kesantunan berbahasa detik.com dalam pemberitaan …
Post on 16-Oct-2021
20 Views
Preview:
TRANSCRIPT
239
TOTOBUANG
Volume 8 Nomor 2, Desember 2020 Halaman 239—251
KESANTUNAN BERBAHASA DETIK.COM DALAM PEMBERITAAN KISAH
JOKOWI KECIL SEBELUM MENJADI PRESIDEN
(The Politeness of Language of Detik.com in The Story of The Young Jokowi Before
Become A President)
Roni Ardian Zulianto
Universitas Gadjah Mada
Bulak Sumur, Depok, Yogyakarta
Pos-el: rodzitubillahi@gmail.com
Diterima: 24 Maret 2020; Direvisi: 12 Agustus 2020; Disetujui: 20 Oktober 2020
doi: https://doi.org/10.26499/ttbng.v8i2.203
Abstract
The mass media has a structure of language to make the readers know what they mean. Besides, the
politeness of language, in mass media, is very important to avoid a conflict between readers and the others
society. Mass media did this because it did not want to cause a conflict from their discourse. The purpose of this
research is to find out the use of politeness strategies in the discourse to reach an object. Therefore, in this
study, the politeness of language in the mass media will be explained based on the meaning of the text through
the Leech theory 2014 which concludes the types of politeness with 6 categories as policy maxim, generosity
maxim, the maxim of appreciation, humility maxim, agreement maxim, and attention maxim or what is called a
maxim of sympathy. To use the theory, this research needs a method to analyzed, the method is ‘simak’ with
‘bebas libat cakap’ technique. Then to get the results, the data analyzed by using Padan pragmatic method with
direct classification techniques. The results of this study found 18 politeness from all categories of politeness
described by Leech (2014).
Keywords: Mass media, Politeness, News, Speech acts.
Abstrak
Media massa mempunyai sebuah tatanan bahasa dan juga struktur agar pembaca bisa memahami apa
yang mereka maksud. Selain itu, kesopanan dalam bahasa juga sangat dijaga agar tidak menimbulkan konflik
dari kalangan pembaca dan masyarakat secara luas. Hal itu dilakukan oleh media massa karena media massa
tidak mau menimbulkan konflik dari wacana yang mereka tayangkan. Tujuan dari penelitian ini, yaitu untuk
mengetahui kesopanan dalam wacana yang digunakan oleh media massa untuk memberitakan suatu objek. Oleh
karena itu, dalam penelitian ini, kesopanan bahasa dalam media massa akan dijelaskan sesuai dengan makna
yang terkandung di dalam teks melalui teori Leech 2014 yang menyimpulkan jenis kesopanan dengan 6 kategori,
meliputi maksim kebijakan, maksim kedermawanan, maksim penghargaan, maksim kerendahan hati, maksim
persepakatan, dan maksim perhatian atau disebut dengan maksim kesimpatikan. Selain mengggunakan teori
tersebut, penelitian ini juga membutuhkan adanya metode untuk menganalisis daya, metode tersebut, yaitu
metode simak dengan teknik bebas libat cakap. Kemudian untuk memperoleh hasil yang maksimal, analisis data
juga menggunakan metode Padan Pragmatik dengan teknik klasifikasi data secara langsung. Hal itu dilakukan
agar hasil yang diperoleh dari subjek penelitian terkait berita detik.com lebih akurat. Hasil dari penelitian ini
ditemukan ada 18 kesopanan dari seluruh kategori kesopanan yang dipaparkan oleh Leech (2014).
Kata-kata kunci: Kesopanan, Berita, Tindak tutur, Media massa
PENDAHULUAN
Perkembangan bahasa terjadi
dikarenakan adanya faktor perubahan
kehidupan sosial budaya yang terus
berkembang. Selain itu, ada juga yang
disebabkan oleh faktor pengaruh status
sosial dari pengguna bahasa dalam
kehidupan sosial budaya. Kedua faktor
tersebut menjadi faktor penting yang
mempengaruhi bahasa karena mereka berada
di dalam kehidupan sosial yang
membutuhkan bahasa agar dapat
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251
240
berkembang seiring dengan perkembangan
budaya dari pengguna bahasa. Hubungan
bahasa dan budaya dalam kehidupan sosial
memang tidak dapat dijelaskan secara pasti
karena bahasa adalah alat bagi orang yang
hidup di suatu budaya untuk berkembang
sehingga dari hal itu hubungan bahasa dan
budaya akan terus saling mempengaruhi.
Salah satu contoh hubungan tersebut, yaitu
bahasa yang digunakan oleh anak muda saat
ini banyak yang mengesampingkan
kesopanan dan lebih mengutamakan
keakrapan, seperti kalimat ‘jek (nama asli
Zaki) ! Gimana kabar lo..’. Pada contoh itu
terlihat bahwa bahasa yang digunakan oleh
pengguna hanya memperlihatkan
kenyamanan atau keakraban saja. Sementara
itu, jika memperhatikan kesantunan makna
dalam bahasa maka seharusnya bahasa
tersebut menjadi ‘Zaki bagaimana
kabarnya?’ yang telihat lebih sopan.
Penggunaan bahasa seperti contoh di atas
memang terasa biasa saja karena bahasa
tersebut sudah menjadi bahasa gaul anak
muda saat ini. Akan tetapi, bahasa tersebut
akan terasa kasar dan kurang sopan jika
yang mengetahui atau yang membaca
memiliki latar belakang status sosial yang
berbeda. Oleh sebab itu, media massa sangat
berhati-hati dalam menggunakan bahasa
agar tidak terjadi konflik atau kesalah
pahaman.
Hubungan bahasa dan budaya seperti
yang dicontohkan di atas juga pernah
dijelaskan oleh Wardhaugh dan Janet (2014,
hlm. 11) yang menyatakan bahwa hubungan
bahasa dan budaya secara tidak langsung
dapat dipengaruhi oleh kehidupan sosial atau
status sosial dari pengguna bahasa dan
budaya. Namun, Wardhaugh dan Janet juga
menjelaskan bahwa bahasa juga dapat
mempengaruhi kehidupan status sosial dan
masyarakat, contohnya bahasa iklan yang
menarik dapat merubah minat seseorang
tentang suatu produk tertentu yang
dipasarkan oleh seseorang. Selain itu, bahasa
juga bisa sebagai media yang
mendeskripsikan keadaan budaya saat ini.
Salah satu contohnya, yaitu karya budaya
yang saat ini sedang berkembang dan
digemari oleh banyak orang di belahan
dunia, yaitu media sosial daring yang
semakin banyak dimanfaat masyarakat
modern, seperti facebook, instagram, dan
sebagainya.
