identifikasi masalah vektor yang menjadi isu kesehatan masyarakat
Post on 26-Jun-2015
860 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Makalah Ujian Tengah Semester
Identifikasi Masalah Vektor Yang Menjadi Isu Kesehatan Masyarakat Dan
Menimbulkan Pengaruh Derajat Kesehatan Dalam Sensus Penduduk 2010
( Dibuat untuk Memenuhi Ujian Tengah Semester Mata Kuliah Pengendalian
Vektor dan Sampah)
Nama : Ika Rizki Rahmawati
Nim : 107101000136
Kelas : Gizi semester 6
Jurusan Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta 2010
PENDAHULUAN
Menuju Indonesia sehat tahun 2010, untuk mewujudkan kualitas dan
kuantitas lingkungan yang bersih dan sehat serta untuk mencapai derajat
kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesepakatan umum
dari tujuan nasional, sangat diperlukan pengendalian vektor penyakit.
Masalah umum yang dihadapi dalam bidang kesehatan adalah jumlah
penduduk yang besar dengan angka pertumbuhan yng cukup tinggi dan
penyebaran penduduk yang belum merata, tingkat pendidikan dan sosial ekonomi
yang masih rendah. Keadan ini dapat menyebabkan lingkungan fisik dan biologis
yang tidak memadai sehingga memungkinkan berkembang biaknya vektor
penyakit.
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu
Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Bagi
dunia kesehatn masyarakat, binatang yang termasuk kelompok vektor yang dapat
merugikan kehidupan manusia karena disamping mengganggu secara langsung
juga sebagai perantara penularan penyakit, seperti yang sudah diartikan diatas.
Adapun dari penggolongan binatang ada dikenal dengan 10 golongan yang
dinamakan phylum diantaranya ada 2 phylum sangat berpengaruh terhadap
kesehatn manusia yaitu phylum anthropoda seperti nyamuk yang dapat bertindak
sebagai perantara penularan penyakit malaria, demam berdarah, dan phylum
chodata yaitu tikus sebagai pengganggu manusia, serta sekaligus sebagai tuan
rumah (hospes), pinjal Xenopsylla cheopis yang menyebabkan penyakit pes.
Sebenarnya disamping nyamuk sebagai vektor dan tikus binatang pengganggu
masih banyak binatang lain yang berfungsi sebagai vektor dan binatang
pengganggu.
ISU / MASALAH
Pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali menjadi isu utama dalam
mencapai kesejahteraan dalam kesehatan yang di impikan masyarakat Indonesia.
Lingkungan yang seharusnya menjadi tanggung jawab bersama, kian hari kian
memperhatinkan karena banyak pihak yang tidak mempedulikan atau bahkan
lempar batu sembunyi tangan atas perbuatan yang dilakukannya dan melempar-
lemparkan kesalahan pada pihak lain. Lingkungan saat ini harus menjadi perhatian
utama karena dari lingkunga dapat muncul berbagai permasalahan kesehatan
seiring dengan pertumbuhan penduduk yang melonjak terlihat dari sensus
penduduk 2010 ini terutama dalam isu pengendalian vector.
TUJUAN
Tujuan utamanya untuk mengidentifikasi masalah vector dalam pengaruh
terhadap kesehatan.
