laporan akhir penelitian hibah ... - lemlit.unpas.ac.id
Post on 16-Nov-2021
22 Views
Preview:
TRANSCRIPT
LAPORAN AKHIR
PENELITIAN HIBAH BERSAING PERGURUAN TINGGI Tahun Anggaran 2015/2016
ANALISIS RESIKO BENCANA MULTI BAHAYA (MULTI HAZARD)
DI KOTA BUKITTINGGI DAN ARAHAN MITIGASINYA
TIM PENELITI
DR. IR. FIRMANSYAH, MT. NIDN : 0404106501 (Ketua)
JAJAN ROHJAN, ST., MT. NIDN : 431107002 (Anggota)
DEDEN SYARIFUDIN, ST., MT. NIDN : 0430057604 (Anggota)
Dibiayai oleh
Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat
Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi
HALAMAN PENGESAHAN
PENELITIAN DIKTI HIBAH BERSAING
1. Judul Penelitian : Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya
(Multi Hazard) di Kota Bukittinggi dan
Arahan Mitigasinya
2. Kode / Nama Rumpun Ilmu : 424 / Perencanaan Wilayah dan Kota
3. Ketua Peneliti
a. Nama Lengkap : Dr. Firmansyah Ir., MT.
b. NIDN : 0404106501
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Program Studi : Perencanaan Wilayah dan Kota
e. Nomor HP : 08122301513
f. Alamat Surel : Komplek Kampung Padi, Kav. E-2, Jl. Cisitu
Indah VI, Dago, Bandung
sangkuriangperfekta@yahoo.com
4. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : Jajan Rohjan, ST., MT..
b. NIDN : 431107002
c. Perguruan Tinggi : Universitas Pasundan
5. Anggota Peneliti
a. Nama Lengkap : Deden Syarifudin, ST., MT..
b. NIDN : 0430057604
c. Perguruan Tinggi : Universitas Pasundan
6. Lama Penelitian Keseluruhan : 2 (dua) Tahun
7. Penelitian Tahun Ke : I (Pertama)
8. Biaya Penelitian Keseluruhan :
9. Biaya Tahun Berjalan : - Diusulkan ke DIKTI : Rp. 50.000.000,00
- Dana Internal : Rp. 0,00
- Dana Intitusi Lain : Rp. 0,00
- Inkind : Rp. 0,00
Mengetahui,
Dekan Fakultas Teknik
Universitas Pasundan
Bandung, November 2016
Ketua Peneliti
Dr. Ir. Yudi Garnida, MS.
NIPY 151 002 29
Dr. Ir. Firmansyah, MT.
NIPY 151 102 90
Menyetujui
Ketua Lembaga Penelitian Universitas Pasundan
Dr. Hj. Erni Rusyani Aziz, SE., MM.
NIP. 1962031991032001
ABSTRAK
Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat yang berada di
kawasan rawan bencana gerakan tanah/longsor, letusan gunung berapi, gempa bumi,
kebakaran dan banjir. Kota Bukittinggi tumbuh dan berkembang di sepanjang jalur patahan
aktif Sumatera yang lebih dikenal dengan Ngarai Sianok. Diperkirakan patahan ini bergeser
11 sentimeter per tahun. Kota ini juga dikelilingi oleh dua buah gunung berapi, yaitu Gunung
Singgalang dan Gunung Marapi.
Melihat potensi bencana yang dimiliki oleh Kota Bukittinggi, menjadikan hal tersebut
sebagai isu permasalahan yang harus dipertimbangkan dalam setiap perencanaan
pembangunan Kota Bukittinggi, karena bencana dalam bentuk apapun dapat terjadi kapan
saja dan dimana saja. Bencana tersebut ada juga yang datang dengan didahului oleh
peringatan namun ada juga yang datang secara tiba-tiba, sehingga diperlukan pengelolaan
bencana yang lebih sistimatis secara bersama-sama baik oleh pemerintah maupun oleh
masyarakat. Berdasarkan kondisi Kota Bukittinggi yang memiliki potensi bencana, maka
diperlukan studi yang dapat dijadikan masukan dalam upaya mengurangi resiko bencana.
Untuk mengurangi resiko tersebut, terlebih dahulu perlu diidentifikasi wilayah-wilayah yang
beresiko tinggi terhadap bencana gempa bumi, longsor, kebakaran dan banjir serta bagaimana
merumuskan implikasi resiko bencana tersebut terhadap tindakan mitigasi bencana agar dapat
mengurangi resiko. Penelitian ini mengacu pada beberapa penelitian sebelumnya dimana ada
3 (tiga) faktor yang mempengaruhi tingkat resiko bencana yaitu faktor bahaya, kerentanan
dan ketahanan.
Metode analisis yang digunakan pada penelitian ini menggunakan beberapa metode yaitu
perhitungan nilai faktor dengan model standarisasi Davidson serta metode superimpose.
Selain itu untuk memperoleh tingkat kepentingan faktor-faktor resiko bencana digunakan
pembobotan dengan menggunakan metode proses hierarki analitik (Analytical Hierarchy
Process/AHP).
Kata Kunci: Resiko Bencana, Mitigasi Bencana, Bahaya (Hazard), Kota Bukittinggi
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan
hidayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan Laporan Akhir pelaksanaan hibah
bersaing yang berjudul “Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) di Kota
Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya.”
Peneliti menyadari laporan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan,
mengingat data/informasi yang diperoleh sangatlah terbatas. Untuk itu peneliti
mengharapkan saran dan kritik yang membangun agar penyusunan laporan penelitian
ini dapat lebih baik di masa depan.
Semoga laporan kemajuan pelaksanaan penelitian yang disusun oleh penulis
dapat bermanfaat bagi peneliti khususnya dan pihak lain pada umumnya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Bandung, November 2016
Peneliti
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................ i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Tujuan Khusus ...................................................................................... 3
1.3 Urgensi Penelitian ................................................................................ 5
1.4 Luaran (Output) Penelitian ................................................................... 5
1.5 Ruang Lingkup Wilayah ...................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 7
2.1 Konsepsi Bencana Alam dan Bahaya Alam ......................................... 7
2.2 Faktor Bahaya ...................................................................................... 8
2.2.1 Bahaya Gempa Bumi .................................................................. 8
2.2.2 Bahaya Gerakan Tanah/Longsor ................................................. 9
2.2.3 Bahaya Kebakaran ....................................................................... 9
2.2.4 Bahaya Banjir .............................................................................. 9
2.3 Faktor Kerentanan ................................................................................ 10
2.4 Faktor Ketahanan/Kemampuan (Capacity) .......................................... 10
2.5 Mitigasi ................................................................................................. 10
2.6 Pengelolaan Resiko Bencana................................................................ 11
2.6 Studi Terdahulu dan Kondisi yang Ingin Dicapai ................................ 15
BAB III Tujuan dan Manfaat Penelitian
3.1 Tujuan .......................................................................................................... 18
3.2 Manfaat dan Urgensi Penelitian .................................................................. 18
3.2.1 Manfaat Penelitian .............................................................................. 18
3.2.2 Urgensi Penelitian .............................................................................. 18
iii
BAB IV Metodologi
4.1 Metode Studi ................................................................................ 20
4.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian .................................................. 21
4.3 Metode Pengumpulan Data .......................................................... 21
4.4 Metode Analisis ............................................................................ 21
BAB V Hasil dan Pembahasan
5.1 Gambaran Fisik Wilayah ............................................................. 24
5.1.1 Letak dan Kondisi Geografi ...................................................... 24
5.1.2 Kondisi Topografi ..................................................................... 24
5.1.3 Kondisi Curah Hujan ................................................................ 25
5.1.5 Kondisi Geologi ........................................................................ 29
5.2 Zonasi Kemampuan Fisik Berdasarkan Kondisi Geologi ........... 31
5.3 Profil Ancaman Bencana di Sumatera Barat ............................... 40
5.3.1 Gempabumi ............................................................................... 41
5.3.2 Longsor ..................................................................................... 41
5.3.3 Kebakaran ................................................................................. 42
5.4 Penggunaan Lahan ...................................................................... 47
5.5 Sosial Kependudukan .................................................................. 54
5.5.1 Kependudukan .......................................................................... 54
5.5.2 Kepadatan Penduduk ................................................................ 55
5.5.3 Struktur Penduduk .................................................................... 55
5.6 Sarana dan Prasarana ................................................................... 56
5.6.1 Sarana ........................................................................................ 56
5.6.2 Prasarana ................................................................................... 58
5.7 Transportasi ................................................................................. 62
5.8 Delineasi Kawasan Permukiman Rawan Bencana ...................... 63
5.9 Analisis Tingkat Resiko Bencana di Kota Bukittinggi ............... 65
5.9.1 Analisis Tingkat Resiko Bencana Gempa Bumi ....................... 65
5.9.2 Analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor ............................... 75
5.9.3 Analisis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran ........................... 84
5.9.4 Analisis Tingkat Resiko Genangan Air .................................... 90
iv
5.9.5 Analisis Resiko Kebencanaan ................................................... 97
BAB VI Kesimpulan Dan Saran
6.1 Kesimpulan .................................................................................. 99
6.2 Rekomendasi ............................................................................... 100
DAFTAR PUSTAKA
v
DAFTAR TABEL
Tabel IV.1 Faktor, Sub Faktor dan Indikator Tingkat Resiko Bencana
Berdasarkan Jenis Bencana ............................................................. 23
Tabel V.1. Kemiringan Lahan/Lereng Wilayah Kota Bukittinggi ................... 24
Tabel V.2. Kondisi Curah Hujan ...................................................................... 25
Tabel V.3. Kondisi Hidrologi Kota Bukittinggi ............................................... 29
Tabel V.4. Kondisi Geologi Kota Bukittinggi .................................................. 30
Tabel V.5. Klasifikasi Zona Fisik Kota Bukittinggi ......................................... 32
Tabel V.6. Zona Fisik dan Potensi Bahaya yang Ditimbulkan ......................... 32
Tabel V.7. Data Daerah Rawan Bencana Kota Bukittinggi Tahun 2014 ......... 38
Tabel V.8. Jenis penyebaran bencana pada Pronvinsi Sumatera Barat ............ 40
Tabel V.9. Distribusi Penggunaan Lahan Kota Bukittinggi ............................. 49
Tabel V.10. Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi 2010-2014 .............................. 54
Tabel V.11. Rata-rata Kepadatan Penduduk ....................................................... 55
Tabel V.12. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin ............. 55
Tabel V.13. Jumlah dan Sebaran Fasilitas Peribadatan Di Kota Bukittinggi ..... 56
Tabel V.14. Jumlah dan Sebaran Fasilitas Pendidikan di Kota Bukittinggi ....... 57
Tabel V.15. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Bukittinggi (Unit) .................. 57
Tabel V.16. Reservoir Produksi dan Distribusi .................................................. 60
Tabel V.17. Sistem Jaringan Jalan Kawasan Perencanaan ................................. 63
Tabel V.18. Delineasi Kawasan Permukiman Rawan Bencana ......................... 64
Tabel V.19. Tingkat Bahaya Bencana Gempa Bumi .......................................... 67
Tabel V.20. Kerentanan Bencana Gempa Bumi ................................................. 69
Tabel V.21. Kapasitas Bencana Longsor dan Gempa Bumi ............................... 71
Tabel V.22. Analisis Resiko Bencana Gempa Bumi .......................................... 72
Tabel V.23. Tingkat Bencana Longsor ............................................................... 76
Tabel V.24. Kerentanan Bencana Longsor ......................................................... 78
Tabel V.25. Kapasitas Bencana Longsor dan Gempa Bumi ............................... 80
Tabel V.26. Analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor ..................................... 82
vi
Tabel V.27. Analisis Bahaya Kebakaran ............................................................ 85
Tabel V.28. Analisis Tingkat Kerentanan Bencana Kebakaran ......................... 86
Tabel V.29. Kapasitas Bencana Kebakaran ........................................................ 87
Tabel V.30. Analisis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran ................................. 88
Tabel V.31. Titik Genangan Air Hujan .............................................................. 91
Tabel V.32. Tabel Kerentanan Genangan Air Kota Bukittinggi ........................ 93
Tabel V.33. Kapasitas Bencana Banjir ............................................................... 94
Tabel V.34. Tingkat Potensi Resiko Genangan Air ............................................ 95
Tabel V.35. Analisis Resiko Kebencanaan ......................................................... 97
Tabel VI.1 Lokasi Bencana dan Jenis Bencana ........................................ 99
Tabel VI.2 Arahan Mitigasi Bencana Berdasarkan Jenis Bencana .......... 100
vii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Geodinamika Sumatera Barat ......................................................... 1
Gambar 1.2 Peta Adminitrasi ............................................................................ 4
Gambar 2.1 Faktor Terjadinya Bencana ............................................................. 8
Gambar 2.2 Road Map Penelitian ....................................................................... 17
Gambar 4.1 Alur Kerangka Penelitian ................................................................ 22
Gambar 5.1 Peta Kemiringan Lahan .......................................................... 27
Gambar 5.2 Peta Zona Fisik ....................................................................... 34
Gambar 5.3 Peta Rawan Gempa Bumi ...................................................... 37
Gambar 5.4 Jumlah Kerugian Kejadian Bencana Yang Ditanggulangi
BPBD Kota Bukittinggi TH 2012 S/D 2015 ......................... 43
Gambar 5.5 Peta Rawan Bahaya Longsor .................................................. 44
Gambar 5.6 Peta Rawan Bahaya Kebakaran .............................................. 44
Gambar 5.7 Jumlah Kerugian Kejadian Bencana Yang Ditanggulangi
BPBD Kota Bukittinggi TH 2012 S/D 2015 ......................... 45
Gambar 5.8 Rekapitulasi Jumlah Korban Kejadian Bencana Yang
Berhasil Ditanggulangi ........................................................... 45
Gambar 5.9 Peta Rawan Genangan Banjir ................................................. 46
Gambar 5.10 Peta Penggunaan Lahan ......................................................... 53
Gambar 5.11 Peta Analisis Resiko Bencana Gempa Bumi .......................... 74
Gambar 5.12 Peta Analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor ..................... 83
Gambar 5.13 Peta Analisis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran................. 89
Gambar 5.14 Peta Analisis Potensi Resiko Genangan Air ........................... 96
Gambar 5.15 Peta Analisis Multi Hazard ..................................................... 98
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Menurut Undang-undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan
Bencana, Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan
timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan
dampak psikologis.
Kota Bukittinggi merupakan salah satu kota di Provinsi Sumatera Barat yang
berada di kawasan rawan bencana gerakan tanah/longsor, letusan gunung berapi,
gempa bumi, kebakaran dan banjir. Kota Bukittinggi tumbuh dan berkembang di
sepanjang jalur patahan aktif Sumatera yang lebih dikenal dengan Ngarai Sianok.
Diperkirakan patahan ini bergeser 11 sentimeter per tahun. Kota ini juga dikelilingi
oleh dua buah gunung berapi, yaitu Gunung Singgalang dan Gunung Marapi. Kondisi
ini menyebabkan secara alamiah Kota Bukittinggi menghadapi bahaya gempa bumi
yang dapat memicu bencana gerakan tanah (RTRW Kota Bukittinggi Tahun 2010-
2030).
Gambar 1.1
Geodinamika Sumatera Barat
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 2
Saat ini, Pemerintah Kota Bukittinggi melalui Peraturan Daerah tentang RTRW
Kota Bukittinggi Tahun 2010-2030 telah menetapkan kawasan rawan bencana longsor
dan gempabumi. Adapun kawasan yang ditetapkan sebagai kawasan rawan bencana
longsor dan gempabumi adalah kawasan Ngarai Sianok dengan luas total kawasan ±
263,19 Ha.
Wilayah Pulau Sumatera berada pada daerah subduction yang merupakan
pertemuan 2 lempeng kerak bumi aktif/tektonik, yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng
Indo-Australia. Pada 6 Maret 2007 gempa melanda wilayah Solok, Tanah Datar dan
Bukittinggi. Kejadian gempa tersebut menimbulkan korban jiwa 8 orang meninggal
dunia dan mendatangkan kerugian yang sangat besar berupa harta benda serta
kerusakan infrastruktur di Kota Bukittinggi.
Gempa bumi yang terjadi 6 Maret 2007 turut memicu terjadinya longsor, yang
terjadi pada sempadan Ngarai Sianok sehingga menyebabkan beberapa rumah di
sekitarnya jatuh ke Lembah Ngarai Sianok. Dampak terbesar diderita wilayah
Kelurahan Belakang Balok dan Kelurahan Birugo (Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh), Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang dan Kayu Kubu (Kecamatan Guguak
Panjang) dan beberapa rumah pada runtuhan bukik bulek pada Kelurahan Campago
Guguak Bulek (Kecamatan Mandiangin Kota Selayan). (BPBD Kota Bukittinggi,
2014).
Penyebab kebakaran yang terjadi di Kota Bukittinggi lebih banyak dipicu oleh
bencana gempa bumi, faktor kesalahan manusia dan faktor cuaca. Gempa yang terjadi
terkadang sering menimbulkan konslet listrik dan pada akhirnya menyebabkan
kebakaran. Pada tahun 2012 terjadi kebakaran di Kecamatan Aur Birgo Baleh
sebanyak 9 kejadian, Kecamatan Guguk Panjang sebanyak 27 kejadian dan Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan sebanyak 21 kejadian (BPBD Kota Bukittinggi, 2014).
Melihat potensi bencana yang dimiliki oleh Kota Bukittinggi, menjadikan hal
tersebut sebagai isu permasalahan yang harus diperimbangkan dalam setiap
perencanaan pembangunan Kota Bukittinggi, karena bencana dalam bentuk apapun
dapat terjadi kapan saja dan dimana saja. Bencana tersebut ada juga yang datang
dengan didahului oleh peringatan namun ada juga yang datang secara tiba-tiba,
sehingga diperlukan pengelolaan bencana yang lebih sistimatis secara bersama-sama
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 3
baik oleh pemerintah maupun oleh masyarakat.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka perlu dilakukan kajian mengenai
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) dan Arahan Mitigasinya di
Kota Bukittinggi, sehingga dapat memberikan panduan operasional pembangunan pada
kawasan-kawasan yang dianggap sebagai kawasan rawan bencana, yang pada akhirnya
akan menciptakan rasa aman, nyaman bagi penduduk Kota Bukittinggi untuk tinggal
dan beraktivitas.
1.2 Tujuan Khusus
Berdasarkan latar belakang penelitian, maka dapat diketahui wilayah Kota Bukittinggi
secara potensial memiliki resiko bencana longsor/gerakan tanah, gempa bumi,
kebakaran dan banjir. Oleh karena itu, diperlukan suatu upaya untuk mengurangi
resiko bencana tersebut. Untuk mengurangi resiko, perlu diketahui wilayah-wilayah
mana yang beresiko tinggi terhadap bencana tersebut. Untuk itu tujuan khusus yang
ingin di capai adalah:
1. Identifikasi faktor-faktor kawasan rawan bencana akibat dari bencana
longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir.
2. Identifikasi sub faktor dari faktor-faktor bencana longsor/gerakan tanah, gempa
bumi, kebakaran dan banjir yang telah ditetapkan.
3. Identifikasi indikator untuk menilai sub-sub faktor bencana longsor/gerakan
tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir yang telah ditetapkan.
4. Identifikasi kondisi dari faktor, sub faktor dan indikator bencana
longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir yang telah
ditetapkan terhadap wilayah studi.
5. Analisis tingkat resiko bencana untuk setiap jenis bahaya (hazard), yaitu tingkat
resiko bencana gempa bumi, tingkat resiko bencana longsor, tingkat resiko
bencana kebakaran dan tingkat resiko bencana banjir.
6. Analisis tingkat resiko bencana Multi Bahaya (Multi Hazard).
7. Arahan mitigasi berdasarkan kondisi tingkat resiko bencana.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 4
Gambar 1.1
Peta Adminitrasi
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 5
1.3 Urgensi Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu usulan dalam memberikan arahan terhadap mitigasi
bencana di wilayah Kota Bukittinggi. Adapun urgensi dalam penelitian ini, mencakup
beberapa hal:
Pertama : Implikasi terhadap arahan pola ruang, khususnya pola permukiman
penduduk. Arahan mitigasi yang dihasilkan dari penelitian ini adalah
terbentuknya zona-zona permukiman penduduk yang sesuai dengan
peruntukannya (di luar kawasan/zona rawan bencana).
Kedua : Implikasi terhadap arah kebijakan pembangunan daerah Kota Bukittinggi,
dimana hasil penelitian ini akan memberikan suatu rekomendasi terhadap
arahan kebijakan-kebijakan Kota Bukittinggi yang akan disusun
berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini.
Ketiga : Implikasi terhadap RTRW Kota Bukittinggi di masa mendatang, dimana
pelaksanaan pembangunan terkendala oleh adanya faktor bencana alam
yang membatasi ruang gerak dalam melakukan perencanaan di masa
depan. Penelitian ini akan memberikan arahan bagi terlaksananya rencana
tata ruang wilayah yang berkesinambungan sesuai dengan hasil
kajian/analisis yang telah di lakukan.
Keempat : Implikasi teoritis, hasil penelitian ini akan menambah khasanah keilmuan
khususnya dalam bidang perencanaan wilayah yang berbasis mitigasi
bencana serta arahan terhadap mitigasi bencana di wilayah Kota
Bukittinggi.
1.4 Luaran (Output) Penelitian
Luaran (output) penelitian adalah sebagai berikut:
1. Rumusan kebijakan untuk mengurangi tingkat resiko bencana yang dapat
digunakan sebagai masukan dalam evaluasi RTRW Kota Bukittinggi.
2. Publikasi ilmiah berupa Jurnal terakreditasi.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 6
1.5 Ruang Lingkup Wilayah
Ruang lingkup wilayah kajian Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya, terutama pada kawasan-kawasan yang
mempunyai dampak signifikan terhadap bencana. Luas Kota Bukittinggi ± 25,239
Km2 (2.523,90 ha) atau sekitar 0,06 % dari luas Provinsi Sumatera Barat.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsepsi Bencana Alam dan Bahaya Alam
Awotona (1997) memberikan penjelasan mengenai bahaya alam (natural
hazard) sebagai berikut :
Natural hazards, as part of our environment, can occur anywhere. Earthquakes,
floods, volcanoes and violent weather variations, as well as other extreme
natural events, can trigger disaster when they interact with vulnerable
conditions (Awotona, 1997:1).
Bahaya alam merupakan suatu kondisi gejala alamiah, dimana alam melakukan
perubahan-perubahan untuk mencapai keseimbangannya. Bahaya alam tidak selalu
menimbulkan bencana alam tetapi bencana alam terjadi jika bahaya alam berada di
wilayah yang rentan terhadap bahaya alam tersebut.
Menurut UNDP (1992), dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan bencana
adalah sebagai beikut :
Bencana adalah gangguan yang serius dari berfungsinya suatu masyarakat, yang
menyebabkan kerugian-kerugian besar terhadap lingkungan, material dan
manusia, yang melebihi kemampuan dari masyarakat yang tertimpa bencana
untuk menanggulanginya dengan hanya menggunakan sumber-sumber daya
masyarakat itu sendiri. (UNDP, 1992 : 12).
Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 Tentang
Penanggulangan Bencana memberikan pengertian bencana sebagai berikut :
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh
faktor alam dan/atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga
mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, dan dampak psikologis.
Dari beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa bencana
merupakan sebuah peristiwa yang terjadi karena bertemunya ancaman dari luar
terhadap kehidupan manusia dengan kerentanan.
Faktor lain yang berkaitan dengan ”disaster” adalah kapasitas (capacities),
yaitu aspek-aspek positif dari situasi yang ada, yang apabila dimobilisasi dapat
mengurangi risiko (risk) dengan mengurangi ”vulnerability”. Mengurangi risiko dari
”natural hazard” dapat dideskripsikan sebagai mengurangi ”vulnerability” dan
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 8
meningkatkan ”capacity” (Awotona, 1997:150-151). Sanderson (1997:150)
menggambarkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bencana adalah sebagai
berikut lihat Gambar 2.1.
Gambar 2.1
Faktor Terjadinya Bencana
Sumber : Sanderson (1998 : 150)
Dengan demikian, maka penting untuk diketahui mengenai kerentanan
(vulnerability) dan ketahanan sebagai salah faktor yang berpengaruh terhadap bencana
alam. Faktor bahaya merupakan faktor fisik dasar yang merupakan pemicu terjadinya
bencana. Faktor ini dapat dikatakan sebagai faktor “pengganggu” terhadap kota dan
wilayah. (Firmansyah, 1998:37).
2.2 Faktor Bahaya
2.2.1 Bahaya Gempa Bumi
Menurut Noor (2006), memberikan pengertian gempa bumi sebagai berikut:
Gempa bumi adalah getaran dalam bumi yang terjadi sebagai akibat terlepasnya
energi yang terkumpul secara tiba-tiba dalam batuan yang mengalami deformasi.
Gempa bumi dapat didefinisikan sebagai rambatan gelombang pada masa
batuan/tanah yang berasal dari hasil pelepasan energi kinetik yang berasal dari
dalam bumi. Sumber energi yang dilepaskan dapat berasal dari hasil tumbukan
lempeng, letusan gunung api, atau longsoran masa batuan/tanah (Noor,
2006:136-137).
Menurut Peraturan Menteri No. 33 Tahun 2006 Tentang Pedoman Umum
Mitigasi Bencana, memberikan pengertian mengenai gempa bumi sebagai berikut :
Gempa bumi adalah getaran partikel batuan atau goncangan pada kulit bumi
yang disebabkan oleh pelepasan energi secara tiba-tiba akibat aktivitas tektonik
(gempa bumi tektonik) dan rekahan akibat naiknya fluida (magma, gas, uap dan
lainnya) dari dalam bumi menuju ke permukaan, di sekitar gunung api, disebut
gempa bumi gunung api/vulkanik.
Dari pengertian tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa gempa bumi
merupakan fenomena alam yang setiap saat dapat terjadi di permukaan bumi. Gempa
bumi menyebabkan guncangan atau getaran yang besarnya beragam. Besarnya
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 9
guncangan bumi beragam mulai dari yang sangat kecil sampai kepada guncangan yang
dahsyat, guncangan tersebut menyebabkan kerusakan dan runtuhnya struktur bangunan
yang menimbulkan korban bagi penghuninya.
2.2.2 Bahaya Gerakan Tanah/Longsor
Menurut Kartasapoetra (2005), memberikan penjelasan mengenai pengertian
longsor adalah sebagai berikut:
Longsor/Erosi adalah proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau
kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara alamiah ataupun sebagai
akibat dari kegiatan manusia (Kartasapoetra, dkk, 2005). Sehubungan dengan
proses terjadianya erosi secara alamiah dan percepatan manusia, penyebab dan
faktor yang mempengaruhi besarnya laju erosi adalah iklim, tanah,
kewilayahan (topografi), tanaman penutup tanah (vegetasi) dan jenis kegiatan
manusia.
Menurut Asdak (2004), proses erosi terdiri dari tiga tahap berurutan yaitu:
Pengelupasan (detachment), pengangkutan (transportation) dan pengendapan
(sedimentation). Agen pelepasan tanah yang penting adalah tetesan butir hujan
yang jatuh ke permukaan tanah. Tetesan itu akan memukul permukaan tanah,
mengakibatkan gumpalan tanah menjadi butir-butir yang lebih kecil dan terlepas.
2.2.3 Bahaya Kebakaran
Definisi kebakaran menurut Suprapto (2008) adalah adanya api yang tidak
dikehendaki. Peristiwa kebakaran terjadi diawali dengan pembakaran kemudian api
tersebut sudah tidak dapat terkendali dan mengancam keselamatan jiwa dan harta
benda (Suprapto dalam Sagala dkk, 2013:8).
