laporan ginjal
Post on 10-Aug-2015
205 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang
Batu saluran kencing sudah lama dikenal dan ditemukan pada
mumi dan mayat orang-orang Indian sejak zaman 3000-5000 tahun
sebelum Masehi. Juga dilaporkan bahwa batu saluran kencing ditemukan
pada raja-raja di Eropa pada abad pertengahan. Persoalan pembentukan
batu pada saluran kencing juga sudah lama dikenal yang dipengaruhi oleh
bermacam-macam faktor yang belum diketahui dengan jelas. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa untuk terjadinya batu saluran kencing
diperlukan 2 komponen ialah matriks batu dan kristal. Matriks berupa
suatu mukoprotein yang sering disebut juga matrix substance A. Sampai
di mana perannya belum diketahui dengan jelas.
Batu saluran kencing dapat ditemukan sebagai penyakit sekunder
misalnya pada hipertiroidisme, penyakit gout atau penyakit
primeridiopatik.
Faktor-faktor yang ikut berperan pada pembentukan batu saluran
kencing dibagi atas 2 golongan:
1. Faktor Endogen : misalnya faktor genetik-familial pada
hipersistinuria, hiperkalsiuria primer dan hiperoksaluria primer.
2. Faktor Eksogen : misalnya faktor lingkungan, pekerjaan,
makanan, infeksi, dan kejenuhan mineral di dalam air minum.
Faktor endogen-idiopatik umumnya sukar dikoreksi sehingga batu
saluran kencing mempunyai kecenderungan untuk kambuh. Sedangkan
faktor eksogen atau batu sekunder bila penyebabnya diketahui dapat
diambil langkah-langkah untuk mengubah faktor lingkungan atau
kebiasaan sehari-hari sehingga terjadinya rekurensi dapat dicegah.
1
Ljunghell dan Hedstrand dalam laporannya yang dilakukan secara kuesioner
retrospektif di Swedia mendapatkan angka prevalensi 13,7% sedangkan di negara-
negara lain selama tiga tahun dilaporkan penderita batu saluran kencing yang datang
berobat dan dirawat di rumaha sakit diantara setiap 10.000 penduduk yang dirawat
sebagai berikut:
NO NEGARA % PENDERITA BATU
SALURAN KENCING
1. SWEDIA 1,9
2. FINLANDIA 3,0
3. INGGRIS 6,9
4. NEDERLAND 7,1
5. AMERIKA 9,5
6. JERMAN BARAT 10
7. CEKOSLOWAKIA 10,1
A. Suwito dari Semarang mendapatkan angka prevelansi batu
saluran kencing 51,9/10000 penmduduk. Pada pria lebih banyak
ditemukan batu ureter dan buli-buli sedangkan pada wanita lebih sering
ditemukan batu ginjal atau batu piala ginjal.
Upaya pengobatan batu saluran kemih dapat dilakukan dengan
dengan berbagai cara antara lain dengan pengangkatan/pembedahan,
terapi nutrisi, medikasi ESWL, pelarutan batu, uretroskopi, metode
endurologi dan lain-lain.
I.2 Tujuan penulisan
1. Mengidentifikasi tentang penyakit batu saluran kemih
2. Mengidentifikasi tentang penyebab penyakit batu saluran kemih
3. Mengidentifikasi tentang metode pengobatan penyakit batu saluran
kemih.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
II.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Saluran Kemih
II.1.1 Sistem Saluran Kemih
Sistem saluran kemih adalah suatu sistem dimana terjadinya
proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan
dikeluarkan berupa urin (air kemih). Sistem saluran kemih terdiri dari
ginjal, ureter, kandung kemih (vesika urinaria) dan uretra. Sistem saluran
kemih pada manusia dapat dilihat pada gambar berikut :
Gambar 1. Sistem Saluran Kemih pada Manusia
II.1.1.1 Ginjal
Ginjal merupakan organ berbentuk seperti kacang yang terletak di
kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal terletak di bagian belakang
abdomen atas, di belakang peritoneum, di depan dua iga terakhir, dan tiga
otot besar –transversus abdominis, kuadratus lumborum, dan psoas
3
mayor. Ginjal dipertahankan dalam posisi tersebut oleh bantalan lemak
yang tebal. Kelenjar adrenal terletak di atas kutub maisng-masing ginjal.
Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan ginjal kiri karena tertekan
ke bawah oleh hati.
Pada orang dewasa, panjang ginjal adalah sekitar 12 sampai 13 cm
(4,7 hingga 5,1 inchi), lebarnya 6 cm (2,4 inchi), tebalnya 2,5 cm (1 inchi),
dan beratnya sekitar 150 gram. Ukurannya tidak berbeda menurut ukuran
dan bentuk tubuh.
