputi aspek yang cukup luas yaitu
6
7
perlindungan keselamatan, kesehatan dan pemeliharaan moral kerja serta perlakuan
yang sesuai dengan martabat manusia dan norma agama. Perlindungan tersebut
bertujuan agar tenaga kerja aman melakukan pekerja sehari-hari dan meningkatkan
produksi.
(Suma'mur, 1996)
a. Keselamatan kerja di perusahaan
Keselamatan kerja merupakan sarana utama pencegahan kecelakaan, cacat
dan kematian sebagai akibat kecelakaan kerja. Keselamatan kerja yang baik adalah
pintu gerbang bagi keamanan tenaga kerja. Kecelakaan kerja selain berakibat
langsung bagi tenaga kerja juga menimbulkan kerugian-kerugian secara tidak
langsung yaitu kerusakan pada lingkugan kerja.
(Suma’mur, 1996)
b. Keselamatan Kerja di Tempat Kerja
Akan tidak ada artinya usaha-usaha pencegahan kecelakaan kerja seperti
perundang-undangan, peraturan, pengawasan, nasehat ditambah konferensi, seminar.
Apabila, di tempat kerja tidak ada usaha untuk meningkatkan keselamatan.
Pimpinan atau pengurus sebagai orang-orang penting perusahaan harus
proaktif terhadap usaha-usaha meningkatkan keselamatan dan selalu mengutamakan
mutu dan kuantitas hasil produksi, pemeliharaan mesin dan peralatan secara baik.
Kemudian dari pimpinan atau pengurus ini masih perlu melimpahkan tanggung jawab
kepada orang-orang atau staf-staf yang berkompeten seperti pendegelasian wewenang
kepada staf pengawas, panitia keselamatan, ahli keselamatan, dan lain-lain.
8
Adapun materi peningkatan keselamatan di tempat kerja bisa berwujud
perencanaan yang baik oleh pimpinan perusahaan, penerapan-penerapna cara kerja
yang aman oleh tenaga kerja, ketentuan dan ketata rumah tangga yang baik, dan
pemasangan pagar pengaman atau pelindung terhadap mesin-mesin bahaya.
Kebiasaan-kebiasaan bekerja secara benar harus ditimbulkan dalam praktek di tempat
kerja. Keteraturan dan ketata rumah tanggaan sebagaimana juga alat pengaman
penting bagi produksi dan keselamatan.
(Suma'mur, 1996)
c. Pedoman Keselamatan Kerja
Suatu tindakan lain dalam keselamatan di perusahaan adalah dikeluarkannya
pedoman dan petunjuk tentang keselamatan yang bertalian dengan pengolahan dan
petunjuk tentang keselamatan yang bertalian dengan pengolahan material,
menjalankan mesin atau pekerjaan-pekerjaan lain.
Mempersiapkan suatu pedoman atau petunjuk itu mudah, yang sulit adalah
penerapannya. Cara terbaik agar pedoman atau petunjuk ditaati adalah pengikut
sertaan para pelaku dalam perumusan pedoman atau petunjuk.
(Suma’mur, 1996)
d. Disiplin
Baik perusahaan maupun pekerja memiliki fungsi dan tanggung jawab
keselamatan kerja. Pengusaha lebih memikul tanggung jawab mengenai lingkungan,
cara dan pengadaan mesin serta peralatan yang selamat. Pekerja harus mematuhi
ketentuan yang telah digariskan dalam keselamatan.
9
Jika pekerja tidak memakai alat pelindung diri, oleh karena ia pikir hal itu
tidak perlu, kenyataan ini suatu petunjuk bahwa kepatuhan kurang. Kalau sikap
pekerja dapat membahayakan dirinya sendiri dan kawan sekerjanya, perlu tindakan
untuk penegakan disiplin.
(Suma’mur, 1996)
e. Tenaga Kerja Baru
Perlu adanya pendekatan khusus bagi tenaga kerja baru. Ia harus
diperkenalkan terhadap lingkungan kerja baru dan diberitahu yang diharapkan dari
padanya. Kepadanya harus dijelaskan pula tentang bahaya-bahaya yang dihadapinya
dan cara-cara untuk menghindari dengan melakukan pekerjaan secara baik dan
dengan mematuhi ketentuan keselamatan kerja.
Cara memperkenalkan tenaga kerja baru kepada pekerjaan dan lingkungan
berbeda-beda dari satu perusahaan ke perusahaan lainnya. Perkenalan mungkin
dilakukan ke bagian personil atau di tempat kerja.
Tenaga kerja baru harus merasa bahwa dengan adanya pengenalan
lingkungan kerja ia tahu kepada siapa bertanya jika menemukan kesulitan. Dengan
pengenalan, ia harus merasa ada kawan, merasa aman dan mendapat ketenangan
pikiran yang penting untuk menghindari kecelakaan.
(Suma’mur, 1996)
10
2. Kecelakaan Kerja
a. Definisi
Kecelakaan adalah kejadian yang tak terduga, datangnya tiba-tiba dan
kedatangannya tidak diharapkan serta dapat menyebabkan kerugian pada manusia,
perusahaan dan lingkungan.
Disebut tak terduga karena dalam suatu kecelakaan tidak ada unsur
kesegajaan atau direncanakan. Kejadian ini juga dikatakan tidak diharapkan karena
sebagian besar kecelakaan mempunyai akibat yang bertingkat-tingkat dari ringan
sampai berat, baik kepada individu yang mengalami kecelakaan tersebut atau kepada
orang lain ataupun sistem yang melingkupi individu tersebut. Kecelakaan dapat
dipandang sebagai sebuah keluaran yang tidak diinginkan.
Kecelakaan kerja atau kecelakaan akibat kerja adalah kecelakaan
berhubungan dengan hubugan kerja pada perusahaan, atau kecelakaan yang terjadi
dikarenakan oleh pekerjaan atau pada waktu melaksanakan pekerjaan.
(Suma’mur,1996)
Resiko cukup besar dari kecelakaan yang terjadi adalah dalam bentuk
korban manusia dan pemborosan ekonomi. Oleh sebab itu, pencegahan kecelakan di
tempat kerja adalah merupakan tugas yang penting dan merupakan kebutuhan yang
sangat vital.
b. Teori Penyebab Kecelakaan
Kecelakaan tidak datang dengan sendirinya. Ada rangkaian peristiwa
sebelumnya yang mendahului terjadinya kecelakaan tersebut. Ada beberapa teori
11
yang menjelaskan tentang penyebab terjadinya kecelakaan yang dikemukakan oleh
para ahli, yaitu menurut H.W Heinrich (1972) kejadian sebuah cidera disebabkan oleh
bermacam-macam faktor yang terangkai dan pada akhir rangkaian itu dalah cidera.
Kecelakaan yang menimbulkan cidera disebabkan secara langsung oleh perilaku
seseorang yang tidak aman dan atau potensi bahaya mekanik atau fisik. Prinsip dasar
ini kemudian dikenal dengan ”Teori Domino”, dalam hal ini Heinrich
menggambarkan seri rangkaian tersebut menjadi 5 domino, masing-masing berlabel:
1. Kebiasaan
2. Kesalahan seseorang
3. Kondisi dan tindakan tidak aman
4. Kecelakaan
5. Cidera
Penggunaan teori domino ini dijelaskan sebagai petunjuk pertama, satu
domino dapat menghancurkan empat domino yang lain. Kecuali, pada titik tertentu
domino diangkat untuk menghentikan rangkaian. Domino yang paling mudah dan
paling efektif untuk dihilangkan adalah domino yang tengah, berlabel ”Kondisi dan
tindakan tidak aman”. Teori ini cukup jelas, praktis dan pragmatis sebagai pendekatan
kontrol terhadap kerugian, pindahkan kondisi dan tindakan tidak aman tersebut. Salah
satu kesulitan dari penggunaan teori Heinrich adalah model ini masih terlalu luas dan
dapat diartikan dalam banyak cara. Model ini tidak menyediakan gambaran umum
atau klasifikasi yang dapat dijadikan dasar penelitian ilmiah. Model ini juga
12
melibatkan faktor perilaku manusia dan faktor mekanik atau fisik dalam klasifikasi
yang sama.
(Tarwaka, 2008)
c. Klasifikasi Kecelakaan
Penggolongan atau klasifikasi kecelakaan akibat kerja menurut Organisasi
Perburuhan Internsional tahun 1962 adalah sebagai berikut:
1. Klasifikasi kecelakaan dalam industri berdasarkan jenis kecelakaannya:
a. Terjatuh,
b. Tertimpa benda jatuh,
c. Tertumpuk atau terkena benda-benda,
d. Terjepit oleh benda,
e. Gerakan-gerakan melebihi kemampuan,
f. Pengaruh suhu tinggi,
g. Terkena arus listrik,
h. Kontak dengan bahan-bahan berbahaya atau radiasi,
i. Jenis-jenis lain, termasuk kecelakaan yang data-datanya tidak cukup atau
kecelakaan lain yang belum masuk kriteria tersebut.
Sehubungan dengan penggunaan alat pelindung diri, klasifikasi kecelakaan
menurut jenis kecelakaanya berguna untuk menentukan alat pelindung diri apa yang
dapat digunakan untuk mengurangi akibat kecelakaan berdasarkan jenis
kecelakaannya.
13
2. Klasifikasi kecelakaan dalam industri berdasarkan penyebab kecelakaan:
a. Mesin
1) Pembangkit tenaga, terkecuali motor-motor listrik,
2) Mesin penyalur,
3) Mesin-mesin untuk mengerjakan logam,
4) Mesin-mesin pengolah kayu,
5) Mesin-mesin pertanian,
6) Mesin-mesin pertimbangan,
7) Mesin-mesin lain yang tidak termasuk klasifkasi diatas.
b. Alat angkat-angkut
1) Mesin alat angkat dan peralatannya,
2) Alat angkutan diatas rel,
3) Alat angkutan lain yang beroda, terkecuali kereta api,
4) Alat angkutan udara,
5) Alat angkutan air,
6) Alat-alat angkutan lainnya.
c. Peralatan lain
1) Bejana bertekanan,
2) Dapur pembakaran dan Pemanas,
3) Istalasi Pendingin,
4) Instalasi listrik, termasuk motor listrik, tetapi dikecualikan alat-alat
listrik,
14
5) Alat-alat listrik,
6) Alat-alat kerja dan perlengkapannya, kecuali alat-alat listrik,
7) Tangga,
8) Perancah,
9) Peralatan lain yang belum termasuk klasifkasi tersebut.
d. Bahan-bahan, zat-zat dan radiasi
1) Bahan peledak,
2) Debu, gas, cairan dan zat-zat kimia, terkecuali bahan peledak,
3) Benda-benda melayang,
4) Radiasi,
5) Bahan-bahan dan zat-zat lain yang belum termasuk golongan tersebut.
e. Lingkungan Kerja
1) Di luar bangunan,
2) Di dalam bangunan,
3) Di bawah tanah.
f. Penyebab lain yang belum termasuk golongan-golongan tersebut
1) Hewan,
2) Penyebab lain.
g. Peyebab-penyebab lain yang belum termasuk golongan diatas dan belum
memadai.
(Suma’mur, 1996)
15
Berkaitan dengan penggunaan alat pelindung diri, klasifikasi menurut
penyebab ini berguna untuk menentukan desain, kekuatan dan bahan yang diperlukan
untuk membuat alat pelindung diri tersebut. Klasifikasi ini juga dapat digunakan
untuk melakukan standarisasi, misalnya:konstruksi yang memenuh berbagai syarat
keselamatan, jenis peralatan industri tertentu, praktek kesehatan dan hygiene umum
dan alat pelindung diri.
3. Klasifikasi menurut sifat luka atau kelainan
Klasifikasi kecelakaan menurut penyebab ini digunakan untuk
menggolongkan penyebab kecelakaan menurut kelainan atau letak luka-luka akibat
kecelakaan. Penggolongan menurut sifat dan letak luka di tubuh berguna bagi
penelaahan tentang kecelakaan kerja lebih lanjut dan terperinci.
a. Patah tulang,
b. Dikolasi atau keseleo,
c. Regangan otot,
d. Memar dan luka dalam yang lain,
e. Amputasi,
f. Luka-luka lain,
g. Luka di permukaan,
h. Gegar dan remuk,
i. Luka bakar,
j. Keracunan-keracunan yang mendadak,
k. Akibat cuaca,
16
l. Mati lemas,
m. Pengaruh arus listrik,
n. Pengaruh radiasi,
o. Luka-luka yang banyak dan berlainan sifatnya,
p. Lain-lain.
4. Klasifikasi menurut letak kelainan atau luka ditubuh
a. Kepala,
b. Leher,
c. Badan,
d. Anggota atas,
e. Anggota bawah,
f. Banyak tempat,
g. Kelainan umum,
h. Letak lain yang tidak dimasukkan dalam klasifikasi diatas.
