hakikat dan substansi kurikulum
Post on 29-Jul-2015
160 Views
Preview:
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan pendidikan akan seiring sejalan dengan dinamika
masyarakatnya, karena ciri masyarakat selalu berkembang. Terdapat kelompok
masyarakat yang berkembang sangat cepat, tetapi ada pula yang lambat. Hal ini
karena pengaruh dan perkembangan teknologi, komunikasi dan telekomunikasi.
Dalam kondisi seperti ini perubahan-perubahan di masyarakat terjadi pada semua
aspek kehidupan. Efek perubahan di masyarakat akan berimbas pada setiap
individu warga masyarakat, pengetahuan, kecakapan, sikap, kebiasaan bahkan
pola-pola kehidupan.
Mobilitas yang tinggi mempercepat segala aspek kehidupan dan pemerataan
pembangunan antara pusat dan daerah. Komunikasi yang sangat cepat, lancar, dan
akurat memudahkan seseorang memperoleh informasi yang sangat berharga bagi
kepentingan bisnis, pemerintahan, pendidikan dan hobi. Produk yang sangat
nampak terjadi proses pembaruan, pertentangan atau konflik antara sektor budaya,
sosial dan agama. Melalui proses akulturasi , pertentangan, konflik kepentingan
seharusnya dapat dikurangi secara perlahan.
Inovasi sebagai salah satu bentuk perubahan yang berkembang di
masyarakat, inovasi terkait dengan pengambilan keputusan yang diambil, baik
menerima bahkan menolak hasil dari inovasi. Inovasi diartikan sebagai penemuan
dimaknai sebagai sesuatu yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang baik
berupa discovery maupun invensi untuk mencapai tujuan atau untuk memecahkan
masalah tertentu. Dalam inovasi tercakup discovery dan invensi.
Inovasi dapat menjadi positif atau negatif apabila inovasi positif
didefinisikan sebagai proses membuat perubahan terhadap sesuatu yang telah
mapan dengan memperkenalkan sesuatu yang baru yang memberikan nilai tambah
bagi pelanggan. Inovasi negatif menyebabkan pelanggan enggan untuk memakai
produk tersebut karena tidak memiliki nilai tambah, merusak cita rasa dan
kepercayaan pelanggan hilang. Proses Inovasi berkaitan dengan bagaimana suatu
1
inovasi itu terjadi, di sini ada unsure keputusan yang mendasarinya, oleh karena
itu proses inovasi dapat dimaknai sebagai proses keputusan Inovasi (Innovation
decision Process).
Kita selalu menggunakan kurikulum dalam kehidupan sehari-hari. Setiap
menit kita mempunyai tugas-tugas yang harus dikerjakan dan diselesaikan. Tugas
itu selalu dilakukan dengan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dengan
harapan hasilnya memuaskan.
Dalam konteks global, khususnya dalam pengembangan kurikulum secara
nasional, antar negara, kurikulum nasional yang akan dianut, kondisi sosial
ekonomi, tingkat pendidikan, budaya dan perkembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Sehingga inovasi kurikulum adalah suatu gagasan atau praktek kurikulum
baru dengan mengadopsi bagian-bagian yang potensial dari kurikulum tersebut
dengan tujuan untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan tertentu.
Intinya dalam inovasi kurikulum dilakukan apabila guru benar-benar
menyakini bahwa pembaharuan itu memang harus dilakukan dan diperlukan.
Dalam menyikapi suatu perubahan, setiap sekolah dituntut berperan dalam
pembaharuan tersebut sampai pada tahap implementasinya dan menetapkan
perubahan itu sesuai dengan perkembangan sekolah tersebut. Sering terjadi
sekolah menerima suatu perubahan tanpa memperhitungkan mengapa mereka
mengadopsinya, apa dampak perubahan itu bagi guru, siswa, dan masyarakat luas.
Kemudian, sekolah yang dijadikan ajang pembaharuan itu digembor-gemborkan
sebagai suatu model yang akan menjadi contoh bagi sekolah lain.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah:
1. Bagaimanakah hakikat kurikulum?
2. Bagaimanakah substansi kurikulum?
3. Apa sajakah prinsip-prinsip pengembangan kurikulum?
4. Apa sajakah hal-hal yang harus dilakukan sekolah dalam pengembangan
kurikulum?
5. Silabus dan RPP dalam rangka inovasi pembelajaran
2
C. Tujuan
Tujuan penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengetahui hakikat kurikulum.
2. Mengetahui substansi kurikulum.
3. Mengetahui prinsip-prinsip pengembangan kurikulum.
4. Mengetahui hal-hal yang harus dilakukan sekolah dalam pengembangan
kurikulum.
5. Mengetahui silabus dan RPP dalam rangka inovasi pembelajaran.
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Hakikat Kurikulum1. Definisi Kurikulum
Istilah kurikulum pertama kali digunakan dalam dunia olah raga pada
zaman yunani kuno. Kurikulum berasal dari kata curir dan curere yang
berarti jarak yang harus ditempuh oleh seorang pelari, mulai dari garis start
hingga garis finish. Namun sekarang istilah kurikulum juga digunakan
dalam bidang pendidikan. Kurikulum berhubungan erat dengan usaha
mengembangkan peserta didik sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
Secara tradisional kurikulum diartikan sebagai apa yang seharusnya guru
lakukan dalam pembelajaran. Namun Nunan (1988: 1) mengatakan bahwa
kurikulum sebagai sesuatu yang dilakukan guru, bukan hanya rencana yang
seharusnya dilakukan dalam pembelajaran. Lain halnya dengan Null (1973:
1) mengemukakan bahwa kurikulum merupakan jantung dari pendidikan
karena kurikulum ialah kombinasi pemikiran, tindakan dan tujuan yang
kemudian akan diajarkan dalam berbagai institusi, baik sekolah ataupun
yang lain.