Permukaan anterior dan posterior kutub atas dan bawah serta tepi
lateral ginjal berbentuk cembung sedangkan tepi medialnya berbentuk
cekung karena adanya hilus. Beberapa struktur yang masuk atau keluar
dari ginjal melalui hilus adalah arteria dan vena renalis, saraf, pembuluh
limfatik, dan ureter. Ginjal diliputi oleh suatu kapsula fibrosa tipis
mengkilat, yang berikatan longgar dengan jaringan di bawahnya dan
dapat dilepaskan dengan mudah dari permukaan ginjal.
Potongan longitudinal hinjal memperlihatkan dua daerah yang
berbeda- korteks di bagian luar dan medula di bagian dalam. Medula
terbagi –bagi menjadi baji segitiga yang disebut piramid. Piramid-piramid
tersebut dikelilingi oleh bagian korteks yang disebut kolumna bertini.
Piramid-piramid tersebut tampak bercorak karena tersusun dari segmen-
segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Papila (apeks) dari tiap
piramid membentuk duktus papilaris Bellini yang terbentuk dari persatuan
bagian terminal dari banyak duktus pengumpul. Setiap duktus papilaris
masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti
cawan yang disebut kaliks minor (L. Calix, cawan). Beberapa kaliks minor
bersatu membentuk kaliks mayor, yang selanjutnya bersatu sehingga
membentuk pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan reservoar utama sistem
pengumpulan ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan vesika
urinaria.
Kedua ginjal menghasilkan sekitar 125 ml filtrat per menit; dari
jumlah ini, 124 ml diabsorpsi dan hanya 1 ml dikeluarkan ke dalam kaliks-
4
kaliks sebagai urin. Ginjal berfungsi untuk mengatur keseimbangan air
dan elektrolit berupa ekskresi kelebihan air dan elektrolit,
mempertahankan keseimbangan asam basa, mengekskresi hormon,
berperan dalam pembentukan vitamin D, mengekskresi beberapa obat-
obatan dan mengekskresi renin yang turut dalam pengaturan tekanan
darah
Berikut ini adalah gambar anatomi ginjal :
Gambar 2. Anatomi Ginjal
II.1.1.2 Ureter
Ureter terdiri dari dua saluran pipa yang masing-masing
menyambung dari
ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria). Panjangnya kira-kira 25-
30 cm, dengan penampang ± 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam
rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Ureter mempunyai membran mukosa yang dilapisi dengan epitel
kuboid dan dinding otot yang tebal. Urin disemprotkan ke bawah ureter
oleh gelombang peristaltik, yang terjadi sekitar 1-4 kali per menit dan urin
memasuki kandung kemih dalam bentuk pancaran.
5
II.1.1.3 Vesika Urinaria (Kandung Kemih)
Vesika urinaria adalah suatu kantong berotot yang dapat
mengempis, terletak di belakang simfisis pubis. Dinding vesika urinaria
terdiri dari lapisan sebelah luar (peritonium), Tunika muskularis (lapisan
otot), Tunika sabmukosa, dan lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
Vesika urinaria mempunyai tiga muara : dua dari ureter dan satu
menuju uretra. Dua fungsi vesika urinaria adalah : (1) sebagai tempat
penyimpanan urine sebelum meninggalkan tubuh dan (2) berfungsi
mendorong urine keluar tubuh (dibantu uretra).
II.1.1.4 Uretra
Uretra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari
vesika urinaria sampai keluar tubuh. Uretra pria sangat berbeda dari
uretra wanita. Pada laki-laki, sperma berjalan melalui uretra waktu
ejakulasi. Uretra pada laki-laki merupakan tuba dengan panjang kira-kira
20 cm dan memanjang dari kandung kemih ke ujung penis. Uretra pada
laki-laki mempunyai tiga bagian yaitu : uretra prostatika, uretra
membranosa dan uretra spongiosa.
Uretra wanita jauh lebih pendek daripada pria, karena hanya 4 cm
panjangnya dan memanjang dari kandung kemih ke arah ostium diantara
labia minora kira-kira 2,5 cm di sebelah belakang klitoris. Uretra ini
menjalar tepat di sebelah depan vagina. Lapisan uretra wanita terdiri dari
Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa dan lapisan mukosa
(lapisan sebelah dalam).
