hemoroid dan nutrisi
Post on 14-Feb-2015
73 Views
Preview:
DESCRIPTION
TRANSCRIPT
HEMOROID
Hemoroid adalah pelebaran dan inflamasi pembuluh darah vena di daerah
anus yang berasal dari flexus hemoroidalis. Di bawah atau di luar linea dentate
pelebaran vena yang berada dibawah kulit (subkutan) disebut hemoroid eksterna.
Sedangkan diatas atau di dalam linea dentate, pelebaran vena yang berada dibawah
mukosa (submukosa) disebut hemoroid interna. Biasanya struktur anatomis anal canal
masih normal.
KLASIFIKASI
Hemoroid dibagi menjadi 2 berdasarkan letak pelebaran vena. Hemoroid
interna dapat dibagi berdasarkan gambaran klinis atas:
a. Derajat I : Bila terjadi pembesaran hemoroid yang tidak prolaps keluar
kanal anus. Hanya dapat dilihat dengan anorektoskop.
b. Derajat II : Pembesaran hemoroid yang prolaps dan menghilang atau
masuk sendiri kedalam anus secara spontan
c. Derajat III : pembesaran hemoroid yang prolaps dapat masuk lagi ke dalam
anus dengan bantuan dorongan jari
d. Derajat IV : Prolaps hemoroid yang permanen. Rentan dan cenderung untuk
mengalami thrombosis dan infrak.
Hemoroid eksterna diklasifikasikan sebagai akut dan kronik. Bentuk akut
berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan sebenarnya merupakan
hematoma, walaupun disebut hemoroid trombosis eksterna akut. Bentuk ini sangat
nyeri dan gatal karena ujung-ujung syaraf pada kulit merupakan reseptor nyeri.
Hemoroid eksterna kronik atau skin tag berupa satu atau lebih lipatan kulit anus yang
terdiri dari jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.
Hemoroid interna merupakan varises dari v. hemoroidalis superior dan
media, sedangkan hemoroid eksterna dari v. hemoroidalis inferior. Ada pula yang
disebut dengan tipe campuran antara hemoroid interna dan eksterna
Gambar 3.2.
Hemoroid interna dan eksterna
EPIDEMIOLOGI
Hemoroid yang menimbulkan gejala terdapat pada 4% populasi, dan dapat
terjadi pada segala usia, namun tertinggi pada kelompok usia 46-65 tahun. Wanita
lebih sering menderita hemoroid dikarenakan faktor kehamilan, namun bila faktor
kehamilan disingkirkan, maka tidak ada perbedaan jumlah. Sepertiga dari penduduk
Amerika Serikat (2002) pada kelompok usia tersebut memiliki mengalami penyakit
hemoroid dengan simptom, dan membutuhkan penanganan medis. Pada usia diatas 50
tahun, di Amerika Serikat (2009) 30% memiliki gejala perdarahan dari anus tanpa
nyeri, perasaan tidak nyaman dan gatal pada daerah anus, yang merupakan gejala
paling umum dari hemoroid interna
ETIOLOGI
Penyebab utama dari hemoroid adalah keadaan peningkatan tekanan pada
daerah anorektal berulang atau lama, yang menyebabkan peregangan vena lalu
mengakibatkan bendungan. Lebih dari 40% kasus diakibatkan oleh konstipasi lama
dan feses yang keras. Selain itu terdapat beberapa penyakit yang memiliki hemoroid
sebagai penyerta, antara lain inflammatory bowel disease, kolitis ulseratif, dan
penyakit Chron.
FAKTOR RESIKO
1. Anatomik : vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan dari otot dan fascia sekitarnya.
2. Umur : pada umur tua terjadi degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot
sfingter menjadi tipis dan atonis.
3. Keturunan : dinding pembuluh darah lemah dan tipis
4. Pekerjaan : orang yang harus berdiri , duduk lama, atau harus mengangkat
barang berat mempunyai predisposisi untuk hemoroid.
5. Mekanis : semua keadaan yang menyebabkan meningkatnya tekanan intra
abdomen, misalnya penderita hipertrofi prostat, konstipasi menahun dan sering
mengejan pada waktu defekasi.