Sementara Print dalam Sanjaya (2010: 4) memandang sebuah
kurikulum sebagai perencanaan pengalaman belajar, program sebuah
lembaga pendidikan yang diwujudkan dalam sebuah dokumen serta hasil
dari implementasi dokumen yang telah disusun. Namun pada dasarnya
kurikulum memliki beberapa konsep, yaitu kurikulum sebagai mata
pelajaran, kurikulum sebagai pengalaman belajar dan kurikulum sebagai
perencanaan program pembelajaran.
Proses pembelajaran di sekolah menggunakan konsep kurikulum
sebagai mata pelajaran, penguasaan isi pelajaran merupakan sasaran akhir
dari pendidikannya. Seperti yang dikemukakan Saylor dkk. (Sanjaya: 2010:
4) kurikulum merupakan sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh oleh
peserta didik, merupakan konsep kurikulum yang sampai saat ini banyak
4
mewarnai teori-teori dan praktik pendidikan. Hal senada juga diungkapkan
oleh Hutchins (Sanjaya: 2010: 4) yang menyatakan bahwa kurikulum
seharusnya termasuk grammar, membaca, retorika dan logika, matematika
dan memperkenalkan buku-buku hebat dari barat pada tingkat menengah.
Kurikulum sebagai mata pelajaran pada hakikatnya adalah kurikulum yang
berisikan bidang studi.
Seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka
pandangan kurikulum mulai bergeser. Pandangan kurikulum sebagai
sejumlah mata pelajaran mulai bergeser karena pandangan ini dianggap
masih tradisional. Sekolah tidak saja dituntut untuk membekali siswa
dengan berbagai macam pengatahuan, tetapi dituntut juga untuk
mengembangkan bakat dan minat siswa. Tuntutan tersebut membuat
pandangan kurikulum menjadi bergeser, kurikulum tidak lagi dipandang
sebagai mata pelajaran akan tetapi dianggap sebagai pengalaman belajar
siswa.
Tokoh-tokoh yang menganggap kurikulum sebagai pengalaman
diantaranya adalah Casswell dan Campbell (Sanjaya: 2010: 6) menyatakan
bahwa kurikulum adalah semua pengalaman siswa yang berada dibawah
tanggung jawab guru. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Dorris Lee
dan Murray Lee bahwa kurikulum merupakan semua pengalaman siswa
yang di peroleh disekolah. Lebih jelas lagi dikemukakan Giles dkk. Bahwa
kurikulum adalah seluruh pengalaman yang ada di sekolah. Pengertian
kurikulum sebagai pengalaman belajar mengandung makna bahwa
kurikulum adalah seluruh kegiatan yang dilakukan siswa baik diluar
maupun di dalam sekolah asal kegiatan tersebut berasa di bawah tanggung
jawab guru (sekolah).
Tidak hanya sebgai mata pelajaran dan pengalaman belajar, kurikulum
juga dipandang sebagai rencana atau program belajar. Seperti yang
dikemukakan Hilda Taba (1962) dalam Sanjaya (2010: 7) “A curriculum is
a plan for learning therefore, whai is know about the learning process and
the development of the individual has bearing on the shaping of the
5
curriculum.” Sedangkan Donald E. Orlasky, Othanel Smith (1978) dan Peter
F. Olivva (1982) mengemukakan kurikulum pada dasarnya adalah sebuah
perencanaan atau program pengalaman siswa yang diarahkan sekolah.
Selanjutnya UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pasal 1 ayat 19 menyatakan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana
dan pengaturan mengenai tujuan, isi, tambahan pelajaran serta cara yang
digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk
mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Dari berbagai definisi yang telah dikemukakan dapat disimpulkan
bahwa kurikulum adalah merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan
dalam praktik. Dengan kata lain kurikulum adalah suatu perencanaan yang
disusun secara struktur untuk mendapatkan keluaran yang diharapkan dari
suatu pembelajaran.
2. Peran dan Fungsi Kurikulum
Kurikulum sebagai suatu rancangan dalam pendidikan memiliki posisi
yang strategis, karena seluruh kegiatan pendidikan bermuara kepada
kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum menempati peran utama dalam upaya
mencapai tujuan pendidikan. Menurut Sanjaya (2010: 12) terdapat tiga
peranan kurikulum yang sangat penting, yaitu: peranan konservatif, peranan
kreatif, peranan kritis dan evaluatif. Ketiga peranan ini sama penting dan
harus dilaksanakan secara seimbang.
a. Peranan Konservatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum sebagai sarana untuk
mentrans-misikan nilai-nilai warisan budaya masa lalu yang dianggap
masih relevan dengan masa kini kepada generasi muda, dalam hal ini
para siswa. Dengan demikian, peranan konservatif ini pada hakikatnya
menempatkan kurikulum, yang berorientasi ke masa lampau. Peranan
ini sifatnya menjadi sangat mendasar, disesuaikan dengan kenyataan
bahwa pendidikan pada hakikatnya merupakan proses sosial. Salah
satu tugas pendidikan yaitu mempengaruhi dan membina perilaku
6
siswa sesuai dengan nilai-nilai sosial yang hidup di lingkungan
masyarakatnya.
b. Peranan Kreatif
Peranan ini menekankan bahwa kurikulum harus mampu
mengembangkan sesuatu yang baru sesuai dengan perkembangan
yang terjadi dan kebutuhankebutuhan masyarakat pada masa sekarang
dan masa mendatang. Kurikulum harus mengandung hal-hal yang
dapat membantu setiap siswa mengembangkan semua potensi yang
ada pada dirinya untuk memperoleh pengetahuan-pengetahuan baru,
kemampuan-kemampuan baru, serta cara berpikir baru yang
dibutuhkan dalam kehidupannya.
