issn 1978-2071 jurnal “ilmiah kedokteran”erepository.uwks.ac.id/1318/1/cover dan naskah jurnal...
Post on 05-Feb-2020
12 Views
Preview:
TRANSCRIPT
ISSN 1978-2071
Jurnal “Ilmiah Kedokteran”
HUBUNGAN BIOFILM DENGAN INFEKSI : IMPLIKASI PADA KESEHATAN MASYARAKAT DAN STRATEGI MENGONTROLNYA Rini Purbowati
Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016
HUBUNGAN PATOFISIOLOGI HIPERTENSI DAN HIPERTENSI RENAL Akmarawita Kadir PENGARUH PEMAPARAN UAP ANTI NYAMUK ELEKTRIK YANG MENGANDUNG ALLETHRIN TERHADAP BERAT DAN WARNA PARU-PARU TIKUS Tri Pangesti Hayu W., Ayly Soekanto
HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN SINDROM METABOLIK DI DUSUN SABUH KECAMATAN AROSBAYA KABUPATEN BANGKALAN-MADURA Popy Mega Wati, Ernawati
HUBUNGAN ANTARA MENOPAUSE DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI DI POLI GIGI UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA Wahyuni Dyah Parmasari, Theodora, Enny Willianti POTENSI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA TIKUS PUTIH (Rattus Novergicus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIS
Noer Kumala I., Masfufatun, Emilia Devi D.R.
wijaya kusuma
Volume
5
Edisi Maret
Halaman
1 - 66
Surabaya
Maret 2016
ISSN 1978-2071
Diterbitkan oleh : Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Jl. Dukuh Kupang XXV/54 Surabaya, 60225
ISSN 1978-2071
Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” memuat artikel ilmiah hasil penelitian, kajian kritis-konseptual yang berkaitan dengan bidang kedokteran.
Penasehat : Rektor Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
Penanggung Jawab : Prof. H. Soedarto, dr., DTM&H, Ph.D, Sp. Par.K. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Pembina : Prof. Didik Sarudji, M. Sc Prof. Dr. Rika Subarniati, dr., SKM Pimpinan Redaksi : Ayu Cahyani Noviana, dr., M.KKK Anggota Dewan Redaksi : Sukma Sahadewa, dr., M. Kes. Eva Setijowati, dr., M. Si, Med Dr. Dorta Simamora, dra., M. Si Putu Oky Ari Tania, S.Si, M.Si
Mitra Bestari (Penelaah) : Prof. Dr. Prihatini, dr., Sp.PK. (K)
Prof. Sri Harmadji, dr., Sp. THT- KL Prof. Soebandiri, dr., Sp. PD. KHOM
Dr. PWM. Olly Indrajani, dr., Sp. PD Dr. Dorta Simamora, dra., M. Si Pratika Yuhyi Hernanda, dr., M.Sc., Ph.D. Prof. Dr. Ketut Suwiyoga, dr., Sp. OG. (K)
Pelaksana Tata Usaha : Rachel Nova Tatag Pamungkas Alamat Redaksi : Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Fakultas Kedokteran UWKS Jln. Dukuh Kupang XXV Surabaya Telp (Fax) 031 5686531 jurnalkedokteranuwks@gmail.com
Jurnal “Ilmiah Kedokteran”
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah bahwa Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016 dapat terbit dalam bulan Maret 2016 ini. Berbagai hambatan dapat kita atasi, semoga hambatan-hambatan tersebut tidak akan terjadi lagi pada penerbitan-penerbitan selanjutnya.
Jurnal “ Ilmiah Kedokteran” terbitan kali ini memuat artikel yang membahas aspek
Biomedik, Biokimia, Ilmu Faal, Farmakologi, Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut, dari hasil penelitian, maupun tinjauan pustaka.
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” menerima artikel ilmiah dari hasil penelitian, laporan
atau studi kasus, kajian atau tinjauan pustaka, maupun penyegar ilmu kedokteran, yang berorientasi pada kemutakhiran ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran, agar dapat menjadi sumber informasi ilmiah yang mampu memberikan kontribusi dalam mengatasi permasalahan kedokteran yang semakin kompleks.
Redaksi mengundang berbagai ilmuwan dari berbagai lembaga pendidikan tinggi
maupun penelitian untuk memberikan sumbangan ilmiahnya, baik berupa hasil penelitian maupun kajian ilmiah mengenai kedokteran.