II.2 Uraian
II.2.1 Pengertian Batu Saluran Kemih
Batu saluran kemih adalah penyakit dimana didapatkan batu di
dalam saluran kemih. Batu tersebut dibentuk dalam pelvik ginjal, menetap
6
dan menjadi lebih besar, atau bergerak turun sepanjang ureter ke dalam
kandung kemih atau dapat terbentuk di dalam kandung kemih itu sendiri.
Selain itu, batu dapat juga dibentuk dalam uretra.
II.2.2 Penyebab Batu Saluran Kemih
Penyebab batu saluran kemih masih belum diketahui dengan pasti.
Pembentukan batu saluran kemih merupakan hasil interaksi beberapa
proses yang kompleks, merupakan komplikasi atau salah satu manifestasi
dari berbagai penyakit atau kelainan yang mendasarinya.
Beberapa teori terbentuknya batu saluran kemih:
1. Teori inti matriks
Terbentuknya batu saluran kemih memerlukan adanya substansia
organik sebagai inti. Substansia organik ini terutama terdiri dari
mukopolisakarida dan mukoprotein A yang akan mempermudah
kristalisasi dan agregasi substansi pembentuk batu.
2. Teori Supersaturasi
Terjadinya kejenuhan substansi pembentuk batu dalam urin seperti
sistin, santin, asam urat, kalsium oksalat akan mempermudah
terbentuknya batu.
3. Teori presipitasi-kristalisasi
Perubahan pH urin akan mempengaruhi solubilitas substansi dalam
urin. Pada urin yang bersifat asam akan mengendap sistin, santin,
asam dan garam urat, sedangkan pada urin yang bersifat alkali
akan mengendap garam-garam fosfat.
4. Teori berkurangnya faktor penghambat
Berkurangnya faktor penghambat seperti peptid fosfat, pirofosfat,
polifosfat, sitrat, magnesium, asam mukopolisakarid akan
mempermudah terbentuknya batu saluran kemih.
5. Teori kombinasi
Teori terakhir mengenai pembentukan batu saluran kemih adalah
gabungan dari berbagai teori tersebut yang disebut dengan teori
7
kombinasi. Terbentuknya batu saluran kemih dalam teori kombinasi
adalah sebagai berikut : Pertama, fungsi ginjal harus cukup baik
untuk mengekskresi zat yang dapat membentuk kristal secara
berlebihan. Kedua, ginjal harus dapat menghasilkan urin dengan
pH yang sesuai untuk kristalisasi. Dari kedua hal tersebut, maka
dapat disimpulkan bahwa ginjal harus mampu melakukan ekskresi
suatu zat secara berlebihan dengan pH urin yang sesuai sehingga
terjadi presipitasi zat-zat tersebut. Ketiga, urin harus tidak
mengandung sebagian atau seluruh inhibitor kristalisasi. Keempat,
kristal yang telah terbentuk harus berada cukup lama dalam urin,
untuk dapat saling beragregasi membentuk nukleus, yang
selanjutnya akan mengganggu aliran urin. Statis urin yang terjadi
kemudian, memegang peranan penting dalam pembentukan batu
saluran kemih.
Faktor-faktor yang ikut berperan pada pembentukan batu saluran
kemih. Dibagi atas dua golongan:
a. Faktor Endogen
1. Faktor genetik-familial pada hipersistinuria
2. Faktor genetik-familial pada hiperkalsiuria primer
3. Faktor genetik-familial pada hiperoksaluria primer
b. Faktor Eksogen
Faktor lain terutama faktor eksogen dan lingkungan yang diduga
ikut mempengaruhi kalkuligenesis antara lain:
1. Infeksi
Infeksi saluran kemih dapat menyebabkan nekrosis jaringan
ginjal dan akan menjadi inti pembentukan batu saluran
kemih. Infeksi oleh bakteri yang memecah jureum dan
membentuk amonium akan mengubah pH urin menjadi alkali
dan akan mengendapkan garam-garam fosfat sehingga
akan memperscepat pembentukan batu yang telah ada.
2. Obstruksi dan stasis urin
8
Adanya obstruksi dan stasis urin akan mempermudah
terjadinya infeksi.
3. Jenis kelamin
Jumlah penderita laki-laki lebih banyak tiga kali
dibandingkan dengan perempuan. Hal ini disebabkan oleh
perbedaan struktur anatomi saluran kemih antara laki-laki
dan perempuan serta faktor hormone estrogen yang
mencegah terjadinya agregasi garam kalsium.
4. Ras
Batu saluran kemih lebih banyak ditemukan di Afrika, dan di
Asia sedangkan pada penduduk Amerika dan Eropa jarang.
