kajian hadis-hadis adab makan dan minum; perspektif …
Post on 03-Oct-2021
74 Views
Preview:
TRANSCRIPT
KAJIAN HADIS-HADIS ADAB MAKAN DAN MINUM; PERSPEKTIF ILMU KESEHATAN
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh SITI IMRITIYAH
NIM: 1111034000072
PROGRAM STUDI TAFSIR-HADIS FAKULTAS USHULUDDIN DAN FILSAFAT
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 1437 H/2016 M
i
ABSTRAK
Siti Imritiyah “KAJIAN HADIS-HADIS ADAB MAKAN DAN MINUM; PERSPEKTIF ILMU KESEHATAN”. Dibawah bimbingan Muhammad Zuhdi Zaini, M.Ag. Jakarta: Ushuluddin Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Adab dalam Islam ternyata tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seorang Muslim, karena sebenarnya adab-adab dalam Islam mengandung berbagai macam aspek penting, salah satunya ialah aspek kesehatan. Salah satu adab yang paling penting dalam kehidupan sehari-hari ialah adab makan dan minum, karena aktivitas makan dan minum berhubungan langsung dengan perut dan pencernaan yang merupakan sumber utama dari segala macam penyakit. Jadi setiap apa yang masuk ke dalam perut dapat menimbulkan kesehatan maupun penyakit. Penyakit-penyakit tersebut dapat muncul akibat pola makan dan pola minum yang salah.
Disini penulis sengaja meneliti hadis tentang adab makan dan minum. Agar dapat mengetahui sejauh mana adab makan dan minum tersebut dapat dilakukan. Dan guna menciptakan perilaku atau adab seseorang agar dapat bersikap sopan ketika sebelum makan, saat makan, dan sesudah makan. Metode dalam penelitian ini bersifat kualitatif berdasarkan kepustakaan. Sedangkan dalam pengolahan data, metode yang digunakan penulis adalah deskriptif-analitik. Deskripsi yang digunakan adalah memaparkan secara apa adanya terkait hadis-hadis adab makan dan minum sebagaimana penjelasan Ulama yang ada dalam kitab syarh, kemudian penulis menganalisanya dari sisi kesehatan.
Penelitian ini telah menghasilkan kesimpulan, yaitu berdasarkan hadis-hadis terkait adab makan dan minum yang termuat dalam al-Kutub al-Sittah menemukan dampak positif dari adab makan dan minum bagi kesehatan, yaitu kesehatan fisik, kesehatan mental dan kesehatan sosial. Inilah hikmah dari anjuran Nabi Saw. memerintahkan umatnya untuk selalu beradab ketika sebelum makan, saat makan dan sesudah makan. Keyword: Adab, makan dan minum.
ii
KATA PENGANTAR
االله
Segala puji bagi Allah Swt, Tuhan semesta alam. Pencipta langit dan bumi
beserta isinya yang telah memberikan segala rahmat, taufiq dan hidayah-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Shalawat beserta salam penulis sampaikan kepada pemimpin umat dan
penutup para Rasul, Muhammad Saw yang telah membimbing manusia dari masa
kegelapan menuju masa yang sangat terang benderang dengan syariatnya yang
lurus.
Terimakasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang berpartisipasi dalam
penulisan skripsi ini. Ungkapan terimakasih ini penulis sampaikan kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Dede Rosyada, MA.,selaku Rektor UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Bapak Prof. Dr. Masri Mansur, MA., selaku Dekan Fakultas Ushuluddin
dan Filsafat UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Ibu Dr. Lilik Ummi Kaltsum MA., selaku Ketua Jurusan Tafsir Hadis.
4. Ibu Dra. Banun Binaningrum M. Pd., selaku Sekretaris Jurusan Tafsir
Hadis.
5. Bapak Muhammad Zuhdi Zaini, M. Ag., selaku dosen pembimbing yang
selalu memberikan ilmu dan nasihatnya kepada penulis.
iii
6. Seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah memberikan dedikasinya
mendidik penulis, memberikan ilmu, pengalaman, serta pengarahan kepada
penulis selama masa perkuliahan.
7. Pimpinan beserta staf Perpustakaan Fakultas Ushuluddin dan Perpustakaan
Utama UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang membantu penulis dalam
pencarian referensi.
8. Guru saya yang terhormat Habib Muhammad bin Abdurrahman al-Athas
dan H. Imron Rosyadi, Lc yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.
9. Kedua orang tua saya yang tercinta, Ayahanda H. Mukhtar (alm) dan Ibunda
Hj. Hafshah (almh). Semoga Allah Swt memberikan tempat yang terbaik di
sisi-Nya. Āmîn.
10. Kedua mertua yang tersayang, Ibu Yayah Salamah dan Bapak Sukiyo yang
tidak pernah lupa dalam mendoakan penulis dalam setiap shalatnya.
11. Suami tercinta Acep Septiyana yang tak pernah lelah dalam memberikan
motivasi dan kebahagiaan kepada penulis.
12. Anak saya yang tercinta dan tersayang Fatih Alfarizqi yang telah menjadi
penyemangat hidup kepada penulis.
13. Saudara/i yang penulis cintai, yang selalu memberikan dukungannya kepada
penulis, kakak Ahamd Damiri, Mutamimah, Murdiyah, Kudsiyah, dan adik
Halimatus sa’diyah, dan yang terkhusus kepada teh Murtafiah yang telah
rela meminjamkan Notebooknya sampai skrispsi ini selesai. Dan juga untuk
semua keponakan-keponakan, dan seluruh keluarga besar H. Mukhtar.
iv
14. Seluruh teman-teman Jurusan Tafsir Hadis angkatan 2011, Rivia Awalia,
Aat anggraeni, Friella Dasanty, Siti Syarifah Alawiyah, Radtria al-Kaff,
Nurkhoiriah, dan k’ Hani terimakasih atas semua doa serta memberi
semangat dan pengalamannya kepada penulis.
15. Kepada pihak-pihak yang turut membantu dan berperan dalam proses
penyelesaian skripsi ini, namun luput untuk penulis sebutkan, tanpa
mengurangi rasa terimakasih penulis.
Teruntuk semua pihak di atas semoga dalam lindungan Allah Swt dan apa
yang diberikan kepada penulis dapat diterima dan dibalas oleh-Nya. Āmîn.
Jakarta, 20 Februari 2016
Penulis.
Siti Imritiyah
v
PEDOMAN TRANSLITERASI
Huruf Arab Huruf Latin Keterangan
Tidak dilambangkan ا
b be ب
t te ت
ts te dan es ث
j te ج
h h dengan garis di bawah ح
kh ka dan ha خ
d de د
dz de dan zet ذ
r er ر
z zet ز
s es س
sy es dan ye ش
s es dengan garis di bawah ص
d de dengan garis di bawah ض
t te dengan garis di bawah ط
z zet dengan garis di bawah ظ
koma terbalik di atas hadap kanan ‘ ع
gh ge dan ha غ
F ef ف
q ki ق
k ka ك
l el ل
m em م
vi
n en ن
w we و
h ha ه
apostrof ' ء
y ye ي
Vokal Tunggal
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
a fathah ـ ـ ـ ـ ـ
i kasrah ـ ـ ـ ـ ـ
u dammah ـ ـ ـ ـ ـ
Vokal Rangkap
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
ai a dan i ـ ـ ـ ـ ـ ي
au a dan u ـ ـ ـ ـ ـ و
Vokal Panjang
Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan
â a dengan topi di atas ـ ـ أ
ـ ـ ي î i dengan topi di atas
ـ ـ و û u dengan topi di atas
vii
Kata Sandang
Kata sandang ا ل (alif lam ma‘rifah) dengan al-, misalnya ( القرأن ) al-Qur'an. Kata sandang ini menggunakan huruf kecil, kecuali bila berada pada awal kalimat.
Syaddah (Tasydid)
Syaddah atau Tasydid dilambangkan dengan menggandakan huruf yang
diberi tanda syaddah itu. Akan tetapi, hal ini berlaku jika huruf yang menerima
tanda syaddah itu terletak kata sandang yang diikuti oleh huruf-huruf syamsiyyah.
Misalnya, kata الضرورة tidak ditulis ad-darȗrah melainkan al-darȗrah.
Ta Marbȗtah
Jika huruf ta marbȗtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka huruf
tersebut dialihaksarakan menjadi huruf (h). Misalnya, طريقة (tarȋqah). Jika huruf ta
marbȗtah tersebut diikuti dengan kata benda, maka huruf tersebut dialihaksarakan
menjadi huruf (t). Misalnya, وحدة الوجود (wahdat al-wujȗd).
viii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK .................................................................................................. i KATA PENGANTAR ................................................................................ ii PEDOMAN TRANSLITERASI. ................................................................ v DAFTAR ISI .............................................................................................. viii BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ....................................................... 1
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan
Perumusan Masalah ............................................................. 5
C. Tinjauan Pustaka .................................................................. 6
D. Tujuan Penelitian ................................................................. 7
E. Metodologi Penelitian .......................................................... 8
F. Sistematika Penulisan .......................................................... 10
BAB II TINJAUAN UMUM MENGENAI ADAB MAKAN DAN
MINUM
A. Pengertian Etika dan Adab ................................................... 12
B. Tatacara Ketika Saat Makan................................................. 14
C. Tatacara Berbicara Saat makan ............................................ 16
D. Alat-Alat Makan .................................................................. 17
E. Tatacara Makan Ala Indonesia ............................................. 21
F. Table Manner (Tatacara Makan) di Berbagai Negara ........... 22
G. Pola Makan Yang Sehat ....................................................... 26
ix
BAB III TELAAH HADIS SEPUTAR ADAB MAKAN DAN MINUM
A. Hadis-Hadis Adab Makan dan Minum ................................ 30
1. Membaca Doa (Basmalah) Sebelum Makan dan
Sesudah Makan ............................................................ 30
2. Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Makan ............. 33
3. Menjauhi Dari Sikap Berlebih-lebihan (Seorang Mukmin
makan dengan satu usus sedangkan orang kafir makan
dalam tujuh usus) .......................................................... 34
4. Makan dan Minum Menggunakan Tangan Kanan
dan Larangan Menggunakan Tangan Kiri ...................... 36
5. Makan Dengan Tiga Jari ............................................... 38
6. Duduk Lurus (Tidak Bersandar atau Tiduran) ............... 39
7. Tidak Membiarkan Makanan Yang Jatuh ...................... 40
8. Menutup Makanan dan Minuman .................................. 42
9. Menjilati Jari Setelah Makan ......................................... 42
10. Tidak Mencela Makanan ............................................... 43
11. Tidak Meniup Makanan ................................................ 45
12. Mengambil Makanan Yang Terdekat ............................ 46
13. Larangan Makan dan Minum Sambil Berdiri ................. 47
B. Hikmah Adab Makan dan Minum Menurut Ilmu
Kesehatan ............................................................................ 49
1. Kesehatan Fisik .......................................................... 50
2. Kesehatan Mental ....................................................... 57
3. Kesehatan Sosial ......................................................... 58
x
C. Asbabul Wurud .................................................................... 59
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................... 61
B. Saran-Saran ......................................................................... 62
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 64
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Semua umat Islam telah menerima faham bahwa hadis Rasulullah Saw
merupakan pedoman hidup yang paling utama setelahal-Qurân. Tingkah laku
manusia yang tidak ditegaskan ketentuan hukumnya, tidak diperinci melalui
dalil yang masih mutlak dalam al-Qurânhendaklah dicarikan penyelesaiannya
didalam hadis.1Karena fungsi hadis sebagai penafsir al-Qurân serta
memberikan keputusan hukum yang tidak terdapat dalam al-Qurân.2
Hadis dijadikan rujukan setelah al-Qurân untuk seluruh Muslim
termasuk salah satunya rujukan dalam hal adab makan dan minum. Dimana
manusia tidak mungkin hidup tanpa makan. Dengan makan manusia juga
dapat menjaga kesinambungan hidupnya, memelihara kesehatan, dan menjaga
kekuatannya. Apabila ia mengetahui bahwa makan itu ada adabnya dan
melaksanakan adab makan dan minum tersebut, tentulah ia akan mendapat
keuntungan berupa pahala akhirat. Oleh karena itu, sudah sepantasnya
seorang Muslim memperhatikan adab makan dan minum ini dan
melaksanakan dalam kehidupannya. Dengan melaksanakan adab makan dan
minum tersebut dapat menghasilkan keberkahan, membentuk watak,
mengetahui bagaimana cara merendahkan diri, merealisasikan perasaan
syukur kepada Allah Swt, menjauhkan diri dari syaithan, serta dapat
1Fatchur Rahman, Ikhtisar Musthalahu Hadis, (Bandung: PT. Ma’arif, 2005), h. 15. 2Endang Soetari, Problematic Hadis (Mengkaji Paradigma Periwayatan), (Bandung:
Gunung Jati Perss, 1997), h. 8.
2
membangkitkan rasa kasih sayang di antara sesama manusia.3Jika masyarakat
barat mempunyaitable manner, Islam pun mempunyai adab makan dan
minum tersendiri yang harus diamalkan oleh seluruh umatnya.
Adab makan dan minum dalam Islam mengatur dari adab memulai
makan dan minum, saat makan dan minum sampai selesai makan dan minum.
Banyak orang memandang proses makan dan minum sebagai sesuatu yang
lazim, adat atau kebutuhan hidup. Hingga tidak jarang terdengar ungkapan
bahwa: “Hidup untuk makan dan makan untuk hidup”. Namun tidak
demikian halnya dalam Islam. Seperti yang kita ketahui Islam adalah rahmat
bagi semesta alam. Islam adalah agama yang menjelaskan segala bentuk
kemashlahatan (kebaikan) bagi manusia, mulai dari masalah yang paling kecil
dan ringan hingga masalah yang paling besar dan berat. Demikianlah
kesempurnaan Islam yang hujjahnya sangat jelas. Sehingga tidak ada
permasalahan yang tersisa melainkan telah dijelaskan didalamnya termasuk
dari keindahan dan kesempurnaan agama Islam.4
Sebagaimana Firman Allah Qs. al-Baqarah (02): 172
3Abdul ‘Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab IslamMenurut al-Quran dan
as-Sunnah, (Jakarta: Pustaka Imam as-Syafi’i), 2007, h. 103. 4Ade Hasman, Rahasia Kesehatan Rasulullah: Meneladani Gaya Hidup Sehat Nabi
Muhammad Saw, h. 57.
3
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar kepada-Nya kamu menyembah”.5
Agama Islam meletakkan adab bagi segala sesuatu, misalnya makan,
minum, berpakaian, duduk, berjalan, berkunjung dan berbagai adab ini
terintegrasikan nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan dan moralitas. Disamping
itu, Islam juga menetapkan adab bagi setiap manusia: suami terhadap istri,
istri terhadap suami, anak kepada orangtua, orangtua terhadap anak-anak,
pemimpin kepada rakyat, rakyat kepada pemimipin. Begitulah adab-adab ini,
demi menunaikan perintah Allah Swt. dan mengharapkan ridha-Nya. Dalam
makan dan minum, kita menemukan berbagai adab yang terkait dengannya
yang diserukan oleh al-Qurân dan Sunnah, lalu dipraktikkan oleh para sahabat
Rasulullah dan para pengikut mereka dari generasi terdahulu, sehingga orang-
orang pada masa kini bisa mewarisi adab-adab tersebut.6
Riwayat yang menjelaskan tentang adab makan dan minum:
رمع نان عسن كيب بهو نير عن كثب يدلن الوة عنييع نان بفيا سثندح
وكل اللهم يا غلام سم اعليه وسلل قال لي النبي صلى االله بن أبي سلمة قا
يشطي تدي تكانو دعي بتمطع لكل تزت فلم يكلا يمكل مو ينكمبي
Artinya: “Telah menceritakan kepada kami Sufyan bin ‘Uyainah dari al-Walid bin Katsir dari Wahb bin Kaisan dari Umar bin AbuSalamah berkata, Nabi Saw bersabda kepadaku, wahai pemuda, sebutlah nama Allah, makanlah dengan tangan kananmu, makanlah yang terdekat,
5Departemen Agama R.I, Al-Quran dan Terjemahan, (Semarang: Toha Putra), h. 769. 6Yusuf Qardhawi dan al-Ghazali, Fiqh jihad: Sebuah Karya Monumental Terlengkap,
(Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), h. 563.
4
maka sejak saat itu cara makanku seperti itu, padahal sebelumnya tanganku bergerak-gerak”.7
Hadis di atas merupakan salah satu hadis adab makan dan minum.
Dimana didalamnya terdapat perintah ketika hendak makan sebutlah nama
Allah, makan dengan tangan kanan dan makan dari yang terdekat.
