hubungan pengetahuan tentang penyimpanan ...yang menganjurkan pemberian asi eksklusif selama 6 bulan...
Post on 12-Sep-2020
7 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENYIMPANAN ASI DENGAN SIKAP DALAM PEMBERIAN ASI PADA IBU
BEKERJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLO TAHUN 2018
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Menyelesaikan Pendidikan di Program Studi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari
OLEH:
JULIATI NURDIN P00312017069
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
PRODI D-IV KEBIDANAN KENDARI
2018
2
3
4
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Saya menyatakan denga sesungguhnya bahwa skripsi dengan judul :
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENYIMPANAN ASI
DENGAN SIKAP DALAM PEMBERIAN ASI PADA IBU BEKERJA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLO TAHUN 2018
Dibuat untuk melengkapi salah satu persyaratan menjadi Sarjan Terapan
Kebidanan pada program Studi D-IV Kebidanan Politeknik Kesehatan
Kemenkes Kendari, sejauh yang saya ketahui skripsi ini bukan merupakan
tiruan atau Duplikasi dari skripsi yang sudah dipublikasikan dan atau
pernah dipakai untuk mendapatkan gelar kesarjanaan di lingkungan
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kendari maupun di perguruan tinggi atau
instansi manapun, kecuali bagian yang sumber informasinya dicantumkan
sebagaimana mestinya.
Kendari, Agustus 2018
Juliati Nurdin
NIM.P00312017069
iv
5
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. IDENTITAS PENULIS
1. Nama : Juliati Nurdin
2. NIM : P00312017069
3. Tempat Tanggal Lahir : Pomalaa, 27 Juli 1977
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Suku/Bangsa : Tolaki/Indonesia
7. Alamat : Desa T. Ponrewaru Kec. Wolo
Kabupaten Kolaka
B. PENDIDIKAN
1. SDN 4 Pelambua Tamat tahun 1988
2. SMPN Dawi Dawi Tamat Tahun 1991
3. SPK Depkes Kendari Tamat Tahun 1994
4. PPB Depkes Kendari Tamat Tahun 1997
5. DIII Kebidanan Konawe Tamat Tahun 2013
6. DIV Kebidanan Poltekes Alih Jenjang Masuk 2017 Sampai
Sekarang
v
6
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kahadirat Allah SWT karena
berkat karunia Nya, sehingga penulis dapa tmenyelesaikan skripsi ini tepat
pada waktunya. Dalam penyusunan Skripsi ini, banyak kendala yang di
hadapi namun berkat dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak
sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih
kepada Ibu Hj. Syahrianti, S.Si.T, M.Kes selaku pembimbing I dan ibu
Farming, SST, M.Keb selaku pembimbing II yang telah meluangkan
waktunya untuk memberikan bimbingan, motivasi serta arahan dalam
proses penyusunan skripsi ini selesai.
Selanjutnya penulis pun mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Askrening, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik Kesehatan
Kendari.
2. Ibu Sultina Sarita, SKM, M.Kes selaku Ketua Jurusan Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
3. Ibu Hasmia Naningi, SST, M.Keb selaku ketua Prodi D-IV Kebidanan
Politeknik Kesehatan Kendari.
4. Bapak H. Lamota, B.Sc, S.Pd, selaku Kepala Puskesmas Wolo
Kabupaten Kolaka
5. Ibu Wahida S, S.Si.T, M.Keb selaku Penguji I, Ibu Feriyani, S.Si.T,
MPH selaku Penguji II dan Ibu Nasrawati L, S.Si.T, MPH selaku Penguji
III.
vi
7
6. Bapak dan Ibu Dosen di lingkungan pendidikan Politeknik Kesehatan
Kendari Jurusan Kebidanan yang telah banyak membimbing dan
membagi ilmu selama penulis mengikuti proses belajar dibangku kuliah
beserta seluruh staf pegawai yang telah banyak membantu.
7. Teristimewa untuk kedua orang tuaku atas doa, dukungan,bantuan,
motivasi serta kasih sayang yang begitu besar kepada penulis semoga
kita semua selalu dalam lindunganNYA dan semoga penulis bisa
memberikan yang terbaik untuk kalian.
8. Seluruh rekan – rekan seperjuanganku Politeknik Kesehatan Kendari
Prodi DIV Kebidanan angkatan 2017 khususnya teman-teman Alih
Jenjang Kelas B. Terima kasih atas segala dukungan serta
kebersamaan kita.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
baik isi, bahasa maupun materi yang ada di dalamnya oleh karena itu
penulis mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari
para pembaca demi kesempurnaan skripsi ini. Dan akhirnya penulis
mengucapkan terimakasih dan semoga Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua terutama dalam bidang ilmu Kebidan amin.
Kendari, Agustus 2018
Penulis
vii
8
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................... I
HALAMAN PERSETUJUAN................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN................................................................. iii
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN............................................ iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP…………………………………………….…
KATA PENGANTAR….........................................................................
v
vi
DAFTAR ISI….................................................................................. viii
DAFTAR TABEL.............................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN....................................................................... xi
ABSTRAK........................................................................................ xii
ABSTRACT........................................................................................ xiii
BAB I PENDAHULUAN................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian....................................................................... 5
D. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
E. Keaslian Penelitian.................................................................... 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.......................................................... 9
A. Telaah Pustaka ......................................................................... 9
B. Landasan Teori.......................................................................... 32
C. Kerangka Teori.......................................................................... 34
D. Kerangka Konsep...................................................................... 35
E. Hipotesis Penelitian……………………………………………….. 35
BAB III METODE PENELITIAN........................................................ 36
A. Jenis dan Rancangan Penelitian............................................. 36
B. Tempat dan Waktu Penelitian................................................... 37
viii
9
C. Populasi dan Sampel Penelitian................................................ 37
D. Variabel Penelitian..................................................................... 38
E. Definisi Operasional.................................................................. 38
F. InstrumenPenelitian................................................................... 39
G. Jenis dan Sumber Data Penelitian............................................ 40
H. Alur Penelitian............................................................................ 41
I. Pengolahan dan Analisis Data.................................................. 41
J. Etika Penelitian......................................................................... 44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.......................... 47
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.......................................... 47
B. Hasil Penelitian......................................................................... 51
C. Pembahasan............................................................................. 56
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................. 62
A. Kesimpulan................................................................................ 62
B. Saran......................................................................................... 63
DAFTAR PUSTAKA......................................................................... 64
LAMPIRAN
ix
10
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas
Wolo tahun 2018………………………………………...... 52
Tabel 4.2 Pengetahuan Ibu bekerja tentang penyimpanan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018……………
53
Tabel 4.3 Sikap Ibu bekerja dalam pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018……………………...
54
Tabel 4.4 hubungan pengetahuan tentang Penyimpanan ASI dengan Sikap dalam Pemberian ASI pada Ibu bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018………...
55
x
11
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat izin penelitian dari Badan Riset Propinsi Sultra
Lampiran 2. Kuesioner
Lampiran 3. Surat keterangan telah melakukan penelitian
Lampiran 4. Master tabel
Lampiran 5. Output analisis data
Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian
xi
12
ABSTRAK
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENYIMPANAN ASI
DENGAN SIKAP DALAM PEMBERIAN ASI PADA IBU BEKERJA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLO TAHUN 2018
Juliati Nurdin 1, Syahrianti2, Farming 2
Latar belakang: Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Tujuan penelitian: Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang penyimpanan ASI dengan sikap dalam pemberian ASI pada Ibu bekerja di wilayah kerja puskesmas Wolo tahun 2018. Metode Penelitian: Jenis penelitian adalah penelitian analitik dengan rancangan cross sectional. Sampel penelitian ini adalah ibu bekerja yang menyusui diwilayah kerja puskesmas Wolo yang berjumlah 53 orang. Instrumen pengumpulan data berupa kuesioner mengenai pengetahuan, dan sikap ibu bekerja. Data dianalisis dengan uji Chi Square. Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan Mayoritas Ibu bekerja yakni 23 orang (43,40%) memiliki pengetahuan yang baik tentang penyimpanan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018. Mayoritas Ibu bekerja 41 orang (77,36%) memiliki sikap yang positif terhadap pemberian ASI pada bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018, Seaca bivariat hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang penyimpanan ASI dengan Sikap dalam Pemberian ASI Pada Ibu Bekerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018 yang ditandai dengan nilai p = 0,000 < α = 0,05 dengan X2 hitung = 15,325
Kata kunci : Penyimpanan ASI, Pengetahuan, Sikap
1. Mahasiswa Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan. 2. Dosen Poltekkes Kendari Jurusan Kebidanan.
xii
1
ABSTRACT
RELATIONSHIP BETWEEN KNOWLEDGE ON STORAGE OF ASI AND ATTITUDE IN
GIVING ASI IN MOM WORK IN WOLO HEALTH CENTER WORKING AREA 2018
Juliati Nurdin 1, Syahrianti
2, Farming
2
Background: Mother's Milk (ASI) is the best natural nutrition for babies because it
contains energy and substances needed during the first six months of a baby's life.
Purpose of the study: This study aims to determine the relationship of knowledge about
breast milk storage with attitudes in breastfeeding to mothers working in the work area of
the Wolo health center in 2018.
Research Method: This type of research is analytical research with cross sectional
design. The sample of this study were working mothers who were breastfeeding in the
work area of the Wolo health center which amounted to 53 people. Data collection
instruments in the form of questionnaires regarding knowledge, and attitude of working
mothers. Data were analyzed by Chi Square test.
Results: The results showed that the majority of working mothers were 23 people
(43.40%) had good knowledge about breastfeeding in the Wolo Health Center Work Area
in 2018. The majority of working mothers 41 people (77.36%) had a positive attitude
towards giving Breastmilk in infants in the Wolo Health Center Work Area in 2018,
bivariate Seaca results showed that there was a significant relationship between
knowledge about breastfeeding storage and attitudes in breastfeeding at working mothers
in the Wolo Health Center Work Area in 2018 which was indicated by p = 0,000 <α = 0.05
with X2 count = 15,325
Keywords: Breastmilk Storage, Knowledge, Attitude
1. Students of the Kendari Polytechnic Department of Midwifery.
2. Lecturer of Kendari Polytechnic Department of Midwifery.
xiii
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi alamiah terbaik bagi bayi
karena mengandung kebutuhan energi dan zat yang dibutuhkan
selama enam bulan pertama kehidupan bayi (Rosita, 2008).
Kebutuhan bayi akan zat gizi sangat tinggi untuk mempertahankan
kehidupannya. Kebutuhan tersebut dapat tercukupi dengan
memberikan Air susu Ibu (ASI) kepada bayi. Pedoman internasional
yang menganjurkan pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama
didasarkan pada bukti ilmiah tentang manfaat ASI bagi daya tahan
hidup bayi, pertumbuhan, dan perkembangannya. Pemberian ASI
eksklusif dapat mengurangi tingkat kematian bayi yang dikarenakan
berbagai penyakit yang menimpanya serta mempercepat pemulihan
bila sakit dan membantu menjarangkan kelahiran (Prasetyono, 2009).
Aktivitas menyusui bayi seringkali menemui berbagai kendala.
Salah satu faktor yang mempengaruhi pemberian ASI eksklusif adalah
ibu yang bekerja di luar rumah, sehingga tidak dapat memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan kepada bayinya. Faktor ini terkait kurangnya
pengetahuan ibu. Sesungguhnya, ibu yang bekerja tetap bisa
memberikan ASI eksklusif kepada bayinya selama 6 bulan. Bahkan,
ibu yang bekerja tidak memerlukan tambahan waktu setelah
1
2
memperoleh cuti hamil 3 bulan. Ibu yang bekerja dapat memberikan
ASI eksklusif kepada bayinya dengan cara memeras ASI, dan
memberikannya kepada bayi saat ibu bekerja (Prasetyono, 2009).