Penggolongan lainnya juga didasarkan pada jenis kelamin dan pengalaman
kerja dari korban, waktu terjadinya kecelakaan atau bagian dari badan yang mendapat
kecelakaan.
Semua penggolongan tersebut diatas dapat untuk menerangkan sebab-sebab
yang sesungguhnya dalam kecelakaan-kecelakaan dalam industri dan tempat-tempat
kerja lainnya, tetapi masih belum dapat menggambarkan keadaan atau peristiwa
terjadinya kecelakaan kerja yang mungkin disebabkan karena kehamilan, sedih,
murung, kurang sehat, kekecewaan, kejenuhan dan masalah mental fisik. Hal ini
17
mungkin dipengaruhi oleh keadaan diluar pabrik. Sering juga suatu kecelakaan terjadi
disebabkan oleh gabungan dari gangguan yang bersifat teknik, fisik dan psikis.
( Suma’mur,1996)
d. Sebab-sebab kecelakaan
Dari penyelidikan ternyata faktor manusia dalam pemyebab timbulnya
kecelakaan menduduki prosentase sampai 80-85%. Hal ini disebabkan karena
kelalaian dan kesalahan manusia atau tindak perbuatan manusia yang tidak memenuhi
keselamatan. Bahkan ada suatu pendapat bahwa akhirnya langsung atau tidak
langsung semua kecelakaan adalah dikarenakan faktor manusia. Kesalahan tersebut
mungkin saja dibuat oleh perencanaan pabrik dari kontraktor yang membangunnya,
pembuat mesin-mesin, pengusaha, insinyur, ahli kimia, ahli listrik, pimpinan
kelompok, pelaksana atau petugas yang melakukan pemeliharaan mesin dan
peralatan.
Tindakan manusia yang tidak memenuhi keselamatan yaitu tingkah laku
atau perbuatan yang menyebabkan terjadinya kontak sehingga terjadi kecelakaan,
misalnya:
1. Menjalankan peralatan diluar wewenang,
2. Tidak berhasil atau sama sekali tidak memberi tanda bahaya,
3. Menjalankan peralatan pada kecepatan yang tidak wajar,
4. berbuat hingga alat pengaman tidak berfungsi,
5. Melepaskan alat pengaman,
6. Menempatkan sesuatu kurang tepat,
18
7. Memberi muatan tidak wajar,
8. Cara mengangkat-angkut salah,
9. Bersenda gurau,
10. Melakukan kerja pada posisi yang tidak tepat,
11. Merawat peralatan dalam keadaan bergerak,
12. Berpengaruh alkohol atau mabuk dalam bekerja,
13. Tidak menggunakan atau salah dalam menggunakan alat pelindung diri.
Sedang kondisi berbahaya atau keadaan yang tidak selamat adalah suatu
keadaan yang dapat menimbulkan kecelakaan, misalnya:
1. Kekurangan pada alat penutup atau pemagar,
2. Alat pelindung diri tidak sesuai,
3. Kerusakan pada perkakas, pealatan atau bahan,
4. berdekatan dengan sumber bahaya kebakaran atau ledakan,
5. Tempat kerja yang kotor atau semrawut,
6. Tingkat radiasi yang membahayakan,
7. Temperatur yang sangat panas
8. Kurang terang atau terlalu silau,
9. Kurang sirkulai udara atau pengap.
Selain sebab-sebab langsung diatas, ada juga sebab-sebab dasar yang
menyebabkan munculnya tindakan bahaya dan kondisi berbahaya, seperti faktor
manusia dan faktor kerja.
(Suma’mur, 1996)
19
e. Usaha-usaha pengendalian
Usaha-usaha pengendalian ini meliputi bagaimana cara menanggapi setiap
kecelakaan dan sebab-sebab serta akibat yang ditimbulkannya dari sebelum kejadian
sampai setelah terjadinya kecelakaan.
Ketiga tingkat pengendalian tersebut adalah:
1. Sebelum kejadian (Pre-contact control)
Menyangkut segala usaha yang diterapkan melalui suatu program agar
resiko kecelakaan dapat dihilangkan, mencegah kerugian atau korban dan
merencanakan tindakan untuk mengurangi kerugian atau korban bila suatu
kecelakaan terjadi.
2. Saat kejadian (Contact control)
Adalah usaha pengendalian yang dilakukan saat ini untuk menghadapi
suatu kecelakaan bila suatu saat nanti terjadi, sehingga mengurangi kerugian
atau korban yang lebih besar, misalnya:
a. Substansi jenis energi atau bahan yang lebih kecil daya rusaknya,
b. Memperkecil jumlah energi yang disimpan atau digunakan,
c. Membuat pelindung, pagar pembatas atau isolasi yang memisahkan
sumber energi dengan orang atau benda-benda yang berharga,
d. Melakukan perubahan atau modifikasi agar memperkecil kemungkinan
kontak dengan energi,
e. Memperkokoh bangunan atau konstruksi.
3. Setelah kejadian (Post contact control)
20
Adalah segala upaya yang dilakukan untuk mengendalikan atau
mengurangi jumlah kerugian atau korban yang lebih besar atau parah
apabila kecelakaan telah terjadi, misalnya:
a. Melakukan prosedur darurat yang terncana, misalnya: SAR dan P3K,
b. Penanggulangan segera pada kebakaran dan peledakan ,
c. Penggantian peralatan yang hancur atau rusak dalam waktu yang
sesingkat-singkatnya,
d. Melaksanakan pembersihan pembocoran zat kimia yang cepat dan
efektif,
e. Pengawasan dalam melakukan pembayaran dan penagihan suatu claim
dalam peristiwa kebakaran,
f. Mengendalikan pelaksanaan pembuangan limbah,
g. Melaksakan rehabilitasi yang cepat dan efektif dalam menangani korban
manusia.
Selain ketiga tingkat pengendalian tersebut di atas, pengendalian
kecelakaan kerja pokok ada 5 usaha yaitu :
1) Eliminasi
Yaitu suatu upaya atau usaha yang bertujuan untuk menghilangkan
bahaya secara keseluruhan.
21
2) Substitusi
Yaitu mengganti bahan, material atau proses yang beresiko tinggi
terhadap bahan, material atau proses kerja yang berpotensi resiko
rendah.
3) Pengendalian rekayasa
Yaitu mengubah struktural terhadap lingkungan kerja atau proses
kerja untuk menghambat atau menutup jalannya transisi antara
pekerja dan bahaya.
4) Pengendalian administrasi
Yaitu mengurangi atau menghilangkan kandungan bahaya dengan
memenuhi prosedur atau instruksi. Pengendalian tersebut tergantung
pada perilaku manusia untuk mencapai keberhasilan.
5) Alat pelindung diri
Pemakaian alat pelindung diri adalah sebagai upaya pengendalian
terakhir yang berfungsi untuk mengurangi keparahan akibat dari
bahaya yang ditimbulkan.
(Tarwaka, 2008)
f. Usaha-usaha pencegahan
Pencegahan kecelakaan adalah suatu program terintegrasi berupa rangkaian
aktivitas yang dikoordinasikan guna mengendalikan atau mengontrol tindakan tidak
aman yang berdasarkan pada pengetahuan, perilaku atau sikap dan keahlian.
22
Dibawah ini bermacam-macam usaha yang dilakukan untuk meningkatkan
keselamatan kerja di perusahaan-perusahaan atau tempat kerja yaitu dengan membuat
dan mengadakan:
1. Peraturan perundang-undangan,
2. Standarisasi,
3. Pengawasan,
4. Penelitian bersifat teknik,
5. Risert medis,
6. Penelitian psikologis,
7. Penelitian secara statistik,
8. Pendidikan,
9. Latihan-latihan,
10. Penggairahan,
11. Asuransi,
12. Usaha keselamatan ditingkat perusahaan.
(Suma’mur, 1996)
3. Alat Pelindung Diri (APD)
a. Definisi
Alat pelindung diri adalah seperangkat peralatan yang digunakan oleh
tenaga kerja untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya terhadap kemungkinan
adanya potensi bahaya dan kecelakaan kerja. Secara teknis Alat Pelindung Diri
tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuh, akan tetapi dapat mengurangi
23
tingkat keparahan yang terjadi. Dengan kata lain meskipun telah menggunakan Alat
Pelindung Diri, upaya pencegahan dan pengendalian potensi bahaya adalah yang
paling utama melalui pengendalian secara teknis dan atau administratif.
Adapun syarat-syarat Alat Pelindung Diri agar dapat dipakai dan efektif
dalam penggunaan dan penyediaannya haruslah memenuhi beberapa kriteria
diantaranya sebagai berikut :
1. Enak dipakai pada kondisi pekerjaan yang sesuai dengan desain alat tersebut.
2. Tidak mengganggu kerja, dalam arti alat pelindung diri tersebut harus pas sempit
dengan besar tubuh pemakainya dan tidak menyulitkan gerakan pengguna.
3. Memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya yang khusus
sebagaimana alat pelindungan diri tersebut didesain.
4. Alat pelindung diri tersebut harus tahan lama.
5. Alat pelindung diri tersebut mudah untuk dibersihkan dan dirawat oleh pekerja.
6. Harus ada desain, konstruksi, pengujian dan penggunaan alat pelindug diri dengan
standar.
Menunjukkan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemakaian alat
pelindung diri, yaitu:
1) Pengujian mutu
Alat pelindung diri harus memenuhi standar yang telah di tentukan untuk
menjamin bahwa alat pelindung diri akan memberikan perlindugan sesuai dengan
yang diharapkan. Semua alat pelindung diri sebelum dipasarkan harus diuji lebih
dahulu mutunya.
24
2) Pemeliharaan alat pelindung diri
Alat pelindung diri yang akan digunakan harus benar-benar sesuai dengan kondisi
tempat kerja, bahaya kerja dan pekerja sendiri agar benar-benar dapat memberikan
perlindungan semaksimal mungkin pada tenaga kerja.
3) Ukuran harus tepat
Untuk dapat memberikan perlindungan yang maksimum pada tenaga kerja serta
ukuran alat pelindung diri harus tepat. Ukuran yang tidak tepat akan mnimbulkan
gangguan pada pemakaiannya.
4) Cara pemakaian yang benar
Sekalipun alat pelindung diri di sediakan oleh perusahaan, alat-alat ini tidak akan
memberikan manfaat yang maksimal bila cara memakainya tidak benar. Untuk para
tenaga kerja harus diberikan penerangan tentang :
a. Manfaat dari alat pelindung diri yang disediakan dengan potensi bahaya yang
ada.
b. Menjelaskan bahaya potensial yang ada dan akibat yang akan diterima oleh
pekerja jika tidak memakai alat pelindung diri yang diwajibkan.
c. Cara memakai dan merawat alat pelindung diri secara benar harus dijelaskan
pada tenaga kerja.
d. Perlu pengawasan dan sanksi pada tenaga kerja menggunakan alat pelidung
diri.
e. Pemeliharaan yang tepat
25
Alat pelindung diri harus dipelihara dengan baik agar tidak menimbulkan
kerusakan ataupun penurunan mutu.
f. Penyimpaan
Alat pelindung diri harus selalu disimpan dalam keadaan bersih ditempat yang
telah tersedia, bebas dari pengaruh kontaminasi.
b. Kelemahan Penggunaan Alat Pelindung Diri
1. Kemampuan perlindungan yang tidak sempurna karena :
a) Memakai alat pelindung diri yang tidak tepat.
b) Cara pemakaian alat pelindung diri yang salah.
c) Alat pelindung diri yang tidak memenuhi persyaratan yang tidak
diperlukan.
d) Sering alat pelindung diri tidak dipakai karena tidak enak atau
kurang nyaman.
2. Agar alat pelindung diri berfungsi dengan baik maka penting
pemeliharaan dan kontrol terhadap alat pelindung diri, seperti:
a) Alat pelindung diri yang sangat sensitif terhadap perubahan
tertentu.
b) Alat pelindung diri yang mempunyai masa kerja tertentu seperti :
kanister, filter dan penyerap (cartridge)
c) Alat pelindung diri yang dapat menularkan penyakit, bila dipakai
berganti-ganti.
26
c. Aspek keamanan dan aspek ergnomis dari alat pelindung diri
1. Aspek keamanan (safety)
a) Alat pelindung diri harus dapat memberikan perlindungan yang
adekuat terhadap bahaya yang spesifik atau bahaya-bahaya yang
dihadapi oleh tenaga kerja.
b) Alat pelindung diri tidak menimbulkan bahaya-bahaya tambahan
bagi pemakainya, yang dikenakan bentuk dan bahayanya yang
tidak tepat karena salah dalam penggunaannya.
c) Alat pelindung diri tidak membatasi gerakan dan persepsi
sensoris pemakainya.
d) Alat pelindung diri harus dapat dipakai secara fleksibel.
e) Alat pelindung diri tahan untuk pemakaian yang lama.
f) Suku cadangnya harus mudah didapat.
g) Alat pelindung diri harus memenuhi standart yang telah ada.
