islam&ict pemanfaatantvuntukpendidikannilai
Post on 04-Jul-2015
766 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran
Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai &
Karakter Pada Masyarakat
Oleh : Andri Indrawan
E-mail : indraone01@gmail.com
A. Pendahuluan
Dalam sejarahnya umat manusia senantiasa memperbaiki taraf
kehidupannya, diantara peradabannya itu kita mengenal dengan terminologi
“teknologi”, yang dimana teknologi itu hadir sebagai upaya manusia mencari-cari
cara/ teknis tertentu yang dapat semakin mempermudah kehidupannya. Pada
akhir abad ke-18 dan awal dari abad ke-19, ditandai dengan munculnya revolusi
industri dimana perubahan secara besar-besaran baik dari segi teknologi,
sosioekonomi maupun budaya telah menghantarkan babak baru bagi peradaban
manusia ke jaman serba mesin, automatisasi dan bahkan kini komputerisasi.
Dalam perjalanannya, ternyata ada sisi gelap dari kehidupan manusia yaitu
peperangan, seperti Perang Dunia I (1914-1918) dan Perang Dunia II yang terjadi
Perang Dingin (1945-1989). Kebanyakan orang menilai peperangan itu
disebabkan oleh perang kepentingan semata, namun tidak sedikit pula yang
menyalahkan karena adanya perbedaan keyakinan dalam agama, seperti dalam
Perang Salib yang dimulai oleh kaum Kristiani (1095–1291). Terlepas dari itu
semua, sebenarnya peperangan dalam upaya meng-kudus-kan kepentingan ego
tertentu dengan manafikan secara radikal ego orang lain merupakan nilai
universal dari sisi negatif manusia yang terbatas dalam hal ke-materi-annya.
Hubungannya dengan teknologi dimana alih-alih diperuntukan untuk
memudahkan dan mensejahterakan kehidupan umat manusia, namun dalam
kenyataannya tidak terbantahkan lagi justru dengan kemajuan teknologi ini
manusia semakin menjadi keji, kejam dan tak kenal kasihan dalam melakukan
2 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
peperangan. Teknologi seperti hanya semata-mata sebagai pelayan pemenuhan
hawa nafsu, kebodohan dan keserakahan belaka, teknologi pulalah yang
memberikan manusia kemampuan untuk memusnahkan bangsa spesiesnya
sendiri secara massal. Selain peperangan, dampak negatif dari keberadaan
teknologi tidak berhenti disitu, kita dapat melihat bahwa tindak terorisme, tindak
kriminial, tindak asusila, kebohongan, perjudian, dan masih banyak lagi tindak
penyimpangan sosial yang merupakan penyakit masyarakat sepanjang jaman
yang cukup diuntungkan dalam pertumbuhannya dengan keberadaan kemajuan
teknologi ini, bahkan alam pun tidak terelakan menjadi korban eksploitasi besar-
besaran oleh pihak-pihak yang kurang bertanggung jawab hingga menyebabkan
kerusakan sehingga tidak perlu diragukan lagi, kembali yang menjadi penerima
dampak itu ialah umat manusia sendiri. Benarkah peradaban manusia itu
semakin membaik? Seperti itu kah tujuan diciptakannya teknologi? Mungkinkah
ini semua sebagian dari hal-hal yang ingatkan Allah S.W.T melalui firman-Nya?.
“Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka
sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan
yang benar).” QS Ar Rum : 41.
“Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi, sesudah (Allah)
memperbaikinya dan berdoalah kepada-Nya dengan rasa takut (tidak akan
diterima) dan harapan (akan dikabulkan). Sesungguhnya rahmat Allah
amat dekat kepada orang-orang yang berbuat baik.” QS Al A’raf : 56.
Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pencapaian manusia dalam
peradabannnya akan kemajuan teknologi ini, namun lain halnya dalam upaya
pemanfaatan manusia terhadap teknologi. Dalam sebuah buku karya Samuel
3 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
Huntington (1997) “The Clash of Civilizations (Benturan Peradaban)”,
menyatakan bahwa konflik yang terjadi antar peradaban melainkan benturan
yang terjadi atarnilai. Sehubungan dengan hal itu, Fritjof Capra (1998) dalam
bukunya “The Turning Point: Science, Technology and The Raising Culture (Titik
Balik Peradaban)” menyampaikan “Visi Realitas Baru” yang antara lain berintikan
pandangan hidup, sistem kehidupan, dan keutuhan hidup (Mulyana, 2004:iii)6
yang bertitik tolak dari keutuhan hidup dan sistem kehidupan manusia, baik
secara lokal, regional, nasional maupun internasional berdasarkan nilai-nilai
universal seperti kebenaran, keadilan, kejujuran, kebajikan, kearifan, kasih
sayang, dan lain sebagainya. Lalu dimanakah peran agama selama ini, bukankah
muatan nilai-nilai tersebut yang dibawa selama ini oleh agama? Atau benar
agamalah yang justru menyeret umat manusia kedalam kehancuran seperti
melalui peperangan? Tidak adakah nilai-nilai yang menjadi landasan kesadaran
manusia dari agama dalam berperilaku yang layak bagi dirinya, sesamanya dan
alam sekitarnya?.
Kita selaku umat Islam yang meyakini agamanya sebagai Rahmatan
lil’alamiin yang memuat nilai-nilai universal tersebut perlu menegaskan bahwa
Pertama, agama ini tidak menjadikan peperangan sebagai cara untuk hidup
namun lain halnya jika dalam upaya bertahan hidup dari ancaman dan serangan
luar. Kedua, dalam kaitannya dengan teknologi, selain kedudukan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang bukan saja diterima melainkan dianjurkan serta
dalam hal pemanfaatannya Islam melalui syariatnya yang suci memandang
penting hal tersebut. Ketiga, Islam memandang perkembangan IPTEK sebagai
roda peradaban manusia tidaklah cukup menjadikan manusia itu sempurna
dalam hidupnya jika tidak disertai dengan sikap takwa sebagai jaminan dari
keselamatan hidup dirinya sendiri dengan sesamanya bahkan alam sekitarnya.
6 Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Hal. 2-3.
Yogyakarta: UNY – FBS.
4 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,
(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan
langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau
menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami
dari siksa neraka.” QS Al-Imran 190-191.
“Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara
keduanya tanpa hikmah. Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang
kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk
neraka.” QS Shaad : 27.
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa
derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS Al-
Mujadilah 11.
5 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
“Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit
lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam
jenisnya. Dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah
yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. Dan
demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-
Nya, hanyalah ulama (ialah orang-orang yang mengetahui kebesaran dan
kekuasaan Allah). Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.” QS Faathir 27-28.
Dalam kaitan keberadaan dan kedudukan ilmu pengetahuan, khususnya
teknologi dengan Islam sebagai sistem nilai merupakan pembahasan para pakar
dan ulama yang amat beragam dan kompleks serta terus berkembang sampai
saat ini, namun penulis dalam kesempatan ini lebih tertarik untuk mengangkat
tema tertentu di wilayah teknologi informasi dan komunikasi yang aplikatif dan
kontekstual bagi masyarakat muslim ditanah air. Perkawinan antara teknologi
transmisi mutakhir dengan komputer telah melahirkan sebuah era baru, yaitu
era informasi yang tidak terkecuali bangsa Indonesia yang turut serta di
dalamnya. Collin Cherry7 mengungkapkan perkembangan teknologi komunikasi
yang cepat dewasa ini dapat disebut dengan istilah explosion, yaitu Pertama,
secara potensial teknologi komunikasi dapat menjangkau seluruh permukaan
bumi hanya dalam tempo sekejap. Kedua, jumlah pesan dan arus lalu lintas
informasi telah berlipat ganda secara geometrik. Kegita, kompleksitas
7 Mohd. Rafiq. (Jurnal: Analytica Islamica Vol. 5, No. 2, 2003: 149-168). Tantangan dan
Peluang Komunikasi Islam pada Era Globalisasi Informasi. Hal. 5. Sumatera Utara: IAIN
Sumut Prodi Komunikasi Islam.
6 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
teknologinya sendiri semakin canggih (shopisticated) baik perangkat lunak
maupun perangkat kerasnya. Berdasarkan dampak dari perkembangan teknologi
tersebut, maka masyarakat muslim di Indonesia sekalipun tidak terkecuali masuk
ke dalam era masyarakat informasi. Dengan arus informasi yang pesat dan besar
secara kapasitas, dalam hal ini tentunya perlu memerhatikan pengendalian yang
tepat sebagai upaya dari perlindungan terhadap informasi-informasi yang kurang
baik tentunya.
Pentingya tentang sistem informasi ini dengan kaitannya terhadap
masyarakat, Ziauddin Sardar8, menyatakan bahwa ilmu pengetahuan tentang
masyarakat dipengaruhi oleh empat jenis sistem informasi yang membentuk sifat
dan karakternya, yaitu 1. Weltanschauung (pandangan dunia) yang mengaitkan
kosmologi dan etika baik itu berorientasi teistik (ketuhanan) maupun non-teistik
2. Tentang pengetahuan masyarakat (nasionalisme) 3. Lembaga-lembaga sosial,
dan 4. Filsafat atau cara pandang pribadi. Oleh karena itu pengendalian akan
arus informasi dan komunikasi dalam sudut pandang Islam ialah dengan tetap
memperhatikan tujuh konsep pokok yaitu keesaan, ilmu dan pengetahuan,
hikmah/kebijakan, keadilan, konsesus/keumuman, musyarawah, kemashlahatan
umum, dan persatuan.
Kembali kepada fokus tema yang akan diambil penulis yaitu mengenai
teknologi informasi dan komunikasi yang aplikatif dan kontekstual bagi
masyarakat muslim ditanah air yang melibatkan permasalahan pengendalian
didalamnya menurut konteks ke-islam-an tentunya memerlukan beberapa atau
salah satu bentuk dari teknologi itu sendiri yang dijadikan sebagai batasannya.
