hibernas aulia tasman edit
Post on 02-Jan-2016
128 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
USUL PENELITIAN
HIBAH PENELITIAN STRATEGIS NASIONAL
PENINGKATAN INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI SEBAGAI PENDORONG AKTIVITAS SEKTOR UNGGULAN DAERAH
DI PROVINSI JAMBI
Oleh:Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D
Dr. Arman Delis, SE, M.SiDrs. Ardinal, M.Si
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS JAMBI
NOVEMBER 2008
INFRASTRUKTUR
Halaman Pengesahan
1. Judul Penelitian : Peningkatan Infrastruktur Transportasi Sebagai Pendorong Aktivitas Sektor Unggulan Daerah di Provisi Jambi
2. Ketua Peneliti a) Nama Lengkap : Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D b) Jenis Kelamin : Laki-laki c) NIP : 131645399 d) Jabatan struktural : - e) Jabatan Fungsional : Lektor Kepala f) Fakultas/Jurusan : Fakultas Ekonomi / Ilmu Ekonomi g) Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Pembangunan h) Universitas : Universitas Jambi
i) Alamat : Fakultas Ekonomi Univeristas Jambi, Jalan Raya Jambi-Muara Bulian KM 14. Mendalo Darat, Jambi.
j) Telepon/faks : (0741)582907k) Alamat rumah : Jl. Dr. Tarzan No.23 Buluran, Telanaipura-Jambi l) Telpon/Faks/E-mail : 0811746537/0741-583088/aulia_tasman@yahoo.com
3. Jangka Waktu Penelitian : 8 bulan
4. Jumlah biaya yang diajukan : Rp 65 000 000
Jambi, 12 November 2008
Menyetujui, Ketua Lembaga PenelitianUniversitas Jambi Ketua Peneliti,
Prof. Dr. Ir. R.A. Muthalib, MS Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.DNIP 131467439 NIP 131963684
1
1. Judul Usulan : Peningkatan Infrastruktur Transportasi Sebagai Pendorong Aktivitas Sektor Unggulan Daerah di Provisi Jambi
2. Ketua Peneliti a) Nama Lengkap : Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D b) Bidang Keahlian : Ekonomi Produksi c) Jabatan struktural : Pembantu Rektor IV d) Jabatan Fungsional : Lektor Kepala e) Unit Kerja : Fakultas Ekonomi Univeristas Jambi
f) Alamat surat : Fakultas Ekonomi Univeristas Jambi, Jl Jambi-Muara Bulian KM 14. Mendalo Darat, Jambi.
g) Telepon/faks : (0741)-583088 h) E-mail : aulia_tasman@yahoo.com
3. Anggota Peneliti
No. Nama dan Gelar Akademik Bidang Keahlian Instansi Alokasi waktu (jam/minggu)
1. Dr. Arman Delis, SE, M.Si Ekonomi Regional
FE UNJA 10
2 Drs. Ardinal, M.Si Manajemen Transportasi
FE UNJA 10
4. Objek penelitian:
Objek penelitian ini adalah infrastruktur transportasi khususnya jalan. Aspek yang dianalisis adalah perannya sebagai pendorong peningkatan pertumbuhan output, perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan pada aktivitas ekonomi sektor unggulan daerah di Provinsi Jambi.
5. Masa pelaksanaan penelitian: - Mulai : Maret 2009 - Selesai : Oktober 2009
6. Anggaran yang diusulkan : Rp 65 000 000,-7. Lokasi penelitian : Kabupaten dalam lingkungan wilayah Provinsi Jambi
8. Hasil yang ditargetkan
Dari penelitian ini diharapkan terbentuk model kebijakan pengembangan infrastruktur transportasi dan diperoleh hasil simulasi mengenai dampak ekonomi peningkatan penyediaannya terhadap pertumbuhan output, kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan sektor unggulan daerah. Dengan analisis yang bersifat komprehensif, hasil penelitian ini akan dapat dijadikan sebagai sumber rujukan yang valid dalam perumusan kebijakan untuk mempercepat perkembangan aktivitas ekonomi sektor unggulan daerah terutama industri berbasis pertanian. Hal ini penting mengingat terbatasnya sumber dana dan kemampuan pemerintah (pusat dan daerah)
2
membiayai pembangunan infrastruktur transportasi dalam mendukung dan mendorong peningkatan pertumbuhan ekonomi daerah.
9. Institusi lain yang terlibat:
Fakultas Ekonomi Universitas Jambi.
10. Keterangan lain yang dianggap perlu:
3
Abstrak
Pelaksanaan pembangunan di daerah memainkan peran yang semakin penting dan menjadi ujung tombak bagi keberhasilan proses pembangunan nasional dewasa ini. Meski demikian, pasca otonomi daerah, aktivitas perekonomian Provinsi Jambi ternyata masih relatif tertinggal dibanding beberapa daerah lainnya di Pulau Sumatera. Hal ini antara lain bersumber dari rendahnya tingkat investasi yang dilakukan pihak swasta dan masyarakat, padahal daerah ini memiliki potensi cukup besar yang dapat diunggulkan. Keterbatasan penyediaan infrastruktur khususnya jaringan jalan diperkirakan menjadi salah satu penyebab rendahnya tingkat investasi dan lambannya pergerakan aktivitas ekonomi. Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisis peran infrastruktur transportasi sebagai pendorong peningkatan aktivitas ekonomi sektor unggulan daerah. Analisis dilakukan melalui pendekatan yang besifat komprehensif dengan mengkombinasikan model Input-Output regional (I-O), ekonometrika dan studi lapangan pada wilayah pengembangan komoditas unggulan. Melalui pendekatan tersebut diharapkan dapat dilakukan analisis secara terpadu pada tingkat ekonomi sektoral dan mikro.
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Setelah diimplementasikannya kebijakan otonomi daerah sejak tahun 2001,
pelaksanaan pembangunan di daerah memainkan peran yang semakin penting dan
bahkan dapat dipandang sebagai ujung tombak bagi keberhasilan proses
pembangunan nasional. Hal ini dimungkinkan oleh meningkatnya kewenangan
daerah dalam merencanakan dan melaksanakan aktivitas pembangunan sesuai
dengan potensi yang dimilikinya dan sektor-sektor unggulan yang akan
dikembangkan sebagai pendorong pertumbuhan ekonomi dan peningkatan
kesejahteraan masyarakatnya.
Provinsi Jambi adalah salah satu daerah yang masih berada dalam tahap awal
pelaksanaan proses pembangunan, sehingga pelaksanaan otonomi daerah merupakan
momentum yang tepat bagi daerah ini untuk mempercepat proses pembangunannya.
Meski demikian, aktivitas perekonomian Provinsi Jambi ternyata belum mencapai
laju pertumbuhan yang optimal bila dilihat dari potensi yang dimilikinya. Laju
pertumbuhan ekonomi daerah ini selama periode 1993-2000 hanya 1.67 persen, lebih
rendah dari rata-rata pertumbuhan ekonomi Pulau Sumatera sebesar 2.54 persen.
Pada periode 2000-2005, perekonomian Provinsi Jambi tumbuh pada tingkat 5.97
persen menempati urutan kelima setelah Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau dan
Lampung (BPS, 1997, 2001 dan 2007), padahal daerah ini memiliki potensi cukup
besar di sektor tanaman pangan, perkebunan, peternakan dan perikanan beserta
industri pengolahaannya.
Perkembangan aktivitas ekonomi masyarakat Provinsi Jambi yang masih relatif
lambat seperti digambarkan di atas diantaranya bersumber dari rendahnya tingkat
investasi yang dilakukan pihak swasta dan masyarakat. Keterbatasan penyediaan
infrastruktur khususnya jaringan jalan diperkirakan menjadi salah satu penyebab
rendahnya tingkat investasi dan lambannya pergerakan aktivitas ekonomi di Provinsi
Jambi. Panjang jalan nasional dan provinsi di daerah ini pada tahun 2004 adalah
2.345,80 km berada pada peringkat keempat terendah setelah Provinsi Bangka
Belitung (1.042,13 km), Sumatera Selatan (2.093,01 km) dan Sumatera Barat
(2.330,82 km) (Kementerian Kimpraswil, 2006). Hal yang sama juga ditunjukkan
oleh jalan kabupaten yang tercatat sepanjang 7.139,83 km pada tahun 2006, berada di
atas Provinsi Bangka Belitung (2.258,12 km), Bengkulu (3.761,68 km) dan Sumatera
Selatan (7.030,31 km) (Kementerian Pekerjaan Umum, 2006).
Ketersediaan infrastruktur jalan yang relatif terbatas sekaligus
mengindikasikan bahwa sebagian besar wilayah Provinsi Jambi belum terjangkau
oleh pelayanan jasa transportasi jalan secara lebih memadai atau biaya pengangkutan
masih relatif kurang efisien. Jalan merupakan prasarana yang menghubungkan sentra
produksi berbagai komoditi dengan pengguna, baik industri sebagai pengguna antara
(intermediate user) dalam memenuhi kebutuhan bahan bakunya maupun penduduk
sebagai konsumen barang akhir (final good). Tingkat penyediaan jalan yang masih
relatif rendah disertai kualitas yang belum memadai akan menghambat upaya
pengoptimalan pemanfaatan potensi sumberdaya, pembukaan keterisolasian daerah
dan peningkatan kelancaran arus distribusi barang dan mobilitas manusia,
peningkatan keamanan berlalu lintas serta peningkatkan efisiensi sektor transportasi.
Peningkatan pembangunan infrastruktur jalan diperkirakan akan dapat
memberikan kontribusi yang cukup signifikan untuk mendorong tumbuhnya aktivitas
ekonomi masyarakat termasuk industri pengolahan baik yang berbasis sumberdaya
alam seperti industri pengolahan hasil perkebunan dan industri pengolahan pangan
maupun industri berteknologi tinggi. Hal ini sangat dimungkinkan bila dilihat dari
lokasi geografis Provinsi Jambi yang berhadapan langsung dengan kawasan Asia
Timur. Negara-negara di kawasan ini diperkirakan akan tetap berperan sebagai motor
5
pertumbuhan ekonomi dunia dalam abad ke 21 yang dikomandoi oleh Jepang, China,
Korea, dan beberapa negara yang tergabung dalam Asean.
Perkembangan kegiatan ekonomi yang sangat pesat dikawasan Asia Timur
akan meningkatkan permintaan terhadap berbagai komoditi baik komoditas primer
untuk memenuhi kebutuhan bahan baku industri maupun produk olahan industri
yang selanjutnya akan mendorong peningkatan arus perdagangan dan finansial.
Sebagai jalur perdagangan Regional dan Internasional di kawasan ASEAN dan
keberadaan kerjasama SIJORI, IMT-GT, IMS-GT dan AFTA, peningkatan arus
perdagangan dan investasi dapat dimanfaatkan oleh Provinsi Jambi untuk
memperoleh limpahan investasi atau kemungkinan terjadinya relokasi industri dari
kawasan tersebut. Penyediaan infrastruktur jalan secara lebih memadai, disamping
infrastruktur ekonomi lainnya seperti tenaga listrik dan jaringan telekomunikasi,
merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan untuk dapat memanfaatkan
peluang tersebut.
Sehubungan dengan pola aktivitas ekonomi masyarakat Provinsi Jambi dan
kaitannya dengan ketersediaan infrastruktur jalan seperti yang telah diuraikan di atas,
perlu dilakukan studi terhadap dampak ekonomi peningkatan infrastruktur
transportasi terhadap aktivitas sektor-sektor unggulan daerah. Hal ini terutama sangat
penting dalam kaitannya dengan upaya peningkatan dan optimalisasi aktivitas
ekonomi masyarakat pada sentra-sentra produksi di wilayah-wilayah potensial,
memperlancar arus distribusi dan memperluas jangkauan pemasaran berbagai produk
unggulan daerah secara tepat waktu dan peningkatan efisiensi atau penurunan biaya
pengangkutan berbagai jenis komoditi dan lalu lintas manusia.
1.2. Tujuan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, tujuan yang ingin dicapai dari
penelitian ini adalah untuk menemukan pilihan yang tepat dalam mengalokasikan
dana pembangunan infrastruktur melalui pengukuran dampak ekonominya dengan
pendekatan model Input Output. Secara lebih spesifik tujuan penelitian dapat dirinci
sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi sektor-sektor unggulan daerah berdasarkan luasnya
keterkaitan suatu sektor dengan sektor ekonomi lainnya dalam Tabel Input-
Output Provinsi Jambi Tahun 2006.
6
2. Mengidentifikasi pola alokasi dana pembangunan atau investasi untuk
penyediaan infrastruktur transportasi khususnya infrastruktur jalan oleh
pemerintah provinsi dan Kabupaten di Provinsi Jambi.
