kajian penggunaan pompa irigasi untuk pertanian … · saya menyatakan dengan sebenar-benarnya...
Post on 23-Mar-2019
245 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KAJIAN PENGGUNAAN POMPA IRIGASI UNTUK
DI DESA BABAKAN RADEN
DEPARTEMEN TEKNIK FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PENGGUNAAN POMPA IRIGASI UNTUK
DI DESA BABAKAN RADEN KECAMATAN
KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI
YUYUN LUTFIANITA
F14062790
DEPARTEMEN TEKNIK MESIN DAN BIOSISTEMFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010
PENGGUNAAN POMPA IRIGASI UNTUK PERTANIAN
KECAMATAN CARIU,
MESIN DAN BIOSISTEM FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
ii
STUDY ON THE APPLICATION OF IRRIGATION PUMPS FOR
AGRICULTURE IN BABAKAN RADEN,
CARIU, BOGOR
Yuyun Lutfianita and Dedi Kusnadi Kalsim
Department of Mechanical and Biosystem Engineering, Faculty of Agricultural Technology,
Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia.
e-mail: dkalsim@yahoo.com
ABSTRACT
One of the main problems that occur in irrigation supply is the increasing water scarcity at
certain times. Actually the water is still available in the basin, it's just necessary some efforts to supply the irrigation needs. Actually the water can be raised by using water pump. If agriculture only depends on surface water and rainfall, it will not be able to increase the productivity of land because the crop water requirement is not fulfilled in some periods. The purpose of this study are determining the irrigation water pricing and finding out profitable irrigated farming. Irrigation water requirement is calculated with CROPWAT 8.0 software by using climate and rainfall conditions as input parameters, and engineering economy is used to calculate irrigation water pricing. The result shows that existence of the pump for lifting up the water to agricultural land could help farmers in increasing cropping intensity and farmers income because the farmers could plant three times a year with cropping pattern rice-rice-secondary crops or rice-rice-vegetables. The most profitable cropping pattern is rice-rice-vegetable because vegetables income is the highest among secondary crops. For sustainable farming, irrigation water cost have to based on irrigation water pricing. Keywords: irrigation water pricing, irrigation pumps, farming
iii
YUYUN LUTFIANITA. F14062790. Kajian Penggunaan Pompa Irigasi untuk Pertanian di Desa Babakan Raden, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor. Di bawah bimbingan Dedi Kusnadi Kalsim. 2010.
RINGKASAN
Salah satu persoalan utama yang terjadi dalam penyediaan air irigasi adalah semakin langkanya ketersediaan air (water scarcity) pada waktu-waktu tertentu. Pada sisi lain permintaan air untuk berbagai kebutuhan cenderung semakin meningkat sebagai akibat peningkatan jumlah penduduk, beragamnya pemanfaatan air, berkembangnya pembangunan, serta kecenderungan menurunnya kualitas air akibat pencemaran oleh berbagai kegiatan. Sebenarnya air masih tersedia di dalam cekungan tanah, hanya saja diperlukan adanya usaha untuk memenuhi kebutuhan air irigasi tersebut. Pengangkatan air ini dapat dilakukan dengan menggunakan pompa air, karena dinilai jika pertanian hanya mengandalkan air permukaan dan curah hujan, maka tidak akan dapat meningkatkan produktivitas lahan karena ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan tanaman tidak terpenuhi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui harga air irigasi dalam satuan Rp/m3 dan mengetahui apakah usahatani beririgasi menguntungkan atau tidak. Penelitian dilakukan di Desa Babakan Raden, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor, pada bulan Maret sampai Mei 2010. Pengambilan data dilakukan pada salah satu kelompok tani yang menggunakan pompa sebagai sarana penunjang irigasi. Hari dan jam kerja pompa beragam untuk masing-masing MT, hal ini dikarenakan kebutuhan air dan curah hujan yang beragam. Pompa beroperasi selama 4.720 jam per tahun dengan rata-rata penggunaan 20 jam per aplikasi. Harga air irigasi di lokasi penelitian adalah sebesar Rp240/m3 atau Rp24.192/jam dengan pompa swadaya tanpa biaya penggantian dan Rp250/m3 atau Rp27.000/jam dengan ditambah biaya penggantian. Apabila sarana irigasi merupakan bantuan dari pemerintah harga air irigasi adalah sebesar Rp224/m3 atau Rp24.192/jam tanpa biaya penggantian dan Rp234/m3 atau Rp25.272/jam dengan ditambah biaya penggantian. Pada kondisi ini, biaya penggantian adalah sebesar Rp10/m3. Efisiensi penyaluran di lokasi penelitian adalah sebesar 34% pada MT I, 33% pada MT II dan 85 % pada MT III. Efisiensi yang kecil ini diduga akibat pemborosan jam operasi pompa pada MT I dan MT II. Jika berasumsi efisiensi penyaluran pada MT I dan MT II sebesar 60% maka akan terjadi pengurangan jam operasional pompa, namun harga air rigasi akan meningkat. Pada kondisi seperti ini harga air irigasi yang ditanggung adalah sebesar Rp268/m3 atau Rp28.944/jam apabila pompa diadakan secara swadaya oleh petani tanpa biaya penggantian sarana irigasi dan seharga Rp277/m3 atau Rp29.916/jam dengan ditambah biaya penggantian sarana irigasi. Apabila pompa dan mesin adalah bantuan pemerintah maka harga air yang ditanggung adalah sebesar Rp249/m3 atau Rp26.892/jam tanpa biaya penggantian sarana irigasi dan Rp259/m3 atau Rp27.972/jam dengan ditambah biaya penggantian sarana irigai. Biaya penggantian pompa, mesin penggerak adalah sebesar Rp9/m3. Pada kenyataannya biaya air irigasi dibayarkan dengan wujud hasil panen petani. Hal ini merupakan kesepakatan dan aturan yang berlaku pada kelompok tani di lokasi penelitian. Jumlah dan besarnya adalah 5 kwintal padi GKP per hektar atau senilai Rp1.250.000/ha untuk tanaman padi pada MT I, senilai 3 kwintal padi GKP per hektar atau Rp750.000/ha untuk komoditas yang ditanam pada MT II dan III pada tingkat harga padi GKP Rp2.500/kg. Dalam kondisi ini petani akan untung, namun pengurus akan mengalami kerugian, karena biaya irigasi yang dibayarkan relatif kecil. Pembayaran iuran irigasi aktual di lokasi penelitian adalah sebesar Rp2.7500.000/tahun, dengan sistem ini maka petani tidak mampu mengadakan pompa dan peralatan irigasinya kembali. Hal ini dikarenakan jumlah biaya untuk penggantian hanya sebesar 10% dari total iuran atau sebesar Rp275.000/tahun. Agar dapat mengganti pompa dan mesin penggerak serta perlengkapan lainnya maka kelompok tani harus
iv
mengumpulkan tabungan sebanyak Rp5.356.163/tahun dengan memperhitungkan inflasi sebesar 5,8%/tahun.
Keuntungan bersih dari usahatani di lokasi penelitian dengan biaya air irigasi aktual adalah berkisar Rp7.100.00-Rp10.255.00/MT untuk padi pada tingkat produksi 5,8-7,3 ton/ha padi GKP dengan harga produk Rp2.500/kg, untuk tanaman kacang tanah adalah Rp4.776.000/MT pada tingkat produksi 3,2 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/kg dan untuk kedelai akan memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp2.915.000/MT pada tingkat produksi 5 ton/ha dengan harga produk Rp1.500/kg. Komoditas sayuran akan mendapatkan keuntungan bersih sebesar Rp5.797.000/MT untuk kacang panjang pada tingkat produksi 7,5 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/MT, dan sebesar Rp5.091.000/MT untuk mentimun pada tingkat produksi 20 ton/ha dengan tingkat harga Rp1.000/kg. Pada kondisi ini pola tanam yang paling menguntungkan adalah padi-padi-sayuran dengan total keuntungan bersih Rp22.446.000-Rp23.152.000/tahun dibandingkan dengan pola tanam padi-padi-palawija dangan total keuntungan Rp20.270.000-Rp22.131.000/tahun. Adannya perubahan iuran irigasi, akan mempengaruhi keuntungan bersih dari petani, keuntungan bersih dari petani dengan harga air yang telah dihitung dengan perhitungan ekonomi teknik maka keuntungan bersih masing-masing komoditi akan berubah. Pendapatan bersih padi pada tingkat produksi 5,8-7,3 ton/ha padi GKP adalah sebesar Rp5.708.000-Rp10.214.000/MT pada tingkat harga Rp2.500/kg padi GKP, untuk tanaman kacang tanah akan memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp4.459.300-Rp4.570.000/MT pada tingkat produksi 3,2 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/kg, sedangkan kedelai mempunyai keuntungan bersih Rp3.058.300-Rp3.143.000/MT pada tingkat produksi 5 ton/ha dengan harga produk Rp1.500/kg. Keuntungan bersih dari tanaman kacang panjang adalah Rp5.610.000-Rp5.797.000/MT pada tingkat produksi 7,5 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/kg, dan untuk mentimun adalah Rp4.942.000-Rp5.091.000/MT pada tingkat produksi 20 ton/ha dengan harga produk Rp1.000/kg. Pada kondisi ini pola tanam yang paling menguntungkan adalah sama, yaitu padi-padi-sayuran dengan total keuntungan bersih Rp21.140.000-Rp22.268.000/tahun dibandingkan dengan pola tanam padi-padi-palawija dengan total keuntungan bersih Rp19.294.000-Rp21.131.300/tahun.
Biaya usahatani di lokasi penelitian adalah Rp7.995.000/ha (padi MT I), Rp7.495.0000/ha (padi MT II dan MT III), Rp3.224.000/ha (kacang tanah MT III), Rp4.380.000/ha (kedelai MT III), Rp12.953.000/ha (kacang panjang MT III), Rp14.909.000/ha (mentimun MT III). Perhitungan biaya air menggunakan iuran padi GKP. Sedangkan apabila harga air yang digunakan adalah berdasarkan perhitungan ekonomi teknik maka biaya usahatani adalah Rp7.659.000-Rp7.810.000/ha padi MT I, Rp7.501.000–Rp 8.488.800/ha (padi MT II), Rp8.669.000-Rp9.192.600/ha (padi MT III), Rp4.143.000-Rp4.876.000/ha (kedelai MT III), Rp3.430.000-Rp3.780.000/ha (kacang tanah MT III), Rp13.000.000-Rp13.300.000/ha (kacang panjang MT III), dan Rp14.000.000-Rp15.200.000/ha (mentimun MT III). Tabungan atau kas yang harus dikumpulkan oleh petani sebagai biaya perbaikan untuk mesin diesel dan pompa serta selang air adalah sebesar Rp5.356.163/tahun dengan memperhitungkan laju inflasi sebesar 5,8%/tahun.
Adanya pompa sangat membantu petani dalam meningkatkan intensitas penanaman karena kebutuhan air irigasi dapat terpenuhi tanpa mengandalkan curah hujan. Oleh sebab itu agar dapat mencukupi biaya penggantian pompa, mesin penggerak, selang dorong dan selang hisap, harga air irigasi yang diberlakukan sebaiknya sudah menambahkan biaya penggantian. Sehingga biaya untuk penggantian mesin dapat terpenuhi dengan baik dan petani dapat mengadakan sarana irigasi kembali jika sudah melewati umur ekonomis secara swadaya tanpa bergantung kepada bantuan pemerintah. Dengan demikian usahatani akan terus berlanjut tanpa adanya masalah penyediaan air irigasi. Faktor pendorong dari penerapan irigasi pompa adalah adanya manfaat yang dirasakan petani setelah adanya pompa sebagai sarana penunjang irigasi dengan meningkatnya intensitas pertanaman dan pendapatan petani. Sedangkan faktor penghambatnya adalah masih sulitnya pengadaan pompa secara swadaya oleh petani akibat biaya investasi yang besar pada awal pengadaan pompa.
v
KAJIAN PENGGUNAAN POMPA IRIGASI UNTUK PERTANIAN DI DESA BABAKAN RADEN, KECAMATAN CARIU,
KABUPATEN BOGOR
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
pada Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor
Oleh
YUYUN LUTFIANITA
F14062790
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2010
vi
Judul skripsi : Kajian Penggunaan Pompa Irigasi untuk Pertanian di Desa Babakan Raden,
Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor.
Nama : Yuyun Lutfianita
NIM : F14062790
Bogor, Desember 2010
Menyetujui
Dosen Pembimbing Akademik
Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M. Eng Dip. HE
NIP. 19490419 197603 1 002
Mengetahui
Ketua Departemen Teknik Mesin dan Biosistem
Dr. Ir. Desrial, M. Eng
NIP. 19661201 199103 1 004
Tanggal Lulus:
vii
PERNYATAAN MENGENAI SKIPSI DAN SUMBER INFORMASI
Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Kajian Penggunaan Pompa Irigasi untuk Pertanian di Desa Babakan Raden, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor adalah hasil karya saya sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak di terbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skipsi ini.
Bogor, 18 Oktober 2010 Yang membuat pernyataan Yuyun Lutfianita F14062790
viii
© Hak cipta milik Yuyun Lutfianita, Tahun 2010 Hak cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari Institut Pertanian Bogor, sebagian
atau seluruhnya dalam bentuk apa pun, baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya
ix
BIODATA PENULIS
Penulis bernama lengkap YUYUN LUTFIANITA dilahirkan di Malang
pada tanggal 18 Oktober 1987. Penulis merupakan anak ketiga dari empat
bersaudara dari pasangan Bapak Achmad Ngatino dan Ibu Rukhaniyah.
Penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-kanak dari TK Dewi
Masithah I Kecamatan Kalipare, Kabupaten Malang tahun 1993. Kemudian
penulis melanjutkan ke Madrasah Ibtidaiyah (MI) Sunan Giri I dari tahun
1993 – 1999. Setelah lulus penulis melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah
(MTs) PGRI dan lulus pada tahun 2002, selanjutnya penulis menamatkan
Sekolah Menengah Atas pada tahun 2006 dari SMA POMOSDA
Tanjungganon, Nganjuk, Jawa Timur. Pada tahun yang sama penulis diterima di Institut Pertanian
Bogor melaui jalur Beasiswa Utusan Daerah (BUD) Departemen Agama Republik Indonesia. Penulis
memilih mayor Teknik Pertanian yang berada di bawah Departemen Teknik Mesin dan Biosistem,
Fakultas Teknologi Pertanian IPB.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif dibeberapa kelembagaan mahasiswa, seperti
Himpunan Mahasiswa Teknik Pertanian (HIMATETA) pada tahun 2007-2008 sebagai staf Riset dan
Teknologi dan BEM (Badan Ekskutif Mahasiswa) Fakultas Teknologi Pertanian sebagai staf Politik
dan Kajian Strategi. Penulis juga pernah menjadi asisten praktikum Mekanika Fluida bagi mahasiswa
Teknik Pertanian-S1 tingkat dua. Selain bidang akademik penulis juga aktif mengikuti Program
Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2008 dan 2009. Tahun 2008 penulis menjadi juaraII pada
PIMNAS (Pekan Ilmiah Mahasiswa nasional) XXI di Universitas Islam Sultan Agung Semarang dan
menjadi juara I pada PIMNAS XXIII di Universitas Mahasaraswati Denpasar, Bali tahun 2010. Pada
tingkat tiga penulis melakukan praktik lapangan di Pabrik Gula Madukismo Yogjakarta dengan judul
“Aspek Teknik Irigasi pada Perkebunan Tebu PG. Madukismo PT. Madu Baru”.
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen
Teknik Mesin dan Biosistem maka penulis menyelesaikan skripsi dengan judul “Kajian Penggunaan
Pompa Irigasi untuk Pertanian di Desa Babakan Raden, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor”.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Dzat wajibul wujud yang Allah SWT asma-Nya, atas
rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian yang dipilih adalah
“Kajian Penggunaan Pompa Irigasi untuk Pertanian di Desa Babakan Raden, Kecamatan Cariu,
Kabupaten Bogor” yang dilaksanakan di Desa Babakan Raden sejak bulan Maret sampai Mei 2010.
Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. GURU ku yang selalu membimbing dan mengayomi semua muridnya.
2. Departemen Agama RI selaku pemberi beasiswa selama kuliah di IPB.
3. Ir. Dedi Kusnadi Kalsim, M.Eng Dip.HE, selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan bimbingan kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Ir. I Wayan Astika, M.Si dan Sutoyo, S.TP M.Si, selaku dosen penguji skripsi.
5. Ayahanda dan Ibunda, kakak serta adik tercinta yang selalu memberikan dorongan motivasi dan
do’a selama ini.
6. Dewan Asatid SMA POMOSDA yang telah memberikan dukungan dan do’a selama proses
pembelajaran ini.
7. Bapak Suparman selaku ketua kelompok tani Berkah Saluyu Babakan Raden, kecamatan Cariu
Kabupaten Bogor.
8. Teman-teman di Departemen Teknik Mesin dan Boisistem angkatan 43, khususnya Wahid, Yeni,
Aprileni, Putra serta Niko yang telah banyak membantu selama proses penelitian.
9. Teman-teman CSS MORA IPB dan nasional, yang telah memberikan dukungan selama kuliah di
IPB.
