jtptiain gdl-mohamadsho-5520-1-m.shokh-1
Post on 19-Jul-2015
1.814 Views
Preview:
TRANSCRIPT
i
IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN (KTSP) PADA MATA PELAJARAN
AL-QUR’AN HADITS DI MA MA’AHID KUDUS
TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Tugas dan Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam
Oleh
MOHAMAD SHOKEH
NIM 093111371
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ii
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Mohamad Shokeh
NIM : 093111371
Jurusan/Progam Studi : Pendidikan Agama Islam
menyatakan bahwa skripsi ini keseluruhan adalah hasil penelitian/karya saya
sendiri, kecuali bagian tertentu yang dirujuk sumbernya.
Semarang, 01 Juni 2011
Saya yang menyatakan
Mohamad Shokeh
NIM: 093111371
iii
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof.Dr. Hamka ( Kampus II) Ngaliyan Semarang
Telp. 024-7601295 Fax 7615387
PENGESAHAN
Naskah skripsi dengan: Judul : IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN (KTSP) PADA MATA PELAJARAN AL-
QUR’AN HADITS DI MA MA’AHID KUDUS TAHUN
AJARAN 2010/2011
Nama : Mohamad Shokeh NIM : 093111371
Jurusan : Pendidikan Agama Islam Progam Studi : Pendidikan Agama Islam
telah diujuikan dalam sidang munaqasyah oleh Dewan Penguji Fakultas Tarbiyah IAIN Walisingo dan dapat diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar
sarjana dalam Ilmu Pendidikan Islam.
Semarang, 11 Juni 2011
DEWAN PENGUJI
Ketua,
Ismail, M.Ag.
NIP : 197110211997031002
Sekretaris,
Dra. Siti Mariam, M.Pd.
NIP :196507271992030002
Penguji I,
Drs. Karnadi, M.Pd.
NIP :196803171994031003
Penguji II,
Dr. H. Saefuddin Zuhri, M.Ag.
NIP :1958080519870301002
Pembimbing
Tuti Qurrotul Aini, M.SI
NIP : 197210161997032001
iv
NOTA PEMBIMBING Semarang 01 Juni 2011
Kepada Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo
di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Dengan ini diberitahukan bahwa saya telah melakukan bimbingan, arahan, dan
koreksi naskah skripsi dengan:
Judul : IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN
PENDIDIKAN (KTSP) PADA MATA PELAJARAN AL-
QUR’AN - HADITS DI MA MA’AHID KUDUS TAHUN
AJARAN 2010/2011
Nama : Mohamad Shokeh
NIM : 093111371
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Progam Studi : Pendidikan Agama Islam
Saya memandang bahwa naskah skripsi tersebut sudah dapat diajukan kepda
Fakultas Tarbiyah IAIN Walisingo untuk dijadikan dalam sidang Munaqasyah.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I,
Tuti Qurrotul Aini, M.SI
NIP : 197210161997032001
v
ABSTRAK
Judul : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Mata Pelajaran Al- Qur’an - Hadits di MA Ma’ahid Kudus Tahun
Ajaran 2010/2011 Penulis : Mohamad Shokeh
NIM : 093111371
Penelitian ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: (1) Bagaimana
implementasi KTSP pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus? (2) Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam
implementasi KTSP pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus?
Permasalahan tersebut dibahas melalui studi lapangan atau penelitian
kualitatif lapangan yang dilaksanakan di MA Ma’ahid Krapyak Kudus. Datanya diperoleh dengan cara wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Semua data
dianalisis dengan menggunakan metode analisis diskriptif kualitatif dengan langkah-langkah pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display) dan penarikan kesimpulan atau
verification. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa : (1) Implementasi KTSP Pada
Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus tahun ajaran 2010/2011 sudah menerapkan sesuai dengan prinsip-prinsip yang ditekankan dalam KTSP. (2) Faktor Pendukung Implementasi KTSP pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits
adalah Sarana prasarana sudah cukup memadai, adanya sosialisasi mengenai konsep-konsep dasar KTSP, Pembentukan kepanitiaan KTSP, Adanya tim
pengembang dan penyusun KTSP, Adanya pelajaran lain yang berhubungan dengan pelajaran Al-Qur’an Hadits, serta dukungan yang kuat dari para alumni MA Ma’ahid Kudus. Sedangkan faktor penghamabat Implementasi KTSP pada
mata pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah kemampuan guru dalam melakukan penilaian secara mandiri atau berkelanjutan yang masih kurang, terbatasnya (dana,
waktu, serta tenaga) dalam penggunaan metode pembelajaran, kurangnya kesiapan siswa untuk belajar mandiri.
vi
TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Penulisan transliterasi huruf-huruf Arab Latin dalam skripsi ini berpedoman pada
SKB Menteri dan Menteri Pendidikan Kebudayaan R.I. Nomor: 158/1987 dan
Nomor 0543b/U/1987. Penyimpangan penulisan kata sandang [al-] disengaja
secara konsisten supaya sesuai tek Arabnya.
a ţ
b z·
t ٬
ś g
j f
ĥ q
kh k
D l
ż m
r n
z w
S h
sy ٫
ş y
ď
Bacaan Madd Bacaan Diftong
ā = a panjang = au
ĩ = i panjang = a
ū = u panjang
vii
KATA PENGANTAR
بسم اهلل الرحمن الرحيم
Segala puji bagi Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufiq dan
hidayah-Nya, sehingga pada kesempatan ini penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini. Skripsi yang berjudul “ IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS
DI MA MA’AHID KUDUS TAHUN AJARAN 2010/2011”, ini disusun guna
memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata 1 (satu) dalam Ilmu
Pendidikan Islam pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Walisongo Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan dan
saran-saran dari berbagai pihak, sehingga penyusunan skripsi ini dapat
terealisasikan. Untuk itu penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Dr. Suja’i, M.Ag., selaku Dekan fakultas tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
yang telah memberikan arahan tentang penyusunan skripsi ini.
2. Hj.Tuti Qurrotul Aini, M.SI selaku dosen pembimbing yang telah bersedia
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan,
pengarahan dalam penyusunan skripsi ini..
3. Zumam Efendi, selaku kepala Madrasah Aliyah Ma'ahid Kudus beserta dewan
guru dan karyawan, yang telah memberikan izin, bantuan dan dukungan
kepada penulis untuk melakukan penelitian di MA Ma'ahid Kudus.
4. Ali Mahmudi,Lc dan Ahmad Ahid, Lc selaku guru Al-Qur’an Hadits di MA
Ma’ahid Kudus yang bersedia membantu dan mendukung penulis untuk
melakukan penelitian di MA Ma’ahid Kudus.
5. Para dosen dan staf pengajar di lingkungan IAIN Walisongo Semarang yang
membekali berbagai pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan
penyusunan skripsi ini.
6. Seluruh keluarga yang senantiasa memotivasi baik materiil maupun spirituil
dengan tanpa lelah dan bosan untuk membantu proses diri menjadi sosok
viii
manusia pembelajar yang selalu didambakan keberhasilannya.
7. Semua pihak dan teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu persatu,
sedikit maupun banyak telah membantu proses dalam penulisan skripsi ini.
Semoga amal baik beliau tersebut di atas dan juga semua pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda di sisi Allah
SWT. Amien.
Akhirnya penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh
mencapai kesempurnaan dalam arti sebenarnya, namun penulis berharap semoga
skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis sendiri dan para pembaca pada umumnya.
Kudus, 01 Juni 2011
Penulis,
Mohamad Shokeh
NIM : 093111371
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL…………………………………………… i
PERNYATAAN KEASLIAN ….………………………....…... ii
PENGESAHAN……………………………………..…………. iii
NOTA PEMBIMBING ………………………………………… iv
ABSTRAK …………………….………………………………. v
TRANSLITERASI ………………....…………………………… vi
KATA PENGANTAR …………………………………………... vii
DAFTAR ISI…………………………………………………….. ix
BAB I : PENDAHULUAN………………………………...…… 1
A. Latar Belakang Masalah…………………..…............ 1
B. Rumusan Masalah………………………...…………. 4
C. Manfaat Penelitian ………………….......................... 4
BAB II : LANDASAN TEORI ………….……..………………. 6
A. Kajian Pustaka ……………………...……................. 6
B. Kerangka Teoritik ………….…..…………………… 7
1. Implementasi…….………..…….……................. 7
a. Pengertian Implementasi……………………… 7
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Implementasi 8
c. Kekuatan Pokok Implementasi ……..………… 8
2. Pengertian Kurikulum ….………………………… 9
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 13
a. Pengertian KTSP………………………. ……… 13
b. Komponen-komponen KTSP…………………… 13
4. Landasan Yuridis KTSP ……………….…………. 15
5. Pembelajaran Berdasarkan KTSP ………..……….. 19
6. Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis
x
Kelas Dalam KTSP..................................….….. 26
7. Pelaporan KTSP ...………………………..……. 33
8. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits…….…..….......... 35
a. Pengertian Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits….. 35
b. Karakteristik Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits… 35
c. Standar Kompetensi Kelulusan Al-Qur’an Hadits MA 38
BAB III : METODE PENELITIAN …………….……………….. 39
A. Jenis Penelitian ……………………………………. 39
B. Tempat dan Waktu Penelitian ……………….……... 40
C. Sumber Penelitian …………………..…………….. 40
D. Fokus Penelitan ……………….………………….. 41
E. Teknik Pengumpulan Data ………………………… 41
F. Teknik Analisis Data ……..……………………….. 43
BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS IMPLEMENTASI
KTSP PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS
DI MA MA’AHID KUDUS ………………………….…… 46
A. Deskripsi Data Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan di MA Ma’ahid Kudus…………………………. 46
1. Implementasi KTSP Pada Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus…………… 46
2. Faktor Pendukung dan faktor Penghambat
Dalam Implementasi KTSP Pada Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadits …..……………………............ 56
B. Analisis Pelaksanaan KTSP di MA Ma’ahid Kudus….… 60
1. Implementasi KTSP Pada Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus…………… 60
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat
Dalam Implementasi KTSP Pada Mata Pelajaran
xi
Al-Qur’an Hadits …..……………………............ 73
BAB V :PENUTUP……………………………………………… 76
A. Simpulan…………………………………………… 76
B. Saran….…………………………………………… 77
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR SINGKATAN
DAFTAR LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tiga kemungkinan hasil penelitian, 24
Gamabr 2 Menejemen kegiatan pembelajaran tuntas, 25
Gambar 3 Peta Laporan guru, 33
Gambar 4 Laporan Wali Kelas, 34
Gamabr 5 Laporan Kepala Sekolah, 35
DAFTAR SINGKATAN
KTSP : Kurikulum Tingkat Satuan Pendidkan
RPP : Rencana Pelaksanaan
KBM : Kegiatan Belajar Mengajar
KKM : Kriteria Ketuntasan Minimal
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Pedoman wawancara, observasi dan dokumentasi
Lampiran 2 : Penunjukan pembimbing skripsi
Lampiran 3 : Nilai ujian komprehensif
Lampiran 4 : Piagam Kuliah Kerja Nyata
Lampiran 4 : Surat izin rizet kepada MA Ma’ahid Kudus
Lampiran 5 : Surat keterangan sudah melakukan izin rizet di MA Ma’ahid
Kudus
Lampiran 6 : Foto copy contoh Silabus RPP MA Ma’ahid Tahun Pelajaran
2010/2011 dan sistem penilaian/evaluasinya
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidika (KTSP) adalah kurikulum yang
disusun dan dilaksanakan dimasing-masing satuan pendidikan.1 KTSP
dikembangkan berdasarkan prinsip – prinsip sebagai berikut:
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan dan kepentingan peserta
didik dan lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip
bahwa peserta didik memiliki posisi sentral untuk mengembangkan
potensinya agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap serta
tanggung jawab.
b. Beragam dan terpadu.Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan
keragaman karakteristik peserta didik, kondisi daerah, jenjang dan jenis
pendidikan, serta menghargai dan tidak diskriminatif terhadap perbedaan
agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan jender.
c. Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni yang berkembang secara dinamis.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum
dilakukan dengan melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk
menjamin relevansi pendidikan dengan kebutuhan kehidupan, termasuk
didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia usaha dan dunia kerja.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup
keseluruhan dimensi kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata
pelajaran direncanakan dan disajikan secara berksinambungan antar semua
jenjang pendidikan.
1 Khaeruddin dan Mahfud Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan (Konsep dan
Implementsainya di Madrasah) , (Jogjakarta: Pilar Media, 2007), hlm. 79.
2
f. Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses
pengembangan, pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang
berlangsung sepanjang hayat.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum
dikembangkan dengan memperhatikan kepentingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.2
Prinsip-prinsip tersebut perlu diterapkan oleh sekolah atau madrasah
yang menerapkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tanpa
terkecuali, dengan harapan sekolah akan lebih baik dalam standar
kelulusannya,Madrasah Aliyah Ma'ahid, adalah sebuah pendidikan Islam
yang berlandaskan Al-Qur’an Hadits, yang berdiri sejak tahun 1937 , telah
mengalami pula beberapa pergantian kurikulum, mulai dari kurikulum tahun
1950, kurikulum 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984,
kurikulum 1994 dan kurikulum 2004 atau yang lebih kita kenal sebagai
kurikulum KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi ). Sedangkan model
kurikulum terakhir adalah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
sebagai respon terhadap kondisi yang senantiasa berkembang setiap saat.
Sejak pemerintah meresmikan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) pada tanggal 7 Juli 2006 Madrash Aliyah Ma’ahid juga merespon
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk diterapkan. Namun,
dalam pelaksanaann dan penerapannya apakah ada hambatan? Mengingat
MA Ma’ahid Kudus adalah lembaga pendidikan Islam yang sudah tua, hal ini
yang menarik untuk diadakan penelitian. Sarana prasarana pendukung yang
kurang maksimal, kesiapan siswa yang kurang dan minimnya informasi yang
diperoleh oleh guru mengenai KTSP, akan menghambat dalam implementasi
Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP), hal ini pulalah yang membuat
peniliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits adalah salah satu mata pelajaran yang
ada dalam kurikulum Madrasah baik itu Madrasah Aliyah (MA), Madrasah
2 Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan, hlm. 80 – 81.
3
Tsanawiyah (MTs), maupun Madrasah Ibtidaiyah (MI). Ini sesuai dengan
struktur KTSP dasar dan menengah yang tertuang dalam standar isi (SI).
Diantara satu dari kelompok standar isi tersebut adalah mata pelajaran Al-
Qur’an Hadits.
Di MA Ma’ahid Kudus mata pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan
salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan dengan harapan lulusan MA
Ma’ahid Kudus mampu membaca dan memahami Al-Qur’an Hadits dengan
baik , dan pelajaran ini tidak berdiri sendiri tetapi didukung oleh beberapa
mata pelajaran lokal MA Ma’ahid Kudus antara lain adalah Ilmu Nahwu,
Shorof, Lhugot Qur’an dan Al-Qur’an Hadits (Ilmu Mushtolah Hadits), yang
tentunya medukung sekali dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits. Akan
tetapi dalam penerapan KTSP pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA
Ma’ahid Kudus, apakah sudah sesuai? Baik masalah kesesuain dengan
prinsip-prinsip KTSP, maupun delapan standar pendidikan yang harus
dipenuhi. Kedelapan standar pendidikan meliputi standar isi (SI), standar
proses, standar kompetensi kelulusan (SKL), standar tenega kependidikan,
standar sarana prasarana, standar pengelolaan, standar pembiayaan dan
standar penilaian pendidikan.
Kesesuaian dengan prinsip-prinsip KTSP maupun delapan standar
pendidikan yang harus dipenuhi oleh sekolah/madrasah, sangat menentukan
berhasil tidaknya sebuah lembaga pendidikan di mata pemerintah saat ini, hal
inilah yang membuat penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang
“IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN
(KTSP) PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MA
MA’AHID KUDUS TAHUN AJARAN 2010/2011“.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan
permasalahannya sebagai berikut :
1. Bagaimana implementasi KTSP pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di
MA Ma’ahid Kudus ?
2. Apakah faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi
KTSP pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus?
C. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini diharapkan dapat memiliki manfaat
sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber referensi
untuk penelitian lebih lanjut mengenai kurikulum tingkat satuan pendidikan
(KTSP) serta dapat menambah pemahaman dan wawasan mengenai
kurikulum baru yang menyempurnakan kurikulum sebelumnya yaitu
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) pada mata pelajaran Al-Qur’an
Hadits di sekolah menengah atas.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Guru :
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi
untuk dapat :
1. Meningkatkan kualitas guru dalam melaksanakan proses belajar
mengajar dalam mata pelajaran Al-Qur’an Hadits.
2. Membantu dalam pencapaian tujuan kurikulum tingkat satuan
pendidikan (KTSP).
3. Mengidentifikasi faktor pendukung dan faktor penghambat di dalam
pelaksanaan KTSP.
5
4. Menganalisis sejauh mana optimalisasi KTSP pada mata pelajaran Al-
Qur’an Hadits.
5. Meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman dalam
ruang lingkup yang lebih luas guna menunjang profesinya sebagai
guru.
b. Bagi Siswa
1. Menambah wawasan dan pemahaman mengenai KTSP.
2. Meningkatkan minat belajar Al-Qur’an Hadits.
3. Meningkatkan kepekaan siswa terhadap perkembangan IPTEK dan
kaitannya dengan pelajaran Al-Qur’an Hadits
c. Bagi MA Ma’ahid Kudus
1. Sebagai studi banding pelaksanaan KTSP pada mata pelajaran Al-
Qur’an Hadits.
2. Pengembangan jaringan dan kerjasama strategis antara sekolah
dengan pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan
sekolah.
d. Bagi Peneliti
Memperoleh wawasan dan pemahaman baru mengenai salah satu
aspek yang penting dalam peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia
saat ini yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Dengan
demikian, diharapkan peneliti sebagai calon guru agama Islam siap
melaksanakan tugas sesuai kebutuhan dan perkembangan zaman.