5. Keturunan
Riwayat anggota keluarga sebelumnya yang pernah
menderita BSK akan memberikan resiko lebih besar
timbulnya gangguan/penyakit BSK pada anggota keluarga
lainnya. Lebih kurang 30-40% penderita kalsium oksalat
mempunyai riwayat keluarga yang positif menderita BSK.
Namun sampai saat ini bagaimana peranan faktor keturunan
dalam terjadinya BSK masih belum diketahui dengan
jelas.
6. Air minum
Memperbanyak diuresis dengan cara banyak minum akan
mengurangi kemungkinan terbentuknya batu, sedangkan
bila kurang minum menyebabkan kadar semua substansi
dalam urin akan meningkat dan akan mempermudah
pembentukan batu. Kejenuhan air yang diminum sesuai
dengan kadar mineralnya terutama kalsium diperkirakan
mempengaruhi terbentuknya batu saluran kemih.
7. Pekerjaan
Pekerja-pekerja keras yang banyak bergerak misalnya buruh
dan petani akan mengurangi kemungkinan-kemungkinan
9
terjadinya batu saluran kemih bila dibandingkan dengan
pekerja-pekerja yang lebih banyak duduk.
8. Makanan
Pada golongan masyarakat yang lebih banyak makan
protein hewani angka morbiditas batu saluran kemih
berkurang, sedangkan pada golongan masyarakat dengan
kondisi sosial ekoniminya lebih rendah lebih sering
gterjadinya.
Penduduk vegetarier yang kurang makan putih telur lebih
sdering menderita batu saluran kencing (buli-buli dan uretra)
dan hanya sedikit yang ditemukan menderita batu ginjal atau
piala.
9. Suhu
Individu yang menetap di daerah beriklim panas dengan
paparan sinar ultraviolet tinggi akan cenderung mengalami
dehidrasi serta peningkatan produksi vitamin D (memicu
peningkatan ekskresi kalsium dan oksalat), sehingga insiden
BSK akan meningkat. Tempat yang bersuhu panas misalnya
di daerah tropis di kamar meisn, menyebabkan banyak
mengeluarkan keringat, akan mengurangi produksi urin, dan
mempermudah pembentukan batu saluran kencing.
II.2.3 Klasifikasi Batu Saluran Kemih
Jenis-jenis batu ginjal hingga saat ini yang sudah
dikenal di bagi atas 2 golongan:
1. Golongan murni
a. Asam urat
Batu jenis ini mempunyai warna yang
sangat bervariasi, dari kuning coklat sampai
merah jingga karena batu ini menyerap pigmen
urisin, permukaan lioin tetapi ada juga yang
10
tidak rata. Pasir asam urat pada beberapa
keadaan tampak seperti debu merah, dan
batunya juga jingga atau merah. Ditemukan 5-
10% pada penderita BSK. Rasio laki-laki
dibanding wanita adalah 3:1. Sebagian dari
pasien jenis batu ini menderita Gout, yaitu
suatu kumpulan penyakit yang berhubungan
dengan meningginya atau menumpuknya
asam urat. Pada penyakit jenis batu ini gejala
sudah dapat timbul dini karena endapan/kristal
asam urat (sludge) dapat menyebabkan
keluhan berupa nyeri hebat (colic), karena
endapan tersebut menyumbat saluran kencing.
Batu asam urat bentuknya halus dan bulat
sehingga sering kali keluar spontan. Batu asam
urat tidak tampak pada foto polos
b. Kalsium oksalat
Batu jenis ini sangat keras dan agak
sukar dipecah, biasanya muncul dalam dua
bentuk, yaitu batu kecil yang mempunyai
permukaan licin dan batu besar yang
mempunyai permukaan tidak rata.
c. Fosfat
Batu jenis ini mempunyai warna yang
bervariasi dari kelabu, putih, kuning yang
bergantung pada kondisi batu, permukaannya
kasar, mudah rapuh, sehingga mudah dikenal
dari daya kerapuhannya, biasanya terdiri dari
bentuk tripel fosfat yang lain dari alkali tanah.
2. Golongan campuran
a. Kalsium oksalat dan asam urat
11
b. Kalsium fosfat, fosfat dan asam urat
c. Kalsium oksalat dan fosfat
Batu ginjal jenis yang lain yaitu :
Batu struvit, batu sistin, batu kolesterol, batu leusin,
batu fibrin dan lain-lain.
II.2.4 Gejala klinis/keluhan
Batu dalam saluran kemih bagian atas (ginjal dan ureter),
biasanya akan menyebabkan keluhan sakit. Keluhan yang timbul
tergantung dari lokasi batu, dan besar batu.