Bogor, 18 Oktober 2010
Yuyun Lutfianita
xi
Halaman
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ………………………………………………....................................... x
DAFTAR TABEL ……………………………………………………….................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................................................. xiv
DAFTAR LAMPIRAN ……………………………………………………............................. xv
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG …………………………………………….................................. 1
B. TUJUAN PENELITIAN …………………………………………….............................. 1
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. IRIGASI AIR TANAH ………………………………………………............................. 2
B. PENGELOLAAN IRIGASI ………………………………………................................. 2
C. KEBUTUHAN AIR TANAMAN ……………………………........................................ 2
D. BIAYA POMPANISASI .................................................................................................. 3
E. EFISIENSI IRIGASI......................................................................................................... 5
F. USAHATANI BERKELAJUTAN ................................................................................... 5
G. PENDAPATAN PETANI ..……………………………………….................................. 5
III. METODE PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN …………………………................................ 7
B. METODE PENGAMBILAN DATA ……………………………................................... 7
C. METODE ANALISIS DATA …………………………………….................................. 7
D. ALAT DAN BAHAN ……………………………………………................................... 8
IV . KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. BATAS ADMINISTRATIF LOKASI .........................……………................................ 9
B. PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN LAHAN ....................................................... 9
C. POLA TANAM ………………………………………………........................................ 9
D. KEADAAN PENGAIRAN ……………………………………….................................. 9
E. KEADAAN PENDUDUK DAN MATA PENCAHARIAN ………............................... 10
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. SISTEM PENGELOLAAN IRIGASI MESIN …………………..................................... 11
1. Operasi Sistem Irigasi Pompa Mesin …………………………............................. 11
2. Cara Pengaliran Air …………………………………………............................... 11
3. Jam Kerja Pompa ……………………………………………............................... 12
4. Luas Daerah Oncoran …………………………………………............................ 12
5. Kerusakan yang Sering Terjadi ………………………………….......................... 13
xii
Halaman
6. Efisiensi Penyaluran ……………………………………………........................... 14
B. KEBUTUHAN AIR IRIGASI ……………………………………….............................. 15
1. Kebutuhan Air Irigasi .....…………………………………………......................... 15
2. Curah Hujan Efektif ………………………………………………......................... 15
C. BIAYA POMPANISASI …………………………………………….............................. 16
D. ANALISIS USAHATANI …………………………………………................................ 17
1. Biaya dan Pendapatan Usahatani ………………………………............................ 17
2. Pengaruh pengurangan jam operasional pompa terhadap harga air irigasi ............ 21
E. KEMAMPUAN PETANI MEMBIAYAI IRIGASI POMPA ………………………….. 22
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN ……………………………………………………................................. 25
B. SARAN ……………………………………………………………................................. 27
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………............................ 28
LAMPIRAN ………………………………………………………………............................... 29
xiii
Halaman
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Nilai persentase biaya pemeliharaan dan perbaikan ……………………........................... 4
Tabel 2. Data keragaman penduduk berdasarkan mata pencaharian ........……................................ 10
Tabel 3. Harga air irigasi dalam satuan (Rp/jam) ............................................................................. 17
Tabel 4. Biaya usahatani dan biaya irigasi dengan padi GKP per hektar di lokasi penelitian ......... 17
Tabel 5. Biaya usahatani dan biaya air berdasarkan kebutuhan air irigasi per hektar dengan
berbagai harga air irigasi di lokasi penelitian ……...................…...................................... 18
Tabel 6. Keuntungan bersih usahatani dengan berbagai harga air irigasi di lokasi penelitian ......... 19
Tabel 7. Hasil produksi per hektar di Desa Babakan Raden menurut jenis tanaman tahun 2010..... 20
Tabel 8. Titik impas dari masing-masing komoditas pertanian di lokasi penelitian ........................ 21
Tabel 9. Perbandingan kebutuhan air irigasi sebelum dan sesudah adanya pengurangan jam
operasi pompa ..................................................................................................................... 21
Tabel 10. Perbandingan keuntungan bersih sebelum dan sesudah pengurangan jam operasi pompa 22
Tabel 11. Perhitungan jumlah tabungan yang harus dikumpulkan petani per tahun sebagai biaya
penggantian mesin dan pompa (inflasi 5,8%/tahun) ........................................................... 23
Tabel 12. Jumlah biaya irigasi jika dibayarkan dalam bentuk padi GKP dengan tingkat harga
Rp2.500/kg GKP ................................................................................................................ 24
xiv
Halaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Diagram alir metode penelitian ...............................…………………….................... 8
Gambar 2. Sketsa posisi pompa di lahan pertanian.......................................……….................... 10
Gambar 3. Grafik curah hujan rata-rata (2000-2009) di lokasi penelitian .................................... 10
Gambar 4. Rumah mesin diesel dan pompa pengairan ................................................................. 11
Gambar 5. Saluran irigasi di tengah lahan sawah ……...................….......................................... 12
Gambar 6. Kondisi lahan pertanian teririgasi................................................................................ 13
Gambar 7. Sketsa lahan teririgasi dan saluran irigasi ........................……………................…... 13
Gambar 8. Kerusakan yang sering terjadi pada sarana irigasi ......……...….……………............ 14
Gambar 9. Mesin diesel KUBOTA 25 hp dan pompa air NIAGARA 8“ ..................................... 14
Gambar 10. Grafik curah hujan efektif tahun (2000-2009) di lokasi penelitian ............................. 16
xv
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta lokasi penelitian di Kecamatan Cariu ……………............................................. 30
Lampiran 2. Curah hujan selama sepuluh tahun (2000-2009) ……………………….................... 31
Lampiran 3. Hasil perhitungan evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) dan Curah hujan efektif
di Kecamatan Cariu (2000-2009) ………………………........................................... 32
Lampiran 4. Kebutuhan air irigasi komoditas pertanian per MT di lokasi penelitian ..................... 33
Lampiran 5. Perhitungan efisiensi penyaluran dan kebutuhan air irigasi pada setiap MT di lokasi
penelitian ...……………………………………………….......................................... 38
Lampiran 6. Perhitungan biaya pompanisasi di lokasi penelitian ................................................... 39
Lampiran 7. Perhitungan debit pemompaan dan jam operasi pompa ............................................. 41
Lampiran 8a. Contoh perhitungan analisis usahatani per musim tanam di lokasi penelitian tahun
2010 dengan harga air iuran irigasi padi GKP ............................................................ 42
Lampiran 8b. Contoh perhitungan analisis usahatani per musim tanam di lokasi penelitian tahun
2010 dengan harga air Rp224/m3 ................................................................................ 48
Lampiran 8c. Contoh perhitungan analisis usahatani per musim tanam di lokasi penelitian tahun
2010 dengan harga air Rp234/m3 ................................................................................ 55
Lampiran 8d. Contoh perhitungan analisis usahatani per musim tanam di lokasi penelitian tahun
2010 dengan harga air Rp240/m3 ................................................................................ 62
Lampiran 8e. Contoh perhitungan analisis usahatani per musim tanam di lokasi penelitian tahun
2010 dengan harga air Rp250/m3 ................................................................................ 69
Lampiran 9. Perhitungan biaya pompanisasi dengan adanya pengurangan jam operasi pompa di
lokasi penelitian ...............………………………........…........................................... 76
1
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Pengelolaan irigasi sangat diperhatikan dalam tataguna air. Mengingat untuk dapat tumbuh
dengan baik tanaman memerlukan air. Kebutuhan ini umumnya dipenuhi dengan adanya saluran
irigasi teknis. Seiring dengan bertambahnya penduduk dan keterbatasan lahan, maka banyak
lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi perumahan dan perindustrian.
Pertumbuhan penduduk yang tidak sebanding dengan keberadaan lahan pertanian yang
relatif tetap, memerlukan lahan yang produktif dalam menghasilkan bahan pangan untuk
memenuhi kebutuhan pangan sehingga terwujud ketahanan pangan. Ketahanan pangan diartikan
sebagai kondisi terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan
yang cukup, baik dalam jumlah maupun mutunya, aman dan merata, serta terjangkau (Suroso et
al., 2007). Berbagai cara dapat dilakukan dalam rangka pembangunan di bidang pertanian untuk
dapat meningkatkan produksi pangan antara lain dengan ekstensifikasi dan intensifikasi.
Ekstensifikasi yaitu usaha peningkatan produksi pangan dengan meluaskan areal tanam.
Sedangkan intensifikasi yaitu usaha peningkatan produksi pangan dengan cara-cara yang intensif
pada lahan yang sudah ada, antara lain dengan penggunaan bibit unggul, pemberian pupuk yang
tepat serta pemberian air irigasi yang efektif dan efisien.
Pembangunan saluran irigasi untuk menunjang penyediaan bahan pangan nasional sangat
diperlukan, sehingga ketersediaan air di lahan akan terpenuhi walaupun lahan tersebut berada jauh
dari sumber air permukaan (sungai). Hal tersebut tidak terlepas dari usaha teknik irigasi yaitu
memberikan air dengan kondisi tepat mutu, tepat ruang dan tepat waktu dengan cara yang efektif
dan ekonomis (Sudjarwadi, 1990). Kontribusi prasarana dan sarana irigasi terhadap ketahanan
pangan selama ini cukup besar yaitu sebanyak 84% produksi beras nasional bersumber dari daerah
irigasi (Hasan, 2005).
Salah satu persoalan utama yang terjadi dalam penyediaan air irigasi adalah semakin
langkanya ketersediaan air (water scarcity) pada waktu-waktu tertentu. Pada sisi lain permintaan
air untuk berbagai kebutuhan cenderung semakin meningkat sebagai akibat peningkatan jumlah
penduduk, beragamnya pemanfaatan air, berkembangnya pembangunan, serta kecenderungan
menurunnya kualitas air akibat pencemaran oleh berbagai kegiatan (Bustomi, 2003). Sebenarnya
air masih tersedia di dalam cekungan tanah, hanya saja diperlukan adanya usaha untuk memenuhi
kebutuhan air irigasi tersebut. Pengangkatan air ini dapat dilakukan dengan menggunakan pompa
air, karena dinilai jika pertanian hanya mengandalkan air permukaan dan curah hujan, maka tidak
akan dapat meningkatkan produktivitas lahan karena ketersediaan air untuk memenuhi kebutuhan
tanaman tidak terpenuhi. Berlatar belakang masalah tersebut maka perlu diadakan penelitian kajian
penggunaan pompa untuk memenuhi air irigasi. Sehingga dapat diambil kesimpulan apakah benar
jika petani menggunakan pompa sebagai sarana penunjang irigasi, petani akan mengalami
kerugian akibat total biaya yang dikeluarkan cukup besar.
B. TUJUAN PENELITIAN Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui harga air yang dikeluarkan petani dengan menggunakan pompa dalam satuan Rp/m3.
2. Mengetahui apakah usahatani beririgasi pompa menguntungkan atau tidak. 3. Mengetahui faktor pendorong dan penghambat dari kegunaan pompa untuk irigasi.
2
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. IRIGASI AIR TANAH Penggunaan air tanah di Indonesia telah berkembang dengan pesat, meskipun apabila
dibandingkan dengan penggunaan air permukaan, irigasi air tanah masih lebih rendah. Irigasi air
tanah merupakan suatu sistem irigasi yang memanfaatkan air tanah dengan cara mengangkat air
melalui pemompaan untuk digunakan sebagai input bagi produk pertanian. Walaupun secara
empiris pengelolaan usahatani dan penggolongan irigasi air tanah baik yang berskala besar
maupun kecil tidak berada dalam satu manajemen, aktivitas penyediaan irigasi air tanah tidak akan
bermakna tanpa adanya usahatani yang memanfaatkannya. Sehingga eksistensi irigasi air tanah
merupakan bagian integral dari sistem usahatani (Sumaryanto dan Pakpahan, 1999 dalam Munir,
2003).
Pengembangan irigasi air tanah sebagai sumber air irigasi pada daerah pertanian diharapkan
dapat meningkatkan produksi pertanian, intensitas tanam dan pola tanam. Dengan demikian dapat
meningkatkan pendapatan dalam rangka pengentasan kemiskinan, bahkan dalam kondisi tertentu
dapat menyediakan air minum bagi masyarakat dan ternak di sekitarnya (Sumaryanto dan
Pakpahan, 1999 dalam Munir, 2003).
B. PENGELOLAAN IRIGASI Sumberdaya air merupakan barang milik umum (common property resources), yang juga
bersifat mudah menggunakannya secara terbuka (open acces), karena itu dalam pengelolaanya
cenderung terjadi pengurasan yang berlebihan (over exploitation), tanpa adanya tanggung jawab
secara langsung dalam pengontrolan pemanfaatannya. Keadaan ini akhirnya mengakibatkan
terjadinya bencana umum. Pengelolaan irigasi hendaknya dilakukan oleh masyarakat itu sendiri,
karena mereka lebih mengerti mengenai kondisi lingkungan setempat sehingga mampu mengelola
secara lestari (Tunner et al., 1994 dalam Yusuf 2001).
C. KEBUTUHAN AIR TANAMAN Penggunaan konsumtif adalah jumlah total air yang dikonsumsi tanaman untuk penguapan
(evaporasi), transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Kadang-kadang istilah itu disebut juga
sebagai evapotranspirasi tanaman. Jumlah evapotranspirasi kumulatif selama pertumbuhan
tanaman yang harus dipenuhi oleh air irigasi, dipengaruhi oleh jenis tanaman, radiasi surya, sistem
irigasi, lamanya pertumbuhan, hujan dan faktor lainnya. Jumlah air yang ditranspirasikan tanaman
tergantung pada jumlah lengas yang tersedia di daerah perakaran, suhu dan kelembaban udara,
kecepatan angin, intensitas dan lama penyinaran, tahapan pertumbuhan, tipe dedaunan. (Kalsim,
D. K., 2006).
Terdapat dua metode untuk mendapatkan angka penggunaan konsumtif tanaman, yakni (a)
pengukuran langsung dengan lysimeter bertimbangan (weighting lysimeter) atau tidak
bertimbangan, dan (b) secara tidak langsung dengan menggunakan rumus empirik berdasarkan
data unsur cuaca. Secara tidak langsung dengan menggunakan rumus empirik berdasarkan data
unsur cuaca, digunakan untuk menduga nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo). ETo adalah
jumlah air yang dievapotranspirasikan oleh tanaman rumputan dengan tinggi 15~20 cm, tumbuh
sehat, menutup tanah dengan sempurna, pada kondisi cukup air.
3
Berbagai rumus empirik dapat digunakan untuk pendugaan evapotranspirasi tanaman acuan
(ETo) tergantung pada ketersediaan data unsur cuaca, antara lain: metode Blaney-Criddle,
Penman, Radiasi, Panci evaporasi (FAO, 1987). Pada tahun 1999 FAO merekomendasikan
metode Penman-Monteith untuk digunakan jika data iklim tersedia (suhu rerata udara harian, jam
penyinaran rerata harian, kelembaban relatif rerata harian, dan kecepatan angin rerata harian).
Selain itu diperlukan juga data letak geografis dan elevasi lahan di atas permukaan laut.
Selanjutnya untuk mengetahui nilai ETc tanaman tertentu maka ETo dikalikan dengan nilai Kc
yakni koefisien tanaman yang tergantung pada jenis tanaman dan tahap pertumbuhan. Nilai Kc
tersedia untuk setiap jenis tanaman.
ETc = Kc x ETo ...……………………………………………………../1/
Keperluan air untuk ETc ini dipenuhi oleh air hujan (efektif) dan kalau tidak cukup oleh air irigasi.
Keperluan air irigasi atau KAI dinyatakan dengan persamaan:
KAI = ETc – He .........……………………………………………….../2/
KAI adalah kebutuhan air irigasi (mm/hari), ETc adalah evapotranspirasi tanaman (mm/hari) dan
He adalah hujan efektif (mm/hari). Hujan efektif (He) adalah bagian dari total hujan yang
digunakan untuk keperluan tanaman. Perhitungan ETo dan daftar nilai Kc disediakan dalam
program CROPWAT 8.0.
D. BIAYA POMPANISASI Pramudya dan Dewi (1992) menerangkan bahwa, biaya dibedakan atas biaya tetap dan
biaya tidak tetap. Biaya investasi meliputi biaya pembelian mesin penggerak, pompa dan jaringan
pipa. Biaya tetap meliputi biaya untuk penyusutan dan bunga modal pada mesin penggerak,
pompa, dan jaringan pipa. Biaya tidak tetap meliputi biaya untuk memenuhi kebutuhan bahan
bakar, minyak pelumas, gemuk, gaji operator, pemeliharaan dan perbaikan.
1. Biaya penyusutan dapat dihitung dengan persamaan:
a. Tanpa meperhitungkan bunga modal
� = ���� ........................................................................................../3/
Keterangan :
D : Biaya penyusutan (Rp/tahun)
P : Harga awal (Rp)
S : Harga akhir (Rp)
N : Umur ekonomis (tahun)
b. Memperhitungkan bunga modal
� = �� − � ∗ � �
= �� − � �∗�����
����� �� .........................................................................../4/
Keterangan :
Crf : Capital Recovery Factor (faktor pengembalian modal)
i : Tingkat bunga modal (%/tahun)
4
2. Biaya bunga modal dan asuransi dihitung dengan persamaan:
� = �∗������ � ……………………………………………………............./5/
Keterangan :
I : Total biaya bunga modal dan asuransi (Rp/tahun)
P : Harga awal (Rp)
N : Umur ekonomis (tahun)
i : Tingkat bunga modal (%/tahun)
3. Biaya pemeliharaan dan perbaikan dihitung dengan persamaan:
��� = �,�% ����∗���� ��� .............................................................................../6/
Keterangan:
BPP : Biaya pemeliharaan dan perbaikan (Rp/tahun)
t : Lama pemompaan (jam/tahun)
P : Harga awal (Rp)
S : Harga akhir (Rp)
4. Nilai uang pada waktu akan datang dapat dihitung dengan persamaan:
�� = � �� + �� ......................................................................................./7/ Keterangan:
Fn : Nilai uang pada akhir tahun ke-N
P : Harga awal (Rp)
N : Umur ekonomis (tahun)
i : Tingkat bunga modal (%/tahun)
5. Jika bunga modal dipengaruhi oleh tingkat inflasi maka persamaan bunga modal yang
baru menjadi:
� = � + ! + �! …………………………………………………............/8/ Keterangan:
i’ : Bunga modal karena pengaruh inflasi (%/tahun)
f : Tingkat inflasi rata-rata per tahun (%/tahun)
6. Menurut Kay dan Hatcho, (1992) dalam Munir (2003), biaya pemeliharaan dan
perawatan (BPP) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
BPP (Rp/tahun) = A x Biaya pembangunan …………………........./9/ Dimana nilai A ditentukan berdasarkan persentase seperti dalam Tabel 1.
Tabel 1. Nilai persentase biaya pemeliharaan dan perbaikan
Keterangan Nilai A (%)
Mesin penggerak 10
Jaringan perpipaan 2
Sumur pompa 5
Rumah pompa 5
Saluran tanpa lapisan 10
5
E. EFISIENSI IRIGASI Masalah efisiensi muncul ketika jumlah ketersediaan air kurang dari yang dibutuhkan.
Jumlah air irigasi tidak seluruhnya dimanfaatkan oleh tanaman, karena dalam penyalurannya
terdapat faktor-faktor yang dapat mengurangi efisiensi irigasi antara lain perkolasi, rembesan dan
penguapan. Efisiensi dapat diukur pada tingkat usahatani, tersier, sekunder dan pada tingkat yang
lebih tinggi. Menurut Worl Bank (1990) dalam Munir (2003) penggunaan air pada tingkat
usahatani lebih efisien daripada bendungan. Pada tingkat usahatani, efisiensi penggunaan air
berkisar antara 65-80%, sedang di bendungan berkisar 20-70%. Efisiensi penggunaan air untuk
pertanian berkisar antara 6-36% dengan rata-rata sebesar 25%. Nilai ini lebih rendah daripada
nilai yang diperkirakan oleh Jezep (1992) dalam Munir (2003) yaitu 30-40%.
Menurut Scwab et al., (1981) efisiensi penyaluran air irigasi adalah pembagian jumlah air
yang sampai di lahan pertanian dengan jumlah air yang dipompa dikalikan dengan 100%.
Baumans et al,. dalam Yusuf (2001) menerangkan bahwa dengan pembuatan saluran irigasi
berlapisan (lining) dapat meningkatkan efisiensi teknis penggunaan air dengan menghemat sampai
20-30%. Hal ini akan mengurangi lama waktu irigasi ke areal pertanian.
F. USAHATANI BERKELANJUTAN Menurut Parman (1995) dalam Yusuf (2001), sistem pertanian berkelanjutan adalah
suatu sistem pertanian yang dapat berkembang ke arah terpenuhinya kebutuhan manusia yang
semakin meningkat dan terpeliharanya kesinambungan lingkungan sehingga dapat menjamin
kelangsungan hidup manusia dan spesies lainnya. Tiga sasaran pokok pertanian berkelanjutan
yaitu: (1) menjamin kesinambungan produktifitas lahan dan keuntungan yang layak bagi petani.
(2) mengurangi kerusakan lingkungan seminimal mungkin baik terhadap konservasi tanah dan
sumber air maupun sumberdaya yang lainya. (3) menjamin tersedianya hasil pertanian dalam
jumlah yang berkecukupan (kuantitas), kualitas yang tinggi dengan harga yang layak bagi
konsumen.
Pengelolaan irigasi ditinjau dari aspek usahatani berkelanjutan mengandung arti bahwa petani
mampu mengelola pompa dan mesin penggeraknya dengan baik. Petani mampu membayar biaya
operasional dan pemeliharaan pompa, mengganti kerusakan jaringan irigasi dan mampu mengelola
usahatani (pola tanam, intensitas tanam) dan juga kelembagaan petani.