Pada kehidupan masyarakat modern
saat ini, peran media sosial banyak
digunakan untuk mengekspos sebuah berita
melalui internet dan juga berbagi informasi
mulai dari ekonomi, budaya, sosial,
peristiwa, sampai dengan peristiwa politik.
Salah satu contoh website media massa yang
selama ini sudah banyak diakses oleh publik,
yaitu detik.com. Server detik.com tersebut
merupakan salah satu website terbesar tanah
air yang juga menyampaikan berbagai
beritanya melalui jejaringan sosial. Berbagai
macam topik berita bisa ditemukan dalam
website tersebut, mulai dari ekonomi, sosial,
bisnis, olahraga, dan politik. Detik.com
didirikan oleh Budiono Darsono pada tahun
1998 dan mulai daring pada bulan Juli
dengan nama detikcom. Namun pada tahun
2011 tepatnya pada bulan agustus, detik.com
diakuisisi oleh PT. Agranet Multicitra
Siberkom/Agrakom dan berada di bawah
naungan perusahaan Trans Corpora. selain
detik.com, berbagai website berita lain juga
bisa diakses dengan muda untuk
memperoleh berita terbaru setiap harinya,
seperti Msn, Yahoo News, Metro News,
Tvone news, Jawa pos, dan sebagaianya.
Namun di balik semua berita yang
dipublikasikan oleh media massa ke dalam
website mereka, ada banyak sekali
pertimbangan dalam penyampaiakan berita
mereka kepada publik, salah satunya adalah
bahasa dalam segi pengemasan yang harus
dipakai.
Pengemasan bahasa pada media massa
memang sering menjadi perbincangan para
ahli khususnya para ahli bahasa. Hal itu
disebabkan karena pemakaian bahasa yang
berkembang pesat di media massa seperti
detik.com, mempunyai pengaruh yang
sangat besar bagi orang banyak, terutama
Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)
241
bagi orang-orang yang memiliki kepentingan
besar seperti pengusaha, politik, dan
sebagaianya. Faktor lain yang menjadikan
bahasa mendapat perhatian lebih dari para
ahli, yaitu bahasa juga mempunyai kekuatan
untuk mengubah segalanya terutama dalam
bidang ekonomi dan politik. Selain itu,
bahasa juga merupakan praktik diskursif
yang terjadi dalam kehidupan sosial
(Fairclough, 2013, hlm. 92-93). Oleh karena
itu, bahasa yang digunakan harus sopan agar
tidak menimbulkan persoalan dalam
kehidupan sosial. Kesopanan bahasa yang
dimaksud di atas, yaitu bahasa dalam media
massa harus bisa meberikan nilai-nilai yang
bagus bagi aspek-aspek sosial dan budaya
dalam perkembangan kehidupan sosial dan
tidak memecah belah suatu budaya dalam
kehidupan sosial budaya. Oleh sebab itu,
permasalahan kesopanan dalam berbahasa
perlu di terapkan oleh media massa daring
dan luring dalam menyiarkan beritanya ke
publik agar dapat memberikan infromasi
tanpa menimbulkan perselisihan.
Salah satu contohnya, beberapa tahun
yang lalu tepatnya pada tahun 2017, media
massa detik.com yang merupakan media
massa terbesar di Indonesia meliput dan
mempublikasikan sebuah berita tentang
orang nomor satu di negara Indonesia, yaitu
Presiden Joko Widodo atau yang lebih
dikenal dengan nama Jokowi. Pada
wacananya, detik.com menceritakan tentang
kisah ketika Jokowi masih belum menjadi
tokoh masyarakat. Dari wacana yang telah
dipublikasikan dalam laman detik.com.
Bahasa untuk memberitakan Jokowi ditata
dengan sangat baik dengan menampilkan
beberapa kutipan dari nara sumber yang
sudah disusun dengan baik, salah satu
contoh data yang sudah ditemukan, yaitu: ‘Menurut Bandi, Jokowi kecil senang
membuat terowongan dari tanah dan naik
sepeda. Namun ada satu kesukaan anak-
anak yang tak pernah bisa dilakukan
Jokowi.
Coba saja suruh naikin layangan, pasti
enggak bisa. Taruhan sama saya," ujar
Bandi sambil tertawa.
Bandi menambahkan, Jokowi kecil
merupakan pribadi pendiam, tidak suka
membaur bila ada kerumunan orang. Ia
memilih pulang ke rumah dan istirahat.’
(diambil dari detik.com)
Contoh penggunaan struktur bahasa di
atas terlihat tidak informal dan terkesan
santun. Namun dengan adanya bahasa
seperti di atas, makna yang terasa lebih bisa
diterima dan terlihat sopan karena bisa
menggambarkan kisah tersebut kepada
publik.
Kesantunan bahasa seperti contoh di
atas dapat memberikan penjelasan kepada
publik tentang subjek yang ingin diceritakan.
Akan tetapi, dalam bahasa media massa,
kesantunan atau kesopanan dalam wacana
memiliki bermacam-macam bentuk. Oleh
karena itu, untuk mengetahui hal tersebut,
penelitian ini dibuat agar dapat mengetahui
struktur kesantunan bahasa yang digunakan
oleh media massa kususnya pada detik.com.
Oleh karena itu, objek penelitian ini di ambil
dari wacana media massa detik.com tentang
Jokowi di masa kecil sampai dengan
menjadi tokoh masyarakat. Melalui wacana
tersebut, kesantunan dalam berbahasa dari
media massa detik.com dapat dijelaskan
secara sistematis sesuai dengan hasil
analisis. Selain alasan tersebut, terpilihnya
wacana media massa detik.com sebagai
subjek dari penelitian ini, yaitu karena berita
yang dipublikasikan oleh detik.com selalu
menjadi berita terhangat dan terbaru, seperti
isu-isu tentang artis, pengusaha yang sukses,
dan bahkan kebangkrutan seorang bintang
dalam usahanya. Di samping itu, semua
berita yang ditayangkan tersebut juga tidak
pernah mendapatkan protes keras dari pihak
terkait. Hal itulah yang membuat peneliti
tertarik untuk mengetahui dan meneliti
kesantunan bahasa yang digunakan oleh
media massa detik.com dalam
menyampaikan wacana dan beritanya
kepada publik.