Pekerjaan seringkali menjadi alasan yang membuat seorang
ibu berhenti menyusui. Sebenarnya ada beberapa cara yang dapat
dianjurkan pada ibu menyusui yang bekerja. Salah satu cara yang
dapat dilakukan adalah dengan menyusui bayi sebelum ibu bekerja
dan menyimpan ASI di lemari pendingin kemudian dapat diberikan
pada bayi saat ibu bekerja (Kristiyansari, 2009). Rendahnya
pemahaman ibu, keluarga, dan masyarakat mengenai pentingnya ASI
bagi bayi mengakibatkan program pemberian ASI eksklusif tidak
berlangsung secara optimal. Rendahnya tingkat pemahaman tentang
pemberian ASI eksklusif dikarenakan kurangnya informasi atau
pengetahuan yang dimiliki oleh para ibu mengenai segala nilai plus
nutrisi dan manfaat yang terkandung dalam ASI. Seorang ibu yang
memiliki pendidikan yang lebih tinggi kemungkinan pengetahuan dan
wawasannya pun akan semakin luas, termasuk juga pengetahuan dan
wawasan dalam masalah pemenuhan gizi yang baik bagi bayi atau
balitanya (Prasetyono, 2009).
Pemberian ASI eksklusif cenderung menurun di berbagai
negara berkembang termasuk Indonesia, menurut data dari SKDI
(Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia) tahun 2002-2003
cakupan ASI eksklusif di Indonesia pada bayi usia 4-5 bulan sebesar
3
14%, lebih rendah dibandingkan dengan target cakupan ASI eksklusif
di Indonesia sebesar 80%. Berbagai kendala yang menyebabkan
kegagalan dalam pemberian ASI eksklusif diantaranya ibu bekerja,
pengetahuan ibu, budaya di masyarakat dan kurang informatifnya
petugas kesehatan dalam mempromosikan ASI (Prasetyono, 2009).
Menyusui merupakan hak setiap ibu tidak terkecuali pada ibu
yang bekerja, maka agar dapat terlaksananya pemberian ASI
dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan
menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu
diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja, dan
pemberdayaan pekerja wanita sendiri. (Depkes, 2005). World Health
Organization (WHO) merekomendasikan pamberian ASI Eksklusif
sekurang-kurangnya selama 6 bulan pertama kehidupan dan
dilanjutkan dengan makanan pendamping sampai usia 2 tahun,
rekomendasi serupa juga oleh American Academy of Pediatrics
(AAP), Academy of Breasfeeding Medicine demikian pula oleh Ikatan
Dokter Anak Indonesia (IDAI) (Suradi dkk, 2010).
Masalah ibu bekerja yang baru saja melahirkan adalah merasa
berat ketika akan meninggalkan bayinya untuk bekerja kembali ketika
masa cuti telah selesai sementara ASI menjadi kebutuhan utama bagi
bayi. Anjuran untuk bayi lahir adalah mendapatkan ASI eksklusif
selama enam bulan kemudian diteruskan sampai usia 2 tahun
sementara masa cuti melahirkan umumnya hanyalah tiga bulan. Pada
4
ibu yang bekerja pemberian ASI terhambat pada waktu untuk
menyusui karena intensitas pertemuan antara ibu dan anak yang
kadang kurang. Ibu bekerja menjadikan alasan pekerjaan sebagai
penghambat pemberian ASI. Wanita karir lebih sering menitipkan
bayinya kepada pengasuh dengan alasan kesibukan mencari nafkah.
Tidak jarang wanita karir lebih memilih memberikan bayinya susu
formula dibandingkan dengan ASI. Akibatnya bayi lebih sering
mengalami sakit dikarenakan daya tahan tubuhnya kurang baik.
Dengan memberikan ASI akan memberikan kekebalan tubuh bagi
bayi.
Data dari puskesmas Wolo menggambarkan pada tahun 2017
Jumlah sasaran bayi sebanyak 196 orang dengan jumlah ibu yang
memberikan ASI esklusif haya sebanyak 43 orang (21,9%). Pada
tahun 2018 tercatat jumlah ibu menyusui yang memiliki pekerjaan
tetap sebanyak 189 orang di Puskesmas Wolo. Pekerjaan tetap ibu-
ibu menyusui di wilayah kerja Puskesmas Wolo meliputi Pegawai
Negeri Siil (PNS) dan tenaga kontrak/honorer. Studi pendahuluan
yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Wolo yaitu dari 6 orang
ibu pekerja didapatkan dari 6 orang ibu mengatakan tidak memberikan
ASI dengan alasan ibu harus bekerja sehingga tidak ada waktu untuk
menyusui, 5 di antaranya tidak mengetahui tentang penyimpanan Air
Susu Ibu Perah (ASIP) agar ASIP tidak rusak, 4 di antaranya tidak
setuju dengan pemberian ASIP karena tidak praktis dan tidak ada
5
satupun diantara 6 ibu yang melakukan praktik ASIP meskipun ibu
tidak ada waktu untuk pulang menyusui ketika bekerja. Terbentuknya
suatu perilaku baru, terutama pada orang dewasa biasanya dimulai
dari ranah kognitif, dimana subjek tahu terlebih dahulu akan adanya
stimulus yang menimbulkan pengetahuan baru. Pengetahuan tersebut
akan menimbulkan respon batin dalam bentuk sikap tertentu. Stimulus
atau objek yang telah diketahui dan disadari tersebut akan
menimbulkan respon yang lebih jauh lagi berupa tindakan. Oleh
karena itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian “Hubungan
Pengetahuan Tentang Penyimpanan ASI Dengan Sikap Dalam
Pemberian ASI Pada Ibu Bekerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo
tahun 2018”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka rumusan
masalah untuk penelitian ini yaitu : “Apakah ada hubungan yang
signifikan pengetahuan tentang penyimpanan ASI dengan sikap
dalam pemberian ASI pada Ibu bekerja di wilayah kerja puskesmas
Wolo tahun 2018 ? “
C. Tujuan
1. Tujuan Umum :
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang penyimpanan
ASI dengan sikap dalam pemberian ASI pada Ibu bekerja di
wilayah kerja puskesmas Wolo tahun 2018.
6
2. Tujuan Khusus :
a. Untuk mendeskripsikan tingkat pengetahuan ibu tentang
penyimpanan ASI di wilayah kerja puskesmas Wolo.
b. Untuk mendeskripsikan sikap Ibu bekerja tentang pemberian
ASI di wilayah kerja puskesmas Wolo tahun 2018.
c. Untuk menganalisis hubungan pengetahuan tentang
penyimpanan ASI dengan sikap dalam pemberian ASI pada Ibu
bekerja di wilayah kerja puskesmas Wolo tahun 2018.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi masyarakat
Dapat menjadi salah satu rujukan bagi masyarakat khususnya ibu
menyusui yang masih bekerja agar tetap bisa memberikan ASI
eksklusif kepada bayinya melalui metode penyimpanan ASI yang
baik.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi institusi untuk
menambah informasi dan dapat digunakan sebagai dasar bagi
peneliti selanjutnya.
3. Bagi Peneliti
Dapat menanmbah pengetahuan bagi peneliti tentang keterkaitan
antara pengetahuan dan sikap ibu menyusui terhadap
7
penyimpanan ASI sertamenjadi pengalaman yang berharga bagi
peneliti selama menempuh pendidikan.
E. Keaslian Penelitian
1. Anestesia Wulandari. 2013. Hubungan Tingkat Pengetahuan Dan
Sikap Terhadap Air Susu Ibu Perah (ASIP) Dengan Praktik
Pemberian ASIP Pada Ibu Bekerja di Kelurahan Tandang
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jenis penelitian yang
digunakan adalah analitik dengan pendekatan cross sectional.
Variabel bebas yaitu pengetahuan dan sikap terhadap ASIP,
sedangkan variabel terikatnya adalah praktik pemberian ASIP.
Hasil uji Fisher Exact ada hubungan antara tingkat pengetahuan ibu
dengan praktik pemberian ASIP pada ibu). Ada hubungan antara
sikap terhadap ASIP dengan praktik pemberian ASIP pada ibu
bekerja.
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi
penelitian dan variabel terikatnya, dimana penelitian Anestesia
Wulandari menggunakan variabel terikat “praktik pemberian ASIP”
sedangkan penelitian ini menggunakan variabel terikat “ sikap
dalam pemberian ASI”
2. Zahra Azzuhra. 3013. Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan
Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu yang Bekerja Sebagai Perawat di
RSUD Dr. H. Soewondo Kendal. Penelitian ini menggunakan
desain deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional. Hasil
8
penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan ibu yang bekerja sebagai perawat dengan
pemberian ASI Eksklusif. Ada hubungan yang signifikan antara
sikap ibu yang bekerja sebagai perawat dengan pemberian ASI
Eksklusif. Diharapkan perawat dapat memberi contoh dalam
pemberian ASI eksklusif kepada masyarakat.
Perbedaan dengan penelitian ini terletak pada lokasi
penelitian dan variabel terikatnya, dimana penelitian Zahra Azzuhra
menggunakan variabel terikat “Pemberian Asi Eksklusif” sedangkan
penelitian ini menggunakan variabel terikat “ sikap dalam
pemberian ASI”
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Konsep pengetahuan
a. Pengertian
Pengetahuan umumnya dipahami sebagai segala
sesuatu yang diketahui „langsung‟ dari pengalaman,
berdasarkan cerapan panca indera, dan olahan akal budi yang
spontan. Pengetahuan dalam hal ini ialah segala sesuatu
yang dilihat, didengar, dikecap, dicium, diraba dan hadir dalam
kesadaran kita. Pengetahuan sehari-hari ini seringkali sifatnya
spontan, subjektif, dan atau intuitif (Sandjaja & Albertus,
2006).
Pengetahuan adalah sebagian ingatan atas bahan
yang telah di pelajari. Pengetahuan adalah segala yang telah
diketahui dan mampu diingat oleh setiap orang setelah
mengalami, menyaksikan, mengamati atau diajarkan
semenjak lahir sampai menginjak dewasa khususnya setelah
diberi pendidikan baik melalui pendidikan formal maupun non
formal dan diharapkan dapat mengevaluasi suatu materi atau
obyek tertentu untuk melaksanakannya sebagai bagian dalam
kehidupan sehari-hari (Notoatmodjo, 2012).
9
10
b. Cara memperoleh pengetahuan
Ada beberapa cara untuk memperoleh pengetahuan,
yaitu:
1) Cara coba-salah (Trial and Error)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan
menggunakan kemungkinan dalam memecahkan
masalah, dan apabila kemungkinan tersebut tidak
berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. Apabila
kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba dengan
kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga
gagal dicoba kemungkinan keempat dan seterusnya,
sampai masalah tersebut dapat dipecahkan. Itulah
sebabnya maka cara ini disebut metode trial (coba) and
error (gagal atau salah) atau metode coba-salah/ coba-
coba.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak
sekali kebiasaan-kebiasaan dan tradisi-tradisi yang
dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah
yang dilakukan tersebut baik atau tidak. Kebiasaan-
kebiasaan ini biasanya diwariskan turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya.dengan kata lain,
11
pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan pada
otoritas atau kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah,
otoritas pemimpin agama, maupun ahli-ahli ilmu
pengetahuan.
Prinsip cara ini adalah, orang lain menerima
pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa terlebih dulu menguji atau membuktikan
kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun
berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini disebabkan karena
orang yang menerima pendapat tersebut menganggap
bahwa yang dikemukakannya adalah benar.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi
pepatah, pepatah ini mengandung maksud bahwa
pengalaman itu merupakan sumber pengetahuan, atau
pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh
pengetahuan.
4) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan umat manusia, cara
berpikir manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia
telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
12
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi
maupun deduksi.
d. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah:
1) Pengalaman
Merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran pengetahuan, baik dari pengalaman diri sendiri
maupun orang lain. Hal tersebut dilakukan dengan cara
pengulangan kembali pengalaman yang diperoleh dalam
memecahkan permasalahan yang dihadapi. Bila berhasil
maka orang akan menggunakan cara tersebut dan bila
gagal tidak akan mengulangi cara itu.
2) Pendidikan
Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka
makin mudah menerima informasi sehingga makin banyak
pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya pendidikan
yang kurang akan menghambat perkembangan sikap
seseorang terhadap nilai-nilai baru yang diperkenalkan.
