implementasi pend idikan kecakapan hidup …eprints.uny.ac.id/26956/1/fironika susilowati.pdf ·...
Post on 05-Feb-2018
273 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IMPLESKILLS
DAY
PR
EMENTAS) PADA
YA JAMU
D
gu
ROGRAMJURUS
FAUNIV
ASI PENDPROGRA
UR TIRAMSEMAN
Diajukan KepUniver
untuk Memuna Memper
FN
M STUDI SAN PENAKULTA
VERSITAFE
i
DIDIKANAM PENGM DI PKBNU GUNU
SKRIP
pada Fakultrsitas Negermenuhi Sebaroleh Gelar
OlehFironika SusNIM 081022
PENDIDNDIDIKAAS ILMU
AS NEGEREBRUAR
KECAKGEMBANBM NGUUNGKID
PSI
tas Ilmu Penri Yogyakaragian Persyr Sarjana Pe
h silowati 244009
DIKAN LUAN LUARU PENDIDRI YOGYRI 2013
KAPAN HNGAN US
UDI KAPIDUL
ndidikan rta
yaratan ndidikan
UAR SEKR SEKOLADIKAN YAKART
HIDUP (LISAHA BUINTERAN
KOLAH AH
TA
IFE UDI N
ii
PERSETUJUAN
Skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN
HIDUP (LIFE SKILLS) PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA
BUDI DAYA JAMUR TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU
GUNUNGKIDUL” ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diujikan.
Yogyakarta, 27 Desember 2012
Pembimbing I
Hiryanto, M. Si
NIP. 196506171993031002
Pembimbing II
RB. Suharta, M. Pd
NIP. 196004161986631002
iii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar karya saya sendiri.
Sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang ditulis atau
diterbitkan orang lain kecuali sebagai acuan atau kutipan dengan mengikuti tata
penulisan karya ilmiah lazim.
Tanda tangan dosen penguji yang tertera dalam halaman pengesahan adalah asli.
Jika tidak asli, saya siap menerima sanksi ditunda yudisium pada periode
berikutnya.
Yogyakarta, 7 Januari 2013
Yang Membuat Pernyataan,
Fironika Susilowati
NIM 08102244009
iv
PENGESAHAN
Skripsi yang berjudul “IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP
(LIFE SKILLS) PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA BUDI DAYA
JAMUR TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU
GUNUNGKIDUL” yang disusun oleh Fironika Susilowati, NIM 08102244009 ini
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada tanggal 15 Januari 2013 dan
dinyatakan lulus.
DEWAN PENGUJI
Nama Lengkap Jabatan Tanda Tangan Tanggal
Hiryanto, M.Si
Widyaningsih, M. Si
Dr. Mami Hajaroh, M. Pd
RB. Suharta, M. Pd
Ketua Penguji
Sekretaris Penguji
Penguji Utama
Penguji Pendamping
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
..................
Yogyakarta, Februari 2013 Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Dekan,
Dr. Haryanto, M. Pd NIP. 19600902 198702 1 001
v
MOTTO
Hidup ibarat kita belajar di bangku sekolah setiap saat kita harus terus
belajar dan belajar untuk menjadi yang lebih baik. ( Bayu Kristiyanto)
Hidup itu berusaha, berdoa, berbuat baik pada orang lain serta selalu
bersyukur pada Allah SWT dalam keadaan apapun. (Penulis)
vi
PERSEMBAHAN
Atas Karunia Allah SWT
Karya ini akan saya persembahkan untuk:
1. Almamaterku Universitas Negeri Yogyakarta yang
telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang begitu
besar
2. Agama, Nusa, dan Bangsa
3. Ayah dan Ibuku tercinta yang tidak pernah lupa dan
tak pernah lekang menyisipkan do’a-do’a mulia untuk
keberhasilan penulis dalam menyusun karya ini.
Terimakasih atas dukungan moral dan pengorbanan
tanpa pamrih yang telah diberikan.
vii
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA BUDI DAYA JAMUR TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN SEMANU GUNUNGKIDUL
Oleh: Fironika Susilowati NIM 08102244009
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan: (1) implementasi
pendidikan kecakapan hidup (life skills), (2) faktor pendukung dan penghambat pendidikan kecakapan hidup (life skills), (3) dampak dari pendidikan kecakapan hidup (life skills)
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subyek penelitian ini adalah pengelola, tutor atau pelatih pendidikan kecakapan hidup (life skills), dan warga belajar. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi. Peneliti merupakan instrumen utama dalam melakukan penelitian yang dibantu oleh pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Teknik yang digunakan dalam analisis data adalah display data, reduksi data, dan pengambilan kesimpulan. Keabsahan data dengan menggunakan triangulasi sumber dan metode.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Implementasi program life skills terdiri dari (a) persiapan terdiri dari dua tahap yaitu analisis kebutuhan dan program life skills, (b) pelaksanaan meliputi tempat pembelajaran disalah satu rumah warga belajar, waktu pembelajaran 3 bulan, peserta didik 60 orang, pendidik diambil dari PKBM dan UNY untuk pendamping, fasilitas baik, biaya dari UNY, metode ceramah dan praktek, proses pembelajaran sudah menerapkan aspek kecakapan life skills yaitu kecakapan personal, kecakapan antar personal dan kecakapan vokasional, (c) evaluasi program life skills tertulis dan praktek. (2) Faktor pendukung motivasi peserta didik, keaktifan pengelola dan pengurus, nara sumber yang baik, dan dana. Faktor penghambat faktor alam kurang mendukung dan kerjasama antara peserta didik masih kurang. (3) Dampak dari program life skills adalah membuka peluang usaha pendidik dan peserta didik, menambah bekal keterampilan, meningkatan perekonomian dan mengenalkan jamur pada masyarakat mengenai jamur tiram adalah makanan bergizi. Kata kunci: Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills), Pengembangan Usaha dan Budidaya Jamur Tiram
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang disusun sebagai
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kependidikan di Universitas
Negeri Yogyakarta.
Penulis menyadari dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari
adanya bantuan berbagai pihak. Dalam kesempatan ini perkenanlah penulis
mengucapkan terimakasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Yogyakarta, yang telah memberikan ijin kepada
penulis untuk menyusun skripsi ini.
2. Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan, yang telah memberikan fasilitas dan sarana
sehingga studi saya berjalan dengan lancar
3. Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang telah memberikan kelancaran
dalam pembuatan skripsi ini
4. Bapak Hiryanto, M. Si selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak RB. Suharta
M. Pd selaku Dosen Pembimbing II, yang telah berkenan membimbing
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Luar Sekolah, Fakultas Ilmu
Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta yang telah mendidik dan
memberikan ilmu pengetahuan
6. Seluruh Pengurus (Pengelola) PKBM Ngudi Kapinteran atas ijin dan bantuan
untuk penelitian
7. Bapak, Ibu, Kakak ku atas do’a, perhatian, kasih sayang, dan segala
dukungannya
8. Untuk Mas Bayu atas pengertian, dukungan, kesabaran, perhatian serta kasih
sayang yang telah diberikan.
9. Semua teman- teman PLS angkatan 2008 yang selalu memberikan bantuan
dan motivasi, semua kenangan dan pengalaman kita akan menjadi kisah
klasik untuk masa depan
10. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian
skripsi ini.
ix
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
pihak-pihak yang peduli terhadap pendidikan terutama Pendidikan Luar
Sekolah dan bagi para pembaca umumnya. Amin.
Yogyakarta,7 Januari 2013
Penulis
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN ................................................................. ii
HALAMAN SURAT PERNYATAAN .................................................... iii
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ............................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................... vi
HALAMAN ABSTRAK ........................................................................... vii
HALAMAN KATA PENGANTAR ......................................................... viii
HALAMAN DAFTAR ISI ........................................................................ x
HALAMAN DAFTAR TABEL ............................................................... xiv
HALAMAN DAFTAR GAMBAR ........................................................... xv
HALAMAN DAFTAR LAMPIRAN ....................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah ......................................................................... 7
C. Pembatasan Masalah ........................................................................ 8
D. Perumusan Masalah .......................................................................... 8
E. Tujuan Penelitian .............................................................................. 9
F. Manfaat Penelitian ............................................................................ 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka .................................................................................. 11
1. Kajian tentang Implementasi ........................................................... 11
a. Pengertian Implementasi ........................................................... 11
2. Kajian tentng Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ............... 11
a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ............. 11
b. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ................... 14
c. Ciri-ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) ..................................................................... 15
d. Pendekatan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ............ 15
xi
e. Kurukulum Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) ............ 15
f. Tahap-tahap Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) ..................................................................... 16
g. Prinsip-prinsip Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) ..................................................................... 20
3. Kajian tentang Pengembangan Usaha ............................................. 20
a. Pengertian Pengembangan ........................................................ 20
b. Pengertian Pengembangan Usaha ............................................. 21
c. Pengorganisasian Pengembangan Usaha .................................. 23
4. Kajian tentang Jamur Tiram ............................................................ 23
a. Pengertian Jamur Tiram ............................................................ 23
b. Nilai Gizi Jamur Tiram ............................................................. 26
c. Pembudi Dayaan Jamur Tiram .................................................. 27
5. Kajian tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ......... 30
a. Pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ......... 30
b. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) .............. 31
c. Fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ................ 34
d. Asas-asas Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ........... 35
B. Penelitian yang Relevan ................................................................... 37
C. Kerangka Berpikir ............................................................................ 38
D. Pertanyaan Penelitian ....................................................................... 40
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penellitian .................................................................... 43
B. Subjek Penelitian ............................................................................. 44
C. Waktu dan Tempat Penelitian ......................................................... 44
1. Setting Penelitian ....................................................................... 44
2. Waktu Penelitian ....................................................................... 45
3. Tempat Penelitian ...................................................................... 45
D. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 45
1. Wawancara ................................................................................ 46
2. Observasi ................................................................................... 47
xii
3. Dokumentasi .............................................................................. 48
E. Teknik Analisis Data ....................................................................... 49
a. Reduksi Data ............................................................................. 49
b. Display Data atau Penyajian Data ............................................. 50
c. Pengambilan atau Penarikan Kesimpulan ................................. 50
F. Keabsahan Data ............................................................................... 51
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ............................................... 53
1. Deskripsi Wilayah ..................................................................... 53
2. Deskripsi PKBM Ngudi Kapinteran ......................................... 54
a. Sejarah Berdirinya PKBM Ngudi Kapinteran..................... 54
b. Legalitas Lembaga .............................................................. 55
c. Lokasi dan keadaan PKBM Ngudi Kapinteran ................... 55
d. Visi dan Misi PKBM Ngudi Kapinteran ............................. 55
e. Tujuan PKBM Ngudi Kapinteran ....................................... 56
f. Struktur Organisasi PKBM Ngudi Kapinteran ................... 56
g. Sarana dan rasarana PKBM Ngudi Kapinteran ................... 57
h. Sasaran di PKBM Ngudi Kapinteran .................................. 58
i. Peserta Didik di PKBM Ngudi Kapinteran ......................... 59
j. Pendidik atau Tutor PKBM Ngudi Kapinteran ................... 59
k. Pendanaan ........................................................................... 62
l. Program PKBM Ngudi Kapinteran ..................................... 62
B. Hasil Penelitian ............................................................................... 64
1. Implementasi Program Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ............................. 64
a. Persiapan Program Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ....................... 64
b. Pelaksanaan Program Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ....................... 66
c. Evaluasi Program Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ....................... 74
xiii
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program
Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM
Ngudi Kapinteran ............................................................................ 76
a. Faktor Pendukung Program Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ....................... 76
b. Faktor Penghambat Program Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ....................... 77
3. Dampak Positif dan Negatif Program Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ............................. 78
C. Pembahasan ..................................................................................... 79
1. Implementasi Program Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi Kapinteran ............................. 79
a. Persiapan Program Life Skills di PKBM Ngudi Kapinteran ..... 79
b. Pelaksanaan Program Life Skills di PKBM Ngudi
Kapinteran ................................................................................. 80
c. Evaluasi Program Life Skills di PKBM Ngudi Kapinteran ....... 83
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program
Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di PKBM Ngudi
Kapinteran ....................................................................................... 83
3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
di PKBM Ngudi Kapinteran ............................................................ 84
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan ......................................................................................... 86
B. Saran ................................................................................................ 87
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 89
LAMPIRAN ............................................................................................... 91
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi Jamur dan Bahan
Makanan Lain (dalam %) ..................................................................... 27
Tabel 2. Jumlah Penduduk Desa Semanu ............................................. 54
Tabel 3. Daftar Struktur Organisasi PKBM Ngudi Kapinteran ............ 56
Tabel 4. Prasarana PKBM Ngudi Kapinteran ....................................... 57
Tabel 5. Sarana PKBM Ngudi Kapinteran ............................................ 58
Tabel 6. Daftar Pendidik PKBM Ngudi Kapinteran ............................. 60
xv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir ........................................................... 39
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Pedoman Observasi ................................................................ 92
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi ........................................................... 93
Lampiran 3. Pedoman Wawancara ............................................................. 94
Lampiran 4. Catatan Lapangan I ................................................................. 101
Lampiran 5. Catatan Lapangan II................................................................ 102
Lampiran 6. Catatan Lapangan III .............................................................. 103
Lampiran 7. Catatan Lapangan IV .............................................................. 104
Lampiran 8. Catatan Lapangan V ............................................................... 105
Lampiran 9. Cacatan lapangan VI ............................................................... 106
Lampiran 10. Catatan Lapangan VII ........................................................... 107
Lampiran 11. Reduksi dan Display Data .................................................... 108
Lampiran 12. Dokumentasi Kegiatan ......................................................... 113
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Negara Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan berat dari efek
globalisasi. Pengalaman globalisasi abad 19 mengidentifikasikan bahwa
integrasi ekonomi, ekspansi pasar memberikan sedikit peluang untuk
menanggulangi kemiskinan dan pengangguran. Kemiskinan dan pengangguran
saat ini merupakan masalah utama dan mendesak yang perlu untuk segera
diatasi dalam kerangka pelaksanaan pembangunan nasional. Pengangguran
yang tidak segera mendapatkan penanganan akan memicu bertambahnya
angka kemiskinan. Permasalahan ini menjadi penting untuk segera diatasi
karena dapat membawa dampak yang lebih luas, mencakup aspek sosial,
ekonomi, psikologis dan bahkan politik.
Data pengangguran dan kemiskinan di Indonesia hingga saat ini masih
merupakan masalah besar yang belum bisa terpecahkan. Menurut data BPS
bulan Maret 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta
(13,33 persen). Sedangkan data ketanagakerjaan Indonesia pada tahun 2010
jumlah pengangguran terbuka tercatat sebanyak 8,96 juta orang ( 7,87 persen)
dari total angkatan kerja 113, 83 juta orang. Dari jumlah 8,96 juta orang
pengangguran tersebut sebagian besar berada di pedesaan.( Badan Statistik
Indonesia (BPS). Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2010.Diambil
dariError! Hyperlink reference not valid.kemiskinan.pdf) diakses tanggal 15 april
2012).Angka kemiskinan dan pengangguran yang masih tinggi setidaknya
2
merupakan indikator bahwa pembangunan yang selama ini dilaksanakan
belum sesuai dengan harapan dan cita-cita perjuangan bangsa.
Sejarah kegagalan pembangunan yang mencapai titik kulminasinya
pada tahun 1997 ditandai dengan munculnya krisis ekonomi dan politik telah
melahirkan kesadaran baru tentang paradigma pembangunan yang tidak lagi
berorientasi ekonomi semata, melainkan pembangunan manusia yang
berorientasi pada peningkatan sumber daya manusia. Paradigma baru tersebut
mengisyaratkan akan arti pentingnya pendidikan, baik pendidikan formal
maupun pendidikan non formal (PNF) sebagai satu-satunya jalan untuk
mencapai masyarakat adil dan makmur serta mencerdaskan kehidupan bangsa
sebagaiman tercantum dalam UUD 1945. Adapun salah satu wujud kongkrit
yang dilakukan pemerintah dalam rangka menjadikan pendidikan sebagai
salah satu pionir untuk pencapaian tujuan pendidikan pembangunan bangsa
adalah diterbitkannya Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU
Sisdiknas) Nomor 20 Tahun 2003 sebagai pengganti UU Sisdiknas Nomor 2
Tahun 1989.
Undang- undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (Depdiknas, 2003) telah mengamanatkan bahwa:
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradapan bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab.”
3
Selain itu dalam undang- undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan nasional bagian kelima pendidikan non formal pasal 26 ayat 1
menerangkan bahwa:
Pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga masyarakat yang
memerlukan layanan pendidikan, yang berfungsi sebagai pengganti, penambah
dan atau pelengkap pendidikan formal dalam rangka mendukung pendidikan
sepanjang hayat.
Selanjutnya terkait dengan masalah kemiskinan dan kebodohan,
peraturan pemerintah Nomor 73 Tahun 1991 tentang Pendidikan Nonformal
(Depdikbud, 1992) secara tegas menyatakan bahwa tujuan PNF adalah:
“Membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan ketingkat dan atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat dipenuhi melalui jalur pendidikan formal (sekolah).”
Konsepsi dan kajian yuridis diatas, telah mengindikasikan bahwa PNF
merupakan wahana yang sangat strategis bagi penanganan kebodohan,
pengangguran, dan kemiskinan, khususnya untuk masyarakat miskin atau
tingkat sosial ekonominya menengah ke bawah. Peran PNF semakin tampak
jelas, setelah belakangan ini melihat kenyataan bahwa efek globalisasi
berdampak tidak hanya saja pada terpuruknya perekonomian bangsa tetapi
berimbas pula pada sektor-sektor kehidupan lainnya seperti pendidikan,
lapangan kerja, sosial dan lain-lain. Dilain pihak kualitas sumber daya
4
manusia (SDM) kita masih sangat rendah dan memprihatinkan. Hal tersebut
setidaknya dapat kita ketahui dari survei beberapa lembaga internasional.
Hasil survei tentang indeks pembangunan manusia (IPM) atau Human
Development Indeks (HDI) pada tahun 2009, menempatkan Indonesia pada
peringkat 111 dari 169 negara yang disurvei dengan indeks 0,593. Pada tahun
2010, sebagaimana laporan indeks pembangunan manusia yang dikeluarkan
program perserikatan bangsa-bangsa atau United National Development
Program (UNDP), IPM atau HDI Indonesia berada pada peringkat ke 108 dari
169 negara dengan indeks 0,600. Data pada tahun 2009 dan 2010 ada
kecenderungan kenaikan peringkat HDI Indonesia dibandingkan dengan
negara-negara lain, namun kita masih tertinggal jauh dibanding dengan negara
tetangga kita Malaysia pada peringkat 57. ( Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) tahun 2009 diakses dari (http://id.wikipedia.org/wiki/
IndeksPembangunanManusia). Hasil survei lembaga internasional tersebut
dapat digunakan sebagai pelajaran berharga yaitu bahwa upaya peningkatan
mutu pendidikan yang selama ini dilakukan belum mampu memecahkan
masalah dasar pendidikan. Berdasarkan hal tersebut, maka dipandang perlu
adanya langkah-langkah mendasar, konsisten dan sistematik.
Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia melalui proses
pendidikan harus dilakukan secara utuh menyeluruh, tidak hanya memperkuat
basis akademik, tetapi juga ajaran agama dan pembinaan profesi atau keahlian
(skill). Berjalannya proses ini, diharapkan mampu melahirkan generasi bangsa
yang tangguh, baik dari sisi akademis, teknis (keterampilan) maupun religi
5
(keagamaan), sehingga dapat menjadi pemicu penerus bangsa yang mampu
menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan.
Langkah awal mewujudkan berbagai harapan di atas, Departemen
pendidikan nasional sebagai institusi pemerintah yang mempunyai
tanggungjawab utama terhadap pembangunan sumber daya manusia di
Indonesia, telah menyusun kebijakan pendidikan yang berbasis luas dan
mendasar ( broad based education), berorientasi pada kecakapan hidup (life
skills), dan berbasis masyarakat (community based education). Untuk itulah,
maka sejak tahun 2002 Depdiknas telah merencanakan sebuah program
inovasi di bidang pendidikan yang disebut dengan program life skills atau
pendidikan kecakapan hidup.
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003 tentang
sistem pendidikan nasional, khusunya pada penjelasan pasal 26 ayat 3
menyatakan bahwa “pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah
pendidikan yang memberikan kecakapan personal, kecakapan social,
kecakapan intelektual dan kecakapan vokasional untuk bekerja atau usaha
sendiri”. Mengingat bahwa pada tahun 2002 masih berlaku Undang - undang
Nomor 2 tahun 1989 tentang system pendidikan nasional, maka sesuai jalur
pendidikan yang ada, program life skills atau pendidikan kecakapan hidup
diimplementasikan melalui dua jalur yaitu jalur pendidikan formal (sekolah)
dan jalur pendidikan non formal (PNF). Sesuai konteksnya, penelitian ini
untuk selanjutnya akan memfokuskan bahasan pada eksistensi program life
skills PNF.