Gejala klinis/keluhan yang ditimbulkan antara lain demam,
nausea (mual), vomiting (muntah) dan sakit atau nyeri disekitar
pinggang, nyeri sewaktu buang air kecil (BAK) bahkan susah buang
air kecil, buang air kecil berdarah (hematuria), buang air kecil
berpasir (kristaluria) dan pembengkakkan daerah punggung bawah.
1. Rasa Nyeri
Biasanya penderita mengeluhkan rasa nyeri yang
berulang (kolik) tergantung dari letak batu. Batu yang berada di
ginjal akan menimbulkan dua macam nyeri, yaitu nyeri kolik
ginjal dan nyeri ginjal bukan kolik. Kolik ginjal biasanya
disebabkan oleh peregangan urinary collecting system (system
pelviokalises), sedangkan nyeri ginjal bukan kolik disebabkan
distensi dari kapsul ginjal. Batu ureter akan memberi gejala kolik
ureter, nyeri hebat di daerah punggung atau fosa iliaka yang
letaknya lebih rendah daripada kolik ginjal, dapat menyebar ke
atas ke daerah ginjal atau ke bawah sampai ke testis atau labia
mayor.
2. Demam
Timbulnya demam merupakan tanda-tanda adanya
kuman yang beredar di dalam darah. Biasanya gejala yang
12
timbul selain demam adalah jantung berdebardebar, tekanan
darah rendah dan pelebaran pembuluh darah di kulit. Demam
akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompresi
secepatnya.
3. Hematuria dan Kristaluria
Hematuria adalah adanya darah yang keluar bersama
urin. Namun lebih kurang 10-15% penderita BSK tidak menderita
hematuria. Kristaluria adalah urin yang disertai dengan pasir atau
batu.
4. Nausea dan Vomiting
Obstruksi saluran kemih bagian atas sering menimbulkan
mual dan muntah.
5. Pembengkakkan daerah punggung bawah
Penyumbatan saluran kemih bagian atas yang akut
ditandai dengan rasa sakit punggung bagian bawah. Pada
sumbatan yang berlangsung lama, kadang-kadang dapat diraba
adanya pembengkakkan ginjal yang membesar(Hidronefrosis).28
6. Infeksi
Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri
pinggang, nausea serta muntah dan disuria. Secara umum
infeksi pada batu struvit (batu infeksi) berhubungan dengan
infeksi dari Proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella sp.
II. 2.5 Komplikasi
Batu saluran kemih dapat memberikan serangan sakit yang
datangnya secara tiba-tiba. Sering terjadi hematuria yang disertai
dengan perasaan nyeri. Batu yang letaknya pada piala ginjal atau
ureter dapat memberikan komplikasi obstruksi baik sebagian
maupun total. Obstruksi yang lama biasanya disertai dengan infeksi
berulang-ulang dan piuria yang sukar ditanggulangi.
13
Obstruksi aliran kemih dapat memberikan berbagai akibat pada
ginjal, baik struktural maupun fungsional, yang dipengaruhi oleh :
- Sempurnanya obstruksi
- Lamanya obstruksi
- Lokasi obstruksi
- Ada tidaknya infeksi
Akibat gangguan struktural tubuli katrena obstruksi, berbagai
fungsi tubuli mengalami perubahan. Diduga fungsi reabsorbsi tubuli
mengalami perubahan. Diduga fungsi reabsorbsi tubuli menurun
dengan meningkatnya tekanan hidrostatik. Pada obstruksi yang
parsial, jelas adanya penurunan ekskresi Na diikuti dengan
rendahnya konsentrasi Na urin serta tingginya osmolalitas. Bila
obstruksi berkelanjutan “renal blood flow” akan menurun.
Beberapa faktor yang dapat menignkatkan terjadinya infeksi
obstruksi antara lain:
- Stasis urin meningkatkan pertumbuhan bakteri
- Meningkatnya tekanan intra luminal menyebabkan perfusi
mukosa saluran kemih berkurang, sehingga menurunkan
daya tahan.
- Kerusakan jaringan dapat menimbulkan penurunan daya
tahan.
II. 2. 6 Pemeriksaan dan Diagnosis Batu Saluran Kemih
Diagnosis batu saluran kemih dapat dilakukan dengan
beberapa cara :
1. Gambaran klinis (fisik)
Hasil pemeriksaan fisik antara lain :
a. Kadang-kadang teraba ginjal yang mengalami
hidronefrosis/obstruktif.
14
b. Nyeri tekan/ketok pada pinggang.
c. Batu uretra anterior bisa di raba.
d. Pada keadaan akut paling sering ditemukan adalah
kelembutan di daerah pinggul (flank tenderness), ini
disebabkan oleh hidronefrosis akibat obstruksi
sementara yaitu saat batu melewati ureter menuju
kandung kemih.
