korelasi antara intensitas belajar membaca al...
Post on 30-Apr-2019
229 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KORELASI ANTARA INTENSITAS BELAJAR
MEMBACA AL-QURAN DENGAN PRESTASI BELAJAR
BACA TULIS AL-QURAN (BTQ)
SISWA KELAS VII SMP BAHRUL MAGHFIROH
KOTA TANGERANG SELATAN
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
sebagai Salah Satu Syarat untk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Oleh
Agung Setiawan
18100110000010
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2014
ABSTRAK
ABSTRAK
Agung Setiawan (18100110000010). Korelasi antara Intensitas Belajar Membaca
Al-Quran dengan Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) Siswa Kelas VII
SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Tujuan penelitian ini adalah: (1) untuk mengetahui intensitas belajar membaca
Al-Quran yang dilakukan oleh siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota
Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. (2) untuk mengetahui prestasi belajar
Baca Tulis Quran (BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang
Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. (3) untuk mengetahui apakah terdapat hubungan
antara intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-
Quran (BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun
Pelajaran 2013/2014. (4) untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara intensitas
belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa
kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2013/2014.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian
deskriptif korelatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang bertujuan untuk
menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala atau keadaan. Penelitian
korelasi yaitu penelitian yang bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan
apabila ada, berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) intensitas belajar membaca Al-
Quran yang dilakukan oleh siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh tergolong intensif.
Hal ini, terbukti sembilan siswa memiliki kategori intensitas baik dan 11siswa
memiliki kategori intensitas cukup baik. (2) prestasi belajar baca tulis Al-Quran siswa
VII SMP Bahrul Maghfiroh tergolong baik. Hal ini, terbukti hampir sebagian besar
nilai siswa di atas KKM. (3) terdapat hubungan antara intensitas belajar membaca Al-
Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-Quran siswa kelas VII SMP Bahrul
Maghfiroh. Hal ini, terbukti bahwa r hitung lebih besar dari pada r tabel. (4) Hubungan
antara intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-
Quran siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh sangat kuat atau tinggi. Hal ini, terbukti
r hitung yang didapat, terdapat pada rentang 0,70 – 0,90.
Kata Kunci: Intensitas, Belajar, BTQ
i
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. yang telah
memberikan nikmat iman dan Islam. Salawat serta salam semoga selalu tersampaikan
kepada Nabi Muhammad Saw. yang telah membawa umatnya dari zaman jahiliyah
hingga zaman yang penuh ilmu dan pencerahan seperti sekarang ini.
Setelah berupaya semaksimal mungkin, akhirnya penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Hubungan antara Intensitas Belajar Membaca Al-Quran dengan
Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) Siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh
Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014” sebagai persyaratan untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam pada program studi Pendidikan Agama
Islam.
Berbagai kesulitan dan hambatan penulis alami dalam mencari sumber pustaka
dan data penelitian untuk menyusun skripsi ini. Akan tetapi, banyak pengalaman yang
penulis dapat atas kesulitan dan hambatan tersebut. Alhamdulillah hal tersebut, dapat
teratasi atas bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dra. Nurlena Rifa’i, M.A, Ph.D., dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan UIN Jakarta.
2. Dr. Abdul Madjid Khon, M.A., ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.
3. Abdul Gofur, M.A., dosen pembimbing yang telah memberikan arahannya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Dimyati, M.Ag dan Dr. Muhbib Abdul Wahab, M.A., dosen penguji
skripsi sidang munaqasah.
5. Para dosen Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan ilmu
kepada saya, semoga Allah Swt. membalas semua kebaikan yang telah kau
berikan.
6. Edi Santoso, kepala SMP Bahrul Maghfiroh, dewan guru, dan siswa kelas
VII yang telah memberikan kesempatan dan membantu memberikan
informasi yang berkaitan dengan penyusunan skripsi ini.
ii
7. Ibu dan Bapak tercinta, terima kasih atas doa dan pengorbanan yang telah
kau berikan, serta saudara-saudaraku yang telah memberikan motivasi baik
moril maupun materil.
8. Teman-teman seperjuangan di PAI DMS yang selalu membantu dan
memberikan kesan tersendiri di hati penulis. Semoga persahabatan kita
tidak hanya di sini saja. Akan tetapi, selalu tetap terjalin dengan baik di
luar nanti.
9. Seluruh staf akademik di FITK UIN Jakarta yang telah memberikan
pelayanan dengan baik.
Sesungguhnya urutan nama di atas bukan merupakan rangking prioritas. Akan
tetapi, hanya sekadar penulisan teknis saja. Sedangkan mereka yang tidak disebutkan
namanya, bukan tidak memiliki arti, tetapi sebaliknya “semua mempunyai arti di hati
penulis.”
Jakarta, 29 Juni 2014
Agung Setiawan
iii
DAFTAR ISI
ABSTRAK.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah..............................................................................................1
B. Identifikasi Masalah....................................................................................................4
C. Pembatasan Masalah...................................................................................................4
D. Perumusan Masalah.....................................................................................................5
E. Tujuan Penelitian.........................................................................................................5
F. Kegunaan Penelitian....................................................................................................6
BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat dan Pengertian Intensitas Belajar Membaca Al-Quran...........................7
2. Bentuk-Bentuk Intensitas Belajar Membaca Al-Quran......................................13
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Belajar Membaca Al-Quran......14
4. Hakikat dan Definisi Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran...............................23
a. Pengertian Prestasi Belajar............................................................................23
b. Fungsi Prestasi Belajar..................................................................................24
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran di SMP Kelas VII.......25
B. Penelitian yang Relevan...........................................................................................26
C. Kerangka Berpikir.....................................................................................................28
D. Hipotesis Penelitian...................................................................................................29
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian....................................................................................30
B. Variabel Penelitian.....................................................................................................30
C. Populasi......................................................................................................................30
iv
D. Metode Penelitian.......................................................................................................30
E. Teknik Pengumpulan Data.........................................................................................31
F. Teknik Analisis Data..................................................................................................35
G. Hipotesis Statistik.......................................................................................................37
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP Bahrul Maghfiroh................................................................38
B. Deskripsi Data............................................................................................................45
C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis..........................................62
D. Pembahasan Hasil Penelitian......................................................................................72
E. Keterbatasan Penelitian..............................................................................................72
BAB V PENUTUP
A. Simpulan.....................................................................................................................74
B. Implikasi.....................................................................................................................74
C. Saran...........................................................................................................................75
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
v
Tentang Penulis
Agung Setiawan lahir di Jakarta, 25 Agustus 1990. Penulis
merupakan anak ke-7 dari sembilan bersaudara. Ayah
penulis bernama Sidik bekerja sebagai petani kecil, lulusan
sekolah rakyat dan Ibu bernama Aisyah seorang Ibu rumah
tangga. Penulis memiliki latar belakang pendidikan umum,
yaitu menamatkan pendidikan di SDN Pondok Kacang
Timur 1 pada 2002, SMPN 5 Kota Tangerang Selatan pada
2005, dan SMAN 5 Kota Tangerang Selatan Pada 2008.
Penulis pada tahun 2011 melanjutkan pendidikan di Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta, Fakultas Ilmu tarbiyah dan Keguruan, Jurusan Pendidikan Agama
Islam. Penulis mampu melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi tersebut melalui
beasiswa dari Kementrian Agama Republik Indonesia dalam rangka meningkatkan mutu dan
kualitas guru Pendidikan Agama Islam di Sekolah. Karier di dunia pendidikan, penulis
lakoni ketika lulus SMA.
Penulis pada tahun 2009 sudah berprofesi sebagi aid teacher bagi anak berkebutuhan
khusus di SD Mutiara Harapan Islamic Bilingual School Pondok Aren. Pada tahun 2010
sebagai guru kelas di SD Al-Iman Pondok Aren. Pada 2011 sebagai asisten guru di SDI Al-
Azhar 17 Bintaro. Pada 2012 sebagai guru mata pelajaran di SMK Bintang Nusantara
Pondok Aren dan MA Serpong. Pada 2012 sampai dengan sekarang sebagai guru mata
pelajaran di SMP Bahrul Maghfiroh Bintaro dan MI Unwaanul Falah Pondok Aren. Selain
itu, penulis juga aktif sebagai guru private sejak lulus SMA sampai dengan sekarang.
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah Swt. yang berbeda
dengan makhluk lainnya. Hanya manusialah yang dapat memiliki
keterampilan membaca. Informasi dan ilmu pengetahuan akan didapat
melalui kegiatan membaca. Selain itu, pahala juga akan didapat ketika kita
membaca ayat-ayat Al-Quran. Oleh karena itu, kegiatan membaca Al-
Quran merupakan suatu ibadah. Hal ini, sesuai dengan pendapat yang
diriwayatkan oleh Tirmizi dari Ibn Mas‟ud dalam Manna Khalil Al-
Qattan, “Siapa yang membaca satu huruf dari Al-Quran. Dia akan
memperoleh suatu kebaikan, itu akan dibalas sepuluh kali lipat. Aku tidak
mengatakan alif laam miim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu
huruf, dan mim satu huruf.”1
Kemudian sejalan dengan pendapat tersebut,
Abdul Wahab Khalaf dalam Muhaimin berpendapat, “Al-Quran
merupakan firman Allah Swt. yang diturunkan melalui Malaikat Jibril
kepada Nabi Muhammad Saw. dengan bahasa Arab, isinya dijamin
kebenarannya, dan dipandang ibadah dalam membacanya.”2
Quraish Shihab berpendapat, Iqra’ atau perintah membaca, adalah kata pertama dari wahyu pertama yang diterima oleh Nabi
Muhammad Saw. Kata ini, sedemikian pentingnya sehingga di ulang
dua kali dalam rangkaian wahyu pertama. Perintah membaca
merupakan perintah yang paling berharga yang dapat diberikan
kepada umat manusia, karena, membaca merupakan jalan yang
mengantar manusia mencapai derajat kemanusiannya yang
sempurna. Sehingga, tidak berlebihan bila dikatakan bahwa
“membaca” adalah syarat utama guna membangun peradaban.
Selanjutnya, bila diakui bahwa semakin luas pembacaan semakin
tinggi pula peradaban, demikian pula sebaliknya.3
1
Manna Khalil Al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2011), hlm. 27 2
Muhaimin, dkk., Kawasan dan Wawasan Studi Islam, (Jakarta: Kencana, 2007), hlm. 83 3
Quraish Shihab, Membumikan Al-Quran, (Bandung: Mizan, 1999), hlm. 167
2
Wahyu yang pertama diterima Nabi Muhammad Saw. yaitu surat
Al-Alaq ayat satu sampai lima, yang artinya yaitu:
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam,
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.4
Pembiasaan membaca Al-Quran perlu dilakukan sedini mungkin,
yakni ketika anak sudah mengenal huruf Arab. Oleh karena itu, betapa
pentingnya kegiatan membaca Al-Quran. Jadikanlah kegiatan membaca
Al-Quran sebagai kebutuhan bagi umat Islam yang nantinya akan memberi
syafaat bagi yang membacanya. Kemudian dalam kitab terjemahan
Riyadhus Shalihin, disebutkan keutamaan-keutamaan membaca Al-Quran:
1. Dari Abu Umamah ra. Berkata: “Saya mendengar Rasulullah
Saw. bersabda: “ Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya Al-
Quran itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi
syafa‟at kepada orang yang membacanya”. (Riwayat Muslim)
2. Dari “Utsman bin „Affan ra. bersabda, Rasululah Saw. “Sebaik-
baik kamu sekalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan
Al-Quran”. (Riwayat Muslim).
3. Dari „Aisyah ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda: “Orang
yang membaca Al-Quran dan ia mahir maka nanti akan bersama-
sama malaikat yang mulia lagi taat. Sedangkan orang yang
membaca Al-Quran dan ia merasa susah dalam membacanya
tetapi ia selalu berusaha maka ia mendapat dua pahala”. (Riwayat
Bukhari dan Muslim).
4. Dari Al-Barra‟ bin „Azib ra. berkata: “Ada seseorang membaca
surat Al-Kahfi dan di dekatnya ada seekor kuda yang diikat
dengan tali pada kanan dan kirinya, kemudian orang itu diliputi
semacam awan yang selalu mendekat sehinngga kudanya akan
lari meninggalkan tempat itu. Pada pagi harinya ia datang kepada
Nabi Saw. dan menceritakan apa yang baru saja terjadi,
4Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahannya, (Jakarta: Penyelenggara
Penerjemah Al-Quran, 2005), hlm. 597
3
kemudian beliau bersabda: “Itu adalah suatu ketenangan (rahmat)
yang turun karena bacaan Al-Quran”. (Riwayat Bukhari dan
Muslim). 5
Kegiatan membaca Al-Quran tidak hanya di tempat pengajian-
pengajian saja. Kegiatan ini, mulai diterapkan di sekolah-sekolah. Oleh
karena itu, pada zaman sekarang ini kegiatan membaca Al-Quran
merupakan bagian dari mata pelajaran. Pelajaran yang berkaitan dengan
kegiatan membaca Al-Quran dinamakan pelajaran Baca Tulis Al-Quran
(BTQ). Mata pelajaran ini, dimasukkan dalam kurikulum pendidikan dasar
samapi menengah. Akan tetapi mata pelajaran ini, hanya muatan lokal.
Ketika kita, membahas tentang mata pelajaran pastilah terkait dengan
prestasi. Seseorang dapat dikatakan berprestasi apabila seseorang tersebut,
dirinya mampu menunjukkan adanya perubahan ke arah kemajuan. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belejar seseorang, baik yang
berasal dari dalam diri seseorang maupun yang berasal dari luar. Fakta di
lapangan terkait hal-hal yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain
yaitu: pertama pengetahuan atau keterampilan yang diperlukan belum
dikuasai. Kedua mempunyai kemampuan yang diperlukan, tetapi tidak
ingin melakukannya kerena berbagi sebab.
Penulis berpendapat antara intensitas belajar membaca Al-Quran
dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) merupakan dua hal
yang tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya. Jadi, intensitas membaca
Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) mempunyai
hubungan yang sangat erat, yaitu berbanding lurus. Seseorang yang
memiliki intensitas belajar membaca Al-Quran rendah, cendrung prestasi
belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) akan rendah pula. Sebaliknya,
semakin seseorang sering membaca Al-Quran maka prestasi belajar Baca
Tulis Al-Quran (BTQ) akan baik pula. Akan tetapi, kenyataannya sekitar
70% di SMP Bahrul Maghfiroh masih saja ditemukan prestasi yang tidak
sesuai dengan proses. Maksudnya, ada beberapa siswa dalam proses
belajarnya kurang baik akan tetapi prestasinya cukup baik dan sebaliknya.
5Muslich Shabir, Terjemahan Rhiyadhus Shalihin II, (Semarang: PT Karya Toha Putra,
2004), hlm. 54
4
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul: “Korelasi antara Intensitas Belajar Membaca Al-Quran dengan
Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) Siswa Kelas VII SMP Bahrul
Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis uraikan. Oleh
karena itu, masalah yang diteliti dapat diidentifikasikan sebagai berikut:
1. Belum maksimalnya perencanaan, strategi, media, dan evaluasi
pembelajaran yang digunakan oleh guru BTQ SMP Bahrul Maghfiroh
Kota Tangerang Selatan, dalam proses kegiatan belajar mengajar Baca
Tulis Al-Quran.
2. Rendahnya motivasi siswa kleas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota
Tangerang Selatan dalam kegiatan belajar membaca Al-Quran.
3. Rendahnya sikap disiplin siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh
Kota Tangerang Selatan, dalam kegiatan belajar membaca Al-Quran.
4. Kurangnya perhatian orang tua siswa kelas VII SMP Bahrul
Maghfiroh Kota Tangerang Selatan terhadap kegiatan siswa dalam
belajar membaca Al-Quran di lingkungan keluarga.
C. Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah penulis uraikan dan
luasnya masalah yang akan diidentifikasi serta mengingat keterbatasan
waktu. Oleh karena itu, untuk memudahkan penelitian dan terarahnya
penulisan ini, penulis membatasi masalah pada: “Intensitas belajar
membaca Al-Quran dan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ)”.
Intensitas belajar membaca Al-Quran yang dimaksud penulis yaitu
kegiatan belajar membaca Al-Quran yang dilakukan oleh siswa selain di
sekolah. Selanjutnya, prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) yang
dimaksud penulis yaitu prestasi akademik Baca Tulis Quran (BTQ) siswa
kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun
Pelajaran 2013/2014.
5
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah penulis uraikan. Oleh
karena itu, masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimanakah intensitas belajar membaca Al-Quran yang dilakukan
oleh siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran 2013/2014?
2. Bagaimanakah prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa kelas
VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2013/2014?
3. Apakah terdapat korelasi antara intensitas belajar membaca Al-Quran
dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa kelas VII
SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2013/2014?
4. Bagaimanakah korelasi antara intensitas belajar membaca Al-Quran
dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa kelas VII
SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2013/2014?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui intensitas belajar membaca Al-Quran yang
dilakukan oleh siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota
Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Untuk mengetahui prestasi belajar Baca Tulis Quran (BTQ) siswa
kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun
Pelajaran 2013/2014.
3. Untuk mengetahui apakah terdapat korelasi antara intensitas belajar
membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran
(BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang
Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.
4. Untuk mengetahui bagaimanakah korelasi antara intensitas belajar
membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran
6
(BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang
Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.
F. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini, dikhususkan untuk meneliti korelasi antara intensitas
belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran
(BTQ) siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini, memiliki beberapa kegunaan
yaitu:
1. Untuk menambah informasi baru bagi penulis dan guru mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam khususnya guru Baca Tulis Al-Quran (BTQ)
Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun
Pelajaran 2013/2014 tentang keterkaitan antara intensitas belajar
membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran
(BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang
Selatan.
2. Sebagai bahan acuan untuk guru mata pelajaran Pendidikan Agama
Islam khususnya guru Baca Tulis Al-Quran (BTQ) dalam
pembelajaran Baca Tulis Al-Quran (BTQ), sehingga akan tercapai
hasil yang diinginkan.
3. Bagi sekolah-sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran
khususnya dalam pembelajaran Baca Tulis Al-Quran (BTQ).
7
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Deskripsi Teoritik
1. Hakikat dan Pengertian Intensitas Belajar Membaca Al-Quran
Secara bahasa kata intensitas dapat diartikan, “keseriusan,
kesungguhan, ketekunan, semangat”.6
Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa kata intensitas diartikan sebagai kegiatan atau usaha yang dilakukan
seseorang secara berulang-ulang dan lebih dari satu kali dengan frekuensi
yang semakin lama semakin meningkat yang di dalamnya mengandung
unsur motivasi, semangat/giat dalam mencapai hasil yang diinginkan.
Selanjutnya menurut Oemar Hamalik, belajar merupakan suatu
proses dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat, akan tetapi lebih luas daripada itu yakni mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil. Pengertian tersebut
sangat berbeda dengan pengertian lain tentang belajar. Bahwa
belajar adalah memperoleh pengetahuan, latihan-latihan
pembentukan kebiasaan secara otomatis. Sejalan dengan rumusan
tersebut, ada pula tafsiran lain tentang belajar. Bahwa belajar
adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui
interaksi dengan lingkungan.7
Dibandingkan dengan pengertian pertama maka jelas tujuan belajar
itu pada prinsipnya sama. Tujuan belajar yakni mengacu pada perubahan
perilaku hanya berbeda usaha atau cara pencapaiannya. Bila berbicara
tentang definisi belajar maka banyak elemen penting yang mencirikan
definisi tersebut Menurut Ngalim Purwanto ada beberapa elemen penting
yang mencirikan pengertian tentang belajar, yaitu:
a. Belajar merupakan suatu perubahan dalam tingkah laku. Di
mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang
lebih baik, tetapi juag ada kemungkinan mengarah kepada
tingkah laku yang lebih buruk.
6 Eko Endarmoko, Tesaurus Bahasa Indonesia, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009), hlm. 252 7
Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 36
8
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan
atau pengalaman.
c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif
mantap, harus merupakan akhir daripada suatu periode waktu
yang cukup panjang.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun
psikis seperti: perubahan dalam pengertian, menyelesaikan
suatu masalah, keterampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun
sikap.8
Berkaitan dengan psikologi belajar, maka akan memunculkan
beberapa aliran yang masing-masing mempunyai konsep tersendiri
tentang belajar tersebut. Oemar Hamalik berpendapat mengenai beberapa
teori tersebut yaitu:
a. Psikologi daya
Pandangan ini berpendapat bahwa dalam diri manusia
terdapat berbagai daya. Daya-daya tersebut harus dilatih agar
dapat berfungsi dengan baik, seperti mengingat berpikir,
merasakan, berkehendak, dan sebagainya.
b. Teori Mental State
Menurut J. Herbart, jiwa manusia sesungguhnya terdiri
atas berbagai kesan atau tanggapan. Hal tersbut, dapat masuk
memalui alat indera, berasosiasi satu sama lain, kemudian
membentuk mental atau kesadaran manusia. Kesan tersebut
akan tertanam semakin dalam melalui pelatihan. Pandangan ini,
bersifat materialistis, karena menekankan pada materi atau
bahan-bahan yang dipelajari. Belajar berarti menanamkan
bahan pelajaran sebanyak-banyaknya yang memiliki etika dan
nilai-nilai yang baik.
c. Psikologi Behaviorisme
hlm. 85
8 Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003),
9
Aliran psikologi ini, berangkat dari anggapan bahwa
kesan dan ingatan sesungguhnya merupakan kegiatan
organisme. Manusia tidak dapat diamati, tetapi kelakuan
jasmaniahnyalah yang dapat diamati. Kelakuan itulah yang
dapat menjelaskan segala sesuatu tentang jiwa manusia.
Kelakuan merupakan jawaban terhadap perangsang atau
stimulus dari luar adapun belajar diartikan sebagai
pembentukan hubungan antara stimulus dan respon (S-R).
Hubungan tersebut dapat diperkuat atau diperlemah,
bergantung pada latihan yang diadakan.
d. Teori Koneksionisme
Teori ini, berdasarkan pandangan psikologi behaviorisme.
Doktrin pokok dari teori ini adalah hubungan antara stimulus
dan respon. Teori ini, dikembanhkan oleh Thorndike dengan
hukum-hukum belajar sebagai berikut:
1) Hukum latihan
Apabila sering dilatih hubungan tersebut akan menguat.
2) Hukum pengaruh
Kuat atau lemahnya hubungan tersebut bergantung pada
pengaruhnya, memuaskan atau tidak.
3) Hukum kesiapan
Unsur kesiapan memengaruhi kepuasan atau kegagalan
dalam belajar.Pada umumnya, teori koneksionisme
berpandangan bahwa lingkungan memengaruhi kelakuan
belajar individu. Pandangan ini, kurang memerhatikan
proses pengenalan dan berpikir. Selain itu, teori ini lebih
mengutamakan pengalaman masa lampau.
4) Psikologi Gestalt
Aliran ini, yanh juga disebut psikologi organismik atau
field theory, bertolak dari suatu keseluruhan. Keseluruhan
10
bukanlah penjumlahan bagian-bagian, melainkan suatu
kesatuan yang bermakna.9
Kaitan intensitas dengan belajar adalah kehebatan, kesungguhan,
atau giat dalam melakukan belajar baik fisik maupun psikis, sehingga
memperoleh hasil yang maksimal. Berkaitan hal tersebut, Mel Silberman
berpendapat bahwa What I hear, I forget. What I hear, see, and ask
questions about or discuss with someone else, I begin to understand. What
I hear, see, discuss, and do, I acquire knowledge and skill. What I teach to
another, I master. Apa yang saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar
dan lihat, saya ingat sedikit. Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan
atau ddiskusikan dengan beberapa teman, saya mulai paham. Apa yang
saya dengar, lihat, diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan
dan keterampilan. Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya
menguasainya.10
Hal ini, menunjukkan bahwa peserta didik dalam melakasanakan
intensitas belajar harus mengoptimalkan indera pendengaran dan
penglihatan. Selain hal tersebut, peserta didik juga harus mendiskusikan
dan mempraktikkan materi yang diberikan oleh gurunya dan jika ingin
menguasi materi tersebut peserta didik harus mampu mengajarkan kepada
teman-temannya. Dengan demikianlah, proses intensitas belajar seperti itu
mampu mengarahkan peserta didik untuk mencapai hasil yang maksimal.
Kegiatan membaca Al-Quran merupakan suatu keterampilan. Oleh
karena itu, keterampilan membaca termasuk dalam teori belajar
behavioristik. menurut Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa teori
behavioristik berkembang menjadi aliran psikologi belajar. Teori ini,
sangat berpengaruh terhadap arah pengembangan teori dan praktik
pendidikan dan pembelajarn yang dikenal sebagain aliran behavioristik.
9
Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum, (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2009), hlm. 106 10
Mel Silbermen, Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif, (Yoyakarta: Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Pendidikan Islam, 2002), hlm. 1
11
Aliran ini, menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai
hasil belajar.11
Menurut Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, “membaca
adalah aktivitas memahami isi bacaan”.12
Sejalan dengan pendapat
tersebut, menurut Hodgson dalam Henry Guntur Tarigan, memberikan
batasan bahwa “membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta
dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis”.13
Berdasarkan uraian tersebut, bahwa yang dimaksud membaca menurut
penulis dalam penelitian ini, yaitu membaca Al-Quran. Selanjutnya, dalam
membaca Al-Quran bisa dipahami hanya melafalkan huruf-huruf yang ada
di Al-Quran dan bisa juga memahami isi bacaan tersebut.
Rasyad Hasan Khalil berpendapat, “Al-Quran merupakan kalam
Allah Swt. yang berbahasa Arab diturunkan kepada Nabi Muhammad
Saw. yang dinilai ibadah membacanya, diawali dengan Surah Al-Fatihah
dsan diakhiri dengan Surat An-Naas”.14
Hal tersebut, sejalan dengan
pendapat Sapiudin Shidiq. Beliau menjelaskan Al-Quran adalah lafaz
berbahasa Arab yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. yang
dinukilkan secara mutawatir, ditulis dalam mushaf dan membacanya
dianggap sebagi ibadah.
Berdasarkan definisi tersebut, ada kata-kata yang perlu dipertegas,
sehingga jelas maksudnya:
a. Lafaz, artinya bahwa Al-Quran baik makna dan lafaznya langsung dari
Allah Swt. Oleh karena itu, apa yang disampaikan oleh Allah Swt.
melalui Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad Saw. dalam bentuk
makna dan dilafazkan oleh nabi dengan ibaratnya sendiri bukanlah
11 Muhammad Thobroni dan Arif Mustofa, Belajar dan Pembelajaran Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional, (Yogyakarta: Ar-Ruzzmedia,
2011), hlm. 64 12
Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, Disiplin Berbahasa Indonesia, (Jakarta:
FITK PRESS, 2011), hlm. 149 13
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung:
Angkasa, 1979), hlm. 7 14
Rasyad Hasan Khalil, Tarikh Tasyri’ Sejarah legislasi Hukum Islam, (Jakarta: Amzah,
2011), hlm. 139
12
disebut Al-Quran seperti Hadis Qudsi. Oleh karenanya, tidak ada
ulama yang mengharuskan berwudu untuk membaca Hadis Qudsi.
b. Berbahasa Arab, memiliki arti bahwa menerjemahkan, menafsirkan
ayat Al-Quran dengan kata-kata yang semakna (sinonim) atau
mengalihbahasakan Al-Quran kepada bahasa-bahasa lain maka itu juga
bukan disebut Al-Quran. Oleh karena, Al-Quran merupakan bahasa
Arab yang khusus diturunkan dari sisi Allah Swt. Oleh karean itu, salat
yang menggunakan terjemahan tidaklah sah.
c. Diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw. Hal ini, mengandung arti
bahwa wahyu-wahyu Allah Swt. yang disampaikan kepada nabi-nabi
terdahulu tidaklah disebut Al-Quran. Akan tetapi, apa yang
dihikayatkan oleh Al-Quran tentang kehidupan dan syariat yang
berlaku bagi umat terdahulu merupakan termasuk Al-Quran.
d. Dinukilkan secara mutawatir. Artinya, bahwa Al-Quran disampaikan
secara pasti yang disepakati kebenaran periwayatannya, sehingga tidak
ada keraguan sedikit pun terhadap ayat-ayat Al-Quran baik dari segi
makna dan turunnya.
e. Ditulis dalam mushaf. Hal ini, memiliki arti bahwa apa-apa yang tidak
ditulis dalam mushaf meskipun wahyu itu diturunkan kepada nabi
termasuk ayat-ayat yang sudah dinasakh tidaklah disebut Al-Quran.
f. Beribadah membacanya. Hal ini, memiliki arti bahwa membaca ayat-
ayat Al-Quran yang diriringi oleh keikhlasan meskipun tidak
mengetahui maknanya akan mendapatkan pahala dari Allah Swt.15
Berdasarkan uraian yang telah penulis paparkan dalam pembahsan
sebelumnya. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa kegiatan membaca
Al-Quran adalah sesuatu kegaiatan yang mulia. Walaupun seseorang
hanya membaca saja dengan ikhlas tanpa memahaminya maka dapat
dikatakan ibadah. Terlebih seseorang yang membisakan membaca,
memahami, dan menerapkan informasi yang didapat dari membaca Al-
Quran dalam kehidupannya maka pahala akan berlipat ganda baginya.
15 Sapiudin Shidiq, Ushul Fiqh, (Jakarta: Kencana, 2011), hlm. 28
13
2. Bentuk-Bentuk Intensitas Belajar Membaca Al-Quran
Pemahaman penulis terkait pengertian intensitas belajar yang telah
dipaparkan. Oleh karena itu, didapatkan bentuk-bentuk intensitas belajar
dalam membaca Al-Quran seperti:
a. Latihan (Drill)
Drill atau latihan merupakan suatu teknik dalam belajar di mana
peserta didik melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar ia
memiliki keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang dipelajari.
Latihan yang praktis, mudah dilakukan serta teratur
melaksanakannya akan membina peserta didik dalam
meningkatkan penguasaan keterampilan itu bahkan peserta didik
dapat memiliki keterampilan tersebut dengan sempurna. 16
b. Menghafal (Cramming)
Metode menghafal ini, berguna terutama jika tujuannya untuk
dapat menguasai serta mereproduksi kembali dengan cepat bahan-
bahan pelajarn yang luas atau banyak dalam waktu yang relatif
singkat. Hal ini, seperti belajar untuk menghadapi ujian-ujian
semester atau ujian akhir.
c. Mengulang (review) untuk Membatasi Kelupaan
Bahan pelajaran yang telah dipelajari sering kali mudah dilupakan.
Oleh karena itu, untuk mengatasi kelupaan atau hilang sama sekali,
dalam belajar perlu adanya ulangan pada waktu-waktu tertentu atau
setelah akhir suatu tahap pelajaran diselesaikan. Manfaat review
atau ulangan ini, adalah untuk meninjau kembali atau
mengingatkan kembali materi yang pernah dipelajari. Adanya
review ini, sangat penting, terutama bagi bahan pelajaran yang
sangat luas dan memerlukan waktu yang cukup lama.17
16 Roestiyah N.K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2008), hlm. 125 17
Ngalim Purwanto, op. cit, hlm. 114
14
Kaitannya dengan inetnsitas belajar membaca Al-Quran. Bentuk-
bentuk intensitas belajar tersebut, bertujuan untuk melancarkan
keterampilan membaca Al-Quran dan mempercepat dalam kegiatan
menghafal Al-Quran. Selian itu, bentuk-bentuk intensitas tersebut juga
sangat membantu seseorang khususnya pesertata didik dalam belajar
membaca Al-Quran untuk penguatan agar tidak lekas hilang bacaan-
bacaan yang sudah dihafalnya.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Belajar Membaca
Al-Quran
Belajar dipengaruhi oleh banyak faktor, dalam penjelasan
berikut ini Zikri Neni Iska akan membagi menjadi dua faktor yaitu:18
a. Faktor internal yaitu, faktor yang berasal dari dalam diri.
Faktor internal ini, terinci lagi sebagai berikut:
1) Kesehatan
Merupakan sehat fisik atau tidak berpenyakitan. Pada tubuh diri
manusia, terciptanya kesatuan sistem biologis (keutuhan kerja organ
tubuh manusia). Yusak Burhanuddin dalam bukunya menjelaskan
tentang anak yang sehat. Menurut beliau secara psikologis dan sosial,
konsep sehat bagi anak meliputi kondisi anak yang sangat baik yang
memungkinkan mereka tumbuh dan berkembang secara wajar, sesuai
dengan tuntutan sosial dan budaya lingkungan sekitar mereka. Anak
dikatakan memiliki tanggung jawab bila ia memperlihatkan tanggung
jawab terhadap perkembangan dirinya sendiri, lingkungan keluarga,
dan teman-teman sebaya.
Hal tersebut bisa dilihat dari cara mereka bergaul dengan
teman-temannya. Keberadaan jiwa anak dalam perkembangannya
banyak berkaitan erat dengan lingkungan dan pendidikan yang mereka
peroleh. Mereka bisa menjadi mudah tersinggung, mudah marah,
kadang membenci orang yang menghambat kemauannya, mudah
18
Zikri Neni Iska, Perkembangan Peserta Didik Perspektif Psikologi,(Jakarta: Kizi
Brother‟s, 2011), hlm. 73
15
kecewa dan lain sebagainya bila situasi lingkungannya mendukung
kondisi emosi mereka.19
2) Intelegensi
Merupakan kecerdasan yang dimiliki seseorang baik kecerdasan
intelektual, kecerdasan emosional (sosial) maupun kecerdasan spiritual
(agama). Selanjutnya Hamdani Bakran Adz-Dzakiey menjelaskan
dalam bukunya tentang kecerdasan (intelegensi). Beliau berpendapat
bahwa kecerdasan atau intelegensi merupakan kemampuan yang
dimiliki oleh manusia untuk memecahkan persoalan-persoalan
hidupnya (problem solving). Persoalan-persoalan tersebut mencakup
persoalan pribadi, keluarga, sosial, ekonomi, dan lainnya. Akan tetapi,
tidak mencakup persoalan-persoalan individu dengan persoalan-
persoalan spiritualnya.20
3) Bakat
Merupakan kemampuan dasar yang dibawa manusia sejak lahir.