3) Kepercayaan
Adalah sikap untuk menerima suatu pernyataan atau
pendirian tanpa menunjukkan sikap pro atau anti
kepercayaan. Sering diperoleh dari orang tua, kakek atau
nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu
13
berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian
terlebih dahulu. Kepercayaan berkembang dalam
masyarakat yang mempunyai tujuan dan kepentingan
yang sama. Kepercayaan dapat tumbuh bila berulang kali
mendapatkan informasi yang sama (Notoatmodjo, 2012)
2. Tinjauan Umum tentang Sikap
a. Pengertian
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup
dari seseorang terhdap suatu stimulus atau obyek
(Notoatmodjo, 2013). Sikap merupakan kesiapan untuk
bereaksi suatu objek dengan cara-cara tertentu. Kesiapan
yang dimaksud disini adalah kecendrungan potensial untuk
bereaksi dengan cara tertentu apabila individu dihadapkan
pada stimuslus yang menghendaki adanya respon (Azwar,
2012). Sikap juga dapat diartikan sebagai kecendrungan yang
relatif stabil, dimilaki seseorang dalam bereaksi (baik reaksi
positif maupun negatif) terhadap dirinya sendiri, orang lain,
benda, situasi atau kondisi sekitarnya (Mappiere, 2015). Sikap
tumbuh diawali dari pengetahuan yang dipersepsikan sebagai
suatu hak yang baik (positif) maupun tidak baik (negatif)
maupun diterapkan didalam dirinya.
14
b. Komponen sikap
Struktur sikap terdiri dari 3 komponen yang saling
menunjang, yaitu:
1) Komponen negatif, yaitu komponen yang berkaitan dengan
pengetahuan, pandangan, keyakinan, yaitu hal-hal yang
berhubungan dengan bagaimana orang mempersepsi
terhadap objek sikap.
2) Komponen afektif merupakan komponen yang
berhubungann dengan rasa senang atau tidak senang
terhadap objek sikap. Rasa senang merupakan hal positif
dan rasa tidak senang merupakan hal negatif. Komponen
ini menunjukan arah sikap yaitu positif dan negatif.
3) Komponen konatif merupakan aspek kecenderungan
berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh
seseorang, dan berisi tendensi atau kecenderungan
bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara
tertentu (Azwar, 2012)
c. Tingkatan sikap
Sikap terdiri dari beberapa tigkatan (Notoatmodjo, 2013):
1) Menerima
Menerima diartikan bahwa seseorang (subjek) mau
dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).
2) Merespon
15
Memberikan ditanya apabila ditanya, mengerjakan
dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu
indikasi dari sikap.
3) Menghargai
Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau
mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap
tingkat tiga.
4) Bertanggung jawab
Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang
dipilihnya dengan segala resiko maupun sikap paling
tinggi.
d. Ciri-ciri sikap
1) Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau
dipelajari sepanjang perkembangan hidup.
2) Sikap dapat berubah-rubah karena itu sikap dapat
dipelajari dan sikap dapat berubah bila terdapat berubah
bila terdapat keadaan dan syarat tertentu.
3) Sikap tidak berdiri sendiri, tapi senantiasa mempunyai
hubungan tertentu terhadap suatu objek.
4) Objek sikap merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat
juga merupakan kumpulan suatu hal.
5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dari segi-segi
peraasaaan.
16
6) Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar (Azwar,
2012)
e. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap
1) Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil tahu, hal ini terjadi
setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap
suatu objek, individu mempunyai dorongan untuk
mengerti, dengan pengalamannya memperoleh
pengetahuan. Sikap seseorang terhadap suatu objek
menunjukan pengetahuan orang tersebut terhadap objek
yang bersangkutan (walgito, 2010)
2) Pengalaman pribadi
Untuk menjadi dasar pembentukan sikap,
pengalaman pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat.
Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila
peengalaman pribadi ersebut terjadi dalm situasi yang
melibatkan faktor emosional (Azwar, 2012).
3) Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki
sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang
yang dianggap penting. Kecendrungan ini antara lain
dimotivasi olehh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan
17
untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap
penting tersebut (Azwar, 2012)
4) Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis
pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah.
Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota
masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang beri corak
pengalaman individu-individu masyarakat (Azwar, 2012)
5) Media massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau
media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual
disampaikan, secara objektif cenderung dipengaruhi oleh
sikap penulisnya, sehingga akan beerakibat tterhadap
sikap konsumen (Azwar, 2010).
6) Lembaga pendidikan dan lembaga agama
Konsep moral dan ajaran ajaran dari lembaga
pendidikan dan lembaga agam sangan menentukan
sistem kepercayaan, sehingga konsep tersebut
mempengaruhi sikap (Azwar, 2012).
7) Faktor emosional
Suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi
18
atau penghilang bentuk mekanisme pertahanan ego
(Azwar, 2012)
f. Pengukuran Sikap
Dalam pengukuran sikap ada beberapa macam cara,
yang pada garis besarnya dapat dibedakan secara langsung
dan secara tidak langsung. Secara langsung yaitu subjek
secara langsung dimintai pendapat bagaimana sikapnya
terhadap suatu masalah atau hal yang dihadapkan
kepadanya. Dalam hal ini dapat dibedakan langsung yang
tidak berstruktur dan langsung berstruktur. Secara langsung
yang tidak berstruktur misalnya mengukur sikap dan survei
(misal public option survey). Sedangkan secara langsung
yang berstruktur yaitu pengukuran sikap dengan
menggunakan pertanyaan pertanyaan yang telah disusun
sedemikian rupa dalam suatu alat yang telah ditentukan dan
langsung dibedakan kepada subjek yang diteliti (Arikunto,
2013).
3. Tinjauan Umum Tentang ASI Eksklusif
a. Pengertian ASI Eksklusif
Yang dimaksud dengan pemberian ASI eksklusif atau
lebih tepat pemberian ASI secara eksklusif adalah bayi hanya
diberi ASI saja, tanpa tambahan cairan lain seperti susu
formula, jeruk, madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan
19
makanan padat seperti pisang, pepaya, bubur susu, biskuit,
bubur nasi dan tim. Pemberian ASI secara eksklusif ini
dianjurkan sampai bayi berumur 6 bulan dan setelah bayi
berumur 6 bulan, ia harus diperkenalkan dengan makanan
padat, sedangkan ASI dapat diberikan sampai bayi berusia 2
tahun atau bahkan lebih dari 2 tahun (Roesli, 2005).
World Health Organization (WHO) menekankan bahwa
pemberian ASI eksklusif pada bayi yaitu dimulai pada 6 bulan
pertama setelah kelahiran, dan setelah itu dapat diberikan
makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang mencukupi
kuantitas dan kualitasnya serta teruskan pemberian ASI
sekurangnya sampai anak berusia 2 tahun (Masoara, 2008).
b. Fisiologi Menyusui
ASI diproduksi atas hasil kerja gabungan antara
hormon dan refleks. Selama kehamilan, terjadilah perubahan
pada hormon yang berfungsi mempersiapkan jaringan kelenjar
susu untuk memproduksi ASI. Segera setelah melahirkan,
akan terjadi perubahan pada hormon yang menyebabkan
payudara mulai memproduksi ASI (Roesli, 2005).
Pada saat laktasi akan terjadi dua refleks yang akan
meyebabkan ASI keluar pada saat yang tepat dengan jumlah
yang tepat pula, yaitu :
20
1) Refleks Produksi Air Susu (Milk Production Reflex)
Kelenjar hipofisa bagian depan yang berada didasar
otak menghasilkan prolaktin. Prolaktin akan merangsang
kelenjar payudara untuk memproduksi ASI dan prolaktin
ini akan keluar kalau terjadi pengosongan ASI dari gudang
ASI.
Jadi, pengosongan gudang ASI merupakan
perangsang diproduksinya ASI. Kejadian dari
perangsangan payudara sampai pembuatan ASI disebut
Refleks Produksi Air Susu atau Refleks Prolaktin.
2) Refleks Pengeluaran Air Susu (Let Down Reflex)
Setelah diproduksi oleh pabrik susu, ASI akan
dikeluarkan dari pabrik susu dan dialirkan ke gudang
susu. Pengeluaran ASI ini terjadi karena sel otot halus
disekitar kelenjar payudara mengerut sehingga memeras
ASI keluar yang disebabkan oleh hormon oksitosin.
Hormon oksitosin berasal dari bagian belakang
kelenjar hipofisa dan dihasilkan bila ujung saraf sekitar
payudara dirangsang oleh isapan. Oksitosin masuk
kedalam darah menuju payudara. Kejadian ini disebut
Refleks Pengeluaran Air Susu atau Refleks Oksitosin
(Hubertin, 2008).
21
Dengan keluarnya oksitosin maka hormon ini juga
memacu kontraksi otot rahim sehingga involusi rahim
makin cepat dan makin baik. Tidak jarang perut ibu terasa
mulas yang sangat pada hari-hari pertama menyusui dan
ini adalah mekanisme alamiah yang baik untuk
kembalinya rahim ke bentuk semula (Masoara, 2006).
Tiga refleks yang penting dalam mekanisme hisapan
bayi, yaitu :
1) Refleks menangkap (rooting reflex)
Ini adalah refleks yang terjadi bila bayi baru lahir
tersentuh pipinya. Dia akan menoleh kearah sentuhan.
Bila bibirnya dirangsang dengan papilla, maka dia akan
membuka mulut dan berusaha untuk menangkapnya.
2) Refleks mengisap
Refleks ini mulai apabila langit-langit mulut bayi
tersentuh, biasanya oleh papilla. Supaya sentuhan ini
sempurna mencapai bagian belakang palatum, maka
sebagian besar areola harus tetangkap mulut bayi.
Dengan cara demikian, maka sinus laktiferus yang
berada dibawah areola akan tertekan antara gusi, lidah
dan palatum sehingga pemerasan ASI lebih sempurna.
22
3) Refleks menelan
Bila mulut bayi terisi ASI ia akan menelannya
(Depkes, 2007).
c. Komposisi ASI
Komposisi yang terkandung dalam ASI menurut
Sulistyawati, (2009) antara lain:
1) Protein
Protein dibutuhkan untuk pertumbuhan bayi.Protein
dipecah menjadi kasein dan air dadih. ASI terutama terdiri
atas air dadih sedangkan susu sapi mengandung lebih
banyak kasein. Disamping air dadih, ASI mengandung
protein terpilih lain yang secara alamiah tidak terdapat
dalam susu yang dikandung oleh sapi atau formula,
seperti taurin, laktoferin, lisosim dan nukleotida.
2) Karbohidrat
Hampir semua karbohidrat didalam ASI adalah
laktosa. Laktosa penting untuk pertumbuhan otak, dan
otak bayi pada umumnya sangat besar dan tumbuh
dengan cepat.
3) Lemak
Lemak dibutuhkan untuk membuat energi (kalori)
serta meningkatkan kecerdasan karena didalam ASI
23
terdapat asam-asam lemak esensial berantai panjang
yang terbukti sangat penting bagi pertumbuhan dan
perkembangan otak bayi.Asam lemak ini tidak ada secara
alami didalam susu sapi atau susu formula. Lemak dalam
ASI sangat mudah dicerna dan nyaris tanpa bahan sisa.
4) Vitamin, Mineral dan Zat Besi
Vitamin, mineral dan zat bezi yang terkandung
dalam ASI memiliki manfaat yang tinggi bagi tubuh.
Sebagian besar gizi yang sangat berguna yang ada dalam
ASI masuk ke jaringan bayi dan hanya sedikit sekali yang
terbuang percuma dibanding dengan susu pabrik atau
susu sapi.
d. Manfaat Pemberian ASI
Menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi
ada sederet keuntungan dan manfaat yang akan diperoleh ibu
dengan menyusui si kecil, khususnya dengan memberikan
ASI Eksklusif. Manfaat memberikan ASI Eksklusif bagi bayi
yaitu menerima nutrisi terbaik baik kualitas maupun kuantitas,
meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan kecerdasan,
dan meningkatkan jalinan kasih sayang (Bonding), sedangkan
manfaat memberikan ASI Eksklusif bagi ibu yaitu :
mengurangi perdarahan post partum (pasca melahirkan),
mengurangi kemungkinan terjadinya anemia kekurangan zat
24
besi, mengurangi kemungkinan menderita kanker payudara
dan kanker indung telur, menjarangkan kelahiran,
mengembalikan lebih cepat berat badan dan besarnya rahim
keukuran normal, ekonomis, hemat waktu, tidak merepotkan,
dapat dibawah kemana-mana dengan mudah dan
memberikan rasa bahagia bagi ibu (Supriadi, 2007).