6
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Kajian Pustaka
1. Penelitian Muhammad Sakdullah (NIM 3104128) yang berjudul :
Konsepsi Ibnu Khaldun Tentang Belajar dan Relevansinya terhdap KTSP
(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ) : dalam penelitian ini dijelaskan
konsep belajar Ibnu Khaldun dan Relevansinya terhadap KTSP. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa belajar menurut Ibnu Khaldun harus
diarahkan pada pencapaian malakah semaksimal mungkin. Malakah tidak
hanya intelektualitas tetapi juga skill dan sikap. Jadi wawasan malakah
memberi kemungkinan pembentuan pribadi yang utuh. Menurut Ibnu
Khaldun, pelajar sendirilah yang bertanggung jawab atas belajarnya.
Murid sendiri yang membuat penalaran atas apa yang dipelajarinya dengan
cara mencari makna, membandingkan dengan apa yang telah ia ketahui,
serta menyelesaikan ketegangan antara apa yang telah ia ketahui dengan
apa yang ia perlukan dalam pengalaman yang baru. Pelajar harus
membentuk pengetahuan mereka sendiri dan guru membantu sebagai
mediator dan fasilitator dalam proses pembentukan itu. Hal ini serupa
dengan apa yang telah dicanangkan oleh pemerintah melalui kuriulum
terbaru yakni Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP lebih
sederhana dari kurikulum sebelumnya dan memberikan keluasaan guru
untuk berimprovisasi dalam praktik kegiatan belajar mengajar. Visi KTSP
masih mengedepankan kompetensi siswa yang disesuaikan dengan
kebutuhan daerah atau sekolah. Jadi antara pemikiran Ibnu Khaldun
dengan visi kurikulum KTSP berjalan searah yakni mengedepankan
kompetensi peserta didik, namun komptensi dalam istilah Ibnu Khaldun
sendiri disebut malakah.1
2. Penelitian Noor Rohman (NIM 3102328) yang berujudul : Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Pendidikan
1 Muhammd Sakdullah, “Konsepsi Ibnu Khaldun Tentang Belajar dan Relevansinya
terhdap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan )”, skripsi (Semarang: Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo, 2009), hlm. 60.
7
Agama Islam di SMP N 18 Semarang : Dalam penelitian ini dijelaskan
bahwa, kurikulum yang diterapkan sudah sesuai. Indikasi kesesuai dapat
dilihat dari beberapa hal, diantaranya: 1. Standar isi/kurikulum 2. Kegiatan
Belajar Mengajar 3. Kompetensi kelulusan 4. Tenaga kependidikan 5.
Sarana prasarana 6. Evaluasi hasil belajar.2
Dari beberapa hasil penelitian yang ada terlihat bahwa ada kemiripan
judul penelitian yang akan peneliti lakukan. Letak perbedaan terletak pada
apakah MA Ma’ahid Kudus dalam menerapkan (mengimplementasikan)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada pembelajaran Al-Qur’an
Hadits suadah sesuai dengan prinsip –prinsip KTSP? Peneliti menitik
beratkan pada implementasi KTSP, serta faktor pendukung dan faktor
penghambat implementasi KTSP pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di
MA Ma’ahid Kudus.
B. Kerangka Teoritik
1. Implementasi
a. Pengertian Implementasi
Implementasi merupakan suatu penerapan ide, konsep,
kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga
memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan,
keterampilan maupun nilai, dan sikap. Dalam Oxford Advance Learner
Dictionary dikemukakan bahwa implementasi adalah “put something
into effect” (penerapan sesuatu yang memberikan efek atau dampak). 3
Berdasarkan definisi implementasi tersebut, implementasi
kurikulum didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep,
dan kebijakan kurikulum (kurikulum potensial) dalam suatu aktivitas
mata pelajaran, sehingga peserta didik menguasai seperangkat
kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi dengan lingkungan.
2 Noor Rohman, “Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata
pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 18 Semarang”, skripsi (Semarang: Fakultas
Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009), h lm. 61-65. 3 Muhamad Joko Susilo , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Menjemen Pelaksanaan
dan Kesiapan sekoLah Menyongsongnya), ) Yogyakarta: Pustaka Pelajar , 2006), hlm. 174.
8
b. Fakto-faktor yang mempengaruhi Implementasi
Dalam hal ini Hasan yang dikutip Mulyasa (2002)
mengungkapkan bahwa implementasi kurikulum adalah hasil
terjemahan guru terhadap kurikulum sebagai rencana tertulis yang
sedikitnya dipengaruhi oleh tiga foktor berikut:
1) Karakteristik kurikulum; yang mencakup ruang lingkup ide baru
sauatu kurikulum dan kejelasan bagi pengguna dilapangan.
2) Strategi implementasi yaitu strategi yang digunakan dalam
implementasi, seperti diskusi profesi, seminar, penataran, lokakarya,
penyediaan buku kurikulum, dan kegaiatan-kegiatan yang dapat
mendorong penggunaan kurikulum di lapangan.
3) Karakteristik penggunaan kurikulum, yang meliputi pengetahuan,
keterampilan, nilai, dan sikap guru terhadap kurikulum, serta
kemampuannya untuk merealisasikan kurikulum (curriculum
planning) dalam pembelajaran.4
c. Kekuatan pokok Implementasi
Secara garis besarnya implementasi kurikulum mencakup tiga
kekuatan pokok, yaitu pengembangan program, pelaksanaaan
pembelajaran, dan evaluasi.
a. Pengembangan program. Pengembangan kurikulum mencakup
pengembangan progam tahunan, progam semester, progam modul
(pokok bahasan) program mingguan dan harian, progam pengayaan dan
remedial, serta progam bimbingan dan konseling.
b. Pelaksnaan pembelajaran. Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses
interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga terjadi
perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam interaksi tersebut
banyak sekali faktor yang mempengaruhinya, baik faktor internal yang
datang dari dalam diri individu, maupun faktor eksternal yang datang
4 E Mulyasa , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kemandirian Guru dan Kepala
Sekolah) , ) Jakarta: Bumi Akasara , 2008), hlm. 180.
9
dari lingkungan. Dalam pembelajaran tugas guru yang paling utama
adalah mengkondisikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik.
c. Evaluasi Hasil Belajar. Evaluasi hasil belajar dam implementasi
kurikulum dilakukan dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar,
penilaian akhir satuan pendidikan dan sertifikasi , bench marking dan
penilaian program.5
Berdasarkan uraian tersebut, implementasi mata pelajaran berbasis
KTSP dapat didefinisikan sebagai suatu proses penerapan ide, konsep, dan
kebijakan KTSP dalam suatu aktivitas mata pelajaran, sehingga peserta
didik menguasai seperangkat kompetensi tertentu, sebagai hasil interaksi
dengan lingkungan. Implementasi KTSP juga dapat diartikan sebagai
aktualisasi kurikulum operasional dalam bentuk mata pelajaran.
2. Pengertian Kurikulum
Istilah kurikulum berasal dari bahasa latin, yakni “Curricule”,
artinya jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu,
pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh
oleh siswa yang bertujuan memperoleh ijazah.6
Menurut Harold Alberty curriculum is is all activities that are
provided for students.7 (semua aktifitas yang disediakan untuk
siswa)Menurut susan Feez dan Helen Joyce curriculum is a general
statement of goals and outcomes , learning arrangements, evalution, and
documentions relating to the management of programs with in educational
institution.8
5 Joko Susilo , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , hlm. 177.
6 Joko susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 77.
7 Harsono Tjokrosujoso”Curricu lum and Material Developmen”, (Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional,2003), hlm. 13 8
Susan Feez dan Helen Joyce, “Text -Based Syllabus Design”. (Sydney:Macquire
University, 1998), hlm. 9.
10
Pengertian kurikulum berdasarkan pemahamannya dapat dipandang
sebagai kurikulum tradisional dan kurikulum secara modern.
a. Pengertian kurikulum menurut pandangan tradisional
Dalam kamus Webster’s New international Dictionary (1953)
kurikulum diartikan sebagai : “ 1. A course of study, 2. All the courses
of study given in an educationl institution” ( Lewis M. Adam, 1965
:247).
Menurut Oemar Hamalik kurikulum menurut pandangan lama
adalah: Sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh murid untuk
memperoleh ijazah. Pengertian ini mempunyai implikasi bahwa mata
pelajaran pada hakekatnya pengalaman masa lampau, tujuannya untuk
memperoleh ijazah (Hamalik,1993:8).
Menurut S. Nasution kurikulum diartikan sebagai mata
pelajaran yang diajarakan disekolah. Pengertian kurikulum yang
dianggap tradisonal ini masih banyak dianut sampai sekarang termasuk
juga di Indonesia. Pada pertengahan abad ke XX kurikulum diartikan
sebagai “ sejumlah pelajaran yang harus ditempuholeh siswa untuk
kenaikan kelas atau ijazah” (Hendayat, 1993:12).
Dari definisi kurikulum secara tradisional masih tampak
adanya kecendrungan penekanan pada rencana pelajaran untuk
menyampaikan mata pelajaran yang masih banyak mengandung
kebudayaan nenek moyang dan pengertian tersebut masih mengacu
pada masa lampau. Kurikulum juga diartikan secara sempit hanya pada
penyampaian mata pelajaran kepada anak didik.9
b. Pengertian kurikulum menurut pandangan modern
Dewasa ini kurikulum tidak hanya sebatas sebagai hal yang
berhubungan dengan pendidikan, tetapi hendaknya kurikulum bisa lebih
mengacu pada kemajuan teknologi dan pengetahuan. Jelaslah bahwa
kurikulum bukan sekedar seperangakat mata pelajaran atau bidang
9 Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan , hlm. 25.
11
studi, tetapi sudah menjadi ajang politik, dan sudah menjadi bekal para
lulusan untuk menjawab tuntutan masyarakat.
Menurut Hilda Taba dalam bukunya Curriculum Development,
menuliskan menuliskan “ Curriculum is, after all, a way of preparing
young people to participate as productive members of our
culture”(Taba,1962:10). Tampaknya Hilda Taba mendefinisikan
kurikulum dengan lebih cenderung pada metodologi, yaitu cara
mempersiapkan manusia untuk berpartisipasi sebagai anggota yang
produktif dari suatu budaya.
Sesuai dengan perkembangan,David Pratt dalam Curriculum,
Design and Development menyatakan bahwa : A curriculum is an
organized set of formal educational and or training intentions
(Pratt,1980: 4). Maksudnya kurikulum yaitu seperangakat organisasi
pendidikan formal atau pusat-pusat latihan. Selanjutnya ia membuat
implikasi secara lebih eksplisit tentang definisi yang dikemukakannya
tersebut menjadi enam hal yaitu:
1. Kurikulum adalah suatu rencana atau intentions, ia mungkin hanya
berupa perencanaan (mental) saja, tetapi pada umumnya diwujudkan
dalam bentuk tulisan;
2. Kurikulum bukanlah kegiatan, melainkan perencanaan atau
rancangan kegiatan;
3. Kurikulum berisi berbagai macam hal seperti masalah apa yang
harus dkembangkan pada diri siswa,evaluasi untuk menafsirkan hasil
belajar, bahan dan peralatan yang dipergunakan, kualitas guru yang
dituntut, dan sebagainya;
4. Kurikulum melibatkan maksud atau pendidikan formal maka ia
sengaja mempromosikan belajar dan menolak sifat rambang, tanpa
rencana, atau kegiatan tanpa belajar;
5. Sebagai perangkat organisasi pendidikan, kurikulum menyatukan
berbagai komponen seperti tujuan, isi, sistem penilaian dalam satu
12
kesatuan yang tak terpisahkan atau dengan kata lain kurikulum
adalah suatu sistem;
6. Pendidikan dan latihan dimaksudkan untuk menghindari kesalah
pahaman yang terjadi jika suatu hal dilalaikan.10
Menurut Winarno, sebagaimana dikutip oleh Burhan
Nurgiyantoro, mendifinisikan kurikulum sebagai suatu program
pendidikan yang direncanakan dan dilaksanakan untuk mencapai
sejumlah tujuan pendidikan tertentu (Burhan,tt: 6)
Abdul Qadir yusuf dalam kitabnya At –tarbiyah wal mujtami’
mendefinisikan kurikulum sebagai berikut:
“ Kurikulum adalah sejumlah pengalaman dan uji coba dalam proses
belajar mengajar siswa di bawah bimbingan lembaga (sekolah)”.
Berbagai pengertian atau definisi yang telah disebutkan diatas,
menurut s. Nasution dapat diperoleh penggolangan sebagi berikut:
a. Kurikulum dapat dilihat sebagai produk, yakni sebagai hasil karya
para pengembang kurikulum, biasanya dalam suatu panitia. Hasilnya
dituangkan dalam bentuk buku atau pedoman kurikulum, misalnya
berisi sejumlah mata pelajaran yang harus diajarakan.
b. Kurikulum dapat pula dipandang sebagai program, yakni alat yang
dilakukan oleh sekolah untuk mencapai tujuaannya. Ini dapat berupa
mengajarkan berbagai mata pelajaran tetapi dapat juaga meliputi
segala kegiatan yang dianggap dapat mempengaruhi perkembangan
siswa misalnya perkumpulan sekolah, pertandingan, pramuka,
warung sekolah, dan lain- lain.
c. Kurikulum dapat pula dipandang seabagai hal-hal yang diharapkan
akan dipelajari siswa, yakni pengetahuan, sikap, ketrampilan
tertentu. Apa yang diharapakan akan dipelajarai tidak selalu sama
dengan apa yang benar-benar dipelajari.
10
Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan, hlm. 26.
13
d. Kurikulum sebagai pengalaman siswa. Ketiga pandangan di atas
berkenaan dengan perencanaan kurikulum sedangakan pandangan ini
mengenai apa yang secara aktual menjadi kenyataan pada tiap siswa.
Pada hakikatnya kurikulum merupakan suatu cara untuk
mempersiapkan anak agar berpartisipasi sebagai anggota yang
berproduktif dalam masyarakatnya. Dalam kurikulum terdapat
komponen-komponen tertentu yaitu pernyataan tentang tujuan dan
sasaran, seleksi dan organisasi bahan dan isi pelajaran, bentuk dan
kegiatan belajar mengajar dan evaluasi hasil belajar.11
3. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
a. Pengertian KTSP
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan
sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurukulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum yang disusun dan dilaksanakan di
masing –masing satuan pendidikan. KTSP terdiri dari tujuan pendidikan
tingkat satuan pendidikan, struktur dan muatan kurikulum tingkat
satuan pendidikan, kalender pendidikan, dan silabus .12
b. Komponen-komponen KTSP
Komponen –Komponen Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
komponen-komponen KTSP terdiri dari sebagai berikut :
1. Tujuan Pendidikan Tingkat Satuan Pendidikan
Tujuan pendidikan tingkat satuan pendidikan dasar dan
menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan
berikut.
11
S Nasution. Asas-Asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi Aksara, 2003), hlm. 7.
12 Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan, hlm. 79.
14
a) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakan dasar kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
b) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan,
pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk
hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut.
c) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan
kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, akhlak mulia, serta
keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan
lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
2. Struktur dan Muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Struktur kurikulum merupakan pola dan susunan mata
pelajaran yang harus ditempuh oleh peserta didik dalam kegiatan
mata pelajaran. Kedalaman muatan kurikulum setiap mata pelajaran
pada setiap satuan pendidikan dituangkan dalam kompetensi yang
harus dikuasai peserta didik sesuai dengan beban belajar yang
tercantum dalam struktur kurikulum.
Struktur dan muatan KTSP pada jenjang pendidikan dasar
dan menengah yang tertuang dalam SI meliputi lima kelompok mata
pelajaran sebagai berikut :
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia.
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian.
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknlogi.
4) Kelompok mata pelajaran estetika.
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olahraga dan kesehatan.
Kelompok mata pelajaran tersebut dilaksanakan melalui
muatan dan/atau kegiatan mata pelajaran sebagaimana diuraikan
dalam PP 19/2005 pasal 7. Muatan KTSP meliputi sejumlah mata
pelajaran yang keluasan dan kedalamannya merupakan beban belajar
bagi peserta didik pada satuan pendidikan. Di samping itu materi
15
muatan lokal dan kegiatan pengembangan diri termasuk kedalam isi
kurikulum.
3. Kalender Pendidikan
Kurikulum tingkat satuan pendidikan pada setiap jenis dan
jenjang diselenggarakan dengan mengikuti kalender pendidikan pada
setiap tahun ajaran. Kelender pendidikan adalah pengaturan waktu
untuk kegiatan mata pelajaran peserta didik selama satu tahun ajaran
yang mencakup permulaan tahun pelajaran, minggu efektif belajar,
waktu mata pelajaran efektif dan hari libur. Kalender pendidikan
untuk setiap satuan pendidikan disusun oleh masing-masing satuan
pendidikan berdasarkan alokasi waktu pada dokumen standar isi
dengan memperhatikan ketentuan dari pemerintah 13
4. Landasan Yuridis Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan dilandasi oleh Undang-
Undang dan Peraturan Pemerintah sebagai berikut :
a. Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional (Sisdiknas)
Dalam Undang-Undang tentang Sisdiknas dikemukakan bahwa
Standar Nasional Pendidikan (SNP) terdiri atas standar isi, proses,
kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana,
pengelolaan, pembiayaan, dan penilaian yang harus ditingkatkan secara
berencana dan berkala. Selain itu juga dikemukakan bahwa kurikulum
pendidikan dasar dan menengah wajib memuat : pendidikan agama,
pendidikan kewarganegaraan, bahasa, matematika, IPA, IPS, seni dan
budaya, pendidikan jasmani dan olah raga, keterampilan/kejuruan, dan
muatan lokal.
Kurikulum pendidikan dasar dan menengah dikembangkan
sesuai dengan relevansinya oleh setiap kelompok atau satuan
pendidikan dan komite sekolah/madrasah dibawah koordinasi dan
13
E Mulyasa , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis. (Bandung
: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h lm. 86.
