iii. metode penelitian 3.1 tempat dan waktu penelitian 3.2 ...eprints.umm.ac.id/53497/5/bab...
Post on 31-Dec-2019
4 Views
Preview:
TRANSCRIPT
19
III. METODE PENELITIAN
3.1 Tempat Dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Lahan Daerah Kelurahan Dadaprejo,
Kecamatan Junrejo, Batu Malang. Ketinggian lahan 800 m dpl, dengan suhu
minimum 18-24°C dan maksimum 28-32°C. Pelaksanaan penelitian dilakukan
pada bulan Mei 2018 sampai Agustus 2018.
3.2 Alat Dan Bahan
Alat-alat yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri dari ajir bambu
dengan tinggi 2 m, cangkul, gembor, sprayer, lempak, tali rafia, gunting, blender,
timbangan, pisau, kompor, panci, kain kasa, kayu, kawat, pelubang mulsa
diameter 10 cm, kamera, kertas coklat, oven, meteran, jangka sorong,
thermometer, higrometer, klorofil meter, dan luxmeter digital.
Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam penelitian ini meliputi mulsa organik
kertas terdiri dari pelepah pisang, eceng gondok, air, mulsa plastik hitam perak
(MPHP), bibit tanaman baby mentimun varietas Baby 007 F1 dan Elite seperti
pada (lampiran 1.), pupuk kandang, kompos, pupuk ZA, pupuk NPK, pupuk
KNO3,, dan pestisida anorganik.
3.3 Rancangan Percobaan
Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang
disusun secara faktorial dan diulang sebanyak 2 kali.
Perlakuan pertama adalah komposisi mulsa sebagai berikut:
M0 = Tanpa mulsa (kontrol)
M1 = Mulsa Jerami
M2 = pelepah pisang : eceng gondok (80%+20%)
20
M3 = pelepah pisang : eceng gondok (60%+40%)
M4 = pelepah pisang : eceng gondok (50%+50%)
M5 = pelepah pisang : eceng gondok (40%+60%)
M6 = pelepah pisang : eceng gondok (20%+80%)
M7 = Mulsa Plastik Hitam Perak (MPHP)
Perlakuan kedua adalah varietas tanaman yang terdiri dari 2 macam, yaitu:
V1 = varietas Baby 007 F1
V2 = varietas Elite
14 m
MIVI
II
M4V1
II
M7V1
II
M4V2
II
M2V1
I
M2V2
I
M4V1
I
M4V2
I
M3V2
II
M6V1
II
M2V2
II
M3V1
II
M6V2
I
M7V1
I
M5V2
I
M1V1
I
4 m
M0V1
II
M7V2
II
M6V2
II
M1V2
II
M0V1
I
M1V2
I
M6V1
I
M5V1
I
M0V2
II
M5V2
II
M2V1
II
M5V1
II
M0V2
I
M7V2
I
M3V2
I
M3V1
I
Gambar 1. Denah penelitian
1 m
Gambar 2. Petak Perlakuan
50
cm
m
50 cm
10 cm
1 m
21
3.4 Pelaksanaan Penelitian
3.4.1 Pembuatan Mulsa Organik Lembaran
Pembuatan mulsa organik lembaran seperti pada Lampiran 9. dijelaskan
sebagai berikut:
a. Pembuatan cetakan yang terdiri atas kain yang diapit dengan
menggunakan kayu membentuk segi empat dengan ukuran 200 x 100 cm.
b. Persiapan bahan meliputi penyediaan bahan berupa pelepah pisang,
tangkai daun eceng gondok. Pelepah pisang dipotong-potong hingga kecil,
kemudian eceng gondok dipotong kecil-kecil dan masing-masing bahan
dihancurkan menggunakan blender dengan perbandingan air:bahan (2:1).
c. Penimbangan bahan sesuai komposisi perlakuan.
d. Perebusan dan penghalusan bahan (pulping). Bahan direbus dalam air
mendidih untuk menghilangkan getah dan melembutkan struktur bahan.
e. Bubur bahan yang telah dibuat kemudian dicetak dengan menuangkan
bahan secara searah dan berulang ke cetakan sampai ketebalan 0,5-1 cm.