2. Aspek ergonomis
a) Berat alat hendaknya seringan mungkin dan alat tersebut tidak
menyebabkan rasa ketidaknyamanan yang berlebihan.
b) Bentuknya harus cukup menarik.
d. Petunjuk pemakaian
Memastikan bahwa semua karyawan mendapat petunjuk lengkap
mengenai pemakaian yang benar dari peralatan pelindung diri, terutama peralatan
27
darurat. Program-program pelatihan perlu dilakukan secara berkala dengan
membahas semua aspek secara rutin dan memperbaiki hal-hal yang diperlukan.
e. Lokasi dan penyimpanan
Memastikan bahwa semua peralatan pelindung diri ditempatkan sedekat-
dekatnya dengan tempat kerja dimana alat-alat itu mungkin diperlukan. Peralatan
darurat atau penyelamatan harus ditempatkan dilokasi dimana alat-alat itu
kemungkinan besar akan dipakai dan disimpan baik-baik agar tidak memburuk atau
rusak.
f. Perawatan
Semua alat pelindung diri harus dirawat dan disimpan dalam keadaan
bersih serta bebas dari pengaruh kontaminasi. Semua peralatan pernafasan harus
diservis secara berkala dan dirawat oleh teknisi-teknisi ahli.
g. Macam-macam alat pelindung diri
1. Alat pelindung kepala
Tujuan penggunaan alat pelindung kepala adalah untuk pencegahan :
a) Rambut pekerja terjerat oleh mesin yang berputar
b) Bahaya terbentur oleh benda tajam atau benda keras yang dapat
menyebabkan luka gores, potong atau tertusuk
c) Bahaya kejatuhan benda-benda atau terpukul oleh benda-benda yang
melayang atau melucur dari udara
d) Bahaya panas radiasi, api dan percikan bahan-bahan kimia korosif
e) Melidungi kepala terhadap debu.
28
Pelindung kepala juga dapat melindungi kepala dan rambut terpilin
dalam mesin atau tempat-tempat yang tidak terlindungi. Berdasarkan fungsinya alat
pelindung kepala dapat dibagi menjadi tiga jenis:
1. Topi pengaman ( Safety Helmet )
Untuk melindungi kepala dari benturan atau pukulan benda-benda keras.
2. Topi atau tudung
Untuk melindungi kepala dari zat-zat kimia, iklim yang berubah-ubah, api dan
lain-lain sehingga harus terbuat dari bahan yang tidak mempunyai celah dan lubang,
biasanya terbuat dari asbes, kulit, wool, katun yang dicampur aluminium dan lain-
lain.
3. Penutup rambut
Penutup rambut ini biasanya terbuat dari katun atau bahan lain yang mudah
dicuci.
(Suma'mur, 1996)
2. Alat pelindung mata dan muka
Penggunaan Alat pelindung mata atau kacamata ini memberikan
perlindungan diri dari bahaya-bahaya seperti:
a) Bagian-bagian atau benda-benda yang melayang
b) Benda-benda cair seperti logam cair atau zat-zat asam dan bahan-bahan kimia
c) Benda-benda panas pada pemotongan atau pengelasan dan radiasi
d) Debu
29
e) Partikel-parikel tenaga tinggi
f) Gas dan uap
Terdapat tiga bentuk alat pelindung mata :
1) Spectacles (Kacamata)
Kacamata keselamatan untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil
yang melayang diudara serta radiasi gelombang elektromagnetik. Terdapat 2 bentuk
kacamata yaitu kacamata dengan alat pelindung samping dan tanpa pelindung
samping.
2) Goggles
Kacamata yang bentuk framennya dalam, digunakan untuk melindungi mata
dari bahaya gas, uap, larutan kimia dan debu. Goggles umumnya kurang diminati
oleh pemakainya, karena selain tidak nyaman juga alat ini menutupi mata terlalu rapat
sehingga tidak terjadi ventilasi didalamnya dengan akibat lensa mata sudah
mengembun. Untuk mengatasi hal ini lensa dilapisi dengan bahan hidrofil atau
goggles dilengkapi dengan lubang-lubang ventilasi.
3) Tameng muka
Tameng muka ini melindungi muka secara keseluruhan dari bahaya-bahaya
percikan logam dan radiasi. Dilihat dari segi keselamatannya, penggunaan tameng
muka ini lebih menjamin keselamatan tenaga kerja dari pada dengan spectacles
maupun goggles.
30
Dari ketiga alat pelidung mata tersebut, kacamata adalah yang paling nyaman
untuk dipakai dan digunakan untuk melindungi mata dari partikel-partikel kecil yag
melayang di udara, serta radiasi gelombang elektromagnetik.
(Suma'mur, 1996)
3. Alat pelindung telinga
Alat ini bekerja sebagian penghalang antara bising dengan telinga
bagian dalam, disamping itu juga melindungi telinga dari ketulian akibat kebisingan.
Pada umumnya alat ini dibedakan menjadi 2, yaitu:
a. Sumbat telinga (Ear plug)
Digunakan di tempat kerja yang mempunyai intensitas kebisingan antara 85
dB A sampai 95 dB A. Ukuran, bentuk dan posisi saluran telingan untuk tiap-tiap
individu berbeda-beda bahkan antara kedua telinga dari individu yang sama berlainan
pula. Oleh karena itu, sumbat telinga harus dipilih sesuai dengan ukuran, bentuk dan
posisi saluran telinga pemiliknya. Diameter saluran telinga berkisar antara 3-14 mm,
tetapi paling banyak 5-11 mm. Umumnya bentuk saluran telinga lonjong, tetapi
berbeda diantaranya berbentuk bulat. Saluran telinga manusia umumnya tidak lurus,
walaupun sebagian kecil dapat diketemukan dalam bentuk lurus. Penyebaran saluran
telinga laki-laki dalam hubungannya dengan alat sumbat telinga (ear plug) kurang
lebih adalah sebagai berikut : 5% sangat kecil, 15% kecil, 30% sedang, 30% besar,
15% sangat besar dari sumbat telinga yang diupali oleh pabik-pabrik pembuatannya.
Sumbat telinga dapat terbuat dari : karet, plastik yang lunak, lilin dan kapas.
31
Sumbat telinga dari lilin bisa lilin murni dan lilin yang dilapisi kertas atau
kapas, tetapi sumbat telinga dari lilin ini mempunyai kelemahan karena sangat
terganggu dan lekas kotor.
Sumbat telinga dari kapas mempunyai daya atenuasi paling kecil antara 2-12
dB. Yang paling disenangi adalah jenis karet dan plastik lunak karena alat dengan
jenis tersebut bisa menyesuaikan bentuk dengan lubang telinga. Kemampuan atenuasi
(daya lindung) adalah 20-25 dB. Bila ada kebocoran sedikit saja, dapat mengurangi
atenuasi 15 dB.
b. Tutup telinga (Ear muff)
Tutup telinga terdiri dari dua buah tudung yang dapat berupa cairan atau
busa yang berfungsi untuk menyerap suara frekuensi tinggi. Pada pemakaian yang
lama, sering ditemukan efektivitas telinga menurun yang disebabkan karena bantalan
mengeras dan mengerut akibat radiasi bahan bantalan dengan minyak kulit dan
keringat. Reaksi ini juga dapat terjadi pada sumbat telinga, sehingga pada pemilihan
tutup telinga disarankan agar memilih jenis yang berukuran agak besar.
Tutup telinga dipakai untuk tempat kerja yang mempunyai intensitas
kebisingan 95 dB. Tutup telinga yang baik dapat mengurangi kebisingan 25-30 dB
dan membuatnya efektif terhadap tingkat suara dari 130-135 dB.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi efektivitas alat pelindung telinga
adalah :
1) Kebocoran udara
2) Perambatan gelombang suara melalui alat pelindung telinga
32
3) Vibrasi alat itu sendiri
4) Kondisi suara melalui tulang dan jaringan
(Suma'mur, 1996)
4. Alat pelindung pernafasan
Alat pelindung pernafasan merupakan suatu peralatan khusus yang
dirancang untuk pengamanan pernafasan di tempat kerja dari kontaminan pengotoran
udara yang dapat merusak dan membahayakan pernafasan.
Kegunaan alat pelindung pernafasan ini menghindarkan tenaga kerja
yang bekerja di tempat kerja atau lingkungan kerja yang memiliki kapasitas debu
yang tinggi. Hal ini dapat menyebabkan penyakit paru-paru yaitu pneumoconiosis.
Zat-zat berbahaya dapat pula berupa racun atau korosi, juga zat yang bersifat
merangsang dapat juga menyebabkan kelainan pada kondisi paru-paru yang dikenal
dengan pneumoconiosis.
Pada dasarnya alat pelindung pernafasan dibedakan menjadi 2, yaitu:
1 Masker
Masker pada umumnya terbuat dari kain kasa atau busa yang
didesinfeksikan terlebih dahulu. Penggunaan masker umumnya digunakan untuk
mengurangi kualitas debu yang masuk ke dalam paru-paru.
2 Respirator
Respirator digunakan untuk melindungi pernafasan dari paparan
debu, kabut, uap logam, asap dan gas-gas berbahaya (Tarwaka, 2008).
33
Secara umum respirator dibedakan menjadi:
1) Air Purifyng Respirator
Alat pelindung ini digunakan untuk melindungi seseorang tenaga kerja dari
bahaya pernafasan oleh debu, kabut, uap logam asap dan gas.
Menurut cara kerjanya dan bentuk kontaminan Air Purifyng Respirator dapat
diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu:
a) Chemical Respiration yaitu Curtidge Respiration dan Canister Respirator
yang digunakan untuk kontaminan bentuk gas dan uap.
b) Mechanical Filter Respiration digunakna untuk partikel zat padat, misalnya
debu-debu, kabut, uap logam dan asap.
Tergantung dari kadar atau ukuran partikel zat padat, yang dihadapi
Mechanical Filter Respiration dapat dibedakan lagi menjadi:
(1) Respirator yang dilengkapi dengan filter biasa digunakan untuk debu-
debu dan kabut, yang kadar kontaminan dalam udara tempat kerja tidak
terlalu tinggi dan ukuran partikelnya tidak terlalu kecil (1 mikron). Filter
dari bahan Fiberglass Wool atau serat-serat sintetis yang dilapisi oleh
resin dengan tujuan memberi muatan partikel-partikel.
(2) Respirator untuk uap logam filternya memiliki diameter pori-pori 1
mikron. Filter jenis ini harus 99% efisien terhadap uang logam dari timah
hitam.
34
(3) Respirator untuk partikel-partikel radiaktif atau partikel yang sangat
toksis, dilengkapi dengan filter yang efisiensinya tinggi, yaitu filter
dengan diameter pori-pori 0,3 mikron dan efisiensinya adalah 99,97%.
(4) Terhadap erosol dioktilftalat.
Khusus untuk gas karbon monoksida (CO) Kanister tidak diisi oleh adsorben
melainkan suatu campuran mangan oksida dan oksida dari tembaga yang secara
katalis dapat merubah gas CO menjadi CO2 yang reaksinya tidak terjadi bila
kelembaban udara tinggi. Terhadap gas-gas dan uap-uap berbahaya dapat pula
dipakai topeng gas dihubungkan dengan kanister yang berisi adsorben. Kanister
digunakan untuk mengadsorsi gas klor, tetapi juga terhadap segolongan gas-gas atau
uap-uap misalnya uap-uap organik dan kombinasi gas-gas dan uap-uap. Bilamana
kontaminan dalam udara merupakan campuran dari gas, uap dan partikel zat padat,
maka dapat digunakan Universal Canister.
c) Untuk campuran gas atau uap dengan partikel-partikel zat padat, digunakan
Cartidge atau Canister Respirator yang dilengkapi filter.
Cartidge Respirator, dipakai ditempat-tempat kerja dimana toksisitas dan
kontaminan yang terpapar oleh pekerja adalah rendah sampai sedang (NAB
zat kimia > 100 ppm) dan kadarnya dalam udara tidak lebih dari 0,1% atau
1000 ppm.
Canister Respirator, tidak boleh digunakan ditempat-tempat kerja yang
terdapat gas-gas atau uap-uap yang sangat toksik dan kadar gas atau uap
tersebut di dalam udara tempat kerja cukup tinggi.