Dalam ASI terkandung nilai-nilai komponen yang tidak
dapat digantikan oleh susu formula, misalnya perlindungan
terhadap infeksi, alergi dan merangsang sistem kekebalan
tubuh bayi. ASI sangat bermanfaat bagi bayi sehingga
pemberian ASI sangat dianjurkan terlebih saat 6 bulan
pertama yang disebut dengan ASI eksklusif dilanjutkan
sampai 2 tahun. Hal ini karena ASI mengandung zat-zat gizi
yang dibutuhkan oleh bayi untuk pertumbuhan dan
perkembangannya, termasuk untuk kecerdasan bayi.
Berikut ini beberapa manfaat ASI bagi bayi :
1) Merupakan makanan alamiah yang sempurna, bersih dan
higienis.
2) Mengandung zat gizi sesuai kebutuhan bayi untuk
pertumbuhan yang sempurna.
3) Mengandung zat gizi untuk kecerdasan bayi.
25
4) Mengandung zat kekebalan untuk mencegah bayi agar
tidak terkena penyakit infeksi (diare, batuk pilek, radang
tenggorokan dan gangguan pernafasan).
5) Melindungi bayi dari alergi.
6) Aman dan terjamin kebersihannya, karena langsung
disusukan kepada bayi dalam keadaan segar.
7) Tidak akan pernah basi, mempunyai suhu yang tepat dan
dapat diberikan kapan saja dan dimana saja.
8) Membantu memperbaiki refleks menghisap, menelan dan
pernafasan bayi.
Manfaat pemberian ASI ternyata tidak hanya untuk
bayi, tetapi juga bermanfaat bagi ibu. Berikut ini beberapa
manfaat pemberian ASI bagi ibu :
1) Menjalin hubungan kasih sayang antara ibu dengan bayi.
2) Mengurangi perdarahan setelah persalinan.
3) Mempercepat pemulihan kesehatan ibu.
4) Menunda kehamilan.
5) Mengurangi resiko terkena kanker payudara.
6) Ibu dapat memberikan ASI setiap saat bayi membutuhkan.
7) Lebih praktis karena ASI lebih mudah diberikan.
8) Menumbuhkan rasa percaya diri ibu untuk menyusui
(Muchtar, 2008).
26
e. Risiko Makanan Tambahan Terlalu Dini
Setelah bayi lahir, bayi normal mampu mengisap dan
menelan ASI. Untuk menunjang kualitas pemberian ASI
secara eksklusif, menyusui harus dilakukan sedini mungkin
yaitu dalam 30 menit pertama setelah kelahiran. Menyusui dini
juga mempunyai beberapa keuntungan lain sebagai berikut :
1) Rangsangan pengisapan dapat memberikan refleks
pengeluaran oksitosin sehingga pelepasan plasenta akan
dapat dipercepat.
2) Pemberian ASI mempercepat pengembalian rahim pada
keadaan normal.
3) Rangsangan pengisapan juga mempercepat pengeluaran
ASI karena oksitosin bekerja sama dengan hormon
prolaktin.
ASI hendaknya diberikan secara eksklusif selama 6
bulan pertama, yaitu memberikan ASI penuh tanpa tambahan
cairan lain, seperti susu formula, madu, air putih/teh, sari buah,
pisang, bubur susu dan tim. Selanjutnya, pemberian ASI tetap
dilakukan sampai 2 tahun, bersama dengan makanan
pendamping yang sesuai dan cukup dengan kebutuhan. Perlu
diketahui, memuasakan bayi baru lahir dalam waktu beberapa
lama, membuang kolostrum dan memberikan air matang atau
27
madu pada bayi baru lahir tidak dibenarkan karena tidak sesuai
untuk bayi.
Bayi memiliki fungsi organ yang belum sempurna. Jika
kemudian bayi dapat beradaptasi dengan pola makan yang
tidak diperlukan seperti pemberian makanan tambahan yang
terlalu dini, bukan berarti pemberiannya dibenarkan.
Terbukti, ada banyak kerugian jika pemberian makanan
tambahan dilakukan terlalu dini, seperti berikut ini :
1) Risiko Jangka Pendek
Pemberian makanan selain ASI akan mengurangi
keinginan bayi untuk menyusu sehingga frekuensi dan
kekuatan bayi menyusu berkurang akibat produksi ASI
berkurang. Disamping itu, pemberian makanan lain
merupakan kerugian bagi bayi karena pasti nilai gizinya
lebih rendah dari ASI.
2) Risiko Jangka Panjang
Pemberian makanan tambahan yang terlalu dini dan
tidak tepat mengakibatkan kebiasaan makan menjadi
kurang baik dan menyebabkan gangguan kesehatan antara
lain obesitas, hipertensi dan alergi makanan (Roesli, 2005).
28
f. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI
Berikut ini beberapa faktor yang mempengaruhi produksi
ASI, yaitu :
1) Rasa cemas tidak dapat menghasilkan ASI dalam jumlah
yang cukup untuk bayinya sangat berpengaruh terhadap
keberhasilan menyusui.
2) Motivasi diri dan dukungan suami/keluarga untuk menyusui
bayinya sangat penting.
3) Adanya pembengkakan payudara karena bendungan ASI.
4) Pengosongan ASI yang tidak teratur.
5) Kondisi status gizi ibu yang buruk dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas ASI.
6) Ibu yang lelah atau kurang istirahat/stress/sakit.
Oleh karena itu, hindari faktor-faktor diatas dengan lebih
meningkatkan percaya diri, melakukan perawatan payudara
secara rutin, serta lebih sering menyusui tanpa dijadwal sesuai
kebutuhan bayi. Semakin sering menyusu dan semakin kuat
daya isapnya, payudara akan memproduksi ASI lebih banyak.
Dengan demikian, ibu dapat menyusui bayinya secara eksklusif
selama 6 bulan dan tetap memberikan ASI sampai anak
berusia 2 tahun untuk mendapatkan anak yang sehat dan
cerdas (Roesli, 2005).
29
g. Lama dan Frekuensi Menyusui
Sebaiknya menyusui bayi secara nir-jadwal (on
demand), karena bayi akan menentukan sendiri kebutuhannya.
Ibu harus menyusui bayinya bila bayi menangis bukan karena
sebab lain (kencing, dsb) atau ibu sudah merasa perlu
menyusui bayinya. Bayi yang sehat dapat mengosongkan satu
payudara sekitar 5-7 menit dan ASI dalam lambung bayi akan
kosong dalam waktu 2 jam.
Pada awalnya bayi akan menyusu dengan jadwal yang
tak teratur, dan akan mempunyai pola tertentu setelah 1-2
minggu. Menyusu yang dijadwal akan berakibat kurang baik,
karena isapan bayi sangat berpengaruh pada rangsangan
produksi ASI selanjutnya. Dengan menyusui nir-jadwal sesuai
kebutuhan bayi, akan mencegah banyak masalah yang
mungkin timbul. Menyusui pada malam hari sangat berguna
bagi ibu yang bekerja, karena dengan sering disusukan pada
malam hari akan memacu produksi ASI, dan juga mendukung
keberhasilan menunda kehamilan. Untuk menjaga
keseimbangan besarnya kedua payudara maka sebaiknya
setiap kali menyusui harus dengan kedua payudara dan
diusahakan sampai payudara terasa kosong, agar produksi ASI
akan lebih baik. Setiap menyusui dimulai dengan payudara
yang terakhir disusukan. Selama menyusui ibu sebaiknya
30
menggunakan kutang (BH) yang dapat menyangga payudara,
tetapi tidak terlalu ketat (Depkes, 2007).
h. Cara Penyimpanan ASI
1) ASI Segar
ASI yang baru saja diperah atau ASI segar, bisa
bertahan rata-rata 4 jam dalam suhu ruangan. Kolostrum
berbentuk cairan kekuningan yang lengket dan kental,
keluar pada beberapa hari setelah kelahiran hingga hari ke
lima setelah persalinan, kolostrum masih aman disimpan
selama 4 jam setiap kali perah dalam suhu ruang kurang
dari 25o C.
Level suhu dan durasi waktu penyimpanan yang
aman untuk ASI perah yaitu:
a) ASI yang disimpan dalam suhu ruang 16-29oC aman
dikonsumsi dalam 3-6 jam.
b) ASI yang disimpan dalam kulkas dengan suhu 0-4oC
bisa bertahan hingga 3-8 bulan dan masih aman
dikonsumsi.
c) ASI yang disimpan dalam freezer lemari es satu pintu
dengan suhu kurang dari 15oC aman dikonsumsi
hingga 2 minggu. Jika ASI disimpan dalam freezer
lemari es dua pintu dengan suhu kurang dari 18oC
31
waktu penyimpanan bisa lebih lama, yaitu hingga 3-6
bulan.
d) ASI yang disimpan dalam freezer tunggal/khusus
dengan suhu kurang dari 18 oC, ASI aman disimpan
hingga 6-12 bulan (Riksani, 2011).
2) ASI Beku
ASI yang sudah disimpan dalam jangka waktu
tertentu dalam freezer dan menjadi beku. ASI yang menjadi
beku sebelum diberikan pada bayi, sebaiknya dihangatkan
ke dalam mangkuk yang diisi air hangat dan segera
diberikan kepada bayi. Batas maksimal penyimpanan ASI
beku dalam suhu ruangan rata-rata selama 4 jam,
meskipun 5-6 jam masih ditoleransi jika kondisinya sangat
bersih. ASI yang masih tersisa jangan disimpan dalam
freezer kembali tapi harus segera dibuang.
Berikut cara-cara menyimpan ASI dalam lemari es
atau freezer yaitu:
a) ASI perah disimpan dalam botol kaca dan pengisian
maksimal 3 /4 dari daya tampung botol.
b) Pastikan botol yang akan digunakan telah dibersihkan
dan disterilkan.
32
c) Menempelkan label jam dan tanggal pada botol kaca
atau tempat yang akan digunakan untuk menyimpan
ASI perah.
d) Pisahkan ASI dengan bahan makanan lain yang
tersimpan dalam lemari es, lebih baik lagi jika
mempunyai lemari es khusus untuk menyimpan ASI.
e) Bila ASI keluar dalam jumlah banyak, simpan sebagian
di freezer untuk jangka panjang dan sebagian dilemari
es bagian bawah untuk pemakaian jangka pendek.
f) Menyimpan ASI di bagian dalam freezer atau lemari es,
bukan dibagian pintu. Karena bagian pintu berpeluang
mengalami perubahan dan variasi suhu udara.
g) ASI beku yang tersimpan di freezer dan akan diberikan
kepada bayi, sehari sebelumnya diturunkan ke lemari
es bagian bawah agar pelelehan ASI perah yang sudah
beku berjalan perlahan.
h) Jika ASI perah belum benar-benar meleleh sempurna,
masukkan botol yang berisi ASI ke dalam mangkuk
yang berisi air hangat (Riksani, 2011).
3) ASI yang Sudah Dihangatkan dengan Air Hangat
ASI perah yang sudah dicairkan dengan air hangat
sebaiknya langsung diberikan kepada bayi atau sampai
33
jadwal minum ASI berikutnya. Menyimpan dalam botol di
lemari es selama 4 jam.
Cara menghangatkan ASI perah, yaitu :
a) Berikan ASI dengan hari dan tanggal yang paling lama
disimpan dalam freezer.
b) Amati bau dan rasanya, jika tercium basi jangan
gunakan ASI tersebut untuk dikonsumsi.
c) Cairkan ASI yang sudah beku dengan memindahkannya
dari freezer ke dalam lemari pendingin, simpan selama
12 jam sebelum diberikan kepada bayi.
d) Hangatkan ASI dengan cara meletakkan botol atau
wadah ASI kedalam mangkuk berisi air hangat.
e) Tidak memanaskan atau merebus ASI diatas kompor,
atau memanaskan ASI dalam wicrowave (Riksani, 2011).
f) Periksa suhu ASI yang sudah dihangatkan dan mencicipi
ASI tersebut sebelum diberika kepada bayi.