G. PENDAPATAN PETANI Kegiatan usahatani layaknya kegiatan ekonomi lainnya bertujuan untuk mandapatkan
keuntungan bersih. Keberhasilan usahatani dapat dinilai dengan pendapatannya, sehingga akan
dapat terus berjalan atau tidak. Pendapatan tersebut dapat diperoleh dengan mengkombinasikan
berbagai sumberdaya yang ada meliputi lahan, modal, tenaga kerja dan jasa pengolahan usahatani.
Keuntungan bersih dapat dihitung dengan cara mengurangi nilai produksi dengan seluruh biaya
usahatani yang mencangkup pengeluaran tunai maupun tidak tunai. Menurut Soekarwati (1987)
dalam Yusuf (2001), perhitungan keuntungan bersih ini dapat diformulasikan ke dalam persamaan
berikut:
NFIi = GFIi - TFEi = Pyi Yi – Pxi Xi – Fci ........................................................ /10/
6
Keterangan:
NFIi : Keuntungan bersih untuk masing-masing aktivitas pola tanam (Rp/ha)
GFIi : Pendapatan kotor untuk masing-masing aktivitas pola tanam (Rp/ha)
TFEi : Total pengeluaran untuk masing-masing aktivitas pola tanam (Rp/ha)
Yi : Total produksi untuk masing-masing aktivitas pola tanam (ton/ha)
Xi : Input produksi untuk masing-masing aktivitas pola tanam (unit/ha)
Pyi : Harga jual untuk masing-masing aktivitas pola tanam (Rp/ton)
Pxi : Harga input untuk masing-masing aktivitas pola tanam (Rp/unit)
Fci : Biaya tetap untuk setiap jenis usaha tani (Rp/ha)
7
III. METODE PENELITIAN
A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di Desa Babakan Raden, Kecamatan Cariu, Kabupaten Bogor.
Pengambilan data dilakukan di areal persawahan kelompok tani Berkah Saluyu dan berbagai
instansi seperti Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika.
Waktu pengambilan data dimulai pada bulan Maret sampai dengan Mei 2010, sedangkan
pengolahan data dimulai pada bulan Juni sampai Juli 2010.
B. METODE PENGAMBILAN DATA Dalam rangka mendekati dan menyelesaikan serta menganalisis permasalahan yang ada,
maka metode yang digunakan adalah diskriptif analisis. Untuk keperluan ini diperlukan data yang
dapat dipertanggungjawabkan. Macam data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder.
Data-data tersebut diambil dengan menggunakan teknik wawancara, pengamatan dan teknik
pencatatan data statistik. Sedangkan data sekunder dikumpulkan dari instansi terkait seperti Dinas
Pertanian Tanaman Pangan, Stasiun Klimatologi dan lain sebagainya.
C. METODE ANALISIS DATA
Data yang diperoleh, selanjutnya dikelompokan sesuai dengan kategori serta ukuran yang
telah ditentukan. Penelitian ini akan meneliti kegunaan pompa secara finansial yang digunakan
sebagai sarana penunjang irigasi. Sehingga dapat disimpulkan kelayakan pompa untuk irigasi.
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
mentabulasi data yang diperoleh dari pengamatan lapangan. Data tersebut dikelompokan sesuai
kriteria yang ditentukan, selanjutnya dihitung dan dianalisis.
1. Analisis kebutuhan air irigasi Kebutuhan air irigasi (KAI) dapat diketahui dengan mencari kebutuhan air tanaman
(ETc) dan curah hujan efektif. Untuk mendapatkan nilai ETc, maka dicari terlebih dahulu
nilai evapotranspirasi tanaman acuan (ETo) dan koefisien tanaman (Kc). Nilai ETo dihitung
dengan menggunakan program CROPWAT yaitu metode Penman-Monteith. Sedangkan curah
hujan efektif dihitung dengan menggunakan metode pendugaan dengan rumus empirik yang
dikembangkan secara lokal untuk Indonesia. Hasil perhitungan ini digunakan untuk
mengetahui tingkat kebutuhan air irigasi pompa di lokasi penelitian.
2. Analisis biaya pompanisasi Biaya pompanisasi meliputi biaya tetap maupun biaya tidak tetap, dihitung untuk
mengetahui harga air. Biaya penyusutan dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan /3/
dan /4/. Bunga modal dihitung dengan menggunakan Persamaan /5/. Jika biaya penyusutan
dengan Persamaan /5/, maka tidak diperlukan perhitungan bunga modal karena sudah
8
terhitung didalamnya. Biaya pemeliharaan dan perbaikan dapat dihitung dengan Persamaan
/6/ atau /9/. Untuk mengetahui nilai sebenarnya, maka perlu dimasukan unsur inflasi dan
tingkat bunga bank yang sedang berlaku. Jika bunga modal dipengaruhi oleh tingkat inflasi,
maka dapat dihitung dengan Persamaan /8/.
3. Analisis usahatani Biaya usahatani meliputi biaya faktor produksi dan tenaga kerja. Keuntungan bersih
usahatani dapat dihitung dengan Persamaan /10/.
D. ALAT DAN BAHAN Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperangkat komputer untuk
mengolah data, daftar pertanyaan untuk mencari data primer maupun sekunder, ember dan
stopwatch untuk mengukur debit pemompaan. Bahan-bahan yang digunakan meliputi data dari
suatu sistem pengelolaan irigasi pompa mesin baik data primer maupun data sekunder.
Gambar 1. Diagram alir metoda penelitian
Mulai
Tinjauan lokasi Penelitian
• Data debit • Data pola tanam • Data Iklim dan curah hujan • Data teknis pompa dan mesin diesel • Data keadaan umum lokasi penelitian. • Data kebutuhan usahatani
Pengolahan Data • Usahatani per komoditas • Harga air per Rp/m3 • Kebutuhan irigasi per komoditas • Curah hujan efektif
Analisis data • Kebutuhan air irigasi • Biaya pompanisasi • Analisis usahani
Selesai
9
IV. KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
A. BATAS ADMINISTRATIF LOKASI Desa yang menjadi tempat penelitian yaitu Desa Babakan Raden, Kecamatan Cariu,
Kabupaten Bogor. Secara fisik letak Desa Babakan Raden ini berbatasan dengan Kabupaten
Bekasi di sebelah Utara, Desa Sukajadi di sebelah Timur, Desa Cariu dan Desa Kutamekar di
sebelah Selatan sedangkan bagian Barat berbatasan dengan Desa Tegal Panjang dan Kecamatan
Jonggol, dengan luas wilayah 666,88 ha. Wilayah Desa Babakan Raden terletak pada dataran
rendah yaitu 169 meter di atas permukaan laut. Secara rinci lokasi penelitian dapat dilihat pada
peta dalam Lampiran 1.
B. PENGGUNAAN DAN PEMANFAATAN LAHAN Menurut data monografi desa tahun 2009, luas lahan Desa Babakan Raden adalah seluas
666,88 ha. Klasifikasi lahan dan penggunaan lahan di Desa Babakan Raden, seluas 370,15 ha
adalah areal persawahan. Dilihat dari luas wilayah maka areal persawahan mempunyai proporsi
yang lebih besar sehingga potensi pengembangan pertanian cukup menjanjikan untuk
diaplikasikan di wilayah ini. Dari luasan tersebut 31,1% pengairan persawahan dilakukan dengan
menggunakan irigasi ½ teknis, 32,12% dengan menggunakan pengairan pedesaan dan selebihnya
adalah tadah hujan. Sedangkan luasan lahan untuk pemukiman penduduk adalah 296,73 ha.
C. POLA TANAM Pola tanam merupakan pengaturan jenis tanaman yang ditanam pada suatu luasan lahan
dalam kurun waktu tertentu. Sesuai dengan pengertian di atas, ada tiga hal pokok yang perlu
diperhatikan dalam pola tanam yaitu: jenis tanamannya, luas lahan dan waktu tertentu. Secara
umum menurut keterangan Suparman, selaku ketua kelompok tani, pola tanam di Desa Babakan
Raden adalah padi - padi - palawija dan padi - padi - sayuran.
Produktivitas rata-rata padi di Desa Babakan Raden berkisar 5,8 – 7,3 ton/ha gabah kering
panen (GKP). Sedangkan untuk kacang tanah 3 – 3,2 ton/ha polong basah. Tanaman kedelai
berkisar 5 ton/ha brangkasan basah. Sayuran yang ditanam adalah mentimun dan kacang panjang.
Produktivitas kacang panjang 7,5 ton/ha, sedangkan mentimun mencapai 20 ton/ha.
D. KEADAAN PENGAIRAN Sumber air untuk mencukupi kebutuhan air di lokasi penelitian berasal dari air hujan dan air
sungai. Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi berasal dari Sungai
Cibeet. Pengairan dengan sumber air permukaan yang berupa air sungai ini, dilakukan dengan
menggunakan pompa air, dikarenakan letak lahan yang lebih tinggi dibandingkan dengan tinggi
muka air. Selebihnya lahan pengairan masih mengandalkan curah hujan yang ada. Pompa air
berada 3,5 m di atas permukaan air sungai, dengan dibantu selang hisap sepanjang 6 m dan selang
pendorong 11 m. Kondisi seperti ini membantu penyaluran air sungai menuju lahan pertanian
dengan baik, selanjutnya air yang telah dipompa dialirkan ke dalam saluran pengairan di tengah
petakan lahan pertanian. Hasil perhitungan menunjukan bahwa total head dari kondisi ini adalah
4,5m.
10
Gambar 2. Sketsa posisi pompa di lahan pertanian
Gambar 3. Grafik curah hujan rata-rata (2000 – 2009) di lokasi penelitian
E. KEADAAN PENDUDUK DAN MATA PENCAHARIAN Laporan jumlah penduduk 2009 menjelaskan bahwa, Desa Babakan Raden berpenduduk
1.643 KK atau 5.047 jiwa, rata-rata setiap KK terdiri dari 3 jiwa. Rata-rata pendidikan yang telah
dicapai masih rendah sehingga pengetahuan dan keterampilan petaninya harus lebih ditingkatkan.
Harapan dari adanya peningkatan pengetahuan dan keterampilan tersebut adalah adanya
peningkatan produktivitas penduduk. Peningkatan ini dilakukan dengan adanya informasi dan
teknologi baru, sehingga pendapatan dan taraf hidup petani dapat meningkat. Sebagian besar mata
pencaharian penduduk (71,8%) adalah petani yang mempunyai status sebagai petani pemilik
sekaligus penggarap. Jumlah buruh tani yang tidak memiliki garapan adalah sebesar 20%. Rata-
rata kepemilikan lahan petani pada kelompok tani adalah 0,2 - 0,3 ha. Perincian penduduk menurut
mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 2 selebihnya adalah penduduk yang masih dalam usia
sekolah dan non-produktif.
Tabel 2. Data keragaman penduduk berdasarkan mata pencaharian
No Jenis mata pencaharian Jumlah penduduk (jiwa) Persentase (%) 1 Pertanian 1.924 71,82 2 Perdagangan 106 3,96 3 Jasa 79 2,95 4 Pegawai Negeri Sipil 38 1,42 5 Buruh 532 19,86 Total 2.679 100%
6 m
11 m
3,5 m Sungai
Pompa
Cu
rah
hu
jan
(m
m)
Bulan
Sumber: Data monografi desa tahun 2009
V.
A. SISTEM PENGELOLAIrigasi pompa baru
Raden Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor pada tahun 2007. S
irigasi pompa dengan saluran
Pemda Kabupaten Bogor dalam rangka peningkatan
Pompa air di daerah penelitian adalah pompa
dilengkapi dengan pompa air 8 inchi.
berpindah-pindah. Tidak d
tersebut menjadi tanggung jawab bersama.
bertanggungjawab mengoperasikan
jawab semua petani yang memanfaatkan pompa tersebut
Gambar
1. Operasi sistem irigasi pompa
Pada irigasi
meliputi biaya untuk ba
Karena dalam pengoperasiannya di
air pada saat dibutuhkan saja.
pompa tidak dioperasikan.
2. Cara pengaliran airAir yang telah di
dibuat secara swadaya o
petakan sawah. Hal ini
memenuhi kebutuha
petani hanya perlu membongkar saluran agar air dapat masuk dan menutup kembali jika
lahan sudah cukup air.
ini telah berlaku hingga
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
OLA AN IRIGASI POMPA MESIN Irigasi pompa baru dikembangkan dan dimanfaatkan untuk pertanian di Desa Babakan
Kecamatan Cariu Kabupaten Bogor pada tahun 2007. Sistem irigasi yang dipakai adalah
dengan saluran tanah tanpa lapisan. Pompa yang ada merupakan
ogor dalam rangka peningkatan teknologi pertanian di Desa Babakan Raden
daerah penelitian adalah pompa air dengan penggerak
dilengkapi dengan pompa air 8 inchi. Penempatan pompa air dan mesin penggerak
pindah. Tidak dibangun rumah pompa secara khusus, namun pompa
tersebut menjadi tanggung jawab bersama. Demi keamanan, maka dibentuk pengurus yang
mengoperasikan dan merawat pompa. Penjagaan sehari-hari
jawab semua petani yang memanfaatkan pompa tersebut.
Gambar 4. Rumah mesin diesel dan pompa pengairan
irigasi pompa mesin rigasi pompa mesin diperlukan biaya operasional. Biaya operasional ini
meliputi biaya untuk bahan bakar, pelumas, perawatan, gaji pengurus dan petugas lapang
arena dalam pengoperasiannya diperlukan biaya, maka petani hanya menggunakan pompa
air pada saat dibutuhkan saja. Jika kebutuhan air tanaman dapat dipenuhi ole
operasikan.
Cara pengaliran air telah dipompa dari sungai dialirkan melalui saluran tanah
swadaya oleh masyarakat, dengan panjang 1000 m yang
l ini dilakukan untuk mempermudah petani dalam mengambil air untuk
han air pada petakan lahannya. Pada petakan sawah yang memerlukan air
perlu membongkar saluran agar air dapat masuk dan menutup kembali jika
n sudah cukup air. Pengairan dilakukan secara bergantian, namun tidak terjadwal. Si
laku hingga saat ini dan belum ditemukan keluhan, hanya saja tugas dari ketua
11
an untuk pertanian di Desa Babakan
irigasi yang dipakai adalah
merupakan hasil bantuan dari
eknologi pertanian di Desa Babakan Raden.
mesin diesel 25 hp
in penggerak tidak
namun pompa dan mesin diesel
maka dibentuk pengurus yang
hari menjadi tanggung
perlukan biaya operasional. Biaya operasional ini
dan petugas lapang.
menggunakan pompa
penuhi oleh air hujan maka
tanah. Saluran air ini
m yang berada di tengah
mengambil air untuk
yang memerlukan air,
perlu membongkar saluran agar air dapat masuk dan menutup kembali jika
ntian, namun tidak terjadwal. Sistem
nya saja tugas dari ketua
12
kelompok tani menjadi bertambah. Ketua kelompok tani harus mengontrol saluran air secara
rutin, jika terjadi kecurangan ataupun penyumbatan saluran, maka hal ini akan dibicarakan
secara kekeluargaan.
Gambar 5. Saluran irigasi di tengah lahan sawah
3. Jam kerja pompa Jam kerja pompa sangat dipengaruhi oleh curah hujan di daerah persawahan. Jam
kerja pompa dalam satu tahun adalah 4.720 jam kerja dengan rata-rata pemakaian 20 jam per
aplikasi. Pompa bekerja pada saat musim tanam (MT) I, dimulai pada saat pengolahan tanah
sampai penanaman. Pompa juga dioperasikan pada MT II dan III. Dengan demikian
kemungkinan terjadi kekurangan air untuk memenuhi kebutuhan air tanaman sangat kecil,
dan lahan pertanian dapat dimanfaatkan selama satu tahun penuh tanpa adanya pemberaan
lahan akibat kekurangan air.
Pada MT I pompa dioperasikan selama 80 hari atau 1.600 jam selama masa tanam,
sedangkan pada MT II pompa dioperasikan 12 hari lebih lama dari MT I yaitu selama 92 hari
atau 1.840 jam selama masa tanam. Sedangkan pada MT III pompa air hanya dioperasikan
selama 64 hari selama masa tanam atau 1.280 jam. Jam pemakaian pompa akan bertambah
240 jam pada MT II karena petani pada musim ini menanam padi yang memerlukan cukup
banyak air, sedangkan curah hujan sudah berkurang. Pada MT III jam pengoperasian pompa
lebih sedikit dibanding MT I dan II, karena pada musin tanam ini petani menanam palawija
dan sayuran yang membutuhkan sedikit air jika dibandingkan dengan kebutuhan air tanaman
padi. Namun pada MT III masih ada petani yang menanam padi namun jumlahnya sedikit.
4. Daerah luas oncoran Luasan lahan yang dapat diairi oleh pompa adalah 30 ha. Lahan tersebut ditanami
padi selama dua musim yaitu MT I dan MT II. Pada MT III terjadi variasi tanaman yang
ditanam oleh petani, mereka menanam palawija, sayuran bahkan padi. Lahan yang ditanami
padi biasanya terletak di dekat saluran air irigasi, karena pada daerah ini sangat mudah untuk
mendapatkan air. Lahan yang terletak jauh dari saluran irigasi biasanya menanam palawija
atau sayuran. Luasan lahan pada MT III adalah sebagai berikut: luasan yang ditanami kacang
tanah adalah seluas 6,5 ha, kedelai seluas 4 ha mentimun 10 ha kacang panjang 4,5 ha dan
padi seluas 5 ha.
13
Gambar 6. Kondisi lahan pertanian teririgasi
Gambar 7. Sketsa lahan teririgasi dan saluran irigasi
Keterangan : 1. Lahan persawahan
2. Sungai Cibeet (sumber air irigasi)
3. Selokan air
4. Saluran irigasi
5. Kerusakan yang sering terjadi Dalam penerapan irigasi pompa, pompa air digerakan oleh mesin penggerak diesel.
Sistem penyaluran tenaga yang dihasilkan oleh mesin penggerak disalurkan melalui gear box.
Peralatan dan komponen yang sering mengalami kerusakan pada mesin ini sangat bergantung
pada pemeliharaan pompa dan mesin penggerak serta cara penyalurannya. Komponen-
komponen dan peralatan yang sering mengalami kerusakan adalah ring (Gambar 8.a), saluran
bahan bakar dan selang hisap maupun selang dorong (Gambar 8.b). Kerusakan ini
disebabkan oleh cara pemeliharaan pompa dan mesin diesel yang kurang diperhatikan oleh
petani. Pompa yang digunakan di daerah penelitian adalah pompa NIAGARA 8” yang
digerakan oleh mesin diesel KUBOTA 25 hp. Untuk menjaga kelestarian pompa dan mesin
diesel, maka pengurus kelompok tani mengadakan pemeliharaan rutin (harian), perbaikan
kecil dan perbaikan berat. Peranan operator atau penjaga saat pompa sedang beroperasi
sangat menentukan keawetan mesin pompa.
2 3
Gambar 8. Kerusakan yang sering terjadi
lumpur
6. Efisiensi penyaluran
Efisiensi penyaluran
oleh tanaman dengan jumlah air yang
Pruitt, 1977). Pada saluran tanah, tingkat perkolasi dan rembesan sangat tinggi yaitu antara 10
– 40 %. Perhitungan ini di
jumlah air yang digunakan di lahan.
didapatkan 34,1% pada MT I
Kecilnya nilai efisiensi
ini dapat juga diakibatkan oleh
sehingga kemungkinan terjadi kehilangan air pada saat penyal
65,9% air yang telah
kehilangan air terkecil adalah
penyaluran irigasi dapat di lihat pada Lampiran 5.