6
Lembaga penyelenggara pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada
jalur pendidikan non formal adalah Balai Pengembangan Kegiatan Belajar
(BPKB), Sanggar Kegiatan Belajar (SKB), Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM), dan Lembaga Perkursusan (LPK). Sesuai dengan konteksnya
penelitian ini secara khusus akan mengkaji program life skills yang
diselenggarakan oleh Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ngudi
Kapinteran Semanu Gunungkidul.
Kementrian Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa program
pendidikan life skills PNF dimaksudkan untuk membekali warga belajar
dengan lima aspek, yaitu 1) kecakapan mengenal diri (self awareness) yang
juga sering disebut kecakapan personal (personal skills), 2) kecakapan
berpikir rasional (thingking skill), 3)kecakapan antar personal (interpersonal
skills), 4) kecakapan akademik (academic skill) yang sering disebut juga
kemapuan berpikir ilmiah (scientific skill), dan 5) kecakapan vokasional
(vocational skill).
Berdasarkan prasurvei yang dilakukan peniliti ditemukan bahwa belum
Semua Aspek Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) diterapkan dalam
proses pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup budi daya jamur tiram di
PKBM Ngudi Kapinteran yaitu kecakapan akademik (academic skills) atau
disebut juga kecakapan berfikir ilmiah. Hal ini semakin memperkuat atau
mendorong peneliti untuk mengetahui lebih jauh tentang Implementasi
Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Pada Program Pengembangan
Usaha Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu
7
Gunungkidul. Alasan mengapa peniliti memilih Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat (PKBM) karena Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
adalah lembaga swasta yang memiliki tugas dan fungsi sama dengan Sanggar
Kegiatan Belajar (SKB) tetapi belum mempunyai banyak pengalaman untuk
melaksanakan program PNF oleh karena itu peniliti ingin mengetahui lebih
jauh pelaksanaan program life skills di PKBM.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang di uraikan di atas dapat
di identifikasi masalah sebagai beriku:
1. Masih banyaknya penduduk Indonesia yang hidup dibawah garis
kemiskinan menurut data BPS bulan Maret tahun 2010 jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai 31, 02 juta ( 13, 33 persen).
2. Rendahnya sumber daya manusia di Indonesia dilihat dari indeks
pembangunan manusia (IPM) tahun 2009, menempatkan Indonesia pada
peringkat 111 dari 169 negara yang disurvei dengan indeks 0, 593 dan
pada tahun 2010 berada pada peringkat ke 108 dari 169 negara dengan
indeks 0, 600.
3. Terbatasnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat sehingga tidak
mampu mengembangkan usaha.
4. Belum Semua Aspek Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
diterapkan.
8
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang diuraikan di atas, tidak
seluruhnya dikaji dalam penelitian ini. Mengingat adanya keterbatasan waktu,
kemampuan dan dana. Agar penelitian ini lebih mendalam, maka penelitian ini
dibatasi yaitu bagaimana Implementasi Program Kecakapan Hidup (Life
Skills) Melalui Pengembangan Usaha Budi Daya Jamur Tiram Di PKBM
Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah yang telah peneliti kemukakan di
atas, maka dapat dirumuskan secara operasional permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life
Skiils) yang meliputi persiapan, pelaksanaan dan evaluasi pada
Pengembangan Usaha Budi Daya Jamur Tiram Di PKBM Ngudi
Kapinteran Semanu Gunungkidul?
2. Apakah faktor pendukung serta faktor penghambat dalam pelaksanaan
program pendidikan kecakapan hidup (life skills) Budidaya Jamur Tiram
di PKBM Ngudi Kapinteran?
3. Bagaimana dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran?
9
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life
Skills) Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran.
2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat Program Pendidikan
Kecakapan Hidup (life skills) Budidaya Jamur Tiram di PKBM Ngudi
Kapinteran.
3. Mengetahui DampakProgram Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran.
F. Manfaat Penelitian
Beberapa kegunaan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Bagi Jurusan PLS
Hasil penelitian ini dapat menambah khasanah di bidang Pendidikan Luar
Sekolah khususnya pada Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
2. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam
pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di daerah setempat.
3. Bagi Lembaga Terkait
Lembaga terkait adalah PKBM Ngudi Kapinteran yaitu diharapkan
mampu memberikan gambaran tentang penerapan konsep Pendidikan
10
Kecakapan Hidup ( life skills ) sehingga dapat dijadikan pedoman untuk
meningkatkan kualitas program sejenis di masa yang akan datang.
4. Bagi Penulis
Penelitian ini menjadikan penambah pengalaman dan wawasan tentang
Program Kecakapan Hidup (Life Skills) dalam Mengembangkan Usaha
Melalui Budidaya Jamur Tiram.
11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Pustaka
1. Kajian tentang Implementasi
a. Pengertian Implementasi
Menurut Mulyasa ( 2002: 93) implementasi merupakan suatu proses
penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi suatu tindakan praktis
sehingga memberikan dampak, baik berupa suatu perubahan, pengetahuan,
ketrampilan maupun nilai dan sikap. Sesuai dengan pengertian tersebut
implementasi adalah penerapan ide, konsep, kebijakan atau inovasi sehingga
dalam penerapannya diharapkan memberikan dampak atau perubahan
kebentuk yang lebih baik dan berkembang.
2. Kajian tentang Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
a. Pengertian Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Menurut Broling (1989) dalam Anwar (2004: 20) mendefinisikan life
skills sebagai suatu interaksi dari berbagai pengetahuan dan kecakapan yang
sangat penting untuk dimiliki oleh seseorang sehingga mereka dapat hidup
mandiri.
Menurut Satori (Anwar, 2004: 20) mengemukakan bahwa life skills
bukan hanya semata-mata memiliki kemampuan tertentu saja (vokational
jobs), namun dapat membaca, menulis, menghitung, merumuskan dan
memecahkan masalah, mengelola sumber daya, bekerja dalam tim, terus
belajar di tempat kerja dan mempergunakan teknologi. Program life skills
12
dalam pendidikan non formal diharapkan dapat menolong warga belajar
atau masyarakat untuk memiliki harga diri dan kepercayaan diri mencari
nafkah dalam konteks peluang yang ada di lingkungannya.
Menurut Slamet (Anwar, 2004: 34 ) membagi life skills menjadi dua
bagian yaitu kecakapan dasar dan kecakapan instrumental. Life skills yang
bersifat dasar adalah kecakapan universal dan berlaku sepanjang zaman,
tidak tergantung pada perubahan waktu dan ruang yang merupakan fondasi
bagi peserta didik baik di pendidikan persekolahan maupun pendidikan non
formal agar bisa mengembangkan keterampilan yang bersifat instrumental.
Life skills yang bersifat instrumental adalah kecakapan yang bersifat
relative, kondisional, dan dapat berubah-ubah sesuai dengan perubahan
waktu, situasi dan harus diperbarui secara terus-menerus sesuai dengan
perubahan.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli diatas dapat disimpulkan
bahwa pendidikan kecakapan hidup (life skills) adalah pendidikan yang
memberikan bekal keterampilan yang terpakai, terkait dengan kebutuhan
pasar kerja, peluang usaha dan ekonomi atau industry yang ada di
masyarakat sehingga dapat meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan
masyarakat.Pendidikan kecakapan hidup (life skills) dapat dibagi menjadi
kecakapan hidup personal (personal skills), kecakapan social (social skills),
dan kecakapan untuk bekerja (occupational skill). Dengan memiliki bekal
kecakapan hidup (life skills) diharapkan masyarakat dapat hidup mandiri
13
dan dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi terutama masalah
perekonomian.
Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 26 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Departemen Pendidikan Nasional, telah menetapkan
bahwa program life skills atau pendidikan kecakapan hidup
diimplementasikan pada jalur pendidikan sekolah atau jalur pendidikan luar
sekolah (PLS). Sesuai dengan konteksnya, penelitian ini akan mengupas
lebih banyak perihal pengembangan program life skills PLS. Diperkuat
pemaparan Ditjen Diklusepa bahwa:
“Dalam implementasinya, program life skills PLS berprinsip pada empat pilar pendidikan sebagaimana paparan UNESCO (1993), yaitu learning to know (belajar untuk memperoleh pengetahuan), learning to be (belajar untuk dapat menjadikan dirinya menjadi orang yang berguna), learning to do (belajar untuk dapat melakukan pekerjaan), learning to live together (belajar untuk dapat hidup bersama dengan orang lain).” (Ditjen Diklusepa, 2003: 6)
Ada tiga aspek yang tercakup dalam Ditjen Diklusepa (2003: 6)
(sekarang Ditjen PAUDNI) sebagai kecakapan umum (general life skills)
yang harus dimiliki oleh semua peserta didik dari proses pendidikannya baik
melalui jalur pendidikan persekolahan maupun pendidikan luar sekolah,
yaitu:
1) Kecakapan mengenai diri (self awarness) atau kemampuan personal (personal skill). Kemampuan personal ini meliputi: a) penghayatan diri sebagai makhluk Tuhan, anggota masyarakat dan warga negara, b) menyadari dan mensyukuri kelebihan dan kekurangan yang dimiliki, sekaligus menjadikannya modal dalam meningkatkan dirinya sebagai individu yang bermanfaat bagi diri sendiri dan lingkungannya.
14
2) Kemampuan berfikir rasional (thingking skill) mencakup: a) kecakapan menggali dan menemukan informasi (information searching), b) kecakapan mengolah informasi dan mengambil keputusan (information processing and decision making skill), c) kecakapan memecahkan masalah serta kreatif (creative problem solving skill).
3) Kecakapan sosial atau interpersonal (social skill) mencakup: a) kecakapan komunikasi dengan empati (communication skill), b) kecakapan bekerjasama (collaboration skill). Berkomunikasi bukan sekedar menyampaikan pesan, tetapi isi dan penyampaian pesan disertai dengan kesan baik akan menimbulkan hubungan yang harmonis.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan, kecakapan
umum (general life skills) yang harus dimiliki oleh semua peserta didik dari
proses pendidikannya, yaitu: 1) kecakapan mengenai diri (self awarness)
atau kemampuan personal (personal skill), 2) kemampuan berfikir rasional
(thinking skill), c) kecakapan sosial atau interpersonal (social skill).
b. Tujuan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)
Dengan demikian dapat sebutkan tujuan pendidikan Life skills adalah
mengaktualisasikan potensi masyarakat atau peserta didik sehingga dapat
digunakan untuk memecahkan masalah yang dihadapi seperti:
1) Memberikan kesempatan kepada lembaga atau sekolah untuk
mengembangkan pembelajaran yang flexible.
2) Mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya lingkungan dengan
memberi peluang pemanfaatan sumber daya yang ada di masyarakat.
15
c. Ciri-ciri Pembelajaran Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Menurut Depdiknas (2003) dalam Anwar (2004: 21), ciri
pembelajaran life skills adalah:
1) Terjadi proses identifikasi kebutuhan belajar, 2) Terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama, 3) Terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri,
belajar, usaha mandiri, usaha bersama, 4) Terjadi proses penguasaan kecakapan personal, sosial,
vokasional, akademik, manajerial, kewirausahaan, 5) Terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan
pekerjaan dengan benar, menghasilkan produk bermutu, 6) Terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli, 7) Terjadi proses penilaian kompetensi, dan 8) Terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk
usaha bersama.
d. Pendekatan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Pendidikan life skills dengan cakupan belajar yang relatif luas, maka
pendekatan dalam pelaksanaannya di awali dengan langkah-langkah sebagai
berikut:
1) Analisis kebutuhan (need assessment) dengan teknis mencari informasi
peluang usaha/ kerja yang ada sesuai dengan jenis pembelajaran yang
akan dilatihkan.
2) Analisis kebutuhan (need assessment) dengan cara mengembangkan
usaha baru dengan memberdayakan potensi sumber daya sekitar.
e. Kurikulum Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Adalah paket pembelajaran yang disajikan secara terbatas dan
terbuka sesuai dengan kebutuhan dan potensi sumber daya lokal, baik dalam
kegiatan usaha di bidang pertanian, budidaya peternakan, perkebunan,
16
perikanan maupun hasil produksi pertanian, industri rumah tangga, atau
jenis kegiatan lain, dimana peserta belajar apabila kurikulum yang
disediakan tersebut kurang dapat memenuhi, dapat menambahkan,
mengurangi bahkan mengubah sendiri sesuai dengan kebutuhan yang
diinginkan.
f. Tahap-Tahap Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills)
Tahap-tahappelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skills)
dibagi menjadi beberapa tahap dalam petunjuk teknis penyelenggaraan
program dan bantuan sosial pendidikan kecakapan hidup lembaga
pendidikan yaitu:
1) Persiapan
Persiapan adalah kegiatan yang dilakukan lembaga sebelum
melakukan kegiatan pendidikan kecakapan hidup ( life skills) yaitu:
a) Analisis peluang atau kebutuhan
Jenis keterampilan yang dilaksanakan harus berdasarkan atas
hasil penelitian kebutuhan pelatihan (sesuai job order atau usaha
mandiri), dengan beberap acara yaitu:
(1) Mencari informasi tentang peluang usaha yang ada sesuai dengan
jenis keterampilan yang akan dilatihkan.
(2) Mencari dan mengembangkan usaha baru dengan
memberdayakan potensi sumber daya sekitar.
17
Apabila hasil analisis dianggap berpeluang usaha besar jelas
ketrampilannya, dan jelas tindak lanjutnya (berusaha atau bekerja),
maka jenis keterampilan tersebut layak.
b) Program kursus / pelatihan
Program kursus/pelatihan dilaksanakan harus berbasisi
kompetensi serta menggunakan kurikulum dan bahan ajar berbasis
kompetensi yang mencakup kompetensi personal, kompetensi sosial,
kompetensi akademik dan kompetensi professional/ vocational.
2) Pelaksanaan
a) Peserta didik
Peserta didik pendidikan kecakapan hidup (life skill) memiliki
kriteria sebagai berikut:
(1) Penduduk usia produktif (usia 18-45 tahun)
(2) Menganggur
(3) Berasal dari keluarga tidak mampu
(4) Tidak sedang mengikuti pendidikan formal
(5) Prioritas berdomisili dari tempat penyelenggaraan pendidikan
kecakapan hidup (life skills).
Rekrutment peserta didik
(1) Rekrutment dan seleksi peserta didik oleh lembaga penyelenggara
program pendidikan kecakapan hidup (life skills).
(2) Rekrutment atau seleksi dapat dilakukan melalui kerjasama
dengan motra kerja lembaga atau petugas desa /kelurahan.
18
b) Pendidik
Pendidik terdiri dari instruktur dan narasumber teknis, yang
harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
(1) Instruktur
Instruktur dapat berasal dari dalam atau luar lembaga
penyelenggara, dengan kriteria sebagai berikut:
(a) Minimal berpendidikan SMA
(b) Memiliki kompetensi sesuai bidang tugasnya
(c) Mampu mengembangkan komunikasi efektif
(d) Mampu merencanakan dan melaksanakan proses
pembelajaran
(e) Mampu mengevaluasi hasil belajar
(f) Mampu memotivasi belajar
(2) Narasumber Teknis
Narasumber Teknis adalah akademis, pakar, praktisi,
pengrajin, pengusaha atau tokoh bidang wirausaha. Narasumber
teknis terdiri atas narasumber teknis bidang keterampilan atau
jasa bidang kewirausahaan dengan kriteria:
(a) Pendidikan minimal SMA
(b) Mampu melatih jenis keterampilan atau jasa tertentu sesuai
program yang dikembangkan
(c) Mampu menanamkan jiwa kewirausahaan
(d) Berhasil mengelola usaha sehingga bisa berbagi pengalaman
19
(e) Memiliki pengalaman dalam pelatihan
(f) Memiliki komitmen yang kuat dalam pemberdayaan
masyarakat.
c) Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana yang digunakan minimal memenuhi
persyaratan teknis yang diperlukan dalam proses pembelajaran yaitu:
(1) Ruang belajar teori dengan kapasitas sesuai jumlah peserta didik
yang diusulkan
(2) Sarana belajar teori memadai
(3) Ruang belajar praktik dengan kapasitas sesuai jumlah peserta
didik
(4) Sumber-sumber belajar penunjang lainnya.
d) Biaya
Biaya pendidikan kecakapan hidup (life skills) bisa di dapat
dari:
(1) Peserta didik
(2) Bantuan tidak mengikat
(3) Bantuan stimulant dari pemerintah/ pemerintah daerah
e) Strategi Pembelajaran
Pembelajaran meliputi teori dan praktek. Metode
pembelajaran yang digunakan dapat berupa ceramah, diskusi dan
tanya jawab di sesuaikan dengan kebutuhan.
20
f) Evaluasi
Lembaga penyelenggara wajib melakukan evaluasi hasil belajar
peserta didik melalui:
(1) Ujian local, yaitu uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga
penyelenggara bekerja sama dengan pihak lain yang kompeten.
(2) Uji kompetensi di tempat uji kompetensi ( TUK) untuk bidang
keterampilan yang sudah ada LSK.
g. Prinsip-prisip pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skills)
Direktorat pendidikan menengah umum tahun 2002 (Anwar, 2004:
43) membagi beberapa prinsip pembelajarn life skills sebagai berikut:
1) Etika social religious bangsa berdasarkan nilai-nilai pancasila dapat
diintegrasikan
2) Pembelajarn menggunakan prisnsip learning to know, learning to do,
learning to be, learning to live together and learning to cooperate
3) Pengembangan potensi wilayah dapat direfleksikan dalam
penyelenggaraan pendidikan
4) Penetapan managemen berbasis masyarakat, kolaborasi semua unsur
terkait yang ada dalam masyarakat.
3. Kajian tentang pengembangan usaha
a. Pengertian pengembangan
Pengembangan diambil dari istilah bahasa inggris yaitu development.
Menurut moris dalam The American Heritage Dictionary of The English
Language, dikemukakan bahwa “development is the act of developing”
21
(perbuatan mengembangkan).Development itu sendiri diberi arti“to expand
or realize the potentialities of; bring gradually to a fuller, greater, or better
state”…..”to progress from earlier to later or from simpler to more complex
stage of avolution” (morris, 1976: 360-361) dalam Sudjana (2000: 353-354).
Artinya, pengembangan adalah upaya memperluas atau mewujudkan
potensi-potensi, membawa suatu keadaan secara bertingkat kepada suatu
keadaan yang lebih lengkap, lebih besar, atau lebih baik, memajukan
sesuatu dari dari yang lebih awal kepada yang lebih akhir atau dari yang
sederhana kepada tahapan perubahan yang lebih kompleks.
Jadi dapat disimpulkan pengembangan adalah upaya atau usaha yang
dilakukan untuk mengubah suatu keadaan menjadi lebih baik, dan
sempurna.
b. Pengertian Pengembangan Usaha
Dalam hal ini pengembangan usaha memiliki beberapa pengertian
yang beragam antara lain: pertama, pengembangan usaha dapat diartikan
pengembangan usaha sebagai usaha mengoptimalkan kapasitas produksi.
Pada tahap ini belum memerlukan penambahan investasi baru, dengan kata
lain pada tahap ini pengembangan lebih mementingkan penambahan unit
produksi baru yang memproduksi produk yang sama. Kedua, disamping
pengembangan usaha dengan penambahan unit produksi pengembangan
usaha juga dapat dilakukan dengan mendirikan unit produksi danmarketing
outet didaerah baru. Perluasan area pemasaran ini disebut dengan istilah
22
waralaba (franchising). Ketiga, pengembangan usaha dapat dilakukan
dengan ekspansi horizontal, yaitu pengembangan usaha dapat dilakukan
dengan pendirian pabrik (investasi baru). Dengan memproduksi barang yang
berbeda tetapi memiliki karakteristik yang sama atau kurang lebih sama
dengan yang sudah ada. Selain pengembangan usaha dengan ekspansi
horizontal pengembangan usaha juga dapat dilakukan dengan ekspansi
vertical yaitu pengembangan usaha dengan pendirian pabrik baru dengan
menproduksi barang yang berbeda sama sekali dengan produk yang ada tapi
masih mempunyai kaitan yang cukup kuat. Keempat, Pengembangan usaha
dapat dilakukan dengan pendirian usaha dimana bidang usaha, proses
produksi, teknologi, sifat dan bentuk produk berbeda dengan yang selama
ini sudah diproduksi.(Bambang, T. (2010). Modul Wirausaha. E- Learning.