16
supervisi dinas pendidikan atau kantor departemen agama
kabupaten/kota untuk pendidikan dasar dan provinsi untuk pendidikan
menengah.
b. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
Tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP)14
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 adalah peraturan
tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP). SNP merupakan kriteria
minimal tentang sistem pendidikan diseluruh wilayah hukum Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Terdapat 8 standar nasional pendidikan yang harus diacu oleh
sekolah dalam penyelenggaraan kegiatannya. Ke 8 standar tersebut
yaitu :
1) Standar isi
2) Standar proses
3) Standar kompetensi lulusan
4) Standar tenaga kependidikan
5) Standar sarana dan prasarana
6) Standar pengelolaan
7) Standar pembiayaan
8) Standar penilaian pendidikan
Dalam peraturan tersebut dikemukakan bahwa kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan mata pelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Selain itu, dalam peraturan tersebut juga dikemukakan bahwa
KTSP adalah kurikulum operasional yang dikembangkan berdasarkan
standar kompetensi lulusan (SKL), dan standar isi (SI). SKL adalah
kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Sedangkan standar isi adalah ruang lingkup materi dan
14
Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan , hlm. 271.
17
tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi
tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran, dan
silabus yang harus dipenuhi oleh peserta didik pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu.
Standar isi memuat kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar, kurikulum tingkat satuan pendidikan, dan kalender
pendidikan/akademik. Kurikulum untuk jenis pendidikan umum,
kejuruan, dan khusus pada jenjang pendidikan dasar dan menengah
diorganisasikan ke dalam lima kelompok, yaitu :
1) Kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia;
2) Kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian;
3) Kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi;
4) Kelompok mata pelajaran estetika;
5) Kelompok mata pelajaran jasmani, olah raga, dan kesehatan.
c. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 15
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 tahun 2006
mengatur tentang standar isi yang mencakup lingkup materi dan tingkat
kompetensi untuk mencapai kompetensi lulusan pada jenjang dan jenis
pendidikan tertentu. Secara keseluruhan standar isi mencakup:
1) Kerangka dasar dan struktur kurikulum yang merupakan pedoman
dalam penyusunan KTSP;
2) Beban belajar bagi peserta didik pada satuan pendidikan dasar dan
menengah;
3) KTSP yang akan dikembangkan oleh satuan pendidikan
berdasarkan panduan penyusunan kurikulum sebagai bagian tidak
terpisahkan dari standar isi;
4) Kalender pendidikan untuk penyelenggaraan pendid ikan pada
satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar dan menengah.
d. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 Tahun 2006 16
15
Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan , hlm. 329. 16
Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan , hlm. 365.
18
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 23 tahun 2006
mengatur tentang Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan
pendidikan dasar dan menengah digunakan sebagai pedoman penilaian
dalam menentukan kelulusan peserta didik. Standar Kompetensi
Lulusan meliputi :
1) Standar kompetensi lulusan minimal satuan pendidikan dasar dan
menengah;
2) Standar kompetensi lulusan minimal kelompok mata pelajarn; dan
3) Standar kompetensi lulusan minimal mata pelajaran.
e. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 24 Tahun 200617
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor
24 tahun 2006 mengatur tentang pelaksanaan peraturan menteri
pendidikan nasional nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi untuk
satuan pendidikan dasar dan menengah serta peraturan menteri
pendidikan nasional nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi
lulusan untuk satuan pendidikan dasar dan menengah.
Selain itu, dalam Permendiknas tersebut dikemukakan pula
bahwa satuan pendidikan dasar dan menengah dapat mengembangkan
kurikulum dengan standar yang lebih tinggi dari yang telah ditetapkan,
dengan memperhatikan panduan penyusunan KTSP pada satuan
pendidikan dasar dan menengah yang disusun Badan Standar Nasional
Pendidikan (BSNP).
Sementara bagi satuan pendidikan dasar dan menengah yang
belum atau tidak mampu mengembangkan kurikulum sendiri dapat
mengadopsi atau mengadaptasi model kurikulum tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah yang disusun oleh BSNP, ditetapkan
oleh kepala satuan pendidikan dasar dan menengah setelah
memperhatikan pertimbangan dari komite sekolah / madrasah.
17
Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan , hlm. 375
19
5. Pembelajaran berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP)
Implementasi KTSP akan bermuara pada pelaksanaan
pembelajaran, yakni bagaimana agar isi atau pesan-pesan kurikulum (SK-
KD) dapat dicerna oleh peserta didik secara tepat dan optimal. Guru harus
berupaya agar peserta didik dapat membentuk kompetensi dirinya sesuai
dengan apa yang digariskan dalam kurikulum (SK-KD), sebagaimana
dijabarkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Dalam hal ini
akan terjadi interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya sehingga
terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dalam hal ini tugas
guru yang paling utama adalah mengkondisikan lingkungan agar
menunjang terjadinya perubahan perilaku tersebut.
Pada umumnya pelaksanaan pembelajaran mencakup tiga kegiatan,
yakni pembukaan, pembentukan kompetensi dan penutup.
a. Pembukaan
Pembukaan adalah kegiatan awal yang harus dilakukan guru
untuk memulai atau membuka pembelajaran. Membuka pembelajaran
merupakan suatu kegiatan untuk menciptakan kesiapan mental dan
menarik perhatian peserta didik secara optimal, agar mereka
memusatkan diri sepenuhnya untuk belajar. Untuk kepentingan
tersebut, guru dapat melakukan upaya-upaya sebagai berikut:
1. Menghubungkan kompetensi yang telah dimiliki peserta didik
dengan materi yang akan disajikan.
2. Menyampaikan tujuan yang akan dicapai dan garis besar materi yang
akan dipelajari (dalam hal tertentu,tujuan bisa dirumuskan bersama
peserta didik).
3. Menyampaikan langkah – langkah kegiatan pembelajaran dan tugas-
tugas yang harus diselesaikan untuk mencapai tujuan yang telah
dirumuskan.
4. Mendayagunakan media dan sumber belajar yang bervariasi sesuai
dengan materi yang disajikan.
20
5. Mengajukan pertanyaan, baik untuk mengetahui pemahaman peserta
didik terhadap pembelajaran yang telah lalu maupun untuk menjajagi
kemampuan awal berkaitan dengan bahan yang akan dipelajari.
Disamping upaya – upaya di atas, dalam implementasi KTSP
banyak cara yang dapat dilakukan guru untuk memulai atau membuka
pembelajaran, antara lain melalui pembinaan keakraban dan pretes.
1. Pembinaan keakraban
Pembinaan keakraban merupakan upaya yang harus
dilakukan guru untuk menciptakan iklim pembelajaran yang
kondusif dan mempersiapkan peserta didik memasuki proses
pembelajaran. Suasana yang akrab akan menumbuhkan hubungan
yang harmonis antara guru dengan peserta didik dan antara peserta
didik dengan peserta didik.
Pembinaan kekraban ini dapat dilakukan dengan langkah –
langkah sebagai berikut :
a) Pada awal pertemuan pertama, guru memperkenalkan diri kepada
peserta didik dengan memberi salam, menyebut nama, alamat,
pendidikan terakhir, dan tugas pokoknya di sekolah.
b) Guru melakukan pengecekan kehadiran peserta didik dengan cara
memanggil nama-nama mereka berdasarkan buku daftar hadir.
c) Berdasrkan urutan dalam daftar hadir, seluruh peserta didik
diminta memperkenalkan diri dengan memberi salam, menyebut
nama, alamat, pengalaman dalam kehidupan sehari-hari, alasan
memilih belajar disekolah ini, dan harapan-harapan mereka
terhadap sekolah.18
2. Pretes (tes awal)
Setelah pembinaan keakraban, kegiatan dilanjutkan dengan
pretes. Pretes adalah tes yang dilaksanakan sebelum sebelum kegiatan
inti pembelajaran dan pembentukan kompetensi dimualai, sebagai
18
E Mulyasa , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kemandirian Guru dan Kepala
Sekolah), hlm. 183
21
penjajagan terhadap kemampuan peserta didik terhadap pembelajaran
yang akan dilaksanakan. Oleh karena itu pretes memegang peranan
yang cukup penting dalam pelaksanaan pembelajaran.
Fungsi pretes antara lain dapat dikemukakan sebagai berikut
:
1) Untuk menyiapkan peserta didik dalam proses belajar, karena
dengan pretes maka pikiran mereka akan terfokus pada soal-soal
yang harus mereka kerjakan.
2) Untuk mengetahui tingkat kemajuan peserta didik sehubungan
dengan proses pembelajaran yang dilakukan. Hal ini dapat
dilakukan dengan membandingkan hasil pretes dengan post tes.
3) Untuk mengetahui kemampuan awal yang telah dimiliki peserta
didik mengenai kompetensi dasar yang akan dijadikan topik dalam
proses pembelajaran.
4) Untuk mengetahui dari mana seharusnya proses pembelajaran
dimulai, kompetensi dasar mana yang telah dikuasai peserta didik,
serta kompetensi dasar mana yang perlu mendapat penekanan dan
perhatian khusus.
b. Pembentukan Kompetensi19
Pembentukan kompetensi peserta didik merupakan kegiatan
inti pembelajaran, antara lain mencakup penyampaian informasi tentang
materi pokok atau materi standar, membahas materi standar untuk
membentuk kompetensi peserta didik, serta melakukan tukar
pengalaman dan pendapat dalam membahas materi standar atau
memecahkan masalah yang dihadapi bersama. Dalam pembelajaran,
peserta didik dibantu oleh guru untuk membentuk kompetensi serta
mengembangkan dan memodifikasi kegiatan pembelajaran, apabila
19
Mulyasa , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 183
22
kegiatan itu menuntut adanya pengembangan atau modifikasi.
Pembentukan kompetensi peserta didik perlu dilakukan dengan tenang
dan menyenangkan. Hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan
kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.
Pembentukan kompetensi dikatakan efektif apabila seluruh peserta
didik terlibat secara aktif, baik mental, fisik maupun sosialnya.
Pembentukan kompentsi ini ditandai dengan keikutsertaa
peserta didik dalam pengelolaan pembelajaran (participative
instruction) berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab mereka dalam
menyelanggarakan progam pembelajaran. Tugas peserta didik adalah
belajar, sedangkan tanggung jawabnya mencakup keterlibatan mereka
dalam membina dan mengembangkan kegiatan belajar yang telah
disepakati dan ditetapkan bersama pada saat penyusunan program.
Pembentukan kompetensi mencakup berbagai langkah yang
perlu ditempuh oleh peserta didik dan guru sebagai fasilitator untuk
mewujudkan standar kompetensi dan komptensi dasar. Hal ini ditempuh
melalui berbagai cara, bergantung pada situasi, kondisi, kebutuhan,
sertakemampuan peseta didik. Prosedur yang ditempuh dalam
pembentukan kompetensi adalah sebagai berikut :20
1) Berdasarkan kompetensi dasar dan materi standar yang telah
dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP), guru
menjelaskan stnadar kompetensi minimal (SKM) yang harus
dicapai peserta didik dan cara belajar untuk mencapai kompetensi
tersebut.
2) Guru menjelaskan materi standar secara logis dan sistematis, materi
pokok dikemukakan dengan jelas atau ditulis dipapan tulis.
Memberi kesempatan peserta didik untuk bertanya sampai materi
standar tersebut benar-benar dapat dikuasai.
20
Mulyasa , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 184
23
3) Membagikan materi standar atau sumber belajar berupa hand out
dan fotokopi beberapa bahan yang akan dipelajari. Materi standar
tersebut sebagian terdapat diperpustakaan. Jika materi standar yang
diperlukan tidak tersedia diperpustkaan maka guru memfotokopi
dari sumber lain seperti majalah, surat kabar, atau men-down load
dari internet.
4) Membagikan lembaran kegiatan untuk setiap peserta didik.
Lembaran kegiatan berisi tugas tentang materi standar yang telah
dijelaskan oleh guru dan dipelajari oleh pesrta didik.
5) Guru memantau dan memeriksa kegiatan peserta didik dalam
mengerjakan lembaran kegiatan, sekaligus memberikan bantuan
dan arahan bagi mereka yang menghadapi kesulitan belajar.
6) Setelah selesai diperiksa bersama-sama dengan cara menukar
pekerjaan dengan teman lain, lalu guru menjelaskan setiap
jawabannya.
7) Kekeliruan dn kesalahan jawaban diperbiki oleh peserta didik. Jika
ada yang kurang jelas, guru memberikan kesempatan bertanya,
tugas, atau kegiatan mana yang perlu penjelasan lebih lanjut.
Dalam pembentukan kompetensi perlu diusahakan untuk
melibatkan peserta didik seoptimal mungkin, dengan memberikan
kesempatan dan mengikutsertakan mereka turut ambil bagian dalam
proses pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk saling bertukar informasi
antara peserta didik dengan guru mengenai materi yang dibahas, untuk
mencapai kesepakatan, kesamaan, kecocokan dan keselarasan pikiran.
Hal ini penting untuk menentukan persetujuan atau kesimpulan tentang
gagasan yang bisa diambil atau tindakan yang akan dilakukan
berkenaan dengan topik yang dibicarakan. 21
Pada pembelajaran tuntas, kriteria pencapaian kompetensi
yang ditetapkan adalah minimal 75 % oleh karena itu setiap kegiatan
21
Mulyasa , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 185
24
belajar mengajar diakhiri dengan penilaian pencapaian kompetensi
siswa dan diikuti rencana tindak lanjutnya. Hasil penilaian ada tiga
kemungkinan, yaitu kompetensi 75-85% dalam waktu terjadwal,
kompetensi lebih dari 85 % dalam waktu kurang dari alokasi atau
kompetensi dalam waktu terjadwal, sebagaimana yang tergambar
berikut :
Gambar 1 : Tiga Kemungkinan Hasil Penelitian22
Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka tindak lanjutnya
ada tiga kemungkinan, yaitu pemberian remedi, pemberian pengayaan,
dan atau akselerasi. Perbedaan tindak lanjut tersebut berdasarkan
variasi pencapaian kompetensi siswa sebagai berikut :
1) Melanjutkan ke KBM berikutnya secara klasikal bila dalam waktu
terjadwal sebagian besar siswa mencapai kompetensi minimal 85
%.
2) Pemberian remedi secara individual / kelompok kepada siswa yang
dalam waktu terjadwal belum mencapai kompetensi minimal 75 %,
sehingga siswa tersebut belum diizinkan melanjutkan ke KBM
berikutnya.
22
Susilo , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , hlm. 160
25
3) Pemberian pengayaan kepada siswa yang sudah mencapai
kompetensi antara 75-85 % sedangkan waktu terjadwal masih
tersisa.
4) Pemberian izin akselerasi (percepatan) ke pembelajaran
Kompetensi Dasar (KD) berikutnya secara individual kepada siswa
yang sudah kompeten lebih dari 85 % sedangkan waktu terjadwal
belum habis. Ilustrasi kegiatan tersebut di atas dapat diperjelas
dengan gambar berikut:
Gambar 2 : Manajemen kegiatan pembelajaran tuntas. 23
c. Pentup
Penutup merupakan kegiatan akhir yang dilakukan guru
untuk mengakhiri pembelajaran. Dalam kegiaatan penutup ini guru
harus berupaya untuk mengetahui pembentukan kompetensi dan
pencapaian tujuan pembelajaran, serta pemahaman peseta didik
terhadap materi yang telah dipelajari, sekaligus mengakhiri kegaiatan
pembelajaran. Untuk kepentingan tersebut guru dapat melakukan
kegiatan-kegiatan sebagai berikut :
23
Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 161
26
1) Menarik kesimpulan mengenai materi yang telah dipelajari
(kesimpulan bisa dilakukan oleh guru, oleh peserta didik atas
permintaan guru, atau oleh peserta didik bersama guru)
2) Mengjaukan beberapa pertanyaan untuk mengukur tingkat tingkat
pencapaian tujuan dan keefektifan pembelajaran yang telah
dilaksanakan
3) Menyampaikan bahan-bahan pendalaman yang harus dipelajari dan
tugas-tugas yang harus dikerjakan (baik tugas individual maupun
tugas kelompok) sesuai dengan pokok bahasan yang telah
dipelajari.
4) Memberikan protes baik secara lisan, tulisan, maupun perbuatan. 24
6. Pengembangan Sistem Penilaian Berbasis Kelas Dalam KTSP
a. Pengertian
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) merupakan kegiatan penilaian
yang dilakukan oleh guru secara terpadu dengan kegiatan belajar
mengajar. Ada pula yang menyebut dengan Penilaian Berbasis
Kemampuan Dasar (PBKD) karena penilaian yang dilakukan oleh guru
dikembangkan berdasarkan kemampuan dasar yang harus dikuasai
peserta didik.
PBK/PBKD dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain
pengumpulan hasil kerja peserta didik (portofolio); hasil karya
(produk); penugasan (proyek); kinerja (performance) dan tes tertulis
(paper and pencil test). Dalam hal ini guru menilai kompetensi dan
hasil belajar peserta didik berdasarkan Standar Kompetensi (SK) dan
Kompetensi Dasar (KD), yang dijabarkan lebih lanjut menjadi
indicator- indikator pencapaian (IP).25
24
Mulyasa , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , hlm. 186
25 Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan, hlm. 223.
27
b. Prinsip-prinsip PBK
Pada saat guru melaksanakan penilaian berbasis kelas ada
beberapa hal yang harus diperhatikan, yiatu :
1) Valid, artinya menilai yang seharusnya dinilai.
2) Mendidik, ada sumbangan positif terhadap pencapaian belajar
peserta didik.
3) Berorientasi pada kompetensi, artinya menilai kompetensi yang ada
pada kurikulum.
4) Adil, artinya tidak membedakan latar belakang peserta didik.
5) Terbuka, artinya kriteria dan acuannya jelas dan diinformasikan
6) Berkesinambungan, artinya dilakukan terencan, bertahap dan
kontinu.
7) Menyeluruh, artinya meliputi teknik, prosedur, materi maupun
aspeknya.
