konsep prilaku
Post on 16-Jul-2015
151 Views
Preview:
TRANSCRIPT
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 1/23
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Konsep Perilaku
Dari segi biologis, perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme
(makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu dari sudut pandang biologis
semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan
manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing.
Sehingga yang bermaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan
atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas
antara lain: berbicara, berjalan, menangis, tertawa, kuliah, menulis, membaca dan
sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan perilaku
adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung,
maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar (Soekidjo, 2003).
Menurut Blum (1974) dalam Soekidjo (2003) mengemukakan bahwa perilaku
merupakan faktor yang dominan mempengaruhi kesehatan setelah lingkungan,
dimana perilaku selalu berperan dalam lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial
maupun sosial budaya dan kemudian baru ditunjang oleh tersedianya fasilitas
kesehatan yang terjangkau oleh masyarakat, dan terakhir adalah faktor keturunan,
dimana faktor ini erat kaitannya dengan gen yang diturunkan terhadap individu.
Blum (1974) menambahkan bahwa dalam rangka meningkatkan kesehatan
masyarakat termasuk kepada orangtua yang ada anaknya mengalami penderita gizi
buruk, memerlukan intervensi dengan dua upaya yang saling bertentangan melalui :
8
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 2/23
9
1. Tekanan (Enforcement)
Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan baik adalah
cara tekanan, paksaan atau koersi (coertion). Upaya ini bisa dalam bentuk
undang-undang, peraturan-peraturan, intruksi-intruksi,tekanan-tekanan dan
sanksi-sanksi.
2. Edukasi (education)
Upaya agar masyarakat mau mengadopsi perilaku kesehatan dengan benar,
adalah dengan cara persuasi, bujukan, himbauan, ajakan, memberikan informasi,
memberikan kesedaran dan sebagainya. Seperti memberikan penyuluhan dan
pendidikan dan sebagainya.
Menurut Green (1980) dalam soekidjo (2003) kesehatan seseorang atau
masyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor, yakni faktor perilaku dan faktor diluar
perilaku. Selanjutnya perilaku itu sendiri terbentuk oleh 3 faktor sehingga dapat
mempengaruhi perilaku orangtua terhadap anak balita penderita gizi buruk
diantaranya di Kabupaten Aceh Barat daya, yaitu :
1. Faktor Predisposisi (Predisposing Factors) yang terwujud dalam pengetahuan,
sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya.
2. Faktor Pendukung (Enabling Factors) yang terwujud dalam lingkungan fisik,
tersedia atau tidak tersedianya fasilitas atau sarana kesehatan, seperti kontrasepsi
dan obat-obatan.
3. Faktor Pendorong (Reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku
petugas kesehatan ataupun petugas lainnya, merupakan kelompok referensi dari
perilaku masyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 3/23
10
Dapat disimpulkan bahwa perilaku seseorang atau masyarakat tentang
kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya
dari orangtua atau masyarakat yang bersangkutan. Ketersediaan fasilitas dan sikap
serta perilaku para petugas kesehatan, orangtua terhadap kesehatan anaknya dan
saling mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.
Dilihat dari sudut pandang WHO menganalisa sekaligus menambah argumen
Green bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena
adanya 4 faktor pokok dan alasannya yakni (Soekidjo, 2003) :
1. Pemikiran dan perasaan yakni dalam bentuk pengetahuan, persepsi, sikap,
kepercayaan-kepercayaan dan penilaian-penilaian seseorang terhadap objek :
Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.
Kepercayaan sering di peroleh dari orangtua , kakek atau nenek , dimana
seseorang itu menerima kepercayaan berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya
pembuktian terlebih dahulu.
Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek . Sikap
sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.
Sikap membuat seorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain.
2. Orang penting untuk referensi, apabila seseorang itu penting untuknya, maka apa
yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh seperti guru, ulama,
kepala desa dan orangtua.
3. Sumber-sumber daya yang mencakup fasilitas-fasilitas, uang, waktu, tenaga dan
sebagainya, semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok
masyarakat. Pengaruhnya terhadap perilaku bisa bersifat positif maupun negatif.
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 4/23
11
4. Perilaku normal, kebiasaan nilai dan sumber didalam suatu masyarakat akan
menghasilkan suatu pola hidup, yang pada umumnya disebut kebudayaan.