Meratakan bahan yang sudah dituang di cetakan.
f. Pengeringan menggunakan sinar matahari sampai mulsa dapat dilepas dari
cetakan.
g. Hasil kenampakan mulsa dapat dilihat dari Lampiran 10.
22
Gambar 3. Mekanisme pembuatan mulsa organik kertas
3.4.2 Persiapan Lahan
Persiapan lahan untuk penanaman Mentimun terdiri dari beberapa tahapan,
yaitu pengolahan tanah I dan pengolahan tanah II hingga tanah siap
digunakan untuk penanaman terdiri atas:
a. Pengolahan lahan dengan pencangkulan dan penyebaran pupuk kandang
sebagai pupuk dasar sebanyak 200 g per lubang tanaman pada lahan seluas 42
m2 (13x 4 m).
b. Pemberian dolomite apabila pH tanah asam atau ditunjukkan dengan angka di
bawah 7 (kondisional), kemudian tanah dibiarkan selama 1 minggu.
c. Pembuatan bedengan dengan ukuran 1 x 1 m, tinggi 40 cm dan jarak antar
bedeng 50 cm dengan mencampur pupuk kandang. Pemberian pupuk
kompos sebanyak 200 g per lubang tanaman di tiap lubang tanam.
Pemasangan label kelompok dan perlakuan, dapat dilihat pada Lampiran 11.
Gambar 1 dan 2.
23
d. Pemasangan mulsa disesuaikan dengan perlakuan yang diterapkan, kemudian
mulsa dilubangi sesuai jarak tanam. Mulsa diaplikasikan dengan mengaitkan
bamboo bagian ujung ke tanah, dapat dilihat pada Lampiran 11. Gambar 5.
e. Pemasangan ajir pada tiap lubang, dapat dilihat pada Lampiran 11. Gambar 6.
3.4.3 Persiapan Bibit
Benih tanaman Baby Mentimun yang digunakan varietas Baby 007 F1 dan
Elite. Tempat pemeraman benih menjadi kecambah berupa tray dengan jumlah
lubang 36. Persiapan dalam mengecambahkan benih hingga transplanting bibit
baby mentimun ke lapang, adalah sebagai berikut :
a. Merendam benih selama 1 jam di air biasa adalah langkah awal, dapat dilihat
pada Lampiran 11. Gambar 4.
b. Mengisi tray dengan media tanam yaitu tanah gembur yang telah diayak
sebelumnya dan arang sekam dengan perbandingan 3:1.
c. Menyemai benih ke dalam media di tray, namun tidak terlalu dalam.
d. Menyiram bibit secara rutin pada pagi dan sore hari. Menjemur bibit di sinar
matahari pagi minimal 3-5 jam.
e. Memindah bibit (transplanting) saat tanaman berumur 10-14 hari setelah
tanam (HST) atau bibit memiliki 2 daun lembaga (kotiledon) dan minimal 2
helai daun sempurna, kemudian bibit siap untuk dipindahkan ke lapang.
3.4.4 Penanaman
Bibit yang siap ditanam umur 10-14 HST dengan kondisi vigor, sehat
tidak terserang penyakit, berdaun 2-3 helai. Penanaman dilakukan dengan jarak
tanam 50x50 cm pada pagi hari. Penanaman bibit dilakukan dengan memasukkan
24
1 bibit kedalam 1 lubang tanam. Peletakan varietas meyesuaikan denah yang
perlakuan. Bibit dimasukkan ke lubang tanam sedalam ±5 cm kemudian ditutup
dilakukan pembumbunan dan penyiraman.
