kerjasama nuklir argentina dan brazil dalam...
Post on 01-Nov-2019
10 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KERJASAMA NUKLIR ARGENTINA DAN BRAZIL
DALAM GUADALAJARA AGREEMENT
TAHUN 2015 – 2017
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Sosial (S. Sos.)
oleh
Muhammad Hafizh
NIM: 1113113000036
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019
v
ABSTRAK
Penelitian ini memiliki fokus untuk meneliti alasan mengapa Argentina dan
Brazil mempertahankan kerjasama nuklirnya yaitu Guadalajara Agreement pada
tahun 2015 hingga tahun 2017. Masalah utama dalam penelitian ini dimulai dengan
pengembangan kapal selam bertenaga nuklir (PROSUB) yang dimiliki oleh Brazil
pada tahun 2015. Pada dasarnya teknologi nuklir yang dimiliki oleh Argentina
ataupun Brazil hanya dapat digunakan untuk tujuan damai semata (peaceful
purposes). Hal ini terangkum pada Guadalajara Agreement, disepakati oleh Argentina
dan Brazil yang tergabung di dalam Quadripartite Agreement bersama dengan
ABACC (the Argentine-Brazil Agency for Accounting and Controlling Nuclear
Materials) dan IAEA (International Atomic Energy Agency). Metode penulisan
kualitatif dan deskriptif analitis dipilih penulis untuk menjadi sistem penelitian dalam
penulisan skripsi ini, sedangkan teknik pengumpulan data menggunakan sumber
sekunder yang diampu oleh jurnal-jurnal dan penelitian para ahli yang membahas
industri dan kebijakan nuklir baik Argentina ataupun Brazil. Penulis menggunakan
dua konsep sebagai kacamata untuk meneliti skripsi yang berjudul “KERJASAMA
NUKLIR ARGENTINA DAN BRAZIL DALAM GUADALAJARA AGREEMENT
TAHUN 2015-2017”, yaitu konsep Shared Economic Interest dan konsep Complex
Interdependence yang dimana merupakan konsep turunan dari teori Neoliberal
Institusional, dengan kedua konsep ini setidaknya penulis menemukan alasan
mengapa Argentina dan Brazil tetap mempertahankan kerjasamanya yaitu, pertama
dengan alasan ekonomi sehingga dengan kerjasama ini kedua negara dapat
mendapatkan keuntungan berupa sumber daya yang terjamin bagi Argentina dan
transfer ilmu pengetahuan bagi Brazil, dan yang kedua adalah mereduksi potensi
terjadinya konflik karena kedua negara ini merupakan negara tetangga dan main actor
dari kawasan Amerika Latin.
Kata kunci: Argentina, Brazil, Kerjasama Nuklir, Amerika Latin, ekonomi, teknologi.
vi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Alhamdulillahi Rabbil ‘Alamin, puji dan syukur selalu penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT, atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis skripsi ini tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak
lupa penulis haturkan kepada junjungan kita, Nabi Besar Muhammad SAW beserta
dengan seluruh keluarga, sahabat, dan para pengikut beliau.
Rasa syukur yang tak terhingga tentunya masih menyelimuti pikiran dan hati
penulis karena telah berhasil menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul
Kerjasama Nuklir Argentina dan Brazil dalam Guadalajara Agreement tahun 2015-
2017 ini. Selama kurang lebih 6 tahun menjalani aktivitas perkuliahan di Program
Studi Hubungan Internasional, FISIP UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, penulis
merasa perlu untuk menyampaikan ucapan terima kasih kepada beberapa pihak
berikut yang telah memberikan dukungan moril kepada penulis sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan.
Dengan segenap rasa hormat dan kerendahan hati, penulis sangat ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Kedua orang tua penulis, Ayahanda Teguh Wibowo dan Ibunda Susanti yang telah
memberikan dukungan dan kasih sayang yang paling besar kepada penulis untuk
dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
2. Bapak Febri Dirgantara Hasibuan SE,. MM. selaku dosen pembimbing penulis
yang selalu memberikan arahan, motivasi, dan kritik membangunnya dalam
perbaikan penulisan skripsi ini.
3. Segenap jajaran staff dan tim pengajar/dosen Prodi HI UIN Jakarta yang telah
memberikan segudang ilmu serta wawasan yang baru kepada penulis seperti Pak
Ahmad Alfajri, Ibu Eva Mushoffa, Pak Febri Dirgantara, Pak Taufiqurahman, Pak
Aiyub Mohsin, Pak Nazaruddin Nasution, Pak Kiky Rizky, Pak Adian Firnas, Pak
Irfan Hutagalung, Pak Mahmudi, Ibu Debbie Affianty, Pak Bambang Ruswandi,
vii
Kak Mutiara Pertiwi, Ibu Indriana Kartini, Pak Teguh Santosa, Ibu Rahmi
Fitrianti, Pak Andar Nubowo, dan masih banyak lagi yang tidak saya sebutkan satu
persatu.
4. Saudari Grace Yohana yang telah membantu pengerjaan skripsi ini dan trlah sabar
mengoreksi penulisan skripsi, serta memberikan dukungan kepada penulis agar
dapat menyelesaikan tugas akhir ini.
Penulis berharap bahwa semoga semua bentuk dukungan dan kebaikan hati
tersebut mendapatkan balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis menyadari
bahwa penulisan skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan jauh dari kata
sempurna, sehingga kritik dan saran dari berbagai pihak tentu akan sangat membantu
penulis sebagai bahan pertimbangan perbaikan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi
ini dapat memberikan sumbangsih yang besar ke depannya dalam ranah kajian
penelitian pada bidang Ilmu Hubungan Internasional.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Bekasi, Mei 2019
Muhammad Hafizh
viii
DAFTAR ISI
ABSTRAK .................................................................................................................... v
KATA PENGANTAR ................................................................................................. vi
DAFTAR ISI .............................................................................................................. viii
BAB I PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah ............................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ............................................................................ 7
C. Tujuan dan Manfaat ............................................................................... 7
D. Tinjauan Pustaka ................................................................................... 8
E. Kerangka Konseptual ........................................................................... 15
1. Konsep Shared Economic Interest .................................................. 16
2. Konsep Complex Interdependence .................................................. 18
F. Metode Penelitian ................................................................................ 20
G. Sistematika Penulisan .......................................................................... 21
BAB II SEJARAH UMUM KERJASAMA BILATERAL
ARGENTINA DAN BRAZIL
A. Hubungan Argentina dan Brazil dalam Konteks Regional ................. 24
B. Argentina dan Brazil dalam Bidang Ekonomi ..................................... 25
C. Sejarah Rivalitas Militer Argentina dan Brazil ................................... 29
D. Sejarah Singkat Perkembangan Industri Nuklir Argentina dan Brazil 30
BAB III PERKEMBANGAN KERJASAMA NUKLIR ARGENTINA DAN
BRAZIL
A. Sejarah Kebijakan Nuklir Argentina ................................................... 35
B. Sejarah Kebijakan Nuklir Brazil.......................................................... 39
C. Sejarah Kerjasama Nuklir Argentina dan Brazil ................................. 42
D. Perkembangan Nuklir Argentina dan Brazil ....................................... 48
BAB IV ANALISIS KERJASAMA ARGENTINA DAN BRAZIL DALAM
INDUSTRI NUKLIR
A. Shared Economic Interest ................................................................... 55
1. Kepentingan Argentina .................................................................... 56
2. Kepentingan Brazil .......................................................................... 58
B. Complex Interdependence ................................................................... 60
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 69
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Kerjasama nuklir antara Argentina dan Brazil sudah terjalin semenjak tahun
1991 dengan menghasilkan ABACC (The Brazilian-Argentine Agency for Accounting
and Control Nuclear Materials) sebagai hasil kerjasama Guadalajara. Dengan
memiliki visi yang sama sebagai negara nonproliferasi, Argentina dan Brazil
menggunakan sumber daya nuklirnya untuk tujuan perdamaian (peaceful purposes)
atau tidak menggunakan sumber daya nuklir untuk tujuan militer.1
Penggunaan energi nuklir dengan tujuan damai (peaceful purposes) adalah
salah satu kegunaan energi nuklir itu sendiri dengan tujuan untuk membantu manusia,
setidaknya ada tiga (3) hal yang menjadi fokus dari penggunaan nuklir dengan tujuan
damai, yaitu keamanan pangan, kesehatan, dan perlindungan lingkungan.2 Hal ini
dikarenakan nuklir kerap dibilang sebagai ancaman bagi manusia karena
penggunaannya sebagai senjata. Argentina merefleksikan penggunaan nuklir dengan
tujuan damai dengan cara memproduksi berbagai keperluan medis bagi negara –
negara lain.3
1 Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order: An Appraisal, (Washington D.C.,
Carnegie Endowment for International Peace, 2016) 2 Khuros Gaffari, The Tiny Atom Delivers Big Benefits in Unexpected Ways.[basis data online]
https://share.america.gov/big-benefits-peaceful-nuclear-energy/ diakses pada tanggal 18 Mei 2019,
pukul 03.33 3 Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. (Washington D.C., Carnegie
Endowment for International Peace, 2016)
2
Argentina terbilang lebih maju dari negara lain dalam industri nuklir di
kawasan Amerika Latin karena merupakan negara yang menggunakan energi nuklir
pertama kali di Amerika latin pada tahun 1974. Argentina juga membuka peluang
untuk menguasai sektor sumber daya di kawasan Amerika Latin selain dari ekspor
sumber daya lainnya seperti minyak dan gas alam4, sedangkan Brazil merupakan
negara dengan kapabilitas perekonomian terbesar yang memiliki sumber daya nuklir
yang kaya di kawasan Amerika Latin.5
Argentina dan Brazil juga mengikuti berbagai organisasi internasional dan
treaty yang bersinggungan dengan energi nuklir itu sendiri seperti Treaty of
Tlatelolco (Amerika Latin dan Karibia), dan Nuclear Suppliers Group (NSG).
Sehingga dengan kapabilitas ini Argentina dan Brazil dapat dikatakan sebagai
pemimpin Amerika Latin di dalam bidang industri nuklir, dengan bergabungnya
kedua negara dengan NSG.
Teknologi nuklir damai yang dimiliki Argentina Argentina membuatnya
memiliki eksklusifitas dalam pembangunan industri nuklirnya dalam berbagai bidang.
Tanpa menggunakan teknologi nuklir ini sebagai senjata dan pembangunan alutsista,
Argentina memajukan teknologi nuklirnya dalam berbagai bidang seperti, kesehatan
dan energi listrik yang mampu menyuplai 20 persen dari penggunaan listrik
negaranya. Dalam bidang kesehatan juga, ketergabungan Argentina dengan NSG
4 The Observatory of Economic Complexity, Country Profile: Argentina, [basis data online], tersedia
di laman: https://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/arg/, diakses pada 18 Oktober 2018. Pukul
21.59 5 SM Short, MR Weimar, et al. Economic and Non-Proliferation Policy Considerations of Uranium
Enrichment in Brazil and Argentina. (Pacific northwest National Laboratory, Washington, 2008)
3
menciptakan hubungan ekspor dengan negara-negara berkembang seperti Aljazair
dan Mesir untuk menyuplai zat-zat radioaktif dalam bidang kesehatan, seperti cobalt-
60 radioisotopes yang digunakan sebagai alat medis dalam dunia kesehatan berupa
radiotherapy.6
Hal ini yang membentuk rivalitas antara Argentina dan Brazil namun ini juga
yang membentuk kerjasama kedua negara tersebut.7 Karena majunya industri nuklir
di Argentina, Brazil sebagai negara yang kaya akan uranium namun teknologinya
yang kurang mempuni menganggap Argentina merupakan sebuah saingan yang
menguntungkan bila terciptanya kerjasama antara kedua negara tetangga tersebut.
Teknologi nuklir Brazil yang menggunakan light-water (menggunakan tekanan air
biasa sebagai pendingin panas nuklir), sedangkan Argentina yang menggunakan
heavy-water (menggunakan tekanan air tinggi sebagai pendingin) menjadikan
kapabilitas produksi energi nuklir Brazil kurang mencukupi kebutuhan negaranya
sedangkan sumber dayanya yang melimpah di wilayah Ipero.8
Brazil merupakan negara kedua dengan reactor nuklir terbanyak selain
Argentina di kawasan Amerika Latin. Memiliki dua reaktor nuklir (Angra 1 dan
Angra 2) menjadikan Brazil sebagai negara kedua di bawah Argentina dalam industri
nuklir di kawasan Amerika Latin. Kepemilikan atas tambang Uranium di kawasan
6 Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 16
7 Olival Freire Junior, et al. Nuclear Weapons In Regional Context: The Cases of Argentina and Brazil.
(Montevideo, 2013) 8 Nuclear Energy Agency, Advanced Water Reactor Technology, [basis data online], tersedia di laman:
https://www.oecd-nea.org/brief/brief-05.html, diakses pada Minggu 19 Mei 2019, pukul 01. 07
4
Ipero juga membuat Brazil tergabung dalam NSG namun di tahun 2010, Brazil ikut
serta mendeklarasikan kerjasama nuklir bersama Iran dan Turki (Declaration of
Tehran) yang bertujuan mengembangkan nuklir bersama dan khususnya di Teheran.9
Keterikatan Brazil dan Iran juga bertujuan untuk menghindarkan sanksi
internasional terhadap kebijakan nuklir ilegal yang dimiliki oleh Iran, selain itu Brazil
pada tahun 2015 juga mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir (PROSUB)
untuk memperkuat alutsista Brazil. Pembangunan kapal selam berpendorong nuklir
ini direncanakan oleh pemerintah Brazil hingga tahun 2017.10
Kapal selam berpendorong nuklir ini dimulai tahap pembangunannya di tahun
2017 dan akan diselesaikan pada tahun 2025 serta akan mulai beroperasi di tahun
2027 sesuai dengan perumusan rencana pemerintah Brazil.11
Kebijakan Brazil untuk
membangun kapal selam nuklir yang dimulai pada Desember 2017 ini dinilai
bertentangan dengan Guadalajara Agreement antara Argentina dan Brazil karena
penggunaan nuklir yang ditujukan untuk pengembangan kekuatan militer.12
Keterikatan Argentina dan Brazil dalam Guadalajara Agreement
mengharuskan kedua negara ini menggunakan nuklir dengan tujuan peaceful
purposes. Adanya tujuan yang sama antar kedua negara ini menjadikan adanya
9 Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. (Washington D.C., Carnegie
Endowment for International Peace, 2016) 10
Vincent Groizeleau, Update on Brazil’s Submarine Program. [berita online], tersedia di laman:
https://www.meretmarine.com/fr/content/update-brazils-submarine-programme, diakses pada Selasa
21 Mei 2019, pukul 09.40 11
W. Alejandro Sanchez. The Status of Brazil’s Ambitious PROSUB Program. (Center for
International Maritime Security, 2016) 12
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy-P
5
tingkat ketergantungan yang tinggi dikarenakan Argentina memiliki teknologi
konversi atau merubah Uranium menjadi sebuah energi yang bisa digunakan dalam
berbagai bidang, namun tidak kaya akan Uranium di wilayah Pilcaniyeu, sedangkan
Brazil memiliki sumber daya yang melimpah di kawasan Ipero namun tidak memiliki
teknologi yang mempuni untuk mengelola sumber daya nuklir tersebut.13
Meskipun memiliki tujuan yang sama dan ketergantungan yang cukup kuat
antara Argentina dan Brazil, kebijakan kedua negara ini sangat kontras dalam rezim
NPT, Argentina merupakan negara yang sangat aktif dalam mengikuti berbagai
kerjasama nonproliferasi seperti di kawasan Amerika Latin (Treaty of Tlatelolco)
hingga level internasional seperti halnya Wassenaar Agreement yang bertujuan
menciptakan perdamaian hingga NSG yang merupakan kerjasama antar negara
penghasil Uranium, setidaknya lebih dari 150 kesepakatan dan treaty telah ditanda
tangani oleh Argentina.14
Argentina dan Brazil sama-sama tidak menandatangani Additional Protocol
dari NPT, namun pernyataan Argentina mengapa negaranya tidak menandatangani
Additional Protocol jelas dikarenakan, tidak melihat keadilan atas terbentuknya
protokol tambahan tersebut.15
sedangkan Brazil tidak menjelaskan ketidakikutannya
terhadap protokol tersebut yang membuat Brazil terlihat janggal didepan anggota
13
SM Short, MR Weimar, et al. Economic and Non-Proliferation Policy Considerations of Uranium
Enrichment in Brazil and Argentina. (Pacific northwest National Laboratory, Washington, 2008) 14
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. ((Washington D.C., Carnegie
Endowment for International Peace, 2016) 15
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. Hal. 28
6
NPT lainnya. Begitupun juga di dalam kerjasama bilateral dengan Argentina, Brazil
telah menyetujui Gualadajara Agreement, Namun pada tingkat internasional, Brazil
cenderung aktif bekerja sama dengan Iran dengan menyimpan bahan baku nuklir Iran
sehingga Iran dapat terhindar dari sanksi nternasional yang telah menuai kecurigaan
Dewan Keamanan PBB dalam pembentukan senjata nuklir pada tahun 2010.16
Kebijakan nuklir Brazil ini jelas bersinggungan dengan Guadalajara
Agreement di tahun 1991 yang mengatakan bahwa anggota kesepakatan tersebut tidak
boleh membangun, menyuplai, bahkan menyimpan semua hal yang berhubungan
dengan nuklir bila ditujukan untuk pembentukan senjata nuklir baik itu di negara
sendiri maupun negara lain.17
Bila hal dilanjutkan, Brazil terancam mendapatkan
sanksi internasional dikarenakan bekerja sama dengan Turki sebagai penyimpan dan
penyedia Uranium bagi Iran.18
Berdasarkan kedua pernyataan tersebut Argentina dan Brazil awalnya
memiliki tujuan yang sama dan mencapai kesepakatan di Guadalajara. Namun
seiringnya berjalan waktu Argentina dan Brazil memiliki kebijakan yang berbeda
dalam rezim nonproliferasi yang tercermin dalam kebijakan kedua negara ini di level
16
Alexei Barrinuevo, Brazil and Turkey Near Nuclear Deal with Iran, [berita online], tersedia di
laman: https://www.nytimes.com/2010/05/17/world/middleeast/17iran.html diakses pada tanggal 18
Januari 2019, pukul 20.21 17
International Atomic Energy Agency, Agreement Between the Republic of Argentina and the
Federative Republic of Brazil for the Exclusively Peaceful Use of Nueclear Energy, [basis data online],
tersedia di laman: https://www.iaea.org/sites/default/files/infcirc395.pdf, diunduh pada tanggal 15
February 2019 18
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. (Washington D.C., Carnegie
Endowment for International Peace, 2016)
7
internasional. Meskipun diuntungkan satu sama lain, minimnya konsistenitas dari
Brazil dalam kerjasama bilateral ini patut dipertanyakan.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan di atas, maka pertanyaan utama yang ada di dalam
penelitian ini adalah “Mengapa Argentina tetap mempertahankan kerjasamanya
dengan Brazil di Kerjasama Guadalajara dalam rentang tahun 2015-2017?”
