kasus tumor ovarium
Post on 13-Dec-2015
48 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
I. PENDAHULUAN
Tumor ovarium ada yang bersifat neoplastik dan ada yang bersifat non neoplastik.
Tumor neoplastik di bagi atas tumor jinak dan tumor ganas, dan selanjutnya tumor
jinak di bagi dalam tumor kistik dan tumor solid
Di Amerika Serikat, kanker ovarium merupakan penyebab kematian utama
pada kasus keganasan ginekologi, dan sampai tahun 1998 kanker ovarium
merupakan kanker kelima tersering yang menyebabkan kematian wanita di AS
setelah kanker paru-paru, kolorektal, payudara, dan pankreas. Insidensinya pada
wanita dibawah 50 tahun 5,3 per 100.000, dan meningkat menjadi 41,4 per 100.000
pada wanita diatas 50 tahun.1
Di Indonesia kaker ovarium menduduki urutan keenam terbanyak dari
keganasan pada wanita setelah karsinoma serviks uteri, payudara, kolorektal, kulit
dan limfoma.2
Pada umumnya kanker ovarium ditemukan pada stadium lanjut. Tumor
membesar dan menyebar ke organ sekitarnya tanpa keluhan. Itulah sebabnya tumor
ini dikenal sebagai penyakit yang tumbuh diam-diam namun mematikan (silent
killer). Kanker ovarium umumnya baru menimbulkan keluhan apabila telah
menyebar ke rongga peritoneum, pada keadaan seperti ini tindakan pembedahan
dan terapi ajuvan sering kali tidak menolong. Penderita akan meninggal karena
malnutrisi dan obstruksi usus halus akibat tumor intraperitoneal.1,2
Lima belas sampai 20% tumor ovarium berasal dari sel germinal (sel induk),
dan teratoma matur merupakan kasus terbanyak (60%). Tumor ganas sel germinal
ovarium merupakan 5% dari kanker ovarium, dan banyak terjadi pada wanita muda
dan remaja. Walaupun perjalanan penyakitnya agresif namun umumnya dapat
diobati dengan kemoterapi yang adekuat. Dan walaupun pembedahan memegang
peranan penting dalam mendiagnosis dan sebagai terapi awal, reseksi komplit organ
reproduksi jarang diperlukan pada wanita-wanita yang ingin mempertahankan
fungsi reproduksinya. Namun begitu peran surgical staging dan pembedahan
reduksi tumor tidak dapat diabaikan. Informasi yang didapat dari patologi-
pembedahan dapat membantu klinisi dalam penggunaan terapi ajuvan.1,2,3,4,5,6,7,8,9,10.
Menurut Teilum, disgerminoma merupakan neoplasma sel germinal yang tidak lagi
berpotensi untuk mengalami diferensiasi lebih lanjut, sedangkan karsinoma
embrional merupakan perwujudan dari tumor-tumor dengan potensi untuk
berdiferensiasi lebih lanjut menjadi teratoma dengan berbagai derajat maturitasnya
(melalui jalur embrionik), atau menjadi yolk sac tumor dan koriokarsinoma (melalui
jalur ekstraembrionik), sebagaimana terlihat pada gambar 1.
Tumor Sel Germinal
Seminoma/ Tumor Sel TotipotensialDisgerminoma
Karsinoma Embrional Karsinoma Embrional
Struktur Ekstra Embrionik Embrionik (ektoderm, Mesoderm, endoderm)
Tumor Sinus Endodermal Koriokarsinoma Teratoma (yolk sac tumor)
Gambar 1. Klasifikasi tumor sel germinal ovarium menurut asal tumor Dikutip dari Tallerman5
Adapun tumor ganas sel germinal ovarium dapat dikelompokkan ke dalam
disgerminoma, dan nondisgerminoma yang terdiri atas yolk sac tumor, teratoma
imatur, karsinoma embrional, koriokarsinoma, poliembrioma, dan mixed germ cell
tumors. (1,5,6,7,8,9,10)
II. REKAM MEDIK
A. ANAMNESIS UMUM
1. Identifikasi
Nama
Umur
Agama
Pekerjaan
Pendidikan
Alamat
: Ny. Reni
: 25 tahun
: Islam
: Ibu rumah tangga.
