handout konversi kti nonbuku menjadi bukulemlit.trisakti.ac.id/uploads/lemlit/downloads/... · 1...
Post on 26-Feb-2020
29 Views
Preview:
TRANSCRIPT
1
HANDOUT
Konversi KTI Nonbuku
Menjadi Buku
Penulisan Buku Ilmiah
©2015 oleh Bambang Trimansyah
Handout ini disusun dalam “Pelatihan Penulisan Buku Ilmiah” untuk LIPI Press, 27-28
Oktober 2015, Kebun Raya Cibodas.
Kompetensi Dasar:
mampu memahami proses konversi laporan penelitian menjadi buku;
mampu memahami proses penulisan buku dan anatomi buku;
mampu menulis buku ilmiah sesuai dengan kaidah yang berlaku.
1 DARI PENELITIAN MENJADI BUKU
Kepala LIPI, Iskandar Zulkarnain, menyebutkan bahwa jumlah peneliti di Indonesia kini
minim sekali, hanya 34 orang per satu juta penduduk. Jumlah itu jauh dari ideal, bahkan
1.000 peneliti per satu juta penduduk juga masih belum ideal. Perbandingannya sangat
kontras jika dilihat dari negara maju. Di Amerika dan negara Eropa yang relatif maju, ada
sekitar 3.000—4.000 peneliti per satu juta penduduk.
2
Jumlah peneliti yang minim tentu mengkhawatirkan pada bangsa yang populasinya
besar ini. Begitu banyak masalah yang dihadapi bangsa Indonesia, baik dari aspek ilmu
sosial maupun ilmu sains.
Penelitian pada dasarnya dilakukan untuk memecahkan masalah-masalah yang
muncul di dalam kehidupan manusia secara ilmiah. Karena itu, penelitian didorong
menghasilkan solusi yang bermanfaat bagi kehidupan. Prinsip penelitian paling sederhana
adalah memberi gain (harapan) terhadap pain (rasa sakit) yang digambarkan sebagai
masalah kehidupan.
Hasil penelitian yang kemudian dipublikasikan secara luas adalah sebuah kelaziman,
bahkan keharusan. Di Amerika, sangat terkenal jargon publish or perish. Artinya, akademisi
atau ilmuwan wajib menerbitkan karya publikasi. Kalau tidak, silakan minggir alias jangan
mengajar.
Jargon lain yang cukup telak bagi seorang akademisi atau ilmuwan, yaitu "All scientists
are the same, until one of them writes a book". Jargon ini menunjukkan bahwa buku adalah
lambang sekaligus ukuran bagi seseorang untuk diakui sebagai ilmuwan.
Jika jumlah peneliti itu tidaklah ideal alias sangat sedikit, lalu bagaimana dengan
jumlah buku yang diterbitkan oleh peneliti kita? Bukan rahasia lagi, publikasi ilmiah dalam
bentuk buku sangat jarang ditekuni oleh para peneliti Indonesia. Artinya, buku-buku ilmiah
juga sangat sedikit diterbitkan. Sampai di sini kita belum berbicara soal mutu terbitan.
Banyak peneliti lebih memilih karya tulis ilmiah (KTI) dalam bentuk lebih pendek atau
lebih sederhana, seperti artikel ilmiah, makalah, dan laporan penelitian. Sayangnya, karya-
karya tersebut tidak lagi “berbunyi” setelah diterbitkan dan terkubur begitu saja di rak-rak
lembaga/institusi sebagai dokumen mati.
Menulis buku memang sebuah lompatan bagi seorang peneliti yang sebelumnya hanya
mampu menulis KTI berformat pendek. Sebuah lompatan karena karya buku memang
memerlukan energi besar dan napas panjang untuk menyelesaikannya. Di satu sisi, sang
3
peneliti sebenarnya sudah memiliki bahan baku yang tinggal diubah ke bentuk buku.
Hanya satu langkah lagi menjadi buku yaitu konversi.
1.1 MENULIS SEBAGAI KETERAMPILAN HIDUP
Menulis sejatinya keterampilan hidup (life skill) bukan bakat. Menulis dapat dilatihkan
kepada siapa pun dengan syarat berikut ini.
a. Orang yang akan dilatih benar-benar memiliki minat dan hasrat untuk menulis.
b. Orang yang dilatih menyenangi kegiatan pendukung yaitu membaca.
c. Orang yang dilatih memiliki misi dan visi untuk apa ia mampu menulis.
Gambar 1. Menulis berproses dimulai dari minat.
Menulis kemudian hanya persoalan pembiasaan. Walapun begitu, seseorang harus
tahu bahwa menulis itu berproses dan seperti juga ilmu lainnya, dilakukan secara bertahap.
Sama halnya Anda belajar mengendarai mobil, Anda harus memahami dulu mana pedal
gas, kopling, dan rem (tentu untuk mobil manual) dan fungsi gigi (persneling). Kalau sudah
mahir, Anda boleh tancap gas.
Perhatikan pembagian jenis dan ranah tulisan berikut ini. Sejak SD Anda dikenalkan
dengan ranah induk, yaitu argumentasi, eksposisi, deskripsi, dan narasi. Selanjutnya, Anda
mulai mengenali berbagai jenis tulisan. Dalam dunia akademis atau ilmiah, Anda pun
mengenal tulisan pada ranah pendidikan dan pada ranah penelitian.
Dari semua jenis dan ranah tulisan tersebut, berapa yang Anda kuasai dengan baik
penulisannya? Mungkinkah Anda menguasai beberapa ranah? Ya, sangat mungkin.
Kuncinya ada pada pengenalan karakteristik tiap ranah, lalu mau mencoba berlatih terus
untuk menuliskannya.
Tujuan (Misi &
Visi)HasratMinat
4
Gambar 2. Pembagian jenis dan ranah tulis-menulis (Sumber: The Liang Gie, 2003, dengan modifikasi)
1.2 KARYA TULIS ILMIAH (KTI)
KTI dalam Peraturan Kepala LIPI Nomor 2, Tahun 2014 didefinisikan sebagai berikut:
“Karya tulis ilmiah yang selanjutnya disingkat KTI adalah tulisan hasil litbang dan/atau
tinjauan, ulasan (review), kajian, dan pemikiran sistematis yang dituangkan oleh
perseorangan atau kelompok yang memenuhi kaidah ilmiah.”