6. Endokrin : pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus oleh
karena ada sekresi hormone relaksin.
7. Keadaan khusus: bendungan (hipertensi) pada peredaran darah portal,
misalnya pada penderita sirosis hepatis
8. Pola makan : makanan rendah serat dan kurangnya asupan air.
PATOFISIOLOGI
Jaringan hemoroid normal dapat ditemukan di bagian distal dari rektum
dalam kanalis analis. Jaringan ini terdiri dari jaringan ikat dan vaskularisasi yang
biasanya terdapat di bagian anterolateral dan posterolateral kanan, juga di bagian
lateral kiri.
Patofisiologi secara singkat pada penjelasan faktor resiko. Penyebab utama
merupakan konsistensi feses yang keras dan konstipasi, sehingga dibutuhkan
mengedan saat defekasi. Peningkatan tekanan intra abdomen akibat mengedan yang
menekan daerah anorektal terlalu sering dan lama atau kebiasaan mengangkat benda
berat, akan mengganggu aliran balik vena, selanjutnya akan menyebabkan vena pada
pleksus hemoroidalis berdilatasi dan menonjol ke dalam lumen ataupun kulit luar
anus. Gangguan aliran darah vena juga terjadi akibat pengaruh gravitasi seperti pada
orang yang duduk terlalu lama di toilet dan pekerjaan yang memposisikan tubuh
untuk duduk lama.
Pada kehamilan, diproduksinya hormon relaksin, memberikan pengaruh
pada vena untuk berdilatasi, dan penekan uterus pada rektum juga mengakibatkan
dibutuhkannya mengedan pada saat defekasi. Pada saat kelahiran, dapat terjadi
perlukaan dan tekanan besar pada pembuluh darah rektum, sehingga nantinya akan
mengakibatkan hemoroid.
Hemoroid interna merupakan pelebaran vena di atas linea dentata yang tidak
dipersarafi oleh saraf somatik, sehingga tidak menyebabkan nyeri, sehingga hanya
dirasakan oleh pasien sebagai perasaan tidak nyaman. Terjadi perdarahan merupakan
keluhan yang paling sering dilaporkan, dan prolaps hingga ke bagian luar anus.
Daerah prolaps menjadi tempat penumpukan iritan (salah satunya akibat
mukus/lendir), sehingga dapat menimbulkan gatal (priritus ani). Perdarahan yang khas
adalah perdarahan yang terpisah dari feses, tidak tercampur dan sering disertai dengan
lendir. Lendir (mukus) berasal dari sel goblet yang banyak terdapat pada mukosa
rektum yang berfungsi sebagai pelumas. Terdapat lendir atau bercak feses pada
pakaian dalam dapat menjadi salah satu tanda prolaps yang menetap. Apabila prolaps
kian jauh dan terjepit oleh kompleks otot sfingter, maka dapat terjadi inkarserasi, lalu
mengalami stranggulasi bahkan nekrosis. Apabila terjadi stranggulasi dan nekrosis,
maka akan menyebabkan rasa nyeri. Pada keadaan khusus namun jarang terjadi, dapat
terjadi trombosis akut, dan rasa nyeri dirasakan hebat.
Hemoroid eksterna menyebabkan nyeri karena strukturnya yang diinervasi
oleh saraf somatik, terutama pada keadaan akut trombosis. Hal ini terjadi akibat
penekanan saraf oleh bekuan darah dan edema. Nyeri akan terasa menghilang selama
7-14 hari, saat bekuan darah juga mengalami resolusi. Namun resolusi tidak diikuti
dengan perbaikan kulit, sehingga terdapat kulit yang “berlebih” atau yang umum
disebut dengan skin tag. Lalu dapat terjadi trombosis berulang, dan biasanya terdapat
pada tempat yang sama (vena pada daerah tersebut telah mengalami perubahan dari
kejadian sebelumnya, sehingga mudah terjadi trombosis) dan terjadi perdarahan.
Selain itu, skin tag akan menyebabkan masalah higienitas, dapat terjadi gatal ataupun
keluhan yang lain.