B. Landasan Teori
ASI merupakan salah satu hak bayi yang harus disediakan oleh
ibu bayi minimal selama 6 bulan pertama. Hal ini dilakukan untuk
menunjang kebutuhan nutrisi yang diperlukan oleh bayi selam awal
masa pertumbuhannya. Hal ini tidak menjadi masalah bagi ibu yang
tidak bekerja, tetapi berbeda dengan ibu yang bekerja. Apalagi ibu
bekerja tidak ditunjang oleh pengetahuan yang memadai tentang
34
proses maupun cara yang benar untuk menyimpan ASI yang sudah
diperah, maka akan menimbulkan sikap enggan untuk memberikan
ASI kepada bayinya secara teratur.
Pengetahuan yang dimiliki ibu bekerja tentang penyimpanan ASI
akan membentuk kecenderungan sikap positif yang tercermin dalam
perilakunya. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting
untuk terbentuknya tindakan seseorang dan perilaku yang didasarkan
oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada tidak didasari oleh
pengetahuan (Notoatmodjo, 2010). Konsep penyimpanan ASI ini
dirasa perlu dan efektif untuk dilakukan oleh ibu bekerja karena
merupakan upaya untuk menjamin ketersedian ASI bagi bayi
meskipun ibunya sedang bekerja (Roesli, 2005).
Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari
seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap secara nyata
menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi tertutup yang dalam
kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional
terhadap stimulus sosial. Sikap itu merupakan kesiapan atau
kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif
tertentu (Notoadmojo, 2010).
35
C. Kerangka Teori
Gambar 2.1 : Kerangka Teori
(Modifikasi Notoatmodjo 2010, Roesli 2005, Wawan dan Dewi 2011)
Faktor Internal a. Umur b. Pendidikan
Faktor Eksternal
a. Lingkungan b. Sosial Budaya c. Sumber Informasi
Pengetahuan
Merupakan salah satu domain perilaku kesehatan dan merupakan hasil dari “tahu”
Penyimpanan ASI
Sikap
kesiapan atau kesediaan
untuk memberikan ASI
Ibu Bekerja
36
D. Kerangka Konsep
Gambar 2. 1. Kerangka konsep
Keterangan:
Variabl Independen ( Variable Bebas) : Pengetahuan Ibu tentang
penyimpanan ASI
Variable Dependen ( Variabel Terikat) : Sikap Ibu dalam pemberian
ASI
E. Hipotesis
Adapun hipotesis dalam penelitian adalah ada hubungan
pengetahuan ibu tentang penyimpanan ASI dengan sikap ibu dalam
pemberian ASI pada Ibu bekerja di wilayah kerja puskesmas Wolo
tahun 2018.
Pengetahuan Ibu
tentang
penyimpanan ASI Sikap Ibu dalam
pemberian ASI
37
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik dengan
pendekatan Cross Sectional study dimana pengumpulan data
variabel dependen dan independen dilakukan secara bersamaan.
Berikut skema rancangan penelitian.
Gambar 3 : Skema Rancangan Penelitian Cross Sectional
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini telah dilaksanakan di Puskesmas Wolo pada
bulan Juli 2018
Ibu Menyusui
Pengetahuan (Baik)
Pengetahuan (Cukup)
Sikap (Positif)
Sikap (Negatif)
Sikap (Negatif)
Sikap (Positif)
Pengetahuan (Kurang)
Sikap (Positif)
Sikap (Negatif)
37
38
C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu menyusui yang
memiliki pekerjaan tetap di wilayah kerja puskesmas Wolo yang
berjumlah 189 orang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah ibu menyusui yang memiliki
pekerjaan tetap di wilayah kerja puskesmas Wolo yang berjumlah
53 orang. Metode pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah
purposive sampling.
Jumlah sampel dalam penelitian ini ditentukan dengan
menggunakan rumus :
n = (Nursalam, 2008)
Keterangan :
n = Jumlah sampel
N = Jumlah populasi
p = estimator proporsi populasi (jika tidak diketahui dianggap 50%)
q = 1-p (100%-p)
Z2 = 1.96 (harga kurva normal yang terhantung dari harga alpha)
d = 0.05 (tolerasnsi kesalahan yang dipilih)
Sehingga didapatkan:
n =
39
n =
n =
n =
n = 52, 85706 ≈ 53 orang
D. Variabel Penelitian
1. Variabel bebas (independent) yaitu pengetahuan Ibu tentang
penyimpanan ASI
2. Variabel terikat (dependent) yaitu sikap Ibu dalam pemberian ASI.
E. Definisi Operasional
1. Pengetahuan Ibu tentang penyimpanan ASI adalah kemampuan
Ibu menyusui atau responden tentang sejumlah pertanyaan yang
berkaitan dengan penyimpanan ASI perah.
Kriteria Objektif :
a. Pengetahuan baik : jika skor jawaban benar 76-100%
b. Pengetahuan cukup : jika skor jawaban benar 56-75%
c. Pengetahuan kurang : jika skor jawaban benar ≤55%
(Notoatmodjo, 2012)
2. Sikap adalah Tindakan atau pandangan Ibu menyusui yang
berdasarkan pendirian dan keyakinan tentang pemberian ASI
kepada bayi
Kriteria objektif :
a. Positif : jika skor jawaban benar ≥ 60%
40
b. Negatif : jika skor jawaban benar < 60%
(Azwar, 2012)
F. Instrumen Penelitian
Instrumen dalam penelitian ini adalah kuisioner mengenai
pengetahuan tentang penyimpanan ASI dan sikap dalam pemberian
ASI. Kuisioner pengetahuan terdiri dari 10 pertanyaan. Kuisioner
pengetahuan menggunakan alternatif jawaban “benar” dan “salah”,
kriteria pernyataan positif dan negatif. Dimana pertanyaan positif pada
kuesioner mendapat skor 1 jika menjawab benar dan skor 0 jika
menjawab salah. Sedangkan pernyataaan negatif pada kuesioner
mendapat skor 0 jika menjawab benar dan skor 1 jika menjawab
salah. Kuisioner sikap juga terdiri dari 10 pertanyaan. Kuisioner sikap
menggunakan 5 alternatif pilihan yaitu sangat setuju (SS), setuju (S),
ragu-ragu (RR), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS) kriteria
pernyataan positif dan negatif. Dimana skor pertanyaan positif untuk
SS (5), S (4), RR (3), TS (2) dan STS (1). Sedangkan skor
pernyataaan negatif untuk SS (1), S (2), RR (3), TS (4) dan STS (5).
Adapun pengisian kuesioner dengan memberikan tanda centang (√)
pada lembar kuesioner yang sudah disediakan
G. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data berupa data primer digunakan untuk mengukur
pengetahuan ibu tentang penyimpanan ASI dan sikap ibu dalam
41
pemberian ASI, dengan menggunakan kuisioner yang dibagikan
kepada responden.
2. Data Sekunder
Data sekunder diambil dari buku register ibu menyusui di
wilayah kerja puskesmas Wolo.
H. Alur Penelitian
Alur penelitian dijelaskan sebagai berikut :
Gambar 3.2: Alur penelitian
Populasi semua ibu bekerja yang sedang menyusui berjumlah 189
orang.
Sampel Sampel berjumlah 53 orang responden
Pembahasan
Analisis data
Pengumpulan data
Kesimpulan
42
I. Pengolahan dan Analisis Data
1. Pengolahan Data
Suatu penelitian, pengolahan data merupakan salah satu
langkah yang sangat penting. Hal ini di sebabkan karena data yang
diperoleh langsung dari penelitian masih mentah, belum
memberikan informasi apa-apa, dan belum siap untuk disajikan.
Untuk memperoleh penyajian data sebagai hasil yang berarti dan
kesimpulan yang baik, diperlukan pengolahan data (Notoatmodjo,
2010). Dalam hal ini pengolahan data menggunakan komputer
akan melalui tahap-tahap sebagai berikut
a. Editing’
Peneliti melakukan pengecekan isian formulir atau kuesioner
apakah jawaban yang ada di kuesioner sudah lengkap, jelas,
relevan dan konsisten.
b. Coding
Pemberian kode yakni mengubah data berbentuk kalimat atau
huruf menjadi data angka atau bilangan.
c. Processing
Peneliti memasukan data dari kuesioner ke komputer agar dapat
dianalisis. Processing dilakukan pada analisa univariat dan
bivariat mengunakan komputer.
43
d. Cleaning
Peneliti melakukan pengecekan kembali data dari setiap sumber
data selesai di masukkan, untuk melihat kemungkinan adanya
kesalahan kode, ketidak lengkapan. Kemungkinan dilakukan
pembetulan atau koreksi.
e. Tabulating
Tabulating yaitu data yang dikelompokan kemudian disajikan
dalam bentuk tabel.
2. Analisa Data
a. Analisis Univariat
Analisa ini digunakan untuk mendiskripsikan variable bebas
yaitu variabel bebas yaitu pengetahuan ibu terhadap
penyimpanan ASI dan Sikap Ibu terhadap pemberian ASI,
dianalisa menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan:
X = Presentase variable yang diteliti
f = Frekuensi kategori variable yang diamati
n = Jumlah sampel penelitian
K = Konstanta (100%)
b. Analisa Bivariat
X = f/n x K
44
Analisa bivariat adalah tekhnik analisa yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi (Notoatmodjo, 2010). Penelitian ini mengunakan
uji chi square (X2) dengan tingkat kepercayaan 95% (0,05)
dengan menggunakan tabel kontingensi 2x2.
Adapun penghitungan uji chi square (X2) dalam penelitian ini
digunakan untuk melihat hubungan Pengetahuan Tentang
Penyimpanan Asi Dengan Sikap Dalam Pemberian Asi Pada
Ibu Bekerja dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Keterangan :
X2 : Chi square
O : Nilai-nilai yang diamati
E : Nilai-nilai frekuensi harapan
E : Total baris x total kolom Grand total Adapun kriteria penilaian yaitu sebagai berikut :
1) Jika nilai X2 hitung > X2 tabel, maka hipotesis diterima,
berarti ada hubungan antara variabel independent dan
variabel dependent.
45
2) Jika X2 hitung < X2 tabel, maka hipotesis ditolak, berarti,
tidak ada hubungan antara variabel independent dan
variabel dependent.
I. Etika Penelitian
Etika penelitian artinya subyek penelitian dan yang lainya harus
dilindungi. Beberapa prinsip dalam pertimbangan etik meliputi : bebas
eksploitasi, bebas kerahasiaan, bebas penderitaan, bebas menolak
menjadi responden, dan perlu surat persetujuan (Nursalam, 2013).
Etika membantu manusia untuk melihat atau menilai secara
kritis moralitas yang dihayati dan dianut oleh masyarakat. Perilaku
penelitian atau peneliti dalam menjalankan tugasnya hendaknya
memegang teguh pada etika penelitian. Meskipun penelitian yang
dilakukan tidak merugikan atau membahayakan bagi subjek
penelitian. Secara garis besar, dalam penelitian ada beberapa prinsip
yang harus dipegang teguh yakni, :
1. Informet concent (persetujuan setelah penjelasan)
Salah satu aspek etika yang harus ada dalam sebuah penelitian
adalah adanya inform content. Dimana responden akan mengisi
lembar persetujuan untuk dilakukan penelitian, jika responden
menolak maka peneliti tidak akan memaksa karena hak asasi
responden. Tetapi jika responden menerima untuk dilakukan
penelitian maka menandatangani lembar persetujuan tersebut.
46
2. Anonymity (tanpa nama)
Untuk menjaga kerahasiaan responden, diisi penelitian tidak akan
mencantumkan nama responden dan hanya memberi kode
sehingga privacy responden tetap terjaga dan responden merasa
nyaman walaupun sebagai responden penelitian.