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menambah wawasan secara umum.
Terlebih untuk mengetahui informasi tentang Amerika Latin khususnya Argentina
dan Brazil dalam kebijakannya di industri nuklir kedua negara tersebut, adapun
tujuan dan manfaat dari penelitian ini sebagai berikut,
1. Untuk mengetahui kepentingan Argentina dan Brazil yang tergabung
dalam Quadripartite Agreement (Argentina, Brazil, ABACC, dan IAEA)
dalam kerjasamanya di Guadalajara Agreement.
2. Untuk mengetahui fenomena nuklir di kawasan Amerika Latin.
3. Untuk mengetahui kapabilitas nuklir yang dimiliki oleh Argentina dan
Brazil.
4. Untuk mengetahui kebijakan Argentina dan Brazil dalam bidang nuklir.
8
5. Untuk mengetahui Guadalajara Agreement sebagai kesepakatan yang
mengikat Argentina dan Brazil dan kerjasama-kerjasama dalam bidang
nuklir lainnya yang mengikat Argentina dan Brazil.
6. Untuk mengetahui sejarah dari industri nuklir Argentina dan Brazil, serta
perubahan hubungan dari rivalitas menjadi partnership antara Argentina
dan Brazil.
D. Tinjauan Pustaka
Frederico Merke (2016) merupakan seorang professor dalam Ilmu Hubungan
Internasional dari San Andres University, Argentina. Literatur beliau merupakan
sumber pustaka utama dari penelitian ini yang berjudulkan Argentina In a Nuclear
Order: An Appraisal menjelaskan bahwa Argentina memiliki fokus yang sangat besar
dalam industri nuklir di Kawasan Amerika Latin. Dengan bekerja sama dengan
negara-negara powerplant lainnya di Kawasan tersebut, Argentina membentuk
beberapa kerja sama dengan bertujuan untuk beraliansi di Amerika Latin dan
Amerika Tengah tanpa ikut campur dari Amerika Serikat yang merupakan negara
dikdaya di Kawasan Amerika.
Di awal penelitian Merke menjelaskan bahwa Argentina melakukan kerja
sama setidaknya dengan Brazil (ABACC), Kawasan Karibia (Treaty of Tlatelolco),
dan bergabung juga dalam NSG (Nuclear Suppliers Group) yaitu negara-negara
9
produsen nuklir di dunia19
. Ini juga merupakan awal bahwa Argentina merupakan
salah satu negara yang berperan aktif dalam kerja sama dalam industri nuklir.
Merke juga menjelaskan bahwa tujuan utama dari nuklir Argentina ini adalah
untuk tujuan damai atau hanya sebagai penunjang kehidupan sehari-hari di negara
tersebut. Terlebih saat Argentina meninggalkan dan membiarkan proyek Condor
Missile20
. Proyek tersebut terjadi saat teknologi nuklir nya saat itu digunakan oleh
pihak militer pasca kudeta pemerintahan atau junta militer di tahun 1976.21
Setelah itu dengan memfokuskan tenaga nuklirnya untuk tujuan kedamaian
(umumnya sebagai pembangkit listrik), Argentina bersama dengan Brazil
memproklamirkan nuklirnya ke dunia internasional. Dengan modal yang besar
dengan adanya tambang uranium di wilayah Pilcaniyeu, Argentina mulai mengekspor
hasil dari tambang tersebut ke negara – negara dunia ketiga lainnya seperti Mesir,
Aljazair, dan Peru. Dengan modal ini juga Argentina menganggap bahwa dapat
bermain di industri nuklir dunia dan bahkan dapat menantang negara-negara P-5
(China, Amerika Serikat, Rusia, Perancis, Inggris) dalam indsutri nuklir. Sehingga
Argentina bersama Brazil (ABACC) menyepakati Quadripartite Agreement bersama
IAEA22
.
19
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. 20
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. 21
BBC, Dokumen junta militer Argentina ditemukan, [berita online], tersedia di laman:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2013/11/131105_majalahlain_argentina, diakses pada Rabu
31 Oktober 2018, pukul 22.30 WIB. 22
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order.
10
Literatur berikutnya merupakan sejarah dari teknologi nuklir di Argentina dan
kerja sama bilateralnya dengan Brazil yang dibuat oleh Rodrigo Mallea, Matias
Spektor, dan Nicholas J. Wheeler yang berjudulkan The Origins of Nuclear
Cooperation; A Critical Oral History of Argentina and Brazil. Literatur ini
merupakan kerja sama antara tiga departemen melalui joint conference yaitu FGV
(Fundacao Getulio Vargas, Brazil), ICCS (Institute for Conflict Coorporation and
Security) dan Woodrow Wilson International Center for Scholars pada tahun 2015.
Pada awalnya literatur ini menjelaskan tentang adanya rivalitas antara kedua negara
tersebut yang menjadikan Argentina dan Brazil menjadi sebuah kerja sama di bidang
nuklir.23
Adanya sumber daya Uranium di Kawasan Pilcaniyeu membuat rivalitas
antara Argentina dan Brazil semakin tegang dikarenakan persaingan nuklir kedua
negara tersebut. Pilcaniyeu juga merupakan salah satu alasan utama untuk bekerja
sama dikarenakan dengan ditemukannya sumber daya Uranium di Argentina maka
Brazil juga dapat menjadi importir utamanya dan mengembangkan teknologi
nuklirnya dikarenakan kemajuan nuklir Argentina sehingga membentuk kerja sama
bilateral yaitu ABACC (The Brazilian-Argentine Agency for Acounting and Control
Nuclear Materials). Dengan ikut berpartisipasi dalam peningkatan kinerja di
23
Rodrigo Mallea, Matias Spektor & Nicholas J. Wheeler. The Origins of Nuclear Cooperation; A
Critical Oral History of Argentina and Brazil, (Rio de Janeiro, FGV, 2015)
11
Pilcaniyeu dan turut serta membantu dana operasional, ABACC menjadi salah satu
industri nuklir terbesar di dunia saat ini.24
Literatur ini juga menjelaskan kronologi dari terbentuknya Guadalajara
Agreement di tahun 1991. Ini dikarenakan dalam Critical Oral History ini
membukukan perbincangan awal antara Argentina dan Brazil yang dilakukan baik di
Brasilia maupun Buenos Aires kala itu sehingga merekam berbagai kesepakatan
seperti Foz de Iguacu dan kunjungan delegasi Argentina ke Ipero serta kunjungan
delegasi Brazil ke wilayah Pilcaniyeu.25
Studi literatur yang ketiga merupakan jurnal dari Mariana Nascimento Plum,
beliau merupakan seorang peneliti dari Kementerian Pertahanan Brazil pada tahun
2010 hingga 2014. Dalam literaturnya yang berjudul Continuity In Brazil’s Nuclear
Policy menjelaskan keberadaan Brazil dalam rezim nonproliferasi nuklir.26
Pada
pembahasannya Plum menjelaskan bahwa Brazil pada tahun 1962 memang telah
menyepakati untuk tidak mengembangkan teknologi nuklir sebagai senjata dan
menjadikan untuk tujuan perdamaian namun di tahun 2008 hingga 2012 Brazil telah
merevisi inisiasinya dalam penggunaan sumber daya nuklir.
Di tahun ini Brazil menjelaskan bahwa teknologi nuklir di Brazil digunakan
menjadi dua variabel. Pertama untuk perdamaian atau sumber daya energi yang
24
Rodrigo Mallea, Matias Spektor & Nicholas J. Wheeler. The Origins of Nuclear Cooperation 25
Rodrigo Mallea, Matias Spektor & Nicholas J. Wheeler. The Origins of Nuclear Cooperation 26
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. (Washington D.C., Carnegie
Endowment for International Peace, 2016)
12
dikembangkan oleh angkatan laut Brazil dan yang kedua adalah untuk pengembangan
militer di negara tersebut yang dinamai navy’s Submarine Development Program
(PROSUB) yang mengembangkan kapal selam bersumber daya nuklir dan Brazil
merupakan satu – satunya negara nonproliferasi yang menggunakan teknologi
nuklirnya sebagai pengembangan alutsistanya.27
Dengan pengembangan ini Brazil menjadi salah satu negara NPT yang
diawasi perkembangannya oleh IAEA, sehingga menimbulkan mistrust atau
kurangnya kepercayaan terhadap Brazil dalam penggunaan teknologi nuklirnya
dikarenakan Brazil sebagai negara NPT seharusnya tidak mengembangkan energi
nuklirnya dalam bidang militer meskipun itu hanya alutsista.28
Hal ini juga yang membuat kerjasama antara Brazil dan Argentina sedikit
dipertanyakan, dikarenakan Brazil menjadi pusat perhatian dunia dan rawan akan
sanksi internasional atas kerjasamanya dengan Iran dan Turki, dalam kerjasama ini
terbentuk kesepakatan di tahun 2010 untuk menyimpan bahan-bahan nuklir
(Uranium) milik Iran di Brazil dan Turki agar Iran terhindar dari sanksi internasional
atas pengembangan teknologi nuklirnya yang illegal.29
Studi Literatur yang keempat merupakan literatur dari Eduardo Diez yang
berjudul National Development and Argentina’s Nuclear Policy. Eduardo Diez
merupakan koordinator komite Nulclear Affairs of the Argentine Council dalam
27
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. 28
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. 29
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy.
13
sektor Hubungan Internasional. Beliau juga merupakan direktur eksekutif Argentine
Network of International Relations Centers dan direktur eksekutif Yayasan Dialog
Argentina-Amerika. Ia mengajar beberapa kursus tentang kebijakan luar negeri dan
hubungan internasional di Universitas Buenos Aires, Universitas Belgrano,
Universitas Katolik Salta, dan University of Bussiness and Social Sciences.30
Literatur yang ditulis oleh Eduardo Diez ini menjelaskan tujuan Argentina
dalam menjalankan kebijakan nuklirnya di rezim nonproliferasi. Argentina bertujuan
memproklamirkan tiga pilar utama nonproliferasi yaitu pelucutan senjata nuklir,
penggunaan energi nuklir dalam tujuan damai, dan juga nonproliferasi itu sendiri.
Dalam pembahasannya Diez mengembangkan tiga substansi utama sebagai
tolak ukur kebijakan nuklir Argentina. Hal yang pertama yaitu, memajukan
perdamaian untuk pengembangan nuklir. Untuk memajukan perdamaian ini
Argentina mengikuti beberapa kegiatan masyarakat nukir internasional dengan salah
satunya bergabung dengan NSG, untuk memajukan industri nuklir dengan tujuan
damai yang dianggapnya sebagai negara sahabat. Selain itu Argentina juga bergabung
dengan banyaknya kesepakatan dan perjanjian dalam perumusan penggunaan nuklir
dalam tujuan damai dan menjadi salah satu negara yang paling banyak terlibat dengan
kesepakatan tersebut.31
30
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. (Washington D.C., Carnegie
Endowment for International Peace, 2016) 31
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. Hal. 26
14
Kedua, Argentina berusaha mengurangi peran senjata nuklir itu sendiri
dengan mengecam dan tidak ikut serta dalam berbagai kesepakatan yang mendukung
pengembangan senjata nuklir itu sendiri. Seperti halnya Arab Saudi dan Korea
Selatan yang merupakan anggota NPT, namun merasa terancam atas perkembangan
senjata nuklir illegal yang dimiliki oleh Iran dan Korea Utara. Argentina
menyuarakan bahwa tidak mendukung hal itu karena akan membuat ketidak stabilan
dan menciptakan perlombaan senjata berbasis nuklir.32
Terakhir Argentina juga menghindari atas ketidak seimbangan dalam rezim
NPT. Argentina menyadari bahwa adanya anggota Dewan Keamanan dalam rezim
NPT, menciptakan ketidak adilan bagi negara-negara anggota lainnya. Ini
dikarenakan negara lain tidak boleh memiliki senjata nuklir sedangkan kelima negara
Dewan Keamanan dianggap sah memiliki senjata nuklir. Ini juga yang menyebabkan
Argentina tidak menandatangani Additional Protocol dari NPT tersebut. 33
Studi Literatur terakhir berjudul Brazil’s Nuclear Policy: The Case for
Incrementalism yang ditulis oleh Matias Spektor. Matias Spektor merupakan
professor Sejarah dan Hubungan Internasional di FGV (Getulio Vargas Foundation)
di Sao Paulo, Brazil. Literatur ini umumnya menjelaskan perkembangan kebijakan
nuklir Brazil dalam kurun waktu 2010 hingga 2016.
32
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. Hal. 27 33
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. Hal. 28
15
Matias Spektor beranggapan bahwa kebijakan nuklir Brazil yang abstrak telah
menimbulkan berbagai permasalahan dalam perkembangan nuklir di Brazil dan
ketidak jelasan Brazil dalam menentukan aliansi nuklirnya menjadikan Brazil
terancam sanksi internasional dikarenakan posisinya yang lemah di rezim NPT.
Selain itu di bawah rezim NPT juga, Brazil telah mengembangkan kapal selam
bertenaga nuklir, dengan ini Matias Spektor menganggap bahwa Brazil menilai rezim
NPT ini lemah menurut pemerintahan Brazil.34
Brazil megikuti berbagai kewajiban NPT sebagai standarisasi
perekonomiannya agar dapat mengekspor hasil uraniumnya, serta kerjasamanya
dengan Argentina yang merupakan negara tetangganya yang paling menguntungkan.
Selain itu, Brazil dinilai memiliki peran aktif dalam membentuk sebuah teknologi
militernya sehingga sangat memungkinkan memiliki senjata nuklirnya sendiri. Brazil
juga menolak menandatangani Additional Protocol dikarenakan Brazil menganggap
IAEA akan memiliki akses yang lebih besar dalam industri nuklirnya yang
berdampak buruk terhadap rencana nuklir pemerintah Brazil itu sendiri.35
E. Kerangka Konseptual
Ketika mempelajari Ilmu Hubungan Internasional, tentunya akan ditemui
sejumlah teori dasar (Grand Theory/Mainstream Theory) yang dapat menjadi alat
bantu bagi para peneliti dalam menganalisis mengapa suatu fenomena/realitas
34
Matias Spektor, Brazil’s Nuclear Policy: The Case for incrementalism (Washington D.C., Carnegie
Endowment for International Peace, 2016) hal. 48 35
Matias Spektor, Brazil’s Nuclear Policy. hal. 50
16
sosial/kompleksitas dalam ranah hubungan antar bangsa dapat terjadi. Meskipun
terkadang kerap bersifat abstrak, namun paradigma/abstraksi/asumsi dasar dalam
sejumlah teori dasar tersebut telah memberikan kontribusi yang besar bagi para
peneliti dalam hal membangun kerangka berfikir mereka melalui sejumlah logika
berfikir tertentu.