Penelitian tentang kesantunan
berbahasa memang sudah sering dilakukan
oleh beberapa peneliti. Berikut ini adalah
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251
242
beberapa penelitian yang telah dilakukan
oleh peneliti sebelumnya, pertama, yaitu
Ahmad Maulidi (2015) yang membahas
kesantunan berbahasa dalam media sosial
Facebook. Maulidi juga menggunakan teori
dari Leech untuk mengetahui kesantunan
berbahasa di dalam media sosial facebook
dan membahas maksim secara keseluruhan
seperti yang disebutkan oleh Leech. Akan
tetapi, penelitian ini masih mengkaji objek
berdasarkan tuturan dari facebook secara
langsung sehingga kajian kesantunan
berbahasa di dalam sebuah teks masih belum
bisa dipenehu karena teks yang dianalisis
merupakan bentuk tuturan dari informal dari
seseorang. Penelitian selanjutnya, yaitu
Hanum Sari (2017). Dalam penelitianya,
Sari membahas bagaimana kesantunan
berbahasa pada sebuah iklan. Sari juga
menggunakan teori kesantunan berbahasa
dari Leech untuk mendeskripsikan
kesantunan berbahasa dalam iklan televisi.
Penelitian tersebut telah menemukan
beberapa maksim yang berada di dalam
iklan televisi. Selain itu, Sari juga
menemukan beberapa pelanggaran
kesantunan dari keenam maksim tersebut.
Selanjutnya, penelitian tentang kesantunan
berbahasa juga pernah dilakukan oleh Diani
Febriasari dan Wenny Wijayanti (2018).
Penelitian tersebut dilakukan dengan
menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif dan menggunakan teori dari Leech.
Hasil penelitian tersebut telah menemukan
semua maksim yang telah di sebutkan oleh
Leech dan juga pelanggaran maksim yang
telah ditemukan pada data penelitianya.
Dari penelitian terdahulu yang telah
disebutkan di atas, penelitian-penelitian
tersebut ternyata masih banyak yang
membahas tentang kesantunan dalam
berbahasa yang mengacu pada tindak tutur
seseorang secara langsung dan masih belum
merambat ke dunia wacana seperti berita.
Hal inilah yang kemudian membuat peneliti
tertarik untuk mengetahui kesantunan bahasa
yang digunakan oleh media masa dalam
memberitakan sebuah peristiwa atau kisah
seseorang kepada publik. Dari kekosongan
ruang dalam kajian tersebut, Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengisi kajian tentang
kesantunan berbahasa terkait bahasa yang
dipakai oleh media massa daring dalam
bentuk teks berita yang ditayangkan oleh
detik.com.
Penelitian ini mengambil objek
pemberitaan tentang kisah sejarah orang
nomor satu di Indonesia untuk dianalisis
dengan melihat segi makna yang terdapat
dalam unsur kebahasaan, seperti kata,
kalimat, dan juga klausa serta hubungan
antar kalimat sehingga dari hal itu bisa
diketahui dengan jelas kesantunan bahasa
yang dipakai oleh detik.com. Namun, untuk
mengetahui dan mengkaji teks dari media
massa detik.com. Penelitian ini
menggunakan teori kesantunan berbahasa
yang diutarakan oleh Leech (2014, hlm. 91).
Penggunaan teori tersebut dimaksudkan agar
bentuk bahasa yang sudah direkontruksi oleh
media massa dapat diklasifikasikan dan
dipahami maknanya. Hal itu dilakukan
karena media massa memperhalus bahasa
mereka sehingga ketika dipublikasikan tidak
menimbulkan masalah dalam kesantunan
berbahasa.
Kesantunan dalam berbahasa memang
sangat berpengaruh dalam berinteraksi satu
sama lain agar terjalin hubungan antar
sesama mahluk sosial. Hal tersebut sesuai
dengan apa yang dikatakan oleh Usman (
2015, hlm. 9) yang menjelaskan bahwa
kesantunan dalam berbahasa itu diperlukan
untuk menjalin hubungan yang baik antar
penutur dan lawan tutur agar bisa saling
berdampingan dalam berbicara. Selain hal
tersebut, melalui bahasa, seseorang juga bisa
dinilai baik dan buruk moralnya dan tingkah
lakunya. Namun, cerminan seseorang tidak
hanya bisa dilihat melalui sebuah tuturan
saja tapi dari tulisan dan teks juga bisa
diketahui tingkat kesopanan seorang. Dari
penjelasan tersebut, kesopanan dalam
berbahasa sangat diperlukan. Oleh karena
itu, prisnsip atau jenis-jenis kesopanan
dalam berbahasa dikatakan oleh Leech
Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)
243
(2014, hlm. 91) yang mengatakan bahwa
strategi kesantunan itu ada 10 jenis.
Kesepuluh jenis tersebut sering dilakukan
dan juga dilanggar oleh manusia dalam
berkomunikasi sehari-hari. Hal itu disebakan
karena status sosial dalam hubungan
pertemanan, seperti hubungan teman dekat,
status sosial, dan sebagaianya. Salah satu
contohnya, yaitu ketika seseorang sudah
kenal akrab maka ketika menyapa akan
menggunakan kata lain dan bukan namanya
lagi seperti “ cok….. bagaimana
kabarmu?.” Dalam kasus ini, hubungan
keakraban sering melanggar batasan-batasan
moral dan kesopanan dalam berbahasa.
Namun apa pun alasannya, sebuah
kesantunan tetap diperlukan terlebih pada
media massa daring yang memberitakan
berbagai pihak, seperti kelompok politis,
pengusaha atau individu.
LANDASAN TEORI
Kesopanan dalam mengggunakan
bahasa sangat dipengaruhi oleh kehidupan
sosial budaya, seperti status sosial, politik,
ekonomi, pendidikan, dan sebagaianya. Dari
pengaruh kehidupan sosial tersebut maka
kesopanan dalam berbahasa juga mengalami
perbedaan. Oleh karena itu Leech (2014,
hlm. 91) menjelaskan bahwa strategi
kesantunan dalam berbahasa itu ada
beberapa tipe, yaitu pertama maksim
kebijakkan (tact Maxim). pada strategi ini,
Bahasa dipakai untuk mengatakan sebuah
tuturan dan tuturan tersebut memperhatikan
sebuah keuntungan yang maksimal pada
pihak lain. Hal tersebut seperti apa yang
dikatakan oleh Atibrata (2014, hlm. 14) yang
menjelaskan bahwa maksim kebijaksanaan,
yaitu maksim yang menguraikan bahwa
setiap orang yang menuturkan tuturan
melalui bahasa untuk meminimalkan
kerugian orang lain atau bisa dikatakan
memaksimalkan keuntungan bagi orang lain.
Orang yang bisa melakukan hal tersebut
biasanya orang yang memiliki pribadi yang
sangat santun. Akan tetapi, Hal itu akan
terjadi jika maksim kebijakan ini terlaksana
dan mampu dilakukan oleh seseorang. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat dalam contoh
berikut ini,
‘...coba saja suruh naikin layangan,
pasti enggak bisa...’
Contoh di atas menggambarkan tentang
adanya keuntungan yang diberikan oleh
seorang penutur pada mitra tutur dan
menggambarkan adanya sedikit kerugian.