Dari http/www.Pengembanganusaha.com(modul_pengemb_usaha_mandiri .
pdf.)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan pengembangan usaha
dapat dilakukan dengan berbagai macam dan cara antara lain :
1) Pengembangan usaha yang dilakukan untuk optimalisasi kapasitas
produksi
2) Pengembangan usaha dilakukan dengan pendirian pabrik (investasi baru)
namun memproduksi barang yang sudah ada.
3) Pengembangan usaha yang dilakukan dengan investasi baru dan produk
yang dibuat masih mempunyai karakter yang kurang lebih masih sama
barang yang sudah ada.
23
4) Pengembangan usaha dengan investasi baru memproduksi barang yang
masih ada kaitannya dengan produk lama
5) Pengembangan usaha melalui kerjasama dengan mitra usaha
6) Pengembangan usaha dengan ekspansi horizontal
7) Pengembangan usaha dengan ekspansi vertical
8) Pengembangan usaha dengan ekspansi pada sector baru.
c. Pengorganisasian pengembangan usaha
Agar pengembangan usaha dapat dilakukan secara efektif dan efisien
maka pengembangan usaha memerlukan pengorganisasian sebagai berikut:
1) Pengorganisasian dana
2) Pengorganisasian sumber daya manusia (SDM)
4. Kajian tentang jamur tiram
a. Pengertian jamur tiram
Menurut Erie Maulana ( 2012: 9 ) Jamur merupakan tanaman yang
berinti, berspora, tidak berklorofil berupa sel atau benang-benang
bercabang. Pada umumnya tumbuh-tumbuhan memiliki hijau daun
(klorofil), sehingga dapat memenuhi sendiri kebutuhan karbonhidratnya
melalui proses fotosintesis. Namun jamur tidak memiliki klorofil sehingga
kebutuhan karbonhidratnya harus dipenuhi dari luar, oleh karena itu jamur
harus hidup secara saprofitik atau secara parasit.Di dunia ada ribuan spesies
jamur yang tersebar oleh wilayah subtropis yang sampai kawasan tropis
yang hangat.Dari ribuan jenis tersebut ada jamur yang merugikan dan ada
24
pula yang menguntungkan.Jamur yang merugikan adalah berbagai jenis
jamur (fungi) penyebab penyakit pada manusia dan tanaman, misalnya
menyebabkan keracunan saat dikonsumsi, menjadi sumber penyakit kulit
seperti panu, kadas dan kurap. Sedangkan jamur yang menguntungkan
adalah berbagai jenis jamur yang yang bermanfaat bagi kehidupan dunia,
misalnya untuk menghancurkan sampah organik, menghasilkan antibiotik
untuk obat, atau jamur yang bermanfaat dalam pembuatan tempe dan jamur
yang dapat konsumsi, yaitu jamur yang dapat dimakan tanpa menimbulkan
efek racun. Jenis jamur yang dapat dikonsumsi antara lain jamur kuping,
tiram, merang, shiitake, champignon, dan jamur barat.
Namun dalam pembahasan nanti lebih pada penelitian
pembudidayaan jamur tiram. Disamping mudah perawatannya juga
memiliki nilai jual yang tinggi. Jamur tiram bila kita budidayakan akan
mendapat manfaat berganda. Selain rasanya yang enak mengandung gizi
yang cukup besar manfaatnya bagi kesehatan manusia sehingga jamur tiram
dapat dianjurkan sebagai bahan makanan bergizi tinggi dalam menu sehari-
hari. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pakar jamur di departemen
sains kementerian industri thailand bebarapa zat yang terkandung dalam
jamur tiram atau oyster mushroom adalah protein 5,94%; karbohidrat
50,59%; serat 1,56%; lemak 0,17% dan abu 1,14%. Selain kandungan ini,
dalam setiap 100 gr jamur tiram segar ternyata juga mengandung 45,65
kalori; 8,9 mg kalsium: 1,9 mg besi; 17,0 mg fosfor; 0,15 mg vitamin B1;
0,75 mg vitamin B2 dan 12,40 mg vitamin C (Erie Maulana, 2012: 31). Dari
25
hasil penelitian kedokteran secara klinis, para ilmuwan mengemukakan
bahwa kandungan senyawa kimia khas jamur tiram berkhasiat mengobati
berbagai penyakit manusia seperti tekanan darah tinggi, diabetes, kelebihan
kolesterol, anemia, meningkatkan daya tahan tubuh terhadap serangan polio
dan influenza serta kekurangan gizi.
Secara sosial budaya, jamur tiram, merupakan bahan pangan bergizi,
berkhasiat obat yang lebih murah dibandingkon obat modern.Secara
ekonomis merupakan komoditas yang tinggi harganya dan dapat
meningkatkan pendapatan petani serta dapat dijadikan makanan olahan
untuk konsumsi dalam upaya peningkatan gizi masyarakat.
Dengan adanya hal tersebut membuat pengelola PKBM Ngudi
Kapinteran Semanu Gunungkidul membudidayakan jamur tiram bagi warga
belajar Keaksaraan Fungsional. Disamping perawatan yang mudah, banyak
diminati masyarakat dan meningkatkan pendapatan/ taraf hidup bagi warga
belajar Keaksaraan Fungsional. Namun juga dapat mengembangkan usaha
warga belajar keaksaraan fungsional sehingga akan menghasilkan
keuntungan yang besar khususnya untuk peningkatan taraf hidup warga
belajar keaksaraan fungsional. Melalui program life skills ini warga belajar
di harapkan mengembangkan kemampuan yang dimiliki dalam membudi
dayakan jamur tiram sehingga dapat menggurangi angka
pengangguran.Dengan masih jarangnya budi daya jamur di Kabupaten
Gunungkidul khususnya Desa Semanu diharapkan budi daya jamur ini dapat
26
terus berlanjut sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat,
bangsa dan Negara.
b. Nilai Gizi Jamur Tiram
Jamur tiram memiliki tudung bulat dan berwarna seperti tiram laut,
bertekstur lembut, serta memiliki rasa yang lezat. Meskipun memiliki rasa
yang lezat seperti daging tetapi jamur memiliki kandungan lemak yang
rendah sehingga sehat untuk di konsumsi. Jamur mengubah selulosa
menjadi polisakrida yang bebas kolesterol sehingga orang yang
mengkonsumsinya terhindar dari resiko terkena stroke. Selain itu,
kandungan protein jamur juga lebih tinggi dibandingkan dengan bahan
makanan lain yang juga berasal dari tanaman.
Kandungan protein di dalam jamur berkisar antara 19%- 35%, lebih
tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada beras dan gandum.
Kandungan protein pada beras adalah 7,3%, dan gandum 13,2%. Dalam
protein jamur terdapat 9 asam amino esensial dari 20 macam amino yang
dikenal. Kandungan lemak di dalam jamur 72% lebih termasuk unsaturated
sehingga aman di konsumsi. Vitamin di dalam jamur terdiri dari ( vitamin
B-1 ), riboflavin ( vitamin B-2 ), niasin, biotin, vitamin C. Kandungan
Mineral di dalam jamur tersusun oleh K, P, Ca, Na, Mg, Cu, dan beberapa
elemen mikro ( Erie Maulana 2012: 29-30). Berikut ini tabel yang
menunjukkan besarnya kandungan gizi beberapa jenis jamur konsumsi
dibandingkan dengan bahan makanan lain:
27
Tabel 1. Perbandingan Kandungan Gizi Jamur dan BahanMakanan Lain (dalam %)
Bahan Makanan Protein Lemak Karboidrat
Jamur Champignon*) 4,8 0,2 3,5 Jamur merang*) 1,8 0,3 4 - 48** Jamur shiitake*) 13,4– 17,5 4,9 – 8,9 9,5-70,7** Jamur tiram*) 44,0** - - Kentang 2,0 0,1 20,9 buncis - 2,4 0,2 Kubis 1,5 0,1 4,2 Seledri - 1,3 0,2 Bit 1,6 0,1 9,6 Bayam - 2,2 0,3 Daging sapi 21,0 5,5 0,5
Sumber : Suraji, Meity, (1991) dalam Tahir Pasaribu dkk (2002:7) *) : Kelompok Jamur. **) : Berdasarkan Berat Kering
Nama jamur tiram (Pleurotus sp.) diberikan karena bentuk tudung
jamur ini agak membulat, lonjong, dan melengkung menyerupai cangkang
tiram.Permukaan tudung jamur tiram licin agak berminyak jika lembab, dan
tepiannya bergelombang.
c. Pembudi Dayaan Jamur Tiram
Tempat tumbuh jamur tiram termasuk dalam jenis jamur kayu yang
dapat tumbuh baik pada kayu lapuk dan mengambil bahan organik yang ada
didalamnya. Untuk membudidayakan jamur jenis ini dapat menggunakan
kayu atau serbuk gergaji sebagai media tanamnya. Serbuk kayu yang baik
untuk dibuat sebagai bahan media tanam adalah dari jenis kayu yang keras
sebab kayu yang keras banyak mengandung selulosa yang merupakan bahan
yang diperlukan oleh jamur dalam jumlah banyak di samping itu kayu yang
keras membuat media tanaman tidak cepat habis.
28
Kayu atau serbuk kayu yang berasal dari kayu berdaun lebar
komposisi bahan kimianya lebih baik dibandingkan dengan kayu berdaun
sempit atau berdaun jarum dan yang tidak mengandung getah, sebab getah
pada tanaman dapat menjadi zat ekstraktif yang menghambat pertumbuhan
misellium. Hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan serbuk kayu
sebagai bahan baku media tanam adalah dalam hal kebersihan dan
kekeringan, selain itu serbuk kayu yang digunakan ticlak busuk dan tidak
ditumbuhi jarnur jenis lain.
Untuk meningkatkan produksi jamur tiram, maka dalam campuran
bahan media tumbuh selain serbuk gergaji sebagai bahan utama, perlu bahan
tambahan berupa bekatul dan tepung jagung.Dalam hal ini harus dipilih
bekatul dan tepung jagung yang mutunya baik, masih baru sebab jika sudah
lama disimpan kemungkinan telah menggumpal atau telah mengalami
fermentasi serta tidak tercampur dengan bahan-bahan lain yang dapat
mengganggu pertumbuhan jamur. Kegunaan penambahan bekatul dan
tepung jagung merupakan sumber karbohidrat, lemak dan protein.
Disamping itu perlu ditambahkan bahan-bahan lain seperti kapur
(Calsium carbonat) sebagai sumber mineral dan pengatur pH meter.Media
yang terbuat dari campuran bahan-bahan tersebut perlu diatur kadar airnya.
Kadar air diatur 60 - 65 % dengan menambah air bersih agar misellia jamur
dapat tumbuh dan menyerap makanan dari media tanam dengan baik
Penambahan air yang tidak bersih dapat menyebabkan media terkontaminasi
29
dengan mikroorganisme. Yang perlu diperhatikan dalam pembudidayaan
jamur antara lain:
1) Tingkat Keasaman ( pH)
Tingkat keasaman media sangat berpengaruh terhadap
pertumbuhan jamur tiram. Apabila pH terlalu rendah atau terlalu tinggi
maka pertumbuhan jamur akan terhambat, bahkan mungkin akan
tumbuh jamur lain yang akan mergganggu pertumbuhan jamur tiram itu
sendiri. Keasaman pH media perlu diatur antara pH 6 - 7 dengan
menggunakan kapur (Calsium carbonat).
2) Suhu Udara
Pada budidaya jamur tiran suhu udara memegang peranan yang
penting untuk mendapatkan pertumbuhan badan buah yang optimal.
Pada umumnya suhu yang optimal untuk pertumbuhan jamur tiram,
dibedakan dalam dua fase yaitu fase inkubasi yang memerlukan suhu
udara berkisar antara 22-28° C dengan kelembabon 60 - 70 % dan fase
pembentukan tubuh buah memerlukan suhu udara antara 16 - 22° C.
3) Cahaya
Pertumbuhan misellium akan tumbuh dengan cepat dalam,
keadaan gelap atau tanpa sinar.Sebaiknya selama masa pertumbuhan
misellium ditempatkan dalam ruangan yang gelap, tetapi pada masa
pertumbuhan badan buah memerlukan adanya rangsangan sinar. Pada
tempat yang sama sekali tidak ada cahaya badan buah tidak dapat
tumbuh, oleh karena itu pada masa terbentuknya badan buah pada
30
permukaan media harus mulai mendapat sinar dengan intensitas
penyinaran 60 - 70 % (Erie Maulana, 2012: 45-48).
5. Kajian Tentang Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat(PKBM)
a. pengertian Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Menurut Sihombing (2006: 6 ) Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat
(PKBM) adalah suatu wadah yang menyediakan informasi dan kegiatan
belajar sepanjang hayat bagi setiap warga masyarakat agar mereka lebih
berdaya. PKBM masyarakat dapat menyelenggarakan berbagai macam
bidang kegiatan antara lain pembelajaran, peningkatan kualitas hidup,
pembangunan masyarakat, pembangunan ekonomi, social dan budaya.
Wadah ini adalah milik masyarakat dikelola dari, oleh dan untuk
masyarakat.Melalui program pembelajaran di PKBM pendidikan non formal
berusaha untuk memberdayakan masyarakat sebagai wujud keikut sertaan
dalam penyiapan sumber daya manusia yang berdaya saing.
PKBM merupakan suatu tempat kegiatan pembelajaran masyarakat
yang berfokus pada pemberdayaan masyarakat melalui pendidikan sesuai
dengan kebutuhan belajar dan potensi masyarakat dalam mencapai
kemajuan pendidikan, ekonomi, social dan budaya (Sudjana, 2003: 2).
Sebagai institusi pendidikan non formal atu pendidikan masyarakat dan
wadah pembelajaran masyarakat maka PKBM harus bersifat fleksibel
karena membebaskan masyarakat untuk belajar dan mempelajari apa saja
yang masyarakat butuhkan.
31
b. Tujuan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Secara umum tujuan PKBM adalah memberdayakan masyarakat
agar memiliki kemampuan untuk meningkatkan kualitas hidupnya memalui
penyediaan pranata kegiatan pembelajaran dengan cara menerangi
kebodohan, social budaya sejalan dengan potensi dan kualitas tuntutan
perubahan yang terjadi. Tujuan tersebutkan diatahkan dalam setiap
penjabaran program yang dikembangkan di PKBM yang diarahkan pada:
1) Mempersiapkan warga masyarakat di sekitar PKBM menjadi warga
yang informatif, sehingga dengan belajar di PKBM dapat mengetahui
segala bentuk perkembangan dan perubahan yang terjadi saat ini
maupun yang akan datang, serta dapat membentuk kepribadian setiap
warga masyarakat memiliki sikap progresif terhadap masalah yang
dihadapi.
2) Mempersiapkan warga masyarakat di sekitar PKBM menghadapi
perubahan kebudayaan baik karena inovasi maupun kontak, sehingga
dengan belajar di PKBM menjadikan seseorang tidak kaku terhadap
perubahan uang terjadi disekitarnya dan terjadi keselarasan hidup antara
masyarakat dengan masyarakat, dan masyarakat dengan lingkungannya.
3) Mempersiapakan warga masyarakat di sekitar PKBM hidup dalam
lingkungan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan menjadikan
rasionalitas sebagai cara pemecahan masalah dan menyadarkan diri dari
sikap mental ketergantungan pada nasib serta hal-hal yang bersifat
spekulatif.
32
4) Mempersiapkan generasi yang akan datang untuk hidup diantara
berbagai populasi yang luas sehingga memiliki heterogenitas
pengalaman yang beragam dan mampu berkiprah memasuki kondisi
yang kompetitif di kancah pergaulan yang lebih luas. (Depdiknas, 2000:
2)
Menurut Sihombing Umberto (1999) Hal-hal yang perlu
dipertimbangkan antara lain menentukan tujuan PKBM yaitu:
1) Mengurangi ketergantungkan masyarakat terhadap pemerintah yang diarahkan pada keswadayaan masyarakat dalam meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan untuk mengembangkan perekonomian keluarga dan masyarakat.
2) PKBM mengembangkan program serta melibatkan dan memanfaatkan potensi masyarakat
3) Potensi yang ada dimasyarakat yang selama ini tidak tergali akan dapat digali, ditumbuhkan dan dimanfaatkan melalui pendekatan persuasive
4) Program yang dilakukan diarahkan pada pengembangan pengetahuan dan ketrampilan yang sesuai dengan kebutuhan sehingga mampu meningkatkan ekonomi keluarga
5) Memotivasi masyarkat untuk berpartisipasi langsung dari perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Banyak tujuan suatu lembaga yang cukup baik dan memiliki
prospek yang cerah, tetapi kurang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
sekitar dimana lembaga atau kegiatan tersebut dilaksanakan. Ini sangat
penting karena jika tujuan PKBM dapat diterima oleh masyarakat sekitarnya
dan warga belajar khususnya, maka hal ini menandakan bahwa kegiatan-
kegiatan PKBM berkaitan langsung atau bermakna bagi kehidupan
masyarakat, sehingga secara tidak langsung masyarakat akan berpartisipasi
33
dalam PKBM dan akhirnya pada masyarakat akan timbul rasa memiliki dan
bertanggung jawab sepenuhnya terhadap kelanggengan PKBM.
Secara umum PKBM dibentuk dengan tujuan membelajarkan
masyarakat agar mereka memiliki keterampilan, pengetahuan dan sikap
mandiri dengan melakukan 3 (tiga) kegiatan yaitu melayani, membina dan
memenuhi kebutuhan warga masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan
PKBM ini terbagi menjadi tujuh jenis antara lain:
1) Pendidikan. Warga belajar atau masyarakat berbagai hal melaui sumber,
seperti: guru, pelatih nara sumber teknis, kursus-kursus pelatihan dan
lain sebagainya.
2) Keterampilan kerja. Warga dapat meningkatan kemampuan kerja
melaui pembelajaran dari tokoh masyarakat, nara sumber teknis,
berbagai media pendidikan dan lain sebagainya.
3) Layanan informasi. Warga masyarakat dapatmengikuti kegiatan belajar
sepanjang kapanpun mereka ingikan. Kegiatan ini dapat meliputi
membaca buku dari Taman Bacaan Masyarakat (TBM), mengunjungi
pameran, membaca majalah dinding dan mencari informasi dari
internet.
4) Rekresai. Warga masyarakat dapat mengikuti beragam kegiatan
permainan untuk meningkatkan daya piker dan kesehatan badannya.
Kegiatan ini meliputi latihan fisik, kompetisi olahraga, menari
menyanyi dan lain sebagainya.
34
5) Kesehatan dan kebersihan. PKBM dapat menjadi tempat bagi warga
masyarakat untuk mempelajari cara-cara pencegahan penyakit,
kesehatan dasar dan gizi makanan yang baik.
6) Peningkatan kualitas Hidup. Sejumlah warga masyarakat dapat
membentuk kelompok kecil untuk memperoleh pengetahuan yang
bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan khusus mereka. Kelompok ini
meliputi : wanita, pemuda, orang tua dan penyandang cacat.
7) Agama dan budaya. Ulama setempat dapat menularkan keahliannya dan
sifat bijak yang mereka miliki kepada generasi berikutnya. Kegiatan ini
memberikan kontribusi terhadap pendidikan sepanjang hayat secara
berkelanjutan melalui pemanfaatan pengetahuan yang telah ada di
masyarakat dan membuka kesempatan bagi setiap orang untuk
menggagas, membuat keputusan dan bertindak menuju tujuan akhir
yaitu pemberdayaan masyarakat.
c. Fungsi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
PKBM sebagai lembaga yang dibentuk dari, untuk dan oleh
masyarakat memiliki beberapa fungsi antara lain :
1) Sebagai tempat kegiatan belajar bagi belajar masyarakat
2) Sebagai tempat pusat berbagai potensi yang ada dan berkembang di
masyarakat
3) Sebagai sumber informasi yang handal bagi warga masyarakat, PKBM
menjebatani orang dengan sumber informasi dari luar.
35
4) Sebagai ajang tukar menukar berbagai pengetahuan dan keterampilan
fungsional diantara warga belajar.