8) Bermakna, ditindak lanjuti oleh semua fihak. 26
c. Karakteristik Sistem Pengujian
1) Sistem penilaian Berkelanjutan
Untuk mengetahui seberapa jauh peserta didik telah memiliki
kompetensi dilakukan ujian. Sistem ujian yang dilakukan harus
mencakup semua kompetensi dasar dengan menggunakan indikator
yang ditetapkan oleh guru. Sistem ujian berbasis kompetensi yang
direncanakan adalah sistem ujian berkelanjutan. Berkelanjutan dalam
arti semua komponen indikator dibuat soalnya, hasilnya dianalisis
untuk menentukan kompetensi yang telah dimiliki dan yang belum
serta kesulitan peserta didik. Untuk itu digunakan berbagai bentuk
tes, yaitu pertanyaan lisan dikelas, kuis ulangan harian, tugas rumah,
ulangan semester.
26
Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan , hlm. 375.
28
Hasil Ujian dianalisis untuk menentukan tindakan perbaikan,
atau berupa progam remidi. Pendidikan berbasis kompetensi yang
menekankan pada pencapaian kemampuan dasar, menggunakan
berbagai teknik ujian dalam usaha untuk mengetahui tingkat
pencapaian kemampuan dasar dan mentukan progam perbaikan.
Oleh karena itu dalam sistem ujian berkelanjutan, guru harus
membuat kisi-kisi ujian secara menyeluruh untuk satu semester
dengan memilih teknik ujian yang tepat.
Pengembangan sistem pengujian berbasis kemampuan dasar
mencakup masalah:
a) Standar Kompetensi (SK)
b) Kemapuan Dasar (KD)
c) Rencana Penilaian. Dikembangkan bersamaan dengan
pengembangan silabus.
d) Proses Pengujian.
e) Proses Implementasi
f) Pencatatan dan pelaporan
2) Teknik Penilaian
Teknik penilaian adalah berbagai bentuk ulangan atau tugas
untuk menunjukkan tingkat kemampuan peserta didik dalam mata
pelajaran tertentu. Tingkat berpikir yang digunakan dalam
mengerjakan soal ujian harus mencakup mulai yang rendah sampai
yang tinggi, dengan proporsi yang sebanding sesuai dengan jenjang
pendidikan. Pada jenjang pendidikan menengah tingkat berpikir
yang terlibat sebaiknya terbanyak pada tingkat pemahaman, aplikasi,
dan aanalisis.
Teknik penilaian yang dapat digunakan adalah :27
27
Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan , hlm. 224.
29
a) Kuis: Waktu ujian singkat kurang lebih 15 menit dan hanya
menanyakan hal-hal yang prinsip saja dan bentuknya berupa isian
singkat.
b) Pertanyaan lisan dikelas
c) Ulangan Harian: Ulangan harian dilakukan secara periodik
misalnya empat minggu sekali.
d) Tugas individu: Tugas ini dapat diberikan setiap minggu dengan
bentuk soal uraian objektif atau non objektif.
e) Tugas Kelompok: Tugas ini digunakan untuk menilai kemampuan
kerja kelompok
f) Ulangan Blok: Cakupan materi terdiri dari satu atu lebih
kemapuan dasar.
3) Bentuk Tes
Ada beberapa bentuk soal pengujian berbasis kemampuan
dasar. Bentuk soal yang dapat digunakan adalah:
a) Pertanyaan lisan dikelas.
b) Pilihan ganda
c) Urian objektif
d) Jawab singkat atau isian singkat
e) Menjodohkan
f) Unjuk kerja
g) Portofolio
d. Penetapan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)28
1) Pengertian
Kriteria Ketuntasan Minimal adalah tingkat pencapaian
kompetensi dasar mata pelajaran oleh peserta didik per mata
pelajaran.
2) Rambu-rambu
28
Junaidi, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan , hlm. 233.
30
a) Nilai KKM dinyatakan dalam bentuk bilangan bulat dengan
rentang 0-100
b) Nilai KKM maksimum adalah 100
c) Madrasah dapat menetapkan Kriteria Ketuntasan Minimal di
bawah 100, namun madrasah harus merencanakan target dalam
waktu tertentu untuk mencapai nilai maksimum.
d) Nilai KKM ditetapkan pada awal tahun pelajaran untuk setiap
mata pelajaran dan dievaluasi ketercapaiannya pada setiap
semester.
e) Penetapan KKM dilakukan oleh forum guru baik yang berada
dilingkungan madrasah yang bersangkutan maupun dengan
madrasah/sekolah lain yang terdekat (yang telah melaksanakan
KTSP) atu forum KKG?MGMP setempat.
f) Penetapan nilai KKM dilakukan melalui analisis ketuntasan
belajar minimum pada setiap Kompetensi Dasar (KD).
g) Penetapan nilai KKM setiap KD dimaksud, dilakukan melalui
analisis Indikator Pencapaian (IP) pada KD yang terkait.
h) Nilai KKM setiap KD merupakan rata-rata nilai setiap indikator
3) Kriteria Penetapan KKM
a) Esensial
Sangat Esensial, karena berfungsi sebagai indikator kunci.
Cukup Esensial, karena berfunsi sebagai Indikator pendukung
yang dapt melengkapi.
b) Kompleksitas Indikator
c) Daya Pendukung
Yaitu tenaga, sarana prasarana pendidikan, biaya,
menajemen, komite madrasah dan stakeholders madrsah.
d) Intake peserta didik
Intake merupakan tingkat kemampuan rata-rata peserta
didik yang meliputi Hasil seleksi Penerimaan Siswa Baru (PSB),
31
(3 + 3 + 3 + 2) x 100 = 91, 67
12
Rapor kelas terakhir dari tahun sebelumny, tes seleksi masuk atau
psikotes dan nilai ujian Nasional bagi jenjang MTs dan MA.
4) Menafsirkan KKM
a) Dengan memberikan point pada setiap kriteria yang ditetapkan
a. Esensial
- Tinggi : 3
- Sedang : 2
- Rendah : 1
b. Kompleksitas
- Tinggi : 3
- Sedang : 2
- Rendah : 1
c. Daya Dukung
- Tinggi : 3
- Sedang : 2
- Rendah : 1
d. Intake
- Tinggi : 3
- Sedang : 2
- Rendah : 1
Jika indikator memilki kriteria : Esensial tinggi, kompleksitas
tinggi, daya dukung tinggi dan intake sedang maka KKM menjadi:
b) Dengan menggunakan rentang nilai pada setiap kriteria:
a. Esensial
- Tinggi : 81-100
- Sedang : 65-80
32
- Rendah : 50-64
e. Kompleksitas
- Tinggi : 81-100
- Sedang : 65-80
- Rendah : 50-64
f. Daya Dukung
- Tinggi : 81-100
- Sedang : 65-80
- Rendah : 50-64
g. Intake
- Tinggi : 81-100
- Sedang : 65-80
- Rendah : 50-64
Jika indikator memiliki kriteria Esensial tinggi ((90),
kompleksitas sedang (70), daya dukung tinggi (90) dan intake
sedang (70) maka KKM adalah rata-rata setiap unsur dari kriteria
yang kita tentukan.
5) Analisis pencapaian kriteria ketuntasan belajar peserta didik
a) Kegiatan ini dimaksudkan untuk melakukan analisis rata-rata
hasil pencapaian peserta didik terhadap Kriteria Ketuntasan
Minimal yang telah ditetapkan pada setiap mata pelajaran.
b) Melalui analisis dimaksud, diharapkan akan diperoleh data
antara lain tentang:
a. KD, yang dapat dcapai oleh 75% -100% dari jumlah peserta
didik.
b. KD, yang dapat dcapai oleh 50% -74% dari jumlah peserta
didik.
c. KD, yang dapat dcapai oleh £ 49% dari jumlah peserta didik.
33
c) Mnafaat hasil analisis: sebagai dasar untuk meningkatkan
Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) pada setia semester atau
tahun berikutnya dalam rangka mencapai Kriteria Ketuntasan
Minimal.
d) Mekanisme Pelaksanaan analisa pencapaian standar ketuntasan
belajar.
a. Analisa Pencapaian Standar Ketuntasan Belajar dilakukan
berdasarkan hasil pengolahan data perolehan nilai setiap
peserta didik. Per mata pelajaran yang saat bersangkutan
mengkuti pelajaran.
b. Hasil pengkajian dimaksud, selanjutnya dianalisis dan
direkap.
7. Pelaporan KTSP
Pelaporan mencakup laporan guru, laporan wali kelas, dan laporan
kepala sekolah. Untuk lebih jelasnya dijelaskan sebagai berikut :
a. Laporan guru
Memuat hasil pembelajaran (mencapai kompetensi siswa) dan
mata pelajaran yang menjadi tanggung jawabnya. Laporan guru
disampaikan kepada wali kelas. Guru bisa melengkapi laporannya
dengan informasi tentang hambatan yang dihadapi, upaya yang telah
ditempuh, dan atau kegagalan yang terjadi karena adanya hambatan
yang tidak bisa diatasi. Informasi tersebut merupakan bahan laporan
wali kelas kepada kepala sekolah dan sebagai bahan menyusun
program kerja tahun berikutnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada gambar berikut :
34
Gambar 3 : Laporan Guru29
b. Laporan wali kelas
Memuat pretasi (pencapaian kompetensi) dari kelas binaannya
untuk disampaikan kepada orang tua siswa dan siswa yang
bersangkutan. Wali kelas juga membuat laporan tentang profil
kompetensi siswa dan pembinaan yang pernah dilakukan atau kasus
yang terjadi dari kelas binaannya untuk disampaikan kepada kepala
sekolah. Laporan tersebut sebagai bahan kepala sekolah membuat
laporan sekolah.
Gambar 4 : Laporan wali kelas.30
c. Laporan Kepala Sekolah
Memuat hasil evaluasi kinerja sekolah secara keseluruhan,
profil kompetensi siswa di sekolah yang dipimpinnya, serta
pertanggungjawaban keuangan sekolah. Laporan kinerja sekolah
secara keseluruhan, yang diharapkan dalam pedoman ini, lebih
menekankan pada laporan akuntabilitas, yaitu laporan
pertanggungjawaban berdasarkan kebenaran esensial dan faktual
disamping berdasarkan dokumen tertulis. Laporan dibuat berdasarkan
hasil evaluasi, akreditasi, dan hasil analisis faktual. Untuk lebih
jelasnya perhatikan gambar berikut :
29
Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , hlm. 166
30 Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , hlm. 167
35
Gambar 5 : Pola laporan Kepala Sekolah.31
8. Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits
a. Pengertian Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits
Mapel Al-Qur’an Hadits di Madrasah Aliyah adalah salah satu
mata pelajaran Pendidikan Agama Islam yang merupakan peningkatan
dari Al-Qur’an Hadits yang telah dipelajari leh peserta didik di
MTs/SMP.32 Sebagaimana yang tertera Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidkan (KTSP) MA Ma’ahid, mata pelajaran Al-Qur’an Hadits
bertujuan agar peserta didik gemar untuk membaca Al-Qur’an dan
Hadits dengan benar, serta mempelajarinya, memahami, meyakini,
kebenarannya, dan mengamalkan ajaran-ajaran dan nilai-nilai yaang
terkandung didalamnya sebagai petunjuk dan pedoman dalam seluruh
aspek kehidupannya.
b. Karakteristik Mata pelajaran Al-Qur’an-Hadits
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan unsur mata
pelajaran PAI pada madrasah yang memberikan pendidikan kepada
peserta didik. Untuk memahami dan mencintai Al-Qur’an Hadits
sebagai sumber ajaran Islam dan mengamalkan isi kandungannya dalam
kehidupan sehari-hari.
1) Tujuan
31
Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan, hlm. 168
32 Peratauran Menteri Agama RI No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah , hlm. 82
36
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits bertujuan agar peserta
didik gemar untuk membaca Al-Qur’an dengan benar serta
mempelajarinya, memahami, meyakini kebenarannya dan
mengamalkan ajaran nilai-nilai yang terkandung didalmnya sebagai
petunjuk dan pedoman seluruh aspek kehidupannya.
Tujuan Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di Madrasah
Aliyah adalah sebagai berikut:
a. Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an Hadits.
b. Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam
Al-Qur’an Hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan
mengahadapi kehidupan.
c. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman isi kandungan al-
Qur’an dan hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan
tentang al-Qur’an dan hadits.33
2) Fungsi
Mata pelajaran Al-Qur’an Hadits pada Madrasah Aliyah
memiliki fungsi sebagai berikut
a. Pemahaman, yaitu menyampaikan ilmu pengetahuan cara
membaca dan menulis Al-Qur’an serta kandungan Al-Qur’an.
b. Sumber nilai, yaitu memberikan pedoman hidup untuk mencapai
kebahagian hidup di dunia dan akhirat.
c. Sumber motivasi, yaitu memberikan dorongan untuk
meningkatkan kualitas hidup beragama, bermasyarakat, dan
bernegara.
d. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan
peserta didik dalam meyakini kebenaran agama Islam.
e. Perbaikan, yaitu memperbaiki kesalahan-kesalahan dalam
keyakinan, pemahaman, dan pengalaman ajararan Islam peserta
didik dalam keyakinan.
33
Peratauran Menteri Agama RI No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah , hlm. 83
37
f. Pencegahan, yaitu untuk menangkal hal-hal negatif dari
lingkungan atau budaya lain yang dapat membahayakan diri
peserta didik dan menghambat perkembangan menuju manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT.
g. Pembiasaan, yaitu menyampaikan pengetahuan dan pemahaman
nilai-nilai Al-Qur’an Hadits pada peseta didik sebagai petunjuk
dan pedoman.
3) Ruang Lingkup Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits
a. Masalah dasar –dasar ilmu al-Qur’an dan al-Hadits, melipti :
1. Pengetahuan Al Qur’an menurut para ahli
2. Pengertian hadis, sunnah, khabar, atsar dan hadits qudsi
3. Bukti keotentikan al-Qur’an ditinjau dari segi keunikan
redaksinya, kemukjizatan, dan sejarahnya
4. Isi pokok ajaran al-Qur’an dan pemahaman kandungan ayat-
ayat yang terkait dengan isi pokok ajaran al-Qur’an
5. Funsi al-Qur’an dalam kehidupan
6. Fungsi hadits terhadap al-Qur’an
7. Pengenalan kitab-kitab yang berhubungan dengan cara-cara
mencari surat dan ayat dalam al-Qur’an
8. Pembagian hadits dari segi kuantitas dan kualitasnya.
b. Tema-tema yang ditinjau dari perspektif al-Qur’an dan al-Hadits,
yaitu :
1. Manusia dan tugasnya sebagai khalifah di bumi
2. Demokrasi.
3. Keikhlasan dalam beribadah.
4. Nikmat Allah dan cara mensyukurinya.
5. Perintah menjaga kelistarian lingkungan hidup.
6. Pola hidup sederhana dan perintah menyantuni para dhuafa.
7. Berkompetensi dalam kebaikan
8. Amar ma’ruf nahi mungkar
9. Ujian dan cobaan manusia
38
10. Tanggung jawab manusia terhadap keluarga dan masyarakat
11. Berlaku adil dan jujur
12. Toleransi dan etika pergaulan
13. Etos kerja
14. Makanan yang halal dan baik
15. Ilmu Pengetahuan dan teknologi.34
c. Standar Kompetensi Kelulusan Al-Qur’an Hadits Madrasah
Aliyah
Memahami isi pokok Al-Qur’an, fungsi, dan bukti-bukti
kemurniaannya, istilah- istilah hadits terhadap Al-Qur’an, pembagian
hadits ditinjau dari segi kuantitas dan kualitasny, serta memahami dan
mengamalkan ayat-ayat Al-Qur’an dan hadits tentang manusia dan
tanggung jawabnya di muka bumi, demokrasi serta pengembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi.35
34
Peratauran Menteri Agama RI No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah , hlm. 87-88 35
Peratauran Menteri Agama RI No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan
dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah , hlm. 5.
39
39
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai
Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus adalah penelitian
kualitatif.
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berdasarkan pada
filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang
alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai
instrumen kunci. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara
purposive dan snowball, teknik pengumpulan triangulasi (gabungan), analisis
data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih
menekankan makna daripada generalisasi.1
Penelitian kualitatif sering disebut penelitian naturalistik karena
penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting). Disebut
sebagai penelitian kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya
lebih bersifat kualitatif. Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai
paradigma interpretatif dan konstruktif, yang memandang realitas sosial
sebagai sesuatu yang holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan
hubungan gejala bersifat interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada
obyek yang alamiah, obyek yang alamiah adalah obyek yang berkembang apa
adanya, tidak dimanipulasi oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak begitu
mempengaruhi dinamika pada obyek tersebut. 2
Penelitian kualitatif digunakan dalam penelitian ini karena pada
umumnya permasalahannya belum jelas, holistik, dinamis, dan penuh makna
sehingga tidak mungkin data pada situasi sosial tersebut diperoleh dengan
1 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung:
Alfabeta, 2006), h lm.15 2 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, hlm.14
40
penelitian kuantitatif dengan instrumen seperti test, kuesioner, pedoman
wawancara. Selain itu peneliti bermaksud memahami situasi sosial secara
mendalam, menemukan pola, hipotesis dan teori.3
Terkait dengan jenis penelitian tersebut, maka penelitian bertumpu
pada penelitian fenomenologis, yakni usaha untuk memahami arti peristiwa
dan kaitan-kaitannya terhadap orang-orang biasa dalam situasi tertentu.4
Dalam hal ini, peneliti berusaha untuk masuk ke dalam dunia
konseptual para subyek yang diteliti sedemikian rupa sehingga mereka
mengerti apa dan bagaimana suatu pengertian yang dikembangkan oleh
mereka disekitar peristiwa dalam kehidupannya sehari-hari. Dengan
penelitian inilah diharapkan bahwa Implementasi Kurikulum Tingkat satuan
Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid
Kudus tahun ajaran 2010/2011 dapat dideskripsikan secara lebih teliti dan
mendalam.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam penelitian ini yang dijadikan lokasi atau tempat penelitian
adalah MA Ma’ahid Krapayak Kudus, Jl. K.H Muhammad Arwani Krapyak
Kecamatan Kaliwungu Kabupaten Kudus. Adapun waktu penelitian adalah
tanggal 1 Mei sampai dengan 30 Mei tahun 2011.