Sebagai seorang Muslim, kita telah diajarkan banyak etika/adab dalam
hal apapun, termasuk salah satunya dalam adab makan dan minum.
Rendahnya kesadaran Muslim saat ini tentang pentingnya mengaplikasikan
adab dalam Islam dalam kehidupan sehari-hari, terutama adab makan dan
minum. Hal ini sering ditemukan, seorang Muslim saat makan dan minum
sambil berdiri maupun berjalan, makan dengan tangan kanan namun ketika
minum menggunakan tangan kiri, mencela makanan yang dimakan dengan
mengatakan “tidak enak” serta ketika saat makanpun tanpa membaca
basmalah terlebih dahulu dan hamdalah sesudahnya, dan lain sebagainya.
Perilaku-perilaku ini tentu tidak sesuai dengan ajaran adab yang telah
diajarkan oleh Rasulullah. Hal ini terjadi bukankarena mereka tidak tahu dan
tidak faham tentang adab makan dan minum yang benar dalam Islam, namun
karena sebagian besar dari mereka menganggap melanggar hal-hal kecil
tersebut sebagai sesuatu yang lumrah, kemudian perilaku dilakukan terus-
menerus sehingga menjadi sesuatu kebiasaan. Jika kita mengamati pola
makan Rasulullah, maka kita akan dapati bahwa beliau mengumpulkan
beberapa aspek, diantaranya aspek faidah, kenikmatan dan penjagaan
terhadap kesehatan. Jika dilihat dari segi kesehatan, ajaran beliau tentang
7Abu Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim al-Bukhāri, Sahih al-Bukhāri (Juz 7
;Bairut: Dar al-fikr, 1994), h. 209.
5
adab makan ini sebenarnya telah teruji kebenaran manfaatnya bagi kesehatan
oleh penelitian-penelitian modern.8
Pemahaman-pemahaman terhadap hadis-hadis Nabi terus berkembang
sesuai zamannya. Hal ini juga terlihat dari bagaimana sebagian ulama
dalammemahami hadis-hadis tentang adab makan tersebut. Yakni mereka
memahami adab makan Nabi Saw. harus ditiru sebagai bukti melaksanakan
sunnahnya.9
Maka dalam kajian ini penulis bermaksud menggambarkan hadis-hadis
yang menjelaskan tentang adab makan dan minum yang diajarkan Nabi Saw.
Dan tentunya yang menjadi harapan penulis setelah dilakukan penelitian ini,
selain menambah wawasan keilmuan dan dapat meneladani Nabi Saw.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, penulis tertarik
untuk melakukan sebuah penelitian yang akan digunakan sebagai skripsi
dengan judul: “Adab makan dan Minum (Sebuah Kajian Hadits
Tematik)”.
B. Identifikasi Masalah, Pembatasan Masalah dan Perumusan Masalah
1. Identifikasi masalah dalam skripsi ini berupa:
a. Bagaimana adab makan dan minum dalam Islam?
b. Apa manfaat atau hikmah dari adab makan dan minum dari segi
kesehatan?
8Abdullah Nasikh Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, (Jakarta: Pustaka Amani,
1990), h. 538. 9Sebagaimana pendapat Abdul Baqi yang menilai sunnah terhadab adab /tata cara makan
Nabi perihal menjilati jari-jari tangan dan piring setelah makan. Serta menghukumi makruh jika mengusap tangan sebelum menjilatinya. Muhammad Fuad Abdul Baqi, al-Lu’lu’ wal Marjan, kumpulan Hadits Shahih Bukhari Muslim, h. 590.
6
2. Pembatasan Masalah
Mengingat luasnya pembahasan mengenai judul diatas, maka penulis
perlu untuk melakukan pembatasan pembahasan agar penulisan skripsi ini
lebih terfokus, sistematis, dan tidak melebar. Dalam penelitian ini penulis
menjelaskan penelitian terhadap hadits-hadits tentang adab makan dan minum
yang tertuju pada poin-poin di atas dengan mengkaji hadis-hadis yang setema.
3. Rumusan Masalah
Untuk memudahkan pembahasan dalam skripsi ini, perlu perumusan
masalah yang menjadi pokok dalam skripsi ini. Sehingga secara garis besar,
yang menjadi pokok dari skripsi ini adalah “Bagaimana Hikmah Hadis
Tentang Adab Makan dan Minum Ditinjau Dari Perspektif Kesehatan?”
C. Tinjauan Pustaka
Dalam penelusuran kepustakaan yang dilakukan, penulis menemukan
beberapa literatur yang berhubungan dengan judul skripsi yang akan penulis
bahas. Diantaranya: Umi Hidayati, IAIN Walisongo 2012, Fakultas
Ushuluddin dan Filsafat Relevansi Tata Cara Makan Yang Diajarkan Nabi
dengan Ilmu Kesehatan. Metodologi penelitian dalam skripsi ini
menggunakan kualitatif. Rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu Apa dan
bagaimana relevansi tata cara makan yang diajarkan Nabi dengan ilmu
kesehatan.
Shearly Chintya Dewi, Institut Seni Indonesia Yogyakarta 2015,
Fakultas Seni Rupa, Perancangan Animasi Dua Dimensi “Pengenalan
Adab Makan dan Minum dalam Islam Untuk Anak Sekolah
7
Dasar”.Rumusan masalah dalam skripsi ini yaitu Bagaimana merancang
film animasi dua dimensi dalam upaya memperkenalkan dan menanamkan
kebiasaan baik, tentang tata cara atau adab makan dan minum yang benar
dalam Islam kepada anak di jenjang Sekolah Dasar.
Distingsi skripsi yang akan penulis bahas adalah adab makan dan
minum yang lebih luas dalam hadis Nabi yang ada. Dengan menampilkan
hadis-hadis tentang adab makan dan minum, melakukan kegiatan takhrij
hadis, menganalisis kandungan hadis, mengetahui asbȃbul wurȗd hadits,
dan mengetahui hikmah dari seseorang yang melakukan adab makan dan
minum dari sisi kesehatan dengan menggunakanal-Kutȗb al-Tis‘ah serta
kitab-kitab yang sesuai dengan tema yang penulis teliti.
D. Tujuan Penelitian
Dalam setiap tindakan seorang peneliti tentunya mempunyai tujuan
tertentu. Oleh karena itu, dalam penulisan skripsi ini penulis mempunyai
tujuan sebagai berikut:
1. Mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan adab makan dan
minum menjadi satu sajian yang sederhana dan lebih mudah dipahami
oleh pembaca.
2. Membantu memberikan kontribusi serta pemahaman dalam dunia
pendidikan.
3. Dalam rangka untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana
Theologi Islam (S.Th.I) Fakultas Ushuluddin di Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
8
E. Metodologi Penelitian
Penelitian ini termasuk dalam penelitian kepustakaan (library research)
dengan mengumpulkan sumber-sumber data dari bahan-bahan tertulis dalam
bentuk kitab, buku, majalah dan lain-lain yang relevan dengan topik
pembahasan.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kajian hadis
maudhu’i. Secara etimologi, kata maudhu’i berarti meletakkan sesuatu atau
merendahkannya. Sehingga kata maudhu’i merupakan lawan kata dari al-
raf’u (mengangkat) 10. Mustafa Muslim berkata bahwa yang dimaksud
maudhu’i adalah meletakkan sesuat pada suatu tempat sehingga yang
dimaksud metode maudhu’i adalah meletakkan sesuatu pada sesuatu tempat
sehingga yang di yang bermaksud metode maudhu’i adalah mengumpulkan
ayat-ayat yang bertebaran dalam al-Quran atau hadis-hadis yang bertebaran
dalam al-Qur’an atau hadis-hadis yang bertebaran dalam kitab-kitab hadis
yang terkait dengan topik tertentu atau tujuan tertentu kemudian disusun
sesuai dengan sebab-sebab munculnya dan pemahamannya dengan
penjelasan, pengkajian dan penafsiran dalam masalah tertentu tersebut11.
Berdasarkan penjelasan di atas, metode maudhu’i harus memenuhi
beberapa unsur yaitu:
1. Menentukan topik atau judul yang akan dikaji
10 Abû al-Husain Ahmad ibn Fâris ibn Zakâriya, Mu’jam Maqâyis al-Lughah (Beirut: Dâr
al-Fikr, t.th), v. 2, h. 218. 11Mustafa Muslim, Mabâhis al-Tafsir al-Maudûi (Cet. I; Damasqus: Dâr al-Qalam, 1410
H/1989 M), h.16.
9
2. Mengumpulkan hadis-hadis yang terkait dengan topik yang telah
ditentukan
3. Melakukan pensyarahan atau pengkajian sesuai dengan tema
4. Memilih salah satu atau seluruh aspek ontologis, epistemologis dan
aksiologis yang terkait dengan tema.
Sedangkan langkah-langkah pengkajian hadis dengan metode maudhu’I
antara lain dapat dilakukan dengan:
a. Menentukan tema atau masalah yang akan di bahas
b. Menghimpun atau mengumpulkan data hadis-hadis yang terkait dalam
satu tema, baik secara lafadz maupun secara makna melalui kegiatan
takhrij al-hadis
c. Melakukan kategorisasi berdasarkan kandungan hadis dengan
memperhatikan kemungkinan perbedaan pristiwa wurudnya hadis
(tanawwu’) dan perbedaan periwayatan hadis.
d. Melakukan kegiatan I’tibar12 dengan melengkapi seluruh sanad.
e. Melakukan penelitian sanad yang meliputi penelitian kualitas pribadi
perawi, kapasitas intelektualnya dan metode periwayatan yang
digunakan.
f. Melakukan penelitian matan yag meliputi kemungkinan adanya illat
(cacat) dan syadz (kejanggalan).
12 I’tibar adalah suatu proses yang membandingkan antara beberapa riwayat untuk
mengetahui apakah perawinya itu sendiri meriwayatkan hadis tersebut ataukah ada perawi lain yang meriwayatkannya. Jika ada perawi/sanad yang lain, apakah kedua sanad itu sama di tingkat sahabat ataukah berbeda? Jika sama di tingkat sahabat akan tetapi berbeda ditingkat setelah disebut berarti hadis tersebut ada muta’bi-nya, jika berbeda ditingkatan sahabat maka hadis tersebut ada syahid-nya. Abd Haq ibn Saifuddin al-Dahlawî, Muqaddimah fî Uşūl al-Hadis (Cet. II; Bairut: Dār al-Basyāir al-Islāmiyah, 1406 H/1989 M), h. 56-57. Bandingkan dengan Mahmud al-Thahhān, Taisīr Mustalah al-Hadīs, (Cet.II; al-Riyādh: Maktabah al-Ma’ārif, 1407 H/1987 M), h. 142.
10
g. Mempelajari term-term yang mengandung arti serupa.
h. Membandingkan berbagai syarah hadis.
i. Melengkapi pembahasan dengan hadis-hadis atau ayat-ayat pendukung.
j. Menyusun hasil penelitian menurut kerangka besar konsep.13
Sumber utama penelitian ini adalah al-Kutub al-Tis’ah yang memuat
hadis-hadis tersebut dengan syarh-nya. Penulis menggunakan metode takhrîj
hadis dengan menggunakan kamus hadis melalui petunjuk lafal hadis dengan
kitab al-Mu’jam al-Muhfahras li alfâz al-Hadîs dan kata kunci (tema) hadis
dengan kitab Miftâh al-Kunûz al-Sunnah. Disamping itu, digunakan juga jasa
komputer dengan program CD Lidwa yang mempu mengakses sembilan kitab
sumber primer hadis. Sedangkan sumber penunjangnya adalah kitab-kitab
dan buku yang relevan dengan kajian ini.
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif-analitis,
yaitu sebuah metode yang bertujuan memecahkan permasalahan yang ada,
dengan menggunakan teknik deskriptif yakni penelitian, analisa dan
klasifikasi.14 Adapun pendekatan yang digunakan adalah pendekatan
linguistik, dengan analisa pendekatan ilmu kedokteran untuk mengungkapkan
hikmah apa saja yang terkandung dari seseorang yang melakukan adab makan
dan minum.
F. Sistematika Penulisan
Untuk memudahkan penyusunan skripsi ini, penulis membagi
pembahasan penulisan ini, maka penulis akan menguraikannya dalam
13Arifuddin Ahmad, Metode Tematik dalam Pengkajian Hadis, h. 20-21. 14Winarno Surahmad, Pengantar Penelitian Ilmiah, (Bandung: Tarsito, 1994), h. 138-
139.
11
beberapa bab yang di dalamnya memuat beberapa sub-bab. Adapun uraiannya
ialah sebagai berikut:
Bab pertama, berisi tentang pendahuluan yang meliputi: a) Latar
belakang masalah, yang menjelaskan tentang pendahuluan dan kronologi
permasalahan sampai ke titik inti dari permasalahannya, b) identifikasi,
pembatasan dan perumusan masalah, agar pembahasan yang dikaji lebih
fokus dan tidak melebar serta terarah kepada yang dituju, c) tinjauan pustaka
d) tujuan penelitian, tantang tujuan penulis mencapai target yang diinginkan,
e) metedologi penelitian, f) sistematika penulisan.
Bab kedua, akan membahas tinjauan umum tentang adab makan dan
minum, dalam bab ini terdapat beberapa sub-bab, diantaranya, a) pengertian
adab makan dan minum, b) makna kesehatan, c) urgensi makanan bagi
kesehatan tubuh, d) makanan yang sehat, e) padangan agama Islam tentang
kesehatan.
Bab ketiga, akan membahas hadis-hadis seputar adab makan dan
minum dengan menggunakan metode tematik (maudhu’i). Adapun yang akan
menjadi bebrapa sub-bab, seperti a) hadis-hadis adab makan dan minum, c)
hikmah dari adab makan dan minum menurut ilmu kesehatan, c) asbabul
wurud.
Bab keempat, berisi penutup, yang meliputi: a) Kesimpulan, yang
berisi jawaban atas pertanyaan yang telah disebutkan dalam perumusan
masalah, dan b) Saran, berisi saran-saran.
12
BAB II
TINJAUAN UMUM MENGENAI ADAB MAKAN DAN MINUM
A. Pengertian Etika dan Adab
Dalam pengertian umum kata etiket dapat diartikan dengan tatacara atau
tingkah laku yang baik. Kata etiket ini berasal dari bahasa Perancis yaitu
etiquette. Bermacam-macam tafsiran dapat diberikan terhadap etiket ini
seperti sopan santun, tata krama, tata pergaulan, prilaku dan sebagainya.
Kesemuanya itu dapat dimasukkan dalam suatu kesimpulan mendidik atau
menjadikan manusia lebih baik lagi.
Etiket itu mempunyai arti yang penting sekali dalam kehidupan
manusia pada umumnya, sebagai salah satu pelengkap hubungan antara
manusia satu dengan yang lainnya atau masyarakat. Kemanapun juga orang
pergi ia akan selalu berhadapan dengan apa yang dinamakan etiket, sesuatu
yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai salah satu dari bagian
masyarakat yang beradab. Dengan etiket ini seolah-olah setiap orang
diharuskan menjadi lebih baik, lebih dewasa, lebih memahami kehidupan,
lebih toleran terhadap sesamanya dan lebih berfikiran. Karena memang
demikianlah tuntutan zaman yang makin modern.1
Sedangkan pengertian adab menurut Muhammad bin Mukarram bin
Mandzur al-Afrîqî al-Misrî adalah suatu budi pekerti yang dilakukan oleh
seseorang. Disebut adab karena mendidik manusia kepada hal-hal terpuji dan
1 Ben Handaya, Etiket dan Pergaulan, (Yogyakarta: Kanisius, 1975), h. 6.
13
mencegah mereka dari yang jelek. Asal makna dari adab adalah panggilan,
contohnya dikatakan untuk orang-orang yang yang di undang kepadanya
hidangan disebut ma’dubah. Ibnu Burjuj berkata: “Sesungguhnya telah
terdidik dengan didikan yang baik, dan engkau dipanggil pendidik”. Abu
Zayd berkata “Seseorang yang mendidik suatu adab maka disebut adib. Dan
Ulama lain berkata, adab adalah kesopanan diri dan belajar atau adab adalah
tindakan yang baik. Kata aduba dengan dhommah pada huruf dal, isim
failnya adalah adîbun. Dan kata addabah artinya mengajarinya. Menurut az-
Jujaj kata ini digunakan untuk Allah Swt. beliau berkata: “Inilah adab yang
Allah ajarkan kepada Nabi-Nya Muhammad Saw.2
Seperti dalam riwayat hadis Nabi Saw:
بييأدتنسفأحبيرنيبأد “Rabb ku telah mendidikku dengan sebaik-baik pendidikan”.3
Adab dan akhlak hampir sama maknanya, akan tetapi ada beberapa
perbedaan antara adab dengan akhlak, yaitu:
1. Adab berarti tata cara, tata tertib atau tata aturan; sedangkan akhlak
berarti budi pekerti, moral, tabiat atau perangai.