Perilaku yang normal adalah salah satu aspek kebudayaan dan selanjutnya
kebudayaan mempunyai pengaruh yang dalam terhadap perilaku.
2.1.1. Proses Adopsi Perilaku
Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa peilaku yang didasari oleh
pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh
pengetahuan. Penelitian Rogers (1974), mengungkapkan bahwa sebelum orang
mengadopsi perilaku baru (berperilaku baik), di dalam diri orang tersebut terjadi
proses yang berurutan yakni : kesadaran, interes, evaluasi, percobaan dan adopsi.
Namun demikian dalam penelitian lanjutan Roger (1983), telah menemukan
model baru dalam memperbaiki penelitiannnya proses perubahan perilaku terdahulu
dengan tiori yang di kenal “ Deffusion of innovation “ meliputi :
1. Knowledge (pengetahuan) terjadi bila individu (ataupun suatu unit perbuatan
keputusan lainnya) diekspos terhadap eksistensi inovasi dan memperoleh
pemahamannya.
2. Persuasion (Persuasi) terjadi bila suatu induvidu ( ataupun suatu unit keputusan
lainnya) suatu sikap mendukung atau tidak mendukung terhadap inovasi.
3. Decision (keputusan) terjadi bila individu (atau unit pembuat keputusan lainnya)
terlibat dalam berbagai aktivitas yang mengarah kepada pilihan untuk
menerapkan dan menolak inovasi.
4. Implementation (implementasi) terjadi bila individu (atau unit keputusan lainnya)
menggunakan inovasi.
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 5/23
12
5. Confirmation (komfirmasi) terjadi bila individu (atau unit pembuatan keputusan
lainnya) mencari dukungan atas keputusan inovasi yang sudah dibuat, akan tetapi
ia sendiri mungkin mencanangkan keputusan sebelumnya jika di arahkan terhadap
pesan-pesan yang menimbulkan konflik tentang inovasi tersebut.
Apabila penerimaan perilaku baru dan adopsi perilaku melalui proses seperti
ini, dimana didasari pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku
tersbut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku ini tidak
didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama
(Soekidjo, 2003).
2.2. Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui
panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan
raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga
(Soekidjo, 2003).
2.2.1. Tingakatan Pengetahuan di dalam Domain Kognitif
Pengetahuan yang dicapai di dalam domain kognitif mempunyai 5 tingkatan
yakni:
1. Tahu, diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali atau recall
terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan
yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat yang paling
rendah. Kata kerja bahwa untuk mengukur orang tahu tentang apa yang telah
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 6/23
13
dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan
dan sebagainya.
2.
Comprehension (memahami), Diartikan sebagai sesuatu untuk menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi
tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obejek atau materi harus
dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, memperkirakan dan
sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi, diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi atau kondisi riil atau sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode,
prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
4. Analisis, adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi
tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis tersebut
dapat dilihat dari penggunaan kata kerja.
5. Sintesis, menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam bentuk suatu keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi-
formulasi yang ada. Dan evaluasi, berkaitan dengan untuk melakukan justifikasi
atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-peniaian itu
berdasarkan suatu kriteria tersendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada (Soekidjo, 2003).
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 7/23
14
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penilaian atau
responden. Kedalaman pengetahuan orangtua yang ingin kita ketahui atau kita ukur
dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkat tersebut di atas.
2.3. Sikap
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang
terhadap suatu stimulasi atau objek. Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan
manifestasi sikap itu tidak dapat dilihat tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu
dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunujukkan konotasi adanya
kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari
merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb dalam
Soekidjo (2003), salah seorang ahli psikologi sosial menyatakan bahwa sikap itu
merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan
pelaksanaan motif tertentu. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek
di lingkungan tertentu sebagai penghayatan terhadap objek.
Ciri-ciri sikap adalah sebagai berikut :
1. Sikap seseorang tidak dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari
sepanjang perkembangan orang tersebut.
2. Sikap tidak berdiri sendiri melainkan senantiasa mengandung relasi terhadap suatu
objek. Dengan kata lain sikap terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa
berkenaan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.
3. Sikap dapat berubah-ubah oleh karena itu dipelajari oleh sebagian orangtua
sebaliknya.
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 8/23
15
4. Objek sikap dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan
kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap dapat berkenaan dengan satu objek saja
tetapi juga berkenaan dengan sederetan objek-objek yang serupa.
5. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah yang
membedakan sikap dengan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan
yang dimilki seseorang (Soekidjo, 2003).