3. Confidentiality (kerahasiaan)
Dalam penelitian, peneliti harus menjaga kerahasiaan jawaban
dan hasil dari responden, hanya data tertentu yang akan di
publikasikan pada hasil riset.
4. Balancing harms and benefits (Mempertimbangkan manfaat dan
kerugian yang ditimbulkan)
5. Sebuah penelitian hendaknya memperoleh manfaat semaksimal
mungkin bagi masyarakat pada umumnya dan subjek penelitian
pada khususnya. Penelitian hendaknya berusaha meminimalisasi
dampak yang merugikan bagi subjek. Pelaksanaan penelitian
harus dapat mencegah atau paling tidak mengurangi rasa sakit,
cidera, stress, maupun kematian subjek penelitian.
47
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Keadaan Wilayah dan Letak Geografi
Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsional yang
merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga
membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan
secara menyeluruh dan terpadu pada masyarakat di wilayah kerjanya
dalam bentuk kegiatan pokok. Puskesmas Wolo merupakan salah
satu dari 12 Puskesmas yang ada di Kabupaten Kolaka, yang terletak
di Kelurahan Wolo Kecamatan Wolo Kabupaten Kolaka. Puskesmas
Wolo terletak di pusat pemerintahan kecamatan. Puskesmas Wolo
merupakan unit pelaksana teknis dinas kesehatan Kabupaten Kolaka
dan merupakan Puskesmas induk perawatan/poned yang telah berdiri
definitif sejak tahun 1981.
Bila ditinjau dari letaknya, batas wilayah kerja Puskesmas Wolo
antara lain:
a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Kecamatan Iwoimendaa
b. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kecamatan Samaturu
c. Sebelah Timur, berbatasan dengan Kecamatan Sanggona
d. Sebelah Barat, berbatasan dengan Teluk Bone.
47
48
Keadaan alam di wilayah kerja Puskesmas Wolo terdiri dari
dataran (60%) pegunungan/bukit (30%) dan daerah pesisir pantai (
10 % ).Iklim di wilayah kerja Puskesmas Wolo adalah iklim tropis
dengan musim hujan umumnya bulan Desember – Mei dan musim
kemarau terjadi bulan Juni - November. Suhu udara rata-rata berkisar
antara 270C – 370C.
2. Luas Wilayah Kerja, Status Desa/Kelurahan dan Kepadatan
Penduduk.
Luas Wilayah kerja Puskesmas Wolo Kecamatan Wolo adalah ±
646,14Km2 (BPS,2017). Luas wilayah ini meliputi daerah pemukiman
penduduk, dataran dan perbukitan serta hutan produksi dan hutan
Negara.Jumlah desa/kelurahan seluruhnya di wilayah kerja
Puskesmas Toari yaitu terdiri dari 12 ( duabelas ) desa dan 2
kelurahan yaitu desa Lana,Desa Iwoimopuro,Desa
Lalonaha,Kelurahan Ulu Wolo, Desa Lalonggopi, Desa T,PonreWaru,
Desa Langgomali, Desa Samaenre, Desa Lapao pao,Desa Ulu
Lapaopao,Desa Muara Lapao pao,Desa Donggala,Desa Ulu Rina,
serta Kelurahan Wolo sebagai ibukota Kecamatan Wolo..
Distribusi luas wilayah kerja, status Desa/kelurahan dan
kepadatan Penduduk dapat di lihat pada tabel berikut ini :
49
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kerja, Status Desa/Kelurahan dan Kepadatan
Penduduk Puskesmas Wolo Tahun 2018
Desa/Kel. Luas Wilayah (Km
2)
Status Desa/Kelurahan Jumlah Penduduk D
Desa K
Kel. Desa+Kel
Lana 53,4 1 0 1 1878
Iwoimopuro 47,7 1 0 1 780
Lalonaha 25,1 1 0 1 815
Ulu Wolo 64,7 1 1 1861
Wolo 10,5 1 1 2656
Lalonggopi 12 1
1 0
0 1 964
T,Ponre Waru 43,00 1 0 1 2038
Langgomali 33,4 1 0 1 1170
Samaenre 47,7 1 0 1 776
Lapao pao 43,3 1 0 1 2122
Ulu Lapao pao 22,5 1 0 1 1280
Muara Lapao pao
23,3 1 0 1 1871
Donggala 31,3 1 0 1 1642
Ulu Rina 55 1 0 1 406
Jumlah
646,14 1
12 1
2 14 20.259
Sumber :Profil Kec. WoloTahun 2018
Distribusi sarana kesehatan yang ada di Puskesmas wolo terdiri
dari 1 Puskesmas induk,4 puskesmas pembantu,9
Poskesdes/Polindes, 14 Posyandu, 1 Rumah Tunggu.
50
Tabel 4.2 Lokasi wilayah dan jenis sarana kesehatan
Puskesmas Wolo Tahun 2018
No Nama Desa Puskesmas
induk pustu
Polindes/posk
esdes posyandu
Rumah
tunggu
1 Lana - - 1 1 -
2 Lalonaha - - 1 1 -
3 Iwoimopuro - - 1 1 -
4 Wolo 1 - - 1 1
5 Ulu wolo - - - 1 -
6 Lalonggopi - - 1 1 -
7 Langgomali - - 1 1 -
8 T,Ponre waru - 1 1 1 -
9 Samaenre - - 1 1 -
10 Lapao pao - - 1 1 -
11 Ulu lapo pao - 1 - 1 -
12 M.lapao pao - 1 - 1 -
13 Donggala - 1 - 1 -
14 Ulu rina - - 1 1 -
Jumlah 1 4 9 14 1
Sumber : SP2TP Puskesmas Wolo tahun 2018
Distribusi jumlah jenis tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas
Wolo Tahun 2017 berupa Sumber Daya Manusia keseluruhan
berjumlah 99 orang,masih terdapat perawat dngan tingkat pendidikan
SPK berjumlah 1 orang,yang menempati urutan terbanyak yaitu D3
51
Kebidanan berjumlah 10 0rang dan jenis tenaga sukarela yaitu
berjumlah 39 orang
Tabel 4,3 Jumlah jenis tenaga kesehatan secara umum
Puskesmas Wolo Tahun 2018
Jenis Tenaga Jumlah
Dokter umum 2 Orang
Dokter gigi 1 Orang
S1 Kesehatan Masyarakat 2 Orang
Ners Keperawatan 1 Orang
S1 Keperawatan 1 Orang
D3 Keperawatan 2 Orang
D4 Kebidanan 10 Orang
D3 Kebidanan 1 Orang
D3 Gizi 1 Orang
SPK 1 Orang
SPRG 1 Orang
SPAG 1 Orang
Tenaga Kontrak Daerah 26 Orang
Tenaga Sukarela 39 Orang
Jumlah 99 Orang
Sumber : Bagian Kepegawaian Puskesmas Wolo Tahun 2018.
52
B. Hasil Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui hubungan
Pengetahuan Tentang Penyimpanan ASI Dengan Sikap Dalam
Pemberian ASI Pada Ibu Bekerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo
tahun 2018. Data primer yang dikumpulkan melalui kuesioner
selanjutnya diolah dan dianalisis secara univariat dan bivariat
menggunakan software SPSS for windows versi 16.
1. Analisi Univariat
Analisis univariat merupakan analisis yang dilakukan untuk
memperoleh gambaran dari variabel yang diteliti baik variabel terikat
maupun variabel bebas, kemudia ditampilkan dalam bentuk distribusi
frekuensi. Analisis univariat pada penelitian ini dilakukan untuk
mendeskripsikan Pengetahuan Ibu Tentang Penyimpanan ASI dan
Sikap Ibu Dalam Pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo
tahun 2018.
a. Karakteristik Responden
Karakteristik responden yang disajikan dalam penelitian ini
adalah karakteristik yang berkaitan tingkat pendidikan responden.
secara umum disajikan dalam tabel 4.1 berikut.
53
Tabel 4.1 Karakteristik Responden di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun
2018
Pendidikan Jumlah %
SD 0 0
SMP 0 0
SMA 1 1,89
PT 52 98,11
Total 53 100
sumber: Olahan Data Primer
Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh keterangan bahwa tingkat
pendidikan responden mayoritas setingkat Perguruan tinggi (PT) yakni
dari 53 orang responden terdapat 52 orang (98,11%) responden
berpendidikan setingkat PT, dan hanya 1 orang (1,89%) responden
berpendidikan setingkat SMA, serta tidak ada responden yang
berpendidikan setingkat SD atau SMP.
b. Deskripsi Pengetahuan Ibu bekerja tentang penyimpanan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018.
Setelah mengumpulkan dan menganalisis data secara univariat,
maka peneliti menyajikan deskripsi Pengetahuan Ibu bekerja tentang
penyimpanan ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018 pada
tabel 4.2 berikut.
54
Tabel 4.2 Pengetahuan Ibu bekerja tentang penyimpanan ASI di Wilayah
Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018
Pengetahuan Jumlah %
Baik 23 43,40
Cukup 22 41,51
Kurang 8 15,09
Total 53 100
sumber: olahan data primer
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa mayoritas
responden (Ibu bekerja) di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun
2018 memiliki pengetahuan yang baik tentang penyimpanan ASI,
yakni dari 53 orang ibu bekerja yang menjadi responden, terdapat 23
orang (43,40%) memiliki pengetahuan pada kategori baik, 22 orang
(41,51%) memiliki pengetahuan pada kategori cukup dan 8 orang
(15,09%) ibu bekerja memiliki pengetahuaan yang kurang tentang
penyimpanan ASI.
c. Deskripsi Sikap Ibu bekerja dalam pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018
Setelah mengumpulkan dan menganalisis data secara univariat,
maka peneliti menyajikan deskripsi Sikap Ibu bekerja dalam
pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018 pada
tabel 4.3 berikut.
55
Tabel 4.3
Sikap Ibu bekerja dalam pemberian ASI di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018
Sikap Jumlah %
Positif 41 77,36
Negatif 12 22,64
Total 53 100
sumber: olahan data primer
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa mayoritas Ibu
bekerja yang menjadi responden di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo
tahun 2018 memiliki sikap yang positif terhadap pemberian ASI pada
bayi, yakni dari 53 ibu bekerja terdapat 41 orang (77,36%) ibu bekerja
memiliki sikap pada kategori positif, dan 12 orang (22,64%) ibu
bekerja memiliki sikap pada kategori negatif
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk menganalisis hubungan dua
variabel. Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan
antara variabel independen (kategorik) dengan variabel dependent
(kategorik). Analisis bivariabel dalam penelitian ini dilakukan dengan
Chi Square untuk melihat ada atau tidak adanya hubungan
pengetahuan tentang Penyimpanan ASI dengan Sikap dalam
Pemberian ASI pada Ibu bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo
tahun 2018. Hasil analisis disajikan pada tabel 4.4 berikut.
56
Tabel 4.4
hubungan pengetahuan tentang Penyimpanan ASI dengan Sikap dalam Pemberian ASI pada Ibu bekerja di Wilayah Kerja
Puskesmas Wolo tahun 2018
Pengetahuan Sikap
Total
X2 hitung
(P-Value) Negatif Positif
n % n %
Kurang 6 75 2 25 8 15,325 (0,000)
Cukup 4 18,18 18 81,82 22
Baik 2 8,70 21 91,30 23
Total 12 22,64 41 77,36 53
Sumber: olahan data primer
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa mayoritas Ibu bekerja di
Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018 yang memiliki
pengetahuan baik tentang penyimpanan ASI memiliki sikap yang
positif dalam pemberian ASI kepada bayi, yakni dari 23 orang ibu
bekerja yang memiliki pengetahuan yang baik, terdapat 21 orang
(91,30%) ibu yang memiliki sikap positif, dan hanya 2 orang (8,70%)
ibu yang bersikap negatif terhadap pemberian ASI pada bayi.