2. Adab membicarakan tata tertib atau tata cara yang sudah diatur
sedemikian rupa; sedangkan akhlak membicarakan perilaku yang
muncul dari sifat jiwa, bisa berupa perangai yang baik maupun yang
buruk.
2Muhammad bin Mukarram bin Mandzur al-Afrîqî al-Misrî, Lisan al-A’râb, (Beirut: Dâr
al-Shadir), t.th, h. 207. 3Jalaluddin as-Suyutî, Jam’ul Jawâmi’, (Beirut: Mu’assisah ar-Risalah, 1992), h. 39.
14
3. Adab Islamiyah berarti tata cara atau tata tertib menurut ajaran Islam,
dan begitu seharusnya setiap muslim mengikuti dan mentaatinya,
sedangkan akhlak Islamiyah berarti akhlak atau moral menurut ajaran
Islam.4
Dari keterangan di atas dapat disimpulkan bahwa; pertama, jika adab
dan akhlak masih berdiri sendiri maka pada keduanya tampak jelas
perbedaannya. Kedua, jika kata adab dan akhlak sudah dipadukan dengan
kata “Islami”, maka arti keduanya hampir saja sama dan sulit untuk
membedakan, karena baik adab Islami maupun akhlak Islami berisi ajaran
berperilaku yang baik menurut Islam atau menjauhi prilaku yang
bertentangan dengan roh dan ajaran Islam.5
B. Tatacara Ketika Saat Makan
Dalam pergaulan antar bangsa, tatacara mengenai makan dan minum
sangat penting dipelajari dan diketahui. Ketentuan mengenai makan dan
minum seperti yang biasa di negara kita ini tidak selalu sama dengan yang
berlaku di negara lain. Memang banyak perbedaan cara makan antar bangsa
kita dengan kebiasaan internasional.
Tata cara makan harus benar-benar diperhatikan. Terutama bila sering
diundang makan bersama sanak famili, keluarga, tetangga, atau keluarga
teman-teman. Jangan sampai orang-orang menikmati makanan yang
4Choiruddin hadhiri. Sp, Akhlak dan Adab Islami, (Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer,
2015), h. 15. 5Choiruddin hadhiri. Sp, Akhlak dan Adab Islami, h. 16.
15
terhidang, tetapi grogi karena tidak yakin cara makan yang benar. Berikut ini
adalah tatacara saat makan.6
1. Pastikan tangan anda dan wajah bersih saat mendatangi meja makan.
2. Apabila setiap orang kebagian serbet, maka letakkan serbet di atas
pangkuan. Jika hendak berdiri, maka letakkan serbetnya di atas kursi,
bukan diatas meja.
3. Mulailah makan ketika sudah dipersilahkan, atau ketika semua orang
mulai makan.
4. Duduk tegak dengan punggung lurus dan tidak bersandar malas atau
merosot di kursi.
5. Tetap berada di kursi selagi makan, jangan bolak-balik dan menggangu
ketenangan orang lain yang sedang makan.
6. Selama makan, kedua belah siku tidak boleh dikembangkan, siku atau
lengan tidak boleh diletakan di atas meja, cukup sebatas pergelangan
tangan.
7. Makan dengan mulut tertutup dan tidak bersuara.
8. Bukalah mulut saat makanan sudah ada berada di depan bibir, jangan
membuka mulut lebar-lebar ketika makanan masih jauh dari bibir.7
9. Jika makanan terlalu panas, maka jangan meniupnya. Biarkan saja
sampai makanannya dingin.
10. Dilarang untuk menghirup makanan berkuah, apalagi sampai
menimbulkan bunyi seruput-seruput.
6 Mien R. Uno, Buku Pintar Etiket Untuk Remaja, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009), h. 68.
7 Mien R. Uno, Buku Pintar Etiket Untuk Remaja, h. 69.
16
11. Dilarang untuk meludahkan makanan yang tidak disukai ke serbet atau
piring, kecuali itu membahayakan, misalnya ada paku di nasinya atau
duri tajam di lauknya. Jika makanannya tidak enak, mau tidak mau
harus kamu telan.
12. Minumlah dengan tenang dan sopan, jangan berbunyi dan berkumur.
13. Dilarang untuk tinggalkan noda lipstik di gelas atau serbet.8
14. Dilarang untuk berisik, seperti: bersendawa, bersiul, atau membunyikan
sendok dan garpu ke piring. Jika tidak sengaja bersendawa menyentuh
bibir dengan serbet sambil berucap maaf tanpa menoleh kekiri dan
kanan.
15. Jika ada sesuatu yang jatuh atau tumpah, maka dilarang untuk gaduh.
Ambil atau bersihkan dengan serbet dan mintalah serbet pengganti. Jika
tidak ada serbet, maka bisa menggunakan tisu.
16. Jika tidak sengaja menumpahkan baju seseorang, maka segeralah
meminta maaf dan ambilkan tisu atau serbet. Biarlah dia mengelap
tumpahan di bajunya sendiri.
17. Dilarang untuk meletakan serbet diatas meja sebelum jamuan selesai.9
C. Tatacara Berbicara Saat makan
1. Dilarang untuk bicara saat mulut penuh dengan makanan. Jika ada
orang yang bertanya, maka telanlah terlebih dahulu makanannya setelah
itu menjawabnya, biarkan orang tersebut menunggu sampai.
8Mien R. Uno, Buku Pintar Etiket Untuk Remaja,h. 69. 9 Mien R. Uno, Buku Pintar Etiket Untuk Remaja, h. 70.
17
2. Dilarang untuk mengkritik makanan. Misalnya, “sambelnya
kepedesan,” “nasinya terlalu lembek”, atau “kok lauknya ini lagi ini
lagi?” Hargailah orang yang sudah bersusah payah menyiapkan
makanan. Itu sudah yang terbaik yang bisa mereka lakukan.10
3. Jika ingin meminta makanan yang diletakan agak jauh dari meja, maka
dilarang untuk mengambilnya. Cukup bilang “tolong” ke orang yang
terdekat dengan makanan itu.
4. Bicaralah dengan setiap orang di meja makan, jangan hanya berbicara
dengan satu orang saja.
5. Bicarakan hal-hal yang menyenangkan selagi makan, bukan hal-hal
yang akan mengganggu selera orang-orang sekitar.
6. Jika tuan rumah menawari makanan yang tidak disukai, cukup
tersenyum dan bilang “Oh tidak, terimakasih.”
7. Jika sudah selesai makan, maka minta izinlah kepada tuan rumah atau
kepala keluarga untuk meninggalkan meja makan.
8. Ucapkan terimakasih pada orang yang telah menyiapkan makanan.
9. Tawarkan bantuan untuk membersihkan meja atau mencuci piring-
piring bekas makan.11
D. Alat-Alat Makan
Yang dimaksud dengan alat makan di sini ialah alat-alat yang
digunakan sewaktu makan, seperti pisau, garpu, sendok, piring ceper, tempat
10Mien R. Uno, Buku Pintar Etiket Untuk Remaja, h. 70. 11http://www.medianesia.com/read/detil/2012/11/19/Table-Manner-Aturan-dan-Etika-
Saat-Menyantap-Hidangan-di-Meja-Makan diakses pada taggal 5 April pukul 16.00 wib.
18
daging dan gelas. Disamping perlu mengenal alat-alatnya, kita juga perlu
mengetahui bebrapa jenis pisau dan penggunaanya untuk memotong daging,
ikan atau salada.12
Untuk alat makan di Indonesia sebagian orang biasa makan dengan
menggunakan sendok dan garpu. Mungkin hanya ini saja tatacara makan yang
umum yang digunakan di Indonesia, selain cara makan langsung dengan
tangan tentunya. Tetapi disamping itu ada banyak cara makan dengan
menggunakan peralatan lain di Indonesia, beberapa diantaranya adalah:13
1. Sendok dan garpu
Ini adalah cara makan yang sangat umum di Indonesia dan tentu
telah dipahami bagaimana makan dengan cara seperti ini.
Menggunakannya dengan memegang sendok di tangan kanan dan garpu
di tangan kiri (kecuali jika kidal). Makan dengan menggunakan sendok
dan garpu sangatlah mudah, sendok digunakan untuk mengambil
makanan dan garpu dapat digunakan untuk menusuk makanan atau
membantu mengumpulkan makanan di sendok. Jika makan mie, bisa
dengan menggunakan garpu untuk melilit mie dan memaakannya atau
bisa juga menggunakan garpu untuk mengangkat sebagian mie lalu
menaruhnya dahulu pada sendoknya. Kesulitan utama dalam
menggunakan sendok dan garpu adalah pada saat memakan daging
berukuran besar seperti saat makan steak. Ketika makan steak dengan
sendok dan garpu, maka cara terbaik yang bisa dilakukan adalah dengan
12 Hermine E.P. Hutabarat, Etiket; Pedoman Praktis Untuk Membawa Diri Dalam Pergaulan Antar Bangsa, (Jakarta: Gunung Mulia, 1998), h. 78.
1313 Mien R. Uno, Buku Pintar Etiket Untuk Remaja, h. 72.
19
menusukkan garpu untuk menahan daging lalu menggunakan ujuang
sendok untuk membuat potongan kecil dari daging steak, walaupun hal
ini mungkin sulit dilakukan kalau daging steak tidak lunak.14
2. Pisau dan garpu
Makan dengan garpu dan pisau saat ini menjadi makin umum
dengan menjamunya rumah makan yang menyediakan steak sebagai
hidangan utamanya. Cara menggunakan makan dengan pisau dan garpu
tidaklah sulit. Memegang garpu di tangan kiri dan pisau di tangan
kanan. Garpu digunakan untuk menusuk dan menahan makananan pada
tempatnya selagi memotong makanan tersebut menjadi potongan yang
lebih kecil menggunakan pisau. Setelah terpotong, maka makan
potongan kecil tadi mengguakan garpu, jangan menggunakan pisau
untuk memakan, karena selain tidak benar hal ini juga beresiko
menyebabkan lidah teriris pisau secara tidak sengaja. Kekurangan dari
penggunaan pisau dan garpu adalah akan kesulitan menyantap makanan
yang berkuah, mungkin akan tetap membutuhkan sendok untuk
menikmati kuah dari makanan tersebut.15
3. Sumpit
Makan dengan memakai sumpit juga bukan merupakan hal yang
asing di Indonesia. Tempat-tempat makan bertema Jepang, Cina, atau
Korea biasanya selalu menyediakan sumpit. Makan dengan
14Hermine E.P. Hutabarat, Etiket; Pedoman Praktis Untuk Membawa Diri Dalam
Pergaulan Antar Bangsa, (Jakarta: Gunung Mulia, 1998), h. 78. 15Hermine E.P. Hutabarat, Etiket; Pedoman Praktis Untuk Membawa Diri Dalam
Pergaulan Antar Bangsa, h. 79.
20
menggunakan sumpit memiliki seni tersendiri, harus bisa memegang
sumpit dengan benar agar dapat menyantap hidangan dengan nyaman
dan terhindar dari rasa sakit atau nyeri di tangan akibat cara memegang
sumpit yang salah. Saat makan dengan sumpit, usahakan untuk selalu
menjepit makanan dengan sumpit dan jangan menusuk makanan serta
menggunakan sumpit seperti menggunakan garpu.16
4. Pulukan (Menggunakan Tangan)
Makan dengan menggunakan tangan adalah salah satu cara makan
yang wajar di Indonesia, khususnya untuk menyantap makanan-
makanan yang tidak berkuah. Makan dengan menggunakan tangan
sangatlah mudah, hal yang perlu diperhatikan adalah usahakan hanya
menggunakan bagian ujung dari jari-jari saat makan. Biasanya orang
yang makan dengan lahap dengan menggunakan tangan akan terlihat
sangat menikmati makanannya dan membuat orang yang melihat jadi
lapar, sehingga ingin ikut makan.17
5. Suru
Untuk yang satu ini, mungkin suru adalah kata yang asing bagi di
telinga. Suru adalah sebuah alat makan yang biasanya terbuat dari daun
pisang, dan biasa digunakan untuk menyantap pecel di beberapa daerah
di Jawa Tengah. Suru berfungsi seperti sendok, dua atau tiga lembar
daun pisang berukuran sekitar 3x7 cm ditumpuk menjadi satu,
16Hermine E.P. Hutabarat, Etiket; Pedoman Praktis Untuk Membawa Diri Dalam
Pergaulan Antar Bangsa, h. 80. 17Hermine E.P. Hutabarat, Etiket; Pedoman Praktis Untuk Membawa Diri Dalam
Pergaulan Antar Bangsa, h. 80.
21
kemudian pegang salah satu ujung daunnya jadi dibagian atas dan
menekan bagian tengah daun agar bagian tengah daun melengkung ke
dalam, lalu jari telunjuk dan jari tengah daun melengkung ke dalam,
lalu jari telunjuk dan jari telunjuk dan jari tengah di bagian bawah daun
kiri dan kanan untuk menopang daun. Setelah itu daun akan menjadi
seperti sendok dan siap digunakan untuk makan.18
E. Tatacara Makan Ala Indonesia
1. Gunakan sendok dan garpu untuk makan ayam goreng, udang, dan juga
lalapan. Jika lebih suka makan dengan tangan, maka itu dibolehkan,
ayang terpenting adalah bagaimana cara makannya yang bersifat santai
dan masih di lingkungan keluarga.
2. Jika hendak memakan sate, maka langsung gigitlah daging dari
tusukannya. Tetapi jika dalam acara formal, lepaskan dulu daging dari
tusukannya dengan memakai garpu, kemudian makanlah dengan
sendok dan garpu.19
3. Kalau ada jenis makanan yang perlu dipotong, gunakan pisau. Tetapi
jika tidak ada pisau maka pakai saja sendok dan garpu. Dan dilarang
untuk tidak memakai tangan, karena selain tidak sopan juga tidak
higienis.
4. Jika hendak makan sup, maka jangan di hirup dari mangkuknya apalagi
smpai menimbulkan suara, maka ambilah dengan sendok.
18http://tiaramutiaraa.blogspot.co.id/2014/02/tata-cara-dalam-etika-makan-table-
manner_24.htmldiakses pada tanggal 5 April 2016 pukul 14.00 wib. 19Mien R. Uno, Buku Pintar Etiket Untuk Remaja, h. 71
22
5. Jika ingin beralih dari memakai sendok ke memakai tangan, maka
dilarang untuk meletakkan sendok bekas di atas meja, letakkan di
pinggir piring saja.20
F. Table Manner (Tatacara Makan) di Berbagai Negara
Dunia ini memiliki banyak kebudayaan yang beraneka ragam. Apalagi
jika sudah terpisahkan benua, bahkan negara tetangga sekalipun. Cara dan
tradisi mereka bisa saja bertolak belakang. Berkaitan dengan hal itu, cara
makan di tiap negara yang secara garis besar terpisahkan oleh benua pun
berbeda-beda dan beragam, sebagai berikut:21
1. Jepang
Masakan Jepang dikenal dengan julukan “The Healthies Food in
The World”. Tidak hanya itu, jenis makanan dan tehnik memasaknya
sangat variatif. Seperti robatayaki, tehnik memasak yang sangat
tradisional, yaitu dwngan cara memanggang bahan makanan di atas
bara api. Juga tepanyaki, yang dalam bahasa Indonesia berarti besi
pemanggang, yang banyak ditawarkan di resto Jepang. Bahan makanan
juga dimasak oleh koki dengan asiknya langsung di depan umum.
Biasanya di orang-orang jepang makan dengan menggunakan sumpit
dan mangkok. Bahkan terkadang untuk makanan yang susah di ambil
dengan sendokpun mereka masih tetap menggunakan sumpit. Selain itu,
saat mereka makan, mereka tidak duduk dikursi atau lesehan tetapi
20 Mien R. Uno, Buku Pintar Etiket Untuk Remaja, h. 72. 21Henry Runsell,Etiket Jamuan Makan dan Komunikasi, (Jakarta: Gramedia Widiasarana,
2001), h. 35.
