kanker buli buli
Post on 05-Jan-2016
84 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
Jl. Halmahera No. 33 Kaliwungu- Jombang, Telp. 0321- 854916
PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS
LAPORAN PENDAHULUAN
CA Buli
1. Definisi Penyakit
Tumor buli adalah tumor yang berbentuk papiler, noduler (infiltratif), atau campuran
infiltratif dengan papiler yang ditemukan pada vesika urinaria atau buli- buli (Yuda,2010).
Tumor buli-buli atau tumor vesika urinaria merupakan 2% dari seluruh
keganasan, dan merupakan kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah karsinoma
prostat. Tumor buli berkembang dari sel epitel transisional dari saluran kemih (Brunner &
Suddarth, 2002).
2. Etiologi
a. Pekerjaan
Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api,
tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering terpapar oleh
bahan karsinogen berupa senyawa amin aromatik (2-naftilamin, bensidin, dan 4-
aminobifamil).
b. Perokok
Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli-buli pada perokok adalah 2-6 kali lebih
besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen
berupa amin aromatik dan nitrosamin. Dari beberapa penelitian berhasil menemukan
adanya hubungan antara merokok dengan terjadinya tumor dan kanker buli-buli.
Hubungan tersebut terjadi secara dose respons yang berarti bertambahnya jumlah
rokok yang diisap akan meningkatkan resiko terjadinya kanker buli-buli 2-5 kali lebih
besar dibandingkan dengan bukan perokok. Pada perokok ditemukan adanya
peningkatan metabolit–metabolit triptopan yang berada dalam urinnya yang bersifat
karsinogenik. Selain itu iritasi jangka panjang pada selaput lendir kandung kencing
seperti yang terjadi pada infeksi kronis, pemakaian kateter yang menetap dan adanya
batu pada buli-buli, juga diduga sebagai faktor penyebab.
c. Infeksi saluran kemih
Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan nitrosamin
yang merupakan zat karsinogen.
d. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan
Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan
siklamat.
e. Riwayat keluarga, orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung
kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang
mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko
terjadinya kanker ini.
3. Manifestasi Klinis
Perlu diwaspadai jika seorang pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat: (1)
tanpa disertai rasa nyeri (painless), (2) kekambuhan (intermittent), dan (3) terjadi pada
seluruh proses miksi (hematuria total). Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa
disertai gejala disuria, tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan
infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi buli-buli.Hematuria dapat menimbulkan
retensi bekuan darah sehingga pasien datang meminta pertolongan karena lidak dapat miksi.
Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas
atau edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe
oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.
Secara umum, manifestasi klinis tumor buli – buli adalah sebagai berikut :
1. Kencing campur darah yang intermitten
2. Merasa panas waktu kencing
3. Merasa ingin kencing
4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sulit kencing
5. Nyeri suprapubik yang konstan
6. Panas badan dan merasa lemah
7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf
8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis.