3. Mengidentifikasi perkembangan infrastruktur transportasi dan perannya
sebagai pendukung aktivitas ekonomi pada berbagai daerah atau sentra produksi
komoditas-komoditas unggulan baik di sektor pertanian maupun industri
pengolahan.
4. Mengestimasi dan menganalisis pengaruh peningkatan investasi dan
infrastruktur transportasi terhadap produksi sektor-sektor unggulan daerah
Jambi.
5. Melakukan simulasi dampak peningkatan investasi infrastruktur transportasi
terhadap peningkatan output, kesempatan kerja, dan pendapatan pada sektor-
sektor unggulan daerah.
6. Menyusun kebijakan pengembangan infrastruktur transportasi khususnya
melalui pengalokasian dana pembangunan pemerintah untuk mempercepat
pertumbuhan output dan perluasan kesempatan kerja pada sektor unggulan
daerah dan peningkatan pendapatan masyarakat yang terlibat dalam aktivitas
ekonomi sektor tersebut.
1.3. Urgensi Penelitian
Infrastruktur ekonomi memainkan peran yang sangat penting dalam setiap
perekonomian baik pada tingkat nasional maupun daerah. Ketersediaan infrastruktur
secara memadai bahkan dapat dipandang sebagai prasyarat yang diperlukan
(necassary condition) bagi terlaksananya aktivitas ekonomi secara keseluruhan.
Walaupun secara tidak langsung, investasi dalam suatu bidang usaha sangat
dipengaruhi oleh investasi dalam bidang prasarana dan sarana yang juga menunjang
proses industrialisasi di daerah (Azis, 1985).
Ketersediaan infrastruktur secara memadai menjadi daya tarik bagi investor
sehingga dapat merangsang peningkatan investasi swasta yang akan mendorong
tumbuhnya berbagai aktivitas ekonomi dan tersedianya lapangan pekerjaan. Ini juga
berarti bahwa infrastruktur memainkan peran kunci dalam pengaturan alokasi
sumberdaya antar sektor atau antar daerah, sehingga pendanaan penyediaan dan
pemiliharaan infrastruktur dapat digunakan sebagai instrumen untuk mempercepat
pertumbuhan ekonomi, perluasan kesempatan kerja, mewujudkan keseimbangan
7
pembangunan antar daerah, menciptakan distribusi pendapatan yang lebih merata
antar kelompok masyarakat, dan menjaga keberlanjutan aktivitas ekonomi dalam
jangka panjang.
Sejak dilanda krisis pada pertengahan tahun 1997 pembangunan dan
pemiliharaan infrastruktur fisik di berbagai daerah termasuk infrastruktur
transportasi relatif terabaikan. Perhatian pemerintah lebih banyak tertuju pada
pemulihan ekonomi dan upaya pengendalian dampaknya terhadap kemiskinan
absolut. Akibatnya, sebagian besar infrastruktur fisik khususnya transportasi jalan
baik antar provinsi maupun antar kabupaten dan jalan lokal, mengalami kerusakan
dan kondisinya menjadi semakin parah. Hampir seluruh daerah terjebak ke dalam
krisis infrastruktur secara berkepanjangan. Memburuknya kondisi infrastruktur
semakin mempersulit berbagai daerah untuk bangkit dari keterpurukan ekonomi dan
lambannya pemulihan sektor rill terutama sektor industri manufaktur berbasis
pertanian. Padahal tantangan dan kompetisi yang dihadapi daerah dalam era
liberalisasi perdagangan dunia dan regionalisasi ekonomi beberapa kawasan semakin
berat. Beranjak dari kenyataan tersebut, sejak awal tahun 2005 pemerintah
memfokuskan perhatiannya pada percepatan pembangunan dan pemiliharaan
infrastruktur, termasuk membuka peluang yang sebesar-besarnya bagi pihak swasta
untuk berperan serta dalam penyediaan infrastruktur.
Alokasi dana pembangunan infrastruktur di daerah berperan penting terhadap
peningkatan produktivitas aktivitas ekonomi sektor swasta. Secara teoritis,
kontribusi marginal dari penyediaan infrastruktur lebih kecil untuk daerah yang
tingkat produktivitasnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah yang tingkat
produktivitas lebih rendah. Ini berarti penyediaan infrastruktur di daerah tertinggal
akan menghasilkan tingkat pengembalian (return of public invesment) yang lebih
tinggi (Takahasi, 1998). Hal tersebut terutama dapat dicapai apabila mobilisasi
sumber pembiayaan pembangunan infrastruktur tidak menimbulkan kelangkaan
sumberdaya di sektor swasta yang memiliki produktivitas tinggi (Kondo, 2004).
Sebagai daerah yang relatif tertinggal di Pulau Sumatera, alokasi dana
pembangunan infrastruktur yang lebih besar di Provinsi Jambi, diperkirakan akan
dapat mendorong peningkatan produktivitas investasi swasta sehingga pemanfaatan
potensi daerah yang masih cukup besar dapat dioptimalkan. Namun ketertinggalan
daerah ini dibanding daerah lainnya berimplikasi pada tingginya ketergantungan
8
terhadap pembiayaan pembangunan infrastuktur yang bersumber dari pemerintah.
Keterlibatan pihak swasta yang lebih besar khususnya dalam penyediaan
infrastruktur dasar seperti prasarana jalan darat belum bisa diharapkan.
Konsekuensinya pola alokasi anggaran pembangunan pemerintah daerah (provinsi
dan kabupaten/kota) menjadi faktor penentu dalam penyediaan infrastruktur di
daerah ini.
Wilayah Provinsi Jambi terbentang disepanjang pertengahan Pulau Sumatera
dari bukit barisan hingga ke pantai timur. Sebagian besar wilayahnya terdiri dari
dataran rendah yang merupakan areal tanaman perkebunan dan tanaman pangan.
Karet dan kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan dominan yang diusahakan
masyarakat Provinsi ini. Daerah ini telah dikenal sebagai sentra produksi karet sejak
zaman kolonial bersama Sumatera Utara, Riau dan Sumatera Selatan. Kemerosotan
harga karet di pasar dunia sebagai akibat berkembangnya pemakaian karet sintesis
telah mengakibatkan terlantarnya sebagian besar lahan karet rakyat dan
meningkatnya pengalihan lahan ke perkebunan sawit. Perluasan areal perkebunan
sawit menyebabkan Provinsi Jambi tercatat sebagai salah satu sentra produksi kelapa
sawit bersama Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Sumatera Selatan, dan
Nangroe Aceh Darus Salam dengan luas areal mencapai 302.152 Ha dan
produktivitas 22.345 kg/Ha pada tahun 2002 (Disbun, 2003). Pada saat ini Provinsi
Jambi diperkirakan menyumbang sekitar 10 persen terhadap total areal perkebunan
kelapa sawit nasional.
Peralihan aktivitas ekonomi dari monokultur karet ke monokulktur kelapa
sawit ternyata mimiliki sisi negatif terhadap perekonomian Provinsi Jambi. Pada saat
harga CPO meningkat tajam mencapai US$1.305 per ton pada pertengahan Juli 2008
tingkat pendapatan petani sawit meningkat tajam dan nilai ekspor melonjak drastis.
Sebaliknya, ketika harga CPO turun dipasar dunia hingga mencapai US$745 per ton
pada pertengahan September dan jatuh kembali pada tingkat yang lebih rendah
hingga bulan November 2008, telah menimbulkan kesulitan terhadap kehidupan
petani sawit. Walaupun krisis keuangan global juga berdampak negativ terhadap
harga karet alam, penurunannya relatif lebih kecil dibanding produk kelapa sawit.
Peningkatan permintaan karet sejak beberapa tahun terakhir sebelum krisis keuangan
global, bersamaan dengan berkembangnya industri manufaktur pengguna produk
karet alami seperti industri kendaraan bermotor di negara-negara Asia Timur telah
9
membuka peluang yang besar bagi daerah ini untuk mengembangkan kembali
perkebunan karet dan industri pengolahannya.
Penurunan harga komoditas karet olahan dan CPO di pasar dunia
mengisyaratkan perlunya peningkatan pengolahan kedua komoditas unggulan
tersebut serta berbagai komoditas unggulan lainnya melalui pengembangan mata
rantai industri hasil pertanian (agroindustry) sehingga ketergantungan petani
terhadap permintaan industri-industri di berbagai negara importer dapat dikurangi
dan dampak guncangan eksternal seperti yang terjadi pada saat ini dapat diperkecil.
Pengembangan industri pengolahan hasil pertanian membutuhkan ketersediasan
sarana dan prasarana pendukung secara lebih memadai, termasuk diantaranya
infrastruktur transportasi.
Sampai saat ini belum ada studi yang secara spesifik memfokuskan analisisnya
pada dampak ekonomi secara komprehensif dari peran peningkatan penyediaan
infrastruktur transportasi terhadap kinerja sektor-sektor unggulan Provinsi Jambi.
Padahal informasi tersebut sangat diperlukan untuk memperoleh dampak ekonomi
yang optimal dari pengalokasian dana pembangunan infrastruktur transportasi
terutama yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah, disamping investasi
infrastruktur oleh pihak swasta. Studi ini dilakukan untuk menyediakan informasi
dimaksud agar pemerintah daerah memiliki arah yang jelas dalam menyusun
kebijakan dan mengalokasikan dana pembangunan untuk menyediakan infrastruktur
transportasi yang dapat mendukung percepatan pengembangan aktivitas sektor-
sektor unggulan daerah.
BAB II. STUDI PUSTAKA
Infrastrutur transportasi merupakan salah satu input dalam proses produksi
pada hampir seluruh sektor atau komoditas di tingkat ekonomi mikro. Meskipun
demikian, perhatian terhadap peran dan pengaruh investasi infrastruktur terhadap
aktivitas perekonomian baru muncul sejak akhir pertengahan tahun 1980-an. Pada
perekonomian Indonesia, perhatian para peneliti terhadap masalah penyediaan
infrastruktur bahkan jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan studi terhadap
bidang ekonomi lainnya.
Pada tingkat perekonomian wilayah studi peran infrastruktur terhadap
produktivitas telah dilakukan oleh Martin (1987), Munnel (1990b), dan Eisner (1991)
10
untuk Amerika Serikat serta Mera (1973) untuk perekonomian wilayah di Jepang.
Studi Munnell juga menguji hubungan antara investasi publik dan investasi swasta.
Pada satu sisi kapital publik meningkatkan produktivitas kapital swasta,
meningkatkan tingkat pengembaliannya (rate of return) dan mendorong investasi
menjadi lebih banyak. Namun di sisi lain, investasi publik merupakan substitusi yang
menimbulkan efek crowds out terhadap investasi swasta. Kedua pola hubungan
tersebut sama-sama kuat, namun investasi publik tetap berperan sebagai stimulus
bagi investasi swasta.
Munnell juga menggunakan model lokasi perusahaan untuk melihat hubungan
antara stok modal sektor publik dengan pertumbuhan kesempatan kerja. Setelah
memperhitungkan pengaruh berbagai faktor lainnya, stok modal sektor publik juga
menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap pertumbuhan kesempatan kerja.
Munnell menyimpulkan bahwa stok modal sektor publik mempunyai dampak positif
terhadap aktivitas ekonomi yang meliputi pertumbuhan output, investasi, dan
kesempatan kerja.
Duffi-Deno dan Eberts (1989) dan Eberts (1986, 1990) melakukan studi
dampak infrastruktur publik pada tingkat daerah metropolitan. Duffi-Deno dan
Eberts menggunakan spesifikasi fungsi produksi log levels, sementara Eberts
menggunakan fungsi produksi translog. Hasil estimasi koefisien elastisitas outputnya
lebih rendah dari tingkat federal. Namun investasi dan infrastruktur publik
berdampak positif terhadap aktivitas perekonomian pada keseluruhan tingkatan
perekonomian yaitu federal, negara dan area metropolitan.
Penilaian dampak infrastruktur terhadap kinerja perekonomian juga telah
dilakukan oleh Morrizon dan Schwartz (1996) dengan menerapakan pendekatan
fungsi biaya terhadap sektor industri manufaktur pada 48 negara bagian di Amerika
Serikat periode 1970-1987. Studi ini mengagregasi perekonomian Amerika Serikat
ke dalam empat wilayah yaitu wilayah utara dan timur (Snowbelt) dan wilayah
selatan dan barat (Sunbelt). Hasilnya menunjukkan bahwa stok kapital infrastruktur
mempunyai produk marginal positif pada perusahaan di seluruh negara bagian, tetapi
cenderung lebih rendah dan kenaikannya lebih kecil dibanding stok kapital swasta.
Perlambatan pertumbuhan produktivitas di wilayah Utara dan Selatan, sebagian
memang disebabkan oleh terjadinya penurunan investasi infrastruktur relatif terhadap
pertumbuhan output. Berbeda dengan studi ini, hasil penelitian Holtz-Eakin dan
11
Schwarrtz (1995) menggunakan pendekatan fungsi produksi neo klasik untuk data
panel tingkat lokal-negara periode 1971-1986 di negara yang sama menemukan
bahwa stok modal infrastruktur memiliki dampak yang relatif kecil terhadap
pertumbuhan produktivitas.
