laporan dpj acc
Post on 15-Jan-2016
264 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Perkerasan jalan adalah konstruksi yang dibangun di atas lapisan tanah
dasar (subgrade), yang berfungsi untuk menopang beban lalu-lintas. Jenis
konstruksi perkerasan jalan pada umumnya ada dua jenis, yaitu :
Perkerasan lentur (flexible pavement) dan
Perkerasan kaku (rigid Pavement)
Selain dari dua jenis tersebut, sekarang telah banyak digunakan jenis
gabungan (composite pavement), yaitu perpaduan antara lentur dan kaku.
Perencanaan konstruksi perkerasan juga dapat dibedakan anatara perencanaan
untuk jalan baru dan untuk peningkatan (jalan lama yang sudah pernah
diperkeras).
Perencanaan konstruksi atau tebal perkerasan jalan, dapat dilakukan
dengan banyak cara (metoda), antara lain : AASHTO dan The Asphalt Institute
(Amerika), Road Note(Inggris), NAASRA (Australia) dan Bina Marga
(Indonesia). Oleh karena itu, mahasiswa teknik sipil perlu melakukan
praktikum desain perkerasan jalan untuk perancanaan konstruksi atau tebal
perkerasan jalan baru maupun lapis ulang jalan lama.
2. TUJUAN
1) Melakukan perhitungan faktor regional (FR) yaitu mencari nilai data curah
hujan per tahun dan besarnya kelandaian pada Jl. Widoharjo Semarang
Utara.
2) Menentukan nilai Indeks Permukaan pada awal (IP0) dan Indeks
Permukaan pada akhir (IPt) untuk memperoleh Indeks Tebal Perkerasan
(ITP) di Jl. Widoharjo Semarang Utara.
1
3) Menentukan angka kerusakan untuk mendesain besar tebal lapis ulang
pada Jl. Widoharjo Semarang Utara.
3. LOKASI PERENCANAAN LAPIS ULANG INDEKS TEBAL
PERKERASAN JALAN
Tempat : Jln. Widoharjo, Semarang Utara.
Gambar 1 – Lokasi Perencanaan Indeks Tebal Perkerasan Jalan
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. LINTAS HARIAN RATA-RATA
Lalu lintas harian rata –rata adalah volume lalu lintas rata-rata dalam satu
hari. Dari cara memperoleh data tersebut dikenal 2 jenis Lalu lintas Harian
Rata-rata Tahunan (LHRT) dan Lalu lintas Harian Rata-rata (LHR). LHRT
adalah jumlah lalu lintas kendarann rata-rata yang melewati satu jalur jalan
selama 24 jam dan diperoleh dari data selama satu tahun penuh.
LHRT= Jumlah lalu lintas dalam 1 tahun
365
Untuk dapat menghitung LHRT haruslah tersedia data jumlah kendaraan
yang terus menerus selama 1 tahun penuh. Mengingat akan biaya yang
diperlukan dan membandingkan dengan ketelitian nyang dicapai serta tahk
semua tempat di Indonesia mempunyai data volume lalu lintas selama 1 tahun,
maka untuk kondisi tersebut dapat pula dipergunakan satuan “Lalu lintas
Harian Rata-rata “ (LHR)
LHR = jumlah lalu lintas selama pengamatan
Lamanya Pengamatan
2. MENENTUKAN NILAI CBR DENGAN ALAT DCP
Dynamic Cone Penetrometer (DCP) Pengujian cara dinamis ini
dikembangkan oleh TRL (Transport and Road Research Laboratory),
Crowthorne, Inggris dan mulai diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1985 /
1986. Pengujian ini dimaksudkan untuk menentukan nilai CBR (California
Bearing Ratio) tanah dasar, timbunan, dan atau suatu sistem perkerasan.
Pengujian ini akan memberikan data kekuatan tanah sampai kedalaman kurang
lebih 70 cm di bawah permukaan lapisan tanah yang ada atau permukaan tanah
dasar. Pengujian ini dilakukan dengan mencatat data masuknya konus yang
3
tertentu dimensi dan sudutnya, ke dalam tanah untuk setiap pukulan dari
palu/hammer yang berat dan tinggi jatuh tertentu pula.