Begitu banyaknya jenis dari ragam KTI atau disebut ragam akademis sehingga perlu
dipetakan dalam klasifikasi yang ringkas seperti berikut ini.
Tema
Khayali
Fiksi
Prosa
Cerpen, Novel, Drama
Puisi
Faktawi
Nonfiksi
Ilmiah/Akademis
Pendidikan
Kesarjanaan, Didaktik, Referensi
Penelitian
Laporan Penelitian,
Makalah, Artikel
Jurnalistik
Laporan
Berita, Feature, Reportase
Ulasan
Resensi, Kritik, Esai, Artikel
Bisnis
Kedinasan, Kehumasan, Pemasaran
Faksi
Kisah
Autobiografi, Biografi, Memoar
KTI
KTI Nonbuku
Kesarjanaan: skripsi, tesis, disertasi
Hasil Penelitian (Esai Ilmiah): laporan, makalah, artikel,
komunikasi pendek
Ulasan: resensi
KTI Buku
Didaktik (Bahan Ajar): handout, diktat, modul, buku
ajar, buku referensi
Pengayaan: monografi, buku teks, buku pegangan
(handbook), buku panduan
Kompilasi: Bunga Rampai, Prosiding
5
Berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber, banyak hal tumpang tindih terkait
penjenisan KTI. Sebagai contoh, esai atau makalah sama-sama dipadankan dari paper dalam
bahasa Inggris. Karena itu, esai dapat berarti makalah atau esai dapat juga berarti artikel.
Sorenson (1992: 194) menyebut bahwa “tulisan esai merujuk pada tulisan pendek yang
menganalisis atau menginterpretasikan sesuatu dengan cara personal”. Sorenson sendiri
mengungkapkan ada banyak jenis esai, yaitu analogi, sebab-akibat, klasifikasi,
perbandingan dan kontras, definisi, deskripsi, respons pertanyaan, analisis sastra, narasi
(artikel), opini (artikel), persuasi, analisis proses, laporan penelitian, dan tinjauan/ulasan
(resensi).
Dalam hal ini penggolongan esai sebagai salah satu KTI induk akan menurunkan
laporan penelitian (research paper), makalah (paper), artikel, komunikasi pendek, dan resensi
sebagai contoh sub-KTI. Esai menjadi pembeda yang jelas dengan KTI kesarjanaan, yaitu
skripsi, tesis, dan disertasi.
Dalam ranah jurnalistik maka dikenal juga esai populer yang biasanya ditulis oleh
seorang pakar atau tokoh yang diakui kredibilitasnya. Karena itu, penulis esai populer di
media massa akan menyampaikan pandangannya secara subjektif tentang suatu hal sebagai
bagian gaya personalnya.
Hal lain yang tumpang tindih juga dapat dilihat pada istilah monografi dan buku teks.
Sebenarnya kedua jenis KTI ini sama saja. Akan tetapi, tampaknya istilah monografi
menjadi spesifik di kalangan masyarakat ilmiah. Sebelum digabungnya kelembagaan
pendidikan tinggi dan kelembagaan riset, tampak jelas perbedaan penyebutan tersebut.
Dikti di bawah Kemdiknas (masa itu) menyebut buku teks, sedangkan LIPI di bawah
Kemristek menyebut monografi.
Istilah ‘buku teks’ juga menjadi satu keunikan tersendiri di Indonesia yang berbeda
dengan ‘buku ajar’. Tampaknya buku teks adalah terjemahan bebas dari scientific book yang
bukan dimaksud padanan dari text book. Text book sendiri dipadankan sebagai buku ajar
yang menjadi sebutan khas untuk perguruan tinggi, sedangkan untuk tingkat lebih rendah
(TK, SD, SMP, SMA) digunakan istilah buku pelajaran.
1.3 ILMIAH VS ILMIAH POPULER
Dalam karya ilmiah kemudian ada pertanyaan terkait dikotomi ilmiah murni dan ilmiah
populer. Pembeda antara keduanya dapat dikenali dari pembaca sasaran, bahasa, dan
penyajian.
Kategori Pembaca Sasaran Bahasa Penyajian
Ilmiah Murni Terbatas pada
lingkungan ilmiah
Menggunakan
selingkung bahasa
Kaku dan sistematis
sesuai dengan
6
(penguji, akademisi,
sesama peneliti)
ilmiah yang
cenderung teknis
dan sulit (kalimat
tesis, premis)
ketentuan publikasi
yang ditetapkan.
Minim subjektivitas.
Ilmiah Populer
Lebih luas
mencakup juga
kalangan umum
atau praktisi di luar
lingkungan ilmiah.
Menggunakan
bahasa umum yang
lebih mudah
dipahami pembaca
umum meskipun
tingkatan pembaca
secara pendidikan
masih tinggi
(sederhana, ringkas,
padat).
Lebih fleksibel
dalam sistematika
dan banyak
menggunakan
pengayaan-
pengayaan materi,
seperti contoh-
contoh, studi kasus,
dan perbandingan.
Kadang
mengandung
subjektivitas (opini)
Gambar 3. Perbedaan antara ilmiah murni dan ilmiah populer.
Ilmiah dan ilmiah populer kemudian sering menjadi perdebatan di kalangan
masyarakat akademis atau masyarakat ilmiah. Di satu sisi, ada sebagian masyarakat
akademis-ilmiah ingin mempertahankan ciri keilmiahan KTI sehingga menolak istilah
ilmiah populer. Di sisi lain, ada sebagian masyarakat akademis-ilmiah yang ingin
mendobrak pandangan minor dari masyarakat umum bahwa KTI itu sulit dipahami
sehingga nilai manfaatnya tidak dapat dirasakan secara luas.
Kadar keilmiahan yang kental memang terasa, terutama pada KTI kesarjanaan
sehingga kemudian muncul upaya konversi (penyaduran) KTI tersebut menjadi lebih
komunikatif dalam bentuk KTI lain, yaitu artikel ilmiah atau buku. Karena itu, dorongan
kecendekiaan seseorang dapat terlihat dari upayanya menjadikan karya tulisnya dapat
dipahami secara luas dan kontekstual.
Dalam hal ini Wibowo (2013: 3) menyebutkan “seorang penulis belum tentu cendekia
dan seorang yang cendekia belum tentu menulis”. Kecendekiaan seseorang dapat dideteksi
dari bahasa tulis yang digunakannya dan seberapa banyak cara yang dikuasainya untuk
mengalirkan tulisan. Dalam kritiknya, Wibowo menyebutkan kondisi menganggap hanya
ada satu cara untuk menyajikan tulisan melahirkan pembimbing killer yang berkesan
memaksakan kehendak karena “kacamatanya” buram oleh hal-hal yang bersifat kontekstual
(2013: 3). Pembimbing yang dimaksud adalah para pembimbing karya-karya kesarjanaan.
