hubungan antara konflik peran ganda...
Post on 05-May-2019
237 Views
Preview:
TRANSCRIPT
HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA IBU YANG BEKERJA
SEBAGAI KOWAD
OLEH
I. G. A. AJENG SYNTIA SARI ASWIN
80 2013 163
TUGAS AKHIR
Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan
Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
HUBUNGAN ANTARA KONFLIK PERAN GANDA DENGAN
PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA IBU YANG BEKERJA
SEBAGAI KOWAD
I. G. A. Ajeng Syntia Sari Aswin
Chr. Hari Soetjiningsih
Program Studi Psikologi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2016
i
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konflik peran ganda dengan
psychological well being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD di Denpasar. Jumlah
partisipan dalam penelitian ini adalah 53 orang dengan pengambilan data menggunakan
teknik purposive sampling. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif korelasional.
Alat ukur yang digunakan dalam penelitian merupakan modifikasi dari Ryff’s
psychological well-being scale yang disusun oleh Ryff (1995) dan Work Family
Conflict Scale yang disusun oleh Carlson, Kacmar and Williams (2000) berdasarkan
pada aspek konflik peran ganda oleh Greenhause dan Beutell (1985). Analisis data
menggunakan Pearson Product Moment dengan SPSS 16.0 for windows. Hasil
penelitian menunjukkan adanya korelasi negatif signifikan dengan hasil r= -0,311
dengan nilai signifikansi sebesar 0,012 (p<0,05) yang artinya makin rendah konflik
peran ganda maka makin tinggi psychological well being. Tingkat kategorisasi konflik
peran ganda berada pada kategori rendah dengan (mean 25,79) dan psychological well
being berada pada kategori tinggi dengan (mean 43,19).
Kata Kunci: Ibu yang bekerja sebagai KOWAD, Konflik Peran Ganda,
Psychological Well-Being.
ii
Abstract
This research was intended to find out the correlation between the work family conflict
with the psychological well being of the mother who worked as KOWAD in Denpasar.
The number of participants in this study were 53 people with data retrieval using
purposive sampling technique. This research is a quantitative correlation. Measuring
instruments used in the study is a modification of Ryff's psychological well-being scale
compiled by Ryff (1995) and Work Family Conflict Scale compiled by Carlson, Kacmar
and Williams (2000) is based on aspect of the conflict dual role by Greenhause and
Beutell (1985). Data analysis using Pearson Product Moment with SPSS 16.0 for
Windows. The results showed a significant negative correlation with the results of r = -
0.311 with a significance value of 0.012 (p <0.05), which means the lower the work
family conflict and so the higher psychological well being. Categorization level work
family conflict is at the low category with (mean 25.79) and psychological well being at
high category with a (mean 43.19).
Keywords:, a mother who worked as KOWAD, Psychological Well Being,
Work Family Conflict.
1
PENDAHULUAN
Jumlah perempuan yang berada dalam dunia kerja (bekerja maupun sedang
aktif mencari pekerjaan) telah meningkat terus menerus. Menurut Statistik Indonesia
(2013) jumlah perempuan yang bekerja yang terdaftar pada tahun 2013 di Indonesia
mencapai 43,32 juta jiwa. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitas, pekerja wanita
merupakan tenaga kerja yang sangat potensial. Seiring dengan bergulirnya waktu kini
perempuan memutuskan untuk bekerja bukan semata-mata karena tuntutan ekonomi
saja melainkan lebih kepada upaya untuk memperluas wawasan dan pengembangan
diri, baik pria ataupun perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk bekerja.
Khususnya, perempuan yang sudah menikah dan memiliki anak yang memasuki dunia
bekerja jumlah yang terus bertambah.
Faktor-faktor yang mendasari peningkatan partisipasi Ibu dalam dunia kerja
masih terus dipelajari dan di teliti. Namun, ada beberapa faktor yang sering disebutkan
yaitu peningkatan jumlah ibu yang bekerja sering dihubungkan dengan pencapaian
tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Faktor tersebut juga disebutkan oleh Almquist,
Nieva dan Gutek (dalam Matlin, 2012) bahwa perempuan yang memiliki pendidikan
hingga jenjang perguruan tinggi akan cenderung untuk bekerja dari pada yang tidak
memiliki pendidikan hingga jenjang perguruan tinggi. Primastuti (dalam Permatasari,
2010) menjelaskan ada beberapa motif yang menyebabkan wanita bekerja yaitu
menambah penghasilan keluarga, tidak tergantung secara ekonomi pada suami,
mengisi waktu kosong di rumah, ketidakpuasan dalam pernikahan, mempunyai
keahlian tertentu yang bisa dimanfaatkan, memperoleh status, pengembangan diri dan
aktualisasi diri.
2
Faktor lain adalah meningkatnya permintaan tenaga perempuan pada lapangan
pekerjaan, salah satunya adalah pekerjaan perempuan sebagai TNI-AD yang disebut
Korps Wanita Angkatan Darat (KOWAD) yang berarti prajurit wanita yang utama.
Kowad berfungsi sebagai tenaga militer wanita yang ditugaskan dalam bidang-bidang
penugasan tertentu yang membutuhkan ketelitian, ketekunan, kesabaran, dan sifat-sifat
keibuan (Lestari, 2015). Tugas dari KOWAD tidak jauh berbeda dengan tentara laki-
laki pada umumnya. Beberapa tugas pokok TNI menurut UU 34 Tahun 2004 Bab IV
Pasal 7 Ayat ke 2 adalah membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian, dan pemberian bantuan kemanusiaan; membantu Kepolisian Negara
Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan ketertiban masyarakat yang
diatur dalam undang-undang dan lainya. Belum banyaknya penelitian mengenai peran
Ibu yang bekerja sebagai KOWAD serta tugas spesifik dari tentara wanita menjadi
keterbatasan peneliti dalam menggali informasi lebih mendalam.
Keputusan seorang ibu untuk bekerja tentunya diikuti oleh manfaat-manfaat
bagi dirinya, suami dan anak-anaknya. Nieva dan Gutek (1981) menulis efek
kumulatif dari ibu yang bekerja menurut beberapa ahli yaitu bekerja dapat
meningkatkan perasaan kompeten dan well-being. Meningkatnya perasaan kompeten
melalui bekerja disebabkan oleh gaji yang diterima yang dapat menimbulkan rasa
ketidak bergantungan secara finansial dan rasa mandiri. Ketidak bergantungan pada
finansial ini memungkinkan ibu untuk dapat membantu urusan rumah tangga dan
kebutuhan tambahan anak dan mempunyai efek rehabilitatatif terhadap kesehatan
mental yang dapat meningkatkan perasaan well-being.