Hulten at al (2003) secara lebih spesifik melakukan studi dampak infrastruktur
jalan raya dan listrik terhadap industri manufaktur di berbagai daerah di India. Hasil
estimasi fungsi produksi industri manufaktur menunjukkan bahwa infrastruktur jalan
raya dan tenaga listrik memiliki eksternalitas atau spillover effect dan merupakan
bagian yang penting dari pertumbuhan produktivitas industri manufaktur modern
pada berbagai daerah di India. Untuk ruang lingkup yang lebih luas pada kasus
negara yang sama, Ghosh dan De (2005) melakukan studi mengenai peran
infrastruktur ekonomi dan sosial dalam pembangunan ekonomi antar negara bagian
di India. Menggunakan data panel cross-section, studi ini menemukan bahwa secara
statistik sangat signifikan untuk melakukan kebijakan regional baru dalam seluruh
kerangka kerja globalisasi untuk mengurangi disparitas regional dalam infrastruktur
dan pendapatan.
Pada tingkat ekonomi sektoral, Mamatzakist (2003) memfokuskan studinya
pada dampak infrastruktur publik terhadap produktivitas sektor pertanian di Yunani.
Hasil estimasi empiris menunjukkan bahwa investasi infrastruktur publik
menyediakan suatu pengembalian hasil dan perkembangan pertumbuhan
produktivitas yang signifikan dalam sektor pertanian Yunani. Hasil ini menyarankan
bahwa penurunan dalam investasi infrastruktur publik dapat sebagian menjelaskan
penurunan pertumbuhan produktivitas dalam sektor pertanian Yunani pada tahun
1980-an.
Fan dan Zang (2004) melakukan studi dampak infrastruktur terhadap
pembangunan ekonomi regional di pedesaan China. Dalam spesifikasi fungsi
produksinya, studi ini membedakan sektor ekonomi atas sektor pertanian dan non
pertanian. Menggunakan data tingkat kabupaten, hasil studi ini menunjukkan bahwa
infrastruktur perdesaan memainkan peran yang penting dalam menjelaskan
perbedaan produktivitas non pertanian perdesaan dibanding produktivitas pertanian.
Aktivitas ekonomi non pertanian perdesaan merupakan penentu utama pendapatan
perdesaan, karena itu investasi infrastruktur yang lebih besar di perdesaan merupakan
kunci untuk meningkatkan pendapatan keseluruhan penduduk perdesaan. Dilihat dari
12
dimensi spasial, tingkat produktivitas yang lebih rendah di wilayah barat dapat
dijelaskan oleh rendahnya tingkat infrastruktur perdesaan, pendidikan, dan sain dan
teknologi. Karena itu studi ini menyarankan bahwa perbaikan tingkat dan efisiensi
stok modal publik di wilayah barat merupakan keharusan untuk menyamakan
produktivitasnya dengan wilayah lainnya.
Hauhgwout (2002) mengkritisi pendekatan fungsi produksi dan fungsi biaya
agregat yang digunakan sebagian besar peneliti dalam menjelaskan dampak investasi
infrastruktur terhadap produktivitas sektor swasta. Studi ini menekankan adanya
peran ganda kapital publik dalam teknologi produksi perusahaan swasta dan
konsumsi rumah tangga dengan mengekplorasi data regional menggunakan
pendekatan model keseimbangan spasial. Berdasarkan model yang diturunkan dan
pengalaman empiris yang dipresentasikan, studi ini menekankan pentingnya investasi
infrastruktur dalam mempengaruhi daya tarik relatif suatu tempat untuk lokasi
investasi. Infrastruktur memiliki potensi untuk mengarahkan kembali proses
pertumbuhan, karenanya daerah miskin harus diupayakan untuk memperoleh
investasi infrastruktur yang lebih besar. Infrastruktur juga berperan penting untuk
mengubah distribusi aktivitas ekonomi antar wilayah dan mengatur kembali sektor
rumah tangga dalam peran bersamanya sebagai konsumen jasa infrastruktur,
penyedia tenaga kerja dan kompetisi dalam pasar tanah.
Burman dan Rietveld (1999) melakukan studi dampak penyediaan infrastruktur
terhadap perkonomian wilayah dengan memfokuskan perhatiannya pada infrastruktur
transportasi dan dampaknya terhadap lokasi industri di Thailand. Dari tiga jenis
infrastruktur transportasi yang di teliti yaitu jalan raya, rel kereta api dan pelabuhan,
studi ini menunjukkan bahwa infrastruktur jalan raya dan pelabuhan mempunyai
dampak positif terhadap lokasi industri, namun efeknya tidak begitu besar. Suplai
tenaga kerja ternyata justru merupakan faktor lokasi yang lebih penting di Thailan
dibanding penyediaan infrastruktur.
Masih dalam lingkup infrastruktur transportasi, Chandra dan Thompson (2000)
memfokuskan studinya pada infrastruktur jalan raya antar negara di perdesaan dan
melihat efeknya terhadap aktivitas ekonomi di Amerika Serikat. Dengan
menggunakan data panel antar negara bagian, hasil studi ini menunjukkan bahwa
jalan raya antar negara memiliki dampak yang berbeda antar industri. Jenis-jenis
industri tertentu tumbuh sebagai hasil dari penurunan biaya transportasi, tetapi
13
dampaknya mendua untuk jenis industri lainnya. Selain itu infrastruktur jalan raya
mempengaruhi alokasi spasial dari aktivitas ekonomi regional. Infrastruktur jalan
raya meningkatkan tingkat aktivitas ekonomi pada negara-negara yang dilalui secara
langsung, tetapi aktivitas ekonomi di areal yang lebih jauh dari jalan raya terutama
daerah-daerah non metropolitan tidak banyak mengalami perubahan.
Kim (2000) menggunakan pendekatan model keseimbangan umum untuk
menganalisis dampak infrastruktur transportasi pada perekonomian Korea. Studi ini
mengkombinasikan pendekatan keseimbangan parsial melalui estimasi fungsi biaya
translog dan model CGE rekursiv. Berdasarkan model yang dikonstruksi, hasil studi
ini menunjukkan bahwa peningkatan rasio investasi infrastruktur terhadap GDP
sebesar 1 persen dari kondisi awal ternyata dapat mendorong secara signifikan laju
pertumbuhan ekonomi dalam jangka panjang, peningkatan ekspor, penurunan biaya
produksi industri manufaktur, permintaan tenaga kerja, perbaikan distribusi
pendapatan dan peningkatan kesejahteraan. Dari empat daerah yang menjadi objek
studi ini, disimpulkan bahwa untuk menciptakan efisiensi ekonomi dan
keseimbangan wilayah diperlukan peningkatan investasi kapital terutama investasi
infrastruktur jalan raya di daerah Honam dan daerah Jungbu yang relatif tertinggal.
Pendekatan model keseimbangan umum juga telah diterapkan oleh Takahasi
(1998) memfokuskan studinya pada kebijakan optimal dalam penyediaan
infrastruktur antar daerah dengan mengembangkan model teoritis komputasi
keseimbangan umum antar wilayah (interregional computation general
equilibrium=IRCGE) untuk kasus dua daerah yang dicirikan oleh adanya arus
perdagangan dan migrasi diantara kedua daerah tersebut. Dengan menggunakan
pendekatan IRCGE alokasi investasi infrastruktur pada suatu wilayah tidak hanya
akan berdampak terhadap daerah yang bersangkutan, tetapi juga berdampak terhadap
daerah lainnya. Peningkatan investasi untuk penyediaan infrastruktur pada suatu
daerah akan meningkatkan produktivitas di daerah tersebut yang selanjutnya
meningkatkan produksi dan ekspor daerah ini ke daerah lainnya. Peningkatan
produksi dan ekspor akan memperbaiki term of trade dan pendapatan rill pekerja
pada setiap daerah. Hal ini akan mendorong arus migrasi antar daerah yang
selanjutnya berpengaruh terhadap tingkat pendapatan rill serta meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan pada tingkat nasional (Takahasi, 1998).
14
Feltenstein dan Ha (1999) melihat dimensi lain dari penyediaan infrastruktur
publik yaitu menganalisis tingkat penyediaan infrastruktur publik yang optimal untuk
perekonomian Meksiko. Studi ini mempertimbangkan tiga jenis infrastruktur fisik
yaitu tenaga listrik, jaringan transportasi dan komunikasi. Aktifitas produksi
dipisahkan menjadi 16 sektor. Output masing-masing sektor bergantung pada input
kapital dan tenaga kerja serta ketiga jenis input infrastruktur tersebut. Hasil estimasi
fungsi produksi sektoral memperlihatkan bahwa elastisitas output berkenaan dengan
infrastruktur publik relatif tinggi, namun peningkatan pengeluaran yang terlalu tinggi
untuk infrastruktur ternyata menurunkan manfaat yang dihasilkannya.
Studi peran kapital infrastruktur di Indonesia belum banyak menarik perhatian
peneliti bila dibandingkan studi bidang ekonomi lainnya. Pada tingkat perekonomian
agregat Yudhoyono (2004) telah memasukkan variabel pengeluaran pemerintah
untuk infrastruktur ke dalam model persamaan simultan pada studinya mengenai
analisis ekonomi politik kebijakan publik pada perekonomian Indonesia. Hasil
estimasinya menunjukkan bahwa peningkatan pengeluaran pemerintah untuk
infrastruktur berdampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi dan penyerapan
tenaga kerja terutama di sektor non pertanian. Pengeluaran pemerintah untuk
infrastruktur juga dapat mengurangi kemiskinan, namun kurang efektif jika
dibandingkan dengan kemampuannya mengurangi pengangguran.
Masih pada tingkat ekonomi agregat, Hambali (2007) telah memasukkan tiga
variabel kapital infrastruktur dalam studinya mengenai dampak iklim usaha terhadap
investasi dan pertumbuhan ekonomi Indonesia yaitu panjang jalan beraspal, daya
terpasang listrik dan saluran sambungan telepon. Ketiga variabel ini dimasukkan
dalam spesifikasi model ekonometri dengan pendekatan sistem persamaan simultan.
Hasil estimasinya menunjukkan bahwa panjang jalan beraspal dan daya terpasang
listrik berpengaruh cukup besar terhadap pendapatan nasional, investasi nasional dan
investasi asing dengan koefisien elastisitas lebih besar dari satu. Jumlah saluran
telepon masih berpengaruh positif, tetapi relatif kecil dengan koefisien elastisitas
kurang dari satu.
Pada tingkat perekonomian agregat dan antar wilayah, Yanuar (2005)
menggunakan GLS fixed effect Model (GLS-FEM) untuk mengestimasi persamaan
regresi dalam studinya mengenai kaitan pembangunan infrastruktur dan pertumbuhan
ekonomi output serta dampaknya terhadap kesenjangan di Indonesia. Studi ini
15
menduga fungsi produksi sektor pertanian dan industri untuk perekonomian nasional
dan wilayah kepulauan. Pada spesfikasi fungsi produksinya, studi telah
memperkenalkan tiga variabel infrastruktur fisik dan dua variabel infrastruktur
sosial. Variabel infrastruktur fisik terdiri dari persentase rumah tangga yang
mendapat penerangan listrik sebagai proksi infrastruktur listri, panjang jalan
beraspal, dan jumlah sambungan telepon. Variabel infrastruktur sosial terdiri atas
jumlah tempat tidur di rumah sakit sebagai proksi infrstruktur kesehatan dan jumlah
lulusan dan sekolah menengah sebagai proksi infrastruktur pendidikan.
Hasil studi Yanuar, menunjukkan bahwa ketersediaan infrastruktur fisik dan
infrastruktur sosial berpengaruh signifikan terhadap terhadap output. Infrastruktur
jalan, telepon, kesehatan dan pendidikan berpengaruh positif terhadap output
nasional dan wilayah kepulauan serta KBI dan KTI, namun infrastruktur listrik
justeru berpengaruh negatif. Bila dilihat fungsi produksi persektor ekonomi,
infarstruktur listrik berpengaruh negatif terhadap kedua sektor pertanian dan industri,
namun nilai koefien elstisitasnya lebih kecil di sektor pertanian apabila dibandingkan
dengan sektor industri. Infrastruktur jalan beraspal berpengaruh lebih besar terhadap
sektor industri dari pada sektor pertanian. Hal yang sama juga diperlihatkan oleh
pengaruh positif infarstruktur telepon yang lebih besar terhadap sektor industri
dibanding sektor pertanian. Infrastruktur sosial kesehatan dan pendidikan ternyata
berpengaruh lebih besar terhadap output sektor pertanian daripada pengaruhnya
terhadap sektor industri. Studi ini menyimpulkan bahwa ketimpangan antar wilayah
dapat dijelaskan oleh perbedaan tingkat ketersediaan infrastruktur fisik dan sosial
antar wilayah kepulauan yang berada di KBI dan KTI.