Hal ini sesuai dengan pendapat H.M Arifin. Beliau menjelaskan bahwa
manusia diciptakan oleh Allah Swt. dalam struktur yang paling baik di
antara makhluk Allah Swt. yang lain. Struktur manusia terdiri atas
unsur jasmaniah (fisiologis) dan rohaniah (psikologis). Dalam struktur
jasmaniah dan rohaniah itu, Allah Swt memberikan seperangkat
kemampuan dasar yang memilki kecendrungan untuk berkembang.
Dalam pandagan Islam kemampuan dasar atau pembawaan itu
disebut dengan fitrah, kata yang berasal dari fatoro yang dalam
pengertian etimologis memiliki arti kejadian. Kata fitrah ini disebutkan
dalam Al-Quran, surat Ar-Ruum ayat 30 yang artinya sebagai berikut:
“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan selurus-
lurusnya, (sesuai dengan kecendrungan aslinya). Itulah fitrah Allah
Swt. yang menciptakan manusia atas fitrah. Itulah agama yang lurus
namun kebanyakan orang tidak mengetahuinya.”Di samping itu,
terdapat sabda Nabi Muhammad Saw. dengan beberapa riwayat dari
beberapa sahabat yaitu: “Tiap-tiap dilahirkan di atas fitrah maka ibu-
19 Yusak Burhanuddin, Kesehatan Mental, (Bandung: Pustaka Setia, 1999), hlm. 83 20
Hamdani Bakran Adz-Dzakiey, Psikologi Kenabian Memahami Eksistensi Kecerdasan Kenabian, (Yogyakarta: Daristy, 2006), hlm. 2
16
bapaknyalah yang mendidiknya menjadi orang yang beragama Yahudi,
Nasrani, atau Majusi.21
4) Motivasi
Merupakan suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu
organisme yang mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan
(goal) tau perangsang (incentive). Tujuan (goal) adalah yang
menentukan atau membatasi tingkah laku organisme tersebut.22
Menurut penulis dorongan dari dalam diri akan muncul setelah
adanya pengaruh dari luar. H.M Alisuf Sabri menjelaskan dalam
bukunya. Beliau menjelaskan bahwa untuk mendorong atau penguatan
positif agar peserta didik dapat memperkuat usahanya sehingga dapat
mempertahankan dan meningkatkan prestasi yang telah dicapai maka
perlu adanya bentuk-bentuk motivasi. Adapun bentuk motivasi yang
dapat diberikan oleh pendidik kepada anak didik dapat berupa:
Pertama pujian, yaitu bentuk motivasi yang paling mudah
karena hanya berupa kata-kata. Kata-kata tersebut yaitu seperti baik
sekali, bagus, atau dapat berupa kata-kata yang bersifat sugestif “lain
kali hasilnya pasti akan lebih bagus lagi” dan sebagainya.
Kedua penghormatan, yaitu motivasi yang berbentuk
penghormatan ini, ada dua macam. Pertama berbentuk semacam
penobatan yaitu anak mendapatkan kehormatan diumumkan atau
ditampilkan di depan teman-temannya sekelas atau di sekolahnya.
Kedua penghormatan yang berbentuk pemberian kekuasaan atau
kesempatan untuk melakukan sesuatu. Misalnya, anak yang dapat
menyelesaikan tugas atau pekerjaan rumah yang sulit diperintahkan
mengerjakannya di papan tulis agar dilihat oleh teman-temannya.
Ketiga hadiah, merupakan motivasi yang diberikan dalam bentuk
barang. Misalnya, alat-alat keperluan sekolah seperti pensil, buku tulis,
pulpen, dan sebagainya atau dapat berbentuk barang-barang yang lain
seperti kaos, baju, handuk, alat permainan dan sebagainya. Motivasi
dalam bentuk barang ini, sering mendatangkan pengaruh negatif dalam
21 H.M Arifin, Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasrkan
Pendekatan Interdisipliner, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), hlm. 42 22
Ngalim Purwanto, op. cit, hlm. 62
17
belajar. Anak belajar bukan karena ingin mengejar pengetahuan, tetapi
semata-mata karena ingin mendapatkan hadiah. Akibatnya apabila
dalam belajarnya tidak memperoleh hadiah maka anak akan menjadi
malas dalam belajarnya.
Keempat tanda penghargaan, merupakan bentuk motivasi dalam
bentuk surat atau sertifikat. Bentuk penghargaan ini, sebagai simbol
tanda penghargaan yang diberikan atas prestasi yang dicapai oleh si
anak. Pada umumnya, motivasi bentuk seperti ini, besar sekali
pengaruhnya terhadap kehidupan pribadi si anak. Dengan demikian,
dapat menjadikan pendorong bagi perkembangan anak selanjutnya.23
5) Cara Belajar
Merupakan suatu teknik untuk melakukan perubahan ke arah
lebih baik. Menurut penulis cara belajar setiap anak berbeda-beda.
Cara belajar anak tersebut dapat berupa cara belajar audio
(mendengar), visual (melihat), audio visual (mendengar dan melihat),
dan multimedia. Hal tersebut, sangat erat kaitannya dengan media
pembelajaran. Cara belajar anak akan maksimal bila seorang
pendidikan mengetahui dan memfasilitasinya. Selanjutnya Yudi
Munadi dalam bukunya menjelaskan tentang media yang sesuai
dengan cara belajar anak.
Media audio adalah media yang hanya melibatkan indera
pendengaran dan hanya mampu memanipulasi kemampuan suara
semata. Dilihat dari sifat pesan yang diterimanya media audio ini
menerima pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal audio yakni
bahasa lisan atau kata-kata, dan pesan nonverbal audio adalah seperti
bunyi-bunyian dan vokalisasi, seperti gerutuan, gumam, musik, dan
lain-lain.
Media visual adalah media yang hanya melibatkan indera
penglihatan. Termasuk dalam jenis media ini adalah media cetak-
verbal, media cetak-grafis, dan media visual noncetak. Pertama media
visual verbal adalah media visual yang memuat pesan-pesan verbal.
23 H.M Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), hlm. 46
18
Kedua media visual nongrafis adalah media visual yang memuat pesan
nonverbal yakni berupa simbol-simbol visual atau unsur-unsur grafis
seperti gambar, grafik, diagram, batang, dan peta. Ketiga media visual
non verbal tiga dimensi adalah media visual yang memiliki tiga
dimensi, berupa model seperti miniatur, diorama, dan sebagainya.
Media audio visual adalah media yang melibatkan indera
pendengaran dan penglihatan sekaligus dalam satu proses. Sifat pesan
yang dapat disalurkan melalui media dapat berupa pesan verbal dan
nonverbal yang terlihat layaknya media visual juga pesan verbal dan
non verbal yang terdengar layaknya media audio di atas. Pesan visual
yang terdengar dan terlihat itu dapat disajikan melalui program audio
visual seperti film dokumenter, film drama dan lain-lain.
Multimedia yakni media yang melibatkan berbagai indera dalam
sebuah proses pembelajaran. Termasuk dalam media ini adalah segala
sesuatu yang memberikan pengalaman secara langsung bisa melalui
komputer dan internet. Dapat juga melalui pengalaman berbuat dan
pengalaman terlibat. Termasuk dalam pengalaman berbuat adalah
lingkungan nyata dan karya wisata, sedangkan yang termasuk
pengalaman terlibat adalah permainan dan simulasi, bermain peran dan
forum teater.24
Berdasarkan uraian tersebut, penulis dalam
menggunakan media pembelajaran menyesuaikan dengan materi yang
akan disampaikan dan sebisa mungkin mencakup empat media
tersebut. Misalkan dalam materi yang berkaitan dengan fiqih
contohnya tentang solat, biasanya penulis menggunakan media audio
visual yaitu berupa film. Begitu juga halnya, dengan pembelajaran
sejarah kebudayaan islam biasanya penulis juga menggunkan media
audio visual. Dengan demikian, dapat memaksimalkan kemampuan
seseorang yang akan menuju prestasi yang baik.
24 Yudi Munadi, Media Pembelajaran Sebuah Pendekatan Baru, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2012), hlm. 5
19
b. Faktor Eksternal, yaitu faktor belajar yang berasal dari luar diri
(artinya bahwa perilaku belajar terjadi karena faktor luar). Adapun
faktor eksternal ini dapat diuraikan sebgai berikut:
1) Keluarga
Keluarga merupakan orang tua (ayah dan ibunda), kakak, dan
adik. Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang bersifat universal.
Hal tersebut, maksudnya terdapat di setiap tempat di mana pun. Dalam
arti sempit, keluarga adalah unit sosial yang terdiri atas dua orang
(suami dan isteri) atau lebih (ayah, ibu, dan anak). Adapun dalam arti
luas, keluarga adalah unit sosial berdasarkan hubungan darah atau
keturunan, yang terdiri atas beberapa keluarga dalam arti sempit.
Menurut Sudarja Adiwikarta dalam Tatang syarifudin, bahwa
fungsi keluarga ada empat yaitu: pertama, sebagai pranata yang
membenarkan hubungan seksual antara pria dan wanita dewasa
berdasarkan pernikahan. Kedua, mengembangkan keturunan. Ketiga,
melaksanakan pendidikan. Keempat, sebagai kesatuan ekonomi.
Salah satu fungsi keluarga adalah untuk melaksanakan
pendidikan. Dalam hal ini, orang tua (ayah dan ibunda) adalah
pengemban tanggung jawab pendidikan anak. Secara kodrati orang tua
bertanggung jawab atas pendidikan anak, dan atas kasih sayangnya
orang tua mendidik anak-anaknya. Orang yang berperan sebagai
pendidik bagi anak di dalam keluarga utamanya adalah ayah dan ibu.
Namun demikian, selain mereka, saudara-saudaranya, dan pembantu
rumah tangga pun turut serta membantu untuk mendidik anak. Apa
lagi dalam keluarga luas, bahwa kakek, nenek, paman, bibi, atau siapa
pun yang tinggal serumah dengan anak juga akan turut mempengaruhi
atau mendidik anak yang bersangkutan. Berkaitan dengan hal itu,
pergaulan pendidikan di dalam keluarga terkadang tidak berlangsung
hanya dilakukan oleh orang tua (ayah dan ibunda saja).
Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang bersifat
informal. Hal tersebut, artinya bahwa suatu keluarga dibangun bukan
pertama-tama sebagai pranata pendidikan. Namun demikian, pada
kenyataannya secara wajar di dalam keluarga berlangsung pendidikan
20
yang diselenggarakan orang tua kepada anak-anaknya. Pendidikan
dalam keluarga terselenggara atas dasar tanggung jawab qodrati dan
atas dasar kasih sayang yang secara naluriah ada pada diri orang tua.
Disamping itu, cara-cara pelaksanaan pendidikan dalam keluarga
berlangsung tidak dengan cara-cara yang formal. Akan tetapi, melalui
cara-cara dan dalam suasana yang wajar.
Seorang anak sejak kelahirannya mendapatkan pengaruh dan
pendidikan dari keluarganya. Pendidikan yang dilakukan dalam
keluarga sejak anak masih kecil akan menjadi dasar bagi pendidikan
dan kehidupannya di masa yang akan datang. Sekalipun tujuan
pendidikan dalam keluarga tidak dirumuskan secara tersurat. Akan
tetapi, dari apa yang tersirat dapat dipahami bahwa tujuan pendidika
dalam keluarga adalah agar anak menjadi pribadi yang mantap,
bermoral, dan menjadi anggota masyarakat yang baik. Berkaitan
dengan itu, pendidikan dalam keluarga dapat dipandang sebagai
persiapan ke arah kehidupan anak dalam masyarakatnya. Adapun isi
pendidika dalam keluarga biasanya meliputi: berbagai pengetahuan
yang mendasar, sikap, nilai dan norma agama, nilai dan norma
masyarakay/budaya, serta keterampilan-keterampilan tertentu.
Berbagai faktor yang ada dan terjadi dalam keluarga akan turut
menentukan kualitas proses dan hasil pendidikan anak. Faktor-faktor
tersebut anatara lain yaitu, pertama jenis keluarga. Kedua gaya
kepemimpinan orang tua. Ketiga kedudukan anak dalam struktur
keanggotaan keluarga. Keempat fasilitas yang ada dalam keluarga.
Kelima hubungan keluarga dengan dunia luar. Keenam status sosial
ekonomi orang tua, dan sebagainya. Semua itu, akan turut
mempengaruhi pendidikan anak dalam keluarga, yang pada akhirnya
akan turut pula mempengaruhi pribadi anak.25
2) Sekolah
Sekolah merupakan tempat anak mendapat ilmu pengetahuan
dan mendapatkan nilai-nilai moral kebaikan dari guru sebagai
25
Tatang Syarifudin, Landasan Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009), hlm. 146
21
pendidik. Alisuf Sabri dalam bukunya menjelaskan sekolah sebagai
suatu konsep mempunyai dua pengertian. Pertama, sekolah dalam arti
suatu bangunan dengan segala perlengkapannya sebagai lembaga
pendidikan. Kedua, sekolah sebagai proses atau kegiatan belajar-
mengajar.
Sebagai lembaga pendidikan, sekolah mempunyai pengertian
yang hakiki. Pengertian tersebut yaitu pertama, sekolah merupakan
lembaga sosial formal yang berdasarkan undang-undang negara
sebagai lingkungan pendidikan. Kedua, sekolah adalah lembaga
pendidikan yang yang tersusun rapi. Ketiga, sekolah merupakan suatu
sistem dengan komponen-komponen dan memiliki keterkaitan dengan
sistem-sistem lain. Pola hubungan dengan sistem lain diwarnai dengan
informasi timbal bali, mekanisme umpan balik berpengaruh terhadap
kehidupan sekolah. Keempat, sekolah sebagai pusat pendidikan formal
merupakan perangkat masyarakat yang diserahi kewajiban pemberian
pendidikan. Kelima, sekolah sebagai perangkat atau institusi
masyarakat ditata dan dikelola secara formal, mengikuti haluan yang
pasti yang tercermin di dalam falsafah dan tujuan, penjenjangan,
kurikulum, pengadministrasian, dan pengelolanya.
Pada masyarakat tradisonal yang hidupnya masih bersahaja
sekolah belum diperlukan. Oleh karena itu, keluargalah yang
memegang peran utama pendidikan yaitu dalam menyiapkan generasi
muda yang menjadi manusia mandiri. Sekolah mulai berfungsi di
zaman penjajahan Belanda, meskipun fungsinya masih terbatas yaitu
hanya untuk mempersiapkan tenaga-tenaga untuk keperluan kantor
mereka. Pada masa tersebut, sekolah berfungsi sebagai pendidikan
formal yang elitis (pilihan) dan sekolah tersebut sudah melaksanakan
fungsi seleksi dan alokasi. Seleksi artinya menentukan mengenai siapa
yang akan mempelajari apa yang pada akhirnya akan menentukan
posisi lulusan sekolah tersebut.
Pada zaman modern, sekolah menjadi terbukauntuk masyarakat
luas. Melalui prinsip “equal opportunity” atau kesempatan yang sama
bagi semua manusia. Sehingga sekolah yang tadinya “elistis” menjadi
22
“populis” melalui program wajib belajar. Seperti halnya di Indonesia,
kewajiban belajar bagi anak-anak Indonesia telah ditingkatkan menjadi
sembilan tahun (setingkat SLTP). Selain itu, bahkan ada beberapa
sekolah negeri di Jakarta sudah mulai membebaskan bayaran bagi
peserta didiknya.
Pada masyarakat modern seperti sekarang ini, sekolah sangat
berperan. Peran sekolah antara lain yaitu, untuk mempersiapkan tenaga
kerja yang memiliki pengetahuan dan keahlian khusus. Dengan
demikian, mampu menjawab tantangan spesialisasi yang semakin luas
dan semakin tajam. Sekarang ini, sekolah bersama keluarga berupaya
menyiapkan generasi muda agar dapat memangku jabatan dan mengisi
lapangan kerja yang semakin bervariasi.26
3) Masyarakat
Masyarakat merupakan orang-orang atau publik di luar keluarga
atau sekolah. Sejalan dengan hal tersebut, Alisuf Sabri berpendapat
tentang masyarakat dalam bukunya. Belaiau mengatakan masyarakat
adalah sekumpulan oarang atau sekelompok manusia yang hidup
bersama disuatu wilayah dengan tata cara berpikir dan bertindak yang
relatif sama. Dengan demikian, membuat warga masyarakat itu
menyadari diri mereka sebagai suatu kelompok. Masyarakat yang
dimaksud sebagai faktor lingkungan di sini, bukan dari segi kumpulan
orang-orangnya. Akan tetapi, dari segi karya manusianya, budayanya,
sistem-sistemnya, serta pemimpin-pemimpin masyarakat baik secara
formal maupun pemimpin informalnya. Selanjutnya, termasuk di
dalamnya juga kumpulan organisasi pemuda dan sebagainya. Semua
unsur masyarakat tersebut dapat mempengaruhi perkembangan jiwa
anak dan orang-orang di sekelilingnya, yang pengaruhnya dapat
bersifat positif atau negatif.27
26Alisuf Sabri, op. cit., hlm. 19
27 Alisuf Sabri, op. cit., hlm. 20
23
4. Hakikat dan Definisi Prestasi Belajar
a. Pengertian Prestasi Belajar
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie.
Kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti “hasil
usaha”. Istilah “prestasi belajar” berbeda dengan “hasil belajar”. prestasi
belajar pada umumnya berkaitan dengan pengetahuan, sedangkan hasil
belajar meliputi aspek pembentukan watak peserta didik.28
Menurut Utami
Munandar, prestasi merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.29
Sejalan dengan hal tersebut, menurut Dimyati dan Mudjiono hasil belajar
merupakan kumpulan hasil bagian-bagian tahap belajar. dengan demikian
hasil belajar merupakan puncak tingkat perkembangan mental secara utuh
atau tingkat kemandirian, tingkat bertanggung jawab atau tingkat
kedewasaan tertentu. Hasil belajar merupakan hasil pembelajaran. Hal ini,
terkait dengan bahan pelajaran. Dari sudut pandang guru, hasil belajar
merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran.30
Menurut Suprijono dalam Muhammad Thobroni dan Arif
Mustofa, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, niali-nilai, pengertian-
pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Merujuk pemikiran
Gagne, hasil belajar berupa hal-hal berikut:
1) Informasi verbal, yaitu kapabilitas mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
2) Keterampilan intelektual, ayitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang.
3) Strategi kognitif, yaitu kecakapan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya. Kemampuan ini, meliputi
penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
28 Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012), hlm.
12 29 Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999), hlm. 7 30 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), hlm.
251
24
4) Keterampilan motorik, yaitu kemampuan melakukan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi
sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.
5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek
berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Sikap
merupakan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.
Selain itu, merujuk Lindgren, hasil pembelajaran meliputi
kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Dengan demikian, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah perubahan perilaku secara
keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja.
Artinya, hasil pembelajaran yang dikategorisasi oleh para pakar
pendidikan sebagaimana tersebut di atas tidak dilihat secara fragmentaris
atau terpiash, tetapi secara komprehensif.31
b. Fungsi Prestasi Belajar
Zainal Arifin berpendapat bahwa prestasi belajar memiliki
beberapa fungsi yaitu:
1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas
pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu.
3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi
pendidikan. Asumsinya adalah prestasi belajar dapat dijadikan
pendorong bagi peserta didik dalam meningkatkan ilmu
pengetahuan dan teknologi, dan berperan sebagai umpan balik
dalam meningkatkan mutu pendidikan.
4) Prestasi belajar sebagai indikator internal dan eksternal dari
suatu institusi pendidikan. Indikator internal dalam arti bahwa
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat produktivitas
suatu institusi pendidikan. Asumsinya adalah kurikulum yang
digunakan relevan dengan kebutuhan masyarakat dan anak
didik. Indikator eksternal dalam arti bahwa tinggi rendahnya
prestasi belajar dapat dijadikan indikator tingkat kesuksesan
31 Thobroni dan Arif Mustofa, op. cit, hlm. 24
25
peserta didik di masyrakat. Asumsinya adalah kurikulum yang
digunakan relevan pula dengan kebutuhan masyarakat.
5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap
(kecerdasan) peserta didik. Dalam proses pembelajaran, peserta
didik menjadi fokus utama yang harus diperhatikan , karena
peserta didiklah yang diharapkan dapat menyerap seluruh
materi pelajaran.32
c. Ruang Lingkup Pembelajaran Baca Tulis Al-Quran di SMP Kelas
VIII
Berdasarkan Musyawarah Guru Mata Oelajaran Pendidikan
Agama Islam Tangerang Selatan. Hal ini, bertolak pada Peraturan
daerah (Perda) Kota Tangerang Nomor 11 tahun 2007. Hal tersebut,
menjelaskan tentang penyelenggaraan pendidikan khusus mata
pelajaran Pendidikan Agama sekurang-kurangnya 3 jam pelajaran
dalam sepekan. Oleh karena itu, mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran
di SMP dalam seminggu menjadapatkan porsi 3 jam pelajaran.33
Berikut ini, adalah Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
Baca Tulis Al-Quran Sekolah Menengah pertama Kota Tangerang
Provinsi Banten.
a) Kelas VII Semester Ganjil34
Standar
Kompetensi
Kompetensi Dasar
1. Menerapkan
hukum bacaan Al
syamsiyah dan Al
Qomariyah
1.1 Menjelaskan hukum bacaan Al
syamsiyah dan Al Qomariyah.
1.2 Membedakan hukum bacaan Al
syamsiyah dan Al Qomariyah
1.3 Menerapkan hukum bacaan Al
syamsiyah dan Al Qomariyah
dalam bacaan surat-surat Al-
32 Tainal Arifin, op. cit, hlm. 13 33
Abay Bayanudin, dkk, Pendidikan Agama Islam Baca Tulis Al-Quran (BTQ) untuk
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII Semester Ganjil, (Jakarta: Duta Karya Ilmu, 2011),
hlm. 3 34
Ibid., hlm. 4
26
Quran dengan benar.
2. Memahami
penulisan huruf
hijaiyah
2.1 Menjelaskan huruf hijaiyah.
2.2 Menjelaskan cara-cara penulisan
huruf hijaiyah.
2.3 Mempraktikkan penulisan huruf
hijaiyah.
3. Al-Quran Surat
Pilihan
3.1 QS. An-Naas 1-6
3.2 QS. Al-Falaq 1-5
3.3 QS. Al-Ikhlas 1-4
3.4 QS. Al-Lahab 1-5
3.5 QS. An-Nasr 1-3
3.6 QS. Al-Kafiruun 1-6
3.7 QS. Al-Kautsar 1-3
3.8 QS. Al-Ma‟uun 1-7
3.9 QS. Quraisy 1-4
B. Penelitian yang Relevan
Untuk mempermudah penyusunan skripsi, maka peneliti akan
mendeskripsikan beberapa karya yang mempunyai relevansi dengan judul
skripsi ini. Adapun karya-karya tersebut adalah:
Pertama: Judul skripsi tentang “Pengaruh Pemberian Tugas
Terhadap Intensitas Belajar Agama Siswa di SMK Negeri Purwodadi Kab.
Grobogan”, karya Nur Jamalah (4195118) tahun 2001. Dalam kajian judul
tersebut menekankan pada “Pemberian tugas yang diberikan guru terhadap
siswa pada mata pelajaran PAI akan menumbuhkan tanggung jawab siswa
untuk belajar secara optimal dan sungguh-sungguh”. Hasil dari penelitian
ini yaitu pemberian tugas dengan intensitas belajar agama siswa di SMK
Negeri Purwodadi Kab. Grobogan pemberian tugas yang diberikan guru
kepada siswa termasuk kategori yang baik. Begitu juga keadaan intensitas
belajar agama siswa termasuk kategori yang baik. Jadi pemberian tugas
27
berpengaruh terhadap intensitas belajar agama siswa. Hal ini dibuktikan
dengan data statistik yang signifikan, artinya ada korelasi positif antara
dan ada korelasi yang signifikan antara pemberian tugas dengan intensitas
belajar agama siswa. Sedangkan skripsi yang penulis bahas adalah
intensitas belajar pada pelajaran Pendidikan Agama Islam, baik di sekolah
maupun di rumah dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa pada
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. 35
Kedua: Nur Abidin (043111063), “Korelasi antara Minat Belajar
PAI dan Perilaku Keberagamaan Siswa di SMKN 04 Kendal”. (2010),
Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah Institut
Agama Islam Negeri Walisongo Semarang. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa nilai korelasi yang diperoleh adalah 0,837 dengan
responden berjumlah 116 siswa yang terdiri dari siswa kelas X, XI, XII
yang dipilih secara acak. Adapun nilai r-tabel (116; 5%) = 0,174 dan r-
tabel (116;1%) = 0,228. Ini berarti r hitung/nilai korelasi > r-tabel, maka
H0 ditolak, akibatnya H1 diterima. Hal ini menunjukkan bahwa korelasi
yang terjadi antara minat belajar PAI dan perilaku keberagamaan siswa di
SMKN 04 Kendal tahun 2010 tersebut signifikan pada taraf 5% dan 1%
dan menunjukkan juga bahwa hubungan tersebut masuk pada kriteria
sangat kuat, karena 0,80 < r-hitung < 1.41.36
Ketiga: Al Musyafa (053111122), “Korelasi Prestasi Belajar
Pendidikan Agama Islam dan Perilaku Sosial Siswa Kelas VIII SMP N 31
Semarang Tahun 2009/2010”, (2010), Skripsi Jurusan Pendidikan Agama
Islam Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa nilai korelasi antara
prestasi belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan perilaku sosial siswa
kelas VIII SMP N 31 Semarang tahun 2009/2010 adalah 0,338 dengan
jumlah responden sebanyak 100 siswa. Sedangkan nilai r-tabel (100; 5%)
35 Nur Jamalah, Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Intensitas Belajar Agama Siswa di
SMK Negeri Purwodadi Kab. Grobogan. (Semarang: IAIN Walisongo, 2001) 36
Nur ABidin, Korelasi antara Minat Belajar PAI dan Perilaku Keberagamaan Siswa di
SMKN 04 Kendal, (Semarang: IAIN Walisongo, 2010)
28
= 0,195 dan r-tabel (100; 1%) = 0,256 berarti r-hitung > r-tabel, maka H0
ditolak dan menunjukkan bahwa korelasi yang terjadi antara prestasi
belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) dan perilaku sosial siswa tersebut.
signifikan dan menunjukkan pula bahwa hubungan tersebut masuk pada
kriteria lemah, karena 0,20 < r-hitung < 0,399. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa penelitian oleh Nur Abidin mencari korelasi antara minat
belajar PAI dengan perilaku keberagamaan peserta didik, dan penelitian
oleh Al Musyafa mencari korelasi antara prestasi belajar PAI dengan
perilaku sosial peserta didik. Untuk penelitian ini, peneliti akan mencari
korelasi/hubungan antara prestasi belajar pada mata pelajaran PAI dengan
perilaku keberagamaan peserta didik.37
Penulis berpendapat bahwa, terdapat perbedaan penelitian yang
penulis lakukan dengan penelitian-penelitian tersebut. Perbedaan tersebut
yaitu, bahwa penelitian penulis mencakup: pertama untuk mengetahui
intensitas belajar membaca Al-Quran yang dilakukan oleh siswa kelas VII
SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2013/2014. Kedua untuk mengetahui prestasi belajar Baca Tulis Quran
(BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran 2013/2014. Ketiga untuk mengetahui apakah terdapat
hubungan antara intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi
belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul
Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Keempat
untuk mengetahui bagaimanakah hubungan antara intensitas belajar
membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ)
siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan Tahun
Pelajaran 2013/2014.
C. Kerangka Berpikir
Intensitas membaca Al-Quran pada hakikatnya merupakan suatu
kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan membaca Al-
Quran. Berdasarkan hal tersebut, antara intensitas belajar membaca Al-
Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-Quran pasti memiliki korelasi
37
Al Musyafa, Korelasi Prestasi Belajar Pendidikan Agama Islam dan Perilaku Sosial
Siswa Kelas VIII SMP N 31 Semarang Tahun 2009/2010, (Semarang: IAIN Walisongo 2010)
29
yang berbanding lurus. Maksudnya apabila seorang siswa memiliki
intensitas yang baik dalam kegiatan membaca Al-Quran, maka akan baik
pula prestasi belajar baca tulis Al-Quran yang dicapai dan sebaliknya. Hal
tersebut, bisa terjadi apabila semua aspek ikut berperan aktif untuk
mendukung kegiatan tersebut.
Berdasrkan kerangka berpikir tersebut, maka siswa sebaiknya
konsisten terhadap kegiatan membaca Al-Quran. Karena kegiatan tersebut,
sangat membantu siswa dalam kegiatan belajar baca tulis Al-Quran di
sekolah. Setiap guru, sebaiknya menyesuaikan alat evaluasi pembelajaran
dengan materi khususnya pada mata pelajaran baca tulis Al-Quran, agar
terungkapnya kemampuan siswa. Selanjutnya, kepada orang tua murid dan
masyarakat hendaknya memantau proses pembelajaran siswa khususnya
pada mata pelajaran baca tulis Al-Quran, jangan sampai pembelajaran
hanya di sekolah saja.
D. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan prediksi terhadap hasil penelitian yang
diusulkan. Hipotesis tersebut diperlukan untuk memperjelas masalah yang
diteliti. Hipotesis yang peneliti ajukan yaitu:
Ha :Terdapat hubungan antara intensitas belajar membaca Al-Quran
dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa kelas
VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan tahun
pelajaran 2013/2014.
Ho :Tidak terdapat hubungan antara intensitas belajar membaca Al-
Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ) siswa
kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan tahun
pelajaran 2013/2014.
30
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMP Bahrul Maghfiroh Kota
Tangerang Selatan, jalan Tegal Rotan Raya nomor 72, Kampung
sSawah Baru, Ciputat, Kota Tangerang Selatan. Objek Penelitian ini,
yaitu peserta didik kelas VII tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini,
dilaksanakan sekitar empat bulan, terhitung mulai bulan April sampai
Juli 2014.
B. Variabel Penelitian
Kata “variabel” berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti
“ubahan”, “faktor tak tetap”, atau “gejala yang dapat diubah-ubah”.
Variabel pada dasarnya bersifat kualitatif namun dilambangkan dengan
angka.38
Variabel penelitian ini, dikaji hubungan antara variabel bebas
dengan terikat. Variabel bebas yang dimaksud adalah intensitas
belajar membaca Al-Quran (X), sedangkan variabel terikat adalah
prestasi belajar baca tulis Al-Quran (BTQ) (Y).
C. Populasi
Dalam metodologi penelitian, kelompok besar objek penelitian
disebut dengan populasi subyek atau populasi penelitian. Dalam
penelitian ini, populasinya seluruh peserta didik kelas VII SMP Bahrul
Maghfiroh tahun pelajarn 2013/2014 yaitu 20 orang.
D. Metode Penelitian
Penelitian ini, penulis menggunakan metode penelitian
deskriptif korelatif. Penelitian deskriptif yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel,
38 Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada,2011), hlm. 36
31
gejala atau keadaan.39
Penelitian korelasi yaitu penelitian yang
bertujuan untuk menemukan ada tidaknya hubungan dan apabila ada,
berapa eratnya hubungan serta berarti atau tidak hubungan itu.40
Dengan menggunakan metode ini, penulis berharap:
1. Mengetahui intensitas belajar membaca Al-Quran yang
dilakukan oleh siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota
Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.
2. Mengetahui prestasi belajar Baca Tulis Quran (BTQ) siswa
kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan
Tahun Pelajaran 2013/2014.
3. Mengetahui apakah terdapat hubungan antara intensitas belajar
membaca Al-Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-
Quran (BTQ) siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota
Tangerang Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014. Mengetahui
bagaimanakah hubungan antara intensitas belajar membaca Al-
Quran dengan prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ)
siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang
Selatan Tahun Pelajaran 2013/2014.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dari penelitian ini, penulis menggunakan
berbagai cara:
1. Observasi
Observasi atau pengamatan adalah suatu teknik yang
dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara teliti serta
pencatatan secara sistematis. Penulis dalam penelitian ini,
menggunakan observasi partisipan, yaitu observasi yang dilakukan
oleh pengamat, tetapi dalam pengamatan itu pengamat memasuki
dan mengikuti kegiatan kelompok yang sedang diamati. Observasi
partisipan dilaksanakan sepenuhnya jika pengamat benar-benar
mengikuti kegitan kelompok, bukan hanya pura-pura. Dengan
39 Suharsimi Arikunto, Manajemen Penelitian, (Jakarta: Rineka Cipta, 2005), hlm. 234 40
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka
Cipta, 2010), hlm. 313
32
demikian, ia dapat menghayati dan merasakan seperti apa yang
dirasakan orang-orang dalam kelompok yang diamati.41
Pada tahap
ini, penulis melakukan pengamatan terhadap sekolah dan objek
penelitian.
2. Kuesioner
Kuesioner sering juga dikenal sebagai angket. Pada
dasarnya, kuesioner adalah sebuah daftar pertanyaan yang harus
diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Dengan kuesioner
ini, orang dapat diketahui tentang keadaan/data diri, pengalaman,
pengetahuan sikap atau pendapatnya, dan lain-lain. Ditinjau dari
segi siapa yang menjawab, maka ada bentuk kuesioner langsung
dan tidak langsung.
Dalam hal ini, penulis menggunakan kuesioner langsung
yaitu kuesioner tersebut dikirim dan diisi langsung oleh orang yang
akan dimintakan jawaban tentang dirinya. Selanjutnya, ditinjau
dari segi menjawabnya maka dibedakan atas kuesioner tertutup dan
terbuka. Dalam hal ini, penulis menggunakan kuesioner tertutup
yaitu kuesioner yang disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
lengkap sehingga pengisi hanya tinggal memberi tanda pada
jawaban yang dipilih.42
Tujuan dari kuesioner ini, yaitu dapat
mengukur intensitas belajar membaca Al-Quran siswa kelas VII
SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan tahun pelajaran
2013/2014.
hlm. 31
41 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
42
Ibid, Suharsimi Arikunto, hlm. 28
33
Tabel 3.1
Kisi-kisi Instrumen Kuesioner
Variabel Indikator
Intensitas belajar membaca
Al-Quran
a. Latihan membaca Al-Quran
b. Menghafal ayat-ayat Al-Quran
c. Mengulangi atau mempelajari
materi Baca Tulis Al-Quran
Penulis dalam membuat keusioner menggunakan 10 pernyataan.