4. Deskripsi Patofisiologi
Buli – buli (vesika urinaria)
Tumor Buli - Buli
Ulserasi Metastase Oklusi ureter/pelvic renal immobilisasi Karena penyakit
Invasi pada bladder Refluks kelemahan fisik
Sirkulasi darah Retensio urine: sulit kencing Hidronefrosis : menurun
1.Nyeri suprapubik Hipoksia 2.Nyeri pinggang jaringan
perifer
Ginjal membesar resiko perubahan
Penatalaksanaan struktur
Kulit akibat penekanan
Daerah menonjol Penatalaksanaan
Lesi kulit dan
- Faktor gen- Pekerjaan- Usia- ISK- Kopi, pemanis
buatan- Konsumsi obat
sering dan konsisten
Infeksi sekunder :
Panas saat
kencing
Merasa panas dan tubuh lemas
Hematuria
Nyeri Akut
Nyeri AKut
Diversi urin dengan Perubahan status kesehatan Kemoterapi perubahanTeknik vesicostomi Kurang paparan informasi akurat Efek kemoterapi pigmentasi kulit
Seputar prosedur pembedahan Iritasi GILuka insisi ulkus dekubitus
Takut, gelisah Rangsang vomiting center
Terputusnya kontinuitas jaringan Rangsang ujung syaraf Bebas di hipotalamus Nausea,
Port the entry mo Vomitus Pengeluaran zat = zat vasoaktif
Akumulasi mikroorganisme (prostaglandin, serotonin) Anoreksia
di area luka Rangsang cortex serebri untuk
persepsikan nyeri asupan makanan tidak adekuat
Perawatan area insisi yang
kurang steril BB menurun
Luka akibat pembedahan dan adanya vesicostomy Hiperalbumin akibat
Kehilangan cairan tubuh melalui luka, lumen buatan, kerusakan filtrasi
glomerulus
ataupun selang drainage renal
Asupan nutrisi dan cairan tidak adekuat tekanan koloid osmotik terganggu
Malnutrisi dehidrasi gangguan shift cairan (CES dan CIS)
Perpindahan shift cairan intravaskuler
Respon tubuh berupa konjungtiva anemis,
pucat ke interstitial
Volume cairan menurun Akumulasi cairan
Edema
Nyeri Akut
Resti Infeksi
Kerusakan Integritas
Kulit
Ketidakseimbangan nutrisis: kurang dari kebutuhan tubuh
Ansietas
Resiko Ketidakseimbangan
Volume Cairan
Kelebihan Volume Cairan
5. Bentuk Tumor Buli
Tumor buli-buli dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitu), noduler (infiltratif) atau
campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.
Bentuk tumor buli-buli
Sebagian besar (±90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini bersifat
multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional
yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior; sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma
sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%)
a. Adenokarsinoma
Terdapat 3 grup adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah: (1) Primer
terdapat di buli-buli, dan biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli. Pada
beberapa kasus sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada perjalannya lebih
lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma buli-buli; (2) Urakhus
persisten (yaitu merupakan sisa duktus urakhus) yang mengalami degenerasi
maligna menjadi adenokarsinoma; (3) Tumor sekunder yang berasal dari fokus
metastasis dari organ lain, diantaranya adalah: prostat, rektum, ovarium, lambung,
mamma, dan endometrium. Prognosis adenokarsinoma bulu-buli ini sangat jelek.
b. Karsinoma sel skuamosa
Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli sehingga sel
epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas. Rangsangan kronis itu dapat
terjadi karena infeksi saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang
dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi cacing Schistosomiasis pada buli-buli,
dan pemakaian obat-obatan sikiofosfamid secara intravesika.
6. Klasifikasi Tumor Buli
Penentuan deiajat invasi tumor berdasarkan sistem atau berdasarkan penentuan stadium
dari Marshall seperti terlihat pada gambar 2 :
Secara lengkap klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-
MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :
1. T = pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :
Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum
dan biopsy atau transurethral reseksi.
No Kode Keterangan
1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)
2 Tx Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak
dapat dilakukan
3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada
4 T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak
5 T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding
buli-buli.
6 T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang
bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.
7 T3a Invasi otot yang lebih dalam
8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli
9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya
10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina
11 T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke
dalam abdomen
2. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan
kinis, lympgraphy, urography, operative
No Kode Keterangan
1 Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat
ditemukan
2 No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional
3 N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang
homolateral
4 N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe
regional yang multiple
5 N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang
bebeas antaranya dan tumor
6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional
3. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh.
Pemeriksaan klinis, thorax foto, dan test biokimia
No KODE KET
1 Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan
adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan
2 M1 Adanya metastase jauh
3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test
biokimia
4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal
5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang
multiple
6 M1d Metastase dalam organ yang multiple
Sedangkan, tipe tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.