Masih berkaitan dengan ketimpangan antar wilayah, Firdaus (2006) telah
memuat variabel suplai listrik dan tingkat pedidikan ke dalam spesifikasi model
empiris dalam studinya mengenai dampak arus investasi terhadap disparitas wilayah
di Indonesia. Hasil studi ini menunjukkan bahwa suplai tenaga listrik dan
infrastruktur sosial yang diproksi dari tingkat pendidikan berpengaruh signifikan
terhadap daya tarik investasi asing pada suatu wilayah di Indonesia. Suatu wilayah
yang memiliki suplai listrik yang lebih memadai akan memiliki daya tarik yang lebih
tinggi bagi investor asing, sehingga ketesediaannya secara lebih memadai akan dapat
mengurangi ketimpangan antar wilayah.
16
Secara lebih spesifik, dalam konteks pembangunan pertanian dan perdesaan,
Hartoyo (1995) telah melakukan studi mengenai pengaruh infrastruktur terhadap
penawaran tanaman pangan di Pulau Jawa menggunakan pendekatan multi input
multi output. Hasil studi ini menunjukkan bahwa pengurangan pengeluaran untuk
irigasi sebesar 10 persen hanya akan mengurangi jumlah padi yang ditawarkan
sekitar 0.42 persen, tetapi diikuti oleh kenaikan penawaran kacang tanah sekitar 1.09
persen. Hal ini berarti bahwa besarnya tambahan biaya yang digunakan untuk irigasi
tidak diikuti oleh kenaikan produksi yang sebanding. Pengaruh pengurangan
pengeluaran irigasi terhadap permintaan input juga relative kecil, yaitu kurang dari
1.5 persen. Dengan kenyataan ini maka pengurangan investasi irigasi, terutama untuk
pembangunan jaringan irigasi baru di Jawa, tidak banyak berpengaruh terhadap
penawaran tanaman pangan. Khusus infrastruktur jalan raya, studi ini menunjukkan
bahwa peningkatan pengeluaran sebesar 10 persen akan menyebabkan penawaran
jumlah padi, jagung, kedele, kacang tanah, dan ubi kayu meningkat berturut-turut
sekitar 3.23 persen, 9.82 persen, 9.34 persen, dan 2.99 persen. Peningkatan ini juga
diikuti oleh peningkatan permintaan pupuk urea dan TSP berturut-turut sekitar 4.92
persen dan 5.3 persen. Studi ini menyimpulkan bahwa pembangunan jalan raya
mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap peningkatan produksi pertanian dan
perekonomian perdesaan dibanding pembangunan prasarana irigasi.
Wuryanto (1996) menggunakan pendekatan model keseimbangan umum untuk
menganalisis dampak alokasi dana pembangunan infrastruktur terhadap kinerja
perekonomian daerah di Indonesia melalui alokasi dana Inpres. Studi ini lebih
menekankan pada aspek desentralisasi dalam hubungan fiskal antara pemerintah
pusat dan daerah.
Sebagian besar studi-studi di atas menyimpulkan bahwa infrastruktur publik
khususnya transportasi memiliki peran cukup besar terhadap peningkatan dan
perluasan aktivitas ekonomi, pertumbuhan ekonomi dan produktivitas, penurunan
disparitas antar wilayah, dan peningkatan pendapatan masyarakat perdesaan. Akan
tetapi analisis dampak investasi infrastruktur khususnya infrastruktur transportasi
tidak dikaitkan langsung dengan sektor-sektor unggulan pada tingkat perekonomian
wilayah. Melalui kombinasi pendekatan model I-O dan ekonometrika, studi ini
mencoba mengaitkan ketersediaan infrastruktur transportasi dengan kinerja sektor-
sektor unggulan di Provinsi Jambi.
17
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Jenis dan Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder dan primer untuk menjawab
masalah penelitian. Data sekunder terdiri atas Tabel I-O Provinsi Jambi Tahun 2006
yang publikasikan BPS Jambi. Selain itu diperlukan data investasi infrastruktur yang
bersumber dari realisasi APBN dan APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota, stok
kapital infrastruktur jalan (nasional, provinsi dan kabupaten/kota). PDRB
berdasarkan lapangan usaha dan pengeluaran, output sektor-sektor unggulan daerah
seperti karet dan kelapa sawit, penggunaan input (Tenaga Kerja dan kapital), dan
ekspor komoditas sektor-sektor unggulan.
Data primer dikumpulkan untuk menggali informasi mengenaia persepsi pihak-
pihak terkait mengenaia pengembangan infrastruktur transportasi di Provinsi Jambi
terutama di wilayah-wilayah sentra produksi sektor-sektor unggulan daerah.
Informasi tersebut diperoleh dari pejabat berwenang dalam penyediaan infrastruktur
transportasi dan pengembangan sektor-sektor unggulan daerah pada setiap
Kabupaten/Kota di lingkungan Provinsi Jambi seperti Bappeda, Dinas PU, Dinas
Perhubungan, DLLAJR, Dinas Pertanian Tanaman Pangan, Dinas Perkebunan, Dinas
Perikanan, Dinas Perindustrian dan Dinas Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah
Provinsi dan Kabupaten/Kota, Kantor Bea dan Cukai dan Pelabuhan Ekspor dan
Impor, perusahaan-perusahaan angkutan jalan raya dan masyarakat di sektor
pertanian.
3.2. Metode Pengumpulan Data
Data sekunder dikumpulkan dari lembaga/instansi/dinas terkait pada tingkat
provinsi dan kabupaten/kota sesuai dengan tugas kewenangannnya dalam penyediaan
infrastruktur dan pengembangan sektor unggulan daerah. Data primer dikumpulkan
dari pejabat berwenang, produsen (tingkat petani dan industri) dan perusahaan jasa
angkutan. Pada kelompok produsen dan perusahaan jasa angkutan ditarik sampel
secara proporsional dari jumlah populasi. Penarikan sampel dilakukan secara sengaja
(propused sampling) agar setiap karakteristik sampel yang dikehendaki dapat
terwakili. Pengumpulan dan penggalian informasi dari responden terpilih dilakukan
dengan menggunakan daftar pertanyaan terstruktur yang telah dipersiapkan terlebih
dahulu.
18
3.3. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan mengkombinasikan beberapa pendekatan
yaitu Model I-O, Model Ekonometrika dan analisis deskriptif. Model I-O digunakan
untuk mengidentifikasi sektor-sektor unggulan daerah berdasarkan keterkaitan antar
sektor (langsung dan tidak langsung), derajat kepekaan dan daya penyebaran, dan
simulasi dampak peningkatan investasi infrastruktur transportasi. Model
ekonometrika degunakan untuk mengestimasi fungsi produksi sektor-sektor
unggulan yang inputnya telah diperluas dengan menambahkan investasi atau stok
kapital infrastruktur. Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis informasi
mengenai persepsi responden terhadap pengembangan infrastruktur dalam
mendorong pengembangan sektor-sektor unggulan daerah.
3.3.1. Model I-O
3.3.1.1. Transaksi Input-Output
Untuk melihat keterkaitan antar sektor dan mengevaluasi dampak peningkatan
investasi infrastruktur transportasi terhadap kinerja sektor-sektor unggulan daerah
dilakukan perhitungan dengan menggunakan Tabel I-O tingkat Provinsi. Seperti
halnya model Input-Output nasional, model Input-Output regional tunggal
dikonstruksi berdasarkan neraca transaksi Input-Output. Neraca Input-Output
merekam keterkaitan atau transaksi antar sektor pada suatu waktu tertentu dengan
mengasumsikan bahwa suatu sektor menghasilkan produk tunggal yang unik, dan
sektor-sektor tersebut bertindak sebagai penjual dan pembeli dalam suatu wilayah.
Total nilai produksi barang oleh sektor i dalam suatu wilayah dijual kepada sektor j
sebagai input dan permintaan akhir. Dengan demikian total ouput suatu sektor dapat
dinyatakan sebagai persamaan berikut (Miller dan Blair, 1985; Miller, 1998; dan
Sadoulet dan Janvry, 1995):
xi = zi1 + zi2 + ....+ zin + fi ..................................................................................(1)
dimana :
xi = Total nilai produksi barang-barang oleh sektor i dalam suatu wilayah
selama periode waktu tertentu (output kotor sektor i)
zij = Nilai penjualan sektor i ke sektor j selama peride tertentu, biasanya 1
tahun
19
fi = Nilai penjualan barang-barang sektor i ke permintaan akhir (rumah
tangga, ekspor, investasi, dan pengeluaran semua tingkat pemerintah)
i = 1, 2, ……..n
Secara alternatif, total pengeluaran sektor ke j sama dengan total outputnya,
atau dapat dinyatakan sebagai:
xj = z1j + z2j + …+ znj + vaj + mj .......................................................................( 2)
dimana :
xj = total nilai pengeluaran sektor ke-j
vaj = pembayaran sektor ke-j untuk nilai tambah (value added)
mj = total impor sektor ke-j (untuk semua barang)
j = 1, 2, ……..n
Keseluruhan komponen-komponen yang terdapat pada Tabel Input-Output
secra singkat dapat dipresentasikan sebagai transaksi input-output sebagai matrik Z
berikut ini:
Tabel 1. Neraca Input-OutputPenjualan Antar
Industri(z)
Penjualan kePermintaan akhir
(f)
TotalPenjualan
(x)
z11 z12 …… z1n C1 i1 g1 e1 x1
z21 z22 …… z2n C2 i2 g2 e2 x2
. . . . . . . .
. . . . . . . .zn1 zn2 …... znn cn in gn en xn
NilaiTambah
Impor
l1 l2 …… ln Transaksi diantarasektok pembayar(termasuk impor
dan permintaan akhir)
Lov1 ov2 …… ovn OV m1 m2 …… mn M
TotalPengeluaran
(x)
x1 x2 …… xn C I G E
Pada tabel di atas, baris menunjukkan distribusi output suatu sektor, sedangkan
kolom menunjukkan distribusi input suatu sektor. Penjualan output sektor ke-i ke
permintaan akhir dapat dipisahkan menjadi:
ci = pengeluaran konsumsi perseoranganii = pembelian barang I untuk investasigi = pengeluaran pemerintahei = ekspor
20
Pengeluaran pemerintah dalam neraca input output regional dipisahkan
menjadi: pengeluaran pemerintah provinsi dan kabupaten/kota (sgi) dan pengeluaran
pemerintah pusat (fgi) atau gi = sgi + fgi. Sementara ekspor juga dibedakan menjadi
ekspor antar wilayah (eri) dan ekspor ke luar negeri (efi) atau ei = eri + efi. Total
elemen baris ke-i memempresentasikan total penjualan sektor ke-i atau output kotor
sektor ke-i, xi.
Pembelian sektor ke-j terhadap input-input dari nilai tambah sektor-sektor
lainnya ditunjukkan pada kolom di bagian bawah tabel transaksi, yang meliputi :
lj = pembayaran untuk jasa tenaga kerja
ovj = pembayaran untuk semua nilai tambah lainnya
mj = pembayaran untuk input impor
Seperti halnya ekspor, impor juga sering dipisah menjadi impor antar wilayah
dalam negara (mrj) dan impor dari luar negeri (mfj), sehingga mj = mrj + mfj . Secara
keseluruhan, total nilai dari pengeluaran (input) dalam kolom j sama dengan total
nilai keseluruhan penjualan (ouput) dalam baris i.
Total nilai aktivitas ekonomi dalam perekonomian suatu wilayah dapat
diperoleh dengan menjumlahkan seluruh baris atau total penjualan antar industri dan
permintaan akhir dengan jumlah nial tambah dan impor, atau:
.......................................................................................(3)
Nilai ini dapat juga diperoleh dengan menjumlahkan seluruh kolom secara
vertikal, sehingga didapat :
......................................................................................(4)
Pada kedua persamaan di atas total output (total penjualan) sama dengan total
input (total pengeluaran), atau:
.................................................................................................(5)
sehingga diperoleh :
..............................................................(6)
dimana vaj (nilai tambah sektor ke-j) adalah lj + ovj (pengeluaran sektor ke-j atas
penggunaan tenaga kerja dan seluruh nilai tambah lainnya). Sisi kiri persamaan
21
mengukur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan sisi kanananya mengukur
pendapatan regional (total pembayaran faktor).