Penulis memilih bentuk teknologi yang dimaksud ialah televisi. Hal ini bukan
tanpa dasar, melainkan berdasarkan kepada beberapa pertimbangan berikut:
Pertama, di masyarakat Indonesia menonton televisi9 diartikan sebagai kegiatan
8 Ibid., Hal. 13-14.
9 Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia). Indikator Sosial Budaya,
Tahun 2003, 2006, dan 2009. Jakarta. http://www.bps.go.id [April 2011]
7 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
meluangkan waktu dan perhatian untuk menonton salah satu atau beberapa
acara yang disajikan dalam televisi sehingga mengerti dan menikmatinya yang
dimana persentase penduduk berumur 10 tahun ke atas yang menonton televisi
dari 2003-2009 misalnya terus meningkat dari 84.94% (2003), 85.86% (2006), dan
mencapai 90.27% (2009) dari jumlah total penduduk Indonesia sebanyak
237,641,326 jiwa. Hal ini menunjukan bahwa hampir seluruh warga negara ini
mengkonsumsi informasi melalui media televisi. Kedua, kurangnya tayangan
televisi yang mengangkat tema pendidikan, lingkungan maupun nilai-nilai
spiritual dalam setiap muatan filmnya (misal sinema/sinetron) ketimbang
bersifat bisnis dan hiburan semata yang dimana itu pun notabenenya lebih
mengadopsi acara televisi dari luar negeri yang jelas berbeda sistem nilai dan
budaya dengan Indonesia merupakan kekhawatiran tersendiri. Sekedar
menunjukan bagaimana perolehan keuntungan dari dunia per-televisi-an dan
bisnis hiburannya, mari kita lihat tabel berikut10
:
Tabel 1.1 Perolehan Iklan Televisi di Indonesia Tahun 1999 - 2003 (juta rupiah)
Stasiun 1999 (%) 2000 (%) 2001 (%) 2002 (%) 2003 (%)
SCTV 885.998
(25,7)
1.214.666
(24,6)
1.591.885
(24,8)
1.712.839
(20,4)
2.072.831
(17,8)
RCTI 954.728
(27,7)
1.251.815
(25,4)
1.420.508
(23,5)
1.878.807
(22,4)
2.050.746
(17,6)
Indosiar 937.712
(24,3)
1.330.996
(27,0)
1.609.870
(26,6)
1.898.224
(26,6)
1.949.476
(16,7)
Trans TV _ _ _ 652.061
(7,8)
1.388.302
(11,9)
TPI 446.832
(13,0)
819.958
(16,6)
905.144
(14,9)
916.807
(10,9)
936.565 (8,0)
TV7 _ _ 22.183
(0,4)
205.226
(2,4)
838.516 (7,2)
Global
TV
_ _ _ 311.208
(3,7)
742.824 (6,4)
Metro
TV
_ 17.788
(0,4)
243.004
(4,0)
438.085
(5,2)
521.806 (4,5)
LATIVI _ _ _ 155.526
(1,9)
502.984 (4,3)
ANTV 323.369
(9,4)
297.816
(0,6)
331.001
(5,5)
158.967
(1.9)
449.236 (3,9)
10
Robirendani. (2010). Pengaruh Televisi terhadap Maysarakat dan Sistem Komunikasi di
Indonesia. http://robitea.wordpress.com [April 2011].
8 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
JTV _ _ 23.276
(0,4)
54.336
(0,6)
148.337 (1,3)
TVRI _ _ _ _ 44.677
(0,4)
Bali TV _ _ _ _ 13.307
(0,1)
Total 3.548.683
(100)
4.933.039
(100)
6.146.871
(100)
8.382.086
(100)
11.659.607
(100)
B. Teori Komunikasi
Seperti yang dapat dipahami bersama bahwa komunikasi dalam kontak
sosial masyarakat senantiasa membandingkan sejauh mana pesan yang
disampaikan dengan pesan yang dapat diterima baik dari segi jumlah maupun
daya serap informasi yang dapat dimengerti, dalam hal ini tinjauan yang
dilakukan bukan hanya dari segi keefektifan semata melainkan juga tingkat
efesiensinya. Komunikasi11
secara leksikal berarti pengiriman dan penerimaan
pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud
dapat dipahami. Secara bahasa komunikasi berarti bersama-sama (common,
commoness: Inggris) berasal dari bahasa Latin yakni communicatio yang berarti
pemberitahuan, pemberian bagian (dalam sesuatu), pertukaran. Sedangkan
menurut Claude Shannon dan Warren Weaver (1949)12
, dalam karyanya
Mathematical Theory of Communication, melihat komunikasi sebagai fenomena
mekanistis, matematis, dan informatif: komunikasi sebagai transmisi pesan dan
bagaimana transmitter menggunakan saluran dan media komunikasi sebagai
proses yang dimana melihat kode sebagai sarana untuk mengonstruksi pesan
dan menerjemahkannya (encoding dan decoding). Titik perhatiannya terletak
pada akurasi dan efisiensi proses.
Komunikasi yang dimaksud dalam Islam tentunya bukan hanya komunikasi
secara horizontal kepada sesama namun juga komunikasi yang terjadi secara
vertikal antara Pencipta yaitu Allah S.W.T dengan kita sebagai hamban-Nya. Para
11
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Hal. 517. Jakarta: Balai Pustaka. 12
Salam Abdul (2010). Teori-teori Komunikasi. Dikutip dari
http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com [April 2011]
9 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
pemikir muslim telah mengembangkan teori-teori komunikasi yang menjadi
komunikasi alternatif yang kemudian kita sebut sebagai Komunikasi Islam yang
menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan fitrah penciptaan manusia.
Adapun komunikasi Islam menitikberatkan akan adanya unsur-unsur nilai ke-
islam-an dari pada komunikator ke komunikannya yang sesuai dengan Al-Quran
dan Al-Hadist. Dalam konteks tersebut Madjid Tehranian13
, mengungkapkan
bahwa dalam prepektif Islam komunikasi haruslah dikembangkan melalui Islamic
World-View yang selanjutnya menjadi asas pembentukan teori komunikasi Islam
seperti aspek bahwa kekuasaan mutlak hanyalah milik Allah, serta peranan
institusi ulama dan masjid sebagai penyambung komunikasi dan aspek
pengawasan syariah yang menjadi penunjang kehidupan muslim. Kualitas
komunikasi yang dimaksud pun menyangkut nilai-nilai kebenaran,
kesederhanaan, kebaikan, kejujuran, integritas, keadilan, ke-sahih-an pesan dan
sumber yang ditegakkan atas sendi hubungan Islamic Tringular Relationship yaitu
antara Allah, Manusia, dan Masyarakat. Adapun Methatheory yang dapat
diketengahkan dari aspek epistemologi, ontologi, dan presfektifnya dapat dimulai
dari pembenahan aspek nilai-nilainya yang berdasarkan tauhid, persatuan umat
dengan adanya persamaan makna, serta orientasi kebahagiaan hidup akhirat
sebagai tujuan akhirnya. Mengenai prinsip dan etika tata cara berkomunikasi,
ada baiknya kita memperhatikan ayat-ayat Al-Quran sebagai berikut:
“Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat
keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab
yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu
tidak mengetahui.” QS An-Nuur 19.
13
Mohd. Rafiq. (Jurnal: Analytica Islamica Vol. 3, No. 2, 2003: 149-168). Tantangan dan
Peluang Komunikasi Islam pada Era Globalisasi Informasi. Hal. 5. Sumatera Utara: IAIN
Sumut Prodi Komunikasi Islam
10 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik
membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
QS Al-Hujaraat 6.
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” QS Al-Israa’
36.
“Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan,
memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji,
kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar
kamu dapat mengambil pelajaran.
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh
lidahmu secara dusta "ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan
kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-
adakan kebohongan terhadap Allah tiadalah beruntung.” QS An-Nahl 90 &
116.
11 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf (segala perbuatan yang
mendekatkan kita kepada Allah) dan mencegah dari yang munkar(segala
perbuatan yang menjauhkan kita dari pada-Nya); merekalah orang-orang
yang beruntung.” QS Ali-‘Imran 104.
C. Media Dan Penyiaran Televisi
Pada umumnya kita sudah tidak asing lagi mendengarkan istilah media,
bahkan dalam keseharian pun kita tidak terlepas dengan media baik dalam
menyampaikan maupun dalam memperoleh informasi tertentu. Definisi
mendasar dari media dapat kita pahami bahwa media komunikasi ialah
perantara dalam penyampaian informasi dari komunikator kepada komunikan
yang bertujuan untuk efisiensi penyebaran informasi atau pesan tersebut.
Menurut Heinich14
bahwa ”media” merupakan alat komunikasi. Media berasal
dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata ”medium” yang secara
harfiah berarti ”perantara” yaitu perantara sumber pesan (a source) dengan
penerima pesan (a receiver). Sedangkan fungsi media komunikasi itu sendiri
menurut Burgon & Huffner (2002)15
, yakni efisiensi penyebaran informasi (baik
dari segi biaya, tenaga, pemikiran dan waktu), memperkuat eksistensi informasi,
mendidik/mengarahkan/persuasi, menghibur/entertaint/joyfull, dan sebagai
kontrol sosial.
Begitupun dengan penyiaran merupakan hal yang cukup familiar bagi
masyarakat kita. Penyiaran menurut JB. Wahyudi (1996)16
adalah “semua
kegiatan yang memungkinkan adanya siaran radio dan televisi yang meliputi segi
14
Susilana Rudi dan Riyana Cepi. (2008). Media Pembelajaran. Hal. 6. Bandung: Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan. 15
Alim Muhammad Baitul. (2010). Definisi Media Komunikasi dan Fungsinya. Di kutip dari
http://www.psikologizone.com [April 2011] 16
Aidie. (2009). Pengertian Media Penyiaran & Sejarah. Dikutip dari
http://teorikuliah.blogspot.com [April 2011]
12 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
ideal, perangkat keras dan lunak yang mengunakan sarana pemancaran atau
transmisi, baik di darat maupun di antariksa, dengan mengunakan gelombang
elektromagnetik atau jenis gelombang yang lebih tinggi untuk dipancarluaskan
dan dapat diterima oleh khalayak melalui pesawat penerima radio atau televisi,
dengan atau tanpa alat bantu”. Sedangkan siaran itu sama artinya dengan
broadcast yang dalam Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang Penyiaran
adalah “pesan atau rangkaian pesan dalam bentuk suara, gambar, atau suara
dan gambar atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat interaktif
maupun tidak, yang dapat diterima melalui perangkat penerima siaran”.
Sedangkan Penyiaran yang disebut broadcasting memiliki pengertian sebagai;
“kegiatan pemancarluasan siaran melalui sarana pemancaran dan/atau sarana
transmisi di darat, di laut atau di antariksa dengan mengunakan spektrum
frekuensi radio (sinyal radio) yang berbentuk gelombang elektromagnetik yang
merambat melalui udara, kabel, dan atau media lainnya untuk dapat diterima
secara serentak dan bersamaan oleh masyarakat dengan perangkat penerima
siaran”. Dari sudut pandang penyiaran sebagai media, Malvin L. DeFleur & Everet
E. Dennis, Understanding Mass Communication, (1985).17
, yakni sebagai jenis
media massa yang menggunakan instrument elektromagnetik dalam
menyampaikan pesan ke audiensnya secara simultan.
Dari beberapa keterangan tersebut, setidaknya ada dua teknologi media
massa yang dimaksud dalam media penyiaran, yaitu radio dan televisi. Televisi
adalah sebuah alat penangkap siaran bergambar. Kata televisi berasal dari kata
tele dan vision; yang mempunyai arti masing-masing jauh (tele) dan tampak
(vision). Jadi televisi berarti tampak atau dapat melihat dari jarak jauh. Pada
teknologi televisi ada beberapa orang ahli yang telah berjasa menemukannya18
.
Prinsip televisi ditemukan oleh Paul Nipkow seorang ahli dari Jerman pada tahun
17
Putra Afdal Makuraga. (2010). Modul Hukum & Etika Penyiaran: Pengertian Media
Penyiaran. Jakarta: Universitas Mercu Buana FIKOM. 18
Aidie. (2009). Pengertian Media Penyiaran & Sejarah. Dikutip dari
http://teorikuliah.blogspot.com [April 2011].