Selanjutnya, pernyataan-pernyataan tersebut memiliki tiga alternatif
pilihan yang akan diberi tanda oleh responden sesuai dengan kenyataan
yang dialami responden. Tiga alternatif pilihan tersebut yaitu:
Tabel 3.2
Penskoran Alternatif Pilihan dalam Kuesioner
Alternatif Pilihan Skor
Pilihan (a) Tiga
Pilihan (b) Dua
Pilihan (c) Satu
Tidak menjawab Nol
Setelah kuesioner tersebut penulis analisis. Oleh karena itu, untuk
mengetahui kriteria intensitas tersebut berkategori sangat baik, cukup baik,
dan kurang baik. Penulis berpatokan pada:
Tabel 3.3
Ukuran Kategori Intensitas Belajar Membaca Al-Quran
Kategori Skor
Baik 21-30
Cukup baik 11-20
Kurang baik 1-10
34
3. Tes Perbuatan, Tes Menjodohkan, dan Tes Menulis Secara tidak
Langsung.
Tabel 3.4
Kisi-kisi Instrument Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran
Variabel Indikator
Prestasi Belajar Baca Tulis Al-
Quran
a. Membaca
b. Menghafal
c. Mengartikan
d. Menulis
Tes perbuatan atau tes praktik adalah tes yang menuntut
jawaban peserta didik dalam bentuk perilaku, tindakan, atau
perbuatan.43
Penulis menggunakan tes ini, yaitu untuk mengukur
keterampilan membaca dan kemampuan menghafal ayat-ayat Al-
Quran. Berikut ini, aspek penilaian dan penskoran yang penulis
gunakan, yaitu:
Tabel 3.5
Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca dan Mengahafal
Ayat-Ayat Al-Quran
Aspek Penilaian Skor
Kelancaran Maksimal (30)
Kefasihan Maksimal (30)
Tajwid Maksimal (40)
Matching test dapat diganti dengan istilah
mempertandingkan, mencocokkan, memasangkan, atau
menjodohkan. Matching test terdiri atas satu seri pertanyaan dan
satu seri jawaban. Masing-masing pertanyaan mempunyai
jawabannya yang tercantum dalam seri jawaban. Tugas peserta
didik ialah mencari dan menempatkan jawaban-jawaban, sehingga
sesuai atau cocok dengan pertanyaan.44
Penulis menggunakan tes
43 Zainal Arifin, op. cit., hlm. 149 44
Suharsimi Arikunto, op. cit., hlm. 172
35
ini, untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam mengartikan
ayat-ayat Al-Quran. Pedoman penilaian yang penulis gunakan
yaitu sebagai berikut:
x Skor Ideal (100)
Tabel 3.6
Instrumen Penilaian Mengartikan Ayat-Ayat Al-Quran
Jumlah Skor yang Didapat Nilai
Tes menulis secara tidak langsung yaitu penulis
memerintahkan peserta didik untuk menulis ayat-ayat Al-Quran
dari beberapa surat-surat Al-Quran yang telah penulis sajikan.
Penulis menggunakan tes ini, yaitu untuk mengukur keterampilan
menulis ayat-ayat Al-Quran. Berikut ini, aspek penilaian dan
penskoran yang penulis gunakan, yaitu:
Tabel 3.7
Instrumen Penilaian Keterampilan Menulis Ayat-Ayat Al-Quran
Aspek Penilaian Skor
Kebenaran Maksimal (25)
Bentuk Maksimal (25)
Kerapian Maksimal (50)
F. Teknik Analisis Data
Mengingat penelitian ini, bersifat deskriptif korelatif. Oleh
karena itu, penulis dalam mengolahnya menggunakan teknik analisis
sederhana dan korelasi. Teknik dalam menggali informasi terkait dengan
intensitas belajar membaca Al-Quran dilakukan dengan cara memberikan
tanda silang pada daftar kuesioner, yakni pada item-item yang disetujui
36
responden. Adapun prestasi belajar yang dijadikan tolok ukur dalam
penelitian ini, adalah prestasi belajar Baca Tulis Quran yang didapatkan
oleh siswa setelah mengikuti tes yang diberikan penulis. Data-data yang
terkumpul dari hasil kuesioner kemudian dideskripsikan dan disnalisis
menggunakan teknik analisis sederhana. Adapun rumus yang digunakan
dalam mencari prosentasenya adalah dengan rumus sebagai berikut:
P = x 100%
Keterangan:
P = Angka prosentase untuk setiap jawaban
F = Frekuensi setiap jawaban
N = Banyaknya responden
100% = Bilangan tetap
Selanjutnya data tersebut diformulasikan ke dalam dua variabel.
Variabel tersebut yaitu, variabel terikat (intensitas belajar membaca Al-
Quran) dan variabel bebas (prestasi belajar baca tulis Quran). Oleh karena
itu, penulis menggunakan teknik koefisien korelasi bivariat, yaitu teknik
statistik yang dapat digunakan untuk menerangkan keeratan hubungan
antara dua variabel tersebut. Adapun teknik korelasinya yaitu dengan
menggunakan korelasi produk momen yaitu rumus untuk mencari antar
dua variabel. Rumus tersebut yaitu;
rxy
nXY (X )(Y )
{n X 2 ( X )
2 }{nY
2 (Y )
2 }
rxy = Angka Indeks Korelasi “r” product moment
N = Number of Cases
∑ XY = Jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y
∑ X = Jumlah seluruh skor X
∑ Y = Jumlah seluruh skor Y
37
Setelah nilai rxy diketahui, untuk mengetahui hubungan antara dua
variabel yang sedang diteliti, penulis berpatokan pada tingkat koefisien
korelasi (r), yaitu:
Tabel 3.8
Beasrnya “r” product moment
(rxy)
Interpretasi
0,00-0,20
Antara variabel X dan variabel Y
memang terdapat korelasi, akan
tetapi korelasi itu sangan lemah atau
sangat rendah sehingga korelasi itu
diabaikan (dianggap tidak ada
korelasi antara variabel X dan
Variabel Y).
0,20-0,40
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang lemah atau
rendah.
0,40-0,70
Antara variabel X dan Variabel Y
terdapat korelasi yang sedang atau
cukupan
0,70-0,90
Antara variabel X dan variabel Y
terdapat korelasi yang kuat atau
tinggi.
0,90-1,00
Antara variabel X dan Y terdapat
korelasi yang sangat kuat atau
sangat tinggi.45
G. Hipotesis Statistik
Terima Ha apabila r tabel < r hitung
Terima Ho apabila r tabel > r hitung
45 Anas Sudijono, op. cit., hlm. 193
38
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum SMP Bahrul Magfiroh Kota Tangerang Selatan
1. Latar Belakang SMP Bahrul Maghfiroh
SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan berdiri pada tahun
2010 yang berda di bawah naungan Yayasan Bahrul Maghfiroh. SMP ini
baru berdiri empat tahun dan belum terakreditasi. SMP ini merupakan
lembaga pendidikan yang melayani pendidikan bagi anak-anak yang orang
tuanya mengalami keterbatasan ekonomi sehingga tidak bisa
menyekolahkan anaknya baik ke sekolah negeri maupun swasta lainnya.
SMP Bahrul Maghfiroh sangat dibutuhkan oleh para orang tua wali
murid, karena mereka tanpa harus mengeluarkan satu rupiah-pun (gratis)
dapat menyekolahkan anaknya. Di samping itu murid SMP Bahrul
Maghfiroh harus menginap, karena SMP Bahrul Maghfiroh berada di
dalam lingkungan Pondok Pesantren Bahrul Maghfiroh. Sehingga murid
mendapatkan bekal ilmu dunia dan akhirat. SMP Bahrul Maghfiroh
memiliki visi dan misi. Visi SMP Bahrul Maghfiroh yaitu “Terwujudnya
Insan Cerdas Berakhlakul Karimah”. Sedangkan misi SMP bahrul
Maghfiroh yaitu:
a. Mengembangkan kurikulum yang adaptif terhadap perkembangan
IPTEK.
b. Meningkatkan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keagamaan.
c. Menyelenggarakan pembelajaran yang efektif dan efisien.
d. Mengembangkan potensi peserta didik sesuai dengan bakat dan
minat.
e. Mewujudkan manajemen partisipatif dilandasi azas kekeluargaan.
39
2. Kegiatan Pengembangan Diri Siswa SMP Bahrul Maghfiroh
Kegiatan pengembangan diri bertujuan untuk memberikan
kesempatan kepeda peserta didik guna mengembangkan dan
mengekspresikan diri sesuai dengan bakat dan minat setiap peserta
didik serta kondisi sekolah. Kegiatan pengembangan diri dilakukan
melalui kegiatan layanan konseling (berkaitan dengan masalah pribadi
dalam kehidupan sosial, belajar, dan pengembangan karier peserta
didik), kegiatan ekstrakurikuler, dan kegiatan pembiasaan di sekolah.
Jenis pengembangan diri di SMP bahrul Maghfiroh Kota tangerang
Selatan, diantaranya yaitu:
a. Bidang akademik
1) Pembinaan olimpiade sains (Matematika, IPA, dan IPS)
2) Pembinaan karya ilmiah remaja
3) Pembinaan english club
4) Pembinaan keagamaan (bahasa Arab dan hafalan Juz 30)
b. Bidang non akademik
1) Pembinaan dan kegiatan kewiraan (OSIS, Pramuka, dan
Paskibra)
2) Pembinaan dan kegiatan olah raga prestasi (footsal, bulu
tangkis, tenis meja, voly)
3) Pembinaan dan kegiatan seni budaya (marawis, hadroh,
kaligrafi, muhadoroh)
4) Pembinaan dan kegiatan kerohanian.
3. Peraturan Akademik SMP Bahrul Maghfiroh
a. Peserta didik hadir di sekolah paling lambat 10 menit sebelum KBM
dimulai.
b. Peserta didik yang tidak hadir harus memberitahukan kepada pihak
sekolah secara langsung atau tertulis.
c. Peserta didik dapat mengikuti kegiatan pembelajaran, apabila
kehadirannya kurang dari 80% hari efektif belajar berdasarkan rekap
kehadiran setiap akhir bulan atau mendapat izin dari kepala sekolah.
40
d. Peserta didik wajib mengikuti ulangan harian, ulangan tengah
semester, ulangan akhir semester, ulangan kenaikan kelas, ujian
sekolah dan ujian nasional.
e. Peserta didik yang tidak tuntas KKM pada penilaian harian akan
diberikan kesempatan maksimal dua kali remedial.
f. Peserta didik dinyatakan naik kelas atau lulus apabila memenuhi
kriteria yang telah ditetapkan.
g. Peserta didik memiliki hak yang sama dalam pelayanan dan
penggunaan fasilitas sekolah sesuai peraturan dan tata tertib yang
berlaku.
h. Peserta didik berhak mendapatkan layanan konsultasi dari guru mata
pelajaran, wali kelas, dan guru bimbingan konseling.
4. Kriteria Kenaikan Kelas dan Kelulusan SMP Bahrul Maghfiroh
a. Kriteria kenaikan kelas
Peserta didik dinyatakan naik kelas apabila:
1) Telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada
semua mata pelajaran.
2) Tidak terlibat narkoba, miras, tawuran, tindakan asusila dan
kriminal.
3) Tidak pernah melawan guru secara fisik dan non fisik.
4) Kehadiran dalam proses pembelajaran tiap semester minimal
80%.
Peserta didik dinyatakan harus mengulang di kelas yang sama
apabila;
1) Belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada lebi
dari tiga mata pelajaran.
2) Pernah terlibat narkoba, miras, tawuran, tindakan asusila dan
kriminal.
3) Pernah pernah melawan guru secara fisik dan non fisik.
4) Ketidakhadiran dalam proses pembelajaran tanpa keterangan
lebih dari 20% per semester.
41
b. Kelulusan
Sesuai dengan ketentuan PP 19/2005 Pasal 27 ayat (1), peserta
didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan
dasar dan menengah setelah:
1) Menyelesaikan seluruh program pembelajaran.
2) Memperoleh nilai minimal baik pada penilaian akhir untuk
kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok
mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok
mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran
pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.
3) Lulus ujian sekolah untuk kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi.
4) Lulus ujian nasional.
5. Hak Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh
Setiap peserta didik berhak untuk:
a. Mendapat pengajaran, pendidikan, dan pelatihan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Mendapat bimbingan dan konseling sesuai dengan dengan kebutuhan
dan aturan.
c. Menggunakan sarana dan prasarana yang tersedia.
d. Menyampaikan informasi saran dan kritik yang berguna bagi
sekolah.
6. Kewajiban Peserta Didik SMP bahrul Maghfiroh
a. Kegiatan Proses Pembelajaran
1) Setiap peserta didik wajib mengikuti seluruh program
pembelajaran yang diselenggarakan oleh sekolah.
2) Setiap peserta didik wajib mengikuti minimal satu kegiatan
ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh sekolah.
3) Setiap peserta didik wajib mengikuti kegiatan penilaian hasil
belajar sesuai dengan yang ditetapkan oleh sekolah.
42
b. Waktu Sekolah
Kegiatan di sekolah dimulai pukul 07.00
1) Peserta didik sudah berada di sekolah maksimal 10 menit
sebelum bel pertama.
2) Peserta didik yang terlambat hanya diperkenankan masuk kelas
setelah mendapat izin dari guru piket.
3) Bila 10 menit setelah bel masuk ternyata guru belum datang,
maka ketua kelas wajib melapor kepada guru piket.
4) Peserta didik tidak diperbolehkan keluar kelas selama waktu
belajar, kecuali dengan seizin guru.
5) Pada waktu istirahat peserta didik dilarang berada di dalam
kelas.
6) Apabila peserta didik akan meninggalkan sekolah karena sakit
atau alasan lain, harus mendapat izin dari guru piket/kepala
sekolah.
c. Absensi Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh
Peserta didik yang berhalanagn hadir karena sakit atau alasan
lain wajib memberikan surat keterangan dari orang tua kepada guru
piket/kepala sekolah.
d. Kegiatan Upacara Bendera SMP Bahrul Maghfiroh
1) Setiap peserta didik wajib mengikuti upacara pada hari-hari yang
sudah ditetapkan oleh sekolah.
2) Peserta didik wajib mengenakan pakaian seragam lengkap
dengan atribut upacara.
3) Peserta didik yang terlambat atau tidak memakai atribut lengkap
berbaris di luar barisan yang semestinya.
4) Peserta didik wajib mengikuti upacara dengan tertib sampai
seluruh proses upacara selesai.
43
e. Kegiatan Kebersihan SMP Bahrul Maghfiroh
1) Peserta didik wajib menjaga kebersihan diri, pakaian, alat-alat
belajar, kelas, gedung sekolah, dan lingkungan sekitar.
2) Peserta didik wajib membuang sampah pada tempat yang telah
disediakan.
3) Peserta didik wajib melaksanakan tugas piket kelas yang sudah
ditentukan.
4) Peserta didik wajib mengikuti kegiatan Jumat Bersih (jumsih)
yang dilakukan secara berkala.
f. Tingkah Laku Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh
1) Peserta didik harus bersikap hormat dan sopan terhadap guru
dan pegawai sekolah serta sesama peserta didik.
2) Peserta didik harus menciptakan suasana damai dan tentram,
menjaukan diri dari pertengkaran, pertentangan dan permusuhan
serta perkelahian.
3) Peserta didik wajib menjaga nama baik sekolah dimana pun
mereka berada.
4) Peserta didik wajib membawa perlengkapan belajar dan wajib
mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
5) Peserta didik hanya diperbolehkan membawa benda-benda yang
diperlukan untuk belajar ke sekolah.
g. Pembinaan Rohani Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh
1) Kegiatan pembelajaran diawali dan diakhiri dengan doa
bersama dengan tertib dan khidmat.
2) Peserta didik muslim diwajibkan untuk membaca Al-Quran
selama 10 menit sebelum jam pelajaran pertama dimulai.
3) Peserta didik diwajibkan untuk solat sunah duha berjamaah di
masjid lingkungan sekolah.
4) Peserta didik diwajibkan untuk solat wajib lima waktu secara
berjamaah di masjid lingkungan sekolah.
5) Puasa sunah pada hari senin dan kamis.
44
h. Larangan-Larangan Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh
Peserta didik dilarang:
1) Memakai cat rambut, memanjangkan kuku.
2) Berambut panjang dan memakai gel rambut.
3) Memakai aksesoris seperti kalung, cincin, dan gelang.
4) Makan dan minum saat proses pembelajaran.
5) Menggunakan HP.
6) Membawa buku bacaan dan media lainnya yang bertentangan
dengan norma susila, agama, dan moral.
7) Membawa dan menghisap rokok baik di lingkungan sekolah
maupun di luar sekolah.
8) Merusak sarana dan prasarana sekolah.
9) Membawa senjata tajam dan alat-alat yang dapat dipakai untuk
berkelahi.
10) Terlibat dalam perkelahian atau mengganggu ketertiban umum.
7. Sanksi Umum Peserta Didik SMP Bahrul Maghfiroh
Peserta didik yang melanggar tata tertib sekolah, akan dikenakan
sanksi berupa:
a. Peringatan dengan lisan atau teguran.
b. Peringatan tertulis dengan memanggil orang tua atau wali.
c. Pembinaan yang bersifat edukatif seperti: membuat rangkuman
materi pelajaran, membersihkan mesjid, halaman, dan lingkungan
sekolah.
d. Membuat surat perjanjian.
e. Memberhentikan sementara atau skorsing dengan pemberian tugas.
f. Dikeluarkan dari sekolah untuk pelanggaran berat.