c. Peranan Kritis dan Evaluatif
Peranan Peranan ini dilatarbelakangi oleh adanya kenyataan
bahwa nilai-nilai dan budaya yang hidup dalam masyarakat senantiasa
mengalami perubahan, sehingga pewarisan nilai-nilai dan budaya
masa lalu kepada siswa perlu disesuaikan dengan kondisi yang terjadi
pada masa sekarang. Selain itu, perkembangan yang terjadi pada masa
sekarang dan masa mendatang belum tentu sesuai dengan apa yang
dibutuhkan. Karena itu, peranan kurikulum tidak hanya mewariskan
nilai dan budaya yang ada atau menerapkan hasil perkembangan ba-ru
yang terjadi, melainkan juga memiliki peranan untuk menilai dan
memilih nilai dan budaya serta pengetahuan baru yang akan
diwariskan tersebut. Dalam hal ini, kurikulum harus turut aktif
berpartisipasi dalam kontrol atau filter sosial. Nilai-nilai sosial yang
tidak sesuai lagi dengan keadaan dan tuntutan masa kini dihilangkan
dan diadakan modifikasi atau penyempurnaan.
Disamping memiliki peranan, kurikulum juga memiliki fungsi-fungsi
tertentu. Secara umum fungsi kurikulum adalah sebagai alat untuk
membantu peserta didik untuk mengembangkan pribadinya ke arah tujuan
pendidikan. Kurikulum adalah segala aspek yang mempengaruhi peserta
didik di sekolah, termasuk guru dan sarana serta prasarana lainnya.
7
Kurikulum sebagai program belajar bagi siswa, disusun secara
sistematis dan logis , diberikan oleh sekolah untuk mencapai tujuan
pendidikan tertentu. Menurut McNeil (Sanjaya: 2010: 12) isi kurikulum
memiliki empat fungsi, yaitu:
a. Fungsi Pendidikan Umum (Common and General Education)
Merupakan fungsi untuk mempersiapkan anak didik agar
menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab , menjadi warga
negara yang baik dan bertanggung jawab. Karena itu kurikulum harus
memberikan pengalaman belajar kepada anak didik agar mampu
menginternalisaasi nili-nilai dalam masyarakat, memahami hak dan
kewajibannya sebagai anggota masyarakat dan makhluk sosial, Fungsi
ini harus ada dan diikuti setiap siswa di semua jenis dan jenjang
pendidikan.
b. Fungsi Suplementasi (Suplementation)
Kurikulum harus dapat memberikan pelayanan kepada setiap
siswa sesuai dengan perbedaan kemampuan, minat, maupun bakat
yang ada pada diri masing-masing siswa. Setiap siswa berhak
menambah wawasan yang lebih baik sesuai dengan minat dan
bakatnya. Siswa yang meiliki kemapuan di atas rata-rata haraus
terlayani sehingga dapat mengembangkan kemampuannya secara
optimal, sebaliknya siswa berkemampuan di bawah rata-rata juga
harus terlayani sesuai dengan kemampuannya.
c. Fungsi Eksplorasi (Exploration)
Kurikulum harus dapat menemukan dan mengembangkan minat
dan bakat masing-masing anak didik, sehingga diharapkan anak didik
dapat belajar sesuai dengan minat dan bakatnya tanpa ada paksaan.
Fungsi ini merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena terkadang
berlawanan dengan kenyataan, bahwa sering ada pemaksaan dari
pihak-pihak tertentu, seperti orangtua, untuk memilih suatu pilihan
yang sebenarnya tidak sesuai dengan minat dan bakat siswa. Para
8
pengembang kurikulum harus dapat menggali bakat dan minat anak
didik yang terkadang tersembunyi.
d. Fungsi Keahlian (Specialization)
Kurikulum berfungsi untuk mengembangkan kemampuan anak
didik dengan keahliannya yang didasarkan atas minat dan bakat anak
didik. Kurikulum harus dapat memberikan pilihan berbagai bidang
keahlian, seperti perdagangan, pertanian, industri atau disiplin
akademik. Dengan bidang-bidang pilihan tersebut anak didik
diharapkan memiliki keterampilan sesuai dengan bidangnya. Untuk itu
dalam pengembangan kurikulum perlu melibatkan para ahli atau
spesialis untuk menentukan kemampuan yang harus dimiliki anak
didik yang sesuai dengan bidang keahliannya.
Selain fungsi-fungsi diatas, kurikulum juga berfungsi untuk setiap
orang atau lembaga yang berhubungan baik langsung mapun tidak langsung
dengan penyelenggaraan pendidikan. Untuk itu, fungsi kurikulum dapat
ditinjau dalam berbagai perspektif, antara lain sebagai berikut.
a. Fungsi Kurikulum bagi Kepala Sekolah
Bagi kepala sekolah kurikulum berfungsi sebagai pedoman
untuk mengatur dan membimbing kegiatan sehari-hari di sekolah, baik
kegiatan intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun kokurikuler.
b. Fungsi Kurikulum bagi Guru
Bagi guru kurikulum berfungsi sebagai pedoman dalam
pelaksanaan proses pembelajaran. Dalam praktik, guru merupakan
ujung tombak pengembangan kurikulum sekaligus sebagai pelaksana
kurikulum. Guru juga sebagai faktor kunci (key factor) dalam
keberhasilan kurikulum. Bagaimanapun baiknya suatu kurikulum
disusun, pada akhirnya akan sangat bergantung pada kemampuan guru
di lapangan. Efektivitas suatu kurikulum tidak akan tercapai, jika guru
tidak dapat memahami dan melaksankan kurikulum dengan baik
sebagai pedoman dalam proses pembelajaran.