MANIFESTASI KLINIS
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada
hubungannya dengan gejala rektum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang
sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid
eksterna yang mengalami trombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna
akibat trauma oleh faeces yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar dan
tidak tercampur dengan faeces, dapat hanya berupa garis pada faeces atau kertas
pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet
menjadi merah. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat
menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi
pada waktu defekasi dan disusul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang
lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu didorong kembali setelah defekasi agar masuk
kembali ke dalam anus.
Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami
prolaps menetap dan tidak bisa didorong masuk lagi. Keluarnya mukus dan
terdapatnya faeces pada pakaian dalam merupakn ciri hemoroid yang mengalami
prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal
sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan
rangsangan mukus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat trombosis yang luas dengan
udem dan radang.
DIAGNOSIS
Dari anamnesis untuk hemoroid interna dapat didapatkan keluhan rasa tidak
nyaman, gatal dan terdapatnya darah merah segar yang terpisah dari feses pada saat
defekasi, dapat berupa garis pada feses, ataupun bercak pada tissue toilet, dan jarang
sekali didapatkan keluhan nyeri. Derajat hemoroid didapatkan dari penjelasan apakah
ada benjolan yang dapat masuk sendiri, perlu didorong jari, atau bahkan tidak dapat
masuk sama sekali. Pada hemoroid eksterna rasa nyeri lebih umum dikeluhkan karena
struktur kulit yang peka terhadap rangsang nyeri. Ditanyakan pula tentang riwayat
kebiasaan, seperti mengejan, konstipasi, makanan rendah serat, kurang asupan air
putih, kehamilan, riwayat penyakit yang mungkin diderita yang berkaitan dengan
hemoroid, seperti sirosis hepatis.
Pemeriksaan fisik melalui inspeksi dapat ditemukan tonjolan lunak pada
anus pada hemoroid eksterna, dan juga pada hemoroid interna yang mengalami
prolaps Pada hemoroid yang mengalami trombosis, maka warna tonjolan terlihat ungu
kebiruan, tampak tegang, dan ukuran garis tengah biasanya beberap milimeter hingga
1-2 cm. Hemoroid interna yang prolaps tidak terlalu jauh, maka pasien diminta
mengedan, maka akan terlihat masa hemoroid yang diliputi mukus.
Palpasi, pada palpasi dapat dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan Rectal
Toucher (RT). Perhatikan nyeri yang ditimbulkan pada saat disentuh, fissura ani, lalu
lebih dalam untuk merasakan massa atau luka pada kanalis analis dan
mengidentifikasinya untuk membantu menyingkirkan diagnosis banding. Pada
pemeriksaan colok dubur, hemoroid interna stadium awal tidak dapat diraba sebab
tekanan vena di dalamnya tidak terlalu tinggi dan biasanya tidak nyeri. Hemoroid
dapat diraba apabila sangat besar terutama pada arah jam 3, 7, dan 11, yaitu lateral
kiri, anterolateral dan posterolateral kanan. Apabila hemoroid sering prolaps, selaput
lendir akan menebal. Trombosis dan fibrosis pada perabaan terasa padat dengan dasar
yang lebar.
Pemeriksaan tambahan mempergunakan alat tambahan seperti anoskopi dan
proktosigmoidoskopi. Bahkan dapat diperlukan pemeriksaan endoskopi apabila ada
kecurigaan perdarahan berasal dari saluran cerna bagian atas. Dengan anoskopi dapat
dilihat hemoroid interna. Penderita dalam posisi litotomi. Anaskopi dengan
penyumbatnya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan
penderita disuruh bernafas panjang. Benjolan hemoroid akan menonjol pada ujung
anaskop. Bila perlu penderita disuruh mengejan supaya benjolan dapat kelihatan
sebesar-besarnya. Pada anoskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang merah
meradang atau perdarahan, banyaknya benjolan, letaknya dan besarnya benjolan.
Pemeriksaan proktosigmoidoskopi perlu dilakukan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang
lebih tinggi (rektum/sigmoid), karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja
atau tanda yang menyertai.
Pemeriksaan penunjang lain antara lain pemeriksaan darah lengkap
untuk mengetahui kemungkinan anemia sekunder, dan pemeriksaan feses untuk
mendeteksi darah samar.