45
B. Deskripsi Data
Penulis pada bagian ini, akan mendeskripsikan hasil temuan.
Selanjutnya untuk lebih terperinci dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 4.1
Hasil Perhitungan Butir Soal Kuesioner Intensitas Belajar Membaca
Al-Quran Siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang
tahun pelajaran 2013/2014
No
Reponden
Nomor Kuesioner
Jumlah
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
3
3
1
2
2
2
2
3
2
2
22
2
2
3
3
2
2
1
2
2
3
3
2
23
3
3
3
3
1
2
1
2
2
3
3
3
23
4
4
3
2
1
2
1
1
1
2
2
2
17
5
5
3
3
1
2
1
2
1
3
3
2
21
6
6
3
3
2
1
0
2
1
2
2
2
18
7
7
3
3
2
1
0
1
1
3
2
2
18
8
8
3
3
1
2
1
2
2
3
2
2
21
9
9
3
3
3
2
1
2
1
3
3
2
23
10
10
3
3
1
2
1
2
1
2
2
2
19
11
11
2
2
1
2
1
2
1
3
2
2
18
12
12
2
3
1
2
1
1
2
3
2
2
19
13
13
3
3
1
2
2
1
1
3
3
2
21
14
14
2
3
1
2
1
1
1
3
2
2
18
15
15
3
3
1
2
1
1
1
3
3
2
20
16
16
3
3
2
2
1
2
2
3
3
2
23
17
17
3
3
1
3
1
2
1
3
2
2
21
46
18
18
3
3
2
2
1
1
1
1
2
2
18
19
19
3
3
1
2
1
2
1
2
2
2
19
20
20
2
3
1
2
1
1
1
3
2
2
18
Tabel 4.2
Kategori Intensitas Belajar Membaca Al-Quran
Siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang tahun
pelajaran 2013/2014
No
No. Reponden
Jumlah
Skor Angket
Kategori
Intensitas
1 1 22 Baik
2 2 23 Baik
3 3 23 Baik
4 4 17 Cukup Baik
5 5 21 Baik
6 6 18 Cukup Baik
7 7 18 Cukup Baik
8 8 21 Baik
9 9 23 Baik
10 10 19 Cukup Baik
11 11 18 Cukup Baik
12 12 19 Cukup Baik
13 13 21 Baik
14 14 18 Cukup Baik
15 15 20 Cukup Baik
16 16 23 Baik
47
17 17 21 Baik
18 18 18 Cukup Baik
19 19 19 Cukup Baik
20 20 18 Cukup Baik
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa sembilan responden
memiliki intensitas baik dan 11 responden memiliki intensitas cukup baik.
Penulis dapat menyimpulkan bahwa intensitas belajar membaca Al-Quran
siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan tahun
pelajaran 2013/2014 tergolong intensif.
Selanjutnya penulis mendeskripsikan data tersebut ke dalam
persentase. Langkah-langkanya yaitu skor atas item pernyataan
dimasukkan ke dalam tabel yang di dalamnya terdapat persentase dengan
teknik analisis data. Oleh karena itu, didapatkan kesimpulan atas masalah
yang diteliti. Penjelasan lebih terperinci dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 4.3
Saya membaca Al-Quran.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. Selalu 16 80 %
b. Kadang-kadang 4 20 %
c. Tidak pernah -
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab selalu sebanyak
80 %, kadang-kadang 20%. Hal ini, membuktikan bahwa siswa kelas VII
SMP Bahrul Maghfiroh sangat intensif dalam membaca Al-Quran. Dalam
sebuah hadis dikatan Dari Abu Umamah ra. Berkata: “Saya mendengar
Rasulullah Saw. bersabda: “ Bacalah Al-Quran karena sesungguhnya Al-
48
Quran itu nanti pada hari kiamat akan datang untuk memberi syafa‟at
kepada orang yang membacanya”. (Riwayat Muslim)
Tabel 4.4
Saya membaca Al-Quran dalam seminggu .... hari.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. Lebih dari lima 18 90 %
b. Dua sampai empat 2 10%
c. Satu -
Jumlah 20 100 %
Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab lebih dari lima
sebanyak 90% dan dua samapi empat sebanyak 10%. Hal ini,
membuktikan bahwa siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh hampir
setiap hari membaca Al-Quran. Dalam hadis dikatan, siapa yang membaca
satu huruf dalam Al-Quran maka akan dibalas oleh Allah Swt dengan 10
kebajikan.
Tabel 4.5
Saya membaca Al-Quran dalam sehari .... kali.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. Lebih dari 10 1 5 %
b. Lima sampai 10 5 25 %
c. Satu sampai 5 14 70 %
Jumlah 20 100 %
Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab lebih dari 10
sebanyak 5 %, lima sampai 10 sebanyak 25%, dan satu sampai. Hal ini,
membuktikan hampir semua siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh
membaca Al-Quran setelah melaksanakan solat wajib. Dengan membaca
49
Al-Quran hati menjadi tentram, karena salah satu fungsi Al-Quran adalah
sebagai obat yaitu menentramkan hati bagi pembacanya.
Tabel 4.6
Saya menghafal ayat-ayat Al-Quran (Juz 30)
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. Selalu 1 5 %
b. Kadang-kadang 17 85 %
c. Tidak pernah 2 10 %
Jumlah 20 100
Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab selalu sebanyak 5
%, kadang-kadang 85%, dan tidak pernah 10%. Hal ini terbukti sebagian
besar siswa SMP Bahrul Maghfiroh memiliki hafalan ayat-ayat Al-Quran.
Dalam hadis dikatakan dari „Aisyah ra. berkata, Rasulullah Saw. bersabda:
“Orang yang membaca Al-Quran dan ia mahir maka nanti akan bersama-
sama malaikat yang mulia lagi taat. Sedangkan orang yang membaca Al-
Quran dan ia merasa susah dalam membacanya tetapi ia selalu berusaha
maka ia mendapat dua pahala”. (Riwayat Bukhari dan Muslim).
Tabel 4.7
Saya menghafal ayat-ayat Al-Quran (Juz 30) dalam sehari .... kali.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. Lebih dari 10 - -
b. Lima sampai sepuluh 2 11%
c. Satu sampai lima 16 89 %
Jumlah 18 99 %
Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab lima sampai
sepuluh sebanyak 11% dan satu sampai lima sebanyak 89%. Hal ini,
menunjukkan bahwa sebagian besar siswa menghafal ayat-ayat Al-Quran
50
dalam sehari satau samapai lima kali dalam menghafal. Dalam hadis
dikatakan dari Al-Barra‟ bin „Azib ra. berkata: “Ada seseorang membaca
surat Al-Kahfi dan di dekatnya ada seekor kuda yang diikat dengan tali
pada kanan dan kirinya, kemudian orang itu diliputi semacam awan yang
selalu mendekat sehinngga kudanya akan lari meninggalkan tempat itu.
Pada pagi harinya ia datang kepada Nabi Saw. dan menceritakan apa yang
baru saja terjadi, kemudian beliau bersabda: “Itu adalah suatu ketenangan
(rahmat) yang turun karena bacaan Al-Quran”. (Riwayat Bukhari dan
Muslim). Hadis tersebut menyatakan bahwa Allah Swt memberikan
rahmat bagi orang yang membaca Al-Quran. Apalagi bagi yang menghafal
ayat-ayat Al-Quran, maka lebih dari itu yang akan ia dapatkan.
Tabel 4.8
Saya sudah menghafal .... juz.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. 16 sampai 30 - -
b. Satu sampai 15 12 60 %
c. Kurang dari satu 8 40 %
Jumlah 20 100 %
Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab satu sampai 15
sebanyak 60% dan kurang dari satu sebanyak 40%. Hal ini, menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa SMP Bahrul Maghfiroh memiliki hafalan Al-
Quran minimal satu juz yaitu juz ke 30. Hafalan merupakan tradisi yang
dilakukan orang-orang Arab untuk menjaga kemurnian ayat-ayat Al-
Quran. Oleh karena itu, bagi orang yang memiliki hafalan ayat-ayat Al-
Quran, sesungguhnya mereka secara tidak langsung menjaga kemurnian
ayat-ayat Al-Quran.
51
Tabel 4.9
Saya sudah menghafal .... surat.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. Lebih dari 80 - -
b. 31 sampai 79 6 30 %
c. Satu sampai 30 14 70 %
Jumlah 20 100 %
Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab 31 sampai 79
sebanyak 30% dan satu sampai 30 sebanyak 70%. Hal ini, menunjukkan
bahwa hampir sebgaian besar, siswa SMP Bahrul Maghfiroh memiliki
hafalan hampir 30 surat. Semakin banyak hafalan yang dimiliki, maka
sesungguhny semakin besar kontribusi seseorang untuk menjaga
kemurnian ayat-ayat Al-Quran.
Tabel 4.10
Saya membawa Al-Quran ketika belajar membaca Al-Quran.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. Selalu 15 75 %
b. Kadang-kadang 4 20 %
c. Tidak pernah 1 5 %
Jumlah 20 100 %
Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab selalu sebanyak
75%, kadang-kadang sebanyak 20%, dan tidak pernah sebanyak 5%. Hal
ini, menunjukkan bahwa hampir sebagian besar, siswa SMP Bahrul
maghfiroh sangat disiplin dan peduli akan pentingnya sumber belajar. Al-
Quran merupakan pedoman hidup umat Islam dan merupakan sumber
52
belajar dalam pembelajaran pada mata pelajaran BTQ. Oleh karena itu,
sumber belajar ini sangat mempengaruhi hasil belajar seseorang.
Tabel 4.11
Saya mengerjakan tugas pelajaran BTQ (Baca Tulis Al-Quran) yang
diberikan oleh guru.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. Selalu 7 35 %
b. Kadang-kadang 13 65 %
c. Tidak pernah - -
Jumlah 20 100 %
Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab selalu sebanyak
35% dan kadang-kadang sebanyak 65%. Hal ini, menunjukkan bahwa
hampir sebagain besar, siswa memiliki tanggung jawab yang baik. Dalam
hadis dikatakan bahwa setiap manusia adalah pemimpin dan setiap
pemimpin akan diminkan pertagungjawaban. Selain itu, bahwa pendidikan
juga memiliki tujuan untuk membentuk peserta didik yang memiliki
tanggung jawab.
Tabel 4.12
Saya mengulangi atau mempelajari lagi materi pelajaran Baca Tulis
Al-Quran yang diberikan oleh guru.
Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase
a. Selalu 1 5 %
b. Kadang-kadang 19 95 %
c. Tidak pernah - -
Jumlah 20 100 %
Berdasarkan tabel tersebut siswa yang menjawab selalu sebanyak
5% dan kadang-kadang 95%. Hal ini, menunjukkan bahwa hampir semua
53
siswa memiliki sikap perduli terhadap materi-materi yang diberikan oleh
guru. Berkaitan hal tersebut, Mel Silberman berpendapat bahwa What I
hear, I forget. What I hear, see, and ask questions about or discuss with
someone else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and do, I
acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master. Apa yang
saya dengar, saya lupa. Apa yang saya dengar dan lihat, saya ingat sedikit.
Apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau ddiskusikan dengan
beberapa teman, saya mulai paham. Apa yang saya dengar, lihat,
diskusikan, dan lakukan, saya memperoleh pengetahuan dan keterampilan.
Apa yang saya ajarkan pada orang lain, saya menguasainya.
Selanjutnya penulis akan mendeskripsikan data terkait prestasi
belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ). Setela Penjelasan lebih terperinci
dapat dilihat di bawah ini:
Tabel 4.13
Data Penilaian Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran
No
No.
Responden
Aspek Penilaian
Jumlah
Nilai
Membaca
Mengartikan
Menghafal
Menulis
1
1 89 90 86 85 350
88
2
2 85 95 81 75 336
84
3
3 86 95 84 91 356
89
4
4 78 40 76 71 265
66
5
5 86 74 81 84 325
81
6
6 79 72 78 82 311
78
7
7 77 74 73 76 300
75
8
8 84 97 82 89 352
88
9
9 84 95 84 70 333
83
10
10 79 90 72 85 326
82
11
11 78 83 74 70 305
76
12
12 75 79 72 76 302
76
54
13
13 85 84 81 75 325
81
14
14 75 88 71 72 306
77
15
15 78 81 76 83 318
80
16
16 83 95 82 79 339
85
17
17 87 100 83 82 352
88
18
18 73 74 71 68 286
72
19
19 78 59 75 67 279
70
20
20 75 79 70 80 304
76
Selanjutnya penulis akan mendeskripsikan hasil prestasi belajar
Baca Tulis Al-Quran siswa, dalam setiap aspek penialain. Penjelasan lebih
terperinci dapat dilihat di bawah ini:
Responden nomor satu untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 89. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 27, kefasihan 26, dan tajwid 36. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 86. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 26, kefasihan 25, dan tajwid 35. Penilaian aspek mengartikan
ayat-ayat Al-Quran mendapatkan nilai 90. Penilaian aspek keterampilan
menulis mendapatkan nilai 85. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kebenaran 23, bentuk 22, dan kerapian 40. Berdasarkan data tersebut
siswa sangat menguasai kompetensi mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran.
Hal ini, terbukti baik teori maupun keterampilan, siswa tersebut telah
menguasainya dengan mendapatkan nilai akhir 88.
Responden nomor dua untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 85. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 25, kefasihan 26, dan tajwid 34. Penilaian aspek keterampilan
menghafal mendapatkan nilai 81. Hal tersebut didapatkan berdasarkan
skor: kelancaran 25, kefasihan 24, dan tajwid 32. Penilaian aspek
mengartikan mendapatkan nilai 95. Penilaian aspek keterampilan menulis
mendapatkan nilai 75. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kebenaran 20, bentuk 20, dan kerapian 35. Berdasarkan data tersebut
siswa sangat menguasai kompetensi mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran
55
pada aspek membaca, mengartikan, dan menghafal. Akan tetapi pada
aspek keterampilan menulis perlu ditingkatkan lagi.
Responden nomor tiga untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 86. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 26, kefasihan 25, dan tajwid 35. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 25, kefasihan 24, dan tajwid 35. penilaian aspek mengartikan
95. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor yang didapat berjumlah 41.
Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan nilai 91. Hal tersebut
didapatkan berdasarkan skor: kebenaran 23, bentuk 23, dan kerapian 45.
Berdasarkan data tersebut siswa sangat mengusai kompetensi mata
pelajaran Baca Tulis Al-Quran baik teori maupun keterampilan. Hal ini,
terbukti siswa tersebut mendapatkan nilai akhir 89.
Responden nomor empat untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 23, kefasihan 24, dan tajwid 31. Responden nomor empat
untuk penilaian aspek menghafal mendapatkan nilai 76. Hal tersebut
didapatkan berdasarkan skor: kelancaran 24, kefasihan 22, dan tajwid 30.
Responden nomor empat untuk penilaian aspek mengartikan mendapatkan
nilai 40. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor yang didapat
yaitu 17. Responden nomor empat untuk penilaian aspek keterampilan
menulis mendapatkan nilai 71. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kebenaran 18, bentuk 18, dan kerapian 35. Berdasarkan data tersebut siswa
belum menguasai kompetensi mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal
ini, terbukti siswa tersebut mendapatkan nilai akhir sebesar 66. Nilai
tersebut kurang dari kriteria ketuntasan minimal. Jika diamati, aspek yang
kurang dikuasai siswa yaitu terdapat pada aspek mengartikan.
Responden nomor lima untuk penilaian aspek membaca
mendapatkan nilai 86. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 25, kefasihan 26, dan tajwid 35. Penilaian aspek menghafal
56
mendapatkan nilai 81. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 24, kefasihan 23, dan tajwid 34. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 74. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 32. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor: kebenaran 20, bentuk
22, dan kerapian 42. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat mengusai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
dengan nilai akhir yang didapat yaitu 81. Akan tetapi untuk aspek
mengartikan agar ditingkatkan lagi, karena dari empat aspek yang diujikan
hanya aspek mengartikan saja yang nilainya paling rendah.
Responden nomor enam untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 79. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 24, kefasihan 25, dan tajwid 30. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 23, kefasihan 24, dan tajwid 31. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 72. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 31. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 82. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk
22, dan kerapian 40. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup mengusai
kompetensi pada mata pelajaran baca tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
dengan nilai akhir yang didapat yaitu 78. Akan tetapi, perlu ditingkatkan
lagi pada aspek mengartikan, karena dari empat aspek yang diujikan aspek
tersebut yang memiliki nilai terendah.
Responden nomor tujuh untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 77. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 23, kefasihan 20, dan tajwid 34. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 73. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 21, kefasihan 20, dan tajwid 32. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 74. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 32. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 76. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk
20, dan kerapian 36. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup menguasai
57
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
dengan nilai akhir yang didapat yaitu 75. Akan tetapi, perlu ditingkatkan
lagi pada aspek mengahafal, karena dari empat aspek yang diujikan aspek
tersebut yang memiliki nilai terendah.
Responden nomor delapan untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 25, kefasihan 25, dan tajwid 34. penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 82. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 24, kefasihan 25, dan tajwid 33. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 97. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 42. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 89. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 23, bentuk
24, dan kerapian 42. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
semua aspek yang diujikan mendapatkan nilai yang sangat baik dan nilai
akhir yang didapatkan yaitu 88.