2.2.4 Bahaya Banjir
Banjir didefinisikan sebagai tergenangnya suatu tempat akibat meluapnya air
yang melebihi kapasitas pembuangan air disuatu wilayah dan menimbulkan kerugian
fisik, sosial dan ekonomi (Rahayu dkk, 2009). Banjir adalah ancaman musiman yang
terjadi apabila meluapnya tubuh air dari saluran yang ada dan menggenangi wilayah
sekitarnya. Banjir adalah ancaman alam yang paling sering terjadi dan paling banyak
merugikan, baik dari segi kemanusiaan maupun ekonomi (IDEP, 2007).
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 10
2.3 Faktor Kerentanan
Tingkat kerentanan (vulnerability) adalah suatu hal penting untuk diketahui
sebagai salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya „bencana alami, karena
bencana baru akan terjadi bila „bahaya alam‟ terjadi pada „kondisi yang rentan‟, seperti
yang dikemukakan Awatona (1997:1-2): “…..Natural disaster are the interaction
between natural hazard and vulnerable condition”.
Menurut Awatona (1997), kerentanan merupakan karakteristik orang atau
kelompok dalam kaitan kapasitasnya untuk mengantisipasi dan bertahan dari dampak
bahaya.
“….Vulnerability as “the characteristics of a person or group in terms of their
capacity to anticipate, cope with, resist, and recover from the impact of natural
hazard” (Awatona, 1997 : 28).
Teori di atas menjelaskan bahwa kerentanan sebagai “karakteristik dari
seseorang atau kelompok pada istilah ketahanan/kemampuan mereka untuk
mengantisipasi, menanggulangi, menolak, pulih/sembuh dari dampak bahaya alam.
2.4 Faktor Ketahanan/Kemampuan (Capacity)
Faktor ketahanan adalah kemampuan untuk merespon atau mengatasi dampak
dari suatu bencana alam. Secara sederhana merupakan aspek postif suatu situasi yang
ada atau emergency response (Davidson, 1997). Dengan kata lain ketahanan adalah
aspek-aspek positif dari situasi yang ada untuk mengurangi resiko bahaya alam. Dalam
studi Firmansyah (1998:38) berdasarkan modifikasi Davidson (1997) ketahanan
terbagi menjadi 2 sub faktor, yaitu sumber daya (resources) dan mobilitas.
2.5 Mitigasi
Mitigasi merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk
mengurangi atau memperkecil ancaman bencana, terutama bila kegiatan pencegahan
tidak dapat dilaksanakan, sedangkan kesiapsiagan merupakan segala upaya dan
kegiatan pengenalan terhadap sumber bencana, penelaahan dan pengamatan bencana
serta tindakan kesiapsiagaan untuk menghadapi ancaman bencana sejak dini. Kegiatan
dan program yang berhubungan dengan mitigasi meliputi cara-cara atau tindakan
rekayasa dan konstruksi, pelaksanaan peraturan perundangan tentang bangunan,
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 11
perencanaan tata guna lahan, pembangunan infrastruktur yang jauh dari daerah
bencana, dan lain sebagainya.
Menurut Campanella dan Godschalk (2012:218), mitigasi mengacu kepada
tindakan sebelum terjadinya bencana untuk mengurangi kerusakan dan korban cedera
dari bahaya alam:
“The term ”mitigation” has a long history in the field of emergency
management, where it refers predisaster actions to reduce damage and injury
from natural hazard, a definition that includes both adaptation and mitigation
measures.”
2.6 Pengelolaan Risiko Bencana
Letak geografis dan struktur geologis menyebabkan Indonesia menjadi salah satu
negara yang subur, sangat berpotensi sekaligus rawan bencana, antara lain gempa
bumi, banjir, tanah longsor, badai, tsunami, kebakaran hutan dan lahan serta letusan
gunungapi. Secara umum terdapat peristiwa bencana yang terjadi berulang setiap
tahun. Bahkan sekarang ini peristiwa bencana menjadi lebih sering dan terjadi silih
berganti, misalnya dari kekeringan, kemudian kebakaran, lalu diikuti banjir. Akibatnya
kita menganggap bencana tersebut sebagai sebuah sesuatu hal yang memang harus
terjadi. Padahal semua itu merupakan fenomena alamiah yang melekat pada bumi kita.
Keragaman sosial budaya, etnis, agama, kepercayaan, serta kondisi ekonomi dan
politik merupakan kekayaan bangsa Indonesia. Namun kemajemukan ini sekaligus
berpotensi menjadi pemicu dan bahkan sumber bencana, berupa konflik horisontal
maupun konflik vertikal. Pada akhirnya konflik tersebut menimbulkan kerusakan dan
kerugian material, bahkan korban jiwa, serta mengakibatkan terjadinya pengungsian
besar-besaran dan terganggunya kehidupan sosial ekonomi rakyat.
Sampai sekarang kita belum mampu secara tuntas menghilangkan risiko bencana
akibat fenomena itu. Tetapi perbedaan kemampuan kita mengenali, memahami dan
mensikapi bahaya fenomena yang beresiko itulah yang membuat besaran risiko yang
mengena pada diri kita berbeda. Semakin kita mengenali dan memahami fenomena
bahaya itu dengan baik, maka kita semakin dapat mensikpinya dengan lebih baik.
Sikap dan tanggap yang didasarkan atas pengenalan dan pemahaman yang baik akan
dapat memperkecil risiko bencana yang mengena pada kita.
Bencana seringkali dianggap sebagai sesuatu yang harus terjadi, cenderung diterima
apa adanya sebagai sebuah takdir. Saat bencana terjadi, hampir seluruh aktor
mencurahkan tenaga dan pikiran untuk melakukan tindakan gawat darurat bagi korban
bencana. Selanjutnya, kita disibukkan berbenah melakukan rehabilitasi maupun
rekontruksi. Berbagai pengelolaan bencana yang terlah kita lakukan jelas sesuai dan
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 12
bukan tanpa alasan. Kita melakukan tindakan darurat karena memang begitu banyak
korban yang memerlukan pertolongan. Kita perlu melakukan rehabilitasi dan
rekontruksi berbagai infrastruktur yang rusak oleh bencana, agar bisa menjalankan
rutinitas hidup kita secara normal. Dan, siklus itu selalu saja kita lakukan.
Pengurangan risiko total merupakan pada dasarnya adalah menerapkan prinsip kehati-
hatian pada setiap tahapan manajemen risiko bencana (disaster risk management).
Manajemen risiko bencana merupakan kegiatan yang meliputi aspek perencanaan dan
penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadi bencana. Manajemen
risiko bencana merupakan suatu kerangka kerja konseptual berfokus pada pengurangan
ancaman dan potensi kerugian dan bukan pada pengelolaan bencana dan
konsekuensinya. Manajemen risiko bencana bertujuan untuk mengembangkan suatu
“budaya aman” dan menciptakan “komunitas yang tahan bencana”.
Prinsip kehati-hatian dimulai dari mencermati setiap bagian kegiatan yang berpotensi
menjadi ancaman terhadap keberadaan aset penghidupan dan jiwa manusia. Ancaman
tersebut perlahan-lahan maupun tiba-tiba akan berpotensi menjadi sebuah bencana,
sehingga menyebabkan hilangnya jiwa manusia, harta benda dan lingkungan. Kejadian
ini terjadi di luar kemampuan adaptasi masyarakat dengan sumber-dayanya. Berkenaan
dengan hal tersebut maka perlu dipahami potensi risiko yang mungkin muncul, yaitu
besarnya kerugian atau kemungkinan hilangnya (jiwa, korban, kerusakan dan kerugian
ekonomi) yang disebabkan oleh bahaya tertentu di suatu daerah pada suatu waktu
tertentu. Resiko biasanya dihitung secara matematis, merupakan probabilitas dari
dampak atau konsekwesi suatu bahaya. Jika potensi risiko pada pelaksanaan kegiatan
jauh lebih besar dari manfaatnya, maka kehati-hatian perlu dilipat-gandakan. Upaya
mengurangi kerentanan yang melekat, yaitu sekumpulan kondisi yang mengarah dan
menimbulkan konsekwensi (fisik, sosial, ekonomi dan perilaku) yang berpengaruh
buruk terhadap upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan bencana, misalnya:
menebang hutan, penambangan batu, membakar hutan.
Siklus penanggulangan bencana perlu dilakukan secara utuh. Upaya pencegahan
(prevention) terhadap munculnya dampak adalah perlakuan utama. Untuk mencegah
banjir maka perlu mendorong usaha masyarakat membuat sumur resapan, dan
sebaliknya mencegah penebangan hutan. Agar tidak terjadi kebocoran limbah, maka
perlu disusun safety procedure dan kontrol terhadap kepatuhan perlakuan. Walaupun
pencegahan sudah dilakukan, sementara peluang adanya kejadian masih ada, maka
perlu dilakukan upaya-upaya mitigasi (mitigation), yaitu upaya-upaya untuk
meminimalkan dampak yang ditimbulkan oleh bencana. Ada 2 bentuk mitigasi, yaitu
mitigasi struktural berupa pembuatan infrastruktur pendorong minimalisasi dampak,
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 13
serta mitigasi non struktural berupa penyusuan peraturan, pengelolaan tata ruang dan
pelatihan.
Usaha-usaha di atas perlu didukung dengan upaya kesiapsiagaan (preparedness), yaitu
melakukan upaya untuk mengantisipasi bencana, melalui pengorganisasian langkah-
langkah yang tepat, efektif dan siap siaga. Di dalam usaha kesiapsiagaan ini juga
dilakukan penguatan sistem peringatan dini (early warning system), yaitu upaya untuk
memberikan tanda peringatan bahwa bencana kemungkinan akan segera terjadi. Upaya
ini misalnya dengan membuat perangkat yang akan menginformasikan ke masyarakat
apabila terjadi kenaikan kandungan unsur yang tidak diinginkan di sungai atau sumur
di sekitar sumber ancaman. Pemberian peringatan dini harus (1) menjangkau
masyarakat (accesible), (2) segera (immediate), (3) tegas tidak membingungkan
(coherent), (4) bersifat resmi (official)
Pada akhirnya jika bencana dari sumber ancaman terpaksa harus terjadi, maka tindakan
tanggap darurat (response), yaitu upaya yang dilakukan segera pada saat kejadian
bencana, untuk menanggulangi dampak yang ditimbulkan dan mengurangi dampak
lebih besar, terutama berupa penyelamatan korban dan harta benda. Secara sinergis
juga diperlukan bantuan darurat (relief), yaitu upaya memberikan bantuan berkaitan
dengan pemenuhan kebutuhan dasar berupa : pangan, sandang, tempat tinggal
sementara, kesehatan, sanitasi dan air bersih.
Agar dampak tidak berkepanjangan maka proses pemulihan (recovery) kondisi
lingkungan dan masyarakat yang terkena dampak / bencana, dengan memfungsikan
kembali prasarana dan sarana pada keadaan semula. Upaya yang dilakukan bukan
sekedar memperbaiki prasarana dan pelayanan dasar (jalan, listrik, air bersih, pasar
puskesmas, dll) tetapi termasuk fungsi-fungsi ekologis. Upaya tersebut, dalam jangka
pendek umumnya terdiri dari usaha rehabilitasi (rehabilitation), yaitu upaya untuk
membantu masyarakat memperbaiki rumahnya, fasilitas umum dan fasilitas sosial
penting, dan menghidupkan kembali roda perekonomian dan fungsi ekologis setelah
bencana terjadi. Penyelesaian masalah lingkungan sejauh ini hanya melakukan
tindakan fisik ini, yang umumnya belum menyentuh rehabilitasi fungsi ekologis.
Selanjutnya rekonstruksi (reconstruction) merupakan upaya jangka menengah dan
jangka panjang guna perbaikan fisik, sosial dan ekonomi untuk mengembalikan
kehidupan masyarakat pada kondisi yang sama atau lebih baik dari sebelumnya.
Dilihat dari waktu terjadinya, ancaman dapat muncul secara tiba-tiba dan tidak
terduga; ancaman berangsur, terduga dan dapat dicermati; dan ancaman musiman yang
datang setiap perioda waktu tertentu. Ancaman yang muncul secara tiba-tiba
cenderung akan menimbulkan bencana tiba-tiba (misal, banjir bandang). Demikian
pula ancaman yang berangsur dan musiman, cenderung menyebabkan bencana
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 14
berangsur (misal, banjir kiriman) dan musiman (misal banjir pasang surut dan
genangan). Status ancaman ini sangat tergantung dari kapasitas individu maupun
komunitas dalam sistem peringatan dini. Artinya, ancaman yang dimaknai mendadak
oleh satu individu atau komunitas, merupakan kecenderungan untuk individu atau
komunitas lain yang mempunyai sistem peringatan dini baik.
Setiap individu, komunitas maupun unit sosial yang lebih besar mengembangkan
kapasitas sistem penyesuaian dalam merespon ancaman. Renspon itu bersifat jangka
pendek yang disebut mekanisme penyesuaian atau yang lebih jangka panjang yang
dikenal sebagai mekanisme adaptasi. Mekanisme dalam menghadapi perubahan dalam
jangka pendek terutama bertujuan untuk mengakses kebutuhan hidup dasar :
keamanan, sandang, pangan, sedangkan jangka panjang bertujuan untuk sumber-
sumber kehidupan.
Bencana akan mereduksi kapasitas komunitas dalam menguasai maupun mengakses
aset penghidupan. Di beberapa peristiwa bencana seluruh kapasitas dan aset tersebut
hilang sama sekali. Reduksi kapasitas itu pula yang memungkinkan bencana cenderung
akan hadir berulang di suatu kawasan dan komunitas. Di sisi lain, kapasitas komunitas
dalam mengelola risik bencana sangat tergantung pada aset kehidupan yang
dimilikinya.
Menurut konsep penghidupan berkelanjutan ada lima aset penghidupan dimiliki oleh
setiap individu atau unit sosial yang lebih tinggi di dalam upayanya mengembangkan
kehidupannya yaitu:
modal kapital, modal yang dimiliki manusia, antara lain keterampilan,
kemampuan bekerja, dan kesehatan;
modal sosial, kekayaan sosial yang dimiliki komunitas seperti jaringan dan
keterikatan hubungan berdasarkan kepercayaan;
Modal alam dan lingkungan: adalah persediaan sumber daya alam seperti
tanah, air, kualitas udara, perlindungan terhadap erosi;
Modal fisik dan buatan adalah infrastruktur dasar dan memproduksi barang-
barang yang dibutuhkan seperti transportasi, bangunan tempat tinggal yang
aman, sanitasi dan persediaan air yang memadai, akses terhadap komunikasi;
Modal finansial, adalah sumber-sumber keuangan yang digunakan oleh
komunitas untuk mencapai tujuan-tujuan kehidupannya, seperti persediaan
uang dan barang.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 15
2.7 Studi Terdahulu dan Kondisi yang Ingin Dicapai
Kajian ini dimaksudkan untuk memberikan dasar bagi penelitian yang
diusulkan, terutama yang berkaitan dengan Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya
(Multi Hazard) dan Arahan Mitigasinya. Sehingga penelitian yang diusulkan
merupakan suatu model dari penyempurnaan penelitian sebelumnya, dan dapat
menggambarkan road map mengenai studi bencana yang merupakan bagian dari
manajemen kota dan wilayah. Studi-studi tersebut antara lain yaitu:
A. Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Gempa Bumi Serta Arahan Tindakan
Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi (Firmansyah, Oki
Oktariadi, Erwin Triokmen, 2008)
Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi merupakan suatu wilayah pesisir selatan
Jawa Barat dan berhadapan langsung dengan pertemuan lempeng Indo-Australia
dan dilalui oleh sesar/patahan Cimandiri yang merupakan zona sumber gempa.
Kondisi ini menyebabkan Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi secara potensial
memiliki risiko bencana gempa bumi. Oleh karena itu, diperlukan upaya untuk
mengurangi risiko bencana gempa bumi.
B. Penentuan Tingkat Resiko Bencana Letusan Gunung Gamalama Pulau
Ternate Provinsi Maluku Utara (Firmansyah, Oki Oktariadi, Ruddy Abdul
Rahman, 2010)
Pulau Ternate yang dibentuk oleh Gunung Gamalama terletak di atas jalur
penunjaman (subduction zone) yang miring ke timur dengan sudut yang kecil.
Kondisi ini menyebabkan wilayah Kota Ternate memiliki resiko bencana letusan
gunung api. Oleh karena itu, diperlukan upaya penelitian guna mengurangi resiko
bencana letusan gunung api. Metode analisis data yang digunakan pada penelitian
ini adalah perhitungan nilai faktor dengan model standarisasi Davidson serta
metode superimpose. Selain itu untuk memperoleh nilai perbandingan antara
beberapa faktor yang ditinjau dari segi pentingnya faktor tersebut terhadap faktor
lainnya dalam menentukan bobot terhadap resiko bencana letusan gunung api
digunakan pembobotan dengan menggunakan metode proses hierarki analitik
(Analytical Hierarchy Process).
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 16
C. Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Gempa Bumi Serta Arahan Mitigasi
Bencana di Wilayah Kota Bengkulu (Firmansyah, Budi H. Pirngadie, Oki
Oktariadi, 2014)
Letak Kota Bengkulu yang berepisentrum di pertemuan lempeng tektonik
Samudera Hindia dan Lempeng tektonik Asia menyebabkan Kota Bengkulu dalam
beberapa tahun terakhir sering dilanda gempa tektonik.
Studi ini mengkaji tindakan mitigasi berupa wilayah evakuasi apabila terjadi
bencana, namun hasil kajian evakuasi tersebut hanya sebatas pemilihan lokasi
evakuasi yang sudah ada di dalam RTRW Kota Bengkulu dan disesuaikan dengan
keadaan tipologi fisik geologi lingkungan yang ada guna meningkatkan nilai
indikator ketahanan terhadap bencana, akan tetapi tidak mengkaji pada indikator
sistem kelembagaan, indikator tersebut lebih bersifat pada penilaian kualitatif.
Sehingga dibutuhkan analisis sistem koordinasi, peraturan serta lembaga yang
terkait dalam penanggulangan bencana seperti pengelolaan bantuan dari pihak
pemerintah dan pihak lainnya kepada korban bencana serta penanganan
rekonstruksi.
D. Usulan Penelitian Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) di
Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya (2015)
Metoda analisis yang digunakan dalam studi ini adalah analisis resiko bencana
multi bahaya dan proses hierarki analitik (Analytical Hierarchy Process/AHP)
untuk menentukan bobot dari tiap faktor, sub faktor dan indikator yang telah
terbentuk.
Penyempurnaan yang dilakukan pada usulan hibah bersaing dari studi-studi
sebelumnya adalah salah satu hal mendasar yang disempurnakan adalah karakteristik
resiko bencana yang dikaji, serta wilayah kajian yang berbeda dengan studi terdahulu,
yaitu wilayah Kota Bukittinggi. Begitu juga dengan variabel penelitian yang berbeda
dan disesuaikan dengan kebutuhan studi. Variabel (faktor, sub faktor dan indikator)
yang digunakan, terdiri dari faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan, seperti yang
terdapat dalam kajian teori dan yang telah digunakan oleh studi-studi terdahulu.
Namun, terdapat penyesuaian dalam sub faktor kajian dari faktor-faktor tersebut.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 17
Gambar 2.2 Road Map Penelitian
Tahun 2008-2014 2015 2016 2016
Teridentifikasinya Wilayah Studi Bencana dan Bahaya
Lingkungan [1]. Faktor Bahaya, [2]. Kerentanan, [3]. Ketahanan
Pemetaan Karasteristik Faktor dan Indikator di Wilayah Kota Bukittinggi
Review
RTRW Kota Bukittinggi
Peningkatan Ketahanan dan
Pengurangan Kerentanan
Penyiapan Data Base Faktor dan Indikator Bencana
Arahan terhadap Struktur Ruang dan Pola Ruang
Output
Seminar/Jurnal Nasional Seminar/Jurnal Nasional
Mitigasi Bencana di Kota Bukittinggi
1. Jurnal INFOMATEK ISSN
1411-0865 Volume 11 Nomor 1 Maret 2009 (Hal: 21-32)
2. Jurnal Lingkungan & Bencana Geologi, ISSN 2086-7794 vol.2 No.3, Desember 2011 (hal 203-219)
Karasteristik Faktor dan Indikator Bencana di Wilayah Kota Bukittinggi
Analisis Tingkat Resiko Bencana Multi Bahaya
Penelitian Identifikasi Wilayah Studi Bencana dan Bahaya Lingkungan
[1]. Faktor Bahaya, [2]. Kerentanan, [3]. Ketahanan
Karasteristik Faktor dan Indikator Bencana di Kota Bukittinggi
Tingkat Resiko Bencana
Multi Bahaya
Arahan Mitigasi Bencana
di Kota Bukittinggi
1. Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Gempa Bumi Serta Arahan Tindakan Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir Kabupaten Sukabumi
2. Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Letusan Gunung Api Gamalama di Kota Ternate
3. Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Gempa Bumi Serta Arahan Mitigasi
Bencana di Wilayah Kota Bengkulu
Usulan Hibah Bersaing 2017
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 18
BAB III
TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1 Tujuan
Adapun tujuan utama penelitian ini adalah Mengidentifikasi tingkat resiko
bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) Kota Bukittinggi serta merumuskan arahan
tindakan mitigasi bencana yang berkaitan dengan penataan ruang sebagai upaya
mengurangi resiko yang ditimbulkan. Untuk itu sasaran yang ingin di capai adalah :
1. Identifikasi faktor, sub faktor dan indikator kawasan rawan bencana.
2. Identifikasi kondisi dari faktor, sub faktor dan indikator yang telah
ditetapkan terhadap wilayah studi.
3. Analisis tingkat resiko bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) berdasarkan
faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan.
4. Arahan mitigasi berdasarkan kondisi tingkat resiko bencana Multi Bahaya
(Multi Hazard).
3.2 Manfaat dan Urgensi Penelitian
3.2.1 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini adalah untuk memberikan arahan mitigasi
mengurangi resiko bencana tersebut. Untuk mengurangi resiko, perlu diketahui
wilayah-wilayah yang beresiko tinggi terhadap bencana di Kota Bukittinggi.
3.2.2 Urgensi Penelitian
Penelitian ini merupakan suatu usulan dalam memberikan arahan terhadap
mitigasi bencana gempa bumi di Kota Bukittinggi Adapun urgensi dalam penelitian
ini, mencakup beberapa hal :
1. Implikasi terhadap arahan pola ruang, khususnya pola permukiman
penduduk. Arahan mitigasi yang di hasilkan dari penelitian ini adalah
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 19
terbentuknya zona-zona permukiman penduduk yang sesuai dengan
peruntukannya.
2. Implikasi terhadap arah kebijakan pembangunan daerah kota Bukittinggi,
dimana hasil penelitian ini akan memberikan suatu rekomendasi terhadap
arahan kebijakan-kebijakan kota Bukittinggi yang akan disusun
berdasarkan hasil analisis yang telah di lakukan dalam penelitian ini.
3. Implikasi terhadap RTRW kota Bukittinggi di masa mendatang, dimana
pelaksanaan pembangunan terkendala oleh adanya faktor bencana alam
gempa bumi yang membatasi ruang gerak dalam melakukan perencanaan
di masa depan. Penelitian ini akan memberikan arahan bagi terlaksananya
rencana tata ruang wilayah yang berkesinambungan sesuai dengan hasil
kajian/analisis yang telah dilakukan.
4. Implikasi teoritis, hasil penelitian ini akan menambah khasanah keilmuan
khususnya dalam bidang perencanaan wilayah yang berbasis mitigasi
bencana serta arahan terhadap mitigasi bencana di wilayah kota
Bukittinggi.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 20
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Metode Studi
Metode studi yang akan digunakan adalah berupa metode deskriptif, yaitu
memberikan gambaran secara utuh mengenai gambaran wilayah Kota Bukittinggi,
khususnya dalam hal karakteristik bencana gempa bumi, longsor/gerakan tanah,
kebakaran dan banjir. Metode ini digunakan untuk meneliti sekelompok manusia,
suatu objek ataupun suatu set kondisi pada masa sekarang.
Metode pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini melalui beberapa
pentahapan sebagai berikut:
1. Perumusan faktor dan sub faktor yang mempengaruhi tingkat resiko bencana
gempa bumi, longsor/gerakan tanah, kebakaran dan banjir. Faktor dan sub
faktor ini ditentukan berdasarkan penelitian literatur. Faktor yang berpengaruh
terhadap tingkat resiko bencana gempa bumi, longsor/gerakan tanah, kebakaran
dan banjir terdiri atas tiga faktor, yaitu: faktor bahaya (hazard), faktor
kerentanan (vulnerability) dan faktor ketahanan/kapasitas (capacity).
2. Selanjutnya dilakukan perumusan indikator-indikator resiko dari setiap sub-sub
faktor yang sebelumnya telah dirumuskan, berdasarkan pengkajian literatur.
3. Penentuan bobot dari tiap faktor, sub faktor dan indikator yang telah terbentuk
dengan menggunakan proses hierarki analitik (Analitycal Hierarchy
Process/AHP).
4. Melakukan perhitungan nilai resiko bencana gempa bumi, longsor/gerakan
tanah, kebakaran dan banjir, yang terdiri atas tiga faktor yaitu bahaya,
kerentanan dan ketahanan.
5. Melakukan perhitungan indeks resiko dan merumuskan tingkat resiko bencana
gempa bumi, longsor/gerakan tanah, kebakaran dan banjir untuk setiap
kelurahan di seluruh wilayah Kota Bukittinggi.
6. Perumusan arahan tindakan mitigasi yang sesuai untuk pengembangan wilayah
Kota Bukittinggi, untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan akibat bencana
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 21
gempa bumi, longsor/gerakan tanah, kebakaran dan banjir berdasarkan hasil
analisis tingkat resiko bencana alam tersebut.
4.2 Tahapan Pelaksanaan Penelitian
Kajian Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) di Kota
Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya dilakukan dalam 4 (empat) tahapan utama yaitu:
tahap persiapan, tahap survei dan pengumpulan data, tahap pengolahan data dan
analisis, serta tahap perumusan arahan mitigasi bencana yang dihasilkan berdasarkan
hasil-hasil analisis sebelumnya.
4.3 Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Studi kepustakaan, mempelajari bahan-bahan bacaan berupa buku-buku,
perizinan, undang-undang, artikel dari internet yang ditinjau dari aspek terkait.
2. Survey sekunder dengan mencari data dari instansi-insatansi yang terkait.
3. Survey primer, data yang dapat langsung diperoleh dari sumber-sumber data
yang ada. Cara untuk mendapatkan data primer adalah melalui observasi
lapangan, wawancara/tanya jawab dan quisioner.
4.4 Metode Analisis
Berdasarkan penjelasan atas analisis-analisis yang digunakan akan diuraikan
pada bagian berikut ini:
A. Analisis Faktor Bahaya (Hazard), Faktor Kerentanan (Vulnerability), dan
Faktor Ketahanan (Capacity)
a. Standarisasi Nilai Indikator, nilai indikator dimaksudkan untuk
menghasilkan nilai baku, sehingga dapat dilakukan perhitungan matematis
dengan indikator yang lain dengan model standarisasi yang digunakan untuk
indikator yang nilainya bersesuaian dengan resiko bencana.
b. Pembobotan Faktor, Sub Faktor dan Indikator, pembobotan dilakukan
untuk menghasilkan nilai resiko bencana karena setiap faktor dan sub faktor
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 22
bencana memberikan kontribusi yang berbeda terhadap bencana dengan
menggunakan proses hierarki analitik (Analytical Hierarchy Process/AHP).
