kepadatan dan jenis bakteri pada usus ikan nila...
Post on 18-Jan-2021
17 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KEPADATAN DAN JENIS BAKTERI PADA USUS IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK
BERBEDA
SKRIPSI
Oleh :
ADITYA WIDIANTO NURULLAH NIM. 135080501111054
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG 2017
2 KEPADATAN DAN JENIS BAKTERI PADA USUS IKAN NILA (Oreochromis
niloticus) YANG DIBERI PAKAN DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK BERBEDA
SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya
Oleh :
ADITYA WIDIANTO NURULLAH NIM. 135080501111054
PROGRAM STUDI BUDIDAYA PERAIRAN
JURUSAN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
SEPTEMBER 2017
3
4
IDENTITAS TIM PENGUJI
Judul : KEPADATAN DAN JENIS BAKTERI PADA USUS
IKAN NILA (Oreochromis niloticus) YANG DIBERI
PAKAN DENGAN PENAMBAHAN PROBIOTIK
BERBEDA
Nama Mahasiswa : ADITYA WIDIANTO NURULLAH
NIM : 135080501111054
Program Studi : Budidaya Perairan
PENGUJI PEMBIMBING:
Pembimbing 1 : DR. IR. ANIK MARTINAH HARIATI, M.Sc.
Pembimbing 2 : DR. ATING YUNIARTI, S.Pi. M.Aqua.
PENGUJI BUKAN PEMBIMBING:
Dosen Peguji 1 : PROF. IR. MARSOEDI Ph. D
Tanggal Ujian : 22 September 2017
5
UCAPAN TERIMA KASIH
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang memberikan ridho dan rahmatnya sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
2. Orang tua, Ibu Wiwik Widiastuti, Bapak Totok Sudiono yang senantiasa
memberikan dukungan baik moril maupun materil.
3. Ibu Dr. Ir. Arning Wilujeng Ekawati, MS selaku Ketua Jurusan MSP.
4. Bapak Dr. Ir. M. Fadjar., M.Sc selaku Ketua Program Studi BP.
5. Bapak Dr. Ir. Anik Martinah Hariati, M.Sc. selaku Dosen Pembimbing 1.
6. Bapak Dr. Ating Yuniarti, S.Pi, M.Aqua. selaku Dosen Pembimbing 2.
7. Mbak Endar yang telah banyak membantu selama kegiatan penelitian.
8. Alif Rahman Hakim, Inka Siahaan, Roisul Badriah, Siti Khoiriah Umami,
dan Etsa Dayinta yang telah berjuang bersama dalam mengerjakan dan
menyelesaikan skripsi.
9. Terima kasih khusus untuk Dewi Anggrainingrum yang telah memberi
dukungan, motivasi dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini dan
segala prosesnya. Tidak lupa saya sampaikan terimakasih kepada teman-
temanku: Dedi, Roy, Yere, Hanifah, Yosep, Ambar, Arsa, yang telah
banyak membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
10. Teman – teman Aqua GT tercinta atas semangat dan dukungan yang telah
diberikan.
Malang, September 2017
Penulis
6
RINGKASAN
ADITYA WIDIANTO NURULLAH. Kepadatan dan Jenis Bakteri Pada Usus Ikan
Nila (Oreochromis niloticus) yang Diberi Pakan Dengan Penambahan Probiotik
Berbeda. (di bawah bimbingan Dr. Ir. Anik Martinah Hariati, M.Sc. dan Dr. Ating
Yuniarti, S.Pi, M.Aqua.)
Ikan Nila merupakan spesies budidaya air tawar yang menjadi andalan komoditas perikanan. Namun tingginya harga pakan komersil menjadi salah satu kendala dalam kegiatan budidaya. Salah satu upaya yaitu dengan menggunakan probiotik. Probiotik merupakan agen mikroba hidup yang mampu memberikan keuntungan bagi inang dengan memodifikasi komunitas mikroba, memperbaiki nilai nutrisi dan pemanfaatan pakan. Bakteri yang tercerna diharapkan dapat hidup dan menggantikan bakteri merugikan dalam usus ikan nila. Oleh karena itu diperlukan adanya penelitian tentang kepadatan dan jenis bakteri pada usus ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diberi pakan dengan penambahan probiotik berbeda.
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pemberian probiotik berbeda pada pakan terhadap kepadatan dan jenis bakteri pada usus ikan nila (Oreochromis niloticus) dan probiotik terbaik terhadap kepadatan dan jenis bakteri pada usus ikan nila (Oreochromis niloticus). Metode dalam penelitian ini adalah eksperimen, menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan masing-masing perlakuan diulang sebanyak 3 kali. Perlakuan yang digunakan yaitu A (pakan dengan penambahan Bacillus subtilis, Nitrosomonas, Nitrobacter dengan media hidup air tawar + molase + rempah), B (pakan dengan penambahan Bacillus subtilis, Lactobacillus casei, Nitrosomonas, Nitrobacter dengan media hidup air kelapa + molase + rempah), C (pakan dengan penambahan Bacillus subtilis, Lactobacillus casei, Nitrosomonas, Nitrobacter dengan media hidup air tawar + molase), dan D (pakan tanpa penambahan probiotik). Parameter utama adalah Total Plate Count (TPC), analisa gram, dan uji biokimia. Sedangkan parameter penunjang adalah suhu, DO, pH dan TAN. Data yang diperoleh dianalisa menggunakan analisa keragaman ANOVA dengan menggunakan program aplikasi komputer SPSS.
Hasil yang didapatkan tentang kepadatan dan jenis bakteri pada usus ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diberi pakan dengan penambahan probiotik berbeda yaitu didapatkan jumlah koloni bakteri tertinggi sebesar 10,85 x 1013 CFU/ml pada perlakuan B dan terendah pada perlakuan kontrol sebesar 6,66 x 1013 CFU/ml. Identifikasi bakteri yang didapatkan yaitu Bacillus subtilis, Bacillus cereus, Nitrosomonas sp, Nitrobacter sp. Dengan hasil produk probiotik B merupakan probiotik terbaik yang dilihat dari kepadatan bakteri pada usus ikan nila (Oreochromis niloticus).
7
KATA PENGANTAR
Penulis menyajikan laporan penelitian yang berjudul “Kepadatan dan Jenis
Bakteri pada Usus Ikan Nila (oreochromis niloticus) yang Diberi Pakan Dengan
Penambahan Probiotik Berbeda” sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar
sarjana perikanan di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya.
Di bawah bimbingan:
1. Dr. Ir. Anik Martinah Hariati, M.Sc
2. Dr. Ating Yuniarti, S. Pi, M. Aqua
Pemanfaatan probiotik yang dicampur pada pakan untuk benih Ikan Nila
(Oreochromis niloticus) sebagai salah satu cara alternatif untuk meningkatkan laju
pertumbuhan yang dilihat dari kepadatan dan jenis bakteri pada usus ikan nila.
Diharapkan hasil dari penelitian ini dapat dijadikan informasi bagi pembudidaya
dan masyarakat umum, khususnya budidaya Ikan Nila (Oreochromis niloticus).
Malang, September 2017
Aditya Widianto Nurullah
8
9 DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................. iii
UCAPAN TERIMA KASIH .................................................................................. iv
RINGKASAN ...................................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ......................................................................................... vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... viii
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. x
DAFTAR TABEL ................................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xii
1. PENDAHULUAN ............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang .......................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3 Tujuan ....................................................................................................... 4
1.4 Hipotesis ................................................................................................... 5
1.5 Kegunaan .................................................................................................. 5
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian.................................................................... 5
2. TINJUAUAN PUSTAKA .................................................................................. 6
2.1 Biologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) ................................................... 6
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus) ................. 6
2.1.2 Habitat dan Penyebaran .................................................................... 7
2.1.3 Kebiasaan makan ikan nila (O. niloticus) ........................................... 7
2.2 Probiotik .................................................................................................... 8
2.2.2 Pengertian Probiotik........................................................................... 8
2.2.2 Mekanisme Kerja Probiotik ................................................................ 9
2.2.3 Macam Kandidat Bakteri Probiotik ..................................................... 9
2.2.4 Media Tumbuh Bakteri Probiotik ...................................................... 10
2.3 Aplikasi Probiotik Dalam Akuakultur ........................................................ 12
2.4 Parameter Lingkungan Ikan Nila (O. niloticus) ......................................... 12
2.4.1 Suhu ................................................................................................ 12
2.4.2 Oksigen ........................................................................................... 13
2.4.3 pH .................................................................................................... 13
2.4.4 TAN ................................................................................................. 14
3. METODE PENELITIAN ................................................................................. 15
3.1 kerangka Operasional Penelitian ............................................................. 15
3.2 Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 17
3.2.1 Alat Penelitian .................................................................................. 17
3.2.2 Bahan Penelitian .............................................................................. 17
3.3 Metode Penelitian.................................................................................... 18
3.4 Rancangan Penelitian ............................................................................. 18
3.5 Prosedur Penelitian ................................................................................. 19
3.5.1 Penyiapan Media ............................................................................. 19
3.5.2 Persiapan Hewan Uji ....................................................................... 20
10
3.5.3 Komposisi Bahan Masing-Masing Probiotik ..................................... 21
3.6 Pelaksanaan Penelitian ........................................................................... 21
3.7 Parameter Uji .......................................................................................... 22
3.7.1 Parameter Utama ............................................................................ 22
3.7.2 Parameter Penunjang ...................................................................... 24
3.8 Analisa Data ............................................................................................ 24
4. HASIL DAN PEMBAHASAN ......................................................................... 25
4.1 Kepadatan Total Koloni Bakteri pada Usus Ikan Nila ............................... 25
4.2 Identifikasi Bakteri ................................................................................... 29
4.2.1 Pengamatan Makroskopis................................................................ 29
4.2.2 Uji Biokimia ...................................................................................... 31
4.3 Parameter Penunjang Kualitas Air ........................................................... 35
5. PENUTUP ..................................................................................................... 37
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 37
5.2 Saran ...................................................................................................... 37
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 38
LAMPIRAN ....................................................................................................... 43
11
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Kerangka Konsep Penelitian ...................................................................... 3
2. Ikan Nila ..................................................................................................... 6
3. Kerangka Operasional Penelitian ............................................................. 16
4. Denah Percobaan .................................................................................... 19
5. Grafik total koloni bakteri selama masa pemeliharaan ............................. 25
12
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Komposisi probiotik ......................................................................................... 46
2 Alat ukur kualitas air ....................................................................................... 24
3. Sidik ragam kepadatan bakteri selama masa pemeliharaan .......................... 26
4. Perhitungan Uji Tukey kepadatan bakteri ....................................................... 26
5. Hasil Pengamatan bakteri secara makroskopis .............................................. 30
6. Hasil pengamatan bakteri secara mikroskopis ............................................... 31
7. Hasil uji biokimia bakteri gram positif ............................................................. 32
8. Hasil ui biokimia bakteri gram negatiif ............................................................ 32
9. Analisa kualitas air selama pemeliharaan ...................................................... 35
13
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Gambar Alat Penelitian .................................................................................. 43
2. Gambar Bahan Penelitian .............................................................................. 47
3. Daata Kepadatan bakteri ............................................................................... 50
4. Analisa Data .................................................................................................. 52
5. Pengamatan Koloni Bakteri Secara Makroskopis ........................................... 54
6. Pengamatan Koloni Bakteri Secara Mikroskopis ............................................ 55
7. Hasil Uji Biokimia Isolat Bakteri ...................................................................... 56
8. Hasil Uji C/N Rasio ........................................................................................ 59
9. Data Pengamatan Kualitas Air ....................................................................... 65
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan spesies budidaya air tawar
yang dikenal luas di masyarakat dan telah menjadi andalan komoditas perikanan
untuk mendukung ketahanan pangan nasional dan peningkatan ekspor komoditas
perikanan. Hal ini disebabkan karena sifatnya yang dapat diproduksi secara
massal dan mudah. Selain itu produk daging ikan nila dalam bentuk filet sangat
diminati pasar dunia, sehingga memiliki pasar ekspor yang luas di tingkat
internasional. Produksi ikan nila (O. niloticus) dari tahun 2010 hingga tahun 2013
mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu dengan rata-rata kenaikan
25,17%, begitu juga dengan angka nilai produksinya dengan rata-rata kenaikan
per tahun sebesar 45,81%. Namun percepatan peningkatan produksi tersebut
belum mencapai target yang ditetapkan. Hal utama yang menyebabkan tidak
tercapainya target produksi tersebut terkait dengan tingginya harga pakan yang
mempengaruhi pengembangan usaha perikanan budidaya air tawar (KKP, 2014).