Menganalisis kerja sama nuklir Argentina dan Brazil pada tahun 2015 - 2017,
penulis telah memilih konsep turunan dari Teori Neoliberalisme Institusional sebagai
alat untuk menjelaskan fenomena kerjasama negara-negara middle-power dibanding
negara-negara super-power yang membangun dan mengembangkan teknologi nuklir
secara individu dan mandiri. Konsep Shared Economic Interest dan Complex
Interdependence merupakan salah satu penunjang dari penelitian ini.
1. Shared Economic Interest
Shared Economic Interest merupakan salah satu Mid-Range Theory yang
menjadi sumber utama dalam penelitian ini. Adanya kerjasama dalam bidang nuklir
yang terjadi antara Argentina dan Brazil menurunkan rivalisme antar dua negara
tersebut sehingga hal itu membuat konsep ini menjadi konsep utama dalam
menjelaskan isu yang terjadi.
Shared Economic Interest adalah konsep turunan dari Neoliberalisme di mana
konsep ini beranggapan dengan bergabungnya negara sebagai aktor utama dalam
politik internasional di dalam sebuah institusi akan tercipta interest bersama dan
17
meminimalisir konflik yang akan terjadi. Ini dikarenakan adanya penyatuan atau
penyamaan kebiasaan (behaviour) negara anggota di dalam institusi tersebut sehingga
mereduksi risiko dan konflik ke depannya.36
Selain itu terciptanya pemenuhan permintaan (demand) di sebuah negara akan
lebih mudah terwujud bila kerjasama internasional terjalin. Negara lain dapat
menyediakan barang yang dibutuhkan oleh sebuah negara bila negara tersebut
memiliki kekurangan dan sebaliknya jika negara tersebut memiliki sumber daya yang
berlebih atau teknologi yang lebih maju dapat membantu negara di dalam institusi
tersebut, tentu hal ini harus ditunjang dengan adanya Harmony dan koordinasi
negara-negara di dalam institusi tersebut sehingga menciptakan sebuah International
Regime yang memiliki dampak positif dalam pemenuhan kebutuhan sebuah negara.37
Shared Economic Interest juga dapat meminimalisir barrier atau penghambat
perdagangan internasional. Adanya kesepakatan (agreements) antara negara – negara
di dalam sebuah rezim internasional menciptakan pengurangan hambatan sehingga
economic interest negara – negara tersebut lebih mudah didapatkan dibandingkan
dengan adanya perang yang memiliki cost yang tinggi.38
Dibandingkan dengan self-interest adanya Konsep Shared Economic Interest
ini dapat mengatasi 2 permasalahan utama dari kerjasama internasional. Yang
36
Robert O. Keohane, International Organization Vol. 36, (The MIT Press, 1982) 332 37
Robert O. Keohane, International Organization, 333 38
Robert O. Keohane, International Organization, 334
18
pertama adalah Transaction Costs yang dapat direduksi dengan di payunginya
negara-negara di dalam sebuah International Regime dan kedua adalah Informational
Imperfections yang di mana dapat diatasi dengan adanya koordinasi di dalam sebuah
institusi.39
Konsep Shared Economic Interest ini di nilai dapat menjawab pertanyaan
penelitian “Mengapa Argentina tetap mempertahankan kerjasamanya dengan Brazil
di dalam Kerjasama Guadalajara pada tahun 2017?” dikarenakan dapat menjelaskan
tujuan dari Argentina dan Brazil dalam memenuhi kebutuhan masing-masing negara
dalam sumber daya nuklir.
2. Complex Interdependence
Complex Interdependence menjadi salah satu Mid-range Theory yang diambil
penulis dalam penelitian ini. Dikarenakan adanya ketergantungan yang besar antara
Argentina dan Brazil dalam bidang nuklir ini menyebabkan konsep ini dianggap
cocok dalam menjelaskan permasalahan tersebut.
Complex Interdependence merupakan konsep turunan dari Neoliberalisme
Institusional di mana konsep ini beranggapan bahwa hadirnya aktor lain selain
negara. Jatuhnya system hirarki dan berkembangnya system internasional berbentuk
39
Robert O. Keohane, International Organization, 337
19
anarki, dan penggunaan kekuatan militer yang dianggap tidak efektif membuat pola
pikir yang baru dalam tatanan politik dunia.40
Selain itu adanya tiga karakteristik utama sangatlah berpengaruh dalam
pembentukan sebuah kebijakan dalam konsep ini, yaitu,
a. Multiple Channels, merupakan hubungan saling keterkaitan antar aktor negara
(interstate), trans governmental, dan transnational.
b. The Absence of Hierarchy among Issues, merupakan agenda hubungan antar
negara yang terdiri dari beragam isu yang tidak tersusun secara jelas dalam
hirarki.
c. Minor Role of Military Forces, penggunaan kekuatan militer tidak akan
digunakan oleh pemerintah suatu negara ketika Complex Interdependence
berlaku.41
Dengan penjelasan konsep ini juga bahwa adanya keterikatan aktor – aktor
yang ada seperti Argentina dan aktor-aktor non-negara lainnya menjadikan kerja
sama Argentina di bidang nuklir ini sangatlah bergantung satu sama lainnya. Sebagai
contoh bahwa keanggotaan Argentina dalam Quadrepartite Treaty bersama Brazil
(ABACC) dan badan atom dunia (IAEA) menciptakan berbagai peraturan-peraturan
yang harus disepakati oleh Argentina. 42
40
Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence: Third Edition, (New York:
Longman, 2001), 21 41
Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence, 21 42
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order.
20
Tidak adanya konsep Hirarki dan terciptanya sebuah konsep Anarki
menjadikan Argentina memiliki kedudukan yang sama dengan negara P-5 (China,
Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Rusia) di dalam organisasi internasional NSG
(Nuclear Suppliers Group). Badan ini juga yang mengatur Argentina dan negara-
negara pengekspor bahan dan teknologi nuklir lainnya seperti negara-negara P-5
untuk menghindari pembangunan atau menyalah gunakan material yang ada sebagai
senjata nuklir. Badan ini juga yang mengatur Treaty of Tlatelolco yang membahas
tentang larangan penggunaan dan pengembangan senjata nuklir di Kawasan Amerika
Latin dan Karibia.43
F. Metode Penelitian
Sebuah penelitian diharuskan memiliki metode atau tata caranya tersendiri
untuk meneliti obyek yang akan dikaji dalam penelitian tersebut. Penelitian yang
berjudul “KERJASAMA NUKLIR ARGENTINA DAN BRAZIL DALAM
GUADALAJARA AGREEMENT TAHUN 2015-2017” juga menggunakan sebuah
metode untuk mengkaji permasalahan yang penulis temukan dalam isu nuklir
tersebut, sehingga penulis menggunakan metode kualitatif untuk mengkaji
permasalahan kerjasama nuklir antara Argentina dan Brazil ini. Menurut Sanapiah
Faisal, penelitian merupakan aktivitas menelaah suatu masalah dengan menggunakan
metode ilmiah secara terancang dan sistematis, untuk menemukan suatu pengetahuan
yang baru yang terandalkan kebenarannya (objektif dan sahih) mengenai dunia alam
43
Nuclear Suppliers Group, About the NSG, [basis data online], tersedia di laman:
http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/about-nsg, diakses pada 3 November 2018, pukul 22.32
21
maupun dunia sosial. Penelitian kurang lebih dapat diibaratkan sebagai sebuah “pisau
bedah” untuk mengungkap kenyataan alam maupun sosial yang belum terungkap.44
Metode kualitatif sering kali digunakan oleh para peneliti dan ilmuan untuk
mengetahui sebuah ilmu pengetahuan yang baru, berdasarkan dari perspektif
Konstruktivisme (pendekatan sosial dan sejarah) ataupun Partisipatif (isu politik).
Metode ini juga menggunakan strategi naratif, theory studies, dan case studies,
hingga pada akhirnya para peneliti akan mengumpulkan sejumlah data yang
berkembang berdasarkan tema penelitian.45
Selain sejumlah metode tersebut, penulis juga akan menggunakan 2 strategi
penelitian lainnya, yakni deskriptif analitis (narasi mendalam mengenai kasus
penelitian) dan studi pustaka (mencari sekunder dari jurnal, buku, official report, dan
berita online)..
G. Sistematika Penulisan
BAB I PENDAHULUAN
Pada bagian ini akan dibahas mengenai identitas awal masalah penelitian. Bab
ini terdiri atas tujuh bagian, antara lain: pernyataan masalah, pertanyaan penelitian,
tujuan dan manfaat, tinjauan pustaka, kerangka teoretis, metode penelitian, dan
sistematika penulisan.
44
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1989),
10-11 45
John W. Creswell, Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches,
(Thousand Oaks: Sage Publications, Inc., 2003), 18
22
BAB II SEJARAH UMUM KERJASAMA BILATERAL ARGENTINA -
BRAZIL
Bagian ini akan menjelaskan kerjasama bilateral antara Argentina dan Brazil
secara umum, ini dikarenakan terdapat berbagai kerjasama kedua negara hingga
terbentuknya kerjsama nuklir antara Argentina dan Brazil.
BAB III KERJASAMA NUKLIR ARGENTINA DAN BRAZIL
Bagian ini akan membahas sejarah perkembangan nuklir Argentina dan Brazil
dan perkembangan pengambilan kebijakan nuklir antara kedua negara yang tergabung
dalam Guadalajara Agreement. Bagian ini juga akan membahas berbagai
kesepakatan antara kedua negara.
BAB IV ANALISIS KERJA SAMA ARGENTINA DAN BRAZIL DALAM
INDUSTRI NUKLIR
Perkembangan industri nuklir kedua negara ini dan keterkaitannya dengan
konsep serta teori yang telah di tentukan akan dijelaskan dalam bagian ini. Dengan
menggunakan konsep turunan dari teori Neoliberal Institusional yaitu, konsep Shared
Economic Interest dan Complex Interdependence untuk meninjau kembali kerjasama
antara Argentina dan Brazil
BAB V PENUTUP
23
Merupakan bagian akhir dari penelitian dalam skripsi ini yang memuat
jawaban/argumen penulis terkait pertanyaan penelitian yang ada. Jawaban penelitian
yang dimaksud merupakan hasil penjabaran analisis dari bab sebelumnya. Dengan
kata lain bab ini merupakan kesimpulan akhir dari penelitian.
24
BAB II
SEJARAH UMUM KERJASAMA BILATERAL ARGENTINA DAN BRAZIL
A. Hubungan Argentina dan Brazil dalam Konteks Regional
Hubungan Argentina dan Brazil dalam regional Amerika Latin terbilang
cukup kompleks. Ini dikarenakan sejarah kedua negara tersebut sangatlah panjang.
Dari rivalitas hingga mitra yang sangat menguntungkan bagi kedua belah pihak.
Argentina dan Brazil juga merupakan dua negara paling maju di kawasan Amerika
Latin.
Rivalitas kedua negara tersebut bermula semenjak zaman kolonialisme. Kedua
negara tersebut merupakan dua kutub terbesar di wilayah Amerika Latin. Argentina
dengan bahasa Spanyol dan juga Brazil dengan bahasa Portugis. Sehingga
menimbulkan rivalitas secara budaya hingga awal tahun 1980-an, ketika kedua negara
dikuasai oleh otoritas militer yaitu Junta militer.46
Runtuhnya rezim Junta militer di kawasan Amerika Latin pada awal 1980-an
menjadi titik cerah terjalinnya kerjasama antara Argentina dan Brazil. Kedua negara
ini lebih mementingkan kerjasama dibandingkan mempertahankan rivalitas
46
Ryan Alexander Musto. Tlatelolco Tested: The Malvinas/Falklands War and Latin America’s
Nuclear Weapon Free Zone. (Wilson Center, 2015)
25
perekonomian. Argentina dan Brazil setidaknya melakukan kerjasama di tiga bidang
yaitu, perekonomian, militer, dan energi nuklir dengan Brazil.47
Penurunan tensi rivalitas antara Argentina dan Brazil juga dibantu oleh
dukungan ringan dari Brazil dalam perang Falkland yang dialami Argentina. Kedua
negara ini juga memiliki tujuan yang sama dalam rezim nonproliferasi, sehingga
membentuk kerjasama yang strategis antara kedua belah pihak.48
B. Argentina dan Brazil dalam Bidang Ekonomi
Kerjasama Argentina dan Brazil dalam bidang perekonomian umumnya hanya
berputar pada sektor agrikultur. Di tahun 1980 kedua negara ini menjadi mitra dagang
satu sama lain dengan produksi kayu dari Argentina dan kopi dari Brazil sebagai
komoditas utama Argentina dan Brazil. Hal ini terjadi semenjak terciptanya LAFTA
(Latin America Free Trade Area) yang membuat kedua negara mengedepankan sektor
agrikulturnya. Meskipun demikian, perkembangan perekonomian Brazil yang pesat
menjadikan kedua negara tersebut tidak memiliki kesetaraan dalam bidang
perekonomian ini. Argentina cenderung bergantung kepada Brazil dan tidak
sebaliknya terjadi.49
Hingga di tahun 1988 terbentuk sebuah perjanjian perekonomian antara
Argentina dan Brazil yang dinamakan PICE (Program of Integration and Economic
47
Luis Leandro Schenoni. The Argentina-Brazil Regional Power Transition. (Research Gate, 2017) 48
Leonardo Bandarra, The Mercurial Relations between Argentina and Brazil, [basis data online],
tersedia di laman: https://www.panoramas.pitt.edu/politics/mercurial-relations-between-brazil-and-
argentina, diakses pada Minggu 19 Mei 2019, pukul 00. 52 49
Luis Leandro Schenoni. The Argentina-Brazil Regional Power Transition.
26
Coorporation) yang tersusun di dalam Treaty of Integration, Cooperation, and
Development yang menjadikan kedua negara tersebut memiliki integrasi ekonomi
yang tinggi untuk memajukan kedua negara tersebut.50
Treaty ini juga yang mengakibatkan Argentina dan Brazil menandatangani
Treaty of Asuncion di tahun 1991 yang menjadi cikal bakal dari Mercosur (Blok
Perekonomian Amerika Latin).51
Penandatanganan ini juga bersama negara Amerika
Latin lainnya yaitu Paraguay, Venezuela, dan Uruguay. Mercosur memiliki peran
besar dalam perekonomian Argentina dan Brazil, ini dikarenakan pembebasan tarif
antara negara-negara anggota Mercosur menjadikan perekonomian di wilayah selatan
Amerika ini lebih intensif dengan berkurangnya hambatan utama yaitu, tarif.52
Mercosur juga berhasil mengatasi krisis ekonomi di tahun 1999, yang membuat
Argentina dan Brazil dapat mengatasi devaluasi mata uang kedua negara dengan
meminimalisir hambatan – hambatan yang ada antara negara anggota Mercosur.
Mercado Comun del Sur atau Mercosur merupakan organisasi regional yang
terbentuk atas hasil perjanjian Asuncion (26 Maret 1991) yang kemudian
diamandemen dan dituangkan kembali di dalam perjanjian Ouro Perto. Tujuan utama
dari mercosur ini adalah mempromosikan perdagangan bebas serta mendukung
pergerakan barang, jasa, tenaga kerja, nilai tukar dan modal, serta mengembangkan
50
Karina Lilia Pasquariello Mariano. Two to Tango: An Analysis of Brazilian-Argentine Relations.
(bpsr, 2012) 51
Karina Lilia Pasquariello Mariano. Two to Tango 52
Ramalho, Antonio, Brazil’s Take on Iran and NPT, [berita online], tersedia di laman:
https://www.cfr.org/interview/brazils-take-iran-and-npt, diakses pada Jum’at 22 Maret 2019, pukul
00.09 WIB.
27
kelembahaan untuk menyelesaikan masalah-masalah sosial, seperti pendidikan,
tenaga kerja, budaya, lingkungan, dan juga perlindungan konsumen.53
Selain itu,
Mercosur juga merintis integrasi ekonomi dan kepentingan keamanan sejak tahun
1990, yang mana anggota-anggota mercosur setuju untuk mendirikan perdagangan
blok zona bebas senjata nuklir.54
Mercosur sebagai organisasi perdagangan regional Amerika Latin juga
terbentuk dengan latar belakang adanya kebutuhan akan pasar bersama di wilayah
tersebut.55
Selain itu, wilayah ini juga memerlukan suatu organisasi yang dapat
menangani permasalahan sosial yang meliputi masalah pendidikan, pekerja, budaya,
lingungan, dan konsumerisme. Kemudian, tujuan ini berkembang seiring dengan
bertambahnya kebutuhan para anggotanya. Tujuan baru ini diantaranya terlihat
dengan terbentuknya custom union pada tahun 1995 untuk memberlakukan Common
External Tariffs (CET) dan untuk menandatangani kesepakatan kerjasama dan
asosiasi perdagangan dengan Uni Eropa dalam berbagai macam bidang, antara lain
agrikultur dan perkembangan teknologi mutakhir seperti pembangkit listrik ramah
lingkungan.