Kontekstualitas berkenaan dengan strategi komunikasi yang dirancang penulis untuk
audiensi atau pembaca sasarannya. Wibowo (2013: 4) menyampaikan pendapat bahwa
penulis artikel ilmiah harus mencerminkan kecendekiaannya melalui gaya menulis ilmiah
populer.
7
Ilmiah populer dapat disimpulkan sebagai upaya penulis menyajikan tulisannya
keluar dari kesan membuat dahi para pembacanya berkerut, dipenuhi istilah teknis, dan
jargon keilmuan yang berat-berat. Walaupun demikian, ciri keilmiahan yang dikandung
KTI populer tidaklah hilang. Ilmiah populer menjadi lebih komunikatif karena mengandung
ciri emansipatoris, singkat, jelas, tepat, mencerahkan, dan objektif (Wibowo, 2013: 5).
1.4 DISEMINASI
Kata kunci mengapa diperlukannya konversi KTI menjadi KTI populer adalah diseminasi.
Diseminasi didefinisikan di dalam KBBI sebagai penyebarluasan ide atau gagasan. Dalam
Lampiran Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014, diseminasi didefinisikan sebagai
“penyampaian hasil litbang dan/atau pemikiran di bidang iptek kepada masyarakat
dan/atau pemangku kepentingan untuk dimanfaatkan atau dikembangkan lebih lanjut”.
Karena itu, KTI yang didiseminasikan harus mampu berkomunikasi dengan
audiensinya yaitu masyarakat dan pemangku kepentingan pada bidang yang menjadi
bahasan. Contohnya, hasil penelitian di bidang peternakan tentang penggemukan sapi perlu
dibuat diseminasi agar para peternak sapi yang umumnya bertingkat pendidikan rendah
dapat mengetahuinya.
Jika lebih dikonkretkan lagi, tuntutan gaya penyajian ilmiah populer terlihat dari
konversi bentuk KTI berikut ini. KTI yang mempertahankan gaya ilmiah dengan gaya
bahasa yang lebih teknis ditujukan untuk pembaca sasaran terbatas yaitu tim
penguji/penilai atau pimpinan. Adapun KTI populer ditujukan untuk pembaca lebih luas,
bahkan dengan tingkat pendidikan yang lebih rendah.
Gambar 4 Dari ilmiah menjadi ilmiah populer.
1.5 WAHANA PUBLIKASI
KTI juga dapat dibedakan dari model atau cara publikasi yang dilakukan yaitu
dikelompokkan menjadi mandiri, mandiri-berkelompok, dan berkelompok. Publikasi
Mandiri adalah KTI yang ditulis/disusun hanya oleh satu orang. Publikasi Mandiri-
Ilmiah
• Skripsi
• Tesis
• Disertasi
• Laporan Penelitian
• Makalah
Ilmiah Populer
• Artikel
• Komunikasi Pendek
• Buku Teks
• Monografi
• Bunga Rampai
8
Berkelompok adalah KTI yang ditulis/disusun oleh satu orang atau lebih. Publikasi
Berkelompok adalah KTI yang terdiri atas kumpulan tulisan beberapa orang.
Jenis Publikasi KTI Wahana Publikasi
Mandiri skripsi, tesis, disertasi presentasi, sidang
kelulusan
Mandiri atau
Berkelompok
laporan penelitian presentasi
resensi jurnal/majalah ilmiah
komunikasi pendek jurnal/majalah ilmiah
artikel jurnal/majalah ilmiah
makalah pertemuan ilmiah dan
jurnal/majalah ilmiah
monografi penerbit buku
buku ajar, buku teks,
buku pegangan, buku
panduan, buku
referensi
penerbit buku
Berkelompok prosiding pertemuan ilmiah
bunga rampai penerbit buku
Gambar 5 Jenis publikasi dan wahana publikasi.
Publikasi KTI dapat dilakukan pada berbagai wahana publikasi berikut ini yang
menjadi acuan penilaian angka kredit ataupun kelulusan, yaitu
presentasi;
sidang atau pertemuan ilmiah (seminar, lokakarya, dsb.);
jurnal/majalah ilmiah;
penerbit buku.
Publikasi dapat dilakukan secara tercetak ataupun secara daring (online). Untuk
jurnal/majalah ilmiah, penilaian bobot publikasi dibedakan atas majalah ilmiah
internasional, majalah ilmiah nasional terakreditasi, dan majalah ilmiah nasional tidak
terakreditasi. Adapun untuk penerbitan buku, bobot publikasi dibedakan atas penerbitan di
penerbit internasional dan penerbit nasional.
Penerbit nasional yang menerbitkan buku ilmiah harus memenuhi kriteria berikut ini
berdasarkan ketentuan yang digariskan LIPI:
berbadan hukum resmi;
menjadi anggota Ikatan Penerbit Indonesia (ikapi);
memiliki editorial board;
merupakan unit independen;
memiliki jaringan distribusi pelanggan.
9
1.6 KONVERSI KTI NONBUKU
Salah satu cara yang lebih efektif dapat dilakukan untuk menulis dan menyusun buku
adalah mengonversi KTI nonbuku menjadi buku. Konversi atau menyadur ini lazim
dilakukan kalangan peneliti, termasuk untuk karya-karya kesarjanaan, yaitu skripsi, tesis,
dan disertasi.
Seperti yang tadi disebutkan, KTI nonbuku sangat banyak diterbitkan, tetapi tidak
untuk buku. Kadang kala ada juga yang diterbitkan menjadi buku, contohnya skripsi dan
tesis, tetapi jika ditelusuri ternyata isinya tidak berbeda dengan karya kesarjanaan itu. Hal
itu karena penulis hanya mengubah bentuk atau formatnya menjadi buku, tetapi tidak
untuk konten dan penyajiannya.
Mengonversi KTI nonbuku menjadi buku disebut juga menyadur. Akan tetapi,
merujuk pada Peraturan Kepala LIPI Nomor 2 Tahun 2014 terdapat pengertian atau definisi
‘saduran’ sebagai berikut: “Saduran adalah tulisan atau terjemahan secara bebas dengan
meringkas tanpa mengubah intisari tulisan asal.”
