kegiatan komunikasi humas dan citra kota/kegiatan... · pekalongan dalam memperkuat citra kota...
Post on 02-Mar-2019
243 Views
Preview:
TRANSCRIPT
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
KEGIATAN KOMUNIKASI HUMAS DAN CITRA KOTA
(Studi Deskriptif Kualitatif Kegiatan Komunikasi Humas Pemerintah Kota
Pekalongan Dalam Memperkuat Citra Kota Pekalongan Sebagai Kota Batik
Pascapengakuan Batik Sebagai Budaya Indonesia Oleh UNESCO)
Oleh
Syauqi Nafila
D0207102
SKRIPSI
Disusun Untuk Melengkapi Tugas dan Memenuhi Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Ilmu Komunikasi pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Program Studi Ilmu Komunikasi
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
HALAMAN PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya berjudul :
KEGIATAN KOMUNIKASI HUMAS DAN CITRA KOTA
Studi Deskriptif Kualitatif Kegiatan Komunikasi Humas Pemkot Pekalongan
Dalam Memperkuat Citra Kota Pekalongan Sebagai Kota Batik Pasca
Pengakuan Batik Sebagai Warisan Budaya Indonesia Oleh UNESCO
Adalah karya asli dan bukan plagiat baik secara utuh atau sebagian serta belum
pernah diajukan untuk memperoleh gelar akademik di institusi lain. Saya bersedia
menerima akibat dari dicabutnya gelar sarjana apabila ternyata dikemudian hari
terdapat bukti - bukti yang kuat, bahwa karya saya tersebut ternyata bukan karya
saya yang asli atau sebenarnya.
Surakarta, 20 Maret 2012
Syauqi Nafila NIM. D0207102
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
HALAMAN MOTTO
Karena sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan,
Sesungguhnya bersama kesulitan itu ada kemudahan.
Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain,
Dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap.
(QS. Al Insyirah 5-8)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dariku,
Untuk Ibu
Sumber inspirasi dan kekuatanku
Untuk Bapak
Guru dalam perjalanan hidupku,
Untuk Mbak Kiki, Wirda, Yus
Yang terus memberikanku semangat,
Untuk Hendro Pramono
Atas perhatian dan pengertiannya selama ini,
Untuk teman dan sahabat
Yang memberi warna dalam hidup ini,
Dan untuk Kota Pekalongan tercinta.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur tak henti-hentinya penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas
limpahan berkah, rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul KEGIATAN KOMUNIKASI HUMAS DAN CITRA KOTA
(Studi Deskriptif Kualitatif Kegiatan Komunikasi Humas Pemkot Pekalongan
dalam Memperkuat Citra Kota Pekalongan Sebagai Kota Batik Pascapengakuan
Batik Sebagai Budaya Indonesia oleh UNESCO) ini dengan lancar.
Dengan selesainya skripsi ini, pertama penulis ingin mengucapkan
Alhamdulillah, terima kasih untuk-Nya yang telah memberikan nafas hingga detik
ini. Karena kasih dan sayang-Nya jualah yang telah mengirimkan orang-orang
terbaik untuk memberikan dukungan dan bantuan kepada penulis selama proses
penyelesaian skripsi. Maka pantas jika penulis mengucapkan untaian tulus rasa
terima kasih kepada :
1. Prof. Drs. H. Pawito, Ph.D, Dekan FISIP UNS yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D, Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi FISIP
UNS yang telah memberikan ijin penyusunan skripsi dan ilmu yang
selama ini diberikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
3. Drs. Surisno Satrijo Utomo, M.Si, Dosen Pembimbing untuk setiap waktu
yang diluangkan, arahan, dan motivasi yang diberikan selama pengerjaan
skripsi ini.
4. Tanti Hermawati, S.Sos, M.Si, Pembimbing Akademik yang selalu
memotivasi untuk segera menyelesaikan skripsi.
5. Supriyadi, SH, M.Pd, Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkot
Pekalongan, atas waktu luang yang diberikan, informasi dan ilmu baru
yang penulis dapat selama penelitian.
6. Dimas Arga Yudha, staf subbag Pemberitaan dan Kemitraan Media,
Humas dan Protokol Pemkot Pekalongan, atas waktu luangnya, dan segala
informasi, ilmu, dan bantuan yang diberikan selama penelitian.
7. Trigandi Imamuddin, Staf Dinas Perhubungan, Kubudayaan dan
Pariwisata Kota Pekalongan, atas waktu luang, ilmu dan informasi yang
diberikan.
8. Hendra Oktavian Yuidistira, Ela Mardiati, Larissa Angestiasari, Adinda
Yuniar Saputri yang bersedia menjadi informan dalam penelitian ini,
terima kasih atas waktu luang, bantuan, dan informasi yang diberikan
kepada penulis.
9. Orang Tua tercinta, Ibu Nani Muftiyah dan Bapak Drs. Faizun Ismail yang
selalu menomor satukan anak-anaknya, serta kakak dan adik-adik penulis,
Kiki Rizqiani, Wirda Taqiya, Taqiyusinna.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
10. Hendro Pramono, yang dengan sabar dan tidak pernah bosan selalu
menasihati, menyemangati, membantu dan mendoakan penulis selama
pengerjaan skripsi ini.
Kepada semua pihak penulis berharap Allah SWT membalas kebaikan
yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan demi
kemajuan di masa mendatang.
Surakarta, Maret 2012
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ x
HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................ ................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................... vi
KATA PENGANTAR... ................................................................................ vii
DAFTAR ISI ................................................................................................. x
DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xiv
ABSTRAK ..................................................................................................... xv
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang... ....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................... 9
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 9
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 10
E. Tinjauan Pustaka ....................................................................... 10
1. Hubungan Masyarakat (Humas) .......................................... 10
2. Humas dalam Pemerintahan ................................................. 14
3. Pembentukkan Citra ......................................... ................... 16
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
4. Kegiatan Humas Memperkuat Citra..................................... 20
F. Kerangka Berpikir ..................................................................... 28
G. Definisi Konsep ........................................................................ 30
1. Kegiatan Komunikasi ........................................................... 30
2. Hubungan Masyarakat (Humas) .......................................... 31
3. Citra ...................................................................................... 32
H. Implementasi Konsep ............................................................... 33
I. Metodologi Penelitian ............................................................... 34
1. Jenis Penelitian ..................................................................... 34
2. Lokasi Penelitian .................................................................. 34
3. Teknik Sampling .................................................................. 34
4. Sumber Data ......................................................................... 36
5. Teknik Pengumpulan Data ................................................... 36
6. Validitas Data ....................................................................... 37
7. Teknik Analisis Data ............................................................ 39
BAB II. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Kota Pekalongan ....................................................................... 41
1. Sejarah Kota Pekalongan .................................................... 41
2. Logo, Sesanti, dan Branding Kota Pekalongan .................... 46
3. Batas Wilayah Kota Pekalongan .......................................... 50
B. Pemerintah Kota Pekalongan .................................................... 51
1. Struktur Pemerintah Kota Pekalongan ................................. 51
2. Visi dan Misi Kota Pekalongan ........................................... 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
3. Humas Pemerintah Kota Pekalongan ................................... 53
C. Masyarakat Kota Pekalongan ................................................... 56
BAB III. PENYAJIAN DATA
A. Data Subjek Penelitian .............................................................. 58
1. Pihak Internal Pemkot Pekalongan ...................................... 58
2. Masyarakat Umum Kota Pekalongan................................... 59
B. Data Kegiatan Komunikasi Humas Pemkot Pekalongan
dalam Memperkuat Citra Kota Pekalongan Sebagai Kota Batik 60
C. Data Citra Kota Pekalongan Sebagai Kota Batik di Mata
MasyarakatPekalongan ............................................................. 73
BAB IV. ANALISIS DATA
A. Kegiatan Humas Pemkot dalam Memperkuat Citra ................ 81
1. Membangun Identitas Kota Sebagai Kota Batik .................. 85
2. Memberikan Informasi dan Pelayanan ................................ 88
3. Menyelenggarakan Event Nasional dan Internasional ........ 90
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ............................................................................... 93
B. Saran ......................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 97
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Proses Public Relations ............................................................ 13
Gambar 1.2. Model pembentukan citra menurut Soleh Soemirat
dan Elvinaro ............................................................................. 17
Gambar 1.3. Proses Transfer pada Humas .................................................... 19
Gambar 1.4. Model Komunikasi Dalam Public Relations ............................ 24
Gambar 1.5. Skema Kerangka Berpikir ........................................................ 29
Gambar 1.6. Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman ....... 40
Gambar 2.1. Logo Kota Pekalongan ............................................................. 46
Gambar 2.2. Branding Kota Pekalongan ....................................................... 49
Gambar 2.3. Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kota Pekalongan
Tahun 2011 ............................................................................... 52
Gambar 2.4. Skema Struktur Organisasi Bagian Humas dan Protokol
Pemkot Pekalongan .................................................................. 55
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Penelitian
Lampiran 2 Pedoman Wawancara Umas dan Pemkot Pekalongan
Lampiran 3 Pedoman Wawancara Masyarakat Umum Kota Pekalongan
Lampiran 4 Wawancara Humas dan Pemkot Pekalongan
1. Dimas Arga Yudha, S.Sos. (staf Humas Pemkot
Pekalongan)
2. Supriyadi, SH, M.Pd. (Kabag. Humas Pemkot
Pekalongan)
3. Trigandi Imamuddin (staf Dinas Pariwisata Kota
Pekalongan)
Lampiran 5 Wawancara Masyarakat Umum Kota Pekalongan
1. Ela Mardiati
2. Hendra Oktavian Yudistira
3. Larissa Angestiasari
4. Adinda Yuniar Saputri
Lampiran 6 Kumpulan Artikel Tentang Kegiatan Pemkot Pekalongan
2011
Lampiran 7 Foto – Foto
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
ABSTRAK
Syauqi Nafila. D0207102. KEGIATAN KOMUNIKASI HUMAS DAN CITRA KOTA PEKALONGAN (Studi Deskriptif Kualitatif Kegiatan Komunikasi Humas Pemerintah Kota Pekalongan Dalam Memperkuat Citra Kota Pekalongan Sebagai Kota Batik Pascapengakuan Batik Sebagai Budaya Indonesia Oleh UNESCO). Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret, 2012.
Batik merupakan warisan budaya asli Indonesia yang sudah diakui UNESCO sejak 2 Oktober 2009. Pengakuan UNESCO tersebut tentunya berpengaruh kepada citra Kota Pekalongan sebagai kota batik. Oleh karena itu dibutuhkan kegiatan komunikasi oleh Humas pemerintah kota untuk memperkuat citra sebagai kota batik.
Penelitian ini berusaha mengkaji kegiatan-kegiatan komunikasi apa saja yang sudah dilakukan Humas Pemkot Pekalongan dalam memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai kota batik. Apalagi setelah ada pengakuan dari UNESCO terhadap batik.
Humas menurut Glenn Griswold dan Denny Griswold merupakan fungsi manajemen yang mengevaluasi perilaku publik, mengidentifikasi kebijakan dan menghasilkan individu dari organisasi dengan kepentingan publik, dan melaksanakan program tindakan untuk untuk mempelajari pemahaman dari penerimaan publik.
Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Pengumpulan data empiris dilakukan dengan wawancara mendalam, observasi, dan studi pustaka. Metode purposive sampling digunakan untuk memilih para informan yang terdiri dari dua pelaku Humas Pemkot Pekalongan, satu staf Dinas Pariwisata Kota Pekalongan, empat masyarakat Kota Pekalongan. Validitas data diuji melalui teknik triangulasi sumber dan analisa data menggunakan model interaktif Miles dan Huberman.
Hasil penelitian ini menunjukkan kegiatan komunikasi humas sangat diperlukan untuk memperkuat citra kota dimata masyarakat. Kegiatan-kegiatannya berupa pembentukan identitas, penyelenggaraan event nasional dan internasional, penyampaian informasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
ABSTRACT
Syauqi Nafila. D0207102. COMMUNICATION ACTIVITY OF PUBLIC RELATIONS AND CITY IMAGE ( A Descriptive Qualitative Study of Public Relation Communication Activities in Strengthening image of Pekalongan as Batik City, after the Recognition of Batik as an Indonesian Culture by UNESCO). Thesis, Communications Science Major, Social Science and Politic Science Faculty, Sebelas Maret University, 2012.
Batik is an Indonesian intangible cultural heritage which has been recognized by UNESCO since October 2nd, 2012. The recognition from UNESCO is certainly affecting the image of Pekalongan as batik city. Therefore, the local government requires public relations of communication activities to strengthen the image as batik city.
This study tried to assess communication activities which done by the local government in strengthening the image of Pekalongan as the city of batik. Moreover, after the presence of UNESCO recognition through batik.
Public Relations is a management function which evaluates public attitudes, identizies the policies and produces of an individual or organization with the public interest, and executes a program of action to learn public understanding and acceptance
This research is a descriptive-qualitative research. The collecting of empirical data was done by in depth-interview, observation, literature study. Purposive sampling used to select the informants, namely two PR of the local government, a Pekalongan Tourism Department staff, and four common people of Pekalongan society. The data validity was tested through triangulation of sources technique and analysis of data using an interactive model of Miles and Huberman.
The result of the research showed the communication activities of public relations is very needed in strengthening image of the city through the society. The activity was identity shaping, organizing regular national and international events, delivering informations.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia adalah bangsa yang kaya akan seni dan budaya, dari Sabang
hingga Merauke banyak seni, budaya, dan adat istiadat yang dapat dijumpai.
Sebut saja tari-tarian, alat musik, baju adat, kuliner, dan masih banyak lagi
seni budaya yang dimiliki Indonesia. Warisan budaya asli Indonesia yang saat
ini bisa dikatakan menjadi salah satu ikon budaya Indonesia adalah batik.
Batik merupakan kain khas bangsa Indonesia yang sudah dikenal luas
baik dari kalangan nasional maupun internasional. Batik adalah karya seni
dan budaya warisan leluhur bangsa Indonesia yang dikagumi dunia. Menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia, batik berarti kain bergambar yang
pembuatannya dilakukan secara khusus dengan menulis atau menerapkan
malam pada kain itu, kemudian pengolahannya diproses dengan cara tertentu.
Menurut sejarahnya batik berkembang di Indonesia sejak jaman kerajaan
Majapahit hingga kerajaan Mataram. Menurut Iwan Tirta batik merupakan
teknik menghias kain atau tekstil dengan menggunakan lilin dalam proses
pencelupan warna, di mana semua proses tersebut dilakukan manual dengan
tangan.
Keindahan batik sudah tidak dapat diragukan lagi, banyak orang
berburu batik atau kain batik sebagai koleksi ataupun sebagai pakaian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Biasanya batik hanya digunakan sebagai paduan kebaya, namun seiring
dengan perkembangan mode batik menjadi pakaian keseharian masyarakat
Indonesia. Pada mulanya batik yang dikenal hanyalah batik tulis yang
pengerjaannya dilakukan manual dengan menulis kain menggunakan canting
dan malam. Seiring dengan perkembangan teknologi dan semakin
berkembangnya penggunaan batik, maka jenis batik tidak hanya batik tulis
tetapi ada batik cap yang pengerjaanya mengunakan alat cap yang sudah
memiliki motif tertentu, dan batik tekstil atau printing.
Dalam sebuah kain batik unsur yang penting adalah motif yang
mengisinya. Motif batik biasanya dipengaruhi dari mana batik itu berasal,
dan motif yang paling sering digunakan adalah flora, fauna, ataupun unsur
alam. Motif-motif tersebut nantinya membentuk pola yang menjadi ciri khas
sebuah batik. Pola dalam batik Jawa dibedakan kedalam tiga unsur yaitu
ragam utama (klowongan), isen, dan ragam hias pengisi. Motif-motif batik
tersebut antara lain parang barong, truntum, kawung, semen, dan masih
banyak motif lainnya yang stiap motif memiliki filosofi dan makna tersendiri.
Motif truntum yang memiliki arti menuntun dan banyak digunakan dalam
acara pernikahan terutama oleh orang tua pengantin. Motif parang barong
yang memiliki makna agar seorang raja selalu hati-hati dan dapat
mengendalikan diri, sehingga motif ini sering digunakan oleh para raja di
kerajaan Jawa.1
1 “Beda Motif Beda Maknanya” http://female.kompas.com/read/2011/09/28/08502046/Beda.Motif.Batik.Beda.Maknanya. 25/11/2011/ 13.23
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Atas keindahan dan segala pesona yang dimiliki batik, United Nations
Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) mengakui
bahwa batik adalah warisan budaya asli Indonesia. Penghargaan UNESCO
tersebut diberikan pada 28 September 2009, dan diresmikan pada 2 Oktober
2009 di Abu Dhabi. Pada sidang keempat UNESCO tersebut, batik diakui
dunia internasional sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia.
Pengakuan diberikan karena penilaian terhadap keragaman motif batik yang
penuh makna filosofi mendalam. Di samping itu pemerintah dan rakyat
Indonesia juga dinilai telah melakukan berbagai langkah nyata untuk
melindungi dan melestarikan warisan budaya ini secara turun menurun.2
Sebagai kota yang dikenal sebagai kota batik, Pekalongan secara tidak
langsung menjadi sorotan setelah pengakuan batik oleh UNESCO. Kota ini
mempunyai potensi besar dalam kegiatan perbatikan dan telah berkembang
begitu pesat, baik dalam skala kecil maupun besar.
Batik Pekalongan termasuk batik pesisir yang paling kaya akan warna.
Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya biasanya bersifat
naturalis. Hal ini dikarenakan letak Pekalongan yang berada di pesisir laut
Jawa sehingga banyak bangsa yang singgah. Perjumpaan masyarakat
Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti Cina, Belanda, Arab, India,
Melayu ,dan Jepang pada zaman lampau telah mewarnai dinamika pada motif
dan tata warna seni batik Pekalongan.
2 Luhur Hertanto, “UNESCO Akui Batik Indonesia” http://www.detiknews.com/read/2009/09/07/181258/1198580/10/unesco-akui-batik-milik-indonesia/20/07/2011/13.21
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Batik Pekalongan memiliki beberapa jenis motif khas yang terdiri dari
batik Jlamprang diilhami dari negeri India dan Arab, batik Encim dan
Klengenan, dipengaruhi oleh peranakan Cina, batik Pagi Sore oleh Belanda,
dan batik Hokokai, tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang. Motif batik
Pekalongan sangat bebas dan menarik, meskipun motifnya terkadang sama
dengan batik Solo atau Yogyakarta, seringkali dimodifikasi dengan variasi warna
yang sangat atraktif. Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai ada delapan
warna yang berani dengan kombinasi yang dinamis. Motif batik pekalongan yang
paling populer dan terkenal di Pekalongan adalah motif batik Jlamprang.
Keistimewaan batik Pekalongan adalah para pembatiknya selalu
mengikuti perkembangan jaman. Pada waktu penjajahan Jepang lahir batik
dengan nama ”Batik Jawa Hokokai” yaitu batik dengan motif dan warna yang
mirip kimono Jepang. Pada umumnya batik Jawa Hokokai ini merupakan motif
batik ”pagi sore”. Pada tahun enam puluhan juga diciptakan batik dengan nama
Tritura. Bahkan pada tahun 2005 setelah Soesilo Bambang Yudhoyono diangkat
menjadi presiden maka muncul batik dengan motif ”SBY” yaitu motif batik yang
mirip dengan kain tenun ikat atau songket.
Citra sebagai kota batik sudah melekat pada Kota Pekalongan, hal ini
dapat dilihat dari tingginya animo masyarakat dari luar kota yang berburu
batik hingga ke Kota Pekalongan. Hal tersebut juga didukung dengan adanya
tiga ikon batik di Pekalongan antara lain Museum Batik di Jalan Jetayu,
Pasar Grosir Sentono, dan Kampoeng Batik Kauman yang telah memperkuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
pencitraan Pekalongan identik dengan batik.3 Selain itu julukan Kota Batik
dari dulu sudah melekat pada sesanti atau semboyan Kota Pekalongan yaitu
Pekalongan Kota BATIK yang berarti Bersih, Aman, Tertib, Indah,
Komunikatif.
Keberadaan Kota Pekalongan sebagai kota batik tidak dapat terlepas
dari sektor industri batik di kota ini. Menurut data yang diperoleh dari Dinas
Perindustrian kota Pekalongan tahun 2011 dari 2.911 jumlah Usaha Kecil
Menengah dan Koperasi yang ada di Kota Pekalongan 30 persennya adalah
industri batik yang menyerap ratusan ribu tenaga kerja yang pastinya
memberi pemasukkan besar bagi pertumbuhan ekonomi Kota Pekalongan.
Terbukti dari banyaknya sentra industri batik seperti Kampung Batik
Kauman, Kampung Batik Pesindon, Pusat Batik dan ATBM Medono, Pasar
Grosir Setono, dan Internasional Batik Center.
Selain itu batik juga menjadi sektor utama pariwisata Kota
Pekalongan, adanya Museum Batik Kota Pekalongan yang setelah ada
pengakuan batik oleh UNESCO menjadi pusat rujukan studi dan informasi
batik internasional. Koleksi-koleksi yang dimiliki Museum Batik Pekalongan
dapat dikatakan lengkap karena masih dapat dijumpai batik-batik dari jaman
Jepang hingga batik saat ini. Selain museum tujuan wisata batik lainnya
adalah kampong batik, dana pasar batik yang ada di Pekalongan. Kunjungan
wisatawan ini memberi pengaruh besar pada perekonomian Kota Pekalongan,
semakin banyak wisatawan yang berkunjung maka akan semakin banyak
3 Trias Purwadi, Museum, “Pasar Grosir dan Kampoeng Batik”, Suara Merdeka, 1 September 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
pemasukkan yang diperoleh baik oleh Pemerintah juga masyarakatnya. Hal
ini tentu saja berpengaruh kepada kesejahteraan masyarakat Kota Pekalongan.
Keberadaan batik yang memberi pengaruh besar bagi Kota
Pekalongan inilah yang mendorong pemerintah kota untuk memperkuat citra
Kota Pekalongan sebagai kota batik. Tugas untuk memperkuat citra kota ini
adalah tanggung jawab Humas Pemkot Pekalongan.
Frank Jefkins mengemukakan bahwa Humas merupakan usaha yang
dilakukan dengan sengaja dan direncanakan terus-menerus untuk
mendapatkan dan menjalin pengertian antara suatu organisasi dengan
publiknya.4 Yang ingin didapat dari kinerja Humas atau Public Relations
(PR) adalah pandangan masyarakat terhadapat instansi dimana PR itu berada.
Citra merupakan pandangan dari masyarakat baik itu positif atau
negatif yang diberikan publik. Menurut Michaelson and Stacks, adalah empat
tahapan untuk mencitapakan citra dimata masyarakat yang mengadopsi model
AIDA, awareness, interest, desire, dan action.5 Disinilah peran bagaimana
PR mewujudkan itu semua kedapa publik.
Dalam penelitian sebelumnya yang mengukur aktivitas public
relations menyatakan 42% setuju dengan pendapat bahwa aktivitas public
relations tidak konsisten dan tidak tidak terlalu berperan. Sedangkan lainnya
menunjukkan 28% tidak setuju dan 30% netral terhadap pendapat tersebut.6
4 Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996), hlm 8-9. 5 David Michaelson and Don W. Stacks, “Standardization in Public Relations Measurement and Evaluation”, Public Relations Journal, Vol. 5 No. 2 (2011) 6 Ibid
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
Terlepas dari penelitian tersebut menciptakan citra positif instansi
merupakan tugas yang harus dilaksanakan praktisi public relations. Untuk
menciptakan kesadaran publik sehingga akhirnya muncul rasa tertarik dan
disusul dengan sikap percaya sehingga memutuskan untuk melakukan sebuah
aksi atau tindakan, dibutuhkan sebuah perencanaan strategi pada kinerja PR.
Menurut Gordon dan Kally bahwa dalam strategi PR dibutuhkan komunikasi
dua arah, karena komunikasi satu arah dirasa tidak cukup karena pesan yang
ingin disampaikan tidak diketahui apakah sampai atau tidak dan tidak
diketahui respon dari publik.7
Dengan demikian peran public relations sangat penting dalam
membangun citra sebuah instansi, begitu juga dengan Kota Pekalongan.
Dalam penelitian sebelumnya disampaikan upaya Pemerintah Kota
Pekalongan dalam menjadikan batik sebagai komoditi internasional adalah
dengan pengadakan Pekan Batik Internasional, Mematenkan hak cipta atas
batik pekalongan, dan menjadikan pekalongan sebagai sentra wisata dan
industri batik.8
Banyak hal dilakukan Pemkot Pekalongan dalam mempromosikan
batik antara lain dengan mendirikan Kampung Wisata Batik di daerah
Pesindon dan Kauman, yang selama ini dikenal sebagai daerah pengrajin
batik. Keberadaan kampung batik ini sebenarnya sudah ada sejak dulu,
namun sekarang lebih dikemas sebagai kampung wisata. Setiap wisatawan
7 Renata Scholls, “Health Care Public Relations and Stategic Communication”, Jurnal dipresentasikan pada annual meeting of the NCA 94th Convention, TBA, San Diego, CA, 20 November, 2008 8 Nur Endang Trimargawati, Penerapan Hak Cipta Seni Batik Pekalongan Sebagai Komoditas Internasional, Tesis, Universitas Diponegoro, 2008
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
yang datang ke Pekalongan dapat berkunjung dan membeli langsung batik
karena terdapat banyak galeri batik di kampung wisata batik ini. Tidak
setengah-setengah dalam menunjukkan kepada publik bahwa Pekalongan
memang Kota Batik, selain mendirikan pusat belanja batik, pemerintah
Pekalongan juga melakukan berbagai kegiatan komuniasi seperti mem-
branding Kota Pekalongan menjadi World’s City of Batik.
Sebagai bagian yang bertanggung jawab menjalankan fungsi public
relations Pemkot Pekalongan, disinilah peran Humas diperlukan. Keberadaan
Pemkot Pekalongan sebagai sebuah instansi pemerintah, tentunya perlu
menjalin hubungan dengan berbagai pihak, baik dengan instansi lain maupun
dengan masyarakat untuk memperoleh citra kota yang positif.
Peran penting Humas inilah yang mendorong setiap organisasi atau
lembaga mempunyai divisi Humas dalam struktur organisasinya. Tanpa
terkecuali dalam organisasi pemerintahan yang memang memerlukan peran
Humas dalam melayani masyarakat. Selain berfungsi untuk menjaga
hubungan baik antara pihak internal dan eksternal, Humas juga dibutuhkan
untuk memajukan organisasi sesuai dengan tujuan yang dimiliki, seperti
merencanakan kegiatan apa saja yang perlu dilakukan untuk menjaga citra
lembaga atau organisasi tetap baik dimata publiknya.
Dengan adanya pengakuan batik sebagai warisan budaya tak benda
asli Indonesia oleh UNESCO, tentunya sorot mata internasional semakin
tertuju kepada Indonesia dalam hal batik. Sebagai Kota Batik, apa yang
dilakukan Pemkot Pekalongan untuk memperkuat citranya sebagai kota batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
mengingat bahwa di Indonesia tidak hanya Pekalongan yang dikenal sebagai
penghasil batik. Untuk memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai kota batik,
kegiatan komunikasi apa saja yang telah dilakukan humas Pemkot
Pekalongan pascapengakuan UNESCO terhadap batik.