1 Efidermoid Ca Kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell,
anaplastik, invasi yang dalam dan cepat
metastasenya
2 Adeno Ca Sangat jarang dan sering muncul pada bekas
urachus
3 Rhabdomyo sarcoma Sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent),
infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal
4 Primary Malignant
lymphoma
Neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat
menimbulkan serangan hipertensi selama kencing
5 Ca dari pada kulit,
melanoma, lambung,
paru dan mammae
Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi
ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi
7. Komplikasi
1) Hematuria yang terus menerus akan menyebabkan terjadinya anemia pada pasien
2) Apabila terjadi penyumbatan atau obstruksi,maka akan menyebabkan terjadinya refluks
vesiko-ureter, hidronefrosis.
3) Jika terjadi infeksi, akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal, yang lama
kelamaan mengakibatkan gagal ginjal.
8. Pemeriksaan Diagnostik
a. Pemeriksaan Hb
Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros
hematuria
b. Pemeriksaan Leukosit
- Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine
- Acid phospatase meningkat; kanker prostat metastase,
- Alkaline phosphatase meningkat; kanker tulang atau metastase ke tulang, kanker
hati, lymphoma, leukemia.
- Calsium meningkat; metastase tulang, kanker mamae, leukemia, lymphoma,
multiple myeloma, kanker; paru, ginjal, bladder, hati, paratiroid.
- LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati, lymphoma, leukemia akut
- SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat; kanker metastase ke hati.
- Testosteron meningkat; kanker adrenal, ovarium
Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula: (1) sitologi urine yaitu
pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine, (2) antigen permukaan sel
(cell surface antigen), dan flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan
kromosom sel-sel urotelium.
9. Pemeriksaan Penunjang
a. Radiologi
- excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.
- Fractionated cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli-buli
-Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe
b. Cystocopy dan biopsy
Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor. Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan
secara rutin.
c. Cystologi
Pengecatan pada sedimen urine terdapat transionil cel daripada tumor
e. Ultrasonografi
Untuk mendeteksi metastasis di luar kandung kemih, membedakan tumor dari kista.
f. Arteriografi Pelvik
Pemeriksaan untuk memastikan invasi tumor ke dalam dinding kandung kemih
g. Urografi Ekskretori
Untuk mengenali tumor stadium dini yang besar atau tumor yang sedang berinfiltrasi.
h. Sistografi Retrograd
Untuk mengetahui perubahan pada struktur kandung kemih dan keutuhan dindingnya
i. Pencitraan
Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan suatu pemeriksaan imaging yang cukup
akurat dan non-invasif dalam mendiagnosis tumor buli, terutama dalam mengevaluasi
perluasan tumor. MRI dapat mendeteksi tumor dengan ukuran 1,5 cm. Walaupun
dikatakan bahwa MRI konvensional kurang akurat dalam mendeteksi suatu karsinoma
insitu dan membedakan antara invasi mukosa, submukosa clan muskularis superfisial.
Hal ini dapat diatasi dengan pemberian kontras (gadolinium-enhanceddynamic MRI).
Akurasi MRI dalam mengevaluasi staging dari karsinoma buli sekitar kurang lebih 85%.
MRI dikatakan lebih unggul daripada CT-Scan dan Ultrasonografi (USG). MRI dapat
memperlihatkan tumor intramural, meskipun buli tidak terdistensi maksimal. Hal ini tidak
bisa dievaluasi dengan CT-Scan dan USG. Selain itu MRI dapat memperlihatkan adanya
pembesaran kelenjar limfe.
Tavqes NJ dkk (1990) melaporkan bahwa MRI dalam mendeteksi karsinoma buli yang
invasif ke muskularis mempunyai sensitivitas 97%, spesifisitas 83% dan akurasi 94%.