2. Laboratorium
Pada urin biasanya dijumpai hematuria dan
kadang-kadang kristaluria. Hematuria biasanya terlihat
secara mikroskopis, dan derajat hematuria bukan
merupakan ukuran untuk memperkirakan besar batu atau
kemungkinan lewatnya suatu batu. Tidak adanya
hematuria dapat menyokong adanya suatu obstruksi
komplit, dan ketiadaan ini juga biasanya berhubungan
dengan penyakit batu yang tidak aktif. Pada pemeriksaan
sedimen urin, jenis kristal yang ditemukan dapat memberi
petunjuk jenis batu. Pemeriksaan pH urin < 5 menyokong
suatu batu asam urat, sedangkan bila terjadi peningkatan
pH (≥7) menyokong adanya organisme pemecah urea
seperti Proteus sp, Klebsiella sp, Pseudomonas sp dan
batu struvit.
3. Radiologis
Ada beberapa jenis pemeriksaan radiologis yaitu :
a. Foto Polos Abdomen
Foto polos abdomen dapat menentukan besar,
macam dan lokasi batu radiopaque. Batu-batu jenis
kalsium oksalat dan kalsium fosfat bersifat radiopaque
dan paling sering dijumpai diantara batu jenis lain,
sedangkan batu asam urat bersifat radiolusen.
b. Intravenous Pyelogram (IVP)
15
IVP atau pileografi intravena dapat
menentukan dengan tepat letak batu, terutama batu-
bnatu yang radiolusen dan untuk melihat fungsi ginjal.
Selain itu IVP dapat mendeteksi adanya batu semi
opaque ataupun batu non opaque yang tidak dapat
terlihat oleh foto polos abdomen.
c. CT Scan
CT Scan (Computerized Tomography) adalah
tipe diagnosis sinar X yang dapat membedakan batu
dari tulang atau bahan radiopaque lain.
d. Retrograte Pielografi (RPG)
RPG atau pielografi retrograd dilakukan bila
pada kasus-kasus di mana Intravenous Pyelogram
(IVP) tidak jelas, alergi zat kontras, dan IVP tidak
mungkin dilakukan. Dilakukan terutama pada jenis
batu yang radiolusen.
e. Ultrasonografi (USG)
USG dilakukan bila pasien tidak mungkin
menjalani pemeriksaan IVP, yaitu pada keadaan-
keadaan : alergi terhadap bahan kontras, faal ginjal
yang menurun dan pada wanita yang sedang hamil.
USG ginjal merupakan pencitraan yang lebih peka
untuk mendeteksi batu ginjal dan batu radiolusen
daripada foto polos abdomen. Cara terbaik untuk
mendeteksi BSK ialah dengan kombinasi USG dan
foto polos abdomen. USG dapat melihat bayangan
batu baik di ginjal maupun di dalam kandung kemih
dan adanya tanda-tanda obstruksi urin.
f. Radioisotop
Untuk mengetahui fungsi ginjal secara satu persatu,
sekaligus adanya sumbatan pada gagal ginjal.
16
II.2.7 Penatalaksanaan Medis Batu Saluran Kemih
Tujuan pengelolaan batu saluran kemih adalah :
- Menghilangkan obstruksi
- Mengobati infeksi
- Menghilangkan rasa nyeri
- Mencegah terjadinya gagal ginjal dan mengurangi
kemungkinan terjadinya rekurensi.
Untuk mencapai tujuan ini, langkah-langkah yang dapat
diambil adalah sebagai berikut :
1. Diagnosis yang tepat mengenai adanya batu, lokasinya, dan
besarnya batu.
2. Menentukan adanya akibat-akibat batu saluran kemih :
- Rasa nyeri
- Obstruksi disertai perubahan-perubahan pada ginjal
- Infeksi
- Adanya gangguan fungsi ginjal
3. Menghilangkan obstruksi, infeksi, dan rasa nyeri
4. Analisis batu
5. Mencari latar belakang terjadinya batu
6. Mengusahakan pencegahan terjadi rekurensi.
Berhasilnya penatalaksanaan medis BSK ditentukan oleh
lima faktor yaitu : ketetapan diagnosis, lokasi batu, adanya
infeksi dan derajat beratnya, derajat kerusakan fungsi ginjal,
serta tata laksana yang tepat. Terapi dinyatakan berhasil bila:
keluhan menghilang, kekambuhan batu dapat dicegah, infeksi
telah dapat dieradikasi dan fungsi ginjal dapat dipertahankan.
