identifikasi permasalahan penelitian
Post on 13-Apr-2017
480 Views
Preview:
TRANSCRIPT
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENELITIAN
Akbar Waskita Ifdhil Haq
Sri Sofiana Amni
Program Studi Bimbingan dan Konseling
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENELITIAN
Makalah
Dibuat sebagai tugas mata kuliah
Metodologi Penelitian Pendidikan
Oleh
Akbar Waskita Ifdhil Haq (15713251005)
Sri Sofiana Amni (15713251041)
Program Studi Bimbingan dan Konseling
Program Pascasarjana
Universitas Negeri Yogyakarta
2015
IDENTIFIKASI PERMASALAHAN PENELITIAN
(15713251005)
(15713251041)
A. Pendahuluan
Manusia dianugerahi oleh Tuhan sesuatu yang sangat khusus
dibandingkan makhluk lainnya, yakni akal. Akal membuat manusia
berbeda dengan makhluk lain yang tidak diberi akal oleh Tuhan. Anugerah
Tuhan berupa akal membuat manusia dapat berpikir secara cerdas dan
kritis sehingga dapat memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya.
Pemanfaatan sumber daya yang ada di lingkungan oleh manusia
merupakan hasil proses berpikir manusia dengan memanfaatkan akal yang
diberikan oleh Tuhan. Proses berpikir yang dilakukan oleh manusia terjadi
karena adanya rasa ingin tahu manusia terhadap sesuatu.
Sejak baru dilahirkan ke dunia, manusia telah memiliki rasa ingin
tahu walaupun terbatas pada alat gerak yang dimiliki. Salah satunya adalah
fase oral di mana manusia yang baru lahir kerap memasukkan apapun ke
dalam mulut. Hal tersebut menunjukkan bahwa manusia ketika baru lahir
telah memiliki rasa ingin tahu, dalam hal ini memanfaatkan mulutnya
untuk menuntaskan rasa ingin tahu yang dimiliki.
Seiring dengan berjalannya waktu, terjadi pertumbuhan dan
perkembangan pada manusia. Tentu saja hal tersebut membuatnya terjadi
perubahan manusia, baik secara fisik maupun pada non fisik. Salah
satunya adalah perkembangan kognitifnya. Seiring dengan terjadinya
perkembangan kognitif, manusia normal akan mengalami proses berpikir
yang lebih rumit karena permasalahan yang dihadapi dan harus
dipecahkan juga semakin rumit.
Proses berpikir yang terjadi ketika menghadapi masalah sering
memunculkan pertanyaan bagi manusia. Ketika pertanyaan muncul, maka
secara otomatis pertanyaan manusia akan meminta jawaban atau pun
pemecahan masalahnya.
Menurut Restu Kartiko (2010: 40), pada dasarnya keingintahuan
manusia yang diawali dengan pertanyaan atau permasalahan dan ingin
dicari pemecahannya inilah yang mendasari adanya penelitian.
Berdasarkan pendapat Restu Kartiko dapat diambil kesimpulan bahwa rasa
ingin tahu yang dimiliki manusia adalah penyebab adanya penelitian yang
dilakukan oleh manusia, penelitian sendiri merupakan sebuah upaya dari
manusia untuk menjawab rasa ingin tahu yang dimiliki oleh manusia.
Seperti yang disebutkan sebelumnya, rasa ingin tahu membuat
berbagai pertanyaan pada pikiran manusia yang dianggap menjadi
penyebab adanya penelitian. Makalah yang dibuat kali ini akan membahas
permasalahan dan pertanyaan seperti apa yang cocok untuk penelitian
ilmiah.
B. Pembahasan
Permasalahan penelitian merupakan salah satu hal pokok yang
harus dimiliki oleh peneliti sebelum melakukan penelitian. Dengan adanya
permasalahan membuat alasan bagi peneliti yang akan melakukan
penelitian maupun pembaca hasil penelitian.
Bagi peneliti pemula, kesulitan bukan pada mengembangkan
jawaban untuk pertanyaan terhadap suatu masalah, tetapi bagaimana
sampai pada pertanyaan tersebut dapat ditanyakan kepada diri sendiri.
Pada kesempatan kali ini kita akan membahas bagaimana cara menulis
“pernyataan tentang permasalahan” untuk suatu penelitian.
1. Apa yang Dimaksud Permasalahan Penelitian, dan Mengapa itu
Penting?
Perumusan masalah dalam penelitian merupakan langkah
pertama dan langkah paling penting dalam proses penelitian. Hal ini
sama halnya ketika kita menentukan tujuan sebelum berpergian ke
suatu tempat. Tanpa adanya tujuan yang pasti ketika akan berpergian,
maka tidak mungkin akan didapatkan rute terdekat untuk mencapai
tujuan yang dimaksud, atau bahkan sama sekali tidak akan
mendapatkan rute untuk mencapai tujuan. Demikian pula tanpa
adanya rumusan masalah yang jelas tidak akan mungkin dapat disusun
suatu metode, prosedur, hingga anggaran penelitian.