Menurut Ryff (1989) psychological well-being (PWB) merupakan realisasi dan
pencapaian penuh dari potensi individu diamana individu dapat menerima segala
3
kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan yang positif
dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti mampu memodifiksi
lingkungan agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan dalam hidup serta terus
mengembangkan pribadinya. PWB bukan hanya kepuasan hidup dan keseimbangan
antara afek positif dan negatif, namun PWB melibatkan persepsi dari keterlibatan
dengan tantangan-tantanagan selama hidup. PWB memiliki enam dimensi yaitu,
penerimaan diri (self- acceptance), hubungan positif dengan orang lain (positive
relation with others), otonomi (autonomy), penguasaan lingkungan (environmental
mastery), tujuan hidup (purpose in life) dan pertumbuhan pribadi (personal growth).
Selain manfaat-manfaat yang telah disebutkan sebelumnya, keberadaan ibu
yang bekerja diluar rumah terkhususnya sebagai KOWAD tidak jarang diikuti oleh
masalah. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rice (Junita, 2011) didapatkan
bahwa perempuan yang bekerja mengalami stress lebih tinggi dibandingkan dengan
pria. Hal ini dikarenakan Ibu yang bekerja menghadapi konflik peran. Konflik yang
dialami para Ibu bekerja ini biasa disebut dengan konflik peran ganda. Ibu yang
mengalami konflik peran ganda kemungkinan kurang mampu mengendalikan emosi
dan jarang memiliki perasaan yang positif sehingga kesulitan mencapai kesejahteraan
psikologis atau yang biasa disebut dengan Psychological Well Being.
Hasil wawancara singkat peneliti kepada beberapa ibu yang bekerja sebagai
KOWAD dapat diketahui bahwa jam kerja yang padat membuat ibu tersebut harus
menggunakan jasa pembantu rumah tangga untuk keperluan keluarga. Seringkali
bermasalah dengan pembagian waktu untuk mengurus anak. Selain itu, waktu
berkumpul bersama keluarga hanya bisa saat hari libur dan ketika ada tugas dari
kantor saat hari libur membuat ibu tersebut tidak dapat berkumpul bersama keluarga.
4
Alasan ibu tersebut untuk bekerja karena kebutuhan yang semakin meningkat sehingga
suami dan istri saling membantu dalam memenuhi kebutuhan dan sebagai bentuk
aktualisasi diri. Hal ini cenderung memunculkan konflik pada ibu karena merasa
bersalah serta konflik dengan keluarga, dan kurang memiliki kepuasan dalam
pekerjaannya.Konflik peran paling sering dirasakan oleh ibu bekerja terutama bagi ibu
yang memiliki anak yang masih kecil. Hal itu terjadi karena para ibu tahu bahwa
perkembangan anak pada usia-usia awal merupakan hal yang penting, karena pada
masa-masa itulah kedekatan dan rasa percaya antara orang tua dan anak mulai
dibangun begitu juga dengan pembentukan konsep diri yang positif dan cara
bersosialisasi dengan baik (Papalia, Olds & Feldman 2004).
Masalah lainnya adalah munculnya konflik peran. Greenhaus dan Beutell
(1985) mendefinisikan konflik peran ganda sebagai bentuk dari konflik antar peran
dimana tekanan dari peran di pekerjaan dan keluarga saling bertentangan, yaitu
menjalankan peran dalam pekerjaan menjadi lebih sulit karena juga menjalankan peran
dalam keluarga, dan sebaliknya. Konflik peran ganda memiliki tiga dimensi
(multidimensional) yaitu time-based conflict, strain-based conflict, dan behavior-
based conflict.
Berdasarkan hasil penelitian dan studi yang telah peneliti ungkapkan, dapat
diketahui bahwa bekerjanya seorang ibu memiliki banyak efek positif dan efek negatif.
Frone, Russell dan Cooper (1992) mengatakan bahwa konflik peran ganda merupakan
salah satu sumber stres yang dapat memengaruhi kondisi well-being seseorang.
Namun, bekerja dengan berbagai tuntutan yang harus dipenuhi dan tetap
melaksanakan peran lain sebagai ibu, istri dan lainnya mengakibatkan beban dari
peran yang terlalu banyak dan konflik tidak dapat dielakan lagi. Adanya konflik peran
5
ganda dalam pekerjaan dan peran dalam keluarga tersebut dapat mengakibatkan
ketegangan yang menyebabkan rendahnya kualitas kesehatan psikologis individu.
Dari beberapa penjelasan diatas peneliti tertarik untuk melihat hubungan antara
konflik peran ganda dengan kesejahteraan psikologis ibu bekerja sebagai KOWAD,
dimana konflik peran ganda tersebut dapat memengaruhi PWB. Jam kerja yang lebih
lama, tuntutan kerja sesuai dengan aturan kantor yang sangat ketat, beban kerja yang
berat, sudah menikah dan memiliki anak lebih berpotensi untuk mengalami konflik
peran ganda ini. Sejauh penelusuran peneliti, belum banyak penelitian mengenai
hubungan konflik peran ganda dengan PWB. Melihat uraian dan hasil penelitian yang
ada, maka penulis tertarik melakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan
antara konflik peran ganda dengan psychological well being pada ibu yang bekerja
sebagai KOWAD.
Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan signifikan antara konflik peran ganda dengan psychological well
being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD ?
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk melihat signifikansi hubungan antara konflik peran ganda
dengan psychological well being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD.
Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan pengetahuan di bidang
psikologi mengenai besar hubungan antara konflik peran ganda dengan
psychological well being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD.