B. RUMUSAN MASALAH
Pekalongan merupakan kota batik karena batik yang telah diakui
UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia sudah menjadi
komoditi utama Kota Pekalongan. Untuk mempertahankan citra Kota
Pekalongan sebagai kota batik, diperlukan usaha-usaha yang dilakukan
Humas Pemkot Pekalongan untuk mempromosikan Pekalongan adalah kota
batik. Penelitian masalah ini untuk mengetahui dan menjelaskan bagaimana
kegiatan komunikasi yang dilakukan humas Pemerintah Kota Pekalongan
dalam memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai Kota Batik,
pascapengakuan batik sebagai budaya Indonesia oleh UNESCO?
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kegiatan
komunikasi yang dilakukan humas Pemerintah Kota Pekalongan dalam
memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai Kota Batik, pascapengakuan batik
sebagai budaya Indonesia oleh UNESCO.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
D. MANFAAT PENELITIAN
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat diperoleh manfaat sebagai
berikut:
1. Manfaat Teoritis
Sebagai wacana tambahan dan bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran
ataupun sebagai dasar untuk melakukan penelitian lain yang serupa. Hasil
penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi bagi pihak –
pihak yang tertarik dan peduli dengan citra kota.
2. Manfaat Praktis
a. Mengetahui dan mendapat gambaran mengenai kegiatan komunikasi
yang dilakukan Humas Pemerintah Kota Pekalongan dalam
memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai Kota Batik,
pascapengakuan batik sebagai budaya Indonesia oleh UNESCO.
b. Sebagai gambaran bagi Pemkot Pekalongan dalam memperkuat citra
Kota Pekalongan sebagai Kota Batik.
E. TINJAUAN PUSTAKA
1. Hubungan Masyarakat (Humas)
Hubungan masyarakat atau disebut juga Public Relations dalam
kamus Institute of Public Relations adalah keseluruhan upaya yang
dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
organisasi dengan khalayaknya.9 Dari pengertian tersebut dapat dilihat
bahwa Humas merupakan suatu rangkaian kegiatan yang diorganisasikan
sebagai suatu rangkaian kegiatan yang sudah terprogram, dan semuanya
berlangsung secara berkesinambungan dan teratur, bukan kegiatan yang
mendadak tanpa perencanaan.
Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations mengemukakan
bahwa Humas merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan
direncanakan terus-menerus untuk mendapatkan dan menjalin pengertian
antara suatu organisasi dengan publiknya.10
Dalam pengertiannya yang lain, Humas adalah suatu kegiatan
untuk menanamkan pengertian guna memperoleh goodwill, kerjasama dan
kepercayaan yang pada gilirannya mendapat dukungan dari pihak lain.11
Sedangkan menurut Daud Sirait seperti yang dikutip Kustadi
Suhandang, menjelaskan humas sebagai:
Aktivitas yang dilakukan oleh industri, perserikatan, perusahaan, perhimpunan, jawatan pemerintah, dan atau organisasi lainnya, untuk menciptakan dan memelihara hubungan yang sehat dan bermanfaat dengan masyarakat tertentu (misal para langganan, para pegawai, atau para pemegang saham) dan masyarakat pada umumnya, dengan maksud menyesuaikan dirinya pada keadaan sekeliling dan memperkenalkan diri kepada masyarakat.12
Frazier Moore menjelaskan bahwa Humas adalah fungsi
manajemen yang mengevaluasi sikap publik, mengidentifikasi
9 Frank Jefkins, Public Relations, (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1996) hlm. 8 10 Ibid, hlm 8-9 11 A. W. Widjaja, Komunikas: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat, (Jakarta: Penerbit Bumi Aksara, 1993) hlm. 54 12 Kustadi Suhandang, Public Relations Perusahaan: Kajian Program Implementasi, (Bandung: Nuansa, 2004) hlm. 46
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
kebijaksanaan-kebijaksanaan dan prosedur seorang individu atau sebuah
organisasi berdasarkan kepentingan publik dan menjalankan suatu
program tindakan untuk mendapatkan pengertian dan penerimaan publik.13
Dari pengertian-pengertian tersebut di atas, Humas berkaitan erat
dengan manajemen dan komunikasi antara pimpinan organisasi/lembaga
dan publik. Di situlah pentingnya peran atau tugas Humas, melakukan
kegiatan komunikasi untuk mendapatkan tanggapan publiknya.
Tugas humas dalam sebuah organisasi yang perlu diperhatikan yang disampaikan Widjaja antara lain:
a. Pelaksanaan tujuan kedalam dan keluar melalui pendekatan informasi, edukatif, persuasif, dan dihindarkan pendekatan yang bersifat impreatif dan punitif.
b. Proses komunikasi lewat kegiatan yang dilakukan berencana dan terus-menerus, sehingga pesan yang ingin disampaikan dapat tersampaikan guna berhasil mencapai sasaran.14
Selain fungsi dan tugas yang disebutkan diatas, menurut Frida
dalam bukunya Dasar-Dasar Humas, ada tiga tugas Humas dalam
organisasi/lembaga yang berhubungan erat dengan tujuan dan fungsi
humas. Tiga tugas humas tersebut merupakan hal-hal pokok yang harus
dilakukan oleh Public Relations Officers (PRO) dalam menjalankan
pekerjaannya. Ketiga tugas tersebut adalah :
a. Menginterpretasikan, menganalisis, dan mengevaluasi kecenderungan
perilaku publik kemudian merekomendasikannya kepada manajemen
untuk merumuskan kebijakan organisasi/lembaga.
13 Frazier Moore, Hubungan Masyarakat: Prinsip, Kasus, dan Masalah, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1988) hlm. 6 14 A. W. Widjaja, Op Cit., hlm. 53
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
b. Mempertemukan kepentingan organisasi/lembaga dengan kepentingan
publik.
c. Mengevaluasi program-program organisasi/lembaga, khususnya yang
berkaitan dengan publik.
Terlihat jelas bahwa pelaksanaan tugas Humas bukanlah semata-
mata melakukan aksi. Rhenald Kasali mengatakan dalam bukunya
Manajemen Public Relations, dalam proses Humas membutuhkan rencana-
rencana yang diikuti langkah-langkah seperti yang yang terlihat dalam
bagan berikut:
Gambar 1.1
Proses Public Relations15
Jadi dapat disimpulkan bahwa peran Humas dalam sebuah
organisasi adalah sebagai untuk membina hubungan antara pihak
organisasi dengan publiknya. Hal ini bukan hanya untuk kepentingan
15 Rhenald Kasali, Manajemen Public Relations Konsep dan Aplikasinya di Indonesia,(Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti, 2000) hlm. 33
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
internal tetapi juga untuk kebaikan bersama. Perencanaan kegiatan sangat
diperlukan agar sesuai kebutuhan organisasi dan publiknya, setelah
terlaksana perlu diadakan evaluasi sebagai acuan perbaikan dan
perkembangan organisasi.
Untuk membina hubungan baik antara perusahaan dengan berbagai
pihak, Oemi Abdurrachman menjelaskan Public Relations memiliki dua
bagian besar di mana setiap bagian memiliki tujuan masing-masing:
a. Internal public relations
Tujuan internal Public Relations adalah mencapai karyawan
yang mempunyai kegairahan kerja.
b. Eksternal public relations
Salah satu tujuan eksternal Public Relations adalah untuk
mengeratkan hubungan dengan orang-orang di luar badan/instansi
hingga terbentuklah opini publik yang favorable terhadap badan itu.
2. Humas dalam Pemerintahan
Setiap instansi atau organisasi tentu ingin berhasil mencapai
tujuannya, keberhasilan tersebut tidak dapat dicapai dengan hanya
mengandalkan kemampuan yang dimiliki organisasi sendiri. Disamping
kemampuan yang dimiliki, perlu adanya pengertian, penerimaan, dan
keikutsertaan dari publik. Dalam sebuah perusahaan atau organisasi,
Humas berkaitan erat dengan manajemen dan komunikasi antara pimpinan
organisasi dan publik. Di situlah pentingnya peran atau tugas Humas.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
Peran Humas yang penting tersebut tidak hanya diperlukan dalam
sebuah perusahaan, instansi pemerintahanpun juga memerlukan peran
Humas. Uchjana menjelaskan bahwa humas merupakan bagian integral
dari pemerintahan, karena didalamnya terdapat gejala seperti ajakan
pemimpin dalam hal ini pemerintah terhadap rakyatnya yang hal tersebut
merupakan unsur penting dari konsep humas16.
Lebih lanjut mengenai Humas dalam pemerintahan, Widjaja
menjelaskan bahwa adanya humas dalam setiap instansi pemerintah
merupakan suatu keharusan fungsional dalam menyebarkan informasi
tentang aktivitas instansi tersebut baik intern maupun kepada publiknya
yaitu masyarakat umum17.
Uchjana dalam bukunya Hubungan Masyarat Suatu Studi
Komunikologis menguraikan bahwa humas pemerintahan berfungsi untuk
mengelola informasi dan opini publik. Informasi mengenai kebijaksanaan
pemerintah disebarkan seluas-luasnya, dan opini publik dikaji dan diteliti
seefektif-efektifnya untuk keperluan pengambilan keputusan dan
penentuan kebijaksanaan selanjutnya.18
Tugas humas dalam instansi pemerintah meliputi dua tugas, yaitu
tugas strategis dimana Humas pemerintah ikut serta dalam decision
making process19. Yang kedua adalah memberikan informasi mengenai
16 Onong Uchjana, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis, (Bandung: Remaja Karya, 1986) hlm. 2 17 A.W. Widjaja, Op. Cit., hlm. 63 18 Onong Uchjana, Op. Cit., hlm. 47 19 Ibid, hlm 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
kebijakan perundangan atau peraturan-peraturan, dan informasi lain dalam
membuat citra yang baik.
Tidak jauh berbeda dengan humas dalam perusahaan, humas
pemerintah adalah sebagai komunikator. Sebagai komunikator Humas
memiliki fungsi ganda, memeberi informasi kepada publik sesuai
kebijakan pemerintah (eksternal), dan menyerap reaksi dari publik untuk
kepentingan pemerintah (internal).
3. Pembentukkan Citra
Salah satu dari fungsi Humas adalah menciptakan citra yang baik
bagi instansi atau organisasi tempat umas tersebut berada. Dengan adanya
citra yang baik maka keberadaan instansi terkait akan lebih mendapat
pengakuan dari khalayak luas. Oleh karena itu diperlukan usaha
pembentukkan citra.
Proses pembentukkan citra adalah berdasarkan pengetahuan dan
informasi yang diterima seseorang. Dengan melakukan komunikasi tidak
selalu menimbulkan perilaku tertentu, tetapi justru mendorong terciptanya
citra terhadap lingkungan itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gambar 1.2
Model pembentukan citra menurut Soleh Soemirat dan Elvinaro20
Model ini menunjukkan bagaimana stimulus berasal dari luar,
diorganisasikan dan mempengaruhi respon stimulus yang diberikan pada
individu dapat diterima atau tidak. Jika ditolak maka proses selanjutnya
tidak akan berjalan. Hal ini menunjukkan stimulus tidak efektif dalam
menyampaikan pesan. Jika diterima maka empat elemen (Kognisi, sikap,
persepsi, dan motivasi) merupakan citra individu yang dapat ditangkap dan
direspon oleh penerima.
Gambar di atas menjelaskan citra yang ditangkap oleh publik
tergantung bagaimana pesan yang disampaikan Humas. Bagaimana pesan
yang dikemas dalam kegiatan-kegiatan humas dapat mempengaruhi
persepsi dan sikap masyarakat sehingga timbul citra positif dari organisasi.
Rhenald Kasali mengungkapkan dalam bukunya, citra adalah kesan
yang timbul kerena pemahan suatu kenyataan. Pemahaman yang berasal
dari informasi yang tidak lenglap akan menghasilkan citra yang tidak
20 Soleh Soemirat dan Elvinaro Adrianto, Dasar-Dasar Public Relations, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004) hlm. 115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
sempurna, tugas humaslah untuk meberukan informasi yang lengkap agar
tercipta citra positif yang diinginkan organisasi.21
Lebih lanjut, Frank Jefkins dalam bukunya Public Relations
menyatakan ada lima jenis citra yaitu:
a. Citra bayangan (miror image),
Citra ini merupakan anggapan oleh orang luar mengenai pemimpin
organisasi. Itulah yang dianggap oleh orang luar tentang citra
perusahaan/organisasi tersebut. Citra ini sering tidak tepat bahkan
cenderung hanya sekedar ilusi.
b. Citra yang berlaku (current image),
Citra ini merupakan pandangan orang luar tentang suatu perusahaan
atau organisasi berdasarkan dari pengalaman atau pengetahuan orang-
orang luar yang bersangkutan yang biasanya tidak memadahi. Citra ini
cenderung negatif dan juga tidak sesuai kenyataan.
c. Citra yang diharapkan (wish image)
Citra ini merupakan suatu citra yang diinginkan oleh pihak
manajemen. Citra ini juga tidak sama dengan citra yang sebenarnya.
Biasanya citra ini lebih baik atau lebih menyenangkan daripada citra
yang ada. Citra ini berkonotasi baik.
d. Citra perusahaan (corporate image)
Adalah citra dari suatu organisasi secara keseluruhan bukan citra atas
produk dan pelayanannya. Citra ini disebut juga dengan citra lembaga.
21 Renald Kasali, Op. Cit., hlm. 28
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
Citra ini dibentuk oleh banyak hal mulai dari sejarah atau riwayat
perusahaan yang gemilang, dan berbagai keberhasilan lainnya.
e. Citra majemuk (multiple image)
Suatu perusahaan mempunyai banyak unit pegawai. Masing-masing
unit dan individu tersebut memiliki masing-masing perangai tersendiri
secara sadar maupun tidak sadar. Dari itulah mereka menimbulkan
citra masing-masing yang belum tentu sama dengan citra perusahaan
secara keseluruhan.
Dalam membangun citra, Humas akan menghadapi bermacam
situasi, termasuk situasi sulit. Oleh karena itu diperlukan kemampuan
praktisi Humas untuk adapat mengubah situasi sulit tersebut agar tidak
menjadi hambatan.
Kasali menyebutkan setidaknya ada empat unsur situasi yang perlu
ditangani seorang Humas.situasi sulit tersebut yaitu permusuhan,
prasangka, ketidakpedulian, dan ketidaktahuan. Tugas humas disini adalah
mentransfer situasi-situasi tersebut agar menjadi positif.22
Gambar 1.3
Proses Transfer pada Humas
Permusuhan Simpati
Prasangka Penerimaan
Ketidakpedulian Minat
Ketidaktahuan Pemahaman
22 Ibid. hlm. 17-18
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
4. Kegiatan Humas Memperkuat Citra
Fungsi Humas dalam sebuah instansi pada intinya adalah mampu
membentuk citra. Hal ini bisa dilihat dari teori yang pernah disampaikan
oleh Glenn Griswold Dan Denny Griswold dalam bukunya Your Public
Relations, “Public Relations is a management function which evaluates
public attitudes, identizies the policies and produces of an individual or
organization with the public interest, and executes a program of action to
learn public understanding and acceptance”.23 (Humas merupakan fungsi
manajemen yang mengevaluasi perilaku publik, mengidentifikasi
kebijakan dan menghasilkan individu dari organisasi dengan kepentingan
publik, dan melaksanakan program tindakan untuk mempelajari
pemahaman dari penerimaan publik).
Menurut Rosady Ruslan, citra suatu organisasi dicapai oleh Humas
dalam sistem informasi terbuka pada era global yang penuh kompetitif ini.
Intinya tidak lepas dari bentuk pelayanan yang diberikan, nilai
kepercayaan, dan merupakan amanah dari publiknya serta goodwill yang
ditampilkan organisasi tersebut.24
Kegiatan Humas merupakan pelaksanaan dalam strategi
komunikasi Humas. Seperti yang diungkapkan Renata Scholls dalam
jurnalnya bahwa untuk menapai tujuan yang ingin dicapai dibutuhkan
strategi komunikasi yang tepat. disitulah peran humas yang seharusnya
23 Oemi Abdurrahman, Dasar-Dasar Public Relations,(Bandung: P enerbit Alumni, 2001) hlm. 21 24 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsep dan Aplikasi, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007) hlm. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
memimpin pelaksanaan semua kegiatan komunikasi dalam rangka
memperkuat citra.25
Renata juga mengungkapkan bahwa pelaksanaan kegiatan Humas
tidak hanya membutuhkan komunikasi satu arah, tetapi juga komunikasi
dua arah, sehingga humas dapat mengetahui respon publik atas
kegiatannya apakah menghasilkan citra positif atau negatif. Dari citra yang
terbentuk itu dapat diputuskan apakah kegiatan yang sudah dilakukan
dapat diteruskan atau tidak. Hal tersebut juga didukung oleh Kambiz
Heidarzadeh Hanzaee and Fatemeh Torabi Farsani yang menyatakan
bahwa persepsi atau citra yang ditangkap publik mempengaruhi kinerja
Humas untuk terus melakukan kegiatannya.26
Dengan demikian, jika sebuah organisasi termasuk instansi
pemerintah ingin memperoleh citra yang baik dimata publiknya,
diperlukan kegiatan-kegiatan komunikasi yang dapat diterima dan
memberi efek positif bagi publiknya . Hal ini sesuai dengan sasaran humas
yang dikemukakan H. Fayol, yang dikutip Ruslan dalam bukunya
Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi bahwa fungsi humas
adalah:
1) Membangun identitas dan citra perusahaan (Building corporate identity
and image).
25 Renata Scholls, “Health Care Public Relations and Stategic Communication”, Jurnal dipresentasikan pada annual meeting of the NCA 94th Convention, TBA, San Diego, CA, 20 November, 2008 26 Kambiz Heidarzadeh Hanzaee and Fatemeh Torabi Farsani, “The Effects of Brand Image and Perceived Public Relation on Customer Loyalty”, World Applied Sciences Journal, Vol.13 No. 2, (2011) hlm. 277-286
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
Hal ini bisa diwujudkan dengan menciptaka identitas dan citra
perusahaan yang positif dimata masyarakat.Selain itu juga dengan
mendukung kegiatan komunikasi timbal balik dua arah dengan berbagai
pihak.
2) Menghadapi krisis (Facing of crisis)
Dengan cara menangani keluhan dan menghadapi krisis yang terjadi
dengan manajemen krisis, dan PR recovery of image yang bertugas
memperbaiki lost of image damage.
3) Mempromosikan aspek kemasyarakatan (Promotion public causes)
Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik, juga menjadi
sasaran humas. Selain itu mendukung kegiatan sosial seperti kampanye
larang penggunaan obat-obatan, kampanye anti rokok, dan dapat
menumbuhkan perhatian publik.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa untuk membentuk atau
memperkuat citra sebuah organisasi, diperlukan kegiatan-kegiatan
komunikasi yang terencana dengan teratur.Dan kegiatan itu merupakan
tugas humas, karena kegiatan huma erat hubungannya dengan membentuk
ataupun memperkuat citra. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan Maria
Asumpta.
Lima tugas pokok humas menurut Maria Asumpta: 1) Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas
penyampaian informasisecara lisan, tertulis, melalui gambar, kepada publik. Supaya publik mempunyai pengertian yang benar tentang organisasi, tujuan, dan kegiatan yang dilakukan. Itu semua dilakukan sesuai kebutuhan, harapan publik dengan memperhatikan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
lingkungan demi perbaikan dan perkembangan organisasi.
2) Memonitor, merekam, dan mengevaluasi tanggapan serta pendapat umum/masyarakat. Selain itu juga menjalankan dan bertanggung jawab terhadap kehidupan sekitar. Perlunya menjaga hubungan dengan lingkungan karena humas memerlukan dukungan lingkungan dalam mempertahankan citra organisasi.
3) Memperbaiki citra organisasi, dimana citra tersebut tercipta pada bagaimana organisasi mencerminkan organisasi yang dipercayai, memiliki kekuatan, memiliki perkembangan secara berkesinambungan yang selalu terkontrol.
4) Humas merupakan instrument yang bertanggung jawab terhdap semua kelompok yang berhak terhadap tanggung jawab tersebut (publik internal, eksternal, pers). Suatu organisasi mempunyai kewajiban mengadakan pelayanan sosial yang harus menjadi tanggung jawab.
5) Humas mempunyai bentuk komunikasi yang khusus, komunikasi timbal balik. Maka dari itu pengetahuan komunikasi menjadi modalnya. 27
Dari lima tugas pokok tersebut, semua kegiatan humas merupakan
kegiatan komunikasi dimana ada visi khusus yaitu mempertahankan citra
yang sudah ada. Disini menunjukkan adanya citra secara langsung atau
citra yang telah dipengaruhi. Jadi dengan kata lain untuk membentuk,
mempertahankan, atau memperkuat citra, dibutuhkan kegiatan-kegiatan
komunikasi yang berkesinambungan.
Hal tersebut sesuai dengan yang dikemukakan Soleh Soemirat dan
Elvirano Ardianto bahwa mencoba mempengaruhi suatu sikap yang
dimiliki individu dan bagaimana tanggapan individu terhadap pengaruh
itu, merupakan fokus utama dari kegiatan humas28. Dari pernyataan
27Maria Asumpta Rumanti, Dasar-Dasar PublicRelations: Teori dan Praktek, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002) hlm. 39-42 28Soleh Soemirat dan Elvirano, Op. Cit., hlm. 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
tersebut dapat diartikan bahwa pembentukkan citra adalah tujuan dari
kegiatan-kegiatan yang dilakukan humas.
Soemirat dan Ardianto juga menjelaskan proses pembentukkan
citra dalam model komunikasi, bahwa kegiatan-kegiatan humas
berpengaruh terhadap pembentukkan citra. Dalam model komunikasi
Lasswel unsur-unsur yang penting terdapat dapat sebuah proses
komunikasi adalah sumber atau komunikator (who), pesan yang
disampaikan (says what), saluran atau media komunikasi (in which
channel), penerima/komunikan (to whom), pengaruh/efek yang
ditimbulkan dari pesan (whit what effect).29
Dalam proses komunikasi selalu ada sumber/komunikator, pesan
yang ingin disampaikan, komunikan sebagai penerima pesan, dan efek
yang dihasilkan dari proses komunikasi tersebut. Jika model komunikasi
tersebut diterapkan dalam public realtions maka hubungannya sebagai
berikut:
Gambar 1.4
Model komunikasi dalam Public Relations30
29 Deddy Mulyana, Ilmu Komunikas Suatu Pengantar,(Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005) hlm. 136-137 30Soleh Soemirat dan Elvirano, Op. Cit., hlm.118
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Untuk mewujudkan citra yang positif humas pemerintah
hendaknya memiliki kegiatan-kegiatan yang perlu dilaksanakan.
Widjaja menguraikan kegiatan yang perlu dilakukan humas pemerintah sebagai berikut: a. Menjaga hubungan baik dengan khalayak intern dan ekstern,
dengan member informasi dan pelayanan. b. Mendokumentasikan kegiatan-kegiatan instansi pemerintahan
yang bersangkutan, termasuk didalamnya melakukan publikasi. c. Memonitor dan mengevaluasi tanggapan masyarakat. d. Mengumpulkan data dan informasi yang datang dari berbagai
sumber mengenai isu yang berkembang. e. Menghasilkan produk-produk humas seperti majalah, buletin,
press release, dan lain-lain. 31
Kegiatan yang nantinya direncanakan oleh humas tentunya
merupakan teknik komunikasi, dimana terdapat proses komunikasi humas
dengan publiknya. Menurut Widjaja, teknik komunikasi yang tidak lain
adalah kegiatan komunikasi humas merupakan komunikasi persuasif
karena sejalan dengan tugas humas yang kompleks32.
Humas harus dapat menggunakan seefektif mungkin usaha-usaha
menyebarkan gagasan-gagasan dari lembaga kepada publiknya baik
internal maupun eksternal. Seperti yang dikatakan Widjaja dalam
menjalankan tugas humas, kegiatan komunikasi tersebut harus dilakukan
berencana dan terus-menerus, sehingga pesan yang ingin disampaikan
dapat tersampaikan guna berhasil mencapai sasaran.
Kegiatan-kegiatan humas dalam membentuk atau memperkuat citra
adalah bentuk dari tugas eksternal humas. Citra sebuah instansi muncul
dari karena adanya hubungan harmonis dari internal instansi dengan 31A. W. Widjaja, Op. Cit., hlm 65 32Ibid, hlm 66.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
publiknya, dan hubungan itu tidak tercipta sendirinya tetapi dengan
komunikasi yang bersifat informatif dan persuasif.33
Kegiatan-kegiatan komunikasi humas tersebut menurut Kustadi
Suhandang dapat berupa:
a. Publisitas
Merupakan komunikasi kepada public yang dilakukan melalui
media massa ataupun langsung secara face to face. Bentuk dari
publikasi adalah berita yang ingin disampaikan oleh
instansi/organisasi kepada public tanpa ada pembayaran dengan pihak
media.
b. Propaganda
Propaganda yang dimaksud adalah kegiatan komunikasi yang
menggunakan media massa untuk menyampaikan pesan, dimana
maksud dari propaganda ini adalah mempersuasikan pesan yang
dibawa instansi/organisasi.
c. Periklanan
Perklanan adalah bentuk promosi untuk meningkatkan
awareness atau kesadaran public terhadap suatu hal sehingga
menimbulkan action, membeli jika itu iklan sebuah produk. Dalam
proses Humas atau PR iklan digunakan untuk mempromosikan
kegiatan-kegiatan instansi atau perusahaan.
33 Kustadi Suhandang, Op. Cit., hlm. 80
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
d. Demonstrasi
Demonstrasi yang dimaksud adalah kegiatan mengajak atau
mengkampayekan kegiatan-kegiatan Humas kepada publik secara
langsung. Melalui demonstrasi Humas dapat berinteraksi langsung
untuk menjelaskan, mengarahkan, dan mempengaruhi publik untuk
menerima pesan yang ingin disampaikan sehingga publik dapat
mengambil keputusan.
e. Pameran
Mengadakan pameran merupakan kegiatan HUmas yang
bermanfaat bagi kepentingan instansi/perusahaan. Tujuan utama dari
pameran adalah mengundang publik untuk mengenal, melihat, dan
mengetahui tentang instansi/perusahaan dan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan.
f. Sales promotion
Biasa digunakan untuk meningkatkan penjualan produk,
dimana penjualan dialkukan dengan membujuk secara langsung public
untuk menggunakan barang yang dipromosikan.
g. Konferensi pers
Pers merupakan media paling efektif untuk komunikasi dengan
khalayak luas. Konferensi pers dilakukan sebagai forum penjelasan
dan pemberian informasi oleh intansi atau perusahaan yang biasanya
diakhiri dengan Tanya jawab. Konferensi perf dapat mnejadi ajang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
romosi kegiatan-kegiatan yang dilakukan Humas agar lebih banyak
publik yang mengetahuinya.
h. Open house (menerima tamu)
Memperkenalkan intansi/perusahaan dengan cara mengundang
tamu atau pihak luar untuk datang dan mengenal lebih dalam instansi
atau peresahaan. Dengan keramahan dan keterbukaan dalam menjamu
tamu sehingga muncul simpati kepada perusahaan, maka citra positif
perusahaan dfapat tertanam.
i. House organ (penerbitan majalah)
Yaitu menerbitkan media-media seperti majalah, bulletin dan
media informasi lainnya. Melalui media-media ini menjadi sarana
penyampaian informasi kepada publik terkait kebijakan-kebijakan
baru atau informasi penting lainnya.