: SMA
: Jl. Gandus 686 Palembang
Masuk RSMH : 19 Mei 2004, jam 12.40 WIB
2. Riwayat haid
Menars 13 tahun, siklus haid teratur, lama siklus haid 28 hari, lama haid 7
hari, haid terakhir : Tidak haid sejak memakai KB suntik 3 bulan.
3. Riwayat perkawinan
Kawin 1 kali, lamanya 2 tahun.
4. Nafsu makan
Biasa, mual-muntah jarang.
5. Miksi/defekasi
Biasa.
6. Riwayat penyakit atau operasi yang pernah diderita
Tidak ada.
7. Riwayat keganasan dalam keluarga
Tidak ada.
8. Riwayat sosioekonomi dan gizi
Cukup.
B. ANAMNESIS KHUSUS
1. Keluhan utama
Benjolan diperut dan agak nyeri
2. Riwayat perjalanan penyakit
Sejak lebih kurang 1 tahun yang lalu os mengeluh ada benjolan di perut yang
makin lama makin besar, Nyeri perut bagian bawah dirasakan sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Riwayat diurut-urut disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK (pemeriksaan tanggal: 19 Februari 2004)
Status present
Keadaan umum
Kesadaran
Gizi
Payudara
Refleks fisiologis
Refleks patologis
: tampak baik
: compos mentis
: cukup
: hiperpigmentasi (-)
: (+) / (+)
: (-) / (-)
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Hb
Edema
: 110/60 mmHg
: 98 x/menit
: 20 x/menit
: 37,0 oC
: 13,9 g%
: (-)
Keadaan Khusus
Kepala : Konjungtiva anemis (-), sklera tidak ikterik. Turgor menurun, mata
cekung, bibir kiring.
Leher : Tekanan vena jugularis tidak meningkat, masa tidak ada.
Toraks : Jantung dalam batas normal, paru-paru : sonor, vesikuler normal,
ronki tidak ada.
Abdomen : Dinding perut datar, pelebaran vena tidak ada, hepar dan lien tidak
teraba, nyeri tekan tidak ada, bising usus normal (pemeriksaan
abdomen untuk ginekologi pada status ginekologi).
Ekstremitas : Edema tidak ada, varises tidak ada, refleks fisiologis + / +, reflek
patologi - / -.
Status Ginekologi
Periksa luar
Inpeksi : Perut cembung, simetris, vulva/perineum dan uretra tenang
Palpasi : Dinding perut lemas, fundus uteri sulit dinilai, teraba massa,
konsistensi padat diameter 12 x 10 cm mobilitas +, permukaan rata,
batas atas 2 jari di bawah pusat, batas kiri dan kanan linea
midklavikularis batas bawah 2 jari atas simpisis, nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani, tanda cairan bebas tidak ada.
Auskultasi : Bising usus normal
Periksa dalam
Inspekulo : Porsio tak livide, osteum uteri eksternum tertutup, fluksus (-), erosi/
laserasi dan polip (-).
Colok vagina: Porsio lunak, ostium uteri eksternum tertutup, nyeri goyang porsio
(-), korpus uteri sesuai 8 minggu, teraba massa di atas uterus,
mobilitas terhadap uterus terbatas, konsistensi padat campur kistik
ukuran 12 x 10 x 10 cm, permukaan rata, adneksa parametrium kiri
lemas, adneksa parametrium kanan teraba massa 12x10x10 cm,
padat campur kistik, nyeri tekan (-), kavum Douglas tak menonjol
Colok dubur: TSA baik, mukosa licin, ampula kosong, CUT~ 8 minggu, kenyal,
massa intra lumen (-). Teraba pool bawah tumor padat campur
kistik.