MT III, maka sebenarnya ti
mengurangi jumlah air terbuang, yang diperlukan adalah pengurangan jam operasi pompa
pada MT I dan MT II, efisiensi
karena petani menanam
Gambar 9
Kerusakan yang sering terjadi (a). Kebocoran pada ring (b). Selang hisap terbalut
Efisiensi penyaluran penyaluran air irigasi adalah perbandingan antara jumlah air yang digunakan
dengan jumlah air yang di pompa dinyatakan dalam persentase
Pada saluran tanah, tingkat perkolasi dan rembesan sangat tinggi yaitu antara 10
Perhitungan ini dilakukan dengan membandingkan debit air yang dipompa dengan
jumlah air yang digunakan di lahan. Sehingga efisiensi penyaluran pada lo
didapatkan 34,1% pada MT I 33,3% pada MT II dan 85% pada MT III.
lnya nilai efisiensi ini dikarenakan banyaknya jam pengoperasian pompa. Kondisi
ini dapat juga diakibatkan oleh kondisi saluran irigasi yang terbuat dari saluran
sehingga kemungkinan terjadi kehilangan air pada saat penyaluran cukup besar. Sebesar
% air yang telah dipompa terbuang sia-sia pada MT I dan 66,5% pada MT II sedangkan
kehilangan air terkecil adalah pada MT III yaitu sebesar 15%. Perhitungan efisiensi
penyaluran irigasi dapat di lihat pada Lampiran 5. Jika dilihat pada efisiensi penyaluran pada
MT III, maka sebenarnya tidak perlu adanya penambahan lining pada saluran irigasi. Untuk
mengurangi jumlah air terbuang, yang diperlukan adalah pengurangan jam operasi pompa
pada MT I dan MT II, efisiensi yang diharapkan pada MT I dan MT II dapat mencapai 60%,
karena petani menanam padi.
(b) (a)
9. Mesin diesel KUBOTA 25 hp dan pompa air NIAGARA 8”
14
(b). Selang hisap terbalut
antara jumlah air yang digunakan
dinyatakan dalam persentase (Doorenbos dan
Pada saluran tanah, tingkat perkolasi dan rembesan sangat tinggi yaitu antara 10
debit air yang dipompa dengan
Sehingga efisiensi penyaluran pada lokasi penelitian
banyaknya jam pengoperasian pompa. Kondisi
yang terbuat dari saluran tanah,
cukup besar. Sebesar
pada MT II sedangkan
Perhitungan efisiensi
Jika dilihat pada efisiensi penyaluran pada
pada saluran irigasi. Untuk
mengurangi jumlah air terbuang, yang diperlukan adalah pengurangan jam operasi pompa
MT I dan MT II dapat mencapai 60%,
dan pompa air NIAGARA 8”
15
B. KEBUTUHAN AIR IRIGASI Penggunaan konsumtif adalah jumlah total air yang dikonsumsi tanaman untuk penguapan
(evaporasi), transpirasi dan aktivitas metabolisme tanaman. Istilah itu disebut juga sebagai
evapotranspirasi tanaman. Jumlah evapotranspirasi kumulatif selama pertumbuhan tanaman yang
harus dipenuhi oleh air irigasi, dipengaruhi oleh jenis tanaman, radiasi surya, sistem irigasi,
lamanya pertumbuhan, hujan dan faktor lainnya. Jumlah air yang ditranspirasikan tanaman
tergantung pada jumlah lengas yang tersedia di daerah perakaran, suhu dan kelembaban udara,
kecepatan angin, intensitas dan lama penyinaran, tahapan pertumbuhan, tipe dedaunan (Kalsim. D.
K., 2006).
1. Kebutuhan air irigasi Kebutuhan air untuk pertumbuhan tanaman sebagai evapotranspirasi sangat
dipengaruhi oleh iklim dan fase pertumbuhan tanaman. Unsur-unsur iklim yang
memengaruhi adalah: suhu dan kelembaban udara, radiasi dan lama penyinaran matahari
serta kecepatan angin. Hasil perhitungan evapotranpirasi tanaman acuan (ETo) dapat dilihat
pada Lampiran 3.
Hasil perhitungan kebutuhan air irigasi menerangkan bahwa pada MT I petani masih
memerlukan air irigasi untuk mencukupi kebutuhan pengolahan lahan. Hal ini disebabkan
oleh rendahnya curah hujan dan areal persawahan merupakan sawah tadah hujan. Kebutuhan
air irigasi untuk tanaman padi pada MT I adalah 576,5 mm atau 5.765 m3/ha. Pada MT II,
jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman lebih banyak jika dibandingkan dengan MT I.
Jumlah air irigasi yang diperlukan untuk tanaman pada MT II adalah 673,3 mm atau 6.733
m3/ha. Peningkatan kebutuhan air ini disebabkan oleh curah hujan yang semakin berkurang
dari bulan ke bulan berikutnya. Pada MT III petani harus lebih pandai memilih jenis tanaman
yang akan ditanam. Hal ini berhubungan dengan biaya yang akan dikeluarkan untuk biaya
operasional air. Sehingga petani dituntut untuk memilih tanaman dengan kebutuhan air yang
lebih rendah dibandingkan dengan kebutuhan tanaman padi dan mempunyai produktivitas
tinggi. Kebutuhan air irigasi untuk tanaman kedelai adalah 324,7 mm atau 3.247 m3/ha,
kacang tanah memerlukan air irigasi sebanyak 426,7 mm atau 4.267 m3/ha, kebutuhan air
irigasi sayuran sebanyak 374,7 mm atau 3.747 m3/ha sedangkan untuk tanaman padi yang
ditanam pada MT III akan membutuhkan lebih banyak air, karena pada bulan tersebut
merupakan bulan kering. Kebutuhan air irigasi tanaman padi pada musim ini adalah 858,8
mm atau 8.588 m3/ha (Lampiran 5).
Perbandingan kebutuhan air irigasi pada MT III menunjukkan bahwa tanaman yang
memerlukan sedikit air adalah tanaman kedelai, dibanding dengan sayuran, kacang tanah dan
padi. Tanaman padi pada musim ini sangat memerlukan banyak air irigasi, sehingga perlu
diperhatikan letak lahan yang akan ditanami padi. Meskipun demikian, petani masih tetap
memilih untuk menanam padi pada lahan yang dekat dengan saluran air karena menanam
padi dinilai lebih menguntungkan.
2. Curah hujan efektif Hujan efektif adalah bagian dari total hujan yang secara langsung memenuhi
keperluan air untuk tanaman. Perhitungan curah hujan efektif pada penelitian ini
menggunakan program CROPWAT 8.0 dengan metode pendugaan menggunakan rumus
empirik yang dikembangkan secara lokal untuk wilayah Indonesia. Data curah hujan yang
16
digunakan adalah data curah hujan bulanan tahun 2000 – 2009. Nilai curah hujan efektif padi
berbeda dengan tanaman non padi, karena pada tanaman padi memerlukan genangan. Pada
tanaman padi curah efektif yang digunakan adalah 100% dari curah hujan efektif sedangkan
untuk palawija hanya digunakan sebanyak 75%. Data ini digunakan untuk mengetahui
tingkat kebutuhan air irigasi pada lokasi penelitian, hasil perhitungan nilai curah hujan efektif
dapat dilihat pada Lampiran 3.
Gambar 10. Grafik curah hujan efektif tahun (2000 – 2009) di lokasi penelitian
C. BIAYA POMPANISASI Irigasi pompa pada lokasi penelitian diadakan oleh Pemda Kabupaten Bogor pada tahun
2007. Pengelolaan dan perawatan, pompa dan mesin diesel diserahkan kepada kelompok tani.
Biaya pengelolaan meliputi biaya operasional, pemeliharaan atau perawatan serta perbaikan
ditanggung oleh petani sendiri. Biaya operasional pompa mesin digunakan untuk pembelian bahan
bakar, minyak pelumas, gemuk, gaji operator dan kas kelompok tani yang digunakan sebagai dana
pengembangan kelompok tani.
Biaya operasional dibayarkan oleh petani dengan komoditas hasil pertaniannya. Petani
yang menanam padi akan dikenakan biaya air sebesar 5 kwintal padi GKP untuk MT I dan 3
kwintal padi GKP pada MT II dan MT III. Apapun komoditas yang ditanam pada MT III, biaya
air yang menjadi acuan adalah jumlah dan harga padi pada MT II. Hal ini dipengaruhi oleh adanya
fluktuasi harga pada masing-masing komoditas yang ditanam, sehingga komoditas padi digunakan
sebagai acuan harga.
Biaya operasional sangat dipengaruhi oleh harga bahan bakar, harga minyak pelumas dan
upah operator, berdasarkan hasil wawancara dengan ketua kelompok tani yang sekaligus
penanggungjawab operasional pompa, maka harga air yang diangkat dengan menggunakan pompa
dari Sungai Cibeet adalah sebesar Rp240/m3 tanpa biaya penggantian dan sebesar Rp250/m3
dengan penambahan biaya penggantian. Perhitungan harga air irigasi per m3 dapat dilihat pada
Lampiran 7. Harga air tersebut menjadi mahal karena adanya biaya penyusutan investasi
pengadaan pompa. Jika dibandingkan dengan harga air yang pengadaannya dibantu oleh Pemda,
maka harga air irigasi yang harus ditanggung petani adalah sebesar Rp224/m3 tanpa biaya
penggantian dan sebesar Rp234/m3 dengan penambahan biaya penggantian. Biaya penggantian
untuk kondisi ini adalah sebesar Rp10/m3.
Cu
rah
hu
jan
(m
m)
Bulan
17
Harga air dalam satuan Rp/m3 dapat dikonversi dalam satuan Rp/jam seperti yang
disajikan dalam Tabel 3. Contoh perhitungan adalah dengan debit pemompaan 30 liter/detik maka
akan di dapatkan debit pemompaan selama satu jam sebesar 108 m3/jam. Debit pemompaan ini di
kalikan dengan harga air untuk masing-masing kondisi maka akan didapatkan harga air dalam
satuan Rp/jam.
Tabel 3. Harga air irigasi dalam satuan (Rp/jam)
Kondisi Harga Air
(Rp/m3)
Debit
Pemompaan
(m3/jam)
Harga Air
(Rp/jam)
Pompa bantuan tanpa biaya penggantian 224 108 24.192
Pompa bantuan + biaya penggantian 234 108 25.272
Pompa swadaya tanpa biaya penggantian 240 108 25.920
Pompa swadaya + biaya penggantian 250 108 27.000
Sumber: Data primer terolah
D. ANALISIS USAHATANI
1. Biaya dan pendapatan usahatani Pendapatan usahatani dari suatu komoditas yang diusahakan adalah fungsi dari biaya-
biaya produksi, biaya-biaya keluaran dan tingkat teknologi yang diterapkan dalam pengelolaan
usahataninya. Perhitungan pendapatan hasil usahatani per hektar setiap jenis komoditas yang
ditanam oleh petani memperhitungkan komoditas yang akan ditanam. Sebab hal ini
menyangkut biaya yang dikeluarkan untuk pembayaran air kepada pengurus kelompok tani
sebagai biaya penyediaan air. Analisis usahatani bertujuan untuk mengetahui besarnya
pendapatan usahatani yang dilakukan oleh petani. Biaya usahatani meliputi biaya faktor-faktor
produksi dan biaya operasional termasuk biaya air untuk irigasi. Perhitungan biaya air dihitung
berdasarkan iuran padi GKP pada tingkat harga Rp2.500/kg disajikan pada Tabel 4.
Table 4. Biaya usahatani dan biaya irigasi dengan padi GKP per hektar di lokasi penelitian
(Lampiran 8a.)
Komoditas MT Total Biaya Usahatani
(Rp.000/ha)
Biaya Irigasi
(Rp.000/ha)
Padi I 7.995 1.250
Padi II 7.495 750
Padi III 7.495 750
Kacang Tanah III 3.224 750
Kedelai III 4.380 750
Kacang Panjang III 12.953 750
Mentimun III 14.909 750
Sumber: Data primer terolah
18
Berdasarkan perhitungan kebutuhan air irigasi, maka biaya air irigasi yang seharusnya
dibayar petani adalah seperti yang disajikan pada Tabel 5. Dapat dibandingkan bahwa biaya
aktual yang dibayarkan oleh petani kepada pengurus relatif lebih kecil jika dibandingkan
dengan total biaya yang dihitung berdasarkan kebutuhan air irigasi sebenarnya.
Tabel 5. Biaya usahatani dan biaya irigasi berdasarkan kebutuhan air irigasi per hektar dengan berbagai harga air irigasi di lokasi penelitian (Lampiran 8b. – Lampiran 8e.)
Ko
nd
isi Harga Air
Irigasi (Rp/m3)
Komoditas MT Kebutuhan Air Irigasi
(m3/ha)
Total Biaya Usahatani
(Rp.000/ha)
Biaya Irigasi (Rp.000/ha)
Po
mp
a b
antu
an
tan
pa
bia
ya
pen
gg
antia
n
224
Padi I 5.765 8.036,4 1.291,4 Padi II 6.733 8.253 1.508,2 Padi III 8.588 8.669 1.924 Kedelai III 3.247 4.358 727,4 Kacang tanah III 4.267 3.430 956 Kacang Panjang III 3.747 13.043 839,4 Mentimun III 3.747 14.998,4 839,4
Po
mp
a b
antu
an +
b
iaya
pen
gg
antia
n
234
Padi I 5.765 8.094 1.349,2 Padi II 6.733 8.321 1.575,5 Padi III 8.588 8.755 2.010 Kedelai III 3.247 4.390 760 Kacang tanah III 4.267 3.498 849 Kacang Panjang III 3.747 13.080 745,3
Mentimun III 3.747 15.036 745,3
Po
mp
a s
wad
aya
tan
pa
bia
ya
pen
gg
antia
n
240
Padi I 5.765 8.129 1.383,7 Padi II 6.733 8.361 1.616 Padi III 8.588 8.806,2 2.061,5 Kedelai III 3.247 4.409,3 779,3 Kacang tanah III 4.267 3.498 1.024,1 Kacang Panjang III 3.747 13.103 899,3 Mentimun III 3.747 15.058 899,3
po
mp
a s
wad
aya
+
bia
ya p
eng
gan
tian
250
Padi I 5.765 8.186.3 1.441,4 Padi II 6.733 8.428,3 1.683,2 Padi III 8.588 8.892 2.147,4 Kedelai III 3.247 4.442 811,8 Kacang tanah III 4.267 3.540 906,8 Kacang Panjang III 3.747 13.140 796,3 Mentimun III 3.747 15.096 796,3
Sumber: Data primer terolah.
Pada dasarnya pendapatan petani sangat bergantung pada harga komoditas hasil
pertanian pada musim panen. Biasanya harga komoditas saat panen relatif rendah, bahkan
berdasarkan keterangan ketua kelompok tani harga jual komoditas hasil pertanian terutama padi
mencapai Rp2.700/kg GKG. Untuk menyiasati rendahnya harga jual pada musim panen, maka
desa membangun gudang penyimpanan sementara untuk menampung hasil panen yang telah
dikeringkan. Jumlahnya disesuaikan dengan hasil panen setelah dikurangi jumlah yang
dibutuhkan oleh keluarga petani untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari hingga musim
19
panen berikutnya. Selama menunggu hasil panen berikutnya, padi dijual jika harganya dinilai
cukup dan tidak merugikan petani.
Penyimpanan sementara dapat meningkatkan pendapatan petani dan menolong petani
agar tidak mengalami kerugian, karena harga produk pada kondisi normal cukup tinggi yaitu
berkisar antara Rp3.700 – Rp4.500 per kg GKG (tahun 2010). Sedangakan hasil tanaman
sayuran tidak bisa disimpan terlalu lama. Namun dari hasil analisis usahatani, untuk komoditas
sayuran tidak mengalami kerugian dengan catatan bahwa harga jual hasil panen berada di atas
biaya pokok komoditas tersebut. Hasil analisis usahatani di lokasi penelitian dapat diperoleh
rata-rata rasio antara total penerimaan dengan biaya (R/C) masing-masing untuk MT I, MT II
dan MT III adalah 2,27, 1,77 dan 1,69. Sehingga usahatani yang dilakukan oleh petani
menguntungkan (R/C > 1). Pendapatan yang diperoleh petani per musim tanam disajikan dalam
Tabel 5. Harga air yang digunakan untuk menghitung analisis ini merupakan perhitungan yang
berlaku pada kelompok tani di daerah penelitian dan berdasarkan perhitungan ekonomi teknik.
Harga air sudah memperhitungkan biaya penggantian mesin pompa jika telah melewati umur
ekonomis.
Pada Tabel 6 ditunjukkan bahwa pada MT III tanaman sayuran lebih menguntungkan
dibanding dengan tanaman padi. Petani di lokasi penelitian pada MT III petani lebih banyak
menanam sayuran dibandingkan dengan palawija yaitu 14,5 ha untuk sayuran kacang panjang
dan mentimun, sedangkan palawija hanya seluas 10,5 ha. Hal ini disebabkan oleh pendapatan
dari hasil usahatani sayuran cukup besar jika dibandingkan dengan palawija. Perhitungan
analisis usahatani dengan berbagai harga air irigasi di lokasi penelitian dapat dilihat pada
Lampiran 8.
Tabel 6. Keuntungan bersih usahatani dengan berbagai harga air irigasi di lokasi penelitian (Lampiran 8)
Ko
nd
isi
Komoditas MT Biaya Air
Irigasi (Rp.000/ha)
Pendapatan (Rp.000/ha)
Biaya Total Usahatani
(Rp.000/ha)
Keuntungan Bersih
(Rp.000/ha) R/C
Har
ga
air
ber
das
arka
n
Iura
n p
adi G
KP
Padi I 1.250 18.250 7.995 10.255 2,3 Padi II 750 14.600 7.495 7.100 1,9 padi III 750 14.600 7.495 7.100 1,9 Kacang tanah III 750 8.000 3.224 4.776 2,5 Kedelai III 750 7.620 4.380 2.915 1,7 Kacang panjang III 750 18.750 12.953 5.797 1,4 Mentimun III 750 20.000 14.909 5.091 1,3
Har
ga
air
ber
das
arka
n p
om
pa
ban
tuan
tan
pa
bia
ya p
eng
gan
tian
Padi I 1.291,4 18.250 8.036,4 10.214 2,3 Padi II 1.508,2 14.600 8.253 6.347 1,8 Padi III 1.924 14.600 8.669 5.931,3 1,7 Kedelai III 727,4 7.500 4.358 3.143 1.7 Kacang tanah III 956 8.000 3.430 4.570,2 2,3 Kacang Panjang III 839,4 18.750 13.043 5.707,3 1,4 Mentimun III 839,4 20.000 14.998,4 5.002 1,3
Har
ga
air
ber
das
arka
n
po
mp
a b
antu
an +
b
iaya
pen
gg
antia
n Padi I 1.349,2 18.250 8.094 10.156 2,3 Padi II 1.575,5 14.600 8.321 6.279,5 1,8 Padi III 2.010 14.600 8.755 5.845,5 1,7 Kedelai III 760 7.500 4.390 3.110,3 1,7 Kacang tanah III 849 8.000 3.498 4.502 2,3 Kacang Panjang III 745,3 18.750 13.080 5.670 1,4 Mentimun III 745,3 20.000 15.036 4.964 1,3
20
Har
ga
air
ber
das
arka
n
po
mp
a s
wad
aya
tan
pa
bia
ya p
eng
gan
tian Padi I 1.383,7 18.250 8.129 10.121,4 2,3
Padi II 1.616 14.600 8.361 6.239 1,8 Padi III 2.061,5 14.600 8.806,2 5.794 1,7 Kedelai III 779,3 7.500 4.409,3 3.091 1,7 Kacang tanah III 1.024,1 8.000 3.498 4.502 2,3 Kacang Panjang III 899,3 18.750 13.103 5.647,4 1,4
Mentimun III 899,3 20.000 15.058 4.942 1,3
Har
ga
air
ber
das
arka
n
po
mp
a s
wad
aya
+
bia
ya p
eng
gan
tian Padi I 1.441,4 18.250 8.186.3 10.064 2,2
Padi II 1.683,2 14.600 8.428,3 6.172 1,7 Padi III 2.147,4 14.600 8.892 5.708 1,6 Kedelai III 811,8 7.500 4.442 3.058,3 1,7 Kacang tanah III 906,8 8.000 3.540 4.459,3 2,3 Kacang Panjang III 796,3 18.750 13.140 5.610 1,4 Mentimun III 796,3 20.000 15.096 4.904 1,3
Sumber: Data primer terolah
Sebelum adanya pompa untuk mencukupi air irigasi pada lokasi penelitian petani
menanam palawija dan sangat bergantung pada hujan. Palawija yang sering ditanam adalah
kedelai dan kacang tanah, dikarenakan jumlah biaya usahatani yang harus dikeluarkan. Kacang
tanah adalah palawija yang membutuhkan biaya lebih kecil dibandingkan dengan kedelai.