23
berlutut dan dialasi bantal. Kalaupun makan sup dan makanan berkuah
lainnya harus diseruput, terus gak boleh menuangkan saos di nasi dan
menggunakan 2 pasang sumpit untuk mengambil satu lauk (biasanya
tidak sengaja 2 orang mengambil lauk yang sama).22
2. Cina
Sejarah panjang kuliner Cina ternyata berlaku pula untuk tata cara
makannya yang telah berusia ribuan tahun. Tata cara makan Cina yang
berkembang hingga saat ini berasal dari zaman Dinasti Zhou pada abat
ke-11. Tata cara makan ala kerajaan ini kemudian berkembang dengan
berbeda di tiap-tiap wilayah Cina. Dulu, perbedaan tata cara makan
tergantung pada strata sosial yang terbagi menjadi kelompok ningrat,
pejabat, pedagang, rakyat biasa. Sekarang umumnya tata cara makan
hanya 2 macam, yakni tuan rumah dan tamu. Tata cara makan di Cina
mirip seperti jepang, hanya ada sedikit perbedaan antara lain seperti:23
a) Tempat duduk paling utama biasanya ditempatkan menghadap
timur atau pintu masuk.
b) Etnis Cina juga memiliki kebiasan bersulang. Namun sulang tidak
dilakukan bersamaan melainkan berurutan mulai dari tamu
tehormat, diikuti yang duduk di sebelahnya, hingga tempat duduk
terakhir. Saat santapan dimulai, orang harus menjaga cara
makannya agar tetapsopan. Orang muda harus menunggu orang
lebih tua mengatakan, Ayo makan, untuk mulai makan.
22http://berbagi-i7mu.blogspot.com/2010/01/table-manners.html, diakses pada tanggal 5 April pukul. 15.25 wib.
23Etiket Jamuan Makan dan Komunikasi, h. 35.
24
c) Aturan dalam memegang mangkuk, jempol harus berada di tepi
mangkuk di dekat mulut.24
3. Arab
Anda tidak akan menemukan sendok dan garpu di meja-meja
makan orang arab, karena kenikmatannya mereka lebih suka makan
dengan tangan. Selain itu mereka suka makan ramai-ramai dalam satu
tempat, misalnya nasi di tempatkan di wadah yang agak besar dan dari
wadah inilah mereka makan berjamaah. Selain nasi juga di tumpuk
daging, bisa daging kambing dan onta. Makanan Arab memang
kebanyakan terbuat dari daging dan semacam roti yang bentuknya
bulat. Salah satu kebiasaan lain ialah makan sambil ngobrol, bahkan
jika makan sudah selesai, tetap dilanjutkan. Dan juga makan berlebih
setiap selesai makan. Ambillah makanan yang terdekat dengan anda,
jika anda ingin mengambil makanan yang letaknya agak jauh, maka
permisi terlebih dahulu, karena memang meja makannya besar dan
panjang.25
4. Amerika Serikat
Pasca Perang Dunia II, AS sebagai pemenang perang menerapkan
budaya santap makan baru. Jadwal kerja dibuat seefesien mungkin
dengan cara Amerika yaitu sistim one hour lunch break. Peradaban
Latin mereka yang sudah berumur ribuan tahun mengajarkan bahwa
24Hermine E.P. Hutabarat, Etiket; Pedoman Praktis Untuk Membawa Diri Dalam
Pergaulan Antar Bangsa, h. 80. 25http://berbagi-i7mu.blogspot.com/2010/01/table-manners.html, diakses pada tanggal 5
April pukul. 15.25 wib.
25
makan adalah ritual yang sacre. Setelah kenyang menyantap makanan
utama, diperlukan waktu santai sambil minum kopi. Disini kita
menyebutnya dengan istilah menurunkan nasi sebelum melanjutkan
kerja. Ini memakan waktu paling tidak 2 jam. Tahun 1980-an, pada
waktu gerai-gerai McDonald, Kentucky Fried Chicken dan lain-lain
memulai ekspansinya dari AS ke berbagai negara di dunia menawarkan
Fastfood. Tidak dapat dibantah bahwa fastfood adalah budaya
gastronomi AS. Burger, hot dog bahkan pizza adalah makanan asli
Eropa yang dulu juga ikut berimigrasi ke Amerika, pasca pelayaran
Christopher Columbus. Kini mereka menyebar ke seluruh penjuru
dunia, termasuk kembali ke Eropa dengan wajah lain, yaitu wajah
fastfood ala Amerika Serikat biasanya mereka makan menggunakan
pisau dan garpu.26
5. Eropa
Menu utama bergaya Eropa identik dengan penggunaan saus dan
pasta. Di Ingris, cara makan kita harus sesuai dengan table manner. Jika
tidak, kita diacap sebagai orang yang kurang tahu sopan santun, mirip
seperti orang-orang di Amerika, mereka pun juga kebanyakan
menggunakan pisau dan garpu. Mulai makanan ringan sebagai pembuka
hingga hidangan penutup yang bisa menyajikan enam jenis menu atau
bahkan lebih. Banyak hidangan bisa disajikan, mulai abalone (kerang).
Udang, hingga risotto khs Italia. Hidangan utama ala Eropa biasanya
26http://duniamakanan.com/etika-makan-table-manners.html, diakses pada tanggal 5 April
pukul 16.15 wib.
26
hampir sama. Rata-rata menggunakan saus, daging sapi, atau aneka
bahan baku dari laut, kata chef spesialis menu Eropa, Wijaya Gunawan.
Hidangan utama bergaya Eropa biasanya juga di sesuaikan
dengan tema serta acara yang akan dilangsungkan. Menu utama ala
Eropa yang paling banyak di gemari adalah yang menggunakan saus,
pasta, ataupun bahan-bahan seperti daging asap dan kentang. Menu
utama ala Eropa juga disajikan dengan segelas champagne atau wine.27
G. Pola Makan Yang Sehat
Cara makan sangat berpengaruh terhadap kesehatan. Sebab, pola makan
yang keliru dapat menyebabkan terjadinya banyak gangguan pada kesehatan
tubuh, terutama menurunnya sistem imun. Hal ini bisa terjadi karena pola
makan yang tidak benar dapat menyebabkan asupan yang dibutuhkan oleh
tubuh tidak terpenuhi sepintas kebiasaan ini mungkin kelihatan tidak
mempunyai pengaruh apapun sebab banyak diantara anda yang mempunyai
pola makan buruk namun masih sehat-sehat saja. Padahal, pengaruhnya akan
dirasakan di hari kemudian.28
Tidak banyak orang yang mau memperhatikan pola makannya
sehingga, tanpa disadari banyak penyakit, mulai dari yang paling ringan
seperti maag hingga paling berbahaya seperti kanker dan penyakit jantung,
kerap datang mengintai. Kebanyakan orang makan sesuka hatinya. Porsinya
pun sudah tidak diperhatikan lagi. Padahal, porsi makan yang selalu banyak
itu tidak baik, begitu juga sebaliknya.
27http://goorme.com/article/etika-makan-internasional, diakses pada tanggal 5 April pukul. 16.20 wib.
28Adi D. Tilong,Rahasia Pola Makan Sehat, (Yogyakarta: FlashBooks, 2014), h. 7.
27
Pola makan yang buruk dapat menyebabkan tidak teraturnya jam
makan. Selain itu, dampaknya terhadap kesehatan pun cukup buruk. Orang
dengan pola makan yang seperti ini rentan mengalami beberapa gangguan
kesehatan, seperti obesitas, perut kembung, dan muntah-muntah karena
kekenyangan. Karenanya, mengatur jam makan sangat penting dilakukan
untuk menghindari terjadinya hal-hal yang lebih buruk terhadap kesehatan.29
Cukup beragam dalam idealnya pola makan yang baik dan sehat,
diantaranya:
1. Dua kali sehari.
Mungkin ada sebagian orang-orang yang pernah melanggar para
ahli gizi yang menganjurkan untuk melakukan makan dua kali sehari.
Atau mungkin banyak orang yang sudah melakukan pola makan
tersebut. Pola makan tersebut dianjurkan karena didasarkan pada
psikologi pelik dari tubuh manusia dimana seseorang yang ingin makan
harus mengambil jeda sebelum menyantap makananan berikutnya. Jeda
tersebut dimaksudkan untuk menunggu hingga perut telah kosong atau
sensasi rasa lapar teras kembali.30
Umumnya, makanan tinggal didalam perut selama enam hingga
delapan jam. Ini menunjukkan bahwa antara yang pertama dengan yang
kedua berselang antara delapan hingga sepuluh jam. Atas dasar inilah
para ahli menganjurkan untuk makan sehari dua kali juga dapat
memberikan kesempatan pada perut untuk beristirahat selama dua belas
29 Adi D. Tilong,Rahasia Pola Makan Sehat, (Yogyakarta: FlashBooks, 2014), h. 8. 30Adi D. Tilong,Rahasia Pola Makan Sehat, h. 9.
28
jam. Sepanjang durasi waktu itulah tubuh dapat menyimpan enzim yang
dibutuhkan, memperbaharui selaput lendir, dan memperbaiki fungsi
normal kontraksi dari sistem pencernaan.
Selain itu, saat perut melakukan proses penyaringan makanan,
khususnya makanan-makanan yang kaya protein, maka struktur asam
dalam makanan mempengaruhi dinding perut. Keseluruhan proses yang
itensif ini mengaktifkan sel dalam memproduksi zat asam, getah, dan
enzim lambung. Proses pencernaan menyebabkan kerusakan pada
dinding perut sehingga dibutuhkan lebih banyak waktu untuk
beristirahat guna melakukan pencernaan berikutnya. Sedikit perubahan
pada pola tersebut bisa mengarahkan pada penolakan dan ketidak
nyamanan. Seringkali seseorang membutuhkan waktu sekitar tiga bulan
agar dapat memproduksi refleksi dan kebiasaan makan baru.31
Atas dasar inilah disarankan untuk sarapan mulai dari jam tujuh
hingga sepuluh pagi. Sedangkan asupan makanan kedua harus berjarak
enam jam setelah sarapan tersebut. Asupan makanan kedua ini dapat
dimulai dari jam satu siang hingga jam tiga sore. Menurut para ahli gizi,
jam-jam tersebut dinilai sebagai waktu makan asupan makanan yang
kedua yang paling ideal.32
2. Tiga kali sehari
Makan tiga kalin sehari dapat dilakukan dalam tiga waktu utama,
yaitu sarapan, makan siang, dan makan malam. Diantara ketiga jam
31 Dr. Hiromi Shinya, Revolusi Makan, (Bandung: PT. Mizan Pustaka, 2014), h. 23. 32Adi D. Tilong,Rahasia Pola Makan Sehat, (Yogyakarta: FlashBooks, 2014), h. 10.
29
makan ini, dianjurkan untuk melakukan dua kali makan selingan antara
jam 10.00 wib dan jam 15.00 wib. Hal ini didasarkan atas kondisi irama
tubuh kita dimana setiap dua sampai tiga jam gula darah akan
mengalami penurunan. Hal ini ditandai oleh kondisi perut yang merasa
lapar sebagai isyarat bahwa tubuh perlu mendapatkan asupan yang
dibutuhkan oleh tubuh. Asupan ini tidak harus berupa nasi namun bisa
berupa makanan-makanan sehat lainnya.33
3. Lebih dari tiga kali sehari
Ada pendapat lain yang mengatakan bahwa makan dua atau
tiga kali kurang baik untuk tubuh. Sebaliknya, makan lebih dari tiga
kali sehari justru diyakini dapat meningkatkan metabolisme,
mengontrol kadar gula darah, dan menstabilkan berat badan. Lebih dari
itu, makan lebih dari tiga kali sehari juga dapat membantu menekan
jumlah porsi makan sehingga tidak lagi makan dengan porsi yang
banyak. Sedangkan pola makan dua atau tiga kali sehari bisa membuat
seseorang makan dengan porsi yang besar sehingga dapat menyebabkan
terjadinya berat badan berlebih.34
Pendapat atau anjuran ini didasarkan pada suatu fakta bahwa
tubuh memiliki tritme tubuh yang harus diikuti. Karena, makan tidak
perlu mengikuti teknis jam makan yang ada sebab tubuh juga memiliki
ritme dan alarm alami yang dapat memberitahukan apakah sebenarnya
tubuh lapar atau tidak.35
33Adi D. Tilong,Rahasia Pola Makan Sehat, h. 14. 34Adi D. Tilong,Rahasia Pola Makan Sehat, h. 15. 35Adi D. Tilong,Rahasia Pola Makan Sehat , h. 15.
30
BAB III
TELAAH HADIS SEPUTAR ADAB MAKAN DAN MINUM
Pada bab ini, penulis akan menguraikan jawaban atas rumusan masalah
yang telah dipertanyakan pada bab I, yaitu hadis-hadis yang berbicara mengenai
adab makan dan minum serta bagaimana Islam melalui hadis-hadis mengajarkan
para pengikutnya mengenai adab makan dan minum.
A. Hadis-Hadis Adab Makan dan Minum
1. Membaca Doa (Basmalah) Sebelum Makan dan Sesudah Makan
مؤمل بن هشام حدثنا إسماعيل عن هشام يعنى ابن أبى عبد حدثنا الله الدستوائى عن بديل عن عبد الله بن عبيد عن امرأة منهم يقال لها
وسلميه لالله صلى االله ع أم كلثوم عن عائشة رضى االله عنها أن رسولتعالى فإن نسى أن يذكر اسم إذا أكل أحدكم فليذكر اسم اللهقال
هرآخو لهأو م اللهقل بسفلي هلى أوالى فعت 50.الله “Telah menceritakan kepada kami Muammal bin Hisyam, telah menceritakan kepada kami Ismail, dari Hisyam yaitu Ibn Abi Abdillah ad-Dastawâi, dari Budail, dari Abdillah bin ‘Ubaid, dari perempuan diantara kalian, telah berkata kepadanya Ummu Kultsum, dari Aisyah. Ra, dia berkata: Rasulullah Saw bersabda: Jika seseorang diantara kalian makan, maka hendaknya dia menyebut nama Allah. Jika dia lupa menyebut nama Allah pada awal mula, maka hendaknya dia berkata, “Dengan menyebut nama Allah pada awal dan akhir”.51
Berdasarkan hadis di atas, dianjurkan mengucapkan basmalah pada
saat mulai makan, hal ini sudah merupakan kesepakatan para ulama, oleh
karena itu dianjurkan juga mengucapkan hamdalah selesai makan. Begitu
50 Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy‘at al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Da al-Kitab al-Arabi, tt), Jilid 4, h. 138.
51Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadits”.
31
juga dianjurkan mengucapkan basmalah pada waktu mulai minum,
bahkan dalam setiap urusan yang diniatkan. Para ulama berpendapat
bahwa dianjurkan untuk mengeraskan bacaan basmalah untuk
memperdengarkannya kepada orang lain dan mengingatkannya. Apabila
seseorang dengan sengaja tidak membaca basmalah pada awal makan,
atau karena lupa, tidak tahu, dipaksa, tidak mampu, atau karena ada
alasan lain, kemudian memungkinkan baginya untuk membacanya,
dengan mengucapkan بسم االله أوله وآخره“Denganmenyebutnama Allah di
awaldanakhirnya.”.52
Menurut al-Nawawî, dalam syarh Muslim menyebutkan bahwa
kesunahan membaca basmalah bisa dicapai dengan sekedar membaca بسم
.maka itu lebih baik , بسم الله الرحمن الرحيمKemudian jika dibaca dengan.الله
Kesunahan ini berlaku juga bagi wanita yang sedang haid, maupun orang
yang sedang berhadas besar (junub).53
Selain itu, Ibn Hajar dalam kitab syarhnya menjelaskan bahwa
ulama telah sepakat kesunahan tersebut dilakukan di awal ketika
seseorang hendak makan. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa
membacabasmalahsecara lengkap ialah yang lebih utama. Kemudian jika
terjadi kelalaian (menyebabkan tidak bisa melakukannya di awal ketika
52Imam Nawawi, SyarahShahih Muslim, cet. 2, (Jakarta: DarusSunnah, 2013), h. 715-
716. 53Abi Zakarya Yahya bin Syaraf an-Nawawî ad-Damsyqy, Syarah Shahih Muslim,
(Maktabah at-Taufiqiyyah, t.t), h. 210.
32
hendak makan), maka Nabi telah menjelaskan secara pribadi lewat hadis
beliau, yakni “Ketika seseorang lupa membacanya di awal ketika hendak
makan, maka bacalah ketika ia ingat (di tengah-tengah makan), dengan
mengucapkan بسم االله أوله وآخره , artinyaDengan menyebut nama Allah di
awal kali maupun di akhir. Boleh juga membaca basmalah nya secara
lengkap dan ditambah kalimat أوله وآخره . Mengkhususkan lupa dalam
penyebutan tersebut karena kebiasaan orang mukmin, dia tidak
melakukan itu setelah adanya larangan kecuali karena lupa. Sedangkan
maksud dari memuntahkan disimpulkan bahwa itu adalah anjuran.