D. DIAGNOSIS KERJA
Tumor padat ovarium + dehidrasi sedang
E. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Myoma uteri subserosa + dehidrasi sedang
F. TINDAKAN
1. Perbaikan keadaan umum
2. Infus : D5: Asering= 2:1 gtt XXX/ mnt
3. Laboratorium darah rutin, urine rutin, CT dan BT,foto thorak
4. USG konfirmasi
5. Primperan tab 3 x1 tab
6. Roborantia 2 x1 tab
G. TINDAKAN SELA
1. Pemeriksaan ultrasonografi (19-5-04):
- Uterus membesar
- Tampak massa ekhogenik ukuran 8 x 8 x 8 cm yang
asalnya belum jelas (kantung kemih kosong)
Kesan: Suspek mioma uteri
DD/ - Tumor padat ovarium
- Molahidatidosa
2. Laboratorium
a. Darah
Hb 13,8 g%, lekosit 10.200/mm3, Ht 42 LED: 13 mm/jam, trombosit:
311.000/ mm3, hitung jenis: 0/1/1/78/18/1
b. Urin
PT (-)
Sedimen: epitel 1(+),lekosit 3-6 /LPB, eritrosit 30-50/LPB, silinder/kristal (-).
Konsul Bagian Penyakit Dalam: Kesan adneksitis dekstra. DD/ Appendisitis akut..
Konsul Bagian Bedah: Suspek Mioma uteri Saran, Konfirmasi USG di bagian
radiologi (konsul dengan radiologist)
Tanggal: 25 Mei 2004
Keluhan: Perut tambah nyeri
Status present:
Keadaan umum
Kesadaran
Gizi
Payudara
Refleks fisiologis
Refleks patologis
: tampak sakit sedang
: komposmentis
: cukup
: hiperpigmentasi (-)
: (+) / (+)
: (-) / (-)
Tekanan darah
Nadi
Pernapasan
Temperatur
Hb
Edema
: 110/70 mmHg
: 92 x/menit
: 20 x/menit
: 37,2 oC
: 11,9 g%
: (-)
Status ginekologi
Periksa luar
Inpeksi : Perut cembung, simetris, vulva/perineum dan uretra tenang
Palpasi : Dinding perut tegang, fundus uteri sulit dinilai, teraba massa,
konsistensi padat diameter 12 x 10 cm mobilitas terbatas, permukaan
rata, batas atas 2 jari di bawah pusat, batas kiri dan kanan linea
midklavikularis batas bawah 2 jari atas simpisis, nyeri tekan (-).
Perkusi : Timpani, tanda cairan bebas tidak ada.
Auskultasi : Bising usus normal
Periksa dalam
Inspekulo : Porsio tak livide, osteum uteri eksternum tertutup, fluksus (-), erosi/
laserasi dan polip (-).
Colok vagina: Porsio lunak, ostium uteri eksternum tertutup, nyeri goyang porsio
(-), korpus uteri sulit dinilai, teraba massa, mobilitas terbatas,
konsistensi padat campur kistik ukuran 12 x 10 x 10 cm, permukaan
rata, adneksa parametrium kiri lemas, adneksa parametrium kanan
teraba massa 12x10x10 cm, padat campur kistik, nyeri tekan (-),
kavum Douglas tak menonjol
Colok dubur: TSA baik, mukosa licin, ampula kosong, CUT sulit dinilai , massa
intra lumen (-). Teraba pool bawah tumor padat campur kistik.
DIAGNOSIS KERJA
Kistoma ovarii terpuntir
DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Myoma uteri subserosa terpuntir
TINDAKAN
Laparatomi cito
Persiapan (obat,alat, izin, darah)
III.PERMASALAHAN
1. Mengapa kistoma ovarii terpuntir tidak dapat didiagnosis sejak awal
2. Apakah tindakan operatif yang dilakukan pada kasus ini sudah tepat.
3. Bagaimana penatalaksanaan pada kasus ini selanjutnya ?
IV. DISKUSI
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya gejala klinik, pemeriksaan fisik
ginekologi, serta pemeriksaan penunjang.