PENATALAKSANAAN
Terapi medika mentosa dapat diberikan pelunak feses, seperti psyllium.
Edukasi dan terapi pelunak feses berespon sangat baik pada hemoroid derajat I dan II.
Untuk mengurangi simptom dapat dilakukan berendam dengan air hangat selam
kurang lebih 10 menit.
Tersedia beberapa jenis medikamentosa yang dapat membantu para penderita
hemoroid, jenis obat-obatan ini dapat membantu untuk meringankan gejala dari
pasien, antara lain:
a. Anestesi lokal
Dapat mengurangi rasa sakit, rasa terbakar dan gatal. Pemakaian terbatas
pada area perianal dan kanalis analis bawah. Hati-hati pada pemakaian
karena dapat menyebabkan reaksi alergi, sehingga apabila keluhan
memberat, segera hentikan. Jenis yang dapat diberikan antara lain:
Benzokain 5-20%, Benzyl alkohol 5-20%, Dibucain 0,25-1%
(Nupercainol), dan Lidocaine 2-5%
b. Vasokonstriktor
Jenis yang digunakan adalah vasokonstriktor dengan epinefrin.
Diaplikasikan pada anus, lalu membuat pembuluh darah mengecil dan
mengurangi edema. Contoh: Efedrin sulfat 0,1-1,25%, phenylephrine
0,25% (Medicone supp, Rectacaine), Epinefrin 0,005-0,01%
c. Protektan
Menciptakan barrier pada kulit yang mengalami lesi sehingga dapat
mengurangi iritasi, rasa sakit dan gatal. Beberapa jenis yang sering
digunakan: gel alumunium hidroksida, gliserin, kaolin, lanolin, petrolatum
putih, dan calamine dengan konsentrasi maksimal 25%
d. Astringent
Memebantu membuat koagulasi protein pada kulit yang teriritasi, sehingga
memicu pengeringan yang akan mengurangi gatal dan rasa sakit. Contoh
yang sering digunakan: Calamine 5-25%, witch hazel 10-50% dan zinc
oksida 5-25%
e. Antiseptik
Dapat membantu membunuh bakteri dan mikroorganisme lain, sehingga
akan menghindarkan infeksi yang akan memperburuk keadaan. Dapat
digunakan pilihan seperti asam borat, phenol, resolsinol, hydrastis, dan
cetylpyridinum chloride.
f. Keratolitik
Membantu disintegrasi dari permukaan luar kulit sehingga obat lain dapat
terserap lebih baik. Keratolitik yang sering digunakan: Alumunium
hidroksi alantoin (alcloxa) 0,2-2% dan resorsinol 1-3%
g. Kortikosteroid
Dapat mengurangi radang namun pemakaian dibatasi hanya menggunakan
dosis kecil, dengan jangka waktu maksimal selama 2 minggu.
Kegagalan terapi melalui edukasi dan medika mentosa merupakan indikasi
untuk dilakukan tindakan mekanis, namun sangat jarang dibutuhkan tindakan khusus
pada hemoroid derajat II.
Tindakan yang dapat dilakukan antara lain:
a. Ligasi elastik
Gambar
Ligasi “rubber band”
Dilakukan pada hemoroid derajat I atau II yang sangat efektif untuk
mencegah perdarahan dan prolaps. Ligasi (teknik Baron) dilakukan pada 1-2
cm di atas linea dentata. Jaringan dijepit atau dihisap ke dalam tabung ligator
khusus, lalu gelang karet didorong dari ligator pada basal jaringan pleksus
hemoroidalis dengan rapat. Selanjutnya jaringan akan iskemi, nekrosis,
terlepas, dan meninggalkan jaringan parut yang dapat mencegah prolaps
ataupun perdarahan selanjutnya. Pengikatan hanya dilakukan pada satu
pleksus, dan dapat diulang pada 2-4 minggu berikutnya. Dapat dilakukan
pengikatan 3 pleksus sekaligus namun harus dengan anestesi lokal. Jaringan
akan nekrosis dan lepas dalam waktu 7-10 hari, perdarahan dapat timbul,
namun sedikit, dikarenakan mungkin terjadi perdarahan, maka sebaiknya
hindari pemberian OAINS dan asetosal.