Rumusan masalah berperan seperti halnya pondasi sebuah
bangunan. Jenis, model, dan desain bangunan sangat bergantung pada
model pondasi bangunan. Jika pondasi sangat kuat dan didesain
dengan sangat baik, maka bangunan yang akan berdiri besar diyakini
memiliki kekuatan yang kuat pula untuk berdiri. Rumusan masalah
juga berperan sebagai pondasi suatu penelitian, jika rumusan masalah
dirumuskan dengan baik, maka seorang peneliti dapat berharap dan
yakin bahwa penelitian yang akan dijalani juga akan berlangsung
dengan baik pula.
Melakukan identifikasi dengan jelas “permasalahan” yang
menyebabkan kebutuhan untuk melakukan penelitian dianggap
sebagai sesuatu hal yang menantang dalam penelitian. Permasalahan
penelitian adalah masalah, kontroversi, atau masalah pendidikan yang
memedomani kebutuhan untuk melaksanakan suatu penelitian.
Permasalahan penelitian yang baik dapat ditemukan dalam ranah
pendidikan kita, seperti berikut ini:
a. Disgrupsi/gangguan yang disebakna oleh siswa-siswa beresiko di
kelas.
b. Meningkatnya kekerasan di kampus.
c. Kurangnya keterlibatan orangtua di sekolah untuk siswa-siswa
yang memiliki perilaku menantang,
Contoh masalah yang disebutkan di atas menyangkut personel di
sekolah, di kelas, di berbagai ranah praktek pendidikan, dan di
berbagai arena kebijakan serta di kampus perguruan tinggi. Penulisan
tentang permasalahan penelitian, penulis menyatakan permasalahan
sebagai kalimat tunggal atau beberapa kalimat dalam laporan
penelitian. Untuk menemukan permasalahan dalam suatu penelitian,
peneliti hendaknya menanyakan beberapa pertanyaan di bawah ini
kepada dirinya sendiri:
a. Apa isu, masalah, atau kontroversi yang ingin ditangani?
b. Apa kontroversi yang memunculkan kebutuhan untuk melakukan
penelitian ini?
c. Apa masalah yang ditangani “dibalik” penelitian?
Penelitian terhadap permasalahan pendidikan dilakukan agar
peneliti dapat membantu pembuat kebijakan ketika pembuat
kebijakan membuat kebijakan bagi orang banyak, membantu guru dan
kepala sekolah menghadapi dan mengatasi permasalahan praktis yang
terdapat di sekolah, membantu admin perkuliahan ketika membuat
keputusan, dan memberikan pemahaman yang lebih tentang berbagai
permasalahan pendidikan. Dari sudut pandang tersebut dapat diambil
kesimpulan bahwa adanya permasalahan penelitian hakikatnya adalah
untuk membantu orang lain untuk tahu.
2. Apa Beda Permasalahan Penelitian dengan Bagian Penelitian
Lainnya?
Permasalahan penelitian berbeda dengan topik penelitian,
maksud atau niat penelitian, dan pernyataan penelitian. Permasalahan
penelitian perlu dibedakan dan diakui sebagai langkah yang berbeda
karena merepresentasikan permasalahan yang ditangani dalam
penelitian. Berikut perbedaan permasalahan penelitian dengan bagian-
bagian penelitian yang lain:
a. Topik penelitian
Subjek luas yang ditangani oleh penelitian. Sebagai contoh,
Maria meneliti kepemilikan senjata api oleh siswa di sekolah.
b. Permasalahan Penelitian
Isu, masalah, atau kontroversi pendidikan yang bersifat
umum yang ditangani dalam penelitian, yang mempersempit
topiknya. Permasalahan yang ditangani oleh Maria adalah
meningkatnya kekerasan di sekolah yang disebabkan, sebagian,
oleh kepemilikan senjata apai.
c. Maksud Penelitian
Niat atau tujuan utama penelitian yang digunakan untuk
menangani permasalahannya. Maria mungkin menyatakan
maksud penelitian seperti ini, “maksud penelitian saya adalag
untuk mengindentifikasi faktor yang mempengaruhi sejauh mana
siswa membawa senjata api di SMA.”
d. Pertanyaan Penelitian
Mempersempit maksud menjadi pertanyaan-pertanyaan
yang spesifik yang ingin dijawab oleh peneliti dalam
penelitiannya, Maria mungkin menanyakan, “bagaimana teman-
teman sebaya mempengaruhi siswa untuk mebawa senjata api?
Melihat perbedaan yang telah dipaparkan di atas, dapat dilihat
bahwa setiap bagian dalam penelitian adalah berbeda terkait dengan
keluasan, mulai dari yang paling luas, yakni topik penelitian hingga
yang paling sempit atau spesifik, yakni pertanyaan penelitian.
Sebagai contoh adalah seorang peneliti yang memiliki topik
penelitian “belajar jarak jauh”. Peneliti kemudian berusaha untuk
mempelajari tentang permasalahan yang berkaitan dengan topik
“belajar jarak jauh”, diantaranya adalah “kurangnya siswa yang
mendaftar di kelas-kelas pendidikan jarak jauh”. Setelah mempelajari
tentang permasalahan penelitian yang berkaitan, peneliti kemudian
merumuskan kembali permasalahan penelitian untuk menjadi sebuah
pernyataan tentang niat atau maksud penelitian yang berbuni, “untuk
meneliti mengapa siswa tidak mengikuti kelas pendidikan jarak jauh
di suatu komunitas perkuliahan”. Selanjutnya peneliti melakukan
penyempitan maksud penelitian menjadi pertanyaan-pertanyaan yang
lebih spesifik, salah satu contohnya adalah “apakah penggunaan
teknologi website di kelas mencegah siswa untuk mendaftar di kelas
pendidikan jarak jauh?”