13 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
1884. Dilanjutkan Vladimir Zworkyn tahun 1928 yang menemukan tabung
kamera atau iconoscope. Tabung kamera bekerja mengubah gambar dari bentuk
optis ke dalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan ditumpangkan
ke dalam gelombang radio. Dengan dibantu Philo Fransworth akhirnya terbentuk
pesawat televisi pertama yang ditunjukan dimuka umum pada pertemuan
World’s Fair pada tahun 1939 dan sebagai media massa baru lahir pada tahun
1946, ketika khalayak dapat menonton siaran rapat Dewan Keamanan PBB New
York (Amir, 1999). Sampai pada tahun 1956 dimana Ampex Corporation berhasil
menemukan video tape recorder yang mampu menyimpan suara dan gambar.
Sehingga seluruh siaran televisi berbentuk tidak siaran langsung lagi karena
dapat direkam oleh video tape untuk disiarkan tunda.
Sejarah perkembangan televisi di Indonesia ditandai dengan Televisi
Republik Indonesia (TVRI) yang berdiri pada tanggal 24 Agustus 1962 ketika
diadakannya siaran langsung Asian Games ke-4 di stadion Gelora Bung Karno.
TVRI memiliki 24 stasiun penyiaran di seluruh Indonesia yang masing-masing
memiliki jam siaran lokal di daerah coverage-nya. Sejak tahun 1989 selain TVRI
telah ada ratusan televisi swasta lokal, komunitas dan berlangganan yang
menyiarkan bersama-sama di wilayah negeri Indonesia. Adapun televisi
berdasarkan jenisnya dapat dibagi sebagai berikut19
:
1. Televisi analog, mengkodekan informasi gambar dengan memvariasikan
voltase dan/atau frekuensi dari sinyal. Seluruh sistem sebelum Televisi
digital dapat dimasukan ke analog. Dengan dua sistem yaitu NTSC (National
Television System(s)) dan PAL (Phase-Alternating Line, phase alternation by
line atau untuk phase alternation line).
2. Televisi digital (bahasa Inggris: Digital Television, DTV) adalah jenis TV yang
menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyebarluaskan
19
Wennyrahmawati (2009), Perkembangan Teknologi Televisi di Dunia. Dikutip dari
http://wennyrahmawati.wordpress.com mirror
http://www.cybermq.com/index.php?intermezzo/detail/1/10/intermezzo-10.html
[April 2011]
14 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
video, audio, dan signal data ke pesawat televisi. Televisi resolusi tinggi atau
high-definition television (HDTV), yaitu: standar televisi digital internasional
yang disiarkan dalam format 16:9 (TV biasa 4:3) dan surround-sound 5.1
Dolby Digital.
3. Televisi kabel adalah sistem penyiaran acara televisi lewat frekuensi radio
melalui serat optik atau kabel coaxial dan bukan lewat udara seperti siaran
televisi biasa yang harus ditangkap antena.
4. Televisi satelit adalah televisi yang dipancarkan dengan cara yang mirip
seperti komunikasi satelit, serta bisa disamakan dengan televisi lokal dan
televisi kabel.
Televisi sebagai bagian dari bentuk teknologi dalam hal ini tentunya Islam
sebagai sistem nilai memiliki pandangan. Adapun pandangan Islam tentang
teknologi dapat diketahui prinsip-prinsipnya dari analisis wahyu Qs. Al-‘Alaq: 1-5.
Menurut Prof. Dr. Quraisy Syihab20
, istilah dari iqra trambil dari kata
menghimpun. Dari menghimpun lahir aneka makna seperti menyampaikan,
menelaah, mendalami, meneliti, mengetahui ciri sesuatu, dan membaca baik
teks tertulis maupun tidak.
Al-Quran memberikan isyarat kepada manusia mengenai cara perolehan
dan pengembangan ilmu, yaitu Allah mengajar dengan perantara yang telah
diketahui manusia sebelumnya (alat atau atas dasar usaha manusia) dan
mengajari manusia yang belum mengetahui sebelumnya. Hal ini bisa ditinjau dari
adanya unsur subjek dan objek dalam pengetahuan dan dimana secara
umumnya subjeklah yang memahami objek. Namun ada pengalaman ilmiah yang
menunjukan bahwa objek dari pengetahuan itu sendirilah yang memperkenalkan
dirinya pada subjek, seperi komet Halley yang memasuki cakrawala sejenak
setiap 76 tahun. Selain itu ayat naqli lain dari diperintahkannya manusia untuk
20
Tim Dosen SPAI. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa: Seminar Pendidikan Agama Islam.
Hal. 64-67. Bandung: Value Press, Universitas Pendidikan Indonesia FPIPS Jurusan
MKU.
15 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
meneliti dan memperhatikan alam dapat di lihat pada Qs. Al-Imran: 190-191.
Adapun hadist nabi mengenai pentingnya ilmu pengetahuan dapat kita
perhatikan dari Riwayat Muslim, Abu Daud, Tirmidzi, dan lain-lain dari sahabat
Abu Hurairah, Rasulullah Saw. Bersabda yang artinya “Barangsiapa berjalan di
suatu tempat guna menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan
ke Syurga”.
Dalam kesempatan yang lain, untuk menunjukan pentingnya keberadaan
ilmu dalam mempengaruhi nilai dari suatu amal seseorang di hadapan Amirul
Mukminin Imam Ali bin Abi Tholib, Rasullullah SAWW., bersabda21
“Wahai Ali,
ada tiga hal yang apabila seseorang yang tidak memilikinya maka amalnya tidak
akan membaik; wara’ yang mencegahnya dari berbuat maksiat kepada Allah,
ilmu yang menyelamatkannya dari sikap bodoh orang jahil dan akal yang
dengannya ia bergaul secara baik dengan masyarakat”. Berkenaan dengan amal
ibadah, keberadaan ilmu menurut Nabi memiliki posisi sebagai berikut
“Keutamaan ilmu lebih aku sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik
agama kalian adalah wara’ ”. Bahkan dalam hal muammalah pun kebaradaan
ilmu itu merupakan hal yang penting keberadaanya sebagaimana Nabi bersabda
“Barangsiapa yang bekerja tanpa dilandasi dengan ilmu maka pekerjaannya
lebih banyak gagalnya daripada berhasilnya”. Seraya mengulang sabda Nabi
SAWW., Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi Tholib telah memberikan nasihat
yang sama kepada sahabatnya mengenai ilmu sebagai landasan setiap tindakan,
yaitu “Wahai Kumail, tidak ada suatu tindakan pun kecuali engkau memerlukan
ilmu di dalamnya”.
Islam selain memposisikan penting IPTEK baik dari kedudukannya maupun
keutamaan dalam mencarinya, secara historik para cendikiawan muslim
terkemuka telah membuktikan kepada umat manusia peranannya dalam IPTEK,
21
Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah
Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses & Bahagia.
Hal. 30, No. 4 & Hal. 34, No. 20 & Hal. 36, No. 32 & Hal. 43, No. 64 . Jakarta Timur:
Uswah.
16 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
seperti Ibnu Sina dalam bidang ilmu kedokterannya yang dimana karya mognum
opusnya al-Qanun fi al-Thib menjadi sumber rujukan primer di berbagai
universitas dunia. Sekitar tahun 1000, seorang dokter Al Zahrawi
mempublikasikan 1500 halaman ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah
yang digunakan di Eropa sebagai referensi medis selama lebih dari 500 tahun. Di
abad ke-9, Abbas ibn Firnas adalah orang pertama yang mencoba membuat
konstruksi sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya dalam bentuk
kerangka sayap pada konstum burung. Lalu tidak ketinggalan di bidang
matematika, kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia
abad ke-9 ‘Kitab al-Jabr Wal-Mugabala’, yang diterjemahkan ke dalam buku ‘The
Book of Reasoning and Balancing’. Matematikawan lainnya Al-Khwarizmi juga
yang pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan. Di bidang
fisika yaitu tahun 1.000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia melihat
obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori Euclid dan
Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri. Tak ketinggalan di
bidang teknik, Al-Jazari pada abad ke-12 dengan menemukan teknologi prinsip
hidrolik untuk menggerakkan mesin yang kemudian hari dikenal sebagai mesin
robot. Tidak hanya itu sebenarnya masih banyak cendikiamuslim lain yang
berperan penting dalam perkembangan IPTEK bahkan sampai saat ini walaupun
dengan kapasitas yang berbeda.
D. Pendidikan Nilai dan Karakter
Pendidikan dituntut untuk memiliki wawasan pemikiran ke depan dan
mampu membaca peluang dan tantangan global. Di samping itu, harus mampu
memelihara perilaku etik pribumi yang harus dipertahankan sesuai dengan
keanekaragaman dan keunikan yang dimiliki. Sastrapratedja (dalam K. Kaswardi,
1993: 3)22
menyatakan bahwa untuk menjadikan suatu bangsa berpredikat ganda
22
Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Hal. 3.
Yogyakarta: UNY – FBS.
17 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
seperti itu, tidak hanya memerlukan pengembangan ilmu, keterampilan, dan
teknologi, tetapi juga memerlukan pengembangan aspek-aspek lainnya, seperti
kepribadian dan etik-moral.
Pendidikan nilai atau moral adalah pendidikan yang berusaha
mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Pendidikan nilai
merupakan bagian internalisasi nilai-nilai akhlak manusia secara umum. Dalam
hal ini Islam telah menyebutkan secara rinci dan sangat luas tentang nilai-nilai
akhlak yang sangat berguna bagi umat manusia dalam kehidupannya di dunia
dan di akhirat. Pendidikan nilai/moral di istilahkan dalam Islam secara tepat
menjadi Akhlaq, Secara etimologis Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang
merupakan jama’ dari “khulqu” dari bahasa Arab yang artinya: tingkah Laku,
budi, tabiat dan adab. Adapun secara istilah menurut Abu Hamid Al Ghozali23
“Akhlaq adalah sesuatu yang menggambarkan tentang prilaku seseorang yang
terdapat dalam jiwa yang baik, yang darinya keluar perbuatan secara mudah
dan otomatis tanpa terpikir sebelumnya. Dan jika sumber prilaku tersebut
didasari oleh perbuatan yang baik dan mulia yang dapat ditinjau (dibenarkan)
oleh akal dan syari’at maka ia dinamakan akhlaq yang mulia, namun jika
sebaliknya maka ia dinamakan akhlaq yang tercela”. Dikesempatan lain seraya
menguatkan dari segi sistem nilai, menurut Abu Ridho yang dimaksud akhlak
Islam adalah seperangkat tindakan dan suluk (prilaku) serta gaya hidup yang
terpuji yang merupakan repleksi dari nilai-nilai Islam yang telah menjadi
keyakinan dan keperibadiannya dengan motivasi semata-mata keridhaan Allah
SWT.