Pengujian dilaksanakan dengan mencatat jumlah pukulan (blow) dan
penetrasi dari konus (kerucut logam) yang tertanam pada tanah/lapisan pondasi
karena pengaruh penumbuk kemudian dengan menggunakan grafik dan rumus,
pembacaan penetrometer diubah menjadi pembacaan yang setara dengan nilai
CBR.
3. MENENTUKAN ANGKA FR, IP0, IPt
Faktor regional adalah keadaan lapangan yang mencakup permeabilitas
tanah, perlengkapan drainase, bentuk alinyemen, prosentase kendaraan berat
dengan MST ≥13 ton dan kendaraan yang berhenti, serta iklim. Peraturan
Pelaksanaan Pembangunan Jalan Raya menentukan bahwa faktor yang
menyangkut permeabilitas tanah hanya dipengaruhi oleh alinyemen, prosentase
kendaraan berat dan kendaraanyang berhenti, serta alinyemen. Untuk kondisi
tanah pada daerah rawa-rawa ataupun daerah terendam, nilai FR yang
diperoleh dari tabel 1:
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Tabel 1. Faktor Regional (FR)
Indeks permukaan menyatakan nilai dari kehalusan serta kekokohan
permukaan yang bertalian dengan tingkat pelayanan bagi lalu lintas yang lewat.
Nilai indeks permukaan awal (IPo) ditentukan dari jenis lapis permukaan dan
nilai indeks permukaan akhir (IPt) ditentukan dari nilai LER. Adapun nilai IPo
dari masing-masing jenis lapis permukaan disajikan dalam tabel 2:
4
5
Tabel 2. IP0 terhadap jenis lapis permukaan
Tabel 3 Indeks Permukaan Akhir Umur Rencana ( IPt ).
Nilai IPt lebih kecil dari 1,0 menyatakan permukaan jalan dalam kondisi
rusak berat dan amat mengganggu lalu lintas kendaraan yang melewatinya.
Tingkat pelayanan jalan terendah masih mungkin dilakukan dengan nilai IPt
sebesar 1,5. tingkat pelayanan jalan masih cukup mantap dinyatakan dengan
6
nilai IPt sebesar 2,0. sedangkan nilai IPt sebesar 2,5 menyatakan permukaan
jalan yang masih baik dan cukup stabil.
4. MENCARI INDEKS TEBAL PERKERASAN JALAN DENGAN ANALITIS
Rumus dikembangkan oleh AASTHO’72. Analisa yang dikembangkan
AASTHO didapat persamaan mencari ITP sebagai berikut :
LogWt 1=9,36 log( ITP2,54
+1)−0,20+ ¿
0,40+ 1094
( ITP2,54
+1)5,19
+0,372 ( DDT−3,0 )
LogWt 18=log ( LER x365 x10 x FR )
¿=log(IPo−IPt )( IPo−1,5 )
Keterangan :
ITP=Indeks Tebal Perkerasan
LER=Lintas Ekivalen Rencana SelamaUmur Rencana
DDT=Daya DukungTanah
IPo=Indeks Permukaan Awal
IPt=Indeks Permukaan Akhir
FR=Faktor Regional
Rumus menjadi :
log ( LER x365 x10 x FR )=9,36 log( ITP2,54
+1)−0,20+log
( IPo−IPt )( IPo−1,5 )
0,40+1094
( ITP2,54
+1)5,19
+0,372 ( DDT−3,0 )
7
5. DESAIN PERKERASAN JALAN LAPIS ULANG
1) Jenis kerusakan jalan:
2) Retak (cracking)