Sementara Ibu bekerja yang memiliki pengetahuan cukup terhadap
penyimpanan ASI, mayoritas memiliki sikap positif terhadap
pemberian ASI pada bayi, yakni dari 22 orang ibu yang memiliki
pengetahuan yang cukup, terdapat 18 orang (81,82%) ibu memiliki
sikap positif, dan 4 orang (18,18%) ibu bersikap negatif terhadap
pemberian ASI pada bayinya. Sedangkan ibu yang memiliki
57
pengetahuan yang kurang tentang penyimpanan ASI, mayoritas
memiliki sikap negatif terhadap pemberian ASI pada bayi, yakni dari 8
orang ibu yang memiliki pengetahuan kurang, terdapat 6 orang (75%)
ibu memiliki sikap negatif, dan hanya 2 orang (25%) ibu bekerja yang
memiliki sikap positif terhadap pemberian ASI pada bayi.
Secara statistik menggunakan analisis Chi Square (X²) pada
tingkat kemaknaan 95% menunjukkan bahwa ada hubungan yang
signifikan antara pengetahuan tentang penyimpanan ASI dengan
Sikap dalam Pemberian ASI Pada Ibu Bekerja di Wilayah Kerja
Puskesmas Wolo tahun 2018 yang ditandai dengan nilai p = 0,000 < α
= 0,05 dengan X2 hitung = 15,325.
C. Pembahasan
Air Susu Ibu (ASI) adalah sumber makanan utama bagi bayi.
(Baskoro, 2010) menjelaskan bahwa Air Susu Ibu (ASI) ialah suatu
emulsi lemak dalam larutan protein, laktosa dan garam-garam
anorganik yang disekresi oleh kelenjar mamae ibu, yang berguna
sebagai makanan bagi bayinya. ASI dalam jumlah cukup merupakan
makanan terbaik pada bayi dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi
selama 6 bulan pertama
Pertumbuhan dan perkembangan bayi sebagian besar
ditentukan oleh jumlah ASI yang diperoleh termasuk energi dan zat
gizi lainnya yang terkandung di dalam ASI tersebut. ASI tanpa bahan
makanan lain dapat mencukupi kebutuhan pertumbuhan sampai usia
58
sekitar empat bulan. Setelah itu ASI hanya berfungsi sebagai sumber
protein vitamin dan mineral utama untuk bayi yang mendapat
makanan tambahan yang tertumpu pada beras.
ASI sangat penting bagi pertumbuhan dan perkembangan bayi,
sehingga bagi Ibu sangat dianjurkan untuk dapat memberikan ASI
eksklusif selama 6 bulan pertama kelahiran bayi. Bagi sebagian ibu
bekerja dengan segala kesibukan mereka, kadang bersikap
mengabaikan pemberian ASI kepada bayinya, namun bagi sebagian
yang lainnya masih tetap bisa memberikan ASI kepada bayi dengan
cara memerah ASI lalu disimpan ditempat penyimpanan ASI.
Perbedaan sikap tersebut dipengaruhi oleh pengetahuan ibu bekerja
tentang ASI itu sendiri.
Bekerja bukan alasan untuk menghentikan pemberian ASI. Ibu
bekerja tetap dapat memberikan ASI eksklusif dengan cara memerah
ASI-nya sehari sebelum ibu pergi kerja. ASI perah dapat tahan
disimpan selama 24 jam di dalam termos es yang diberi es batu atau
dalam lemari es. Tidak terdapat perbedaan kualitas maupun kuantitas
ASI ibu yang bekerja dengan ibu yang tidak bekerja atau ASI perah
dengan ASI yang diberikan secara langsung (Indah, 2005)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas Ibu bekerja di
Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018 memiliki pengetahuan
yang baik tentang penyimpanan ASI pada bayi, yakni dari 53 orang
59
ibu bekerja terdapat 23 orang (43,40%) memiliki pengetahuan yang
baik tentang penyimpanan ASI. Mayoritas dari jumlah tersebut yakni
21 orang (91,30%) memiliki sikap yang positif terhadap pemberian ASI
pada bayi, hanya 2 orang (8,70%) yang bersikap negatif. Besarnya
angka ini merupakan efek dari pengetahuan ibu yang baik, mereka
memahami dengan baik pentingnya pemberian ASI serta metode
penyimpanan yang benar. Meskipun dengan pengetahuan yang baik
tetapi masih ada ibu yang memiliki sikap negatif, hal ini disinyalir oleh
adanya tingkat kesibukan yang berbeda-beda sehingga bagi 2 orang
ibu (8,70%) lainnya, kurang memiliki waktu tepat untuk memerah ASI.
Demikian pula bahwa dari 22 orang ibu bekerja yang memiliki
pengetahuan cukup mayoritas yakni 18 orang (81,82%) memiliki sikap
yang positif dalam pemberian ASI pada bayi, dan hanya 4 orang
(18,18%) yang memiliki sikap negatif. Sedangkan dari 8 orang Ibu
yang memiliki pengetahuan kurang, mayoritas yakni 6 orang (75%)
memiliki sikap yang negatif terhadap pemberian ASI pada bayi, dan
hanya 2 orang (25%) yang memiliki sikap positif. Hasil ini
menunjukkan adanya trend bahwa ibu memiliki pengetahuan yang
baik tentang penyimpanan ASI akan memiliki sikap yang positif
terhadap pemberian ASI pada bayi, sebaliknya ibu yang memiliki
penngetahuan yang kurang akan bersikap negatif terhadap pemberian
ASI pada bayi. Bila dicermati dari hasil penelitian tersebut bahwa bagi
60
seorang ibu bekerja akan memiliki sikap yang positif, minimal harus
memiliki pengetahuan yang cukup tentang penyimpanan ASI.
Secara bivariat, hasil penelitian menunjukkan bahwa ada
hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang penyimpanan
ASI dengan Sikap dalam Pemberian ASI Pada Ibu Bekerja di Wilayah
Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018 yang ditandai dengan nilai p =
0,000 < α = 0,05 dengan X2 hitung = 15,325. Hasil penelitian ini
sejalan dengan hasil penelitian Mariane Wowor dkk (2013) yang
menyimpulkan bahwa Ada hubungan pengetahuan dan sikap dengan
pemberian ASI Eksklusif. Juga penelitian Nasrah (2015) yang
menyimpulkan bahwa ada hubungan pengetahuan dengan sikap ibu
dalam pemberian ASI eksklusif di Pusksemas kasihan II Bantul
Yogyakarta. Hasil penelitian tersebut memberi gambaran bahwa
tingkat pengetahuan Ibu bekerja tentang penyimpanan ASI perah
dapat menentukan sikap ibu terhadap pemberian ASI kepada bayi.
Peneliti menilai bahwa hal ini berkenaan kemampuan ibu untuk
menyimpan ASI, sebab bagi ibu yang kurang memiliki pengetahuan
tentang penyimpanan ASI dengan baik maka boleh jadi ASI yang
sudah diperas menjadi rusak.
Pengetahuan adalah keseluruhan pemikiran, gagasan, ide,
konsep dan pemahaman yang dimiliki manusia tentang dunia dan
isinya termasuk manusia dan kehidupannya. Pengetahuan juga
merupakan hasil dari tahu yang terjadi setelah orang melakukan
61
penginderaan terhadap objek tertentu dan pengetahuan hanya akan
terwujud jika manusia tersebut adalah bagian dari objek itu sendiri.
Penginderaan tersebut terjadi melalui panca indera manusia yang
nantinya akan berperan penting dalam membentuk tindakan
seseorang (Keraf, 2008). Tingkat pengetahuan yang tinggi ikut
menentukan mudah mudah tidaknya ibu untuk memahami dan
menyerap informasi tentang ASI ekslusif.Semakin tinggi pengetahuan
ibu maka tinggi pula dalam menyerap informasi tentang ASI ekslusif
(Siregar 2004).
Notoatmodjo (2003), mengemukakan bahwa pengetahuan
merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan
seseorang. Seseorang yang mengetahui tentang kandungan zat gizi
ASI dan manfaat ASI bagi bayi, ibu, dan keluarga jika dibandingkan
dengan pemberian makanan tambahan dan susu formula atau susu
sapi, maka seseorang tersebut akan memberikan ASI eksklusif.
Berbeda dengan seseorang yang tidak mengetahui tentang ASI
eksklusif, maka seseorang tersebut tidak akan memberikan ASI
eksklusif tetapi akan memberikan makanan tambahan dan susu
formula atau susu sapi pada bayinya sebelum usia 6 bulan. Jadi untuk
terbentuknya tindakan seseorang dibutuhkan pengetahuan.
Tindakan tersebut dapat bermuara dari sikap yang dimiliki oleh
ibu terhadap pemberian ASI kepada bayi. Seseorang akan melakukan
suatu perbuatan apabila ia memandang perbuatan tersebut positif dan
62
bila ia percaya bahwa orang lain ingin agar ia melakukannya.
Keyakinan-keyakinan berpengaruh pada sikap dan perilaku seseorang
untuk melakukan suatu perbuatan atau tidak. Keyakinan ini dapat
berasal dari pengalaman dengan perilaku yang bersangkutan dimasa
lain dapat juga dipengaruhi oleh informasi tidak langsung mengenai
perilaku tersebut. Menurut Notoatmodjo (2007) bahwa sebelum
seseorang mengadaptasi perilaku, ia harus tahu terlebih dahulu apa
arti atau manfaat perilaku tersebut bagi dirinya atau keluarganya.
Diharapkan setelah seseorang mengetahui stimulus atau obyek
kesehatan kemudian akan mengadakan penilaian atau pendapat
terhadap apa yang ia ketahui. Proses selanjutnya diharapkan ia akan
melaksanakan atau mempraktekkan apa yang diketahui atau
disikapinya (dinilai baik), sehingga setelah seseorang mengetahui apa
itu ASI Eksklusif, komposisi, serta manfaat yang dapat ditimbulkan
khususnya pada bayi diharapkan dapat bersikap lebih baik dalam
pemberian ASI Eksklusif
63
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah
dijelaskan pada bab sebelumnya dapat disimpulkan bahwa:
1. Mayoritas responden (Ibu bekerja) 23 orang (43,40%) memiliki
pengetahuan yang baik tentang penyimpanan ASI, 22 orang
(41,51%) memiliki pengetahuan yang cukup dan 8 orang (15,09%)
memiliki pengetahuaan yang kurang tentang penyimpanan ASI di
Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018
2. Mayoritas responden (Ibu bekerja) 41 orang (77,36%) memiliki
sikap yang positif terhadap pemberian ASI pada bayi, 12 orang
(22,64%) ibu bekerja memiliki sikap negatif dalam pemberian ASI
di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018
3. Ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan tentang
penyimpanan ASI dengan Sikap dalam Pemberian ASI Pada Ibu
Bekerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018 yang
ditandai dengan nilai p = 0,000 < α = 0,05 dengan X2 hitung =
15,325
63
64
B. SARAN
Berdasarkan hasil penlitian yang telah diuraikan di atas, maka
peneliti mengajukan beberapa saran sebagai berikut:
1. Bagi Puskesmas Wolo agar dapat melakukan penyuluhan kepada
ibu bekerja tentang manfaat pemberian ASI kepada bayi serta
cara penyimpanan ASI yang baik
2. Bagi Ibu bekerja, diharapkan agar tetap memberikan ASI kepada
bayi baik dengan cara langsung maupi melalui ASIP.
3. Bagi masyrakat, hendaknya dapat mencari informasi yang tepat
tentang metode penyimpanan ASI agar nutrisi ASI tetap segar
ketika diberikan kepada bayi
4. Bagi peneliti selanjutnya, adanya hasil penelitian ini maka peneliti
selanjutnya dapat meneliti lebih dalam lagi tentang sumber
informasi yang berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan
dengan sikap Ibu bekerja terhadap pemberian ASI kepada bayi.
65
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S. (2013). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Azwar, Saifuddin, 2012. Sikap Manusia: Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Liberty
Departemen Kesehatan R.I. (2005). Rencana Strategi Departemen Kesehatan. Jakarta: Depkes RI
Depkes, RI. 2007. Pekan ASI Sedunia. http://gizi.net/download/pekanasi-2010.pdf
Hubertin SP. 2008. Konsep Penerapan ASI Eksklusif. Buku Saku untuk Bidan. Jakarta: EGC
Kristiyanasari, 2011. ASI. Menyusui & SADARI. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika.