1. Terapi Konservatif
Batu kecil dalam ginjal yang tidak memberi
tanda (silent stone) dapat diobati secara konservatif
dengan menunggu sampai batu dapat keluar dengan
17
sendiri. Pasien diberikan air minum minimal 2-3 liter
per hari. Selain itu juga dilakukan pembatasan diet
kalsium, oksalat, natrium, fosfat dan protein tergantung
pada penyebab batu
2. Pengobatan Medik Selektif dengan Pemberian Obat-
obatan
Pemberian obat-obatan pada penderita BSK
bertujuan mengurangi rasa sakit yang hebat,
mengusahakan agar batu keluar spontan, disolusi batu
dan mencegah kambuhnya batu. Beberapa jenis obat
yang diberikan antara lain spasmolitika yang dicampur
dengan analgesik untuk mengatasi nyeri, kalium sitrat
untuk meningkatkan pH urin, selulosa fosfat untuk
menghambat absorbsi usus, antibiotika untuk
mencegah infeksi, tiazid untuk diuresis dan
sebagainya.
3. Tanpa operasi
a. Medikamentosa
Terapi medikamentosa ditujukan untuk batu
yang ukurannya kurang dari 5 mm, karena
diharapkan batu dapat keluar spontan. Terapi yang
diberikan bertujuan untuk mengurangi nyeri,
memperlancar aliran urin dengan pemberian
diuretikum, dan minum banyak supaya dapat
mendorong batu keluar dari saluran kemih.
b. Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy (ESWL)
Alat ESWL adalah pemecah batu yang
diperkenalkan pertama kali oleh Caussy pada tahun
1980. Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu
18
ureter proksimal atau batu kandung kemih tanpa
melalui tindakan invasif dan tanpa pembiusan. Batu
dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil sehingga
mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Tidak
jarang pecahan-pecahan batu yang sedang keluar
menimbulkan perasaan nyeri kolik dan
menyebabkan hematuria.
Persyaratan batu saluran kemih yang dapat
ditangani dengan ESWL :
a. Batu ginjal berukuran mulai dari 5 mm
hingga 2o mm
b. Batu ureter berukuran 5 mm hingga 10
mm
c. Fungsi ginjal masih baik
d. Tidak ada sumbatan distal dari batu
c. Endourologi
Tindakan endourologi adalah tindakan
invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran
kemih yang terdiri atas memecah batu, dan
mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukkan langsung ke dalam saluran
kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses
pemecahan batu dapat dilakukan secara mekanik,
dengan memakai energi hidroulik, energi
gelombang suara atau energi laser.
4. Tindakan Operasi
a. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil
BSK saat ini sedang berkembang. Cara ini banyak
dipakai untuk mengambil batu ureter
19
b. Bedah Terbuka
Di klinik-klinik yang belum mempunyai
fasilitas yang memadai untuk tindakan-tindakan
endourologi, laparoskopi maupun ESWL,
pengambilan batu masih dilakukan melalui
pembedahan terbuka. Pembedahan terbuka itu
antara lain adalah : pielolitomi atau nefrolitotomi
untuk mengambil batu pada saluran ginjal, dan
ureterolitotomi untuk batu di ureter. Tidak jarang
pasien harus menjalani tindakan nefrektomi atau
pengambilan ginjal karena ginjalnya sudah tidak
berfungsi dan berisi nanah (pionefrosis), korteksnya
sudah sangat tipis atau mengalami pengkerutan
akibat BSK yang menimbulkan obstruksi dan infeksi
yang menahun.
II.2.8 Pencegahan Batu Saluran Kemih
Untuk mencegah terjadinya batu saluran kemih harus dilihat
faktor-faktor yang ikut berperan mempengaruhi kalkuligenesis.
Analisis batu untuk mengetahui jenis batu dapat membantu dalam
langkah pencegahan terjadinya rekurensi.
Dengan menghilangnya faktor-faktor yang mempengaruhi
kalkuligenesis serta pengaturan jenis makanan dan minuman
terhadap penderita yang telah diketahui jenis batunya, terjadinya
batu saluran kemih dan kemungkinan terjadinya rekurensi akan
dapat dicegah.