6
2. Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menjadi acuan untuk menemukan cara yang dapat meminimalisir
efek negatif dari adanya konflik tersebut dan meningkatkan psychological well
being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Psychological Well-Being
Definisi Psychological Well-Being
Menurut Ryff (1989) psychological well-being (PWB) merupakan realisasi
dan pencapaian penuh dari potensi individu diamana individu dapat menerima
segala kekurangan dan kelebihan dirinya, mandiri, mampu membina hubungan
yang positif dengan orang lain, dapat menguasai lingkungannya dalam arti mampu
memodifiksi lingkungan agar sesuai dengan keinginannya, memiliki tujuan dalam
hidup serta terus mengembangkan pribadinya. PWB bukan hanya kepuasan hidup
dan keseimbangan antara afek positif dan negatif, namun PWB melibatkan persepsi
dari keterlibatan dengan tantangan-tantanagn selama hidup. Ryff (1989)
mendefinisikan PWB sebagai pencapaian penuh individu melalui enam aspek yang
dimiliki antara lain menerima segala kekurangan dan kelebihan diri, mampu
membina hubungan baik dengan orang lain, mandiri, menguasai lingkungan,
memiliki tujuan hidup dan terus mengembangkan pribadinya.
Dimensi – dimensi Psychological Well-Being
Terdapat 6 dimensi yang memengaruhi PWB menurut Ryff (1989) diantaranya :
a. Penerimaan Diri (self- acceptance) : Penerimaan diri diartikan sebagai
sikap positif terhadap diri sendiri mengenali dan menerima berbagai aspek
7
dalam dirinya baik yang positif maupun yang negatif serta memiliki perasaan
positif terhadap kehidupan masa lalunya.
b. Hubungan positif dengan orang lain (positive relation with others) :
diartikan sebagai kemampuan individu untuk mengelola hubungannya dengan
orang lain secara emosional, adanya rasa kepercayaan satu sama lain yang
membuat individu tersebut merasa nyaman yang ditimbulkan dari adanya
kedekatan yang berarti dengan orang yang tepat sebagai kualitas hubungan
dengan orang lain.
c. Otonomi (autonomy) : diartikan sebagai kemampuan individu dalam
mengambil keputusan sendiri dan mandiri, mampu melawan tekanan sosial
untuk berpikir dalam bersikap dengan cara yang benar, berperilaku sesuai
dengan standar serta nilai individu dan mengevaluasi diri berdasarkan standar
oribadi.
d. Penguasaan lingkungan (environmental mastery) : diartikan sebagai
adanya kemampuan untuk memilih atau menciptakan lingkungan yang sesuai,
suatu perasaan yang kompeten dan penguasaan dalam mengatur lingkungan,
memiliki minat yang kuat akan hal-hal diluar dirinya, berpartisipasi dalam
berbagai aktivitas serta mampu mengendalikannya.
e. Tujuan hidup (purpose in life) : diartikan sebagai tujuan yang hendak
dicapai dalam hidup yang memiliki keterarahan, keyakinan dan pandangan
tertentu yang dapat memberikan arah dalam hidupnya, memiliki perasaan
menyatu dan seimbang. Perubahan tujuan dalam hidup merupakan bagian dari
rentang kehidupan seperti menjadi produktif dan kreaktif. Individu yang
8
berfungsi positif memiliki tujuan, niat dan arah dalam tujuan hidup, yang
berkontribusi pada perasaan bahwa hidup ini bermakna.
f. Pertumbuhan Pribadi (personal growth): diartikan sebagai kemampuan
untuk melalui tahapan-tahapan perkembangan, adanya keterbukaan pada
pengalaman baru, menyadari potensi yang ada dalam dirinya dan melakukan
perbaikan dalam hidupnya setiap waktu.
Faktor-faktor Yang Memengaruhi Psychological Well-Being
Psychological well-being individu dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor
sebagai berikut (dalam Ryff, 2002) : usia dan tingkat pendidikan, jenis kelamin, ras,
status perkawinan, ciri kepribadian individu, status sosial, pekerjaan, latar belakang
budaya, pernikahan, konsekuensi kehadiran anak-anak, kondisi masa lalu,
kesehatan, fungsi fisik, faktor kepercayaan dan emosi, religiusitas, harga diri
positif, kontrol diri, optimisme serta faktor eksternal dan internal lainnya pada
individu.
B. Konflik Peran Ganda Pada
Pengertian Konflik Peran Ganda
W a n i t a b e k e r j a m e n g h a d a p i
s i t u a s i r u m i t y a n g m e n e m p a t k a n
p o s i s i m e r e k a d i a n t a r a k e p e n t i n g a n
k e l u a r g a d a n k e b u t u h a n u n t u k
b e k e r j a . D a l a m p e r j u a n g a n m e n u j u
k e s e i m b a n g a n k e r j a d a n k e l u a r g a
i n i l a h m a k a b e r m u n c u l a n b e r b a g a i
k o n f l i k d a n m a s a l a h y a n g h a r u s
9
d i h a d a p i d a n d i c a r i j a l a n k e l u a r n y a
j i k a i n g i n t e t a p m e n j a l a n i k e d u a
p e r a n t e r s e b u t . P a d a p e n e l i t i a n i n i
m e n g a c u p a d a d e f i n i s i G r e e n h a u s d a n
B e u t e l l ( 1 9 8 5 ) b a h w a s e s e o r a n g
d i k a t a k a n m e n g a l a m i k o n d i s i p e r a n
g a n d a a p a b i l a m e r a s a k a n s u a t u
k e t e g a n g a n d a l a m m e n j a l a n i p e r a n
p e k e r j a a n s e s e o r a n g d a l a m
b e r p a r t i s i p a s i a t a u m e l a k u k a n
p e r f o r m a s i p e r a n y a n g l a i n n y a .
Aspek-aspek Konflik Peran Ganda
Menurut Greenhaus dan Beutel (1985) konflik peran ganda memiliki dua aspek
yaitu:
a. Work-family conflict : yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab
pekerjaan yang mengganggu tanggung jawab terhadap keluarga, dimana secara
umum permintaan waktu dan ketegangan yang diakibatkan oleh pekerjan yang
mengganggu tanggung jawab keluarga.
b. Family-work conflict : yaitu konflik yang muncul dikarenakan tanggung jawab
keluarga mengganggu tanggung jawab terhadap pekerjaan, dimana secara
umum permintaan, waktu dan ketegangan dalam keluarga mengganggu
tanggung jawab pekerjaan.
Menurut Greenhaus dan Beutel (1985), multidimensi dari konflik peran
ganda muncul dari masing-masing direction dimana antara keduanya baik Work-
10
family conflict dan Family-work conflict masing-masing memiliki 3 dimensi.