Hal tersebut adalah salah satu contoh kecil
terkait maksim kebijakan.
Maksim berikutnya, yaitu Maksim
Kedermawanan. Bahasa yang masuk
kategori maksim tersebut biasanya
digunakan untuk menghindari dari rasa
sombong seseorang karena sesuatu yang ada
di dalam dirinya, seperti dermawan, rendah
hati, dan sebagaianya. Bahasa seperti itu
akan masuk ke dalam kriteria dari maksim
kedermawanan, yaitu sebuah bahasa yang
mencerminkan sifat kemurahan hati dari
seseorang dalam Bahasa Jawa disebut
dengan LOmAn yaitu baik hati. Slamet dan
Suwarno (2013, hlm. 47) mengatakan bahwa
maksim kemurahan hati merupakan maksim
yang menyatakan bahwa seseorang harus
mengurangi keuntungan diri sendiri, tetapi
memaksimalkan keuntungan untuk orang
lain. Hal itu sejalan dengan penjelasan dari
Alfi dan Farida (2019, hlm. 76) yang
mengatakan jika maksim kedermawanan
yaitu memberikan sebagaian besar
keuntungan untuk orang lain dan hanya
mengambil sekecil mungkin keuntungan
untuk diri sendiri. Dengan menggunakan dan
mengetahui penjelasan maksim ini,
penggunaan bahasa untuk menghargai orang
lain dapat tercipta dan hal ini akan terwujud
jika seseorang bisa mengurangi keuntungan
dalam dirinya dan memaksimalkan pihak
lain. Untuk lebih jelasnya terkait maksim
tersebut dapat dilihat pada contoh berikut
ini.
‘...dulu ia juga sering mengantarkan
Jokowi ke rumah pamannya di
Gondangrejo, Karanganyar...’
Maksim kedermawanan dalam contoh di
atas digambarkan oleh kata
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251
244
mengantarkan.kata tersebut menjelaskan
adanya kebaikan yang memaksimalkan
keuntungan untuk orang lain.
Selanjutnya, yaitu maksim
penghargaan. Dalam maksim ini, pemakaian
Bahasa bisa dipakai untuk melihat
kehidupan sosial seseorang yang selalu
santun pada sesama atau selalu berusaha
untuk menguntungkan atau menghargai
pihak lain. Menurut Febriasari dan Wenny
(2018, hlm. 142) maksim penghargaan yaitu
sebuah bahasa dalam tindak tutur yang
banyak menghargai orang lain. Semua itu
bisa terjadi jika orang yang menggunakan
Bahasa dalam berkomunikasi selalu
mencoba untuk menghargai orang lain. Hal
itu seperti yang dikatakan oleh Hanum Sari
(2017, hlm. 431) yang mejelaskan bahwa
saling menghargai akan muncul diantara
pembicara dan yang diajak bicara jika
keduanya sama-sama saling menghargai dan
paham dengan cara komunikasi yang baik.
Melalui adanya maksim ini, setiap penutur
bahasa akan terlihat bagaiman rasa
hormatnya pada orang lain. Berikut ini
adalah contoh dari maksim tersebut.
‘...Jokowi gemar menapak tilas ke
semua kampung yang pernah menjadi
bagian dari hidupnya itu. Ia juga rajin
menyapa teman-teman sepermainannya
waktu kecil...’
Dari kata-kata yang bercetak tebal tersebut
dapat dipahami tentang adanya makna yang
menyanjung atau menghargai seseorang
karena susuatu yang dimilikinya.
Kemudian, maksim selanjutnya, yaitu
Maksim Kerendahan Hati. Dalam maksim
kerendahan hati, sebuah tindak tutur atau
ucapan manusia dapat mencerminan
kerendahan hati seseorang dalam
menghormati seseorang. Dalam maksim ini,
tuturan seseorang ditandai dengan
banyaknya kecaman pada diri sendiri entah
itu pujian atau cacian (Kusno, 2015 hlm.
67). Pendapat serupa juga dijelaskan oleh
Alfi dan Farida (2019, hlm. 76) yang
menjelaskan bahwa maksim ini banyak
menunjukan adanya tentang sikap yang
sedikit dalam memuji diri sendiri dan
memperbanyak kecaman pada diri sendiri.
Contoh dalam kejadian seperti penjelasa
tersebut, yaitu adanya tuturan permohonan
maaf atas kesalahan diri sendiri kepada
seseorang atau sesuatu yang lebih
menguntungkan pada seseorang. Dari
penjelasan tersebut, penutur yang
berkomunikasi atau berinteraksi bisa terlihat
apakah bahasa yang digunakan tersebut
menghargai orang lain atau tidak karena
dalam tuturan seseorang jarang terlihat
menggunakan tuturan atau bahasa yang
merendahkan hati ketika berbicara atau
komunikasi kecuali ketika meminta maaf
atas terjadinya kesalahan.berikut ini adalah
contoh maksim kerendahan hati.
‘...Jokowi sering menghabiskan waktu
di sungai kalau berkunjung ke
Kragan...’
Makna kerendahan hati dalam contoh
tersebut dapat dipahami pada kata yang
bercetak tebal di atas yang memiliki arti
bahwa subjek telah merendahkan dirinya
untuk orang lain.
Maksim selanjutnya, yaitu Maksim
Persepakatan. Maksim tersebut merupakan
sebuah bahasa yang menjelaskan tindak
tutur yang membina atau mengarahkan
pengguna bahasa pada satu pemahaman
yang saling mengerti antara pendapat mitra
tutur dengan penutur. Pendapat serupa juga
dikatakan oleh Febriasar dan Wenny (2014,
hlm. 143) yang menjelaskan jika pada
maksim ini tindak tutur harus dijaga agar
bisa tercipta kemufakatan antara penutur dan
mitra tutur atau penulis dan pembaca.
Pendapat serupa juga diutarakan oleh Slamet
dan Suwarno (2013, hlm. 47) yang
mengatakan bahwa maksim persepakatan
menunjukan adanya tindak tutur yang saling
menghargai sehingga tercipta adanya
kesepakatan, contohnya ketika seseorang
sedang berbicara tentang suatu ususlan
terhadap masalah tertentu pasti ada yang
tidak setuju. Namun, untuk mencapai
persetujuan itu seseorang harus diskusi
dengan saling menghargai agar tercapainya
Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)
245
sebuah persetujuan. Contoh berikut ini akan
membantu untuk memahami maksim
persepakatan
‘...kali Pepe menjelang sore. Bandi,...
langsung menuju sungai untuk bermain.
Tak ketinggalan di belakangnya Joko
Widodo...’