Pakan merupakan salah satu unsur penting dalam kegiatan budidaya yang
menunjang pertumbuhan dan kelangsungan hidup ikan budidaya. Pakan pada
kegiatan budidaya umumnya adalah pakan komersial yang menghabiskan sekitar
60-70% dari total biaya produksi yang dikeluarkan (Arief et al., 2014). Saat ini
bahan baku utama dalam pakan buatan adalah tepung ikan dan tepung kedelai
karena mempunyai kandungan protein yang tinggi. Akan tetapi penyediaannya
sulit dan harganya relatif mahal (Putri et al., 2012). Salah satu upaya yaitu dengan
menggunakan probiotik yang dapat meningkatkan daya cerna pakan, karena
probiotik merupakan mikroorganisme yang hidup dalam organ pencernaan ikan
dengan memproduksi enzim ekstraseluler. Enzim ekstraseluler tersebut dapat
2 membantu meningkatkan proses pencernaan nutrisi pada pakan yang diberikan
sehingga nutrisi yang diserap dari pakan yang diberikan pada ikan lebih efektif
yang pada akhirnya mampu mengurangi biaya produksi yang dikeluarkan untuk
membeli pakan.
Probiotik adalah agen mikroba hidup yang mampu memberikan
keuntungan bagi inang yakni dengan memodifikasi komunitas mikroba atau
berasosiasi dengan inang, memperbaiki nilai nutrisi dan pemanfaatan pakan,
meningkatkan respon inang terhadap penyakit dan memperbaiki kualitas
lingkungan (Verschuere et al., 2000). Bakteri yang biasa digunakan untuk probiotik
berasal dari genus Lactobacillus, Bifidobacteria, Bacillus, Streptococus. Pengaruh
bakteri probiotik terhadap pertumbuhan diduga terjadi karena adanya
pengontrolan keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, meningkatkan
penyerapan nutrisi pakan dan perbaikan nutrisi pakan (Praditia, 2009),
berdasarkan hal tersebut pada penelitian ini bakteri yang digunakan diantaranya
Bacillus, Lactobacillus, Nitrosomonas, dan Nitrobacter.
Studi probiotik sudah banyak dilakukan dengan berbagai macam bakteri
dan media tumbuh. Penelitian tersebut diantaranya menggunakan probiotik
komersil yang banyak dijual dipasaran dengan merk produk yang berbeda, seperti
yang dilakukan oleh (Arief et al., 2014), yang membandingkan produk probiotik
komersil untuk menapatkan hasil pertumbuhan ikan terbaik. Penelitian ini
mengaplikasikan kelimpahan jenis bakteri yang berbeda dalam suatu media
tumbuh dengan memanfaatkan media tumbuh yang berbeda meliputi molase, air
kelapa tua dan air tawar. Probiotik dari hasil fermentasi ditambahkan ke dalam
pakan ikan nila (O. niloticus) dengan harapan bakteri tersebut terserap dan
menempel dalam dinding usus ikan. Bakteri yang tercerna diharapkan dapat hidup
dan mengantikan bakteri-bakteri merugikan dalam usus ikan nila (O. niloticus).
3 Oleh sebab itu diperlukan adanya penelitian tentang kepadatan dan jenis bakteri
pada usus ikan nila (O. niloticus) yang diberi pakan dengan penambahan probiotik
berbeda. Adapun kerangka konsep penelitian ini lebih jelasnya dapat dilihat pada
Gambar 1.
Keterangan Aspek yang diteliti Aspek yang tidak diteliti
1.2 Rumusan Masalah
Ikan nila (O. niloticus) memiliki permintaan pasar yang cukup tinggi. Akan
tetapi hasil produksi yang ada masih belum mencukupi permintaan pasar. Untuk
Lingkungan
Pakan
Pertumbuhan
Probiotik terbaik
Probiotik Peningkatan
Identifikasi Bakteri
Usus Ikan Nila (O. niloticus)
Budidaya Air Tawar
Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
Kendala
Ikan Konsumsi
Ikan Hias
Produksi
Gambar 1. Kerangka Konsep Penelitian
4 memenuhi perminataan ikan nila (O. niloticus) salah satunya dengan
meningkatkan pertumbuhan ikan dengan melalui pakan dengan nutrisi yang tinggi.
Akan tetapi pakan komersil yang banyak dijual dipasaran dengan harga yang
relatif mahal dirasa masih kurang memenuhi untuk mempercepat pertumbuhan
ikan oleh karena itu penambahan probiotik diharapkan dapat dijadikan salah satu
alternatif untuk meningkatkan sistem pencernaan dan membantu meningkatkan
daya serap nutrisi pada pakan. Probiotik merupakan kumpulan dari
mikroorganisme yang bermanfaat bagi ikan, terutama pada saluran pencernaan.
Pengaruh bakteri probiotik terhadap pertumbuhan diduga terjadi karena adanya
pengontrolan keseimbangan mikroba dalam saluran pencernaan, meningkatkan
penyerapan nutrisi pakan dan perbaikan nutrisi pakan.
Dengan adanya permasalahan diatas, maka rumusan masalah yang dapat
diambil yaitu:
- Bagaimana pengaruh pemberian probiotik berbeda terhadap kepadatan
dan jenis bakteri pada usus ikan nila (O. niloticus).
- Probiotik manakah yang memberikan pengaruh terbaik terhadap
kepadatan bakteri pada usus ikan nila (O. niloticus).
1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah yang ada, maka tujuan dilakukannya
penelitian ini yaitu untuk:
a. Mengetahui pengaruh pemberian probiootik yang berbeda pada pakan
terhadap kepadatan dan jenis bakteri pada usus ikan nila (O. niloticus).
b. Mengetahui probiotik terbaik terhadap kepadatan dan jenis bakteri pada usus
ikan nila (O. niloticus).
5
1.4 Hipotesis
Penambahan probiotik yang berbeda pada pakan mampu mempengaruhi
kepadatan dan jenis bakteri pada usus ikan nila (O. niloticus).
1.5 Kegunaan
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai
kepadatan dan jenis bakteri pada perut ikan nila yang diberi pakan dengan
penambahan probiotik.
1.6 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Budidaya Ikan Divisi Reproduksi
Ikan dan Divisi Penyakit ikan Ikan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Universitas Brawijaya Malang, pada bulan Februari-Mei 2017.
2. TINJUAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Nila (Oreochromis niloticus)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi ikan nila (Oreochromis niloticus)
Klasifikasi ikan nila menurut Suyanto (2003) adalah sebagai berikut
Filum : Chordata
Sub filum : vertebrata
Kelas : Osteichtyes
Ordo : Perciformes
Sub ordo : Pereidei
Familia : Cichlidae
Genus : Oreochromis
Spesies : Oreochromis niloticus
Gambar 1. Ikan Nila (Suyanto, 2010)
Ikan nila (O. niloticus) merupakan ikan yang berasal dari sungai Nil di Bernua
Afrika. Secara umum ikan ini mempunyai bentuk tubuh panjang dan ramping
dengan sisik berukuran besar. Matanya besar, menonjol, dan bagian tepinya
berwarna putih. Gurat sisi (linea lateralis) terputus dibagian tengah badan
kemudian berlanjut, tetapi letaknya lebih kebawah daripada letak garis yang
memanjang di atas sirip dada. Jumlah sisik dan sirip anal mempunyai jari-jari
lemah tetapi keras dan tajam seperti duri. Sirip punggung dan sirip dadanya
7 berwarna hitam. Bagian pinggir sirip punggung berwarna abu-abu atau hitam
(Khairuman dan Amri, 2008). Gambar ikan nila dapat dilihat pada Gambar 2.
Ikan nila (O. niloticus) memiliki lima buah sirip, yakni sirip punggung (dorsal
fin), sirip dada (pectoral din), sirip perut (ventral fin), sirip anus (anal fin), sirip ekor
(caudal fin). Sirip punggungnya memanjang dari bagian atas tutup insang hingga
bagian atas sirip ekor. Ada sepasang sirip dada dan perut yang berukuran kecil.
Sirip anus hanya satu buah dan berbentuk agak panjang. Sedangkan sirip ekornya
berbentuk bulat dan hanya berjumlah datu buah (Arie, 2000).
2.1.2 Habitat dan Penyebaran
Ikan nila (O. niloticus) mampu bertahan hidup pada rentang salinitas yang
lebar, namun efek osmotik media dapat mempengengaruhi pertumbuhan ikan nila
(O. niloticus) (Setyo, 2006). Ikan ini termasuk ikan yang memiliki bentuk tubuh
memanjang, ramping dan relatif pipih. Ikan ini dapat hidup diperairan sunga,
waduk, danau, rawa, sawah, tambak payau dan di kolam. Ikan ini bersifat herbivor,
omnivora dan pemakan plankton. Secara umum ikan ini mempunyai pertumbuhan
yang relatif cepat dibandingkan jenis ikan lainnya (Widyanti, 2009).
Ikan nila (O. niloticus) berasal dari afrika, ikan nila banyak dibudidayakan di
berbagai negara, antara lain Taiwan, Thailand, Vietnam, Bangladesh dan
Indonesia. Ikan nila banyak ditemukan di perairan umumnya seperti sungai, rawa
dan air payau. Ikan ini terdapat pada perairan yang memiliki arus tenang seperti
sungai yang menggunakan keramba dan sawah yang menggunakan sistem mina
padi (Cahyono, 2000). Selain di perairan air tawar, ikan nila juga ditemukan dan
berkembang pesat pada perairan payau seperti tambak (Susanto, 2007).
2.1.3 Kebiasaan makan ikan nila (O. niloticus)
Ikan nila (O. Niloticus) tergolong ikan pemakan segala atau omnivor
sehingga bisa mengkonsumsi makanan berupa hewan atau tumbuhan. Ketika
8 masih benih, pakan yang disukai adalah zooplankton (plankton hewan), seperti
rotifer, moina atau Daphnia sp. Ikan nila (O. Niloticus) juga memakan tanaman
yang ukuran dewasa, ikan nila bisa diberi makanan tambahan, misalnya pellet
(Khairuman dan Amri, 2008).
Ikan nila (O. Niloticus) adalah pemakan segala (omnivora), pemakan
plankton, sampai aneka tumbuhan sehingga ikan ini diperkirakan dapat
dimanfaatkan sebagai pengendali gulma air. Selain itu, ikan ini mudah
berkembang biak, peka terhadap pertumbuhan cepat, dan tahan terhadap
serangan penyakit. Mudahnya dipelihara dan dibiakkan ikan ini banyak
dibudidayakan diberbagai negara sebagai ikan konnsumsi termasuk Indonesia
(Elyana, 2011).