35
2) Breathing Apparatus atau Air Supply Respirator
Respirator ini tidak dilengkapi dengan filter maupun Cartridge melainkan alat ini
mensuplai pemakaiannya dengan udara kompresi atau udara bebas atau dari
tabung oksigen. Perlu diperhatikan yaitu tentang udara yang disuplai minimum
harus memenuhi standar di bawah ini:
% O2 : 19,5 – 23,5
% Hidrokarbon (Mg/M3) : 5
% CO : 20
% CO2 (ppm) : 1.000
Macam-macam alat pernafasan adalah sebagai berikut:
a) Self Contaired Breathing Apparatus (SCBA),
Dapat digolongkan menjadi :
(1) Open Circuit SCBA, terdiri dari tabung udara bertekanan, saluran udara
yang berdiameter dengan ukuran kecil (air line), alat pengatur tekanan
dan penutup muka (face piece). Alat ini dapat mensuplai udara
kepemakaianya selama 5-30 menit tergantung dari ukuran tabung yang
dipakai.
SCBA yang dipakai untuk meloloskan diri dari bahaya mensuplai udara
kepemakaianya selama 5-15 menit. Bila pemakainya melakukan aktivitas
fisik yang berat akan mengurangi waktu pemakaian yang sebenarnya.
(2) Closed Circuit SCBA yang udara ekhalasinya tidak dikeluarkan
melainkan digunakan kembali setelah CO2 diabsorbsi oleh adsorben yang
36
terdapat pada respirator oleh adsorben yang terdapat dalam respirator ini
Closed Circuit SCBA dipakai maksimum selama 1 jam. Pada respirator
ini oksigen dilepaskan karena reaksi atau jenis peroksida yang terdapat
pada alat ini dengan uap air dari udara pernafasan dan CO2 bereaksi
dengan peroksida tersebut menghasilkan suatu garam.
b) Airline Respirator mensuplai udara dari silinder atau kompresor udara yang
bertekanan dan pemakaiannya setelah tekanannya terlebih dahulu diatur oleh
suatu alat pengatur tekanan yang dipakai oleh pemakainya dan pada respirator
ini oksigen tidak boleh digunakan. Bila udara yang disuplai berasal dari
kompresor udara, maka udara tersebut sebelumnya harus disaring dan bila
kompresor udara diberi pelumas (Lubrikasi), perlu diperhatikan agar tidak
terjadi pemanasan berlebih karena hal ini dapat menyebabkan terjadinya gas
CO. Airline Respirator umumnya kurang disenangi karena berat dan saluran
udara penghubungnya (air line) mudah kotor, terjepit, terpotong dan tertekuk
sehingga aliran udara di dalamnya terganggu. Selain itu respirator dapat
mengurangi kebebasan gerak pemakaiannya karena ia juga harus memakai tali
dan sabuk pengaman. Respirator ini tidak boleh dipakai dalam hal adanya
bahan-bahan kimia yang seketika dapat mengancam jiwa pemakainya karena
alat ini tidak dapat memberikan perlindungan apabila saluran udara
penghubungnya mengalami gangguan fungsi. Oleh karena itu SCBA tanbahan
selalu dianjurkan bila pemakainya akan memasuki tempat-tempat dengan
37
bahan-bahan kimia yang toksis atau bila kadar kontaminan dalam udara
atmosfir sangat tinggi.
c) Hose Mask Respirator mensuplai udara kepada pemakainya melalui saluran
udara penghubung (Hose) yang berdiameter lebih besar dari air line alat ini
dapat dilengkapi dengan Blower dengan tujuan untuk menambah kecepatan
aliran udara dalam Hose berkecepatan maksimum alirnya dapat mencapai 150
L/menit. Berbeda dengan Air Respirator respirator ini dapat digunakan dalam
udara yang mengandung kontaminan-kontaminan yang dapat seketika
membahayakan jiwa pemakainya oleh karena pemakainya masih dapat
meloloskan diri dari bahaya tersebut apabila blower tersebut berfungsi. Oleh
karena itu demi keselamatan pemakaiannya. Disarankan agar selalu memakai
SCBA tambahan untuk digunakan dalam keadaan darurat.
(Suma’mur, 1996)
5. Alat Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan mungkin yang paling banyak digunakan. Hal
ini tidak mengherankan karena jumlah kecelakaan pada tangan adalah yang banyak
dari seluruh kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. Faktor bentuk sarung tangan
pengaman tampaknya tidak memegang peranan penting.
Macam-macam sarung tangan menurut bahaya yang harus di cegah:
a) Bahaya Listrik : Sarung tangan karet.
38
b) Bahaya radiasi mengion : Sarung tangan karet atau kulit yang dilapisi
Pb.
c) Benda-benda tajam/kasar : Sarung tangan kulit atau sarung tangan yang
dilapisi dengan Krom atau sarung tangan dari
PVC.
d) Asam dan Basa korosif : Sarung tangan karet (alami).
e) Benda-benda panas : Sarung tangan kulit, asbes, PVC atau Gaunlet
Gloves.
Adapun faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan
sarung tangan yang tepat antara lain, adalah:
a) Bahaya yang terpapar, berbentuk bahan-bahan kimia, kofosif, benda-benda
panas, dingin, tajam atau kasar.
b) Daya tahannya terhadap bahan-bahan kimia misalnya sarung tangan dari
karet alami adalah tidak tepat bila digunakan pada pemaparan pelarut-
pelarut organic (solvents) karena karet alami larut dalam solvents.
c) Kepekaan yang diperlukan dalam melakukan suatu pekerjaan untuk
pekerjaan harus dimana pemakainya harus membedakan benda-benda yang
halus, pemakaian sarung tangan yang tipis akan memberikan kepekaan
yang lebih besar dari sarung tangan yang berukuran tebal.
Bagian tangan yang harus dilindungi, bagian tangan saja atau
tangan dan lengan bawah. Menurut bentuknya sarung tangan dapat dibedakan
menjadi:
39
a) Sarung tangan biasa (Gloves).
b) Gaunlette yaitu sarung tangan yang dilapisi plat logam.
c) Mitts yaitu sarung tangan yang keempat jari pemakainya terbungkus
menjadi satu kecuali ibu jari yang mempunyai pembungkus sendiri.
(Suma'mur, 1996)
6. Alat Pelindung Kaki
Sepatu keselamatan kerja dipakai untuk melindungi kaki dari bahaya
kejatuhan benda-benda berat, kepercikan larutan asam dan basa yang korosif atau
cairan yang panas, menginjak benda-benda tajam.
Adapun sepatu pengaman dapat dibedakan menurut jenis pekerjaan
yang dilakukan, yaitu:
a. Sepatu yang digunakan pada pekerjaan pengecoran baja (Foundry
Leggings) dibuat dari bahan kulit yang dilapisi krom atau asbes dan tinggi
sepatu kurang lebih 35 cm. Pada sepatu ini, tepi sampingnya terbuka untuk
memudahkan pipa celana dimasukkan ke dalam sepatu kemudian ditutup
dengan gesper atau tali pengikat.
b. Sepatu khusus untuk keselamatan kerja di tempat-tempat kerja yang
mengandung bahaya peledakan. Sepatu ini tidak boleh memakai paku-paku
yang dapat menimbulkan percikan bunga api.
40
c. Sepatu karet anti elektrostatik digunakan untuk melindungi pekerja-pekerja
dari bahaya listrik hubungan pendek sepatu ini harus tahan terhadap arus
listrik 10.000 volt selama 3 menit.
d. Sepatu bagi pekerja bangunan dengan resiko terinjak benda-benda tajam,
kejatuhan benda-benda berat atau terbentur benda-benda keras, dibuat dari
kulit yang dilengkapi dengan baja pada ujungnya untuk melindungi jari-jari
kaki.
(Suma'mur, 1996)
7. Pakaian Pelindung
Pakaian pelindung dapat berbentuk Appron yang menutupi sebagian
dari tubuh yaitu dari dada sampai lutut dan Overall yang menutupi seluruh badan.
Pakaian pelindung digunakan untuk melindungi pemakainya dari percikan api, cairan,
larutan bahan-bahan kimia korosif dan oli, cuaca kerja (panas, dingin dan
kelembaban). Appron dapat dibuat dari kain (drill), kulit, plastik (PVC, polietilen),
karet, asbes atau kain yang dilapisi alumunium. Perlu diingat bahwa Appron tidak
boleh dipakai di tempat-tempat kerja yang terdapat pada mesin berputar.
Menurut jenis pakaian pelindung dapat dibedakan menjadi :
a. Pakaian pelindung biasa
1) Pakaian pelindung ringan
Banyak digunakan dalam perusahaan perlistrikan, telepon dan gas.
Syarat utama pakaian ini harus nyaman dipakai.
41
2) Pakaian pelindung medium
Banyak digunakan dalam pekerjaan angkat-angkut, konstruksi, auto
mobil dan pabrik baja. Syarat utama pakaian ini adalah kuat dan tahan
ke-ausan.
3) Pakaian pelindung berat
Banyak digunakan dalam perumusan kimia, oli, refineri dan baja. Syarat
utama pakaian ini adalah dapat memberikan perlindungan terhadap
minyak, pelumas, asam, solvent dan bahan-bahan kimia.
b. Pakaian pelindung bersifat khusus
Digunakan untuk bahaya-bahaya yang spesifik dan dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu:
1) Pakaian dari kulit
Memberikan perlindungan terhadap percikan logam panas, sinar yang
timbul pada pengelasan dan radiasi panas.
2) Pakaian asbestos
Memberi perlindungan terhadap percikan logam sampai 3000˚F.
3) Pakaian aluminium
Memberi perlindungan terhadap panas yang tinggi sekali dan dapat
menahan percikan logam sampai 2000˚F.
(Suma'mur, 1996)
42
8. Sabuk Pengaman
Sabuk pengaman merupakan Alat pelindung Diri yang digunakan
untuk melindungi tubuh dari kemungkinan terjatuh dari ketinggian, seperti pada
pekerjaan mendaki, memanjat, dan pada pekerjaan konstruksi bangunan. (Tarwaka,
2008)
43
B. Kerangka Pemikiran
Potensi Bahaya dan Faktor
Bahaya
Penyediaan Alat Pelindung
Diri
Syarat-syarat Alat Pelindung Diri :
1. Jumlah Tenaga Kerja
2. Kualitas alat pelindung diri
3. Kesesuaian dengan bahaya
potensial yang ada
4. Kesuaian dengan tenaga kerja
Pemakaian Alat Pelindung
Diri
Gambar 1. Bagan Kerangka Pemikiran
Sehat dan Selamat
Kecelakaan
Kerja Akibat
Potensi Bahaya
Perawatan Alat
Pelindung Diri
44
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian
yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau
menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud
membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. (Sugiyono, 2010).
Jenis penelitian ini bertujuan untuk memperoleh suatu gambaran yang sejelas-
jelasnya mengenai penyediaan dan pemakaian alat pelindung diri sebagai sarana
untuk menerapkan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) di Perusahaan.
B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusdiklat Migas, di Jl. Sorogo No.1 Cepu.
C. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah tenaga kerja sebagai pemakai Alat Pelindung
Diri dan tempat kerja yang berhubungan dengan penggunaan Alat Pelindung Diri
serta potensi-potensi bahaya yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja.
D. Cara Pengambilan Data
Data penelitian dikumpulkan melalui cara antara lain:
44
45
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung di lapangan, di dapat
melalui beberapa cara, yaitu:
a. Observasi
Yaitu dengan melakukan pengamatan langsung terhadap obyek yang di teliti.
b. Wawancara
Yaitu dengan melakukan wawancara kepada narasumber yang di tunjuk oleh
perusahaan.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumentasi tentang
penyediaan dan pemakaian Alat Pelindung Diri di perusahaan.
E. Analisa Data
Data yang diperoleh akan dianalisa dengan membandingkan data tersebut
dengan peraturan perundang-undangan dan literature yang relevan, kemudian
disimpulkan. Adapun peraturan perundang-undangan tersebuut adalah:
1. Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja:
Kewajiban pengurus dan tenaga kerja yang berkaitan dengan Alat
Perlindung Diri diatur berturut-turut oleh pasal 3, 9, 11, 12, 13 dan 14.
Pasal 3 ayat 1 sub f menyebutkan bahwa dengan peraturan perundangan
ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk memberi alat-alat pelindung diri
pada para pekerja.
46
Pasal 9 ayat 1 sub c menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan
dan menjelaskan pada setiap tenaga kerja baru tentang alat-alat pelindung diri bagi
tenaga kerja yang bersangkutan.
Pasal 11 ayat 1 menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan melaporkan tiap
kecelakaan yang terjadi dalam tempat kerja yang dipimpinnya pada pejabat yang
ditunjukkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
Pasal 12 sub b menyebutkan bahwa dengan peraturan perundang-undangan
diatur kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk memakai alat-alat pelindung diri
yang diwajibkan.