TINJAUAN PUSTAKA
Vektor Dan Binatang Pengganggu
1. Jenis-jenis Vektor
Seperti telah diketahui vektor adalah Anthropoda yang dapat
memindahkan/menularkan suatu infectious agent dari sumber infeksi kepada
induk semang yang rentan. Sebagian dari Anthropoda dapat bertindak sebagai
vektor, yang mempunyai ciriciri kakinya beruas-ruas, dan merupakan salah satu
phylum yang terbesar jumlahnya karena hampir meliputi ± 75% dari seluruh
jumlah binatang. Anthropoda dibagi menjadi 4 kelas :
1. Kelas crustacea (berkaki 10) : misalnya udang
2. Kelas Myriapoda : misalnya binatang berkaki seribu
3. Kelas Arachinodea (berkaki 8) : misalnya Tungau
4. Kelas hexapoda (berkaki 6) : misalnya nyamuk
Dari kelas hexapoda dibagi menjadi 12 ordo, antara lain ordo yang perlu
diperhatikan dalam pengendalian adalah :
a. Ordo Dipthera yaitu nyamuk, lalat
Nyamuk anopheles sebagai vektor malaria
Nyamuk aedes sebagai vektor penyakit demam berdarah
Lalat tse-tse sebagai vektor penyakit tidur
Lalat kuda sebagai vektor penyakit Anthrax
b. Ordo Siphonaptera yaitu pinjal
Pinjal tikus sebagai vektor penyakit pes
c. Ordo Anophera yaitu kutu kepala
Kutu kepala sebagai vektor penyakit demam bolak-balik dan typhus
exantyematicus. Selain vektor diatas, terdapat ordo dari kelas hexapoda yang
bertindak sebagai binatang pengganggu antara lain :
Ordo hemiptera, contoh kutu busuk
Ordo isoptera, contoh rayap
Ordo orthoptera, contoh belalang
Ordo coleoptera, contoh kecoak
Sedangkan dari phylum chordata yaitu tikus yang dapat sebagai sebagai binatang
pengganggu, dapat dibagi menjadi 2 golongan :
1. Tikus besar (Rat)
Contoh :
Rattus norvigicus (tikus riol )
Rattus-rattus diardiil (tikus atap)
Rattus-rattus frugivorus (tikus buah-buahan)
2. Tikus kecil (mice)
Contoh :
Mussculus (tikus rumah)
Identifikasi, Sifat dan Perilaku Vektor dan Binatang Pengganggu
2.1. Siklus hidup nyamuk
Nyamuk sejak telur hingga menjadi nyamuk dewasa, sama dengan
serangga yang mengalami tingkatan (stadia) yang berbeda-beda. Dalam siklus
hidup nyamuk terdapat 4 stadia dengan 3 stadium berkembang di dalam air dari
satu stadium hidup dialam bebas :
1. Nyamuk dewasa :
Nyamuk jantan dan betina dewasa perbandingan 1 : 1, nyamuk jantan
keluar terlebih dahulu dari kepompong, baru disusul nyamuk betina, dan nyamuk
jantan tersebut akan tetap tinggal di dekat sarang, sampai nyakum betina keluar
dari kepompong, setelah jenis betina keluar, maka nyamuk jantan akan langsung
mengawini betina sebelum mencari darah. Selama hidupnya nyamuk betina hanya
sekali kawin. Dalam perkembangan telur tergantung kepada beberapa faktor
antara lain temperatur dan kelembaban serta species dari nyamuk.
2. Telur nyamuk.
Nyamuk biasanya meletakkan telur di tempat yang berair, pada tempat
yang keberadaannya kering telur akan rusak dan mati. Kebiasaan meletakkan telur
dari nyamuk berbeda – beda tergantung dari jenisnya.
Nyamuk anopeles akan meletakkan telurnya dipermukaan air satu persatu
atau bergerombolan tetapi saling lepas, telur anopeles mempunyai alat
pengapung.
Nyamuk culex akan meletakkan telur diatas permukaan air secara
bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk
mengapung.
Nyamuk Aedes meletakkan telur dan menempel pada yang terapung diatas
air atau menempel pada permukaan benda yang merupakan tempat air
pada batas permukaan air dan tempatnya. Sedangkan nyamuk mansonia
meletakkkan telurnya menempel pada tumbuhan – tumbuhan air, dan
diletakkan secara bergerombol berbentuk karangan bungan. Stadium telur
ini memakan waktu 1 – 2 hari.
3. Jentik nyamuk
Pada perkembangan stadium jentik, adalah pertumbuhan dan melengkapi
bulu-bulunya, stadium jentik memerlukan waktu 1 minggu. Pertumbuhan jentik
dipengaruhi faktor temperatur, nutrien, ada tidaknya binatang predator.
4. Kepompong
Merupakan stadium terakhir dari nyamuk yang berada di dalam air, pada
staidum ini memerlukan makanan dan terjadi pembentukan sayap hingga dapat
terbang, stadium kepompong memakan waktu lebih kurang 1 – 2 hari.