9
c. Fungsi Kurikulum bagi Siswa
Bagi siswa sendiri, kurikulum berfungsi sebagai pedoman
belajar, melalui kurikulum siswa dapat memahami apa tujuan yang
hendak di capai, isi atau bahan pelajaran apa yang harus dikuasai dan
pengalaman belaajr apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan.
Alexander Inglis (Sanjaya: 2010: 14 ) mengemukakan enam
fungsi kurikulum untuk siswa, yaitu kurikulum berfungsi sebagai
fungsi penyesuaian, fungsi pengintegrasian, fungsi diferensiasi, fungsi
persiapan, fungsi pemilihan dan fungsi diagnostik.
1) Fungsi Penyesuaian
Lingkungan tempat individu hidup senantiasa berubah dan
dinamis, karena itu setiap individu harus mampu menyesuaikan diri
secara dinamis. Kurikulum berfungsi sebagai alat pendidikan menuju
individu yang well adjusted, yang membekali anak didik dengan
kemampuan-kemampuan sehingga setelah selesai pendidikan,
diharapkan dapat membawa dirinya untuk berperilaku sesuai dengan
hak dan kewajibannya sebagai warga masyarakat, maupun dengan
lingkungan yang lain.
2) Fungsi Pengintegrasian
Kurikulum berfungsi mendidik pribadi-pribadi yang terintegrasi.
Individu merupakan bagian integral dari masyarakat, maka dengan
pembentukan pribadi-pribadi yang terintegrasi, akan memberikan
sumbangan dalam rangka pembentukan atau pengintegrasian
masyarakat.
3) Fungsi Diferensiasi
Kurikulum perlu memberikan pelayanan terhadap perbedaan-
perbedaan perorangan dalam masyarakat. Pada dasarnya deferensiasi
akan mendorong orang berpikir kritis dan kreatif, dan ini akan
mendorong kemajuan sosial dalam masyarakat.
10
4) Fungsi Persiapan
Kurikulum berfungsi mempersiapkan siswa agar mampu
melanjutkan studi lebih lanjut untuk jangkauan yang lebih jauh atau
terjun ke masyarakat. Sekolah tidak mungkin memberikan semua apa
yang diperlukan atau semua apa yang menarik minat mereka, tetapi
melalui kurikulum harus dapat memberikan kemampuan yang
diperlukan anak didik untuk melanjutkan studinya ataupun mencari
pekerjaan.
5) Fungsi Pemilihan
Antara perbedaan dan pemilihan mempunyai hubungan yang
erat. Pengakuan atas perbedaan berarti pula diberikan kesempatan
bagi seseorang untuk memilih apa yang dinginkan atas sesuatu yang
menarik minatnya. Ini merupakan kebutuhan yang sangat ideal bagi
masyarakat yang demokratis, sehingga kurikulum perlu diprogram
secara fleksibel, memberikan kesempatan pada semua anak didik
untuk memperoleh pendidikan sesuai pilihannya berdasarkan minat
dan bakatnya.
6) Fungsi Diagnostik
Salah satu segi pelayanan pendidikan adalah membantu dan
mengarahkan para siswa agar mereka mampu memahami dan
menerima dirinya sehingga dapat mengembangkan semua potensi
yang dimiliki. Ini dapat dilakukan bila mereka menyadari semua
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki melalui eksplorasi dan
prognosa. Di sini Fungsi kurikulum adalah mendiagnosa dan
membimbing anak didik agar dapat mengembangkan potensinya
secara optimal.
d. Fungsi Kurikulum bagi Pengawas
Bagi para pengawas, fungsi kurikulum dapat dijadikan sebgai
pedoman, patokan, atau ukuran dalam membimbing kegiatan guru di
sekolah. Kurikulum juga dapat digunakan pengawas untuk
menetapkan hal-hal apa saja yang memerlukan penyempurnaan atau
11
perbaikan dalam usaha pengembangan kurikulum dan peningkatan
mutu pendidikan.
e. Fungsi Kurikulum bagi Orangtua/Masyarakat
Bagi masyarakat, kurikulum dapat memberikan pencerahan dan
perluasan wawasan pengetahuan dalam berbagai bidang kehidupan.
Melalui kurikulum, masyarakat dapat mengetahui apakah
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai-nilai yang dibutuhkannya
relevan atau tidak dengan kurikulum sekolah. Orangtua juga perlu
memahami kurikulum dengan baik, sehingga dapat dijadikan bahan
untuk memberikan bantuan, bimbingan, dan fasilitas lainnya agar anak
mencapai hasil belajar yang lebih optimal.
3. Jenis – Jenis Kurikulum
Nasution mengatakan bahwa jenis-jenis kurikulum ada 3 (tiga), yaitu:
a. Separate Subject Curriculum
Artinya segala bahan pelajaran disajikan dalam subject/mata
pelajaran yang terpisah-pisah, yang satu lepas dari yang lain. Subject
atau mata pelajaran ialah hasil pengalaman umat manusia sepanjang
masa, atau kebudayaan dan pengetahuan yang dikumpulkan oleh
manusia sejak dahulu, lalu disusun secara logis dan sistematis,
disederhanakan dan disajikan kepada anak didik sesuai dengan
usianya masing-masing.
b. Corelated Curriculum
Artinya masing-masing tiap mata pelajaran itu mempunyai
hubungan. Di sini mata pelajaran itu dihubungkan antara mata
pelajaran satu dengan yang lainnya, sehingga tidak berdiri sendiri-
sendiri seperti pada seperete-subject curriculum dan ini dibuat sebagai
reaksi terhadapnya yang dianggap masih kurang sempurna.
c. Integrated Curriculum
Dalam integrated curiculum meniadakan batas-batas antara
berbagai mata pelajaran dan menyajikan bahan pelajaran dalam
12
bentuk unit atau keseluruhan sehingga diharapkan akan membentuk
anak-anak menjadi pribadi yang terintegrated.