C. Sumber Penelitian
Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data dapat
diperoleh.5 Sedangkan menurut Lofland dan Lofland menyatakan bahwa
sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata, dan tindakan,
selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain- lain.6
3 Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, hlm.399
4 Lexy J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi . PT Remaja ( Bandung:
Rosdakarya, 2004), h lm.9 5 Suharsimi Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisis Revisi VI. (
Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Hlm.129 6 J Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, hlm. 157
41
Dengan demikian, sumber data penelitian yang bersifat kualitatif
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Sumber data primer
Yaitu sebagai sumber data yang bersifat utama dan langsung
berkaitan dengan objek yang diteliti,7 yaitu Kepala Sekolah, dua guru Al-
Qur’an - Hadits, dan lima siswa MA Ma’ahid kudus sebagai sumber data.
Pengambilan data dilakuakan dengan wawancara (interview). Sampel
sumber data dalam penelitian ini bersifat purposive sampling. Purposive
sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu
tentang apa yang kita harapkan atau mungkin dia sebagai penguasa
sehingga akan memudahkan peneliti menjelajahi objek yang diteliti. 8
b. Sumber data sekunder
Yaitu sumber data yang bersifat kedua. Sumber data ini di peroleh
dari literatur, yaitu berupa buku Al-Qur’an Hadits yang digunakan dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits, foto-foto yang terkait seperti foto
Kegiatan Belajar Mengar (KBM), RPP, maupun silabus mata pelajaran Al-
Qur’an Hadits.
D. Fokus Penelitian
Penelitian ini difokuskan untuk meneliti tentang Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada Mata Pelajaran Al-
Qur’an Hadits di Ma Ma’ahid Kudus Tahun Ajaran 2010/2011.
E. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan
mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dalam
7 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan , (Jakarta:
Raja Grafindo Persada, 1996), h lm. 83 8 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV ALFABETA, 2005), hlm.53-
54
42
penelitian kualitatif lapangan, data yang dikumpulkan dalam penelitian ini
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat
diamati, maka metode yang digunakan untuk proses pengumpulan data dalam
penelitian ini adalah :
a. Observasi
Dengan observasi, maka data yang diperoleh akan lebih
lengkap, tajam, dan sampai mengetahui pada tingkat makna dari setiap
perilaku yang tampak. Susan Stainback menyatakan “in observation the
researcher observes what people do, listent to what they say, and
participates in their activities” maksudnya dalam observasi, peneliti
mengamati apa yang dikerjakan orang, mendengarkan apa yang mereka
ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka. 9
b. Wawancara (Interview)
Wawancara/interview yaitu cara mengumpulkan data dengan
tanya jawab yang dikerjakan dengan sistematis dan berlandaskan kepada
tujuan penelitian.10 Penulis akan melakukan tanya jawab kepada pihak-
pihak yang terkait. Adapun pihak –pihak yang di wawancarai adalah
sebagai berikut :
1. Waka Kurikulum, materi wawancara seputar kurikulum sebelumnya,
kurikulum yang sekarang diterapkan di sana, dan pelaksanaan KTSP,
apa saja faktor penghambat dan faktor pendukung yang dihadapi
dalam mengimplementasikan KTSP.
2. Guru Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits, materi wawancara seputar
materi pelajaran Al-Qur’an Hadits, respon terhadap pelaksanaan
KTSP pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, sumber belajar, media
yang digunakan, serta bagaimana penyusunan perencanaan mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits.
c. Meteode Dokumentasi
9 Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 331
10 Hadi, Metodologi Research , hlm. 151
43
Studi dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau
variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, notulen rapat, legger,
agenda dan sebagainya.11 Studi dokumen merupakan catatan peristiwa
yang sudah berlalu, dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-
karya monumental dari seseorang.12
Studi dokumen merupakan pelengkap dari penggunaan metode
observasi dan wawancara dalam penelitian kualitatif. Hasil penelitian
akan semakin kredibel apabila didukung oleh foto-foto atau karya tulis
akademik dan seni yang telah lalu. Akan tetapi perlu dicermati bahwa
tidak semua dokumen memiliki kredibilitas yang tinggi.
Informasi atau data yang dikumpulkan melalui dokumentasi
antara lain :
1. Data tentang kurikulum mata pelajaran Al-Qur’an Hadits
2. Data tentang kondisi lingkungan sekolah, data guru, staf tata usaha,
siswa dan organisasi sekolah
3. Data tentang (RPP) dan silabus tetulis milik guru, progam tahunan,
semesteran, atau ulangan harian dan prestasi belajar siswa dalam
mata pelajaran Qur’an dan Hadits.
4. Buku mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, yang digunakan dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
F. Teknik Analisis Data
Dalam kaitannya dengan penelitian ini, peneliti menggunakan metode
analisis deskriptif kualitatif dengan langkah- langkah yang ditempuh yaitu
sebagai berikut :
a. Pengumpulan data (data collection)
Dilaksanakan dengan cara pencarian data yang diperlukan
terhadap berbagai jenis data dan bentuk data yang ada di lapangan,
11
Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan, hlm. 231. 12
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 329.
44
kemudian melaksanakan pencatatan data di lapangan, untuk dipilih dan
kumpulkan data yang bermanfaat dan data yang akan digunakan
penelitan lebih lanjut mengenai implementasi KTSP pada mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits.
b. Reduksi data (data reduction)
Apabila data sudah terkumpul langkah selanjutnya adalah
mereduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal
yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan
polanya serta membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang
telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya
dan mencarinya apabila diperlukan.13
Proses reduksi data dalam penelitian ini dapat peneliti uraikan
sebagai berikut : pertama, peneliti merangkum hasil catatan lapangan
selama proses penelitian berlangsung yang masih bersifat kasar atau acak
ke dalam bentuk yang lebih mudah dipahami.
Kedua, peneliti menyusun satuan dalam wujud kalimat faktual
sederhana berkaitan dengan fokus dan masalah. Langkah ini dilakukan
dengan terlebih dahulu peneliti membaca dan mempelajari semua jenis
data yang sudah terkumpul. Penyusunan satuan tersebut tidak hanya
dalam bentuk kalimat faktual saja tetapi berupa paragrap penuh. Ketiga,
setelah satuan diperoleh, peneliti membuat koding. Koding berarti
memberikan kode pada setiap satuan. Tujuan koding agar dapat ditelusuri
data atau satuan dari sumbernya.
c. Penyajian data (data display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Melalui penyajian data tersebut, maka data
13
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, hlm. 338.
45
terorganisasikan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan mudah
dipahami. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan
dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart
dan sejenisnya. Selain itu, dengan adanya penyajian data, maka akan
memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja
selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut.
Penyajian data dalam penelitian ini peneliti paparkan dengan
teks yang bersifat naratif. Peneliti juga menyajikan data dalam gambar-
gambar proses pembelajaran Al-Qur’an - Hadits di MA Ma’ahid Kudus,
tujuannya untuk memperjelas dan melengkapi sajian data.
d. Penarikan kesimpulan atau verification
Setelah dilakukan penyajian data, maka langkah selanjutnya
adalah penarikan kesimpulan atau verification ini didasarkan pada
reduksi data yang merupakan jawaban atas masalah yang diangkat dalam
penelitian. Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara
dan akan berubah apabila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat yang
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel.
Membuat Conclusion Drawing/verification, yaitu menarik
kesimpulan melalui analisa yang sudah dilakukan terhadap masalah yang
sedang diamati. dengan menggunakan pola pikir induktif yaitu
pengambilan kesimpulan dari pernyataan/fakta yang bersifat khusus
menuju kesimpulan yang bersifat umum.14
14
Nana Sudjana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah , (Bandung: Sinar Baru, 1996), hlm.
17
46
46
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS IMPLEMENTASI
KTSP PADA MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MA
MA’AHID KUDUS
A. Deskripsi Data Pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
(KTSP) di MA Ma’ahid Kudus
Untuk mendiskripsikan mengenai implementasi KTSP pada mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits serta faktor pendukung dan faktor penghambat
dalam implementasi KTSP pada mata pelajaranAl-Qur’an Hadits di MA
Ma’ahid Kudus, berikut ini disajikan hasil wawancara dengan beberapa
informan dalam penelitian, yaitu yang terdiri dari dua orang guru Al-Qur’an
Hadits, kemudian seorang wakil Kepala MA Ma’ahid, serta lima orang siswa
MA Ma’ahid Kudus. Selain itu peneliti juga akan mendiskripsikan data dari
hasil observasi dan studi dokumentasi.
1. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Pada
Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus
a. Tujuan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus
Untuk tujuan pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid
Kudus mengacu pada Peraturan Menteri Agama RI No.2 tahun 2008
yaitu:
1. Meningkatkan kecintaan peserta didik terhadap Al-Qur’an Hadits.
2. Membekali peserta didik dengan dalil-dalil yang terdapat dalam Al-
Qur’an Hadits sebagai pedoman dalam menyikapi dan mengahadapi
kehidupan.
3. Meningkatkan pemahaman dan pengalaman isi kandungan al-Qur’an
dan hadits yang dilandasi oleh dasar-dasar keilmuan tentang al-Qur’an
dan hadits.1
b. Materi Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus
1 Peratauran Menteri Agama RI No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di Madrasah , hlm. 83
47
Salah satu materi pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MA
Ma’ahid Kudus yang peneliti lihat proses KBM adalah Memahami ayat-
ayat Al-Qur’an tentang keikhlasan dalam beribadah, adapun sumber
belajar yang dipakai adalah Buku Pelajaran siswa, Depag. Al-Qur’an dan
terjemahannya dan lain- lain sesuai yang tertuang dalam RPP.2
c. Persiapan Pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara, observasi atau pengamatan serta
studi dokumentasi yang dapat diketahui persiapan pembelajaran yang
dilakukan oleh guru Al-Qur’an Hadits MA Ma’ahid Kudus. Secara garis
besarnya meliputi sebagai berikut :
1) Pengembangan Program
Langkah pertama persiapan pembelajaran yang dilakukan
oleh guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus
adalah melakukan pengembangan program. Dalam KTSP
pengembangan program mencakup program tahunan, program
semester, program mingguan dan harian, program pengayaan dan
remedial serta program bimbingan dan konseling.3
Program tahunan merupakan program umum setiap mata
pelajaran untuk jangka waktu satu tahun dalam rangka mengefektifkan
program pembelajaran. Program ini dipersiapkan dan dikembangkan
oleh guru sebelum tahun ajaran baru, karena merupakan pedoman bagi
pengembangan program-program berikutnya yaitu program semester,
program mingguan dan harian, dan program harian atau program
pembelajaran setiap kompetensi dasar. Program tahunan yang disusun
oleh guru Al-Qur’an Hadits MA Ma’ahid Kudus diantaranya memuat
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang harus dikuasai siswa
2 Observasi hari senin tanggal 16 Mei 2011
3 Ali Mahmudi, guru Al-Qur’an Hadits MA Ma’ahid, kelas 1 dan 2 Wawancara Langsung,
tanggal 10 Mei 2011
48
setelah mempelajari pokok bahasan tertentu, alokasi waktu serta
keterangan.4
Program semester berisikan garis-garis besar mengenai hal-
hal yang hendak dilaksanakan dan dicapai dalam semester tersebut.
Program semester merupakan penjabaran dari program tahunan.
Program semester yang disusun oleh guru Al-Qur’an Hadits MA
Ma’ahid Kudus berisikan tentang bulan, pokok bahasan yang hendak
disampaikan, alokasi waktu serta keterangan-keterangan.5
Program mingguan dan harian merupakan penjabaran dari
program semester dan program modul. Dari program ini dapat
teridentifikasi siswa-siswa yang mengalami kesulitan belajar akan
dilayani melalui kegiatan remedial, sedangkan untuk siswa yang
cemerlang akan dilayani melalui kegiatan pengayaan agar siswa
tersebut tetap mempertahankan kecepatan belajarnya. 6
Program pengayaan dan remedial merupakan pelengkap dan
penjabaran dari program mingguan dan harian. Program ini
dilaksanakan berdasarkan hasil analisis terhadap kegiatan belajar dan
terhadap tugas-tugas, hasil tes, dan ulangan.
Pelaksanaan program remidi diberlakukan untuk siswa yang
nilainya masih dibawah standar nilai ketuntasan, siswa tersebut diberi
kesempatan untuk menuntaskan kompetensi-kompetensi dasar yang
belum tuntas. Siswa yang belum tuntas dalam kompetensi dasarnya
nilainya tidak dicantumkan dalam raport, siswa tersebut hanya
menerima raport bayangan. Setelah siswa mengikuti program remidi,
4 Ali Mahmudi, , Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
5 Ali Mahmudi, , Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
6 Ali Mahmudi, , Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
49
serta dievaluasi ternyata sudah tuntas kompetensi dasarnya maka
siswa tersebut baru berhak menerima raport.7
2) Penyusunan persiapan mengajar
Sebagai persiapan mengajar guru mata pelajaran Al-Qur’an
Hadits MA Ma’ahid Kudus menyusun silabus dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok
mata pelajaran dengan tema tertentu. Silabus yang disusun mencakup
standar kompetensi, kompetensi dasar, materi pembelajaran, kegiatan
pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi waktu, dan sumber belajar
yang dikembangkan oleh setiap satuan pendidikan.
Dalam KTSP pengembangan silabus diserahkan sepenuhnya
kepada setiap satuan pendidikan, khususnya bagi yang sudah mampu
melaksanakannya. Berkaitan dengan hal tersebut guru Al-Qur’an
Hadits MA Ma’ahid Kudus sudah sudah berusaha menyusun silabus
sendiri, karena pelajaran Al-Qur’an Hadits merupakan pelajaran yang
ada kaitannya dengan mata pelajaran lain yang ada MA Ma’ahid
seperti Ilmu Hadits (Ilmu Mushtolah Hadits). 8
Pernyataan guru tersebut diperkuat dengan pernyataan wakil
Kepala Sekolah MA Ma’ahid Kudus, yang mengatakan bahwa
pengembangan silabus disusun secara mandiri oleh guru masing-
masing, mengacu kepada standar yang ditetapkan oleh Pemerintah. 9
Persiapan pembelajaran berikutnya yang disusun oleh guru
mata pelajaran Al-Qur’an Hadits MA Ma’ahid Kudus berupa Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP merupakan perencanaan
7 Ali Mahmudi, Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
8 Ali Mahmudi, Wawancara Langsung,tanggal 10 Mei 2011
9 Bastian Hilmawan, Wakil Kepala MA Ma’ahid, Wawancara Langsung, tanggal 12 Mei
2011
50
jangka pendek untuk memperkirakan atau memproyeksikan apa yang
akan dilakukan dalam pembelajaran. Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) berisi tentang : alokasi waktu, standar
kompetensi, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi
pokok atau pembelajaran, metode, strategi pembelajaran, sumber
belajar, serta penilaian.10
Adapun dalam penyusunan RPP, guru Al-Qur’an Hadits
sudah membuat setiap kali pertemuan sesauai dengan progam
semester yang telah dibuat oleh guru MA Ma’ahid, namun dalam
pembauatannya di lakukan sekaligus dalam satu semester, hal ini
dikarenakan adanya kesibukan-kesibukan yang harus diselesaikan,
namun dalam pelaksanaanya tetap melihat situasi dan kondisi yang
ada.11
Penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) oleh
guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits MA Ma’ahid Kudus sebagai
persipan pelaksanaan kegiatan pembelajaran tidak mengalami
hambatan yang berarti.12
b. Proses Pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus
1) Kegiatan awal atau pembukaan
Dari hasil observasi atau pengamatan dan wawancara secara
mendalam pada tanggal 01 Mei-30 Mei 2011 dapat diketahui bahwa
kegiatan awal atau pembukaan pembelajaran selalu dimulai dengan
kegiatan apersepsi serta persiapan bahan pembelajaran baik oleh
guru atau siswa.
10
Ahmad Ahid, guru Al-Qur’an Hadits Kelas 3 MA Ma’ahid, Wawancara Langsung,
tanggal 10 Mei 2011 11
Ahmad Ahid, Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
12 Ahmad Ahid, Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
51
Sebelum proses pembelajaran dimulai, guru Al-Qur’an
Hadits absensi siswa terlebih dahulu, selanjutnya guru Al-Qur’an
Hadits selalu berusaha untuk mengkondisikan siswa supaya tenang
terlebih dahulu, serta menanyakan materi-materi pada pertemuan
sebelumnya, setelah itu guru Al-Qur’an Hadits baru memulai materi
pelajaran.13
Selanjutnya mengenai kegiatan pretest, guru Al-Qur’an
Hadits tidak melakukan pretest terlebih dahulu sebelum
pembelajaran dimulai, hal ini disebabkan waktu yang tersedia sangat
terbatas sedangkan kompetensi yang harus dicapai banyak.14
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan salah seorang
siswa MA Ma’ahid Kudus yang mengatakan bahwa dalam
pembelajaran jarang bahkan hampir tidak pernah melakukan pretest
sebelum melakukan pembelajaran.15
2) Kegiatan inti pembelajaran atau pembentukan kompetensi
Dari hasil wawancara secara mendalam, observasi atau
pengamatan serta studi dokumentasi dapat diketahui kegiatan yang
dilakukan pada proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MA
Ma’ahid Kudus dapat dijelaskan sebagai berikut :
a) Metode atau strategi pembelajaran
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dapat
diketahui bahwa dalam proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits di
MA Ma’ahid Kudus menerapkan metode ceramah, tanya jawab,
serta penugasan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan
dengan kompetensi atau materi yang harus dikuasai siswa dan
13
Ahmad Ahid, Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
14 Ahmad Ahid, Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
15 Ziyadul Muttaqin, Siswa kelas XI MA Ma’ahid Kudus, Wawancara Langsung, tanggal
10 Mei 2011
52
waktu yang tersedia. Sebagaimana disampaikan oleh guru Al-
Qur’an Hadits bahwa dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits
berbasis KTSP, keaktifan siswa sangat diprioritaskan. Sekarang
metode ceramah sudah jarang digunakan, kalau digunakan itupun
menggunakan metode ceramah bervariasi. Guru Al-Qur’an Hadits
tetap menggunakan ceramah karena untuk mengantarkan siswa,
seandainya tidak berceramah siswa akan mengalami kesulitan. 16
Selain ceramah, guru Al-Qur’an Hadits juga
menggunakan metode pengulangan. Dengan pengulangan, siswa
dilatih untuk senantiasa belajar dan mengulang-ulang pelajaran
yang sudah didapatkannya pada periode sebelumnya, sehingga
pengetahuan siswa lebih terjaga dengan metode tersebut. 17
Pernyataan-pernyataan guru tersebut diperkuat dengan
pernyataan dari salah seorang siswa MA Ma’ahid Kudus. Dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits selalu menggunakan metode
ceramah dan juga menggunakan metode pengulangan dengan
teknik tanya jawab.18.