Dalam penelitian ini yang diteliti berkaitan dengan work-family conflict dengan
dimensi yaitu :
1. Time-based conflict : Waktu yang dibutuhkan untuk menjalankan tuntutan
pekerjaan dapat mengurangi waktu untuk menjalankan tuntutan keluarga.
2. Strain-based conflict : Terjadi tekanan dari salah satu peran mempengaruhi
kinerja peran lainnya.
3. Behavior-based conflict. Berhubungan dengan ketidaksesuaian antara pola
perilaku dengan yang diinginkan oleh kedua bagian (pekerjaan atau keluarga).
C. Ibu Bekerja Sebagai KOWAD
Ibu bekerja yang dimaksud dalam penelitian ini difokuskan pada wanita
yang telah menikah dan memiliki tanggungjawab sebagai istri atau ibu dari anak-
anaknya sekaligus bekerja di luar rumah sebagai wanita karir. Primastuti (dalam
Permatasari, 2010) menjelaskan ada beberapa motif yang menyebabkan wanita
bekerja yaitu menambah penghasilan keluarga, tidak tergantung secara ekonomi
pada suami, mengisi waktu kosong di rumah, ketidakpuasan dalam pernikahan,
mempunyai keahlian tertentu yang bisa dimanfaatkan, memperoleh status,
pengembangan diri dan aktualisasi diri.
Sedangkan ibu yang bekerja sebagai KOWAD dalam penelitian ini
merupakan perempuan yang sudah menikah dan mempunyai anak serta merupakan
anggota dari KOWAD (Korps Wanita Angkatan Darat) dengan sebutan lain
"WANODYA PURUSOTTAMA" yang berarti prajurit wanita yang utama.
11
KOWAD berfungsi sebagai tenaga militer wanita yang ditugaskan dalam bidang-
bidang penugasan tertentu yang membutuhkan ketelitian, ketekunan, kesabaran,
dan sifat-sifat keibuan (Lestari, 2015). Tugas pokok TNI menurut UU 34 Tahun
2004 Bab IV Pasal 7 Ayat ke 2 adalah operasi militer untuk perang dan operasi
militer selain perang. Operasi militer selain perang yang ditugaskan pada KOWAD,
yaitu mengamankan objek vital nasional yang bersifat strategis, melaksanakan
tugas perdamaian dunia sesuai kebijakan politik luar negeri, mengamankan
Presiden dan Wakil Presiden beserta keluarganya, memberdayakan wilayah
pertahanan dan kekuatan pendukungnya secara dini sesuai dengan sistem
pertahanan semesta, membantu tugas pemerintahan di daerah, membantu
Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam rangka tugas keamanan dan
ketertiban masyarakat yang diatur dalam undang-undang, membantu mengamankan
tamu negara setingkat kepala negara dan perwakilan pemerintah asing yang sedang
berada di Indonesia, membantu menanggulangi akibat bencana alam, pengungsian,
dan pemberian bantuan kemanusiaan, membantu pencarian dan pertolongan dalam
kecelakaan, serta membantu pemerintah dalam pengamanan pelayaran dan
penerbangan terhadap pembajakan, perompakan, dan penyelundupan.
Uraian diatas telah menjelaskan bahwa profesi sebagai Kowad bukanlah
suatu profesi yang mudah. Tuntutan tugas dan kewajiban profesinya sangat berat
sehingga membuat para KOWAD memiliki profesionalitas. Efek bekerja terhadap
ibu adalah meningkatkan perasaan kompeten dan well-being, meningkatnya peran
dalam perkawinan, meningkat atau menurunnya kepuasan perkawinan pada istri
dan meningkatnnya jumlah beban bekerja perempuan.
Dampak Dari Konflik Peran Ganda Pada Ibu Yang Bekerja Sebagai KOWAD
12
I h r o m i ( d a l a m T e n d e l i n a , 2 0 1 3 )
m e n y e b u t k a n b a h w a w a n i t a i n g i n
t e t a p b e k e r j a , k a r e n a p e k e r j a a n
m e m b e r i k a n b a n y a k a r t i b a g i d i r i
m u l a i d a r i d u k u n g a n f i n a n s i a l ,
m e n g e m b a n g k a n p e n g e t a h u a n d a n
w a w a s a n , m e m u n g k i n k a n a k t u a l i s a s i
k e m a m p u a n , m e m b e r i k a n
k e b a n g g a a n d i r i d a n k e m a n d i r i a n
( m e s k i p u n p e n g h a s i l a n s u a m i
m e n c u k u p i ) , s e r t a m e m u n g k i n k a n
s u b j e k m e n g a k t u a l i s a s i k a n a s p i r a s i
p r i b a d i l a i n y a n g m e n d a s a r s e p e r t i
m e m b e r i r a s a “ b e r a r t i ” s e b a g a i
p r i b a d i . M e s k i p u n k e t e r l i b a t a n d a l a m
b e r b a g a i p e r a n i n i d a p a t m e m b e r i k a n
k e u n t u n g a n p s i k o s o s i a l , s e p e r t i
p e n i n g k a t a n k e p e r c a y a a n d i r i ,
k e s u l i t a n d a l a m m e m e n u h i t u n t u t a n
p e k e r j a a n d a n k e l u a r g a y a n g s e r i n g
k a l i b e r t e n t a n g a n j u g a d a p a t
m e n y e b a b k a n t e r j a d i n y a k o n f l i k
p e k e r j a a n - k e l u a r g a .
13
Hubungan Antara Konflik Peran Ganda dengan Psychological Well-Being
A d a n y a m u l t i p e r a n y a n g d i m i l i k i
o l e h i b u b e k e r j a d a p a t m e m b e r i k a n
e f e k p o s i t i f d a n e f e k n e g a t i f . S e m a k i n
b a n y a k p e r a n y a n g d i s a n d a n g o l e h
s e s e o r a n g s e m a k i n b a i k k e s e j a h t e r a a n
p s i k o l o g i s n y a ( P W B ) k a r e n a d e n g a n
b a n y a k n y a p e r a n y a n g d i m i i k i d a p a t
m e n i n g k a t k a n s t a t u s s o s i a l d a n
i d e n t i t a s s o s i a l . M e m e g a n g p e r a n
y a n g b a n y a k b a g i i b u b e k e r j a , j u g a
d a p a t m e n i m b u l k a n e f e k n e g a t i f .