2.3.1. Komponen Pokok Sikap
Dalam bagian lain Allport (1945) yang dikutip oleh Nurasiyah (2007),
menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yakni; kepercayaan
(keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek; kehidupan emosional atau evaluasi
terhadap suatu objek; kecendrungan untuk bertindak ( trend to behave ). Ketiga
komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude).
Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, berpikir, keyakinan, dan emosi
memegang peranan penting (Soekidjo, 2003).
Selanjutnya ciri-ciri sikap menurut WHO adalah :
1. Sikap akan terwujud di dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu.
2. Sikap akan ikut atau tidak diikuti oleh tindakan yang mengacu pada pengalaman
orang lain.
3. Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak
atau sedikitnya pada pengalaman seseorang.
4. Didalam suatu masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi
peggangan setiap orang dalam menyelenggarakan hidup bermasyarakat.
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 9/23
16
2.3.2. Berbagai Tingkatan Sikap
Sebagai halnya dengan pengetahuan sikap ini terdiri dari bebagai tingkatan
yakni :
1. Menerima (receiving), diartikan bahwa orang atau subjek mau dan
memperhatikan stimulus yang diberikan obyek.
2. Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan
menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap ini, karena
dengan suatu usaha untuk menjawab suatu pertanyaan atau mengerjakan tugas
yang diberikan terlepas pekerjaan itu benar atau salah adalah bahwa orang
menerima ide tersebut.
3. Menghargai (valuing), mengajak orng lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat ini.
4. Bertanggung jawab (responsible), betanggung jawab atas segala sesuatuyang
telah dipilihnya dengan segala resiko adalah merupakan sikap yang paling
tinggi dalam tingkatan sikap (Soekidjo, 2003).
Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung.
Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden
terhadap suatu objek.
2.3.3. Perubahan Sikap
Theory of Reasoned Action (TRA) pertama kali diperkenalkan pada tahun
1967 untuk melihat hubungan keyakinan, sikap, niat dan perilaku. Fishbein, 1967
mengembangkan TRA ini dengan sebuah usaha untuk melihat perubahan hubungan
sikap dan perilaku (Glanz, 2002).
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 10/23
17
Faktor yang paling penting dalam seseorang berperilaku adalah adanya niat.
Niat akan ditentukan oleh sikap seseorang. Kemudian sikap ditentukan oleh
keyakinan seseorang akibat dari tindakan yang akan dilakukan. Diukur dengan
evaluasi terhadap masing-masing akibat. Jadi, seseorang yang memiliki keyakinan
yang kuat akan akibat dari tindakan yang dilakukan secara positif akan menghasilkan
sikap yang positif pula. Sebaliknya jika seseorang tidak yakin akan akibat dari
perilaku yang dilakukan dengan positif akan menghasilkan sikap yang negatif
(Glanz, 2002).
Niat seseorang untuk berperilaku juga dapat dipengaruhi oleh norma
individu dan motivasi untuk mengikuti. Norma individu dapat dipengaruhi oleh
norma-norma atau kepercayaan dimasyarakat.
Gambaran : Kepercayaan, Sikap, Niat, dan Perilaku
( Subjective norm, Attitutdes, Intention, and Behavior)
Sikap
terhadap
perilaku
NormaSubjektif
mengenai
perilaku
Niat untuk
melakukan
perilaku
Perilaku
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 11/23
18
2.4. Tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour).
Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor
pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.
Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak-
pihak lain (Soekidjo, 2003).
Selanjutnya tingkat-tingkat tindakan secara teoritas adalah:
1. Persepsi (perception), mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan
tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.
2. Respon terpimpin (guided respons), dalam melakukan sesuatu sesuai dengan
urutan yang benar, sesuai dengan contoh adalah merupakan praktik indikator
tingkat dua.
3. Mekanisme (mechanism), apabila seseorng telah dapat melakukan sesuatu dengan
benar maka secara otomatis, atau sesutau itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia
sudah mencapai praktik tingkat ketiga.
4. Adaptasi (adaptation), merupakan suatu tindakan yang sudah berkembang baik,
artinya tindakan ini sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan
tersebut.
Pengukuran perilaku dapat dilakukan secara tidak langsung yakni dengan
mewawancarai terhadap kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan beberapa jam, hari,
atau bulan yang lalu (recall). Pengukuran juga dapat dilakukan secara langsung,
yakni dengan mengobservasi tindakakan atau kegiatan responden (Soekidjo,2003).