Sementara itu, salah seorang siswa kelas XI MA Ma’ahid
Kudus yang lain mengatakan bahwa dalam kegiatan
pembelajaran, kadang siswa merasa pasif karena kurang begitu
dilibatkan dalam pembelajaran karena menggunakan metode
ceramah. Namun disamping itu, pak Ali juga senantiasa
melakukan pengulangan terhadap pelajaran yang telah lampau
16
Ali Mahmudi, Wawancara Langsung, Tanggal 10 Mei 2011
17 Ahmad Ahid, Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
18 Abdul Wakhid, Siswa kelas XI MA Ma’ah id Kudus, Wawancara Langsung, Tanggal 12
Mei 2011
53
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan sebelum melakukan
pembelajaran. 19
b) Sumber belajar
Dari hasil observasi atau pengamatan dapat diketahui
bahwa selama proses pembelajaran Al-Qur’an Hadits guru
menggunakan berbagai sumber belajar, antara lain : buku Al-
Qur’an Hadits terbitan Tiga Serangkai, serta referensi lain di
perpustakaan.
Sebagaimana diungkapkan oleh guru Al-Qur’an Hadits
bahwa dalam proses pembelajaran menggunakan buku Al-Qur’an
Hadits terbitan Tiga Serangkai, serta referensi lain di
perpustakaan. Sedangkan untuk buku penunjang sifatnya tidak
wajib hanya sebagai tambahan saja.20
Pernyataan-pernyataan diatas diperkuat dengan
pernyataan dari beberapa siswa-siswi MA Ma’ahid Kudus bahwa
pak Ali dalam pembelajaran menggunakan buku Al-Qur’an
Hadits yang disusun oleh Tiga Serangkai.21
Sedangkan siswa yang mengemukakan bahwa sumber
belajar yang sering digunakan oleh Pak Ali antara lain buku Al-
Qur’an Hadits terbitan Tiga Serangakai, serta referensi lain di
perpustakaan.22
Wakil Kepala Sekolah MA Ma’ahid Kudus, memperkuat
pernyataan tersebut dengan mengatakan bahwa siswa-siswi dapat
19
Ziyadul Muttaqin, Siswa kelas XI MA Ma’ah id Kudus, Wawancara Langsung, tanggal
12 Mei 2011 20
Ali Mahmudi, Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
21 Ziyadul Muttaqin, Wawancara Langsung, Tanggal 12 Mei 2011
22 Abdul Wakhid, Siswa kelas XI MA Ma’ahid Kudus, Wawancara Langsung, tanggal 12
Mei 2011
54
menggunakan sumber belajar berupa buku Al-Qur’an Hadits
terbitan Tiga Serangakai, serta referensi lain di perpustakaan.23
c) Media Pembelajaran
Media pada dasarnya merupakan alat bantu pembelajaran
yang digunakan dalam rangka untuk mengefektifkan komunikasi
dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pembelajaran di
sekolah. Berdasarkan wawancara dan observasi dapat diketahui
bahwa pelaksanaan belajar mengajar (KBM) pada mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus sudah menggunakan
media pembelajaran yang variatif seperti LCD, laptop, majalah,
gambar, internet dan masih banyak lagi. Untuk menunjang
pemahaman siswa terhadap meteri pelajaran. dalam pembelajaran,
sudah menggunakan media yang sudah tersedia, hal ini sesuai
yang tertuang dalam silabus MA Ma’ahid Kudus tahun pelajaran
2010/2011 .24
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan wakil kepala
sekolah MA Ma’ahid Kudus yang mengatakan media
pembelajaran di sekolah ini secara umum sudah baik, media yang
telah tersedia seperti LCD, laptop, majalah, gambar, dan masih
banyak lagi, dan sudah banyak guru yang mempergunakannya.25
Salah seorang siswa MA Ma’ahid Kudus juga
mengatakan bahwa Pak Ali sudah pernah memakai media dalam
pembelajaran seperti LCD, laptop, majalah, internet dan lain-
lain.26
23
Bastian Hilmawan, Wawancara Langsung, tanggal 12 Mei 2011
24 Ali Mahmudi, Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
25 Bastian Hilmawan, Wawancara Langsung, tanggal 12 Mei 2011
26 Fahmi Ubaidillah, siswa kelas XI MA Ma’ahid, wawancara langsung, tanggal 13 Mei
2011
55
3) Kegiatan akhir atau penutup
Berdasarkan observasi atau pengamatan pada kegiatan akhir
atau penutup dapat diketahui bahwa guru selalu memberitahukan
materi yang akan dibahas pada pertemuan selanjutnya, karena dalam
KTSP siswa dituntut untuk tidak hanya diam, oleh karena itu siswa
harus mengetahui terlebih dahulu materi yang akan dipelajari. Selain
itu, guru memberikan tugas untuk mengerjakan soal dari buku atau
LKS.
c. Evaluasi Hasil Belajar atau Penilaian
berkaitan dengan kegiatan evaluasi hasil belajar guru Al-Qur’an
Hadits dalam melakukan evaluasi menggunakan model penilaian berbasis
kelas seperti model test berupa uraian, tes lesan dengan bertanya
langsung kepada siswa untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan
siswa.27
Guru Al-Qur’an Hadits juga selalu mengadakan program remidi
untuk siswa yang nilainya masih dibawah standar nilai ketuntasan.
Dalam aturannya, penilaian dilakukan setiap selesai satu kompetensi
dasar (KD), akan tetapi dalam pelaksanaannya penilaian dilakukan rata-
rata tiga (3) kali dalam satu semester, kemudian penilaian diambil dari
uluangan block I dan block II serta ulangan lesan dan nilai diambil dari
akumulasi semua jenis tes.28
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan siswa MA Ma’ahid
Kudus yang mengatakan bahwa pak Ali sering melakukan penilaian kelas
seperti model uraian dan test lisan (pertanyaan langsung). Pak Ali pernah
27
Ali Mahmudi, Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
28 Ali Mahmudi, Wawancara Langsung, tanggal 10 Mei 2011
56
mengadakan program remidi yaitu setelah ulangan block dan semester
penilaian kelas dilakukan sebanyak 2 – 3 kali.29
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan wakil kepala sekolah
MA Ma’ahid Kudus bahwa di MA Ma’ahid Kudus program remidi
dilaksanakan dan diprogramkan oleh urusan kurikulum yang waktunya
ketika setelah melaksanakan tes baik block maupun semesteran bagi
siswa yang belum mencapai kompetensi yang ditetapkan sebelumnya. 30
Hal tersebut diperkuat dengan pernyataan siswa MA Ma’ahid
Kudus bahwa pak Ali melakukan penilaian kelas berupa model uraian
dan test lisan (pertanyaan langsung).31
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadits
1. Faktor Pendukung dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mempunyai
karakteristik yaitu memberi keleluasaan penuh pada setiap sekolah untuk
mengembangkan potensi sekolah dan potensi daerah, sehingga akan
mendorong sekolah untuk lebih kreatif dan inovatif. Berdasarkan hasil
wawancara, observasi dan dokumentasi (tanggal 01 Mei-30 Mei 2011)
dapat diketahui bahwa sarana prasarana pembelajaran di MA Ma’ahid
Kudus secara kuantitatif (jumlah) maupun kulitatif (kualitas) sudah
memadai, bahkan pembangunan gedung-gedung penunjang terus
dilakukan. Selain itu, setiap tahun ada program perbaikan serta
penambahan terhadap sarana prasarana tersebut.
29
Fahmi Ubaidillah, siswa kelas 2 MA Ma’ahid, wawancara langsung, tanggal 13 Mei
2011 30
Bastian Hilmawan, Wawancara Langsung, tanggal 12 Mei 2011
31 Ziyadul Muttaqin, Wawancara Langsung, tanggal 12 Mei 2011
57
Menurut guru Al-Qur’an Hadits, yang mendukung implementasi
KTSP di sekolah ini adalah sarana prasarananya sudah memadai
dibandingkan sekolah lain, misalnya sudah tersedia komputer, laptop,
laboratorium bahasa, internet, kamus dan ensiklopedi, LCD. Setiap tahun
ada penambahan terhadap sarana prasarana tersebut. Selain itu di sekolah
ini ada tim pengembang dan penyusun KTSP, namun penggunaannya
belum bisa optimal.32
Disamping itu, adanya mata pelajaran lain yang berhubungan
dengan pelajaran Al-Qur’an Hadits juga sangat mendukung
pembelajaran, diantaranya pelajaran Lughot Al-Qur’an, Hadits Ahkam
yang menggunakan kitab Bulughul Maram, yang dengan kitab tersebut,
siswa bisa langsung mempraktekkan pengetahuan tentang Al-Qur’an
Hadits dengan hadits-hadits yang ada dalam kitab tersebut.33
Dalam mempersiapkan KTSP di sekolah ini tidak membutuhkan
waktu yang lama, karena pada saat sosialisasi rekan-rekan guru telah
memahami tugasnya masing-masing. Di sekolah ini juga ada tim
pengembang dan penyusun KTSP yang kinerjanya sangat solid, karena
tidak semua guru dapat masuk dalam tim ini. Syarat-syaratnya untuk
masuk tim ini antara lain loyalitas tinggi, punya dedikasi kerja, mau
bekerja keras. Sampai sekarang tim ini terus melakukan pengembangan-
pengambangan serta evaluasi demi kemajuan sekolah ini. 34
Disamping itu, adanya prestasi dari para alumni madrasah yang
banyak tersebar di setiap aspek kehidupan.
Dikarenakan MA Ma'ahid Kudus merupakan madrasah yang
telah lama berdiri di Kudus ini, maka tidak mengherankan ketika banyak
alumni-alumninya yang sudah banyak berkecimpung dalam berbagai
32
Ali Mahmudi, Wawancara Langsung, tanggal 10 mei 2011
33 Ali Mahmudi, Wawancara Langsung, tanggal 10 mei 2011
34 Bastian Hilmawan, Wawancara Langsung, tanggal 12 Mei 2011
58
profesi yang ada. Ada yang menjadi anggota DPRD (Provinsi dan
Kabupaten ), menjadi guru, pengusaha, teknokrat, seniman, pegawai
negeri, dan masih banyak lagi prosfesi-profesi yang lainya. Yang tidak
kalah menggembirakan adalah sebagian besar alumni yang ada
merupakan tokoh masyarakat dan Kiyai yang gigih berjuang di
masyarakat untuk berdakwah amar makruf nahi munkar. 35
Adapun, bagi mereka yang mempunyai kelebihan rejeki untuk
melanjutkan studinya ke perguruan tinggi, maka banyak alumni-alumni
MA Ma'ahid Kudus yang belajar di perguruan tinggi yang tersebar
diseluruh Indonesia, baik perguruan tinggi negeri atau swasta bahkan
perguruan tinggi di luar negeri. Diantaranya ialah UNDIP, UNNES,
Polines, IKIP PGRI, STAN, UNS, UMS, UMY, UNY, UIN Syarif
Hidayatullah, LIPIA Jakarta, An Nu'aimi Jakarta, STAIN Ternate,
STAIN Kudus, dan masih banyak PTN/PTS lainnya. Sedangkan untuk
perguruan tinggi luar negeri mereka tersebar di berbagai Negara di
antaranya Mesir (Al Azhar), Sudan, Makkah, Libya dan juga d i
Malaysia.36
Dua tahun yang lalu, salah satu siswi MA Ma'ahid Kudus yang
bernama Naila Mabruroh juga berprestasi dalam Olimpiade Sains
Nasional (OSN) tingkat Kabupaten sebagai juara III Fisika, bahkan
secara umum dari seluruh siswa yang di ikutkan olimpiade tersebut
memperoleh prestasi yang tidak kalah dengan prestasi siswa-siswa dari
sekolah umum negeri/swasta dan madrasah negeri/swasta se-Kabupaten
Kudus tahun 2008.
Disamping prestasi dibidang akademik, siswa MA Ma'ahid
Kudus juga memperoleh prestasi dibidang olahraga. Prestasi yang terbaru
adalah prestasi Titis Alfiyanti siswi kelas XII IPS I MA Ma'ahid yang
35
dari arsip dokumentasi TU MA Ma’ah id, dikutip pada tanggal 5 Mei 2011
36 dari arsip dokumentasi TU MA Ma’ahid, d ikutip pada tanggal 5 Mei 2011
59
baru saja memperoleh juara I (Kumite Senior Pi), Juara II (Fukugo Pi),
Juara II (Kata Perorangan Pi), Juara II (Enbu Pa-Pi) pada Kejuaraan
Terbuka Karate Tradisional Junior-Senior "Bowo Jenggot Cup" Tingkat
Nasional yang berlangsung di Wonosobo pada tanggal 8-9 Nopember
2008 silam.37
Sehingga dari itu semua, memberikan dampak positif
dilingkungan sekolahan terutama siswa dan guru berupa motivasi yang
tinggi, bahwa mereka mampu memperoleh prestasi yang
menggembirakan, baik disisi akademik maupun non akademik, baik yang
berupa pelajaran kurikuler maupun ekstra kulikuler.
Saat ini madrasah sedang melakukan pembinaan terhadap siswa-
siswi yang berprestasi untuk diikutkan dalam event Olimpiade Sains
Nasional, sekarang sudah melewati tahap seleksi dan pemantapan,
sehingga ketika olimpiade dilaksanakan, maka mereka sudah siap untuk
bertanding.
Prestasi-prestasi yang sudah diperoleh oleh siswa siswi tersebut
diperoleh sejak diberlakukan KTSP di madrasah tersebut, yaitu tahun
pelajaran 2007 samapai sekarang. Hal ini membuktikan bahwa adanya
peningkatan prestasi di bidang akademik maupun non akademik dari
siswa-siswi mereka. Hal ini dampak dari proses pembelajaran yang lebih
terarah dan efektif yang di terapkan para guru dalam melakukan proses
belajar mengajar dengan metode yang bervariasi yang membuat para
siswa benar-benar menikmati belajar.
2. Faktor Penghambat dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang merupakan
penyempurnaan dari kurikulum sebelumnya yaitu Kurikulum Berbasis
37
dari arsip dokumentasi TU MA Ma’ahid, d ikutip pada tanggal 5 Mei 2010
60
Kompetensi (KBK) dalam pelaksanaannya tidak lepas dari berbagai
kendala atau hambatan.
Wakil Kepala Sekolah MA Ma’ahid Kudus mengemukakan
bahwa secara umum hambatan yang dialami hampir tidak ada, namun
komponen muatan lokal yang banyak di MA Ma’ahid Kudus yang
membutuhkan penyesuian dengan muatan dari Depag yang
membutuhkan pemikiran yang lebih untuk melaksanakannya.38
Adapun para siswa Ma’ahid Kudus mengatakan bahwa guru Al-
Qur’an Hadits sedikit mengalami hambatan yaitu harus dituntut lebih
mandiri dalam belajar, tidak seperti waktu di SD/MI, pada saat itu guru
yang menerangkan kemudian siswa bertanya, sedangkan sekarang siswa
bertanya telebih dahulu baru nanti dijelaskan oleh gurunya. 39 Dalam
KTSP tersebut proses pembelajarannya lebih detail dibandingkan dengan
kurikulum sebelumnya, sehingga sedikit sulit.40
B. Analisis pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di
MA Ma’ahid Kudus
1. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Mata
Pelajaran Al-Qur’an Hadits
a. Persiapan Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
1) Pengembangan Program
“Setiap satuan pendidikan melakukan perencanaan proses
pembelajaran, pelaksanaan proses pembelajaran, penilian hasil
pembelajaran dan pengawasan proses pembelajaran untuk
terlaksananya proses pembelajaran yang efektif dan efesien”.41
38
Bastian Hilmawan, Wawancara Langsung, tanggal 12 Mei 2011 39
Agung Rifqi Hidayat, Siswa kelas X MA M’ahid, wawancara langsung, tanggal 13 Mei
2011 40
Ziyadul Muttaqin, Wawancara Langsung, tanggal 13 Mei 2011 41
Peraturan Pemerintah RI. No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan , Bab
IV Standar Proses pasal 19 ayat 3
61
Dalam KTSP guru diberi kewenangan penuh untuk prencanaan
proses pembelajaran. Prencanaan proses pembelajaran tersebut
mencakup antara lain :
Pertama, program tahunan. Program ini dipersiapkan dan
dikembangkan oleh guru sebelum tahun ajaran, karena merupakan
pedoman bagi pengembangan program-program berikutnya, yaitu
program semester, program mingguan, dan program harian atau
program pembelajaran setiap kompetensi dasar.
Kedua, program semester. Program ini berisikan garis-garis
besar mengenai hal-hal yang hendak dilaksanakan dan akan dicapai
dalam semester tersebut. Program semester ini merupakan
penjabaran dari program tahunan.
Ketiga, program mingguan dan harian. Program ini merupakan
penjabaran dari program semester dan program modul. Melalui
program ini dapat diketahui tujuan-tujuan yang telah dicapai dan
yang perlu diulang bagi setiap peserta didik.
Keempat, program pengayaan dan remidial. Program ini
merupakan pelengkap dan penjabaran dari program mingguan dan
harian. Dari program ini dapat teridentifikasi siswa-siswa yang
mengalami kesulitan belajar akan dilayani dengan kegiatan remidial,
sedangkan untuk siswa yang cemerlang akan dilayani dengan
kegiatan pengayaan agar tetap mempertahankan kecepatan
belajarnya.