5) Sebagai tempat berkumpulnya warga masyarakat yang ingin
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan (Depdiknas 2003:3)
PKBM bukan milik pemerintah, tetapi merupakan pusat kegiatan
belajar masyarakat, dikelola oleh masyarakat dan untuk kepentingan
masyarakat dengan tujuan untuk meningkatkan taraf hidup dan kualitas
hidup masyarakat, melalui pemanfaatan potensi-potensi yang ada di
masyarakat. Para petugas pendidikan masyarakat dan instansi terkait
berperan sebagai inspirator dan pendorong bukan penentu, dan PKBM
dibina menuju kemandirian yang mampu membiayai sendiri program yang
dikelolanya, serta kegiatan pembelajaran di PKBM diorentasikan pada pasar
dengan tidak meninggalkan sapek akademik. Dengan demikian program
belajar yang dikembangkan dan dilaksanakan benar-benar berpangkal pada
masyarakat, khususnya dibidang pendidikan luar sekolah, lebih transparan,
efektif, terarah,teratur dan efisien.
d. Asas-asas Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM)
Menurut Sihombing Umberto (1999: 108-109)Asas-asas yang dianut
PKBM dapat diidentifikasikan menjadi tujuh asas. Asas-asas tersebut
meliputi asas kebermanfaatan, kebermaknaan, kebersamaan, kemandirian,
keselarasan, kebutuhan dan tolong menolong. Asas –asas tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
36
1) Asas kebermanfaatan artinya setiap kehadiran PKBM harus benar-benar
memberi manfaat bagi masyarakat sekitar dalam upaya memperbaiki
dan mempertahankan kehidupannya.
2) Asas kebermaknaan artinya PKBM dengan segala potensinya harus
mampu memberikan dan menciptakan program yang bermakna dan
dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat sekitar.
3) Asas kebersamaan artinya PKBM merupakan lembaga yang dikelola
secara bersama-sama bukan milik perorangan, bukan milik suatu
kelompok atau satu golongan tertentu dan bukan milik pemerintah.
PKBM adalah milik bersama dan digunakan bersama untuk
kepentingan bersama.
4) Asas kemandirian artinya PKBM dalam pelaksanaan dan
pengembangan kegiatan harus mengutamakan kekuatan sendiri.
Meminta dan menerima bantuan dari pihak lain merupakan alternative
terakhir bila kemandirian belum dapat dicapai.
5) Asas keselarasan artinya setiap kegiatan yang dilaksanakan PKBM
harus sesuai dan selaras dengan situasi dan kondisi masyarakat sekitar.
6) Asas kebutuhan artinya setiap kegiatan atau program pembelajaran
yang dilaksanakan di PKBM harus dengan kegiatan pembelajaran yang
benar-benar paling mendesak dibutuhkan masyarakat.
7) Asas tolong menolong artinya PKBM merupakan arena atau ajang
belajar dan pembelajaran masyarakat yang didasarkan atas rasa saling
asah, asih dan asuh diantara semua warga masyarakat sekitar sendiri
37
B. Penelitian yang Relevan
Hasil penelitian yang relevan yaitu penelitian dari Suharjiya dalam
tesisnya pada Program Studi Sosiologi Konsentrasi Kebijakan Dan
Kesejahteraan Sosial, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, yang berjudul
Program Life Skills Non Formal Antara Harapan Dan Kenyataan (Studi
Implementasi Program Life Skills Kerajinan Perak Di Pusat Kegiatan Belajar
Masyarakat Ngudi Ilmu Desa Kepek, Saptosari, Gunungkidul). Hasil penelitian
menyimpulkan: 1) bahwa terdapat kesenjangan yang jauh antara harapan dan
realitas program life skills pelatihan kerajinan perak yang di laksanakan oleh
PKBM Ngudi Ilmu, 2) faktor pertama yang berpengaruh terhadap kegagalan
program life skills PNF di PKBM Ngudi Ilmu berkaitan dengan substansi
kebijakan program life skills PNF tersebut, 3) faktor kedua yang
mempengaruhi kegagalan program life skills PNF di PKBM Ngudi Ilmu
berkaitan dengan kondisi sosial masyarakat, 4) faktor yang berpengaruh
terhadap kegagalan program life skills PNF di PKBM Ngudi Ilmu bersumber
dari implementasi program life skills tersebut dalam hal ini berkaitan dengan
kapasitas dan kemampuan pengelola program sebagai implementor kebijakan,
5) antara substansi kebijakan, kondisi social masyarakat dan kemampuan
imlementor merupakan satu sinergi yang saling berpengaruh terhadap
keberhasilan implementasi program, hasil penelitian di lapangan sinergi ketiga
hal tersebut tidak diketemukan.
38
C. Kerangka Berpikir
Program pendidikan life skills merupakan program pendidikan
nonformal yang bergerak pada bidang keterampilan yang diselenggarakan
untuk memberi kesempatan pada warga masyarakat untuk mendapat
keterampilan. Program ini pemerintah memberikan wadah sendiri dalam
menangani program pendidikan life skills terutama pada instansi atau lembaga
pendidikan nonformal
Penelitian program pendidikan life skills ini dilaksanakan di PKBM
Ngudi Kapinteran yang merupakan wadah kegiatan pembelajaran atau program
masyarakat pendidikan nonformal pada warga masyarakat dengan mengarah
pada potensi-potensi yang dimiliki warga masyarakat sekitar atau lingkungan.
Program pendidikan life skill yang dilaksanakan di PKBM Ngudi Kapinteran
bertujuan untuk mengembangkan usaha jamur tiram dan sebagai peningkatan
kesejahteraan masyarakat melalui program budidaya jamur tiram. Peneliti akan
menggambarkan implementasi program pendidikan life skill di PKBM Ngudi
Kapinteran yang dilatarbelakangi dengan masih banyaknya pengangguran dan
masih kurangnya pengetahuan dalam bidang usaha serta belum diterapkannya
semua aspek yang ada di dalam pendidikan life skills yaitu aspek kecakapan
akademik (academic skills) atau disebut juga kecakapan berfikir ilmiah
(scientific skills). Implementasi pendidikan life skills pada pengembangan
usaha budi daya jamur tiram ini mencakup persiapan, pelaksanaan dan
evaluasi.
39
Gambar 1. Bagan Kerangka Berpikir
Masih banyak pengangguran dan masih kurangnya pengetahuan dalam mengembangkan usaha
Persiapan dari pendidikan life skill
input
Warga masyarakat proses
Pengembangan usaha budi daya jamur tiram output
Pelaksanaan dari program life skills
Evaluasi dari program life skills
Implementasi Pendidikan Life Skills Di PKBM Ngudi
Kapinteran
40
D. Pertanyaan Penelitian
Untuk mengarahkan penelitian yang dilaksanakan agar
memperolehhasil yang optimal, maka perlu ada pertanyaan penelitian antara
lain:
1. Bagaimana Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) pada
program pengembangan usaha budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi
Kapinteran Semanu Gunungkidul?
a. Bagaimana persiapan dari program implementasi pendidikan kecakapan
hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi daya jamur
tiram di PKBM Ngudi Kapinteran?
1) Apakah dalam proses persiapan program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha
budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi
identifikasi kebutuhan belajar peserta didik (peserta budidaya
jamur tiram)?
2) Apakah dalam proses persiapan program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha
budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses
penyadaran untuk belajar bersama bagi peserta didik (pembudi
daya jamur tiram)?
b. Bagaimana pelaksanaan dari program imlementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi
daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ?
41
1) Apakah di dalam proses pelaksanaan implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha
budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi
keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar,
usaha mandiri dan usaha bersama bagi peserta didik (pembudi daya
jamur tiram)?
2) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya
jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penguasaan
kecakapan personal, social, vokasional, kademik, dan manajerial
kewirausahaan?
3) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya
jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses pemberian
pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar dan
menghasilkan produk yang bermutu?
4) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya
jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses interaksi
saling belajar dari ahli?
c. Bagaimana evaluasi dari program implementasi pendidikan kecakapan
hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur
tiram di PKBM Ngudi Kapinteran?
42
1) Apakah di dalam evaluasi dari program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha
budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses
penilaian kompetensi pada peserta didik (pembudidaya jamur
tiram)?
2) Apakah di dalam evaluasi dari program implementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha
budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi
pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha
mandiri?
2. Apa saja faktor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program
pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM
Ngudi Kapinteran?
a. Apa saja faktor pendukung dalam pelaksanaan program pendidikan
kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi
Kapinteran?
b. Apa saja faktor penghambat dalam pelaksanaan program pendidikan
kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi
Kapinteran?
3. Bagaimana dampak dari program pendidikan kecakapan hidup (life skills)
budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran?
a. Bagaimana dampak dari program pendidikan kecakapan hidup (life
skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran?
43
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Melalui pendekatan ini diharapkan peneliti dapat menghasilkan data
yang bersifat deskriptif guna mengungkapkan sebab dan proses terjadinya
dilapangan. Pendekatan kualitatif yaitu pendekatan dengan cara memandang
objek kajian sebagai suatu sistem, artinya objek kajian dilihat sebagai satuan
yang terdiri dari unsure-unsur yang saling berkaitan dan mendeskripsikan
fenomena-fenomena yang ada. Sedangkan metodologi kualitatif sebagai
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis
atau lisan dari orang-orang atau perilaku yang diamati Bogdan dan Taylor
(Moleong, 2009:4).
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami, oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll. Secara holistik dan dengan
cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu komunitas khusus
yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong,
2009:6). Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dilatarbelakangi
peneliti bermaksud mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan
bagaimana Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Pada
Pengembangan Usaha Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran.
44
B. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah adanya pertimbangan kelayakan untuk
mengambil informasi guna menjawab permasalahan penelitian. Pemilihan
subjek dilakukan secara purposif sesuai dengan tujuan penelitian, peneliti
menentukan subjek penelitian menggunakan dua tokoh informan, yaitu tokoh
formal dan informal. Tokoh formal berkaitan dengan individu yang mengelola
suatu lembaga misalnya pimpinan atau kepala bagian, sedangkan tokoh
informal adalah sekelompok masyarakat baik secara langsung maupun tidak
langsung terkena dampak dari aktifitas lembaga tersebut (Moleong, 2004: 90).
Subjek sasaran penelitian ini adalah warga belajar program pendidikan
kecakapan hidup (life skills) budidaya jamur tiram, pendidik, dan pengelola
PKBM Ngudi Kapinteran. Maksud dari pemilihan subjek penelitian ini untuk
mendapat sebanyak mungkin informasi dari berbagai macam sumber sehingga
data yang diperoleh dapat diakui kebenarannya pertimbangan lain dalam
pemilihan subjek adalah subjek memilki waktu apabila peneliti membutuhkan
informasi untuk pengumpulan data dan dapat menjawab berbagai pertanyaan
penelitian yang telah dirumuskan.
C. Waktu dan Tempat Penelitian
1. Setting Penelitian
Setting penelitian yang ditetapkan dalam penelitian ini adalah di
Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) Dalam Program Pengembangan
45
Usaha Melalui Budidaya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu
Gunungkidul.
2. Waktu Penelitian
Penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup
(Life Skills) Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ini
dilaksanakan pada bulan Agustus sampai bulan September 2012.
3. Tempat Penelitian
Tempat penelitian mengenai Implementasi Pendidikan Kecakapan
Hidup (Life Skills) Budi Daya Jamur Tiram berada di PKBM Ngudi
Kapinteran Semanu, Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta.
D. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian kualitatif
adalah wawancara, observasi dan dokumentasi (Nasution, 2003:26).Metode
pengumpulan data merupakan salah satu bagian yang terpenting dalam
penelitian ini data dapat diperoleh dari berbagai sumber yaitu warga belajar
program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram,
pendidik, pengelola PKBM Ngudi Kapinteran.
Dalam hal ini peneliti berupaya mengungkapkan data tentang
implementasi program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya
jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran untuk pengumpulan data agar menjadi
46
informasi yang penting maka digunakan teknik pengumpulan data dalam
penelitian sebagai berikut:
1. Wawancara
Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi semacam
percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Nasution,
2006:113).Wawancara adalah percakapan dengan maksud
tertentu.Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara
(interviewer) yang mengajuakan pertanyaan dan terwawancara (interview)
yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu (Moleong, 2009:186).
Tujuan wawancara adalah untuk mengetahui apa yang terkandung
dalam pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandanganya tentang dunia,
yaitu hal-hal yang tidak diketahui melalui pengamatanya (Nasution,
2003:73)
Dalam wawancara peneliti menggali sebanyak mungkin data yang
terkait dengan masalah pelaksanaan program Pendidikan Kecakapan
Hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran. Pada
penelitian ini akan dilakukan wawancara dengan warga belajar program
pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram, pendidik,
dan pengelola PKBM Ngudi Kapinteran untuk memperoleh informasi atau
data tentang persiapan, pelaksanaan, evaluasi program Pendidikan
Kecakapan Hidup (life skills) budi daya jamur tiram, dan mengetahui
faktor–faktor penghambat dan pendukung, serta dampak dalam program
pendidikan kecakapan hidup (life skiils) budi daya jamur tiram di PKBM
47
Ngudi Kapinteran Tersebut. Proses wawancara dilakukan dengan terlebih
dahulu mempersiapkan wawancara dengan model pertanyaan terbuka,
tidak kaku, fleksibel, dan disampaikan secara informal. Dalam penelitian
ini, wawancara digunakan peneliti:
a. Untuk mengetahui Implementasi program Pendidikan Kecakapan Hidup
(Life skills) budi daya jamur tiram yang meliputi dari persiapan,
pelaksanaan, dan evaluasi dari program tersebut di PKBM Ngudi
Kapinteran.
b. Untuk mengetahui faktor pendukung dan penghambat program
pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di
PKBM Ngudi Kapinteran.
c. Untuk mengetahui danpak dari program pendidikan kecakapan hidup
(life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran.
2. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi lapangan
terlebih dahulu dengan harapan memperoleh data yang relevan. Observasi
yaitu melukiskan dengan kata-kata secara cermat dan tepat apa yang
diamati, mencatat kemudian mengolahnya dalam rangka masalah yang
diteliti secara ilmiah, hingga manakah hasil pengamatan itu valid dan
reliable, serta hingga manakah obyek pengamatan itu representative bagi
gejala yang bersamaan (Nasution, 2006:106). Observasi diartikan sebagai
48
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala yang tampak
pada objek penelitian (Margono, 2005:158)
Metode ini digunakan untuk memperoleh data atau informasi yang
lebih lengkap dan terperinci.Data informasi yang diperoleh melalui
pengamatan ini selanjutnya dituangkan dalam tulisan. Dalam penelitian ini
peneliti berperan serta aktif melihat langsung kegiatan program program
kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram untuk mendapat
informasi yang berkaitan dengan implementasi pendidikan kecakapan
hidup (life skills) di PKBM Ngudi Kapinteran yang meliputi tentang lokasi
penelitian, keadaaan lingkungan penelitian, keadaan warga belajar dan
faktor- faktor pendukung program Pendidikan Kecakapan hidup (life
skills).
3. Dokumentasi
Menurut Guba dan Lincolin dokumentasi adalah setiap bahan
tertulis ataupun film, lain dari record yang tidak dipersiapkan karena
adanya permintaan seorang penyidik (Moleong 2009: 161). Sedangkan
menurut pendapat lain, dokumentasi adalah apabila suatu penyelidikan
ditujukan kepada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui
sumber dokumentasi. Dokumentasi merupakan metode pengumpulan data
dengan cara menguraikan atau mempelajari data yang ada terlebih dahulu.
Metode dokumentasi ini merupakan bantu dalam upaya
memperoleh data penelitian. Kejadian-kejadian atau peristiwa tertentu
yang dapat dipakai untuk menjelaskan pelaksanaan program pendidikan
49
kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi
Kapinteran, misalnya berupa foto-foto kegiatan, catatan kegiatan, dan
berbagai informasi yang digunakan sebagai pendukung hasil penelitian.
E. Teknik Analisis Data
Analis data adalah proses mencari dan penyusunan secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan
lain, sehingga dapat mudah dipahami dan ditemuinya dapat diinformasikan
kepada orang lain (Sugiono, 2009:88)
Menurut Nasution (2003:129) langkah- langkah menganalisis data
adalah:
1. Reduksi Data
Data yang diperoleh dalam lapangan ditulis atau diketik dalam
bentuk uraian atau laporan yang terinci. Laporan ini akan terus menerus
bertambah dan akan menambah kesulitan bila tidak segera dianalisis sejak
mulanya. Laporan-laporan ini perlu direduksi, yang penting, dicari tem
atau polanya, jadi laporan lapangan sebagai bahan ”mentah” disingkatkan,
direduksi, disusun lebih sistematis, sehingga lebih mudah dikendalikan.
Data yang direduksi memberi gambaran yang lebih tajam tentang hasil
pengamatan, juga mempermudah peneliti untuk mencari kembali data
yang diperoleh bila diperlukan. Reduksi data dapat pula membantu dalam
memberikan kode kepada aspek-aspek tertentu.
50
2. Display Data atau Penyajian Data
Merupakan hasil reduksi data yang disajikan dalam laporan secara
sistematis yang mudah dibaca atau dipahami baik secara keseluruhan
maupun bagian-bagiannya dalam konteks sebagai pernyataan.Penyajian
data ini dapat dilakukan dengan bentuk (table, grafik, phie card, pictogram
dan sejenisnya) (Sugiono,2009:95). Sajian data ini merupakan sekumpulan
informasi yang tersusun dan memberi kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat sajian data peneliti
akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
dilakukan yang memungkinkan untuk menganalisis dan mengambil
tindakan lain berdasarkan pemahaman.
3. Pengambilan atau Penarikan Kesimpulan
Pemikiran kesimpulan yang diverifikasi adalah berupa suatu
pengulangan sebagai pemikiran kedua yang timbul melintas pada peneliti
waktu menulis.Temuan yang baru yang sebelumnya belum pernah ada dan
berupa deskripsi atau gambaran suatu obyek yang sebelumnya masih
remang-remang sehingga setelah diteliti menjadi jelas.
Penarikan kesimpulan dan verifikasi yang dikemukakan masih
bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti
yang sangat kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data
berikutnya (Sugiyono, 2009 :99)
51
F. Keabsahan Data
Ada beberapa kriteria untuk memenuhi keabsahan data dalam penelitian
kualitatif, yaitu: kredibilitas, transferabilitas, dan dependabilitas (Nasution,
2003:114-119). Untuk memenuhi kredibilitas dalam penelitian ini peneliti
berusaha untuk:
1. Memperpanjang waktu penelitian, harus cukup waktu untuk betul-betul
mengenal suatu lingkungan, mengadakan hubungan baik dengan orang-
orang disana, mengenal kebudayaan lingkungan dan mengecek informasi.
2. Melakukan observasi terusmenerus secara cermat dan mendalam.
3. Penelitian ini menggunakan triangulasi metode dan sumber yaitu:
a. Melakukan cek dan ricek yang mempunyai arti penggulangan kembali
terhadap data, waktu dan tempat untuk memperoleh data.
b. Cross checking yaitu membandingkan dengan bukti-bukti lain
misalnya hasil wawancara digunakan untuk membandingkan dengan
hasil observasi dan memandingkan kuesioner dengan wawancara dan
hasil dokumentasi.
c. Mengadakan member check yaitu pada setiap akhir wawancara
peneliti menanggulangi garis besar dari apa yang telah dikatakan oleh
responden dengan maksud agar responden mengoreksi bila ada
kesalahan dan menambahkan bila ada kekurangan.
Dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber dan metode.
Peneliti tidak hanya percaya begitu saja pada yang dikatakan oleh informan,
melainkan perlu mengecek dan mericek kembali dalam kenyataan melalui
52
pengamatan, itulah sebabnya cek dan ricek dilakukan silih berganti dari hasil
wawancara ke pengamatan dilapangan atau dari informan ke informasi yang
lain.
53
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Deskripsi Wilayah
Desa Semanu, Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul,
Provinsi Jawa Tengah merupakan satu dari 5 desa di Kecamatan Semanu.
Secara geografis Desa Semanu dengan luas wilayah 1746, 2605. Adapun
batas-batas desa Semanu adalah di sebelah utara berbatasan dengan Desa
Karangmojo Kecamatan karangmojo, sebelah timur Desa Ngeposari
Kecamatan Semanu, sebelah selatan Desa Candirejo Kecamatan Semanu,
dan sebelah barat Desa Baleharjo Kecamatan Wonosari. Fasilitas
pendidikan formal yang dimiliki Desa Kemanukan antara lain, TK Pembina,
SD, SMP dan SMA yang semuanya berstatus negeri.