2.2. Tempat Berkembang Biak (Breeding Places)
Dalam perkembang biakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat
yaitu tempat berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan
umpan/darah (feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces).
Nyamuk mempunyai tipe breeding palces yang berlainan seperti culex
dapat berkembang di sembarangan tempat air, sedangkan Aedes hanya dapat
berkembang biak di air yang cukup bersih dan tidak beralaskan tanah
langsung, mansonia senang berkembang biak di kolam – kolam, rawa – rawa,
danau yang banyak tanaman airnya dan Anopeheles bermacam breeding placec,
sesuai dengan jenis anophelesnya sebagai berikut :
1. Anopheles Sundaicus, Anopheles subpictus dan anopheles vagus senang
berkembang biak di air payau.
2. Tempat yang langsung mendapat sinar matahari disenangi nyamuk
anopheles sundaicus, anopheles mucaltus dalam berkembang biak.
3. Breeding palces yang terlindung dari sinar matahari disenangi anopheles
vagus, anopheles barbumrosis untuk berkembang biak.
4. Air yang tidak mengalir sangat disenangi oleh nyamuk anopheles vagus,
indefinitus, leucosphirus untuk tempat berkembang biak.
5. Air yang tenang atau sedikit mengalir seperti sawah sangat disenangi
anopheles aconitus, vagus barbirotus, anullaris untuk berkembang biak.
2.3. Kebiasaan menggigit
Waktu keaktifan mencari darah dari masing – masing nyamuk berbeda –
beda, nyamuk yang aktif pada malam hari menggigit, adalah anopheles dan colex
sedangkan nyamuk yang aktif pada siang hari menggigit yaitu Aedes. Khusus
untuk anopheles, nyamuk ini bila menggigit mempunyai perilaku bila siap
menggigit langsung keluar rumah. Pada umumnya nyamuk yang menghisap darah
adalah nyamuk betina.
2.4. Tempat beristirahat (resting places)
Biasanya setelah nyamuk betina menggigit orang/hewan, nyamuk tersebut
akan beristirahat selama 2 – 3 hari, misalnya pada bagian dalam rumah sedangkan
diluar rumah seperti gua, lubang lembab, tempat yang berwarna gelap dan lain –
lain merupakan tempat yang disenangi nyamuk untuk berisitirahat.
2.5. Bionomik nyamuk (kebiasaan hidup)
Bionomik sangat penting diketahui dalam kegiatan tindakan
pemberantasan misalnya dalam pemberantasan nyamuk dengan insectisida kita
tidak mungkin melaksanakannya, bilamana kita belum mengetahui kebiasaan
hidup dari nyamuk, terutama yang menjadi vektor dari satu penyakit. Pada
hakekatnya serangga sebagai mahluk hidup mempunyai bermacam-macam
kebiasaan, adapun yang perlu diketahui untuk pemberantasan/pengendalian
misalnya :
a. Kebiasaan yang berhubungan dengan perkawinan/mencari makan, dan
lamanya hidup.
b. Kebiasaan kegiatan diwaktu malam, dan perputaran menggigitnya.
c. Kebiasaan berlindung diluar rumah dan di dalam rumah.
d. Kebiasaan memilih mangsa.
e. Kebiasaan yang berhubungan dengan iklim, suhu, kelembaban dll.
f. Kebiasaan di dalam rumah atau di luar rumah yang berhubungan dengan
penggunaan.
3. L a l a t
Lalat merupakan kelas insekta dari diptera, yang terpenting adalah
golongan Clyptrata muscodiae bagian dari super family muscodiae.
3.1. Genus Musca
Genus musca yang penting diketahui adalah spesies yang sering terdapat
di sekitar rumah dan di dalam rumah, adapun tanda-tanda dari lalat rumah (musca
domestica) tubuh berwarna coklat dan kehitam-hitaman, pada thorax terdapat 4
garis hitam dan 1 garis hitam medial pada abdomen punggung, vein ke empat dari
sayap berbentuk sudut, antena mempunyai 3 segmen, mata terpisah,
methamorphosenya sempurna serta tubuh lalat jantan lebih kecil dari tubuh lalat
betina.