Rangkaian kata yang bercetak tebal di atas
merupakan rakaian kata yang menjelaskan
adanya makna kesepakatan yang dimaksud
dalam maksim persepakatan.
Maksim seanjutnya, yaitu maksim
Kesimpatihan. Maksim kesimpatihan
merupakan suatu tindak tutur yang
menunjukan adanya sifat kasih sayang
dalam diri manusia. Dalam maksim
keperhatian atau kesimpatihan ini, sebuah
keperhatian atau kesimpatihan seseorang
kepada orang lain dapat dilihat melalui
tuturan kata dan ekspresi wajah penutur.
Dalam hal ini yang dimaksud yaitu, penutur
tidak bersikap dingin tapi ramah dan
interaktif dengan orang yang diajak bicara
atau bisa dikatakan maksim ini adalah
sebuah perhatian dari penutur pada mitra
tutur. Alfi dan Farida (2019, hlm. 76)
menjelaskan bahwa maksim simpati atau
kesimpatihan adalah maksim yang
mengurangi antipati antara diri sendiri pada
orang lain dan memperbesar simpati pada
orang lain. Selain itu Sari (2017, hlm. 432)
juga mengatakan jika pada maksim
kesimpatihan ini bahasa yang digunakan
untuk bertutur harus dijaga dan lebih
menjunjung simpati terhadap orang lain
melalui bahasa yang digunakan untuk
bertutur dengan baik. Berikut ini adalah
contoh yang mengandung kata yang
memberikan makna simpati dan perhatian
pada orang lain.
‘...Bagaimana kabarnya? Sehat apa
enggak anak-anak?’ Ya, biasa… orang
Jawa...’
Contoh seperti yang telah ditunjukan di atas
merupakan kata-kata yang mengandung
makna untuk memperdulikan atau
bersimpati pada orang lain. Hal itu terlihat
dengan jelas pada rangkaian kata yang
bercetak tebal di atas.
Selanjutnya maksim keharusan atau
kewajiban. Pada maksim ini, bahasa yang
digunakan unutk bertutur kata menunjukan
adanya suatu keharusan yang harus
terpenuhi. Hal itu seperti yang di jelaskan
oleh Leech (2014, hlm. 95-96), yaitu bahasa
yang menjelaskan suatu keharusan yang
dilakukan untuk memberikan penghormatan
yang tinggi. Contohnya, yaitu ketika
seseorang meminta maaf atas kesalahanya
maka harus dimaafkan atau sesuatu yang
mengharuskan sesuatu untuk dilakukan.
Kemudian, maksim selanjutnya, yaitu
maksim opini. Leech (2014, hlm. 97)
menjelaskan bahwa maksim opini
merupakan sebuah maksim yang
menggambarkan adanya bahasa yang
dipakai untuk menyambaikan pendapat dan
opini, seperti menurut saya, dia berfikir, dan
sebagaianya. Berikut ini adalah contoh yang
telah detumukan dalam data.
‘...Menurut Bandi, selain bermain di
tepi sungai, Jokowi kecil senang
membuat terowongan dari tanah dan
naik sepeda...’
Dari tipe maksim yang telah disebutkan
dan dijelaskan di atas maka teori dari Leech
yang mengkaji tentang strategi kesantunan
berbahasa dipilih oleh peneliti untuk
mengkaji kesantunan berbahasa wacana
Jokowi dalam media massa daring
detik.com. Alasan tersebut didasarkan
karena pada saat ini media masa daring
lebih sering dibaca oleh banyak orang
daripada media masa manual, seperti koran
dan majalah sehingga berawal dari
permasalahan yang sudah dipaparkan di atas
maka penelitian ini mencoba untuk mencari
tahu beberapa jenis strategi kesantunan
berbahasa dari detik.com dan apa sajakah
bentuk maksim kesantunan yang dipakai
dalam media massa daring detik.com?
Melalui rumusan permasalah tersebut
peneliti dapat memberikan penjelasan terkait
hasil analisis yang sesuai dengan teori yang
sudah dipaparkan di atas. Selain rumusan
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251
246
masalah tersebut, penelitian ini juga
menggunakan metode, yaitu metode simak,
metode tersebut digunakan oleh peneliti
karena dalam proses pengumpulan data
tersebut membutuhkan kejelian dalam
menganalisis data. Untuk lebih jelasnya
terkait metode dapat dilihat pada penjelasan
di bawah ini.
METODE PENELITIAN
Metode yang digunakan dalam
penelitian adalah metode simak dengan
menggunakan teknik lanjutan berupa teknik
bebas libat cakap dengan praktik unduh dan
catat karena sifat data yang berupa element
kebahasaan, seperti kata, kalimat, dan
klausa. Selain itu, metode dan teknik
tersebut merupakan salah satu metode yang
dipandang sangat sesuai oleh peneliti karena
proses dan langkah-langkah pengumpulan
data yang telah dilakukan oleh peneliti.
Adanya teknik dan metode tersebut
sangat membantu keakuratan dari data yang
terkumpul dari laman detik.com. Metode
simak tersebut merupakan metode
membutuhkan kejelian dalam pengamatan
dan penyimakan terhadap data tanpa harus
terjun lapangan. Penjelasan tersebut sesuai
dengan penjelasan dari Mahsun (2012, hlm.
92) yang mengatakan bahwa metode simak
adalah sebuah metode yang dilakukan demi
tercapainya sebuah data yang dibutuhkan
oleh peneliti dengan cara menyimak
penggunaan bentuk dari unsur bahasa baik
secara lisan maupun secara tulisan.
Sementara itu, dalam metode simak tersebut,
adanya teknik untuk melaksakan metode
sangat dibutuhkan. Oleh karena itu, teknik
juga digunakam dalam penelitian ini.
Merujuk pada sifat data dan metode yang
digunakan untuk menganalisis data maka
tekniok yang digunakan, yaitu teknik bebas
libat cakap. Hal tersebut dilakukan karena
peneliti tidak terlibat secara langsung di
dalam lapangan untuk mengumpulkan data
tetapi hanya melakukan penyimakan tanpa
terlibat secara langsung. Untuk penjelasan
terkait dengan teknik tersebut, Sudaryanto
(2015, hlm. 204) menjelaskan jika teknik
bebas libat cakap dilakukan oleh peneliti
karena peneliti tidak terlibat dalam dialog
dan juga fisik dalam data. Artinya, dalam
menganalisis data, peneliti tidak melakukan
sesuatu yang mendukung adanya
keterlibatan peneliti secara lagnsung di
dalam data dan hanya melakukan
penyimakan terhadap data.
Kemudian, dari data-data yang telah
dikumpulkan oleh peneliti dari berita yang
publikasikan oleh detik.com. Peneliti juga
menggunakan metode Padan-Pragmatis
untuk memahami makna di dalam data.