Dalam perspektif sejarah filsafat24
, nilai merupakan suatu tema filosofis
yang dimulai pada akhir abad ke-19 , yaitu sejak Plato menempatkan ide “baik”
23
Faqihudin Muhammad. (2010). Dasar-Dasar Pendidikan Nilai. Dikutip dari
http://yayasanbaitulmaqdis.com [April 2011] 24
Sauri Sofyan. (2007). Makalah: Sekilas Tentang Pendidikan Nilai . Disajikan dalam
Pelatihan Guru-Guru di Kapus Politeknik UNSI Kabupaten Sukabumi. Bandung: Pasca
Sarjana UPI.
18 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
paling atas dalam hierarki nilai-nilai (Bartens, 2004:12). Kurt Baier (UIA, 2003:
10) mengemukakan bahwa nilai adalah suatu kecenderungan perilaku yang
berawal dari gejala-gejala psikologis, seperti hasrat, motif, sikap, kebutuhan dan
keyakinan yang dimiliki secara individual sampai pada wujud tingkah lakunya
yang unik. Sedangkan Allport menyatakan bahwa nilai adalah keyakinan yang
membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Bagi Allport nilai terjadi
pada wilayah psikologis kepribadian (Allport, 1964: 4). Adapun Kluckhon
(Mulyana, 2004:5) lebih panjang merumuskan tentang nilai. Ia mendefinisikan
nilai sebagai konsepsi dari apa yang diinginkan, yang mempengaruhi pilihan
terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir tindakan. Sementara Bramel
(Mulyana, 2004:5) mengungkapkan bahwa definisi itu memiliki banyak implikasi
terhadap pemaknaan nilai-nilai budaya dalam pengertian lebih spesifik. Implikasi
yang dimaksud adalah:
1. Nilai merupakan konstruk yang melibatkan proses kognitif (logis dan
rasional) dan proses katektik (ketertarikan atau penolakan menurut kata
hati).
2. Nilai selalu berfungsi secara potensial, tetapi selalu tidak bermakna apabila
diverbalisasi.
3. Apabila hal itu berkenan dengan budaya, nilai diungkapkan dengan cara
yang unik oleh individu atau kelompok.
4. Karena kehendak tertentu dapat bernilai atau tidak, maka perlu diyakini
bahwa nilai pada dasarnya disamakan daripada diinginkan, ia didefinisikan
berdasarkan keperluan sistem kepribadian dan sosial budaya untuk
mencapai keteraturan atau untuk menghargai orang lain dalam kehidupan
sosial.
5. Pilihan di antara nilai-nilai alternatif dibuat dalam konteks ketersediaan
tujuan antara means dan ends, dan
6. Nilai itu ada, ia merupakan fakta alam, manusia, budaya dan pada saat yang
sama ia adalah norma-norma yang telah disadari.
19 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
Sedangkan Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin
“character”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi
pekerti, kepribadian atau akhlak (Oxford). Sedangkan secara istilah, dari “The
stamp of individually or group impressed by nature, education or habit”25
.
Karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan
Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan
yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan
berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat.
Menurut John P. Miller (1976: 5)26
, gambaran kepribadian menunjukkan
beberapa karakteristik. Pertama, pribadi yang terintegrasikan selalu melakukan
pertumbuhan dan perkembangan. Maksudnya, ia memandang hidupnya sebagai
suatu proses menjadi dan berusaha memilih pengalaman-pengalaman yang
mengakibatkan perkembangan tersebut. Kedua, pribadi yang terintegrasikan
memiliki kesadaran akan jati dirinya dan identitasnya. Dia dapat mengenal dan
menjelaskan nilai-nilai dan keyakinan yang ia percayai dan menegaskannya
secara terbuka, sejauh nilai-nilai itu menjadi kesatuan dengan jati dirinya. Ketiga,
pribadi yang terintegrasikan senantiasa terbuka dan peka terhadap kebutuhan
orang lain. Dia tidak memutuskan diri dari orang-orang dan dia dapat
mengkomunikasikan rasa empatinya secara jelas terhadap orang lain. Keempat,
pribadi yang terintegrasikan menggambarkan suatu kebulatan kesadaran. Dia
merasakan suatu keseimbangan antara hati dan pikirannya. Ia mengalami rasa
keutuhan pribadinya. Dia dapat menggunakan daya kemampuan intuisi,
imajinasi, dan penalarannya.
Ada pandangan yang menyatakan bahwa tujuan mendasar atau tujuan
akhir dari pendidikan itu ialah tercapainya manusia utuh yang
bermoral/berkarakter mulia. Hal ini diungkapkan oleh Driyakarya :”Tujuan
25
Tobroni. (2010). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. Malaysia: UMM Press,
University of Malaya Malaysia FAI/PPS. 26
Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Hal. 8-9.
Yogyakarta: UNY – FBS.
20 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
pendidikan adalah menjadikan peserta didik ‘manusia yang utuh sempurna’ atau
‘manusia purnawan’ (Driyarkara, 1980:129). Tercapainya kesempurnaaan di
tunjukkan terbentuknya “Pribadi yang bermoral” atau “moral characters”
(Montemayor, 1994:11). Dimana pribadi bermoral yang dimaksud adalah yang
memiliki kemampuan untuk mengelola hidupnya sesuai dengan nilai-nilai luhur
kemanusiaan.
Oleh karenanya tidak heran jika seorang Ulama Besar yakni Hujjatul Islam
Ayyatullah Sayyid Ahmad Khomeini (1989)27
memandang bahwa setiap gerakan
sosial termasuk pendidikan didalamnya, mesti bertujuan mendidik masyarakat.
Ide pendidikan dalam Islam ialah menyempurnakan manusia atas keluhuran dan
kesucian jiwanya. Hal ini sesuai dengan tafsir Qs. Asy-Syams: 9-10.
“Sesungguhnya beruntunglah orang yang mensucikan jiwa itu, dan
sesungguhnya merugilah orang yang mengotorinya.”
Bahkan hal ini pun merupakan maksud yang berada di balik falsafah
pengutusan para nabi, khususnya nabi Muhammad SAWW. Sebagaimana Hadist
Nabi yang berbunyi “Sesungguhnya aku (Nabi shollallahu ‘alaihi wa ‘alihi was
sallam) diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia (dalam riwayat yang
lain dengan lafadz untuk memperbaiki akhlak)” [HR. Bukhori dalam Adabul
Mufrod no. 273 lihat juga Imam Malik, al-Muwattha’, no. 1723].
Selanjutnya al-Syaibani (1979:399)28
menjabarkan tujuan Pendidikan Islam
secara umum dengan mengklasifikasikannya ke dalam tiga tujuan asasi sebagai
berikut: 1. Tujuan-tujuan individu yang berkaitan dengan peningkatan
kemampuan setiap individu berupa pengetahuan, perubahan tingkah laku,
27
__. (1 Juni 1994). Studi Atas Ide dan Pemikiran Imam Khomeini Tentang Pendidikan.
Teheran: Disampaikan dalam sebuah konferensi, dalam rangka memperingati wafatnya
Imam Khomeini. Source from: www.al-shia.org [April 2011] 28
Tim Dosen SPAI. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa: Seminar Pendidikan Agama Islam.
Hal. 18-20. Bandung: Value Press, Universitas Pendidikan Indonesia FPIPS Jurusan
MKU.
21 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
pertumbuhan kedewasaan, serta kesiapan-kesiapan yang sudah semestinya
dimiliki dalam mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat; 2. Tujuan sosial yang
berkaitan dengan kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan; 3. Tujuan-tujuan
profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, seni,
profesi dan aktivitas dalam masyarakat.
Dengan kejelasan pembahasan mengenai pentingnya pendidikan nilai dan
moral (akhlak) pada pembentukan karakter masyarakat memerlukan tindak
lanjut lebih jauh. Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut
Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, (2008: 36-37)29
meliputi pendekatan (i)
inculcating, yaitu menanamkan nilai dan moralitas, (ii) modelling, yaitu
meneladankan nilai dan moralitas, (iii) facilitating, yaitu memudahkan
perkembangan nilai dan moral, dan (iv) skill development, yaitu pengembangan
keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang tentram dan kehidupan
sosial yang kondusif. Yang ditekankan dalam pendidikan nilai adalah keseluruhan
proses pendidikan nilai yang sangat kompleks dan menyeluruh yang melibatkan
cakupan yang luas dan beragam variasi yang dialami. Oleh karena itu, pendidikan
nilai tidak dapat diserahkan begitu saja ke lembaga-lembaga pemerintahan
terkait seperti Departemen Pendidikan Nasional atau sekalipun Departemen
Agama, bahkan harus lebih jauh dari itu Negara terlibat disamping
mengoptimalkan peran serta masyarakat diantaranya elemen-elemen
kelembagaan agama masyarakat dengan format yang beragam dari berbagai
pihak yang mengintegrasikan secara sendiri-sendiri atau dengan kombinasi.
Untuk mengaplikasikan konsep pendidikan nilai tersebut di atas, diperlukan
beberapa metode, baik metode langsung maupun tidak langsung. Metode
langsung sebagai pendekatan inculcating mulai dengan penentuan perilaku yang
dinilai baik sebagai upaya indoktrinasi berbagai ajaran. Hal ini dapat diterapkan
melalui kurikulum baku pendidikan baik formal maupun non-formal, baik itu
29
Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Hal. 10.
Yogyakarta: UNY – FBS.
22 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
pendidikan dalam sekolah maupun luar sekolah dan aplikasi-aplikasi pendidikan
lainnya yang ada pada masyarakat seperti pesantren sampai termasuk ke dalam
satuan unit yaitu pendidikan keluarga.
Sedangkan untuk metode tidak langsung bagi tiga pendekatan lainnya yaitu
modelling, facilitating, dan skill development dapat diterapkan secara hiddent
curriculum baik dari segi Hukum dan Perundang-undangan, co-curriculum
(lingkungan, aturan, isntrument, dll), peraturan-peraturan pemerintah baik pusat
maupun daerah, serta pembudayaan pada masyarakat. Namun perlu diingat,
Pertama, Negara kita merupakan negara yang berazaskan Pancasila yang berke-
Tuhan-an Yang Maha Esa, dan ada 4 agama lainnya selain Islam yang dijadikan
agama resmi negara ini. Kedua, pendidikan nilai yang dimaksud tentunya lebih ke
esensi ketimbang simbol-simbol tertentu yang hubungannya agama sebagai
sumber dari nilai yang dimaksud. Lagi pula nilai yang universal pasti dimiliki oleh
seluruh agama yang ada. Ketiga, indoktrinasi merupakan kegiatan sadar yang
bersifat ideologis oleh suatu bangsa, sehingga memiliki sifat mengikat dan
memaksa sebagaimana hukum. Adapun sikap suka rela (voluntary action) dari
masyarakat sebagai subjek pendidikan nilai tetap dilakukan dengan cara
demokratis melalui mekanisme yang telah disepakati sebelumnya. Kelima,
keteladanan masing-masing atas komitmen nilai dari para pihak terkait baik itu
Pemerintah, Pejabat, Tokoh Masyarakat, Agamawan, Para Pelajar-Mahasiswa,
Guru, Orang tua, Cendikiawan, Ilmuwan, Insan Pers, Insan Perfilman, Ekonom,
Seniman, Profesional lainnya dan masyarakat umumnya akan nilai moral/ akhlak
yang baik sebagai upaya karakter ideal bersama merupakan faktor penentu yang
utama.