Proses yang terjadi berawal dari bagian yang paling umum,
yakni topik hinggat terus menjadi spesifik menjadi “pertanyaan
penelitian”. Fase “permasalahan penelitian” menjadi suatu fase
berbeda yang perlu diketahui oleh pembaca untuk membantu pembaca
hasil penelitian memahami isu yang diangkat oleh peneliti secara
jelas.
Salah satu kesalahan yang lazim yang kerap terjadi adalah
menyatakan permasalahan penelitian sebagai maksud penelitian atau
sebagai pernyataan penelitian. Berikut adalah contoh bahwa peneliti
dapat membentuk suatu maksud atau pertanyaan penelitian sebagai
suatu permasalahan penelitian:
a. Model yang buruk
Peneliti bermaksud untuk menuliskan tentang permasalahan
penelitian, namun alih-alih peneliti malah mengidentifikasi
pernyataan penelitian; “maksud penelitian ini adalah untuk
menelaah pendidikan perempuan di negara-negara Dunia Ketiga”.
b. Model yang lebih baik
Merevisinya sebagai permasalahan penelitian; “Perempuan
di negara-negara Dunia Ketiga dilarang masuk universitas atau
kuliah karena norma patriarkat berorientasi-kultural
masyarakatnya.
c. Model yang buruk
Peneliti bermaksud untu menuliskan tentang permasalahan
penelitian, namun alih-alih peneliti malah mengidentifikasi
pertanyaan penelitian “Faktor-faktor apa yang memengaruhi rindu
rumah mahasiswa?”.
d. Model yang lebih baik
Merevisinya sebagai permasalahan penelitian; “ Rindu
rumah adalah salah satu masalah utama di kampus-kampus
perguruan tinggi saat ini. Ketika mahasiswa rindu rumah, mereka
meninggalkan sekolah atau mulai membolos, yang
mengakibatkan pengurangan mahasiswa atau prestasi buruk di
kelas selama semester pertama di perguruan tinggi.
3. Apakah Permasalahan Penelitian Dapat dan Seharusnya Diteliti?
Berawal dari pemikiran yang kritis, manusia banyak
menemukan permasalahan yang terjadi di lingkungan sekitarnya.
Namun begitu walaupun banyak permasalahan yang teridentifikasi di
lingkungannya, bukan berarti bahwa peneliti dapat atau seharusnya
meneliti permasalahan yang ada. Seorang peneliti baru dapat meneliti
sebuah permasalahan jika memiliki akses ke partisipan dan tempat
penelitian, maupun waktu, sumber daya, dan keterampilan yang
dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian. Permasalahan patut diteliti
jika memiliki potensi untuk memberikan kontribusi pada pengetahuan
pendidikan atau menambah efektivitas praktek. Berikut penjelasan
beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum melakukan penelitian
setelah menemukan permasalahan;
a. Akses orang dan tempat
Sebelum meneliti suatu permasalahan, peneliti perlu
mendapatkan izin untuk memasuki suatu tempat dan untuk
melibatkan orang di lokasi penelitian (misalnya, akses ke sekolah
dasar untuk meneliti anak-anak di bawah umur). Akses ini sering
membutuhkan persetujuan bertingkat-tingkat dari sekolah, seperyi
administrator distrik, kepala sekolah, guru, orangtua, dan siswa.
Di samping itu, proyek yang dilaksanakan oleh lembaga
pendidikan yang menerima dana federal (kebanyakan kampus dan
universitas) perlu mendapatkan persetujuan institusi untuk
memastikan bahwa peneliti melindungi hak-hak partisipan.
Kemampuan untuk mendapatkan akses ke orang dan tempat dapat
membantu menentu apakah permasalahan dapat diteliti.
b. Waktu, sumber daya, dan keterampilan
Jika peneliti telah mendapatkan izin dari partisipan dan tempat
yang dibutuhkan untuk penelitian, selanjutnya kemampuan
peneliti untuk meneliti permasalahan juga tergantung beberapa
hal, yakni;
1) Waktu
Ketika merencanakan suatu penelitian, peneliti
seharusnya mengantisipasi waktu yang dibutuhkan untuk
pengumpulan data dan analisis data. Penelitian kualitatif
biasanya membutuhkan lebih banyak waktu dibanding
penelitian kuantitatif karena proses pengumpulan data yang
lama di tempat penelitian dan proses menganalisis kalimat dan
kata yang terperinci. Terlepas dari pendekatan yang
digunakan, peneliti dapat mengukur banyaknya waktu yang
dibutuhkan untuk pengumpulan data dengan menelaah
penelitian serupa, mengontak penelitinya, dan bertanya
kepada peneliti yang lebih berpengalaman. Selanjutnya
peneliti mengembangkan timeline untuk penelitian yang
membantu apakah peneliti dapat menyelesaikan penelitian
dengan waktu yang tersedia.
