implementasi value engineering (ve) pada desain …
Post on 16-Oct-2021
11 Views
Preview:
TRANSCRIPT
TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
99
IMPLEMENTASI VALUE ENGINEERING (VE) PADA DESAIN BANGUNAN
TINGGI : METODE PELAT LANTAI PRACETAK HALF-SLAB TERHADAP
CAST-IN-SITU
Rachmi Yanita1), Krishna Mochtar1), Nurul Huda1)
1) Program Studi Teknik Sipil Institut Teknologi Indonesia
E-mail: rachmiyanita@gmail.com
Abstrak
Dalam industri konstruksi, kinerja pihak penyedia jasa diukur dengan indikator Biaya, Mutu dan
Waktu. Untuk mendapatkan hasil proyek yang optimal perlu dilakukan Value Engineering (VE),
terutama pada tahap perencanaan karena akan memberi dampak positif terbesar pada kualitas
proyek. Penelitian ini melakukan VE terhadap desain bangunan tinggi dengan pelat lantai metode
cast-in-situ dengan alternatif metode pelat lantai beton pracetak half-slab. Hal ini ditunjang
pemahaman bahwa metode pracetak lebih cepat pelaksanaannya, namun perlu ditinjau dampaknya
terhadap pembiayaan. Tujuan penelitian adalah mendapatkan efektifitas waktu dan biaya dari metode
konstruksi pracetak half-slab terhadap cast-in-situ untuk pelat lantai bangunan. Analisa data primer
dan sekunder yang diperoleh dari survei ke proyek studi dan penelitian terdahulu, meliputi
perbandingan prosedur tahapan kerja, peralatan pendukung dan kebutuhan tenaga kerja untuk
akhirnya diperoleh produktivitas dan kebutuhan biaya masing-masing alternatif metode pelat
tersebut. Hasil analisa menunjukkan bahwa metode pelat half slab pada proyek pembangunan gedung
50 lantai (luas lantai 58290 m2) dapat mempercepat durasi pelaksanaan 36% dan penghematan biaya
22 % dari pada metode pelat cast-in-site. Hal ini memberi masukan pada dunia industri konstruksi
tentang peran VE pada masa perencanaan dapat mengoptimalkan kualitas proyek.
Kata kunci: value engineering, metode konstruksi pelat lantai, efektifitas biaya dan waktu.
Pendahuluan Value Engineering (VE) adalah salah satu cara untuk meningkatkat kualitas dan efisiensi
suatu proyek konstruksi selain dari usaha pemerintah Indonesia dalam menjaga inflasi, suku bunga
yang tinggi, penggunaan rencana anggaran pendapatan dan belanja negara dan biaya pembangunan
yang lebih efektif dan efisien guna mengatasi penurunan penerimaan negara akibat krisis global
sejak 2008 sampai saat ini. VE merupakan usaha sistemik yang teroganisir untuk mengalisis fungsi
suatu item atau sistem untuk mencapai fungsi yang diperlukannya, dengan biaya yang minimal
namun tetap memenuhi standar teknis dan biaya perawatan yang efisien. Efisiensi implementasi
VE di proyek konstruksi mencapai 41% [1, 2]. Hasil survei pada konsultan dan kontraktor di DKI
Jakarta ditahun 2015, menunjukkan bahwa VE dominan dilaksanakan hanya oleh kontraktor yang
memenangkan tender dengan kontrak lump-sum. Hal ini menunjukkan bahwa dokumen
perencanaan konsultan belum optimal karena tidak dilakukan VE pada tahap desain [3,4]. Pada
perencanaan bangunan tinggi, perlu dilakukan VE dengan mengkaji sistem struktur atau metode
konstruksi yang akan diterapkan agar sesuai dengan “project-constraint” yaitu biaya, mutu dan
waktu.