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 12/23
19
2.5. Teori Perubahan Perilaku
Banyak teori-teori yang berkaitan dengan perubahan perilaku seseorang
dalam keseharian. Diantaranya menurut teori Anderson dalam Muzaham (1995)
yang dikutip oleh Ari (2009). yaitu ada tiga faktor yang mempengaruhi penggunaan
pelayanan kesehatan :
1. Mudahny menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan (karakteristik predisposisi)
2. Adanya faktor-faktor yang menjamin terhadap pelayanan kesehatan yang ada
(karakteristik pendukung)
3. Adanya kebutuhan pelayanan kesehatan (karakteristik kebutuhan)
Ilustrasi: Model Anderson
2.6. Pengertian Gizi Buruk dan Status Gizi
a. Definisi Gizi Buruk.
Gizi buruk mempunyai beberapa pendapat tentang definisinya, diantaranya
Depkes RI mendefinisikan gizi buruk adalah keadaan kekurangan energi dan protein
tingkat berat akibat kurang mengkonsumsi makanan yang bergizi dan/atau menderita
sakit dalam waktu lama. Itu di tandai dengan status gizi yang sangat kurus (menurut
BB terhadap TB ) dan atau hasil pemeriksaan klinis menunjukkan gejala marasmus,
kwashiorkor atau marasmik kwahiorkor (Depkes RI, 2006). Menurut WHO gizi
buruk adalah bentuk terparah (akut) dari proses terjadinya kekurangan gizi anak
balita atau kurang gizi yang dapat diketahui dari pertambahan berat badannya tiap
bulan sampai usia minimal 2 tahun (Soekirman, 2002).
Predisposing Enabling Need Health Service Use
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 13/23
20
b. Status Gizi.
Menurut Masetyo (1991), Status gizi adalah keadaan yang diakibatkan oleh
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat atau kondisi yang dapat diukur.
Indikator status gizi salah satunya adalah ukuran tubuh (antropomentri) merupakan
refleksi dari pengarah faktor genetik dan lingkungan.
Status gizi adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk
variable tertentu, atau perwujudan dari natriture dalam bentuk variabel tertentu. Di
masyarakat cara pengukuran status gizi yang paling sering digunakan adalah
antropometri gizi. Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting, pada
masa bayi- balita berat badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan
fisik maupun status gizinya (Supariasa, 2002).
Kesesuaian komposisi dan nilai gizi makanan berperan dalam menentukan
kualitas hidup anak. Kemunduran dan keterbelakangan serta rendahnya daya tahan
tubuh terhadap serangan penyakit dapat dijadikan cermin seberapa jauh makanan
anak dapat diperhatikan oleh orang tua mereka.
Dalam menilai status gizi dapat dilakukan dengan empat cara yaitu
(Supariasa, 2002) :
1. Secara antropometri yaitu dengan mengukur berat badan, tinggi badan, atau
mengukur bagaian tubuh tertentu seperti lingkar lengan atas, lingkar kepala,
tabel lapisan lemak dan lain-lain.
2. Secara klinis yaitu dengan pemeriksaan jaringan epitel seperti kulit, mata,
rambut, mukosa oral dan lain-lain.
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 14/23
21
3. Secara biokimia yaitu dengan pemeriksaan darah, urin, tinja, dan beberapa
jaringan tubuh seperti hati dan otot.
4.
Secara biofisik yaitu dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan)
dan melihat perubahan status jaringan.
2.6.1. Penilaian Status Gizi Secara Antropometri
Antropometri gizi adalah berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan
komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Parameter antropometri
merupakan dasar dari penilaian status gizi. Kombinasi antara beberapa parameter
disebut Indeks Antropometri. Indeks Antropometri yang umum digunakan dalam
menilai status gizi adalah Berat Badan menurut umur (BB/U), Tinggi Badan menurut
Umur (TB/U) atau Panjang Badan menurut Umur (PB/U) dan Berat Badan menurut
Tinggi Badan (BB/TB) (Supariasa, 2002).
Di Indonesia untuk peningkatan status gizi yang sering dilakukan adalah
secara antropometri. Salah satu indeks yang sering digunakan adalah mengukur
BB/U. Indeks ini menggambarkan status gizi seseorang saat ini.