Redaksi sangat mengharapkan masukan-masukan dari para pembaca, profesional
bidang kedokteran, atau yang terkait dengan penerbitan, demi makin meningkatnya kualitas jurnal sebagaimana harapan kita bersama.
Redaksi berharap semoga artikel-artikel ilmiah yang termuat dalam Jurnal “Ilmiah
Kedokteran” bermanfaat bagi para akademisi dan profesional yang berkecimpung dalam dunia Kedokteran.
Pimpinan Redaksi
ISSN 1978-2071
Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016
DAFTAR ISI Halaman
1. HUBUNGAN BIOFILM DENGAN INFEKSI : IMPLIKASI PADA KESEHATAN MASYARAKAT DAN STRATEGI MENGONTROLNYA Rini Purbowati
1
2. HUBUNGAN PATOFISIOLOGI HIPERTENSI DAN HIPERTENSI RENAL Akmarawita Kadir
15
3. PENGARUH PEMAPARAN UAP ANTI NYAMUK ELEKTRIK YANG MENGANDUNG ALLETHRIN TERHADAP BERAT DAN WARNA PARU-PARU TIKUS Tri Pangesti Hayu W., Ayly Soekanto
26
4. HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN SINDROM METABOLIK DI DUSUN SABUH KECAMATAN AROSBAYA KABUPATEN BANGKALAN-MADURA Popy Mega Wati, Ernawati
37
5. HUBUNGAN ANTARA MENOPAUSE DENGAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PASCA PENCABUTAN GIGI DI POLI GIGI UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA Wahyuni Dyah Parmasari, Theodora, Enny Willianti
49
6. POTENSI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA TIKUS PUTIH (Rattus Novergicus) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIS
Noer Kumala I., Masfufatun, Emilia Devi D.R.
58
Diterbitkan oleh : Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Jl. Dukuh Kupang XXV/54 Surabaya
Jurnal” Ilmiah Kedokteran”
WIJAYA
KUSUMA SURABAY
A
UNIVERSITAS
ANGGUNG
WIMBUH LINUWIH
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016, hal. 58 - 66 58
POTENSI EKSTRAK DAUN KELOR (Moringa Oleifera) SEBAGAI HEPATOPROTEKTOR PADA TIKUS PUTIH (Rattus Novergicus)
YANG DIINDUKSI PARASETAMOL DOSIS TOKSIS
Noer Kumala I.1, Masfufatun1, Emilia Devi D.R.2 1Bagian Biokimia Fakultas Kedokteran 2Bagian Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kususma Surabaya
Email: azamkumala@gmail.com
Abstrak
Tanaman Kelor (Moringa oleifera) merupakan tanaman yang mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat, diantaranya adalah senyawa flavonoid. Kemampuan senyawa flavonoid dapat menangkap radikal bebas penyebab kerusakan hepar. Tujuan Penelitian mengetahui kadar ekstrak daun Kelor dan sejauh mana ekstrak daun kelor dapat mengatasi efek kerusakan hepar yang ditimbulkan oleh parasetamol dosis toksis melalui kadar MDA, SGOT, dan SGPT. Metode yang digunakan dalam penelitian eksperimental laboratorik ini adalah Randomized Post Test Only Control Grup Design dengan tahapan sebagai berikut:1. Ekstraksi Daun Kelor dengan Etanol 96%; 2.Preparasi hewan Coba,3. Perlakuan terhadap Hewan Coba dengan pemberian ekstrak Daun Kelor 3 dosis yaitu: 250mg/200BB tikus(dosis A), 500mg/200BB tikus(dosis B), 1000mg/200BB tikus(dosis C) selama 14 hari dikombinasi dengan parasetamol 2gr/200BB tikus, yang dibandingkan dengan kelompok kontrol negatif (kelompok yang hanya diberi parasetamol 2gr/200BB tikus) dan kelompok kontrol positif (kelompok yang hanya diberi pakan biasa) selama 14 hari. Hasil yang diperoleh ternyata ada perbedaan yaitu penurunan kadar SGOT secara signifikan secara statistik antara kelompok kontrol negatif dengan kelompok perlakuan dosis tinggi yaitu dosis C dengan = 0,016 yang lebih kecil dari 0,05, sedangkan penurunan kadar SGPT secara signifikan juga mengalami penurunan pada kelompok perlakuan dosis tinggi yaitu dosis C dengan =0,009 yang lebih kecil dari 0,05. Sedangkan kadar MDA kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol negatif mengalami penurunan secara keseluruhan untuk dosis A dengan = 0,05, dosis B dengan =0,011 sedang dosis C dengan =0,001. Kesimpulan pada penelitian ini ekstrak Daun kelor dapat berpotensi sebagai antioksidan pada semua dosis sekaligus dapat sebagai hepatoprotektor pada dosis tinggi yaitu 1000mg/200BB tikus. Kata Kunci : ekstrak daun Kelor, hepatoprotektor