Mercosur juga mengatasi krisis Argentina di tahun 2001. Brazil dan Argentina
yang menjadi mitra dalam perekonomian dan perdagangan semenjak tahun 1980-an,
53
Fransesco Duina. The Social Construction of Free Trade: The European Union, NAFTA, and
Mercosur. (New Jersey: Princeton University Press. 2007) 54
Renato Baumann. Integration in Latin America – Trends and Challenges. Economic Commission for
Latin America and The Caribbean. (2008) 55
Andrés Malamud. Latin American Regionalisme and EU Studies. (Lisbon: Institute of Social
Sciences, University of Lisbon, Portugal. 2010)
28
telah mengesampingkan rivalitas dan memajukan kerjasama kedua negara tersebut
sehingga, membuat Mercosur di bawah nama Brazil membantu mengatasi krisis yang
terjadi di Buenos Aires.56
Keberhasilan Mercosur dalam mengatasi masalah-masalah ekonomi di
kawasan Amerika Latin menjadikan Brazil dipercaya sebagai mitra ekonomi yang
dapat diandalkan di kawasan Amerika Latin itu sendiri. Ini yang menyebabkan Brazil
menjadi salah satu negara yang memiliki kapabilitas perekonomian yang tinggi dan
menjadikan Brazil sebagai pemimpin perekonomian di kawasan Amerika Latin.57
Dengan tingginya keberhasilan dari strategi perekonomian dan politik Brazil di
kawasan Amerika Selatan juga tidak serta merta membuat rivalitas antara Argentina
dan Brazil terjadi kembali.
Argentina dan Brazil telah menjadi mitra dalam ekonomi dan politik yang
sangat strategis. Meskipun Brazil memiliki kepemimpinan yang tinggi di kawasan
Amerika Latin dan Argentina yang hanya memiliki ketergantungan dengan Brazil
dalam sektor perdagangan dan agrikulturnya. Argentina memiliki peran yang besar
dalam industri nuklir Brazil.58
56
Susanne Gratius, Miriam Gomes Saraiva. Continental Regionalism: Brazil’s Prominent Role in the
Americas. (CEPS, 2013) 57
Susanne Gratius, Miriam Gomes Saraiva. Continental Regionalism 58
Ryan Alexander Musto. Tlatelolco Tested
29
C. Sejarah Rivalitas Militer Argentina dan Brazil
Memiliki hubungan diplomatis yang kuat dan tergabung dengan berbagai
kerjasama internasional, Argentina dan Brazil juga memiliki beberapa sejarah dalam
keterkaitan kedua negara ini di dalam bidang militer, dengan latar belakang yang
sama yaitu sempat memiliki rezim Junta militer dan naiknya kembali demokrasi di
kedua negara ini, menunjukkan bahwa Argentina dan Brazil memiliki keterkaitan satu
sama lain di dalam hubungan bernegara kedua negara ini.
Kepemilikan nuklir merupakan modal yang kuat bagi Argentina dan Brazil
dalam mengembangkan senjata nuklir kedua negara tersebut. Awalnya, energi nuklir
yang dibangun oleh Argentina pada tahun 1974 di bawah kepemimpinan Isabel
Martinez de Peron digunakan hanya sebagai penyuplai listrik bagi Argentina hingga
terjadinya kudeta militer dua tahun kemudian.59
Kudeta militer yang terjadi di
Argentina di bawah kepemimpinan Jorge Rafael Videla menjadikan energi nuklir
sebagai modal utama Argentina dalam mengembangkan senjata nuklir.60
Dalam
kepemimpinannya presiden Videla juga membangun dan memfokuskan
pengembangan misil Condor dengan menggunakan teknologi nuklir, sehingga pada
saat itu reaktor nuklir Atucha 1 dimiliki oleh militer Argentina untuk
mengembangkan misil tersebut.61
59
Rok Spruk. The Rise and Fall of Argentina. (Mercatus Centre, George Mason University, 2018) 60
Rok Spruk. The Rise and Fall of Argentina. 61
Nuclear Threat Initiative. Brazil Submarine Import and Export Behavior; [basis data online],
tersedia di laman: https://www.nti.org/analysis/articles/brazil-submarine-import-and-export-behavior/,
diakses pada tanggal 22 Maret 2019, pukul 07.30
30
Berbeda dengan Argentina, pemerintahan Brazil sudah dikuasai oleh Militer
semenjak tahun 1964.62
Kudeta militer yang terjadi di Brazil di awali dengan
penurunan presiden Joao Goulart yang memiliki kebijakan pro-sosialis sehingga tidak
didukung oleh militer Brazil saat itu. Pemerintahan Junta militer Brazil berakhir pada
tahun 1985.63
Sedangkan pemerintahan Junta militer Argentina berakhir di tahun
1983 pasca runtuhnya perekonomian Argentina akibat krisis global saat itu.64
Berakhirnya masa Junta militer antara Argentina dan Brazil menjadi akhir dari
rivalitas kedua negara dalam perlombaan energi nuklir. Argentina mendeklarasikan
berhenti mengembangkan misil Condor pada tahun 1991 pasca runtuhnya rezim Junta
militer, dan pemerintahan Argentina dan Brazil menginisiasikan kerjasama dan
mengesampingkan rivalitas nuklir sebagai senjata untuk memajukan energi nuklir
untuk tujuan damai bagi kedua negara.
D. Sejarah Singkat Perkembangan Industri Nuklir Argentina dan Brazil
Terbentuknya Guadalajara Agreement membuat industri nuklir Brazil terbuka
dan mencapai level internasional dengan tergabungnya Brazil dengan NSG (Nuclear
Suppliers Group). Hal ini terjadi karena bantuan Argentina dengan terbentuknya
62
Ruth Blakeley. State Terrorism and Neoliberalism. (Routledge, 2009) 63
Felipe Pereira Laureiro, Strikes Against Brazil During the Government of Joao Goulart (1961 –
1964), [basis data online], tersedia di laman:
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/08263663.2015.1126105?journalCode=rclc20, diakses
pada tanggal 10 April 2019 pukul 07.26 64
Rok Spruk. The Rise and Fall of Argentina.
31
ABACC (the Brazillian-Argentine Agency for Accounting and Controlling Nuclear
Materials) yang berada di bawah naungan IAEA.65
Kerjasama ini yang membuat Argentina-Brazil dapat mengolah sumber daya
kedua negara yang berada di kawasan Ipero dan Pilcaniyeu yang kaya akan uranium
agar dapat diekspor ke negara lain untuk tujuan damai seperti kesehatan dan
kelistrikan.66
Kerjasama Argentina dan Brazil dalam bidang nuklir yang terbentuk di
tahun 1991 ini juga membuat Brazil dapat memproses sumber daya energinya yang
melimpah di kawasan Ipero dan menghasilkan berbagai produk kesehatan di bawah
proses industri nuklir maju yang dimiliki oleh Argentina.
Selain mendapatkan keuntungan agar dapat menjadi negara yang dapat
mengekspor bahan-bahan nuklir untuk tujuan damai, Argentina dan Brazil dalam
kerjasama ini juga dapat menjadi aktor utama dalam industri nuklir di Amerika Latin
dan Karibia. Ini dikarenakan pengawasan dari lembaga yang dihasilkan oleh
kerjasama Argentina dan Brazil yaitu, ABACC berperan besar dalam menjadikan
Argentina dan Brazil menjadi negara yang dapat dipercayai oleh dunia sebagai
pemimpin NWFZ (Nuclear Weapon Free Zone) di kawasan Amerika Latin dan
Karibia. NWFZ di Amerika Latin dan Karibia ini juga merupakan hasil dari
kerjasama Argentina dan Brazil yaitu, Tlatelolco Treaty dan Quadripartite Treaty.67
65
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 15 66
Ryan Alexander Musto. Tlatelolco Tested 67
Nuclear Threat Initiative. BRAZILLIAN-ARGENTINE AGENCY FOR ACCOUNTING AND
CONTROL OF NUCLEAR MATERIALS (ABACC), [basis data online] tersedia di laman:
32
Argentina yang merupakan negara di kawasan Amerika Latin yang memiliki
perjanjian dan kesepakatan nuklir terbanyak, dan Brazil sebagai negara yang
memiliki kapabilitas ekonomi dan pemimpin kawasan Amerika Latin, merupakan
partner yang sangat strategis bagi kedua pihak. Meskipun kerjasama ini di awali oleh
rivalitas.68
Akan tetapi, rivalitas ini juga yang membangun kerjasama yang saling
menguntungkan kedua belah pihak dan salah satu kerjasama yang paling
menguntungkan adalah industri nuklir dan juga pengembangan teknologi nuklir bagi
Argentina dan Brazil.69
Kedua negara memiliki sumber daya nuklir masing-masing di than 1976
(Argentina) dan tahun 1985 (Brazil). Argentina memiliki tiga reaktor energi nuklir
yaitu, Atucha 1 dan Atucha 2 yang berada di Rio Negro dan Embalsse yang berada di
sungai Parana, ketiga reaktor nuklir Argentina menggunakan basis teknologi PHWR
yang menggunakan tekanan air tinggi sehingga ketiga reaktor nuklir ini
membutuhkan suplai air yang besar.70
Sedangkan Brazil hanya memiliki dua sumber
https://www.nti.org/learn/treaties-and-regimes/brazilian-argentine-agency-accounting-and-control-
nuclear-materials-abaccdiakses pada tanggal 22 Maret 2019 pukul 02.36 68
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 15 69
Rodrigo Mallea, Matias Spektor & Nicholas J. Wheeler. The Origins of Nuclear Cooperation; A
Critical Oral History of Argentina and Brazil, (Rio de Janeiro, FGV, 2015) 70
World Nuclear Association, Nuclear Power in Argentina, [basis data online], tersedia di laman:
http://www.world-nuclear.org/information-library/country-profiles/countries-a-f/argentina.aspx
diakses pada tanggal 7 April 2019, pukul 21.44
33
tenaga nuklir untuk mememnuhi kebutuhan listrik negaranya yaitu, Reaktor nuklir
Angra 1 dan Angra 2.71
Dengan modal sebagai negara yang menggunakan sumber daya nuklir sebagai
pemenuhan kebutuhan listrik negaranya, Argentina dan Brazil juga memiliki sumber
daya nuklir yang cukup banyak untuk mengolah energi nuklir menjadi bahan baku
(enrichment).72
Keadaan ini juga yang membuat kedua negara bekerjasama di dalam
perjanjian Guadalajara di tahun 1991. Brazil diketahui memiliki sumber daya
Uranium terbesar ke-enam di dunia dan Argentina sebagai negara yang memiliki
teknologi nuklir termaju di kawasan Amerika Latin.73
Kedua negara ini bekerja sama dalam perjanjian Guadalajara di tahun 1991
untuk saling mengembangkan potensi energi nuklir masing-masing sehingga, pada
tahun 1995 kedua negara ini bergabung dalam berbagai kerjasama multilateral untuk
dalam bidang ekspor impor bahan dasar nuklir bagi negara-negara anggota NPT
(Nuclear Non-Proliferation Treaty).74
Dengan ketergabungan Argentina dan Brazil dalam berbagai kerjasama
multilateral seperti, Nuclear Supplier Group (NSG) dan Missile Technology Control
71
World Nuclear Association, Nuclear Power in Brazil, [basis data online], tersedia di laman:
http://www.world-nuclear.org/information-library/country-profiles/countries-a-f/brazil.aspx diakses
pada tanggal 8 April 2019, pukul 22.03 72
SM Short, MR Weimar, etc. Economic and Non-Proliferation Policy Considerations of Uranium
Enrichment in Brazil and Argentina. (Pacific Northwest National Laboratory. 2008) 73
SM Short, MR Weimar, etc. Economic and Non-Proliferation Policy. 74
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order.
34
Regime (MTCR).75
Argentina dan Brazil dapat mendapatkan pasar untuk hasil
penyulingan nuklir Argentina dan bahan baku dari Brazil sehingga, kerjasama antara
Argentina dan Brazil dapat menguntungkan kedua pihak. Kerjasama ini juga dinilai
strategis dibandingkan dengan rivalitas yang bila terus berkembang akan memicu
konflik antara Argentina dan Brazil.76
Perjanjian Guadalajara juga mengedepankan pengembangan nuklir berbasis
tujuan damai. Ini dikemukakan oleh berbagai pasal yang berada dalam perjanjian
tersebut yang menyebutkan bahwa negara anggota perjanjian tidak dibolehkan
mendukung dan mengembangkan senjata nuklir dan kerjasama ini terbentuk hanya
untuk tujuan damai antara Argentina dan Brazil dalam mengelola energi nuklir dan
mengembangkan potensi nuklir kedua negara tersebut.77
75
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. 76
Karina Lilia Pasquariello Mariano. Two to Tango. 77
International Atomic Energy Agency. Agreement Between the Republic of Argentina and the
Federative Republic of Brazil for the Exclusively Peaceful Use of Nueclear Energy, [basis data online],
tersedia di laman: https://www.iaea.org/sites/default/files/infcirc395.pdf, diunduh pada 15 Februari
2019, pukul 18.24
35
BAB III
PERKEMBANGAN KERJASAMA NUKLIR ARGENTINA DAN BRAZIL
Kerjasama nuklir yang terjadi antara Argentina dan Brazil di awali dengan
perjanjian Guadalajara di tahun 1991. Dengan adanya perjanjian Guadalajara ini
Argentina dan Brazil sepakat membentuk badan independen untuk mengurusi
permasalahan nuklir dan memantau Argentina dan Brazil hanya menggunakan energi
nuklir untuk tujuan damai dan tidak mengembangkan senjata nuklir.
Kerjasama ini juga terbentuk karena adanya perbedaan potensi yang dimiliki
Argentina dan Brazil dalam kepemilikan energi nuklir. Argentina dengan
teknologinya yang maju sedangkan kepemilikan Brazil atas melimpahnya sumber
daya energi nuklir berupa Uranium dan Plutonium di kawasan Ipero. Sehingga
penelitian di dalam Bab 3 ini di awali dengan sejarah dari kedua negara yaitu,
Argentina dan Brazil mengenai kebijakan dan kepemilikan energi nuklir di kawasan
masing-masing.
Adapun kerjasama seperti perjanjian Guadalajara dan Quadripartite Treaty
serta penjanjian lainnya akan dibahas dikarenakan di dalam Bab 2, penjelasannya
hanya berdasarkan sejarah umum antara Argentina dan Brazil di dalam bidang
ekonomi, militer, dan sedikit menyinggung dari kerjasama Argentina dan Brazil di
dalam bidang nuklir itu sendiri.
36
A. Sejarah Kebijakan Nuklir Argentina
Argentina merupakan negara latin pertama yang memiliki sumber daya energi
nuklir dengan reaktornya yaitu Atucha 1 yang telah berdiri semenjak tahun 1974.
