hordeolum eksterna
Post on 08-Aug-2015
170 Views
Preview:
TRANSCRIPT
Laboratorium Ilmu Penyakit Mata CASE REPORT
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
HORDEOLUM EKSTERNA
oleh:
Maya Sari Putri
06.55362.00305.09
Pembimbing:
dr. Syamsul Hidayat, Sp.M
Dibawakan Dalam Rangka Tugas Kepaniteraan Klinik
Pada Laboratorium Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
2011
BAB I
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kelopak mata adalah bagian mata yang sangat penting. Kelopak mata melindungi kornea
dan berfungsi dalam pendisribusian dan eliminasi air mata. Penutupan kelopak mata berguna
untuk menyalurkan air mata ke seluruh permukaan mata dan memompa air mata melalui
punctum lakrimalis.
Kelainan yang didapat pada kelopak mata bermacam-macam, mulai dari yang jinak
sampai keganasan, proses inflamasi, infeksi mau pun masalah struktur seperti ektropion,
entropion dan blepharoptosis. Untungnya, kebanyakan dari kelainan kelopak mata tidak
mengancam jiwa atau pun mengancam penglihatan.1
Hordeolum adalah salah satu penyakit yang cukup sering terjadi pada kelopak mata.
Secara klinis kelainan ini sering sulit dibedakan dengan kalazion akut. Hordeolum merupakan
infeksi lokal atau proses peradangan pada kelopak mata. Bila kelenjar Meibom yang terkena
disebut hordeolum internum, sedangkan bila kelenjar Zeiss atau Moll yang terkena maka
disebut hordeolum eksternum.2
Angka kejadian hordeolum didunia tidak diketahui dengan pasti karena belum ada data
yang tersedia, namun hordeolum adalah salah satu lesi kelopak mata yang paling sering
dijumpai dalam praktek klinis.
Hordeolum biasanya menyerang pada dewasa muda, namun dapat juga terjadi pada
semua umur, terutama orang-orang dengan taraf kesehatan yang kurang. Tidak ada perbedaan
angka kejadian (insiden rate) antara pria dan wanita. Keadaan ini mudah timbul pada individu
yang menderita blefaritis dan konjungtivitis menahun.3
1.2 Tujuan
Untuk memberikan tambahan pengetahuan mengenai hordeolum, baik mengenai
diagnosis maupun penatalaksanaannya.
BAB II
2
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI PALPEBRA
Palpebra superior dan inferior adalah modifikasi lipatan kulit yang dapat menutup dan
melindungi bola mata bagian anterior. Berkedip melindungi kornea dan konjungtiva dari
dehidrasi. Palpebra superior berakhir pada alis mata; palpebra inferior menyatu dengan pipi.
Palpebra terdiri atas lima bidang jaringan utama. Dari superfisial ke dalam terdapat
lapis kulit, lapis otot rangka (orbikularis okuli), jaringan areolar, jaringan fibrosa (tarsus), dan
lapis membran mukosa (konjungtiva pelpebrae).5
1. Kulit
Kulit pada palpebra berbeda dari kulit bagian lain tubuh karena tipis, longgar, dan
elastis, dengan sedikit folikel rambut, tanpa lemak subkutan.
2. Muskulus Orbikularis okuli
Fungsi otot ini adalah untuk munutup palpebra. Serat ototnya mengelilingi fissura
palpebra secara konsentris dan meluas sedikit melewati tepian orbita. Sebagian serat berjalan
ke pipi dan dahi. Bagian otot yang terdapat di dalam palpebra dikenal sebagai bagian pratarsal;
bagian diatas septum orbitae adalah bagian praseptal. Segmen luar palpebra disebut bagian
orbita. Orbikularis okuli dipersarafi oleh nervus facialis.
3. Jaringan Areolar
Terdapat di bawah muskulus orbikularis okuli, berhubungan degan lapis
subaponeurotik dari kujlit kepala.
4. Tarsus
Struktur penyokong utama dari palpebra adalah lapis jaringan fibrosa padat yang
disebut tarsus superior dan inferior. Tarsus terdiri atas jaringan penyokong kelopak mata
dengan kelenjar Meibom (40 buah di kelopak atas dan 20 buah di kelopak bawah).2
5. Konjungtiva Palpebrae
Bagian posterior palpebrae dilapisi selapis membran mukosa, konjungtiva palpebra,
yang melekat erat pada tarsus.