A. Gejala klinik
Dalam melakukan anamnesis pada kasus tumor adneksa perlu diperhatikan
umur penderita dan faktor resiko terjadinya kanker ovarium. Pada bayi yang
baru lahir dapat ditemukan adanya kista fungsional yang kecil (kurang dari 1-2
cm) akibat pengaruh hormon dari ibu. Kista ini mestinya menghilang setelah
bayi berumur beberapa bulan. Apabila menetap akan terjadi peningkatan
insiden tumor sel germinal ovarium dengan jenis yang tersering adalah kista
dermoid dan disgerminoma. Dengan meningkatnya usia kemungkinan
keganasan akan meningkat pula. Secara umum akan terjadi peningkatan risiko
keganasan mencapai 13% pada premenopause dan 45% setelah menopause.
dari uterus, payudara dan traktus gastrointestinal.2,11,12,13,14,15
Kanker ovarium pada stadium dini tidak memberikan keluhan. Keluhan
yang timbul berhubungan dengan peningkatan massa tumor, penyebaran tumor
pada permukaan serosa dari kolon, dan asites. Rasa tidak nyaman dan rasa
penuh di perut, serta cepat merasa kenyang sering dihubungkan dengan kanker
ovarium. Gejala lain yang sering timbul adalah mudah lelah, perut membuncit,
sering kencing dan nafas pendek akibat dari efusi pleura dan asites yang masif.
B. Pemeriksaan fisik ginekologi
Dengan melakukan pemeriksaan bimanual akan membantu dalam
memperkirakan ukuran, lokasi, konsistensi, dan mobilitas dari massa tumor.
Pada pemeriksaan rektovaginal untuk mengevaluasi permukaan bagian
posterior, ligamentum sakrouterina, parametrium, kavum Douglas dan rektum.
Hasil yang sering didapatkan pada tumor ovarium adalah massa pada
rongga pelvis. Tidak ada petunjuk pasti pada pemeriksaan fisik yang mampu
membedakan tumor adneksa adalah jinak atau ganas, namun secara umum
dianut bahwa tumor jinak cenderung kistik dengan permukaan licin, unilateral
dan mudah digerakkan. Sedangkan tumor ganas akan memberikan gambaran
massa yang padat, noduler, terfiksasi, dan sering bilateral. Adanya asites dan
nodul pada cul-de-sac merupaka petunjuk adanya keganasan.2
C. Pemeriksaan penunjang
USG adalah cara pemeriksaan yang relatif murah. Dengan USG dapat secara
tegas dibedakan tumor kistik dengan tumor padat. Pada tumor dengan bagian-
bagian padat persentase keganasan semakin meningkat. Pemakaian USG
transvaginal dapat meningkatkan ketajaman diagnosis karena mampu
menjabarkan morfologi tumor ovarium dengan baik. Morfologi tumor ovarium
yang diperiksa terdiri dari 3 kategori : volume, struktur dinding tumor, dan
struktur septum tumor. Dengan menilai ke-3 kategori tersebut dapat dibuat suatu
indeks morfologi yaitu jumlah nilai-nilai yang diberikan terhadap masing-
masing kategori tersebut. Bila indeks morfologi tersebut 5, tumor ovarium
sangat mungkin bersifat benigna (negative predictive value 1,000). Pada
penderita tumor ovarium pasca menopause, indeks morfologi 5 sangat
mungkin menunjukkan keganasan (positive predictive value 0,45). Telah
diketahui bahwa pada semua tumor oavarium ganas, ditemukan secara
signifikan kelainan-kelaianan struktur dinding uterus dan mempunyai volume
total > 10 ml. Pemakaian USG transvaginal color flow Doppler dapat
membedakan tumor ovarium jinak dengan tumor ovarium ganas. Modalitas ini
didasarkan pada analisa gelombang suara Doppler (resistance index atau RI,
pulsality index atau PI, dan velocity) dari pembuluh-pembuluh darah pada tumor
yang menunjukkan peningkatan arus darah diastolik dan perbedaan kecepatan
arus darah diastolik dan sistolik. Keganasan dicurigai jika RI < 4.