3.3.1.2. Koefisien Teknis Model Input Output
Untuk mentransfer informasi pada tabel transaksi input output ke model input
output perlu dihitung terlebih dahulu koefisien teknis produksi (atau koefisien input
langsung, ). Koefisien teknis baris ke-i dan kolom ke-j merupakan rasio antara zij
dengan total pengeluaran sektor ke-j atau :
...................................................................................................(7)
Koefisien ini menunjukan nilai input i yang digunakan dalam menghasilkan
satu dolar output j. Penghitungan koefisen ini untuk keseluruhan sektor
menghasilkan matrik koefisien teknis atau matrik koefisien input langsung (matrik
kebutuhan langsung) sebagai berikut:
......................................................................(8)
Elemen-elemen matrik A menunjukan bahwa untuk setiap Rupiah yang
dikeluarkan terhadap outputnya, sektor j membeli Rp aij dari outout sektor ke-1, Rp
a2j dari sektor ke-2 dan seterusnya Rp anj dari sektor ke-n.
Dari persamaan 7, jumlah output yang dihasilkan setiap sektor dapat dihitung
sebagai :
........................................................(9)
Dengan menggunakan notasi matrik, maka dari persamaan (1) hingga
persamaan (9), output dari n sektor dapat dipresentasikan sebagai:
x = Zi + f .....................................................................................................(10)
dan
x = Ax + f ....................................................................................................(11)
dimana i adalah elemen vector kolom ke-1. Dengan menggunakan matrik
identitas I didapat:
Ix – Ax = f
(I-A)x = f ...................................................................................................(12)
dan penurunan persamaan (11) dari persamaan (10) menghasilkan matrik
koefisien teknologi sebagai :
A = Z (x)-1.......................................................................................................(13)22
Melalui manipulasi matematis, peramaan (12) juga dapat dinyatakan sebagai
persamaan berikut:
...............................................................................................(14)
dimana komponen disebut sebagai matrik kebalikan Leontief yang
berperan penting untuk melakukan analisis dampak perubahan komponen-komponen
permintaan akhir atau perubahan variabel-variabel lainnya terhadap perubahan
output atau pertumbuhan ekonomi.
3.3.1.3. Analisis Keterkaitan Antar Sektor
3.3.1.3.1. Keterkaitan Langsung
Keterkaitan antar sektor dalam model input output dapat dipisahkan menjadi
keterkaitan langsung dan keterkaitan tidak langsung ke belakang dan ke depan.
Keterkaitan langsung ke belakang (direct backward linkage) menunjukkan akibat
langsung penggunaan output sektor lain sebagai input sektor tertentu untuk
mendukung peningkatan produksinya. Untuk model dengan n sektor, keterkaitan
langsung ke belakang dapat diperoleh sebagai berikut:
............................................................................................(15)
Sedangkan keterkaitan langsung ke depan (direct forward linkage)
menunjukkan akibat yang ditimbulkan sektor tertentu terhadap sektor lain yang
menggunakan outputnya secara langsung sebagai input. Koefisien keterkaitan
langsung ke depan dapat diperoleh sebagai berikut:
.............................................................................................(16)
3.3.1.3.2. Keterkaitan Langsung dan Tidak Langsung
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke belakang atau total keterkaitan ke
belakang (direct and indirect backward linkage) menunjukkan besarnya
ketergantungan langsung dan tidak langsung suatu sektor terhadap sektor lainnya
yang berperan sebagai penyedia input. Semakin besar koefisiennya semakin besar
kemampuan suatu sektor menstimulasi sektor hulunya apabila terjadi peningkatan
permintaan akhir terhadap ouputnya. Koefisien total keterkaitan ke belakang dapat
diperoleh sebagai berikut:
23
.............................................................................................(17)
Keterkaitan langsung dan tidak langsung ke depan atau total keterkaitan ke
depan (direct and inderect forward linkage) menunjukkan besarnya ketergantungan
langsung dan tidak langsung sektor-sektor lain terhadap suatu sektor tertentu
penyedia input. Semakin besar koefisennya semakin besar kemampuan suatu sektor
untuk menstimulasi sektor hilirnya apabila terjadi peningkatan permintaan akhir
terhadap sektor tersebut. Koefisen total keterkaitan ke depan dapat dihitung sebagai
berikut:
............................................................................................(18)
dimana αij menunjukkan elemen matrik kebalikan Leontief seperti ditunjukkan
pada persamaan (14).
3.3.1.4. Daya Penyebaran dan Derajat Kepekaan Sektoral
Indikator penentuan suatu sektor sebagai sektor kunci belum memadai apabila
hanya menggunakan koefisien total keterkaitan ke depan atau ke belakang. Koefisien
tersebut harus dinormalkan terlebih dahulu dengan rata-rata dampak seluruh sektor.
Normalisasi ini menghasilkan indikator daya penyebaran (Power of Distribution) dan
derajat kepekaan (Degree of Sensitivity) sektoral. Daya penyebaran menunjukkan
kemampuan suatu sektor untuk menstimulasi industri hulunya. Apabila koefisien
daya penyebaran suatu sektor lebih besar dari satu berarti kemampuannya
menstimulasi industri hulu lebih besar dibanding sektor lainnya. Koefisien daya
penyebaran dapat diperoleh sebagai berikut:
........................................................................................(19)
Sedangkan derajat kepekaan menunjukkan kemampuan suatu sektor
mendorong pertumbuhan sektor hilirnya. Suatu sektor dikatakan memiliki kepekaan
yang tinggi dibanding sektor lainnya jika koefisiennya lebih dari satu. Koefisien
derajat kepekaan suatu sektor dapat diperoleh sebagai berikut:
24
.........................................................................................(20)
3.3.1.5. Analisis Penggandaan (Multiplier)
Efek penggandaan dari sebuah model I-O dapat dibedakan atas tiga yaitu
multiplier output, pendapatan dan kesempatan kerja. Tabel I-O dapat dibedakan
menjadi model I-O tertutup dan model I-O terbuka. Model tertutup adalah matrik I-O
tanpa memasukkan pengeluaran konsumsi rumah tangga dan tenaga kerja di dalam
tabel. Berdasarkan Tabel I-O tertutup dan terbuka masing-masing akan diperoleh
matrik kebalikan Leontief model tertutup (α*ij) dan model terbuka (αij). Selanjutnya
dapat hitung koefisien multiplier seperti pada Tabel berikut ini:
Tabel 2. Perhitungan multiplier Output, Pendapatan dan Tenaga Kerja
NilaiMultiplier
Output(Rp)
Pendapatan(Rp)
Tenaga Kerja(Orang)
Efek Awal (EA)
Efek Putaran Pertama (EPP)
Efek Dukungan Industri (EDI)
Efek Induksi Konsumsi (EKI)
Efek Total
1
Σiaij
Σiαij-1- Σiaij
Σiα*ij- Σiαij
Σiα*ij
hj
Σiaijhi
Σiαijhi-hj-Σiaijhi
Σiα*ijhi-Σiαijhi
Σiα*ijhi
ej
Σiaijei
Σiαijeij-ej-Σiaijei
Σiα*ijei-Σiαijei
Σiα*ijei
Efek Lanjutan Σiα*ij-1 Σiα*
ijhi-hj Σiα*ijeij-ej
Sumber: Daryanto, 1990
Keterangan:
aij = Koefisien output
hi = Koefisien pendapatan rumah tangga
ei = Koefisien tenaga kerja
αij = Matrik kebalikan Leontief model terbuka
aij = Matrik kebalikan Leontief model tertutup
Dari efek awal dan efek lanjutannya, dapat dihitung Multiplier tipe I dan II
yang menunjukkan hubungan antara kedua efek tersebut per unit pengukuran dari sisi
output, pendapatan dan tenaga kerja, sebagai berikut:
Tipe I = (EA+EPP+EDI)/ EA
Tipe II = (EA + EPP +EDI + EIK)/EA
25
3.3.1.6. Analisis Dampak Output
Dampak peningkatan output dan nilai tambah (value added) sektor-sektor
unggulan daerah dan dampak totalnya terhadap pertumbuhan ekonomi sebagai akibat
peningkatan permintaan akhir dapat diperoleh dengan melakukan guncangan pada
komponen investasi pada sektor-sektor infrastruktur transportasi jalan raya, laut dan
sungai. Dampak guncangan tersebut dapat dihitung dengan mengunakan rumus
berikut:
ΔX = (I-A)-1 ΔF ..............................................................................................(21)
Sedangkan dampak terhadap nilai tambah sektor-sektor unggulan dapat
dihitung sebagai berikut (Boediono, 1981):
.............................................................................................(22)
dimana vj menunjukkan koefisien nilai tambah masing-masing sektor. PDRB
diperoleh dengan menjumlahkan nilai tambah seluruh sektor dalam perekonomian,
atau:
...................................................................................(23)
Untuk melihat dampak perubahan pemintaan akhir terhadap pertumbuhan
ouput dan nilai tambah sektoral khususnya kelompok sektor industri pengolahan,
dalam studi ini dilakukan simulasi peningkatan investasi infrastruktur dengan tiga
kelompok skenario besar yaitu: (1) peningkatan pada sektor unggulan hulunya; (2)
peningkatan pada sektor unggulan industri hilirnya; dan (3) kombinasi peningkatan
pada sektor hulu dan industri hilirnya. Untuk sektor hulu peningkatan investasi
dilakukan pada sektor tanaman bahan makanan (Sim 1), perkebunan kelapa sawit
(Sim 2); perkebunan kelapa (Sim 3); perkebunan karet (Sim 4); perkebunan lainnya
(Sim 5); total perkebunan (Sim 6); peternakan (Sim 7); perikanan (Sim 8) dan
industri kehutanan (Sim 9). Untuk sektor hilir, peningkatan investasi infrastruktur
transportasi dilakukan pada industri penggilingan padi, biji-bijian dan tepung (Sim
10); industri minyak kelapa (Sim 11); industri makanan lainnya (Sim 12); industri
minuman dan tembakau (Sim 13); industri total pengolahan pangan (Sim 14);
industri barang dari karet dan plastik (Sim 15); industri pengolahan hasil perkebunan
(Sim 16); industri penggergajian dan pengolahan kayu (Sim 17); industri kayu lapis
(Sim 18); industri bahan bangunan dan perabot dari kayu (Sim 19); total industri
perkayuan (Sim 20); dan industri kertas dan barang dari kertas (Sim 21). Pada
26
kelompok ketiga dilakukan kombinasi peningkatan investasi pada tanaman bahan
makanan dan industri penggilingan padi, biji-bijian dan tepung (Sim 22); perkebunan
kelapa sawit dan industri minyak kelapa (Sim 23); perkebunan karet dan industri
barang dari karet dan plastik (Sim 24); sektor kehutanan dan industri penggergajian
dan pengolahan kayu (Sim 25); sektor kehutanan dan industri kayu lapis (Sim 26);
sektor kehutanan dan industri bahan bangunan dan perabot dari kayu (Sim 27);
sektor kehutanan dengan industri penggergajian dan pengolahan kayu dan industri
kayu lapis (Sim 28); sektor kehutanan dan total industri perkayuan (Sim 29); dan
sektor kehutanan dan industri kertas dan barang dari kertas(Sim 30).
Keseluruhan industri pengolahan produk pertanian, produk perkebunan dan
sektor kehutanan dimasukkan ke dalam simulasi peningkatan investasi untuk melihat
perbandingan dampak yang ditimbulkannya terhadap output sektoral dan
pertumbuhan ekonomi daerah. Eksistensi industri perkayuan sesungguhnya sudah
mulai terganggu sebagai akibat menipisnya pasokan bahan baku. Kelompok industri
ini kemungkinan sulit diharapkan untuk dapat dipertahankan tanpa adanya usaha
yang sungguh-sungguh untuk mengembangkan hutan tanaman industri. Namun bila
terdapat keseriusan untuk membangun sektor kehutanan dan terjaminnya
keberlanjutan pasokan bahan baku dalam jangka panjang maka kelompok industri ini
diperkirakan masih dapat dikembangkan. Untuk melihat prospek pengembangannya
dalam jangka panjang perlu dilakukan simulasi peningkatan investasi pada sektor
kehutanan dan industri pengolahan perkayuan bersamaan dengan industri pengolahan
pertanian lainnya.
3.3.2. Fungsi Produksi Sektor Unggulan
Pada berbagai studi sebelumnya, estimasi fungsi produksi untuk mengukur
peran infrastruktur terhadap aktivitas perekonomian, dilakukan pada tingkat agregat
dan sektoral. Pada fungsi produksi agregat, total output dianggap sebagai fungsi dari
total tenaga kerja dan stok kapital serta stok kapital publik sebagai representasi dari
infrastruktur publik seperti yang dilakukan Munnel (1992), Holtz-Eakin dan
Schwarrtz (1995) dan Baffes dan Shah (1998). Pada fungsi produksi sektoral, selain
ketiga input tersebut juga dimasukkan input intermediate seperti yang dilakukan
Morrizon dan Schwartz (1996) dan Hulten at al. (2003) untuk sektor industri
manufaktur serta Mamatzakist (2003) untuk sektor pertanian.