3
Tepian palpebra dipisahkan oleh garis kelabu (batas mukokutan) menjadi tepian anterior dan
posterior. Tepian anterior terdiri dari bulu mata, glandula Zeiss dan Moll. Glandula Zeiss adalah
modifikasi kelenjar sebasea kecil yang bermuara dalam folikel rambut pada dasar bulu mata.
Glandula Moll adalah modifikasi kelenjar keringat yang bermuara ke dalam satu baris dekat
bulu mata. Tepian posterior berkontak dengan bola mata, dan sepanjang tepian ini terdapat
muara-muara kecil dari kelenjar sebasesa yang telah dimodifikasi (glandula Meibom atau
tarsal)
Punktum lakrimalis terletak pada ujung medial dari tepian posterior palpebra. Punktum
ini berfungsi menghantarkan air mata ke bawah melalui kanalikulus terkait ke sakus lakrimalis.
Fisura palpebrae adalah ruang elips di antara kedua palpebra yang dibuka. Fisura ini berakhir di
kanthus medialis dan lateralis. Kanthus lateralis kira-kira 0,5 cm dari tepian lateral orbita dan
membentuk sudut tajam. Septum orbitale adalah fascia di belakang bagian muskularis
orbikularis yang terletak di antara tepian orbita dan tarsus dan berfungsi sebagai sawar antara
palpebra orbita. Septum orbitale superius menyatu dengan tendo dari levator palpebra superior
dan tarsus superior; septum orbitale inferius menyatu dengan tarsus inferior.5
Retraktor palpebrae berfungsi membuka palpebra. Di palpebra superior, bagian otot
rangka adalah levator palpebra superioris, yang berasal dari apeks orbita dan berjalan ke depan
dan bercabang menjadi sebuah aponeurosis dan bagian yang lebih dalam yang mengandung
serat-serat otot polos dari muskulus Muller (tarsalis superior). Di palpebra inferior, retraktor
utama adalah muskulus rektus inferior, yang menjulurkan jaringan fibrosa untuk membungkus
meuskulus obliqus inferior dan berinsersio ke dalam batas bawah tarsus inferior dan
orbikularis okuli. Otot polos dari retraktor palpebrae disarafi oleh nervus simpatis. Levator dan
muskulus rektus inferior dipasok oleh nervus okulomotoris.3
Pembuluh darah yang memperdarahi palpebrae adalah a. Palpebra. Persarafan sensorik
kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal nervus V, sedang kelopak mata bawah oleh
cabang kedua nervus V. 6
4
Figure 2. Anatomy of upper and lower eyelids.4
B. DEFINISI
Hordeolum adalah infeksi kelenjar pada palpebra. Bila kelenjar Meibom yang terkena,
timbul pembengkakan besar yang disebut hordeolum interna. Sedangkan hordeolum eksterna
yang lebih kecil dan lebih superfisial adalah infeksi kelenjar Zeiss atau Moll.5
Gb I. Hordeolum eksterna Gb II. Hordeolum interna
C. ETIOLOGI
Staphylococcus aureus adalah agent infeksi pada 90-95% kasus hordeolum.3
5
D. FAKTOR RESIKO
1. Penyakit kronik.
2. Kesehatan atau daya tahan tubuh yang buruk.
3. Peradangan kelopak mata kronik, seperti Blefaritis.
4. Diabetes
5. Hiperlipidemia, termasuk hiperkolesterolemia.
6. Riwayat hordeolum sebelumnya
7. Higiene dan lingkungan yang tidak bersih
8. Kondisi kulit seperti dermatitis seboroik. 4
E. PATOFISIOLOGI
Hordeolum externum timbul dari blokade dan infeksi dari kelenjar Zeiss atau Moll.
Hordeolum internum timbul dari infeksi pada kelenjar Meibom yang terletak di dalam tarsus.
Obstruksi dari kelenjar-kelenjar ini memberikan reaksi pada tarsus dan jaringan sekitarnya.