Serum CA 125 saat ini merupakan petanda tumor yang paling sering
digunakan dalam penapisan kanker ovarium jenis epitel, walaupun sering
disertai keterbatasan. Perhatian telah pula diarahkan pada adanya petanda tumor
untuk jenis germinal, antara lain alpha-fetoprotein (AFP), lactic acid
dehidrogenase (LDH), human placental lactogen (hPL), plasental-like alkaline
phosphatase (PLAP), dan human chorionic gonadotropin (hCG). 1,5,6,7,9,10
Tabel 2. Petanda tumor sel germinal ovarium
Histologi AFP hCG
Disgerminoma -
Yolk sac tumor + -
Teratoma imatur -
Mixed germ cell tumors
Koriokarsinoma - +
Karsinoma embrional +
Poliembrioma +
Dikutip dari Hurteau1
Pada kasus ini dengan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang pada saat masuk rumah sakit didiagnosis dengan tumor padat
ovarium dengan diagnosis banding dengan mioma subserosa . Diagnosis ini
dibuat karena kurangnya gejala klinik yang mengarah terhadap suatu keadaan
akut abdomen. Dari hasil pemeriksaan ultrasonografi juga masih belum bisa
dipastikan apakah massa berasal dari adneksa atau dari uterus. Walaupun
sensitifitas dan spesifitas pemeriksaan ultrasonografi cukup tinggi untuk
membedakan patologi dari uterus atau adneksa.
Teratoma dibagi dalam tiga kategori yaitu teratoma matur (jinak), teratoma
imatur dan teratoma monodermal dengan diferensiasi khusus tergantung dari
kuantitas derajat jaringan imatur menunjukkan potensi timbulnya keganasan.
Imaturitas tidak boleh dikacaukan dengan transformasi ganas yang dapat terjadi
pada teratoma matur. Umumnya teratoma kistik adalah jinak dan yang padat
adalah ganas.2,4,8,9
Teratoma imatur merupakan keganasan tumor sel germinal ke 3 tersering
setelah disgerminoma dan tumor sinus endodermal. Frekuensinya 25% dari
tumor sel germinal pada wanita usia dibawah 15 tahun dengan usia median 19
tahun.
Gejala yang timbul tidak spesifik. Timbul dalam jangka waktu pendek
tetapi sering terjadi secara akut. Kurang lebih 80% penderita terdapat masa
dalam abdomen atau pelvis yang dapat diraba, sering terdapat nyeri. Sebagian
kecil penderita menunjukkan haid yang tidak teratur. 1,5,6,7,8,13,14
Gambaran makroskopis berupa tumor yang besar unilateral dengan
diameter 15 cm, permukaan rata dan licin. Pada pembelahan tumor berwarna
abu–abu agak kemerahan dengan bagian perdarahan dan nekrosis. Adanya
rambut dapat ditemukan pada 2/5 kasus, gigi jarang ditemukan tetapi tulang
rawan dan kalsifikasi sering ditemukan. Walaupun komponen utama adalah
tumor padat, tetapi adanya bagian yang kistik selalu ditemukan.
Secara mikroskopis, dipakai sistem diferensiasi dari Norris yang
dimodifikasi oleh Robboy dan Scully:
Derajat 1 : beberapa jaringan imatur, mitosis dapat ditemukan, tetapi
jaringan neural imatur tidak ditemukan pada 1 lapangan
pandang kekuatan lemah (x40) per slaid.
Derajat 2 : sebagian jaringan lebih imatur dengan jaringan neural imatur
terlihat pada 1–3 lapangan pandang kekuatan lemah per slaid.