POTENTIAL EXTRACT OF Moringa Oleifera AS HEPATOPROTECTIVE IN WHITE RATS (Rattus novergicus) INDUCED TOXIC DOSES OF
PARACETAMOL
Abstract Moringa Oleifera is a plant that contains chemical compounds that are useful, such as flavonoids. The ability of this flavonoid compound that can capture free radicals cause damage and hepatoprotektan hepar. Purpose of study was to determined levels of Moringa leaf extract which can overcome the effects of liver damage caused by toxic doses of paracetamol through MDA, SGOT and SGPT Method used in this laboratory experimental study is a Randomized Post Test Only Control Group Design with the following stages: 1. Moringa Leaf Extraction with Ethanol 96%; Try 2.Preparasi animals, 3. Treatment of Animals Try the extract of leaves of Moringa 3 dose is: 250mg / 200BB rat (dose of A), 500mg / 200BB mice (dose B), 1000mg / 200BB mice (dose C) for 14 days in combination with paracetamol 2 g / 200BB mice, compared to the negative control group (group given just paracetamol 2 g / 200BB rat) and the positive control group (the group who were given regular feed) for 14 days.
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016, hal. 58 - 66 59
Results : turned out to be no difference in the reduction in SGOT levels are statistically significant between the negative control group with high-dose treatment group ie the dose C with =0,016 smaller than 0.05, whereas a decrease in ALT levels were significantly decreased in the treatment group high dose is the dose C with =0,009 smaller than 0.05. While MDA group treated with the negative control group experienced an overall decline for the dose A with =0,05, dose B with =0,0011 and dose C with =0,001. Conclusion of this study showed that the extract of Moringa leaves can be potentially as an antioxidant in all doses at once can be as hepatoprotektor at high doses is 1000mg / 200BB Rattus Novergicus. Keywords : Moringa oleifera extract, hepatoprotective PENDAHULUAN
Parasetamol yang digunakan secara
berlebihan/ melebihi dosis dapat
mengakibatkan kerusakan hati. Kerusakan
hepar oleh parasetamol secara berlebihan
diakibatkan karena terbentuknya metabolit
reaktif toksik (N-asetil-p-benzoquinon) dan
radikal bebas melalui proses biotransformasi
oleh enzim sitokrom P450 dengan bantuan
isoenzim CYP2EI. Metabolit reaktif toksik dan
radikal bebas dapat mengganggu integritas
membran sel, berlanjut menjadi kerusakan
hepar selanjutnya gagal ginjal1.
Peningkatan enzim-enzim transaminase
dalam serum yang terdiri dari Aspartate Amino
Transaminase / Glutamate Oxaloacetate
Tansaminase (AST/GOT) dan Alanine Amino
Transferase / Glutamate Pyruvate
Transaminase (ALT/GPT) merupakan
penanda dini yang lebih spesifik untuk deteksi
kerusakan hepar2. Salah satu mekanisme yang
berperan terhadap kerusakan hepar adalah
penumpukan radikal bebas. Radikal bebas
yang berlebihan akan menimbulkan stres
oksidatif yang memicu proses peroksidasi
terhadap lipid, sehingga menimbulkan
penyakit kanker, inflamasi, ateroklerosis, dan
mempercepat proses penuaan3. Senyawa yang
menjadi penanda terjadinya stress oksidatif
adalah Malondialdehiyd (MDA). MDA
merupakan produk oksidasi asam lemak tidak
jenuh oleh radikal bebas serta metabolit
komponen sel yang dihasilkan oleh radikal
bebas. Tingginya kadar MDA menunjukkan
proses oksidasi dalam membran sel, bila
antioksidan tinggi biasanya diikuti oleh
penurunan kadar MDA4.