Sehingga petani dengan lahan dan modal yang terbatas lebih memilih untuk menanam kacang
tanah. Adanya pompa untuk mengangkat air dari sungai menuju petakan lahan pertanian,
petani dapat menanam sayuran yang mempunyai nilai pendapatan lebih tinggi namun
memerlukan modal yang lebih besar. Selain masalah modal, petani juga memperhatikan harga
jual produk, karena harga produk sayuran sering berfluktuasi. Jika harga yang berlaku di pasar
masih berada di atas biaya pokok dari masing-masing komoditas, petani masih terselamatkan
dari kerugian. Sayuran yang banyak ditanam oleh petani adalah kacang panjang dan mentimun.
Produksi hasil pertanian pada setiap MT di daerah penelitian disajikan dalam Tabel 7.
Perhitungan biaya pokok dari masing-masing komoditas adalah dengan menggunakan biaya air
aktual yang dibayarkan oleh petani dengan padi GKP kepada pengelola pompa.
Tabel 7. Hasil produksi per hektar di Desa Babakan Raden menurut jenis tanaman tahun 2009
Komoditas MT Hasil produksi (kg/ha) Harga produk
(Rp/kg)
Biaya pokok
(Rp/kg)
Padi I 7.000 -7.300 GKP 2.500 – 2.700 1.424
Padi II & III 5.600-5.840 GKP 2.500 – 2.700 1.610
Kacang Tanah
III
3.000 – 3.200*) 2.500 1.008
Kedelai 5.000*) 1.150 917
Kacang Panjang 7.300 2.500 1.449
Mentimun 20.000 500 – 1.500 644
Sumber : Analisis data primer terolah; Keterangan *): produk segar
21
Pada analisis usahatani, petani akan mencapai titik impas yaitu kondisi biaya total
produksi dan hasil yang diperoleh sama dan petani tidak mendapatkan untung ataupun mengalami
kerugian. Hal tersebut terjadi apabila petani dalam operasinya menggunakan biaya tetap dan total
hasil produksi hanya cukup untuk membiayai biaya produksi dan operasional. Petani akan
mencapai titik impas apabila hasil panen berada pada tingkat produksi dan biaya air irigasi adalah
bersadarkan iuran padi GKP disajika dalam Tabel 8.
Tabel 8. Titik impas dari masing-masing komoditas di lokasi penelitian
Komoditas MT
Kg/ha Harga produk
(Rp/kg) Padi I 3.200 2.500 Padi II & III 3.800 2.500 Kacang tanah III 1.300 2.500 Kedelai III 2.950 1.500 Kacang panjang III 4.400 2.500 Mentimun III 13.000 1.000
Sumber: Analisis data primer terolah
2. Pengaruh pengurangan jam operasional pompa terhadap harga air irigasi. Pengurangan jam operasioanal pompa karena adanya peningkatan efisiensi penyaluran
akan berakibat pada harga air irigasi dan jumlah air irigasi yang diperlukan tanaman pada satu
musim tanam. Efisiensi yang diharapkan pada MT I dan MT II adalah 60%, lebih rendah
daripada efisiensi MT III karena petani menanam padi, sehingga pompa hanya perlu
dioperasikan selama 3.228 jam/tahun (Lampiran 7). Perbandingan kebutuhan air sebelum dan
sesudah adanya pengurangan jam operasi pompa disajikan pada Tabel 9. Tidak terjadi
pengurangan jam operasi pompa pada MT III karena efisiensi penyalurannya mencapai 85%.
Perubahan harga air irigasi akibat penurunan jam operasional pompa adalah sebesar
Rp249/m3 atau Rp26.892/jam tanpa biaya penggantian dan Rp259/m3 atau Rp27.972/jam
dengan ditambah biaya penggantian jika pompa adalah bantuan pemerintah. Untuk pompa
swadaya harga air irigasi yang akan dibebankan kepada petani adalah sebesar Rp268/m3 atau
Rp28.944/jam tanpa biaya penggantian dan Rp277/m3 atau Rp29.916/jam dengan biaya
penggantian. Biaya penggantian adalah sebesar Rp9/m3.
Tabel 9. Perbandingan kebutuhan air sebelum dan sesudah adanya pengurangan jam operasi pompa.
Komoditas MT Kebutuhan Air Irigasi (m3/ha)
Jam pengoperasian aktual Setelah pengurangan jam
operasi pompa
Padi I 5.765 3.277 Padi II 6.733 3.737 Padi III 8.588 8.588 Kacang tanah III 3.247 3.247 Kedelai III 4.267 4.267 Kacang panjang III 3.747 3.747 Mentimun III 3.747 3.747
Sumber: Data primer terolah
22
Perubahan harga air yang bertambah besar akan berakibat pada jumlah biaya total usahatani.
Perbedaan keuntungan bersih sebelum dan sesudah adanya pengurangan jam operasional disajikan
pada Tabel 10. Dapat dilihat pada Tabel 10 terjadi peningkatan jumlah keuntungan pada MT I dan
MT II, peningkatan keuntungan ini berkisar antara Rp600.000-Rp950.000 per MT . Namun terjadi
penurunan keuntungan pada MT III. Hal ini disebabkan oleh adanya peningkatan harga dan biaya
irigasi yang tidak diikuti oleh peningkatan efisiensi penyalurannya. Pada kondisi ini petani tetap
akan mendapatkan keuntungan meskipun tidak sebesar pada kondisi sebelumnya namun petani
tidak mengalami kerugiaan.
Tabel 10. Perbandingan keuntungan bersih sebelum dan sesudah adanya pengurangan jam operasi pompa di lokasi penelitian
Ko
nd
isi
Komoditas MT Produksi (Kg/ha)
Harga Produk (Rp/kg)
Harga Air (Rp/m3)
Keuntungan Bersih
(Rp.000/ha)
Harga Air *)
(Rp/m3)
Keuntungan Bersih*)
(Rp.000/ha)
po
mp
a b
antu
an ta
np
a b
iaya
pen
gg
antia
n
Padi I 7.300 2.500
224
10.214
249
10.929
Padi II 5.840 2.500 6.347 7.198,2
Padi III 5.840 2.500 5.931,3 5.717
Kedelai III 5.000 1.500 3.143 3.061,5
Kacang tanah III 3.200 2.500 4.570,2 4.464
Kacang panjang III 7.300 2.500 5.707,3 5.614
Mentimun III 20.000 1.000 5.002 4.908
po
mp
a b
antu
an +
bia
ya
pen
gg
antia
n
Padi I 7.300 2.500
244
10.156
259
10.906
Padi II 5.840 2.500 6.279,5 7.172
Padi III 5.840 2.500 5.845,5 5.631
Kedelai III 5.000 1.500 3.110,3 3.029
Kacang tanah III 3.200 2.500 4.502 4.421
Kacang panjang III 7.300 2.500 5.670 5.576
Mentimun III 20.000 1.000 4.964 4.870
p
om
pa
sw
aday
a ta
np
a b
iaya
p
eng
gan
tian
Padi I 7.300 2.500
239
10.121,4
268
10.885,2
Padi II 5.840 2.500 6.239 7.148
Padi III 5.840 2.500 5.794 5.553,5
Kedelai III 5.000 1.500 3.091 3.000
Kacang tanah III 3.200 2.500 4.502 4.382,5
Kacang panjang III 7.300 2.500 5.647,4 5.542,5
Mentimun III 20.000 1.000 4.942 4.837
po
mp
a s
wad
aya
+
bia
ya p
eng
gan
tian Padi I 7.300 2.500
259
10.064
277
10.864,3
Padi II 5.840 2.500 6.172 7.124,3
Padi III 5.840 2.500 5.708 5.476,2
Kedelai III 5.000 1.500 3.058,3 2.971
Kacang tanah III 3.200 2.500 4.459,3 4.344
Kacang panjang III 7.300 2.500 5.610 5.614
Mentimun III 20.000 1.000 4.904 4.908
Sumber: Data primer terolah ; Keterangan: *) Setelah pengurangan jam operasi pompa.
23
E. KEMAMPUAN PETANI MEMBIAYAI IRIGASI POMPA Kemampuan petani membiayai irigasi pompa sangat penting bagi kelestarian irigasi
pompa. Jika petani mampu mengumpulkan tabungan atau kas yang cukup besar maka pengadaan
mesin dan pompa selanjutnya dapat dipenuhi dengan kas tersebut. Kaitannya dengan keberlanjutan
usahatani, keberadaan pompa sangat berpengaruh terhadap dampak usahatani. Daerah yang pada
awalnya merupakan daerah tadah hujan, dengan adanya pompa akan sangat membantu petani
dalam mendukung keberlangsungan usahatani mereka. Namun ketika pompa rusak maka
usahatani mereka akan berhenti terutama pada musim kemarau karena kesulitan air.
Oleh sebab itu diperlukan suatu pengelolaan administrasi kelompok terutama masalah kas
atau tabungan yang dicadangkan untuk perbaikan dan pengadaan kembali pompa ketika sudah
melewati umur ekonomis. Untuk memperoleh gambaran untuk melakukan penggantian, berikut
adalah perhitungan jumlah tabungan yang harus dikumpulkan setiap tahun oleh kelompok tani
dengan memperhitungkan tingkat inflasi 5,8% per tahun. Sedangkan angsuran yang dibayarkan,
dianggap tetap setiap tahunnya. Angsuran tetap dihitung dengan menggunakan persamaan:
A = F " #�$�#%�$& ......................................................................../11/
Keterangan: A : besar angsuran tetap (Rp/tahun)
i : tingkat inflasi (%/tahun)
N : umur ekonomis (tahun)
Tabel 11. Perhitungan jumlah tabungan yang harus dikumpulkan petani per tahun sebagai biaya
penggantian mesin dan pompa (inflasi 5,8%/tahun)
No Investasi
Umur
Ekonomis
(tahun)
Nilai Sekarang
(Rp)
Nilai Future Setelah
Inflasi (Rp)
Angsuran
(Rp/tahun)
1 Mesin penggerak 6 27.000.000 37.868.471 4.033.052
2 Pompa air 7 8.300.000 12.316.229 1.054.638
3 Selang hisap 5 1.140.000 1.511.239 209.182
4 Selang dorong 5 323.125 428.350 59.291
Total 36.763.125 52.124.290 5.356.163
Sumber: Data primer terolah
Tabel 11 di atas menerangkan bahwa jumlah kas yang harus dikumpulkan sebagai biaya
perbaikan dan pemeliharaan dalam satu tahun sebesar Rp5.356.163. Selain itu kelompok tani harus
menaikan iuran irigasi agar diperoleh jumlah tabungan sesuai dengan perhitungan di atas. Iuran
irigasi sebaiknya dibayarkan sesuai dengan kebutuhan air yang digunakan pada petakan lahan.
Jika petani merasa kesulitan untuk membayar dalam bentuk uang, maka permasalahan ini dapat
diselesaikan dengan mengkonversi biaya air irigasi (Rp/ha) menjadi kg padi GKP produk hasil
pertaniannya.
Contoh perhitungan konversi harga air irigasi menjadi jumlah padi hasil produk pertanian.
Misalkan pada MT I petani membutuhkan air sebesar 5.765 m3/ha, dengan harga air irigasi sebesar
Rp224/m3 maka total biaya air adalah Rp1.291.360, harga padi GKP Rp2.500/kg maka petani
24
membayar sebanyak 517 kg padi GKP. Perhitungan harga air adalah dengan harga air dengan
pengadaan mesin, pompa dan selang dengan bantuan pemerintah tanpa biaya penggantian.
Pembayaran air irigasi dengan padi berdasarkan harga dan kebutuhan air dengan harga padi GKP
Rp2.500/kg disajikan dalam Tabel 12.
Tabel 12. Jumlah biaya irigasi jika dibayarkan dalam bentuk padi GKP dengan tingkat harga padi Rp2.500/kg GKG
Komoditas MT
Harga Air Irigasi
(Rp/m3)
Kebutuhan Air Irigasi
(m3/ha)
Biaya Irigasi (Rp.000/ha)
Jumlah Padi (kg)
Padi I
224
5.765 1.291,4 517 Padi II 6.733 1.508,2 604 padi III 8.588 1.924 770 Kacang tanah III 4.267 956 383 Kedelai III 3.247 727,4 291 Kacang panjang III 3.747 839,4 336 Mentimun III 3.747 839,4 336 Padi I
244
5.765 1.407 563 Padi II 6.733 1.643 658 padi III 8.588 2.095,6 839 Kacang tanah III 4.267 1.041,2 417 Kedelai III 3.247 792,2 317 Kacang panjang III 3.747 914,3 366 Mentimun III 3.747 914,3 366 Padi I
239
5.765 1.378 551 Padi II 6.733 1.609,2 644 padi III 8.588 2.052,7 821 Kacang tanah III 4.267 1.020 408 Kedelai III 3.247 776 311 Kacang panjang III 3.747 895,5 358 Mentimun III 3.747 895,5 358 Padi I
259
5.765 1.493,3 597 Padi II 6.733 1.746 698 padi III 8.588 2.224,3 890 Kacang tanah III 4.267 1.105,2 442 Kedelai III 3.247 841 337 Kacang panjang III 3.747 970,5 388 Mentimun III 3.747 970,5 388 Sumber: Data primer terolah
25
VI. KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN 1. Dari hasil penelitian dapat diambil kesimpulan bahwa pengelolaan irigasi pompa mesin dapat
menunjang, menambah intensitas pertanaman dan dapat meningkatkan pendapatan petani.
Dalam satu tahun petani dapat bertanam sebanyak tiga kali dengan pola tanam Padi-Padi-
palawija atau Padi-Padi-Sayuran tanpa bergantung pada curah hujan.
2. Berdasarkan pengamatan di lokasi penelitian jam kerja pompa selama satu tahun adalah 4.720
jam dengan rata-rata pengoperasian 20 jam per aplikasi. Pada MT I pompa dioperasikan selama
1.600 jam untuk 30 ha padi dan 1.840 jam pada MT II untuk 30 ha padi, sedangkan pada MT
III pompa dioperasikan selama 1.280 jam untuk 14,5 ha sayuran, 10,5 ha palawija dan 5 ha
padi. Pengoperasian tertinggi pompa adalah pada MT II yaitu selama 1.840 jam karena petani
menanam padi dan curah hujan mulai berkurang.
3. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan CROPWAT 8.0 kebutuhan air irigasi padi pada
MT I adalah 5.765 m3/ha, padi pada MT II membutuhkan 6.733 m3/ha sedangkan padi pada
MT III membutuhkan air lebih banyak yaitu 8.588 m3/ha. Palawija membutuhkan air irigasi
sebanyak 3.247 m3/ha untuk kedelai pada MT III dan 4.267 m3/ha untuk kacang tanah pada MT
III. Sayuran membutuhkan air irigasi sebanyak 3.747 m3/ha pada MT III. Kebutuhan air irigasi
terbesar adalah padi pada MT III yaitu 8.588 m3/ha.
4. Efisiensi penyaluran di lokasi penelitian adalah sebesar 34% pada MT I, 33% pada MT II dan
85 % pada MT III. Rendahnya efisiensi penyaluran ini diduga akibat adanya pemborosan jam
kerja pompa pada MT I dan MT II. Dengan berasumsi efisiensi penyaluran adalah sebesar 60%
maka pada MT I pompa cukup dioperasikan selama 910 jam dan pada MT II selama 1.038 jam.
Pada MT III pompa dioperasikan selama 1.280 jam. Pengurangan jam operasi tidak terjadi
pada MT III dikarenakan efisiensi penyaluran sudah mencapai 85%. Dengan efisiensi pada MT
III dapat mencapai 85%, maka sebenarnya tidak diperlukan penambahan lining pada saluran
irigasi, yang diperlukan adalah pengurangan jam operasi pompa dan perbaikan manajemen
pengelolaan irigasi pompa di lokasi penelitian.
5. Berdasarkan jam pemompaan aktual harga air irigasi dengan bantuan pompa dan mesin
penggerak dari pemerintah akan meringankan beban petani dalam hal memenuhi kebutuhan
irigasi. Harga air irigasi dengan mesin dan pompa bantuan pemerintah adalah sebesar
Rp224/m3 atau Rp24.192/jam tanpa biaya penggantian dan Rp234/m3 atau Rp25.272/jam
dengan ditambah biaya penggantian. Harga air irigasi untuk pompa swadaya adalah sebesar
Rp240/m3 atau Rp25.920/jam tanpa biaya penggantian dan Rp250/m3 atau Rp27.000/jam
dengan ditambah biaya penggantian, biaya penggantian adalah sebesar Rp10/m3.
6. Adanya pengurangan jam operasi pompa akan memperbesar harga air irigasi. Harga air irigasi
dengan adanya pengurangan jam operasi pompa dengan kondisi pompa dan mesin bantuan
pemerintah adalah sebesar Rp249/m3atau Rp26.892/jam tanpa biaya penggantian dan
Rp259/m3 atau Rp27.972/jam dengan ditambah biaya penggantian. Harga air dengan kondisi
pompa dan mesin swadaya adalah sebesar Rp268/m3 atau Rp28.944/jam tanpa biaya
penggantian dan Rp277/m3 atau Rp29.916/jam dengan ditambah biaya penggantian, biaya
penggantian adalah sebesar Rp9/m3.
26
7. Biaya iuran irigasi dibayarkan oleh petani dengan padi GKP. Jumlah iuran yang berlaku adalah
sebesar 5 kwintal padi GKP atau Rp1.250.000/ha untuk MT I dan 3 kwintal padi GKP atau
Rp750.000/ha untuk MT II dan III. Pada tingkat harga padi GKP Rp2.500/kg. Biaya irigasi ini
masih terlalu kecil jika dibandingan dengan biaya irigasi berdasarkan kebutuhan air irigasi.
Biaya irigasi berdasarkan kebuhan air irigasi dengan harga berdasarkan perhitungan ekonomi
teknik adalah Rp573.000–Rp1.450.000/ha untuk padi MT I, Rp6.567.000-Rp1.684.000/ha
untuk padi MT II, Rp1.508.000-Rp2.300.000/ha untuk padi MT III, Rp727.400-Rp900.000/ha
untuk kedelai MT III, Rp956.000-Rp1.182.000/ha untuk kacang tanah, Rp839.500-
Rp1.100.000/ha untuk sayuran.