Derajat 3 : jaringan imatur berat dengan jaringan neural imatur terlihat
pada lebih dari 3 lapangan pandang kekuatan lemah per slaid.
Dikutip dari Michael H6
Selain itu, berdasarkan pada jumlah relatif dari jaringan matur dan imatur,
derajat differensiasi, dan aktivitas mitotiknya, tingkatan histologik teratoma
imatur dapat digambarkan sebagai berikut:
Derajat 0 : seluruh jaringan matur, tidak ada aktifitas mitotik.
Derajat 1 : Fokus seluler abnormal yang sedikit atau jaringan imatur
bercampur dengan elemen matur; aktifitas mitotik ringan.
Derajat 2 : jaringan imatur dengan jumlah yang sedang bercampur
dengan elemen matur; aktifitas mitotik sedang.
Derajat 3 : Adanya jaringan imatur dalam jumlah yang banyak; aktifitas
mitotik yang tinggi18
Dikutip dari Talerman5
Sistem stadium ini telah diterima oleh banyak peneliti, dan hal ini merupakan
yang disarankan untuk dipergunakan. Baru-baru ini, Norris mengusulkan bahwa
teratoma imatur sebaiknya dibagi atas 2 tingkatan, yakni derajat ringan
imaturitas (derajat 1) dimana tidak diterapi dengan kemoterapi kombinasi, dan
yang nyata dengan derajat imaturitasnya ( derajat 2 dan 3) yang akan diterapi
dengan kemoterapi kombinasi.5
Disarankan penatalaksanaan untuk penderita dengan derajat 1 (low grade)
teratoma imatur yang melibatkan satu ovarium adalah salfingoooforektomi
unilateral, sedangkan untuk derajat 2 dan 3 (high grade) diberikan kemoterapi
ajuvan. Pembedahan yang lebih luas dilakukan jika tumor meluas ke ovarium
kontralateral.5,17
Pada pasien ini terdapat massa kistik ovarium kontralateral dengan ukuran
5 x 4 x 3 cm. Dilakukan enukleasi massa dan pada pembelahan terdapat unsur
rambut tulang rawan. Pada penatalaksanaan kasus emergensi di RSMH tidak
dapat dilakukan pemeriksaan potong beku, sehingga tidak dapat dibedakan
apakah suatu massa yang ditemukan dari ovarium suatu kasus keganasan atau
tidak. Seandainya suatu keganasan dapat dilanjutkan conservative surgical
staging. Sehingga penanganan lebih adekuat.
Laparatomi eksplorasi disertai dengan biopsi potong beku masih
merupakan prosedur diagnostik yang paling berguna untuk memberikan
penatalaksanaan selanjutnya. Dari penelitian-penelitian yang dilakukan akurasi
hasil potong beku pada tumor ovarium mencapai 90%. Berdasarkan potong
beku dilakukan seleksi terhadap penderita apakah membutuhkan penetapan
stadium atau tidak, sehingga akurasi hasil potong beku tersebut haruslah tinggi
untuk mencegah kesalahan penetapan stadium.
Saat ini penatalaksanaan disgerminoma meliputi staging laparatomy
menyeluruh sebagaimana yang dilakukan terhadap karsinoma ovarium jenis
epielial. Enam puluh sampai 70 persen penderita di diagnosis dengan stadium 1
karena kebanyakan penderita berada pada usia reproduksi. Penyakit dengan
stadium awal dapat dilakukan hanya salfingoooforektomi unilateral dengan
mempertahankan uterus dan ovarium kontralateral. Prosedur ini terdiri atas
insisi mediana, pembilasan peritoneum, eksplorasi, sitologi, biopsi,
omentektomi, dan limfadenektomi. Semua daerah yang dicurigai harus
dilakukan biopsi. Ovarium kontralateral diperhatikan secara cermat, dan tidak
perlu dilakukan biopsi bila ukuran, bentuk, dan konsistensi normal.