3.2. Siklus hidup
Lalat memiliki bentuk telur lonjong berwarna putih, lalat betina sekali
bertelur 100 – 200 telur, stadium lamanya menetas 12 – 24 jam dipengaruhi suhu
lingkungan. Dari stadium telur sampai dewasa lamanya sampai 8 – 20 hari,
temperatur optimum untuk kehidupan lalat 24 0 C – 32 0 C. Tanpa air lalat akan
dapat bertahan hidup sampai ± 48 jam .
3.3. Tempat berkembang biak
Tempat yang disenangi lalat untuk berkembang biak umumnya pada
sampah – sampah basah, kotoran manusia, binatang dan tumbuh – tumbuhan yang
membusuk.
3.4. Cara terbang
Lalat suka terbang terus menerus, dari hasil penyelidikan jarak terbang alat
pada daerah yang padat penduduknya tidak lebih dari 0,5 km.
3.5. Cara bertelur
Lalat masa bertelurnya 4 – 20 hari dan setiap betina dapat bertelur 4 – 5
kali seumur hidupnya, dengan jumlah sekali bertelur 100 – 150 butir.
4. T i k u sUntuk dapat mengenal tikus dalam arti sesungguhnya (family muridae) dapat
dilakukan dengan indentifikasi morfologi yang menyolok pada jenis tikus,
memperhatikan lingkungan hidupnya serta penelusuran secara deskripsi.
4.1. Kebiasaan – kebiasaan tikus.
Tikus mempunyai penglihatan yang buruk tetapi mempunyai panca indera
seperti penciuman yang tajam, meraba, mendengar. Pada malam hari tikus
bergerak di pandu oleh rambut, kumis yang panjang peka terhadap sentuhan.
Tikus senang dengan bau harum, khususnya yang berasal dari makanan
manusia. Kebiasaan waktu makan adalah pada malam hari, tikus tidak seang di
tempat – tempat yang ramai misalnya gaduh oleh suara mesin melainkan senang
di tempat – tempat penyimpanan makanan. Kesukaan mencari makan adalah
seperti di tempat sampah, lemari, selokan dan dapur. Umur hidup seekor tikus rata
– rata mencapai 1 tahun dan pembiakan cepat terjadi selama musim hujan, apabila
terdapat banyak makanan dan tempat untuk berlindung.
4.2. Tanda ada atau tidaknya tikus.
1. Ada dijumpai bekas gigitan yang ditinggalkan tikus misalnya pada pintu
jendela, dll.
2. Alur jalan tikus pada umumnya kotor dan berminyak.
3. Di jumpai kotoran tikus, kotoran yang masih lembek, mengkilap berwarna
gelap adalah ciri – ciri kotoran yang masih baru, sedangkan kotoran yang
sudah lama, keras, kering dan umumnya berwarna abu – abu.
4. Terdengar adanya suara tikus pada saat hari sudah muali gelap. Sarang
tikus dijumpai pada dinding, pada pohon – pohon, tanam – tanaman dan si
sela – sela pada rumah, dll.
Hubungan Vektor dengan penyakit menular
1. Malaria
Anopheles (nyamuk malaria) merupakan salah satu genus nyamuk.
Terdapat 400 spesies nyamuk Anopheles, namun hanya 30-40 menyebarkan
malaria (contoh, merupakan “vektor”) secara alami. Anopheles gambiae adalah
paling terkenal akibat peranannya sebagai penyebar parasit malaria (contoh.
Plasmodium falciparum) dalam kawasan endemik di Afrika, sedangkan
Anopheles sundaicus adalah penyebar malaria di Asia.
Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh Plasmodium
sp dengan gejala demam, anemia dan spleomagali.
Empat jenis plasmodium yaitu:
Plasmodium vivaxpenyakit malaria tertina
Plasmodium malariae-malaria kuartana
Plasmodium Facifarummalaria tropika
Plasmodium ovalemalariaovale
Upaya pencegahan antara lain , menghindari gigitan nyamuk, pengobatan
penderita untuk menghilangkan sumber penular dan pembrantasan nyamuk dan
larva.