Salah satu upaya menghindari efek
samping pemberian parasetamol dosis toksis
yaitu engan cara memberikan hepatoprotektan.
Salah satu sumber pangan yang berfungsi
sebagai hepatoprotektor adalah ektrak daun
kelor. Daun Kelor merupakan tanaman yang
mengandung senyawa-senyawa kimia yang
bermanfaat, diantaranya adalah senyawa
flavonoid. Kemampuan senyawa flavonoid
inilah yang dapat menangkap radikal bebas
penyebab kerusakan hepar5.
Sehingga peneliti tertarik untuk
mengetahui sejauh mana potensi pemberian
ekstrak daun kelor (Moringa Oleifera) sebagai
antioksidan dan hepatoprotektor pada tikus
putih (Rattus novergicus) yang dipapar dengan
parasetamol dosis toksis melalui kadar
MDA,SGOT dan SGPT
Tujuan penelitian ini
adalahMengetahui potensi ekstrak daun kelor
(Moringa Oleifera) sebagai antioksidan
melalui kadar Malondialdehyd (MDA) dan
hepatoprotektor melalui kadar SGOT dan
SGPT pada tikus putih (Rattus novergicus)
yang dipapar dengan parasetamol dosis toksis.
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016, hal. 58 - 66 60
BAHAN DAN METODA
Bahan Penelitian:
Ekstrak Daun Kelor, etanol 96% aquades,
parasetamol, pakan tikus 511, reagen SGPT
dan SGOT, larutan PBS, larutan TCA 15%,
Larutan TBA 0,37%.
Preparasi Hewan Coba
Hewan Coba tikus putih galur wistar
sebanyak 25 ekor dengan berat 200-300 gram.
Hewan coba yang terkumpul diadaptasi selama
satu minggu (diberi pakan biasa dan
aquadest).Hewan coba yang telah diadaptasi
satu minggu dikelompokkan secara acak
menjadi 5 kelompok.
Preparasi daun kelor
Ekstraksi Etanol Daun Kelor : Daun Kelor
dicuci dan dikeringkan 2-4 hari, lalu diblender.
Kemudian dihaluskan dan ditimbang 1 kg
dimaserasi dengan etanol 70% selama 24 jam
dan disaring. Rresidu dimaserasi lagi sampai
filtrat jernih. Filtrat/maserat dikumpulkan jadi
satu, dipekatkan dengan vacuum evaporator
(suhu 30-40°C, tekanan 75mmHg).
Perlakuan terhadap hewan coba
a. Kelompok K hanya diberi pakan biasa dan
aquadest selama 14 hari
b. Kelompok K(-)diberi aquadest selama 10
hari+ parasetamol 2gr/200BB tikus pada
hari ke 7
c. Kelompok A diberi ekstrak etanol daun
kelor 250mg/200BB tikus selama 14
hari+parasetamol 2gr/200BBtikus pada hari
ke 7
d. Kelompok B diberi ekstrak etanol daun
kelor 500mg/200BBtikus selama 14
hari+parasetamol 2gr/200BBtikus pada hari
ke 7
e. Kelompok C diberi ekstrak etanol daun
kelor 1000mg/200BBtikus selama 14
hari+parasetamol 2gr/200BBtikus pada hari
ke 7
Pengambilan darah hewan coba
Pengambilan darah hewan coba pada
semua kelompok dengan menggunakan spuit
melalui jantung.
Uji Kadar SGPT
Pada masing-masing perlakuan :
Dipipet 3 mL reagen SGPT + 0,3mL serum
dicampur dengan vortex kemudian dibaca
absobansinya (340=ג dan suhu 37°C.
Uji kadar SGOT
Pada masing-masing perlakuan :
Dipipet 3 mL reagen SGOT + 0,3mL serum
dicampur dengan vortex kemudian dibaca
absobansinya (340=ג dan suhu 37°C.