Kelima, Program pengembangan diri. Program ini sebagian
besar diberikan melalui kegiatan ekstrakurikuler maupun melalui
62
bimbingan dan konseling atau konselor kepada para siswa yang
menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan karier.42
Adapun pengembangan program tahunan, program semester,
program mingguan dan harian yang disusun oleh guru Al-Qur’an
Hadits di MA Ma’ahid Kudus telah disusun sesuai dengan acuan
dalam KTSP. Biasanya program tersebut disusun pada awal tahun
pelajaran.
Hal-hal yang seharusnya dilakukan guru dalam penyusunan
Program Tahunan (prota) dan Program Semester (promes) adalah
sebagai berikut :
1) Mendaftar kompetensi dasar pada setiap unit berdasarkan hasil
pemetaan kompetensi dasar per unit yang telah disusun
2) Mengisi jumlah jam pelajaran setiap unit berdasarkan hasil
analisis alokasi waktu yang telah disusun
3) Menentukan meteri pembelajaran pokok pada setiap kompetensi
dasar yang didapatkan dari pengembangan silabus
4) Membagi habis jumlah jam pelajaran efektif ke semua unit
pembelajaran dan semua jenis ulangan berdasar pengalokasian
waktu.43
Pelaksanaan program pengayaan dan remedial oleh guru mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits MA Ma’ahid Kudus sudah sesuai dalam
konsep KTSP yaitu berdasarkan teori belajar tuntas. Seorang peserta
didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan,
menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal
65 % dari seluruh tujuan pembelajaran. Di MA Ma’ahid Kudus
42
Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan , hlm. 177 43
Masnur Muslich. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan
Pengembangan Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala
Sekolah, Komite Sekolah, Dewan Sekolah, dan Guru ,(Jakarta: PT Bumi Aksara.Muslich, 2009),
hlm. 44
63
Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang harus dicapai adalah 70
untuk pelajaran Al-Qur’an Hadits.
Sedangkan pada pembelajaran tuntas, kriteria pencapaian
kompetensi yang ditetapkan adalah minimal 75 % oleh karena itu
setiap kegiatan belajar mengajar diakhiri dengan penilaian
pencapaian kompetensi siswa dan diikuti rencana tindak lanjutnya. 44
Dalam konsep KTSP sekolah berkewajiban memberikan
program pengembangan diri melalui bimbingan dan konseling
kepada peserta didik yang menyangkut pribadi, sosial, belajar, dan
karier. Konsep ini sudah diterapkan di MA Ma’ahid Kudus, di
sekolah ini pengembangan diri sebagian besar melalui kegiatan
ekstrakurikuler dan bimbingan konseling melalui kanselor. Kegiatan
ekstrakurikuler tersebut bahkan telah mampu berprestasi ditingkat
lokal maupun nasional.
2) Penyusunan persiapan mengajar
“Perencanaan Proses pembelajaran meliputi silabus dan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang memuat sekurang-
kurangnya tujuan pembelajaran, materi ajar, sumber belajar, dan
penilaian hasil belajar”.45
Dalam prinsip pengembangan silabus berbasis KTSP, setiap
satuan pendidikan diberi kebebasan dan keleluasaan dalam
mengembangkan silabus sesuai dengan kondisi dan kebutuhan
masing-masing sekolah. Prinsip ini sudah dilaksanakan oleh guru Al-
Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus dalam mengembangkan
silabus tersebut. Hal ini dapat dapat dilihat dalam pembuatan silabus
disesuaikan dengan acuan KTSP.
44
Susilo, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, hlm. 159
45 Peraturan Pemerintah RI. No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan , Bab
IV Standar Proses pasal 20
64
Untuk menyusun silabus yang sesuai dengan acuan KTSP perlu
diperhatikan langkah- langkah sebagai berikut : (1) mengkaji Standar
Kompetensi (KD) dan Kompetensi Dasar (KD). (2) mengidentifikasi
materi pokok. (3) mengembangkan pengalaman belajar. (4)
merumuskan indikator keberhasilan belajar. (5) penentuan jenis
penilaian. (6) menentukan alokasi waktu. (7) menentukan sumber
belajar.46
Sedangkan dalam hal penyusunan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), guru-guru Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid
Kudus sudah melaksanakan sesuai dengan konsep KTSP. Hal ini
dapat dilihat dalam pembuatan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP) di MA Ma’ahid Kudus.
Untuk menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
yang sesuai dengan acuan KTSP perlu diperhatikan langkah- langkah
yang patut dilakukan guru sebagai berikut : (1) ambilah satu unit
pembelajaran (dalam silabus) yang akan diterapkan dalam
pembelajaran. (2) tulis standar kompetensi dan kompetensi dasar. (3)
tentukan indikator (4) tentukan alokasi waktu (5) rumuskan tujuan
pembelajaran (6) tentukan materi pembelajaran (7) pilihlah metode
pembelajaran (8) susunlah langkah- langkah kegiatan pembelajaran
(9) sebutkan sumber/media belajar (10) tentukan teknik penilaian,
bentuk, dan contoh instrumen penilaian.47
b. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
“Proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan
secara interaktif, inpiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang
46
Muslich. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), hlm. 28-30
47 Muslich. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan), hlm. 45
65
cukup bagi prakarsa, kreatifitas, kemandirian sesuai dengan bakat,
minat dan perkembangan fisik secara psikologis peserta didik”. 48
Kegiatan belajar mengajar (KBM) dirancang dengan
mengikuti prinsip-prinsip khas yang edukatif, yaitu kegiatan yang
berfokus pada kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau
pemahaman. Dalam KBM guru perlu memberikan dorongan kepada
siswa untuk menggunakan otoritas atau haknya dalam membangun
gagasan. Tanggung jawab belajar tetap berada pada diri siswa, dan guru
hanya bertanggung jawab untuk menciptakan situasi yang mendorong
prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar secara
berkelanjutan atau sapanjang hayat.49
a) Penggunaan metode atau strategi pembelajaran
Pemilihan dan penggunaan strategi atau metode
pembelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus belum
mengarah pada pemilihan strategi atau metode pembelajaran yang
dianjurkan dalam KTSP. Dalam konsep KTSP, guru harus mampu
menciptakan kondisi kelas yang menyenangkan, menantang, dan
konstekstual. Untuk menciptakan kondisi kelas yang
menyenangkan, menantang dan konstekstual, guru belum mampu
mengurangi metode ceramah dalam pembelajaran.
Diantara metode penyampaian pelajaran Al-Qur’an Hadits
di MA Ma’ahid Kudus metode ceramah, tanya jawab, serta
penugasan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan
kompetensi atau materi yang harus dikuasai siswa dan waktu yang
tersedia.
48
Peraturan Pemerintah RI. No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan , Bab
IV Standar Proses pasal 19 ayat 1 49
Muslich. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) , hlm. 48.
66
Dengan hanya mengacu kepada metode ceramah dan Tanya
jawab saja, maka keaktifan siswa dalam belajar Al-Qur’an Hadits
dirasa kurang.
b) Penggunaan Sumber Belajar
Dalam pembelajaran mata pelajaran Al-Qur’an Hadits di
MA Ma’ahid Kudus menggunakan media pembelajaran buku Al-
Qur’an Hadits terbitan Tiga Serangkai dan Lembar Kerja Siswa
(LKS) yang wajib dimiliki oleh seluruh siswa untuk mempermudah
pembelajaran. Hal ini sekaligus supaya pembelajaran sesuai dengan
model Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan
(Pakem).
Beberapa hal yang dapat merangsang tumbuhnya motivasi
belajar aktif pada diri pesrta didik, antara lain sebegai berikut:
1.Penampilan guru yang hangat dan menumbuhkan partisipasi
positif 2.Peserta didik mengetahui maksud dan tujuan pembelajaran
3.Tersedia fasilitas, sumber belajar, dan lingkungan yang
mendukung 4. Adanya prinsip pengakuan penuh atas pribadi setiap
peserta didik 5. Adanya konsistensi dalam penerapan aturan atau
perlakuan oleh guru dalam KBM 6. Adanya pemberian penguatan
dalam KBM 7. Jenis kegiatan pembelajaran menarik,
menyenangkan, dan menantang 8. Penilaian hasil belajar dilakukan
serius, objektif, teliti, dan terbuka.50 Kedelapan hal ini sudah
diterapkan oleh guru Al-Qur’an Hadits MA Ma’ahid, hal ini dapat
dilihat dari keaktifan siswa dalam mengikuti KBM.
c) Penggunaan Media Pembelajaran
“Setiap satuan pendidikan wajib memilki sarana yang
meliputi prabot, peralatan pendidikan, media pendidikan, buku dan
sumber belajar lainnya, bahan habis pakai, serta perlengkapan lain
50
Muslich. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) , hlm. 67-70
67
yang diperlukan untuk menunjang proses pembelajaran yang
teratur dan berkelanjutan”.51
Dalam konsep KTSP proses pembelajaran dan
pembentukan kompetensi perlu dilakukan dengan tenang dan
menyenangkan, hal tersebut tentu saja menuntut aktivitas dan
kreativitas guru dalam menciptakan lingkungan yang kondusif.
Dalam pelaksanaan belajar mengajar pada mata pelajaran
Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus guru sudah menggunakan
media pembelajaran yang variatif untuk menciptakan lingkungan
belajar yang kondusif dan menyenangkan, dan pelaksanaannya
tidak hanya berada didalam kelas saja, karena secara sarana media
pembelajaran yang disediakan oleh sekolah sudah mencukupi
seperti komputer, laptop, internet, koleksi perpustakaan, LCD dll,
dan sudah dimanfaatkan secara optimal oleh guru Al-Qur’an
Hadits. Hal ini dapat dilihat pada tabel sarana prasarana di MA
Ma’ahid.
d) Evaluasi Hasil Belajar
Penilaian dalam KTSP menganut prinsip penilaian
berkelanjutan dan komprehensif guna mendukung upaya
memandirikan siswa untuk belajar, bekerja sama, dan menilai diri
sendiri. Penilaian hasil belajar dalam KTSP dapat dilakukan
dengan penilaian kelas, tes kemampuan dasar, penilaian akhir
satuan pendidikan dan penilaian program.
Menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik
Indonesia No. 19 Tahun 2007, penilaian hasil belajar peserta didik
meliputi :
51
Peraturan Pemerintah RI. No. 19 tahun 2005, tentang Standar Nasional Pendidikan , Bab
VII Standar Sarana dan Prasarana pasal 42 ayat 1
68
1) Sekolah/Madrasah menyusun progam penilaian hasil belajar
yang berkeadilan, bertanggung jawab dan
berkesinambungan.
2) Penyusunan progam penilaian hasi belajar didasarkan pada
Standar Penilaian Pendidikan.
3) Sekolah/Madrsah menilai hasil belajar untuk seluruh
kelompok mata pelajaran dan membuat catatan
keseluruhan, untuk menjadi bahan progam remedial,
klasifikasi pencapaian ketuntasan yang direncanakan,
laporan kepada pihak yang memerlukan, pertimbangan
kenaikan kelas atau kelulusan dan dokumentasi.
4) Seluruh progam penilaian hasil belajar disosialisaikan
kepada guru.
5) Progam penilaian hasil belajar perlu ditinjau secara
periodik, berdasarkan data kegagalan/kendala pelaksanaan
progam termasuk temuan penguji eksternal dalam rangka
mendapatkan rencana penilaian yang lebih adail dan
tanggung jawab.
6) Sekolah/Madrasah menetapkan prosedur yang mengatur
transparasi system evaluasi hasil belajar untuk penilaian
formal yang berkelajutan.
7) Semua guru menggembalikan hasil kerja siswa yang telah
diteliti.
8) Sekolah/Madrasah menetapkan petunjuk pelaksanaan
operasional yang mengatur mekanisme peyampaian
ketidakpuasaan peserta didik dan penyelesaiannya
mengenai penilaian hasil belajar.
9) Penilain meliputi semua kompetensi dan materi yang
diajarkan.
10) Seperangkat metode penilain perlu disiapkan dan digunakan
secara terencana untuk tujuan diagnostik, formatif dan
69
sumatif, sesuai dengan metode/strategi pembelajaran yang
digunakan.
11) Sekolah/Madrsah menyusun ketentuan pelaksanaan
penilaian hasil belajar sesuai dengan satandar pendidikan
12) Kemajuan yang dicapai oleh peserta didik dipantau dan
didokumentasikan secara sistematis dan digunakan sebagai
balikan kepada peserta didik untuk perbaikan secara
berkala.
13) Penilaian yang didokumentasikan disertai bukti keshahihan,
keandalan, dan evaluasi secara periodik untuk perbaikan
metode penilaian.
14) Sekolah/Madrasah melaporkan hasil belajar kepada orang
tua peserta didik, komite sekolah/Madrasah dan institusi
diatasnya.52
Dari 14 kriteria penilaian hasil belajar pada peserta didik
yang ada sudah sebagian diterapkan di MA Ma’ahid, hal ini
terbukti dengan adanya penilain dari segi kognitif, psikomotorik
dan afektif, dan penilaiannya melalui proses, tidak langsung nilai
jadi. Selain itu dengan adanya raport sebagai laporan kepada orang
tua peserta didik.
Dalam Surat Al Anbiyaa’ ayat 47 diterangkan sebagai
berikut:
“Kami akan memasang timbangan yang tepat pada hari
kiamat, Maka Tiadalah dirugikan seseorang barang sedikitpun. dan
52
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 19 tahun 2007, tentang standar penilaian
pendidikan, (Jakarta: BP Pustaka Citra Mandiri: 2007), hlm.171.
70
jika (amalan itu) hanya seberat biji sawipun pasti Kami
mendatangkan (pahala)nya. dan cukuplah Kami sebagai Pembuat
perhitungan. (Q.S. Al Anbiyaa’:47)53
“Maka tidak seorangpun akan diperlakukan secara dhalim
pahala yang dia berhak menerimanya, tidak akan dikurangi
sedikitpun, dan azabnya tidak akan ditambahkan lebih dari ukuran
perbuatan buruk yang dengan itu dia mengotori dirinya. 54
Kalau sikap itu dikembalikan dalam dunia pendidikan,
maka tanpa adanya penilaian evaluasi, tidak akan diketahui sejauh
mana tingkat perkembangan proses belajar mengajar.
Adapun penilaian yang dilakukan oleh guru Al-Qur’an
Hadits di MA Ma’ahid Kudus sudah mengikuti penilaian yang
disyaratkan dalam KTSP yaitu setiap kompetensi dasar (KD)
dilakukan penilaian/evaluasi. Pendekatan penilaian menggunakan
Penilaian Berbasis Kelas (PBK) dinyatakan bahwa penilaian
berbasis kelas merupakan suatu kegiatan pengumpulan informasi
tentang proses dan hasil belajar yang dilakukan oleh guru yang
bersangkutan, guru MA Ma’ahid dalam pelaksanaan penilaiannya
dilakukan rata-rata hanya 3 kali dalam satu semester, kemudian
penilaian diambil dari ulangan block I dan bock II.
Penilaian berbasis kelas berorientasi pada kompetensi yang
ingin dicapai dalam kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas.
Ketercapaian ini bisa mengacu pada patokan tertentu dan/atau
53
Al-Qur’am, surat Al Anbiyaa’: 21, Al-Qur’an dan Terjemahnya hadiah dari Khadim al
Haramain asy Syarifain, (Jakarta: Departemen Agama, 1971, h lm. 501. 54
A. Musthofa Al Maraghy, Tafsir Al Maraghy(XVII), (Mesir: Daru l Fikri, 346 H)
71
ketuntasan belajar yang dilakukan melalui berbagai cara misalnya
melalui portofolio, produk, proyek, kinerja, tertulis, atau penilaian
diri (self assessment).55
Hal-hal yang harus diperhatikan guru dalam melaksanakan
penilaian berbasis kelas adalah sebagai berikut :
1) Memandang penilaian sebagai bagian integral dari kegiatan
pembelajaran
2) Strategi yang digunakan mencerminkan kemampuan anak secara
autentik.
3) Penilaian menggunakan acuan patokan/kriteria.
4) Menggunakan berbagai cara dan alat penilaian
5) Mempertimbangkan kebutuhan khusus siswa
6) Bersisat holistis, penilaian yang menggunakan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor.56
Menurut Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP)
pelaksanaan penilaian hasil belajar peserta didik didasarkan pada
prinsip-prinsip sebagai berikut :
1) Mendidik, yaitu mampu memberikan sumbangan positif
terhadap peningkatan pencapaian belajar peserta didik. Hasil
belajar harus dapat memberikan umpan balik dan memotivasi
peserta didik untuk lebih giat belajar.
2) Terbuka/transparan, yaitu prosedur penilaian, kriteria penilaian,
dan dasar pengambilan keputusan diketahui oleh pihak yang
terkait.
3) Menyeluruh, yaitu meliputi berbagai aspek kompetensi yang
akan dinilai yaitu meliputi ranah pengetahuan (kognitif),
keterampilan (psikomotor), sikap dan nilai (afektif) yang
direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak.
55
Muslich. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) , hlm. 78
56 Muslich. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) , hlm. 79
72
4) Terpadu dengan pembelajaran, yaitu menilai apapun yang
dikerjakan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar itu
dinilai, baik kognitif, psikomotorik dan afektifnya.
5) Objektif, yaitu tidak terpengaruh oleh pertimbangan subjektif
penilai.
6) Sistematis, yaitu penilaian dilakukan secara berencana dan
bertahap untuk memperoleh gambaran tentang perkembangan
belajar peserta didik sebagai hasil kegiatan belajarnya.
7) Berkesinambungan, yaitu dilakukan secara terus menerus
sepanjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran
8) Adil, yaitu tidak ada peserta didik yang diuntungkan atau
dirugikan berdasarkan latar belakang social-ekonomi, budaya,
agama, bahasa, suku, bangsa, warna kulit, dan jender.
9) Menggunakan acuan kriteria, yaitu menggunakan kriteria
tertentu dalam menentukan kelulusan peserta didik.