1.Berat Badan Menurut Umur (BB/U)
Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran massa
tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan yang mendadak,
misalnya karena terserang infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah
makanan yang dikonsumsi. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat
labil, oleh karena itu indeks BB/U lebih menggambarkan status gizi seseorang saat
ini, dengan pedoman yang dikenal star baku dalam KMS (Kartu menju sehat)
dimana:
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 15/23
22
a. Kelebihan Indeks BB/U
1. Lebih mudah dan lebih cepat dimengerti oleh masyarakat umum
2. Baik untuk mengukur status gizi saat akut dan kronis
3. Sangat sensitif terhadap perubahan-perubahan kecil
4. Dapat mendeteksi kegemukan.
b. Kelemahan Indeks BB/U
1. Dapat mengakibatkan interpretasi status gizi yang keliru bila terdapat
edema maupun ascites.
2. Memerlukan data umur yang akurat, terutama untuk anak dibawah umur
lima tahun.
3. Sering terjadi kesalahan dalam pengukuran, seperti pengaruh pakaian atau
gerakan pada anak saat penimbangan.
4. Sering mengalami hambatan karena masalah sosial budaya setempat.
Dalam hal ini orang tua tidak mau menimbangkan anaknya karena dianggap seperti
barang dagangan.
2. Tinggi Badan Menurut Umur (TB/U)
Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan
pertumbuhan skletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan
pertambahan umur. Pertumbuhan tinggi badan relatif kurang sensitif terhadap
masalah kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi
terhadap tinggi badan nampak dalam waktu yang realtif lama. Untuk balita digunakan
isitilah Panjang Badan menurut Umur (PB/U).
2.1. Keuntungan Indeks TB/U
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 16/23
23
2.1.1. Baik untuk menilai status gizi masa lampau.
2.1.2. Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah dan mudah dibawa.
2.2. Kelemahan Indeks TB/U
2.2.1. Tinggi Badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin menurun.
2.2.2. Pengukuran relatif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan 2 orang untuk melaksanakannya.
2.2.3. Ketepatan umur sulit untuk diperoleh.
Untuk menilai status gizi seseorang atau masyarakat digunakan Daftar Baku
Antropometri. Saat ini dikenal dua baku antropometri untuk menilai status gisi yaitu
Baku Harvard dan Baku WHO-NCHS (World Health Organization-National Center
for Health and Statistic). Salah satu sasaran yang dianjurkan pada Semiloka
Antropometri di Cilito Februari 1991 adalah penggunaan secara seragam di Indonesia
baku rujukan pertumbuhan perorangan maupun masyarakat. Penilaian status gizi
berdasarkan BB/U dan PB/U dapat dihitung dengan menggunakan Z-score atau
standart deviasi (SD).
Penilaian status gizi berdasarkan Panjang Badan terhadap Umur (PB/U)
menurut klasifikasi WHO yang dikutip Supariasa (2002), dibagi menjadi tiga kategori
anatara lain : Tinggi Normal dan Pendek.
2.6.2. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Menurut Jeliffe yang dikutip oleh Supariasa (2002), pertumbuhan adalah
peningkatan secara bertahap dari tubuh, organ dan jaringan dari masa konsepsi
sampai dengan remaja. Pertumbuhan berarti bertambah besar dalam arti fisik akibat
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 17/23
24
membesarnya sel-sel tubuh manusia. Sedangkan perkembangan berarti pertambahan
keterampilan dan fungsi kompleks dari seseorang akibat bertambahnya jumlah sel.
Pertumbuhan dan perkembangan pada prakteknya saling berkaitan, sehingga sulit
untuk mengadakan pemisahan. Sejak masa bayi sampai dewasa terjadi pertumbuhan
dan perkembangan dari segi jasmaniah, mental dan intelektual.
Perkembangan kecerdasan manusia sejalan dengan pertumbuhan jaringan
otaknya, berbeda dengan pertumbuhan bagian tubuh yang lain. Pertumbuhan otak
berlangsung cepat dalam waktu yang relatif singkat. Waktu lahir, otak bayi telah
mencapai 25 % berat otak orang dewasa dan pada usia 12 bulan mencapai 70 %.
Sedangkan pertumbuhan bagian tubuh yang lain hanya mencapai 5 % pada waktu
lahir dan baru 50 % pada waktu umur 10 tahun. Jadi masa kritis tersebut anak
menderita kurang gizi, maka pertumbuhan otak menjadi terhambat dan tidak di kejar
untuk memperbaikinya dikemudian hari (Kadsu, 2004).