Definisi tersebut tampaknya merujuk pada pengertian kedua di dalam KBBI.
... 2. menyusun kembali cerita secara bebas tanpa merusak garis besar cerita, biasanya
dr bahasa lain: pengarang itu suka - cerita dr bahasa asing ke dl bahasa Indonesia; 3.
mengolah (hasil penelitian, laporan, dsb); mengikhtisarkan: mereka sedang - hasil penelitian
mereka untuk dijadikan buku.
Definisi nomor 3 paling tepat menggambarkan konversi KTI. Artinya, saduran atau
hasil konversi dalam KTI adalah mengubah atau meringkas karya tulis sendiri ke bentuk
lain. Berikut ini adalah proses konversi KTI menjadi buku.
Gambar 6 Proses konversi KTI nonbuku menjadi buku.
Pada prinsipnya semua KTI nonbuku dapat diubah menjadi buku. Tahap pertama
yang harus dilakukan adalah mengubah ragangan (outline) KTI memenuhi unsur anatomi
KTI NonbukuPenyesuaian
Anatomi BukuPenyesuaian
Penyajian
Penulisan Ulang
Penerbitan Buku
10
buku. Perubahan yang dilakukan kadang sangat radikal terkait dengan judul-judul bab dan
subbab. Tahap kedua adalah menyesuaikan penyajiannya sesuai dengan ragangan atau
kerangka yang dibuat.
Perhatikan contoh perubahan ragangan dari tesis berikut ini.
RAGANGAN TESIS RAGANGAN BUKU
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Perumusan Masalah
1.3 Ruang Lingkup Kajian
1.4 Tujuan Penelitian
1.5 Hipotesis
1.6 Manfaat Penelitian
1.7 Novelty
BAB I PENDAHULUAN
A. Mimpi Buruk Sampah Kota
B. Masalah Sampah Kota
C. Urgensi Penanganan Segera
D. Berbagai Model Penanganan
Sampah di Negara Maju
E. Darurat Sampah di Kota-Kota Besar
Gambar 8. Perbadingan ragangan tesis dan buku.
Dapat Anda rasakan perbedaan antara ragangan tesis dan ragangan buku, bukan?
Sebuah publikasi buku dari hasil laporan penelitian atau karya tulis kesarjanaan gagal
Gambar 7. Dari KTI nonbuku menjadi buku.
11
berkomunikasi dengan pembacanya karena penulis tidak mengubah ragangannya sehingga
terbaca sama saja dengan hasil penelitian yang kaku. Pembaca buku tidak memerlukan
informasi bagaimana penulis merumuskan masalah, ruang lingkupnya, tujuan penelitian,
hipotesis, bahkan tinjauan pustaka.
Pembaca sasaran hanya ingin tahu masalah apa yang hendak penulis kemukakan dan
bagaimana solusinya secara ilmiah. Jadi, dari laporan penelitian bergerak ke buku sama
halnya membebaskan diri Anda dari kewajiban pemaparan yang sangat teknis dan harus
mengikuti kaidah tata tulis sesuai dengan ranahnya.
2 PRAMENULIS (PREWRITING)
Menulis sejatinya memang berproses. Lemahnya kemampuan menulis sebagian besar di
antara kita kini umumnya disebabkan kita mempelajari menulis tanpa proses. Kurikulum di
negara-negara maju selalu menyertakan proses ini, termasuk mulai tingkat sekolah dasar.
Inilah proses standar itu.
12
Gambar 9. Proses standar menulis (WriteAtHome.com).
Jadi, ada lima proses menulis yang harus dilalui seorang penulis. Proses utama yaitu
prewriting atau pramenulis. Proses ini disebut juga proses penciptaan mental. Seorang
penulis harus membayangkan karyanya kelak jadi seperti apa dan dibangun dengan bahan-
bahan apa saja. Ibarat Anda hendak membangun sebuah rumah maka diperlukan cetak biru
desain rumah.
13
Berikut ini adalah langkah-langkah pramenulis.
2.1 PEMIKIRAN DAN INFORMASI
Jika Anda telah mendapatkan satu ide atau topik yang hendak Anda tulis, adalah keharusan
bagi Anda melakukan pemikiran dan pengumpulan informasi. Anda harus menguatkan
kelayakan ide tersebut dengan argumen-argumen yang diperoleh melalui membaca,
wawancara, refleksi (renungan), menulis catatan harian, bertukar pikiran dengan orang lain,
membuat daftar, dan merekam pengalaman.
Dengan kemajuan teknologi kini, satu gawai bisa Anda gunakan untuk semua kegiatan
tersebut. Anda bisa membaca buku elektronik di smartphone, begitu pula melakukan
wawancara menggunakan fitur voice recorder. Anda juga dapat mencatat di sana atau
mengabadikan beberapa fenomena lewat kamera di mobile phone Anda itu. Jadi, bagian ini
sangatlah menarik untuk menggumpalkan minat Anda menulis. Ada dukungan data dan
fakta bahwa topik itu memang harus Anda teliti dan tuliskan.
Pemikiran dan pengumpulan informasi akan mendorong Anda untuk mengonkretkan
topik tulisan dari ide besar (tema) yang hendak Anda garap. Perhatikan hierarki berikut ini.
Gambar 10. Hierarki gagasan.
Fokuslah pada topik, bukan tema. Topik adalah ide yang lebih spesifik. Dalam
beberapa kasus, topik kadang identik dengan judul. Topik menjadi dasar tahapan
selanjutnya yaitu mengumpulkan bahan-bahan tulisan berupa
a. referensi dari buku atau media lainnya;
b. contoh-contoh;
c. studi kasus;
d. perbandingan;
e. informasi mutakhir.
Judul
Topik
Tema MAIN IDEA
SPESIFIC IDEA
DETAIL DETAIL
SPESIFIC IDEA
14
Dari sini Anda kemudian dapat menerapkan penggunaan peta pikiran untuk memecah
topik menjadi sub-subtopik.
PELATIHAN 1
Tentukan satu topik yang ada di pikiran Anda. Buatlah peta pikiran untuk memecah topik
tersebut menjadi sub-subtopik. Ada berapa subtopik yang dapat Anda pecah?