Kemudian Argentina juga membangun reaktor nuklir kedua di wilayah Bendungan
Rio Tercero pada tahun yang sama dan selesai di tahun 1984. Pada tahun 1981,
Argentina juga merencanakan pembangunan reaktor nuklir ketiganya (Atucha 2)
namun terhenti pada tahun 1994 dan dikerjakan kembali di tahun 2007 dan selesai di
tahun 2014.78
Ketiga reaktor nuklir Argentina ini menggunakan teknologi PHWR
(Pressurized Heavy-Water Reactor) sehingga baik PLTN Atucha 1 dan 2 yang berada
di Sungai Parana dan Embalse (Bendungan) yang berada di kawasan Bendungan Rio
Tercero menggunakan air yang melimpah sebagai sumber kekuatan reaktor nuklir
tersebut (selain Uranium dan Plutonium).79
Dikarenakan Argentina merupakan negara pertama di Amerika Latin yang
menggunakan sumber daya energi nuklir, Argentina juga ditajuk sebagai pemimpin
nuklir di kawasan Amerika Latin. Argentina memfokuskan kebijakan nuklirnya untuk
tujuan perdamaian bahkan dari semua reaktor nuklir yang ada di Argentina diajukan
78
World Nuclear Association, Nuclear Power in Argentina, [basis data online], tersedia di laman:
http://www.world-nuclear.org/information-library/country-profiles/countries-a-f/argentina.aspx
diakses pada tanggal 7 April 2019, pukul 22.25 79
World Nuclear Association, Nuclear Power in Argentina, [basis data online], tersedia di laman:
http://www.world-nuclear.org/information-library/country-profiles/countries-a-f/argentina.aspx
diakses pada tanggal 7 April 2019, pukul 22.32
37
sebagai sumber listrik di negara tersebut. Tercatat 10% dari penggunaan listrik di
Argentina merupakan hasil dari ketiga reaktor nuklir yang ada di Argentina.80
Selain itu, dengan modal nuklir ini juga Argentina menggunakannya sebagai
alat diplomasi dengan tujuan damai. Semenjak periode 1960an meskipun Argentina
dikuasai oleh Junta militer saat itu namun Argentina tidak pernah menggunakan
nuklir sebagai alat pembentukan senjata meskipun perang dingin sedang
berlangsung.81
Pada tahun 1983 Argentina kembali menjadi negara demokrasi di bawah
kepemimpinan Raul Alfonsin dan memulai negoisasi atas kerjasama nuklirnya
dengan negara tetangganya yaitu Brazil. Sehingga pada tahun 1991 terlahirlah
ABACC (Agencia Brasileño-Argentina de Contabilidad y Control de Materiales
Nucleares / Brazilian-Argentine Agency for Accounting and Control of Nuclear
Materials) sebagai badan independen di bawah IAEA untuk mengontrol dan
menjamin bahwa kedua negara menggunakan sumber daya nuklir untuk tujuan
perdamaian.82
Di tahun yang sama Argentina menandatangani Quadripartite Treaty bersama
Brazil, ABACC, dan IAEA yang merupakan cikal bakal dari terbentuknya
Guadalajara Agreement antara Argentina dan Brazil sehingga terjalin kerjasama yang
80
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order: An Appraisal, (Washington D.C.,
Carnegie Endowment for International Peace, 2016 81
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. 82
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order.
38
intensif di kedua pihak. Kemudian di tahun 1993 Argentina mulai merambah
kerjasama multilateral dan bergabung dengan Australia Group dan Missile
Technology Control Regime kedua kerjasama bilateral ini merupakan bagian dari
Multilateral Export Control Regime untuk meminimalisir senjata nuklir dan
mengkontrol energi nuklir negara – negara anggota.83
Kemudian di tahun 1994 Argentina menandatangani Tlatelolco Treaty (Treaty
for the Prohibition of Nuclear Weapon in Latin America and Caribbean Countries)
yang menegaskan bahwa wilayah Amerika Latin dan Karibia tidak akan
mengembangkan senjata nuklir dari energi yang nuklir yang dihasilkan dan juga di
tahun tersebut Argentina menjadi anggota NSG (Nuclear Suppliers Group) sebagai
organisasi yang diperbolehkan IAEA (International Atomic Energy Agency) untuk
menyuplai bahan – bahan dasar energi nuklir bagi negara lain (peaceful purposes).84
Pada tahun 1995 Argentina kembali mendeklarasikan dirinya sebagai negara tanpa
senjata nuklir dan di tahun berikutnya menandatangani dan bergabung dalam
Wassenaar Agreement yang bertujuan untuk bertukar informasi dalam penggunaan
barang dan teknologi yang ada di negara – negara anggota.85
Hingga saat ini Argentina merupakan salah satu negara yang menandatangani
dan menyetujui kesepakatan atau perjanjian nonproliferasi nuklir terbanyak di
83
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. 84
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. 85
Nuclear Threat Innitiative, Wassenaar Arrangement, [basis data online], tersedia di laman:
https://www.nti.org/learn/treaties-and-regimes/wassenaar-arrangement/, diakses pada tanggal 11
February 2019 pukul 00.53
39
kawasan Amerika Latin dan Argentina juga merupakan negara yang konsisten
memprakarsai nuklir sebagai energi yang memiliki tujuan damai dan untuk
masyarakat dan perekonomian negara. Terbukti di saat krisis global di tahun 2004
Argentina mengatasi permasalahan energi dengan menggunakan tenaga nuklirnya
sebagai penunjang listrik negara.86
B. Sejarah Kebijakan Nuklir Brazil
Energi Nuklir di Brazil sudah beroperasi sejak tahun 1984 dengan nama
reaktor nuklirnya yaitu Angra 1. Pengerjaan konstruksi dari reaktor ini dimulai
semenjak tahun 1971. Dengan menggunakan teknologi Light Water Nuclear Power
Plant yang di beli dari Amerika Serikat. Sebelumnya pembelian ini terjadi atas
kesepakatan damai atas teknologi nuklir antara Amerika Serikat dan Brazil pada
tahun 1955. Dikarenakan Brazil terpantau Amerika Serikat dan Inggris melakukan
kerjasama dengan mantan ilmuwan NAZI di tahun 1953. Sehingga di tahun 1971 lah
terbentuk kesepakatan damai dan menggunakan teknologi nuklir Amerika Serikat
alih-alih menggunakan teknologi NAZI tersebut di bawah penjagaan IAEA.87
Pada tahun 1975 Brazil mulai merencanakan pembangunan reaktor keduanya
yaitu Angra 2 (sempat tertunda oleh junta militer dan kembali diselesaikan dan
86
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. ((Washington D.C., Carnegie
Endowment for International Peace, 2016) 87
John R. Redrick. Nuclear Illusions: Argentina and Brazil. (Washington D. C., The Henry L. Stimson
Center, 1995)
40
beroperasi di tahun 2000).88
Kerjasama ini kembali menggunakan teknologi Light
Water yang berasal dari Jerman. Kerjasama Brazil – Jerman ini tercatat merupakan
kesepakatan terbesar antara negara maju dan negara berkembang saat itu. Ini
dikarenakan Jerman dan Brazil menyepakati paket lengkap yang ditawarkan oleh
Jerman berupa Fuel Fabrication, Reprocessing, dan “Nozzle” yang berguna untuk
menyuburkan bahan dasar nuklir tersebut (Uranium). Dengan ini Brazil dianggap
memiliki kapabilitas untuk mengembangkan teknologi nuklirnya sendiri tanpa ada
bantuan dari negara lain.89
Alasan utama terbentuknya kesepakatan Brazil dan Jerman serta paket
lengkapnya adalah krisis minyak di tahun 1974. Namun, kebijakan ini juga menuai
kontra dari peneliti nuklir Brazil. Mereka beranggapan bahwa sebaiknya Brazil
menggunakan teknologi PHWR seperti negara tetangganya Argentina. Teknologi
Light Water dianggap kurang menyuplai listrik dan tidak sebanding hasilnya dengan
teknologi PHWR tersebut. Tidak hanya itu, peneliti nuklir Brazil di bawah CNEN
(National Nuclear Energy Comission) juga mengkritisi kebijakan Brazil bekerjasama
dengan Jerman dikarenakan dengan adanya kerjasama tersebut bukannya terbentuk
energi nuklir yang independen tanpa campur tangan negara lain melainkan terbentuk
88
World Nuclear Association, Nuclear Power in Brazil, [basis data online], tersedia di laman:
http://www.world-nuclear.org/information-library/country-profiles/countries-a-f/brazil.aspx diakses
pada tanggal 18 April 2019, pukul 22.03 89
John R. Redrick. Nuclear Illusions: Argentina and Brazil
41
depedensi atas Jerman dikarenakan teknologi dan semua komponen dari teknologi
nuklir Brazil merupakan hasil dari Jerman.90
Kritik tajam peneliti nuklir Brazil ini merupakan cikal bakal dari kerjasama
Argentina dan Brazil pada tahun 1983. Ini dikarenakan peneliti Brazil beranggapan
bahwa kebijakan nuklir di Argentina yang dilakukan oleh pemerintah didukung
penuh oleh perkumpulan peneliti nuklir Argentina dan masyarakatnya.91
Sehingga di
tahun 1991 terbentuklah kerjasama nuklir antara Brazil dan Argentina di Guadalajara
yang dikenal sebagai kerjasama Quadripartite yang berarti 4 partisipan yaitu Brazil,
Argentina, IAEA, dan ABACC (lembaga independen pengawas nuklir yang
dihasilkan Brazil dan Argentina di tahun yang sama).92
Di tahun 1998 pasca bekerjasama dengan Argentina di tahun 1991. Brazil dan
Argentina bergabung dengan berbagai Multilateral Export Control Regimes seperti
halnya MTCR (Missile Technology Control Regime) dan Nuclear Suppliers Group
serta bergabung dengan NPT (Non-Proliferation Treaty). Meski bergabung dengan
NPT, Brazil menolak menyetujui bahwa setiap negara yang menyerahkan senjata
nuklirnya harus menyerahkan teknologi nuklirnya dan juga Brazil menyatakan bahwa
pelucutan senjata nuklir harus bersifat horizontal menurut Celso Amorim yang
merupakan mantan menteri luar negeri Brazil. Meskipun bergabung dengan NPT,
90
John R. Redrick. Nuclear Illusions: Argentina and Brazil 91
John R. Redrick. Nuclear Illusions: Argentina and Brazil 92
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order: An Appraisal, (Washington D.C.,
Carnegie Endowment for International Peace, 2016
42
Brazil tetap enggan menandatangani Additional Protocol dari Non-Proliferation
Treaty tersebut.93
C. Sejarah Kerjasama Nuklir Argentina dan Brazil
Kerjasama Nuklir Argentina dan Brazil dimulai semenjak tahun 1983 yang
ditandai dengan adanya negoisasi antara pihak Argentina dan Brazil dalam
mengembangkan kerjasamanya di bidang nuklir. Kerjasama ini berawal ketika rezim
Junta militer Argentina runtuh dan kemudian dikuasai oleh pemerintahan demokratis
yang dipimpin oleh Raul Alfonsin .
Terbentuknya negoisasi antara Argentina dan Brazil, kedua negara ini
merupakan rival dalam berbagai aspek perekonomian di kawasan Amerika Latin.
Rivalitas ini terjadi juga dalam sektor teknologi nuklir dimana kedua negara ini
belum meratifikasi Treaty of Tlatelolco yang bertujuan untuk melarang penggunaan
energi nuklir untuk kebutuhan militer di kawasan Amerika Latin dan Karibia yang
dibentuk pada tahun 1967.94
Adapun kewajiban dari treaty ini sebagai berikut.
1. Para Pihak dengan ini berjanji untuk menggunakan secara eksklusif untuk tujuan
damai bahan dan fasilitas nuklir yang berada di bawah yurisdiksi mereka, dan
untuk melarang dan mencegah di wilayah masing-masing:
93
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. (Washington D.C., Carnegie
Endowment for International Peace, 2016) 94
Rodrigo Mallea, Matias Spektor & Nicholas J. Wheeler. The Origins of Nuclear Cooperation; A
Critical Oral History of Argentina and Brazil, (Rio de Janeiro, FGV, 2015)
43
a. Pengujian, penggunaan, pembuatan, produksi atau akuisisi dengan cara apa
pun dari senjata nuklir apa pun, oleh Para Pihak sendiri, secara langsung atau
tidak langsung, atas nama siapa pun atau dengan cara lain, dan;
b. Penerimaan, penyimpanan, pemasangan, penyebaran, dan segala bentuk
kepemilikan senjata nuklir apa pun, secara langsung atau tidak langsung,
oleh Para Pihak sendiri, oleh siapa pun atas nama mereka atau dengan cara
lain apa pun.
2. Para Pihak juga berjanji untuk tidak terlibat, mendorong atau memberikan
wewenang, secara langsung atau tidak langsung, atau dengan cara apa pun
berpartisipasi dalam pengujian, penggunaan, pembuatan, produksi, kepemilikan
atau kontrol senjata nuklir apa pun.95
Argentina memiliki energi nuklir di tahun 1974 dan Brazil di tahun 1984,
kedua negara tersebut tetap tidak meratifikasi Treaty of Tlatelolco tersebut, namun
Argentina dan Brazil telah mendeklarasikan bahwa kedua negara menyepakati
penggunaan energi nuklir untuk tujuan damai pada tahun 1980.96
Pada tahun 1985, Argentina dan Brazil mendeklarasikan penggunaan energi
nuklir untuk tujuan damai yang tertuang di dalam Declaration of Foz de Iguassu.97
95
Center for Nonproliferation Studies. Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons in Latin
America and the Caribbean (Treaty of Tlatelolco), [basis data online], tersedia di laman:
https://www.nti.org/media/pdfs/Treaty_of_Tlatelolco.pdf?_=1316643635?_=1316643635, diunduh
pada tanggal 20 Februari 2019, pukul 14.02 96
Rodrigo Mallea, Matias Spektor & Nicholas J. Wheeler. The Origins of Nuclear Cooperation 97
Nuclear Threat Initiative, BRAZILLIAN-ARGENTINE AGENCY FOR ACCOUNTING AND
CONTROL OF NUCLEAR MATERIALS (ABACC)
44
Deklarasi ini menyampaikan empat poin atas penggunaan energi nuklir dengan tujuan
damai, yaitu.
1. Komitmen mereka (Argentina dan Brazil) untuk mengembangkan energi nuklir
secara eksklusif dengan tujuan damai.
2. Tujuan untuk bekerja sama secara erat dalam semua bidang penerapan energi
nuklir secara damai dan untuk saling melengkapi dalam aspek-aspek yang
mereka anggap mudah untuk disepakati.
3. Aspirasi bahwa kerja sama ini diperluas ke negara-negara Amerika Latin lainnya
yang mungkin tertarik pada tujuan yang sama.
4. Keputusan mereka untuk menerapkan sistem jaminan bersama tentang
pemanfaatan bahan, peralatan, dan fasilitas nuklir yang damai secara eksklusif di
kedua negara.98
Kesepakatan ini dilanjutkan di tahun 1987 dan 1988 kedua negara saling
berkunjung ke kawasan tambang uranium Argentina dan Brazil. Di tahun 1987
delegasi Brazil mengunjungi pabrik pengayaan difusi gas Pilcaniyeu di Argentina
yang di sebut sebagai Deklarasi Viedma dan di tahun 1988 delegasi Argentina
mengunjungi pabrik pengayaan ultra-sentrifugal Aramar di Brazil yang dikenal
sebagai Deklarasi Ipero. Setelah saling mengunjungi kedua negara terbentuklah
Deklarasi Buenos Aires pada tahun 1990 yang berisi tentang kesepakatan nuklir
98
. Wilson Center, Brazil-Argentina Foz do Iguaçu Joint Declaration on Regional Nuclear Policy,
[basis data online], tersedia di laman:
https://digitalarchive.wilsoncenter.org/document/117521.pdf?v=5cbdb3cbe61b1cdc4d830647f2e00939
, diunduh pada 20 Februari 2019, pukul 21.40
45
kedua belah pihak. Deklarasi ini juga membahas masalah teknis atas pembentukan
ABACC. 99
Akhirnya pada tahun 1991, Argentina dan Brazil menyepakati untuk membuat
sebuah lembaga independen bernama ABACC (Agencia Brasileño-Argentina de
Contabilidad y Control de Materiales Nucleares / Brazilian-Argentine Agency for
Accounting and Control of Nuclear Materials). ABACC bertujuan untuk mengawasi
kegiatan nuklir kedua negara agar tidak disalah gunakan oleh salah satu pihak.
Lembaga ini juga merupakan kaki tangan dari IAEA (International Atomic Energy
Agency).100
Kerjasama ini bertujuan untuk menjaga keamanan penggunaan energi nuklir
bagi kedua belah pihak (Argentina-Brazil) agar menggunakan teknologi nuklir untuk
tujuan damai. Keberadaan ABACC juga berhasil menekan motivasi Argentina dan
Brazil untuk mengurungkan niat memiliki senjata nuklir atas kapabilitas yang
dimiliki oleh kedua negara tersebut. Ini dikarenakan tugas ABACC itu sendiri untuk
memantau aktivitas nuklir Argentina-Brazil dan melaporkan aktivitas nuklir kedua
negara kepada IAEA.101
ABACC menjadi salah satu pondasi utama terbentuknya kerjasama nuklir antara
Argentina dan Brazil. Sebagai salah satu anggota dalam perjanjian Quadripartite yang
99
Nuclear Threat Initiative, BRAZILLIAN-ARGENTINE AGENCY FOR ACCOUNTING AND
CONTROL OF NUCLEAR MATERIALS (ABACC) 100
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order: An Appraisal, (Washington D.C.,
Carnegie Endowment for International Peace, 2016) 101
Jose Goldemberg, Carlos Feu Alvim, Olga Y. Mafra. The Denuclearization of Brazil and
Argentina. (Routledge, 2018)
46
menghasilkan Guadalajara Agreement di tahun 1991.102
Adapun isi dari Kesepakatan
Guadalajara seperti berikut.