Sebagian nyamuk mampu menyebarkan penyakit protozoa seperti malaria,
penyakit filaria seperti kaki gajah, dan penyakit bawaan virus seperti demam
kuning, demam berdarah dengue, encephalitis, dan virus Nil Barat. Virus Nil
Barat disebarkan secara tidak sengaja ke Amerika Serikat pada tahun 1999 dan
pada tahun 2003 telah merebak ke seluruh negara bagian di Amerika Serikat.
2. Demam Berdarah
Nyamuk Aedes aegypti adalah vector penyakit demam berdarah (DBD)
yang merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang cukup
meresahkan karena tingkat kematian akibat penyakit ini cukup tinggi. Sampai saat
ini, penyakit ini masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang
utama. Perlu kewaspadaan yang tinggi terhadap penyakit DBD terutama pada
musim penghujan. Kasus penyakit ini pertama kali ditemukan di Filipina pada
tahun 1953. Sedangkan penyakit DBD pertama kali di Indonesia ditemukan di
Surabaya pada tahun 1968, akan tetapi konfirmasi virologis baru didapat pada
tahun 1972.
Penyakit DBD disebabkan oleh virus Dengue dengan tipe DEN 1 s/d 4.
Virus tersebut termasuk dalam grup B Arthropod borne viruses (arboviruses).
Keempat type virus tersebut telah ditemukan di berbagai daerah di Indonesia.
Virus yang banyak berkembang di masyarakat adalah virus dengue dengan tipe
DEN 1 & 3.
3. Elephantiasis (Kaki Gajah)
Wucheria sp. adalah Golongan nematoda yang dapat menyebabkan
penyakit elephantiasis dengan gejala peradangan dan penyumbatan saluran getah
bening serta disertai dengan demam. Vektor berupa nyamuk jenis culex fatigans,
aedes aegypty dan anopheles sp. Upaya pendegahan dengan menghindari gigitan,
pemberantasan nyamuk dan pengobatan penderita.
PEMBAHASAN
ANALISA TEORI
Sumber : Puslitbang Ekologi, Kesehatan Badan Litbang Kesehatan 2007
Spesies vector di belahan dunia ini berjuta ragamnya, begitu pula di
Indonesia. Bahkan banyak daerah yang menjadi daerah endemik beberapa vector
seperti Anopheles sundaicus yang merupakan vector dari malaria. Bagan di atas
menceritakan perjalanan vector yang turut dipengaruhi oleh beberapa factor
pendukung hingga menjadi resiko penularan penyakit di masyarakat.
Ragamnya jenis vector dengan berbagai bibit penyakit penyerta
didalamnya menjadi sorotan di dekani ini. Pasalnya vector yang menjadi
pembawa penyakit di kawatirkan akan membawa dampak buruk kepada derajat
kesehatan masyarakat Indonesia, di tambah lagi kini habitat dari vector mulai
terusik akibat ulah tangan manusia yang berujung pada pemanasan global.
Walaupun tidak secara langsung namun berdampak kepada ekologi vector lalu
kemudian dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat melalui penularan berbagai
penyakit. Beberapa penyakit yang tularkan melalui vector dan menjadi isu di
Negara berkembang seperti Indonesia diantaranya demam berdarah, malaria, dan
pes.
ANALILIS PEMBAHASAN
Sumber : Puslitbang Ekologi, Kesehatan Badan Litbang Kesehatan 2007
Pada bagan diatas sudah dapat disimpulkan bahwa alur perjalanan vector
sebagai salah satu yang mempengaruhi kesehatan cukup panjang dan jelas terlihat
campur tangan manusia menjadi alasan utama yang menyebabkan terjadinya
pemicu utama seperti pemanasan global, teknologi, sosek-bud dan politik.