2.2 Probiotik
2.2.1 Pengertian Probiotik
Probiotik merupakan makanan tambahan (suplemen) berupa sel-sel mikroba
hidup yang memiliki pengaruh menguntungkan bagi hewan inang yang
mengkonsumsinya melalui penyeimbang flora mikroba dalam intestinumnya.
Namun definisi ini lebih ditujukan pada hewan terestrial dan manusia dengan
menekankan bahwa probiotik merupakan mikroba yang hidup diberikan memalui
makanan (Irianto, 2003).
Secara umum probiotik didefinisikan sebagai mikroba hidup yang digunakan
sebagai pakan imbuhan dan dapat menguntungkan inangnya dengan
meningkatkan keseimbangan mikrobial pencernaannya (Fuller, 1989). Pemberian
mikroba hidup tersebut dalam jumlah yang cukup dapat mempengaruhi komposisi
dan ekosistem mikroflora pencernaannya. Kondisi ekosistem mikroflora dalam
saluran pencernaan unggas mempengaruhi untuk kinerja dan kesehatan ternak.
Ketidakseimbangan mikroflora dalam saluran pencernaan karena terjadinya
9 kolonisasi bakteri patogen atau mikroflora yang dapat mengganggu kinerja ternak
(Haryati, 2011).
2.2.2 Mekanisme Kerja Probiotik
Ada tiga model kerja probiotik yaitu: 1) menekan populasi mikroba melalui
kompetisi dengan memproduksi senyawa-senyawa antimikroba atau melalui
kompetisi nutrisi tempat pelekatan di dinding intestium, 2) merubah metabolisme
mikrobial dengan meningkatkan atau menurunkan aktivtas enzim dan 3)
menstimulasi imunitas melalui peningkatan kadar antibodi atau aktivitas makrofag
(Mansyur dan Abdul, 2008). Selain itu probiotik juga mampu membantu
mengeliminasi antigen yang masuk bersama makanan, Lactobacillus membantu
pencernaan laktosa usus, menghasilkan asam laktat dan asam asetat di saluran
pencernaan, bakteri probiotik yang digunakan juga bermanfaat dalam sintesis
vitamin D dan K (Widianingsih, 2011).
Mekanisme probiotik yang cukup menguntungkan ialah dapat merangsang
reaksi enzim yang berkaitan dengan detoksifikasi, khususnya pada racun yang
potensial menyebabkan keracunan, baik yang berasal dari makanan maupun dari
dalam tubuh, merangsang enzim yang berkaitan dengan proses pencernaan
bahan yang kompleks atau enzim tersebut tidak ada dalam saluran pencernaan
mamalia, dan mensintesis zat-zat esensial yang tidak cukup jumlahnya dari dalam
makanan (Haetami et al., 2008).
2.2.3 Macam Kandidat Bakteri Probiotik
Menurut Muliani (2012), bakteri yang dapat digunakan sebagai bakteri
probiotik meliputi Bacillus sp., Lactobacillus sp., Brevibacillus sp., Pseudomonas
sp., Pseudoalteromonas sp., dan lain-lain. Bakteri nitrifikasi juga dapat digunakan
sebagai bakteri probiotik yang berperan dalam perombakan amonia. Bakteri
10 nitrifikasi yang mengoksidasi amonia menjadi nitrit yaitu Nitrosomonas, dan
pengoksidasi nitrit menjadi nitrat adalah Nitrobacter (Nindrasari et al., 2011).
Probiotik tersusun atas mikroorganisme yang menguntungkan yang
berperan aktif dalam saluran pencernaan. Saat pembuatan probiotik diberikan
terlebih dahulu starter untuk probiotik yang selanjutnya diharapkan dapat
berkembang biak pada media yang digunakan. Dalam penggunaan starter bakteri
untuk probiotik terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi untuk dapat
digunakan sebagai starter probitoik. Berdasarkan pendapat Feliatra (2004), kriteria
pemilihan mikroorganisme probiotik antara lain yaitu 1) tidak bersifat patogen atau
mengganggu inang, tidak bersifat patogen bagi konsumen (manusia dan hewan
lainnya), 2) tidak mengganggu keseimbangan ekosistem setempat, 3) mikroba
tersebut hendaklah dapat dan mudah dipelihara dan diperbanyak, 4) dapat hidup
dan bertahan serta berkembang biak di dalam usus ikan, 5) dapat dipelihara dalam
media yang memungkinkan untuk diintroduksikan ke dalam usus ikan, dan 6)
dapat hidup dan berkembang di dalam air wadah pemeliharaan ikan.
2.2.4 Media Tumbuh Bakteri Probiotik
Adapun beberapa media yang dapat digunakan sebagai media tumbuh
bakteri probiotik adalah sebagai berikut:
a. Molase
Untuk kelangsungan hidupnya mikroba memerlukan substrat berupa carbon
salah satunya yaitu molase. Molase mengandung nutrisi cukup tinggi untuk
kebutuhan bakteri, sehingga dijadikan bahan alternatif sebagai sumber karbon
dalam media fermentasi. molase banyak mengandung gula dan asam-asam
organik. Kandungan gula dari molase terutama sukrosa berkisar 40-55%,
sehingga molase ini dapat dijadikan salah satu media tumbuh bakteri probiotik
11 karena carbon merupakan unsur penting untuk hidup dan pertumbuhan bakteri
(Fifendi et al., 2013).
Molase digunakan untuk mengkultur bakteri karena kandungan bahan
molase antara lain, karbohidrat, protein, dan glukosa yang merupakan komponen
dasar yang dibutuhkan mikroorganisme sebagai sumber energi. Demikian juga
dengan bahan kaolin terdapat kandungan bahan-bahan nutrient seperti natrium,
kalium, kalsium dan magnesium, yang merupakan mineral penting bagi
mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembang. Kedua bahan tersebut
diharapkan dapat memenuhi kebutuhan metabolisme bakteri probiotik pada saat
dikultur, sehingga bakteri dapat tumbuh optimal (Suminto, 2008).
b. Air Kelapa
Air kelapa sangat potensial sebagai sumber karbon dan mempunyai nilai
gizi tinggi. unsur karbon dalam air kelapa berupa karbohidrat sederhana seperti
glukosa, sukrosa, fruktosa, inositol dan sorbitol, dimana carbon merupakan
kebutuhan utama untuk kebutuhan bakkteri sehingga mudah digunakan sebagai
medium pertumbuhan bakteri probiotik. Air kelapa juga mengandung protein,
mineral, vitamin B, dan vitamin C (Purwitasari et al., 2004).
Kandungan yang dimiliki oleh air kelapa berupa air, karbohidrat, protein,
lemak serta nutrisi berupa sukrosa, fruktosa dan vitamin. Nutrisi tersebut
merangsang pertumbuhan bakteri probiotik melalui proses fermentasi untuk
membentuk gel pada permukaan larutan yang mengandung gula (nata de coco).
Air kelapa mengandung asam amino, asam organik, vitamin dan gula. Lebih dari
setengah bagiannya adalah sukrosa dan sisanya adalah glukosa dan fruktosa.
Gula alkohol yang terkandung di dalamnya adalah monitol, sorbitol, m-inositol.
Melihat zat-zat yang terkandung di dalam air kelapa maka air kelapa sangat cocok
digunakan sebagai medium untuk pertumbuhan khamir (Saraswati, 2014).
12 2.3 Aplikasi Probiotik Dalam Akuakultur
Menurut Khasani (2007), probiotik sebagai agen pengurai dalam aplikasinya
di dunia perikanan yang dapat digunakan baik secara langsung maupun tidak
langsung. Penggunaan probiotik secara langsung dengan ditebarkan langsung
kedalam media pemeliharaan ikan budidaya maupun melalui perantara makanan.
Dengan penambahan probiotik yang mana berisi berbagai bakteri yang
menguntungkan tersebut kedalam kolam atau bak pemeliharaan, kualitas air dapat
ditingkatkan dan dapat lebih terkontrol untuk lebih stabil yang dapat sangat
mendukung untuk pertumbuhan ikan budidaya. Probiotik juga dapat
disuplementasikan melalui pakan yang dapat membantu penyerapan nutrisi pakan
pada ikan, karena bakteri probiotik tersebut dapat bertahan hidup dalam organ
pencernaan.
Penggunaan probiotik dapat diberikan langsung pada media seperti
penelitian yang dilakukan Beauty et al. (2012), dengan pemberian probiotik
langsung pada media pemeliharaan ikan mas koki (Carassius auratus)
menghasilkan pertumbuhan dan panjang sebesar 4,58 gram dengan dosis
pemberian probiotik sebanyak 1 ml/L. Penggunaan probiotik untuk tambahan
suplemen pada ikan memberikan hasil yang baik. Probiotik berpengaruh terhadap
pertumbuhan ikan lebih tinggi daripada pakan yang tidak diberi tambahan
probiotik. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Anggriani
et al. (2012), yang menghasilkan kelangsungan hidup ikan nila sebesar 70%,
efisiensi pakan sebesar 116,60% dan laju pertumbuhan harian sebesar 2,92%.
2.4 Parameter Lingkungan Ikan Nila (O. niloticus)
2.4.1 Suhu
Suhu merupakan parameter lingkungan yang penting untuk organisme
akuatik. Suhu perairan dipengaruhi oleh musim, lintang, waktu penyinaran,
13 sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalam air. Perubahan suhu
berpengaruh terhadap proses fisika, kimia, dan biologi badan air.
Menurut Ghufran (2011) pertumbuhan dan kehidupan ikan sangat
dipengaruhi suhu air. Kisaran suhu optimal bagi kehidupan ikan diperairan tropis
adalah antara 28-32°C. Kisaran tersebut konsumsi oksigen mencapai 2,2 mg/g
berat tubuh-jam. Kisaran suhu 25°C konsumsi oksigen mencapai 1,2 mg/g berat
tubuh-jam. Kisaran suhu 18-25°C, ikan masih bertahan hidup, tetapi nafsu
makannya menurun. Suhu air 12-18°C mulai berbahaya bagi ikan, sedangkan
pada suhu dibawah 12°C ikan tropis mati kedinginan. Secara teoritis, ikan tropis
masih hidup normal pada suhu 30-35°C jika konsentrasi oksigen terlarut cukup
tinggi
2.4.2 Oksigen
Oksigen merupakan salah satu faktor pembatas sehingga bila
ketersediaan di dalam air tidak mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segala
aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan oksigen pada ikan mempunyai
kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi spesies tertentu
dan kebutuhan konsumtif yang tergantung pada metabolisme ikan. Menurut
Khairuman dan Amri (2003), oksigen terlarut yang dibutuhkan ikan yaitu minimal 3
mg/L
2.4.3 pH
Nilai pH suatu perairan dapat mempengaruhi pertumbuhan bagi biota
didalamnya, bahkan dapat menyebabkan kematian. Derajat kemasaman menurut
Arie (2000), keasaman yang baik untuk pertumbuhan nila berkisar antara 7-8.
Derajat keasaman air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif dan
dapat membunuh hewan budidaya. Oleh karena itu jika pH rendah (kesamaan
14 tinggi), maka kandungan oksigen terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya
konsumsi oksigen menurun, aktivitas pernafasan naik, dan selera makan akan
berkurang. Hal yang sebaliknya terjadi pada suasana basa.