1. Para Pihak (Argentina dan Brazil) berjanji untuk menggunakan bahan dan
fasilitas nuklir di bawah yurisdiksi atau kontrol mereka secara eksklusif untuk
tujuan damai.
2. Para Pihak juga berjanji untuk melarang dan mencegah di wilayah masing-
masing, dan tidak melakukan, mempromosikan atau mengotorisasi, secara
langsung atau tidak langsung, atau dari berpartisipasi dengan cara apa pun
dalam:
a. Pengujian, penggunaan, pembuatan, produksi atau akuisisi dengan cara apa
pun dari senjata nuklir; dan
b. Penerimaan, penyimpanan, instalasi, penyebaran atau segala bentuk
kepemilikan senjata nuklir apa pun.
3. Mengingat bahwa saat ini tidak ada perbedaan teknis yang dapat dibuat antara
alat peledak nuklir untuk tujuan damai dan untuk tujuan militer, Para Pihak juga
berjanji untuk melarang dan mencegah di wilayah masing-masing, dan untuk
menjauhkan diri dari melakukan, mempromosikan atau mengotorisasi, secara
langsung atau secara tidak langsung, atau dari berpartisipasi dengan cara apa
pun dalam, pengujian, penggunaan, pembuatan, produksi, atau akuisisi dengan
102
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order
47
cara apa pun dari alat peledak nuklir mana pun sementara batasan teknis yang
disebutkan di atas.103
Dalam Perjanjian Quadripartite yang menjadi pondasi utama terbentuknya
kerjasama bilaterak antara Argentina dan Brazil menyetujui juga bahwa kegiatan
nuklir kedua negara akan tetap dilakukan inspeksi berkala dari pihak IAEA dan
dijembatani oleh ABACC sebagai lembaga independen di bawah IAEA.104
Pada Januari 1994 Argentina menandatangani Treaty of Tlatelolco dan diikuti
oleh Brazil pada bulan Mei di tahun yang sama. Kedua negara di bawah Perjanjian
Guadalajara juga mengikuti sejumlah agenda internasional dalam tujuan damai
penggunaan energi nuklir seperti Non Proliferation Treaty (NPT) pada tahun 1995
dan mendeklarasikannya sebagai negara yang tidak memiliki senjata nuklir.
Di tahun 2001 Brazil dan Argentina menandatangani deklarasi bersama yang
menciptakan Badan Aplikasi Energi Nuklir Brazil-Argentina (ABAEN). Melalui
ABAEN, kedua negara berjanji untuk bekerja sama dalam bidang-bidang seperti
siklus bahan bakar nuklir, limbah nuklir, dan reaktor energi nuklir. Kerja sama ini
bertujuan untuk mempromosikan kondisi yang tepat untuk desain dan pelaksanaan
proyek-proyek bersama dan melengkapi Komite Tetap Argentina-Brazil tentang
Kebijakan Nuklir. Kemudian di tahun 2003 Duta Besar Celso Amorim dari Brazil
103
International Atomic Energy Agency. Agreement Between the Republic of Argentina and the
Federative Republic of Brazil for the Exclusively Peaceful Use of Nueclear Energy 104
International Atomic Energy Agency. Energy Agency for the Application of Safeguards, [basis data
online], tersedia di laman: https://www.iaea.org/sites/default/files/infcirc435.pdf; Internet; diunduh
pada 20 Februari 2019, pukul 21.20
48
dan Duta Besar Rafael Bielsa dari Argentina mengembangkan nota kesepakatan yang
menegaskan kembali atas keterlibatan negara mereka dengan pelucutan senjata dan
nonproliferasi senjata pemusnah massal atau senjata nuklir destruktif.105
Hingga tahun 2017 beragam inspeksi juga telah dilakukan pihak ABACC dan
IAEA dalam melaksanakan tugasnya dalam memantau kegiatan nuklir Argentina dan
Brazil untuk memastikan tidak adanya penyalah gunaan energi nuklir sebagai senjata
pemusnah massal dan kepentingan militer. Argentina dan Brazil juga merupakan
negara pengekspor material nuklir yang tergabung dalam NSG (Nuclear Suppliers
Group) sehingga membutuhkan pengawasan dari pihak IAEA.106
D. Perkembangan Nuklir Argentina dan Brazil
Argentina umumnya menggunakan energi nuklir yang dimilikinya untuk
kebutuhan domestik. Ini dikarenakan Argentina memiliki tujuan damai dalam
penggunaan energi tersebut. Minimnya kebijakan internasional dan memaksimalkan
energi nuklirnya di dalam negeri menjadikan kebijakan nuklir Argentina memiliki
pola yang terus mengikuti perkembangan rezim nonproliferasi.
Kebijakan nuklir Argentina di awal tahun 1980an pasca demokratisasi
kembali dari rezim Junta militer. Kebijakan ini awalnya bersifat unilateral saat di
pimpin oleh Junta militer namun di era 1980 akhir mulai bersifat bilateral dengan
bekerjasama dengan Brazil dan multilateral sehingga Argentina bergabung ke dalam
105
Nuclear Threat Initiative, BRAZILLIAN-ARGENTINE AGENCY FOR ACCOUNTING AND
CONTROL OF NUCLEAR MATERIALS (ABACC) 106
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 15
49
berbagai treaty seperti Treaty of Tlatelolco, Quadripartite Treaty, hingga organisasi
internasional seperti Nuclear Suppliers Group.107
Pasca perkembangan strategi nuklir Argentina di tahun 1990an, Argentina
kini memiliki tujuan untuk mengurangi atau mereduksi perkembangan senjata nuklir
di kancah internasional. Anggapan bahwa teknologi nuklir lebih baik digunakan
untuk mengembangkan berbagai kebutuhan hidup manusia.
Seperti halnya yang dilakukan Argentina di tahun 2015 dengan mengekspor
berbagai hasil nuklirnya berupa reaktor, zat radioaktif (radioisotopes), dan
laboratorium nuklirnya ke berbagai negara seperti Aljazair, Mesir, Australia, dan
juga negara tetangganya yaitu Brazil dan Peru yang umumnya digunakan sebagai
alat kesehatan. Argentina juga merupakan penghasil cobalt-60 radioisotopes terbesar
ketiga di dunia yang kerap digunakan sebagai medical radiotherapy,industrial
radiography, dan peralatan sterilisasi medis.108
Meskipun Argentina memiliki visi yang jelas dengan penggunaan nuklir
untuk tujuan damai, Argentina juga tidak menutup mata dengan perkembangan
teknologi nuklir yang semakin berkembang. Adanya sejumlah ancaman seperti
ketidak transparansian sebuah negara merupakan salah satu concerns utama
Argentina dalam mengambil kebijakannya di level internasional.109
107
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 15 108
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 16 109
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. ((Washington D.C.,
Carnegie Endowment for International Peace, 2016) Hal. 28
50
Seperti halnya dalam pengesahan Additional Protocols atas Non-Proliferation
Treaty, Argentina enggan menandatangani dan menerima pasal tambahan tersebut
karena Argentina beranggapan bahwa adanya tambahan tersebut akan menciptakan
ketidak seimbangan dalam rezim NPT. Argumen Argentina ini disebabkan oleh
adanya negara-negara pemilik senjata nuklir ikut berpartisipasi dalam Additional
Protocols dan juga banyaknya anggota yang tidak memiliki nuklir yang turut
berpartisipasi, sehingga menimbulkan ketidak adilan yang menjadikan negara-negara
non-nuklir terisolasi oleh negara-negara pemilik senjata.110
Selain itu, Argentina juga
beranggapan bahwa adanya negara pemilik senjata nuklir harus terlebih dahulu
dilucuti persenjataannya untuk dapat mengikuti rezim nonproliferasi.111
Berbeda dengan kebijakan yang dianut oleh Argentina dengan
mengedepankan kesetaraan anggota NPT dan kepemilikan senjata nuklir oleh
negara-negara Dewan Keamanan, Brazil menolak menandatangani Additional
Protocols dari NPT karena memiliki pandangan bahwa kepemilikan senjata nuklir
merupakan hal yang lazim bila dikembangkan oleh otoritas negara yang memiliki
sumber daya nuklir. Ini membuat Brazil dapat menggunakannya untuk membangun
kapal selam berteknologi nuklir yang sudah direncanakan oleh pemerintah Brazil
semenjak tahun 2008.112
110
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. Hal. 28. 111
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. Hal. 29. 112
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy.
51
Nuclear Propelled Submarine (PROSUB) resmi dimiliki Brazil di tahun
2018.113
Kepemilikan PROSUB ini merefleksikan kebijakan nuklir Brazil dengan
absensi Brazil dalam menandatangani Additional Protocols dari NPT dengan
menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan pengembangan alutsista yang dimiliki
oleh Brazil. Kebijakan nuklir yang cenderung menyalahi maksud dan tujuan NPT
bukan hanya sekali dilakukan oleh pemerintah Brazil.114
Pada tahun 2010, Brazil juga bekerjasama dengan Iran dan Turki yang
bertujuan untuk membantu pemerintah Iran menghindari sanksi internasional.
Kecurigaan Dewan Keamanan atas kepemilikan senjata nuklir yang dikembangkan
oleh Iran seakan dibantu oleh pemerintah Brazil untuk menyimpan bahan baku nuklir
yang dimiliki oleh Iran. Hal ini juga membuat kenetralan Brazil dalam penggunaan
nuklir untuk tujuan damai dipertanyakan.115
Kebijakan nuklir Brazil yang cenderung memiliki standar ganda menjelaskan
posisi Brazil yang menganggap rezim NPT tidak memiliki masa depan yang cerah.
Brazil sebelumnya telah menandatangani NPT di tahun 1998 yang tergolong cukup
lama dikarenakan kepemilikan teknologi nuklirnya di tahun 1980-an dan telah
bekerjasama dengan Argentina di tahun 1991.116
Meskipun Brazil telah berkomitmen
untuk menggunakan teknologi nuklirnya untuk tujuan damai semata, kenyataannya
113
Nuclear Threat Innitiative, Brazil Submarine Import and Export Behavior 114
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. 115
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. 116
Matias Spektor. Brazil’s Nuclear Policy: The Case for Incrementalism. (Washington D.C.,
Carnegie Endowment for International Peace, 2016)
52
penggunaan teknologi nuklir untuk sumber daya kapal selam angkatan lautnya
seakan berseberangan dengan tujuan dari NPT itu sendiri.117
Di samping itu juga,
keterlibatan Brazil dengan Iran patut untuk dipertanyakan atas keseriusan Brazil di
dalam rezim Non-Proliferation Treaty.
Brazil mengklaim bahwa negaranya menggunakan energi nuklir hanya untuk
tujuan damai. Namun, di tahun 2010 dengan menyimpan material nuklir dari Iran
untuk menghindari sanksi internasional yang dijatuhkan untuk Iran atas kepemilikan
senjata nuklir negara tersebut menunjukan kebiasan dari kebijakan Brazil itu sendiri.
Karena dengan menyetujui Guadalajara Agreement seharusnya Brazil tidak
menyimpan material nuklir yang dimiliki negara lain. Selain itu, penggunaan
teknologi nuklir Brazil untuk pengembangan kapal selam bertenaga nuklir yang
diklaim Brazil untuk mempertahankan wilayah maritim dari Brazil menciptakan
wajah baru Brazil jika Brazil merupakan negara yang menggunakan nuklir untuk
kepentingan militer.118
117
Matias Spektor. Brazil’s Nuclear Policy 118
Matias Spektor. Brazil’s Nuclear Policy
53
BAB IV
ANALISIS KERJASAMA ARGENTINA DAN BRAZIL DALAM
INDUSTRI NUKLIR
Sebelum melanjutkan analisis terhadap penelitian kerjasama nuklir antara
Argentina dan Brazil, penulis terlebih dahulu ingin mengulang kembali sedikit
tentang bahasan-bahasan yang sudah terangkum di dalam bab-bab sebelumnya.
Dalam penjelasan yang sudah tersampaikan di bab 1, Argentina dan Brazil sudah
membuat perjanjian di tahun 1991 (Guadalajara Agreement), namun dengan
kebijakan Brazil di tahun 2010, dengan bekerjasama dengan Iran dan Turki yang
tentu memiliki kontradiksi dengan pasal-pasal yang terangkum dalam perjanjian
tersebut, penulis mempertanyakan relevansi perjanjian tersebut.119
Perjanjian yang terbentuk sebelumnya membahas bahwa negara anggota
Guadalajara Agreement (Argentina dan Brazil) tidak dibolehkan untuk
mengembangkan, menerima, atau menyimpan senjata nuklir serta material yang
dimaksudkan untuk pembuatan senjata nuklir, baik kepemilikan negara tersebut
maupun kepemilikan negara lain.120
Namun di tahun 2010, Brazil terbukti
menandatangani perjanjian tiga pihak antara Brazil, Iran, dan Turki untuk menyimpan
119
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. 120
International Atomic Energy Agency, Agreement Between the Republic of Argentina and the
Federative Republic of Brazil for the Exclusively Peaceful Use of Nueclear Energy
54
material dan Uranium serta Plutonium dari Iran untuk menghindari sanksi
internasional dari dewan keamanan atas kebijakan nasional Iran untuk
mengembangkan senjata nuklir.121
Penelitian ini umumnya membahas tentang relevansi kerjasama Argentina dan
Brazil dalam Guadalajara Agreement. Argentina merupakan negara yang memiliki
teknologi terdepan di kawasan Amerika Latin dan menggunakan sumber daya nuklir
untuk tujuan damai semata, berbeda dengan Brazil yang tetap mengembangkan kapal
selam bertenaga nuklir untuk memperkuat alutsistanya.122
Poin ini yang membuat
penelitian ini menarik bahwa terjadinya kontradiksi dari perjanjian yang sudah
dilaksanakan oleh Argentina dan Brazil.
Di dalam bab 2, penulis sudah merangkum sejumlah kerjasama baik dalam
segi militer dengan adanya Junta militer dalam kedua belah pihak yang membentuk
rivalitas antara Argentina dan Brazil serta kerjasama ekonomi dimana, Argentina dan
Brazil tergabung dan merupakan pendiri dari Mercosur (blok ekonomi di kawasan
Amerika Latin).123
Sejarah umum Argentina dan Brazil juga digaris bawahi oleh
kerjasama nuklir yang intens semenjak bangkitnya era demokrasi di kedua negara ini.
Kembali kepada pembahasan kerjasama nuklir antara Argentina dan Brazil,
poin ini umumnya terangkum di dalam Bab 3 yang menjelaskan tentang sejarah dan
perkembangan energi nuklir baik di pihak Argentina maupun Brazil hingga
121
Alexei Barrionuevo, dan Sebnem Arsu. Brazil and Turkey Near Nuclear Deal with Iran 122
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. 123
Andrés Malamud. Latin American Regionalisme and EU Studies.
55
kebijakan-kebijakan mengenai energi nuklir. Seperti yang sudah dijelaskan bahwa
kebijakan Argentina yang sangat mendukung penggunaan nuklir untuk tujuan damai
dan Brazil yang kerap menggunakan energi nuklir untuk mengembangkan alutsista
dan kebijakannya yang menyimpan material nuklir Iran merupakan poin utama dalam
penelitian ini.
A. Shared Economic Interest
Konsep yang pertama merupakan Shared Economic Interest yang
dikemukakan oleh Robert O. Keohane. Konsep ini menjelaskan bahwa adanya
keuntungan bersama yang lebih besar bila melakukan kerjasama dibandingkan
dengan memprioritaskan kepentingan negara tersebut, Shared Economic Interest juga
beranggapan bahwa kepentingan ekonomi bersama ini dapat mereduksi konflik yang
akan terjadi kedepannya.124
Adanya kepentingan bersama yang lebih besar ini ditunjukkan dengan adanya
perbedaan potensi antara Argentina dan Brazil. Bila kedua negara ini menjalankan
kepentingan individunya, bukan tidak mungkin Argentina dan Brazil hanya
menggunakan energi nuklir untuk kepentingan pribadi masing-masing negara.
Sedangkan, bila kedua negara besar di kawasan Amerika Latin ini melakukan
124
Robert O. Keohane, International Organization. hal 332
56
kerjasama maka, keuntungan yang dihasilkan akan lebih besar dibandingkan dengan
mempertahankan egoisme kedua belah pihak dan juga rivalitas kedua negara ini.125
Melalui kacamata konsep Shared Economic Interest maka dapat dijelaskan
bahwa adanya keuntungan yang lebih besar bagi kedua negara untuk bekerjasama
dibandingkan mementingkan kepentingan pribadi negara tersebut.126
Meskipun Brazil
melanggar beberapa pasal di dalam Guadalajara Agreement, Argentina dan Brazil
tetap mempertahankan kerjasama kedua negara tersebut karena adanya kepentingan
ekonomi bersama yang dapat dicapai. Kepentingan itu merupakan pasar komoditas
nuklir bagi Argentina dan Brazil yang tergabung dalam NSG dan juga sirkulasi
produktivitas kedua negara dalam industri nuklir akan aman bila kedua negara ini
tetap mempertahankan Guadalajara Agreement.