Gambar 4.1
Alur Kerangka Penelitian
Latar Belakang Kota Bukittinggi merupakan salah satu Kota di Provinsi Sumatera Barat yang berada di kawasan rawan bencana gerakan tanah/longsor,
letusan gunung berapi, dan gempa bumi. Kota Bukittinggi tumbuh dan berkembang di sepanjang jalur patahan aktif Sumatera yang lebih dikenal dengan Ngarai Sianok.
TAHUN I
IDENTIFIKASI WILAYAH STUDI
ANALISIS TINGKAT RESIKO BENCANA MASING-MASING JENIS BENCANA (SINGLE HAZARD)
Analisis Kerentanan (Vulnerability)
Analisis Bahaya Alam (Natural Hazard)
Analisis Ketahanan (Capacity)
ARAHAN MITIGASI BENCANA
TINJAUAN TEORI
Faktor Bahaya (Hazard)
- Bahaya Gempa Bumi - Bahaya Longsor - Bahaya Kebakaran - Bahaya Banjir
Faktor Ketahanan (Capacity)
- Sumberdaya Buatan
- Mobilitas
Faktor Kerentanan (Vulnerability)
- Kerentanan Fisik - Kerentanan Sosial & Kependudukan - Kerentanan Ekonomi
Karaksteristik Faktor dan Indikator Bencana
TAHUN II
Tujuan 1. Identifikasi faktor-faktor kawasan rawan bencana akibat dari bencana longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir. 2. Identifikasi sub faktor dari faktor-faktor bencana longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir yang telah ditetapkan. 3. Identifikasi indikator untuk menilai sub-sub faktor bencana longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir yang telah
ditetapkan. 4. Identifikasi kondisi dari faktor, sub faktor dan indikator bencana longsor/gerakan tanah, gempa bumi, kebakaran dan banjir yang telah
ditetapkan terhadap wilayah studi. 5. Analisis tingkat resiko bencana untuk setiap jenis bahaya (hazard)
6. Analisis tingkat resiko bencana Multi Bahaya (Multi Hazard) berdasarkan faktor bahaya, kerentanan dan ketahanan. 7. Arahan mitigasi berdasarkan kondisi tingkat resiko bencana.
MASUKAN UNTUK PENYEMPURNAAN RTRW KOTA
BUKITTINGGI
TINGKAT RESIKO BENCANA MULTI BAHAYA (MULTI HAZARD)
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 23
c. Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana, setelah indikator-indikator
setiap faktor resiko bencana distandarkan (dibakukan), maka dilakukan
perhitungan nilai/indeks resiko bencana. Rumus yang digunakan untuk
menghitung nilai setiap faktor resiko bencana adalah:
B = WB1X’B1 + ........... + WBnX’Bn
R = WR1X’R1 + ........... + WRnX’Rn
K = WK1X’K1 + ........... + WKnX’Kn
Dimana :
B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)
R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)
K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas (Capacity)
X’i = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan
Wi = Bobot Setiap Indikator
B. Teknik Superimpose dan Skoring
Metode ini digunakan untuk analisis data spasial non administratif, dengan
menggunakan analisis pada beberapa layer data spasial yang mewakili setiap
indikator analisis.
Tabel IV.1
Faktor, Sub Faktor dan Indikator Tingkat Resiko Bencana
Berdasarkan Jenis Bencana
No Faktor Sub Faktor Indikator (Berdasarkan Jenis Bencana)
Gempa Bumi Longsor Kebakaran Banjir
A Bahaya
(Hazard)
Rawan
Bencana
Rawan Bencana Tinggi
Rawan Bencana
Sedang
Rawan Bencana
Rendah
Rawan Bencana
Tinggi
Rawan Bencana
Sedang
Rawan Bencana
Rendah
Rawan Bencana
Tinggi
Rawan Bencana
Sedang
Rawan Bencana
Rendah
Rawan Bencana
Tinggi
Rawan Bencana
Sedang
Rawan Bencana
Rendah
B Kerentanan
(Vulnerability)
Kerentanaan
Fisik
Kepadatan Bangunan Curah Hujan
Kepadatan Bangunan
Kemampuan Lahan
Kepadatan Bangunan
Kondisi Fisik
Bangunan
Curah Hujan
Luas Genangan
Jumlah Titik
Genangan
Kerentanan
Sosial
Kependudukan
Kepadatan Penduduk
% Penduduk Wanita
% Penduduk Tua &
Balita
Kepadatan Penduduk
% Penduduk Wanita
% Penduduk Tua &
Balita
Kepadatan Penduduk
% Penduduk Wanita
% Penduduk Tua &
Balita
Kepadatan Penduduk
% Penduduk Wanita
% Penduduk Tua &
Balita
Kerentanan
Ekonomi
Pusat Kegiatan
Ekonomi
Pusat Kegiatan
Ekonomi
Pusat Kegiatan
Ekonomi
Pusat Kegiatan
Ekonomi
C Ketahanan
(Capacity)
Sumberdaya
Buatan
Rasio Lapangan :
Penduduk
Rasio RTH : Penduduk
Rasio Tempat Evakuasi
: Penduduk
Rasio Fasilitas
Kesehatan : Penduduk
Rasio Dokter :
Penduduk
Rasio Lapangan :
Penduduk
Rasio RTH :
Penduduk
Rasio Tempat
Evakuasi : Penduduk
Rasio Fasilitas
Kesehatan : Penduduk
Rasio Dokter :
Penduduk
Rasio Lapangan :
Penduduk
Rasio RTH :
Penduduk
Rasio Tempat
Evakuasi : Penduduk
Rasio Fasilitas
Kesehatan : Penduduk
Rasio Dokter :
Penduduk
Jumlah Hidran
Rasio Lapangan :
Penduduk
Rasio RTH :
Penduduk
Rasio Tempat
Evakuasi : Penduduk
Rasio Fasilitas
Kesehatan :
Penduduk
Rasio Dokter :
Penduduk
Mobilitas Aksesibilitas
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 24
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Gambaran Fisik Wilayah
5.1.1 Letak dan Kondisi Geografi
Posisi Kota Bukittinggi terletak antara 110020’ - 100025’ BT dan 000 16’ - 000 20’
LS dengan ketinggian 780-950 m dari permukaan laut, luas daerah lebih kurang
25.239 Km2 merupakan 0,06 % dari luas Provinsi Sumatera Barat, Kota Bukittingi
terdiri dari 3 Kecamatan dan 24 Kelurahan. Kota Bukittinggi secara administratif
berbatasan dengan :
Utara : Nagari Gadut kec.Tilatang Kamang Kab.Agam.
Selatan :Taluak Nagari IV Suku Kec Banuhampu Kab Agam.
Timur : Tanah Alam Nagri Biaro Gadang Kec IV Angkek Canduang Kab
Agam.
Barat : Nagari Sianok dan Koto Gadang Kec IV Koto Kab Agam.
5.1.2 Kondisi Topografi
Kondisi topografi bergelombang dan berbukit sehingga memiliki panorama alam
yang indah. Tanah merupakan lapisan tuft dari gunung merapi yang subur dan
termasuk kedalam Ordo Andisol. Kota Bukittinggi dialiri 3 (tiga) sungai kecil yaitu
Batang Tambuo di sebelah Timur, Batang Sianok mengalir di sebelah Barat dan
Batang Agam. Dengan lokasi yang berada pada dataran tinggi, kemiringan lereng
wilayah Kota Bukittinggi sangat bervariasi, dapat dibagi menjadi topografi yang
relatif datar, berbukit-bukit, dan terjal.
Wilayah yang terjal berada di kawasan Ngarai Sianok (15,38 %), sementara daerah
perbukitan (9,64 %) berada di sekitar ngarai, Kawasan Gulai Bancah, Campago Ipuh,
Campago Guguk Bulek, Benteng Pasar Atas, serta Kubu Tanjung. Lahan yang
memiliki kemiringan relatif datar (74,98 %) terdapat sebagian besar di Kecamatan
Aur Birugo Tigo Baleh bagian Barat, Kecamatan Guguk Panjang bagian Barat dan
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan bagian Tengah dan Timur.
Tabel V.1. Kemiringan Lahan/Lereng Wilayah Kota Bukittinggi
No Nama
Kecamatan
Nama
Kelurahan
Kemiringan Lereng (Ha)
0 - 2 % 2 - 5 % 5 - 15
% 15-40 % >40 % Total
1 Guguak Panjang Tarok Dipo 81.53 38.3 3.46 123.29
Bukit Cangang Kayu 8.85 17.51 1.56 27.92
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 25
No Nama
Kecamatan
Nama
Kelurahan
Kemiringan Lereng (Ha)
0 - 2 % 2 - 5 % 5 - 15
% 15-40 % >40 % Total
Ramang
Pakan Kurai 59.47 0.02 17.98 77.47
Aur Tajungkang Tengah
Sawah
22.37 5.57 6.17 34.11
Benteng Pasar Atas 24.01 24.01
Kayu Kubu 2.95 26.71 39.81 69.47
Bukit Apit Puhun 1.2 36.87 72.38 67.78 28.73 206.96
JUMLAH 164.57 92.56 168.22 109.15 28.73 563.23
2 Mandiangin Koto
Selayan
Campago Guguak Bulek 52.45 50.46 102.91
Campago Ipuh 28.88 25.97 39.31 8.39 102.55
Puhun Tembok 14.59 21.88 11.4 47.87
Kubu Gulai Bancah 26.11 45.34 40.18 23.59 135.22
Puhun Pintu Kabun 78.93 26.43 199.07 171.61 64.52 540.56
Pulai Anak Air 28.88 25.97 39.31 8.39 102.55
Koto Selayan 64.04 7.56 71.6
Garegeh 51.66 1.87 43.27 96.8
Manggih Ganting 1.92 8.54 84.86 95.32
JUMLAH 343.68 182.48 533.9 203.59 64.52 1328.17
3 Aur Birugo Tigo Baleh
Aur Kuning 4.81 109.09 113.9
Birugo 2.21 66.08 18.66 86.95
Belakang Balok 17.39 13.22 4.37 47.22 82.2
Sapiran 17.01 12.29 29.3
Kubu Tanjung 90.14 90.14
Pakan Labuah 8.58 125.27 133.85
Parit Antang 48.76 48.76
Ladang Cakiah 31.66 13.72 45.38
JUMLAH 130.42 429.81 4.37 65.88 630.48
Jumlah Total 638.67 704.85 706.49 378.62 93.25 2521.88 Sumber: Dinas PU Kota Bukittinggi
5.1.3 Kondisi Curah Hujan
Dari segi iklim, Kota Bukittinggi dan sekitarnya secara umum termasuk dalam iklim
tropis basah dengan kelembaban minimum 82% dan maksimum 92%, suhu udara
minimum 16.1oC dan maksimum mencapai 21.9oC, dengan kondisi curah hujan
berkisar antara 3000-4000 mm/Tahun.
Tabel V.2. Kondisi Curah Hujan
No Nama
Kecamatan
Nama
Kelurahan
Curah Hujan (Ha)
3000 - 4000 Mm / Tahun
1 Guguak Panjang
Tarok Dipo 123.29
Bukik Cangang Kayu Ramang 27.92
Pakan Kurai 77.47
Aur Tajungkang Tengah Sawah 34.11
Benteng Pasar Atas 24.01
Kayu Kubu 69.48
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 26
No Nama
Kecamatan
Nama
Kelurahan
Curah Hujan (Ha)
3000 - 4000 Mm / Tahun
Bukit Apit Puhun 206.96
JUMLAH 563.24
2 Mandiangin Koto
Selayan
Campago Guguak Bulek 102.91
Campago Ipuh 102.54
Puhun Tembok 47.86
Kubu Gulai Bancah 135.23
Puhun Pintu Kabun 540.57
Pulai Anak Air 135.33
Koto Selayan 71.61
Garegeh 96.8
Manggih Ganting 95.31
JUMLAH 1328.16
3 Aur Birugo Tigo Baleh
Aur Kuning 113.9
Birugo 86.95
Belakang Balok 82.2
Sapiran 29.3
Kubu Tanjung 90.14
Pakan Labuah 133.85
Parit Antang 48.76
Ladang Cangkiah 45.39
JUMLAH 630.49
Jumlah Total 2521.89 Sumber: Dinas PU Kota Bukittinggi
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 27
Gambar 5.1 Peta Kemiringan Lahan
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 28
5.1.4 Kondisi Hidrologi
Terdapat dua hal yang bisa ditinjau untuk aspek hidrologi, yaitu kondisi air
permukaan dan air tanah.
Air Tanah
aspek air tanah, Kota Bukittinggi termasuk dalam akuifer dengan aliran melalui
ruang antar butir dan tekanan batuan/tanah. Berdasarkan peta hidrologi lembar
Padang, Sumatera Barat dari Direktorat Geologi Tata Lingkungan, daerah
Bukittinggi termasuk daerah dengan potensi air tanah sedang sampai tinggi, dimana
pengambilan air tanah dapat mencapai 5-10 l/dt. Kedalaman muka air tanah bebas
dapat mencapai kurang dari 3 m dari muka tanah setempat, akuifer produktif
mencapai kedalaman lebih 100 m.
Pemunculan air tanah (mata air) yang berasal dari batuan tufa batu apung banyak
terdapat di kaki Gunung Singgalang dan Gunung Merapi yaitu di daerah dataran
timur laut Kota Bukittinggi, di antaranya mata air Sungai Talang (150 l/dt), Sarik (70
l/dt), Taro (62 l/dt), Galang (50 l/dt), dan mata air Bulan Gadang yang memiliki debit
150 l/dt.
Air Permukaan
Aspek air permukaan, Kota Bukittinggi terletak di dalam dua Sistem Daerah Aliran
Sungai (DAS) yaitu DAS Masang Hulu dan DAS Batang Agam. Batang kedua DAS
tersebut (garis pemisah air) mengikuti tebing Ngarai Sianok, bagian barat dan
bermuara di Pantai Barat Sumatera sedang di sebelah timur bagian DAS Batang
Agam yang mengalir ke daerah timur.
Daerah sungai yang terdapat di Kota Bukittinggi merupakan sungai-sungai dengan
lebar 6 m hingga 12 m serta sungai-sungai yang relatife lebih kecil. Sungai-sungai
/batang yang mengalir yaitu :
a. Di wilayah Kota Bukittinggi
Batang Tambuo dengan lebar sungai 7 m.
Batang Agam dengan lebar sungai 6 m
Batang Sianok dengan lebar 12 m
b. Di daerah sekitar Kota Bukittinggi
Sungai Batang Air Katiak
Sungai Batang Serasah
Sungai Batang Agam
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 29
Tabel V.3. Kondisi Hidrologi Kota Bukittinggi
No Nama
Kecamatan
Nama
Kelurahan
Hidrologi
Akuifer
Produktif
Dengan
Penyebaran
Luas
Akuifer
Produktif
Sedang
Total
1 2 3 4 5 6
1 Guguak Panjang
Tarok Dipo 121.23 2.06 123.29
Bukik Cangang Kayu
Ramang 11.96 15.97 27.93
Pakan Kurai 77.47 77.47
Aur Tajungkang
Tengah Sawah 34.11 34.11
Benteng Pasar Atas 23.32 0.69 24.01
Kayu Kubu 2.08 67.4 69.48
Bukit Apit Puhun 206.96 206.96
JUMLAH 270.17 293.08 563.25
2 Mandiangin Koto
Selayan
Campago Guguak
Bulek 102.91 102.91
Campago Ipuh 102.54 102.54
Puhun Tembok 33.51 14.35 47.86
Kubu Gulai Bancah 120.61 14.61 135.22
Puhun Pintu Kabun 15.18 525.39 540.57
Pulai Anak Air 135.33 135.33
Koto Selayan 25.84 45.76 71.6
Garegeh 86.27 10.53 96.8
Manggih Ganting 95.31 95.31
JUMLAH 717.5 610.64 1328.14
3 Aur Birugo Tigo
Baleh
Aur Kuning 113.72 0.18 113.9
Birugo 64.48 22.47 86.95
Belakang Balok 5.42 76.79 82.21
Sapiran 28.68 0.62 29.3
Kubu Tanjung 90.14 90.14
Pakan Labuah 14.05 119.8 133.85
Parit Antang 7.78 40.98 48.76
Ladang Cangkiah 45.39 45.39
JUMLAH 234.13 396.37 630.5
Jumlah Total 1221.8 1300.09 2521.89 Sumber: Dinas PU Kota Bukittinggi
5.1.5 Kondisi Geologi
Untuk aspek batuan, wilayah Bukittingi dan sekitarnya didominasi oleh kelompok
batuan beku yang berasal dari aktivitas Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan
Gunung Tandikek serta dari kaldera Danau Maninjau. Umumnya batuan tersebut
bersifat andesitic.
Jenis batuan yang terdapat di Kota Bukittinggi dan sekitarnya yaitu :
a. Batuan Fillit, kwarsit serta batu lanau metamorf (pTu) bewarna merah sekisan,
menunjukan laminasi dan lineasi yang biasanya mendasari bukit-bukit serta
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 30
merupakan batuan yang paling tua.
b. Batu Gamping hablur (pTls). Berwarna putih sampai keabu-abuan pada
singkapan segar dan kelabu kotor pada yang lapuk, besar butir 0,5-5 mm,
umumnya pejal dan berongga. Mempunyai ciri khas membentuk punggung-
punggungan tajam dan bukit terisolir.
c. Batuan lanau bergradasi ke batuan pasir meta lunak yang sebahagian, yang
terdiri dari butir-butir kwarsa dalam masa lempungan. Batuan ini dijumpai di
daerah Timur Laut Kota Bukittinggi.
d. Kwarsit bersifat kompak yang terdapat di beberapa tempat
e. Batuan granit dijumpai di bagian barat Bukittinggi, berupa stok berkopensasi
anatar granit dan diorite kawarsa
f. Batuan granit dijumpai di bagian barat Bukittinggi, berupa stok berkopensasi
anatar granit dan diorite kawarsa Batuan tuft batu apung yang mempunyai
penyebaran sangat luas hampir 65% kawasan Ngarai Sianok dan merupakan
batuan penyusun utama dataran tinggi Agam. Secara umum batuan ini
mempunyai sifat fisik rapuh/retas dan mudah tergerus, sehingga daya
dukungnya kurang mantap dan mudah runtuh bila mengalami gangguan
terutama oleh aliran air hujan dan air tanah. Dengan karakteristik batuan seperti
ini, maka pembangunan khususnya di kawasan sekitar Ngarai Sianok perlu
dilakukan secara hati-hati dan dengan perhitungan yang akurat.
Sedangkan, untuk aspek tanah, pada umumnya tanah di Kota Bukittinggi terdiri dari
tupa dari gunung berapi, bahan alluvial, litosol, batuan baku, dan batuan endapan.
Tabel V.4. Kondisi Geologi Kota Bukittinggi
No Nama
Kecamatan
Nama
Kelurahan
Lanau
Lempungan Lempung
Lempung
Lanauan
Lempung
Pasiran Tufa Total
1 Guguak Panjang
Tarok Dipo 17.74 33.51 72.04 123.29
Bukik Cangang
Kayu Ramang 8.42 19.21 0.3 27.93
Pakan Kurai 37.14 40.34 77.48
Aur Tajungkang
Tengah Sawah 28.5 5.61 34.11
Benteng Pasar Atas 24.01 24.01
Kayu Kubu 53.75 15.72 69.47
Bukit Apit Puhun 17.42 135.17 54.37 206.96
JUMLAH 17.74 124.99 350.13 70.39 563.25
2 Mandiangin
Koto Selayan
Campago Guguak
Bulek 29.03 50.82 23.05 102.9
Campago Ipuh 0.04 69.13 33.38 102.55
Puhun Tembok 20.89 26.97 47.86
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 31
No Nama
Kecamatan
Nama
Kelurahan
Lanau
Lempungan Lempung
Lempung
Lanauan
Lempung
Pasiran Tufa Total
Kubu Gulai Bancah 8.03 87.28 39.47 0.44 135.22
Puhun Pintu Kabun 57.09 265.17 0.1 218.21 540.57
Pulai Anak Air 0.02 35.94 99.38 135.34
Koto Selayan 43.63 1.19 26.79 71.61
Garegeh 9.29 7.9 79.61 96.8
Manggih Ganting 46.07 49.25 95.32
JUMLAH 52.94 206.18 754.4 96 218.65 1328.17
3 Aur Birugo Tigo
Baleh
Aur Kuning 99.99 13.9 113.89
Birugo 53.29 10.66 22.94 0.06 86.95
Belakang Balok 28.03 19.06 35.12 82.21
Sapiran 0.14 29.16 29.3
Kubu Tanjung 90.13 90.13
Pakan Labuah 133.85 133.85
Parit Antang 46.5 1.95 0.31 48.76
Ladang Cangkiah 45.39 45.39
JUMLAH 469.29 69.8 56.21 35.18 630.48
Jumlah Total 539.97 400.97 1160.74 96 324.22 2521.9 Sumber: Dinas PU Kota Bukittinggi
5.2 Zonasi Kemampuan Fisik Berdasarkan Kondisi Geologi
Secara regional Kota Bukittinggi berada pada Satuan Tufa Batuapung yang disebut
juga sebagai Tufa Maninjau (Qpt) dan Satuan Andesit Gunung Marapi (Qama).
Geologi Permukaan Kota Bukittinggi menggambarkan sifat fisik batuan dan tanah
pelapukannya. Singkapan tufa batuapung terdapat sebagai tebing Ngarai Sianok,
batuan ini berwarna putih hingga coklat muda. Dalam keadaan kering bersifat cukup
kompak dan agak padat, sehingga mampu membentuk tebing yang hampir vertikal
setinggi puluhan meter. Di bagian atas tebing sering dijumpai kekar yang terbuka
lebar terutama bila ada aliran air yang masuk ke dalamnya. Berdasarkan data
laboratorium pengembangan bebas (swelling) batuan ini melebihi 70%. Angka ini
merupakan salah satu faktor yang menunjukkan mudah terganggunya kestabilan
lereng / tebing jika dirembesi oleh air. Dalam keadaan tidak tersingkap atau
terganggu, batuan ini mempunyai daya dukung cukup besar lebih dari 3.75 kg/cm2.
Tanah pelapukan berupa perlapisan lempung, lanau dan lempung pasiran, kurang
lulus air dengan orde lebih kecil dari 10-6 cm/dt. Air yang mengalir di atas tanah ini
akan lebih banyak mengalir pada permukaan. Selanjutnya di bawah kedalaman 2
meter, biasanya berupa tufa halus sampai kasar, sangat lapuk dengan orde kelulusan
berkisar antara 10-3 – 10-4 cm/dt. Berdasarkan data sondir secara umum
disimpulkan bahwa pijakan fondasi bangunan dapat diletakkan pada lapisan tufa
yang umumnya berada di bawah kedalaman 4 meter.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 32
Di daerah yang berada di Satuan Andesit Gunung Marapi (Qama), sifat fisiknya
berupa lanau lempungan dengan kelulusan sedang (10-4 – 10-6 cm/dt), mudah
tererosi, tebal antara 2.5 m hingga 5 meter.
Lempung (Lm); Warna coklat tua hingga abu-abu kehitaman, setempat
bercampur pasir halus dan kerikil, Tebal 0.5-2 m. Dalam keadaan lembab
lunak, lekat, agak plastis; dalam keadaan kering mudah pecah dan hancur;
orde kelulusan 10-6 – 10-7 cm/det.
Lempung Pasiran (Lp); Warna coklat tua-coklat kelabu, pasirnya berbutir
halus setempat terdapat lensa-lensa kerikil. Tebal < 1 m. Dalam keadaan
lembab lunak, lekat, agak plastis; dalam keadaan kering mudah pecah dan
hancur; orde kelulusan 10-6 – 10-7 cm/det.
Lanau Lempungan (Lnlp); Warna coklat muda hingga hitam, setempat
mengandung pasir halus, kadang-kadang berkerikil. Tebal 0.25-1 m. Gembur,
lunak, agak lekat, mudah hancur bila kering; orde kelulusan 10-6 cm/det.
Lempung Lanauan (Lt); Warna coklat tua setempat berkerikil dan pecahan
batugamping, lapuk, komposisi mineral hitam, gelas volkanik dan oksida
besi. Lembab, lunak, agak plastis kering, retak dan mudah pecah, hancur,
orde kelulusan 10-6 cm/det.
Tufa (Tf); Putih kekuningan, agak kecoklatan halus sampai sangat kasar,
terkonsolidasi cukup. Cukup manpat pada lereng sangat curam kecuali pada
bagian berkekar mudah runtuh.
Tabel V.5. Klasifikasi Zona Fisik Kota Bukittinggi Zona Klasifikasi
Zona A Daerah perbukitan rendah dan pedataran
Zona B Daerah kaki Gunung api Marapi
Zona C Daerah Ngarai Sihanok
Sumber : RTRW Kota Bukittinggi 2010-2030
Zona-zona tersebut dijabarkan dengan keadaan morfologi dan sifat-sifat fisiknya,
dari keadaan tersebut, potensi bahaya yang akan timbul apabila terjadi bencana
seperti gempa bumi, gerakan tanah dapat diperhitungkan, sehingga dapat dibuat
kebijakan yang tepat dalam rangka pembangunan wilayah kota dan mitigasi bencana.
Tabel V.6. Zona Fisik dan Potensi Bahaya yang Ditimbulkan
Zona Fisik Morfologi Sifat-Sifat Fisik Potensi Bahaya
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 33
Zona Sub
Zona
A A1
Daerah perbukitan
rendah dan
pedataran.
Lempung lanauan dengan ciri
berwarna coklat tua, setempat
berkerikil dengan komponen
pecahan batugamping, mineral
hitam, gelas volkanik dan oksida
besi. Lapuk, lembab, lunak, agak
plastis kering, retak dan mudah
pecah, hancur, orde kelulusan 10-6
cm/det.
Likuifaksi pada tanah berbutir
halus - kasar, kerusakan pada
permukaan tanah, disebabkan
daya dukung kecil; Penyebaran
menyamping pada permukaan
bebas; Longsoran dangkal dan
mendatar; Rayapan tanah terjadi
setelah getaran gempa
A2 Daerah lembah
Sungai Agam
Lempung dan Lempung pasiran,
dengan ciri
warna coklat tua hingga abu-abu
kehitaman, setempat bercampur
pasir halus dan kerikil, Tebal 0.5-2
m.
Dalam keadaan lembab lunak,
lekat, agak plastis; dalam keadaan
kering mudah pecah dan hancur;
orde kelulusan 10-6 – 10-7 cm/det.
B Daerah kaki
Gunung Marapi
Lanau Lempungan
Warna coklat muda hingga hitam,
setempat mengandung pasir halus,
kadang-kadang berkerikil. Tebal
0.25-1 m. Gembur, lunak, agak
lekat, mudah hancur bila kering;
orde kelulusan 10-6 cm/det.
Resiko berhubungan dengan alur
erosi,
Resiko longsoran selama gempa
berhubungan dengan kondisi
lereng yang curam dan boulder
batuan yang menggantung;
erosi yang meruntuhkan atau
akibat adanya penggalian;
Rayapan dapat pula terjadi pada
material tak terkonsolidasi
walaupun pada lereng yang landai
C C1
Daerah dengan
relief sangat kasar
dengan lereng
terjal.
Tufa dengan ciri berwarna
Putih kekuningan, agak
kecoklatan, butir halus sampai
sangat kasar, terkonsolidasi cukup.
Cukup mantap pada lereng sangat
curam kecuali pada bagian
berkekar mudah runtuh.
C2
Daerah perbukitan
rendah
menggelombang,
sebagai daerah
penyangga.
Lempung lanauan dengan ciri
berwarna coklat tua, setempat
berkerikil dengan komponen
pecahan batugamping, mineral
hitam, gelas volkanik dan oksida
besi. Lapuk, lembab, lunak, agak
plastis kering, retak dan mudah
pecah, hancur, orde kelulusan 10-6
cm/det.