3) Distorsi (perubahan bentuk)
4) Cacat permukaan (disintegration)
5) Pengausan (polished aggregate)
6) Kegemukan (bleeding or flushing)
7) Penurunan (utility cut depression)
Nq = Np x Nj
Nj = Nx-Nx(oke)
%kerusakan = (Nq/4)x100%Tabel 2.2. Nilai Prosentase Kerusakan (Np)
Prosentase Kategori Nilai
< 5 % Sedikit sekali 2
5 % - 20 % Sedikit 3
20 - 40 % Sedang 5
> 40 % Banyak 7
Tabel nilai prosentase kerusakan (Np)
Nilai bobot Kerusakan (Nx)
8
Konstruksi beton tanpa kerusakan (oke) = 2
Konstruksi penetrasi tanpa kerusakan (oke) = 3
Tambalan = 4
Retak = 5
Lepas = 5,5
Lubang = 6
Alur = 6
Gelombang = 6,6
Amblas = 7
Belahan = 7
Nilai bobot Kerusakan (Nj) = nilai ketidaknyamanan
KERUSAKAN FLEXIBLE (3) RIGID (2)
Tambalan 4 - 3 = 1 4 – 2 = 2
Retak 5 – 3 = 2 5 – 2 = 3
Lepas 5,5 – 3 = 2,5 5,5 – 2 = 3,5
Lubang 6 – 3 = 3 6 – 2 = 4
Alur 6 – 3 = 3 6 – 2 = 4
Gelombang 6,6 – 3 = 3,3 6,6 – 2 = 4,6
Amblas 7 – 3 = 4 7 – 2 = 5
9
Belahan 7 – 3 = 4 7 – 2 = 5
ITPsisa = x1a1D1 +x2a2D2+x3a3D3
X1 = 100% - %kerusakan
X2 & 3 = hanya dihitung dari lubang, amblas, belahan yang lebih dalam
dari ketebalan lapisan di atasnya
Nilai bobot Kerusakan (Nj) = nilai ketidaknyamanan
KERUSAKAN FLEXIBLE (3) RIGID (2)
Lubang 6 – 3 = 3 6 – 2 = 4
Amblas 7 – 3 = 4 7 – 2 = 5
Belahan 7 – 3 = 4 7 – 2 = 5
Dihitung jika lubang, amblas, belahan yang lebih dalam dari ketebalan lapisan
di atasnya
10
a1a2
a3
D1
D2
D3
ITPrencana = ITPkebutuhan - ITPsisa
ITPrencana = a1D1 +a2D2+a3D3
6. ALAT DAN BAHAN YANG DIPERLUKAN DALAM PRAKTIKUM
1) Alat GPS untuk mencari kelandaian
2) Alat tulis
3) Kamera
4) Satu set alat DCP
5) Roll meter
7. LANGKAH KERJA
1. Menghitung LER (Lintas Ekivalen Rencana)
2. Menghitung DDT (Daya Dukung Tanah)
3. Menentukan FR (Faktor Regional)
4. Menentukan IPt dan IP0
5. Bedasarkan data-data yang telah diperoleh, masukan ke persamaan 1 untuk
mencari E1
6. Tentukan angka ITP sembarang dan masukkan pada persamaan 2 sehingga
dengan persamaan 2 akan didapatkan angka E2
7. Masukkan nilai ITP2 sembarang ke persamaan 2 sehingga didapatkan nilai
E2 sampai didapatkan nilai E1 » E2, sehingga nilai ITP ditemukan.
8. Survei kerusakan jalan.
9. Analisa ITP sisa.
10. Analisa ITP.
11. Analisa kebutuhan ITP lapis ulang.
11
5.
12
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Menentukan Lintas Ekivalen Rencana (LER)
Data survey lalu lintas kendaraan
No. Jenis
Kendaraan
LHR
(kendaraan/jam)
LHR
(smp/jam)
LHR
(smp/hari)
1. Mobil 129 129 3096
2. Small Bus 6 8 192
3. Truck 2 as 10 13 312
4. Truck 3 as 2 3 72
Dengan tingkat pertumbuhan lalu lintas rata-rata tahun 2014-2017: 4,65%.