2) Sumber daya
Peneliti membutuhkan sumber daya seperti dana
untuk peralatan, untuk partisipan, dan untuk individu yang
mentraskripsi wawancara. Peneliti perlu membuat anggaran
dan mendapatkan saran dari pengalaman lain yang
berpengalaman tentang apakah pengeluaran yang diperkirakan
realistis. Sumber daya lain mungkin diperlukan juga, seperti
label surat, ongkos kirim, program statistik, atau perangkat
audiovisual. Bergantung kebutuhan sumber daya ini, peneliti
mungkin perlu membatasi cakupan proyek, mengeksplorasi
pendanaan yng tersedi untuk mendukung proyek, atau
meneliti proyek secara bertahap sesuai ketersediaan dana.
3) Keterampilan
Keterampilan peneliti juga mempengaruhi asesmen secara
keseluruhan apakah penelitian tentang suatu penelitian
realistis. Peneliti perlu mendapatkan keterampilan penelitian
tertentu agar dapat meneliti suatu permasalahan secara efektif.
Keterampilan yang dimiliki oleh peneliti bisa didapatkan
melalui kuliah, pelatihan, dan pengalaman penelitian
sebelumnya. Bagi mereka yang terlibat dalam penelitian
kualitatif harus memiliki keterampilan menggunakan
komputer, menerapkan program statistik, atau membuat label
untuk menyajikan informasi. Keterampilan-keterampilan yang
dibutuhkan untuk peneliti kualitatif terdiri atas kemampuan
untuk menulis cerita yang terperinci, menyintesis informasi
menjadi tema-tema luas, dan menggunakan program
komputer untuk memasukkan dan menganalisis kata-kata dari
partisipan dalam penelitian.
c. Kontribusi penelitian
Salah satu jawaban positif untuk menjawab pertanyaan,
“apakah permasalahan penelitian seharusnya diteliti?” terletak
pada apakah penelitian yang dilakukan akan memberikan
kontribusi terhadap pengetahuan dan praktek. Kontribusi
pengetahuan yang dimaksud adalah kontribusi secara keilmuan,
penelitian yang dilakukan menghasilkan metode, teori, dan
konsep baru terhadap suatu masalah. Sedangkan kontribusi secara
praktek adalah kontribusi nyata yang bisa bermanfaaat secara
langsung bagi orang lain.
Salah satu alasan penting untuk terlibat dalam penelitian
adalah untuk menambahkan pada informasi yang sudah ada dan
untuk memberikan informasi pada praktek pendidikan. Bisa
disimpulkan bahwa penelitian yang dilakukan dilakukan untuk
memperbaharui teori yang sudah ada sebelumnya. Berikut adalah
lima cara untuk mengetahui apakah permasalahan yang dimiliki
layak untuk diteliti:
1) Jika penelitian yang akan dilakukan mengisi celah atau
kekosongan dalam kepustakaan yang sudah ada. Suatu
penelitian mengisi kekosongan dengan mencangkup topik-
topik yang belum ditangani dalam kepustakaan yang sudah
dipublikasikan. Contohnya, anggap saja seornag peneliti
menelaah kepustakaan tentang iklim etis di kampus-kampus
perguruan tinggi dan menemukan bahwa penelitian terdahulu
telah menelaah persepsi mahasiswa, tetapi belum menelaah
persepsi dosen. Hal ini merupakan suatu kekosongan, atau
celah, dalam penelitian tentang masalah ini. Melaksanakan
penelitian tentang persepsi dosen tentang iklim etis akan
menangani topik yang belum diteliti dalam kepustakaan yang
saat ini ada.
2) Jika penelitian yang akan dilakukan mereplikasi penelitian
terdahu, namun menelaah partisipan yang berbeda dan
tempat penelitian yang berbeda. Nilai suatu penelitian akan
bertambah jika hasilnya dapat berlaku luas ke banyak orang
dan tempat, sehingga bukan hanya ranah di mana penelitian
berawal. Tipe penelitian ini sangat penting dalam eksperimen
kuantitatif. Dalam penelitian kuantitatif tentang iklim etis,
sebagai contoh, penelitian terdahulu yang dilaksanakan di
kampus seni liberal dapat diuji atau direplikasi ke tempat
lain, misalnya komunitas kampus atau universitas riset besar.
Informasi yang dihasilkan oleh penelitian akan memberikan
pengetahuan baru.
3) Jika penelitian yang akan dilakukan memperluas penelitian
terdahulu atau menelaah topiknya secara lebih seksama.
Suatu permasalahan penelitian yang baik untuk diteliti adalah
permasalahan yang diperluas penelitiannya ke dalam topik
atau bidang baru atau sekedar melaksanakan penelitian lagi di
tingkat yang lebih mendalam dan lebih seksama untuk
memahami topi tersebut. Contohnya adalah tentang iklim
etis, meskipun sebelumnya sudah ada penelitian tentang iklim
etis, penelitian yang akan dilakukan perlu diperluas ke suatu
situasi yang siswanya sedang menjalani ujian karena
menjalani ujian menyodorkan banyak dilema etis bagi siswa.
Dengan cara ini, peneliti memperluas penelitian ke topi-topik
baru. Perluasan ini berbeda dengan replikasi karena peneliti
memperluas penelitian ke topik-topik, bukan ke partisipan
dan tempat penelitian.
4) Jika penelitian yang akan dilakukan memberikan suara
kepada orang yang tidak boleh bersuara, tidak didengarkan,
atau ditolak di masyarakat. Penelitian yang akan dilakukan
menambahkan pengetahuan dengan mempresentasikan ide
dan kata kaum yang termajinalkan. Contohnya penelitian
terdahulu mengenai iklim etis telah menangani kaum kulit
putih, namun belum menangani kaum kulit hitam.