E. Media Penyiaran Televisi Sebagai Produk Seni, Sains Dan Teknologi
Televisi sebagai bagian dari teknologi komunikasi secara jelas dapat kita
tangkap merupakan produk dari sains dan teknologi, namun dari sisi hasil ekpresi
(ungkapan rasa) dan kreasi manusia, baik itu untuk televisi sebagai suatu benda
23 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
seni maupun kesenian dari isi (content) yang dapat disajikan oleh teknologi
televisi melalui penyiarannya menunjukan bahwa televisi pun merupakan produk
dari seni. Manusia yang berbudaya senantiasa menciptakan simbol-simbol dan
karya benda yang akan selalu meliputi dua sisi yaitu, benda yang memiliki unsur
seni dan benda sebagai teknologi.
Khusus mengenai seni, ada seorang Ulama Besar Umat Islam yang
senantiasa memberikan perhatiannya atas perkara ini, bahkan kononnya sang
Ulama Besar ini pun pernah berkecimpung di dunia seni dan sastra sewaktu
muda dalam perjalanan pendidikannya. Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei
memberikan pernyataan mengenai seni sebagai berikut:30
“Kesenian dengan
segala jenisnya adalah satu anugerah ilahi. Kesenian memang muncul dalam
format ekspresi, tapi ekspresi saja tidak mewakili keseluruhan hakikat seni.
Sebelum mencapai tahap ekspresi, seni adalah suatu daya nalar dan kepekaan.
Setelah menangkap satu keindahan, daya tarik dan esensi yang terlihat dari
seribu titik - yang terkadang manusia biasa tidak akan dapat menangkap
satupun diantaranya- seorang seniman dengan naluri seni yang tertanam dalam
dirinya dapat mengekspresikan keindahan-keindahan itu secara detail dan
substansial. Secara utuh, kesenian adalah suatu pemahaman yang kemudian
tertuang dalam bentuk refleksi dan ekspresi”.
Kesenian telah menjadi satu instrumen untuk menyampaikan pesan
kepada masyarakat, pembentukan opini pada masyarakat tak dapat dilakukan
kecuali melalui media seni, termasuk sinema dan media visual. Oleh karena itu
seni merupakan media propaganda yang efektif ketimbang sains, percakapan
bahkan nasihat (bersifat argumentatif proposional, seperti ceramah, pidato,
orasi, dll). Seni adalah media yang paling ampuh untuk membumikan suatu
pemikiran yang mampu menyugesti pikiran audien melalui modus
mempengaruhi. Allah SWT., sendiri dengan kitab suci Al-Quran-Nya memilih cara
30
__. (2010). Pidato Rahbar Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei: Cara Bijak
Mengapresiasi Seni. Dikutip dari http://indonesian.irib.ir/ [April 2011].
24 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
terbaik ini dalam mengalirkan pesan-pesan makrifat-Nya. Cara yang terfasih
melalui bahasa seni yang terindah dan merupakan mukjizat bagi Nabi
Muhammad SAWW., yang membawanya sehingga tidak ada satupun manusia
baik dari umat terdahulu maupun sekarang dapat menyusun kata-kata
sedemikian artistik seperti yang terangkai dalam Al-Quran. Pemahaman ini pun
menunjukan bahwa Islam sebagai sistem nilai juga mencakup seni bahkan bagian
dari Islam itu sendiri dan jelas tidak dapat mengabaikannya.
Seni (sebagai kebebasan ekspresif) tidak kontradiktif dengan komitmen
(tanggung jawab personal), hal ini berdasarkan pada jati diri seniman itu sendiri
sebagai bagian dari umat manusia. Hal ini realistis mengingat Pertama, Bakat dan
talenta seni sama sekali bukan hasil jerih payah seorang seniman, melainkan satu
anugerah yang diberikan kepadanya. Kedua, Seperti nikmat dan anugerah
berharga lainnya, seni adalah satu hakikat bernilai yang juga tidak bebas dari
tanggungjawab. Seni adalah bagian dari anugerah Ilahi yang tersisipi oleh
keharusan menunaikan kewajiban (taklif). Ketiga, Taklif tidak selalu berhulu pada
agama dan syariat. Sebaliknya, tidak sedikit taklif yang berhulu pada hati nurani
manusia. Keempat, tanggung jawab dan komitmen seorang seniman berhulu
kepada jatidirinya sebagai manusia sebelum bermuara pada statusnya sebagai
seniman. Manusia tidak mungkin lepas dari tanggung jawab. Dan tanggung jawab
sosok seniman adalah tanggungjawabnya terhadap sesama manusia, lingkungan
dan alam semesta.
Lalu apa hubungannya dengan televisi sebagai media komunikasi. Seniman
yang meproduksi konten dari acara pertelevisian baik itu pihak swasta maupun
pemerintah harus senantiasa memposisikan dirinya sebagai creator/ seniman
yang dapat ditinjau dari jati dirinya sebagai manusia yang luhur dan mulia yakni
manusia yang hati dan pikirannya juga luhur dan mulia. Sehingga seluruh hasil
dari ekspresi dan kreasinya tidak terlepas dari tema etika dan moral. Mari kita
25 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
tengok sebelumnya atas Hadist yang diriwayatkan31
oleh Imam Ali Zainal Abidin
as. "Jiwa dan wujud insaniahmu adalah sesuatu yang paling berharga". Jiwa
insaniah sedemikian berharga sehingga tidak dapat diapresiasi kecuali dengan
syurga yang dijanjikan Allah. Sedangkan Kesenian adalah bagian yang paling
bernilai dan membanggakan dari jiwa insaniah. Oleh karena itu harus benar-
benar dihargai dan digunakan di jalan Ilahi.
Ekspresi seni pun linier dengan taraf intelektualitas seniman tersebut. Hal
ini tampak jelas dimana ketika untuk satu tema muatan seni, dua seniman akan
menyalurkan naluri dan ekpresinya dengan basis ide yang berbeda-beda.
Seniman yang berkomitmen kepada kebenaran senantiasa menjadikan
intelektualitasnya sebagai landasan pacu yang mendukung naluri dan ekspresi
seninya. Dimana ia akan termotivasi oleh suatu tujuan yang terpikat pada norma-
norma kemanusiaan, etika dan keluruhan makrifat religi.
Seni religius adalah kesenian yang mampu mengekspresikan pesan-pesan
agama. Seni yang religius tidak harus melulu terjebak dan kaku dengan simbol-
simbol keagamaan tertentu, yang terpenting melainkan esensi sprititualitasnya
yang dapat tersampaikan seperti keadilan masyarakat, kebahagiaan, hak-hak
spiritualitas, keagungan, ketakwaan insani, dan lain sebagainya. Sehingga seni
didedikasikan untuk turut membumikan makrifat keagamaan, khususnya Islam.
Hal yang menjadi konsen seni religius ialah kesenian jangan sampai didedikasikan
untuk melayani dorongan syahwat, kekerasan, amoralitas dan penegasian jatidiri
manusia dan masyarakat. Seni adalah salah satu manifestasi keindahan kreasi
ilahiah dalam diri manusia.
Dalam trend dunia sekarang, pandangan materialisme terhadap modal dan
kekayaan intelektual telah menyebabkan kekayaan ini diukur hanya dari aspek
profitabilitasnya. Sebagaimana ilmu pengetahuan dan teknologi, kesenian
mediapun ditimbang hanya dari aspek kemampuannya untuk menghasilkan laba
belaka. Oleh karena itu kesenian media yang berkomitmen termasuk media
31
Ibid
26 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
televisi dengan nilai, moral dan spritualitas atas keluhuran jati diri manusia, hal
ini dapat diistilahkan sebagaimana ungkapan Ayatullah Sayyid Ali Khamenei
sebagai upaya dari “ketakwaan media”32
. Ketakwaan media ini bukannlah jargon
untuk melakukan sensor dan membatasi ruang gerak dari media tersebut
melainkan menunjukan adanya sikap wara’ dan ketakwaan hakiki kepada Allah
SWT., dalam mengemban tugasnya sebagai pencerah masyarakat yang
berpegang teguh kepada kebenaran (penyampaian maupun isi yang
disampaikan) dan nilai-nilai etis serta moral (akhlak). Mengenai pentingnya sikap
wara’ itu dimiliki oleh kita selaku muslim, ada baiknya kita perhatikan sabda
Rasullullah SAWW., sebagai berikut33
“Wahai Ali, ada tiga hal yang apabila
seseorang yang tidak memilikinya maka amalnya tidak akan membaik; wara’
yang mencegahnya dari berbuat maksiat kepada Allah, ilmu yang
menyelamatkannya dari sikap bodoh orang jahil dan akal yang dengannya ia
bergaul secara baik dengan masyarakat”. Riwayat lainnya mengenai wara’
sebagai bagian dari agama Islam, Sabda Nabi SAWW., “Keutamaan ilmu lebih aku
sukai daripada keutamaan ibadah, dan sebaik-baik agama kalian adalah wara’ ”.
F. Peran Media Penyiaran Televisi Dalam Konstruksi Budaya Dan Sosial
Media ditinjau dari segi keberadaanya ditengah-tengah masyarakat ialah
sebagai komoditi sumber informasi34
dimana masyarakat memiliki peran aktif
dalam menentukan media apa yang akan dikonsumsinya, hal ini sesuai dengan
teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan) oleh Herbert Blumer dan
Elihu Katz (1974). Sebagai komoditi sumber informasi, media tidaklah bebas nilai,
melainkan masyarakat senantiasa mengharapkan nilai dari media tersebut,
sebagaimana yang diungkapkan oleh Phillip Palmgreen melalui teori
32
__. (2010). Pidato Rahbar Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei: Mediapun Mesti
Bertakwa, Konsep Media Islam. Dikutip dari http://indonesian.irib.ir/ [April 2011]. 33
Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah
Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses & Bahagia.
Hal. 30, No. 4 & Hal. 34. Jakarta Timur: Uswah. 34
Alim Muhammad Baitul. (2010). Definisi Media Komunikasi dan Fungsinya. Di kutip dari
http://www.psikologizone.com [April 2011]
27 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
Pengharapan Nilai (The Expectacy-Value Theory) yang mencoba
menyempurnakan teori Uses and Gratifications (Kegunaan dan Kepuasan)
dengan kerangka pemikiran yaitu kepuasan yang masyarakat cari dari media
ditentukan oleh sikap masyarakat terhadap media tersebut dimana kepercayaan
tentang apa yang suatu medium dapat berikan kepada masyarakat dan
evaluasinya tentang bahan tersebut.
Adanya ketergantungan masyarakat akan informasi dari media massa
dalam rangka memenuhi kebutuhannya serta mencapai tujuan tertentu serta
kondisi sosial dari hubungan yang terjalin antara sistem media dan institusi sosial
dengan masyarakat dalam menciptakan kebutuhan dan minat merupakan
konsekuensi murni. Hal tersebut sesuai dengan teori Ketergantungan
(Dependency Theory), oleh Sandra Ball-Rokeach dan Melvin Defleur.