Pasal 12 sub c menyebutkan bahwa dengan peraturan perundang diatur
kewajiban dan atau hak tenaga kerja untuk menyatakan kebersihan kerja pada
pekerjaan dimana syarat kesehatan dan keselamatan kerja serta alat-alat perlindungan
diri yang diwajibkan olehnya kecuali dalam hal-hal khusus ditentukan lain oleh
pegawai pengawas dalam batas-batas yang masih dapat dipertanggung jawabkan.
Pasal 13 menyebutkan bahwa barang siapa akan memasuki sesuatu tempat
kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan.
Pasal 14 sub c menyebutkan bahwa pengurus diwajibkan menyediakan
secara cuma-cuma, semua alat perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja
berada dibawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki
tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-petunjuk yang diperlukan menurut
petunjuk pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
47
2. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi No. 01/MEN/1981
Tentang kewajiban melapor penyakit akibat kerja pada pasal 4 ayat 3 yang
menyebutkan bahwa pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat
pelindung diri yang diwajibkan penggunaannya oleh tenaga kerja yang berada di
bawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja.
(Depnakertrans RI, 2007)
48
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Potensi Bahaya dan Faktor Bahaya
1. Potensi Bahaya Pada Bagian Produksi Kilang
Bagian produksi kilang di Pusdiklat Migas Cepu mengolah minyak mentah
(Crude Oil) menjadi sebuah produksi. Minyak mentah (Crude Oil) adalah merupakan
campuran yang sangat kompleks dari senyawa-senyawa hidrocarbon sebagai
penyusun utamanya dan sedikit unsur Belerang, Nitrogen, Oksigen, Logam-logam
dan garam-garam mineral. Sebelum diproses di Kilang, material ikatan tersebut harus
dipisahkan terlebih dahulu agar tidak mengganggu proses dan mengurangi mutu
produk yang akan dihasilakan.
Minyak mentah (Crude Oil) sendiri dikelompokkan menjadi beberapa jenis,
antara lain :
a. Crude Oil Paraffinis
Adalah Cruid Oil yang susunan hidro-carbonnya sebagian besar terdiri dari
senyawa hidrocarbon dengan stuktur yang sederhana, ditandai dengan rantai
atom-atom carbon yang tersusun dalam rantai jenuh dan terbuka. Sifat phisik
Crude Oil ini antara lain : Fraksi beratnya banyak mengandung lilin, sedikit
mengandung aspal, dan mutu gasolinenya rendah, mutu kerosin dan solarnya
baik.
48
49
b. Crude Oil Asphaltis
Adalah Crude Oil yang susunan hidro-carbonnya sebagian besar terdiri dari
senyawa hidro-carbon tertutup/cyclis (nafthenis maupun aromatis) ditandai
dengan sifat-sifat phisik antara lain : mutu gasolinenya lebih tinggi mutu
kerosine titik asap rendah dan residunya bersifat asphaltis, cocok untuk dibuat
aspal, dan tidak mengandung lilin.
c. Crude Oil Campuran (Mixed)
Crude Oil ini adalah merupakan campuran dari crude oil paraffinis dan
asphaltis, dan juga mengandung aromatis.
Jenis Crude Oil yang diolah di unit kilang Pusdiklat Migas Cepu adalah berupa
Crude Oil campuran (Mixed). Potensi bahaya yang terdapat di proses produksi bagian
unit kilang adalah sebagai berikut :
1) Terjatuh
Potensi bahaya terjatuh dari ketinggian di bagian proses kilang
dikarenakan memeriksa tangki minyak yang letaknya diatas, hal ini jarang
sekali terjadi. Karena, pada setiap tangga yang menuju atas tempat kilang
sudah diberi pegangan pengaman. Tetapi, tangga atau tempat pijakan kaki
kadang terdapat ceceran minyak atau cairan yang dapat membahayakan
para tenaga kerja. Alat pelindung diri yang disediakan dan diterapkan
oleh perusahaan adalah helmet, sarung tangan dan safety shoes.
50
2) Terpeleset
Pada produksi kilang, diketahui bahwa banyak tempat yang terdapat
ceceran minyak. Maka, bahaya terpeleset bisa saja dialami oleh tenaga
kerja akibat jalan licin. Alat pelindung diri yang disediakan dan
diterapkan oleh perusahaan adalah safety shoes.
3) Iritasi
Minyak yang diproduksi bisa saja mengenai tubuh manusia atau
tenaga kerja. Kontak langsung ini dapat mengakibatkan iritasi, yang
berdampak panas, gatal-gatal dan luka bakar. Alat pelindung diri yang
disediakan oleh perusahaan sudah sesuai yaitu pakaian kerja, sarung
tangan, masker, kacamata dan safety shoes.
4) Gangguan Pernafasan
Kebocoran pada pipa-pipa pada bagian produksi kilang dapat
menimbulkan bau yang menyengat dan dapat mengakibatkan gangguan
pernafasan pada tenaga kerja. Perusahaan sudah menerapkan kepada
tenaga kerja mereka, khususnya tenaga kerja yang bekerja pada bagian
produksi kilang pada pipa-pipa proses dan penyalur untuk menggunakan
alat pelindung diri berupa masker.
5) Gangguan Pendengaran
Mesin-mesin pada bagian produksi kilang menimbulkan suara bising
yang cukup tinggi. Pemaparan bising yang dialami tenaga kerja di kilang
51
setiap hari dapat mengganggu pendengaran. Alat pelindung diri yang
disediakan oleh perusahaan juga sudah sesuai yaitu Ear Plug.
6) Terbentur
Potensi bahaya terbentur bisa saja terjadi karena tempat mesin-mesin
atau peralatan yang ada sangat sempit dan berdekatan. Perusahaan
menerapkan memakai helmet kepada para tenaga kerja.
7) Tersandung
Potensi bahaya tersandung dapat terjadi karena lantai di proses
produksi kilang tidak rata. Perusahaan sudah menyediakan APD berupa
safety shoes dan helmet.
8) Tergores atau Terluka
Pada saat tenaga kerja memeriksa mesin-mesin yang beroperasi, dan
membetulkan jika ada sesuatu yang tidak sesuai operasional terkadang
tangan tenaga kerja tergores ataupun terluka karena mesin yang sedang
berjalan. Dari perusahaan menerapkan pemakai alat pelindung diri berupa
sarung tangan kulit.
9) Sengatan Listrik atau Kesetrum
Terkena sengatan arus listrik pada saat menghidupkan panel
operasional. Alat pelindung diri yang diterapkan adalah sarung tangan
dan safety shoes.
52
10) Ledakan
Ledakan terjadi karena tekanan tinggi dan penuh. Hal ini yang paling
dihindari dan dicegah oleh perusahaan. Oleh sebab itu, yakinkan bahwa
safety valve bekerja dengan baik dan normal. Tidak melebihi tekanan
yang diperbolehkan serta pengawasan dan pengecekan harus selalu
dilakukan dan penyediaan APAR serta hydrant harus selalu sesuai dengan
penempatannya. Alat pelindung diri yang sebaiknya digunakan adalah
pakaian kerja tahan api atau panas, helmet, kacamata, masker, sarung
tangan, dan safety shoes. Meskipun alat pelindung diri belum seluruhnya
digunakan, tetapi tenaga kerja telah memakai alat pelindung diri yang
sesuai dengan tiap pekerjaannya masing-masing.
2. Potensi Bahaya Pada Bagian Produksi Wax Plant
Bagian produksi Wax Plant di Pusdiklat Migas Cepu ini berfungsi untuk
megolah PH solar sehingga menjadi batik Wax yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan para konsumen dan pengusaha batik. PH solar adalah salah satu produk
yang dihasilkan oleh proses pengolahan Crude Oil yang digunakan sebagai bahan
baku pembuatan Wax Plant. Untuk tercapainya pengolahan PH solar menjadi batik
Wax ini dilaksanakan dengan 4 (empat) tahapan proses yaitu Dewaxing (Proses
pengambilan Wax) , Sweating (Proses pengeringatan), Treating (Proses pemurnian),
dan Moulding (Proses pencetakan). Potensi bahaya yang terdapat di proses produksi
bagian Wax Plant, adalah:
53
a. Dewaxing
1) Gangguan pernafasan
Kebocoran pada chiller dapat menimbulkan bau yang tidak sedap dan
menyengat. Jika terus menrus tenaga kerja menghirup udara yang
terkontaminasi akibat bocornya chiller dapat mengakibatkan keracunan
dan gangguan pernafasan. Menggunakan alat pelindung diri masker, dan
oleh perusahaan telah disediakan masker.
2) Terjepit
Tenaga kerja dapat terjepit pada filter press. Untuk mencegah
terjadinya kecelakaan kerja, mesin filter press sudah diberi klep
pengaman. Oleh perusahaan, menerapkan mengenakan alat pelindung diri
berupa sarung tangan.
3) Terpeleset
Potensi bahaya terpeleset dapat terjadi akibat lantai yang licin karena
tumpahan proses knife conveyor. Penggunaan alat pelindung diri berupa
alat pelindung diri safety shoes diterapkan oleh perusahaan.
4) Tertimpa atau Kejatuhan
Pada bagian proses Dewaxing, terdapat banyak pipa-pipa dan pompa-
pompa yang berisi cairan Wax. Potensi bahaya yang ada adalah tertimpa
atau kejatuhan pompa chiller. Untuk mencegah kecelakaan kerja,
pemeriksaan pada semua bagian pompa chiller dilakukan setiap hari
54
sebelum mulai dioperasikan. Alat pelindung diri yang diterapkan oleh
perusahaan adalah helmet dan safety shoes.
5) Iritasi
Iritasi terjadi karena percikan atau tetesan minyak atau cairan Wax
yang panas mengenai tubuh tenaga kerja. Selain terkena cairan Wax,
tenaga kerja juga dapat terkena air yang panas dari knife conveyor.
Kontak langsung dengan tubuh manusia dapat mengakibatkan iritasi kulit,
gatal-gatal, luka bakar dan melepuh. Perusahaan menerapkan penggunaan
alat pelindung diri berupa pakaian kerja, helmet, sarung tangan, masker,
dan safety shoes.
6) Terkena sengatan arus listrik
Potensi bahaya tersengat arus listrik dapat terjadi pada saat
menghidupkan panel operasional. Alat pelindung diri yang dipakai adalah
safety shoes dan sarung tangan kulit. Tetapi, belum semua tenaga kerja
memakai alat pelindung tangan berupa sarung tangan kulit.
7) Gangguan pendengaran
Tenaga kerja tidak memakai alat pelindung pendengaran. Karena, di
bagian proses Dewaxing suara cukup kecil dan tidak terlalu bising.
Tetapi, jika terus menerus berada ditempat proses tersebut telinga bisa
berdengung. Maka, tenaga kerja yang berada ditempat proses tersebut
kadang-kadang keluar tempat proses agar telinga mereka tidak
berdengung.
55
8) Terjatuh
Terjatuh dari tangki penampung Wax. Hal ini dapat terjadi karena
tangga yang licin dan tidak ada pegangan tangan. Meskipun belum pernah
ada tenaga kerja yang terjatuh pada tangki ini, pencegahan harus di
lakukan sedini mungkin. Perusahaan menerapkan alat pelindung diri
berupa helmet, dan safety shoes agar tercegah dari licinnya lantai tangga.
9) Tergores
Potensi bahaya tangan tergores pada mesin filter press dapat terjadi
karena kurangnya pengamanan pada mesin. Yang harus dilakukan adalah
pemberian pengaman pada mesin filter press. Dan tenaga kerja selalu
memakai alat pelindung tangan berupa sarung tangan. Oleh perusahaan
sudah disediakan alat pelindung tangan berupa sarung tangan.
10) Terbentur
Terbentur karena mesin satu dengan mesin yang lainnya saling
berdekatan, dan tempat peralatan cukup sempit. Alat pelindung diri yang
di gunakan adalah pakaian kerja dan helmet.
11) Ledakan
Potensi bahaya ini dapat terjadi karena tekanan tinggi dan bahan baku
yang terlalu penuh. Untuk mencegah ledakan, fungsi Safety valve harus
baik dan normal. Tidak lupa, dilakukan pengawasan dan pengecekan
Safety Valve yang dilakukan oleh operator bersertifikat. Perusahaan
56
menyediakan alat pelindung diri berupa pakaian kerja, helmet, pelindung
mata (kacamata), masker, sarung tangan dan safety shoes.
b. Sweating
1) Terpapar panas
Kontak langsung mesin dengan tubuh tenaga kerja pada saat
memrikasa atau mengecek AMS, karena pemeriksaan dilakukan pada
lubang yang sempit. Sehingga, tenaga kerja dapat terpapar panas. Alat
pelindung diri yang disediakan adalah pakaian kerja, safety shoes, masker
dan sarung tangan.