1. Pencegahan Primer
Tujuan pencegahan primer adalah untuk mencegah
agar penyakit tidak terjadi, dengan mengendalikan faktor
penyebab suatu penyakit. Kegiatan yang dilakukan
meliputi promosi kesehatan, pendidikan kesehatan dan
20
perlindungan kesehatan. Pencegahan primer penyakit
BSK seperti minum air putih yang banyak. Konsumsi air
putih minimal 2 liter per hari akan meningkatkan
produksi urin. Konsumsi air putih juga akan mencegah
pembentukan kristal urin yang dapat menyebabkan
terjadinya batu. Selain itu, dilakukan pengaturan pola
makan yang dapat meningkatkan risiko pembentukan BSK
seperti, membatasi konsumsi daging, garam dan makanan
tinggi oksalat (sayuran berwarna hijau, kacang, coklat),
dan sebagainya. Aktivitas fisik seperti olahraga juga
sangat dianjurkan, terutama bagi yang pekerjaannya lebih
banyak duduk.
2. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder bertujuan untuk mengurangi
keparahan penyakit dengan melakukan diagnosis dan
pengobatan dini. Untuk jenis penyakit yang sulit diketahui
kapan penyakit timbul, diperlukan pemeriksaan
teratur yang dikenal dengan pemeriksaan “Check-up”.
Pemeriksaan urin dan darah dilakukan secara berkala,
bagi yang pernah menderita BSK sebaiknya dilakukan
setiap tiga bulan atau minimal setahun sekali. Tindakan ini
juga untuk mendeteksi secara dini apabila terjadi
pembentukan BSK yang baru. Untuk pengobatan,
pemberian obat-obatan oral dapat diberikan tergantung
dari jenis gangguan metabolik dan jenis batu. Pengobatan
lain yang dilakukan yaitu melakukan kemoterapi dan
tindakan bedah (operasi).
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier mencakup pembatasan
terhadap segala ketidakmampuan dengan menyediakan
rehabilitasi saat penyakit, cedera atau ketidakmampuan
21
sudah terjadi dan menimbulkan kerusakan. Kegiatan yang
dilakukan meliputi rehabilitasi (seperti konseling
kesehatan) agar orang tersebut lebih berdaya guna,
produktif dan memberikan kualitas hidup yang sebaik
mungkin sesuai dengan kemampuannya.
22
BAB III
PENUTUP
III.1 Kesimpulan
Batu saluran kemih adalah penyakit yang disebabkan karena
adanya sedimen urin pada saluran kemih. Batu tersebut ditemukan di
setiap titik saluran kemih, dari ginjal sampai uretra. Batu-batu ini berbeda
dalam besarnya, dari partikel kecil sebesar butir pasir, hingga
pengelompokan besar yang dapat mengisi penuh pelvis ginjal. Sebagian
besar batu tersebut tersusun atas asam urat, Kalsium oksalat, fosfat, dan
mineral lain seperti Xanthine, Cystine dan Magnesium .
Gejala-gejala penyakit batu saluran kemih dapat berupa rasa nyeri
di daerah pinggang, buang air kecil berdarah, demam, muntah dan
sebagainya.
Metode pengobatan penyakit batu saluran kemih dapat dilakukan
dengan berbagai cara, mulai dari terapi konservatif, pengobatan medik
selektif dengan pemberian obat-obatan sampai dengan tindakan operasi.
Untuk mendeteksi keberadaan batu di saluran kemih dapat
dilakukan dengan pendeteksian pada gambaran klinis, laboratorium, dan
tradiologis.
Penyakit batu saluran kemih juga dapat dicegah melalui tiga cara
pencegahan yaitu pencegahan primer, pencegahan sekunder, dan
pencegahan tersier.
III.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan baik kepada penderita penyakit batu
saluran kemih maupun kepada tenaga medis serta masyarakat pada
umumnya ialah sebagai berikut :
23
1. Kepada masyarakat, dianjurkan mengkonsumsi makanan yang
berserat dan bergizi, air yang cukup serta memperbanyak aktivitas
agar dapat terhindar dari penyakit batu saluran kemih.
2. Kepada penderita, dianjurkan untuk mengikuti proses pengobatan
dengan baik dan teratur, serta tetap menjaga kesehatan dengan
memperbaiki pola hidup.
3. Kepada tenaga medis, baik itu dokter, perawat, maupun apoteker
agar mendampingi penderita dalam proses penyembuhan penyakit
batu saluran kemih dengan baik serta senantiasa memberi
semangat kepada penderita agar tidak merasa kurang percaya diri
dengan penyakit yang dideritanya.
24
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Rasyid Lubis, Harun.1983. Gagal Ginjal Akut pada Nefropati
Obstruktif. Surabaya: Simposium Nasional Penyakit Ginjal dan Hipertensi
Soeprman dan Sarwono Waspadji.1998. Ilmu Penyakit Dalam Jilid
2. Jakarta : Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Price, Sylvia A dan Lorraine M. Wilson.2006. Patofisiolog i : Konsep
Klinis Proses-proses Penyakit. Jakarta : EGC
25
top related