1. Kepentingan Argentina
Argentina merupakan negara yang memiliki teknologi nuklir yang maju.
Argentina juga merupakan satu-satunya negara di kawasan Amerika Latin yang
memiliki penyulingan energi nuklir sendiri yang dapat mengubah bahan mentah
nuklir (Uranium dan Plutonium) menjadi zat radioaktif yang dapat digunakan dalam
bidang kesahatan.127
Tentu saja hal ini merupakan potensi yang besar untuk
Argentina yang memiliki teknologi maju seperti ini untuk mendapatkan keuntungan
yang lebih besar dengan menjadikan zat radioaktif ini menjadi sebuah komoditas
125
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 16 126
Robert O. Keohane, International Organization. Hal. 332 127
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 16
57
untuk negara-negara berkembang lainnya di luar dari kawasan Amerika Latin.
Sehingga, Argentina bergabung di dalam NSG (Nuclear Supplier Group) di tahun
1995.128
Adanya keuntungan bersama bagi Argentina adalah terjaminnya kebutuhan
dari material mentah energi nuklir itu sendiri. Selain itu, dengan jarak yang dekat
sehingga dapat mengurangi biaya pengiriman dibandingkan harus mendatangkan
material nuklir dari negara lain dapat menambah keuntungan Argentina. Keuntungan
Argentina untuk mendapatkan sumber daya nuklir berupa Uranium untuk
mengembangkan reaktor nuklir ke-empatnya yaitu CAREM didapatkan dari Brazil.
Argentina menerima empat ton Uranium yang sudah diperkaya dari Brazil untuk
tujuan pembangunan reaktor CAREM di tahun 2016.129
Keuntungan lainnya yang juga didapatkan dari bekerjasama dengan Brazil
adalah keamanan dari teknologi nuklir Argentina karena sudah memiliki badan
independen yaitu ABACC untuk mengawasi aktivitas nuklir Argentina dan Brazil.130
Dengan adanya ABACC sebagai lembaga independen di bawah pengaruh IAEA dan
atas hasil dari Guadalajara Agreement di tahun 1991, Argentina memiliki hak untuk
mengekspor material nuklirnya dengan tujuan damai.131
Hal ini dikarenakan
terbentuknya kerjasama Quadripartite antara Argentina, Brazil, ABACC, dan IAEA,
128
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 15 129
World Nuclear Association, Nuclear Power in Argentina 130
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 15 131
Nuclear Suppliers Group, Participants.[basis data online], tersedia di laman
http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/about-nsg/participants1, diakses pada tanggal 1 Mei 2019,
pukul 01.25
58
keanggotan Argentina dalam NSG sudah terjamin karena didukung oleh Treaty of
Tlatelolco, hasil dari kerjasama Quadripartite itu sendiri.132
2. Kepentingan Brazil
Brazil merupakan salah satu negara yang memiliki kekayaan alam terbesar di
dunia, bahkan kekayaan sumber daya nuklir Brazil sendiri merupakan nomor enam
terbesar di dunia yang terletak di wilayah Ipero.133 Sayangnya kepemilikan tambang
Uranium yang kaya ini tidak sejalan dengan teknologi nuklir Brazil yang memiliki
kapabilitas yang terbilang cukup rendah karena menggunakan teknologi low-
pressurized water untuk reaktor nuklir Angra 1 dan 2 yang dimiliki Brazil.134
Dari pihak Brazil keuntungan yang didapatkan adalah keamanan Brazil di
mata internasional bahwa adanya kerjasama nuklir dengan Argentina dapat menutupi
kebijakan Brazil untuk pembuatan kapal selam bertenaga nuklir yang ditujukan untuk
memperkuat kedaulatannya di bidang maritim.135
Terlebih dengan adanya ABACC
juga mempengaruhi cara pandang negara-negara lain untuk tetap bekerjasama dengan
Brazil dikarenakan penggunaan energi nuklir Brazil dipastikan hanya untuk tujuan
damai menurut pemantauan ABACC beserta IAEA.136
132
World Nuclear Association, Nuclear Power in Argentina 133
Mariana Nascimento Plum, Continuity In Brazil’s Nuclear Policy. 134
World Nuclear Association, Nuclear Power in Brazil 135
Nuclear Threat Innitiative, Brazil Submarine Import and Export Behavior 136
Nuclear Threat Initiative. BRAZILLIAN-ARGENTINE AGENCY FOR ACCOUNTING AND
CONTROL OF NUCLEAR MATERIALS(ABACC)
59
Adanya kerjasama Guadalajara juga telah menghapuskan tensi yang tinggi
antara Argentina dan Brazil yang dahulunya adalah rival di kawasan Amerika Latin.
Terlebih semenjak dikuasainya Argentina dan Brazil dalam rezim Junta militer yang
memiliki kebijakan represif kala itu. Kerjasama ini sudah pasti menurunkan
kecurigaan Argentina terhadap Brazil dan sebaliknya.
Dengan perbedaan kapabilitas dan potensi antara Argentina dan Brazil maka
kedua negara ini sepakat untuk bekerjasama di tahun 1991 dan mengesampingkan
sejarah rivalitas dari kedua negara tersebut dan membuat badan independen di bawah
IAEA (International Atomic Energy Agency) untuk memantau kebijakan dan
perkembangan nuklir kedua belah pihak dan memastikan penggunaan energi nuklir
hanya untuk tujuan damai.137
Badan ini dinamakan ABACC (Brazilian-Argentine
Agency for Accounting and Control of Nuclear Materials). Semenjak kerjasama ini
terbentuk Argentina dan Brazil memasuki ke dalam fase baru perkembangan energi
nuklir dengan bergabungnya Argentina dan diikuti Brazil di dalam Nuclear Suppliers
Group.
Tergabungnya Argentina dan Brazil di dalam NSG ini menjadikan kedua
negara memiliki pasar yang cukup luas untuk menjual komoditas kedua belah pihak
dalam bidang nuklir, Argentina dengan hasil dari zat radioaktif sedangkan Brazil
dengan material mentah dari nuklir itu sendiri.138
137
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. Hal. 15 138
Susanne Gratius, Miriam Gomes Saraiva. Continental Regionalism.
60
Selain untuk mereduksi potensi konflik kedepannya, Konsep Shared
Economic Interest juga dapat mengatasi dua permasalahan utama dari kerjasama
yaitu, Transaction Costs yang dapat direduksi dengan di payunginya negara-negara di
dalam sebuah International Regime, dengan bergabungnya Argentina dan Brazil
dalam Guadalajara Agreement kedua negara ini dapat dimudahkan dalam
partisipasinya di rezim NPT.
Kedua adalah Informational Imperfections yang di mana dapat diatasi dengan
adanya koordinasi di dalam sebuah institusi.139
Argentina dan Brazil dapat menjadi
anggota NSG tanpa harus menyetujui Additional Protocol NPT itu sendiri yang
dinilai memberatkan bagi Argentina dan Brazil, karena Guadalajara Agreement
menjadi bagian dari kesepakatan IAEA itu sendiri. Hal ini juga dimudahkan dengan
terbentuknya ABACC sebagai lembaga independen dibawah naungan IAEA.
B. Complex Interdependence
Teori konsep kedua yang digunakan adalah konsep Complex Interdependence
yang merupakan salah satu turunan dari teori Neoliberalisme. Teori ini menjelaskan
adanya hubungan antar kedua aktor yang umumnya adalah negara yang mana saling
bergantung satu sama lain.140
Konsep ini dicetuskan oleh Robert O. Keohane dan
Joseph S. Nye dalam bukunya yang berjudul Power and Interdependence.
139
Robert O. Keohane, International Organization, 337 140
Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence: Third Edition, (New York:
Longman, 2001), 21
61
Secara garis besar konsep Complex Interdependence ini memiliki tiga kriteria
utama yang menjadikan sebuah hubungan antar negara dapat dikatakan memiliki
interpedensi yang kompleks. Yang pertama adalah Multiple Channels, kriteria ini
berasumsi bahwa adanya hubungan yang memiliki keterkaitan antar aktor
internasional baik itu antar aktor negara (interstate), aktor trans-governmental,
maupun aktor trans-national harus terbentuk dalam sebuah kerjasama
internasional.141
Hal ini ditunjukkan dalam kerjasama nuklir yang disepakati oleh Argentina
dan Brazil. Adanya pihak-pihak di luar dari negara itu sendiri (Argentina dan Brazil)
membuat kerjasama ini semakin luas jangkuannya, seperti tergabungnya ABACC
sebagai lembaga independen dan IAEA dalam mengawasi setiap kebijakan dan
aktivitas nuklir yang dilakukan oleh negara tersebut.142
Adanya kerjasama ini juga
membuat banyak pihak terlibat, keterkaitan Argentina-Brazil dalam bidang nuklir
membantu kedua negara untuk mempromosikan hasil nuklirnya di dalam berbagai
rezim internasional seperti Nuclear Suppliers Group (NSG) dan Missile Technology
Control Regime (MTCR).143
Kriteria kedua yang menjadikan sebuah kerjasama internasional dapat disebut
sebagai Complex Interdependence adalah The Absence of Hierarchy among Issues.
Kriteria ini menjelaskan bahwa adanya agenda dalam hubungan antar aktor negara
141
Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence, 21 142
Nuclear Threat Initiative. BRAZILLIAN-ARGENTINE AGENCY FOR ACCOUNTING AND
CONTROL OF NUCLEAR MATERIALS (ABACC) 143
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order.
62
tidak terstruktur jelas dan tidak membentuk sebuah hirarki.144
Sebaliknya, sebuah
kerjasama ini membentuk kondisi anarki dimana tiap aktor memiliki hak dan
kewajiban yang sama dalam sebuah kerjasama.
Kerjasama nuklir yang terjalin antara Argentina dan Brazil cukup
membuktikan bahwa kedua negara ini mementingkan hubungan yang anarki
dibandingkan dengan hirarki dalam menyelesaikan permasalahan kedua negara ini.
Berbeda dengan kerjasama regional seperti Mercosur yang umumnya dipimpin oleh
Brazil dikarenakan tingkat ekonomi Brazil yang tinggi, di dalam kerjasama nuklir ini
Argentina dan Brazil merupakan anggota yang memiliki kewajiban dan hak yang
sama.145
Kedua negara ini sama-sama diawasi oleh IAEA dan ABACC dalam
kebijakan nuklir satu sama lain. Selain itu, keterkaitan kedua negara ini di dalam
bidang nuklir yang memiliki tujuan untuk penggunaan nuklir secara damai membantu
Argentina dan Brazil dalam keanggotaannya dalam NSG dan juga Nuclear Non-
Proliferation Treaty (NPT) yang sama rata dengan anggota lainnya.146
Kriteria yang terakhir adalah Minor Role of Military Forces yang
beranggapan bahwa bila Complex Interdependence berlaku maka penggunaan
kekuatan diplomasi melalui cara halus lebih diutamakan dibandingkan kekuatan
144
Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence, 21 145
Susanne Gratius, Miriam Gomes Saraiva. Continental Regionalism. 146
Nuclear Threat Initiative. BRAZILLIAN-ARGENTINE AGENCY FOR ACCOUNTING AND
CONTROL OF NUCLEAR MATERIALS (ABACC)
63
militer.147
Bila tidak terciptanya kondisi ini maka Complex Interdependence dapat
dikatakan tidak berlaku dalam sebuah kerjasama internasional.
Dalam kerjasama nuklir yang dilakukan oleh Argentina dan Brazil.
Penggunaan kekuatan nuklir sudah jelas dilarang dalam kerjasama ini dan digantikan
oleh lembaga pengawas seperti ABACC yang merupakan perpanjangan tangan dari
IAEA. Hal ini diakibatkan oleh tujuan dari kerjasama nuklir ini untuk penggunaan
nuklir dengan tujuan damai. Terlebih dari itu, kekuatan militer dalam sebuah
kerjasama sudah ditinggalkan oleh Argentina dan Brazil pada tahun 1980-an dimana
ditandai dengan runtuhnya rezim Junta militer yang digantikan oleh demokrasi di
kedua negara tersebut.148
Penggunaan diplomasi juga lebih ditekankan oleh Argentina dan Brazil.
Tercatat kedua negara ini sering mengikuti berbagai agenda internasional mengenai
penggunaan nuklir dalam tujuan damai dan mengikuti sejumlah perjanjian
internasional, di antaranya seperti Treaty of Tlatelolco (Amerika Latin dan Karibia),
Quadripartite Treaty, dan Nuclear Non-Proliferation Treaty. Argentina dan Brazil
juga merupakan pencetus dalam NWFZ (Nuclear Weapon Free Zone) di kawasan
Amerika Latin dan Karibia.149
147
Robert O. Keohane dan Joseph S. Nye, Power and Interdependence, 21 148
Ryan Alexander Musto. Tlatelolco Tested 149
Nuclear Threat Initiative. BRAZILLIAN-ARGENTINE AGENCY FOR ACCOUNTING AND
CONTROL OF NUCLEAR MATERIALS (ABACC)
64
Dengan terpenuhinya ketiga kriteria yang menunjukan bahwa kerjasama
nuklir yang terbentuk antara Argentina dan Brazil yang terangkum dalam
Guadalajara Agreement dapat dikatakan bahwa kerjasama ini merupakan Complex
Interdependence. Brazil sebelumnya melakukan kebijakan yang kontra dengan isi
perjanjian Guadalajara. Bila dikaji dengan kedua kacamata konsep ini yaitu Shared
Economic Interest dan Complex Interdependence, penelitian ini dapat menjelaskan
mengapa Argentina dan Brazil tetap mempertahankan kerjasamanya pada tahun 2017.
Kebijakan Brazil dengan menyimpan material nuklir Iran di dalam
kerjasamanya dengan Iran dan Turki di tahun 2010 pun belum dapat dibuktikan
masyarakat internasional bila material itu digunakan Iran untuk pembuatan senjata
nuklir, dan juga dalam kebijakan militer Brazil yang menggunakan teknologi nuklir
untuk mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir juga tidak dipersenjatai dengan
teknologi nuklir itu sendiri.150
Brazil mengembangkan teknologi nuklir setidaknya hanya untuk tenaga dari
kapal selam tersebut bukan untuk mempersenjatai kapal selam tersebut. Lebih dari
itu, kebijakan tersebut juga diawasi ABACC sebagai lembaga independen di bawah
IAEA. Menurut ABACC, Brazil hingga saat ini menggunakan potensi nuklirnya
dalam tujuan damai. Namun, presepsi internasional menganggap kebijakan nuklir
150
Ramalho, Antonio. Brazil’s Take on Iran and NPT, [berita online], tersedia di laman:
https://www.cfr.org/interview/brazils-take-iran-and-npt, diakses pada Jum’at 22 Maret 2019, pukul
00.09 WIB.
65
yang dijalankan Brazil merupakan kebijakan yang berbahaya karena bersangkutan
dengan teknologi militer.151
Dengan adanya ABACC sebagai lembaga independen setidaknya Argentina
dan Brazil dapat terus bekerjasama di dalam bidang nuklir dan mempertahankan
kerjasama Guadalajara yang ada semenjak tahun 1991. Ini dikarenakan kerjasama
Guadalajara merupakan hubungan interdependensi yang kompleks bagi Argentina
dan Brazil. Banyaknya keterlibatan antara Argentina dan Brazil dalam kerjasama
nuklir yang ada di kawasan seperti keanggotaannya dengan Tlatelolco Treaty dan
Quadripartite serta, pembentukan NWFZ Amerika Latin dan Karibia juga
dipengaruhi oleh kerjasama kedua negara ini.
Hubungan antara Argentina dan Brazil juga dapat disebut sebagai Strategic
Neighbor karena di dalam pengembangan industri nuklir.152
Argentina dan Brazil
merupakan negara tetangga yang saling menguntungkan satu sama lain, selain itu
kedua negara ini merupakan negara tetangga di kawasan Amerika Latin sehingga
dapat mereduksi biaya pengiriman bila kedua negara ini bekerjasama.153
Kapabilitas Brazil sebagai negara ke-enam yang memiliki sumber daya nuklir
terkaya di dunia juga dapat menjaga stabilitas material nuklir yang dimiliki oleh
151
Nuclear Threat Initiative, BRAZILLIAN-ARGENTINE AGENCY FOR ACCOUNTING AND
CONTROL OF NUCLEAR MATERIALS (ABACC) 152
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. 153
Benjamin Witte-Lebhar. Argentina Promises Nuclear Power Surge . ( Notien. 2010)
66
Argentina.154
Produksi zat-zat radioaktif yang dimiliki Argentina yang dipasarkan
melalui Nuclear Suppliers Group (NSG) dan negara-negara Amerika Latin lainnya
dapat terpenuhi jika kerjasama ini terus berlanjut.