TOPIK PENULIS
SUBTOPIK
SUBTOPIK
SUBTOPIK SUBTOPIK
SUBTOPIK
15
2.2 TUJUAN PENULISAN
Penting untuk mengarahkan tulisan Anda pada satu tujuan yang spesifik. Anda tentu tidak
dapat menulis tanpa tujuan. Seperti halnya menulis status di media sosial contoh Facebook,
apa tujuan Anda?
Gambar 11. Tulisan yang baik dimulai dari tujuan yang baik.
Secara garis besar, tujuan penulisan dapat disebutkan berikut ini.
Gambar 12. Empat tujuan penulisan.
Instruct(memerintah) contoh kebijakan
baru atau prosedur
Inform(menginformasikan) contoh saran
kemajuan
Interpret(menjelaskan)
contoh detail ringkasan
Influence(memengaruhi) contoh membujuk
untuk membeli
16
2.3 PEMBACA SASARAN
Ada asumsi bahwa sebagian besar karya tulis yang gagal berkomunikasi dengan
pembacanya karena penulisnya lupa kepada pembaca sasaran. Pembaca sasaran adalah
target audiensi yang dituju dari sebuah karya tulis. Makin spesifik audiensinya, makin
mudah bagi penulis untuk menyiapkan tulisannya. Sebaliknya, makin luas audiensi, penulis
harus bersusah payah menyesuaikan tulisannya agar dapat berkomunikasi dengan
sebanyak mungkin orang.
Audiensi buku ilmiah boleh dibilang sangat captive (terbatas), bahkan niche (ceruk).
Jika Anda menulis buku berjudul Perubahan Ekstrem Iklim di Indonesia, tentu Anda sudah
dapat membayangkan siapa pembaca sasarannya. Anda tidak dapat mengatakan pembaca
sasaran adalah dosen dan mahasiswa. Dosen dan mahasiswa fakultas atau jurusan apa?
Pembagian pembaca sasaran dapat dilakukan seperti berikut.
Kategori Pembeda Penjelasan
Tingkat Usia anak-anak, remaja, dewasa
Tingkat Pendidikan lulusan SD-SMP, SMA, perguruan tinggi
Kelas Sosial bawah, menengah, atas
Minat-Minat Budaya tradisional, modern, Barat, Timur
Kegemaran olahraga, kesenian, keilmuan, dll.
Jenis Kelamin (Gender) Pria atau wanita
Gambar 13. Kategori pembeda antarpembaca sasaran.
2.4 KALIMAT TOPIK
Jadi, ini urutannya, Anda bisa membuat kalimat topik kalau sudah ada pemikiran,
menentukan pembaca sasaran, dan menetapkan tujuan penulisan. Kalimat topik adalah satu
kalimat yang menggambarkan secara keseluruhan apa yang hendak Anda tulis.
Contoh:
Tulisan ini akan mengungkap sejarah pembakaran buku dari masa ke masa dilengkapi dengan
analisis latar belakang pembakaran buku dan kaitannya dengan pemusnahan suatu peradaban.
Tulisan ini akan menjelaskan sebab-sebab perubahan ekstrem pada iklim di Indonesia dan
dampak-dampak yang berpengaruh pada lingkungan hidup.
Kalimat topik akan menjadi panduan Anda untuk menulis. Jika Anda menangkap
sebuah ide, kalimat topik berfungsi mengikat ide Anda sementara.
17
2.5 ORGANISASI BAHAN
Mengorganisasikan bahan adalah tahapan terakhir dari pramenulis sehingga Anda akan
menghasilkan keluaran berupa ikhtisar penerbitan (jika itu buku) dan matriks ragangan
(outline). Ikhtisar dan matriks ragangan akan menjadi pemandu Anda selanjutnya untuk
menulis buku.
PELATIHAN 2
Buka fail Ikhtisar-Penerbitan dan mulailah mengisikannya.
3 ANATOMI BUKU
Bagaimana sebuah buku didefinisikan? Dalam banyak literatur tentang buku biasanya
definisi Unesco yang ditampilkan:
A book is a non-periodical printed publication of at least 49 pages, exclusive of the cover pages,
published in the country and made available to the public. (Buku adalah publikasi tercetak tidak
berkala dengan ketebalan lebih dari 49 halaman, memiliki kover yang khas, diterbitkan
suatu negara dan tersedia untuk publik. Sumber: Recommendation concerning the International
Standardization of Statistics Relating to Book Production and Periodicals, 19 November 1964).
Unesco membuat definisi tersebut dalam rangka menyusun sebuah statistik tentang
pengaruh buku terhadap perkembangan ekonomi dan budaya di suatu negara. Karena itu,
buku perlu didefinisikan dan dibedakan dengan terbitan berkala, seperti koran, majalah,
ataupun brosur. Belakangan Unesco juga menambahkan kriteria baru bahwa buku harus
diterbitkan sekurang-kurangnya 50 eksemplar dan dijual bebas.
Berbeda halnya dengan yang didefinisikan US Postal Service bahwa buku adalah
publikasi berjilid memiliki 24 atau lebih halaman, setidaknya 22 di antaranya dicetak dan
mengandung bahan bacaan utama, dengan iklan terbatas hanya untuk promosi buku.
Secara awam sebenarnya kita sudah dapat membedakan mana buku dan mana yang
bukan buku dalam pengertian fisiknya. Dalam soal jumlah halaman, tentu bisa terdapat
perbedaan karena sebuah buku untuk anak dengan tebal 16, 24, atau 32 halaman (semuanya
berkelipatan 8 atau 16 sesuai dengan halaman cetak/kuras) tetap disebut buku tanpa
mengacu pada kriteria Unesco tersebut (ketebalan halaman).
18
Dalam ranah akademis, definisi Unesco inilah yang kerap digunakan. Sebagai contoh
persyaratan Dikti Kemdikbud (sekarang Kemeristek Dikti) dalam pengajuan insentif buku
ajar mencantumkan ketentuan buku harus berketebalan >49 halaman (isi). Berbeda dengan
hibah buku teks, Dikti Kemdikbud mensyaratkan ketebalan buku >200 halaman.
Di sini kemudian agak terjadi kebingungan dalam soal definisi: apa bedanya buku ajar
dan buku teks? Dalam edaran yang dikeluarkan Direktorat Litabmas Dikti tersebut tidak
tampak jelas perbedaan antara buku ajar dan buku teks. Mengapa buku ajar harus >49
halaman dan buku teks harus >200 halaman, sedangkan keduanya sama-sama merupakan
hasil penelitian para dosen?