Karena perintah apabila tidak disimpulkan pada sesuatu yang
melazimkan wajib maka disimpulkan sebagai anjuran.54Inilah bukti
perhatian Nabi terhadap kita sebagai sebagai umatnya. Ulama juga
berpendapat bahwa dianjurkan untuk mengeraskan bacaan basmalah
ketika hendak makan dan minum agar yang lain mendengar sehingga
yang lainpun tersadarkan atasnya.55
Dengan membaca basmalah akan mendapat beberapa tujuanjika
mengacu pada redaksi-redaksi hadis, maka minimal ada tiga tujuan.
Pertama, agar apa yang kita makan diberkahi oleh Allah,dengan harapan
makanan yang dimakan benar-benar bermanfaat terutama untuk
54Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin, Syarh Ringkas Riyadhus Shalihin Jilid 1,
(Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2012), h. 263. 55Ahmad bin Alî al-Asqâlânî, Fath al-Bârî bi Syarh Sahih al-Bukhârî, juz 9, (Riyadh: Dâr
al-Salâm, 2000), h. 646.
33
beribadah. Kedua,dihindarkan dari gangguan setan, jadi setan
memakanmakanan yang sedang kita makan, ini jika berdasarkan makan
hakikat. Sedangkan para ulama bersepakat membawa makna ini keluar
dari arti lahiriahnya. Dengan demikian, ini menunjukkan tidak ada
kemanfaatan dari makanan yang kita makan tersebut. Ketiga,untuk
mendapatkan ridha dari Allah dan juga menampakkan rasa syukur kita
kepada Allah, ini tampak dalam doa sebelum makan bahkan terlebih lagi
jelas saat doa ketika selesai makan.56
2. Mencuci Tangan Sebelum dan Sesudah Makan
ناذان عز نم عاشو ها أبثندبيع حالر نب سا قيثندفان حا عثندحكة الطعرب اةروي التف أتان قال قرلمقال س هدعوء بضام الوتفذكر
اةروي التف أتا قربم هتربأخو لمسو هليع لى اللهص ول اللهسرل كذل 57بركة الطعام الوضوء قبله والوضوء بعدهفقال
Telah bercerita kepada kami Affan telah bercerita kepada kami Qais bin Ar Rabi' telah bercerita kepada kami Abu Hasyim dari Zadzan dari Salman al-Farisi berkata: Aku membaca dalam Taurat: Berkah makanan adalah berwudlu selepasnya lalu aku menyebutkan hal itu kepada Rasulullah Saw dan aku memberitahukan apa yang aku baca kepada beliau, beliau bersabda: “Berkah makanan adalah dengan berwudlu sebelum dan sesudahnya.”58
Hadis diatas merupakan anjuran berwudhu ketika sebelum makan
dan sesudah makan. Ini merupakan tanda betapa agama Islam
memperhatikan urusan umatnya, sampai-sampai mengatur hal yang kecil
56Muhyi al-Dîn Yahya bin Syaraf al-Nawawî, Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawî, juz 13,
(Mesir: Maktabah al-Misriyyah, 1930), h. 190. 57Abu Daud Sulaiman ibn al-Asy‘at al-Sajastani, Sunan Abu Dawud, (Beirut: Dar al-Kitab
al-Arabi, tt), h. 257. 58Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadits”.
34
ini. Jika berdasarkan pada hadis-hadis yang sudah disebutkan dalam tema
ini, maka dapat diketahui bahwa Rasul Saw. adakalanya menganjurkan
mencuci tangan dengan kata berwudhu sebelum dan sesudah makan,
bahkan anjuran ini yang lebih banyak ditemukan dibanding anjuran yang
secara langsung menggunakan kata membasuh tangan.
Oleh karena itu, perlu dijelaskan maksud dari kata wudhu dalam
hadis-hadis membasuh makan. Maksud kata wudhu diartikan oleh al-
Nawawî sebagai wudhu dalam makna syariat, seperti shalat. Al-Qâdhî
Iyâd mengartikan kata tersebut sebagai wudhu secara bahasa, maka
maksudnya adalah membasuh kedua telapak tangan. Perlu diketahui
anjuran membasuh kedua tangan ini dalam rangka adab yang dianjurkan
Rasulullah Saw.59
3. Menjauhi Dari Sikap Berlebih-lebihan (Seorang Mukmin makan dengan
satu usus sedangkan orang kafir makan dalam tujuh usus)
حدثنا محمد بن بشار حدثنا عبد الصمد حدثنا شعبة عن واقد بن دمحامن نعلا ف رمع نأكلع قال كان ابأكل يين يكسى بمتؤى يتح
معه فأدخلت رجلا يأكل معه فأكل كثيرا فقال يا نافع لا تدخل هذا المؤمن يأكل في معى علي سمعت النبي صلى الله عليه وسلم يقول
60واحد والكافر يأكل في سبعة أمعاءTelah menceritakan kepada kami Muhammad bin Basysyar, Telah menceritakan kepada kami Abdush Shamad, Telah menceritakan kepada kami Syu’bah dari Waqid bin Muhammad dari Nafi’ ia berkata: Biasanya Ibnu Umar tidak makan hingga didatangnya
59Abî al-alâ Muhammad Abdurrahman bin abdurrahimal-Mubarakfûrî, Tuhfah al-
Ahwadzi bi Syarhijami al-Turmudzi,, juz 5, (Mesir: Dâr al-Fikr, t.th), h. 581. 60Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairiy al-Naysaburiy, Sahih Muslim (Juz II;
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1992 M/1413 H), h. 224.
35
kepadanya seorang miskin lalu makan bersamanya. Maka aku pun memasukkan seorang laki-laki untuk makan bersamanya, lalu laki-laki itu makan banyak, maka ia pun berkata, “Wahai Nafi’, jangan kamu masukkan orang ini. sesungguhnya aku telah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: “Seorang mukmin itu makan dengan satu usus, sedangkan orang kafir makan dengan tujuh usus.”61
Berdasarkan hadis di atas, al-Qadhi berkata, “hadis ini berkenaan
dengan orang itu sendiri, dikatakan padanya sebagai pemisalan”. Ada
yang mengatakan bahwa yang dimaksud adalah hendaknya orang
mukmin bersikap hemat pada makanannya. Pakar kedokteran
mengatakan, “Setiap manusia memiliki tujuh macam usus, yaitu perut
besar, tiga usus halus yang bersambung dengannya, dan tiga usus besar.”
Orang kafir yang karena kerakusannya dan tidak mengucapkan nama
Allah pada saat makan, maka tidak cukup baginya keculi harus
memenuhi seluruh ususnya. Sedangkan orang Mukmin karena
kesederhanaannya dan mengucapkan nama Allah pada saat makan, maka
makanan tersebut dapat mengenyangkannya dan cukup hanya satu usus
saja. Dimungkinkan yang demikian ini hanya pada sebagian orang-orang
Mukmin dan sebagian orang-orang kafir. Ada yang mengatakan, yang
dimaksud dengan “Tujuh usus adalah tujuh sifat, yitu semangat, rakus,
panjang angan-angan, tamak, tabiat buruk, iri dengki dan gemuk. Ada
yang berkata, “Yang dimaksud dengan orang Mukmin disini adalah
orang yang sempurna imannya dan berpaling dari hawa nafsu dan sudah
puas dengan apa yang dapat memenuhi kebutuhannya.” Pendapat terpilih
adalah bahwa sebagian orang Mukmin makan dalam satu usunya,
61Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadits”.
36
sedangkan kebanyakan orang kafir makan dalam tujuh usus. Dan tidak
mesti setiap usus dari ketujuh usus tersebut sama seperti satu usus orang
Mukmin.62
Para Ulama berkata, “Maksud hadis ini adalah mengurangi hal-hal
yang berkaitan dengan urusan dunia dan anjuran untuk bersikap zuhud
(tidak mementingkan urusan dunia) dan Qona’ah (merasa puas), dan
sedikit makan adalah termasuk akhlak baik seseorang sedangkan banyak
makan adalah sebaliknya. Adapun perkataan Ibn Umar berkenaan dengan
orang miskin yang makan banyak dihadapannya, “Janganlah sekali-kali
orang ini dibawa ke hadapanku.” Adalah karena itu menyerupai orang
kafir. Dan barang siapa yang menyerupai orang kafir maka makruh
hukum bergaul dengannya jika tidak ada keperluan atau kepentingan
yang mendesak. Sebab, porsi makanan yang ia makan memungkinkan
untuk dapat menutupi kebutuhan orang banyak. Adapun orang yang
disebutkan didalam kitab ini yang minum perahan susu dari tujuh
kambing, maka ada yang mengatakan ia adalah Tsumamah bin Utsal.
Ada yang mengatakan, Jahjah al-Ghifari. Dan ada juga yang mengatakan
bahwa ia adalah Nadhrah bin Abu Nadrah al-Ghifari.63
4. Makan dan Minum Menggunakan Tangan Kanan dan Larangan
Menggunakan Tangan Kiri
بن عون عن سعيد جعفرحدثنا عبد الله بن عبد الرحمن قال حدثنا نة عوبرن أبي عب ول اللهسأن ر أبيه نم عالس نع ريهالز نر عمعم
62Imam Nawawî, Syarah Shahih Muslim, (Jakarta: Darus Sunnah, 2013), h. 874. 63Imam Nawawî, Syarah Shahih Muslim, h. 874.
37
إذا أكل أحدكم فليأكل بيمينه وليشرب صلى الله عليه وسلم قالينهمبي هالمبش برشيو هالمأكل بشطان يي64فإن الش
“Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman ia berkata, Telah menceritakan kepada kami Ja’far bin Aun dari Sa’id bin Abu Arubah dari Ma’mar dari Az Zuhri dari Salim dari bapaknya bahwa Rasulullah Sawbersabda: “Jika salah seorang dari kalian makan, hendaklah ia makan dengan tangan kanannyadan juga minum dengan tangan kanannya. Sebab, setan makan dan minum dengan tangan kirinya.”65
Berdasarkan hadis di atas, hadis inimenganjurkan agar kita
senantiasa menggunakan tangan kanan, dan larangan menggunakan
tangan kiri. Dalam keterangan hadis-hadis Nabi Saw yang disebutkan di
atas disebutkan bahwa setan makan menggunakan tangan kiri, maka kita
sebagai umat Islam dilarang untuk menyerupainya. Menurut al-Tibî,
larangan makan dan minum menggunakan tangan kiri karena larangan
menyerupai bala tentara setan. Setan itu mempunyai bala tentara dan
akan membawa bala tentaranya tersebut bersamanya.66
Kata yamin yang artinya kanan berasal dari kata alyumnu, artinya
berkah. Karena kanan artinya berkah dan hal tersebut sesuai dengan
kaidah etika dan estetika. Hadis ini juga memerintahkan agar kita
memakai tangan kanan dalam semua pekerjaan yang baik. Untuk
pekerjaan yang tidak baik, dianjurkan memakai tangan kiri seperti
beristinja dan mencuci najis atau kotoran, dan lain sebagainya. Masing-
masing bagian dari tubuh kita mempunyai fungsinya masing-masing
64Abu Isa Muhammad bin Isa bin Sawrah al-Turm ziy, Sunan al-Turm ziy, (Juz III;
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, t.th.), h. 322. 65Lidwa Pustaka “Hadis Sembilan Imam ”. 66Abî al-A’lâ Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfûrî, Tuhfah al-
Ahwadzi bi Syarhijami al-Turmudzi,, juz 5, (Mesir: Dâr al-Fikr, t.th), h. 519.
38
seperti tangan kanan yang berfungsi untuk mengerjakan sesuatu yang
baik-baik, tangan kiri pun mempunyai fungsi yaitu membersihkan
kotoran atau najis dan lain-lain.67
Adapun mengenai makan menggunakan tangan kanan hukumnya
sunnah, ini pendapat mayoritas al-Syâfi’iyyah, dan ini yang dipegangi
oleh al-Gazali dan an-Nawawi. Bahkan dalam kitab al-Um, disebutkan
sebagai wajib. Meskipun demikian, salah satu hadis di atas menjelaskan
Nabi Saw melihat seorang lelaki yang makan tidak menggunakan tangan
kanan, kemudian Nabi melarangnya, dan dia pun menjawab tidak bisa
untuk menggunakan tangan kanannya. Dengan demikian, al-Nawawi
berkata bahwa tidak mwnggunakan tangan kanan dilarang selama tidak
adanya halangan ataupun luka sehingga tidak menggunakan tangan
kanan. Tetapi jika ada luka atau halangan yang menyebabkan tidak dapat
menggunakan tangan kanan, maka larangan tersebut tidak berlaku lagi.68
5. Makan Dengan Tiga Jari
دبع نع امشا هثندا أبي حثندر حيمن نب الله دبع نب دمحا مثندحكعب بن مالك أو عبد الله بن بنالرحمن بن سعد أن عبد الرحمن
مثهدح هب أنكع أبيه نع هربب أخكع هليع لى اللهص ول اللهسأن رابعأص أكل بثلاثكان ي لمسا وقهغ لع69فإذا فر
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Abdullah bin Numair, Telah menceritakan kepada kami Hisyam dari Abdurrahman bin Sa’d bahwa Abdurrahman bin Ka’b bin Malik
67Buya H. Muhammad Alfis Chaniago, Indeks Hadits dan Syarah jilid 2, (Jakarta: CV.
Alfonso Pratama, 2008), h. 172. 68Abî al-A’lâ Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfûrî, Tuhfah al-
Ahwadzi bi Syarhijami al-Turmudzi,, juz 5, (Mesir: Dâr al-Fikr, t.th), h. 518. 69Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairiy al-Naysaburiy, Sahih Muslim (Juz II;
Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1992 M/1413 H), h. 114.
39
atau Abdullah bin Ka’ab, Telah mengabarkan kepadanya dari Bapaknya yaitu Ka’b, dia telah menceritakan kepada mereka, bahwa Rasulullah Saw makan dengan tiga jari. Apabila telah selesai makan, beliau menjilatinya.70
Di sebutkan dalam hadis di atas bahwa makan dengan tiga jari
merupakan sunnah yang diajarkan Nabi Saw. Al-Nawawî menjelaskan
bahwa menggunakan tiga jari ini selama memungkinkan, maksudnya jika
memang masih memungkinkan menggunakan tiga jari maka tidak
diperlukan menggunakan empat jari atau lima jari. Tetapi jika diperlukan
untuk menggunanakan lebih dari tiga jari maka diperbolehkan
menggunakan empat jari ataupun lima jari, seperti ketika memakan
kaldu, kuah daging.71
6. Duduk Lurus (Tidak Bersandar atau Tiduran)
نع أبيه نة عدائأبي ز نابان قال أبي وفيسر وعسم نع يعكا وثندح هليع لى اللهص ول اللهسفة قال قال ريحأبي ج نر عن الأقمب يلع
لمسئاوكت72لا آكل م Telah menceritakan kepada kami Waki’ dari Mis’ar dan Sufyan -dan bapakku berkata dan Ibnu Abu Zaidah dari bapaknya dari Ali bin al-Aqmar dari Abu Juhaifah ia berkata Rasulullah Saw bersabda: “Saya tidak makan dengan bersandar.”73
Mengenai larangan yang dikemukakan hadis ini, Ibnu Hajar belum
mantap terhadap keharaman larangan tersebut, dikarenakan tidak
jelasnya bentuk larangan yang ada.74
70Lidwa Pustaka “Hadis Sembilan Imam”. 71Muhyi al-Dîn Yahya bin Syaraf al-Nawawî, Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawî, juz 13,
(Mesir: Maktabah al-Misriyyah, 1930), h. 203. 72Abu Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Sahih al-Bukhârî, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1994), h. 93. 73Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadits”. 74Ahmad bin Alî al-Asqâlânî, Fath al-Bârî bi Syarh Sahih al-Bukhârî, juz 9, (Riyadh: Dâr
al-Salâm, 2000), h. 669.