2) Gangguan pernafasan
Gangguan pernafasan terjadi akibat saat tenaga kerja masuk
memeriksa AMS yang udaranya sangat panas, terdapat uap panas dan
sumpek. Alat pelindung diri berupa masker, diterapkan oleh perusahaan.
3) Terjatuh
Tangki AMS dilakukan pengecekan setiap hari. Tenaga kerja harus
menaiki tangga yang tinggi untuk mencapai tangki AMS. Potensi bahaya
yang ada, terjatuh dari ketinggian. Alat pelindung diri yang disediakan
adalah helmet, sarung tangan dan safety shoes.
4) Ledakan
Ledakan mengakibatkan pecahan tangki yang melukai anggota tubuh
tenaga kerja secara langsung. Potensi bahaya ini harus dicegah dengan
pengawasan dan pengecekaan yang dilakukan sesuai dengan waktu yang
57
seharusnya. Alat pelindung diri yang disediakan adalah pakaian kerja,
helmet, pelindung mata atau kacamata, masker, sarung tangan, dan safety
shoes.
5) Terpeleset
Tenaga kerja dapat terpeleset karena lantai atau pijakan kaki licin.
Pemakaian alat pelindung kaki yaitu safety shoes berfungsi untuk
mencegah tenaga kerja terpeleset. Alat pelindung diri yang disediakan
oleh perusahaan sudah sesuai.
6) Tergores
Tangan tergores, tersangkut karena didekat AMS nomor 4 dan nomor
6 terdapat besi tajam yang digunakan untuk menghindari Slurry yang
tercecer atau yang terletak pada tempat untuk lewatnya Slurry yang
dialirka pada pipa-pipa. Penyediaan alat pelindung tangan dari
perusahaan berupa sarung tangan kulit.
7) Iritasi
Iritasi pada mata terjadi karena percikan minyak Wax yang selalu
mengeluarkan percikan panas. Perusahaan menerapkan alat pelindung
mata berupa kacamata.
8) Kebocoran tabung
Potensi bahaya kebocoran tabung AMS dapat menyebabkan keracunan
dan gangguan pernafasan. Oleh perusahaan alat pelindung diri yang
disediakan berupa pakaian kerja, masker dan mengenakan sarung tangan.
58
c. Treating
1) Kebocoran
Potensi bahaya berupa kebocoran mesin flushing dapat menyebabkan
iritasi pada mata dan gatal-gatal pada kulit. Penggunaan alat pelindung
diri berupa pakaian kerja, helmet, kacamata dan safety shoes harus
dikenakan.
2) Terpeleset
Terjadinya terpeleset akibat tangki Agigator penuh. Sehingga Wax
yang diolah tumpah kebawah. Alat pelindung diri yang diterapkan adalah
safety shoes.
3) Gangguan pernafasan
Gangguan pernafasan akibat terpapar bau olahan Wax setiap hari. Bau
wax cukup menyengat, sehingga tenaga kerja dapat mengalami gangguan
pernafasan jika terpapar bau setiap hari. Dari perusahaan sudah
disediakan alat pelindung diri, yaitu masker.
4) Terjatuh
Pada tempat proses treating cukup tinggi dan tangga yang ada cukup
licin sehingga dapat menyebabkan tenaga kerja jatuh dari atas.
Perusahaan menerapkan alat pelindung diri berupa helmet.
59
5) Terjepit
Potensi bahaya terjepit pada filter press yang memisahkan wax dengan
claynya. Alat pelindung diri yang disediakan adalah sarung tangan. Pada
bagian filter press tenaga kerja sudah memakai sarung tangan.
6) Tergores dan terluka
Tangan tenaga kerja dapat tergores dan terluka pada mesin filter press.
Tenaga kerja harus bekerja dengan hati-hati dan tidak boleh ceroboh.
Pemakaian sarung tangan sudah diterapkan oleh perusahaan.
d. Moulding
1) Terpapar uap panas
Terpapar uap panas saat menghidupkan steam pada proses Moulding.
Perusahaan sudah menggunakan alat pelindung diri berupa pakaian kerja,
helmet, sarung tangan dan safety shoes yang sesuai.
2) Terjatuh
Potensi bahaya terjatuh dapat terjadi karena tenaga kerja menggunakan
tangga yang berdiri atau tangga yang tidak memiliki sudut kemiringan.
Perusahaan menerapkan pemakaian alat pelindung diri berupa helmet,
sarung tangan dan safety shoes.
3) Terpeleset
Terpeleset karena tumpahan parafin yang masih cair sehingga lantai
pada bagian proses Moulding sangat licin. Pemakaian alat pelindung diri
berupa safety shoes.
60
4) Gangguan pernafasan
Pada proses Moulding menimbulkan bau yang tidka sedap sehingga
dapat menimbulkan rasa mual, sakit perut dan pusing. Alat pelindung diri
yang digunakan berupa masker.
5) Terkena percikan
Potensi bahaya terkena percikan pada proses Moulding sangat sering
terjadi karena wax dicetak dengan sistem dialirkan dari pipa-pipa yang
terdapat pada atas wadah. Sehingga, percikan wax yang masih cair dapat
mengenai tenaga kerja dan menyebabkan gatal-gatal dan rasa panas pada
kulit. Alat pelindung diri yang digunakan berupa pakaian kerja, helmet,
dan safety shoes.
B. Pengendalian potensi bahaya
Perusahaan menyadari bahwa potensi bahaya yang terpapar di tempat kerja,
khususnya di area proses produksi kilang dan proses produksi Wax Plant dapat
menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja yang dapat mengurangi dan menurunkan
produksi maupun ketidaknyamanan kerja akibat adanya potensi bahaya. Maka,
perusahaan melakukan langkah pencegahan kecelakaan kerja salah satunya dengan
menyediakan Alat Pelindung Diri.
61
C. Penyediaan Alat Pelindung Diri
Lingkungan kerja di Pusdiklat Migas Cepu terdapat potensi-poteesi bahaya
dan harus dilakukan upaya untuk mencegah kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh
berbagai potensi-potensi bahaya tersebut. Pencegahan kecelakaan kerja dapat
dilakukan dengan penggunaan alat pelindung diri yang sesuai dengan masing-masing
pekerjaan dan potensi bahayanya. Untuk tujuan ini sangat penting untuk memilih
peralatan pelindung diri yang tidak hanya sesuai dengan potensi bahaya tetapi juga
harus nyaman digunakan dan mudah dipakai bergerak serta mudah pemeliharaannya.
Alat pelindung diri yang kurang pas dipakai, tidak akan memberikan rasa aman bagi
tenaga kerja. Hal terserbut sangat berbahaya dan harus dihindari. Selain itu, para tamu
yang berkunjung juga diwajibkan mengenakan alat pelindung diri di proses produksi
yang telah disediakan oleh perusahaan.
Jenis-jenis alat pelindung diri yang tersedia di Pusdiklat Migas Cepu, adalah:
1. Alat Pelindung Kepala
Klasifikasi helm pengaman yang dipakai di proses produksi Pusdiklat Migas
Cepu, adalah sebagai berikut:
a) Helmet berwarna putih, dipakai oleh semua pekerja di bagian proses produksi.
b) Helmet berwarna merah, dipakai oleh pengawas lapangan di area Pusdiklat
Migas Cepu. Helmet berwarna merah juga dikenakan oleh petugas pemadam
kebakaran.
Di Pusdiklat migas Cepu menyediakan atau memberikan alat pelindung
kepala ini pada saat tenaga kerja baru yang masuk, dan apabila ada
62
permintaan dari pihak tenaga kerja untuk mengganti dengan yang baru. Setiap
ada permintaan dari pihak pemakai atau tenaga kerja, perusahaan akan
memesankan kepada pihak distributor atau penyedia alat pelindung diri.
Dalam pemakaian alat pelindung kepala di Pusdiklat Migas Cepu sudah cukup
baik karena pekerja diwajibkan untuk memakai alat pelindung kepala.
2. Alat Pelindung Pernafasan
Jenis alat pelindung pernafasan yang digunakan di Pusdiklat Migas cepu
adalah masker jenis kain kasa yang di desinfeksikan. Alat pelindung diri ini dipakai
oleh tenaga kerja yang bekerja di bagian produksi kilang dan wax plant. Agar tenaga
kerja terlindung dari bau dan gas yang mungkin timbul dari proses produksi. Juga
menghindari terhirupnya debu yang ada disekitar proses produksi. Agar tenaga kerja
terhindar dari potensi bahaya yang ada di area mereka bekerja, tenaga kerja barus
memakai alat pelindung pernafasan yaitu masker pada saat masuk ke tempat proses
produksi.
Alat pelindung pernafasan berupa masker disediakan oleh perusahaan untuk
semua tenaga kerja khususnya yang bekerja di proses produksi. Pada bagian ini,
tenaga kerja selalu memakai masker setiap memasuki area proses produksi.
3. Alat Pelindung Telinga
Jenis alat pelindung telinga yang digunakan di Pusdiklat Migas Cepu adalah
ear plug (sumbat telinga) dan ear muff ( tutup telinga). Penyediaannya cukup baik
karena pihak perusahaan selalu menyediakan alat pelindung telinga bagi tenaga
kerjanya.
63
Pemakaian alat pelindung telinga ini digunakan di lokasi yang memiliki
kebisingan melebihi 85 dB. Lokasi-lokasi yang memiliki kebisingan lebih dari 85 dB
yaitu proses produksi bagian kilang. Pemakaian dari ear plug (sumbat telinga) dirasa
sudah cukup karena tenaga kerja merasa nyaman memakai ear plug (sumbat telinga)
oleh karena ukurannya yang sangat kecil dan tidak mengganggu gerakan kepala
meski kadang ada tenaga kerja yang tidak mau memakai alat ini karena terasa seperti
memakai sesuatu yang asing.
4. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata yang tersedia di Pusdiklat Migas Cepu berupa safety
glass/spectacles, kacamata ini digunakan oleh tenaga kerja di bagian proses produksi
kilang dan wax plant untuk melindungi mata dari percikan minyak dan wax. Safety
glass/spectacles merupakan kacamata keselamatan untuk melindungi mata dari
partikel-partikel kecil yang melayang diudara serta radiasi gelombang
elektromagnetik. Perusahaan memberikan alat pelindung mata berupa safety
glass/spectacles karena kacamata ini yang paling nyaman untuk dipakai. Penyediaan
alat pelindung mata terbatas, hanya disediakan di tempat proses produksi saja dan
digunakan bergantian. Pemakaian safety glass/spectacles hanya dikenakan pada
pekerja yang berkerja di area yang berpotensi terkena percikan.
5. Alat Pelindung Tangan
Pusdiklat Migas Cepu menyediakan 2 jenis sarung tangan, yaitu:
a) Sarung tangan karet, digunakan untuk tenaga kerja pada bagian pengoperasian
mesin-mesin yang beroperasi di proses produksi kilang dan wax plant.
64
Pemakaian sarung tangan ini agar tenaga kerja terhindar dari potensi bahaya
tergores, terjepit, dan terkena arus listrik atau kesetrum.
b) Sarung tangan kain, digunakan untuk semua tenaga kerja pada proses
produksi kilang dan wax plant. Pemakaian sarung tangan ini menghindarkan
tenaga kerja dari potensi bahaya iritasi dan percikan dari minyak, oli, wax.
Penyediaannya sudah sesuai dengan jumlah pekerja yang berada di tempat
bekerja yang mempunyai potensi bahaya tersebut dan penyediannya ada
beberapa macam jenis yang disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada.
6. Alat Pelindung Kaki
Sepatu pengaman ini diberikan kepada tenaga kerja sejak masuk menjadi
karyawan baru. Pemberian sepatu ini disesuaikan dengan potensi bahaya yang ada
dilingkungan kerja seperti tersandung, terpeleset, terkena percikan, dan tertimpa
benda atau kejatuhan benda. Sehingga perusahaan sudah mengantisipasi sebelumnya
dengan persediaan safety shoes apabila tenaga kerja meminta ganti safety shoes yang
mengalami kerusakan, perusahaan selalu dapat menyediakan.
Pemakaiannya sudah baik karena sejak awal masuk kerja menjadi karyawan
baru, safety shoes ini sudah diberikan sehingga dalam bekerja semua karyawan selalu
memakai safety shoes.
7. Alat Pelindung Badan atau Pakaian Kerja
Pusdiklat Migas Cepu, menyediakan pakaian kerja berupa wearpack yang
dipakai oleh tenaga kerja khususnya pada bagian proses produksi kilang dan wax
plant. Pemakaian baju kerja ini, mencegah potensi bahaya yang ada di lingkungan
65
proses produksi. Persediaan pakaian kerja dan pemakainnya cukup baik, karena baju
kerja dikenakan oleh semua tenaga kerja yang memasuki wilayah proses produksi.
D. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Di Pusdiklat Migas Cepu para tenaga kerja sebagian besar telah menyadari
akan pentingnya Alat Pelindung Diri sebagai upaya untuk melindungi diri dari
potensi bahaya di tempat kerja. Dalam pelaksanaannya di lapangan sebagian besar
tenaga kerja memakai alat pelindung diri yang telah ditentukan dan disediakan oleh
perusahaan. Walaupun masih ditemukan tenaga kerja yang tidak mematuhi peraturan
untuk memakai alat pelindung diri. Di Pusdiklat Migas Cepu dilakukan kegiatan
sweeping. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan pengawasan dalam pemakaian Alat
Pelindung Diri. Inspeksi dari pusat (jakarta) juga mengadakan inspeksi di Pusdiklat
Migas Cepu. Hal ini diharapakan bahwa dengan memakai APD benar-benar
memberikan perlindungan yang efektif, dan dapat memberikan rasa aman dalam
melakukan pekerjaan terhadap tenaga kerja. Sehingga tercipta lingkungan kerja yang
sehat dan selamat.
E. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri
Pemeliharaan Alat pelindung diri di Pusdiklat Migas Cepu yang dilakukan
oleh para tenaga kerja sudah cukup baik karena perusahaan telah menyediakan locker
untuk menyimpan alat pelindung diri sehingga terbebas dari debu atau kotoran. Dan
terdapat tempat cucian untuk mencuci baju atau pakaian kerja setelah dipakai bekerja.
66
BAB V
PEMBAHASAN
A. Potensi Bahaya dan Faktor Bahaya
Penggunaan bahan baku dan bahan penolong dengan berbagai karakteristik
dan sifat-sifat tiap zat, serta jenis peralatan atau mesin-mesin dengan berbagai
dampak yang dapat menimbulkan potensi bahaya pada proses produksi di Pusdiklat
Migas Cepu. Tindakan yang dilakukan oleh perusahaan adalah penerapan pemakaian
alat pelindung diri yang sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja
khususnya di proses produksi. Potensi-potensi bahaya yang ada di proses produksi
Pusdiklat Migas cepu, adalah:
1. Terjatuh
Potensi bahaya terjatuh ditemukan di area proses produksi kilang dan wax
plant. Potensi terjatuh ditemukan di area-area pemrosesan bahan baku pada
bangunan tinggi dan tangki-tangki. Tenaga harus naik keatas dengan
menggunakan tangga yang terbuat dari besi. Untuk mencegah kecelakaan
kerja perlu diberikan APD berupa helmet, sarung tangan dan safety shoes.
Dan, sebaiknya diberi pengaman pegangan pada tangga dan pijakan kaki atau
lantai tangga dibersihkan agar minyak atau Wax tidak menumpuk di tangga.
2. Terpeleset
Pada bagian proses produksi kilang dan wax plant ditemukan potensi bahaya
terpeleset pada semua area yang memproses bahan baku di dalam tempat
66
67
kerja. Sebabnya dari tumpahan atau percikan minyak dan wax. Untuk
mencegah kecelakaan kerja perlu diberikan APD berupa safety shoes.
3. Iritasi
Potensi bahaya iritasi ditemukan pada proses produksi kilang dan wax plant.
Iritasi dapat terjadi karena percikan minyak dan wax yang mengenai tubuh
tenaga kerja. Untuk mencegah kecelakaan kerja perlu diberikan APD berupa
pakaian kerja, kacamata, masker, sarung tangan dan safety shoes. Dan,
pakaian kerja dicuci setelah dipakai agar pakaian kerja bersih kembali.
4. Gangguan pernafasan
Gangguan pernafasan dapat terjadi karena setiap hari terpapar bau olahan
minyak dan wax pada proses produksi kilang dan wax plant. Untuk mencegah
kecelakaan kerja perlu diberikan APD berupa masker.
5. Gangguan pendengaran
Potensi bahaya gangguan pendengaran ditemukan pada proses produksi
bagian kilang. Peralatan dan mesin-mesin untuk mengolah minyak
menimbulkan suara bising yang melebihi 85 dB. Untuk mencegah kecelakaan
kerja perlu diberikan APD Berupa ear plug (Sumbat telinga).
6. Terbentur
Pada proses produksi bagian kilang dan wax plant ditemukan potensi
terbentur karena posisi mesin-mesin atau peralatan yang berdekatan. Pipa-pipa
penyalur minyak dan wax juga dapat menyebabakan tenaga kerja terbentur.
Untuk mencegah kecelakaan kerja perlu diberikan APD berupa helmet.
68
7. Tersandung
Potensi bahaya tersandung banyak ditemukan pada proses produksi bagian
kilang. Hal ini terjadi karena adanya pipa-pipa yang terdapat dibawah atau
dilantai. Sehingga, jika tenaga kerja tidak memperhatikan dapat tersandung
dan dapat mengciderai kaki mereka. Untuk mencegah kecelakaan kerja perlu
diberikan APD berupa safety shoes.
8. Tergores
Potensi bahaya tergores ditemukan pada proses produksi kilang dan wax
plant. Potensi ini dapat terjadi karena ada mesin-mesin yang sedang beputar
atau beroperasi. Untuk mencegah kecelakaan kerja perlu diberikan APD
berupa sarung tangan.
9. Terkena arus listrik
Pada proses produksi bagian kilang dan wax plant ditemukan ada potensi
bahaya tersengat arus listrik. Bahaya ini dapat terjadi pada tenaga kerja saat
menghidupkan panel operasional. Untuk mencegah kecelakaan kerja perlu
diberikan APD berupa sarung tangan dan safety shoes.
10. Terjepit
Potensi bahaya ini ditemukan pada proses produksi bagian wax plant dapat
terjepit pada filter press. Untuk mencegah kecelakaan kerja perlu diberikan
APD berupa sarung tangan.
69
11. Tertimpa atau kejatuhan benda
Pada proses produksi bagian wax plant ditemukan potensi tertimpa benda
yaitu pipa-pipa chiller yang berisi cairan wax. Karena penempatan pipa diatas
dan berderet-deret banyak. Untuk mencegah kecelakaan kerja perlu diberikan
APD berupa helmet.
12. Terpapar panas
Potensi bahaya ini ditemukan pada proses produksi bagian wax plant pada
saat memeriksa tangki AMS yang berlubang sempit, pengap dan bau. Untuk
mencegah kecelakaan kerja perlu diberikan APD berupa sarung tangan,
pakaian kerja, masker dan safety shoes.
13. Terkena percikan
Pada proses produksi wax plant bagian Moulding terdapat potensi bahaya
terkena percikan wax cair yang dapat mengakibatkan kulit melepuh. Hal ini
dapat terjadi karena proses pencetakan wax dilakukan dari pipa yang terdapat
diatas dan dibawahnya disusun loyang yang jika sudah satu loyang penuh,
akan turun ke loyang dibawahnya. Untuk mencegah kecelakaan kerja perlu
diberikan APD berupa helmet, pakaian kerja dan safety shoes.
14. Kebocoran tabung
Potensi kebocoran tabung ditemukan pada proses produksi wax plant. Hal ini
dapat meracuni tenaga kerja dan dapat mengganggu pernafasan. Untuk
mencegah kecelakaan kerja perlu diberikan APD berupa pakaian kerja,
masker dan sarung tangan.
70
15. Ledakan
Potensi bahaya yang paling besar adalah ledakan. Potensi bahaya ini dapat
terjadi pada proses produksi kilang dan wax plant. Ledakan dapat terjadi
akibat tekanan dalam tabung tinggi dan bahan baku yang telalu penuh. Hal ini
dapat membahayakan jiwa tenaga kerja. Untuk mencegah kecelakaan kerja
perlu diberikan APD berupa pakaian kerja tahan api atau panas, helmet,
kacamata, masker, sarung tangan, dan safety shoes.
Di Pusdiklat Migas Cepu telah melaksanakan pencegahan kecelakaan kerja
dari potensi-potensi bahaya yang ada di tempat kerja dengan penerapan pemakaian
alat pelindung diri. Hal ini sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal 13 tentang
keselamatan kerja, yaitu kewajiban bila memasuki tempat kerja.
B. Pengendalian Potensi Bahaya
Dalam suatu proses produksi di suatu industri, diperlukan keseimbangan
yang meliputi interaksi antara manusia (tenaga kerja), peralatan dan bahan (material)
tidak dapat dipisahkan dengan yang lain. Semuanya saling kait-mengait dalam
meningkatkan produksi dan produktivitas perusahaan. Jika terjadi kerusakan pada
salah satu komponen, maka akan terjadi kekacauan pada keseimbangan tersebut.
Sehingga ketika potensi bahaya terpapar di tempat kerja, dimana potensi bahaya
tersebut dapat menyebabkan kecelakaan kerja, maka usaha preventif atau pencegahan
perlu dilakukan untuk mengendalikan potensi bahaya tersebut.
71
Pengendalian potensi bahaya yang telah dilakukan oleh Pusdiklat Migas
Cepu salah satunya yaitu dengan menyediakan Alat Pelindung Diri (APD).
Alat Pelindung Diri menjadi alternatif terakhir apabila potensi bahaya yang
ada tidak dapat direduksi dengan pengendalian yang ada. Alat Pelindung Diri akan
memberikan perlindungan tambahan kepada tenaga kerja ketika potensi bahaya
terpapar di tempat kerja. Pada bagian proses produksi Pusdiklat Migas Cepu semua
tenaga kerja yang akan melakukan pekerjaan maupun pengawasan harus memakai
alat pelindung diri yang sudah ditentukan. Hal ini dimaksudkan untuk melindungi
tenaga kerja dari kecelakaan maupun penyakit kerja yang mungkin timbul karena
paparan potensi bahaya tersebut. Selain itu, Alat Pelindung Diri juga dipakai apabila
situasi dalam keadaan darurat.
C. Penyediaan Alat Pelindung Diri
Pada dasarnya manager Pusdiklat Migas, Cepu ingin tenaga kerjanya dapat
bekerja dengan aman, sehat dan selamat karena hal ini dapat meningkatkan
produktivitas. Salah satu wujud dalam memberikan perlindungan kepada tenaga kerja
terhadap potensi bahaya maupun resiko bahaya yang ada di tempat kerja. Managemen
Pusdiklat Migas, Cepu menyediakan Alat Pelindung Diri kepada semua tenaga kerja
secara cuma-cuma begitu juga kepada tamu yang berkunjung ke area proses produksi.
Hal ini sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja
pasal 14 sub c yang menyebutkan tentang kewajiban pengurus untuk menyediakan
72
secara cuma-cuma alat pelindung diri bagi karyawan dan setiap orang lain yang akan
memasuki tempat kerja. (Suma’mur, 1996).
Pada saat penerimaan tenaga kerja baru, tim safety pengurus keselamatan
kerja di perusahaan memberikan pengarahan tentang potensi-potensi bahaya yang
akan dihadapi dalam lingkungan kerja serta alat-alat pelindung diri yang disediakan
oleh perusahaan serta yang wajib dipakai tenaga kerja. Pemberian pengarahan dan
penjelasan oleh perusahaan telah sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang
Keselamatan Kerja pasal 9 ayat 1 sub c yang menyebutkan tentang kewajiban
pengurus untuk memberikan penjelasan pada tenaga kerja tentang alat pelindung diri
yang diwajibkan.
Adapun jenis-jenis Alat Pelindung Diri yang tersedia khususnya pada bagian
proses produksi di Pusdiklat Migas, Cepu adalah sebagai berikut:
1. Alat Pelindung Kepala
Alat pelindung kepala yang disediakan oleh Pusdiklat Migas, Cepu berupa
helmet karena melihat potensi bahaya kepala terbentur dan tertimpa benda-benda
yang ada disekitar tempat kerja. Helmet yang disediakan telah memenuhi standar
keselamatan kerja karena pada bagian luar dari helmet sangat kuat dan tahan terhadap
benturan dan tertimpa benda-benda di tempat kerja, sehingga mereka merasa aman
dan selamat. Helmet ini juga memepunyai sertifikat uji keselamatan yang ditempel
pada bagian dalamnya. Helmet ini terbuat dari plastik atau bakelite yang enak dipakai
karena ringan dan helm ini mempunyai daya tahan terhadap benturan atau pukulan
73
benda-benda keras yang sangat tinggi serta tidak menyalurkan listrik (non konduktif).
Pemakaian helmet ini telah sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat kerja.