Di sisi Brazil sendiri, produktivitas energi nuklir yang dimiliki oleh
pemerintah Brazil dapat dibantu oleh Argentina, hal ini terjadi karena keanggotaan
Brazil di Nuclear Suppliers Group tidak terlepas dengan keanggotaan Argentina di
organisasi internasional tersebut.155
Brazil dinilai menggunakan energi nuklir secara
damai meskipun kebijakannya yang terlihat pro-militer dengan pembangunan kapal
selam bertenaga nuklir dan bekerjasamanya Brazil dengan Iran, dapat dibantu oleh
partnership-nya dengan Argentina.156
Ini dikarenakan penggunaan teknologi nuklir
Argentina umumnya hanya berfokus kepada penyediaan energi (listrik) bagi negara
dan pengembangan zat-zat radioaktif untuk keperluan medis.157
Argentina dan Brazil dengan kata lain merupakan negara yang saling
memiliki ketergantungan, dengan dasar ini juga kerjasama antara Argentina dan
Brazil dalam Guadalajara Agreement dinilai layak untuk dipertahankan. Kerjasama
ini juga mengurangi resiko atas konflik antara Argentina dan Brazil kedepannya
karena adanya persamaan visi dan misi dalam penggunaan energi nuklir.
154
SM Short, MR Weimar, etc. Economic and Non-Proliferation Policy 155
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. 156
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. 157
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order.
67
Di dalam level internasional, kerjasama Argentina dan Brazil juga dapat
dilihat memiliki visi yang sama untuk menentang Additional Protocol dari Nuclear
Non-Proloferation Treaty (NPT). Argentina dan Brazil sempat menolak
menandatangani Additional Protocol NPT dengan alasan keanggotaan negara-negara
yang memiliki teknologi senjata nuklir seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Perancis
akan menekan negara-negara non-senjata nuklir dalam rezim proliferasi tersebut.
Argentina dan Brazil kerap menyerukan hak-hak negara non-senjata nuklir untuk
dapat mengembangkan teknologi nuklirnya untuk tujuan damai tanpa ada campur
tangan dari negara-negara pemilik senjata nuklir.158
Argentina dan Brazil juga merupakan main actor di dalam kawasan Amerika
Latin, sehingga kedua negara ini memiliki pengaruh yang kuat di dalam level regional
Amerika Latin itu sendiri. Dengan adanya kerjasama nuklir ini menciptakan kondisi
dimana Argentina dan Brazil tidak memiliki perlombaan senjata nuklir yang
destruktif. Hal ini dapat terjadi selama kerjasama antara Argentina dan Brazil terjalin.
Hal ini dikuatkan oleh sejarah kedua negara yang memiliki rivalitas yang tinggi pada
zaman Junta militer di tahun 1970-an.159
Guadalajara Agreement yang disetujui antara Argentina dan Brazil memiliki
proses yang panjang sehingga kedua negara baik Argentina ataupun Brazil dapat
mengenal karakteristik dari teknologi dari kedua pihak, selain itu kedua negara ini
158
Eduardo Diez. National Development And Argentina’s Nuclear Policy. 159
BBC, Dokumen junta militer Argentina ditemukan, [berita online], tersedia di laman:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2013/11/131105_majalahlain_argentina, diakses pada Rabu
31 Oktober 2018, pukul 22.30 WIB.
68
diawasi oleh IAEA melalui ABACC sebagai lembaga independen dalam
mengembang menjalankan produktivitas nuklirnya dengan tujuan damai telah
menciptakan stabilitas antara Argentina-Brazil dan wilayah regional di kawasan
Amerika Latin.160
Kerjasama dalam industri nuklir antara Argentina dan Brazil dapat dikatakan
sebagai industri nuklir yang efisien dan efektif bagi kedua negara.161
Hal ini
dikarenakan adanya monitoring dari ABACC dapat mengurangi kecurigaan
internasional atas pengembangan nuklir kedua belah pihak, selain itu adanya
kerjasama ini dapat mereduksi cost baik dalam sektor produksi atau pengiriman
material nuklir dikarenakan Argentina dan Brazil merupakan negara tetangga.162
Kerjasama ini juga dapat mengurangi penggunaan kekuatan militer dan
meningkatkan potensi penggunaan diplomasi energi bagi kedua belah pihak. Hal ini
juga dapat mengangkat Argentina dan Brazil ke dalam level internasional untuk
memasarkan produk nuklir dari kedua negara ini. Guadalajara Agreement dinilai
sangat menguntungkan bagi Argentina dan Brazil dalam penggunaan teknologi nuklir
baik dalam level domestik maupun internasional.163
160
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order. 161
Karina Lilia Pasquariello Mariano. Two to Tango. 162
SM Short, MR Weimar, etc. Economic and Non-Proliferation Policy 163
Frederico Merke. Argentina In A Changing Nuclear Order
69
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Kerjasama Guadalajara yang dianggotai oleh Argentina dan Brazil telah
menciptakan berbagai macam keuntungan bagi Argentina ataupun Brazil, meskipun
ada beberapa kebijakan dari Brazil yang dianggap menyimpang dari poin-poin
kerjasama Guadalajara antara Argentina dan Brazil. Kebijakan tersebut merupakan
pengembangan kapal selam berteknologi nuklir oleh Brazil di tahun 2017, dan
kebijakan Brazil untuk bekerjasama dengan Iran dan Turki untuk menyimpan
material Nuklir Iran agar terhindar dari sanksi internasional pada tahun 2010.
Argentina merasa tidak terpengaruh dengan kebijakan Brazil tersebut. Hal ini
dikarenakan tidak merugikan Argentina karena Brazil merupakan strategic
partnership dan strategic neighbor bagi Argentina. Demikian juga dengan Brazil
yang berasumsi bahwa kebijakan Brazil untuk menyimpan material Iran dan
mengembangkan kapal selam bertenaga nuklir (PROSUB) tidak berkaitan dengan
pengemnbangan senjata nuklir yang bersifat destruktif, selain itu pengembangan
kapal selam bertenaga nuklir Brazil ini juga tidak membahayakan kawasan sekitar
karena posisi Brazil di mata negara-negara Amerika Latin juga cukup baik. Negara-
70
negara Amerika Latin tidak mempermasalahkan pengembangan kapal selam
bertenaga nuklir Brazil ini.164
Menurut pendekatan konsep Shared Economic Interest juga kerjasama
Guadalajara antara Argentina dan Brazil menunjukan kepentingan bersama kedua
negara, dengan mengesampingkan kepentingan individu kedua negara tersebut.
Argentina akan mendapatkan sumber daya nuklirnya dengan mudah jika bekerjasama
dengan Brazil. Hal ini dikarenakan Brazil merupakan negara dengan sumber daya
Uranium terbesar ke-enam di dunia dan juga merupakan partner dagang dari
Argentina dan berada di payung yang sama yaitu Quadripartite Agreement yang
beranggotakan Argentina, Brazil, ABACC, dan IAEA. Hal itupun dirasakan oleh
Brazil dimana mendapatkan transfer ilmu pengetahuan dalam bidang kesehatan oleh
Argentina dan juga dapat mencapai pasar internasional melalui NSG bersama
Argentina.
Keuntungan bersama ini juga sejalan dengan kebijakan Argentina dan Brazil
untuk menentang Additional Protocol dari NPT yang bertujuan untuk menentang
keanggotaan negara-negara pengguna senjata nuklir dalam rezim NPT. Adanya
Shared Economic Interest juga mengurangi potensi konflik antara Argentina dan
Brazil yang merupakan main actor dari kawasan Amerika Latin. Penulis juga
menggunakan konsep Complex Interdependence untuk melengkapi kacamata konsep
164
W. Alejandro Sanchez. The Status of Brazil’s Ambitious PROSUB Program. (Center for
International Maritime Security, 2016)
71
dikarenakan adanya intensitas kerjasama yang tinggi antara Argentina dan Brazil juga
dapat mengurangi potensi terjadinya clash antara Argentina dan Brazil.
Terdapat satu garis besar dalam penyimpulan penelitian ini, bahwa Argentina
dan Brazil dapat menjadikan perbedaan dan keuntungan masing-masing negara
sebagai sebuah keuntungan yang lebih besar dengan menyampingkan rivalitas antara
Argentina dan Brazil dalam 40 tahun kebelakang. Kerjasama berlandaskan kesamaan
kepentingan yang diikuti oleh keuntungan ekonomi ini juga menjadi tolak ukur
penulis dalam menjelaskan permasalahan yang terjadi antara Argentina dan Brazil.
72
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal
Baumann, Renato. “Integration in Latin America – Trends and Challenges. Economic
Commission for Latin America and The Caribbean.” (2008)
Blakeley, Ruth. “State Terrorism and Neoliberalism.” Routledge (2009)
Diez, Eduardo. “National Development And Argentina’s Nuclear Policy.” Carnegie
Endowment for International Peace (2016)
Duina, Fransesco. “The Social Construction of Free Trade: The European Union,
NAFTA, and Mercosur.” Princeton University Press (2007)
Goldemberg, Jose, Carlos Feu Alvim, dan Olga Y. Mafra. “The Denuclearization of
Brazil and Argentina.” Routledge (2018)
Gratius, Susanne, Miriam Gomes Saraiva. “Continental Regionalism: Brazil’s
Prominent Role in the Americas.” CEPS (2013)
Junior, Olival Freire, Diego Hurtado, et al. “Nuclear Weapons In Regional Context:
The Cases of Argentina and Brazil.” (2013)
Malamud, Andrés. “Latin American Regionalisme and EU Studies.” Institute of
Social Sciences, University of Lisbon, Portugal (2010)
Mallea, Rodrigo, Matias Spektor, dan Nicholas J. Wheeler. “The Origins of Nuclear
Cooperation; A Critical Oral History of Argentina and Brazil.” FGV (2015)
Mariano, Karina Lilia Pasquariello. “Two to Tango: An Analysis of Brazilian-
Argentine Relations.” bspr (2012)
Merke, Frederico. “Argentina In A Changing Nuclear Order: An Appraisal.”
Carnegie Endowment for International Peace (2016)
Musto, Ryan Alexander. “Tlatelolco Tested: The Malvinas/Falklands War and Latin
America’s Nuclear Weapon Free Zone.” Wilson Center (2015)
Plum, Mariana Nascimento. “Continuity In Brazil’s Nuclear Policy.” Carnegie
Endowment for International Peace (2016)
Redrick, John R. “Nuclear Illusions: Argentina and Brazil.” The Henry L. Stimson
Center (1995)
Sanchez, W. Alejandro. “The Status of Brazil’s Ambitious PROSUB Program”.
Center for International Maritime Security (2016)
73
Schenoni, Luis Leandro. “The Argentina-Brazil Regional Power Transition.”
Research Gate (2017)
Short, SM, MR Weimar, et al. “Economic and Non-Proliferation Policy
Considerations of Uranium Enrichment in Brazil and Argentina.” Pacific
northwest National Laboratory (2008)
Spektor, Matias. “Brazil’s Nuclear Policy: The Case for Incrementalism.” Carnegie
Endowment for International Peace (2016)
Spruk, Rok. “The Rise and Fall of Argentina.” Mercatus Centre, George Mason
University (2018)
Buku
Creswell, John W. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods
Approaches. Thousand Oaks: Sage Publications, Inc., 2003.
Faisal, Sanapiah. Format-format Penelitian Sosial, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada,
1989. 10-11
Keohane, Robert O. International Organization Vol. 36,. The MIT Press, 1982
Keohane, Robert O. dan Joseph S. Nye. Power and Interdependence: Third Edition.
New York: Longman, 2001.
Laporan Resmi
Center for Nonproliferation Studies. Treaty for the Prohibition of Nuclear Weapons
in Latin America and the Caribbean (Treaty of Tlatelolco), 1967, tersedia di
https://www.nti.org/media/pdfs/Treaty_of_Tlatelolco.pdf?_=1316643635?_=13
16643635; Internet; diunduh 20 Februari 2019
International Atomic Energy Agency. Agreement Between the Republic of Argentina
and the Federative Republic of Brazil for the Exclusively Peaceful Use of
Nueclear Energy. 1991, tersedia di
https://www.iaea.org/sites/default/files/infcirc395.pdf; Internet; diunduh pada
15 Februari 2019
International Atomic Energy Agency. Energy Agency for the Application of
Safeguards, tersedia di https://www.iaea.org/sites/default/files/infcirc435.pdf;
Internet; diunduh pada 20 Februari 2019
74
Nuclear Threat Initiative. Brazil Submarine Import and Export Behavior; 2015,
tersedia di https://www.nti.org/analysis/articles/brazil-submarine-import-and-
export-behavior/; Internet; diakses pada tanggal 22 Maret 2019
Nuclear Threat Initiative. BRAZILIAN-ARGENTINE AGENCY FOR ACCOUNTING
AND CONTROL OF NUCLEAR MATERIALS (ABACC), 2019, tersedia di
https://www.nti.org/learn/treaties-and-regimes/brazilian-argentine-agency-
accounting-and-control-nuclear-materials-abacc; Internet; diakses pada 22
Maret 2019
Wilson Center. Brazil-Argentina Foz do Iguaçu Joint Declaration on Regional
Nuclear Policy, 1985, tersedia di
https://digitalarchive.wilsoncenter.org/document/117521.pdf?v=5cbdb3cbe61b
1cdc4d830647f2e00939; Internet; diunduh pada 20 Februari 2019
Berita Online Resmi
Barrionuevo, Alexei dan Sebnem Arsu. Brazil and Turkey Near Nuclear Deal with
Iran. [Berita online]. Tersedia di laman:
https://www.nytimes.com/2010/05/17/world/middleeast/17iran.html. Diakses
pada Jum’at 18 Januari 2019, pukul 20.21 WIB.
BBC. Dokumen junta militer Argentina ditemukan. [Berita online]. Tersedia di
laman:
https://www.bbc.com/indonesia/majalah/2013/11/131105_majalahlain_argentin
a. Diakses pada Rabu 31 Oktober 2018, pukul 22.30 WIB.
Groizeleau, Vincent. Update on Brazil’s Submarine Program. [berita online], tersedia
di laman: https://www.meretmarine.com/fr/content/update-brazils-submarine-
programme, diakses pada Selasa 21 Mei 2019, pukul 09.40
Ramalho, Antonio. Brazil’s Take on Iran and NPT. [Berita online]. Tersedia di
laman: https://www.cfr.org/interview/brazils-take-iran-and-npt. Diakses pada
Jum’at 22 Maret 2019, pukul 00.09 WIB.
75
Basis Data Online
Felipe Pereira Laureiro, Strikes Against Brazil During the Government of Joao
Goulart (1961 – 1964), [basis data online], tersedia di laman:
https://www.tandfonline.com/doi/abs/10.1080/08263663.2015.1126105?journal
Code=rclc20, diakses pada tanggal 10 April 2019 pukul 07.26
Khuros Gaffari, The Tiny Atom Delivers Big Benefits in Unexpected Ways.[basis data
online] https://share.america.gov/big-benefits-peaceful-nuclear-energy/ diakses
pada tanggal 18 Mei 2019, pukul 03.33
Nuclear Suppliers Group, About the NSG, [basis data online], tersedia di laman:
http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/about-nsg, diakses pada 3 November
2018, pukul 22.32
Nuclear Suppliers Group, Participants.[basis data online], tersedia di laman
http://www.nuclearsuppliersgroup.org/en/about-nsg/participants1, diakses pada
tanggal 1 Mei 2019, pukul 01.25
Nuclear Threat Innitiative, Wassenaar Arrangement, [basis data online], tersedia di
laman: https://www.nti.org/learn/treaties-and-regimes/wassenaar-arrangement/,
diakses pada tanggal 11 February 2019 pukul 00.53
The Observatory of Economic Complexity, Country Profile: Argentina, [basis data
online], tersedia di laman: https://atlas.media.mit.edu/en/profile/country/arg/,
diakses pada 18 Oktober 2018. Pukul 21.59
World Nuclear Association, Nuclear Power in Argentina, [basis data online], tersedia
di laman: http://www.world-nuclear.org/information-library/country-
profiles/countries-a-f/argentina.aspx diakses pada tanggal 7 April 2019, pukul
22.25
World Nuclear Association, Nuclear Power in Brazil, [basis data online], tersedia di
laman: http://www.world-nuclear.org/information-library/country-
profiles/countries-a-f/brazil.aspx diakses pada tanggal 18 April 2019, pukul
22.03
top related