Penggunaan MRI untuk deteksi karsinoma buli yang ekstensi ke ekstravesikal didapatkan
sensitivitas 95%, spesifisitas 100% dan akurasi 97%. USG transabdominal dengan
menggunakan tranducer 3,5-5,O mHz dapat mengevaluasi dinding buli pada keadaan buli
terisi penuh (distended). USG berguna dalam menentukan tumor buli dan dapat
menunjukkan perluasan ke ruang perivesikal atau organ yang berdekatan.
Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect dan
mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum.
Didapatkannya hidroureter atau hidroneftosis merupakan salah satu tanda adanya
infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk
menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.
10. Penatalaksanaan Medis/Operatif
1. Diversi Urine
Prosedur diversi urin dilakukan untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ke
tempat keluar yang baru, biasanya melalui lubang yang dibuat lewat pembedahan pada
kulit (stoma). Terdapat dua kategori diversi urin yaitu :
a) Diversi Ureteroenterokutaneus (bagian dari intestinum digunakan untuk membuat
tempat penampungan urin yang baru)
Saluran Konvensional
Ureter dicangkok pada suatu bagian ileum terminalis yang diisolir (ileal conduit)
dan kemudian salah satu ujung lintasan dihubungkan dengan dinding abdomen.
Ureter juga dapat dicangkok pada kolon sigmoid yang melintang (colon conduit),
atau pada jejenum pars proksimal (jejunal conduit).
Continent Ileal Urinary Reservoir (Kock Pouch)
Ureter dicangkokkan pada suatu segmen ileum yang sudah diisolir (katong ;
pouch) dengan katup satu arah yang bentuknya menyerupai puting sus, urin
dialirkan keluar melalui kateter.
Ureterosigmoidostomi
Merupakan implantasi ureter ke dalam kolon sigmoid, dimana ureter dimasukkan
ke dalam sigmoid dan dengan demikian urin dapat mengalir lewat kolon serta
keluar dari rektum.
b) Diversi Kutaneus (urin dialirkan lewat sebuah lubang yang dibuat pada dinding
abdomen serta kulit)
Ureterostomi Kutaneus
Ureter yang dipotong didekatkan pada dinding abdomen dan dihubungkan
dengan lubang pada kulit
Vesikostomi
Tindakan ini dengan cara kandung kemih dijahit pada dinding abdomen dan
dibuat lubang (stoma) lewat dinding abdomen serta kandung kemih untuk
pengaliran ke luar (drainase) urin.
Nefrostomi
Kateter disisipkan ke dalam pelvis renis lewat luka insisi pada pinggang atau
dengan pemasangan kateter perkutan ke dalam ginjal.
2. Diversi urine Orthotopic
Teknik membuat neobladder dan segmen usus yang kemudian dilakukan anastomosis
dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui
uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali
diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai kekurangannya dan kemudian
disempurnakan oleh Studer dan Hautmann.
11. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pengkajian
a) Identitas
Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah buli-buli.
Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada
wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien
mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.
b) Riwayat keperawatan
Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten,
merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama
malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang
konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan
nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis.
c) Pengkajian Fokus
1. Aktivitas dan Istirahat
Gejala : merasa lemah dan lelah
Tanda : perubahan kesadaran
2. Sirkulasi
Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal
Tanda : tekanan darah meningkat, bradikardia atau takikardia
3. Integritas Ego
Gejala : Perubahan tingkah laku
Tanda : cemas, mudah tersinggung
4. Eliminasi
Gejala : Perubahan saat BAK
Tanda : Nyeri saat BAK, hematuria
5. Makanan dan Cairan
Gejala : Mual, muntah
Tanda : mual
6. Nyeri/keamanan
Gejala : Sakit pada area abdomen
Tanda : wajah menyeringai, respon menarik diri dari stimulus nyeri
7. Interaksi sosial
Gejala :Perubahan interaksi dengan orang lain
Tanda :Rasa tak berdaya, menolak anak ini
8. Keamanan
Gejala : Trauma baru
Tanda : Terjadi kekambuhan baru
d) Pemeriksaan fisik dan klinis
Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pembesaran suprapubic bila
tumor sudah besar. Palpasi, teraba tumor masa suprapubic, pemeriksaan bimanual
teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT
atau RT
Lakukan inspeksiabdomen bagian bawah, kandung kemih adalah organ berongga
yang mampu membesar u/ mengumpulkan dan mengeluarkan urin yang dibuat
ginjal, selanjutnya perkusi dengan cara pasien dalam posisi terlentang, perkusi
dilakukan dari arah depan, lakukan pengetukan pada daerah kandung kemih,
daerah suprapubik. Kemudian lakukan palpasi kandung kemih pada.