Ketergantungan tersebut berpotensi bahwa media massa memiliki peran dalam
membentuk karakter masyarakat35
. Bahkan dalam teori Agenda-setting yang
diperkenalkan oleh McCombs dan DL Shaw (1972), menyatakan bahwa jika
media memberi tekanan pada suatu peristiwa, maka media itu akan
mempengaruhi khalayak untuk menganggapnya penting. Jadi apa yang dianggap
penting media, maka penting juga bagi masyarakat.
Kembali kepada budaya, dimana objek Budaya sendiri tidak harus yang
bersifat abstrak seperti nilai/norma dan pemikiran, namun budaya juga bisa
berbentuk objek material yang nyata. Televisi, radio dan bahasa bisa di pandang
sebagai hasil dari sebuah kebudayaan yang sudah tidak asing dalam masyarakat.
Televisi ini mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakat yang termasuk
budaya sehingga dengan mudah diterima dan mempengaruhi masyarakat
tersebut. Menurut Ma’rat dalam Effendy (2008)[2]36
, ”acara televisi pada
umumnya mempengaruhi sikap, pandangan, persepsi dan perasaan penonton,
35
Ibid. 36
Robirendani. (2010). Pengaruh Televisi terhadap Maysarakat dan Sistem Komunikasi di
Indonesia. Hal. 4. Dikutip dari http://robitea.wordpress.com [April 2011]
28 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
sebab salah satu pengaruh psikologis televisi seakan-akan menghipnotis
penonton sehingga mereka seolah-olah hanyut dalam keterlibatan kisah atau
peristiwa yang ditayangkan televisi”. Televisi sangat memiliki daya tarik kuat
yang disebabkan unsur-unsur kata, musik dan sound effect serta memiliki unsur
visual berupa gambar.
Beberapa pemaparan diatas menjelaskan bahwa teknologi sebagai produk
budaya tidaklah bebas nilai melainkan teknologi merupakan hasil kebudayaan,
yang dalam proses pembuatannya melibatkan ideologi, nilai-nilai dan pesan-
pesan tertentu. Islam yang penuh dengan kemaslahatan bagi manusia tentunya
mencapuk segala aspek termasuk budaya. Allah SWT., menciptakan manusia
dimuka bumi dengan membawa fungsi sebagai Khalifatullah fil ard37
(Khalifah
Allah di muka bumi) sebagaimana tertuang dalam Qs. Al-Baqarah: 30. Manusia
dengan kedudukannya sabagai manifestasi Allah di muka bumi senantiasa
diberikan bekal berupa potensi-potensi yang dimana ketika manusia
mengaktualkannya dalam bentuk kebudayaan, maka dengan sendirinya
kebudayaan yang dimaksud ialah sebagai manifestasi fungsi kekhalifahan
manusia yang senantiasa selaras dengan tuntunan pedoman dan norma-norma
Islam itu sendiri.
Oleh karena itu dengan memanfaatkan teknologi televisi dalam menjalin
komunikasi atas nilai-nilai luhur Islam yang universal sebagai strategi komunikasi
kepada masyarakat luas merupakan hal yang tidak dapat ditolak lagi, dimana
televisi telah menjadi alternatif medium sosial yang cukup efektif dan efisien
dalam kontruksi budaya dan sosial. Menurut James Lull dalam Mulyana
(2008)[3]38
, televisi merupakan medium sosial yang memungkinkan anggota
khalayak berkomunikasi dan mengkonstruksi strategi untuk memperoleh tujuan
pribadi dan social secara luas. Karena itu tayangan televisi akan memberi efek
37
Tim Dosen SPAI. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa: Seminar Pendidikan Agama Islam.
Hal. 28. Bandung: Value Press, Universitas Pendidikan Indonesia FPIPS Jurusan MKU. 38
Robirendani. (2010). Pengaruh Televisi terhadap Maysarakat dan Sistem Komunikasi di
Indonesia. Hal. 5. Dikutip dari http://robitea.wordpress.com [April 2011]
29 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
yang lebih kuat daripada media lainnya. Tayangan televisi lebih mampu
menembus daya nalar manusia dan menggerakan manusia untuk melakukan
berbagai aksi baik dalam arti positif maupaun negative.
Televisi sebagai medium sosial memiliki kemampuan untuk melontarkan
kritik baik pada pemerintah maupun khalayak masyarakat pada umumnya
mengenai nilai-nilai kehidupan sehari-hari yang ada, hal ini sebagai bagian dari
upaya positif dalam konstruksi sosial. Menurut Ulama Besar Islam Ayatullah
Sayyid Ali Khamenei39
menyatakan bahwa kritikan yang sesungguhnya harus
mampu merefeleksikan perjuangan untuk mengunggulkan antara kebaikan atas
keburukan supaya terlihat bahwa meskipun ditengah masyarakat atau bangsa
terdapat sisi buruk namun tetap masih ada motivasi dan gerakan untuk
mengatasinya, misalnya isu mengenai kemiskinan dengan tidak menebar rasa
putus asa dan lain-lainnya.
Dari segi control social selain memiliki kemampuan dalam memberikan
kritik, media televisi pun memiliki taklif40
sebagai garda terdepan masyarakat
terhadap setiap bentuk pembelaan hak-hak masyarakat dan tameng dari bentuk
kedzholiman informasi, sebagaimana tertuang dalam Qs. An-Nisaa’: 148.
“Allah tidak menyukai ucapan buruk (sebagai mencela orang, memaki,
menerangkan keburukan-keburukan orang lain, menyinggung perasaan
seseorang, dan sebagainya), (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali
oleh orang yang dianiaya (orang yang teraniaya oleh mengemukakan kepada
hakim atau penguasa keburukan-keburukan orang yang menganiayanya). Allah
adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
39
Tim Redaksi Swara Iman. (2010). Pidato Rahbar di Depan para Seniman, Budayawan,
dan Karyawan IRIB tanggal: Seni dan Kebebasan. Hal. 4-7. Bogor: Majalah Islam Swara
Iman Edisi 32 Muharram dan Safar 1432H. 40
Asy-Syahid Murtadha Muthahhari. Revelation and Prophethood. Teheran-Iran: Boyand
Be’that, diterjemahkan oleh : Ahsin Mohammad. (1991). Falsafah Kenabian. Hal. 111.
Jakarta Pusat: Pustaka Hidayah.
30 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
Nabi suci pun mengatakan: “Jihad yang paling baik adalah mengemukakan
keadilan dihadapan seorang penindas”. Hadist yang lain, Nabi suci mengatakan,
dan Imam Ali telah mengutip dari beliau, “Suatu kaum tidaklah dipandang
terhormat sampai orang-orang yang lemah dikalangan meraka berani menuntut
hak-hak mereka dari orang-orang yang kuat, tanpa merasa takut”.
Media sebagai bentuk pembelaan hak-hak masyarakat dan tameng dari
bentuk kedzholiman informasi, selain mesti memiliki sikap kritis juga mesti
memiliki sifat transparan baik itu dalam setiap pengambilan informasi maupun
dalam penyajiannya. Adapun transparansi yang dimaksud dalam syariat suci
Islam melalui Nabiullah SAWW., telah mengisyaratkannya melalui sabda
berikut41
“Orang yang berakal tidak seyogianya bersikap secara transparan
kecuali dalam tiga hal: memperbaiki kehidupan, melangkah untuk (bersiap)
menuju hari kiamat, atau menikmati sesuatu yang tidak diharamkan”. Sabda
lainnya yang menunjukan dampak negative dan ancamannya dari ketiadaan
bentuk transparansi suatu informasi bagi khalayak guna kebaikan bersama dalam
masyarakat dapat kita renungkan melalui sabda Nabi SAWW., sebagai berikut
“Berbuat baik pada masyarakat adalah separo keimanan dan bersikap lemah
lembut terhadap mereka adalah separo kehidupan”. Selanjutnya Sabda Nabi
SAWW., yang lain “Bukan termasuk golongan kami orang yang menipu seorang
Muslim, atau membahayakannya atau memperdayanya”.
Dan dari segi change, yaitu perubahan kearah perbaikan terus-menerus
seraya memerangi kejahatan dalam rangka amar ma’ruf nahi munkar. Yang
dimana menurut penafsiran42
dari Imam Baqir as., merupakan basis dari
kewajiban-kewajiban agama Islam lainnya, sebagaiman Qs. Ali-‘Imran: 110
berbunyi.
41
Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah
Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses & Bahagia.
Hal. 31, No. 9 & Hal. 34, No. 22-23. Jakarta Timur: Uswah. 42
Asy-Syahid Murtadha Muthahhari. Revelation and Prophethood. Teheran-Iran: Boyand
Be’that, diterjemahkan oleh : Ahsin Mohammad. (1991). Falsafah Kenabian. Hal. 112.
Jakarta Pusat: Pustaka Hidayah.
31 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,
menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan
beriman kepada Allah. Sekiranya Ahli Kitab beriman, tentulah itu lebih baik
bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka
adalah orang-orang yang fasik.”
Sedangkan Hadist Nabi suci mengatakan, dan Amirul Mukminin Imam Ali bin Abi
Tholib telah mengutip dari beliau, dalam rangka menasehati para sahabatnya
mengenai pentingya amar ma’ruf nahi munkar di tengah kehidupan kaum
muslimin dengan tetap menjaga semangat persaudaraan ialah sebagai berikut43
“Berusahalah untuk menasehati saudaramu, baik dalam kebaikan maupun
mencegahnya dari keburukan”.
G. Fungsi Media Penyiaran Televisi Dalam Komunikasi Pendidikan Nilai
Dan Karakter
Beberapa ahli menyampaikan definisi44
komunikasi massa sebagai proses
penyampaian informasi dari komunikator melalui media massa dengan
segmentasi komunikate/ audience yang luas (publik) pada kesempatan yang
sama (Burgon & Huffner, 2002). Atau pendapat yang serupa yakni proses
penyampaian informasi dari komunikator melalui interaksi media dengan
heterogenitas audience dengan jangkauan waktu dan tempat yang variatif
(Susanto, 1985). Seraya menguatkan dari segi audien sebagai penerima, (Effendy,
43
Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah
Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses & Bahagia.
Hal. 39, No. 44. Jakarta Timur: Uswah. 44
Bagus Ghojali. (2010). Komunikasi Massa. Dikutip dari http://www.psikologizone.com
[April 2011]
32 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
2008)45
, komunikasi massa adalah jenis komunikasi yang ditujukan kepada
sejumlah khalayak yang tesebar, heterogen, dan anonym melalui media cetak
maupun elektronik sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak
dan sesaat. Sedangkan pembentukan opini umum dalam masyarakat itu sendiri,
sebagaimana Teori the spiral of silence (spiral keheningan) dikemukakan oleh
Elizabeth Noelle-Neuman (1976)46
, terbentuk dari hasil proses saling
mempengaruhi antara komunikasi massa, komunikasi antar pribadi, dan persepsi
individu tentang pendapatnya dalam hubungannya dengan pendapat orang-
orang lain dalam masyarakat.