8. Pembayaran iuran irigasi aktual di lokasi penelitian adalah sebesar Rp2.7500.000/tahun,
dengan sistem ini maka petani tidak mampu mengadakan pompa dan peralatan irigasinya
kembali. Hal ini dikarenakan jumlah biaya untuk penggantian hanya sebesar 10% dari total
iuran atau sebesar Rp275.000/tahun. Agar dapat mengganti pompa dan mesin penggerak serta
perlengkapan lainnya maka kelompok tani harus mengumpulkan tabungan sebanyak
Rp5.356.163/tahun dengan memperhitungkan inflasi sebesar 5,8%/tahun.
9. Biaya usahatani di lokasi penelitian adalah Rp7.995.000/ha (padi MT I), Rp7.495.0000/ha
(padi MT II dan MT III), Rp3.224.000/ha (kacang tanah MT III), Rp4.380.000/ha (kedelai MT
III), Rp12.953.000/ha (kacang panjang MT III), Rp14.909.000/ha (mentimun MT III).
Perhitungan biaya air menggunakan iuran padi GKP. Sedangkan apabila harga air yang
digunakan adalah berdasarkan perhitungan ekonomi teknik maka biaya usahatani adalah
Rp7.659.000-Rp7.810.000/ha padi MT I, Rp7.501.000–Rp8.488.800/ha (padi MT II),
Rp8.669.000-Rp9.192.600/ha (padi MT III), Rp4.143.000-Rp4.876.000/ha (kedelai MT III),
Rp3.430.000-Rp3.780.000/ha (kacang tanah MT III), Rp13.000.000-Rp13.300.000/ha (kacang
panjang MT III), dan Rp14.000.000-Rp15.200.000/ha (mentimun MT III).
10. Keuntungan bersih dari usahatani di lokasi penelitian dengan biaya air irigasi aktual adalah
berkisar Rp7.100.00-Rp10.255.00/MT untuk padi pada tingkat produksi 5,8-7,3 ton/ha padi
GKP dengan harga produk Rp2.500/kg, untuk tanaman kacang tanah adalah Rp4.776.000/MT
pada tingkat produksi 3,2 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/kg dan untuk kedelai akan
memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp2.915.000/MT pada tingkat produksi 5 ton/ha
dengan harga produk Rp1.500/kg. Komoditas sayuran akan mendapatkan keuntungan bersih
sebesar Rp5.797.000/MT untuk kacang panjang pada tingkat produksi 7,5 ton/ha dengan harga
produk Rp2.500/MT, dan sebesar Rp5.091.000/MT untuk mentimun pada tingkat produksi 20
ton/ha dengan tingkat harga Rp1.000/kg. Pada kondisi ini pola tanam yang paling
menguntungkan adalah padi-padi-sayuran dengan total keuntungan bersih Rp22.446.000-
Rp23.152.000/tahun dibandingkan dengan pola tanam padi-padi-palawija dangan total
keuntungan Rp20.270.000-Rp22.131.000/tahun.
11. Adannya perubahan iuran irigasi, akan mempengaruhi keuntungan bersih dari petani,
keuntungan bersih dari petani dengan harga air yang telah dihitung dengan perhitungan
ekonomi teknik maka keuntungan bersih masing-masing komoditi akan berubah. Pendapatan
bersih padi pada tingkat produksi 5,8-7,3 ton/ha padi GKP adalah sebesar Rp5.708.000-
Rp10.214.000/MT pada tingkat harga Rp2.500/kg padi GKP, untuk tanaman kacang tanah
akan memperoleh keuntungan bersih sebesar Rp4.459.300-Rp4.570.000/MT pada tingkat
produksi 3,2 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/kg, sedangkan kedelai mempunyai
keuntungan bersih Rp3.058.300-Rp3.143.000/MT pada tingkat produksi 5 ton/ha dengan harga
produk Rp1.500/kg. Keuntungan bersih dari tanaman kacang panjang adalah Rp5.610.000-
Rp5.797.000/MT pada tingkat produksi 7,5 ton/ha dengan harga produk Rp2.500/kg, dan untuk
27
mentimun adalah Rp4.942.000-Rp5.091.000/MT pada tingkat produksi 20 ton/ha dengan harga
produk Rp1.000/kg. Pada kondisi ini pola tanam yang paling menguntungkan adalah sama,
yaitu padi-padi-sayuran dengan total keuntungan bersih Rp21.140.000-Rp22.268.000/tahun
dibandingkan dengan pola tanam padi-padi-palawija dengan total keuntungan bersih
Rp19.294.000-Rp21.131.300/tahun.
12. Faktor pendorong dari penerapan irigasi pompa adalah adanya manfaat yang dirasakan petani
setelah adanya pompa sebagai sarana penunjang irigasi dengan meningkatnya intensitas
pertanaman dan pendapatan petani. Sedangkan faktor penghambatnya adalah masih sulitnya
pengadaan pompa secara swadaya oleh petani akibat biaya investasi yang besar pada awal
pengadaan pompa.
B. SARAN 1. Biaya air irigasi sebaiknya dibayarkan berdasarkan jumlah kebutuhan air dengan harga yang
telah dihitung dengan perhitungan ekonomi teknik. Jika pembayaran dalam bentuk uang sulit
diaplikasikan maka pembayaran dapat digantikan dengan produk hasil pertanian yang
jumlahnya disesuikan dengan biaya irigasi pada tingkat harga padi yang berlaku. Sehingga
biaya untuk operasional dan penggantian pompa dan mesin dapat tercukupi dan kegiatan
usahatani dapat berkelanjutan.
2. Berdasarkan hasil penelitian efisiensi pada MT I dan MT II kecil, diduga adanya pemborosan
jam operasi pompa. Disarankan adanya penelitian lanjut jam aktual pada MT I dan MT II pada
lokasi penelitian.
3. Perlu diadakan penelitian lanjutan mengenai kebutuhan rumah tangga petani per bulan,
sehingga dapat diketahui luasan garapan minimum per petani sehingga petani dapat hidup
layak.
28
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Perkembangan Harga Indeks Konsumen/Inflasi. Berita Resmi Statistik Badan Pusat Statistik, No.46/08 Th. XIII, Agustus 2008. Badan Pusat Statistik. Website. www.bps.go.id/brs_file/inflasi-02ags10.pdf. [4 Agustus 2010]
Bustomi F. 2003. Pandangan Petani Daerah Irigasi Glapan Timur Mengenai Hak Atas Air Irigasi. Padang: jurnal ilmiah VISI, PSI-SDALP UniversitasAndalas.
Doorenbos J, Pruitt WO. 1977. Guidelines for Predicting Crop and water Requirement [irigation and drainage paper]. Food And Agricultural Organization of The United Nation.
Kusnadi DK. 2006. Kebutuhan Air Irigasi. [diktat matakuliah irigasi drainase]. Bogor: jurusan Teknik Pertanian. FATETA. Institut Pertanian Bogor.
Hasan M. 2005. Bangun Irigasi Dukung Ketahanan Pangan [majalah air]. Jakarta: Direktorat Jenderal Sumber Daya Air, Departemen Pekerjaan Umum.
Munir B. 2003. Pengelolaan Irigasi Pompa P2AT dan Non-P2AT Dalam Mendukung Usahatani Berkelanjutan [skripsi]. Bogor: jurusan Teknik Pertanian. FATETA. Institut Pertanian Bogor.
Pramudya B. dan Dewi N. 1992. Ekonomi Teknik. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Sudjarwadi, 1990. Teori dan Praktek Irigasi. Yogyakarta: Pusat Antar Universitas Ilmu Teknik. Universitas Gajah Mada.
Scwab GO, RK. Frevert T W, and Barnes KK. 1981. Soil And Water Conservation Engineering. New York: 1st Edition, John Willey and Sons.
Suroso et al. 2007. Evaluasi Kinerja Jaringan Irigasi Banjaran Untuk Meningkatkan Efektifitas dan Efisiensi Pengelolaan Air Irigasi. Website. http://eprints.ums.ac.id/594/1/(9)A.pdf. [7 Februari 2010]
Yusuf M. 2001. Evaluasi Pengelolaan dan Pemanfatan Irigasi Airt Tanah dalam Meningkatkan Produktivitas dan Pendapatan Petani di Kabupaten Lombok Timur, NTB [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
30
Lampiran 1. Peta lokasi penelitian di Kecamatan Cariu
Gambar peta lokasi persawahan diambil dengan menggunakan Googlemap
Gambar lokasi persawahan diambil dari Googlemap
31
Lampiran 2. Curah hujan selama sepuluh tahun terakhir di Kecamatan Cariu (2000-2009)
TAHUN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
2000 388 403 129 517 392 257 349 76 152 285 591 -
2001 590 391 364 606 186 250 191 105 388 323 292 157
2002 658 450 388 548 175 111 60 - 75 34 30 -
2003 139 378 494 383 166 40 9 24 177 378 450 636
2004 552 460 360 957 755 66 - - 33 190 1212 1089
2005 971 979 899 450 112 205 - 131 115 - - 183
2006 411 196 141 235 41 - 20 83 186 - - 257
2007 136 618 148 220 84 128 5 41 20 107 106 388
2008 79 210 190 65 5 23 20 68 111 243 440 67
2009 258 122 83 144 144 96 38 25 95 99 282 173
Rata-rata 418 421 320 413 206 131 87 69 135 207 425 369
Sumber: Badan Meteorologi Iklim dan Geofisika Dramaga
31
32
Lampiran 3. Hasil perhitungan evaporasi tanaman acuan (ETo) dan curah hujan efektif di Kecamatan Cariu tahun (2000 – 2009)
Bulan
Suhu
Minimum
(oC)
Suhu
Maksimal
(oC)
Kelembaban
Udara (%)
Kecepatan
Angin
(km/ hari)
Lama
Penyinaran
(jam)
Radiasi
Matahari
(Mj/m2/hari)
ETo
(mm/hari)
Hujan Efektif
padi *)
(mm/bulan)
Hujan Efektif
Palawija *)
(mm/bulan)
Januari 22,0 29,3 88 95 4,6 16,8 3,54 228,8 187,0
Februari 22,1 29,6 88 116 3,5 15,2 3,24 230,6 188,5
Maret 22,8 32,0 82 97 8,8 23,3 4,80 170,0 138,0
April 26,2 32,1 82 77 7,7 20,4 4,37 225,0 184,5
Mei 26,1 31,7 85 72 5,5 15,8 3,44 101,6 81,0
Juni 26,1 31,8 81 70 9,1 19,8 4,10 56,6 43,5
Juli 25,8 32,9 77 79 10,5 22,1 4,61 30,2 21,5
Agustus 26,3 33,7 75 81 10,7 23,9 5,16 19,4 12,5
September 26,6 32,6 75 90 8,3 21,9 4,90 59,0 45,5
Oktober 26,0 31,8 82 80 9,0 23,7 5,06 102,2 81,5
Nopember 26,3 31,8 81 85 6,0 18,9 4,23 233,0 190,5
Desember 26,1 31,8 85 77 6,9 20,5 4,45 199,4 162,5
Rata-rata 25,2 31,8 82 85 20,2 20,2 4,33 137,98 106.7
Sumber : Stasiun Meteorologi dan Klimatologi Dramaga terolah
Keterangan : *) Rumus perhitungan curah hujan menggunakan rumus empirik yang telah dikembangkan secara lokal untuk Indonesia yaitu dengan rumus:
Curah hujan efektif padi = 0,6 * CH rata-rata -22,5
Curah hujan efektif palawija = 0,75 * 0,6 * CH rata-rata -22,5
32
33
Lampiran 4. Kebutuhan air irigasi padi MT I di lok asi penelitian
Bulan
(dekade ke-) Kc
ETc
(mm/hari)
Perkolasi
(mm/hari)
Persiapan Lahan
+ Penyemaian
(mm/hari)
Kebutuhan Air
Tanaman Padi
(mm/hari)
Hujan Efektif
(mm/dekade)
Kebutuhan Air
Irigasi
(mm/hari)
Kebutuhan Air
Irigasi
(mm/dekade)
Januari 2 1,05 3,72 2,2 3,7 9,5 62,1 3,34 33,4
Januari 3 1,05 3,61 6,0 6,2 15,8 77,3 8,13 81,3
Februari 1 1,09 3,51 3,1 5,8 13,6 78,6 5,81 58,1
Februari 2 1,10 3,34 3,1 0,0 6,4 79,8 0,0 0,0
Februari 3 1,10 3,99 3,1 0,0 7,0 72,1 0,0 0,0
Maret 1 1,10 4,86 3,1 0,0 5,9 59,7 0,0 0,0
Maret 2 1,10 5,28 3,1 0,0 5,5 59,7 0,0 0,0
Maret 3 1,10 5,28 3,1 0,0 6,3 59,2 0,39 3.9
April 1 1,10 5,28 3,1 0,0 5,5 59,2 0,0 0.0
April 2 1,10 4,81 3,1 0,0 7,8 83,8 0,0 0,0
April 3 1,10 4,47 3,1 0,0 6,5 67,8 0,0 0,0
Mei 1 1.08 3,99 3,1 0,0 4,0 45,2 0,0 0,0
Mei 2 1.03 3,44 3,1 0,0 3,4 30,1 0,42 4,2
Mei 3 0,97 3,49 3,1 0,0 3,8 26,4 1,2 12,0
Juni 1 0,94 3,64 0,0 0,0 0 2,3 0,36 3,6
Total (mm/ha) 661,4 172,8 1.010 869,8 196,6
Keterangan : Tanggal tanam = 2 Februari
Tanggal persiapan lahan = 12 Januari
Tanggal panen = 1 Juni
33
34
Lampiran 4. Kebutuhan air irigasi padi MT II di lok asi penelitian
Bulan
(dekade ke-) Kc
ETc
(mm/hari)
Perkolasi
(mm/hari)
Persiapan Lahan +
Penyemaian
(mm/hari)
Kebutuhan Air
Tanaman Padi
(mm/hari)
Hujan Efektif
(mm/dekade)
Kebutuhan Air
Irigasi
(mm/hari)
Kebutuhan Air
Irigasi
(mm/ dekade)
Oktober 2 1,05 5,42 0,0 3,6 9,0 23,9 6,6 66,6
Oktober 3 1,05 5,10 4,2 9,86 19,3 45,8 15,3 153,3
November 1 1,09 4,87 3,1 0,0 6,7 68,3 0,0 0,0
November 2 1,10 4,55 3,1 0,0 7,6 85,5 0,0 0,0
November 3 1,10 4,67 3,1 0,0 7,7 79,1 0,0 0,0
Desember 1 1,11 4,51 3,1 0,0 6.7 68,2 0,0 0,0
Desember 2 1,11 5,05 3,1 0,0 5,3 63,5 0,0 0,0
Desember 3 1,11 4,68 3,1 0,0 4,8 67,8 0,0 0,0
Januari 1 1,11 4,27 3,1 0,0 7,3 73,9 0,0 0,0
Januari 2 1,11 3,93 3,1 0,0 6,9 77,6 0,0 0,0
Januari 3 1,11 3,82 3,1 0,0 6,8 77,3 0,0 0,0
Februari 1 1,08 3,47 3,1 0,0 6,5 78,6 0,0 0,0
Februari 2 1,04 3,15 3,1 0,0 6,1 79,8 0,0 0,0
Februari 3 1 3,61 3,1 0,0 6,6 72,1 0,0 0,0
Maret 1 0,98 4,31 0,0 0,0 0,0 6,0 0,43 4,3
Total (mm/ha) 414 1.006 967.5 224,2
Keterangan : Tanggal tanam = 2 November
Tanggal persiapan lahan = 13 Oktober
Tanggal panen = 1 Maret
34
35
Lampiran 4. Kebutuahan air irigasi padi MT III di lo kasi penelitian
Bulan
(dekade ke-) Kc
ETc
(mm/hari)
Perkolasi
(mm/hari)
Persiapan Lahan
+ Penyemaian
(mm/hari)
Kebutuhan Air
Tanaman Padi
(mm/hari)
Hujan Efektif
(mm/dekade)
Kebutuhan Air
Irigasi (mm/hari)
Kebutuhan Air
Irigasi
(mm/dekade)
Mei 3 1,05 3,77 4,0 4,8 12,6 19,2 10,8 108,4
Juni 1 1,05 4,07 7,7 2,1 13,7 23,3 10,7 107,4
Juni 2 1,09 4,47 4,9 0,0 9,6 18,0 7,8 78,1
Juni 3 1,10 4,69 3,1 0,0 4,7 15,4 3,1 31,6
Juli 1 1,10 4,88 3,1 0,0 4,9 12,5 3,6 36,3
Juli 2 1,10 5,08 3,1 0,0 5,1 9,4 4,1 41,4
Juli 3 1,11 5,30 3,1 0,0 5,8 8,4 5,0 49,9
Agustus 1 1,11 5,51 3,1 0,0 5.5 6,1 4,9 49,0
Agustus 2 1,11 5,71 3,1 0,0 5,7 4,1 5,3 53,0
Agustus 3 1,11 5,62 3,1 0,0 6,1 9,3 5,3 52,5
September 1 1,11 5,52 3,1 0,0 5,5 15,2 4,0 40,1
September 2 1,08 5,28 3,1 0,0 5,2 19,5 3,3 33,3
September 3 1,02 5,07 3,1 0,0 5,1 24,4 2,6 26,4
Oktober 1 0.97 5,06 0,0 0,0 5,1 26,5 2,4 22,8
Total (mm/ha) 523,3 232 891 211,5 730,1
Keterangan : Tanggal tanam = 13 Juni
Tanggal persiapan lahan = 19 Mei
Tanggal panen = 10 Oktober
35
36
Lampiran 4. Kebutuhan air irigasi kacang tanah pada MT III di lokasi penelitian
Bulan
(dekade ke-) Kc
ETc
(mm/hari)
ETc
(mm/dekade)
Hujan efektif
(mm/dekade)
Kebutuhan
Air Irigasi
(mm/dekade)
Juni 2 0,40 1,64 13,1 11,0 0,0
Juni 3 0,40 1,71 17,1 11,6 5,5
Juli 1 0,41 1,83 18,3 9,2 9,0
Juli 2 0,56 2,60 26,0 6,6 19,4
Juli 3 0,77 3,68 40,4 5,8 34,7
Agustus 1 0,97 4,83 48,3 3,9 44,4
Agustus 2 1,08 5,56 55,6 2,2 53,3
Agustus 3 1,08 5,46 60,1 6,5 53,6
September 1 1,08 5,37 53,7 11,4 42,3
September 2 1,08 5,28 52,8 15,1 37,7
September 3 1,04 5,17 51,7 19,1 32,6
Oktober 1 0,84 4,28 42,8 20,9 21,9
Oktober 2 0,62 3,20 32,0 23,7 8,3
Total (mm/ha) 511,7 147,0 362,7
Keterangan : Tanggal tanam = 13 Juni
Tanggal panen = 20 Oktober
Lampiran 4. Kebutuhan air irigasi kacang kedelai pada MT III di lokasi penelitian
Bulan
(dekade ke-) Kc
ETc
(mm/hari)
ETc
(mm/dekade)
Hujan Efektif
(mm/dekade)
Kebutuhan Air
Irigasi
(mm/dekade)
Juni 2 0,40 1,64 13,1 11,0 0.0
Juni 3 0,43 1,82 18,2 11,6 6.6
Juli 1 0,78 3,46 34,6 9,2 25,4
Juli 2 1,07 4,92 49,2 6,6 42,6
Juli 3 1,07 5,13 56,5 5,8 50,7
Agustus 1 1,07 5,33 53,3 3,9 49,5
Agustus 2 1,07 5,53 55,3 2,2 53,1
Agustus 3 0,85 4,34 47,7 6,5 41,2
September 1 0,51 2,53 12,6 5,7 6,9
Total (mm/ha) 340.5 62,5 276,0
Keterangan : T anggal tanam = 13 Juni
Tanggal panen = 8 September
37
Lampiran 4. Kebutuhan air irigasi sayuran pada MT III di lokasi penelitian
Bulan (dekade ke-)
Kc ETc
(mm/hari) ETc
(mm/dekade) Hujan Efektif (mm/dekade)
Kebutuhan Air Irigasi
(mm/dekade) Juni 2 0,70 2,87 22,9 11,0 9,1 Juni 3 0,70 2,99 29,9 11,6 18,3 Juli 1 0,73 3,26 32,6 9,2 23,4 Juli 2 0,83 3,82 38,2 6,6 31,6 Juli 3 0,93 4,46 49,0 5,8 43,2 Agustus 1 0,99 4,91 49,1 3,9 45,3 Agustus 2 0,99 5,10 51,0 2,2 48,7 Agustus 3 0,99 5,01 55,1 6,5 48,6 September 1 0,95 4,73 47,3 11,4 35,8 September 2 0,89 4,38 21,9 7,5 14,4
Total (mm/ha) 397.0 75,8 318,5 Keterangan : Tanggal tanam = 13 Juni
Tanggal panen = 18 September
38
Lampiran 5. Perhitungan efisiensi penyaluran dan kebutuhan air irigasi pada setiap MT di lokasi penelitian
Komoditas MT Luasan Lahan (ha)
Kebutuhan Air Irigasi
Netto (mm/ha)
Kebutuhan Air Irigasi Netto*)
(m3/ha/MT)
Kebutuhan Air Irigasi Netto
(m3/MT)
Jam Kerja Pompa
(jam/MT)
Debit pemompaan
(m3/MT)
Efisiensi Penyaluran
(%)
Kebutuhan Air Irigasi
(m3/ha/MT)**)
Padi I 30 196,6 1.966 58.980 1.600 172.800 34,1 5.765
Padi II 30 224,3 2.243 66.090 1.840 198.720 33,3 6.733
Padi III 5 730,1 7.301
117.303 1.280 138.240 85
8.588
Kacang Kedelai III 4 276,0 2.760 3.247
Kacang Tanah III 6,5 362,7 3.627 4.267
Sayuran III 14,5 318,5 3.185 3.747
Sumber: Data primer terolah
Keterangan: *)Efisiensi pemakaian air 70%
Efisiensi penyaluran = ��������� �� ������ �����
����� ��������� � 100% = ��.��� !".��� = 34,1%
Contoh perhitungan kebutuhan air irigasi (KAI)**)
KAI = 196,6 && ' � �(�� ' �)��
�� = 1.966 (&+/-.ℎ0)2 � 30 ℎ0 = 58.980 (&+
-.6 )
KAI = ��������� �� ������ ����� (�(
��/78)6�9������� ���:�;���� = .�<<
�.+= = 5.765 (&+/ℎ0 -.)⁄
38
39
Lampiran 6. Perhitungan biaya pompanisasi di lokasi penelitian
DATA TEKNIS POMPA NIAGARA 8” DAN MESIN PENGGERAK 25 HP
No Keterangan Satuan Nilai
1 Daya pompa hp 25
2 Kapasitas debit pompa (pada Total head 4,5 m) liter/detik 30
3 Umur ekonomis pompa Tahun 7 32.000/ jam pemompaan
4 Umur ekonomis motor penggerak Tahun 6 28.000/ jam pemompaan
5 Umur ekonomis selang penghisap Tahun 5
6 Umur ekonomis selang dorong Tahun 5
7 Jam operasi pompa jam/tahun 4.720
8 Kebutuhan bahan bakar liter/jam 4
9 Kebutuhan minyak pelumas/oli liter/jam 0.05
10 Kebutuhan gemuk liter/jam 0.0027
11 Luasan lahan teririgasi ha 30
12 Jumlah iuran padi GKP MT I Kg/ha 500
13 Jumlah iuran padi GKP MT II dan III Kg/ha 300
14 Iuran kelompok Rp/ha/tahun 2.750.000
BIAYA INVESTASI POMPA DAN MESIN PENGGERAK DAN NILAI AKHIR
No Keterangan Satuan Nilai
1 Harga mesin penggerak Rp 27.000.000
2 Harga pompa air Rp 8.300.000
3 Harga selang penghisap Rp 1.140.000
4 Harga selang dorong Rp 323.125
5 Nilai akhir pompa air Rp 2.700.000 10% Dari harga awal
6 Harga akhir motor penggerak Rp 830.000 10% Dari harga awal
7 Nilai akhir selang pendorong Rp 0 Diabaikan
8 Nilai akhir selang penghisap Rp 0 Diabaikan
Total investasi Rp 36.763.125
40
Lampiran 6. Perhitungan biaya pompanisasi di lokasi penelitian (lanjutan)
BIAYA TETAP IRIGASI POMPA
No Keterangan Satuan Nilai
1 Bunga modal %/tahun 0,12
2 Laju inflasi %/tahun 0,058 3 Penyusutan mesin penggerak dengan bunga modal Rp/tahun 5.957.570
4 Penyusutan pompa dengan bunga modal Rp/tahun 1.671.723
5 Penyusutan selang hisap dengan bunga modal Rp/tahun 316.247
6 Penyusutan selang dorong dengan bunga modal Rp/tahun 89.638
Total biaya tetap per tahun Rp/tahun 8.035.179