2.4.4 TAN
Menurut Susanti et al. (2014), pelet yang tidak dimakan dan menjadi sisa
akan menghasikan senyawa nitrogen organik berupa TAN (Total Ammonia
Nitrogen) yaitu amonia (NH3) dan amonium (NH4+). Senyawa non ion (NH3) relatif
lebih toksik daripada yang berbentuk ion (NH4+). Kadar amonia akan meningkat
jika terjadi penurunan kadar oksigen terlarut pada media pemeliharaan. Toksisitas
amonia berpengaruh terhadap kelulushidupan ikan sehingga perlu diberikan
solusi dalam pengurangan kadar toksik tersebut.
Menurut Adharani et al. (2016), salah satu upaya untuk mengatasi tingginya
tingkat kematian ikan selama biudidaya yaitu dengan menetralisir amonia pada
media pemeliharaan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan bantuan mikroba
melalui proses deaminasi. Deaminasi merupakan proses perombakan protein
menjadi asam amino yang kemudian diurai oleh bakteri penghasil enzim urease
yang salah satuunya berasal dari golongan Bacillus.
3. METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Operasional Penelitian
Penelitian ini menggunakan 3 jenis probiotik dengan komposisi yang
berbeda. Hal ini untuk mengetahui perbandingan probiotik yang terbaik dalam
memberikan pengaruh optimal untuk perrtumbuhan ikan nila yang ditunjukkan
melalui kepadatan dan jenis bakteri pada saluran pencernaan ikan nila
(Oreochromis niloticus) dan mengetahui produk probiotik terbaik. Probiotik yang
telah siap digunakan kemudian diberikan pada ikan dengan cara disemprot pada
pakan komersil dengan dosis 15 ml/kg yang disimpan selama 24 jam dengan
harapan bakteri yang terdapat pada probiotik ketika diinokulasikan pada pakan
dapat tumbuh dan tercampur pada pakan.
Ikan nila (O. niloticus) yang digunakan berukuran 3-5 cm yang sebelumnya
diadaptasi selama ± 2 minggu pada kolam beton. Setelah itu ikan nila dipindah
pada akuarium perlakuan dengan padat tebar 2 ekor/liter. pemberian pakan
dilakukan 2 kali sehari dengan lama pemeliharaan selama 30 hari. Pengambilan
sampel dilakukan 3 kali selama masa pemeliharaan yaitu H0, H15 dan H30.
Masing-masing akuarium diambil usus ikan nila sebanyak 1 gr dengan cara
dibedah. Kemudian sampel usus dilakukan pengenceran bertingkat untuk melihat
kepadatan bakteri yang tumbuh pada usus ikan nila (O. niloticus). Setelah itu
sampel ditanam pada media yang telah disediakan sebelumnya diantaranya media
NA, media selektif Nitrosomonas, Nitrobacter dan MRSA yang kemudian
diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 320 C.
Sampel bakteri yang telah diinkubasi selama 24 jam kemudian dihitung
dengan bantuan Colony Counter. Kemudian dihitung sesuai rumus untuk
mengetahui kepadatannya. Sehingga didapatkan hasil probiotik mana yang lebih
16 baik dalam memberikan pengaruh terhadap kepadatan bakteri probiotik pada
saluran pencernaan pada ikan nila (O. niloticus). Setelah dilakukan TPC kemudian
sampel diuji pewarnaan gram dengan tujuan untuk mengetahui apakah sampel
tersebut merupakan bakteri gram positif atau negatif dengan indikasi warna yang
ditunjukan oleh bakteri tersebut. Kemudian dilakukan uji biokimia pada sampel
untuk menentukan jenis bakteri tersebut. Adapun kerangka operasional dapat
dilihat pada Gambar 3.
Probiotik 1
Pakan Pellet
Ikan Nila (O. niloticus) Ukuran 3-5 cm
Dipelihara 30 hari
Diambil sampel usus H0, H15, H30
Probiotik terbaik
Pewarnaan gram
Probiotik 2 Probiotik 3
TPC
Dosis dan lama penyimpanan
Keterangan:
Aspek yang diteliti
Uji biokimia
17
3.2 Alat dan Bahan Penelitian
3.2.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Termometer
Akuarium ukuran 20x30 cm
Aerator
Hot plate
Pipet tetes
beaker glass Pyrex 250 ml
Spatula
Gelas ukur 100 ml
Erlenmeyer 500 ml Pyrex
Iwaki
Pipet volume 10 ml dan 1 ml
Pyrex Iwaki
Bola hisap D&N
Autoclaf GEA
Tabung reaksi
Cawan petri
Timbangan analitik Radwag
AS2201X
Mikroskop Olympus CX21
Objek glass
Coloni counter
Bunsen
Washing bottle
Bottle Spray
Rak tabung reaksi
Laminar air flow
Vortex mixer
Mikropipet 1 ml Eppendorf
Reseach Plus
Jarum ose
Sectio set
Oven RedLine RE53
Blue tip
pH meter
DO meter
Spektrofotometer
Spectroquant Pharo 300
cuvet
Yellow tip
Gambar 1. Kerangka Operasional Penelitian
18
3.2.2 Bahan Penelitian
Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
19
Natrium agar (NA)
Plastic wrap
aquadest
Safranin
Lugol
Crystal violet
Aluminium foil
Kertas label
Sampel perut ikan nila
Spirtus
alkohol 70%
ikan nila
Bacillus subtilis
Nitrosomonas
Nitrobacter
Lactobacillus casei
air tawar
pakan komersil ikan nila
klorin
Benang kasur
MRSA
Media Selektif Nitrobacter
Media Selektif Nitrosomonas
Kertas label
Kapas
3.3 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan
metode eksperimen. Metode ini menyelidiki kemungkinan saling berhubungan
sebab dan akibat antara fenomena-fenomena dengan menggunakan satu
perlakuan ataupun lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai perlakuan. Menurut
Sukmadinata (2012), metode eksperimen merupakan metode penelitian yang
dapat dilakukan di laboratorium maupun diluar laboratorium. Metode ini terdiri dari
satu atau lebih variabel terhadap variabel lain. Penelitian ini bersifat menguji maka
semua variabel yang diuji harus diukur dengan menggunakan instrument yang
sudah distandarisasikan.
3.4 Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) (Gambar 4).
Desain rancangan acak lengkap ini digunakan karena percobaan dilakukan di
20
laboratorium dengan kondisi lingkungan yang dapat dikontrol. RAL merupakan
rancangan yang digunakan jika bahan percobaan homogen atau relatif homogen,
biasanya dilakukan di laboratorium serta jumlah perlakuan terbatas (Raupong dan
Anisa, 2011).
Perlakuan yang digunakan untuk daya cerna protein dan energi dengan
penambahan variasi probiotik pada pakan yaitu terdiri dari empat perlakuan
dengan tiga kali ulangan:
- A: Perlakuan pakan dengan penambahan Bacillus subtilis, Nitrosomonas dan
Nitrobacter dengan media hidup air tawar + molase + rempah
- B: Perlakuan pakan dengan penambahan Bacillus subtilis, Lactobacillus casei
Nitrosomonas dan Nitrobacter dengan media hidup air kelapa + molase +
rempah
- C: Perlakuan pakan dengan penambahan Bacillus subtilis, Lactobacillus casei
Nitrosomonas dan Nitrobacter dengan media hidup air tawar + molase
- D: Perlakuan kontrol
Gambar 2. Denah Percobaan
Keterangan: A-D : Perlakuan 1-3 : Ulangan
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1 Penyiapan Media
Media Tumbuh Bakteri
Media yang digunakan untuk uji bakteri meliputi MRS Agar, Nutrient Agar,
media selektif Nitrosomonas (Aquadest, (NH4)2SO4, KH2PO4, CaCl2.2H2O,
B2 A1 B1
D3 C2 A3` B3
A2 C3 D3
C1 D1
21
MgSO4.7H2O, Fe-Sitrat, Fenol-red, Bacto Agar), media selektif Nitrobacter
(Aquadest, KNO2, K2HPO4, NaCl, MgSO4.7H2O, FeSO4.7H2O, CaCO3, CaCl2,
Bacto Agar). Setelah itu semua bahan-bahan ditimbang sesuai dengan takaran
yang diperlukan kemudian dilarutkan dalam aquadest, setelah itu dilakukan
pemanasan sehingga semua bahan terlarut. Selanjutnya disterilkan menggunakan
autoklaf selama 15 menit.
Menurut Fatmawaty (2013), untuk membuat media selektif Nitrosomonas
digunakan bahan sebagai berikut yaitu aquades steril 1000 ml, Bacto Agar 15 gr,
(NH4)2SO4 0.5 gr, KH2PO4 0.2 gr, CaCl2.2H2O 0.04 gr, MgSO4.7H2O 0.04 gr, Fe-
sitrat 0.05 gr, dan Fenol-red 0.05 gr. Sedangkan untuk pembuatan media selektif
Nitrobacter digunakan bahan sebagai berikut aquades steril 1000 ml, Bacto Agar
15 gr, KNO2 0.06, K2HPO4 1 gr, NaCl 0.3 gr, MgSO4.7H2O 0.1 gr, FeSO4.7H2O
0.03 gr, CaCO3 1 gr, dan CaCl2 0.3 gr.
Media Pemeliharaan
Media pemeliharaan menggunakan media air tawar yang berasal dari
laboratorium reproduksi ikan yang didistribusikan pada akuarium perlakuan
sebanyak 12 buah. Media pemeliharaan diaerasi selama 24 jam menggunakan
bantuan aerator untuk mensuplai kandungan oksigen terlarut.
3.5.2 Persiapan Hewan Uji
Hewan uji yaitu ikan nila (O. Niloticus) diperoleh dari UPT PBAT Umbulan.
Ikan nila diadaptasikan selama 2 minggu sebelum digunakan untuk persobaan.
Ikan nila ditampung dalam akuarium dan diaerasi sebagai suplai oksigen terlarut.
Ikan nila yang digunakan untuk percobaan yaitu berukuran 3-5 cm.
Selama masa adaptasi ikan diberi pakan komersil dengan kandungan
protein yang sama dengan kandungan protein pada pakan yang diberikan ketika
penelitian. Padat tebar ikan nila (O. Niloticus) yaitu sebanyak 2 ekor/liter.
22
3.5.3 Komposisi Bahan Masing-Masing Probiotik
Adapun komposisi probiotik adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Komposisi Probiotik
3.6 Pelaksanaan Penelitian
Akuarium yang telah diisi media pemeliharaan dan hewan uji kemudian
ditata sesuai denah rancangan percobaan. Aerasi dan suhu diatur agar tetap
stabil, untuk suhu dapat mengunakan heater. Padat tebar ikan nila yaitu 30
ekor/akuarium yang akan dipelihara selama 30 hari. Pengamatan dan penentuan
keragaman jenis dan kepadatan bakteri pada isi perut ikan nila meliputi Total Plate
Count (TPC), pewarnaan gram serta uji biokimia.
Parameter penunjang yang diukur pada media pemeliharaan meliputi suhu,
DO, pH dan TAN. Adapun pengukuran suhu, DO dan pH dilakukan dua kali sehari
pada pukul 08.00 WIB dan pukul 16.00 WIB. Untuk TAN diukur pada awal
pemeliharaan dan akhir pemeliharaan.