F. KERANGKA PEMIKIRAN
Tidaklah mudah bagi sebuah kota untuk mempertahankan citra yang
sudah dimiliki selama ini, diperlukan usaha dan dukungan dari berbagai aspek
untuk menjaganya, demikian juga dengan Kota Pekalongan. Hal ini yang
dapat dilihat dalam penelitian ini, dimana penelitian ini merupakan suatu
uraian yang menggambarkan kegiatan komunikasi Pemkot Pekalongan yang
dilakukan bidang humas dalam memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai
kota batik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
Pekalongan memiliki potensi besar dalam dunia perbatikan,
diperlukan dukungan khususnya dari pemerintah untuk mempertahankan citra
kota batik ini. Apalagi pada 9 Oktober 2009 yang lalu United Nations
Educational, Scientific, and Culture Organization (UNESCO) telah
mengumumkan bahwa batik merupakan warisan budaya tak benda asli
Indonesia.
Dalam penelitian ini, ingin melihat kegiatan komunikasi apa saja yang
telah dilakukan Humas Pemkot Pekalongan dalam memperkuat citra kota
pekalongan sebagai kota batik. Pengakuan batik oleh UNESCO sebagai
warisan budaya asli Indonesia apakah mempengaruhi Humas Pemkot
Pekalongan dalam menyelenggarakan kegiatan-kegiatan komunikasinya
dalam memperkuat citra Pekalongan sebagai kota batik.
Gambar 1.5
Kerangka pikir
Pemkot Pekalongan
Kegiatan-kegiatan Komunikasi
Humas Pemkot Pekalongan
Humas Pemkot Pekalongan
MASYARAKAT
C I T R A
Pengakuan UNESCO terhadap batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
G. DEFINISI KONSEP
1. Kegiatan Komunikasi
Komunikasi adalah pusat dari situasi perilaku dimana suatu sumber
menyampaikan suatu pesan kepada seorang penerima dengan tujuan
mempengaruhi perilaku si penerima34. Bernard Berelson menyatakan,
komunikasi merupakan proses dimana seorang individu (komunikator)
mengoperkan perangsang untuk merubah tingkah laku individu lain
(komunikan).35
Kegiatan komunikasi disini yang dimaksud adalah kegiatan-
kegiatan yang dilakukan oleh bagian humas pemkot dalam menyampaikan
pesan kepada masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini bersifat komunikasi
karena mengandung pesan yang ingin disampaikan kepada publik, agar
tercipta pandangan positif terhadap citra kota.
Menurut Nicholas Ind yang dikutip Sandra Oliver, kegiatan
komunikasi harus selalu berawal dari perlunya secara spesifik dan ideal
mengkomunikasikan tujuan36. Kegiatan komunikasi disini yang dimaksud
adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh bagian humas pemkot dalam
menyampaikan pesan kepada masyarakat. Kegiatan-kegiatan ini bersifat
komunikasi karena mengandung pesan yang ingin disampaikan kepada
publik, agar tercipta pandangan positif terhadap citra kota.
34 Frazier Moore, Op. Cit., hlm. 78. 35 Soleh Soemirat dan Elvinaro Adrianto, Op. Cit., hlm. 118. 36Sandra Oliver, Strategi Public Relations, diterjemahkan oleh Yati Sumiharti, SE dan Yulia Indriati, S Sos Jakarta, PT Gelora Aksara Pratama, 2007.hlm. 5.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
2. Hubungan Masyarakat (Humas)
Hubungan masyarakat atau disebut juga Public Relations dalam
kamus Institute of Public Relations adalah keseluruhan upaya yang
dilangsungkan secara terencana dan berkesinambungan dalam rangka
menciptakan dan memelihara niat baik dan saling pengertian antara
organisasi dengan khalayaknya37.
Dari definisi tersebut dapat dipahami bahwa Humas sebagai fungsi
manajemen untuk mencitakan dan memelihara hubungan antara pihak
internal organisasi/lembaga dengan pihal eksternal dengan melakukan
perencanaan yang terstruktur guna mencapai tujuan tertentu.
Frank Jefkins mengemukakan bahwa Humas merupakan usaha
yang dilakukan dengan sengaja dan direncanakan terus-menerus untuk
mendapatkan dan menjalin pengertian antara suatu organisasi dengan
publiknya38.
Dalam pengertiannya yang lain, Humas adalah suatu kegiatan
untuk menanamkan pengertian guna memperoleh goodwill, kerjasama dan
kepercayaan yang pada gilirannya mendapat dukungan dari pihak lain39.
Peran humas / PR yang penting inilah yang mendorong setiap
organisasi atau lembaga mempunyai divisi humas dalam struktur
organisasinya. Tak kecuali dalam organisasi pemerintahan yang memang
memerlukan peran humas dalam melayani masyarakat.
37Frank Jefkins, Op.Cit., hlm 8. 38Ibid, hlm 8-9. 39A. W. Widjaja, Op. Cit., hlm 54.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
3. Citra
Segala kegiatan atau program yang dijalankan oleh Humas baik itu
perusahaan atau lembaga pastinya meiliki tujuan yang tidak lain adalah
membentu citra positif perusahaan atau lembaga tersebut dimata
publiknya. Citra menurut Collins English Dictionary berarti suatu
gambaran tentang mental: ide yang dihasilkan oleh imaginasi atau
kepribadian yang ditunjukkan kepada publik oleh seseorang,
organisasi,dan sebagainya40. Jadi citra adalah pandangan seseorang yang
ditangkap terhadap seseuatu yang ditunjukkan kepadanya, dan citra bisa
berupa hal negatif atau positif.
Hal tersebut juga diamini oleh Rhenald Kasali, menurutnya citra
adalah kesan yang timbul karena pemahaman akan suatu kenyataan41.
Pemahaman tersebut berdasarkan informasi yang dimiliki tentang suatu
organisasi atau institusi. Jadi citra dapat dipahami sebagai gambaran
mental di benak publik/kesan yang didapatkan dari seseorang atau
kelompok atas dasar pemahaman publik itu terhadap kenyataan yang ada.
40Sandra Oliver, Op. Cit.hlm. 50 41Rhenald Kasali, Op. Cit., hlm. 28.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
H. IMPLEMENTASI KONSEP
Dalam rangka memperkuat citra kota pekalongan sebagai kota batik,
kegiatan komunikasi yang dilakukan pemkot pekalongan pasca-pengakuan
UNESCO terhadap batik antara lain:
1. Mengadakan kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan batik seperti:
Festival Batik yang berisi pameran batik, bazar batik dan dilakukan di
kawasan monument batik. Pekan Batik Internasional, dimana kegiatan ini
dilakukan selama satu minggu dengan agenda karnaval, fashion show
batik, lomba melukis dan desain batik, workshop batik. Kegiatan rutin
peringatan hari batik nasional yang digelar di pelataran monumen batik
dan museum batik, dimana pada peringatan tahun ini memecahkan rekor
muri dengan membatik seribu payung dalam rangka peringatan hari batik
nasional 2011.
2. Membuat film tentang Batik Pekalongan. Bekerjasama dengan UNESCO
dalam mempromosikan batik pekalongan ke 129 negara di dunia,
pemerintah memfilmkan batik pekalongan. Dalam film tersebut terdapat
sejarah batik pekalongan, perkembangannya.
3. Membranding kota pekalongan dengan branding World’s City of Batik,
yaitu dengan harapan pekalongan dapat menjadi kota batik dunia. Dengan
branding kota ini semakin mengkuatkan citra kota pekalongan sebagai
kota batik. Kegiatan yang mendukung pekalongan World City of Batik
antara lain kegiatan mengecat 3000 becak yang sudah berjalan sejak 2009
dan rencana akan selesai pada 2013, pembangunan monumen batik sebagai
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
tempat untuk diadakankannya event-event seperti Festival batik dan
perayaan peringatan hari batik.
I. METODOLOGI PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian menggunakan metode penelitian deskriptif dengan
pendekatan kualitatif, bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat42.
2. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah Pemerintah Kota Pekalongan yang terletak
di Jl Mataram No. 1 Pekalongan. Kota Pekalongan dipilih sebagai lokasi
penelitian karena dari sekian kota penghasil batik, Pekalongan yang
memiliki julukan Kota Batik.
3. Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan metode purposive sampling (sampling
bertujuan), dimana peneliti cenderung untuk memilih informan atau
narasumber yang dianggap berkompeten dan mengetahui informasi serta
masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber
data yang mantap.43
Informan dalam penelitian ini berjumlah 7 (tujuh) orang yang
terdiri dari 2 (dua) pelaku humas Pemkot Peklongan , 1 (satu) staf Dinas
42 Jalaluddin Rakhmat, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 1998) hlm. 22 43 H.B. Sutopo, Metodologi Penelitian Kualitatif (Surakarta : Sebelas Maret University Press, 2002) hlm. 56
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Pariwisata Kota Pekalongan, 4 (empat) masyarakat umum Kota
Pekalongan. Berikut data informan selengkapnya :
a. Supriyadi, SH, M.Pd.
Merupakan Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkot Pekalongan.
b. Dimas Arga Yudha, S.Sos
Merupakan Staf Subbag. Pemberitaan dan Kemitraan Media di Bagian
Humas dan Protokol Pemkot Pekalongan.
c. Trigandi Imamuddin
Merupakan Staf bidang kebudayaan dan pariwisata di Dinas
Perhubungan , kebudayaan dan Pariwisata Kota Pekalongan.
d. Ela Mardiati
Merupakan masyarakat umum Kota Pekalongan.
e. Hendra Oktavian Yudistira
Merupakan Masyarakat umum Kota Pekalongan.
f. Larissa Angestiasari
Merupakan masyarakat umum Kota Pekalongan.
g. Adinda Yuniar Saputri
Merupakan masyarakat umum Kota Pekalongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
4. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini meliputi :
a. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari hasil
wawancara dengan informan yang mengetahui dan berkompeten seputar
tema penelitian ini dan dari hasil observasi yang dilakukan di lapangan.
b. Data Sekunder
Dilihat dari segi sumber data, bahan tambahan atau data sekunder
berasal dari sumber tertulis, seperti mengutip buku, dokumen, arsip, dan
catatan lain yang mendukung. Dalam penelitian ini data sekunder
diperoleh dari buku – buku atau referensi yang dapat mendukung data
primer baik yang diperoleh dari Bagian Humas Pemkot Pekalongan
maupun dari perpustakaan dan internet.
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Wawancara
Sumber data yang paling penting dalam penelitian kualitatif
adalah narasumber atau informan.44 Untuk mendapatkan data dari
narasumber atau informan hanya bisa dilakukan dengan cara
wawancara.
Dalam penelitian ini wawancara akan dilakukan kepada Humas
Pemerintah Kota Pekalongan mengenai kegiatan komunikasi yang telah
44 H. B. Sutopo, OP. Cit., hlm. 67.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
dilakukan dalam memperkuat citra Pekalongan Kota Batik. Selain itu
juga pihak-pihak terkait mengenai citra yang telah terbentuk.
b. Observasi
Obervasi adalah kegiatan paling utama dan teknik penelitian
yang penting45. Spranley menjelaskan bahwa teknik dalam observasi
dapat dibagi menjadi (1) tak berperan sama sekali,(2) observasi
berperan yang terdiri dari berperan aktif, berperan pasif,berperan
penuh46. Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan observasi
berperan aktif untuk mendapatkan data yang diperlukan.
c. Studi Pustaka
Untuk mengumpulkan data dan teori dalam penelitian ini, maka
peneliti memanfaatkan berbagai data dan teori yang diperoleh dari
buku, internet, dan surat kabar, dan sumber informasi non;manusia
lainnya yang menunjang penelitian.
6. Validitas Data
Validitas menunjukkan sampai sejauh mana data yang diperoleh
telah secara akurat mewakili realitas atau gejala yang diteliti. Sementara
reliabilitas berkaitan dengan tingkat konsistensi hasil dari penggunaan cara
pengumpulan data47.Validitas data dalam penelitian ini dilakukan denan
menggunakan teknik triangulasi. William dalam Sugiyono menyatakan
bahwa triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
45 Jalaluddin Rakhmat, Op.Cit., hlm. 83. 46 H. B. Sutopo, Op. Cit., hlm.75. 47 Pawito, Penelitilan Komunikasi Kualitatif, (Yogyakarta: LKis, 2007) hlm. 97
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara dan berbagai
waktu48.
Pawito mengetengahkan beberapa macam teknik triangulasi49 :
a. Triangulasi data/sumber: Merupakan upaya peneliti untuk mengakses
sumber-sumber yang lebih bervariasi guna memperoleh data berkenaan
denga persoalan yang sama.
b. Triangulasi metode: Menunjukkan upaya peneliti membandingkan
temuan data yang diperoleh dengan menggunakan suatu metode
tertentu.
c. Triangulasi teori: Menunjuk pada penggunaan perspektif teori yang
bervariasi dalam menginterpretasikan data yang sama.
d. Triangulasi peneliti: Dapat dilakukan ketika dua atau lebih peneliti
bekerja dalam suatu tim meneliti persoalan yang sama.
Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber sebagai
validitas data. Hal tersebut untuk mengetahui validitas data yang diperoleh
dari sumber satu dengan sumber yang lain.Validitas atau pengujian ini
dimaksudkan utuk melihat kekonsistenan data, sehingga dapat
mengungkapkan gambaran penelitian yang lebih valid. Triangulasi sumber
memanfaatkan jenis sumber yang berbeda, tidak hanya informan sebagai
sumber tetapi juga sumber pustaka dan hasil observasi.
48Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta,2009) hlm.273 49 Pawito, Op. Cit., hlm. 99-100
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
7. Teknik Analisis Data
Untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan dari data yang telah
didapat, diperlukan teknik analisis data yang tepat. Analisis data ini
nantinya akan membantu dalam mengemukakan gambaran atau
memberikan pemahaman mengenai subjek yang diteliti. Gambaran sebagai
hasil penelitian komunikasi kualitatif dapat ditemukan dalam analisis data,
yang selanjutnya dirumuskan dalam kesimpulan. Menurut Bodgan dan
Biklen, Analisis data merupakan upaya yang dilakukan dengan bekerja
dengan data, mengorganisasi data, memilahnya menjadi satuan yang dapat
dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan
yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang akan
diceritakan kepada orang lain.50
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
teknik analisis Miles dan Huberman. Seperti yang diungkapkan Pawito,
Miles dan Huberman, menawarkan sebuah teknik analisis bernama
interactive model. Teknik analisis ini terdiri dari tiga komponen yaitu51:
a. Reduksi Data
Reduksi data dapat diartikan sebagai proses pemilihan,
pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan
transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan di lapangan.
50 Lexi J. Moleong, , Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung:PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm. 248 51Pawito, Op. Cit,, hlm. 104
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
b. Penyajian Data
data (data display) melibatkan langkah – langkah Penyajian
mengorganisasikan data, yakni menjalin (kelompok) data yang satu
dengan (kelompok) data yang lain sehingga seluruh data yang dianalisis
benar – benar dilibatkan dalam satu kesatuan untuk memudahkan
proses analisis.
c. Penarikan/Pengujian Kesimpulan
Pada tahap Penarikan dan Pengujian Kesimpulan (drawing and
verifying conclussions) peneliti mengimplementasikan prinsip induktif
dengan mempertimbangkan pola data yang ada dan atau kecendrungan
dari data yang telah dibuat.
Gambar 1.6 Analisis data Model Interaktif dari Miles dan Huberman
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
BAB II
DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
A. Kota Pekalongan
1. Sejarah Kota Pekalongan
Pekalongan adalah nama sebuah kota yang terletak di pesisir utara
Provinsi Jawa Tengah. Ada berbagai versi asal usul Kota Pekalongan,
salah satunya adalah kisah Topo Ngalongnya Joko Bau atau Bau Rekso.
Joko Bau adalah putra dari Kyai Cempaluk yang berasal dari daerah
Kesesi, Kabupaten Pekalongan. Suatu hari ia diutus oleh Kyai Cempaluk
untuk mengabdi kepada Sultan Agung yang merupakan raja kerajaan
Mataram. Dalam pengabdiannya Joko Bau ditugaskan untuk memboyong
putri Ratansari dari Kalisalak, Batang ke istana. Kecantikkan putri
Ratansari ternyata memikat hati Joko Bau , sehingga ia jatuh cinta kepada
sang putri.
Sebagai hukuman atas kelancangannya tersebut, Joko Bau
diperintah untuk mengamankan daerah pesisir yang terus diserang oleh
bajak laut dari Cina. Berhasil mengatasi serangan bajak laut dari Cina
tersebut membuat Joko Bau yang berganti nama menjadi Bau Rekso
mendapat perintah lagi dari Sultan Agung. Bau Rekso diperintah
mempersiapkan pasukan dan sebuah perahu untuk membentuk armada
yang dipersiapkan untuk melaksanakan serangan terhadap Belanda yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
ada di Batavia (1628-1629). namun serangan yang dipimpin Bau Rekso
gagal mengalahkan pasukan Belanda. Bau Rekso pun kembali ke daerah
pesisir dan memutuskan bertapa di Hutan Gambiran.
Bau Rekso Bertapa tidak dengan duduk bersila seperti bertapa pada
umumnya, tetapi bertapa dengan bergelantungan terbalik di pohon seperti
kelelawar atau disebut topo ngalong. Dalam bertapanya, Bau Rekso
mendapat banyak gangguan termasuk oleh Dewi Lanjar yaitu ratu laut
utara beserta prajurit silumannya. Dengan segala kekuatan yang didapat
Bau Rekso dari pertapaan yang panjang, Dewi Lanjar pun bertekuk lutut
dan akhirnya dipersunting Bau Rekso. Satu-satunya yang bisa
mengganggu topo ngalongnya Bau Rekso adalah Tan Kwie Djan yang
mendapat tugas dari Mataram, kemudian Bau Rekso kembali ke Mataram
untuk menerima tugas lebih lanjut.
Dari kata topo ngalong inilah kemudian timbul nama Pekalongan,
lokasi bertapanya Bau Rekso. Munculnya nama Pekalongan menurut versi
ini terjadi seputar abad XVII pada era Sultan Agung. Tempat topo
ngalongnya Joko Bau tersebut dipercayai tempatnya berbeda-beda antara
lain di Kesesi, Wiradesa, Ulujami, Comal, Alun-alun Pekalongan, dan
Slamaran.
Sedangkan menurut dokumen tertua yang menyebut nama
Pekalongan adalah Keputusan Pemerintah Hindia Belanda
(Gouvernements Besluit) Nomor 40 tahun 1931, nama Pekalongan diambil
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
dari kata “Halong” (dapat banyak) dan dibawah simbul kota tertulis “Pek-
Alongan”.
Pada masa VOC (abad XVII) dan pemerintahan Kolonial Hindia
Belanda, sistem pemerintahan oleh orang pribumi tetap dipertahankan.
Dalam hal ini Belanda menentukan kebijakan dan prioritas, sedangkan
penguasa pribumi ini oleh VOC diberi gelar Regant (Bupati). Pada masa
ini, Jawa Tengah dan Jawa Timur dibagi menjadi 36 kabupaten dengan
sistem pemerintahan sentralistis.
Pada abad XIX dilakukan pembaharuan pemerintahan dengan
dikeluarkannya Undang-Undang Tahun 1954 yang membagi jawa menjadi
beberapa gewest atau residensi. Setiap gewest mencakup beberapa
afdelling (setingkat kabupaten) yang dipimpin oleh asisten residen, Distrik
(kawadenan) yang dipimpin oleh controleur, dan onderdistrict (setingkat
kecamatan) yang dipimpin aspiran controleur.
Di wilayah Jawa Tengah terdapat lima gewest, yaitu:
a. Semarang Gewest yang terdiri dari Semarang, Kendal, Demak, Kudus,
Pati, Jepara, dan Grobongan.
b. Rembang Gewest yang terdiri dari Rembang, Blora, Tuban, dan
Bojonegoro.
c. Kedu Gewest yang terdiri dari Magelang, Temanggung, Wonosobo,
Purworejo, Kutoarjo, Kebumen, dan Karanganyar.
d. Banyumas Gewest yang terdiri dari Banyumas, Purwokerto, Cilacap,
Banjarnegara, dan Purbalingga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
e. Pekalongan Gewest terdiri dari Breber, Tegal, Pemalang, Pekalongan,
dan Batang.
Pada pertengahan abad XIX dikalangan kaum liberal Belanda
muncul pemikiran etis, selanjutnya dikenal sebagai Politik Etis yang
menyerukan program desentralisasi kekuasaan administratif yang
memberikan hak otonomi kepada setiap karesidenan (gewest) dan kota
besar (gumentee) serta pembentukan dewan-dewan daerah di wilayah
administratif tersebut. Pemikiran kaum liberal ini ditanggapi oleh
Pemerintah Kerajaan Belanda dengan dikeluarkannya Staatbland Nomor
329 Tahun 1903 yang menjadi dasar hukum pemberian hak otonomi
kepada setiap residensi (gewest); dan untuk Kota Pekalongan, hak otonomi
ini diatur dalam Staatblaad Nomor 124 tahun 1906 tanggal 1 April 1906
tentang Decentralisatie Afzondering van Gelmiddelen voor de Hoofplaatss
Pekalongan uit de Algemenee Geldmiddelen de dier Plaatse yang berlaku
sejak tanggal ditetapkan. Hingga saat ini setiap tanggal 1 April diabadikan
sebagai hari jadi Kota Pekalongan dan diperingati oleh masyarakat
Pekalongan dengan perayaan meriah.
Pada tanggal 8 Maret 1942 Pemerintah Hindia Belanda
menandatangani penyerahan kekuasaan kepada tentara Jepang. Jepang
menghapus keberadaan dewan-dewan daerah, sedangkan kabupaten dan
kotamadya diteruskan dan hanya menjalankan pemerintahan
dekonsentrasi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Proklamasi Kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia
pada tanggal 17 Agustus oleh Soekarno-Hata di Jakarta, ditindaklanjuti
rakyat Pekalongan dengan mengangkat senjata untuk merebut markas
tentara Jepang pada tanggal 3 Oktober 1945. Perjuangan ini berhasil,
sehingga pada tanggal 7 Oktober 1945 Pekalongan bebas dari tentara
Jepang.
Secara yuridis formal, Kota Pekalongan dibentuk berdasarkan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tanggal 14 Agustus 1950 tentang
Pembentukan Daerah Kota Besar dalam lingkungan Jawa Barat/Jawa
Tengah/Jawa Timur dan Daerah Istimewa Jogjakarta. Selanjutnya dengan
terbitnya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1965 tentang Pokok-Pokok
Pemerintahan Daerah, maka Pekalongan berubah sebutannya menjadi
Kotamadya Dati II Pekalongan.
Terbitnya PP Nomor 21 Tahun 1988 tanggal 5 Desember 1988 dan
ditinjaklanjuti dengan Inmendagri Nomor 3 Tahun 1989 merubah batas
wilayah Kotamadya Dati II Pekalongan sehingga luas wilayahnya berubah
dari 1.755 Ha menjadi 4.465,24 Ha dan terdiri dari 4 Kecamatan, 22 desa
dan 24 kelurahan.
Sejalan dengan era reformasi yang menuntut adanya reformasi
disegala bidang, diterbitkan PP Nomor 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah dan PP Nomor 32 Tahun 2004 yang mengubah
sebutan Kotamadya Dati II Pekalongan menjadi Kota Pekalongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
2. Logo, Sesanti, dan Branding Kota Pekalongan
Logo
Logo atau lambang Kota Pekalongan secara formal disahkan
semenjak tanggal 29 Januari 1957 berdasarkan Surat Keputusan Dewan
Perwakilan Rakyat Peralihan Kota Besar Pekalongan, yang kemudian
diperkuat dengan Tambahan Lembaran Daerah Swantantra Tingkat I Jawa
Tengah tanggal 15 Desember 1958 seri B No. 11 dan juga telah
mendapatkan persetujuan dari Penguasa Perang Daerah Teritorium IV
dengan Surat Keputusan tanggal 18 November 1958, Nomor KPTS-
PPD/00351/11/1958. Peraturan Daerah ini kemudian juga mendapatkan
pengesahan dari Menteri Dalam Negeri dengan Keputusan tanggal 4
September 1959, No. Des.9/52/20.
Gambar 2.1 Logo Kota Pekalongan
Lambang Daerah yang disahkan tersebut di antaranya asal-usul
nama Pekalongan berpijak kepada asal kata 'A-PEK-ALONGAN' yang
berarti sejarah pertumbuhannya Kota Pekalongan karena tempat
penangkapan ikan laut. Kata Pekalongan, asal kata pek dan along. Kata
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
pek berasal dari kata apek yang berarti mencari, sedang kata along yang
artinya halong dalam bahasa sehari-hari nelayan yang berarti dapat
banyak. Kemudian kata Pek-Along artinya mencari ikan di laut dapat
hasil. Dari Pek Halong kemudian menjadi A-PEK-HALONG-AN
(Pekalongan).
Secara garis besar, logo atau lambang Kota Pekalongan terdiri dari
berbagai macam simbol yang masing-masing mempunyai filosofi. Simbol-
simbol tersebut adalah:
a. Bagian kesatu, Berdasar kuning emas muda sebagai lambang sejahtera
berisi lukisan “canting” memperlambang “Kota Batik”. Canting
berwarna merah sebagai lambang hidup dan tangkainya berwarna hijau
daun padi yang sedang tumbuh sebagai lambang kesejahteraan.
b. Bagian kedua, bermotif batik “Jlamprang” memperlambangkan seni
batik.
c. Bagian ketiga, berdasar biru menggambarkan laut berisi tiga
( trias politica ) ikan berwarna putih perak di dalam jaring bewarna
hitam yang berarti sejarah pertumbuhan asal mulanya Kota Pekalongan
tumbuh karena tempat penangkapan ikan laut ( A- Pek- ALONG- AN).
d. Bagian keempat, perisai bertajuk lukisan benteng sebagai lambang
kota dengan lima (Pancasila) menara, satu diantaranya yang di tengah
merupakan pintu gerbang dan sedikit lebih tinggi dari yang lain,
menggambarkan adanya satu sila yang menonjol, yakni 'Ketuhanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
Yang Maha Esa, yang berarti penduduknya beribadah. Benteng
berwarna hitam bata lambang kekuatan.
Sesanti
Harapan dan cita-cita masyarakat dan Pemerintah Kota Pekalongan
terlukis dalam sesanti atau semboyan yang dimiliki Kota Pekalongan.