Berikut ini definisi berbagai jenis buku akademis yang dihimpun dari berbagai
sumber.
Jenis Pengertian
Buku Acuan/Referensi Buku yang berisi informasi dasar tentang bidang atau hal tertentu.
Informasi dasar atau pokok ini dapat dijadikan sebagai acuan
(referensi) oleh guru/dosen untuk memahami sebuah masalah secara
teoretis. Contoh: ensiklopedia, kamus bidang, tesaurus, buku induk,
dan buku pintar.
Buku Pegangan
(Guru/Dosen)
Buku yang berisi uraian teknis serta rinci bidang tertentu. Buku ini
digunakan para guru/dosen untuk memecahkan, menganalisis, dan
menyikapi permasalahan yang akan diajarkan kepada
siswa/mahasiswa.
Buku Ajar Buku yang berisi uraian bahan pelajaran bidang tertentu sesuai dengan
kurikulum/silabus pembelajaran yang disusun secara sistematis serta
diarahkan untuk tujuan/kompetensi tertentu. Buku ini digunakan
sebagai sarana pembelajaran di dalam kelas/ruang kuliah dan
digunakan secara bersama oleh guru/dosen serta siswa/mahasiswa.
Buku Teks Buku yang berisi uraian pada satu bidang ilmu tertentu, baik secara
luas maupun secara mendetail yang dapat digunakan para guru/dosen,
siswa/mahasiswa, hingga para praktisi di bidang tersebut. Buku teks
disajikan lebih populer dibandingkan buku ajar yang taat pada pola
penyajian materi di dalam kurikulum/silabus.
Buku Latihan Buku yang berisi bahan-bahan pelatihan untuk menilai tingkat
kepahaman siswa/mahasiswa terhadap suatu bidang tertentu yang
telah diajarkan. Biasa digunakan secara periodik dan sekali pakai.
Buku Kerja/Buku
Kegiatan
Buku yang difungsikan untuk melakukan kegiatan-kegiatan tertentu
yang terkait dengan pembelajaran. Biasa digunakan juga sebagai buku
tugas untuk dilaksanakan di luar kelas.
Buku Penunjang Buku yang berisi bahan-bahan penunjang untuk pengayaan materi
yang telah dipelajari siswa/mahasiswa. Buku ini sering juga disebut
sebagai buku pengayaan.
19
Modul Modul terkadang tidak digolongkan sebagai buku, tetapi sebagai
kumpulan bahan ajar yang disusun secara sistematis lengkap dengan
tes/uji indikator kemampuan siswa/mahasiswa menyerap bahan
pelajaran. Modul adalah bahan ajar yang digunakan secara mandiri
tanpa guru/tutor/dosen. Modul berisi uraian ringkas atas suatu bahasan
(kegiatan pembelajaran) dalam bidang tertentu.
Gambar 14. Jenis buku dan penjelasannya.
Bagaimana dengan anatomi buku atau bagian-bagian buku? Buku memang memiliki
anatomi khas yang berbeda dengan karya tulis lainnya. Berikut ini adalah anatomi standar
buku.
Gambar 15. Anatomi buku.
Kover buku menjadi “etalase” pertama bagi pembaca untuk mengenali buku. Karena
itu, kover buku harus memuat informasi yang lengkap. Kover buku juga dibuat dari kertas
yang lebih tebal dibandingkan kertas isi buku. Perhatikan template kover buku berikut ini.
Buku
Cover
Front Matter
Text Matter
Back Matter
20
Gambar 16. Templat kover dan bagian-bagiannya.
Banyak penulis atau bahkan penerbit tidak menaruh perhatian pada fungsi kover
belakang (back cover) sehingga informasi utama hanya terdapat pada kover depan. Pada
templat terlihat ada bagian-bagian yang melengkapi kover belakang. Berikut ini penjelasan
tiap bagian.
Headline atau tajuk merupakan bagian yang berfungsi mengikat perhatian pembaca
untuk menyelisik lebih jauh isi buku. Jadi, ada kalanya penerbit mencantumkan kembali
judul buku di bagian headline ini atau kata-kata yang mengikat perhatian.
Deskripsi adalah penjabaran ringkas isi buku yang disambung dengan kalimat-
kalimat bernada janji untuk memenuhi harapan pembaca. Janji tersebut diperkuat dengan
uraian benefit atau manfaat yang terkandung dalam butiran-butiran bahasan. Penjabaran
butiran ini sama halnya dengan menunjukkan sekilas daftar isi kepada pembaca. Deskripsi
ini kerap juga diistilahkan dengan blurb atau populer disebut sinopsis.
Testimoni atau sering juga disebut endorsement adalah kalimat-kalimat pujian terhadap
karya dari para tokoh yang diakui kapabilitas dan kredibilitasnya. Anda dapat
menempatkan 1–3 testimoni yang berpengaruh di kover belakang.
Biodata singkat penulis adalah deskripsi ringkas penulis tentang kompetensinya
untuk menulis topik di dalam buku.
Wara Penutup adalah kalimat iklan yang menegaskan kembali kepada pembaca
pentingnya buku tersebut. Misalnya: Buku ini boleh jadi tidak mengubah hidup Anda, tetapi
mengubah pandangan Anda soal hidup. Bersiaplah!
Kategori adalah hal penting yang kerap terlupakan oleh penerbit. Kategori
menjelaskan buku dalam bidang apa sehingga petugas toko buku tidak akan keliru
menempatkan buku bukan pada rak semestinya.
ISBN dan barkod adalah nomor buku standar internasional yang dikeluarkan oleh
Perpustakaan Nasional RI dan diletakkan di kover belakang sebagai identitas buku.
21
Berikut ini adalah bagian-bagian buku yang penting diketahui. Tidak semua bagian di
dalam buku harus ada karena bersifat opsional (pilihan). Contoh bagian yang opsional,
yaitu
halaman setengah judul (half-title);
halaman frontispiece;
halaman persembahan (dedication);
halaman epigraf;
halaman kata pengantar (foreword);
halaman persantunan (acknowledgement).
22
Front Matter (Preliminaries) Text Matter Back Matter (Postliminaries)
• Book half-title
• Series title, frontispiece, or
blank
• Title page
• Copyright page
• Dedication
• Epigraph
• Table of Contents
• List of Illustration
• List of Tables
• Foreword
• Preface
• Acknowledgements
• Introduction (if not part of
text)
• Abbreviations (if not part of
text)
• Chronology (if not in back
matter)
Major Heading
Subhead
Sub-subhead
Sub-sub-subhead
Acknowledgements (if not
in front matter)
Appendix or appendixes
Chronology (if not in front
matter)
Abbreviations (if not in
front matter)
Notes
Glossary
Bibliography or References
List of Contributors
Illustration Credits
Index or Indexes
Gambar 17. Anatomi buku lengkap.