Pada penderita dengan stadium lanjut dianjurkan untuk dilakukan biopsi
sesuai dengan prinsip pembedahan sitoreduksi. Dukungan terhadap konsep
pembedahan sitoreduksi pada tumor ganas sel germinal sesuai dengan
penelitian oleh Gynecologic Oncologi Group (GOG) dengan menggunakan
regimen kombinasi vincristine, actinomicin D, dan cyclophosphamide (VAC).
Slayton dkk, mendapatkan kegagalan kemoterapi 28% pada penderita dengan
reseksi komplit dibandingkan dengan 68% pada reseksi inkomplit. Dan
dilaporkan pula pada semua penderita disgerminoma stadium II dan III yang
dilakukan reseksi komplit keberhasilan kemoterapi mencapai 95-98%. 1,11
Adapun kriteria penanganan konservatif terhadap disgerminoma murni
adalah sebagai berikut: 10
1. Pasien muda yang ingin mempertahan fungsi reproduksinya
2. Ada persetujuan keluarga, dan bersedia untuk pengawasan ketat.
3. Tumor utuh, berkapsul (stadium IA), tak mengalami perlengketan, dan
unilateral
4. Tidak ada bukti disgenetik gonad, atau adanya kromosom Y
5. Tidak terdapat asites, atau bilasan sitologi negatif
6. Tidak ada bukti tumor ekstraovarium pada biopsi staging, termasuk
limfonodi dan ovarium kontralateral
7. Hasil limfogram negatif.
Disgerminoma umumnya sangat kemosensitif dan pada penderita tertentu
dengan stadium lanjut, fungsi reproduksi dapat dipertahankan bila secara
makroskopis uterus dan ovarium kontralateral tidak terkena.
Penderita-penderita disgerminoma dengan stadium IA dapat hanya
dilakukan pembedahan dan kemudian diawasi secara ketat tanpa pemberian
terapi ajuvan. Angka harapan hidup 10 tahun penderita ini mencapai 100 %
namun 15-25% dapat terjadi rekurensi, tetapi dengan pengobatan dapat
disembuhkan. Penderita-penderita dengan stadium yang lebih tinggi harus
diberikan terapi ajuvan, baik radioterapi ataupun kemoterapi. Walaupun
disgerminoma sangat sensitif terhadap radioterapi, dapat terjadi hilangnya
fungsi reproduksi akibat rusaknya ovarium. Karena itu radioterapi telah
digantikan dengan kemoterapi 1,11
Telah dilaporkan keberhasilan penggunaan kombinasi vincristine dan
methotrexate, kombinasi VAC, kombinasi VBP, dan semuanya menunjukkan
remisi yang komplet. Laporan mengenai efektifitas dan kurangnya efek toksik
kemoterapi regimen kombinasi bleomycin, etoposide, dan cisplatin (BEP) pada
pengobatan seminoma testikuler telah mengilhami pula penggunaan regimen
kombinasi ini terhadap disgerminoma. Keberhasilan regimen ini telah
dilaporkan oleh Gershenson (1986) yang mendapatkan remisi menetap pada dua
pasien yang diobati dengan BEP. 1,11 William dkk melaporkan, bahwa bila
dibandingkan dengan VBP, pemberian regimen BEP akan memberikan hasil
yang sama, dengan toksisitas yang lebih rendah.1,6,7,8,9,11
Penatalaksanaan selanjutnya kasus ini tergantung hasil pemeriksaan
Patologi Anatomi. Apabila ditemukan keganasan maka penentuan stadium
secara pembedahan ulang harus dilakukan karena sudah mencapai kedua
ovarium. Penatalaksanaan selanjutnya tergantung stadium yang didapat.
Sedangkan apabila suatu tumor jinak cukup dilakukan observasi saja.