Sesanti masyarakat dan Pemerintah Kota Pekalongan dalam melaksanakan
pembangunan daerah ditetapkan dalam Peraturan Daerah Kota Pekalongan
Nomor 5 Tahun 1992 tentang “Pekalongan Kota Batik” Sebagai sesanti
masyarakat dan pemerintah kota di dalam membangun masyarakat, kota
dan lingkungannya.
Dalam Perda tersebut ditetapkan bahwa sesanti masyarakat dan
pemerintah daerah adalah “PEKALONGAN KOTA BATIK”. Yang
mengandung makna sebagai suatu tatanan kehidupan masyarakat dan
aparat pemerintah daerah beserta lingkungan wilayahnya yang didalamnya
mengandung arti tentang tujuan Pembangunan Kota Pekalongan yang
menuju pada Kota Bersih, Aman, Tertib, dan Indah dengan masyarakat
yang ramah tamah (Komunikatif).
Tatanan kehidupan yang menggambarkan sesanti Pekalongan Kota
Batik, adalah mengandung 5 (lima) aspek yang harus ditangani dan diatur,
yaitu : (1) Kebersihan; (2) Keamanan; (3) Ketertiban ; (4) Keindahan; dan
(5) komunikatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
Branding
Gambar 2.2 Branding Kota Pekalongan
Menyadari akan potensi besar yang dimiliki Kota Pekalongan
membuat pemerintah kota pekalongan membranding Kota Pekalongan
dengan tagline Pekalongan World’s City of Batik yaitu Pekalongan
sebagai kota batik dunia. Peluncuran branding baru tersebut dilakukan
pada ulang tahun Kota Pekalongan yang ke 105 pada 1 April 2011.
Branding Kota Pekalongan sebagai Pekalongan World's City of
Batik digambarkan dalam sebuah visual sebagaimana tampak di atas, yang
merupakan logotype dimana tulisan “Pekalongan” merupakan logo dengan
penggayaan yang menggambarkan dinamisme kota yang kaya akan
budaya dan tradisi dengan masyarakat yang sangat hangat & bersahabat.
Logo diakhiri dengan lengkungan batang bunga ke atas yang
menggambarkan tumbuh kembangnya kota dengan dalam semangat batik.
Karakter logotype diadaptasi dari penggayaan pengerjaan batik,
menggambarkan keunikan Kota Pekalongan yang inspiratif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
Logotype dibuat dalam satu warna solid yang dapat tampil dalam
berbagai warna, merupakan simbolisasi keluwesan kota dalam mengikuti
perkembangan tren dunia.
3. Batas Wilayah Kota pekalongan
Kota Pekalongan terletak di Pantai Utara, Pulau Jawa, dengan
orbitasi antara 6°50’44’’-6°55’44’’ Lintang Selatan dan 109°37’55’’-
109°42’19’’ Bujur Timur. Batas-batas wilayah administratif Kota
Pekalongan sebagai berikut: sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa,
sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batang, sebelah selatan
berbatasan dengan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Batang, sebelah
barat adalah Kabupaten Pekalongan.
Luas Wilayah Kota Pekalongan 4.525 ha dengan topografis terletak
di dataran rendah Pantai Utara, Pulau Jawa, dengan ketinggian lahan
antara 0 - 6 meter diatas permukaan laut dengan keadaan tanah berwarna
agak kelabu jenis tanah aluvial kelabu kuning dan aluvial yohidromorf.
Secara administratif Kota Pekalongan terbagi menjadi 4 kecamatan
dan 47 kelurahan, masing-masing sebagai berikut : Kecamatan Pekalongan
Barat, terdiri dari 13 kelurahan, Kecamatan Pekalongan Timur, terdiri
dari 13 kelurahan, Kecamatan Pekalongan Selatan, terdiri dari 11
kelurahan, Kecamatan Pekalongan Utara, terdiri dari 10 kelurahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
B. Pemerintah Kota Pekalongan
1. Struktur Pemerintah Kota Pekalongan
Pemerintahan Kota Pekalongan merupakan pemerintahan daerah
tingkat II yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Pemkot Pekalongan saat
ini dipimpin oleh seorang wali kota dan wakilnya. Pada periode tahun
2010-2015 ini jabatan tertinggi Pemerintah Kota Pekalongan diduduki
oleh dr. HM. Basyir Ahmad dan HA. Alf Arslan Djunaid, SE sebagai wali
kota dan wakil wali kota.
Satuan Kerja Pemerintah Daerah Kota Pekalongan sendiri terdiri
dari 31 badan, 4 kantor, 5 dinas, 9 bagian serta 3 perusahaan daerah yakni,
Bank pasar, PDAM, BKK. Adapun jumlah kecamatan terdiri dari 4
kecamatan dimana didalamnya terdapat 47 kelurahan. Satuan kerja
pemerintsh daerah kota pekalongan jika dijabarkan skema maka hubungan
kerjanya dapat dilihat pada gambar 2.3.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Gambar 2.3
Struktur Organisasi Perangkat Daerah Kota Pekalongan Tahun 2011
52
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
2. Visi dan Misi Pemerintah Kota Pekalongan
Visi:
Terwujudnya kota jasa yang berwawasan lingkungan menuju
masyarakat madani berbasis nilai-nilai religiusitas.
Misi :
a. Mengembangkan potensi ekonomi daerah dengan mendorong
masyarakat berwirausaha.
b. Mengembangkan infrastruktur dan membangun kerjasama antar
daerah.
c. Mengutamakan pendidikan yang berbudi pekerti, bermutu, relevan,
dan terjangkau.
d. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dan pengelolaan keluarga
berencana.
e. Mengembangkan kelebagaan dan pendidikan keagamaan.
f. Percepatan penanggulangan kemiskinan berbasis partisipasi
masyarakat.
g. Meningkatkan daya dukung dan kelestarian lingkungan.
h. Mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender.
i. Reformasi birokrasi untuk mewujudkan pemerintahan daerah yang
amanah.
3. Humas Pemerintah Kota Pekalongan
Dalam struktur kerjanya, peran humas dalam Pemkot Pekalongan
dipegang oleh Bagian Humas dan Protokol. Humas dan Protokol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Pemerintah Kota Pekalongan merupakan bagian dari kesekretariatan
daerah dibawah sekertaris daerah dan asisten ekonomi pembangunan.
Tugas dari Bagian Humas Dan Protokol adalah melaksanakan dan
mengkoordinasikan kegiatan bidang pemberitaan, kemitraan media,
publikasi, dokumentasi kehumasan dan protokol.
Sesuai dengan tugas tersebut, terbentuklah fungsi Bagian Humas
dan Protokol Pemkot Pekalongan, seperti yang tertulis dalam Peraturan
Wali Kota Pekalongan Nomor 15 tentang penjabaran tugas dan fungsi
Sekretariat Daerah Kota Pekalongan:
a. Penyusunan perumusan kebijakan pemerintah daerah sesuai dengan
bidang tugasnya.
b. Pengumpulan bahan untuk pelaksanaan kegiatan hubungan masyarakat.
c. Pelaksanaan penyampaian informasi kebijakan dan kegiatan pemerintah
daerah kepada lembaga-lembaga pemerintah, masyarakat dan organisasi
kemasyarakatan.
d. Pengkoordinasian dengan instansi terkait, lembaga masyarakat dan
media massa.
e. Pengkoordinasian kebijakan pemerintah kota dalam kegiatan
pemberdayaan potensi dan usaha di bidang kehumasan.
f. Pelayanan informasi tentang kebijakan pemerintah kota.
g. Pengelolaan kegiatan pemberitaan dan penyediaan bahan informasi bagi
masyarakat dan media massa.
h. Pengkoordinasian pelaksanaan kegiatan protokoler.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
i. Pengevaluasian, pengendalian dan pelaporan pelaksanaan kegiatan.
j. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan oleh atasan sesuai dengan
bidang tugas dan fungsinya.
Dalam bagian humas dan protokol terdapat tiga sub bagian didalam
yang bekerja sesuai porsinya masing-masing. Sub bagian itu adalah
Protokol yang bertugas melaksanakan dan mengkoordinasikan acara
protokoler pemerintah daerah. Sub bagian yang kedua yaitu Publikasi dan
Dokumentasi dengan tugasnya melaksanakan dan mengkoordinasi
kegiatan pemberitaan dan dokumentasi penyelenggaraan pemerintah
daerah. Dan sub bagian terakhir adalah Pemberitaan dan kemitraan Media.
Struktur Organisasi Bagian Humas dan Protokol Pemkot
Pekalongan jika digambarkan dalam skema adalah sebagai berikut:
Gambar 2.4 Skema Struktur Organisasi Bagian Humas dan Protokol
Pemkot Pekalongan
Kepala Bagian Humas dan Protokol
Kasubbag. Protokol
STAF
Kasubbag. Pemberitaan & Kemitraan Media
Kasubbag. Dokumentasi Publikasi
STAF STAF
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Kepala Bagian Humas & Protokol : Supriyadi, SH, M.Pd.
Subbag. Protokol :
Kepala : Sutrisno, S.Tp, MM.
Staff : Nani Q. Indarwati; Sri Mulat U; Nurchadirin, SH
Subbag. Pemberitaan dan Kemitraan Media :
Kepala : Arif Karyadi, S.Sos
Staff : Riyanto DC, SH; Endang Lestari; SH, Tubagus MS, SE;
Dimas Arga Yudha, S.Sos
Subbag. Publikasi & Dokumentasi:
Kepala : Susanti, SH
Staff : Martoyo; Parikesit; Sri Sumartiningsih, SAP; Bambang S;
Ahmad M, Murdiana .
C. Masyarakat Kota pekalongan
Penduduk Kota Pekalongan sebanyak 298.563 jiwa, terdiri dari
149.785 jiwa penduduk laki-laki, dan 148.778 jiwa penduduk perempuan. Dan
dari total penduduk yang ada, 66 persennya adalah usia kerja. Berdasarkan
persebarannya, jumlah penduduk terbanyak berada di Kecamatan Pekalongan
Barat dengan jumlah mencapai 93.506 jiwa. Kemudian secara berurutan
mengikuti adalah Kecamatan Pekalongan Utara sebanyak 78.318 jiwa
Kecamatan Pekalongan Timur sebanyak 69.808 jiwa dan Kecamatan
Pekalongan Selatan sebanyak 56.932 jiwa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Ekonomi masyarakat Kota Pekalongan sebagian besar bertumpu pada
sektor batik dan perikanan. Dalam data pengembangan informasi profil daerah
Kota Pekalongan pada semester pertama di tahun 2011, masyarakat Kota
Pekalongan sebagian besar bekerja dibidang industri dan perdagangan. Batik
menjadi mata pencaharian masyarakat Pekalongan, karena lebih dari 50 persen
bekerja di sektor batik. Sedangkan masyarakat Kota Pekalongan yang bekerja
sebagai pegawai negeri sipil sebanyak 3.747 orang yang terdiri dari 41 orang
golongan I, 846 goongan II, 1994 golongan III dan 866 golongan IV,
sedangkan untuk pejabat fungsional berjumlah 1.926 orang.
Kota Pekalongan terkenal dengan nuansa religiusnya, karena
mayoritas penduduknya memeluk Agama Islam. Sebagai daerah yang
memiliki keberagaman agama dan suku, karena di Pekalongan terdapat Arab,
Cina, dan Jawa,dan pemeluk agama lain selain agama Islam, tetapi sejauh ini
semua hidup rukun.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB III
PENYAJIAN DATA
A. Data Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini terdapat beberapa narasumber yang menjadi
informan. Narasumber yang dimaksud adalah pihak internal Pemkot
Pekalongan yaitu dua informan dari Bagain Humas dan Protokol, dan 1 dari
Dinas Pariwisata sebagai penguat, dan 4 masyarakat umum diluar
pemerintahan.
1. Pihak Internal Pemkot Pekalongan
a. Supriyadi, SH, M.Pd.
Jabatan : Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkot Pekalongan
Instansi : Bag. Humas dan Protokol Pemkot Pekalongan
Lama Bekerja : 2 tahun
Usia : 48 Tahun
Pendidikan : Magister
b. Dimas Arga Yudha, S.Sos
Jabatan : Staf Subbag. Pemberitaan dan Kemitraan Media
Instansi : Bag. Humas dan Protokol Pemkot Pekalongan
Usia : 28 Tahun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Lama Bekerja : 2 Tahun
Pendidikan : Sarjana
c. Trigandi Imamuddin
Jabatan : Staf bidang kebudayaan dan pariwisata
Instansi : Dinas Perhubungan , kebudayaan dan Pariwisata Kota
Pekalongan
Usia : 37 Tahun
Lama Bekerja : 7 Tahun
Pendidikan : Diploma
2. Masyarakat Umum Kota Pekalongan
a. Ela Mardiati
Alamat : Jl. Progo Gg. 3, No.18 RT. 01 RW. 03, Kraton Lor,
Pekalongan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Usia : 46 Tahun
Pendidikan : Sarjana
b. Hendra Oktavian Yudistira
Alamat : Jl. Anggrek III No. 13C Perum Graham Tirto Asri
Pekalongan
Pekerjaan : Belum Bekerja
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
Usia : 23 Tahun
Pendidikan : Sarjana
c. Larissa Angestiasari
Alamat : Kauman Gg. 5 No. 16 Pekalongan
Pekerjaan : Pengusaha Batik
Usia : 24 Tahun
Pendidikan : Sarjana
d. Adinda Yuniar Saputri
Alamat : Krapyak Lor, Gg. Lestari RT. 04 RW. 01 Pekalongan
Pekerjaan : Karyawati
Usia : 23 Tahun
Pendidikan : Diploma
B. Data Kegiatan Komunikasi Humas Pemkot Pekalongan Dalam
Memperkuat Citra Kota Pekalongan Sebagai Kota Batik
Dalam sebuah perusahaan, organisasi, badan, atau instansi diperlukan
komunikasi dan mendekatkan diri dengan publik yang menjadi sasarannya.
Komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam bentuk kegiatan-kegiatan yang
melibatkan publik. Dengan kegiatan tersebut selain kedekatan dapat tercipta,
citra yang ingin ditanamkan dalam benak publik juga dapat dilakukan. Dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
pembentukkan citra dalam sebuah organisasi menjadi tugas dan tanggung
jawab Humas.
Seperti yang dilakukan Humas Pemkot Pekalongan yang menjadikan
kegiatan-kegiatan pemkot sebagai sarana pencitraan kota. Karena sampai saat
ini batik tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat Kota Pekalongan.
Hal tersebut seperti diungkapkan Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkot
Pekalongan, Supriyadi.
Pekalongan itu adalah kota batik, karena batik ya berasal dari Pekalongan. Pebagian besar masyarakat Kota Pekalongan menggantungkan hidupnya dari batik. terbukti bahwa produksi batik terbesar di Indonesia sampai 70% adalah pasokan dari Pekalongan, bahkan untuk kelas dunia dari 70% pasokan batiknya itu 24% nya untuk dunia juga batik dari Pekalongan. Itu yang membuktikan tidak hanya faktor budaya saja, tetapi terdapat faktor ekonomis didalam batik.45
Menurut Supriyadi potensi besar Kota Pekalongan itu melandasi
program-program Pemkot Pekalongan terutama dalam membentuk citra.
Potensi kota pekalongan dalam hal batik juga disampaikan Dimas Arga Yudha,
bahwa batik adalah asli Pekalongan.
Dominasi produk yang dijual di Jogja dan Solo adalah produk dari Pekalongan. Coba dicek saja di Klewer dan pasar di Jogja, pasti banyak produk batik Pekalongan yang dijual. Karena apa, memang sebagian besar produsen batik ada di Pekalongan dan kualitasnya sudah diakui bagus. Itu juga bukti sebagai kekayaan budaya Kota Pekalongan yang diakui.46
Kemampuan Pemkot Pekalongan dalam mempertahankan batik dari
gempuran arus globalisasi, melandasi pemberian penghargaan UNESCO
45 Wawancara dengan informan Supriyadi, SH, M.Pd 28 November 2011 46 Wawancara dengan informan Dimas Arga Yudha, S.Sos 22 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
kepada kota batik ini. Rabu, 21 November UNESCO datang ke Pekalongan
untuk mengukuhkan bahwa Kota Pekalongan adalah kota yang mampu
menjaga nilai-nilai kebudayaannya.
Supriyadi menjelaskan dalam wawancaranya bahwa setelah pengakuan
UNESCO bahwa batik sebgai warisan budaya tak benda asli Indonesia, itu
tidak lepas dari peran Kota Pekalongan yang sekian lama menjaga keberadaan
batik sebagai kebudayaan.
Jadi kedatangan UNESCO kemarin ke Pekalongan adalah terkait dengan best practises, tapi sebelum saya berbicara tentang best practises perlu diketahui bahwa UNESCO yang memiliki tugas Salah satunya adalah bagaimana untuk bisa, kalau dalam bahasa jawanya yaitu nguri-nguri kebudayaan yang dimiliki dunia. Saat ini salah satunya adalah masalah batik. Batik saat ini sudah diakui UNESCO sebagai intangible heritage atau budaya tak benda. Dan meskipun di Indonesia yang terkenal dengan batik tidak hanya Pekalongan , ada Solo, dan Yogyakarta, tetapi pada kenyataannya yang paling aktif adalah Pekalongan…47
Hal senada juga diungkapkan Dimas Arga Yudha, dalam penilaian
UNESCO Pekalongan telah melakukan upaya menjaga batik, bahkan melebihi
dari apa yang diprogramkan UNESCO.
Dalam penilaian tersebut terus diadakan evaluasi apakah terus dijalankan atau tidak, dan ternyata hasil penilainya Kota Pekalongan sudah melakukan itu bahkan sebelum program UNESCO ada ternyata Pekalongan sudah melakukan itu. Justru program yang pemkot lakukan ternyata melebihi apa yang diprogramkan UNESCO terkait pengakuan batik itu.
Pengakuan UNESCO tersebut membawa angin segar bagi citra Kota
Pekalongan sebagai kota batik di mata dunia, karena dengan pengakuan ini ada
47 Wawancara dengan informan Supriyadi, SH, M.Pd 28 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
program lanjutan yang sudah dicanangkan UNESCO. Supriyadi menyebutkan
Pekalongan menjadi kota rujukan untuk pengkajian batik bagi masyarakat
dunia.
Selebihnya untuk menjaga agar tidak ada putusnya dari generasi ke generasi ada yang namanya best practises. Museum Batik Pekalongan ditunjuk sebagai best practises oleh UNESCO. Jadi nanti UNESCO akan mengakui dan kalau ada pihak-pihak yang mau belajar batik, dari manapun mereka berasal, oleh UNESCO akan diarahkan untuk datang ke kota Pekalongan. Bukti bahwa secara Implementasi UNESCO sudah mengakui Pekalongan sebagai pusat batik.48
Selain sudah dikenal sebagai kota batik dengan segala potensi dan
kualitas tentang batik Pekalongan, pengakuan UNESCO menjadi dukungan
Pemkot Pekalongan untuk memperkuat dan pempertahankan citra kota
Pekalongan sebagai kota batik. Untuk memperkuat citra sebagai kota batik
pascapengakuan UNESCO terhadap batik, ada beberapa kegiatan yang
semakin gencar dilakukan oleh Humas Pemkot Pekalongan selaku
penyambung kebijakan pemerintah kepada masyarakat.
Citra Kota Pekalongan sebagai kota batik tentunya sudah melekat kuat
pada masyarakat Pekalongan, tetapi tidak ada salahnya jika pencitraan terus
dilakukan. Tidak hanya ingin dikenal oleh masyarakat sendiri, tetapi Pemkot
Pekalongan mengusahakan agar kota batik juga dikenal oleh masyarkat dari
daerah lain bahkan dunia.
48 Wawancara dengan informan Supriyadi, SH, M.Pd 28 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Dengan tujuan itu ada beberapa kegiatan yang selama ini sudah
dilakukan oleh Humas Pemkot sebagai wujud pencitraan Kota Pekalongan
sebagai kota batik. apalagi setelah adanya pengakuan UNESCO terhadap batik
dan Kota Pekalongan. Dari data yang didapat selama penelitian ini, ada
beberapa kegiatan komunikasi yang dilakuan Humas dan jajaran Pemkot
Pekalongan antara lain sosialisasi kepada masyarakat tentang batik, Pekan
Batik Internasional, Pekan Batik Nusantara, Pembuatan Film Batik, Pengadaan
Becak Batik, Menbranding Kota Pekalongan.
a. Sosialisasi kepada masyarakat luas
Komunikasi secara langsung dengan publik, seperti menyampaikan
kebijakan baru atau inovasi baru, dinilai ampuh untuk menyampaikan
informasi secara langsung kepada publik. Itulah yang dilakukan Pemkot
Pekalongan dengan mengadakan sosialisasi. Seperti yang disampaikan
Dimas Arga:
Memang program-program penadampingan yang dilakukan lebih banyak mengenai sosial kemasyarakatan, tetapi tidak mustahil kita menyisipkan program-program kita yang berhubungan tentang batik sendiri mengingat sebagian besar mata pencaharian masyarakat disini adalah batik. Seperti misal tentang pengelolaan limbah batik, pemanfaatan pewarna alami.49
Apa yang diungkapkan Dimas sesuai dengan didukung oleh
pernyataan Supriyadi bahawa yang utama adalah mengajak masyarakat
untuk sama-sama melestarikan batik dengan sosialisasi program.
49 Wawancara dengan informan Dimas Arga Yudha, S.Sos 22 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Tetapi bagaimana pemerintah Kota Pekalongan dapat mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama mengangkat batik. Itu yang paling sulit, dimana bisa mengajak semua komponen masyarakat untuk sama-sama berjuang. Langkah selanjutnya adalah kita tidak akan merasa puas, yang paling utama kita harus terus memajukan budaya batik ini sebagai contoh sedang menggalakkan green produk, dimana produksi batik itu harus berbahan alami.50
Supriyadi juga menambahkan bahwa pelestarian sebuah budaya
juga dilakukan dengan menjaga keadaan lingkungannya. Jangan sampai
keberadaan batik justru membawa limbah yang merugikan. Oleh karena itu
batik menggunakan bahan alami tidak bahan kimia sehingga tidak
menimbulkan limbah sangat dianjurkan pemerintah.
Sosialisasi ini dilakukan selain dalam bentuk pendampingan juga
dapat berupa jamuan yang dilakukan humas atau jajaran Pemkot
Pekalongan. Seperti yang sudah disamapaikan Dimas pendampingan sangat
memungkinkan untuk menyampaikan informasi kepada masyarakat.
Selain pendampingan dan jamuan, keberdaan Kampung Batik di
Pekalongan juga menjadi salah satu sarana pencitraan kepada masyarakat
luas. karena para pengusaha atau pengrajin batik di kampung batik ini
merupakan agen Pemkot yang dapat menyebarkan kebijakan-kebijakan
Pemkot terkait batik. hal ini dikarenakan mereka memiliki intensitas
bertemu masyarakat luas lebih dari pada pihak Humas. Seperti yang
diungkapkan Supriyadi berikut:
Pekalongan itu memiliki kampong batik, pesindon dan kauman. Dan mereka inilah yang bertugas menjadi agen. Karena
50 Wawancara dengan informan Supriyadi, SH, M.Pd 28 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
setiap ada undangan entah itu pameran atau pertemuan ke luar daerah misal di Jakarta, biasanya langsung mengundang mereka para pengusaha atau pengrajin batik. Jadi mereka secara tidak langsung yang mengkomuikasikan kepada masyarakat luas sehingga banyak orang dari luar datang kesini.51
b. Pekan Batik Internasional dan Pekan Batik Nusantara
Selain kegiatan-kegiatan sosialisasi, kegiatan lain yang juga
menjadi acara besar di Kota Pekalongan. Ada dua kegiatan besar yang
diprogramkan oleh Pemkot Pekalongan sebagai pencitraan kota batik. yang
pertama adalah Pekan Batik Internasional dan yang kedua adalah Pekan
Batik Nusantara. Demikian yang diungkapkan Supriyadi bahwa setiap tahun
ganjil diadakan Pekan Batik Internasional, dan pada tahun genap diadakan
Pekan Batik Nusantara.
Apa yang diungkapkan Supriyadi juga diamini oleh Trigandi
Imamuddin selaku staf budaya dan pariwisata Dinas Perhubungan,
Kebudayaan dan Pariwisata Kota Pekalongan.
Pekan Batik Internasional dan Pekan Batik Nusantara adalah dua acara besar pemkot untuk memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai kota batik. Pekan Batik adalah salah satu kegiatan hasil kerja sama antara Kementerian Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dengan Pemerintah Kota Pekalongan serta KADIN dalam rangka memperkenalkan dan mempromosikan batik sebagai produk unggulan nasional.52
Dimas Arga juga menyatakan hal sama, hanya menurut Dimas
nama dari acara akan menyesuaikan tema besar acara.
51 Wawancara dengan informan Supriyadi, SH, M.Pd 7 Desember 2011 52 Wawancara dengan informan Tigandi Imamuddin 22 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
…yang pertama kita ada Festival Batik Nusantara, itu dua tahun sekali dan dilakukan pada saat hari batik itu. Senjutmya juga ada Festival Batik Internasional, tiap dua tahun sekali juga, jadi pelaksanaanya selang-seling antara festival batik nusantara dan festival batik internasional. Dan penamaan bisa pekan bisa festival, tergantung tema acara tetapi secara esensi dan acara semuanya sama.53
Pekan Batik dirintis mulai tahun 2007, dimana acara yang pertama
digelar adalah Pekan Batik Internasional. Saat itu selain pameran batik
Pekan Batik Internasional juga diramaikan dengan karnaval batik. Trigandi
mengatakan sampai tahun 2011 Pemkot Pekalongan sudah
menyelenggarakan tiga kali Pekan Batik Internasional pada 2007, 2009,
2011, dan dua kali Pekan Batik Nusantara pada tahun 2008 dan 2010.
Pekan batik awalnya diadakan pada bulan april untuk memperingati
hari jadi Kota Pekalongan, tetapi setelah pengakuan UNESCO 2 Oktober
2009 dan tanggal itu diabadikan sebagai hari batik nasinal, pekan Batik
Internasional dan Nusantara diselenggarakan pada bulan Oktober untuk
memeriahkan perayaan hari batik di Pekalongan.
Dari dua acara Pekan Batik itu secara garis besar mengusung misi
yang sama, yaitu memperkuat citra Pekalongan sebagai kota batik. yang
membedakan hanya partisipan acara saja seperti yang diungkapkan Dimas
Arga. Dimana Dimas menyebutkan, Pekan Batik Nusantara biasanya kita
lebih cenderung bekerjasama dengan pengusaha lokal. Kalau Internasional
53 Wawancara dengan informan Dimas Arga Yudha, S.Sos 22 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
karena lingkupnya internasional kita lebih banyak melibatkan dari daerah-
daerah lain.54
Pernyataan Dimas tersebut sedikit berbeda dengan apa yang
diungkapkan Trigandi.