Dalam masyarakat modern, dimana media massa diangap sebagai sistem
informasi yang memiliki peran penting dalam proses memelihara, perubahan,
dan konflik pada tataran masyarakat, kelompok, dan individu dalam aktivitas
sosial. Berdasarkan teori Dependensi Efek Komunikasi Massa yang dikembangkan
oleh Sandra Ball-Rokeachdan Melvin L. DeFluer (1976) menyebutkan aspek-aspek
yang dapat dipengaruhi oleh media massa terhadap masyarakat yaitu:47
Pertama, Kognitif, menciptakan atau menghilangkan ambiguitas, pembentukan
sikap, agenda-setting, perluasan sistem keyakinan masyarakat, penegasan/
penjelasan nilai-nilai. Kedua, Afektif, menciptakan ketakutan atau kecemasan,
dan meningkatkan atau menurunkan dukungan moral. Ketiga, Behavioral,
mengaktifkan atau menggerakkan atau meredakan, pembentukan isu tertentu
atau penyelesaiannya, menjangkau atau menyediakan strategi untuk suatu
aktivitas serta menyebabkan perilaku tertentu.
Dari pemaparan diatas, dimana televisi sebagai media komunikasi massa
memiliki kemampuan untuk memberikan informasi secara massal dan serentak,
45
Robirendani. (2010). Pengaruh Televisi terhadap Maysarakat dan Sistem Komunikasi di
Indonesia. Hal. 3. Dikutip dari http://robitea.wordpress.com [April 2011]. 46
Salam Abdul (2010). Teori-teori Komunikasi. Dikutip dari
http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com [April 2011]. 47
Mohd. Rafiq. (Jurnal: Analytica Islamica Vol. 3, No. 2, 2003: 149-168). Tantangan dan
Peluang Komunikasi Islam pada Era Globalisasi Informasi. Hal. 7. Sumatera Utara: IAIN
Sumut Prodi Komunikasi Islam.
33 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
serta mampu untuk menggiring opini umum pada masyarakat dengan memiliki
peranan yang amat vital bagi perubahan sosial, maka menjadi keharusan bagi
kita selaku muslim yang memandang pentingnya penyebaran nilai-nilai universal
ke-islam-an yang sesuai dengan kemanusiaan, kebenaran, keadilan, kebaikan dan
ketuhanan dalam memanfaatkan teknologi tersebut sebagai media pendidikan
nilai dan karakter pada masyarakat.
Sebenarnya upaya menjadikan televisi sebagai media pendidikan telah
dilakukan sejak dekade awal munculnya media itu48
. Pada 1932 State Universirty
of Lowa mengembangkan televisi pendidikan dalam bentuk sirkuit tertutup
(close circuit). Kemudian New York University bekerjasama dengan NBC pada
tahun 1938 mengujicoba penyelenggaraan siaran Televisi pendidikan. Di
Indonesia, usaha untuk menyelenggarakan televisi pendidikan sudah muncul
sejak Repelita I (1969). Akan tetapi langkah konkret baru terlihat pada tahun
1978 dengan dibentuknya Pusat Teknologi Pendidikan dan Kebudayaan
(Pustekomdikbud). Pada 23 Nopember 1987, Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI serta Pengajaran dan Ilmu Pengetahuan Belanda
menandatangani naskah kerjasama tentang penggunaan teknologi pendidikan,
dan salah satu poin pentingnya adalah dukungan pihak kerajaan Belanda bagi
Indonesia untuk menyelenggarakan televisi pendidikan. Sebagai tindak lanjut
dari kesepakatan tersebut, pada Mei 1988 berhasil disepakati rencana induk
yang meliputi empat kategori kegiatan, yaitu (1) mediated instrucational system;
(2) broadcasted Educational Program; (3) Instrucsional and Communication
System Reseach; dan (4) Instrucational Development.
Akan tetapi belum sampai program tersebut direalisasi sudah muncul
inisiatif dari pihak swasta, yakni pengusaha Hardiyanti Rukmana yang lebih
dikenal dengan sebutan Mbak Tutut berniat mendirikan Televisi Pendidikan
48
Darmanto A. (2011). TV sebagai Media Pendidikan. Jakarta: Balai Pengkajian dan
Pengembangan Informasi (BPPI) Wilayah IV, Balitbang Depkominfo. Dikutip dari
http://www.psikologizone.com [April 2011].
34 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
Indonesia (TPI) sehingga televisi pendidikan yang menjadi program pemerintah
justru tidak dapat direalisasi (Miarso: 2004). TPI gagal dalam menjaga eksistensi
sebagai televisi pendidikan telah memberikan presenden buruk bagi pihak lain
yang ingin mendirikan televisi pendidikan, sekaligus meninggalkan citra negatif
bahwa program-program televisi pendidikan sebagai hal yang membosankan dan
tidak menarik untuk ditonton. Di tengah melemahnya minat pihak swasta untuk
mendirikan televisi pendidikan, kini pihak Direktorat Jenderal Menengah dan
Kejuruan (Dikmenjur) Departemen Pendidikan Nasional Republik Indonesia giat
merintis penyelenggaraan televisi pendidikan (TVE). Sayangnya, upaya itu tidak
didukung oleh payung hukum yang memadai karena UU No.32 Tahun 2002
tentang Penyiaran tidak memberikan hak hidup bagi televisi pendidikan.
Lalu bagaimana dengan tema pendidikan nilai dan karakter melalui televisi
tersebut. TVE dirintis pemerintah tentunya telah mengalokasikan muatan materi
pendidikan nilai dan moral sebagai karakter bangsa yang tentunya pula
berkesesuaian dengan azas Pacasila dan nilai-nilai luhur lainnya termasuk Islam.
Stasiun televisi ini khusus ditujukan untuk menyebarkan informasi di bidang
pendidikan dan berfungsi sebagai media pembelajaran masyarakat. Visi TVE
adalah menjadi siaran televisi pendidikan yang santun dan mencerdaskan. Misi
yang diemban adalah menyiarkan program yang mencerdaskan masyarakat,
menjadi tauladan masyarakat, menyebarluaskan informasi dan kebijakan-
kebijakan Depdiknas, dan mendorong masyarakat gemar belajar.
Namun sebenarnya yang perlu di waspadai bahkan perlu didukung dalam
perkembangannya ialah mulai merebaknya tema-tema pendidikan dan religius
dalam per-sinemaan dan per-sinetronan, bahkan bentuk tayangan lainnya
seperti dokumenter, talk show, per-lawakan dan lain sebagainya, khususnya
meledak pada bulan suci Ramadhan, agar tetap selalu menjaga entry point yang
menjadi fokus sasaran dalam upaya kontruksi sosial dalam pendidikan nilai dan
karakter pada masyarakat ini, yaitu memunculkan nilai-nilai luhur ke-Islmannya
ketimbang jargon-jargon dan simbol-simbol kaku yang mudah menjebak kepada
35 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
bentuk penafsiran yang dangkal dan pembunuhan karakter jiwa manusia dari
orientasi ketuhanan ke arah orientasi kebendaan.
Dibawah ini beberapa statiun televisi yang telah merilis acara pendidikan
dan religi-nya dan patut mendapatkan sambutan yang positif dengan tetap turut
serta mengawasi kualitas dan kesesuaian tema atas keutuhan nilai-nilai yang
luhur yang telah dibahas sebelumnya, ialah sebagai berikut:
Tabel 3.1 Jadwal Acara Statiun Televisi Indoensia untuk Program Pendidikan dan
Religius (atau sejenisnya), Tahun 2010.
Statiun
Televisi
Acara (2010-an)*
Pendidikan dan Sejenisnya Religius dan Sejenisnya
TVRI • TV Edukasi
• Budi & Kerti
• Pesona Fisika
• Kuis Pintar
• Pesona Matematika
• Resensi Buku
• Sekolah Alam
• Warna Dunia
• Keliling Indonesia
• Tele Dakwah
• Hikmah Pagi
• Mimbar Rohani Agama Kristen
• Mimbar Rohani Agama Katolik
• Mimbar Rohani Agama Buddha
• Mimbar Rohani Agama Hindu
• Lintas Agama
• Percik Perenungan
• Mujizat Bersama Tiberias
RCTI • - • Assalamu'alaikum Ustadz
• Renungan Malam
- Renungan Malam
- Kalam Ilahi
- Doa Penutup
- Adzan Ismak (siaran tamat)
• Minta Tolong
• Bedah Rumah
• Ketika Cinta Bertasbih - Spesial
Ramadhan
SCTV • - • Islam KTP
• Pesantren & Rock n Roll
ANTV • - • Cahaya Hati
- Cahaya Hati: Wisata Rohani
• Titian Iman
INDOSIAR • - • Mamah & Aa
• Mari Ke Tanah Suci
• Muhibah Pesantren
• Penyejuk Imani
36 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
• Inayah
Trans TV • Surat Sahabat
• Cerita Anak
• Teropong Iman
• Jazirah
• Perjalanan 3 Wanita
• Percikan Sanubari
• Sentuhan Qalbu Khazanah
• Halal
• Agama Kristen
Trans 7 • Jejak Petualang
• Jejak Si Gundul
• Asal Usul Fauna
• Asal Usul Flora
• Doctor's File
• Berburu
• Basecamp
• Kisah Anak Nusantara
• Dunia Air
• Dunia Binatang
• Kuas Ajaib
• Laptop Si Unyil
• Si Bolang
• Rahasia Sunnah
• Harmoni Islam
• Mata Hati
• Wara - Wiri Ramadhan
• Musafir
• Yusuf Mansur & Unyil
• Rahasia Sunnah Ramadhan
• Inspirasi
• Jangan Menyerah
TPI/MNCTV • - • Siraman Qalbu
METRO TV • Zero to Hero
• Archipelago
• Discover Indonesia
• Special Dialogue
• Inovator
• Journalist On Duty
• Mata Najwa
• Mario Teguh
• Oasis
• Kick Andy
• -
TV ONE • Damai Indonesiaku
• Tanpa Tanda Jasa
• Bumi dan Manusia
• Khatulistiwa
• Nuansa 1000 Pulau
• Riwajatmoe Doeloe
• Tokoh
• Jejak Islam
• Tabligh Akbar
• Titian Kalbu
*) Acara yang dilist dapat dirubah sewaktu-waktu oleh statiun televisi bersangkutan; sumber
id.wikipedia.com dan organisasi.org [April 2011].
37 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
H. Kesimpulan
Islam sebagai sistem nilai tentunya merupakan sumber nilai yang sempurna
bagi umat manusia dalam memberikan acuan tingkah laku dan interaksi sosial
dalam hidupnya, tidak terkecuali sebagai paradigma mendasar dan aman dalam
ruang ekspresif dan reflektifnya secara individual. Pemeluk agama ini, tentunya
mengakui dan menyadari bahwasyahnya, Islam sebagai sistem nilai telah
mencapuk seluruh aspek dalam kehidupannya, termasuk budaya dan kebudayaan
dalam kaitannya dengan sains, teknologi dan seni sebagai salah satu produk
budaya disamping tata nilai itu sendiri.