S a l a h s a t u n y a a d a l a h m u n c u l n y a
k o n f l i k p e r a n g a n d a s e b a g a i s e b u a h
b e n t u k d a r i k o n f l i k a n t a r p e r a n
d i m a n a t e k a n a n d a r i p e r a n d i
p e k e r j a a n d a n k e l u a r g a s a l i n g
b e r t e n t a n g a n . K o n f l i k p e r a n g a n d a
d a p a t m e n y e b a b k a n k e t e g a n g a n y a n g
a k h i r n y a m e n g a k i b a t k a n r e n d a h n y a
k u a l i t a s k e s e h a t a n p s i k o l o g i s i b u y a n g
b e k e r j a ( L i n d s a y , 2 0 0 4 d a l a m E l g a r
& C h e s t e r , 2 0 0 7 ) .
14
I b u y a n g m e n g a l a m i k o n f l i k
p e r a n g a n d a k e m u n g k i n a n k u r a n g
m a m p u m e n g e n d a l i k a n e m o s i d a n
j a r a n g m e m i l i k i p e r a s a a n y a n g p o s i t i f
s e h i n g g a k e s u l i t a n m e n c a p a i
k e s e j a h t e r a a n p s i k o l o g i s ( P W B ) .
S e b a l i k n y a , I b u d e n g a n P W B r e n d a h
a k a n l e b i h m u d a h m e n g a l a m i k o n f l i k
p e r a n g a n d a t e r s e b u t . K o n f l i k p e r a n
g a n d a y a n g d i a l a m i i b u b e k e r j a
t e r s e b u t t e r j a d i k a r e n a k e s u l i t a n
u n t u k m e m b a g i w a k t u d a n
p e r h a t i a n n y a , s e h i n g g a m e r e k a s u l i t
u n t u k m e n c a p a i k e s e h j a h t e r a a n
p s i k o l o g i s . K o n f l i k p e r a n g a n d a
t e r s e b u t d a p a t m e m p e n g a r u h i
k e s e j a h t e r a a n p s i k o l o g i s I b u y a n g
b e k e r j a s e b a g a i K O W A D . T a n g g u n g
j a w a b d a n t u n t u t a n p e k e r j a a n y a n g
c u k u p b e s a r , j a m k e r j a y a n g l e b i h
l a m a , a t u r a n k a n t o r y a n g s a n g a t k e t a t
d a n b e b a n k e r j a y a n g b e r a t d a p a t
d i a s u m s i k a n b a h w a K O W A D l e b i h
15
b e r p o t e n s i u n t u k m e n g a l a m i k o n f l i k
p e r a n g a n d a i n i .
Hipotesis
Ada hubungan negatif yang signifikan antara konflik peran ganda dengan
psychological well being pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian
korelasional. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerikal
(angka) yang di olah dengan metode statistika (Azwar, 2010).
Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel Bebas (X, independen) : Konflik Peran Ganda
2. Variabel Terikat (Y, dependen) : Psychological Well-Being
Partisipan
Penelitian ini dilakukan di Denpasar, Bali. Partisipan dalam penelitian ini
berjumlah 53 orang perempuan dengan teknik pengambilan sampel Purposive
Sampling. Pengambilan sampel dilakukan dengan berdasarkan pada kriteria-kriteria
tertentu (Sugiyono, 2006). Adapun kriterianya antara lain : 1) bekerja sebagai
KOWAD, 2) menikah, 3) mempunyai satu anak atau lebih yang tinggal bersama dan
berusia 0-17 tahun. Pengambilan teknik ini didasarkan pada jangkauan wilayah tugas
yang tidak semuanya diketahui lokasinya oleh peneliti dan sumber daya yang ada telah
memenuhi syarat pengambilan sampel dari populasi terkecil, yaitu 30 orang (Azwar,
2004).
16
Alat Ukur Penelitian
Dalam pengumpulan data penelitian ini, digunakan 2 skala psikologi mencakup
skala psikologi konflik peran ganda dan PWB. Adapun skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Work Family Conflict Scale yang disusun oleh Carlson, Kacmar and
Williams (2000) berdasarkan pada aspek konflik peran ganda oleh Greenhause
dan Beutell (1985) yang dimodifikasi dan disesuaikan dengan partisipan
penelitian. Skala ini terdiri dari 18 aitem dengan 18 aitem favorable yang
terdiri dari 6 butir aitem time-based conflict, 6 butir aitem strain-based conflict,
dan 6 butir aitem behavior-base conflict. Pengujian reabilitas dan seleksi aitem
(daya diskriminasi) pada penelitian ini menggunakan data try out terpakai.
Penentuan aitem-aitem yang memiliki daya diskriminasi menggunakan
ketentuan dari Azwar (2010) yang menyatakan bahwa aitem pada skala
pengukuran dapat dikatakan valid apabila ≥ 0,25. Daya diskriminasi aitem dari
0.257 – 0.608 dan diperoleh 17 aitem yang memiliki daya diskriminasi dengan
reliabilitas (α) sebesar 0.812.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.812 17
2. Psychological Well-Being (PWB) dari Ryff (1995) yang dimodifikasi dan
disesuaikan dengan partisipan penelitian. Skala ini terdiri dari 18 aitem dengan
11 aitem favorable dan 7 aitem unfavorable yang terdiri dari 3 butir aitem self–
acceptance, 3 butir aitem positive relation with others, 3 butir aitem autonomy,
3 butir aitem environmental mastery, 3 butir aitem purpose in life dan 3 butir
17
aitem personal growth. Pengujian reabilitas dan seleksi aitem (daya
diskriminasi) pada penelitian ini menggunakan data try out terpakai. Penentuan
aitem-aitem yang memiliki daya diskriminasi menggunakan ketentuan dari
Azwar (2010) yang menyatakan bahwa aitem pada skala pengukuran dapat
dikatakan valid apabila ≥ 0,25. Daya diskriminasi aitem dari 0.266 – 0.768 dan
diperoleh 14 aitem yang memiliki daya diskriminasi dengan reliabilitas (α)
sebesar 0.830.