Pada penelitian ini dikaji tentang alternatif sistem pelat lantai pracetak tipe half-slab
terhadap hasil desain konsultan yaitu sistem pelat cast in situ atau pelat cor ditempat. Sistem
pracetak yang merupakan “one way slab” mempunyai keunggulan dibanding beton cast in situ
“two way slab”yang dari aspek waktu akan lebih cepat pelaksanaannya karena telah dicetak
terlebih dahulu, sedangkan mutunya akan lebih baik karena dibuat di pabrik dengan kontrol yang
tinggi. Aspek biaya juga akan dipengaruhi karena waktu pengerjaan yang lebih singkat (variable
cost) dan efisiensi dari biaya bekisting (fixed cost) [5]. Maksud penelitian ini adalah menerapkan
VE pada proyek bangunan bertingkat 50 lantai yang didesain menggunakan sistem pelat lantai cast
in situ dengan alternatif sistem pelat pracetak tipe half-slab berdasarkan perbandingan waktu dan
biaya. Analisis meliputi tahapan proses pengerjaan, peralatan dan pekerja pendukung, kebutuhan
waktu dan biaya per satuan luas pelat lantai mengacu pada proyek studi. Adapun tujuan penelitian
TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
100
ini adalah mendapatkan besarnya efisiensi biaya dan waktu dengan merubah sistem plat cast in situ
menjadi pracetak half-slab dengan mutu beton dan tulangan yang konstan.
Studi Pustaka Beton pracetak half slab (Gambar 1) dihasilkan dari proses produksi dimana lokasi
pembuatannya berbeda dengan lokasi elemen akan digunakan. Lawan dari beton pracetak adalah
beton cor di tempat atau cast-in situ, dimana proses produksinya berlangsung di tempat elemen
tersebut akan ditempatkan. Penggunaan beton pracetak untuk konstruksi bangunan bertingkat
memberikan kualitas mutu beton yang lebih baik dengan efisiensi biaya dan waktu hingga 10% dan
50% . [6]. Agar dapat menghasilkan keuntungan, maka beton pracetak hanya akan diproduksi jika
jumlah bentuk tipikal-nya mencapai angka minimum tertentu, bentuk tipikal yang dimaksud adalah
bentuk-bentuk repetitif dalam jumlah besar [7]. Struktur elemen pracetak memiliki beberapa
keuntungan dibandingkan dengan struktur cast in situ, antara lain [8]:
a. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan waktu yang lebih cepat, sehingga erat kaitannya
dengan biaya proyek. Hal ini karena elemen dibuat dipabrik / workshop yang bersamaan
dengan pelaksanaan pondasi di lapangan.
b. Profil pracetak menggunakan material mutu tinggi serta kualitas bahan yang baik.
c. Lebih efisien karena bekisting yang tidak banyak variasi yang digunakan berulang-ulang..
d. Kualitas elemen yang dihasilkan pada umumnya sangat baik karena dilaksanakan dengan
standar-standar yang baku, pengawasan yang teliti dan ketat.
e. Pekerjaan finishing lebih mudah.
f. Area lapangan pekerjaan relatif tidak perlu luas, mengurangi kebisingan, lebih bersih dan
ramah lingkungan
a.Pembuatan pelat half slab b. Penumpukan half slab c. Pengangkatan
d. Pemasangan half slab e.Half slab + tulangan topping f.Pengecoran OverTopping
Gambar 1 : Proses pelaksanaan pelat pracetak Half slab di proyek studi
Terdapat batasan penggunaan elemen pracetak antara lain tidak ekonomis untuk bangunan
dengan elemen tipikal yang sedikit, perlunya kontrol presisi ukuran elemen pracetak sehingga tidak
bermasalah dalam pemasangan, kesesuaian bentuk dan panjang elemen pracetak dengan alat
transportasi ke lapangan, pertimbangan ekonomis jarak transpotasi darat dan laut, membutuhkan
dukungan handling dan erection, untuk daerah gempa seperti Indonesia perlu analisa kekuatan
TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
101
sambungan elemen pracetak yang teruji. Beton cast in situ adalah beton yang dicor dilokasi
konstruksi akhirnya, menggunakan bekisting dan stager/scafolding penahan bekisting. Semua
pekerjaan pembetonan dilakukan secara manual dengan merangkai tulangan pada bangunan yang
dibuat terlebih dahulu. Beton cast in situ memerlukan biaya bekisting, biaya upah pekerja yang
cukup besar. Adapun keunggulan dari beton cast in situ adalah
a. Mudah dan umum dalam pengerjaan di lapangan
b. Mudah dibentuk dalam berbagai penampang
c. Perhitungan relatif mudah dan umum
d. Sambungan balok, kolom dan plat lantai bersifat monolit.