Kedua tipe hordeolum dapat timbul dari komplikasi blefaritis. 2,3
F. GEJALA DAN TANDA
Gejala 2,3
- Pembengkakan
- Rasa nyeri pada kelopak mata
- Perasaan tidak nyaman dan sensasi terbakar pada kelopak mata
- Riwayat penyakit yang sama
Tanda 5
- Eritema
- Edema
- Nyeri bila ditekan di dekat pangkal bulu mata
- Seperti gambaran absces kecil
G. PENATALAKSANAAN
Biasanya hordeolum dapat sembuh dengan sendiri dalam waktu 5-7 hari.5
Umum
1. Kompres hangat 4-6 kali sehari selama 15 menit tiap kalinya untuk membantu
drainase. Lakukan dengan mata tertutup.
2. Bersihkan kelopak mata dengan air bersih atau pun dengan sabun atau sampo yang
tidak menimbulkan iritasi, seperti sabun bayi. Hal ini dapat mempercepat proses
penyembuhan. Lakukan dengan mata tertutup.
6
3. Jangan menekan atau menusuk hordeolum, hal ini dapat menimbulkan infeksi yang
lebih serius.
4. Hindari pemakaian makeup pada mata, karena kemungkinan hal itu menjadi
penyebab infeksi.
5. Jangan memakai lensa kontak karena dapat menyebarkan infeksi ke kornea.
Obat
Antibiotik diindikasikan bila dengan kompres hangat selama 24 jam tidak ada
perbaikan, dan bila proses peradangan menyebar ke sekitar daerah hordeolum.
1. Antibiotik topikal.
Bacitracin atau tobramicin salep mata diberikan setiap 4 jam selama 7-10 hari. Dapat
juga diberikan eritromicin salep mata untuk kasus hordeolum eksterna dan hordeolum
interna ringan.5
2. Antibiotik sistemik
Diberikan bila terdapat tanda-tanda bakterimia atau terdapat tanda pembesaran
kelenjar limfe di preauricular. 3
Pada kasus hordeolum internum dengan kasus yang sedang sampai berat. Dapat
diberikan cephalexin atau dicloxacilin 500 mg per oral 4 kali sehari selama 7 hari.
Bila alergi penisilin atau cephalosporin dapat diberikan clindamycin 300 mg oral 4 kali
sehari selama 7 hari atau klaritromycin 500 mg 2 kali sehari selama 7 hari.3
Pembedahan
Bila dengan pengobatan tidak berespon dengan baik, maka prosedur pembedahan
mungkin diperlukan untuk membuat drainase pada hordeolum. 6
Pada insisi hordeolum terlebih dahulu diberikan anestesi topikal dengan pantokain tetes mata.
Dilakukan anestesi filtrasi dengan prokain atau lidokain di daerah hordeolum dan dilakukan
insisi yang bila:
- Hordeolum internum dibuat insisi pada daerah fluktuasi pus, tegak lurus pada margo
palpebra.
- Hordeolum eksternum dibuat insisi sejajar dengan margo palpebra.
Setelah dilakukan insisi, dilakukan ekskohleasi atau kuretase seluruh isi jaringan
meradang di dalam kantongnya dan kemudian diberikan salep antibiotik. 6
7
BAB III
LAPORAN KASUS
Anamnesis secara autoanamnesis dan pemeriksaan fisik dilakukan pada hari sabtu, 14
Mei 2011 pukul 11.00 WITA di poliklinik Mata RSUD AW Sjahranie Samarinda.
3.1 Anamnesis
Identitas Pasien
Nama : Tn.T
Usia : 32 Tahun
Agama : Islam
Suku : Bugis
Pendidikan : S1
Pekerjaan : PNS
Status : Menikah
Alamat : jl. Sengkawit Bulungan
Rawat jalan di poliklinik : Sabtu, 14 Mei 2011
Keluhan Utama
Bengkak pada kedua kelopak mata bagian atas.
Riwayat Penyakit sekarang
Pasien mengeluhkan kelopak matanya bengkak sejak 2 hari sebelum berobat.
Sebelumnya sekitar satu minggu yang lalu pasien merasakan adanya bengkak kesil pada
kelopak matanya tersebut dan pasien tidak terlalu memperhatikannya sehingga tidak diobati.