Pekan Batik International memberikan ruang partisipasi peserta pameran dari negara-negara lain, serta lingkup kegiatannya berskala international. Sedangkan Pekan Batik Nusantara memberikan ruang partisipasi peserta pameran dari berbagai daerah di tanah air saja serta lingkup kegiatannya berskala nasional.55
Pekan Batik yang diselenggarakan Pemkot pekalongan biasanya
diramaikan dengan pameran batik dan kuliner Pekalongan. Dimas Arga
menyebutkan:
Festival itu biasanya yang kami lakukan diisi dengan pameran stand, kemudian juga ada seperti model-model festival yang biasa di gelar di Jetayu itu kan, ada stand, kuliner, dan beberapa pertunjukkan yang mendukung pelestarian budaya kita khususnya batik. Hanya festival batik internasional yang kemarin bertepatan dengan hari batik nasional kemarin sekaligus pengukuhan meskipun sebenarnya sudah dikukuhkan oleh UNESCO tetapi paling tidak kita juga perlu menegaskan kepada masyarakat nasional maupun internasional bahwa batik itu sendiri sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia.56
Pelaksanaan Pekan Batik baik Internasional maupun Nusantara
masih berubah-ubah, mulanya Pekan Batik diadakan setiap peringatan
Ulang Tahun Kota Pekalongan pada bulan April, tetapi Pekan batik pada
tahun 2011 diadakan bersamaan dengan perayaan hari batik pada bulan
Oktober.
54 Ibid. 55 Wawancara dengan informan Tigandi Imamuddin 22 November 2011 56 Wawancara dengan informan Dimas Arga Yudha, S.Sos 22 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
c. Becak Batik
Untuk menumbuhkan kecintaan masyarakat Kota Pekalongan
terhadap batik, pemkot berusaha membuat batik dekat dengan kehidupan
masyarakat Kota Pekalongan. Salah satunya dengan Pengecatan Becak
batik, supaya nuansa batik lebih tersa di Kota Pekalongan.
Pengecatan Becak batik dimaksudkan untuk lebih memperkuat pencitraan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik karena selain fisik, juga ada kegiatan non fisik yaitu disertai dengan adanya pembinaan agar para pelaku pariwisata paham dan siap menyambut kedatangan wisatawan.57
Dengan adanya pengakuan UNESCO akan batik seperti memberi
semangat Pemkot Pekalongan untuk semakn memperkuat citra kota batik.
hal itu terbukti bahwa sebenarnya kegiatan-kegiatan seperti Pekan Batik,
pengecatan becak batik sudah dirintis sebelum adanya pengakuan tersebut.
seperti yang disampaikan Dimas Arga, Tentang becak batik sebenarnya
sudah dirintis sejak beberapa tahun yang lalu, Cuma jumlahnya yang belum
banyak. Dan kemarin bertepatan dengan hari batik jumlahnya ditambah
untuk semakin menguatkan Pekalongan sebagai kota batik.58
Seperti apa yang terdapat di artikel Radar Peklaongan edisi Sabtu,
1 Oktober 2011, pada perayaan hari batik 2011 ada 150 becak yang dilukis
batik. motif lukisan batik berupa motif-motif batik seperti Kawung, Seno,
57 Wawancara dengan informan Tigandi Imamuddin 22 November 2011
58 Wawancara dengan informan Dimas Arga Yudha, S.Sos 22 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Parang, Truntum, Jlamprang, dan Luwiri. Dimana motif tersebut sesuai
dengan ketentuan Pemkot Pekalongan.59
d. Film Batik
Selain mencitrakan Kota Pekalongan sebagai kota batik melalui
transportasi, pemkot juga mengkomunikasikan itu melalui sebah film.
Setelah pengakuan UNESCO tentang batik dan Kota Pekalongan, Pemkot
dan UNESCO bekerjasama membuat film tentang batik. Supriyadi
menjelaskan Film ini menjadi sarana pencitraan kepada dunia internasional.
Bukti bahwa secara Implementasi UNESCO sudah mengakui Pekalongan sebagai pusat batik, UNESCO juga meminta dibuatkan film tentang batik. Dan film itu sekarang sudah jadi, dan akan dibawa kemanapun UNESCO pergi dan akan diperlihatkan keseluruh negara yang dikunjungi UNESCO. Film ini sebagai contoh ini lho proses budaya asli suatu daerah dapat dipertahankan secara berkesinambungan dengan cara masal. Nantinya film akan akan disebarkan ke 29 negara yang rencananya akan dikunjungi UNESCO, dan film itu adalah film produksi UNESCO yang seluruh proses pembuatannya dan lokasinya diambil di Pekalongan.60
Mendukung penyataan Supriyadi, Dimas Arga mengatakan bahwa
benar UNESCO membuat film dokumenter tentang batik Pekalongan.
Penggagasnya adalah warga kehormatan Pekalongan yang juga anggota
UNESCO, Gaura. Dan film itu sebagi sarana untuk memperkenalkan Kota
Pekalongan sebagai kota batik.61
59 Dikutip dari artikel berjudul “Ramaikan Hari Batik, 150 Becak Dihias” (Radar Pekalongan edisi Sabtu, 1 Oktober 2011) 60 Wawancara dengan informan Supriyadi, SH, M.Pd 28 November 2011 61 Wawancara dengan informan Dimas Arga Yudha, S.Sos 22 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
Supriyadi juga menegaskan bahwa film tentu saja tentang batik,
termasuk batik dilihat dari budaya. Kemudian juga diperlihatkan langkah-
langkah membuat batik khas pekalongan dalam film ini. Walau selain Film
produksi UNESCO tersebut masih ada satu film lagi yang diproduksi oleh
bagian Humas pemkot Pekalongan, yaitu film 12 Langkah Membatik.
Menurut Dimas, film ini biasa diputar dalam setiap pemkot menerima tamu
kunjungan.
e. Membranding Kota Pekalongan menjadi World’s City of Batik
Pada ulang tahun Pekalongan ke 105 April 2011, diluncurkan
branding Kota Pekalongan yaitu Pekalongan World’s City of Batik. Dalam
Bab II sudah disebutkan bahwa branding divisualisasikan dengan tulisan
Pekalongan yang ditulis secara latin dan simbol bunga yang mengisyaratkan
tentang batik dengan warna yang natural. Hal ini sebagai bentuk penegasan
bahwa Pekalongan tidak hanya kota batik bagi masyarakat Indonesia, tetapi
Pekalongan adalah kota batik dunia. Dalam wawancara dengan informan
Dimas Arga, dikatakan bahwa branding ini adalah langkah mempertahankan
batik adalah asli Pekalongan.
Seperti pernyataan Walikota Pekalongan yang dikutip dari artikel
warta Kota Batik,
Branding, Pekalongan World’s City of Batik, adalah langkah strategis terkait dengan kondisi kota pekalongan sebagai kota batik. Lahkah pembuatan branding tidak lain untuk memperkuat keberadaan Kota Pekalongan sebagai kota batik, sehingga Pekalongan menjadi rumah bagi batik yang tersebar di
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
nusantara dan dunia. Batik ya Kota Pekalongan, demikian ungkap walikota Pekalongan, Basyir Ahmad. 62
Pekalongan World’s City of Batik sebagai branding memang
direncanakan sejak diakuinya Pekalongan oleh UNESCO sebagai kota yang
mewariskan nilai-nilai budaya batik. dan ini menjadi langkah strategis
Humas Pemkot Pekalongan dalam mengkomunikasikan Kota Pekalongan
kepada masyarakat luas. Seperti yang diungkapkan Dimas Arga:
Kenapa akhirnya dibuat branding Pekalongan Worlds City of Batik, yaitu satu jelas untuk mempertahankan bahwa batik memang asli dari sini, dan yang dikenal oleh masyarakat dunia tentang batik adalah Kota Pekalongan jadi mau tidak mau kita harus punya ikon untuk mengingatkan dunia. Fungsi dari branding atau simbol kan itu, untuk menanamkan pada benak masyarakat. Kalau hanya sekedar dipatenkan, yang mengtahui kan hanya pihak-pihak yang mengurusi, tetapi jika ada simbol atau branding ini dan itu bersifat universal pasti akan dikenal luas.63
Pernyataan Dimas juga didukung oleh atasannya yaitu Supriyadi,
Pemkot Pekalongan sudah berani membranding dirinya dengan World City
of Batik. Jika selama ini Pekalongan hanya sebagi produsen batik, sebagai
penjual, sekarang Pekalongan sudah memplokamirkan sebagai kota batik
internasional.64 Dengan Branding ini, maka masyarakat lebih mudah
mengingat bahwa kota batik adalah Pekalongan.
Jika biasanya dengan munculnya branding akan diikuti kegiatan-
kegiatan yang mendukung tercapainya tujuan membranding, maka berbeda
dengan Kota Pekalongan yang branding muncul sebagai penegas strategi- 62 Dikutip dari artikel dengan judul “Langkah Cerdas pembuatan Brandinga dan Land Mark Kota batik”, Warta Kota Batik edisi XXV/2011 63 Wawancara dengan informan Dimas Arga Yudha, S.Sos 22 November 2011 64 Wawancara dengan informan Supriyadi, SH, M.Pd 7 Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
strategi yang selama ini sudah dilakukan Pemkot Pekalongan dalam
memperkuat citra Pekalongan sebagai kota batik. Penegasan ini seperti
disampaikan Dimas Arga:
Kalau Pekalongan itu urutannya malah terbalik, keberadaan branding itu justru memperkuat, bukan sebagai awal dari kegiatan-kegiatan seperti event yang memperkuat branding bukan. Keberadaan branding di Pekalongan justru sebagai penegasan. Memang dimana-dimana muncul ikon atau branding dulu baru memikirkan kegiatan apa saja yang akan mendukung. Tetapi dipekalongan terbalik, karena memang kultur yang sudah terbentuk seperti itu, pekalongan kota batik, karena dari dulu sudah seperti itu.65
C. Data Citra Kota Pekalongan Sebagai Kota Batik di Mata Masyarakat
Pekalongan
Berbagai kegiatan sebagai upaya pencitraan telah dilakukan Pemkot
Pekalongan dalam memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai kota batik.
bagaimanapun citra adalah pandangan masyarakat berdasar informasi yang
diterimanya. Berikut adalah pemaparan mengenai tanggapan masyarakat
mengenai kegiatan-kegiatan komunikasi yang sudah dilakukan humas Pemkot
Pekalongan dalam memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai Kota Batik.
Mengenai Pekalongan Sebagai Kota Batik, julukan itu sepertinya
memang sudah melekat dibenak masyarakat. Terbukti semua informan
masyarakat yang dipilih dan dianggap mewakili, saat ditanyakan mengenai apa
julukan kota pekalongan hasilnya semua mengetahui bahwa Pekalongan adalah
Kota Batik.
65 Wawancara dengan informan Dimas Arga Yudha, S.Sos 22 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
Ela Mardiati mengatakan sebab kota Pekalongan di sebut Kota batik,
Karena sebagian besar masyarakat Pekalongan mempunyai usaha di bidang
batik, dan setau saya karena asal batik dari Pekalongan. Dan di Pekalongan itu
bisa dikatakan Pekalongan itu sentra batik jadi pantas saja kalau Pekalongan
dijuluki kota batik.66
Hal yang sama juga diungkapkan Larissa Angestiasari dan Adinda
Yuniar Saputri. Selaku pelaku di industri batik, Larissa setuju jika batik adalah
sumber ekonomi utama di Pekalongan. Larissa mengatakan, mungkin karena
sebagian penduduk Pekalongan itu bekerja dibidang batik. Baik dari segi
produksi maupun penjual. Bahkan hamper 80% apa ya, berkecimpung dalam
industri batik. Jadi sudah sewajarnya lah kalau Kota Pekalongan disebut kota
batik.67
Adinda juga menggambarkan seperti yang disampaikan Larissa. Bahwa
Pekalongan adalah kota batik, karena Kota Pekalongan adalah penghasil batik
terbesar di Indonesia. Dan mayoritas penduduknya bekerja sebagai pengrajin
batik.68
Sedikit berbeda dari ketiga informan yang menyebutkan Pekalongan
sebagai penghasil batik terbesar dan mayoritas penduduknya bekerta disektor
batik, informan Hendra Oktavian justru menyatakan Pekalongan disebut
sebagai kota batik karena batik asli dari Pekalongan.
66 Wawancara dengan informan Ela Mardiati 29 November 2011 67 Wawancara dengan informan Larissa Angaestiasari 7 Desember 2011 68 Wawancara dengan informan Adinda Yuniar saputri 29 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
Karena Pekalongan kan bisa dibilang asal mulanya batik. Katanya batik itu dari Pekalongan, karena asal mulanya tersebut akhirnya Pekalongan disebut kota batik. Cuma kan dari dulu tidak semua memahami bahwa Pekalongan sebagai kota batik bener-bener kota batik bukan batik bersih, aman, terib, indah komunikatif. Cuma baru-baru ini saja, mulai tahun 2006 yang batik mulai terangkat maka nama Pekalongan sebagai kota batik mulai dikenal lagi.69
Dari pemaparan keempat informan menjelaskan bahwa keempat
memahami bahwa batik ciri khas Kota Pekalongan, baik sebagai sumber mata
pencaharian, maupun sebagai cipta karya masyarakat Pekalongan.
Sebagai masyarakat Pekalongan yang mengenal batik sebagai budaya
asli Pekalongan, terntaya tidak semua mengetahui adanya pengakuan batik oleh
UNESCO sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia. terbukti dua dari
informan tidak mengetahui. Ela Mardiati mengatakan, “Wah saya ndak pernah
mendengar tentang pengakuan itu. ndak, apa sih yang di akui lurik ya?”70
Begitu juga dengan Larissa Angestiasari, “Kalau masalah itu saya nggak begitu
mudeng.”71
Berbeda dengan Adinda Yuniar Saputri mengaku mengetahui perihal
pengakuan UNESCO tersebut. “Iya tau, pengakuan tentang batik sebagai
warisan asli Indonesia oleh UNESCO kan.”72 Hanya Adinda tidak mengetahui
kapan pastinya UNESCO mengakui batik sebagai warisan budaya Indonesia.
Informan Hendra ternyata juga mengetahui adanya pengakuan
UNESCO terhadap batik. hanya saat ditanya kapan, Hendra salah menyebutkan
69 Wawancara dengan Hendra Oktavian Yudistira 27 November 2011 70 Wawancara dengan informan Ela Mardiati 29 November 2011 71 Wawancara dengan informan Larissa Angestiasari 7 Desember 2011 72 Wawancara dengan informan Adinda Yuniar Saputri 29 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
tahunnya. Tetapi hendra mengetahui bahwa tanggal saat batik diumumkan
sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia sekarang diperingati sebagai
hari batik nasional di Indonesia.
Saat pertanyaan kegiatan apa saja yang dilakukan Pemkot Pekalongan
sehubungan dengan memperkuat citra kota batik hampir semua menjawab
pameran batik. Hal ini mungkin dikarenakan pameran batik sering sekali
digelar Pemkot Pekalongan dalam setiap event pemkot. Seperti yang
diungkapkan Adinda saat ditanya mengenai kegiatan komunikasi Pemkot
dalam memperkuat citra batik. Adinda menjelaskan dalam wawancaranya,
setiap tahun selalu ada pameran batik, bahkan sering sekali ada pameran batik.
entah itu saat ulang tahun Pekalongan, entah hari batik, di jetayu itu pasti ada
pameran batik. Banyak stand batik yang buka saat itu.73
Dengan hasil ini dapat dilihat bahwa pameran sebagai salah satu
rangkaian acara pada Pekan Batik sangat melekat dibenak masyarakat
Pekalongan. Bahkan melebihi nama acara intinya separti Pekan Batik
Internasional dan Pekan Batik Nusantara. Meskipun tidak langsung
menyebutkan Pekan Batik sebagai agenda kegiatan pemkot Pekalongan, tetapi
semua informan mengetahui saat ditanya pengetahuan dan pemahaman mereka
mengenai Pekan Batik Internasional dan Pekan Batik Nusantara.
Ela Mardiati mengatakan bahwa Pekan Batik Nusantara itu biasanya
diramaikan dengan pameran batik dan stand-stand penjualan batik. tidak jauh
73 Wawancara dengan informan Adinda Yuniar Saputri 29 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
berbeda dengan informan lain yang juga mengatakan pameran sebagai pusat
dari rangkaian acara Pekan Batik. Seperti yang dikatan larissa.
Yang pameran itu ya? Iya tahu, biasanya lebih dari 1 hari dan diramaikan oleh pameran stand batik dari pengrajin-pengrajin batik, terus juga ada acara lain. Seperti yang kemari ada kunjungan dari Bu Ani. Disana Bu Ani meresmikan kampong batik pesindon dan belanja di batik larissa. Selain itu biasanya juga ada workshop tentang batik. Kalau yang kemarin itu juga ada membatik seribu payung.74
Adinda Yuniar juga menyatakan bahwa Pekan batik Nusantara atau
Internasional selalu diisi dengan pemeran batik dari pengusaha-pengusaha
batik Pekalongan. Meski tidak pernah mengikuti acara Pekan Batik Adinda
selalu mendapat informasi mengenai Pekan Batik Nusantara atau Pekan Batik
Internasional dari kerabat atau berita surat kabar lokal.
Berbeda dari ketiga informan lainnya, Hendra Oktavian justru
mengetahui jika Pekan Batik yang seharusnya diadakan tahun 2011 adalah
Pekan Batik Internasional.
Seharusnya kalau Pekan Batik Internasional terakhir 2009, jadi tahun ini ada tetapi karena ada sesuatu hal dan aku tidak tau itu apa sepertinya gak jadi. Jadi tahun ini Cuma acara kemarin itu lho yang dikunjungi Bu Ani. Setau saya seharusnya tahun ini jatahnya Pekan Batik Internasional. Kalau yang Pekan Batik Nusantara itu kan satu tahun sekali.
Pernyataan Hendra memang ada benarnya, hanya sebenarnya tahun
2011 ini juga ada Pekan Batik Internasional, tetapi acaranya dijadikan satu
dengan peringatan hari batik nasional yang dikunjungai Ibu Ani Yuduyono.
Hal ini seperti yang sudah disampaikan Dimas Arga selaku staf Humas Pemkot
74 Wawancara dengan informan Larissa Angestiasari 7 Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
Pekalongan, festival batik internasional yang kemarin bertepatan dengan hari
batik nasional kemarin sekaligus pengukuhan meskipun sebenarnya sudah
dikukuhkan oleh UNESCO.75
Mengenai kegiatan komunkasi Pemkot lainnya yaitu becak batik,
keempat informan masyarakat Kota Pekalongan mengatakan mengetahui
keberadaan becak batik. Hal ini dikarenakan jumlah becak batik yang sudah
banyak dijumpai di setiap daerah di Kota Pekalongan. Keberadaan becak batik
sangat didukung oleh masyarakat seperti yang dikatakan Hendra Oktavian,
menurut saya itu efektif buat pencitraan kota batik. Terus selain itu juga itu di
setiap kampung batik dan beberapa lokasi di Pekalongan banyak yang dilukis
dengan motif batik, jadi menurut saya Pekalongan sudah kental dengan nuansa
batik.76
Apa yang dikatakan Hendra juga tidak jauh beda dengan ungkapan Ela
Mardiati.
Itu inovasi yang bagus ya, jadi batik di peklaongan tidak hanya dikenal dengan pakaian atau kain saja, tetapi batik dapat benar-benar melekat pada Kota Pekalongan selain ada museum batik, transportasinya juga perlu memiliki ciri khas batik. Itu sangat bagus untuk promosi wisata Kota Pekalongan, biar orang semakin tahu bahwa Pekalongan adalah kota batik.77
Hal senada juga diungkapkan Adinda dan Larissa bahwa becak ini bisa
menjadi sebuah ikon baru Kota Pekalongan sebagai kota batik.
Sebagai promosi dan pelestarian batik itu langkah yang bagus menurut saya. Karena sekarang batik bisa dijumpai di
75 Wawancara dengan informan Dimas Arga Yudha, S.Sos 22 November 2011 76 Wawancara dengan informan Hendra Oktavian Yudistira 28 November 2011 77 Wawancara dengan informan Ela Mardiati 29 November 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
media apa saja. Memang pengertiannya batik adalaha kain, tetapi dengan kemajuan jaman mungkin sekarang dapat diaplikasikan dimedia mana saja. Karena sekarang batik tidak hanya dignakan sebagai pakaian atau kain, dari banyak pesanan batik yang datang ke saya banyak yang digunakan untuk tas. Jadi menurut saya becak batik merupakan terobosan yang baik.78
Dari pemaparan para informan mengenai Pekan Batik dan becak batik,
bisa dibilang kegiatan Pemkot tersebut sudah diketahui oleh masyarakat kota
Pekalongan. Sedangkan mengenai Film batik yang dibuat oleh pemkot dan
UNESCO mereka tidak mengetahuinya. Hal tersebut wajar saja karena
memang sampai saat ini film tersebut juga belum sampai ditangan Humas.
Film tersebut masih dibawa pihak UNESCO dan dipublikasikan ke seluruh
Negara yang dikunjungi UNESCO.
Sedangkan mengenai sosialisai yang berkaitan dengan penyuluhan
program pemerintah terkait batik semua informan tidak mengetahui. Hal ini
dikarenakan informan tidak memiliki hubungan langsung dengan industri batik
kecuali informan Larissa. Tetapi informan Larisa juga belum pernah mengikuti
sosialisasi terkait batik dari Pemkot Pekalongan.
Sedang mengenai branding Kota Pekalongan hanya informan Hendra
dan Larissa yang langsung menyatakan mengetahui saat ditanya apa branding
Kota Pekalongan saat ini. Kedua informan menyebutkan Pekalongan World’s
City of Batik. meskipun informan Adinda dan Ela tidak mengetahui, tetapi saat
disebutkan branding Kota Pekalongan adalah Pekalongan World’s City of
Batik, mereka menyatakan mengetahui hal itu hanya tidak paham jika itu
78 Wawancara dengan informan Larissa Angestiasari 7 Desember 2011
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
adalah branding Kota Pekalongan. Seperti yang diungkapkan Adinda.”Oh
kalau Pekalongan World’s City of Batik saya tau, itu biasa saya lihat di pin
yang biasa dipakai PNS kan. Memang itu branding ya? Bukan Pekalongan itu
kota batik,”79
Menanggapi ketidaktahuan bahwa Pekalongan World’s City of Batik
adalah branding Kota Pekalongan saat itu, hal ini bertentangan dengan
pernyataan Supriyadi yang mengatakan:
Sebelum melauncing branding Pekalongan World’s City of Batik, pemkot membutuhkan waktu yang panjang untuk menciptakan ini. Sebelum launching pemkot sudah mengumpulkan seluruh stakeholder termasuk masyarakat untuk mensosialisasikan branding world’s city of batik ini. Jadi kami yakin bahwa saat branding dilaunching semua masyarakat sudah mengetahui.80
Sejauh ini branding Kota Pekalongan selama ini sudah
dikomunikasikan oleh humas pemkot melalui media seperti penggunaaan pin
branding oleh semua PNS dikalangan Kota Pekalongan. Hal ini seperti yang
disampaikan artikel di warta kota edisi XXV/2011.
Para Pegawai Negeri Sipil (PNS) serta perusda di jajaran pemkot Pekalongan diwajibkan untuk mengenakan pin branding “Pekalongan World’s city of batik”. pemakaian itu dimaksudkan untuk mensosialisasikan keberadaan branding kota yang telah diluncurkan pada HUT ke 105 tahun Kota Pekalongan.81
Selain adanya pin branding tersebut, peluncuran branding tersebut di
buka untuk umum, dan banyak masyarakat yang menghadirinya. Selain itu di
baliho Pemkot Pekalongan logo branding tersebut selalu terpampang. 79 Wawancara dengan informan Adinda Yuniar saputri 29 November 2011 80 Wawancara dengan informan Supriyadi, SH, M.Pd 28 November 2011 81 Dikutid dari artikel dengan judul “PNS Wajib Kenakan Pin Branding”, Warta Kota Batik edisi XXV/2011 hlm. 12
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
BAB IV
ANALISIS DATA
Dalam penelitian kualitatif proses analisis data terdiri dari reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Setelah data direduksi dan disajikan
dalam BAB III, tahapan selanjutnya adalah menguji data yang didapat apakah
sesuai dengan teori yang sudah dipaparkan dalam tinjauan pustaka. Dalam BAB
IV ini akan dilakukan pengecekan silang data mengenai kegiatan-kegiatan
komunikasi Pemkot Pekalongan dalam memperkuat citra sebagai kota batik
dengan teori-teori public relations yang ada. Tentunya teori tersebut yang
berkaitan dengan kegiatan humas dalam membentuk citra.
A. Kegiatan Humas Pemkot Pekalongan dalam Memperkuat Citra
Public Relations atau Humas pada umumnya berfungsi
mengkomunikasikan informasi baik kepada pihak internal maupun eksernal
untuk mencapai sebuah harmonisasi hubungan kedua belah pihak, khususnya
kepada pihak eksternal untuk menanamkan citra positif. Informasi tersebut
dapat berupa kegiatan, kebijakan, dan segala keputusan kepada stakeholder
terkait untuk mendapatkan dan menjalin pengertian antara Pemkot
Pekalongan dengan publiknya. Hal ini sejalan dengan teori Frank Jefkin,
Frazier Moore, dan A.W. Widjaja.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
Sedangkan posisi humas Pemkot Pekalongan dalam model
komunikasi menurut Lasswell yang dikutip Soleh Soemirat dan Elvirano
bahwa dalam proses komunikasi terdapat sumber dan komunikator yang
memiliki pesan untuk disampaikan kepada komunikan untuk menghasilkan
efek yang diinginkan dalam hal ini efek yang diinginkan adalah citra.1
Dalam proses komunikasi ini Pemkot Pekalongan berkedudukan
sebagai sumber yang memiliki tujuan atau pesan yang ingin diterima oleh
publiknya dalam hal ini masyarakat. Sedangkan Humas Pemkot Pekalongan
adalah sebagai komunikator. Dimana tugas komunikator adalah
menyampaikan pesan yang ingin disampaikan oleh Pemkot Pekalongan
kepada komunikannya yaitu masyarakat dan stakeholder humas lainnya.
Pesan yang ingin disampaikan adalah Pekalongan sebagai kota batik yang
disampaikan dengan kegiatan-kegiatan humas seperti Pekan Batik Nusantara,
Pekan Batik Internasional, dan usaha humas yang lain. Efek yang ingin
didapat humas Pemkot Pekalongan dari pesan tersebut adalah semakin
kuatnya citra Kota Pekalongan sebagai kota batik apalagi dengan adanya
pengakuan UNESCO terhadap batik dan Kota Pekalongan sebagai kota yang
mampu mempertahankan kebudayaan batiknya.
Tugas humas dalam instansi pemerintah selain ikut serta dalam
decision making process juga memberikan informasi mengenai kebijakan
perundangan atau peraturan-peraturan, dan informasi lain dalam membuat
1 Soleh Soemirat dan Elvirano, Op. Cit., hlm. 65
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
citra yang baik.2 Hal ini sudah diaplikasikan oleh humas Pemkot Pekalongan
yang tidak hanya terlibat dalam pengambilan keputusan bersama pejabat
pemkot lain, tetapi juga memprogramkan bagaimana citra sebagai kota batik
dapat melekat. Dan hal tersebut diwujudkan dengan kegiatan-kegiatan yang
dapat mengkomunikasikan tujuan memperkuat citra.