Letak topografis tanahnya datar, dengan lahan sebagian besar
dimanfaatkan oleh masyarakat untuk lahan pertanian, dan perkebunan
sehingga sebagian besar masyarakat desa adalah petani dan petani
penggarap. Terdapat beberapa organisasi yang ada di Desa Semanu yaitu
Badan Permusyawaratan Desa (BPD), Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa (LKMD), Perlindungan Masyarakat (LINMAS), Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga (PKK) serta Karang Taruna.
Jumlah penduduk desa Semanu terdiri dari 4756 Kepala Keluarga
(KK) yang terdiri dari 4086 laki-laki dan 670 perempuan. Adapun jumah
penduduk menurut dukuh/dusun.
54
Tabel 2. Jumlah penduduk Desa Semanu
Sumber: Data Primer PKBM Ngudi Kapinteran
2. Deskripsi PKBM Ngudi Kapinteran
a. Sejarah berdirinya PKBM Ngudi Kapinteran
PKBM Ngudi Kapinteran merupakan salah satu PKBM yang berada
di Wilayah Semanu, beralamatkan di Jl.Wonosari – Semanu, Gunungkidul,
DIY kode Pos 55893 berdiri sejak tanggal 15 Maret 2001. Berdirinya PKBM
Ngudi Kapinteran di Kecamatan Semanu, Kabupaten Gunungkidul
dilatarbelakangi oleh banyaknya sasaran pendidikan luar sekolah khususnya
di wilayah Semanu, baik itu buta aksara, PAUD dan kesetaraan yang belum
banyak tersasar. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut berdirilah PKBM
Ngudi Kapinteransebagai salah satu solusi mengatasi masalah.
No Dukuh/Dusun Laki-laki Perempuan 1 Ngringin 317 311 2 Sambirejo 578 594 3 Nitikan Barat 497 522 4 Nitikan Timur 592 410 5 Pragak 390 363 6 Bendorejo 460 483 7 Sokokerep 700 699 8 Munggi 420 476 9 Wareng 424 394 10 Tunggul Timur 351 339 11 Tunggul Barat 475 425 12 Ngebrak Timur 408 357 13 Ngebrak Barat 456 482 14 Munggi Pasar 602 588 15 Semanu Utara 278 337 16 Semanu Tengah 399 424 17 Semanu Selatan 502 563 18 Tambakrejo 360 389 19 Clorot 291 304
55
b. Legalitas Lembaga
Selaku lembaga yang berdiri relatif lama PKBM Ngudi Kapinteran
sudah berbadan hukum terdaftar di pengadilan Wonosari. PKBM Ngudi
Kapinteran selain telah terdaftar di Dinas Pendidikan Kabupaten
Gunungkidul juga mempunyai akta notaris tanggal 3 Desember 2005.
Disamping itu Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) Ngudi
Kapinteran memiliki ijin operasional Dinas Pendidikan Kabupaten
Gunungkidul dengan no ijin 421/ 16/ 49/ kpts/ 2005.
c. Lokasi dan Keadaan PKBM Ngudi Kapinteran
PKBM Ngudi Kapinteran ini terletak di Jl Wonosari, Semanu,
Gunungkidul, DIY kode Pos 55893 berdiri sejak tanggal 15 Maret
2001.PKBM Ngudi Kapinteran ini menempati tanah seluas 240 m². Diatas
tanah seluas ini berdiri bangunan yang terdiri dari: ruang TBM, ruang
praktek, ruang pimpinan, ruang sorum kerajinan, ruang unit usaha, ruang
kelas, kamar mandi (WC), ruang tamu, dapur, ruang secretariat dan ruang
teori.
d. Visi dan Misi PKBM Ngudi Kapinteran
Visi:
Terwujudnya masyarakat yang lebih cerdas, terampil, lebih kreatif dan
produktif serta selalu ingin mengembangan diri secara positif untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
56
Misi:
1) peningkatan kemampuan masyarakat untuk dapat berkarya positif
2) peningkatan pengetahuan, wawasan, ketrampilan dan sikap untuk hidup
lebih baik
3) peningkatan kesejahteraan hidup
4) pengembangan usaha-usaha produktif
e. Tujuan PKBM Ngudi Kapinteran
Tujuan Umum:
Ikut mencerdaskan kehidupan bangsa
Tujuan Khusus:
Memberikan wadah bagi warga masyarakat yang tidak dapat menempuh
pendidikanformal dan memperoleh pendidikan non formal
f. Struktur Organisasai PKBM Ngudi Kapinteran
Tabel 3. Daftar Struktur Organisasi PKBM Ngudi Kapinteran
No Nama Jabatan 1 Tugino, A.Md Ketua Penyelenggara 2 Heri sulistyo, S.Pd Ka. Program 3 Marjiyanto, S.Pd Ka. Pend. N. F 4 Rohmad Suryadi, S.Sos Ka. pemberdayaan 5 Rantiyati Ka. Keuangan/AD 6 Tri Sudaryati Ka. Evaluasi/Pengemb 7 Titi Winarsih Staf Keuangan 8 Indarsih Staf Keuangan
Sumber: Data Primer PKBM Ngudi Kapinteran
57
g. Sarana dan Prasarana PKBM Ngudi Kapinteran
PKBM Ngudi Kapinteran memiliki berbagai sarana dan prasarana
dalam mendukung kegiatan Life skills. Sarana dan prasarana yang ada
antara lain sekretariat (kantor) PKBM Ngudi Kapinteran, Taman Bacaan
Masyarakat (TBM), yang memiliki berbagai macam buku untuk menunjang
proses kegiatan life skills. Fasilitas yang ada disekretariat (kantor) PKBM
Ngudi Kapinteran ruang tamu, lemari, printer, computer, meja, kursi, alat
tulis, dan alat kebersihan dan ruang belajar. Fasilitas pendukung lainnya
yaitu toilet, ruang ibadah, dan tempat usaha.
Tabel 4. Prasarana PKBM Ngudi Kapinteran
No Fasilitas Jumlah Keterangan
1 Gedung Kantor 1 gedung Pinjam Desa Semanu
2 Ruang belajar 3 kelas Pinjam Desa Semanu
3 Ruang praktek 3 Kelas Pinjam Desa Semanu
Sumber: Data Primer PKBM Ngudi Kapinteran
Prasarana PKBM Ngudi Kapinteran terdiri dari gedung kantor yang
statusnya meminjam dari desa Semanu.
58
Tabel 5 . Sarana PKBM Ngudi Kapinteran
No Fasilitas Jumlah Keterangan
1 Kursi tamu 2 set Milik PKBM
2 Meja, kursi/ lemari secretariat 2 set Milik PKBM
3 Meja, kursi/ lemari direktur 1 set Milik PKBM
4 Meja, kursi teori 80 set Milik PKBM
5 Meja, kursi ruang ketrampilan 20 set Milik PKBM
6 Lemari/ rak buku 4 set Milik PKBM
7 Computer 5 unit Milik PKBM
8 printer 4 unit Milik PKBM
Sumber: Data Primer PKBM Ngudi Kapinteran
Fasilitas atau sarana prasarana yang ada di PKBM Ngudi Kapinteran
sebagian besar milik PKBM Ngudi Kapinteran hanya gedung sekretariat (
kantor) meminjam pada desa semanu. Sarana dan prasarana yang ada di
PKBM Ngudi Kapinteran sangat bermanfaat untuk menunjang semua
kegiatan dan program yang dilaksanakan oleh PKBM Ngudi Kapinteran.
h. Sasaran di PKBM Ngudi Kapinteran
Sasaran program Life skills di PKBM adalah sebagai berikut:
1) Bidang pendidikan : Arah usia produktif, ibu-ibu yang buta aksara
2) Bidang ekonomi :Warga yang kurang mampu dibidang ekonomi
danbertempat tinggal didaerah PKBM Ngudi Kapinteran dan penduduk
desa Semanu
59
i. Peserta Didik di PKBM Ngudi Kapinteran
Peserta Didik PKBM Ngudi Kapinteran pada program kesetaraan
paket B berjumlah 100 orang, Paket C berjumlah 57 orang, KF berjumlah
60 orang, dan program life skills memiliki peserta didik sebanyak 60 orang.
Sebagian warga belajarnya berasal dari berbagai wilayah di desa Semanu.
j. Pendidik atau Tutor di PKBM Ngudi Kapinteran
PKBM Ngudi Kapinteran memiliki 64 pendidik yang ada di PKBM
Ngudi Kapinteran. Pendidik tersebut merupakan sebagian dari masyarakat
sekitar PKBM Ngudi Kapinteran. Mereka mengajar sesuai dengan skill atau
keahlian yang mereka miliki dan semua pendidik minimal berpendidikan
SMP, karena syarat yang berlaku untuk para pendidik. Perekrutan pendidik
yang dilakukan bermaksud untuk mempermudah para warga belajar yang
sebagian masyarakat sekitar PKBM Ngudi Kapinteran dapat berinteraksi
baik dengan pendidik.
60
Tabel 6. Daftar Pendidik PKBM Ngudi Kapinteran
No Nama Bidang Pendidikan terakhir
1 Tugino, Amd Ketrampilan D3 2 Drs. Ngawetno Paket C, B S1 3 Marjiyanto, S.Pd Paket C S1 4 Ir. Edi Hertanto Paket C S1 5 Ari Susana, S.Pdi Paket C S1 6 Rantiman, S.Pd Paket C S1 7 Ari Gutama, ST Paket C S1 8 Prajaja, S.Pd Paket C S1 9 Bekti Rahayu, S.Pd Paket C S1 10 Kussudhaldia, S.Pd Paket C &KF S1 11 Rahmi Hidayat, S. Pd Paket C S1 12 Gunawan B.A Paket C D2 13 Dra. Sulisratmi Paket B S1 14 Heri Sulityo Paket C, B S1 15 Aris Bowo, S.Pd Paket C, B S1 16 Muryanto Paket B D3 17 Sukiter, S. Pd Paket B, C S1 18 Yuli Purwaningsih, S. Pd Paket B, C S1 19 Joko Suryanto, S. Pd Paket C SI 20 Rohmad Suryadi S. Sos Paket B, C SI 21 Jumiyati KF D3 22 Nanik Siswanti Paket B SMA 23 Tri Sudaryani Paket B, C SMA 24 Titi Daryanti, A.md Paket A D3 25 Ngatiyo KF D2 26 Margono KF D2 27 Sukartini KF D2 28 Nursid Ar- Rohman KF SPG 29 Anis Sholikatin KF D2 30 Zan Yuri Faton Paket C SI 31 Suhadi KF D2 32 Edi Waljana KF D2 33 Bianto, SE Paket C SI 34 Sugana KF SMA 35 Y. Heru Susilo, S. Pd Paket B, C SI 36 I.A. Puji Hartono, SH Paket C SI
61
Sumber: Data Primer PKBM Ng
Sumber: Data Primer PKBM Ngudi Kapinteran
Pendidik yang ada di PKBM Ngudi Kapinteran terdiri dari 64
Pendidik. Pendidikan terakhir pendidik yang ada di PKBM Ngudi
Kapinteran adalah SMP. Tiap-tiap pendidik disesuaikan dengan kemampuan
dan keahlian yang mereka kuasa.
No Nama Bidang Pendidikan Terakhir
37 C.H Lusy, S. Sos Paket B, C SI 38 Muji Hartono, S.Pd Paket B SI 39 Sartono KF D2 40 Purwanto, S.Pd Paket B SI 41 Sarto KF D2 42 Sukino KF D2 43 Tukino, Ama. Pd Paket B D2 44 Rita Paket A SMA 45 Wastini KF SMA 46 Eka Dwi Nur Hastutik KF SMK 47 Muslam Winarta KF SMK 48 Tri Sumarni KF SLTP 49 Sumadiyanto KF SMA 50 Suharyati, S. Pd KF SI 51 Wiyana KF SMA 52 Tukiran KF SLTA 53 Suliyanto KF SMK 54 Sutarno KF SMEA 55 Pujiran KF SLTA 56 Sarno KF SMA 57 Sujaka KF SMK 58 Murtiningsih KF SLTA 59 Aswandi KF SLTA 60 Mardiyo KF D2 61 Rantiyati KF SPGMA 62 Martini KF SMP 63 Suhardi KF PGA 64 Siti Rohana KF SMK
62
k. Pendanaan
Pendanaan PKBM Ngudi Kapinteran, berdasarkan hasil penelitian,
dapat diketahui bahwa dalam perencanaan sumber dana untuk pembiayaan
PKBM Ngudi Kapinteran yang menunjang pelaksanaan kegiatan adalah
berasal dari APBN, APBD dan swadaya dari pengelola, pendidik/tutor/nara
sumber teknis, donasi masyarakat dan warga belajar PKBM Ngudi
Kapinteran.
Berdasarkan hasil penelitian, dalam pelaksanaan kegiatan keuangan
dapat diketahui bahwa dana yang didapat dari PKBM Ngudi Kapinteran
digunakan sepenuhnya untuk membiayai seluruh kegiatan yang
berhubungan dengan pelaksanaan program-program PKBM, seperti
melengkapi dan memelihara sarana dan prasarana, honor tenaga
kependidikan, dan laporan evaluasi kegiatan sebagai pertanggungjawaban
atas dana yang sudah diberikan dan dapat dijadikan pedoman perbaikan dan
peningkatan dalam memberikan dana selanjutnya serta dapat memberikan
masukan atau jalan keluar bagi hambatan yang dihadapi PKBM Ngudi
Kapinteran di Semanu.
l. Program PKBM Ngudi Kapinteran
PKBM Ngudi Kapinteran Ngudi Kapinteran memiliki 5 (lima)
program kerja yang dijalankan yaitu pendidikan Kesetaraan ( paket A, B,
C), Pendidikan Keaksaraan Fungsional (KF), Pendidikan Anak Usia Dini
(PAUD), Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan Life skill. Program yang
63
masih diminati dan dibutuhkan oleh warga belajar dan masyarakat adalah
program pendidikan kesetaraan (paket A, B, C), sedangkan untuk program
pendidikan kecakapan hidup (life skills) diminati hanya saja belum mulai
lagi dikarenakan PKBM Ngudi Kapinteran belum mempunyai dana.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih adanya program life
skills di PKBM Ngudi Kapinteran dilatarbelakangi karena masih adanya
masyarakat yang kurang akan pendidikan non formal dalam bidang
Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills). Adanya program life skills
harapannya dapat meningkatkan perekonomian bagi keluarga maupun
masyarakat yang membutuhkan usaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, disamping itu dapat menambah ketrampilan dan pengetahuan.
Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) ini diprakarsai oleh
Direktorat Jenderal Pendidikan NonFormal dan Informal, Departemen
Pendidikan Nasional Republik Indonesia. Program life skills tersebut
kemudian disampaikan ke lembaga-lembaga yang terkait dan mengurusi
program pendidikan nonformal dan Ditjen PNFI memfasilitasi program life
skills beranggapan bahwa program life skills sesuai dengan kebutuhan
masyarakat tentang kewirausahaan dan keterampilan. Program life skills ini
diperuntukan bagi masyarakat yang kurang mampu serta masyarakat usia
produktif tidak bekerja sehingga program tersebut dapat dimanfaatkan
menjadi tambahan mata pencaharian
64
B. Hasil Penelitian
1. Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) di
PKBM Ngudi Kapinteran
a. Persiapan Program Pendidikan Kacakapan Hidup (life skills) Di
PKBM Ngudi Kapinteran
Program life skills disusun oleh pihak pengurus PKBM Ngudi
Kapinteran untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Desa Semanu,
Gunungkidul. Program life skills ini disusun oleh PKBM Ngudi Kapinteran
bekerja sama dengan mitra kerja, instansi yang terkait dengan pendidikan
non formal, dan tokoh masyarakat. Program life skills disusun sesuai dengan
ketentuan dari peraturan pemerintah.
Penyusunan program life skills dilakukan dalam upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat akan bidang usaha dengan keadaan ekonomi yang
kurang serta perkembangan dunia usaha menuntut miliki keterampilan dan
inovasi dalam menciptakan peluang usaha. Acuan dalam menyusun program
life skills seperti keterangan yang diperoleh dari bpk “TGNO” selaku
pengelola PKBM Ngudi Kapinteran, yaitu:
“Ada dua langkah dalam melakukan persiapan dalam program life skills, yang pertama adalah analisis kondisi kebutuhan dan menentukan jenis life skills” Hal yang serupa juga diungkap oleh ibu “RNTI” sebagai Tutor
PKBM Ngudi Kapinteran:
“Dalam persiapan programlife skills ada dua tahap yang dilakukan mbak. Yang pertama analisis kebutuhan dan menentukan jenis life skills”. Berdasarkan wawancara yang di atas dapat diambil kesimpulan
65
bahwa dalam merencanakan program life skills melalui 2 (dua ) tahap yang
dilakukan yaitu analisis kebutuhan dan menetukan jenis life skills.
1) Analisis kebutuhan
Berdasarkan hasil wawancara dari PKBM Ngudi
Kapinterananalisis kebutuhan dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu
menentukan life skills yang akan dilakukan seperti, analisis sosial
ekonomi, wilayah dan pendidikan yang merujuk terhadap suatu
kebutuhan satu jenis life skills yang sesuai. Berdasarkan hasil analisis
dilapangan dapat diambil kesimpulan bahwa jenis life skills yang akan
dilaksanakan adalah budidaya jamur tiram dikarenakan peserta didik
yang diperoleh dari lapangan adalah ibu-ibu. Alasan mensepakati
memilih jenis life skills jamur tiram adalah: (1) budi daya jamur tiram
masih belum ada khusunya di wilayah Semanu (2) Mudah akan
pemasaran (3) ingin menjadikan jamur tiram sebagai makanan yang di
kenal masyarakat sebagai alternative makanan lain selain sayur-
sayuran.
2) Program life skills
Berdasarkan hasil wawancara dari PKBM Ngudi Kapinteran
program life skills yang dilaksanakan sudah menggunakan kurikulum
dan bahan ajar berbasis kecakapan yang mencakup kecakapan personal
(personal skills), kecakapan antar personal (social skills), dan
kecakapan vokasional (vocasional skills). Sehingga diharapkan setelah
mengikuti program life skills ini peserta didik sudah mampu membuka
66
usaha sendiri atau bekerja sesuai dengan keterampilan yang didapat
b. Pelaksanaan program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Di
PKBM Ngudi Kapinteran
Pelaksanaan programlife skills ini dilakukan tiga kali dalam satu
minggu. Dalam pelaksanaan program life skills, ada beberapa yang hal
yaitu: Peserta didik dan karakteristiknya serta cara rekrutmen peserta didik,
pendidik, nara sumber teknis, sarana dan prasarana, biaya, metode
pembelajaran, dan proses pembelajaran life skills di PKBM Ngudi
Kapinteran.
1) Peserta Didik
a. Karakteristik peserta didik
Peserta didik pada program life skills ini merupakan warga
belajar keaksaraan fungsional program akrab dari UNY.
Berdasarkan hasil wawancara peneliti mengetahui bahwa sebagian
besar peserta didik adalah ibu-ibu dengan jumlah peserta didik 60
orang.
b. Rekrutmen peserta didik
Pelaksanaan rekrutmen peserta didik program life skills di
PKBM Ngudi Kapinteran yang pertama kali dilakukan adalah
pemberitahuan kepada kepala dusun kemudian kepala dusun
melakukan sosialisasi kepada warga masyarakat dan kemudian
dijaring sesuai dengan kriteria warga belajar keaksaraan fungsional,
67
sehingga program life skills dapat membantu warga belajar yang
kurang mampu dalam memecahkan masalahnya dari segi ekonomi
dengan memberikan keterampilan.
Hal ini di ungkapkap oleh bpk “TGNO” selaku sebagai
pengelola PKBM Ngudi Kapinteran:
“Kami memberikan program yang sesuai dengan sasaran yang dicanangkan pemerintah, bahwa yang mengikuti program life skills ini adalah warga masyarakat yang masih tidak memiliki keterampilan serta masih dilingkungan desa semanu”. Hal ini juga diungkapkan oleh ibu “SMIYAH” selaku
sebagai peserta didik program life skills :
“Dengan adanya program life skills ini kami sebagai peserta didik sangat terbantu dan kami bisa mencari tambahan penghasilan dari keterampilan yang didapat”. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa rekrutmen peserta didik dilakukan dengan cara
mendata peserta didik terlebih dahulu kemudian disesuaikan
dengan kebutuhan yang mereka dan cocok dengan syarat yang
ditentukan oleh PKBM Ngudi Kapinteran.