Responden nomor sembilan untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 24, kefasihan 26, dan tajwid 34. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 26, kefasihan 24, dan tajwid 34. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 95. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 41. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 70. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 18, bentuk
18, dan kerapian 34. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
siswa tersebut mendapatkan nilai akhir yaitu 83. Akan tetapi, untuk
keterampilan menulis perlu ditingkatkan lagi, karena dari empat aspek
yang diujikan aspek tersebut yang mendapatkan nilai terendah yaitu 70.
Responden nomor 10 untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 79. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
58
kelancaran 24, kefasihan 24, dan tajwid 31. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 72. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 22, kefasihan 21, dan tajwid 29. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 90. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 39. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 85. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 23, bentuk
22, dan kerapian 40. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
siswa tersebut mendapatkan nilai akhir yaitu 82. Akan tetapi, untuk
kemampuan menghafal perlu ditingkatkan lagi, karena dari empat aspek
yang diujikan aspek tersebut yang mendapatkan nilai terendah yaitu 72.
Responden nomor 11 untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 23, kefasihan 22, dan tajwid 32. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 74. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 22, kefasihan 21, dan tajwid 31. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 83. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 36. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 70. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 18, bentuk
17, dan kerapian 35. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
siswa tersebut mendapatkan nilai akhir yaitu 76. Sebaiknya siswa tersebut
perlu meningkatkan intensitas belajar, khususnya pada aspek keterampilan
membaca, menulis, dan menghafal. Karena ketiga aspek tersebut yang
mendapatkan nilai cukup baik yaitu 78, 70, dan 74.
Penilaian aspek keterampilan membaca mendapatkan nilai 75. Hal
tersebut didapatkan berdasarkan skor: kelancaran 23, kefasihan 22, dan
tajwid 30. Penilaian aspek menghafal mendapatkan nilai 72. Hal tersebut
didapatkan berdasarkan skor: kelancaran 21, kefasihan 22, dan tajwid 29.
Penilaian aspek mengartikan mendapatkan nilai 79. Hal tersebut
didapatkan berdasarkan jumlah skor yang didapat yaitu 34. Penilaian
aspek keterampilan menulis mendapatkan nilai 76. Hal tersebut didapatkan
59
berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk 20, dan kerapian 36. Berdasarkan
data tersebut, siswa cukup menguasai kompetensi pada mata pelajaran
Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti siswa tersebut mendapatkan ilai
akhir yaitu 76. Sebaiknya siswa tersebut perlu meningkatkan intensitas
belajar, khususnya pada aspek keterampilan membaca, menulis,
danmenghafal. Karena ketiga aspek tersebut yang mendapatkan nilai
cukup baik yaitu 75, 76, dan 72.
Responden nomor 13 untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 85. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 25, kefasihan 25, dan tajwid 35. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 81. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 24, kefasihan 23, dan tajwid 34. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 84. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 36. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 75. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk
20, dan kerapian 35. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran dan memiliki
intensitas belajar yang baik. Hal ini, terbukti dengan nilai akhir yang
didapat yaitu 81. Akan tetapi, untuk aspek keterampilan menulis perlu
ditingkatkan kembali intensitas belajarnya. Karena aspek keterampilan ini
yang mendapatkan nilai terendah yaitu 75, dari empat aspek yang diujikan.
Responden nomor 14 untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 75. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 22, kefasihan 21, dan tajwid 32. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 71. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 20, kefasihan 21, dan tajwid 30. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 88. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 38. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 72. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 18, bentuk
20, dan kerapian 34. Berdasarkan data tersebut siswa cukup menguasai
pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti siswa tersebut
mendapatkan nilai akhir yaitu 77. Akan tetapi, perlu ditingkatkan kembali
60
intensitas belajar khusus untuk aspek keterampilan membaca, menulis, dan
menghafal. Karena ketiga aspek tersebut mendapatkan nilai 75, 72, dan 71.
Hal ini, menunjukkan bahwa kemampuan siswa terhadap penguasaan
ketiga aspek tersebut cukup baik.
Responden nomor 15 untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 23, kefasihan 23, dan tajwid 32. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 23, kefasihan 23, dan tajwid 30. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 81. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 35. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 83. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 22, bentuk
23, dan kerapian 38. Berdasarkan data tersebut, siswa sangat menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
siswa tersebut mendapatkan nilai akhir yaitu 80. Akan tetapi perlu
ditingkatkan kembali intensitas belajar khusus untuk aspek keterampilan
membaca dan menghafal. Karena dari empat aspek yang diujikan kedua
aspek tersebut yang mendapat nilai cukup rendah yaitu 78 dan 76.
Responden nomor 16 untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 83. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 25, kefasihan 24, dan tajwid 34. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 82. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 25, kefasihan 24, dan tajwid 33. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 95. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 41. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 79. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk
20, dan kerapian 39. Berdasarkan data tersebut siswa sangat menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
siswa tersebut mendapatkan nilai akhir yaitu 85. Akan tetapi perlu
ditingkatkan kembali intensitas belajar khusus aspek keterampilan
menulis. Karena dari empat aspek yang diujikan aspek tersebut yang
mendapatkan nilai cukup rendah yaitu 79.
61
Responden nomor 17 untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 87. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 25, kefasihan 26, dan tajwid 36. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 83. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 24, kefasihan 25, dan tajwid 34. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 100. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 41. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 82. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk
22, dan kerapian 40. Berdasarkan data tersebut siswa sangat menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini terbukti
dengan nilai akhir yang didapatkan yaitu 88.
Responden nomor 18 untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 73. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 22, kefasihan 21, dan tajwid 30. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 71. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 20, kefasihan 21, dan tajwid 30. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 74. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 32. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 68. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 18, bentuk
16, dan kerapian 34. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
dengan nilai akhir yang didapat 72. Jika dibandingkan dengan nilai siswa
lainnya. Siswa ini, berada diurutan ketiga terakhir. Oleh karena itu, siswa
perlu meningkatkan kembali intensitas belajar pada keempat aspek
tersebut..
Responden nomor 19 untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 78. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 24, kefasihan 23, dan tajwid 31. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 75. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 22, kefasihan 23, dan tajwid 30. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 59. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 24. Penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
62
nilai 67. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 16, bentuk
17, dan kerapian 34. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
dengan nilai akhir yang didapat 70. Jika dibandingkan dengan nilai siswa
lainnya. Siswa ini, berada diurutan kedua terakhir. Oleh karena itu, siswa
perlu meningkatkan kembali intensitas belajar pada keempat aspek
tersebut.
Responden nomor 20 untuk penilaian aspek keterampilan
membaca mendapatkan nilai 75. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 23, kefasihan 22, dan tajwid 30. Penilaian aspek menghafal
mendapatkan nilai 70. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor:
kelancaran 21, kefasihan 20, dan tajwid 29. Penilaian aspek mengartikan
mendapatkan nilai 79. Hal tersebut didapatkan berdasarkan jumlah skor
yang didapat yaitu 34. penilaian aspek keterampilan menulis mendapatkan
nilai 80. Hal tersebut didapatkan berdasarkan skor kebenaran 20, bentuk
20, dan kerapian 40. Berdasarkan data tersebut, siswa cukup menguasai
kompetensi pada mata pelajaran Baca Tulis Al-Quran. Hal ini, terbukti
dengan nilai akhir yang didapat 76. Akan tetapi, perlu ditingkatkan
kempali intensitas belajar pada aspek keterampilan membaca,
mengartikan, dan menghafal. Karena dari empat aspek yang diujikan,
aspek tersebut mendapatkan nilai cukup rendah.
C. Pengujian Persyaratan Analisis dan Pengujian Hipotesis
Setelah data kuesioner dan prestasi bwlajar Baca Tulis Al-Quran
terkumpul. Selanjutnya penulis melakukan uji validitas dan reliabilitas
terhadap data tresebut. Penjelasan lebih terperinci dapat dilihat di bawah
ini:
63
Tabel 4.14
Uji Validitas Kuesioner
No
Reponden
No Angket Jumlah
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1
1
3
3
1
2
2
2
2
3
2
2
22
2
2
3
3
2
2
1
2
2
3
3
2
23
3
3
3
3
1
2
1
2
2
3
3
3
23
4
4
3
2
1
2
1
1
1
2
2
2
17
5
5
3
3
1
2
1
2
1
3
3
2
21
6
6
3
3
2
1
0
2
1
2
2
2
18
7
7
3
3
2
1
0
1
1
3
2
2
18
8
8
3
3
1
2
1
2
2
3
2
2
21
9
9
3
3
3
2
1
2
1
3
3
2
23
10
10
3
3
1
2
1
2
1
2
2
2
19
11
11
2
2
1
2
1
2
1
3
2
2
18
12
12
2
3
1
2
1
1
2
3
2
2
19
13
13
3
3
1
2
2
1
1
3
3
2
21
14
14
2
3
1
2
1
1
1
3
2
2
18
15
15
3
3
1
2
1
1
1
3
3
2
20
16
16
3
3
2
2
1
2
2
3
3
2
23
17
17
3
3
1
3
1
2
1
3
2
2
21
18
18
3
3
2
2
1
1
1
1
2
2
18
19
19
3
3
1
2
1
2
1
2
2
2
19
20
20
2
3
1
2
1
1
1
3
2
2
18
21
r Hitung
0,438
0,417
0,262
0,325
0,391
0,561
0,600
0,494
0,734
0,344
22
t Hitung
3,121
3,013
2,251
2,560
2,884
3,841
4,109
3,429
5,350
2,651
23 t Tabel (95%)
1,734
1,734
1,734
1,734
1,734
1,734
1,734
1,734
1,734
1,734
24
Keterangan
Valid
valid
Valid
Valid
valid
Valid
valid
valid
valid
Valid
64
Tabel 4.15
Uji Reliabilitas Kuesioner
No
No.
Responden
No. Angket Ganjil
jumlah
No
No.
Responden
No. Angket Genap
jumlah
1 3 5 7 9 2 4 6 8 10
1 1 3 1 2 2 2 10 1 1 3 2 2 3 2 12
2 2 3 2 1 2 3 11 2 2 3 2 2 3 2 12
3 3 3 1 1 2 3 10 3 3 3 2 2 3 3 13
4 4 3 1 1 1 2 8 4 4 2 2 1 2 2 9
5 5 3 1 1 1 3 9 5 5 3 2 2 3 2 12
6 6 3 2 0 1 2 8 6 6 3 1 2 2 2 10
7 7 3 2 0 1 2 8 7 7 3 1 1 3 2 10
8 8 3 1 1 2 2 9 8 8 3 2 2 3 2 12
9 9 3 3 1 1 3 11 9 9 3 2 2 3 2 12
10 10 3 1 1 1 2 8 10 10 3 2 2 2 2 11
11 11 2 1 1 1 2 7 11 11 2 2 2 3 2 11
12 12 2 1 1 2 2 8 12 12 3 2 1 3 2 11
13 13 3 1 2 1 3 10 13 13 3 2 1 3 2 11
14 14 2 1 1 1 2 7 14 14 3 2 1 3 2 11
15 15 3 1 1 1 3 9 15 15 3 2 1 3 2 11
16 16 3 2 1 2 3 11 16 16 3 2 2 3 2 12
17 17 3 1 1 1 2 8 17 17 3 3 2 3 2 13
18 18 3 2 1 1 2 9 18 18 3 2 1 1 2 9
19 19 3 1 1 1 2 8 19 19 3 2 2 2 2 11
20 20 2 1 1 1 2 7 20 20 3 2 1 3 2 11
Penulis dalam melakukan perhiungan uji reliabilitas yaitu dengan
cara pembelahan ganjil-genap atas butir-butir angket. Selanjutnya didapat r
hitung sebesar 0, 597 kemudian dibandingkan dengan r tabel sebesar
0,468. Nilai r tabel didapat berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
65
df = N-Nr
= 20-2
= 18
5% = 0,468
Penulis mendapatkan perbandingan antara r hitung dengan r tabel
yaitu r hitung (0,597) > r tabel (0,468). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan angket tersebut reliabilitas, karena r hitung lebih besar dari
pada r tabel.
Tabel 4.16
Uji Validitas Aspek Penilaian Prestasi Belajar Baca Tulis Quran
No
No.
Responden
Aspek Penilaian
Jumlah
Nilai
Membaca
Mengartikan
Menghafal
Menulis
1 1 89 90 86 85 350 88
2 2 85 95 81 75 336 84
3 3 86 95 84 91 356 89
4 4 78 40 76 71 265 66
5 5 86 74 81 84 325 81
6 6 79 72 78 82 311 78
7 7 77 74 73 76 300 75
8 8 84 97 82 89 352 88
9 9 84 95 84 70 333 83
10 10 79 90 72 85 326 82
11 11 78 83 74 70 305 76
12 12 75 79 72 76 302 76
13 13 85 84 81 75 325 81
14 14 75 88 71 72 306 77
15 15 78 81 76 83 318 80
16 16 83 95 82 79 339 85
17 17 87 100 83 82 352 88
18 18 73 74 71 68 286 72
19 19 78 59 75 67 279 70
20 20 75 79 70 80 304 76
21 r Hitung 0,805 0,879 0,755 0,718
66
22 t Hitung 6,422 8,336 5,617 5,162
23
t Tabel (95%)
1,734
1,734
1,734
1,734
24 Keterangan VALID VALID VALID VALID
Tabel 4.17
Uji Reliabilitas Aspek Penilaian Prestasi Belajar Baca Tulis Al-Quran
No
No.
Responden
No. Ganjil
Jumlah
No
No.
Responden
No. Genap
Jumlah
1
3
2
4
1
1
89
86
175
1
1
90
85
175
2
2
85
81
166
2
2
95
75
170
3
3
86
84
170
3
3
95
91
186
4
4
78
76
154
4
4
40
71
111
5
5
86
81
167
5
5
74
84
158
6
6
79
78
157
6
6
72
82
154
7
7
77
73
150
7
7
74
76
150
8
8
84
82
166
8
8
97
89
186
9
9
84
84
168
9
9
95
70
165
10
10
79
72
151
10
10
90
85
175
11
11
78
74
152
11
11
83
70
153
12
12
75
72
147
12
12
79
76
155
13
13
85
81
166
13
13
84
75
159
14
14
75
71
146
14
14
88
72
160
15
15
78
76
154
15
15
81
83
164
16
16
83
82
165
16
16
95
79
174
17
17
87
83
170
17
17
100
82
182
67
18
18
73
71
144
18
18
74
68
142
19
19
78
75
153
19
19
59
67
126
20
20
75
70
145
20
20
79
80
159
Penulis dalam melakukan perhiungan uji reliabilitas yaitu dengan
cara pembelahan ganjil-genap atas butir-butir angket. Selanjutnya didapat r
hitung sebesar 0,710 kemudian dibandingkan dengan r tabel sebesar 0,468.
Nilai r tabel didapat berdasarkan perhitungan sebagai berikut:
df = N-Nr
= 20-2
= 18
5% = 0,468
Penulis mendapatkan perbandingan antara r hitung dengan r tabel
yaitu r hitung (0,710) > r tabel (0,468). Oleh karena itu, dapat
disimpulkan aspek penilaian prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran (BTQ)
memiliki reliabilitas.
Selanjutnya untuk menguji apakah ada hubungan antara intensitas
belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-Quran
siswa. Penulis dalam melakukan pengujian menggunakan rumus korelasi
product moment, dengan langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama penulis menyajikan data intensitas belajar membaca Al-
Quran. Penulis mendapatkan data tersebut berdasarkan tes kuesioner.