27
Pada studi ini jumlah variabel yang dimasukkan ke fungsi produksi bervariasi
sesuai dengan ketersediaan data pada masing-masing sektor. Variabel infrastruktur
transportasi direpresentasikan oleh panjang jalan. Pada sektor industri manufaktur
tersedia data input secara lengkap sehingga memungkinkan untuk memasukkan lebih
banyak variabel ke dalam fungsi produksi. Selain tenaga kerja dan stok kapital
dimasukkan variabel bahan baku.
Penambahkan input kapital infrastruktur terhadap input stok kapital, tenaga
kerja dan input antara, menghasilkan spesifikasi dasar fungsi produksi sektoral
sebagai berikut:
......................................................................................(24)
dimana: Y=output, K= stok kapital, L=tenaga kerja, M=input antara dan G= stok
kapital infrastruktur transportasi.
Pada formulasi fungsi produksi Cobb-Douglas, persamaan 4.1 dapat
ditransformasikan melalui proses logaritma ke bentuk persamaan liner sebagai
berikut:
...........................................(25)
Persamaan 25 dapat diestimasi dengan metode kuadrat terkecil biasa (Ordinary Least
Squares=OLS) untuk memperoleh koefisien elastisitas produksi seperti ditunjukkan
oleh α, β, γ dan δ. Koefisien ini, masing-masing adalah elastisitas produksi terhadap
perubahan stok kapital, tenaga kerja, input antara dan stok kapital infrastruktur,
sedangkan μ=unsur kesalahan pengganggu (error term). Apabila asumsi constant
return to scale ditiadakan, penjumlahan koefisen elastisitas output tidak harus
bernilai satu. Persamaan 4.2 dapat diderivasikan terhadap unsur waktu sehingga
menghasilkan persamaan berikut.
.........................(26)
Persamaan 26 menunjukkan laju pertumbuhan masing-masing variabel baik output
maupun input, sehingga dapat ditformulasikan kembali menjadi persamaan berikut:1
................................................................(27)
Persamaan 27 menunjukkan bahwa pertumbuhan output masing-masing sektor
selama periode pengamatan disumbangan oleh pertumbuhan masing-masing input
1 Lihat misalnya Barro RJ and Sala-i-Martin. 2004. Economic Growth. Second edition. The MIT Press Cambridge, Massachusetts. London.
28
dan faktor residual yang diidentifikasi sebagai pertumbuhan produktivitas total (total
factor productivity=TFP) atau kemajuan teknologi dalam model pertumbuhan
agregat Solow. Pangsa masing-masing input terhadap produktivitas sektoral
ditunjukkan oleh hasil kali koefisen elastisitasnya dengan laju pertumbuhannya
masing-masing. Jadi pangsa input infrastruktur terhadap produktivitas sektoral
adalah elastisitas produksinya (γ) dikali dengan pertumbuhannya (rG). Dengan
memasukkan setiap jenis infrastruktur terhadap fungsi produksi masing-masing
sektor unggulan akan diperoleh pangsanya terhadap pertumbuhan seluruh sektor.
Angka inilah yang menunjukkan peran infrastruktur transportasi terhadap
peningkatan output sektor-sektor unggulan.
3.3.3. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi berbagai pihak
terhadap penyediaan infrastruktur transportasi dalam upaya mendorong sektor-sektor
unggulan daerah. Data yang diperoleh dari hasil survei lapangan diolah dengan
program SPSS yang disajikan dalam bentuk tabel-tabel silang (Crosstab).
Berdasarkan pola distribusi persepsi responden dan modus jawaban terhadap
pertanyaan-pertanyaan yang diajukan selanjutnya ditarik kesimpulan mengenai
persepsi responden terhadap penyediaan infrastruktur transportasi di masing-masing
sentra produksi komoditas unggulan daerah.
BAB IV. PEMBIAYAAN
Untuk memperlancar pelaksanaan penelitian diperlukan sumber dana
dalam jumlah yang mencukupi. Jumlah biaya yang diperlukan secara garis
besarnya ditampilkan pada tabel anggaran berikut ini. Rincian biaya penelitian
berdasarkan komponen pengeluaran disajikan pada lampiran 1.
No Uraian Jumlah
1 Gaji dan Upah Rp 20 480 0002 Peralatan Rp 1 264 0003 Bahan habis pakai Rp 4 296 0004 Perjalanan Rp 10 700 0005 Pengumpulan Data Primer Rp 17 760 0006 Lain-lain Rp 10 500 000
Jumlah Rp 65 000 000
29
DAFTAR PUSTAKA
Azis, I. J. (1985). Pembangunan Daerah dan Aspek Alokasi Investasi Antar Daerah, Prisma, No. 5, Tahun XIV, hal: 2-21.
Badan Pusat Statistik (1997). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia Tahun 1993-1996, Jakarta.
Badan Pusat Statistik (2001). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia Tahun 1995-2000, Jakarta.
Badan Pusat Statistik (2007). Produk Domestik Regional Bruto Provinsi di Indonesia Tahun 2000-2005, Jakarta.
Burman, J. dan P. Rietveld (1999). Transport and industrial location: the case of Thailand, review of urban & regional development studies, journal of the applied regional science conference, vol. 11 No. 1, pp: 45-62.
Chandra, A. dan E. Thompson (2000). Does public infrastructure affect economic activity? Evidence from the rural interstate highway system, regional science and urban economics, No. 30, pp: 457-490.
Fan, S. dan X. Zang (2004). Infrastucture and regional economic development in rural China, China economic review, No. 15, pp: 203-214.
Feltenstein, A. dan J. Ha (1999). An analysis of the optimal provision of public infrastructure: a computational model using Mexican data, journal of development economics, vol. 58, pp: 219-230.
Ghosh, B. dan P. De (2005). Investigating the linkage between infrastructure and regional development in India: era of planning to globalization, journal of Asian economics, No. 15, pp: 1023-1050.
Holtz-Eakin, D., dan A. M. Schwarrtz (1995). Infrastructure in a structural model of economic growth, Regional Science and Urban Economics, Vol. 25, pp: 131-151.
Holtz-Eakin, D., dan M. E. Lovely (1996). Scale economies, return to variety, and the productivity of public infrastructure, Regional Science and Urban Economics, Vol. 26, pp: 105-123.
Hulten, C. E., E. Bennathan, dan S. Srinavasan (2003). Infrastructure, externalitas, and economic development, working paper, www.gogle.com.
Kim, E. (2000). The transportation infrastructure invesments on growth and equity: applications of the translog cost function and recursive CGE model of Korea, working paper, departement of urban planning and engineering, Yonsei University, Seoul, Korea, www.gogle.com.
30
Kondo, H. (2004). Optimal scale and interregional allocation of public infrastructure in an endogenous growth and urbanization model, working paper at Departement of Economics, Shinshu University
Mamatzakist, E. C. (2003). Public infrastructure and productivity growth in Greek agriculture, agricultural economics, No. 29, pp: 169-180.
Martin, P. (1997). Can regional policies affect growth and geography in Europe?, Working Paper, Gradute Institute of International Studies, Geneva.
Morrizon, C. J., dan A. E. Schwartz (1996). State infrastructure and productive performance, American Economic Review, Vol. 86, pp: 1095-1111.
Munnel, A. H. (1992). Policy watch: infrastructure investment and economic growth, Journal of economic perspectives, Vol. 6, No. 4, pp: 189-198.
Pesaran, M.H and B. Pesaran (1997). Microfit : An Interactive Econometric Sofware Package, Oxford University Press, London.
Shane, M and F. Gale (2004). China: a study of dynamic growth, Economic Research Service, United State, Departemen of agriculture, www.ers.usda.gov.
Takahasi, T. (1998). On the optimal policy of infrastructure provision across region, Regional Science and Urban Economics, Vol. 28 No. 2, pp: 213-235.
Wuryanto, E.L. (1996). Fiscal decentralization and economic performance in Indonesia: an Interregional Computable General Equilibrium Approach, Unpublished Ph.D. Dissertation, Cornell University, Ithaca.
Lampiran 1.
Rincian Anggaran Biaya Penelitian
Tahun Pertama
1. Anggaran untuk pelaksanaan (gaji dan upah)
No Jenis Anggaran Jumlah
1Ketua Peneliti : Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D(1 orang x 4 minggu x 8 bulan x 12 jam x Rp 20 000/jam) Rp 7 680 000
2Anggota Peneliti I: Dr. Arman Delis, SE, M.Si(1 orang x 4 minggu x 8 bulan x 10 jam x Rp 20 000/jam) Rp 6 400 000
31
3Anggota Peneliti I: Drs. Ardinal, M.Si(1 orang x 4 minggu x 8 bulan x 10 jam x Rp 20 000/jam) Rp 6 400 000
Sub total (1) Rp 20 480 000
2. Anggaran untuk keperluan peralatan
No Jenis Anggaran Jumlah
1Sewa Internet (pelacakan data dan informasi tentang model)(12 jam/minggu x 24 minggu x Rp 3000)
Rp 864 000
2Sewa LCD (diskusi dan pemaparan hasil penelitian)(4 x Rp 100 000) Rp 400 000
Sub Total (2) Rp 1 264 000
3. Anggaran untuk bahan habis pakai
No Jenis Anggaran Jumlah
1 Kertas Ukuran A4 80 gram (media pengetikan)(10 rim x Rp 40 000)
Rp 400 000
2 Tinta Printer HP desk Jet (media pengetikan)(10 unit x Rp 250 000) Rp 2 500 000
3 CD-RW (media penyimpanan data dan laporan)(20 buah x Rp 10 000) Rp 200 000
4 Flashdisc 4 GB (media transfer data dan laporan)(3 buah x Rp 250 000) Rp 750 000
5 Alat-alat tulis lainnya (pinsil, balpoint, block note) Rp 446 000
Sub total (3) Rp 4 296 000
4. Anggaran untuk perjalanan dinas
No Jenis Anggaran Jumlah1
Transportasi Jambi– Kerinci 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 150 000)Transportasi Jambi– Bangko 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 75 000)Transportasi Jambi– Sarolangun 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 75 000)Transportasi Jambi– Bungo 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 75 000)
Transportasi Jambi– Tanjung Jabung Timur 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 50 000)Transportasi Jambi– Muara Jambi 2 orang pp(2 orang x 2 x 2 x Rp 12 500)(pengumpulan data primer dan sekunder)
Rp 1 200 000
Rp 600 000
Rp 600 000
Rp 600 000
Rp 400 000
Rp 100 000
2 Transportasi lokal di 6 Kabupaten/Kota(2 orang x 2 HOK x 6 x Rp 100 000)
Rp 2 400 000
3
Perdiem:2 orang x 2 HOK x 6 x Rp 200 000
Rp 4 800 000
Sub total (4) Rp10 700 000
5. Anggaran untuk pengumpulan data primerNo. Jenis Anggaran Jumlah
1 Survei pendahuluan di 6 Kabupaten Rp 7 200 000
32
(4 orang x 3 HOK x 6 x Rp 100 000) 2 Pengumpulan data primer di 6 Kabupaten
(4 orang x 4 HOK x 6 x Rp 110 000Rp 10 560 000
Sub total (5) Rp 17 760 000
6. Anggaran untuk pengeluaran lainnyaNo Jenis Anggaran Jumlah
1 Pembelian data/Tabel I-O Tahun 2006 Rp 2 000 000
2 Fhotocopy data makroekonomi regional dan data sektoral Rp 500 000
3 Pembelian dan fhotocopy buku referensi Rp 500 000
4 Pembelian softcopy Jurnal untuk survei studi sebelumnya10 x Rp 30 000
Rp 1 000 000
5
Penggandaan kuesioner penelitian untuk 10 kabupaten/kota20 x 10 lbr x 10 x Rp 150
Rp 300 000
6 Pengolahan data (2 orang x 3 bulan x Rp 200 000) Rp 1 200 000
7 Pemodelan (2 orang x 2 bulan x Rp 250 000) Rp 1 000 000
8 Analisis data(2 orang x 3 bulan x Rp 250 000)
Rp 1500 000
9 Pertemuan tim(10 kali x Rp 50 000) Rp 500 000
10 Penulisan laporan penelitian (2 orang x 2 bulan x Rp 225 000)
Rp 1 000 000
11 Seminar hasil penelitian Rp 500 000
12 Penggandaan laporan penelitian(20 eks x Rp 25 000)
Rp 500 000
Sub total (6) Rp 10 500 000
Lampiran 2.