Uji Kadar MDA
1)1mL plasma sampel+ 1mLTCA 20%
dingin, dicampur, disentrifuge 10
menit(3000 rpm)
2) Diambil 1 mL supernatant+ 2mL TBA
0,67%, dicampur
3) dimasukkan ke penangas mendidih
selama ±15 menit sampai terbentuk
warna merah muda, didinginkan
4) Baca serapan dengan λ = 532nm
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL PREPARASI DAUN KELOR
Daun Kelor yang telah dicuci,
dikeringkan dengan cara diangin-anginkan
selama 2-4 hari untuk menghindari rusaknya
kandungan flavonoid yang ada didalam daun
kelor. Untuk mendapatkan hasil yang benar-
benar kering ternyata membutuhkan waktu 5
hari. Dari proses preparasi daun Kelor
didapatkan hasil bahwa 3 kg daun kelor basah
menghasilkan 1 kg daun kelor yang benar-
benar kering.
HASIL PROSES MASERASI SERBUK
DAUN KELOR
Pada proses maserasi daun kelor yang
telah dihaluskan digunakan etanol 96% bukan
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016, hal. 58 - 66 61
70% dikarenakan alat evaporatornya tidak
memiliki pompa, sehingga jika menggunakan
alkohol 70%, proses penguapannya lama,
kemudian didiamkan selama 24 jam kemudian
disaring, residu dimaseari lagi sampai fliltrat
jernih dan ini membutuhkan 5 kali proses
penyaringan, lalu filtrate dijadikan satu dan
dimasukkan alat evaporator untuk dipekatkan
dengan vacuum evaporator selama 10 jam6.
Hasil daun kelor beker I dengan berat
kering 438 gram dan daun kelor beker II
dengan berat kering 327 gram, setelah
dimaserasi 5 hari , semua filtrate dijadikan satu
dan dipekatkan evaporator selama 10 jam dan
diuapkan dengan alat inkubator untuk
menguapkan airnya sampai kental selama 7
hari, maka dihasilkan ekstrak kental daun kelor
sebesar 113 gram yang untuk selanjutnya akan
dibuat larutan induk ekstrak etanol daun kelor.
Tabel 1. Hasi Berat Ekstrak Daun Kelor Hasil
Inkubasi
Berat Daun Kelor Basah
Berat Serbuk Daun Kelor
Volume Total Filtrat Ekstrak Daun Kelor
Berat Ekstrak Daun Kelor
3 Kg 763 gram 3.950 mL 113 gram
HASIL PREPARASI HEWAN COBA
Tikus putih sebanyak 30 ekor pada
perjalanan perlakuan ada yang mati sehingga
peneliti mengambil 25 ekor dan
dikelompokkan menjadi 5 kelompok dilabeli
dan diadaptasi selama 7 hari dengan pakan
standar dan minum. Kelompok Perlakuan
dosis ekstrak Kelor A yaitu dosis rendah
(250mg/200BB tikus), Kelompok Perlakuan
dosis ekstrak Kelor B yaitu dosis sedang
(500mg/200BB tikus), Kelompok Perlakuan
dosis ekstrak Kelor C yaitu dosis tinggi
(1000mg/200BB tikus), Kelompok Kontrol
Positif yaitu kelompok yang hanya diberi
pakan standar selama 14 hari, Kelompok
Kontrol Negatif yaitu kelompok yang hanya
diberi parasetamol dosis toksis 5 ekor.
Setelah masa adaptasi selama 7 hari,
maka dilakukan penimbangan berat badan
yang digunakan sebagai acuan untuk
menghitung dosis pemberian perlakuan pada
tikus selama penelitian sebagaimana terlihat
pada Tabel 2. Pemberian dosis parasetamol
diberikan pada semua kelompok kecuali
kelompok E yaitu kelompok kontrol positif.
Setelah hari ke 21, pada semua
kelompok tikus dilakukan terminasi dengan
pengambilan darah melalui jantung, tikus yang
telah mati dikubur secara layak. Kemudian
darah tikus dibuat serum untuk diukur kadar
SGOT (Serum Glutamate Oxaloacetate
Tansaminase) dan SGPT (Serum Glutamate
Pyruvate Transaminase) untuk mengetahui
potensi ekstrak daun kelor sebagai
hepatoprotektor serta diukur kadar MDA
(Malondialdehyd) untuk mengetahui potensi
antioksidan dari ekstrak daun kelor.