Dan tingkat pertumbuhan rata-rata tahun 2018-2025: 3,73%
LHR Pada Tahun 2017 (awal umur rencana):
LHR = LHR2014 x (1+ i2014-2017)3
1. Mobil = 3096 x (1 + 0,0465)3 = 3549 smp/hari
2. Small Bus = 192 x (1 + 0,0465)3 = 221 smp/hari
3. Truk 2as = 312 x (1 + 0,0465)3 = 358 smp/hari
4. Truk 3as = 72 x (1 + 0,0465)3 = 83 smp/hari
LHR Pada Tahun 2025 (akhir umur rencana)
LHR = LHR2017 x (1+ i2017-2025)8
1. Mobil = 3549 x (1 + 0,0373)8 = 4758 smp/hari
2. Small Bus = 221 x (1 + 0,0373)8 = 297 smp/hari
3. Truk 2as = 358 x (1 + 0,0373)8 = 360 smp/hari
4. Truk 3as = 83 x (1 + 0,0373)8 = 112 smp/hari
13
Menghitung LEP (Lintas Ekivalen Permulaan) Tahun 2017 :
LEP =∑ LHRi x Ei x C
1. Mobil = 3549 x 0,0004 x 1 = 1,4196
2. Small Bus = 221 x 0,1593 x 1 = 35,2053
3. Truk 2as = 358 x 1,0648 x 1 = 381,1984
4. Truk 3as = 83 x 1,0375 x 1 = 86,1125
∑ LEP = 1,4196 + 35,2053 + 381,1984 + 86,1125
= 503,9358
Menghitung LEA (Lintas Ekuvalen Akhir) Tahun 2025 :
LEA =∑ LHRi x Ei x C
1. Mobil = 4758 x 0,0004 x 1 = 1,9032
2. Small Bus = 297 x 0,1593 x 1 = 47,3121
3. Truk 2as = 360 x 1,0648 x 1 = 383,328
4. Truk 3as = 112 x 1,0375 x 1 = 113,0375
∑ LEA =1,893 + 35,240 +366,412 + 76,504
= 545,5808
Maka Lintas Ekivalen Rencana :
Lintas Ekivalen Tengah (LET)
LET =LEP+LEA
2
= 503,9358+545,5808
2
= 524,7583
Lintas Ekivalen Rencana (LER)
LER =LETUR10
= 524,7583 8
10
14
Nilai DDT CBR 9.3%
= 419,807
2. MENENTUKAN DDT
Dari hasil praktikum mencari nilai CBR dengan alat DCPT yang telah
dilakukan untuk nilai CBR 90% di Jalan Widoharjo diperoleh 9.282%. dengan
cara grafis diperoleh DDT:
15
Selain menggunakan grafik tersebut, nilai DDT dari suatu Harga CBR
9.3% juga dapat ditentukan menggunakan rumus :
DDT = 1,6649 + 4,3592 log (CBR)
= 1,6649 + 4,3592 log (9,3)
DDT = 5,887
3. MENENTUKAN FAKTOR REGIONAL (FR)
Berdasarkan data yang diperoleh untuk Jl. Widoharjo:
a. Kelandaian
Keterangan :
Za = 20 m
Zb = 19 m
Zc = 20 m
Zd = 20 m
Jarak A-B = 123 m
Jarak B-C = 225 m
Jarak C-D = 72 m
Panjang A-B
H= 123 m
V= Za-Zb = 20-19 = 1 m
Jarak = √1232+12 = 123,0 m
Kelandaian = 1
123 = 0,008
Nilai ekuivalen = 0,8 %
16
Panjang B-C
H = 225
V = Za-Zb = 19-20 = -1
Jarak = √2252+(−1¿¿2)¿ = 225 m
Kelandaian = 1
225 = 0,004
Nilai ekuivalen = 0,4 %
Panjang C-D
H = 1727
V = Za-Zb = 20-20 = 0
Jarak = √722+02 = 72 m
Kelandaian = 0
72 = 0,0
Nilai ekuivalen = 0,00%
Kelandaian rata-rata Jalan Widoharjo, Semarang Utara
= (0,8+0,4+0,0):3
=0,4
Jadi kelandaian rata-rata Jalan Widoharjo, Semarang Utara <6%.
b. Iklim
17
Berdasarkan dari data tersebut banyaknya curah hujan di Semarang
10.822 mm/tahun jadi termasuk dalam iklim >900 mm/tahun.
c. Prosentasi kendaraan berat
Dari tabel survei didapat jumlah lalu lintas selama pengamatan :
No. Jenis
Kendaraan
LHR
(kendaraan/jam)
LHR
(smp/jam)
LHR
(smp/hari)
1. Mobil 129 129 3096
2. Small Bus 6 8 192
3. Truck 2 as 10 13 312
4. Truck 3 as 2 3 72
Perhitungan Prosentasi Kendaraan Berat (HV) :
Prosentasi HV =∑ Kendaraan berat
∑ Kendaraan keseluruhan x 100%
=∑ (¿8+13+3)
∑ (¿129+8+13+3)¿¿ x 100%
= 24153
x 100%
Prosentasi HV = 15,686% < 30%
18
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan besarnya Faktor Regional
(FR) di Jl. Widoharjo 1.5.