2) Pendidik
a) Karakteristik Pendidik
Pendidik program life skill adalah warga yang tinggal atau
berdomisili di daerah PKBM Ngudi Kapinteran yang memiliki
kriteria minimal pendidikan SMA. Dari hasil wawancara yang
dilakukan oleh peneliti dengan pengelola PKBM Ngudi Kapinteran
68
pendidik program life skills yang dipilih dari warga sekitar dan dari
Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) untuk Pendamping.
b) Rekrutmen Pendidik
Sebelum program life skills dilaksanakan di PKBM Ngudi
Kapinteran yang harus dilakukan adalah merekrut pendidik guna
memperlancar jalannya pelaksanaan program pembelajaran.
Perekrutan pendidik dilakukan dengan memilih warga masyarakat
yang berdomisili di sekitar PKBM Ngudi Kapinteran Semanu
dengan syarat pendidikan minimal SMA, mengisi biodata dan
mengikuti seleksi tertulis
Seperti yang diungkap oleh bpk “TGNO” selaku sebagai
pengelola PKBM Ngudi Kapinteran:
“Kami merekrut pendidik program life skills ini yang memiliki pendidikan minimal SMA dan mau untuk mengabdi untuk kepentingan masyarakat”.
Hal yang serupa juga diungkapkan oleh ibu“RNTI” selaku
sebagai pendidik programlife skills:
“Untuk program life skills ini saya selaku pendidik yang diprioritaskan dalam pemilihan pendidik yang memiliki keahlian dalam bidang budi daya jamur tiram, atau setidaknya pernah mencoba budi daya jamur tiram dan mempunyai pendidikan terakhir minimal SMA”. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diambil
kesimpulan bahwa rekrutmen pendidik diambil warga yang memiliki
keahlian dalam keterampilan dalam budi daya jamur dan pendidikan
terakhir minimal SMA.
69
c) Proses Pembelajaran
Dalam proses pembelajaran pendidikan kecakapan hidup
(lifeskills) warga belajar harus dibekali dengan beberapa materi
pembelajaran yang memuat beberapa kecakapan antara lain kecakapan
personal (personal skills), kecakapan antar personal (social skills),
kecakapan akademik (academic skills), dan kecakapan vokasional
(vocasional skills). Kecakapan personal (personal skills) mencakup
kecakapan mengenal diri, kecakapan berfikir rasional, percaya diri, dan
memotivasi diri dlll.Kecakapan antar personal (social skills) mencakup
melakukan kerjasama, bertenggang rasa dan tanggung jawab
sosial.Kecakapan akademik (academic skills) seperti kecakapan dalam
melakukan penelitian, percobaan-percobaan dengan pendekatan
ilmiah.Kecakapan vokasional (vocasinal skills) adalah kecakapan yang
berkaitan dengan suatu bidang kejuruan atau keterampilan
tertentu.Dalam pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skills)
budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran peserta didik sudah
mendapatkan beberapa kecakapan yang disebutkan diatas.
Seperti yang diungkapan oleh Bpk “TGNO” selaku pengelola
PKBM Ngudi Kapinteran:
“Dalam proses pembelajaran life skills budi daya jamur tiram ini peserta didik sudah dibekali dengan beberapa kecakapan mba, antara lain kecakapan personal (personal skills) peserta didik mendapat pembelajaran tentang bagaimana memotivasi diri agar semangat bekerja, peserta didik juga diajarkan untuk berani
70
mengeluarkan pendapat serta menanyakan materi- materi yang belum dipahami. Untuk kecakapan antar personal (social skills) peserta didik diajarkan untuk saling bekerja sama antar anggota kelompok dan bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk pemasaran hasil budi daya. Untuk kecakapan vokasional (vocasional skills) ya budi daya jamur tiram itu mba, peserta didik diajari bagaimana membudidayakan jamur tiram baik teori maupun praktek tentang membuat rak dan rumah jamur tiram itu.” Hal yang sama juga diungkap ibu “ RNTI” selaku pendidik life
skills budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kpainteran:
“Pada saat pembelajaran life skills budi daya jamur tiram ini peserta didik dibekali dengan beberapa kecakapan mba, yang pertama kecakapan personal (personal skills) peserta didik mendapat pembelajaran motivasi diri, manajemen usaha dll. Yang kedua adalah kecakapan antar personal (social skill) yaitu peserta didik diajarkan untuk bekerja sama antar kelompok maupun masyarakat, peserta didik juga diajak untuk kunjungan di resto jejamuran sleman. Dan yang ketiga adalah kecakapan vokasional (vocasional skills) yaitu budi daya jamur tiram. Materi budi daya jamur tiram ini antara lain nilai gizi jamur tiram, pembudi dayaan jamur tiram dll mba.”
Berdasarkan hasil wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa
proses pembelajaran pada program life skillsbudi daya jamur tiram di
PKBM Ngudi Kapinteran Semanu sudah menerapkan beberapa
kecakapan yaitu kecakapan personal (personal skills), kecakapan antar
personal (personal skills) dan kecakapan vokasional (vokasional skills)
d) Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana atau fasilitas merupakan sesuatu yang
digunakan dalam menunjang keberhasilan proses pembelajaran program
life skills. Kesediaan fasilitas yang lengkap dan memadai sangat penting
dalam sebuah proses pembelajaran programlife skills.
71
Fasilitas atau sarana prasarana dalam proses pembelajaran
programlife skillsyang diselenggarakan oleh PKBM Ngudi Kapinteran
dapat dibilang cukup lengkap, hanya saja pada proses pembelajaran
program life skills fasilitas yang diberikan per kelompok tidak per satu
orang.
Seperti yang diungkap oleh ibu” RNTI” selaku pendidik
program life skills:
“Sarana prasarana di PKBM Ngudi Kapinteran sebenarnya cukup lengkap hanya saja pada waktu program life skills bahan diberikan per kelompok saja tidak satu orang satu.Sebagai pendidik saya merasa terhambat dengan alat-alat yang kurang ini dalam proses pembelajaran”. Hal yang sama juga diungkap oleh “ TGNO” selaku pengelola
PKBM Ngudi Kapinteran:
“Sarana prasarana di PKBM Ngudi Kapinteran untuk saat ini lengkap mbak, hanya saja diberikan perkelompok sehingga setiap proses pembelajaran berjalan kurang efektif”. Berdasarkan hasil wawancara yang diperoleh dilapangan dapat
diambil kesimpulan bahwa sarana prasarana atau fasilitas yang ada pada
di PKBM Ngudi Kapinteran cukup lengkap hanya saja pada waktu
program life skills hanya diberikan per kelompok dan fasilitas tersebut
didapat dari dana bantuan dari UNY.
e) Pembiayaan
Pelaksanaan program life skills yang diselenggarakan oleh
PKBM Ngudi Kapinteran menggunakan bantuan dari UNY yang
digunakan untuk membeli peralatan budi daya jamur, bahan-bahan , dan
72
biaya operasional pendidik, praktis dan peserta didik.
Seperti yang diungkapkan oleh bapak “TGNO” selaku pengelola
PKBM Ngudi Kapinteran:
“dana program life skills ini berasal dari UNY mba, tidak berupa uang tetapi sudah berbentuk bahan dan barang untuk budi daya jamur tiram.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu “RNTI” selaku
pendidik program life skills:
“untuk dana program life skills ini dari UNY mba sudah berbentuk bahan untuk budi daya jamur tiram.” Berdasarkan hasil wawancara di lapangan dapat disimpulkan
bahwa pembiayaan life skills ini berasal dari UNY yang sudah berupa
bahan dan alat-alat budi daya jamur tiram.
f) Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran program life skills di PKBM Ngudi
Kapinteran yang digunakan dalam penyampaian materi dengan ceramah
dan praktek. Metode ceramah untuk menyampaikan materi berupa teori.
Metode praktek dalam pembelajaran program life skills di PKBM
Ngudi Kapinteran tidak semua peserta didik mencoba.
Metode ceramah ini sebagaian besar digunakan pendidik pada
proses pembelajaran program life skills karena metode ceramah
bertujuan untuk penyampaian informasi dan penjelasan pada peserta
didik. Berdasarkan wawancara peneliti pendidik dalam penyampaian
materi yang sifatnya teori menggunakan metode ceramah.
73
Setelah penyampaian materi dengan ceramah pendidik
memberikan demontrasi pada peserta didik untuk melakukan kegiatan
yang sifatnya praktek, seperti menirukan hal yang sama sesuai dengan
materi yang diberikan pada saat proses pembelajaran yang berlangsung.
Dari hasil wawancara peneliti bahwa peserta didik akan lebih suka bila
materi yang diberikan langsung dipraktekkan. Peserta didik dalam
proses pembelajaran lebih ada manfaatnya dilihat dari peserta didik
yang sebagian besar ibu-ibu. Cara seperti itu akan menambah semangat
peserta didik untuk mengikuti pembelajaran programlife skills.
Seperti yang diungkapkan ibu “ RNTI” selaku pendidik program
life skills di PKBM Ngudi Kapinteran:
“metode yang tepat untuk peserta didik program life skills menurut saya ceramah dan praktek. Proses pembelajaran tersebut akan lebih bermanfaat jika materi yang disampaikan langsung dipraktekkan”. Hal serupa juga diungkapkan oleh bpk “ HRI” sebagai pendidik
program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran:
“Dengan metode ceramah dan praktek akan lebih senang dan semangat mengikuti pembelajaran. Mereka juga tidak merasa bosan”. Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat diambil kesimpulan
bahwa metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran
program life skills adalah dengan metode ceramah dan praktek.
74
c. Evaluasi program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Di PKBM
Ngudi Kapinteran
Tahap evaluasi pembelajaran program life skills melibatkan
pendidik, pengelola PKBM dan peserta didik. Evaluasi yang dilakukan
setiap akhir pembelajaran pendidik biasanya menayakan kembali materi
yang telah diberikan. Proses evaluasi pendidik akan tahu bagaimana materi
tersebut dapat diterima atau tidak dengan melibatkan peserta didik dalam
praktek pada waktu proses pembelajaran yang berlangsung.
Sistem evaluasi yang dilakukan pendidik yaitu meliputi penilaian
pelaksanaan pembelajaran setelah selesai pembelajaran programlife skils.
Evaluasi pembelajaran program life skills dilakukan melalui:
1) Tes individu
Tes individu yang dilakukan oleh pendidik adalah memberikan
pertanyaan-pertanyaan kepada peserta didik setiap selesai
menyampaikan materi agar peserta didik dapat selalu ingat dan lebih
mengerti akan materi yang telah disampaikan.
2) Tes kelompok
Selain tes individu, evaluasi program pembelajaran program life
skills dilakukan melalui tes kelompok. Pada tes kelompok ini, peserta
didik dikelompokkan menjadi 4 kelompok.
Hal tersebut diungkapkan oleh “TGNO” selaku pengelola PKBM
Ngudi Kapinteran sebagai berikut
“setiap selesai satu materi pembelajaran, selalu ada pertanyaan lisan yang diberikan peserta didik, seperti apakah ibu-ibu sudah
75
mengerti materinya? Itu merupakan salah satu bentuk evaluasi yang diberikan”. Hal serupa yang diungkapkan oleh ibu “RNTI ” selaku pendidik
sebagai berikut :
“Evaluasi yang biasa saya berikan adalah evaluasi yang berbentuk tes individu dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan secara bergantian, sedangkan yang tes kelompok nanti dibagi menjadi beberapa orang”.
Keterangan serupa juga diungkap oleh ibu “SMIYAH” selaku
peserta didik program life skills sebagai berikut:
“Setelah selesai pembelajaran pertanyaan selalu ada tentang materi yang diberikan sebelumnya dan praktek dilakukan perkelompok mbak”. Berdasarkan hasil wawancara dapat diambil kesimpulan bahwa
evaluasi yang dilakukan di PKBM Ngudi Kapinteran dengan 2 (dua)
cara yaitu dengan evaluasi tes individu dan tes kelompok yang diberikan
oleh pendidik program life skills. Dengan adanya evaluasi ini hasil yang
diharapkan peserta didik dapat mengerti bagaimana proses budi daya
jamur tiram ini dari persiapan budi daya hingga pemasaran. Peserta didik
juga diajarkan bagaimana mengolah jamur tiram ini menjadi berbagai
jenis dan bentuk makanan.
76
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program Pendidikan
Kecakapan Hidup (life skills) di PKBM Ngudi Kapinteran
a. Faktor pendukung program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran
Pada pelaksanaan pembelajaran program life skills yang
diselenggarakan di PKBM Ngudi Kapinteran memiliki beberapa faktor
pendukung dan penghambat. Faktor-faktor tersebut akan sangat berpengaruh
terhadap berlangsungnya kegiatan program life skills di PKBM Ngudi
Kapinteran. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program life skills adalah
; (a) adanya motivasi dari masyarakat khususnya warga belajar keaksaraan
fungsional PKBM Ngudi Kapinteran untuk ikut aktif dalam kegiatan
program life skills, (b) keaktifan pengelola dan pengurus PKBM Ngudi
Kapinteran dalam menjalankan program life skills di PKBM Ngudi
Kapinteran, (c)Pemberian materi dari narasumber yang baik, karena sangat
membantu dalam terlaksananya pembelajaran program life skills, (d) dana
yang di berikan dari UNY, dana ini sangat membantu karena tanpa dana
program life skills ini tidak dapat berjalan.
Hal tersebut diungkapkan oleh bapak “TGNO” selaku pengelola
PKBM Ngudi Kapinteran
“Faktor pendukung program ini adalah keaktifan pengelola dan pengurus PKBM mba, kami memotivasi peserta agar mengikuti program life skills ini.” Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu “RNTI” selaku pendidik
program life skills ini.
“Faktor pendukung program ini keaktifan pengelola dan pengurus PKBM mba, nara sumber yang baik juga mempengaruhi berjalannya
77
program ini, tetapi yang paling penting adalah bantuan dana dari UNY mba.” Berdasarkan hasil wawancara dilapangan faktor pendukung program
life skills ini adalah keaktifan pengelola dan pengurus PKBM, motivasi
peserta didik, narasumber yang baik serta dana.
b. Faktor penghambat program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran
Disamping ada faktor pendukung suatu pelaksanan program,
ternyata masih ada faktor penghambat jalannya pelaksanaan program life
skills jamur tiramdi PKBM Ngudi Kapinteran. Hasil wawancara yang
dilakukan peneliti yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan
program life skills adalah sebagai berikut a). faktor alam yang kadang
kurang mendukung dalam budi daya jamur tiram ini, b). kerjasama antara
peserta didik yang masih sangat kurang.
Hal ini diungkapkan oleh bapak “TGNO” selaku pengelola PKBM
Ngudi Kapinteran :
“Selain ada faktor pendukung suatu program pasti juga ada faktor penghambat, untuk faktor penghambat program ini yang paling utama adalah factor alam yang kadang kurang mendukung untuk budi daya jamur ini serta kerjasama antara peserta didik masih sangat kurang.” Hal yang sama juga diungkapkan oleh ibu “RNTI” selaku pendidik
program life skills.
“Faktor penghambat utama adalah factor alam yang kadang kurang mendukung mba dan kerjasama antara peserta didik masih kurang.”
Berdasarkan hasil wawancara dilapangan dapat disimpulan yang
78
menjadi faktor penghambat program life skills ini adalah faktor alam yang
kadang kurang mendukung dan kerjasama antara peserta didik masih sangat
kurang.
3. Dampak positif dan negatif program pendidikan kecakapan hidup (life
skills) di PKBM Ngudi Kapinteran
Pada pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) di
PKBM Ngudi Kapinteran memiliki banyak dampak bagi peserta didik dan
pendidik. Berdasarkan hasil wawancara peneliti yang menjadi dampak antara
lain a) membuka peluang usaha bagi warga belajar dan pendidik, b)
meningkatkan perekonomian warga belajar dan pendidik dari hasil budi daya
jamur tiram ini, c) menambah bekal keterampilan warga belajar dan pendidik,
d) dapat mengenalkan pada masyarakat bahwa jamur dapat dimanfaatkan untuk
makanan sehari-hari yang bergizi yang bisa dikonsumsi sehari-hari.
Hal ini diungkapkan oleh bapak “TGNO” selaku pengelola PKBM
Ngudi Kapinteran.
“Dampak dari progam ini adalah membuka peluang usaha bagi kami mba selain pada warga belajar pendidik juga merasakan, serta dapat mengenalkan pada warga belajar tentang manfaat jamur ini.”
Hal serupa juga diungkapkan oleh ibu “SMIYAH” selaku peserta didik
program life skills.
“Dampak dari progam life skills bagi saya adalah menambah bekal keterampilan saya mba, kemudian saya dapat membuka peluang usaha dengan budidaya jamur tiram ini, perekonomian saya pun juga meningkat”
Berdasarkan hasil wawancara dilapangan dapat disimpulkan dampak
79
dari program life skills ini adalah dapat membuka peluang usaha bagi peserta
didik dan pendidik, menambah bekal keterampilan bagi peserta didik,
meningkatkan perekonomian dan dapat mengenalkan manfaat jamur pada
masyarakat.
C. Pembahasan
1. Implementasi Program Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) di
PKBM Ngudi Kapinteran
a. Persiapan Program Life Skills di PKBM Ngudi Kapinteran
Pelaksanaan program Pendidikan Kecakapan Hidup seperti tujuan
dari pendidikan luar sekolah yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah No.
73 tahun 1991 tentang pendidikan luar sekolah, pasal 2 ayat 1 yaitu:
“melayani warga belajar supaya dapat tumbuh dan berkembang sedini
mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu
kehidupannya (Sihombing, 2001: 89). PKBM Ngudi Kapinteran mengawali
dengan persiapan yang meliputi analisis kebutuhan dan program life skills.
Program life skills dirancang berdasarkan pada keterlibatan dan kerjasama
semua pihak baik internal maupun eksternal PKBM Ngudi Kapinteran.
Program life skills dirancang berdasarkan sumber daya yang ada didasarkan
pada kebutuhan masyarakat.
Persiapan program life skills dilakukan melalui tahap-tahap
pencarian data masyarakat yang kurang mampu dan tidak memliki
pekerjaan pada usia produktif serta warga masyarakat buta aksara.
Pengrekrutan peserta didik program life skills melalui sosialisasi dan
80
pendataan dari pengelola program life skills. Persiapan pelaksanaan kegiatan
dilakukan dengan melalui hasil musyawarah antara pengelola dan
masyarakat. Hasil menjadi pelaksanaan program yaitu analisis kebutuhan
dan jenis life skills.
b. Pelaksanaan program life skills Di PKBM Ngudi Kapinteran
Pelaksanaan program life skills sesuai dengan kriteria yang
ditentukan. Secara umum komponen-komponen yang diperlukan oleh suatu
program pembelajaran program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran telah
terpenuhi dan sebagian besar telah sesuai dengan kriteria yang ditetapkan
oleh Diknas. Terpenuhi komponen yang sesuai dengan ketentuan adalah
modal pokok suatu program, namun demikian terpenuhinya komponen ini
telah serta menjamin keberhasilan program. Masih ada faktor lain yang
mempengaruhinya dalam proses pelaksanaannya. Indikator proses
pelaksanaan pembelajaran akan dibahas berikut ini:
1) Pelaksanaan program life skills secara teknis operasionaldiselenggarakan
masyarakat yang mendasari program pembelajarannya atas kebutuhan
dan keinginan masyarakat dan pasar tenaga kerja, atau sering disebut
dengan permintaan masyarakat (Sihombing, 2001: 90-91). PKBM Ngudi
Kapinteran sudah sesuai dengan kaidah yang ada dalam persiapan yang
dilakukan untuk menyusun rangkaian kegiatan guna mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya, baik tujuan umum maupun tujuan
khusus organisasi atau lembaga
81
2) Tempat belajar atau tempat pembelajaran adalah tempat dimana
dimungkinkan terjadi proses pembelajaran menurut Sihombing (2001:
36). Program life skills tempat pembelajaran diselenggarakan di salah
satu rumah warga belajar menurut kelompok masing- masing yaitu dusun
denggok pacarejo, tunggul barat, tunggul timur dan nitikan semanu.
3) Life skills adalah bagian dari pendidikan yang menyangkut proses belajar
untuk memperoleh pengetahuan dan meningkatkan ketrampilan diluar
sistem pendidikan yang berlaku dalam waktu yang singkat dengan
metode yang lebih mengutamakan praktek daripada teori. Waktu
pembelajaran dilaksanakan 1 minggu 3 kali jam di sesuaikan dengan
waktu luang peserta didik dan pendidik selama 3 bulan.