Metodologi Penelitian Survei data primer pelaksanaan dua alternatif metode pelat lantai pada penelitian ini
dilakukan pada dua proyek studi gedung bertingkat yang masing-masing menggunakan pelat cast
in situ dan pelat pracetak half slab di wilayah Jabodetabek. Kedua proyek studi dilaksanakan oleh
kontraktor nasional yang sama sehingga kapasitas kerja adalah konstan. Pengolahan data primer
untuk masing-masing proyek studi di atas meliputi proses pelaksanaan, kebutuhan peralatan dan
tenaga kerja untuk menghitung kebutuhan waktu dan biaya total dan biaya per m2 pelat yang
keduanya mempunyai ketebalan 12 cm. Untuk dasar perbandingan metode pelaksanaan, kebutuhan
pearalatan dan tenaga kerja, biaya dan waktu antara ke dua metode, digunakan data salah satu
proyek studi di atas yang menggunakan pelat cast in situ yaitu bangunan apartemen bertingkat 50
lantai. Bangunan terdiri dari 4 zona yaitu Zona A, B, C dan D yang masing masing memiliki 3
basemen, 7 podium dan 40 lantai typical. dengan luas lantai tipikal 58290m2. (Gambar 2).
(a)
(b)
Gambar 2 : Proyek Studi : (a) Tampak Lantai 1-40 tipikal; (b).Denah Lantai 1-40 tipikal
TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
102
Pembangunan gedung ini terbagi menjadi 2 bagian yaitu :
1. Upper Structure (Struktur Bagian Atas)
Luas Bangunan perlantai yang akan di pracetak ±1457 m2 dengan ukuran kolom, balok,
dan pelat relatif sama dimulai dari lantai 1-40 dalam jumlah yang besar.
2. Sub Structure (Struktur Bagian Bawah)
Pondasi: Boorpile Ø1000 mm dengan mutu beton fc50 mpa. Pile cap menggunakan mutu
beton fc 35 mpa
Bagan alir penelitian diberikan pada gambar 3.
Gambar 3 : Bagan Alir Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Hasil analisis data proses pelaksanaan pelat half slab dan cast in situ di proyek, waktu
pelaksanaan pelat dan biaya, maka dibuat perbandingan tahapan pelaksanaan pelat (tabel 1),
waktu (gambar 4) dan biaya (Tabel 2).
Kesimpulan
output proses VE : pelat metode pracetak half slab terhadap
cast in situ dengan indikator efektifitas waktu dan biaya
Analisa perbandingan metode Half Slab dengan Cast in situ:
1. AnalisaWaktu Pelaksanaan
2. Analisa Biaya
Implementasi VE pada konstruksi pelat lantai
cast in situ dengan alternatif pelat half slab
Survei pengumpulan data Proyek studi :
metode pelat cast in situ dan metode pelat pracetak, meliputi
tahapan kerja, alat pendukung dan jumlah tenaga kerja,
waktu dan biaya.