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items
.830 14
Kedua skala ini menggunakan skala Likert yang terdiri dari 5 pilihan jawaban
yaitu Sangat Sesuai (STS), Sesuai (S), Tidak dapat menentukan dengan pasti
(N), Tidak Sesuai (TS), Sangat Tidak Sesuai (STS) dengan masing-masing
pilihan jawaban memiliki skor. Untuk aitem favorable, skor jawaban SS adalah
4, jawaban S adalah 3, jawaban N adalah 2, jawaban TS adalah 1, jawaban STS
adalah 0. Untuk aitem unfavorable, skor jawaban diberikan kebalikan dari skor
jawaban aitem favorable. Dalam modifikasi skala telah mendapatkan
pengawasan dan bimbingan dari ahli yang dalam hal ini adalah dosen
pembimbing.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis data (uji diskriminasi) menggunakan teknik korelasi Pearson
Product Moment dengan menggunakan bantuan program SPSS 16.0 for windows.
Reliabilitas menggunakan Cronbach’s Alpha, seleksi aitem menggunakan Item-total
18
Statistic, uji normalitas menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test, uji
linieritas menggunakan ANOVA, uji korelasi menggunakan Correlations.
HASIL PENELITIAN
ANALISIS DESKRIPTIF
Tabel 1.1 Statistik deskriptif skala konflik peran ganda dan PWB
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
WFC 53 11 50 25,79 8,45
PWB 53 21 56 43,19 6,82
Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh data minimum pada variabel konflik
peran ganda sebesar 11 dan data maksimum sebesar 50 dengan mean 25,79 dan
standar deviasi 8,45. Untuk variabel PWB, data minimum sebesar 21 dan data
maksimum sebesar 56 dengan mean 43,19 dan standar deviasi 6,82. Untuk variabel
konflik peran ganda memiliki total 17 aitem dengan PWB 14 aitem dengan masing-
masing terdiri dari 5 alternatif jawaban dan skor yang bergerak dari 0-4. Kategorisasi
dibuat menjadi 5 kategori mulai dari “sangat rendah” hingga “sangat tinggi”. Adapun
total skor terendah untuk konflik peran ganda adalah 0 dan tertinggi adalah 68 serta
untuk PWB, skor terendah adalah 0 dan tertinggi 56. Interval skor untuk setiap
kategori ditentukan dengan menggunakan rumus interval dalam Hadi (2000).
Tabel 1.2 Kategorisasi Skor skala Konflik Peran Ganda
No. Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean
1. 54.4 < x ≤ 68 Sangat Tinggi 0 0 % 25,79
2. 40.8 < x ≤ 54.4 Tinggi 2 4 %
19
3. 27.2 < x ≤ 40.8 Sedang 14 26 %
4. 13.6 < x ≤ 27.2 Rendah 36 68 %
5. x ≤ 13.6 Sangat Rendah 1 2%
Total 53 100 %
Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 2 orang (4%) yang memiliki
konflik peran ganda tinggi, 14 orang (26%) berada pada kategori sedang, 36 orang
(68%) berada pada kategori rendah dan 1 orang (2%) berada pada kategori sangat
rendah.
Tabel 1.3 Kategorisasi Skor skala Psychological Well Being
No. Interval Kategori Frekuensi Presentase Mean
1. 44.8 < x ≤ 56 Sangat Tinggi 23 43 %
43,19
2. 33.6 < x ≤ 44.8 Tinggi 25 47 %
3. 22.4 < x ≤ 33.6 Sedang 4 8 %
4. 11.2 < x ≤ 22.4 Rendah 1 2 %
5. x ≤ 11.2 Sangat Rendah
0 0 %
Total 53 100 %
Berdasarkan hasil di atas, dapat diketahui bahwa terdapat 23 orang (43%) yang
memiliki PWB sangat tinggi, 25 orang (47%) berada pada kategori tinggi, 4 orang
(8%) berada pada kategori sedang dan 1 orang (2%) berada pada kategori rendah.
UJI ASUMSI
Uji Normalitas
Uji Normalitas menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov yang menunjukkan skala
PWB (K-S-Z = 0,801, p = 0,542, p > 0,05) dan skala konflik peran ganda (K-S-Z =
1,029 p = 0,241 p > 0,05). Dapat disimpulkan bahwa variabel konflik peran ganda dan
PWB memiliki sebaran data yang berdistribusi normal.
Tabel 2.1 Uji Normalitas Alat Ukur One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
PWB WFC
N 53 53
Normal Parametersa Mean 43.19 25.79
20
Std. Deviation 6.825 8.450
Most Extreme Differences Absolute .110 .141
Positive .065 .141
Negative -.110 -.092
Kolmogorov-Smirnov Z .801 1.029
Asymp. Sig. (2-tailed) .542 .241
a. Test distribution is Normal.
Uji Linieritas
Uji linieritas menggunakan uji ANOVA yang menunjukkan data konflik peran ganda
dan PWB linier dengan F linearity sebesar 9,325 dan nilai signifikansi sebesar 0,005
(p < 0,05). Nilai F pada deviation from linearity sebesar 2,791 dan nilai signifikansi
deviation from linearity sebesar 0,005 (p < 0,05). Menurut Widhiarso (2010) meski
deviation from linearity tidak signifikan akan tetapi linearity signifikan, maka data
dapat kita asumsikan linier. Berdasarkan hasil yang diperoleh, maka dapat
disimpulkan bahwa variabel konflik peran ganda dan PWB bersifat linier.
Tabel 2.2 Uji Linieritas Alat Ukur
ANOVA Table
Sum of Squares df Mean Square F Sig.
PWB *
WFC
Between
Groups
(Combined) 1641.149 21 78.150
3.10
2 .002
Linearity 234.926 1 234.926
9.32
5 .005
Deviation from
Linearity 1406.223 20 70.311
2.79
1 .005
Within Groups 780.964 31 25.192
Total 2422.113 52
UJI KORELASI
21
Berdasarkan uji asumsi yang telah dilakukan sebelumnya dapat diketahui bahwa data
berdistribusi normal dengan nilai sig. (p> 0,05) dan kedua variabel penelitian linier
(p>0,05), maka uji korelasi yang dilakukan menggunakan Pearson Correlation
Product Moment. Berdasarkan hasil uji korelasi antara kedua variabel dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan negatif signifikan antara konflik peran ganda
dengan PWB yang berarti makin rendah konflik peran ganda, maka makin tinggi PWB
pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD dan sebaliknya. Ditemukan pula bahwa
konflik peran ganda memberikan sumbangan sebesar 9,7% artinya 90,3% PWB ibu
yang bekerja sebagai KOWAD masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain.