2.6.3. Pola Asuh Terhadap Anak
Pengasuhan berasal dari kata asuh (to rear) yang mempunyai makna
menjaga, merawat, dan mendidik anak yang masih kecil serta membimbing menuju
pertumbuhan kearah kedewasaan dengan memberikan pendidikan, makanan, dan
sebagainya terhadap mereka yang diasuh Sunarti, (1989) yang dikutip oleh Nurasyah
(2007). Sedangakan menurut Engle (1997) pola asuh adalah kemampuan keluarga
dan masyarakat untuk menyediakan waktu, perhatian, dan dukungan dalam
memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial dari anak yang sedang tumbuh dan anggota
keluarga lainnya ( Nurasiyah, 2007).
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 18/23
25
Pengasuhan juga menyangkut aspek manajerial, berkaitan dengan kemampuan
merencanakan, melaksanakan, serta mengontrol atau mengevaluasi semua hal yang
berkaitan dengan pertumbuhan dan perkembangan anak. Kemampuan orangtua dalam
mengevaluasi bisa ditunjukkan dari kemampuan mengantisipasi hal-hal atau kondisi
yang dapat mengganggu optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan anak Sunarti,
(2004) yang dikutip oleh Nurasiyah (2007).
2.6.4. Peranan Orangtua Terhadap Anak
Orangtua adalah ibu dan ayah dari pendertia anak gizi buruk. Peranan
orangtua, baik ibu maupun ayah merupakan kunci di dalam menjaga, merawat dan
mendidik anak yang berkualitas sehingga mencapai sukses. Oleh sebab itu di dalam
pertumbuhan anak, perhatian orangtua adalah hal yang tiak bisa dipungkiri.
Orangtua berkewajiban menjaga anaknya dari berbagai serangan penyakit,
memberi makanan yang cukup dan memenuhi gizi sesuai dengan pertumbuhannya.
Seorang ayah berperan sebagai pengayom dalam rumah tangga di mana anak akan
merasa terlindungi di dalam proses hidup kesehariannya. Sedangkan seorang ibu,
berperan untuk merawat anak-anak dirumah dari dalam kandungan hingga mencapai
usia dewasa, kemuidan memperhatikan pola makan anak, gizi anak, pertumbuhan dan
perkembangan anak sesuai dengan usianya. Selain itu peranan nenek, bibi, dan
pembantu rumah tangga dalam mengasuh anak-anak juga sangat diperhitungkan di
saat orangtua tidak bersama anak. Namun peranan mereka tidak sebanding dengan
peran orangtua dalam mengasuh anak. (www.Pola Asuh.com)
2.6.5. Praktek Pemberian Makanan Anak
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 19/23
26
Makanan memegang peranan penting dalam tumbuh kembang anak, karena
anak sedang tumbuh sehingga kebutuhannya berbeda dengan orang dewasa.
Kekurangan makanan yang bergizi akan menyebabkan retardasi (perlambatan
pembaharuan) pertumbuhan anak (Soetjiningsih, 2003). Upaya untuk memberikan
makanan pada anak dengan cara yang baik, tidak memaksa, walaupun anak dalam
keadaan menangis, menolak atau sulit makan akan memberikan dampak positif
terhadap keadaan gizi. Anak-anak yang selalu diupayakan untuk mendapatkan
makanan walaupun menangis, dan menolak makanan, keadaan gizinya lebih baik
dibandingkan dengan mereka yang tidak diperhatikan atau didiamkan saja (Jahari,
2000).
2.6.6. Food Habit (kebiasaan makan)
Pola makan adalah cara seseorang atau sekelompok orang (keluarga) memilih
makanan sebagai tanggapan terhadap pengaruh fisiologis, psikologis, kebudayaan dan
sosial (Suhardjo, 1989). Sikap orang terhadap makanan dapat bersifat positif , negatif
bersumber pada nilai-nilai efektif yang berasal dari lingkungan (alam, budaya, sosial,
ekonomi) dimana manusia atau kelompok manusia itu tumbuh (Khumaidi, 1994).
Setiap manusia membutuhkan makanan untuk mempertahankan hidupnya.
Sikap manusia terhadap makanan banyak dipengaruhi oleh pengalaman-pengalaman
dan respon-respon yang diperlihatkan oleh orang lain terhadap makanan sejak masa
kanak-kanak.