40
Ada yang berpendapat bahwa makan dengan bersandar merupakan
kemakruhan, adapun alasan kemakruhan tersebut diperdebatkan, dan
yang paling masyhur adalah pendapat yang diriwayatkan dari Ibnu Abî
Syaibah dari Ibrahim al-Nakha’i yang mengatakan dikhawatirkan akan
menjadikan perut seseorang menjadi besar. Ini ditunjukkan pula oleh
Ibnu al-Asir dari aspek kedokteran.75
Adapun yang dimaksud dengan kata mutakian (bersandar)
diperdebatkan pula oleh para ulama. Diantaranya adalah duduk yang
menetapi keadaan awalnya, sebagian lagi mengatakan duduk dengan
bertumpu pada salah satu bagian dua tubuhnya, menyandarkan dua
tubuhnya ke alas. Dan secara umum di ucapkannya kata mutakin
(bersandar) adalah duduk dengan bersandar pada salah satu dari dua
bagian tubuhnya, atau ia bersandar pada alas tempat ia duduk. Menyikapi
perbedaan ini, Ibnu Hajar berpendapat dengan melihat perbedaan tersebut
maka jelas yang dimakruhkan adalah orang yang tampak bersandar, tidak
tertentu pada bentuk bersandarnya.76
7. Tidak Membiarkan Makanan Yang Jatuh
حدثنا موسى بن إسمعيل حدثنا حماد عن ثابت عن أنس بن مالك أن و هليع لى اللهص ول اللهسكانر لمس هابعأص قا لعامإذا أكل طع
الثلاث وقال إذا سقطت لقمة أحدكم فليمط عنها الأذى وليأكلها
75Abî al-A’lâ Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfûrî, Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarhijami al-Turmudzi,, juz 5, h. 558.
76Abî al-A’lâ Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfûrî, Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarhijami al-Turmudzi,, juz 5, h. 559.
41
طانيلشا لهعدلا يلا و كمدقال إن أحفة وحالص لتسا أن ننرأمو 77ي في أي طعامه يبارك لهيدر
“Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma’il telah menceritakan kepada kami Hammad dari Tsabit dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah Saw jika makan makanan, beliau menjilat jari-jarinya sebanyak tiga kali, beliau bersabda: “Jika suapan salah seorang dari kalian jatuh, maka hendaknya ia membersihkannya dari kotoran dan memakannya, dan janganlah ia membiarkannya untuk setan!” Dan beliau memerintahkan kami agar mengusap piring. Beliau bersabda: “Sesungguhnya tidak seorangpun di antara kalian mengetahui dibagian makanan makanakah ia diberi berkah.”78 Memungut makanan yang jatuh setelah membersihkannya adalah
kesunahan atau anjuran jika memang jatuhnya tidak di tempat yang najis.
Apabila jatuh di tempat yang najis maka berikanlah pada hewan dan
jangan meninggalkannya untuk setan.79
Maksud dari makanan yang jatuh adalah makanan jatuh kemudian
terkena debu, atau pasir. Dalam redaksi hadis disebutkan “jangan
meninggalkan makanan tersebut untuk setan”, maksud ini adalah
menyia-nyiakan nikmat Allah dan menganggap hina nikmat tersebut
perbuatan orang yang sombong. Dan yang mencegah untuk memungut
makanan yang terjatuh tersebut adalah sifat sombong dan ini termasuk
sifat dari setan.80
77Abu Isa Muhammad bin Isa bin Sawrah al-Turm ziy, Sunan al-Turm ziy, (Juz IV; Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, t.th.), h. 315.
78Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadits”. 79Abî al-A’lâ Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfûrî, Tuhfah al-
Ahwadzi bi Syarhijami al-Turmudzi,, juz 5, h. 522. 80AbîAbdillah Muhammad bin Yazîd al-Quzwainî, Sunan Ibnu Mâjah, juz 2, (Semarang:
Thoha Putra, 1954), h. 204.
42
8. Menutup Makanan dan Minuman
حدثنا موسى بن إسماعيل حدثنا همام عن عطاء عن جابر أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال أطفئوا المصابيح إذا رقدتم وغلقوا
وأحسبه قال ولو م والشرابوخمروا الطعاالأبواب وأوكوا الأسقية هليع هضرعت ود81بع
Telah menceritakan kepada kami Musa bin Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammam dari Atha’ dari Jabir bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Matikanlah lampu-lampu kalian apabila kalian hendak tidur, dan tutuplah pintu rumah kalian, tutuplah wadah-wadah kalian sertatutup pula tempat makan dan tempat minum kalian, aku mengira beliau juga bersabda walaupun hanya dengan sepotong kayu yang dapat menutupinya.”82
Anjuran ini termasuk sekelompok dari anjuran-anjuran lainnya
yang semuanya hendaknya dilakukan oleh umat manusia untuk menjaga
keselamatannya dari bahaya manusia itu sendiri ataupun dari makhluk
setan.83
9. Menjilati Jari Setelah Makan
شا هثندح بيها وثندفان حا عثندح نل عجر نة عورع نني ابعي امإذا أكل أحدكم فليلعق أبي هريرة أن النبي صلى الله عليه وسلم قال
84أصابعه فإنه لا يدري في أي ذلك البركةTelah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Wuhaib berkata: Telah menceritakan kepada kami Hisyam yaitu Ibnu Arubah dari seorang laki-laki dari Abu Hurairah, dia
81Abu Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Sahih al-Bukhârî, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1994), h. 145. 82Lidwa Pustaka i-softwere, “9 Imam Pustaka Hadits”. 83Muhyi al-Dîn Yahya bin Syaraf al-Nawawî, Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawî, juz 13,
h, 185. 84Abu Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Sahih al-Bukhârî, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1994), h. 106.
43
berkata: Nabi Saw bersabda: “Jika salah seorang dari kalian makan hendaklah menjilati jari-jarinya, karena ia tidak tahu dimana letak barakah dari makanannya.”85 Menurut al-Nawawî maksud dari hadis anjuran menjilati tangan
atau piring makan adalah makanan yang ada memiliki barakah di
dalamnya, dan manusia tidak mengetahui dimana letak barokah tersebut,
apakah terletak pada makanan yang ia makan ataukah terletak pada di
sisa makanan yang ia tinggalkan, maka hendaknya melakukan anjuran
tersebut untuk memperoleh barokah dari makanan yang kita makan.
Adapun pengertian barakah adalah tambahan dan tetapnya kebaikan.
Bentuk nyata dari makanan adalah orang yang makan selamat dari
penyakit, dan ia juga kuat dalam beribadah.86
Kata menjilatkannyamenunjukkan arti kepada orang lain yang tidak
merasa kotor dengan hal itu, seperti kepada istri, anak, pembantu, danm
seperti murid yang meyakini keberkahan gurunya. Karena ia tidak tahu
dimana keberkahan makanan itu.87
10. Tidak Mencela Makanan
نازم عأبي ح نش عمالأع نان عفيا سنربير أخكث نب دمحا مثندحى الله عليه وسلم طعاما قط إن ما عاب النبي صلأبي هريرة قال
كهرت هإن كرهو أكله اههت88اش
85Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadits”. 86Abî al-A’lâ Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfûrî, Tuhfah al-
Ahwadzi bi Syarhijami al-Turmudzi,, juz 5, h. 522. 87Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Hadis Sahh al-Bukhari Muslim, terj. Arif Rahman
Hakim, (Solo: Insan Kamil, 2010), h. 590. 88Abu Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Sahih al-Bukhârî, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1994), h. 96.
44
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Katsir, Telah mengabarkan kepada kami Sufyan dari al-A’masy dari Abu Hazim dari Abu Hurairah ia berkata: Nabi Saw tidak pernah mencela makanan sekali pun. Bila beliau berselera, maka beliau memakannya dan bila tak suka, maka beliau meninggalkannya.89
Nabi Saw. mengajarkan pada kita sebagai umatnya untuk tidak
mencela makanan. Beliau sendiri tidak pernah mencela makanan
meskipun pada saat diperbolehkan. Karena pada dasarnya mencela
makanan itu haram, apabila seseorang mencela, mencaci dan melarang
untuk memakannya. Sebagian kelompok berkata bahwa mencela
makanan berdasarkan proses pembuatannya maka dilarang, sedangkan
jika berdasarkan proses pembuatannya maka diperbolehkan. Karena
ciptaan Allah tidak diperkenankan untuk dicela sedangkan perbuatan
manusia menerima dicela. Meskipun demikian, dalam redaksi hadis
larangan mencela makanan digunakan dengan kata yang umum, yakni
larangan mencela makanan digunakan dengan kata yang umum, yakni
larangan mencela makanan secara umum tidak seperti pendapat sebagian
kelompok tadi. Ini dengan tujuan menjaga perasaan orang yang telah
berusaha membuat makanan tersebut, tidak menimbulkan kekecewaan
dan sakit hati. Bahkan al-Nawawî mengatakan adab makan yang
dikukuhkan adalah tidak mencela makanan.90
Di akhir hadisnya, Rasul memberikan solusi kepada kita bahwa jika
kita tidak menyukai salah satu makanan maka tinggalkanlah, seperti dulu
89Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadits”. 90Ahmad bin Alî al-Asqâlânî, Fath al-Bârî bi Syarh Sahih al-Bukhârî, juz 9, h. 678.
45
beliau meninggalkan untuk tidak makan dan tidak mencelanya. Karena
bisa jadi suatu makanan tidak disukai sebagian orang tetapi justru disukai
sebagian yang lain.91
11. Tidak Meniup Makanan
دبا عثندب حيو كرا أبثنديمححا الرثندح اربيحن الممحالر دبع نبلم يكن رسول شريك عن عبد الكريم عن عكرمة عن ابن عباس قال
الله صلى الله عليه وسلم ينفخ في طعام ولا شراب ولا يتنفس في 92الإناء
Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abdurrahim bin Abdurrahman al-Muharibi, telah menceritakan kepada kami Syarik dari Abdul Karim dari Ikrimah dari Ibnu Abbas dia berkata, “Rasulullah Saw tidak pernah meniup pada makanan dan minuman, dan beliau juga tidak bernafas dalam bejana.”93 Kata meniup makanan, dalam hadis Nabi Saw ini dimaksudkan
terhadap makanan yang panas supaya menjadi dingin. Larangan meniup
makanan ataupun minuman dalam wadah adalah larangan untuk
mendidik supaya benar-benar dalam menjaga kebersihan, karena
mungkin saja air liurnya keluar bercampur dengan makanan ataupun
minuman tersebut sehingga orang lain yang akan minum atau makan
merasa jijik, atau mungkin saja tertiup uap air kotor dari perutnya
sehingga merusak kemurnian air atau makanan.94
91Ahmad bin Alî al-Asqâlânî, Fath al-Bârî bi Syarh Sahih al-Bukhârî, juz 9, h. 679. 92Muhammad Ibn Yazid Abu Abdullah al-Qazwini, Sunan Ibnu Majah, (Beirut: Dar Fikr,
tt), h. 1094. 93Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadits”. 94Muhammad Fuad Abd al-Baqi, Hadis Sahh al-Bukhari Muslim, terj. Arif Rahman
Hakim, h. 589.
46
12. Mengambil Makanan Yang Terdekat
دمحم نفر ععج نب دمحثني مدقال ح الله دبع نزيز بالع دبثني عدح رمع نم عيعان أبي نسن كيب بهو نع ييللة الدلحن حرو بمن عب
ناب وهة ولمن أبي سبج ا أموة زلمقال س لمسو هليع لى اللهص بيلنأكلت يوما مع رسول الله صلى الله عليه وسلم طعاما فجعلت آكل
لمسو هليع لى اللهص ول اللهسي رفقال ل فةحي الصاحون نا ممكل ميكل95ي
Telah menceritakan kepadaku Abdul Aziz bin Abdullah ia berkata: Telah menceritakan kepadaku Muhammad bin Ja’far dari Muhammad bin Amru bin Halhalah Ad Dili dari Wahb bin Kaisan Abu Nu’aim dari Amru bin Abu Salamah ia adalah Ibnu Ummu Salah istri Nabi Saw, ia berkata: Suatu hari, aku makan makanan bersama Rasulullah Saw, lalu aku menyantap makanan dari ujung nampan, maka Rasulullah Saw bersabda padaku: “Makanlah makanan yang ada didepanmu.”96 Hadis Rasul Saw. tentang makan dari yang terdekat terlebih
dahulu, karena jika seseorang makan dari tempat di mana temannya
makan adalah perilaku yang buruk dan menghilangkan wibawa.
Terkadang temannya merasa jijik, terlebih lagi jika makanannya berkuah
dan yang sejenisnya. Dan hal ini adalah pada bubur dan makanan yang
berkuah. Namun jika itu berupa kurma atau bermacam jenis makanan
lain, maka para ulama telah menukil tentang bolehnya tangan bergerak-
gerak dan berpindah tempat selama masih dalam tempat makan.97
95Abu Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim, Sahih al-Bukhârî, (Beirut: Dar al-
Fikr, 1994), Juz 7, h. 88. 96Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadits”. 97Imam Nawawî, Syarah Shahih Muslim, (Jakarta: Darus Sunnah, 2013), h. 720.
47
Bahkan Imam al-Syafi’i dalam kitabnya al-Umm menjelaskan
bahwa berdosa orang yang memakan dari arah tengah makanan bukan
dari tepinya. Beliau mendasarkan pada larangan hadis Nabi Saw yang
diriwayatkan oleh al-Turmudzi ini. Adapun alasan dari larangan ini
adalah karena barokah turun di tengah makanan.98
13. Larangan Makan dan Minum Sambil Berdiri
نة عادقت نع يدعا سثندلى حالأع دبا عثندى حثنالم نب دمحا مثندح هأن لمسو هليع لى اللهص بيالن نس عاأنمل قائجالر برشى أن يهن
ادثقال قتبأخ أو رأش ا فالأكل فقال ذاك99.ة فقلن “Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin al-Mutsanna, telah menceritakan kepada kami Abdul A’la,telah menceritakan kepada kami Sa'id dari Qatadah dari Anas dari Nabi Saw, bahwa beliau melarang seseorang minum sambil berdiri. Qatadah berkata: Maka kami tanyakan, bagaimana dengan makan? Anas menjawab: Apalagi makan, itu lebih buruk, atau lebih jelek..100 Didalam hadis di atas terdapat pelarangan untuk minum dalam
keadaan berdiri, sedangkan asal dari pelanggaran itu adalah
pengharaman. Untuk itulah, maka ulama-ulama bermadzhab zhahiri
berpendapat akan haramnya perbuatan itu.
Adapun jumhur (kebanyakan) ulama, maka mereka membawa
pengertian dan pelarangan itu kepada pelarangan yang bersifat makruh
dan menyelisihi suatu amal yang lebih utama. Dalil mereka akan hal
tersebut adalah hadits Ibnu Abbas. RA, yang terdapat dalam Shahih
Muslim (No. 2027), dia berkata:
98Abî al-A’lâ Muhammad Abdurrahman bin Abdurrahim al-Mubarakfûrî, Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarhijami al-Turmudzi,, juz 5, h. 525.
99Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairiy al-Naysaburiy, Sahih Muslim (Juz II; Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1992 M/1413 H), h. 213.
100Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadis”
48
عمم ساصع نة عبعا شثندا أبى حثندح اذعم نب الله ديبثنى عدحوسقيت رسول الله صلى االله عليه وسلممن قالالشعبى سمع ابن عباس
تيالب دنع وهقى وستاسا ومقائ ربفش مزمز. “Saya pernah memberi minuman air zam-zam kepada Rasulullah Saw, maka beliaupun meminumnya sambil berdiri.” Juga diriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari (No. 5615)
زالن نة عرسين مب كلالم دبع نع رعسا مثندم حيعو نا أبثندال قال حأتى علي رضي الله عنه على باب الرحبة فشرب قائما فقال إن ناسا هليع لى اللهص بيالن تأيي رإنو مقائ وهو برشأن ي مهدأح هكري
توسلم فعل كما رأيتموني فعل“Telah menceritakan kepada kami Abu Nu’aim telah menceritakan kepada kami Mis’ar dari Abdul Malik bin Maisarah dari An Nazal dia berkata: Ali. RA. pernah datang dan berdiri di depan pintu rahbah, lalu dia minum sambil berdiri setelah itu dia berkata; “Sesungguhnya orang-orang merasa benci bila salah seorang dari kalian minum sambil berdiri, padahal aku pernah melihat Nabi Saw melakukannya sebagaimana kalian melihatku saat ini. Dikatakan dalam buku al-Adab Asy-Syar’iyyah, “Mungkin saja
perbuatan Rasulullah Saw minum sambil berdiri ini untuk menjelaskan
akan kebolehan hal tersebut dan bahwa hal itu bukanlah sebuah bentuk
pengharaman melainkan hal itu menunjukkan makruhnya perbuatan
tersebut atau bahwa perbuatan itu menyelisihi sesuatu yang lebih
afdhal.”101
Al-Saffarini berkata dalam syarah Manzhumah al-Adab, dalil-dalil
yang menyangkut tentang hukum minum sambil berdiriseharusnya
101Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Syarah Bulughul Maram Jilid 7,h. 368.