3.4.5 Pemeliharaan dan Perawatan
Pemeliharaan dan perawatan tanaman Baby Mentimun dilakukan selama
penanaman hingga panen dengan interval waktu yang berbeda-beda di setiap
kegiatannya, hal tersebut meliputi:
a. Penalian
Penalian pada Lampiran 11. Gambar 7. dilakukan setiap tanaman
menunjukkan penambahan panjang, batang tanaman diikat ke ajir
menggunakan tali rafia dengan menyisakan ruang 1 cm untuk
pertumbuhannya.
b. Penyiraman
Penyiraman pada Lampiran 11. Gambar 8. dilakukan saat tanah sudah
mulai kering dan penyiraman sampai mencapai kapasitas lapang. Penyiraman
juga bisa dilakukan 2 hari sekali. Namun apabila kondisi hujan penyiraman
bisa dilakukan secara kondisional melihat kondisi tanah.
c. Pemangkasan Cabang
Pemangkasan cabang pada Lampiran 11. Gambar 15. dimulai saat
tanaman menunjukkan adanya pertumbuhan cabang dari batang primer.
Pemangkasan dilakukan pada semua cabang yang tumbuh, dari cabang no 1-5
dari daun lembaga.
25
d. Pemangkasan Daun
Pemangkasan daun dimulai saat telah melakukan pemangkasan cabang
atau saat muncul daun di cabang no 1-5. Pemangkasan daun yang paling
penting adalah daun pada cabang dengan bakal buah, sehingga cukup
menyisakan satu daun yang dekat dengan buah.
e. Perawatan Buah
Buah yang dipertahankan adalah buah yang pertumbuhannya baik secara
fisik serta baik pula dari bentuk dan warna kulit. Apabila bobot buah cukup
berat perlu ditali pada bagian pangkal batang buah agar tidak mempengaruhi
batang tanaman pada Lampiran 11. Gambar 17.
f. Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma secara menyeluruh sebelum tanam dengan cara
membersihkan gulma di tiap bedengan pada Lampiran 11. Gambar 13.,
lubang tanam, maupun selokan. Setelah tanam, pengendalian gulma
dilakukan pada selokan dan daerah lubang tanam. Pengendalian gulma
dilakukan setiap minggu secara menyeluruh.
g. Pengendalian Hama Penyakit
Pengendalian hama dilakukan sebelum tanam dengan cara menyiram tiap
lubang tanam dengan pestisida pembasmi semut dan hewan tanah, dan setiap
minggu setelah transplanting menyemprot tanaman menggunakan pestisida
organik. Pengendalian penyakit seperti jamur, busuk batang atau keriting
daun menggunakan fungisida dan bakterisida kimia menyesuaikan dengan
kondisi tanaman pada Lampiran 11. Gambar 11.
26
h. Pemupukan
Pemupukan menggunakan beberapa jenis pupuk diantaranya pupuk
organik pupuk ZA, dan pupuk NPK dengan interval yaitu 1 minggu pada 7,
14, 21, 28 hst. Pupuk ZA dan NPK diberikan secara bertahap pada Lampiran
11. Gambar 10. dengan perbandingan 1:2, yaitu:
- Tahap I : 10 g/l (sebelum bibit pindah tanam)
- Tahap II : 1,5 kg/100 l (umur 7, 14, 21, 28 hst)
- Tahap pembesaran buah pada (Lampiran 11.), diberikan
tambahan pupuk KNO3, dengan perbandingan pupuk ZA : KNO3 sebesar
1:1, yaitu 250 g/10l (umur 28 dan 35 hst) pada Lampiran 11. Gambar 9.
3.4.6 Panen
Pemanenan dilakukan bila buah masak fisiologis dengan umur panen 28-
30 hst pada (Lampiran 11.). Kemudian Gambar 18. sesuai varietas yang
digunakan. Pemanenan menggunakan gunting dengan memotong batang buah.
Fungsi pemotongan ini dapat mengurangi respirasi buah.