4 MATRIKS RAGANGAN (OUTLINE)
Ragangan atau kerangka karangan (outline) penting dibuat untuk buku. Berbeda halnya
dengan tulisan pendek seperti artikel atau esai, ragangan untuk tulisan tersebut mungkin
dapat dirancang hanya di dalam kepala. Ragangan juga berfungsi sebagai frame work yang
memagari pembahasan sebuah tulisan agar tetap fokus pada topik.
Sebagai sebuah urutan penyajian, ragangan dapat dibedakan atas hal berikut ini.
Umum-Khusus Urutan penyajian yang menyajikan hal-hal umum, lalu
didetailkan dengan hal-hal khusus.
Khusus-Umum Urutan penyajian yang menyajikan hal-hal khusus lebih
dahulu, lalu disimpulkan secara umum.
Kronologis Urutan penyajian yang menampilkan linimasa dari waktu
ke waktu, biasa digunakan dalam buku sejarah atau
biografi/autobiografi.
Spasial Urutan penyajian yang menampilkan urutan ruang, biasa
digunakan dalam buku-buku arsitektur. Gambar 18. Urutan penyajian naskah.
23
Di dalam buku, terdapat pola ragangan yang perlu Anda kenali.
Gambar 19. Empat pola ragangan.
Buku ilmiah sangat disarankan untuk menggunakan pola ragangan tahapan dan
umumnya memang demikian. Namun, ada juga buku ilmiah yang menggunakan pola
butiran, itulah yang dikenal dengan istilah buku bunga rampai, antologi, atau omnibus.
Ragangan tahapan menunjukkan bagaimana alur pikir penulis terhadap tulisan yang
digagasnya. Pertanyaan berikut penting untuk menimbang ragangan yang Anda susun.
Apakah bab ini memang benar-benar penting/diperlukan?
Apakah bab-bab itu mengikuti urutan yang logis?
Apakah bab-bab itu secara akurat menjelaskan teks yang disajikan?
Apakah bab itu ringkas dan menggunakan pilihan kata yang baik?
Setelah kepala bab seperti “5 Tahapan Analisis”, apakah kelimanya sudah
tercantum?
Bagaimanapun penulis sebagai manusia tidak terlepas dari kekeliruan dalam
penyusunan tahapan. Kadang kala subjektivitas penulis menimbulkan bias pada subjek atau
kepakaran yang dibahasnya. Sekali lagi, penulis perlu memikirkan siapa pembaca sasaran
mereka saat menyusun ragangan. Mereka harus membayangkan bahwa pembaca sasaran
akan dapat memahami dengan baik, tahap demi tahap.
Untuk membantu hal tersebut, sangat disarankan para penulis membuat matriks
ragangan seperti berikut ini.
Tahapan
•Bab disusun berdasarkan penahapan
•Mengandung satu alur proses pemikiran atau metode
Butiran
•Bab disusun lepas-lepas dari tulisan-tulisan pendek (artikel, feature, esai, dll.)
•Menghimpun tulisan dari satu topik
Campuran
•Bab ditahapkan, lalu dijelaskan secara butiran
•Menghimpun tulisan dalam satu topik
Tanya-Jawab
•Bab terdiri atas pertanyaan dan jawaban
•Tanya-jawabpada satu topik spesifik
24
Gambar 20. Matriks ragangan.
Anda dapat menata tulisan dengan menggunakan BAGIAN. Artinya, tiap bagian
terdiri atas beberapa bab. Anda juga dapat menata tulisan langsung dengan BAB yang
setiap bab terdiri atas beberapa SUBBAB.
Untuk membantu Anda mengenali setiap bagian, perhatikan hierarki bab berikut ini.
A = major heading (kepala bab)
B = subbab
C = sub-subbab
D = sub-sub-subbab
JUDUL BUKU
Hierarki Bab
A B C D
1 Subbab
Sub-subbab
Sub-sub-subbab
Sub-sub-subbab
Sub-subbab
Sub-sub-subbab
2 Subbab Sub-subbab
Sub-sub-subbab
Sub-sub-subbab
Pada matriks Ragangan, Anda dapat menyusun hierarki hanya sampai B atau subbab.
25
PELATIHAN 3
Buka fail Matriks-Ragangan dan mulailah mengisikannya. Pada tahap awal, Anda dapat
menerapkan hasil peta pikiran sebelumnya, lalu menyusun hierarki bab.
5 MENULIS DRAF (DRAFTING)
Put your idea down to paper. Itulah kalimat perintah untuk mendeskripsikan drafting. Draf
atau buram adalah tulisan yang dibuat sekali jadi. Pada saat menulis draf, Anda disarankan
untuk menuliskan apa saja yang terpikirkan—tentunya terkait dengan bab atau subbab
yang Anda susun—dan tidak melakukan editing pada saat menulis.
Setelah menciptakan matriks ragangan, draflah yang Anda susun. Matriks ragangan
membuat Anda bisa memilih dari mana Anda hendak menulis. Perhatikan bagan berikut
ini.
Gambar 21. Bagan pengembangan dari ragangan ke draf.
Anda bebas memilih bab atau subbab mana untuk drafting, lalu mulailah Anda
mencoba menyajikan teras (lead) atau paragraf pertama yang menarik. Teras adalah kunci
bagi pembaca untuk mau meneruskan membaca buku Anda.
Teras berikut tersaji pada buku 2030 Teknologi yang Mengubah Dunia karya Rutger Van
Santen, dkk. Tampak bahwa cara penulis menyajikannya naskanya sangat ringkas dan
lentur dengan pilihan kata yang tidak biasa untuk sebuah buku ilmiah.
IDE Framework
Pilih Bab
Tulis Teras
GunakanFenomena untuk
Memulai Teras
Bahan/
Sumber
26
Bandingkan dengan teras berikut ini.
Prinsip penting yang harus Anda pegang dalam membuat teras adalah tunjukkan,
jangan memberi tahu. Umumnya dalam tulisan-tulisan ilmiah, para penulis terjebak
menulis teras yang memberi tahu, seperti memulai langsung dengan definisi.