C3
Daerah antara
tebing jurang dan
daerah pemukiman
/ perkotaan
Lempung
Warna coklat tua hingga abu-abu
kehitaman, setempat bercampur
pasir halus dan kerikil, Tebal 0.5-2
m.
Dalam keadaan lembab lunak,
lekat, agak plastis; dalam keadaan
kering mudah pecah dan hancur;
orde kelulusan 10-6 – 10-7 cm/det.
Likuifaksi pada tanah berbutir
halus - kasar, kerusakan pada
permukaan tanah, disebabkan
daya dukung kecil; Penyebaran
menyamping pada permukaan
bebas; Longsoran dangkal dan
mendatar; Rayapan tanah terjadi
setelah getaran gempa
Sumber : RTRW Kota Bukittinggi 2010-2030
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 34
Gambar 5.2 Peta Zona Fisik
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 35
Berdasarkan jenis bencana alamnya, zona kerawanan bencana di Kota Bukittinggi
adalah sebagai berikut:
1. Zona rawan bencana gempa bumi. Zona Rawan Bencana Gempa Bumi pada
umumnya dibagi menjadi 3 daerah zona yaitu zona rawan rendah, zona rawan
menengah dan zona rawan tinggi. Pembagian zona daerah rawan ini
didasarkan kepada:
Zona Rawan Rendah biasanya didasari oleh batuan berumur tersier yang
relatif kompak, namun masih berpotensi terjadi longsoran apabila terjadi
gempa.
Zona Rawan Menengah, biasanya didasari oleh endapan tufa, pasir,
lempung dan lanau hasil pengendapan material gunung api yang relatif
kompak.
Zona Rawan Tinggi, biasanya didasari oleh endapan aluvium, rawa basah
dan daerah aliran sungai dengan potensi terjadi pelulukan (liquefaction)
apabila terjadi gempa.
2. Zona Kerawanan Gerakan Tanah. Tingkat kerentanan gerakan tanah dapat
dibagi atas empat tingkat yaitu : (1) Sangat rendah, gerakan tanah jarang
terjadi. (2) Rendah, gerakan tanah bisa terjadi bila ada gangguan. (3)
Menengah, gerakan tanah berpotensi terjadi bila curah hujan tinggi dan ada
gangguan pada lereng. (4) Tinggi, sering terjadi gerakan tanah bila musim
hujan dan gerakan tanah lama aktif kembali.
Kota Bukittinggi terdiri perbukitan dengan kemiringan yang beragam.
Pembagian zona kerentanan gerakan tanah ini didasarkan dari kemiringan
lereng sehingga dapat dibagi menjadi 4 zona yaitu :
Zona Kerentanan Amat Rendah, merupakan zona dataran rendah dengan
kemiringan lereng < 3%, sepanjang lembah Sungai Agam.
Zona Kerentanan Rendah, merupakan daerah dengan dataran dengan
litologi endapan Tufa Maninjau dengan kemiringan antara 3-15%,
Zona Kerentanan Menengah, merupakan daerah perbukitan dengan
kemiringan lereng antara 15-30% dengan litologi endapan gunung api
yang relatif kompak namun dekat dengan sumber gempa atau terkena
struktur geologi.
Zona Kerentanan Tinggi, mempunyai kemiringan lebih besar dari 30%
didasari oleh litologi Tufa sepanjang Ngarai Sianok dengan lereng terjal,
dekat dengan sumber gempa bumi dan terkena struktur geologi.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 36
Berdasarkan sumber dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) didapat
informasi mengenai daerah rawan bencana di Kota Bukittinggi. Jenis bencana
tersebut ada 5 yairu : (1)Kebakaran, (2)Gunung Api, (3)Longsor, (4) Gempa, (5)
Banjir. Dari 5 jenis bencana tersebut jenis bencana gempa merupakan jenis bencana
yang mendominasi, karena setiap kelurahan yang berada di Kota Bukittinggi
semuanya berpotensi Gempa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 5.7.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 37
Gambar 5.3 Peta Rawan Bencana Gempa Bumi
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 38
Tabel V.7. Data Daerah Rawan Bencana Kota Bukittinggi Tahun 2014
No Kecamatan Kelurahan Luas
(Km2) Rw Rt Pria Wanita Jumlah
Jumlah Jenis Bencana
Kk Kebakaran Gunung Api Longsor Gempa Banjir
I Guguak Panjang
Tarok Dipo 1.480 6 24 8,069 8,037 16,106 3,854 Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
Bukik Cangang
Kayu Ramang 0.470 5 16 1,157 1,148 2,305 564 Ѵ Ѵ Ѵ
Pakan Kurai 0.870 6 18 3,412 3,397 6,809 1,664 Ѵ Ѵ
Aur Tajungkang
Tengah Sawah 0.690 5 19 3,269 3,222 6,491 1,554 Ѵ Ѵ Ѵ
Benteng Pasar
Atas 0.560 6 12 754 737 1,491 379 Ѵ Ѵ Ѵ
Kayu Kubu 0.910 3 14 1,975 1,915 3,890 1,008 Ѵ Ѵ Ѵ
Bukit Apit Puhun 1.851 4 12 2,531 2,458 4,989 1,278 Ѵ Ѵ
JUMLAH 6.831 35 115 21,167 20,914 42,081 10,301 6 - 6 7 1
II Mandiangin Koto
Selayan
Campago Guguak
Bulek 1.720 6 16 3,051 3,018 6,069 1,413 Ѵ
Campago Ipuh 1.393 4 16 4,712 4,597 9,309 2,266 Ѵ Ѵ
Puhun Tembok 0.710 6 18 2,898 2,873 5,771 1,403 Ѵ Ѵ Ѵ
Kubu Gulai
Bancah 1.810 2 18 2,388 2,388 4,776 1,149 Ѵ Ѵ
Puhun Pintu
Kabun 3.610 4 14 3,294 3,343 6,637 1,635 Ѵ Ѵ Ѵ
Pulai Anak Air 0.882 5 13 2,617 2,570 5,187 1,228 Ѵ Ѵ
Koto Selayan 0.730 3 6 648 628 1,276 303 Ѵ
Garegeh 0.650 2 5 1,069 1,079 2,148 538 Ѵ
Manggih Ganting 0.651 4 9 2,232 2,187 4,419 1,051 Ѵ Ѵ Ѵ
JUMLAH 12.156 36 115 22,909 22,683 45,592 10,986 3 - 3 9 3
III Aur Birugo Tigo
Baleh
Aur Kuning 0.900 4 11 3,059 3,034 6,093 1,428 Ѵ Ѵ Ѵ
Birugo 0.940 6 18 2,933 2,995 5,928 1,467 Ѵ Ѵ Ѵ
Belakang Balok 0.504 4 12 1,262 1,257 2,519 600 Ѵ Ѵ Ѵ
Sapiran 0.254 6 16 1,453 1,466 2,919 693 Ѵ Ѵ Ѵ
Kubu Tanjung 0.911 4 8 648 614 1,262 307 Ѵ Ѵ
Pakan Labuah 1.180 7 14 1,358 1,361 2,719 715 Ѵ Ѵ
Parit Antang 0.820 4 8 737 703 1,440 363 Ѵ Ѵ
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 39
No Kecamatan Kelurahan Luas
(Km2) Rw Rt Pria Wanita Jumlah
Jumlah Jenis Bencana
Kk Kebakaran Gunung Api Longsor Gempa Banjir
Ladang Cangkiah 0.740 2 7 939 965 1,904 470 Ѵ Ѵ
JUMLAH 6.249 37 94 12,389 12,395 24,784 6,043 4 5 3 8 -
Total Keseluruhan 25.236 108 324 56,465 55,992 112,457 27,330 13 5 12 24 4 Sumber : Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Bukittinggi 2013
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 40
5.3 Profil Ancaman Bencana di Sumatera Barat
Ancaman bencana yang pernah melanda wilayah Kota Bukittinggi antara lain:
gempabumi dan longsor, kebakaran ( lahan, fasilitas umum dan rumah penduduk)
dan Gunung Api.
Tabel V.8. Jenis penyebaran bencana pada Pronvinsi Sumatera Barat
Sumber : Rencana Kotijensi Bencana BPBD Kota Bukit Tinggi
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 41
5.3.1 Gempabumi
Wilayah pulau Sumatera berada pada daerah subduction yang merupakan pertemuan
dua lempeng kerak bumi aktif/tektonik, yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-
Australia . Pada 6 Maret 2007 gempa melanda wilayah Solok, Tanah Datar dan
Bukittinggi, dengan korban 52 orang tewas, 68 luka berat dan 460 luka ringan. Pada
Kota Bukittinggi gempa di iringi oleh longsor dan kebakaran pada lima tempat
sekaligus. 8 orang korban meninggal yang mana 1 (satu) orang korban adalah anak
kecil umur 7 tahun tertimpun longsoran tebing ngarai sianok. Kejadian gempa
tersebut menimbulkan korban jiwa dan mendatangkan kerugian yang sangat besar
berupa harta benda serta kerusakan infrastruktur. Gempa terjadi pukul 10.00 WIB.
Goncangan pertama yang sangat dasyat terjadi selama kira-kira 80 detik. Kemudian
pukul 12.40 disusul goncangan lainnya yang berlangsung sekitar 50 detik dengan
kekuatan 6,3 - 6,4 SR. Stasiun Meteorologi dan Geofisika mengidentifikasi gempa
tersebut sebagai berikut:
Jenis : Gempa bumi tektonik (Pertama)
Pusat gempa :0,51 LS – 100,52 BT
Kedalaman :19 km
Kekuatan : 5,3 - 6,4 SR
Jenis : Gempabumi tektonik (Kedua)
Pusat gempa :0,490 LS – 100,529 BT
Kedalaman :30 km
Kekuatan : 6,3– 6,4 SR
5.3.2 Longsor
Gempa bumi yang terjadi 06 Maret 2007 turut memicu terjadinya longsor, yang
terjadi pada pesisir ngarai sianok sehingga menghanyutkan beberapa rumah di
sekitarnya jatuh ke Lembah Ngarai Sianok. Dampak terbesar diderita wilayah
Kelurahan Belakang Balok dan Kelurahan Birugo (Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh), Kelurahan Bukit Cangang Kayu Ramang dan Kayu Kubu (Kecamatan
Guguak Panjang) , dan beberapa rumah pada runtuhan bukik bulek pada Kelurahan
Campago Guguak Bulek (Kecamatan Mandiangin Kota Selayan) .
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 42
5.3.3 Kebakaran
Kebakaran merupakan dampak bahaya sekunder dari Gempa bumi, kebakaran terjadi
sesaat pasca gempa bumi pada toko Wahyu toys, Rumah makan Kamang Jaya,
Rumah Makan Gon Jaya, Kantor Pengelolaan Pasar Kota Bukittingi dan Pasar
Wisata Bukittinggi yang menghanguskan lebih dari 200 kios. Gempa tersebut
menimbulkan :
Gempa membawa dampak sangat besar terhadap harta benda, lingkungan dan jiw
a.Jumlah korban meninggal, luka berat dan luka ringan terlihat pada Data
Kesbangpol & Linmas dan Dinas Sosial /Sekretariat Satlak PB Kota Bukittinggi
Tahun 2012-2015.
Gambar 5.4 Rekapitulasi Kejadian Bencana BPBD Kota Bukittinggi
Th 2012 S/D 2015
2012 2013 2014 2015
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 43
Gambar 5.5 Peta Rawan Bahaya Longsor
C
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 44
Gambar 5.6 Peta Rawan Bahaya Banjir
C
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 45
Gambar 5.7 Jumlah Kerugian Kejadian Bencana Yang Ditanggulangi
BPBD Kota Bukittinggi TH 2012 S/D 2015
Gambar 5.8 Rekapitulasi Jumlah Korban Kejadian Bencana Yang
Berhasil Ditanggulangi
2012 2013 2014 2015
2012 2013 2014 2015
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 46
Gambar 5.9 Peta Rawan Genangan Banjir
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 47
5.4 Penggunaan Lahan
Kota Bukittinggi saat ini pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan-
kegiatan yang bersifat perkotaan dan sebagian kecil bersifat perdesaan berupa
lahan-lahan pertanian, serta kegiatan kepariwisataan.
Kegiatan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa
fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi
regional dan fasilitas perkantoran dan/atau pemerintahan. Sedangkan kegiatan-
kegiatan kepariwisataan di Kota Bukittinggi memiliki tingkat pelayanan
intemasional, nasional maupun regional antara lain berupa fasilitas akomodasi (hotel
berbintang), gedung konferensi, pelayanan jasa kepariwisataan yang mengkaitkan
objek-objek wisata baik yang berada di dalam kota ataupun yang terletak di luar kota
dan daerah lain di Provinsi Sumatera Barat. Komponen ruang kota yang bersifat
pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman pangan sawah dan kebun lahan
kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland kota dengan hasil produksi yang
dipasarkan ke Provinsi Riau, Jambi, dan wilayah SumateraBarat. Daerah pertanian
ini tersebar di bagian timur dan tenggara wilayah kota, terutama di Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan dan Aur Birugo Tigo Baleh.
Secara umum gambaran penggunaan lahan di Kota Bukittinggi dapat dijelaskan
sebagai berikut:
(a) Kawasan Pusat kota yang merupakan konsentrasi kegiatan perdagangan,
pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan pariwisata dengan
lingkup pelayanan nasional, regional wilayah kota dan daerah pinggiran.
Kegiatan ini berada di Kelurahan Benteng Pasar Atas, Aur Tajungkang Tengah
Sawah, Kayu Kubu, Bukit Cangang Kayu Ramang, Tarok Dipo, Belakang Balok,
Birugo, serta Aur Kuning.
(b) Kawasan pariwisata dan kegiatan pendukungnya yaitu sepanjang Ngarai Sianok,
dari Panorama Lama sampai ke Panorama Baru dan Benteng.
(c) Kawasan perumahan yang menyebar dengan intensitas yang semakin tinggi ke
arah pusat kota. Bagian Timur dan tenggara kota merupakan daerah
perkembangan permukiman yang antara lain di Kelurahan Birugo, Aur Kuning,
Kubu Tanjung, Ladang Cakiah, Parit Antang, dan Koto Selayan.
(d) Kawasan Pertanian pada kawasan Timur dan Tenggara kota yang besaran
lahannya semakin menyusut karena beralih fungsi menjadi lahan permukiman.
Perkembangan fisik ruang kota dari awal hingga mencapai besaran luas seperti
sekarang berawal dari lingkungan pusat kota meliputi Benteng Fort de Kock, Pasar
Atas dan Pasar Bawah. Perkembangan ke arah utara, selatan dan timur mengikuti
pola jaringan jalan utama yaitu poros jalan Medan - Bukittinggi - Padang dan poros
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 48
jalan Bukittinggi - Pekanbaru. Struktur Kota Bukittinggi yang bersifat konsentrik
cenderung mengarah ke pola pembauran sektoral yang terintegrasi tanpa zonasi yang
jelas batasnya. Terjadi pemusatan kegiatan utama seperti kegiatan perdagangan,
perkantoran, perhotelan dan kepariwisataan, pendidikan, dan kesehatan dengan
konsentrasi tinggi pada pusat kota. Berdasarkan tabel dibawah ini dapat disimpulkan
bahwa jenis penggunaan lahan terluas adalah lahan tegalan dengan luas 681,86 dari
luas total penggunaan lahan di Kota Bukittinggi. Sedangkan penggunaan dengan luas
terkecil adalah fasilias satasiun dengan luas 0,35 Ha atau sekitar dari total luas
penggunaan lahan Kota Bukittinggi.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 49
Tabel V.9. Distribusi Penggunaan Lahan Kota Bukittinggi
No Kecamatan Kelurahan
PENGGUNAAN LAHAN (Ha)
Cagar
Budaya
Fasos
&
Fasum
Hutan Industri Jalan Kesehatan Khusus
Militer Kolam
Lapangan
Olah
Raga
Pemukiman Pendidikan Perdagangan
& Jasa Peribadatan
1 Aur Birugo
Tigo Baleh
Tarok Dipo 47.62 0.09 1.24
Bukik
Cangang
Kayu
Ramang
36.84 6.58 1.11 2.17
20.85 2.72 0.38
Pakan Kurai 22.6 1.62 0.39 43.79 0.37 1.68 0.11
Aur
Tajungkang
Tengah
Sawah
13.17
Benteng
Pasar Atas
8.03
Kayu Kubu 0.04 16.44 0.22 0.39
Bukit Apit
Puhun
9.9 0.64
JUMLAH 0.88 2.1 0.99 4.82 1.6 9.35 0.99 0.01
2 Guguak
Panjang
Campago
Guguak
Bulek
0.88 59.44 10.3 2.14 6.99 0.39
1.6 169.15 5.03 3.31
Campago
Ipuh 0.56
22.14 0.41 5.41
Puhun
Tembok 1.9
2.61 2.5 0.29 15.97 0.34
Kubu Gulai
Bancah 44.97 2.72 0.13 0.18
36.33 2.75
Puhun Pintu
Kabun 1.25 5.66 1.82 0.44
10.44 2.3 4.08 0.17
Pulai Anak
Air 0.22 4.34 1.3 4.24
1.27 18.38 3.26 5.72
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 50
No Kecamatan Kelurahan
PENGGUNAAN LAHAN (Ha)
Cagar
Budaya
Fasos
&
Fasum
Hutan Industri Jalan Kesehatan Khusus
Militer Kolam
Lapangan
Olah
Raga
Pemukiman Pendidikan Perdagangan
& Jasa Peribadatan
Koto Selayan 0.27 0.82 38.97 2.71 12.08
Garegeh 0.19 0 0.02 0.46 69.87 6.21 16.5 0.19
Manggih
Ganting 0.27 1.66 54.97 9.12 4.81 0.02 0.18
4.34 198.63 17.93 59.76
JUMLAH 3.22 0.5 0.54 41.62 1.14 0.26 0.09
3
Mandiangin
Koto
Selayan
Aur Kuning 4.79 0.22 0.17
Birugo 0.47 1.73 51.12 1.44 1.06
Belakang
Balok 0.5 0.81 4.61 0.01
24.95 2.36 5.89 0.14
Sapiran 3.22 36.93 3.92 1.56
Kubu
Tanjung 7.51 1.78 0.06
7.01 0.62
Pakan
Labuah 205.13 7.04 3.94
24.01 0.41 7.79 0.51
Parit Antang 2.96 0.12 52.68 6.8 2.54 0.13
Ladang
Cangkiah 0.04 0.07 1.64 1.22
21.38 0.57 4.62 0.11
Jumlah 0.04 0.97 205.94 7.58 27.77 0.34 3.94 1.96 3.76 309.34 17.26 32.49
0.31 3.51 320.35 7.58 47.19 7.29 10.95 2.53 49.64 0 8.77 0.37 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi tahun 2014
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 51
Tabel Lanjutan......................
No Kecamatan Kelurahan
PENGGUNAAN LAHAN (Ha)
Perkantoran Sawah Stasiun Taman
Kota
Tanah
Terbuka Tegalan Terminal TPU Total
1 Aur Birugo Tigo Baleh
Tarok Dipo 0.77 56.66 10.4 0.12 116.9
Bukik Cangang
Kayu Ramang 10.55 9.4 4.58 95.18
Pakan Kurai 0.85 15.94 0.07 3.72 0.02 91.16
Aur Tajungkang
Tengah Sawah 67.13 8.17 88.47
Benteng Pasar Atas 37.36 45.39
Kayu Kubu 105.81 10.92 0.02 133.84
Bukit Apit Puhun 30.59 7.62 48.75
JUMLAH 8.7 1.66 0.28 31.38
2 Guguak Panjang
Campago Guguak
Bulek 20.87 315.15 9.47 45.69 0.14 0.02 651.07
Campago Ipuh 0.75 4.13 2.43 0.23
Puhun Tembok 0.69 24.3
Kubu Gulai Bancah 0.19 0.81 9.8 120.84 218.72
Puhun Pintu Kabun 1.85 0.45 28.46
Pulai Anak Air 1.31 2.99 0.06 1.52 23.89 68.5
Koto Selayan 1.73 19.65 1.57 77.8
Garegeh 2.17 17.12 0.33 5.43 5.77 124.26
Manggih Ganting 11.38 43 0.35 1.43 11.32 151.73 5.77 578.12
JUMLAH 56.56 1.61 15.83 121.37
3 Mandiangin Koto Selayan
Aur Kuning 4.24 37.23 120.61
Birugo 1.01 19.33 39.58 99.71
Belakang Balok 0.2 24.39 0.09 8.3 36.1 1.87 151.76
Sapiran 3.78 50.06 9.33 71.56
Kubu Tanjung 54.6 20.63 112.04
Pakan Labuah 49.34 0.28 272.38 559.15
Parit Antang 0.01 8.22 0.12 0.02 7.72 0.45 55.14
Ladang Cangkiah 0.16 16.91 45.04 139.51
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 52
No Kecamatan Kelurahan
PENGGUNAAN LAHAN (Ha)
Perkantoran Sawah Stasiun Taman
Kota
Tanah
Terbuka Tegalan Terminal TPU Total
Jumlah 5.23 312.06 0.21 14.45 483.84 2.32 1430.85
37.48 670.21 1.64 35.24 681.26 5.91 2.34 2660.04 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kota Bukittinggi Tahun 2014
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 53
Gambar 5.10 Peta Penggunaan Lahan
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 54
5.5 Sosial Kependudukan
5.5.1 Kependudukan
Jumlah penduduk Kota Bukittinggi tahun 2010 adalah 107.805 jiwa dengan laju
pertumbuhan penduduk selama kurun waktu 2000 - 2010 adalah 1,78 persen
pertahun. Penyebaran penduduk Kota Bukittinggi dimana penduduk yang paling
banyak adalah di Kecamatan Mandiangin Koto Selayan yaitu 40,82 persen.
Sedangkan Jumlah penduduk Kota Bukittinggi tahun 2013 adalah 118.260 jiwa
dengan laju pertumbuhan penduduk sebesar adalah 1,88 persen pertahun. Penyebaran
penduduk Kota Bukittinggi paling banyak adalah di Kecamatan Mandiangin Koto
Selayan yaitu 40,98 persen. Tingginya tingkat penyebaran penduduk di kecamatan
ini ditandai dengan banyaknya pembangunan perumahan baik yang dilakukan oleh
perusahaan pengembang maupun oleh perorangan. Namun demikian Kecamatan
Guguk Panjang masih menjadi Kecamatan dengan tingkat kepadatan paling tinggi
yaitu 6 jiwa per Ha, diikuti Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh sebanyak 4 jiwa per
Ha dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan sebanyak 4 jiwa per Ha. Sampai
dengan tahun 2013 Kecamatan Guguk Panjang masih menjadi Kecamatan dengan
tingkat kepadatan paling tinggi yaitu 7 jiwa per Ha, diikuti Kecamatan Aur Birugo
Tigo Baleh sebanyak 5 jiwa per Km2 dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan
sebanyak 5 jiwa per Km².
Tabel V.10. Jumlah Penduduk Kota Bukittinggi 2010-2014
No. Kecamatan/Kelurahan Jumlah Penduduk
2010 2011 2012 2013 2014
I GUGUAK PANJANG 39439 41643 42254 42627 43457
1 Bukik Cangang K. Ramang 2530 2344 2347 2368 2407
2 Tarok Dipo 14908 16627 17006 17156 17450
3 Pakan Kurai 5583 6016 6108 6162 6369
4 Aur Tajungkang T. Sawah 7195 7247 7288 7352 7480
5 Benteng Pasar Atas 1332 1250 1241 1251 1271
6 Kayu Kubu 3966 3512 3513 3545 3606
7 Bukit Apit Puhun 3925 4647 4751 4793 4874
II MANDIANGIN KOTO SELAYAN 44007 44928 46062 46342 48461
1 Pulai Anak Air 4150 4640 4781 4810 5018
2 Koto Selayan 1129 1218 1257 1264 1320
3 Garegeh 2102 2265 2331 2345 2453
4 Manggih Ganting 4175 4439 4616 4644 4848
5 Campago Ipuh 9602 9118 9264 9322 9747
6 Puhun Tembok 6610 6128 6178 6215 6506
7 Puhun Pintu Kabun 6004 5982 6106 6143 6425
8 Kubu Gulai Bancah 4161 4986 5191 5223 5477
9 Campago Guguk Bulek 6074 6152 6338 6376 6667
III AUR BIRUGO TIGO BALEH 24359 24741 25253 25446 26342
1 Belakang Balok 2904 2807 2815 2837 2937
2 Sapiran 3249 3053 3095 3118 3227
3 Birugo 5815 5735 585 5895 6102
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 55
No. Kecamatan/Kelurahan Jumlah Penduduk
2010 2011 2012 2013 2014
4 Aur Kuning 5958 6364 6548 6598 6832
5 Pakan Labuah 2206 2645 2716 2736 2832
6 Kubu Tanjung 1166 1242 1282 1292 1338
7 Ladang Cangkiah 1659 1682 1712 1725 1786
8 Parit Antang 1402 1213 1235 1245 1288
KOTA BUKITTINGGI 107805 111312 113569 114415 118260
Sumber: BPS Kota Bukittinggi, 2011-2015
5.5.2 Kepadatan Penduduk
Rata-rata kepadatan penduduk pada umumnya mengalami peningkatan, dari kurun
waktu tahun 2010-2013 namun perubahan angkanya tidak terlalu signifikan, untuk
lebih jelas lihat tabel 5.11.
Tabel V.11. Rata-rata Kepadatan Penduduk Tahun Luas Area (Ha) Penduduk Kepadatan (Ha)
2010 2,523,900 111,312 23
2011 2,523,900 113,569 22
2012 2,523,900 114,415 22
2013 2,523,900 118,260 21
Sumber : Bukittinggi Dalam Angka 2015
5.5.3 Struktur Penduduk
Struktur penduduk di kota bukittinggi terdiri dari, jumlah penduduk berdasarkan
umur dan jenis kelamin.
a. Jumlah penduduk berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan lebih mendominasi dari
pada jumlah penduduk laki-laki yaitu jumlah penduduk perempuan 60999 orang
dan jumlah penduduk laki-laki 57261 orang. Dan kelompok umur 20-24 dengan
jenis kelamin perempuan merupakan kelompok umur yang paling banyak
dengan jumlah penduduk 7.416 orang, untuk lebih jelas bisa dilihat pada tabel
5.14
Tabel V.12. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur Dan Jenis Kelamin No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
1 0-4 6 326 6 162 12 488
2 5-9 5 572 5 458 11 030
3 10-14 4 844 4 810 9 654
4 15-19 5 614 6 969 12 583
5 20-24 5 567 7 416 12 983
6 25-29 5 070 4 990 10 060
7 30-34 4 351 4 447 8 798
8 35-39 4 300 4 135 8 435
9 40-44 3 665 3 796 7 461
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 56
No Kelompok Umur Laki-Laki Perempuan Jumlah
10 45-49 3 349 3 272 6 621
11 50-54 2 775 2 711 5 486
13 55-59 2 220 2 243 4 463
14 60 -64 1 460 1 466 2 926
15 65 + 2 148 3 124 5 272
JUMLAH 57 261 60 999 118 260 Sumber : Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2014
5.6 Sarana dan Prasarana
5.6.1 Sarana
Sarana Peribadatan
Dengan dominasi penduduk yang beragama Islam, ketersediaan fasilitas peribadatan
di Kota Bukittinggi didominasi oleh masjid dan mushola, sedangkan penyediaan
gereja, vihara dan pura masih minim.