Tabel 3. Uji korelasi dengan Pearson Correlation Product Moment
Correlations
PWB WFC
PWB Pearson Correlation 1 -.311*
Sig. (1-tailed) .012
N 53 53
WFC Pearson Correlation -.311* 1
Sig. (1-tailed) .012
N 53 53
*. Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed).
PEMBAHASAN
Hasil uji korelasi menunjukan adanya korelasi negatif signifikan antara konflik
peran ganda dan PWB ibu yang bekerja sebagai KOWAD di mana r = -0,311, r2=
0,097 dengan nilai signifikansi 0,012 (p < 0,05). Hasil ini menunjukkan bahwa makin
rendah konflik peran ganda, maka makin tinggi PWB pada ibu yang bekerja sebagai
KOWAD. Sebaliknya makin tinggi konflik peran ganda, maka makin rendah PWB
pada ibu yang bekerja sebagai KOWAD. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, data
22
menunjukan bahwa rata-rata partisipan penelitian memiliki konflik peran ganda yang
rendah dan PWB yang tinggi.
Dalam penelitian sebelumnya dikemukakan bahwa terdapat hubungan yang
negatif antara konflik peran ganda dan PWB didukung dengan adanya dukungan sosial
dan dedikasi terhadap pekerjaan pada karyawan (Pratiwi, 2002). Hal ini berarti bahwa
dengan partisipan yang berbeda tetap menunjukan adanya hubungan antara kedua
variabel. Selain itu, perlunya menjalin hubungan keluarga serta lingkungan kerja dapat
memengaruhi cara individu berinteraksi, pengembangan potensi dalam diri yang akan
memengaruhi kinerja dan evaluasi diri. Putrianti (2007) berpendapat bahwa
perempuan yang bekerja cenderung mempunyai ruang lingkup yang lebih luas dan
bervariasi, sehingga cenderung mempunyai pola pikir yang lebih terbuka, lebih
energik, mempunyai wawasan yang luas dan lebih dinamis.
Oleh karena itu, keberadaan istri/ibu dapat menjadi partner bagi suami, untuk
menjadi teman bertukar pikiran, serta saling membagi tanggung jawab, pandangan dan
harapan. Hasil penelitian membuktikan pentingnya dukungan suami dalam
mengurangi dilema antara keluarga dan pekerjaan bagi wanita. Hal ini diperkuat oleh
Putrianti (2007) yang berpendapat bahwa dukungan sosial (suami) akan dapat
memotivasi individu dalam bekerja dan beradaptasi dengan masyarakat sekitar. Lebih
lanjut dukungan yang dirasakan secara lebih konsisten akan mampu meningkatkan
kesehatan psikis dan melindungi psikis dalam kondisi stres. Frone, Russell dan Cooper
(1992) mengatakan bahwa konflik peran ganda merupakan salah satu sumber stres
yang dapat memengaruhi kondisi well-being seseorang. Seorang ibu yang memiliki
konflik peran ganda akan merasa kurang memiliki rasa penguasaan dan self-efficacy,
yang akhirnya dapat menyebabkan efek yang depresif atau berkurangnya kepuasan
23
dalam hidup. Oleh karena itu ketika tuntutan dari keluarga tidak terpenuhi,
kemungkinan besar ibu akan menjadi stres. Kuatnya ekspektasi pada peran tradisional
(Ibu di rumah, Bapak bekerja) juga dapat membuat ibu merasakan konflik peran
ganda.
Selain itu, adanya anak yang masih kecil, jumlah anak, urutan anak, faktor
sumber daya yang ada di rumah dapat memengaruhi dimensi dari PWB. Namun,
dilema yang dirasakan akan berbeda pada ibu bekerja yang baru memiliki satu anak
dengan ibu yang bekerja yang sudah berpengalaman yang memiliki dua anak. Hasil
wawancara dengan dua ibu yang bekerja sebagai KOWAD, usaha yang dilakukan
untuk mengurangi konflik peran ganda adalah memakai jasa pembantu dalam
mengurus keperluan rumah tangga, pengasuh anak, atau meminta bantuan orang tua
dari ibu bekerja tersebut untuk membantu memantau anak ketika ibu tidak ada di
rumah.
Salah satu ciri individu yang memiliki konflik peran ganda yang rendah dan
PWB yang tinggi adalah mengakui pekerjaan dan tanggung jawab sebagai ibu
merupakan bagian dari hidup, terkait dengan kepentingan dan pemenuhan dari dalam
diri. Hal ini berarti, ketegangan atau stres yang disebabkan oleh pertentangan antara
peran dirumah dan di tempat kerja memengaruhi PWB dalam diri individu. Dampak
dari kedua peran tersebut dapat berupa hal positif maupun hal negatif, namun dengan
memaknai pekerjaan dan peran sebagai ibu dapat meningkatkan semangat dan juga
dedikasi akan peran tersebut.
Ditemukan pula bahwa konflik peran ganda memberikan sumbangan sebesar
9,7% artinya 90,3% PWB ibu yang bekerja sebagai KOWAD masih dipengaruhi oleh
faktor-faktor lain seperti kepribadian. Schumutte dan Ryff (1997) mengenai hubungan
24
antara lima tipe kepribadian (the big five traits) dengan dimensi PWB dan hasilnya
menunjukan bahwa masing-masing kepribadian memiliki pengaruh terhadap dimensi
PWB (dalam Patma, 2016). Kedua, dapat dimungkinkan karena faktor kecerdasan
emosi. Hasil penelitian Gros dan John (2003), menunjukan bahwa terdapat perbedaan
individual dalam pengalaman dan ekspresi emosi yang berdampak secara berbeda
terhadap kebahagiaan (dalam Hutapea, 2011). Selain itu, faktor lainnya bisa
dikarenakan kepuasan hidup maupun gaya hidup. Kepuasan hidup seseorang dapat
membawanya mencapai kesejahteraan psikologis. Dengan demikian, terdapat banyak
faktor yang dapat memengaruhi PWB seseorang.
KESIMPULAN
1. Ada hubungan negatif signifikan antara konflik peran ganda dan PWB pada ibu
yang bekerja sebagai KOWAD dengan nilai koefisien korelasi (r) -0,311 dengan
nilai signifikansi sebesar 0,012.
2. Konflik peran ganda memberikan sumbangan sebesar 9,7% artinya 90,3% PWB ibu
yang bekerja sebagai KOWAD masih dipengaruhi oleh faktor-faktor lain seperti
kepribadian, kecerdasan emosi, kepuasan hidup dan lainya.