4) Pelaksanaan program life skills harus ada peserta didik yang sesuai
dengan karakteristik dan rekrutment peserta program program life skills
dalam pengembangan usaha melalui budi daya jamur tiram dilakukan
oleh pengelola dan pengurus PKBM Ngudi Kapinteran yang memang
mempunyai keinginan dan minat yang tinggi untuk mengikuti program
life skills ini.
5) Unsur-unsur program life skills pendidik memegang peranan yang sangat
penting terhadap kelancaran dan keberhasilan program life skills.
Menurut Sihombing (2001: 37) pamong belajar atau pendidik adalah
tokoh masyarakat yangn mampu dan mau membina, membimbing,
mengarahkan dan mengorganiser program pembelajaran. Dipilihnya
pendidik yang ahli yang berkualitas profesional. Beberapa syarat sebagai
82
pertimbangan:
a) Telah dipersiapan secara khusus sebagai pendidik yang ahli dalam
bidang spesialis tertentu
b) Memiliki kepribadian yang baik yang dapat menunjang pekerjaan
sebagai pendidik
c) pendidik harus berpendidikan minimal SMA.
6) Proses pembelajaran sangat penting dalam setiap program life skills
maupun program-program lainnya. Proses pembelajaran tersebut akan
dijadikan pedoman bagi pendidik dalam menyampaikan materi program
sehingga program life skills tersebut akan terarah sesuai dengan tujuan
yang diharapkan.
7) Sarana dan prasarana atau fasilitas yang disediakan oleh pihak PKBM
juga terbatas tidak setiap peserta didik memperoleh. Pihak PKBM dalam
penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkkan. Menurut Sihombing
(2000: 9-11) PKBM dibentuk dengan tujuan membelajarakan peserta
didik agar memiliki ketrampilan, pengetahuan, dan sikap dengan
melakukan 3 (tiga) kegiatan yaitu melayani, membina dan memenuhi
kebutuhan peserta didik pada intinya adalah pengembangan sumber daya
manusia (SDM). Seharusnya pihak PKBM lebih kreatif mencari
tambahan dan untuk menyediakan sarana dan prasarana yang mendukung
proses pembelajaran. Tanpa adanya sarana dan prasarana yang
mendukung akan menunjang keberhasilan program life skills yang
diselenggarakan PKBM Ngudi Kapinteran. Ketersediaan sarana dan
83
prasarana dalam sebuah program life skills sangat penting.
8) Pembiayaan program life skills bersumber dari bantuan UNY.
9) Metode pembelajaran dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran
yang digunakan dalam program life skills adalah metode ceramah dan
praktek.
c. Evaluasi program life skills Di PKBM Ngudi Kapinteran
Evaluasi yaitu dilakukan setiap 3 bulan sekali diakhir program
selesai. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui peserta didik dapat
menerima materi yang disampaikan. Berdasarkan hasil wawancara pendidik
dapat menilai materi yang disampaikan sudah dapat diterima oleh peserta
didik dengan mengevaluasi. Evaluasi yang digunakan dalam program life
skills ini di PKBM Ngudi Kapinteran adalah melalui tes individu dan tes
kelompok. Dengan adanya evaluasi ini hasil yang diharapkan peserta didik
dapat mengerti bagaimana proses budi daya jamur tiram ini dari persiapan
budi daya hingga pemasaran. Peserta didik juga diajarkan bagaimana
mengolah jamur tiram ini menjadi berbagai jenis dan bentuk makanan.
2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Program Pendidikan
Kecakapan Hidup (life skills) di PKBM Ngudi Kapinteran
Pelaksanaan program life skills dalam pengembangan usaha melalui
budi daya jamur tiram pasti terdapat faktor pendukung dalam pelaksanaannya.
Faktor pendukung tersebut akan berpengaruh terhadap berlangsungnya
kegiatan program life skills. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan
84
peneliti dengan pengelola PKBM, pendidik yang menjadi faktor pendukung
dalam pelaksanaan program life skills dalam pengembangan usaha melalui budi
daya jamur tiram antara lain yaitu adanya motivasi dari masyarakat khususnya
warga belajar keaksaraan fungsional akrab UNY di PKBM Ngudi Kapinteran
untuk ikut aktif dalam kegiatan program life skills, keaktifan pengelola dan
pengurus PKBM Ngudi Kapinteran dalam menjalankan program life skills di
PKBM Ngudi Kapinteran, Pemberian materi dari narasumber yang baik,
karena sangat membantu dalam terlaksanaannya pembelajaran program life
skills, dana yang di berikan dari UNY, dana ini sangat membantu karena tanpa
dana program life skills ini tidak dapat berjalan.
Disamping ada faktor pendukung suatu pelaksanaan program, ternyata
masih ada faktor penghambat jalannya pelaksanaan program life skills budi
daya jamur tiramdi PKBM Ngudi Kapinteran. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan peneliti yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan
program life skills adalah faktor alam yang kadang kurang mendukung dalam
budi daya jamur tiram ini dan kerjasama antara peserta didik yang masih sangat
kurang.
3. Dampak Program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) di PKBM
Ngudi Kapinteran
Pada pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) di
PKBM Ngudi Kapinteran memiliki dampak bagi peserta didik dan warga
belajar. Berdasarkan hasil wawancara peneliti yang menjadi dampak tersebut
antara lain membuka peluang usaha bagi warga belajar dan pendidik,
85
meningkatankan perekonomian warga belajar dan pendidik dari hasil budi daya
jamur tiram ini, menambah bekal keterampilan warga belajar dan pendidik,
dapat mengenalkan pada masyarakat bahwa jamur dapat dimanfaatkan untuk
makanan sehari-hari yang bergizi
86
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan
bahwa:
1. Implementasi Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) pada Program
Pengembangan Usaha Budi Daya Jamur Tiram Di PKBM Ngudi
Kapinteran terdiri dari 3 (tiga) tahap yaitu : (a) tahap persiapan terdiri 2
(dua) yaitu analisis kondisi kebutuhan dan program life skills. (b) tahap
pelaksanaan meliputi: tempat pembelajaran di rumah warga belajar
dimasing-masing dusun antara lain dusun Denggok, Tunggul barat,
Tunggul timur dan Nitikan, waktu penyelenggaraan 3 (tiga) bulan, peserta
didik 60 orang, pendidik dari UNY, dan masyarakat sekitar, fasilitas
budidaya tidak sesuai harapan karena fasilitas yang diberikan berdasarkan
kelompok tidak per orang sehingga proses pembelajaran program kurang
efektif, pembiayaan program life skills berasal dari UNY, metode yang
digunakan adalah metode ceramah dan praktek, dan proses pembelajaran
yang sudah menerapakan beberapa kecakapan life skills yaitu kecakapan
personal (personal skill), kecakapan antar personal (social skill), dan
kecakapan vokasional (vokacional skills); (c) evaluasi program life skills
berupa tes tertulis dan kelompok.
87
2. Faktor pendukung dalam pelaksanaan program life skills yang
diselenggarakan di PKBM Ngudi Kapinteran yaitu adanya motivasi
peserta didik, keaktifan pengelola dan pengurus dalam penyelenggaraan,
dan adanya narasumber yang baik serta bantuan dana dari UNY. Faktor
penghambat dalam pelaksanaan program life skills di PKBM Ngudi
Kapinteran adalah faktor alam yang kadang tidak mendukung dalam
pembudidayaan jamur tiram ini dan kerjasama antara peserta didik yang
masih sangat kurang.
3. Dampak dari pelaksanaan program life skills yang diselenggarakan di
PKBM Ngudi Kapinteran yaitu membuka peluang usaha bagi warga
belajar dan pendidik, meningkatkan perekonomian warga belajar dan
pendidik, menambah bekal keterampilan warga belajar dan pendidik, dapat
mengenalkan pada masyarakat bahwa jamur dapat dimanfaatkan untuk
makanan sehari-hari yang bergizi selain sayuran dan makanan lainnya
yang biasa dikonsumsi sehari-hari.
B. Saran
Berdasarkan pada kesimpulan di atas maka diajukan beberapa saran
sebagai berikut:
1. Bagi peserta didik
Selama pelaksanaan program life skills ini kerjasama peserta didik
masih sangat kurang sehingga diharapkan peserta didik dapat
meningkatkan kerjasama sehingga program ini dapat berjalan dengan
88
lancar dan sesuai harapkan sehingga dapat memunculkan program –
program baru dimasa yang akan datang.
2. Bagi pengelola
Yang menjadi salah faktor penghambat dalam program ini adalah
faktor alam yang kadang kurang mendukung untuk budi daya jamur tiram
ini, sehingga diharapkan pengelola lebih paham mengenai kapan waktu
yang tepat untuk budi daya jamur tiram ini sehingga hasil panen sesuai
dengan yang diharapkan.
3. Bagi pendidik PKBM Ngudi Kapinteran
Dalam pelakasanaan program life skills jamur tiram ini belum
semua aspek kecakapan life skills diterapkan dalam proses pembelajaran
yaitu aspek kecakapan akademik (academik skills) sehingga diharapkan
pendidik dapat menerapkan semua aspek kecakapan diprogram life skills
berikutnya yang akan datang agar peserta didik yang mengikuti program
life skills siap berusaha sendiri atau bekerja sesuai dengan bekal
keterampilan yang dimiliki.
89
DAFTAR PUSTAKA
Anwar.(2006).Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills Education) Konsep dan Aplikasinya.Bandung: Alfabeta
Bambang, T.(2010).Modul Wirausaha.E- Learning.Diakses23 maret 2012dari http/www.pengembanganusaha.com(modul_pengemb_usaha_mandiri.pdf)
Badan Statistik Indonesia (BPS).Profil Kemiskinan Di Indonesia Maret 2010.
Diambil dariError! Hyperlink reference not valid.kemiskinan.pdf) diakses tanggal 15 april 2012
Departemen Pendidikan Nasional. (2003). Undang-undang Republic Indonesia
nomor 20 tahun 2003 Tentang System Pendidikan Nasional (sisdiknas); beserta penjelasannya. (2003). Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Ditjen Diklusepa. (2003). Pedoman Penyelenggaraan Program Keterampilan
Hidup (Life Skills) Pendidikan Luar Sekolah. Jakarta: Depdiknas. Ditjen PAUDNI. (2011). Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Program dan Dana
Bantuan Sosial Pendidikan Kecakapan Hidup (PKH-LPD). Jakarta: Kemendiknas.
Erie Maulana Sy. (2012). Panen Jamur Tiap Musim ( Panduan Lengkap Bisnis
dan Budi DayaJamur Tiram ). Yogyakarta: Lily Publiser
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2009 diakses dari (http://id.wikipedia.org/wiki/ IndeksPembangunanManusia).
Lexy J. Moleong. (2009). Metodologi penelitian kuaitatif.Bandung: PT. Remaja Mulyasa (2002).Kurikulum Berbasis Kompetensi Konsep, Karakteristik dan
Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya
Netty dan Koesnandar. (2005 ). Shiitake dan Jamur Tiram Penghambat Tumor danPenurun Kolestrol. Jakarta: AgroMedia Pustaka
Sihombing Umberto. (2000).Pendidikan Luar Sekolah Kini dan Masa Depan Jakarta: PD. Mahkota.
Sudjana.(2001).Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production
90
Sudjana. (2000).Manajemen program Pendidikan (untuk pendidikan luar sekolah Dan pengembangan sumber daya manusia). Bandung: Falah Production
Sugiono.(2008). Metode Penelitian Pendidikan Luar Sekolah. Bandung: alfabeta
Suharsimi, A. (2003). Manajemen Penelitian. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Suriawiria Unus (2002). Budi Daya Jamur Tiram. Yogyakarta: Kanisius (Anggota IKAPI )
Pasaribu Tahir dkk (2002).Aneka Jamur Unggulan yang Menembus Pasar.Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia
Nasution S. (2003). Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif. Bandung: Tarnito Zuriah Nurul.( 2006 ). Metodologi Penelitian Sosial Dan Pendidikan.Jakarta:
Bumi Aksara
91
Lampiran 1. Pedoman Observasi
92
PEDOMAN OBSERVASI
Hal Deskripsi 1. Lokasi dan Keadaan Penelitian
a. Letak dan Alamat b. Status Bangunan c. Kondisi dan Fasilitas
2. Sejarah Berdirinya a. Latar belakang b. Visi dan Misi
3. Pendanaan a. Sumber b. Penggunaan
4. Program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram a. Tujuan b. Sasaran
5. Kegiatan pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram a. Pendidikan kecakapan hidup (life
skills) yang diberikan b. Tujuan pendidikan kecakapan
hidup (life skills) c. Materi pendidikan kecakapan
hidup (life skills) budi daya jamur tiram teori dan praktek
d. Manfaat pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram
e. Hasil dari pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram
93
Lampiran 2. Pedoman Dokumentasi PEDOMAN DOKUMENTASI
1. Melalui Arsip Tertulis
a. Sejarah Berdirinya Kantor PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul.
b. Visi dan Misi Berdirinya PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul.
c. Arsip data jumlah pengelola dan pengurus PKBM Ngudi Kapinteran
Semanu Gunungkidul.
d. Visi dan Misi pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur
tiram di PKBM Ngudi Kapinteran
e. Arsip Data jumlah warga belajar pendidikan kecakapan hidup ( life skills)
budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran.
2. Foto
a. Gedung atau Fisik PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul.
b. Fasilitas yang dimiliki PKBM ngudi Kapinteran.
c. Foto maupun gambar yang berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan
kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi
Kapinteran Semanu Gunungkidul.
94
Lampiran 3. Pedoman Wawancara
Pedoman Wawancara Untuk Pengelola PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul
A. Pengelola PKBM Ngudi Kapinteran
1. Nama : (Laki-laki/Perempuan) 2. Jabatan : 3. Usia : 4. Agama : 5. Pekerjaan : 6. Alamat : 7. Pendidikan terakhir : 8. Bagaimana sejarah berdirinya PKBM Ngudi Kapinteran Semanu
Gunungkidul, baik landasan dan pertimbangan pendirinya? 9. Adakah persyaratan yang harus dipenuhi untuk menjadi pengelola PKBM
Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul? 10. Bagaimana cara rekruitmen pengurus/pengelola dilakukan di PKBM
Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul? 11. Adakah pengelola PKBM yang juga menjadi tutor dalam Pendidikan
Kecakapan Hidup (Life Skills) Dalam Pengembangan Usaha Budidaya jamur tiram?
12. Bagaimana sebaiknya bentuk perencanaan program yang efektif dalam program pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skills) menurut anda?
13. Bagaimana peran pengelola dalam perencanaan program Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills)?
14. Apa hal yang melatar belakangi anda dalam menentukan perencanaan program yang akan disusun dalam program pendidikan kecakapan hidup (life skills) melalui budidaya jamur tiram ini?
15. Langkah-langkah apa saja yang anda tempuh dalam menyusun perencanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills)?
16. Menurut anda sebagai pengelola, langkah apa yang anda rasa paling penting dalam proses perencanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) agar perencanaan tersebut dapat sesuai dengan sasaran program?
17. Apakah tutor dilibatkan dalam penyusunan perencanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills)?
18. Apakah peranan tutor dalam perencanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) ?
19. Bagaimana bentuk peran serta warga belajar mewujudkan pendidikan kecakapan hidup (life skills) dalam mengembangkan usaha melalui budidaya jamur tiram?
20. Bagaimana implementasi program pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan uasaha budi daya jamur tiram?
95
a. Bagaimana persiapan dari program imlementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ?
i. Apakah dalam proses persiapan program implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi identifikasi kebutuhan belajar peserta didik (peserta budidaya jamur tiram) ?
ii. Apakah dalam proses persiapan program implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama bagi peserta didik (pembudi daya jamur tiram)?
b. Bagaimana pelaksanaan dari program imlementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ? 1) Apakah di dalam proses pelaksanaanimlementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri dan usaha bersama bagi peserta didik (pembudi daya jamur tiram)?
2) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penguasaan kecakapan personal, social, vokasional, kademik, dan manajerial kewirausahaan?
3) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar dan menghasilkan produk yang bermutu?
4) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli?
c. Bagaimana evaluasi dari program imlementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ? 1) Apakah di dalam evaluasi dari program imlementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penilaian kompetensi pada peserta didik (pembudidaya jamur tiram)?
96
2) Apakah di dalam evaluasi dari program imlementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha mandiri?
21. Apa saja factor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ? a) Apa saja factor pendukung dalam pelaksanaan program pendidikan
kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ?
b) Apa saja factor penghambat dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ?
22. Bagaimana dampak dari program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ?
23. Bagaimana Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skils) ini yang melibatkan warga belajar dalam mengembangan usaha melalui budidaya jamur tiram tersebut? Pengorganisasian dan berapa kali pertemuan yang diadakan untuk memotivasi warga belajar.
24. Bagaimana tanggapan warga belajar dalam mengembangkan usaha melalui budidaya jamur tiram tesebut? Tindak lanjut dari PKBM dan warga belajar sendiri?
97
B. Untuk Tutor/Pelatih Pendidikan Kecakapan Hidup (Life skills) Budi Daya Jamur Tiram Di PKBM Ngudi Kapinteran Semanu Gunungkidul 1. Nama : (Laki-laki/Perempuan) 2. Usia : 3. Agama : 4. Pekerjaan : 5. Alamat : 6. Pendidikan terakhir : 7. Bagaimana cara rekruitmen tutor program pendidikan kecakapan hidup
(life skills) budi daya jamur tiram? 8. Persyaratan apa yang harus Anda penuhi untuk menjadi tutor pendidikan
kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram? 9. Apakah ada bentuk kegiatan evaluasi terhadap pelaksanaan peran Anda,
oleh siapa, dan bagaimana bentuknya? 10. Bagaimana sebaiknya bentuk perencanaan program yang efektif dalam
program pendidikan kecakapan hidup (life skills) menurut anda? 11. Bagaimana menurut anda peran pengelola dalam perencanaan program
pendidikan kecakapan hidup (life skills)? 12. Apakah anda dilibatkan secara langsung dalam penyusunan perencanaan
program pendidikan kecakapan hidup (life skills)? Jika ya, seperti apa? 13. Apakah tujuan dari peranan tutor dalam perencanaan program pendidikan
kecakapan hidup (life skills) menurut anda sebagai seorang tutor? 14. Apa hal yang melatar belakangi anda dalam menentukan perencanaan
program yang akan disusun dalam program pendidikan kecakapan hidup (life skills) ini?
15. Langkah-langkah apa saja yang anda tempuh dalam menyusun perencanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills)?
16. Menurut anda sebagai seorang tutor langkah apa yang anda rasa paling penting dalam poses penyusunan perencanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) ini?
17. Bagaimana bentuk peran serta warga belajar mewujudkan pendidikan kecakapan hidup (life skills) dalam mengembangkan usaha melalui budidaya jamur tiram?
18. Bagaimana implementasi program pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan uasaha budi daya jamur tiram? a. Bagaimana persiapan dari program imlementasi pendidikan kecakapan
hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ? a) Apakah dalam proses persiapan program implementasi
pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi identifikasi kebutuhan belajar peserta didik (peserta budidaya jamur tiram) ?
b) Apakah dalam proses persiapan program implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program
98
pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penyadaran untuk belajar bersama bagi peserta didik (pembudi daya jamur tiram)?
b. Bagaimana pelaksanaan dari program imlementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ? a) Apakah di dalam proses pelaksanaanimlementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi keselarasan kegiatan belajar untuk mengembangkan diri, belajar, usaha mandiri dan usaha bersama bagi peserta didik (pembudi daya jamur tiram)?
b) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penguasaan kecakapan personal, social, vokasional, kademik, dan manajerial kewirausahaan?
c) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses pemberian pengalaman dalam melakukan pekerjaan dengan benar dan menghasilkan produk yang bermutu?
d) Apakah di dalam pelaksanaan program implementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses interaksi saling belajar dari ahli?
c. Bagaimana evaluasi dari program imlementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ? a) Apakah di dalam evaluasi dari program imlementasi pendidikan
kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budidaya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi proses penilaian kompetensi pada peserta didik (pembudidaya jamur tiram)?
b) Apakah di dalam evaluasi dari program imlementasi pendidikan kecakapan hidup (life skills) pada program pengembangan usaha budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran terjadi pendampingan teknis untuk bekerja atau membentuk usaha mandiri?
19. Apa saja factor pendukung dan penghambat dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ? a. Apa saja factor pendukung dalam pelaksanaan program
pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ?
99
b. Apa saja factor penghambat dalam pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ?
20. Bagaimana dampak dari program pendidikan kecakapan hidup (life skills) budi daya jamur tiram di PKBM Ngudi Kapinteran ?