Hindari meletakkan karet pada zona transisi (mukokutan) karena
innervasi yang kaya, sehingga dapat menyebabkan nyeri, juga tidak
meletakkan karet pada m.sphincter interna secara dalam, karena spasme berat
dapat terjadi dan mengakibatkan retensi urin.
Sepsis dapat terjadi, biasanya terjadi pada pasien immunokompromais,
pasien dengan abnormalitas lantai panggul, dan ligasi yang tebal. Komplikasi
menjadi mengancam nyawa apabila ada nyeri hebat, demam, dan retensi urin
dalam selang waktu 12 jam setelah tindakan. Retensi urin terjadi pada 1%
kasus ligasi tunggal, dan 10-20% pada ligasi multiple. Pasien harus dirawat,
diberikan antibiotik intravena spektrum luas dan pengangkatan ligasi.
b. Fotokoagulasi (IRC= Infra Red Coagulation)
Mempergunakan panas untuk melakukan proses nekrosis dan fibrosis.
Hasil yang diperoleh sama dengan ligasi, namun dioakai hanya untuk area
kecil, untuk area besar, diperlukan tatalaksana lain.
c. Sklerosis
Fenol 5% dicampur dengan minyak almon digunakan untuk teknik
sklerosis, dilakukan untuk menghentikan perdarahan pada hemoroid derajat I
dan II. Dengan jarum spinal, cairan diinjeksi ke bagian submukosa dari
pleksus hemoroidalis untuk menimbulkan bleb mukosa. Komplikasi yang
dapat timbul antara lain reaksi alergi, infeksi, dan prostatitis.
d. Cryosurgery dan Direct Current Coagulation
Dilakukan koagulasi dengan pemekuan menggunakan cairan nitrogen
ataupun karbon dioksida. Setiap tempat dilakukan selama 10 menit. Namun
para ahli banyak yang tidak melakukan karena tidak dapat menentukan
kedalaman pembekuan dan pasien sering mengeluhkan BAB banyak dengan
dengan cairan seropurulen dengan bau tidak enak.
e. Eksisional Hemoroidektomi
Dibatasi dilakukan pada hemoroid derajat III dan IV yang tidak dapat
diberikan terapi rawat jalan, hemoroid tipe gabungan yang melibatkan
komponen anoderm sehingga tak mungkin di ligasi, hemoroid dengan
trombosis akut, inkarserasi, dan ancaman gangren. Pasien dengan terapi
antikoagulan juga sebaiknya dilakukan hemoroidektomi daripada ligasi,
karena ancaman perdarahan saat jaringan nekrotik lepas. Prinsipnya adalah
eksisi hanya pada jaringan yang berlebihan. Teknik dapat bermacam-macam,
antara lain dengan laser, scalpel, gunting ataupun cauter.
Komplikasi 10-50% dapat terjadi retensi urin, kejadian ini dapat
dengan cara meminimalisir jumlah cairan IV yang masuk selama operasi. Hal
lain yang mungkin timbul adalah nyeri, perdarahan, infeksi, impaksi feses, dan
cedera sfingter. Untuk itu pasien diberikan analgetik yang sesuai dan hindari
mengejan. Perdarahan yang banyak harus diatasi dengan visualisasi, kauter
ataupun penjahitan dengan anestesi (biasanya digunakan anestesi spinal
ataupun epidural). Stenosis anal menjadi komplikasi jangka panjang akibat
insisi sirkumferensial pada anoderm dan linea dentata.
Trombosis akut dan inkarserasi dari hemoroid tipe gabungan dapat
ditatalaksana dengan bedrest, pelunak feses dengan atau tanpa
hemoroidektomi, dan injeksi lokal anestesi untuk mengurangi edema pada
rektum.
Hemoroidektomi konvensional saat ini dikenal 3 tipe:
1. Teknik Milligan – Morgan (Open hemorrhoidectomy)
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik
ini dikembangkan di Inggris oleh Milligan dan Morgan pada tahun 1973.