Selanjutnya untuk penjelasan lebih terperinci dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
68
Tabel 4.18
Data Kuesioner
No
Reponden No Angket
Jumlah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
1 1 3 3 1 2 2 2 2 3 2 2 22
2 2 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 23
3 3 3 3 1 2 1 2 2 3 3 3 23
4 4 3 2 1 2 1 1 1 2 2 2 17
5 5 3 3 1 2 1 2 1 3 3 2 21
6 6 3 3 2 1 1 2 1 2 2 2 18
7 7 3 3 2 1 1 1 1 3 2 2 18
8 8 3 3 1 2 1 2 2 3 2 2 21
9 9 3 3 3 2 1 2 1 3 3 2 23
10 10 3 3 1 2 1 2 1 2 2 2 19
11 11 2 2 1 2 1 2 1 3 2 2 18
12 12 2 3 1 2 1 1 2 3 2 2 19
13 13 3 3 1 2 2 1 1 3 3 2 21
14 14 2 3 1 2 1 1 1 3 2 2 18
15 15 3 3 1 2 1 1 1 3 3 2 20
16 16 3 3 2 2 1 2 2 3 3 2 23
17 17 3 3 1 3 1 2 1 3 2 2 21
18 18 3 3 2 2 1 1 1 1 2 2 18
19 19 3 3 1 2 1 2 1 2 2 2 19
20 20 2 3 1 2 1 1 1 3 2 2 18
Selanjutnya penulis menampilkan prestasi belajar baca tulis Al-
Quran siswa. Penulis mendapatkan data tersebut berdasarkan tes dengan
empat aspek yaitu, membaca, menghafal, mengartikan, dan menulis ayat-
ayat Al-Quran. Selanjutnya untuk penjelasan lebih terperinci dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
69
Tabel 4.19
Data Prestasi Belajar
No
Nomor
Responden
Aspek Penilaian
Jumlah
Nilai Membaca
Mengartikan
Menghafal
Menulis
1 1 89 90 86 85 350 88
2
2 85 95 81 75 336
84
3 3 86 95 84 91 356 89
4 4 78 40 76 71 265 66
5 5 86 74 81 84 325 81
6 6 79 72 78 82 311 78
7 7 77 74 73 76 300 75
8
8 84 97 82 89 352
88
9 9 84 95 84 70 333 83
10 10 79 90 72 85 326 82
11 11 78 83 74 70 305 76
12 12 75 79 72 76 302 76
13 13 85 84 81 75 325 81
14
14 75 88 71 72 306
77
15 15 78 81 76 83 318 80
16 16 83 95 82 79 339 85
17 17 87 100 83 82 352 88
18 18 73 74 71 68 286 72
19 19 78 59 75 67 279 70
20
20 75 79 70 80 304
76
Kemudian data yang terdapat pada tabel hasil tes kuesioner dan
prestasi belajar baca tulis Al-Quran dimasukkan ke dalam tabel
perhitungan. Hal ini, bertujuan untuk memperoleh angka indeks korelasi
intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-
Quran siswa. Selanjutnya untuk penjelasan lebih terperinci dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:
70
Tabel 4.20
Perhitungan Variabel (X) dan (Y)
No Nomor
Responden Angket
(X) Prestasi
BTQ (Y)
X.Y 2 X Y
2
1
1
22
88
1936
484
7744
2
2
23
84
1932
529
7056
3
3
23
89
2047
529
7921
4
4
17
66
1188
324
4356
5
5
21
81
1701
441
6561
6
6
18
78
1482
361
6084
7
7
18
75
1425
361
5625
8
8
21
88
1848
441
7744
9
9
23
83
1909
529
6889
10
10
19
82
1558
361
6724
11
11
18
76
1368
324
5776
12
12
19
76
1444
361
5776
13
13
21
81
1701
441
6561
14
14
18
77
1386
324
5929
15
15
20
80
1600
400
6400
16
16
23
85
1955
529
7225
17
17
21
88
1848
441
7744
18
18
18
72
1296
324
5184
19
19
19
70
1330
361
4900
20
20
18
76
1368
324
5776
N = 20
∑X= 400 ∑Y= 1595
∑X.Y= 32103 ∑X2
=8080 ∑Y2
=127975
71
Setelah data-data tersebut diperoleh, selanjutnya penulis mengolah
data tersebut. Hal ini, bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya
korelasi intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi belajar baca
tulis Al-Quran serta mengetahui kuat atau lemahnya hubungan tersebut.
Adapun koefisiennya adalah sebagai berikut:
N = 20
∑X = 400
∑Y = 1.595
∑X.Y = 32.103
∑X2
= 8.080
∑Y2
= 127.975
r nXY (X )(Y )
xy
rxy =
{n X 2 ( X )
2 }{nY
2 (Y )
2 }
rxy =
rxy =
rxy =
rxy =
rxy = 0,82
72
D. Pembahasan Hasil Penelitian
Selanjutnya untuk menguji hipotesis alternatif dan hipotesis nihil.
Oleh karean itu, dilakukan dengan cara membandingkan “r” pada tabel
product moment terlebih dahulu merumuskan hipotesis alternatif dan
hipotesis nihil yaitu:
Ha : terdapat hubungan antara variabel X dengan Y.
Ho : tidak terdapat hubungan antara variabel X dengan Y.
Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:
df = N – nr
= 20 – 2
= 18
5% = 0,468
Dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata
dengan df sebesar 18 dan pada taraf signifikansi 5% diperoleh 0,468. Hal
ini, menunjukkan bahwa r tabel pada taraf signifikansi 5% lebih kecil dari
pada r hitung (0,468<0,820). Oleh karena itu, pada taraf signifikansi 5%
hipotesis nihil ditolak dan hipotesis alternatif diterima. Hal ini,
menunjukkan bahwa pada taraf signifikansi 5% terdapat korelasi yang
signifikan antara variabel X dan Y. Oleh karena, r hitung yang didapat,
terdapat pada rentang 0,70-0,90. Hal ini, menunjukkan bahwa variabel X
dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi.
Simpulan yang diperoleh yaitu antara intensitas belajar membaca
Al-Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-Quran berbanding lurus.
Hal ini, menunjukkan bahwa semakin intensif siswa dalam mengikuti
kegiatan belajar membaca Al-Quran maka prestasi belajar baca tulis Al-
Quran akan meningkat dan sebaliknya.
E. Keterbatasan Penelitian
Keterbatasan penelitian ini, antara lain yaitu:
1. Penelitian ini, hanya meneliti keadaan intensitas belajar siswa,
prestasi siswa, korelasi antara intensitas belajar membaca Al-
Quran dengan prestasi belajar baca tulis Al-Quran siswa kelas VII
73
SMP Bahrul Maghfiroh Kota Tangerang Selatan, dan keadaan
hubungan korelasi tersebut. Oleh karena itu, penelitian ini, tidak
sampai pada tahap perbaikan prestasi belajar siswa.
2. Penelitian ini, melibatkan populasi yang sangat sedikit yaitu 20
siswa. Oleh karena itu, hasilnya belum dapat digeneralisasikan
pada kelompok populasi dengan jumlah yang besar.
3. Sulitnya menemukan Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang
berada di bawah lembaga pendidikan berbasis pondok pesantren,
khususnya di daerah Kota Tangerang Selatan.
74
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan penelitian dan pembahasan yang telah penulis
lakukan di bagian sebelumnya. Oleh karena itu, terdapat beberapa
simpulan yaitu:
1. Intensitas belajar membaca Al-Quran yang dilakukan oleh siswa kelas
VII SMP Bahrul Maghfiroh tergolong intensif. Hal ini, terbukti
sembilan siswa memiliki kategori intensitas baik dan 11siswa memiliki
kategori intensitas cukup baik.
2. Prestasi belajar baca tulis Al-Quran siswa VII SMP Bahrul Maghfiroh
tergolong baik. Hal ini, terbukti hampir sebagian besar nilai siswa di
atas KKM.
3. Terdapat hubungan antara intensitas belajar membaca Al-Quran dengan
prestasi belajar baca tulis Al-Quran siswa kelas VII SMP Bahrul
Maghfiroh. Hal ini, terbukti bahwa r hitung lebih besar dari pada r
tabel.
4. Hubungan antara intensitas belajar membaca Al-Quran dengan prestasi
belajar baca tulis Al-Quran siswa kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh
sangat kuat atau tinggi. Hal ini, terbukti r hitung yang didapat, terdapat
pada rentang 0,70 – 0,90. Maksudnya yaitu semakin intensif siswa
belajar membaca Al-Quran maka prestasi belajar Baca Tulis Al-Quran
(BTQ) akan semakin baik pula.
B. Implikasi
Hasil penelitian tentang hubungan antara intensitas belajar membaca Al-
Quran dengan prestasi belajara baca tulis Al-Quran merupakan bukti
ilmiah akan pentingnya intensitas belajar membaca Al-Quran. Intensitas
membaca Al-Quran dapat bermanfaat untuk meningkatakan prestasi
belajar baca tulis Al-Quran siswa.
75
C. Saran
1. Penulis menyarankan kepada siswa sebaiknya siswa konsisten terhadap
kegiatan belajar membaca Al-Quran. Karena kegiatan tersebut, sangat
membantu siswa dalam kegiatan belajar baca tulis Al-Quran di sekolah.
2. Penulis menyarankan kepada guru sebaiknya menyesuaikan alat
evaluasi pembelajaran dengan materi khususnya pada mata pelajaran
baca tulis Al-Quran, agar terungkapnya kemampuan siswa.
3. Penulis menyarankan kepada orang tua murid dan masyaraka,
hendaknya memantau proses pembelajaran siswa khususnya pada mata
pelajaran baca tulis Al-Quran, jangan sampai pembelajaran hanya di
sekolah saja.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Nur. Korelasi antara Minat Belajar PAI dan Perilaku Keberagaman Siswa di
SMKN 04 Kendal. Semarang: IAIN Walisongo, 2010.
Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran. Psikologi Kenabian Memahami Eksistensi Kecerdasan
Kenabian. Yoyakarta: Daristy, 2006.
Al-Qattan, Manna Khalil. Studi Ilmu-Ilmu Quran. Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa,
2011.
Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam Tinjauan Teoritis dan Praktis Berdasarkan
Pendekatan Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009.
Arifin, Zainal. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2012.
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta 2010.
Bayanudin, Abay, dkk. Pendidikan Agama Islam Baca Tulis Al-Quran (BTQ) untuk
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Kelas VII Semester Ganjil. Jakarta: Duta
Karya Ilmu, 2011.
Burhanuddin, Yusak. Kesehatan Mental. Bandung: Pustaka Setia, 1999.
Departemen Agama RI. Al-Quran dan Terjemahannya. Jakarta: Penyelenggara
Penerjemah Al-Quran, 2005.
Dimiyati dan Mudjiono. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta, 2009.
Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,
2009.
Fitriyah, Mahmudah dan Gani, Ramlan Abdul. Disiplin Berbahasa Indonesia. Jakarta:
FITK Press, 2011.
Hamalik, Oeamar. Dasar-Dasar Penegmbangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2009.
. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara, 2012.
Iska, Zikri Neni. Perkembangan Peserta Didik Persepektif Psikologi. Jakarta; Kizi
Brother’s, 2011.
Jamalah, Nur. Pengaruh Pemberian Tugas Terhadap Intensitas Belajar Agama Siswa di
SMK Negeri Purwodadi Kab. Grobogan. Semarang: IAIN Walisongo, 2001.
Khalil, Rasyad Hasan. Tarikh Tasyri’ Sejarah Legislasi Hukum Islam. Jakarta: Amzah,
2011.
Muhaimin, dkk. Kawasan dan Wawasan Studi Islam. Jakarta: Kencana, 2007.
Musyafa, Al. Korelasi Belajar Penddidikan Agama Islam dan Perilaku Sosial Siswa
Kelas VIII SMPN 31 Semarang Tahun 2009/2010. Semarang: IAIN Walisongo,
2010.
Munadi, Yudi. Media Pemblajaran sebuah Pendekatan Baru. Jakarta: Gaung Persada
Press, 2012.
Munandar, Utami. Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta: PT
Gramedia Widiasarana Indonesia, 1999.
N.K, Roestiyah. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta, 2005.
Purwanto, Ngalim. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 2003.
Sabri, H.M Alisuf. Ilmu Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999.
Shabir, Muslish. Trejemahan Riyadhus Shalihin II. Semarang: PT Karya Toha Putra,
2004.
Shihab, Quraish. Membumikan Al-Quran. Bandung: Mizan, 1999.
Shidiq, Sapiudin. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana, 2011.
Silbermen, Mel. Active Learning 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Yogyakarta:
Yayasan Pengkajian dan Pengembangan Ilmu-Ilmu Pendidikan Islam, 2002.
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2011.
Syarifudin, Tatang. Landasan Pendidikan. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan
Islam Departemen Agama Republik Indonesia, 2009.
Tarigan, Henry Guntur. Membaca sebagai suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa, 1979.
Thobroni, Muhammad dan Mustofa, Arif. Belajar dan Pembelajaran Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran dalam Pembangunan Nasional. Yogyakarta:
Ar-Rizzmedia, 2011.
UJI REFERENSI
Nama : Agung Setiawan
NIM : 18100110000010
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Judul Skripsi :Hubungan Antara Intensitas Belajar Membaca
Al-Quran dengan Prestasi Belajar Baca Tulis Al-
Quran Siswa Kelas VII SMP Bahrul Maghfiroh
Kota Tangerang Selatan Tahun Pelajaran
2013/2014
Dosen Pembimbing : Abdul Gofur, M.A
No
Nama Buku
Bab No. Foot
Note
Hlm
Paraf
1
Adz-Dzakiey, Hamdani Bakran.
Psikologi Kenabian Memahami
Eksistensi Kecerdasan Kenabian.
Yoyakarta: Daristy, 2006.
II
15
15
2
Al-Qattan, Manna Khalil. Studi
Ilmu-Ilmu Quran. Bogor: Pustaka
Litera Antar Nusa, 2011.
I
1
1
3
Arifin, H.M. Ilmu Pendidikan Islam
Tinjauan Teoritis dan Praktis
Berdasarkan Pendekatan
Interdisipliner. Jakarta: PT Bumi
Aksara, 2009.
II
16
16
4
Arifin, Zainal. Evaluasi
Pembelajaran. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 2012.
II
23, 27
23, 25
5
Arikunto, Suharsimi. Dasar-Dasar
Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi
Aksara, 2009.
III
4
32
6
Arikunto, Suharsimi. Manajemen
Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta,
2005
III
2
31
7
Arikunto, Suharsimi. Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
2010.
III
3
31
8
Bayanudin, Abay, dkk. Pendidikan
Agama Islam Baca Tulis Al-Quran
(BTQ) untuk Sekolah Menengah
Pertama (SMP) Kelas VII Semester
Ganjil. Jakarta: Duta Karya Ilmu,
2011.
II
29
15
9
Burhanuddin, Yusak. Kesehatan
Mental. Bandung: Pustaka Setia,
1999.
II
14
15
10
Departemen Agama RI. Al-Quran
dan Terjemahannya. Jakarta:
Penyelenggara Penerjemah Al-
Quran, 2005.
I
2
2
11
Dimiyati dan Mudjiono. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka
Cipta, 2009.
II
25
23
12
Endarmoko, Eko. Tesaurus Bahasa
Indonesia. Jakarta: PT Gramedia
Pustaka Utama, 2009.
II
1
7
13
Fitriyah, Mahmudah dan Gani,
Ramlan Abdul. Disiplin Berbahasa
Indonesia. Jakarta: FITK Press,
2011.
II
7
11
14
Hamalik, Oeamar. Dasar-Dasar
Penegmbangan Kurikulum.
Bandung: PT Remaja Rosda Karya,
2009.
II
4
10
15
Hamalik, Oemar. Kurikulum dan
Pembelajaran. Jakarta: Bumi
Aksara, 2012.
II
2
7
16
Iska, Zikri Neni. Perkembangan
Peserta Didik Persepektif
Psikologi. Jakarta: Kizi Brother’s,
2011.
II
13
14
17
Khalil, Rasyad Hasan. Tarikh
Tasyri’ Sejarah Legislasi Hukum
Islam. Jakarta: Amzah, 2011.
II
9
11
18
Muhaimin, dkk. Kawasan dan
Wawasan Studi Islam. Jakarta:
Kencana, 2007.
I
1
1
19
Munadi, Yudi. Media Pemblajaran
sebuah Pendekatan Baru. Jakarta:
Gaung Persada Press, 2012.
II
19
18
20
Munandar, Utami.
Mengembangkan Bakat dan
Kreativitas Anak Sekolah. Jakarta:
PT Gramedia Widiasarana
Indonesia, 1999.
II
24
23
21
N.K, Roestiyah. Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta,
2005.
II
11
13
22
Purwanto, Ngalim. Psikologi
Pendidikan. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya, 2003.
II
3, 12, 17
8, 13, 16
23
Sabri, H.M Alisuf. Ilmu
Pendidikan. Jakarta: CV Pedoman
Ilmu Jaya, 1999.
II
18, 21
17, 22
24
Shabir, Muslish. Trejemahan
Riyadhus Shalihin II. Semarang: PT
Karya Toha Putra, 2004.
I
3
3
25 Shihab, Quraish. Membumikan Al-
Quran. Bandung: Mizan, 1999.
I
1
1
26 Shidiq, Sapiudin. Ushul Fiqh.
Jakarta: Kencana, 2011.
II
10
12
27
Silbermen, Mel. Active Learning
101 Strategi Pembelajaran Aktif.
Yogyakarta: Yayasan Pengkajian
dan Pengembangan Ilmu-Ilmu
Pendidikan Islam, 2002.
II
5
10
28
Sudijono, Anas. Pengantar Statistik
Pendidikan. Jakarta: PT Raja
Grafindo Persada, 2011.
III
1
30
29
Syarifudin, Tatang. Landasan
Pendidikan. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam
Departemen Agama Republik
Indonesia, 2009.
II
20
20
30
Tarigan, Henry Guntur. Membaca
sebagai suatu Keterampilan
Berbahasa. Bandung: Angkasa,
1979.
II
8
11
31
Thobroni, Muhammad dan
Mustofa, Arif. Belajar dan
Pembelajaran Pengembangan
Wacana dan Praktik Pembelajaran
dalam Pembangunan Nasional.
Yogyakarta: Ar-Rizzmedia, 2011.
II
6, 26
11, 24
32
Abidin, Nur. Korelasi antara Minat
Belaja PAI dan Perilaku
Keberagaman Siswa di SMKN 04
Kendal. Semarang: IAIN
Walisongo, 2010.
II
31
27
33
Musyafa, Al. Korelasi Belajar
Penddidikan Agama Islam dan
Perilaku Sosial Siswa Kelas VIII
SMPN 31 Semarang Tahun
2009/2010. Semarang: IAIN
Walisongo, 2010.
II
32
28
34
Jamalah, Nur. Pengaruh Pemberian
Tugas Terhadap Intensitas Belajar
Agama Siswa di SMK Negeri
Purwodadi Kab. Grobogan.
Semarang: IAIN Walisongo, 2001.
II
30
27
Jakarta, 29 Juni 2014
Pembimbing Skripsi
Abdul Gofur, M.A
NIP.150282506
top related