daerah suprapubis dimana normalnya kandung kemih terletak di bawah simfibis
pubis tetapi setelah membesar meregang ini dapat terlihat distensi pada area
suprapubis. Bila kandung kemih penuh akan terdengar dullness atau redup. Pada
kondisi yang berarti urin dapat dikeluarkan secara lengkap pada kandung kemih.
Kandung kemih tidak teraba. Bila ada obstruksi urin normal maka urin tidak dapat
dikeluarkan dari kandung kemih maka akan terkumpul. Hal ini mengakibatkan
distensi kandung kemih yang bias di palpasi di daerah suprapubis
e) Pemeriksaan pembantu
Tes buli-buli : dengan cara buli-buli dikosongkan dengan kateter, lalu dimasukkan
500 ml larutan garam faal yang sedikit melebihi kapasitas buli-buli, kemudian
kateter di klem sebentar, lalu dibuka kembali, bila selisihnya cukup besar
mungkin terdapat rupture buli-buli.
12. Analisa Data
a. Analisa Data Pre Operatif dan Post Operatif
Symptom Etiologi Problem
PRE OPERATIF
DO :a. Berat badan
meningkat pada waktu yang singkat
b. Asupan berlebihan dibanding output
c. Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP
d. Distensi vena jugularis
e. Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), kongestikemacetan paru, pleural effusion
f. Hb dan hematokrit menurun, perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat jenis
g. Suara jantung SIIIh. Reflek hepatojugular
positif i. Oliguria, azotemia Perubahan status mental,
kegelisahan, kecemasan
Hiperalbumin akibat kerusakan
filtrasi glomerulus
Tekanan koloid osmotik
terganggu
Gangguan shift cairan tubuh
Perpindahan shift cairan dari intravsakular ke interstitial
Akumulasi cairan
Edema
Kelebihan Volume Cairan
Kelebihan Volume
Cairan
DO :1. Laporan secara verbal
atau non verbal 2. Fakta dari observasi 3. Gerakan melindungi 4. Tingkah laku berhati-
hati5. Muka topeng 6. Gangguan tidur (mata
sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai).
7. Terfokus pada diri sendiri .
8. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan).
9. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui
Tumor Buli
Ulserasi Metastase Oklusi
Infeksi sekunder : Refluks- Panas saat - kencing
Merasa panas Hidronefrosisdan tubuh lemas
- HematuriaNyeri
suprapubik dan nyeri punggung
Nyeri Akut
13. Diagnosa Keperawatan Prioritas
Pre - Operatif
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan terganggunya mekanisme regulasi di
renal
b. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit, penekanan atau kerusakan
jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplai syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi
c. Ansietas berhubungan dengan situasi krisis (tumor), perubahan kesehatan, kurangnya
paparan informasi akurat seputar rencana tindakan pembedahan.
Post - Operatif
d. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat
pembedahan
e. Kerusakan integritas kulit b.d destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap tekanan,
gesekan dan fraksi akibat immobilisasi
f. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
hipermetabolik yang berhubungan dengan tumor, efek kemoterapi, radiasi,
pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa pengecapan, nausea),
emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri .
g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh
sekunder dan sistem imun (efek kemoterapi atau radiasi), malnutrisi, prosedur invasif,
ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen, perawatan luka
pasca pembedahan yang kurang tepat.
top related