Probiotik A Probiotik B Probiotik C
Jahe merah Molase Kunyit Dedak Halus Temulawak Markisa/Nanas Gula Merah Air tawar Susu segar Inokulan bakteri
Bacillus, Nitrosomonas, Nitrobacter 4 ml/l
Molase Air kelapa tua Kunyit putih Lengkuas Temulawak Jahe merah Kencur Temu ireng Bawang putih Inokulan bakteri
Bacillus, Lactobacillus, Nitrosomonas, Nitrobacter (4 ml/l)
Air tawar Molase Pupuk nitrogen ZA Kapur kaptan (CaCO3) Inokulas bakteri
Bacillus, Lactobacillus, Nitrosomonas, Nitrobacter (4 ml/l)
23
3.7 Parameter Uji
3.7.1 Parameter Utama
a. Total Plate Count (TPC)
Bakteri yang telah ditanam dalam media pada cawan petri kemudian
diinkubasi dengan suhu 320 C selama 24 jam. Setelah itu dihitung jumlah koloni
bakteri yang tumbuh pada cawan dengan metode TPC. Total Plate Count
bertujuan untuk menghitung kepadatan koloni bakteri yang tumbuh dalam cawan
petri. Perhitungan jumlah koloni bakteri dihitung secara manual dengan bantuan
colony counter. Kemudian hasil dicatat dan dihitung dengan rumus yang
dinyatakan dengan satuan CFU/ml (colony-forming unit/ml).
Kepadatan atau kelimahan total bakteri pada usus ikan nila (O. niloticus)
selama masa pemeliharaan dihitung menggunakan metode hitungan Total plate
Count (TPC). Menurut SNI (2006), perhitungan jumlah koloni menggunakan rumus
sebagai berikut:
𝑁 =Σ𝐶
[(1 𝑥 𝑛1) + (0,1 𝑥 𝑛2)] + (𝑑)
Keterangan :
N : jumlah koloni produk, dinyatakan dalam koloni per ml
Σ𝐶 : jumlah koloni pada semua cawan yang dihitung
𝑛1 : jumlah cawan pada pengenceran pertama yang dihitung
𝑛2 : jumlah cawan pada pengenceran kedua yang dihitung
d : pengenceran pertama yang dihitung
b. Analisa Gram
Bakteri yang telah diisolasi diambil menggunakan jarum ose yang kemudian
digesekkan pada objek glass. Objek glass difiksasi diatas bunsen kemudian
ditetesi dengan kristal ungu dan didiamkan selama 1 menit, bilas dengan aquades
dan cuci dengan air kemudian di tetesi lugol dan ditunggu selama 1 menit dan
dibilas dengan alkohol 70%. Setelah itu tetesi dengan safranin dan didiamkan
24
selama 3 setengah menit kemudian preparat dicuci kembali dengan aquades dan
diamati dibawah mikroskop.
Menurut Hasanah (2011), peparat bakteri ditetesi dengan pewarna kristal
violet dan dibiarkan selama satu menit, kemudian dibilas dengan air. Selanjutnya
preparat ditetesi dengan larutan lugol dan dibiarkan selama satu menit, dicuci
dengan air dan dihilangkan warnanya menggunakan alkohol 96% selama 10-20
detik atau sampai warna ungu tidak luntur lagi. Setelah dicuci sebentar kemudian
diwarnai dengan larutan safranin dan dibiarkan selama 10-20 detik lalu dibilas
dengan air, kemudian dikeringkan dan diperiksa di bawah mikroskop
menggunakan minyak imersi dan diamati bentuk sel serta reaksi Gram. Sel-sel
bakteri yang tidak dapat melepaskan warna akan tetap berwarna seperti warna
violet kristal, yaitu biru ungu disebut bakteri Gram positif. Sel-sel bakteri yang dapat
melepaskan violet kristal dan mengikat safranin sehingga berwarna merah atau
merah muda disebut bakteri Gram negatif.
c. Uji Biokimia
Menurut Feliatra et al. (2004), identifikasi bakteri dilakukan terhadap isolat
dengan melakukan serangkaian uji morfologi dan biokimia yaitu pewarnaan gram,
uji motilitas, pengamatan bentuk sel, tipe penggandengan sel, sifat aerobik dan
anaerobik, kemampuan tumbuh pada suhu 5, 20 dan 300C. Pengamatan dilakukan
juga pada warna koloni, ukuran koloni, bentuk koloni yang dilihat dari dalam,
samping dan atas, kemampuan memproduksi katalase dan oksidase, uji halofilik
dan oksidase sitokrom untuk menentukan genus bakteri heterotrof yang didapat
dari isi perut ikan nila yang diberi pakan pelet dengan penambahan probiotik.
Menurut Pelczar dan Chan (1986), uji biokimia dapat dilakukan untuk
mengetahui karakteristik dan identifikasi bakteri. Kebanyakan bekteri aerob dan
anaerob fakultatif akan memproduksi hidrogen peroksida yang bersifat toksik
terhadap bakteri yang masih hidup untuk menjaga kelangsungan hidupnya,
25
sejumlah bakteri mampu menghasilkan enzim katalase yang memecah H2O2
menjadi air dan oksigen sehingga sifat toksiknya hilang. Hasanah (2011), setelah
dilakukan pewarnaan gram dilakukan uji biokimia dengan menggunakan metode
BBL Crystal, yaitu dengan menggunakan Kit BBL Crystal. Prinsip dari metode ini
adalah menanam bakteri pada microplates (mikro cawan). Kemampuan bakteri
dalam menghidrolisis substrat akan menghasilkan perubahan warna dalam lubang
mikro yang dapat terdeteksi secara visual. Data warna-warna yang telah diperoleh
akan dicocokkan pada tabel warna yang memiliki nilai tertentu. Nilai-nilai tersebut
selanjutnya dimasukkan dalam bank data (software) BBL crystal dan diperoleh
hasil identifikasi bakteri hingga tingkat spesies.
3.7.2 Parameter Penunjang
Parameter kualitas air yang diamati dalam penelitian ini adalah suhu, pH,
oksigen terlarut dan TAN. Pengukuran kualitas air seperti oksigen terlarut, pH, dan
suhu dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari pukul 08.00 dan 16.00 WIB,
alat ukur yang digunakan dalam pengukuran parameter penunjang dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2. Alat Ukur Kualitas Air
No. Parameter Kualitas Air Alat yang digunakan
1 Suhu Thermometer
2 pH pH meter 3 DO DO meter 4 TAN Spektrofotometer
3.8 Analisa Data
Data yang diperoleh dari hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan
analisa keragaman analysis of variance (ANOVA) sesuai dengan rancangan
perlakuan yang digunakan yaitu rancangan acak lengkap (RAL). Analisis yang
digunakan menggunakan program aplikasi komputer yaitu SPSS ver. 24 for
windows.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Kepadatan Total Koloni Bakteri pada Usus Ikan Nila
Data kepadatan bakteri pada masing-masing perlakuan. Grafik kepadatan
koloni bakteri selama masa pemeliharaan dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai
berikut, dan lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 5. Grafik Total Kepadatan Koloni Bakteri Selama Masa Pemeliharaan
Keterangan:
- A: Perlakuan pakan dengan penambahan Bacillus subtilis, Nitrosomonas dan Nitrobacter dengan media hidup air tawar + molase + rempah
- B: Perlakuan pakan dengan penambahan Bacillus subtilis, Lactobacillus casei Nitrosomonas dan Nitrobacter dengan media hidup air kelapa + molase + rempah
- C: Perlakuan pakan dengan penambahan Bacillus subtilis, Lactobacillus casei Nitrosomonas dan Nitrobacter dengan media hidup air tawar + molase
- D: Perlakuan control NA : Nutrien Agar MRSA : deMan Rogossa Sharpe Agar NOB : Media selektif Nitrobacter NOS : Media selektif Nitrosomonas
Data yang diperoleh kemudian dianalisa uji normalitas dan uji homogenitas.
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui bahwa data tersebut memiliki sebaran
10,50 10,85
9,30
6,667,44
9,81
6,90
4,10
6,516,04 5,93
1,02
6,396,88
6,10
0,59
0,00
2,00
4,00
6,00
8,00
10,00
12,00
A B C D
Ko
lon
i Bak
teri
10
13
CFU
/ml
Perlakuan
NA Mrsa NOB NOS
27 yang normal atau tidak. Uji homogenitas untuk mengetahui bahwa data memiliki
varian yang homogen. Data total bakteri kemudian dianalisa dengan analisa sidik
ragam (ANOVA) yang ditunjukkan pada Tabel 3.
Tabel 3. Sidik Ragam Kepadatan Bakteri Selama Masa Pemeliharaan
Sumber Keragaman
JK Db KT F hitung Sig.
Perlakuan 3,971 2 1,985 7,861 0,021 Acak 1,515 6 0,253 Total 5,486 8
Berdasarkan pada Tabel 3 menunjukkan bahwa hasil analisis ragam
(ANOVA) dengan pemberian probiotik memberikan hasil yang berbeda nyata
terhadap kepadatan koloni bakteri pada saluran pencernaan (usus) ikan nila (O.
niloticus). Hal ini diketahui berdasarkan hasil signifikasi yang diperoleh. Hasil
signifikasi yang didapatkan <0,05 sehingga penelitian ini berpengaruh nyata. Maka
dari itu dilakukan perhitungan homogenous subset dengan uji tukey yang dapat
dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Perhitungan Homogenous Subset Uji Tukey Kepadatan Bakteri
Perlakuan N Subset
Notasi 2 3
C 3 9,29 a A 3 10,50 10,50 ab B 3 10,84 b
Sig. 0,05 0,69
Grafik pada Gambar 5 menunjukkan bahwa pada tiap perlakuan pemberian
probiotik berbeda, pada media NA dan MRSa, kepadatan kolloni bakteri lebih
banyak daripada koloni bakkteri yang tumbuh pada media selektif Nitrosomonas
dan Nitrobacter. Hasil tersebut diduga bahwa bakteri yang ditumbuhkan pada
media selektif Nitrosomonas dan Nitrobacter tidak termasuk bakteri yang mampu
menetap didalam saluran pencernaan ikan yang bukan merupakan habitat dari
bakteri nitrifikasi. Menurut Li et al. (2014), kepadatan bakteri Nitrobacter hanya
28 sebagian kecil dari jumlah bakteri lain yang ditemukan di usus ikan mas. Pada
media NA dan MRSA menunjukkan bahwa bakteri yang tumbuh mampu menetap
pada usus ikan. Salah satu bakteri yang tumbuh pada usus ikan merupakan
bakteri asam laktat. Menurut Sarbaini et al. (2015), jenis Lactobacillus sp. dan
Bacillus sp. merupakan bakteri yang paling sering ditemukan pada saluran
pencernaan ikan. Bakteri asam laktat merupakan kelompok bakteri yang
mempunyai kemampuan untuk membentuk asam laktat dari metabolisme
karbohidrat dan tumbuh pada pH lingkungan yang rendah. Menurut Ahmadi
(2012), bahwa aktivitas bakteri dalam pencernaan akan berubah dengan cepat
apabila ada mikroba yang masuk melalui pakan atau air yang menyebabkan
terjadinya perubahan keseimbangan bakteri yang sudah ada di dalam usus
(saluran pencernaan). Dengan adanya keseimbangan antara bakteri saluran
pencernaan ikan menyebabkan bakteri probiotik bersifat antagonis terhadap
bakteri-bakteri pathogen sehingga saluran pencernaan ikan lebih baik dalam
mencerna dan menyerap sari-sari makanan.
Bakteri dalam pertumbuhannya membutuhkan nutrisi. Salah satu nutrisi
yang dibutuhkan adalah sumber karbon yang berguna untuk tumbuh, berkembang
biak, sumber energi dan sebagai cadangan makanan (Kusmiati dan Malik, 2002).
Selain itu bakteri juga membutuhkan nitrogen, dimana nitrogen ini merupakan
penyusun senyawa-senyawa yang penting dalam sel yang menentukan aktivitas
pertumbuhan mikroorganisme. Jika pada substrat hanya terdapat sedikit sumber
nitrogen maka bakteri tidak dapat memproduksi enzim yang dibutuhkan untuk
mensintesis senyawa yang mengandung karbon. Perbandingan C/N rasio substrat
akan berpengaruh pada pertumbuhan mikroorganisme (Yulistiawati, 2008).