Analisa produktifitas dan biaya
Metode Half slab
Analisa produktifitas dan
biaya Metode cat in situ
TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
103
Tabel 1 : Perbandingan urutan pelaksanaan pelat cast in situ dan pelat pracetak half slab
Urutan tahapan pelaksanaan
Pelat cast in situ Sistem Pelat 2 arah
Pelat pracetak half slab
Sistem pelat 1 arah
1.Pekerjaan Kolom Bangunan 1.Pekerjaan Kolom Bangunan
2.Pemasangan bekisting balok dan pelat lantai
2.Pemasangan bekisting balok dengan desain dudukan pelat half-
slab
3.Pembesian balok dan pelat 3.Pembesian balok dengan stek kait untuk pelat pracetak dan
pembuatan elemen pracetak half slab t = 7 cm
4.Pengecoran balok dan lantai 4.Pengecoran balok dan penumpukan elemen half slab
5.Pembongkaran dan curing balok dan pelat
5.Pembongkaran dan curing balok
6.Pemasangan pelat half-slab dan pemasangan wiremesh tulangan
over topping
7.Pengecoran over topping half slab t=5 cm
Dari Tabel 2 dan Gambar 3 diperoleh bahwa pada metode pelat cast in situ lebih panjang waktnya
karena termasuk pekerjaan pelat lantai yang pada metode pracetak half slab lebih singkat, karena
elemen pracetak dibuat di lokasi lain atau di pabrik. Skedul pelaksanaan kedua metode diberikan
pada Gambar 3 adalah pelaksanaan 1 lantai tipikal pelat bangunan dengan tebal 12 cm di proyek
studi seluas 1457 m2 dengan 8 jam kerja, diperoleh produktifitas metode cast in situ dan metode
pracetak half slab masing-masing membutuhkan waktu 11 hari atau 16,56 m2/jam dan 7 hari
kerja atau 26,02 m2/jam per lantai.
(a) (b)
Gambar 4 : Skedul pelaksanaan pelat lantai a) Metode cast in situ; b) Metode pracetak half slab
Untuk 40 lantai tipikal diperoleh durasi total metode cast in situ dan metode pracetak half slab
masing-masing 440 hari dan 280 hari. Rekapitulasi biaya pelat diberikan pada Tabel 3 yang terdiri
dari biaya pekerja, biaya peralatan pendukung dan biaya material, sedangkan perbandingannya
pada Tabel 4
Pek. Pabrikasi hari ke : 1 2 3
Half slab
Pek. Bekisting hari ke : 1 2 3 4
Balok dan plat
Pek. Pembesian hari ke : 1 2 3
Pek. Pembesian hari ke : 1 2
Pek. Pengecoran hari ke :
1
7 hari kerja
SKEMA PEKERJAAN METODE HALF SLAB
TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
104
Tabel 3 : Perbandingan Biaya Pelat Pracetak Half slab terhadap Cast In Situ
METODE HALF SLABMETODE CAST IN SITU
1 Pek. Pembuatan Moulding precast
Upah 6,480,000 -
Bahan 93,357,500 -
2 Pek. Pabrikasi Precast
Upah 1,275,894,578 -
Bahan 6,374,200,918 -
3 Pekerjaan Install Precast
Upah 518,400,000 -
4 Pekerjaan Pengecoran Topping precast
Upah 147,600,000 -
Bahan 5,611,200,787 -
5 Peralatan kerja 5,807,875,000 9,932,577,600
6 Pekerjaan Bekisting Cast In Situ
Upah - 2,299,200,000
Bahan - 13,136,796,219
TOTAL BIAYA 19,835,008,783 25,368,573,819 (5,533,565,036)
VOLUME 58,290 58,290
HARGA PER m2 340,284 435,216 (94,932)
BIAYA BEKISTING PLATURAIAN NO DEVIASI
Tabel 4 :Perbandingan Biayadan Waktu Total Pekerjaan Pelat Lantai tipikal Metode
Cast in Situ terhadap Metode Half slab
TOTAL WAKTU TOTAL BIAYA
(HARI) (RUPIAH)
1 Pelat Lantai Half Slab 280 19,835,008,783
2 Pelat Lantai cast in situ 440 25,368,573,819
Selisih Perbandingan (160) (5,533,565,036)
Effisiensi 36% 22%
METODENO
Kesimpulan
Dari hasil analisa perbandingan dua metode pelat yaitu pelat cast in situ dengan pelat
pracetak pada bangunan dengan 40 lantai tipikal dan luas lantai 58290 m2, didapatkan hasil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Metode pelaksanaan pelat pracetak lebih praktis, membutuhkan jumlah pekerja lebih sedikit,
waktu pelaksanaan lebih cepat dengan biaya lebih murah dibandingkan dengan metode cast in
situ. Hal ini dipengaruhi oleh efisiensi waktu, berkurangnya pemakaian bekisting dan half slab
yang berfungsi sebagai bekisting.