Kemudian bengkak semakin membesar dan menimbulkan nyeri disekitar pembengkakan dan
akan terasa lebih nyeri apabila ditekan, dan apabila pasien terkena debu atau sehabis pasien
keluar dari rumah maka rasa nyeri akan bertambah lagi. Pasien juga merasakan seperti ada
yang mengganjal pada kelopak mata bagian atas, sehingga membuat pasien merasa terganggu
penglihatannya, dan memutuskan untuk berobat ke poliklinik mata.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat sakit seperti ini sebelumnya (-)
Riwayat DM (-)
Riwayat Hipertensi (-)
8
3.2 Pemeriksaan Fisik ( tanggal 14 Mei 2011, Pukul 11.00 WITA)
Keadaan Umum
Kesadaran : Composmentis, GCS E4V5M6
Keadaan sakit : Sakit Sedang
Tanda – tanda Vital
Tekanan darah : 120/80
Frekuensi nadi : 82 x/mnt
Pernafasan : 20 x/mnt
Suhu : 37 oC
Kepala/Leher
Anemis pada konjungtiva (-/-), ikterus pada sklera (-/-), sianosis (-), pembesaran KGB (-).
Thorax : dalam batas normal
Abdomen : dalam batas normal
Ekstermitas : dalam batas normal
Status pemeriksaan oftalmologi
No Pemeriksaan Occuli Dextra Occuli Sinistra
1. Visus 6/6 6/6
2. Lapangan pandang Normal Normal
3. Bola mata
Gerakan
Penonjolan
Baik segala arah
Tidak ada
Baik segala arah
Tidak ada
4. Palpebra Superior Edema (+), hiperemis
(+), Nyeri tekan (+)
Edema (+), hiperemis
(+), Nyeri tekan (+)
5. Palpebra inferior Tidak ditemukan
kelainan
Tidak ditemukan
kelainan
6. Konjungtiva bulbi
Injeksi konjungtiva
Injeksi siliar
-
-
-
-
7. Kornea Tidak ditemukan
kelainan
Tidak ditemukan
kelainan
8. COA Normal Normal
9. Iris Warna coklat tua Warna coklat tua
9
10. Pupil
Bentuk
Diameter
Refleks
Reguler
3 mm
Normal
Reguler
3 mm
Normal
11. Lensa Jernih Jernih
12. Slit lamp Hordeolum eksterna
(+)
Hordeolum eksterna
(+)
13. Funduskopi Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi
Gambar kelopak mata pasien
2.3 pemeriksaan penunjang
tidak dievaluasi
2.4 Diagnosa Kerja
Okuli dekstra et sinistra Hordeolum eksterna Superior
2.5 Penatalaksanaan
Kompres hangat 3x sehari
Cefadroxil 500 mg 2x1
Natrium diclofenac 50 mg 2x1
Salep mata xitrol 1x1
2.6 prognosis
Vitam : Bonam
Fungsionam : Bonam
10
BAB IV
PEMBAHASAN
Dari anamnesa dan pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien, maka didapatkan
hasil sebagai berikut :
TEORI KASUS (FAKTA)
Anamnesis
Gejala yang biasa dikeluhkan oleh pasien
yaitu:
Bengkak pada kelopak mata
Kelopak mata merah
Sakit bila disentuh
Rasa mengganjal pada mata
Riwayat sakit yang sama sebelumnya
Anamnesis
Pada pasien melalui wawancara didapatkan
yaitu :
Pasien mengeluhkan kelopak kedua
mata tampak bengkak
Kedua kelopak mata memerah
Kedua kelopak mata nyeri saat ditekan
dan saat terkena debu
Ada perasaan mengganjal dimata
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kelopak mata hiperemis
Edema kelopak mata
Seperti gambaran abses kecil ( dengan
bintik kekuningan pada daerah abses)
Palpasi
Nyeri tekan pada benjolan
Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Kelopak mata tampak hiperemis
Terdapat edema pada kelopak mata
Seperti gambaran abses kecil
Palpasi
Nyeri tekan pada benjolan (+)
Penatalaksanaan
Non farmakologi
Kompres hangat
Farmakologi
Antibiotik topikal
Antibiotik sistemik
Pembedahan
Insisi
Penatalaksanaan
Non farmakologi
Kompres hangat 3x sehari (10mnt)
Farmakologi
Cefadroxil 500 mg 2x1
Natrium diclofenac 50 mg 2x1
Salep mata xitrol 1x1
Pembedahan
Tidak dilakukan insisi
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh pasien, didapatkan
fakta yang sesuai dengan teori hordeolum. Dimana pada anamnesa diketahui adanya bengkak
pada kedua kelopak mata pasien dan bengkak tersebut berwarna kemerahan, didapatkan pula
11
rasa nyeri apabila ditekan maupun saat terkena debu. Pasien mengaku belum pernah menderita
penyakit seperti ini sebelumnya.