Model penilaian kelas yang diterapkan guru Al-Qur’an
Hadits di MA Ma’ahid Kudus meliputi dua model yaitu non tes dan
tes. Model non tes meliputi pengamatan terhadap sikap peserta
didik dalam proses pembelajaran, sedangkan model tes meliputi tes
lisan, tes tertulis (tes tertulis uraian dan objektif).
Evaluasi hasil belajar pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits
dengan menggunakan KTSP di MA Ma’ahid Kudus menyangkut
tiga ranah yaitu ranah kognitif (pemahaman konsep), ranah
psikomotorik (Praktik) dan ranah afektif (penerapan konsep). Di
MA Ma’ahid Kudus telah ditentukan Kriteria Ketuntasan Minimum
(KKM) sebesar 60.
Di MA Ma’ahid Kudus telah diterapkan sistem belajar
tuntas yaitu seorang siswa dianggap tuntas belajar jika siswa
tersebut mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau
mencapai tujuan pembelajaran yaitu mampu memperoleh nilai 60.
73
Sedangkan untuk siswa yang belum mencapai nilai tersebut
maka siswa tersebut dikatakan belum tuntas belajarnya. Untuk
keperluan tersebut, sekolah dalam hal ini guru memberikan
perlakuan khusus terhadap siswa yang masih mendapat kesulitan
belajar melalui program remedial teaching.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat dalam Implementasi
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Mata Pelajaran
Al-Qur’an Hadits
a. Faktor Pendukung dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits.
Dari hasil deskripsi dan analisis data dapat disimpulkan bahwa
faktor pendukung dalam implementasi KTSP pada pembelajaran Al-
Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus antara lain :
1) Sarana prasarana pembelajaran di MA Ma’ahid Kudus secara
kwantitatif maupun kualitatif sudah cukup memadai. Sarana
prasarana tersebut seperti tersedianya fasilitas internet, laboratorium
komputer, LCD, Laptop, koran, majalah , perpustakaan yang
lengkap, selain itu pembangunan gedung-gedung penunjang juga
terus dilakukan.
2) Adanya program-program sekolah dalam rangka implementasi
KTSP antara lain :
a) Mengadakan sosialisasi mengenai konsep-konsep dasar KTSP
dengan melibatkan dari unsur yayasan, moderator yang kompeten
dan instruktur Dinas Pendidikan.
b) Pembentukan kepanitiaan KTSP, hal ini melibatkan stakeholder
antara lain kepala sekolah, guru, konselor, komite sekolah.
c) Adanya tim pengembang dan penyusun KTSP yang kinerjanya
sangat solid. Tim ini bertugas antara lain menjadi koordinator
penyusunan dan pengembangan KTSP, membuat struktur
74
program KTSP untuk satu tahun ajaran, menjadi motor penggerak
bagi terlaksananya KTSP.
3) Adanya pelajaran lain yang berhubungan dengan pelajaran Al-
Qur’an Hadits diantaranya pelajaran Lughot Al-Qur’an, hadits
ahkam yang memakai kitab Bulughul Maram, sehingga
memudahkan untuk mempelajari Al-Qur’an Hadits.
4) Adanya prestasi siswa maupun alumni yang banyak tersebar disetiap
aspek kehidupan.
Dikarenakan MA Ma'ahid Kudus merupakan madrasah yang
telah lama berdiri di Kudus ini, maka tidak mengherankan ketika
banyak alumni-alumninya yang sudah banyak berkecimpung dalam
berbagai profesi yang ada. Hal ini menjadikan spirit para guru dan
terutama para siswa untuk bisa meraih prestasi seperti para alumni MA
Ma’ahid kudus yang telah sukses.
b. Faktor Penghambat dalam Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) pada Pembelajaran Al-Qur’an Hadits
Dari hasil deskripsi data maka dapat disimpulkan bahwa faktor
penghambat dalam implementasi KTSP pada Mata Pelajaran Al-Qur’an
Hadits di MA Ma’ahid Kudus adalah sebagai berikut :
1) Dalam KTSP guru dituntut untuk melaksanakan sistem penilaian
secara mandiri atau berkelanjutan, namun dalam pelaksanaannya
guru Al-Qur’an Hadits belum mampu memenuhi tuntutan tersebut.
Adapun faktor yang menjadi penghambat dalam proses penilaian
tersebut antara lain adanya perbedaan karakteristik setiap peserta
didik, sehingga guru merasa kesulitan untuk mengidentifikasi atau
menghafal satu per satu peserta didik tersebut.
2) Dalam KTSP guru dituntut untuk menggunakan metode
pembelajaran yang variatif dan menyenangkan seperti : metode
inquiry, discovery, contextual, problem solving dan sebagainya.
Namun dalam pelaksanaannya guru mengalami beberapa hambatan
75
yang cukup serius seperti terbatasnya dana, waktu, serta tenaga,
sehingga penggunaan metode pembelajaran selama ini belum bisa
berlangsung secara optimal.
76
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian mengenai implementasi Kurikulum Tingkat
Satuan Pendidikan (KTSP) pada Mata Pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA
Ma’ahid Kudus maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
1. Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Mata
Pelajaran Al-Qur’an Hadits sebagian besar sudah diterapkan sebagaimana
mestinya yaitu mengacu pada prinsip-prinsip KTSP, yang meliputi: a.
persiapan pembelajaran (pengembangan progam dan penyusunan
persiapan mengajar), b. pelaksanaan kegiatan pembelajaran (penggunaan
metode atau strategi pembelajran, pengunaan sumber belajar, penggunaan
media pembelajaran dan evaluasi hasil belajar).
2. Faktor pendukung dan faktor penghambat dalam implementasi KTSP di
MA Ma’ahid Kudus
a. Faktor pendukung dalam implementasi KTSP di MA Ma’ahid Kudus
pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits antara lain : Sarana prasarana
sudah cukup memadai, adanya sosialisasi mengenai konsep-konsep
dasar KTSP, Pembentukan kepanitiaan KTSP, Adanya tim pengembang
dan penyusun KTSP, Adanya pelajaran lain yang berhubungan dengan
pelajaran Al-Qur’an Hadits, serta dukungan yang kuat dari para alumni
MA Ma’ahid Kudus.
b. Faktor penghambat dalam implementasi KTSP di MA Ma’ahid Kudus
pada mata pelajaran Al-Qur’an Hadits antara lain : Kemampuan guru
dalam melakukan penilaian secara mandiri atau berkelanjutan yang
masih kurang, terbatasnya (dana, waktu, serta tenaga) dalam
penggunaan metode pembelajaran, kurangnya kesiapan siswa untuk
belajar mandiri.
77
B. Saran
Untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai dengan prinsip
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), khususnya pada mata
pelajaran Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid Kudus, maka peneliti
menyarankan sebagai berikut :
1. Bagi Guru Al-Qur’an Hadits
a. Selalu meningkatkan pemahaman mengenai KTSP dengan mengikuti
seminar, workshop, rapat kerja KTSP atau mempelajari buku-buku
KTSP, selian itu guru hendaknya menerapkan KTSP secara profesional
sehingga proses pembelajaran akan semakin berkualitas.
b. Berkaitan dengan penyusunan RPP, guru hendaknya menyususun setiap
pertemuan, supaya kondisi lingkungan yang setiap saat dapat berubah
bisa disesusuaikan dengan situasi dan kondisi .
c. Berkaitan dengan proses pembelajaran guru hendaknya melakukan
pretest selain itu, guru dituntut harus lebih inovatif dan kreatif dalam
penggunaan metode pembelajaran.
d. Berkaitan dengan evaluasi hasil belajar, guru hendaknya meningkatkan
kemampuannya dalam proses penilaian secara mandiri atau
berkelanjutan.
2. Bagi MA Ma’ahid Kudus
a. Pihak sekolah secara berkala melakukan kegiatan seminar, workshop
serta rapat kerja mengenai KTSP, sehingga pemahaman guru-guru
tentang KTSP akan semakin meningkat.
b. Pihak sekolah hendaknya membangun laboratorium multimedia untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran Al-Qur’an Hadits.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Arikunto Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendeketan Praktek, Edisis Revisi V. Jakarta : Rineka Cipta, 2002.
Al Maraghy A. Musthofa, Tafsir Al Maraghy(XVII), Mesir: Darul Fikri, 346 H.
Feez Susan dan Joyce Helen, “Text-Based Syllabus Design”. Sydney:Macquire
University, 1998
Hadi Sutrisno, Metodologi Research II, Yogyakarta: Fakultas Psikologi UGM, 1995
Hajar Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996
Khaeruddin dan Junaidi Mahfud, Kurikulum Tingkat Satuan Penddikan (Konsep
dan Implementasinya di Madrasah , Jogjakarta: Pilar Media,2007
Moleong Lexy J, Metodologi Penelitian Kualitatif; Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2004
Mulyasa E, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan; Sebuah Panduan Praktis.
Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2006.
----------- , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Kemandirian Guru dan Kepala Sekolah, Jakarta: Bumi Akasara, 2008.
Muslich Masnur. KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan) Dasar Pemahaman dan Pengembangan Pedoman Bagi Pengelola Lembaga Pendidikan, Pengawas Sekolah, Kepala Sekolah, Komite Sekolah, Dewan
Sekolah, dan Guru, Jakarta: PT Bumi Aksara.Muslich, 2009.
Nasution S., Asas-Asas Kurikulum, Jakarta: Bumi Aksara, 2003.
Peratauran Menteri Agama RI No. 2 Tahun 2008 tentang Standar Kompetensi Lulusan dan Standar Isi Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab di
Madrasah , Jakarta: 2008
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No. 19 Tahun 2007 tentang Standar Pengelolaan Pendidikan Pendidikan, Jakarta: BP PUSTAKA CITRA
MANDIRI, 2007.
Rohman Noor, “Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP N 18 Semarang”, skripsi
Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009.
Susilo Muhamad Joko , Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(Menejemen Pelaksanaan dan Kesiapan Seklah Menyngsongnya, Yogyakarta: Pustaka
Pelajar , 2006.
Sakdullah Muhammd, “Konsepsi Ibnu Khaldun Tentang Belajar dan Relevansinya terhdap KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan )”,
skripsi Semarang: Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, 2009.
Sudjana Nana, Tuntunan Penyusunan Karya Ilmiah, Bandung: Sinar Baru, 1996.
Tjokrosujoso Harsono, “Curriculum and Material Developmen”, Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional,2003.
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung : Alfabeta, 2006.
----------, Memahami Penelitian Kualitatif, Bandung: CV ALFABETA, 2005
PEDOMAN WAWANCARA, OBSERVASI DAN DOKUMENTASI
IMPLEMENTASI KTSP PADA PEMBELAJARAN AL-QUR’AN HADITS
DI MA MA’AHID KUDUS TAHUN AJARAN 2010/2011
A. Pedoman Wawancara
1. Wawancara Untuk Waka Kurikulum
a. Apa saja program-program yang telah dilakukan oleh MA Ma’ahid
Kudus dalam rangka implementasi KTSP?
b. Bagaimana penyusunan silabus Al-Qur’an Hadits di MA Ma’ahid
Kudus?
c. Sumber belajar apa saja yang dipakai dalam pembelajaran Al-Qur’an
Hadits?
d. Media pembelajaran apa saja yang dipakai oleh guru Al-Qur’an Hadits
dalam pembelajarannya?
e. Program apa saja yang dilakukan oleh guru ketika siswa belum
mencapai KKM?
f. Apa saja faktor pendukung pelaksanaan KTSP di MA Ma’ahid Kudus?
g. Apa saja faktor penghambat pelaksanaan KTSP di MA Ma’ahid
Kudus?
2. Wawancara Untuk Guru Al-Qur’an Hadits
a. Bagaimana pendapat anda tentang KTSP dan apa perbedaannya
dengan KBK?
b. Apa saja prinsip2 yang harus ada dalam KTSP?
c. Langkah apa saja untuk pengembangan program pembelajaran?
d. Apa yang anda ketahui dan harus ada dalam penyusunan prota Al-
Qur’an Hadits?
e. Apa yang anda ketahui dan harus ada dalam penyusunan promes Al-
Qur’an Hadits?
f. Bagaimana anda menyusun silabus pelajaran Al-Qur’an Hadits
g. Hambatan apa saja yang anda alami ketika menyusun silabus
h. Apakah anda sudah membuat RPP setiap akan melaksanakan
pembelajaran?
i. Apa saja yang anda lakukan ketika akan memulai pembelajaran?
j. Apakah anda melakukan pre-test ketika akan memulai pembelajaran?
k. Metode apa saja yang digunakan dalam proses pembelajaran?
l. Apa saja sumber-sumber belajar yang digunakanan dalam proses
pembelajaran?
m. Media pembelajaran apa saja yang sering anda gunakan dalam
mengajar?
n. Model penilaian apa saja yang anda gunakan dalam melakukan
evaluasi pembelajaran?
o. Faktor apa saja yang mendukung terlaksananya KTSP terutama dalam
pembelajaran Al-Qur’an Hadits di sekolah ini?
p. Hambatan apa saja yang dihadapi ketika melaksanakan KTSP terutama
dalam pembelajaran Al-Qur’an Hadits di sekolah ini?
3. Wawancara dengan siswa
a. Apakah guru Al-Qur’an Hadits ketika memulai pelajaran melakukan
pre-test terlebih dahulu?
b. Metode apa saja yang di lakukan oleh guru Al-Qur’an Hadits dalam
pembelajaran?
c. Sumber belajar apa saja yang dipakai dalam pembelajaran Al-Qur’an
Hadits?
d. Media pembelajaran apa saja yang dipakai dalam pembelajaran Al-
Qur’an Hadits?
e. Apa model penilaian yang dipakai oleh guru Al-Qur’an Hadits?
f. Hambatan apa saja ketika pembelajaran Al-Qur’an Hadits?
B. Pedoman Observasi dan Dokumentasi
1. Pedoman Observasi
a. Letak dan keadaan geografis MA Ma'ahid Kudus
b. Kondisi dan situasi di dalam dan di luar kelas
c. Sarana dan fasilitas untuk kelancaran program pendidikan
d. Pengamatan terhadap guru dan siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran di MA Ma'ahid Kudus
2. Pedoman Dokumentasi
a. Sejarah berdirinya dan perkembangan MA Ma'ahid Kudus
b. Jumlah guru, latar belakang pendidikan guru
c. Jumlah siswa dan perinciannya
d. Struktur organisasi MA Ma'ahid Kudus
e. Dokumen kurikulum yang di laksanakan di MA Ma'ahid Kudus
f. Dokumentasi lain yang berhubungan dengan penelitian.
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH
PROGAM KUALIFIKASI S1 GURU RA DAN MADRASAH Alamat: Jl. Prof.Dr. Hamka ( Kampus II) Ngaliyan Semarang Telp. 024-7601295 Fax 7615387
Nomor : In.06.3/J1/PP.00.9/ Semarang 28 Januari 2011 Lamp :
Hal : Penunjukan Pembimbingan
Kepada Yth :
Sdri Tuti Qurrotul Aini, M.SI.
Di Semarang
Assalamu’alikum Wr. Wb.
Berdasarkan hasil pembahasan usulan judul penelitian di Jurusan
Pendidikan Agama Islam (PAI), maka Fakultas Tarbiyah menyetujui
judul skripsi mahasiswa:
Nama : Mohamad Shokeh
NIM : 093111371
Judul :“IMPLEMENTASI KURIKULUM TINGKAT
SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA MATA PELAJARAN AL-
QUR’AN HADITS DI MA MA’AHID KUDUS TAHUN AJARAN
2010/2011”.
dan menunjuk saudari
Tuti Qurrotul aini, M.SI. sebagai pembimbing skripsi
Wassalamu’alikum Wr. Wb.
a.n. Dekan
ketua program
Ahmad Muthohar, M.Ag.
NIP. 196911071996031001
Tembusan
1. Dekan 2. Mahasiswa yang bersangsukatan 3. Arsip
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
FAKULTAS TARBIYAH Jl. Prof.Dr. Hamka Kampus II Ngaliyan Telp. 7601295 Fax 7615387 Semarang 50185
Nomor : In.06.3/D.I/TL.00/2060/2011 Semarang, 25 Mei 2011 Lamp : 1(satu) Proposal Hal : Mohon Izin Riset A.n. : Mohamad Shokeh NIM : 093111371
Kepada Yth. :
Kepala MA Ma’ahid Krapyak
Di Kudus
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Diberitahukan dengan hormat, bahwa mahasiswa kami yang bernama
Mohamad Shokeh NIM : 093111371 sangat membutuhkan data
sehubungan dengan penulisan skripsi yang berjudul: “IMPLEMENTASI
KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) PADA
MATA PELAJARAN AL-QUR’AN HADITS DI MA MA’AHID
KUDUS TAHUN AJARAN 2010/2011”
di bawah bimbingan saudara Tuti Qurrotul Aini, M.SI.
Untuk itu kami mohon agar Mahasiswa tersebut diberi izin untuk
melaksanakan penelitian di MA Ma’ahid Krapyak Kudus selama 30 hari
Atas izin yang diberikan kami ucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
A.n Dekan
Pembantu Dekan I
Dr. H. Ruswan, MA
NIP. 196804241993031004
Tembusan : Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo Semarang
RIWAYAT HIDUP
A. Identitas Diri
1. Nama Lengkap : Mohamad Shokeh
2. Tempat & Tgl. Lahir : Demak, 04 Juli 1983
3. NIM : 093111371
4. Alamat Rumah : Desa Undaan Lor Rt. 07 Rw. II Gang 12
Undaan Kudus
HP : 081326736176
E-Mail : shoceh_boyle@yahoo.com
B. Riwayat Pendidikan
1. Pendidikan Formal
a. SD 1 Wates Undaan Kudus lulus tahun 1996
b. Madrasah Tsanawiyah Ma’ahid Krapyak Kudus lulus tahun 1999
c. Madrasah Aliyah Ma’ahid Krapyak Kudus lulus tahun 2003
d. D2 STAIN Kudus lulus tahun 2006
2. Pendidikan Non Formal
a. -
C. Prestasi Akademik
1. –
D. Karya Ilmiah
1. –
Semarang, 1 Juni 2011
Mohamad Shokeh
NIM : 093111371
top related