Mappiere , Andi. (2006). Kamus Istilah Konseling & Terapi. Jakarta : PT Rajagrafindo Persada.
Masoara, S., (2008). Manajemen laktasi. Jakarta: Kumpulan Perinatologi Indonesia
Mochtar, Rustam. (2008) . Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Nasrah. 2015. Hubungan pengetahuan dengan sikap ibu dalam pemberian ASI eksklusif di Pusksemas kasihan II Bantul Yogyakarta. Aisyiyah Yogyakarta.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2012. Promosi kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka cipta
Prasetyono, 2009. Buku Pintar ASI Eksklusif, Pengenalan, Praktik Dan KemanfaatanKemanfaatannya. Yogyakarta: Penerbit Diva Press.
Pudjiadi, Solihin. 2000. Ilmu Gizi Klinis Pada Anak. Jakarta : Gaya Baru Jakarta
Riksani, R. 2012. Keajaiban ASI (Air Susu Ibu). Jakarta: Dunia Sehat.
Roesli, Utami. 2005. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta. Trubus Agriwidya.
Rosita, S.2008. ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta: Ayyana
66
Sandjaja dan Albertus Heriyanto. 2006. Panduan Penelitian. Jakarta: Prestasi Pustaka.
Sulistyawati,Ari.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada ibu nifas.Jogjakarta: Andi Offset
Suradi. 2010. Buku Bacaaan Manajemen laktasi. Jakarta : Perkumpulan Perinatologi Indonesia
Walgito, Bimo. (2010). Bimbingan dan Konseling Study & Karir. Yogyakarta : Andi.
67
LAMPIRAN
68
69
KUESIONER
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG PENYIMPANAN ASI DENGAN SIKAP DALAM PEMBERIAN ASI PADA IBU BEKERJA DI
WILAYAH KERJA PUSKESMAS WOLO TAHUN 2018
KODE RESPONDEN:
I. PENGETAHUAN IBU TENTANG PENYIMPANAN ASI
Petunjuk pengisian kuesioner pengetahuan:
Pilihan jawaban adalah: B = Benar, S = Salah
Pililah salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan
pendapat Anda seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang
tersedia
Berilah tanda centang pada salah satu pilihan yang tertera dibelakang
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang Anda pilih
No Pertanyaan Benar Salah
1 ASI yang sudah di perah disimpan didalam lemari es selama 8 hari.
2 Penyimpanan ASI perahan dilakukan dengan menggunakan kantung plastik, (misalnya: plastik gula)
3 Setelah di perah ASI dapat disimpan selama: 4-8 jam dalam temperature ruangan (19- 25 derajat Celsius), 2 minggu sampai 4 bulan di freezer.
4 Sebelum ibu bekerja ASI di perah dengan menggunakan pompa tangan dan karet
5 ASI perah dapat disimpan mulai dari beberapa jam hingga beberapa bulan, tergantung dari suhu penempatannya
6 ASI perah yang dibekukan, sebaiknya tidak langsung dikeluarkan dalam suhu ruang
7 ASI yang telah dibekukan bisa dicampur dengan ASI yang masih baru pada wadah penyimpanan
8 ASI perah dapat dihangatkan atau dicairkan dengan
70
menggunakan microwave
9 Bila di simpan pada kulkas bersuhu 4°C, ASI dapat disimpan maksimum 5 hari.
10 ASI perah yang akan diberikan kurang dari 6 jam maka tidak perlu disimpan dilemari pendingin
II. SIKAP TERHADAP PEMBERIAN ASI
Pilihan jawaban adalah:
SS = Sangat Setuju
S = Setuju
RG = Ragu-Ragu
TS = Tidak Setuju
STS = Tidak Setuju
Pililah salah satu jawaban yang Anda anggap paling sesuai dengan
pendapat Anda seperti yang telah digambarkan oleh pertanyaan yang
tersedia
Berilah tanda centang pada salah satu pilihan yang tertera dibelakang
pertanyaan untuk menunjukkan jawaban yang Anda pilih.
No Pernyataan SS S RG TS STS
1 Dengan pemberian ASI eksklusif dapat meningkatkan kekebalan tubuh secara alami pada bayi
2 Pemberian ASI tetap diteruskan walaupun ibu bekerja.
3 ASI yang pertama keluar harus dibuang karena tidak baik untuk bay
4 Pemberian ASI dapat meningkatkan jalinan kasih sayang antara ibu dan anak
5 ASI Perah tidak di simpan dalam kulkas saat ibu bekerja untuk diberikan pada bayi
71
6 Pemberian ASI eksklusif diberikan selama 6 bulan
7 Ibu dengan memberian ASI eksklusif akan menganggu pekerjaan ibu
8 Pemberian ASI Eksklusif pada bayi dengan menggunakan metode susu perah saat ibu bekerja.
9 ASI diberikan selang-seling dengan susu formula pada bayi 0-6 bulan
10 Suami menganjurkan ibu menghentikan pemberian ASI eksklusif kurang dari 6 bulan, karena dapat mempengaruhi bentuk payudara
72
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN
Saya yang bertandatangan dibawah ini :
No. Responden : ……..................………………………………................
Alamat : ………………….......…………………….......................
Setelah mendengar/membaca penjelasan tentang maksud dan tujuan
penelitian ini, maka saya bersedia untuk berpartisipasi sebagai responden
dalam penelitian yang dilakukan peneliti dengan Judul “Hubungan
Pengetahuan Tentang Penyimpanan ASI Dengan Sikap Dalam Pemberian
ASI Pada Ibu Bekerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun 2018”.
Saya mengerti bahwa ada beberapa pertanyaan-pertanyaan yang
harus saya jawab, dan sebagai responden saya akan menjawab
pertanyaan kuesioner dengan jujur.
Saya bersedia menjadi responden bukan karena adanya paksaan dari
pihak lain, namun karena keinginan sendiri dan tanpa biaya yang akan
ditanggungkan kepada saya sesuai dengan penjelasan yang sudah
dijelaskan oleh peneliti.
Hasil yang diperoleh dari saya sebagai responden dapat
dipublikasikan sebagai hasil dari penelitian dan akan diseminarkan pada
ujian hasil dengan tidak akan mencantumkan nama, kecuali nomor
informan.
........., ...............................2018
Responden
…………………………………
73
74
MASTER TABEL PENELITIAN
Hubungan Pengetahuan Tentang Penyimpanan ASI Dengan Sikap Dalam Pemberian ASI Pada Ibu Bekerja Di Wilayah Kerja Puskesmas Wolo tahun
2018
No Nama Pendidikan Pekerjaan Pengetahuan Skor sikap
Skor % Kategori Skor % Kategori
1 Ny “SR”
D3 PNS 9 90 Baik 10 100 Positif
2 Ny “J” S1 PNS 8 80 Baik 7 70 Positif
3 Ny “A” D3 Honorer 7 70 Cukup 7 70 Positif
4 Ny “S” S1 Honorer 8 80 Baik 6 60 Positif
5 Ny “N” S1 PNS 9 90 Baik 9 90 Positif
6 Ny “D” D3 PNS 5 50 Kurang 5 50 Negatif
7 Ny “H” S1 PNS 8 80 Baik 9 90 Positif
8 Ny “L” S1 PNS 8 80 Baik 5 50 Negatif
9 Ny “Y” D3 Honorer 9 90 Baik 9 90 Positif
10 Ny “N” S1 PNS 7 70 Cukup 8 80 Positif
11 Ny “DW”
S1 PNS 8 80 Baik 6 60 Positif
12 Ny “SH‟ D3 Honorer 7 70 Cukup 8 80 Positif
13 Ny “SR”
S1 PNS 5 50 Kurang 5 50 Negatif
14 Ny “SY” S1 Tenaga kontrak
8 80 Baik 8 80 Positif
15 Ny “N” S1 Tenaga kontrak
8 80 Baik 8 80 Positif
16 Ny “H” D3 Honorer 8 80 Baik 8 80 Positif
17 Ny “T” D3 Honorer 6 60 Cukup 7 70 Positif
18 Ny ”NC”
S1 Tenaga kontrak
8 80 Baik 5 50 Negatif
19 Ny “HR”
S1 PNS 8 80 Baik 8 80 Positif
20 Ny “AH”
S1 PNS 8 80 Baik 7 70 Positif
21 Ny “C” D3 Honorer 5 50 Kurang 5 50 Negatif
22 Ny“NJ” D3 Tenaga kontrak
6 60 Cukup 5 50 Negatif
23 Ny “A‟ S1 PNS 8 80 Baik 7 70 Positif
24 Ny “SS” S1 Tenaga kontrak
6 60 Cukup 5 50 Negatif
25 Ny D3 Honorer 4 40 Kurang 6 60 Positif
75
“HS”
26 Ny“RW” S1 Tenaga kontrak
6 60 Cukup 4 40 Negatif
27 Ny “K” S1 Tenaga kontrak
9 90 Baik 7 70 Positif
28 Ny “R” D3 Honorer 4 40 Kurang 4 40 Negatif
29 Ny “I” S1 Tenaga kontrak
6 60 Cukup 6 60 Positif
30 Ny “YR”
S1 PNS 7 70 Cukup 9 90 Positif
31 Ny “NI” S1 Tenaga kontrak
7 70 Cukup 7 70 Positif
32 Ny “RW”
S1 Honorer 8 80 Baik 8 80 Positif
33 Ny “SI” S1 PNS 7 70 Cukup 7 70 Positif
34 Ny “L” D3 Tenaga kontrak
4 40 Kurang 7 70 Positif
35 Ny „U” D3 Honorer 9 90 Baik 9 90 Positif
36 Ny “F” D3 Honorer 6 60 Cukup 5 50 Negatif
37 Ny “DR”
S1 PNS 7 70 Cukup 9 90 Positif
38 Ny “EK” S1 Tenaga kontrak
8 80 Baik 8 80 Positif
39 Ny “SD”
D3 Honorer 7 70 Cukup 8 80 Positif
40 Ny “MA”
S1 PNS 8 80 Baik 7 70 Positif
41 Ny “EW”
D3 Honorer 7 70 Cukup 7 70 Positif
42 Ny “JY” D3 Honorer 7 70 Cukup 8 80 Positif
43 Ny “SM”
S1 PNS 6 60 Cukup 7 70 Positif
44 Ny “G” S1 PNS 5 50 Kurang 5 50 Negatif
45 Ny “E” S1 PNS 6 60 Cukup 6 60 Positif
46 Ny “PR”
SMA Honorer 6 60 Cukup 7 70 Positif
47 Ny “RWS”
S1 PNS 8 80 Baik 7 70 Positif
48 Ny “HZ”
D3 Honorer 9 90 Baik 9 90 Positif
49 Ny “YT” S1 PNS 6 60 Cukup 6 60 Positif
50 Ny “FS” S1 PNS 5 50 Kurang 5 50 Negatif
51 Ny “M” D3 Honorer 7 70 Cukup 8 80 Positif
52 Ny “MN”
S1 PNS 7 70 Cukup 6 60 Positif
53 Ny “HY D3 Honorer 8 80 Baik 10 100 Positif
76
OUTPUT SPSS
Crosstabs
Case Processing Summary
Cases
Valid Missing Total
N Percent N Percent N Percent
PENGETAHUAN * SIKAP 53 100.0% 0 .0% 53 100.0%
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-
sided)
Pearson Chi-Square 15.325a 2 .000
Likelihood Ratio 13.251 2 .001
Linear-by-Linear Association 11.453 1 .001
N of Valid Cases 53
a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected
count is 1,81.
Frequencies
Statistics
PENGETAHUAN SIKAP
N Valid 53 53
Missing 0 0
77
Frequency Table
PENGETAHUAN
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Kurang 8 15.1 15.1 15.1
Cukup 22 41.5 41.5 56.6
Baik 23 43.4 43.4 100.0
Total 53 100.0 100.0
SIKAP
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Percent
Valid Negatif 12 22.6 22.6 22.6
Positif 41 77.4 77.4 100.0
Total 53 100.0 100.0
78
DOKUMENTASI PENELITIAN
79
80
81
top related