3. Berdasarkan statistik deskriptif sebagian partisipan (68%) memiliki konflik peran
ganda pada kategori rendah dan PWB pada kategori (47%) berada pada kategori
tinggi.
SARAN
Adapun saran yang dapat diberikan oleh peneliti berdasarkan hasil penelitian sebagai
berikut:
1. Bagi Ibu yang bekerja sebagai KOWAD
25
a. Untuk meningkatkan PWB terutama terkait peningkatan pengevaluasian diri
dan penyesuaian lingkungan serta pembagian tugas dengan suami guna
pengembangan diri dalam bekerja dan kesejahteraan psikologis.
b. Diharapkan ibu yang bekerja sebagai KOWAD dapat lebih menyadari tugas
dan tanggung jawab dalam setiap peran yang dijalani, yaitu sebagai KOWAD
dan ibu rumah tangga, sehingga dapat menjalankan tugas dan tanggung jawab
tersebut dengan seimbang serta dapat memposisikan diri sesuai dengan
masing-masing perannya supaya tidak mudah mengalami konflik peran ganda.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Memperbanyak jumlah subjek, mencermati faktor-faktor lain yang dapat
memengaruhi proses penelitian seperti tempat penelitian yang sulit diakses
sehingga proses penelitian tidak berjalan persis sesuai kehendak peneliti.
b. Peneliti selanjutnya perlu untuk mengembangkan penelitian ini dengan
penggalian data yang lebih mendalam dengan menggunakan metode kualitatif
sehingga dapat melihat gambaran dari variabel yang ada.
c. Apabila akan menggunakan topik dan partisipan yang sama, dapat melakukan
perbandingan bagi KOWAD yang memiliki anak berusia <6 tahun dan yang
memiliki anak berusia remaja.
26
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, S. (2004). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
________. (2010). Metode penelitian. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
________. (2012). Penyusunan skala psikologi (Edisi 2). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Pusat Statistik. (2013). Persentase rumah tangga menurut provinsi jenis kelamin
KRT yang bekerja dan daerah tempat tinggal 2009-2012. Diakes Juni 24, 2016
http://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1606.
Carlson, D. S., Kacmar, K.M., & Williams, L. J. (2000). Contruction and initial
validation of a multidimensional measure of work- family conflict. Journal of
Vocational Behavior, 56, 249-276.
Elgar, K., & Chester, A. (2007). The mental health implications of maternal
employment: Working versus at-home mothering identities. Australian e-
Journal for the Advancement of Mental Health AeJAMH, 6, 1-8.
Frone, M.F., Russel, M., & Cooper, M.L. (1992). Antecedents and outcomes of work-
family conflict: Testing a model of the work-family interface. Journal of
Applied Psychology, 77(1), 65-78.
Greehaus, J. H., & Beutell, N. J. (1985). Sources of conflict between work and family
roles. Academy of Management Review, 10, 76-88.
Hadi, S. (2000). Metodologi research. Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
Hutapea, B. (2011). Emotional intelegence dan psychological well-beng pada manusia
lanjut usia anggota organisasi berbasis keagamaan di Jakarta. Insan: Media
Psikologi, 13(2), 64-73.
Junita, A. (2011). Konflik peran ganda sebagai salah satu pemicu stres kerja wanita
karir. Jurnal Keuangan & Bisnis, 2(2), 14-27.
27
Lestari, L (2015). Pengaruh pola pembinaan jasmani prajurit siswa dikmaba TNI AD
tahap 1 wanita terhadap tingkat kesegaran jasmani. Skripsi tidak diterbitkan.
Bandung: Fakultas Pendidikan dan Kesehatan Universitas Pendidikan Indonesia.
Matlin, M. W. (2012). The psychology of women. USA: Holt Rinehart and Winston,
Inc.
Moen, R.H., & McClain, H. (1995). Care giving and women’s well being: a life course
approach. Journal of Health and Social Behavior, 36, 259-273.
Nieva, V.F. & Gutek, B.A. (1981). Women and work : A psychological perspective.
New York: Praeger.
Patma, E.W.N. (2016). Hubungan antara career calling dengan psychological well
being pada pendeta gereja toraja di toraja. Tugas akhir tidak diterbitkan.
Salatiga: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Satya Wacana.
Papalia, D.E, Olds, S.W., & Feldman, R.D. (2004). Human development (9 th
ed). New
York: McGraw Hill.
Permatasari, A.I. (2010). Konflik peran ganda ibu bekerja ditinjau dari tingkat
ketabahan. Skripsi tidak diterbitkan. Semarang: Fakultas Psikologi Universitas
Katolik Soegijapranta.
Pratiwi, D., & Pratiwi, A. (2000). Hubungan konflik peran ganda dengan psychological
well being pada ibu bekerja sebagai pegawai bank. Jurnal Psikologi, 1(3), 20-
35.
Putrianti, F.G. (2007). Kesuksesan peran ganda wanita karir ditinjau dari dukungan
suami, optimisme dan strategi coping. Indigenous: Jurnal Ilmiah Berkala
Psikologi, 9, 3-17.
Ryff, C.D. (1989). Happiness is everything, or is it? explorations on the meaning of
psychological well-being. Journal of Personality and Social Psychology, 57,
1069-1081.
_____ & Singer, B. H. (1996). Psychological well-being : meaning, measurement and
implications for psychoterapy research. Journal of Psychotherapy
Psychosomatics, 65, 14-23.
_____, Keyes, C.L.M. & Shmotkin, D. (2002). Optimizing well-being: The empirial
encounter of ewo traditions. Journal of Personality and Social Psychology, 82,
1007-1022.
Sugiyono. (2006). Metode penelitian kuantitatif kualitatif dan r & d. Bandung:
Alfabeta.
28
Tendelina, L. R. (2013). Hubungan iklim organisasi dengan konflik peran ganda
sebagai ibu rumah tangga dan pekerja pada pegawai negeri sipil wanita di
akademi militer magelang. Skripsi tidak diterbitkan. Salatiga: Fakultas Psikologi
Universitas Kristen Satya Wacana.
Widhiarso, W. (2010). Uji linieritas hubungan. Diakes November 4, 2016 dari http:
www.widhiarso.staff.ugm.ac.id/files/widhiarso_2010_-
_uji_linieritas_hubungan.pdf.
top related