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016, hal. 58 - 66 62
Tabel 2. Hasil Penimbangan Berat Badan Tikus Setelah Adaptasi 7 Hari dan Ekstrak Daun Kelor dengan 3 Dosis
Uji Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun
Kelor terhadap kadar SGOT,SGPT dan
kadar MDA pada Tikus Putih yang
diinduksi Parasetamol Dosis Toksik
Indikator utama yang diamati
terhadap adanya gangguan fungsi hati
adalah aktifitas enzim tranaminase yang
meliputi ALT (Alanin
aminotransferasease) atau SGOT (Serum
Glutamic Oxaloacetic Transaminase) dan
AST (Aspartat aminotransferase) atau
SGPT (Serum Glutamic Pyruvic
Transaminase). Enzim Transaminase
merupakan enzim intraselular, Jika terjadi
kerusakan sel seperti gangguan
permeabilitas dinding sel hati akibat suatu
gangguan, maka aktivitasnya akan
meningkat7. Peningkatan aktivitas SGOT
dan SGPT dapat diakibatkan karena
pemberian dosis parasetamol yang
berlebihan.
Adanya parasetamol yang
dikonsumsi secara berlebihan menstimulasi
sitokrom P450 dan memicu radikal bebas.
Radikal bebas berupa metabolit reaktif n-
asetil p- benzokuinonomin (NAPQ1) yang
akan mengoksidasi makromolekul seperti
lemak dan gugus tiol pada protein dan
mengganggu homeostasis kalsium akibat
menurunnya GSH (gugus tiol)8.
Peningkatan radikal bebas ditandai dengan
kenaikan kadar MDA( Malondialdehid).
Kelompok (DOSIS)
Simbol
BB (Gram)
Massa Ekstrak
(gr)
Volume (mL)
SGOT (U/L)
SGPT (U/L)
KADAR MDA
(mmol/mL) A
(0,25gr/200BB) A1 139 0.17375 1.39 154 146 10.10
A2 117 0.14625 1.17 151 117 11.55
A3 163 0.20375 1.63 270 116 9.38
A4 145 0.18125 1.45 108 138 11.55 A5 132 0.165 1.32 187 127 12.27
B (0,50 gr/200 BB) B1 166 0.415 1.66 108 163 11.55
B2 149 0.3725 1.49 307 126 10.83
B3 131 0.3275 1.31 189 119 11.55
B4 136 0.34 1.36 180 129 10.83 B5 117 0.2925 1.17 154 141 10.10
C (1 gr/ 200 BB) C1 136 0.68 1.36 110 109 9.38
C2 116 0.58 1.16 87 94 8.66
C3 184 0.92 1.84 174 84 7.94
C4 114 0.57 1.14 100 82 9.38 C5 139 0.695 1.39 117 112 9.38 D D1 134 268 153 12.27 D2 133 283 209 12.27
D3 140 KONTROL NEGATIF
307 143 13.00
D4 149 205 138 12.27
D5 123 133 154 13.00 E E1 164 117 121 10.83 E2 139 170 123 10.83 E3 82 KONTROL POSITIF 182 109 10.83
E4 124 103 132 11.55
E5 139 103 112 10.54
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016, hal. 58 - 66 63
Dengan melakukan Uji Normalitas
Kolmogorov-Smirnov dengan menggunakan
SPSS version 20,0 dengan taraf signifikansi
()=0,05., maka didapatkan data pengukuran
kadar SGOT, SGPT dan MDA dikatakan
mempunyai distribusi normal karena nilai
p>9.
Selanjutnya dengan uji Paired
Samples T-Test menggunakan SPSS version
20,0 yang membandingkan pengaruh 3 dosis
ekstrak daun kelor terhadap kelompok
kontrol positif maupun kelompok kontrol
negatif terhadap kadar SGOT, maka
didapatkan hasil bahwa dosis tinggi yaitu
dosis C (1gr/200BB) dapat menurunkan
kadar SGOT secara signifikan jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol
negatif karena nilai p-value =0,016 dan nilai
ini berarti lebih kecil dari (0,05),
sedangkan kelompok dosis A dengan p-
value = 0,126 dan B dengan p- value = 0,239
tidak memberikan pengaruh yang signifikan
sekalipun secara kasat mata ada penurunan
kadar SGOT dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Dengan Uji yang sama untuk
pengaruh dosis parasetamol dosis toksis juga
memberikan pengaruh adanya kenaikan
kadar SGOT pada kelompok kontrol negatif
jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
positif karena nilai p-value =0.007 yang
berarti < (0,05).