Kecenderungan ini membuat tulisan ilmiah menjadi tidak menarik, tampak menggurui, dan
kering dari narasi.
27
PELATIHAN 4
Coba Anda buat teras (lead) dari foto berikut ini.
6 REVISI DAN EDITING
Setelah draf selesai, penulis berkesempatan melakukan revisi, baik revisi minor maupun
revisi mayor. Revisi mayor terjadi jika penulis mengubah hierarki bab atau menambahkan
bab baru yang menurutnya penting ditambahkan. Revisi memberi kesempatan bagi penulis
menyempurnakan hierarki bab dan penyajiannya.
Penyempurnaan draf revisi selanjutnya dilakukan melalui editing. Jadi, editing tidak
dilakukan bersamaan dengan revisi. Editing dilakukan untuk menghasilkan draf final.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam editing, yaitu
1. kesalahan tik (typhographical error);
2. kebahasaan: EYD, tata kalimat, dan paragraf;
3. ketelitian data dan fakta;
4. kelegalan (terkait plagiarisme) dan kesopanan.
28
Anda dapat melakukan editing dengan langsung membubuhkan tanda koreksi pada
naskah tercetak atau juga melakukan on-screen editing dengan fitur Review pada MS-Word.
Gambar 22. Contoh hasil editing mekanik.
Fitur Review pada MS-Word.
Editing dilakukan dengan
mengeklik Track Changes.
29
Sumber referensi yang Anda perlukan untuk editing, yaitu
1. Kamus Besar Bahasa Indonesia,
2. Pedoman Umum Ejaan Yang Disempurnakan,
3. kamus bidang,
4. buku pintar,
5. ensiklopedia, dan lain-lain.
PELATIHAN 5
1. Carilah bentuk baku dari kata-kata berikut ini.
agamis jadual malpraktik
akte kaedah metoda
aktifitas karir nopember
analisis lembab otopsi
antri mall prosentase
contek mempesona Ramadhan
disain fikir selebritis
hakekat memroduksi jenius
hektar trampil napsu
hembus hutang pebruari
hirarki pondasi kongkrit
itikad praktek milyar
kaedah rubuh propinsi
konggres putera paska
2. Tandai kalimat yang benar.
Masing-masing menteri harus melaporkan nilai kekayaannya ke KPK.
Tiap-tiap menteri harus melaporkan nilai kekayaannya ke KPK.
Jika komputer belum datang juga, pekerjaan ditunda.
Jika komputer belum datang juga, maka pekerjaan ditunda.
Walaupun diterima bekerja di perusahaan itu, tetapi ia terlihat murung.
Walaupun diterima bekerja di perusahaan itu, ia terlihat murung.
30
Sang pemuda berkata lantang, “Aku melamarmu besok”!
Sang pemuda berkata lantang, “Aku melamarmu besok!”
Ibu membeli teh botol, minuman bersoda, kerupuk, saus cabai, dan lain-lain.
Ibu membeli teh botol, minuman bersoda, kerupuk, saus cabai, dan sebagainya.
Dian, Rosi, dan Tina berada dalam satu tim.
Dian, Rosi dan Tina berada dalam satu tim.
Global positioning system (GPS) sangat membantu dalam perjalanan.
GPS (global positioning system) sangat membantu dalam perjalanan.
Tukang nasi goreng itu selalu keluar di waktu maghrib.
Tukang nasi goreng itu selalu keluar pada waktu maghrib.
Anak itu lebih memilih makan daging ayam daripada daging kambing.
Anak itu lebih memilih makan daging ayam daripada kambing.
Dia nyaris diserempet truk.
Dia hampir diserempet truk.
Terjadi kemacetan hingga satu kilometer karena jalan amblas.
Terjadi kemacetan hingga satu kilometer karena jalan ambles.
Ukuran kamarnya hanya 2 x 3 m.
Ukuran kamarnya hanya 2 m x 3 m.
Selain masalah bahasa, Anda juga perlu melakukan editing data dan fakta serta
legalitas dan kesopanan. Editing data dan fakta menghindarkan Anda dari kesalahan fatal
menyajikan data atau fakta yang bisa berakibat menurunnya kredibilitas Anda sebagai
penulis. Adapun editing legalitas dan kesopanan dapat menghindarkan Anda tersangkut
masalah etika (plagiat), bahkan juga masalah hukum.
31
7 PENUTUP
Demikianlah materi ringkas tentang “Konversi KTI Nonbuku Menjadi Buku” yang dapat
dipraktikkan langung oleh para akademisi atau peneliti, terutama mereka yang telah
menghasilkan karya tulis ilmiah nonbuku.
Langkah-langkah dalam handout ini dapat langsung Anda praktikkan dan jika ada
hal-hal yang ingin Anda konsultasikan, dapat menghubungi pemateri (tutor) ke WA/HP
081519400129 atau ke email bambangtrim72@gmail.com.
DAFTAR PUSTAKA
Sorenson, Sharon. 1992. Webster’s New WorldTM Student Writing Handbook. New York: Prentice
Hall.
The Liang Gie, 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Tim Editor LIPI Press, 2014. Pedoman Penerbitan Buku LIPI Press. Jakarta: LIPI Press.
Trim, Bambang. 2012. Tak Ada Naskah yang Tak Retak. Bandung: Trim Komunikata.
----. 2012. Apa dan Bagaimana Menerbitkan Buku: Sebuah Pengalaman Bersama Ikapi. Jakarta:
Ikapi.
Wibowo, Wahyu. 2013. Menulis Artikel Ilmiah yang Komunikatif. Jakarta: Bumi Aksara.
TENTANG PENULIS
Bambang Trimansyah atau yang lebih dikenal dengan nama pena Bambang Trim adalah
praktisi di bidang penulisan-penerbitan dengan pengalaman lebih dari 20 tahun. Ia adalah
lulusan Prodi D3 Editing Unpad dan S1 Sastra Indonesia Unpad. Pengalaman akademis
diperolehnya dengan menjadi dosen di almamaternya serta di Jurusan Penerbitan Politeknik
Negeri Jakarta dan Politeknik Negeri Media Kreatif. Dalam kepengurusan Ikapi Pusat 2010–
2015, Bambang Trim menjabat sebagai Ketua Kompartemen Diklat-Litbang-Informasi.
Sebagai penulis, ia telah menghasilkan karya lebih dari 150 judul buku berbagai genre dan
bidang.
top related