HARGA-HARGA TAHUN 2010
Harga solar Rp/liter 4.300
Harga gemuk Rp/kemasan 45 gram 34.000
Harga oli pelumas Rp 20.000
Harga padi GKP RP/kg 2.500
BIAYA OPERASIONAL POMPA PER TAHUN
No Keterangan Satuan Nilai
1 Biaya bahan bakar Rp 81.184.000
2 Biaya oli pelumas Rp 4.720.000
3 Biaya gemuk Rp 433.296
4 Upah operator atau petugas lapang Rp 16.500.000 20% iuran total
5 Pemeliharaan mesin diesel Rp 2.700.00 10% biaya pembangunan
6 Pemeliharaan pompa Rp 415.000 5% biaya pembangunan
7 Gaji pengurus air Rp 8.250.000 10% iuran total
Total biaya tidak tetap per tahun Rp 114.202.296
PARAMETER DAN HARGA AIR
No Keterangan Satuan Nilai
1 Jumlah air yang dipompa m3/tahun 509.760
2 Total biaya per tahun Rp/tahun 122.237.475
3 Harga air (investasi) Rp/m3 240
4 Harga air (bantuan) Rp/m3 224
5 Biaya air + biaya penggantian(investasi) Rp/m3 250
6 Biaya air + biaya penggantian (bantuan) Rp/m3 234
41
Lampiran 7. Perhitungan debit pemompaan dan jam pemompaan
Komoditas MT Luasan
Lahan (ha)
Kebutuhan Air Irigasi Netto
(mm/ha)
Kebutuhan Air Irigasi Netto
(m3/MT)
Efisien penyaluran
(%)
Debit pemompaan yang diperlukan
(m3)*)
Jam kerja pompa seharusnya (jam/MT)
Padi I 30 1.966 58.980 60 98.300 910
Padi II 30 2.242 67.260 60 112.100 1.038
Padi III 5 7.301
117.303 85 138.004 1.280 Kacang Kedelai III 4 2.760
Kacang Tanah III 6,5 3.627
Sayuran III 14,5 3.185
Total 346.454 3.228
Contoh perhitungan: KAI Netto = 196,6 && ' � �(�� ' �)��
�� = 1.966 (&+/-.ℎ0)2 � 30 ℎ0 = 58.980 (&+
-.6 )
*) ��������� �� ������ ����� (�(
786 )@9������� =
��.��� (�( 78)⁄�,< = 98.300 &+
Sedangkan debit pemompaan dalam 1 jam adalah 108 m3/jam, maka lama jam operasi menjadi
����� :��� A����;�B�� �(
786A���� ��������� �( C��⁄ = ��.+��
�� = 910 D0& -.⁄
Keterangan : Untuk MT III tidak diperlukan pengurangan jam pemompaan karena efisiensi penyaluran sudah mencapai 85%
41
42
Lampiran 8a. Analisis usahatani padi MT I di lokasi penelitian dengan harga air irigasi berupa iuran 5 kwintal padi GKP
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine Bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air kg 500 2.500 1.250.000
Jumlah 1 Rp 2.405.000
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 kwintal kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 7.995.000
Produksi GKP kg 7.300
Harga jual GKP Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 18.250.000
Laba bersih Rp 10.255.000
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.095
R/C 2,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
: Harga padi GKP Rp2.500/kg
43
Lampiran 8a. Analisis usahatani padi MT II dan III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi berupa iuran 3 kwintal padi GKP
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air kg 300 2.500 750.000
Jumlah 1 Rp 1.905.000
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3 X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 KW kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 7.495.000
Produksi GKP Kg 5.840
Harga jual GKP Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 14.600.000
Laba bersih Rp 7.105.000
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.283
R/C 1,95 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010 : Harga padi GKP Rp2.500/kg
44
Lampiran 8a. Analisis usahatani kacang tanah MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi berupa iuran 3 kwintal padi GKP
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 12.000 360.000
b. Pupuk Ponska kg 60 2.400 144.000
c. Pestisida 70.000
Leafcord Kaleng 5 14.000
d. Air kg 300 2.500 750.000
Jumlah 1 Rp 1.324.000
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 600.000
Biaya tanam HOK**) 10 20.000 200.000
Penyemprotan pestisida HOK*) 3 40.000 120.000
Penyiangan HOK*) 2 40.000 280.000
HOK**) 10 20.000
Pemanenan HOK*) 3 40.000 420.000
HOK**) 15 20.000
Biaya pembuatan parit HOK*) 7 40.000 280.000
Jumlah 2 Rp 1.900.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 3.224.000
Produksi kg 3.200
Harga jual Rp 2.500
Nilai produksi Rp/kg 8.000.000
Laba bersih Rp 4.776.000
Biaya pokok Rp/kg 1.008
R/C 2,5 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010 : Harga padi GKP Rp2.500/kg
45
Lampiran 8a. Analisis usahatani kacang kedelai MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi berupa iuran 3 kwintal padi GKP
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 40 20.000 800.000
b. Pupuk kandang
Urea kg 50 1.800 90.000
Ponska kg 100 2.400 240.000
c. Pestisida 100.000
Matador Kaleng 5 20.000
d. Air Rp 300 2.500 750.000
Jumlah 1 Rp 1.980.000
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 480.000
Biaya tanam HOK**) 16 20.000 320.000
Penyemprotan pestisida HOK*) 9 40.000 360.000
Penyiangan HOK**) 20 20.000 400.000
Pemanenan HOK**) 30 20.000 600.000
HOK*) 6 40.000 240.000
Jumlah 2 Rp 2.400.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 4.380.000
Produksi kg 5.000
Harga jual Rp/kg 1.500
Nilai produksi Rp 7.500.000
Laba bersih Rp 3.120.000
Biaya pokok Rp/kg 876
R/C 1.7 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010 : Harga padi GKP Rp2.500/kg
46
Lampiran 8a. Analisis usahatani kacang panjang MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi berupa iuran 3 kwintal padi GKP
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 3 25.000 75.000
b. Pupuk
NPK Mutiara kg 50 2.400 120.000
Ponska kg 300 8.000 2.400.000
ZA kg 50 1.300 65.000
Urea kg 100 1.800 180.000
c. Pestisida
Leafcord Kaleng 20 14.000 280.000
Decise Kaleng 10 18.000 180.000
d. Air kg 300 2.500 750.000
e. Bambu ajir Buah 41.667 50 2.083.350
Jumlah 1 Rp 6.133.350
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 3.000.000
Biaya tanam HOK**) 16 20.000 320.000
Biaya perawatan dan penyiangan HOK*) 30 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000 800.000
Pemanenan HOK**) 75 20.000 1.500.000
Jumlah 2 Rp 6.820.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 12.953.350
Produksi kg 7.500
Harga jual Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 18.750.000
Laba bersih Rp 5.796.650
Biaya pokok Rp/kg 1.727
R/C 1,4 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010 : Harga padi GKP Rp2.500/kg
47
Lampiran 8a. Analisis usahatani mentimun MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi berupa iuran 3 kwintal padi GKP
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih Bungkus 10 400 400.000
b. Pupuk 1.960.000
NPK Mutiara kg 100 80 800.000
Ponska kg 500 2.400 1.200.000
Urea kg 150 1.800 270.000
ZA kg 50 1.300 65.000
c. Pestisida daun dan buah 500.000
Fregent Kaleng 3 15.000 45.000
Decis Kaleng 3 18.000 54.000
Matador Kaleng 1 20.000 20.000
d. Air kg 300 2.500 750.000
e. Bambu ajir Buah 40.500 50 2.025.000
Jumlah 1 Rp 8.089.000
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam HOK 75 40.000 3.000.000
Biaya tanam HOK 16 20.000 320.000
Biaya perawatan dan penyiangan HOK 30 40.000 1.200.000
HOK 40 20.000 800.000
Pemanenan HOK 75 20.000 1.500.000
Jumlah 2 Rp 6.820.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 14.090.000
Produksi kg 20.000
Harga jual Rp/kg 1.000
Nilai produksi Rp 20.000.000
Laba bersih Rp 5.091.000
Biaya pokok Rp/kg 745
R/C 1,34 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010 : Harga padi GKP Rp2.500/kg
48
Lampiran 8b. Analisis usahatani padi di MT I lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah Rp224/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine Bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 5.765 224 1.291.360
Jumlah 1 Rp 2.446.360
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 kwintal kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.036.360
Produksi GKP kg 7.300
Harga jual GKP Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 18.250.000
Laba bersih Rp 10.213.630
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.101
R/C 2,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan
: Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
49
Lampiran 8b. Analisis usahatani padi MT II di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah Rp224/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine Bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 6.733 224 1.508.192
Jumlah 1 Rp 2.663.192
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3 X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 KW kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.253.192
Produksi GKP kg 5.840
Harga jual GKP Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 14.600.000
Laba bersih Rp 6.346.808
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.413
R/C 1,8 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
50
Lampiran 8b. Analisis usahatani padi MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah Rp224/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine Bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 8.588 224 1.923.721
Jumlah 1 Rp 3.078.712
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3 X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 KW kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.668.712
Produksi GKP kg 5.840
Harga jual Rp/kg 2.500
Nilai produksi GKP Rp 14.600.000
Laba bersih Rp 5.931.288
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.484
R/C 1,7 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
51
Lampiran 8b. Analisis usahatani kacang tanah MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah Rp224/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 12.000 360.000
b. Pupuk Ponska kg 60 2.400 144.000
c. Pestisida 70.000
Leafcord Kaleng 5 14.000
d. Air m3 4.267 224 955.808
Jumlah 1 Rp 1.529.808
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 600.000
Biaya tanam HOK**) 10 20.000 200.000
Penyemprotan pestisida HOK*) 3 40.000 120.000
Penyiangan HOK*) 2 40.000 280.000
HOK**) 10 20.000
Pemanenan HOK*) 3 40.000 420.000
HOK**) 15 20.000
Biaya pembuatan parit HOK*) 7 40.000 280.000
Jumlah 2 Rp 1.900.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 3.429.808
Produksi kg 3.200
Harga jual Rp 2.500
Nilai produksi Rp/kg 8.000.000
Laba bersih Rp 4.570.192
Biaya pokok Rp /kg 1.072
R/C 2,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
52
Lampiran 8b. Analisis usahatani kedelai MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah Rp224/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 40 20.000 800.000
b. Pupuk kandang
Urea kg 50 1.800 90.000
Ponska kg 100 2.400 240.000
c. Pestisida
Matador Kaleng 5 20.000 100.000
d. Air m3 3.247 224 727.328
Jumlah 1 Rp 1.957.328
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 480.000
Biaya tanam HOK**) 16 20.000 320.000
Penyemprotan pestisida HOK*) 9 40.000 360.000
Penyiangan HOK**) 20 20.000 400.000
Pemanenan HOK**) 30 20.000 600.000
HOK*) 6 40.000 240.000
Jumlah 2 Rp 2.400.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 4.357.328
Produksi (segar) kg 5.000
Harga jual Rp/kg 1.500
Nilai produksi Rp 7.500.000
Laba bersih Rp 3.142.672
Biaya pokok Rp/kg 871
R/C 1,7 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
53
Lampiran 8b. Analisis usahatani kacang panjang MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah Rp224/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 3 25.000 75.000
b. Pupuk
NPK Mutiara kg 50 2.400 120.000
Ponska kg 300 8.000 2.400.000
ZA kg 50 1.300 65.000
Urea kg 100 1.800 180.000
c. Pestisida
Leafcord Kaleng 20 14.000 280.000
Decise Kaleng 10 18.000 180.000
d. Air m3 3.747 224 893.238
e. Bambu ajir Buah 41.667 50 2.083.350
Jumlah 1 Rp 6.222.678
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 3.000.000
Biaya tanam HOK**) 16 20.000 320.000
Biaya perawatan dan penyiangan HOK*) 30 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000 800.000
Pemanenan HOK**) 75 20.000 1.500.000
Jumlah 2 Rp 6.820.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 13.042.678
Produksi kg 7.500
Harga jual Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 18.750.000
Laba bersih Rp 5.707.322
Biaya pokok Rp/kg 1.739
R/C 1,4 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
54
Lampiran 8b. Analisis usahatani mentimun MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah Rp224/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih Bungkus 10 400 400.000
b. Pupuk 1.960.000
NPK Mutiara kg 100 80 800.000
Ponska kg 500 2.400 1.200.000
Urea kg 150 1.800 270.000
ZA kg 50 1.300 65.000
c. Pestisida daun dan buah 500.000
Fregent Kaleng 3 15.000 45.000
Decis Kaleng 3 18.000 54.000
Matador Kaleng 1 20.000 20.000
d. Air m3 3.747 224 839.328
e. Bambu ajir Buah 40.500 50 2.025.000
Jumlah Rp 8.178.328
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 3.000.000
Biaya tanam HOK 16 20.000 320.000
Biaya perawatan dan penyiangan HOK 30 40.000 1.200.000
HOK 40 20.000 800.000
Pemanenan HOK 75 20.000 1.500.000
Jumlah Rp 6.820.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 14.998.328
Produksi kg 20.000
Harga jual Rp/kg 1.000
Nilai produksi Rp 20.000.000
Laba bersih Rp 5.001.672
Biaya pokok Rp/kg 750
R/C 1,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
55
Lampiran 8c. Analisis usahatani padi MT I di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah + penggantian Rp234m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine Bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 5.765 234 1.349.010
Jumlah 1 Rp 2.504.010
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 kwintal kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.094.010
Produksi GKP kg 7.300
Harga jual GKP Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 18.250.000
Laba bersih Rp 10.155.990
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.109
R/C 2,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan
: Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
56
Lampiran 8c. Analisis usahatani padi MT II di lokasi penelitian harga air irigasi pompa bantuan pemerintah + penggantian Rp234/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 6.743 234 1.575.522
Jumlah 1 Rp 2.730.522
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3 X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 KW kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.320.522
Produksi GKP kg 5.840
Harga jual GKP Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 14.600.000
Laba bersih Rp 6.279.478
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.425
R/C 1,8 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
57
Lampiran 8c. Analisis usahatani padi MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah + penggantian Rp234/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 8.588 234 2.009.592
Jumlah 1 3.164.592
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3 X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 KW kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.754.592
Produksi GKP kg 5.840
Harga jual GKP Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 14.600.000
Laba bersih Rp 5.845.408
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.499
R/C 1,7 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
58
Lampiran 8c. Analisis usahatani kacang tanah MT III di lokasi peneltian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah + penggantian Rp244/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 12.000 360.000
b. Pupuk Ponska kg 60 2.400 144.000
c. Pestisida 70.000
Leafcord Kaleng 5 14.000
d. Air m3 4.267 234 998.478
Jumlah 1 Rp 1.572.478
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 600.000
Biaya tanam HOK**) 10 20.000 200.000
Penyemprotan pestisida HOK*) 3 40.000 120.000
Penyiangan HOK*) 2 40.000 280.000
HOK**) 10 20.000
Pemanenan HOK*) 3 40.000 420.000
HOK**) 15 20.000
Biaya pembuatan parit HOK*) 7 40.000 280.000
Jumlah 2 Rp 1.900.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 3.472.478
Produksi kg 3.200
Harga jual Rp 2.500
Nilai produksi Rp/kg 8.000.000
Laba bersih Rp 4.527.522
Biaya pokok Rp/kg 1.085
R/C 2,3 Keterangan:HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
59
Lampiran 8c. Analisis usahatani kedelai MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah + penggantian Rp234/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 40 20.000 800.000
b. Pupuk kandang
Urea kg 50 1.800 90.000
Ponska kg 100 2.400 240.000
c. Pestisida
Matador Kaleng 5 20.000 100.000
d. Air m3 3.247 234 759.789
Jumlah 1 Rp 1.989.798
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 480.000
Biaya tanam HOK**) 16 20.000 320.000
Penyemprotan pestisida HOK*) 9 40.000 360.000
Penyiangan HOK**) 20 20.000 400.000
Pemanenan HOK**) 30 20.000 600.000
HOK*) 6 40.000 240.000
Jumlah 2 Rp 2.400.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 4.389.798
Produksi kg 5.000
Harga jual Rp/kg 1.500
Nilai produksi Rp 7.500.000
Laba bersih Rp 3.110.202
Biaya pokok Rp/kg 878
R/C 1,7 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
60