Basis massa hemoroid tepat diatas linea mukokutan dicekap dengan
hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasang jahitan transfiksi
catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid eksterna. Suatu
incisi elips dibuat dengan skalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar
pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari
jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila
diseksi mencapai jahitan transfiksi cat gut maka hemoroid ekstena
dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa
dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitan jelujur sederhana.
Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu
waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika
mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil
terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.
2. Teknik Whitehead
Teknik operasi yang digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu
dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari
submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu.
Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
3. Teknik Langenbeck.
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem.
Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan cat gut chromic no 2/0.
Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan
jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan
karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan
jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis.
Dalam melakukan operasi diperlukan narkose yang dalam karena sfingter
ani harus benar-benar lumpuh.
4. Teknik Ferguson (Close hemorrhoidectomy)
Dilakukan pengangkatan semua piles primer seperti padda teknik Millian
Morgan, namun semua luka dijahit lengkap.
f. Eksisi hemoroid eksterna yang mengalami trombosis
Pasien dengan trombosis akut dari hemoroid eksterna dapat ditindak
lanjuti dengan eksisi pada jaringan yang mengalami trombosis. Dilakukan
dengan anestesi lokal dan biasanya luka dibiarkan terbuka.
g. Bedah Stapler
Mula-mula jaringan hemoroid yang prolaps didorong ke atas dengan
alat yang dinamakan dilator, kemudian dijahitkan ke tunika mukosa dinding
anus. Kemudian alat stapler dimasukkan ke dalam dilator. Dari stapler
dikeluarkan sebuah gelang dari titanium diselipkan dalam jahitan dan
ditanamkan di bagian atas saluran anus untuk mengokohkan posisi jaringan
hemoroid tersebut. Bagian jaringan hemoroid yang berlebih masuk ke dalam
stapler. Dengan memutar sekrup yang terdapat pada ujung alat, maka alat akan
memotong jaringan yang berlebih secara otomatis. Dengan terpotongnya
jaringan hemoroid maka suplai darah ke jaringan tersebut terhenti sehingga
jaringan hemoroid mengempis dengan sendirinya.
Keuntungan teknik ini yaitu mengembalikan ke posisi anatomis,
tidak mengganggu fungsi anus, tidak ada anal discharge, nyeri minimal karena
tindakan dilakukan di luar bagian sensitif, tindakan berlangsung cepat sekitar
20 – 45 menit, pasien pulih lebih cepat sehingga rawat inap di rumah sakit
semakin singkat.
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
1. Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan
mengakibatkan kerusakan dinding rektum.
2. Jika m. sfinter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik
dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang
3. Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga
pernah dilaporkan
4. PPH bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit
untuk memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa
masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.
KOMPLIKASI
Perdarahan akut pada umumnya jarang , hanya terjadi apabila yang pecah
adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik
pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan
maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis
dan apabila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang
diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis,
sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat
rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat
masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi gangren, hilangnya jaringan, serta
infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
PENCEGAHAN
Pencegahan dilakukan dengan meminimalisir penyebab utama, yaitu
konstipasi dan defekasi yang keras. Sehingga diperlukan diet tinggi serat, meminum
air putih paling sedikit 8 gelas per hari, hindari duduk di toilet terlalu lama, ataupun
lakukan gerakan lain disela-sela pekerjaan dalam posisi duduk lama, dan langsung
melakukan proses defekasi segera saat rangsangan mulai muncul.
PROGNOSIS
1. Ad vitam: bonam
2. Ad functionam: dubia ad bonam
3. Ad sanasionam: dubia ad bonam
Prognosis didasarkan bahwa hampir seluruh kasus hemoroid tidak
mengancam keselamatan, sedangkan fungsi dan kekambuhan bergantung dari edukasi
dan tindakan oleh ahli yang sebagian besar memberi hasil yang baik.
PENANGANAN GIZI
Defekasi yang lama, baik karena konstipasi atau diare akan mengakibatkan
terjadinya hemoroid. Oleh karena itu, tujuan utama terapi hemoroid adalah
meminimalisir mengerasnya feses dan mengurangi mengejan saat defekasi. Ini
biasanya dapat dicapai dengan menambah jumlah cairan dan serat pada makanan
sehari-hari. Direkomendasikan untuk mengkonsumsi serat tidak larut sebanyak 25-30
gram per hari
Tujuan diet serat tinggi adalah untuk memberi makanan sesuai dengan
kebutuhan gizi sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi dapat
berjalan normal sehingga dapat mencegah obstipasi, hemoroid, dan diverticulosis.