BIODATA PENELITI
Ketua Peneliti
A. Identitas Peneliti
1. Nama Lengkap : Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.D.2. Umur/ Kelamin : 47 Tahun/Laki-laki3. Alamat Rumah : Jl. Dr.Tazar No. 23 Buluran, Telanaipura, Jambi4. Pangkat/Gol/NIP : Pembina /IV.a/1316453995. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
33
6. Unit Organisasi : Fak. Ekonomi UNJA7. Alamat Kantor : Rektorat UNJA, Kampus UNJA Mendalo Darat Jambi 36361
B. Riwayat Pendidikan
Tahun SpesialisasiNo. Nama Pendidikan Tempat Dari Sampai Ijazah Bidang
1 SD Lempur 1967 1972 Ijazah2 SMP Lempur 1973 1975 Ijazah3 SMA Sei. Penuh 1976 1979 Ijazah IPS4 Fak Ekon. UNAND Padang 1979 1985 SE Manajemen5 Pascasarjana Kansas S.
Univ, USA1990 1991 MSc Agriculture
Economics6 Pascasarjana UPLB -
Philippines1994 1997 Ph.D Production
Economics
C. KegiatanPenelitian
1. “Cassiavera - Tanaman Primadona Kabupaten Kerinci: Kajian dari segi ekonomi produksi”, Jambi (1993).
2. “Industri Kecil Sebagai Alternatif Sumber Pendapatan Masyarakat Kabupaten Kerinci”, (1994)
3. “Penerapan AIDS Model terhadap Permintaan Kebutuhan Pokok di Kotamadya Jambi”, (1994).
4. Technical Efficiency and Technological Change in Rubber (Hevea brasiliensis) Farming in Batang Hari Regency, Jambi - Indonesia”, Dissertasi, Univ. of the Philippines, Los Baños. (1997).
5. Pengukuran Perubahan Teknologi Perkebunan Karet di Kabupaten Batang Hari, Kerjasama dengan BAPPEDA Tk. I Jambi. (1997)
6. Kajian Kelayakan Pelabuhan Muara Sabak, Kerjasama dengan Kanwil Perhubungandan Bappeda Tk. I Jambi. (1998).
7. Evaluasi Dampak Dana Bantuan INPRES Dati II di Propinsi Jambi, BAPPEDA Tk. I Jambi. (1998).
8. Studi Pelacakan Perambah Taman Nasional Kerinci Seblat, Balai TNKS, Jambi (1999).
9. Studi Kelayakan Terminal Pasar untuk Lintas Tengah dan Timur di Provinsi Jambi, Bekerjasama Dinas Perindustrian Provinsi Jambi, Jambi (1999)
10. Analysis of Economic Efficieny and Total Factor Productivity of Rubber Farming in Jambi Province, Dana URGE, Jambi (2000)
11. Kajian Perbandingan Tingkat Perubahan Teknologi Perkebunan Karet Antara Peserta PIR dan Non-PIR di Kabupaten Batang Hari, Dana Perguruan Tinggi, Jambi (2000)
12. Kajian Pemberdayaan Sub-sistem Agribisnis Produk Andalan pada Kawasan Sentra Produksi di Provinsi Jambi, bekerjasama dgn Bappeda Provinsi Jambi, Jambi (2000).
34
13. Penyusunan rancangan / model pengusahaan hutan non kayu oleh usaha kecil dan menengah., Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi, Jambi, Maret (2000).
14. Penyusunan rancangan / model pengembangan usaha kecil menengah dan koperasi dalam segementasi pengusahaan hutan. Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi, Jambi, Maret (2000).
15. Penyusunan rancangan / model pengembangan pemanfaatan limbah tebangan HPH oleh usaha kecil dan koperasi. Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi, Jambi, Maret (2000).
16. Penyusunan rancangan / model pengembangan pemanfaatan limbah IPKH oleh usaha kecil dan koperasi. Bekerjasama dengan Dinas Kehutanan Provinsi, Jambi, Maret (2000).
17. Evaluasi Proyek BAP-PLP, Bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Merangin, Bangko, Maret (2000).
18. Evaluasi Proyek P3DT Provinsi Jambi, Bekerjasama dengan Bappeda Provinsi Jambi, Maret (2000).
D. Karya Ilimiah Dipublikasikan
1) “The Almost Ideal Demand System: Teori dan Penerapannya”, Jurnal Ilmiah, Universitas Jambi (1992).
2) “Penerapan The Almost Ideal Demand System Model pada Permintaan Kopi Indonesia oleh Amerika Serikat”, Jurnal Ilmiah, Universitas Jambi (1992).
3) “Pola Permintaan Mahasiswa Universitas Jambi Terhadap Rumah Kos”, Jurnal Penelitian, Jambi (1993).
4) “High Versus Low Input Agriculture : Ecologicalsound in Indonesia”, Jurnal Ilmiah, Jambi (1994).
5) “Pengembangan Industri Kecil sebagai Alternatif Sumber Pendapatan di Kabupaten Kerinci”, Jurnal Penelitan, Jambi (1994).
6) “Penerapan the Almost Ideal Demand System pada Permintaan Terhadap Kebutuhan Pokok di Kotamadya Jambi (1994)
7) “Pengukuran Perubahan Teknologi Melalui Kajian Ekonomi”, Jurnal Manajemen dan Pembangunan, Edisi 8, No. 2 ; 96-107 (1998).
8) “Efisiensi teknis Perkebunan karet di Kabupaten Batang Hari”, Jurnal Manajemen dan Pembangunan, Edisi 8, No. 3; (1998)
E. Makalah Tidak di Publikasikan
1) “The United State Demand for Indonesian Coffee Export”, Graduate Thesis, Kansas Stated University, USA (1991).
2) “Pengentasan Kemiskinan di Propinsi Jambi”, Jambi (1994)3) “Persiapan Jambi Menhadapi Pasar SIJORI”, Jambi (1994)4) “System Pertanian Berkelanjutan: Usaha Menerobos Jerat Kemiskinan Pedesaan
di Indonesia”, Los Baños (1995).5) “Measuring Technical Efficiency of Rice Farming in Jambi Propinve: ase Study
Rice Farmers in Lempur - Gunung Raya County”, Los Baños (1995)6) “The Devaluation Policies in Indonesia: Their Effects to the Agricultural
Exports”, Los Baños (1995).
35
7) “Technical Efficiency of Paddy Farming in Jambi Propince, Los Baños (1995)8) “Technical Efficiency of Water Bufallo Farm in Jambi, Los Baños (1995)9) “Sustainable Agriculture System: The Key to Escape the Rural Poverty Trap in
the Asian Countries, Los Baños (1995).10) “The Estimation of Technical Effisiency in Annual Crops”, Los Baños (1996)11) “On the Measurement of Economic Efficiency”, Working paper No. 1/1996.12) “The Measurement of Technological Change: a theoretical review”, Working
paper No.P96-2/1996.13) “Poverty Allevation in Indonesia”, Los Baños (1996)14) “The Devaluation Policies in Indonesia: Their Effects to the Agricultural Exports”,
Los Baños (1996)15) “Kesiapan Indonesia Menghadapi Pasar AFTA 2003”, Indonesian Embassy,
Manila (1996)16) “The Measurement of Technological Change in Perinnial Crops”, Los Baños
(1997). 17) “The Share of Indonesian Export in International Trade”, Los Baños (1997)18) “Measurement of Economics Efficiency and Technological Change of Perennial
Crops”, SEARCA, Los Baños, Philippnes (1997).19) “Technical Efficiency of Rubber Farming in Batang Hari Regency - Jambi”,
SEARCA, Los Baños, Philippines, (1997).20) “Agribusiness or Agro-Industrial Develompment as an Approach to Uplifting
Agricultural Economics”, bersama Dr. Soekartawi, Los Baños (1997).21) “Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat di Propinsi Jambi”, Jambi (1998).22) “Estimation of Technical and Economic Efficiency”, Jambi (1998)23) “Production Function Frontier the Way to Estimate Efficiency”, Jambi (1998)24) “Cost and Profit Function, the Duality Function”, Jambi (1998)25) “Pengentasan Kemiskinan Tinjauan dari SDM dan SDA”, Seminar Sehari
BKKBN - Jambi (1998)26) “Peranan Budaya Kerja dalam Peningkatan SDM”, bersama Dr. M.Havidz Aima,
Jambi (1998)27) “Pendekatan Inisiatif Masyarakat dan Stimuli Permintaan: Pendekatan Baru
Pengentasan Kemiskinan”, bersama Dr. M. Havidz Aima, Jambi (1998)28) “Masyarakat Indonesia Baru dan Produktivitas Sumberdaya Manusia: Tinjauan
PerencanaanStrategis dan Implementasinya”, Jambi (1998)29) “Informasi Pembangunan Daerah Propinsi Jambi”, bersama Dr. M. Havidz Aima,
(1998)30) “Masyarakat Indonesia Baru dan Produktivitas Sumberdaya Manusia : Tinjauan
PerencanaanStrategis dan Implementasinya”, bersama Dr. M. Havidz Aima, Jambi (1998)
31) “Masyarakat Jambi dalam Masa Krisis Moneter dan Ekonomi: Tinjauan Sekilas Mengiringi Survey Konsultan Bank Dunia untuk PPW-JRDP”, Jambi (1998).
32) “Pengumpulan Jelutung di Sekitar Taman Nasional Berbak”, TPK SDA Bappeda, Jambi (1999)
33) “Potensi Jambi dalam Rangka Pemberdayaan Ekonomi Rakyat”, Makalah disampaikan pada Seminar Nasional mengenai Manajemen Strategis di Waktu Krisis, Jambi (1999)
34) “Peluang Investasi di Propinsi Jambi: Upaya Pemberdayaan Ekonomi Rakyat” Makalah disampaikan pada Seminar Sehari Masyarakat Perbankan Daerah Jambi, Jambi (1999)
36
35) “Pemberdayaan Masyarakat Jelutung di Sekitar Taman Nasional Berbak”, Jambi (1999)
36) “Kajian Kelayakan Usaha Karamba di Pulau Aro, Kabupaten Sarolangun Bangko”, Jambi (1999).
37) “Pemberdayaan Masyarakat: Strategi Pembangunan yang Berdimensi Kerakyatan”. Jambi (1999)
38) “Peran Serta Masyarakat Perguruan Tinggi dalam Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Hutan di Propinsi Jambi, Jambi, Juli (1999)
39) “Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Oleh Gerakan Koperasi”, Hut Koperasi Tgl. 12 Juli 1999.
40) “Pemberdayaan Kelompok Sasaran (POKSAR) Pengembangan Kawasan Sentra Produksi (P-KSP) di Provinsi Jambi”, Jambi, September (1999)
41) “Perekonomian Daerah Jambi pada Millenium III”, Disampaikan pada Seminar Sehari, Hari Ulang Tahun Stastistik di Jambi, tanggal September 1999.
42) “Konsepsi Agribisnis” Disampaikan pada Diklat Departemen Kehutanan dan Perkebunan, Pekanbaru (2000).
43) “OTONOMI UNIVERSITAS?”: Suatu Tantangan dan Perspektif Menuju Kemandirian. Jambi 2000.
44) “Pemberdayaan Sumber Daya”, Makalah disampaikan dihadapan peserta Diklat Spama, Jambi, Januari (2000)
45) “Perekonomian Daerah Jambi Dalam Era Otonomi: Kesiapan, Masalah Dan Tantangan”, Disampaikan pada Seminar Sehari dan Temu Seminar Fakultas Ekonomi, Jambi, Februari (2000)
46) “Potensi dan Peluang Investasi di Kabupaten Batang Hari”, Disampaikan pada Seminar Sehari tentang Potensi dan Peluang Investasi di Kabupaten Batang Hari, Muara Bulian, 13 Maret (2000).
47) “Strategi Pemberdayaan Ekonomi Rakyat Di Kabupaten Muaro Jambi”, Disampaikan pada Seminar Pengembangan dan Peningkatan Ekonomi Kerakyatan di Kabupaten Muaro Jambi, April 2005.
48) “Globalisasi, Liberalisasi Perdagangan Dan Otonomi Daerah” Makalah disampaikan pada seminar dengan tema “Liberalisasi Perdagangan Dalam Perspektif Otonomi Daerah”, Jambi - 9 Mei 2006.
49) Implementasi Kegiatan Pembangunan Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah, Makalah disampaikan pada seminar dengan tema “Evaluasi Pelaksanaan Otonomi Daerah”, Jambi - 17 Mei 2004.
50) “Implementasi Uu Nomor. 22 Tahun 1999 Terhadap Perencaaan Pembangunan Daerah”, Makalah disampaikan pada Diklat Spama – Bukit Tinggi, 8 April 2003.
51) “Alokasi-Distribusi APBD Provinsi Jambi Dan Dampaknya Terhadap Pembangunan Manusia", Makalah disampaikan pada Seminar Regional Ecosoc, tentang Pembangunan Manusia dan Hak-hak Warga Negara, di Padang 23-24 Agustus 2004.