2.7. Tinjauan Kurang Energi Protein (KEP)
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 20/23
27
KEP adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi
energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka
kecukupan gizi (AKG) (Depkes, 2000).
2.7.1. Klasifikasi KEP
Untuk tingkat Puskesmas, penentuan kurang energi protein (KEP) yang
dilakukan dengan menimbang berat badan anak dibandingkan dengan umur dengan
menggunakan KMS dan tabel berat badan menurut umur (BB/U) baku median WHO-
NCHS.
Klasifiksi kurang energi protein (KEP) (Depkes, 2000) :
a. Kurang energi protein (KEP) ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS
terletak pada pita kuning.
b. Kurang energi protein (KEP) sedang bila hasil penimbangan BB/U < 60 % baku
median , sehingga untuk menentukan KEP berat/gizi buruk digunakan tabel BB/U
baku median WHO-NCHS.
2.7.2. Gejala Klinis Balita KEP Berat/Gizi Buruk
Untuk KEP ringan dan sedang, gejala klinis yang ditemukan hanya anak
tampak kurus. Gejala KEP berat/gizi buruk secara garis besar dapat di bedakan
sebagai marasmus, kwashiorkor , atau marasmic-kwashiorkor . Tanpa mengukur/
melihat BB bila disertai edema yang bukan karena penyakit lain adalah kurang energi
protein (KEP) /gizi buruk tipe kwashiorkor .
a. Kwashiorkor
- Edema, kedua punggung dan kaki bengkak.
-Wajah membulat dan sembab
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 21/23
28
-Pandangan mata sayu (apatis)
-Rambut tipis, kemerahan seperti warna rambut jagung, mudah dicabut
tanpa rasa sakit, rontok.
-cengeng dan rewel.
-Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah warna
menjadi coklat kehitaman di tungkai atau dipantat.
-Sering disertai penyakit infeksi, umumnya akut, anemia dan diare.
b. Marasmus
-Tampak sangat kurus, tinggal tulang terbungkus kulit.
-Wajah seperti orang tua.
-Cengeng dan rewel.
-Rambut tipis jarang dan kusam.
-Pantat kendur dan keriput.
-Perut cekung
c. Marasmus-Kwashiorkor adalah Penyakit ini memperlihatkan gejala klinis
campuran antara marasmus dan kwashiorkor (Depkes RI,2006).
d. Gejala klinis yang umum adalah gagal tumbuh kembang, disamping itu
terdapat satu atau lebih gejala kwasiorkor seperti adema, dermatitis, mental
hipertrofi otot jaringan lemak subkutan berkurang, kerdil, anemia, defisiensi
vitamin.
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 22/23
29
2.8. Kerangka Konsep.
Keterangan :
Untuk mengungkap gambaran perilaku orangtua, maka kerangka konsep
yang digunakan adalah menurut teori Lawrence Green (1980), bahwa dari data
karakteristik dan sumber informasi dimana umur, penghasilan yang terbatas, jumlah
anak yang banyak serta sumber informasi yang terbatas, ditambah dengan faktor
predisposing yakni kurangnya pengetahuan orangtua terhadap gizi, sikap orangtua
terhadap tumbuh kembang anak dan dipengaruhi juga oleh tradisi dan kebiasaan
Karakteristik
-Umur
-Pendidikan
-Pekerjaan
-Penghasilan
Predisposing Factors: -Pengetahuan
-Sikap-Tradisi
Enabling Factors:-Ketersediaankeaneka ragaman
pangan
-Fasilitas kesehatan
Reinforcing Factors:
-Petugas kesehatan
Perilaku
Orangtuaterhadap
Anak Balitapenderitagizi buruk
Sumber Informasi
-Keluarga-Media cetak/
Elektonik
-Teman
Universitas Sumatera Utara
5/14/2018 KONSEP PRILAKU - slidepdf.com
http://slidepdf.com/reader/full/konsep-prilaku 23/23
30
setempat, faktor enabling meliputi kurangnya ketersediaan pangan di keluarga, juga
ditambah dengan kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan berupa posyandu /
puskesmas yang kurang memadai serta faktor reinforcing dimana inisiatif petugas
kesehatan masih dibutuhkan dalam memantau perkembangan kesehatan masyarakat,
sehingga berpengaruh pada perilaku orangtua terhadap anak balita penderita gizi
buruk.
Universitas Sumatera Utara
top related