Syarat-syarat diet serat tinggi adalah energi cukup sesuai dengan umur, gender, dan
aktivitas. Karbohidrat, protein, dan lemak cukup. Vitamin dan mineral tinggi terutama
vitamin B untuk membantu memperkuat saluran otot cerna. Cairan tinggi untuk
memperlancar defekasi. Pemberian minum sebelum makan akan membantu
merangsang peristaltik usus.
Serat biasanya di klasifikasikan ke dalam dua kategori, antara lain :
1. Serat yang tidak larut dalam air
Jenis serat ini menunjang gerakan makanan melalui sistem pencernaan dan
meningkatkan curah feses, sehingga dapat bermanfaat bagi mereka yang serih
mengalami sembelit atau buang air besar dengan tidak teratur. Tepung
gandum utuh, kacang-kacangan, dan banyak sayuran lain merupakan sumber
yang baik dari serat ini.
2. Serat yang larur dalam air
Jenis serat ini dapat membentuk materi seperti gel. Jenis serat ini juga dapat
membantu menurunkan kolesterol darah dan kadar glukosa. Serat larut air
dapat di temukan dalam gandum, kacang polong, kacang, apel, buah jeruk, dan
wortel.
Diet tinggi serat memiliki banyak manfaat seperti di kutip dari Mayoclinic,
antara lain:
1. Menormalkan gerakan usus
2. Membantu menjaga kesehatan usus
3. Menurunkan kadar kolesterol darah
4. Membantu mengontrol kadar gula darah
5. Membatu dalam penurunan berat badan
Kebutuhan serat pada seseorang dapat di bagi berdasarkan usia dan jenis
kelamin, antara lain:
1. Pria dengan usia kurang dari 50 tahun membutuhkan asupan serat kurang lebih
38 gram
2. Pria dengan usia kurang dari 50 tahun membutuhkan asupan serat kurang lebih
30 gram
3. Wanita dengan usia kurang dari 50 tahun membutuhkan asupan serat kurang
lebih 25 gram
4. Wanita dengan usia lebih dari 50 tahun membutuhkan asupan serat kurang
lebih 21 gram
DIET TINGGI SERAT
Tujuan diet
Tujuan diet serat tinggi adalah untuk memberi makanan sesuai kebutuhan
gizi yang tinggi serat sehingga dapat merangsang peristaltik usus agar defekasi
berjalan normal.
Syarat Diet
· Syarat-syarat Diet Serat Tinggi adalah :
· Energi cukup sesuai dengan umur, gender dan aktivitas
· Protein cukup, yaitu 10-15 % dari kebutuhan energi total
· Lemak cukup, yaitu 10-25% dari kebutuhan energi total
· Karbohidrat cukup, yaitu sisa dari kebutuhan energi total
· Vitamin dan mineral tinggi, terutama vitamin B untuk memelihara
kekuatan otot saluran cerna
· Cairan tinggi, yaitu 2-2,5 liter untuk membantu memperlancar defekasi.
Pemberian minum sebelum makan akan membantu merangsang peristaltik
usus
· Serat tinggi, yaitu 30-50 g/hari terutama serat tidak larut air yang berasal
dari beras tumbuk, beras merah, roti whole wheat, sayuran dan buah
Bahan Makanan Yang Dianjurkan
1. Beras tumbuk, beras ketan hitam, havermuth, bulgur, cantel, sorgum,
singkong
2. Kacang-kacangan : kacang hijau, kacang kedelai, kacang tolo
3. Sayuran mentah terutama yang menimbulkan gas ; kol, kembang kol, sawi
hijau, daun singkong, nangka muda
4. Buah-buahan segar terutama yang dimakan dengan kulitnya
5. Makanan dalam bentuk digoreng atau diberi santan atau makanan lain yang
menggunakan minyak
6. Gula dan susu
top related