3.4.7 Variabel Pengamatan
Variabel pengamatan terdiri atas pengamatan pertumbuhan dan hasil buah
Baby Mentimun serta pengamatan iklim mikro dan pengamatan mulsa organik
lembaran, dapat dilihat pada Lampiran 12.
A. Pengamatan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Baby Mentimun
1. Tinggi tanaman (cm), tinggi tanaman diukur mulai pangkal batang sampai
pucuk tunas termuda pada 4 sampel tanaman setiap petak dalam setiap
kelompok dalam perlakuan dengan interval 7 hari sekali.
27
2. Jumlah daun (helai), daun yang telah tumbuh sempurna dihitung 4 sampel
tanaman setiap petak dalam setiap kelompok dalam perlakuan dengan interval
7 hari sekali.
3. Diameter batang (cm), diameter batang diukur dengan menggunakan jangka
sorong pada 4 sampel tanaman setiap petak dalam setiap kelompok dalam
perlakuan dengan interval 7 hari sekali.
4. Jumlah cabang, cabang sempurna yang dihitung adalah cabang yang ada di
ketiak daun pada semua sampel tanaman setiap petak dalam setiap kelompok
dengan interval 7 hari sekali.
5. Jumlah bunga, bunga sempurna yang telah mekar di setiap ketiak daun
dihitung pada semua sampel tanaman setiap petak dalam setiap kelompok
dengan interval 7 hari sekali.
6. Jumlah buah, buah yang masak fisiologis dihitung jumlahnya pada setiap
sampel tanaman dalam setiap petak kelompok dengan interval panen 7 hari
sekali.
7. Diameter buah (cm), diameter buah diukur dengan menggunakan jangka
sorong pada semua sampel tanaman setiap petak dalam setiap kelompok
dalam perlakuan dengan interval panen 7 hari sekali.
8. Berat basah buah (g), dilakukan dengan menimbang buah pada masa akhir
panen pada 4 sampel tanaman setiap petak dalam setiap kelompok dengan
interval panen 7 hari sekali.
28
B. Pengamatan Iklim
1. Suhu tanah dan suhu di bawah kanopi tanaman, diamati dengan menancapkan
termometer kedalam tanah sampel untuk suhu tanah dan menggantung
thermometer di bawah kanopi di tengah2 bedengan melon. Pengamatan
dilakukan pada pagi, siang dan sore hari.
2. Suhu udara, dilakukan dengan mengukur suhu udara sekitar lahan percobaan
dengan menggunakan termometer. Pengamatan dilakukan pada pagi, siang
dan sore hari.
3. Kelembaban tanah, dilakukan dengan menancapkan alat pengukur
kelembaban tanah pada petak perlakuan. Pengamatan dilakukan pada pagi,
siang dan sore hari.
4. Intensitas cahaya yang diterima (sinar datang), dilakukan dengan
menggunkan alat luxmeter digital dengan pembacaan alat menghadap kearah
atas (cahaya matahari) dan mencatat nilai yang tertera pada alat. Pengamatan
dilakukan pada pagi, siang dan sore hari.
5. Intensitas cahaya yang diserap (sinar serap), dilakukan dengan menggunkan
alat luxmeter digital dengan pembacaan alat menghadap kearah bawah (mulsa
organik kertas) dan mencatat nilai yang tertera pada alat, dilakukan pada pagi,
siang dan sore hari.
3.5 Analisa Data
Data yang diperoleh kemudian dianalisa menggunakan software minitab
17. dengan menggunakan metode rancangan acak kelompok (RAK) secara
faktorial dengan uji F untuk mengetahui pengaruh dari perlakuan yang diberikan.
29
Apabila pengaruh perlakuan nyata dilanjutkan dengan uji BNJ (Tukey) taraf 5%
untuk mengetahui pengaruh terbaik pada seluruh perlakuan. Serta dilakukan
analisa korelasi untuk melihat hubungan antar variabel pengamatan baik produksi
maupun iklim.
top related