2. Alat Pelindung Pernafasan
Alat pelindung perbafasan yang disediakan oleh Pusdiklat Migas, Cepu
berupa masker. Penyediaan masker cukup sehingga tiap tenaga kerja di bagian proses
produksi kilang dan wax plant, tiap tenaga kerja mendapat satu masker saat masuk
dalam tempat kerja. Penyediaan ini juga untuk mengantisipasi adanya permintaan dari
karyawan yang meminta ganti masker yang tak layak pakai. Alat pelindung
pernafasan yang disediakan oleh Pusdiklat Migas Cepu telah memenuhi standar
keselamatan karena mampu mengurangi kadar bau dari minyak dan wax. Sesuai
dengan standar keselamatan, bahan yang digunakan untuk masker ini berupa kain
kasa yang di desinfeksikan.
Pemakaian alat pelindung pernafasan ini sesuai dengan dengan potensi bahaya
yang ada ditempat kerja. Semua tenaga kerja di Pusdiklat Migas Cepu telah mendapat
pengarahann cara pemakaian alat pelindung diri yang benar disertai dengan potensi
bahaya yang akan dihadapi sehingga semua tenaaga kerja telah memakai alat
perlindungan pernafasan ini dengan benar.
3. Alat Pelindung Telinga
Alat pelindung telinga yang disediakan oleh Pusdiklat Migas Cepu berupa
sumbat telinga (Ear plug) dan tutup telinga (Ear muff) tetapi yang banyak digunakan
adalah sumbat telinga (Ear Plug). Bahan yang digunakan sesuai dengan standar
keselamatan dan disediakan oleh perusahaan adalah sumbat telinga dari jenis karet
74
dan plastik lunak karena jenis ini dapat menyesuaiakan dengan bentuk telinga
sehingga tenaga kerja merasa nyaman dalam bekerja. Penyediaan ini juga telah sesuai
dengan jumlah tenaga kerja yaitu perusahaan meemberikan sumbat telinga kepada
masing-masing tenaga kerja, khususnya pada proses produksi bagian kilang yang
kebisingannya melebihi 85 dB.
Pemakaian sumbat telinga (ear plug) ini sudah sesuai dengan adanya potensi
bahaya kebisingan yang ada di tempat kerja. Kebisingan yang ada di Pusdiklat Migas
Cepu pada proses produksi bagian kilang berkisar 85-106 dB dimana kebisingan ini
melebihi NAB, sehingga Pusdiklat Migas Cepu mengambil langkah melindungi
tenaga kerja dari kebisingan ini dengan pemakaian sumbat telinga yang mampu
mengurangi kebisingan antara 20-25 dB. Dimana area yang memiliki tingkat
kebisingan yang melebihi 85 dB terdapat pada bagian pengkilangan minyak.
Sehingga dengan pemakaian sumbat telinga ini, fungsi alat pendfengaran tenaga kerja
dapat terlindungi. Karena cara pemakaiannya yang mudah dan sangat sederhana
didukung adanya pengarahan tim safety tentang pemakaiaan alat pelindung diri yang
benar maka sebagian besar tenaga kerja dapat memakai sumbat telinga ini dengan
benar. Tetapi ada sebagian tenaga kerja yang tidak mau mengenakan sumbat telinga
karena mereka merasa kurang nyaman untuk memakainya.
4. Alat Pelindung Mata
Alat pelindung mata yang disediakan poleh Pusdiklat Migas Cepu berupa
safety glass/spectacles. Jenis kacamata ini merupakan alat pelindung mata yang
paling nyaman dipakai. Kacamata ini digunakan oleh tenaga kerja di bagian proses
75
produksi kilang dan wax plant untuk melindungi mata dari percikan minyak dan wax.
Safety glass/spectacles merupakan kacamata keselamatan untuk melindungi mata dari
partikel-partikel kecil yang melayang diudara serta radiasi gelombang
elektromagnetik. Penyediaan kacamata ini terbatas hanya disediakan di tempat proses
produksi saja dan digunakan bergantian. Pemakaian safety glass/spectacles hanya
dikenakan pada pekerja yang berkerja di area yang berpotensi terkena percikan
minyak dan wax.
Pemakaian kacamata ini sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada di
proses produksi Pusdiklat Migas Cepu yaitu terkena percikan minyak dan wax.
5. Alat Pelindung Tangan
Alat pelindung tangan yang disediakan oleh Pusdiklat Migas Cepu berupa
sarung tangan biasa (gloves). Sesuai dengan standar keselamatan, Pusdiklat Migas
Cepu menyediakan sarung tangan kulit dan sarung tangan kain yang mampu
melindungi tangan dari potensi bahaya yang mereka hadapi. Pemakaian sarung
tangan sudah sesuai dengan potensi bahaya yang ada di tempat mereka bekerja. Bagi
tenaga kerja Sarung tangan karet, digunakan untuk tenaga kerja pada bagian
pengoperasian mesin-mesin yang beroperasi di proses produksi kilang dan wax plant.
Sarung tangan kain, digunakan untuk semua tenaga kerja pada proses produksi kilang
dan wax plant. Pemakaian sarung tangan ini menghindarkan tenaga kerja dari potensi
bahaya. Semua tenaga kerja telah mendapatkan pengarahan dari tim safety tentang
pemakaian alat pelindung diri dengan benar dan tenaga kerja di Pusdiklat Migas Cepu
telah memakai sarung tangan yang diberikan dengan benar dan sesuai.
76
6. Alat Pelindung Kaki
Penyediaan safety shoes di Pusdiklat Migas Cepu sudah sesuai dengan jumlah
tenaga kerja karena sejak awal masuk kerja semua tenaga kerja telah diberi safety
shoes. Safety shoes yang disediakan oleh Pusdiklat Migas Cepu adalah sepatu kulit
dengan baja diujungnya yang mempunyai lapisan atas dari kulit, lapisan besi yang
melengkung tinggi di hidung sepatu, lapisan sol bagian dalam yang kuat dan sol anti
selip. Safety shoes ini telah sesuai dengan standar keselamatan. Penyediaan safety
shoes ini dimaksudkan untuk melindungi kaki dari tertimpa atau kejatuhan benda,
percikan minyak dan wax dan cairan panas serta menginjak benda tajam.
7. Alat Pelindung Badan atau Pakaian Kerja
Alat pelindung badan yang disediakan oleh Pusdiklat Migas Cepu berupa
wearpack. Dalam bekerja, semua tenaga kerja di proses produksi menggunakan
pakaian kerja yang disediakan oleh perusahaan untuk mencegah kecelakaan kerja.
Pemakaian alat pelindung badan sudah sesuai dengan peraturan perusahaan.
Penyediaan alat pelindung badan sudah cukup untuk tenaga kerja yang bekerja di
proses produksi. Pakaian kerja dicuci setiap hari setelah berkerja di tempat kerja.
D. Pemakaian Alat Pelindung Diri
Tenaga kerja pada bagian proses produksi kilang dan wax plant di Pusdiklat
Migas Cepu sebagian besar sudah memiliki kesadaran tinggi dalam menggunakan
alat pelindung diri. Hal ini dapat diketahui pada saat dilakukan sweeping mengenai
kedisiplinan dalam penggunaan alat pelindung diri. Dari banyaknya tenaga kerja,
77
hanya sedikit tenga kerja yang ditemukan tidak memakai alat pelindung diri.
Sweeping itu tersendiri dilakukan untuk meningkatkan pengawasan dalam
penggunaan alat pelindung diri oleh tenaga kerja. Bila dalam kegiatan sweeping
ditemukan tenaga kerja yang tidak menggunakan alat pelindung diri maka tenaga
kerja tersebut akan diberikan sanksi berupa Surat Peringatan (SP). Hal ini sesuai
dengan UU No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan Keja pasal 12 sub c yang
menyebutkan bahwa dengan peraturan perundang-undangan diatur kewajiban dan
atau hak tenaga kerja untuk memakai alat-alat pelindung diri yang diwajibkan.
Di area proses produksi kilang dan wax plant Pusdiklat Migas Cepu setiap
lokasi yang memiliki potensi bahaya dan di area tersebut diwajibkan memakai alat
pelindung diri sesuai potensi bahaya yang dihadapi oleh tenaga kerja. Maka, lokasi
masuk di area tersebut diberi rambu-rambu wajib menggunakan alat pelindung diri.
Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kedisiplinan dan kesadaran tenaga kerja akan
pentingnya alat pelindung diri dalam menciptkan keselamatan kerja.
E. Pemeliharaan Alat Pelindung Diri
Pemeliharaan alat pelindung diri yang dilakukan oleh masing-masing tenaga
kerja sudah cukup baik. Walaupun hanya sebatas dalam menyimpan alat pelindung
diri di locker yang telah disediakan oleh perusahaan. Sebaiknya, alat pelindunjg diri
dirawat sesuai dengan prosedur perawatan masing-masing alat pelindung diri dari
perusahaan pembuatnya. Kemudian prosedur perawatan ini disosialisasikan kepada
semua tenaga kerja. Dengan adanya prosedur perawatan yang sesuai ini akan menjaga
78
kondisi alat pelindung diri dalam keadaan baik dan tidak cepat rusak, sehingga
kerusakan alat pelindung diri karena perawatan yang tidak benar dapat dikurangi.
79
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat menyimpulkan
bahwa :
1. Dari analisis bahaya lingkungan kerja di Pusdiklat Migas Cepu pada bagian
proses produksi kilang dan wax plant ditemukan potensi bahaya yang dapat
mengakibatkan kecelakaan kerja. Potensi tersebut adalah: Terjatuh, terpeleset,
iritasi, gangguan pernafasan, gangguan pendengaran, terbentur, tersandung,
tergores, terkena arus listrik/kesetrum, terjepit, terpapar panas,
tertimpa/kejatuhan benda, terkena percikan, kebocoran tabung dan ledakan.
2. Potensi Bahaya yang ada di Pusdiklat Migas Cepu pada bagian proses produksi
kilang dan wax plant dilakukan pencegahan kecelakaan kerja, salah satunya
dengan penerapan penggunaan alat pelindung diri kepada semua tenaga kerja.
3. Penyediaan alat pelindung diri di Pusdiklat migas Cepu sudah sesuai dengan
potensi bahaya yang ada dan penyediannya sudah optimal.
4. Pemberian alat pelindung diri bagi tenaga kerja di Pusdiklat Migas Cepu
diberikan secara Cuma-Cuma hal ini sesuai dengan UU No. 1 Tahun 1970 pasal
14 sub c.
5. Di Pusdiklat Migas Cepu setiap karyawan baru diberikan pengarahan dan
penjelasan mengenai penggunaan dan fungsi alat pelindung diri sebagai usaha
79
80
dalam pengendalian kecelakaan kerja. Hal ini sesuai dengan UU No. 1 Tahun
1970 pasal 14 sub c.
6. Penggunaan alat pelindung diri oleh tenaga kerja di bagian proses produksi
Pusdiklat Migas Cepu sudah cukup baik karena sebagian besar karyawan
memiliki kesadaran yang tinggi akan pentingnya alat pelindung diri dalam
mencegah kecelakaan kerja. Sehingga tenaga kerja dapat merasa aman dalam
bekerja setiap hari. Meskipun, masih ada tenaga kerja yang tidak mengenakan
alat pelindung diri.
7. Di Pusdiklat Migas Cepu telah dilakukan pengawasan (sweeping) terhadap
pemakaian alat pelindung diri. Sweeping ini bertujuan untuk meningkatkan
kedisiplinan tenaga kerja dalam pemakaian alat pelindung diri.
B. Saran
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan selama melaksanakan praktek
kerja lapangan, penulis memeberikan saran sebagai berikut :
1. Training untuk pemakaian alat pelindung diri sebaiknya diadakan untuk
meningkatkan kesadaran tenaga kerja akan pentingnya menggunakan alat
pelindung diri yang dapat mencegah kecelakaan kerja.
2. Sebaiknya ada stock yang cukup untuk masing-masing alat pelindung diri yang
ada di gudang, agar setiap ada tenga kerja yang meminta ganti alat pelindung diri
karena rusak dapat cepat tersedia.
81
3. Setelah mendapatkan pengarahan tentang pemakaian alat pelindung diri, tenaga
kerja sebaiknya diberikan juga pengarahan tentang cara perawatan alat pelindung
diri yang benar.
4. Sebaiknya untuk lantai kilang dan wax plant yang berceceran minyak, setiap saat
untuk bisa dibersihkan. Agar tenaga kerja di dalam bekerja aman dan nyaman.
82
DAFTAR PUSTAKA
Depnakertrans RI, 2007. Himpunan Peraturan Perundang-Undangan Keselamatan
dan Kesehatan Kerja. Jakarta.
Suardi Rudi, 2005. Sistem Managemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Jakarta :
PPM.
Siswanto, 1991. Alat Pelindung Diri. Jawa Timur. Departemen Tenaga Kerja.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung :
Alfabeta.
Suma’mur, 1989. Keselamatan Kerja dan Pencegahan Kecelakaan. Jakarta : CV Haji
Masagung.
, 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta : PT Gunung
Agung.
Tarwaka, 2008. Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Surakarta. Harapan Press.
top related