Selain itu, penggunaan metode Padan-
Pragmatis juga dikarenakan sifat dari data
tersebut yang berupa teks berita dan
terbentuk dari unsur-unsur kebahasaan,
seperti kata, klausa, dan kalimat, yang sudah
diolah oleh media masa sehingga kata-kata
dan kalimat yang membentuk suatu bahasa
bisa memiliki kekuatan untuk mengarahkan
sudut pandang pembaca. Akibatnya, dari
berita tersebut, Munculah perbedaan
pemikiran atau pendapat di pemikiran
masyarakat luas yang membaca berita dari
media massa. Metode padan- pragmatis yang
telah dipakai oleh peneliti di atas sebenarnya
juga telah dijelaskan oleh Sudaryanto (2015,
hlm. 17) yang menjelaskan bahwa sebuah
kata atau kalimat yang menjadi objek dari
penelitian dan alat penentunya adalah
anggota dari tubuh orang yang mendengar
atau membaca hingga menimbulkan reaksi
atau emosi dari orang tersebut maka metode
tersebut termasuk metode Padan-Pragmatis.
Setelah proses analisis dari data tersebut
dilakukan oleh peneliti maka peneliti
kemudian ketahap berikutnya, yaitu
mengklasifikasikan atau memilah kata,
kalimat, dan klausa. Pengklasifikasian data
tersebut dilakukan agar dapat memperoleh
dan mengetahui makna yang dapat
menyampaikan pesan dengan sopan melalui
bahasa. Selain itu, analisis terhadap unsur-
unsur dari bahasa tersebut sangat diperlukan
agar pemahaman baik dari segi makna dan
arti dalam bahasa yang digunakan dalam
Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)
247
kehidupan sosial saat ini bisa diungkapkan
secara akademis.
PEMBAHASAN Hasil penelitian terkait kesantunan
berbahasa berdasarkan teori dari Leech 2014
akan dijelaskan melalui uraian singkat yang
disertai dengan data atau kalimat yang sudah
diklasifikasikan untuk menjadi bukti dari
penerapan prinsip kesopanan berbahasa pada
media masa Online detik.com. Penjelasan
hasil tersebut akan dijelaskan berdasarkan
dengan urutan tipe pada landasan teori di
atas. Namun sebelum itu, penulis ingin
menegaskan bahwa data tersebut diambil
dari hasil cuplikan berita asli dari detik.com
dan tidak ada yang diubah sama sekali baik
itu tulisan ataupun bahasa yang dipakai oleh
detik.com. Oleh karena itu, data tersebut
sengaja dibiarkan asli dari sumber datanya
agar terlihat dengan jelas kesopan berbahasa
dari detik.com. Berikut ini adalah hasil
analisis dari kesopanan berbadaha dari
detik.com
1. Maksim kebijakan
Seperti yang telah disebutkan di atas
dan diterangkan apa yang dimaksud dengan
maksim kebijakan. Ada beberapa data yang
masuk dan teridentifikasi sebagai kategori
maksim kebijakan, dari data yang dianalisis
dan diambil dari detik.com tentang
pemberitaan kisah Jokowi. Berikut adalah
hasil dari data yang telah ditemukan
1) “Jokowi dan Bandi kebetulan
gandeng, sehingga hubungan di antara
kedua keluarga itu seperti
saudara.”(Gunawan, Deden dan
Durohman, 2017).
Dari kalimat di atas yang menandakan
kalau itu maksim kebijakan, yaitu terlihat
pada rangkaian kata Jokowi dan bandi, yang
kemudian disambung dengan kalimat
hubungan di antara keluarga itu seperti
saudara. Dari rangkaian kata-kata tersebut
terlihat bahwa ada pengurangan keuntungan
dari segi diri sendiri yaitu penutur untuk
memaksimalkan orang lain. Strategi
kesantunan tersebut sesuai dengan strategi
kesantunan berbahasa dari Leech 2014
2. Maksim kedermawanan
Pada maksim ini, sebuah rasa kebaikan
pada diri seseorang tergambarkan dengan
jelas melalui tuturan kata yang diucapkan
oleh seseorang. Hal itu disebabkan karena
prinsip pada maksim ini untuk mengurangi
keuntungan pada dirinya dan
memaksimalkan keuntungan pada pihak
lain. Maka, Pelaksanaan maksim
kedermawanan ini bisa dilihat pada data
yang telah ditemukan oleh peneliti seperti
berikut;
2) “Pada 2014 bibi Bandi ini bercerita, dulu
ia juga sering mengantarkan Jokowi ke
rumah pamannya di Gondangrejo,
Karanganyar.”(Nugroho, 2017).
Pada data di atas, tuturan yang berupa
kata mengantarkan ditandai sebagai kata
yang menjelaskan sebuah prinsip dari
maksim kedermawanan. Kata tersebut
mengandung makna yang menggambarkan
tentang adanya keuntungan berlebih untuk
pihak lain dari pada dirinya sendiri. Selain
prinsip tersebut, dalam kata itu juga
terlukiskan adanya sebuah ketulusan hati
dari seorang penutur untuk melakukan
kebaikan. Begitu juga dengan kalimat yang
ada di bawah ini, kalimat ini juga merupakan
contoh data yang sudah ditemukan sebagai
maksim kedermawanan.
3) “Saat Mas Jokowi menangis, saya yang
memboncengkannya ke rumah
pakdenya di Gondang,” kata
Tarti.”(Nugroho, 2017).
Dari kalimat yang menjadi contoh
temuan data tersebut, ada kata yang ditandai
sebagai maksim kedermanan, yaitu kata
memboncengkanya. Dalam konteks data di
atas, kata tersebut memiliki makna yang
menggambarkan adanya kebaikan seseorang
tehadapa orang lain. Hal inilah yang
dimaksud dengan memaksimalkan
keuntungan terhadapa orang lain dan
mengurangi keuntungan pada diri sendiri.
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251
248
3. Maksim penghargaan
Selanjutnya pada maksim penghargaan
juga ditemukan adanya sebuah data dan hasil
yang memiliki prinsip kesopanan dan
dipakai detik.com untuk memberitakan
berita orang nomer satu di Indonesia
tersebut. Sesuai dengan nama maksim
penghargaan, maka disini prinsip maksim
tersebut tergambarkan dengan sangat jelas
yaitu selalu berusaha unutk memberikan
keuntungan pada mitra tutur atau yang
dituturkanya.
4) “Jokowi, ujarnya, merupakan pribadi
pendiam saat masih kecil. Jokowi tidak
suka membaur bila ada kerumunan
orang. Ia memilih pulang ke rumah dan
istirahat.”(Nugroho, 2017).
Gambaran kesantunan berbahasa pada
data di atas dapat dilihat pada kata pendiam.