Pada pemeriksaan fisik yang dilakukan terhadap pasien ditemukan adanya bengkak
(edema) pada kedua kelopak mata sebelah atas pasien, berwarna kemerahan serta terdapat
nyeri apabila ditekan, bengkak yang terjadi pada kelopak mata pasien tersebut seperti sebuah
abses berukuran kecil yang memiliki bintik kekuningan ditengahnya, hal-hal tersebut diatas
sudah sesuai dengan teori yang mendukung ke arah diagnosis hordeolum.
Penatalaksanaan yang diberikan kepada pasien yaitu berupa penatalaksanaan non
farmakologi dan farmakologi, dimana terapi non farmakologi yang diberikan yaitu berupa
advice untuk mengompres kedua kelopak mata dengan air hangat sebanyak 3 kali sehari dan
selama 10 menit. Sedangkan terapi farmakologi yang diberikan oleh pasien yaitu Cefadroxil 500
mg 2x1, Natrium diclofenac 50 mg 2x1, Salep mata xitrol 1x1. Terapi tersebut sudah sesuai
dengan literatur untuk hordeolum. Pada keadaan hordeolum sebaiknya juga dilakukan tindakan
pembedahan insisi dan drainase nanah pada kelopak mata, namun pada pasien tidak dilakukan
karna bengkak yang terjadi pada kedua mata pasien ukurannya tidak begitu besar, dan
diharapkan dengan terapi awal yang diberikan terhadap pasien akan dapat mengurangi dan
menghilangkan hordeolum tersebut, tetapi apabila dengan pengobatan medikamentosa tidak
berhasil maka dapat dilakukan tindakan pembedahan insisi.
Pasien pulang dengan diberikan edukasi untuk mengompres kedua mata dengan air hangat
sebanyak 3 kali sehari selama 10 menit dan meminum obat secara teratur sampai obat yang
diberikan habis. Jika tidak terdapat perubahan yang dirasakan oleh pasien maka pasien
disarankan untuk kembali kontrol dan dipertimbangkan untuk dilakukan pembedahan.
Prognosis pada pasien ini adalah baik jika perkembangan bakteri dapat dihambat dan
dihilangkan serta penumpukan nanah dapat dihilangkan, dan juga apabila tidak terdapat
penyebaran infeksi ketempat lainnya.
BAB V
12
KESIMPULAN
Dilaporkan pasien Tn.T dengan usia 32 tahun, dari hasil anamnesis dan pemeriksaan
fisik yang dilakukan terhapat pasien tersebut mengarah pada diagnosis hordeolum eksterna.
Penegakan diagnosis terhadap pasien ini sudah sesuai dengan literatur yang ada. Pada
penetalaksanaan yang diberikan terhadpat pasien juga telah sesuai dengan literatur untuk
penyakit hordeolum.
DAFTAR PUSTAKA
13
1. Vaughan, D.G. Oftalmologi Umum, Edisi 14, Cetakan I, Widya Medika, Jakarta, 2000: Hal
17-20
2. Sidarta, I. Ilmu Penyakit Mata, Edisi III, Cetakan I, Balai Penerbit FK UI, Jakarta. 2004: Hal
92-94
3. Sidarta, I, dkk. Sari Ilmu Penyakit Mata, Cetakan III, Balai Penerbit FK UI, Jakarta 2003:
Hal15 -16
4. Michael, P. 2009. Hordeolum. Online :
http://emedicine.medscape.com/article/1213080. diakses tanggal 19 mei 2011.
5. American academy of opthalmology. 2008. Clasification and management of eyelid
disorders. In orbit, eyelids, and lacrimal system. Singapore : lifelong education
opthalmologist. Pp 165-167.
6. Maria, B. 2007. Hordeolum. Online :
http://www.empowher.com/media/reference/hordeolum. diakses tanggal 19 mei
2011.
14
top related