Tabel V.13. Jumlah dan Sebaran Fasilitas Peribadatan Di Kota Bukittinggi No Kecamatan Mesjid Mushola Gereja
Protestan
Gereja
Katolik
1 Guguak Panjang 17 24 1 1
2 Mandiangin Koto Selayan 18 15
3 Aur Birugo Tigo Baleh 9 11
JUMLAH TOTAL 2013 44 50 1
2012 44 52
2011 44 52 1
2010 42 52 1
2009 43 90 1 Sumber: Bukittinngi Dalam Angka 2014
Sarana Perdagangan
Sarana perdagangan di Kota Bukittinggi terdiri atas:
a. Sarana pasar, yaitu pasar-pasar yang teraglomerasi di Kawasan Pasar Atas, Pasar
Aur Kuning dan Pasar Banto.
b. Sarana pertokoan Kawasan Pusat kota yang merupakan konsentrasi kegiatan
perdagangan, pemerintahan dan perkantoran, pelayanan kegiatan sosial dan
pariwisata.
c. Koridor perdagangan, yang berada di sepanjang koridor jalan utama Kota
Bukittinggi.
d. Perdagangan dan jasa pusat-pusat lingkungan yang tersebar di setiap kelurahan.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 57
e. Pedagang informal kaki lima yang menjadi ciri khas pariwisata Kota Bukittinggi.
Keberadaan pedagang kaki lima sebagian besar berada di sekitar pusat-pusat
kegiatan perdagangan seperti pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan pertokoan,
terutama di kawasan Pasar Atas dan Aur Kuning, serta pusat-pusat kegiatan
wisata.
Sarana Pendidikan
Pada tahun 2013 jumlah SD Negeri sebanyak 45 unit dan SD Swasta 11 unit, terjadi
perubahan jika dibandingkan dengan kondisi tahun sebelumnya karena adanya
penggabungan SD. Pada SLTP negeri tidak terjadi perubahan yaitu berjumlah 8 unit.
Begitu juga dengan jumlah SLTA negeri juga tidak mengalami perubahan tetap
berjumlah 5 unit. Jumlah mahasiswa perguruan tinggi / akademi negeri ataupun
swasta pada tahun 2013 mengalami peningkatan menjadi 9.550 orang dari 14.271
orang tahun 2012. Hal ini disebabkan karena perguruan tinggi STAIN pindah
lokasi ke Kabupaten Agam.
Tabel V.14. Jumlah dan Sebaran Fasilitas Pendidikan di Kota Bukittinggi
(Unit) No Kecamatan TK SD SMP SMA MI MTS MA
1 Guguak Panjang 14 21 8 5 1 2
2 Mandiangin Koto Selayan 11 21 2 3 2 4 4
3 Aur Birugo Tigo Baleh 13 14 1 3 5
JUMLAH TOTAL 2013 38 56 11 11 2 6 5
2012 37 64 13 23 2 6 5
2011 36 64 13 22 2 6 5
2010 36 64 13 25 2 6 5
2009 36 62 12 28 2 6 5 Sumber: Bukittinggi Dalam Angka 2014
Sarana Kesehatan
Banyaknya Rumah Sakit di Kota Bukittinggi tidak mengalami perubahan yaitu 3
buah rumah sakit pemerintah dan 2 buah rumah sakit swasta. Jumlah pasien yang
berkunjung ke Rumah Sakit pada tahun 2012 sebanyak 318.203 orang. Dari jumlah
tersebut terdapat 23.927 orang pasien yang dirawat inap dengan berbagai jenis
penyakit yang diderita, seperti Jantung, TBC, Stroke dll. Jumlah kunjungan ibu
hamil pada tahun 2013 sebanyak 3.930 orang, terjadi penurunan jumlah kunjungan
jika dibandingkan dengan jumlah kunjungan tahun sebelumnya.
Tabel V.15. Jumlah Fasilitas Kesehatan di Kota Bukittinggi (Unit)
No Tahun Rumah Sakit Toko Obat Apotik
1 2009 5 21 44
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 58
No Tahun Rumah Sakit Toko Obat Apotik
2 2010 5 13 47
3 2011 5 16 45
4 2012 5 10 47
5 2013 5 19 49 Sumber: Bukittinggi Dalam Angka 2014
5.6.2 Prasarana
Prasarana Air Bersih
Kondisi eksisting prasarana air minum di Kota Bukittinggi memanfaatkan Mata Air
Sungai Tanang, Mata Air Cingkariang, Sumur Bor Tabek Gadang , Sumur Bor
Birugo, Sumur Bor Palolok, Sumur Dangkal Kubang Putih dan Air Permukaan dari
Batang Sianok sebagai sumber airnya. Secara umum, distribusi air minum di Kota
Bukittinggi menggunakan sistem gravitasi dan pemompaan, namun setiap sumber air
memiliki cara pendistribusian masing-masing hingga sampai ke daerah pelayanan.
Deskripsi sumber air yang melayani kebutuhan air minum adalah sebagai berikut:
Mata air Sungai Tanang terletak di Kabupaten Agam. Kapasitas terpasang
150l/detik, sedangkan kapasitas produksi + 90 l/detik. Dari mata air ini
terdapat 4 jalur pipa transmisi, dimana 3 pipa masuk ke sistem penyediaan
air minum PDAM dan 1 pipa untuk melayani penduduk disekitar sumber
air. Air dari Sungai Tanang ini dialirkan secara gravitasi.
Mata air Cingkaring terletak di Kabupaten Agam, kapasitas terpasang 8
l/detik, pemanfaatan oleh PDAM Bukittinggi sebesar 6 l/detik, sedangkan
yang 2 l/detik dialirkan untuk digunakan oleh penduduk sekitar sumber.
Sumur Bor Tabek Gadang terletak di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh,
dengan kapasitas awal 5 l/detik. Pada tahun 2009 kapasitas pompa ditambah
10 l/detik sehingga total kapasitas produksi menjadi 15 l/detik.
Sumur Bor Birugo terletak di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh, dengan
kapasitas produksi 2 l/detik. Sumur ini khusus untuk pengisian mobil tangki
yang digunakan untuk melayani daerah-daerah yang tidak dapat terjangkau
dengan sistem perpipaan.
Sumur bor Palolok, terletak di Kec Mandiangin Koto Selayan dengan
kapasitas 5 l/detik.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 59
Sumur dangkal Kubang Putih, terletak di Kubang Putih Kab.Agam.
Kapasitas produksi 4 l/dtk. Sumber air ini digunakan untuk melayani daerah
Kubang Putih, Kab.Agam dengan jumlah pelanggan sebanyak 210 SR.
Air permukaan Batang Sianok, kapasitas in-take 40 l/detik. Dari intake ini,
air di pompakan ke IPA batang Sianok yang berada di daerah Belakang
BBalok. Kapasitas produksi IPA ini sebesar 35 l/detik. Saat ini IPA tersebut
sudah tidak dapat beroperasi karena tertimbun tanah akibat gempa 2009.
Dengan demikian total kapasitas produksi yang digunakan untuk melayani penduduk
Kota Bukittinggi sebesar 118 l/detik. Kapasitas terpasang yang belum dimanfaatkan
sebesar 60 l/detik yang berasal dari Mata Air Sungai Tanang. Hingga saat ini wilayah
pelayanan air minum hampir memenuhi keseluruhan wilayah perencanaan walaupun
terdapat beberapa kelurahan yang berlum terlayani oleh pelayanan air minum oleh
PDAM. Terdapat dua jaringan yang digunakan untuk mendistribusikan air minum ke
daerah pelayanan, dengan total panjang jaringan sepanjang 98.900 km:
Pipa distribusi utama, meliputi perpipaan dengan diameter 300-125 mm
sepanjang 15.243 km. Jenis pipa adalah pipa Asbes (ACP), pipa besi tuang
(DCIP), pipa baja (Steel) dan pipa PVC.
Pipa distribusi sekunder/tersier meliputi perpipaan dengan diameter 100-50 mm
sepanjang 83.657 km, jenis pipa adalah pipa besi tuang (DCIP), pipa besi tuang
(CIP), pipa GIP dan pipa PVC.
Guna mendukung pendistribusian air, telah dibangun beberapa reservoir dengan total
kapasitas sebesar 3.180 m3. Namun karena keterbatasan produksi maka tidak semua
reservoir tersebut berfungsi.
Dan hidran yamng terdapat di Bukittinggi yang tersebar di setiap kecamatan.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 60
Tabel V.16. Reservoir Produksi dan Distribusi
Sumber: master Plan Penyedian Air Minum Kota Bukittinggi 2010-2024
Dalam penyediaan air minum di Kota Bukittinggi, terdapat berbagai persoalan yang
dihadapi, diantaranya:
Keterbatasan sumber air baku. Sumber air baku yang digunakan saat ini
mayoritas berasal dari Kabuaten Agam. Air baku yang berasal dari Kota
Bukittinggi saat ini hanya menggunakan air tanah dalam (sumur bor).
Pipa transmisi maupun distribusi existing masih ada yang merupakan
peninggalan jaman pemerintahan Belanda, sehingga sudah banyak yang
bocor.
Sabungan/koneksi pada pipa transmisi maupun distribusi sudah banyak
yang rusak, sehingga mengurangi tekanan air yang mengakibatkan reservoir
tidak terisi penuh. Dengan demikian kebutuhan pada jam puncak tidak dapat
terpenuhi.
Pada jalur pipa transmisi maupun distribusi utama ada koneksi langsung, hal
ini juga menyebabkan berkurangnya tekanan air.
Tidak semua instalasi produksi diopersionalkan selama 24 jam/hari, karena
keterbatasan biaya operasional, hal ini menyebarkan ketersediaan air tidak
kontinyu.
Konsumen ada juga yang mengalami kemacetan supply karena kurangnya
air yang tersedia (terutama pada jam puncak), bahkan sejumlah pelanggan
untuk sementara terpaksa tidak mendapatkan pelayanan (di non-aktifkan +
3.500 pelanggan).
Belum adanya pembagian zona pelayanan
Masih tingginya angka kehilangan air, yaitu sebesar + 35%
No Nama Reservoir Kapasitas
(m3)
Keterangan
1 Mandiangin 750 Masih berfungsi
2 Bengkawas 750 Masih berfungsi
3 Benteng 350 Tidak berfungsi karena tekanan air kurang.
4 Birugo 1 250 Masih berfungsi
5 Birugo 2 250 Masih berfungsi
6 Tabek Gadang 65 Masih berfungsi
7 Palolok 465 Masih berfungsi
8 Panorama Baru 300 Tidak berfungsi karena kekurangan debit
Total 3.18
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 61
Prasarana Drainase
Pengelolaan Drainase di Kota Bukittinggi ditangani oleh Dinas Pekerjaan Umum
(DPU) Sub Dinas Prasarana Jalan dan Pengairan pada Seksi Pengairan dan Irigasi.
Secara umum, saluran drainase di Kota Bukittinggi telah menjangkau hampir
seluruh wilayah Kota. Saluran-saluran drainase bertujuan untuk mengalirkan
limpasan air hujan baik dalam bentuk drainase buatan maupun drainase alami.
Saluran-saluran drainase memiliki pola yang sejajar dengan jaringan jalan. Daerah
yang dilayani drainase terdiri dari 3 sub system yaitu Sub Sistem Batang Agam,
Batang Tambuo dan Daujung (Buku Putih Sanitasi).
Dengan kondisi topografi yang relatif miring, serta dengan ketinggian kota di atas
permukaan laut yang cukup tinggi, maka hal ini dapat memberikan keuntungan bagi
pengaliran air pada sistem drainase sehingga aliran permukaan mengalir langsung ke
dataran yang lebih rendah yaitu Batang Sianok dan Batang Tambuo.
Sistem drainase di Kota Bukittinggi secara umum dibagi dalam tiga sistem :
Sistem Drainase terbuka. Sistem drainase terbuka saat ini cukup memadai untuk
menampung dan mengendalikan air hujan.
Sistem drainase tertutup. Sistem drainase tertutup saat ini juga memadai, namun
terkendala dalam hal pembersihan/pengerukan sedimen, disebabkan oleh adanya
sebagian pertokoan di atas saluran (khususnya wilayah dalam pasar).
Sistem drainase saluran tanah. Sistem ini sudah lama ada dan sangat bermanfaat
bagi drainase kota dikala hujan turun sehingga drainase tanah yang ada dapat
menampung beban curah hujan yang cukup tinggi (contoh saluran di daerah
Batang Agam).
Kondisi saluran secara umum dapat diuraikan sebagai berikut:
Kondisi Saluran pada lingkungan perumahan dalam kota Bukittinggi pada
umumnya mengalir pada sisi jalan raya maupun jalan utama, dimana pada sisi
jalan utama saat ini mempunyai saluran drainase yang cukup baik sehingga baik
pada musim hujan maupun musim kemarau saluran drainase di lingkungan
permukiman maupun di jalan utama masih dapat mengatasi air masuk ke dalam
saluran.
Letak Kota Bukittinggi yang konturnya berbukit, sehingga air mengalir
memanfaatkan gravitasi ke tempat yang lebih rendah.
Drainase kota menggunakan saluran tertutup, bagian atas tutup saluran dijadikan
site walk/trotoar, ± 25 m diberi manhole untuk mengetahui kelancaran aliran air.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 62
Masih adanya genangan air pada saat musim hujan di beberapa tempat yang
disebabkan belum adanya pembuatan drainase.
Kurang seragamnya dimensi saluran yang mengakibatkan meluapnya air hujan ke
jalan.
Persoalan-persoalan eksisting berkaitan dengan sistem drainase di Kota Bukittinggi
secara umum adalah sebagai berikut:
Tidak mengalirnya air dari badan jalan ke saluran sehingga cenderung terjadi
genangan air pada saat hujan.
Terdapat beberapa saluran drainase yang memiliki dimensi/kapasitas lebih kecil
dibandingkan debit atau limpasan yang mengalir sehingga saluran tidak dapat
berfungsi secara optimal, begitu pula dengan gorong-gorong, namun hal ini tidak
berlangsung lama, ± 1 s/d 2 jam dan normal kembali.
Belum terselesaikannya saluran drainase di beberapa tempat, sehingga pada saat
hujan akan terjadi genangan pada bagian pinggir jalan.
Kurang berfungsinya tali air, sebagai tempat mengalirnya air hujan dari badan
jalan ke saluran, hal ini dikarenakan kurangnya pemeliharaan, yang
mengakibatkan tersumbatnya tali air tersebut akibat pengendapan kotoran atau
sampah.
Banyaknya sampah dan lumpur yang menyebabkan menyumbatan aliran air dan
kapasitas saluran menjadi kecil sehingga tidak mampu menampung debit air
hujan yang masuk terutama saat hujan lebat. Hal ini berkaitan dengan kurangnya
tingkat kesadaran masyarakat terhadap kebersihan saluran.
Masih difungsikannya saluran drainase sebagai saluran pembuangan air limbah.
5.7 Transportasi
Secara umum, fungsi jaringan jalan di Kota Bukittinggi terdiri atas jaringan jalan
arteri primer, arteri sekunder, kolektor sekunder, dan jalan lokal. Jalan arteri primer
di Kota Bukittinggi merupakan akses keluar-masuk Kota Bukittinggi dari utara,
timur dan selatan. Jalan arteri sekunder menjadi penghubung jalan arteri primer ke
pusat-pusat kegiatan di Kota Bukittinggi. Untuk lebih jelas, gambaran sistem
jaringan jalan diuraikan pada tabel berikut.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 63
Tabel V.17. Sistem Jaringan Jalan Kawasan Perencanaan Fungsi Jalan Deskripsi Nama Jalan
Jalan Arteri
Primer
Jalan arteri primer di Kota Bukittinggi merupakan akses
langsung Kota Bukittinggi dengan lingkup regionalnya
sehingga memiliki keterkaitan dengan sistem jaringan jalan
lintas Sumatera. Dalam konteks sistem jaringan jalan Pulau
Sumatera, jalan arteri primer di Kota Bukittinggi merupakan
penghubung Kota Bukittinggi dengan kota yang berada pada
orde di atasnya maupun di bawahnya.
Jl. Soekarno-Hatta
Jl. By Pass
Jalan Arteri
Sekunder
Jalan arteri sekunder di Kota Bukittinggi menghubungkan
jalan arteri primer dengan pusat-pusat kegiatan di Kota
Bukittinggi
Jl. Veteran
Jl. Sudirman
Jl. Panorama
Jl. Dr. A. Rivai
Jl. Pemuda
Jl. Perintis Kemerdekaan
Jalan
Kolektor
Sekunder
Jalan kolektor sekunder di Kota Bukittinggi
menghubungkan jalan arteri dengan pusat kegiatan
sekunder, atau menghubungkan antarpusat sekunder
maupun antara pusat sekunder dengan pusat lingkungan.
Jalan kolektor sekunder juga berfungsi sebagai penghubung
pusat kegiatan sekunder kota dengan lingkup regional. Jalan
kolektor yang menghubungkan kawasan dengan lingkup
regional diantaranya Jl. Diponegoro dan Jl. Mr Asaat.
Jl. Diponegoro
Jl. Sutan Syahrir
Jl. Panorama Baru
Jl. Panganak Ateh
Jl. Pintu Kabun
Jl. H. Miskin
Jl. Abdul Manan
Jl. Mr. Asaat
Jl. Panganak
Jl. Kabun Pulasan
Jl. Jl. Marapi
Jl Tigo Baleh
Jl Nawawi
Jalan Lokal Jalan lokal di Kota Bukittinggi merupakan penghubung
antara blok kawasan dengan blok kawasan lainnya. Pada
umumnya menghubungkan jalan kolektor dengan pusat
kegiatan tersier kawasan.
Keseluruhan jaringan jalan di Kota
Bukittinggi yang tidak termasuk pada
jaringan jalan arteri dan koletor.
Sumber : RTRW Kota Bukittinggi 2010-2030
5.8 Delineasi Kawasan Permukiman Rawan Bencana
Delineasi kawasan permukiman rawan bencana Kota Bukittiggi dilakukan dengan
menggaungkan peta kawasan permukiman dan peta bencana. Dalam kajian ini, peta
bencana yang digunakan adalah peta bencana gempa bumi, longsor dan kebakaran.
Sehingga delineasi kawasan permukiman rawan bencana yang dihasilkan meliputi
kawasan permukiman rawan bencana gempa bumi, kawasan permukiman rawan
bencana longsor, dan kawasan permukiman rawan bencana kebakaran.
Dalam penentuan delineasi kawasan permukiman rawan bencana tersebut, kriteria
yang digunakan adalah tingkat kerawanan bencana tinggi dari masing-masing jenis
bencana. Untuk lebih jelasnya hasil delineasi kawasan permukiman rawan bencana
dapat dilihat pada Tabel 4.23 s/d 4-25 dan peta tersebut diperoleh berdasarkan hasil
overlay antara peta kawasan terbangun dengan peta bahaya (gempabumi, longsor,
dan kebakaran).
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 64
Tabel V.18. Delineasi Kawasan Permukiman Rawan Bencana
No Kecamatan Kelurahan
Jenis Bencana
Kebakaran Gunung
Api Longsor Gempa Banjir
I Guguak Panjang
Tarok Dipo Ѵ Ѵ Ѵ Ѵ
Bukik Cangang Kayu
Ramang Ѵ Ѵ Ѵ
Pakan Kurai Ѵ Ѵ
Aur Tajungkang
Tengah Sawah Ѵ Ѵ Ѵ
Benteng Pasar Atas Ѵ Ѵ Ѵ
Kayu Kubu Ѵ Ѵ Ѵ
Bukit Apit Puhun Ѵ Ѵ
JUMLAH 6 - 6 7 1
II Mandiangin Koto
Selayan
Campago Guguak
Bulek Ѵ
Campago Ipuh Ѵ Ѵ
Puhun Tembok Ѵ Ѵ Ѵ
Kubu Gulai Bancah Ѵ Ѵ
Puhun Pintu Kabun Ѵ Ѵ Ѵ
Pulai Anak Air Ѵ Ѵ
Koto Selayan Ѵ
Garegeh Ѵ
Manggih Ganting Ѵ Ѵ Ѵ
JUMLAH 3 - 3 9 3
III Aur Birugo Tigo
Baleh
Aur Kuning Ѵ Ѵ Ѵ
Birugo Ѵ Ѵ Ѵ
Belakang Balok Ѵ Ѵ Ѵ
Sapiran Ѵ Ѵ Ѵ
Kubu Tanjung Ѵ Ѵ
Pakan Labuah Ѵ Ѵ
Parit Antang Ѵ Ѵ
Ladang Cangkiah Ѵ Ѵ
JUMLAH 4 5 3 8 -
Total Keseluruhan 13 5 12 24 4
Sumber: Analisis, 2016
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 65
5.9 Analisis Tingkat Resiko Bencana di Kota Bukittinggi
Untuk menghitung tingkat resiko bencana dilakukan dengan menghitung tingkat
kerentanan dan tingkat ketahanan dengan menggunakan statistik dan dengan bantuan
perangkat lungak GIS (Geographic Information System), resiko bencana alam di
Kota Bukittinggi dihitung berdasarkan jenis bencana di Kota Bukittinggi yang
meliputi bencana longsor, bencana gempa bumi dan bencana kebakaran.
5.9.1 Analisis Tingkat Resiko Bencana Gempa Bumi
Secara regional Kota Bukittinggi berada pada Satuan Tufa Batuapung yang disebut
juga sebagai Tufa Maninjau (Qpt) dan Satuan Andesit Gunung Marapi (Qama).
Geologi Permukaan Kota Bukittinggi menggambarkan sifat fisik batuan dan tanah
pelapukannya. Singkapan tufa batuapung terdapat sebagai tebing Ngarai Sianok,
batuan ini berwarna putih hingga coklat muda. Dalam keadaan kering bersifat cukup
kompak dan agak padat, sehingga mampu membentuk tebing yang hampir vertikal
setinggi puluhan meter.
Melihat kondisi geologi Kota Bukittinggi, Kota Bukittinggi memiliki zona rawan
bencana. Zona Rawan Bencana Gempa Bumi pada umumnya dibagi menjadi 3
daerah zona yaitu zona rawan rendah, zona rawan menengah dan zona rawan tinggi.
Pembagian zona daerah rawan ini didasarkan kepada:
Zona Rawan Rendah biasanya didasari oleh batuan berumur tersier yang relatif
kompak, namun masih berpotensi terjadi longsoran apabila terjadi gempa.
Zona Rawan Menengah, biasanya didasari oleh endapan tufa, pasir, lempung dan
lanau hasil pengendapan material gunung api yang relatif kompak.
Zona Rawan Tinggi, biasanya didasari oleh endapan aluvium, rawa basah dan
daerah aliran sungai dengan potensi terjadi pelulukan (liquefaction) apabila terjadi
gempa.
Wilayah Pulau Sumatera berada pada daerah subduction yang merupakan pertemuan
dua lempeng kerak bumi aktif/tektonik, yaitu Lempeng Eurasia dan Lempeng Indo-
Australia . Pada 6 Maret 2007 gempa melanda wilayah Solok, Tanah Datar dan
Bukittinggi, dengan korban 52 orang tewas, 68 luka berat dan 460 luka ringan. Pada
Kota Bukittinggi gempa di iringi oleh longsor dan kebakaran pada lima tempat
sekaligus. 8 orang korban meninggal yang mana 1 (satu) orang korban adalah anak
kecil umur 7 tahun tertimbun longsoran tebing Ngarai Sianok.
Perhitungan nilai faktor dengan standarisasi Davidson ini digunakan untuk analisis
data statistik berdasarkan batas administrasi (non fisik), seperti untuk sub faktor
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 66
Si
)Si2iX(XijijX1
kerentanan sosial kependudukan dan ekonomi, sub faktor ketahanan sumberdaya dan
mobilitas. Untuk hasil analisis dengan metode ini, diasumsikan bahwa hasil dari
analisis dengan unit analisis kelurahan nantinya akan sama di setiap tingkatan
(misalnya : jika kelurahan A memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi, maka di
seluruh wilayah kelurahan A tersebut akan dianggap rata yaitu memiliki tingkat
kerentanan ekonomi tinggi).
Standarisasi Nilai Indikator
Standarisasi nilai indikator dimaksudkan untuk menghasilkan nilai baku, sehingga
dapat dilakukan perhitungan matematis dengan indikator yang lain dengan model
standarisasi yang digunakan untuk indikator yang nilainya bersesuaian dengan resiko
bencana. Davidson (1997 : 142) telah menggunakan 2 model standarisasi data yaitu:
Untuk setiap indikator bahaya dan kerentanan dikarenakan semakin tingi nilai
indikator akan menyebabkan semakin tinggi pula resiko bencananya, maka
dipergunakan rumus :
Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kelurahan j
Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kelurahan j
iX : Nilai rata-rata untuk indikator i
Si : Standar deviasi
Perhitungan tingkat bahaya gempa bumi dapat diidentifikasi melalui beberapa
variabel yaitu luas zona rawan bencana tinggi dan luas zona rawan bencana
menengah. Berdasarkan hasil dari identifikasi luasan zona bencana gempa bumi
maka nilai luas zona rawan bencana tinggi dan luas zona rawan bencana menengah.
Untuk perhitungan nilai tingkat resiko bencana gempa bumi dihitung berdasarkan
nilai rata-rata maka dapat di klasifikasikan tingkat bencana gempa bumi 0,49-5,96
Rendah, 5,97-11,44 Sedang, 11,45-16,92 Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 67
Tabel V.19. Tingkat Bahaya Bencana Gempa Bumi
No Kecamatan/Kelurahan
Luas Wilayah Kota
Bukittinggi (Ha) Luas Zona Bahaya Tinggi
Luas Zona Bahaya
Menengah Nilai
rata-
rata
Klasifikasi
Bahaya Luas
(Ha)
Nilai
Baku
Bobot
(x0.25)
Luas
(Ha)
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
Luas
(Ha)
Nilai
Baku
Bobot
(x0.25)
Kecamatan Guguak
Panjang
1 Bukik Cangang Kayu
Ramang 47 1,16 0,29 3,39 0,3 0,23 24,53 0,99 0,25 0,77 Rendah
2 Tarok Dipo 148 2,62 0,65 4,35 0.34 0,26 118,9 3,69 0,92 1,83 Rendah
3 Pakan Kurai 87 1,74 0,43 6,78 0,44 0,33 70,7 2,31 0,58 1,34 Rendah
4 Aur Tajungkang Tengah
Sawah 69 1,48 0,37 5,28 0,38 0,28 28,82 1,12 0,28 0,93 Rendah
5 Benteng Pasar Atas 56 1,29 0,32 24,01 0,98 0,24 0,56 Rendah
6 Kayu Kubu 91 1,8 0,45 48,51 2,12 1,59 21,04 0,89 0,22 2,26 Rendah
7 Bukit Apit Puhun 185.1 3,16 0,79 88,4 7,78 5,83 19,02 0,84 0,21 6,83 Sedang
Kecamatan Mandiangin Koto Selayan
8 Pulai Anak Air 88.2 1,75 0,44 24,55 1,56 1,17 26,8 3,17 0,79 2,4 Rendah
9 Koto Selayan 73 1,54 0,38 2,18 0,25 0,19 69,42 2,28 0,57 1,14 Rendah
10 Garegeh 65 1,42 0,35 7,07 0,45 0,34 89,74 2,86 0,71 1,4 Rendah
11 Maggih Ganting 65.1 1,42 0,36 22,12 1,87 1,4 33,2 1,81 0,45 2,21 Rendah
12 Campago Ipuh 139.3 2,49 0,62 27,73 1,28 0,96 74,82 2,43 0,61 2,19 Rendah
13 Puhun Tembok 71 1,51 0,38 13,77 0,72 0,54 34,09 1.27 0,32 1,24 Rendah
14 Puhun Pintu Kabun 181 3,1 0,77 521,9 21,24 15,93 18,94 0,83 0,21 16,91 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 361 5,7 1,42 51,49 2,24 1,68 83,74 2,69 0,67 3,77 Rendah
16 Campago Guguk Bulek 172 2,97 0,74 46,82 2,06 1,54 56,08 1,9 0,47 2,75 Rendah
Kecamatan Aur Birugo
Tigo Baleh
17 Belakang Balok 50.4 1,21 0,3 20,52 2,61 1,96 12,63 0,94 0,23 2,49 Rendah
18 Sapiran 25.4 0,85 0,21 29,3 1,13 0,28 0,49 Rendah
19 Birugo 94 1,84 0,46 23,56 1,12 0,84 63,83 2,12 0,53 1,83 Rendah
20 Aur Kuning 90 1,78 0,45 113,9 3,55 0,89 1,34 Rendah
21 Pakan Labuah 118 2,91 0,55 133,9 4,12 1,03 1,58 Rendah
22 Kubu Tanjung 91.1 1,8 0,45 90,14 2,87 0,72 1,17 Rendah
23 Ladang Cangkiah 74 1,55 0,39 45,39 1,59 0,4 0,79 Rendah
24 Parit Antang 82 1,67 0,42 2 0,25 0,18 46,76 1,63 0,41 0,74 Rendah
Nilai rata-rata Xi 105,15 45,44 59,74
Standar Deviasi Si 69,15 24,76 34,99 Sumber : Hasil Analisis Klasifikasi Resiko Bencana : 0,49-5,96 Rendah, 5,97-11,44 Sedang, 11,45-16,92Tinggi
Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana
Setelah indikator-indikator setiap faktor resiko bencana distandarkan (dibakukan),
maka dilakukan perhitungan nilai/indeks resiko bencana letusan gunungapi.