Sebuah kegiatan komunikasi yang dilakukan oleh humas adalah
sebagai aksi dan komunikasi atas observasi dan perencanaan yang sudah
dilakukan sebelumnya. Kegiatan komunkasi yang sudah dilakukan humas
Pemkot Pekalongan selama ini tidak lain untuk memperkuat citra kota
Pekalongan yang selama ini sudah dikenal sebagai kota batik. Pekan Batik
Nusantara, Pekan Batik Internasional, branding World’s City of Batik, Becak
Batik, dan workshop-workshop terkait batik menjadi bentuk aksi dan
komunikasi humas Pemkot Pekalongan. Kegiatan-kegiatan ini yang menjadi
media humas untuk menanamkan tidak hanya kepada masyarakat
Pekalongnan saja tetapi juga masyarakat luas bahwa kota batik adalah
Pekalongan. Keberadaan Pekalongan sebagai kota batik, mayoritas penduduk
kota yang menekuni usaha batik, diperkuat dengan pengakuan batik dan Kota
Pekalongan oleh UNESCO adalah landasan kuat terselenggaranya kegiatan-
kegiatan tersebut.
Kegiatan-kegiatan komunikasi yang dilakukan Humas Pemkot
Pekalongan dalam mewujudkan Pekalongan kota batik bahkan menjadi
Pekalongan World’s City of Batik, merupakan kegiatan humas eksternal yang
2A.W. Widjaja, Op. Cit., hlm. 63
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
sasarannya adalah masyarakat Pekalongan sendiri dan masyarakat luas. Oemi
Abdurachman dalam BAB I mengemukakan salah satu tujuan eksternal
Public Relations adalah untuk mengeratkan hubungan Pemkot Pekalongan
dengan orang-orang masyarakatnya hingga terbentuklah opini publik yang
favorable dan akhirnya terbentuklah citra Kota Pekalongan sebagai kota
batik.
Untuk menekankan kepada masyarakat luas bahwa kota Pakalongan
adalah kota batik, humas dan Pemkot Pekalongan menyelenggarakan kegiatan
rutin seperti Pekan Batik Internasional dan Pekan Batik Nusantara yang
diadakan setiap tahun secara bergantian. Humas Pemkot Pekalongan
mengagendakan Pekan Batik Internasional dan Pekan Batik Nusantara
sebagai agenda rutin yang dilaksanakan secara berkesinambungan untuk
menanamkan citra kota batik pada benak publik. Kegiatan tersebut Seperti
yang disebutkan Frank Jefkin dan Widjaja sebagai tugas humas.
Frank Jefkin dan A.W. Widjaja menyebutkan dalam BAB I bahwa
kegiatan humas haruslah kegiatan yang terencana dan berkesinambungan agar
pesan yang disampaikan tepat sasaran. Selain itu proses komunikasi melalui
kegiatan harus bersifat harus bersifat informatif, edukatif, persuasif, dan
dihindarkan pendekatan yang bersifat impreatif dan punitif.3 Pekan Batik
merupakan event yang sarat dengan pesan edukatif dimana dalam serangkaian
acara selalu ada kegiatan edukatif terkait pelestarian batik Pekalongan, seperti
workshop dan diskusi. Banyak informasi yang dapat diperoleh masyarakat
3 A. W. Widjaja, Op Cit., hlm 53.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
Pekalongan dan masyarakat luas. Selain dengan pekan batik, penyuluhan dan
workshop juga menjadi kegiatan humas untuk mengkomunikasikan mengenai
kebijakan, dan informasi terkait dengan batik seperti kebijakan penggunaan
bahan alami dalam pembuatan batik.
Jika Pemkot Pekalongan ingin memperoleh citra yang baik dimata
masyarakatnya, diperlukan kegiatan-kegiatan komunikasi yang dapat diterima
dan memberi efek positif. Kegiatan yang dapat dilakukan humas dalam
menjalankan tugasnya membentuk citra antara lain Publisitas, Propaganda,
Advertising, Demonstrasi, Pameran, Sales promotion, Konferensi pers, Open
house (menerima tamu), House organ (penerbitan majalah). Untuk
memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai kota batik dimata masyarakat,
kegiatan komunikasi yang dilakukan humas pemkot Pekalongan meliputi:
1. Membangun Identitas Kota Sebagai Kota Batik
Agar masyarakat mengenal Pekalongan sebagai kota batik,
bahkan tidak hanya mengenal tetapi juga citra tersebut tertanam dibenak
setiap masyarakat dibutuhkan strategi khusus. Hal ini bisa diwujudkan
dengan menciptakan identitas dan citra kota Pekalongan yang positif yaitu
sebagai kota batik dimata masyarakat. Hal tersebut sesuai dengan teori H.
Fayol, yang dikutip Ruslan, bahwa dalam membangun citra dapat
diwujudkan dengan menciptakan identitas dan citra perusahaan yang
positif dimata masyarakat.4
4 Rosady Ruslan, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi: Konsep dan Aplikasi, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada, 2007, hlm. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
Selain sebutan kota batik terdapat pada sesanti Kota Pekalongan,
Kota BATIK (Bersih, Aman, Tertib, Indah, Komunikatif), Pemkot
Pekalongan merasa perlu menegaskan keberadaan Kota Pekalongan
sebagai kota batik. Berlandaskan pengakuan UNESCO terhadap batik,
pada hari jadi Kota Pekalongan ke 105 pemkot melaunching branding
Kota Pekalongan yaitu Pekalongan World’s City of Batik. Dengan
branding baru ini, humas pemkot Pekalongan menilai kan sangat
berpengaruh bagi citra Kota Pekalongan tidak hanya sebagai kota batik
bagi masyarakat Pekalongan, tetapi nasional bahkan internasional.
Tentunya harapan Pemkot Pekalongan yang dituangkan dalam
branding kota tidak muluk-muluk. Apalagi setelah Kota Pekalongan juga
mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai kota atau wilayah yang
mampu menjaga dan melestarikan kebudayaannya yaitu batik. Hal ini
semakin memperkuat keberadaannya sebagai kota batiknya dunia.
Meskipun demikian keberadaan branding yang baru diresmikan pada
tahun 2011, masih belum diketahui secara menyeluruh oleh masyarakat
bahkan masyarakat kota Pekalongan sendiri.
Humas Pemkot Pekalongan memang mengemukakan bahwa
branding sudah disosialisasikan kepada seluruh stakeholder Pemkot
Pekalongan. Bahkan publikasinyapun dilakukan dengan mewajibkan para
PNS mengenakan pin branding Pekalongan World’s City of Batik, dan
branding juga terpasang di beberapa sudut Kota Pekalongan. Namun pada
kenyataannya tidak semua masyarakat mengetahui tentang keberadaan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
branding. Ada juga yang mengetahui perihal Pekalongan World’s City of
Batik, tetapi mereka tidak mengetahui itu sebagai branding baru Kota
Pekalongan.
Selain branding Pekalongan World’s City of Batik, Pemkot
Pekalongan juga membangun identitas sebagai kota batik dengan
mengadakan becak batik. Becak sebagi transportasi umum masyarakat
kota Pekalongan oleh pemkot dijadikan sarana memperkuat citra kota
Pekalongan sebagai kota batik. Becak batik dipilih karena becak menjadi
salah satu pilihan transportasi bagi wisatawan dan masyarakat lokal yang
tradisional. Selain becak, pemkot juga menegaskan identitas Kota
Pekalongan sebagai kota batik dengan mengaplikasikan motif batik pada
berbagai tempat. Banyak tembok di wilayah Kota Pekalongan yang dilukis
dengan motif batik, hal ini banyak dijumpai di kawasan wisata Kampung
Batik Pesindon dan Kampung Batik Kauman, dan beberapa wilayah di
Kota Pekalongan. Keberadaan ikon BATIK di daerah jetayu, depan
museum batik juga menjadi identitas kota Pekalongan sebagai kota batik.
Rangkain huruf raksasa yang membentuk kata batik menjadi daya tarik
tersendiri bagi masyarakat lokal dan wisatawan.
Menciptakan identitas Kota Pekalongan sebagai kota batik dengan
cara tersebut sangat dibutuhkan humas pemkot Pekalongan dalam
memperkuat citranya. Hal ini sesuai dengan teori M. Linggar Anggoro
bahwa salah satu tugas humas adalah menciptakan identitas,
memperkenalkan, dan menyebarluaskan kegiatan instansi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
2. Memberikan informasi dan pelayanan
Menyelenggarakan dan bertanggung jawab atas penyampaian
informasi secara lisan, tertulis, melalui gambar, kepada publik. Supaya
masyarakat mempunyai pengertian yang benar tentang kota Pekalongan,
tujuan, dan kegiatan yang dilakukan dalam melestarikan batik dan
memperkuat citra kota. Itu semua dilakukan sesuai kebutuhan, harapan
masyarakat dengan memperhatikan lingkungan demi perbaikan dan
perkembangan kota Pekalongan.5 Hal ini sesuai dengan yang
dikekumakakan Maria Asumpta.
Tidak jauh berbeda dengan yang disampakan A.W. Widjaja
bahwa menjaga hubungan baik dengan khalayak intern dan ekstern,
dengan memberi informasi dan pelayanan. Mengumpulkan data dan
informasi yang datang dari berbagai sumber mengenai isu yang
berkembang. Informasi yang diberikan humas dapat berupa peraturan,
kebijakan, atau hal-hal yang terkait batik. Hal ini menjadi cara humas
untuk lebih dekat dengan masyarakat khususnya pelaku industri batik. Ada
beberapa cara yang dilakukan dalam menyampaikan informasi dan
pelayanan terhadap masyarakat baik menggunakan media massa atau
dengan mengadakan pertemuan langsung.
Sebagai humas yang tentunya juga memiliki sub bagian
pemberitaan, humas memiliki produk yang menjadi media penyampaian
informasi kepada masyarakat. Seperti yang diungkapkan Widjaja humas
5 Maria Asumpta Rumanti, Dasar-Dasar PublicRelations: Teori dan Praktek, (Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2002)hlm. 39-42
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
selayaknya menghasilkan produk-produk humas seperti majalah, buletin,
press release, sebagai media menyampaian informasi. Yang pertama Radio
Kota Batik, Radio yang berada langsung dibawah sub bagian pemberitaan
dan kemitraan media humas pemkot ini menjadi media pertama untuk
menyebarluaskan informasi baik mengenai kebijakan dan informasi atau
isu terkini terkait dengan batik. Dengan program siarannya yang lebih
mudah mendapat feedback dari para pendengar, media radio dinilai efektif
dalam penyampaian pesan. Selain itu dari nama yang dipilih juga sangat
mencitrakan Pekalongan kota batik.
Selanjutnya humas juga memiliki media terbitan berupa majalah
Warta Kota Batik. Dengan majalah ini informasi-informasi mengenai batik
banyak disampaikan. Namun kelemahan dari media ini adalah
distribusinya belum menyeluruh, saat ini hanya kalangan tertentu yang
dapat membaca majalah ini. Media yang ketiga yang terbaru dari humas
adalah Batik TV. Meskipun pada saat penelitian dilakukan Batik TV
belum beroperasi dan masih pada tahap pendaftaran frekuensi, namun
humas pemkot menyatakan bahwa Batik TV akan menjadi media
penyampaian pesan yang efektif terutama mengenai batik. Selain namanya
yang sudah mencitrakan batik, keberadaannya yang merupakan TV lokal
Pekalongan akan dipenuhi dengan informasi-informasi seputar Pekalongan
dan batik pasti menjadi salah satunya.
Sudah disebutkan bahwa penyampaian pesan tidak hanya
menggunakan media massa, tetapi pertemuan tatap muka juga dapat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
menjadi media yang efektif. Humas pemkot Pekalongan tidak jarang
mrngadakan penyuluhan atau workshop mengenai kebijakan pemkot
terkait batik seperti pemberdayaan sumber daya, pengunaan bahan alami
dalam proses pembuatan batik, sosialisasi branding . Dengan bertemu
langsung dengan masyarakatnya khususnya disini pelaku industri batik
pesan yang ingin dismapaikan pastinya lebih cepat diterima. Karena pesan
disampaikan langsung kepada komunikan yang nantinya menjadi agen
tidak langsung pemkot yang akan menyampaikan kepada masyarakat. Hal
ini dikarenakan mereka para pelaku industri batiklah yang lebih sering
bertemu dengan mesayarakat luas sebagai konsumen batik mereka.
Tidak hanya masyarakat Pekalongan dan indonesia saja yang
menjadi sasaran humas pemkot Pekalongan. Untuk menginformasikan
kepada dunia internasional mengenai bati Pekalongan, pemkot Pekalongan
bekerjasama dengan UNESCO membuat film dokumenter yang berisi
tentang batik Pekalongan. Hal ini disampaikan kepala bagian humas dan
Protokol pemkot Pekalongan, film ini akan dibawa ke negara manapun
yang dikunjungi UNESCO dan akan diputar. Selangkah lebih maju
memang yang dilakukanpemkot Pekalongan, dengan film tersebut batik
Pekalongan akan lebih dikenal di kalangan internasional.
3. Menyelenggarakan Event Nasional dan Internasional
Mempromosikan yang menyangkut kepentingan publik berarti
mempromosikan apa yang menjadi hasil karya publik.6 Batik sebagai
6 Rosady Ruslan, Op. Cit., hlm. 77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
usaha utama masyarakat Pekalongan patut mendapat promosi besar-
besaran, dengan diadakan event besar bertaraf nasional bahkan
internasional juga menjadi sasaran humas. Pekan Batik Nusantara dan
Pekan Batik Internasional yang diselenggarakan setiap hari batik menjadi
ajang promosi batik Pekalongan dan kota Pekalongan sendiri. Dalam
pekan batik ini mempromosikan tidak hanya pada industri batik, karena
dalam Pekan Batik baik Nusantara maupun Internasional diadakan bazar
selain batik ada kuliner khas Pekalongan.
Pameran atau festival merupakan kegiatan komunikasi yang tetap
sebagai pencitraan kota, hal ini sesuai dengan yang dikemukakan Kustadi
Suhandang. Kegiatan yang dapat dilakukan humas dalam menjalankan
tugasnya membentuk citra antara lain Publisitas, Propaganda, Advertising,
Demonstrasi, Pameran, Sales promotion, Konferensi pers, Open house
(menerima tamu), House organ (penerbitan majalah)
Pekan Batik merupakan kegiatan yang menuh dengan pesan
edukatif dan informatif. Karena dalam rangkaian kegiatan yang biasanya
digelar selama sepekan itu berisi selain bazar juga ada workshop tentang
batik, diskusi, dan dalam Pekan Batik Internasional yang tahun 2011 ini
dilakukan bertepatan dengan hari batik nusantara mengadakan membatik
1000 payung yang berhasil memecahkan rekor MURI. Kegiatan membatik
1000 payung ini dilakukan oleh para pengrajin batik, pelajar, seniman,
bahkan ibu negara Ani Yudhoyono yang hadir juga ikut menorehkan
malam pada salah satu payung. Kegiatan itu tidak semata-mata untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
memecahkan rekor MURI saja, tetapi juga sebagai ajang pendidikan.
Dengan melibatkan para pelajar, diharap mereka nantinya akan lebih
mencintai batik dan ikut melestarikan batik. Hal ini sesuai dengan teori
yang dikemukakan Widjaja bahwa kegiatan humas harus memiliki
pendekatan informatif, edukatif dan persuasif.
Tujuan diadakannya Pekan Batik Nusantara dan Pekan Batik
Internasional adalah untuk menanamkan di benak masyarakat bahwa kota
Pekalongan memiliki banyak potensi dalam bidang batik. Dan sebutan
Pekalongan kota batik tidak hanya karena Pekalongan penghasil batik
seperti yang diutarakan beberapa narasumber masyarakat dalam penelitian.
Tetapi Pemkot Pekalongan menginginkan kota Pekalongan juga dikenal
dengan nilai budaya batiknya yang dijunjung tinggi, Pekalongan juga
dikenal sebagai gudang informasi mengenai batik, dan juga sebagai kota
tujuan pariwisata.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Dengan serangkaian analisis data yang diperoleh di lapangan selama
penelitian terkait kegiatan komunikasi Humas Pemkot Pekalongan dalam
memperkuat citra Kota Pekalongan sebagai kota batik pasca-pengakuan batik
sebagai warisan budaya asli Indonesia oleh UNESCO maka dapat
disimpulkan bahwa kegiatan komunikasi tersebut adalah sebagi berikut :
1. Membangun Identitas Kota Sebagai Kota Batik
Kegiatan komunikasi ini diwujudkan dengan menciptakan
branding Kota Pekalongan, Pekalongan World’s City of Batik dengan
harapan Pekalongan dikenal sebagi kota batik di dunia. Branding ini
mempertegas identitas Kota Pekalongan sebagi kota batik. Selain itu juga
ada becak batik yang menjadi identitas baru Kota Pekalongan, membangun
ikon atau monumen Batik, dan melukis motif batik dibeberapa tempat di
kota Pekalongan, semua dilakukan agar budaya batik melekat pada Kota
Pekalongan sehingga menjadi identitas yang tidak mudah dilupakan.
Semua kegiatan komunikasi ini dilakukan setelah adanya pengakuan batik
oleh UNESCO.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
2. Memberikan Informasi dan Pelayanan
Dengan menggunakan media yang sudah dimiliki seperti Radio Kota
Batik, Majalah Warta Kota Batik, dan Batik TV, menyebarkan informasi
terkait batik dan kebijakan pemkot dalam batik melalui siaran dan berita
yang disajikan. Workshop dan penyuluhan juga dilakukan untuk lebih
mendekatkan diri dengan pelaku industri batik dan menginformasikan isu-
isu kebijakan yang harus diperhatikan terkait batik. Pemkot Pekalongan
bersama dengan UNESCO juga membuat film dokumenter tentang batik
yang akan disebarkan ke beberapa negara.
3. Menyelenggarakan Event Nasional dan Internasional
Untuk mempromosikan Kota Pekalongan kota batik, dan
memiliki potensi besar di bidang batik, pemkot mengagendakan Pekan
Batik Nusantara yang diadakan setiap tahun genap dimana diikuti oleh
berbagai pengusaha dan pelaku industri batik di seluruh wilayah Indonesia.
Dan Pekan Batik Internasional yang melibatkan internasional diadakan
setiap tahun ganjil. Dengan agenda pameran dan bazar batik, pekan batik
juga diramaikan dengan bazar kuliner, dan beberapa acara pendukung dan
digelar selama sepekan. Meskipun Pekan Batik Internasional pertama kali
diselenggarakan sebelum ada pengakuan batik dari UNESCO, tetapi
setelah adanya pengakuan tersebut memotivasi pemkot untuk menjadikan
acara tersebut menjadi acara rutin Pemkot Pekalongan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
B. SARAN
Dari kesimpulan diatas dapat diberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Humas Pemkot Pekalongan
a. Penyampaian informasi terkait kebijakan seperti branding dan
kebijakan lainnya sebaiknya diperhatikan dan gunakan media
semaksimal mungkin agar masyarakat Kota Pekalongan mengetahui
keberadaan kebijakan tersebut. Jangan sampai sebagai waraga yang
seharusnya ikut mempromosikan kotanya justru tidak mengetahui
kebijakan yang dilakukan pemerintahnya.
b. Kegiatan yang sudah dilakukan sebaiknya terus dipertahankan agar
pekalongan semakin dikenal luas sebagai kota batik. Agenda rutin
seperti Pekan Batik Internasional dan Pekan Batik Nusantara
seharusnya tidak sekedar pameran batik saja, karena masyarakat sudah
mulai bosan dengan acara yang monoton.
2. Kepada Masyarakat Kota Pekalongan
a. Jangan terlalu acuh dengan segala informasi dan agenda Pemerintah
Kota Pekalongan. Sebagai masyarakat sudah sepantasnya ikut
mendukung kinerja pemerintah agar tercipta hubungan yang harmonis.
b. Bagi masyarakat pelaku industri batik, pertahankanlah budaya yang
sudah dimiliki Pekalongan dengan terus menciptakan karya batik yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
berkualitas. Dan jangan ragu berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
yang dapat memajukan batik pekalongan.
3. Kepada Almamater
Karena keterbatasan dari peneliti dalam melakukan penelitian
Kegiatan Komunikasi Humas dan Citra Kota Pekalongan, maka peneliti
merasa penelitian ini jauh dari sempurna. Studi deskriptif kualitatif yang
dipakai sebagai metodologi diharapkan peneliti dapat dikembangkan lebih
lanjut dan diperdalam dalam penelitian yang lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Abdurrachman, Oemi, 2001, Dasar-Dasar Public Relations, Bandung: Penerbit
Alumni.
Jefkins, Frank, 1996, Public Relations, alih bahasa oleh Haris Munandar, Jakarta:
Penerbit Erlangga.
Kasali, Rhenald, 2000, Manajemen Public Relations Konsep dan aplikasinya di
Indonesia, Jakarta: PT Pustaka Utama Grafiti.
Kusumastuti, Frida, 2002, Dasar - Dasar Humas, Jakarta: PT Ghalia Indonesia.
Moleong, Lexy J, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Moore, Frazier, 1988, Hubungan Masyarakat: Prinsip, Kasus, dan Masalah,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Mulyana, Deddy, 2005, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, BANDUNG: Remaja
Rosda Karya.
Oliver, Sandra, 2007, Strategi Public Relations, diterjemahkan oleh Yati
Sumiharti, SE dan Yulia Indriati, S Sos, Jakarta: PT Gelora Aksara
Pratama.
Pawito, , 2007, Penelitilan Komunikasi Kualitatif, Yogyakarta: LKis.
Rakhmat, Jalaluddin, 1998, Metode Penelitian Kualitatif, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Rumanti, Maria Asumpta, 2002, Dasar-Dasar PublicRelations: Teori dan Praktek,
Jakarta: Gramedia Widiasarana.
Ruslan, Rusady, 2007, Manajemen Public Relations dan Media Komunikasi:
Konsep dan Aplikasi, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Soemirat, Soleh, dan Elvinaro Adrianto, 2004, Dasar-Dasar Public Relations,
Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. 2009, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, Bandung:
Alfabeta.
Suhandang, Kustadi, 2004, Public Relations Perusahaan: Kajian Program Implementasi,
Bandung: Nuansa.
Sutopo, H. B, 2006, Metode Penelitian Kualitatif: Dasar teori dan terapannya
dalam penelitian, Surakarta: Universitas Sebelas Maret.
Uchjana, Onong, 1986, Hubungan Masyarakat Suatu Studi Komunikologis,
Bandung: Remaja Karya.
Widjaja, A. W., 1993, Komunikas: Komunikasi dan Hubungan Masyarakat,
Jakarta: Penerbit Bumi Aksara.
Jurnal Internasional
David Michaelson dan Don W. Stacks, 2011, Standardization in Public Relations
Measurement and Evaluation, Public Relations Journal Vol. 5 No. 2,
ISSN 1942-4604
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
Kambiz Heidarzadeh Hanzaee and Fatemeh Torabi Farsani, 2011, “The Effects of
Brand Image and Perceived Public Relation on Customer Loyalty”,
World Applied Sciences Journal Vol.13 No. 2
Schools, Renata, 2009, “Health Care Public Relations and Strategic
Communication”, Jurnal dipresentasikan pada Annual Meeting of The
NCA 94th Annual Convention, TBA, San Diego, CA, 20 November
Sumber lain:
Trimargawati, Nur Endang, 2008, “Penerapan Hak Cipta Seni Batik Pekalongan
Sebagai Komoditas Internasional”, Tesis, Universitas Diponegoro
Buku profil Kota Pekalongan Kota Batik 2010-2015
Buku pedoman pembangunan Kota Pekalongan 2010-2015
Langkah Cerdas Pembuatan Branding dan Land Mark Kota Batik, Warta Kota
Batik edisi XXV/2011
PNS Wajib Kenakan Pin Branding, Warta Kota Batik edisi XXV/2011
Ramaikan Hari Batik, 150 Becak Dihias, Radar Pekalongan edisi Sabtu, 1
Oktober 2011
Trias Purwadi, Museum, Pasar Grosir dan Kampoeng Batik, Suara Merdeka, 1
September 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
Batik Pekalongan Diminati di Kuala Lumpur, Juga di Belahan Dunia Lainnya,
Maya Soetoro Ingin Berkunjung?, diakses dari
http://ekonomi.kompasiana.com/bisnis/2011/03/25/ [5/9/2011]
Hertanto, Luhur, UNESCO Akui Batik Indonesia, diakses dari
www.detiknews.com, [ 20/7/2011]
Beda Motif Batik Beda Maknanya, diakses dari
http://female.kompas.com/read/2011/09/28/0850206 [25/11/2011]
www.pekalongankota.go.id [4/9/2011]
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
LAMPIRAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 2
Pedoman Wawancara Dengan Humas Pemkot
1. Data informan
a. Nama informan :
b. Jabatan informan :
2. Kegiatan komunikasi apa saja yang sudah dilakukan pemkot pekalongan
dalam memperkuat citra kota pekalongan?
3. Apa ada perbedaan saat sebelum pengakuan UNESCO terhadap batik dan
setelah pengakuan?
4. Festival Batik Pekalongan itu apa?
5. Sasaran atau pesan apa yang ingin disampaikan pemkot pekalongan dalam
mengadakan festival batik tersebut?
6. Sejak kapan festival diselenggarakan? (berapa kali dan kapan saja)
7. Apakah Pekan Batik Internasional itu?
8. Sasaran atau pesan apa yang ingin disampaikan pemkot pekalongan dengan
mengadakan Pekan Batik Internasional?
9. Sejak kapan Pekan Batik Internasional diselenggarakan?
10. Apa perbedaan Festival batik dengan Pekan Batik Internasional?
11. Bagaimana hubungan pemkot dengan UNESCO, apakah ada kerjasama yang
dijalin?
12. Mengenai film batik yang dibuat pemkot dan UNESCO, apa tujuannya?
13. apa yang mendasari branding Pekalongan World’s City of Batik?
14. Apa makna dari branding tersebut?
15. Kegiatan apa saja yang dilakukan untuk mendukung perubahan branding
tersebut?
16. Mengenai becak batik, apa makna becak batik bagi kota pekalongan?
17. Bagaimana tanggapan masyarakat terhadap becak tersebut?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18. Citra kota pekalongan sebagai kota batik seperti apa yang diharapkan pemkot
selama ini?
19. Apakah selama ini kegiatan-kegiatan yang dilakukan sudah mendapat respon
baik dari masyarakat dan menghasilkan citra yang baik dimata masyarakat?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 3
Pedoman Wawancara Masyarakat Umum
1. Data informan:
a. Nama :
b. Usia :
c. Pekerjaan :
d. Alamat :
2. Apakah sebutan bagi Kota Pekalongan?
3. Apakah Pekalongan pantas mendapat julukan sebagai kota batik?
Mengapa?
4. Apakah anda mengetahui kegiatan pemerintah yang berhubungan dengan
batik (untuk memperkuat citra kota)?
5. Bisakah anda sebutkan ikon-ikon batik di Pekalongan?
6. Apakah anda mengetahi hari batik nasional?
7. Apa yang anda ketahui tentang perayaan hari batik di pekalongan?
8. Apakah anda mengetahui batik sudah diakui UNESCO sebagai warisan
asli Indonesia?