4. Kurikulum dan Pengajaran
Kurikulum terdiri dari komponen – komponen yang saling berkaitan
dan memengaruhi satu sama lain. Komponen yang membentuk system
kurikulum akan melahirkan system pengajaran, dan system pengajaran
itulah yang kan menjadi pedoman guru dalam pengelolaan proses belajar
mengajar di dalam kelas. Maka dapat dikatakan bahwa system pengajaran
merupakan pengmbangan dari sistem kurikulumnya.
Kurikulum dan pengajaran merupakan dua hal yang tak dapat
dipisahkan walaupun keduanya memiliki posisi yang berbeda. Kurikulum
berfungsi sebagai pedoman yang memberikan arah dan tujuan pendidikan,
serta isi yang harus dipelajari. Sedangkan pengajaran adalah proses yang
terjadi dalam interaksi belajar mengajar antara guru dengan siswa. Seperti
perumpamaan yang diungkapkan Saylor (Sanjaya: 2010: 17) kurikulum dan
pengajaran itu seperti Romeo dan Juliet.artinya berbicara Romeo tidak akan
berarti apa-apa tanpa Juliet, begitu pula sebaliknya. Tanpa kurikulum
sebagai sebuah rencana, maka pembelajaran dan pengajaran tidak akan
efektif; demikian juga tanpa adanya pembelajaran, maka kurikulum tidak
berarti apa-apa. Kurikulum berkaitan erat dengan apa yang harus diajarkan,
sedangkan pengajaran mengacu pada bagaimana cara mengajarkannya.
Walaupun antara kurikulum dan pengajaran merupakan dua sisi yang
tidak terpisahkan, namun dalam proses pengajaran dan pembelajaran dapat
terjadi berbagai kemungkinan hubungan antara keduanya. Olivia (Sanjaya:
2010: 20) menggambarkan kemungkinan hubungan antara keduanya dalam
beberapa model seperti berikut.
a. Model dualistis (the dualistic model)
Pada model ini kurikulum dan pengajaran terpisah. Keduanya
tidak bertemu kurikulum yang seharusnya menjadi input dalam
menata system pengajaran tidak tampak. Demikian juga pengajaran
yang semestinya memberikan balikan dalam proses penyempurnaan
13
kurikulum tidak terjadi, karena kurikulum dan pengajaran berjalan
sendiri.
b. Model berkaitan (the interlocking model)
Pada model ini kurikulum dan pengajaran dianggap sebagai
suatu system yang keduanya memiliki hubungan. Baik antara
kurikulum dan pengajaran maupun pengajaran dan kurikulum ada
bagian-bagian yang berpadu atau memiliki keterkaitan, sehingga
antara keduanya memiliki hubungan.
c. Model konsentris (the concentric nmodel)
Pada model ini kurikulum dam pengajaran memiliki hubungan
dengan kemungkinan kurikulum bagian dari pengajaran atau
pengajaran bagian dari kurikulum.
d. Model siklus (the cyclical model)
Pada model ini antara kurikulum dan pengajaran memiliki
hubungan yang timbal balik. Keduanya saling berpengaruh. Apa yang
diputuskan dalam kurikulum akan menjadi dasar dalam proses
pelaksanaan pengajaran, begitu juga sebaliknya.
5. Peran Guru dalam Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan sebuah dokumen yang berisi tentang
perencanaan pembelajaran yang disusun sebagai pedoman guru dalam
melaksanakan proses pembelajaran. Suatu perencanaan tentulah harus
direalisasikan untuk melihat apakah perencanaan tersebut berhasil mencapai
tujuan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak. Adapun implementasi dari
kurikulum adalah proses pembelajaran. Jadi, kurikulum dan proses
pembelajaran tidak dapat dipisahkan karena merupakan satu kesatuan yang
saling mempengaruhi. Pembelajaran tanpa kurikulum tidak akan efektif dan
kurikulum tanpa proses pembelajaran hanyalah sebuah dokumen yang tidak
bermakna.
Dalam proses pembelajaran guru merupakan kunci utama yang
menggerakkan pembelajaran dan berhubungan langsung dengan peserta
didik yang menjadi objek kurikulum. Dengan demikian, dapat dikatakan
14
bahwa guru berperan penting dalam pengimplementasian kurikulum. Peran
guru dalam pengembangan kurikulum lebih kepada penerapannya di dalam
tataran kelas. Murray Print dalam Wina (2010: 28) menyebutkan bahwa
peran guru dalam pengembangan kurikulum adalah sebagai: (1)
implementers, (2) adapters, (3) developers, dan (4) researchers.
B. Substansi Kurikulum
Dalam Bahasa Indonesia, pengertian substansi ialah hal yang membentuk
sesuatu. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
kesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
Substansi perubahan kurikulum bukan hanya sekedar perubahan isi dan
materi, jumlah pelajaran dan jam pelajaran tetapi perubahan ruh atau semangat
yang terkandung dalam kurikulum itu sendiri. Yang lebih penting lagi adalah
bagaimanan perubahan tersebut muncul dari bawah, muncul dari guru-guru yang
menjalankan langsung serta berhadapan dengan peserta didik, bukan perubahan
yang tiba-tiba (atau ujug-ujug) datangnya dari atas sehingga guru terkadang gagap
dengan perubahan pada kurikulum.
Budaya pendidikan kita yang harus di bangun untuk ke depan adalah
bagaimana supaya perubahan kurikulum bukan hanya dari atas atau dari para
pakar pendidikan tetapi harus dari berbagai sisi seperti menyerap aspirasi dari
guru berdasarkan catatan ia selama 5 s/d 10 tahun menjalankan kurikulum yang
ada, juga berdasarkan kajian lapangan serta daya adaptasi lingkungan,
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap kurikulum tersebut atau
sebaliknya, sehingga perubahan kurikulum benar-benar tepat sasaran, dinantikan
dan dapat dirasakan manfaatnya oleh seluruh stakeholder pendidikan.