Rumus yang digunakan untuk menghitung nilai setiap faktor resiko bencana
adalah:
B = WB1X’B1 + ........... + WBnX’Bn
R = WR1X’R1 + ........... + WRnX’Rn
K = WK1X’K1 + ........... + WKnX’Kn
Dimana :
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 68
B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)
R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)
K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas (Capacity)
X’i = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan
Wi = Bobot Setiap Indikator
Kerentanan dapat diartikan karakteristik dan situasi seseorang atau suatu kelompok
meliputi faktor fisik, lingkungan, sosial, dan ekonomi yang memperbesar
kemungkinan menderita dampak suatu bahaya (UN-ISDR, 2002). Kerentanan dapat
pula diartikan sebagai faktor yang menentukan seberapa besar dampak yang
dirasakan apabila terjadi bahaya. Sebaliknya, terdapat pula faktor kapasitas, yaitu
penguasaan sumber daya, sikap, dan kemampuan yang dimiliki oleh masyarakat,
yang memungkinkan mereka untuk mempertahankan dan mempersiapkan diri untuk
mencegah, menanggulangi, dan memulihkan diri dari dampak bencana.
Faktor kerentanan terhadap bencana gempa bumi di Kota Bukittinggi yang memiliki
kerentanan yang paling tinggi berada pada Kelurahan Tarok Dipo, Benteng Pasar
Atas, Aur Tajungkang Tengah Sawah, Maggih Ganting, Puhun Tembok, Birugo, Aur
Kuning. Untuk lebih jelasnya perhitungan faktor kerentanan terhadap gempa bumi
dapat di lihat pada tabel berikut:
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 69
Tabel V.20. Kerentanan Bencana Gempa Bumi
No Kecamatan/Kelurahan
Variabel Kerentanan
Nilai
Baku
Kategor
i
Penduduk Wanita* Penduduk Tua dan Balita** Kepadatan Penduduk Kepadatan Bangunan Pusat Kegiatan Ekonomi
***
%
Pendud
uk
Wanita
Nilai
Baku
Bobot
Nilai
(x
0.20)
%
Pendudu
k Tua
dan
Balita
Nilai
Bak
u
Bobot
Nilai
(x 0.20)
Angka
Kepadata
n
Pendudu
k
Nilai
Bak
u
Bobot
Nilai
(x 0.20)
Angka
Kepadata
n
Banguna
n (Ha)
Nila
i
Bak
u
Bobot
Nilai
(x
0.20)
Pusat
Kegia
tan
Ekon
omi
Nila
i
Bak
u
Bobot
Nilai
(x 0.20)
Kecamatan Guguak
Panjang 0,3 0,2 0,2
1 Bukik Cangang Kayu
Ramang 53 2,64 0,53 12 1,84 0,55 51 1.93 0,39 13 0,76 0,15 1,82 0,18 1,8 Sedang
2 Tarok Dipo 52 2 0,4 18 3,77 1,13 118 4.06 0,81 89 3,19 0,64 1,82 0,18 3,16 Tinggi
3 Pakan Kurai 54 3,29 0,66 10 1,19 0,36 73 2.63 0,53 20 0,99 0,2 1,82 0,18 1,93 Sedang
4 Aur Tajungkang Tengah
Sawah 52 2 0,4 14 2,48 0,75 108 3.76 0,75 108 3,81 0,76 1,82 0,18 2,84 Tinggi
5 Benteng Pasar Atas 52 2 0,4 9 0,87 0,26 104 3.62 0,72 106 3,73 0,75 2 4,65 0,47 2,6 Tinggi
6 Kayu Kubu 51 1,36 0,27 9 0,87 0,26 30 1.26 0,25 10 0,67 0,13 1,82 0,18 1,09 Rendah
7 Bukit Apit Puhun 50 0,71 0,14 10 1,19 0,36 26 1.14 0,23 26 1,19 0,24 1,82 0,18 1,15 Rendah
Kecamatan Mandiangin
Koto Selayan
8 Pulai Anak Air 49 0,07 0,01 12 1,84 0,55 57 2.11 0,42 57 2,17 0,43 1,82 0,18 1,59 Sedang
9 Koto Selayan 54 3,29 0,06 7 0,23 0,07 18 0.88 0,18 18 0,93 0,19 1,82 0,18 0,68 Rendah
10 Garegeh 53 2,64 0,53 9 0,87 0,26 38 1.50 0,3 38 1,55 0,31 1,82 0,18 1,58 Rendah
11 Maggih Ganting 53 2,64 0,53 11 1,52 0,45 74 2.68 0,54 74 2,73 0,55 1,82 0,18 2,25 Rendah
12 Campago Ipuh 51 1,36 0,27 11 1,52 0,45 70 2.53 0,51 70 2,58 0,52 1,82 0,18 1,93 Sedang
13 Puhun Tembok 56 4,58 0,92 14 2,48 0,75 92 3.22 0,64 92 3,27 0,65 1,82 0,18 3,14 Tinggi
14 Puhun Pintu Kabun 51 1,36 0,27 11 1,52 0,45 18 0.87 0,17 18 0,92 0,18 1,82 0,18 1,25 Rendah
15 Kubu Gulai Bancah 54 3,29 0,66 9 0,87 0,26 30 1.26 0,25 30 1,32 0,26 1,82 0,18 1,61 Sedang
16 Campago Guguk Bulek 52 2 0,4 12 1,84 0,55 39 1.54 0,31 39 1,59 0,32 1,82 0,18 1,76 Sedang
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
17 Belakang Balok 52 2 0,4 10 1,19 0,36 58 2.16 0,43 58 2,21 0,44 1,82 0,18 1,81 Sedang
18 Sapiran 52 2 0,4 10 1,19 0,36 41 1.61 0,32 41 1,66 0,33 1,82 0,18 1,59 Sedang
19 Birugo 52 0,71 0,14 18 1,84 0,55 65 2.37 0,21 65 1,12 0,22 1,82 0,18 1,3 Rendah
20 Aur Kuning 52 2 0,4 18 3,77 1,13 76 2.72 0,54 76 2,77 0,55 1 3,24 0,32 2,94 Tinggi
21 Pakan Labuah 50 0,71 0,14 12 1,84 0,55 24 1.06 0,21 24 1,12 0,22 1,82 0,18 1,3 Rendah
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 70
No Kecamatan/Kelurahan
Variabel Kerentanan
Nilai
Baku
Kategor
i
Penduduk Wanita* Penduduk Tua dan Balita** Kepadatan Penduduk Kepadatan Bangunan Pusat Kegiatan Ekonomi
***
%
Pendud
uk
Wanita
Nilai
Baku
Bobot
Nilai
(x
0.20)
%
Pendudu
k Tua
dan
Balita
Nilai
Bak
u
Bobot
Nilai
(x 0.20)
Angka
Kepadata
n
Pendudu
k
Nilai
Bak
u
Bobot
Nilai
(x 0.20)
Angka
Kepadata
n
Banguna
n (Ha)
Nila
i
Bak
u
Bobot
Nilai
(x
0.20)
Pusat
Kegia
tan
Ekon
omi
Nila
i
Bak
u
Bobot
Nilai
(x 0.20)
22 Kubu Tanjung 52 2 0,4 8 0,55 0,16 15 0.77 0,15 15 0,82 0,16 1,82 0,18 1,05 Rendah
23 Ladang Cangkiah 51 1,36 0,27 10 1,19 0,36 24 1.07 0,21 24 1,12 0,22 1,82 0,18 1,24 Rendah
24 Parit Antang 54 3,29 0,66 8 0,55 0,16 16 0.80 0,16 16 0,85 0,17 1,82 0,18 1,33 Rendah
Nilai Rata Xi 0.52 12,5 533.196 51,72 0.125
Standar Deviasi 0.02 3,1 3.132.771 31,35 0.71
Sumber: Analisis, 2016
Keterangan : 0,68-1,5 tingkat kerentanan rendah, 01,6-2,42 tingkat kerentanan sedang, dan 2,43-3,25 tingkat kerentanan Tinggi
* berdasarkan pada tabel 4.7
** berdasarkan pada tabel 4-7 *** berdasarkan kondisi eksisting/survay
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 71
Si
)Si2iX(XijijX1
Gempa dan Longsor memiliki variabel kapasitas yang sama karena merupakan
bencana geologi, variabel kapasitas dari bencana gempa dan longsor yaitu Kawasan
non terbangun seperti lahan kosong, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH),
keberadaan Tempat evakuasi yang disediakan sesuai yang tercantum dalam RTRW
Kota Bukittinggi, serta Emergency Respon seperti bantuan langsung yang dapat
diterima dari aparat seperti TNI ataupun relawan. Melalui analisis, didapat kelurahan
yang memiliki kapasitas tertinggi adalah Puhun Pintu Kabun, Kubu Gulai Bancah,
Belakang Balok dan Sapiran. Kelurahan dengan kapasitas tinggi memungkinkan
dapat bertahan atau mengurangi resiko bencana yang ada. Kapasitas ini dapat
berbentuk adanya emergency respon di daerah tersebut, atau tempat untuk evakuasi.
Berikut penilaian kapasitas di kota Bukittinggi.
Untuk setiap indikator faktor ketahanan dikarenakan semakin tinggi nilai indikator
akan menyebabkan semakin rendah resiko bencananya, maka dipergunakan rumus
yang berbeda, yaitu :
Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
iX : Nilai rata-rata untuk indikator i
Si : Standar deviasi
Tabel V.21. Kapasitas Bencana Longsor dan Gempa Bumi
No Kecamatan/Kelurahan
Lapangan RTH Tempat Evakuasi
Jumlah Nilai
Baku
Bobot
(x0.20) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
1 Kecamatan Guguak Panjang 1 4,25 0,85 5 9,42 1,88 2 8,35 1,67
2 Kecamatan Mandiangin Koto
selayan 1 4,25 0,85 6 10,07 2,01 2 8,35 1,67
3 Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh 1 4,25 0,85 8 11,38 2,28 1 6,62 1,32
Jumlah 3 19 5
Nilai Rata rata Xi 1 0,2 63.333 0,2 1.667 0,2
Standar Deviasi 0.89 1,53 0,58
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 72
Tabel lanjutan.............
No Kecamatan/Kelurahan
Fasilitas Kesehatan Jumlah Dokter Nilai
Baku Kategori
Jumlah Nilai
Baku
Bobot
(x0.20) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
1 Kecamatan Guguak Panjang 2.00 8.35 1.67 362.33 4.00 0.80 4,4 Rendah
2 Kecamatan Mandiangin Koto
selayan 2.00 8.35 1.67 362.33 4.00 0.80 4,53 Tinggi
3 Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 1.00 6.62 1.32 362.33 4.00 0.80 4,45 Sedang
Jumlah 5 1087
Nilai Rata rata Xi 16.667 0.2 362.33 0.2
Standar Deviasi 0.58 0.00 Keterangan : 4,40-4,44 tingkat ketahanan rendah, 4,40-4,44 tingkat ketahanan sedang, dan 2,43-3,25 tingkat
ketahanan Tinggi
* berdasarkan pada tabel 4.7
Sumber: Analisis, 2016
Dari hasil analisis tingkat resiko bencana gempa bumi di Kota Bukittinggi yang
memiliki tingkat resiko bencana tinggi berada pada Kelurahan Bukik Apit Puhun,
Pulai Anak Air, Maggih Ganting, Campago Ipuh, Puhun Pintu Kabun, Kubu Gulai
Bancah, dan Belakang Balok. untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan pada Tabel 5.22
berikut:
Tabel V.22. Analisis Resiko Bencana Gempa Bumi
No Kecamatan/Kelurahan
Bahaya Kerentanan Ketahanan
Nilai
Resiko
Tingkat
Resiko
Bencana Nilai
Nilai x
Bobot
Bahaya
(0,50)
Nilai
Nilai x
Bobot
Kerentanan
(0,25)
Nilai
Nilai x
Bobot
Ketahanan
(0,25)
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 0,77 0,39 1,8 0,45 4,4 1,10 1,94 Rendah
2 Tarok Dipo 1,83 0,92 3,16 0,79 4,4 1,10 2,81 Rendah
3 Pakan Kurai 1,34 0,67 1,93 0,48 4,4 1,10 2,25 Rendah
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 0,93 0,47 2,84 0,71 4,4 1,10 2,28 Rendah
5 Benteng Pasar Atas 0,56 0,28 2,6 0,65 4,4 1,10 2,03 Rendah
6 Kayu Kubu 2,26 1,13 1,09 0,27 4,4 1,10 2,50 Rendah
7 Bukit Apit Puhun 6,83 3,42 1,15 0,29 4,4 1,10 4,80 Sedang
Kecamatan Mandiangin Koto selayan 0,00
8 Pulai Anak Air 2,4 1,20 1,59 0,40 4,53 1,13 2,73 Rendah
9 Koto Selayan 1,14 0,57 0,68 0,17 4,53 1,13 1,87 Rendah
10 Garegeh 1,4 0,70 1,58 0,40 4,53 1,13 2,23 Rendah
11 Maggih Ganting 2,21 1,11 2,25 0,56 4,53 1,13 2,80 Rendah
12 Campago Ipuh 2,19 1,10 1,93 0,48 4,53 1,13 2,71 Rendah
13 Puhun Tembok 1,24 0,62 3,14 0,79 4,53 1,13 2,54 Rendah
14 Puhun Pintu Kabun 16,91 8,46 1,25 0,31 4,53 1,13 9,90 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 3,77 1,89 1,61 0,40 4,53 1,13 3,42 Rendah
16 Campago Guguk Bulek 2,75 1,38 1,76 0,44 4,53 1,13 2,95 Rendah
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 0,00
17 Belakang Balok 2,49 1,25 1,81 0,45 4,45 1,11 2,81 Rendah
18 Sapiran 0,49 0,25 1,59 0,40 4,45 1,11 1,76 Rendah
19 Birugo 1,83 0,92 1,3 0,33 4,45 1,11 2,35 Rendah
20 Aur Kuning 1,34 0,67 2,94 0,74 4,45 1,11 2,52 Rendah
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 73
No Kecamatan/Kelurahan
Bahaya Kerentanan Ketahanan
Nilai
Resiko
Tingkat
Resiko
Bencana Nilai
Nilai x
Bobot
Bahaya
(0,50)
Nilai
Nilai x
Bobot
Kerentanan
(0,25)
Nilai
Nilai x
Bobot
Ketahanan
(0,25)
21 Pakan Labuah 1,58 0,79 1,3 0,33 4,45 1,11 2,23 Rendah
22 Kubu Tanjung 1,17 0,59 1,05 0,26 4,45 1,11 1,96 Rendah
23 Ladang Cangkiah 0,79 0,40 1,24 0,31 4,45 1,11 1,82 Rendah
24 Parit Antang 0,74 0,37 1,33 0,33 4,45 1,1125 1,82 Rendah
Sumber : Hasil Analisis 2016
Keterangan : 1,76-4,47 tingkat resiko rendah, 4,48-7,19 tingkat resiko sedang, 7,20-9,91 tingkat
resiko tinggi
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 74
Gambar 5.11 Peta Resiko Bencana Gempa Bumi
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 75
Si
)Si2iX(XijijX1
5.9.2 Analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor
Wilayah yang memiliki potensi longsor adalah di wilayah tebing Ngarai Sianok. Di
bagian atas tebing sering dijumpai kekar yang terbuka lebar terutama bila ada aliran
air yang masuk ke dalamnya. Berdasarkan data laboratorium pengembangan bebas
(swelling) batuan ini melebihi 70%. Angka ini merupakan salah satu faktor yang
menunjukkan mudah terganggunya kestabilan lereng / tebing jika dirembesi oleh air.
Dalam keadaan tidak tersingkap atau terganggu, batuan ini mempunyai daya dukung
cukup besar lebih dari 3.75 kg/cm2. Tanah pelapukan berupa perlapisan lempung,
lanau dan lempung pasiran, kurang lulus air dengan orde lebih kecil dari 10-6 cm/dt.
Air yang mengalir di atas tanah ini akan lebih banyak mengalir pada permukaan.
Selanjutnya di bawah kedalaman 2 meter, biasanya berupa tufa halus sampai kasar,
sangat lapuk dengan orde kelulusan berkisar antara 10-3 – 10-4 cm/dt. Berdasarkan
data sondir secara umum disimpulkan bahwa pijakan fondasi bangunan dapat
diletakkan pada lapisan tufa yang umumnya berada di bawah kedalaman 4 meter. Di
daerah yang berada di Satuan Andesit Gunung Marapi (Qama), sifat fisiknya berupa
lanau lempungan dengan kelelusan sedang (10-4 – 10-6 cm/dt), mudah tererosi, tebal
antara 2.5 m hingga 5 meter.
Perhitungan nilai faktor dengan standarisasi Davidson ini digunakan untuk analisis
data statistik berdasarkan batas administrasi (non fisik), seperti untuk sub faktor
kerentanan sosial kependudukan dan ekonomi, sub faktor ketahanan sumberdaya dan
mobilitas. Untuk hasil analisis dengan metode ini, diasumsikan bahwa hasil dari
analisis dengan unit analisis kelurahan nantinya akan sama di setiap tingkatan
(misalnya : jika kelurahan A memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi, maka di
seluruh wilayah kelurahan A tersebut akan dianggap rata yaitu memiliki tingkat
kerentanan ekonomi tinggi).
Standarisasi nilai indikator dimaksudkan untuk menghasilkan nilai baku, sehingga
dapat dilakukan perhitungan matematis dengan indikator yang lain dengan model
standarisasi yang digunakan untuk indikator yang nilainya bersesuaian dengan resiko
bencana. Davidson (1997 : 142) telah menggunakan 2 model standarisasi data yaitu:
Untuk setiap indikator bahaya dan kerentanan dikarenakan semakin tingi nilai
indikator akan menyebabkan semakin tinggi pula resiko bencananya, maka
dipergunakan rumus :
Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 76
iX : Nilai rata-rata untuk indikator i
Si : Standar deviasi
Dari hasil analisis bahwa tingkat longsor tinggi berada pada Kelurahan Kayu Kubu,
Bukit Apit Puhun, Pulai Anak Air, Maggih Ganting, Campago Ipuh, Kubu Gulai
Bancah , Campago Guguk Bulek dan Belakang Balok Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tabel V.23. Tingkat Bencana Longsor
No Kecamatan/Kelurahan
Luas Bahaya longsor Tinggi Luasan Bahaya longsor
Menengah Nilai Baku Kategori
Luas (Ha) Nilai Baku Bobot
(x0.75) Luas (Ha) Nilai Baku
Bobot
(x0.25)
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 4,72 0,74 0.56 11,18 0,85 0,21 0,21 Rendah
2 Tarok Dipo 0 0,74 0.54 4,27 0,4 0,1 0,10 Rendah
3 Pakan Kurai 0 0,72 0.54 6,72 0,56 0,14 0,14 Rendah
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 0 0,72 0.54 5,27 0,47 0,12 0,12 Rendah
5 Benteng Pasar Atas 0 0,72 0.54 24,3 1,71 0,43 0,43 Rendah
6 Kayu Kubu 27,79 2,99 2.24 26,82 1,87 0,47 0,47 Rendah
7 Bukit Apit Puhun 67,8 6,26 4.70 82,26 5,49 1,37 1,37 Sedang
Kecamatan Mandiangin Koto selayan
8 Pulai Anak Air 0 0,72 0.54 34,63 2,38 0,6 0,60 Rendah
9 Koto Selayan 0 0,72 0.54 1,94 0,25 0,06 0,06 Rendah
10 Garegeh 0 0,72 0.54 6,95 0,58 0,14 0,14 Rendah
11 Maggih Ganting 0 0,72 0.54 41,63 2,84 0,71 0,71 Rendah
12 Campago Ipuh 0 0,72 0.54 26,81 1,87 0,47 0,47 Rendah
13 Puhun Tembok 0 0,72 0.54 13,64 1,01 0,25 0,25 Rendah
14 Puhun Pintu Kabun 215,5 20,13 15.10 240,5 15,8 3,95 3,95 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 1,13 0,75 0.57 64,51 4,33 1,08 1,08 Rendah
16 Campago Guguk Bulek 0 0,75 0.54 47,18 3,2 0,8 0,80 Rendah
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 0
17 Belakang Balok 48,65 4,11 3.08 26,94 1,88 0,47 0,47 Rendah
18 Sapiran 0 0,72 0.54 0 0,12 0,03 0,03 Rendah
19 Birugo 16,56 0,74 0.56 23,02 1,63 0,41 0,41 Rendah
20 Aur Kuning 0 0,72 0.54 0 0,12 0,03 0,03 Rendah
21 Pakan Labuah 0 0,72 0.54 0 0,12 0,03 0,03 Rendah
22 Kubu Tanjung 0 0,72 0.54 0 0,12 0,03 0,03 Rendah
23 Ladang Cangkiah 0 0,72 0.54 0 0,12 0,03 0,03 Rendah
24 Parit Antang 0 0,72 0.54 1,9 0,25 0,06 0,06 Rendah
Nilai Rata rata Xi 156.496 28,77
Standar deviasi 12,24 15,34 Sumber : Hasil Analisis, 2016
Klasifikasi pembobotan: < 0,30-1,33 rendah, 1,34-2,64 sedang, >2,65-3,95 tinggi
Longsor yang terjadi pada Pesisir Ngarai Sianok sehingga menghanyutkan beberapa
rumah di sekitarnya jatuh ke lembah Ngarai Sianok. Tingkat kerentanan gerakan
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 77
tanah dapat dibagi atas empat tingkat yaitu : (1) Sangat rendah, gerakan tanah jarang
terjadi. (2) Rendah, gerakan tanah bisa terjadi bila ada gangguan. (3) Menengah,
gerakan tanah berpotensi terjadi bila curah hujan tinggi dan ada gangguan pada
lereng. (4) Tinggi, sering terjadi gerakan tanah bila musim hujan dan gerakan tanah
lama aktif kembali.
Kepadatan bangunan juga menjadi penilaian dalam penentuan kerentanan longsor di
Kota Bukittinggi. Kepadatan bangunan dalam suatu wilayah turut mempengaruhi
kerentanan bencana gempa bumi, dimana kepadatan bangunan dapat memperburuk
jatuhnya kerugian, seperti korban dan materi. Kepadatan bangunan yang tinggi
memungkinkan daerah tersebut memiliki kerentanan yang tinggi. Dari penilaian
resiko menggunakan kepadatan bangunan dan kemiringan lereng di dalam zona
kerentanan tinggi lebih besar dari 30%). Perhitungan tingkat kerentanan longsor
dapat diidentifikasi melalui beberapa variabel yaitu angka kepadatan penduduk,
kepadatan bangunan, dan kemampuan lahan.
Lokasi yang memiliki kerentanan longsor tinggi berada pada Kelurahan Bukik
Cangang Kayu Ramang, Benteng Pasar Atas, Kayu Kubu, Bukit Apit Puhun, Maggih
Ganting, Campago Ipuh, Puhun Tembok Belakang Balok dan lain-lain untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada tabel 5-5.
Untuk perhitungan nilai tingkat kerentanan bencana longsor dihitung berdasarkan
nilai rata-rata maka dapat di klasifikasikan kerentanan longsor < 0,40 tingkat longsor
rendah, 0,40-0,50 tingkat longsor sedang, dan >0,50 Tingkat longsor Tinggi. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 78
Tabel V.24. Kerentanan Bencana Longsor
No Kecamatan/Kelurahan
Curah Hujan Kepadatan Penduduk Kepadatan Bangunan Kemampuan lahan
Nilai
Baku Kategori
Curah
Hujan
(Ha) *
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Angka
Kepadatan
Penduduk
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Angka
Kepadatan
Bangunan
Nilai
Baku
Bobot
(x0.10)
%
Kemiringan
lahan
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
Kecamatan Guguak Panjang 0,2 0,2 0,1 0,5
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 60,34 1,55 0,31 59 2,08 0,42 50 1,85 0,19 0,2 2,42 1,21 2,13 Rendah
2 Tarok Dipo 73,29 1,68 0,34 118 3,85 0,77 89 3,08 0,13 0 0,94 0,47 1,71 Rendah
3 Pakan Kurai 77,47 1,72 0,34 73 2,51 0,5 73 2,58 0,26 0 0,94 0,47 1,57 Rendah
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 34,11 1,29 0,26 89 2,98 0,6 89 3,08 0,31 0 0,94 0,47 1,64 Rendah
5 Benteng Pasar Atas 24,01 1,19 0,24 104 3,43 0,69 106 3,62 0,36 0,15 2,05 1,03 2,32 Sedang
6 Kayu Kubu 69,48 1,64 0,33 40 1,5 0,3 40 1,52 0,15 0,4 3,9 1,95 2,73 Tinggi
7 Bukit Apit Puhun 206,96 2,99 0,6 26 1,1 0,22 26 1,1 0,11 0,4 3,9 1,95 2,88 Tinggi
Kecamatan Mandiangin Koto
selayan
8 Pulai Anak Air 135,33 2,29 0,46 57 2,02 0,4 57 2,07 0,21 0,02 1,09 0,54 1,61 Rendah
9 Koto Selayan 71,61 1,66 0,33 18 0,86 0,17 18 0,84 0,08 0,02 1,09 0,54 1,12 Rendah
10 Garegeh 112,34 2,06 0,41 38 1,45 0,29 38 1,46 0,15 0,1 1,68 0,84 1,69 Rendah
11 Maggih Ganting 95,31 1,89 0,38 74 2,55 0,51 74 2,62 0,26 0,15 2,05 1,03 2,18 Sedang
12 Campago Ipuh 102,54 1,97 0,39 70 2,41 0,48 70 2,48 0,25 0,15 2,05 1,03 2,15 Sedang
13 Puhun Tembok 47,86 1,43 0,29 92 3,06 0,61 92 3,17 0,32 0,1 1,68 0,84 2,06 Sedang
14 Puhun Pintu Kabun 540,57 6,28 1,26 18 0,85 0,17 18 0,83 0,08 0,4 3,9 1,95 3,46 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 135,23 2,29 0,46 30 1,22 0,24 30 1,23 0,12 0,2 2,42 1,21 2,03 Sedang
16 Campago Guguk Bulek 102,91 1,97 0,39 39 1,48 0,3 39 1,5 0,15 0,2 2,42 1,21 2,05 Sedang
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
17 Belakang Balok 82,2 1,76 0,35 58 2,06 0,41 58 2,11 0,21 0,4 3,9 1,95 2,92 Tinggi
18 Sapiran 29,3 1,24 0,25 127 4,12 0,82 127 4,29 0,43 0,1 1,68 0,84 2,34 Sedang
19 Birugo 112,95 2,07 0,41 65 2,26 0,45 65 2,32 0,23 0,15 2,05 1,03 2,12 Sedang
20 Aur Kuning 113,9 2,08 0,42 76 2,59 0,52 76 2,67 0,27 0,15 2,05 1,03 2,24 Sedang
21 Pakan Labuah 133,85 2,27 0,45 24 1,03 0,21 24 1,03 0,1 0,05 1,31 0,66 1,42 Rendah
22 Kubu Tanjung 90,14 1,84 0,37 15 0,75 0,15 15 0,73 0,07 0,05 1,31 0,66 1,25 Rendah
23 Ladang Cangkiah 45,39 1,4 0,28 24 1,04 0,21 24 1,03 0,1 0,02 1,09 0,54 1,13 Rendah
24 Parit Antang 48,76 1,44 0,29 16 0,78 0,16 16 0,77 0,08 0,02 1,09 0,54 1,07 Rendah
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 79
No Kecamatan/Kelurahan
Curah Hujan Kepadatan Penduduk Kepadatan Bangunan Kemampuan lahan
Nilai
Baku Kategori
Curah
Hujan
(Ha) *
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Angka
Kepadatan
Penduduk
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Angka
Kepadatan
Bangunan
Nilai
Baku
Bobot
(x0.10)
%
Kemiringan
lahan
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
Nilai Rata rata Xi 10.607.708 56.223.139 5.472.708 0.142917
Standar Deviasi 10.155.907 33.344.825 3.163.323 0.134955 Sumber : Hasil Analisis, 2016
Keterangan : 1,07-1,86 tingkat kerentanan rendah, 1,87-2,66 tingkat kerentanan sedang, dan 2,67-3,46 Tingkat Kerentanan Tinggi
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 80
Si
)Si2iX(XijijX1
Gempa dan Longsor memiliki variabel kapasitas yang sama karena merupakan bencana
geologi, variabel kapasitas dari bencana gempa dan longsor yaitu Kawasan non
terbangun seperti lahan kosong, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH), keberadaan
Tempat evakuasi yang disediakan sesuai yang tercantum dalam RTRW Kota
Bukittinggi, serta Emergency Respon seperti bantuan langsung yang dapat diterima dari
aparat seperti TNI ataupun relawan. Melalui analisis, didapat kelurahan yang memiliki
kapasitas tertinggi adalah Puhun Pintu Kabun, Kubu Gulai Bancah, Belakang Balok dan
Sapiran. Kelurahan dengan kapasitas tinggi memungkinkan dapat bertahan atau
mengurangi resiko bencana yang ada. Kapasitas ini dapat berbentuk adanya emergency
respon di daerah tersebut, atau tempat untuk evakuasi. Berikut penilaian kapasitas di
kota Bukittinggi.