Lampiran 8c. Analisis usahatani kacang panjang MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah + penggantian Rp234/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 3 25.000 75.000
b. Pupuk
NPK Mutiara kg 50 2.400 120.000
Ponska kg 300 8.000 2.400.000
ZA kg 50 1.300 65.000
Urea kg 100 1.800 180.000
c. Pestisida
Leafcord Kaleng 20 14.000 280.000
Decise Kaleng 10 18.000 180.000
d. Air m3 3.741 234 876.798
e. Bambu ajir Buah 41.667 50 2.083.350
Jumlah 1 Rp 6.260.148
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 3.000.000
Biaya tanam HOK**) 16 20.000 320.000
Biaya perawatan dan penyiangan HOK*) 30 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000 800.000
Pemanenan HOK**) 75 20.000 1.500.000
Jumlah 2 Rp 6.820.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 13.080.148
Produksi kg 7.500
Harga jual Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 18.750.000
Laba bersih Rp 5.669.852
Biaya pokok Rp/kg 1.744
R/C 1,4 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan
: Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
61
Lampiran 8c. Analisis usahatani mentimun MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa bantuan pemerintah + penggantian Rp234/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih Bungkus 10 400 400.000
b. Pupuk 1.960.000
NPK Mutiara kg 100 80 800.000
Ponska kg 500 2.400 1.200.000
Urea kg 150 1.800 270.000
ZA kg 50 1.300 65.000
c. Pestisida daun dan buah 500.000
Fregent Kaleng 3 15.000 45.000
Decis Kaleng 3 18.000 54.000
Matador Kaleng 1 20.000 20.000
d. Air m3 3.747 234 876.798
e. Bambu ajir Buah 40.500 50 2.025.000
Jumlah 1 Rp 8.215.789
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 3.000.000
Biaya tanam HOK 16 20.000 320.000
Biaya perawatan dan penyiangan HOK 30 40.000 1.200.000
HOK 40 20.000 800.000
Pemanenan HOK 75 20.000 1.500.000
Jumlah 2 Rp 6.820.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 15.035.798
Produksi kg 20.000
Harga jual Rp/ kg 1.000
Nilai produksi Rp 20.000.000
Laba bersih Rp 4.964.202
Biaya pokok Rp/ kg 752
R/C 1,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
62
Lampiran 8d. Analisis usahatani padi MT I di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani Rp240/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine Bacterium kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 5.765 240 1.383.600
Jumlah 1 Rp 2.58.600
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 kw kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) 8.128.600
Produksi GKP kg 7.300
Harga jual GKP Rp/ kg 2.500
Nilai produksi Rp 18.250.000
Laba bersih Rp 10.121.400
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.114
R/C 2,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan
: Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
63
Lampiran 8d. Analisis usahatani padi MT II di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani Rp240/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 6.733 240 1.615.920
Jumlah 1 Rp 2.770.920
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3 X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 KW kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.360.920
Produksi GKP kg 5.840
Harga jual GKP Rp/ kg 2.500
Nilai produksi Rp 14.600.000
Laba bersih Rp 6.239.080
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.432
R/C 1,8
Keterangan: HOK : Hari orang kerja *) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
64
Lampiran 8d. Analisis usahatani padi MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani Rp240/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 8.588 240 2.061.120
Jumlah 1 Rp 3.216.120
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3 X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 KW kg 100 2.500 250.000
Jumlah Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.806.120
Produksi GKP kg 5.840
Harga jual GKP Rp/ kg 2.500
Nilai produksi Rp 14.600.000
Laba bersih Rp 5.793.880
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.508
R/C 1,7 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
65
Lampiran 8d. Analisis usahatani kacang tanah MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani Rp240/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 12.000 360.000
b. Pupuk Ponska kg 60 2.400 144.000
c. Pestisida 70.000
Leafcord Kaleng 5 14.000
d. Air m3 4.267 240 1.024.080
Jumlah 1 Rp 1.598.080
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 600.000
Biaya tanam HOK**) 10 20.000 200.000
Penyemprotan pestisida HOK*) 3 40.000 120.000
Penyiangan HOK*) 2 40.000 280.000
HOK**) 10 20.000
Pemanenan HOK*) 3 40.000 420.000
HOK**) 15 20.000
Biaya pembuatan parit HOK*) 7 40.000 280.000
Jumlah 2 Rp 1.900.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 3.498.080
Produksi GKP kg 3.200
Harga jual GKP Rp 2.500
Nilai produksi Rp/ kg 8.000.000
Laba bersih Rp 4.501.920
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.093
R/C 2,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
66
Lampiran 8d. Analisis usahatani kedelai MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani Rp240/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 40 20.000 800.000
b. Pupuk kandang
Urea kg 50 1.800 90.000
Ponska kg 100 2.400 240.000
c. Pestisida
Matador 5 20.000 100.000
d. Air m3 3.247 240 779.280
Jumlah 1 Rp 2.009.280
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 480.000
Biaya tanam HOK**) 16 20.000 320.000
Penyemprotan pestisida HOK*) 9 40.000 360.000
Penyiangan HOK**) 20 20.000 400.000
Pemanenan HOK**) 30 20.000 600.000
HOK*) 6 40.000 240.000
Jumlah 2 Rp 2.400.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 4.409.280
Produksi kg 5.000
Harga jual Rp/ kg 1.500
Nilai produksi Rp 7.500.000
Laba bersih Rp 3.090.720
Biaya pokok Rp/kg 882
R/C 1,7 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
67
Lampiran 8d. Analisis usahatani kacang panjang MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani Rp240/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 3 25.000 75.000
b. Pupuk
NPK Mutiara kg 50 2.400 120.000
Ponska kg 300 8.000 2.400.000
ZA kg 50 1.300 65.000
Urea kg 100 1.800 180.000
c. Pestisida
Leafcord Kaleng 20 14.000 280.000
Decise Kaleng 10 18.000 180.000
d. Air m3 3.747 240 899.280
e. Bambu ajir Buah 41.667 50 2.083.350
Jumlah 1 Rp 6.282.630
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 3.000.000
Biaya tanam HOK**) 16 20.000 320.000
Biaya perawatan dan penyiangan HOK*) 30 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000 800.000
Pemanenan HOK**) 75 20.000 1.500.000
Jumlah 2 Rp 6.820.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 13.102.630
Produksi kg 7.500
Harga jual Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 18.750.000
Laba bersih Rp 5.647.370
Biaya pokok Rp/kg 1.747
R/C 1,4 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
68
Lampiran 8d. Analisis usahatani mentimun MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani Rp240/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih Bungkus 10 400 400.000
b. Pupuk 1.960.000
NPK Mutiara kg 100 80 800.000
Ponska kg 500 2.400 1.200.000
Urea kg 150 1.800 270.000
ZA kg 50 1.300 65.000
c. Pestisida daun dan buah 500.000
Fregent Kaleng 3 15.000 45.000
Decis Kaleng 3 18.000 54.000
Matador Kaleng 1 20.000 20.000
d. Air m3 3.747 2340 899.280
e. Bambu ajir Buah 40.500 50 2.025.000
Jumlah 1 Rp 8.238.280
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 3.000.000
Biaya tanam HOK 16 20.000 320.000
Biaya perawatan dan penyiangan HOK 30 40.000 1.200.000
HOK 40 20.000 800.000
Pemanenan HOK 75 20.000 1.500.000
Jumlah 2 Rp 6.820.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 15.058.280
Produksi kg 20.000
Harga jual Rp/ kg 1.000
Nilai produksi Rp 20.000.000
Laba bersih Rp 4.941.720
Biaya pokok Rp/kg 753
R/C 1,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan
: Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
69
Lampiran 8e. Analisis usahatani padi MT I di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani + penggantian Rp250/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine Bacterium kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 5.765 250 1.441.250
Jumlah 1 Rp 2.596.250
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 kw kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.186.250
Produksi GKP kg 7.300
Harga jual GKP Rp/ kg 2.500
Nilai produksi Rp 18.250.000
Laba bersih Rp 10.063.750
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.121
R/C 2,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan
: Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
70
Lampiran 8d. Analisis usahatani padi MT II di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani + penggantian Rp250/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 6.733 250 1.683.250
Jumlah 1 Rp
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3 X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 kw kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.428.250
Produksi GKP kg 5.840
Harga jual GKP Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 14.600.000
Laba bersih Rp
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.443
R/C 1,7 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
71
Lampiran 8d. Analisis usahatani padi MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani + penggantian Rp250/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 3.000 90.000
b. Pupuk kandang kg 350 2.400 840.000
c. Pestisida
Corine bacterium Kaleng 3 25.000 75.000
Tichogramma Kaleng 3 50.000 150.000
d. Air m3 8.588 250 2.147.000
Jumlah Rp 3.302.000
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 1.520.000
Pencaplakan HOK**) 5 20.000 100.000
Biaya tanam HOK**) 38 20.000 760.000
Penyemprotan pestisida 3 X HOK*) 4 40.000 160.000
Penyiangan I dan II HOK*) 10 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000
Babat pematang HOK*) 5 40.000 200.000
Biaya panen HOK*) 20 40.000 1.400.000
HOK**) 30 20.000
Bakti desa 1 KW kg 100 2.500 250.000
Jumlah 2 Rp 5.590.00
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 8.892.000
Produksi GKP kg 5.840
Harga jual GKP Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 14.600.000
Laba bersih Rp 5.708.000
Biaya pokok GKP Rp/kg 1.522
R/C 1,6 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
72
Lampiran 8d. Analisis usahatani kacang tanah MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani + penggantian Rp250/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 30 12.000 360.000
b. Pupuk Ponska kg 60 2.400 144.000
c. Pestisida 70.000
Leafcord Kaleng 5 14.000
d. Air m3 4.267 250 1.066.750
Jumlah 1 Rp 1.640.750
II Biaya operasional
Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 600.000
Biaya tanam HOK**) 10 20.000 200.000
Penyemprotan pestisida HOK*) 3 40.000 120.000
Penyiangan HOK*) 2 40.000 280.000
HOK**) 10 20.000
Pemanenan HOK*) 3 40.000 420.000
HOK**) 15 20.000
Biaya pembuatan parit HOK*) 7 40.000 280.000
Jumlah 2 Rp 1.900.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 3.540.750
Produksi kg 3.200
Harga jual Rp 2.500
Nilai produksi Rp/kg 8.000.000
Laba bersih Rp 4.459.250
Biaya pokok Rp/kg 1.106
R/C 2,3 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
73
Lampiran 8d. Analisis usahatani kedelai MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani + penggantian Rp250/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 40 20.000 800.000
b. Pupuk kandang
Urea kg 50 1.800 90.000
Ponska kg 100 2.400 240.000
c. Pestisida
Matador Kaleng 5 20.000 100.000
d. Air m3 3.247 250 811.750
Jumlah 1 Rp 2.041.750
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 480.000
Biaya tanam HOK**) 16 20.000 320.000
Penyemprotan pestisida HOK*) 9 40.000 360.000
Penyiangan HOK**) 20 20.000 400.000
Pemanenan HOK**) 30 20.000 600.000
HOK*) 6 40.000 240.000
Jumlah 2 Rp 2.400.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 4.441.750
Produksi kg 5.000
Harga jual Rp/kg 1.500
Nilai produksi Rp 7.500.000
Laba bersih Rp 3.058.250
Biaya pokok Rp/kg 888
R/C 1,7 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
74
Lampiran 8d. Analisis usahatani kacang panjang MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani + penggantian Rp250/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih kg 3 25.000 75.000
b. Pupuk
NPK Mutiara kg 50 2.400 120.000
Ponska kg 300 8.000 2.400.000
ZA kg 50 1.300 65.000
Urea kg 100 1.800 180.000
c. Pestisida
Leafcord Kaleng 20 14.000 280.000
Decise Kaleng 10 18.000 180.000
d. Air m3 3.747 250 936.750
e. Bambu ajir Buah 41.667 50 2.083.350
Jumlah 1 Rp 6.320.100
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 3.000.000
Biaya tanam HOK**) 16 20.000 320.000
Biaya perawatan dan penyiangan HOK*) 30 40.000 1.200.000
HOK**) 40 20.000 800.000
Pemanenan HOK**) 75 20.000 1.500.000
Jumlah 2 Rp 6.820.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 13.140.100
Produksi kg 7.500
Harga jual Rp/kg 2.500
Nilai produksi Rp 18.750.000
Laba bersih Rp 5.609.900
Biaya pokok Rp/kg 1.752
R/C 1,4 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan : Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
75
Lampiran 8d. Analisis usahatani mentimun MT III di lokasi penelitian dengan harga air irigasi pompa swadaya petani + penggantian Rp250/m3
No Uraian Kegiatan Satuan Jumlah Harga Satuan (Rp)
Nilai (Rp)
I Sarana produksi
a. Benih Bungkus 10 400 400.000
b. Pupuk 1.960.000
NPK Mutiara kg 100 80 800.000
Ponska kg 500 2.400 1.200.000
Urea kg 150 1.800 270.000
ZA kg 50 1.300 65.000
c. Pestisida daun dan buah 500.000
Fregent Kaleng 3 15.000 45.000
Decis Kaleng 3 18.000 54.000
Matador Kaleng 1 20.000 20.000
d. Air m3 3.747 250 936.750
e. Bambu ajir Buah 40.500 50 2.025.000
Jumlah 1 Rp 8.275.750
II Tenaga kerja
Biaya pengolahan tanah s/d siap tanam Rp 3.000.000
Biaya tanam HOK 16 20.000 320.000
Biaya perawatan dan penyiangan HOK 30 40.000 1.200.000
HOK 40 20.000 800.000
Pemanenan HOK 75 20.000 1.500.000
Jumlah 2 Rp 6.820.000
Total biaya (jumlah 1 + jumlah 2) Rp 15.095.750
Produksi kg 20.000
Harga jual Rp/kg 1.000
Nilai produksi Rp 20.000.000
Laba bersih Rp 4.904.250
Biaya pokok Rp/kg 755
R/C 1,5 Keterangan: HOK : Hari orang kerja
*) : Tenaga kerja Laki-laki **) : Tenaga kerja Perempuan
: Harga yang digunakan adalah harga pada tahun 2010
76
Lampiran 9. Perhitungan biaya pompanisasi dengan adanya pengurangan jam operasi pompa di lokasi penelitian
DATA TEKNIS POMPA NIAGARA 8” DAN MESIN PENGGERAK 25 HP
No Keterangan Satuan Nilai
1 Daya pompa hp 25
2 Kapasitas debit pompa (pada total head 4,5 m) liter/detik 30
3 Umur ekonomis pompa tahun 10 32.000/ jam pemompaan
4 Umur ekonomis motor penggerak tahun 9 28.000/ jam pemompaan
5 Umur ekonomis selang penghisap tahun 5
6 Umur ekonomis selang dorong tahun 5
7 Jam operasi pompa jam/tahun 3.228
8 Kebutuhan bahan bakar liter/jam 4
9 Kebutuhan minyak pelumas/oli liter/jam 0.05
10 Kebutuhan gemuk liter/jam 0.0027
11 Luasan lahan teririgasi ha 30
12 Jumlah iuran padi GKP MT I Kg/ha 500
13 Jumlah iuran padi GKP MT II dan III Kg/ha 300
14 Iuran kelompok Rp/ha/tahun 2.750.000
BIAYA INVESTASI POMPA DAN MESIN PENGGERAK DAN NILAI AKHIR
No Keterangan Satuan Nilai
1 Harga mesin penggerak Rp 27.000.000
2 Harga pompa air Rp 8.300.000
3 Harga selang penghisap Rp 1.140.000
4 Harga selang dorong Rp 323.125
5 Nilai akhir pompa air Rp 2.700.000 10% Dari harga awal
6 Harga akhir motor penggerak Rp 830.000 10% Dari harga awal
7 Nilai akhir selang pendorong Rp 0 Diabaikan
8 Nilai akhir selang penghisap Rp 0 Diabaikan
Total investasi Rp 36.763.125
HARGA-HARGA TAHUN 2010 Harga solar Rp/liter 4.300
Harga gemuk Rp/kemasan 45 gram 34.000
Harga oli pelumas Rp 20.000
Harga padi GKP RP/kg 2.500
77
Lampiran 9. Perhitungan biaya pompanisasi dengan adanya adanya pengurangan jam operasi pompa di lokasi penelitian (lanjutan)
BIAYA TETAP IRIGASI POMPA No Keterangan Satuan Nilai
1 Bunga modal %/tahun 0,12
2 Laju inflasi %/tahun 0,058 3 Penyusutan mesin penggerak dengan bunga modal Rp/tahun 4.659.469
4 Penyusutan pompa dengan bunga modal Rp/tahun 1.328.303
5 Penyusutan selang hisap dengan bunga modal Rp/tahun 316.247
6 Penyusutan selang dorong dengan bunga modal Rp/tahun 89.638
Total biaya tetap per tahun Rp/tahun 6.393.657
BIAYA OPERASIONAL POMPA PER TAHUN
No Keterangan Satuan Nilai
1 Biaya bahan bakar Rp 55.521.600
2 Biaya oli pelumas Rp 3.228.000
3 Biaya gemuk Rp 296.330
4 Upah operator Rp 16.500.000 20% iuran total
5 Pemeliharaan mesin diesel Rp 2.700.000 10% biaya pembangunan 6 Perbaikan pompa Rp 415.000 5% biaya pembangunan
7 Gaji pengurus air Rp 8.250.000 10% iuran total
Total biaya tidak tetap per tahun Rp 86.910.930
PARAMETER DAN HARGA AIR
No Keterangan Satuan Nilai 1 Jumlah air yang dipompa m3/tahun 348.624
2 Total biaya per tahun Rp/tahun 93.304.588
3 Harga air (investasi) Rp/m3 268
4 Harga air (bantuan) Rp/m3 249
5 Biaya air + biaya penggantian(investasi) Rp/m3 277 6 Biaya air + biaya penggantian (bantuan) Rp/m3 259
top related