Makna dari kata pendiam dalam data di atas
lebih kemakna positif yaitu tidak nakal,
tidak ikut-ikutan. Hal itu bisa digambarkan
dengan jelas pada rangkaian kata yang
mengikutinya, yaitu Jokowi tidak suka
membaur bila ada kerumunan orang. Dari
rangkaian kata tersebut, Makna dari kata
pendiam bisa dilihat kalau kata tersebut
memiliki arti yang positif. Bukti terkait
adanya hal itu dapat dilihat dari kalimat
berikut.
5) “Manut banget. Enggak pernah nakal
dan enggak rewel sama sekali,” katanya
ketika ditemui detikX rumahnya, Dukuh
Demen, Desa Jeron, Kecamatan
Nogosari, Boyolali, Jawa Tengah.”
(Nugroho, 2017).
Kalimat-kalimat di atas di tandai
sebagai kata yang memiliki hubungan saling
terkait dalam membentuk makna yang
santun dalam menyampaikan arti. Hal itu
bisa dilihat pada kata manut banget. Makna
dari kata ini, yaitu memiliki arti yang sama
seperti kata mengerti dan tidak tidak
merepotkan. Kemudian, ada juga kata yang
mengandung strategi kesantunan berbahasa
yang menunjukkan arti penghargaan, yaitu
kata enggak pernah nakal dan dilanjutkan
dengan kata enggak rewel sama sekali
demikian juga dengan data yang ada pada
kalimat di bawah ini.
6) “Ketika menjadi pejabat tinggi, Jokowi
gemar menapak tilas ke semua
kampung yang pernah menjadi bagian
dari hidupnya itu. Ia juga rajin
menyapa teman-teman
sepermainannya waktu
kecil.”(Nugroho, 2017).
Pada data no. 6 di atas terdapat
rangkaian kata gemar manapak tilas dan
menyapa teman-teman sepermainanya.
Rangkaian kata tersebut mengandung makna
penghargaan yang telah diberikan oleh
penutur kepada seseorang. Dalam data yang
telah ditemukan di atas, media massa daring
detik.com terlihat sangat jelas sekali
memperhatikan kesantunan dalam bahasa
mereka untuk mengemas berita-berita yang
telah dipublikasikan. Hal itu dilakukan
karena mereka benar-benar menyadari
bahwa kesantunan dalam berbahasa sangat
penting. Selain itu, bahasa yang santun juga
bisa mempengaruhi semua orang yang
membaca tanpa disadari oleh pembaca.
4. Maksim kerendahan hati
Pada maksim kerendahan hati ini, ada
beberapa data yang sesuai dengan strategi
kesantunan dari maksim kerendahan hati.
Dalam maksim ini, bahasa yang digunakan
oleh penutur terkesan tidak sombong dengan
apa yang telah dikatakan kepada mitra tutur.
Pada contoh data berikut ini akan terlihat
dengan jelas seperti apa maksim kerendahan
hati itu.
7) “Sering dikasih kaleng sendok pasir,
anteng. Main saja begitu.”(Nugroho,
2017).
Pada data yang terlihat pada kalimat di
atas, kesantunan berbahasa yang dimaksud
dalam strategi dari maksim kerendahan hati
terlihat pada kata dikasih. Dalam data
tersebut, makna yang menggambarkan arti
kerendahan hati dari seseorang dapat terlihat
melalui makna dari kata tersebut. Kemudian,
pada data yang telah ditemukan di bawah ini
Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)
249
juga bisa dilihat adanya maksim kerendahan
hati.
8) “Bandi mengatakan, suatu hari ia sedang
menjemput tamu di Bandara Adi
Soemarmo, Solo. Tiba-tiba ia didekati
oleh Jokowi, yang saat itu baru tiba dari
Jakarta. Jokowi pun menyapanya.”
(Nugroho, 2017).
Pada temuan data no. 8 di atas, ada kata
menjemput dan menyapa. Kedua kata
tersebut digunakan untuk melambangkan
suatu kerendahan hati untuk sebuah
solidaritas antara teman. Gambaran seperti
persaudaraan tersebut dapat dilihat dengan
makna yang terkandung dari kedua kata
tersebut.
5. Maksim persepakatan
Mendengar kata sepakat, pasti merujuk
pada sebuah perbedaan pendapat yang sudah
mencapai kesepakatan bersama. Dalam hal
ini, persepakatan juga masuk dalam kategori
maksim kesopanan. Di mana seorang
penutur mencoba untuk mencapai kecocokan
dengan mitra tutur. Berikut adalah data yang
sudah ditemukan oleh peneliti dalam
pemberitaannya.
9) “Jokowi yang pendiam saat masih kecil
juga dituturkan Mbok Yem, yang
mengasuh mantan Gubernur DKI Jakarta
itu dari belajar merangkak hingga
sekolah taman kanakkanak”. (Nugroho,
2017).
10) “Sama dengan di Kali Pepe, Jokowi
sering menghabiskan waktu di sungai
kalau berkunjung ke Kragan. Kragan
adalah sebuah desa yang terletak di
pinggir sungai terbesar di Pulau Jawa,
Bengawan Solo.”(Nugroho, 2017).
11) Waktu itu dia masih Gubernur DKI. “Lo,
Pakde, kok di sini?’ Dia merangkul saya.
Orang-orang pada heran. Dia
ngomong, “Bagaimana kabarnya? Sehat
apa enggak anak-anak?’ Ya, biasa…
orang Jawa,” kata Bandi.”(Nugroho,
2017).
Pada tuturan-tuturan yang telah
ditemukan di atas, ada rangkaian kata yang
ditandai sebagai kata strategi kesantunan
dari maksim persepakatan. Rangkaian kata-
kata tersebut telah bercetak tebal pada data
no 9, 10, dan 11. Ketiga kata-kata dalam
data tersebut disisipkan oleh detik.com
untuk memberikan gambaran tentang sebuah
kecocokan pemahaman atau kesamaan ide
yang terjadi antara penutur yang menjadi
nara sumber kisah Jokowi. Dari kalimat-
kalimat yang menjadi data tersebut, kata-
kata itu ditandai sebagai penggambaran yang
sesuai untuk maksim persepakatan.
6. Maksim keperhatian/kesimpatihan
Berbicara tentang adanya rasa perhatian
dalam tuturan atau wacana dapat dilihat
melalu strategi kesantunan bahasa yang
diutarakan oleh Leech (2014, hlm. 97), yaitu
maksim kesimpatihan. Dalam maksim
tersebut, bahasa yang dipakai untuk bertutur
atau bercerita menggambarkan adanya rasa
perhatian. Contohnya, saya bahagia, sedih
dan bangga. Untuk lebih jelasnya tentang
maksim tersebut dapat dilihat pada data-data
berikut ini.