Untuk setiap indikator faktor ketahanan dikarenakan semakin tinggi nilai indikator akan
menyebabkan semakin rendah resiko bencananya, maka dipergunakan rumus yang
berbeda, yaitu :
Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kecamatan j
iX : Nilai rata-rata untuk indikator i
Si : Standar deviasi
Tabel V.25. Kapasitas Bencana Longsor dan Gempa Bumi
No Kecamatan/Kelurahan
Lapangan RTH Tempat Evakuasi
Jumlah Nilai
Baku
Bobot
(x0.20) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
1 Kecamatan Guguak Panjang 1 4,25 0,85 5 9,42 1,88 2 8,35 1,67
2 Kecamatan Mandiangin Koto
selayan 1 4,25 0,85 6 10,07 2,01 2 8,35 1,67
3 Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh 1 4,25 0,85 8 11,38 2,28 1 6,62 1,32
Jumlah 3 19 5
Nilai Rata rata Xi 1 0,2 63.333 0,2 1.667 0,2
Standar Deviasi 0,89 1,53 0,58
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 81
lanjutan.............
No Kecamatan/Kelurahan
Fasilitas Kesehatan Jumlah Dokter Nilai
Rata-rata Kategori
Jumlah Nilai Baku Bobot
(x0.20) Jumlah Nilai Baku
Bobot
(x0.20)
1 Kecamatan Guguak Panjang 2 8,35 1.67 362.33 4 0,8 5,20 Rendah
2 Kecamatan Mandiangin Koto
selayan 2 8,35 1.67 362.33 4 0,8 5,33 Tinggi
3 Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 1 6.62 1.32 362.33 4 0,8 5,25 Sedang
Jumlah 5 1087
Nilai Rata rata Xi 16.667 0.2 362,33 0,2
Standar Deviasi 0,58 0
Sumber: Analisis, 2016 Keterangan : 5,20-5,24 tingkat ketahanan, 5,25-5,29 tingkat ketahanan sedang, dan 5,30-5,34 Tingkat ketahanan
Tinggi
Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana
Setelah indikator-indikator setiap faktor resiko bencana distandarkan (dibakukan),
maka dilakukan perhitungan nilai/indeks resiko bencana letusan gunungapi. Rumus
yang digunakan untuk menghitung nilai setiap faktor resiko bencana adalah:
B = WB1X’B1 + ........... + WBnX’Bn
R = WR1X’R1 + ........... + WRnX’Rn
K = WK1X’K1 + ........... + WKnX’Kn
Dimana :
B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)
R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)
K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas (Capacity)
X’i = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan
Wi = Bobot Setiap Indikator
Dari hasil analisis tingkat resiko bencana gempa Longsor di Kota Bukittinggi yang
memiliki tingkat resiko bencana paling tinggi berada pada Kelurahan Kayu Kubu,
Bukik Apit Puhun, Pulai Anak Air,Maggih Ganting dan lain-lain untuk lebih jelasnya
dapat dijelaskan pada Tabel V.26 berikut:
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 82
Tabel V.26. Analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor
No Kecamatan/Kelurahan
Bahaya Kerentanan Ketahanan
Indeks
Resiko
Tingkat
Resiko
Bencana Nilai
Nilai x
Bobot
Bahaya
(0,50)
Nilai
Nilai x
Bobot
Kerentanan
(0,25)
Nilai
Nilai x
Bobot
Ketahanan
(0,25)
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 0,21 0,11 2,13 0,53 5,2 1,30 1,94 Rendah
2 Tarok Dipo 0,1 0,05 1,71 0,43 5,2 1,30 1,78 Rendah
3 Pakan Kurai 0,14 0,07 1,57 0,39 5,2 1,30 1,76 Rendah
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 0,12 0,06 1,64 0,41 5,2 1,30 1,77 Rendah
5 Benteng Pasar Atas 0,43 0,22 2,32 0,58 5,2 1,30 2,10 Rendah
6 Kayu Kubu 0,47 0,24 2,73 0,68 5,2 1,30 2,22 Rendah
7 Bukit Apit Puhun 1,37 0,69 2,88 0,72 5,2 1,30 2,71 Sedang
Kecamatan Mandiangin Koto
selayan
8 Pulai Anak Air 0,6 0,30 1,61 0,40 5,33 1,33 2,04 Rendah
9 Koto Selayan 0,06 0,03 1,12 0,28 5,33 1,33 1,64 Rendah
10 Garegeh 0,14 0,07 1,69 0,42 5,33 1,33 1,83 Rendah
11 Maggih Ganting 0,71 0,36 2,18 0,55 5,33 1,33 2,23 Rendah
12 Campago Ipuh 0,47 0,24 2,15 0,54 5,33 1,33 2,11 Rendah
13 Puhun Tembok 0,25 0,13 2,06 0,52 5,33 1,33 1,97 Rendah
14 Puhun Pintu Kabun 3,95 1,98 3,46 0,87 5,33 1,33 4,17 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 1,08 0,54 2,03 0,51 5,33 1,33 2,38 Rendah
16 Campago Guguk Bulek 0,8 0,40 2,05 0,51 5,33 1,33 2,25 Rendah
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
17 Belakang Balok 0,47 0,24 2,92 0,73 5,25 1,31 2,28 Rendah
18 Sapiran 0,03 0,02 2,34 0,59 5,25 1,31 1,91 Rendah
19 Birugo 0,41 0,21 2,12 0,53 5,25 1,31 2,05 Rendah
20 Aur Kuning 0,03 0,02 2,24 0,56 5,25 1,31 1,89 Rendah
21 Pakan Labuah 0,03 0,02 1,42 0,36 5,25 1,31 1,68 Rendah
22 Kubu Tanjung 0,03 0,02 1,25 0,31 5,25 1,31 1,64 Rendah
23 Ladang Cangkiah 0,03 0,02 1,13 0,28 5,25 1,31 1,61 Rendah
24 Parit Antang 0,06 0,03 1,07 0,27 5,25 1,31 1,61 Rendah Sumber : Hasil Analisis 2016
Keterangan : Tingkat Resiko Rendah 1,61-2,46, Tingkat Resiko Sedang 2,47-3,32, dan Tingkat Resiko Tinggi 3,33-
4,17
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 83
Gambar 5.12 Peta analisis Tingkat Resiko Bencana Longsor
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 84
5.9.3 Analisis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran
Kebakaran merupakan dampak bahaya sekunder dari Gempa bumi, kebakaran terjadi
sesaat pasca gempa bumi pada toko Wahyu toys, Rumah makan Kamang Jaya, Rumah
Makan Gon Jaya, Kantor Pengelolaan Pasar Kota Bukittingi dan Pasar Wisata
Bukittinggi yang menghanguskan lebih dari 200 kios. Kebakaran juga terjadi di wilayah
pemukiman. Pada tahun 2012 terjadi kebakaran di Kecamatan Aur Birgo Baleh
sebanyak 9 kejadian, Kecamatan Guguk Panjang sebanyak 27 kejadian dan Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan sebanyak 21 kejadian. Perkiraan kerugian yang di derita
akibat kebakaran tersebut sekitar Rp. 8.235.257.000. Pada tahun 2013 jumlah kejadian
kebakaran menurun, kebakaran terjadi di Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh sebanyak
13 kejadian, di Kecamatan Mandianin Koto Selayan sebanyak 13 kejadian, dan kejadian
kebakaran terbanyak di Kecamatan Guguk Panjang sebanyak 14 kejadian. Jumlah
kejadian kebakaran pada tahun 2013 sebanyak 40 kejadian. Dalam kejadian tersebut ada
korban meninggal sebanyak 1 orang berumur 72 tahun. tahun di Kecamatan
Mandiangin Koto Selayan, pada saat kejadian kebakaran pada tanggal 8 Juli 2013.
Penyebab kebakaran yang terjadi di Kota Bukittinggi lebih banyak dipicu oleh bencana
gempa bumi, faktor kesalahan manusia dan faktor cuaca. Gempa yang terjadi terkadang
sering menimbulkan konslet listrik dan pada akhirnya menyebabkan kebakaran. Pada
tahun 2012 terjadi kebakaran di Kecamatan Aur Birgo Baleh sebanyak 9 kejadian,
Kecamatan Guguk Panjang sebanyak 27 kejadian dan Kecamatan Mandiangin Koto
Selayan sebanyak 21 kejadian. Perkiraan kerugian yang di derita akibat kebakaran
tersebut sekitar Rp. 8.235.257.000. Pada tahun 2013 jumlah kejadian kebakaran
sebanyak 13 kejadian, di Kecamatan Mandianin Koto Selayan sebanyak 13 kejadian,
dan kejadian kebakaran terbanyak di Kecamatan Guguk Panjang sebanyak 14 kejadian.
Kecamatan Guguak Panjang lebih berpotensi atau beresiko tinggi karena kepadatan
yang tinggi. Kepadatan menjadi faktor utama tingginya kerentanan di suatu daerah
karena semakin padat suatu daerah maka akan mempermudah api untuk merambat
karena struktur bangunan yang padat dan berhimpitan antara bangunan yang satu
dengan bangunan yang lainnya. Rata-rata kepadatan penduduk Kota Bukittinggi tahun
2011 adalah 4.500 jiwa/km², naik dibandingkan tahun 2010 yang hanya 4,410 jiwa/km².
Namun kepadatan ini tidak merata di seluruh kecamatan. Kecamatan Guguk Panjang
adalah kecamatan terpadat, yakni 6,186 jiwa/km² diikuti Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh 4,039 jiwa/km² dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan 3,789 jiwa/km².
Melalui analisis maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 85
Tabel V.27. Analisis Bahaya Kebakaran
No Kecamatan/Kelurahan
Kejadian Kebakaran 2014
Kategori Jumlah
Kejadian Nilai Baku
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 1 13.46 Tinggi
2 Tarok Dipo 1 13.46 Tinggi
3 Pakan Kurai 1 13.46 Tinggi
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 1 13.46 Tinggi
5 Benteng Pasar Atas 1 13.46 Tinggi
6 Kayu Kubu 1 13.46 Tinggi
7 Bukit Apit Puhun
Kecamatan Mandiangin Koto selayan
8 Pulai Anak Air
9 Koto Selayan
10 Garegeh
11 Maggih Ganting 1 13.46 Tinggi
12 Campago Ipuh 1 13.46 Tinggi
13 Puhun Tembok 1 13.46 Tinggi
14 Puhun Pintu Kabun
15 Kubu Gulai Bancah
16 Campago Guguk Bulek
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh
17 Belakang Balok 1 13.46 Tinggi
18 Sapiran 1 13.46 Tinggi
19 Birugo 1 13.46 Tinggi
20 Aur Kuning 1 13.46 Tinggi
21 Pakan Labuah
22 Kubu Tanjung
23 Ladang Cangkiah
24 Parit Antang
Nilai Rata rata Xi 0.541667
Standar Deviasi 0.04
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Kepadatan bangunan juga menjadi penilaian dalam penentuan kerentanan kebakaran di
Kota Bukittinggi. Kepadatan bangunan dalam suatu wilayah turut mempengaruhi
kerentanan bencana kebakaran, dimana kepadatan bangunan dapat memperburuk
jatuhnya kerugian, seperti korban dan materi. Kepadatan bangunan yang tinggi
memungkinkan daerah tersebut memiliki kerentanan yang tinggi. Selain kepadatan
bangunan kerentanan terhadap bencana kebakaran yaitu bangunan yang terbuat atau
didominasi oleh bahan bangunan yang terbuat dari kayu. Di Kota Bukittinggi masih
banyak bangunan yang terbuat dari kayu sehingga sangat rentan terhadap bencana
kebakaran. Perhitungan tingkat kerentanan kebakaran dapat diidentifikasi melalui
beberapa variabel yaitu angka kepadatan bangunan, dan bangunan yang terbuat dari
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 86
kayu. Untuk perhitungan nilai tingkat kerentanan bencana kebakaran dihitung
berdasarkan nilai rata-rata maka dapat di klasifikasikan 0,77-1,52 tingkat kerentanan
rendah, 1,53-2,281 tingkat kerentanan sedang, dan 2,29-3,04 Tingkat kerentanan
Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel V.28. Analisis Tingkat Kerentanan Bencana Kebakaran
No Kecamatan/Kelurahan
Kepadatan Bangunan Bangunan Kayu
Aksesibilitas Nilai
Baku Kategori Angka
Kepadatan
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
%
Bangunan
Kayu
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
Kecamatan Guguak
Panjang
1 Bukik Cangang Kayu
Ramang 13 0,82 0,41 0,2 0,72 0,36 Rendah 0,77 Rendah
2 Tarok Dipo 118 3,73 1,87 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,9 Tinggi
3 Pakan Kurai 73 2,49 1,25 0,4 3,39 1,69 Tinggi 2,94 Tinggi
4 Aur Tajungkang Tengah
Sawah 108 3,47 1,73 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,76 Tinggi
5 Benteng Pasar Atas 112 3,57 1,78 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,81 Tinggi
6 Kayu Kubu 40 1,56 0,78 0,4 3,39 1,69 Tinggi 2,47 Tinggi
7 Bukit Apit Puhun 26 1,19 0.60 0,4 3,39 1,69 Tinggi 1,69 Sedang
Kecamatan Mandiangin
Koto selayan
8 Pulai Anak Air 57 2,04 1,02 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,05 Sedang
9 Koto Selayan 18 0,96 0,48 0,2 0,72 0,36 Rendah 0,84 Rendah
10 Garegeh 38 1,51 0,75 0,2 0,72 0,36 Rendah 1,11 Rendah
11 Maggih Ganting 74 2,53 1,26 0,4 3,39 1,69 Tinggi 2,95 Tinggi
12 Campago Ipuh 70 2,4 1,2 0,2 0,72 0,36 Rendah 1,56 Sedang
13 Puhun Tembok 92 3 1,5 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,53 Sedang
14 Puhun Pintu Kabun 18 0,96 0,48 0,3 2,06 1,03 sedang 1,51 Rendah
15 Kubu Gulai Bancah 30 1,3 0,65 0,3 2,06 1,03 sedang 1,68 Sedang
16 Campago Guguk Bulek 39 1,54 0,77 0,2 0,72 0,36 sedang 1,13 Rendah
Kecamatan Aur Birugo
Tigo Baleh
17 Belakang Balok 58 2,08 1,04 0,4 3,39 1,69 Tinggi 2,73 Tinggi
18 Sapiran 127 3,99 1,99 0,3 2,06 1,03 Tinggi 3,02 Tinggi
19 Birugo 65 2,56 1,13 0,4 3,39 1,69 Tinggi 2,82 Tinggi
20 Aur Kuning 76 2,57 1,28 0,3 2,06 1,03 Tinggi 2,31 Sedang
21 Pakan Labuah 24 1,13 0,56 0,3 2,06 1,03 sedang 1,59 Sedang
22 Kubu Tanjung 15 0,87 0,43 0,3 2,06 1,03 sedang 1,46 Rendah
23 Ladang Cangkiah 24 1,13 0,57 0,2 0,72 0,36 sedang 0,93 Rendah
24 Parit Antang 16 0,9 0,45 0,2 0,72 0,36 sedang 0,81 Rendah
Nilai Rata rata Xi 5.544.018 0,2958
Standar Deviasi 3.606.346 0,0751 Sumber : Hasil Analisis
Keterangan : 0,77-1,52 tingkat kerentanan rendah, 1,53-2,281 tingkat kerentanan sedang, dan 2,29-3,04 Tingkat
kerentanan Tinggi
Kapasitas dari bencana kebakaran dibedakan karena melihat ketersediaan sumber air
dalam tanggap darurat bencana kebakaran. Analisis ini menggunakan ketersediaan
reservoir di kelurahan dalam menanggulangi bencana kebakaran. Variabel lain yang
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 87
digunakan adalah lahan kosong, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH, serta
Emergency Respon seperti bantuan langsung yang dapat diterima dari aparat seperti
TNI ataupun relawan. Dengan menggunakan variabel tersebut diatas maka hasil analisis
yang dilakukan adalah seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut.
Tabel V.29. Kapasitas Bencana Kebakaran
No Kecamatan/Kelurahan
Lapangan Reservoar Tempat Evakuasi
Jumlah Nilai
Baku
Bobot
(x0.20) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.10) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
1 Kecamatan Guguak Panjang 1 4,25 0,85 4 4,31 0,86 2 8,35 1,67
2 Kecamatan Mandiangin Koto
selayan 1 4,25 0,85 0 2,58 0,52 2 8,35 1,67
3 Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh 1 4,25 0,85 0 2,58 0,52 1 6,62 1,32
Jumlah 3 4 5
Nilai Rata rata Xi 1 0,2 133.333 0,2 16.667 0,2
Standar Deviasi 0,89 2,31 0,58
Lanjutan.....
No Kecamatan/Kelurahan
Fasilitas Kesehatan Jumlah Dokter Jumlah Hidran
Nilai
Rata-
rata
Kategori Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.10)
1 Kecamatan Guguak Panjang 2 8,35 1,67 362,33 4 0,8 1 4,25 0,425 6,28 Tinggi
2 Kecamatan Mandiangin Koto
selayan 2 8,35 1,67 362,33 4 0,8
1 4,25 0,425 5,94 Sedang
3 Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh 1 6,62 1,32 362,33 4 0,8
1 4,25 0,425 5,24 Rendah
Jumlah 5 1087 3
Nilai Rata rata Xi 1.666.667 0.2 36.233.333 0,2 1
Standar Deviasi 0,58 0 0,89 Sumber: Analisis, 2016
5,24-5,59 tingkat kapasitas rendah, 5,60-5,95 tingkat kapasitas sedang, dan 5,96-6,31 Tingkat kapasitasTinggi
Perhitungan Nilai Faktor-Faktor Bencana
Setelah indikator-indikator setiap faktor resiko bencana distandarkan (dibakukan),
maka dilakukan perhitungan nilai/indeks resiko bencana letusan gunungapi. Rumus
yang digunakan untuk menghitung nilai setiap faktor resiko bencana adalah:
B = WB1X’B1 + ........... + WBnX’Bn
R = WR1X’R1 + ........... + WRnX’Rn
K = WK1X’K1 + ........... + WKnX’Kn
Dimana :
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 88
B = Nilai Faktor Bahaya (hazards)
R = Nilai Faktor Kerentanan (Vulnerability)
K = Nilai Faktor Ketahanan/Kapasitas (Capacity)
X’i = Nilai Setiap Indikator yang telah dibakukan
Wi = Bobot Setiap Indikator
Dari hasil analisis tingkat resiko bencana kebakaran di Kota Bukittinggi yang memiliki
tingkat resiko bencana paling tinggi berada pada Kelurahan Bukit Cangang Kayu
Ramang. Ramang, Tarok Dipo, Benteng Pasar Atas, Kayu Kubu, dan lain-lain untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel Analisis Tingkat Resiko Bencana Kebakaran
No Kecamatan/Kelurahan
Bahaya Kerentanan Ketahanan
Nilai Indeks
Resiko
Tingkat
Resiko
Bencana Nilai
Nilai x Bobot
Bahaya (0,50) Nilai
Nilai x
Bobot
Kerentanan
(0,25)
Nilai
Nilai x
Bobot
Ketahanan
(0,25)
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 13,46 6,73 0,77 0,19 6,28 1,57 8,49 Tinggi
2 Tarok Dipo 13,46 6,73 2,9 0,73 6,28 1,57 9,02 Tinggi
3 Pakan Kurai 13,46 6,73 2,94 0,74 6,28 1,57 9,03 Tinggi
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 13,46 6,73 2,76 0,69 6,28 1,57 8,99 Tinggi
5 Benteng Pasar Atas 13,46 6,73 2,81 0,70 6,28 1,57 9,00 Tinggi
6 Kayu Kubu 13,46 6,73 2,47 0,62 6,28 1,57 8,92 Tinggi
7 Bukit Apit Puhun 1,69 0,42 6,28 1,57 1,99 Rendah
Kecamatan Mandiangin Koto
selayan 0,00
8 Pulai Anak Air 2,05 0,51 5,94 1,48 2,00 Rendah
9 Koto Selayan 0,84 0,21 5,94 1,48 1,69 Rendah
10 Garegeh 1,11 0,28 5,94 1,48 1,76 Rendah
11 Maggih Ganting 13,46 6,73 2,95 0,74 5,94 1,48 8,95 Tinggi
12 Campago Ipuh 13,46 6,73 1,56 0,39 5,94 1,48 8,60 Tinggi
13 Puhun Tembok 13,46 6,73 2,53 0,63 5,94 1,48 8,85 Tinggi
14 Puhun Pintu Kabun 1,51 0,38 5,94 1,48 1,86 Rendah
15 Kubu Gulai Bancah 1,68 0,42 5,94 1,48 1,90 Rendah
16 Campago Guguk Bulek 1,13 0,28 5,94 1,48 1,77 Rendah
Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh 0,00
17 Belakang Balok 13,46 6,73 2,73 0,68 5,24 1,31 8,72 Tinggi
18 Sapiran 13,46 6,73 3,02 0,76 5,24 1,31 8,79 Tinggi
19 Birugo 13,46 6,73 2,82 0,71 5,24 1,31 8,74 Tinggi
20 Aur Kuning 13,46 6,73 2,31 0,58 5,24 1,31 8,62 Tinggi
21 Pakan Labuah 1,59 0,40 5,24 1,31 1,71 Rendah
22 Kubu Tanjung 1,46 0,37 5,24 1,31 1,67 Rendah
23 Ladang Cangkiah 0,93 0,23 5,24 1,31 1,54 Rendah
24 Parit Antang 0,81 0,20 5,24 1,31 1,51 Rendah Sumber : Hasil Analisis 2016
Keterangan : 1,51-4,01 tingkat resiko rendah, 4,02-6,52 tingkat resiko sedang, 6,53-9,03 tingkat resiko tinggi
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 89
Gambar 5.13 Peta Tingkat Resiko Bencana Kebakaran
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 90
5.9.4 Analisis Tingkat Resiko Genangan Air
Arah aliran drainase tergantung dari kemiringan lahan dan bentuk daerah tangkapan
yang ada. Kota Bukittinggi secara umum berada pada ketinggian 780 – 950 m dari
permukaan laut. Dikelilingi oleh perbukitan sebelah Barat Utara serta pegunungan
disebelah selatan. Dengan kondisi demikian, maka Kota Bukittinggi menjadi perlintasan
Daerah Aliran Sungai regional, yang mengalir dari hulu di Selatan dan ke arah hilir di
Timur Laut. Demikian juga dengan sistem drainase Kota Bukittinggi yang didukung
oleh sungai regional tersebut akan mengalirkan limpasan air hujan dan air buangan lain
secara gravitasi ke arah hilir di Timur Laut dan berbatasan langsung dengan Kabupaten
Agam. Sebelah Hulu adalah Kecamatan Banuhampu dan Hilirnya adalah Kecamatan
IV Angkat dan Kecamatan Tilatang Kamang. Pada Penyusunan Master plan Drainase
Perkotaan Kota Bukittinggi ini dapat dibagi 6 zone pengaliran sesuai dengan daerah
tangkapan yang ada beserta panjang sungainya. Yaitu:
1. Daerah Tangkapan Batang Agam
Memiliki luas daerah tangkapan 732,02 Ha dengan Panjang Sungai 6.442
meter. Meliputi Kelurahan: Birugo bagian Barat, Kayu Kubu, Benteng Pasar
Atas, Aur Tanjungkang Tangah Sawah, Pakan Kurai, Bukit Apit Puhun,
Tembok sebagian Puhun Pintu Kabun, Gulai Bancah, sebagian Campago Ipuh.
2. Daerah Tangkapan Batang Tambuo
Memiliki luas daerah tangkapan 610,72 Ha dengan Panjang Sungai 5.534
meter. Meliputi Kelurahan: Sebagian Aur Kuning, Pakan Labuh, Kubu
Tanjung, Parit Antang, Ladang Cakiah, Koto Salayan, Garegeh, Pulai Anak
Air, Manggis Ganting, Sebagian Guguk Bulek.
3. Daerah Tangkapan Banda Malang
Memiliki luas daerah tangkapan 268,76 Ha dengan Panjang Sungai 3.865
meter. Meliputi Kelurahan: Sebagian Pulai Anak Air, Manggis Ganting,
Campago Ipuh, Guguk Bulek, Pakan Kurai.
4. Daerah Tangkapan Banda Nagari Birugo
Memiliki luas daerah tangkapan 98,51 Ha dengan Panjang Sungai 3.938
meter. Meliputi Kelurahan: sebagian Birugo, Sapiran, Aur Tajungkang
Tangah Sawah, Tarok Dipo, Pakan Kurai.