49
adalah dalil-dalil yang shahih, maka pelarangan hal tersebut
menunjukkan bahwa perbuatan itu adalah sesuatu yang menyelisihi suatu
amal yang lebih utama. Adapun dalil yang menyebutkan bahwa
Rasulullah Saw pernah minum sambil berdiri, hanyalah untuk
menjelaskan bolehnya perbuatan itu.102
Ibnu Qayyim103Rahimahullah berkata,“Diantara petunjuk Nabi
Saw dari perbuatan-perbuatan beliau yang lebih banyak beliau lakukan
yaitu minum sambil duduk, tetapi juga telah diriwayatkan bahwa beliau
pernah minum dalam keadaan berdiri. Karena itu, sekelompok ulama
berkata: tidak ada pertentangan antar kedua dalil tersebut, karena
sesungguhnya minum sambil berdiri itu hanyalah dilakukan karena ada
sebuah hajat (keperluan)”. Dan apa yang dikatakan oleh Ibnul Qayyim
adalah suatu yang lebih utama untuk dipegang. Hal ini disebabkan karena
pelanggaran tersebut hanyalah bersifat makruh, sedangkan hal yang
makruh tersebut hanyalah dibolehkan ketika ada sebuah keperluan dan
tempat dimana Rasulullah Saw minum air zam-zam sambil berdiri itu
bukanlah tempat untuk duduk.104
B. Hikmah Adab Makan dan Minum Menurut Ilmu Kesehatan
Pada pembahasan di atas, penulis telah menghadirkan beberapa hadis
terkait adab makan dan minum Nabi Saw sesuai dengan tema-tema yang ada,
102Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Syarah Bulughul Maram Jilid 7,h. 368. 103Beliau adalah Abu Abdillah Syamsuddin Muhammad bin Abu Bakar bin Ayyub bin
Sa’ad bin Hariiz bin Maki Zainuddin az-Zura’I ad-Dimasyqi al-Hanbali. Yang lebih terkenal dengan panggilan Ibnul Qayyim al-Jauziyah.
104Abdullah bin Abdurrahman al-Bassam, Syarah Bulughul Maram Jilid 7,h. 368-369.
50
sehingga dapat disimpulkan tentang adab makan dan minum Nabi
Saw.sebagaimana hadis-hadis yang telah ditelusuri. Sehingga dapat
disimpulkan hikmah dari adab makan dan minum yang dianjurkan oleh Nabi
Saw sangat relevan dengan beberapa aspek kesehatan:
1. Kesehatan Fisik
a. Cuci Tangan Sebelum Makan dan Sesudah Makan
Nabi Saw selalu mengawali makan dengan mencuci tangan
terlebih dahulu. Sebagaimana kita ketahui bahwa kulit merupakan
barrier (pembatas) antara tubuh dengan lingkungan eksternal,
sehingga kulit berfungsi sebagai protektor tubuh dari kuman, radiasi
dan racun. Terdapat sekitar 70% penyakit infeksi yang bersumber
dari telapak tangan, seperti influenza, infeksi saluran pernafasan
atas, diare, dan lain-lain. Kulit pada tangan manusia juga berfungsi
sebagai organ motorik sosial, seperti bersalaman, menolong orang,
membantu mengangkat barang, dan lain sebagainya. Berdasarkan
penelitian, mencuci tangan sebelum makan dapat menurunkan
angka kejadian diare sebesar 47% serta ISPA 30% dan
meminimalisir infeksi lain yang mengancam kesehatan tubuh.105
b. Duduk Lurus (Tidak Bersandar atau Tiduran)
Manfaat larangan Nabi Saw untuk duduk tegak dan tidak
bersandar secara ilmiah ada bebrapa macam, diantaranya karena
pada saat duduk dengan posisi tegak syaraf pencernaan berada
dalam keadaan tenang, tidak tegang sehingga apa yang dimakan
105Dr. M. Rizal Yanwar, Tau Gak Sih Islam Itu Sehat? 60 Obrolan Ringan tentang
Kesehatan bersama dr. Abu, cet.I, Solo: Aqwamedika, 2015, h. 23.
51
akan berjalan pada dinding usus dengan lembutdan perlahan
sehingga terciptakeseimbangan organ pencernaan. Dalam keadaan
duduk tegak tidak akan menyebabkan perut terlipat dan diafragma
lebih terdorong ke bawah sehingga tidak akan berbahaya bagi
lambung.106
Nabi Muhammad Saw mencontohkan agar makan dalam
posisi duduk,tidak boleh berdiri. Ternyata dalam dunia medis posisi
duduk merupakan posisi terbaik bagi kita untuk makan. Pada saat
duduk tegak, saraf pada organ pencernaan berada dalam kondisi
relaks alias tidak tegang. Posisi duduk tegak mencegah terjadinya
GERDS (Gastroesophagial Reflux Deases) yakni naiknya cairan
asam lambung yang menyebabkan rasa terbakar di daerah
esophagus atau kerongkongan kita.107
c. Menutup Makanan dan Minuman
Anjuran Nabi Saw untuk menutup makanan dan minuman
sangat bermanfaat untuk kesehatan, karena akan melindungi dari
polusi udara dan zat-zat berbahaya yang bisa menempel pada
makanan.108
d. Mencuci Mulut Setelah Makan (Sikat Gigi)
Mulut dan gigi merupakan organ tubuh yang sangat berperan
dalam mengkonsumsi makanan. Apabila mulut dan gigi sakit, maka
106Penjelasan tersebut merupakan ringkasan yang diambil dari karya Abdul Basith
Muhammad as-Sayyid, Pola Makan Rasulullah: Makanan Sehat Berkualitas Menurut al-Quran dan as-Sunnah, Rita Ramayulis Adab Makan Rasulullah ditinjau dari Ilmu Gizi
107Dr. M. Rizal Yanwar, Tau Gak Sih Islam Itu Sehat? 60 Obrolan Ringan tentang Kesehatan bersama dr. Abu, cet.I, Solo: Aqwamedika, 2015, h. 23.
108Ade Hasman, Rahasia Kesehatan Rasulullah: Meneladani Gaya Hidup Sehat Nabi Muhammad Saw, h. 86.
52
biasanya proses konsumsi makanan menjadi tergnggu. Maka hal ini
sangat dianjurkan Nabi Saw, terutama jika setelah makan di mana
sisa-sisa makanan akan menempel di gigi yang dapat membentuk
zat gula sehingga bisa mengakibatkan sakit gigi karena ada kuman
yang hinggap di gigi dan membentuk lubang. Selain mencegah dari
penyebab kuman menempel, sisa-sisa makanan yang tidak
dibersihkan akan membentuk karang gigi yang dapat membuat gigi
tampakmkekuningan atau bahkan terkadang menjadi berwarna
hitam. Di samping beberapa manfaat tersebut, sebenarnya
membersihkan area mulut yang dihuni oleh jutaan mikro organisme
juga dapat mencegah dari infeksi oportunistikbila daya tahan tubuh
kita sedang menurun.109 Area mulut memang sangat rentan untuk
masuknya kuman ke dalam anggota pencernaan lainnya, sehingga
akan sangat berbahaya jika tempat pertama yang dilalui makanan
tidak bersih. Dalam bahan kerokan yang diambil dari permukaan
gigi, gusi, atau kelenjar ludah dapat ditemukan kurang lebih 100
juta bakteri permili meter.110
e. Tidak Meniup Makanan
Nabi Saw melarang meniup makanan. Kita semua tahu kalo
saat menghembuskan nafas (ekspirasi) maka kita akan
mengeluarkan CO2. Pada saat meniup makanan CO2 akan
109Ade Hasman, Rahasia Kesehatan Rasulullah: Meneladani Gaya Hidup Sehat Nabi
Muhammad Saw, h. 76. 110Muhadi dan Muadzin, Semua Penyakit Ada Obatnya: Menyembuhkan Penyakit ala
Rasulullah, (Jakarta: Mutiara Media, 2009), h. 98.
53
bergabung dengan uap air (H2O) menjadi H2CO3 yang bersifat
asam. H2CO3 dalam keadaan normal berfungsi untuk mengatur
tingkat keasaman (PH) di dalam darah. Sehingga jika kita meniup
makanan, maka secara otomatis akan terbentuk asam karbohidrat
(H2CO3) yang menyebabkan kenaikan kadar asam darah yang
apabila terakumulasi akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut
asidosis yakni meningkatnya kadar asam dalam darah melebihi
batas normal. Dalam kondisi tertentu asidosis yang berat dapat
menyebabkan terjadinya kerusakan organ lain seperti ginjal bahkan
sampai menyebabkan kematian. Sehingga, jika kita menemui
hidangan makanan yang panas , cukup bagi kita menggunakan
kipas angin untuk mendinginkannya.111
f. Makan Tidak Berlebih-Lebihan
Nabi Saw menganjurkan untuktidak berlebih-lebihan dan
membagi porsi lambung menjadi tiga bagian yakni, sepertiga
lambung untuk makanan, sepertiga untuk minuman, dan sepertiga
terakhir untuk udara. Islam tidak menganjurkan untuk berlebih-
lebihan dalam hal makan agar organ pencernaan yang mencerna
makanan secara mekanik maupun kimiawi seperti lambung, hati,
pankreas, usus dan ginjal tidak bekerja terlalu berat. Alhasil, organ-
organ tersebut selalu dalam kondisi yang fit untuk mencerna
makanan. Jika kita makan berlebihan maka semua fungsi organ
111Dr. M. Rizal Yanwar, Tau Gak Sih Islam Itu Sehat? 60 Obrolan Ringan tentang
Kesehatan bersama dr. Abu, cet.I, Solo: Aqwamedika, 2015, h. 24.
54
pencernaan akan bekerja keras untuk mencerna, salah satunya
adalah pnkreas yang menghasilkan insulin untuk memasukkan
glukosa darah kedalam sel untuk metabolisme. Produksi insulin
yang besar-besaran dan terus menerus dapat menyebabkan pankreas
lelah dan terganggu yang pada ujungnya dapat menyebabkan
penyakit diabetes, atau kencing manis. Makan yang berlebihan
dapat menyebabkan kandungan kalori, glukosa, lemak dan kolestrol
berlebih dalam tubuh, hal tersebut dapat menjadi pemicu penyakit
seperti hipertensi, diabetes, obesitas, dan dislipidemia.112
g. Menjilati Jari Setelah Makan
Hal ini yang menjadi contoh dari diri Nabi Saw dalam hal
adab makan dan minum diantaranya adalah menjilati jari setelah
makan, demikian dapat dikaji dari sisi kesehatan yang menjelaskan
bahwa jari-jari yang digunakan untuk makan dapat mengeluarkan
enzim amilase yang dapat membantu bagi kelancaran
pencernaan.113
h. Makan Menggunakan Tangan Kanan dan Larangan Menggunakan
Tangan Kiri
Adapun hikmahnya secara kesehatan dapat disimpulkan
bahwa penggunaan tangan kanan saat makan memiliki relevansi
dengan penggunaan otak kiri dalam memutuskan sesuatu. Otak kiri
112Dr. M. Rizal Yanwar, Tau Gak Sih Islam Itu Sehat? 60 Obrolan Ringan tentang
Kesehatan bersama dr. Abu, cet.I, Solo: Aqwamedika, 2015, h. 25. 113Hasil penelitian tersebut dikutip dari seorang ahli gizi, yaitu Rita Ramayulis, ahli gizi,
konsultan dan author dalam sebuah seminar yang bertema “Adab Makan Rasulullah Ditinjau Dari Ilmu Gizi”, t.th.
55
merupakan sumber aliran saraf motorik ke sisi sebelah kanan,
termasuk tangan kanan. Otak kiri dikenal dengan otak berfikir yang
lebih menggunakan kemampuan oleh analitis dan rasional,
sedangkan otak kanan secara umum disebut sebagai otak merasa
ekspresif dsn instingsif. Makan dengan tangan kanan dapat diartikan
makan dengan penuh pertimbangan rasional, tidak berlebihan dan
meliobatkan analitis kritis akan manfaat menu yang dimakan.114
Selain itu, ditinjau dari aspek medis, maka dengan tangan
kanan atau jari kanan juga mempunyai banyak manfaat. Disebabkan
di dalam celah jari kanan terdapat enzim yang membantu
mempercepat proses pembusukan makanan. Sebelum makan, Nabi
saw menyuruh membasuh tangan sampai pergelangan tangan.
Ditangan kanan terdapat enzim. Enzim pada tangan kanan akan
mudah keluar apabila tangan kanan basah. Mencuci tangan
merupakan cara yang tepat untuk membantu mengeluarkan enzim
tersebut. Di dalam mulut ada air liur yang mengandung enzim
amilase. Seperti diketahui enzim merupakan komponen penting
yang diperlukan untuk proses pencernaan dan penyerapan makanan.
Tanpa bantuan enzim, semua bahan makanan yang masuk ke tubuh
hanya akan numpang lewat. Saat ini pemahaman masyarakat
mengenai enzim pencernaan dan fungsinya masih sangat rendah.
Pada umumnya masyarakat hanya mengaitkan masalah pencernaan
dangan penyakit maag. Dokter Ari Fahrial Syam Sp,PD, KGEH,
114Ade Hasman, Rahasia Kesehatan Rasulullah: Meneladani Gaya Hidup Sehat Nabi Muhammad Saw, h. 86.
56
MMB staf Divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FKUI/RSCM dan Pengurus PAPDI (Perhimpunan Ahli
Penyakit Dalam Indonesia), menerangkan bahwa enzim
bertanggung-jawab menjaga kesehatan dan proses metabolisme di
dalam tubuh. Kekurangan enzim dapat menyebabkan tubuh
mengalami gangguan pencernaan (malabsoprsi).115
i. Makan Menggunakan Tiga Jari
Nabi Muhammad Saw makan menggunakan tiga jari. Serta
sering menjilati jari setelah selesai makan. Tiga jari tangan yang
digunakan yakni jari jempol, telunjuk dan jari tengah. Ini
dimaksudkan agar asupan makanan yang kita makan tidaklah
berlebihan, sehingga enzim ptyalin yang diproduksi oleh kelenjar
ludah menjadi maksimal, dan pencernaan dapat berjalan maksimal
juga. Makan menggunakan tangan juga memiliki manfaat besar.
Setelah kita mencuci tangan dengan bersih, tangan yang digunakan
untuk makan akan mengeluarkan enzim RNAse yang mampu
mengikat bakteri sehingga dapat menghambat aktifitas baktreri
dalam tubuh. Selesai makan, Nabi juga sering menjilati tangan yang
digunakan untuk makan. Ini memiliki manfaat berupa terbantunya
proses pencernaan makanan karena tangan mengeluarkan enzim
yang memperlancar proses pencernaan makanan yakni amilase.116
115http://rentagumaybertuah.blogspot.com/2001/07/adab-makan-dan-minum.html, diakses
pada tanggal 13 Maret 2016.
116Dr. M. Rizal Yanwar, Tau Gak Sih Islam Itu Sehat? 60 Obrolan Ringan tentang Kesehatan bersama dr. Abu, cet.I, Solo: Aqwamedika, 2015, h.
57
2. Kesehatan Mental
a. Membacabasmalah Sebelum Makan dan Membaca Hamdalah
Setelah Makan
Dalam hubungan doa dan kesehatan, para ahli menemukan
bahwa berdoa erat kaitannya dengan spiritualitas seseorang. Hal ini
bisa dipahami bahwa syarat seorang hamba memohon (doa) adalah
dalam keadaan tenang. Ketika dalam keadaan berdoa, maka seluruh
jiwa raga dalam keadaan tunduk, tenang. Peredaran darah akan
bekerja secara normal tanpa ada rasa tergesa-gesa yang
mengakibatkan jantung memompa lebih kencang, sehingga jelas
juga bahwa dengan doa, seorang akan terhindar dari sakit hipertensi
(tekanan darah tinggi).117
b. Tidak Membiarkan Makanan Yang Jatuh
Pada anjuran kali ini di antara hikmah yang dapat dipetik
adalah bahwa Nabi Saw sangat menghargai makanan dan mencegah
diri dari bersikap sombong. Sebenarnya orientasi dari anjuran
tersebut menjelaskan bahwa Islam tidak menghendaki hal-hal yang
mubazir, termasuk dalam hal makanan.118
c. Tidak Mencela Makanan
Celaan terhadap makanan yang sebagian besar mengandung
unsur air akan berpengaruh terhadap struktur kristal air yang
terdapat dalam makanan tersebut. Celaan terhadap makanan akan
117http://www.agatossi.com/2011/12/manfaat-doa-bagi-kesehatan.html, Diakses pada
tanggal 13 Maret 2016. 118Ira Kusuma, Diet Ala Rasulullah, h. 82.