Dari hasil uji ANOVA yang dilanjutkan dengan uji Tukey, hasil kepadatan
koloni bakteri pada perlakuan B menunjukkan kepadatan tertinggi yairu sebanyak
29 10,85 x 1013 CFU/ml dari pada perlakuan lain. Hasil tersebut karena pada hasil uji
C/N rasio didapatkan hasil pada probiotik B(P2) memiliki C/N rasio sebesar 48:1
sedangkan pada probiotik A(P1) memiliki C/N rasio sebesar 66:1 dan probiotik
C(P4) sebesar 8:1 yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 8. Menurut Nisa
(2016), C/N rasio yang efektif untuk proses fermentasi berkisar antara 30-40.
Dimana mikroba akan memecah senyawa C sebagai sumber energi dan sumber
N untuk sintesa protein. Apabila C/N rasio terlalu tinggi maka mikroba akan
kekurangan N untuk sintesa protein yang mengakibatkan dekomposisi menjadi
lambat, sedangkan C/N rasio terlalu rendah dapat menyebabkan kelebihan
nitrogen (N) yang tidak terpakai oleh mikroba yang akan hilang dan menjadi
amonia. Maka perlakuan B dengan C/N rasio 48 lebih mendekati kisaran optimum
untuk proses fermentasi lebih baik dalam menghasilkan kepadatan bakteri dalam
usus ikan nila (O. niloticus) dibandingkan perlakuan lainnya yang secara otomatis
ketika probiotik dicampurkan pada pakan dan diberikan pada ikan dan masuk ke
saluran pencernaannya maka pertumbuhan bakteri probiotik juga akan lebih
optimal dibandingkan dengan pemberian probiotik lainnya. Menurut penelitian
Benito et al. (2010), menunjukkan bahwa hasil kepadatan tertinggi sebesar 52 x
106 cfu, dengan kandungan C/N rasio sebesar 35, dibandingkan pada C/N rasio
30 dan 25. Pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh bahan organik pada substrat
(C/N rasio) dan aktivitas mikroorganisme. C/N rasio yang tinggi memperlambat
proses penguraian, sebaliknya jika C/N rasio terlalu rendah maka kandungan
karbon akan segera habis dan proses degradasi anaerob terhenti yang
mengakibatkan pertumbuhan mikroorganisme terganggu. Oleh karena itu
keseimbangan karbon karbon dan nitrogen dalam bahan yang digunakan sebagai
substrat perlu mendapat perhatian (Yulistiawati, 2008).
30
Pada komposisi probiotik B mengandung ragi yang mana ragi tersebut
mampu meningkatkan proses pencernaan dalam saluran pencernaan dan
memacu/menstimulus pertumbuhan bakteri anaerob sehingga populasi bakteri
terutama bakteri asam laktat meningkat. Hal ini sesuai dengan pernyataan Wina
(1999), ragi merupakan organisme fakultatif yang mempunyai kemampuan
menghasilkan energi dari senyawa organik dalam kondisi aerob maupun anaerob.
Penambahan kultur ragi juga dapat memacu/menstimulasi pertumbuhan bakteri
anaerob terutama bakteri selulolitik dan bakteri asam laktat meningkat. Selain itu
pada probiotik B terbuat dari bahan utama air kelapa yang digunakan untuk
makanan dari bakteri probiotik. Kandungan yang dimiliki oleh air kelapa berupa air,
karbohidrat, protein, lemak dan vitamin. Nutrisi tersebut merangsang pertumbuhan
bakteri probiotik melalui proses fermentasi. Unsur karbon dalam air kelapa berupa
karbohidrat sederhana, dimana carbon merupakan kebutuhan utama untuk bakteri
sehingga mudah digunakan sebagai media pertumbuhan bakteri probiotik
(Purwitasari et al., 2004). Maka ketika probiotik B yang dicampur melalui pakan
yang kemudian masuk dalam pencernaan saluran pencernaan ikan akan
menghasilkan kepadatan bakteri lebih banyak dibandingkan probiotik lainnya
dengan adanya penambahan ragi yang mampu memacu pertumbuhan bakteri
asam laktat dan juga kandungan C/N rasio yang lebih baik dibandingkan dengan
probiotik lainnya.
Menurut Afrilasari et al. (2016), bakteri probiotik berperan dalam organ
pencernaan yang mampu membantu ikan dalam memanfaatkan nutrisi yang
terkandung dalam pakan. Penyerapan nutrisi yang lebih optimal oleh ikan dengan
adanya bantuan dari bakteri probiotik akan menghasilkan peningkatan
pertumbuhan ikan lebih cepat. Menurut Azhar (2013), banyaknya bakteri probiotik
31 sebanding lurus dengan peningkatan aktivitas pencernaan oleh aktivitas enzimatis
dan sintesa protein sehingga dapat meningkatkan nilai kecernaan dan bobot ikan.
4.2 Identifikasi Bakteri
4.2.1 Pengamatan Makroskopis
Pengamatan koloni bakteri secara makroskopis dilakukan untuk
mengetahui morfologi koloni bakteri yang tumbuh pada media dengan melihat
bentuk koloni, warna, tepian dan elevasi. Menurut Irfan (2014), pengamatan
makroskopis bertujuan untuk mengamati bentuk koloni, tepi koloni, permukaan
koloni, dan warna koloni. Hasil pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 5.
Setiap mikroorganisme memiliki penampakan makroskopis yang berbeda-
beda pada pertumbuhannya. Pada pengamatan yang dilakukan terdapat
beberapa perbedaan dan didapatkan rata-rata bentuk koloninya bulat, warna putih
dan elevasi cembung. Menurut Daramayasa (2008), koloni yang tumbuh diamati
secara makroskopis meliputi bentuk, ukuran, tekstur dan warna. Hasil pengamatan
dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Hasil Pengamatan Koloni Bakteri Secara Makroskopis
Isolat Morfologi Koloni
Bentuk Tepi Elevasi Warna
1 Bulat Rata Cembung Putih susu
2 Bulat Rata Cembung Putih susu
3 Bulat Tidak rata Cembung Putih krem
4 Bulat Tidak rata Cembung Putih krem
Pada hasil pengamatan makroskopis didapatkan bahwa bentuk koloni
bervariasi yang diduga karena masing – masing koloni bakteri memiliki bentuk dan
karakteristik koloni yang berbeda –beda. Setelah pengamatan secara makroskopis
kemudian dilakukan pengamatan secara mikroskopis untuk menentukan isolat
bakteri merupakan bakteri gram positif atau negatif.
32 4.2.2 Pengamatan Mikroskopis
Pengamatan mikroskopis dilakukan dengan cara pewarnaan gram dengan
tujuan untuk mengetahui bentuk dan warna sel dari isolat. Hasil gram pada isolat
diketahui melalui warna yang ditunjukkan oleh sel bakteri dimana bakteri gram
positif diindikasikan dengan warna ungu sedangkan untuk bakteri gram negatif
ditunjukkan dengan warna merah setelah melalui beberapa tahap pewarnaan yang
diamati dibawah mikroskop. Hasil pengamatan uji gram dan morfologi tersebut
dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Hasil Pengamatan Bakteri Secara Mikroskopis
Isolat Hasil Pewarnaan Hasil Gram Bentuk Bakteri
1 Keunguan Positif Batang 2 Keunguan Positif Batang 3 Merah Negatif Batang 4 Merah Negatif Batang
Berdasarkan hasil Tabel 6 menunjukkan bahwa setelah dilakukan
pewarnaan gram didapatkan hasil yaitu terdapat 2 jenis bakteri gram positif dan 2
jenis bakteri gram negatif dengan masing – masing bentuk sel bakteri yaitu batang
(basil). Menurut Hasanah (2011), sel-sel bakteri yang tidak dapat melepaskan
warna akan tetap berwarna seperti warna violet kristal, yaitu biru ungu disebut
bakteri Gram positif. Sel-sel bakteri yang dapat melepaskan violet kristal dan
mengikat safranin sehingga berwarna merah atau merah muda disebut bakteri
Gram negatif. Hasil pengamatan bakteri secara mikroskopis dapat dilihat pada
Lampiran 6.
4.2.3 Uji Biokimia
Setelah didapatkan hasil pengamatan mikroskopis selanjutnya dilakukan
uji biokimia yang bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis bakteri yang teridentifikasi
pada saat penelitian. Hasil dari uji biokimia dapat mengetahui karakteristik bakteri
dalam mereduksi unsur glukosa, protein dan urea. Hasil uji biokimia dapat dilihat
33 pada Lampiran 7. Bakteri yang teridentifikasi tersebut adalah Bacillus subtilis.,
Bacillus cereus., Nitrosomonas sp., dan Nitrobacter sp. Variasi jenis bakteri yang
didapat diduga karena adanya pengaruh dari pemberian probiotik pada pakan
yang masuk kedalam saluran pencernaan ikan nila yang mana komposisi bakteri
pada probiotik mampu tuumbuh dan hidup pada saluran pencernaan ikan nila.
Menurut Hasanah (2011), prinsip kerja dari metode BBL crystal kit yaitu
melihat kemampuan bakteri dalam menghidrolisis substrat akan menghasilkan
perubahan warna dalam lubang mikro yang kemudian dicocokkan pada tabel yang
memiliki nilai tertentu dan dimasukkan dalam data bank (software) pada komputer
dan diperoleh hasil identifikasi. Hasil uji tabel biokimia dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Hasil Uji Biokimia Bakteri Gram Positif
Parameter Uji Hasil Pemeriksaan Isolat
1 2
Fluorescent Negatif Control
- -
Glucoside β + + Valine - + Phenylalanine + + Glucoside α + - Pyroglutamic acid - + Tryptophan + - Arginine + - Acetyl glucosaminide + + Glucuronide - - Isoleucine - + Trehalose + + Lactose + - Methyl & glucoside + + Sucrose + - Mannitol - - Maltotriose - + Arabinose - - Glycerol + - Fructose + + glucoside + + cellobioside + + Proline & Leucine nitroanilide
+ +
Nitrophenyl phosphate
- +
maltoside - -
34
galactoside - - Esculin - - Arginine + +
Bacillus subtilis Bacillus cereus
Tabel 8. Hasil Uji Biokimia Bakteri Gram Negatif
Parameter Uji Hasil Pemeriksaan Isolat
3 4
Oxidase + + Motilitas + - Nitrat + + Lysin - - Ornithin - - H2S - - Glukosa + + Mannitol - + Xylose - - ONPG + + Indol - - Urease - - VP - - Sitrat - - TDA - - Gelatin - + Malonat - - Inositol - - Sorbitol - - Rhamnosa - - Sukrosa - - Lactosa - - Arabinosa - - Adonitol - - Raffinosa - - Salicin - + Arginin - -
Nitrosomonas sp. Nitrobacter sp.