Untuk kadar SGPT, dengan uji Paired
Samples T-Test menggunakan SPSS version
20,0 yang membandingkan pengaruh 3 dosis
ekstrak daun kelor terhadap kelompok
kontrol positif maupun kelompok kontrol
negatif terhadap kadar SGPT, maka
didapatkan hasil bahwa dosis tinggi yaitu
dosis C (1gr/200BB) dapat menurunkan
kadar SGPT secara signifikan jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol
negatif karena nilai p-value =0,009 dan nilai
ini berarti lebih kecil dari (0,05),
sedangkan kelompok dosis A dengan p-
value = 0,133 dan B dengan p- value = 0,206
tidak memberikan pengaruh yang signifikan
sekalipun secara kasat mata ada penurunan
kadar SGPT dibandingkan dengan kelompok
kontrol. Dengan Uji yang sama untuk
pengaruh dosis parasetamol dosis toksis juga
memberikan pengaruh adanya kenaikan
kadar SGPT pada kelompok kontrol negatif
jika dibandingkan dengan kelompok kontrol
positif karena nilai p-value =0.037 yang
berarti < (0,05), yang berarti bahwa dengan
dosis toksik parasetamol dapat meningkatkan
kadar SGOT maupun SGPT pada kelompok
kontrol negatif dan dengan pemberian ekstrak
daun kelor ternyata yang dapat menurunkan
kadar SGOT dan SGPT secara efektif adalah
kadar 1gr/200BB tikus. Semua hasil kadar
SGPT dan SGOT disajikan pada Gambar 1
sebagai berikut:
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016, hal. 58 - 66 64
Gambar 1. Grafik Hubungan antara Pemberian Dosis Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) dengan kadar SGPT dan SGOT dengan nilai p-value pada uji Paired Sample T-Test.
Berdasarkan penelitian Logu
(2005), menyatakan bahwa daun Kelor
mempunyai kandungan vitamin C 120 mg
dalam 100 gr pada bagian daunnya, bahan
yang terkandung mempunyai aktifitas
antioksidan yang sangat kuat10.Daun Kelor
juga mengandung alkaloids, saponins,
fitosterol, tannin,fenolik dan flavonoid
yang juga mempunyai aktifitas
antioksidan11 .Aktifitas antioksidatif
flavonoid pada daun Kelor bersumber pada
kemampuan mendonasikan atom
hidrogennya atau melalui kemampuan
mengkelat logam12.
Untuk kadar MDA, dengan uji
Paired Samples T-Test menggunakan SPSS
version 20,0 yang membandingkan
pengaruh 3 dosis ekstrak daun kelor
terhadap kelompok kontrol negatif
terhadap kadar MDA, maka didapatkan
hasil bahwa dosis rendah (A= 0,25
gr/200BB)), dosis sedang
(B=0,50gr/200BB)) dan dosis tinggi yaitu
dosis C (1gr/200BB) dapat menurunkan
kadar MDA secara signifikan jika
dibandingkan dengan kelompok kontrol
negatif karena nilai p-value masing-masing
sebesar 0,05, 0,01 dan 0,001 dan nilai ini
berarti lebih kecil dari (0,05), yang
berarti ada penurunan kadar MDA
dibandingkan dengan kelompok kontrol
negatif. Dengan Uji yang sama untuk
pengaruh dosis parasetamol dosis toksis
juga memberikan pengaruh adanya
kenaikan kadar MDA pada kelompok
kontrol negatif jika dibandingkan dengan
kelompok kontrol positif karena nilai p-
value =0.006 yang berarti < (0,05), yang
berarti bahwa dengan dosis toksik
parasetamol dapat meningkatkan kadar
MDA pada kelompok kontrol negatif dan
dengan pemberian ekstrak daun kelor
ternyata yang dapat menurunkan kadar
MDA yang paling efektif adalah kadar
1gr/200BB tikus. Hal ini berarti bahwa
kandungan flavonoid pada ekstrak daun
kelor dapat berpotensi sebagai antioksidan
sekaligus sebagai hepatoprotektor pada
dosis 1gr/200grBB tikus. Berikut hasil
pemberian dosis ekstrak Daun Kelor
dengan kadar MDA disajikan pada Gambar
2.
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016, hal. 58 - 66 65
Gambar 2. Grafik Pemberian dosis Ekstrak Daun Kelor (Moringa Oleifera) dengan Kadar MDA.