9. Apa yang anda ketahui tentang Pekan Batik Nusantara? Bagaimana
tanggapan anda?
10. Apa yang anda ketahui tentang Pekan Batik Internasional? Bagaimana
tanggapan anda?
11. Apa yang anda ketahui tentang becak batik? Bagaimana tanggapan anda?
12. Apa yang anda ketahui tentang branding kota, Pekalongan World’s City of
Batik? Bagaimana tanggapan anda tentang branding baru ini?
13. Apakah kegiatan-kegiatan pemerintah dalam memperkuat citra sebagai
kota batik sudah cukup?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 3
Wawancara Humas dan Pemkot Pekalongan
Wawancara Staf Humas dan Protokol Selasa, 22 November 2011
Nama Informan : Dimas Arga Yudha
Waktu : 22 November 2011
Lokasi : Ruang Tamu Humas dan Protokol
Obs : Kegiatan komunikasi apa saja yang dilakukan pemkot pekalongan dalam memperkuat citra kota pekalongan sebagai kota batik?
I : Sebelum menjawab pertanyaan tersebut saya akan menjelaskan tentang gambaran umum humas dan protokol terlebih dahulu. Dalam struktur kerja kami di pemkot ada 3 subbagian, Humas diatas kami langsung adalah ajudan ekonomi dan pembangunan, atasnya lagi adalah sekretaris daerah. Jadi humas bekerja dibawah kesekretariatan. Dan dalam humas sendiri struktur kerjanya terbagi dalam 3 subbagian: 1) protokol, 2) publikasi dan dokumentasi, 3) pemberitaan dan kemitraan media. Dalam bidang itu kami bekerja sesuai dengan porsi dan tugas masing-masing.
Dimana pencitraan itu lebih sering dilakukan oleh bag. Publikasi dan dokumentasi, juga pemberitaan dan kemitraan media.dimana pencitraan yang maksud adalah pola komunikasi dengan media yang kami punyai. Jadi di Humas pemkot mempunyai beberapa media, yang pertama adalah radio kota batik, warta kota batik, website meskipun pengelolanya adalah kominfo tetapi konten dan muatan beritanya semua berasal dari kami. Disitu pencitraan dilakukan dengan media tersebut.itu usaha pencitraan yang kami lakukan, se;lain itu kami juga punya media luar ruang, yang biasa kami gunakan untuk mengkomunikasikan kegiatan-kegiatan yang berhungan dengan pencitraan kota batik itu sendiri. Selain itu juga untuk mensosialisasikan program-program kebijakan pemerintah kota, tetapi tidak memungkinkan juga digunakan sebagai media pencitraan. Selain itu pemkot juga memiliki ikon-ikon yang digunakan untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengkomunikasikan tentang kota batik. Simbol-simbol itu sebagai wujud usaha pemerintah kota berkaitan dengan pencitraan kota batik itu tadi.
Itu semua adalah usaha pencitraan yang menggunakan media langsung, selain itu kami juga menjalin kemitraan dengan media-media cetak, elektronik dan media popular lainnya melalui pemberitaan tentang kota pekalongan. Dimana di dalam pemberitaan tersebut selalu berusaha menyisipkan program-program yang sedang dilakukan oleh pemkot supaya khalayak dapat mengetahui.
Jadi itulah yang dilakukan humas pemkot pekalongan dalam menguatkan citra kota pekalongan sebagai kota batik. Kalau secara umum sebenarnya tidak hanya itu sajakan, terbukti dengan adanya museum batik pekalongan itu jga menjadi salah satu cara memperkuat citra bahwa batik itu asli dari pekalongan. Namun untuk detail yang satu itu nani bias ditanyakan ke museum atau dinas pariwisata.
Obs : Jadi sebenarnya peran humas dalam memperkuat citra itu sebagai apa?
I : Humas disini bekerja lebih sebagai medianya pemkot dalam mencapai citra kota pekalongan sebagai kota batik, tetapi kami tidak bekerja sendiri, tetapi juga ada pihak-pihak lain yang juga terlibat seperti museum batik, dan dinas pariwisata.
Obs : Tadi mas dimas menyebut media luar ruang, media luar ruang apa yang digunakan pemkot untuk memperkuat citra kota batik?
I : Pemkot memiliki baliho-baliho yang biasa digunakan untuk mensosialisakan segala program-program pemkot tidak terkecuali yang berhunguan dengan pencitraan kota batik. Selain itu adanay ikon batik juga merupakan media luar ruang yang dapat mencitrakan pekalongan kota batik
Obs : Ikon yang mana ya mas?
I : Itu lho, ikon batik, monument batik yang berupa huruf-huruf raksasa membentuk kata batik yang berada di depan museum batik. Itu kan juga sebagai media untuk menkomunikasikan bahwa pekalongan adalah kota batik selain menggunakan media cetak, radio dan lainya.
Obs : Lalu mas untuk mengkomunikasikan selain melalui tadi media cetak, dan baliho, tadi pemkot kan punya radio ya. Apakah dalam radio itu ada program yang digunakan pemkot untuk mempekuat citra kota batik?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I : Jelas kalau dari program selalu ada. Seperti talk show, atau pemberitaan tentang event atau kebijakan yang berhubungan dengan batik kami juga menggunakan radio itu sebagai sarana pencitraan kota batik sendiri. Tapi selain itu dari namanya juga sudah mencitrakan pekalongan kota batik kan. Karena namanya radionya adalah Radio Kota Batik. Dari nama itukan bagian dari mempopulerkan branding kota ini kan. Itu kan sebagai strategi komunikasi meskipun secara muatan tidak melulu kita berbicara tentang batik saja. Tetapi secara ikonik secara simbol nama sudah merupakan pencitraan. Pencitraan tidak selalu pembicaraanya, seingat saya pncitraan itu adalah bagaimana ikon sebuah kota itu bias menancap di benak masyarakatnya. Jadikan lebih seperti itu.
Obs : Lalu kegiatan Humas dalam pencitraan ini yang berinteraksi langsung dengan masyarakat itu apa?
I : Kegiatan yang dilakukan yang kaitannya dengan masyarakat jelas ada, misal pemberdayaan masyarakat terkait batik. Dimana biasanya humas bekerjasama dengan bappeda, Melakukan pendampingan melalui PNPM. Dan itu tidak menutup kemungkinan penadampingan terhadap masyarakat yang dilakukan mengangkut industri itu sendiri, selain juga ada program-program khusus. Memang program-program penadampingan yang dilakukan lebih banyak mengenai sosial kemasyarakatan, tetapi tidak mustahil kita menyisipkan program-program kita yang berhubungan tentang batik sendiri mengingat sebagian besar mata pencaharian masyarakat disini adalah batik. Seperti missal tentang pengeloloaan limbah batik, pemanfaatan pewarna alami, dan juga jambore batik, kan pernah ada di pekalongan, selain festival batik yang kita lakukan.
Sekarang kita ngomongin tentang kegiatan, jadi kegiatan rutin yang dilakukan setiap tahunnya yang menyangkut tentang batik itu sendiri yang pertama kita ada Festival Batik Nusantara, itu dua tahun sekali dan dilakukan pada saat hari batik itu. Senjutmya juga ada Festival Batik Internasional, tiap dua tahun sekali juga, jadi pelaksanaanya selang-seling antara festival batik nusantara dan festival batik internasional. Dan penamaan bias pecan bias festival, tergantung tema acara tetapi secara esensi dan acara semuanya sama. Jadi pergantian kontinutinya seperti itu tadi. Jadi kalau tahun ini internasioanal, tahun besok nusantara, begitu seterusnya.
Dimana kalau festival batik nusantara biasanya kita lebih cenderung bekerjasama dengan pengusaha lokal. Kalau internasional karena
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
lingkupnya internasional kita lebih banyak melibatkan dari daerah-daerah lain.
Obs : Lalu festival itu dikemas seperti apa? Acaranya apa saja?
I : Festival itu biasanya yang kami lakuakan diisi dengan pameran stand, kemudian juga ada seperti model festival-festival yang biasa di gelar di Jetayu itu kan, ada stand, kuliner, dan beberapa pertunjukkan yang mendukung pelestarian budaya kita khususnya batik. Hanya festival batik internasional yang kemarin bertepatan dengan hari batik nasional kemarin sekaligus pengukuhan meskipun sebenarnya sudah dikukuhkan oleh UNESCO tetapi paling tidak kita juga perlu menegaskan kepada masyarakat nasionalk maupun internasional bahwa batik itu sendiri sebagai warisan budaya tak benda asli Indonesia.
Obs : Dengan pencitraan-pencitraan itu tadi, apakah hasil yang di dapoat dari pemkot pekalongan. Bagaimana citra yang ditangkap oleh masyarakat?
I : Kalau yang dinilai dari masyarakat, kami menilainya dari indikatornya adalah bahwa peningkatan penjualan produk mau tidak mau berdampak tidak langsung pada ekonomi, perkembangan dari tahun ke tahun walau kami tidak punya data pastinya. Silakan nanti dicek damapaknya jelas ada peningkatan penjualan dari tahun ke tahun, terbukti permintaan pasar terkait produk batik itu sendiri. Karena sebenarnya efek dari pencitraan adalah yang berdampak lebih besar adalah terdorongnya persoalan ekonomi masyarakat, itu tujuan utamanya meskipun bahasa iklan ataupun kehumasan tidak menyebutkan itu ada hubungannya langsung tetapi sebenarnya muaranya adalah kan itu.
Itu yang dampak yang bias dilihat dari masyarakat local dalam arti pekalongan, kalau masyarakat dari luar daerah bias dilihat dari sector pariwisata, bahwa kunjungan ke objek wisata seperti museum batik, kampunng batik, dan pusat perbelanjaan batik meningkat. Jadi dari pencitraan ini dampak yang didapat oleh pekalongan selainkota pekalongan dikenal oleh masyarakat luas sebagi kota batik, selain itu juga peningkatan sektor ekonomi dari penjualan dan wisata. Dampak lainnya adalah, meskipun di jogja ada batik, di solo juga ada batik, di Cirebon ada batik, tetapi masyarakat Indonesia mengenal bahwa kota batik itu ya pekalongan.
Obs : Sebagai orang pekalongan pasti semua tahu kalau kota batik itu pekalongan, tetapi jika kita mlihat solo atau jogja, disana nuansa kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
batik lebih terasa seperti eventny disana lebih terkenal dan lebih meriah, lalu bagaiman dengan pekalonga?
I : Oh iya, kalau event memang kota pekalongan tertinggal dengan dua daerah lain yaitu jopgja dan Surakarta diman mereka lebih dulu menyelenggarakan event tahunan seperti itu. Tetapi perlu diketahui bahwa dominasi produk yang dijual disana adalah produk dari pekalongan.coba dicekl saja di klewer dan pasar di jogja, pasti banyak produk batik pekalongan yang dijual. Karena apa, memang sebagian besar produsen batik ada di pekalongan dan kualitasnya sudah diakui bagus. Jadi untuk event kita memang terlambat, karena itu tidak dipungkiri bahwa itu terkait kesadaran masyarakat kota pekalongan, terutama juga pengusahanya yang lebih mengutamakan persoalan bisnis daripada mempertimbnagkan promosi yang berdampak seolah-olah tidak langsung. Dan itu yang menjadi tanggung jawab kami untuk mengkomunikasikan ini kepada pengusaha dan pengrajin2 batik yang ada di pekalongan.
Obs : Sebagai wujud pencitraan juga, branding kota peklaongan saat ini?
I : Oh dengan branding..
Obs : Kapan branding itu mulai dicanangkan, dan apa yang melandasi branding kota pekalongan tersebut?
I : Sebenarnya branding Worlds City of Batik itu kan sejak diakuinya pekalongan oleh UNESCO sebagai kota yang mewariskan nilai-nilai budaya batik.
Mengenai branding ini tidak humas sendiri yang mmbuat, tetapi bekerjasama dengan banyak pihak. Waktu itu pemerintah kota pekalongan bekerjasama dengan konsultan ITB untuk membranding kota pekalongan sebagai worlds city of batik. Sebenarnya Worlds City of Batik itu kan merujuk kpd pengakuan UNESCO kemudian menegaskan kota pekalongan sebagai kota batik. Jadi yang anda pertanyakan terkait symbol dan pemaknaanya kan..
Obs : Iya, dan apa buntut dari branding itu?
I : Jadi gini, kenapa akhirnya dibuat branding pekalongan worlds city of batik, yaitu satu jelas untuk mempertahankan bahwa batik memang asli dari sini, dan yang dikenal oleh masyarakat dunia tentang batik adalah kota pekalongan jadi mau tidak mau kita harus punya ikon untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
mengingatkan dunia. Fungsi dari branding atau symbol kan itu, untuk menanmkan pada benak masyarakat. Kalau hanya skedar dipatenkan, yang mengtahui kan hanya pihak-pihak yang mengurusi, tetapi jika ada symbol atau branding ini dan itu bersifat universal pasti akan dikenal luas. Jadi gong dari munculnya branding itu ya itu tadi. Dengan ide itu, akhirnya pemkot pekalongan dan konsultan dari ITB bandung memunculkan branding dengan tulisan pekalongan yang ditulis secara latin dan symbol bunga yang mengisyaratkan tentang batik dengan warna yang natural, jadi itu..
Obs : Lalu kegiatan yang mendukung branding itu?
I : Oh jadi gini, kalau pekalongan itu urutannya malah terbalik, keberadaan branding itu justru memperkuat bukan sebagai awal dari kegiatan-kegiatan seperti event-event yang memperkuat branding bukan. Keberadaan branding di pekalongan justru sebagai penegasan. Memang dimana-mana muncul ikon atau branding dulu baru memikirkan kegiatan apa saja yang akan mendukaung. Tetapai dipekalongan terbalik, karena memang kultur yang sudah terbentuk seperti itu, pekalongan kota batik, Karen adari dulu sudah seperti itu. Jadi bagi masyrakat pekalongan dg ada atau tidak adanya branding tidak begitu berdampak. Cuman dengan branding itu sebagai penegasan kondisi kota pekalongan sebagai kota batik. Ini lho pekalongan kota batik, kepada masyarakat di luar pekalongan bahkan dunia. Jadi kegiatan-kegiatan seperti pengecatan becak mjd becak batik dan festival-festival itu menjadi lebih kuat dengan adanya branding kota pekalonga sebagai kota batik dunia.
Tentang becak batik sebenarnya sudah dirintis sejak beberapa tahun yang lalu, Cuma jumlahnya yang belum banyak. Dan kemarin bertepatan dengan hari batik jumalhnya ditambah untuk semakin menguatkan pekalongan sebagai kota batik dan sebagai worlds city of batik. jadi sebenarnya sebelum ada branding, itu sudah ada. Karena tanpa branding pun kota pekalongan kan sudah dikenal sebagai kota batik. karena dari logo dan slogan pun sudah menunjukkan. Dimana slogan kota pekalongan dari dulu adalah kota batik yg artinya bersih, aman, tertib, indah, komunikatif. Cuma sekarang dengan branding sasarannya jauh lebih luas lebih internasional. Dimana itu juga mendukung program kementerian pariwisata terkait himbauan untuk setiap daerah membuat branding dalam rangka menyukseskan visit Indonesia.
Obs : Lalu kegiatan dalam waktu dekat ini apa pak?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I : Kalau dalam waktu dekat ini event belum ada, yg paling dekat itu nanti april HUT kot apekalongan. Jadi dalam perayaan HUT pekalongan selain upacara ceremonial juga akan diadakan kegiatan yang hubungannya dengan pencitraan dan branding semacam festival kebudayaan.
yang pasti kegiatan- kegiatan yang dilakuka tidak lepas dari pencitraan kota pekalongan sebagia kota batik, juga tidak melupakan upaya-upaya yang kaitannya untuk penambahan perekonomian kota pekalongan. Jadi sudah seharusnya kegiatan- kegiatan yang dilakukan pemkot Pekalongan tidak sekedar pencitraan saja tetapi juga berdampak pada perekonomian dan masyarakat.
Obs : Kalau masalah batik TV, apa hubungan dengan pencitran kota batik?
I : Nah kalau ini pertanyaannya saya pas, karena saya yang ngurusin ini. Jadi itu rencana, karena batik TV iutu masi merupakan rencana sebagai bagian dari pencitraan dan pola komunikasi yang kita lakukan kepada masyarakat terkait tentang apa saja sih yang sedang dialkukan oleh pemerintah, apa saja sih yg bias dibagikan kepada masyarakat terkait tentang informasi-informasi yg penting dan bermanfaat. Mungkin media-media yang kita punya sudah cukup, tapi menurut kami msih ada yang kurang. Dimana sebenarnya batik TV itudibuat sebagi salah satu upaya untuk embendung arus globalisasi bukan untuk berkompetisi. Dimana kami berusaha mengimbangi program-program dari TV yang sudah ada dengan menyajikan tontonan yg lbh mengedukasi kepada masyarakat, dan bermanfaat kepada masyarakat. Dimana jelas Batik TV secara kedekatan lebih dekat dengan masyarakat, informasi-informasi yang disajikan jauh lebih penting dari yang selama ini kita lihat dan dengar. Keberadaan Batik TV nantiknya untuk menawarkan alternatif pilihan tayangan TV, karena Batik TV akan mempertahankan kebudayaan local…(menjelaskan ttg Batik TV)
Obs : Apakah batik TV nantinya akan ada dibawah Humas?
I : Ya, batik TV langsung dibawah penanganan subbag Pemberitaan dan Kemitraan media. Jadi akan menjadi media baru selain Radio yang sudah lebih dulu ada.
(menjelaskan tahapan penciptaan batik TV)
Jadi Batik TV adalah sebagai sarana pencitraan dan penyampaian informasi kepada masyarakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Obs : Masalah pembuatan film tentang batik pekalongan yang bekerjasama dengan UNESCO?
I : Iya, itu setelah pengakuan batik oleh UNESCO memang dibuat film dokumenter tentang batik pekalongan. Penggagasnya adalah warga kehormatan pekalongan yang juga anggota UNESCO, gaura itu. Dan film itu sebagi sarana untuk memperkenalkan kota pekalongan sebagai kota batik. tetapi film itu belum sampai ke pemkot, tapi kita juga punya film tentang batik sendiri yang di produksi oleh Batik TV.
Obs : Lalu perihal kedatang UNESCO kemarin ke pekalongan?
I : Maaf saya tidak ikut acara itu, tapi secara garis besar selain benar-benar mengukuhkan bahwa batik itu milik pekalongan, dan itu harus dibawa. Jadi salah satu program UNESCO adalah memberikan penghargaan kepada Negara, wilaya, daerah atau kota yang mempertahankan nilai-nilai budaya tanpa mengurangi atau menambahi dari keaslian budaya tersebut. dan dalam penilaian tersebut terus diadakan evaluasi apakah terus dijalankan atau tidak, dan ternyata hasil penialainya kota pekalongab sudah melakukan itu bahkan sebelum program UNESCO ada ternyata pekalongan sudah melakukan itu. Justru program yg pemkot lakukan ternyata melebihi apa yang diprogramkan UNESCO terkait pengakuan batik itu.
Jadi pencitraan it uterus kita lakuakan tidak sebatas dengan kegiatan-kegiatan yang sebatas kegiatan yang ,elibatkan banyak publik. Tetapai pertemuan kemrn dengan UNESCO juga sebagai upaya pencitraan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wawancara Ka.Bag. Humas dan Protokol Pemkot Pekalongan
Nama Informan : Supriyadi, SH,
Waktu : 28 November 2011 pukul 10.00 WIB
Lokasi : Ruang tamu KaBag. Humas dan Protokol
Obs : Apa peran kota pekalongan dalam pengakuan batik oleh UNESCO, dan apa pula yg melatar belakangi UNESCO memilih pekalongan sbg pusat batik?
I : Jadi kedatangan UNESCO kemarin ke Pekalongan adalah terkait dengan bestpractises, tapi sebelum saya berbicara tentang best practises perlu diketahui bahwa UNESCO yang memiliki tugas Salah satunya adalah bagaimana untuk bisa, kalau dalam bahasa jawanya yaitu nguri-nguri kebudayaan yg dimiliki dunia. Saat ini salah satunya adalah masalah batik. Batik saat ini sudah diakui UNESCO sebagai intengible heritage atau budaya tak benda. Dan meskipun di Indonesia yang terkenal dengan batik tidak hanya Pekalongan , ada Solo, dan Yogyakarta, tetapi pada kenyataannya yang paling akif adalah Pekalongan untuk megikuti rapat2 dalam rangka mendapat pengakuan batik dari UNESCO. Walikota Pekalongan sendiri mengikuti rapat sampai 34 kali ,itu artinya peran yang sangat signifikan. Disamping itu kan produksi batik terbesar di Indonesia sampai 70% adalah pasokan dari pekalongan, bahkan untuk kelas dunia dari 70% pasokan batiknya itu 24% nya untuk dunia juga batik dari pekalongan. Itu yang membuktikan tidak hanya faktor budaya saja, tetapi terdapat faktor ekonomis didalam batik.
Selebihnya untuk menjaga agar tidak ada putusnya dari generasi ke generasi ada yang namanya best practises. Museum batik pekalongan ditunjuk sebagai best practises oleh UNESCO. Jadi nanti UNESCO akan mengakui dan kalau ada pihak-pihak yang mau belajar batik, dari manapun mereka berasal, oleh UNESCO akan diarahkan untuk datang ke kota Pekalongan. Bukti bahwa secara Implementasi UNESCO sudah mengakui Pekalongan sebagai pusat batik, UNESCO juga meminta dibuatkan film tentang batik. Dan film itu sekarang sudah jadi, dan akan dibawa kemanapun UNESCO pergi dan akan diperlihatkan keseluruh negara yang dikunjungi UNESCO. Film ini sebagai contoh ini lho proses budaya asli suatu daerah dapat dipertahankan secara berkesinambungan dengan cara masal. Nantinya film akan akan disebarkan ke 29 negara yg rencananya akan dikunjungi UNESCO, dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
film itu adalah film produksi UNESCO yang seluruh proses pembuatannya dan lokasinya diambil di pekalongan.
Obs : Lalu konten filmnya berisi tentang apa saja?
I : Tentu saja tentang batik, termasuk batik dilihat dari budaya. Seperti yang kita ketahui bahwabatik itu sudah digunakan dari orang lahir sampai meninggal, bahwa masing-masing terdapat filosofi tersendiri yang dimiliki. Kemudian langkah2 membuat batik, jadi lebih cenderung ke budayalah. Dan Pekalongan itu kota yang terbuka, sehingga pengaruh dari bati dr bebagai daerahbahkan darimancanegara luar itu mudah masuk . Beda dg daerah lain yg mmiliki pakem sendiri, beda dg pekalongan yg oengaruh dari jepang ada, dari cina ada, dari arab juga, solo juga ada, dan jogjapun masuk. Yang paling penting kita lebih colorful, dan batik pekalongan lebih brightnes, lebih berani dalam warna.
Obs : Setelah adanya pengakuan dari UNESCO tsbt, langkah apa saja yang dialakukan pemerintah kota Pekalongan untuk mempertahankan citra kota Pekalongan sebagai kota batik
I : Langkah yang sudah tentu kita lakukan adalah perjuangan yang sangat berat.bgmn perjuangan kita untk mdpt pengakuan itu sgt berat. Perjuangan berat itu terbukti dengan walikota yg mengikuti rapat hingga lebih dari 30 kali. Tetapi tidak sebatas itu, itu hanya sebagian kecil, tetapi bagaimana pemerintah kota pekalongan dapat mengajak seluruh masyarakat untuk bersama-sama mengangkat batik. Itu yang paling sulit, dimana bisa mengajak semua komponen masyarakat untuk sama-sama berjuang. Langkah selanjutnya adalah kita tidak akan merasa puas, yang paling utama kita harus terus memajukan budaya batik ini sebagai contoh sedang menggalakkan green produk, dimana produksi batik itu harus berbahan alami.
Selama ini yg menjadi isu adalah limbah batik yang mencemari lingkungan. Nah sebagai kesenian tentunya batik harus green tidak boleh mencemari lingkungan, itu yg selalu diperjuangkan pemerintah kota pekalongan untuk mengajak semua komponen sama-sama memahami masalah ini. Yang paling penting harus dapat membedakan terlebih dahulu mana yang batik asli mana yang batik printing. selama ini sebenarnya yang mengotori lingkungan dan menghasilkan limbah adalah batik printing, dimana lebih banyak menggunakan bahan kimia. Yang sedang digalakkan sekarang adalah bagaimana mensosialosasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
agar proses pewarnaan batik dipekalongan menggunakan bahan alami yang tidak mencemari lingkungan.
Wawancara kedua dengan informan Bapak Supriyadi
Waktu : 7 Desember 2011 pukul 7.30 WIB
Lokasi : ruang tamu Kagab Humas dan protokol
Obs : Pkl dikenal sebagai kota batik, untuk memperkuat citra sebagai kota batik, apa saja kegiatan komunikasi yang dilakukan pemkot pkl?
Seblum emnjawab kegiatan apa saja, sebelumnya pemkot pekalongan sudah berani membrand dirinya dengan world city of batik. Jika selama ini pekalongan hanya sebagi produsen batik, sebagai penjual, sekarag pekalongan sudah memplokamirkan sebagai kota batik internasional.
Kegiatan komunikasinya:
1. Setiap tahun ganjil pemkot mengadakan pekan batik internasional
2. Setiap tahun genap pemkot ,mengadakan pekan batik nusantara
3. Dan menjalin kersama dengan museum …di belanda untuk mjd pusat refensi segala ttg batik.
Oba : Citra sebagai kota batik yang bagaimana?
I : Seperti yg dimandatkan oleh UNESCO krn pkl mendapat penghargaan dari UNESCO sebagai kota batik. Batik itu kan kental dengan unsure budaya, spt filosofi batik yang sarat akan budaya maka pekalongan ingin mempertahankan batik sebagai budaya asli pekalongan. Selain itu juga selama ini masyarakat melihat jika sungai kota pekalongan keruh, berwarna karena limbah batik, maka dianggap bahwa perekonomian pkl sedang maju karena usaha batiknya lancar, nah skg ingin ditekankan bahwa bahwa sungainya jernih, ikannya hidup tetapi ekonominya jg stabil. Apalagi juga sekarang sedang digalakkan green produk, dimana batik menggunakan bahan alami tidak bahan kimia sehingga tidak menimbulkan limbah.
Selain itu dari sector ekonomi dan wisata juga pekalongan tetap ingin dikenal sebagai pusat batik yang berkualitas, jaminan mutu, tetapi harga terjagkau. Dan pwkalongan juga sebagai pusat wisata batik dengan adanya kampong batik dan museum batik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Obs : Bagaimana mengkomuikasikan semua program itu ke masyarakat? Sepeti branding, dan kegiatan2 yang tadi disebutkan?
I : Pekalongan itu memiliki kampong batik: pesindon dan kauman. Dan mereka inilah yang bertugas menjadi agen. Karena setiap ada undangan entah itu pameran atau pertemuan ke luar daerah missal di Jakarta, biasanya langsung mengundang mereka para pengusaha atau pengrajin batik. Jadi mereka secara tidak langsung yang mengkomuikasikan kepada masyarakat luas sehingga banyak orang dari luar datang kesini.