12) “Sayang, ketika terjadi penggusuran
Kampung Cinderejo Lor pada 1970,
mereka berpisah. Bandi pindah ke
seberang kali, yang menjadi tempat
relokasi warga gusuran, sedangkan
Jokowi ke rumah baru di
Manahan.”(Nugroho, 2017).
13) “Jokowi juga sering ke rumah kakek
dan neneknya di Desa Kragan,
Gondangrejo. Sang kakek, Lamidi Wiryo
Miharjo, menjadi kepala desa selama
puluhan tahun di desa itu.”(Nugroho,
2017).
14) ‘Dia senang mencari burung sewaktu
SMA pakai katapel, sering mandi, dan
mencari ikan di sungai,” kata Heru
kepada detikX di Kragan.’(Nugroho,
2017).
Pada data yang telah ditandai sebagai
maksim kesimpatihan di atas, ada beberapa
data yang telah menggambarkan maksim
keperhatian disisipkan pada berita
detik.com. Rangkaian kata Sayang, ke
Totobuang Vol.8, No.2, Desember 2020: 239—251
250
rumah kakek dan neneknya, senang,
merupakan sebuah ungkapan kata empati
atau gambaran rasa haru seseorang pada apa
yang dilakukan oleh orang lain. Hal itu dapat
dilihat pada data no. 12. Makna serupa
dengan data no. 12 juga dapat dilihat pada
rangkaian kata bercetak tebal pada data no.
13 dan 14.
7. Maksim opini
Maksim ini sering dimunculkan dalam
tindak tutur ataupun wacana, seperti koran,
majala, berita, dan sebagaianya. Menurut
Leech (2014, hlm. 97) menjelaskan bahwa
maksim ini merupakan sebuah maksim yang
menunjukan adannya penggunaan bahasa
yang digunakan untuk bertutur dalam
mengutarakan suatu pendapat seseorang.
Berikut ini adalah salah satu contoh temuan
data yang ditemukan dalam wacana
detik.com.
15) “...Bandi mengatakan, suatu hari ia
sedang menjemput tamu di Bandara Adi
Soemarmo, Solo. Tiba-tiba ia didekati
oleh Jokowi, yang saat itu baru tiba dari
Jakarta. Jokowi pun menyapanya....”
Kata mengatakan dalam data di atas
menggambarkan bahwa ada pendapat
seseorang yang dimasukkan ke dalam
wacana atau tuturan untuk mendukung dan
memperjelas adanya informasi yang
disampaikan oleh penutur.
PENUTUP
Dalam wacana tentang pemberitaan pak
Jokowi yang dilakukan oleh detik.com pada
16 dan 14 Januari 2017, pengemasan
kesantunan berbahasa pada media sosial
memang benar-benar dilakukan oleh media
massa terkait. Dalam penelitian ini, hal itu
dilakukan oleh media massa daring
detik.com. Alasan yang mendasari akan
terjadinya pengemasan bahasa tersebut,
yaitu kesantunan dalam berbahasa sangat
penting karena bisa mengubah sesuatu yang
baik menjadi buruk, dan yang buruk menjadi
baik. Akan tetapi, kesantunan yang telah
dilakukan oleh media massa daring
detik.com telah membuktikan jika media
massa juga menerapkan banyak sekali
strategi kesantunan dalam berbahasa untuk
menghindari konflik dan kesalahpahaman
arti.
Strategi kesantunan bahasa yang
dipakai oleh detik.com, yaitu maksim
kebijakan, maksim kesederhanaan, maksim
kedermawanan, maksim opini, maksim
kesimpatihan, maksim kerendahan hati, dan
maksim persepakatan. Maksim-maksim
tersebut digunakan oleh media massa daring
detik.com agar dalam berita tentang orang
nomor satu di negara ini tidak mengalami
keganjalan dan kesalahan dalam memahami
maksud yang ingin disampaikan. Selain itu,
dengan terbuktinya penggunaan strategi
kesantunan bahasa yang dipakai oleh
detik.com, dapat dijadikan bukti bahwa
media masa sangat memperhatikan sebuah
kesanatunan dalam mengemas bahasa ketika
menyampaikan berita mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Atibrata, T. G. (2014). kesantunan Dalam
Pidato Kampanye Barack Obama
Tahun 2012. (Tesis). Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada. Fairclough, Norman. (2013). Critical Discurse
Analysis: The Critical Study Of
Language. London and New York:
Longman Group Limited
Febriasari, D., & Wijayanti, W. (2018).
Kesantunan Berbahasa Dalam Proses
Pembelajaran Di Sekolah Dasar. 2(1).
Gunawan, Deden dan Durohman, I. (2017).
Masa Kecil dan Cerita-cerita
Tersembunyi tentang Jokowi. Retrieved
December 7, 2018, at 12:25 p.m. from
Detiknews.com website:
https://news.detik.com/berita/d-
3396869/masa-kecil-dan-cerita-cerita-
tersembunyi-tentang-jokowi.
Hanum Sari, R. (2017). Maksim Kesantunan
Berbahasa Dalam Wacana Iklan
Televisi. 5, Nomer3, 13.
Leech, Geoffrey. (2014). The Pragmatics of
Politeness . USA: Longman Group
Limited.
Kesantunan Berbahasa detik.com dalam Pemberitaan ….( Roni Ardian Zulianto)
251
Mahsun. (2012). Metode Penelitian Bahasa:
Tahapan, Strategi, Metode dan
Tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Maulidi, A. (2015). Kesantunan Berbahasa
pada Media Jejaring Sosial Facebook.
E-Journal Bahasantodea, 3(4), 42–49.
Nugroho, I. (2017). Jokowi Kecil, Pendiam
dan Susah Makan. Retrieved December
5, 2018, at 11:30 a.m. from detikx.com
website:
https://news.detik.com/x/detail/investig
asi/20170113/Jokowi-Kecil,-Pendiam-
dan-Susah-Makan/
Slamet, S. Y. dan S. W. A. (2013). Bentuk
TIndak Tutur Direktif Kesantunan
Berbahasa Mahasiswa di Lingkungan
PGSD Jawa Tengah; Tinjauan
Sosiopragmatik. Widyaparwa, 41(1),
41–52.
Sudaryanto. (2015). Metode dan Aneka
Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta:
Sanata Darma University Press.
Usman, M. F. (2015). Kesantunan
Berbahasa Arsene Wenger Dalam
Konferense Pers. (tesis). Yogyakarta:
Universitas Gadjah Mada.
Wardhaugh, Ronald dan Janet M., F. (2015).
An Introduction to Sociolinguistics.
UK: Blackwell Publishing.
top related