5) Jika penelitian yang akan dilakukan memberikan informasi
praktis. Penelitian yang akan dilakukan memungkinkan
identifikasi teknik atau teknologi baru, pengakuan atas nilai
praktik historis atau praktik yang sekarang berlangsung, atau
perlunya mengubah praktik yang sekarang. Individu yang
mendapatkan manfaat dari pengetahuan praktis diantaranya
adalah pembuat kebijakan, guru, atau pelajar.
4. Perbedaan Antara Penelitian Permasalahan Penelitian
Kuantitatif dan Penelitian Kualitatif Berdasarkan Permasalahan
Penelitian
Setelah mengidentifikasi permasalahan penelitian, peneliti
kemudian mengidentifikasi apakah penelitian yang akan dilakukan
lebih cocok menggunakan pendekatan kuantitatif atau kualitatif.
Kedua pendekatan penelitian tersebut memiliki perbedaan ciri khusus
esensialnya, maka perlu adanya kesesuaian antara pendekatan dan
permasalahan penelitian.
Penelitian akan cenderung menggunakan penelitian kualitatif
jika permasalahan penelitian mengharuskan:
a. Mempelajari tentang pandangan individu.
b. Mengakses proses dari waktu ke waktu.
c. Menghasilkan teori berdasarkan perspektif partisipan,
d. Mendapatkan informasi terperinci tentang beberapa orang atau
tempat penelitian.
Penelitian akan cenderung menggunakan penelitian kuantitatif
jika permasalahan penelitian mengharuskan:
a. Mengukur variabel.
b. Mengakses dampak variabel tersebut pada hasil.
c. Menguji teori atau penjelasan luas.
d. Menerapkan hasil pada sejumlah besar orang.
5. Cara Menulis Bagian “Pernyataan tentang Permasalahan”
Setelah mengidentifikasi permasalahan penelitian, menetapkan
bahwa permasalahan tersebut dapat dan seharusnya diteliti, dan
menentukan pendekatan penelitian, maka langkah selanjutnya adalah
menulis “pernyataan tentang permasalahan”. Adanya “pernyataan
tentang permasalahan” akan membuka penelitian untuk mengenalkan
kepada pembaca penelitian tentang apa yang akan diteliti oleh peneliti.
Ketertarikan pembaca penelitian terhadap suatu penelitian akan
ditentukan oleh kalimat yang berisi “pernyataan tentang
permasalahan”.
Bagian pernyataan tentang permasalahan penelitian
memasukkan permasalahan penelitian untuk menarik minat pembaca
penelitian dan menjelaskan masalah yang akan diteliti sehingga
pembaca bisa dapat dengan mudah memahami pendahuluan berbagai
penelitian. Selain permasalahan penelitian, pada bagian pernyataan
tentang permasalahan juga terdapat empat aspek lainnya, yakni:
a. Topik
Kalimat pembuka “pernyataan tentang permasalahan”
penelitian perlu mendorong pembaca penelitian untuk terus
membaca, untuk meningkatkan ketertarikan pada penelitian
tersebut, dan memberikan kerangka acuan awal dalam memahami
topik penelitian secara keseluruhan.
Harus dipahami bahwa ketika peneliti memasuki penelitian,
peneliti masuk dengan ide yang umum dan mudah dimengerti
oleh kebanyakan pembaca penelitian. Contohnya adalah ketika
peneliti memulai suatu penelitian dengan diskusi topik dengan
komentar terhadap plagiarisme di kampus. Langkah yang
dilakukan oleh peneliti tersebut dapat membuat peneliti
kehilangan pembaca pada awal penelitian karena topik yang
diangkat pada bagian pernyataan tentang permasalahan penelitian.
Sebaiknya peneliti dapat memulai dengan diskusi ringan,
misalnya mengenai ketidakjujuran di kampus dan nilai-nilai yang
dipelajari di kampus.
Peneliti dapat menggunakan narative hook (pengait naratif
untuk menarik pembaca penelitian. Pengait naratif yang baik
memiliki ciri khusus, yakni membuat pembaca memperhatikan,
memunculkan respon emosional atau repon sikap,
membangkitkan ketertarikan, dan mendorong pembaca untuk
terus membaca. Berikut beberapa tipe informasi yang bisa
menjadi pengait naratif dalam pernyataan tentang permasalahan
penelitian:
1) Data statistik, misalnya “Lebih dari 50% populasi dewasa
saat ini mengalami depresi.”
2) Pertanyaan yang provokatif, misalnya “Mengapa kebijakan
sekolah yang melarang merokok di SMA tidak ditegakkan?”
3) Kebutuhan yang jelas untuk melaksanakan penelitian,
misalnya “Penskorsan oleh sekolah menarik semakin banyak
perhatian kalangan sarjana bidang pendidikan guru.”
4) Niat atau maksud peelitian, misalnya “Maksud penelitian ini
adalah untuk menelaah bagaimana bagaimana klien
menafsirkan hubungan terapis-klien.”