Budaya yang lainnya yang harus kita bangun adalah karakter guru dan
murid harus benar-benar menjadi fokus utama dalam pembanguna pendidikan ke
depan, perubahan kurikulum sebagus apapun tetapi kalau tidak dibangun sikap,
moral dan akhlak guru sebagai pendidiknya dan siswa sebagai peserta didiknya
15
maka mustahil ruh atau semangat yang ada dalam kurikulum tersebut tidak akan
mampu diwujudkan, karena guru dan siswa, pendidik dan peserta didik adalah
menjadi bagian penting pendidikan serta kurikulumnya sendiri selain dari faktor
sarana-prasarana, lingkungan, strategi, metode dan media.
Manfaat lainnya jika kita menerapkan pola budaya di atas akan membantu
pemerintah dan kementrian nasional serta meringankan beban dalam hal
sosialisasi kurikulum karena yang di lapangan akan langsung mencerna perubahan
yang ada, di samping itu SDM pendidikan kita yang ada akan lebih berdaya dan
diberdayakan, semoga menjelang tahun pelajaran baru 2013-2014 kita lebih
dewasa, arif dan bijaksana dalam menyikapi setiap perubahan yang ada, termasuk
perubahan dalam kurikulum 2013 yang kita hadapi nanti.
C. Prinsip-Prinsip Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum adalah sebuah proses yang merencanakan,
menghasilkan suatu alat yang lebih baik dengan didasarkan pada hasil penilaian
terhadap kurikulum yang telah berlaku, sehingga dapat memberikan kondisi
belajar mengajar yang baik. Dengan kata lain pengembangan kurikulum adalah
kegiatan untuk menghasilkan kurikulum baru melalui langkah-langkah
penyusunan kurikulum atas dasar hasil penilaian yang dilakukan selama periode
waktu tertentu.
Pada umumnya ahli kurikulum memandang kegiatan pengembangan
kurikulum sebagai suatu proses yang kontinu, merupakan suatu siklus yang
menyangkut beberapa kurikulum yaitu komponen tujuan, bahan, kegiatan dan
evaluasi.
Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi
delapan macam, antara lain:
1. Prinsip Berorientasi Pada Tujuan
Pengembangan kurikulum diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu,
yang bertitik tolak dari tujuan pendidikan Nasional. Tujuan kurikulum
merupakan penjabaran dan upaya untuk mencapai tujuan satuan dan jenjang
16
pendidikan tertentu. Tujuan kurikulum mengadung aspek-aspek
pengetahuan, ketrampilan, sikap dan nilai. Yang selanjutnya menumbuhkan
perubahan tingkah laku peserta didik yang mencakup tiga aspek tersebut
dan bertalian dengan aspek-aspek yang terkandung dalam tujuan pendidikan
nasional.
2. Prinsip Relevansi (Kesesuaian)
Pengembanga kurikulum yang meliputi tujuan, isi dan system
penyampaian harus relevan (sesuai) dengan kebutuhan dan keadaan
masyarakat, tingkat perkembangan dan kebutuhan siswa, serta serasi dengan
perkembnagan ilmu pengetahuan dan tegnologi.
3. Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
Pengembangan kurikulum harus mempertimbangkan segi efisien dan
pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber yang tersedia agar
dapat mencapai hasil yang optimal. Dana yang terbat harus digunakan
sedemikina rupa dalam rangka mendukung pelaksanaan pembelajaran.
Waktu yang tersedia bagi siswa belajar disekolah juga terbatas sehingga
harus dimanfaatkan secara tepat sesuai dengan tata ajaran dan bahan
pembelajaran yang diperlukan. Tenaga disekolah juga sangat terbatas, baik
dalam jumlah maupun dalam mutunya, hendaknya didaya gunakan secara
efisien untuk melaksanakan proses pembelajaran. Demikian juga
keterbatasan fasilitas ruangan, peralatan, dan sumber kerterbacaan, harus
digunakan secara tepat oleh sswa dalam rangka pembelajaran, yang
semuanya demi meningkatkan efektifitas atau keberhasilan siswa.
4. Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum yang luwes mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau
dikurangi berdasarkan tuntutan dan keadaan ekosistem dan kemampuan
setempat, jadi tidak statis atau kaku. Misalnya dalam suatu kurikulum
disediakan program pendidikan ketrampilan industri dan pertanian.
Pelaksanaaan di kota, karena tidak tersedianya lahan pertanian., maka yang
dialaksanakan program ketrampilan pendidikn industri. Sebaliknya,
pelaksanaan di desa ditekankan pada program ketrampilan pertanian. Dalam
17
hal ini lingkungan sekitar, keadaaan masyarakat, dan ketersediaan tenaga
dan peralatan menjadi faktor pertimbangan dalam rangka pelaksanaan
kurikulum.
5. Prinsip Kontiunitas
Kurikulum disusun secara berkesinambungan, artinya bagian-bagian,
aspek-spek, materi, dan bahan kajian disusun secara berurutan, tidak
terlepas-lepas, melainkan satu sama lain memilik hubungan fungsional yang
bermakna, sesuai dengan jenjang pendidikan, struktur dalam satuan
pendidikn, tingkat perkembangan siswa. Dengan prinsip ini, tampak jelas
alur dan keterkaitan didalam kurikulum tersebut sehingga mempermudah
guru dan siswa dalam melaksanakan proses pembelajaran.