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah
dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Ekstrak Daun Kelor dapat berpotensi
sebagai antioksidan dengan bukti
bahwa dapat menurunkan kadar
MDA pada tikus yang diinduksi
dengan parasetamol dosis toksis
2. Ekstrak daun Kelor dapat berpotensi
sebagai hepatoprotektor dengan
bukti bahwa dapat menurunkan
kadar SGOT dan SGPT pada tikus
yang diinduksi dengan parasetamol
dosis toksis.
3. Dosis yang paling efektif Ekstrak
Daun Kelor yang dapat menurunkan
kadar SGOT, SGPT maupun kadar
MDA adalah dosis 1gr/200grBB
tikus.
SARAN
Berdasarkan hasil penelitian ini,maka
disarankan:
1. Mengidentifikasi lebih lanjut
gambaran histopatologi hepar dari
tikus yang diinduksi dengan
parasetamol dosis toksik
2. Membuat variasi dosis toksik dan
variasi waktu untuk menguji efek
toksisitas, efek antioksidan dan
hepatoprotektor dari parasetamol
terhadap dosis ekstrak daun kelor.
UCAPAN TERIMAKASIH
Kami mengucapkan terimakasih sebesar-
besarnya kepada Dirjen DIKTI yang telah
memberikan dana pada penelitian hibah
pemula ini.
DAFTAR PUSTAKA
1. Zullies, I., 2010.Cerdas Mengenali Obat. Yogyakarta.Kanisiuss.
2. Koh, D dan Jeratnam, 2009, Buku Ajar dan Praktik Kedokteran Kerja, Jakarta:EGC.
3. Ramatina.2011. Efektifitas Berbagai Suplemen Antioksidan Terhadap Penurunan Status Oksidatif Malondialdehyd (MDA Plasma) Pada Mahasiswa Alih jenis Ipb. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor
4. Bobilya, D.J., Heim, K.E., Tagliaferro, A.R., 2002, Flavonoid Antioxidants: Chemistry, Metabolismand Structure activity Relationship, Journal of Nutritional Biochemistry, 13:572-584
5. Caceres,A. Saravia,A.et al. 1992. Pharmacologic Properties of Moringa Oleifera. 2: Screening for Antispasmodik, antiinflamatory and Diuretic Activity, J Ethnopharmacol. 36:233-237
6. Bukar, A., Uba,A. And Oyeyi, T.I. 2010. Antimicrobial Profile of
P=0.05 p=0.01
p=0.001
0
2
4
6
8
10
12
14
KADAR MDA
KONTROL POSITIF
KONTROL NEGATIF
DOSIS A
DOSIS B
DOSIS C
Jurnal “Ilmiah Kedokteran” Volume 5 Nomer 1 Edisi Maret 2016, hal. 58 - 66 66
Moringa oleifera Lan. Extracts Agains Some Food-Bornr Microorganisms. Bayero Journalof Pure and Applied Sciences, 3(1): 43-48.
7. Hastuti, T, 2008, Aktifitas Enzim Transaminase dan Gambaran Histopatologi Hati Tikus yang diberi Kelapa Kopyor Pasca Induksi Parasetamol.
8. Murugesh, K.S., et al, 2005, Hepatoprotective and antioxidant role of Berbens Tinctona Lasch Leaves on Parasetamol induced Hepatic Damage in Rats, Iranian, J. Pharmacol Therapeutic (IJPT) 4(1): 64-69
9. Santoso, S., 2005, Mengatasi Berbagai Masalah Statistik dengan SPSS versi 11,5, Penerbit PT. ELEX media Komputindo Kelompok Gramedia, Jakarta
10. Logu, T, Electrophoresis in Gels. Dalam Jan ChisterJanson& Lary R., 2005, Protein Purification: Principles, High Resolution Methods, and Applications (2nd ed),p: 464-469, New York.
11. Rajanandh, M.G, et.al., 2012, Moringa Oleifera A Herbal Medicine for Hyperlipidemia: A Pre Clinical Report, Department of Pharmacology J.S.S. Tamil, Nadu, India.
12. Redha, A., 2010, Flavonoid: Struktur, Sifat Antioksidatif dan Peranannya dalam Sistem Biologis, Jurnal Belian vol 9, p:196-202
Reviewer
dr. Pratika Yuhyi Hernanda, M.Sc., Ph.D.
top related