Hasil uji biokimia isolat 1 dan 2 adalah bakteri dari genus Bacillus sp. yaitu
Bacillus subtilis dan Bacillus cereus. Bakteri tersebut merupakan bakteri yang
sangat menguntungkan bagi proses budidaya dan termasuk dalam bakteri gram
positif. Dimana Bacillus dapat meningkatkan sistem imun inang dan resistan
terhadap infeksi bakteri patogen serta menghasilkan enzim ekstraseluler. Menurut
Rusdani et al. (2016), bakteri Bacillus diketahui merupakan salah satu bakteri gram
35 positif yang memiliki sifat menguntungkan bagi inang, karena dapat meningkatkan
sistem imun dan resistan terhadap infeksi bakteri patogen, serta meningkatkan
performa pertumbuhan. Menurut Simanjuntak et al. (2016), bakteri Bacillus sp.
mampu menghasilkan enzim protease dan lipase yang dapat mendegradasi asam
amino dan dapat meningkatkan pertumbuhan. Bakteri B. substilis merupakan
bakteri proteolitik yang dapat menguraikan protein menjadi asam amino. Enzim
yang dihasilkan oleh bakteri yang ikut termakan akan membantu proses
pencernaan dalam saluran pencernaan kultivan. Selain itu bakteri Bacillus sp.
yang termasuk dalam bakteri asam laktat jika berada dalam perairan budidaya
mampu berperan dalam dekomposer yang dapat memperbaiki kualitas perairan
(Wulandari et at., 2014). Bacillus sp. Juga mampu menghambat pertumbuhan
bakteri patogen. Menurut Feliatra et al. (2012), Bacillus cereus mampu menekan
pertumbuhan bakteri patogen seperti Aeromonas sp dan Vibrio sp. Hal ini
didukung oleh penelitian Sarbaini et al. (2015), yang menyatakan bahwa Bacillus
sp. Memiliki kemampuan memproduksi antibiotik dalam bentuk lipopeptida, salah
satunya adalah iturin. Oleh sebab itu jenis Bacillus sp. Mampu menghambat
pertumbuhan Streptococcus agalactiae. Iturin membantu Bacillus sp berkompetisi
dengan mikroorganisme lain sebagai antibiotik bagi mikroorganisme lain atau
menurunkan tingkat pertumbuhannya.
Hasil uji biokimia isolat 3 dan 4 adalah bakteri dari genus Nitrosomonas sp.
dan Nitrobacter sp. Dimana kedua bakteri tersebut merupakan bakteri nitrifikasi
yang merombak amonia menjadi nitrit dan nitrat. Nitrifikasi merupakan proses
mikrobial yang mereduksi komponen nitrogen (amonia) menjadi nitrit dan nitrat.
Nitrifikasi berlangsung melalui 2 tahapan reaksi, dimana pada tahap pertama
oksidasi amonium menjadi nitrit yang dilakukan oleh mikroba pengoksidasi
amonium (Nitrosomonas sp) dan pada tahap kedua oksidasi nitrit oleh mikroba
36 pengoksidasi nitrit (Nitrobacter sp) menjadi nitrat (Yuniasari, 2009). Tanpa adanya
proses nitrifikasi pada suatu ekosistem budidaya dapat menyebabkan
penumpukan jumlah amonia dalam jumlah yang besar yang dapat berdampak
negatif bagi biota yang dibudidaya karena amonia bersifat toksik. Menurut
Devaraja et al. (2002), bahwa pemanfaatan akivitas bakteri nitrifikasi mampu
memperbaiki kualitas air dengan cara menguraikan atau merombak limbah dalam
kolam menjadi senyawa-senyawa yang tidak membahayakan ikan serta tidak
menurunkan kualitas air. Melalui proses perombakan tersebut maka amonia akan
diubah menjadi nitrit dan kemudian nitrit menjadi nitrat yang dapat digunakan alga
sebagai sumber nutrisi.
4.3 Parameter Penunjang Kualitas Air
Air merupakan media hidup untuk ikan dimana kualitas air yang optimal akan
memberikan dampak yang baik untuk ikan yang hidup didalamnya. Kualitas air
harus sesuai dengan toleransi ikan terhadap parameter kualitas air. Penelitian ini
dilakukan pengamatan selama 30 hari. Adapun data penunjang yang diamati yaitu
kualitas air yang meliputi suhu, pH, DO (Dissolved Oxygen) harian sebanyak 2 kali
sehari dan melakukan pengamatan TAN (Total Ammonia Nitrogen) sebanyak 2x
selama pengamatan yaitu pada awal pemeliharaan dan akhir pemeliharaan
dengan masa pemeliharaan selama 30 hari. Hasil pengamatan kualitas air dapat
dilihat pada Tabel 9 yang selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 9.
Tabel 9. Analisa Kualitas Air Selama Pemeliharaan
Perlakuan Suhu (oC) pH DO (ppm) TAN (ppm)
A 25,59 ± 0,870 a 7,156 ± 0,574 a 4,10 ± 0,731 a 0,17 ± 0,02 a
B 25,34 ± 1,728 a 7,16 ± 0,587 a 4,14 ± 0,737 a 0,16 ± 0,01 a
C 25,56 ± 0,828 a 7,16 ± 0,579 a 4,09 ± 0,674 a 0,18 ± 0,00 a
D 25,41 ± 1,780 a 7,158 ± 0,575 a 4,14 ± 0,651 a 0,22 ± 0,03 b
37
Pada tabel diatas dapat diketahui bahwa kualitas air meliputi suhu, pH dan
DO tidak terdapat perbedaan yang nyata ketika diberi penambahan probiotik
melalui pakan. Akan tetapi pada total amonia nitrogen (TAN) terdapat perbedaan
pada akuarium perlakuan dan kontrol.
Kisaran suhu yang diperoleh saat dilakukan pengamatan rata-rata sebesar
25oC dengan suhu yang berkisar antara 23oC – 28oC, suhu tersebut masih dalam
kisaran suhu yang optimum dalam mendukung pertumbuhan ikan nila (O. niloticus)
selama penelitian. Seperti yang disebutkan Bangsa et al. (2015), suhu optimal bagi
pertumbuhan ikan nila adalah antara 22 – 290 C. efek kenaikan suhu air pada 340
C selama 2 jam dapat menyebabkan ikan stress.
pH perairan merupakan derajat keasaman suatu perairan yang mana dapat
mempengaruhi kelangsungan hidup ikan budidaya. Pada penelitian ini pH air yang
didapat selama pemeliharaan berkisar antara 6,22 – 8,70 dengan rata-rata pH
seluruh akuarium selama pemeliaharaan sebesar 7. Menurut Arie (2000),
keasamaan yang baik untuk pertumbuhan ikan nila berkisar antara 7 – 8. Derajat
keasaman air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena mempengaruhi
kehidupan jasad renik. Perairan yang memiliki pH asam akan kurang produktif dan
dapat membunuh hewan budidaya dan kandungan oksigen terlarut akan
berkurang dalam perairan yang menyebabkan konsimsi oksigen menurut dan
aktivitas pernafasan naik dan selera makan akan berkurang, begitu pula
sebaliknya pada suasana basa.
DO (Dissolved Oxygen) merupakan parameter kimia air yang sangat penting
bagi biota yang dibudidayakan untuk proses respirasi. Pada penelitian ini
didapatkan hasil oksigen terlarut pada semua perlakuan dengan nilai rata – rata
4,1 ppm. Dimana nilai tersebut masih dalam kisaran yang baik untuk ikan nila.
38 Menurut Boyd (1982), ikan mampu bereproduksi dan tumbuh dengan baik jika
kandungan oksigen terlarut berada diatas 4 ppm.
TAN (Total amonia nitrogen) merupakan akumulasi dari kandungan amonia
terionisasi (NH4) dan amonia tak terionisasi (NH3). Kandungan TAN selama
pemeliharaan masih dalam kisaran yang dapat ditolerir oleh ikan. Menurut
Zonneveld et al. (1991) mengatakan bahwa untuk kelangsungan hidup ikan, TAN
tidak boleh lebih dari 0,2 ppm.
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian tentang kepadatan dan jenis
bakteri pada usus ikan nila (Oreochromis niloticus) yang diberi pakan probiotik
didapatkan jumlah koloni bakteri tertinggi sebesar 10,85 x 1013 CFU/ml pada
perlakuan B, dan terendah sebanyak 6,66 x 1013 CFU/ml pada akuarium control.
Identifikasi bakteri probiotik ditemukan 4 jenis bakteri yaitu Bacillus subtilis.,
Bacillus cereus., Nitrosomonas sp., dan Nitrobacter, sp. Dengan hasil produk
probiotik B merupakan probiotik terbaik yang dilihat dari kepadatan bakteri pada
usus ikan.
5.2 Saran
Berdasarkan hasil penelitian, saran yang dapat diberikan yaitu diharapkan
adanya penelitian lanjutan terhadap kepadatan bakteri probiotik pada perairan
serta dapat diaplikasikan pada skala yang lebih besar lagi.
DAFTAR PUSTAKA
Adharani, N., K. Soewardi., A. D. Syakti dan S. Hariyadi. 2016. Manajemen
Kualitas Air Dengan Teknologi Bioflok: Studi Kasus Pemeliharaan Ikan Lele
(Clarias sp.) Jurnal Pertanian Indonesia. 21(1): 35-40.
Afrilasari, W., Widanarni dan A. Meryandini. 2016. Effect of Probiotic Bacillus
megatrium PTB 1.4 on the Population of Intestinal Microflora, Digestive
Enzyme Activity and the Growth of Catfish (Clarias sp.). Journal of
Biosciences. 23: 168-172.
Ahmadi, H., Iskandar, Dan N. Kurniawati. 2012. Pemberian Probiotik Dalam Pakan Terhadap Pertumbuhan Lele Sangkuriang (Clarias Gariepinus) Pada Pendederan II. Jurnal Perikanan Dan Kelautan. 3(4): 99-107.
Anggriani, R., Iskandar dan Ankiq, T. 2012. Efektivitas Penambahan Bacillus sp. Hasil Saluran Pencernaan Ikan Patin Pada Pakan Komersil terhadap Kelangsungan Hidup dan Pertumbuhan Benih Ikan Nila Merah (Oreochromis niloticus). 3(3): 75-83.
Arie, U. 2000. Pembenihan Dan Pembesaran Nila GIFT. Penebar Swadaya.
Jakarta. Arief, M., Fitriani, N., Subekti, S. 2014. Pengaruh Pemberian Probiotik Berbeda
Pada Pakan Komersil Terhadap Pertambahan Dan Efisiensi Pakan Ikan Lele Sangkuriang (Clarias Sp.). Jurnal Ilmiah Perikanan Dan Kelautan 6(1): 49-53.
Azhar, F. 2013. Pengaruh Pemberian Probiotik dan Prebiotik Terhadap Performa
Juvenile ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis). Buletin Veteriner Udayana. 6(1): 1-9.
Bangsa, P. C., Sugito., Zuhrawati., Razali, D., Nurul, A Dan Azhar. 2015. Pengaruh
Peningkatan Suhu Terhadap Jumlah Eritrosit Ikan Nila (Oreochromis
Niloticus). Jurnal Medika Veterinaria. 9(1): 9-11.
Beauty, G., A. Yustiadi dan R. Grandiosa. 2012. Pengaruh Dosis Mikroorganisme
probiotik Pada Media Pemeliharaan Terhadap Kelangsungan Hidup Dan
Pertumbuhan Benih Mas koki (Carassius auratus) dengan Padat Tebar
Berbeda. Jurnal Perikanan dan Kelautan. 3(3): 1-6.
Benito, A, K., Yuli, A, H., Udju, D, R dan Eulis, T. M. 2010. Deteksi Jumlah Bakteri
Total dan Coliform pada Sludge dari Proses Pembentukan Biogas
Campuran Feses Sapi Potong dan Feses Kuda. Jurnal Ilmiah ilmu-ilmu
Peternakan. 13(5): 269-272.
Boyd, C.E. 1982. Water Quality In Ponds For Aquaculture. Auburn University.
Birmingham Publishing Co. Birmingham, Albama. 37 pp.
Cahyono, B. 2000. Budidaya Ikan Air Tawar. Kanisius. Jakarta. 113 hal.