Pemanasan global yang penyebabnya tidak dapat disebut satu persatu
menyebabkan perubahan iklim yang terjadi setiap tahunnya, seperti jadwal
musim penghujan dan kemarau yang semakin lama semakin berantakan, misalnya
bulan Juni yang seharusnya sudah masuk musim kemarau namun kenyataannya
hujan masih deras mengguyur kota-kota di Indonesia hal ini menyebabkan
populasi dari beberapa vector tidak dapat ditekan. Karena seperti kita ketahui pada
musim penghujan populasi nyamuk Aedes Agypthi meningkat dan banyak terjadi
demam berdarah, hal ini dapat di samakan ketika musim yang jadwalnya
berantakan.
Pemanasan global yang berpengaruh terhadap iklim, suhu udara kesemua
hal tersebut dapat dipastikan mempengaruhi ekosistem dari vector, vector yang
memiliki batasan tertentu dalam daur kehidupannya sekarang menjadi memiliki
kekebalan tertentu yang menjadikan vector memiliki daya tahan lebih dalam
menghadapi lingkungan. Terlebih ledakan jumlah penduduk Indonesia sesuai dari
hasil sementara sensus penduduk 2010, semakin menyempurkan vector sebagai
slah satu ancaman kesehatan masyarakat di masa sekarang maupun masa yang
akan datang terlebih bila factor-faktor resikonya tidak mendapat jalan keluar yang
baik.
Vector yang konon akan semakin menjadi permasalahan di masa datang,
sebenarnya dapat dikendalikan dengan beberapa stategi pengendalian vector.
Diantaranya.
1. Mechanical control : menggunakan cara mekanik
2. Physical control : merekayasa / mengatur kondisi fisik
lingkungan (suhu, %Hg, cahaya, radiasi dll)
3. Biotic control : menggunakan organic musuh alami
(predator, parasit, dan pathogen)
4. Genetic control : melakukan rekayasa genetic (inang
transgenic, strelisasi, dll)
5. Legal / sosial control : peraturan per-UU (sangsi, kebijakan)
6. Chemical control : (feromon. Pestisida, hormone sintetis)
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
KESIMPULAN
Vektor adalah anthropoda yang dapat menimbulkan dan menularkan suatu
Infectious agent dari sumber Infeksi kepada induk semang yang rentan. Pada
sekarang ini vector menjadi salah satu permasalahan di bidang kesehatan
masyarakat. Penyebab vector menjadi suatu permasalahan dikarenakan ekosistem
vector menjadi terganggu karena pengaruh dari pemanasan global. Selain itu
jumlah penduduk pada sensus 2010 yang sangat tinggi menjadi salah satu factor
pemicu vector berdampak buruk terhadap kesehatn masyarakat.
REKOMENDASI
Dalam pengendalian vektor tidaklah mungkin dapat dilakukan
pembasmian sampai tuntas, yang mungkin dan dapat dilakukan adalah usaha
mengurangi dan menurunkan populasi kesuatu tingkat yang tidak membahayakan
kehidupan manusia. Namun hendaknya dapat diusahakan agar segala kegiatan
dalam rangka menurunkan populasi vektor dapat mencapai hasil yang baik. Untuk
itu perlu diterapkan teknologi yang sesuai, bahkan teknologi sederhanapun, yang
penting di dasarkan prinsip dan konsep yang benar. Adapun prinsip dasar dalam
pengendalian vektor yang dapat dijadikan sebagai pegangan sebagai berikut :
1. Pengendalian vektor harus menerapkan bermacam – macam cara
pengendalian agar vektor tetap berada di bawah garis batas yang tidak
merugikan / membahayakan.
2. Pengendalian vektor tidak menimbulkan kerusakan atau gangguan
ekologis terhadap tata lingkungan hidup.
DAFTAR PUSTAKA
http://uyutjangkung21.files.wordpress.com/2009/03/pengamatan-vektor-di-pelabuhanagus-syah-fhskm.pdf
http://www.solex-un.net/repository/id/hlth/CR6-Res3-ind.pdf
http://www.b2p2vrp.litbang.depkes.go.id/artikel/Penelitian%20Kebijakan.pdf
http://www.litbang.depkes.go.id/download/renstra/RenstraDepkes2005-2009.pdf
top related