58
mengurangi keberkahan yang Allah tebarkan dalam makanan
tersebut dan sangat mungkin justru akan berdampak negatif
terhadap kesehatan tubuh setelah mengkonsumsinya.119
3. Kesehatan Sosial
Dari beberapa anjuran yang dilakukan Nabi Saw saat makan
terdapat sebagian yang sangat relevan dengan kesehatan sosial, yaitu:
a. Mengambil Makanan Yang Terdekat
Nabi Saw adalah seorang yang sangat memperhatikan adab,
baik dalam keadaan apapun, tak terkecuali dalam keadaan makan.
Satu hal yang dianjurkan beliau adalah makan dari sisi yang paling
dekat dengan kita karena meraih makanan yang ada di dekat orang
lain dapat5 mengakibatkan orang laim menjadi terganggu.120 Adab
ini walaupun ini kelihatannya sepele, namun sangat mengandung
pesan untuk dapat berbuat sopan di depan orang lain.
b. Makan Dengan Bersama-Sama
Di antara anjuran Nabi Saw kepada seorang sahabat yang
mengadu karena tidak juga merasa kenyang setelah makan,
sehingga Nabi Saw memerintahkan untuk makan dengan bersama-
sama. Apa yang dianjurkan Nabi Saw tersebut memiliki relevansi
dengan kesehatan sosial karena memperbanyak orang ketika makan
merupakan tindakan yang dapat mendatangkan berkah dan
menanamkan cinta, kasih sayang sesama manusia, serta dapat
119Ira Kusuma, Diet Ala Rasulullah,h. 76. 120Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid Nada, Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Quran dan
as-Sunnah, Terj. Abu Ihsan al-Atsari (Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2007), h. 117.
59
memperkuat persaudaraan umumnya sesama manusia dan
khususnya sesama umat Islam. Adab makan ini juga dapat diartikan
sebagai bentuk realisasi dari perwujudan manusia sebagai makhluk
sosial.121
C. Asbabul Wurud
Mengenai asbâbul Wurûd122hadits-hadits yang dibahas penulis tentang
makan dengan baca basmalah. Setelah penulis menelusuri dua kitab, yaitu:al-
Lumâ’ Fî asbâb al- Wurûd al-Hadits karya Jalaluddin al-Suyūṯi dan latar
belakang historis timbulnya hadits-hadits Rasul karya Ibnu Ḫamzah al-
Ḫusaini al-Ḫanafi al-Damsyîqi.
Diriwayatkan oleh Ibnu Majjah dari Abdullah bin Bisir, bahwa
Rasulullah Saw telah datang membawa piring berisi makanan. Kata beliau:
“Makanlah mulai dari pinggirnya dan tinggalkan sementara bagian tengahnya
supaya diberkati Allah padanya”.
Diriwayatkan oleh Abu Daud dan Ibnu Majjah dari Watsilah bin al-
Asqa’ al-Litsi, bahwa Rasulullah telah mengambil roti bercampur kuah
daging, katanya: “Makanlah kalian dengan nama Allah dari bagian
pinggirnya dan biarkan bagian tengahnya sebab barakah datang dari bagian
atasnya.”
121Ade Hasman, Rahasia Kesehatan Rasulullah: Meneladani Gaya Hidup Sehat Nabi Muhammad Saw, h. 89.
122Menurut Said Agil Munawwar, dalam bukunya Asbâbul Wurûd (Studi Kritik Hadits Nabi Pendekatan Sosial-Historis-Kontekstual), menjelaskan bahwa asbâbul Wurûd secara etimologi asbâbul Wurûd merupakan susunan i ofa yang berasal dari kata asbâb dan al- Wurûd, kata asbâb adalah bentuk yang dapat menghubungkan kepada suatu yang lain. Atau penyebab terjadinya sesuatu. Sedangkan kata Wurûd merupakan ism masdar (kata benda abstrak) dari warada-yaridu-wurûdan yang artinya datang atau sampai. Dengan demikian asbâbul Wurûd adalah sebab-sebab datangnya sesuatu munculnya suatu hadits.
60
Tatacara (Adab) ke Nabian (Nabawy) dalam hal menyantap hidangan,
memulai makan bagian pinggir yang ada dihadapan masing-masing dengan
demikian dapat lebih menenangkan nafsu dan selera yang makan dan tidak
menolak makanan (yang halal) sesuai dengan norma-norma pendidikan yang
sehat sehingga dari makanan kita memperoleh barakah.123
123Ibnu Hamzah amzah al- usaini al- anafi ad-Damsyīqi, Asbâbul Wurûd “Latar
Belakang Historis Timbulnya Hadits-Hadits Rasul” (Jakarta: Kalam Mulia, 19996), h. 158-159.
61
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah mengadakan berbagai tahap pengkajian terhadap hadis-hadis
tentang adab makan dan minum, maka diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Memabaca doa sebelum makan. Dalam hubungan doa dan kesehatan, para
ahli kesehatan menemukan bahwa berdoa erat kaitannya dengan
spiritualitas seseorang. Ketika dalam keadaan berdoa, maka seluruh jiwa
raga dalam keadaan tunduk, tenang. Peredaran darah akan bekerja secara
normal tanpa ada rasa tergesa-gesa yang mengakibatkan jantung
memompa lebih kencang, sehingga jelas juga bahwa dengan doa, seorang
akan terhindar dari sakit hipertensi (tekanan darah tinggi).
2. Mencuci tangan sebelum makan. Hal ini sesuai dengan pandangan ilmu
kesehatan yaitu mencuci tangan sebelum makan dapat menurunkan angka
kejadian diare sebesar 47% serta ISPA 30% dan meminimalisir infeksi lain
yang mengancam kesehatan tubuh.
3. Makan dan minum dalam posisi duduk. Hal ini sesuai dengan pandangan
ilmu kesehatan yaitu mencegah terjadinya GERDS (Gastroesophagial
Reflux Deases) yakni naiknya cairan asam lambung yang menyebabkan
rasa terbakar di daerah esophagus atau kerongkongan.
4. Tidak meniup makanan. Hal ini sesuai dengan pandangan ilmu kesehatan
yaitu meniup makanan, maka secara otomatis akan terbentuk asam
62
karbohidrat (H2CO3) yang menyebabkan kenaikan kadar asam darah yang
apabila terakumulasi akan menyebabkan suatu kondisi yang disebut
asidosis yakni meningkatnya kadar asam dalam darah melebihi batas
normal.
5. Tidak makan berlebih-lebihan. Hal ini sesuai dengan pandangan ilmu
kesehatan yaitu, jika makan berlebihan maka semua fungsi organ
pencernaan akan bekerja keras untuk mencerna, salah satunya adalah
pankreas yang menghasilkan insulin untuk memasukkan glukosa darah
kedalam sel untuk metabolisme. Produksi insulin yang besar-besaran dan
terus-menerus dapat menyebabkan pankreas lelah dan terganggu yang
pada ujungnya dapat menyebabkan penyakit diabetes, atau kencing manis.
6. Makan dengan tiga jari. Hal ini sesuai dengan pandangan ilmu kesehatan,
ini dimaksudkan agar asupan makanan yang di makan tidaklah berlebihan,
sehingga enzim ptyalin yang diproduksi oleh kelenjar ludah menjadi
maksimal, dan pencernaan dapat berjalan maksimal.
7. Menjilati jari-jari setelah selesai makan. Hal ini sesuai dengan pandangan
ilmu kesehatan yaitu jari-jari yang digunakan untuk makan dapat
mengeluarkan enzim amilase yang dapat membantu bagi kelancaran
pencernaan.
B. Saran-Saran
Sejalan dengan beberapa hal yang penulis bahas dalam skripsi ini, maka
penulis menyampaikan saran-saran sebagai berikut:
63
1. Adapun kitab-kitab syarh dari penulis sangat minim sekali, maka saran
penulis kepada pembaca agar dapat melengkapi dari kitab-kitab yang
lain.
2. Sebagai kaum Muslim kita dianjurkan untuk mengamalkan adab makan
dan minum ini, agar mendapat pahala dari Allah Swt.
3. Saran terakhir dari penulis, supaya kita (terutama) umat Islam agar
tidak pernah bosan mengkaji aspek kehidupan Nabi Saw, karena penulis
yakin dengan demikian akan menambah rasa cinta dan kerinduan
terhadap sosok Nabi Saw, tauladan kita semua. Sehingga kelak dapat
bersanding bersama beliau (saat menghadap Rabb semesta alam).
Âmîn.
64
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Abû al-Husain ibn Fâris ibn Zakâriya. Mu’jam Muqâyis al-Lughah. vol. 2. Beirut: Dâr al-Fikr, t.t.
Ahmad, Arifuddin. Metode Tematik dalam Pengkajian Hadis.
Al-Asqâlânî, Ahmad bin Alî. Fath al-Bârî bi Syarh Sahih al-Bukhârî, juz 9. Riyadh: Dâr al-Salâm, 2000.
Al-Asyhar, Thobieb. Bahaya Makanan Haram: Bagi Kesehatan Jasmani dan Kesucian Rohani. Jakarta: PT. AL-MAWARDI PRIMA, 2002.
Al-Bukhȃri, Abu Abd Allah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim. Sahih Bukhȃri juz 7; Bairut: Dar al-fikr, 1994.
Al-Farmawi, Abd. al-Hayy. Metode Tafsir Maudhu’i: Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1994.
Al-Hafidz, W. Ahsin. Fikih Kesehatan. Jakarta: AMZAH, 2007.
Al-Jazairi, Syaikh Abu Bakar Jabir. Minhajul Muslim. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2015.
al-Jurjânî, Ali bin Muhammad bin Ali. At-Ta’rifât. Beirut: Dâr al-Kitâb al-Arabî, 1405 H.
al-Misrî , Muhammad bin Mukarram bin Mandzur al-Afrîqî. Lisan al-A’râb. Beirut: Dâr al-Shadir, t.th.
al-Mubarakfûrî, Abî al-alâ Muhammad Abdurrahman bin abdurrahim. Tuhfah al-Ahwadzi bi Syarhijami al-Turmudzi. juz 5. Mesir: Dâr al-Fikr, t.th.
al-Nawawî , Muhyi al-Dîn Yahya bin Syaraf. Sahih Muslim bi Syarh al-Nawawî. Juz 13, Mesir: Maktabah al-Misriyyah, 1930.
Al-Sayyid, Abdul Basith Muhammad. Pola Makan Rasulullah. Terj. M. Abdul Ghaffar, dkk, Jakarta: Alfa, 1997.
As-Suyutî, Jalaluddin. Jami’ul Jawâmi’. Beirut. Mu’assisah ar-Risalah, 1992.
Damsyîqi, Ibnu Ḫamzah al-Ḫusaini al-Ḫanafi. Asbābul Wurûd “Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-Hadits Rasul”. Jakarta: Kalam Mulia, 1996.
Dârimi, Abdullah bin ‘Abdurrahman Abû Muhammad. Sunan ad-Dârimi. Beirut: Dar al-Kitab al-‘Arabi, 1407.
Departemen Agama. Al-Quran dan Terjemahannya. Semarang: Toha Putra, 1989.
65
Departemen RI. Makanan dan Minuman dalam Perspektif al-Quran dan Sains. Jakarta: Lajnah Pentashihan Mushaf al-Quran, 2013.
Farhan, Mamduh, Qiblati, 2003.
Hadhiri, Choiruddin. Akhlak dan Adab Islam. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer, 2015.
Hajar, Ibnu.. Dasar-Dasar Penelitian Kuantitatif Dalam Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996.
Ḫanbal, Abu ‘Abdullah Ahmad bin Muhammad bin. Musnad bin Ḫanbal. Beirut: ‘Alimul Kutub, 1449.
Hasman, Ade. Rahasia Kesehatan Rasulullah: Meneladani Gaya Hidup Sehat Nabi Muhammad Saw. Jakarta: Noura Books, 2012.
Hassan. Tarjamah Bulughul Marâm. Bandung: Diponegoro, 1972.
http://rentagumaybertuah.blogspot.com/2001/07/adab-makan-dan-minum.html.
http://tiaramutiaraa.blogspot.co.id/2014/02/tata-cara-dalam-etika-makan-table-manner_24.html
http://www.agatossi.com/2011/12/manfaat-doa-bagi-kesehatan.html
http://www.medianesia.com/read/detil/2012/11/19/Table-Manner-Aturan-dan-Etika-Saat-Menyantap-Hidangan-di-Meja-Makan
Hutabarat, Hermine E.P.Etiket; Pedoman Praktis Untuk Membawa Diri Dalam Pergaulan Antar Bangsa.Jakarta: Gunung Mulia, 1998.
Ibn Qayyim, Syamsuddin Muhammad bin Abi Bakar bin Ayub al-Zar’i al-Dimasyqi al-Masyhur al-Jauziyah. al-Tibb an-Nabawiy. Indonesia: al-Haromain, t.th.
Kusuma, Ira. Diet Ala Rasulullah. Jakarta Selatan: Qultum Media, 2007.
Lidwa Pustaka i-Softwere, “9 Kitab Imam Hadits”.
Munawwar, Sa’id Agil. Asbâbul Wurûd; Study Kritik Hadits Nabi Pendekatan Sosial-Historis-Kontekstual. Jakarta: Pustaka Pelajar, 2001.
Muslim, Mustafa. Mabâhis al-Tafsir al-Maudûi. Cet. I; Damasqus: Dâr al-Qalam, 1410 H/1989 M.
Nada, Abdul Aziz bin Fathi as-Sayyid.Ensiklopedi Adab Islam Menurut al-Quran dan as-Sunnah, Terj. Abu Ihsan al-Atsari.Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2007.
66
Nasâ’i, Abu Abd al-Rahman bin Syu’ayb. Sunan al-Nasâ’iy al-Mujtaba. Mesir: Mustafa al-Babiy al-Halabiy wa awladuh, 1964.
Nawawî, Imam Abi Zakariya Yahya bin Syarf. Syarah Ringkasan Riyaḏus Shalihin. Jakarta: Pustaka as-Sunnah, 2013.
Nawawî, Imam.. Syarah Shahih Muslim. Jakarta: Darus Sunnah, 2013.
Nuryati, sri. Halalkah Makanan anda?. Solo: Aqwamedika, 2008.
Qardhawi, Yusuf. Fiqh jihad: Sebuah Karya Monumental Terlengkap. Jakarta: Pustaka Azzam, 2005.
Qazwini, Muhammad Ibn Yazid Abu Abdullah. Sunan Ibnu Majjah. Beirut: Dar Fikr, tt.
Qusyairi, Abu al-Husain Muslim bin al-Hajjaj. Sahih Muslim. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah, 1992.
Rahman, Fatchur. Ikhtisar Musthalahu Hadis. Bandung: PT. Ma’arif, 2005.
Runsell, Henry.Etiket Jamuan Makan dan Komunikasi. Jakarta: Gramedia Widiasarana, 2001.
Sajastani, Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy’at. Sunan Abu Dâwud. Beirut: Da al-Kitab al-Arabi, tt.
Salim, Abu Malik Kamal bin As-Sayyid.Shahih Fikih Sunnah jilid 2. Jakarta:Pustaka Azzam, 2009.
Shihab, M. Quraish, Wawasan al-Quran Tafsir Maudhu’i atas Pelbagai Persoalan Umat. Bandung: Mizan, t.th.
Soetari, Endang.Problematic Hadis (Mengkaji Paradigma Periwayatan), Bandung: Gunung Jati Perss, 1997Turmûzi, Abu Isa Muhammad bin Isa bin Sawrah, Sunan at-Turmûziy. Beirut: dar al-Kutub al-Ilmiah, t.th.
Surahmad, Winarno. Pengantar Penelitian Ilmiah. Bandung: Tarsito, 1994.
Ulwan, Abdullah Nasikh. Pendidikan Anak Dalam Islam. Jakarta: Pustaka Amani, 1990.
Uno, Mien R.Buku Pintar Etiket Untuk Remaja.Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2009
Wensick, Arnold John. Mu’jam al-Mufahras Li alfaẕ al-Hâdits al-Nabawî. Leiden: Maktabah Barbal, 1936.
Yanwar, M. Rizal.Tau Gak Sih Islam Itu Sehat? 60 Obrolan Ringan Tentang Kesehatan Bersama dr. Abu. cet.I, Solo: Aqwamedika, 2015.
67
Zakâriya, Abû al-Husain Ahmad ibn Fâris ibn. Mu’jam Maqâyis al-Lughah. Beirut: Dâr al-Fikr, t.th.
Zughlul, Abu Hâjir Muhammad al-Sa’id bin Basyuni. Mausu’ah Atrâf al-Hadits al-Ḫanbal. Liden: Maktabah Bril, 1936 M.
Zuhdi, Nasiruddin. Ensiklopedi Religi. Jakarta:Republika Penerbit, 2015.
top related