Beberapa tipe informasi yang dapat dijadikan pengait
naratif yang dapat menarik minat pembaca penelitian tersebut
dapat digunakanan secara bersamaan. Intinya adalah penelitian
dimulai dengan pengenalan suatu topik yang dapat dipahami
dengan mudah oleh pembaca dengan kalimat pertama yang
membangkitkan minat baca pembaca.
b. Permasalahan penelitian
Setelah menjabarkan topik penelitian secara umum, peneliti
mulai mempersempit topik permasalahan ke dalam permasalahan
atau isu yang akan diangkat secara spesifik. Seperti yang telah
dibahas sebelumnya, permasalahan penilitia adalah isu,
masalah,atau kontroversi yang diteliti. Peneliti dapat
menyuguhkan permasalahan penelitian sebagai kalimat tunggal
atau beberapa kalimat pendek. Kadang-kadang permasalahan
dapat berasal dari isu atau masalah yang ditemukan di sekolah
atau ranah lainnya.
Sebagai contoh dapat dilihat pada masalah praktis dalam
permasalahan penelitian tentang kebijakan China terhadap
keluarga beranak tunggal di bawah ini;
Sejak akhir tahun 1970-an kebijakan anak tunggal telah
diimplementasikan oleh pemerintah China untuk
mengendalikan populasi terbesar di dunia. Aborsi selektif
untuk memilih anak laki-laki mau tak mau dapat membuat
distribusi gender China condong, dan ini jelas dilarang
oleh pemerintah. Akibatnya, meskipun anak laki-laki dinilai
lebih tinggi dibanding anak perempuan dalam budaya
China, banyak orangtua akhirnya mempunyai anak tunggal
perempuan (Wang dan Staver, 1997, hlm. 253)
Berdasarkan paragraf di atas dapat dilihat bahwa
permasalahan praktis di dalam penelitian adalah anak laki-laki
dinilai lebih tinggi dibanding anak perempuan dan bahwa
kebijakan itu mengendalikan orang dalam populasi.
Beberapa penelitian lain, “permasalahan penelitian
didasarkan pada kebutuhan akan penelitian lebih lanjut karena
adanya celah atau karena perlunya memperluas penelitian ke
bidang lain. Atau dapat juga didasarkan pada bukti yang saling
bertentangan dalam kepustakaan. Biasanya tipe “permasalahan
penelitian” ini disebut dengan “permasalahan penelitian berbasis
penelitian.” Contoh singkat “permasalahan penelitian berbasis
penelitian” dapat dilihat di bawah ini:
Meskipun keyakinan guru tentang praktik dengan anak-
anak yang masih muda yang sesuai dengan perkembangan
maupun orientasi teoritis guru tentang penganjuran
membaca awal sudah diteliti, namun tidak ada penelitian
yang menghubungkan kedua bidang tersebut. (Ketner,
Smith, dan Parnell, 1997, hlm. 212)
c. Justifikasi tentang pentingnya permasalahan
Menyatakan permasalahan atau isu pada suatu penelitian
tidaklah cukup. Peneliti juga perlu memberikan beberap alasan
yang menjelaskan mengapa permasalahan yang diangkat pada
suatu penelitian dianggap penting. Menjustifikasi permasalahan
penelitian berarti menyajikan alasan untuk pentingnya meneliti
isu atau masalah. Justifikasi yang dilakukan peneliti terjadi dalam
beberapa paragraf pada bagian pendahuluan yang memberikan
bukti dokumentasi bahwa penelitian yang dilakukan penting.
Justifikasi permasalahan penelitian dapat dilakukan dengan cara;
1) Justifikasi dalam Kepustakaan yang Didasarkan pada
Penelitian dan Pakar Lain
Mengutip penelitian lain yang sudah pernah dilakukan,
namun membutuhkan penelitian lebih lanjut. Penulis makalah
konferensi, sinstesis penelitian, dan ensiklopedia merupakan
beberapa pihak yang dapat menjadi tujuan untuk mencari
petunjuk terhadap justifikasi terhadap permasalahan
penelitian. Minimal peneliti dapat mencari referensi
kepustakaan terkait dengan permasalahan penelitian yang
butuh diteliti lebih lanjut.
2) Justifikasi yang Didasarkan pada Pengalaman di Tempat
Kerja atau Pengalaman Pribadi
Peneliti dapat melakukan justifikasi permasalahan penelitian
berdasarkan bukti-bukti yang ada pada tempat kerja atau dari
pengalaman pribadi. Contohnya pembuat kebijakan perlu
memutuskan untuk mengamanatkan standar asesmen negara
bagian atau, atau kepala sekolah dan guru harus
mengembangkan pendekatan untuk disiplin di kelas. Terkait
erat dengan hal ini adalah pengalaman pribadi dalam
kehidupan kita yang merupakan sumber masalah yang dapat
diteliti. Pengalaman pribadi mungkin timbul dari pengalaman
pribadi intens di sekolah atau pengalaman pada masa kanak-
kanak.
d. Defisiensi dalam pengetahuan yang sudah ada tentang
permasalahan itu
Di bagian pernyataan tentang permasalahan anda
selanjutnya perlu merangkum bagaimana keadaan
defisiensi/kekurangan pengetahuan saat ini bik dari penelitian
atau praktik. Meskipun defisiensi dalam kepustakaan mungkin
merupakan bagian dari justifikasi untuk permasalahan penelitian,
ada gunanya untuk menyebutkan beberapa defisiensi dalam
kepustakaan atau prakti yang sudah ada. Defisiensi dalam bukti
berarti bahwa kepustakaan dahulu atau pengalaman praktis
peneliti tidak menangani permasalahan penelitian itu secara
adekuat. Contohnya adalah defisiensi dalam penelitian
memunculkan kebutuhan untuk memperluas penelitian,
mereplikasi penelitian, mengeksplorasi topik, mengangkat suara
kaum marjinal, atau menambahkan dalam praktik.