4. MENENTUKAN INDEKS PERMUKAAN PADA AKHIR UMUR
RENCANA (IPt)
Berdasarkan LER 419,807 Jl. Widoharjo yang merupakan jalan kolektor
diperoleh IPt sebesar 2.0.
19
5. MENENTUKAN INDEKS PERMUKAAN PADA AWAL UMUR
RENCANA (IP0)
Jenis lapis perkerasan Jl. Widoharjo yang direncanakan adalah LASTON
dengan IP0 3.9-3.5 dan kekasaran <1000 mm/km.
6. MENENTUKAN ITP DENGAN CARA ANALITIS
Data yang diketahui :
1. LER=419,807
2. DDT=5,9
3. IPo=3,7
4. IPt=2
5. FR = 1,5
20
log ( LER x365 x10 x FR )=9,36 log( ITP2,54
+1)−0,20+log
( IPo−IPt )( IPo−1,5 )
0,40+1094
( ITP2,54
+1)5,19
+0,372 ( DDT−3,0 )
E1=log ( LER x 365 x 10 x FR )
E2=9,36 log( ITP2,54
+1)−0,20+log
( IPo−IPt )(IPo−1,5 )
0,40+1094
( ITP2,54
+1)5,19
+0,372 ( DDT−3,0 )
Maka Nilai E1=E2
Mencari Nilai E1 dahulu :
E1=log ( LER x 365 x 10 x FR )
= Log (419,807 x 365 x 10 x 1,5)
= 6,361
Kemuadian mencari E2 yang hasil sama dengan E1 . Cara mencoba-coba
nilai ITP, dan hasil pada exel didapat hasil :
ITP Rencana Mencari Nilai E1 Nilai E2
6 6.3614 5.7618
6.3 6.3614 5.8948
6.5 6.3614 5.9805
7 6.3614 6.1853
7.456 6.3614 6.3614
10.06 6.3614 7.2216
10.066 6.3614 7.2233
10.1 6.3614 7.2333
Didapat nilai ITP = 7,456
21
Lapis Permukaan, Jenis Bahan Laston
Lapis Pondasi Bawah, Jenis BahanBatu Pecah
E2=9,36 log( ITP2,54
+1)−0,20+log
( IPo−IPt )(IPo−1,5 )
0,40+1094
( ITP2,54
+1)5,19
+0,372 ( DDT−3,0 )
E2=9,36 log( 7,4562,54
+1)−0,20+log
(3,7−2 )(3,7−1,5 )
0,40+1094
( 7,4562,54
+1)5,19
+0,372 (5,9−3,0 )
E2=6,361
Maka :
E1=E2
6,361=6,361 → OKE
Jadi, ITP hasil analisis adalah 7,456
7. JENIS DAN TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN WIDOHARJO
Gambar – Kondisi Dilapangan
Rumus yang digunakan :
22
10 cm
35 cm
ITPrencana=ITPkebutuhan−ITPsisa
ITPSISA=x1 a1 D1+x2 a2 D 2+x3 a3 D3
ITPkebutuhan=a1 . D 1+a2 . D2+a3. D3
dimana :
x1 = (100%-%kerusakan) pada lapisan pertama
x2 = (100%-%kerusakan) pada lapisan kedua
x3 = (100%-%kerusakan) pada lapisan ketiga
a1 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan pada lapisan pertama
a2 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan pada lapisan kedua
a3 = Koefisien kekuatan relatif bahan perkerasan pada lapisan ketiga
D1 = Tebal lapis perkerasan pada lapisan pertama
D2 = Tebal lapis perkerasan pada lapisan kedua
D3 = Tebal lapis perkerasan pada lapisan ketiga
1) Menghitung ITP Kebutuhan
ITPkebutuhan=a1 . D 1+a2 . D2
ITPkebutuhan = 0,3. 10 + 0,13.35
ITPkebutuhan = 7,5
2) Menghitung % kerusakan
Dengan rumus :
% kerusakan = (Nq/4).100%
Nq = Np x Nj
Nj = Nx-(Nxoke)
Np = (Luas Jalan Rusak)/(Luas Jalan Keseluruhan) x100%
dimana:
Np = Nilai Presentase Kerusakan
Nx = Nilai Bobot Kerusakan
Nj = Nilai Ketidaknyamanan
Nx = Nilai Bobot kerusakan
23
Nxoke = Nilai Bobot kontruksi aspal tanpa kerusakan
Jenis Kerusakan dan perhitungannya
Jenis
kerusakanp (m) l (m) A (m2)
Retak Permukaan
4.5 2 9
10 2 20
6 2 12
Tambalan 12 4 48
Luas Total (m2) 89
Mencari Nilai Nx dan Nj
24
Mencari Nilai Np
Np= Luas Jalan RusakLuas Jalan Keseluruhan
.100 %
Luas Jalan keseluruhan Luas jalan rusak
p = 450 m Aspal 89 m2
l = 7 m Total 89 m2
Luas = 3150 m2
Np= 893150
.100 %
= 2,8 %
Jadi, nilai Np termasuk pada kategori sedikit sekali (Nilai = 2)
25
Tabel 2.2. Nilai Prosentase Kerusakan (Np)
Prosentase Kategori Nilai
< 5 % Sedikit sekali 2
5 % - 20 % Sedikit 3
20 - 40 % Sedang 5
> 40 % Banyak 7
No Kerusakan Aspal Luas Total (m2) Nx Nj
1 Retak Permukaan 41 5 2
2 Tambalan 48 4 1
Total 89
Mencari Nq
Np=2
Nq=Np x Nj
Menca
MMencari % kerusakan
% kerusakan = nq/4 x 100%
= 3,5/4 x 100%
26
Mencari Nq
Jenis Kerusakan Nj Nq
Retak Permukaan 2 4
Tambalan 1 2
NILAI Nq 3.5
Rata-rata nilai Nq 1.75
= 87,5 % → kerusakan total lapisan pertama
3) Mencari ITP sisa dan ITP rencana untuk lapis ulang
ITPsisa = x1a1D1
ITPkebutuhan=a1 . D 1+a2 . D2
ITPkebutuhan = 0,3. 10 + 0,13.35
ITPkebutuhan = 7,5
Karena kerusakan terjadi pada lapis pertama jadi cukup lapis ulang
lapisan pertama yakni lapis permukaan.
x1=(100 %−% kerusakan ) pada lapisan pertama
¿ (100 %−87,5 % )
¿12,5 %
x2=(100 %−% kerusakan ) pada lapisankedua
¿100 % → karena kerusakan tidak mencapai kedalaman lapisan
kedua
Maka untuk ITPsisa :
ITPsisa=x1 . a1. D1+ x2 . a2 . D2
ITPsisa = 12,5% x 0,3 x 10 + 100% x 0,13 x 35
ITPsisa = 4,925
ITPrencana untuk lapis ulang :
ITPrencana=ITPkebutu h an−ITPsisa
ITPrencana = 7,5 – 4,925
ITPrencana = 2,575
Lapis Permukaan :
Jenis Bahan Laston → a1 = 0,3
27
Lapis Permukaan, Jenis Bahan Laston
Tebal Lapis Perkerasan → D1 = 10 cm
Jadi Nilai ITP Lapis Ulang :
ITPlapis ulang = a1.D1
2,575 = 0,3. D1
D1 = 8,583
D1 = 9 cm
BAB IV
KESIMPULAN
Besarnya ITP (Indeks Tebal Perkerasan) pada Jalan Widoharjo dengan cara
analitis sebesar 7,456. Berdasarkan nilai ITP dan % kerusakan yang terjadi pada
jalan Widoharjo memiliki ITP lapis ulang sebesar 2,575.
28
9 cm
DOKUMENTASI
29
30
31
32
33
Daftar pustaka
______. Pedoman Desain Perkerasan Jalan lentur No-002-p-bm-2011
______. Bab 2 Universitas Bina Nusantara Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil
2001-1- 0035- SP- Bab 2
______. Cara uji CBR dengan Dynamic Cone Penetrometer (DCP). Departemen
Pekerjaan Umum
______. Pedoman Desain Perkerasan Jalan lentur No-002-p-bm-2011
34
top related