Televisi sebagai salah satu produk dari sains, teknologi informasi dan
komunikasi termasuk isi dari penyiaraannya yang melibatkan aspek kesenian,
tentunya juga merupakan bagian dari produk budaya yang dimana tidak bebas
nilai melainkan memuat nilai-nilai tertentu yang menjadi landasan dan harapan
bersama. Namun, sebagaimana dimaklumi teknologi televisi ini merupakan salah
satu hasil dari adanya relasi budaya luar dengan budaya muslim, khusunya
muslim Indonesia. Hal ini merupakan salah satu konsekuensi murni dari adanya
keragaman suku-budaya, ras, bahkan agama yang memotivasi dan bahkan
mensusupi nilai-nilai tertentu dalam interaksinya antar budaya global.
Relasi budaya tentunya berbeda dengan istilah serangan budaya dimana
perbedaan nilai yang negative dari suatu budaya bagi budaya dalam negeri atau
pada umumnya dunia muslim merupakan “ancaman” dan “tantangan” tersendiri
dalam penyikapan dan penerimaannya. Lagi-lagi Islam sebagai sistem nilai, dalam
kaitannya dengan bentuk “ancaman” dan “tantangan” tersebut telah mengatur
dan mengantisipasi sedemikan rupa dengan acuan nilai rahmatan lil alamiin dan
amar ma’ruf nahi mungkar. Hubungan antar budaya ini yang merupakan
kristalisasi dari komunikasi global dan dalam Islam komunikasi tersebut tentunya
senantiasa memerhatikan secara penting hubungan yang terjadi bukan hanya
sekedar secara horizontal antara sesama manusia dan lingkungannya melainkan
juga secara vertikal antara Pencipta dan hamban-Nya.
38 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
Dalam kaitannya dengan hal itu tentunya pemanfaatan salah satu teknologi
media komunikasi massa seperti televisi senantiasa disandarkan secara utuh dan
langsung dengan bentuk dan sikap ketakwaan. Sehingga tata nilai, etika dan moral
(akhlak) yang luhur dan mulia yang terintegrasikan tentunya telah menjadi muatan
utama dalam setiap kegiatan penyiaran yang dapat dilakukan tersebut. Adapun
bentuk-bentuk nilai yang dapat diketengahkan merupakan nilai-nilai yang
terkandung dalam ajaran suci agama Islam dan itu bersifat subtansial-universal
(tidak hanya simbolik semata), seperti ketuhanan, kebenaran, kebaikan, kearifan,
kebajikan, keadilan, kesederhanaan, kejujuran, keutamaan ilmu, kemerdekaan,
persatuan umat dengan persamaan makna, ketauladanan dalam bertakwa,
persaingan sehat dan persaudaraan, persamaan dan tanggungjawab, serta masih
banyak lainnya yang dimana hal itu merupakan nilai-nilai yang memang tidak
dapat ditolak oleh pihak manapun bahkan oleh umat beragama lainnya, sehingga
dapat menjadi sebuah kesepahaman, kesepakatan dan ke-maslahat-an bersama.
Peranan dan fungsi media komunikasi massa ini (televisi) dalam
memberikan pemodelan ketauladanan, mediaisasi, dan pengembangan
kepribadian tentunya menjadi tanggung jawab yang mungkin dapat diupayakan
bersama oleh seluruh elemen bangsa ini. Sehingga proses pendidikan nilai dan
moral senantiasa efektif dan efisien dilakukan dengan memberikan stimulasi sadar
dari lingkungan disamping secara legal formal dari institiusi-institusi pendidikan
yang ada. Atas dasar ikhtiar tersebut, kita selaku sebagai muslim dan bagian dari
bangsa Indonesia, tentunya dapat optimis untuk terus bergerak menuju kepada
perubahan tatanan masyarakat madani yang damai sentausa, aman tentram,
makmur dan bersahaja dengan citra dan harga diri bangsa yang luhur serta yang
utama ialah dapat selamat di dunia ini dan di akhirat nanti.
I. Saran
Adanya pembudayaan dan pemberian payung hukum secara konstitusional
merupakan upaya sadar dan mendasar dari setiap gerakan bersama pembentukan
kepribadian bangsa yang utuh secara etis-moral (berakhlak) mulia ini pada
umumnya dan pemanfaatan TIK televisi sebagai media pendidikan nilai dan
39 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
karakter pada masyarakat pada khususnya. Pembudayaan merupakan gerakan
bawah di dalam masyarakat yang dapat dilakukan secara simultan dan
berkesinambungan dengan jalur legal formal sebagai landasan hukumnya. Hal ini
dapat ditempuh secara demokratis dengan melalui mekanisme penyepakatan dan
pengambilan keputusan ditingkat elit parlemen dan yudikatif serta
penyelenggaraan program-program penunjang serta infrastruktur dari pihak
eksekutif. Adapun kesediaan secara sukarela dari peran serta aktif komponen
masyarakat lainnya maupun keterlibatan dari pihak swasta penyelenggara media
penyiaran televisi dalam pembiasaan pembentukan karakter ini merupakan titik
gerak utama dalam upaya tersebut.
Sehingga proses internalisasi dan ideologisasi nilai-nilai etis dan moral
tersebut dapat senantiasa terus terbuka dan berkembang. Namun perlu dipahami
bahwa, proses tersebut bukan berarti dilandasi oleh nilai yang kurang sempurna
atau tidak sempurna melainkan kebalikannya, seperti nilai-nilai dalam Islam yang
pada hakikatnya sempurna dan sesuai dengan fitrah manusia sepanjang jaman,
maka keterbukaan dan perkembangan ke arah perubahan dan perbaikan secara
terus-menerus tersebut sekedar menunjukan adanya keluasan dan kemenyeluruhan
nilai yang dianut sehingga tidak akan pernah tersandung dan terbentur oleh jaman
di dalam perkembangan kebudayaan dan peradaban umat manusia itu sendiri,
khususnya bangsa Indonesia. Melainkan akan terus-menerus menjadi acuan
seimbang dan ketersesuaian antara kesiapan individu dan masyarakat dengan nilai
tersebut secara tak terbatas.
J. Daftar Pustaka
Sumber Buku/Jurnal
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI. (1995). Kamus Besar Bahasa Indonesia.
Jakarta: Balai Pustaka.
Tim Dosen SPAI. (2010). Lembar Kerja Mahasiswa - Seminar Pendidikan Agama Islam
(SPAI). Bandung: Value Press – Universitas Pendidikan Indonesia Jurusan Mata
Kuliah Dasar Umum.
Sutiadi. (2009). Pendidikan Nilai Moral Ditinjau dari Prespektif Global. Yogyakarta: UNY –
FBS.
40 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
Mohd. Rafiq. (Jurnal: Analytica Islamica Vol. 5, No. 2, 2003: 149-168). Tantangan dan
Peluang Komunikasi Islam pada Era Globalisasi Informasi. Sumatera Utara: IAIN
Sumut Prodi Komunikasi Islam.
Susilana Rudi dan Riyana Cepi. (2008). Media Pembelajaran. Bandung: Jurusan
Kurikulum dan Teknologi Pendidikan.
Putra Afdal Makuraga. (2010). Modul Hukum & Etika Penyiaran: Pengertian Media
Penyiaran. Jakarta: Universitas Mercu Buana FIKOM.
Sauri Sofyan. (2007). Makalah: Sekilas Tentang Pendidikan Nilai . Disajikan dalam
Pelatihan Guru-Guru di Kapus Politeknik UNSI Kabupaten Sukabumi. Bandung:
Pasca Sarjana UPI.
Tobroni. (2010). Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Islam. Malaysia: UMM Press,
University of Malaya Malaysia FAI/PPS.
Al-Harrani Ibn Syaibah. (1384H). Tuhaful Uqul. Teheran-Iran: Islamiyah; penerjemah
Alcaff Muhammad Abdul Qadir. (2006). Wasiat Suci: Menuju Hidup Sukses &
Bahagia. Jakarta Timur: Uswah.
Asy-Syahid Murtadha Muthahhari. Revelation and Prophethood. Teheran-Iran: Boyand
Be’that, diterjemahkan oleh : Ahsin Mohammad. (1991). Falsafah Kenabian.
Jakarta Pusat: Pustaka Hidayah.
Tim Redaksi Swara Iman. (2010). Pidato Rahbar di Depan para Seniman, Budayawan,
dan Karyawan IRIB: Seni dan Kebebasan. Bogor: Majalah Islam Swara Iman Edisi
32 Muharram dan Safar 1432H.
Sumber Internet
Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia). Indikator Sosial Budaya,
Tahun 2003, 2006, dan 2009. Jakarta. http://www.bps.go.id [April 2011].
Robirendani. (2010). Pengaruh Televisi terhadap Maysarakat dan Sistem Komunikasi di
Indonesia. http://robitea.wordpress.com [April 2011].
Salam Abdul (2010). Teori-teori Komunikasi. Dikutip dari
http://abdulsalamserbakomunikasi.blogspot.com [April 2011].
Alim Muhammad Baitul. (2010). Definisi Media Komunikasi dan Fungsinya. Di kutip dari
http://www.psikologizone.com [April 2011].
Aidie. (2009). Pengertian Media Penyiaran & Sejarah. Dikutip dari
http://teorikuliah.blogspot.com [April 2011].
Wennyrahmawati (2009), Perkembangan Teknologi Televisi di Dunia. Dikutip dari
http://wennyrahmawati.wordpress.com mirror
http://www.cybermq.com/index.php?intermezzo/detail/1/10/intermezzo-
10.html [April 2011].
41 | Islam dan ICT dari Presfektif Pemanfaatan Media Penyiaran Televisi Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Nilai & Karakter Pada Masyarakat Oleh : Andri Indrawan Rabu, 25 Mei 2011.
Faqihudin Muhammad. (2010). Dasar-Dasar Pendidikan Nilai. Dikutip dari
http://yayasanbaitulmaqdis.com [April 2011].
__. (1 Juni 1994). Studi Atas Ide dan Pemikiran Imam Khomeini Tentang Pendidikan.
Teheran: Disampaikan dalam sebuah konferensi, dalam rangka memperingati
wafatnya Imam Khomeini. Source from: www.al-shia.org [April 2011].
__. (2010). Pidato Rahbar Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei: Cara Bijak
Mengapresiasi Seni. Dikutip dari http://indonesian.irib.ir/ [April 2011].
__. (2010). Pidato Rahbar Ayatollah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei: Mediapun Mesti
Bertakwa, Konsep Media Islam. Dikutip dari http://indonesian.irib.ir/ [April
2011].
Bagus Ghojali. (2010). Komunikasi Massa. Dikutip dari http://www.psikologizone.com
[April 2011].
Darmanto A. (2011). TV sebagai Media Pendidikan. Jakarta: Balai Pengkajian dan
Pengembangan Informasi (BPPI) Wilayah IV, Balitbang Depkominfo. Dikutip dari
http://www.psikologizone.com [April 2011].
top related