41 Darmayasa, I. B. G. 2008. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Pendegradasi Lipid
(Lemak) Pada Beberapa Tempat Pembuangan Limbah Dan Estuari Dam
Denpasar. Jurnal Bumi Lestari. 8(2): 122-127.
Devaraja, T.N., Yusoff, F.M And Shariff, M. 2002. Changes In Bacterial Population
And Shrimp Production In Pond Treated With Commercial Microbial
Products. Journal Of Aquaculture. 206(3): 245-256.
Elyana, P. 2011. Pengaruh Penambahan Ampas Kelapa Hasil Fermentasi Aspergillus Oryzae Dalam Pakan Komersial Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Skripsi. Universitas Sebelas Maret. Surakarta. 62 hal.
Fatmawati, B. 2013. Isolasi Bakteri Nitrifikasi Pada Tanaman Rhizosfer Tanaman Padi Aromatik Lokal (Oryza sativa L) Di Kabupaten Tana Toraja Sulawesi Selatan. Skripsi. Jurusan Biologi Fakultas Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam. Makassar: Universitas Hasanuddin. 36 hal.
Feliatra., Y. Fitria dan Nursyirwani. 2012. Antagonisme Bakteri Probiotik Yang Diisolasi Dari Dalam Lambung Ikan Kerapu Bebek (Cromileptes altivelis) terhadap Bakteri Patogen. Jurnal perikanan dan Kelautan. 17(1): 16-25.
Feliatra, I. Efendi, Dan E. Suryadi. 2004. Isolasi Dan Identifikasi Bakteri Probiotik
Dari Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus Fuscoguttatus) Dalam Upaya
Efisiensi Pakan Ikan. Jurnal Natur Indonesia. 6(2): 75-80.
Fifendy, M., Eldini Dan Irdawati. 2012. Pengaruh Pemanfaatan Molase Terhadap
Jumlah Mikroba Dan Ketebalan Nata Pada Teh Kombucha. Prosiding.
FMIPA Universitas Lampung. 67-72.
Fuller, R. 1989. A review, Probiotics in Man and Animals. Journal of Applied Bacteriology. 66: 365-378.
Ghufran. M., H Dan Kordi. K. 2011. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar
Di Kolam Terpal. Lily Publisher. 279 hal.
Haetami, K., Abun Dan Y. Mulyani. 2008. Studi Pembuatan Probiotik BAS (Bacillus Licheniformis, Aspergillus Niger Dan Sacharomicces Cereviceae) Sebagai Feed Supplement Serta Implikasinya Terhadap Pertumbuhan Ikan Nila Merah. Universitas Padjajaran. Bandung. 53 hal.
Haryati, T. 2011. Probiotik Dan Prebiotik Sebagai Pakan Imbuhan Non
Ruminansia. Wartazoa. 21(3): 126-131. Hasanah, R. 2011. Identifikasi Bakteri dan Komposisi Kimia Produk Fermentasi
Telur Ikan Tambakan (Helostoma teminckii). Tesis. Institut pertanian Bogor. Bogor. 112 hal.
Irfan, M. 2014. Isolasi Dan Enumerasi Bakteri Tanah Gambut Di Perkebunan
Kelapa Sawit PT. Tambang Hijau Di Kecamatan Tambang Kabupaten
Kampar. Jurnal Agroteknologi. 5(1): 1-8.
42 Irianto, A. 2003. Probiotik Akuakultur. Gajah Mada University Press. Yogyakarta.
45 Hal. Khairuman Dan Amri, K. 2008. Budi Daya Ikan Nila. Jakarta: Agromedia Pustaka.
112 hal.
. 2003. Membuat Pakan Ikan Konsumsi. PT Agromedia Pustaka. Depok, 83 Hal.
Khasani, I. 2007. Aplikasi Probiotik Menuju Sistem Budidaya Perikanan
Berkelanjutan. Media Akuakultur. 2(2): 86-90.
KKP. 2014. Laporan Kinerja Kementrian Kelautan Dan Perikanan Tahun 2010-
2014. 214 Hal.
Kusmiati dan A. Malik. 2002. Aktivitas Bakteriosin Dari Bakteri Leuconostoc
mesenteroides Pbacl Pada Berbagai Media. Makara Kesehatan. 6(1): 1-7.
Li, X.M., Y.J. Zhu , Q.Y. Yan , E. Ringø, and D.G. Yang. 2014. Do the intestinal microbiotas differ between paddlefish (Polyodon spathala) and bighead carp (Aristichthys nobilis) reared in the same pond?. Journal of Applied Microbiology. 117(5): 1245-1252.
Mansyur, A Dan A.M. Tangko. 2008. Probiotik: Pemanfaatannya Untuk Pakan Ikan
Berkualitas Rendah. Media Akuakultur.3(2): 145-149. Muliani, Nurbaya. N dan E. Susianingsih. 2012. Kemampuan Bakteri Probiotik
Yang Diisolasi Dari Mikroalga Terhadap Kualitas Air Dan Sintasan Udang Windu Skala Laboratorium. Jurnal Ris. Akuakultur. 7(1): 101-110.
Nindrasari, G. Meitiniarti, V.I., dan Mangimbulude, J.C. 2011. Pengurangan
Amonium Dengan Metode Nitrifikasi dan Anammox pada Air Lindi dari Tempat Pembuangan Akhir Sampah Jatibarang, Semarang. Disampaikan pada Seminar Nasional VIII Pendidikan Biologi tanggal 16 Juli. Fakultas Biologi Universitas Kristen Satya Wacana. Semarang. 192-195.
Nisa, K. 2016. Memproduksi Kompos dan Mikro Organisme Lokal (MOL). Bibit
Publisher. Jakarta Timur. 130 hal.
Pelczar, M. J dan E. C. S. Chan. 1986. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Universitas Indonesia Press: Jakarta. 443 hal.
Praditia, F. P. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Probiotik Melalui Pakan
Terhadap Pertumbuhan Dan Kelangsungan Hidup Udang Windu (Penaeus Monodon). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. 52 hal.
Purwitasari, E., Artini, P Dan Ratna, Setyaningsih. 2004. Pengaruh Media Tumbuh
Terhadap Kadar Protein Saccharomyces Cerevisiae Dalam Pembuatan Protein Sel Tunggal. Bioteknologi. 1(2): 37-42.
Putri, F.S., Zahidah, H. dan K. Haetami. 2012. Pengaruh pemberian bakteri
probiotik pada pellet yang mengandung kaliandra (Calliandracalothyrsus)
43
terhadap pertumbuhan benih ikan nila (Oreochromis niloticus). Jurnal
Perikanan dan Kelautan. 3(4): 283-291.
Raupong Dan Anisa. 2011. Bahan Ajar Mata Kuliah Perancangan Percobaan.
Jurusan Matematika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Universitas Hasanuddin Makassar. Sulawesi Selatan. 136 Hal.
Rusdani, M. M., Sadikin, A., Saptono, W Dan Zaenal A. 2016. Pengaruh
Pemberian Probiotik Bacillus Spp. Melalui Pakan Terhadap Kelangsungan
Hidup Dan Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Jurnal Biologi
Tropis. 16(1): 34-40.
Saraswati, D. 2014. Pengaruh Konsentrasi Air Kelapa Muda Terhadap
Pertumbuhan Saccharomyces Cereviceae. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan
Dan Keolahragaan Universitas Negeri Gorontalo. 68 Hal.
Sarbaini., Iesje Dan Nursyirwani. 2015. Isolasi Bakteri Kandidat Probiotik Dari
Usus Ikan Nila (Oreochromis Niloticus) Untuk Pengendalin Streptococcus
Agalactiae. JOM. 1-17.
Setyo, B. P. 2006. Efek Konsentrasi Kromium Dan Salinitas Berbeda Terhadap Efisiensi Pemanfaatan Pakan Untuk Pertumbuhan Ikan Nila (Oreochromis Niloticus). Tesis. Universitas Diponegoro.
Simanjuntak, I. C, B, H., Suminto Dan Agung, S. 2016. Pengaruh Konsentrasi
Bakteri Probiotik Yang Berasosiasi Dalam Usus Sebagai Bioflok Terhadap
Efisiensi Pemanfaatan Pakan, Pertumbuhan Dan Kelulushidupan Lele
Dumbo (Clarias Gariepinus). Journal Of Aquacultur Manajement And
Technology. 5(2): 1-8.
SNI. 2006. Cara Uji Mikrobiologi-Bagian 3: Penentuan Angka Lempeng Total (ALT) pada Produk Perikanan. Badan Standarisasi Nasional. 16 hal.
Sukmadinata, N.S. 2012. Metode Penelitian Pendidikan. Remaja Rosda Karya.
Bandung 326 hal.
Suminto. 2008. Pertumbuhan Bakteri Probiotik Alkaligenus sp. Dan Flavobacterium sp. Yang Diisolasi DariUsus Udang Pada Media Kultur Molase dan Kaolin. Jurnal Saintek Perikanan. 4(1): 21-27.
Susanti, E., E. Harpeni., A. Setyawan dan B. Putri. 2014. Penapisan bakteri
pendegradasi total ammonia nitrogen dari sedimen tambak tradisional udang windu (Penaeus monodon). AQUASAINS Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan. 2(2): 145-148.
Susanto, H. 2007. Budidaya Ikan Di Pekarangan. Jakarta: Penebar Swadaya. 226 hal.
Suyanto, S. R. 2010. Pembenihan Dan Pembesaran Nila. Depok: Penebar
Swadaya. 121 hal.
. 2003. Nila. Penebar Swadaya. Jakarta. 105 hal.
44 Verschuere, L., Rombaut, G., Sorgeloos, P., Verstraete, W. 2000. Probiotic
Bacteria As Bioloical Control Agents In Aquaculture. Microbial And Molecular Biol Rev 64(4): 655-671.
Widyanti, W. 2009. Kinerja Pertumbuhan Ikan Nila Yang Diberi Berbagai Dosis
Enzim Cairan Rumen Pada Pakan Berbasis Daun Lamtorogung Leucaena Leucocephala. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 68 hal.
Widyaningsih, E. N. 2011. Peran probiotik Untuk Kesehatan. Jurnal Kesehatan.
4(1): 14-20.
Wina E. 1999. Pemanfaatan Ragi (E. 1999. Pemanfaatan Ragi (yeast) Sebagai
Pakan Imbuhan Untuk Meningkatakn Produktivitas Ternak Ruminansia.
Wartazoa. 9(2): 1-9.
Wulandari, N., Sukanto dan E. Widyastuti. 2014. Pengaruh Pemberian Mikroba
Efektif Produktif Plus (MEP+) Pada Medium Budidaya Ikan Nila Yang Diberi
Pakan Fermentatif Terhadap Kepadatan Bakteri Asam Laktat. Scripta
Biologica. 1(1): 61-65.
Yulistiawati, E. 2008. Pengaruh Suhu Dan C/N Rasio Terhadap Produksi Biogas
Berbahan Baku Sampah Organik Sayuran. Skripsi. Fakultas Teknologi
Pertanian. Institut pertanian Bogor. Bogor. 67 hal.
Yuniasari, D. 2009. Pengaruh Pemberian Bakteri Nitrifikasi Dan Denitrifikasi Serta
Molase Dengan C/N Rasio Berbeda Terhadap Profil Kualitas Air,
Kelangsungan Hidup, Dan Pertumbuhan Udang Vaname Litopenaeus
Vannamei. Skripsi. Fakultas Perikanan Dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian
Bogor. Bogor. 78 hal.
Zonneveld, N., E. A. Huisman and J. H. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya Ikan. PT. Gramedia Pustaka: Jakarta. 317 hlm.
top related