2. Sistem pelat cast in situ merupakan pelat dua arah dengan tebal pelat 120 mm dan mutu K350,
membutuhkan waktu pelaksanaan 440 hari dengan biaya Rp 25.368.573.819 berdasarkan harga
satuan di periode tahun 2017. Sedangkan pelat pracetak half slab K350 membutuhkan waktu
pelaksana an selama 280 hari dengan, tebal half slab 70 mm, topping cor in situ tebal 50 mm
dan biaya sebesar Rp. 19.835.008.783.
3. Penggunaan metode pracetak half slab memberikan penghematan biaya Rp. 5.533.565036,11,-
atau 22% dan percepatan waktu sebesar 160 hari atau 36% dibanding pelat lantai cast in situ.
4. Adanya efisensi waktu dan biaya dengan perubahan sistem cast in situ menjadi sistem pracetak
pracetak menunjukkan manfaat implementasi dari VE pada tahap konstruksi. Bila VE
diterapkan pada saat tahap perencanaan akan memberi penghematan biaya yang lebih lagi.
TECHNOPEX-2018InstitutTeknologi Indonesia ISSN: 2654-489X
105
5. Hal penting pada pelaksanaan sistem pracetak adalah pada sistem sambungan yang harus teruji
kekuatannya terhadap beban gempa untuk menjamin kontinuitas dan monolisitas elemen
struktur untuk ketahanan terhadap gempa. Selain itu perlu diperhatikan kebutuhan dukungan
alat angkut tower crane untuk pengangkatan elemen pracetak, lokasi penumpukan elemen
pracetak di lokasi proyek dan pelaksanaan sambungan elemen pracetak “grouting’ dengan pasta
semen mutu tinggi yang dilaksanakan dengan keahlian khusus.
Daftar pustaka
[1] Chandra,Suriana.2014 “Maximaizing Construction Project and Investment Budget Efficiency
with Value Engineering”. Kompas Gramedia, PT Elex Media Komputindo, Jakarta, Bab 1 sd
Bab 3, hlm. 1-46.
[2] Yanita, Rachmi, et al. 2018. “Legal Aspect of Value Engineering Implementation in Jakarta
(Indonesia) Construction Projects”. International Journal of Construction Management,
https://doi.org/10.1080/15623599.2018.1511946
[3] S. Vahid, et al. 2017“Value engineering practices in infrastructure projects: a case study of
Ilam Gas Refinery's water transmission system at Reno Mountain, Iran”. International Journal
of Construction Management, May 2017, DOI: 10.1080/15623599.2017.1326298.
[4] Yanita,Rachmi. (2000). “Kajian Kontrak Konstruksi Indonesia”. Jurnal IPTEK ITI Thn V
No.XVI, Febr 2000, hlm. 48-56.
[5] Antonius. (2014). “Metode Pelaksanaan Beton Pracetak pada Struktur Tunnel Feeder”.
Seminar Nasional Teknik Sipil IV-2014, UMS Surakarta, ISBN 978-602-70429-0-2, Research
Gate.
[6] Ervianto I.W. (2006). Eksplorasi Teknologi dalam Proyek Konstruksi. Penerbit: Andi, Jakarta
[7] Batubara, Iqbal. (2012). “Teknologi Bahan (Beton Precast). Departemen Teknik Sipil Unines.
[8] Wahyudi, Hendrawan dan Hanggoro,Dwi. (2010). “Perencanaan Struktur Gedung BPS
Provinsi Jawa Tengah Menggunakan Beton Pracetak”. Skripsi tidak diterbitkan. Fakultas
Teknik, Universitas Diponegoro, Semarang.
top related