V. KESIMPULAN
Telah dilakaukan salfingoooforektomi dan enukleasi kistoma ovarii yang
kemungkinan suatu kiste dermoid. Dilakukan operasi emergensi karena adanya
tanda-tanda akut abdomen akibat terpuntirnya massa tumor. Pada intraoperatif
didapatkan massa ukuran 15 x 12x 10 cm yang mengalami puntiran sebanyak 4
kali, selanjutnya dilakukan salfingoooforektomi. Sedangkan pada ovarium sinistra
didapatkan massa tumor dengan ukuran 4 x 4 x 3 cm dan dilakukan enukleasi
tumor. Pada pembelahan kedua tumor terdapat bagian-bagian padat yang ditemukan
jaringan rambut, tulang rawan dan jaringan sebacea.
VI. RUJUKAN
1. Hurteau JA, Williams SJ. Ovarian germ cell tumors. In: Rubin SC, Sutton GP, Eds. Ovarian cancer. 2nd ed. Philadelpia: Lipponcott Williams & Wilkins, 2001; 31-82
2. Djuana A, Rauf S, Manuaba IBGF. Pengenalan dini kanker ovarium. Makalah Ilmiah PIT XII POGI. Palembang, 2001
3. Tambunan GW. Kanker ovarium. Dalam: Handojo M, ed. Diagnosis dan tatalaksana sepuluh jenis kanker terbanyak di Indonesia. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1991; 149-68
4. Gabra H, Smith JF. Ovarian cancer-an introduction. In: Langdon SP, Miller WR, Berchuck A, Eds. Biology of female cancers. New York: CRC Press, 1997; 93-108
5. Talerman A. Germ cell tumors of the ovary. In: Kurman RJ. Blaustein’s pathology of the female genital tract. 4th ed. New York: Springer-Verlag, 1994; 849-914
6. Norris HJ, O’Connor DM. Pathology of malignant germ cell tumors of ovary. In: Coppleson M, Monahan JM, Morrow CP, Tatersal MH, Eds. Gynecologic oncology fundamental principles and clinical practice. 2nd ed. London: Churchill Livingstone, 1992; 917-28
7. Michael H, Roth LM. Pathology of ovarian germ cell tumors. In: Rubin SC, Sutton GP, Eds. Ovarian cancer. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott William & Wilkins, 2001; 135-49
8. Berek JS, Adashi EY, Hillard PA. Noval’s gynecology. 12th ed. Baltimore: William & Wilkins, 1996; 1192-1207
9. Benedett JL, Bender H, Jones III H, Ngan HYS, Pecorelli S. FIGO staging classification clinical practice guidelines in the management of gynecologyc cancers. Int J of Obstet gynecol, 2000; 241-9
10. Gershenson DM. Malignant germ cell tumors os ovary clinical features and management. In: Coppleson DM, Monahan JM, Morrow CP, Tatersal MHN, Eds. Gynecology oncology fundamental principles and clinical practice. 2nd ed. London: Churchill Livingstone, 1992; 935
11. Drake J. Diagnosis and management of adnexal mass. Am Fam Physician, 1998; 57: 93512. Gershenson DM, Tortelero-luna G, Malpica A, et al. Ovarian intraepithelial neoplasma and
ovarian cancer. Clin Obstet Gynecol, 1996; 23: 45713. Nuranna L. Kanker ovarium. Sub Bagian Onkologi Obstetri dan Ginekologi FK UI Jakarta,
199214. Disaia PJ, Creasman WT. Clinical gynecology oncology. 3rd ed. St Louis. Washington DC:
Mosby Company, 1989: 41715. Johnston S. gynecology cancer: ovarium carcinoma. Course of UICC. Jakarta: FKUI, 1992; 1-
1916. Zanetta G, Rota S, Lissoni A, Brancatelli G, Buda A. Ultrasound, physical examination, and CA
125 measurement for the detection of recurrence after conservative surgery for early borderline ovarian tumors. Gynecol oncol, 2001; 81: 63-66
17. Beecham JB, Rubin P. Tumors of the female reproduction organs. In: Rubin P. Clinical oncology a multidisiplinary approach. 6th ed. New York: American Cancer Society inc, 1983; 1286-93
top related