e. Audiensi yang akan mendapatkan manfaat dari penelitian
terhadap permasalahan itu
Audiensi dibagian pernyataan tentang permasalahan perlu
di identfikasi. Hal ini terdiri atas individu dan kelompok yang
akan membaca dan secara potensial mendapatkan manfaat dari
informasi yang disediakan dalam penelitian. Para audiensi ini
akan bervariasi tergantung sifat penelitia, tetapi beberapa audiensi
yang sering dipertimbangkan oleh pendidik termasuk peneliti,
praktisi, pembuat kebijakan dan individu yang berpartisivasi
dalam penelitian. Ketika peneliti memasukan komentar tentang
pentingnya penelitian bagi berbagai audiensi, mereka juga
mengingatkan dirinya tentang perlunya melaporkan hasil yang
bermanfaat. Seorang peneliti, misalnya, dalam mengakhiri bagian
pendahuluan, memberi komentar tentang pentingnya penelitian
tersebut dari sisi administrator sekolah:
Dengan mengeksplorasi keperluan akan trainer untuk atlit
(athletic trainer) di sekolah menengah, para administrator
sekolah bisa mengidentifikasi isu-isu potensial yang muncul
ketika trainer tidak ada, dan coach (pelatih) bisa
memahami lebih baik kondisi di mana para pelatih sangat
diperlukan pada even-even atletik.
Sebagaimana diilustrasikan oleh contoh, para peneliti sering
merinci berbagai audiensi. Penggalan tulisan seperti ini biasanya
ditemui pada penghujung bagian pendahuluan atau bagian
“rumusan masalah” dan menjelaskan pentingnya penanganan
masalahnya bagi masing-masing audience. Seperti halnya
narrative hook, informasi seperti ini akan menarik minat pembaca
terhadap penelitian tersebut dan akan menyentuh si pembaca
secara pribadi sehingga mereka akan melihatnya sebagai
informasi yang secara potensial berguna. Apabila si peneliti
menyertainya dengan komentar tentang pentingnya penelitian
bagi si audience, maka si peneliti akan tetap mengingatkan diri
mereka perlunya melaporkan hasil-hasil yang bermanfaat.
6. Beberapa Strategi untuk Menulis Bagian “Pernyataan Tentang
Permasalahan”
Menuliskan bagian pendahuluan atau “rumusan masalah”
sebagai wacana pembuka dalam sebuah laporan penelitian, sama
halnya dengan membangun sebuah kerangka bagi para pembaca
untuk memahami proyek yang anda lakukan dan untuk memberikan
apresiasi terhadap orientasi laporan penelitian. Beberapa strategi
berikut mungkin bisa membantu:
a. Template
Salah satu strategi yang dapat digunakan saat kita menulis
bagian pernyataan tentang permasalahan adalah dengan
memvisualisasikan bagian ini sebagai lima paragraf, yang masing
masing paragrafnya menangani salah satu diantara kelima aspek
bagian ini. Ambil bagian bagian secara berurutan dimulai dengan
topik, permasalahan penelitian, justifikasi, defisiensi, dan
audiensi. Aliran ide dimulai dari topik kepermasalahan dan
justifikasinya serta defisiensi yang, bila diteliti, akan membantu
para audiensi (pembaca) tertentu.
b. Strategi Menulis Lain
Strategi menulis lainnya adalah sering menggunakan acuan
kepustakaan disepanjang bagian pendahuluan. Banyak acuan
menambahkan nada ilmiah pada tulisan dan memberikan bukti
dari orang lain dan bukan menyadarkan diri pada pendapat
pribadi sendiri. Penggunaan refrensi atau acuan dalam penelitian
akan membangun kredibilitas untuk karya anda. Strategi ketiga
adalah memberikan refrensi dari tren tren statistik untuk
mendukung pentingnya meneliti permasalahan penelitian.
Strategi menulis lainnya adalah menggunakan kutipan dari pada
partisipan dalam studi atau dari catatan yang didapatkan dari
mengamati dari partisipan untuk memulai introduksi pernyataan
dari permasalahan. Pendekatan ini populer dan sering digunakan
dalam penelitian kualitatif.
Strategi yang lain lagi adalah menggunakan kutipan dari
para partisipan dalam suatu penelitian atau dari catatan-catatan
yang diperoleh ketika melakukan pengamatan terhadap partisipan.
Pendekatan ini populer dan sering digunakan dalam penelitian-
penelitian kualitatif. Akhirnya, hati-hati dalam menggunakan
kutipan dari literatur untuk memulai sesuatu penelitian, terutama
pada kalimat-kalimat awal. Para pembaca boleh jadi tidak
menangkap makna yang sama terhadap kutipan tersebut
sebagaimana halnya dengan si peneliti. Kutipan-kutipan ini sering
terlampau sempit lingkupnya sehingga tidak cocok untuk bagian
pendahuluan ini di mana kita ingin membangun pemahaman
terhadap masalah penelitian dan memberikan justifikasi
terhadapnya. Para pembaca perlu diarahkan “ke dalam” dan “ke
luar” dari apa yang kita kutip.