5. Daerah Tangkapan Banda Batu Ampa
Memiliki luas daerah tangkapan 109,71 Ha dengan Panjang Sungai 2.941
meter. Meliputi Kelurahan: sebagian Birugo, Aur Kuning, Tarok Dipo,
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 91
Si
)Si2iX(XijijX1
6. Daerah Tangkapan Batang Sianok
Memiliki luas daerah tangkapan 732,02 Ha dengan Panjang Sungai 5.950
meter. Meliputi Kelurahan: sebagian Birugo, Bukit Cangang, Kayu Ramang,
Kayu Kubu, Bukit Apit, Puhun Pintu Kabun
Perhitungan nilai faktor dengan standarisasi Davidson ini digunakan untuk analisis data
statistik berdasarkan batas administrasi (non fisik), seperti untuk sub faktor kerentanan
sosial kependudukan dan ekonomi, sub faktor ketahanan sumberdaya dan mobilitas.
Untuk hasil analisis dengan metode ini, diasumsikan bahwa hasil dari analisis dengan
unit analisis kelurahan nantinya akan sama di setiap tingkatan (misalnya : jika kelurahan
A memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi, maka di seluruh wilayah kelurahan A
tersebut akan dianggap rata yaitu memiliki tingkat kerentanan ekonomi tinggi).
Standarisasi Nilai Indikator
Standarisasi nilai indikator dimaksudkan untuk menghasilkan nilai baku, sehingga dapat
dilakukan perhitungan matematis dengan indikator yang lain dengan model standarisasi
yang digunakan untuk indikator yang nilainya bersesuaian dengan resiko bencana.
Davidson (1997 : 142) telah menggunakan 2 model standarisasi data yaitu: Untuk setiap
indikator bahaya dan kerentanan dikarenakan semakin tingi nilai indikator akan
menyebabkan semakin tinggi pula resiko bencananya, maka dipergunakan rumus :
Dimana : X1ij : Nilai yang sudah dibakukan untuk indikator i di kelurahan j
Xij : Nilai yang belum dibakukan untuk indikator i di kelurahan j
iX : Nilai rata-rata untuk indikator i
Si : Standar deviasi
Tabel V.30. Titik Genangan Air Hujan
No Kecamatan/Keluhan
Curah Hujan Luasan Genangan Jumlah Titik Genangan
Nilai
Baku Kategori
Curah
Hujan
(Ha)*
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Luasan
(Ha)
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
Jumlah
Titik
Banjir
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 60,34 1.,5 0,31 0,03 0,02 0,15 0.,7 0,33 Rendah
2 Tarok Dipo 73,29 1,68 0,34 0,5 5,59 2,79 1 11,26 5,63 8,76 Sedang
3 Pakan Kurai 77,47 1,72 0,34 0,03 0,02 0,15 0,07 0,43 Rendah
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 34,11 1,29 0,26 0,03 0,02 0,15 0,07 0,35 Rendah
5 Benteng Pasar Atas 24,01 1,19 0,24 0,03 0,02 0,15 0,07 0,33 Rendah
6 Kayu Kubu 69,48 1,64 0,33 0,03 0,02 0,15 0.,7 0,35 Rendah
7 Bukit Apit Puhun 206,96 2,99 0,6 0,75 8,37 4,18 1 11,26 5,63 10,41 Sedang
Kecamatan Mandiangin Koto
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 92
No Kecamatan/Keluhan
Curah Hujan Luasan Genangan Jumlah Titik Genangan
Nilai
Baku Kategori
Curah
Hujan
(Ha)*
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
Luasan
(Ha)
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
Jumlah
Titik
Banjir
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
selayan
8 Pulai Anak Air 135,33 2,29 0,46 0,03 0,02 0,15 0,07 0,55 Rendah
9 Koto Selayan 71,61 1,66 0,33 0,03 0,02 0,15 0,07 0,42 Rendah
10 Garegeh 112,34 2,06 0,41 0,03 0,02 0.15 0,07 0,50 Rendah
11 Maggih Ganting 95,31 1.89 0,38 1 11,14 5,57 1 11,26 5,63 11,58 Sedang
12 Campago Ipuh 102,54 1,97 0,39 0,03 0,02 0,15 0,07 0,48 Rendah
13 Puhun Tembok 47,86 1,43 0,29 0,03 0,02 0,15 0,7 1,01 Rendah
14 Puhun Pintu Kabun 540,57 6,28 1,26 2 22,25 11,13 1 11,26 5,63 18,02 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 135,23 2,29 0,46 0,03 0,02 0,15 0,07 0,55 Rendah
16 Campago Guguk Bulek 102,91 1,97 0,39 0,03 0,02 0,15 0,07 0,48 Rendah
Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh
17 Belakang Balok 82,2 1,76 0,35 0,03 0,02 0,15 0,07 0,44 Rendah
18 Sapiran 29,3 1,24 0,25 0,03 0,02 0,15 0,07 0,34 Rendah
19 Birugo 112,95 2,07 0,41 0,03 0,02 0,15 0,07 0,50 Rendah
20 Aur Kuning 113,9 2,08 0,42 0,03 0,02 0,15 0,07 0,51 Rendah
21 Pakan Labuah 133,85 2,27 0,45 0,03 0,02 0,15 0,07 0,54 Rendah
22 Kubu Tanjung 90,14 1,84 0,37 0,03 0,02 0,15 0,07 0,46 Rendah
23 Ladang Cangkiah 45,39 1,4 0,28 0,03 0,02 0,15 0,07 0,37 Rendah
24 Parit Antang 4,76 1,44 0,29 0,03 0,02 0,15 0,07 0,38 Rendah
Nilai Rata rata Xi 10.607.708 0,1771 0,1666667
Standar Deviasi 10.155.907 0,09 0,09 Sumber : Hasil analisis, 2016 Keterangan : 0,33-6,22 tingkat bencana rendah, 6,23-12,12 tingkat bencana sedang, dan 12,13-18,02 Tingkat
Bencana Tinggi
Perhitungan tingkat bahaya banjir dapat diidentifikasi melalui beberapa variabel yaitu
luas zona rawan bencana banjir tinggi dan luas zona genangan banjir. Berdasarkan hasil
dari identifikasi luasan zona bencana banjir maka nilai luas zona rawan bencana tinggi
dan luas zona rawan bencana menengah dapat diklasifikasikan dengan perhitungan
yaitu, kepadatan bangunan, dan bangunan yang terbuat dari kayu. Untuk perhitungan
nilai tingkat resiko bencana banjir dihitung berdasarkan nilai rata-rata maka dapat di
klasifikasikan 0,85-1,85 tingkat kerentanan rendah, 1,86-2,86 tingkat kerentanan
sedang, dan 2,87-3,87 tingkat kerentanan Tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada tabel berikut:
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 93
Tabel V.31. Tabel Kerentanan Genangan Air Kota Bukittinggi
No Kecamatan/Kelurahan
Kepadatan Bangunan Kemampuan
lahan
Nilai
Bak
u
Kategori Angka
Kepadatan
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
%
Kemiringa
n lahan
Nilai
Baku
Bobot
(x0.50)
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu Ramang 12,8 0,87 0,44 0,15 2,37 1,18 1,62 Sedang
2 Tarok Dipo 117,91 3,92 1,96 0,02 0,74 0,37 2,33 Sedang
3 Pakan Kurai 73,21 2,62 1,31 0,02 0,74 0,37 1,68 Rendah
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah 108,41 3,64 1,82 0,02 0,74 0,37 2,19 Sedang
5 Benteng Pasar Atas 22,7 1,16 0,58 0,15 2,37 1,18 1,76 Rendah
6 Kayu Kubu 39,63 1,65 0,82 0,3 4,24 2,12 2,94 Tinggi
7 Bukit Apit Puhun 26,33 1,27 0,63 0,3 4,24 2,12 2,75 Sedang
Kecamatan Mandiangin Koto selayan 0.00
8 Pulai Anak Air 56,89 2,15 1,07 0,15 2,37 1,18 2,25 Sedang
9 Koto Selayan 18,08 1,03 0,51 0,02 0,74 0,37 0,88 Rendah
10 Garegeh 37,74 1,6 0,8 0,05 1,12 0,56 1,36 Rendah
11 Maggih Ganting 74,47 2,66 1,33 0,15 2,37 1,18 2,51 Sedang
12 Campago Ipuh 69,97 2,53 1,26 0,15 2,37 1,18 2,44 Sedang
13 Puhun Tembok 91,63 3,16 1,58 0,05 0,12 0,56 2,14 Sedang
14 Puhun Pintu Kabun 17,8 1,02 0,51 0,4 -5,49 2,75 3,26 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 30,26 1,38 0,69 0,15 2,37 1,18 1,87 Sedang
16 Campago Guguk Bulek 38,76 1,62 0,81 0,15 2,37 1,18 1,99 Sedang
Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 0
17 Belakang Balok 58,27 2,19 1,09 0,4 -5,49 2,75 3,84 Tinggi
18 Sapiran 127,05 4,18 2,09 0,02 0,74 0,37 2,46 Sedang
19 Birugo 64,91 2,38 1,19 0,05 1,12 0,56 1,75 Rendah
20 Aur Kuning 75,91 2,7 1,35 0,05 1,12 0,56 1,91 Sedang
21 Pakan Labuah 24 1,2 0,6 0,05 1,12 0,56 1,16 Rendah
22 Kubu Tanjung 14,69 0,93 0,46 0,05 1,12 0,56 1,02 Rendah
23 Ladang Cangkiah 24,14 1,2 0,6 0,02 0,74 0,37 0,97 Rendah
24 Parit Antang 15,71 0,96 0,48 0,02 0,74 0,37 0,85 Rendah
1.241 0,5 2,89 0,5
Nilai Rata rata Xi 5.171.919.8
52
0,120417
Standar Deviasi 3.454.928.8
98
0,08
Sumber : Hasil Analisis
Keterangan : 0,85-1,85 tingkat kerentanan rendah, 1,86-2,86 tingkat kerentanan sedang, dan 2,87-3,87 Tingkat
kerentanan Tinggi
Untuk kelurahan yang memiliki tingkat resiko genangan air yang tinggi berada pada
kelurahan Pulai Anak Air, Sapiran, Campago Guguk Bulek, Maggih Ganting, Bukit
Apit Puhun dan lain-lain. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 5-9
Variabel kapasitas dari bencana banjir yaitu kawasan non terbangun seperti lahan
kosong, lapangan, Ruang Terbuka Hijau (RTH), keberadaan Tempat evakuasi yang
disediakan sesuai yang tercantum dalam RTRW Kota Bukittinggi, serta Emergency
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 94
Respon seperti bantuan langsung yang dapat diterima dari aparat seperti TNI ataupun
relawan. Melalui analisis, didapat kelurahan yang memiliki kapasitas tertinggi adalah
Puhun Pintu Kabun, Kubu Gulai Bancah, Belakang Balok dan Sapiran. Kelurahan
dengan kapasitas tinggi memungkinkan dapat bertahan atau mengurangi resiko bencana
yang ada. Kapasitas ini dapat berbentuk adanya emergency respon di daerah tersebut,
atau tempat untuk evakuasi. Berikut penilaian kapasitas di kota Bukittinggi.
Tabel V.32. Kapasitas Bencana Banjir
No Kecamatan/Kelurahan
Lapangan RTH Tempat Evakuasi
Jumlah Nilai
Baku
Bobo
t
(x0.2
0)
Jumlah Nilai
Baku
Bobot
(x0.20) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
1 Kecamatan Guguak Panjang 1 4,25 0,85 5 9,42 1,88 2 8,35 1,67
2 Kecamatan Mandiangin Koto
selayan 1 4,25 0,85 6 10,07 2,01 2 8,35 1,67
3 Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 1 4,25 0,85 8 11,38 2,28 1 6,62 1,32
Jumlah 3 19 5
Nilai Rata rata Xi 1 0,2 63.333 0,2 1.667 0,2
Standar Deviasi 0.89 1,53 0,58
Lanjutan...
No Kecamatan/Kelurahan
Fasilitas Kesehatan Jumlah Dokter Nilai
Rata-
rata
Kategori Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20) Jumlah
Nilai
Baku
Bobot
(x0.20)
1 Kecamatan Guguak Panjang 2 8,35 1,67 362,33 4 0,8 6,87 Tinggi
2 Kecamatan Mandiangin Koto
selayan 2 8,35 1,67 362,33 4 0,8 7,00 Tinggi
3 Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh 1 6,62 1,32 362,33 4 0,8 6,57 Rendah
Jumlah 5 1087
Nilai Rata rata Xi 16.667 0,2 362,33 0,2
Standar Deviasi 0,58 0.00 Sumber: Analisis, 2016
Keterangan : 6,57-6,71 tingkat kapasitas rendah, 6,72-6,86 tingkat kapasitas sedang, dan 6,87-7,01 tingkat
kapasitas tinggi
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 95
Dari hasil analisis tingkat resiko bencana banjir di Kota Bukittinggi yang memiliki
tingkat resiko bencana paling tinggi berada pada Kelurahan Bukit Cangang K. Ramang,
Tarok Dipo, Benteng Pasar Atas, Garegeh, dan lain-lain untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel V.33 berikut:
Tabel V.33. Tingkat Potensi Resiko Genangan Air
No Kecamatan/Kelurahan
Bahaya Kerentanan Ketahanan
Nilai
Bobot
Resiko
Tingkat
Resiko
Bencana Nilai
Nilai x
Bobot
Bahaya
(0,50)
Nilai
Nilai x
Bobot
Kerentanan
(0,25)
Nilai
Nilai x
Bobot
Ketahanan
(0,25)
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu
Ramang 0,33 0,17 0,81 0,20 6,87 1,72 2,09 Rendah
2 Tarok Dipo 8,76 4,38 1,17 0,29 6,87 1,72 6,39 Sedang
3 Pakan Kurai 0,43 0,22 0,84 0,21 6,87 1,72 2,14 Rendah
4 Aur Tajungkang Tengah
Sawah 0,35 0,18 1,1 0,28 6,87 1,72 2,17 Rendah
5 Benteng Pasar Atas 0,33 0,17 0,88 0,22 6,87 1,72 2,10 Rendah
6 Kayu Kubu 0,35 0,18 1,47 0,37 6,87 1,72 2,26 Rendah
7 Bukit Apit Puhun 10,41 5,21 1,38 0,35 6,87 1,72 7,27 Sedang
Kecamatan Mandiangin Koto
selayan
8 Pulai Anak Air 0,55 0,28 1,13 0,28 7,00 1,75 2,31 Rendah
9 Koto Selayan 0,42 0,21 0,44 0,11 7,00 1,75 2,07 Rendah
10 Garegeh 0,5 0,25 0,68 0,17 7,00 1,75 2,17 Rendah
11 Maggih Ganting 11,58 5,79 1,26 0,32 7,00 1,75 7,86 Sedang
12 Campago Ipuh 0,48 0,24 1,22 0,31 7,00 1,75 2,30 Rendah
13 Puhun Tembok 1,01 0,51 1,07 0,27 7,00 1,75 2,52 Rendah
14 Puhun Pintu Kabun 18,02 9,01 1,63 0,41 7,00 1,75 11,17 Tinggi
15 Kubu Gulai Bancah 0,55 0,28 0,94 0,24 7,00 1,75 2,26 Rendah
16 Campago Guguk Bulek 0,48 0,24 1 0,25 7,00 1,75 2,24 Rendah
Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh
17 Belakang Balok 0,44 0,22 1,92 0,48 6,57 1,64 2,34 Rendah
18 Sapiran 0,34 0,17 1,23 0,31 6,57 1,64 2,12 Rendah
19 Birugo 0,5 0,25 0,88 0,22 6,57 1,64 2,11 Rendah
20 Aur Kuning 0,51 0,26 0,96 0,24 6,57 1,64 2,14 Rendah
21 Pakan Labuah 0,54 0,27 0,58 0,15 6,57 1,64 2,06 Rendah
22 Kubu Tanjung 0,46 0,23 0,51 0,13 6,57 1,64 2,00 Rendah
23 Ladang Cangkiah 0,37 0,19 0,49 0,12 6,57 1,64 1,95 Rendah
24 Parit Antang 0,38 0,19 0,43 0,11 6,57 1,64 1,94 Rendah Sumber : Hasil Analisis 2016
Keterangan : 1,94-5,01 tingkat resiko rendah, 5,02-8,09 tingkat resiko sedang, 8,10-11,17 tingkat resiko tinggi
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 96
Gambar 5.14 Peta Potensi Resiko Genangan Air
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 97
5.9.5 Analisis Resiko Kebencanaan
Dari hasil analisis tingkat resiko bencana longsor, bencana gempa bumi dan bencana
kebakaran, maka bisa disimpulkan wilayah/kelurahan mana yang memiliki tingkat
kebencanaan paling tinggi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel V.34 berikut:
Tabel V.34. Analisis Resiko Kebencanaan
No Kecamatan/Kelurahan
Tingkat
Resiko
Bencana
Gempa
Bumi
Tingkat Resiko
Bencana
Longsor
Tingkat
Resiko
Bencana
kebakaran
Tingkat
Resiko
Bencana
Genangan
Multihazard
Kecamatan Guguak Panjang
1 Bukik Cangang Kayu Ramang Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
2 Tarok Dipo Rendah Rendah Tinggi Sedang Kebakaran
3 Pakan Kurai Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
5 Benteng Pasar Atas Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
6 Kayu Kubu Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
7 Bukit Apit Puhun Sedang Sedang Rendah Sedang
Gempa Bumi,
Longsor dan
Genangan
Kecamatan Mandiangin Koto
selayan
8 Pulai Anak Air Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran
9 Koto Selayan Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran
10 Garegeh Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran
11 Maggih Ganting Rendah Rendah Tinggi Sedang Kebakaran dan
Genangan
12 Campago Ipuh Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
13 Puhun Tembok Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
14 Puhun Pintu Kabun Tinggi Tinggi Rendah Tinggi
Gempa Bumi,
Longsor dan
Genangan
15 Kubu Gulai Bancah Rendah Rendah Rendah Rendah
16 Campago Guguk Bulek Rendah Rendah Rendah Rendah
Kecamatan Aur Birugo Tigo
Baleh
17 Belakang Balok Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
18 Sapiran Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
19 Birugo Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
20 Aur Kuning Rendah Rendah Tinggi Rendah Kebakaran
21 Pakan Labuah Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran
22 Kubu Tanjung Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran
23 Ladang Cangkiah Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran
24 Parit Antang Rendah Rendah Rendah Rendah Kebakaran Sumber : Hasil Analisis, Tahun 2016
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 98
Gambar 5.15 Peta Analisis Multi Hazard
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 99
BAB VI
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
6.1 Kesimpulan
Mitigasi bencana per klaster di buat berdasarkan potensi bencana yang dimiliki tiap
klaster kebencanaan di Kota Bukittinggi contohnya konservasi alam, sebagai suatu
upaya untuk mempertahankan tetapi sekaligus dapat menerima adanya perubahan,
upaya menjaga kesinambungan yang menerima perubahan secara alami. Hal ini
bertujuan untuk tetap memelihara identitas dan sumber daya lingkungan yang ada
dengan mengembangkan beberapa aspek sesuai dengan kebutuhan dan kualitas
lingkungan yang lebih baik dan membiarkan kondisi alam Ngarai Sianok seperti
aslinya, dengan tidak merusak hutan yang ada, tidak menebang pohon-pohon yang
tumbuh disekitar tebing Ngarai Sianok dan tidak membuka lahan untuk pemukiman
dan perumahan penduduk. Untuk konsep mitigasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 6.1 Lokasi Bencana dan Jenis Bencana
No Jenis Bencana Lokasi
1 Gempa Bumi Klaster Bukit Apit Puhun,
Klaster Puhun Pintu Kabun,
2 Longsor Klaster Bukit Apit Puhun,
Klaster Puhun Pintu Kabun,
3 Banjir Klaster Tarok Dipo, Klaster
Apit Puhun, Klaster Maggih
Genting, Klaster Puhun Pintu
Kabun
4 Kebakaran klaster Bukik Cangang Kayu
Ramang, Klaster Tarok Dipo,
Klaster Pakan Kurai, Klaster
Air Tajungkang Tengah
Sawah, Klaster Benteng Pasar
Atas, Klaster Bukit Kayu
Kubu, Klaster Maggih
Ganting, Klaster Campago
Ipu, Klaster Puhun Tembok,
Klaster Belakang Balok,
Klaster Sapiran, Klaster
Birugo, dan Klaster Aur
Kuninng
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 100
6.2 Rekomendasi
Terjadinya bencana gerakan tanah longsor, gempa bumi, dan kebakaran disadari atau
tidak akan merubah fungsi struktur masyarakat baik sarana maupun prasarananya.
Upaya mengembalikan fungsi struktur masyarakat dan prasarananya yang dikenal
dengan istilah rehabilitasi. Rehabilitasi dilakukan dengan pendekatan baik secara
psikologis, sosiologis maupun secara teknis. Rehabilitasi ini diutamakan pada
permasalahan teknis, yaitu dalam pengembalian fungsi sarana dan prasarana serta
informasi pengembangan bencana tersebut. Untuk mengembalikan fungsi sarana dan
prasarana ini perlu masukan data yang beraspek keteknikan guna relokasi
pemukiman, bila diperlukan. Pemulihan kembali bangunan dan tatanan masyarakat,
akibat bencana berkaitan erat pembangunan nasional yang meliputi aspek penataan
struktur sosial serta sarana dan prasarana. Perencanaan yang baik harus
memperhatikan kondisi masyarakat, letak serta ruangnya, program pengembangan
wilayah, baik jangka pendek maupun panjang.
Tabel 6.2 Arahan Mitigasi Berdasarkan Jenis Bencana
No Jenis Bencana Lokasi Arahan Mitigasi
1 Gempa Bumi Klaster Bukit Apit Puhun,
klaster Pulai Anak Air,
Klaster Maggih Ganting,
klaster Campago Ipuh, Klaster
Puhun Tembok, Klaster Puhun
Pintu Kabun, Klaster Kubu
Gulai Bancah, Klaster
Campago Guguk Bulek,
Klaster Belakang Balok,
Klaster Birugo
Harus dibangun dengan konstruksi
tahan getaran/gempa khususnya di
daerah rawan gempa
Perkuatan bangunan dengan mengikuti
standar kualitas bangunan
Perkuatan bangunan-bangunan vital
yang telah ada
Rencanakan penempatan pemukiman
untuk mengurangi tingkat kepadatan
hunian di daerah rawan gempa bumi
2 Longsor Klaster Kayu Kubu, Klaster
Bukit Apit Puhun, Klaster
Pulai Anak Air, Klaster
Maggih Ganting, Klaster
Campago Ipuh, Klaster
Puhun Tembok, Klaster Puhun
Pintu Kabun, Klaster Kubu
Gulai Bancah, Klaster
Campago Guguk Bulek,
Klaster Belakang Balok,
Klaster Birugo
Slope reshaping lereng terjal
(pembentukan lereng lahan menjadi
lebih landai) pada daerah yang potensial
longsor.
Penguatan lereng terjal dengan bronjong
kawat pada kaki lereng.
Penanaman vegetasi kawasan longsor
Penutupan rekahan/retakan tanah
dengan segera karena pada musim
penghujan rekahan bisa diisi oleh air
hujan yang masuk ke dalam tanah
sehingga menjenuhi tanah di atas
lapisan kedap.
Bangunan rumah dari konstruksi kayu
(semi permanen) lebih tahan terhadap
retakan tanah dibanding dengan
bangunan pasangan batu/bata pada
lahan yang masih akan bergerak.
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya 101
No Jenis Bencana Lokasi Arahan Mitigasi
3 Banjir Klaster Tarok Dipo, Klaster
Maggih Ganting membuat tanggul sungai yang memadai
serta membuat waduk atau tandon air
untuk mengurangi banjir puncak
menambah saluran pembuangan air
dengan saluran sudetan atau normalisasi
sungai atau floodway
Pemeliharaan drainase
4 Kebakaran klaster Bukik Cangang Kayu
Ramang, Klaster Tarok Dipo,
Klaster Pakan Kurai, Klaster
Aur Tajungkang Tengah
Sawah, Klaster Benteng Pasar
Atas, Klaster Bukit Apit
Puhun, Klaster Maggih
Ganting, Klaster Puhun
Tembok, Klaster Belakang
Balok, Klaster Sapiran,
Klaster Birugo, Klaster Aur
Kuning
Hidran dan pembuatan reservoar
Hidran porttable
Pembuatan jalur akses cepat tanggap
terhadap kebakaran
Sumber : Hasil Analisis, 2016
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku Teks
1. Awotona, Adenrele (1997). Reconstruction After Disaster : Issues and
Practices. Aldershot : Ashgate.
2. Campanella, Thomas J. and Godschalk, David R (2012). Resilience. the
Oxford Handbook of Urban Planning. Weber, Rachel and Crane, Randall.
Oxfor: Oxfor University Press.
3. Davidson, Rachel A (1997). An Urban Earthquake Disaster Risk Index.
Stanford : The John A. Blume Earthquake Engineering Center, Department of
Civil Engineering Stanford University.
4. Noor, Djauhari (2006). Geologi Lingkungan (Cetakan Pertama, Edisi
Pertama). Yogyakarta : Graha Ilmu.
5. Sanderson, David (1997). Building Bridges to Reduce Risk. Dalam
Reconstruction After Disaster : Issues and Practices. Awotona, Adenrale
(ed) (1997). Aldershot : Ashgate.
B. Jurnal/Artikel/Tesis
1. Rahman R, Firmansyah, Oktariadi, (2010). Penentuan Tingkat Resiko
Bencana Letusan Gunung Gamalama Pulau Ternate Provinsi Maluku
Utara., Buletin Geologi Tata Lingkungan vol.20 No.3 Desember 2010. Pusat
Lingkungan Geologi, Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumberdaya
Mineral.
2. Firmansyah, (2011). Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Letusan Gunung
Gamalama di Kota Ternate. Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi. ISSN
2086-7794 vol.2 No.3 Desember 2011. Bandung. Badan Geologi Kementerian
Energi dan Sumberdaya Mineral.
3. Sagala Saut, Adhitama Praditya, G. Sianturi Donald, (2013). Analisis Upaya
Pencegahan Bencana Kebakaran di Permukiman Padat Perkotaan Kota
Bandung, Studi Kasus Kelurahan Sukahaji. Jurnal Resilience Development
Initiative (RDI). ISSN 2406-7865 No. 3 Desember 2013.
4. UNDP (1992). Tinjauan Umum Manajemen Bencana. Program Pelatihan
Manajemen Bencana : Edisi kedua. (http://www.undp.go.id)
5. Firmansyah (1998). Identifikasi Risiko Bencana Gempa Bumi dan
Implikasinya Terhadap Penataan Ruang di Kotamadya Daerah Tingkat II
Bandung. Tesis: Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Institut
Teknologi Bandung.
6. Erwin (2008). Identifikasi Tingkat Risiko Bencana Gempa Bumi serta
Arahan Tindakan Mitigasi Bencana di Wilayah Pesisir Kabupaten
Sukabumi. Tugas Akhir: Jurusan Teknik Planologi Universitas Pasundan
Bandung. 7. Oktariadi (2007), Penentuan Faktor Bahaya Bencana Tsunami
Berdasarkan Analisis Hierarki Proses /studi kasus wilayah pesisir
Analisis Resiko Bencana Multi Bahaya (Multi Hazard)
di Kota Bukittinggi dan Arahan Mitigasinya
Sukabumi, Jawa Barat. Artikel Jurnal Geologi Indonesia, Badan Geologi
Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral.
8. Oktariadi (2008), Identifikasi Tingkat Resiko Bencana Tsunami studi kasus
wilayah pesisir Sukabumi, Jawa Barat. Laporan penelitian Pusat Lingkungan
Geologi Indonesia, Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber Daya
Mineral.
C. Dokumen Terbatas
1. Peraturan Daerah Kota Bukittinggi Nomor 6 Tahun 2011 tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah (RTRW) Kota Bukittinggi.
top related