6. Prinsip Keseimbangan
Penyusunan kurikulum memerhatikan keseimbangan secara
proposional dan fungsional antara berbagai program dan sub-program,
antara semau mata ajaran, dan antara aspek-aspek perilaku yang ingin
dikembangkan. Keseimbangan juga perlu diadakan antara teori dan praktik,
antara unsur-unsur keilmuan sains, sosial, humaniora, dan keilmuan
perilaku. Dengan keseimbangan tersebut diaharapkan terjalin perpaduan
yang lengkap dan menyeluruh, yang satu sama lainnya saling memberikan
sumbangan terhadap pengembangan pribadi.
7. Prinsip Keterpaduan
Kurikulum dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prinsip
keterpaduan, perencanaan terpadu bertitik tolak dari masalah atau topik dan
konsistensi antara unsur-unsusrnya. Pelaksanaan terpadu dengan melibatkan
semua pihak, baik di lingkungan sekolah maupun pada tingkat inter
sektoral. Dengan keterpaduan ini diharapkan terbentuk pribadi yang bulat
dan utuh. Diamping itu juga dilaksanakan keterpaduan dalam proses
pembalajaran, baik dalam interaksi antar siswa dan guru maupun antara
teori dan praktek.
18
8. Prinsip Mutu
Pengembangan kurikulum berorientasi pada pendidikan mutu, yang
berarti bahwa pelaksanaan pembelajaran yang bermutu ditentukan oleh
derajat mutu guru, kegiatan belajar mengajar, peralatan,/media yang
bermutu. Hasil pendidikan yang bermutu diukur berdasarkan kriteria tujuan
pendidikan nasional yang diaharapkan.
D. Hal-hal yang Harus Dilakukan Sekolah dalam Pengembangan Kurikulum
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-
langkah:
1. Perumusan Tujuan
Tujuan di rumuskan berdasarkan analisis terhadap berbagai
kebutuhan, tuntutan dan harapan.
2. Menentukan Isi
Isi kurikulum merupakan pengalaman belajar yang di rencanakan akan
di peroleh siswa selama mengikuti pendidikan.
3. Memilih Kegiatan
Organisasi dapat di rumuskan sesuai dengan tujaun dan pengalaman-
pengalaman belajar yang menjadi isi kurikulum, dengan
mempertimbangkan bentuk kurikulum yang digunakan.
4. Merumuskan Evaluasi
Evaluasi kurikulum mengacu pada tujuan kurikulum, sebagai di
jelaskan di muka. Evaluasi perlu di lakukan untuk memperoleh balikan
sebagai dasar dalam melakukan perbaikan, oleh karena itu evaluasi dapat di
lakukan secara terus menerus.
19
E. Silabus dan RPP dalam Rangka Inovasi Pembelajaran
1. Silabus
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi
dasar, materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator,
penilaian, alokasi waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Silabus merupakan
penjabaran standar kompetensi dan kompetensi dasar ke dalam materi
pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan indikator pencapaian
kompetensi untuk penilaian.
Silabus merupakan seperangkat rencana dan pengaturan tentang
kegiatan pembelajaran, pengelolaan kelas, dan penilaian hasil belajar.
Silabus berisikan komponen pokok yang dapat menjawab pertanyaan
berikut.:
a. Kompetensi yang akan ditanamkan kepada peserta didik melalui suatu
kegiatan pembelajaran
b. Kegiatan yang harus dilakukan untuk menanamkan / membentuk
kompetensi tersebut
c. Upaya yang harus dilakukan untuk mengetahui bahwa kompetensi
tersebut sudah dimiliki peserta didik
Silabus bermanfaat sebagai pedoman sumber pokok dalam
pengembangan pembelajaran lebih lanjut, mulai dari pembuatan rencana
pembelajaran, pengelolaan kegiatan pembelajaran, dan pengembangan
sistem penilaian.
Prinsip Pengembangan Silabus antara lain:
a. Ilmiah : Keseluruhan materi dan kegiatan yang menjadi muatan dalam
silabus harus benar dan dapat dipertanggungjawabkan secara
keilmuan.
b. Relevan : Cakupan, kedalaman, tingkat kesukaran dan urutan
penyajian materi dalam silabus sesuai dengan tingkat perkembangan
fisik, intelektual, sosial, emosional, dan spritual peserta didik.
20
c. Sistematis : Komponen-komponen silabus saling berhubungan secara
fungsional dalam mencapai kompetensi.
d. Konsisten : Adanya hubungan yang konsisten (ajeg, taat asas) antara
kompetensi dasar, indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian.
e. Memadai : Cakupan indikator, materi pokok, pengalaman belajar,
sumber belajar, dan sistem penilaian cukup untuk menunjang
pencapaian kompetensi dasar.
f. Aktual dan Kontekstual : Cakupan indikator, materi pokok,
pengalaman belajar, sumber belajar, dan sistem penilaian
memperhatikan perkembangan ilmu, teknologi, dan seni mutakhir
dalam kehidupan nyata, dan peristiwa yang terjadi.
g. Fleksibel : Keseluruhan komponen silabus dapat mengakomodasi
keragaman peserta didik, pendidik, serta dinamika perubahan yang
terjadi di sekolah dan tuntutan masyarakat.
h. Menyeluruh : Komponen silabus mencakup keseluruhan ranah
kompetensi (kognitif, afektif, psikomotor).
2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk
mencapai satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan
dijabarkan dalam silabus. Lingkup Rencana Pembelajaran paling luas
mencakup satu kompetensi dasar yang terdiri atas satu indicator atau
beberapa indicator untuk satu kali pertemuan atau lebih.