Obs : Lalu bagaimana dengan masyarakat pekalongan sendiri? Bagaimana mereka mengetahui info tersebut seperti branding misalnya? Karena tidak semua kan bekerja dibidang batik?
I : Sebelum melauncing branding pekalongan world’s city of batik, pemkot membutuhkan waktu yang panjang untuk menciptakan ini. Sebelum launching pemkot sudah mengumpulkan seluruh stakeholder termasuk masyarakat untuk mensosialisasikan branding world’s city of batik ini. Jadi kami yakin bahwa saat branding dilaunching semua masyarakat sudah mengetahui.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wawancara Staf Kebudayaan Dinas Pariwisata Kota Pekalongan
Nama Informan : Trigandi Imamuddin
Waktu : 22 November 2011
(via email trigandi.imamuddin@yahoo.com)
Obs : apa perbedaan pekan batik internasional dan pekan batik nusantara?
I : Pekan Batik adalah salah satu kegiatan hasil kerja sama antara
Kementerian Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi dengan
Pemerintah Kota Pekalongan serta KADIN dalam rangka
memperkenalkan dan mempromosikan batik sebagai produk unggulan
nasional.
Pekan Batik International diselenggarakan pada tahun ganjil dimulai
sejak tahun 2007. Pekan Batik International memberikan ruang
partisipasi peserta pameran dari negara-negara lain, serta lingkup
kegiatannya berskala international.
Pekan Batik Nusantara diselenggarakan pada tahun genap dimulai sejak
tahun 2008. Pekan Batik Nusantara memberikan ruang partisipasi
peserta pameran dari berbagai daerah di tanah air saja serta lingkup
kegiatannya berskala nasional.
Obs : Mulai kapan pekan batik digelar di kota pekalongan? dan sudah
berapa kali?
I : Pekan Batik International : 2007, 2009, 2011
Pekan Batik Nusantara : 2008, 2010
Obs : terkait pencitraan kota pekalongan sebagai kota batik apakah
program pengecatan becak batik juga termasuk usaha dinas
pariwisata dalam memperkuat citra kota pekalongan sebagai kota
batik?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I : Betul. pembangunan pariwisata dititikberatkan pada pemberdayaan dan
partisipasi masyarakat sehingga terciptalah kemitraan yang harmonis
antara Pemerintah dan masyarakat selaku pelaku pariwisata.
Pengecatan Becak batik dimaksudkan untuk lebih memperkuat
pencitraan Kota Pekalongan sebagai Kota Batik karena selain fisik, juga
ada kegiatan non fisik yaitu disertai dengan adanya pembinaan agar
para pelaku pariwisata paham dan siap menyambut kedatangan
wisatawan. perkuatan citra Kota Batik dapat kita temui pada sarana
Transportasi (Becak dan Kereta), sarana akomodasi (Hotel), MICE,
Rumah Makan, Tempat Rekreasi, gapura perkampungan, sekolah dll.
Obs : Sejak pengakuan UNESCO terhadap batik dan batik pekalongan,
bagaimana perkembangan pariwisata di pekalongan?
I : sejak adanya pengakuan dari UNESCO terhadap Batik, maka pariwisata
di Kota Pekalongan mengalami perkembangan yang cukup signifikan.
Indikator perkembangan tersebut dapat dilihat pada:
a. kenaikan jumlah wisatawan dan pendapatan daerah dari retribusi
maupun pajak di bidang pariwisata.
b. meningkatnya usaha kuliner dan akomodasi. pada tahun 2011 ini di
Kota Pekalongan sedang dibangun 4 hotel, 2 hotel melati dan 2 hotel
Bintang 3 dan Bintang 4.
c. meningkatnya peran serta dan apresiasi masyarakat pada bidang
pariwisata, seni dan budaya. munculnya Kelompok Sadar Wisata
(Pokdarwis) yang kemudian berprestasi di tingkat Jawa tengah.
d. adanya event-event berskala nasional dan international di Kota
Pekalongan (Pekan Batik Internasional dan Pekan Batik Nusantara)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 5
Wawancara masyarakat umum Pekalongan
Nama Informan : Ela Mardiati
Pekerjaan informan : Ibu Rumah Tangga
Lokasi : Rumah Informan, Kraton Lor
Waktu : 29 November 2011 pukul 09.00 WIB
Obs : Apa julukan kota pekalongan?
I : Pekalongan kota batik
Obs : Kenapa pekalongan disebut kota batik?
I : Karena sebagian besar masyarakat pekalongan mempunyai usaha di bidang batik, dan setau saya karena asal batik dari pekalongan. Dan di pekalongan itu bisa dikatakan pekalongan itu sentra batik jadi pantas saja kalau Pekalongan dijuluki kota batik
Obs : Pernah dengar batik diakui UNESCO tidak?
I : ndak, apa sih yang di akui lurik ya? Wah saya ndak pernah mendengar
Obs : Tau festifal batik pekalongan? Seperti apasih acaranya?
I : Iya tau, meskipun tidak mernah berpaertisipasi dalam aacara tersebut tapi setau saya yang saya dengar dari temen-temen dan saudara isinya hanya pameran-pameran batik, disitu dipamerkan dari proses pembuatan hingga jadi dan distribusi, disana juga ada stand-stand penjual batik dari seluruh peklongan.
Obs : Kalau festival batik internasional pernah mendengar tidak?
I : Apa sih, setau saya festival selalu diikuti orang peklaongan, tetapi kalau banyak turis asing yang berkunjung dan mempelajari batik saya pernah mendengar.
Obs : Selama ini info adanya event-event festival itu datang dari mana?
I : Ya paling dari iklan-iklan yang dipasang pemkot seperti dengan baliho di pinggir jalan. Selain itu dari media seperti Koran lokal, radio mungkin iya, tetapi saya tidak pernah mendengarkan radio jadi saya tidak tau pasti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Obs : Evektif tidak pemberitahuan seperti itu?
I : Menurut saya evektif, buktinya setiap ada event pasti rame, dan bikin macet jalan disekitar event.
Obs : Tahu tidak kapan hari batik?
I : Kalau tidak salah belum lama ini, blannya saya lupa, September atau oktober kemarin.
Obs : Bagaimana perayaan hari batik di pekalongan?
I : Sangat meriah, persiapannya juga sangat terlihat jauh-jauh hari sebelum acara berlangsung. Iklan-iklan sudah banyak dipasang, selain itu kampong batik dan toko-toko batik seolah berlomba berpartisipasi dalam hari batik. Apalagi kemari pas hari batik peklaongan dikunjungi ibu Negara, wah itu sangat meriah sekali. Dan sekan-akan batik menjadi sorotan utama di masyarakat pekalongan.
Obs : Anda pernah mendengar tentang pekalongan world city of batik?branding pekalongan yg baru?
I : Saya tidak tahu.
Obs : Pernah mendengar tentang becak batik tidak?
I : Becak yg kanan kirinya dicat dengan motif batik ya, iya saya pernah melihat.
Obs : Apa tanggapan anda tentang becak batik tersebut?
I : Itu inovasi yg bagus ya, jadi batik di peklaongan tidak hanya dikenal dengan pakaian atau kain saja, tetapi batik dapat benar-benar melekat pada koat pekalongan selain ada museum batik, transportasinya juga perlu memiliki ciri khas batik. Itu sangat bagus untuk promosi wisata kota pekalongan, biar orang semakin tahu bahwa pekalongan adalah kota batik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wawancara Masyarkat Umum Pekalongan
Nama Informan : Adinda Yuniar Saputri
Pekerjaan informan : Karyawati
Lokasi : Rumah Informan, Krapyak Lor, Gg. Lestari
Waktu : 29 November 2011 pukul 16.00 WIB
Obs : Apa julukan kota pekalongan?
I : Kota Batik
Obs : Kenapa pekalongan disebut kota batik?
I : Karena Kota Pekalongan adalah salah satu penghasil batik terbesar di Indonesia , dan mayoritas warganya sebagai perajin batik.
Obs : Pernah dengar batik diakui UNESCO tidak?
I : Iya tau, pengakuan tentang batik sebagai warisan asli Indonesia oleh UNESCO kan. Cuma tidak tau apa yang melandasi pengakuan itu, mungkin klaim malaysia itu juga melandasi.
Obs : Tau Pekan Batik Nusntara? Seperti apasih acaranya?
I : setau saya setiap tahun di pekalongan selalu diadakan pameran batik di lapangan jetayu. Kaya bulan kemarin itu yang diadakan di lapangan jetayu. Kalau acaranya ya pameran batik
Setiap tahun selalu ada pameran batik, bahkan sering sekali ada pameran batik. entah itu saat ulang tahun Pekalongan, entah pas hari batik, di jetayu itu pasti ada pameran batik. Banyak stand batik yang buka saat itu.
Obs : Kalau festival batik internasional pernah mendengar tidak?
I : acaranya diisi dengan pemeran batik dari pengusaha-pengusaha batik Pekalongan. Cuma tidak tahu helas itu nusantara atau internasional. Saya tidak pernah datang ke acara itu, isinya tiap tahun sama hanya pameran dan bazar batik saja.
Obs : Selama ini info adanya event-event festival itu datang dari mana?
I : biasanya saya lihat di spanduk-spanduk, nek ndak ya lihat langsung di jetayu pas kebetulan lewat.
Obs : Evektif tidak pemberitahuan seperti itu?
I : ya karena itu sudah rutin ya efektif, karena masyarakat jadi tahu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Obs : Tahu tidak kapan hari batik?
I : kalau tidak salah perttengahan juli ya? Saya luapa tapi yang jelas setiap hari batik harus pakai baju batik. di instansi-instansi wajib mengenakan baju batik pada hari batik.
Obs : Bagaimana perayaan hari batik di pekalongan?
I : ya itu pameran batik yang ada di jetayu. Pernah kapan itu ada semacam pawai kostum, tetapi sekarang tidak pernah lagi hanya pameran stan batik.
Obs : apakah anda mengetahui tentang branding baru Pekalongan?
I : bukannya kota batik?
Obs : Anda pernah mendengar tentang pekalongan world city of batik?
I : Oh kalau Pekalongan World’s City of Batik saya tau, itu bias saya lihat di pin yang biasa dipakai PNS kan. Memang itu branding ya? Bukan pekalongan itu kota batik. Selama ini saya hanya tau itu digunakan para PNS, tetapi tidak tau maksudnya, mungkin ingin kota pekalongan dikenal sebagai kota batik dunia.
Obs : Pernah mendengar tentang becak batik tidak?
I : hanya tahu sekarang banyak becak-becak yang dilukis batik. kemarin pas Bu Ani datang katanya dari stasiun mau naik becak itu.
Obs : Apa tanggapan anda tentang becak batik tersebut?
I : ya bagus, becak ini bisa menjadi sebuah ikon baru kota pekalongan sebagai kota batik. jadi bisa digunakan transportasi para wisatawan, karena yang saya lihat becak itu banyak dijumpai di sekitar museum batik.
Obs : Dari beberapa kegiatan pemerintah untuk memperkuat citra pekalongan sebagai kota batik, bagaimana tanggapan anda?
I : terus ditingkatkan, supaya batik pekalongan semajin dikenal dan dapat menambah pemasukanan bagi masyarakat kota pekalongan. Acara-acaranya juga sebaiknya dibikin lebih variasi tidak hanya pameran saja, acara yang pawai kostum itu juga sangat bagus jika diadakan lagi. Dan mengenai sosialisasi branding yang tadi mungkin lebih diinformasikan supaya masyarakat Kota Pekalongan tau.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wawancara Masyarkat Umum Pekalongan
Nama Informan : Larissa Anggestiasari
Pekerjaan Informan : Pemilik Fazil Batik
Lokasi : Rumah Informan, Kauman Gg. 5 No. 16
Waktu : 7 Desember 2011, Pukul 10.00 WIB
Obs : Apa yang anda ketahui tentang julukan kota Pekalongan?
I : Pekalongan kota batik
Obs : Mengapa pekalongan mendapat julukan tersebut?
I : Mungkin karena sebagian pendudukan pekalongan itu bekerja dibidang
batik. Baik dari segi produksi maupun penjual. Bahkan hamper 80%
apa ya, berkecimpung dalam industri batik. Jadi sudah sewajarnya lah
kalau kota pekalongan disebut kota batik..
Obs : Apakah anda mengetahui bahwa batik sudah diakui UNESCO sebagai
warisan budaya asli Indonesia?
I : Kalau masalah itu nggak begitu mudeng.
Obs : Apakah anda mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemkot
pekalongan dalam memperkuat citra pekalongan sebagai kota batik?
I : ada pameran batik.
Obs : Apakah anda mengetahui mengenai pekan batik nusantara maupun
internasional?
I : Yang pameran-pameran itu ya? Iya tahu, biasanya lebih dari satu hari
dan diramaikan oleh pameran stand batik dari pengrajin-pengrajin batik,
trus juga ada acara lain. Seperti yang kemarin ada kunjungan dari bu
ani. Malah kemarin yang menjadi salah satu kunjungan bu ani dan
rombongan adalah rumah orang tua saya (batik larissa). Disana bu ani
meresmikan kampung batik pesindon dan belanja di batik larissa. Selain
itu biasanya juga ada workshop tentang batik. Kalau yang kemarin itu
juga ada membatik seribu payung.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Obs : tau perbedaan Pekan Batik Nusantara dan Pekan Batik Internasional
tidak?
I : pendukung acaranya saja sih, kalau Nusantara biasanya peserta dan
pengisi acara itu nasional, kalau yang Internasional melibatkan luar
negeri.
Obs : Pernah terlibat di pekan batik tidak?
I : Iya pernah, tapi waktu itu saya Cuma bantuin stand punya orang tua
saja si, kalau buka stand sendiri blum pernah. Tapi ya sama saja kan..
Obs : Kapan hari batik nasional?
I : Kalau tidak salah 2 oktober ya..
Obs : Apa yang anda ketahui tentang perayaan hari batik di kota
pekalongan?
I : Perayaan hari batik di pekalongan biasanya digelar secara meriah, ya
dengan pecan batik itu tadi. Dan itu menurut saya pantas-pantas saja.
Karena kota sendiri dipantes-pantesin. tapi memang pantes, karena
pekalongan sendiri disbanding kota lain seperti jogja, solo, batik
pekalongan lebih banyak dan lebih bervariasi. Malh di jogja batik-batik
didatang dari peakloangan. Itu karena motif batik pekalongan lebih
bervariatif, warnanya juga lebih berani.
Obs : Sebagai pengrajin batik, pasar dari pekalongan dan luar pekalongan
perbandingannya lebih banyak man?
I : Wah kalau itu saya tidak pernah menghitung secara pasti. Tetapi yang
jelas dari dalam pekalongan sendiri banyak. Dan terus ada permintaan.
Kalau dari luar terbukti dari banyaknya bati pekalongan yang dikirim ke
luar kota seperti jogja berarti kan permintaan disana juga banyak. Selain
itu saya juga buka online permintaan dari luar juga banyak.
Obs : Apakah anda tahu branding pekalongan sebagai World’s City of Batik/
kotanya batik dunia?
I : Iya tau, tapi cuma ngerti ga mudeng. Pekalongan sebagai kota batik
dunia kan, tetapi gak tau benar-benar dikenal didunia apa tidak. Saya
tidak tahu jelas dasar pengakuan itu apa, entah karena pekalongan kota
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
batik, atau sebagian pengrajin batik ada di pekalongan, tetapi yang jelas
pengakuan itu pastilah sudah melewati banyak pertimbangan baik
karena banyaknya pengrajin atau kualitas batik pekalongan yang bagus.
(ngobrol)
Obs : Apakah anda pernah mendengar tentang becak batik?
I : iya, becak-becak di dekat museum batik dan ampung batik itu banyak
yang dilukis batik.
Obs : tanggapan anda dengan adanya becak batik bagaimana?
I : sebagai promosi dan pelestarian batik itu langkah yang bagus menurut
saya. Karena sekarang batik basa dijumpai di media apa saja. Memang
pengertiannya batik adalaha kain, tetapi dengan kemajuan jaman
mungkin sekarang dapat diaplikasikan dimedia mana saja. Karena
sekarang batik tidak hanya dignakan sebagai pakaian atau kain, dari
banyak pesanan batik yang datang ke saya banyak yang digunakan
untuk tas. Jadi menurut saya becak batik merupakan trobosan yang
baik.
Obs : bagaimna tanggapan anda dengan kegiatan-kegiatan yang sudah
dilakukan pemkot pekalongan dengan kegiatan di kota lain?
I : menurut saya masih jauh ya, setau sya di solo itu ada solo batik
Carnival yang event internasional, mungkin pekalongan bisa mencontoh
solo yang bisa membuat acara sebesar itu. Kan pekalongan kota batik
jadi pasti bisa lah menandingi solo.
Obs : pemkot dan UNESCO membuat film tentang batik, apakah anda
mengetahui tentang film itu?
I : wah itu tidak pernah mendengar.
Obs : sebenarnya keunggulan batik pekalongan dengan batik daerah lain itu
apa?
I : batik pekalongan itu lebih variatif warnanya, lebih colorfull. Dan
motifnya pun lebih mengiuti jaman tidak pakem. Berbeda dengan solo
dan jogja yang lebih didominasi warna coklat dan putih. Dan motifnya
juga pengaruh keraton yang ada di sana. Itu yang membuat batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
pekalongan banyak diminati. Selain itu di pasar batik pekalongan
dikenal dengan mutu yang berkaulitas dengan harga yang murah. Tetapi
sebenarya yang membedakan itu adalah proses pembuatannya, banyak
yang murah tetapi itu biasanya batik yang dibuat dengan proses printing
atau cap. Kalau batik tulis rata-rata harganya ya cukup mahal, karena
proses pembuatannya pun tidak mudah dan memakan waktu yang tidak
sebantar..
Obs : kalau batik yang dijual di Fazil batik bagaimana?
I : kami memproduksi batik tulis, produk utama fazil batik adalah sarung-
sarung encim. Tetapi selain itu kami juga menyediakan yang lain
seperti kain batik.
Obs : Apa harapan anda terhadap batik pekalongan?
I : ya semoga batik pekalongan semakin dikenal, dan dengan adanya
langkah-langkah yang sudah dilakukan pemkot dapat menjadikan batik
pekalongan semakin maju. Apalagi dengan adanya pengakuan oleh
dunia dan branding pekalongan sebagai kota batik dunia semoga batik
pekalongan terkenal di dunia sehingga pemasukkan para pengrajin pun
bertambah dan itu juga pasti bermanfaat bagi pemerintahan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Wawancara Masyarakat Umum Pekalongan
Nama Informan : Hendra Oktavian Y
Pekerjaan Informan : Belum Bekerja
Waktu : 27 November 2011 pukul 16.30 WIB
Lokasi : Ayam Kosek Resto
Obs : Apakah anda tau julukan kota pekalongan?
I : Kota batik
Obs : Apa yang anda ketahui tentang pekalongan kota batik?
I : Karena pekalongan kan bias dibilang asal mulanya batik. Katanya batik itu dari pekalongan, karena asal mulanya tersebut akhirnya pekalongan disebut kota batik. Cuma kan dari dulu tidak semua memahami bahwa pekalongan sebagai kota batik bener-bener kota batik bukan batik bersih, aman, terib, indah komunikatif. Cuma baru-baru ini saja, mulai th 2006 yang batik mulai terangkat maka nama pekalongan sebagai kota batik mulai dikenal lagi.
Obs : Apakah anda mengetahui bahwa batik sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya asli Indonesia?
I : Iya tau, batik diakui dunia kan, tahun 2006 ya…
Obs : Apakah anda mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan pemkot pekalongan dalam memperkuat citra pekalongan sebagai kota batik?
I : Y seperti peringatan hari batik kemarin, kalau misalnya apa ya, pas hari batik pasti ada acara, terus kalau ulang tahun museum batik basti ada acara seperti lomba anak-anak SD yg digelar di depan museum batik, selain itu juga pameran batik sering digelar di pekalongan.
Obs : Pernahkan anda mendengan tentang Pekan batik nusantara atau pecan batik internasional?
I : Seharusnya kalau pecan batik internasional terakhir 2009, seharusnya tahun ini ada tetapi karena ada sesuatu hal dan aku tidak tau itu apa sepertinya tidak jadi. Jadi tahun ini Cuma acara kemarin itu lho yang dikunjungi bu ani. Setau saya seharusnya tahun ini jatahnya pecan batik internasional. Kalau yang pecan batik nusantara itu kan satu tahun sekali.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Obs : Tujuan dari Pecan Batik itu ada sih?
I : Secara umum sendiri si untuk menjaga kebudayaan kita biar gak ilang. Kalau secara khusuny abanyak banget, untuk pemasaran lah, untuk memperkenalkan batik pekalongan lah, terus untuk menarik wisatawan juga, dan macem-macem. Tapi kan tujuan umunya adalah mempertahankan, memelihara budaya kita.
Obs : Rangkaian acara?
I : Kalau yang tahun ini, kemarin ada menghias payung, membatik diatas seribu payung yang masuk rekor muri itu, trus ada pameran, kunjungan dari orang-orang penting dari pusat ke pekalongan, yang aku tahu itu sih.
Obs : Kalau Pecan Batik sebelumnya?
I : Kalau yang tahun sebelumnya aku tidak begitu mudeng tapi yang pasti ada itu pameran batik itu, pasti ada.
Obs : Pekalongan sebagai kota batik, dengan adanya acara-acara tersebut sudah sesuai blum untuk memperkuat citra kota pekalongan sbg kota batik?
I : Kalau buat seluruh masyarakat, tidak hanya pekalongan saja, bagi masyarakat pekalaongan pasti sudah tahu pekalongan kota batik, pecan batik, saya yakin semua pasti tahu. Tapi untuk masyarakat luas saya tidak yakin semua tahu. Karena saya punya temen waktu saya Tanya tentang pekalongan mana, mereka itu tidak tahu. Saat saya jawab peklaongan itu kota batik mereka malah bilang kalau yang koa batik itu solo atau jogja.
Obs : Jadi menurut anda sebagai kota batik apakah pekalongan sudah dikenal oleh masyarakat luas?
I : Kalau pekalongan blum, masih kalah sma solo dan jogja. Kayak disolo saja kan sudah dikenal secara internasional. Dan kelasnyua juga sudah internasional.
Obs : Menurut anda sebagai kota batik itu harus bagaimana sih, indicator supaya dapat dikatakan pantas mendapat sebutan kota bati se[erti apa, apakh hrs eventnya taraf internasional atau gmn?
I : Kalau orang-orang sih pengennya tidak seperti bersaing, jadi mereka berpikirnya batik itu milik Indonesia bukan milik pekalongan saja. Jadi walaupun kita berusaha untuk membuat kota pekalongan itu terkenal
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
sebagai kota batik ya tetap susah, dan nanti jadinya malah egois menganggap kalau batik itu cuma milik pekalongan.
Obs : Lalu pekalongan skg ini dikenal batik dari apanya
I : Dari perdagangannya, pekalongan dikenal dengan kain batiknya. Kainnya lho bukan motifnya. Karena ada beberapa sebab kenapa kain batik pekalongan lebih terkenal dari kain batik solo dan jogja. Selain itu harga kain batik pekalongan lebih murah dari pada solo dan jogja, jadi kenapa batik pekalongan lebih digemari ya kerena harganya lebih murah dan kualitasnya juga bagus.
Obs : Kapan hari batik nasional?
Obs : Apa yang anda ketahui tentang perayaan hari batik di kota pekalongan?
Obs : Apakah anda tahu branding pekalongan sebagai World’s City of Batik/ kotanya batik dunia?
I : Iya saya tahu branding kota pekalongan the worlds city of batik
Obs : Menurut anda branding tersebut sudah pantas disandang blum?
I : Kalau dilihat dari permukaan saja sudah pantas karena sudah mendapat pengakuan dari UNESCO jadi sudah bisalah disebt kota batik dunia. Tapi kalau kita lihat lebih dalat ya kurang, karena sama solo saja masih kalah kan. Yang penting bataik pekalongan masih harus terus diperjuangakan yang penting jangan sampai ilang saja. Semisal nanti batik sudah tidak terkenal lagi, tergeser sama sesuatu yang lain, pekalongan masih tetap mempertahankan. Branding itu kan masih awal, jadi masi banyak yang perlu ditingkatkan.
Obs : Kalau mengenai event-event, penyebaran informasi tentang event itu ke masyarakat lewat apa sih?
I : Ya paling dari mulut ke mulut, ya kalau untuk detail acara paling orang-orang pemkot sendiri yang tahu.
Obs : Lalau dari mana masyarakat tahu tentang event itu?
I : Ya paling dari baliho-baliho itu, itupun jumlahnya sedikit. Tetapi kalau lewat di aerah etayu dan melihat ada kesibukan seperti pameran ya pasti biasanya orang penasaran dan pengen tahu.
Obs : Kalau tentang branding, menurut anda masyarakat kota pekalongan tahu tidak ttg keberadaan branding tersebut?
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
I : Saya tidak yakin, paling hanya kalangan internal saja yang tahu. Makanya menurut sya kalimat ittu harus disebarluaskan biar semua orang tahu. Dan di peklaongan sendiri khususnya daerah selatan banyak yang tidak tahu, mereka tergolong cuek dengan kegiatan pemkot seperti itu. Padahal disana itu bias dibilang salah satu pusat industry batik. Disna banyak sekali pengrajin batik.
Obs : Apakah anda pernah mendengan tentang becak batik?
I : Iya tahu
Obs : Pendapat anda tentang becak batik itu?
I : Menurut saya itu efektif buat pencitraan kota batik. Trus selain itu juga itu di setiap kampong batik dan beberapa lokasi di pekalongan banyak yang dilukis dengan motif batik, jadi menurt saya pekalonga sudah kental dengan nuansa batik.
Obs : Apa harapan anda terhadap batik pekalongan?
I : Ya untuk pemkot harapannya dari branding world city of batik itu bias terus berkembang, tidak berhenti smapai disitu saja, semua rencannya dapat terlaksana tidak harus cepet-cepet yang penting tujuannya bias terlaksana . Dan festivalnya terus berjalan setiap tahunnya. Jagn hanya terhalang dana terus ditiadakan, itu untuk melestarikan warisan budaya. Trus juga usaha pengembangan yang lain seperti wisata sungai binatir dilaksanakan. Ya intinya supaya masyarakat luas itu tau, tidak hanya orang pekalongan saja yang tahu, tetapi masyarakat luas, masyarakat duania tahu kalau kota batik itu pekalongan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
Lampiran 7
FOTO – FOTO
1. Museum Batik Pekalongan
Terletak di Jl. Jetayu, Museum Batik Pekalongan menjadi salah satu ikon Pekalongan Kota Batik.
2. Pasar Grosir Setono
Gorosir Batik pertama di Pekalongan yang menjadi tujuan wisata belanja batik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3. Bentuk Promosi Branding Pekalongan World’s City of Batik
PNS Kota Pekalongan Wajib mengenakan pin branding Pekalongan World’s City of Batik
Sosialisasi penggunaan branding Pekalongan World’s City of Batik oleh Humas Pemkot Pekalongan menggunakan baliho-baliho yang dipasang di jalan-jalan protocol Kota Pekalongan
top related