21. Bagaimana Pelaksanaan pendidikan kecakapan hidup (life skils) ini yang melibatkan warga belajar dalam mengembangan usaha melalui budidaya jamur tiram tersebut? Pengorganisasian dan berapa kali pertemuan yang diadakan untuk memotivasi warga belajar.
22. Bagaimana tanggapan warga belajar dalam mengembangkan usaha melalui budidaya jamur tiram tesebut? Tindak lanjut dari PKBM dan warga belajar sendiri?
100
C. Untuk Warga Belajar Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) Budi Daya Jamur Tiram di PKBM Ngudi Kapinteran 1. No. Responden : 2. Nama : (Laki-laki/Perempuan) 3. Umur : 4. Agama : 5. Alamat Asal : 6. Pendidikan Terakhir : 7. Pekerjaan : 8. Motivasi apa yang mendorong Anda mengikuti program pendidikan
kecakapan hidup (life skills) melalui budidaya jamur tiram? 9. Apakah anda sebagai warga belajar dilibatkan dalam penyusunan
perencanaan program di pendidkan kecakapan hidup (life skills)? 10. Sebagai warga belajar, kontribusi atau masukan apa yang anda berikan
untuk membantu penyusunan prencanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) ini?
11. Menurut anda sebagai warga belajar, apakah program pendidikan kecakapan hidup (life skills) ini sudah sesuai dengan kebutuhan dari anda sendiri?
12. Bagaimana bentuk peran serta warga belajar dalam mengembangkan usaha melalui budidaya jamur tiram?
13. Faktor-faktor yang mempengaruhi atau yang mendukung serta yang menghambat peran serta warga belajar dalam mengembangkan usaha melalui budidaya jamur tiram tesebut? Seperti apa?
14. Bagaimana Pelaksanaan Pendidikan Kecakapan Hidup (life skills) ini yang melibatkan warga belajar dalam mengembangkan usaha melalui budidaya jamur tiram tersebut? Pengorganisasian dan berapa kali pertemuan yang diadakan untuk memotivasi warga belajar?
15. Bagaimana tanggapan anda dalam mengembangkan usaha melalui budidaya jamur tiram tesebut? Tindak lanjut dari PKBM dan warga belajar sendiri?
101
Lampiran 4. Catatan Lapangan I
CATATAN LAPANGAN I Tanggal : 17 september 2012
Waktu : 09.20-11.30 WIB
Tempat : Kantor Desa Semanu
Kegiatan : Observasi Awal
Deskripsi
Pada hari ini peneliti datang ke kantor desa Semanuyang beralamatkan di
Jalan raya wonosari – semanu Gunungkidul dengan tujuan mengadakan observasi
awal untuk mendapatkan informasi mengenai Deskripsi wilayah desa semanu.
Ketika peneliti tiba disana, peneliti disambut dengan ramah oleh pegawai kantor
desa. Kemudian peneliti menunjukkan surat ijin tembusan dari Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu (KPPT) kabupaten Gunungkidul dan kartu identitas diri.
Kemudian dari pegawai kantor menyarankan untuk bertemu dahulu dengan Pak
Carik (Sekertaris Desa) menyerahkan surat izin dan pemberitahuan informasi
yang lain. Setelah perizinan selesai, Pak Carik menyarankan peneliti untuk
menemui ibu“AJR” selaku.Pada waktu itu peneliti bisa memperoleh informasi
secara maksimal karena ibu “AJR” mempunyai waktu luang.Kesempatan itu
dimanfaatkan peneliti untuk memperoleh informasi sebanyak-banyak mengenai
deskripsi wilayah desa semanu yang meliputi jumlah desa dalam satu kecamatan,
luas wilayah, fasilitas pendidikan baik formal maupun non formal, dan jumlah
penduduk desa semanu.
Ibu “AJR” memaparkan dan menjelaskan pada peneliti mengenai jumlah
desa yang ada di kecamatan semanu, luas wilayah desa semanu, fasilitas
pendidikan baik formal dan non formal yang ada di desa semanu serta jumlah
penduduk desa semanu. Setelah peneliti merasa cukup mendapatkan informasi,
peneliti pun mohon pamit dan menyampaikan akan datang ke kantor lagi apabila
ada yang kurang jelas
102
Lampiran 5. Catatan Lapangan II
CATATAN LAPANGAN II
Tanggal : 20 september 2012
Waktu : 08.30-10.00 WIB
Tempat : Kantor PKBM Ngudi Kapinteran
Kegiatan : Observasi Awal
Deskripsi
Pada hari ini, peneliti datang ke kantor PKBM Ngudi Kapinteran yang
beralamat di jalan raya wonosari-semanu gunungkidul dengan tujuan mengadakan
observasi awal untuk mendapatkan informasi mengenai program “life skills” yang
dilakukan di PKBM Ngudi Kapinteran. Ketika peneliti tiba disana, peneliti di
sambut dengan baik dan ramah oleh pengelola PKBM Ngudi Kapinteran.
Kemudian peneliti menunjukkan surat ijin tembusan dari Kantor Pelayanan
Perizinan Terpadu (KPPT) kabupaten Gunungkidul dan proposal penelitian.
Setelah perizinan selesai, peneliti memperoleh informasi dari ketua pengelola
PKBM Ngudi Kapinteran bapak “TGNO” yang memeparkan dan menjelaskan
pada peneliti mengenai lokasi PKBM, sejarah pendirian, tujuan PKBM Ngudi
Kapinteran, Visi dan Misi PKBM Ngudi Kapinteran, Struktur Organisasi PKBM
Ngudi Kapinteran, sarana prasarana PKBM Ngudi Kapinteran, peserta didik,
pendidik, pendanaan dan program yang ada di PKBM Ngudi Kapinteran. Dimana
program Life skills merupakan program unggulan dari PKBM Ngudi Kapinteran
disamping program kesetaraan. Setelah peneliti merasa cukup mendapatkan
informasi, peneliti pun mohon pamit dan menyampaikan akan datang lagi ke
PKBM Ngudi Kapinteran untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan
jelas.
103
Lampiran 6. Catatan Lapangan III
CATATAN LAPANGAN III
Tanggal : 24 september 2012
Waktu : 08.45-11.00 WIB
Tempat : Kantor PKBM Ngudi Kapinteran
Kegiatan : wawancara pengelola PKBM Ngudi Kapinteran
Deskripsi
Pada hari ini, peneliti datang ke kantor PKBM Ngudi Kapinteran untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut. Hal ini karena informasi yang kemarin ada
yang belum lengkap tentang pelaksanaan program life skills.Disini peneliti
memperoleh informasi, yaitu mengenai pelaksanaan program life skills yang
dimulai dari persiapan yaitu meliputi analisis atau pendataan peserta didik,
menentukan jenis life skills, menentukan waktu dan tempat pembelajaran, dan
menentukan peserta didik program life skills. Bapak “TGNO” menerangkan satu
demi satu tahap yang dilakukan mulai dari analisis atau pendataan yang dilakukan
melalui sosialisasi kapada kepala RT, kepala Dusun kemudian menjaring
masyarakat untuk mengikuti program life skills, menentukan jenis life skills yaitu
budi daya jamur tiram karena dirasa di desa semanu masih langka sehingga
peluang pasar masih sangat terbuka, waktu dan tempat pengelola menyesuaikan
dengan pendidik dan peserta didik yang mengikuti program life skills setelah
adanya koordinasi antara peserta didik dengan pendidik. Dan tahap akhir adalah
menentukan peserta didik didalam menentukan peserta didik pendidik
berkoordinasi dengan pengurus PKBM Ngudi Kapinteran dalam menetukan
kriteria peserta didik.Demikian hasil observasi pada hari ini.
104
Lampiran 7. Catatan Lapangan IV
CATATAN LAPANGAN IV
Tanggal : 26 september 2012
Waktu : 07.00-09.00 WIB
Tempat : Kantor PKBM Ngudi Kapinteran
Kegiatan : wawancara dengan pendidik/tutor
Deskripsi
Pada hari ini, peneliti datang ke kantor PKBM Ngudi Kapinteran untuk
melakukan wawancara dengan pendidik/tutor di PKBM Ngudi Kapinteran.
Kedatangan peneliti disambut dengan baik dan ramah pleh pendidik/tutor PKBM
Ngudi Kapinteran.Selanjutnya peneliti melakukan wawancara untuk memperoleh
data tentang pelaksaan program life skills yang dilaksanakan. Dari ibu “RNTI”
menjelaskan mengenai proses yang berlangsung program life skills dari tempat
yang digunakan, waktu yang dilaksanakan, peserta didik cara rekrutment,
karateristik pendidik, cara rekrutmen, interaksi pendidik, materi pembelajaran
yang digunakan dengan mengunakan modul yang bertujuan memudahkan peserta
didik dalam mengulang kembali pembelajaran yang dilakukan tadi, fasilitas,
pembiayaan dan metode pembelajaran.
105
Lampiran 8. Catatan Lapangan V
CATATAN LAPANGAN V
Tanggal : 01 oktober 2012
Waktu : 09.00-12.00 WIB
Tempat : Kantor PKBM Ngudi Kapinteran
Kegiatan : Wawancara dengan pendidik/tutor ke-2
Deskripsi
Pada hari ini, peneliti datang datang ke kantor PKBM Ngudi kapinteran
untuk melakukan wawancara dengan pendidik/tutor yang ke dua untuk
memperoleh informasi tentang pelaksanaan program life skills yang masih kurang.
Disini peneliti menemui pendidik/ tutor bapak “HRI” untuk memperoleh data
pelaksanaan program life skills yang masih kurang.Peneliti mewawancarai bapak
“HRI” mengenail pelaksanaan program life skills.Dari bapak “HRI” menjelaskan
tentang interaksi peserta didik, strategi pembelajaran, evaluasi pembelajaran,
hambatan dan pendukung program life skills serta dampak program life skills.Dan
kemudian bapak “HRI” memberikan informasi rumah peserta didik program life
skills dan peneliti langsung berkunjung kerumah peserta didik.
106
Lampiran 9. Catatan Lapangan VI
CATATAN LAPANGAN VI
Tanggal : 04 oktober 2012
Waktu : 09.00-12.00
Tempat : Rumah peserta didik program life skills
Kegiatan : Wawancara dengan peserta didik tentang pelaksanaan program
Deskripsi
Pada hari ini peneliti datang ke rumah salah satu peserta didik yang
kebetulan di rumahnya digunakan untuk budi daya jamur tiram. Disini peneliti
bertemu dengan ibu “ SMIYAH” kemudian peneliti mengamati tempat budi daya
jamur tiram, setelah itu peneliti mewawancarai ibu “ SMIYAH” peneliti
memperoleh informasi tentang program life skills. Ibu “ SMIYAH” menjelaskan
bahwa program life skills ini sangat bermanfaat bagi kami karena selain
memberikan tambahan pengetahuan kami juga memperoleh tambahan penghasilan
dari budi daya jamur tiram ini.
107
Lampiran 10. Catatan Lapangan VII
CATATAN LAPANGAN VII
Tanggal : 08 oktober 2012
Waktu : 09.00-12.00
Tempat : Rumah peserta didik program life skills
Kegiatan : Wawancara dengan peserta didik tentang pelaksanaan program
Deskripsi
Pada hari ini peneliti datang kerumah peserta didik program life skills yang
lainnya untuk mendapatkan informasi lebih lanjut. Kali ini peneliti datang ke
rumah ibu “WRTNI” peneliti kemudian mewawancarai ibu “ WRTNI “ tentang
bagaimana evaluasi program life skills yang diadakan di PKBM Ngudi
Kapinteran. Kemudian ibu “WRTNI” menjelaskan evaluasi biasanya dilaksanakan
secara individu dan kelompok mba.Setelah selesai pembelajaran pendidik
biasanya menanyakan materi tadi.
108
Lampiran 11. Reduksi dan Display Data
Reduksi Display dan Kesimpulan Hasil Wawancara
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS)
PADA PROGRAM PENGEMBANGAN USAHA BUDI DAYA JAMUR
TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN
1. Implementasi program pendidikan kecakapan hidup (life skills) di PKBM
Ngudi Kapinteran
a. Bagaimana persiapan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) di
PKBM Ngudi Kapinteran ?
TGNO : Ada dua langkah dalam melakukan persiapan dalam
programlife skills, yaitu analisis kondisi kebutuhan dan
menentukan jenis life skills.
RNTI : dalam persiapan program life skills ada dua tahap yang
dilakukan mba. Yang pertama analisis kebutuhan dan
menentukan jenis life skills.
Kesimpulan : dalam merencanakan program life skills melalui dua tahap
yang dilakukan yaitu analisis kondisi dan menentukan jenis
life skills,
b. Bagaimana pelaksanaan program pendidikan kecakapan hidup (life skills) di
PKBM Ngudi Kapinteran ?
RNTI : pelaksanaan program life skills dilakukan tiga kali dalam
seminggu, tempat pembelajaran di rumah salah satu peserta
didik di empat dusun.
HRI : pelaksanaan program life skills dilaksanakan satu minggu
tiga kali di rumah salah satu warga belajar di masing-
masing kelompok
109
Kesimpulan : pelaksanaan program life skills dilakukan tiga kali dalam
satu minggu, tempat pembelajaran di rumah warga belajar
di masing-masing kelompok.
c. Bagaimana kriteria peserta didik ?
TGNO : Kami memberikan program yang sesuai dengan yang
dicanangkan pemerintah, bahwa yang mengikuti program
life skils ini adalah warga masyarakat yang masih usia
produktif dan tidak bekerja serta dilingkungan desa
semanu.
SMIYAH : Dengan adanya program life skills ini kami sebagai
peserta didik sangat membantu dan kami dapat mencari
tambahan penghasilan dari ketrampilan yang di dapat.
Kesimpulan : rekrutmen peserta didik dilakukan dengan mendata peserta
didik terlebih dahulu kemudian disesuaikan dengan
kebutuhan mereka dan sesuai dengan syarat yang di
tentukan PKBM Ngudi Kapinteran.
d. Bagaimana kriteria pendidik ?
RNTI : kami merekrutmen pendidik program life skills ini
minimal memiliki pendidikan SMA dan memiliki
ketrampilan da nada pendampingan dari UNY
HRI : untuk program life skills ini saya selaku pendidik yang diprioritaskan dalam pendidik yang memiliki keahlian dalam budi daya jamur atau setidaknya pernah mencoba budi daya jamur ini.
Kesimpulan : rekrutmen pendidik diambil warga masyarakat yang memiliki ketrampilan budi daya jamur da nada pendampingan dari UNY
e. Bagaimana proses pembelajaran pada program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran ? TGNO : Dalam proses pembelajaran life skills budi daya jamur
tiram ini peserta didik sudah dibekali dengan beberapa
110
kecakapan mba, antara lain kecakapan personal (personal skills) peserta didik mendapat pembelajaran tentang bagaimana memotivasi diri agar semangat bekerja, peserta didik juga diajarkan untuk berani mengeluarkan pendapat serta menanyakan materi- materi yang belum dipahami. Untuk kecakapan antar personal (social skills) peserta didik diajarkan untuk saling bekerja sama antar anggota kelompok dan bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk pemasaran hasil budi daya. Untuk kecakapan vokasional (vocasional skills) ya budi daya jamur tiram itu mba, peserta didik diajari bagaimana membudidayakan jamur tiram baik teori maupun praktek tentang membuat rak dan rumah jamur tiram itu.”
RNTI : Pada saat pembelajaran life skills budi daya jamur tiram ini peserta didik dibekali dengan beberapa kecakapan mba, yang pertama kecakapan personal (personal skills) peserta didik mendapat pembelajaran motivasi diri, manajemen usaha dll. Yang kedua adalah kecakapan antar personal (social skill) yaitu peserta didik diajarkan untuk bekerja sama antar kelompok maupun masyarakat, peserta didik juga diajak untuk kunjungan di resto jejamuran sleman. Dan yang ketiga adalah kecakapan vokasional (vocasional skills) yaitu budi daya jamur tiram. Materi budi daya jamur tiram ini antara lain nilai gizi jamur tiram, pembudi dayaan jamur tiram dll.
Kesimpulan : Dalam proses pembelajaran peserta didik sudah dibekali dengan beberapa kecakapan yaitu kecakapan personal
(personal skills), kecakapan antar personal (social skills) dan kecakapan vokasional (vokasional skills)
f. Bagaimana sarana dan prasarana di PKBM Ngudi Kapinteran ? RNTI : sarana prasarana di PKBM Ngudi Kapinteran cukup lengkap hanya saja pada waktu program life skillsbahan diberikan per kelompok saja tidak satu orang satu ini TGNO : Sarana prasarana di PKBM Ngudi Kapinteran untuk saat ini lengkap, hanya saja diberikan perkelompok sehingga setiap proses pembelajaran berjalan efektif.
Kesimpulan : sarana dan prasarana atau fasilitas yang ada di PKBM Ngudi Kapinteran saat ini cukup lengkap hanya saja diberikan perkelompok.
111
g. Bagaimana pembiayaan program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran ? RNTI : dana untuk program life skills berasal dari bantuan UNY TGNO : dana untuk program life skills berasal dari bantuan UNY sudah berupa bahan-bahan dan alat budi daya jamur tiram yang digunakan untuk operasional program life skills. Kesimpulan : dana untuk program life skills berasal dari UNY yang digunakan untuk operasional program life skills
h. Bagaimana metode pembelajaran yang dilakukan di PKBM Ngudi Kapinteran ? RNTI : metode yang tepat untuk peserta didik program life skills menurut saya ceramah dan praktik. Proses pembelajaran tersebut akan lebih bermanfaat jika materi yang disampaikan langsung dipraktekkan HRI : Dengan metode ceramah dan praktek akan lebih senang dan semangat mengikuti pembelajaran. Mereka juga tidak merasa bosan Kesimpulan : metode pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran Program life skills adalah dengan metode ceramah dan praktek
i. Bagaimana evaluasi yang dilakukan pada program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran ?
TGNO : setiap selesai satu materi pembelajaran, selalu ada pertanyaan lisan yang diberikan peserta didik, seperti apakah ibu-ibu sudah mengerti materinya? Itu merupakan salah satu bentuk evaluasi yang diberikan
SMIYAH : setelah selesai pembelajaran pertanyaan selalu ada tentang materi yang diberikan sebelumnya dan praktek dilakukan kelompok dan setiap pertemuan kelompok berganti-ganti mbak Kesimpulan : evaluasi yang dilakukan di PKBM Ngudi Kapinteran dengan dua cara yaitu dengan evaluasi individu dan evaluasi kelompok yang diberikan oleh pendidik program life skills
2.Faktor pendukung dan penghambat program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran ? a. Bagaimana faktor pendukung program life skills di PKBM Ngudi
Kapinteran TGNO : faktor pendukung program life skills keaktifan pengelola
112
dan pengurus PKBM Ngudi Kapinteran, kami memotivasi peserta didik agar mengikuti program life skills RNTI :faktor pendukung program life skills ini pengurus dan pengelola aktif ke masyarakat memberi motivasi serta narasumber yang baik juga menentukan keberhasilan program ini, tapi yang paling penting dana mba.” Kesimpulan : faktor pendukung program life skills ini adalah keaktifan pengurus dan pengelola, motivasi peserta didik dan nara sumber yang baik juga menetukan keberhasilan program.
b. Bagaimana faktor penghambat program life skills TGNO : faktor yang menghambat program life skills yang jelas adalah dana kemudian factor alam yang kadang kurang mendukung untuk budi daya jamur RNTI : faktor penghambat utama yaitu dana mba, kemudian Factor alam yang kadang kurang mendukung Kesimpulan : faktor penghambat program life skills dana, factor alam kurang mendukung
3. Dampak dari program life skills di PKBM Ngudi Kapinteran TGNO : dampak dari program life skills ini adalah membuka peluang usaha sendiri bagi kami selain warga belajar, serta mengenalkan manfaat jamur pada masyarakat SMIYAH : dampak dari program life skills ini menambah bekal
keterampilan, saya juga dapat membuka peluang usaha serta meningkatkan perekonomian saya juga.
Kesimpulan :dampak dari program life skills ini dapat memberi peluang usaha bagi peserta didik, menambah bekal ketrampilan serta mrningkatkan perekonomian kami
113
Lampiran 12. Dokumentasi Kegiatan
FOTO KEGIATAN PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP (LIFE SKILLS) BUDI DAYA JAMUR TIRAM DI PKBM NGUDI KAPINTERAN
Kegiatan belajar mengajar
Warga belajar studi banding di jejamuran sleman
Baglog jamur tiram
114
115
116
top related