RPP merupakan persiapan yang harus dilakukan guru sebelum
mengajar. Persiapan disini dapat diartikan persiapan tertulis maupun
persiapan mental, situasi emosional yang ingin dibangun, lingkungan belajar
yang produktif, termasuk meyakinkan pembelajar untuk mau terlibat secara
penuh. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan silabus mempunyai
perbedaan, meskipun dalam hal tertentu mempunyai persamaan. Silabus
21
memuat hal-hal yang perlu dilakukan siswa untuk menuntaskan suatu
kompetensi secara utuh, artinya di dalam suatu silabus adakalanya beberapa
kompetensi yang sejalan akan disatukan sehingga perkiraan waktunya
belum tahu pasti berapa pertemuan yang akan dilakukan. Sementara itu,
rencana pelaksanaan pembelajaran adalah penggalan-penggalan kegiatan
yang perlu dilakukan oleh guru untuk setiap pertemuan. Didalamnya harus
terlihat tindakan apa yang perlu dilakukan oleh guru untuk mencapai
ketuntasan kompetensi serta tindakan selanjutnya setelah pertemuan selesai.
Tujuan rencana pelaksanaan pembelajaran adalah untuk : (1)
mempermudah, memperlancar dan meningkatkan hasil proses belajar
mengajar; (2) dengan menyusun rencana pembelajaran secara profesional,
sistematis dan berdaya guna, maka guru akan mampu melihat, mengamati,
menganalisis, dan memprediksi program pembelajaran sebagai kerangka
kerja yang logis dan terencana.
Sementara itu, fungsi rencana pembelajaran adalah sebagai acuan bagi
guru untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar ( kegiatan pembelajaran
) agar lebih terarah dan berjalan secara efektif dan efisien. Dengan kata lain
rencana pelaksanaan pembelajaran berperan sebagai scenario proses
pembelajaran. Oleh karena itu, rencana pelaksanaan pembelajaran
hendaknya bersifat luwes ( fleksibel ) dan member kemungkinan bagi guru
untuk menyesuaikan dengan respon siswa dalam proses pembelajaran yang
sesungguhnya.
Prinsip pengembangan RPP menurut yahya Nursidik (2009) dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu:
a. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik.
b. Mendorong partisipasi aktif peserta didik.
c. Mengembangkan buadaya membaca dan menulis proses
pembelajaran.
d. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut.
e. Keterkaitan dan keterpaduan.
f. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
22
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kurikulum adalah merupakan gagasan pendidikan yang diekpresikan dalam
praktik. Dengan kata lain kurikulum adalah suatu perencanaan yang disusun
secara struktur untuk mendapatkan keluaran yang diharapkan dari suatu
pembelajaran.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
kesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
Oemar Hamalik (2001) membagi prinsip pengembangan kurikulum menjadi
delapan macam, antara lain: prinsip berorientasi pada tujuan, prinsip relevansi
(kesesuaian), prinsip efisiensi dan efektifitas, prinsip fleksibilitas, prinsip
kontiunitas, prinsip keseimbangan, prinsip keterpaduan, prinsip mutu.
Penyusunan dan pengembangan kurikulum dapat menempuh langkah-
langkah: perumusan tujuan, menentukan isi , memilih kegiatan , merumuskan
evaluasi.
Silabus adalah rencana pembelajaran pada suatu kelompok mata
pelajaran/tema tertentu yang mencakup standar kompetensi , kompetensi dasar,
materi pokok/pembelajaran, kegiatan pembelajaran, indikator, penilaian, alokasi
waktu, dan sumber/bahan/alat belajar. Prinsip Pengembangan Silabus antara lain:
ilmiah, relevan, sistematis, konsisten, memadai , aktual dan kontekstual, fleksibel,
menyeluruh.
Rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah rencana yang
menggambarkan prosedur dan pengorganisasian pembelajaran untuk mencapai
satu kompetensi dasar yang ditetapkan dalam Standar Isi dan dijabarkan dalam
silabus. Prinsip pengembangan RPP menurut yahya Nursidik (2009) dibagi
menjadi beberapa bagian yaitu: memperhatikan perbedaan individu peserta didik,
mendorong partisipasi aktif peserta didik, mengembangkan buadaya membaca dan
23
menulis proses pembelajaran, memberikan umpan balik dan tindak lanjut,
keterkaitan dan keterpaduan, menerapkan teknologi informasi dan komunikasi.
B. Saran
Berdasarkan pemaparan makalah ini, diharapkan pengembangan dari
Inovasi Kurikulum pendidikan terus selalu ditingkatkan, agar tujuan pendidikan
dapat terwujud.
Selain itu,peningkatan mutu pendidikan dan kualitas sistem pendidikan
selalu menjadi prioritas utama, khususnya perbaikan dan pengembangan sistem
kurikulum.
24
DAFTAR PUSTAKA
Alfarizi, Muhammad. 2012. Hakikat Kurikulum. Diunduh dari:
http://www.academia.edu/5621284/Hakikat_Kurikulum pada tanggal 14
September 2014.
Bitha. 2012. Hakikat Kurikulum, Silabus, Materi Ajar, dan Asal-Usul
Pengembangan Kurikulum. Diunduh dari:
http://rabithahsarisiregar.wordpress.com/2012/12/18/hakikat-kurikulum-
silabus-materi-ajar-dan-asal-usul-pengembangan-kurikulum/ pada tanggal
14 September 2014.
Maharesidewanata. 2012. Substansi Perubahan Kurikulum. Diunduh dari:
http://maharesidewanata.blogspot.com/2012/12/substansi-perubahan-
kurikulum.html pada tanggal 14 September 2014.
Nurul, Imam. 2013. Silabus dan RPP. Diunduh dari:
http://www.nurulimam.com/2013/10/pengertian-dari-silabus-rpp.html pada
tanggal 14 September 2014.
Rudi,Susilanah. 2012 . Prinsip Pengembangan Kurikulum. Diunduh dari :
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._KURIKULUM_DAN_TEK._PENDI
DIKAN/196610191991021-RUDI_SUSILANA/KP3-
PRINSIP_PENGKUR.pdf pada tanggal 14 September 2014.
25
top related