7. Think Aloud Tentang Menulis Pernyataan Tentang Permasalahan
Saya akan mencontohkan bagaimana saya menuliskan
“rumusan masalah penelitian” untuk mengilustrasikan secara aktual
praktek penelitian. Pendekatan saya menerapkan model ‘lima unsur”
tidak peduli apakah penelitiannya bersifat kuantitatif ataukah
kualitatif. Walaupun demikian, pengamatan secara cermat akan
memperlihatkan kepada kita adanya perbedaan penekanan. Dalam
penelitian kuantitatif, penekanannya diletakkan pada kebutuhan akan
eksplanatori (menjelaskan outcome), sedangkan dalam penelitian
kualitatif, penekannya diletakkan pada penelusuran sebuah proses,
peristiwa, atau fenomena.
Bagian pendahuluan saya dimulai dari pembicaraan secara
umum tentang topik penelitian. Saya mencoba menampilkan kalimat
pertama sebagai “narrative hook” yang baik. Sehingga para pembaca
akan terdorong untuk membaca laporan tersebut. Penulisan kalimat
pertama susah sekali, saya berkali-kali melakukan revisi terhadap
draft sebelum saya sendiri merasa puas. Kalimat tersebut berbicara
tentang sesuatu yang bersifat umum, tidak memakan waktu yang
banyak, dan mudah difahami. Dalam benak saya ada sejumlah
mahasiswa dengan berbagai latar belakang dan jurusan; saya harus
berusaha agar mereka bisa memahami dan terpancing pada kalimat
pertama saya. Ketika saya menuliskan kalimat pertama tersebut saya
harus mencamkan dalam benak saya bahwa audience saya terdiri
dari bermacam ragam kelompok.
Seperti saya katakan sebelumnya, paragraf pembuka perlu
ditulis secara hati-hati agar para pembaca tersentuh. Analogi saya
adalah “turunkan timba ke dalam sumur agar air mudah masuk”.
Saya berharap agar timba tadi turun ke bawah secara pelan-pelan
ketimbang menjatuhkannya secara tiba-tiba ke kedalaman sumur.
Dengan contoh seperti dalam pikiran, saya perkenalkanlah penelitian
saya pada paragraf pertama dan kedua ini dan memfokuskan
perhatian para pembaca pada satu bidang kajian dan pada apa
urgensi utamanya dalam pendidikan.
Dengan topik apapun, beberapa isu bisa jadi muncul. Beberapa
diantaranya muncul dari pengalaman pribadi saya di sekolah atau
dari tinjauan kepusatakaan tentang penelitian terdahulu tentang topik
tersebut. Sewaktu membaca artikel-artikel (terutama yang terdapat
dalam jurnal) tentang topik, saya terbuka saja pada isu-isu yang perlu
diteliti, dan paling tertarik pada isu-isu spesifik yang disarankan oleh
peneliti-peneliti lain untuk diteliti. Isu-isu ini biasanya terdapat pada
bagian agenda penelitian di masa datang pada bagian kesimpulan
dari artikel-artikel tersebut. Saya sering membuat daftar untuk saran-
saran penelitian di masa datang pada sebuah kertas dan kemudian
menindak lanjuti satu di antaranya. Ketika melakukan tinjauan
terhadap laporan-laporan penelitian ini, saya berusaha untuk
mengenal lebih jauh para penulis/peneliti yang memang pakar dalam
bidangnya. Mereka sering merupakan individu-individu yang sering
dikutip di dalam penelitian-penelitian yang dipublikasi atau
biasannya merupakan pembicara pada konferensi-konferensi. Atas
dasar kepakarannya, saya sering menghubungi mereka dengen
telepon atau e-mail guna membicarakan usulan penelitian yang
sedang saya garap.
Sekali saya memiliki pemahaman tentang sesuatu masalah
penelitian dan mampu memberikan justifikasi yang memadai melalui
bukti-bukti dari literatur, saya pun memulai proses penulisan bagian
pertama dari laporan penelitian saya, “rumusan masalah penelitian”.
Saya mengikuti “model lima unsur” untuk bagian ini, menuangkan
gagasan saya untuk bagian ini, dan kemudian mengecek kelima
unsur tersebut. Tujuan saya adalah menyajikan rasional yang mantap
kenapa penelitian tentang masalah ini diperlukan, dan saya dukung
argumentasi saya dengan menggunakan bermacam ragam bentuk
bukti. Saya mengutip referensi secara ekstensif dalam bagian
pendahuluan dari laporan penelitian saya. Untuk menjamin bahwa
audiensi memahami pentingnya penelitian ini, saya akhiri bagian
“rumusan masalah penelitian “ ini dengan memberikan komentar
tentang manfaat penelitian ini bagi berbagai pihak (audience).
DAFTAR PUSTAKA
Creswell, John. 2015. Riset Pendidikan: Perencanaan, Pelaksanaan, Evaluasi
Riset Kualitatif dan Kuantitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Restu Kartiko Widi. 2010. Asas Metodologi Penelitian: Sebuah Pengenalan dan
Penuntun Langkah demi Langkah Pelaksanaan Penelitian. Yogyakarta:
Graha Ilmu
top related