52) “Pengembangan Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Otonomi Daerah”, Makalah disampaikan pada seminar dengan tema “Pembangunan Ekonomi Daerah Kabupaten Muaro Jambi”, Ma. Jambi - 5 Februari 2004.
53) ”Mencari Format Ekonomi Alternatif”, Disampaikan pada Agenda Seminar Sehari “Penguatan Ekonomi di Era Otonomi”, Jambi, 20 Mei 2002
37
54) “Mencari Kiat Dan Strategi Pengembangan Agribisnis”, Disampaikan pada Seminar Regional Sehari “Menjadikan Agribisnis Sebagai Mesin Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat, Jambi 24 Agustus 2002.
55) “Pembangunan Ekonomi Berwawasan Lingkungan”, Disampaikan pada Seminar Nasional Pelestarian Lingkungan Hidup dalam pandangan Al Qur’an, Tebo 19 Juni 2005.
56) “Pembangunan Bidang Ekonomi Kerakyatan Dalam Era Otonomi Daerah Di Propinsi Jambi”, Disampaikan pada Agenda Seminar Sehari “Penguatan Ekonomi Rakyat di Era Otonomi”, Jambi, 2 Mei 2004.
57) “Pembangunan Berbasis Kemitraan Dalam Upaya Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi Daerah”, Makalah disampaikan pada seminar dengan tema “Pembangunan Sektor Perikanan di Provinsi Jambi”, Jambi - 16 Juli 2003.
58) “Potensi Dan Peluang Investasi Di Kabupaten Batang Hari”, Disampaikan pada Seminar Sehari “Potensi dan Peluang Investasi di Kabupaten Batanghari”, Muara Bulian, 12 Maret 2000.
59) “Reorientasi Arah Pembangunan Provinsi Jambi: Mantapkan Konsep Pembangunan Jangka Panjang”, Makalah untuk Diskusi pada Pemedntah Daerah Propinsi Jambi - Bappeda Tk.1 Jambi , tanggal 9-Apdl 2001 di Jambi
60) “Arah Pengembangan Sektor Agribisnis Kota Jambi”. Makalah Disampaikan pada Seminar Pembangunan Kota Jambi Tahun 2007 – 2027, Jambi 29 Mei 2006.
F. Publikasi Buku
1). In the Shadow of Rubber: Alternative Agriculture Development Perspective in Jambi. (1999). Bersama Dr. Patrice Levang dan Ir. Baslian K. Yoza. Institut de recerche por le developpement, IRD Jakarta, March 1999.
2). Ekonomi Manajerial: Pendekatan Matematis, 2005. Penerbit Chandra Pratama, Jakarta.
3). Ekonomi Produksi Teori dan Aplikasi. 2006. Penerbit Chandra Pratama, Jakarta.4). Ekonomi Produksi: Analisis Efisiensi dan Produktivitas. 2008. Penerbit Chandra
Pratama, Jakarta.
Aulia Tasman, SE, M.Sc, Ph.DAnggota Peneliti I
A. Identitas
1. Nama Lengkap Dr. Arman Delis, SE, M.Si2. Tempat Lahir Mukai Mudik, Kerinci3. Tanggal Lahir 17 Desember 19654. Jenis Kelamin Laki-laki5. Agama I s l a m6. Status Perkawinan Kawin7. Pendidikan Terakhir Doktor (S3)8. Alamat Rumah Komp. Perumahan Baruga Permata Mendalo Jl.
Jambi-Ma. Bulian KM 15 Blok B No. 4 Desa
38
Mendalo Darat - Jambi 36361.
B. Pendidikan (S1 ke atas)
Perguruan Tinggi Gelar Tahun Lulus Bidang studi
Universitas Jambi, Fakultas Ekonomi SE 1990 Ilmu Ekonomi
PPs-UGMBidang Ilmu Ekonomi M.Si 1995 Ekonomi Publik
SPs-IPB, Program Studi Ilmu Ekonomi Pertanian Dr 2008 Ekonomi Regional
C. Pengalaman Penelitian
No Judul Penelitian Sumber Dana/Tahun1. Analisis Kecendrungan Transformasi Struktur Ekonomi
Propinsi JambiUNJA/1992
2. Impor dan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia : Suatu Kajian Empiris
UNJA/1993
3. Industri Kecil Sebagai Alternatif Sumber Pendapatan Masyarakat di Kabupaten Kerinci
UNJA-DIKTI/1994.
4. Analisis Prilaku Permintaan Indonesia terhadap Impor Barang : Suatu Pendekatan Kointegrasi
UNJA/1997
5. Determinan Perbedaan tingkat Upah Buruh Laki-laki dan Perempuan pada Industri Kayu Lapis di Propinsi Jambi
DIKTI/1997
6. Pengaruh Program Pendidikan Menabung terhadap Tingkat Kesadaran Pelajar Menabung di Propinsi Jambi
UNJA-Bank Indonesia Jbi/1997
7. Pengujian Ulang Pandangan Strukturalis terhadap Proses Inflasi : Studi Kasus Indonesia UNJA/1998
8. Analisis Prilaku Jangka Panjang Permintaan Negara-negara Kawasan Asia Pasifik terhadap Ekspor Hasil Industri Kayu Lapis Propinsi Jambi
UNJA-DIKTI/1998
9. Analisis Prilaku Tabungan Rumah Tangga di Kotamadya Jambi
UNJA-ADB/1999
10. Model Pemasaran Produk Olahan Limbah Industri Perkayuan di Propinsi Jambi
Dinas Kehutanan Prop. Jbi/ 1999
11. Pengukuran Tingkat Efisiensi Eknomi Pada Industri Kecil Unggulan di Kabupaten Kerinci
UNJA-ADB/2000.
12. Analisis Peta Perbankan Pasca Pemekaran Wilayah di Propinsi Jambi
CDFORES-Bank Indonesia
Jambi/2000
13. Analisis dan Prediksi Eknomi Regional Triwulanan Propinsi Jambi
CDFORES-Bank Indonesia
Jambi/2000
14. Analisis dan Prediksi Eknomi Regional Triwulanan CDFORES-Bank
39
Propinsi Jambi Indonesia Jambi/2001
15. Faktor-faktor Pendorong dan Penghambat Penyaluran Kredit Usaha Kecil (KUK) oleh Perbankan di Wilayah Kerja Bank Indonesia Jambi
UNJA-Bank Indonesia
Jambi/2002
16. Faktor Penyebab Kecendrungan Tingginya Tingkat Inflasi di Provinsi Jambi
Bank Indonesia & BPS Jambi/ 2003
17. Penaksiran Nilai Jual Objek Pajak Bumi dan Bangunan (NJOP-PBB) Daerah Perkotaan: Penerapan Pendekatan Hodonic Price Function untuk Kasus Kota Jambi
UNJA-DIKTI/2004
18. Dampak Kebijakan Peningkatan Tarif Impor Beras terhadap Kinerja Ekonomi Makro dan Sektoral di Indonesia : Suatu Pendekatan Model Keseimbangan Umum
PPs-IPB/2004
19. Dampak Kebijakan Tarif Impor dan Harga Dasar Pembelian Gabah Terhadap Tingkat Kesejahteraan Pelaku Ekonomi Beras di Indonesia: Suatu Simulasi dengan Pendekatan Keseimbangan Parsial
UNJA-DIKTI/2005
20. Developing Tools for Assessing the Effectivenees of ADB Operations in Reducing Poverty
ADB Jkt & PSP3 IPB-Bogor/ 2005
21. Kajian Kebijakan Produksi, Pemasaran, Dan Pembiayaan Terhadap Komoditi Agribisnis Pangan
Menko Perekonomian-
Jakarta & PSP3 IPB Bogor/ 2005
22. Penyusunan Master Plan Ketahanan Pangan Propinsi Riau Pemda Riau & PSP3 IPB Bogor/ 2005
23. Dampak Perubahan Variabel-Variabel Ekonomi Terhadap Perkembangan Sektor Industri Manufaktur di Indonesia: Pendekatan Model Keseimbangan Umum
Departemen Perindustrian Jkt-
FEM-IPB Bogor/2006
24. Penyusunan Model Dynamic Computable General Equilibrium (DCGE) untuk Sektor Perbankan di Indonesia
Bank Mandiri Jkt-FEM-IPB
Bogor/2006
25. Dampak Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Perta-nian Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ekonomi dan Sektoral di Provinsi Jambi : Suatu Pendekatan Model Input Output Regional
DIKTI-UNJA/2007
26. Kebijakan Pengembangan infrastruktur Jalan dan kaitannya dengan Pembangunan Ekonomi Wilayah dan Efisiensi Transportasi di Provinsi Jambi
BALITBANGDA Provinsi Jambi
2007
27.Kajian Investasi di Kabupaten Sarolangun
BAPPEDA Kab. Sarolangun
2007
28. Penyusunan Model Keseimbangan Umum Recursive Dynamic
Bank Mandiri Jkt-FEM-IPB
Bogor/2007
40
29. Updating Data Model Computable General Equilibrium (CGE), Recursive Dynamic Computable General Equilibrium (RDCGE) dan MD-Kesturi
Bank Mandiri Jkt-FEM-IPB
Bogor/2008
D. Daftar Publikasi
No Judul Artikel Penerbit/Tahun
1. Pengukuran Elastisitas Penerimaan Pajak di Indonesia : Pendekatan Indeks Divisia dan Model Liner Dinamis
Jurnal Manajemen dan Pembangunan FE-
UNJA,1996
2. Analisis Pertumbuhan dan Perubahan Struktur Pajak di Indonesia : 1968-1993
Jurnal Penelitian Berkala Pasca Sarjana
–UGM, 1997
3. Analisis Prilaku Permintaan Jangka Panjang Negara-negara Kawasan Asia Pasifik Terhadap Ekspor Kayu Lapis Provinsi Jambi
Jurnal Penelitian Universitas Jambi,
2002
4. Dampak Gangguan Struktural dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pentargetan Inflasi di Indonesia
Jurnal Ilmiah Impasja, Impasja-Bogor, 2006
5. Dampak Pengembangan Industri Pengolahan Hasil Pertanian Terhadap Kinerja Pertumbuhan Ekonomi dan Sektoral di Provinsi Jambi : Suatu Pendekatan Model Input Output Regional
Jurnal Manajemen dan Pembangunan FE-
UNJA, 2008
Jambi, 12 November 2008
Dr. Arman Delis, SE, M.Si
Anggota Peneliti II
A. Identitas
1. Nama Lengkap Drs. Ardinal, M.Si2. Tempat Lahir Medan3. Tanggal Lahir 12 September 19534. Jenis Kelamin Laki-laki5. Agama I s l a m6. Status Perkawinan Kawin7. Pendidikan Terakhir Magister (S2)
C. Pendidikan (S1 ke atas)
41
Perguruan Tinggi Gelar Tahun Lulus Bidang studi
Universitas Jambi, Fakultas Ekonomi Drs 1980 Manajemen
PPs-Unv. PadjajaranBidang Ilmu Ekonomi M.Si 1996 Ekonomi Pertanian
D. Riwayat Jabatan
Nama Jabatan Instansi Periode WaktuPembantu Rektor I Universitas Jambi 2004-2008Pembantu Rektor III Universitas Jambi 2001-2004Sekretaris Senat Universitas Jambi 2000-2004Sekretaris ISEI Cab Jambi Universitas Jambi 1997-2005Ketua Jurusan Studi Manajemen Unja 1999-2001Pembantu Rektor II Universitas Batanghari 1985-1988Kepala Unit Program Belajar Jarak Jauh (UPBJJ)
Universitas Terbuka 1984-1994
E. Pengalaman Penelitian (5 dari 50 judul penelitian)
No
Judul Penelitian Tahun
1. Peranan Manajemen Kepemimpinan Efektif Menghadapi Persaingan Bisnis Glogal
2004
2. Pengaruh Faktor Sosial Ekonomi terhadap Tingkat Distribusi Pendapatan Petani PIRBUN Kelapa Sawit di Daerah Jambi
2003
3. Analisis Tingkat Kewirausahaan (Entrepreneur) Pengusaha Kelompok Industri Kecil dan Pengaruhnya terhadap Keberhasilan Usaha
2003
4. Kondisi Sosial Ekonomi Penduduk Bermukim di Rakit Sungai Batanghari
2002
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Distribusi Pendapatan Petani Kelapa Sawit pada Proyek PTP Gunung Pamela di Daerah Sungai Bahar Provinsi Jambi
2002
F. Publikasi Ilmiah
No Judul Artikel Nama Jurnal/Tahun
1. Analisis Konflik Kaitannya dengan Teori Marx Jurnal Madani/2001
2. Kritikan terhadap Kepemimpinan dan Ajaran Marxisme
Jurnal Madani/2001
3. Kepemimpinan Partai Politik dan Cermin Struktur Masyarakat Jurnal Madani/2004
Jambi 12 November 2008
42
Drs. Ardinal, M.Si
43
top related